MAKALAH KELOMPOK pengembangan kurikulum

59
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada Mata Kuliah: Pengembangan Kurikulum Dosen : Dr. M. Housnan, Dip.Ed, M.Pd. Kelompok: Risnandar NIM. 2321120408 Astuningsih NIM. 2321120284 Eha Roseha NIM. 2321120288 Nikmat Imanudin NIM. 2321120312 Khusnul Maisyah NIM. 2321120303 Erwin Nurfian NIM. 2321120125 Nasir NIM. 2321120083 Ahmad Didi MawardiNIM. 2321120278

Transcript of MAKALAH KELOMPOK pengembangan kurikulum

PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada Mata Kuliah: Pengembangan KurikulumDosen : Dr. M. Housnan, Dip.Ed, M.Pd.

Kelompok:

Risnandar NIM. 2321120408Astuningsih NIM. 2321120284Eha Roseha NIM. 2321120288Nikmat Imanudin NIM. 2321120312Khusnul Maisyah NIM. 2321120303Erwin Nurfian NIM. 2321120125Nasir NIM. 2321120083Ahmad Didi MawardiNIM. 2321120278

2

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARANPROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdullillah kami panjatkan ke hadirat

Alloh SWT atas berkat dan rahmat yang diberikan

sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah

ini yang berjudul Penilaian dalam Pembelajaran

Kurikulum 2013.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas

kelompok pada mata kuliah Pengembangan Kurikulum pada

Program Studi Teknologi Pembelajaran Program

Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa tahun

akademik 2013/2014.

Pada dasarnya makalah sederhana ini kami susun

dengan sebaik-baiknya dari berbagai sumber dan rujukan

yang relevan akan tetapi tidak menutup kemungkinan

masih terdapat kekurangan dan kelemahan dari isi dan

penyajiannya. Oleh karena itu, kami bersedia menerimka

kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan

penyusunan makalah selanjutnya.

Makalah ini akan sangat membantu guru dalam

mengimplementasikan kurikulum 2013 khususnya dalam

kaitannya dengan penilaian.

Serang, Desember

2013

2

Penyusun.

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................... i

DAFTAR ISI ........................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................... 1

B. Rumusan Masalah.......................... 2

C. Tujuan Penulisan......................... 3

BAB II PEMBAHASAN .................................

BAB III......................................KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA.....................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penilaian dalam pendidikan merupakan salah satu

komponen yang tak kalah penting dengan proses

pembelajaran. Ketika proses pembelajaran dipandang

sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran

penilaian proses pembelajaran menjadi sangat

penting. Penilaian merupakan suatu proses untuk

mengumpulkan, menganalisa dan menginterpretasi

informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan

pembelajaran oleh peseta didik.

Sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan

gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada

gilirannya akan mampu membantu pengajar merencanakan

strategi pembelajaran. Bagi peserta didik sendiri,

sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan

motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya.

2

Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari

istilah assessment, bukan dari istilah evaluation.

Dalam proses pembelajaran, penilaian sering

dilakukan guru untuk memberikan berbagai informasi

secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang

proses dan hasil yang telah dicapai peserta didik.

Artinya, penilaian tidak hanya ditujukan pada

penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi

bersifat menyeluruh yang mencakup aspek pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Sementara itu,

Nitko (1996 : 4) menjelaskan “assessment is a broad term

defined as a process for obtaining information that is used for making

decisions about students, curricula and programs, and educational

policy” (penilaian adalah suatu proses untuk

memperoleh informasi yang digunakan untuk membuat

keputusan tentang peserta didik, kurikulum, program,

dan kebijakan pendidikan).

Dalam hubungannya dengan proses dan hasil

belajar, penilaian dapat didefinisikan sebagai suatu

proses atau kegiatan yang sistematis dan

3

berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi

tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam

rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan

kriteria dan pertimbangan tertentu. Jika dilihat

dalam konteks yang lebih luas, keputusan tersebut

dapat menyangkut keputusan tentang peserta didik,

keputusan tentang kurikulum dan program atau juga

keputusan tentang kebijakan pendidikan.

Keputusan penilaian terhadap suatu hasil belajar

sangat bermanfaat untuk membantu peserta didik

merefleksikan apa yang mereka ketahui, bagaimana

mereka belajar, dan mendorong tanggung jawab dalam

belajar. Keputusan penilaian dapat dibuat oleh guru,

sesama peserta didik (peer) atau oleh dirinya sendiri

(self-assessment). Pengambilan keputusan perlu

menggunakan pertimbangan yang berbeda-beda dan

membandingkan hasil penilaian. Pengambilan keputusan

harus dapat membimbing peserta didik untuk melakukan

perbaikan hasil belajar.

