MAKALAH BERPAKAIAN SESUAI SYARIAT

23
MAKALAH BERPAKAIAN SESUAI SYARIAT ISLAM MAKALAH BERPAKAIAN SESUAI SYARIAT ISLAM BERPAKAIAN SESUAI SYARIAT ISLAM Kata pengantar Dengan rahmad Allah. Yang maha kuasa kita dapat berdiri, bernafas, serta menghirup udara segar. Sudah sepatutnya kita mensyukuri segala nikmat-Nya tersebut dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Kemudian dari pada itu, dengan datangnya makalah ini kita dituntun untuk dapat mempelajari sehingga dapat mengetahui apa saja informasi yang terdapat di dalam makalah ini. Dengan mempelajari adab berpakaian ini, kita dapat lebih mengetahui lebih dalam tentang adab berpakaian menurut syariat agama islam. Akhir kata, penyusun berharap dengan ini dapat menambah kreatifitas kita sebagai pelajar khususnya dalam pelejaran agama islam. Sekian terima kasih……… Berpakaian sesuai syariat islam Jakarta , 3 oktober 2013

Transcript of MAKALAH BERPAKAIAN SESUAI SYARIAT

MAKALAH BERPAKAIAN SESUAI SYARIAT ISLAM

 

MAKALAH BERPAKAIAN SESUAI SYARIAT ISLAM

BERPAKAIAN SESUAI SYARIAT ISLAM

 

Kata pengantar

Dengan rahmad Allah. Yang maha kuasa kita dapat berdiri,

bernafas, serta menghirup udara segar. Sudah sepatutnya kita

mensyukuri segala nikmat-Nya tersebut dengan menjalankan segala

perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

 Kemudian dari pada itu, dengan datangnya makalah ini kita

dituntun untuk dapat mempelajari sehingga dapat mengetahui apa

saja informasi yang terdapat di dalam makalah ini.

Dengan mempelajari adab berpakaian ini, kita dapat lebih

mengetahui lebih dalam tentang adab berpakaian menurut syariat

agama islam.

Akhir kata, penyusun berharap dengan ini dapat menambah

kreatifitas kita sebagai pelajar khususnya dalam pelejaran agama

islam. Sekian terima kasih………

 

 

Berpakaian sesuai syariat islam

Jakarta , 3 oktober 2013

 

 

 

 

(Kelompok 7)

 

 

 

 

 

Daftar isi

Judul…………………………………………………1

Kata pengantar…………………………………………………………….2

Daftar isi……………………………………………………………………3

BAB. 1

Pendahuluan……………………………………………………………4

BAB. 2

Berpakaian sesuai syariat islam……………………………………5

BAB. 3

Adab berpakaian bagi muslimah…………………………………………6

BAB. 4

Adab berdandan menurut syariat islam…………………………………11

BAB. 5

Perbedaan Antara muslim dan non muslim………………………..12

BAB. 6

Berjilbab dan Kasiyatun’ ‘ariyatun………………………………….15

BAB. 7

Azab bagi wanita yang berpakaian tapi telanjang………………….19

BAB. 8

PENUTUP

Kesimpulan………………………………………………………………21

BAB. 9

Daftar pusaka……………………………………………………………21

BAB. 10

Lampiran powerpoint kelompok 7………………………………………….22

BAB.1

Pendahuluan

            Berpakaian sesuai syariat islam hukumnya wajib bagi

seluruh umat muslim di

dunia. Namun budaya berpakaian sesuai syariat islam pun saat ini

sudah memudar, anak muda mulai terpengaruh oleh budaya pakaian

dari barat. Ironisnya mereka (perempuan) seakan bangga memamerkan

lukuk tubuh serta bentuk tubuhnya. Mereka (perempuan) seringkali

memamerkan bagian tertentu pada tubuh mereka dengan tujuan untuk

mendapatkan pujian dari oranglain akan indahnya tubuh mereka.

Perbuatan tersebut sudah tentu diharamkan oleh agama islam.

          Tentunya kita sebagai umat manusia dan sebagai umat

muslim, kita patut menjauhi apa saja yang diharamkan dalam agama

islam. Budaya yang bukan termasuk budaya kita seharusnya kita

buang jauh-jauh dari hadapan kita. Aurat yang semestinya kita

tutup janganlah kita umbar-umbar. Dalam makalah ini akan

dijelaskan secara rinci tentang berpakaian sesuai syariat islam

serta azab bagi yang tidak mengikuti ajaran berpakaian sesuai

syariat islam. Berikut pembahasannya. 

