Mempertahankan Perilaku siswa yang sesuai

24
“Pentingnya Guru Menguasai Keterampilan Menyusun Instrumen Penilaian” Disusun Untuk Memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Dosen Pengampu : Trimo S.Pd, M.Pd Disusun Oleh : Nama : Septi Dewi Sartika Kelas : VF NPM : 10120315 IKIP PGRI SEMARANG i

Transcript of Mempertahankan Perilaku siswa yang sesuai

“Pentingnya Guru MenguasaiKeterampilan Menyusun Instrumen

Penilaian”Disusun Untuk Memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran

Dosen Pengampu : Trimo S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Septi Dewi Sartika

Kelas : VF

NPM : 10120315

IKIP PGRI SEMARANG

i

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

TAHUN AJARAN 2012/2013

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah saya panjatkan puji syukur kepada Allah SWT

atas limpahan rahmat dan karunianya saya dapat menyeleseikan

makalah ini sampai akhir. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas

tambahan dari mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Didalam makalah

ini penulis mendapat tugas untuk mengidentifikasi pentingnya

keterampilan guru dalam menyusun instrumen penilaian.

Makalah ini penulis susun secara sistematis dimulai dari

pengertian penilaian, evaluasi ,tes dan pengukuran untuk membuat

persamaan persepsi antar pembaca dan penulis. Tak lupa penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT

2. Keluarga dan kerabat yang telah memberikan dukungan atas

selesainya makalah ini

3. Bapak Trimo S.Pd M.Pd yang telah membimbing saya dalam

menyusun makalah ini

4. Teman –teman kelas 5 F yang telah banyak memberi pengalaman

saya dalam belajar Evaluasi Pembelajaran

Akhir kata “Tak ada gading yang tak retak” karena itu

penulis sangat terbuka atas saran atau kritik dari pembaca

sekalian.

i

Semarang, 23 Januari 2013

Pe

nyusun

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di akhir semester, biasanya para guru diminta untuk

memberikan penilaian hasil belajar siswa selama satu semester.

Penilaian ini akan masuk ke laporan hasil belajar siswa atau

rapor yang akan dibagikan oleh wali kelas kepada orangtua

siswa.

Karena itu seorang guru dituntut untuk menguasai

kemampuan memberikan penilaian kepada para peserta didiknya.

Kemampuan ini adalah kemampuan terpenting dalam evaluasi

pembelajaran. Dari penilaian itulah seorang guru dapat

mengetahui kemampuan yang telah dikuasai oleh para peserta

didiknya.

Didalam blog Akhmad Sudrajat, dituliskan bahwa banyak

orang sering mencampuradukan pengertian antara evaluasi,

pengukuran, tes, dan penilaian, padahal keempatnya memiliki

pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan

mengidentifikasi untuk melihat apakah sutu program yang telah

direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak,

dan dapat pula untuk melihat tingkat efesiensi pelaksanaannya.

Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement).

Strufflebeum (Abin Syamsudin Makmunn, 1996) mengemukakan bahwa

: educational evaluation is the process of delineating,

ii

obtaining, and providing useful, information for judging

decision alternative. Dari pandangan Strufflebeum, kita dapat

melihat bahwa esensi dari evaluasi yaitu memberi informasi

bagi kepentingan pengambilan keputusan.

Pengukuran (measurement) adalah aproses pemberian angka

atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan

dimana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik

tertentu.

Tes adalah cara penilaian yang dirancang oleh guru dan

dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat

tertentu serta dalam kondisi yang harus memenuhi syarat-syarat

tertentu yang jelas.

Sedangkan penilaian adalah penerapan berbagai cara dan

penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi

tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau

/ ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta

didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil

atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian

dapat berupa penilaian kualitatif ( pernyataan naratif dalam

kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).

Dari definisi diatas dapat kita lihat bahwa penilaian

itu dapat mencakup pengukuran dan pemberian tes untuk

memperoleh informasi tentang sejauhmana pengetahuan peserta

didik terhadap pembelajaran, yang kemudian dievaluasi untuk

mencari informasi apakah program tersebut sudah sesuai tujuan

pembelajaran atau tidak. Berdasarkan informasi itu, dapat

dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik

dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikulum

itu sendiri. Jadi keterampilan guru merancang penilaian sangat

penting dalam proses pembelajaran untuk menemukan the best

moment peserta didik dalam menemukan potensi unik yang

dimilikinya

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keterampilan guru dalam membuat instrumen

penilaian dapat berpengaruh pada perkembangan siswa?

