BAB 3.LANDASAN TEORI

27
20 BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Ergonomi 3.1.1 Pengertian Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perancangan pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia , sistem orang dan mesin, peralatan yang dipakai manusia agar dapat dijalankan dengan cara yang paling efektif termasuk alat-alat peragaan untuk memberi informasi kepada manusia. [ http://www.ydba.astra.co.id/teknisDetail.asp?sTeknisId=4 ] Ergonomi adalah tentang menggunakan kepintaran dari kemampuan manusia dan batasannya untuk merancang dan membangun kenyamanan, effisiensi, produktivitas, dan keamanan. [ http://www.ergonomics.org.uk/section.php?s=1 ] Ergonomi (faktor manusia) adalah suatu disiplin ilmiah yang penting dengan memperhatikan interaksi antara manusia dan bagian lain dalam elemen sebuah sistem, dan profesi yang mengaplikasikan teori, prinsip-prinsip, data, dan metode untuk merancang dalam hal mengoptimasikan kesejahteraan manusia dan keseluruhan kinerja dari sistem (definisi diambil dari The International Ergonomics Association in 2000). [ http://en.wikipedia.org/wiki/Ergonomics ]

Transcript of BAB 3.LANDASAN TEORI

20

BAB 3

LANDASAN TEORI

3.1 Ergonomi

3.1.1 Pengertian

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perancangan

pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia , sistem orang dan mesin,

peralatan yang dipakai manusia agar dapat dijalankan dengan cara yang paling

efektif termasuk alat-alat peragaan untuk memberi informasi kepada manusia.

[ http://www.ydba.astra.co.id/teknisDetail.asp?sTeknisId=4 ]

Ergonomi adalah tentang menggunakan kepintaran dari kemampuan

manusia dan batasannya untuk merancang dan membangun kenyamanan,

effisiensi, produktivitas, dan keamanan.

[ http://www.ergonomics.org.uk/section.php?s=1 ]

Ergonomi (faktor manusia) adalah suatu disiplin ilmiah yang penting

dengan memperhatikan interaksi antara manusia dan bagian lain dalam elemen

sebuah sistem, dan profesi yang mengaplikasikan teori, prinsip-prinsip, data,

dan metode untuk merancang dalam hal mengoptimasikan kesejahteraan

manusia dan keseluruhan kinerja dari sistem (definisi diambil dari The

International Ergonomics Association in 2000).

[ http://en.wikipedia.org/wiki/Ergonomics ]

21

Sedangkan menurut Sritomo dalam bukunya berjudul Ergonomi Studi

Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th

2003, p54) ergonomi sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang

berarti kerja dan nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi

dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam

kaitannya dengan pekerjaannya..

3.1.2 Telaah Metode

Dalam bukunya Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis

untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p91-92), Sritomo

mengatakan bahwa telaah metode adalah kegiatan pencatatan secara sistematis

dan pemeriksaan dengan seksama mengenai cara–cara yang berlaku atau

diusulkan untuk melaksanakan kerja. Tujuan akhirnya adalah waktu

penyelesaian pekerjaan akan bisa lebih singkat atau cepat.

Gambar 3.1 Skema kegiatan telaah metode

22

Dalam telaah Metode terdapat empat macam komponen dari sistim kerja

yang harus dipelajari guna memperoleh metode kerja yang sebaik-baiknya

meliputi :

1. Komponen material : bagaimana cara menempatkan material, jenis material

yang mudah diproses dan lain-lain. Material ini meliputi bahan baku,

supplies (komponen, parts, dan lain-lain) produk jadi, dan limbah.

2. Komponen manusia : bagaimana sebaiknya posisi orang pada saat proses

kerja berlangsung agar mampu memberikan gerakan-gerakan kerja yang

efektif dan efisien (duduk, berdiri, jongkok, merunduk, dan lain-lian)

3. Komponen mesin : bagaimana desain dari mesin dan atau peralatan kerja

lainnya, apakah sesuai dengan prinsip ergonomi?

4. Komponen lingkungan kerja fisik : Bagaimana kondisi lingkungan kerja

fisik tempat operasi kerja tersebut dilaksanakan? Apakah dirasakan cukup

aman dan nyaman?

3.1.3 Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan

Prinsip ini dapat digunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat

yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan

kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja

lainnya.

1. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penggunaan badan anggota

tubuh manusia :

a. Manusia memiliki kondisi fisik dan struktur tubuh yang memberi

keterbatasan dalam melaksanakan gerakan kerja

23

b. Bila mungkin kedua tangan harus memulai dan menyelessaikan

gerakannya dalam waktu yang bersamaan

c. Kedua tangan jangan menganggur pada saat yang bersamaan

d. Gerakan tangan harus simetris dan berlawanan arah

e. Untuk menyelesaikan pekerjaan, hanya bagian-bagian tubuh yang

memang diperlukan sajalah yang bekerja agar tidak terjadi penghamburan

tenaga

f. Hindari gerakan patah-patah karena akan cepat menimbulkan kelelahan

g. Pekerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga gerak mata terbatas

pada bidang yang menyenangkan tanpa perlu sering mengubah fokus

2. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung

a. Tempat-tempat tertentu yang tak sering dipindah-pindah harus disediakan

untuk semua alat dan bahan sehingga dapat menimbulkan kebiasaan tetap

(gerak rutin)

b. Letakkan bahan dan peralatan pada jarak yang dapat dengan mudah dan

nyaman dicapai pekerja sehingga mengurangi usaha mencari-cari

c. Tata letak bahan dan peralatan kerja diatur sedemikian rupa sehingga

memungkinkan urut-urutan gerakan yang terbaik

d. Tinggi tempat kerja (mesin, meja kerja) harus sesuai dengan ukuran

tubuh manusia sehingga pekerja dapat melaksanakan kegiatannya dengan

mudah dan nyaman

e. Kondisi ruangan pekerja seperti penerangan, temperatur, kebersihan,

ventilasi udara, dan lain-lain harus diperhatikan benar-benar sehingga

dapat diperoleh area kerja yang lebih baik

24

3. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan kerja yang

dipergunakan

a. Kurangi sebanyak mungkin pekerjaan manual apabila hal tersebut dapat

dilaksanakan dengan peralatan kerja

b. Usahakan menggunakan peralatan kerja yang dapat melaksanakan

berbagai macam kerja sekaligus

c. Siapkan dan letakkan semua peralatan kerja pada posisi tepat dan cepat

untuk memudahkan pemakaian atau pengambilan pada saat diperlukan

tanpa harus bersusah payah mencari-cari

d. Jika tiap jari melakukan gerakan tertentu, maka beban untuk masing-

masing jari tersebut harus dibagi seimbang sesuai energi dan kekuatan

yang dimiliki oleh masing-masing jari

[Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan

Produktivitas Kerja (Th 2003, p101-103)]

Dalam buku Motion and Time Study : Improving Productivity (Th 1994), Marvin

E . Mandel membahas dan mensistematisasikan mengenai prinsip-prinsip

ekonomi gerakan sebagai berikut :

1. Eliminasi kegiatan

a. Eliminasi semua kegiatan atau aktivitas yang memungkinkan ( yang

banyak berkaitan dengan anggota tubuh manusia)

b. Eliminasi kondisi yang tidak beraturan dalam setiap kegiatan

c. Eliminasi penggunaan tangan sebagai ”holding device”

d. Eliminasi gerakan-gerakan yang tidak semestinya dan hindari kegiatan-

kegiatan yang membahayakan

25

e. Eliminasi penggunaan tenaga otot untuk melaksanakan kegiatan statis,

demikian pula sebisa mungkin mengunakan tenaga mesin atau material

handling

f. Eliminasi waktu kosong atau waktu menunggu dengan membuat

perencanaan kerja sebaik-baiknya

2. Kombinasi gerakan

a. Kombinasikan gerakan-gerakan kerja yang berlangsung pendek dan

cenderung berubah-ubah arahnya dengan sebuah gerakan yang

kontinyu

b. Kombinasikan beberapa aktivitas yang mampu ditangani oleh sebuah

peralatan kerja dengan membuat desain yang multiguna

c. Distribusikan kegiatan dengan membuat keseimbangan kerja antara

kedua tangan

3. Penyederhanaan kegiatan

a. Laksanakan setiap aktivitas kerja dengan prinsip kebutuhan energi

otot yang digunakan minimal

b. Kurangi kegiatan mencari-cari obyek kerja, dengan meletakkan pada

tempat yang tetap

c. Letakkan fasilitas kerja berada dalam jangkauan tangan yang normal

26

3.1.4 Peta Kerja

Menurut buku Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk

Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p123), Sritomo, peta kerja atau

sering disebut peta proses merupakan alat komunikasi yang sistematis dan logis

guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir, melalui peta

proses ini kita mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan untuk

memperbaiki metode kerja. Macam – macam peta kerja :

