4 BAB II LANDASAN TEORI

26
4 BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan 1. Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam laporan keungan, karena dalam melakukan suatu aktivitas usaha, manajemen perusahaan tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode akutansi yang diakui sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku umum. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007 : 23) adalah sebagai berikut: “Pendapatan adalah arus masuk bruto manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto manfaat ekonomi yang diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih untuk dan atau atas nama pihak ketiga bukan merupakan pendapatan karena idak menghasilkan manfaat ekonomi bagi perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas” Menurut Skousen dan Stice (Akbar, 2009 : 563 ) pengertian pendapatan adalah sebagai berikut : “Pendapatan merupakan arus masuk atau peningkatan aktiva lainnya sebuah entitas atau pembentukan utang (atau sebuah kombinasi dari keduanya) dari pengantaran barang atau penghasilan barang, memberikan pelayanan atau melakukan aktivitas lain yang membentuk operasi pokok atau bentuk entitas yang terus berlangsung”

Transcript of 4 BAB II LANDASAN TEORI

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendapatan

1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam

laporan keungan, karena dalam melakukan suatu aktivitas usaha,

manajemen perusahaan tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah

pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode akutansi yang

diakui sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku umum.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007 : 23) adalah

sebagai berikut:

“Pendapatan adalah arus masuk bruto manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto manfaat ekonomi yang diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih untuk dan atau atas nama pihak ketiga bukan merupakan pendapatan karena idak menghasilkan manfaat ekonomi bagi perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas”

Menurut Skousen dan Stice (Akbar, 2009 : 563 ) pengertian

pendapatan adalah sebagai berikut :

“Pendapatan merupakan arus masuk atau peningkatan aktiva lainnya sebuah entitas atau pembentukan utang (atau sebuah kombinasi dari keduanya) dari pengantaran barang atau penghasilan barang, memberikan pelayanan atau melakukan aktivitas lain yang membentuk operasi pokok atau bentuk entitas yang terus berlangsung”

5

Sedangkan menurut Munandar (2006 : 18 ) memberikan

definisi pendapatan sebagai berikut :

“Pendapatan adalah suatu pertambahan assets yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan karena pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan assets yang disebabkan karena bertambahnya liabilities”

Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi

yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode

bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak

berasal dari kontribusi penanaman modal.

2. Konsep Pendapatan

Konsep dasar pendapatan adalah bahwa pendapatan

merupakan proses arus, yaitu penciptaan barang atau jasa oleh

perusahaan selama jarak waktu tertentu. Proses arus tersebut yaitu :

a. Pada waktu penyelesaian kegiatan utama

Pelaporan diharapkan dapat memberikan informasi

yang bermanfaat dalam rangka pengambilan usaha dan

dapat dipahami oleh orang-orang yang dapat dipercaya

mengenai aktivitas perusahaan dan aktivitas ekonomi

serta bersedia mempelajari informasi.

b. Pada saat dijadikan kejadian teoritis.

Pelaporan keuangan harus dapat memberikan informasi

tentang sumber ekonomi suatu perusahaan dan keadaan

6

yang merubah sumber tersebut serta sesuai dengan

kegunaanya yang diharapkan yaitu laporan keuangan

harus layak atau sesuai dengan yang dibutuhkan oleh

pemakai yang potensial. Dengan kata lain laporan

keuangan harus diusahakan dapat memenuhi kebutuhan

informasi pemakainya.

c. Setelah pertukaran terjadi.

Pada saat terjadi pembebanan beban didapat mungkin

dihubungkan dengan pendapatan namun untuk beban

tertentu meskipun tidak dapat dihubungkan dengan

pendapatan pelaporan dilakukan dalam periode

terjadinya beban memberikan suatu manfaat.

Menurut Standar Akuntansi Keungan (SAK) PSAK no. 25,

yang perlu dipertegaskan dalam pendekatan arus keluar (outflow)

adalah bahwa pendapatan tersebut diperoleh dari penyerahan atau

produksi barang, penyerahan jasa atau kegiatan utama lainnya

perusahaan dimana didalamnya tersirat bahwa produk tersebut

harus meninggalkan perusahaan.