C. Tujuan

1.Mengetahui keterampilan guru dalam membuat instrumen

penilaian dapat berpengaruh pada perkembangan siswa

BAB II

PEMBAHASAN

A. Filosofi Penilaian

Penilaian dapat menjadi salah satu aspek yang paling

sulit dalam mengajar. Salah satu kesulitan dalam membuat

instrumen penilaian adalah kebingungan antara apa pengaruh

penilaian dengan tujuan sesungguhnya. Pada umumnya

masyarakat menganggap bahwa penilaian adalah tes-tes yang

dikerjakan oleh peserta didik dan bertumpu pada hasil akhir

yaitu angka perolehan nilai, sedangkan bagi peserta didik

penilaian sering dianggap sebagai sarana bersaing dengan

teman-teman sekelas untuk menunjukan seberapa hebat dirinya

dapat memperoleh skor yang tinggil. Semakin tinggi nilai

angka yang diperoleh peserta didik semakin bangga peserta

didik tersebut, padahal hal tersebut tidak akan ada artinya

jika tanpa tahu tujuan penilaian sesungguhnya.

Pada dasarnya penilaian itu adalah lebih dari sekedar

menuliskan angka nilai. Penilaian harus memberikan guru

informasi terperinci yang dapat dibagi dengan orangtua

peserta didik. Lebih jauh lagi, penilaian yang dilakukan

sepanjang tahun ajaran berlangsung akan mengukur kemajuan

yang telah dicapai peserta didik, menunjukan kelebihan dan

kelemahan peserta didik, dan memungkinkan guru dapat

memeriksa sejauh mana siswa memahami pelajaran yang

diberikan.

B. Jenis-jenis penilaian

1. Penilaian formatif digunakan untuk mengevaluasi pemahaman

siswa terhadap bahan-bahan pelajaran selama dan setelah

pelajaran disampaikan. Penilaian formatif adalah bagian

vital dari proses pengajaran karena menyediakan sarana

bagi guru untuk memperbaiki metode-metode pengajaran

sesuai dengan yang dibutuhkan. Apabila jelas terlihat

siswa tidak mampu menangkap apa yang diajarkan, guru

dapat memahami pelajaran dengan lebih baik.

2. Penilaian Sumatif dilakukan pada poin-poin tertentu

selama proses pembelajaran: pada awal unit pelajaran,

pada akhir unit pelajaran, pada akhir unit pelajaran,

sebagai penanda ( tanda kemampuan masing-masing siswa)

selama tahun ajaran berlangsung. Evaluasi menunjukan

ii

kemajuan dan perkembangan siswa menuju sasaran yang telah

ditetapkan oleh pemerintah / dinas pendidikan. Penilaian

ini termasuk tes-tes standar nasional, tes akhir unit

pelajaran, tes akhir bab, dan tes akhir semester. Umumnya

ujian berbentuk soal pilihan berganda, isian,

memasangkan, atau esai standar.

3. Penilaian kinerja otentik memungkinkan siswa menunjukan

ilmu dan keterampilan yang telah dipelajarinya dengan

cara bermakna. Seringkali siswa diminta menerapkan

ilmunya dalam situasi yang nyata atau situasi sehari-

hari.

C. Pentingnya keterampilan menyusun penilaian bagi guru

Seorang guru dituntut untuk menguasai kemampuan

memberikan penilaian kepada peserta didiknya. Kemampuan ini

adalah kemampuan terpenting dalam evaluasi pembelajaran.

Dari penilaian itulah seorang guru dapat mengetahui

kemampuan yang telah dikuasai oleh para peserta didiknya.

Selain itu seorang guru harus mengetahui kompetensi dasar

(KD) apa saja yang telah dikuasai oleh peserta didik dan

segera mengambil tindakan perbaikan ketika nilai peserta

didiknya lemah atau kurang sesuai dengan harapan. Dari

penilaian yang dilakukan oleh guru itulah, guru melakukan

perenungan diri dari apa yang telah dilakukan. Setiap siswa

adalah juara, dan guru harus mampu mengantarkan peserta

didiknya menjadi seorang juara di bidangnya.