1. Peta aliran proses adalah suatu peta yang akan menggambarkan semua

aktivitas baik aktivitas produktif maupun tidak produktif yang terlibat

dalam proses pelaksanaan kerja. Peta aliran proses juga akan

menggambarkan aktivitas-aktivitas yang tidak produktif seperti

transportasi, delay, dan penyimpanan. Cara penggambaran dengan

menggunakan simbol-simbol ASME. [Ergonomi Studi Gerak dan Waktu,

Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p137)]

27

[ http://www.tpub.com/content/administration/10287f/css/10287f_37.htm ]

Gambar 3.2 Peta Aliran Process

2. Diagram aliran pada dasarnya persis sama dengan peta aliran proses hanya

saja penggambarannya dilakukan diatas layout dari fasilitas kerja.

Penggunaan peta aliran proses masih dianggap belum cukup untuk

memberikan gambaran yang jelas mengenai aliran proses yang sebenarnya

di pabrik. Maka dari itu dibutuhkan tambahan informasi yang berupa

28

gambar atau sketsa yang menunjukkan area kerja pabrik dimana proses

tersebut berlangsung. [Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis

untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p139)]

Gambar 3.3 Diagram Aliran Proses

3.1.5 Simbol-Simbol Standar yang Dipakai untuk Pembuatan Peta Kerja (sesuai

ASME)

1. Operasi (lingkaran), kegiatan ini meliputi merakit, mengurai-rakit,

menerima atau memberikan informasi, membuat rencana, atau

melaksanakan kegiatan kalkulasi, serta apabila material mengalami proses

transformasi (baik fisik maupun kimiawi). [Ergonomi Studi Gerak dan

Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003,

p127)]

2. Transportasi (tanda panah), kegiatan ini terjadi bila fasilitas kerja lainnya

yang dianalisa bergerak berpindah tempat yang bukan merupakan bagian

29

dari suatu operasi kerja. Contoh kegiatan transportasi adalah memindahkan

material dengan tangan atau conveyor, membawa obyek dari satu lokasi

kerja ke lokasi kerja lainnya, memindahkan material, meletakkan atau

memindahkan material menuju atau dari mesin, dan lain-lain. [Ergonomi

Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas

Kerja (Th 2003, p129)]

3. Inspeksi (kotak), kegiatan ini terjadi apabila suatu obyek diperiksa (baik

segi kualitas maupun kuantitas) apakah sudah sesuai dengan karakteristik

kinerja yang distandarkan. Pemeriksaan ini bisa termasuk mengukur

besaran dengan memakai peralatan ukur. [Ergonomi Studi Gerak dan

Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003,

p129)]

4. Menunggu (huruf d besar), proses ini terjadi apabila material, benda kerja,

operator atau fasilitas kerja dalam kondisi berhenti dan tidak terjadi

kegiatan apapun selain menunggu. [Ergonomi Studi Gerak dan Waktu,

Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p130)]

5. Menyimpan (segitiga terbalik), proses ini terjadi apabila obyek disimpan

dalam jangka waktu yang cukup lama. Simbol ini digunakan untuk

menyatakan bahwa suatu obyek mengalami proses penyimpanan permanen,

yaitu ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa izin tertentu.

[Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan

Produktivitas Kerja (Th 2003, p130)]

6. Aktivitas ganda (kotak dan lingkaran dijadikan satu), kondisi dimana dua

elemen kerja harus dilakuka secara bersamaan. Contoh disini adalah

30

kegiatan operasi yang harus dilaksanakan bersama dengan kegiatan

pemeriksaan pada stasiun kerja yang sama pula. [Ergonomi Studi Gerak

dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th

2003, p131)]

3.1.6 Kondisi Lingkungan Fisik Kerja yang Mempengaruhi Aktivitas Kerja

Manusia

Kondisi lingkungan kerja yaitu, semua keadaan yang terdapat di sekitar

tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara,

pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna, dan lain-lain.