3. Unsur-unsur Pendapatan

Dalam PSAK No. 23.7, dinyatakan bahwa pendapatan

hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang

diterima atau yang dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya

7

sendiri. Jadi untuk jumlah yang di taggih tas nama pihak ketiga,

seperti pajak Pertambahan Nilai (PPN), tidak mengakibatkan

kenaikan ekuitas oleh sebab itu harus dikeluarkan dari pendapatan.

Menurut Accounting Principles Board statement

(Assegaf,2001 :9) yang merupakan dewan yang bernaung dibawah

American institute of certified public accountants yang bertugas

merumuskan prinsip-prinsip akutansi yang dapat di terima, yang

kemudian berganti menjadi Financial accounting standard board

(FASB) menyatakan bahwa disamping penjualan barang dan jasa

pendapatan juga meliputi penjualan sumber-sumber lainnya seperti

aktiva tetap dan investasi (surat-surat berharga).

Ada tiga unsur dalam pendapatan yaitu sebagai berikut :

a. Penjualan hasil produksi barang dan jasa merupakan unsur

pendapatan pokok perusahaan. Misalnya, perusahaan-

perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa internet, maka

pendapatannya adalah dari hasil biaya internet.

b. Imbalan yang diterima atas penggunaan aktiva atau sumber-

sumber ekonomi perusahaan oleh pihak lain dapat menjadi

unsur pendapatan lain-lain bagi perusahaan jenis lain.

Misalnya, pendapatan sewa untuk perusahaan penyewa ruangan

perkantoran menjadi unsur utama pendapatan sedangkan

ruangan yang tidak terpakai di perusahaan jasa yang disewa

8

oleh perusahaan lain maka pendapatan tersebut merupakan

pendapatan lain-lain.

c. Penjualan aktiva di luar barang dagang merupakan unsur

pendapatan lain-lain suatu perusahaan. Misalnya, jasa

penjualan gedung kantor, kendaraan bermotor, dan lain-lain.

B. Pengukuran Pendapatan

1. Pengertian Pengukuran Pendapatan

Pengukuran pendapatan merupakan unsur-unsur yang sangat

penting dalam laporan keuangan, karena dalam melakukan aktivitas

usaha dan manajemen perusahaan tentu ingin mengetahui nilai atau

jumlah pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode akuntansi

yang diakui sesuai dengan prinsip umum.

Hal yang erat dengan masalah pengakuan adalah masalah

pengukuran, menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007 : 23)

mendefinisikan :

“Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui

dan memasukan setiap unsur laporan keungan dalam neraca dan

laporan rugi laba”.

Sedangkan menurut Hendriksen (2006 : 380) menjelaskan arti

pengukuran secara tradisioanal dalam akutansi yaitu :

“Pemberian nilai angka ( numerical values ) pada objek atau kejadian yang berhubungan dengan perusahaan dan diperoleh sedemikian rupa sehingga cocok untuk digabungkan ( seperti total nilai aktiva )

9

atau pemilihan (disaggregation) sebagai mana yang diinginkan untuk situasi tertentu.”

Menurut PSAK 23.2 dan 23.3 alinea 51-55, pendapatan harus

diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat

diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi

biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan

pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur

dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima

perusahaan dikurangi diskon dagang dan rabat volume yang

diperbolehkan oleh perusahaan.

2. Dasar Pengukuran Pendapatan

Dasar pengukuran pendapatan adalah suatu unsur diakui secara

formal yang memenuhi elemen laporan keuangan. Sebuah unsur

juga dapat di ukur dalam satuan uang untuk dapat diakui

pengungkapan merupakan pengakuan yang lebih tepat dalam

situasi dimana yang relevan tidak dapat diukur dengan handal.

