strategi komunikasi sekolah dalam mempertahankan

171
STRATEGI KOMUNIKASI SEKOLAH DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI (Studi Kasus SMAN 1 Brebes) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka penyelesaian Studi Strata (S1) untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Disusun oleh: Rizky Margenatha NIM. 2217500037 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL 2021

Transcript of strategi komunikasi sekolah dalam mempertahankan

STRATEGI KOMUNIKASI SEKOLAH DALAM MEMPERTAHANKAN

KUALITAS PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI

(Studi Kasus SMAN 1 Brebes)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka penyelesaian Studi Strata

(S1) untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik

Disusun oleh:

Rizky Margenatha

NIM. 2217500037

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

2021

i

STRATEGI KOMUNIKASI SEKOLAH DALAM MEMPERTAHANKAN

KUALITAS PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI

(Studi Kasus SMAN 1 Brebes)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka penyelesaian Studi Strata

(S1) untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik

Disusun oleh:

Rizky Margenatha

NIM. 2217500037

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

2021

ii

iii

STRATEGI KOMUNIKASI SEKOLAH DALAM MEMPERTAHANKAN

KUALITAS PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka penyelesaian Studi Strata (S1)

untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Program Studi Ilmu

Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Tegal, 18 Agustus 2021

Telah disetujui oleh,

iv

LEMBAR PENGESAHAN

STRATEGI KOMUNIKASI SEKOLAH DALAM MEMPERTAHANKAN

KUALITAS PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI

Telah dipertahankan dalam sidang terbuka skripsi Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pancasakti Tegal

Pada hari : Rabu

Tanggal : 18 Agustus 2021

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Kamu lahir untuk menjadi nyata, bukan menjadi sempurna. Berhenti menjadi

“kata mereka”. Cukup jadilah seperti kamu (selayaknya), tanpa merugikan diri

sendiri.

-Love your self

PERSEMBAHAN:

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

1. Memku sayang untuk selalu memberikan segala dukungan dan kasih sayang yang

tak pernah putus. Semua pengorbanan yang telah diberikan selama ini.

2. Ayahku yang tak pernah lelah dalam mencari nafkah dan menjadi kepala keluarga

yang bertanggung jawab.

3. Adik - adikku yang selalu memberikan support, do’a dan bantuan setiap kali

dibutuhkan.

4. Keluarga besarku yang telah membantu dan memberikan dukungan selama aku

berproses.

5. Teman-teman seperjuangan Ilmu Komunikasi Angkatan 2017. Selama dua tahun

kita bersama sampai kita harus terpisah karena berbeda konsentrasi, baik jurnalis

maupun komstrag yang selalu baik membantuku selama dibangku perkuliahan.

6. Terimakasih teruntuk support system ku yang selalu memberikan mood baik

dalam mengerjakan skripsi.

vi

ABSTRAK

Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 2, “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab.” Namun, semenjak pandemi masuk ke Indonesia banyak

sektor turut terdampak, tak terkecuali pendidikan. Sementara itu, kualitas

pendidikan di Indonesia juga makin menurun.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan

study kasus – eksplanatori. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan

observasi berarti pengamatan atau peninjauan secara cermat, wawancara yaitu

pengajuan pertanyaan pada narasumber tentang objek penelitian, dan

dokumentasi.

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan

pendekatan study kasus dan teori komunikasi kampanye, diperolehlah hasil

bahwa saat pandemi masih melanda seluruh dunia selama proses Pembelajaran

Jarak Jauh (PJJ) berlangsung, SMA Negeri 1 Brebes dapat tetap bertahan

dengan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat dan diaplikasikan kepada peserta

didiknya. Bahkan mereka mampu mencetak prestasi dalam beberapa perlombaan

yang diselenggarakan secara online di berbagai event perlombaan. Dalam hal

ini, dapat diambil kesimpulan bahwa implikasi dari strategi komunikasi sekolah

melalui teori komunikasi kampanye berhasil dan dianggap efektif.

Kata Kunci: Strategi Komunikasi, Pandemi, Pendidikan.

vii

ABSTRACT

According to law no. 20 of 2003 article2, national education function to

develope capabilities and shape the character and civilizationof a dignified nation

in the context of the intellectual life of the nation, aims to develope the potential of

students to become human beings who believe and fear God almighty, noble,

health, knowladgeable, capable, creatif,independent, and became a democratic

and responsible citizen”. However since the pandemic entered Indonesia, many

sectors have also been affected, including education. Meanwhile, the quality of

education in Indonesia is also declining.

The research method used is qualitative with an explanatory case study

approach. The data collection technique used by observation means careful

ebservation or review, interviews namely asking questions to sources abaout the

object of research, and documentation.

Based on research that has been carried out using a case study approach

and campaign communication theory, the results obtained are that during the

pandemic still sweeping across the world during the Distance Learning (PJJ)

process. SMA Negeri 1 Brebes can survive with the policies that have been made

and applied to their students. They were even able to score achievements in

several competitions which were held online in various competition events. In this

case, it can be concluded that the implications of the school’s communication

strategy through campaign communication theory are successful and considered

effective.

Keywords: Communication Strategy, Pandemic, Education.

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “STRATEGI KOMUNIKASI SEKOLAH DALAM

MEMPERTAHANKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi

sekolah dalam mempertahankan kualitas pendidikan di masa pandemi. Masalah

yang dihadapi dalam penelitian ini adalah pandemi yang menyebar di sebagaian

besar wilayah Indonesia dan dampaknya di berbagai sektor terutama pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini

tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini

peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Nuridin, SH., MH., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pancasakti Tegal.

2. Dra. Hj. Oemi Hartati, M.Si. selaku Ketua Program Studi dan Dosen Pembimbing

I yang telah memberikan bimbingan dan arahan hingga selesainya penulisan

skripsi ini.

3. Didi Permadi, M.I.kom., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pancasakti Tegal

yang telah memberikan bekal ilmu yang berguna bagi peneliti.

5. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu atas dorongan dan

bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

ix

Peneliti menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu

peneliti mengharapkan kritik dan sarannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

peneliti dan bagi para pembaca.

Tegal, 18 Agustus 2021

Peneliti

Rizky Margenatha

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

ABSTRACT ........................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

I.1. Latar Belakang....................................................................................... 1

I.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 15

I.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 15

I.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 15

1. Manfaat Teoritis .................................................................................. 15

2. Manfaat Praktis .................................................................................... 16

BAB II ............................................................................................................... 12

TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 12

II.1. Kerangka Teori .................................................................................... 12

1. Strategi Komunikasi ............................................................................ 21

2. Teori Komunikasi Kampanye (Campaign Communication Theory) ..... 25

II.2. Definisi Konsep ................................................................................... 32

1. Pengertian Pendidikan ......................................................................... 32

2. Unsur Pendidikan ................................................................................ 34

3. Tujuan Pendidikan Secara Umum ........................................................ 35

4. Jenis-Jenis Pendidikan ......................................................................... 36

5. Fungsi Pendidikan ............................................................................... 37

xi

II.3. Batasan Penelitian ................................................................................ 38

II.4. Kerangka Berpikir ............................................................................... 39

BAB III.............................................................................................................. 40

METODE PENELITIAN ................................................................................... 40

III.1. Jenis dan Sifat Penelitian ..................................................................... 40

1. Jenis Penelitian .................................................................................... 33

2. Sifat penelitian ..................................................................................... 41

III.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 44

1. Jenis Data ............................................................................................ 44

2. Sumber Data ........................................................................................ 45

III.3. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 47

1. Observasi ............................................................................................. 47

2. Wawancara mendalam ......................................................................... 48

3. Dokumentasi ........................................................................................ 50

III.4. Teknik Analisis Data ........................................................................... 50

1. Reduksi Data ....................................................................................... 50

2. Penyajian Data ..................................................................................... 51

3. Conclution Drawing (Verifikasi) .......................................................... 51

III.5. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................ 52

1. Subjek Penelitian ................................................................................. 52

2. Objek Penelitian .................................................................................. 52

III.6. Sistematika Penulisan .......................................................................... 52

BAB IV ............................................................................................................. 55

DESKRIPSI WILAYAH DAN HASIL PENELITIAN....................................... 55

IV.1. Objek Penelitian (SMA Negeri 1 Brebes) ............................................. 55

1. Profil SMA Negeri 1 Brebes ................................................................ 55

2. Sejarah SMA Negeri 1 Brebes ............................................................. 56

3. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Negeri 1 Brebes ...................................... 58

4. Prestasi SMA Negeri 1 Brebes ............................................................. 60

IV.2. Subjek Penelitian ................................................................................. 60

xii

1. Narasumber Kunci (Wakil Kepala bidang Kurikulum SMA Negeri 1

Brebes) ....................................................................................................... 61

2. Narasumber Utama (guru SMA Negri 1 Brebes) .................................. 61

3. Narasumber Pendukung (murid SMA Negri 1 Brebes) ......................... 61

BAB V ............................................................................................................... 63

HASIL PENELITIAN........................................................................................ 63

V.1. Narasumber Kunci ............................................................................... 63

Dari hasil penelitian dengan cara mewawancarai narasumber kunci,

diperolehlah ................................................................................................ 65

V.2. Narasumber Utama .............................................................................. 74

Dari hasil penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber

utama, diperolehlah ..................................................................................... 74

V.3. Narasumber Pendukung ....................................................................... 77

Dari hasil penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber

pendukung, diperolehlah ............................................................................. 77

BAB VI ............................................................................................................. 79

PEMBAHASAN ................................................................................................ 79

VI.1. Strategi Komunikasi Sekolah dalam Mempertahankan Kualitas

Pendidikan di Masa Pandemi ............................................................................. 80

1. Komunikasi Sekolah dengan Orang Tua/Wali Murid ........................... 80

2. Komunikasi Sekolah dengan Guru dan Steakholder ............................. 82

3. Komunikasi Sekolah dengan Peserta Didik .......................................... 84

A. Strategi Komunikasi ............................................................................ 84

B. Teori Komunikasi Kampanye .............................................................. 88

VI.2. Cara Sekolah Menjaga agar Peserta Didik tidak Merasa Jenuh dengan

Sistem Pembelajaran yang Baru ......................................................................... 94

VI.3. Menjaga agar Guru dan Peserta Didik Tetap Produktif ......................... 98

BAB VII .......................................................................................................... 111

PENUTUP ....................................................................................................... 111

xiii

VII.1. Kesimpulan........................................................................................ 111

Strategi Komunikasi SMA Negeri 1 Brebes .............................................. 111

VII.2. Saran ................................................................................................. 109

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 111

ARTIKEL PENELITIAN ................................................................................ 111

BUKU ............................................................................................................. 111

INTERNET ..................................................................................................... 111

JURNAL ......................................................................................................... 115

Materi yang Tidak Dipublikasikan ................................................................... 116

LAMPIRAN .................................................................................................... 117

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Desember 2019 tersebar informasi bahwa penduduk Wuhan, Provinsi

Hubei, China mendadak terjangkit virus yang menyerang saluran pernapasan.

Setelah diteliti lebih jauh, ternyata penyakit ini berbeda dari pneumonia biasa.

Kemudian penyakit ini diberi nama “COVID-19”. Corona Virus Diseases (Covid-

19), merupakan sejenis virus flu yang sebenarnya tergolong varian lama.

Karena masih minimnya pengetahuan medis tentang virus tersebut, hanya

dalam waktu singkat virus tersebut mulai menyebar ke sebagian besar penjuru

negara di dunia. Awalnya 100 negara termasuk Indonesia. Menewaskan lebih dari

3.500 jiwa, dan menularkan kepada lebih dari 110.000 orang di dunia.

2020 merupakan awal pandemi ini meluas ke berbagai penjuru dunia.

Dengan pengalaman dan penanganan yang sangat minim tentang varian virus ini,

membuat tenaga pemerintah kesulitan dalam mengambil tindakan penanganan.

Kebijakan pun berubah-ubah.

Meski Corona penyebab COVID-19 sebenarnya tergolong virus lama, tapi

kasus pandemi COVID-19 masih cukup awam bagi sebagian besar masyarakat

dunia. Berikut sepenggal sejarah tentang Corona dan dampaknya bagi kehidupan

khususnya di bidang pendidikan setelah covid-19 diumumkan sebagai pandemi

global.

Corona sendiri sebenarnya bukanlah varian virus baru. Nama Corona yang

bermakna mahkota berasal dari bahasa latin. Bentuk virus ini seperti paku yang

2

menonjol keluar seperti mahkota. Para ilmuan saat itu pertama kali mengisolasi

virus tersebut pada tahun 1937 yang menyebabkan bronkitis menular pada

unggas.

Gambar 1 : Bentuk virus corona

2020 Merdeka.com/cdc

Lalu pada tahun 1965 Tyrrell dan Bynoe memperoleh bukti bahwa virus

Corona yang terdapat pada tubuh manusia, yang saat itu sedang mengalami flu

ringan, dari kultur organ trakea embrioniknya dari saluran pernapasan orang

tersebut. Pada akhir 1960-an, Tyrrell memimpin beberapa ahli virologi yang

meneliti strain virus pada manusia dan hewan. Hasilnya, kelompok virus baru

bernama Corona secara resmi diterima sebagai genus virus baru pada saat itu.

Virus Corona masuk dalam keluarga besar virus yang bisa menginfeksi

burung dan mamalia, termasuk manusia. Menurut World Health Organization

(WHO), virus ini mampu menyebabkan sakit mulai dari flu ringan sampai infeksi

pernapasan akut seperti MERS-Cov dan SARS-Cov. Corona juga bertanggung

3

jawab atas beberapa wabah yang pernah terjadi di seluruh dunia sebelum

munculnya covid-19. Beberapa wabah tersebut diketahui pernah terjadi di Cina

pada tahun 2002 – 2003, yaitu SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan

pada tahun 2015 wabah MERS (Middle East Respiratory Syndrome) di Korea

Selatan.

Berikut adalah daftar negara yang penduduknya pernah terinfeksi Corona

saat virus tersebut baru ditemukan :

Gambar 2 : Tabel riwayat negara yang pernah terinfeksi jenis corona

2020 Merdeka .com/https://journals.lww.com/

Saat ini dokter mengtahui tujuh jenis virus corona yang dapat menginfeksi

manusia. Jenis yang paling umum yaitu : 229E (alpha coronavirus), NL63 (alpha

coronavirus), OC43 (beta coronavirus), HKU1 (beta coronavirus). Jenis lain

sebenarnya cukup jarang, tetapi justru menyebabkan komplikasi yang lebih parah,

yaitu SARS-Corona virus dan MERS-Corona virus. Hingga pada Desember 2019,

jenis baru yang disebut SARS-Coorona virus mulai menyebar, lalu menyebabkan

penyakit pernapasan yang juga melemahkan sistem imun, yang dikenal sebagai

COVID-19.

4

Maret 2020, Indonesia mulai mengambil langkah konservatif dengan

memberlakukan sistem lockdown di berbagai daerah dan berbagai sektor.

Indonesia menutup akses masuk dan keluar bagi wisatawan. Berbagai sektor juga

terpaksa berhenti untuk waktu yang belum bisa diprediksi. Begitu juga sektor

pendidikan.

Di Indonesia sendiri, virus tersebut terdeteksi dan dikonfirmasi pertama

kali pada awal bulan Maret 2020. Corona masuk ke Indonesia oleh seorang turis

Jepang yang sempat berkunjung ke Indonesia dan mengadakan acara semacam

seminar pada akhir Februari 2020.

Turis tersebut awalnya tidak menyadari bahwa dirinya sudah terinveksi

virus COVID-19, lalu melakukan kontak fisik dengan dua warga negara

Indonesia, yaitu seorang ibu (64) dan anaknya (31) yang bersal dari Depok. Dari

kedua orang tersebutlah kemudian menular hingga ke wilayah lain.

Dalam lima bulan setelah kasus pertama terdeteksi, tercatat 100.000 jiwa

ikut terinveksi. 45 hari kemudian, kasus bertambah dua kali lipat. Hingga saat ini,

tercatat total 1.430.458 kasus di Indonesia dan menempati posisi ke-18 terbanyak

di dunia. Sementara secara global kasus COVID-19 tercatat 121.128.745 dengan

negara terbanyak kasus tercatat adalah Amerika Serikat sebanyak 29.629.868

kasus (terlampir).

Akibat yang ditimbulkan oleh COVID-19 sangat beragam, seperti di

masyarakat, ekonomi, pekerjaan, politik, terutama pendidikan, dan sebagainya.

Seperti pada negara maju, pemerintahnya membuat kebijakan lockdown untuk

waktu yang belum bisa diprediksi agar warganya tidak perlu keluar rumah untuk

5

mengurangi resiko penyebaran virus tersebut. Indonesia juga membuat kebijakan

yang mirip, yaitu PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).

Berikut merupakan beberapa contoh dampak dari COVID-19 terhadap

kehidupan :

1. Dampak terhadap ekonomi

Untuk ekonomi merupakan hal yang sangat krusial. Penjualan dan

keuntungan menurun drastis dampak dari pandemi ini. Ada banyak faktor yang

mempengaruhi daya beli masyarakat menurun. Seperti dari sektor pariwisata.

Semenjak diberlakukan PSBB, kunjungan domestik wisatawan lokal maupun

mancanegara berkurang, bahkan sepi. Banyak juga karyawan yang di PHK karena

perusahaan mereka gulung tikar sehingga membuat orang terpaksa kehilangan

sumber penghasilannya.

Yang tidak kalah memprihatinkan, usaha warung-warung kecil dan bisnis

waralaba lain pun dibatasi jam operasionalnya. Yang sebelumnya biasa beroperasi

sejak pukul 08.00 sampai pukul 20.00 atau selama 12 jam, kini hanya bisa

beroperasi dari pukul 08.00 sampai pukul 15.00 saja. Bahkan semenjak

diberlakukannya PPKM sejak awal bulan Juli, konsumen tidak bisa makan di

tempat untuk restoran atau sejenisnya. Kemudian PPKM diperpanjang, pelaku

usaha sedikit diberi kelonggaran. Konsumen boleh makan di tempat, tetapi hanya

diperbolehkan selama 20 menit.

