2611.082 dengan judul “PERILAKU SOSIAL PENGAMEN ...

82
ABSTRAK Skripsi ini atas nama MUHAMMAD HARIZON, NIM : 2611.082 dengan judul “PERILAKU SOSIAL PENGAMEN JALANAN (Studi Kasus Pada Pengamen Jalanan Kota Bukittinggi )”. Adapun gambaran secara umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menganalisis data perilaku sosial pengamen jalanan yang berada di kawasan taman Jam Gadang dan terminal Aur Kuning Bukittinggi yang merupakan salah satu kelompok orang yang menjadi pelaku sosial perkotaan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan data kongkrit serta akurat seputar perilaku sosial pengamen jalanan untuk kepentingan skripsi dan memberikan sedikit gambaran kepada para pembaca tentang bentuk-bentuk pola tingkah laku pengamen jalanan kota Bukittinggi yang penulis jadikan sebagai subjek penelitian atau informan kunci. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field reseach). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif (naturalistik), yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Penelitian ini bersifat partisipant observer yaitu kegiatan penelitian yang langsung melibatkan kehadiran peneliti di lokasi penelitian, dalam hal ini adalah kehadiran penulis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku sosial pengamen jalanan dengan berpedoman kepada pengertian, faktor yang mempengaruhinya, bentuk- bentuknya, karakteristik yang positif, faktor pembentuk, penetapan, perkembangan sosial, maupun tipe-tipenya, serta hasil penelitian dilapangan dapat penulis simpulkan bahwa perilaku sosial merupakan suatu rangsangan atau stimulus yang berasal dari seorang individu yang diekspresikannya kepada orang lain (diluar dirinya) untuk mendapatkan respon yang sesuai dengan rangsangan yang ia berikan. Sementara itu, perilaku sosial pengamen jalanan merupakan suatu stimulus perbuatan yang timbul dari pengamen jalanan untuk menjalin komunikasi sosial dengan orang lain yang ada disekitarnya serta berbagai macam bentuk tindakan sosial yang timbul dari diri mereka untuk diekspresikan kepada orang lain (diluar dirinya) dan perilaku sosial pengamen jalanan dapat lahir dari emosi dan pengaruh sikap yang datang kepada mereka. Adanya berbagai tindakan, perbuatan, sikap, tingkah laku dan segala aktivitas sosial yang dilakukan oleh pengamen jalanan tergantung serta menyesuaikan kepada bagaimana pola lingkungan tempat ia berada karena lingkungan merupakan faktor yang paling kuat dalam membentuk pola perilaku sosial pengamen jalanan di kota Bukittinggi maupun kota lainnya juga faktor lingkungan sangat berpengaruh besar dalam membentuk karakter kepribadian pengamen jalanan kota Bukittinggi.

Transcript of 2611.082 dengan judul “PERILAKU SOSIAL PENGAMEN ...

ABSTRAK

Skripsi ini atas nama MUHAMMAD HARIZON, NIM : 2611.082

dengan judul “PERILAKU SOSIAL PENGAMEN JALANAN (Studi Kasus

Pada Pengamen Jalanan Kota Bukittinggi)”. Adapun gambaran secara umum

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan

menganalisis data perilaku sosial pengamen jalanan yang berada di kawasan

taman Jam Gadang dan terminal Aur Kuning Bukittinggi yang merupakan salah

satu kelompok orang yang menjadi pelaku sosial perkotaan. Tujuan dari penelitian

ini adalah mendapatkan data kongkrit serta akurat seputar perilaku sosial

pengamen jalanan untuk kepentingan skripsi dan memberikan sedikit gambaran

kepada para pembaca tentang bentuk-bentuk pola tingkah laku pengamen jalanan

kota Bukittinggi yang penulis jadikan sebagai subjek penelitian atau informan

kunci.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field

reseach). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif (naturalistik), yaitu suatu

penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara

individual maupun kelompok. Penelitian ini bersifat partisipant observer yaitu

kegiatan penelitian yang langsung melibatkan kehadiran peneliti di lokasi

penelitian, dalam hal ini adalah kehadiran penulis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku sosial pengamen jalanan

dengan berpedoman kepada pengertian, faktor yang mempengaruhinya, bentuk-

bentuknya, karakteristik yang positif, faktor pembentuk, penetapan,

perkembangan sosial, maupun tipe-tipenya, serta hasil penelitian dilapangan dapat

penulis simpulkan bahwa perilaku sosial merupakan suatu rangsangan atau

stimulus yang berasal dari seorang individu yang diekspresikannya kepada orang

lain (diluar dirinya) untuk mendapatkan respon yang sesuai dengan rangsangan

yang ia berikan. Sementara itu, perilaku sosial pengamen jalanan merupakan suatu

stimulus perbuatan yang timbul dari pengamen jalanan untuk menjalin

komunikasi sosial dengan orang lain yang ada disekitarnya serta berbagai macam

bentuk tindakan sosial yang timbul dari diri mereka untuk diekspresikan kepada

orang lain (diluar dirinya) dan perilaku sosial pengamen jalanan dapat lahir dari

emosi dan pengaruh sikap yang datang kepada mereka.

Adanya berbagai tindakan, perbuatan, sikap, tingkah laku dan segala

aktivitas sosial yang dilakukan oleh pengamen jalanan tergantung serta

menyesuaikan kepada bagaimana pola lingkungan tempat ia berada karena

lingkungan merupakan faktor yang paling kuat dalam membentuk pola perilaku

sosial pengamen jalanan di kota Bukittinggi maupun kota lainnya juga faktor

lingkungan sangat berpengaruh besar dalam membentuk karakter kepribadian

pengamen jalanan kota Bukittinggi.

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGESAHAN TIM PENGUJI

SURAT PERNYATAAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

ABSTRAK .................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Batasan Masalah .............................................................................. 5

C. Rumusan Masalah ............................................................................ 5

D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

F. Penjelasan Judul............................................................................... 7

G. Sistematika Kepenulisan ................................................................. 8

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 10

A. Perilaku Sosial ................................................................................ 10

1. Pengertian Perilaku Sosial.......................................................... 10

2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial .............................. 13

3. Bentuk-Bentuk Perilaku Sosial .................................................. 17

4. Karakteristik Perilaku Sosial yang Positif.................................. 26

5. Faktor Pembentuk Perilaku Sosial ............................................. 27

6. Penetapan Perilaku Sosial .......................................................... 28

7. Tipe-Tipe Perilaku Sosial ........................................................... 29

8. Perkembangan Sosial ................................................................. 30

B. Pengamen Jalanan ......................................................................... 32

1. Pengertian Pengamen Jalanan .................................................... 32

2. Sejarah Pengamen Jalanan ......................................................... 33

3. Perilaku Sosial Pengamen Jalanan ............................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 45

A. Jenis Penelitian ............................................................................... 38

B. Informan Penelitian ....................................................................... 40

1. Informan Kunci .......................................................................... 40

2. Informan Pendukung .................................................................. 41

C. Lokasi Penelitian ............................................................................ 41

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 41

1. Observasi .................................................................................... 41

2. Wawancara ................................................................................. 43

E. Teknik Analisa Data ...................................................................... 45

1. Reduksi Data .............................................................................. 45

2. Display Data ............................................................................... 46

3. Verifikasi Data ........................................................................... 46

F. Triangulasi Data ............................................................................. 47

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................. 48

A. Profil Informan Penelitian ............................................................ 48

1. Profil Informan 1 .................................................................. 48

2. Profil Informan 2 .................................................................. 49

B. Perilaku Sosial Pengamen Jalanan ............................................... 49

1. Pemberani Secara Sosial ...................................................... 50

2. Berkuasa ............................................................................... 53

3. Berinisiatif ............................................................................ 54

4. Mandiri ................................................................................. 57

5. Kerjasama ............................................................................. 60

6. Agresif .................................................................................. 61

7. Suka Pamer atau Menonjolkan diri ...................................... 63

C. Peranan Pihak Terkait .................................................................. 66

1. Peraturan Daerah .................................................................. 66

2. Tindakan Petugas ................................................................. 67

3. Perilaku Sosial Sesuai Norma .............................................. 68

4. Perilaku Sosial Melanggar Norma ....................................... 69

5. Komunitas Pengamen Jalanan.............................................. 70

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 72

A. Kesimpulan ..................................................................................... 72

B. Saran ................................................................................................ 72

DAFTAR KEPUSTAKAAN .................................................................... 75

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Salah satu permasalahan sosial perkotaan adalah anak jalanan,

dimana keberadaan mereka sering dianggap sebagai pengemis dan

penimbul masalah. Tidak hanya dikota-kota besar, di kota kecil seperti

Bukittinggi juga tidak terlepas dari anak jalanan terlebih lagi kota

Bukittinggi merupakan salah satu kota pariwisata terbaik di Sumatera

Barat. Adapun cara-cara yang dilakukan mereka sangat beragam

diantaranya meminta uang kepada pengunjung, bernyanyi tanpa

menggunakan alat musik dan ada yang mengamen menggunakan alat

musik gitar, gendang, tamburin dan alat lainnya yang mereka buat sendiri.

Permasalahan yang sangat mendominasi dirasakan oleh remaja dari

dahulu hingga sekarang adalah masa mencari identitas diri. Perilaku sosial

pada diri remaja menjadi salah satu kekuatan penggerak. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai dan watak dasar seorang individu dalam

menjalani kehidupannya tidak berakar pada kecerdasan intelektualnya saja

melainkan juga terletak pada perkembangan perilaku sosialnya. Oleh

sebab itu, pengaruh perilaku sosial yang baik pada dirinya adalah untuk

mengendalikan hubungan sosial atau perasaan diri untuk menghadapi

lingkungan sekitar tempat ia berada, menentukan segala sesuatu dengan

baik, serta mampu lebih matang merencanakan segala keinginannya.

Sedangkan prilakunya terhadap orang lain, diantaranya mampu menjalin

kerjasama dengan baik, saling menghargai dan mampu memposisikan

dirinya (beradaptasi) di lingkungan dimana ia berada1.

Berbagai fenomena sosial yang terjadi ditengah-tengah masyarakat

perkotaan dewasa ini membuat perkembangan hubungan sosial semakin

mempengaruhi komunikasi antar pribadi yang terjadi pada individu.

Kondisi ini dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja,

tidak tertutup kemungkinan terjadi pada pengamen jalanan yang notabene

menjadi pelaku sosial di tengah hiruk pikuknya kehidupan sosial

perkotaan. Dalam kesehariannya tersebut pengamen jalanan melakukan

1 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung : Rosda Hude, 2009)

komunikasi dengan siapa saja, baik dengan orang yang lebih muda,

sebaya, maupun lebih tua dari mereka.

Pengamen jalanan merupakan orang-orang yang mendapatkan

penghasilan dengan cara bernyanyi dengan memainkan alat musik di muka

umum dengan tujuan menarik perhatian orang lain dan mendapatkan

imbalan uang atas apa yang mereka lakukan2. Keberadaan pengamen

jalanan merupakan salah satu masalah klasik berkepanjangan yang terjadi

di negara Indonesia sampai hari ini khususnya di kota Bukittinggi, mereka

melakukan aktivitas ini seolah hampir sama dengan aktivitas fakir miskin

dan anak terlantar yang meminta-minta kesana-kemari yang perlu

diperhatikan oleh pemerintah sesuai dengan pasal 34 ayat (1) Undang-

Undang Dasar tahun 1945, “Fakir miskin dan anak-anak terlantar

dipelihara oleh negara”. Didirikannya Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) salah satu diantaranya adalah bertujuan untuk

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Disisi lain,

hingga sekarang masih maraknya masyarakat kalangan menengah

kebawah yang berada dalam keadaan fakir, miskin, anak terlantar, gepeng,

pemulung, pengamen jalanan dan masalah sosial lainnya yang sewaktu-

waktu mereka bisa saja akan menjadi gelandangan, pengemis, anak

jalanan, bahkan pengamen jalanan sekalipun3.

2 Anarita, Baseline Survei untuk Program Dukungan dan Pemberdayaan Anak Jalanan di

Perkotaan, (Bandung : Akatiga, Pusat Analisis Sosial, 2001) 3 Achmat Subekan, Fakir Miskin dan Anak-anak Terlantar Dipelihara oleh Negara,

(Jakarta : Kementerian Keuangan, 2014), hal. 1

Pada penelitian ini berfokus kepada perilaku sosial pengamen

jalanan di kota Bukittinggi. Berhubung secara geografis letak kota

Bukittinggi cukup luas untuk melakukan penelitian, maka penulis perlu

menyederhanakan lokasi penelitian yaitu di kawasan taman Jam Gadang

dan kawasan Terminal Aur Kuning Bukittinggi. Kegiatan mengamen di

jalanan yang mereka lakukan juga dipandang sebagai bentuk lain dari

mengemis yang sekarang dijadikan sebagai pekerjaan dengan maksud agar

tidak dipandang sebagai orang yang sekedar meminta-minta. Didalam

ajaran agama islam menjelaskan bahwa aktivitas meminta-minta

merupakan sebuah tindakan yang terlarang. Meminta dengan cara yang

baik saja dilarang apalagi meminta uang kepada orang lain dengan cara

memaksa, sebagaimana hadits Rasulullah SAW berikut yang artinya :

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud RA. Rasulullah SAW bersabda :

“Barangsiapa meinta-minta sedang ia dalam kecukupan, maka pada hari

kiamat ia akan datang dengan wajah penuh cakaran dan garukan”. (HR.

Ahmad I/388 dan Shahihul Jami’ 6255).

Sementara itu, firman Allah SWT. di dalam Al-Quran tidak

ditemukan larangan meminta-minta uang atau harta kepada manusia,

justru sebaliknya yaitu anjuran untuk berbuat baik seperti bersedekah,

berinfak, menyayangi fakir miskin dan sejenisnya, sebagaimana firman

Allah SWT berikut :

Artinya :

“Dan diantara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang

tidak berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa

pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan, mereka itu akan

memperoleh azab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya

ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah

dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya,

maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih4.

Berdasarkan kegiatan observasi yang penulis lakukan, pengamen

jalanan di kota ini didominasi oleh remaja laki-laki, penulis mengamati

bahwa mereka selalu bertahan diri untuk mengamen, membela haknya,

berperilaku kurang sesuai dengan norma, tidak memiliki prinsip hidup,

kadang-kadang suka memerintah kepada anak yang lebih muda, kadang-

kadang berkelompok sesuai situasi dan kondisi, jarang menerima nasehat

atau dukungan orang lain, senang bersama orang-orang tertentu, kurang

bersahaja, kurang menjalin solidaritas antar sesama, pendendam, suka

bertengkar, berperilaku berlebihan, gesit dan proaktif, cenderung dijauhi

masyarakat khususnya pengunjung kota, penulis juga menemukan tutur

kata mereka yang kurang sopan, suka berkata kasar, mengganggu wanita

yang lewat.

Oleh karena itu, untuk lebih menyederhanakan penelitian, maka

penulis kemukakan judul skripsi ini yaitu “Perilaku Sosial Pengamen

Jalanan (Studi Kasus Pada Pengamen Jalanan Kota Bukittinggi)”.

