makalah magma

24
A. Pengertian Magma Magma adalah cairan atau larutan silikat pejar yang terbentuk secara alamiah, bersifat mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 700-1300 0 C (sekitar 1200-2400 derajat Fahrenheit) dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung bagian atas dan bersifat asam atau basa. Secara fisika, magma merupakan sistem berkomponen ganda (multi compoent system) dengan fase cair dan sejumlah kristal yang mengapung di dalamnya sebagai komponen utama, dan pada keadaan tertentu juga berfase gas. Magma merupakan larutan silikat pijar yang panas mengandung sulfide, oksida, dan volatile (gas), sumber magma terletak jauh di bawah bumi, pada lapisan mantel, yaitu pada kedalaman 1200-2900 km, dari sumbernya itu kemudian magma mengalir dan berkumpul pada suatu tempat yang dikenal sebagai dapur magma, yang terletak pada kedalaman lebih dari 60 km. Suhu magma berkisar antara 700 - 1100 0 C, sifatnya yang sangat panas dan cair menyebabkan magma memiliki tekanan hidrostatis yang sangat kuat sehingga terus bergerak menerobos untuk berusaha ke luar ke atas permukaan bumi. Magmatisma adalah peristiwa penerobosan magma melalui rekahan dan celah-celah pada litosfer yang tidak sampai ke permukaan bumi, peristiwa ini

Transcript of makalah magma

A. Pengertian Magma

Magma adalah cairan atau larutan silikat pejar

yang terbentuk secara alamiah, bersifat mudah bergerak

(mobile), bersuhu antara 700-13000C (sekitar 1200-2400

derajat Fahrenheit) dan berasal atau terbentuk pada

kerak bumi bagian bawah hingga selubung bagian atas dan

bersifat asam atau basa. Secara fisika, magma

merupakan sistem berkomponen ganda (multi compoent

system) dengan fase cair dan sejumlah kristal yang

mengapung di dalamnya sebagai komponen utama, dan pada

keadaan tertentu juga berfase gas.

Magma merupakan larutan silikat pijar yang panas

mengandung sulfide, oksida, dan volatile (gas), sumber

magma terletak jauh di bawah bumi, pada lapisan mantel,

yaitu pada kedalaman 1200-2900 km, dari sumbernya itu

kemudian magma mengalir dan berkumpul pada suatu tempat

yang dikenal sebagai dapur magma, yang terletak pada

kedalaman lebih dari 60 km. Suhu magma berkisar antara

700 - 11000C, sifatnya yang sangat panas dan cair

menyebabkan magma memiliki tekanan hidrostatis yang

sangat kuat sehingga terus bergerak menerobos untuk

berusaha ke luar ke atas permukaan bumi.

Magmatisma adalah peristiwa penerobosan magma

melalui rekahan dan celah-celah pada litosfer yang

tidak sampai ke permukaan bumi, peristiwa ini

menyebabkan magma membeku di dalam bumi membenutuk

batuan plutonik, proses tesebut disebut intrusi, dan

batuan yang terbentuk disebut batuan intrusi. Apabila

penerobosan magma sampai ke luar permukaan bumi, maka

prosesnya dinamakan ekstrusi, sedangkan cara keluar

magma seperti ini dinamakan erupsi dan pristiwanya

dinamakan vulkanisma.

Para ahli berpendapat bahwa panas bumi berasal

dari proses “pembusukan” material-material radioaktif

yang kemudian meluruh atau mengalami disintegration

menjadi unsur radioaktif dengan komposisi yang lebih

stabil dan pada saat meluruh akan mengeluarkan sejumlah

energi (panas) yang kemudian akan melelehkan batuan-

batuan disekitarnya. Dimungkinkan, dari proses tersebut

dan pengaruhnya terhadap geothermal gradient yang

mencapai 193.600°C inilah magma dapat terbentuk.

B. Komposisi Magma

Komposisi kimiawi magma terdiri dari :

• Senyawa-senyawa yang bersifat non volatile

(senyawa yang tidak mudah menguap) dan merupakan

senyawa oksida dalam magma. Jumlahnya sekitar 99% dari

seluruh isi magma , sehingga merupakan mayor element,

terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O,

K2O, TiO2, P2O5.

• Senyawa volatil (senyawa yang mudah menguap)

yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari

fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.

• Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak

(trace element) dan merupakan minor element seperti Rb,

Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.

