MAKALAH INPUT

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia dalam rangka meningkatkan potensi dan kecerdasannya baik untuk mengembangkan kecerdasan spiritual, emosional dan sosial, termasuk di dalamnya meningkatkan kemampuan motorik (skill). Oleh karenanya, dalam konteks ini, pendidikan meniscayakan adanya kebutuhan (need), akibat (cause), dan tujuan (goal) yang ingin dicapai. Selain itu Kegiatan pendidikan bukanlah sekedar gejala sosial yang bersifat rasional semata, mengingat kita mengharapkan pendidikan yang terbaik untuk bangsa Indonesia, lebih-lebih untuk anak-anak kita masing-masing; ilmu pendidikan secara umum tidak begitu maju ketimbang ilmu-ilmu sosial dan teknologi tetapi tidak berarti bahwa ilmu pendidikan itu sekedar ilmu atau suatu studi terapan berdasarkan hasil-hasil yang dicapai oleh ilmu-ilmu sosial dan ilmu perilaku (psikologi pendidikan).Ilmu pendidikan diharapkan akan dapat menjadi landasan yang kuat serta dapat diterapkan oleh para pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan itu sendiri. Upaya pencapaian ini harus dilakukan secara terencana, sistematis dan berkelanjutan. Pada pasal 31 ayat 2, Undang- undang Dasar 1945 mengamanatkan agar pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional. Ketentuan ini terkait dengan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa, serta meningkatkan kesejahteraan umum dan dapat diperolehnya pekerjaan dan kehidupaan yang layak bagi kemanusiaan. 1

Transcript of MAKALAH INPUT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia

dalam rangka meningkatkan potensi dan kecerdasannya baik untuk

mengembangkan kecerdasan spiritual, emosional dan sosial,

termasuk di dalamnya meningkatkan kemampuan motorik (skill).

Oleh karenanya, dalam konteks ini, pendidikan meniscayakan

adanya kebutuhan (need), akibat (cause), dan tujuan (goal)

yang ingin dicapai.

Selain itu Kegiatan pendidikan bukanlah sekedar gejala sosial

yang bersifat rasional semata, mengingat kita mengharapkan

pendidikan yang terbaik untuk bangsa Indonesia, lebih-lebih

untuk anak-anak kita masing-masing; ilmu pendidikan secara

umum tidak begitu maju ketimbang ilmu-ilmu sosial dan

teknologi tetapi tidak berarti bahwa ilmu pendidikan itu

sekedar ilmu atau suatu studi terapan berdasarkan hasil-hasil

yang dicapai oleh ilmu-ilmu sosial dan ilmu perilaku

(psikologi pendidikan).Ilmu pendidikan diharapkan akan dapat

menjadi landasan yang kuat serta dapat diterapkan oleh para

pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka peningkatan mutu

pendidikan itu sendiri.

Upaya pencapaian ini harus dilakukan secara terencana,

sistematis dan berkelanjutan. Pada pasal 31 ayat 2, Undang-

undang Dasar 1945 mengamanatkan agar pemerintah

menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional. Ketentuan

ini terkait dengan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa,

serta meningkatkan kesejahteraan umum dan dapat diperolehnya

pekerjaan dan kehidupaan yang layak bagi kemanusiaan. 1

Terkait dengan pernyataan di atas, sudah sepatutnya upaya-

upaya dalam rangka meningkatkan pencapaian tersebut harus

diikuti dengan sistem input dan proses yang baik sehingga

output dan outcomenya, memuaskan semua pihak yaitu, masyarakat

pemerintah dan stake holders pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka kami dapat merumuskan beberapa

permasalahan, yakni sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan input, proses, output dan outcome

dalam pembelajaran?

2. Bagaimanakah tinjauan fisafat mengenai input, proses,

output dan outcome dalam pembelajaran?

3. Apa saja kebijakan tentang input, proses, output dan

outcome dalam pembelajaran?

4. Bagaimanakah fakta-fakta yang terjadi saat ini mengenai

input, proses, output dan outcome dalam pembelajaran?