Salah satu faktor lingkungan yang akan dicermati lebih lanjut adalah mengenai

faktor suara (kebisingan). Faktor ini dapat juga dianggap sebgai polusi karena

tidak dikehendaki dan dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut dapat

mengganggu ketenangan kerja. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas bunyi

yang bisa menentukan tinkat gangguan terhadap manusia yaitu :

1. Lama waktu bunyi tersebut terdengar. Semakin lama telinga kita

mendengar kebisingan akan semakin buruk akibatnya bagi pendengaran

(tuli).

2. Intensitas, biasanya diukur dengan satuan desibel, yang menunjukkan

besarnya arus energi per satuan luas.

3. frekwensi suara yang menunjukkan jumlah dari gelombang-gelombang

suara yang sampai ditelinga setiap detik, dinyatakan dalam Hertz.

[Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan

Produktivitas Kerja (Th 2003, p85-86)]

31

Tabel 3.1 Kondisi Suara dan Batas Tingkat Kebisingannya

Kondisi Suara Desibel (dB) Batas Dengar Tertinggi

120 Halilintar

Menulikan 110 Meriam

100 Mesin Uap

Jalan Hiruk Pikuk

Hiruk Pikuk 90

Perusahaan sangat

gaduh

80 Pluit Polisi

Kantor gaduh

Kuat 70 Jalan pada umumnya

Radio

60 Perusahaan

Rumah gaduh

Sedang 50 Kantor pada umumnya

Percakapan kuat

40 Radio perlahan

Rumah tenang

Tenang 30 Kantor pribadi

Auditorium

20 Percakapan

10 Suara daun-daun

Sangat Tenang Berbisik-bisik

Batas dengar terendah

0

32

3.1.7 Studi Gerakan

Studi gerakan atau biasanya disebut dengan ”Motion Study”, adalah suatu

studi tentang gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan

pekerjaannya. Studi gerakan pada umumnya diklasifikasikan ke dalam dua

macam studi, yaitu Visual Motion Study, dan Micromotion Study yang

umumnya lebih sering diaplikasikan karena dianggap jauh lebih ekonomis.

Disini hanya sekedar dilakukan pengamatan secara visual terhadap operasi kerja

yang berlangsung kemudian dibuat suatu peta kerja dengan mengaplikasikan

simbol-simbol therbligs. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisa terhadap

gerakan-gerakan kerja yang ada dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip

ekonomi gerakan. [Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk

Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p106-107)]

3.1.8 Gerakan-Gerakan Fundamental untuk Pelaksanaan Kerja Manual

(Therbligs)

1. Ineffective Therblig

a. Mencari

Elemen dasar gerakan pekerja untuk menentukan lokasi suatu obyek.

Gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak mencari obyek dan berhenti

sampai obyek sudah ditemukan.

b. Memilih

Gerakan kerja untuk menemukan atau memilih suatu obyek diantara dua

atau lebih obyek yang sama lainnya. Gerakan ini dimulai pada saat

33

tangan dan mata mulai bergerak memilih dan berakhir jika obyek yang

dikehendaki sudah ditemukan.

c. Mengarahkan

Gerakan therblig yang terdiri dari menempatkan obyek pada lokasi yang

dituju secara tepat

d. Memeriksa

Gerakan kerja yang menjamin bahwa obyek telah memenuhi persyaratan

kualitas yang ditetapkan. Dan gerakan ini dilaksanakan dengan

pengecekan secara rutin oleh operator selama proses kerja berlangsung

e. Merencanakan

Merupakan proses mental dimana operator berhenti sejenak bekerja dan

memikir untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan

selanjutnya

f. Keterlambatan yang tak terhindarkan

Kondisi keterlambatan ini adalah diakibatkan oleh hal-hal yang diluar

kontrol operator dan merupakan interupsi terhadap proses kerja yang

sedang berlangsung. Contoh pemadaman arus listrik

g. Keterlambatan yang dapat dihindarkan

Kegiatan ini menunjukkan situasi yang tidak produktif yang dialukang

operator (merokok, mengobrol, mondar-mandir tanpa tujuan jelas, dan

lain-lain)

h. Istirahat untuk menghilangkan lelah

Elemen ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja tetapi berlangsung secara

periodik

34

i. Memegang untuk memakai

Gerakan therblig ini terjadi bilamana tangan memegang obyek tanpa

menggerakkan obyek tersebut

[Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan

Produktivitas Kerja (Th 2003, p107-119)]