 

BAB. 2

CARA BERPAKAIAN DALAM ISLAM

A.    Pengertian EtikaDalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga

pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu systemyang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistempengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dandikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler danlain-lain.

Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjagakepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang,tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya sertaterjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai denganadat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hakasasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etikadi masyarakat kita.

Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturanprilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanyadan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataanetika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata YunaniETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah danukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.B.     Dalil Pakaian Wanita Dalam Islam

Adapun dalil bahwa jilbab merupakan pakaian dalam kehidupanumum, adalah hadits yang telah diriwayatkan dari Ummu, Athiyahr.a, bahwa dia berkata: “Rasulullah Saw memerintahkan kaum wanitaagar keluar rumah menuju shalat ied, maka Ummu’ Athiyah berkata,

‘salah seorang diantara kami tidak memiliki jilbab’ MakaRasulullah Saw bersabda: “Hendaklah saudarinya meminjamkanjilbabnya kepadanya.” (Muttafaqun ‘alaihi) (Al-Albani,).[[6]]

Berkaitan dengan hadits Ummu ‘Athiyah ini, Syaikh Anwar Al-Kasymiri, dalam kitabnya Faidhul Bari, mengatakan:[[7]] “Dapatlahdimengerti dari hadits ini, bahwa jilbab itu dituntut manakalahseorang wanita keluar rumah, dan ia tidak boleh keluar rumah jikatidak mengenakan jilbab.” (Al-Albani : 93).[[8]]

Allah Ta’ala berfirman yang artinya:“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahanpandangan dan kemaluan mereka. Janganlah mereka menampakkan perhiasanmereka, kecuali yang (terpaksa) nampak dari padanya. Dan hendaklah merekamenutupkan khimar ke dada-dada mereka.” (QS. An-Nur: 31)

Perhiasan yang dimaksud adalah perhiasan yang digunakan olehwanita untuk berhias, selain dari asal penciptaannya (tubuhnya).

Khimar adalah sesuatu yang digunakan oleh wanita untukmenutupi kepalanya, wajahnya, lehernya, dan dadanya.

Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Barangsiapa yang memanjangkan kainnya karena sombong maka Allah tidak akanmelihatnya.” Ummu Salamah bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang harus dilakukanoleh para wanita dengan ujung pakaian mereka?” Beliau menjawab, “Kalian bolehmemanjangkannya sejengkal.” Ummu Salamah bertanya lagi, “Jika begitu, maka kakimereka akan terbuka!” Beliau menjawab, “Kalian boleh menambahkan satu hasta danjangan lebih.” (HR. At-Tirmizi) Sehasta adalah dari ujung jaritengah hingga ke siku.[[9]]

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 “Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat:(1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untukmemukul orang. (2) Wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berjalan denganberlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka (disasak)bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk surga, bahkan tidakdapat mencium bau surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari begini danbegini.” (HR. Muslim).[[10]]

Makna ‘berpakaian tetap telanjang’ adalah: Dia menutupsebagian auratnya tapi menampakkan sebagian lainnya. Dan ada yangmenyatakan maknanya adalah: Dia menutupi seluruh auratnya tapidengan pakaian yang tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya

Berpakaian sesuai syariat islam

Adab berpakaian adalah sebagai berikut :

1. Pakaian harus menutupi aurat.

2. Pakaian harus bersih dan rapi

3. Untuk laki-laki, agar memakai pakaian yang panjang sampai

menutupi aurat

4. Sedangkan wanita, harus menggunakan pakaian yang menutupi

anggota tubuhnya keculai wajah dan kedua telapak tangan

5. Para lelaki muslim, haram hukumnya menggunakan sutra dan emas.

Oleh karena itu, dilarang bagi lelaki muslim untuk menggunakan

barang-barang diatas.sebagaimana sabda Rasulullah bersabda:

Sesungguhnya dua benda ini (emas dan sutera) haram atas lelaki

ummatku. (H.R.Abu Daud)

6. Dalam islam tidak diperkenankan lelaki memakai pakaian wanita

dan sebaliknya. Karena hal ini dapat menyebabkan “tassabuh”

7. Dalam ajaran islam, hukumnya sunat memakai pakaian dengan

diawali bagian kanan

8. Tidak diperkenankan memakai pakaian yang mewah

9. Lebih mengutamakan pakaian yang berwarna putih

10. Hendaklah berpakaian yang rapi dan sopan

BAB. 3

Adab Berpakaian Bagi Muslimah

Haruskah Hitam?