4

Implementasi di sekolah, tak jarang penilaian

yang dilakukan tidak dipersiapkan dan direncanakan

dengan berpedoman pada kisi-kisi sehingga tidak

sedikit guru seringkali mengalami kesulitan dalam

mengidentifikasi secara spesifik kompetensi yang

dimasukkan ke dalam program remedial pembelajaran.

Penilaian yang tak direncanakan dengan baik tentunya

akan menghasilkan informasi yang kurang

akuratterkait keberhasilan belajar siswa. Oleh

karena itu, hendaknya setiap guru memperhatikan

prinsip-prinsip penilaian yang baik agar hasil

penilaian efektif dan efisien.

Asesmen autentik memiliki relevansi kuat

terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai

dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen

semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil

belajar peserta didik, baik dalam rangka

mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring,

dan lain-lain.Asesmen autentik cenderung fokus pada

tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan

5

peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka

dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya,

asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan

tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya

jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang

sesuai.

Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian

kinerja, portofolio, dan penilaian proyek. Asesmen

autentik adakalanya disebut penilaian responsif,

suatu metode yang sangat populer untuk menilai

proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki

ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami

kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus,

hingga yang jenius. Asesmen autentik dapat juga

diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni

atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi

utamanya pada proses atau hasil pembelajaran.

Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan

penilaian yang menggunkan standar tes berbasis

norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau

6

membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian

seperti ini tidak diantikan dalam proses

pembelajaran, karena memang lzim digunakan dan

memperoleh legitimasi secara akademik. Asesmen

autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara

tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik.

Dalam asesmen autentik, seringkali pelibatan siswa

sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat

melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka

tahu bagaimana akan dinilai.

Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan

mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka

meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang

tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan

belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik

guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan

konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan

pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.

Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan

guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan

7

keterlibatan peserta didik, serta keterampilan

belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari

proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi

pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa

kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk

mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus

mereka lakukan.

Asesmen autentik sering digambarkan sebagai

penilaian atas perkembangan peserta didik, karena

berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk

belajar bagaimana belajar tentang subjek. Asesmen

autentik harus mampu menggambarkan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau

belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka

menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka

sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar,

dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat

mengidentifikasi materi apa yang sudah layak

dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan

remidial harus dilakukan.

8

B. Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang akan dibahas terkait

penilaian dalam pembelajaran kurikulum 2013 pada

makalah ini adalah:

1. Bagaimanakah konsep dan kedudukan evaluasi dalam

pembelajaran?

2. Bagaimana konsep penilaian autentik proses dan

hasil belajar dalam kurikulum 2013?

3. Apa saja jenis penilaian autentik yang dapat

digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu:\

1. Memberikan gambaran konsep dan kedudukan evaluasi

dalam pembelajaran.

2. Memberikan gambaran konsep penilaian autentik

proses dan hasil belajar dalam kurikulum 2013.

3. Menggambarkan jenis-jenis penilaian autentik yang

dapat digunakan guru dalam pembelajaran kurikulum

2013.

9

4. Memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata

kuliah Pengembangan Kurikulum pada Program Studi

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana

Univesitas Sultan Ageng Tirtayasa tahun akademik

2013/2014.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Kedudukan Evaluasi dalam Pembelajaran

1. Konsep Evaluasi

Dalam sistem pembelajaran (maksudnya

pembelajaran sebagai suatu sistem), evaluasi

merupakan salah komponen penting dan tahap yang

harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui

keefektifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dapat

dijadikan balikan (feedback) bagi guru dalam

memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan

pembelajaran. Di sekolah, guru sering memberikan

ulangan harian, ujian akhir semester, ujian blok,

tagihan, tes tertulis, tes lisan, tes tindakan, dan

sebagainya. Istilah-istilah ini pada dasarnya

merupakan bagian dari sistem evaluasi itu sendiri.

Istilah tes ini kemudian dipergunakan dalam

lapangan psikologi dan selanjutnya hanya dibatasi

sampai metode psikologi, yaitu suatu cara untuk

2

menyelidiki seseorang. Penyelidikan tersebut

dilakukan mulai dari pemberian suatu tugas kepada

seseorang atau untuk menyelesaikan suatu masalah

tertentu. Sebagaimana dikemukakan Sax (1980 : 13)

bahwa “a test may be defined as a task or series of task used to

obtain systematic observations presumed to be representative of

educational or psychological traits or attributes” (tes dapat

didefinisikan sebagai tugas atau serangkaian tugas

yang digunakan untuk memperoleh pengamatan-

pengamatan sistematis, yang dianggap mewakili ciri

atau aribut pendidikan atau psikologis).

