OB kelompok 8

36
MAKALAH ORAL BIOLOGY 4 GENETIK DAN PENYAKIT PERIODONTAL KELOMPOK 8 Anggota Kelompok: 1. Diedi Melinda (04031181320015) 2. Meilina (04031181320016) 3. Hasmila Devi (04031181320040) 4. Nor Laily Ramadhani (04031281320001) DOSEN PEMBIMBING : drg. Shanty Chairani, M.si

Transcript of OB kelompok 8

MAKALAH ORAL BIOLOGY 4

GENETIK DAN PENYAKIT PERIODONTAL

KELOMPOK 8

Anggota Kelompok:

1. Diedi Melinda

(04031181320015)

2. Meilina (04031181320016)

3. Hasmila Devi

(04031181320040)

4. Nor Laily Ramadhani

(04031281320001)

DOSEN PEMBIMBING : drg. Shanty Chairani,

M.si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

GENETIK DAN PENYAKIT PERIODONTAL

Penyakit periodontal adalah kelompok heterogenus dari patologi

yang pada umumnya menunjukkan tanda klinis dan gejala, terutama

inflamasi dan kehancuran pada periodontium. Meskipun dipercaya bahwa

bakteri dapat mengembangkan penyakit periodontitis namun dalam banyak

kasus, mikroorganisme tertentu tidak cukup memadai untuk menyebabkan

penyakit tersebut. Sementara mikroba dan faktor lingkungan lainnya

menginisiasi dan memodulasi penyakit periodontal, individu diketahui

memiliki respon yang berbeda terhadap serangan dari lingkungan dan

respon yang berbeda ini dipengaruhi oleh profil genetik dari individu

tersebut. Gen secara jelas berperan dalam predisposisi dan

perkembangan dari penyakit periodontal. 1

Gambar 1. Faktor lingkungan (merokok, makanan), faktor genetik

(contoh. Polymorphism) dan interaksi biologis (gen-gen dan lingkungan

gen) menghasilkan fenotif yang dihasilkan

Genetika memiliki peran yang sangat penting dalam menyebabkan penyakit

periodontal.Faktor genetik pada penyakit periodontal, yakni:

1. Adanya gangguan genetik pada fungsi netrofil. Ada beberapa gangguan

genetik seperti defisiensi adhesif leukosit tipe 1, sindroma Chediak-

Higashi, dan Sindroma Papilon-Lefevre yang mengakibatkan gangguan sel

netrofil.

2. Antibodi Ig2 merupakan antibodi isotip yang sangat dominan pada

periodontitis tahap awal pada anak–anak maupun pada orang dewasa.

Antibodi ini ditentukan secara genetik oleh lokus G2M23.

3. Adanya polimorfisme (variasi tinggi) pada gen pengkode reseptor

Fcyll yang sangat berhubungan dengan fungsi fagositosis sel netrofil.

4. Adanya polimorfisme gen IL-1. Penggabungan dua polimorfisme gen

tersebut akan meningkatkan kerentanan penyakit periodontal.

5. Adanya gen pengkode enzim prostaglandinendoperoksid sintase yang terletak

pada kromosom 9q32-33. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara

penderita periodontitis satu famili yang teridentifikasi pada kromosom

ini.

Sebagian besar kasus periodontitis terlihat sesuai dengan gen yang

kompleks dan lingkungan.Dengan pengecualian beberapa sindrom sangat

jarang disebabkan oleh mutasi gen tunggal, bukti menunjukkan bahwa

variasi pewarisan dalam DNA memiliki peran yang kurang lebih sama

dengan yang ada pada lingkungan dalam menentukan siapa yang tetap

sehat secara periodontal dibandingkan yang terkena penyakit ini.

1. Latar Belakang Genetik

Mutasi

Berbagai kelainan genetik menunjukkan penyakit periodontal

sebagai ciri klinis yang penting. Kondisi monogenik dan kromosom ini

membuktikan bahwa mutasi genetik bisa mengakibatkan peningkatan

kerentanan terhadap penyakit periodontal, melalui perubahan dari

pertahanan respon host. Meskipun kondisi ini relatif jarang terjadi,

faktor genetik telah memberikan beberapa pemahaman penting dalam

berbagai kerentanan host terhadap infeksi periodontal.1

Mutasi spesifik telah diidentifikasi sebagai pendefinisian

dasar genetik dari berbagai kondisi sindrom, contohnya Gen cathepsin-C

dalam sindrom Papillon-Lefevre dan Gen Lisosoma trafficking regulator dalam

sindrom Chediak Higashi. Hubungan dari periodontitis parah dengan

kondisi sindrom menunjukkan transmisi genetik sederhana (mendelian)

menunjukkan bahwa mutasi genetik dari gen tunggal dapat sangat

meningkatkan kerentanan periodontitis pada pasien. Namun, penyakit

genetik ini jarang terjadi dan tidak mencirikan bentuk yang paling

umum dari periodontitis.

