Bimbingan Kelompok
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Bimbingan Kelompok
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan kegiatan yang fundamental dalam
pendidikan, dimana dalam belajar terjadi tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative
menetap dari hasil interaksi dan pengalaman lingkungan
yang melibatkan proses kognitif. Belajar menjadi dasar
individu untuk mencapai keberhasilan dengan interaksi
dan pengalaman yang didapatnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut tidak hanya proses
kognitif yang berlangsung tetapi juga harus didukung
dengan kesadaran dalam diri anak untuk memiliki
kedisiplinan di dalam belajar. Kedisiplinan belajar
merupakan bentuk sikap ketaatan dan kepatuhan dalam
diri seseorang dalam proses belajar. Disiplin memiliki
peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia
terutama siswa dalam hal belajar karena dengan adanya
disiplin siswa mampu mengarahkan diri, mengendalikan
perilakunya dan memiliki ketaatan dalam dirinya
2
sendiri. Disiplin juga memberikan kontribusi dalam
kegiatan belajar karena dengan disiplin anak memiliki
semangat dan kemauan yang keras untuk belajar. Anak
yang memiliki kedisiplinan belajar akan menunjukkan
ketaatan dan keteraturan terhadap perannya sebagai
seorang pelajar yaitu belajar secara terarah dan
teratur serta membentuk karakter siswa menjadi siswa
yang semangat dan mempunyai kemauan keras untuk
belajar. 1
Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak
selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang
lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat
menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa
amat sulit. Dalam hal semangat terkadang, semangatnya
tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.
Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada
setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam
kaitannya dengan aktifitas belajar. Setiap individu
1 Muhibbin Syah, 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, h. 6.
3
memang tidak ada yang sama. perbedaan individu ini
pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku
dikalangan anak didik, dalam keadaan dimana anak
didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya,
itulah yang disebut dengan kesulitan belajar.
Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak
nampak secara lahiriah. Ketidak mampuan dalam belajar
tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda
dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan
belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan
karena faktor intelligensi yang rendah (kelainan
mental), akan tetapi dapat juga disebabkan karena
faktor lain di luar intelligensi. Dengan demikian, IQ
yang tingi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar
adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai
hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil
belajar.
Masalah belajar yang sering timbul dikalangan
peserta didik, misalnya masalah pengaturan waktu
4
belajar, memilih cara belajar yang efektif dan efisien,
menggunakan buku-buku referensi, cara belajar kelompok,
bagaimana mempersiapkan diri mengahadapi ujian, memilih
jurusan atau mata pelajaran yang cocok dengan minat
bakat yang dimilikinya, dari masalah-masalah tersebut
dapat diatasi dengan program pelayanan bimbingan dan
konseling untuk membantu para peserta didik agar mereka
dapat berhasil dalam belajar.
Berdasarkan masalah diatas, penulis berkeinginan
untuk melakukan suatu penelitian dengan judul
“MENGURANGI KESULITAN BELAJAR SISWA MELALUI TEKNIK
GROUP WORK (KERJA KELOMPOK) DI MADRASAH TSANAWIYA AL-
JAMIYATUL WASHLIYAH TEMBUNG KEC. PERCUT SEI TUAN KAB.
DELI SERDANG“
B. Identifikasi Masalah
Berbagai masalah dapat dilihat berkaitan dengan
mengurangi kesulitan belajar siswa melalui teknik group
work disekolah. Bila diidentifikasi maka masalah-
masalah yang muncul antara lain:
1. Pemahaman guru pembimbing terhadap teknik group work
5
2. Perencanaan dalam penyelenggaraan teknik group work
3. Materi maupun bentuk pelaksanaan teknik group work
4. Sarana dan fasilitas dalam pelaksanaan teknik group work
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan
di atas, maka peneliti hanya membatasi masalah pada :
1. Mengurangi kesulitan belajar 2. Teknik group work
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana mengatasi kesulitan belajar siswa melalui teknik
group work
2. Bagaimana menerapkan teknik group work kepada siswa
3. Bagaimana peranan guru terhadap teknik group work
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini
adalah untuk:
1. Untuk mengatasi kesulitan belajar melalui tenik group work
6
2. Untuk menerapkan teknik group work kepada siswa
3. Untuk mengetahui peranan guru terhadap teknik
group work
F. Manfaat Penelitian
1. Untuk Lembaga:
Penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar .
2. Untuk Peneliti:
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
wawasan keilmuwan mengenai permasalahan siswa
dalam belajar dan diharapkan dapat membantu
mengatasi permasalahan pada siswa.
3. Untuk IAIN SU Medan:
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
kajian untuk menambah khazanah keilmuan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan-
permasalahan kesulitan belajar pada siswa
disekolah.
BAB II
7
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Belajar Dan Teknik Group Work
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses adaptasi yang
berlangsung secara progressif, juga merupakan suatu
proses perubahan yang menyangkut tingkah laku atau
kejiwaan. Jadi dapat diartikan proses belajar adalah
sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif
dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Belajar
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis
dan jenjang pendidikan. Dengan demikian, para ahli
banyak yang membuat definisi tentang belajar yang
berbeda, karena perbedaan sudut pandangnya. Belajar
juga memainkan peran penting dalam mempertahankan
kehidupan sekelompok umat manusia di tengah-tengah
persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa
lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar.2
2 Ahmadi, Abu & Widodo, Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta, hlm.6
8
Di bawah ini akan dikemukakan definisi belajar
menurut beberapa ahli, di antaranya:
a. Belajar menurut W.H. Burton adalah proses
perubahan tingkah laku karena adanya interaksi
antara idividu dengan individu dan individu
dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu
berinteraksi dengan lingkungannya.
b.Belajar menurut Ernest R. Hilgard adalah suatu
proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap
lingkungan.
c.Belajar menurut H.C. Witherington adalah suatu
perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian.
d.Belajar menurut Spears adalah mengamati, membaca,
meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri,
mendengar dan mengikuti aturan . Belajar menurut
Gagne adalah suatu perubahan prilaku yang relative
menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu
ataupun dari pembelajaran yang bertujuan,
9
direncanakan. Pengalaman diperoleh individu dalam
interaksinya dengan lingkungan, baik yang tidak
direncanakan maupun yang direncanakan, sehingga
menghasilkan perubahan yang bersifat relative
menetap.3
Sedangkan menurut Islam manusia lahir menurut
fitrahnya mempunyai rasa ingin tahu. Dengan rasa
ingin tahu tersebut manusia termotivasi untuk
belajar agar mereka dapat mengetahui segala
sesuatu yang diciptakan oleh Allah Swt. Proses
penciptaan alam semesta dan segala isinya
merupakan bahan pikiran atau renungan bagi setiap
orang sejak dahulu sampai saat ini. Sebagaimana
Firman Allah Swt dalam Surah Yunus ayat 3 .
Artinya:
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit danbumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy
3 Veline. Hartini Nara, 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia, h. 4-5.
10
untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akanmemberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikianItulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamutidak mengambil pelajaran”?(Q.S Yunus: 3)
Surah tersebut menjelaskan bahwa Allah
Menciptakan langit dan bumi sebagai tanda-tanda
kekuasaanya agar manusia mengambil pelajaran
darinya. Allah menciptakan langit dan bumi tersebut
juga sebagai bantuan bagi manusia untuk mempermudah
proses berfikir, dalam kaitanya dengan proses
belajar bahwa kita juga memerlukan alat bantu yang
dapat kita gunakan untuk mempermudah kita untuk
memahami pelajaran yang disampaikan. Jadi alat
bantu disini merupakan sesuatu yang sangat
diperlukan dalam proses pembelajaran.
Hakekat belajar adalah perubahan tingkah
laku. Karenanya, kegiatan belajar mengajar seperti
mengorganisasikan pengalaman belajar, mengelola
kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil
belajar, kesemuanya itu merupakan cakupan tanggung
jawab guru untuk perubahan tingkah laku.4
4 Siti halimah. 2008. Strategi Pembelajaran. Bandung : Cita PustakaMedia - Printis, h.13
11
Belajar merupakan istilah yang tidak asing
lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena
telah sangat dikenal, seakan-akan orang telah
mengetahui dengan sendirinya apakah yang dimaksud
dengan belajar itu. Namun kalau ditanyakan kepada
diri sendiri, maka akan termenunglah untuk mencari
jawaban apakah sebenarnya yang dimaksud dengan
belajar. Kemungkinan besar jawaban atas pertanyaan
apakah belajar itu akan mendapatkan jawaban yang
bermacam-macam, demikian pula dikalangan para ahli.