Sementara itu, Hasan (1988 : 7) menjelaskan “tes

adalah alat pengumpulan data yang dirancang secara

khusus. Kekhususan tes dapat terlihat dari

konstruksi butir (soal) yang dipergunakan”. Rumusan

ini lebih terfokus kepada tes sebagai alat pengumpul

data. Dengan kata lain, untuk mengumpulkan data

evaluasi, guru memerlukan suatu alat, antara lain

tes. Tes dapat berupa pertanyaan. Dengan demikian,

tes pada hakikatnya adalah suatu alat yang berisi

3

serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-

soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk

mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Artinya,

fungsi tes adalah sebagai alat ukur. Dalam tes

prestasi belajar, aspek perilaku yang hendak diukur

adalah tingkat kemampuan peserta didik dalam

menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan.

Ahmann dan Glock dalam Hasan (1988 : 9)

menjelaskan bahwa dalam analisis terakhir,

pengukuran hanya merupakan bagian, yaitu bagian yang

sangat substansial dari evaluasi. Pengukuran

pendidikan adalah proses yang berusaha untuk

mendapatkan representasi secara kuantitatif tentang

sejauh mana suatu ciri yang dimiliki oleh peserta

didik. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Wiersma

dan Jurs (1985), bahwa secara teknis, pengukuran

adalah pengalihan dari angka ke objek atau peristiwa

sesuai dengan aturan yang memberikan makna angka

secara kuantitatif. Dengan demikian, dapat

dikemukakan bahwa pengukuran adalah suatu proses

4

atau kegiatan untuk menentukan kuantitas daripada

sesuatu. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik,

guru, gedung sekolah, meja belajar, white board, dan

sebagainya. Dalam proses pengukuran, tentu guru

harus menggunakan alat ukur (tes atau non-tes). Alat

ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat

validitas dan reliabilitas yang tinggi. Dalam bidang

pendidikan, psikologi, maupun variabel-variabel

sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya

menggunakan tes.

Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari

istilah assessment, bukan dari istilah evaluation.

Dalam proses pembelajaran, penilaian sering

dilakukan guru untuk memberikan berbagai informasi

secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang

proses dan hasil yang telah dicapai peserta didik.

Artinya, penilaian tidak hanya ditujukan pada

penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi

bersifat menyeluruh yang mencakup aspek pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Sementara itu,

5

Nitko (1996 : 4) menjelaskan bahwa penilaian adalah

suatu proses untuk memperoleh informasi yang

digunakan untuk membuat keputusan tentang peserta

didik, kurikulum, program, dan kebijakan pendidikan.

Keputusan penilaian terhadap suatu hasil belajar

sangat bermanfaat untuk membantu peserta didik

merefleksikan apa yang mereka ketahui, bagaimana

mereka belajar, dan mendorong tanggung jawab dalam

belajar. Keputusan penilaian dapat dibuat oleh guru,

sesama peserta didik (peer) atau oleh dirinya sendiri

(self-assessment). Pengambilan keputusan perlu

menggunakan pertimbangan yang berbeda-beda dan

membandingkan hasil penilaian. Pengambilan keputusan

harus dapat membimbing peserta didik untuk melakukan

perbaikan hasil belajar.

Guba dan Lincoln (1985 : 35), mendefinisikan

evaluasi sebagai “a process for describing an

evaluand and judging its merit and worth”. (suatu

proses untuk menggambarkan evaluan (orang yang

dievaluasi) dan menimbang makna dan nilainya). Sax

6

(1980 : 18) juga berpendapat bahwa evaluasi adalah

suatu proses dimana pertimbangan atau keputusan

suatu nilai dibuat dari berbagai pengamatan, latar

belakang serta pelatihan dari evaluator. Dari dua

rumusan tentang evaluasi ini, dapat kita peroleh

gambaran bahwa evaluasi adalah suatu proses yang

sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan

kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu,

berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu untuk

membuat suatu keputusan.

Evaluasi dan penilaian mempunyai pengertian

menilai atau menentukan nilai sesuatu. Di samping

itu, alat yang digunakan untuk mengumpulkan datanya

juga sama. Sedangkan perbedaannya terletak pada

ruang lingkup (scope) dan pelaksanaannya. Ruang

lingkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya

terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja,

seperti prestasi belajar peserta didik. Pelaksanaan

penilaian biasanya dilakukan dalam konteks internal,

yakni orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat

7

dalam sistem pembelajaran yang bersangkutan.

Misalnya, guru menilai prestasi belajar peserta

didik, supervisor menilai kinerja guru, dan

sebagainya. Ruang lingkup evaluasi lebih luas,

mencakup semua komponen dalam suatu sistem (sistem

pendidikan, sistem kurikulum, sistem pembelajaran)

dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal

(evaluasi internal) tetapi juga pihak eksternal

(evaluasi eksternal), seperti konsultan mengevaluasi

suatu program.