B. Batasan Masalah.

4 QS Al-Luqman : 6-7, (Bogor : Penerbit Sabiq, 2009), hal 411

Agar lebih terarahnya penelitian ini penulis membatasi pokok

permasalaha dengan membatasi masalah yang dibahas yaitu “Bentuk-

bentuk Perilaku Sosial Pengamen Jalanan di Taman Jam Gadang dan

Terminal Aur Kuning kota Bukittinggi”.

C. Rumusan Masalah.

Penulis merumuskan masalah penelitian ini yaitu “Bagaimana

Perilaku Sosial Pengamen Jalanan di Taman Jam Gadang dan Terminal

Aur Kuning kota Bukittinggi ?”.

D. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui bentuk-

bentuk perilaku sosial pengamen jalanan di taman Jam Gadang dan

Terminal Aur Kuning kota Bukittinggi”.

E. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat penelitian yang penulis lakukan diantaranya

adalah sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas terstruktur dalam

mencapai gelar kesarjanaan strata satu (S1) pada jurusan Bimbingan

Konseling Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

2. Sebagai sumbangsih penulis untuk kemajuan khazanah ilmu

pengetahuan, khususnya di bidang ilmu Bimbingan Konseling.

3. Untuk menambahkan koleksi literatur perpustakaan pribadi atau bahan

bacaan penulis dan perpustakaan kampus Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Bukittinggi.

4. Mengembangkan dan mengintegrasikan kemampuan penulis dalam

menulis karya ilmiah pada bidang keilmuan Bimbingan Konseling

khususnya tentang perilaku sosial pengamen jalanan di kota

Bukittinggi.

5. Agar para pembaca dapat menambah ilmu dan wawasan mengenai

perilaku sosial pengamen jalanan di kota Bukittinggi.

6. Sebagai salah satu acuan oleh lembaga sosial atau pihak tertentu yang

berkaitan dengan permasalahan perilaku sosial pengamen jalanan di

kota Bukittinggi.

7. Sebagai salah satu bahan acuan atau pedoman oleh lembaga sosial

atau pihak tertentu dalam mengetahui perilaku sosial pengamen

jalanan di kota Bukittinggi.

F. Penjelasan Judul.

Agar pembaca dapat memahami secara jelas tentang masalah

penelitian, adapun penejelasan judul yang diangkat yaitu :

Perilaku Sosial : Perilaku sosial merupakan bagaimana seseorang

mempersepsikan orang lain dalam situasi sosial dan

bagaimana orang merespon terhadapnya5.

Pengamen Jalanan : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

adalah kegiatan bermain musik dari satu tempat ke

tempat lain dengan mengharapkan imbalan sukarela

atas pertunjukan yang mereka suguhkan, namun

karya yang mereka suguhkan berbeda-beda baik dari

segi bentuk, kualitas maupun performanya6.

Kota Bukittinggi : Merupakan kota terbesar kedua di provinsi Sumatera

Barat. Kota ini pernah menjadi ibukota Indonesia

pada masa Pemerintahan Darurat Republik

Indonesia (PDRI), Provinsi Sumatera dan Provinsi

Sumatera Tengah. Secara de jure luas kota ini adalah

145,29 km2, mengacu kepada peraturan pemerintah

No. 84 tahun 1999. Namun secara de facto saat ini

Bukittinggi masih seluas 25,24 km2 karena sebagian

masyarakat kabupaten Agam menolak perluasan

wilayah tersebut. Kota Bukittinggi merupakan salah

5 Bimo Walgito, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Yogyakarta : Penerbit Andi, 2011), hal. 3

6Hoetomo, KBBI, (Surabaya : Mitra Pelajar, 2005)

satu pusat perdagangan grosir terbesar di pulau

Sumatera7.

G. Sistematika Penulisan.

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima BAB yang berisi

pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian, dan

penutup dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab pertama berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, dan sistematika penulisan.

Bab kedua membahas seputar landasan teori yang berisi pengertian

perilaku sosial, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial, bentuk-

bentuk perlaku sosial, karakteristik perilaku sosial yang positif, faktor

pembentuk perilaku sosial, penetapan perilaku sosial, perkembangan

sosial, tipe-tipe perilaku sosial, pengertian pengamen jalanan, sejarah

pengamen jalanan, dan perilaku sosial pengamen jalanan.

Bab ketiga berisi tentang metode penelitian yang terdiri dari jenis

penelitian, informan data, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data,

teknik pengolahan dan analisa data, dan teknik menjamin keabsahan data.

Bab keempat merupakan hasil penelitian yang menjelaskan tentang

profil informan penelitian sebagai informan kunci, bentuk perilaku sosial

7 WWW.Wikipedia/Bukittinggikota.Com 17/3/16.

pengamen jalanan yang ditemukan dan peranan dari pihak terkait sebagai

informan pendukung.

Bab kelima adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dari

keseluruhan hasil penelitian dan berisi saran atau masukan yang

membangun.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perilaku Sosial.

1. Pengertian Perilaku Sosial.

Kata perilaku memiliki beberapa pengertian, diantaranya

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perilaku merupakan

tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan8.

Sementara itu berdasarkan pandangan Woodworth dan Schlosberg

didalam Bimo Walgito mengemukakan bahwa perilaku adalah

jawaban atau respon terhadap stimulus yang mengenainya9. Perilaku

sosial merupakan bagaimana seseorang mempersepsikan orang lain

dalam situasi sosial dan bagaimana orang merespon terhadapnya10

.

Jadi, perilaku merupakan hasil dari aktivitas individu yang tidak

timbul dengan sendirinya melainkan sebuah akibat dari adanya

8 Depdiknas, KBBI edisi ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), hal. 859

9 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta : CV Andi Offset, 2005), hal. 11

10 Bimo Walgito, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Yogyakarta : Penerbit Andi, 2011), hal. 3

stimulus atau rangsangan yang datang kepadanya dan mengenai diri

individu tersebut.

Perilaku sosial dapat diartikan sebagai aktivitas yang timbul

karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara

langsung maupun tidak langsung11

. Dengan adanya rangsangan yang

diterima oleh individu, maka ia akan menampilkan perilaku sosial

sesuai dengan bentuk rangsangan yang diterima. Sementara itu,

menurut Taylor didalam Bimo Walgito, perilaku sosial bagaimana

seseorang mempersepsikan orang lain dalam situasi sosial dan

bagaimana orang merespon terhadap kita dan bagaimana orang yang

dipengaruhi oleh situasi sosial12

. Hal ini terjadi berdasarkan aktivitas

sosialisasi individu dengan lingkungan sekitarnya, maka ia akan

merespon rangsangan tersebut dengan perilaku sosial yang sesuai

dengan stimulus yang ia dapatkan. Perilaku sosial ditimbulkan oleh

stimulus sosial, contohnya pengamen jalanan yang bernyanyi

dihadapan khalayak ramai, maka orang yang melihat merekapun akan

menaruh belas kasihan, sehingga bersedia memberikan uang

alakadarnya kepada mereka.

Perilaku sosial juga dapat diartikan sebagai aktivitas fisik dan

psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka

memenuhi kebutuhan diri atau orang lain yang sesuai dengan tuntutan

11

Rita L Atkinson, dkk, Pengantar Psikologi edisi kedelapan, (Jakarta : Erlangga, 1985),

hal. 352 12

Bimo Walgito, Teori-teori Psikologi Sosial, (Yogyakarta : CV Andi Offset, 2011), hal. 3

sosial13

. Pendapat lainnya mengungkapkan perilaku sosial merupakan

respon individu terhadap situasi sosialnya yang melibatkan aktivitas

fisik maupun psikis dalam rangka memenuhi kebutuhan jiwa

sosialnya. Sementara dikemukakan oleh ahli lainnya yang menyatakan

bahwa perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang

merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia14

.

Kelangsungan hidup manusia berjalan dalam keadaan saling

mendukung dalam kebersamaan. Oleh karena itu, manusia dituntut

agar mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak mengganggu

hak dan kewajiban orang lain, toleransi dalam kebersamaan, dan

tindakan sosial lainnya. Didalam Rusli Ibrahim juga menjelaskan

perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respon antar orang

yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi15

.

Sebagai makhluk sosial, manusia sudah jelas tidak sanggup

hidup sendirian tanpa bantuan orang lain dalam rangka melanjutkan

keberlangsungan hidupnya dan memenuhi suasana kebersamaan yang

tak pernah bisa lepas dari diri pribadinya. Perilaku itu ditunjukkan

dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, ataupun rasa hormat

terhadap orang lain16

. Walaupun perasaan, tindakan, sikap, dan

aktivitas apapun itu merupakan bentuk penghormatan individu

13

Elizabeth B Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1995), hal. 262

14 Rusli Ibrahim, Pembinaan Perilaku Sosial Melalui Pendidikan Jasmani Cet. ke-1,

(Jakarta : Direktorat Jendral Olah Raga, 2001), hal. 15

15 Rusli Ibrahim, Pembinaan Perilaku Sosial Melalui Pendidikan Jasmani Cet. ke-1,

(Jakarta : Direktorat Jendral Olah Raga, 2001), hal. 16

16 Baron A Robert dkk, Social Psycology edisi ketujuh, (New York : Pearson, 2006), hal.

267

terhadap orang lain. Jadi, perilaku sosial pada diri individu timbul

apabila adanya rangsangan atau stimulus dari orang yang ada

disekitarnya, baik saat berkomunikasi maupun tidak ada komunikasi

diantara mereka (peniruan). Perilaku sosial juga dipengaruhi oleh

stimulus sosial, sebagai contoh kecil apabila individu melihat secara

langsung ada kecelakaan di jalan raya, maka secara spontanitas

individu akan tergerak untuk membantu orang yang kecelakaan

tersebut dengan berbagai cara sebagai bentuk rasa belas kasihannya

kepada orang yang dilanda musibah walaupun tidak saling mengenal

satu sama lain.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat penulis

simpulkan bahwa perilaku sosial merupakan suatu tindakan atau

bentuk pola tingkah laku yang ditimbulkan oleh seorang individu

kepada orang lain saat terjadinya proses sosialisasi dan interaksi sosial

yang berdasarkan kepada rangsangan dan stimulus dari individu

tersebut.

2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial.

Secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi perilaku

sosial manusia, diantaranya ialah :

i. Faktor Internal.

a. Kapasitas mental, emosi dan intelegensi, kemampuan

berpikir banyak mempengaruhi berbagai hal, seperti

kemampuan belajar, memecahkan masalah dan berbahasa.

b. Kematangan, bersosialisasi memerlukan kematangan fisik

dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam

proses sosial.

ii. Faktor Eksternal.

a. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang

memberikan pengaruh terhadap beberapa aspek

perkembangan individu termasuk perkembangan

sosialnya.

b. Status sosial ekonomi. Kehidupan sosial banyak

dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial

keluarga dalam lingkungan masyarakat.

c. Pendidikan merupakan proses sosialisasi individu yang

terarah.

d. Lingkungan. Maksud dari faktor lingkungan disini ialah

situasi dan kondisi yang dihadapi seseorang pada masa

usia muda dalam rumah dan dalam lingkungan yang lebih

luas terutama lingkungan tempat individu bergaul dan

masyarakat yang dilihat dan dihadapinya sehari-hari17

.

Sebagaimana sama-sama kita ketahui bahwa faktor terpenting,

pertama dan utama dalam membentuk perilaku sosial individu ialah

dari keluarga, disamping itu status sosial keluarga juga dapat

membentuk kematangan fisik dan psikis serta kehidupan sosial dalam

17

Sunarto dan Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hal.

130

bermasyarakat. Walaupun proses sosialisasi individu lebih terarah

dengan pendidikan, disisi lainnya lingkungan sosial diluar keluarga

juga dapat mengarahkan proses sosialisasi tersebut terhadap individu.

Permasalahannya hanya terletak pada dilingkungan mana individu

berada.

Jika berada di lingkungan yang baik, maka individu akan

ketularan berperilaku baik, sedangkan apabila individu berada di

lingkungan yang kurang baik, maka dengan otomatis ia akan

berperilaku kurang baik juga. Hal ini juga didukung dengan teori yang

dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock dengan menambahkan faktor-

faktor yang mempengaruhi perkembangan individu yaitu faktor

pengalaman awal yang diterimanya. Pengalaman sosial awal sangat

menentukan perilaku kepribadian selanjutnya18

.

Sebagaimana halnya sekolah yang menjadi salah satu wadah

pembentukan perilaku individu, di lapangan yang sudah menjadi

tempat keseharian pengamen jalanan beraktivitas juga dapat

membentuk perilaku. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di

kawasan taman Jam Gadang dan kawasan Terminal Aur Kuning,

Bukittinggi terdapat berbagai fenomena perilaku sosial yang telah

penulis kemukakan pada bab satu diatas.

Didalam interaksi sosial pengamen jalanan yang menjadi

subjek penelitian, mereka lebih cenderung saling mendahului untuk

18

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1995), hal. 262

memulai berkomunikasi sebagai bentuk memberikan rangsangan atau

stimulus kepada orang lain, tidak hanya kepada rekan sejawat,

melainkan juga kepada orang-orang yang tidak mereka kenal sesuai

dengan kemampuan mereka.

Defenisi lainnya mengungkapkan bahwa terdapat empat

kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial seseorang,

diantaranya adalah :

i. Perilaku dan karakteristik orang lain. Jika seseorang lebih sering

bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakter santun, ada

kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-

orang berperilaku santun dalam lingkungan pergaulannya.

ii. Proses kognitif. Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide,

keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial

seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya.

Misalnya, seorang pengamen jalanan yang bernyanyi dihadapan

orang setiap hari, dengan demikian anak-anak dibawah umur

yang menyukai seni sedikit banyaknya akan terinspirasi dari

penampilan pengamen jalanan serta berani tampil dihadapan

orang.

iii. Faktor lingkungan. Berbagai lingkungan, baik keluarga, sekolah

dan masyarakat luas berpengaruh kuat terhadap pembentukan

perilaku individu.

iv. Latar budaya sebagai tempat perilaku dan pemikiran sosial itu

terjadi. Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya

tertentu akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam

lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda.

Dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani yang terpenting

adalah untuk saling menghargai perbedaan yang dimiliki oleh

setiap individu19

.

Jadi, kategori yang dapat membentuk perilaku seseorang ada

empat, diantaranya adalah perilaku dan karakteristik orang lain, proses

kognitif, faktor lingkungan dan latar budaya sebagai tempat perilaku

dan pemikiran sosial itu terjadi. Hal berbeda diungkapkan oleh

Lowrence Green yang menyatakan perilaku sosial ditentukan atau

dibentuk dari tiga faktor, yaitu :

i. Faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, dan

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

ii. Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia

atau tidaknya sarana.

iii. Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku,

kebijakan, dan lain-lain20

.

3. Bentuk-Bentuk Perilaku Sosial.

Pada dasarnya berbagai bentuk dan jenis perilaku sosial

seseorang merupakan karakter atau ciri kepribadian yang dapat

19

Baron, A. Robert, Donn Byrne, Social Psycology jilid 2 (New York : Pearson, 2006), hal.

318 20

Http//:Perilaku Sosial/Blogspot.Com. (Diakses 23/5/2016)

diamati ketika berinteraksi dengan orang lain. Seperti dalam

kehidupan berkelompok, kecenderungan perilaku seseorang yang

menjadi anggota kelompok akan terlihat jelas diantara anggota

kelompok yang lainnya. Perilaku pada manusia dapat dibedakan

antara perilaku refleksi dan non-refleksif21

.