5. Bagaimanakah solusi terhadap fakta yang terjadi mengenai

input, proses, output dan outcome dalam pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi

belajar.

2. Untuk mengetahui teori-teori tentang input, proses,

output dan outcome dalam pembelajaran.

3. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang ada tentang

input, proses, output dan outcome dalam pembelajaran.

2

4. Sebagai bahan renungan terhadap pendidikan yang ada pada

saat ini.

BAB II

PEMBAHASAN

INPUT- PROSES-OUTPUT-OUT COME PENDIDIKAN BERMUTU

2.1. Input

3

A. Input berdasarkan teori

Input adalah semua potensi yang ‘dimasukkan’ ke

sekolah sebagai modal awal kegiatan pendidikan sekolah

tersebut. Berkaitan dengan siswa, input adalah ‘siswa baru’

yang diterima dan siap dididik/diberdayakan.

Input kelas VII SMP adalah lulusan SD yang diterima. Input

Kelas VIII adalah siswa kelas VII yang naik kelas, dan

seterunya.

Untuk ketercapaian pendidikan bermutu, fungsional,

produktif, efektif dan akuntabel, maka diperlukan beberapa hal

yang terkait dengan input yang antara lain: Peserta didik –

ketenagaan, fasilitas, biaya, kurikulum, perencanaan dan

evaluasi, hubungan sekolah masyarakat dan iklim sekolah yang

memadai (Mulyasa, 2013).

B. Fakta dari input pendidikan

1. Peserta didik

a) Jumlah peserta didik tiap rombongan belajar, dibeberapa

sekolah belum mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal

ataupun Standar Nasional Pendidikan masih ada yang

mengacu pada SPM/SNP.

b) Ada kesenjangan diantara sekolah dengan sekolah lain

(sekolah favorit dan sekolah tidak favorit)

2. Ketenagaan

a)Belum merata jumlah tenaga pengajar di setiap jenjang

persekolahan.

b)Kesesuaian ijazah dengan mata pelajaran yang diajarkan

c)Kesejahtraan yang belum merata.

d)Sistem yang proporsional.

4

e)Belum sepenuhnya guru yang diangkat berpendidikan

profesional.

3. Fasilitas

Fasilitas di sini menyangkut prasarana dan sarana

pendidikan. Fakta di berbagai daerah bahwa prasarana

pendidikan masih belum memadai baik secara kuantitas maupun

secara kualitas.

Misal :

a) Masih kekurangan jumlah kelas.

b) Masih banyak kelas yang kurang layak huni.

4. Biaya

Sumber biaya pendidikkan sampai saat ini umumnya masih

bersumber dari pemerintah yang berupa BOS, hibah, DAK, dll.

namun walau demikian pada kenyataannya bahwa pendidikan

menurut sebagian masyarakat masih menjadi “barang” mewah.

5. Kurikulum

Kurikulum saat ini masih menggunakan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) yang dibuat oleh masing masing

sekolah.

a) Perencanaan dan Evaluasi.

Dalam memajukan suatu lembaga atau satuan pendidikan dan

untuk menujukan suatu keberhasilan pada satuan pendidikan

mutlak perencanaan dan evaluasi perlu dibuat dengan melalui

RAKS/RAPBS-KTSP–silabus dan program evaluasi.

b) Kenyataan di lapangan, perencanaan dan evaluasi belum

sepenuhnya di buat oleh sekolah dan guru.

c) Dokumen perencanaan dan evaluasi belum sepenuhnya di buat

oleh sekolah sendiri.

d) Hubungan sekolah dan iklim sekolah.

5

Hubungan sekolah dan iklim sekolah merupakan salah satu

bagian dari sistem input,namun demikian, informasi dan

pemahaman pelaku dilapangan, tentang iklim sekolah tersebut

masih minim bahkan pada dimensi hubungan menunjukan sejauh

mana keterlibatan personalia yang ada di sekolah guru, kepala

sekolah, peserta didik bahkan lingkungan sekitar dan sejauh

mana mereka bisa mengoperasikan kemampuan mereka secara bebas

dan terbuka itupun belum efektif.

