Bimbingan Kelompok

88
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan kegiatan yang fundamental dalam pendidikan, dimana dalam belajar terjadi tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap dari hasil interaksi dan pengalaman lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Belajar menjadi dasar individu untuk mencapai keberhasilan dengan interaksi dan pengalaman yang didapatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak hanya proses kognitif yang berlangsung tetapi juga harus didukung dengan kesadaran dalam diri anak untuk memiliki kedisiplinan di dalam belajar. Kedisiplinan belajar merupakan bentuk sikap ketaatan dan kepatuhan dalam diri seseorang dalam proses belajar. Disiplin memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama siswa dalam hal belajar karena dengan adanya disiplin siswa mampu mengarahkan diri, mengendalikan perilakunya dan memiliki ketaatan dalam dirinya

Transcript of Bimbingan Kelompok

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kegiatan yang fundamental dalam

pendidikan, dimana dalam belajar terjadi tahapan

perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative

menetap dari hasil interaksi dan pengalaman lingkungan

yang melibatkan proses kognitif. Belajar menjadi dasar

individu untuk mencapai keberhasilan dengan interaksi

dan pengalaman yang didapatnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut tidak hanya proses

kognitif yang berlangsung tetapi juga harus didukung

dengan kesadaran dalam diri anak untuk memiliki

kedisiplinan di dalam belajar. Kedisiplinan belajar

merupakan bentuk sikap ketaatan dan kepatuhan dalam

diri seseorang dalam proses belajar. Disiplin memiliki

peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia

terutama siswa dalam hal belajar karena dengan adanya

disiplin siswa mampu mengarahkan diri, mengendalikan

perilakunya dan memiliki ketaatan dalam dirinya

2

sendiri. Disiplin juga memberikan kontribusi dalam

kegiatan belajar karena dengan disiplin anak memiliki

semangat dan kemauan yang keras untuk belajar. Anak

yang memiliki kedisiplinan belajar akan menunjukkan

ketaatan dan keteraturan terhadap perannya sebagai

seorang pelajar yaitu belajar secara terarah dan

teratur serta membentuk karakter siswa menjadi siswa

yang semangat dan mempunyai kemauan keras untuk

belajar. 1

Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak

selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang

lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat

menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa

amat sulit. Dalam hal semangat terkadang, semangatnya

tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.

Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada

setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam

kaitannya dengan aktifitas belajar. Setiap individu

1 Muhibbin Syah, 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, h. 6.

3

memang tidak ada yang sama. perbedaan individu ini

pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku

dikalangan anak didik, dalam keadaan dimana anak

didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya,

itulah yang disebut dengan kesulitan belajar.

Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak

nampak secara lahiriah. Ketidak mampuan dalam belajar

tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda

dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan

belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan

karena faktor intelligensi yang rendah (kelainan

mental), akan tetapi dapat juga disebabkan karena

faktor lain di luar intelligensi. Dengan demikian, IQ

yang tingi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar

adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai

hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil

belajar.

Masalah belajar yang sering timbul dikalangan

peserta didik, misalnya  masalah pengaturan waktu

4

belajar, memilih cara belajar yang efektif dan efisien,

menggunakan buku-buku referensi, cara belajar kelompok,

bagaimana mempersiapkan diri mengahadapi ujian, memilih

jurusan atau mata pelajaran yang cocok dengan minat

bakat yang dimilikinya, dari masalah-masalah tersebut

dapat diatasi dengan program pelayanan bimbingan dan

konseling untuk membantu para peserta didik agar mereka

dapat berhasil dalam belajar.

Berdasarkan masalah diatas, penulis berkeinginan

untuk melakukan suatu penelitian dengan judul

“MENGURANGI KESULITAN BELAJAR SISWA MELALUI TEKNIK

GROUP WORK (KERJA KELOMPOK) DI MADRASAH TSANAWIYA AL-

JAMIYATUL WASHLIYAH TEMBUNG KEC. PERCUT SEI TUAN KAB.

DELI SERDANG“

B. Identifikasi Masalah

Berbagai masalah dapat dilihat berkaitan dengan

mengurangi kesulitan belajar siswa melalui teknik group

work disekolah. Bila diidentifikasi maka masalah-

masalah yang muncul antara lain:

1. Pemahaman guru pembimbing terhadap teknik group work

5

2. Perencanaan dalam penyelenggaraan teknik group work

3. Materi maupun bentuk pelaksanaan teknik group work

4. Sarana dan fasilitas dalam pelaksanaan teknik group work

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan

di atas, maka peneliti hanya membatasi masalah pada :

1. Mengurangi kesulitan belajar 2. Teknik group work

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mengatasi kesulitan belajar siswa melalui teknik

group work

2. Bagaimana menerapkan teknik group work kepada siswa

3. Bagaimana peranan guru terhadap teknik group work

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka tujuan

penelitian ini

adalah untuk:

1. Untuk mengatasi kesulitan belajar melalui tenik group work

6

2. Untuk menerapkan teknik group work kepada siswa

3. Untuk mengetahui peranan guru terhadap teknik

group work

F. Manfaat Penelitian

1. Untuk Lembaga:

Penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur

untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar .

2. Untuk Peneliti:

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah

wawasan keilmuwan mengenai permasalahan siswa

dalam belajar dan diharapkan dapat membantu

mengatasi permasalahan pada siswa.

3. Untuk IAIN SU Medan:

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

kajian untuk menambah khazanah keilmuan tentang

hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan-

permasalahan kesulitan belajar pada siswa

disekolah.

BAB II

7

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Belajar Dan Teknik Group Work

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses adaptasi yang

berlangsung secara progressif, juga merupakan suatu

proses perubahan yang menyangkut tingkah laku atau

kejiwaan. Jadi dapat diartikan proses belajar adalah

sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif

dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Belajar

adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis

dan jenjang pendidikan. Dengan demikian, para ahli

banyak yang membuat definisi tentang belajar yang

berbeda, karena perbedaan sudut pandangnya. Belajar

juga memainkan peran penting dalam mempertahankan

kehidupan sekelompok umat manusia di tengah-tengah

persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa

lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar.2

2 Ahmadi, Abu & Widodo, Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta, hlm.6

8

Di bawah ini akan dikemukakan definisi belajar

menurut beberapa ahli, di antaranya:

a. Belajar menurut W.H. Burton adalah proses

perubahan tingkah laku karena adanya interaksi

antara idividu dengan individu dan individu

dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu

berinteraksi dengan lingkungannya.

b.Belajar menurut Ernest R. Hilgard adalah suatu

proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap

lingkungan.

c.Belajar menurut H.C. Witherington adalah suatu

perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri

sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa

kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian.

d.Belajar menurut Spears adalah mengamati, membaca,

meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri,

mendengar dan mengikuti aturan . Belajar menurut

Gagne adalah suatu perubahan prilaku yang relative

menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu

ataupun dari pembelajaran yang bertujuan,

9

direncanakan. Pengalaman diperoleh individu dalam

interaksinya dengan lingkungan, baik yang tidak

direncanakan maupun yang direncanakan, sehingga

menghasilkan perubahan yang bersifat relative

menetap.3

Sedangkan menurut Islam manusia lahir menurut

fitrahnya mempunyai rasa ingin tahu. Dengan rasa

ingin tahu tersebut manusia termotivasi untuk

belajar agar mereka dapat mengetahui segala

sesuatu yang diciptakan oleh Allah Swt. Proses

penciptaan alam semesta dan segala isinya

merupakan bahan pikiran atau renungan bagi setiap

orang sejak dahulu sampai saat ini. Sebagaimana

Firman Allah Swt dalam Surah Yunus ayat 3 .

Artinya:

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit danbumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy

3 Veline. Hartini Nara, 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia, h. 4-5.

10

untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akanmemberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikianItulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamutidak mengambil pelajaran”?(Q.S Yunus: 3)

Surah tersebut menjelaskan bahwa Allah

Menciptakan langit dan bumi sebagai tanda-tanda

kekuasaanya agar manusia mengambil pelajaran

darinya. Allah menciptakan langit dan bumi tersebut

juga sebagai bantuan bagi manusia untuk mempermudah

proses berfikir, dalam kaitanya dengan proses

belajar bahwa kita juga memerlukan alat bantu yang

dapat kita gunakan untuk mempermudah kita untuk

memahami pelajaran yang disampaikan. Jadi alat

bantu disini merupakan sesuatu yang sangat

diperlukan dalam proses pembelajaran.

Hakekat belajar adalah perubahan tingkah

laku. Karenanya, kegiatan belajar mengajar seperti

mengorganisasikan pengalaman belajar, mengelola

kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil

belajar, kesemuanya itu merupakan cakupan tanggung

jawab guru untuk perubahan tingkah laku.4

4 Siti halimah. 2008. Strategi Pembelajaran. Bandung : Cita PustakaMedia - Printis, h.13

11

Belajar merupakan istilah yang tidak asing

lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena

telah sangat dikenal, seakan-akan orang telah

mengetahui dengan sendirinya apakah yang dimaksud

dengan belajar itu. Namun kalau ditanyakan kepada

diri sendiri, maka akan termenunglah untuk mencari

jawaban apakah sebenarnya yang dimaksud dengan

belajar. Kemungkinan besar jawaban atas pertanyaan

apakah belajar itu akan mendapatkan jawaban yang

bermacam-macam, demikian pula dikalangan para ahli.