Terkait dengan warna pakaian terutama pakaian perempuan, terdapat

beragam sikap orang yang dapat kita jumpai. Ada yang beranggapan

bahwa warna pakaian seorang perempuan muslimah itu harus hitam

atau minimal warna yang cenderung gelap. Di sisi lain ada yang

memiliki pandangan bahwa perempuan bebas memilih warna dan motif

apa saja yang dia sukai. Sesungguhnya Allah itu maha indah dan

mencintai keindahan, kata mereka beralasan. Manakah yang benar

dari pendapat-pendapat ini jika ditimbang dengan aturan al-Qur’an

dan sunnah shahihah yang merupakan suluh kita untuk menentukan

pilihan dari berbagai pendapat yang kita jumpai?

Salah satu persyaratan pakaian muslimah yang syar’i adalah

pakaian tersebut bukanlah perhiasan. Dalam syarat ini adalah

firman Allah yang artinya, “Dan janganlah mereka menampakkan

perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.”(QS. an Nur:31).

Dengan redaksinya yang umum ayat ini mencakup larangan

menggunakan pakaian luar jika pakaian tersebut berstatus

“perhiasan” yang menarik pandangan laki-laki.

ات� امه وم� م� � ى إ ص ماعه� وع� ج� ارق� إل� ل ف�� هم رج�� ن� ل ع� سا% ه� لا ت�� ث+* لا ال ث�* ه ف�� ث+� م إ% ل ه� وس� لي2 ع� ى إهلل ل � ص� ول� إهلل ن; رس� د ع� ي2 ب@ ن; ع� اله� ب�� ض� ع�ن; ف��

هم ن� ل ع� سا% لا ت�� عده ف�� ت� ب�� ج�� ر ب� Mت ا ف�� ي2 O+ن ه� إل�د ث+� و% ا م� اه� ف� د ك� ها ف�� وج�� ها ر� ن� ات� ع� ه� ع�� ق� ف��مات� وإمرإ% ب\� د إ% ي� و ع� مه� إ% ا وإ% ي2 اص�� ع�Dari Fadhalah bin Ubaid, dari Nabi beliau bersabda, “Tiga jenis orang

yang tidak perlu kau tanyakan (karena mereka adalah orang-orang yang

binasa). Yang pertama adalah orang yang meninggalkan jamaah kaum muslimin

yang dipimpin oleh seorang muslim yang memiliki kekuasaan yang sah dan memilih

untuk mendurhakai penguasa tersebut sehingga meninggal dalam kondisi durhaka

kepada penguasanya.Yang kedua adalah budak laki-laki atau perempuan yang kabur

dari tuannya dan meninggal dalam keadaan demikian. Yang ketiga adalah seorang

perempuan yang ditinggal pergi oleh suaminya padahal suaminya telah memenuhi

segala kebutuhan duniawinya lalu ia bertabarruj setelah kepergian sang suami. Jangan

pernah bertanya tentang mereka.” (HR Ahmad no 22817 dll, shahih.

Lihat Fiqh Sunnah lin Nisa’, hal 387)

Sedangkan tabarruj itu didefinisikan oleh para ulama’ dengan

seorang perempuan yang menampakkan “perhiasan” dan daya tariknya

serta segala sesuatu yang wajib ditutupi karena hal tersebut bisa

membangkitkan birahi seorang laki-laki yang masih normal.

Di samping itu, maksud dari perintah berjilbab adalah menutupi

segala sesuatu yang menjadi perhiasan (baca: daya tarik) seorang

perempuan. Maka sungguh sangat aneh jika ternyata pakaian yang

dikenakan tersebut malah menjadi daya tarik tersendiri. Sehingga

fungsi pakaian tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Meski demikian anggapan sebagian perempuan multazimah (yang

komitmen dengan aturan agama) bahwa seluruh pakaian yang tidak

berwarna hitam adalah pakaian “perhiasan” adalah anggapan yang

kurang tepat dengan menimbang dua alasan.

Yang pertama, sabda Nabi,

حه ي\2 ى2 ر ف� ه وخ�� هر ل�وث�� iساء م�ا ظ� ت� إل�ن� حه ، وط�ي2 ي\2 هر ر iه وظ� ى2 ل�وث�� ف� ال م�ا خ�� ت� إل�رج�� ن; ط�ي2 إ“Wewangian seorang laki-laki adalah yang tidak jelas warnanya tapi nampak bau

harumnya. Sedangkan wewangian perempuan adalah yang warnanya jelas namun

baunya tidak begitu nampak.” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul

Iman no.7564 dll, hasan. Lihat Fiqh Sunnah lin Nisa’, hal. 387)

Hadits ini mengisyaratkan bahwa adanya warna yang jelas bukanlah

suatu hal yang terlarang secara mutlak bagi seorang perempuan

muslimah.