Hal ini terbukti dengan banyaknya defenisi
yang dikemukakan oleh para ahli mengenai belajar,
yang mempunyai perbedaan satu sama lain. Skinner
memberikan defenisi tentang belajar sebagai berikut,
“learning is process of progressive behavior adaption”. Dari
defenisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar
itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang
bersifat progresif. Ini berarti bahwa sebagai akibat
dari belajar adanya sifat progresivitas, adanya
tendensi kearah yang lebih sempurna atau lebih baik
12
dari keadaan sebelumnya. Di samping itu, belajar
juga menunjukkan suatu proses, yang berarti
membutuhkan waktu sampai mencapai sesuatu hasil, dan
hasilnya merupakan perilaku yan lebih sempurna
daripada perilaku sebelum belajar. Kemajuan yang
diperoleh adalah sebagai akibat dari proses belajar
tersebut. Karena belajar merupakan suatu proses,
maka dalam belajar ada input yang kemudian melalui
proses belajar yang menghasilkan suatu out put. 5
Nana Sudjana mengemukakan bahwa belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan
pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari
proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai
bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek
lain yang ada pada individu yang belajar. Lebih
lanjut Nana Sudjana mengemukakan bahwa pengertian
belajar sebagai proses yang aktif, belajar adalah
5 Nefi Darmayanti. 2005. Psikologi Belajar. Medan : IAIN SU, h.1
13
proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di
sekitar individu.6
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses
perubahan di dalam diri manusia. Apabila setelah
belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia,
maka tidaklah dikatakan bahwa padanya
telah berlangsung proses belajar. Perubahan sebagai
hasil dari proses belajar dapat diwujudkan dalam
berbagai bentuk yang relatif permanen, seperti
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi
terampil, serta aspek-aspek lainnya. Sedangkan
perubahan dapat diwujudkan dalam bentuk perubahan
kondisi yang bersifat kontemporer, seperti anak-anak
menjadi dewasa atau dari berbaring,
merangkak, berdiri dan baru kemudian bisa berjalan.
Perubahan tersebut hendaknya terjadi sebagai akibat
interaksinya dengan lingkungan. Tidak karena proses
pertumbuhan fisik atau kedewasaan. Selain itu,6 http://pgribanjarsari.wordpress.com/2010/01/10 di download pukul 08.30 Wib
14
perubahan tersebut haruslah bersifat relatif
permanen, tahan lama dan menetap, tidak berlangsung
sesaat saja.
Muhibbin Syah menjelaskan bahwa: “Allah
mewajibkan manusia untuk belajar agar memperoleh
ilmu pengetahuan”7. 0rang yang belajar akan
mempunyai ilmu pengetahuan dan tidak sama derajatnya
dengan orang yang tidak berilmu pengetahuan. Hal ini
dinyatakan dalam Q.S Al-Mujadillah ayat 11, yang
berbunyi:
Artinya:
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakankepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Makalapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapanganuntukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Makaberdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yangberiman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
7Muhibbin Syah.2007. Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, h. 86.
15
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahuiapa yang kamu kerjakan”.8
Berdasarkan ayat diatas, dapat dikatakan bahwa
belajar atau menuntut ilmu itu sangat penting bagi
manusia dan semakin jelas bahwa belajar wajib hukumnya
bagi manusia. Berdasarkan beberapa pendapat yang
dikemukakan tersebut, jika diperhatikan secara
redaksional tentu saja berbeda satu sama lainnya, namun
secara esensial semua pendapat tersebut mengacu kepada
maksud, tujuan, dan konsep yang sama dan
memiliki unsur-unsur yang sama pula, yaitu:
1. Adanya individu yang belajar
2. Adanya belajar sebagai suatu proses
3. Hasil belajar sebagai hasil perubahan
tingkah laku
4. Proses belajar terjadi di dalam interaksi
dengan lingkungan
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses perubahan
perilaku/pribadi seseorang berdasarkan pengalamannya
8 Terjemah Al Qur’an, 2002. Depag RI. Bandung: PT Syaamil Cipta Media. h. 543.
16
berinteraksi dengan lingkungannya yang ditunjukan dalam
berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap, dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan
aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
2. Masalah-masalah dalam Belajar
Sebagai mana dikutip oleh Dimyanti,
mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri
pelajar, dan ini masih lagi digolongkan menjadi
dua golongan, yaitu:9
a. Faktor-faktor non-sosial
Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga
tidak terbilang jumlahnya, seperti misalnya : keadaan
suhu, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau
malam), tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat
yang dipakai untuk belajar (alat tulis, buku, alat
9 Dimyati dkk. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: RinekaCipta, h. 20.
17
peraga, dan sebagainya yang dapat kita sebut sebagai
alat pelajaran).
b. Faktor-faktor sosial
Yang dimaksud dengan faktor sosial disini adalah
faktor manusia (semua manusia), baik manusia itu hadir
maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak
langsung hadir. Kehadiran orang atau orang-orang lain
pada waktu seseorang sedang belajar, banyak kali
mengganggu belajar itu; misalnya kalau satu kelas murid
sedang melaksanakan ujian, lalu banyak anak-anak lain
bercakap-cakap di samping kelas, atau seseorang sedang
belajar di kamar, satu atau dua orang hilir mudik
keluar masuk kamar belajar itu dan sebagainya.
Selain kehadiran yang langsung seperti yang
dikemukakan di atas, mungkin juga orang lain itu hadir
tidak secara langsung atau dapat disimpulkan
kehadirannya; misalnya saja potret dapat merupakan
representasi dari seseorang, suara nyanyian yang
18
dihidangkan lewat radio maupun tape recorder juga dapat
merupakan representasi bagi kehadiran seseorang.
1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
pelajar, dan ini pun dapat lagi digolongkan
menjadi dua golongan yaitu:
a. Faktor-faktor fisiologi
Faktor-faktor fisiologi ini masih dapat lagi
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya
Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat
dikatakan melatar belakangi aktivitas belajar,
keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya
dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan
jasmani yang lelah lain pengaruhnya dari pada yang
tidak lelah. Dalam hubungannya dengan hal ini ada
dua hal yang perlu dikemukakan yaitu :
a. Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar
makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus
jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan,
19
lekas mengantuk, lekas lelah dan lain
sebagainya.
b. Beberapa penyakit yang kronis sangat
mengganggu belajar itu.
2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologi tertentu terutama
fungsi-fungsi alat indra.
b. Faktor-faktor psikologi
Hal-hal yang mendorong seseorang untuk
belajar adalah sebagai berikut:10
1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki
dunia yang lebih luas
2) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati
dari orang tua, guru, dan teman-teman.
3) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan
yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan
kooperasi maupun kompetensi
4) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman
bila menguasai pelajaran.
10 Arden N. Frandsen. 1984. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta,h. 7-10
20
5) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir
dari pada belajar.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
Perubahan tingkah laku merupakan salah satu tujuan
belajar, namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kesulitan dalam belajar. Faktor yang mempengaruhi
kesulitan dalam belajar ada 2 macam, yaitu:11
a. Faktor intern belajar
Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari
dalam individu sendiri, misalnya kematangan,
kecerdasan, motivasi dan minat.
b. Faktor ekstren belajar
11 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PTRineka Cipta, h. 79.
21
Faktor ekstern erat kaitannya dengan faktor sosial
atau lingkungan individu yang bersangkutan.
Misalnya keadaan lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat , guru dan alat peraga yang
dipergunakan di sekolah.
1. Faktor Intern
a) Kematangan
Karena kematangan mentalnya belum matang, kita
akan sukar mengajarkan konsep-konsep ilmu Filsafat
kepada siswa sekolah dasar. Pemberian materi tertentu
akan tercapai apabila sesuai dengan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan individu atau siswa. Oleh karena itu,
baik potensi jasmani maupun rohaninya perlu
dipertimbangkan lagi kematangannya.
b) Kecerdasan (IQ)
Keberhasilan individu mempelajari berbagai
pengetahuan ditentukan pula oleh tingkat kecerdasannya,
misalnya, suatu ilmu pengetahuan telah cukup untuk
22
dipelajari oleh seseorang individu dalam taraf usia
tertentu. Tetapi kecerdasan individu yang bersangkutan
kurang mendukung, maka pengetahuan yang telah
dipelajarinya tetap tidak akan dimengerti olehnya.
Demikian pula dalam hal-hal yang lain, seperti dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari, misalnya memasak dan
membuat mainan sederhana, dalam tingkat yang sama tidak
semuanya individu mampu mengerjakannya dengan baik.
c) Motivasi
Motivasipun menentukan keberhasilan belajar.
Motivasi merupakan dorongan untuk mengerjakan sesuatu.
Dorongan tersebut ada yang datang dari dalam individu
yang bersangkutan dan ada pula yang datang dari luar
individu yang bersangkutan, seperti peran orang tua,
teman dan guru.12
d) Minat
12 Ely Manizar. 2008. pengantar Psikologi Pendidikan. Palembang: IAIN Raden Fatah Press, h. 79.
23
Minat belajar dari dalam individu sendiri
merupakan faktor yang sangat dominan dalam pengaruhnya
pada kegiatan belajar, sebab kalau dari dalam diri
individu tidak mempunyai sedikitpun kemauan atau minat
untuk belajar, maka pelajaran yang telah diterimanya
hasilnya akan sia-sia. Otomatis pelajaran tersebut
tidak masuk sama sekali di dalam ingatan.