Hal ini terbukti dengan banyaknya defenisi

yang dikemukakan oleh para ahli mengenai belajar,

yang mempunyai perbedaan satu sama lain. Skinner

memberikan defenisi tentang belajar sebagai berikut,

“learning is process of progressive behavior adaption”. Dari

defenisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar

itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang

bersifat progresif. Ini berarti bahwa sebagai akibat

dari belajar adanya sifat progresivitas, adanya

tendensi kearah yang lebih sempurna atau lebih baik

12

dari keadaan sebelumnya. Di samping itu, belajar

juga menunjukkan suatu proses, yang berarti

membutuhkan waktu sampai mencapai sesuatu hasil, dan

hasilnya merupakan perilaku yan lebih sempurna

daripada perilaku sebelum belajar. Kemajuan yang

diperoleh adalah sebagai akibat dari proses belajar

tersebut. Karena belajar merupakan suatu proses,

maka dalam belajar ada input yang kemudian melalui

proses belajar yang menghasilkan suatu out put. 5

Nana Sudjana mengemukakan bahwa belajar

adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan

pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari

proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai

bentuk seperti perubahan pengetahuan,

pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan,

kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek

lain yang ada pada individu yang belajar. Lebih

lanjut Nana Sudjana mengemukakan bahwa pengertian

belajar sebagai proses yang aktif, belajar adalah

5 Nefi Darmayanti. 2005. Psikologi Belajar. Medan : IAIN SU, h.1

13

proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

sekitar individu.6

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses

perubahan di dalam diri manusia. Apabila setelah

belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia,

maka tidaklah dikatakan bahwa padanya

telah berlangsung proses belajar. Perubahan sebagai

hasil dari proses belajar dapat diwujudkan dalam

berbagai bentuk yang relatif permanen, seperti

perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak

bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi

terampil, serta aspek-aspek lainnya. Sedangkan

perubahan dapat diwujudkan dalam bentuk perubahan

kondisi yang bersifat kontemporer, seperti anak-anak

menjadi dewasa atau dari berbaring,

merangkak, berdiri dan baru kemudian bisa berjalan.

Perubahan tersebut hendaknya terjadi sebagai akibat

interaksinya dengan lingkungan. Tidak karena proses

pertumbuhan fisik atau kedewasaan. Selain itu,6 http://pgribanjarsari.wordpress.com/2010/01/10 di download pukul 08.30 Wib

14

perubahan tersebut haruslah bersifat relatif

permanen, tahan lama dan menetap, tidak berlangsung

sesaat saja.

Muhibbin Syah menjelaskan bahwa: “Allah

mewajibkan manusia untuk belajar agar memperoleh

ilmu pengetahuan”7. 0rang yang belajar akan

mempunyai ilmu pengetahuan dan tidak sama derajatnya

dengan orang yang tidak berilmu pengetahuan. Hal ini

dinyatakan dalam Q.S Al-Mujadillah ayat 11, yang

berbunyi:

Artinya:

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakankepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Makalapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapanganuntukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Makaberdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yangberiman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

7Muhibbin Syah.2007. Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, h. 86.

15

pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahuiapa yang kamu kerjakan”.8

Berdasarkan ayat diatas, dapat dikatakan bahwa

belajar atau menuntut ilmu itu sangat penting bagi

manusia dan semakin jelas bahwa belajar wajib hukumnya

bagi manusia. Berdasarkan beberapa pendapat yang

dikemukakan tersebut, jika diperhatikan secara

redaksional tentu saja berbeda satu sama lainnya, namun

secara esensial semua pendapat tersebut mengacu kepada

maksud, tujuan, dan konsep yang sama dan

memiliki unsur-unsur yang sama pula, yaitu:

1. Adanya individu yang belajar

2. Adanya belajar sebagai suatu proses

3. Hasil belajar sebagai hasil perubahan

tingkah laku

4. Proses belajar terjadi di dalam interaksi

dengan lingkungan

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan suatu proses perubahan

perilaku/pribadi seseorang berdasarkan pengalamannya

8 Terjemah Al Qur’an, 2002. Depag RI. Bandung: PT Syaamil Cipta Media. h. 543.

16

berinteraksi dengan lingkungannya yang ditunjukan dalam

berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,

pemahaman, sikap, dan tingkah laku,

keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan

aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

2. Masalah-masalah dalam Belajar

Sebagai mana dikutip oleh Dimyanti,

mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri

pelajar, dan ini masih lagi digolongkan menjadi

dua golongan, yaitu:9

a.   Faktor-faktor non-sosial

Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga

tidak terbilang jumlahnya, seperti misalnya : keadaan

suhu, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau

malam), tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat

yang dipakai untuk belajar (alat tulis, buku, alat

9 Dimyati dkk. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: RinekaCipta, h. 20.

17

peraga, dan sebagainya yang dapat kita sebut sebagai

alat pelajaran).

b.   Faktor-faktor sosial

Yang dimaksud dengan faktor sosial disini adalah

faktor manusia (semua manusia), baik manusia itu hadir

maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak

langsung hadir. Kehadiran orang atau orang-orang lain

pada waktu seseorang sedang belajar, banyak kali

mengganggu belajar itu; misalnya kalau satu kelas murid

sedang melaksanakan ujian, lalu banyak anak-anak lain

bercakap-cakap di samping kelas, atau seseorang sedang

belajar di kamar, satu atau dua orang hilir mudik

keluar masuk kamar belajar itu dan sebagainya.

Selain kehadiran yang langsung seperti yang

dikemukakan di atas, mungkin juga orang lain itu hadir

tidak secara langsung atau dapat disimpulkan

kehadirannya; misalnya saja potret dapat merupakan

representasi dari seseorang, suara nyanyian yang

18

dihidangkan lewat radio maupun tape recorder juga dapat

merupakan representasi bagi kehadiran seseorang.

1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

pelajar, dan ini pun dapat lagi digolongkan

menjadi dua golongan yaitu:

a.   Faktor-faktor fisiologi

Faktor-faktor fisiologi ini masih dapat lagi

dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya

Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat

dikatakan melatar belakangi aktivitas belajar,

keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya

dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan

jasmani yang lelah lain pengaruhnya dari pada yang

tidak lelah. Dalam hubungannya dengan hal ini ada

dua hal yang perlu dikemukakan yaitu :

a. Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar

makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus

jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan,

19

lekas mengantuk, lekas lelah dan lain

sebagainya.

b. Beberapa penyakit yang kronis sangat

mengganggu belajar itu.

2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologi tertentu terutama

fungsi-fungsi alat indra.

b. Faktor-faktor psikologi

Hal-hal yang mendorong seseorang untuk

belajar adalah sebagai berikut:10

1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki

dunia yang lebih luas

2) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati

dari orang tua, guru, dan teman-teman.

3) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan

yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan

kooperasi maupun kompetensi

4) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman

bila menguasai pelajaran.

10 Arden N. Frandsen. 1984. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta,h. 7-10

20

5) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir

dari pada belajar.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar

Perubahan tingkah laku merupakan salah satu tujuan

belajar, namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kesulitan dalam belajar. Faktor yang mempengaruhi

kesulitan dalam belajar ada 2 macam, yaitu:11

a. Faktor intern belajar

Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari

dalam individu sendiri, misalnya kematangan,

kecerdasan, motivasi dan minat.

b. Faktor ekstren belajar

11 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PTRineka Cipta, h. 79.

21

Faktor ekstern erat kaitannya dengan faktor sosial

atau lingkungan individu yang bersangkutan.

Misalnya keadaan lingkungan keluarga, lingkungan

masyarakat , guru dan alat peraga yang

dipergunakan di sekolah.

1. Faktor Intern

a) Kematangan

Karena kematangan mentalnya belum matang, kita

akan sukar mengajarkan konsep-konsep ilmu Filsafat

kepada siswa sekolah dasar. Pemberian materi tertentu

akan tercapai apabila sesuai dengan tingkat pertumbuhan

dan perkembangan individu atau siswa. Oleh karena itu,

baik potensi jasmani maupun rohaninya perlu

dipertimbangkan lagi kematangannya.

b) Kecerdasan (IQ)

Keberhasilan individu mempelajari berbagai

pengetahuan ditentukan pula oleh tingkat kecerdasannya,

misalnya, suatu ilmu pengetahuan telah cukup untuk

22

dipelajari oleh seseorang individu dalam taraf usia

tertentu. Tetapi kecerdasan individu yang bersangkutan

kurang mendukung, maka pengetahuan yang telah

dipelajarinya tetap tidak akan dimengerti olehnya.

Demikian pula dalam hal-hal yang lain, seperti dalam

mengerjakan pekerjaan sehari-hari, misalnya memasak dan

membuat mainan sederhana, dalam tingkat yang sama tidak

semuanya individu mampu mengerjakannya dengan baik.

c) Motivasi

Motivasipun menentukan keberhasilan belajar.

Motivasi merupakan dorongan untuk mengerjakan sesuatu.

Dorongan tersebut ada yang datang dari dalam individu

yang bersangkutan dan ada pula yang datang dari luar

individu yang bersangkutan, seperti peran orang tua,

teman dan guru.12

d) Minat

12 Ely Manizar. 2008. pengantar Psikologi Pendidikan. Palembang: IAIN Raden Fatah Press, h. 79.

23

Minat belajar dari dalam individu sendiri

merupakan faktor yang sangat dominan dalam pengaruhnya

pada kegiatan belajar, sebab kalau dari dalam diri

individu tidak mempunyai sedikitpun kemauan atau minat

untuk belajar, maka pelajaran yang telah diterimanya

hasilnya akan sia-sia. Otomatis pelajaran tersebut

tidak masuk sama sekali di dalam ingatan.