Sementara, gen berpengaruh besar terhadap munculnya penyebab

dari periodontitis agresif dan beberapa bentuk sindrom dari

periodontitis, ada juga bukti kontribusi yang lebih kecil dengan gen

yang dapat mengubah ekspresi penyakit periodontal. Faktor penting

lain, seperti lingkungan (terutama merokok) dan agen mikroba (faktor

virulensi), juga memodifikasi resiko penyakit dan ekspresi.2

Polymorphism

Polymorphism muncul sebagai hasil dari mutasi. Polimorfisme

terjadi ketika dua atau lebih fenotipe yang berbeda ada dalam

individu yang berbeda dari populasi yang sama. Dalam konteks

genetika, mengacu pada daerah genom yang bervariasi antara

individu anggota populasi dalam proporsi yang paling langka dari

mereka tidak dapat dipertahankan hanya dengan mutasi berulang.

Polimorfisme dapat secara aktif dipelihara dalam populasi oleh

seleksi alam dan juga dengan pergeseran acak. Jenis paling

sederhana untuk hasil polimorphism dari mutasi single base yang

menggantikan satu nukleotida untuk yang lain dan baru-baru ini

disebut sebagai singlenucleotide polymorphism (SNP). Jenis lain

polimorpism adalah restriction fragment length polymorphism (RFLP) dan simple

tandem repeat (STRs), yang terdiri dari alel relevan atau nucleotide

repetition.

Genetik polymorphism sangat berguna dalam penelitian genetika

dalam populasi. Frekuensi genotipedan alel mungkin berbeda antara

kelompok yang sakit dankelompok yang sehat. Selanjutnya, ketika

alel yang diberikandiidentifikasi hubungannya dengan penyakit,

penelitian fungsionaldapat dilakukan untuk menyelidiki

kemungkinanperanan gen dalam etiologi dan patogenesis dari

penyakit.2

Gambar 2. Genotif polymorphism pada penyakit periodontal3

Hubungan Genetik pada penyakit periodontal dan ras

Tidak semua orang rentan terhadap penyakit periodontal, misalnya

laki-laki lebih rentan daripada wanita. Orang pada ras dan etnis yang

berbeda juga berbeda dalam hal kesehatan mulut mereka. Penelitian yang

ditunjukkan dalam journal of periodontologymengatakan bahwa 25% dari non-

hispanic kulit putih berusia 30-54 tahun di united states mengalami

periodontitis, 35% dari meksiko amerika dan 42% dari afrika amerika

dalam kelompok usia yang sama mengalami penyakit periodontitis.

Cenderung sebagai kelompok usia, 47% dari orang kulit putih berusia

55-90 tahun mengalami periodontits dibandingkan dengan 59 % dari

meksiko amerika dan 70% dari orang kulit hitam.

Alasan untuk perbedaan yang signifikan diantara kelompok ras

adalah seperti kurangnya perawatan gigi dan respon inflamasi yang

berbeda. Misalnya, 53% Hispanik melakukan kunjungan tahunan ke dokter

gigi dibandingkan dengan 68% dari nonHispanik.Selain memiliki tingkat

rentan yang lebih tinggi pada penyakit periodontal, MeksikoAmerika dan

orang kulit hitam memiliki tingkat diabetes yang tinggi. Penderita

diabetes memiliki risiko lebih tinggi mengembangkan penyakit

periodontal.

Menurut sebuah studi dalam Journal of Periodontology.Interleukin-1 (IL-

1) genotipe menempatkan lebih dari 30% orang keturunan Eropa mengalami

peningkatan risiko untuk Penyakit periodontal sedangkan hampir tidak

ada pada populasi Cina.Penelitian diuji 300 orang dari keturunan Cina,

dan hanya sekitar 2 persen membawa IL-1 genotipe. Penyakit periodontal

adalah multifaktorial penyakit, dan masih belum jelas apakah karena

kesehatan mulut, genetika atau faktor risiko lain yang paling penting

dalam menjelaskan mengapa penyakit periodontal menyebar luas pada

populasi cina. Sebuah studi terpisah menegaskan bahwa orang dari

Northern asal Eropa memiliki IL-1 genotipe yang lima kali lebih

memungkinkan untuk mengembangkan penyakit periodontal.

2. Periodontitis Agresif dan Periodontitis Kronis

Periodontitis Agresif

Periodontitis agresif ditandai dengan hilangnya perlekatan dengan

cepat dan kehilangan tulang, bahkan secara klinis pasien dinyatakan

sehat dengan jumlah deposit mikroba yang tidak konsisten dengan

tingkat keparahan penyakit dan agregasi familial individu yang sakit.

Periodontitis agresif berbeda dari bentuk kronik terutama oleh

(1) pesatnya laju perkembangan penyakit terlihat pada individu yang

sehat

(2) tidak adanya akumulasi plak dan kalkulus yang besar

(3) riwayat keluarga penyakit agresif sugestif dari sifat genetik.

Periodontitis Aggressivedapat diklasifikasikan menjadi dua jenis

yaitu:

1. Localized aggressive periodontitis

Timbulnya Circumpubertal

Kuatnya respon serum antibodi untuk menginfeksi agen

Biasanya terjadi pada gigi molar / insisivus petama yang

diikuti dengan hilangnya perlekatan di interproksimal minimal

yang biasanya terjadi pada dua gigi permanen. Jumlah deposit

mikroba tidak tetap dengan tingkat keparahan kerusakan jaringan

periodontal yang berbeda

2. Generalized aggressive periodontitis

Biasanya mempengaruhi orang berusia di bawah 30 tahun, tetapi

pasien lebih tua

Respon antibodi serum sedikit dalam menginfeksi agen

Kerusakan perlekatan dan tulang alveolar yang lebih besar

Kehilangan perlekatan yang mempengaruhi setidaknya tiga gigi

permanen selain molar pertama dan gigi insisivus 5

Gambar 3. Periodontitis

agresif Generalized

pada pasien 30 tahun

Gambar 4. Penampilan

klinis localized

Faktor Genetik Periodontitis Agresif

Beberapa tipe periodontitis agresif tampaknya diwariskan

berdasarkan hukum Mendel, keduanya mode autosomal dan transmisi X-

linked telah diusulkan. Analisis segregasi genetik telah dilakukan

dengan menggunakan silsilah keluarga dan penyebaran anggota keluarga

dengan periodontitis agresif. Sebagian besar bukti kecenderungan

genetik untuk periodontitis agresif berasal dari segregasi analisis

keluarga dengan individu yang terkena dalam dua atau lebih generasi,

dan hasil dalam pengaturan yang berbeda dari keluarga sesuai dengan

autosomal dominan dan autosomal resesif, serta pewarisan X-linked

dominan, tetapi tidak ada tipe pewarisan tunggal yang akan mencakup

semua keluarga yang telah ditetapkan.

Periodontitis Kronis

Umumnya istilah "periodontitis kronis" menggantikan istilah

"periodontitis dewasa". Periodontitis kronis didefinisikan sebagai

penyakit infeksi yang disebabkan peradangan dalam jaringan pendukung

gigi, perlekatan progresif, dan kerusakan tulang. Hal ini ditandai

dengan pembentukan poket dan resesi gingiva.

Karakteristik utama dari periodontitis kronis adalah :

Umumnya terjadi pada orang dewasa, tapi bisa terjadi pada anak-

anak. Prevalensi Most common in adults, but can occur in

children. The prevalence dan keparahan pada penyakit meningkat

sesuai dengan usia.

Laju perkembangan lambat hingga sedang

Jumlah deposit mikroba sesuai dengan tingkat keparahan kerusakan

jaringan periodontal

Ditemukan kalkulus subgingiva

Jumlah kerusakan ini sesuai dengan adanya faktor lokal (misalnya,

hubungan gigi atau iatrogenik).

Dapat dimodifikasi berhubungan dengan penyakit sistemik

(misalnya, diabetes mellitus). Dan dapat dimodifikasi oleh

faktor-faktor lain selain penyakit sistemik (misalnya, merokok,

stres emosional).

Tidak ditandai agregasi familial.5

Faktor Genetik Periodontitis Kronis

Gen juga telah terlibat memainkan peran dalam periodontitis

kronis, tetapi berbeda dengan periodontitis agresif,

periodontitis kronis biasanya tidak mengikuti pola penyebaran

keluarga atau distibusi sederhana. Studi kembar mungkin menjadi

metode yang paling populer dalam mendukung aspek genetik

periodontitis kronis.

Kembar monozygous, berbeda dengan kembar dizygous, berasal

dari ovum tunggal dan oleh karena itu berbagi gen yang sama

persis. Kejanggalan dalam penyakit kembar monozygous disebabkan

oleh faktor-faktor penentu lingkungan seperti yang terlihat pada

anak kembar yang dibesarkan secara terpisah. Dalam kembar

dizygous,perbedaan bisamenjadi hasil dari perbedaan genetik dan

lingkungan (Yoshie et al.2007). Studi kembar memberikan poin

menarik pada pengaruh genetikpenyakit sampai sejauh mana ini

dipengaruhi oleh lingkungan.

Polimorfisme genetik sejauh ini ditemukan terkait dengan

periodontitis kronis (dewasa) tercantum pada Tabel 3.

Interleukin-1, 2, 4, 6, 10, reseptor FCG, TNF, dan reseptor

vitamin D merupakan gen yang terlibat dalam kerentanan

periodontitis kronis.

Tabel 1. Jumlah laporan yang mempengaruhi hubungan gen pada

periodontitis agresif dan kronis

Simbol gen PeriodontitisAgresif

PeriodontitisKronis

Weak Moderate

Strong

Weak Moderate

Sitokin          IL10, IL1A, IL4, IL6R, TNF √     √  

IL1A.1B         √IL1B, IL1RN, IL6   √      HLA-Gen          HLA-A, HLA-B,HLA-DQ, √     √  HLA-DR, HLA-DRB1,HLA-DRB 3/4/5GLT6D1     √    Reseptor          ESR1, FCGR2A, FCGR2B,

√     √  FCGR3A, FCGR3B, MMP1,MMP9, MPO, TLR4FPR1   √      Vitamin D reseptor          VDR √     √  

Keterangan

√ : Paling dominan terdapat pada

Tabel 2. Hubungan Sitokin, reseptor inflamasi, HLA genetic dan Vitamin D

reseptor dengan penyakit periodontal

Interleukin-1

(IL-1)

Berperan dalam kerusakan tulang dan

stomatitis inflamasi Interleukin-2

(IL-2)

polimorphism di gen IL-2 berhubungan

dengan keparahan dan berperan aktif

dalam patogenesis penyakit periodontal.Tumor necrosis Genetik polymorphism dalam gen TNF-α

factor-α (TNF-α) menginduksi sekresi dari kolagenase

oleh fibroblas, stimulasi resorpsi dari

kartilago dan tulang, dan terlibat

dalam kerusakan jaringan periodontal

pada periodontitisInterleukin-10

(IL-10)

Gangguan fungsional dalam IL-10

disebabkan oleh genetik polimorphism

yang merusak jaringan host dan dapat

dikaitkan dengan kerentanan penyakit

periodontal.HLA (Human

Leucocyte Antigen)-

Genetic

Memainkan tujuan penting dalam respon

imun dan terlibat dalam pengenalan

antigen pada patogen periodontalFcγReceptor

polymorphisms

Meningkatkan produksi IL-1 oleh

aktivasi makrofag dan menghambat

proliferasi sel yang dibutuhkan untuk

proses inflamasiVitamin D

receptor (VDR)

polymorphisms

Metabolisme tulang dan polymorphism

dalam reseptor vitamin D berhubungan

dengan tingkat osteocalcin dan densitas

mineral tulang.