2. Dampak terhadap pekerjaan

Tidak hanya sekolah yang memberlakukan pembelajaran jarak jauh

(online). Dengan konsep yang hampir sama, banyak pekerjaan pun terpaksa

6

dilakukan online dengan tajuk Work From Home (WFH). Sistem ini umumnya

diterapkan pada orang-orang yang bekerja kantoran. Atau yang menggunakan

gadget sebagai perangkat utama untuk menyelesaikan pekerjaannya.

3. Dampak terhadap politik

Pemerintahan pun tidak luput dari dampak terjadinya pandemi ini. Selama

pandemi sistem politik di beberapa negara pun terpengaruh, mengakibatkan

banyak penangguhan kegiatan legislatif, isolasi atau juga kematian beberapa

politisi, serta penjadwalan ulang pemilihan karena kekhawatiran akan tertularnya

virus tersebut.

Di Indonesia, pemilu 2020 yang awalnya direncanakan

penyelenggaraannya pada 23 September terpaksa ditunda. Rencananya akan

dijadwalkan pada 9 Desember 2020.

4. Dampak terhadap pendidikan

Saat pandemi COVID-19 mewabah di Indonesia, Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan bahwa sekolah dan instansi

pendidikan lainnya harus menyelenggarakan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ)

atau online, yang juga disebut SFH (School From Home).

Dengan sistem ini, semua materi pembelajaran dan tugas akan diberikan

secara online. Hampir semua sekolah, universitas dan lembaga pendidikan lain

tutup untuk waktu yang belum bisa dipastikan.

Namun untuk Indonesia, dimana saat ini kualitas pendidikannya masih

cukup rendah pembatasan tersebut tentulah membawa dampak yang sangat

mengkhawatirkan. Dengan berkurangnya intensitas interaksi antara pengajar dan

7

peserta didik tersebut, juga memaksa siswa untuk belajar secara mandiri, akan

membuat mereka memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dalam memahami materi

pelajaran dibandingkan dengan proses belajar mengajar secara konvensional, yaitu

dengan bertatap muka langsung dengan pengajar.

Beberapa sekolah menjadikan situasi tersebut lebih sulit lagi. Hal itu

dikarenakan sering kali para guru memberikan tugas diluar jam pelajaran yang

tidak sesuai jadwal dengan kuantitas tugas yang tinggi. Sehingga akan

berbenturan dengan jadwal pelajaran lain. Dengan penjelasan yang minimal,

membuat para siswa lebih kesulitan hingga rentan stres.

Sejak pandemi mewabah di Indonesia, yaitu pada awal Maret 2020 saat

pertama kalinya diumumkan pada publik, aktivitas belajar mengajar dilakukan

secara daring atau online serentak di rumah, dari sekolah dasar, sampai perguruan

tinggi. Dengan demikian, intensitas interaksi antara pengajar dan peserta didik

pun berkurang drastis. Untuk mengganti interaksi yang kurang, banyak pengajar

menjadikan tugas sebagai alternatif agar peserta didik bisa mendapatkan nilai.

Sudah lebih dari setahun semua itu berlangsung. Kini sudah pertengahan tahun

2021, namun masih belum ada wacana kapan kebijakan belajar di rumah atau

online ini akan berakhir.

Sudah satu tahun lebih Indonesia menghadapi pandemi global ini.

Aktivitas belajar mengajar pun masih belum bisa diprediksi bagaimana kebijakan

kedepannya. Untungnya, ada kabar baik di beberapa daerah yang masuk zona

hijau, aktivitas belajar mengajar sudah dapat dilakukan secara offline atau tatap

8

muka. Pastinya dengan beberapa adaptasi. Selain tetap mematuhi protokol

kesehatan secara ketat.

Dikarenakan penyebarannya yang sangat cepat, sejak virus tersebut

mewabah ke penjuru dunia, banyak sektor ikut terdampak. Mulai dari sektor

ekonomi, pariwisata, sampai pendidikan.

Persebaran virus yang sangat cepat, memaksa pemerintah mengeluarkan

beberapa kebijakan terkait kepentingan publik dan keamanan masyarakat. Untuk

menghindari kemungkinan masyarakat terinveksi semakin banyak, maka

dibuatlah beberapa larangan untuk membatasi aktivitas masyarakat. Misalnya

dilarang berada di keramaian, dilarang berkumpul lebih dari lima orang, dan

menjaga jarak (social distancing) setidaknya satu meter saat berada di fasilitas

publik atau keramaian.

Dari larangan tersebut membuat banyak aktivitas terutama yang

berhubungan dengan keramaian mulai dikurangi bahkan beberapa harus dilakukan

secara online di rumah saja.

Dari berbagai sektor yang terdampak, baik secara langsung maupun tidak

langsung, salah satu yang paling terdampak adalah sektor pendidikan. Pendidikan

merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam hidup manusia yang akan

berlangsung seumur hidupnya.

Hal tersebut dapat dilihat dari setiap negara yang berkewajiban

menyediakan fasilitas pendidikan formal untuk seluruh warga negaranya pada

setiap jenjang usia. Bahkan hal tersebut diatur dalam perundang-undangan setiap

9

negara di dunia. Karena tanpa pendidikan, manusia tidak akan tahu mana yang

baik atau salah, juga hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan.

Selama pembelajaran di rumah, banyak peserta didik mengalami

kejenuhan hingga berdampak pada meningkatnya stres. Untuk mengatasi kendala

tersebut, pemerintah mengeluarkan penyesuaian zonasi untuk pembelajaran tatap

muka. Dalam perubahan SKB empat mentri, izin pembelajaran pun diperluas

sampai ke zona kuning. Prosedur pengambilan keputusan tetap dilakukan secara

bertingkat seperti pada SKB sebelumnya.

Mentri Pendidikan dan kebudayaan Nadiem Anwar Makariem

menjelaskan, “Selain itu, dengan pertimbangan bahwa pembelajaran praktek

adalah keahlian inti SMK, pelaksanaan pembelajaran praktek bagi peserta didik

SMK diizinkan di semua zona dengan wajib menerapkan protokol kesehatan yang

ketat.”

Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 2, “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung

jawab.”

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas

pendidikan Indonesia menempati posisi ke-12 dari 12 negara di Asia. Data yang

dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya

10

saing yang rendah, yaitu hanya urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di

dunia. Dari hasil survei tersebut, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan di

Indonesia masih terancam.

Kemudian, hasil survei kemampuan pelajar yang dirilis oleh Programmer

for International Student Assessment (PISA) di Paris pada Desember 2019,

Indonesia menempati urutan ke-72 dari 77 negara. Pengamat menilai, kemampuan

guru dan sistem pendidikan yang terlalu kuno menjadi penyebabnya. Data ini

menjadikan Indonesia bertengger di peringkat 6 terbawah, jauh dibandingkan

dengan Malaysia dan Brunei Darussalam. Survei PISA ini, adalah rujukan untuk

menilai kualitas pendidikan di seluruh dunia yang menilai kemampuan membaca,

matematika, dan sains.

Saat ini, Indonesia ada di posisi 108 di dunia dengan skor 0,603. Secara

umum kualitas pendidikan di Indonesia berada di bawah Palestina, Samoa, dan

Mongolia. Hanya sebanyak 44% penduduk menuntaskan pendidikan menengah.

Sementara 11% peserta didik gagal menuntaskan pendidikan.

Anggaran pendidikan di Indonesia menyerap dana APBN sebanyak Rp

505,8 triliun tahun 2020. Angka ini meningkat 2,7% dari tahun sebelumnya, yaitu

sebesar Rp 492,5 triliun. Dengan anggaran sebesar itu, Asep Sapa’at, pengamat

pendidikan menilai seharusnya Indonesia bisa membangun sistem pendidikan

yang lebih baik. Menurutnya, Problem tidak di anggaran, tapi bagaimana

membangun ekosistem yang bisa melakukan kolaborasi, antara pemerintah, NGO,

civil society, dan pelaku usaha. (sumber. www.dw.com).

11

Dikutip dari Merdeka.com, PISA adalah barometer untuk mengevaluasi

sistem pendidikan dari berbagai negara di dunia. Ada 79 negara yang menjadi

wilayah surveinya. Pada tiga tahun sekali, dipilih secara random siswa berusia 15

tahun untuk berpartisipasi dalam tes. Ada tiga kompetensi dasar, yaitu membaca,

matematika, dan sains. PISA mengukur pengetahuan siswa dan apa yang dapat

dilakukan (aplikasi) dengan pengetahuannya.

Dikutip dari laman OECD.org, Indonesia berada di peringkat 74 dengan

skor 371 untuk kategori membaca. Pada matematika berada di peringkat 73

dengan skor 379. Terakhir, Indonesia ada di peringkat 71 dengan skor 396 untuk

sains. Jika dibandingkan dengan dua survei sebelumnya, Indonesia memang

mengalami peningkatan.

Data sebelumnya capaian minat baca siswa Indonesia juga meningkat dari

337 poin di tahun 2012, menjadi 350 poin pada tahun 2015. Nilai matematika naik

dari 318 poin tahun 2012, menjadi 335 pada tahun 2015. Capaian sains juga naik

dari 327 poin tahun 2012, menjadi 359 poin pada tahun 2015.

Melalui gambar survei PISA 2018 di bawah, bisa dilihat posisi Indonesia

menduduki peringkat ke enam terbawah dari 79 negara di dunia dengan tiga

kategori test, yaitu membaca, sains dan matematika. Senada dengan survei PISA,

menurut index survei negara-negara ASEAN, Indonesia juga ada di posisi ke

enam dari total sembilan negara ASEAN.

Dari survei tersebut, dapat diambil kesimpulan betapa mirisnya kualitas

pendidikan di Indonesia. Dalam kondisi normal sebelum pandemi mewabah saja,

12

Indonesia sudah tertinggal jauh dari negara berkembang lain. Ditambah dengan

munculnya pandemi global seperti saat ini.

Gambar 3 : survei PISA 2018

13

Gambar 4 : index survei pendidikan di Indonesia

Meski begitu, biaya pendidikan di Indonesia tergolong mahal.

DetikFinance mengutip dari survey HSBC tentang biaya pendidikan yang

dipublikasikan pada tahun 2018, bahwa Indonesia masuk dalam 15 besar

pendidikan termahal. Data tersebut berdasarkan pada dana pendidikan rata-rata

mulai dari sekolah paling dasar sampai tamatan perguruan tinggi di berbagai

negara.

Dalam daftar tersebut, Indonesia berada di posisi ke-13 dengan rata-rata

pendidikan sejak sekolah dasar hingga sarjana sebesar US$ 18.422 atau senilai

Rp. 257.908.000 (pada kurs Rp. 14.000). Sementara untuk negara semaju Perancis

biaya pendidikannya tergolong murah yaitu sebesar US$ 16.708 atau senilai Rp.

233.912.000 dan menduduki peringkat ke-15 atau terakhir berdasarkan survey

tersebut.

Berdasarkan survei UNICEF terbaru pada awal Juni tentang kualitas

pendidikan di Indonesia semenjak pandemi terhadap 4.016 responden dari 34

14

propinsi dengan rentang usia 14 – 24 tahun, 69% merasa bosan belajar online,

35% kesulitan akses internet, 38% kurang bimbingan. Dari survey tersebut dapat

dilihat, pandemi mengakibatkan kualitas pendidikan di Indonesia makin menurun.

Namun demikian, Indonesia masih memiliki harapan untuk meningkatkan

kualitas pendidikannya menjadi lebih baik. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

yang baru, Nadiem Makarim sejak dilantik mulai memberikan gagasan-gagasan

baru untuk dunia pendidikan Indonesia. Seperti membuat pendidikan berbasis

karakter dan kompetensi. “Peran teknologi akan sangat besar untuk semuanya,

kualitas, efisiensi, dan administrasi sistem pendidikan sebesar ini.” ujar Nadiem.

Oleh karena itu, dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus,

peneliti tertarik untuk mencari tahu bagaimana cara sekolah-sekolah berprestasi

terbaik di bidang akademis khususnya di Kabupaten Brebes mampu memiliki

kualitas pendidikan yang cukup baik dan mempertahankannya dari generasi ke

generasi, terutama di masa pandemi seperti sekarang ini.

Khususnya bagaimana cara mereka mengkomunikasikan setiap kebijakan

yang telah pihak sekolah ambil kepada para peserta didik dan orang tua/walinya

agar dapat dipahami dan diterima dengan baik kemudian diimplementasikan

terutama di waktu pembelajaran jarak jauh sedang berlangsung.

Karena metode study kasus sangat tepat digunakan dalam penelitian yang

bertujuan ingin mengetahui jawaban dari pertanyaan bagaimana dan mengapa

(Yin, 2009).

15

I.2. Rumusan Masalah

Bagaimana strategi komunikasi sekolah dalam mempertahankan kualitas

pendidikan di masa pandemi?

I.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui strategi komunikasi sekolah dalam mempertahankan

kualitas pendidikan di masa pandemi.

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan dapat memberikan berbagai

manfaat secara teoritis dan praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan mengenai

kajian yang berhubungan dengan pola komunikasi antara pihak yang berwenang

di sekolah, dan para siswa dalam peningkatan kualitas pendidikan guna

menghasilkan generasi unggul yang memiliki prestasi dan wawasan luas, baik

dibidang akademik maupun non akademik.

Secara khusus, penelitian ini dimaksudkan sebagai rekam jejak atau bukti

ilmiah. Bahwa saat ini, ada pandemi yang mewabah tidak hanya di Indonesia,

tetapi juga melanda sebagian besar negara di seluruh dunia. Karena pandemi ini,

banyak dampak negatif terpaksa dirasakan diberbagai sektor.

Dalam penelitian ini, dampak yang dibahas adalah pendidikan.

Harapannya saat generasi mendatang dimana pandemi ini sudah berakhir. Mereka

akan tahu melalui penelitian ini. Di Indonesia khususnya, pendidikan pernah ada

di situasi yang sangat mengkhawatirkan. Dimana peserta didik bukannya belajar

16

di sekolah, mengenakan seragam kebanggaan mereka, dan bercengkrama dengan

teman, senior, maupun guru-gurunya. Melainkan hanya bisa belajar dari rumah

dengan gadget sebagai senjata utamanya. Hampir sulit bercengkrama dengan

teman dan guru, pilihan belajar yang sangat terbatas, dan kendala lainnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penelitian dapat menjadi ilmu pegetahuan untuk mengetahui

langkah apa yang diperlukan sekolah dalam mempertahankankan

mutu pendidikan terutama di masa pandemi.

b. Untuk sekolah agar dapat mengetahui dan memantau cara pihak

terkait dalam mengimplementasikan semua kebijakannya untuk

menjaga kualitas pendidikan di lingkungannya agar tetap memiliki

standar yang terpelihara serta mendampingi para peserta didik agar

dapat mengikuti proses pembelajaran dan memahami materi yang

disampaikan dengan baik.

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Kerangka Teori

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan study kasus dengan SMA

Negeri 1 Brebes sebagai objek penelitiannya. Dalam menemukan jawaban dari

permasalahan yang diteliti, dibutuhkan penelitian terdahulu sebagai bahan

refrensi. Penelitian terdahulu dalam tinjauan pustaka berfungsi untuk membantu

peneliti dalam menentukan keputusan sistematis dari teori. Berikut merupakan

penelitian terdahulu yang melandasi penelitian dibuat :

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No. Judul Peneliti Persamaan Perbedaan

1. Peran Kepala

Sekolah dalam

Meningkatkan

Mutu

Pendidikan

(2017)

Muh. Fitrah Penelitian ini

membahas

bagaimana sekolah

bertanggung jawab

terhadap kualitas

pendidikan di

sekolah.

Penelitian ini juga

memiliki perbedaan,

yaitu Peneliti

menjadikan kepala

sekolah sebagai objek

penelitian.

2. Strategi

Lembaga

Pendidikan

Islam dalam

Membangun

Branding Image

(2016)

Akmal

Mundiri

Persamaan nya

terletak pada

menganggap bahwa

pendidikan adalah

hal yang sangat

penting.

Penelitian ini terpusat

untuk membangun

branding image

khususnya dalam

pendidikan islam.

3. Implementasi

Pendidikan

Karakter

Bangsa dalam

Pembelajaran

SMA (2015)

Heri

Supranoto

Penelitian Heri ini

mengangkat

pendidikan di

lingkungan SMA

Penelitian ini lebih

terfokus kepada

implementasi

pendidikan karakter

berbangsa dalam

pembelajarannya.

18

4 Strategi

Peningkatan

Kompetensi

Pedagogik Guru

Untuk

Meningkatkan

Mutu Sekolah

(2018)

Brigitta Putri

Atika Tyagita

dan Ade Iriani

Artikel ini juga

membahas tentang

bagaimana strategi

yang diterapkan

sekolah dalam

meningkatkan mutu

pendidikan.

Perbedaan penelitian ini

ada pada fokus

peningkatan kualitas

pedagogik guru sebagai

tenaga pendidik yang

dianggap masih cukup

rendah.

5 Kepemimpinan

Perubahan

Kepala Sekolah

dalam

Peningkatan

Mutu

Pendidikan

(2018)

Anna Mar’atuz

Zahro, Ahmad

Yusuf Sobri,

dan Ahmad

Nurabadi

Penelitian ini

bertujuan untuk

meningkatkan mutu

pendidikan di

lingkungan sekolah

.

Perbedaannya adalah

titik central penelitian

ini terletak pada

pergantian kepala

sekolah sebagai

pengambil keputusan.