Yang kedua, para sahabiyah (sahabat Nabi yang perempuan) bisa

memakai pakaian yang berwarna selain warna hitam. Bukti untuk hal

tersebut adalah riwayat-riwayat berikut ini:

ها ت+� ر ها وإ% ن2 ل� � ت� إ ك س* ر ف�� ض� خ�� مار إ% ها خ��� لن2 ه� وع� �ش* ات�% ت� ع� ال� ى2 ف�� � iق�رظ� ر� إل� ب2 ث�@� ن; إل�ر� � ب�� من; خ� د إل�ر ي� ها ع� ج�� و ب�ر� ه ف� ث+� ق� إمرإ% ل اعه� ط� ف�� ن; ر� مه� إ% ر� ك ن; ع�� ع�

ى لف� ا ث�� ل م� ي* 2ت� م�� ي� ا رإ% ه� م� �ش* ات�% ت� ع� ال� ا ف�� عض� هن; ب�� عض� ر ب�� ض ن� ساء ن�2 م وإل�ن�� ل ه� وس� لي2 ع� ى إهلل ل � ص� ول إهلل اء رس� ا ج�� لم ا ف�� ه� لد� ج�� ره� ي��� ض� خ��ها وت��� ن; ب�* ره� م�� ض� د خ�� س�* ا إ% لده� ج�� ات� ل� ي� م�� مؤ% إل�

Dari Ikrimah, Rifa’ah menceraikan istrinya yang kemudian dinikahi

oleh Abdurrahman bin az Zubair. Aisyah mengatakan, “Bekas istri

rifa’ah itu memiliki kerudung yang berwarna hijau. Perempuan

tersebut mengadukan dan memperlihatkan kulitnya yang berwarna

hijau. Ketika Rasulullah tiba, Aisyah mengatakan, Aku belum

pernah melihat semisal yang dialami oleh perempuan mukminah ini.

Sungguh kulitnya lebih hijau dari pada pakaiannya.” (HR. Bukhari

no. 5377)

Dari Ummi Khalid binti Khalid, Nabi mendapatkan hadiah berupa

pakaian berwarna hitam berukuran kecil. Nabi bersabda, “Menurut

pendapat kalian siapakah yang paling tepat kuberikan pakaian ini kepadanya?” Para

sahabat hanya terdiam seribu bahasa. Beliau lantas

bersabda, “Bawa kemari Ummi Khalid (seorang anak kecil perempuan yang

diberi kunyah Ummi Khalid)” Ummi Khalid dibawa ke hadapan Nabi

sambil digendong. Nabi lantas mengambil pakaian tadi dengan

tangannya lalu mengenakannya pada Ummi Khalid sambil

mendoakannya, “Moga awet, moga awet.”Pakaian tersebut memiliki garis-

garis hijau atau kuning. Nabi kemudian berkata,“Wahai Ummi khalid, ini

pakaian yang cantik.” (HR. Bukhari no. 5823)

Meski ketika itu Ummi Khalid belum balig namun Nabi tidak mungkin

melatih dan membiasakan anak kecil untuk mengerjakan sebuah

kemaksiatan. Sehingga hadits ini menunjukkan bolehnya seorang

perempuan mengenakan pakaian berwarna hitam yang bercampur dengan

garis-garis berwarna hijau atau kuning. Jadi pakaian tersebut

tidak murni berwarna hitam.

Dari al Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr, “Sesungguhnya Aisyah

memakai pakaian yang dicelup dengan ‘ushfur saat beliau berihram”

(HR. Ibnu Abi Syaibah 8/372, dengan sanad yang shahih)

Pada tulisan yang lewat telah kita bahas bahwa yang dimaksud

dengan celupan dengan ‘ushfur adalah celupan yang menghasilkan

warna merah.

Perbuatan Aisyah sebagaimana dalam riwayat di atas menunjukkan

bahwa seorang perempuan muslimah diperbolehkan memakai pakaian

berwarna merah polos. Bahkan pakaian merah polos adalah pakaian

khas bagi perempuan sebagaimana keterangan di edisi yang lewat.

Berikut ini beberapa riwayat yang kuat dari salaf tentang hal

ini:

Dari Ibrahim an Nakha’i, bersama Alqamah dan al Aswad beliau

menjumpai beberapa istri Nabi. beliau melihat para istri Nabi

tersebut mengenakan pakaian berwarna merah.

