Askep Morbili

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Campak sering menyerang anak anak balita. Penyakit ini mudah menular kepada anak anak sekitarnya, oleh karena itu, anak yang menderita Campak harus diisolasi untuk mencegah penularan. Campak disebabkan oleh kuman yang disebut Virus Morbili. Anak yang terserang campak kelihatan sangat menderita, suhu badan panas, bercak bercak seluruh tubuh terkadang sampai borok bernanah. Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan

Transcript of Askep Morbili

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Penyakit Campak sering menyerang anak anak balita.

Penyakit ini mudah menular kepada anak anak sekitarnya, oleh

karena itu, anak yang menderita Campak harus diisolasi untuk

mencegah penularan. Campak disebabkan oleh kuman yang

disebut Virus Morbili. Anak yang terserang campak kelihatan

sangat menderita, suhu badan panas, bercak bercak seluruh tubuh

terkadang sampai borok bernanah.

Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian

menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu

yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara

pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur

tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat

menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika

ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami

abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III

maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan

bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak

yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

Morbili / campak adalah penyakit akut yang disebabkan

virus campak yang sangat menular pada umumnya menyerang anak-

anak. Menurut kriteria diagnostiknya, ada 4 stadium campak

meliputi stadium tunas, stadium prodormal / kataral, stadium

erupsi, dan stadium konvalesensi. Gejala klinis morbili meliputi

demam mencapai 400C, pilek, batuk, konjungtivitis, ruam erupsi

makulopapular, dan  koplik’s spot (merupakan tanda pathognomonis

penyakit campak, bentuk bintik tidak teratur dan kecil berwarna

merah terang, pada pertengahan di dapat noda putih keabuan, mula-

mula 2-6 bintik). Pada pasien ini masih di observasi febris hari

ke-2 dengan suspek morbili. Untuk terapi medikamentosa diberikan

infus KAEN 3A, antipiretik (parasetamol), ambroxol, vitamin A dan

C. Sedangkan untuk Supportifnya, pasien diminta untuk istirahat,

dan pasien dirawat di bangsal isolasi untuk mencegah penularan ke

pasien lain.

B.     Tujuan

1.      Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan anak dengan morbili

2.      Tujuan Khusus

a.       Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada anak dengan

morbili.

b.      Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada

anak dengan morbili.

c.       Dapat membuat perencanaan pada anak dengan morbili.

d.      Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi

tindakan yang telah dilakukan pada anak dengan morbili.

BAB II

LANDASAN TEORI

A.    Konsep Dasar Penyakit

1.      Definisi

Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai

dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium

erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan

demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatan Anak

Edisi 2, th 1991. FKUI ).

Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya

ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan

campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa

nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)

2.      Etiologi

Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret

nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah

timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk

famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Cara penularannya

adalah dengan droplet infeksi.

3.      Patofisiologi

Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus

morbili, familiparamyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila

terkena panas, sinar, pH asam, ether, dan trypsin dan hanya

bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus campak

ditularkan lewat droplet, menempel dan berkembang biak pada

epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan

terutama bagian atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata.

Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan

kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi

viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem

retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari

dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses peradangan

merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial

paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar

pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit

menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and

conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas,

batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak

awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi)

mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.

Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf pusat

dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa

konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan

menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi

dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada

awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit

4.      Gejala Klinis

Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari

10-20 hari dan kemidian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3

stadium :

a.       Stadium kataral (prodormal)

Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh

demam ringa hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia

dan konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam

sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik

bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik

berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh

eritema.

Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapandengan molar

dibawah, tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh

permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat pula ditemukan pada

bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankula

lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat

dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat

berat karena diiringi demam tinggi mendadak disertai kejang-

kejang dan pneumoni. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan

leukopenia.

b.      Stadium erupsi

Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eritema / titik

merah dipalatum durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang

berbentuk makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh.

Eritema timbul dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk,

sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang

terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak.

Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan

didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali,

tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang

biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili yang disertai

perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.

c.        Stadium konvalesensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua

(hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Selain

hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit

yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik

untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau

eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu

menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

5.      Komplikasi

a.       Otitis media akut

b.      Pneumonia / bronkopneumoni

c.       Encefalitis

d.      Bronkiolitis

e.       Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis

6.      Pemeriksaan diagnostik

Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal

atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi

bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk

memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum

dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya rash, maka untuk

mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari ketiga untuk

menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada

4 minggu setelah muncul rash.

Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash

muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset

sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan sampai

beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari

urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab

tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul

bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya

34 jam dalam suhu kamar.