Dari tabel di atas, penelitian terdahulu serupa dengan penelitian yang

penulis lakukan. Adapun penjabaran di bawah ini sebagai pelengkap tabel

penelitian tersebut:

1. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan oleh Muh.

Fitrah. Peran kepala sekolah tersebut akan menentukan maju atau

mundurnya pendidikan pada sekolah yang dipimpinnya. Salah satu

indikator keberhasilan kepala sekolah diukur dari mutu pendidikan yang ada.

2. Strategi Lembaga Pendidikan Islam dalam membangun branding image

oleh Akmal Mundiri. Penelitian ini menegaskan bahwa, dengan

pendidikan bisa memajukan kebudayaan dan mengangkat derajat bangsa di

mata dunia internasional. Hasil penelitian ini adalah upaya pembaharuan

lembaga pendidikan Islam dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

mutu pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan berbasis islam.

19

3. Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa dalam Pembelajaran SMA

oleh Heri Supranoto. Penelitian ini mengeksplorasi pendidikan budaya

dan karakter bangsa yang pada intinya bertujuan mengembangkan karakter

setiap individu agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa, pendidikan karakter dapat

didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk

mempengaruhi karakter siswa.

4. Strategi Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Untuk Meningkatkan

Mutu Sekolah oleh Brigitta Putri Atika Tyagita dan Ade Iriani. Diperlukan

strategi- strategi dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru untuk

meningkatkan mutu sekolah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, untuk

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, memerlukan guru dengan

kualitas pedagogik yang baik.

5. Kepemimpinan Perubahan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Mutu

Pendidikan oleh Anna Mar’atuz Zahro, Ahmad Yusuf Sobri, dan Ahmad

Nurabadi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis

penelitian studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala

sekolah sebagai pimpinan tertinggi memiliki wewenang dalam

menentukan kebijakan. Dengan kebijakan yang tepat, akan menentukan

seberapa tinggi mutu dalam suatu lembaga pendidikan.

Komunikasi merupakan alat atau cara seseorang dalam menyampaikan

informasi tentang suatu peristiwa, keadaan, dan sebagainya kepada orang lain.

20

Baik secara pribadi, ataupun kepada khalayak atau masyarakat secara luas.

Terdapat dua jenis dalam penyampaian pesan atau informasi, yaitu verbal

(ucapan/tulisan), dan non verbal (dengan gestur tubuh/ekspresi wajah).

Dari beragam pengertian komunikasi menurut para ahli, dapat diambil

kesimpulan bahwa komunikasi secara luas diartikan sebagai proses penyampaian

atau pertukaran ide, informasi, pengetahuan, dan sebagainya. Proses tersebut

berimplikasi pada terjadinya pengiriman informasi dari komunikator (pengirim

pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Salah satu sektor yang berkaitan erat

dengan komunikasi adalah dunia pendidikan.

Menurut UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar dalam suatu lingkungan belajar. Pengertian tersebut menunjukan bahwa

dalam sistem pembelajaran terdapat beberapa aspek penting. Menurut Lingdern

(1976) menyebutkan siswa atau peserta didik, proses belajar pada diri siswa, dan

situasi belajar. Dari sudut pandang komunikasi, ketiga aspek komunikasi penting

yang ada dalam sistem pembelajaran ialah bagian dari komponen-komponen

komunikasi sekaligus penerapan unsur komunikasi dalam proses belajar

mengajar.

Pembelajaran sendiri memiliki dua fungsi, yaitu sebagai sistem, dan

sebagai proses. Sebagai sistem, pembelajaran terdiri dari beberapa komponen

yang terorganisir dengan baik, seperti strategi pembelajaran, tujuan dan metode

pembelajaran, media pembelajaran, pengorganisasian kelas, evaluasi

pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Sedangkan pembelajaran sebagai

21

proses mengacu pada rangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk membuat

peserta didik belajar. Seperti persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut

pembelajaran.

Teori pembelajaran menurut Bruner mengacu pada bagaimana seseorang

(pendidik) mempengaruhi orang lain (peserta didik) agar terjadi proses belajar

dalam dirinya. Atas dasar itulah, teori pembelajaran yang diperkenalkan oleh para

ahli sebenarnya untuk menetapkan metode pembelajaran yang optimal. Dari sini

dapat disimpulkan bahwa teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara

kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis yang terjadi dalam diri siswa.

Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka peneliti mendapatkan

kesimpulan relevansi antara dunia pendidikan dan komunikasi.

1. Strategi Komunikasi

Dari rangkaian penjelasan sebelumnya, menunjukan bahwa teori

pembelajaran secara implisit berkaitan erat dengan teori komunikasi, yaitu strategi

berkomunikasi. Hal ini dapat diketahui dari fokus teori pembelajaran yang

menitik beratkan pada cara seorang pendidik mempengaruhi peserta didiknya agar

terjadi proses belajar dalam diri mereka. Dalam komunikasi, cara seseorang

mempengaruhi orang lain ini disebut teknik persuasif, yang juga bagian dari

strategi komunikasi. Dalam komunikasi, rencana pembelajaran ini berkaitan

dengan pola strategi komunikasi.

Lebih mendetail lagi, strategi komunikasi merupakan rencana yang

disusun komunikator dalam menyampaikan pesan dengan mengkombinasikan

beberapa unsur seperti frekuensi, formalitas, isi, dan saluran komunikasi sehingga

22

pesan yang disampaikan komunikator jadi lebih mudah dipahami dan bisa

merubah perilaku target sesuai dengan tujuan komunikasi terjadi.

Menurut Effendy (2011), strategi komunikasi adalah perencanaan yang

efektif dalam menyampaikan pesan sehingga mudah dimengerti oleh komunikan

dan bisa menerima apa yang sudah disampaikan sehingga bisa mengubah sikap

dan perilaku seseorang.

Strategi komunikasi merupakan aspek penting dalam pembelajaran.

Seorang pendidik harus mahir berkomunikasi agar penjelasan tentang materi

pembelajaran yang diberikan olehnya mudah dipahami para peserta didik. Strategi

komunikasi yang direncanakan pendidik tidak hanya berfungsi supaya

pelajarannya mudah dipahami, tetapi agar minat peserta didik lebih tinggi dalam

mengikuti proses pembelajaran. Dengan begitu, pembelajaran akan lebih efektif,

dan peserta didik akan memiliki prestasi yang lebih baik juga.

Materi yang mudah dimengerti, pendidik yang pandai berkomunikasi, dan

faktor pendukung lain seperti adanya sistem reward dan punishment, serta sarana

dan prasarana pendukung belajar yang memadai akan membuat peserta didik lebih

antusias dalam belajar. Strategi komunikasi belajar yang tepat juga akan membuat

suasana belajar lebih nyaman dan pendidik dapat memiliki kontrol lebih kepada

peserta didiknya.

Strategi komunikasi erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai dan

masalah atau konsekuensi yang harus diperhitungkan, lalu merencanakan dengan

cermat tujuan tersebut. Tidak hanya hal-hal tersebut, evaluasi juga penting

23

diterapkan berjangka. Tujuannya agar pihak sekolah termasuk pendidik tahu,

sejauh mana peserta didik berkembang.

Atau, jika suatu strategi komunikasi dianggap tidak bisa membantu pihak

sekolah atau guru, mereka bisa segera mengambil strategi lain sebagai alternatif

solusinya. Sehingga kedepannya, sekolah akan lebih tahu langkah apa yang

sebaiknya diambil. Tentunya dengan melalui serangkaian pertimbangan.

Berikut ialah teknik strategi komunikasi menurut Arifin (1994) :

a. Redundancy (repetition)

Ialah teknik untuk mempengaruhi khalayak dengan cara mengulang

suatu pesan secara terus menerus kepada mereka. Manfaat dari teknik

ini adalah, komunikan akan lebih memperhatikan pesan tersebut.

Karena pesan yang diulang akan lebih mudah diingat.

b. Canalizing

Teknik ini memahami dan meneliti pengaruh suatu komunitas

terhadap masing-masing individu atau khalayak. Agar cara ini

berhasil, maka harus dimulai dari memenuhi standar nilai komunitas

tersebut dan secara bertahap merubahnya ke arah yang dikehendaki

oleh komunikator. Namun jika tidak memungkinkan, maka kelompok

tersebut harus dipecah atau dipisah lebih dulu, dan secara perlahan

pengaruhnya pun akan memudar. Dalam kondisi demikian, pesan akan

lebih mudah diterima oleh komunikan.

24

c. Informatif

Teknik ini ialah bentuk isi suatu pesan atau informasi, tujuannya

untuk mempengaruhi khalayak dengan memberikan penjelasan yang

memiliki arti menyampaikan pesan seperi apa adanya tanpa dikurangi,

ditambahkan ataupun disesuaikan dengan situasi dan kondisi lapangan

atau lingkungan dimana pesan itu disebarkan. Teknik ini lebih

ditujukan pada pemikiran khalayak dan dilakukan dalam bentuk

keterangan, penjelasan, berita, dan sebagainya.

d. Persuasif

Teknik ini mempengaruhi komunikan dengan cara membujuk atau

mengajak dengan cara seperti merayu. Caranya dengan menyasar pada

pikiran dan terutama perasaannya. Mudah tidaknya komunikan

tersugesti, bergantung pada keterampilan komunikatornya.

e. Edukatif

Teknik ini mempengaruhi dari suatu pernyataan umum (biasa) atau

yang sering diucapkan. Dapat berupa pesan yang berisi pendapat,

fakta, dan pengalaman yang bisa dipertanggung jawabkan

kebenarannya dengan tujuan mengubah sikap seseorang (komunikan

atau khalayak ) ke arah yang diinginkan komunikator.

f. Koersif

Koersif merupakan cara mempengaruhi khalayak yang paling ekstrim.

Karena, cara dari teknik ini adalah dengan paksaan. Teknik ini

25

biasanya dimanifestasikan dalam bentuk peraturan, perintah, dan

intimidasi.

Demikianlah relevansi antara strategi komunikasi dengan pembelajaran.

Dimana keduanya terjalin hubungan saling mendukung. Penjelasan sederhananya,

jika seorang pendidik tidak memiliki keterampilan berkomunikasi yang cukup baik

dengan merancang suatu strategi, waktu pembelajaran pun akan menjadi monoton

dan peserta didik akan kehilangan minat dalam belajar. Akibatnya, tujuan

pembelajaran pun tidak akan terpenuhi.

Dalam strategi komunikasi terdapat teori yang akan peneliti gunakan

untuk membantu penelitian tersebut. Dari beberapa teori strategi komunikasi yang

telah dipelajari, peneliti memilih campaign communication theory yang paling

mendekati tujuan dari penelitian ini.

Alasan lebih spesifik dipilihnya teori ini adalah, keenam poin dari strategi

komunikasi yang sudah disebutkan di atas sangat sering digunakan dalam segala

aspek terutama yang di dalamnya terdapat organisasi sebagai penggeraknya, tidak

terkecuali pendidikan.

Komunikasi kampanye, merupakan teori yang sangat tepat digunakan

dalam penelitian yang melibatkan orang banyak dalam pemenuhan tujuan

organisasi, terutama pendidikan.

2. Teori Komunikasi Kampanye (Campaign Communication Theory)

Komunikasi kampanye merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

memberikan dampak kepada khalayak dalam jumlah yang relatif besar, pada

kurun waktu tertentu, dan melalui serangkaian aktivitas komunikasi yang

26

terorganisir. Pada teori ini, terdapat dua poin yang menjadi ciri khas dalam

strategi komunikasi, yaitu memiliki tujuan yang jelas dan kegiatan komunikasi

disusun terlebih dahulu.

Komunikasi kampanye memiliki kemiripan dengan komunikasi

pemasaran. Keduanya sama-sama mempengaruhi orang lain untuk melakukan

sesuatu. Bedanya, komunikasi pemasaran cenderung mempengaruhi untuk tujuan

pembelian produk atau jasa yang ditawarkan, sementara komunikasi kampanye

mempengaruhi untuk membuat komunikan/audiens/khalayak bersikap dan

berpikir sesuai kehendak komunikatornya.

Umumnya, kampanye dilakukan untuk meningkatkan kesadaran atau

pengetahuan terkait beberapa isu. Selain itu biasanya dilakukan untuk

mempengaruhi orang lain agar mengadopsi beberapa kebiasaan yang menurut

komunikator merupakan kebiasaan atau sikap yang baik. Misalnya saja di saat

pandemi dimana beberapa aktivitas sentral terpaksa terhambat pelaksanaannya

khususnya pendidikan. Dimana kegiatan belajar mengajar tatap muka di seluruh

sekolah terpaksa ditiadakan dan beralih menjadi belajar online di rumah. Ada

beberapa kebiasaan yang harus diubah, sehingga kepala sekolah mengambil

beberapa langkah untuk adaptasi baru, kemudian informasi tersebut disebarkan ke

semua murid melalui wali kelasnya. Agar kualitas pendidikan tetap baik,

informasi tersebut harus bisa diterima dan dipahami dengan baik oleh semua

peserta didik. Sehingga, meski terasa lebih sulit karena belum terbiasa, mereka

akan mengerti, mengapa hal tersebut harus tetap berjalan.

27

Dalam penelitian Synder mengemukakan, kampanye komunikasi sebagai

aktivitas komunikasi yang terorganisir, secara langsung ditujukan kepada

khalayak tertentu, pada periode yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan

tertentu.

Menurut Pfau dan Parrot (1993), kampanye merupakan kegiatan yang

dilakukan secara sadar, menunjang dan meningkatkan proses pelaksanaan yang

terencana pada periode tertentu untuk mempengaruhi khalayak sasaran tertentu.

Untuk membuat teori kampanye berhasil, diperlukan beberapa hal

pendukung sebagai berikut :

A. Komponen Komunikasi dalam Kampanye.

Kejadian dalam proses komunikasi kampanye sekolah ini melibatkan

konseptor (conseption skill), dan komunikator dengan kemampuan komunikasi

yang sangat baik (communication skill) untuk mempengaruhi komunikan dalam

mencapai tujuan tertentu. Komponen komunikasi dalam kampanye sekolah antara

lain :

a. Komunikator Kampanye

Komunikator dalam kampanye adalah seseorang yang mewakili lembaga

atau organisasi yang melakukan kampanye dan memiliki tujuan untuk

menyampaikan pesan yang nantinya akan disampaikan kepada komunikan (target

komunikasi). Biasanya, yang bertindak sebagai komunikator pada lingkungan

sekolah adalah waka Humas, Guru BK, Wali Kelas, bisa juga Kepala Sekolah

28

langsung. Hal tersebut bergantung pada situasi dan keadaan saat kampanye

diadakan.

b. Tujuan Kampanye

Tujuan kampanye dalam sosialisasi kebijakan sekolah merupakan pesan

yang disampaikan sekolah melalui juru bicaranya. Saat konsep pesan dalam

perancangan kampanye, seorang komunikator harus mampu menyampaikan isi

pesan sesuai dengan tujuannya. Pesan yang disampaikan harus bersifat persuasif

dengan memberikan pengetahuan tambahan dan memberi keyakinan pada

audiens. Selain itu pesan pada kampanye juga harus sesuai dengan fakta yang ada.

Kondisi yang mendukung kesuksesan penyampaian pesan sebagai berikut :

Pesan dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik perhatian.

Pesan dirumuskan melalui lambang-lambang yang mudah

dipahami oleh komunikan.

Pesan menimbulkan kebutuhan pribadi pada komunikannya.

Pesan kampanye merupakan suatu hal yang akan membawa sasaran

mengikuti apa yang diinginkan dari program kampanye. Agar hasil yang dicapai

sesuai dengan yang diharapkan maka pesan harus disusun berdasarkan tujuan

yang telah ditetapkan.

Menurut Cutlip, Center & Broom (Mukarom dan Laksana, dalam Lusida

Lusiana 2017:375) pesan juga harus memperhatikan tujuh “C” :

Courtesy (perhatian pada yang diajak bicara)

Concreteness (menghindari konsep abstrak)

29

Completeness (lengkap, mengandung informasi yang relevan)

Correctness (benar dan akurat)

Conciseness (sederhana dan ringkas)

Consideration (menimbang situasi dan kondisi)

c. Media Kampanye

Media adalah sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan

pesan. Umumnya pesan disalurkan dengan menggunakan beberapa media seperti

radio, televisi, internet, media cetak, dan sebagainya. Bentuknya pun beragam,

bisa poster, banner, spanduk, iklan audio visual, dan sebagainya. Namun khusus

dalam lingkungan sekolah, pilihan medianya tidak seberagam media umum.

Media yang biasa sekolah gunakan dalam mensosialisasikan kebijakan, umumnya

terjadi pada saat upacara di sekolah, penyampaian informasi oleh wali kelas di

masing-masing kelas, dan ekstranya adalah majalah sekolah atau kadang

pengumuman di papan informasi. Dalam memutuskan penggunaan media, harap

pertimbagkan dengan tujuan pesan dan luasnya target pesan.

B. Strategi Komunikasi dalam Kampanye

Dalam komunikasi kampanye pun memerlukan strategi agar khalayak

mudah menerima dan memahami dengan baik isi suatu pesan. dengan strategi

yang tepat, tujuan kampanye pun akan tercapai. Berikut enam strategi dalam

kampanye :

30

a. Analisis Situasi

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menganalisa situasi,

melakukan hal ini bertujuan untuk melakukan identifikasi permasalahan yang

nantinya akan menjadi dasar dari program yang akan dijalankan.

b. Menetapkan tujuan

Tujuan dalam komunikasi kampanye adalah mempengaruhi sikap dan

perilaku audiens. Menurut Gregory (2004:79), ada delapan hal penting yang harus

diperhatikan saat menetapkan tujuan, yaitu sejalan dengan tujuan lembaga, tepat

dan spesifik, melakukan apa yang bisa dicapai, melakukan pengukuran sebanyak

mungkin, bekerja berdasarkan skala waktu, bekerja sesuai anggaran, dan sesuai

urutan prioritas.

c. Mengenali Target/Sasaran

Definisi dari James Grunig (1984), ada empat jenis publik yang harus

diperhatikan ketika menerapkan strategi komunikasi dalam kampanye,

diantaranya yaitu :

Nonpublik : kelompok yang tidak terpengaruh atau

mempengaruhi lembaga.

