EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

21
EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN A. Pendahuluan Ada pepatah yang mengatakan bahwa apabila kita menanam, maka suatu saat kita akan memanennya. Artinya, apapun yang kita lakukan akan menghasilkan suatu hasil atau dampak. Dan setiap seseorang yang melakukan kegiatan akan selalu ingin tahu hasil dari kegiatan yang dilakukan. Entah itu kegiatan yang bersifat rutinitas ataupun kegiatan yang dilakukan hanya untuk mengisi waktu luang. Hasil itu dapat berupa baik atau pun buruk. Terlepas dari itu, semua kegiatan mempunyai hasil masing-masing, baik itu kegiatan dibidang ekonomi, bisnis, industri, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Tanpa terkecuali, bidang pendidikan. Pendidik dan peserta didik, siswa dan guru, merupakan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Mereka juga ingin mengetahui proses dan hasil yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Untuk menyediakan informasi tentang baik atau buruknya proses dan hasil kegiatan pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan evaluasi. Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran sekaligus. Di sisi lain, evaluasi merupakan kegiatan yang tak terelakkan dalam setiap kegiatan atau proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran atau pendidikan (Dimyati, 2009:189).

Transcript of EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Ada pepatah yang mengatakan bahwa apabila kita menanam,

maka suatu saat kita akan memanennya. Artinya, apapun

yang kita lakukan akan menghasilkan suatu hasil atau

dampak. Dan setiap seseorang yang melakukan kegiatan akan

selalu ingin tahu hasil dari kegiatan yang dilakukan.

Entah itu kegiatan yang bersifat rutinitas ataupun

kegiatan yang dilakukan hanya untuk mengisi waktu luang.

Hasil itu dapat berupa baik atau pun buruk. Terlepas dari

itu, semua kegiatan mempunyai hasil masing-masing, baik

itu kegiatan dibidang ekonomi, bisnis, industri, dan

kegiatan-kegiatan lainnya. Tanpa terkecuali, bidang

pendidikan. Pendidik dan peserta didik, siswa dan guru,

merupakan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan

pembelajaran. Mereka juga ingin mengetahui proses dan

hasil yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang

dilakukan.

Untuk menyediakan informasi tentang baik atau buruknya

proses dan hasil kegiatan pembelajaran, maka seorang guru

harus menyelenggarakan evaluasi. Kegiatan evaluasi yang

dilakukan guru mencakup evaluasi hasil belajar dan

evaluasi pembelajaran sekaligus. Di sisi lain, evaluasi

merupakan kegiatan yang tak terelakkan dalam setiap

kegiatan atau proses pembelajaran. Dengan kata lain,

kegiatan evaluasi merupakan bagian integral yang tak

terpisahkan dari kegiatan pembelajaran atau pendidikan

(Dimyati, 2009:189).

Dalam prosesnya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan

guru untuk mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

Misalnya, guru memberikan ulangan atau pun kuis pada

setiap materi yang telah selesai dipelajari. Di samping

itu, evaluasi guru juga dapat dilakukan dengan cara

pengamatan guru secara langsung pada saat pembelajaran

sedang berlangsung. Namun, tentu terdapat syarat-syarat

dan prosedur tertentu dalam evaluasi ini agar dicapai

hasil yang akurat dan valid.

Sebagai seorang calon guru, kita perlu mengetahui

evaluasi hasil belajar dan pembelajaran lebih dalam lagi

sebagai bekal awal untuk terjun di dunia pendidikan. Di

samping itu, guru akan dianggap memiliki kualifikasi

kemampuan mengevaluasi, apabila guru mampu menjawab

mengapa, apa, dan bagaimana evaluasi dalam kegiatan

pembelajaran atau pendidikan.

B. Pengertian Evaluasi

Davies mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses

sederhana memberikan atau menetapkan nilai kepada

sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja,

proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain.

Sedangkan Wand dan Brown mengemukakan bahwa evaluasi

merupakan suatu proses untukmenentukan nilai dari

sesuatu. Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi,

dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan

nilai kepada objek tertentu berdasarkan batasan-batasan

sebelumnya, dapat kepada objek tertentu berdasarkan suatu

kriteria tertentu. Berdasarkan batasan-batasan

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secaar umum

dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk

menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan,

unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan yang lain)

berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian (Dimyati,

2009:191).