2. Faktor ekstren

a) Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga pun sangat menentukan

keberhasilan belajar. Status ekonomi, status sosial,

kebiasaan dan suasana lingkungan keluarga ikut serta

mendorong terhadap keberhasilan belajar. Suasana

keluarga yang tentram dan damai sangat menunjang

keharmonisan hubungan keluarga. Hubungan orang tua dan

anak akan dirasakan saling memperhatikan dan

melengkapi. Apabila anak menemukan kesulitan belajar,

dengan bijaksana dan penuh pengertian orang tuanya

24

memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap

penyelesaian masalah belajar anaknya.

b) Lingkungan masyarakat

Peran masyarakat sangat mempengaruhi individu

dalam belajar. Setiap pola masyarakat yang mungkin

menyimpang dengan cara belajar di sekolah akan cepat

sekali menyerap ke diri individu, karena ilmu yang

didapat dari pengalamannya bergaul dengan masyarakat

akan lebih mudah diserap oleh individu daripada

pengalaman belajarnya di sekolah. Jadi peran masyarakat

akan dapat merubah tingkah laku individu dalam proses

belajar.

c) Guru

Peran guru dapat mempengaruhi belajar. Bisa dilihat

dari cara guru mengajar kepada siswa, hal ini

sangat menentukan dalam keberhasilan belajar. Sikap

25

dan kepribadian guru, dasar pengetahuan dalam

pendidikan, penguasaan teknik-teknik mengajar, dan

kemampuan menyelami alam pikiran setiap individu

siswa merupakan hal yang sangat penting. Oleh

karena itu, guru sebagai motivator, guru sebagai

fasilitator, guru sebagai inovator, dan guru

sebagai konduktor masalah-masalah individu siswa,

perlu menjadi acuan selama proses pendidikan    

berlangsung.13

d) Bentuk alat pelajaran

Bentuk alat pelajaran bisa berupa buku-buku pelajaran, alat

peraga, alat-alat tulis menulis dan sebagainya. Kesulitan

untuk mendapatkan atau memiliki alat-alat pelajaran

secara langsung maupun tidak langsung dapat

mempengaruhi keberhasilan dalam belajar siswa. Siswa

akan cenderung berhasil apabila dibantu oleh alat-alat

pelajaran yang memadai. Alat pelajaran tersebut akan

menunjang proses pemahaman anak. Misalnya, melalui

13 Ibid, h. 80

26

praktek sederhana dari materi pelajaran yang telah

mereka pelajari.14

e) Kesempatan belajar

Kesempatan belajar merupakan faktor yang sedang

diupayakan Pemerintah melalui Wajib Belajar (Wajar)

Pendidikan Dasar 9 Tahun yang mulai dicanangkan tahun

pelajaran 1994/1995. Pencanangan Wajar tersebut

merupakan alternatif pemberian kesempatan kepada para

siswa, terutama bagi mereka yang orang tuanya

berekonomi kurang mampu. Seorang anak yang tidak

memiliki kesempatan belajar karena secara ekonomis

kurang mampu, tetapi di sisi lain anak tersebut

berintelegensi tinggi, maka ia akan menemukan hambatan

dalam penyaluran aspirasi cita-citanya secara utuh.

14 http://aadesanjaya.blogspot.com/20/08/2011/pengertian-kesulitan di download pukul 18.28 Wib

27

Walaupun motivasi begitu tinggi untuk mencapai tujuan

yang diinginkannya, tetapi apabila tidak didukung oleh

ekonomi yang cukup, maka akan menemukan kendala yang

relatif serius. Begitu pula sebaliknya, seorang anak

dari keluarga yang mampu, memiliki intelegensi yang

tinggi, bersekolah di sekolah favourit, dan ditunjang

oleh sarana dan prasarana yang serba ada, belum tentu

dapat belajar dengan baik, sebab masih ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi anak tersebut untuk

belajar dengan baik, seperti motivasi belajar,

keharmonisan lingkungan keluarga, jarak dari rumah ke

sekolah yang cukup jauh sehingga melelahkan, perhatian

khusus dari guru kelas, serta hal-hal lain yang

memungkinkan ketidak berhasilan siswa tersebut.

Fenomena lain kesulitan belajar seorang siswa biasanya

tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau

prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga

dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku

siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas,

mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah

28

dan sering minggat dari sekolah. Hal ini dapat

disebabkan oleh berbagai hal, seperti :15

1 )Rendahnya kemampuan intelektual anak

2) Gangguan perasaan/emosi

3) Kurangnya motivasi untuk belajar

4) Kurang matangnya anak untuk belajar

5) Usia yang terlalu muda    

6) Latar belakang sosial yang tidak menunjang

7) Kebiasaan belajar yang kurang baik

8) Kemampuan mengingat yang rendah

B. Teknik Group Work

1. Pengertian Group Work (Kerja Kelompok)

Manusia sebagai makhluk sosial akan hidup dan

berkembang secara layak apabila hidup dalam kumpulannya

dan dalam kebersamaannya sehingga membentuk kelompok-

kelompok. Setiap manusia ingin hidup dalam kebermaknaan

yang bermakna bagi orang tua, kakak, adik, keluarga dan

kepada siapa saja. Suatu kelompok dapat segera terjadi

15 Feldmen, William. 2002. Mengatasi Gangguan Belajar Pada Anak. Jakarta : Prestasi Putra, h. 27-29

29

tanpa diawali kerumunan kalau sebelum berkumpul kepada

mereka telah diberitahukan tujuan yang akan dicapai dan

peranan mereka masing-masing. Sehingga setiap anggota

kelompok mengetahui sasaran yang akan dicapai dan

bertingkah laku sesuai dengan peranannya dan peranan

itu saling berkaitan, merasa senasib dan

sepenanggungan. Berkumpulnya sejumlah orang yang saling

berkaitan satu sama lain membentuk apa yang disebut

kelompok.

Menurut H. Akhyar Hasibuan menyatakan kelompok

adalah kumpulan-kumpulan individu dimana mereka saling

berinteraksi dan berkomunikasi dalam memecahkan suatu

permasalahan. Permasalahan tersebut dapat dalam bentuk

dipersiapkan maupun spontan yang berkaitan dengan

minat, keinginan, harapan ataupun kehidupan anggota

kelompok. Dalam kelompok kualitas kebersamaan lebih

tinggi masing-masing sudah saling berhubungan, saling

berinteraraksi, terikat dengan ketentuan dan tujuan

kelompok. 16

16 Abu Bakar M.Luddin. 2012. konseling individual dan kelompok, Bandung : Cipta Pustaka Media Printis, h. 90

30

Menurut De Vito (1997): kelompok merupakan

sekumpulan individu yang cukup kecil bagi semua anggota

untuk berkomunikasi secara relatif mudah. para anggota

saling berhubungan satu sama lain dengan beberapa

tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi atau

struktur diantara mereka. kelompok mengembangkan norma-

norma, atau peraturan yang mengidentifikasi tentang

apayang dianggap sebagai perilaku yang diinginkan

anggota.17

Menurut Homans (1950): kelompok adalah sejumlah

individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam

jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu

banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan

semua anggota secara langsung.18

Sedangkan Definisi kelompok Menurut saya adalah

kumpulan individu yang bekerja sama dan saling

berinteraksi satu sama lain. Saling berkomunikasi

secara verbal maupun non-verbal dengan mengutamakan

17 http://jl-hengki.blogspot.com/20/11/2011/definisi-kelompok.html di download pukul 08.43 Wib18 http://soniacinantya-psikologi.blogspot.com/2010/10/pengertian-kelompok-menurut-para-tokoh.html di download pukul 20.30 Wib

31

kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadi

individu dan tercipta sebuah ikatan psikologis yang

erat diantara anggota kelompok.

Metode group work (kerja kelompok) dapat diartikan

sebagai suatu kegiatan belajar mengajar dimana dalam

satu kelas peserta didik dipandang dalam suatu kelompok

yang terbagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk

mencapai tujuan tertentu. Metode mengajar kerja

kelompok dilakukan dengan cara mengkondisikan peserta

didik dalam suatu group atau sebagai satu kesatuan yang

diberi tugas-tugas belajar untuk dibahas secara

bersama-sama.

Peran guru sebagai pengajar/fasilitator, sedangkan

siswa merupakan individu yang belajar. Ayat yang

terkait secara langsung tenang dorongan untuk memilih

metode atau pun teknik secara tepat dalam proses

pembelajaran adalah:

32

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan

hikmah danpelajaran yang baik dan bantahlah mereka

dengan cara yang baik.Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang

lebih mengetahui tentang siapayang tersesat dari jalan-

Nya dan Dialah yang lebih mengetahuiorang-orang yang

mendapat petunjuk.”

(Qs. An Nahl, 125)19

Selain ayat tersebut di atas, landasan metode

ataupun teknik dalam pembelajaran yang didasarkan oleh

Hadis Nabi adalah sebagai berikut:

Artinya: “Dari Anas RA bahwa Nabi SAW bersabda:

Mudahkanlah dan jangan kamu persulit. Gemberikanlah dan

janganlah kamu membuat lari.”

(HR. Bukhari)20

Sebagai suatu metode mengajar, metode kerja

kelompok bertujuan untuk mencapai bermacam macam tujuan

19Terjemah Al Qur’an, 2002. Depag RI. Bandung: PT Syaamiil CiptaMedia h. 281

20Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari. 2002. Shahih al-Bukhari,Indonesia: Maktabah Dahlan. juz I, hlm. 43

33

pengajaran. Menurut moedjono penggunaan metode kerja

kelompok ini bertujuan untuk :

a) Memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama diantara

para peserta didik

b) Meningkatkan keterlibatan sosio-emosional dan

intelektual peserta didik

c) Meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil

proses belajar mengajar secara berimbang.