Menurut Skousen dan Stice (Akbar, 2009 :568) ada lima dasar

pengukuran yang biasanya digunakan dalam praktek yaitu :

a. Biaya historis (historical cost) adalah harga tunai ekuivalen

yang dipertukarkan untuk barang atau jasa pada tanggal

perolehan (akuisisi). Pada dasar pengukuran ini, aktiva dicatat

pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar

nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh

10

aktiva tersebut pada data perolehan. Kewajiban dicatat sebesar

jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban atau

dalam keadaan tertentu (misalnya pajak penghasilan), dalam

jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan dibayar

untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang

normal.

b. Biaya penggantian saat ini (Current Replacement Cost)

merupakan harga tunai yang akan dibayarkan sekarang untuk

membeli atau mengganti jenis barang atau jasa yang sama

yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk

menyelesaikan kewajiban.

c. Nilai pasar saat ini (Current Market Value) merupakan harga

tunai ekuivalen yang dapat diperoleh dengan menjual aktiva

dalam likuidasi sebelumnya atau yang dilaksanakan secara

terarah.

d. Nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Realizable Value)

merupakan jumlah kas yang diharapkan akan diterima atau

dibayarkan dari hasil pertukaran aktiva atau kewajiban dalam

kegiatan normal perusahaan. Kewajiban dinyatakan sebesar

nilai penyelesaian, yaitu jumlah kas (atau setara kas) yang

tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk

memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

11

e. Nilai sekarang atau diskonto (pemecahan dari kerugian atas

saham) merupakan aktiva yang dinyatakan sebesar arus kas

masuk bersih di masa depan yang diskontokan ke nilai dari

pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam

pelaksanaan usaha normal kewajiban dinyatakan ke nilai

sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk

menyelsaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha.

Dari kelima atribut pengukuran tersebut, memiliki nilai yang

kurang lebih sama. Perbedaan akan muncul dengan bertambahnya

umur aset, perubahan kondisi usaha, dan harga perolehan semula

menjadi kurang relevan dalam mengukur keuntungan ekonomis di

masa yang akan datang.

3. Penetapan Pengukuran Pendapatan

Cara terbaik untuk pengukuran pendapatan adalah dengan

menggunakan nilai tukar dari barang atau jasa. Nilai tukar ini

menunjukan ekuivalen kas atau nilai sekarang dari pendiskontoan

tagihan uang yang akhirnya akan diterima dari transaksi

pendapatan. Di dalam banyak kasus, nilai ini bisa ekuivalen

dengan harga yang disepakati dalam transaksi dengan pelanggan.

Tetapi penyisihan semestinya harus dibuat untuk menunggu waktu

hingga tagihan dibayar.

12

Agar direalisasi (yaitu, secara formal diakui didalam catatan

akuntansi sebagai pendapatan yang diperoleh selama periode

berjalan), pendapatan harus memenuhi tiga tujuan sebagai berikut :

a. Barang atau jasa itu harus diberikan sepenuhnya (misalnya,

penyerahan jasa kepada pelanggan).

b. Pertukaran sumber daya dibuktikan oleh transaksi pasar yang

harus terjadi (misal, penerimaan jasa membayar atau berjanji

akan membayar uang kas dan si pemberi jasa menyerahkan

jasanya).

c. Ketertagihan (collectibility) aktiva itu (misalnya, tagihan jasa

atau premi) haruslah cukup pasti.

C. Pengakuan Pendapatan

1. Pengertian Pengakuan Pendapatan

Pengakuan pendapatan adalah suatu masalah penting dalam

perekonomian saat ini, Financial accounting standard board (FASB) juga

telah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh atas standar akuntansi

yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan. Laporan keuangan yang

dapat diandalkan dalam hal pengakuan pendapatan adalah sangat

penting.

Hal yang berkaitan erat dengan masalah pengakuan adalah

masalah pengukuran, menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007

: 20) mengartikan pengakuan sebagai berikut:

13

“Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca atau laporan laba-rugi.”

Sedangkan menurut Skousen dan Stice (Akbar, 2009: 584)

mendefinisikan :

“Proses perekaman formal sebuah item dalam catatan akuntansi yang akhirnya dilaporkan dalam laporan keuangan, termasuk pelaporan awal sebuah item maupun perubahan berikutnya berhubungan dengan item itu.”

Dari berbagai macam definisi di atas dapat ditarik kesimpulan

pengakuan pendapatan adalah proses perekaman formal dalam catatan

akuntansi ketika barang dipindahtangankan dari penjual kepada

pembeli, dimana transaksi penjualan telah terjadi dan terdapat harga

dari penjualan barang tersebut yang akhirnya dilaporkan dalam laporan

keuangan.

