HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN EKONOMI: Perspektif Teori dan Empiris

47
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN EKONOMI: Perspektif Teori dan Empiris EDUCATION AND ECONOMICS: Perspectives of Theoretical and Empirical Gatot Subroto Peneliti Madya pada Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdikbud. Pascasarjana Ekonomi, Universitas Nasional Jakarta. Email: [email protected] Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mengkaji hubungan dan keterkaitan antara pendidikan dengan ekonomi didasarkan teori model pertumbuhan endogenous Solow dan adaptasinya. Pembahasan dikaitkan dengan berbagai kajian studi yang telah dilakukan baik di Indonesia maupun negara lain dan contoh-contoh terapan. Hasil kajian menunjukkan bahwa investasi bidang pendidikan merupakan stimulasi lebih tinggi dibandingkan dengan investasi fisik dalam jangka panjang. Mengacu hasil kajian dapat disimpulkan: 1) hubungan kausalitas antara peran pendidikan dan pertumbuhan ekonomi menjadi semakin terbukti dan kuat; 2) sektor pendidikan sebagai penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi semakin mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang, karena pendidikan memberikan high rate of return di masa yang akan datang. Pengeluaran pemerintah secara proporsional dan tepat sasaran terhadap program pendidikan (rintisan wajib belajar 12 tahun atau pendidikan menengah universal) memberikan dampak percepatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kata kunci: pendidikan, modal manusia, tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi.

Transcript of HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN EKONOMI: Perspektif Teori dan Empiris

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN EKONOMI:Perspektif Teori dan Empiris

EDUCATION AND ECONOMICS:Perspectives of Theoretical and Empirical

Gatot SubrotoPeneliti Madya pada Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang

Kemdikbud.Pascasarjana Ekonomi, Universitas Nasional Jakarta.

Email: [email protected]

Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mengkaji hubungan danketerkaitan antara pendidikan dengan ekonomi didasarkanteori model pertumbuhan endogenous Solow dan adaptasinya.Pembahasan dikaitkan dengan berbagai kajian studi yangtelah dilakukan baik di Indonesia maupun negara lain dancontoh-contoh terapan. Hasil kajian menunjukkan bahwainvestasi bidang pendidikan merupakan stimulasi lebihtinggi dibandingkan dengan investasi fisik dalam jangkapanjang. Mengacu hasil kajian dapat disimpulkan: 1)hubungan kausalitas antara peran pendidikan danpertumbuhan ekonomi menjadi semakin terbukti dan kuat; 2)sektor pendidikan sebagai penggerak utama dinamikaperkembangan ekonomi semakin mendorong proses transformasistruktural berjangka panjang, karena pendidikan memberikanhigh rate of return di masa yang akan datang. Pengeluaranpemerintah secara proporsional dan tepat sasaran terhadapprogram pendidikan (rintisan wajib belajar 12 tahun ataupendidikan menengah universal) memberikan dampakpercepatan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci: pendidikan, modal manusia, tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi.

Abstract: This article aims to examine the relationship and linkagesbetween education and economic based theory of endogenous growth modelsof Solow and adaptation. Discussion of studies associated with various studiesthat have been conducted both in Indonesia and other countries and appliedexamples. The results showed that the stimulation of investment for educationis higher than the physical investment in the long run. Referring to the resultsof the study concluded: 1) The causal relationship between the role ofeducation and economic growth becomes more and more evident andstronger; 2) the education sector as a major driver of economic developmentdynamics further encourage long-term process of structural transformation,because of education have a high rate of return in the future. Governmentspending proportionately and appropriately targeted for education programs(universal education) will impact to economic growth.

Keywords: education, human capital, labor, economic growth.

Pendahuluan

Pendidikan memberikan kontribusi signifikan terhadap

pembangunan ekonomi telah menjadi kebenaran yang bersifat

aksiomatik dan diakui keberadaannya. Tidak selamanya

pendidikan dianggap sebagai konsumsi atau pembiayaan

karena pendidikan merupakan investasi dalam pembangunan

sumber daya manusia, yang mana dalam jangka panjang

kontribusinya dapat dirasakan.

Bagaimana hubungan dan keterkaitan antara pendidikan

dengan ekonomi? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut,

tidak dapat dilepaskan dari masalah pembangunan. Konsep

pembangunan dalam bidang sosial ekonomi sangat beragam

tergantung konteks penggunaanya. Para ahli ekonomi

document.docx 2

mengembangkan teori pembangunan yang didasari pada

kapasitas produksi tenaga manusia di dalam proses

pembangunan, yang kemudian dikenal dengan istilah invesment

in human capital (Schultz, 1961). Konsep ini pada intinya

menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk modal atau

kapital sebagaimana bentuk-bentuk kapital lainnya, seperti

mesin, teknologi, tanah, uang, dan material. Manusia

sebagai human capital tercermin dalam bentuk pengetahuan,

gagasan (ide), kreativitas, keterampilan, dan

produktivitas kerja. Tidak seperti bentuk kapital lain

yang hanya diperlakukan sebagai alat saja, human capital ini

dapat menginvestasikan dirinya sendiri melalui berbagai

bentuk investasi, misalnya pendidikan formal/informal,

pengalaman kerja, kesehatan, atau gizi, bahkan migrasi.

Secara umum dapat dinyatakan bahwa faktor utama yang

mendukung proses pembangunan adalah tingkat pendidikan

masyarakat. Dalam proses tersebut didasari pertimbangan

bahwa cara yang paling efisien dalam melakukan pembangunan

nasional suatu negara terletak pada peningkatan kemampuan

masyarakatnya –pendidikan termasuk di dalamnya.

document.docx 3

Teori human capital mengasumsikan bahwa pendidikan

formal merupakan salah satu instrumen terpenting untuk

menghasilkan masyarakat yang memiliki produktivitas tinggi

(Schultz, 1961). Semakin tinggi pendidikan masyarakat maka

semakin tinggi pula tingkat produktivitas masyarakat

tersebut.Dalam proses pembangunan, teori human capital

tersebut setidaknya harus memiliki dua syarat keharusan.

Pertama, adanya pemanfaatan teknologi secara efisien serta

adanya sumber daya manusia yang mengelola dan/atau

menggunakan teknologi tersebut. Sumber daya manusia

dihasilkan melalui proses pendidikan. Hal inilah yang

menyebabkan teori human capital percaya bahwa investasi

dalam pendidikan merupakan investasi dalam rangka

meningkatkan produktivitas masyarakat. Masalahnya terletak

pada sejauhmana pendidikan berpengaruh terhadap proses

pembangunan ekonomi dalam sebuah negara? Kasus di beberapa

negara mengindikasikan hal tersebut, misalnya di Afrika

(Ghana, Kenya, Nigeria) dan di Asia (Korea, Jepang,

Hongkong, Singapura, Malaysia). Dengan merujuk kepada

pengalaman di negara-negara tersebut maka menjadi penting

untuk mengkaji sejauhmana fenomena yang sama dapat

document.docx 4

diterapkan di Indonesia. Hal ini penting mengingat

Indonesia pada saat ini sedang mengalami suatu proses

ketidakseimbangan antara ekonomi dan pendidikan yang

ditunjukkan oleh hubungan antara tingkat pendidikan dan

angka partisipasi tenaga kerja serta pengangguran. Tulisan

ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana aspek pendidikan

berpengaruh dalam pembangunan ekonomi dalam konteks

Indonesia dengan mempertimbangkan berbagai pengalaman

empiris serta menggunakan contoh-contoh terapan yang

bersifat aplikatif.

