TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN

23
PSIKOLOGI PENDIDIKAN Tentang TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN Oleh : KELOMPOK 2 1. Hadrina Pratiwi H (1204950) 2. Mersa Yulia (1204979) 3. Pungki Elvi Marta (1204967) 4. Shinta yunisya (1204978) 5. Yona Yolanda (1204971) RM 10 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Transcript of TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Tentang

TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA

DALAM PEMBELAJARAN

Oleh :

KELOMPOK 2

1. Hadrina Pratiwi H (1204950)

2. Mersa Yulia (1204979)

3. Pungki Elvi Marta (1204967)

4. Shinta yunisya (1204978)

5. Yona Yolanda (1204971)

RM 10

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UPP IV BUKITTINGGI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,

karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi

kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami

ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman

yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah

ini.

Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak

yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga

makalah ini bisa membantu bagi siapa saja yang membutuhkan

sedikit pengetahuan tentang salah satu materi Psikologi

Pendidikan. Materi yang kami angkat dalam makalah ini tentang

teori belajar dan penerapannya dalam pembelajaran.

Namun demikian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Bukittinggi, 13

Oktober 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR ....................................................

............................................... i

DAFTAR

ISI ..........................................................

........................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

masalah .................................................

..................................... 1

1.2 Tujuan penulisan

makalah .................................................

................................. 1

1.3 Rumusan

masalah..................................................

.............................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian belajar menurut teori

Behavioristik .............................................

..... 3

2.2 Prinsip – prinsip belajar menurut teori belajar

Behavioristik ............................. 8

2.3 Penerapan teori belajar Behavioristik dalam

pembelajaran ................................ 9

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan ................................................

.........................................................11

3.2

Saran .....................................................

...........................................................

... 11

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang

dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak

tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi

bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil

melakukan sesuatu.  Belajar tidak hanya sekedar memetakan

pengetahuan atau informasi yang disampaikan.  Namun

bagaimana melibatkan individu secara aktif  membuat atau pun

merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu

pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya.  Pembelajaran

merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan

berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan. 

Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang

kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata. Teori

merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat

tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari

satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama

lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta

dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori

adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang

didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang

dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.  Teori

belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata

cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru

dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan

dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

1.2 Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian belajar menurut teori

Behavioristik.

2. Untuk mengetahui prinsip – prinsip belajar menurut teori

belajar Behavioristik.

3. Untuk mengetahui penerapan teori belajar Behavioristik

dalam pembelajaran.

1.3 Rumusan Makalah

Berdasarkan landasan diatas dapat kami rumuskan permasalahan

yang akan kita bahas sebagai berikut:

1. Apa saja pengertian belajar menurut teori Behavioristik?

2. Apa saja prinsip – prinsip belajar menurut teori belajar

Behavioristik?

3. Apa saja penerapan teori belajar Behavioristik dalam

pembelajaran?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian belajar menurut teori Behavioristik

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner,

1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara

stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap

telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan

perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting

adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa

respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada

siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa

terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran

behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila

penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon

akan semakin kuat. Begitu pula bila respon

dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka

responpun akan semakin kuat.

Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik,

meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and

Secondary Reinforcement;(3) Schedules of Reinforcement; (4)

Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant

Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner,

1984).

Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah

Thorndike,Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.

Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran

behavioristik.

Tokoh aliran behaviorisme diantaranya adalah Ivan

Petrovich Pavlov, Thorndike, Waston, Clark Hull, Edwin

Guthrie, dan Skiner.

1. Edward LeeThorndike

Edward Lee Thorndike adalah seorang pendidik dan

sekaligus psikolog berkebangsaan Amerika. Edward awalnya

melakukan penelitian tentang prilaku binatang sebelum

tertarik pada psikologi manusia dan pertama kali

mengadakan eksperimen hubungan stimulus dan respon dengan

hewan kucing melalui prosedur yang sistemati.(dalam

Smith, 2010:75) . Ekseperimennya yaitu:

a. Kucing yang lapar dimasukkan ke dalam kotak

kerangkeng (puzzle box) yang dilengkapi pembuka

bila disentuh.

b. Di luar diletakkan daging. Kucing dalam kerangkang

bergerak kesana kemari mencari jalan keluar,

tetapi gagal. Kucing terus melakukan usaha dan

gagal, keadaan ini berlangsung terus-menerus.

c. Tak lama kemudian kucing tanpa sengaja menekan

tombol sehingga tanpa sengaja pintu kotak

kerangkeng terbuka dan kucing  dapat memakan

daging di depannya.