Publik tersembunyi : kelompok yang sedang menghadapi

masalah karena tindakan suatu lembaga, namun sebenarnya

mereka tidak menyadari hal tersebut.

Publik sadar : kelompok yang mengenali adanya masalah.

Publik aktif : kelompok yang melakukan tindakan terhadap

masalah yang terjadi.

31

d. Skala Waktu

Dalam komunikasi kampanye, komunikator juga harus

mempertimbangkan waktu yang tepat dalam melakukan kegiatan tersebut. Hal itu

dikarenakan, seseorang tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan segala

pekerjaan. Disamping itu, tugas yang memerlukan banyak orang tentu

memerlukan koordinasi dari beberapa unsur agar bisa berjalan sesuai rencana.

e. Sumber Daya

Dalam menerapkan kebijakan, pihak sekolah juga harus bisa mengukur

sumber daya manusia yang dimilikinya. Jika ingin memiliki kualitas dan reputasi

yang baik, kualitas tenaga pendidiknya pun perlu ditingkatkan.

f. Evaluasi

Gregory (2004:138) menyatakan jika evaluasi ini, merupakan proses yang

berkelanjutan kalau berbicara program berjangka panjang. Jika pelaksanaannya

tepat dan benar, maka evaluasi ini bisa memudahkan dalam mengendalikan proses

kampanye.

Tapi jika masih dalam tahap penyusunan strategi, masih tetap bisa

melakukan evaluasi terhadap seluruh penyusunan yang sudah dilakukan. Ini

bertujuan untuk mengetahui jika terdapat kendala, sehingga bisa dilakukan revisi

berdasarkan keputusan bersama atau terpusat.

32

II.2. Definisi Konsep

1. Pengertian Pendidikan

Setiap orang pada dasarnya pernah mengalami pendidikan. Tetapi, tidak

semua orang mengerti makna kata tersebut. Pendidikan merupakan pilar yang

sangat penting bagi setiap generasi. Pendidikan ialah serangkaian proses

pembelajaran mengenai pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan pola pikir yang

umumnya diwariskan dari generasi ke generasi melalui proses pengajaran,

pengamatan, pelatihan, dan penelitian.

Dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa semua manusia setiap saat

selalu terjadi proses belajar dalam dirinya. Biasanya proses-proses tersebut

dilakukan dibawah bimbingan orang lain yang dianggap berkompeten

dibidangnya seperti guru, pelatih, dosen, dan sebagainya. Tetapi juga

memungkinkan untuk mempelajari sesuatu secara mandiri atau disebut juga

otodidak.

Pendidikan tidak hanya tentang sekolah formal. Dalam kehidupan sehari-

hari, dari berbagai kegiatan, manusia sebenarnya sedang belajar. Belajar

memahami, belajar mengerti, lalu belajar melakukan. Jika suatu pengalaman atau

pembelajaran tersebut dianggap berguna, maka akan diterapkan secara

berkesinambungan selama beberapa waktu.

Dari pengertian bahasa, pendidikan berasal dari awalan e yang berarti

“keluar” diikuti kata ducare yang memiliki arti “menuntun, mengarahkan, atau

memimpin”. Jadi pendidikan dapat diartikan mengarahkan keluar. Secara luas,

setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa,

33

atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Umumnya dibagi menjadi tahap pra

sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas,

kemudian perguruan tinggi, universitas, bahkan magang.

Pada tingkat global, Pasal 13 Kovenan Internasional tentang hak ekonomi,

sosial, dan budaya mengakui hak setiap orang atas pendidikan. Meski pendidikan

adalah hal yang wajib, di sebagian tempat untuk usia tertentu, ada juga orang tua

yang memilih pendidikan seperti home schoolling atau e-learning untuk anak-

anak mereka.

Pendidikan dapat juga diartikan sebagai suatu metode untuk

mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat

membentuk karakter, perilaku dan wawasan seseorang. Pendidikan formal juga

merupakan salah satu jembatan yang harus ditempuh seseorang untuk meraih cita-

cita agar masa depannya menjadi lebih baik.

Menurut Aristoteles, pendidikan adalah persiapan awal untuk beberapa

pekerjaan yang layak. Pendidikan seharusnya dilindungi oleh Undang-undang

untuk membuatnya berkembang secara bertahap, baik secara fisik maupun mental.

Menurut Plato, pendidikan merupakan sesuatu yang dapat membantu

perkembangan pribadi manusia dari jasmani dan akal dari sesuatu yang dapat

memungkinkannya meraih kesempurnaan.

Menurutnya, pendidikan direncanakan dan diprogram menjadi tiga tahap

dengan tingkat usia berbeda. Tahap pertama adalah pendidikan yang diberikan

kepada murid sampai 20 tahun. Tahap kedua, dari usia 20 tahun sampai 30 tahun.

Sedang tahap ketiga dari 30 tahun sampai 40 tahun.

34

John Dewey (2003 : 69) berpendapat, pendidikan merupakan terjadinya

suatu proses kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional

kearah alam dan sesama manusia.

Selaras dengan pendapat tersebut, Edgar Dalle berpendapat bahwa,

pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh suatu keluarga, masyarakat,

dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang

berlangsung di sekolah (formal) dan di luar sekolah (non formal) sepanjang usia

untuk mempersiapkan seseorang agar dapat berperan dalam berbagai lingkungan

hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.

Berdasarkan dari berbagai pendapat di atas tersebut, hingga semua negara

di seluruh dunia mendirikan sekolah-sekolah sebagai akses pendidikan bagi

rakyatnya, tak terkecuali Indonesia.

Di Brebes sendiri, ada banyak sekolah berprestasi dari berbagai jenjang

pendidikan yang sudah tidak diragukan lagi kualitas pendidikannya. Beberapa

diantaranya bahkan berlomba untuk menjadi yang lebih unggul diantara yang

setingkat lainnya. Baik dari segi akademik, maupun non akademik.

2. Unsur Pendidikan

a. Input, merupakan sasaran pendidikan atau peserta didik, yaitu :

individu, kelompok, masyarakat.

b. Pendidik, yaitu pelaku pendidikan seperti guru, mentor, dosen, dan

sebagainya.

c. Proses, yaitu usaha yang dibuat secara sistematis untuk mempengaruhi

orang lain. Dalam hal ini, pendidik akan berusaha supaya peserta didik

35

mengikuti petunjuk sesuai yang direncanakan. Misalnya saat pendidik

memberi tugas seperti pertanyaan untuk dijawab peserta didiknya,

sebelum itu umumnya mereka akan menjelaskan tentang materi

tersebut agar para peserta didik paham dengan tugas yang mereka

terima, apa tugasnya dan bagaimana cara mengerjakannya.

d. Output, maksudnya peserta didik nantinya dapat melakukan apa yang

diharapkan berupa perilaku atau karakter (Soekidjo Notoatmodjo,

2003 : 16).

3. Tujuan Pendidikan Secara Umum

Ada banyak tujuan untuk meraih pendidikan. Namun diantara semua itu,

yang paling umum adalah :

a. Tujuan pendidikan Nasional

Indonesia sebagai negara berdaulat juga memiliki tujuan pendidikan

tersendiri, hal tersebut tertuang dalam UUD pasal 31 ayat 5 yang

intinya :

Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bansa.

Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepa Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, sehat,

kreatif, cakap, dan mandiri.

36

TAP MPR No. 4/MPR/1975, tujuan pendidikan adalah membangun

di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara Pancasila dan

diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangun yang

berpancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani

dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat

mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab dapat

menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang .rasa, dapat

mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti

yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia

sesuai dengan ketentuan yang termakturb dalam UUD 1945.

b. Tujuan pendidikan menurut UNESCO

Organisasi pendidikan dunia, mendefinisikan tujuan pendidikan

sebagai berikut :

Learning to know (belajar untuk mengetahui).

Learning to do (belajar untuk melakukan).

Learning to be (belajar unuk menjadi).

Learning to live together (belajar untuk hidup bersama).

4. Jenis-Jenis Pendidikan

a. Pendidikan Formal, merupakan pendidikan yang mengutamakan

perluasan pengetahuan yang diperlukan sebelum melanjutkan

pendidikan ke tahap perguruan tinggi, misalnya SD, SMP,

SMA/SMK, dan perguruan tinggi.

37

b. Pendidikan non Formal, merupakan pendidikan yang berfungsi

sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal.

Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta

didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan

keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian

profesional. Hasil pendidikan non formal dianggap setara dengan

hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian

penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemda

dengan mengacu pada standar pendidikan nasional.

c. Pendidikan Informal, merupakan pendidikan yang bersumber dari

keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri

yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.

5. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan merupakan serangkaian tugas atau misi yang harus

dilakukan oleh pendidik. Tugas tersebut dapat tertuju pada individu yang

menjadi peserta didik, maupun masyarakat. Fungsi pendidikan tersebut adalah :

a. Bagi individu, pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan diri agar

bisa menjadi manusia yang lebih baik dengan mengimplikasikan

pengetahuan yang dimilikinya, sehingga dapat menjadikan masa

depannya lebih baik. Misalnya dalam hal mendapatkan pekerjaan,

agar benar-benar memiliki keahlian tertentu agar menjadi sumber daya

manusia yang memiliki potensi.

38

b. Bagi masyarakat, pendidikan berfungsi untuk melestarikan tata sosial

dan tata nilai yang ada dalam masyarakat (preservatif) dan sebagai

agen pembaruan sosial (direktif) sehingga dapat mengantisipasi

persoalan yang mungkin muncul di masa yang akan datang.

c. Mempersiapkan manusia berpotensi dengan daya saing tinggi.

d. Mempersiapkan manusia agar bisa menjadi warga negara yang baik.

II.3. Batasan Penelitian

Penelitian untuk skripsi ini mengambil objek di SMA Negeri 1 Brebes.

Batasan dalam penelitian ini, peneliti bermaksud mencari tahu tentang strategi

komunkasi sekolah dalam mempertahankan kualitas pendidikannya dimasa

pandemi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan

pendekatan study kasus.

39

II.4. Kerangka Berpikir

Dari penjabaran di atas penulis akan membuat kerangka berpikir sebagai

dasar pembuatan data. Yaitu :

Gambar 5 : Kerangka Berpikir

Permasalahan

Pandemi (covid-19)

Penerapan Kebijakan yang Tepat

Sosialisasi

kebijakan

Strategi

Komunikasi Teori Komunikasi

Kampanye

Adaptasi baru

pendidikan

pendidikan

Prestasi Siswa

Ekonomi

pendidik

an

Pariwisata

pendidika

n

Budaya

pendidi

kan

Dan

sebagainya

40

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Jenis dan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif studi kasus – eksplanatori. Tujuan dari

peneltian ini adalah mengungkapkan latar belakang, kejadian, fakta, variabel,

fenomena dan keadaan yang sedang terjadi saat penelitian berlangsung dengan

menyajikan data yang sesungguhnya. Studi kasus dilakukan pada suatu kesatuan

sistem yang bisa berupa suatu program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok

individu yang ada pada keadaan atau kondisi tertentu.

Menurut Creswell (1988), studi kasus merupakan penelitian yang

mengeksplorasi suatu sistem yang terikat atau sebuah kasus (atau bisa juga

beberapa kasus) yang terjadi selama kurun waktu tertentu melalui pengumpulan

data yang mendalam dan terperinci dari berbagai sumber informasi yang dapat

dipercaya kebenaran kesaksiannya. Pengumpulan informasi dalam studi kasus

menurut Creswell dapat dilakukan dengan mewawancarai narasumber, observasi

lapangan langsung, dan berbagai dokumen serta laporan yang sudah ada

sebelumnya dan bahan materi berupa audio – visual.

Karena khusus meneliti suatu hal atau sistem tertentu, penelitian studi

kasus bukanlah dilakukan untuk menarik kesimpulan terhadap fenomena dari

suatu populasi atau kumpulan tertentu melainkan khusus untuk kejadian atau

fenomena yang diteliti saja.

41

Meski mencakup satu kesatuan sistem, penelitian studi kasus tidak harus

meneliti satu individu saja, namun bisa dengan beberapa orang atau objek yang

memiliki satu kesatuan fokus fenomena yang akan diteliti. Untuk mendapatkan

data yang mendalam, penelitian studi kasus menggunakan teknik wawancara,

observasi, sekaligus dokumenter yang kemudian akan dianalisis menjadi suatu

teori. Studi kasus akan memahami, menelaah, kemudian menafsirkan makna yang

didapat dari fenomena yang diteliti tersebut.

Menurut Tellis (1997), studi kasus memiliki unit analisis yang lebih

mengacu pada sistem tindakan yang dilakukan dibanding pada individunya sendiri

atau suatu lembaga tertentu. Tellis juga menekankan bahwa unit analisis tersebut

merupakan hal yang kritikal dalam penerapan studi kasus dan dapat bervariasi

antara individu atau lembaga.

2. Sifat penelitian

Penelitian mengenai strategi komunikasi sekolah dalam mempertahankan

kualitas pendidikan di masa pandemi ini, menggunakan pendekatan studi kasus –

eksplanatori, yaitu penelitian dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan

bagaimana dan mengapa, ketika peneliti hampir tidak memiliki kendali atas

peristiwa yang dijelaskan. Umumnya, studi kasus jenis ini berpusat pada

fenomena dalam konteks situasi kehidupan nyata.

Secara umum, para peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus

bertujuan untuk memahami objek yang ditelitinya. Secara khusus studi kasus

digunakan untuk menjelaskan dan memahami objek yang ditelitinya secara

42

mendalam sebagai suatu “kasus”. Penelitian ini juga merupakan sarana efektif

untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan narasumber.

Studi kasus dieksplorasi dan diperdalam dari suatu fenomena sosial atau

lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat dan waktu. Studi

kasus memiliki beragam tujuan. Satu diantaranya adalah untuk bereksperimen

dengan teori atau menghasilkan teori baru.

Hal terpenting dari suatu penelitian studi kasus latar belakang, kejadian,

fakta, variabel, fenomena dan keadaan yang sedang terjadi saat penelitian

berlangsung kemudian dijadikan rujukan bagi suatu pengembangan konsep teori.

Studi kasus dapat dirancang untuk memberikan manfaat terhadap teori, praktis,

kebijakan, masalah-masalah sosial dan tindakan lain yang dianggap perlu.

Penelitian kualitatif dilakukan untuk mengeksplorasi peristiwa yang tidak

dapat dikuantifikasikan biasanya bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah

kerja, kejadian-kejadian di masyarakat, pola sosial, dan sebagainya. Denzin dan

Lincoln (Moleong, 2007:5) menyatakan bahwa, penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan tujuan menafsirkan fenomena

yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Dengan berbagai ciri khas yang dimiliki, penelitian kualitatif memiliki kekhasan

sendiri.

Penelitian kualitatif merupakan proses penyelidikan tentang pemahaman

berdasarkan tradisi-tradisi metodologi terpisah; jelas bahwa penelitian kualitatif

berfugsi untuk menjelajah suatu masalah sosial atau manusia. Peneliti

43

membangun suatu konsep , meneliti kata-kata, dan melakukan studi di suatu

pengaturan yang alami. (Creswell:1998)

Penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti kondisi suatu objek ilmiah,

dimana dalam penelitian ini peneliti merupakan instrumen kunci atau penentu

(Sugiyono, 2005). Penelitian ini berawal dari data, memanfaatkan teori yang ada

sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan sebuah teori.

Menurut Moleong (2005:6), maksud penelitian kualitatif ialah memahami

fenomena yang dialami oleh subjek penelitian. Misalnya perilaku, motivasi,

persepsi, tindakan, dan sebagainya secara holistic dengan cara mendeskripsikan

kedalam kata-kata pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah pula.

Data penelitian kualitatif berisi narasi, cerita, penuturan narasumber,

dokumen-dokumen pribadi seperti foto, catatan pribadi (buku harian), perilaku,

dan banyak hal lain yang tidak didominasi angka seperti pada penelitian

kuantitatif. Mengingat sifatnya yang lebih banyak melacak teori, maka sebenarnya

data penelitian kualitatif sangat banyak dan lebih kompleks. Misalnya saat

narasumber sedang memberikan informasi seputar objek yang sedang diteliti, data

yang dapat dicatat oleh peneliti, selain narasi cerita, juga bagaimana mimik atau

sikap informan pada saat menuturkan cerita tersebut (Idrus: 2009:25).

Tujuan penelitian ini ialah menjelaskan suatu fenomena secara mendetail

dengan mengumpulkan data sebanyak mungkin, untuk menunjukkan pentingnya

kedalaman dan detail objek yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif, makin

44

mendalam dan teliti data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan jika penelitian

tersebut semakin baik kualitasnya. Sehingga, dari besarnya objek penelitian,

metode kualitatif memiliki lebih sedikit objek dibanding metode kuantitatif,

dikarenakan kualitatif lebih mengutamakan detail data dibanding kuantitas atau

jumlah data yang diperoleh.

III.2. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer ialah yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di

lokasi penelitian dan sumber data yang diperoleh langsung dari hasil survey

kepada narasumber. Data primer dalam penelitian ini yaitu hasil wawancara

mendalam dengan informan yang sudah ditentukan oleh peneliti berdasarkan

selektfif untuk mendukung isi penelitian skripsi dengan judul “Strategi

Komunikasi Sekolah dalam Mempertahankan Kualitas Pendidikan di Masa

Pandemi.”

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

sekunder data yang dibutuhkan. Data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu

dari buku, jurnal, serta sumber refrensi lain yang mempunyai relevansi dengan

objek yang diteliti.

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu buku, jurnal, modul, dan sumber

internet yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.