Kajian Literatur dan Pembahasan

Teori Ekonomi

Eksistensi teori ekonomi sangat ditentukan oleh

kemampuannya dalam menjelaskan fenomena perekonomian

aktual. Analisis teoritis dan pembuktian empiris selalu

menjadi aktivitas kembar yang dilakukan secara koheren

pada setiap bidang ilmu termasuk ilmu ekonomi (Henderson

dan Quant, 1980). Pertumbuhan ekonomi umumnya merupakan

proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang

yang terkait dengan proses, output per kapita, dan jangka

document.docx 5

panjang. Pertumbuhan sebagai proses berarti bahwa

pertumbuhan ekonomi bukan gambaran perekonomian pada satu

saat saja/kurun waktu yang sebentar. Pertumbuhan ekonomi

berkaitan dengan output per kapita, berarti harus

memperhatikan dua hal, yaitu output total atau Produk

Domestik Bruto (PDB) dan jumlah penduduk, karena output

per kapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk.

Sedangkan pertumbuhan terkait aspek jangka panjang

mengandung arti bahwa kenaikan output per kapita harus

dilihat dalam kurun waktu yang cukup lama, misalnya 10

atau 20 tahun dan bahkan lebih lama.

Smith (1776), dalam bukunya ang berjudul ‘An Inquiry into

the Nature and Causes of the Wealth of Nations’, mengajukan teori yang

sangat terkenal, yaitu mengenai spesialisasi dan pembagian

kerja. Stok kapital (K) mempunyai dua pengaruh terhadap

tingkat output total (Q), yaitu pengaruh langsung dan

pengaruh tak langsung. K berpengaruh langsung terhadap Q

karena pertambahan K yang diikuti pertambahan tenaga kerja

(L) akan meningkatkan Q. Secara matematis, ditulis sebagai

berikut: Q = f (K, L).

document.docx 6

Pengaruh tidak langsung dari K terhadap Q adalah

berupa peningkatan produktivitas per kapita melalui

dimungkinkannya spesialisasi dan pembagian kerja

(specialization and devision of labor) yang lebih tinggi. Makin besar

kapital (K) yang digunakan, makin besar kemungkinan

dilakukan spesialisasi dan pembagian kerja, dan

selanjutnya akan meningkatkan produktivitas per pekerja.

Peningkatan produktivitas bersumber dari tiga hal.

Pertama, spesialisasi justru akan meningkatkan

keterampilan setiap tenaga kerja dalam melakukan

pekerjaannya. Kedua, melalui sistem pembagian kerja akan

menghemat waktu, saat pekerja beralih dari jenis pekerjaan

yang satu ke pekerjaan yang lain. Ketiga, ditemukannya

mesin-mesin berteknologi semakin baik, yang mempermudah

dan mempercepat proses pekerjaan.

Dari uraian di atas, dapat diartikan bahwa

peningkatan stok kapital (K) secara terus menerus dengan

berasumsi bahwa tenaga kerja (L) selalu terpenuhi, juga

akan diikuti oleh peningkatan output total (Q) secara terus

menerus sampai mencapai batas atas sumber daya. Di sini

terjadi proses pertumbuhan ekonomi berhenti, yang disebut

document.docx 7

sebagai keadaan dalam posisi stasioner (stationary state). Pada

posisi ini, semua proses pertumbuhan berhenti; pertumbuhan

kapital berhenti, pertumbuhan penduduk berhenti, dan

pertumbuhan output berhenti.

Peran Pendidikan dalam Pertumbuhan Ekonomi

Pendidikan tidak dapat terlepas dari masalah ekonomi, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Berbagai kajian

akademis dan penelitian empiris telah membuktikan

keabsahannya. Alhumami (2004), menyatakan

pendidikan bukan hanya melahirkan sumber daya manusia

yang berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

serta menguasai teknologi, melainkan juga dapat

menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi

pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut mendorong setiap warga

negara untuk mandiri berwirausaha secara adil dan sehat.

Kata lainnya, turut serta memberikan kontribusi aktif

dalam pembangunan, melalui produktivitasnya dapat

meningkatkan pendapatan serta akhirnya mendongkrak

pertumbuhan ekonomi.

document.docx 8

Studi tentang investasi sumber daya manusia telah

dilakukan oleh Schultz (1961:8), menyatakan bahwa

investasi sumber daya manusia akan mampu meningkatkan

kualitas sumber daya itu menjadi lebih produktif dan

merupakan salah satu cara untuk keluar dari perbudakan.

Meningkatnya sumber daya manusia ini akan menjadikan

manusia memiliki lebih banyak pilihan sehingga akan

tercipta peningkatan kesejahteraan. Beberapa kegiatan yang

menurut Schultz dapat memperbaiki kemampuan sumber daya

manusia adalah pendidikan formal yang paling memiliki

hubungan erat dengan peningkatan kemampuan sumber daya

manusia.

Investasi pada bidang pendidikan tidak

hanya berfaedah bagi perorangan, melainkan juga bagi

komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian

pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan

pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan

merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian

kesejahteraan sosial dan ekonomi, sedangkan kegagalan

membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem

krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan

document.docx 9

narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial

politik bagi pemerintah. Istilah welfare dependency merupakan

keadaan di mana seseorang atau rumah tangga yang sangat

bergantung pada tunjangan kesejahteraan dari pemerintah

untuk pendapatan mereka dalam jangka waktu lama, dan

tanpanya mereka tidak akan mampu untuk memenuhi biaya

hidup sehari-hari. Istilah tersebut sangat kontroversial,

sering membawa konotasi menghina bahwa penerima tidak

bersedia untuk bekerja (Bane and Ellwood, 1996).

United Nations Development Programme (UNDP) sejak tahun

1990-an dengan tegas menjelaskan betapa pentingnya

pembangunan manusia, dimana kualitas manusia merupakan

kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Disebutkan juga, bahwa

tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan

yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati usia

panjang, badan sehat, dan menjalankan kehidupan yang

produktif. Laporan tersebut menjelaskan bahwa, pembangunan

berpusat pada manusia dipromosikan melalui penegasan bahwa

pembangunan manusia adalah tujuan akhir pembangunan (the

ultimate end), sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah sarana

document.docx 10

(the principal means) untuk mencapai tujuan akhir pembangunan

tersebut.

Semakin jelas bahwa perluasan pilihan dimaksud berada

pada tataran proses dan tataran hasil akhir pembangunan.

Perluasan pilihan dalam tataran proses disediakan untuk

manusia dalam perannya sebagai pelaku pembangunan,

sedangkan perluasan pilihan dalam tataran hasil akhir

disediakan untuk manusia dalam perannya sebagai penikmat

pembangunan.

Pembangunan manusia pada dasarnya adalah suatu upaya

dalam rangka membangun kemampuan manusia, tidak perduli

apakah mereka miskin atau kaya, melalui perbaikan taraf

kesehatan, pengetahuan dan keterampilan, sekaligus sebagai

pemanfaatan (utilizing) kemampuan atau keterampilan mereka

tersebut. Qureshi (2010), menyatakan konsep pembangunan

manusia jauh lebih luas pengertiannya dibandingkan dengan

konsep pembangunan ekonomi yang menekankan kepada

pertumbuhan ekonomi (economic growth), kebutuhan dasar (basic

needs), kesejahteraan masyarakat (social welfare), atau

pengembangan sumber daya manusia (human resource development).

document.docx 11

Uraian-uraian di atas semakin memperkokoh paradigma

pembangunan berpusat pada manusia (people centered development)

yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir pembangunan

dan bukan hanya sebagai alat pembangunan. Untuk mewujudkan

tujuan akhir pembangunan dimaksud, terdapat empat hal

pokok (productivity, equality, sustainability, dan empowerment) yang

harus diperhatikan sebagai komponen kunci pembangunan

manusia, sebagaimana uraian dari UNDP berikut.