3. Sindrom yang Berhubungan dengan Penyakit Periodontal

Kesamaan kondisi pada tiap individu adalah bahwa mereka mengalami

pewarisan sifat dengan landasan sifat Mendel sederhana dan biasanya

disebabkan oleh perubahan genetik lokus gen tunggal. Kondisi ini

berarti bahwa mutasi genetik pada lokus tunggal dapat menyampaikan

kerentanan terhadap periodontitis. Selain itu, kondisi ini

menggambarkan bahwa kerentanan genetik ini dapat memisahkan dengan

pola transmisi yang berbeda.

Tabel dibawah menunjukkan daftar serangkaian sindrom genetik

yangdiketahui terkait baik dengan kehilangan gigi prematur akibat

periodontitis maupun fenotipe menyerupai periodontitis agresif.

Fenotipe klinis dari beberapa sindrom pada tabel ini menunjukkan bahwa

hubungan antara periodontitis dan mutasi genetik menyebabkan

kekurangan sistem kekebalan tubuh atau infeksi meningkat, atau

peradangan.

Fakta bahwa perubahan protein berfungsi dalam jalur struktural

dan kekebalan tubuh yang berbeda menunjukkan bahwa modulasi genetik

dari berbagai gen dapat mempengaruhi berbagai jalur fisiologis dan

seluler, menyampaikan kerentanan terhadap konsekuensi patologis dalam

periodonsium pada individu dengan jumlah mikroba yang sesuai. Kondisi

ini menggambarkan bahwa kontribusi genetik terhadap kerentanan

periodontitis yang beragam dan berpotensi melibatkan banyak lokus gen

yang berbeda. Namun, berbeda dengan bentuk non syndromic

periodontitis, kondisi ini memiliki manifestasi penyakit periodontal

sebagai bagian dari koleksi manifestasi sindrom.

Pada kebanyakan kasus periodontitis agresif, pada individu

mungkin muncul manifestasi klinis periodontitis, tetapi tidak untuk

manifestasi klinis penyakit lainnya. Hal ini tidak konsisten dengan

etiologi penyakit genetik. Ekspresi gen dapat bervariasi dalam

jaringan yang berbeda, dan mutasi dari gen yang dinyatakan dapat

menyebabkan kondisi spesifik jaringan.

1. Papillon-Lefevre Syndrome

Pertama kali diperkenalkan oleh dokter asal Perancis

Papillon dan Lefevre. Papillon-Lefevre Syndrome adalah kelainan

kongenital autosomal resesif yang disebabkan oleh mutasi gen

cathepsin C yang berlokasi pada kromosom 11p14-q21. Gen cathepsin c

ini penting dalam pertumbuhan struktur dan perkembangan kulit dan

sangat penting untuk respon kekebalan. Gen ini juga berkaitan

dengan koordinator aktivasi protease serin (berasal dari sel

neutrofil) di sel imun/radang. mutasi pada gen cathepsin C dapat

menyebabkan gangguan aktivasi serin protease sel-sel imun. Sehingga

menurunkan produksi kemokin dan sitokin di sel infeksi. Kemokin dan

sitokin adalah protein signaling yang diproduksi oleh sel kekebalan

tubuh. Menurunkan produksi kemokin dan sitokin menyebabkan PMN

tidak datang di daerah infeksi. Sehingga menyebabkan penurunan

fungsi kemotaksis dan fagositosis sel radang polimorfonuklear.

Penurunan fungsi sel-sel imun tersebut menyebabkan penurunan

kemotaksis neutrofil, reduksi migrasi neutrofil, fagositosis

neutrofil yang lemah, reduksi aktivitas myeloperoksidase, dan

penurunan respon limfosit ke pathogen. (menurunnya pertahanan tubuh

host terhadap infeksi bakteri dalam poket periodontal). Inflamasi

meningkat. Sehingga terjadi kerusakan pada tulang alveolar dan

kolagen pada ligament periodontal.

Kehadiran Papillon-Lefevre sindrom dikarakteristikkan sebagai

inflamasi periodontal agresif yang menyebabkan kehilangan prematur

gigi desidui dan permanen dengan periodontal attachment loss yang meluas

dan destruksi tulang alveolar menyeluruh, parah, dan cepat yang

menyebabkan kehilangan gigi premature. Selain itu ditandai lesi

kulit hiperkeratosis.