Perilaku refleksif adalah perilaku yang terjadi atas reaksi

secara spontan terhadap stimulus atau rangsangan ke individu,

sedangkan perilaku non-refleksif adalah perilaku yang dikendalikan

atau diatur oleh pusat kesadaran atau otak manusia. Perilaku ini

biasanya lebih mendominasi, dimana perilaku manusia sebagian besar

berupa perilaku yang dibentuk dan dipelajari.

Perilaku sosial ini dapat dilihat pada pola antar pribadi,

diantaranya sebagai berikut :

i. Kecenderungan perilaku peran. Individu berupaya agar mampu

menampilkan perilaku dengan meniru peran-peran yang

dilakukan oleh orang lain.

ii. Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial. Kecenderungan

perilaku dalam hubungan sosial dapat berupa penerimaan atau

penolakan oleh orang lain.

21

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta : CV. Andi Offset, 2005), hal.

11-13

iii. Kecenderungan perilaku ekspresif. Kecenderungan perilaku

ekspresif terlihat setelah seseorang telah melakukan atau interaksi

dengan orang lain22

.

Didalam perilaku sosial ini terdapat kecenderungan perilaku

peran, kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial, serta

kecenderungan perilaku ekspresif. Sebagaimana disebutkan

bahwasanya perilaku sosial perilaku ekspresif. Sebagaimana

penjelasan diatas bahwa perilaku sosial merupakan tindakan yang

menggambarkan kumpulan sifat yang dibawa oleh individu dalam

kehidupan bermasyarakat.

Diantara bentuk-bentuk perilaku sosial yang ditampilkan

individu diataranya adalah :

i. Pemberani secara sosial. Orang yang biasanya suka

mempertahankan dan membela haknya, tidak segan melakukan

sesuatu perbuatan yang sesuai norma di masyarakat dalam

mengedepankan kepentingan diri.

ii. Berkuasa dalam hubungan sosial. Orang yang berkuasa dalam

perilaku sosial biasanya ditunjukkan oleh perilaku seperti

bertindak tegas, percaya diri, berkemauan keras, dan suka

memberi perintah.

22

Kelompok Pengaruh Sosial dalam kuliah Psikologi Sosial, Sekolah Tinggi Filsafat

Driyarkara, 2009. (Diakses 15/9/2016)

iii. Berinisiatif secara sosial. Orang yang berinisiatif biasanya suka

mengorganisasi kelompok, suka memberi masukan, ataupun

saran-saran dalam berbagai pertemuan.

iv. Mandiri. Orang yang mandiri membuat segala sesuatunya oleh

dirinya sendiri, seperti membuat rencana sendiri, tidak suka

mencari nasihat atau dukungan dari orang lain, sementara itu

secara emosional dirinya cukup stabil.

v. Suka bergaul. Orang yang suka bergaul biasanya memiliki

hubungan sosial yang baik, senang bersama dengan yang lain dan

senang bepergian.

vi. Ramah. Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka,

mudah didekati orang dan suka bersosialisasi.

vii. Simpatik. Orang yang simpatik biasanya peduli terhadap perasaan

dan keinginan orang lain serta suka bermurah hati.

viii. Kerjasama. Orang yang suka bekerjasama biasanya menganggap

hubungan sosial sebagai ajang memupuk kekompakan dan

solidaritas antar sesama.

ix. Perilaku agresif. Orang yang memiliki perilaku agresif ini

biasanya suka menyerang orang lain baik langsung ataupun tidak

langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh kepada

penguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal.

x. Suka pamer atau menonjolkan diri. Orang ini biasanya

berperilaku berlebihan, suka mencari pengakuan dan berperilaku

aneh untuk mencari perhatian orang lain23

.

Berbagai bentuk-bentuk perilaku sosial yang ditampilkan

individu diatas merupakan bentuk-bentuk prilaku sosial positif.

Sementara bentuk-bentuk perilaku sosial negatif adalah diantaranya

sebagai berikut :

i. Pengecut secara sosial. Biasanya tidak mau mempertahankan dan

membela haknya, segan melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai

norma di masyarakat untuk mengedepankan kepentingannya dan

serba malu untuk berbuat.

ii. Sok berkuasa dan tidak patuh dalam hubungan sosial.

Ditunjukkan dengan perilaku seperti bertindak lemah, tidak

percaya diri, tidak ada kemauan dan takut memberi perintah.

iii. Pasif. Perilakinya dominan diam, kurang berinisiatif, tidak suka

memberi saran atau masukan.

iv. Tergantung. Menunjukkan perilaku sosial seperti membuat

rencana dan melakukan segala sesuatu harus selalu mendapat

saran dan dukungan orang lain serta keadaan emosionalnya relatif

labil.

23

Nasution R., Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), hal. 79-82

v. Tidak suka bergaul. Menunjukkan sifat dan perilaku kurang

memiliki perilaku sosial yang baik, kurang senang bersama

dengan orang lain, dan tidak suka bepergian.

vi. Tidak ramah. Orang yang tidak ramah biasanya cenderung

bersifat kurang periang, kurang hangat, tertutup, mudah dijauhi

orang, jarang bersosialisasi.

vii. Tidak simpatik. Menunjukkan sifat-sifat kurang peka dan kurang

peduli dengan perasaan dan keinginan orang lain, susah jika

dimintai tolong, dan lain-lain.

viii. Tidak suka bersaing / bekerjasama. Tidak menganggap hubungan

sosial sebagai perlombaan.

ix. Tidak agresif. Orang yang tidak agresif biasanya takut menyerang

orang lain baik langsung maupun tidak langsung, tidak

menyimpan rasa dendam, mengikuti atau patuh kepada penguasa,

tidak suka bertengkar, tidak mau menyangkal.

x. Suka pamer atau menonjolkan diri. Orang ini biasanya

berperilaku berlebihan, suka mencari pengakuan dan berperilaku

aneh untuk mencari perhatian orang lain24

.

Berdasarkan penjelasan teori bentuk-bentuk perilaku sosial

diatas, dapat diketahui bahwa perilaku sosial akan terjadi apabila

individu mendapat rangsangan atau stimulus disaat ia melakukan

interaksi dan sosialisasi ataupun hubungan sosial dengan orang lain.

24

Nasution R., Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), hal. 79-82

Sejalan dengan penjabaran teori diatas, yang tak jauh berbeda

bahkan dapat dikatakan hampir sama dengan pendapat lainnya yang

mengemukakan bentuk perilaku sosial dapat dilihat melalui sifat-sifat

dan pola respon antar pribadi sebagai berikut :

i. Kecenderungan Perilaku Peran :

a. Sifat pemberani dan pengecut secara sosial

b. Sifat berkuasa dan sifat patuh

c. Sifat inisiatif secara sosial dan pasif

d. Sifat mandiri dan tergantung

ii. Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial :

a. Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain

b. Suka bergaul dan tidak suka bergaul

c. Sifat ramah dan tidak ramah

d. Simpatik atau tidak simpatik

iii. Kecenderungan perilaku ekspresif :

a. Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka

bersaing (suka bekerjasama)

b. Sifat agresif dan tidak agresif

c. Sifat kalem atau tenang secara sosial

d. Sifat suka pamer atau menonjolkan diri25

.

Jadi, rangsangan ataupun stimulus yang didapatkan oleh

individu, akan terjadi apabila adanya interaksi sosial atau komunikasi

25

Rusli Ibrahim, Pembinaan Perilaku Sosial Melalui Pendidikan Jasmani Cet. ke-1,

(Jakarta : Direktorat Jendral Olah Raga, 2001), hal.18

antara ia dengan orang lain. Bentuk-bentuk perilaku sosial dapat

terjadi sesuai dengan situasi dan kondisi yang menyelimuti individu

dimana ia berada. Kesepuluh bentuk-bentuk perilaku sosial diatas bisa

saja berubah sesuai situasi lingkungan atau rangsangan yang datang

kepada individu, artinya bersifat fleksibel.

Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, individu

mewujudkan diri dalam bentuk-bentuk perilaku sosial diantarannya

sebagai berikut :

i. Pembangkangan (Negativisme).

Pembangkangan ini juga biasa disebut dengan

bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai

reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan lingkungan

yang tidak sesuai dengan kehendak remaja.

ii. Agresi (Agression).

Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik

(nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan

salah bentuk reaksi terhadap rasa frustrasi (rasa kecewa karena

tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya

diwujudkan dengan menyerang seperti menggigit, menendang

dan lain sebagainya. Sebaiknya orang dewasa berusaha

mereduksi dan mengurangi agresifitas remaja dengan cara

mengalihkan perhatian atau keinginan mereka. Jika

lingkungannya menghukum, maka agresifitas anak akan

semakin meningkat.

iii. Berselisih.

Sikap ini terjadi jika remaja merasa tersinggung atau

terganggu oleh sikap dan perilaku remaja lainnya.

iv. Menggoda (Teasing).

Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif,

menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain

dalam bentuk verbal yang menimbulkan kemarahan pada

orang yang digodanya.

v. Persaingan (Rivaly).

Yaitu keinginan untuk melebihi orang dan selalu

didorong oleh orang lain. Pada usia enam tahun keatas

semangat bersaing ini akan semakin baik.

vi. Kerjasama (Cooperation).

Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain.

Sikap ini mulai nampak pada usia tiga tahun dan pada usia

enam tahun keatas sikap ini semakin berkembang dengan baik.

vii. Tingkah laku berkuasa (Ascendant Behavior).

Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial,

mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini

adalah memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan

sejenisnya.

viii. Mementingkan diri sendiri (Egosentris).

Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau

keinginannya.

ix. Simpati (Simpaty). Yaitu sikap emosional yang mendorong

individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau

mendekati atau bekerjasama dengan dirinya26

.

Perkembangan hubungan sosial pengamen jalanan, dapat

dipengaruhi oleh orang-orang yang ada disekitarnya (lingkungan

sosial). Apabila lingkungan sosial yang menyelimuti pengamen

jalanan tersebut memfasilitasi dan memberi peluang secara positif,

maka pengamen jalanan akan mendapat capaian perkembangan

hubungan sosial yang baik dan matang.

4. Karakteristik Perilaku Sosial yang positif.

Adapun karakteristik perilaku sosial yang positif dan matang

dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

i. Mampu menguasai diri.

ii. Berani memikul tanggung jawab dan menghargainya.

iii. Mau bekerja sama.

iv. Mampu saling mencintai dan bekerja sama.

v. Mampu saling memberi dan menerima.

26

Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung : PT. Remaja

Rosda Karya, 2008), hal. 124

vi. Bisa diajak bekerja sama dalam mendorong perkembangan dan

kemajuan bagi masyarakat khususnya masyarakat dunia pada

umumnya.

vii. Mau memperhatikan orang lain, bisa membangun relasi-relasi

positif dengan anggota masyarakat.

viii. Mampu menciptakan target-target ambisinya, berusaha

mewujudkan sesuai dengan kemampuannya.

ix. Mampu menghadapi pergumulan, ketakutan, kegelisahan dan

perasaan negatif lainnya.

x. Menikmati kepercayaan diri dan kemampuan menarik orang

lain berbuat hal yang sama.

xi. Fleksibel dalam menghadapi kenyataan. Hal itu dikarenakan

pada dasarnya pola tingkah laku seseorang itu beragam, setiap

tingkah laku harus disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang

ada.

Berdasarkan kesebelas karakteristik perilaku sosial yang

positif dapat penulis simpulkan bahwa, semua karakteristik tersebut

dapat dilakukan bahkan dikembangkan oleh individu agar

kehidupannya dapat berjalan dengan sesuai dengan harapannya dan

sesuai dengan norma yang berlaku di tengah masyarakat.

5. Faktor Pembentuk Perilaku Sosial.

menurut Bimo Walgito didalam Murray bahwa manusia

mempunyai motif atau dorongan sosial27

bersama motif atau dorongan

manusia untuk berhubungan sosial, maka ia akan mampu berinteraksi

dan berhubungan sosial dengan manusia lainnya, menyesuaikan diri

serta mampu mengembangkan hubungan sosial itu didalam kelompok

tertentu.

Didalam keseharian individu selalu saling berinteraksi dengan

individu lainnya guna memenuhi segala kebutuhan hidupnya, baik

kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder karena sejatinya

hubungan sosial itu adalah komunikasi timbal balik antara satu

individu dengan individu lainnya, individu dengan kelompok, dan

antar sesama kelompok yang saling mempengaruhi dan didasari oleh

kesadaran untuk saling tolong-menolong. Hubungan sosial juga sering

disebut sebagai interaksi sosial karena interaksi sosial merupakan

kunci dari hubungan antar sesama manusia. Hubungan sosial akan

terjalin dengan baik apabila didasari dengan interaksi sosial atau

komunikasi antar pribadi sebagaimana diketahui perilaku sosial akan

terbentuk apabila adanya interaksi sosial atau hubungan sosial.

6. Penetapan Perilaku Sosial.

Perilaku sosial dapat ditetapkan dengan berbagai cara,

diantaranya adalah :

27

Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Andi Offset, 2003), hal.

65

i. Dapat diklasifikasikan sebagai rasional dan berorientasi terhadap

suatu tujuan. Klasifikasi ini didasarkan kepada harapan bahwa

objek dalam situasi eksternal atau pribadi-pribadi lainnya akan

berperilaku tertentu demi tercapainya tujuan-tujuan yang telah

dipilih secara rasional.

ii. Dapat diklasifikasikan oleh kepercayaan secara sadar pada arti

mutlak perilaku, sehingga tidak tergantung pada suatu motif

tertentu dan diukur dengan patokan-patokan tertentu, seperti etika

ataupun estetika.

iii. Perilaku sosial diklasifikasikan sebagai sesuatu yang bersifat

afektif atau emosional.

iv. Perilaku yang diklasifikasikan sebagai tradisional yang telah

menjadi adat istiadat28

.

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bentuk-bentuk

perilaku sosial dapat ditentukan berdasarkan kepada tujuan yang ingin

dicapai, kepercayaan, afektif atau emosional dan berdasarkan kepada

adat istiadat yang berlaku dimasyarakat.

7. Tipe-Tipe Perilaku Sosial.

Adapun tipe-tipe perilaku sosial diantaranya adalah :

i. Adat istiadat atau kebiasaan. Suatu keseragaman perilaku sosial

aktual, apabila perwujudannya semata-mata didasarkan pada

28

Soerjono Soekanto dan Max Weber, Konsep-Konsep Dasar dalam Sosiologi, (Jakarta :

Rajawali, 1985), hal. 32

aktualisasi perilaku yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama

yang berlangsung terlalu lama sehingga menjadi tradisi.

ii. Ragam atau gaya. Merupakan bagian dari kebiasaan, jika hal itu

dimotivasikan oleh kebaruannya dan bukan oleh kelestariannya

sebagaimana halnya dengan adat istiadat serta didasarkan pada

keinginan mendapatkan prestasi sosial.

iii. Tipe perilaku sosial yang paling baik disesuaikan dengan

kepentingan para pihak yang terlibat sebagaimana hal itu

dipersepsikan oleh mereka. Misalnya, akan tampak pada perilaku

ekonomis yang terwujud dalam keseragaman harga dan

pemasaran bebas.