Walaupun tidak semua proses evaluasi melalui pengukuran,

seorang calon guru atau guru harus mengetahui tentang

pengukuran. Selain itu perlu dipahami pula oleh setiap

calon guru atau guru perihal penilaian. Pengukuran lebih

menekankan kepada proses penentuan kuantitas sesuatu

melalui membandingkan dengan satuan ukuran tertentu

(Arikunto dalam Dimyati, 2009:191). Sedangkan penilaian

menekankan kepada proses pembuatan keputusan terhadap

sesuatu ukuran baik-bauruk yang bersifat kualitatif. Dari

batasan pengukuran dan penilaian, dapat ditandai adanya

perbedaan yang nyata antara keduanya. Pengukuran

dilakukan apabila kegiatan penilaian membutuhkannya, bila

kegiatan penilaian tidak membutuhkannya maka kegiatan

pengukuran tidak perlu dilakukan. Hasil pengukuran yang

bersifat kuantitatif akan diolah dan dibandingkan dengan

kriteria, hingga didapatkan hasil penilaian yang bersifat

kualitatif (Dimyati, 2009:191).

C. Kedudukan Evaluasi dalam Proses Pendidikan

Proses pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia,

dimana di dalamnya terjadi proses membudayakan dan

memberadabkan manusia. Agar terbentuk manusia yang

berbudaya dan beradab, maka diperlukan transformasi

kebudayaan dan peradaban. Transformasi dalam proses

pendidikan adalah proses untuk membudayakan dan

memberadabkan siswa. Lembaga pendidikan merupakan tempat

terjadinya transformasi. Keberhasilan transformasi untuk

menghasilkan keluaran seperti yang diharapkan dipengaruhi

dan atau ditentukan oleh bekerjanya komponen atau unsur

yang ada dalam lembaga pendidikan. Unsur-unsur

transformasi dalam proses pendidikan, meliputi:

a. Pendidik dan personal lainnya;

b. Isi pendidikan;

c. Teknik;

d. Sistem evaluasi;

e. Sarana pendidikan, dan

f. Sistem administrasi.

Untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas transformasi

dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan evaluasi

terhadap bekerjanya unsur-unsur transformasi.

Keluaran dalam proses pendidikan adalah ssiwa yang

semakin berbudaya dan beradab sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan. Untuk mengetahui dan menetapkan apakah siswa

telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan lembaga

pendidikan atau belum, diperlukan kegiatan evaluasi

(Dimyati, 2009:193).

D. Syarat-Syarat Umum Evaluasi

1. Kesahihan atau Validitas

Kesahihan atau validitas adalah ketepatan evaluasi

mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Kesahihan

dapat diterjemahkan pula sebagai kelayakan interpretasi

terhadap hasil dari suatu instrumen evaluasi atau tes,

dan tidak terhadap instrumen itu sendiri (Gronlund

dalam Dimyati, 2009:194). Kesahihan instrumen evaluasi

diperoleh melalui hasil pemikiran dan dari hasil

pengalaman. Dari dua cara tersebut, diperoleh empat

macam kesahihan yang terdiri dari:

a. Validitas ramalan (predictive validity)

Validitas ramalan dapat diartikan sebagai ketepatan

dari suatu alat pengukur ditinjau dari kemampuan

tes tersebut untuk meramalkan prestasi yang dicapai

kemudian.

b. Validitas bandingan (concurrent validity)

Validitas bandingan adalah ketepatan dari suatu tes

terlihat dari korelasinya terhadap kecakapan yang

telah dimiliki saat ini secara nyata. Apabila

validitas ramalan melihat hubungannya dengan masa

yang akan datang, validitas bandingan melihat

hubungannya dengan masa sekarang.

c. Validitas isi (content validity)

Validitas isi diartikan sebagai ketepatan suatu tes

ditinjau dari isi tes tersebut. Suatu tes hasil

belajar dikatakan valid menurut validitas isi ini

bilamana materi tes tersebut betul-betul dapat

mewakili secara menyeluruh (representatif) dari

bahan-bahan pelajaran yang diberikan.

d. Validitas konstruk (construct validity)

Validitas konstruk dapat diartikan sebagai

ketepatan suatu tes ditinjau dari susunan

(konstruksi) tes tersebut. Untuk mengetahui apakah

tes yang kita susun memenuhi syarat-syarat

validitas konstruk ini, maka kita harus

membandingkan susunan tes tersebut dengan syarat-

syarat penyusunan tes yang baik.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesahihan

hasil evaluasi meliputi:

1. Faktor instrumen evaluasi itu sendiri.

2. Faktor-faktor administrasi evaluasi dan penskoran,

juga merupakan faktor-faktor yang mempunyai suatu

pengaruh yang mengganggu kesahihan interpretasi

hasil evaluasi.

