MAKALAH INPUT
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of MAKALAH INPUT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia
dalam rangka meningkatkan potensi dan kecerdasannya baik untuk
mengembangkan kecerdasan spiritual, emosional dan sosial,
termasuk di dalamnya meningkatkan kemampuan motorik (skill).
Oleh karenanya, dalam konteks ini, pendidikan meniscayakan
adanya kebutuhan (need), akibat (cause), dan tujuan (goal)
yang ingin dicapai.
Selain itu Kegiatan pendidikan bukanlah sekedar gejala sosial
yang bersifat rasional semata, mengingat kita mengharapkan
pendidikan yang terbaik untuk bangsa Indonesia, lebih-lebih
untuk anak-anak kita masing-masing; ilmu pendidikan secara
umum tidak begitu maju ketimbang ilmu-ilmu sosial dan
teknologi tetapi tidak berarti bahwa ilmu pendidikan itu
sekedar ilmu atau suatu studi terapan berdasarkan hasil-hasil
yang dicapai oleh ilmu-ilmu sosial dan ilmu perilaku
(psikologi pendidikan).Ilmu pendidikan diharapkan akan dapat
menjadi landasan yang kuat serta dapat diterapkan oleh para
pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan itu sendiri.
Upaya pencapaian ini harus dilakukan secara terencana,
sistematis dan berkelanjutan. Pada pasal 31 ayat 2, Undang-
undang Dasar 1945 mengamanatkan agar pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional. Ketentuan
ini terkait dengan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta meningkatkan kesejahteraan umum dan dapat diperolehnya
pekerjaan dan kehidupaan yang layak bagi kemanusiaan. 1
Terkait dengan pernyataan di atas, sudah sepatutnya upaya-
upaya dalam rangka meningkatkan pencapaian tersebut harus
diikuti dengan sistem input dan proses yang baik sehingga
output dan outcomenya, memuaskan semua pihak yaitu, masyarakat
pemerintah dan stake holders pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka kami dapat merumuskan beberapa
permasalahan, yakni sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan input, proses, output dan outcome
dalam pembelajaran?
2. Bagaimanakah tinjauan fisafat mengenai input, proses,
output dan outcome dalam pembelajaran?
3. Apa saja kebijakan tentang input, proses, output dan
outcome dalam pembelajaran?
4. Bagaimanakah fakta-fakta yang terjadi saat ini mengenai
input, proses, output dan outcome dalam pembelajaran?
5. Bagaimanakah solusi terhadap fakta yang terjadi mengenai
input, proses, output dan outcome dalam pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi
belajar.
2. Untuk mengetahui teori-teori tentang input, proses,
output dan outcome dalam pembelajaran.
3. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang ada tentang
input, proses, output dan outcome dalam pembelajaran.
2
4. Sebagai bahan renungan terhadap pendidikan yang ada pada
saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
INPUT- PROSES-OUTPUT-OUT COME PENDIDIKAN BERMUTU
2.1. Input
3
A. Input berdasarkan teori
Input adalah semua potensi yang ‘dimasukkan’ ke
sekolah sebagai modal awal kegiatan pendidikan sekolah
tersebut. Berkaitan dengan siswa, input adalah ‘siswa baru’
yang diterima dan siap dididik/diberdayakan.
Input kelas VII SMP adalah lulusan SD yang diterima. Input
Kelas VIII adalah siswa kelas VII yang naik kelas, dan
seterunya.
Untuk ketercapaian pendidikan bermutu, fungsional,
produktif, efektif dan akuntabel, maka diperlukan beberapa hal
yang terkait dengan input yang antara lain: Peserta didik –
ketenagaan, fasilitas, biaya, kurikulum, perencanaan dan
evaluasi, hubungan sekolah masyarakat dan iklim sekolah yang
memadai (Mulyasa, 2013).
B. Fakta dari input pendidikan
1. Peserta didik
a) Jumlah peserta didik tiap rombongan belajar, dibeberapa
sekolah belum mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal
ataupun Standar Nasional Pendidikan masih ada yang
mengacu pada SPM/SNP.
b) Ada kesenjangan diantara sekolah dengan sekolah lain
(sekolah favorit dan sekolah tidak favorit)
2. Ketenagaan
a)Belum merata jumlah tenaga pengajar di setiap jenjang
persekolahan.
b)Kesesuaian ijazah dengan mata pelajaran yang diajarkan
c)Kesejahtraan yang belum merata.
d)Sistem yang proporsional.