Menurut Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd bahwa, ada 4

kesadaran yang penting bagi seorang guru atau pendidik dalam

memberikan penilaian. Keempat kesadaran itu adalah:

1)     Sense of goal (tujuan)

2)     Sense of regulation (keteraturan)

3)     Sense of achievement (berprestasi)

4)     Sense of harmony (keselarasan)

Berangkat dari keempat kesadaran itulah seharusnya

seorang guru melakukan penilaian. Pendidik harus sudah tahu

tujuan penilaian itu adalah mengukur kemampuan atau

kompetensi siswa setelah dilaksanakannya proses

pembelajaran. Setelah guru melakukan penilaian akan terlihat

nanti kemampuan setiap siswa setelah guru melaksanakan test

atau ujian dan kemudian melakukan penilaian.

Ketika guru telah memahami benar tujuan pembuatan soal

yang sesuai dengan indikator dalam standar kompetensi (SK)

dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa,

maka guru yang bersangkutan akan dengan mudah membuat soal-

soal test yang akan diujikan. Dari situlah guru melakukan

bobot penilaian yang telah ditentukan lebih dahulu dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Bila semua itu telah

direncanakan dengan baik, maka tujuan pembelajaran akan

ii

tercapai dan hal ini terlihat dari prestasi siswa yang

menggembirakan.

Untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai

tujuan pembelajaran yang diharapkan tentunya harus didukung

oleh instrumen penilaian yang sesuai dengan karakteristik

tujuan (termasuk standar kompetensi maupun kompetensi dasar)

berkala dan berkesinambungan. Di samping itu bukan hanya

menilai secara parsial, melainkan secara menyeluruh yang

meliputi proses dan hasil belajar yang mencakup wawasan

pengetahuan, sikap dan keterampilan sosial yang dicapai

siswa. Oleh karenanya penilaian merupakan bagian keseluruhan

dari proses pembelajaran sehingga hasil penilaian dapat

menggambarkan kemampuan atau prestasi belajar peserta didik

secara menyeluruh dan sesungguhnya.

Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan

baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan

merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan tegas. Ada

tiga domain tujuan pembelajaran menurut Benjamin S.Bloom dan

Krathwohl dan Masia yaitu domain kognitif, afektif dan

psikomotor. Mengingat untuk mengetahui ketercapaian tujuan

tersebut adalah melalui evaluasi,maka berarti evaluasi pun

dilakukan untuk mengukur ketercapaian ketiga domain

tersebut. Dalam implementasinya, evaluasi tersebut

memerlukan yang namanya instrumen. Dengan kata lain jika

seorang guru/dosen akan melakukan evaluasi, maka terlebih

dahulu guru/dosen tersebut harus menyusun instrumen

evaluasi.

Namun dalam kenyataannya guru jarang menggunakan

instrumen evaluasi yang mengukur domain afektif, yang paling

sering digunakan guru adalah instrumen evaluasi domain

kognitif dan sedikit sekali yang mengukur domain psikomotor.

Penilaian hasil belajar merupakan proses pengambilan

keputusan tentang kemajuan belajar siswa yang dilakukan oleh

guru berdasarkan informasi yang diperoleh melalui pengukuran

proses dan hasil belajar siswa. Ketepatan dalam penilaian

sangat tergantung kepada aspek yang hendak diukur. Apabila

aspek yang hendak dikembangkan melalui matapelajaran adalah

menekankan pada domain afektif, maka sudah seharusnyalah

bahwa penilaian domain afektif dilakukan.

Dengan demikian penilaian hasil belajar tidak hanya

mengukur hasil belajar yang berupa aspek pengetahuan saja,

melainkan juga mengukur proses pembelajaran yang

dilakukannya agar siswa menjadi seorang yang mempunyai

nilai-nilai serta etika yang baik, baik di sekolah, di

rumah, maupun di masyarakat. Penilaian hasil belajar tidak

sekedar memberikan informasi kepada semua pihak; guru,

siswa, orang tua, dan pengelola sekolah, tetapi pada

dasarnya lebih menekankan pada kualitas informasi yang

dihasilkan.

ii

Pelaksanaan penilaian tidak hanya dilakukan secara

formal berupa tes hasil penguasaan pengetahuan saja sebagai

suatu produk, lebih dari itu cara penilaian lain dilakukan

secara bersamaan berdasarkan tujuan dan situasi kondisinya

(Martorella, 1985 : 230; Jarolimek, 1993 : 454-455; Farris,

1994 : 146; Fraenkel, 1985 : 57; Schuncke, 1988 : 115).

Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan

belajar seseorang”. Jika seseorang tidak memiliki minat pada

pelajaran tertentu, maka orang tersebut akan sulit untuk

mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang

berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai

hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua

pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik

untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu

ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat

kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa

sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang

program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan

ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.

D. Penilaian yang dapat melejitkan bakat siswa

Dalam menyusun instrumen penilaian, mengumpulkan data

tentang pemahaman siswa adalah suatu langkah penting yang

dilakukan guru dalam menggerakkan siswa menuju pemahaman

yang penuh konsep dan standar penting. "Instruksi dan

penilaian formatif yang terpisahkan. Paul Black dan Dylan

Wiliam (1998, p. 143) mengemukakan bahwa Penilaian merujuk

untuk semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa

dalam menilai diri mereka yang menyediakan informasi untuk

digunakan sebagai umpan balik dalam memodifikasi kegiatan

belajar mengajar. Dan kenyataanya Penilaian formatif

terbukti ampuh digunakan untuk menyesuaikan pengajaran yang

dapat memenuhi kebutuhan siswa "(hal. 140). Para peneliti

menemukan bahwa memperkuat penilaian formatif dapat

meningkatkan prestasi siswa secara keseluruhan dan akan

sangat bermanfaat bagi siswa (Black & Wiliam, 1998).

Rick Stiggins, seorang pakar tentang penilaian kelas

mengemukakan bahwa keterampilan guru dalam melakukan

penilaian juga harus diimbangi dengan cara-cara kreatif dan

inovatif. Dia menunjukan bahwa guru harus mengganti

penilaian yang hanya menekankan pada pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan yang lebih seimbang, jadi guru tidak

hanya menggunakan penilaian belajar tetapi juga penilaian

untuk belajar yang artinya guru harus menggunakan penilaian

tidak hanya untuk mengukur kemajuan peserta didik saja

tetapi juga untuk memperoleh data-data yang berguna untuk

menginformasikan praktek intruksional mereka

sendiri( Stiggins, 2004)

ii

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan

oleh guru dalam menyusun instrumen penilaian kelas yang

efektif di dalam kelas :

1. Mulai Dengan Standar

Semua penilaian yang dibuat di kelas atau dikelola

oleh pemerintah akan berkaitan erat dengan kurikulum

berdasarkan standar isi pendidikan negara. Sebagai langkah

pertama, guru harus menentukan standar penilaian yang sesuai

kurikulum yang dinilai pada skala besar tes. Selanjutnya W.

James Popham (2006) menunjukkan, harus ada analisis yang

cermat dari subskills dan pengetahuan dalam standar-standar

yang seharusnya dikuasai siswa. Artinya seorang guru harus

cermat dan teliti dalam mengolah materi dan penilaian yang

sesuai dengan standar pencapaian yang telah ditentukan

pemerintah. Langkah ini penting dalam penilaian formatif

yang akan memberikan informasi dan relevan. Setelah

analisis ini selesai, guru dapat bekerja sama untuk

mengembangkan materi pelajaran yang relevan secara lokal dan

tugas penilaian formatif yang menarik pada modalitas belajar

yang berbeda.

2. Libatkan Pelajar dalam Proses Penilaian

Melibatkan peserta didik merupakan inti dari

pembelajaran yang menyenangkan. selain itu penilaian ini

dapat menarik minat siswa untuk terlibat dalam pembelajaran,

karena mereka merasa dibutuhkan dan menjadi bagian penting

dari proses pembelajaran. Peserta didik dapat terlibat dalam

penilaian dengan beberapa cara seperti memberikan kesempatan

mereka dengan membagikan rubrik atau dengan standar

penilaian yang jelas pada pekerjaan yang akan dievaluasi.