2. Faktor ekstren
a) Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga pun sangat menentukan
keberhasilan belajar. Status ekonomi, status sosial,
kebiasaan dan suasana lingkungan keluarga ikut serta
mendorong terhadap keberhasilan belajar. Suasana
keluarga yang tentram dan damai sangat menunjang
keharmonisan hubungan keluarga. Hubungan orang tua dan
anak akan dirasakan saling memperhatikan dan
melengkapi. Apabila anak menemukan kesulitan belajar,
dengan bijaksana dan penuh pengertian orang tuanya
24
memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap
penyelesaian masalah belajar anaknya.
b) Lingkungan masyarakat
Peran masyarakat sangat mempengaruhi individu
dalam belajar. Setiap pola masyarakat yang mungkin
menyimpang dengan cara belajar di sekolah akan cepat
sekali menyerap ke diri individu, karena ilmu yang
didapat dari pengalamannya bergaul dengan masyarakat
akan lebih mudah diserap oleh individu daripada
pengalaman belajarnya di sekolah. Jadi peran masyarakat
akan dapat merubah tingkah laku individu dalam proses
belajar.
c) Guru
Peran guru dapat mempengaruhi belajar. Bisa dilihat
dari cara guru mengajar kepada siswa, hal ini
sangat menentukan dalam keberhasilan belajar. Sikap
25
dan kepribadian guru, dasar pengetahuan dalam
pendidikan, penguasaan teknik-teknik mengajar, dan
kemampuan menyelami alam pikiran setiap individu
siswa merupakan hal yang sangat penting. Oleh
karena itu, guru sebagai motivator, guru sebagai
fasilitator, guru sebagai inovator, dan guru
sebagai konduktor masalah-masalah individu siswa,
perlu menjadi acuan selama proses pendidikan
berlangsung.13
d) Bentuk alat pelajaran
Bentuk alat pelajaran bisa berupa buku-buku pelajaran, alat
peraga, alat-alat tulis menulis dan sebagainya. Kesulitan
untuk mendapatkan atau memiliki alat-alat pelajaran
secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi keberhasilan dalam belajar siswa. Siswa
akan cenderung berhasil apabila dibantu oleh alat-alat
pelajaran yang memadai. Alat pelajaran tersebut akan
menunjang proses pemahaman anak. Misalnya, melalui
13 Ibid, h. 80
26
praktek sederhana dari materi pelajaran yang telah
mereka pelajari.14
e) Kesempatan belajar
Kesempatan belajar merupakan faktor yang sedang
diupayakan Pemerintah melalui Wajib Belajar (Wajar)
Pendidikan Dasar 9 Tahun yang mulai dicanangkan tahun
pelajaran 1994/1995. Pencanangan Wajar tersebut
merupakan alternatif pemberian kesempatan kepada para
siswa, terutama bagi mereka yang orang tuanya
berekonomi kurang mampu. Seorang anak yang tidak
memiliki kesempatan belajar karena secara ekonomis
kurang mampu, tetapi di sisi lain anak tersebut
berintelegensi tinggi, maka ia akan menemukan hambatan
dalam penyaluran aspirasi cita-citanya secara utuh.
14 http://aadesanjaya.blogspot.com/20/08/2011/pengertian-kesulitan di download pukul 18.28 Wib
27
Walaupun motivasi begitu tinggi untuk mencapai tujuan
yang diinginkannya, tetapi apabila tidak didukung oleh
ekonomi yang cukup, maka akan menemukan kendala yang
relatif serius. Begitu pula sebaliknya, seorang anak
dari keluarga yang mampu, memiliki intelegensi yang
tinggi, bersekolah di sekolah favourit, dan ditunjang
oleh sarana dan prasarana yang serba ada, belum tentu
dapat belajar dengan baik, sebab masih ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi anak tersebut untuk
belajar dengan baik, seperti motivasi belajar,
keharmonisan lingkungan keluarga, jarak dari rumah ke
sekolah yang cukup jauh sehingga melelahkan, perhatian
khusus dari guru kelas, serta hal-hal lain yang
memungkinkan ketidak berhasilan siswa tersebut.
Fenomena lain kesulitan belajar seorang siswa biasanya
tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau
prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga
dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku
siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas,
mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah
28
dan sering minggat dari sekolah. Hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai hal, seperti :15
1 )Rendahnya kemampuan intelektual anak
2) Gangguan perasaan/emosi
3) Kurangnya motivasi untuk belajar
4) Kurang matangnya anak untuk belajar
5) Usia yang terlalu muda
6) Latar belakang sosial yang tidak menunjang
7) Kebiasaan belajar yang kurang baik
8) Kemampuan mengingat yang rendah
B. Teknik Group Work
1. Pengertian Group Work (Kerja Kelompok)
Manusia sebagai makhluk sosial akan hidup dan
berkembang secara layak apabila hidup dalam kumpulannya
dan dalam kebersamaannya sehingga membentuk kelompok-
kelompok. Setiap manusia ingin hidup dalam kebermaknaan
yang bermakna bagi orang tua, kakak, adik, keluarga dan
kepada siapa saja. Suatu kelompok dapat segera terjadi
15 Feldmen, William. 2002. Mengatasi Gangguan Belajar Pada Anak. Jakarta : Prestasi Putra, h. 27-29
29
tanpa diawali kerumunan kalau sebelum berkumpul kepada
mereka telah diberitahukan tujuan yang akan dicapai dan
peranan mereka masing-masing. Sehingga setiap anggota
kelompok mengetahui sasaran yang akan dicapai dan
bertingkah laku sesuai dengan peranannya dan peranan
itu saling berkaitan, merasa senasib dan
sepenanggungan. Berkumpulnya sejumlah orang yang saling
berkaitan satu sama lain membentuk apa yang disebut
kelompok.
Menurut H. Akhyar Hasibuan menyatakan kelompok
adalah kumpulan-kumpulan individu dimana mereka saling
berinteraksi dan berkomunikasi dalam memecahkan suatu
permasalahan. Permasalahan tersebut dapat dalam bentuk
dipersiapkan maupun spontan yang berkaitan dengan
minat, keinginan, harapan ataupun kehidupan anggota
kelompok. Dalam kelompok kualitas kebersamaan lebih
tinggi masing-masing sudah saling berhubungan, saling
berinteraraksi, terikat dengan ketentuan dan tujuan
kelompok. 16
16 Abu Bakar M.Luddin. 2012. konseling individual dan kelompok, Bandung : Cipta Pustaka Media Printis, h. 90
30
Menurut De Vito (1997): kelompok merupakan
sekumpulan individu yang cukup kecil bagi semua anggota
untuk berkomunikasi secara relatif mudah. para anggota
saling berhubungan satu sama lain dengan beberapa
tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi atau
struktur diantara mereka. kelompok mengembangkan norma-
norma, atau peraturan yang mengidentifikasi tentang
apayang dianggap sebagai perilaku yang diinginkan
anggota.17
Menurut Homans (1950): kelompok adalah sejumlah
individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam
jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu
banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan
semua anggota secara langsung.18
Sedangkan Definisi kelompok Menurut saya adalah
kumpulan individu yang bekerja sama dan saling
berinteraksi satu sama lain. Saling berkomunikasi
secara verbal maupun non-verbal dengan mengutamakan
17 http://jl-hengki.blogspot.com/20/11/2011/definisi-kelompok.html di download pukul 08.43 Wib18 http://soniacinantya-psikologi.blogspot.com/2010/10/pengertian-kelompok-menurut-para-tokoh.html di download pukul 20.30 Wib
31
kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadi
individu dan tercipta sebuah ikatan psikologis yang
erat diantara anggota kelompok.
Metode group work (kerja kelompok) dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan belajar mengajar dimana dalam
satu kelas peserta didik dipandang dalam suatu kelompok
yang terbagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk
mencapai tujuan tertentu. Metode mengajar kerja
kelompok dilakukan dengan cara mengkondisikan peserta
didik dalam suatu group atau sebagai satu kesatuan yang
diberi tugas-tugas belajar untuk dibahas secara
bersama-sama.
Peran guru sebagai pengajar/fasilitator, sedangkan
siswa merupakan individu yang belajar. Ayat yang
terkait secara langsung tenang dorongan untuk memilih
metode atau pun teknik secara tepat dalam proses
pembelajaran adalah:
32
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah danpelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik.Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapayang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahuiorang-orang yang
mendapat petunjuk.”
(Qs. An Nahl, 125)19
Selain ayat tersebut di atas, landasan metode
ataupun teknik dalam pembelajaran yang didasarkan oleh
Hadis Nabi adalah sebagai berikut:
Artinya: “Dari Anas RA bahwa Nabi SAW bersabda:
Mudahkanlah dan jangan kamu persulit. Gemberikanlah dan
janganlah kamu membuat lari.”
(HR. Bukhari)20
Sebagai suatu metode mengajar, metode kerja
kelompok bertujuan untuk mencapai bermacam macam tujuan
19Terjemah Al Qur’an, 2002. Depag RI. Bandung: PT Syaamiil CiptaMedia h. 281
20Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari. 2002. Shahih al-Bukhari,Indonesia: Maktabah Dahlan. juz I, hlm. 43
33
pengajaran. Menurut moedjono penggunaan metode kerja
kelompok ini bertujuan untuk :
a) Memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama diantara
para peserta didik
b) Meningkatkan keterlibatan sosio-emosional dan
intelektual peserta didik
c) Meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil
proses belajar mengajar secara berimbang.
1. Alasan penggunaan metode kerja kelompok dalam
kegiatan belajar mengajar, yaitu :
a) Melatih peserta didik dapat bekerjasama
dengan temannya dalam satu penyelesaian
tugas-tugas belajar
b) Mengembangkan kemampuan mencari dan menemukan
bahan-bahan atau materi pelajaran untuk
menyelesaikan tugas-tugas
c) Melatih setiap peserta didik untuk aktif
dalam kegiatan pembelajaran
2. Kelebihan dan kelemahan metode kerja kelompok
1) Kelebihan metode kerja kelompok
34
a) Melatih peserta didik aktif mencari bahan
pelajaran dalam menyelesaikan tugasnya
b) Melatih peserta didik menggalang kerjasama
dan kekompakan dalam kelompok
c) Mengembangkan kepemimpinan dan keterampilan
berdiskusi peserta didik dalam kelompok
2) Kelemahan metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok memiliki keterbatasan atau
kelemahan antara lain :
a) Kerja kelompok hanya memberikan kesempatan kepada
peserta didik yang aktif dan mampu berperan,
sedangkan bagi peserta didik yang kurang mampu
berperan kegiatanya dalam kelompok hanya sebatas
mendengarkan dan mencatat hasil perolehan teman
kelompoknya.
b) Kegiatan pembelajaran memerlukan fasilitas yang
beragam seperti memiliki ruangan yang lebih besar
dan sumber-sumber belajar yang bervariasi.
c) Pelaksanaan tergantung pada faktor-faktor tertentu.