4
e)Belum sepenuhnya guru yang diangkat berpendidikan
profesional.
3. Fasilitas
Fasilitas di sini menyangkut prasarana dan sarana
pendidikan. Fakta di berbagai daerah bahwa prasarana
pendidikan masih belum memadai baik secara kuantitas maupun
secara kualitas.
Misal :
a) Masih kekurangan jumlah kelas.
b) Masih banyak kelas yang kurang layak huni.
4. Biaya
Sumber biaya pendidikkan sampai saat ini umumnya masih
bersumber dari pemerintah yang berupa BOS, hibah, DAK, dll.
namun walau demikian pada kenyataannya bahwa pendidikan
menurut sebagian masyarakat masih menjadi “barang” mewah.
5. Kurikulum
Kurikulum saat ini masih menggunakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang dibuat oleh masing masing
sekolah.
a) Perencanaan dan Evaluasi.
Dalam memajukan suatu lembaga atau satuan pendidikan dan
untuk menujukan suatu keberhasilan pada satuan pendidikan
mutlak perencanaan dan evaluasi perlu dibuat dengan melalui
RAKS/RAPBS-KTSP–silabus dan program evaluasi.
b) Kenyataan di lapangan, perencanaan dan evaluasi belum
sepenuhnya di buat oleh sekolah dan guru.
c) Dokumen perencanaan dan evaluasi belum sepenuhnya di buat
oleh sekolah sendiri.
d) Hubungan sekolah dan iklim sekolah.
5
Hubungan sekolah dan iklim sekolah merupakan salah satu
bagian dari sistem input,namun demikian, informasi dan
pemahaman pelaku dilapangan, tentang iklim sekolah tersebut
masih minim bahkan pada dimensi hubungan menunjukan sejauh
mana keterlibatan personalia yang ada di sekolah guru, kepala
sekolah, peserta didik bahkan lingkungan sekitar dan sejauh
mana mereka bisa mengoperasikan kemampuan mereka secara bebas
dan terbuka itupun belum efektif.
Fakta dilapangan melaksanakan proses pembelajaran,
walaupun secara kebijakan telah ditetapkan oleh SNP (Standar
Nasional Pendidikan) adanya Kurikulum dan KTSP, namun guru
masih juga kurang memperhatikan hal-hal yang tercantum dalam
dokumen tersebut. Misalnya kurang memperhatikan :
1)Keragaman kebutuhan peserta didik.
2)Motivasi
3)Pembelajaran yang menyenangkan
4)Layanan yang bijak dan berkeadilan.
5)Memberikan pengayaan.
C. Kebijakan
Pasal 31 ayat 1,2,3,4,5, berbunyi :
AYat 1 : Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan ***
Ayat 2 : Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya***
Ayat 3 : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional,yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa ,yang diatur dengan undang-undang ****
Ayat 4 : Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang
kurangnya 20 % dari anggaran pendapatan dan belanja negara
6
serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan nasional ****
Ayat 5 : Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menjunjung tinggi nilai nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradapan kesejahteraan umat manusia
****
D. Input menurut Filsafat
Teori Pendidikan Menurut Aliran Naturalisme
Teori ini menyatakan bahwa anak yang baru lahir pada
hakekatnya memiliki pembawaan baik, namum pembawaan baik itu
dapat berubah sebaliknya karena dipengaruhi oleh lingkungan.
Lingkungan tersebut dapat berupa: Keluarga, Sekolah ataupun
Masyarakat. Aliran ini juga dikenal sebagai Aliran Negativisme
E. Solusi input pendidikan
Upaya memecahkan masalah pendidikan hendaknya
dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dengan
pendekatan ini pendidikan dipandang sebagai suatu sistem,
suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai komponen yang saling
berhubungan untuk mencapai suatu tujuan.
2.2 Proses
A. Teori
Proses adalah suatu pelaksanaan atau kejadian yang
terjadi secara alami atau didesain dengan sengaja (Mulyasa,
2012). Pesan-pesan penting akan dapat ditangkap dan dicerna
bila para pelaku pendidikan mampu mendesain secara interaktif
dan sederhana.