Pertama, produktivitas (productivity), mengandung makna

bahwa manusia yang produktif akan mampu menghasilkan

pendapatan bagi dirinya dan bagi keluarganya serta bagi

daerahnya. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi merupakan

bagian dari model pembangunan manusia, dan merupakan

variabel endogen yang akan berpengaruh terhadap indeks

pembangunan manusia.

Kedua, keadilan (equality), mengandung makna bahwa

manusia sebagai mahluk sosial harus memiliki kesempatan

yang sama untuk hidup lebih baik. Praktik monopoli,

seperti monopoli ekonomi dan monopoli politik, harus

dihapuskan melalui pengaturan-pengaturan yang dilakukan

secara demokratis. Semua orang boleh memilih apa yang

document.docx 12

terbaik bagi kehidupannya sepanjang tidak melanggar aturan

main yang telah disepakati bersama secara konstitusional

dan demokratis.

Ketiga, keberlanjutan (sustainability), mengandung makna

bahwa sumber daya yang tersedia dapat digunakan secara

bijaksana untuk kepentingan manusia, baik generasi masa

kini maupun generasi masa yang akan datang. Generasi masa

kini harus sadar dan menjamin ketersediaan sumber daya

yang sama-sama diperlukan oleh generasi masa yang akan

datang. Sumber daya yang tidak dapat diperbaharui hanya

digunakan secara hemat sambil menanamkan kewajiban bagi

generasi sekarang untuk mencari alternatif sumber daya

substitusi dari sumber daya yang dapat diperbaharui.

Keempat, pemberdayaan (empowerment), mengandung arti

bahwa adalah fitrah manusia yang tidak selalu memiliki

kemampuan untuk mengakses peluang dan kesempatan yang sama

untuk mensejahterakan diri dan keluarganya. Karena itu

perlu adanya pemberdayaan agar pembangunan manusia dapat

dilakukan oleh semua orang, bukan semata-mata dilakukan

untuk semua orang. Dengan pemberdayaan, maka semua orang

document.docx 13

dapat berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan

proses mempengaruhi kesejahteraan mereka.

Para ekonom telah sepakat bahwa sumber daya manusia

(SDM) suatu bangsa, bukan hanya modal fisik atau sumber

daya material merupakan faktor paling menentukan karakter

dan kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi suatu bangsa

bersangkutan (Todaro dan Smith, 2009). Proses tersebut

mempunyai minimal dua syarat pokok; pertama, adanya SDM

yang secara kuantitas maupun kualitas mampu mengolah dan

memanfaatkan sumber daya lain dalam proses pembangunan,

dan kedua, adanya pasar yang mendukung transaksi barang

dan jasa yang dihasilkan dalam pembangunan

tersebut.Interaksi antara keluaran pendidikan dengan

kebutuhan tenaga kerja hampir dapat dipastikan bakal

selalu mengalami kesenjangan. Salah satu penyebabnya,

karena pendidikan dan ketenagakerjaan merupakan dua

entitas yang memiliki ranah serta karakteristik berbeda.

Perbedaan yang mencolok dan selalu menciptakan kesenjangan

adalah sifat pendidikan yang merupakan faktor demografis,

sementara ketenagakerjaan merupakan faktor ekonomis dan

sebagian dari tujuan pendidikan itu sendiri.

document.docx 14

Faktor demografis dalam arti bahwa pendidikan yang

bersifat pelayanan kepada masyarakat secara merata dan

adil di manapun, terkait di Indonesia yang terkendala

dengan luasnya negara kepulauan dan harus memberikan akses

dan pemerataan yang sama. Faktor ekonomis merujuk

ketenagakerjaan yang merupakan optimasi pilihan dalam hal

ini tenaga kerja berpendidikan dan berketrampilan.

Manakala terjadi kesenjangan antara pendidikan dan

kebutuhan ketenagakerjaan semakin melebar maka hal ini

akan mengancam produktivitas individu dan selanjutnya

mempengaruhi pertumbuhan secara keseluruhan.

Oleh karena itu, pemerintah harus mempunyai proyeksi

terhadap kebutuhan tenaga kerja dan bidang apa saja untuk

mendukung pembangunan masa depan. Hal ini guna mengurangi

terjadinya kegagalan pasar ketika pasar bebas berfungsi

atau gagal untuk memberikan alokasi sumber daya yang

efisien (market failure), sehingga terwujud adanya equilibrium

atau kesetimbangan antara permintaan dan kebutuhan tenaga

kerja.

Model Pertumbuhan Endogenous (Endogenous Growth Model)

document.docx 15

Dalam pendekatan PDB yang merupakan fungsi dari faktor-

faktor produksi yang terdiri dari modal, tenaga kerja

(baik kuantitas dan kualitas yang dapat diwakili oleh

pendidikan), teknologi, dan kualitas masyarakat (yang

dapat diwakili oleh pendidikannya). PDB akan meningkat

atau pertumbuhan ekonomi akan terjadi apabila faktor-

faktor produksi ini meningkat. Dengan menggunakan data

sekunder yang dibutuhkan dan menerapkan metode

ekonometrika, dapat diketahui peranan masing-masing faktor

produksi, termasuk faktor produksi yang berupa pendidikan

(baik secara umum atau vokasi maupun per jenjang

pendidikan) tenaga kerja dan masyarakat, terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Lewis (1956), mendefinisikan bahwa faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan adalah tenaga kerja dikaitkan

dengan pemanfaatan capital. Dengan stock of capital tertentu,

maka marginal product dari tenaga kerja (MPL) mulai dari

titik tertentu, menurun. Senada dengan Lewis, menjelaskan

pertumbuhan ekonomi adalah suatu formula kausalitas antara

investasi, tabungan, modal, dan penduduk untuk

mempengaruhi hasil/output (Ray, 1998).

document.docx 16

Kaldor dalam Djoyohadikusumo (1994) menyatakan bahwa

proses pertumbuhan jangka panjang diarahkan pada

pertumbuhan sektoral yang mencakup sektor produksi primer

dan sektor sekunder, sedangkan sektor tersier dianggap

sebagai fungsi dari perkembangan industri.

Sejalan dengan pendapat Kaldor, Lucas (dalam

McMahon, 2002) mengemukakan bahwa yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi adalah kapital dan tenaga kerja dengan

unsur kualitas termasuk di dalamnya.

Solow (1956), menyatakan bahwa faktor yang dominan

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah modal dan tenaga

kerja. Persamaan modelnya adalah,

Q= f (K,L) ……...................................... (1)

di mana: Q adalah output, K adalah Kapital, dan L adalah tenaga kerja.

Pendekatan ini menggunakan model fungsi produksi yang

mula-mula diperkenalkan oleh Cobb dan Douglas selama 1927-

1947, yang fokus pada pentingnya peranan modal manusia

(human capital) dalam fungsi produksi itu mula-mula

dikembangkan oleh Solow (1956) dan argumennya dikembangkan

oleh Becker (1993), dan terakhir model itu dikembangkan

document.docx 17

oleh Lucas, yang diterapkan dan dikembangkan lagi salah

satunya oleh McMahon (2002). McMahon (2002), menunjukkan

bagaimana peranan pendidikan secara umum terhadap

pertumbuhan ekonomi, dengan menggunakan endogenous growth

model yang diformulasikan sebagai berikut.

Y = A [ (µ1 h N)1-α K α ] haψ .................................. (2)

di mana:Y = output atau produk domestik bruto (PDB),A = tingkat teknologi yang dianggap konstan,µ1 = alokasi waktu pekerja yang digunakan untuk

produksi,h = kualitas tenaga kerja yang dapat diwakili oleh

tingkat pendidikannya,N = jumlah tenaga kerja,µ1hN = modal tenaga kerja,K = modal fisik digunakan proksi nilai pembentukan

modal tetap domestik brutto (PMTDB),ha = pendidikan masyarakat, = koefisien modal fisik yang menunjukkan peranan

atau pengaruh modal fisik terhadap PDB,1- = koefisien modal tenaga kerja yang menunjukkan

peranan atau pengaruh modal tenaga kerja terhadap PDB,

= koefisien kualitas masyarakat yang menunjukkan peranan atau pengaruh kualitas masyarakat terhadap PDB, dan

= suku galat (error term).