C. Kristalisasi Magma

Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan

padat dari pengendapan larutan, melt (campuran leleh),

atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas.

Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia

antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan

massa dari suat zat terlarut (solute) dari cairan

larutan ke fase kristal padat.

Proses Kristalisasi Magma terjadi karena magma

merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang menyusun

magma akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya

pada saat magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-

ion yang tidak beraturan ini akan menurun, dan ion-ion

akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk yang

teratur. Proses inilah yang disebut kristalisasi.

Pada proses ini yang merupakan kebalikan dari

proses pencairan, ion-ion akan saling mengikat satu

dengan yang lainnya dan melepaskan kebebasan untuk

bergerak. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan kimia

dan membentuk kristal yang teratur. Pada umumnya

material yang menyusun magma tidak membeku pada waktu

yang bersamaan.Kecepatan pendinginan magma akan sangat

berpengaruh terhadap proses kristalisasi, terutama pada

ukuran kristal.

Apabila pendinginan magma berlangsung dengan

lambat, ion-ion mempunyai kesempatan untuk

mengembangkan dirinya, sehingga akan menghasilkan

bentuk kristal yang besar. Sebaliknya pada pendinginan

yang cepat, ion-ion tersebut tidak mempunyai kesempatan

bagi ion untuk membentuk kristal, sehingga hasil

pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak

beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas

(glass).

Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom

oksigen dan silikon akan saling mengikat pertama kali

untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon. Kemudian

tetahedra-tetahedra oksigen-silikon tersebut akan

saling bergabung dengan ion-ion lainnya dan akan

membentuk inti kristal dan bermacam mineral silikat.

Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan

kristalin yang tidak berubah. Mineral yang menyusun

magma tidak terbentuk pada waktu yang bersamaan atau

pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan

mengkristal pada temperatur yang lebih tinggi dari

mineral lainnya, sehingga kadang-kadang magma

mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh

material yang masih cair. Komposisi dari magma dan

jumlah kandungan bahan volatil juga mempengaruhi proses

kristalisasi.

Karena magma dibedakan dari faktor-faktor

tersebut, maka penampakan fisik dan komposisi mineral

batuan beku sangat bervariasi. Dari hal tersebut, maka

penggolongan (klasifikasi) batuan beku dapat didasarkan

pada faktor-faktor tersebut di atas. Kondisi lingkungan

pada saat kristalisasi dapat diperkirakan dari sifat

dan susunan dari butiran mineral yang biasa disebut

sebagai tekstur. Jadi klasifikasi batuan beku sering

didasarkan pada tekstur dan komposisi mineralnya.

Jenis Kristalisasi Berdasarkan Proses Utama –

Dipandang dari asalnya, kristalisasi dapat dibagi

menjadi 3 proses utama :

1. Kristalisasi dari larutan ( solution ) :

merupakan proses kristalisasi yang umum dijumpai di

bidang Teknik Kimia : pembuatan produk-produk kristal

senyawa anorganik maupun organic seperti urea, gula

pasir, sodium glutamat, asam sitrat, garam dapur,

tawas, fero sulfat dll.

2. Kristalisasi dari lelehan ( melt ) :

dikembangkan khususnya untuk pembuatan silicon single

kristal yang selanjutnya dibuat silicon waver yang

merupakan bahan dasar pembutan chip-chip integrated

circuit ( IC ). Proses Prilling ataupun granulasi

sering dimasukkan dalam tipe kristalisasi ini.

3. Kristalisasi dari fasa Uap : adalah proses

sublimasi-desublimasi dimana suatu senyawa dalam fasa

uap disublimasikan membentuk kristal. Dalam industri

prosesnya bisa meliputi beberapa tahapan untuk.

D. Seri Reaksi Bowen

Deret Bowen menggambarkan secara umum urutan

kristalisasi suatu mineral sesuai dengan penurunan suhu

[bagian kiri] dan perbedaan kandungan magma [bagian

kanan], dengan asumsi dasar bahwa semua magma berasal

dari magma induk yang bersifat basa.

Bagan serial ini kemudian dibagi menjadi dua

cabang; kontinyu dan diskontinyu.

Continuous branch [deret kontinyu]

Deret ini dibangun dari mineral feldspar

plagioklas. Dalam deret kontinyu, mineral awal akan

turut serta dalam pembentukan mineral selanjutnya.