Misalnya tujuan khusus yang ingin dicapai, tingkat
35
umur, kemampuan siswa, minat dan fasilitas
pengajaran di dalam kelas21
2. Pembentukan kelompok
Sudah menjadi salah satu kodrat manusia untuk
cenderung hidup berkelompok seperti kelompok rumah
tangga, organisasi profesi, organisasi sosial, kelompok
kerja, kelompok belajar sampai kepada kelompok yang
besar seperti di pasar maupun tempat keramaian lainnya.
Dalam kelompok dikenal adanya anggota kelompok dan
pemimpin kelompok sebagai unsur yang tidak dapat
dipisahkan dalam kelompok itu.
a. Anggota kelompok
Keanggotaan kelompok merupakan unsur pokok dalam
suatu kelompok yang dapat dikatakan sebagai badan
dan jiwanya kelompok. Suatu kelompok yang baik
ataupun kurang baik dapat dinilai dari lima hal
yaitu : Pertama, saling hubungan yang dinamis
antara anggota dimana masing-masing anggota itu
merasa berkepentingan untuk berinteraksi bersama
dan suasana perasaan yang tumbuh dalam kelompok
21 Siti halimah, op. cit, hlm, 72-74
36
itu. Kedua, tujuan bersama merupakan pusat dari
kehidupan kelompok. Dalam kelompok-kelompok sadar
hukum tujuan bersama itu jelas yaitu mengkaji dan
menyelesaikan berbagai kasus yang terkait dengan
pelanggaran hukum. Ketiga, hubungan antara anggota
kelompok dan sifat kegiatan kelompok. Suatu
kelompok ditinjau dari jumlahnya dapat
dikatagorikan kelompok dua, kelompok tiga,
kelompok empat sampai delapan, kelompok delapan
sampai tiga puluh. Keempat, kemampuan mandiri,
kemandirian merupakan unsur penting dalam suatu
kelompok. Setiap anggota kelompok tidak begitu
terbawa saja oleh pendapat anggota lainnya.
Apalagi bila kondisi seperti itu terjadi dalam
kelompok dua atau tiga tentu kehidupan kelompok
akan dingin.
b. Pemimpin kelompok
Peranan pemimpin kelompok sangat peting dan
menentukan. Peranan pemimpin kelompok disesuaikan
dengan sifat dan tujuan kelompok. Setiap pemimpin
kelompok hendaknya menguasai dan mengembangkan
37
kemampuan dan keterampilan serta sikap yang
memadai untuk terselenggaranya proses kegiatan
kelompok secara efektif.
Menurut Gito Setyohutomo (2004) Sebagaimana
dikutip oleh Abu Bakar M. Luddin. Adapun
keterampilan dan sifat yang diperankan pemimpin
kelompok meliputi :22
1)Usaha mengenal dan mempelajari dinamika kelompok
serta saling hubungan antara anggota kelompok.
2)Kesediaan menerima setiap anggota kelompok tanpa
pamrih pribadi
3)Berusaha untuk dapat didekati dan membantu
tumbuhnya salinh hubungan antara anggota kelompok.
4)Kesediaan menerima berbagai pandangan dan sikap
yang berbeda yang barangkali amat berlawanan
dengan pandangan pemimpin kelompok.
3. Jenis- jenis kelompok
Diakui bahwa kehidupan seseorang itu adalah hidup
berkelompok. Manusia bukan saja hidup membentuk
kelompok, mereka juga menciptakan bahasa isyarat22 Abu Bakar M.Luddin, op. cit, h. 93-95
38
untuk mengenal kelompok-kelompok ini. Jenis kelompok
dapat dibedakan dari segi ukuran, keadaan interaksi
sosial, kemesraan antara hubungan anggotanya,
dorongan untuk membuat kelompok dan organisasi ada
beberapa jenis kelompok diantaranya :
1. Kelompok primer
Diwarnai oleh hubungan pribadi secara akrab dan
kerja sama terus menerus daiantara anggotanya.
Kelompok primer ini anggotanya berjumpa untuk
tujuan persahabatan, saling membantu dan
mencari penyelesaian masalah yang mereka
hadapai, contoh kelompok seperti ini adalah
keluarga, kelompok bermain, kelompok remaja dan
kelompok belajar dan kelompok agama. Kelompok
ini dikatakan kelompok primer karena merupakan
kelompok dasar dari segi kepentingan dan
kebutuhannya yang didalamnya terjadi interaksi
39
sosial yang anggotanya saling mengenal dekat
dan berhubungan erat dalam kehidupan dimana
mereka sering berkmunikasi dengan
lainnyasehingga setiap orang dapat
berkomunikasi secara langsung tanpa melalui
perantara.
2. Kelompok skunder
Didasarkan pada kepentingan tertentu yang
mewarnai arah kegiatan dan gerak-gerik anggota
kelompok. Kelompok ini tidak tergantung pada
hubungan pribadi secara akrab yaitu hubungan
anggotanya tidak semesra kelompok primer
hubungan diantara anggotanya berinteraksi
secara tidak langsung, berjauhan dan kurang
kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya
bersifat lebih objektif. Seperti partai
politik, perhimpunan serikat pekerja atau
kelompok dalam satu instansi pekerjaan.
40
3. Kelompok formal
Kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan
atau anggaran dasar, anggaran rumah tangga yang
ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi.
Seperti organisasi sosial dan profesi.
4. Kelompok informal
Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari
proses interaksi, daya tarik dan kebutuhan-
kebutuhan seseorang. Keanggotaan kelompok
biasanya tidak teratur dan keanggotaan
ditentukan oleh daya tarik bersama dari
individu dan kelompok. Kelompok ini ada
pembagian tugas yang jelas tapi bersifat
informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan
seperti kelompok arisan dan sejenisnya.23
23 Ibid, h. 97-98
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan
Merujuk pada rumusan masalah yang diajukan, maka
penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan
untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di
dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat,
analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang
sekarang ini terjadi atau ada. Penelitian ini tidak
menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa,
42
melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya
sesuai variable yang diteliti.24
Penelitian deskriptif menurut Nurul Zuriah adalah
penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-
gejala atau kejadian-kejadian secara sistematis dan
akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu.25
2. Jenis Penelitian
Menurut Lexy Moleong, penelitian kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis, gambar dan bukan
angka, yang mana data diperoleh dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.26 Dengan penelitian
kualitatif ini diharapkan peneliti dapat memperoleh
data secara mendetail tentang hal-hal yang diteliti
karena adanya hubungan langsung dengan responden atau
obyek penelitian.
24 Mardalis, Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). 2006. Jakarta: Bumi Aksara, Cet VIII, h. 26.25 Nurul Zuriah, 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Cet II, h. 4726 Lexy Moelong, 2002. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, h. 4.
43
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran yang objektif, faktual, akurat dan sistematis,
mengenai masalah-masalah yang ada di penelitian ini.
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka masalah
yang dihadapi dalam penelitian.
Oleh karena itu, penelitian ini dapat disebut
penelitian deskriptif kualitatif karena dalam
penelitian ini data primernya menggunakan data yang
bersifat data verbal yaitu berupa deskripsi yang
diperoleh dari pengamatan pelaksanaan pendidikan agama
Islam di sekolah.
B. Kehadiran Peneliti
Dalam suatu penelitian, kehadiran peneliti sangat
diperlukan. Selain itu, peneliti sendiri bertindak
sebagai instrument kunci penelitian. Kehadiran peneliti
di lapangan terkait dengan jenis penelitian yang
dipilih yaitu penelitian kualitatif.
Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan,
melaksanakan pengumpulan data, menganalisis data,
44
menafsiran data dan pada akhirnya peneliti yang menjadi
pelapor hasil penelitiannya.
Dalam penelitian ini, sebagai pengamat penuh,
yaitu sebagai pengamat yang tidak terlibat secara
langsung dengan subjek penelitian dalam menjalankan
proses penelitian. Hal ini dilakukan sebagai upaya
menjaga obyektivitas hasil penelitian
C. Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi kegiatan penelitian ini dilakukan
dengan mempertimbangkan kualitas lokasi penelitian.
Objek dalam penelitian ini adalah Madrasah Tsanawiyah
Al-Jamiyatul Washliyah Tembung. Sekolah ini adalah
salah satu sekolah dasar di Kabupaten Deli Serdang yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi. Lokasi sekolah ini
berada Jl. Besar Tembung Lingkungan IV Kec. Percut Sei
Tuan Kab. Deli Serdang dan cukup mudah dijangkau.
45
D. Sumber Data
Pada dasarnya menurut Lofland, sumber data dalam
suatu penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan (sumber data primer) dan selebihnya adalah
sumber data sekunder seperti dokumen dan arsip-arsip.