2. Haim-Munk Syndrome

Sindrom Haim-Munk adalah sindrom dengan kelainan genetik langka

yang mirip dengan sindrom Papillon-Lefevre. Termasuk kelainan

kongenital autosomal resesif yang sama – sama disebabkan oleh mutasi

alel dalam lisosom protease gen cathepsin C → mengubah asam amino

pada peptida cathepsin c. Dimana fungsi normal asam amino di dalam tubuh

adalah sebagai sintesis protein. Apabila terjadi mutasi berhubungan

dengan terganggunya sintesi protein pada sel imun. Penurunan fungsi

sel imun yang menyebabkan peningkatan inflamasi. Sehingga menyebabkan

kerusakan jaringan dan peradangan.

.

Manifestasi klinis yang terkena sindrom Haim-Munk :

palmoplantar keratoderma

tebal, kasar, dan adanya bercak bersisik di kulit lengan dan

kaki

severe early onset periodontitis

kondisi abnormal panjang dan ramping jari tangan dan kaki

(arachnodactyly)

perubahan abnormal dari kuku (Onychogryphosis),

Terdapat juga inflamasi gingiva dan destruksi tulang

alveolar

Sindrom Haim-Munk berbeda dengan sindrom Papillon-Lefevre, dimana

manifestasi kulit pada sindrom Haim-Munk dilaporkan lebih parah

dan luas. Selain palmoplantar yang ditandai keratosis, subjek

yang terkena biasanya bersisik, eritematosa, dan bercak yang

dibatasi pada siku, lutut, lengan, tulang kering, dan dorsum

tangan. Sementara periodonsium di sindrom Haim- Munk dilaporkan

kurang parah dibandingkan sindrom Papillon-Lefevre. Haim-Munk syndrome

berkaitan dengan prepubertal periodontitis.

3. Ehlers-Danlos Syndrome (types IV and VIII, autosomal dominant)

Ehler Danlos Syndrome (EDS) adalah suatu kelainan herediter pada

jaringan ikat dan merupakan kelainan kongenital autosomal

dominan. EDS disebabkan oleh mutasi gen ADAMIS2, COL1A1, COL1A2,

COL3A1, COLA5A2, PLOD1, TNXB. Mutasi dari gen ini merubah

struktur, produksi, atau pengolahan kolagen atau protein yang

berinteraksi dengan kolagen. Kolagen pada jaringan ikat membantu

jaringan melawan deformasi. Kolagen merupakan kontributor penting

untuk kekuatan fisik kulit, sendi, otot, ligamen, pembuluh darah

dan organ visceral. Kolagen termasuk sebagai jaringan pengikat.

Jaringan pengikat berkolagen terdiri dari serat, struktur ini

selanjutnya tersusun atas fibril kolagen yang terlihat sepeti

garis melintang, fibril kolagen tersusun dalam untaian paralel

yang saling berhubungan silang dan berfungsi untuk menghasilkan

struktur dengan kekuatan yang amat tinggi tanpa kemampuan

merenggang.

Sebuah cacat dalam kolagen dapat melemahkan jaringan ikat di

kulit, tulang, pembuluh darah, dan organ, sehingga menghasilkan

gangguan yang bisa menyebabkan struktur menjadi elastis.

Pada sindrom Ehler-Danlos, penyakit periodontal dapat

dihubungkan dengan sindrom tipe IV, dan VIII. Terdiri dari

kelainan jaringan ikat yang dikarakteristikkan oleh defek

sintesis kolagen..

Tipe IV : biasa disebut dengan tipe sindrom ehler-Danlos tipe

vascular. Kerusakan berat pada tipe ini bisa

menyebabkan dinding pembuluh darah elastis yang

akhirnya bisa menyebabkan pecah. Individu ini

mewariskan defek pada bentuk autosomal dominan dan

dapat meningkatkan kerentanan terhadap periodontitis.

Ditandai dengan joint hipermobility dan resesi gingiva

Tipe VIII : bentuk paling langka dari EDS yang ditandai dengan

penyakit early- onset periodontal, General periodontitis yang muncul

saat pubertas dan dapat menyebabkan hilangnya gigi sebelum usia

30 tahun kehilangan prematur gigi permanen, kerusakan tulang

alveolar, kebanyakan pasien memiliki perawakan pendek ,

pendarahan gingiva, dan resesi gingiva

4. Down Syndrome

Down syndrome termasuk penyakit kongenital yang disebabkan

oleh kelainan kromosom dan ditandai dengan defisiensi mental dan

pertumbuhan yang terhambat. Penyakit periodontal pada orang-orang

dengan Down sindrom ditandai dengan pembentukan pocket periodontal

dalam dan berhubungan dengan akumulasi plak besar dan moderet

gingivitis. Temuan ini biasanya umum, dan cenderung lebih parah

di daerah anterior bawah. resesi moderat kadang-kadang terlihat

di daerah ini juga. Penyakit bisa berkembang cepat. Prevalensi

tinggi, terjadi peningkatan keparahan kerusakan periodontal yang

diakibatkan oleh miskin PMN kemotaksis, fagositosis, dan

intraseluler pembunuh.

Pada pasien dengan keterbelakangan mental yang terkait

dengan down syndrom, prevalensi ditemukannya oral hygiene pasien

yang rendah lebih tinggi, itu dikarenakan kemampuan mereka untuk

menjaga kebersihan mulut seperti menyikat gigi dan kontrol plak

sulit di lakukan dan akibatnya meningkatkan kerentanan mereka

terhadap periodontitis.