Percobaan Thorndike tersebut diulang-ulang dan pola

gerakan kucing sama saja namun makin lama kucing dapat

membuka pintunya. Gerakan usahanya makin sedikit dan

efisien. Pada kucing tadi terlihat ada kemajuan-kemajuan

tingkah lakunya. Dan akhirnya kucing dimasukkan dalam box

terus dpat menyentuh tombol pembuka (sekali usaha, sekali

terbuka), hingga pintu terbuka.

2. Burrhus Frederic Skinner

Skinner dilahirkan pada 20 Mei 1904 di Susquehanna

Pennylvania, Amerika Serikat. Masa kanak-kanaknya dilalui

dengan kehidupan yang penuh dengan kehangatan namun,

cukup ketat dan disiplin.meraih sarjana muda di Hamilton

Colladge, New York, dalam bidang sastra Inggris. Pada

tahun 1928, Skinner mulai memasuki kuliah psikologi di

Universitas Harvard dengan mengkhususkan diri pada bidang

tingkah laku hewan dan meraih doktor pada tahun 1931.

Skinner merupakan seorang tokoh behavioris yang

meyakini bahwa perilaku individu dikontrol melalui proses

operant conditioning dimana seseorang dapat mengontrol

tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement

yang bijaksana dalam lingkungan yang relatif besar.

Menagement kelas menurut skinner adalah berupa usaha

untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses

penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang

diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku

yang tidak tepat. Operant Conditioningadalah suatu proses

perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang

dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang

kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

Menurut skinner – berdasarkan percobaanya terhadap

tikus dan burung merpati – unsur terpenting dalam belajar

adalah penguatan. Maksudnya adalah penguatan yang

terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin

kuat bila diberi penguatan ( penguatan positif dan

penguatan negatif).

Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku,

atau penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan negatif

adalah antara lain menunda atau tidak memberi

penghargaan, memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan

perilaku tidak senang.

Skinner tidak sependapat pada asumsi yang

dikemukakan Guthrie bahwa hukuman memegang peranan

penting dalam proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan

menurut skinner (dalam Budiningsih,2005:25-26) :

1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku

sangat bersifat sementara.

2. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi

(menjadi bagian dari  jiwa terhukum) bila hukuman

berlangsung lama.

3. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain

(meskipun salah dan buruk) agar  ia terbebas dari

hukuman.

4  Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal

lain yang     kadangkala lebih buruk dari pada

kesalahan pertama yang diperbuatnya.

Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut

sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama

dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila

hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon

yang akan muncul berbeda dengan respon yang sudah ada,

sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus

dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat.

Misalnya, seseorang siswa perlu dihukum karena melakukan

kesalahan. Jika siswa tersebut masih saja melakukan

kesalahan, maka hukumannya harus ditambahkan. Tetapi jika

sesuatu yang tidak mengenakkan siswa (sehingga ia

melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan

pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki

kesalahnnya, maka inilah yang disebut penganut negatif.

Lawan dari penganut negatif adalah penguat positif (positive

reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon.

Namun bedanya adalah bahwa penguat positif itu ditambah,

sedangkan penganut negatif adalah dikurangi untuk

memperkuat respon(dalam Budiningsih,2005:25-26).

3. Edwin Ray Guthrie

Edwin Ray Guthrie adalah seorang penemu teori

kontinguiti yaitu gabungan stimulus-stimulus yang

disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali

cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie

juga menggunakan variabel hubungan stimulus respon untuk

menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi

karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi

stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat

terjadi. Penguatan hanya sekedar melindungi hasil belajar

yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah

perolehan respon yang baru.

Teori guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus

dan respon bersifat sementara, oleh karenanya dalam

kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering mungkin

diberi stimulus agar hubungan stumulus dan respon

bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya

bahwa  hukuman (punishment) memegang peranan penting

dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat

yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

Salah asatu eksperimen Guthrie untuk mendukung teori

kontiguitas adalah percobaannya terhadap kucing yang

dimasukkan ke dalam kotak puzle. Kemudian kucing tersebut

berusaha keluar. Kotak dilengkapai dengan alat yang bila

disentuh dapat membuka kotak puzle tersebut. Selain itu,

kotak tersebut juga dilengkapi dengan alat yang dapat

merekam gerakan-gerakan kucing di dalam kotak. Alat

tersebut menunjukkan bahwa kucing telah belajar mengulang

gerakan-gerakan sama yang diasosiasikan dengan gerakan-

gerakan sebelumnya ketika dia dapat keluar dari kotak

tersebut.