Evaluasi dan penilaian lebih bersifat

komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan tes

merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran.

Pengukuran lebih membatasi kepada gambaran yang

bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan

belajar peserta didik (learning progress), sedangkan

evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Di

samping itu, evaluasi dan penilaian pada hakikatnya

merupakan suatu proses membuat keputusan tentang

nilai suatu objek. Keputusan penilaian (value

8

judgement) tidak hanya didasarkan kepada hasil

pengukuran (quantitative description), tetapi dapat pula

didasarkan kepada hasil pengamatan dan wawancara

(qualitative description). Untuk lebih jelasnya, Anda

dapat memperhatikan gambar berikut ini.

Gambar 2.1 Hubungan Evaluasi, Penilaian, Pengukuran dan Tes

Dengan demikian, pengertian evaluasi

pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang

sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam

rangka pengendalian, penjaminan dan penetapan

kualitas (nilai dan arti) pembelajaran terhadap

berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan

pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk

9

pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan

pembelajaran. Sedangkan penilaian hasil belajar

adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis,

berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka

pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menilai

pencapaian proses dan hasil belajar peserta didik.

B. Tujuan, Fungsi dan Prinsip Evaluasi Pembelajaran

Dalam arti sempat pembelajaran dapat diartikan

sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar

seseorang dapat melakukan kegiatan belajar.

Sedangkan belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku karena interaksi individu dengan

lingkungan dan pengalaman. Istilah “pembelajaran”

(instruction) berbeda dengan istilah “pengajaran”

(teaching). Kata “pengajaran” lebih bersifat formal

dan hanya ada di dalam konteks guru dengan peserta

didik di kelas/madrasah, sedangkan kata

“pembelajaran” tidak hanya ada dalam konteks guru

dengan peserta didik di kelas secara formal, tetapi

10

juga meliputi kegiatan-kegiatan belajar peserta

didik di luar kelas yang mungkin saja tidak dihadiri

oleh guru secara fisik.

Kata “pembelajaran” lebih menekankan pada

kegiatan belajar peserta didik (child-centered) secara

sungguh-sungguh yang melibatkan aspek intelektual,

emosional, dan sosial, sedangkan kata “pengajaran”

lebih cenderung pada kegiatan mengajar guru (teacher-

centered) di kelas. Dengan demikian, kata

“pembelajaran” ruang lingkupnya lebih luas daripada

kata “pengajaran”. Dalam arti luas, pembelajaran

adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis

dan sistemik, yang bersifat interaktif dan

komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta

didik, sumber belajar dan lingkungan untuk

menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan

terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di

kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara

fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang

telah ditentukan.

11

Dalam proses pembelajaran, guru mengatur seluruh

rangkaian kegiatan pembelajaran, mulai dari membuat

disain pembelajaran, melaksanakan kegiatan

pembelajaran, bertindak mengajar atau membelajarkan,

melakukan evaluasi pembelajaran termasuk proses dan

hasil belajar yang berupa “dampak pengajaran”. Peran

peserta didik adalah bertindak belajar, yaitu

mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar,

dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan

sebagai “dampak pengiring”. Melalui belajar,

diharapkan kemampuan mental peserta didik semakin

meningkat sesuai dengan perkembangan peserta didik

yang beremansipasi diri, sehingga ia menjadi utuh

dan mandiri.

Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan

aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi

aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi

banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan

antara lain dalam kesenian, olah raga, dan

pendidikan, khususnya pembelajaran. Prestasi

12

belajar merupakan suatu masalah yang bersifat

perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena

sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu

mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan

masing-masing. Prestasi belajar (achievement) semakin

terasa penting untuk dibahas, karena mempunyai

beberapa fungsi utama, antara lain :

1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan

kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta

didik. \

2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat

ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut

hal ini sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity)

dan merupakan kebutuhan umum manusia”.

3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam

inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi

belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta

didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan berperan sebagai umpan balik

(feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

13

4. Prestasi belajar sebagai indikator interen dan

ekteren dari suatu institusi pendidikan. Indikator

interen dalam arti bahwa prestasi belajar dapat

dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu

institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum

yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat

dan peserta didik. Indikator eksteren dalam arti

bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat

dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta

didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum

yang digunakan relevan dengan kebutuhan

masyarakat.

5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator

terhadap daya serap (kecerdasan) peserta didik.

Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi

fokus utama yang harus diperhatikan, karena

peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap

seluruh materi pelajaran

Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi

belajar di atas, maka betapa pentingnya Setiap guru

14

harus mengetahui dan memahami prestasi belajar

peserta didik, baik secara perorangan maupun secara

kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya

sebagai indikator keberhasilan dalam mata pelajaran

tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas

institusi pendidikan (Madrasah). Di samping itu,

prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik

bagi Anda dalam melaksanakan proses pembelajaran,

sehingga dapat menentukan apakah perlu melakukan

diagnosis, penempatan, atau bimbingan terhadap

peserta didik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Cronbach (1970 : 31), bahwa kegunaan prestasi

belajar banyak ragamnya, antara lain “sebagai umpan

balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan

diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan

penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan

penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi

kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah”.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa

pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki berbagai

15

komponen yang saling berinteraksi, berinterelasi dan

berinterdependensi. Salah satu komponen pembelajaran

adalah evaluasi. Begitu juga dalam prosedur

pembelajaran, dimana salah satu langkah yang harus

ditempuh guru adalah evaluasi. Dengan demikian,

dilihat dari berbagai konteks pembelajaran, evaluasi

mempunyai kedudukan yang sangat penting dan

strategis karena evaluasi merupakan suatu bagian

yang tak terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri.

C. Konsep Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar

Pembelajaran Kurikulum 2013

Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah

pengukuran yang bermakna secara signifikan atas

hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap,

keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment

merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran,

pengujian, atau evaluasi. Sedangkan Istilah Authentic

merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau

reliabel.

16

Secara konseptual penilaian autentik lebih

bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes

pilihan ganda terstandar sekalipun. Ketika

menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil

dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan

kriteria yang berkaitan dengan konstruksi

pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan

nilai prestasi luar sekolah.

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat

terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai

dengan tuntutan Kurikulum 2013. Dimana penilaian

tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil

belajar peserta didik, baik dalam rangka

mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring,

dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus

pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,

memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan

kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih

autentik, sehingga penilaian autentik sangat relevan

dengan pendekatan tematik terpadu dalam

17

pembelajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau

untuk mata pelajaran yang sesuai.

Penilaian autentik sering dikontradiksikan

dengan penilaian yang menggunakan standar tes

berbasis norma, pilihan ganda,  benar-salah,

menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu

saja, pola penilaian seperti ini tidak digantikan

dalam proses pembelajaran, karena memang lazim

digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik.

Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri,

guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan 

peserta didik.

Dalam hal penilaian autentik, seringkali

pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta

didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik

ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta

didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi

kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan

pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan

18

pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang

lebih tinggi.

Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria

yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian

keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar

sekolah. Penilaian autentik mencoba menggabungkan

kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar,

motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta

keterampilan belajar, karena penilaian itu merupakan

bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta

didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja.

Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan

berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas

tugas-tugas yang harus mereka lakukan. Penilaian 

autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas

perkembangan peserta didik, karena berfokus pada

kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana

belajar tentang subjek. Oleh sebab itulah penilaian

autentik harus mampu menggambarkan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau

19

belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka

menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka

sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar,

dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat

mengidentifikasi materi apa yang sudah layak

dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan

remedial harus dilakukan.

Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran

yang autentik pula. Menurut Ormiston, belajar

autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah

yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah.

Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik

penilaian, yaitu: pertama, pengukuran langsung

keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan

hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan

di tempat kerja; kedua, penilaian atas tugas-tugas

yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja

yang kompleks; dan ketiga, analisis proses yang

digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik

20

atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

yang ada.

Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk

menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat

mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang

berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di

mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan

kreatif. Sehingga keterlibatan peserta didik dalam

melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan

pribadi mereka.

Dalam pembelajaran autentik, peserta didik

diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan

ilmiah, memahami aneka fenomena atau gejala dan

hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta

mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata

yang ada di luar sekolah. Sehingga guru dan peserta

didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi.

Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin

pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel,

21

dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas.

Penilaian autentik pun mendorong peserta didik

mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis,

mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan

mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya

menjadi pengetahuan baru.

Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi

“guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses

pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk

bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus

memenuhi kriteria tertentu, yaitu:

1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan

kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran.

2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik

untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya

dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan

sumber daya memadai bagi peserta didik untuk

melakukan akuisisi pengetahuan.

22

3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat

informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman

peserta didik.

4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar

peserta didik dapat diperluas dengan menimba

pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.

D. Jenis-Jenis Penilaian Autentik Pembelajaran

Kurikulum 2013

Dalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang

baik, guru harus memahami secara jelas tujuan yang

ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada

diri sendiri, khususnya berkaitan dengan: (1) sikap,

keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai;

(2) fokus penilaian akan dilakukan, misalnya,

berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan; dan (3) tingkat pengetahuan apa yang

akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau

proses. Menurut Mela (2013), terdapat 4 (empat)

jenis penilaian autentik. Dimana dari keempat jenis

23

penilaian autentik tersebut adalah penilaian

kinerja, penilaian proyek, penilaian portofolio dan

penilaian tertulis.