Salah satu masalah yang timbul dalam akuntansi adalah saat

pengakuan pendapatan yang tepat, pendapatan diakui bila besar

kemungkinan manfaat ekonomi akan mengalir ke perusahaan dan

manfaat ini dapat diukur secara objektif, apabila terjadi kesalahan

dalam menentukan kapan saat pendapatan diakui, akan mempengaruhi

besarnya laba / rugi yang akan diterima perusahaan.

2. Kriteria Pengakuan Pendapatan

Dalam PSAK 23 Pengakuan sebagai pencatatan suatu item

dalam perkiraan-perkiraan dan laporan keungan seperti aktiva,

14

kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. Pengakuan

itu termasuk penggambaran suatu item baik dalam kata-kata maupun

dalam jumlahnya, dimana jumlah mencangkup angka-angka ringkas

yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

Empat kriteria mendasar yang harus dipenuhi sebelum suatu item

dapat diakui adalah :

a. Definisi.

item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi salah satu

dari tujuh unsur laporan keuangan (aktiva, kewajiban, ekuitas,

pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian) yaitu perlunya

pemahaman yang baik tetang definisi suatu pos yang sedang

dicatat agar proses pencatatan suatu pos dapat terlaksana dengan

baik.

b. Dapat diukur.

Suatu pos yang dicatat dan dakui harus dapat diukur, baik

dalam bentuk kata-kata maupun dalam jumlah uang yang dapat

dicantumkan dalam laporan keuangan.

c. Relevansi

Pencatatan yang relevan adalah yang mengandung nilai

peramalan, penegasan dan dicatat tepat waktu dalam laporan

keuangan, suatu pos harus dapat memberikan informasi bagi

pemakai dalam proses pengambilan keputusan, dalam

pengevaluasian peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan.

15

d. Reliabilitas

Keandalan suatu pos adalah yang dapat diverifikasi (daya

saji), netralis, dan ketepatan penyajian yang tulus atau jujur.

Empat kriteria pengakuan di atas, di terapkan pada semua item

yang akan di akui pada laporan keuangan. Dan Sebagai tambahan pada

empat pengakuan kriteria secara umum yang telah di jelaskan,

pendapatan dan keuntungan umunya diakui apabila :

a. pendapatan dan keuntungan tersebut telah direalisasikan.

b. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah dihasilkan karena

sebagian besar dari proses untuk menghasilkan laba telah selesei.

Pendapatan di realisasikan ketika kas di terima untuk barang dan

jasa yang di jual. Pendapatan itu dapat di realisasikan ketika klaim atas

kas (misalnya, aktiva non kas seperti piutang usaha atau wesel tagih) di

terima yang ditentukan dapat segera di konversikan ke dalam kas

tertentu.

3. Prinsip Pengakuan Pendapatan

Pendekatan transaksi membutuhkan definisi yang jelas tentang

kapan elemen laba harus diakui, atau dicatat, pada laporan keuangan.

Pada akuntansi berbasis akrual, pengakuan pendapatan tidak selalu

terjadi ketika uangnya telah diterima.

Prinsip pengakuan pendapatan (Revenue Recognition Principle)

menurut Donald (Salim, 2007 : 616) yaitu :

16

a. Telah direalisasikan (Realized) jika produk (barang dan jasa),

barang dagang atau aktiva lainnya telah dipertukarkan dengan kas atau

klaim atas kas, dan jika pendapatan dikatakan dapat direalisasi apabila

aktiva yang diterima atau dipegang dapat segera dikonversi menjadi kas

atau klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui.

b. Telah dihasilkan (Earned) apabila sebuah entitas bersangkutan

pada hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan

untuk mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu,

yakni apabila proses menghasilkan laba telah selesei atau sebenarnya

telah selesei

Pendapatan diakui apabila perusahaan yang menghasilkan

pendapatan telah menyerahkan barang atau jasa yang dijanjikan kepada

pelanggan dan ketika pelanggan telah melakukan pembayaran atau

setidaknya memberikan janji pembayaran yang pasti kepada perusahaan

4. Dasar Pengakuan Pendapatan

Dasar pengakuan pendapatan merupakan salah satu unsur dari

pengakuan pendapatan dan merupakan acuan atau pedoman dalam suatu

aktivitas akuntansi hingga nantinya akan disebut sebagai pendapatan

oleh perusahaan.

