MAKALAH MUSYARAKAH DAN MUDHARABAH

19
MAKALAH MUSYARAKAH DAN MUDHARABAH Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas fiqh 2 Dosen pengampu Drs. Mubasirun, M.Ag. Disusun oleh : Nama : Kholid Anwar NIM : 111-13-023 JURUSAN/PRODI : TARBIYAH/PAI SI-PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Transcript of MAKALAH MUSYARAKAH DAN MUDHARABAH

MAKALAH

MUSYARAKAH DAN MUDHARABAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas fiqh 2

Dosen pengampu Drs. Mubasirun, M.Ag.

Disusun oleh :

Nama : Kholid Anwar

NIM : 111-13-023

JURUSAN/PRODI : TARBIYAH/PAI

SI-PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2015

Bab I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya setiap manusia dalam aktifitasnya baik yang

bersifat duniawi maupun ukhrowi tidak lepas daripada tujuan

dari apa yang akan ia peroleh selepas aktifitas tersebut,

dengan berbagai macam perbedaan sudut pandang manusia itu

sendiri terhadap esensi dari apa yang hendak ia peroleh, maka

tidak jarang dan sangat tidak menutup kemungkinan sekali

proses untuk menuju pada tujuannya pun berwarna-warni.

Salah satu contoh dalam aktifitas sosial-ekonomi, banyak

dari manusia sendiri yang terjebak dalam hal ini, yang mana

mereka lebih mengedepankan pada pemenenuhan hak pribadi dan

mengabaikan hak-hak orang lain baik hak itu berupa individu

ataupun masyarakat umum. Akan tetapi Islam sebuah agama

rahmatan lil-alamin yang mengatur seluruh tatanan kehidupan

manusia, sehingga norma-norma yang diberlakukan islam dapat

memberikan solusi sebuah keadilan dan kejujuran dalam hal

pencapaian manusia pada tujuan daripada aktifitasnya itu,

sehingga tidak akan terjadi ketimpangan sosial diantara

mereka.

Salah satu cara untuk mencapai sebuah keadilan dan

kejujuran adalah dengan adanya kerja sama antara pemilik modal

dan seseorang yang sering disebut dengan bagi hasil, yangmana

dilandasi pula oleh rasa tolong menolong. Sebab ada orang yang

mempunyai modal, tetapi tidak mempunyai keahlian dalam

menjalankan roda perusahaan.

Namun ada pula mereka yang lebih memilih menjalankan usaha

dengan cara bersekutu dengan orang lain yang memiliki tujuan

atau usaha yang sama. Dengan cara ini, mereka semua yang

mengikatkan diri berhak bertindak hukum terhadap harta itu,

dan berhak mendapatkan keuntungan sesuai dengan persetujuan

yang disepakati.

Dengan demikian, dalam  makalah ini akan dibahas tentang

Musyarakah (syirkah) dan Mudharabah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Musyarakah

1.PengertianSecara etimologi, asy-syirkah berarti percampuran, yaitu

percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya, sehingga sulit

dibedakan . Asy-syirkah termasuk salah satu bentuk kerja sama

dagang dengan rukun dan syarat tertentu, yang dalam hukum

positif disebut dengan perserikatan dagang.

Secara terminologi, ada beberapa definisi asy-syirkah yang

dikemukakan oleh para ulama fiqh.

Pertama dikemukakan oleh ulama Malikiyah. Menurut mereka,

asy-syirkah adalah :

ى م�ال ل�هما سهما ف� ف� ى أل�صرف�� ل�هما م�ع أ� ن�� أ� ذ� ن� ف�“Suatu keizinan untuk bertindak secara hukum bagi dua orang yang

bekerjasama terhadap harta mereka.”

Kedua, definisi yang dikemukakan oleh ulama Syafi’iyah dan

Hanabilah. Menurut mereka, asy-syirkah adalah :

وع ي� هة$ أل�ش! ا� ك�ث!ر ع�لى ج�' ن� ف�� ي� ن� ى� لإ� ث�1 ي� ى ش�! و ت$ أل�حق$ ف� ي' ث�!“Hak bertindak hukum bagi dua orang atau lebih pada sesuatu yang mereka

sepakati.”