3.1.9 Uji Keseragaman Data

Keadaan suatu sistem selalu berubah. Hal ini memang dapat diterima,

asalkan perubahannya adalah memang sepantasnya terjadi. Akibatnya waktu

penyelesaian suatu siklus kerja juga dapat berubah-ubah namunjuga mesti dala

batas kewajaran atau dengan kata lain seragam. Karena ketidak seragaman dapat

datang tanpa disadari maka diperlukan suatu alat untuk mendeteksi. Batas-batas

kontrol merupakan alat yang dibentuk dari data yang merupakan batas seragam

tidaknya data. [Sutalaksana, (Th 1979, p136)]

Cara untuk melakukan uji keseragaman data adalah :

1. Pertama mencari jumlah waktu siklus dan rata-rata populasi waktu

tersebut. Rumus rata-ratanya adalah : Nx

x i∑=

2. Kemudian dicari standar deviasi dari waktu tersebut :

)1()( 2

−= ∑

Nxxnσ

35

3. Lalu berdasar dari standar deviasi tersebut dicari BKA (batas kontrol

atas) dan BKB (batas kontrol bawah) untuk menentukan batas atas

dan batas bawah dari grafik keseragaman data. Adapun rumus dari

BKA dan BKB adalah :

xzxBKA σ⋅+=−

; dimana ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −

−=2

11 βz

xzxBKB σ⋅−=−

; dimana ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −

−=2

11 βz

4. Setalah BKA dan BKB ditentukan maka dibuat ke dalam grafik

keseragaman data. Data-data yang berada diantara batas atas dan

bawah yang diambil sebagai data yang akan diolah. Sedangkan data

ekstrim yang berada diluar batas kontrol tidak dipakai. [Sutalaksana,

(Th.1979, p133)]

3.1.10 Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan dengan menggunakan rumus 'N (Data

yang seharusnya diambil). Jika hasilnya ( 'N ≤ N), maka berarti data telah

tercukupi. Apabila ternyata data yang telah diambil lebih sedikit dari yang

seharusnya ( 'N > N), maka masih harus melakukan pengumpulan data waktu

lagi, sampai mencukupi jumlah data yang diharuskan. Rumus 'N adalah

sebagai berikut :

222 )()(

'⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜

⎛ −⋅=

∑∑ ∑

i

ii

x

xxNsz

N

36

Pada rumus 'N terdapat z, z merupakan derajat kepercayaan. Sedangkan

s pada rumus 'N , merupakan tingkat ketelitian yang menunjukkan tingkat

penyimpangan maksimum yang diperbolehkan dari hasil pengukuran.

[Sutalaksana, (Th 1979, p134-135)]

3.1.11 Standar Waktu

Definisi dari waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan untuk

menghasilkan produk di sebuah stasiun kerja dengan beberapa ketentuan :

1. Operator yang telah terlatih dalam membuatnya

Pengalaman pada umumnya yang membuatnya menjadi terlatih dan

waktu atas pekerjaannya merupakan indikasi terbaik dari pengalaman.

2. Bekerja pada kecepatan normal

Kecepatan kerja normal membuat nyaman semua pekerja.

3. Melakukan tugas yang spesifik

Gambaran secara rinci mengenai tugas yang harus diselesaikan oleh

operator.

[Motion and Time Study for Lean Manufacturing (Th 2002, p43)]

Waktu standar adalah hasil dari studi waktu dimana operator cocok

dengan pekerjaannya dan sangat terlatih dalam metode tertentu serta operator

tersebut mampu menampilkannya dalam tempo yang normal. [Motion and

Time Study design and measurement of work(Th 1980, p257)]

Waktu baku (waktu standar) adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar

oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang

dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan

37

bahwa waktu baku yang dicari bukanlah waktu penyelesaian yang diselesaikan

secara tidak wajar seperti terlampau cepat atau terlampau lambat, dan bukan

yang diselesaikan seorang pekerja yang istimewa terampilnya atau lamban dan

pemalas. [Teknik Tata Cara Kerja (Th 1979, p117)]