Dari bagan, plagioklas kaya kalsium akan terbentuk

lebih dahulu, kemudian seiring penurunan suhu,

plagioklas itu akan bereaksi dengan sisa larutan

magma yang pada akhirnya membentuk plagioklas kaya

sodium. Demikian seterusnya reaksi ini berlangsung

hingga semua kalsium dan sodium habis dipergunakan.

Karena mineral awal terus ikut bereaksi dan

bereaksi, maka sangat sulit sekali ditemukan

plagioklas kaya kalsium di alam bebas.

Bila pendinginan terjadi terlalu cepat, akan

terbentuk zooning pada plagioklas [plagioklas kaya

kalsium dikelilingi plagioklas kaya sodium].

Discontinuous branch [deret diskontinyu]

Deret ini dibangun dari mineral ferro-magnesian

sillicates. Dalam deret diskontinyu, satu mineral akan

berubah menjadi mineral lain pada suhu tertentu

dengan melakukan melakukan reaksi terhadap sisa

larutan magma. Bowen menemukan bahwa pada suhu

tertentu, akan terbentuk olivin, yang jika

diteruskan akan bereaksi kemudian dengan sisa magma,

membentuk pyroxene. Jika pendinginan dlanjutkan,

akan dikonversi ke pyroxene,dan kemudian biotite

[sesuai skema]. Deret ini berakhir ketika biotite

telah mengkristal, yang berarti semua besi dan

magnesium dalam larutan magma telah habis

dipergunakan untuk membentuk mineral.

Bila pendinginan terjadi terlalu cepat dan

mineral yang telah ada tidak sempat bereaksi

seluruhnya dengan sisa magma, akan terbentuk rim

[selubung] yang tersusun oleh mineral yang terbentuk

setelahnya.

Gambar Bagan Seri Reaksi Bowen

Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang

menunjukan urutan kristalisasi dari mineral pembentuk

batuan beku yang terdiri dari dua bagian.

Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua

golongan besar yaitu:

1. Golongan mineral berwarna gelap atau mafik mineral.

2. Golongan mineral berwarna terang atau felsik mineral.

Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu

tidak langsung semuanya membeku, tetapi mengalami

penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin

cepat. Penurunan tamperatur ini disertai mulainya

pembentukan dan pengendapan mineral-mineral tertentu

yang sesuai dengan temperaturnya Pembentukan mineral

dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun

oleh Bowen.

Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang

pertama kali terbentuk dalam temperatur sangat tinggi

adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh

oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali.

Olivin dan Piroksan merupakan pasangan ”Incongruent

Melting”; dimana setelah pembentukkannya Olivin akan

bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen.

Temperatur menurun terus dan pembentukkan mineral

berjalan sesuai dangan temperaturnya. Mineral yang

terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia dibentuk dalam

temperatur yang rendah.

Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral

kelompok Plagioklas, karena mineral ini paling banyak

terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah mineral

yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan

banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro

atau Basalt. Andesin terbentuk peda suhu menengah dan

terdapat batuan beku Diorit atau Andesit. Sedangkan

mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah albit,

mineral ini banyak tersebar pada batuan asam seperti

granit atau rhyolite. Reaksi berubahnya

komposisiPlagioklas ini merupakan deret : “Solid Solution”

yang merupakan reaksi kontinue, artinya kristalisasi

Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan

berjalan menerus. Dalam hal ini Anorthite adalah jenis

Plagioklas yang kaya Ca, sering disebut Juga "Calcic

Plagioklas", sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na

( "Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas" ).

Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu

pada mineral Potasium Feldspar ke mineral Muscovit dan

yang terakhir mineral Kwarsa, maka mineral Kwarsa

merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh

mineral Felsik atau mineral Mafik, dan sebaliknya

mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang

sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi

mineral lain.

E. Evolusi Magma

Magma pada perjalanannya dapat mengalami

perubahan atau disebut dengan evolusi magma. Proses

perubahan inilah yang menyebabkan magma berubah menjadi

magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebagai

berikut :

1. Hibridasi : Pembentukan magma baru karena

pencampuran dua magma yang berlainan jenisnya.

2. Sinteksis : Pembentukan magma baru karena proses

asimilasi dengan bantuan samping

3. Anteksis : Proses pembentukan magma dari peleburan

batuan pada kedalaman yang sangat besar.

Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya

mengalami differensiasi magma. Diferensiasi magma ini

meliputi semua proses yang mengubah magma dari keadaan

awal yang homogen dalam skala besar menjadi masa batuan

beku dengan komposisi yang bervariasi.