Pada dasarnya definisi – definisi yang dikemukakan para

ulama fiqh di atas hanya berbeda secara redaksionalnya saja,

sedangkan esensi yang terkandung di dalamnya adalah sama,

yaitu ikatan kerja sama yang dilakukan dua orang atau lebih

dalam perdagangan. Dengan adanya akad syirkah yang disepakati

kedua belah pihak, semua pihak yang mengikatkan diri berhak

bertindak hukum terhadap harta serikat itu, dan berhak

mendapatkan keuntungan sesuai dengan persetujuan yang

disepakati.

2.Hukum Syirkah dan Dasar HukumnyaAkad syirkah diperbolehkan menurut ulama’ fiqh berdasarkan

firman Allah dalam Q.S An-Nisa : 12

... لث! ى أل�ن! ر ك�ا ء ف� هم ش! ...ف��…maka mereka berserikat dalam sepertiga harta…

Hadist qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

و ذأوذ ة. أب�' ن� أح�ده�ما ص�اح�ب' خ� ن�� م�ال�م ي�� كي� ري�� ال�ث! أل�ش! ا ي�! عالى: أي�� ول أل�لة ن�$ ق$ ن��

Artinya : “Allah berfirman," Aku Pihak ketiga dari dua

orang yang berserikat, selama mereka saling tidak khianat,

jika salah seorangnya berkhianat, niscaya Aku keluar dari

perserikatan itu". HR. Abu Daud.

Atas dasar ayat diataslah para ulama fiqh menyatakan bahwa

akad syirkah memiliki landasan yang kuat dalam islam.”

3.Macam - macam syirkah

Syirkah ada dua jenis:

a. Syirkah Amlaak (Hak Milik)

Yaitu penguasaan harta secara kolektif, berupa bangunan,

barang bergerak atau barang berharga. Yaitu perserikatan dua

orang atau lebih yang dimiliki melalui transaksi jual beli,

hadiah, warisan atau yang lainnya. Dalam bentuk syirkah seperti

ini kedua belah pihak tidak berhak mengusik bagian rekan

kongsinya, ia tidak boleh menggunakannya tanpa seizin

rekannya.

Syirkah Al-Amlak terbagi 2, yaitu :

a. Syirkah Ikhtiar

Yaitu perserikatan yang muncul akibat tindakan hukum

orang yang berserikat. contoh : dua orang yang bekerja

sama secara sukarela untuk mengelola sebuah warnet, dengan

perhitungan laba dibagi dua setelah dikurangi modal.

b. Syirkah Jabr

Yaitu perserikatan yang muncul secara paksa, bukan

atas keinginan orang yang berserikat.

Contoh : dua orang yang bekerja sama namun salah satu

pihak karena tidak memiliki modal, dia menawarkan jasa

untuk menjaga saja warnet tersebut, sehingga dia hanya

memperoleh laba 10% dari keuntungan.

b. Syirkah Uquud (Transaksional/kontrak)

Yaitu akad kerja sama antara dua orang yang bersekutu

dalam modal dan keuntungan, misalnya, dalam transaksi jual

beli atau lainnya. Dalam syirkah seperti ini, pihak-pihak yang

berkongsi berhak menggunakan barang syirkah dengan kuasa masing-

masing. Dalam hal ini, seseorang bertindak sebagai pemilik

barang, jika yang digunakan adalah miliknya. Dan sebagai

wakil, jika barang yang dipergunakan adalah milik rekannya.

Macam-Macam Syirkah Uquud (Transaksional/kontrak):

Menurut para ulama fikih, di dalam Islam terdapat lima

macam syarikah: yaitu:

1. Syirkah Al- Inan

Yaitu perserikatan dalam modal (harta), dalam suatu

perdagangan yang dilakukan dua orang atau lebih dan

keuntungan dibagi bersama.

Contoh : A dan B insinyur teknik sipil. A dan B sepakat

menjalankan bisnis properti dengan membangun dan

menjualbelikan rumah. Masing-masing memberikan konstribusi

modal sebesar Rp 500 juta dan keduanya sama-sama bekerja

dalam syirkah tersebut

2. Syirkah Al-Abdan/’Amal

Yaitu perserikatan yang dilaksanakan oleh dua pihak

untuk menerima suatu pekerjaan.