Berdasarkan hal tersebut dapat penulis simpulkan bahwa tipe-

tipe perilaku sosial dapat berorientasi pada adat istiadat yang

berulang-ulang, ragam atau gaya yang perilaku sosialnya mengalami

perubahan serta perilaku sosial yang disesuaikan dengan kepentingan

pihak lain.

8. Perkembangan Sosial.

Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam

hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses

belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok,

tradisi dan agama. Menurut Syamsu Yusuf perkembangan sosial

merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat

juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri

terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi (meleburkan diri

menjadi suatu kesatuan serta saling berkomunikasi dan bekerja

sama29

.

Dalam perkembangan sosial, kontak dengan orang lain

merupakan hal yang sangat penting. Untuk ini terdapat hal-hal yang

sangat esensial seperti bahasa, simbol-simbol, larangan-larangan atau

norma-norma sosial lainnya. Disamping itu pengaruh sugesti dari

berbagai kegiatan orang lain, general interfeeling, intercommunication

juga memegang peran penting30

.

Menurut Meek, perkembangan sosial remaja dari ambang

masa remaja seperti berikut31

:

No. Dari Ke

1.

Perhatian atau minat bervariasi

dan tidak tetap (berubah-ubah).

Mempunyai beberapa obyek

minat yang menetap dan

mendalam.

2.

Banyak bicara, ribut,

menunjukkan sikap terlalu berani

dalam tindakan tindakannya

Lebih agung dan anggun tingkah

laku kewanitaan dan laki-laki

menuju sikap wanita dan laki-laki

dewasa.

3. Mencari status diantara teman Merefleksi dan bereaksi pada nilai

29

Syamsu Yusuf dkk, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2011), hal. 122 30

Dadang Sulaeman, Psikologi Remaja Dimensi-Dimensi Perkembangan, (Bandung : CV.

Mandar Maju, 1995), hal. 29 31

Dadang Sulaeman, Psikologi Remaja Dimensi-Dimensi Perkembangan, (Bandung : CV.

Mandar Maju, 1995), hal. 30-32

sebaya dengan rasa hormat yang

tinggi pada nilai kelompok teman

sebaya.

yang berlaku pada pola

kebudayaan orang lain.

4.

Adanya suatu keinginan

mengidentifikasikan diri dengan

kelompoknya, sebagai kelompok

anak laki-laki dan perempuan.

Mengidentifikasikan diri pada

kelompok yang kecil dan terpilih.

5.

Membuat status keluarga dimana

faktor hubungan kekeluargaan

tidak menjadi penting, hal ini

merupakan sesuatu yang dapat

mempengaruhi pemilihan relasi

dan kerjasama.

Membuat dan menentukan status

kekeluargaan secara sosial

ekonomi. Hal ini merupakan

faktor peningkatan yang penting

dalam menentukan akan dengan

siapa ia akan mengadakan relasi

dan kerjasama.

6.

Banyak melakukan kegiatan

sosial yang informal seperti pesta

dan seterusnya.

Kegiatan sosial lebih formal

seperti mengikuti acara kegiatan

pesta selamatan, ulang tahun,

rapat organisasi, dan lain-lain.

7.

Jarang megadakan kencan

(dating).

Kencan atau membuat date

menjadi soal yang biasa.

8.

Menitik beratkan pada

membangun hubungan dengan

anak laki-laki dan perempuan.

Meningkatkan hubungan kedalam

mempersiapkan untuk kehidupan

keluarga sendiri.

9.

Membuat pertemanan sementara. Membuat pertemanan yang

terakhir.

10.

Mempunyai banyak teman. Mempunyai teman yang lebih

akrab.

11.

Adanya kemauan menerima

berbagai kegiatan dalam berbagai

kesempatan untuk hubungan

sosial.

Adanya keinginan untuk

melakukan kegiatan yang

memuaskannya dalam rangka

memperkembangkan pekerjaan,

minat dan karya ilmiah atau hobi.

12.

Hanya sedikit penghayatan pada

perilaku sendiri atau orang lain.

Adanya peningkatan penghayatan

pada masalah hubungan insani

(human relation).

13.

Menerima peraturan-peraturan

yang diberikan oleh orang dewasa

sebagai sesuatu pengaruh yang

penting dan seimbang.

Membuat dan membangun

peraturan sendiri dengan suatu

maksud yang pasti dalam

pandangan tertentu.

14.

Adanya pertentangan dalam

menerima kekuasaan orang

dewasa.

Membangun kebebasan dari orang

dewasa dan bebas sebagai dirinya

dalam mengambil keputusan dan

bertingkah laku. Mencari

hubungan dengan orang dewasa

atas dasar kesamaan prinsip.

B. Pengamen Jalanan.

1. Pengertian Pengamen Jalanan.

Pengamen adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan

dengan cara bernyanyi atau memainkan alat musik di muka umum

dengan tujuan menarik perhatian orang lain dan mendapatkan imbalan

uang atas apa yang mereka lakukan. Pengamen jalanan merupakan

istilah yang diberikan kepada anak-anak yang melakukan kegiatan di

luar rumah atau di jalanan32

. Pengamen jalanan ada dimana-mana

mulai di perempatan jalan raya, di dalam bis kota, di rumah makan, di

ruko, di perumahan, di kampung, di pasar, di pusat kota, dan tempat-

tempat keramaian. Mengamen dapat juga diartikan menjual keahlian

khususnya dalam bidang musik yang berpindah-pindah tempat atau

berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain, sedangkan pengamen

adalah orang yang melakukan kegiatan mengamen tersebut. Dalam

Kamus Bahasa Indonesia ngamen terdiri dari dua pengertian, pertama

sebagai kegiatan keliling bermain musik dengan mengharapkan

bayaran, kedua sebagai kegiatan pergi melaut mencari ikan.

Jadi, berdasarkan pengertian pengamen menurut ahli dan

Kamus Besar Bahasa Indonesia diatas dapat penulis simpulkan bahwa

pengamen merupakan orang yang kegiatannya bermain musik dari

satu tempat ke tempat yang lain (berpindah-pindah) dengan

mengharapkan imbalan sukarela atas pertunjukan yang mereka

32

Anarita dkk, Baseline Survei untuk Program Dukungan dan Pemberdayaan Anak

Jalanan di Perkotaan, (Bandung : Akatiga Pusat Analisis Sosial, 2001), Hal. 97

suguhkan. Namun karya yang mereka tampilkan tersebut berbeda-

beda baik dari segi bentuk, kualitas maupun performanya.

2. Sejarah Pengamen Jalanan.

Sudah menjadi hal yang biasa, saat orang-orang naik bus kota

atau sedang berada di perempatan lampu merah, tiba-tiba datang

beberapa remaja yang membawa peralatan musik seadanya, bernyanyi

dengan suara keras, terkadang juga sering sumbang. Ketika orang

yang mampu secara ekonomi memberi mereka uang sekedarnya,

mereka langsung pergi dan tidak menyelesaikan lagu yang sedang

dinyanyikan. Mereka biasa disebut dengan pengamen atau lebih

modernnya lebih suka disebut penyanyi jalanan, sementara musik

yang mereka mainkan sering mereka sebut sebagai musik jalanan.

Sebenarnya pengertian penyanyi jalanan dan musik jalanan tidaklah

sesederhana terminologi yang mereka sebutkan di atas, karena

penyanyi jalanan dan musik jalanan mempunyai disiplin ilmu dan

pengertian tersendiri, bahkan merupakan salah satu bentuk dari sebuah

warna musik yang berkembang di dunia kesenian33

.

Didunia musik bentuk musik jalanan ini dikenal sudah mulai

berkembang sejak abad pertengahan, terutama di Eropa. Pada saat

musik di Eropa berkembang lewat penyebaran Agama Kristen, saat itu

banyak yang mengatakan sebagai landasan kebudayaan yang

kemudian berkembang dalam kehidupan umat manusia. Musik

33

Arief & Armai, Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan Dalam Rangka Mewujudkan

Kesejahteraan Sosial dan Stabilitas Nasional, (Jakarta : UIN Jakarta, 2002) hal. 39

duniawi yang berkembang saat itu, umumnya dibawakan atau

dinyanyikan oleh para musafir atau pengelana. Mereka menggunakan

alat musik yang sederhana dan praktis, biasanya alat musik berdawai

semacam gitar. Para musikus pengembara itu berjalan dari satu tempat

ke tempat yang lain, mengelilingi negeri, sambil bernyanyi. Mereka

mendapatkan upah atau imbalan dari para penikmat musiknya. Di

Perancis, musafir pemusik ini disebut troubadour, dan di Jerman

disebut minnesaenger. Sampai saat ini, budaya semacam itu masih

banyak dilakukan oleh kaum Gypsi, yang berada di daerah Spanyol.

Bahkan pengaruh musik mereka juga sempat terbawa ke Indonesia

oleh bangsa Portugis. Musik mereka itu diserap oleh seniman musik

Indonesia sebagai musik Keroncong. Keroncong asli kerap disebut

sebagai keroncong moritsku atau morisko. Perkataan ini berasal dari

moresca, yaitu sejenis tari pedang yang khas di antara bangsa Spanyol

dan Portugis.

Fenomena itu mungkin menjadi awal kemunculan bentuk

musik jalanan. Seperti di Indonesia, budaya mengamen seperti itu

sudah ada sejak sekitar abad ketiga belas saat kejayaan Kediri atau

Kahuripan. Saat itu sudah dikenal rombongan kesenian musik yang

berjalan dari satu tempat ke tempat lain, dan menghibur lewat syair

atau pantun yang berisi dongeng Panji. Mereka akrab disebut sebagai

Dalang Kentrung. Keberadaan mereka terkadang berarti sakral bagi

masyarakat yang dilewatinya, karena apa yang mereka lantunkan tidak

sekedar hiburan, tetapi terkadang merupakan nasehat, isyarat bahkan

ramalan masa depan dari situasi tertentu34

.

Dalam perkembangan zaman yang semakin kompleks, bagi

sebagian orang budaya mengamen ini juga ikut berkembang menjadi

salah satu peluang untuk mencari nafkah seperti banyaknya pengamen

yang penulis temukan di kota Bukittinggi. Ada yang melakukannya

untuk mencari uang, ada yang melakukan karena pelampiasan seni

semata, ada juga yang mengamen karena malas mencari pekerjaan

yang layak, dan berbagai alasan lainnya. Terkadang lagu yang mereka

bawakan saat mengamen secara teori memang mengalami

pendangkalan. Walaupun mereka melakukan ini dengan peralatan

seadanya dan sangat terbatas, tetapi optimisme yang mereka miliki

membuat lagu tersebut dapat terdengar dalam bentuk yang berbeda

dari aslinya. Artinya, mereka membawakan lagu tersebut dengan

aransemen lagu yang mereka buat sendiri sesuai keinginan mereka

masing-masing. Lagu tersebut dapat muncul dalam bentuk yang

berbeda dari penyanyi aslinya, bahkan pengamen jalanan yang sudah

lama mengamen mampu membuat lagu dan musik sendiri sesuai

dengan keterampilan berkarya seni yang mereka miliki.

Kebanyakan para pengamen atau penyanyi jalanan ini selalu

tampil sebagai dirinya sendiri. Hingga tak jarang lagu-lagu yang

mereka bawakan menjadi versi baru yang tak kalah menarik dari

34

Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, (Yogjakarta : Pustaka Pelajar,

2008), hal. 87.

komposisi versi aslinya. Contohnya lagu-lagu populer yang sering

dibawakan oleh group band Koes Ploes, Iwan Fals, dan penyanyi

legendaris lainnya. Hampir setiap pengamen jalanan pernah

membawakan lagu mereka namun sulit mencari dalam bentuk yang

sama.

3. Perilaku sosial pengamen jalanan.

Ibarat pepatah mengatakan, “Jika kita berteman dengan

penjual minyak wangi, pasti akan mendapatkan wewangiannya, dan

apabila kita berteman dengan pandai besi, kita akan mendapatkan

percikan apinya”. Itulah contoh nyata apabila remaja berada pada

lingkungan yang baik, maka perilaku yang terbentuk adalah perilaku

yang baik juga, begitupun sebaliknya, apabila mereka bergaul di

lingkungan yang kurang baik maka mereka juga akan terpengaruh

dengan perbuatan yang kurang baik. Kondisi ini sangat rentan terjadi

pada pengamen jalanan berusia remaja. Semakin lama mereka hidup

di jalanan, maka semakin sulit untuk mengajak mereka untuk berhenti

dari pekerjaan itu. Pengamen jalanan sering hidup dan berkembang di

bawah tekanan dari stigma atau cap sebagai pengganggu ketertiban

umum. Perilaku anak jalanan tersebut sebenarnya merupakan

konsekuensi logis dari stigma sosial dan keterasingan mereka didalam

masyarakat.

Salah satu bentuk perilaku pengamen jalanan yang kurang

dapat diterima secara sosial adalah tindakan agresifitas. Perilaku

kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri

sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk

mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak terkendali.

Kehidupan jalanan yang keras dan liar membuat pengamen

jalanan sering memperoleh perlakuan kasar baik dari sesama mereka

maupun preman yang meminta uang dengan alasan keamanan.

Penilaian masyarakat terhadap pengamen jalanan memandang dengan

sebelah mata menyebabkan mereka merasa sebagai orang yang kurang

berguna dan diasingkan dari masyarakat. Untuk lebih mendalami

tentang perilaku sosial pengamen jalanan, penulis akan menjelaskan

bentuk-bentuk perilaku sosial pengamen jalanan pada bab IV dan

kesimpulannya pada bab V.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan

percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang tertentu untuk mendapatkan

fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan

pengertian baru, menaikkan tingkat ilmu dan teknologi35

. Penelitian sering

35

Amirul Hadi & Hariono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia,

1998), hal. 39

juga disebut dengan metode etnografik, metode fenomenologis, atau

metode impresionistik dan istilah lain yang sejenis36

.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

research) yaitu penelitian yang dilakukan disuatu lokasi, ruangan yang

luas atau tengah-tengah masyarakat37

dengan kolaborasi metode kualitatif

yang merupakan suatu penelitian yang bermaksud memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus

yang alamiyah serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah38

.

Penelitian kualitatif ini memiliki karakteristik tertentu. Holloway didalam

Tohirin mengemukakan karakteristik penelitian kualitatif, diantaranya

adalah berfokus pada kata, menuntut keterlibatan peneliti dipengaruhi

sudut pandang partisipan, fokus penelitian yang holistik, desain dan

penelitiannya bersifat fleksibel, lebih mengutamakan proses daripada

hasilnya, menggunakan latar alami, menggunakan analisis induktif setelah

itu baru deduktif.

Penelitian yang penulis gunakan ini merupakan penelitian bersifat

partisipant observer, yaitu kegiatan penelitian yang langsung melibatkan

kehadiran peneliti di lokasi penelitian yakni ditaman Jam Gadang dan

Terminal Aur Kuning kota Bukittinggi. Partisipant observer merupakan

36

Amirul Hadi & Hariono, Metodologi Penelitian ..... hal. 13 37

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, (Jakarta : PT. Rineka

Cipta, 1996), hal 243 38

Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling,

(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 3

peran dalam observasi yang dipilih peneliti untuk mengambil bagian dan

terlibat secara langsung dengan aktivitas yang dilakukan subjek penelitian,

keuntungannya adalah peneliti dapat mengamati secara langsung sesuai

dengan sudut pandang subjek penelitian. Disamping itu, peneliti dapat

berperan ganda dalam satu waktu yaitu berpartisipasi dalam kegiatan yang

dilakukan bersama dengan subjek penelitian sekaligus melakukan

pengamatan terhadap subjek penelitian39

. Penelitian ini termasuk kedalam

kategori penelitian studi kasus dan penelitian lapangan yang artinya

mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan

interaksi sosial individu, kelompok, lembaga dan masyarakat40

.

