askep hemofilia - xdocs.net
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of askep hemofilia - xdocs.net
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemofilia merupakan kelainan pembekuan darah yang diturunkan secara X-linked recessive.
Dikenal 2 macam hemofilia yaitu hemofilia A karena defisiensi F VIII dan hemofilia B dengan
defisiensi faktor IX. Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat perdarahan, gambaran klinik dan
pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan hemostasis penyaring dijumpai APTT memanjang
sedang semua tes lain memberi hasil normal. Untuk membedakan hemofilia A dengan hemofilia B
dapat dikerjakan pemerikasaan TGT atau diferensial APTT, tetapi dengan tes ini tidak dapat
ditentukan aktivitas F VIII atau IX. Untuk mengetahui aktivitas masing – masing faktor perlu
dilakukan assay F VIII dan F IX. Hemofilia A juga perlu dibedakan dari penyakit von Willebrand karena
penyakit ini dapat dijumpai aktivitas F VIII yang rendah. Untuk membedakannya dilakukan
pemeriksaan masa perdarahan dan pemeriksaan terhadap faktor von Willebrand.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari hemofilia?
2. Bagaimana konsep dari penyakit hemofilia?
3. Bagaimana kosep asuhan keperawatan pada klien hemofilia?
1.3 Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian hemofilia
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep dari penyakit hemofilia
3. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien hemofilia
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, penyusun menyusun sistematika penulisan menjadi tiga bab
yang terdiri dari bab I pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan masala,
sistematika penulisan. Bab II tinjauan kasus yang berisi tentang pengertian dari hemofilia,
penyebab/etiologi dari hemofilia, patofisiologis dari hemofila, manifestasi klinis dari hemofilia,
pemeriksaan penunjang dari hemofilia, penatalaksanaan medis dari hemofilia, dan asuhan
keperawataan dari hemofilia. Dan bab III berisi tentang kesimpulan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima y a n g
b e r a r t i d a r a h d a n philia yang berarti cinta atau kasih sayang.Hemofilia adalah suatu penyakit
yang diturunkan, yang artinya diturunkandari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut
dilahirkan.
Hemofilia adalah suatu penyakit keturunan yang mengakibatkan darah seseorang sukar
membeku di waktu terjadinya luka. Biasanya darah orang normal bila keluar dari luka akan
membeku dalam waktu 5-7 menit. Akan tetapi pada orang hemofilia, darah akan membeku
antara 50 menit sampai
2 jam, sehingga menyebabkan orang meninggal dunia karena kehilangan banyak
darah. (Suryo,1986.211).
Hemofilia adalah kelainan koagulasi darah bawaan yang paling sering dan serius
yang berhubungan dengan defisiensi faktor VIII, IX, atau XI. Biasanya hanya terdapat pada anak
laki-laki, terpaut kromosom X dan bersifat resesif.(Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
Hemofilia adalah diathesis hemoragis (kecendrungan untuk mengalami pembekuan darah
yang abnormal) yang bersifat herediter akibat
defisiensifaktor VIII koagulasi dan ditandai dengan perdarahan intramuscular dan subkutis
spontan / traumatik, perdarahan dari mulut, gusi, bibir, dan lidah,hematuria dan
hemartrosis. (Dorland, 1994)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hemofilia adalah
kelainan koagulasi darah (kondisi darah seseorang sulit membeku saatterjadinya luka) bawaan/k
eturunan (biasanya terjadi pada anak laki-laki,karena terpaut kromosom X dan bersifat
resesif) yang berhubungan dengandefisiensi faktor VIII, IX, atau XI.
2.2 Etiologi
1. Faktor Genetik
Hemofilia atau penyakit gangguan pembekuan darah memang menurun darigenerasi ke
generasi lewat wanita pembawa sifat (carier) dalam keluarganya,yang bisa secara langsung
maupun tidak. Seperti kita ketahui, di dalam setiapsel tubuh manusia terdapat 23 pasang
kromosom dengan bebagai macam fungsidan tugasnya. Kromosom ini menentukan sifat
3
atau ciri organisme,
misalnyatinggi, penampilan, warna rambut, mata dan sebagainya. Sementara, sekelamin
adalah sepasang kromosom di dalam inti sel yang menentukan jenis kelamin makhluk
tersebut. Seorang pria mempunyai satu kromosom X dan satu kromosom Y, sedangkan
wanita mempunyai dua kromosom X. Pada kasus hemofilia, kecacatan terdapat pada
kromosom X akibat tidak adanya
proteinfaktor VIII dan IX (dari keseluruhan 13 faktor), yang diperlukan bagi komponen dasar
pembekuan darah (fibrin). (Price & Wilson, 2003.)