F. Golongan Magma (Diferensiasi Magma)

Penggolongan Magma (Diferensiasi magma) adalah

suatu tahapan pemisahan atau pengelompokan magma dimana

material-material yang memiliki kesamaan sifat fisika

maupun kimia akan mengelompok dan membentuk suatu

kumpulan mineral tersendiri yang nantinya akan mengubah

komposisi magma sesuai penggolongannya berdasarkan

kandungan magma. Proses ini dipengaruhi banyak hal.

Tekanan, suhu, kandungan gas serta komposisi kimia

magma itu sendiri dan kehadiran pencampuran magma lain

atau batuan lain juga mempengaruhi proses diferensiasi

magma ini. Secara umum, proses diferensiasi magma

terbagi menjadi :

a. Fraksinasi (Fractional Crystallization)

Proses ini merupakan suatu proses pemisahan

kristal-kristal dari larutan magma karena proses

kristalisasi perjalan tidak seimbang atau kristal-

kristal tersebut pada saat pendinginan tidak dapat

mengubah perkembangan. Komposisi larutan magma yang

baru ini terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan

temperatur dan tekanan yang mencolok serta tiba-tiba.

b. Crystal Settling/gravitational settling

Proses ini meliputi pengendapan kristal oleh

gravitasi dari kristal-kristal berat yang mengandung

unsur Ca, Mg, Fe yang akan memperluas magma pada

bagian dasar magma chamber. Disini, mineral-mineral

silikat berat akan berada di bawah. Dan akibat dari

pengendapan ini, akan terbentuk suatu lapisan magma

yang nantinya akan menjadi tekstur kumulat atau

tekstur berlapis pada batuan beku.

c. Liquid Immisbility

Larutan magma yang memiliki suhu rendah akan

pecah menjadi larutan yang masing-masing akan

membentuk suatu bahan yang heterogen.

d. Crystal Flotation

Pengembangan kristal ringan dari sodium dan

potassium akan naik ke bagian atas magma karena

memiliki densitas yang lebih rendah dari larutan

kemudian akan mengambang dan membentuk lapisan pada

bagian atas magma.

e. Vesiculation

Vesiculation merupakan suatu proses dimana

magma yang mengandung komponen seperti CO2, SO2, S2,

Cl2, dan H2O sewaktu-waktu naik ke permukaan sebagai

gelembung-gelembung gas dan membawa komponen-komponen

sodium (Na) dan potassium (K).

f. Asimilasi magma

Proses ini dapat terjadi pada saat terdapat

material asing dalam tubuh magma seperti adanya

batuan disekitar magma yang kemudian bercampur,

meleleh dan bereaksi dengan magma induk dan kemudian

akan mengubah komposisi magma.

G. Sifat-sifat Magma

1. Sifat-sifat Fisik Magma

a) Viskositas dan Densitas Magma

Viskositas dan densitas magma adalah sifat

fisika magma dan sebagai parameter yang signifikan

untuk memahami proses aktivitas gunung api.

Viskositas magma mengontrol mobilitas magma,

densitas mengontrol arah gerakan relatif antara

magma dan material padat (batuan fragmen dan

kristal). Magma yang mempunyai viskositas rendah,

seperti magma basalti, dapat membentuk lava yang

sangat panjang dengan aliran yang cepat. Sebaliknya,

magma riolitis yang cukup kental sangat terbatas

mengalir. Karena kentalnya magma riolitis, maka

gelembung gas di perangkap oleh magma, mengalami

ekspansi, dan dapat menyebabkan erupsi yang

eksplosif.

Viskositas merupakan sifat suatu cairan atau

gas yang berhubungan dengan hambatan alir gas/cairan

itu sendiri akibat adanya gaya-gaya antar

partikel yang mengalir. Viskositas magma

didefinisikan sebagai perbandingan antara shear

stress dan strain rate. Lava akan mengalir pada saat

shear stress lebih besar dari yield strength.

Viskositas bergantung pada komposisi/kandungan

kristal, gelembung, gas (H2O), serta temperatur dan

tekanan.