Melalui proses transformasi, model pertumbuhan

ekonomi endogenous tersebut menjadi bentuk linier berikut

Ln Y = ln A + 1-α ln(µ1 h N) + α ln K + ψ ln ha

......... (3)

document.docx 18

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Y pada dasarnya

merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh

unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan

nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh

unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan

nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan

harga yang berlaku pada setiap tahun, sedang PDB atas

dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan

jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga berlaku pada

tahun tertentu sebagai dasarnya.

Menurut pendekatan produksi, PDB adalah jumlah nilai

tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai

unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu

tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut

dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor), yaitu: 1)

pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, 2)

pertambangan dan penggalian, 3) industri pengolahan, 4)

listrik, gas dan air bersih, 5) bangunan, 6) perdagangan,

hotel dan restoran, 7) pengangkutan dan komunikasi, 8)

document.docx 19

keuangan, serta 9) jasa-jasa termasuk jasa pelayanan

pemerintah.

Variabel teknologi (A), dalam persamaan tersebut

merupakan teknologi yang digunakan dalam proses produksi

untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam klasifikasi yang

lazim teknologi dikelompokkan menjadi dua yaitu teknologi

modern dan teknologi tradisional. Teknologi modern

diidentikkan dengan kegiatan proses produksi dalam

menghasilkan barang dan jasa dengan memanfaatkan

penggunakan peralatan produksi yang serba modern (mesin

produksi modern, komputerisasi dan pemanfaatan teknologi

informasi yang terkini). Teknologi tradisional adalah

kegiatan proses produksi yang masih lebih banyak

menggunakan tenaga manusia serta peralatan produksi yang

lebih bersifat manual dan kurang mekanis. Variabel

teknologi untuk penelitian ini dalam jangka pendek

diasumsikan konstan atau tidak berubah.

Dalam kaitan variabel modal manusia (N), dalam

konteks ini akan dilihat tidak hanya jumlahnya yang dari

tahun ke tahun cenderung bertambah melainkan juga akan

ditinjau peningkatan kualitasnya. Sudah barang tentu

document.docx 20

peningkatan kualitas sumber daya manusia ini salah satunya

bisa dicapai melalui pendidikan, baik pendidikan formal

maupun pendidikan nonformal serta informal.

Variabel modal fisik (K) merupakan nilai kapital atau

peralatan produksi yang digunakan dalam proses produksi

guna menghasilkan barang dan jasa. Variabel ini agak

mendapatkan kesulitan dalam cara pengukurannya, sementara

dapat digunakan proksi nilai pembentukan modal tetap

domestik bruto (PMTDB).

Variabel pendidikan masyarakat (ha) merupakan

gambaran tingkat pendidikan yang telah diperoleh atau

telah dicapai oleh seluruh masyarakat dalam satu wilayah

tertentu. Variabel ini bisa didekati dengan rata-rata

tingkat pendidikan penduduk di suatu wilayah.

Signifikansi pendidikan masyarakat terhadap

pertumbuhan ekonomi dalam model berasal dari pemahaman

bahwa semakin maju tingkat pendidikan masyarakat, maka

masyarakat yang bersangkutan akan semakin responsif

terhadap proses perubahan sosial dan ekonomi yang selalu

berkembang dinamis. Dengan kata lain, pendidikan

masyarakat menjadi stimulus dalam pertumbuhan ekonomi.

document.docx 21

Dari persamaan di atas, dibagi dengan populasi,

selanjutnya dapat dihasilkan persamaan berikut serta

gambarnya di bawah ini

Y/N = A (K/N, H/N) ............................................... (4)

Dari Gambar 1 dapat dikatakan bahwa, saat stok

kapital fisik (K), meningkat lebih cepat dari jumlah orang

(N), physical capital deepening terjadi, meningkatkan K/N

sepanjang sumbu horizontal. Namun, apabila tidak terdapat

kenaikan dalam pendidikan dan keterampilan tenaga kerja,

physical capital deepening ini secara terpisah menghadapi

diminishing returns, seperti ditunjukkan dari A ke B. Ini

document.docx 22

Sumber: Solow, Robert M., (1988), Growth Theory an Exposition, New York: Oxford University Press, Inc.

Gambar 1 Proses Pertumbuhan Ekonomi dalam Jangka

mengakibatkan pertumbuhan output menjadi semakin lambat

sehingga akhirnya mencapai suatu steady state.

Dengan kenaikan investasi human resources ∆H/N, fungsi

produksi yang hanya dinyatakan sebagai fungsi kapital

fisik pada sumbu horizontal bergeser ke atas. Dalam model

pertumbuhan endogenous dengan increasing returns to scale, jalur

waktu yang dinamis dalam jangka pendek dan menengah adalah

dari A ke C, karena terjadinya capital deepening. Slope-nya

bergerak ke atas, sehingga output per kapita Y/N tumbuh

dan tumbuh secara increasing returns tanpa hambatan meskipun

dalam jangka panjang.

Apabila jumlah tabungan diasumsikan sama dengan

jumlah investasi, baik dalam bentuk capital maupun

pengeluaran pendidikan, dalam persamaan berikut, dan

digambarkan melalui proses pembangunan dalam jangka

panjang di bawah ini.

(IK + IH)/N = S/N .......................................... (5)

Gambar 2 mengilustrasikan bahwa pertumbuhan ekonomi

jangka menengah dan panjang dari kapital fisik dan manusia

ditingkatkan melalui keseimbangan ekonomi makro tabungan

document.docx 23

dan investasi. Apabila investasi tidak dibiayai dari

tabungan saat ekonomi mendekati kapasitas, akan timbul

inflasi. Inflasi berkepanjangan menimbulkan resesi.

Investasi kapital manusia, yang merupakan bagian dari

investasi total, dilakukan oleh keluarga yang membiayainya

melalui forgone earning karena menyekolahkan anak mereka

(SF), membayar biaya kamar, penginapan, dan uang sekolah

(SP). Biaya institusional pendidikan umum dibiayai melalui

pajak (ST). Investasi kapital fisik dan investasi kapital

manusia sama dengan tabungan per kapita.

Physical capital deepening jangka menengah terjadi dari

(K/N)d ke (K/N)t, ketika ini ditingkatkan dengan kapital

manusia sebagai input yang terpisah (IA). Investasi total

document.docx 24

Sumber: Solow, Robert M., (1988), Growth Theory an Exposition, New York: Oxford University Press, Inc.

Gambar 2 Proses Pertumbuhan Ekonomi dalam Jangka Panjang

dalam kapital fisik ditingkatkan dengan investasi kapital

manusia melalui pendidikan dan teknologi baru yang lebih

besar dari nol, total capital deepening ditunjukkan dengan garis

yang melalui G bukan H. Kebijakan investasi dalam kapital

manusia dan pengetahuan akan menggeser investasi total per

kapita dari F ke I dan meningkatkan tabungan total dan

stok kapital manusia. Output dan pendapatan dalam jangka

menengah akan tumbuh tidak dari A ke B tetapi dari A ke D.

Dalam jangka panjang berbagai investasi diperlukan

untuk menggantikan penyusutan, dan mengikuti pertumbuhan

penduduk. Dengan investasi aktual pada G dan dikurangi

pada J untuk memelihara stok kapital per kapita konstan,

total capital deepening akan berlangsung terus hingga solusi

jangka panjang dicapai pada E1. Investasi dan tabungan per

kapita juga pada E0 sebelum memasukkan kapital manusia dan

pengetahuan dan pada E1 setelahnya.