Pengakuan pendapatan menurut Teori Akuntansi ada dua dasar

pengakuan, yaitu :

17

a. Dasar Kas (Cash Basis)

Bahwa pendapatan dan biaya diakui pada saat penerimaan kas dan

pengeluaran kas (baik dalam bentuk uang tunai maupun pembayaran

melalui bank).

Prosedur akuntansi berdasarkan kas ini sering kita jumpai pada

organisasi-organisasi yang tidak mencari laba, yang tidak

membutuhkan catatan-catatan ayat jurnal yang berpasangan dan

lengkap.

Pengakuan dengan dasar ini mempunyai kelemahan yaitu prinsip

penandingan (Matching Principle) antara pendapatan dan biaya karena

mungkin ada biaya-biaya yang harus diakui pada periode yang akan

datang, contoh biaya sewa, tetapi pendapatan sewanya diakui pada

periode saat itu. Jadi akan terjadi ketidaksesuaian pada kedua pos

tersebut dalam laporan laba-rugi.

Dr Cr

Kas xxx -

Pendapatan - xxx

b. Dasar Akrual (The Accrual Basis)

Pendapatan diakui pada saat diperoleh barang maupun jasa, tanpa

memperhatikan kapan pendapatan diterima. Beban diakui dan dicatat

pada saat terjadinya, tanpa memperhatikan kapan beban tersebut

dibayarkan.

18

Prosedur akuntansi atas dasar akrual ini digunakan oleh badan

usaha yang berorientasi bisnis, contohnya perseroan yang bertujuan

mencari laba, dimana semua transaksi dicatat dalam ayat jurnal

berpasangan yang lengkap.

Pengakuan dengan dasar ini menganut azas akrual atau azas

himpunan yaitu adanya accrued, contohnya biaya yang masih harus

dibayar (tergolong kelompok kewajiban) dan pendapatan yang masih

harus diterima (masuk kelompok aktiva), juga adanya deferred,

contohnya biaya yang dibayar dimuka (masuk kelompok aktiva) dan

pendapatan yang diterima dimuka (tergolong kewajiban).

Dr CrPiutang Usaha xxx -

Pendapatan yang masih harus diterima - xxx

5. Waktu Pengakuan Pendapatan

Pendapatan diidentifikasikan dengan periode saat terjadinya suatu

kegiatan atau kejadian. Menurut Donald (Salim, 2007 :25 ) waktu

pengakuan pendapatan (Time Of Revenue Recognition) adalah pada saat:

a. Selama produksi

Dalam metode ini, Pengakuan pendapatan diakui pada saat

proses produksi dan biasanya dilakukan oleh perusahaan yang

menjalankan produksi untuk kontrak jangka panjang. Ada dua metode

19

akuntansi untuk pendapatan atas kontrak jangka panjang, yaitu sebagai

berikut:

1. Metode Persentase Penyelesaian (Percentage of Completion

Method)

Metode persentase penyelesaian adalah bentuk alternative atas

metode kontrak selesai. Dalam metode ini, pengakuan pendapatan

dicatat berdasarkan tingkat kemajuan pekerjaan atau dengan kata lain

jumlah pendapatan yang diakui untuk tiap periode ditentukan

berdasarkan tingkat penyelesaian, bagian pendapatan dan beban (dan

juga laba) diakui ketika dihasilkan pada setiap periode akuntansi.

Besarnya tingkat penyelesaian dari suatu kontrak harus diukur

dimana pengukuran yang biasa digunakan adalah pengukuran

masukan dan pengukuran keluaran.

2. Metode kontrak selesai (completed contract method)

Menurut metode ini, pendapatan diakui jika pekerjaan sudah

selesai 100%. Semua biaya selama pelaksanaan dalam pekerjaan.

Tagihan atas kemajuan tidak dicatat sebagaimana pendapatan, tetapi

diakumulasikan dalam akun kontrak persediaan. Metode kontrak

selesai harus digunakan hanya:

(1) Jika suatu entitas terutama mempunyai kontrak jangka pendek.