3.1.12 Melakukan Perhitungan Waktu Baku

Jika pengukuran telah selesai, yaitu semua data yang didapat memiliki

keseragaman yang dikehendaki, dan jumlahnya telah memenuhi tingkat-tingkat

ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, maka langkah selanjutnya adalah

mengolah data tersebut memberikan waktu baku. Untuk mencari waktu baku

adalah dengan cara :

1. Hitung waktu siklus rata-rata : Ws = Σ Xij / N

2. Hitung waktu normal : Wn = Ws x P

Huruf p adalah faktor penyesuaian. Faktor ini diperhitungkan jika pengukur

berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan yang tidak wajar.

Jika pekerja bekerja dengan wajar maka faktor penyesuaiannya sama

dengan satu, artinya waktu siklus rata-rata sudah normal.

3. Hitung waktu baku : Wb = Wn x (1 + ℓ)

Huruf ℓ adalah kelonggaran atau allowance yang diberikan kepada pekerja

untuk menyelasaikan pekerjaannya disamping waktu normal. Kelonggaran

ini diberikan untuk hal-hal seperti kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa

fatigue, dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi yang tidak dapat

dihindarkan oleh pekerja.

[Teknik Tata Cara Kerja (Th 1979, p137)]

38

3.1.13 Faktor Penyesuaian

Pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukan operator.

Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat

cepat seolah diburu oleh waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan

seperti karena kondisi ruangan yag buruk. Sebab-sebab seperti ini

mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu

panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas idak diinginkan karena waktu

baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang

baku yang diselesaikan secara wajar. [Sutalaksana, (Th 1979, p138)]

Penentuan faktor penyesuaian adalah dengan menggunakan cara

westinghouse yang mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap

menentukan kewajaran dan ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan,

usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Setiap faktor terbagi kedalam kelas-kelas

dengan nilainya masing-masing.

Keterampilan didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja

yang ditetapkan. Usaha merupakan kesungguhan yang ditunjukkan oleh

operator ketika melakukan pekerjaannya. Kondisi kerja adalah kondisi fisik

lingkungan kerja seperti pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan.

Dan yang terakhir adalah konsistensi karena kenyataan bahwa pada setiap

pengukuran waktu angka yang dicatat tidak pernah sama. Maka dari itu faktor

konsistensi dari pekerja juga harus diperhatikan. Untuk keperluan penyesuaian

ketrampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi dibagi menjadi beberapa

kelas dengan ciri-ciri dari tiap kelas yang dapat dilihat pada lampiran 1.

39

Sedangkan tabel nilai penyesuaiannya dapat dilihat pada lampiran 2.

[Sutalaksana, (Th1979, p140-144)].

3.1.14 Faktor Kelonggaran

Kelonggaran atau allowance ini juga perlu diperhitungkan sebelum

mendapatkan waktu baku. Bagaimana pun juga menurut Ralph M. Barnes (Th.

1980, p305), pada saat bekerja seorang operator akan memperoleh beberapa

gangguan. Kelonggaran dari beberapa gangguan ini dapat dikelompokkan

menjadi tiga yaitu, kelonggaran pribadi, kelonggaran kelelahan, dan

kelonggaran delay.

Kelonggaran pribadi merupakan waktu yang diperlukan operator untuk

melakukan kebutuhan pribadinya. Kelonggaran ini bernilai sebesar 2 – 5

persen. Kelonggaran kelelahan dapat terjadi apabila operator melakukan kerja

terus menerus tanpa ada istirahat, atau jam kerja yang terlampau lama, serta

beban kerja yang cukup berat atau monoton sehingga menyebabkan operator

cepat merasa lelah. Kelonggaran delay memiliki 2 macam bentuk, yang dapat

dihindarkan dan yang tidak dapat dihindarkan. Delay yang tidak dapat

dihindarkan disebabkan oleh kondisi yang tidak menentu dari mesin, operator,

atau pengaruh dari lingkungan.

Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,

menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat

dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan

oleh pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat atau

dihitung. Karenanya setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran ini perlu

40

ditambahkan. [Sutalaksana, (Th1979,p149)]. Tabel nilai kelonggaran dapat

dilihat pada lampiran 3.