Persamaan di atas secara tidak langsung menyiratkan

keseimbangan model ekonomi dua sektor. Artinya, apabila

dalam suatu kondisi perekonomian investasi sudah sama

dengan tabungan maka seberapa naik atau turun kedua

document.docx 25

variabel akan memberikan dampak yang sama terhadap

pendapatan nasional.

K = K-1 + IK – λK K-1 .................................... (6)

K = modal fisik adalah nilai kapital atau peralatanyang digunakan dalam proses produksi gunamenghasilkan barang dan jasa;

K-1 = modal fisik satu tahun sebelumnya adalah nilaikapital atau peralatan yang digunakan dalamproses produksi guna menghasilkan barang danjasa satu tahun sebelumnya;

IK = investasi modal fisik adalah nilai investasiyang dialokasikan untuk kapital dan peralatanyang digunakan dalam proses produksi;

λK K-1 = depresiasi modal fisik satu tahunsebelumnya adalah suatu nilai yang dialokasikanuntuk sebagai cadangan perbaikan danpenggantian peralatan yang aus atau berkurangnilai ekonominya karena digunakan dalam prosesproduksi. Nilai depresiasi ini bersifatpersentase tetap dikaitkan dengan nilai assetyang dikerjakan dan digunakan dalam prosesproduksi untuk suatu umur ekonomis tertentu.

H = H-1 + IH – λH H-1 ......................................... (7)

H = human capital adalah nilai investasi di bidangsumber daya manusia yang tidak menghasilkankeuntungan dalam jangka pendek;

H-1 = human capital satu tahun sebelumnya adalahnilai investasi di bidang sumber daya manusiayang tidak bisa menghasilkan keuntungan dalamjangka pendek satu tahun sebelumnya;

IH = investasi human capital adalah nilaiinvestasi yang dialokasikan untuk pengembangansumber daya manusia;

document.docx 26

λH H-1 = depresiasi human capital satu tahunsebelumnya adalah suatu nilai yangdiperhitungkan sebagai faktor yang menyebabkanberkurangnya nilai ekonomi terhadap suatusumber daya manusia. Data tentang depresiasimenggunakan jumlah pekerja yang masuk kategoriusia tidak produktif (masa pensiun).

IK/N = IK (Y/N, IH/N, (Y/N)d ) .........................................(8)

IK/N = investasi modal fisik per kapita investasiyang dilakukan terhadap peralatan produksisetelah diperhitungkan dengan jumlah penduduk;

Y/N = pendapatan per kapita;IH/N = investasi human capital per kapita investasi

yang dilakukan di bidang sumber daya manusiasetelah disesuaikan dengan jumlah penduduk;

(Y/N)d= pendapatan per kapita tahun dasar adalahpendapatan per kapita tahun yang dijadikansebagai pijakan untuk mengetahui perubahantahun berikutnya.

IH/N = IH (Y/N).........................................

(9)IH =investasi human capital per kapita adalah nilai

investasi yang dialokasikan untuk pendidikankepada setiap individu.

Sebagai catatan, dalam rangka untuk memahami dan

mengembangkan endogenous growth model lebih lanjut,

diperlukan pendekatan yang lebih konkrit terhadap

penggunaan konsep, data, dan alat pengukuran agar

document.docx 27

penelitian lebih reliabel. Terkait dengan data secara

individu yang tersedia masih sangat terbatas.

Studi Empiris Terdahulu

Sejak karya Mankiw, Romer, dan Weil (1992) dan Barro

(1991), telah dikembangkan literatur –Hanushek (1995),

Temple (2001), Krueger dan Lindahl (2001), Gemmel (1996),

Benhabib dan Spiegel (1994)–yang menyatakan hubungan

positif antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi. Jumlah

pendidikan diukur dengan rasio penerimaan siswa di sekolah

(Mankiw, Romer dan Weil (1992); Barro, (1991); Levine dan

Renelt (1992), rata-rata tahun bersekolah (Krueger dan

Lindhal (2001); Hanushek dan Woessmann (2008), tingkat

melek huruf orang dewasa (Durlauf dan Johnson (1995);

serta Romer (1990b).

Hubungan antara kualitas pendidikan dan pertumbuhan

ekonomi yang teruji merupakan hasil karya Barro (1999),

Hanushek dan Kimko (2000), Hanushek dan Woessmann (2008).

Studi tersebut mengembangkan pengukuran kualitas tenaga

kerja berdasarkan keterampilan kognitif dalam matematika

dan ilmu pengetahuan, hal ini dianggap memiliki pengaruh

document.docx 28

yang kuat terhadap pertumbuhan ekonomi. Barro (1990)

menggunakan data nilai ujian siswa internasional untuk

mengukur kualitas sekolah, ditemukan hubungan positif

antara kualitas pendidikan dan pertumbuhan ekonomi. Barro

menggunakan model pertumbuhan endogen sederhana dengan

pemerintah berangkat dari standar karakterisasi konsumsi

pemerintah yang dibiayai oleh investasi publik (seperti

jalan, pelabuhan, sanitasi, atau pendidikan) dan

melengkapi investasi swasta. Dalam konteks pendidikan,

investasi termasuk meningkatkan kualitas masnusia itu

sendiri yang memberikan dampak terhadap produktivitas dan

akhirnya pertumbuhan ekonomi secara nasional.

Cooray (2009), menguraikan bahwa dalam masyarakat

yang lebih terdidik akan membawa kepada tingkatan lebih

tinggi untuk pertumbuhan ekonomi, dan dengan demikian

kemampuan pemerintah menjadi lebih baik dalam mengentaskan

kemiskinan. Hubungan pendidikan dan pertumbuhan ekonomi

ini secara garis besar dapat dijelaskan melalui teori

pertumbuhan ekonomi dan teori human capital. Semacam konsensus

umum bahwa modal manusia merupakan faktor utama di balik

pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Meskipun, pada tingkat

document.docx 29

makro, hasil empiris tidak selalu sesuai dengan pandangan

ini. Untuk menjelaskan hal kesenjangan antara teori dan

empiris, secara terfokus telah diletakkan pada kesalahan

pengukuran dan kualitas data.

Hasil kajian Van Leeuwen (2008), menggunakan

perkiraan alternatif modal manusia, serta menemukan bukti

bahwa dua pandangan utama tentang peran modal manusia

dalam pembangunan ekonomi oleh Lucas (1988) dan Romer

(1990b) dapat diterima secara berdampingan dan bukan

berarti saling menolak satu sama lain. Dengan menggunakan

uji kointegrasi, Van Leeuwen (2007) menemukan bahwa di

India dan Indonesia, tingkat modal manusia adalah

cointegrated dengan tingkat pendapatan agregat selama abad

ke-20 secara keseluruhan, yang menegaskan teori Lucas

(1988). Namun di Jepang, pendekatan Lucasian dapat

diverifikasi hanya untuk paruh awal abad ini, sementara

setelah 1950 ada kointegrasi antara tingkat pertumbuhan

pendapatan agregat dan tingkat modal manusia, yang sejalan

dengan pandangan Romer (1990b).

Studi Sitepu dan Sinaga (2006), bertujuan

menganalisis dampak investasi sumber daya manusia terhadap

document.docx 30

pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan in Indonesia.

Analisisnya menggunakan kombinasi model Komputasi

Keseimbangan Umum dan metode Foster-Greer-Thorbecke.

Investasi sumber daya manusia diwakili oleh pengeluaran

pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan. Hasil

simulasinya menunjukkan bahwa investasi sumber daya

manusia mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

pendapatan rumah tangga. Indeks rasio kemiskinan, indeks

kesenjangan dan indeks intensitas kemiskinan juga menurun,

kecuali untuk rumah tangga bukan angkatan kerja di kota.