1. Penilaian Kinerja

Pada penilaian ini, sebisa mungkin melibatkan

partisipasi peserta didik, khususnya dalam proses

dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat

melakukannya dengan meminta para peserta didik

menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan

mereka gunakan untuk menentukan kriteria

penyelesaiannya. Berikut ini cara merekam hasil

penilaian berbasis kinerja.

a. Daftar cek (checklist).

Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya

unsur-unsur tertentu dari indikator atau

subindikator yang harus muncul dalam sebuah

peristiwa atau tindakan.

b. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records).

24

Digunakan dengan Cara guru menulis laporan

narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-

masing peserta didik selama melakukan tindakan.

Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan

seberapa baik peserta didik memenuhi standar

yang ditetapkan.

c. Skala penilaian (rating scale).

Biasanya digunakan dengan menggunakan skala

numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik

sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 =

kurang sekali.

d. Memori atau ingatan (memory approach).

Digunakan oleh guru dengan cara mengamati

peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan

tanpa membuat catatan. Guru menggunakan

informasi dari memorinya untuk menentukan

apakah peserta didik sudah berhasil atau belum.

Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-

pertimbangan khusus. Pertama, langkah-langkah

25

kinerja harus dilakukan peserta didik untuk

menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau

beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua,

ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang

dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang

diperlukan oleh peserta didik untuk menyelesaikan

tugas-tugas pembelajaran.Keempat, fokus utama dari

kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator

esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari

kemampuan atau keerampilan peserta didik yang akan

diamati.

Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu

dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan

tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk

menilai keterampilan berbahasa peserta didik, dari

aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat

mengobservasinya pada konteks yang, seperti

berpidato, berdiskusi, bercerita, dan wawancara.

Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai

keterampilan berbicara dimaksud. Untuk mengamati

26

kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau

instrumen, seperti penilaian sikap, observasi

perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan

pribadi.

Penilaian-diri (self assessment) termasuk dalam

rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri merupakan

suatu teknik penilaian di mana peserta didik

diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan

dengan status, proses dan tingkat pencapaian

kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran

tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan

untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan

psikomotor.

Penilaian ranah sikap.Misalnya, peserta didik

diminta mengungkapkan curahan perasaannya terhadap

suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau

acuan yang telah disiapkan. Penilaian ranah

keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta

untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang

telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan

27

kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta

didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan

dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar

dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan

atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa

manfaat positif. Pertama, menumbuhkan rasa percaya

diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari

kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong,

membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku

jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju

secara personal.

2. Penilaian Proyek

Penilaian proyek (project assessment) merupakan

kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus

diselesaikan oleh peserta didik menurut

periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas

dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh

28

peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan

data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan

penyajian data.

Menurut Badarudin (2013), Penialian dalam

proses Pembelajaran merupakan kegiatan menghimpun

fakta- fakta dan dokumen belajar peserta didik

yang dapat dipercaya sebagai bagian dari  program

Pembelajaran  di  kelas,  oleh  karenanya

penilaian  berfungsi membantu  guru  untuk

merencanakan  kurikulum  dan  program

Pembelajaran, maka kegiatan penialian membutuhkan

informasi  yang  bervariasi  dari  setiap individu

atau kelompok peserta didik serta guru. Guru dapat

melakukan penilaian dengan   cara   mengumpulkan   

catatan   yang   diperoleh   melalui   pertemuan,

observasi, portofolio, proyek, produk, ujian serta

data hasil interview dan survey. Proyek adalah

tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau

waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu

investigasi sejak dari pengumpulan,

29

pengorganisasian,   pengevaluasian,   hingga   

penyajian   data   karena  dalam pelaksanaan

proyek bersumber pada primer atau skunder,

evaluasi dan hasil kerjasama dengan pihak lain.

Selama mengerjakan sebuah proyek

pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan

untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan

pengetahuannya. Karena itu, pada setiap penilaian

proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan

perhatian khusus dari guru.

Keterampilan peserta didik dalam memilih

topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan

menganalisis, memberi makna atas informasi yang

diperoleh, dan menulis laporan. Kesesuaian atau

relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan

sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

dibutuhkan oleh peserta didik.

Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek

pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh

peserta didik.

30

Penilaian proyek berfokus pada perencanaan,

pengerjaan, danproduk proyek. Dalam kaitan ini

serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru

meliputi penyusunan rancangan dan instrumen

penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan

penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat

menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian,

atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan

dalam bentuk poster atau tertulis.