1. Alasan penggunaan metode kerja kelompok dalam

kegiatan belajar mengajar, yaitu :

a) Melatih peserta didik dapat bekerjasama

dengan temannya dalam satu penyelesaian

tugas-tugas belajar

b) Mengembangkan kemampuan mencari dan menemukan

bahan-bahan atau materi pelajaran untuk

menyelesaikan tugas-tugas

c) Melatih setiap peserta didik untuk aktif

dalam kegiatan pembelajaran

2. Kelebihan dan kelemahan metode kerja kelompok

1) Kelebihan metode kerja kelompok

34

a) Melatih peserta didik aktif mencari bahan

pelajaran dalam menyelesaikan tugasnya

b) Melatih peserta didik menggalang kerjasama

dan kekompakan dalam kelompok

c) Mengembangkan kepemimpinan dan keterampilan

berdiskusi peserta didik dalam kelompok

2) Kelemahan metode kerja kelompok

Metode kerja kelompok memiliki keterbatasan atau

kelemahan antara lain :

a) Kerja kelompok hanya memberikan kesempatan kepada

peserta didik yang aktif dan mampu berperan,

sedangkan bagi peserta didik yang kurang mampu

berperan kegiatanya dalam kelompok hanya sebatas

mendengarkan dan mencatat hasil perolehan teman

kelompoknya.

b) Kegiatan pembelajaran memerlukan fasilitas yang

beragam seperti memiliki ruangan yang lebih besar

dan sumber-sumber belajar yang bervariasi.

c) Pelaksanaan tergantung pada faktor-faktor tertentu.

Misalnya tujuan khusus yang ingin dicapai, tingkat

35

umur, kemampuan siswa, minat dan fasilitas

pengajaran di dalam kelas21

2. Pembentukan kelompok

Sudah menjadi salah satu kodrat manusia untuk

cenderung hidup berkelompok seperti kelompok rumah

tangga, organisasi profesi, organisasi sosial, kelompok

kerja, kelompok belajar sampai kepada kelompok yang

besar seperti di pasar maupun tempat keramaian lainnya.

Dalam kelompok dikenal adanya anggota kelompok dan

pemimpin kelompok sebagai unsur yang tidak dapat

dipisahkan dalam kelompok itu.

a. Anggota kelompok

Keanggotaan kelompok merupakan unsur pokok dalam

suatu kelompok yang dapat dikatakan sebagai badan

dan jiwanya kelompok. Suatu kelompok yang baik

ataupun kurang baik dapat dinilai dari lima hal

yaitu : Pertama, saling hubungan yang dinamis

antara anggota dimana masing-masing anggota itu

merasa berkepentingan untuk berinteraksi bersama

dan suasana perasaan yang tumbuh dalam kelompok

21 Siti halimah, op. cit, hlm, 72-74

36

itu. Kedua, tujuan bersama merupakan pusat dari

kehidupan kelompok. Dalam kelompok-kelompok sadar

hukum tujuan bersama itu jelas yaitu mengkaji dan

menyelesaikan berbagai kasus yang terkait dengan

pelanggaran hukum. Ketiga, hubungan antara anggota

kelompok dan sifat kegiatan kelompok. Suatu

kelompok ditinjau dari jumlahnya dapat

dikatagorikan kelompok dua, kelompok tiga,

kelompok empat sampai delapan, kelompok delapan

sampai tiga puluh. Keempat, kemampuan mandiri,

kemandirian merupakan unsur penting dalam suatu

kelompok. Setiap anggota kelompok tidak begitu

terbawa saja oleh pendapat anggota lainnya.

Apalagi bila kondisi seperti itu terjadi dalam

kelompok dua atau tiga tentu kehidupan kelompok

akan dingin.

b. Pemimpin kelompok

Peranan pemimpin kelompok sangat peting dan

menentukan. Peranan pemimpin kelompok disesuaikan

dengan sifat dan tujuan kelompok. Setiap pemimpin

kelompok hendaknya menguasai dan mengembangkan

37

kemampuan dan keterampilan serta sikap yang

memadai untuk terselenggaranya proses kegiatan

kelompok secara efektif.

Menurut Gito Setyohutomo (2004) Sebagaimana

dikutip oleh Abu Bakar M. Luddin. Adapun

keterampilan dan sifat yang diperankan pemimpin

kelompok meliputi :22

1)Usaha mengenal dan mempelajari dinamika kelompok

serta saling hubungan antara anggota kelompok.

2)Kesediaan menerima setiap anggota kelompok tanpa

pamrih pribadi

3)Berusaha untuk dapat didekati dan membantu

tumbuhnya salinh hubungan antara anggota kelompok.

4)Kesediaan menerima berbagai pandangan dan sikap

yang berbeda yang barangkali amat berlawanan

dengan pandangan pemimpin kelompok.

3. Jenis- jenis kelompok

Diakui bahwa kehidupan seseorang itu adalah hidup

berkelompok. Manusia bukan saja hidup membentuk

kelompok, mereka juga menciptakan bahasa isyarat22 Abu Bakar M.Luddin, op. cit, h. 93-95

38

untuk mengenal kelompok-kelompok ini. Jenis kelompok

dapat dibedakan dari segi ukuran, keadaan interaksi

sosial, kemesraan antara hubungan anggotanya,

dorongan untuk membuat kelompok dan organisasi ada

beberapa jenis kelompok diantaranya :

1. Kelompok primer

Diwarnai oleh hubungan pribadi secara akrab dan

kerja sama terus menerus daiantara anggotanya.

Kelompok primer ini anggotanya berjumpa untuk

tujuan persahabatan, saling membantu dan

mencari penyelesaian masalah yang mereka

hadapai, contoh kelompok seperti ini adalah

keluarga, kelompok bermain, kelompok remaja dan

kelompok belajar dan kelompok agama. Kelompok

ini dikatakan kelompok primer karena merupakan

kelompok dasar dari segi kepentingan dan

kebutuhannya yang didalamnya terjadi interaksi

39

sosial yang anggotanya saling mengenal dekat

dan berhubungan erat dalam kehidupan dimana

mereka sering berkmunikasi dengan

lainnyasehingga setiap orang dapat

berkomunikasi secara langsung tanpa melalui

perantara.

2. Kelompok skunder

Didasarkan pada kepentingan tertentu yang

mewarnai arah kegiatan dan gerak-gerik anggota

kelompok. Kelompok ini tidak tergantung pada

hubungan pribadi secara akrab yaitu hubungan

anggotanya tidak semesra kelompok primer

hubungan diantara anggotanya berinteraksi

secara tidak langsung, berjauhan dan kurang

kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya

bersifat lebih objektif. Seperti partai

politik, perhimpunan serikat pekerja atau

kelompok dalam satu instansi pekerjaan.

40

3. Kelompok formal

Kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan

atau anggaran dasar, anggaran rumah tangga yang

ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi.

Seperti organisasi sosial dan profesi.

4. Kelompok informal

Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari

proses interaksi, daya tarik dan kebutuhan-

kebutuhan seseorang. Keanggotaan kelompok

biasanya tidak teratur dan keanggotaan

ditentukan oleh daya tarik bersama dari

individu dan kelompok. Kelompok ini ada

pembagian tugas yang jelas tapi bersifat

informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan

seperti kelompok arisan dan sejenisnya.23

23 Ibid, h. 97-98

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan

Merujuk pada rumusan masalah yang diajukan, maka

penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan

untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di

dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat,

analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang

sekarang ini terjadi atau ada. Penelitian ini tidak

menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa,

42

melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya

sesuai variable yang diteliti.24

Penelitian deskriptif menurut Nurul Zuriah adalah

penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-

gejala atau kejadian-kejadian secara sistematis dan

akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah

tertentu.25

2. Jenis Penelitian

Menurut Lexy Moleong, penelitian kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis, gambar dan bukan

angka, yang mana data diperoleh dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati.26 Dengan penelitian

kualitatif ini diharapkan peneliti dapat memperoleh

data secara mendetail tentang hal-hal yang diteliti

karena adanya hubungan langsung dengan responden atau

obyek penelitian.

24 Mardalis, Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). 2006. Jakarta: Bumi Aksara, Cet VIII, h. 26.25 Nurul Zuriah, 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Cet II, h. 4726 Lexy Moelong, 2002. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, h. 4.

43

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

gambaran yang objektif, faktual, akurat dan sistematis,

mengenai masalah-masalah yang ada di penelitian ini.

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka masalah

yang dihadapi dalam penelitian.

Oleh karena itu, penelitian ini dapat disebut

penelitian deskriptif kualitatif karena dalam

penelitian ini data primernya menggunakan data yang

bersifat data verbal yaitu berupa deskripsi yang

diperoleh dari pengamatan pelaksanaan pendidikan agama

Islam di sekolah.

B. Kehadiran Peneliti

Dalam suatu penelitian, kehadiran peneliti sangat

diperlukan. Selain itu, peneliti sendiri bertindak

sebagai instrument kunci penelitian. Kehadiran peneliti

di lapangan terkait dengan jenis penelitian yang

dipilih yaitu penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan,

melaksanakan pengumpulan data, menganalisis data,

44

menafsiran data dan pada akhirnya peneliti yang menjadi

pelapor hasil penelitiannya.

Dalam penelitian ini, sebagai pengamat penuh,

yaitu sebagai pengamat yang tidak terlibat secara

langsung dengan subjek penelitian dalam menjalankan

proses penelitian. Hal ini dilakukan sebagai upaya

menjaga obyektivitas hasil penelitian

C. Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi kegiatan penelitian ini dilakukan

dengan mempertimbangkan kualitas lokasi penelitian.

Objek dalam penelitian ini adalah Madrasah Tsanawiyah

Al-Jamiyatul Washliyah Tembung. Sekolah ini adalah

salah satu sekolah dasar di Kabupaten Deli Serdang yang

menyelenggarakan pendidikan inklusi. Lokasi sekolah ini

berada Jl. Besar Tembung Lingkungan IV Kec. Percut Sei

Tuan Kab. Deli Serdang dan cukup mudah dijangkau.