Proses pembelajaran (PBM) merupakan ujung tombak dari
proses pendidikan, yang mana suatu kegiatan dilakukan oleh
guru, berkaitan dengan materi ajar, berlangsung dan dikemas
7
secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi serta
merangsang peserta didik untuk berpikir, aktif, kreatif,
dengan menggunakan berbagai pendekatan rahman dan rahim (kasih
sayang serta penuh cinta).
B. Fakta
Guru merupakan ujung tombak dalam meningkatkan kualitas
pendidikan, dimana guru akan melakukan interaksi landsung
dengan peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas.
Melalui proses belajar dan mengajar inilah berawalnya kualitas
pendidikan. Artinya, secara keseluruhan kualitas pendidikan
berawal dari kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
di ruang kelas.
Secara kuantitas, jumlah guru di Indonesia cukup memadai.
Namun secara distribusi dan mutu, pada umumnya masih rendah.
Hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang
belum sarjana, namun mengajar di SMU/SMK, serta banyaknya guru
yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka
miliki. Keadaan ini cukup memprihatinkan, dengan prosentase
lebih dari 50% di seluruh Indonesia.
Menurut data Kemendiknas 2010 akses pendidikan di
Indonesia masih perlu mendapat perhatian, lebih dari 1,5 juta
anak tiap tahun tidak dapat melanjutkan sekolah. Sementara
dari sisi kualitas guru dan komitmen mengajar terdapat lebih
dari 54% guru memiliki standar kualifikasi yang perlu
ditingkatkan dan 13,19% bangunan sekolah dalam kondisi perlu
diperbaiki.
Hal ini seharusnya menjadi salah satu titik berat
perbaikan sistem pendidikan di Indonesia, mengingat semakin
maju-nya suatu negara bermula dari pendidikan yang
8
berkualitas, pendidikan yang berkualitas bermuara dari
pembelajaran yang berkualitas, pembelajaran yang berkualitas
dimulai dari pengajar yang berkualitas pula.
C. Kebijakan
Kebijakan pendidikan di Indonesia berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, diarahkan untuk mencapai hal-hal sebagai
berikut:
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh
rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia
berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan
secara berarti;
2. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional
serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga
kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi
secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak
dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga
dan tenaga kependidikan;
3. Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk
pembaharuan kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum
untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan
kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan
kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan
secara professional;
4. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun
luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan
kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan
9
masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana
memadai;
5. Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem
pendidikan nasional berdasarkan prinsip desentralisasi,
otonomi keilmuan dan manajemen;
6. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang
diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah
untuk memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan
efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni;
7. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini
mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui
berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen
bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal
disertai dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan
potensinya;
8. Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk
teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha, terutama usaha
kecil, menengah, dan koperasi
D. Filsafat
Menurut Aliran Empirisme
Menurut teori ini anak-anak yang lahir kedunia tidak
mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa seperti kertas putih
yang polos. Oleh karena anak-anak dapat dibentuk sesuai dengan
keinginan orang dewasa yang memberi warna pendidikannya.
E. Solusi
Dari perspektif manajemen pendidikan, masalah
pendidikan dapat terjadi jika kepala sekolah dan juga para
10
guru tidak mampu menjadi manajer-manajer pendidikan yang
baik. Masalah tersebut bisa saja terjadi karena : a.
dirinya tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai
konsep-konsep manajemen pendidikan, b.dirinya kurang
memahami konsep-konsep dasar pendidikan, dan c. dirinya
tidak atau kurang memiliki kemampuan dan karakteristik
sebagai manajer pendidikan, sehingga tidak mampu
menjalankan peran sesuai dengan statusnya. Masalah
kualitas manajer pendidikan seperti itu bisa terjadi
karena kesalahan dalam penempatan. Seorang yang sebenarnya
belum atau tidak siap untuk menjadi pemimpin karena faktor
tertentu dia diangkat menjadi kepala sekolah. Masalah-
masalah pendidikan juga dapat terjadi jika para pemimpin
institusi pendidikan lebih banyak menempatkan dirinya
sebagai kepala dan bukan sebagai pemimpin. Sebagai kepala
mereka bertindak sebagai penguasa, hanya bertanggung jawab
pada pihak atasan, dan melakukan tugas-tugas karena
perimintaan atasan. Jika kepala sekolah lebih banyak
bertindak sebagai kepala maka dirinya akan kesulitan
memberdayakan semua personal yang ada agar tujuan
pendidikan tercapai.