Produk akhir dari sebuah proyek sangat

mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian

produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk

menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara

holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud

meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik

menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian,

hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dan

lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu,

kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya

logam.Penilaian secara analitik merujuk pada semua

31

kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan

produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk

pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas

produk yang dihasilkan.

Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatikan

guru dalam penilaian proyek.

a. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik,

mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan

menganalisis, memberi makna atas informasi yang

diperoleh, dan menulis laporan.

b. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran

dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

c. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang

dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.

Metode judging proyek dapat dinilai secara

holistic maupun analitik pada proses mapun

produknya secara holistic, nilai tunggal

mencerminkan kesan umum, sedangkan secara

analitik, nilai diberikan pada beberapa aspek.

32

Keterbandingan Judgement,  keterbandingan  nialai

proyek  tidaklah  begitu penting  di  kelas,  akan

tetapi  guru  harus  tetap  yakin  bahwa  nilai

dapat dimengerti siswa. Pada situasi yang memiliki

risiko tinggi, nilai diberikan oleh penilai  yang

berbeda,  maka  standar  penilaian  pada  topik

yang  berbeda tersebut harus dispersikasikan.

Penilaian proyek merupakan salah satu bukti

untuk ditempatkan pada peta kemajuan belajar

siswa. Nilainya dapat dilakukan secara subjektif

maupun objektif. Secara objektif, lokasi siswa

pada peta kemajuan belajar dapat ditempatkan

relative tepat. Secara subjektif bila hal ini

dilakukan, bukti nilai yang tersedia dapat

menunjukan hubungan yang lemah pada peta kemajuan

belajar.

3. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas

kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan

33

dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.

Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil

kerja peserta didik secara perorangan atau

diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi

peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa

dimensi.

Penilaian portofolio merupakan penilaian

berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan

informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan

peserta didik dalam satu periode tertentu.

Informasi tersebut dapat berupa karya peserta

didik dari proses pembelajaran yang dianggap

terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi

lain yang releban dengan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata

pelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio

adalah kumpulan karya peserta didik secara

individu atau kelompok pada satu periode

pembelajaran tertentu. Penilaian terutama

34

dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta

didik sendiri.

Menurut Sudrajat (2008), penilaian portofolio

merupakan satu metode penilaian berkesinambungan,

dengan mengumpulkan informasi atau data secara

sistematik atas hasil pekerjaan seseorang (Pomham,

1984). Seluruh hasil belajar peserta didik (hasil

tes, hasil tugas perorangan, hasil praktikum atau

hasil pekerjaan rumah) dicatat dan diorganisir

secara sistematik. Fungsi penilaian portofolio

adalah sebagai alat untuk mengetahui kemajuan

kompetensi yang telah dicapai peserta didik dan

mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik,

memberikan umpan balik untuk kepentingan perbaikan

dan penyempurnaan KBM. Kumpulan hasil pekerjaan

peserta didik dapat berupa: (1) puisi; (2)

karangan; (3) gambar/tulisan; (4) peta/denah; (5)

desain; (6) paper; (7) laporan observasi; (8 )

laporan penyelidikan; (9) laporan penelitian; (10)

laporan eksperimen; (11) sinopsis;(12) naskah

35

pidato/kotbah; (13) naskah drama;(14) doa; (15)

rumus;(16) kartu ucapan; (17) surat; (18 )

komposisi musik; (19) teks lagu; (20) resep

masakan

Melalui penilaian portofolio guru akan

mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar

peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam

menyusun atau membuat karangan, puisi, surat,

komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi

buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan

lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau

peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai

dengan tuntutan pembelajaran.

Penilaian portofolio dilakukan dengan

menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.

a. Guru menjelaskan secara ringkas esensi

penilaian portofolio.

b. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan

jenis portofolio yang akan dibuat.

36

c. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok,

mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun

portofolio pembelajaran.

d. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio

peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai

catatan tanggal pengumpulannya.

e. Guru menilai portofolio peserta didik dengan

kriteria tertentu.

f. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik

membahas bersama dokumen portofolio yang

dihasilkan.

g. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik

atas hasil penilaian portofolio.

4. Penilaian Tertulis

Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari

ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim

dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian

37

tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim

dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau

mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan

mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari

pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak,

menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban

terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban

singkat atau pendek, dan uraian.

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai

menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami,

mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,

mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas

materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis

berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat

komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah

sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta

didik.

Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta

didik berkesempatan memberikan jawabannya sendiri

yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap

38

terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya,

peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan

dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja,

rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya

alam. Masing-masing sisi pandang ini akan

melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka

memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya

benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya

menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban

terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas

(restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada

bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam

ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat

mengukur hasil belajar peserta didik pada

tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.

39

BAB III

KESIMPULAN

Penilaian autentik dalam pembelajaran kurikulum

2013 memeastikan pembelajaran yang autentik di kelas.

Penilaian pembelajaran kurikulum 2013 yang bersifat

autentik cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks

atau kontekstual bagi peserta didik, yang memungkinkan

mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau

keterampilan yang dimilikinya.

Penilaian autentik dimaksudkan untuk mengukur

kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara

komprehensif dari setiap pembelajaran melalui

penilaian berbentu penilaian kinerja, proyek,

portofolio dan penilain tertulis. Penilaian ini

mencakup berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran

langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan

dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti

kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas

tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan

40

kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang

digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas

perolehan sikap, keteampilan, dan pengetahuan yang ada.

Dengan demikian, penilaian pembelajaran kurikulum

2013 merupakan penyempurnaan penilaian pada kurikulum

sebelumnya sehingga bersifat autentik dan bermakna bagi

guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua

siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan

waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana

peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif.

Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas

sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.

Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta

mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik,

memahahi aneka fenomena atau gejala dan hubungannya

satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa

yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah.

Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab

atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang

41

mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang

fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas.

Asesmen autentik pun mendorong peserta didik

mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis,

mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi

informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi

pengetahuan baru. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan

dan kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran.

Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik

untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya

dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan

sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan

akuisisi pengetahuan.

Metode penilaian tradisional untuk mengukur

prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah,

menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui

kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam

ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai

sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik

dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah

42

atau masyarakat. Penilaian hasil belajar yang

tradisional bahkan cenderung mereduksi makna kurikulum,

karena tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan

hasil belajar peserta didik. Ketika asesmen tradisional

cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu

menggambarkan kompetensi dasar, dan rendah daya

prediksinya terhadap derajat sikap, keterampilan, dan

kemampuan berpikir yang diartikulasikan dalam banyak

mata pelajaran atau disiplin ilmu; ketika itu pula

asesmen autentik memperoleh traksi yang cukup kuat.

Memang, pendekatan apa pun yang dipakai dalam penilaian

tetap tidak luput dari kelemahan dan kelebihan. Namun

demikian, sudah saatnya guru profesional pada semua

satuan pendidikan memandu gerakan memadukan potensi

peserta didik, sekolah, dan lingkungannya melalui

asesmen proses dan hasil belajar yang autentik.

Data penilaian autentik digunakan untuk berbagai

tujuan seperti menentukan kelayakan akuntabilitas

implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas

tertentu. Data asesmen autentik dapat dianalisis dengan

43

metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif.

Analisis kualitatif dari asesmen autentik berupa narasi

atau deskripsi atas capaian hasil belajar peserta didik

secara akurat, misalnya, mengenai keunggulan dan

kelemahan, motivasi, keberanian berpendapat, dan

sebagainya. Analisis kuantitatif dari data asesmen

autentik menerapkan rubrik skor atau daftar cek

(checklist) untuk menilai tanggapan relatif peserta

didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran terbatas

dari empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya:

sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir).

Rubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik.

Analisis holistik memberikan skor keseluruhan kinerja

peserta didik, sehingga dapat menjadi umpan balik yang

efektif bagi guru dalam merancang pembelajaran

selanjutnya dan peserta didik dalam meningkatkan

kompetensi belajarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 2012. Evaluasi Pembelajaran.Jakarta: DirjenPendidikan Agama Islam Kementrian Agama.

Badarudin. 2013. Penilaian Proyek. http://ayahalby.wordpress.com/

Ja’far.2013. Penilaian Autentik Kurikulum 2013.http://mjafareffendi.wordpress.com

Kemdikbud. 2013. Dokumen Kurikulum 2013.http://kangmartho.com

Kemendikbud, 2013. Penilaian Autentik Kurikulum 2013.http://rofiquez.wordpress.com

Mela. 2013. Kurikulum 2013- Konsep Penilaian Autentik pada Prosesdan Hasil Belajar. http://eltelu.blogspot.com/

Sudrajat, Ajat. 2013. Penilaian Portofolio.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/07/penilaian-portofolio/

Sulipan. 2013. Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013.http://sulipan.wordpress.com/

Sax ,1980.

Hasan, S. Hamid. 1988. Evaluasi Kurikulum. Jakarta: 2LPTK.

Wiersma dan Jurs (1985

Nitko,. Anthony J. (1996

Guba dan Lincoln (1985

Cronbach (1970

2