Dari Ibnu Abi Mulaikah, aku melihat Ummi Salamah mengenakan

kain yang dicelup dengan ‘ushfur (baca: berwarna merah).

Dari Hisyam dari Fathimah bin al Mundzir, sesungguhnya asma’

memakai pakaian yang dicelup dengan ‘ushfur (baca: berwarna

merah)

Dari Said bin Jubair, beliau melihat salah seorang istri Nabi

yang thawaf mengelilingi Ka’bah sambil mengenakan pakaian yang

dicelup dengan ‘ushfur(Baca: Berwarna merah). (Lihat Jilbab Mar’ah

Muslimah karya al Albani hal. 122-123).

Di samping itu riwayat-riwayat di atas juga menunjukkan bahwa

pakaian berwarna merah tersebut dipakai di hadapan banyak orang.

Singkat kata, yang dimaksud dengan pakaian yang menjadi

“perhiasan” yang tidak boleh dipakai oleh seorang muslimah ketika

keluar rumah adalah:

1. Pakaian yang terdiri dari berbagai Warna warni

2. Pakaian yang dihias dengan garis-garis berwarna keemasan atau

berwarna perak yang menarik perhatian laki-laki yang masih

normal. (Fiqh Sunnah lin Nisa’, hal. 388).

Al Alusi berkata, “Kemudian ketahuilah bahwa menurut kami

termasuk “perhiasan” yang terlarang untuk dinampakkan adalah

kelakuan mayoritas perempuan yang bergaya hidup mewah di masa

kita saat ini yaitu pakaian yang melebihi kebutuhan untuk

menutupi aurat ketika keluar dari rumah. Yaitu pakaian dari

tenunan sutra terdiri dari beberapa warna (baca:warna-warni).

Pada pakaian tersebut terdapat garis-garis berwarna keemasan atau

berwarna perak yang membuat mata lelaki normal terbelalak.

Menurut kami suami atau orang tua yang mengizinkan mereka keluar

rumah dan berjalan di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya

dalam keadaan demikian itu disebabkan kurangnya rasa cemburu. Hal

ini adalah kasus yang terjadi di mana-mana.” (Ruhul Ma’ani, 6/56,

lihat Jilbab Mar’ah Muslimah, karya Al Albani hal. 121-122).

Jika demikian keadaan di masa beliau, lalu apa yang bisa kita

katakan tentang keadaan masa sekarang! Allahul Musta’an (Hanya

kepada Allah kita memohon pertolongan).

Meskipun demikian, pakaian yang lebih dianjurkan adalah pakaian

yang berwarna hitam atau cenderung gelap karena itu adalah:

1. Pakaian yang sering dikenakan oleh para istri Nabi. Ketika

Shafwan menjumpai Aisyah yang tertinggal dari rombongan,

Shafwan melihat sosok hitam seorang yang sedang tidur. (HR.

Bukhari dan Muslim)

2. Hadits dari Aisyah yang menceritakan bahwa sesudah turunnya

ayat hijab, para perempuan anshar keluar dari rumah-rumah

mereka seakan-akan di kepala mereka terdapat burung gagak yang

tentu berwarna hitam. (HR. Muslim)

 

Serba Serbi Seputar Warna

Jilbab Putih

Lajnah Daimah (Komite Fatwa Para Ulama’ Saudi) pernah mendapatkan

pertanyaan sebagai berikut, “Apakah seorang perempuan diperbolehkan

memakai pakaian ketat dan memakai pakaian berwarna putih?”

Jawaban Lajnah Daimah, “Seorang perempuan tidak diperbolehkan untuk

menampakkan diri di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya atau keluar ke jalan-

jalan dan pusat perbelanjaan dalam keadaan memakai pakaian yang ketat,

membentuk lekuk tubuh bagi orang yang memandangnya. Karena dengan pakaian

tersebut, perempuan tadi seakan telanjang, memancing syahwat dan menjadi sebab

timbulnya hal-hal yang berbahaya. Demikian pula, seorang perempuan tidak

diperbolehkan memakai pakaian yang berwarna putih jika warna pakaian semisal itu

di daerahnya merupakan ciri dan simbol laki-laki. Jika hal ini dilanggar berarti

menyerupai laki-laki, suatu perbuatan yang dilaknat oleh Nabi.” (Fatawa al Mar’ah,

2/84, dikumpulkan oleh Muhammad Musnid).