3.2 Manajemen Operasional - Produktivitas

3.2.1 Pengertian Manajemen Operasional

Menurut Barry Render (Th 2001, p 2) manajemen operasi adalah

serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari

masukan menjadi keluaran. Pekerjaan manajemen operasi meliputi penjagaan

kualitas, proses produksi (teknologi, pemanfaatan fasilitas, pengurangan

penggunaan biaya, pengurangan persediaan), membentuk produk yang sesuai

dengan keinginan konsumen, mengenali kesempatan baru dan juga

meningkatkan produktivitas.

3.2.2 Pengertian Produktivitas

Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata

maupun fisik (barang atau jasa) dengan masukanya yang sebenarnya. Atau

produktivitas dapat diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi

barang atau jasa, ”Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik

terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang.

Menurut L. Greenberg produktivitas sebagai perbandinagn antara totalitas

pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode

tersebut. [Muchdarsyah Sinungan (Th 2005, p12)]

41

3.2.3 Metode-Metode Pokok Pengukuran Produktivitas

Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat

dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda, yaitu :

1. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan

pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan

sekarang ini memuaskan namun hanya mengetengahkan apakah

meningkat atau berkurang serta tingkatannya.

2. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (tugas perorangan, seksi,

proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian

relatif

3. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang

terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan

Ada 2 jenis perhitungan produktivitas, yaitu produktivitas total dan produktivitas

parsial

alMasukanTotHasilTotalstotaloduktivita =Pr

alMasukanTotalHasilparsisparsialoduktivita =Pr

[Muchdarsyah Sinungan (Th 2005, p23)]

3.2.4 Pengukuran dari Produktivitas Pekerja

Produktivitas dari pekerja individual di sebuah pabrik dapat diukur

dengan berbagai macam cara. Jika diketahui ada 100 pegawai memproduksi

3000 unit dari sebuah produk per harinya, maka output rata-ratanya adalah 30

42

unit per orang per hari. Dari ilustrasi ini kita dapat mengetahui hasilnya. Tetapi

dari situ tidak diketahui kondisi dari peralatan yang dipakai, metode yang

digunakan, dan cara dari pengerjaan tersebut diorganisasikan. Bagaimana pun

juga ada suatu cara untuk mengukur dengan presisi tugas yang dilakukan oleh

pekerja atau operasi dan hal tersebut dapat diwakilkan dalam waktu standar per

unit.

Dengan menggunakan studi waktu, mendeterminasikan dari waktu

sistem, atau sampling kerja, waktu standar untuk kerja yang spesifik dapat

dibuat. Jumlah dari produk yang dibuat perhari oleh pekerja dikalikan oleh

standar waktu per satuan produk mewakili standar atau keluaran yang diharapkan

dalam satu hari. Contoh, Jika standar waktu yang dibutuhkan untuk membuat

suatu pengerjaan adalah dua menit per unit, dan jika operator melakukan

pengerjaan sebanyak 250 kali per hari. Maka Keluarannya adalah 550 menit

standar. Jika operator bekerja delapan jam per hari (480 menit). Maka

performance indeks dari operator adalah 114.6 persen.

Performance Indeks = 550 x 100 = 114.6 persen

480

Rata-rata indeks produktivitas dari sebuah pabrik merupakan total dari

menit standar atau jam standar yang dihasilkan oleh seluruh pekerja dibagi oleh

waktu kerja aktual dikali 100. Ini mengasumsikan semua operasi dijadikan satu

dalam waktu standar. Maka dari itu performance indeks dapat digunakan oleh

perusahaan sebagai indeks produktivitas pekerja. [Motion and Time Study design

and measurement of work(Th 1980, p4)]

43

3.2.5 Analisa Porter

Analisa lima kekuatan porter adalah alat untuk menganalisa perusahaan

terhadap lingkungan sekitarnya. Analisa ini dilakukan untuk melihat peluang dan

ancaman yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga dari analisa ini dapat diketahui

strategi apa yang harus dilakukan perusahaan pada saat ini dalam menghadapi

pesaing-pesaingnya. Menurut porter (Kotler, Th 2004, p248) mengidentifikasi

lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang intrinsik dari

suatu pasar atau segmen pasar. Lima kekuatan tersebut adalah :

a. Ancaman persaingan segmen yang ketat

Suatu segmen menjadi tidak menarik jika ia telah memiliki pesaing yang

banyak, kuat, dan agresif. Bahkan menjadi semakin tidak menarik bila

segmen pasar stabil atau menurun. Kondisi tersebut akan menyebabkan

perang harga, perang iklan, dan pengenalan produk baru.