Contoh : A dan B. keduanya adalah nelayan, bersepakat

melaut bersama untuk mencari ikan. Mereka sepakat pula,

jika memperoleh ikan dan dijual, hasilnya akan dibagi

dengan ketentuan: A mendapatkan sebesar 60% dan B sebesar

40%.

Dalam syirkah ini tidak disyaratkan kesamaan profesi atau

keahlian

3. Syirkah Al-Mudharabah

Yaitu Persetujuan antara pemilik modal dan seorang

pekerja untuk mengelola uang pemilik modal dalam

perdagangan tertentu,yang keuntungannya dibagi sesuai

dengan kesepakatan bersama, dan kerugian yang diderita

menjadi tanggungan pemililk modal saja.

Contoh : A sebagai pemodal (shahib al-mal/rabb al-mal)

memberikan modalnya sebesar Rp 10 juta kepada B yang

bertindak sebagai pengelola modal (‘amil/mudharib) dalam

usaha perdagangan umum (misal, usaha toko kelontong).

4. Syirkah Al-Wujuh,

Yaitu Perserikatan yang dilakukan dua orang atau lebih

yang tidak punya modal sama sekali,dan mereka melakukan

suatu pembelian dengan kredit serta menjualnya dengan

harga kontan,sedangkan keuntungan yang diperoleh dibagi

bersama.

Contoh : A dan B adalah tokoh yang dipercaya pedagang.

Lalu A dan B ber-syirkah wujuh, dengan cara membeli barang

dari seorang pedagang (misalnya C) secara kredit. A dan B

bersepakat, masing-masing memiliki 50% dari barang yang

dibeli. Lalu keduanya menjual barang tersebut dan

keuntungannya dibagi dua, sedangkan harga pokoknya

dikembalikan kepada C (pedagang). Hal ini dapat

berlangsung karena adanya unsur kepercayaan dari si

penyedia modal (pedagang)

5. Syirkah Al-Mufawadhah.

Adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang

menggabungkan semua jenis syirkah di atas (syirkah inan,

‘abdan, mudharabah, dan wujuh.

Contoh : A adalah pemodal, berkonstribusi modal kepada B

dan C, dua insinyur teknik sipil, yang sebelumnya sepakat,

bahwa masing-masing berkonstribusi kerja. Kemudian B dan C

juga sepakat untuk berkonstribusi modal, untuk membeli

barang secara kredit atas dasar kepercayaan pedagang (D)

kepada mereka.

Menurut ulama Hanabilah, yang sah hanya empat macam,

yaitu: syirkah inan, abdan, mudharabah, dan wujuh. Menurut

ulama Malikiyah, yang sah hanya tiga macam, yaitu: syirkah

inan, abdan, dan mudharabah. Menurut ulama Syafi’iyah dan

Zhahiriyah, yang sah hanya syirkah inan dan mudharabah.

Sedangkan menurut Hanafiyah semua bentuk syirkah boleh/sah

bila memenuhi syarat-syaratnya yang telah ditetapkan.

4. Syarat - Syarat Syirkah

a. Objek usaha yang dilakukan mubah. Tidak boleh ikut dalam

syirkah yang usahanya haram, seperti: menjual khamar, film

porno dan lain-lain

b. Setiap orang yang ikut dalam Syirkah tahu jumlah saham

masing-masing. Tidak boleh mendirikan Syarikah dimana

jumlah saham setiap anggota yang ikut tidak diketahui

c. Pembagian laba untuk setiap anggota harus jelas

d. Bagian laba untuk setiap anggota tidak tertentu, akan

tetapi harus dengan rasio. Dan tidak boleh salah seorang

menentukan jumlah tertentu, seperti: untukmu Rp.1 Juta

dari laba dan sisanya untukku, atau untukmu 1/3 laba +

Rp.1juta atau untukmu laba bulan ini dan untukku laba

bulan depan. Hikmah larangan penentuan bagian laba, karena

merugikan salah satu pihak, apabila ditentukan 1 juta

rupiah kemungkinan laba yang didapat tidak lebih dari itu

maka yang mendapat laba hanya satu pihak dan kemungkinan

laba yang didapat sangat besar sehingga yang bagiannya

hanya Rp. 1 juta dirugikan

5. Rukun – Rukun Musyarakah

Menurut mayoritas ulama fikih, bahwa rukun syirkah itu ada

3 (tiga), yaitu:

a. Akad (ijab-kabul), disebut juga shighat;

b. Dua pihak yang berakad (al-‘aqidani), syaratnya harus

memiliki kecakapan melakukan tasharruf (pengelolaan harta).

c. Obyek akad, disebut juga al-ma’qud ‘alaihi, yang mencakup

pekerjaan (al-amal) dan atau modal (al-mal).