Fakta dilapangan melaksanakan proses pembelajaran,

walaupun secara kebijakan telah ditetapkan oleh SNP (Standar

Nasional Pendidikan) adanya Kurikulum dan KTSP, namun guru

masih juga kurang memperhatikan hal-hal yang tercantum dalam

dokumen tersebut. Misalnya kurang memperhatikan :

1)Keragaman kebutuhan peserta didik.

2)Motivasi

3)Pembelajaran yang menyenangkan

4)Layanan yang bijak dan berkeadilan.

5)Memberikan pengayaan.

C. Kebijakan

Pasal 31 ayat 1,2,3,4,5, berbunyi :

AYat 1 : Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan ***

Ayat 2 : Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar

dan pemerintah wajib membiayainya***

Ayat 3 : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional,yang meningkatkan keimanan dan

ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa ,yang diatur dengan undang-undang ****

Ayat 4 : Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang

kurangnya 20 % dari anggaran pendapatan dan belanja negara

6

serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk

memenuhi kebutuhan penyelenggaraan nasional ****

Ayat 5 : Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi

dengan menjunjung tinggi nilai nilai agama dan persatuan

bangsa untuk kemajuan peradapan kesejahteraan umat manusia

****

D. Input menurut Filsafat

Teori Pendidikan Menurut Aliran Naturalisme

Teori ini menyatakan bahwa anak yang baru lahir pada

hakekatnya memiliki pembawaan baik, namum pembawaan baik itu

dapat berubah sebaliknya karena dipengaruhi oleh lingkungan.

Lingkungan tersebut dapat berupa: Keluarga, Sekolah ataupun

Masyarakat. Aliran ini juga dikenal sebagai Aliran Negativisme

E. Solusi input pendidikan

Upaya memecahkan masalah pendidikan hendaknya

dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dengan

pendekatan ini pendidikan dipandang sebagai suatu sistem,

suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai komponen yang saling

berhubungan untuk mencapai suatu tujuan.

2.2 Proses

A. Teori

Proses adalah suatu pelaksanaan atau kejadian yang

terjadi secara alami atau didesain dengan sengaja (Mulyasa,

2012). Pesan-pesan penting akan dapat ditangkap dan dicerna

bila para pelaku pendidikan mampu mendesain secara interaktif

dan sederhana.

Proses pembelajaran (PBM) merupakan ujung tombak dari

proses pendidikan, yang mana suatu kegiatan dilakukan oleh

guru, berkaitan dengan materi ajar, berlangsung dan dikemas

7

secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi serta

merangsang peserta didik untuk berpikir, aktif, kreatif,

dengan menggunakan berbagai pendekatan rahman dan rahim (kasih

sayang serta penuh cinta).

B. Fakta

Guru merupakan ujung tombak dalam meningkatkan kualitas

pendidikan, dimana guru akan melakukan interaksi landsung

dengan peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas.

Melalui proses belajar dan mengajar inilah berawalnya kualitas

pendidikan. Artinya, secara keseluruhan kualitas pendidikan

berawal dari kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru

di ruang kelas.

Secara kuantitas, jumlah guru di Indonesia cukup memadai.

Namun secara distribusi dan mutu, pada umumnya masih rendah. 

Hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang

belum sarjana, namun mengajar di SMU/SMK, serta banyaknya guru

yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka

miliki. Keadaan ini cukup memprihatinkan, dengan prosentase

lebih dari 50% di seluruh Indonesia.

Menurut data Kemendiknas 2010 akses pendidikan di

Indonesia masih perlu mendapat perhatian,  lebih dari 1,5 juta

anak tiap tahun tidak dapat melanjutkan sekolah. Sementara

dari sisi kualitas guru dan komitmen mengajar terdapat lebih

dari 54% guru memiliki standar kualifikasi yang perlu

ditingkatkan dan 13,19% bangunan sekolah dalam kondisi perlu

diperbaiki.