Densitas ukuran kepekatan atau kemampatan

suatu zat merupakan perbandingan antara massa dan

volume zat itu sendiri. Magma terdiri atas cairan si-

lika, dan material lainnya, seperti kristal,

gelembung gas, dan fragmen batuan. Cairan silika

mengandung rantai panjang dan cincin polimer Si-O

tetrahedra, bersama-sama kation (seperti Ca2+, Mg2+,

Fe2+) dan anion (misal OH-, F-, Cl-, S-) yang

terletak secara acak, berada dalam tetrahedra (Gambar

3). Densitas rangkaian Si-O, yang merupakan fungsi

komposisi, tekanan, dan temperatur, mengontrol sifat-

sifat fisika cairan, seperti densitas dan viskositas.

Densitas cair-an silika berbeda dengan densitas

magma, karena cairan silika tidak mengandung

kristal, gelembung, dan fragmen. Batuan ini akan

memengaruhi densitas magma. Densitas cairan silika

mempunyai rentang antara 2850 kg/m3 untuk basaltik

sampai 2350 kg/m3 untuk riolit.

b) Suhu Magma

Suhu magma secara umum (seperti yang

ada di luar inti bumi atau lapisan outer core) yang

mencapai 5000 derajat celcius, meski jika berada di

udara terbuka, suhunya bisa turun hingga 1300 derajat

celcius

Secara khusus suhu magma berdasarkan jenisnya

sebagai berikut :

Suhu magma Basaltik atau gabbroic - 1000-1200oC,

Andesitik atau dioritik - 800-1000oC,

Rhyolitic atau granit - 650-800oC,

Magma Jenis Batu Vulkanik Pemadatan Batu Komposisi

Kimia Konten Suhu Gas Basaltik Basalt Gabbro 45-

55% SiO2, tinggi Fe, Mg, Ca, rendah K, Na 1000-

1200oC,

RendahAndesit Diorit 55-65% SiO2, menengah di Fe,

Mg, Ca, Na, K 800 - 1000 oC,

Menenga Rhyolite Granit 65-75% SiO2, rendah Fe,

Mg, Ca, tinggi di K, Na 650-800 oC.

2. Sifat Kimia Magma

a) Magma Asam

Magma asam, yaitu magma yang banyak mengandung

silika (SiO2), biasanya berwarna terang, seperti

granit dan diorit.

Magma yang bersifat asam biasanya lebih kental dan

sulit membeku, mengakibatkan terbentuknya batuan

dengan komposisi kristal yang perfect atau

sempurna. Hal ini disebabkan karena pada saat

terjadinya pendinginan yang lambat maka kristalnya

memiliki cukup waktu untuk membentuk dirinya.

b) Magma Basa

Magma basa, yaitu magma yang sedikit

mengandung Silika (SiO2) dan berwarna lebih gelap

karena mengandung mineral yang berwarna lebih tua,

seperti gabro dan basalt.

Magma yang bersifat basa biasanya lebih encer

dari pada magma asam, hal ini disebabkan karena

magma basa memiliki viskositas yang tinggi

sehingga proses pendinginannya atau pembekuannya

lebih cepat dibandingkan dengan magma asam.

Dikarenakan proses pembekuannya yang begitu cepat

maka kristal yang terbentuk akan kecil – kecil

bahkan ada juga yang tidak memiliki kristal sama

sekali.

H. Klasifikasi Magma

Magma secara umum dapat dibedakan menjadi tiga

tipe magma, yaitu:

1. Magma Basa atau Magma Basaltik (Basaltic magma)

2. Magma Intermediet atau Magma Andesitik (Andesitic magma).

3. Magma Asam atau Magma Riolitik (Rhyolitic magma)

Tiap-tiap magma memiliki karakteristik yang

berbeda. Rangkuman dari sifat-sifat mangma itu seperti

terlihat di dalam Tabel.

Rangkuman Sifat-sifat Magma

TipeMagma

BatuanBekuyang

dihasilkan

KomposisiKimia

Temperatur

Viskositas

Kandungan Gas

Basaltik Basalt

45-55 SiO2 %,kandungan Fe,Mg, dan Catinggi,kandungan K,dan Narendah.

1000 –1200oC Rendah Rendah

Andesitik Andesit

55-65 SiO2 %,kandungan Fe,Mg, Ca, Na,dan Kmenengah.

800 –1000oC

Menengah Menengah

Rhyolitik

Rhyolit 65-75 SiO2 %,kandungan Fe,Mg, dan Carendah,kandungan K,dan Na

650 –800 oC

Tinggi Tinggi

tinggi.

a) Berdasarkan Kandungan SiO2 atau derajat keasaman

Magma dapat dibedakan berdasarkan kandungan SiO2.