Syarat sah akad ada 2 (dua) yaitu:

a. Obyek akadnya berupa tasharruf, yaitu aktivitas pengelolaan

harta dengan melakukan akad-akad, misalnya akad jual-beli.

b. Obyek akadnya dapat diwakilkan (wakalah), agar keuntungan

syirkah menjadi hak bersama di antara para syarîk (mitra

usaha).

6. Hal – Hal Yang Membatalkan Syirkah

a. Pembatalan dari salah seorang yang bersekutu

b. Meninggalnya salah seorang syarik

c. Salah seorang syarik murtad atau membelot ketika perang

d. Gila

7. Hikmah Musyarakah

Terciptanya kekuatan dan kemajuan khususnya di bidang

ekonomi

Pemikiran untuk kemajuan perusahaan bias lebih mantap

karena hasil pemikiran dari banyak orang

Semakin terjalinnya rasa persaudaraan dan brasa

solidaritas untuk kemajuan bersama

Jika usahanya berkembang dengan baik berarti jangkauan

operasionalnya semakin meluas maka membutuhkan tenaga

kerja yang banyak.

B.Mudharabah

1.Pengertian

Salah satu bentuk kerja sama antara pemilik modal dengan

seseorang, yang pakar dalam berdagang, di dalam fiqih islam

disebut dengan mudharobah, yang oleh ulama fiqh Hijaz

menyebutnya dengan qiradh.

Secara terminologi, para ulama fiqih mendefinisikan

mudharobah atau qiradh dengan:

ث$ر ك�ا ح م�ش! كو ن� أل�ر ي�' ة و ي�� ب� ر ف�� ج' bت لى أل�عا م�ل م�ا لإ ث�� �ع أ ل�ما ل�كf أ د ف�� ن ي�� أ�“Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk

diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan

dibagi menurut kesepakatan bersama.”

Dengan kata lain, mudharabah berarti : suatu bentuk kerja

sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul

amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib)

dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja

sama dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal

dan keahlian dari pengelola. 

Dengan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan apabila

terjadi kerugian dalam perdagangan tersebut, maka kerugiannya

ditanggung oleh pemilik modal. Dikarenakan yang diserahkan

kepada pekerja berupa sebuah modal, bukan manfaat seperti

penyewaan mobil.

2.Hukum Mudharabah dan Dasar Hukumnya

Hukum mudharabah adalah boleh (mubah), seperti dalam

firman Allah dalam Q.S Al-Hadid ayat 11 :

م �lري ر ك� ج�' ةن لةن ولةن أ� عف� ض� ي� ا ف�� شن� ا ح� $رص�� ق� هلل� ق$رض� أ� ي� ن�� د� ل�� أ أ� ن� ذ� ١١م��Artinya : “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah

pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan)

pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang

banyak.”

Hadis nabi S.A.W :

ل ع ألى أح��' ي� ب� هن� أل�� ي� لإت! ف�� لم ي�! ة وس��� لى أل�ل�ة ع�لب�� ول أل�ل��ة ص��� ال رس��� ال: ف��$ ة ف��$ ب� ث�� ب' ع�ن� أ ع�ن� ص�ال�ح ب�'ن� ص�هي�

ع ي� ب$ لإل�لب� ي� ر ل�لب� عث� اأس�! ر� ي�' لإط ألث' ة$ وأح�� ارض� وأل�مق$“Dari Shahih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga hal yang

di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah

(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,

bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)

3.Jenis – Jenis Mudharabah

Mudharabah ada dua jenis, yaitu :

a. Mudharabah Muthlaqah (Mudharabah secara mutlak/bebas).

Maksudnya adalah bentuk kerja sama antara pemilik modal

dan pengelola modalyang cakupannya sangat luas dan tidak

dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah

bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus sholih seringkali

dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu)

dari pemilik modal kepada pengelola modal yang memberi

kekuasaan sangat besar.

b. Mudharabah Muqayyadah (Mudharabah terikat).