(2) Jika syarat-syarat untuk menggunakan metode persentase

penyelesaian tidak dapat dipenuhi

20

(3) Jika terdapat bahaya dalam kontrak itu diluar resiko bisnis yang

normal dan berulang.

Metode kontrak selesai (completed contract method) ini hanya

akan diguakan jika metode perssentase penyelesaian (percentage of

completion method) tidak tepat

b. Akhir Produksi

Pendapatan bisa diakui setelah siklus produksi berakhir tepat

sebelum penjualan terjadi. Ini dapat dilakukan jika harga jual dan jumlah

penjualan dapat dihasilkan.Adapun Pengakuan pendapatan atas dasar

penyelesaian produksi ditujukan untuk produk dalam kriteria :

(1) Adanya harga jual yang dapat ditentukan atau harga pasar yang

stabil,

(2) Biaya pemasaran yang tidak besar,

(3) Unit-unit yang dipertukarkan pelaoran pendapatan pada waktu

penyelesaian produksi tergantung pada tingkat kepastian diaman

harga jual dan biaya tambahan dapat diestimasi.

Kriteria utama untuk menggunakan metode ini adalah kemampuan

realisasi yang handal yaitu produk harus dapat dipasarkan segera pada

harga tertentu yang dapat dipengaruhi produsen tertentu.

c. Pada Saat Penjualan

Untuk tujuan pengakuan pendapatan saat terjadinya penjualan

merupakan

21

dasar yang paling utama. Hal tersebut didukung dengan alasan antara

lain:

(1) Harga produk sekarang sudah lebih pasti.

(2) Produk telah berada diluar perusahaan dan aktiva baru sudah

menggantikannya, yakni pertukaran telah terjadi.

(3) Untuk sebagian perusahaan, penjualan diasumsikan sebagai

peristiwa keuangan yang paling penting dalam kegiatan

ekoknomi perusahaan.

(4) Sebagian besar biaya yang menyangkut pembuatan atau peroleha

produk dan biaya pelepasan sekarang telah terjadi atau sekarang

sudah ditentukan.

d. Penerimaan Kas

Pendekatan dasar kas hanya digunakan apabila tidak dimungkinkan

untuk menentukan angka pendapatan pada saat penjualan karena

ketidakpastian penagihan. Salah satu bentuk dasar kas adalah metode

penjualan cicilan dimana pembayaran dilakukan melalui cicilan periodik

sepanjang periode waktu yang cukup lama. Dalam perusahan jasa, kalau

satuan jasa dilakukan dalam waktu relative pendek. Misalnya,

perusahaan angkutan atau bioskop maka saat penerimaan uang dari

konsumen hampir bersamaan dengan penyerahan jasa sehingga

keduanya dapat dijadikan dasar dalam pengukuran dan pengakuan

pendapatan. Untuk jangka panjang didalam satuan jasa, misalnya

22

penyewaan ruangan atau bangunan maka terdapat perbedaan antara

jumlah rupiah pendapatan yang diakui dalam suatu periode atas dasar

penerimaan uang.

Sedangkan pada perusahaan jasa yang sebagian besar kegiatannya

dalam penjualan jasa terdapat empat metode pengakuan pendapatan

berdasarkan waktu pengakuan pendapatannya yaitu sebagai berikut :

a. Metode kinerja khusus

Metode ini digunakan untuk penetapan jasa yang dihasilkan

dengan melakukan aksi tunggal. Sebagai contoh : seorang dokter gigi

menghasilkan pendapatan atas penyelaisaian atas penambalan gigi.

b. Metode Kinerja Propesional

Metode ini digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang

dihasilkan oleh lebih satu aksi tunggal dan hanya ketika jasa melebihi

satu periode akuntansi.

c. Metode Kinerja selesei

Metode ini digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang

dihasilkan dengan melakukan serangkaian tindakan dimana yang

terakhir sangat penting dalam hubungannya dengan total transaksi jasa

dimana pendapatan jasa dianggap telah dihasilkan hanya setelah

tindakan terakhir terjadi. Metode ini serupa dengan metode kontrak

selesei, yang digunakan untuk kontrak jangka panjang.

23

d. Metode Penagihan

Metode ini digunakan untuk pendapatan jasa ketika ketidakpastian

penagihan sangat tinggi atau estimasi beban yang terikat dengan

pendapatan tidak dapat dipercaya sehingga persyaratan reliabilitas tidak

dipenuhi., Pendapatan dakui hanya ketika kas diperoleh.