Hal ini seharusnya menjadi salah satu titik berat

perbaikan sistem pendidikan di Indonesia, mengingat semakin

maju-nya suatu negara bermula dari pendidikan yang

8

berkualitas, pendidikan yang berkualitas bermuara dari

pembelajaran yang berkualitas, pembelajaran yang berkualitas

dimulai dari pengajar yang berkualitas pula.

C. Kebijakan

Kebijakan pendidikan di Indonesia berdasarkan Undang-

Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, diarahkan untuk mencapai hal-hal sebagai

berikut:

1.      Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan

memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh

rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia

berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan

secara berarti;

2.      Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional

serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga

kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi

secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak

dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga

dan tenaga kependidikan;

3.       Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk

pembaharuan kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum

untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan

kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan

kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan

secara professional;

4.      Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun

luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan

kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan

9

masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana

memadai;

5.      Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem

pendidikan nasional berdasarkan prinsip desentralisasi,

otonomi keilmuan dan manajemen;

6.      Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang

diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah

untuk memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan

efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni;

7.      Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini

mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui

berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen

bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal

disertai dengan hak  dukungan dan lindungan sesuai dengan

potensinya;

8.      Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan

pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk

teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha, terutama usaha

kecil, menengah, dan koperasi

D. Filsafat

Menurut Aliran Empirisme

Menurut teori ini anak-anak yang lahir kedunia tidak

mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa seperti kertas putih

yang polos. Oleh karena anak-anak dapat dibentuk sesuai dengan

keinginan orang dewasa yang memberi warna pendidikannya.

E. Solusi

Dari perspektif manajemen pendidikan, masalah

pendidikan dapat terjadi jika kepala sekolah dan juga para

10

guru tidak mampu menjadi manajer-manajer pendidikan yang

baik. Masalah tersebut bisa saja terjadi karena : a.

dirinya tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai

konsep-konsep manajemen pendidikan, b.dirinya kurang

memahami konsep-konsep dasar pendidikan, dan c. dirinya

tidak atau kurang memiliki kemampuan dan karakteristik

sebagai manajer pendidikan, sehingga tidak mampu

menjalankan peran sesuai dengan statusnya. Masalah

kualitas manajer pendidikan seperti itu bisa terjadi

karena kesalahan dalam penempatan. Seorang yang sebenarnya

belum atau tidak siap untuk menjadi pemimpin karena faktor

tertentu dia diangkat menjadi kepala sekolah. Masalah-

masalah pendidikan juga dapat terjadi jika para pemimpin

institusi pendidikan lebih banyak menempatkan dirinya

sebagai kepala dan bukan sebagai pemimpin. Sebagai kepala

mereka bertindak sebagai penguasa, hanya bertanggung jawab

pada pihak atasan, dan melakukan tugas-tugas karena

perimintaan atasan. Jika kepala sekolah lebih banyak

bertindak sebagai kepala maka dirinya akan kesulitan

memberdayakan semua personal yang ada agar tujuan

pendidikan tercapai.

2.3 Output

A. Teori

Output merupakan hasil dari proses, menghasilkan lulusan

sesuai dengan standar tertentu dan tentunya diharapkan

memenuhi keinginan masyarakat, orang tua dan pemerintah.

11

Output pada dasarnya akan banyak dipengaruhi oleh input dan

proses, keefektifan proses. Sistem input yang berkualitas

tentu dapat menghasilkan output yang berkualitas pula. Teori

Sistem informasi “Gold in-Gold out” dapat digunakan dalam hal ini.

Suatu output dikatakan berkualitas (baca: bermutu) apabila

telah memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh

Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Output pendidikan sebagai suatu sistem sewajarnya dapat

dicerminkan dari suatu prestasi mutu lulusan sekolah yang

sejatinya merupakan suatu proses pembelajaran yang didukung

oleh semua unsur baik dari level kementerian, dinas pendidikan

propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, sampai pada kelembagaan

persekolahan yang merupakan unit terkecil. Dengan kata lain,

makro, meso dan mikro pendidikan secara bersama-sama

menjalankan perannya sehingga menghasilkan output yang

terstandar dengan baik.