Jadi, berdasarkan penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa

penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan dan mengetahui

fenomena tertentu dengan menggunakan jenis deskriptif kualitatif dan

bersifat partisipant observer.

B. Informan Penelitian.

Orang-orang yang menjadi sumber mendapatkan data dan

keterangan disebut informan41

. Informan adalah orang yang dimanfaatkan

untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi. Ia memiliki

banyak pengalaman tentang latar belakang penelitian. Ia berkewajiban

secara suka rela menjadi anggota tim penelitian walaupun bersifat

39

Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Group (Sebagai Instrumen

Penggalian Data Kualitatif) Cet. ke-1, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 146 40

Husaini & Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial Cet. ke-6, (Jakarta : PT. Bumi

Aksara, 2006), hal. 5 41

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Cet. ke-5, (Bandung : Remaja Rosda

Karya, 2009), hal. 285

informal42

. Informan ini penulis jadikan sebagai sumber untuk

mendapatkan data tentang perilaku sosial pengamen jalanan di taman Jam

Gadang dan Terminal Aur Kuning kota Bukittinggi.

Jika diklasifikasikan menurut jenisnya informan dalam penelitian

dapat dibagi menjadi dua bagian, diantaranya :

1. Informan Kunci.

Informan kunci adalah orang yang dijadikan sebagai sumber

informasi utama dalam penelitian melalui kegiatan wawancara,

observasi (pengamatan). Karena di taman Jam Gadang dan Terminal

Aur Kuning Bukittinggi terdapat banyak pengamen jalanan, maka

penulis membatasi jumlah objek penelitian yaitu satu orang di taman

Jam Gadang dan satu orang di Terminal Aur Kuning Bukittinggi.

2. Informan Pendukung.

Informan pendukung adalah sumber informasi tambahan.

Dalam penelitian ini, pihak yang menjadi informan pendukung adalah

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Bukittinggi dan Satuan

Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Bukittinggi. Penulis menjadikan

kedua instansi ini sebagai informan pendukung karena terlibat

langsung dengan penanganan pengamen jalanan di kota Bukittinggi.

C. Lokasi Penelitian.

42

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hal. 310

Lokasi penelitian ini yaitu di taman Jam Gadang dan Terminal Aur

Kuning Bukittinggi karena secara kuantitas pengamen jalanan lebih

mendominasi di kedua tempat ini dan penulis berkomitmen meneliti

perilaku sosial pengamen jalanan yang ada dikedua lokasi ini.

D. Teknik Pengumpulan Data.

Data penelitian pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu

data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dinyatakan dalam bentuk

kata atau kalimat43

. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan

sebagai berikut :

1. Observasi.

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung 44

, sedangkan Husaini dan

Purnomo mengartikan observasi sebagai pengamatan dan pencatatan

yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti dan sejalan dengan

Joko Subagyo, observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala subjek yang

diteliti45

. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data

apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat

secara sistematis dan dapat dikontrol keandalannya (reliabilitasnya)

43

Amirul Hadi & Hariono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia,

1998), hal. 126 44

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Cet. ke-5, (Bandung : Remaja Rosda

Karya, 2009), hal. 220 45

Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek Cet. ke-2, (Jakarta : Rineka

Cipta, 1997), hal. 63

dan keshahihannya (validitasnya). Observasi merupakan proses yang

kompleks, yang tersusun dari proses biologis dan psikologis. Dalam

menggunakan teknik observasi yang terpenting ialah mengandalkan

pengamatan dan ingatan si peneliti46

. Disamping itu, observasi juga

diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Secara teknik,

observasi terbagi atas dua macam. Yaitu observasi langsung dan

observasi tidak langsung. Observasi langsung adalah pengamatan dan

pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau

berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada bersama objek

yang diselidiki. Sementara, observasi tidak langsung pengamatan yang

dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang akan

diselidiki, misalnya peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian

slide, atau rangkaian foto47

.

Jadi, observasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti

untuk melihat dan mengamati suatu kegiatan yang terjadi dilapangan

sehingga diperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam hal

ini penulis melakukan observasi langsung dengan menggunakan

teknik partisipant observer yaitu kegiatan observasi yang melibatkan

langsung penulis dalam meneliti perilaku sosial pengamen jalanan di

taman Jam Gadang dan Terminal Aur Kuning Bukittinggi.

46

Husaini & Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial Cet. ke-6, (Jakarta : PT. Bumi

Aksara, 2006), hal. 54 47

Amirul Hadi & Hariono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia,

1198), hal. 129

2. Wawancara.

Menurut Husaini dan Purnomo wawancara merupakan tanya

jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung, pewawancara

disebut interviewer sedangkan orang yang diwawancarai disebut

interviewee. Wawancara berguna untuk mendapatkan data ditangan

pertama (primer), pelengkap teknik pengumpulan lainnya, dan

menguji hasil pengumpulan data lainnya48

. Sejalan dengan itu,

menurut Nana Syaodih Sukmadinata, wawancara adalah kegiatan

yang dilakukan untuk mendapatkan informasi langsung dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan dijawab secara

lisan49

.

Wawancara yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah

wawancara berbentuk tidak terstruktur dan memakai pedoman,

dimana dalam hal ini penulis menggunakan pertanyaan terbuka yaitu

wawancara yang menggunakan panduan pokok masalah yang

diteliti50

. Disamping itu, selain pertanyaan yang diajukan bersifat

sangat terbuka, jawaban subjek juga meluas dan bervariasi, kemudian

waktu atau kecepatan wawancara sulit diprediksi, sangat fleksibel

dalam hal pertanyaan dan jawaban, menggunakan pedoman

wawancara, urutan pertanyaan yang sangat longgar, penggunaan kata,

48

Husaini & Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial Cet. ke-6, (Jakarta : PT. Bumi

Aksara, 2006), hal. 57-58 49

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Cet. ke-5, (Bandung : Remaja Rosda

Karya, 2009), hal. 216 50

Cholid Narbuko dkk, Metodologi Penelitian Cet. ke-7, (Jakarta : Bumi Aksara, 2005),

hal 84

alur pembicaraan, tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu

fenomena dan hal terkait lainnya51

.

Jadi, wawancara merupakan pengajuan sejumlah pertanyaan

dari pewawancara kepada informan untuk mendapatkan data dan

keterangan tertentu. Adapun wawancara yang penulis lakukan dengan

cara mengajukan sejumlah pertanyaan penelitian secara lisan dan

dijawab secara lisan juga oleh informan. Jawaban ini dipergunakan

untuk memperoleh data atau informasi secara lebih luas dan

mendalam tentang perilaku sosial pengamen jalanan di taman Jam

Gadang dan Terminal Aur Kuning Bukittinggi. Pengamen jalanan

yang penulis wawancarai yaitu berinisial RE dan AT, mereka berharap

kepada penulis agar merahasiakan namanya.

E. Teknik Analisa Data.

Data merupakan gambaran atau keterangan ataupun catatan tentang

ada dan keadaan sesuatu52

. Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber

dengan menggunakan berbagai macam teknik pengumpulan data seperti

teknik observasi dan teknik wawancara.

Setelah data terkumpul, kemudian diseleksi dan

diklasifikasikan, setelah itu diadakan analisis data. Dalam hal ini,

terdapat tiga alur kegiatan yang penulis lakukan dalam teknik

51

Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Group (Sebagai Instrumen

Penggalian Data Kualitatif) Cet. ke-1, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 69-71 52

Prayitno, Himpunan Data (Seri Kegiatan Pendukung Konseling), (Padang : Universitas

Negeri Padang, 2006), hal. 1

pengolahan data ini, yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi

data53

.

1. Reduksi Data.

Reduksi data merupakan suatu proses penyeleksian,

penyederhanaan, pengabstrakan dan pemindahan data mentah

yang diperlukan dari matriks catatan lapangan sebagai wahana

perangkum data. Pengabstrakan data ini merupakan usaha

membuat rangkuman yang inti54

. Selanjutnya adalah

penyusunan dalam satuan-satuan. Langkah ini penulis lakukan

dengan cara memeriksa dan menganalisis seluruh data yang

diperoleh dari hasil wawancara, setelah diperiksa dilakukan

penyeleksian dan penyederhanaan data sesuai dengan data

yang dibutuhkan berdasarkan fokus penelitian yang penulis

lakukan terhadap perilaku sosial pengamen jalanan sebagai

subjek penelitian.

2. Display data.

Display data yaitu penyajian data dengan cara

menampilkan informasi yang didapatkan dari kegiatan reduksi.

Penyajian data ini disesuaikan dengan masalah yang penulis

teliti. Dalam penelitian kualitatif ini penyajian data dapat

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

53

Matthew B. Miles dan A Michael Huberman, Analisa Data Kualitatif, (Jakarta :

Universitas Indonesia Press, 1998), hal. 16 54

Husaini Usman dk, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006),

hal 86-87

kategori, flowchart dan jenis-jenis lainnya. Sementara itu,

display data yang penulis lakukan adalah menuliskan hasil

wawancara yaitu jawaban dari informan kunci dalam hal ini

pengamen jalanan55

.

3. Verifikasi Data.

Verifikasi adalah penarikan kesimpulan dari sebuah

penelitian56

. Dalam penelitian kualitatif deskriptif ini penulis

menarik kesimpulan dari informasi yang telah didapatkan dan

dianalisa yaitu kesimpulan dari hasil wawancara yang penulis

dapatkan dari informan kunci yaitu pengamen jalanan dan

informan pendukung yaitu Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

(Dinsosnaker) Bukittinggi dan Satuan Polisi Pamong Praja

(Satpol PP) Bukittinggi.

F. Triangulasi Data.

Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan suatu yang lain diluar itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik triangulasi yang paling

banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya57

.

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

55

Husaini Usman dk, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006),

hal 86-87 56

Husaini Usman dk, Metodologi Penelitian Sosial, ... hal 86-87 57

Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1995), hal. 178

yang berbeda dalam metode kualitatif. Triangulasi ini dapat dicapai

dengan cara :

1. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil observasi.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang lain dengan apa yang

diakatakan secara pribadi.

3. Memperpanjang waktu kehadiran penulis di tempat penelitian agar

data dan keterangan dapat didapat secara lebih mendalam.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Informan Penelitian.

1. Profil Informan 1.

Nama Lengkap : RE

Nama Panggilan : R

Kota Kelahiran : Solok

Tanggal Lahir :19 September 1992

Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Sekolah : Tamatan SMP

RE merupakan pemuda asal kota solok yang tinggal di kota

Solok, terkadang apabila ia tidak sempat pulang ke Solok maka ia

akan menumpang tidur di rumah temannya di Bukittinggi. Sebenarnya

RE memiliki hobi mendaki gunung dan ia sangat ingin sekali

mengeksplor alam yang ada di seluruh Indonesia. Hanya saja berbagai

keterbatasan seperti biaya dan halangan lainnya, membuat ia sedih

dengan keadaan ini. Agar kesedihannya itu tidak berlarut dan tidak

berdampak negatif, maka ia bermain musik agar dapat menghibur

dirinya sendiri. Karena ia memiliki teman yang sudah dahulu

mengamen, maka ia juga tertarik untuk mencoba mengamen dan

kebetulan ia juga suka bermain gitar.

2. Profil Informan 2.

Nama Lengkap : AT

Nama Panggilan : A

Kota Kelahiran : Sicin-cin

Tanggal Lahir :15 November 1993

Anak ke : 2 dari 2 bersaudara

Sekolah : Tamatan SD

AT merupakan anak bungsu dari dua bersaudara yang hanya

tamatan SD. Awal pekerjaannya mengamen ini ialah bahwa ia sudah

terbiasa bergaul dengan orang-orang yang ada dipasar. AT sering

bergaul dengan pengamen jalanan dan sejak usia SD tersebut ia

pernah mencoba mengamen berkeliling pasar sicincin tersebut.

Karena awalnya ia diajak oleh teman tersebut, akhirnya ia sudah

merasa nyaman dengan kerja ini, ditambah dengan anggapannya

dengan mengamen ini bisa mendapatkan uang. Maka ia melanjutkan

mengamen tersebut sampai hari ini.

B. Perilaku Sosial Pengamen Jalanan (Temuan Dilapangan).

Proses penelitian terhadap perilaku sosial pengamen di kota

Bukittinggi penulis laksanakan sesuai surat izin yang dikeluarkan oleh Kantor

Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Bukittinggi yaitu pada tanggal 29

Desember 2016 sampai dengan 30 Januari 2017. Adapun hal terkait yang

penulis teliti adalah bentuk-bentuk perilaku pengamen jalanan kota

Bukittinggi.

1. Pemberani Secara Sosial.

a. Mempertahankan Diri.

Menurut penulis mempertahankan diri merupakan sebuah

upaya yang dilakukan individu untuk melindungi haknya baik

secara fisik maupun secara mental. Berdasarkan hasil wawancara

penulis bersama informan kunci dengan pertanyaan Bagaimana

tanggapan saudara saat adanya pandangan negatif tentang

pekerjaan ini ? dan apa harapan saudara terhadap kegiatan ini ?, RE

menjawab dengan jawaban sebagai berikut :

“Tanggapan saya ya tetap ngamen seperti biasanya bang, itu sih

nggak terlalu saya pikirin, biarin aja orang berkata apa, yang

penting saya nyaman dengan dengan kerja ini dan saya merasa

tidak mengganggu orang dan ini halal. Harapan saya aktivitas

ngamen ini tetap ada dan diizinkan oleh pemerintah kita, karena

seperti yang saya sampaikan bahwa tujuan kami murni untuk

menghibur masyarakat dan mencari uang untuk makan, tidak ada

tujuan selain itu” 58

.

Sementara AT pengamen yang beraktivitas di terminal aur

kuning mengungkapkan :

“Itu sih saya biarkan saja, saya anggap angin lalu saja bang, tidak

terlalu saya hiraukan sih. Mudah-mudahan masyarakat umum bisa

memahami bahwa pengamen itu ramah, itu saja bang” 59

.

Berdasarkan jawaban yang dikemukakan dua pengamen

diatas dapat penulis interpretasikan perilaku sosial yang ada pada

mereka yaitu tidak peduli dengan pandangan sinis dari orang lain,

merasa nyaman, merasa tidak mengganggu, menganggap pekerjaan

halal, tujuannya untuk menghibur. Sejalan dengan itu AT juga

tidak peduli apapun perkataan orang.

Sigismund Schlomo Freud, berpendapat apabila kebutuhan

seseorang tidak terpenuhi maka dia akan mempertahankan dirinya.