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pada asalnya seorang

perempuan diperbolehkan memakai pakaian yang berwarna putih

asalkan cukup tebal sehingga tidak transparan/tembus pandang

terutama ketika matahari bersinar cukup terik. Hukum ini bisa

berubah jika di tempat tersebut pakaian berwarna putih merupakan

ciri khas pakaian laki-laki maka terlarang karena menyerupai

lawan jenis bukan karena warna putih.

Oleh karena itu pandangan miring sebagian wanita multazimah (yang

komitmen dengan syariat) di negeri kita terhadap wanita yang

berwarna putih adalah pandangan yang tidak tepat karena di negeri

kita pakaian berwarna putih bukanlah ciri khas pakaian laki-laki,

bahkan sebaliknya menjadi ciri pakaian perempuan (Baca: Jilbab).

Pakaian Perhiasan

Tepatnya dari Syaikh Ali al Halabi, salah seorang ulama dari

Yordania. Ketika beliau ditanya tentang parameter untuk menilai

suatu pakaian itu pakaian perhiasan ataukah bukan bagi seorang

perempuan, beliau katakan, “Parameter untuk menilai hal tersebut adalah ‘urf

(aturan tidak tertulis dalam suatu masyarakat)” (Puncak, Bogor 14 Februari

2007 pukul 17:15).

Penjelasan beliau sangat tepat, karena dalam ilmu ushul fiqh

terdapat suatu kaedah:“Pengertian dari istilah syar’i kita pahami sebagaimana

penjelasan syariat. Jika tidak ada maka mengacu kepada penjelasan linguistik arab.

Jika tetap tidak kita jumpai maka mengacu kepada pandangan masyarakat setempat

(’urf ).”

Misal pengertian menghormati orang yang lebih tua. Definisi

tentang hal ini tidak kita jumpai dalam syariat maupun dari sudut

pandang bahasa Arab. Oleh karena itu dikembalikan kepada

pandangan masyarakat setempat. Jika suatu perbuatan dinilai

menghormati maka itulah penghormatan. Sebaliknya jika dinilai

sebagai penghinaan maka statusnya adalah penghinaan. Hal serupa

kita jumpai dalam pengertian pakaian perhiasan bagi seorang

muslimah yang terlarang. Misal menurut pandangan masyarakat kita

pakaian kuning atau merah polos bagi seorang perempuan yang

dikenakan ketika keluar rumah adalah pakaian perhiasan maka

itulah pakaian perhiasan yang terlarang. Akan tetapi di tempat

atau masa yang berbeda pakaian dengan warna tersebut tidak

dinilai sebagai pakaian perhiasan maka pada saat itu pakaian

tersebut tidak dinilai sebagai pakaian perhiasan yang terlarang.

 

 

 

BAB. 4

Adab berdandan menurut syariat islam

Adab ini adalah amalan yang diamalkan oleh Nabi Yusuf A.S. yang

telah diangkatkan darjat dari hamba menjadi seorang pembesar..

Barangsiapa yang mengamalkannya setiap hari dan sebati dalam

hidupnya, maka mereka akan sentiasa dipandang manis, berseri dan

dikasihi pada setiap mata yang memandangnya. Ia juga merupakan

rahsia awet muda dan Insya Allah apa yang dihajati akan tercapai…

Amalan:                                                   

Apabila menghadap cermin bacalah:

1. Selawat 3 X

2. Bismillahirahmanirahim segala puji bagi Allah yang memperbaiki

tingkah laku maka perhaluskan budi pekertiku

Sentuh muka dengan jari dimulakan dengan

1. Mulut

2. Hidung

3. Mata

4. Dahi

Mulalah bersolek. Setelah selesai

Baca Bismillahirahmanirahim

Doa nabi Yusuf (surah Al Baqarah ayat 165) 10X

Sambil niat apa yang terjadi sambil merenung ke

1. Mulut

2. Hidung

3. Mata

4. Dagu

 

 

 

 

 

BAB. 6

Berjilbab dan Kasiyatun’ Ariyatun

Satu-satunya cara buat kita untuk menjadi berharga adalah dengan

berjilbab. Tutup dari rambut sampai kaki! Sesuai pula dengan apa

yang Rosululloh jelasin dalam setiap hadits-haditsnya. Pakaian

kita punya syarat-syarat tertentu untuk bisa dikatakan sebagai

“pembungkus khusus”. Penasaran? Kalau gitu yuk langsung masuk ke

syarat “pembungkus khusus” gadis mahal ini.

3 syarat utama.