Orang dengan Down syndrom memiliki risiko penyakit

periodontal lebih tinggi. Bahkan ketika individu dengan Down

sindrom tidak memiliki plak dan kalkulus. Hal ini karena orang

dengan Down syndrom memiliki sistem kekebalan tubuh yang terganggu

dan tidak memiliki beberapa perlindungan alami terhadap penyakit

yang orang tanpa Down syndrom miliki. Beberapa penelitian

mengunggapkan terjadi perubahan seperti berkurangnya kemotaksis

pada neutrofil yang menyebabkan berkorelasi dengan perkembangan

periodontitis termasuk bone loss pada pasien Down sindrom.

Abnormalitas neutrofil, yang cenderung menjadikan waktu paruh

dari neutrofil pendek. Neutrophil adalah kekebalan tubuh yang

bertanggung jawab terhadap garis pertahanan pertama terhadap

infeksi, dan ketidakhadiran mereka menentukan keterlibatan

terhadap penyakit. Terjadi penurunan kemampuan fagositosis.

Aktivitas bakterisidal abnormal. Disfungsi bakterisidal merupakan

hasil dari kematoksis neutrofil yang abnormal, sehingga mengarah

ke penyakit periodontal yang progresif seperti periodontal

agresif. Demikian pula, telah dilaporkan bahwa sel T juga

menunjukan kelainan fungsional. Mekanisme untuk disfungsi

tersebut terkait dengan penurunan kemampuan untuk mengenali dan

merespon antigen tertentu.

5. Chediak-Higashi Syndrome

Karena biasanya diwariskan sebagai sifat autosomal resesif,

Chediak-Higashi Syndrome merupakan suatu penyakit yang jarang

terjadi.Chediak-Higashi Syndrome adalah penyakit yang

disebakanolehmutasi gen LYST. Gen

inimemainkanperanpentingdalamtransportasibahankedalamstrukturselu

lar yang disebutlisosom. Sedangkanlisosommerupakanorganel yang

berperanpentingsebagaipusatrecycle antar sel. Meskipun LYST

berpengaruhterhadapfungsi normal lisosom,

namuntidakdiketahuipastifungsisebenarnyadari gen ini.Dari

beberapapenelitian, didugabahwa LYST

berpengaruhdalammenentukanukuransertaregulasilisosomantar sel.

Mutasipada gen inimengganggufungsi normal dari protein

lysosomal trafficing regulator. Yang kemudianmenggangguukuran,

struktur, danfungsilisosomdanstrukturterkaitdalam sel.

Neutrofil mengandung lisosom yang besar dan abnormal yang

bisa berfusi dengan fagosom, namun kemampuannya untuk melepas

kandungannya sangat lemah. Akibatnya, pembunuhan terhadap

mikroorganisme yang dimakan pun tertunda. Pasien dengan Sindrome

Chediak-Higashi biasanya rentan terhadap infeksi berulang yang lebih

parah atau lebih lama. Karakter klinis termasuk gingivitis

keseluruhan, parah dan perluasan kehilangan tulang alveolar dan

kehilangan gigi prematur.Manifestasi rongga mulut dari penyakit

ini termasuk periodontitis yang parah dan terdapat ulser pada

rongga mulut. Pola resopsi tulang bisa lokal atau menyeluruh, dan

terkait dengan inflamasi gingiva.

6. Defisiensi Adhesi Leukosit (LAD)

Merupakan suatu penyakit yang diwariskan sebagai autosomal

resesif. Pada umunya, penyakit ini memblok interaksi sel leukosit

endotelial. Manifestasinya dapat berupa gingivitis parah yang

progresiv dengan kehilangan gigi susu dini, diikuti dengan

kehilangan dini gigi permanen, bone loss atau total. Permukaan yang

mengerosi sementum dan dentin merupakan penyebab terjadinya

attachmentloss yang cepat.

a. Tipe I

Disebabkan oleh kegagalandalammemproduksi gen CD18 (protein

yang terdapat pada manusia yang dikodekan sebagai gen ITGβ2).

CD18 dibutuhkanleukosituntukmelekatkepembuluhdarah di

tempatinfeksi.Terjadinyamutasimenyebabkan penurunan

perlekatanleukosit ke endotel varkuler di

lokasiinfeksi.Denganpenurunanini,

leukosittidakbisabermigrasiketempatinfeksi.Apabilahalituterjadiba

kteripenyebabinfeksiterusberkembangdanmelakukanperlawananterhadap

pertahanan host.Akibatnya, terjadilahpeningkataninflamasi di

daerahinfeksi .Infeksidisinibertindakserupasepertiyang

diamatipadapasien

neutropenia,terjadiinfeksikarenafagosittidakdapatmencapaitempatin

feksi.

b. Tipe II

Disebabkan oleh mutasi gen SLC35C1 sehingga tidak terjadi

pengkodean Guanosine 5’ Diphospate (GDP)-fucose transporter-1 di

badan golgi sel, mengakibatkan :

Penurunan Ligan L-Selektin, dimana Ligan L-Selektin berfungsi

mendukung pelepasan stem cell dari sumsum tulang menuju aliran

darah yang selanjutnya akan berperan besar dalam regenerasi

sel tubuh.

Penurunan ekspresi antigen sLe, apabila terjadi penurunan

tersebut, akan mengakibatkan penurunan regulasi sistem imun

sehingga menyebabkan terjadinya early tooth loss.