45

2. Sumber Data

Sumber data mengacu pada narasumber penelitian, ialah subyek penelitian

yang dapat memberikan informasi tentang fenomena/permasalahan yang diangkat

dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian disebut

narasumber, informan atau partisipan. Hal tersebut dikarenakan cara memperoleh

data dari subjek penelitian menggunakan cara interview dan observasi, bukan

dengan kuis seperti pada metode kuantitatif. Dalam penelitian kali ini, narasumber

terbagi menjadi tiga yaitu:

a. Narasumber Kunci

Merupakan narasumber yang memiliki informasi secara menyeluruh

tentang permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Narasumber kunci tidak hanya

mengetahui tentang kondisi/fenomena pada masyarakat secara garis besar, tetapi

juga memahami informasi tentang narasumber utama. Dalam pemilihan

narasumber kunci tergantung dari unit analisis yang akan diteliti.

Narasumber kunci dalam penelitian ini adalah kepala sekolah SMA Negeri

1 Brebes. Hal tersebut karena kepala sekolah merupakan penanggung jawab

tertinggi dalam lingkungan sekolah sekaligus penentu segala macam

kebijakan/peraturan. Kepala sekolah dianggap mampu memenuhi kriteria sebagai

narasumber kunci, yaitu memiliki informasi secara menyeluruh tentang

permasalahan yang diangkat oleh peneliti juga memahami informasi lain terkait

penelitian.

46

b. Narasumber Utama

Narasumber utama dalam penelitian kualitatif seperti halnya “pemeran

utama” dalam sebuah kisah atau cerita. Yang berarti, pemeran utama adalah orang

yang mengetahui secara teknis dan detail tentang objek penelitian yang akan

dipelajari.

Narasumber utama dalam penelitian ini adalah guru/pendidik SMA Negeri

1 Brebes. Hal tersebut karena guru merupakan pelaksana segala macam program

dalam kebijakan/peraturan. Guru dianggap mampu memenuhi kriteria sebagai

narasumber utama, yaitu mengetahui secara teknis dan detail tentang objek

penelitian yang akan dipelajari oleh peneliti juga memahami informasi lain terkait

penelitian.

c. Narasumber Pendukung

Narasumber pendukung merupakan orang yang dapat memberikan

infromasi tambahan sebagai pelengkap analisis dan pembahasan dalam penelitian

kualitatif.

Tidak semua penelitian kualitatif harus memiliki tiga jenis informan.

Semua itu tergantung pada konteks permasalahan yang diteliti. Penggunaan ketiga

jenis informan diatas adalah untuk tujuan validitas data. Pada beberapa penelitian

kualitatif bahkan hanya memerlukan satu informan utama saja, jika benar-benar

terdapat sesuatu masalah yang unik pada orang tesebut.

Penelitian kualitatif tidak mengenal adanya jumlah sampel minimun

(sample size). Umumnya penelitian kualitatif menggunakan jumlah sampel kecil.

Bahkan pada kasus tertentu menggunakan hanya satu informan. Setidaknya ada

47

dua syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan jumlah informan yaitu

kecukupan dan kesesuaian (Martha&Kresno: 2016).

Narasumber dalam penelitian ini menggunakan narasumber kunci. Peneliti

mempunyai akses 3 informan utama yang akan dijadikan sampel penelitian.

Narasumber kunci dalam hal ini adalah kepala Kepala Sekolah SMA Negeri 1

Brebes yang bertanggung jawab atas segala kebijakan dan peraturan di objek

penelitian.

III.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

cara observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Selain itu, peneliti

melakukan pengumpulan data menggunakan beberapa cara lain sebagai jembatan

penelitian antara peneliti dengan narasumber yaitu: bertemu langsung dengan

narasumber, menghubungi narasumber via telepon, ataupun komunikasi dengan

memanfaatkan beberapa media sosial dan aplikasi chatting yang ada seperti

website, dan whatsapp.

1. Observasi

Observasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti pengamatan atau

peninjauan secara cermat. Nasution (2003:56) mengungkapkan bahwa, observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai kenyataan yang diperoleh melalui

observasi. Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

48

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono,

2005:158).

Dalam penelitian ini, sebelumnya peneliti sudah melakukan observasi

untuk memilih judul yang akan dijadikan bahan skripsi. Melalui browsing,

chatting dengan salah satu teman dalam mencari informasi tentang narasumber

yang mengetahui salah satu objek penelitian.

2. Wawancara mendalam

Wawancara menurut Sudjana (2000:234), adalah proses pengumpulan data

atau informasi melalui tatap muka (face to face) antara pihak penanya

(interviewer) dan yang ditanya (interviewee). Wawancara ialah suatu teknik

pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data

langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Wawncara dalam penelitian

kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara

holistic dan jelas dari narasumber.

Wawancara mendalam dilakukan dalam konteks observasi partisipasi.

Dalam hal ini, peneliti terlibat secara intensif dengan setting penelitian. Mc Millan

Schumacher (2001:443) menjelaskan bahwa, wawancara mendalam adalah tanya

jawab yang terbuka untuk memperoleh data.

Dengan demikian, wawancara mendalam (in-depth interview) ialah suatu

proses mendapatkan informasi untuk kepentingan penelitian dengan cara dialog

antara peneliti sebagai pewawancara dengan narasumber dalam konteks observasi

partisipasi.

49

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara dengan semua

narasumber yang telah disusun berdasarkan posisi mereka sesuai maksud dari

penelitian ini. Mulai dari narasumber kunci yang memiliki akses dan mengetahui

semua hal terkait kebijakan, baik dari proses pembelajaran, sampai pada cara

mengkomunikasikannya. Lalu ada narasumber utama yaitu guru sebagai

pelaksana kebijakan sekolah, perantara antara pihak sekolah dan peserta didik.

Dan yang terakhir, narasumber pendukung. Sebagaimana peneliti tidak akan

mempertanyakan hal-hal yang di luar dari topik penelitian kepada narasumber.

Berikut daftar pertanyaan yang akan diajukan :

Tabel 2. Pertanyaan Interview

NO. Pertanyaan

1. Apa dampak yang paling dirasakan, pihak sekolah di masa pandemi

ini?

2. Untuk mempertahankan kualitas supaya tidak menurun, solusi apa

yang sekolah lakukan untuk beradaptasi?

3. Bagaimana cara sekolah mengkomunikasikan kebijakannya dengan

para orang tua/wali dan siswa?

4. Bagaimana cara sekolah mengantisipasi kebijakan yang mungkin

gagal diterapkan?

5. Apa target yang ingin dicapai kedepannya dalam meningkatkan

kualitas pendidikan yang sudah ada, khususnya jika pandemi masih

berlangsung?

6. Strategi apa yang sekolah ambil supaya para siswa tidak mudah

merasa jenuh dengan kondisi pembelajaran yang baru?

7. Penelitian ini menggunakan teori kampanye sebagai acuannya. Dalam

teori ini terdapat strategi komunikasi, yaitu analisis situasi,

menetapkan tujuan, mengenali target, skala waktu, sumber daya, dan

evaluasi. Dari keenam poin tersebut, mana yang sekolah terapkan?

8. Apa dampak dari penerapan poin-poin tersebut, khususnya dalam

mempertahankan kualitas pendidikan?

9. Bagaimana strategi komunikasi sekolah dalam mempertahankan

kualitas pendidikan di masa pandemi?

50

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang berperan dasar dalam penelitian kualitatif

naturalistik adalah dokumentasi. Dokumentasi ialah sesuatu yang ditulis atau

dicetak untuk digunakan sebagai catatan atau bukti (A.S Hornby, 1987:256).

Peneliti dalam melakukan dokumentasi berupa daftar pertanyaan dan foto

bersama antara peneliti dengan narasumber. Sebagaimana bukti peneliti telah

bertemu dan melakukan wawancara mendalam terhadap narasumber.

III.4. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai sejak sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan, hingga selesai di lapangan. Dalam penelitian

kualitatif, analisis data para ahli memiliki pendapat yang beragam. Teknik analisis

data berprinsip untuk mengolah data yang terkumpul dan menganalisisnya

menjadi data yang sistematis dan bermakna. Miles dan Huberman mengemukakan

bahwa, aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung terus menerus sampai tuntas (Sugiyono, 2014:246-253). Aktivitas

analisis data tersebut yaitu :

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, karena itu

perlu dicatat secara teliti dan detail. Makin lama berada di lapangan, maka data

yang diperoleh akan semakin kompleks dan rumit. Maka dari itu diperlukan

reduksi data yang berarti meneliti hal pokok, merangkum, dan memfokuskan pada

hal-hal penting yang berhubungan dengan tema dan polanya.

51

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa ditampilkan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

Namun, yang paling sering digunakan adalah uraian teks yang sifatnya naratif.

3. Conclution Drawing (Verifikasi)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif sering kali dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tapi bisa juga tidak. Karena

rumusan masalah dalam kualitatif sifatnya masih sementara. Kesimpulan akan

berkembang setelah penelitian di lapangan.

Peneliti akan menggunakan reduksi data dengan Kepala sekolah SMA

Negeri 1 Brebes, guru, juga siswa SMA Negeri 1 Brebes, lalu mengambil suatu

kesimpulan setelah informasi terkumpul.

Selain menggunakan tahap di atas, peneliti juga menggunakan teknik

purposive sampling dari nonprobability sampling. Jenis purposive sampling ini

akan dipilih oleh peneliti jika peneliti telah mempunyai informasi tentang elemen

yang memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai sampel penelitian tersebut. Peneliti

telah mempunyai narasumber untuk dijadikan subjek penelitian sesuai dengan

kebutuhan peneliti berdasarkan selektif yaitu para narasumber yang memiliki

keterkaitan dengan segala hal mengenai strategi dalam mepertahankan mutu

pendidikan, melakukan pendekatan kepada Kepala sekolah, guru, dan siswa

melalui pertemuan, diskusi, pengamatan, yang kemudian peneliti menyimpulkan

untuk menggunakan 3 narasumber dalam penelitian ini.

52

III.5. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan

sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Istilah

lain yang digunakan untuk menyebut subjek penelitian adalah narasumber, yaitu

orang yang memberi jawaban atas suatu perlakuan yang diberikan kepadanya.

Jadi, subjek penelitian ini adalah Kepala sekolah SMA Negeri 1 Brebes, guru, dan

siswa/siswi SMA Negeri 1 Brebes.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sebagai

topik penulisan dalam rangka menyusun laporan penelitian. Penelitian ini

dilakukan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan objek penelitian.

Objek penelitian ini adalah Kepala sekolah SMA Negeri 1 Brebes, guru, dan

siswa SMA Negeri 1 Brebes.

III.6. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan. Di dalam pendahuluan, penulis memilih sistematika

yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat

penelitian. Dalam bab ini merupakan deskripsi dan alasan objek penelitian dipilih.

Bab II Tinjauan pustaka. Terdiri dari penelitian terdahulu, kerangka teori,

kerangka konsep, batasan penelitian, dan kerangka berfikir. Di dalam bab ini,

sebuah diskusi secara rasional permasalahan penelitian yang telah ditetapkan

dengan menggunakan konsep, model dan teori yang diperoleh dari literatur-

53

literatur ilmiah yang dapat digunakan. Dalam penulisan kerangka teori harus

terdapat unsur penelitian terdahulu dan teori yang digunakan oleh peneliti untuk

membaca permasalahan yang akan diteliti.

Bab III Metode Penelitian. Terdiri dari jenis dan sifat penelitian, jenis dan

sumber data, narasumber penelitian, teknik pengumpulan data, teknik dan analisis

data, subjek dan objek penelitian dan sistematika penulisan. Pada bab metode

penelitian menjelaskan perihal metode atau cara yang akan ditempuh oleh penelti

di dalam melaksanakan penelitiannya. Peneliti harus paham metode apa saja yang

akan dilakukan, supaya gambaran mengenai metode atau cara di dalam

melaksanakan penelitian tersebut dapat dijelaskan secara menyeluruh, maka

dalam bab ini harus dijelaskan mengenai penelitian yang akan diselenggarakan.

Bab IV Deskripsi Wilayah dan Hasil Penelitian. Dalam bab ini peneliti

menuliskan terkait demografi penelitian yang disesuaikan dengan lokasi

penelitian. Selain itu, dalam bab ini peneliti menuliskan hasil-hasil yang diperoleh

pada saat melakukan penelitian, dengan menyesuaikan instrumen penelitian.

Sehingga peneliti mencantumkan sesuai dengan yang akan diteliti.

Bab V Hasil. Dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian, yaitu berupa

wawancara mendalam dengan berbagai narasumber yang telah dirumuskan.

Bab VI Pembahasan. Peneliti menuliskan pembahasan-pembahasan yang

terkait dengan hasil penelitian yang diperoleh. Isi dalam bab ini merupakan hasil

analisis peneliti dengan menggunakan metode penelitian yang telah ditentukan

oleh peneliti.

54

Bab VI Penutup. Bab ini berisi ringkasan dari bab sebelumnya, yakni bab

tentang pembahasan hasil penelitian yang membahas tentang ketercapaian tujuan

penelitian. Selain itu dalam bab ini tersedia sub-bab kesimpulan dan saran.

55

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN HASIL PENELITIAN

IV.1. Objek Penelitian (SMA Negeri 1 Brebes)

1. Profil SMA Negeri 1 Brebes

Gambar 6 : Logo SMA Negeri 1 Brebes

SMA Negeri 1 Brebes merupakan sekolah tingkat SMA pertama di

Kabupaten Brebes yang saat ini berlokasi di jalan Dr. Setiabudi No. 11 Brebes –

Jawa Tengah 52212. Berdasarkan izin dan penghargaan dari Gubernur Jawa

Tengah pada tanggal 16 Agustus 1963 SMA Negeri Brebes berdiri, yang saat itu

masih berlokasi di Gedung Nasional Brebes.

SMA Negeri 1 Brebes kini memiliki 30 ruang kelas, satu perpustakaan,

tiga laboratorium IPA (Fisika, Kimia, Biologi), satu laboratorium bahasa, satu

laboratorium komputer, satu ruang musik, dan aula Wijayakusuma. Dari tahun ke

tahun SMA Negeri 1 Brebes mengalami perkembangan dari segi fisik maupun

kualitas pendidikan.

56

2. Sejarah SMA Negeri 1 Brebes

Gambar 7 : gedung SMA Negeri 1 Brebes

Dengan adanya potensi yang kuat, sehingga bapak Pelda Moch. Basjirin

dan Ki Oedoro Romodjati membuat proposal untuk membangun SMA Negeri

Brebes yang dibiayai daerah secara swadaya masyarakat. Proposal itu diajukan

kepada Dan Rem 71 Wijayakusuma, setelah itu segera disetujui dan

dilaksanakan. Sebelumnya Dan Dim meminta persetujuan dari Pangdam VII

Diponegoro, setelah disetujui barulah dilaksanakan.

Berlandaskan surat perintah Komandan Korem 71/PKP Karesidenan

Banyumas/Pekalongan tertanggal 14 Maret 1963 dengan nomor SP

PKP/018/3/1963 pembangunan dimulai. Pelaksana pembangunan ini adalah

PT. Sidoredjo Brebes. Adapun lokasi tanah diperoleh dari agraria, yaitu tanah

57

Negara Bakap Rilbaan seluas 1 hektare. Tanah tersebut berupa tegalan yang

tidak produktif.

Pada tanggal 10 November 1963 gedung SMA Negeri Brebes yang terdiri

atas enam ruang kelas telah diselesaikan dengan baik, kemudian diserah

terimakan oleh Kodim 0713 Brebes kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II

Brebes selaku ketua Yayasan SMA Negeri Brebes.

Berikut daftar Kepala Sekolah yang pernah menjabat di SMA Negeri 1 Brebes:

a. Drs. Maghfuri (1963 – 1971)

b. Drs. Hadi Kusuma (1971 – 1975)

c. Sugiarto, B.A. (1975 – 1978)

d. Drs. Kartono (1978 – 1981)

e. A.K. Budiasto, B.A. (1981 – 1987)

f. Drs. Sadwoto Tjiptohatmodjo (1987 – 1996)

g. Toto Suwarto, B.E. (1996 – 2002)

h. Drs. Sri H. Raharjo (2002)

i. Drs. Sihab Zuhri (2002 – 2008)

j. Drs. Rofii, Bc.Hk., M.Pd. (2008 – 2012)

k. Drs. Masrukhi, M.Pd. (2013 – 2015)

l. Drs. Muhromin (YMT. 2015 – 2020)

m. Samsul Ma’arif, M.Pd. (2020 – sekarang).

58

3. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Negeri 1 Brebes

Bagi banyak orang, Pendidikan merupakan suatu kebutuhan premier.

Sejalan dengan itu, pendidikan merupakan harga mati karena menjadi salah satu

pondasi negara dalam menghadapi perkembangan zaman. Seiring dengan

penguasaan teknologi supaya dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, hingga

menciptakan suasana kondusif dalam ranah keilmuan dengan konsep yang efektif.

SMA Negeri 1 Brebes merumuskan tujuan pendidikan mereka dalam visi dan misi

sebagai pedoman hukum dalam menerapkan tujuan hakiki pendidikan.

Dalam sebuah sistem tata kelola sekolah berbasis manajemen, SMA

Negeri 1 Brebes terus berusaha meningkatkan kinerja dan profesionalisme dalam

mewujudkan pelayanan prima dalam cakupan Lembaga Pendidikan, terutama di

SMA Negeri 1 Brebes. Mereka sudah menerapkan sistem Teknologi

Komputerisasi agar transparansi pengelolaan Pendidikan terjaga optimalisasinya.

Suatu sistem akan memiliki kegunaan tinggi jika didukung dan

diwujudkan oleh segala komponen yang berkompeten di SMA Negeri 1 Brebes.