7.      Penatalaksanaan

Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk

mengatasi demam tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan

cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi ruangan bagi

penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik

mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.

Penatalaksanaan Teraupetik :

a.       Pemberian vitamin A

b.      Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik

c.       Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi

d.      Pemberian obat batuk dan sedativum

B.     Konsep Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

a.       Identitas diri

b.      Riwayat Imunisasi

c.       Kontak dengan orang yang terinfeksi

d.      Pemeriksaan Fisik :

1)      Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia

2)      Kepala : sakit kepala

3)      Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza,

perdarahan hidung (pada stad eripsi ).

4)      Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut

terasa pahit.

5)      Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal,

ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad.

Konvalensi), evitema, panas (demam).

6)      Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing,

renchi, sputum.

7)      Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/

imunisasi.

8)      Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare

9)      Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan

e.        Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

2.      Diagnosa keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Morbili adalah

a.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens

infeksi

b.      Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise

c.       Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari

teman sebaya

d.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

penggarukan pruritus

e.       Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang

menderita penyakit akut

f.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kegagalan untuk mencernatau ketidak mampuan mencerna

makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan

g.      Ketidak efektifan  jalan nafas berhubungan dengan peningkatan

produksi sekret.

3.      Rencana keperawatan

a.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens

infeksi.

Hasil yang diharapkan :

1)      Anak yang rentan tidak mengalami penyakit.

2)      Infeksi tidak menyebar

3)      Anak tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi seperti infeksi

dan dehidrasi.

Intervensi :

Identifikasi anak beresiko tinggi

Rasional : memastikan anak menghindari pemajanan

1)      Lakukan rujukan ke perawat kesehatan masyarakat bila perlu.

Rasional : untuk memastikan prosedur yang tepat di rumah.

2)      Pantau suhu

Rasional : peningkatan suhu tubuh yang tidak diperkirakan dapat

menandakan adanya infeksi.

3)      Pertahankan higiene tubuh yang baik.

Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi sekunder dari lesi

4)      Berikan serapan air sedikit tapi sering atau minuman kesukaan

anak serta makanan halus atau lunak.

Rasional :

a)      Untuk menjamin hidrasi yang adekuat

b)      Banyak anak-anak yang mengalami anoreksia selama sakit

b.      Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise

Hasil yang diharapkan : 

1)      Kulit dan membran mukosa bersih dan bebas dari iritasi.

2)      Anak menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan minimum.

Intervensi : 

1)      Gunakan vaporiser embun dingin, kumur-kumur, dan tablet isap.

Rasional : untuk menjaga agar membran mukosa tetap lembab

2)      Bersihkan mata dengan larutan salin fisiologis

Rasional : untuk menghilangkan sekresi atau kusta

3)      Jaga agar anak tetap dingin.

Rasional : karena udara yang terlalu panas dapat meningkatkan

rasa gatal.

4)      Berikan mandi air dingin dan berikan lotion seperti kalamin

Rasional : untuk menurunkan rasa gatal

5)      Berikan analgesik, antipiretik, dan antipruritus sesuai

kebutuhan dan ketentuan.

Rasional : untuk mengurangi nyeri, menurunkan suhu tubuh, dan

mengurangi rasa gatal

c.       Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari

teman sebaya.

Hasil yang diharapkan :

1)      Anak menunjukkan pemahaman tentang pembatasan

2)      Anak melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi.

Intervensi :

1)      Jelaskan alasan untuk pengisolasian dan penggunaan kewaspadaan

khusus.

Rasional : untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pembahasan.

2)      Biarkan anak memainkan sarung tangan dan masker

Rasional : untuk memfasilitasi koping positif.

3)      Berikan aktivitas pengalihan

Rasional : untuk melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi

4)      Anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak selama

hospitalisasi.

Rasional : untuk menurunkan perpisahan dan memberikan kedekatan.

5)      Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan perampilan fisik

Rasional : untuk mendorong penerimaan teman sebaya

d.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

penggarukan pruritus

Hasil yang diharapkan : kulit tetap utuh

Intervensi :

1)      Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih

Rasional : untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder.

2)      Pakailah sarung tangan atau restrein siku

Rasional : untuk mencegah penggarukan

3)      Berikan pakaian yang tipis, longgar, dan tidak meng

mengiritasi.

Rasional : karena panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa

gatal.

4)      Tutup area yang sakit (lengan panjang, celana panjang, pakaian

satu lapis).

Rasional : untuk mencegah penggarukan

5)      Berikan losion yang melembutkan (sedikit saja pada lesi

terbuka).

Rasional : karena pada lesi terbuka absorpsi obat meningkat untuk

menurunkan pruritus.