D. Prosedur Pencatatan Pendapatan

Di dalam sebuah laporan akuntansi dasar pencatatan pendapatan

harus berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Prosedur Ruang Dokumen.

Ruang penerimaan dokumen menerima cek dari pelanggan

bersama dengan bukti pembayaran. Dokumen ini berisi

informasi kunci yang diperlukan transaksi rekening pelanggan.

Petugas ruang penerimaan dokumen mengirimkan cek dan

bukti pembayaran kepada petugas administrasi yang akan

mengesahkan (endorses) cek tersebut setoran dan mencocokan

jumlah nilai dari bukti pembayaran dengan cek tersebut.

Petugas kemudian mencatat setiap cek pada sebuah buku yang

disebut pembayaran (atau daftar pembayaran tunai). Bukti

pembayaran adalah catatan semua penerimaan tunai

24

2. Departemen Penerimaan Tunai/Kas.

Departemen penerimaan tunai/kas mencocokan kebenaran

dan kelengkapan antar cek dengan bukti pembayaran. Setiap

cek yang hilang dan salah dikirimkan dari ruang penerimaan

dokumen dan departemen penerimaan tunai/kas seharusnya

dapat diidentifikasi pada proses ini. Setelah proses percobaan

antara cek dengan bukti pembayaran, kasir mencatat

penerimaan tunai pada jurnal penerimaan tunai.

Selanjutnya, petugas menyiapkan slip setoran bank rangkap

tiga yang menunjukan total nilai penerimaan harian dan

menyerahkan cek tersebut beserta dua salinan dari slip setoran

bank ke bank. Atas setoran tersebut, kasir bank mencocokan

slip setoran bank dan mengembalikan satu salinan ke bagian

pengawasan.

3. Departemen Buku Besar.

Secara berkala, departemen buku besar menerima dokumen

jurnal dari departemen penerimaan tunai. Petugas melakukan

proses posting dari dokumen jurnal ke rekening control kas dan

arsip dari dokumen jurnal.

4. Departemen Pengawasan.

Secara berkala (Mingguan atau bulanan), petugas

pengawasan dari departemen pengawasan (atau karyawan yang

tidak terkait dengan prosedur penerimaan tunai) mencocokkan

25

penerimaan tunai dengan membandingkan dokumen-dokumen

berikut ini :

a. Asuransi Kesehatan.

b. Slip setoran yang diterima dari bank

c. Dokumen jurnal dari departemen penerimaan tunai.

E. Akuntansi Pengakuan Jasa Telekomunikasi

1. Pengertian Jasa Telekomunikasi

Menurut PSAK nomor 35 yang dimaksud dengan jasa

telekomunikasi adalah jasa pemancaran, jasa pengiriman tiap jenis tanda,

gambar, suara dan informasi dalam bentuk apapun yang disediakan oleh

penyelenggara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Telekomunikasi, pada umumnya, mempunyai dimensi global

meskipun bobot tanggung jawabnya berada di ruang lingkup

nasional. Hal ini disebabkan oleh sifat telekomunikasi itu sendiri

yang inheren dengan jangkauan jarak jauh sehingga mempunyai

implikasi global, sedang wujud dan bentuk akhirnya sebagian besar

ditentukan oleh lingkungan dan kebijakan nasional secara makro.

2. Akuntansi Pengakuan Jasa Telekomunikasi

Menurut PSAK No. 35 (paragraf pengakuan pendapatan wajib

dilakukan dengan dasar akrual kecuali untuk jenis jasa tertentu yang

26

karena sifatnya, pengakuan pendapatan tidak dapat dilakukan dengan

menggunakan dasar akrual murni.

a. Untuk pengakuan pendapatan jasa telekomunikasi interkoneksi diatur sebagai berikut:

1) Pendapatan jasa telekomunikasi yang timbul dari interkoneksi

untuk hubungan lokal, interlokal, dan hubungan transit diakui

sebesar bagian pendapatan masing-masing penyelenggara yang

ditentukan sesuai dengan perjanjian kontraktual dengan

penyelenggara lain.