Berkaitan dengan itu, Lexy Moloeng menyimpulkan bahwa
sumber data terbagi ke dalam kata-kata, tindakan,
sumber data tertulis, foto dan statistik.27
Dalam penelitian ini, sumber data primer yang
berupa kata-kata diperoleh dari wawancara dengan para
informan yang telah ditentukan meliputi berbagai hal
yang berkaitan dengan persiapan dan pelaksanaan
pendidikan agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala
sekolah, guru pendidikan agama Islam dan guru ABK.
Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini
berupa dokumen-dokumen, arsip-arsip, buku-buku dan
karya ilmiah lainnya serta foto-foto kegiatan belajar
mengajar.
27 Ibid, h. 157.
46
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang valid, maka dalam
penelitian ini peneliti menggunakan beberapa prosedur
pengambilan data, yaitu:
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah suatu pengamatan langsung
terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya
dalam pembelajaran kelompok, kerjasama serta komunikasi
antara siswa, sehingga peneliti memperoleh gambaran
suasana, baik di dalam kelas maupun luar kelas. Metode
observasi dapat diartikan sebagai pencatatan sistematis
fenomena-fenomena yang diselidiki.28 Dalam observasi
secara langsung ini, peneliti selain berlaku sebagai
pengamat penuhyang dapat melakukan pengamatan terhadap
gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang
sebenarnya dan langsung diamati oleh observer, juga
sebagai pemeran dan partisipan yang ikut dalam proses
belajar mengajar.
28 Soetrisno Hadi. 1994. Metodologi Research . Yogyakarta: Andi Offset, h. 136.
47
Observasi langsung ini dilakukan oleh peneliti
selama penelitian untuk mengoptimalkan data mengenai
pelaksanaan pendidikan agama Islam, kondisi bangunan,
interaksi siswa dan guru di sekolah, serta keadaan
sarana dan prasarana pendidikan.
2. Wawancara (Interview)
Interview atau wawancara adalah proses tanya jawab
dengan dua orang atau lebih, dan berhadapan secara
fisik.29 Wawancara juga diartikan dengan percakapan
yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan
yang diwawancarai. Wawancara menurut Lexy Moloeng
adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu disebut terwawancara (interviewee).30
Alat pengambilan data ini digunakan oleh peneliti
untuk memperoleh data obyektif yang diperlukan peneliti
tentang latar belakang obyek penelitian, kondisi riil
di lapangan secara umum menyangkut persiapan dan
pelaksanaan pendidikan agama Islam yang meliputi:29Ibid, h. 192.30 Lexy Moleong, Opcit, h. 186.
48
rencana pembelajaran, materi, strategi, media
pembelajaran, pihak-pihak yang terlibat dalam
pembelajaran, dan faktor pendukung dan penghambat
pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak
berkebutuhan khusus.
Untuk memperoleh data yang diinginkan, peneliti
menggunakan pedoman interview dengan informan sebagai
berikut: kepala sekolah, guru atau pembimbing
pendidikan agama Islam.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah semua jenis rekaman atau
catatan sekunder. Teknik pengambilan data berupa
dokumen ini digunakan dalam penelitian sebagai sumber
data yang bermanfaat untuk menguji, menafsirkan dan
menambah rincian spesifik lainnya guna mendukung
informasi dari sumber-sumber lain. Alat pengambil data
ini terdiri dari dokumen pribadi dan dokumen resmi.31
Dokumen pribadi dalam penelitian ini berasal dari
catatan atau keterangan kepala sekolah dan guru
pembimbing pendidikan agama Islam. Sedangkan dokumen
31 Ibid, h. 217.
49
resmi berasal dari dokumen internal seperti pengumuman,
laporan penyelenggaraan pendidikan dan dokumen
eksternal yang dihasilkan lembaga seperti majalah,
artikel dalam jurnal, atau pemberitahuan dari media
massa. Dengan teknik ini, dimungkinkan peneliti
mendapatkan informasi dari berbagai sumber tertulis
yang atau dokumen yang ada pada responden atau tempat
penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Bogdan & Biklen seperti
dikutip Lexy Moloeng adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain.32
Analisis data dalam penelitian dilakukan selama
dan sesudah pengumpulan data. Menurut Matthew B. Miles
32 Ibid, h. 248.
50
dan A. Michael Huberman, ada tiga kegiatan dalam
analisis data, yaitu:
a. Reduksi data yaitu proses pemilihan,
pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan
dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan.33
b. Penyajian data adalah sekumpulan informasi
tersusun yang memungkinkan penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan.34
c. Verifikasi atau menarik kesimpulan adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk menguji
kebenaran, kekokohan dan kecocokan data.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan
dengan menggunakan kriteria kredibilitas. Untuk
mendapatkan data yang relevan, maka peneliti melakukan
pengecekan keabsahan data hasil penelitian dengan cara:
33 Matthew B. Miles & A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode baru, Jakarta: UI Press, h. 16.34 Ibid, h. 17.
51
1. Perpanjangan keikutsertaan, yaitu peneliti tinggal
di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan
data tercapai. Perpanjangan keikutsertaan peneliti
akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan
data yang dikumpulkan.35
2. Ketekunan pengamatan, yaitu mengadakan pengamatan
secara teliti dan berkesinambungan terhadap subjek
penelitian agar memahami gejala lebih mendalam
terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam bagi
anak berkebutuhan khusus autistik. Keajegan
pengamatan berarti mencari secara konsisten
interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan
dengan proses analisis yang konstan dan tentatif.
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri
dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci. Dengan kata lain, ketekunan
pengamatan menyediakan kedalaman.36 Ketekunan
pengamatan berulang-ulang terhadap proses kehidupan35 Lexy. Moleong, Op. cit, h. 327.36 Ibid, h. 329-330.
52
keseharian, pengamatan secara terus-menerus dalam
jangka waktu tertentu yang peneliti lakukan dengan
harapan peneliti dapat melihat data dan informasi
serta fenomena secara lebih cermat, terinci dan
mendalam.
3. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling
banyak digunakan ialah melalui sumber lainnya.37
Triangulasi dengan sumber digunakan untuk pengecekan
data tentang keabsahannya dengan memanfaatkan berbagai
sumber data informasi sebagai bahan pertimbangan, di
sini penulis membandingkan data hasil pengamatan dengan
data hasil wawancara, dan juga membandingkan hasil
wawancara dengan wawancara lainnya.
H. Tahapan-Tahapan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ada empat tahapan yang
perlu dilakukan, yaitu: tahap pra lapangan, tahap
pekerjaan lapangan, tahap analisis data dan tahap
37 Ibid, h. 330.
53
pelaporan data. Tahap-tahap itu dapat dirinci sebagai
berikut:
1. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah:
a. Menyusun rancangan penelitian dan memilih
lapangan,
b. Mengurus perizinan,
c. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan,
d. Memilih dan memanfaatkan informasi,
e. Menyiapkan perlengkapan penelitian,
f. Memperhatikan etika penelitian
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah:
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri,
b. Memasuki lapangan,
c. Berperan aktif sambil mengumpulkan data.
3. Tahap Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
interview, catatan lapangan dan bahan-bahan lain
sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya
54
dapat diinformasikan kepada orang lain. Tahap ini
dilakukan peneliti sesuai dengan cara yang telah
ditentukan sebelumnya.
4. Tahap Pelaporan Data
Menulis laporan merupakan tugas terakhir dari
rangkaian proses penelitian. Pada tahap ini peneliti
menyusun laporan hasil penelitian dengan format tulisan
dan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca.
55
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Dan Latar Belakang Berdirinya
Madrasah
Madrasah Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung
didirikan oleh Alm. H. Mahmud Umar Bin H. Umar
Nst. Beliau di besarkan oleh Ayahanda dan Ibunda
beliau (Hj.Tsanariah Lubis) dalam lingkungan hidup
bersahaja. Keseharian bergelud dengan pertanian di
sebidang tapak tanah dekat dengan tempat domisili
(Pertapakan Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim).
Almarhum melewati masa pendidikan beliau tingkat
Ibtidaiyah di Maktabu Al-Islamiyah Pekan Tembung,
Selanjutnya beliau melanjutkan pendidikan pada
tingkat Tsanawiyah dan Aliyah di Al-Qismul ’Ali di
Jalan Isma’iliyah Medan.
Saat sedang menimba ilmu pada tingkat
Tsanawiyah, ayahanda tercinta berpulang ke
rahmatullah (Allah Yarham) tahun 1955. Walau
56
terasa berat dengan kondisi yang dihadapi pada
saat itu Beliau terus bertekat dapat meneruskan
dan melanjutkan pendidikan sambil berikhtiyar
membatu Ibunda tercinta dalam memenuhi kehidupan
sehari-hari. Selesai sholat subuh berangkat ke
ladang dan mengusahakan apa yang bisa dibawa untuk
dimakan dan dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup
saat itu. Dengan izin Allah SWT Beliau akhirnya
dapat menyelesaikan pendidikan di Qismul ’Ali Al-
Jam’iyatul Washliyah Medan.
Selama dalam pendidikan di Qismul ’Ali beliau
sudah ikut terjun membantu mengajar pada tingkat
Ibtidaiyah di Madrasah Al-Halim Titi Sewa.
Shibghoh Al-Washliyah yang tertanam dalam diri
beliau terus menggelitik untuk mengembangkan dan
memajukan Al-Washliyah dari Zaman ber zaman.