7. Neutropenia Cyclic

Merupakan kondisi langka yang ditandai dengan penipisan

siklus angka leukosit polimorfonuklear, biasanya terjadi dalam

siklus 3 minggu atau antara 2 dan 5 minggu. Neutopenia cyclic

disebabkanolehmutasi gen ELANE. Berupa protein yang disebut

elastase

neutrofil.Ketikatubuhmulaimelakukanresponimununtukmelawaninfeksi,

neutrofilmelepaskan elastase neutrofil. Protein inimemilikiperan

penting dalam proses inflamasi dan melawan infeksi bakteri karena

memiliki fungsi degenerasi. Mutasi gen ELANE menyebabkan protein

elastase terakumulasi pada neutrophil dan menyebabkan kerusakan

serta kematian pada neutrofil. Kematian netrofil ini menyebabkan

pemendekkan umur neutrofil dan terjadilah neutropenia.

Masa neutropenia biasanya pendek, tetapi jumlah leukosit

polimorfonuklear pasien tidak pernah kembali ke tingkat normal,

dan jumlah sel darah diferensial leukosit PMN untuk setidaknya

40% kurang dari tingkat normal (Kinane 1999).

Manifestasi periodontal dapat berupa gingiva meradang,

ulserasi gingiva, perlekatan periodontal, dan kehilangan tulang

(Kinane 1999;. Rezaeietal2004). Meskipun perawatan terbaik telah

diberikan, kehilangan gigi masih tak dapat dihindari karena

berkembangnya penyakit periodontal(Deas etal. 2003).

8. Neutropenia familial

Pada umumnya neutropenia familial diwariskan sebagai sifat

dominan autosomal, dan pada pasien ini, neutrofil tidak dirilis

baik dari sumsum. Sebuah monositosis sedikit terjadi, mungkin

sebagai kompensasi neutropenia moderat. Manifestasi periodontal

meliputi pembengkakan serta kemerahan pada gingiva, yang sering

hiperplastik dan disertai dengan hilangnya tulang periodontal.

9. Marfan

Sindrom Marfan, adalah gangguan dominan autosomal yang

mempengaruhi jaringan ikat. Terjadi akibat mutasi gen FBN1. gen

FBN1 menyediakan instruksi untuk membuat protein yang disebut-

fibrilin 1. Fibrilin adalah suatu glikoprotein yang merupakan

bagian integral dari jaringan ikat pada tubuh (misalnya ligamen,

pembuluh darah dan lensa mata). Fungsi normal fibrilin-1 adalah

menghasilkan mikrofibril. Mikrofibril adalah filamen benang yang

merupakan bagian dari serat elastic yang memberikan kekuatan dan

fleksibilitas untuk jaringan ikat. Selain itu, mikrofibril

memegang peranan penting untuk mengontrol faktor pertumbuhan

(TGF-β) untuk inaktif. Karena pada saat dilepaskan dari

mikrofibril maka akan menyebabkan pertumbuhan terus menerus

jaringan tubuh yang bersangkutan. Sebuah mutasi pada gen FBN1

dapat mengurangi jumlah fungsional fibrillin-1 yang tersedia

untuk membentuk mikrofibril, yang mengarah ke penurunan

pembentukan mikrofibril. Akibatnya, faktor pertumbuhan berlebih

dilepaskan dan elastisitas dalam banyak jaringan menurun,

menyebabkan pertumbuhan berlebih dan ketidakstabilan jaringan

yang membentuk bagian dari jaringan ikat matriks

Beberapa manifestasi klinis adalah karakteristik untuk MFS,

misalnya, pergelangan longgar, perawakannya tinggi, diseksi

aorta, mitral valve prolapse, dan ectopia lentis. Sindrom ini

memanifestasikan periodontitis dalam bentuk kronis dan berat

dengan pola resorpsi tulang baik horisontal dan vertikal, dan

sesuai dengan keberadaan plak bakteri.

Syndrome

Pewarisan Ciri Klinis Kerusakan Fenotip

Autosomal

Dominan ResesifPapillon-LefevreSyndrome

Lesi kulit hiperkeratosis,kahilangan perlekatan,kehilangan gigi dini,kerusakann tulang

CathepsinC

Early onset periodontitis

Haim-MunkSyndrome

Palmoplantarkeratoderma,araknodaktili,onychogryphosis, bercak sisikdikulit lengan dan kaki

CathepsinC

Early onset periodontitis

Chediak-AgashiSndrome

Gingivitis parah, kehilanganperlekatan, kehilangan gigiprematur, perluasan kehilangantulang alveolar, ulser padarongga mulut, dan rentanterhadap infeksi rekuren.

Lisosomaltraffickingregulatorgen

severeperiodontitis

LAD tipe I Gingivitis parah CD18(ITGβ2)

Early onset periodontitis

LAD tipe II GDP-fucosetransportes-1

Early onset periodontitis

Ehler-DonlesSyndrome

Kulit elastis, dinding vaskulerelastis, perawakan pendek,resesi gingiva, kerusakan

Kolagen Early-onsetperiodontitis

tulang alveolarMarfan Syndrome Badan yang tinggi, estrimitas

jari-jari yang panjang,kelainan katup jantung danaorta

Gen FBN1 cronicperiodontitis

Neutropeniacyclic

Penurunan jumlah leukositpolimorfoniklear tanpapengembalian ke jumlah normal,ulserasi gingiva.