3. Faktor-faktor dalam respons-respons siswa.

2. Keterandalan atau Reliabilitas

Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah

kepercayaan, yakni tingkat kepercayaan bahwa suatu

instrumen evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat

(Arikunto, 1990:81). Keterandalan dapat kita artikan

sebagai tingkat kepercayaan keajegan hasil evaluasi

yang diperoleh dari suatu instrumen evaluasi.

Keterandalan berhubungan erat dengan kesahihan, karena

keterandalan menyediakan keajegan yang memungkinkan

terjadinya kesahihan (Arikunto, 1990:81).

Nurkancana dan Sumartana (Aunurrahman, 2012:218)

menjelaskan beberapa cara yang dapat di pergunakan

untuk mencari taraf reliabilitas suatu tes, yakni:

a.Teknik Ulangan

Teknik ulangan adalah suatu cara yang ditempuh untuk

mencari reliabilitas suatu tes dengan cara

memberikan tes tersebut kepada sekelompok anak dalam

dua kesempatan yang berlainan.

b.Teknik Bentuk Paralel

Pada teknik bentuk paralel digunakan dua bentuk tes

yang sejenis (tetapi tidak identik), baik mengenai

isinya, proses mental yang diukur, tingkat kesukaran

maupun jumlah item. Kedua tes ini diberikan kepada

kelompok subyek yang sama tanpa adanya rentang

waktu. Skor yang diperoleh dari kedua tes tersebut

selanjutnya dikorelasikan.

c.Teknik Belah Dua

Dalam teknik ini, tes yang telah diberikan kepada

kelompok subyek dibelah menjadi dua bagian. Tiap-

tiap bagian diberikan skor secara terpisah. Unumnya

ada dua prosedur yang dapat dipergunakan untuk

membelah dua suatu tes, yaitu:

a. Prosedur ganjil genap, artinya seluruh item yang

bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu

kelompok, dan seluruh item yang bernomor genap

menjadi kelompok lain.

b. Prosedur secara random, misalnya dengan

menggunakan undian, atau dengan menggunakan tabel

bilangan random.

Korelasi yang diperoleh dari kedua belahan itu

menunjukkan reliabilitas tes. Sedangkan Gronlund

(Dimyati, 2009:196) mengemukakan adanya empat faktor

yang mempengaruhi keterandalan, yaitu sebagai berikut:

1. Panjang tes. Panjang tes berhubungan dengan

banyaknya butir tes, pada umumnya lebih banyak butir

tes lebih tinggi keterandalan evaluasi.

2. Sebaran skor. Koefisien keterandalan secara langsung

dipengaruhi oleh sebaran skor dalam kelompok

tercoba. Dengan kata lain, besarnya sebaran skor

akan membuat perkiraan keterandalan yang lebih

tinggi akan terjadi menjadi kenyataan.

3. Tingkat kesulitan tes. Tes acuan norma yang paling

mudah atau paling sukar untuk anggota-anggota

kelompok yang mengerjakan, cenderung menghasilkan

skor tes keterandalan yang rendah. Ini disebabkan

antara hasil tes yang mudah dan yang sulit keduanya

dalam satu sebaran skor yang terbatas.

4. Objektivitas. Objektivitas suatu tes menunjukkan

kepada tingkat skor kemampuan yang sama (yang

dimiliki oleh siswa satu dengan siswa yang lain)

memperoleh hasil yang sama dalam mengerjakan tes.

3. Kepraktisan

Dalam memilih tes dan instrumen evaluasi yang lain,

kepraktisan merupakan syarat yang tidak dapat

diabaikan. Kepraktisan evaluasi terutama

dipertimbangkan pada saat memilih tes atau instrumen

evaluasi lain yang dipublikasikan oleh suatu lembaga.

Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-

kemudahan yang ada pada instrumen evaluasi baik dalam

mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi atau

memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepraktisan instrumen

evaluasi meliputi:

1. Kemudahan mengadministrasi. Jika instrumen evaluasi

diadministrasikan oleh guru atau orang lain dengan

kemampuan yang terbatas, kemudian pengadministrasian

adalah suatu kualitas penting yang diminta dalam

instrumen evaluasi.