Akhirnya pada tahun 1965 beliau putuskan dan
meminta kepada ibunda tercinta setapak tanah yang
ada disamping rumah untuk beliau bangun gubuk-
gubuk sebagai sarana untuk menampung anak-anak
untuk belajar. Sedikit demi sedikit dengan do’a
57
orang tua dan ridho Allah SWT akhirnya madrasah
ini mendapat tempat dihati masyarakat. Pada
tanggal 4 Januari 1971 didirikanlah MTs. Diniyah
Kitab Kuning sebagai kelanjutan dari Madrasah
Ibtidaiyah Al-Washliyah yang dibina selama ini.
Semakin maju zaman dan besarnya tuntutan
masyarakat, mencuatlah usulan untuk mendirikan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) SKB 3 Menteri ketika
itu. Akhirnya dengan izin Allah SWT pada tahun
1980 berdirilah Madrasah tersebut. Tamatan demi
tamatan sudah dihasilkan timbul tuntutan untuk
merintis Madrasah Aliyah. Dengan Ridho dan izin
Allah SWT pada tahun 1986 berdirilah Madrasah
Aliyah Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung.
2. Visi, Misi Dan Tujuan Madrasah
VISI MADRASAH
“Terbentuknya Insan Kamil Yang Beriman,
Berakhlaqul Karimah, Berilmu, Ramah Dan Peduli
Lingkungan Dalam Mencapai Kebahagian Dunia Dan
Akhirat”
58
Untuk mewujudkan visi madrasah tersebut terdapat
beberapa indikator yang ditempuh di antaranya :
a.Memiliki keimanan yang mantap dan mampu
mengamalkan ajaran Islam sepenuh hati
b.Memiliki akhlaq yang mulia dengan menanamkan
keimanan yang mantap
c.Mampu berfikir aktif dan kreatif dalam
memecahkan masalah
d.Memiliki keterampilan dan gaya hidup yang
islami
e.Mampu menjadi teladan dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat
f.Memiliki kreatifitas dalam ikut serta
melestarikan lingkungan
MISI MADRASAH
a.Membentuk warga madrasah yang beriman,
bertaqwa, berakhlak mulia dan berbudi pekerti
yang tinggi dengan mengembangkan sikap dan
59
perilaku religius baik di dalam maupun di
luar madrasah
b.Mengembangkan budaya gemar membaca, rasa
ingin tahu, bertoleransi, bekerjasama, saling
menghargai, displin , jujur, kerja keras,
kreatif dan inovatif.
c.Meningkatkan nilai kecerdasan, cinta ilmu dan
keingintahuan peserta didik dalam bidang
pendidikan agama dan umum
d.Menciptakan suasana pembelajaran yang
menantang, menyenangkan, komunikatif, tanpa
takut salah, dan demokratis.
e.Mengupayakan pemanfaatan waktu belajar,
sumber daya fisik dan manusia, agar
memberikan hasil yang terbaik bagi
perkembangan peserta didik.
f.Menanamkan kepedulian sosial dan lingkungan,
cinta damai, cinta tanah air, semangat
kebangsaan, dan hidup demokratis.
TUJUAN PENDIDIKAN MADRASAH
60
Mengacu pada visi dan misi sekolah, serta
tujuan umum pendidikan dasar, tujuan pendidikan
madrasah dalam mengembangkan pendidikan adalah
sebagai berikut,
a.Memfasilitasi perangkat pembelajaran untuk
semua mata pelajaran dengan mempertimbangkan
pengembangan nilai religius dan budi pekerti
yang tinggi.
b.Mewujudkan budaya gemar membaca, kerjasama,
saling menghargai, displin, jujur, kerja
keras, kreatif dan inovatif.
c.Mewujudkan peningkatan prestasi dibidang
Akademik dan non-Akademik
d.Mewujudkan suasana pembelajaran yang
menantang, menyenangkan, komunikatif, tanpa
takut salah, dan demokratis.
e.Mewujudkan efisiensi waktu belajar,
optimalisasi penggunaan sumber belajar
dilingkungan untuk menghasilkan karya dan
prestasi yang maksimal.
61
f.Mewujudkan lingkungan madrasah yang memiliki
kepedulian sosial dan lingkungan, cinta
damai, cinta tanah air, semangat kebangsaan,
serta hidup demokratis.
Tujuan Pendidikan Al-Washliyah
Membentuk,
1.Manusia mukmin yang taqwa
2.Berpengetahuan luas dan dalam
3.Berbudi pekerti yang tinggi
4.Cerdas dan tangkas dalam berjuang
5.Menuntut kebahagiaan dunia dan akhirat
3. IDENTITAS MADRASAH
A. Nama Sekolah/Madrasah : MTs. Al-Jamiyatul
Washliyah Tembung
B. Tahun Berdiri
: 1980
C. Alamat Sekolah
: Jl. Besar Tembung No.
78 Lingk. IV
Tembung
62
D. Nomor Telepon/Fax
: 061-7380552
E. Nama Kepala Sekolah
: Muhammad Zubir Nasution, S.Ag
F. Pendidikan Terakhir
: S-1 (Strata Satu)
G. Program Studi
: Muamalah
H. Peringkat Akreditasi
Sekolah : “A”
4. Keadaan Siswa
Penerimaan siswa di sekolah MTs Al-Jamiyatul
Washliyah Tembung Kec Percut Sei Tuan sudah
mengalami peningkatan. Peningkatan ini berkaitan
dengan semakin tingginya minat masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya ke MTs Al-Jamiyatul
Washliyah Tembung Kec Percut Sei Tuan. Untuk
mengetahui keadaan jumlah siswa yang ada di MTs
63
Al-Jamiyatul Washliyah Tembung Kec Percut Seituan
dalam 3 tahun terakhir dapat diketahui melalui
tabel berikut ini:
Tabel 1
Keadaan Siswa 3 Tahun Terakhir
TahunKelas Jumla
hI II III
2010/20
11144 157 209 172 118 139 939
2011/20
12192 203 144 156 202 173 1070
2012/20
13204 187 190 202 134 155 1072
Total 552 535 479 468 480 459 2973
Tabel II
Siswa Yang Mutasi 3 Tahun Terakhir
TahunKelas
JumlahI II III
2010/2011 3 6 3 12
64
2011/2012 2 4 8 14
2012/2013 1 11 1 13
Total 6 21 12 39
Tabel III
Keadaan Kelulusan Siswa 3 Tahun Terakhir
TahunJlh
Siswa
Jlh
Lulus
% Keteranga
n
2010/2011 257 255 99,22
2011/2012 370 368 99,73
2012/2013 287 287 100
Total 914 910
Sumber data: Data Statistik Kantor MTs Al-
Jamiyatul Washliyah Tembung Kec Percut
Sei Tuan 3 tahun belakangan ini
4. Keadaan Tenaga Pengajar
Untuk kelancaran pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran di MTs Al-Jamiyatul Washliyah Tembung
Kec Percut Sei Tuan, maka diperlukan tenaga
pengajar yang trampil dan memiliki keahlian sesuai
65
disiplin keilmuanya. Keadaan tenaga pengajar di
MTs Al-Jamiyatul Washliyah Tembung Kec Percut Sei
Tuan dapat diketahui melalui tabel sebagai
berikut:
Tabel IV
Tenaga Kependidikan 3 Tahun Terakhir
1. Guru
Kualifikas
i
pendidikan
Tetap PNS DPKTidak
TetapJumlah
S-3 0 0 0 0
S-2 2 0 2 4
S-1 35 4 8 47
D-3 4 0 0 4
D-2 0 0 0 0
D-1 0 0 0 0
SLTA 1 0 1 2
66
Total 42 4 11 57
Tabel V
Tenaga Kependidikan 3 Tahun Terakhir
2. Guru
Golongan Tetap PNS DPKTidak
TetapJumlah
IV 0 2 0 2
III 0 2 0 2
II 0 0 0 0
I 0 0 0 0
Tanpa
Golongan53 0 0 53
Total 53 4 0 57
Tabel VI
Tenaga Kependidikan 3 Tahun Terakhir
3. Tersertifikasi
Golongan Tetap PNS DPKTidak
tetapJumlah
Tersertifikas 22 3 0 25
67
i
Belum
Tersertifikas
i
31 1 0 32
Total 53 4 0 57
Tabel VII
Tenaga Kependidikan 3 Tahun Terakhir
4. Tenaga Administrasi
Kualifasi
PendidikanTetap PNS DPK
Tidak
TetapJumlah
S-2 0 0 0 0
S-1 1 0 0 1
D-3 2 0 0 2
D-2 0 0 0 0
D-1 0 0 0 0
SLTA 0 0 0 0
Total 4 0 0 4
5. Sarana Dan Fasilitas
Tabel VIII
68
KONDISI FISIK BANGUNAN MTS AL-JAMIYATUL WASHLIYAH
TEMBUNG
No Jenis Jumla
h
Luas
perunit
Kepemili
kan
Kondi
si
1 Lahan 1 1.453,1
9
Wakaf Baik
2 Bangunan 2 Wakaf Baik
3 Kosong
4 Kegiatan
Praktek
5 Pengembangan
6 Ruang 34 Baik
7 Kelas 19 Baik
8 Lab IPA 1 Baik
9 Lab Komputer 1 Baik
10 Lab Bahasa 1 Baik
11 Bengkel -
12 Multi Media -
13 Olah Raga 1 Baik
14 Perpustakaan 1 Baik
69
15 Kesenian 1 Baik
16 Keterampilan -
17 Ruang
Administrasi
1 Baik
B. Temuan Khusus
1. Peran Guru Pembimbing dalam Menggurangi
Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar sering kali menjadi faktor
penghambat yang sangat sering di temui guru pada
siswa. Hal inilah yang harus dapat diatasi oleh
seorang guru, guru harus dapat memilih teknik yang
di gunakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan
materi yang akan diajarkannya. Dengan menggunakan
teknik yang tepat dalam proses pembelajaran adalah
cara yang sangat efektif agar siswa tidak
mengalami kesulitan belajar dan teknik yang
digunakan oleh peneliti dalam mengguranggi
kesulitan belajar siswa adalah teknik group work.