B. Fakta

Fakta-fakta lain yang ditunjukan pada output pendidikan

antara lain :

1. Masih banyak lulusan sekolah belum terserap dunia kerja

padahal tujuan sekolah SMK untuk mempersiapkan lulusan siap

kerja.

2. Tidak memiliki keterampilan spesial atau khusus

3. Kualitas lususan relatif masih rendah.

Dunia pendidikan di indonesia harus lebih berbenah agar

dapat meningkatkan kredibilitas di tingkat internasional.

Namun tidak dipungkiri fakta kekinian yang yang ada adalah:

1) Krisis kejujuran

2) Krisis akhlak/moral ( sering tawuran )

12

3) Sekolah melahirkan pengangguran

4) Keahlian belum sesuai dengan dunia kerja.

Itulah fakta-fakta kekinian yang selalu akrab di tengah

masyakat. Namun demikian, kita tidak perlu berkecil hati

karena masih banyak lulusan pendidikan nasional yang

dipekerjakan oleh negara lain bahkan menjadi tenaga ahli.

Lulusan hasil pendidikan nasional bisa meneruskan ke

perguruan tinggi di luar Indonesia, bahkan banyak mahasiswa

Indonesia di luar negeri yang melanjutkan kuliahnya dengan

bantuan beasiswa dari perguruan tinggi itu.

C. Kebijakan

1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 pada Pasal 1

ayat (1) bahwa: ”Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada

jalur pendidikan sekolah pada jenjang yang lebih tinggi

daripada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah”. Hal

ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya pendidikan tinggi

menyelenggarakan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi

dari jenjang pendidikan sekolah, dan diharapkan dapat

mengghasilkan lulusan atau output yang memiliki kualifikasi

sebagai berikut: a. Menguasai dasar-dasar ilmiah dan

ketrampilan dalam bidang keahlian tertentu sehingga mampu

menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara

penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya. b.

Mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang

dimilikinya sesuai dengan bidang keahliannya dalam kegiatan

produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan

perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama. c. Mampu

bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya di

bidang keahliannya maupun dalam berkehidupan bersama di

13

masyarakat. d. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan atau kesenian yang merupakan keahliannya.

D. Filsafat

Menurut Aliran Konvergensi

Teori ini menyatakan seseorang terlahir dengan pembawaan

baik dan juga pembawaan buruk. Bakat dan pembawaan yang dibawa

sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya

lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat dan pembawaan

tersebut.

E. Solusi

Peserta didik bukanlah benda, akan tetapi individu yang

memiliki potensi, kecerdasan kemampuan dan minat yang berbeda.

Disamping itu juga pesrta didik bukanlah individu dalam bentuk

“min” akan tetapi makhluk yang sedang berkembang. Tinggal lagi

bagaimana pengajar mengakali atau menetukan suatu strategi

pembelajaran. Dimana dalam proses pembelajaran guru bukan

hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang

diajarnya akan tetapi juga sebagai pengelola

pembelajaran(manager of learning). Dengan demikian,

efektivitas proses pembelajaran sangat ditentukan oleh

kualitas atau kemampuan guru. Sarana adalah segala sesuatu

yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses

pembelajaran, sedangkan prasarana adalah sesuatu yang secara

tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses

pembelajaran

2.4 Out come

A. Teori

Outcome pendidikan merupakan keuntungan atau manfaat (benefit)

yang dirasakan baik oleh siswa, yang menjadi keluaran (output)

14

pendidikan, maupun bagi stakeholders pendidikan secara luas. Pada

fase berikutnya, outcome pendidikan ini akan menghasilkan

dampak (effect) bagi masyarakat. Dengan kata lain, pendidikan

yang bermutu akan menghasilkan outcome yang baik dan tentunya

akan memiliki dampak yang baik pula.

Keberadaan institusi seperti Dewan Sekolah/Komite Sekolah

yang di dalamnya terdiri dari unsur-unsur pemerintah daerah,

tokoh masyarakat, pemerhati pendidikan dan perwakilan orang

tua siswa sejatinya berperan dalam memberikan masukan-masukan

yang tidak saja berupa material dan kesejahteraan guru,

tetapi, yang paling penting, memikirkan dan mendorong

bagaimana supaya sekolah bisa mencapai tujuan yang ditetapkan.