Siswa juga dapat menampilkan pekerjaan yang baik dan

pekerjaan yang perlu perbaikan dan dapat diberikan arahan

dalam menganalisis perbedaan antara mereka. Stiggins

membayangkan "lingkungan di mana siswa menggunakan penilaian

untuk memahami apa itu kesuksesan dan bagaimana seorang

siswa dapat berusaha lebih baik lagi untuk waktu berikutnya"

(2004, hal. 25).

Penulis Marilyn Burns (2005) mengungkapkan pentingnya

pertanyaan sebagai penilaian formatif yang melibatkan siswa.

Dengan menggali pendapat siswa tentang baik buruk, tinggi

rendah dan sebagainya baik secara lisan maupun tertulis akan

membuat penalaran siswa berkembang. Strategi ini dapat

membimbing siswa dalam memperbaiki dan memberikan pengalaman

nyata untuk mempertajam wawasan. Hal ini juga membantu siswa

merefleksikan proses berpikir mereka sendiri, praktek yang

disebut metakognisi.

3. Menyediakan Tingkat Tinggi Feedback Instruksional

Walaupun umpan balik guru dapat diamati di hampir

setiap kelas, penggunaannya tidak selalu berfungsi sebagai

alat penilaian kelas yang efektif. "Ada contoh jelas di mana

ii

guru memiliki kesadaran untuk merespons dengan cara yang

akan menghambat pembelajaran siswa. Contohnya adalah

seorang guru yang mencegah akses perkembangan cara berpikir

siswa dengan tidak merespon secara jelas pertanyaan tak

terduga yang diajukan siswa. Jadi guru hanya mencoba

mengarahkan siswa ke arah jawaban yang diharapkan "(Black &

Wiliam, 1998, hal. 143).

Sebaliknya, umpan balik instruksional berkualitas tinggi

yang tepat waktu, berguna, dan tepatdapat diberikan

sesegera mungkin setelah penilaian terjadi dan dapat

mempengaruhi langkah selanjutnya dalam proses pembelajaran.

Umpan balik yang berguna menurut Thomas Guskey (2005),

adalah "umpan balik yang baik diagnostik dan preskriptifnya.

Ini memperkuat persepsi bahwa siswa diharapkan untuk

belajar, mengidentifikasi apa yang telah dipelajari dengan

baik, dan menjelaskan apa yang perlu dipelajari lebih baik

"(hal. 6). Apakah lisan atau tertulis, umpan balik

instruksional harus menunjukkan peningkatan dan membuat

siswa semakin ingin memperdalam ilmu yang telah mereka

pelajari

4. Kompilasi dan Analisis Hasil Penilaian

Data yang dihasilkan dari penilaian formatif dapat

memberikan informasi tentang sejauh mana instruksi guru

dapat berhasil dan diterima oleh siswa yang kemudian

ditentukan tahap tindakan selanjutnya. Guru dapat

mengkompilasi tanggapan siswa untuk mengetahui seberapa

antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran dan bagaimana

cara mempertahankan semangat belajar siswa dikelas..

5. Membedakan Instruksi korektif

Aspek yang paling menantang dalam menggunakan penilaian

formatif adalah mengetahui apa yang harus dilakukan dengan

hasil penilaian . Hasil penilaian yang menunjukkan siswa

tidak belajar konsep penting atau keterampilan akan

digunakan untuk instruksi korektif dan kesempatan tambahan

bagi siswa untuk menunjukkan hasil belajarnya.

"Agar optimal dan efektif, koreksi secara kualitatif harus

berbeda dari ajaran awal," kata Thomas Guskey (2005, hal.6).

"Hanya sedikit perbedaan hasil pengajaran dengan dalam

variasi yang besar dalam belajar siswa" (hal. 2). Jika

instruksi langsung digunakan untuk pelajaran awal, pelajaran

korektif yang memuat penggunaan Manipulatif atau kegiatan

kinestetik mungkin tepat. Siswa dapat dikelompokkan sehingga

mereka yang telah paham dalam pembelajaran diberikan

kegiatan untuk mengerjakan pngayaan sedangkan mereka yang

masih membutuhkan waktu unutk memahami disediakn tindak

lanjut. Tujuannya adalah semua siswa mampu belajar optimal

dengan menggunakan berbagai strategi pengajaran.