Dikenal ada tiga tipe magma, yaitu:

1. Magma Basaltik (Basaltic magma) – SiO2 45-55 % berat;

kandungan Fe dan Mg tinggi; kandungan K dan Na

rendah.

2. Magma Andesitik (Andesitic magma) – SiO2 55-65 %

berat, kandungan Fe, Mg, Ca, Na dan K menengah

(intermediate).

3. Magma Riolitik (Rhyolitic magma) – SiO2 65-75 % berat,

kandungan Fe, Mg dan Ca rendah; kandungan K dan

Na tinggi.

b) Berdasarkan Kandungan Gas

Pada kedalaman di Bumi hampir semua magma

mengandung gas. Gas memberikan magma karakter eksplosif

mereka, karena gas mengembang menyebabkan tekanan

berkurang, Kebanyakan H2O dengan beberapa CO2 , Kecil

jumlah Sulfur, Cl, dan F

Penggolongan magma berdasarkan kandungan gas

adalah :

1. Magma dengan kandungan gas tinggi, yaitu magma

Ryolitik atau Granit

2. Magma dengan kandungan gas menengah, yaitu magma

Andesitik

3. Magma dengan kandungan gas rendah, yaitu magma

Basaltik..

c) Berdasarkan kimiawi dan mineralogi

Magma Jenis Batu Vulkanik Pemadatan Pemadatan

Batu Komposisi Kimia:

1. Basalt Gabbro

SiO2 45-55 % berat; kandungan Fe dan Mg tinggi;

kandungan K dan Na rendah.

2. Andesit Diorit

SiO2 55-65 % berat, kandungan Fe, Mg, Ca, Na dan K

menengah (intermediate).

3. Rhyolitic Rhyolite Granit

SiO2 65-75 % berat, kandungan Fe, Mg dan Ca rendah;

kandungan K dan Na tinggi.

d) Berdasarkan % berat perbandingan alkali

Unsur alkali adalah golongan IA contohnya Na.

untuk pengelompokan magma berdasarkan perbandingan

unsur alkali adalah sebagai beriku :

1. Magma dengan kandungan Na tinggi, contohnya:

Rhyolite Granit

2. Magma dengan kandungan Na menengah, contohnya:

Andesit, Diorit

3. Magma dengan kandungan Na rendah, contohnya:

Basalt, Gabbro

e) Berdasarkan % berat oksida

1. Berat oksida 45-55 % berat adalah magma Basalt,

Gabbro

2. Berat oksida 55-65 % berat adalah magma Andesit,

Diorit

3. Berat oksida 65-75 % berat adalah magma Rhyolitic,

Rhyolite, Granit

I. Intrusi dan Ekstrusi Magma

1. Intrusi Magma

Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di

antara lapisan batuan, tetapi tidak mencapai permukaan

Bumi. Intrusi magma dapat dibedakan atas sebagai

berikut :

Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu

magma menyusup di antara dua lapisan batuan,

mendatar, dan paralel dengan lapisan batuan

tersebut.

Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara

lapisan Bumi paling atas. Bentuknya seperti lensa

cembung atau kue serabi.

Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma

yang menyusup dan membeku di sela-sela lipatan

(korok).

Diatermis, yaitu lubang (pipa) di antara dapur

magma dan kepundan gunung berapi. Bentuknya

seperti silinder memanjang.

2. Ekstrusi Magma

Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma

hingga keluar ke permukaan Bumi dan membentuk gunung

api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas cukup kuat dan

ada retakan pada kulit Bumi sehingga menghasilkan

letusan yang sangat dahsyat. Ekstrusi magma inilah yang

menyebabkan terjadinya gunung api. Ekstrusi magma tidak

hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di

lautan. Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di

dasar lautan. Secara umum ekstrusi magma dibagi dalam

tiga macam, yaitu:

1. Ekstrusi linear, terjadi jika magma keluar lewat

celah-celah retakan atau patahan memanjang sehingga

membentuk deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api

Laki di Islandia, dan deretan gunung api di Jawa

Tengah dan Jawa Timur.

2. Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat

dengan permukaan bumi, sehingga magma keluar meleleh di

beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya

Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang

luasnya mencapai 10.000 km2.

3. Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui

sebuah lubang (saluran magma) dan membentuk gunung-

gunung yang terpisah. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung

Vesucius, dan lain-lain.