6)      Hindari pemajanan panas atau sinar matahari.

Rasional : menimbulkan ruam.

e.       Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang

menderita penyakit akut.

Hasil yang diharapkan :

1)      Keluarga melanjutkan untuk mencapai tujuan.

2)      Keluarga mencari dukungan yang dibutuhkan.

Intervensi :

1)      Berikan informasi pada orang tua tentang pilihan pengobatan.

Rasional : untuk mencari dukungan yang dibutuhkan.

2)      Tekankan upaya keluarga untuk melakukan rencana perawatan.

Rasional : untuk keluarga melanjutkan untuk mencapai tujuan.

3)      Berikan kesadaran keluarga akan kemajuan anak.

Rasional : untuk mendorong sikap optimis.

4)      Tekankan kecepatan pemulihan pada kebanyakan kasus.

Rasional : untuk menurunkan ansietas.

f.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna

makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan. 

Hasil yang diharapkan :

1)      Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil

dengan nilai laboratorium normal.

2)      Tidak mengalami tanda malnutrisi.

3)      Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan

dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.

Intervensi :

1)      Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.

Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan

intervensi.

2)      Observasi dan catat masukan makanan pasien.

Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan

konsumsi makanan

3)      Timbang berat badan tiap hari

Rasional : mengevaluasi penurunan berat badan atau efektivitas

intervensi nutrisi.

4)      Berikan makanan sedikit dari frekuensi sering dan atau makan

diantara waktu makan.

Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan

meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.

5)      Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan

gejala lain yang berhubungan.

Rasional : gejala gastro intestinal dapat menunjukkan efek anemia

(hipoksia) pada organ.

g.      Ketidak efektifan  jalan nafas berhubungan dengan peningkatan

produksi sekret.

Hasil yang diharapkan :

1)      Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih

atau jelas.

2)      Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas,

misal: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi :

1)      Auskultasi bunyi napas

Rasional : beberapa derajat spasma bronkus terjadi dengan

obstruksi jalan nafas.

2)      Kaji atau pantau frekuensi pernapasan

Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat

ditemukan pada penerimaan atau selama stress atau adanya proses

infeksi akut.

3)      Catat adanya atau derajat dipsnoe

Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung

pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan

perawatan di rumah sakit.

4)      Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu, asap, dan

bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.

Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat

menjadi episode akut.

5)      Observasi karakteristik batuk

Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya

bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling

efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah

perkusi

 4.      Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan

kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama

melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan

kesehatan klien.

5.      Evaluasi

a.       Perluasan infeksi tidak terjadi

b.      Anak menunjukkan pola nafas efektif

c.       Anak dapat mempertahankan integrasi kulit

d.      Anak menunjukan terpenuhi tanda tanda kebutuhan nutrisi

e.       Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan usia

6.      Penkes

a.       Imunisasi aktif

Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup

yang telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan

adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain

Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain

Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan

secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.

Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut

mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar

vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia

15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak

dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi

dari ibu.Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara

endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.

b.      Imunisasi pasif (immunoglobulin)

Imunisasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan,

serum stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta

(gama globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil

yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak

dapat dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg

BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau

sesegera mungkin.

Indikasi :

1)      Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat

imunisasi, kontak dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan

kontraindikasi

2)      Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien

campak mempunyai resiko yang tinggi untuk berkembangnya

komplikasi penyakit ini, maka harus diberikan imunoglobulin

sesegera mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu vaksin

MMR diberikan sesegera mungkin sampai usia 12 bulan, dengan

interval 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya

ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan

campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa

nadi

Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili,

famili paramyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena

panas, sinar, pH asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan

kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus campak ditularkan lewat

droplet, menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring.

Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian atas,

juga kemungkinan melalui kelenjar air mata.

Penatalaksanaan pada morbili meliputi Pemberian vitamin

A,Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian

antipiretik,Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko

tinggi,Pemberian obat batuk dan sedativum.

Komplikasi morbili meliputi otitis media akut, Pneumonia /

bronkopneumoni, Encefalitis, Bronkiolitis, Laringitis obstruksi

dan laringotrakkhetis

B.     Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah selalu

menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar kita, jika diri

kita dan lingkungan kita bersih maka secara otomatis

mikroorganisme penyebab penyakit akan sukar menyerang. Terlebih

sebagai seorang perawat, harus mengetahui dengan baik perawatan

diri ( personal hygiene ) dan lingkungan, harus mengetahui dengan

jelas seperti apakah penyakit morbili tersebut dan bagaimana

penanganannya dalam dunia keperawatan serta pencegahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.

Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba

Medika : Jakarta.