Agar hasil lulusan memiliki outcome yang memadai. Oleh

karenanya, dewan sekolah/komite sekolah juga perlu ikut

merumuskan, memberi masukan dan mengevaluasi visi, misi,

strategi sekolah agar apa yang dihasilkan oleh sekolah relevan

dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.

B. Fakta

Sebagian pejabat yang ada di sekolah seperti keberadaan

Dewan Sekolah/Komite Sekolah yang di dalamnya terdiri dari

unsur-unsur pemerintah daerah, tokoh masyarakat, pemerhati

pendidikan dan perwakilan orang tua siswa sejatinya tidak

seluruhnya berperan dalam memberikan masukan-masukan yang

tidak saja berupa material dan kesejahteraan guru, dan dan

tidak memikirkan dan mendorong bagaimana supaya sekolah bisa

mencapai tujuan yang ditetapkan.

C Kebijakan Mengenai Outcome Pembelajaran

Kebijakan mengenai output pembelajaran tertulis dalam

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

15

Nasional pada pasal 3 tentang dasar, funsi dan tujuan

pendidikan nasional, dimana pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

D. Tinjauan Filsafat Mengenai Outcome Pembelajaran

Dalam cabang filsafat terdapat aliran-aliran yakni antara

lain ada aliran atau cabang fisik, metafisik, dan adapula

aliran filsafat etika. Keterkaitan dengan outcome pembelajaran

adalah dengan aliran filsafat etika, dimana aliran ini

memandang terhadap nilai-nilai yang ada pada suatu wilayah.

Dengan adanya etika pendidik dapat mengetahui sejauh mana

peserta didik mengamalkan di lingkungan sekitar terhadap ilmu

dan nilai-nilai yang telah diajarkan dalam proses

pembelajaran.

E. Solusi Terhadap Fakta Mengenai Outcome Pembelajaran

Solusi terhadap fakta mengenai outcome pembelajaran,

menurut kami adalah dengan adanya pengajaran pendidikan agama

yang lebih diperdalam dimana pembelajaran agama terutama Islam

didalamnya terkait dengan prilaku yang harus dilakukan oleh

seorang peserta didik. Selain itu faktor dari luar juga

mempengaruhi terhadap hasil yang dicapai. Contohnya mengenai

krisis moral dimana hal ini dipengaruhi dari luar baik itu

dari lingkunan masyarakat ataupun dari tayangan saat ini.

16

Pada saat ini tayangan yang ada baik itu berupa televisi

ataupun media lainnya sudah tidak layak untuk dikonsumsi bagi

para peserta didik. Maka hal ini menjadi tanggung jawab kita

semua sebagai seorang pendidik untuk dapat berkomunikasi

dengan orang tua dan lingkungan agar menjaga anaknya dari

bahaya televisi dan media komunikasi lainnya, setidaknya orang

tua agar memberikan pengarahan kepada anaknya agar melihat

media komunikasi diambil dari segi positifnya saja.

BAB III

17

ANALISIS

A. Input Pembelajaran

Secara teori input adalah semua potensi yang dimasukan ke

sekolah sebagai modal awal kegiatan pendidikan di sekolah

tersebut. Hal yang berkaitan dengan input adalah siswa baru

yang diterima dan siap dididik atau diberdayakan.

Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada

pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik

maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri-

ciri dari seorang peserta didik yang perlu bimbingan dari

seorang pendidik. Pertumbuhan menyangkut fisik, perkembangan

menyangkut psikis.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik

adalah seseorang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan

perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan

perkembangan merupakan ciri-ciri dari seorang peserta didik

yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Pertumbuhan

tersebut menyangkut fisik, perkembangan menyangkut psikis.

Pada kenyataan yang terjadi di lapangan adalah angka putus

sekolah masih banyak jika di bandingkan dengan negara lain.

Maka dari itu diperlukan solusi untuk memecahkan permasalahan

tersebut.