Jenis ini adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah.

Yakni pengelola modal dibatasi dengan batasan jenis usaha,

waktu atau tempat usaha.

Perbedaan antara keduanya terletak pada pembatasan

penggunaan modal sesuai dengan kehendak pemilik modal.

4. Syarat Mudharabah

Ada beberapa syarat mudarabah yaitu :

1. Barang modal yang diserahkan pemilik modal berbentuk uang

tunai, selain uang tunai tidak diperbolehkan.

2. Yang melakukan akad mudarabah mampu menyerahkan /

mengembalikan

3. Prosentase pembagian hasil keuntungan antara pemilik modal

dan pengelola jelas

4. Pemilik modal melafalkan ijab, misal aku serahkan modal

ini padamu untuk usaha, bila mendapat untuk, laba dibagi

dua dengan prosentase yang disepakati.

5. Pengelola bersedia mengelola modal dari pemilik modal]

6. Mudarabah berlaku sesama muslim, boleh dengan non muslim

dengan syarat modal dari orang non muslim dan yang

mengelola orang muslim

7. Pengelola tidak boleh melakukan mudarabah dengan pihak

lain kecuali diizinkan pemilik modal

8. Keuntungan tidak dibagi selama akad masih berlangsung,

kecuali bila kedua pihak sepakat melakukan pembagian

keuntungan

5.Rukun Mudharabah

Menurut Imam Syafi’i, rukun mudarabah ada 6 yaitu :

a. Pemilik modal yang menyerahkan barangnya untuk modal usaha

b. Pengelola barang yang diterima dari pemilik barang

c. Akad mudharabah antara pemilik dan pengelola barang

d. Harta pokok atau modal

e. Pekerjaan pengelolaan harta sehingga menghasilkan

keuntungan

f. Keuntungan

6.Pembatalan Mudharabah

Akad mudharabah menjadi batal apabila ada perkara-perkara

sebagai berikut:

a) Tidak terpenuhinya salah satu atau beberapa syarat

Mudharabah .

b) Pengelola dengan sengaja meninggalkan tugasnya sebagai

pengelola modal atau pengelola modal berbuat sesuatu yang

bertentangan dengan tujuan akad.

c) Apabila pelaksana atau pemilik modal meninggal dunia atau

salah seorang pemilik modal meninggal dunia, mudharabah

menjadi batal.

7. Hikmah MudharabahMudharabah memiliki manfaat kepada pemilik maupun

pengelola modal. Untuk pemilik modal sendiri ia mendapatkan

manfaat berupa pengalaman dari orang yang ia berikan modal,

sedangkan untuk pengelola, ia mendapatkan manfaat berupa harta

yang dapat ia kelola.

Bab III

KESIMPULAN

Asy-syirkah berarti percampuran, yaitu percampuran antara

sesuatu dengan yang lainnya, sehingga sulit dibedakan . Asy-

syirkah termasuk salah satu bentuk kerja sama dagang dengan

rukun dan syarat tertentu, yang dalam hukum positif disebut

dengan perserikatan dagang.

Syirkah ada 2 jenis yaitu :

1. Syirkah amlaak

Syirkah ini terbagi menjadi 2 :

a. Syirkah ikhtiar

b. Syirkah jabr

2. Syirkah uquud

Syirkah uquud terbagi menjadi 5 macam, yaitu :

a. Syirkah inan

b. syirkah abdan

c. Syirkah mudhorobah

d. Syirkah wujuh,dan

e. Syirkah mufawadhoh

Sedangkan mudharabah berarti : suatu bentuk kerja sama

antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul amal)

mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan

suatu perjanjian di awal.

Hukum mudharabah adalah boleh (mubah), seperti dalam

firman Allah dalam Q.S Al-Hadid ayat 11 dan Hadis nabi S.A.W :

“Dari Shahih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga hal yang

di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah

(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,

bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)

Mudharabah ada 2 jenis, yaitu Mudharabah Muthlaqah dan

Mudharabah Muqayyadah

DAFTAR PUSTAKA

Syafei, Rachmat. 2006. Fiqih Muammalah. Bandung: Pustaka

Setia.

Hasan, Ali. 2004. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Umari , Barmawi drs. H. 1986.ilmu Fiqih Ibadah Muammalah

Munakahat.Solo:CV. Ramadhan