1. Menutup aurat.

2. Tidak tembus pandang

3. Tidak membentuk tubuh

 

 

1. Menutup aurat.

Sudah pada tau kan bagian mana saja yang menjadi aurat

kita(wanita)? Seluruh tubuh! Kecuali wajah dan telapak tangan. 

QS. An nur (24) : 31

 

2&3. Tidak tembus pandang dan tidak membentuk tubuh.

 

Yang dimaksud dengan tidak tembus pandang dan tidak membentuk

tubuh ialah pakaian yang benar-benar menutupi selurh tubuh kita

tanpa sedikitpun memperlihatkan bagian tubuh kita (dada,likuk

tubuh,pinggul). Bisa kita lihat seperti gambar dibawah ini.

Mereka memang memakai kerudung,tetapi mereka masih memperlihatkan

auratnya.

 

KASIYATUN’ ‘ARIYATUN

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لات� ي2 م� ات� م� ث+2 ار� ات� ع� ي2 اس�� ساء ك� � اس وت�� ها إل�ي� ون; ت��� ب+� ر� ض� ق�ر� ي�2 ب� ات�� إل� ث\� ذ� ا% اط ك� ي2 عهم س�� وم م� ما ق� ره� م إ% ار� ل� ل� إل�ي� ه� ن; إ% � م�� ان; ف� ب� ص��إ د� إ وك� د� ره�� ك� ب2 ش� ن; م� د م�� ؤج�� ي2 ها ل� ح ي�2 ن; ر� � ها وإ ح ي�2 دن; ر� ج�� ه� ولا ي�2 ي� ج� لن; إل� دج�� � لا ث�2 له� � ماث�% � إل� ت� ج� ب� � إل� مه� ن�� س� ا% هن; ك� لات� رءوس� � اث�% م� 

“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang pernah aku lihat: [1] Suatu kaum

yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para

wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka

seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan

tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian

dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)

Hadits ini merupakan tanda mukjizat kenabian. Kedua golongan ini

sudah ada di zaman kita saat ini. Hadits ini sangat mencela dua

golongan semacam ini. Kerusakan seperti ini tidak muncul di zaman

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sucinya zaman beliau,

namun kerusakan ini baru terjadi setelah masa beliau hidup (Lihat

Syarh Muslim, 9/240 dan Faidul Qodir, 4/275). Wahai Rabbku. Dan

zaman ini lebih nyata lagi terjadi dan kerusakannya lebih parah.

Saudariku, pahamilah makna ‘kasiyatun ‘ariyatun’

An Nawawi dalam Syarh Muslim ketika menjelaskan hadits di atas

mengatakan bahwa ada beberapa makna kasiyatun ‘ariyatun.

Makna pertama: wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan

bersyukur kepada-Nya.

Makna kedua: wanita yang mengenakan pakaian, namun kosong dari

amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya serta

enggan melakukan ketaatan kepada Allah.

Makna ketiga: wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya,

sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud

wanita yang berpakaian tetapi telanjang.

Makna keempat: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak

bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun

sebenarnya telanjang. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)

Pengertian yang disampaikan An Nawawi di atas, ada yang bermakna

konkrit dan ada yang bermakna maknawi (abstrak). Begitu pula

dijelaskan oleh ulama lainnya sebagai berikut.

Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Makna kasiyatun

‘ariyatun adalah para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang

menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum menutupi

(anggota tubuh yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka

memang berpakaian, namun pada hakikatnya mereka telanjang.”

(Jilbab Al Mar’ah Muslimah, 125-126)

Al Munawi dalam Faidul Qodir mengatakan mengenai makna kasiyatun

‘ariyatun, “Senyatanya memang wanita tersebut berpakaian, namun

sebenarnya dia telanjang. Karena wanita tersebut mengenakan

pakaian yang tipis sehingga dapat menampakkan kulitnya. Makna

lainnya adalah dia menampakkan perhiasannya, namun tidak mau

mengenakan pakaian takwa. Makna lainnya adalah dia mendapatkan

nikmat, namun enggan untuk bersyukur pada Allah. Makna lainnya

lagi adalah dia berpakaian, namun kosong dari amalan kebaikan.

Makna lainnya lagi adalah dia menutup sebagian badannya, namun

dia membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutupi) untuk

menampakkan keindahan dirinya.” (Faidul Qodir, 4/275)

Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibnul Jauziy. Beliau mengatakan

bahwa maknakasiyatun ‘ariyatun ada tiga makna.

Pertama: wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak

bagian dalam tubuhnya. Wanita seperti ini memang memakai jilbab,

namun sebenarnya dia telanjang.