Sigmund Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri

untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi si individu

dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada dasarnya

strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan

hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan

masalah itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur

penipuan diri60

. Sejalan dengan itu pengamen jalanan membuat

58

RE, Pengamen Taman Jam Gadang, Wawancara Pribadi, 2 Januari 2017 59

AT, Pengamen Terminal Aur Kuning, Wawancara Pribadi, 3 Januari 2017 60

Syamsul Hadi, Mekanisme Pertahanan Diri, Blog tentang BK (Diakses 3/2/17)

pernyataan bahwa mereka mempertahankan pekerjaan mengamen

walaupun ada yang memandang negatif.

Jadi, berdasarkan penjelasan diatas dapat penulis pahami

bahwa perilaku sosial yang ada pada mereka untuk

mempertahankan diri adalah mereka tidak mempedulikan apapun

perkataan orang lain yang bermaksud untuk menjatuhkan pekerjaan

mereka.

b. Membela Hak.

Setiap individu berhak untuk membela haknya dan apa

yang ia inginkan. Berdasarkan hasil temuan penulis terhadap

informan kunci dengan pertanyaan apa yang saudara lakukan saat

adanya penertiban dari petugas keamanan ? dan apa yang membuat

saudara bertahan untuk mengamen ditempat ini ?. Jawaban RE

adalah :

“Biasanya saya dan kawan-kawan kabur bang atau kalau nggak

saya dan kawan memberanikan diri untuk melawan karena saya

merasa mereka mengganggu kami. Pernah suatu ketika gitar saya

mereka tahan di kantor Satpol PP tapi saya membawa kawan dan

memberanikan diri untuk meminta kesana. Yang membuat saya

betah disini adalah saya merasa nyaman dengan kegiatan ini,

kawan-kawannya juga asyik, pergaulan saya bertambah,

pengalamanpun bertambah, asyik lah pokoknya bang”61

.

Sementara AT mengungkapkan :

“Alhamdulillah, selama ini saya belum pernah ditertibkan disini

bang. Saya senang menghibur orang bang, dan pekerjaan ini sudah

seperti hobi tersendiri bagi saya, ya saya nyaman saja la bang”62

.

61

RE, Pengamen Taman Jam Gadang, Wawancara Pribadi, 2 Januari 2017 62

AT, Pengamen Terminal Aur Kuning, Wawancara Pribadi, 3 Januari 2017

Dari jawaban kedua informan diatas yang menyatakan

perilaku sosial mereka lari saat ditertibkan, melawan,

memberanikan diri, pergaulan bertambah, dan pengalaman mereka

juga bertambah.

Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh

setiap orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di

dalam Kamus besar Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian

tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan,

kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh

undang-undang, aturan, dan sebagainya), kekuasaan yang benar

atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau

martabat63

. Membela merupakan turunan dari mekanisme

pertahanan diri individu. Perilaku sosial pengamen jalanan

menunjukkan bahwa berani mempertahankan pekerjaan yang

dilakukannya saat ini.

Jadi, dapat penulis pahami bahwa perilaku sosial mereka

walaupun adanya tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan oleh

petugas seperti razia dan sejenisnya, mereka akan tetap melakukan

kegiatan ini karena merasa berhak untuk mencari rezki.

2. Berkuasa.

a. Suka Memerintah.

63

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, (Diakses 3/2/17)

Mengenai suka memerintah ini hasil penelitian yang

penulis lakukan dengan pertanyaan pernahkah saudara meminta

teman lain untuk menggantikan posisi saudara untuk mengamen di

tempat ini ? menunjukkan hasil sebagai berikut :

“Nggak bang, saya belum pernah meminta kawan saya untuk

menggantikan saya ngamen disini, kami semua sama saja,

seandainya ada diantara kami yang tidak datang pasti ada saja yang

ngamen, tapi kalau datang semuanya biasanya kami berbagi

wilayah atau bergantian aja gitu bang”64

.

Sementara pengamen AT mengungkapkan :

“Tidak pernah bang, karena jika saya tidak ngamen, ya orang lain

yang ngamen di tempat ini, dan itupun tidak ada kesepakatan

diantara saya dan mereka”65

.

Penulis belum menemukan pengamen jalanan yang

memerintah dan hasil diatas menunjukkan pengamen jalanan

belum pernah memerintah rekan sesama pengamen jalanan.

Memerintah yaitu memberi perintah dan menyuruh

melakukan sesuatu66

. Pengamen jalanan belum pernah menyuruh

orang lain untuk menggantikan mengamen disuatu tempat.

Jadi, berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat penulis

ketahui bahwa pengamen jalanan belum pernah memerintah

kepada teman-temannya untuk mengamen.

3. Berinisiatif.

a. Mengorganisasi Kelompok.

64

RE, Pengamen Taman Jam Gadang, Wawancara Pribadi, 2 Januari 2017 65

AT, Pengamen Terminal Aur Kuning, Wawancara Pribadi, 3 Januari 2017 66

KBBI Online, Pengertian Memerintah, (Diakses 3/2/17)

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari orang

lain dalam arti kata selalu hidup bersama-sama dimanapun mereka

berada. Berikut ini hasil wawancara penulis dengan pengamen

jalanan dengan pertanyaan adakah komunitas pengamen jalanan ?

apa namanya, bagaimana susunan struktur atau kepengurusannya,

dan apa saja aktivitas yang telah dan akan dilakukan komunitas ini

?, adapun jawaban pengamen jalanan sebagai berikut :

“Ada bang, namanya Persatuan Musisi Jalanan Bukittinggi. Nggak

ada sih bang, kami cuma punya ketua aja dan kami anggotanya.

Kegiatannya nggak ada sih bang, biasanya malam-malam kami

berkumpul di taman Jam Gadang, ngobrol-ngobrol biasa gitu bang,

kalau ada kawan kami yang sakit ya kami jenguk bawa makanan

dan minuman”67

.

Sementara pengamen AT mengungkapkan sebagai berikut :

“Kalau saya independen saja bang, tidak ada membuat komunitas

atau perkumpulan apapun. Tapi waktu itu saya pernah membuat

penggalangan dana untuk gempa di Pidi Jaya Aceh kemaren ini.

Tidak ada sih bang. Biasanya kalau saya menghimpun dana untuk

korban bencana alam, saya bersama kawan-kawan bang, tidak

sendirian, itupun bukan atas nama kelompok bang, kami sukarela

saja, setelah kami mendapat donasi yang kami jalankan itu, lalu

kami salurkan ke pihak-pihak mungkin bisa membantu

mengantarkan, setelah itu ya bubar gitu saja”68

.

Perilaku sosial pengamen jalanan yang terkait dengan data

diatas adalah suka berkumpul dan solidaritas, kemudian melakukan

sesuatu diluar mengamen secara bersama-sama.

Mengorganisasi kelompok merupakan suatu keterampilan

pengamen jalanan dalam bersosialisasi antar sesama mereka

67

RE, Pengamen Taman Jam Gadang, Wawancara Pribadi, 2 Januari 2017 68

AT, Pengamen Terminal Aur Kuning, Wawancara Pribadi, 3 Januari 2017

sebagai hasil dari komunikasi satu sama lain69

. Dalam hal ini

pengamen jalanan membentuk sebuah kelompok sesuai dengan

keinginan bersama dan bubar dengan sendirinya.

Jadi, dapat penulis ketahui bahwa setiap pengamen berhak

menentukan mau tidaknya berkelompok. Bagi yang tidak

bergabung dapat melaksanakan aktivitas mengamennya dengan

sendiri dan kadang-kadang bersama dengan temannya.

b. Suka Memberi Masukan.

Dari hasil penelitian penulis dengan pengamen jalanan

dengan pertanyaan apa saja yang saudara diskusikan dengan

teman-teman ?, pernahkah saudara memberi saran atau masukan ?

seperti apa ?, bagaimana juga dengan contoh masukan yang

diberikan teman kepada saudara ?, pengamen mengungkapkan

sebagai berikut :

“Perbincangan kami biasanya seputar bagaimana persiapan kami

jika di tertibkan atau dirazia pihak keamanan, berbicara lagu

terbaru sekaligus kunci atau cord gitarnya, tentang olah raga

khususnya sepak bola, biasalah bang seperti obrolan-obrolan anak

muda lainnya lah yang seumuran dengan saya. Sering bang, jadi

kalau ada teman saya yang salah saat bernyanyi ya saya beri saran

bahwa lagu itu atau cord lagunya salah nanti akan berakibat

berbedanya keserasian musik dan suara. Mereka memberi masukan

yang baiklah bang, positif, bermanfaat bagi saya, tentu pada

akhirnya saya harus menerima hal itu dan melaksanakan segala

masukan tersebut, toh manfaatnya kan untuk saya juga kan bang”70

.

Senada dengan itu, hasil penelitian dengan pengamen AT

adalah :

69

KBBI Online, Pengertian mengorganisasi, (Diakses 3/2/17) 70

RE, Pengamen Taman Jam Gadang, Wawancara Pribadi, 2 Januari 2017

“Ngobrol apa aja sih bang, tidak ada pembahasan khusus gitu.

Pernah sih, waktu itu ada kawan saya yang meminta pendapat

kepada saya tentang lagu yang keren dibawakan, kemudian saya

menyarankan agar dia harus update dengan lagu terbaru. Masukan

dari teman-teman seringnya masalah kunci gitar lagu-lagu terbaru

aja sih bang”71

.

Dari jawaban tersebut diatas yang menyatakan bahwa

mereka berdiskusi, saling membantu dan memberikan masukan.

Intinya disini adalah pengamen jalanan saling mendukung satu

sama lain.

Suka memberi masukan adalah perbuatan saling

mendukung individu yang sangat bermanfaat bagi diri mereka

masing. Berdasarkan jawaban pengamen jalanan mereka senang

berdiskusi dengan saling memberi masukkan.

Jadi, dapat penulis ketahui bahwa pengamen jalanan tidak

selalu berdiskusi perihal bermusik, mereka saat berkumpul-kumpul

mengobrol apa saja yang teringat bagi mereka tidak ada

pembahasan khusus.

4. Mandiri.

a. Membuat Segala Sesuatu Sendiri.

Dari hasil penelitian mengenai membuat segala sesuatu

dengan sendiri dapat penulis jelaskan dan pertanyaannya adalah

alat musik apa yang saudara sukai dan alat apa yang pernah

saudara buat sendiri, adakah saudara membuat sesuatu sendiri ?,

71

AT, Pengamen Terminal Aur Kuning, Wawancara Pribadi, 3 Januari 2017

dan apa saja kegiatan saudara yang membutuhkan bantuan orang

lain ?, jawaban yang dikemukakan informan adalah :

“Alat musik yang saya sukai sih gitar trus gendang, kadang-kadang

saya ngamen pakai tamburin. Kalau alat musik yang pernah saya

buat sendri seperti tamburin kecil dari tutup botol yang dipakukan

ke kayu untuk tangkainya, trus gendang dari paralon bekas yang

diatasnya pakai karet trus diikat sampai bagus berbunyi jika

dipukul. Pernah sih berpikiran membuat lagu sendiri, tapi sampai

sekarang masih belum ada bang. Banyak sih bang, setiap manusia

pasti butuh orang lain kan ?, kalau untuk ngamen saya ngamen

berdua dengan kawan saya, kadang-kadang bertiga tapi jarang

sekali”72

.

Sementara itu, hasil wawancara dengan pengamen AT

mengungkapkan :

“Gitar bang, pastinya itu alat musik yang paling setia bagi saya.

Saya sudah ada dua puluhan lagu yang saya bikin sendiri dan group

akustik saya bang, nama group akustik saya ANTI

MAINSTREAM. Saya kira tidak hanya saya bang, semua orang

pasti butuh orang lain dalam menjalankan aktivitas mereka, kalau

saya ya kalau kesini kadang-kadang saya naik angkutan umum,

kadang kalau saya nggak punya uang bisa saya pinjam ke teman,

kadang saya nebeng makan siang sama kawan, banyaklah bang”73

.

Pengamen jalanan mengungkapkan perilakunya kreatif dan

membuat kelompok musik. Menurut penulis kreatif merupakan ide

atau gagasan seseorang yang digunakan untuk membuat segala

sesuatu yang belum pernah dibuat oleh orang lain. Sebagai

individu yang mampu membuat segala sesuatu sendiri, pengamen

jalanan memiliki kreatifitas dan mampu bersosialisasi dengan

membuat kelompok musik.

72

RE, Pengamen Taman Jam Gadang, Wawancara Pribadi, 2 Januari 2017 73

AT, Pengamen Terminal Aur Kuning, Wawancara Pribadi, 3 Januari 2017

Jadi, berdasarkan hasil hal tersebut diatas dapat penulis

pahami bahwa pengamen jalanan mampu membuat segala

sesuatunya yang mereka sukai dimana pengamen jalanan mampu

mengekspesikan diri dengan membuat alat musik sendiri walaupun

sederhana dan mampu membuat lagu sendiri.

b. Tidak Suka Mencari Nasehat atau Dukungan.

Setiap pengamen jalanan ada yang suka mencari nasehat

ada juga yang tidak mau mendapatkan itu, karena dianggap

menghalangi aktivitas mereka. Pertanyaan penelitian yang penulis

kemukakan adalah bagaimana sikap saudara menerima kritikan

dari orang lain ?, bagaimana reson saudara saat adanya masukan

yang membangun untuk kehidupan kedepannya ?, dan seperti apa

usaha saudara untuk meminta dukungan kepada orang lain ? :

“Pastinya senang, bersyukur kepada Tuhan, dan berterima kasih

kepada orang yang memberi saya masukan. Tentunya senang

sekali, saya terima selagi itu baik untuk saya, tapi yang jelas saya

lebih tau kemana arah kehidupan saya nanti dan orang yang

memberi masukan itu sifatnya kan hanya sekedar saran yang bisa

saja dikerjakan dan boleh tidak dong, tergantung orang yang

mendengar kan. Palingan saya minta saran kepada teman-teman

sesama pengamen, ada nggak lagu terbaru yang keren berikut cord

gitarnya, diskusi tentang hal-hal yang mungkin bisa saya tiru dan

usaha-usaha lainnya”74

.

Senada dengan hal diatas AT mengungkapkan jawabannya

sebagai berikut :

“Tentunya sangat senang, saya beranggapan berarti mereka peduli

dengan saya. Selagi itu baik untuk saya, ya saya terima lah bang.

Biasanya saya tanya aja sih bang, kadang-kadang saya meminjam

74

RE, Pengamen Taman Jam Gadang, Wawancara Pribadi, 2 Januari 2017

referensi lagu terbaru seperti buku lagu yang ada kunci gitarnya,

meminta file lagu terbaru”75

.

Perilaku sosial yang tampak pada pengamen jalanan adalah

terbuka dengan saran orang lain, merasa diperhatikan, dan

mengikuti perkembangan yang ada.

Menurut KBBI terbuka adalah tidak sengaja dibuka, tidak

tertutup, tersingkap, dan tidak terbatas pada orang tertentu saja,

kemudian tidak dirahasiakan76

. Bertolak belakang dengan poin

diatas yaitu tidak suka mencari nasehat atau dukungan, justru

pengamen jalanan bersedia menerima segala nasehat yang

bermanfaat bagi mereka dan bersedia mencari sendiri dukungan

orang lain untuk kepentingan aktivitas mengamennya.

Jadi, berdasarkan penjelasan diatas dapat penulis ketahui

bahwa pengamen jalanan sangat menerima nasehat maupun

dukungan dari orang lain selagi baik untuk mereka.

5. Kerjasama.

a. Solidaritas Antar Sesama.