Teknik group work adalah teknik dengan cara
70
belajar dilakukan bersama teman sekelompoknya.
Sehingga proses pembelajarannya siswa bekerjasama
dengan teman yang ada dalam kelompoknya guna
berbagi informasi yang diketahuinya pada materi yg
telah disajikan oleh guru. Namun, terkadang masih
banyak guru yang kurang memahami tentang kesulitan
belajar yang dialami siswanya, guru kurang
menyadari apa yang dibutuhkan siswa, sehingga
tidak memperhatikan kesulitan-kesulitan yang
tengah dialami siswa. Pada hal siswa sedang
mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran
namun masih banyak guru yang hanya memakai teknik
ceramah dan pada akhir pertemuan diberikan tugas
tanpa memperhatikan kesulitaan dari siswa yang
telah jenuh dengan teknik ceramah tersebut.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Kepala
Sekolah di MTS Al-Jamiyatul Washliyah Bapak
Muhammad Zubir Nasution, S.Ag sebagai berikut:
Terkadang guru tidak memperhatikan atau pun kurangnyakesadaran untuk memahami kesulitan apa yang tengah di hadapisiswa, guru hanya terpokus pada metode ceramah yang selama inidilakukannya pada hal masih banyak lagi teknik yang dapatdigunakan dalam proses pembelajaran seperti teknik Group Work
71
di MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung dan teknik lainnya. Yangbisa menimbulkan warna baru dalam proses transfer ilmupengetahuan.
Dari wawancara di atas dapat dipahami bahwa
guru harus menyadari akan kesulitan-kesulitan yang
tengah dihadapi oleh peserta didiknya. Sehingga
guru dapat mengguranggi kesulitan belajar
terseubut dengan menggunakan teknik group work di
sekolah MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung.
2. Pelaksanaan Group Work dalam Menggurangi
Kesulitan Belajar
Pelaksanaan Group Work di dalam proses
pembelajaran sangatlah membantu kegiatan
pembelajaran, hal ini dapat kita lihat ketika
seorang guru menggunakan group work dalam proses
pembelajaran dapat menimbulkan semangat bagi
siswa, karena pada dasarnya manusia adalah manusia
yang hidup berkelompok, sehingga apabila guru
menggunakan teknik group work dalam aktivitas
belajar terlihat antusias yang begitu besar pada
siswa sebab, dengan digunakannya teknik group work
siswa dapat saling bekerja sama, saling membantu
72
dan bersama- sama untuk memecahkan permasalahan
dalam materi pembelajarannya yang di berikan oleh
guru sehingga, siswa yang mempunyai perbedaan
tingkat kecerdasan dapat bekerjasama dengan
temannya yang mempunyai kemampuan yang lebih dari
siswa sekelompoknya dan ini dapat membantu siswa
yang memiliki tingkat kecerdasannya biasa-biasa
saja.
Berikut ini adalah hasil wawancara yang
peneliti lakukan kepada Bapak Muhammad Zubir
Nasution, S.Ag selaku Kepala Sekolah (tanggal 17
April 2014 pukul 10.00 WIB) di sekolah MTS Al-
Jamiyatul Washliyah Tembung tentang pelaksanaan
Group Work menggemukakan bahwa:
Di MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung, telahdilaksanakannya Group Work untuk mengatasi kesulitanbelajar. Teknik group Work ini tidak hanya di lakukan olehguru pembimbing saja namun juga telah dilaksanakan olehguru-guru yang lainnya khususnya di MTS Al-JamiyatulWashliyah dan teknik ini dapat dijadikan salah satu teknikuntuk meengatasi kesulitan dalam belajar.
Berdasarkan pendapat yang di kemukakan di
atas maka dapat duraikan bahwa pelaksanaan Group
73
Work di sekolah sudah di laksanakan dan di
maksimalkan. Pelaksanaan Group Work juga di
dukung oleh staf- staf di sekolah seperti Kepala
Sekolah, Guru-Guru khususnya guru pembimbing.
Sehingga pelaksanaan Group Work dapat dilaksanakan
dan berjalan dengan efektif juga dapat memberikan
dampak yang positif terhadap siswa di MTS Al-
Jamiyatul Washliyah Tembung.
Pelaksanaan Group Work juga telah di
laksanakan dan ini tentu dapat di laksanakan di
sekolah MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung. Hal
ini tentu dapat di jadikan bukti nyata bahwa
seluruh staf atau pun komponen di sekolah
mendukung sepenuhnya dalam pelaksanaan group work
dalam mengatasi kesulitan belajar di MTS Al-
Jamiyatul Washliyah sehingg dapat berjalan dengan
lancar.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan
pada Ibu Supriani S.Pd selaku guru di sekolah
(tanggal 24 April 2014 pukul 10.00 WIB) di kantor
sekolah MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung tentang
74
pelaksanaan bimbingan konseling khususnya
pelaksanaan group work untuk mengatasi kesulitan
belajar mengemukakan bahwa:
Di MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung, telahdilaksanakannya Group Work. Ketika guru menggunakanteknik ini dapat menimbulkan antusias yang luar biasa padasiswa sehingga, menimbulkan semangat baru dalamaktivitas pembelajaran dan proses pembelajaran,dibandingkan siswa harus menyelesaikan pemecahanmasalah dalam pembelajarannya yang di berikan oleh gurusecara individual. Karena siswa dapat bertukar pikiran danberbagi pengetahuan dengan teman sekelompoknya denganbahasa yang lebih sederhana dan ini lebih mudah untukdipahami dan di serap oleh siswa. Sehingga dapatmengatasi kesulitan belajar pada siswa dan tujuanpembelajaran menjadi tercapai. Dan teknik ini dapatdigunakan untuk mengatasi kesulitan belajar dan dapatditerapkan dari berbagai tingkatan mulai dari tingkatSekolah Dasar sampai kepada tingkatan yang tinggi.meskipun masih terdapat kelemahan dalam teknik GroupWork tersebut.
Hasil wawancara dengan Ibu Supriani, S.Pd selaku
guru pembimbing di atas dapat dipahami bahwa
sekolah dari berbagai tingkatan sekolah mulai
dari Sekolah Dasar sampai pada tingkat mahasiswa
sekalipun dapat diterapkannya teknik group work
ini dalam proses pembelajaran. Hal ini di sebabkan
teknik group work mudah untuk di laksanakan dan
dapat membentuk karakter siswa untuk saling
75
bekerjasama dan bertanggung jawab. Berikut ini
hasil wawancara dengan Ibu Supriani, S.Pd (tanggal
25 April 2014 pukul 10.00 WIB ) di kantor sekolah
MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung terkait dengan
upaya yang dapat memaksimalkan kinerja seorang
guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
terutama dalam pelaksanaan group work dalam
mengatasi kesulitan belajar di sekolah dapat
dkemukakan sebagai berikut:
Dalam melaksanakan bimbingaan konseling diperlukannyaguru yang propesional, trampil, memahami serta menguasaiberbagai teknik dalam proses pembelajaran. Bukan hanyatrampil dan menguasai namun harus di dukung puladengan alat atau pun sarana untuk menjalankannya agardapat berjalan dengan efektif dan efisien, guna untukmemenuhi hal ini lah pihak sekolah mengutus gurupembimbing untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.Selain itu pihak sekolah juga telah mengusahakan untukmelengkapi peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaanpembelajaran yang di butuhkan oleh siswa. Semua telahdiupayakan meskipun masih banyak yang belum tercapai.Namun guru telah berusaha untuk menyiapkan alat-alatyang sederhana untuk dijadikan alat yang di butuhkandalam pelaksanaan group work ini di sekolah MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung.
Dari hasil wawancara peneliti dengan Ibu
Supriani, S.Pd di atas dapat di pahami bahwa MTS
Al-Jamiyatul Washliyah Tembung, maka dapat di
76
pahami bahwa untuk dapat mengoptimalkan
pelaksanaan tugas guru pembimbing dalam
mengguranggi kesulitan belajar dangan menggunakan
teknik group work tentunya, membutuhkan kemampuan
dan pemahaman tentang teknik dari group work
tersebut. Sehingga dapat benar-benar dapat
melakukannya dengan sebaiknya. Untuk itu guru
pembimbing perlu mengikuti beberapa program
pelatihan pendidikan yang secara khusus memberikan
pengetahuan tentang pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah.
3. Kendala yang Di Hadapi dalam Pelaksanaan Group
Work
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Ibu
Supriani, S.Pd selaku guru pembimbing di sekolah
MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung (tanggal 29
April 2014 pukul 09:00) kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan Group Work dapat dikemukakan
sebagai berikut:
77
Kendala yang dihadapi di sekolah MTS Al-Jamiyaul Washliyahadalah kurangnya pemahaman guru dalam menggunakan teknikgroup work, dan masih minimnya guru dengan latar belakangpendidikan konseling. Sedangkan kendala dari siswa adalahdengan dilaksanakannya group work ini mengakibatkan siswayang aktif semakin aktif namun masih ada siswa yang kurang aktifdalam satu kelompok. Inilah yang menjadi kendala dalampelaksanaan group work disekolah MTS Al-Jamiyatul Washliyah.