Apakah itu sistem akademis, managerial, public service, prestasi, dan segala hal

yang saling berinteraksi didalamnya.

A. Visi

Menjadi refrensi pengelolaan ICT pendidikan untuk masyarakat Brebes

pada umumnya dan dunia pendidikan pada khususnya.

B. Misi

a. Merealisasikan pelayanan prima kepada steakeholder SMA Negeri

1 Brebes untuk memberikan kontribusi mutu sebagai sekolah

59

berorientasi teknologi informasi komputer sesuai dengan

perkembangan ilmu dan teknologi.

b. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia sesuai

kompetensi bidang tugas dan fungsi.

C. Tujuan

a. Menjadi pusat kegiatan bagi jaringan sekolah se-tingkat SMA di

Kabupaten Brebes.

b. Menjadi sentral teknologi informasi komunikasi sekolah yang

memberikan kontribusi untuk SMA Negeri 1 Brebes secara

berkelanjutan.

Dalam usaha meningkatkan mutu manajemen informasi, komunikasi, dan

pelayanan publik, maka tim SMA Negeri 1 Brebes mengembangkan teknologi

informasi dan komunikasi yang kini sudah berhasil membangun sistem informasi

sekolah. Proses ini memiliki dua cara, yaitu cara yang dibangun mandiri, dan hasil

dari pengembangan aplikasi yang sudah pernah ada sebelumnya.Merancang,

mengembangkan, dan merawat software aplikasi untuk sistem informasi

akademik dan sistem informasi administrasi berbasis aplikasi web.

a. Merancang, mengembangkan, dan merawat sistem informasi untuk

aplikasi internet dan intranet (blog, email, web page, dan

sebagainya).

b. Merancang, mengembangkan, dan merawat software penunjang

kegiatan akademik (LMS).

60

c. Merancang, mengembangkan, dan merawat software aplikasi

perpustakaan.

d. Merancang, mengembangkan, dan merawat software aplikasi lain

yang diperlukan oleh ICT sekolah.

4. Prestasi SMA Negeri 1 Brebes

Pada tahun pelajaran 2008/2009 siswa kelas XII SMA Negeri 1 Brebes

lulus 100%. Kemudian salah satu siswa kelas XI mengikuti pertukaran pelajar se-

ASEAN ke Singapura bernama Renaldhi Adhi Nugraha. Dalam kejuaraan

Olimpiade Sains juga masuk dalam tingkat Provinsi dan Nasional di bidang

Fisika.

Selain dalam bidang akademik SMA Negeri 1 Brebes juga memiliki

prestasi, seperti di bidang olahraga juga seni. Dalam olahraga contohnya basket,

voli, tenis, sepak bola, lari, dan masih banyak lagi. Dalam hal seni seperti paduan

suara, puisi, pidato, teater, debat bahasa Inggris, cerdas cermat, dan sebagainya.

Di laboratorium komputer SMA Negeri 1 Brebes sudah menggunakan

LAN, sehingga internet sudah bisa digunakan. Disediakan juga area hotspot

dengan backbone fiber optic, dimana siswa dapat dengan mudah mengakses

internet di lingkungan sekolah dengan bebas tanpa perlu ke warnet.

IV.2. Subjek Penelitian

Deskripsi Narasumber Penelitian :

61

1. Narasumber Kunci (Wakil Kepala bidang Kurikulum SMA Negeri 1

Brebes)

Yang menjadi narasumber kunci dalam penelitian ini adalah Dewi Ekasari,

M.Pd. 2019 – 2022. Beliau menjadi PNS di SMA Negeri 1 Brebes sejak tahun

2010 sebagai guru Bimbingan Konseling (BK). Beliau tidak hanya memberikan

arahan pada siswa, juga memberikan pendampingan dalam hal karir ataupun

menuju perguruan tinggi. Lalu pada 2019, beliau diberikan tugas tambahan

menjadi Wakil Kepala dibidang Kurikulum. Selama sebagai Waka, beliau

mempelajari yang dibutuhkan guru dan siswa. Karena yang beliau layani adalah

KBM guru dan siswa. Dan kedua hal ini harus sinkron.

Pesan beliau agar pendidikan di masa pandemi tetap berjalan efektif

adalah memanfaatkan teknologi informasi yang sudah disediakan. Kalau tidak

kreatif, pesan kita tidak akan tersampaikan. Meski hanya tulisan, di zaman

sekarang tidak ada orang yang mengabaikan teknologi informasi. Sebagai guru

tidak boleh mengabaikan teknologi informasi agar tidak merugikan yang lain.

Untuk proses pendidikan dan bimbingan dengan siswa.

2. Narasumber Utama (guru SMA Negri 1 Brebes)

Salah satu guru SMA Negeri 1 Brebes yang bersedia menjadi

subjek/narasumber penelitian ini adalah Saepful Awaluddin, S.Pd. Usia 27 tahun.

3. Narasumber Pendukung (murid SMA Negri 1 Brebes)

Salah satu siswa SMA Negeri 1 Brebes yang bersedia menjadi

subjek/narasumber penelitian ini adalah Firyal Suneva usia 16 tahun, kini duduk

di kelas XI (2 SMA) dan menjadi siswa sejak tahun ajaran 2020/2021 s/d

62

2022/2023. Alasannya memilih SMA Negeri 1 Brebes untuk melanjutkan jenjang

pendidikannya setelah lulus MTs Negeri 2 Brebes adalah karena selain sekolah

tersebut merupakan pilihan favoritnya, juga karena sarana dan prasarananya yang

lengkap.

Proses Firyal untuk menjadi salah satu peserta didik di SMA Negeri 1

Brebes tidaklah mudah. Awalnya dia mendaftar via website melalui jalur reguler

(zonasi) tapi karena namanya tidak juga termasuk dalam list, orang tuanya

menganjurkan untuk merubah jalur zonasi ke jalur prestasi. Dari jalur prestasi

tersebutlah Firyal dapat lolos sampai akhir pendaftaran, dan berhasil menjadi

salah satu peserta didik di sekolah tersebut.

Saat pertama mengetahui tentang pembelajaran yang harus dilakukan

secara online, dia merasa senang. Tapi setelah dipikirkan lagi, pada akhirnya dia

merasa akan lebih menyenangkan dengan pembelajaran tatap muka. Karena

dengan diberlakukannya PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) belajar dirasa kurang

efektif dan tidak bisa mengenal teman-teman sekolahnya.

Saran dari Firyal untuk PJJ adalah jangan terlalu sering membuat tugas

dalam format video dan deadline tugas yang terlalu dekat. Kesan yang diberikan

adalah sangat baik agar terhindar dari COVID-19, tetapi dia juga merasa kurang

puas dalam pelaksanaan PJJ ini.

63

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bagian ini akan dipaparkan informasi yang diperoleh peneliti melalui

wawancara yang dilakukan bersama dengan keseluruhan narasumber.

Berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui Strategi Komunikasi

Sekolah dalam Mempertahankan Kualitas Pendidikan di Masa Pandemi.

V.1. Narasumber Kunci

Nama : Dewi Ekasari, M.Pd

Usia : 36 tahun

Jabatan : Wakil Kepala bidang Kurikulum

Masa Jabatan : 2019 – 2022

Narasumber kunci dalam penelitian ini adalah Wakil Kepala Bidang

Kurikulum. Sebelum dipercaya pada posisi tersebut, beliau adalah seorang guru

Bimbingan Konseling.

Waka Kurikulum memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan

kurikulum di sekolah. Berikut uraian tugas waka Kurikulum :

1. Menyusun program kerja pengajaran, untuk jangka Panjang (tahunan) dan

jangka pendek (semesteran).

2. Menyusun anggaran aktivitas kenaikan penerapan kurikulum;

3. Menyusun Kalender Pembelajaran yang hendak dilaksanakan sekolah;

4. Menyusun pembagian tugas mengajar para guru serta tugas yang lainnya;

5. Menyusun agenda pelajaran;

64

6. menyusun agenda penerapan ulangan setiap hari, UTS (Ujian Tengah

Semester), UAS( Tes Akhir Semester), Tes Akhir Sekolah serta Tes

Nasional;

7. Mengkoordinir pengembangan kurikulum untuk guru;

8. Menyusun program serta aktivitas pengajaran;

9. Menyusun serta melaksanakan analisis pencapaian sasaran kurikulum;

10. Mengkoodinir penataan KTSP, Prota, Promes, Silabus, RPP serta Materi

pendidikan;

11. Mengajar cocok dengan beban kerja yang telah ditetapkan

12. Melaksanakan koordinasi tentang persiapan serta penerapan UTS/ US/ UN

serta Tes Lainnya

13. Melaksanakan Penataan kriteria peningkatan kelas serta persyaratan

kelulusan untuk segala siswa bersama guru kelas (wali kelas), kepala

program riset serta Kepala Sekolah;

14. Menyusun laporan tentang aktivitas kurikuler serta ekstra kurikuler yang

dilaksanakan sekolah;

15. Melaksanakan koordinasi tentang Penerimaan Siswa Baru( PSB);

16. Melaksanakan koordinasi tentang wali kelas serta aktivitas tutorial siswa;

17. Melaksanakan koordinasi tentang penerapan aktivitas pokja Kurikulum

Sekolah;

18. Melaksanakan koordinasi tentang penyusunan serta pengembangan bahan

ajar; dan sebagainya.

65

Dari hasil penelitian dengan cara mewawancarai narasumber kunci,

diperolehlah hasil sebagai berikut :

1. Dampak yang paling sekolah rasakan di masa pandemi adalah sulitnya

menemukan dan merumuskan proses pembelajaran serta proses

penilaian yang dianggap efektif.

Seiring berjalannya waktu, juga berkat saran dan masukan dari berbagai

pihak terkait, SMA Negeri 1 Brebes pun bisa menyesuaikan diri dan akhirnya bisa

merumuskan sekaligus mengaplikasikan proses pendidikan yang dianggap cukup

efektif. Namun begitu, mereka tetap mengevaluasi secara berjenjang apakah

kebijakan tersebut sudah tepat, atau masih ada yang perlu diperbaiki atau

dilengkapi agar kualitasnya semakin baik kedepannya.

2. SMA Negeri 1 Brebes memiliki SOP (Standar Operasional Prosedur)

terpisah dari SOP yang diterbitkan atau diwajibkan oleh Kemendikbud

pusat (Provinsi maupun Negara).

Selain SOP dari pusat, sekolah juga memiliki SOP sendiri, misalnya

tentang kehadiran guru yang tidak diwajibkan untuk seluruhnya datang ke

sekolah. Kebijakan sekolah hanya meminta untuk 25% dari keseluruhan guru saja

yang boleh datang ke sekolah melalui sistem piket bergilir. Selebihnya cukup

hadir untuk absen, kemudian kembali ke rumah masing-masing. Selain SOP

tentang kehadiran guru maupun staff, sekolah juga menerbitkan SOP lain agar

dapat beradaptasi. Diantaranya adalah :

a. SMA Negeri 1 Brebes memiliki standar Pembelajaran Jarak Jauh

(PJJ) atau online yang sedikit berbeda dengan sekolah lain (sebagai

66

pembanding SMA Negeri 2 Brebes dan Madrasah Aliyah Negeri 1

Brebes). Sekolah memberikan instruksi kepada semua guru agar para

siswa tidak harus mencapai SKD (Standar Kompetisi Dasar) yang

sudah ditetapkan sebelum pandemi mewabah. Sekolah merumuskan,

SKD apa saja yang dikurangi dan SKD mana yang tetap

dipertahankan selama PJJ. Lalu selain itu, sekolah juga harus

membuat sendiri media PJJ-nya, meski di Google sudah tersedia.

Selain hal-hal itu, sekolah juga membuat LMS (Learning

Management System) sendiri. Namanya ruang edukasi. Ini sebagai

media untuk pembelajaran antara siswa dengan guru. Prosesnya guru

itu meng-upload materi ke ruang edukasi atau ke Google Classroom

atau ke Microsoft Teams, lalu siswa mengaksesnya di sana. Karena

itu masih dirasa kurang interaktif, selain itu juga ada tatap muka

dengan siswa secara langsung dengan video conference melalui

aplikasi Google Meet. Itu media pembelajarannya.

b. Dalam mengambil keputusan terkait proses pembelajaran maupun

penilaian adaptasi baru selama pandemi mewabah, SMA Negeri 1

Brebes tetap mengacu pada visi, misi dan tujuan sekolah dalam

menyelenggarakan pendidikan. Selain SKD yang dikurangi agar

peserta didik tidak terlalu terbebani dengan tugas yang bertumpuk,

juga menerapkan system belajar sambil bermain atau free time.

Maksud dari belajar sambil bermain atau free time adalah, guru

merubah pola pemberian materi dan tugasnya. Tidak seperti sekolah

67

kebanyakan, guru SMA Negeri 1 Brebes jarang memberikan tugas

seperti ulangan harian atau PR. Mereka akan mengganti tugas

dengan peminatan. Seperti membuat video tertentu dalam

menyelesaikan evaluasi setiap satu pembahasan materi selesai. Lalu

mengganti ulangan dengan kuis. Konsepnya sedikit mirip dengan

salah satu aplikasi belajar online R**ng Gu*u.

c. Sekolah meski masih tetap melaksanakan daring dalam setiap

aktivitas utamanya, juga tetap melibatkan orang tua/wali dalam

berbagai kesempatan melalui serangkaian proses komunikasi dengan

bantuan berbagai aplikasi yang mendukung komunikasi daring.

Sekolah melalui wali kelas masing-masing siswa memberikan

informasi kepada orang tua/wali terkait kebijakan sekolah, juga saat

ada siswa yang akan mewakili sekolah mengikuti lomba. Pihak

sekolah melalui wali kelasnya akan sering melakukan video

conference untuk melakukan pendampingan dan bimbingan. Sekolah

juga akan mengundang orang tua/wali dalam pertemuan untuk

meminta orang tua/wali memberikan motivasi kepada peserta didik

agar tetap semangat. Pertemuan tersebut tidak dihadiri seluruh orang

tua, melainkan hanya perwakilan saja. Dan media komunikasinya

melalui aplikasi Google Meet atau Zoom.

d. SMA Negeri 1 Brebes juga dipercaya oleh Kemendikbud Pusat

untuk menyelenggarakan proses PTM (Pertemuan Tatap Muka)

terbatas dimana tidak semua sekolah mendapatkan kesempatan

68

tersebut. Untuk pelaksanaan PTM terbatas sendiri SMA Negeri 1

Brebes juga memiliki SOP khusus. SOP dari Kemendikbud pusat

mengatur keamanan interaksi guru dan siswa saat PTM secara garis

besarnya saja. Misalnya tetap mengedepankan protokol Kesehatan

agar meminimalisir penyebaran virus. SOP khusus yang dibuat oleh

SMA Negeri 1 Brebes lebih detail lagi, mendukung SOP dari pusat.

Seperti, sebelum PTM diadakan, terlebih dulu angket dibagikan

kepada seluruh orang tua/wali peserta didik melalui Google Form.

Dari jawaban survei tersebut peserta didik pun diseleksi dengan

beberapa kriteria yang sudah ditentukan agar terpilih untuk

mengikuti PTM terbatas sebanyak 110 siswa secara random, tidak

lebih tidak juga kurang. Pada saat PTM dan setelahnya (saat aktivitas

selesai/pulang) pun sekolah menerapkan aturan ketat. Seperti saat

kelas sedang berlangsung, tidak boleh ada interaksi langsung

(sentuhan). Baik antara sesama peserta didik, maupun dengan guru,

seperti dilarang meminjam alat tulis, dilarang bersalaman, dan

sebagainya. Setelah PTM selesai, setiap sudah sampai rumah, peserta

didik atau orang tua/wali harus mengabarkan kepada pihak sekolah,

apakah siswa sudah sampai di rumah tepat waktu.

3. Sekolah memastikan guru maupun peserta didik tetap aktif meski proses

pembelajaran via online.

Meski pandemi mewabah dari sektor pendidikan, sekolah terpaksa

membuat program agar bisa beradaptasi dan tetap mempertahankan kualitas

69

pendidikannya, mereka terbukti dapat tetap berpresetasi di berbagai perlombaan

yang diselenggarakan via online. Dari tingkat kabupaten sampai nasional selalu

mendapatkan nominasi meski tidak selalu mendapatkan peringkat pertama.

Hal tersebut dipertegas dengan pernyataan dari ibu Dewi Ekasari, M.Pd

selaku Waka bidang Kurikulum :

“Diawali dengan KSN tingkat kabupaten. Yang biasanya kita hanya

meraih 2 – 3 siswa saja pada cabang perlombaan tertentu. Saat

pandemi ini alhamdulillah kita meraih 8 siswa. Artinya ada

peningkatan.”

(wawancara dengan narasumber kunci, 28 Juli 2021).

Strateginya adalah, pihak sekolah intens memberikan pendampingan

kepada siswa yang mengikuti perlombaan dengan dua cara. Yang pertama dengan

membina siswa melalui PTM terbatas setiap hari, lima hari dalam seminggu

dengan masing-masing pertemuan dimulai sejak pukul 07.00 sampai pukul 09.00.

Kedua, semua orang tua/wali yang anak-anaknya terpilih mewakili sekolah

mengikuti perlombaan diminta kehadirannya melalui video conference bersama

guru pendamping dan perwakilan dari pihak sekolah selain guru untuk meminta

mereka selalu memberikan motivasi agar anak-anak mereka bisa fokus dalam

mengikuti perlombaan.

Pihak sekolah akan melakukan Langkah-langkah tersebut secara berulang.

Untuk memastikan apa yang mereka sampaikan dapat dijadikan perhatian, baik

oleh siswa maupun oleh orang tua/wali mereka.

4. Sekolah berusaha agar baik peserta didik maupun guru tidak merasa jenuh

dengan proses pembelajaran jarak jauh yang masih akan tetap berlangsung.