2. Faktor Epigenik
Hemofilia A disebabkan kekurangan faktor VIII dan hemofilia B disebabkan kekurangan
faktor IX. Kerusakan dari faktor VIII dimana tingkat sirkulasi yang fungsional dari faktor VIII
ini tereduksi. Aktifasi reduksi dapat
menurunkan jumlah protein faktor VIII, yang menimbulkan abnormalitas dari protein.
Faktor VIII menjadi kofaktor yang efektif untuk faktor IX yang aktif, faktor VIII aktif, faktor IX
aktif, fosfolipid dan juga kalsium bekerja sama untuk membentuk fungsional aktifasi faktor X
yang kompleks (”Xase”), sehinggahilangnya atau kekurangan kedua faktor ini dapat
mengakibatkan kehilangan atau berkurangnya aktifitas faktor X yang aktif dimana berfungsi
mengaktifkan protrombin menjadi trombin, sehingga jika trombin mengalami penurunan pe
mbekuan yang dibentuk mudah pecah dan tidak bertahan
mengakibatkan pendarahan yang berlebihan dan sulit dalam penyembuhan luka(Price &Wils
on, 2003)
2.3 Patofisiologi
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah kongenital karena anak kekurangan
factor pembekuan VII (hemofiliaA) atau faktor IX (hemofilia B atau penyakit Christmas).
Keadaan ini adalah penyakit kongenital yang diturunkan oleh gen resesif X-linked dari pihak
ibu. Faktor VIII dan faktor IX adalah protein plasma yang merupakan komponenen yang
diperlukan untuk pembekuan darah, faktor-faktor tersebut diperlukan untuk pembentukan
bekuan fibrin pada tempat pembuluh cedera. Hemofilia berat terjadi bila kosentrasi factor
VIII dan IX plasma kurang dari 1%. Hemofilia sedang terjadi bila kosentrasi plasma antara 1%
dan 5%, dan hemofilia ringan terjadi bila kosentrasi plasma antara 5% dan 25% dari kadar
normal. Manifestasi klinisnya bergantung pada umur anak dan hebatnya defisiensi factor VIII
4
dan IX. Hemofilia berat ditandai perdarahan kambuhan, timbul spontan atau setelah trauma
yang relative ringan. Tempat perdarahan paling umum adalah di dalam persensian lutut,
siku, pergelangan kaki, bahu, dan pangkal paha. Otot yang paling sering terkena adalah
fleksor lengan bawah, gastroknemius, dan iliopsoas. Karena kemajuan dalam bidang
pengobatan, hamper semua pasien hemofilia diperkirakan dapat hidup normal (Betz &
Sowden, 2002).
Kecacatan dasar dari hemofilia A adalah defisiensi factor VIII antihemophlic factor
(AHF). AHF diproduksi oleh hati dan merupakan factor utama dalam pembentukan
tromboplastin pada pembekuan darah tahap I. AHF yang ditemukan dalam darah lebih
sedikit, yang dapat memperberat penyakit. Trombosit yang melekat pada kolagen yang
terbuka dari pembuluh yang cedera, mengkerut dan melepaskan ADP serta faktor 3
trombosit, yang sangat penting untuk mengawali system pembekuan, sehingga untaian
fibrin memendek dan mendekatkan pinggir-pinggir pembuluh darah yang cedera dan
menutup daerah tersebut. Setelah pembekuan terjadi diikuti dengan sisitem fibrinolitik yang
mengandung antitrombin yang merupakan protein yang mengaktifkan fibrin dan memantau
mempertahankan darah dalam keadaan cair.
Penderita hemofilia memiliki dua dari tiga faktor yang dibutuhkan untuk proses pembekuan
darah yaitu pengaruh vaskuler dan trombosit (platelet) yang dapat memperpanjang periode
perdarahan, tetapi tidak pada tingat yang lebih cepat. Defisiensi faktor VIII dan IX dapat
menyebabkan perdarahan yang lama karena stabilisasi fibrin yang tidak memadai. Masa
perdarahan yang memanjang, dengan adanya defisiensi faktor VIII, merupakan petunjuk
terhadap penyakit von willebrand. Perdarahan pada jaringan dapat terjadi dimana saja,
tetapi perdahan pada sendi dan otot merupakan tipe yang paling sering terjadi pada
perdarahan internal. Perubahan tulang dan kelumpuhan dapat terjadi setelah perdarahan
yang berulang-ulang dalam beberapa tahun. Perdarahan pada leher, mulut atau dada
merupakan hal yang serius, sejak airway mengalami obstruksi. Perdarahan intracranial
merupakan salah satu penyebab terbesar dari kematian . Perdarahan pada gastrointestinal
dapat menunjukkan anemia dan perdarahan pada kavum retroperitoneal sangat berbahaya
karena merupakan ruang yang luas untuk berkumpulnya darah. Hematoma pada batang
otak dapat menyebabkan paralysis (Wong, 2001). Ganguan pembekuan darah itu dapat
terjadi; Gangguan itu dapat terjadi karena jumlah pembeku darah jenis tertentu kurang dari
jumlah normal, bahkan hampir tidak ada.