2) Pendapatan jasa telekomunikasi yang timbul dari interkoneksi

untuk hubungan internasional termasuk hubungan transit diakui

sebesar bagian pendapatan masing-masing penyelenggara untuk

periode berjalan, yang ditentukan sesuai dengan konvensi

internasional tentang pembagian interkoneksi.

3) Apabila informasi tentang jumlah bagian pendapatan sebenarnya

untuk periode berjalan belum diketahui jumlahnya, maka harus

ditentukan berdasarkan estimasi yang layak.

b. Untuk pengakuan pendapatan jasa telekomunikasi yang dilaksanakan

sendiri diatur sebagai berikut :

1) Pendapatan atas jasa pemasangan baru dan mutasi diakui pada saat

terminal pelanggan siap untuk digunakan.

27

2) Pendapatan atas pemakaian fasilitas telekomunikasi yang

didaftarkan atas tarif dan satuan ukuran pemakaian seperti pulsa,

menit, kata, dan satuan ukur lainnya diakui sebesar jumlah

pemakaian sebenarnya selama periode berjalan.

3) Pendapatan jasa sehubungan dengan penggunaan sarana

telekomunikasi seperti jasa penggunaan sirkuit, penggunaan

transponder satelit, dan penggunaan perangkat lainnya diakui

sesuai dengan jumlah penggunaan sebenarnya selama periode

berjalan.

4) Pendapatan pemakai telepon umum koin diakui pada saat koin

diambil.

5) Pendapatan atas penjualan kartu telepon diakui pada saat kartu

diserahkan, kecuali terdapat metode estimasi yang lebih handal.

c. Pengakuan pendapatan jasa telekomunikasi yang dilaksanakan melalui

kerjasama dengan investor diatur sebagai berikut:

1) Pendapatan jasa telekomunikasi dari kerjasama diakui sebesar

bagian pendapatan sebenarnya untuk periode berjalan sesuai

dengan pejanjian kontraktual.

2) Apabila berdasarkan perjanjian kontraktual:

a) Terdapat kepastian bahwa penyelenggara akan memperoleh

suatu aktiva yang penyerahan kepemilikannya baru

dilaksanakan pada akhir masa kerjasama

28

b) Penyelenggara terbebas dari tuntutan hukum pihak ketiga atas

perolehan aktiva tersebut

c) Perjanjian tersebut tidak dapat dibatalkan (irrevocable), maka

aktiva tersebut harus dikapitalisasikan oleh penyelenggara

sebagai aktiva tetap kerjasama sebagai biaya perolehan aktiva

oleh investor dengan akun tandingan pendapatan yang

ditangguhkan.

Aktiva tetap kerjasama yang disusutkan selama masa manfaatnya,

sedangkan pendapatan yang ditangguhkan harus diamortisasi secara

sistematis selama masa kerjasama.

d. Keputusan Pentingnya Pengakuan Pendapatan Jasa Telekomunikasi

Setiap perusahaan dalam menjalankan operasinya pasti

menginginkan laba yang besar. Sementara laba itu berasal dari aktiva

dibandingkan dengan kewajiban atau dengan kata lain pendapatan

dengan beban.

Perkembangan dan terjadinya deregulasi dalam bisnis

telekomunikasi yang dimulai dengan ditetapkannya Undang-undang

nomor 3 tahun 1989 telah memungkinkan keterlibatan investor dalam

bisnis telekomunikasi melalui kerjasama dengan penyelenggara yang

diwujudkan dalam berbagai bentuk. Diantara bentuk kerjasama yang

menimbulkan transaksi yang bersifat khusus dilihat dari sisi pengakuan

dan pengukuran pendapatan adalah kerjasama penyediaan sarana

telekomunikasi dengan pola bagi hasil (PBH) dan kerjasama penyediaan

29

dan pengoperasian (KSO) sarana telekomunikasi. Oleh karena itu,

penting bagi perusahaan penyedia jasa telekomunikasi khususnya selular

yang melakukan hubungan kerjasama dengan penyelenggara lain untuk

mengetahui pengakuan pendapatannya bagi perusahaannya sendiri.

Dengan demikian dapat diketahui pendapatan yang sebenarnya bagi

perusahaan tersebut.