Neutrofilelastase

Early-onsetperiodontitis

Neutopeniafamilial

Eritema gingivitis, kehilangantulang periodontal,

Produksineutrofilrendah

Early-onsetperiodontitis

Down syndrome - Keterbelakanganan mental Kelainankromosom21

Periodontitisagresif,severeperiodontitis

Chediak-Higashi Syndrome

menyebabkan

menyebabkan

menyebabkan

disebabkan

Chediak-Higashi

Syndome

Perubahan ukuran dan fungsilisosom sel (regulasi antar

Penurunan fungsi

neutrofil karena

lisosom abnormal

Penurunan fungsi

bakteriostatik

Severe

periodontitis

Kerusakan pada

Lisosomal

Inflamasi

meningkat

Leukocyte Adhesion Deficiency Syndrom

disebabkandisebabkan

menyebabkan

menyebabkan

menyebabkan

menyebabkan

menyebabkan

menyebabkan

LeukocyteAdhesion

Type I Type II

Mutasi gen CD18berupa (Kegagalandalam memproduksi

CD 18)

↓ perlekatan leukosit endotel vaskuler di tempat infeksi

↑ Infeksi

Early onset periodontitis

Mutasi gen

SLC35C1

Tidak mengkode GDP transporter

di badan golgi

↓ ligan selektin L

↓ ekspresi

↓ regulasi

sistem imun

Early tooth loss

Leukosit tidak bisabermigrasi ke tempat

Bakteri berkembang

Neutropenia Syndrome

menyebabkan

disebabkanmenyebabkan

disebabkan

menyebabkan

SindromeNeutropenia

Pemendekansiklus hidupleukosit

Attachment lossUlserasi gingivaRadang gingiva Bone loss

Early onset

periodontitis

Mutasi gen ELANEberupa penigkatan

jumlah protein pada

Hiperplastik

gingiva

Tidak ada produksi

neutrofil dari sum –

sum tulang

Sindrome

Neutropenia

Early onset

periodontitis

Infeksimeningkat

Tubuhsulitmelawan pathogen

Penyebab genetik

tidak diketahui

menyebabkan

ELHERS-DANLOS SYNDROMEdisebabkan

menyebabkan

menyebabkan

sehingga

menyebabkan

Cacat dalam struktur

kolagen yaitu fibril

terjadinya disfungsi

kolagen

Hipermobilitas

(kelenturan) pada

ligament serta

hiperekstensibilitas

(pemanjangan otot) dan

Kerusakan lebih luas,

mudah terjadi

pendarahan dan

Early onset

periodontitis

Struktur jaringan ikat

di kulit, tulang,

pembuluh darah, dan

Elhers-Danlos

Syndrome

menyebabkan

mutasi gen ADAMIS2, COL1A1, COL1A2, COL3A1, COLA5A2,

Marfan Syndrome

disebabkan menyebabkan

menyebabkan

menyebabkan

menyebabkan

Marfan

Syndrome

mutasi gen

FBN1

Tooth loss

↓ produksi

protein

Jaringan ikat diligament mengalamipembesarn atau

↓ produksimikrofibril

Periodontitis

↓ elastisitasjaringan ikat Aktivasi TGF-

β

↑ faktor pertumbuhanberupa pertumbuhan terusmenerus pada jaringan

DOWN SYNDROME Berhubungan

dengan

menyebabkan

menyebabkan

menyebabkan

menyebabkan

menyebabkan

menyebabkan

Down Syndrome

Keterbelakanganmental

OH buruk

Disfungsi

Fungsi fagositdan kemotaksis

↑ inflamasi

↓ kekebalan tubuh

disebabkan

Neutrofilabnormal

Waktu paruhneutrofil

↓ Fungsionalsel T

↓ kemampuanmengenali dan

merespon

menyebabkan

Keparahankerusakan

Abnormalitas kromoson(trisomi 21) karena non

Perubahan jumlah kromosomdalam sel atau perubahan

Kesulitanperkembangn

Periodontitisagressif

Daftar Pustaka

1. Preeti Jayaraman, Anurag Ashok Shendre. Genetic and Periodontal Disease.

Indian jounal of multidisciplinary Dentistry, Vol. 3, Issue 2,

February-April 2013

2. Mario Taba Jr.Periodontal disease : A genetic perspective.Braz Oral Res, (sao

paulo) 2012;26 (Spec Iss 1) : 32-8

3. Masamatti S.S. Kumar A. Dodwad V. Role of Genetics in Periodontal Disease.

Journal of innovative dentistry. Vol 1. Issue 2. May-August 2011

4. Periobasic.com. 2012. Role of genetics in pathogenesis of periodontal

disease.http://periobasics.com

5. Shantipriya Reddy. 2011. Essentials of Clinical Periodontology and

Periodontics ,Third Edition. JPBMP

6. Amano Atsuo, Murakami J, Akiyama S, Morisaki A: Etiologic factors of

early-onset periodontal disease in Down syndrome. Japanese Dental Science

Review (2008) 44, 118—127. ELSEVIER

7. Pepin M, Schwarze U, Superti-Furga A, Byers PH: Clinical and genetic

features of Ehlers-Danlos syndrome type IV, the vascular type.N Engl J

Med 2000, 342:673-680

8. Alexandrina L. Dumitrescu and Kobayashi Junya. Genetic Variants in

Periodontal Health and Disease. Springer Dordrecht Heidelberg London New

York. 2010