5
Setiap sel di dalam tubuh memiliki struktur – struktur yang di sebut kromosom
(chromosomes). Didalam ilmu kimia, sebuah rantai kromosom yang panjang disebut DNA.
DNA ini disusun kedalam ratusan unit yang di sebut gen yang dapat menentukan beberapa
hal, seperti warna mata seseorang.
Setiap sel terdiri dari 46 kromosom yang disusun dalam 23 pasang. Salah satu pasangnya
dikenal sebagai kromosom seks, atau kromosom yang menentukan jenis kelamin manusia.
Wanita memiliki dua kromosom X dalam satu pasang, dan pria memiliki satu kromosom X,
dan satu kromosom Y dalam satu pasang.
2.4 Manifestasi Klinis
Karena faktor VIII tidak melewati plasenta, kecendrungan perdarahan dapat
terjadi dalam periode neonatal. Kelainan diketahui bila pasien mengalami perdarahan setela
h mendapat tindakan sirkumsisi. Setelah pasien memasuki usia anak-anak aktif, sering
terjadi memar atau hematoma yang hebat sekalipun trauma yang mendahuluinya ringan.
Laserasi kecil, seperti luka di lidah atau bibir, dapat berdarah sampai berjam-jam atau
berhari-hari. Gejala khasnya adalah perdarahan sendi (hemartrosis) yang nyeri dan
menimbulkan keterbatasan gerak, dapat timbul spontan maupun akibat trauma ringan,
manifestasi yang sering terjadi adalah:
Hematom pada jaringan lunak
Hemartosis dan kontraktur sendi
Hematuria
Perdarahan serebral
Terjadinya perdarahan dapat menyebabkan takikardi, takipnea, dan hipotensi
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Uji trombosit (150.000-400.000)
2. uji pembendungan
3. masa perdarahan
4. PT (prothrombin time - masa protrombin plasma)
Uji masa protrombin (prothrombin time, PT) untuk menilai kemampuan faktor
koagulasi jalur ekstrinsik dan jalur bersama, yaitu : faktor I (fibrinogen), faktor II
(prothrombin), faktor V (proakselerin), faktor VII (prokonvertin), dan faktor X (faktor
Stuart). Perubahan faktor V dan VII akan memperpanjang PT selama 2 detik atau
6
10% dari nilai normal. Pada penyakit hati PT memanjang karena sel hati tidak dapat
mensintesis protrombin.
PT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi ekstrinsik dan bersama jika
kadarnya <30%
5. APTT (activated partial thromboplastin time – masa tromboplastin parsial
teraktivasi)
Tromboplastin parsial adalah fosfolipid yang berfungsi sebagai penggantiplatelet
factor 3 (PF3), dapat berasal dari manusia, tumbuhan dan hewan, dengan aktivator
seperti kaolin, ellagic acid, micronized silica atau celite. Reagen komersil yang dipakai
misalnya CK Prest 2 yang berasal dari jaringan otak kelinci dengan kaolin sebagai
aktivator. Reagen Patrhrombin SL menggunakan fosfolipid dari tumbuhan dengan
aktivator micronized silica.
Masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial thromboplastin time, APTT)
adalah uji laboratorium untuk menilai aktifitas faktor koagulasi jalur intrinsik dan
jalur bersama, yaitu faktor XII (faktor Hagemen), pre-kalikrein,kininogen, faktor XI
(plasma tromboplastin antecendent, PTA), faktor IX (factor Christmas), faktor VIII
(antihemophilic factor, AHF), faktor X (faktor Stuart), faktor V (proakselerin), faktor II
(protrombin) dan faktor I(fibrinogen). Tes ini untuk monitoring terapi heparin atau
adanya circulating anticoagulant. APTT memanjang karena defisiensi faktor
koagulasi instrinsik dan bersama jika kadarnya <> 7 detik dari nilai normal, maka
hasil pemeriksaan itu dianggap abnormal.