b. Ancaman pendatang baru

Daya tarik suatu segmen berbeda-beda menurut tingginya penghalang

untuk masuk dan keluarnya. Segmen yang paling menarik adalah segmen

yang memiliki penghalang untuk masuk yang tinggi, dan penghalang untuk

keluar yang rendah.

c. Ancaman produk subtitusi

Barang subtitusi membatasi harga dan laba yang dapat dihasilkan suatu

produk. Perusahaan harus mengamati secara dekat kecenderungan harga

produk subtitusi.

44

d. Kekuatan posisi tawar pembeli

Segmen pasar menjadi tidak menarik juka pembeli memiliki kekuatan

tawar-menawar yang tinggi. Pembeli akan memaksa harga diturunkan,

meminta lebih banyak mutu dan pelayanan, serta membuat para pesaing

saling beradu, yang semuanya menjadi beban profitabilitas penjualan.

e. Kekuatan posisi tawar pemasok

Pasar menjadi tidak menarik bila disebabkan oleh pemasok yang dapat

menaikkan harganya dan menurunkan kuantitas barang yang dipesan

semaunya. Pemasok ini cenderung menjadi kuat bila mereka terorganisasi,

barang mereka hanya memiliki sedikit barang subtitusi, barang yang

dipasok merupakan barang masukan yang penting, biaya untuk pindah

pemasok tinggi. Hal tersebut dapat diminimalisir dengan cara membangun

sebuah kerja sama menang-menang dengan pemasok atau memakai

berbagai macam sumber pasokan.

3.2.6 Rantai Nilai Porter

Analisa rantai nilai adalah sebuah model yang digunakan untuk

membantu menetukan aktivitas yang spesifik dari perusahaan, sehingga dapat

membantu menentukan nilai dan keunggulan bersaing dari perusahaan (menurut

http://www.valuebasedmanagement.net). Sedangkan menurut http://www.quick-

mba.com, rantai nilai digunakan untuk menganalisa aktivitas spesifik dari

perusahaan untuk mengetahui keunggulan bersaingnya.

Rantai nilai memiliki dua macam aktivitas yaitu aktivitas utama dan

pembantu. Aktivitas utama yaitu logistik masuk, operasi, logistik keluar,

45

merketing dan penjualan, serta pelayanan. Aktivitas pembantu adalah

manajemen SDM, infrasturktur perusahaan, pengembangan teknologi, dan

pembelian. Penjelasan dari masing-masing aktivitas akan dijelaskan sebagai

berikut :

a. Logistik masuk termasuk penerimaan, penyimpanan, inventory

control, transportasi, dan penjadwalan.

b. Operasi termasuk permesinan, packaging, assembly, peralatan

perawatan, dan segala bentuk kegiatan yang mengubah input

menjadi output berupa barang jadi.

c. Logistik keluar merupakan kegiatan yang membawa barang jadi ke

konsumen.

d. Marketing dan penjualan merupakan aktivitas yang berhubungan

dengan cara agar konsumen membeli barang jadi tersebut. aktivitas

ini dimulai dari pemilihan saluran distribusi, iklan, promosi,

penjualan, penetuan harga, dan manajemen retail.

e. Pelayanan merupakan aktivitas yang mempertahankan dan

memperpanjang nilai dari produk, termasuk mensupport

pelanggan, upgrading, melatih konsumen, dan lain-lain.

f. Pembelian yaitu pembelian bahan baku, pelayanan, spare parts,

gedung, dan mesin.

g. Pengembangan teknologi termasuk pengembangan teknologi yang

berpengaruh dalam membantu aktivitas rantai nilai, seperti

melakukan riset, desain, redesain, otomatisasi.

46

h. Manajemen SDM merupakan aktivitas yang berhubungan dengan

perekrutan, pengembangan (pelatihan), dan kompensasi pegawai

dan manager.

i. Infrastruktur perusahaan termasuk general manajemen, manajemen

perencanaan, legal, keuangan, accounting, dan manajemen

kualitas.