45

D. Sumber Data

Pada dasarnya menurut Lofland, sumber data dalam

suatu penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

tindakan (sumber data primer) dan selebihnya adalah

sumber data sekunder seperti dokumen dan arsip-arsip.

Berkaitan dengan itu, Lexy Moloeng menyimpulkan bahwa

sumber data terbagi ke dalam kata-kata, tindakan,

sumber data tertulis, foto dan statistik.27

Dalam penelitian ini, sumber data primer yang

berupa kata-kata diperoleh dari wawancara dengan para

informan yang telah ditentukan meliputi berbagai hal

yang berkaitan dengan persiapan dan pelaksanaan

pendidikan agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus.

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala

sekolah, guru pendidikan agama Islam dan guru ABK.

Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini

berupa dokumen-dokumen, arsip-arsip, buku-buku dan

karya ilmiah lainnya serta foto-foto kegiatan belajar

mengajar.

27 Ibid, h. 157.

46

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang valid, maka dalam

penelitian ini peneliti menggunakan beberapa prosedur

pengambilan data, yaitu:

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah suatu pengamatan langsung

terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya

dalam pembelajaran kelompok, kerjasama serta komunikasi

antara siswa, sehingga peneliti memperoleh gambaran

suasana, baik di dalam kelas maupun luar kelas. Metode

observasi dapat diartikan sebagai pencatatan sistematis

fenomena-fenomena yang diselidiki.28 Dalam observasi

secara langsung ini, peneliti selain berlaku sebagai

pengamat penuhyang dapat melakukan pengamatan terhadap

gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang

sebenarnya dan langsung diamati oleh observer, juga

sebagai pemeran dan partisipan yang ikut dalam proses

belajar mengajar.

28 Soetrisno Hadi. 1994. Metodologi Research . Yogyakarta: Andi Offset, h. 136.

47

Observasi langsung ini dilakukan oleh peneliti

selama penelitian untuk mengoptimalkan data mengenai

pelaksanaan pendidikan agama Islam, kondisi bangunan,

interaksi siswa dan guru di sekolah, serta keadaan

sarana dan prasarana pendidikan.

2. Wawancara (Interview)

Interview atau wawancara adalah proses tanya jawab

dengan dua orang atau lebih, dan berhadapan secara

fisik.29 Wawancara juga diartikan dengan percakapan

yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan

yang diwawancarai. Wawancara menurut Lexy Moloeng

adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan

oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu disebut terwawancara (interviewee).30

Alat pengambilan data ini digunakan oleh peneliti

untuk memperoleh data obyektif yang diperlukan peneliti

tentang latar belakang obyek penelitian, kondisi riil

di lapangan secara umum menyangkut persiapan dan

pelaksanaan pendidikan agama Islam yang meliputi:29Ibid, h. 192.30 Lexy Moleong, Opcit, h. 186.

48

rencana pembelajaran, materi, strategi, media

pembelajaran, pihak-pihak yang terlibat dalam

pembelajaran, dan faktor pendukung dan penghambat

pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak

berkebutuhan khusus.

Untuk memperoleh data yang diinginkan, peneliti

menggunakan pedoman interview dengan informan sebagai

berikut: kepala sekolah, guru atau pembimbing

pendidikan agama Islam.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah semua jenis rekaman atau

catatan sekunder. Teknik pengambilan data berupa

dokumen ini digunakan dalam penelitian sebagai sumber

data yang bermanfaat untuk menguji, menafsirkan dan

menambah rincian spesifik lainnya guna mendukung

informasi dari sumber-sumber lain. Alat pengambil data

ini terdiri dari dokumen pribadi dan dokumen resmi.31

Dokumen pribadi dalam penelitian ini berasal dari

catatan atau keterangan kepala sekolah dan guru

pembimbing pendidikan agama Islam. Sedangkan dokumen

31 Ibid, h. 217.

49

resmi berasal dari dokumen internal seperti pengumuman,

laporan penyelenggaraan pendidikan dan dokumen

eksternal yang dihasilkan lembaga seperti majalah,

artikel dalam jurnal, atau pemberitahuan dari media

massa. Dengan teknik ini, dimungkinkan peneliti

mendapatkan informasi dari berbagai sumber tertulis

yang atau dokumen yang ada pada responden atau tempat

penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Bogdan & Biklen seperti

dikutip Lexy Moloeng adalah upaya yang dilakukan dengan

jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain.32

Analisis data dalam penelitian dilakukan selama

dan sesudah pengumpulan data. Menurut Matthew B. Miles

32 Ibid, h. 248.

50

dan A. Michael Huberman, ada tiga kegiatan dalam

analisis data, yaitu:

a. Reduksi data yaitu proses pemilihan,

pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan

dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan.33

b. Penyajian data adalah sekumpulan informasi

tersusun yang memungkinkan penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan.34

c. Verifikasi atau menarik kesimpulan adalah

suatu kegiatan yang dilakukan untuk menguji

kebenaran, kekokohan dan kecocokan data.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan

dengan menggunakan kriteria kredibilitas. Untuk

mendapatkan data yang relevan, maka peneliti melakukan

pengecekan keabsahan data hasil penelitian dengan cara:

33 Matthew B. Miles & A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode baru, Jakarta: UI Press, h. 16.34 Ibid, h. 17.

51

1. Perpanjangan keikutsertaan, yaitu peneliti tinggal

di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan

data tercapai. Perpanjangan keikutsertaan peneliti

akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan

data yang dikumpulkan.35

2. Ketekunan pengamatan, yaitu mengadakan pengamatan

secara teliti dan berkesinambungan terhadap subjek

penelitian agar memahami gejala lebih mendalam

terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam bagi

anak berkebutuhan khusus autistik. Keajegan

pengamatan berarti mencari secara konsisten

interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan

dengan proses analisis yang konstan dan tentatif.

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri

dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan

dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan

kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut

secara rinci. Dengan kata lain, ketekunan

pengamatan menyediakan kedalaman.36 Ketekunan

pengamatan berulang-ulang terhadap proses kehidupan35 Lexy. Moleong, Op. cit, h. 327.36 Ibid, h. 329-330.

52

keseharian, pengamatan secara terus-menerus dalam

jangka waktu tertentu yang peneliti lakukan dengan

harapan peneliti dapat melihat data dan informasi

serta fenomena secara lebih cermat, terinci dan

mendalam.

3. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data

itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling

banyak digunakan ialah melalui sumber lainnya.37

Triangulasi dengan sumber digunakan untuk pengecekan

data tentang keabsahannya dengan memanfaatkan berbagai

sumber data informasi sebagai bahan pertimbangan, di

sini penulis membandingkan data hasil pengamatan dengan

data hasil wawancara, dan juga membandingkan hasil

wawancara dengan wawancara lainnya.

H. Tahapan-Tahapan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ada empat tahapan yang

perlu dilakukan, yaitu: tahap pra lapangan, tahap

pekerjaan lapangan, tahap analisis data dan tahap

37 Ibid, h. 330.

53

pelaporan data. Tahap-tahap itu dapat dirinci sebagai

berikut:

1. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah:

a. Menyusun rancangan penelitian dan memilih

lapangan,

b. Mengurus perizinan,

c. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan,

d. Memilih dan memanfaatkan informasi,

e. Menyiapkan perlengkapan penelitian,

f. Memperhatikan etika penelitian

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah:

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri,

b. Memasuki lapangan,

c. Berperan aktif sambil mengumpulkan data.

3. Tahap Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

interview, catatan lapangan dan bahan-bahan lain

sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya

54

dapat diinformasikan kepada orang lain. Tahap ini

dilakukan peneliti sesuai dengan cara yang telah

ditentukan sebelumnya.

4. Tahap Pelaporan Data

Menulis laporan merupakan tugas terakhir dari

rangkaian proses penelitian. Pada tahap ini peneliti

menyusun laporan hasil penelitian dengan format tulisan

dan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca.

55

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Temuan Umum

1. Sejarah Dan Latar Belakang Berdirinya

Madrasah

Madrasah Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung

didirikan oleh Alm. H. Mahmud Umar Bin H. Umar

Nst. Beliau di besarkan oleh Ayahanda dan Ibunda

beliau (Hj.Tsanariah Lubis) dalam lingkungan hidup

bersahaja. Keseharian bergelud dengan pertanian di

sebidang tapak tanah dekat dengan tempat domisili

(Pertapakan Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim).

Almarhum melewati masa pendidikan beliau tingkat

Ibtidaiyah di Maktabu Al-Islamiyah Pekan Tembung,

Selanjutnya beliau melanjutkan pendidikan pada

tingkat Tsanawiyah dan Aliyah di Al-Qismul ’Ali di

Jalan Isma’iliyah Medan.

Saat sedang menimba ilmu pada tingkat

Tsanawiyah, ayahanda tercinta berpulang ke

rahmatullah (Allah Yarham) tahun 1955. Walau

56

terasa berat dengan kondisi yang dihadapi pada

saat itu Beliau terus bertekat dapat meneruskan

dan melanjutkan pendidikan sambil berikhtiyar

membatu Ibunda tercinta dalam memenuhi kehidupan

sehari-hari. Selesai sholat subuh berangkat ke

ladang dan mengusahakan apa yang bisa dibawa untuk

dimakan dan dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup

saat itu. Dengan izin Allah SWT Beliau akhirnya

dapat menyelesaikan pendidikan di Qismul ’Ali Al-

Jam’iyatul Washliyah Medan.

Selama dalam pendidikan di Qismul ’Ali beliau

sudah ikut terjun membantu mengajar pada tingkat

Ibtidaiyah di Madrasah Al-Halim Titi Sewa.