Investasi sumber daya manusia untuk pendidikan memberi

manfaat lebih besar bagi rumah tangga perdesaan

dibandingkan dengan rumah tangga perkotaan, terutama untuk

rumah tangga buruh pertanian dan pengusaha pertanian di

perdesaan, sedangkan investasi kesehatan memberi manfaat

lebih besar bagi rumah tangga bukan pertanian golongan

atas di kota.

Penelitian Chenery dan Syrquin (1975) yang diuraikan

lagi oleh Subroto (1997;2000), menyatakan bahwa saat PDB

per kapita sangat rendah –di bawah $100, peranan sektor

pertanian sangat dominan karena menyumbang lebih dari 50

document.docx 31

persen, sedangkan sektor industri dan jasa masing-masing

hanya sekitar 10 dan 30 persen, sisanya sebesar 10 persen

adalah sektor lain-lain. Pada saat PDB per kapita

meningkat, peranan sektor pertanian semakin menurun

sementara peranan kedua sektor yang lain semakin

meningkat. Ketika PDB per kapita mencapai $1000, peranan

pertanian semakin mengecil, hanya sekitar 12 persen,

sedangkan peranan sektor industri dan jasa masing-masing

mencapai 35 dan 44 persen. Titik temu antara sektor

pertanian dan industri terjadi pada saat PDB per kapita

sekitar $350 dengan masing-masing sumbangannya terhadap

PDB sebesar 25 persen.

Terjadinya pergeseran struktur ekonomi tersebut

ternyata tidak dengan sendirinya diikuti adanya realokasi

tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri yang

memerlukan pengetahuan/keterampilan relatif lebih tinggi.

Mereka yang bekerja di sektor pertanian bergeser ke sektor

jasa, yang memerlukan peningkatan pengetahuan dan

keterampilan yang sesuai. Artinya tidak serta merta dengan

terjadinya pergeseran struktur ekonomi, tenaga kerja

dengan cepat mengganti/menambah pengetahuannya agar

document.docx 32

tertampung dalam stuktur perekonomian baru, melalui

pendidikan dan pelatihan merupakan jawaban sangat tepat.

Tulisan Yoon (2006), mengkaji sebuah model siklus

bisnis riil internasional dengan modal manusia dapat

menjelaskan siklus bisnis dalam sebuah perekonomian kecil

yang terbuka. Parameter dan kalibrasi dalam model tersebut

menyertakan investasi goncangan teknologi khusus dan modal

manusia ke dalam kerangka neoklasik. Model tersebut

dimungkinkan untuk diduplikasikan dengan modus

penyesuaian-penyesuaian pada siklus bisnis model di Korea.

Penelitian lainnya Donald dan Shuanglin (1993),

melakukan estimasi persamaan yang diturunkan dari fungsi

produksi agregat dan menggunakan data cross section pada 47

negara dalam 10 tahun dan 58 negara dalam 11 tahun.

Hasilnya, tingkat pertumbuhan pegeluaran pendidikan

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi pada semua kasus. Tingkat pertumbuhan

pengeluaran kesejahteraan berpengaruh negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi pada satu kasus tetapi tidak

signifikan pada semua kasus, dan tingkat pertumbuhan

pengeluaran pertahanan berpengaruh positif terhadap

document.docx 33

pertumbuhan ekonomi pada satu subset negara-negara

tertentu tetapi insignifikan untuk negara lainnya.

Hasil penelitian Pascual dan Álvarez- García (2006),

dengan judul Government Spending and economic growth in the European

Union Countries: An empirical Approach, yang menggunakan model

regresi dan panel data terhadap 15 negara di Eropa tahun

1994-2000 mempunyai hubungan yang positif. Khususnya

terhadap pengeluaran pemerintah bidang pendidikan sangat

mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi secara

signifikan.

Sodik (2007), melakukan penelitian dengan metode

General Least Square dan menggunakan data panel periode 1993-

2003 pada 26 provinsi di Indonesia, menguji pengaruh

variabel investasi swasta, investasi pemerintah, konsumsi

pemerintah, tenaga kerja dan tingkat keterbukaan.

Hasilnya, variabel investasi swasta tidak berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Variabel

keterbukaan ekonomi memiliki hubungan yang konsisten

dengan teori tetapi tidak signifikan, dan variabel

angkatan kerja berpengaruh signifikan dengan tanda negatif

untuk tahun 1993-2003 dan tahun 1998-2000. Keadaan itu

document.docx 34

dapat dijelaskan bahwa variabel angkatan kerja pada tahun-

tahun krisis moneter saat itu mengalami goncangan ekonomi

dunia, sehingga berpengaruh terhadap penyerapan tenaga

kerja menjadi negatif. Hal tersebut justru mengindikasikan

bahwa keterampilan berwirausaha dengan salah satu

bentuknya melalui pendidikan dan pelatihan menjadi sangat

penting.

Kondisi Indonesia

Menurut data BPS (2004-2013), secara makro perkembangan

PDB Indonesia tahun 2004 dari 257 (US$ Milyar) mengalami

kenaikan yang sangat tinggi menjadi 1.063,1 (US$ Milyar)

tahun 2013 atau sekitar empat kali lipat, dengan laju

pertumbuhan antara 4,6 sampai 6,5 persen. Sisi lain,

apabila ditinjau Indek Pembangunan Manusia (IPM) juga

mengalami peningkatan cukup signifikan. Dimulai dari indek

sebesar 65,8 pada tahun 2002 meningkat menjadi 73,29 pada

tahun 2012. Artinya, seiring dengan semakin meningkatnya

PDB dibarengi pula adanya peningkatan IPM.

Sebagai kebijakan nasional, pembangunan bidang

pendidikan telah diposisikan secara strategis sebagai

document.docx 35

prioritas program pembangunan nasional. Hal ini

ditunjukkan dengan jumlah anggaran pendidikan yang

ditetapkan sebesar 20 persen pada berbagai level

pemerintahan dalam amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Belanja fungsi pendidikan pemerintah pusat dalam APBN

2013 baru mencapai 10,3% atau Rp 1.154,38 triliun (Data

Pokok APBN 2007-2013, Kemenkeu), sedangkan pada tahun 2008

diperkirakan jumlah belanja pendidikan berkisar 7,98%.

Secara ideal, dengan semakin meningkatnya pemenuhan

anggaran pendidikan dapat mengakibatkan mutu dan perluasan

akses pendidikan menjadi semakin baik dan luas.

Indikasi lain yang perlu menjadi perhatian lebih

untuk menjadikan pendidikan sebagai basis perubahan dalam

meningkatkan pembangunan, khususnya pembangunan ekonomi

adalah indikator pendidikan yang dilihat dari perubahan

rata-rata lama sekolah, angka buta huruf, dan angka

partisipasi murni (APM) serta angka partisipasi kasar

(APK). Berdasarkan data indikator pendidikan, rata-rata

lama sekolah penduduk Indonesia yang berumur 15 tahun ke

atas semakin baik. Pada tahun 2011 rata-rata selama 7,9

document.docx 36

tahun, meningkat menjadi selama 8,2 tahun pada 2013, yang

artinya setara dengan kelas 2 SMP atau sederajat.

Senada dengan hasil penelitian Subroto (2013), bahwa

rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia pada tahun 2004-

2010 adalah selama 7,8 tahun. Dalam model simulasinya

bahwa peningkatan alokasi dana pendidikan sebesar 10

persen berdampak terhadap variabel rata-rata lama sekolah

akan meningkat sekitar 0,13 persen dan variabel kemiskinan

turun sebesar -1,92 persen.