70

Agar peserta didik maupun guru tidak mudah merasa jenuh, maka pihak

sekolah menerapkan perubahan alokasi waktu pada proses belajar secara bertahap.

Dulu, saat pandemi belum mewabah pada waktu pembelajaran tatap muka waktu

pembelajaran dimulai sejak pukul 07.00 sampai dengan pukul 15.30 dengan

rincian setiap mata pelajaran sama dengan 45 menit pertemuan. tapi sejak

pandemi, waktu belajar diminimalisir. Tahap pertama dimulai pukul 07.00 sampai

pukul 11.00 atau selama empat jam, dengan rincian satu jam pelajaran sama

dengan 30 menit pertemuan. Jadi selama empat jam pelajaran/hari, sama dengan

tiga mata pelajaran/hari. Di luar itu peserta didik memiliki waktu luang untuk

mempelajari pembahasan berikutnya.

5. SMA Negeri 1 Brebes kini berkomitmen untuk membawa sekolah pada

pendidikan berbasis riset.

Komitmen tersebut tercetus dari SMA Negeri 1 Brebes yang sering kali

memenangkan perlombaan di bidang karya ilmiah dalam membuat sebuah produk

baru maupun produk inovasi.

“Dalam visi misi kita ada mengedepankan teknologi informasi dalam

mewujudkan era industri 4.0, kita sudah melakukan itu. Lalu

mengedepankan ilmu pengetahuan dan riset. Kita juga sudah

melakukan itu. Karena kita aplikasikan dalam kegiatan lomba karya

ilmiah. Dari lomba itu alhamdulillah kita selalu mendapat nominasi

juara. Sehingga kemarin bulan Juli kita membuat suatu program

sekolah ini sekolah berbasis riset. Dasarnya kita sudah sering

memenangkan lomba karya ilmiah. Sehingga kita akan kembangkan

kearah sana.” (wawancara dengan narasumber kunci, 28 Juli 2021).

6. Implementasi dari strategi komunikasi dalam Teori Komunikasi Kampanye

di sekolah adalah, dalam mengenali target pihak sekolah tidak menjadi

fokus utama (saat ada perlombaan).

71

Selagi sekolah bisa terlibat, maka akan dilakukan. Jika menganalisis

situasi, sekolah menjadikan visi misi sebagai dasar dalam menentukan rencana

kerja jangka panjang. Setiap tahun sekolah akan menganalisis melalui rapat.

Supaya tahu ada dimana perkembangannya.

Dari proses pembelajaran ada alternatif LMS lain yang ditawarkan

Kemendikbud. Lalu ada e-book yang sekolah sediakan. Agar guru memiliki tidak

hanya satu sumber belajar. Jadi guru bisa mengakses, untuk meningkatkan sumber

daya sekolah (tenaga pengajar). Beberapa waktu lalu sekolah sudah share

beberapa e-book. Lalu membuat lagi UTBK. Karena guru di SMA tidak tahu

UTBK itu apa. Tahunya hanya materi dasar.

Skala waktu, ada periode tertentu saat pihak sekolah melakukan

komunikasi terbuka, baik dengan steakeholder, para guru, orang tua/wali, dan

peserta didik. Seperti komunikasi terbuka dengan steakeholder dan guru biasanya

Ketika rapat untuk menentukan suatu kebijakan, saat kenaikan, kelas, kelulusan,

juga saat pendampingan menjelang perlombaan. Sementara dengan orang tua/wali

dan siswa, biasanya ketika melakukan pendampingan, pemberitahuan terkait

diadakannya PTM, sebelum ujian dan lain sebagainya.

Untuk evaluasi sekolah melakukannya setiap tahun, baik saat test kenaikan

kelas, maupun ujian kelulusan. Selain pada waktu-waktu tersebut, khusus para

guru umumnya saat siswa mengumpulkan tugas yang diberikan atau saat

pembelajaran menggunakan video conference. Guru dapat melihat, siswa mana

yang aktif dan berapa presentase keaktifannya.

72

7. Sekolah memberikan ruang bagi guru, peserta didik maupun orang

tua/wali untuk berkomunikasi terbuka dengan pihak sekolah.

Sekolah memberikan fasilitas kepada guru untuk berkomunikasi, baik

dengan pihak sekolah, sesama guru, maupun dengan peserta didik atau orang

tua/wali. Komunikasi yang dilakukan pun tidak lepas dari sistem online. Seperti

saat sekolah mengadakan rapat kenaikan kelas, rapat kelulusan, dan rapat lain

terkait kurikulum pembelajaran dan proses penilaian. Sementara komunikasi yang

dilakukan sekolah dengan para siswa juga menggunakan prosedur yang sama

melalui guru, wali kelas, bisa juga orang tua/wali.

Berkat saran dari para orang tua/wali, kini guru SMA Negeri 1 Brebes

tidak hanya berbagi materi dengan siswa menggunakan modul seperti buku cetak

atau e-book saat PJJ berlangsung melalui aplikasi grup chat seperti Whatsapp atau

Telegram saja, tetapi juga menggunakan video conference sebagai pendukung.

Agar jika ada peserta didik yang kesulitan dalam memahami materi tertentu,

peserta didik bisa langsung bertanya.

Melalui video conference, guru juga dapat memantau lebih teliti seperti

kehadiran atau absensi dan keaktifan peserta didiknya. Misalnya saja seperti yang

dituturkan oleh waka kurikulum ibu Dewi Ekasari, M.Pd :

“Yang pertama aktivitas siswa, kalau misal PJJ seperti ini kan, siswa

ada yang muncul, ada juga yang menghilang. Ketahuannya setelah

kenaikan kelas. Ada anak yang jarang muncul saat kelas, tapi saat

ujian atau test mengerjakan dan dikumpulkan. Itu juga menjadi

evaluasi kita.”

(wawancara dengan narasumber kunci, 28 Juli 2021).

Pihak sekolah juga mempersilahkan jika ada pihak, baik dari orang

tua/wali, maupun guru yang ingin memberikan saran terkait system BDR (Belajar

73

Dari Rumah) maupun proses penilaian. Harapannya dengan komunikasi pihak

sekolah dan berbagai pihak terkait berjalan lancer, maka akan berdampak pada

system pembelajaran yang dapat berjalan maksimal meski masih terdapat

beberapa kekurangan. Mengingat proses ini masih baru, jadi masih perlu

penyesuaian di berbagai hal.

8. Pesan dari Waka Kurikulum terkait proses pembelajaran untuk generasi

berikutnya di masa pandemi.

Harapannya sebagai siswa selalu mengakses, apapun keadaannya. Dan

akses itu sumber belajarnya tidak hanya dari guru saja, bisa juga media lain yang

mereka gunakan. Maka seperti pesan kepala dinas provinsi bahwa, “Semua

pekerjaan kita melalui teknologi informasi, jangan sampai diabaikan informasi-

informasi yang masuk melalui teknologi informasi.” Jadi Whatsapp atau notifikasi

dari aplikasi lain terkait pembelajaran jangan sampai diabaikan.

“Nah, siswa pun demikian. Kita selalu memicu wali kelas untuk selalu

mengingatkan siswa.” (wawancara narasumber kunci, 28 Juli 2021).

9. Beliau juga sempat membagikan tipsnya agar Pendidikan tetap

berlangsung efektif.

“Kalau tips saya supaya pendidikan ini berjalan efektif, kita harus

pintar memanfaatkan teknologi informasi yang sudah disediakan. Bisa

menggunakan media yang kita buat sendiri, atau yang sudah

disediakan oleh Kemendikbud. Manfaatkan itu! Karena kalau kita

tidak kreatif, pesan kita tidak tersampaikan.

Maka walau hanya lewat tulisan, kita harus tetap aktif menyampaikan.

Jangan hanya diam saja. Karena sekarang itu tidak ada orang yang

mengabaikan teknologi informasi.”

(wawancara narasumber kunci, 28 Juli 2021).

74

Dari tips beliau tersebut dapat dilihat, bahwa kunci adaptasi SMA Negeri 1

Brebes adalah pada pemanfaatan teknologi informasi yang mereka miliki secara

maksimal.

V.2. Narasumber Utama

Nama : Saepful Awaluddin, S.Pd.

Usia : 27 tahun

Jabatan : Guru

Sebagai salah seorang guru yang harus mengajar secara online dalam

situasi pandemi seperti sekarang ini, tentunya harus tetap mengikuti instruksi dari

sekolah. Tidak hanya itu, beliau juga harus merancang sendiri langkah yang harus

diambil selama proses belajar mengajar berlangsung daring. Tentunya beliau juga

sempat merasa kesulitan bagaimana sebaiknya proses belajar jarak jauh

berlangsung agar tetap efektif.

Dari hasil penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan

narasumber utama, diperolehlah hasil sebagai berikut :

1. Dari sudut pandang seorang guru, dampak yang sangat dirasakan yaitu

pembelajaran yang terbatas dan jenuh dengan selalu menatap layar

smartphone ataupun komputer. Dengan siswa pun interaksi menjadi sangat

terbatas, sehingga beberapa siswa kurang memahami apa yang sudah

dijelaskan.

2. Dalam melakukan adaptasi, sekolah berupaya memberikan sarana atau

media yang lebih adaptif dengan membuat sistem bernama ruang edukasi

75

untuk melaksanakan pembelajaran juga melakukan pembelajaran interaktif

baik melalui zoom ataupun google meet.

3. Dalam melakukan komunikasi kebijakan dengan orang tua/wali sekolah

menggunakan grup chat aplikasi seperti Whatsapp atau Telegram.

4. Sekolah selalu memiliki plan A, plan B dan plan C yang sudah dirapatkan

dan dipikirkan secara matang dalam mengimplementasikan kebijakan.

Dengan begitu, sejauh ini tidak ada pihak guru yang tidak setuju dengan

kebijakan yang sekolah ambil.

5. Target yang ingin dicapai kedepannya dalam meningkatkan kualitas

pendidikan yang sudah ada khususnya jika pandemi masih berlangsung

adalah dengan terus mempertahankan prestasi, walaupun di masa pandemi

tetap bisa mengikuti perlombaan dan kegiatan yang positif secara daring.

6. Strategi yang beliau terapkan agar para siswa tidak mudah merasa jenuh

dengan kondisi pembelajaran yang baru kadang dengan memberikan

penugasan seperti membuat video untuk menceritakan sejarah benda yang

ada di rumah mereka, menugaskan siswa menceritakan kembali persitiwa

sejarah yang dialami atau pernah dilihat oleh orang tua atau keluarga yang

ada dirumah atau dengan memberikan tugas menggambar mind mapping

sehingga siswa tidak selalu menatap layar smartphone atau komputer

mereka.

7. Implementasi dari strategi komunikasi dalam Teori Komunikasi Kampanye

di sekolah dari sudut pandang seorang guru.

76

Dengan menggunakan analisis situasi melakukan perencanaan di awal

tahun ajaran baru untuk proses pembelajaran yang akan berjalan.

Kemudian dalam menetapkan tujuan juga prioritas untuk masing-masing

kelas atau angkatan itu berbeda. Contohnya, seperti tujuan antara kelas 12 yang

akan lulus dengan kelas 11 pasti berbeda, jika kelas 11 akan lebih diprioritaskan

untuk mengembangkan bakat dan minatnya, sementara untuk kelas 12 akan

diarahkan untuk masuk ke perguruan tinggi.

Jika ada target pastinya ada skala waktu yang harus ditetapkan, skala

waktu yang dibutuhkan sekitar satu tahun dalam mencapai target, dan dalam

merencanakan target juga tidak asal, harus melihat dulu sumber daya manusianya,

melihat bakat dan minatnya. Sehingga sekolah dapat membantu perkembangan

apa yang sudah ada pada diri siswa.

Dan terakhir dalam membuat rencana adalah evaluasi, dilakukan sekolah

untuk mengetahui sejauh mana perkembangan peserta didik dalam mencapai

target yang sudah ditentukan. Evaluasi ini juga membuat sekolah bisa melakukan

perencanaan kembali untuk tahun berikutnya.

8. Sejauh ini dampak dari penerapan suatu kebijakan dirasa positif. Dalam

melakukan pembelajaran, siswa cukup antusias, tetap mengikuti kegiatan

yang positif seperti pada lomba dan juga dapat tetap berprestasi walaupun

secara daring.

9. Sebagai seorang guru, sekolah dalam merancang dan menerapkan strategi

komunikasi sudah menggunakan semua strategi yang dianggap efektif dan

mampu mempertahankan kualitas yang sudah ada.

77

V.3. Narasumber Pendukung

Nama : Firyal Suneva

Usia : 16 tahun

Status : Pelajar

Kelas : XI

Tahun Ajaran : 2020/2021 s/d 2022-2023

Sebagai peserta didik angkatan pertama yang merasakan suasana ketika

pandemi mewabah dan sekolah menetapkan untuk belajar daring, tentunya siswa

akan merasa senang diawal. Tapi setelah sekian lama, tentunya perasaan senang

tersebut berubah menjadi perasaan jenuh.

Dari hasil penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan

narasumber pendukung, diperolehlah hasil sebagai berikut :

1. Dampak yang paling dirasakan olehnya sebagai siswa yaitu proses

pembelajaran yang kurang efektif diawal selama beberapa waktu.

2. Cara sekolah mengkomunikasikannya dengan siswa jika ada kebijakan

atau informasi baru terkait proses pembelajaran dengan cara online

menggunakan alat komunikasi seperti ponsel atau gadget yang mereka

miliki.

3. Harapannya sebagai siswa kedepannya dalam meningkatkan kualitas

pendidikan khususnya jika pandemi masih berlangsung adalah para

pengajar lebih teratur dalam jadwal pembelajaran agar tidak mengganggu

jadwal yang lain. Serta harap diperhatikan saat memberikan tugas.

78

4. Metode belajar sambil bermain atau free time, merupakan cara sekolah

membuat peserta didik tidak mudah merasa jenuh saat proses

pembelajaran berlangsung.

Hal tersebut diperkuat dengan argumentasi dari salah seorang peserta didik

SMA Negeri 1 Brebes Bernama Firyal Suneva :

“Metode belajar sambil bermain, free time.” (wawancara dengan

narasumber pendukung, 26 Juli 2021).

5. Implementasi dari strategi komunikasi dalam Teori Komunikasi Kampanye

di sekolah dari sudut pandang seorang siswa.

Skala waktu, karena dalam pembelajaran ini, selama daring pelajar perlu

terbiasa memanage waktu agar dapat melakukan kegiatan belajar di rumah dengan

teratur. Tujuannya agar tugas sekolah dapat dikerjakan dengan baik. Jadi, meski

pembelajaran dilakukan secara online, siswa masih bisa menerima materi dengan

baik. Evaluasi setiap satu materi selesai, maka akan diadakan evaluasi seperti

pemberian tugas. Juga setiap akhir semester.

6. Sekolah dalam berkomunikasi dengan siswa menggunakan aplikasi grup

chat seperti Telegram dan Whatsapp.

Dalam mengumpulkan tugas menggunakan Microsoft Teams atau Google

Classmeet. Sementara untuk video conference menggunakan Google Meet.

Sementara komunikasi dengan orang tua/wali menggunakan Zoom. Biasanya

dilakukan saat akan adanya lomba, menjelang ujian, atau Ketika orang tua/wali

ingin memberikan saran.

79

BAB VI

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil temuan pada penelitian melalui wawancara mendalam

dan dokumentasi, lalu dilakukan analisis data hasil temuan penelitian. Supaya

lebih terperinci, maka dalam pembahasan ini akan disajikan sesuai dengan teori

dengan permasalahan yang diteliti.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif. Penelitian

ini menggunakan Strategi Komunikasi dan Teori Komunikasi Kampanye.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi sekolah dalam

mempertahankan kualitas pendidikannya di masa pandemi.

Ada tiga pembahasan dalam penelitian ini, yang pertama yaitu bagaimana

strategi komunikasi sekolah dalam mempertahankan kualitas pendidikan di masa

pandemi. Kedua bagaimana cara sekolah menjaga agar peserta didik tidak mudah

merasa jenuh dengan sistem yang baru di masa pandemi. Dan yang terakhir

adalah menjaga kualitas pendidikan SMA Negeri 1 Brebes di masa pandemi agar

guru dan peserta didik tetap prodiktif.

Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menempuh serangkaian

proses. Proses tersebut adalah mendatangi langsung lokasi/objek penelitian,

memberikan surat izin riset, menunggu surat rekomendasi dari kepala sekolah,

mewawancarai salah satu guru yang mewakili seluruh guru SMA Negeri 1

Brebes, mewawancarai salah satu peserta didik, dan terakhir membuat janji

dengan Waka Kurikulum untuk kemudian mewawancarai beliau dengan sejumlah

pertanyaan terkait tujuan penelitian.

80

VI.1. Strategi Komunikasi Sekolah dalam Mempertahankan Kualitas

Pendidikan di Masa Pandemi

1. Komunikasi Sekolah dengan Orang Tua/Wali Murid

Cara sekolah mengkomunikasikan berbagai informasi, baik terkait kebijakan,

sistem pembelajaran, maupun informasi lain adalah melalui wali kelas masing-

masing peserta didik. Namun tidak hanya sebatas itu. Para orang tua/wali juga

sering kali diajak ikut serta dalam merencanakan proses pembelajaran jarak jauh

yang akan sekolah aplikasikan kedepannya melalui aplikasi video conference

seperti Zoom.

Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan narasumber

pendukung, yaitu Firyal Suneva sebagai peserta didik SMA Negeri 1 Brebes :

“Dengan secara online menggunakan alat komunikasi yang mereka

miliki karena adanya pandemi seperti ini.

(wawancara narasumber pendukung, tanggal 26 Juli 2021).

Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara penelitian dengan

narasumber kunci, yaitu ibu Dewi Ekasari, M.Pd, sebagai Wakil Kepala bidang

Kurikulum :

“Kemarin kami berdiskusi. Minta bantuan pada orang tuanya supaya

memotivas anak mereka. Karena kondisi pandemi tidak bisa ketemu,

jadi supaya di rumah tetap dimotivasi. Itu kami menggunakan Google

Meet rapatnya. Dan mereka pun hadir semuanya.”