Shibghoh Al-Washliyah yang tertanam dalam diri

beliau terus menggelitik untuk mengembangkan dan

memajukan Al-Washliyah dari Zaman ber zaman.

Akhirnya pada tahun 1965 beliau putuskan dan

meminta kepada ibunda tercinta setapak tanah yang

ada disamping rumah untuk beliau bangun gubuk-

gubuk sebagai sarana untuk menampung anak-anak

untuk belajar. Sedikit demi sedikit dengan do’a

57

orang tua dan ridho Allah SWT akhirnya madrasah

ini mendapat tempat dihati masyarakat. Pada

tanggal 4 Januari 1971 didirikanlah MTs. Diniyah

Kitab Kuning sebagai kelanjutan dari Madrasah

Ibtidaiyah Al-Washliyah yang dibina selama ini.

Semakin maju zaman dan besarnya tuntutan

masyarakat, mencuatlah usulan untuk mendirikan

Madrasah Tsanawiyah (MTs) SKB 3 Menteri ketika

itu. Akhirnya dengan izin Allah SWT pada tahun

1980 berdirilah Madrasah tersebut. Tamatan demi

tamatan sudah dihasilkan timbul tuntutan untuk

merintis Madrasah Aliyah. Dengan Ridho dan izin

Allah SWT pada tahun 1986 berdirilah Madrasah

Aliyah Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung.

2. Visi, Misi Dan Tujuan Madrasah

VISI MADRASAH

“Terbentuknya Insan Kamil Yang Beriman,

Berakhlaqul Karimah, Berilmu, Ramah Dan Peduli

Lingkungan Dalam Mencapai Kebahagian Dunia Dan

Akhirat”

58

Untuk mewujudkan visi madrasah tersebut terdapat

beberapa indikator yang ditempuh di antaranya :

a.Memiliki keimanan yang mantap dan mampu

mengamalkan ajaran Islam sepenuh hati

b.Memiliki akhlaq yang mulia dengan menanamkan

keimanan yang mantap

c.Mampu berfikir aktif dan kreatif dalam

memecahkan masalah

d.Memiliki keterampilan dan gaya hidup yang

islami

e.Mampu menjadi teladan dalam kehidupan

keluarga dan masyarakat

f.Memiliki kreatifitas dalam ikut serta

melestarikan lingkungan

MISI MADRASAH

a.Membentuk warga madrasah yang beriman,

bertaqwa, berakhlak mulia dan berbudi pekerti

yang tinggi dengan mengembangkan sikap dan

59

perilaku religius baik di dalam maupun di

luar madrasah

b.Mengembangkan budaya gemar membaca, rasa

ingin tahu, bertoleransi, bekerjasama, saling

menghargai, displin , jujur, kerja keras,

kreatif dan inovatif.

c.Meningkatkan nilai kecerdasan, cinta ilmu dan

keingintahuan peserta didik dalam bidang

pendidikan agama dan umum

d.Menciptakan suasana pembelajaran yang

menantang, menyenangkan, komunikatif, tanpa

takut salah, dan demokratis.

e.Mengupayakan pemanfaatan waktu belajar,

sumber daya fisik dan manusia, agar

memberikan hasil yang terbaik bagi

perkembangan peserta didik.

f.Menanamkan kepedulian sosial dan lingkungan,

cinta damai, cinta tanah air, semangat

kebangsaan, dan hidup demokratis.

TUJUAN PENDIDIKAN MADRASAH

60

Mengacu pada visi dan misi sekolah, serta

tujuan umum pendidikan dasar, tujuan pendidikan

madrasah dalam mengembangkan pendidikan adalah

sebagai berikut,

a.Memfasilitasi perangkat pembelajaran untuk

semua mata pelajaran dengan mempertimbangkan

pengembangan nilai religius dan budi pekerti

yang tinggi.

b.Mewujudkan budaya gemar membaca, kerjasama,

saling menghargai, displin, jujur, kerja

keras, kreatif dan inovatif.

c.Mewujudkan peningkatan prestasi dibidang

Akademik dan non-Akademik

d.Mewujudkan suasana pembelajaran yang

menantang, menyenangkan, komunikatif, tanpa

takut salah, dan demokratis.

e.Mewujudkan efisiensi waktu belajar,

optimalisasi penggunaan sumber belajar

dilingkungan untuk menghasilkan karya dan

prestasi yang maksimal.

61

f.Mewujudkan lingkungan madrasah yang memiliki

kepedulian sosial dan lingkungan, cinta

damai, cinta tanah air, semangat kebangsaan,

serta hidup demokratis.

Tujuan Pendidikan Al-Washliyah

Membentuk,

1.Manusia mukmin yang taqwa

2.Berpengetahuan luas dan dalam

3.Berbudi pekerti yang tinggi

4.Cerdas dan tangkas dalam berjuang

5.Menuntut kebahagiaan dunia dan akhirat

3. IDENTITAS MADRASAH

A. Nama Sekolah/Madrasah : MTs. Al-Jamiyatul

Washliyah Tembung

B. Tahun Berdiri

: 1980

C. Alamat Sekolah

: Jl. Besar Tembung No.

78 Lingk. IV

Tembung

62

D. Nomor Telepon/Fax

: 061-7380552

E. Nama Kepala Sekolah

: Muhammad Zubir Nasution, S.Ag

F. Pendidikan Terakhir

: S-1 (Strata Satu)

G. Program Studi

: Muamalah

H. Peringkat Akreditasi

Sekolah : “A”

4. Keadaan Siswa

Penerimaan siswa di sekolah MTs Al-Jamiyatul

Washliyah Tembung Kec Percut Sei Tuan sudah

mengalami peningkatan. Peningkatan ini berkaitan

dengan semakin tingginya minat masyarakat untuk

menyekolahkan anaknya ke MTs Al-Jamiyatul

Washliyah Tembung Kec Percut Sei Tuan. Untuk

mengetahui keadaan jumlah siswa yang ada di MTs

63

Al-Jamiyatul Washliyah Tembung Kec Percut Seituan

dalam 3 tahun terakhir dapat diketahui melalui

tabel berikut ini:

Tabel 1

Keadaan Siswa 3 Tahun Terakhir

TahunKelas Jumla

hI II III

2010/20

11144 157 209 172 118 139 939

2011/20

12192 203 144 156 202 173 1070

2012/20

13204 187 190 202 134 155 1072

Total 552 535 479 468 480 459 2973

Tabel II

Siswa Yang Mutasi 3 Tahun Terakhir

TahunKelas

JumlahI II III

2010/2011 3 6 3 12

64

2011/2012 2 4 8 14

2012/2013 1 11 1 13

Total 6 21 12 39

Tabel III

Keadaan Kelulusan Siswa 3 Tahun Terakhir

TahunJlh

Siswa

Jlh

Lulus

% Keteranga

n

2010/2011 257 255 99,22

2011/2012 370 368 99,73

2012/2013 287 287 100

Total 914 910

Sumber data: Data Statistik Kantor MTs Al-

Jamiyatul Washliyah Tembung Kec Percut

Sei Tuan 3 tahun belakangan ini

4. Keadaan Tenaga Pengajar

Untuk kelancaran pelaksanaan pendidikan dan

pengajaran di MTs Al-Jamiyatul Washliyah Tembung

Kec Percut Sei Tuan, maka diperlukan tenaga

pengajar yang trampil dan memiliki keahlian sesuai

65

disiplin keilmuanya. Keadaan tenaga pengajar di

MTs Al-Jamiyatul Washliyah Tembung Kec Percut Sei

Tuan dapat diketahui melalui tabel sebagai

berikut:

Tabel IV

Tenaga Kependidikan 3 Tahun Terakhir

1. Guru

Kualifikas

i

pendidikan

Tetap PNS DPKTidak

TetapJumlah

S-3 0 0 0 0

S-2 2 0 2 4

S-1 35 4 8 47

D-3 4 0 0 4

D-2 0 0 0 0

D-1 0 0 0 0

SLTA 1 0 1 2

66

Total 42 4 11 57

Tabel V

Tenaga Kependidikan 3 Tahun Terakhir

2. Guru

Golongan Tetap PNS DPKTidak

TetapJumlah

IV 0 2 0 2

III 0 2 0 2

II 0 0 0 0

I 0 0 0 0

Tanpa

Golongan53 0 0 53

Total 53 4 0 57

Tabel VI

Tenaga Kependidikan 3 Tahun Terakhir

3. Tersertifikasi

Golongan Tetap PNS DPKTidak

tetapJumlah

Tersertifikas 22 3 0 25

67

i

Belum

Tersertifikas

i

31 1 0 32

Total 53 4 0 57

Tabel VII

Tenaga Kependidikan 3 Tahun Terakhir

4. Tenaga Administrasi

Kualifasi

PendidikanTetap PNS DPK

Tidak

TetapJumlah

S-2 0 0 0 0

S-1 1 0 0 1

D-3 2 0 0 2

D-2 0 0 0 0

D-1 0 0 0 0

SLTA 0 0 0 0

Total 4 0 0 4

5. Sarana Dan Fasilitas

Tabel VIII

68

KONDISI FISIK BANGUNAN MTS AL-JAMIYATUL WASHLIYAH

TEMBUNG

No Jenis Jumla

h

Luas

perunit

Kepemili

kan

Kondi

si

1 Lahan 1 1.453,1

9

Wakaf Baik

2 Bangunan 2 Wakaf Baik

3 Kosong

4 Kegiatan

Praktek

5 Pengembangan

6 Ruang 34 Baik

7 Kelas 19 Baik

8 Lab IPA 1 Baik

9 Lab Komputer 1 Baik

10 Lab Bahasa 1 Baik

11 Bengkel -

12 Multi Media -

13 Olah Raga 1 Baik

14 Perpustakaan 1 Baik

69

15 Kesenian 1 Baik

16 Keterampilan -

17 Ruang

Administrasi

1 Baik

B. Temuan Khusus

1. Peran Guru Pembimbing dalam Menggurangi

Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar sering kali menjadi faktor

penghambat yang sangat sering di temui guru pada

siswa. Hal inilah yang harus dapat diatasi oleh

seorang guru, guru harus dapat memilih teknik yang

di gunakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan

materi yang akan diajarkannya. Dengan menggunakan

teknik yang tepat dalam proses pembelajaran adalah

cara yang sangat efektif agar siswa tidak

mengalami kesulitan belajar dan teknik yang

digunakan oleh peneliti dalam mengguranggi

kesulitan belajar siswa adalah teknik group work.