2.3 Output
A. Teori
Output merupakan hasil dari proses, menghasilkan lulusan
sesuai dengan standar tertentu dan tentunya diharapkan
memenuhi keinginan masyarakat, orang tua dan pemerintah.
11
Output pada dasarnya akan banyak dipengaruhi oleh input dan
proses, keefektifan proses. Sistem input yang berkualitas
tentu dapat menghasilkan output yang berkualitas pula. Teori
Sistem informasi “Gold in-Gold out” dapat digunakan dalam hal ini.
Suatu output dikatakan berkualitas (baca: bermutu) apabila
telah memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh
Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Output pendidikan sebagai suatu sistem sewajarnya dapat
dicerminkan dari suatu prestasi mutu lulusan sekolah yang
sejatinya merupakan suatu proses pembelajaran yang didukung
oleh semua unsur baik dari level kementerian, dinas pendidikan
propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, sampai pada kelembagaan
persekolahan yang merupakan unit terkecil. Dengan kata lain,
makro, meso dan mikro pendidikan secara bersama-sama
menjalankan perannya sehingga menghasilkan output yang
terstandar dengan baik.
B. Fakta
Fakta-fakta lain yang ditunjukan pada output pendidikan
antara lain :
1. Masih banyak lulusan sekolah belum terserap dunia kerja
padahal tujuan sekolah SMK untuk mempersiapkan lulusan siap
kerja.
2. Tidak memiliki keterampilan spesial atau khusus
3. Kualitas lususan relatif masih rendah.
Dunia pendidikan di indonesia harus lebih berbenah agar
dapat meningkatkan kredibilitas di tingkat internasional.
Namun tidak dipungkiri fakta kekinian yang yang ada adalah:
1) Krisis kejujuran
2) Krisis akhlak/moral ( sering tawuran )
12
3) Sekolah melahirkan pengangguran
4) Keahlian belum sesuai dengan dunia kerja.
Itulah fakta-fakta kekinian yang selalu akrab di tengah
masyakat. Namun demikian, kita tidak perlu berkecil hati
karena masih banyak lulusan pendidikan nasional yang
dipekerjakan oleh negara lain bahkan menjadi tenaga ahli.
Lulusan hasil pendidikan nasional bisa meneruskan ke
perguruan tinggi di luar Indonesia, bahkan banyak mahasiswa
Indonesia di luar negeri yang melanjutkan kuliahnya dengan
bantuan beasiswa dari perguruan tinggi itu.
C. Kebijakan
1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 pada Pasal 1
ayat (1) bahwa: ”Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada
jalur pendidikan sekolah pada jenjang yang lebih tinggi
daripada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah”. Hal
ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya pendidikan tinggi
menyelenggarakan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi
dari jenjang pendidikan sekolah, dan diharapkan dapat
mengghasilkan lulusan atau output yang memiliki kualifikasi
sebagai berikut: a. Menguasai dasar-dasar ilmiah dan
ketrampilan dalam bidang keahlian tertentu sehingga mampu
menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara
penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya. b.
Mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya sesuai dengan bidang keahliannya dalam kegiatan
produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan
perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama. c. Mampu
bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya di
bidang keahliannya maupun dalam berkehidupan bersama di
13
masyarakat. d. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan atau kesenian yang merupakan keahliannya.
D. Filsafat
Menurut Aliran Konvergensi
Teori ini menyatakan seseorang terlahir dengan pembawaan
baik dan juga pembawaan buruk. Bakat dan pembawaan yang dibawa
sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya
lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat dan pembawaan
tersebut.
E. Solusi
Peserta didik bukanlah benda, akan tetapi individu yang
memiliki potensi, kecerdasan kemampuan dan minat yang berbeda.
Disamping itu juga pesrta didik bukanlah individu dalam bentuk
“min” akan tetapi makhluk yang sedang berkembang. Tinggal lagi
bagaimana pengajar mengakali atau menetukan suatu strategi
pembelajaran. Dimana dalam proses pembelajaran guru bukan
hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang
diajarnya akan tetapi juga sebagai pengelola
pembelajaran(manager of learning). Dengan demikian,
efektivitas proses pembelajaran sangat ditentukan oleh
kualitas atau kemampuan guru. Sarana adalah segala sesuatu
yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses
pembelajaran, sedangkan prasarana adalah sesuatu yang secara
tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses
pembelajaran
2.4 Out come
A. Teori
Outcome pendidikan merupakan keuntungan atau manfaat (benefit)
yang dirasakan baik oleh siswa, yang menjadi keluaran (output)
14
pendidikan, maupun bagi stakeholders pendidikan secara luas. Pada
fase berikutnya, outcome pendidikan ini akan menghasilkan
dampak (effect) bagi masyarakat. Dengan kata lain, pendidikan
yang bermutu akan menghasilkan outcome yang baik dan tentunya
akan memiliki dampak yang baik pula.