Peran serta masyarakat, lembaga pendidikan dan pemerintahan

sangat diperlukan agar permasalahan tersebut tidak berlarut-

larut. Dengan adanya wajar pendidikkan dasar yang sampai

kepada pendidikan tinggi maka setidaknya hal ini akan

menjadikan bangsa ini lebih maju.

B. Proses Pembelajaran

18

Proses adalah serangkaian kegiatan pendidikan yang dirancang

secara sadar dalam usaha meningkatkan input demi menghasilkan

output dan outcome bermutu. Dari pernyataan tersebut maka

dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan adanya proses

pembelajaran adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Namun, pada kenyataannya sering sekali terjadi ketidak

sesuaian antara teori dan dan fakta yang ada di lapangan.

Contohnya saja ada seorang pendidik yang tidak menyampaikan

tujuan dari pembelajaran yang sedang berlangsung. Jika diamati

dari mutu pendidikan salah satunya adalah dengan penyampaikan

tujuan pembelajaran, maka hal ini merupakan ketidak sesuaian

antara teori, kebijakan, dan fakta yang ada. Maka ini semua

merupakan tanggung jawab kita bersama, dalam hal meningkatkan

mutu dan kualitas pendidikan.

C. Output Pembelajaran

Secara teori output menurut (Lauren Kaulage,2000) adalah hasil

langsung dan segera dari pendidikan. Sedangankan menurut

(Margaret C, Martha Taylor dan Michael Hendricks, 2002) output

adalah jumlah atau unit pelayanan yang diberikan atau jumlah

orang-orang yang telah dilayani. Dan menurut (NEA, 2000)

output adalah hasil dari aktifitas, kegiatan atau pelayanan

dari sebuah program, yang diukur dengan menggunakan takaran

volume/ banyaknya.

Dari berbagai pernyataan yang mendefinisikan tentang output

maka dapat di ambil kesimpulan bahwa output adalah hasil dari

proses pembelajaran dimana peserta didik adalah pelaku utama

19

dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal output dapat dilihat

dengan cara mengevaluasi terhadap kegitan pembelajaran.

Namun, jika dilihat pada fakta yang ada masih ada masalah

dalam hal output atau hasil dari proses pembelajaran. Contoh

secara umum masalah dalam output pembelajaran adalah

pelaksanaan UN sebagai tahapan dalam eveluasi yang selalu

dijadikan sebagai satu-satunya tahapan dalam output

pembelajaran. Hal ini merupakan tanggung jawab kita semua demi

meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan.

D. Outcome pembelajaran

Secara teoritis outcome menurut (Lauren Kaulage, 2000) adalah

efek jangka panjang dari proses pendidikan misalnya penerimaan

di pendidikan lebih lanjut, prestasi dan pelatihan

berikutnya,kesempatan kerja, penghasilan serta prestise lebih

lanjut. Sedangkan menurut (Margaret C, Martha Taylor dan

Michael Hendricks, 2002) respon partisipan terhadap pelayanan

yang diberikan dalam suatu program. Dan menurut (NEA,2000)

outcome adalah dampak, manfaat, harapan perubahan dari sebuah

kegiatan atau pelayanan suatu program.

Dari definisi tersebut maka dapat kami simpulkan bahwa outcome

adalah efek jangka panjang atau manfaat yang dapat diambil dan

dirasakan terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan dalam hai

ini adalah kegiatan pembelajaran.

Pada dasarnya dalam setiap pelaksanaan kegiatan selalu di

tujukan pada hasil akhir begitu pula dalam kegiatan

pembelajaran. Mengenai output pembelajaran dalam Undang-undang

nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

pasal 3 tentang dasar, funsi dan tujuan pendidikan nasional,

20

dimana pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini

merupakan tujuan pembelajaran yang diharapkanoleh setip pelaku

pembelajaran.