Teknik group work adalah teknik dengan cara

70

belajar dilakukan bersama teman sekelompoknya.

Sehingga proses pembelajarannya siswa bekerjasama

dengan teman yang ada dalam kelompoknya guna

berbagi informasi yang diketahuinya pada materi yg

telah disajikan oleh guru. Namun, terkadang masih

banyak guru yang kurang memahami tentang kesulitan

belajar yang dialami siswanya, guru kurang

menyadari apa yang dibutuhkan siswa, sehingga

tidak memperhatikan kesulitan-kesulitan yang

tengah dialami siswa. Pada hal siswa sedang

mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran

namun masih banyak guru yang hanya memakai teknik

ceramah dan pada akhir pertemuan diberikan tugas

tanpa memperhatikan kesulitaan dari siswa yang

telah jenuh dengan teknik ceramah tersebut.

Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Kepala

Sekolah di MTS Al-Jamiyatul Washliyah Bapak

Muhammad Zubir Nasution, S.Ag sebagai berikut:

Terkadang guru tidak memperhatikan atau pun kurangnyakesadaran untuk memahami kesulitan apa yang tengah di hadapisiswa, guru hanya terpokus pada metode ceramah yang selama inidilakukannya pada hal masih banyak lagi teknik yang dapatdigunakan dalam proses pembelajaran seperti teknik Group Work

71

di MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung dan teknik lainnya. Yangbisa menimbulkan warna baru dalam proses transfer ilmupengetahuan.

Dari wawancara di atas dapat dipahami bahwa

guru harus menyadari akan kesulitan-kesulitan yang

tengah dihadapi oleh peserta didiknya. Sehingga

guru dapat mengguranggi kesulitan belajar

terseubut dengan menggunakan teknik group work di

sekolah MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung.

2. Pelaksanaan Group Work dalam Menggurangi

Kesulitan Belajar

Pelaksanaan Group Work di dalam proses

pembelajaran sangatlah membantu kegiatan

pembelajaran, hal ini dapat kita lihat ketika

seorang guru menggunakan group work dalam proses

pembelajaran dapat menimbulkan semangat bagi

siswa, karena pada dasarnya manusia adalah manusia

yang hidup berkelompok, sehingga apabila guru

menggunakan teknik group work dalam aktivitas

belajar terlihat antusias yang begitu besar pada

siswa sebab, dengan digunakannya teknik group work

siswa dapat saling bekerja sama, saling membantu

72

dan bersama- sama untuk memecahkan permasalahan

dalam materi pembelajarannya yang di berikan oleh

guru sehingga, siswa yang mempunyai perbedaan

tingkat kecerdasan dapat bekerjasama dengan

temannya yang mempunyai kemampuan yang lebih dari

siswa sekelompoknya dan ini dapat membantu siswa

yang memiliki tingkat kecerdasannya biasa-biasa

saja.

Berikut ini adalah hasil wawancara yang

peneliti lakukan kepada Bapak Muhammad Zubir

Nasution, S.Ag selaku Kepala Sekolah (tanggal 17

April 2014 pukul 10.00 WIB) di sekolah MTS Al-

Jamiyatul Washliyah Tembung tentang pelaksanaan

Group Work menggemukakan bahwa:

Di MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung, telahdilaksanakannya Group Work untuk mengatasi kesulitanbelajar. Teknik group Work ini tidak hanya di lakukan olehguru pembimbing saja namun juga telah dilaksanakan olehguru-guru yang lainnya khususnya di MTS Al-JamiyatulWashliyah dan teknik ini dapat dijadikan salah satu teknikuntuk meengatasi kesulitan dalam belajar.

Berdasarkan pendapat yang di kemukakan di

atas maka dapat duraikan bahwa pelaksanaan Group

73

Work di sekolah sudah di laksanakan dan di

maksimalkan. Pelaksanaan Group Work juga di

dukung oleh staf- staf di sekolah seperti Kepala

Sekolah, Guru-Guru khususnya guru pembimbing.

Sehingga pelaksanaan Group Work dapat dilaksanakan

dan berjalan dengan efektif juga dapat memberikan

dampak yang positif terhadap siswa di MTS Al-

Jamiyatul Washliyah Tembung.

Pelaksanaan Group Work juga telah di

laksanakan dan ini tentu dapat di laksanakan di

sekolah MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung. Hal

ini tentu dapat di jadikan bukti nyata bahwa

seluruh staf atau pun komponen di sekolah

mendukung sepenuhnya dalam pelaksanaan group work

dalam mengatasi kesulitan belajar di MTS Al-

Jamiyatul Washliyah sehingg dapat berjalan dengan

lancar.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan

pada Ibu Supriani S.Pd selaku guru di sekolah

(tanggal 24 April 2014 pukul 10.00 WIB) di kantor

sekolah MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung tentang

74

pelaksanaan bimbingan konseling khususnya

pelaksanaan group work untuk mengatasi kesulitan

belajar mengemukakan bahwa:

Di MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung, telahdilaksanakannya Group Work. Ketika guru menggunakanteknik ini dapat menimbulkan antusias yang luar biasa padasiswa sehingga, menimbulkan semangat baru dalamaktivitas pembelajaran dan proses pembelajaran,dibandingkan siswa harus menyelesaikan pemecahanmasalah dalam pembelajarannya yang di berikan oleh gurusecara individual. Karena siswa dapat bertukar pikiran danberbagi pengetahuan dengan teman sekelompoknya denganbahasa yang lebih sederhana dan ini lebih mudah untukdipahami dan di serap oleh siswa. Sehingga dapatmengatasi kesulitan belajar pada siswa dan tujuanpembelajaran menjadi tercapai. Dan teknik ini dapatdigunakan untuk mengatasi kesulitan belajar dan dapatditerapkan dari berbagai tingkatan mulai dari tingkatSekolah Dasar sampai kepada tingkatan yang tinggi.meskipun masih terdapat kelemahan dalam teknik GroupWork tersebut.

Hasil wawancara dengan Ibu Supriani, S.Pd selaku

guru pembimbing di atas dapat dipahami bahwa

sekolah dari berbagai tingkatan sekolah mulai

dari Sekolah Dasar sampai pada tingkat mahasiswa

sekalipun dapat diterapkannya teknik group work

ini dalam proses pembelajaran. Hal ini di sebabkan

teknik group work mudah untuk di laksanakan dan

dapat membentuk karakter siswa untuk saling

75

bekerjasama dan bertanggung jawab. Berikut ini

hasil wawancara dengan Ibu Supriani, S.Pd (tanggal

25 April 2014 pukul 10.00 WIB ) di kantor sekolah

MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung terkait dengan

upaya yang dapat memaksimalkan kinerja seorang

guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling

terutama dalam pelaksanaan group work dalam

mengatasi kesulitan belajar di sekolah dapat

dkemukakan sebagai berikut:

Dalam melaksanakan bimbingaan konseling diperlukannyaguru yang propesional, trampil, memahami serta menguasaiberbagai teknik dalam proses pembelajaran. Bukan hanyatrampil dan menguasai namun harus di dukung puladengan alat atau pun sarana untuk menjalankannya agardapat berjalan dengan efektif dan efisien, guna untukmemenuhi hal ini lah pihak sekolah mengutus gurupembimbing untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.Selain itu pihak sekolah juga telah mengusahakan untukmelengkapi peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaanpembelajaran yang di butuhkan oleh siswa. Semua telahdiupayakan meskipun masih banyak yang belum tercapai.Namun guru telah berusaha untuk menyiapkan alat-alatyang sederhana untuk dijadikan alat yang di butuhkandalam pelaksanaan group work ini di sekolah MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung.

Dari hasil wawancara peneliti dengan Ibu

Supriani, S.Pd di atas dapat di pahami bahwa MTS

Al-Jamiyatul Washliyah Tembung, maka dapat di

76

pahami bahwa untuk dapat mengoptimalkan

pelaksanaan tugas guru pembimbing dalam

mengguranggi kesulitan belajar dangan menggunakan

teknik group work tentunya, membutuhkan kemampuan

dan pemahaman tentang teknik dari group work

tersebut. Sehingga dapat benar-benar dapat

melakukannya dengan sebaiknya. Untuk itu guru

pembimbing perlu mengikuti beberapa program

pelatihan pendidikan yang secara khusus memberikan

pengetahuan tentang pelaksanaan bimbingan dan

konseling di sekolah.

3. Kendala yang Di Hadapi dalam Pelaksanaan Group

Work

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Ibu

Supriani, S.Pd selaku guru pembimbing di sekolah

MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung (tanggal 29

April 2014 pukul 09:00) kendala yang dihadapi

dalam pelaksanaan Group Work dapat dikemukakan

sebagai berikut:

77

Kendala yang dihadapi di sekolah MTS Al-Jamiyaul Washliyahadalah kurangnya pemahaman guru dalam menggunakan teknikgroup work, dan masih minimnya guru dengan latar belakangpendidikan konseling. Sedangkan kendala dari siswa adalahdengan dilaksanakannya group work ini mengakibatkan siswayang aktif semakin aktif namun masih ada siswa yang kurang aktifdalam satu kelompok. Inilah yang menjadi kendala dalampelaksanaan group work disekolah MTS Al-Jamiyatul Washliyah.