APTT memanjang dijumpai pada :
a) Defisiensi bawaan
Jika PPT normal kemungkinan kekurangan :
Faktor VIII
Faktor IX
Faktor XI
Faktor XII
Jika faktor-faktor koagulasi tersebut normal, kemungkinan kekurangan HMW
kininogen (Fitzgerald factor)
Defisiensi vitamin K, defisiensi protrombin, hipofibrinogenemia.
b) Defisiensi didapat dan kondisi abnormal seperti :
7
Penyakit hati (sirosis hati)
Leukemia (mielositik, monositik)
Penyakit von Willebrand (hemophilia vaskular)
Malaria
Koagulopati konsumtif, seperti pada disseminated intravascular
coagulation (DIC)
Circulating anticoagulant (antiprothrombinase atau circulating
anticoagulant terhadap suatu faktor koagulasi)
Selama terapi antikoagulan oral atau heparin
c) Penetapan
Pemeriksaan APTT dapat dilakukan dengan cara manual (visual) atau dengan alat
otomatis (koagulometer), yang menggunakan metode foto-optik dan elektro-
mekanik. Teknik manual memiliki bias individu yang sangat besar sehingga tidak
dianjurkan lagi. Tetapi pada keadaan dimana kadar fibrinogen sangat rendah dan
tidak dapat dideteksi dengan alat otomatis, metode ini masih dapat digunakan.
Metode otomatis dapat memeriksa sampel dalam jumlah besar dengan cepat dan
teliti.
Prinsip dari uji APTT adalah menginkubasikan plasma sitrat yang mengandung semua
faktor koagulasi intrinsik kecuali kalsium dan trombosit dengan tromboplastin parsial
(fosfolipid) dengan bahan pengaktif (mis. kaolin, ellagic acid, mikronized
silica atau celite koloidal). Setelah ditambah kalsium maka akan terjadi bekuan fibrin.
Waktu koagulasi dicatat sebagai APTT.
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah vena dengan antikoagulan
trisodium sitrat 3.2% (0.109M) dengan perbandingan 9:1. Gunakan tabung plastik
atau gelas yang dilapisi silikon. Sampel dipusingkan selama 15 menit dengan
kecepatan 2.500 g. Plasma dipisahkan dalam tabung plastik tahan 4 jam pada suhu
20±5oC. Jika dalam terapi heparin, plasma masih stabil dalam 2 jam pada suhu
20±5oC kalau sampling dengan antikoagulan citrate dan 4 jam pada suhu 20±5oC
kalau sampling dengan tabung CTAD.
8
d) Nilai Rujukan
Nilai normal uji APTT adalah 20 – 35 detik, namun hasil ini bisa bervariasi untuk
tiap laboratorium tergantung pada peralatan dan reagen yang digunakan.
6. TT (thrombin time – masa trombin) (normalnya 10-13 detik).
2.6 Penatalaksanaan Medis
Penanganan masalah ini sangat sulit dan kadang tidak berhasil, tetapi penatalaksanaan biasa
dapat dilakuakan, meliputi:
1. Pemberian konsetrat faktor VIII dan IX
Di masa lalu, satu-satunya penanganan untuk hemofilia adalah plasma segar beku, yang
harus diberikan dalam jumlah besar, sehingga klien akan mengalami kelebihan cairan.
Konsentrat dibeikan apabila klien mengalami perdarahan aktif atau sebagai upaya
pencegahan sebelum pencabutan gigi atau pembedahan. Klien dan keluarganya harus
diajar cara memberikan konsentrat, sehingga kadar faktor tersebut tidak dapat dinaikan.
2. Asam tranexamic
Asam tranexamic adalah penghambat enzim fibrinolitik. Obat ini dapat memperlambat
kelarutan bekuan darah yang sedang terbentuk, dan dapat digunakan setelah
pembedahan mulut klien dengan hemofilia.
2.7 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Fokus pengkajian pada klien hemofilia adalah mengkaji adanya perdarahan
internal (abdominal, dada, atau nyeri pinggang, terdapat darah dalam urine, usus,
atau muntahan); hematom otot; dan perdarahan dalam rongga sendi. Derajat
perdarahan berkaitan dengan banyaknya aktivitas faktor dan beratnya cedera.