Kedua: wanita yang membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib

ditutup). Wanita ini sebenarnya telanjang.

Ketiga: wanita yang mendapatkan nikmat Allah, namun kosong dari

syukur kepada-Nya. (Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain,

1/1031)

Kesimpulannya adalah kasiyatun ‘ariyat dapat kita maknakan:

wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam

tubuhnya dan wanita yang membuka sebagian aurat yang wajib dia

tutup.

Tidakkah Engkau Takut dengan Ancaman Ini

Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memakaian

pakaian tetapi sebenarnya telanjang, dikatakan oleh beliau

shallallahu ‘alaihi wa sallam, “wanita seperti itu tidak akan

masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya

tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”

Perhatikanlah saudariku, ancaman ini bukanlah ancaman biasa.

Perkara ini bukan perkara sepele. Dosanya bukan hanya dosa kecil.

Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas.

Wanita seperti ini dikatakan tidak akan masuk surga dan bau surga

saja tidak akan dicium. Tidakkah kita takut dengan ancaman

seperti ini?

An Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud sabda Nabi shallallahu

‘alaihi wa sallam: ‘wanita tersebut tidak akan masuk surga’. Inti

dari penjelasan beliau rahimahullah:

Jika wanita tersebut menghalalkan perbuatan ini yang sebenarnya

haram dan dia pun sudah mengetahui keharaman hal ini, namun masih

menganggap halal untuk membuka anggota tubuhnya yang wajib

ditutup (atau menghalalkan memakai pakaian yang tipis), maka

wanita seperti ini kafir, kekal dalam neraka dan dia tidak akan

masuk surga selamanya.

Dapat kita maknakan juga bahwa wanita seperti ini tidak akan

masuk surga untuk pertama kalinya. Jika memang dia ahlu tauhid,

dia nantinya juga akan masuk surga.Wallahu Ta’ala a’lam. (Lihat

Syarh Muslim, 9/240)

Ini adalah gambar salahsatu contoh berjilbab yang salah:

 

 

 

 

 

 

BAB. 7

AZAB BUAT PEREMPUAN YANG TIDAK MAU BERHIJAB

 

Wahai Saudariku, Kami Mengingatkan Sebuah Pesan dari Nabi Kita,

Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wassalam tentang Hijab. Jangan

Menyesal Kelak di Hari Kiamat, Bila Anda Tidak Mau Membaca dan

Ment

aati nasehat ini…

1. Azab Buat Perempuan Yang Membuka Rambut Kepalanya selain

Suaminya adalah : Rambutnya akan digantung dengan api Neraka

Sehingga Mendidih Otaknya Dan ini terjadi sampai berapa lama ia

di dunia semasa hidupnya belum menutup rambut kepalanya.

2. Perempuan Yang Suka Berpakaian Seksi dan Menonjolkan

dadanya adalah :

“Digantung dengan rantai api neraka dimana dada dan pusatnya

diikat dengan api neraka serta betis dan pahanya diberikan

panggangan seperti manusia memanggang kambing di dunia dan api

neraka ini sangat memedihkan perempuan ini. ”

3. Azab Buat Perempuan Yang Suka Menjadi Penggoda dan Berusaha

Menggairahkan Pria lain dengan tubuhnya yang aduhai adalah

“PEREMPUAN INI MUKANYA AKAN MENGHITAM DAN MEMAKAN ISI PERUTNYA

SENDIRI”

( Hadits Diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim )

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka. (QS. At Tahriim: 8)

gambar membuka aurat walaupun

Berkerudung:

 

 

 

 

 

 

BAB. 8

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa adab berpakaian

sangatlah di perhatikan, khususnya bagi kaum muslim dan muslimah.

Karena itu semua dapat mencerminkan sikap, sifat,dan tingkah laku

orang yang mengenakannya.

Pakaian yang sesuai dengan syariat islam adalah pakaian yang

dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW , ada baiknya sebagai kaum

muslimin kita mengikuti anjuran dari nabi besar kita yaitu Nabi

Muhammad SAW.

Jauhilah larangan Allah SWT tentang membuka aurat(bagi wanita)

jika tidak ingin merasakan azab pedih dari-Nya. Naudzubillah min

dzalik,semoga kita tidak termasuk golongan seperti itu.

Demikian makalah ini kami sampaikan. Semoga apa yang disampaikan

pada makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf

bila ada salah kata maupun salah penyampaian bahasa,karena

kesalahan datangnya dari kami dan kebenaran selalu datang dari

Allah SWT. Wabillahi’taufik wal hidayah wassalamu’alaikum wr.wb.