Orang yang biasa beraktivitas dilapangan biasanya sulit

terlepas dari solidaritas seperti yang dilakukan oleh pengamen

jalanan. Adapun pertanyaan penelitian penulis adalah seperti apa

bentuk solidaritas saudara terhadap orang lain ?, dan apa yang

75

AT, Pengamen Terminal Aur Kuning, Wawancara Pribadi, 3 Januari 2017 76

KBBI Online, Pengertian terbuka, (Diakses 3/2/17)

saudara lakukan saat mengetahui ada orang lain yang ditimpa

musibah ?, jawaban informan adalah sebagai berikut :

“Kalau ada musibah seperti banjir, gempa bumi atau bencana alam

lainnya kami menghimpun dana keliling pasar menggunakan

sebuah kardus dan kami salurkan ke lembaga sosial seperti PKPU,

Rumah Zakat, PMI, dan lain-lain. Biasanya saya menjenguk

kadang-kadang bersama dengan kawan saya kadang-kadang sendiri

saja tergantung situasi dan kondisi”77

.

Sementara jawaban AT adalah :

“Pernah bang, waktu adanya bencana sinabung, saya merangkul

teman-teman sesama pengamen untuk ikut penggalangan dana

melalui ngamen. Biasanya saya jenguk sih bang”78

.

Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa pengamen

jalanan memiliki tingkat solidaritas yang tinggi. Menurut KBBI

solidaritas itu sendiri merupakan perasaan setia kawan antara

sesama anggota yang sangat diperlukan. Sementara menurut

wikipedia solidaritas adalah integrasi, tingkat dan jenis integrasi

ditunjukkan oleh masyarakat atau kelompok dengan orang dan

tetangga mereka yang mengacu pada hubungan pada masyarakat79

.

Berdasarkan data yang penulis dapatkan sangat relevan dengan

toeri ini yaitu pengamen jalanan memiliki rasa solidaritas antar

sesama. Jadi, dapat penulis pahami bahwa pengamen memiliki jiwa

solidaritas yang baik.

6. Agresif.

a. Pendendam.

77

RE, Pengamen Taman Jam Gadang, Wawancara Pribadi, 2 Januari 2017 78

AT, Pengamen Terminal Aur Kuning, Wawancara Pribadi, 3 Januari 2017 79

Http://Html/Solidaritas.com. Diakses 1/1/2017

Adapun pertanyaan penelitian yang penulis ajukan adalah

apa saudara merasa dendam terhadap orang yang berpandangan

negatif terhadap pekerjaan mengamen ?, dan apa yang saudara

lakukan untuk melampiaskan perasaan dendam tersebut ?, jawaban

informan adalah :

“Ada sih bang, itu kadang-kadang, karena saya kesal aja kenapa

banyak orang memandang remeh pekerjaan saya ini, padahal saya

menghibur dengan senang hati dan meminta uang alakadarnya,

kalau tidak diberi ya juga tidak masalah. Kadang-kadang saya

tandai kemana mereka pergi, setelah saya mengamen biasanya saya

menyindir mereka dengan mempermalukan mereka, kadang-

kadang saya biarkan saja karena saya lebih fokus dengan pekerjaan

saya ini”80

.

Sementara AT mengungkapkan :

“Tidak sih bang, bagi saya caci maki orang saya anggap sebagai

batu loncatan saya agar kedepannya saya bisa lebih baik. Saya

berusaha menjadi yang terbaik dan menepis bahwa perkataan orang

itu salah dan saya berusaha membuktikan dengan prestasi”81

.

Pengamen memiliki perilaku kesal, menghibur dengan

senag hati, membiarkan cemoohan, menjadikan cacian sebagai

motivasi. Dendam merupakan berkeinginan keras untuk membalas

karena rasa marah atau benci. Hawa nafsu yang tidak terkendali

melahirkan kemarahan. Kemarahan yang berlarut-larut dan

terpendam menjadi bibit dendam82

. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa pengamen jalanan tidak menyimpan rasa

dendam yang mendalam terhadap orang yang memandang negatif

pekerjaannya.

80

RE, Pengamen Taman Jam Gadang, Wawancara Pribadi, 2 Januari 2017 81

AT, Pengamen Terminal Aur Kuning, Wawancara Pribadi, 3 Januari 2017 82

Juni Hartono, Pengertian Dendam, (Diakses 3/2/17)

Jadi, berdasarkan hal tersebut dapat penulis pahami bahwa

pengamen jalanan dengan perilaku sosialnya memiliki rasa

dendam, hanya saja frekuensinya tidak terlalu tinggi dan mereka

tidak membalas dengan kejahatan melainkan dengan prestasi.

b. Suka Bertengkar.

Menurut pengalaman, biasanya pergaulan dilapangan

seperti yang dilakukan oleh pengamen jalanan sangat rentan terjadi

pertengkaran kecil atau besar. Adapun pertanyaan penelitian yang

penulis ajukan adalah pernahkah saudara bertengkar dengan orang

lain ?, dalam hal apa pertengkaran itu ?, dan bagaimana akhir

pertengkaran itu?, jawaban yang dikemukakan informan adalah

sebagai berikut :

“Pernah bang, seperti pengalaman yang saya ceritakan sebentar ini,

masalah saya dituduh orang mengambil HP nya. Orang lain yang

kehilangan HP. Akhirnya saya dan orang itu berdamai karena saya

terbukti tidak mencuri punya orang itu di posko keamanan Satpol

PP Jam Gadang”83

.

Sementara, AT mengungkapkan tidak pernah bertengkar

sebagaimana jawabannya :

“Tidak pernah bang, untuk apa bertengkar ?”84

.

Pada pertanyaan penulis perihal apa yang dipertengkarkan

ia menjawab tidak ada dan bagaimana akhirnya otomatis tentu juga

tidak ada. Pengamen jalanan suka berdamai dan tidak mau

bertengkar. Menurut KBBI pertengkaran merupakan percek-cokan,

83

RE, Pengamen Taman Jam Gadang, Wawancara Pribadi, 2 Januari 2017 84 AT, Pengamen Terminal Aur Kuning, Wawancara Pribadi, 3 Januari 2017

perdebatan, akhirnya pertengkaran itu dapat diselesaikan dengan

baik85

.

7. Suka Pamer atau Menonjolkan Diri.

a. Perilaku Berlebihan.

Dari hasil penelitian dengan pertanyaan bagaimana cara

saudara menarik perhatian pengunjung ?, seperti apa penampilan

saudara saat tampil mengamen disini ?, bagaimana cara saudara

meminta uang kepada pengunjung ? dan pernahkah saudara

memaksa meminta uang kepada pengunjung ?, adapun jawaban

informan pertama sebagi berikut :

“Ya saya berusaha tampil sebaik mungkin bang, sebelum tampil

tentu saya persiapan dulu, latihan vocal, menyiapkan lagu supaya

penampilan saya maksimal kan bang, kalau penampilan saya sudah

maksimal insyaAllah tentu bisa menarik perhatian pengunjung”.

“biasanya saya ngamen ditemani sama kawan, kami ngamen

berdua, nyanyi berdua, caranya biasanya jika saya memainkan gitar

kawan saya yang memegang kantong plastik. Mengamen ini kan

menghibur orang bang, jadi saya berusaha meberikan hiburan yang

layak lah bagi pengunjung. Saya ngamen sama kawan, berdua saja

bang, nyanyi berdua, caranya biasanya jika saya memainkan gitar

kawan saya yang memegang kantong plastik. Gitu juga sebaliknya

bang, kalau kawan saya yang memainkan gitar, saya yang

memegang kantong plastiknya untuk saya sodorkan ke pengunjung.

Kalau pengunjung memberi uang, kami pindah ke pengunjung

lainnya. Kalau saya pernah bang, pernah waktu saya ngamen

pengunjung tidak mau ngasih saya uang kan, ya trus saya sodorin

terus kantong plastiknya. Ada yang mau ngasih ada juga tetap

nggak mau ngasih kami uang”86

.

Sementara hasil wawancara dengan AT dapat penulis

jelaskan :

85

KBBI online, Pengertian Pertengkaran, (Diakses 3/2/17) 86

RE, Pengamen Taman Jam Gadang, Wawancara Pribadi, 2 Januari 2017

“Untuk menarik perhatian atau atensi penumpang bus, saya harus

update lagu baru bang, dan saya biasanya membawa tiga atau dua

lagu salah satunya lagu barat. Saya percaya diri saja, berusaha

tampil dengan maksimal, ya menghibur la bang. Cara saya

meminta uang, setelah saya nyanyi dua atau tiga lagu tadi,

kemudian saya menjalankan kantong untuk meminta uang ke

pengunjung. Memaksa ? tidak pernah lah bang, untuk apa saya

memaksa ? toh akhirnya nggak akan diberi uang juga kan ?, saya

menyodorkan kantong uang, jika diberi saya berterima kasih, kalau

orang nggak memberi ya tidak masalah bang, namanya berusaha ya

emang seperti ini bang”87

.

Dari jawaban tersebut dapat diketahui perilaku sosial

pengamen yaitu berusaha tampil baik dan maksimal, melakukan

persiapan, pernah memaksa meminta uang, mengikuti

perkembangan, dan percaya diri. Perilaku berlebihan merupakan

berlebihan dalam memenuhi hajat dan keinginan nafsu terhadap

segala sesuatu yang halal secara hukum syari’at tidak haram, tapi

secara moral sikap ini cenderung merusak tatanan akhlak dan etika

hidup88

. Bertolak belakang dengan konsep perilaku berlebihan,

bahwa pengamen jalanan tidak berlebihan dalam perilaku

sosialnya. Jadi, berdasarkan data diatas dapat penulis ketahui

bahwa perilaku sosial pengamen jalanan tidak berlebihan.

Berdasarkan temuan dilapangan yang penulis dapatkan dari Dinas

Sosial Tenaga Kerja (Sosnaker) bahwa sangat sulit menyelesaikan

permasalahan pengamen jalanan dan anak jalanan lainnya seperti jawaban

yang dijelaskan oleh Nurhasanah sebagai kepala bidang sosial Dinas Sosial

Tenaga Kerja (Kabid Sosial Sosnaker) dengan pertanyaan bagaimana

87

AT, Pengamen Terminal Aur Kuning, Wawancara Pribadi, 3 Januari 2017 88

Juni Hartono, Pengertian Israf (berlebihan), artikel (Diakses 3/2/17)

tanggapan ibu terhadap keberadaan pengamen jalanan ?, jawaban informan

pendukung sebagai berikut :

“Pandangan saya terhadap adanya anak jalanan yang mengamen di

Bukittinggi adalah bahwa Pengamen jalanan ini merupakan permasalahan

yang serius untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Sudah banyak cara

yang kami lakukan untuk dapat menyelesaikan persoalan ini, namun sampai

saat ini tetap saja permasalahan ini masih terjadi. Mereka seperti mengganggu

ketertiban umum dan kerap memberikan ketidaknyamanan kepada

masyarakat pengunjung kota”89

.

Senada dengan hal diatas, Roni salah seorang personil Satpol PP

Bukittinggi juga menjelaskan sebagai berikut :

“Terima kasih ananda, pandangan kami terhadap pengamen jalanan seperti

serba salah gitu, karena disatu sisi kami selaku petugas tentu menjalankan

kewajiban kami sesuai peraturan daerah dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, di lain hal disini mereka mencari uang untuk

memenuhi keperluan sehari-hari”90

.

Dapat penulis ketahui bahwa persoalan pengamen jalanan seperti

sebuah permasalahan sosial perkotaan yang berkepanjangan serta petugas

seperti serba salah jika melakukan tugasnya sebagaimana seharusnya.

C. Peranan Pihak Terkait.

1. Peraturan Daerah.

Berkenaan dengan peraturan daerah (Perda) kota Bukittinggi ini,

pertanyaan yang penulis ajukan adalah adakah perturan daerah yang

membahas tentang pengamen jalanan ?, informan pendukung menjawab

dengan jawaban yang sama yaitu peraturan daerah kota Bukittinggi nomor

89

Nurhasanah, Dinas Sosial Tenaga Kerja Bukittinggi, Wawancara Pribadi, 5 Januari

2017 90

Roni, Personil Satpol PP Bukittinggi, Wawancara Pribadi, 5 Januari 2017

3 tahun 2015. Nurhasanah sebagai kepala bidang sosial Dinas Sosial

Tenaga Kerja (Kabid Sosial Sosnaker) Bukittinggi sebagai berikut :

“Tentu ada. Kita sudah memiliki peraturan daerah kota Bukittinggi nomor

3 tahun 2015 tentang ketentraman dan ketertiban umum. Saudara dapat

membaca sendiri peraturan ini untuk lebih lanjutnya”91

.

Senada dengan itu, adapun jawaban dari personil Satpol PP

mengungkapkan sebagai berikut :

“Jelas ada lah, peraturan ini ada dan tertera pada peraturan daerah Kota

Bukittinggi Nomor 3 tahun 2015 tentang ketentraman dan ketertiban

umum”92

.

Jadi, dari jawaban kedua informan pendukung diatas dapat penulis

ketahui bahwa peraturan daerah yang berkenaan dengan keberadaan

pengamen jalanan adalah Peraturan Daerah kota Bukittinggi Nomor 3

tahun 2015 tentang ketentraman dan ketertiban umum.

2. Tindakan Petugas.

Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah kota Bukittinggi dalam

hal ini dilakukan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Satuan Polisi

Pamong Praja. Pertanyaan yang penulis ajukan adalah seperti apa tindakan

bapak atau ibu terhadap keberadaan mereka ?, adapun jawaban yang

dikemukakan oleh Nurhasanah selaku kepala bidang Sosial Dinas Sosial

Tenaga Kerja (Kabid Sosial Sosnaker) Bukittinggi adalah :

91

Nurhasanah, Dinas Sosial Tenaga Kerja Bukittinggi, Wawancara Pribadi, 5 Januari

2017 92

Roni, Personil Satpol PP Bukittinggi, Wawancara Pribadi, 5 Januari 2017

“Dinas Sosial Tenaga Kerja (Sosnaker) Kota Bukittinggi telah melakukan

penertiban terhadap gelandangan dan pengamen (gepeng) pada sejumlah

ruas jalan di Kota Bukittinggi sampai bulan desember 2016 kemaren.

Kami melakukan penertiban gelandangan dan pengamen ini bersama

Satpol PP, Kesbangpol dan aparat kepolisian guna memberikan rasa

nyaman kepada warga dan pengunjung yang datang ke Bukittinggi. Hal ini

sudah menjadi agenda rutin setiap tahunnya bagi Sosnaker. Khusus tahun

ini razia dilakukan hanya dua kali, dimana razia saat ini waktunya

berpapasan menjelang masuknya bulan puasa. Dan razia akan digelar

kembali pada november mendatang. Penertiban yang sudah kami lakukan

berhasil mengamankan delapan orang pengamen dijalanan dengan ka-

wasan yang berbeda, seperti tiga orang dikawasan pasar atas, satu orang di

gulai bancah, satu orang lagi di kawasan jalan Sudirman dan lainnya dibe-

berapa ruas jalan dikawasan Bukittinggi. Semua gepeng yang diamankan

tersebut kami pulangkan kembali ke daerah asal mereka masing-masing

setelah terlebih dahulu didata dan dimintai keterangan. Sebelum mereka

dipulangkan kami beri surat pernyataan untuk tidak melakukan

perbuatannya lagi. Pada umumnya pengamen yang diamankan itu bukan

warga asli Bukittinggi, melainkan dari daerah tetangga seperti Agam,

Batusangkar, Payakumbuh, Solok dan daerah lainnya. Usai dilakukan

pendataan mereka langsung kita suruh kembali ke daerah masing-

masing”93

.