Namun, pada kenyataannya dalam hal ini masih dapat di

temukan beberapa masalah mengenai outcome pembelajaran. Contoh

yang dapat dilihat dari hasil proses pembelajaran yakni krisis

moral dalam dunia pendidikan. Dimana peserta didik mulai

kurang menghargai sikap terhadap para pendidik atau guru,

bahkan bukan hanya itu saja sampai ada seorang anak yang

berani membangkang terhadap orang tuanya sendiri. Selain itu

dewasa ini juga sering sekali terjadinya tawuran antar pelajar

dimana hal ini tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan dari

proses pembelajaran. Maka hal ini merupakan tanggung jawab

bersama, agar permasalahan tersebut dapat diminimalisir. Jika

hal ini terus dibiarkan maka tujuan pembelajaran sesuai dengan

yang diharapkan tidak akan tercapai. Artinya ini semua

berpengaruh terhadap kualiatas dan mutu pendidikan yang ada di

Inonesia ini.

21

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Input adalah semua potensi yang dimasukan ke sekolah

sebagai modal awal kegiatan pendidikan di sekolah tersebut.

Hal yang berkaitan dengan input adalah siswa baru yang

diterima dan siap dididik atau diberdayakan.

Untuk ketercapaian pendidikan bermutu, fungsional, produktif,

efektif dan akuntabel, maka diperlukan beberapa hal yang

terkait dengan input yang antara lain: Peserta didik

22

ketenagaan, fasilitas, biaya, kurikulum, perencanaan dan

evaluasi, hubungan sekolah masyarakat dan iklim sekolah yang

memadai (Mulyasa,2013).

Proses adalah serangkaian kegiatan pendidikan yang

dirancang secara sadar dalam usaha meningkatkan input demi

menghasilkan output dan outcome bermutu.Contoh wujud proses

pendidikan formal: Pembelajaran, pembinaan mental,

pengembangan diri (oleh pihak sekolah), pelatihan, penugasan,

dan sebagainya.

Output menurut (Lauren Kaulage,2000) adalah hasil

langsung dan segera dari pendidikan. Sedangankan menurut

(Margaret C, Martha Taylor dan Michael Hendricks, 2002) output

adalah jumlah atau unit pelayanan yang diberikan atau jumlah

orang-orang yang telah dilayani. Dan menurut (NEA, 2000)

output adalah hasil dari aktifitas, kegiatan atau pelayanan

dari sebuah program, yang diukur dengan menggunakan takaran

volume/ banyaknya.

Outcome menurut (Lauren Kaulage, 2000) adalah efek jangka

panjang dari proses pendidikan misalnya penerimaan di

pendidikan lebih lanjut, prestasi dan pelatihan

berikutnya,kesempatan kerja, penghasilan serta prestise lebih

lanjut. Sedangkan menurut (Margaret C, Martha Taylor dan

Michael Hendricks, 2002) respon partisipan terhadap pelayanan

yang diberikan dalam suatu program. Dan menurut (NEA,2000)

outcome adalah dampak, manfaat, harapan perubahan dari sebuah

kegiatan atau pelayanan suatu program.

Dari berbagai pernyataan di atas mengenai input, proses,

output dan outcome dapat kami kami simpulkan bahwa tujuan dari

keseluruhan adalah untuk meningkatkan kualitas dan mutu

23

pendidikan. Namun, dalam kenyataan yang terjadi di lapangan

masih terdapat ketidaksesuaian antara teori, kebijakan dan

fakta yang terjadi. Jika hal ini tidak dicarikan solusinya

maka tujauan pendidikan yang diharapkan tidak akan tercapai

sempurna.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan

kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang dapat

membangun sangat kami harapkan agar dalam pembuatan makalah

selanjutnya bisa mencapai pada tahap kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, Prof. DR. H. 2002, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia. Purwanto, Ngalim MP, DRS. M. 1998, Ilmu Pendidikan teoretis dan praktis,

(Bandung: Remaja Rosdakarya.

Al Hamdani, Djaswidi, 2014 Administrasi Pendidikan Administrasi Pendidikan dari Perspektif Pendidik. Bandung: Media Cendekia Publisher.

Pidarta, Made, Prof. Dr, 2007 Landasan Kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta.

Buku Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional

http//googlebooks.com

http//tyanfedi.blogspot.co.

24

25