E. Manfaat penilaian

ii

a. Manfaat penilaian bagi guru

1. Dengan melaksanakan penilaian, guru akan memperoleh data

tentang kemajuan belajar siswa.

2. Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkannya sudah

sesuai atau tidak dengan kemampuan siswa, sehingga dapat

dijadikan pertimbangan untuk menentukan materi pelajaran

selanjutnya.

3. Dengan melaksanakan penilaian guru akan dapat mengetahi

apakah metode mengajar yang digunakannya sudah sesuai atau

tidak.

4. Hasil penilaian dapat dimanfaatkan guru untuk merlaporkan

kemajuan belajar siswa kepada orang tua/wali siswa

b. Manfaat penilaian bagi siswa

1. Hasil penilaian dapat menjadi pendorong siswa agar belajar

lebih giat.

2. Hasil penilaian dapat dimanfaatkan siswa untuk mengetahui

kemajuan belajarnya.

3. Hasil penilaian merupakan data tentang apakah cara belajar

yang dilaksanakannya sudah tepat atau belum.

c. Manfaat Penilaian bagi Lembaga/Sekolah

1. Hasil penilaian dapat dimanfaatkan sekolah untuk mengetahui

apakah kondisi belajar mengajar yang dilaksanakan sekolah

sudah sesuai dengan harapan atau belum.

2. Hasil penilaian merupakah data yang dapat dimanfaatkan

sekolah untuk merencanakan pengembangan sekolah pada masa

yang akan datang.

3. Hasil penilaian merupakan bahan untuk menetapkan kebijakan

dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah.

BAB III

PENUTUP

A . Kesimpulan

Seorang guru dituntut untuk menguasai kemampuan

memberikan penilaian kepada peserta didiknya. Kemampuan ini

adalah kemampuan terpenting dalam evaluasi pembelajaran.

Dari penilaian itulah seorang guru dapat mengetahui

kemampuan yang telah dikuasai oleh para peserta didiknya.

Selain itu seorang guru harus mengetahui kompetensi dasar

(KD) apa saja yang telah dikuasai oleh peserta didik dan

segera mengambil tindakan perbaikan ketika nilai peserta

didiknya lemah atau kurang sesuai dengan harapan. Dari

penilaian yang dilakukan oleh guru itulah, guru melakukan

perenungan diri dari apa yang telah dilakukan. Setiap siswa

adalah juara, dan guru harus mampu mengantarkan peserta

didiknya menjadi seorang juara di bidangnya.

ii

ada 4 kesadaran yang penting bagi seorang guru atau

pendidik dalam memberikan penilaian. Keempat kesadaran itu

adalah:

1)     Sense of goal (tujuan)

2)     Sense of regulation (keteraturan)

3)     Sense of achievement (berprestasi)

4)     Sense of harmony (keselarasan)

Berangkat dari keempat kesadaran itulah seharusnya

seorang guru melakukan penilaian. Pendidik harus sudah tahu

tujuan penilaian itu adalah mengukur kemampuan atau

kompetensi siswa setelah dilaksanakannya proses

pembelajaran. Setelah guru melakukan penilaian akan terlihat

nanti kemampuan setiap siswa setelah guru melaksanakan test

atau ujian dan kemudian melakukan penilaian.

B . Saran

1. Dalam melakukan penilaian seorang guru hendaknya lebih

kreatif dalam menyusun instrumen penilaian yang dapat memuat

3 ranah yaitu kognitif, afektif fan psikomotorik yang sesuai

dengan perkembangan jaman dan kemajuan tekhnologi

2. Penilaian berbasis multiple intelegency patut

dipertimbangkan

Daftar Pustaka

1. Kusumah, Wijaya.2012. Menjadi Guru yang Tangguh.Jakarta :

Indeks

2. Emma, Dyan M. Guru dan Kelas Cemerlang.Jakarta:Indeks

3. Camelia, Umi. Kemampuan Guru Dalam Membuat Instrumen Penilaian

Domain Afektif Pada Mata Pelajaran Pkn Di Smp Negeri Se-Kabupaten Ogan

Ilir.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Skripsi tidak diterbitkan:

Palembang: Universitas Sriwijaya

ii

4. Chotimah,Umi. Laporan Instrumen Penilaian Domain Afektif.:Universitas

Sriwijaya