Berdasarkan uraian yang disampaikan oleh Ibu
Supriani, S.Pd di atas, dapat kita pahami bahwa
masih terdapat berbagai kendala yang dihadapi oleh
guru pembimbing dan konseling dalam pelaksanaan
group work di MTS Al-Jamiyatul Wasliyah Tembung.
Berkaitan dengay adanya kendala ini sehingga dapat
diuraikan dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling terutama dalam pelaksanaan group work
kepada siswa MTS Al-Jamitul Washliyah Tembung,
mash menggalmi kesulitan dalam melaksanakan group
work dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.
Berikut ini adalah kendala yang dihadapi dalm
pelaksanaan mengatasi kesulitan belajar dengan
teknik group work yakni:
78
a. Masih kurangnya jumlah guru yang memiliki
latar belakang penddikan bidang bimbingan
konseling
b. Kurangnya pemahaman guru dalam pelaksanaan
group work.
c. Masih banyak siswa yang kurang aktif,
sedangkan siswa yang aktif semakin aktif.
d. Kurangnya sarana ataupun alat yang digunakan
guru saat pelaksanaan group work.
Dari beberapa kendala sebagaimana yang telah
di jelaskan di atas, dapat di pahami bahwa dalam
pelaksanaan group work akan menemukan beberapa
kesulitan sehingga tujuan yang akan dicapai tidak
sepenuhnya dapat di wujudkan.
4. Upaya Mengatasi Kendala Dalam Pelaksanaan
Group Work
Berikut ini adalah hasil wawancara yang
dilakukan peneliti dengan Ibu Supriani, S.Pd
selaku guru pembimbing MTS Al-Jamiyatul Washliyah
Tembung (tanggal 5 Mei 2014 pukul: 09:00) di
kantor BK MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung
79
terkait upaya dalam mengatasi kendala dalam
pelaksanaan Group Work dapat dikemukakan sebagai
berikut:
Upaya mengatasi kendala pelaksanaan group work yaitudengan mengutus guru untuk mengikuti pelatihan, sehingga gurudapat lebih mengguasai lagi mengenai teknik group work. sertamemanfaatkan sarana yang ada di sekolah dengan sebaiknya,sehingga pelaksanaan group work yang dilaksanakan untukmengurangi kesulitan belajar dapat memberikan hasil yang baikbagi siswa maupun pihak sekolah.
Berdasarkan uraian yang di sampaikan oleh Ibu
Supriani, S.Pd di atas, dapat dipahami mengenai
upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang
dihadapi oleh guru dalam mengurangi kesulitan
belajar dengan menggunakan teknik group work di
MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung, maka inisiatif
yang telah dilakukan adalah:
a. Kebijakan dari pimpinan sekolah untuk
mengirim guru untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan
b. Berupaya untuk lebih memahami tentang teknik
group work
80
c. Berupaya untuk memanfaatkan fasilitas yang
ada dengan semaksimal mungkin dan membuat alat
ataupun media dengan sederhana
. upaya ini tentunya masih jauh dari hasil yang
di harapkan, namun setidaknya hal ini sudah
menjadi alternatif kearah untuk menggurangi
kesulitan belajar dengan menggunakan teknik
group work di sekolah MTS Al-Jamiyatul Washliyah
Tembung.
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa
terhadap data penelitian, maka dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan dilaksanakannya teknik group work pada
kegiatan pembelajaran dapat menggurangi
kesulitan belajar siswa di sekolah MTS Al-
Jamiyatul Washliyah. Siswa dapat berbagi
informasi dan saling bekerja sama dengan teman
sekelompoknya dengan bahasa yang lebih sederhana
yang lebih mudah untuk di pahami siswa. Dalam
82
praktiknya penyelenggaraan bimbingan konseling
khususnya dalam pelaksanaan menggurangi
kesulitan belajar dengan menggunakan teknik
group work di MTS Al-Jamiyatul Washliyah Tembung
dapat dikategorikan cukup yakni sudah berupaya
untuk lebih memahami tentang teknik group work
dengan menggirim guru untuk menggikuti berbagai
pelatihan-pelatihan. Namun masih memiliki
kendala dalam pelaksanaannya. Kendala ini lah
yang menjadi kesulitan dalam proses pembelajaran
kepada siswa. Ada pun kendala yang di hadapi
untuk menggurangi kesulitan belajar dengan
menggunakan teknik group work yakni:
a. Masih kurangnya jumlah guru yang memiliki
latar belakang penddikan pada bidang
bimbingan konseling
b. Kurangnya pemahaman guru dalam pelaksanaan
group work.
c. Masih banyak siswa yang kurang aktif,
sedangkan siswa yang aktif semakin aktif.
83
d. Kurangnya sarana ataupun alat yang digunakan
guru saat pelaksanaan group work.
2. Untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan
dalam menggurangi kesulitan belajar siswa
dengan menggunakan teknik group work di MTS Al-
Jamiyatul Washliyah Tembung, maka inisiatif yang
sudah di lakukan adalah:
a. Kebijakan dari pimpinan sekolah untuk
mengirim guru untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan
b. Berupaya untuk lebih memahami tentang teknik
group work
c. Berupaya untuk memanfaatkan fasilitas yang ada
dengan semaksimal mungkin dan membuat alat
ataupun media dengan sederhana.
B. SARAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
penelitian, maka dapat dikemukakan sebagai
berikut:
84
a. Kepada Kepala Sekolah MTS Al-Jamiyatul
Washliyah Tembung:
1. Membin guru pembiming dalam melaksanakan
berbagai layanan
2. Melakukan pengawasan dan penilaian terhadap
pemahaman guru dalam memahami teknik group
work di sekolah.
3. Menggusahakan kepada guru pembimbing untuk
turut serta aktif dalam menggikuti musyawarah
guru pembimbing (MGP) baik yang di laaksanakan
di sekolah lain, dan memberikan pelatihan-
pelatihan yang berguna untuk meningkatkan
kualitas guru pembimbing dalam memberikan
berbagai layanan bimbingan dan konseling di
sekolah.
b. Kepada guru pembimbing dapat memberikan satu
layanan sesuai dengan kebutuhan siswa, yang
berguna untuk membekali siswa dalam berbagai
ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai
hal yang berguna untuk idupan dirinya, keluarga
dan masyarakat serta dapat meningkatkan
85
aktivitas belajar dan kehipan individu siswa
tersebut.
c. Kepada siswa untuk ikut aktif dalam
pelaksanaan layanan informasi yang di berikan
guna lebih bermanfaat bagi keberhasilan
belajarnya di MTS Al-Jamiyatul Wasliyah Tembung.
d. Kepada peneliti lain, hasil penelitian ini
dapat di jadikan sebagai bahan dasar untuk
penelitian selanjutnya, dengan menggembangkan
penelitan yang bersifat intervensi sehingga
layanan informasi dapat di sesuai di gukan
dengan kebutuhan siswa.
86
DAFTAR PUSTAKA
M.Luddin, Abu Bakar. 2012. Konseling Individual dan Kelompok.
Bandung : Ciptapustaka Media Printis
Ahmadi, Abu. & Widodo, Supriyono. 2004. Psikologi
Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Al-Bukhari, Muhammad, Ibn Ismail. 2002. Shahih Al-Bukhari.
Indonesia: Maktabah Dahlan. juz I
Depag RI, Al Qur’an, dan Terjemah. 2002. Bandung: PT
Syaamiil Cipta Media
Dimyati & Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta
Darmayanti, Nefi. 2005. Psikologi Belajar. Medan : IAIN SU
Feldmen, William. Penerjemah Sudarmaji. 2002. Mengatasi
Gangguan Belajar Pada Anak. Jakarta : Prestasi
Putra.
Halimah, Siti. 2008. Strategi pembelajaran. Bandung :
Citapustaka Media Printis
87
Moelong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya
Mardalis. 2006. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal).
Jakarta: Bumi Aksara, Cet VIII
Matthew B, Miles. & A. Michael, Huberman. 1992. Analisis
Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru.
Jakarta: UI Press
Nurul, Zuriah. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara, Cet II
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada
Soetrisno, Hadi. 1994. Metodologi Research . Yogyakarta:
Andi Offset
Wawancara dengan guru kelas
1.Bagaimana keadaan belajar siswa di Madrasah
Tsanawiyah Al-jamiyatul Wasliyah Tembung?
2. Bagaimana pendapat Bapak tentang penelitian saya
yang mengangkat tentang kesulitan belajar siswa di
Madrasah Tsanawiyah Al-jamiyatul Wasliyah Tembung?
88
3. Apakah sebelumnya telah ada yang mengangkat
tentang kesulitan belajar siswa di Madrasah
Tsanawiyah Al-jamiyatul Wasliyah Tembung?
4. Bagaimana menurut Bapak apa sebenarnya yang
menjadi masalah dalam diri siswa sehingga sulit
dalam belajar?
Wawancara dengan siswa
1. Bagaimana keadaan interaksi guru dengan siswa di
Madrasah Tsanawiyah Al-jamiyatul Wasliyah Tembung?
2. Bagaimana pendapat adik tentang pelaksanaan
pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Al-jamiyatul
Wasliyah Tembung?
3. Apakah kamu pernah mengalami kesulitan dalam
belajar,seperti apa?
4. Apakah yang membuat kamu sulit dalam belajar?