Tabel 1 Indikator Pendidikan 2011-2014Capaian Pendidikan 2011 2012 2013 2014*)

Rata-rata lama sekolah penduduk > 15 tahun 7,9 8,0 8,2 8,3

Buta aksara penduduk > 15 tahun (%) 4,3 4,2 4,5 4,2

APM SD/sederajat (%) 95,5 95,7 95,8 96,0APM SMP/sederajat (%) 77,7 78,8 80,0 82,6APK SMA/sederajat (%) 76,5 78,7 82,0 85,0APK PT usia 19-23 tahun(%) 27,1 27,9 28,7 30,0

*) Target dalam RPJMN 2010-2014Sumber: Kemendikbud, 2014 (Arahan Menteri dalam Rembuknas Pendidikandan Kebudyaan).

Seiring dengan itu, program pemberantasan buta aksara

secara nasional telah mengalami kemajuan, yaitu adanya

penurunan sejak tahun 1995, hingga mencapai sekitar 4,2

persen penduduk yang masih buta huruf pada tahun 2014.

document.docx 37

Indikator angka partisipasi, menurut data Kemendikbud

2013, APM SD atau penduduk usia 7-12 tahun meningkat dari

95,5 persen pada 2011 menjadi 96,0 persen pada 2014. Dalam

rentang waktu yang sama APM SMP atau penduduk usia 13-15

tahun meningkat dari 77,7 persen menjadi 82,6 persen;

sedangkan APK SM atau penduduk usia 16-18 tahun meningkat

dari 76,5 persen menjadi 85,0 persen; dan APK PT atau

penduduk usia 19-23 tahun meningkat dari 27,1 persen

menjadi 30,0 persen.

Kondisi di atas masih akan memunculkan fenomena

tersendiri bagi pengembangan sumber daya manusia di

Indonesia, antara kesenjangan pendapatan, kemiskinan, dan

kemakmuran masyarakat. Sylwester (2002) telah

merekomendasikan dari hasil kajiannya yang menunjukkan

bahwa negara yang mencurahkan banyak perhatian terhadap

public education (dilihat dari persentase PDB terhadap

pendidikan) mempunyai tingkat kesenjangan yang rendah.

Apalagi pada tahun 2015 mendatang diberlakukannya

kawasan perdagangan bebas yang disebut ASEAN Economic

Community (AEC). Siap atau belum siap, Indonesia harus

bergerak cepat untuk mempersiapkan tenaga kerja Indonesia

document.docx 38

dalam menyambut AEC. Jika tidak kita akan ter’singkir’ dan

hanya sebagai penonton dalam komunitas ekonomi terbuka

tersebut (Subroto, 2009).

Pendidikan memberikan banyak manfaat balikan kepada

individu. Berbagai studi yang telah dilakukan di berbagai

negara baik itu negara maju dan berkembang membuktikan

bahwa balikan pada investasi pendidikan khususnya pada

upah yang menunjukkan hubungan positif. Pendidikan yang

tinggi akan mempengaruhi upah yang akan diperoleh, jenis

pekerjaan dan karir seseorang, bahkan pendidikan tinggi

memberikan balikan kepada pekerja wanita lebih daripada

balikan yang diterima oleh pekerja lelaki (Walker dan Zhu,

2003).

Untuk itu sangat diperlukan campur tangan pemerintah

untuk memperbaiki mutu dan penyediaan pendidikan bagi

anak-anak bangsa mengingat besarnya balikan pendidikan

bagi setiap individu untuk mendapatkan kesejahteraan,

pekerjaan, dan kualitas diri yang lebih baik yang pada

akhirnya dapat memberikan pengaruh positif dan

meningkatkan mutu sumber daya manusia menjadi sumber daya

manusia yang lebih produktif dan berkualitas untuk

document.docx 39

mendukung perekonomian individu serta pembangunan

perekonomian nasional tumbuh lebih tinggi.

Simpulan dan Saran

Simpulan

Berdasarkan kajian teori dan pembahasan di atas, dapat

ditarik dua simpulan. Pertama, hubungan kausalitas antara

peran pendidikan dan pertumbuhan ekonomi menjadi semakin

nyata, kuat dan solid. Sebagai ilustrasi, Jepang merupakan

negara Asia pertama yang menjadi pelopor pembangunan

perekonomian berbasis ilmu pengetahuan. Menyusul, negara-

negara Asia Timur lain, China, Hongkong, Korea Selatan,

Malaysia, dan Singapura. Jadi jelas pendidikan mempunyai

pengaruh sangat kuat terhadap pertumbuhan ekonomi. Kedua,

menjadikan bidang pendidikan sebagai penggerak utama

dinamika perkembangan ekonomi akan semakin mendorong

proses transformasi struktural berjangka panjang, karena

pendidikan membuahkan high rate of return di masa akan datang.

Saran

Mengacu pada simpulan, dapat dirumuskan empat alternatif

pilihan kebijakan. Pertama, kemajuan ekonomi dalam banyak

document.docx 40

hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan

teknologi, sehingga mendorong perlunya peningkatan alokasi

anggaran secara proporsional dan efektif terhadap

penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah secara

langsung. Menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar 9

tahun dan peningkatan pendidikan universal umum sebagai

wujud perluasan pelayanan pendidikan 12 tahun, untuk

mendorong tenaga kerja muda, terampil, serta semakin

kreatif.

Kedua, memberikan dorongan melalui penambahan

kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai

inovasi yang berkesinambungan untuk mendukung pembangunan

yang berbasis teknologi tepat guna serta sesuai dengan

kebutuhan masyarakat luas, khususnya penyerapan tenaga

kerja.

Ketiga, dalam kondisi daya saing kompetitif

produk/komoditi yang tidak mungkin terhindarkan jika tidak

diimbangi daya saing kompetitif sumber daya manusia. 

Dalam arti, mengandalkan keunggulan komparatif sumber daya

manusia yang melimpah dan murah sudah kurang relevan. Oleh

karena itu, perluasan akses terhadap pendidikan perlu

document.docx 41

semakin ditingkatkan, melalui pemberian insentif atau

beasiswa dengan berbagai skema afirmatif terhadap

pemerataan serta kesempatan bagi masyarakat miskin dan

berpenghasilan rendah semakin digiatkan.

Terakhir, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang

diharapkan, perlu dilaksanakan program peningkatan

pendapatan masyarakat, penciptaan lapangan/kesempatan

kerja, serta pengurangan kemiskinan secara simultan.

Peningkatan pengeluaran pemerintah terhadap program

pendidikan (seperti program rintisan wajib belajar 12

tahun atau pendidikan menengah universal) akan memberikan

dampak percepatan pertumbuhan ekonomi. Artinya, semua

program bermuara pada pembangunan manusia Indonesia

seutuhnya melalui pertumbuhan yang berkualitas.

Pustaka AcuanAlhumami, Amich. 2004. Tiga Isu Kritis Pendidikan, Opini Kompas,

Jum’at, 2 Juli 2004.Bane, M.J., and Ellwood, D.T., 1996. Welfare Realities: From

Rhetoric to Reform. Cambridge, MA: Harvard UniversityPress.

Barro, Robert. J., 1990. Government Spending in a Simple Model ofEndogeneous Growth,The Journal of Political Economy,Vol 98, No.5 Part 2: The Problem of Development: AConference of the Institute for the Study of FreeEnterprise System (Oct, 1990), hal.103--125.

document.docx 42

-----------, 1991. Economic Growth in a Cross-Section of Countries,Quaterly Journal of Economics, Vol. 106, (May 1991), hal.407-433.

-----------, 1999. Inequality, Growth and Investment, National Bureauof Economic Research,Working Paper No. 73038, JEL No.0413. http://www.nbr.org/paper/w708 (diunduh: 6September 2012).

Becker, Gary S., 1993. Human Capital, The University ofChicago Press, Chicago.

Benhabib., J and Spiegel, M., 1994. The Role of Human Capital inEconomic Development: Evidence from Aggregate Cross Country Data,Journal of Monetary Economics, 34, 143-173.