2. Waktu yang disediakan untuk melancarkan evaluasi.

Kepraktisan dipengaruhi pula oleh faktor waktu yang

disediakan untuk melancarkan evaluasi.

3. Kemudian menskor. Secara tradisional, hal yang

membosankan dan aspek yang mengganggu dalam

melancarkan evaluasi adalah penskoran.

4. Kemudahan interpretasi dan aplikasi. Dalam analisis

terakhir, keberhasilan atau kegagalan evaluasi

ditentukan oleh penggunaan hasil evaluasi.

5. Tersedianya bentuk instrumen evaluasi yang ekuivalen

atau sebanding. Untuk berbagai kegunaan pendidikan,

bentuk-bentuk ekuivalen untuk tes yang sama

seringkali diperlukan. Instrumen evaluasi yang

sebanding adalah instrumen evaluasi yang memiliki

kemungkinan dibandingkan makna dari skala skor umum

yang dimiliki.

E. Fungsi dan Tujuan Evaluasi

Secara umum evaluasi bertujuan untuk melihat sejauhmana

suatu program atau suatu kegiatan tertentu dapat mencapai

tujuan yang telah ditentukan secara spesifik evaluasi

memiliki banyak tujuan dan manfaat. Karena itu menurut

Reece dan Walker (Aunurrahman, 2012:209) terdapat alasan

mengapa evaluasi harus dilakukan, yaitu:

1. Memperkuat kegiatan belajar

2. Menguji pemahaman dan kemampuan siswa

3. Memastikan pengetahuan prasyarat yang sesuai

4. Mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran

5. Memotivasi siswa

6. Memberi umpan balik bagi siswa

7. Memeberi umpan balik bagi guru

8. Memelihara standar mutu

9. Mencapai kemajuan proses dan hasil belajar

10. Memprediksi kinerja pembelajaran selanjutnya

11. Menilai kualitas belajar

Pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan mempunyai manfaat

yang luas, tidak sekadar mengukur keberhasilan proses

belajar akan tetapi dapat memberikan manfaat dalam

berbagai kegiatan lain baik bagi guru maupun bagi siswa

(Nurkancana dalam Aunurrahman, 2012: 211). Beberapa

fungsi atau manfaat evaluasi pendidikan dan pembelajaran

tersebut adalah untuk:

1. Mengetahui taraf kesiapan anak untuk menempuh suatu

pendidikan tertentu.

2. Mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai

dalam proses pendidikan.

3. Mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita

ajarkan dapat dilanjutkan dengan bahan yang baru

ataukah harus mengulang pelajaran-pelajaran yang telah

lampau.

4. Mendapatkan bahan-bahan informasi dalam memberikan

bembingan tentang jenis pendidikan tentang jenis

pendidikan dan jabatan yang sesuai untuk siswa.

5. Mendapatkan bahan-bahan informasi apakah seorang anak

dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau harus

mengulang di kelas semula.

6. Membandingkan apakah prestasi yang dicapai anak sudah

sesuai dengan kapasitasnya atau belum.

7. Untuk menafsirkan apakah seorang anak telah cukup

matang untuk kita lepaskan ke dalam masyarakat atau

untuk melanjutkan ke lembaga pendidikan yang lebih

tinggi.

8. Untuk mengadakan seleksi.

9. Untuk mengetahui taraf efisiensi metode yang

dipergunakan dalam lapangan pendidikan.

F. Jenis-Jenis Evaluasi

1. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif sering diartikan sebagai kegiatan

evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan

suatu pokok bahasan. Tujuan utamanya adalah untuk

mengetahui sejauh mana suatu proses pembelajaran telah

berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan

bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah

penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih

berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi

(feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Indikator

utama keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi

formatif ini adalah penguasaan kemampuan yang telah

dirumuskan dalam rumusan tujuan instruksional khusus

(TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain,

evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa

jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari

hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja

yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum

berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang

tepat (Aunurrahman, 2012:221)

2. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada

setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup

lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk

mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah

dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan

evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir

suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa

atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam semester,

bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi

(Aunurrahman, 2012:222)

3. Diagnostik

Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk

mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan

yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan

yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam

beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses,

amupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan

terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini

evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan

awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai

siswa. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk

mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum

dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan

secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh.

Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk

mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi

yang telah dipelajarinya (Aunurrahman, 2012:222)

G. Pendekatan Evaluasi Pembelajaran

Untuk mengetahui seberapa tinggi prestasi belajar yang

dicapai oleh siswa, maka guru juga perlu memahami cara

yang dapat dipergunakan untuk mengkonservasikan atau

mengubah skor mentah menjadi skor standar. Cara pertama,

ialah dengan jalan membandingkan skor yang diperoleh oleh

seseorang dengan suatu standar yang absolut. Cara kedua

ialah dengan jalan membandingkan skor seseorang dengan

skor yang diperoleh oleh orang lain dalam tes tersebut.

Cara pertama dinamakan penggunaan norma absolut atau

disebut juga dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP),

sedangkan cara kedua dinamakan Penilaian Acuan Normatif

(PAN). Kedua cara tersebut disebut juga strategi

pengukuran yang mengarah pada dua perbedaan tujuan

substansial, yaitu pengukuran acuan normatif (NRM) yang

berusaha menetapkan status relatif, dan pengukuran acuan

kriteria (CRM) yang berusaha menetapkan status absolut.

Penilaian Acuan Patokan merupakan norma penilaian yang

ditetapkan secara absolut oleh guru atau pembuat tes,

berdasarkan atas jumlah soal, bobot masing-masing soal

serta prosentase penguasaan yang dipersyaratkan

(Nurkancana dan Sumartana dalam Aunurrahman, 2012:223).

Tujuan penggunaan tes acuan patokan berfokus pada

kelompok perilaku siswa yang khusus. Sedangkan norma

relatif yang disebut juga norma aktual, norma empiris

atau dinamakan juga Penilaian Acuan Norma (PAN), adalah

suatu norma yang disusun secara relatif berdasarkan

distribusi skor yang dicapai oleh peserta tes. Pada

pendekatan acuan norma, standar performan yang digunakan

bersifat relatif. Artinya tingkat performan seorang siswa

ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif dalam

kelompok.

PAN tepat dipergunakan bilamana distribusi kecakapan atau

kemampuan kelompok anak yang diberikan tes mengikuti

hukum kurve normal. Tetapi bilamana distribusi kecakapan

anak-anak yang mengikuti tes tidak mengikuti hukum

distribusi normal, maka penggunaan norma relatif tidak

dapat memberikan gambaran yang obyektif (Aunurrahman,

2012:225)

H. Evaluasi Hasil Belajar

1. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Hasil Belajar

Berdasarkan pengertian evaluasi hasil belajar kita

dapat menengarai tujuan utamanya adalah untuk

mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa

setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana

tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan

skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Hasil

dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya

difungsinya dan titujukan untuk keperluan berikut ini:

a. Untuk diagnostik dan pengembangan. Maksudnya adalah

penggunaan hasil dari kegiatan evaluasi hasil

belajar sebagai dasar pendiagnosisan kelemahan dan

keunggulan siswa beserta sebab-sebabnya (Arikunto,

1990:10).

b. Untuk seleksi. Hasil dari kegiatan evaluasi hasil

belajar seringkali digunakan sebagai dasar untuk

menentukan siswa-siswa yang paling cocok untuk jenis

jabatan atau jenis pendidikan tertentu. Dengan

demikian, hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar

digunakan untuk seleksi (Arikunto, 1990:9)

c. Untuk kenaikan kelas. Menentukan apakah seorang

siswa dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi

atau tidak, memerlukan informasi yang dapat

mendukung keputusan yang dibuat guru (Dimyati,

2009:201).

d. Untuk penempatan. Agar siswa dapat berkembang sesuai

dengan tingkat kemampuan dan potensi yang mereka

miliki, maka perlu dipikirkan ketepatan penempatan

siswa pada kelompok yang sesuai (Arikunto, 1990:10).

2. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar

Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang

ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki

sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam

tujuan. Tanah tujuan pendidikan berdasarkan hasil

belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan

menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif,

ranah psikomotorik (Dimyati, 2009:201).