Berdasarkan uraian yang disampaikan oleh Ibu

Supriani, S.Pd di atas, dapat kita pahami bahwa

masih terdapat berbagai kendala yang dihadapi oleh

guru pembimbing dan konseling dalam pelaksanaan

group work di MTS Al-Jamiyatul Wasliyah Tembung.

Berkaitan dengay adanya kendala ini sehingga dapat

diuraikan dalam pelaksanaan bimbingan dan

konseling terutama dalam pelaksanaan group work

kepada siswa MTS Al-Jamitul Washliyah Tembung,

mash menggalmi kesulitan dalam melaksanakan group

work dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.

Berikut ini adalah kendala yang dihadapi dalm

pelaksanaan mengatasi kesulitan belajar dengan

teknik group work yakni:

78

a. Masih kurangnya jumlah guru yang memiliki

latar belakang penddikan bidang bimbingan

konseling

b. Kurangnya pemahaman guru dalam pelaksanaan

group work.

c. Masih banyak siswa yang kurang aktif,

sedangkan siswa yang aktif semakin aktif.

d. Kurangnya sarana ataupun alat yang digunakan

guru saat pelaksanaan group work.

Dari beberapa kendala sebagaimana yang telah

di jelaskan di atas, dapat di pahami bahwa dalam

pelaksanaan group work akan menemukan beberapa

kesulitan sehingga tujuan yang akan dicapai tidak

sepenuhnya dapat di wujudkan.

4. Upaya Mengatasi Kendala Dalam Pelaksanaan

Group Work

Berikut ini adalah hasil wawancara yang

dilakukan peneliti dengan Ibu Supriani, S.Pd

selaku guru pembimbing MTS Al-Jamiyatul Washliyah

Tembung (tanggal 5 Mei 2014 pukul: 09:00) di

kantor BK MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung

79

terkait upaya dalam mengatasi kendala dalam

pelaksanaan Group Work dapat dikemukakan sebagai

berikut:

Upaya mengatasi kendala pelaksanaan group work yaitudengan mengutus guru untuk mengikuti pelatihan, sehingga gurudapat lebih mengguasai lagi mengenai teknik group work. sertamemanfaatkan sarana yang ada di sekolah dengan sebaiknya,sehingga pelaksanaan group work yang dilaksanakan untukmengurangi kesulitan belajar dapat memberikan hasil yang baikbagi siswa maupun pihak sekolah.

Berdasarkan uraian yang di sampaikan oleh Ibu

Supriani, S.Pd di atas, dapat dipahami mengenai

upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang

dihadapi oleh guru dalam mengurangi kesulitan

belajar dengan menggunakan teknik group work di

MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung, maka inisiatif

yang telah dilakukan adalah:

a. Kebijakan dari pimpinan sekolah untuk

mengirim guru untuk mengikuti pelatihan-

pelatihan

b. Berupaya untuk lebih memahami tentang teknik

group work

80

c. Berupaya untuk memanfaatkan fasilitas yang

ada dengan semaksimal mungkin dan membuat alat

ataupun media dengan sederhana

. upaya ini tentunya masih jauh dari hasil yang

di harapkan, namun setidaknya hal ini sudah

menjadi alternatif kearah untuk menggurangi

kesulitan belajar dengan menggunakan teknik

group work di sekolah MTS Al-Jamiyatul Washliyah

Tembung.

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa

terhadap data penelitian, maka dapat dikemukakan

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dengan dilaksanakannya teknik group work pada

kegiatan pembelajaran dapat menggurangi

kesulitan belajar siswa di sekolah MTS Al-

Jamiyatul Washliyah. Siswa dapat berbagi

informasi dan saling bekerja sama dengan teman

sekelompoknya dengan bahasa yang lebih sederhana

yang lebih mudah untuk di pahami siswa. Dalam

82

praktiknya penyelenggaraan bimbingan konseling

khususnya dalam pelaksanaan menggurangi

kesulitan belajar dengan menggunakan teknik

group work di MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung

dapat dikategorikan cukup yakni sudah berupaya

untuk lebih memahami tentang teknik group work

dengan menggirim guru untuk menggikuti berbagai

pelatihan-pelatihan. Namun masih memiliki

kendala dalam pelaksanaannya. Kendala ini lah

yang menjadi kesulitan dalam proses pembelajaran

kepada siswa. Ada pun kendala yang di hadapi

untuk menggurangi kesulitan belajar dengan

menggunakan teknik group work yakni:

a. Masih kurangnya jumlah guru yang memiliki

latar belakang penddikan pada bidang

bimbingan konseling

b. Kurangnya pemahaman guru dalam pelaksanaan

group work.

c. Masih banyak siswa yang kurang aktif,

sedangkan siswa yang aktif semakin aktif.

83

d. Kurangnya sarana ataupun alat yang digunakan

guru saat pelaksanaan group work.

2. Untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan

dalam menggurangi kesulitan belajar siswa

dengan menggunakan teknik group work di MTS Al-

Jamiyatul Washliyah Tembung, maka inisiatif yang

sudah di lakukan adalah:

a. Kebijakan dari pimpinan sekolah untuk

mengirim guru untuk mengikuti pelatihan-

pelatihan

b. Berupaya untuk lebih memahami tentang teknik

group work

c. Berupaya untuk memanfaatkan fasilitas yang ada

dengan semaksimal mungkin dan membuat alat

ataupun media dengan sederhana.

B. SARAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari

penelitian, maka dapat dikemukakan sebagai

berikut:

84

a. Kepada Kepala Sekolah MTS Al-Jamiyatul

Washliyah Tembung:

1. Membin guru pembiming dalam melaksanakan

berbagai layanan

2. Melakukan pengawasan dan penilaian terhadap

pemahaman guru dalam memahami teknik group

work di sekolah.

3. Menggusahakan kepada guru pembimbing untuk

turut serta aktif dalam menggikuti musyawarah

guru pembimbing (MGP) baik yang di laaksanakan

di sekolah lain, dan memberikan pelatihan-

pelatihan yang berguna untuk meningkatkan

kualitas guru pembimbing dalam memberikan

berbagai layanan bimbingan dan konseling di

sekolah.

b. Kepada guru pembimbing dapat memberikan satu

layanan sesuai dengan kebutuhan siswa, yang

berguna untuk membekali siswa dalam berbagai

ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai

hal yang berguna untuk idupan dirinya, keluarga

dan masyarakat serta dapat meningkatkan

85

aktivitas belajar dan kehipan individu siswa

tersebut.

c. Kepada siswa untuk ikut aktif dalam

pelaksanaan layanan informasi yang di berikan

guna lebih bermanfaat bagi keberhasilan

belajarnya di MTS Al-Jamiyatul Wasliyah Tembung.

d. Kepada peneliti lain, hasil penelitian ini

dapat di jadikan sebagai bahan dasar untuk

penelitian selanjutnya, dengan menggembangkan

penelitan yang bersifat intervensi sehingga

layanan informasi dapat di sesuai di gukan

dengan kebutuhan siswa.

86

DAFTAR PUSTAKA

M.Luddin, Abu Bakar. 2012. Konseling Individual dan Kelompok.

Bandung : Ciptapustaka Media Printis

Ahmadi, Abu. & Widodo, Supriyono. 2004. Psikologi

Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Al-Bukhari, Muhammad, Ibn Ismail. 2002. Shahih Al-Bukhari.

Indonesia: Maktabah Dahlan. juz I

Depag RI, Al Qur’an, dan Terjemah. 2002. Bandung: PT

Syaamiil Cipta Media

Dimyati & Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:

Rineka Cipta

Darmayanti, Nefi. 2005. Psikologi Belajar. Medan : IAIN SU

Feldmen, William. Penerjemah Sudarmaji. 2002. Mengatasi

Gangguan Belajar Pada Anak. Jakarta : Prestasi

Putra.  

Halimah, Siti. 2008. Strategi pembelajaran. Bandung :

Citapustaka Media Printis

87

Moelong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT. Remaja Rosda Karya

Mardalis. 2006. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal).

Jakarta: Bumi Aksara, Cet VIII

Matthew B, Miles. & A. Michael, Huberman. 1992. Analisis

Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru.

Jakarta: UI Press

Nurul, Zuriah. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara, Cet II

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT

Rajagrafindo Persada

Soetrisno, Hadi. 1994. Metodologi Research . Yogyakarta:

Andi Offset

Wawancara dengan guru kelas

1.Bagaimana keadaan belajar siswa di Madrasah

Tsanawiyah Al-jamiyatul Wasliyah Tembung?

2. Bagaimana pendapat Bapak tentang penelitian saya

yang mengangkat tentang kesulitan belajar siswa di

Madrasah Tsanawiyah Al-jamiyatul Wasliyah Tembung?

88

3. Apakah sebelumnya telah ada yang mengangkat

tentang kesulitan belajar siswa di Madrasah

Tsanawiyah Al-jamiyatul Wasliyah Tembung?

4. Bagaimana menurut Bapak apa sebenarnya yang

menjadi masalah dalam diri siswa sehingga sulit

dalam belajar?

Wawancara dengan siswa

1. Bagaimana keadaan interaksi guru dengan siswa di

Madrasah Tsanawiyah Al-jamiyatul Wasliyah Tembung?

2. Bagaimana pendapat adik tentang pelaksanaan

pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Al-jamiyatul

Wasliyah Tembung?

3. Apakah kamu pernah mengalami kesulitan dalam

belajar,seperti apa?

4. Apakah yang membuat kamu sulit dalam belajar?