4. Jhon Broadus Waston

Waston adalah seorang tokoh aliran behaviorisme 

yang datang setelah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah

proses interaksi antara stimulus dan respon, namun

stimulus dan respo yang dimaksud harus berbentuk tingkah

laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur.

Dengan kata lain, walupun ia mengakui adanya perubahan-

perubahan mental dalam diri seseorang selama proses

belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai

faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui

bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu

penting. Namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah

seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat

diamati(dalam Budiningsih,2005:22).

Waston adalah seorang behavioris murni, karena

kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu

lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi

pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat

diamati dan diukur. Asumsinya bahwa, hanya dengan cara

demikianlah maka akan dapat diramalkan perubahan-

perubahan apa yang bakal terjadi setelah seseorang

melakukan tindakan belajar. Para tokoh aliran

behaviorisme cenderung untuk tidak memperhatikan hal-hal

yang tidak dapat diukur dan tidak dapat diamati, seperti

perubahan-perubahan mental yang terjadi ketika belajar,

walaupun demikian mereka tetap mengakui hal itu

penting(dalam Budiningsih,2005:22).

5. Clark Hull

Hull berpendirian bahwa tinkah laku itu berfungsi

menjaga agar oranisasi tetap bertahan hidup. Konsep

sentral dalam teorinya berkisar pada kebutuhan biologis

dan pemuas kebutuhan, hal yang penting bagi kelangsungan

hidup. Oleh Hull, kebutuhan ddikonsepkan sebagai dorongan

(drive) seperti lapar, haus, tidur, hilangnya rasa nyeri,

dan sebagainya. Stimulus yang disebut stimulus dorongan

dikaitkan dengan dorongan primer dan karena itu mendorong

timbulnya tigkah laku. Sebagai contoh, stimulus yang

dikaitkan dengan rasa nyeri, seperti bunyi alat pengebor

gigi, dapat menimbulkan rasa takut, dan takut itu

mendorong timbulnya tingkah laku.

Teori Hull ini, memiliki beberapa prinsip (Zalyana,

2010:126), yaitu:

a. Dorongan merupakan hal yang penting agar terjadi

respon (siswa harus memiliki keinginan untuk belajar).

b. Stimulus dan respon harus dapat diketahui oleh

organisme agar pembiasaan dapat terjadi (siswa harus

mempunyai perhatian).

c. Respon harus dibuat agar terjadi pembiasaan (siswa

harus aktif).

d. Pembiasaan hanya terjadi jika reinforcement dapat

melalui kebutuhan (belajar harus dapat memenuhi

keinginan siswa).

Kelebihan dan Kekurangan dalam Teori Pembelajaran Behaviorisme

a.    Kelebihan

  Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori

behaviourisme terdapat beberapa kelebihan (dalam

Kamalfachri:2010) di antaranya :

1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada

situasi dan kondisi   belajar.

2. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh

kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang

mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan,

spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan

sebagainya.

3. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid

dibiasakan belajar  mandiri. Jika menemukan kesulitan

baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.

4. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak

yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa ,

suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka meniru dan

senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung

seperti diberi permen atau pujian

b.    kekurangan.

  Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori

behaviourisme terdapat beberapa kelemahan (Zalyana,

2010:27-128)di antaranya :

1. Memandang belajar sebagai kegiatan yang dialami

langsung, padahal belajar adalah kegiatan yang ada

dalam sistem syaraf manusia yang tidak terlihat

kecuali melalu gejalanya.

2. Proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis

sehingga terkesan seperti mesin atau robot, padahal

manusia mempunyai kemampuan self control yang

bersifat kognitif, sehingga, dengan kemampuan ini,

manusia mampu menolak kebiasaan yang tidak sesuai

dengan dirinya.

3. Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan

sangat sulit diterima, mengingat ada perbedaan yang

cukup mencolok antara hewan dan manusia.

2.2 Prinsip – prinsip belajar menurut teori belajar

Behavioristik

Prinsip – prinsip belajar menurut teori belajar

Behavioristik yaitu (dalam Muhibbin:2003) :

1. Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian

penguatan; Agar klien terdorong untuk merubah

tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya

mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan

secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan

melalui tingkah laku klien.

2. Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku

yang tidak diinginkan;

3. Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan

mengakibatkan terham-batnya kemunculan tingkah laku

yang tidak diinginkan;

4. Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui

pemberian contoh atau model (film, tape recorder,

atau contoh nyata langsung);

5. Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap

tingkah laku yang diinginkan dengan sistem kontrak.

2.3 Penerapan teori belajar Behavioristik dalam pembelajaran

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan

pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan

pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik

pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori

behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif,

pasti, tetap, tidak berubah.

Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga

belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar

adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke

orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran

adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada

melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah,

sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti

ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan

tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang

sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang

dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami

oleh murid. Teori behavioristik ini lebih menekankan pada

hasil yang dicapai dan proses yang dilakukan.

Dalam teori ini, segala tingkah laku manusia menjadi

suatu prilaku berbahsa yang menjadi manifestasi stimulus

dan respon yang dilakukan terus-menerus menjadi suatu

kebiasaan. Berdasarkan teori ini, pembelajaran bahasa

dilakukan dengan mendahulukan pengenalan keterampilan

mendengar dan berbicara daripada keterampilan lainnya,

pemberian latihan-latihan dan penggunaan bahasa secara

aktif dan terus menerus, penciptaan lingkungan berbahasa

yang kondusif, penggunaan media pembelajaran yang

memungkinkan siswa mendengar dan berinteraksi dengan

penutur asli, pembiasaan motivasi sehingga berbahsa asing

menjadi sebuah prilaku kebiasaan (dalam Fachrurrazi,2010:38)

Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran

siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan

hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan

diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan

teori behavioristik mempunyai persyaratan tertentu sesuai

dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata

pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan

kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat

penting untuk menerapkan kondisi behavioristik. Metode

behavioristik ini sangat cocok diterapkan untuk melatih

anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang

dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru

dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung

seperti diberi permen atau pujian.

Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu

situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses

pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa

yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi

berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang

harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif , perlu

motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan

yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan denga tertib

penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan

dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan

hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik

justru dianggap metode yang paling efektif untuk

menertibkan siswa.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara ringkas teori behaviorisme yang dikemukakan

oleh para ahli di atas dapat disempulkan bahwa:

1. Belajar adalah perubahan tingkah laku

2. Tingkah laku tersebut harus dapat diamati

3. output yang berupa respon.

4. Fungsi mind atau fikiran adalah untuk menciplak

struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses

berfikir yang dapat dianalisis dan dipilah.

5. Pembiasaan dan latihan menjadi esensial dalam belajar.

6. Apa yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap

tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati.

7. Yang dapat diamati hanyalah stimulus respon.

8. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan

pengetahauan dikatagorikan sebagai kegagalan yang

perlu dihukum

9. Aplikasi teori ini menuntut siswa untuk mengungkapkan

kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk

laporan, kuis atau tes. Penyajian materi pelajaran

mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan.

Pembelajaran dan evalusi menekan pada hasil, dan

evaluasi menuntut jawaban yang benar. Jawaban yang

benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan

belajaranya.

10. Proses belajar sangat bergantung kepada faktor yang

berada di luar dirinya, sehingga ia memerlukan

stimulus dari pengajarnya.

11. Hasil belajar banyak ditentukan oleh proses

peniruan, pengulanagn dan pengutan (reinforcement).

12. Belajar harus melalui tahap-tahap tertentu, sedikit

demi sedikit, yang mudah mendahului yang lebih sulit.

3.2 Saran

Kita sebagai calon guru harusnya mampu mendidik para

peserta didik kita dengan baik, dengan metode serta teori

yang tepat sehingga proses belajar mengajar berjalan

dengan baik. Oleh karena itu pelajarilah teori-teori

pembelajaran yang ada agar kita mampu menemukan kecocokan

dalam metode mengajar yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan.

Jakarta: CV. Rajawali.

Budiningsih, Asri.2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Penerbit Rinika Cipta.

Fachrurrazi, Aziz dkk.2010.Pembelajaran Bahasa asing.Jakarta:

Bania Publising

Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology.

Chicago: Rand Mc. Nally

Kamalfachri, “Teori Behavioristik”, dalam Website

file:///H:/Teori behavioristik dan

Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses

pada tanggal 19 Oktober 2014.

Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice.

Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon

Smith, Mark K. Dkk.2010.Teori Pembelajaran dan

Pengajaran.Jogjakarta: Mirza Media Pustaka

Yulaelawati, Ella. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi, Teori

dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya

Zalyana.2010.Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab .Pekanbaru: 

Almujtahadah Press