Mengingat ranah-ranah yang terkandung dalam suatu

tujuan pendidikan merupakan sasaran evaluasi hasil

belajar, maka kita perlu mengenalnya secara lebih

terinci. Pengenalan terhadap ranah-ranah tujuan

pendidikan akan sangat membantu pada saat memilih data

atau menyusun instrumen evaluasi hasil belajar

(Dimyati, 2009:202)

3. Prosedur Evaluasi Hasil Belajar

Berdasarkan pengertian evaluasi hasil belajar kita

mendapatkan bahwa evaluasi hasil belajar merupakan

suatu proses yang sistematis. Agar proses evaluasi

hasil belajar dapat diadministrasikan atau dilaksanakan

oleh seorang penilai, maka ada beberapa tahapan atau

langkah kegiatan evaluasi hasil belajar yang perlu

dilalui seorang penilai meliputi: persiapan, penyusunan

alat ukur, pelaksanaan pengukuran, pengolahan hasil

pengukuran, penafsiran hasil pengukuran, dan pelaporan

dan penggunaan hasil evaluasi (Dimyati, 2009:209)

Rangkuman

Berdasarkan batasan-batasan sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa evaluasi secaar umum dapat diartikan sebagai proses

sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan,

keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan yang lain)

berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian (Dimyati,

2009:191).

Transformasi dalam proses pendidikan adalah proses untuk

membudayakan dan memberadabkan siswa. Lembaga pendidikan

merupakan tempat terjadinya transformasi. Keberhasilan

transformasi untuk menghasilkan keluaran seperti yang

diharapkan dipengaruhi dan atau ditentukan oleh bekerjanya

komponen atau unsur yang ada dalam lembaga pendidikan. Unsur-

unsur transformasi dalam proses pendidikan, meliputi:

a) Pendidik dan personal lainnya;

b) Isi pendidikan;

c) Teknik;

d) Sistem evaluasi;

e) Sarana pendidikan, dan

f) Sistem administrasi.

Disamping itu, adapun syarat-syarat umum evaluasi,

diantaranya:

1. Kesahihan atau validitas

2. Keterandalan atau reliabilitas

3. Kepraktisan

Secara umum evaluasi bertujuan untuk melihat sejauhmana suatu

program atau suatu kegiatan tertentu dapat mencapai tujuan

yang telah ditentukan secara spesifik evaluasi memiliki banyak

tujuan dan manfaat. Karena itu menurut Reece dan Walker

(Aunurrahman, 2012:209). Sedangkan jenis-jenis evaluasi adalah

sebagai berikut:

1. Evaluasi Formatif sering diartikan sebagai kegiatan

evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan

suatu pokok bahasan. Tujuan utamanya adalah untuk

mengetahui sejauh mana suatu proses pembelajaran telah

berjalan sebagaimana yang direncanakan.

2. Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada

setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup

lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk

mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah

dari suatu unit ke unit berikutnya.

3. Diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk

mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan

yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan

yang tepat.

Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka

evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah

yang terkandung dalam tujuan. Tanah tujuan pendidikan

berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat

diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah

afektif, ranah psikomotorik (Dimyati, 2009:201). Beberapa

tahapan atau langkah kegiatan evaluasi hasil belajar yang

perlu dilalui seorang penilai meliputi: persiapan, penyusunan

alat ukur, pelaksanaan pengukuran, pengolahan hasil

pengukuran, penafsiran hasil pengukuran, dan pelaporan dan

penggunaan hasil evaluasi

SOAL:

1. Jelaskan pengertian evaluasi!

2. Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat evaluasi!

3. Menurut pendapat anda, apakah semua pendidik wajib

melakukan evaluasi pembelajaran? Jelaskan disertai bukti-

bukti yang mendukung!

4. Dalam pendekatan evaluasi pembelajaran, terdapat dua cara

yang dapat dilakukan, yaitu PAP dan PAN. Jelaskan

perbedaan diantara keduanya!

5. Bagaimana ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan

pendidikan yang merupakan sasaran evaluasi?

6. Jelaskan secara jelas prosedur evaluasi hasil belajar

dalam pembelajaran bahasa Indonesia! Berikan contohnya!

7. Jenis-jenis evaluasi ada tiga, yakni evaluasi formatif,

evaluasi sumatif, dan evaluasi diagnostik. Jelaskan

hubungan antara evaluasi yang satu dengan evaluasi yang

lainnya!

8. Menurut Nurkancana dan Sumartana (Aunurrahman, 2012:218)

ada beberapa cara yang dapat di pergunakan untuk mencari

taraf reliabilitas suatu tes. Sebut dan jelaskan!

9. Apa tujuan dan fungsi dari evaluasi hasil belajar?

10. Instrumen-instrumen apa saja yang diperlukan dalam

evaluasi pembelajaran?

Sumber:

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:

ALFABETA.

Dimyati, dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikuntoro, Suharsimi. 1990. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.

Jakarta: PT Bumi Aksara.