Keberadaan institusi seperti Dewan Sekolah/Komite Sekolah
yang di dalamnya terdiri dari unsur-unsur pemerintah daerah,
tokoh masyarakat, pemerhati pendidikan dan perwakilan orang
tua siswa sejatinya berperan dalam memberikan masukan-masukan
yang tidak saja berupa material dan kesejahteraan guru,
tetapi, yang paling penting, memikirkan dan mendorong
bagaimana supaya sekolah bisa mencapai tujuan yang ditetapkan.
Agar hasil lulusan memiliki outcome yang memadai. Oleh
karenanya, dewan sekolah/komite sekolah juga perlu ikut
merumuskan, memberi masukan dan mengevaluasi visi, misi,
strategi sekolah agar apa yang dihasilkan oleh sekolah relevan
dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.
B. Fakta
Sebagian pejabat yang ada di sekolah seperti keberadaan
Dewan Sekolah/Komite Sekolah yang di dalamnya terdiri dari
unsur-unsur pemerintah daerah, tokoh masyarakat, pemerhati
pendidikan dan perwakilan orang tua siswa sejatinya tidak
seluruhnya berperan dalam memberikan masukan-masukan yang
tidak saja berupa material dan kesejahteraan guru, dan dan
tidak memikirkan dan mendorong bagaimana supaya sekolah bisa
mencapai tujuan yang ditetapkan.
C Kebijakan Mengenai Outcome Pembelajaran
Kebijakan mengenai output pembelajaran tertulis dalam
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
15
Nasional pada pasal 3 tentang dasar, funsi dan tujuan
pendidikan nasional, dimana pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
D. Tinjauan Filsafat Mengenai Outcome Pembelajaran
Dalam cabang filsafat terdapat aliran-aliran yakni antara
lain ada aliran atau cabang fisik, metafisik, dan adapula
aliran filsafat etika. Keterkaitan dengan outcome pembelajaran
adalah dengan aliran filsafat etika, dimana aliran ini
memandang terhadap nilai-nilai yang ada pada suatu wilayah.
Dengan adanya etika pendidik dapat mengetahui sejauh mana
peserta didik mengamalkan di lingkungan sekitar terhadap ilmu
dan nilai-nilai yang telah diajarkan dalam proses
pembelajaran.
E. Solusi Terhadap Fakta Mengenai Outcome Pembelajaran
Solusi terhadap fakta mengenai outcome pembelajaran,
menurut kami adalah dengan adanya pengajaran pendidikan agama
yang lebih diperdalam dimana pembelajaran agama terutama Islam
didalamnya terkait dengan prilaku yang harus dilakukan oleh
seorang peserta didik. Selain itu faktor dari luar juga
mempengaruhi terhadap hasil yang dicapai. Contohnya mengenai
krisis moral dimana hal ini dipengaruhi dari luar baik itu
dari lingkunan masyarakat ataupun dari tayangan saat ini.
16
Pada saat ini tayangan yang ada baik itu berupa televisi
ataupun media lainnya sudah tidak layak untuk dikonsumsi bagi
para peserta didik. Maka hal ini menjadi tanggung jawab kita
semua sebagai seorang pendidik untuk dapat berkomunikasi
dengan orang tua dan lingkungan agar menjaga anaknya dari
bahaya televisi dan media komunikasi lainnya, setidaknya orang
tua agar memberikan pengarahan kepada anaknya agar melihat
media komunikasi diambil dari segi positifnya saja.
BAB III
17
ANALISIS
A. Input Pembelajaran
Secara teori input adalah semua potensi yang dimasukan ke
sekolah sebagai modal awal kegiatan pendidikan di sekolah
tersebut. Hal yang berkaitan dengan input adalah siswa baru
yang diterima dan siap dididik atau diberdayakan.
Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada
pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik
maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri-
ciri dari seorang peserta didik yang perlu bimbingan dari
seorang pendidik. Pertumbuhan menyangkut fisik, perkembangan
menyangkut psikis.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik
adalah seseorang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan
perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan
perkembangan merupakan ciri-ciri dari seorang peserta didik
yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Pertumbuhan
tersebut menyangkut fisik, perkembangan menyangkut psikis.
Pada kenyataan yang terjadi di lapangan adalah angka putus
sekolah masih banyak jika di bandingkan dengan negara lain.
Maka dari itu diperlukan solusi untuk memecahkan permasalahan
tersebut.
Peran serta masyarakat, lembaga pendidikan dan pemerintahan
sangat diperlukan agar permasalahan tersebut tidak berlarut-
larut. Dengan adanya wajar pendidikkan dasar yang sampai
kepada pendidikan tinggi maka setidaknya hal ini akan
menjadikan bangsa ini lebih maju.
B. Proses Pembelajaran
18
Proses adalah serangkaian kegiatan pendidikan yang dirancang
secara sadar dalam usaha meningkatkan input demi menghasilkan
output dan outcome bermutu. Dari pernyataan tersebut maka
dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan adanya proses
pembelajaran adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Namun, pada kenyataannya sering sekali terjadi ketidak
sesuaian antara teori dan dan fakta yang ada di lapangan.
Contohnya saja ada seorang pendidik yang tidak menyampaikan
tujuan dari pembelajaran yang sedang berlangsung. Jika diamati
dari mutu pendidikan salah satunya adalah dengan penyampaikan
tujuan pembelajaran, maka hal ini merupakan ketidak sesuaian
antara teori, kebijakan, dan fakta yang ada. Maka ini semua
merupakan tanggung jawab kita bersama, dalam hal meningkatkan
mutu dan kualitas pendidikan.
C. Output Pembelajaran
Secara teori output menurut (Lauren Kaulage,2000) adalah hasil
langsung dan segera dari pendidikan. Sedangankan menurut
(Margaret C, Martha Taylor dan Michael Hendricks, 2002) output
adalah jumlah atau unit pelayanan yang diberikan atau jumlah
orang-orang yang telah dilayani. Dan menurut (NEA, 2000)
output adalah hasil dari aktifitas, kegiatan atau pelayanan
dari sebuah program, yang diukur dengan menggunakan takaran
volume/ banyaknya.
Dari berbagai pernyataan yang mendefinisikan tentang output
maka dapat di ambil kesimpulan bahwa output adalah hasil dari
proses pembelajaran dimana peserta didik adalah pelaku utama
19
dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal output dapat dilihat
dengan cara mengevaluasi terhadap kegitan pembelajaran.
Namun, jika dilihat pada fakta yang ada masih ada masalah
dalam hal output atau hasil dari proses pembelajaran. Contoh
secara umum masalah dalam output pembelajaran adalah
pelaksanaan UN sebagai tahapan dalam eveluasi yang selalu
dijadikan sebagai satu-satunya tahapan dalam output
pembelajaran. Hal ini merupakan tanggung jawab kita semua demi
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan.
D. Outcome pembelajaran
Secara teoritis outcome menurut (Lauren Kaulage, 2000) adalah
efek jangka panjang dari proses pendidikan misalnya penerimaan
di pendidikan lebih lanjut, prestasi dan pelatihan
berikutnya,kesempatan kerja, penghasilan serta prestise lebih
lanjut. Sedangkan menurut (Margaret C, Martha Taylor dan
Michael Hendricks, 2002) respon partisipan terhadap pelayanan
yang diberikan dalam suatu program. Dan menurut (NEA,2000)
outcome adalah dampak, manfaat, harapan perubahan dari sebuah
kegiatan atau pelayanan suatu program.
Dari definisi tersebut maka dapat kami simpulkan bahwa outcome
adalah efek jangka panjang atau manfaat yang dapat diambil dan
dirasakan terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan dalam hai
ini adalah kegiatan pembelajaran.
Pada dasarnya dalam setiap pelaksanaan kegiatan selalu di
tujukan pada hasil akhir begitu pula dalam kegiatan
pembelajaran. Mengenai output pembelajaran dalam Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
pasal 3 tentang dasar, funsi dan tujuan pendidikan nasional,
20
dimana pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini
merupakan tujuan pembelajaran yang diharapkanoleh setip pelaku
pembelajaran.