Senada dengan itu, Roni selaku personil Satpol PP mengungkapkan

sebagai berikut :

“Kami pernah mengamankan belasan pengamen dan gepeng yang

berkeliaran di tempat umum seperti sekitaran Jam Gadang, tugu

Adipura, tugu Pahlawan Tak Dikenal, simpang lampu merah by pass,

terminal dan tempat umum lainnya. Kami melakukan razia karena

keberadaan mereka dirasa mengganggu ketenangan masyarakat dan

sekaligus untuk menciptakan kenyamanan lingkungan untuk

pengunjung kota ini. Mereka ini rata-rata sudah pernah kita tangkap,

tapi masih saja membandel. Mereka yang terjaring kita minta

membacakan teks Pancasila. Selanjutnya, mereka akan kami serahkan

kepada Dinas Sosial Tenaga Kerja (Sosnaker). Mereka akan diberi

pembinaan disana”94

.

Jadi dapat penulis pahami bahwa pemerintah kota Bukittinggi

bersinergi melakukan razia, penertiban, dan tindakan lainnya terhadap

93

Nurhasanah, Dinas Sosial Tenaga Kerja Bukittinggi, Wawancara Pribadi, 5 Januari

2017 94

Roni, Personil Satpol PP Bukittinggi, Wawancara Pribadi, 5 Januari 2017

keberadaan pengamen jalanan yang dipandang sebagai pengganggu

ketenangan dan kenyamanan masyarakat dan pada umumnya mereka

berasal dari luar daerah Bukittinggi.

3. Perilaku Sosial Sesuai Norma.

Berdasarkan observasi dengan pertanyaan bagaimana saja perilaku

sosial pengamen jalanan yang sesuai dengan norma ?, berdasarkan

jawaban yang dikemukakan petugas Sosnaker adalah berikut :

“Ya, mereka tetap sopan dalam mengamen, bergaul dengan para

pedagang, bergaul dengan orang-orang yang bekerja ditempat mereka

mengamen gitu, dari segi berpakaian kami melihat rapi bahkan memakai

sepatu. Tapi dari segi berperilaku kami melihat mereka sering berkumpul

dengan sesama mereka (sesama pengamen) dalam arti kompak95

.

Senada dengan hal tersebut, personil Satpol PP juga menjawab

dengan ungkapan yang hampir sama dengan petugas Sosnaker

sebagaimana berikut :

“Kalau kami memandang mereka jarang sih berperilaku sesuai dengan

norma. Perilaku mereka paling ya mengamen dengan baik memberikan

hiburan, kemudian berpakaian sopan tidak melanggar”96

.

Jadi, dapat diketahui bahwa pengamen jalanan jarang berperilaku

sesuai norma sesuai dengan jawaban yang mereka berikan kepada penulis.

4. Perilaku Sosial Melanggar Norma.

95

Nurhasanah, Dinas Sosial Tenaga Kerja Bukittinggi, Wawancara Pribadi, 5 Januari

2017 96

Roni, Personil Satpol PP Bukittinggi, Wawancara Pribadi, 5 Januari 2017

Dari hasil temuan penulis dilapangan yang seyogyanya jawaban

pengamen jalanan sebagai informan kunci sama dengan jawaban petugas

sebagai informan pendukung tapi ternyata berbeda. Adapun pertanyaannya

adalah bagaimana pula dengan perilaku sosial pengamen jalanan yang

tidak sesuai dengan norma yang berlaku ditengah masyarakat ?, adapun

hasil temuan penulis dengan Sosnaker yaitu :

“Menurut pengakuan mereka kadang-kadang memaksa pengunjung kota

untuk memberi uang kepada mereka, kemudian kami melihat perilaku

mereka jauh dari yang seharusnya, seperti mengganggu orang, berkata

yang kurang sopan, memalak anak yang usianya lebih muda dari mereka,

memaksa pengunjung untuk mengeluarkan uang dengan alasan telah

menghibur dan lain sebagainya”97

.

Senada dengan itu, adapun jawaban dari Satpol PP adalah :

“Kami memperhatikan dan dapat laporan bahwa pengamen jalanan ini

sering meminta uang secara paksa kepada pengunjung yang datang

berlibur di kota ini, bahkan mereka pernah bertengkar. Jadi waktu itu

pengamen merasa tersinggung karena pengunjung memberikan uang

dengan tangan kiri disebabkan ia merasa pengamen memaksa meminta

uang. Cerita yang kami dapatkan dilapangan, pengamen ini meminta

pengunjung membayar dengan tangan kanan namun si pengunjungpun

kesal karena beranggapan si pengamen meminta seperti memaksa gitu,

akhirnya ya sempat cek-cok, adu mulut, sampai bertengkar dan saling

pukul. Melihat perkelahian itu teman dari pengunjung tersebut ikut

membantu temannya. Akhirnya duel dua lawan dua, sementara teman si

pengunjung yang lainnya tidak mau terlibat. Kepada kami kedua

pengamen mengaku bahwa mereka merasa tersinggung oleh perbuatan

pengunjung yang memberi uang dengan tangan kiri. Sementara itu,

pengunjung justru emosi karena merasa pengamen memaksa mereka untuk

membayar.Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pengamen

dan pengunjung ini kami serahkan kepada petugas kepolisian yang berjaga

di gerbang Istana Bung Hatta dan kabar yang kami dapatkan akhirnya

mereka mau berdamai”98

.

97

Nurhasanah, Dinas Sosial Tenaga Kerja Bukittinggi, Wawancara Pribadi, 5 Januari

2017 98

Roni, Personil Satpol PP Bukittinggi, Wawancara Pribadi, 5 Januari 2017

Jadi, ketahui bahwa petugas dari dinas terkait sering dan selalu

menemukan perilaku sosial pengamen jalanan yang melanggar norma yang

berlaku.

5. Komunitas Pengamen Jalanan.

Terkait dengan komunitas atau kelompok pengamen jalanan,

pertanyaannya adalah adakan kelompok atau komunitas tertentu yang

dibentuk oleh pengamen jalana ini ?, petugas dinas terkait tidak mendapat

informasi yang akurat sebagaimana jawaban dari Sosnaker berikut :

“Menurut pemantauan kami, kami tidak melihat kalau pengamen ini punya

kelompok atau perkumpulan pengamen jalanan, sejauh pantauan kami

mereka solid membagi-bagi tempat untuk bernyanyi, itu saja ananda”99

.

Adapun jawaban personil Satpol PP hampir sama dengan hal diatas

sebagaimana berikut :

“Kami melihat mereka terpisah-pisah, kadang-kadang mereka ngamen

sendirian, seringnya berdua, yang satu bernyanyi sambil memainkan gitar

dan satu lagi memegang kantong uang. Kalau hal ini mungkin merekalah

yang lebih tau itu ya, saya juga kurang tau tentang itu”100

.

Jadi, berdasarkan jawaban yang dikemukakan kedua informan

pendukung tersebut dapat penulis pahami bahwa tidak seluruh pengamen

jalanan di kota Bukittinggi tergabung dalam satu komunitas atau kelompok

tertentu.

99

Nurhasanah, Dinas Sosial Tenaga Kerja Bukittinggi, Wawancara Pribadi, 5 Januari

2017 100

Roni, Personil Satpol PP Bukittinggi, Wawancara Pribadi, 5 Januari 2017

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Dari berbagai penjelasan tentang perilaku sosial pengamen jalanan

yang dikemukakan oleh para ahli mulai dari pengertian, faktor yang

mempengaruhinya, bentuk-bentuknya, karakteristik yang positif, faktor

pembentuk, penetapan, perkembangan sosial, maupun tipe-tipenya, dapat

penulis tarik kesimpulan, bahwa perilaku sosial merupakan suatu

rangsangan atau stimulus yang berasal dari seorang individu kepada orang

lain agar mendapatkan respon yang sesuai dengan rangsangan yang ia

berikan. Dalam hal ini, perilaku sosial yang timbul dari diri pengamen

jalanan untuk ditampilkan didalam hubungan sosial agar adanya respon

yang sesuai dengan stimulus yang ia berikan.

Sementara itu, perilaku sosial pengamen jalanan merupakan suatu

stimulus perbuatan yang timbul dari pengamen jalanan untuk menjalin

komunikasi sosial dengan orang lain yang ada disekitarnya serta berbagai

macam bentuk tindakan sosial yang timbul dari diri mereka untuk

diekspresikan sebagai makhluk sosial.

B. Saran.

1. Kepada Pengamen Jalanan.

a. Agar lebih memperhatikan lagi bagaimana bersikap dan

berperilaku kepada orang lain yaitu tidak memaksa

pengunjung apabila tidak memberi uang.

b. Diharapkan lebih berperilaku apa adanya, tidak dipaksakan

dan tidak menjadi diri orang lain dalam artian tetap menjadi

diri sendiri dan tampil mengamen sebagaimana memberi

hiburan yang baik.

c. Mempertahankan perilaku sosial yang baik selama ini

bahkan jika perlu ditingkatkan.

d. Berusahalah agar pekerjaan sebagai pengamen dapat

dipandang sebagai pekerjaan yang baik dan menjaga

keharmonisan pertemanan dengan orang lain.

2. Kepada masyarakat.

a. Lebih menghargai pekerjaan pengamen jalanan sebagai

penghibur disaat liburan.

b. Berikanlah sebagian dari rezki yang kita miliki sebagai

sedekah kepada pengamen jalanan, karena setidaknya

walaupun kita memberi hanya sedikit kita telah

membahagiakan mereka dan orang yang telah memberikan

hiburan juga layak diberi imbalan atas penampilan mereka.

c. Tidak perpandangan negatif terhadap keberadaan

pengamen jalanan yang notabene mencari uang dengan

memberikan hiburan.

3. Kepada Pemerintah.

a. Agar lebih memperhatikan bagaimana keadaan warga

negaranya.

b. Agar lebih memprioritaskan mereka yang mencari uang

dijalanan seperti pengamen jalanan.

c. Agar dapat lebih mensejahterakan mereka yang

membutuhkan bantuan moril dan materil.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Q.S Al-Luqman : 6-7, Bogor : Penerbit Sabiq, 2009

Achmat Subekan, Fakir Miskin dan Anak-anak Terlantar Dipelihara oleh

Negara, Jakarta : Kementerian Keuangan, 2014

Amirul Hadi & Hariono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung : Pustaka

Setia, 1198

Anarita dkk, Baseline Survei untuk Program Dukungan dan Pemberdayaan Anak

Jalanan di Perkotaan, Bandung : Akatiga Pusat Analisis Sosial, 2001

Arief & Armai, Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan Dalam Rangka Mewujudkan

Kesejahteraan Sosial dan Stabilitas Nasional, Jakarta : UIN Jakarta,

2002

Baron A Robert dkk, Social Psycology edisi ketujuh, New York : Pearson, 2006

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : CV Andi Offset, 2005

Psikologi Sosial Suatu Pengantar, Yogyakarta : Andi Offset, 2003

Teori-teori Psikologi Sosial, Yogyakarta : CV Andi Offset, 2011

Cholid Narbuko dkk, Metodologi Penelitian Cet. ke-7, Jakarta : Bumi Aksara,

2005

Dadang Sulaeman, Psikologi Remaja Dimensi-Dimensi Perkembangan, Bandung

: CV. Mandar Maju, 1995

Depdiknas, KBBI edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka, 2007

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung : Rosda Hude, 2009

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga, 1995

Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Group (Sebagai Instrumen

Penggalian Data Kualitatif) Cet. ke-1, Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2013

Hoetomo, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya : Mitra Pelajar, 2005

Husaini & Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial Cet. ke-6, Jakarta : PT. Bumi

Aksara, 2006

Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1995

Matthew B. Miles dan A Michael Huberman, Analisa Data Kualitatif, Jakarta :

Universitas Indonesia Press, 1998

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Cet. ke-5, Bandung : Remaja

Rosda Karya, 2009

Nasution R., Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2009

Prayitno, Himpunan Data (Seri Kegiatan Pendukung Konseling), Padang :

Universitas Negeri Padang, 2006

Rita L Atkinson, dkk, Pengantar Psikologi edisi kedelapan, Jakarta : Erlangga,

1985

Rusli Ibrahim, Pembinaan Perilaku Sosial Melalui Pendidikan Jasmani Cet. ke-1,

Jakarta : Direktorat Jendral Olah Raga, 2001

Soerjono Soekanto dan Max Weber, Konsep-Konsep Dasar dalam Sosiologi,

Jakarta : Rajawali, 1985

Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, Yogjakarta : Pustaka

Pelajar, 2008

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta : PT. Rineka

Cipta, 1996

Sunarto dan Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Rineka Cipta, 2006

Syamsu Yusuf dkk, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2011

Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung : PT.

Remaja Rosda Karya, 2008

Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan

Konseling, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012

Kelompok Pengaruh Sosial dalam kuliah Psikologi Sosial, Sekolah Tinggi Filsafat

Driyarkara, 2009. (Diakses 15/9/2016)

Www.Wikipedia/Bukittinggikota.Com (Diakses 17/3/16)

Http://Perilaku Sosial/Blogspot.Com. (Diakses 23/5/2016)

BIODATA PENULIS

DATA PRIBADI.

1. Nama : Muhammad Harizon

2. Tempat/Tgl Lahir : Bukittinggi, 15 November 1990

3. Alamat : Sawah Paduan, Kel. P. Kurai, Kec. G. Panjang,

Bukittinggi

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Agama : Islam

6. Hobi : Public Speaking, Baca Buku, Traveling, Berenang,

Main Gitar

7. Cita-cita : Dosen, Pengusaha, Motivator, Penulis, Public

Speaker, dll

8. Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN.

1. SD N 09 Bukittinggi (Lulus Tahun 2005)

2. SMP N 6 Bukittinggi (Lulus Tahun 2008)

3. MAN 1 Model Bukittinggi (Lulus Tahun 2011)

4. IAIN Bukittinggi (Lulus Tahun 2017)

PENGALAMAN ORGANISASI.

1. Ketua Umum Remaja Islam Mushalla Nurul Ikhlas Pakan Kurai (2014

s/d 2016)

2. Rescue Lembaga Amil Zakat PKPU Bukittinggi (2010 s/d 2011)

3. Anggota Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Bukittinggi (2009 s/d

Sekarang)

4. Koor. Iklan & Humas UKK Pers Al-Itqan STAIN Bukittinggi (2012 s/d

2013)

5. Koord. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan LDK IAIN Bukittinggi

(2012 s/d 2013)

6. Koord. Bidang Eksternal HMJ BK IAIN Bukittinggi (2013 s/d 2014)

7. Divisi Penelitian & Pengembangan LPM Al-Itqan IAIN Bukittinggi

(2014 s/d 2015)

8. Sekretaris Forum Aktif Menulis (FAM) Bukittinggi (2014 s/d Sekarang)

9. Ketua Komunitas Belajar Titian Insan Cemerlang (TIC) Sumbar (2012

s/d sekarang)