Badan Pusat Statistik, 2004-2013. Produk Domestik Bruto,http://www.bps.go.id/ (diunduh:13 Juli 2013).

Chenery, H. B., and Syrquin, M. 1975. Patterns of Development,1950-1970; London, Oxford University Press.

Cobb, C. W. and Douglas, P. H., 1928. A Theory of Production,American Economic Review 18 (Supplement): 139–165. //.uvm.edu/~wgibson/CYU/cobb-douglas.pdf(diunduh: 09 Juli 2010)

Cooray, A. V., 2009. The Role of Education In Economic Growth,Proceedings of the 2009, Australian Conference ofEconomists (pp. 1-27). Adelaide, Australia: SouthAustralian Branch of the Economic Society ofAustralia.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-UndangRepubnlik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 TentangSistem Pendidikan Nasional, Jakarta.

Donald, N.B., and Shuanglin, L., 1993. The Differential Effects onEconomic Growth of Government Expenditures on Education, Welfare,and Defense. Journal of Economic Development, Vol. 18,No. 1.

Djoyohadikusumo, Soemitro., 1994. Dasar Teori EkonomiPertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta: LP3ES.

Durlauf, S. N., and Johnson, P. A., 1995. Multiple Regimes andCross-Country Growth Behaviour, Journal of Applied

document.docx 43

Econometrics, Vol. 10, No. 4. (Oct-Dec,1995), pp.365-384.

Gemmel, N., 1996. Evaluating the Impacts of Human Capital Stocks andAccumulation on Economic Growth: Some New Evidence, OxfordBulletin of Economics and Statistics, 58, 9-28.

Hanushek, E., 1995. Interpreting Recent Research on Schooling inDeveloping Countries, World Bank Research Observer, 10,227-246.

Hanushek, E., and Kimko, D., 2000. Schooling Labour Force Quality,and the Growth of Nations, American Economic Review, 90,1184-1208.

Hanushek, E., and Woessmann, L., 2008. The Role of Cognitive Skillsin Economic Development, Journal of Economic Literature,46, 607-668.

Henderson, James M., dan Richard E. Quant., 1980.Microeconomics Theory: A Mathematical Approach, ThirdEdition, Singapore: McGraw-Hill InternationalEditions.

Kementerian Keuangan, 2007-2013. Data Pokok AnggaranPendapatan dan Belanja Negara.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. Evaluasi KinerjaKemdikbud 2010-2014 dan Penuntasan Implementasi Kurikulum2013, Arahan Menteri dalam Rembuk NasionalPendidikan dan Kebudayaan, tanggal 5-7 Maret 2014.

Krueger, A., and Lindahl, M., 2001. Education and Growth: Whyand for Whom?, Journal of Economic Literature, 39,1101-1136.

Lewis, W.A., 1956. Theory of Economic Growth, George Allen &Unwin Ltd. Great Britain, edition used UnwinUniversity Books, nineth impression, ISBN 0 04330054 5

Lucas, R. E., Jr. 1988. On the Mechanics of Economic Development,Journal of Monetary, Economics,Vol. 22, July 1988,hal. 3-42.

Levine, R., and Renelt, D., 1992. A Sensitivity Analysis of Cross-Country Growth Regressions, The American Economic Review,Vol. 82, No. 4. (Sep.1992), pp. 942-963.

document.docx 44

Mankiw, N. G., Romer, D., Weil, D. N., 1992. A Contribution tothe Empirics of Economic Growth, Quaterly Journal ofEconomics Vol.107, (May, 1992), hal. 407-437.

McMahon, W. W., 2002. Education and Development Measuring theSocial Benefits, New York: Oxford University.

Pascual, M., dan Álvarez- García, S., 2006. GovernmentSpending and Economic Growth in the European Union Countries: AnEmpirical Approach, diunduh dari http://-papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm? abstract_id=914104(diunduh: 13 September 2013).

Qureshi, M. N., 2010. Evolution of Human Development Approach byCutting the Heart of Economic Growth Approach - Brief Review ofLiterature. European Journal of Economics, Finance andAdministrative Sciences -Isue 23-2010 : 8 - 18.

Ray, Debraj., 1998. Development Economics, New Jersey:Princeton University Press.

Romer, P. M., 1990a. Endogenous Technological Change, Journalof Political Economy, Vol. 98, part 2, hal. 71-102.

-----------, 1990b, Human Capital and Growth: Theory and Evidence,Carnegie- Rochester Conference Series on PublicPolicy 32, 251-286.

Schultz, T. W., 1961. Investment in Human Capital, American Economic Review, 51, 1-17.

Sitepu, R. K., dan Sinaga, B. M., 2006. The Impact of HumanCapital Investment on Economic Growth and Poverty in Indonesia: CGEModel Approach, Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian,Sekolah Pascasarjana, IPB Bogor.

Smith, Adam., 1776. An Inquiry into the Nature and Causes of theWealth of Nations, //hn.psu.edu/faculty/ jmanis/adam-smith/wealth-nations.pdf (diunduh:18 Maret 2007)

Sodik, Jamzani., 2007. Pengeluaran Pemerintah dan PertumbuhanEkonomi Regional: Studi Kasus Data Panel di Indonesia, JurnalEkonomi Pembangunan, 12 (1): 27-36.

Solow, Robert M., 1956. A Contribution to the Theory of EconomicGrowth, The Quartly Journal of Economics, Vol.70,No.1 (Feb. 1956), pp.65-99.

document.docx 45

-----------,1988, Growth Theory an Exposition, New York: OxfordUniversity Press, Inc.

Subroto, Gatot., 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan PembangunanSumber Daya Manusia, Jurnal Ilmiah Kajian No. 009/III/Juni/1997.

-----------, 2000. Pendidikan sebagai Investasi Pemerintah danMasyarakat, Prespektif Humaniora, No 017 Tahun VSeptember Tahun 2000.

-----------, 2009. Peluang dan Tantangan Pendidikan KetenagakerjaanIndonesia da-lam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,Jurnal Penelitian dan Kebijakan, Pusat PenelitianKebijakan dan Inovasi Pendidikan, BalitbangKemdiknas, Jakarta, No 6 Tahun ke 2, 2009.

-----------, 2013. Peran Pendidikan Tenaga Kerja dan PengeluaranPemerintah dalam Pertumbuhan Ekonomi Sektoral di Indonesia,Disertasi Doktor Sekolah Pascasarjana, InstitutPertanian Bogor.

Sylwester, Kevin., 2002. Can Education Expenditures Reduce IncomeInequality? Economics of Education Review 21 (2002)hal. 43–52. www.elsevier.com/locate/econedurev(diunduh: 3 Maret 2010).

Temple, J., 2001. Growth Effects of Education and Social Capital in OECDCountries, Economic Studies, 33, 57-101.

Todaro, M. P., and Smith, S. C., 2009, Economic Development,10/E, Prentice Hall, ISBN-10: 0321485734.

Van Leeuwen., B., 2007. Human Capital and Economic Growth in India,Indonesia, and Japan: A Quantitative Analysis, 1890-2000, Thesis,Utrecht University: Utrecht

-----------, 2008. Human Capital and Economic Growth in Asia 1890–2000: A time-series Analysis, Asian Economic Journal, Volume:22, Issues 3 September 2008, hal: 225-240.

Walker, Ian., dan Zhu, Yu., 2003. Education, earnings andproductivity: recent UK evidence, Labour market Trends, Vol.3,No. 3, 145-152.www.researchgate.net/...Education_earnings_and_producti ... (diunduh pada 4 November, 2012)

document.docx 46

Yoon, J. H., 2006. The Impact Effects of Investment-SpecificTechnology Shocks in a Small Open Economy: Value Function IterationApproach, Journal of Economic Research 11 (2006)hal.129–158.

-o-

document.docx 47