Perdarahan spontan, hematrosis (perdarahan sendi), dan perdarahan pada jaringan
bagian dalam, ditemukan pada tingkat aktivitas faktor kurang dari 1%. Namun jika
tingkat aktivitas mencapai 5% atau lebih, perdarahan umumnya berkaitan dengan
trauma atau tindakan pembedahan. Perdarahan biasanya ditemukan pertama kali
pada sirkumsisi.
9
Penyakit ini bisa sangat berat, ditandai dengan memar besar dan meluas,
serta perdarahan ke dalam otot, sendi, dan jaringan lunak meskipun hanya akibat
trauma kecil. Klien sering merasakan nyeri pada sendi sebelum tampak adanya
pembengkakan dan keterbatasan gerak. Perdarahan sendi berulang dapat
mengakibatkan kerusakan berat sampai terjadi nyeri kronis dan ankilosis (fiksasi)
sendi. Kebanyakan klien mengalami kecacatan akibat kerusakan sendi sebelum
mereka dewasa. Hematuri spontan dan perdarahan gastrointestinal dapat terjadi.
Penyakit ini sudah diketahui saat awal masa anak-anak, biasanya saat usia sekolah
sebelum tersedia konsentrat faktor VIII, kebanyakan klien meninggal akibat
komplikasi hemofilia sebelum mereka mencapai usia dewasa. Ada juga penderita
hemofilia dengan defisiensi yang ringan, mempunyai sekita 5% dan 25% kadar faktor
VIII dan IX normal.
Pengkajian tanda vital dan pengukuran tekanan hemodinamika untuk
melihat adanya tanda hipovolemia. Pengkajian ekstrimitas dan tubuh diperiksa
dengan teliti kalau ada tanda hemato. Semua sendi dikaji akan adanya
pembengkakan, keterbatasan gerak, dan nyeri. Klien ditanya mengenai adanya
keterbatasan aktivitas dan gerakan yang dialami sebelumnya dan setiap alat bantu
yang digunakann seperti bidai, tongkat, atau kruk.
Pengkajian psikososial yang pada klien dan keluraga bagaimana mereka
dankeluarganya menghadapi kondisi upaya yang biasanya digunakan untuk
mencegah episode perdarahan, serta setiap keterbatasan yang diakibatkan oleh
kondisi ini terhadap gaya hidup dan aktivitas sehari-hari.
Pengkajian tingkat pengetahuan klien dan keluarga tenteang kondisi sakit
dan penatalaksanaan. Data tersebut sangat penting untuk menentukan sajauh mana
klien mampu menerima kondisinya serta penyuluhan apa yang perlu diberikan
kepada klien dan keluarganya mengenai upaya pencegahan terhadap trauma.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan untuk klien ini mencakup yang
berikut:
a. Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan sendi dan kekakuan ekstremitas
akibat adanya hematom.
b. Aktual/ risiko tinggi trauma yang berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik,
kelainan proses pembekuan darah, ketidaktahuan manajemen penurunan risiko
trauma.
10
c. Koping individu atau keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis
penyakit, gambaran diri yang salah, perubahan peran.
d. Kecemasan individu dan keluarga yang berhubungan dengan prognosis sakit
3. Intervensi Keperwatan
Tujuan dari intervensi keperawatan pada klien ini adalah terdapat penururnan
respons nyeri dada, tidak terdapat trauma, keluarga mampu menciptakan koping
yang positif, dan kecemasan klien berkurang.
Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan sendi dan kekakuan ekstremitas akibat
adanya hemato.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam terdapat penurunan respons nyeri dada
Kriteria: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri, secara objektif
didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi
penurunan perfusi periferi.
INTERVENSI RASIONAL
Catat karakteristik nyeri, lokasi,
intensitas, serta lama dan
penyebarannya.
Variasi penampilan dan perilaku klien
karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian
Lakukan manajemen nyeri keperawatan;
1. Atur posisi fisiologis
Posisi fisiologis akan meningkatkan
asupan O2 ke jaringan yang mengalami
nyeri sekunder dari iskemia.
2. Istirahatkan klien Istarahat akan menurunkan kebutuhan
O2 jaringan perifer, sehingga akann
kebutuhan demand oksigen jaringan
3. Manajemen lingkungan:
lingkungan tenang dan batasi
pengunjung.
Lingkungan tenang akan menurunkan
stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi O2 ruangan yang
akan berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada di ruangan
4. Jarakan teknik relaksasi
pernafasan dalam.
Meningkatkan suplai O2 sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
jaringan
5. Ajarkan teknik distraksi pada Distraksi (pengalihan perhatian) dapat