Namun, pada kenyataannya dalam hal ini masih dapat di
temukan beberapa masalah mengenai outcome pembelajaran. Contoh
yang dapat dilihat dari hasil proses pembelajaran yakni krisis
moral dalam dunia pendidikan. Dimana peserta didik mulai
kurang menghargai sikap terhadap para pendidik atau guru,
bahkan bukan hanya itu saja sampai ada seorang anak yang
berani membangkang terhadap orang tuanya sendiri. Selain itu
dewasa ini juga sering sekali terjadinya tawuran antar pelajar
dimana hal ini tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan dari
proses pembelajaran. Maka hal ini merupakan tanggung jawab
bersama, agar permasalahan tersebut dapat diminimalisir. Jika
hal ini terus dibiarkan maka tujuan pembelajaran sesuai dengan
yang diharapkan tidak akan tercapai. Artinya ini semua
berpengaruh terhadap kualiatas dan mutu pendidikan yang ada di
Inonesia ini.
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Input adalah semua potensi yang dimasukan ke sekolah
sebagai modal awal kegiatan pendidikan di sekolah tersebut.
Hal yang berkaitan dengan input adalah siswa baru yang
diterima dan siap dididik atau diberdayakan.
Untuk ketercapaian pendidikan bermutu, fungsional, produktif,
efektif dan akuntabel, maka diperlukan beberapa hal yang
terkait dengan input yang antara lain: Peserta didik
22
ketenagaan, fasilitas, biaya, kurikulum, perencanaan dan
evaluasi, hubungan sekolah masyarakat dan iklim sekolah yang
memadai (Mulyasa,2013).
Proses adalah serangkaian kegiatan pendidikan yang
dirancang secara sadar dalam usaha meningkatkan input demi
menghasilkan output dan outcome bermutu.Contoh wujud proses
pendidikan formal: Pembelajaran, pembinaan mental,
pengembangan diri (oleh pihak sekolah), pelatihan, penugasan,
dan sebagainya.
Output menurut (Lauren Kaulage,2000) adalah hasil
langsung dan segera dari pendidikan. Sedangankan menurut
(Margaret C, Martha Taylor dan Michael Hendricks, 2002) output
adalah jumlah atau unit pelayanan yang diberikan atau jumlah
orang-orang yang telah dilayani. Dan menurut (NEA, 2000)
output adalah hasil dari aktifitas, kegiatan atau pelayanan
dari sebuah program, yang diukur dengan menggunakan takaran
volume/ banyaknya.
Outcome menurut (Lauren Kaulage, 2000) adalah efek jangka
panjang dari proses pendidikan misalnya penerimaan di
pendidikan lebih lanjut, prestasi dan pelatihan
berikutnya,kesempatan kerja, penghasilan serta prestise lebih
lanjut. Sedangkan menurut (Margaret C, Martha Taylor dan
Michael Hendricks, 2002) respon partisipan terhadap pelayanan
yang diberikan dalam suatu program. Dan menurut (NEA,2000)
outcome adalah dampak, manfaat, harapan perubahan dari sebuah
kegiatan atau pelayanan suatu program.
Dari berbagai pernyataan di atas mengenai input, proses,
output dan outcome dapat kami kami simpulkan bahwa tujuan dari
keseluruhan adalah untuk meningkatkan kualitas dan mutu
23
pendidikan. Namun, dalam kenyataan yang terjadi di lapangan
masih terdapat ketidaksesuaian antara teori, kebijakan dan
fakta yang terjadi. Jika hal ini tidak dicarikan solusinya
maka tujauan pendidikan yang diharapkan tidak akan tercapai
sempurna.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang dapat
membangun sangat kami harapkan agar dalam pembuatan makalah
selanjutnya bisa mencapai pada tahap kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis, Prof. DR. H. 2002, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia. Purwanto, Ngalim MP, DRS. M. 1998, Ilmu Pendidikan teoretis dan praktis,
(Bandung: Remaja Rosdakarya.
Al Hamdani, Djaswidi, 2014 Administrasi Pendidikan Administrasi Pendidikan dari Perspektif Pendidik. Bandung: Media Cendekia Publisher.
Pidarta, Made, Prof. Dr, 2007 Landasan Kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
Buku Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
http//googlebooks.com
http//tyanfedi.blogspot.co.
24