(wawancara narasumber kunci, tanggal 28 Juli 2021).

Sekolah memberikan akses yang luas kepada orang tua/wali dalam

berkomunikasi, khususnya yang terkait sistem pembelajaran. Seperti saat diawal

PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) guru hanya memberikan materi dan tugas kepada

siswa hanya melalui grup dengan aplikasi seperti Google Classroom, Telegram,

81

dan Whatsapp. Dan saat mengumpulkan tugas, siswa seringkali hanya

mengirimkannya melalui aplikasi Google Classroom, Instagram, atau Whatsapp.

Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan narasumber

pendukung, yaitu Firyal Suneva sebagai peserta didik SMA Negeri 1 Brebes :

“Banyak orang tua tak puas dengan kondisi dan cara belajar daring

yang diberikan guru dan sekolah di masa pandemi COVID-19.

Namun, sebagian yang lain mengaku tak ingin memberikan beban

berlebihan kepada anak di saat ini.”

(wawancara narasumber pendukung, tanggal 26 Juli 2021).

Argumen tersebut diperkuat dari hasil wawancara penelitian dengan

narasumber kunci, yaitu ibu Dewi Ekasari, M.Pd, sebagai Wakil Kepala bidang

Kurikulum :

“Dari saran tersebut, para guru sepakat dengan untuk menggunakan

aplikasi Google Classmeet atau Zoom saat melakukan video

conference.” (wawancara narasumber kunci, tanggal 28 Juli 2021).

Begitu pun saat sekolah akan mengadakan Pendidikan Tatap Muka (PTM)

terbatas. Sekolah hanya boleh melakukan kebijakan tersebut dengan jumlah

maksimal 110 siswa/hari. Sebelum memutuskan siswa mana yang dapat

mengikuti kegiatan tersebut, sekolah terlebih dahulu meminta persetujuan dari

orang tua/wali dengan mengajukan beberapa pertanyaan survei menggunakan

angket melalui Google Form.

Dalam angket tersebut terdapat beberapa pertanyaan seperti jarak rumah

peserta didik ke sekolah, dan dengan cara apa peserta didik pergi ke sekolah jika

mendapat kesempatan mengikuti PTM terbatas. Jawabannya nanti akan menjadi

acuan pihak sekolah dalam mengambil keputusan, apakah peserta didik tersebut

memungkinkan untuk mengikuti PTM terbatas, atau tidak.

82

Pernyataan di atas diperkuat dari hasil wawancara penelitian dengan

narasumber kunci, yaitu ibu Dewi Ekasari, M.Pd, sebagai Wakil Kepala bidang

Kurikulum :

“Nah didalam SOP itu terdapat syarat, salah satunya memberikan

angket kepada orang tua (boleh/tidak) mengikuti PTM. Mengisi

angket Google Form yang kita bagikan. Didalam angket itu isinya,

rumahnya dimana, jaraknya berapa. kalau ke sekolah berangkat naik

apa. Lalu ada pilihannya, misalkan diantar orang tua, jalan kaki atau

naik angkot. Lalu yang kita utamakan adalah yang diantar orang tua

atau kendaraan sendiri, bisa juga yang jalan kaki. Kalau jalan kaki kan

berarti dekat dari sini. Lalu apakah ada penyakit bawaan, itu juga

kami tanyakan.”

(wawancara narasumber kunci, tanggal 28 Juli 2021).

Jika ada anak yang terpilih menjadi perwakilan sekolah dalam

perlombaan, pihak sekolah juga akan meminta orang tua untuk bisa memberikan

motivasi lebih kepada peserta didik. Hal tersebut dilakukan menggunakan video

conferense supaya pihak sekolah juga dapat memantau sejauh mana pemahaman

orang tua/wali.

2. Komunikasi Sekolah dengan Guru dan Steakholder

Tidak berbeda jauh antara komunikasi dengan orang tua/wali. Sejak

berlakunya PJJ, guru tidak diwajibkan untuk masuk seluruhnya di sekolah. Hanya

25% dari total keseluruhan yang diperbolehkan ke sekolah. Sistem piket pun

diberlakukan. Namun faktanya, kehadiran kurang dari 25%, sisanya hadir sekedar

untuk absen lalu kembali ke rumah masing-masing.

Pernyataan di atas diperkuat dari hasil wawancara penelitian dengan

narasumber kunci, yaitu ibu Dewi Ekasari, M.Pd, sebagai Wakil Kepala bidang

Kurikulum :

83

“Saat diputuskan dilaksanakannya PJJ, kami membuat sebuah

perubahan. Yang pertama dalam proses pembelajaran, lalu yang kedua

adalah komunikasi dari pihak sekolah yang tidak mewajibkan semua

guru untuk datang ke sekolah. Cukup 25% saja dari keseluruhan guru

setiap harinya.”

(wawancara narasumber kunci, tanggal 28 Juli 2021).

Sebelum PJJ diberlakukan, terlebih dulu pihak sekolah berkomunikasi

dengan para steakholder, yaitu pengurus yayasan SMA Negeri 1 Brebes tentang

prosedur pembelajaran maupun sistem penilaian yang akan diaplikasikan

kedepannya. Dari situlah sekolah membuat kebijakan alternatif untuk mendukung

kebijakan dari pusat.

Komunikasi sekolah dengan guru saat rapat pun menggunakan aplikasi

Zoom. Yang biasanya dibahas saat video conference berlangsung seperti rapat

kenaikan kelas, rapat kelulusan, membahas pendampingan peserta didik terutama

mereka yang akan mengikuti lomba mewakili sekolah, dan sebagainya.

Pendukung argumen tersebut adalah hasil wawancara penelitian dengan

narasumber kunci, yaitu ibu Dewi Ekasari, M.Pd, sebagai Wakil Kepala bidang

Kurikulum :

“Kemudian untuk komunikasi antara guru dengan sekolah atau sesama

guru, kami memfasilitasinya dengan menggunakan grup whatsapp.

Terus apabila ada rapat-rapat, kami melakukannya lewat aplikasi

Zoom. Jadi beberapa rapat yang sudah kita laksanakan, misalnya rapat

pembagian tugas, rapat kenaikan kelas, lalu dua kali rapat kelulusan.

Semuanya menggunakan Zoom. Karena guru kita kan ada 68, kalau

dijadikan satu terlalu banyak, dan itu menyalahi aturan. Nah bekerja

dari rumah itu kami memfasilitasi dengan grup Whatsapp, Google

Meet, Zoom, dan sebagainya.”

(wawancara narasumber kunci, tanggal 28 Juli 2021).

84

3. Komunikasi Sekolah dengan Peserta Didik

Sedikit berbeda dengan dua sebelumnya. Komunikasi sekolah dengan

peserta didik dilakukan melalui beberapa perantara, yaitu melalui wali kelas, guru

mata pelajaran, dan pastinya orang tua/wali.

Pernyataan tersebut diperkuat dari hasil wawancara penelitian dengan

narasumber kunci, yaitu ibu Dewi Ekasari, M.Pd, sebagai Wakil Kepala bidang

Kurikulum :

”Nah prosesnya guru itu meng-upload materi ke ruang edukasi atau ke

Google Classroom atau ke Microsoft Teams, lalu siswa mengaksesnya

di sana. Karena itu kurang interaktif, selain itu juga ada tatap muka

dengan siswa secara langsung melalui aplikasi Google Meet. Itu

media pembelajarannya.”

(wawancara narasumber kunci, tanggal 28 Juli 2021).

Wali kelas dan guru bertugas memantau peserta didik saat proses

Pembelajaran Jarak Jauh berlangsung. Sementara orang tua/wali bertugas

memberikan motivasi dan membantu memberikan pemahaman lebih jauh kepada

peserta didik.

Dikarenakan jam setiap mata pelajaran dikurangi, maka guru akan lebih

sulit memantau masing-masing peserta didik. Sehingga dukungan orang tua/wali

sangat dibutuhkan

A. Strategi Komunikasi

Pada bab pembahasan ini, akan Kembali peneliti singgung apa itu strategi

komunikasi dan relevansinya dengan pendidikan. Terutama dalam hal penerapan

kebijakan sekolah untuk menjaga kualitas pendidikan di masa pandemi.

85

Teori pembelajaran secara implisit berkaitan erat dengan teori komunikasi,

yaitu strategi berkomunikasi. Hal ini dapat diketahui dari fokus teori pembelajaran

yang menitik beratkan pada cara seorang pendidik mempengaruhi peserta

didiknya agar terjadi proses belajar dalam diri mereka. Dalam komunikasi, cara

seseorang mempengaruhi orang lain ini disebut teknik persuasif, yang juga bagian

dari strategi komunikasi. Dalam komunikasi, rencana pembelajaran ini berkaitan

dengan pola strategi komunikasi.

Strategi komunikasi merupakan rencana yang disusun komunikator dalam

menyampaikan pesan dengan mengkombinasikan beberapa unsur seperti

frekuensi, formalitas, isi, dan saluran komunikasi sehingga pesan yang

disampaikan komunikator jadi lebih mudah dipahami dan bisa merubah perilaku

target sesuai dengan tujuan komunikasi terjadi.

Dari hasil wawancara pada bab sebelumnya, terdapat implementasi dari

beberapa poin yang relevan dengan strategi komunikasi dalam mempertahankan

kualitas pendidikan di masa pandemi yang akan di bahas dalam bab ini. Poin

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Redundancy (repetition)

Ialah teknik untuk mempengaruhi khalayak dengan cara mengulang suatu

pesan secara terus menerus kepada mereka (peserta didik). Implementasi

redundancy dari penerapan kebijakan sekolah dapat dilihat dari hasil wawancara

peneliti dengan narasumber kunci, dan utama. Mereka memberikan jawaban yang

saling terkait, misalnya tentang pendampingan untuk siswa yang mengikuti

perlombaan. Pihak sekolah melalui guru wali kelas, dan guru pendamping selalu

86

berkoordinasi, tidak hanya dengan siswa yang bersangkutan melainkan

melibatkan orang tua/wali juga agar mereka dapat memberikan motivasi dan

membantu anak-anaknya agar bisa fokus pada perlombaan yang akan diikuti. Saat

sekolah mendapatkan penawaran untuk mengikuti perlombaan, mereka akan

langsung mempersiapkan segala sesuatunya. Termasuk menjalin komunikasi yang

lebih intensif dengan siswa maupun orang tua/wali.

Umumnya pada saat pendampingan, siswa akan diikut sertakan dalam

PTM terbatas dengan guru pendamping. Sementara untuk orang tua/wali akan

berkomunikasi dengan pihak sekolah melalui video conference.

hal tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan narasumber utama,

bpk. Saepful Awwaludin, S.Pd selaku guru di SMA Negeri 1 Brebes :

“Saya rasa sejauh ini dampaknya positif dalam melakukan pembelajaran

siswa antusias, tetap mengikuti kegiatan yang positif seperti lomba dan dapat

berprestasi juga walaupun dengan secara daring.” (wawancara dengan narasumber

utama, 27 juli 2021).

Argument tersebut dipertegas oleh hasil wawancara dengan narasumber

kunci, ibu Dewi Ekasari, M.Pd selaku waka bidang Kurikulum :

“Lalu dengan steakeholder, hari selasa kemarin kami baru saja

mengadakan rapat dengan wali murid. Rapat ini yang diundang tidak

semua wali murid. Hanya yang anaknya mengikuti lomba KSN

(Kompetisi Sains Nasional) yang masuk ke provinsi. Kemarin kami

berdiskusi. Minta bantuan pada orang tuanya supaya memotivas anak

mereka. Itu kami menggunakan Google Meet rapatnya. Dan mereka

pun hadir semuanya.” (wawancara dengan narasumber kunci, 28 Juli

2021).

87

b. Informatif

Teknik ini ialah bentuk isi suatu pesan atau informasi, tujuannya untuk

mempengaruhi khalayak dengan memberikan penjelasan yang memiliki arti

menyampaikan pesan seperi apa adanya tanpa dikurangi, ditambahkan ataupun

disesuaikan dengan situasi dan kondisi lapangan atau lingkungan dimana pesan itu

disebarkan. Teknik ini lebih ditujukan pada pemikiran khalayak dan dilakukan

dalam bentuk keterangan, penjelasan, berita, dan sebagainya.

Dalam mengkomunikasikan berbagai kebijakan, baik dengan sesame guru

maupun dengan pihak siswa, sekolah selalu memberikan informasi apa adanya,

sesuai dengan pengertian teknik wawancara di atas.

Contoh teknik informasi dalam penelitian ini seperti yang diperoleh dari

hasil penelitian dengan narasumber kunci, ibu Dewi Ekasari, M.Pd, selaku waka

Kurikulum :

“Dan kesiswaannya selalu bilang begini, misalnya dalam grup

Whatsapp ada informasi, “selamat pagi bpk/ibu, hari ini ada

pembimbingan lomba ‘x’ gitu, anak-anak yang hadir adalah abcd.”

nanti dibawahnya tertulis : mereka tetap mengedepankan prokes dan

sebagainya. Jadi setiap ada proses pembimbingan seperti itu warga

sekolah pasti tahu. Sehingga tidak melanggar aturan dan tetap

menggunakan protokol kesehatan.”

(wawancara dengan narasumber kunci, 28 Juli 2021).

c. Koersif

Koersif merupakan cara mempengaruhi khalayak yang paling ekstrim.

Karena, cara dari teknik ini adalah dengan paksaan. Teknik ini biasanya

dimanifestasikan dalam bentuk peraturan, perintah, dan intimidasi.

Sesuai dengan pengertian teknik koersif, setiap lembaga organisasi pasti

memiliki aturan yang mengikat anggotanya besar atau kecilnya organisasi tersebut

88

demi kelangsungan eksistensinya di masyarakat. Begitupun dengan sekolah yang

merupakan suatu lembaga pendidikan.

Aturan mengikat tersebut tertuang dalam visi, misi dan tujuan sekolah yang

didukung dengan berbagai macam-macam SOP yang sudah diterbitkan. Baik SOP

dari pusat yang berlaku untuk semua instansi atau lembaga pendidikan di seluruh

Indonesia, maupun SOP yang diterbitkan mandiri untuk lingkungan sendiri.

Argument tersebut diperkuat dengan wawancara bersama narasumber

kunci, ibu Dewi Ekasari, M.Pd, selaku waka Kurikulum :

“Kami pada saat begitu diterapkan harus PJJ, saat itu kami membuat

SOP namanya Belajar Dari Rumah (BDR). Didalam SOP itu, selain

berisi visi dan misi, juga ada beberapa aturan terkait PJJ. Misalkan,

anak harus terkoneksi dengan internet, memiliki hp atau laptop, lalu

nanti masuk LMS kita menggunakan aplikasi ini dan lain sebagainya.

Itu untuk yang BDR mulai dari pembelajaran sampai penilaian. Itu

sudah ada SOP-nya sendiri.”

(wawancara dengan narasumber kunci, 28 Juli 2021).

B. Teori Komunikasi Kampanye

Dalam komunikasi kampanye pun memerlukan strategi agar khalayak

mudah menerima dan memahami dengan baik isi suatu pesan. dengan strategi

yang tepat, tujuan kampanye pun akan tercapai. Berikut strategi dalam kampanye:

a. Analisis Situasi

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menganalisa situasi,

melakukan hal ini bertujuan untuk melakukan identifikasi permasalahan yang

nantinya akan menjadi dasar dari program yang akan dijalankan.

89

Dalam menganalisis situasi pihak sekolah menggunakan visi misi. Visi

misi setiap tahun dianalisis melalui rapat. Supaya mereka tahu dimana

perkembangannya.

Seperti pernyataan dari hasil wawancara dengan salah seorang guru SMA

Negeri 1 Brebes, bpk. Saepful Awwaludin, S.Pd :

“Dengan menggunakan analisis situasi melakukan perencanaa di awal

tahun ajaran baru untuk proses pembelajaran yang akan berjalan.”

(wawancara dengan narasumber utama, 27 Juli 2021).

Sejalan dengan hasil wawancara bersama narasumber kunci bahwa SMA

Negeri 1 Brebes sebelum terbit SOP dari pusat tentang Belajar Dari Rumah

(BDR), mereka sudah terlebih dulu menerbitkan SOP tentang Pembelajaran Jarak

Jauh (PJJ) yang memiliki tujuan sama dengan BDR dari Kemendikbud.

Sekolah menerbitkan SOP tersebut karena menganalisa situasi dari dalam

dan luar lingkungan sekolah. Dari aanalisa tersebut muncul kekhawatiran pandemi

tersebut akan menyebar dengan cepat dan akan mempengaruhi kondisi di

lingkungan sekolah. Tidak lama kemudian, SOP dari Kemendikbud untuk belajar

dari rumah pun terbit.

b. Menetapkan Tujuan

Menurut Gregory (2004:79), ada delapan hal penting yang harus

diperhatikan saat menetapkan tujuan, yaitu sejalan dengan tujuan lembaga, tepat

dan spesifik, melakukan apa yang bisa dicapai, melakukan pengukuran sebanyak

mungkin, bekerja berdasarkan skala waktu, bekerja sesuai anggaran, dan sesuai

urutan prioritas.

90

Dalam menetapkan tujuan, prioritas untuk masing-masing angkatan

berbeda. Contohnya, seperti tujuan antara kelas XII yang akan lulus dengan kelas

XI pasti berbeda. Siswa kelas XI akan lebih diprioritaskan untuk mengembangkan

bakat dan minat mereka. Sedangkan untuk siswa kelas XII akan diarahkan untuk

masuk ke kelulusan dan perguruan tinggi.

Seperti yang diperoleh dari hasil penelitian dengan narasumber utama,

bpk. Saepful Awwaludin, S.Pd, selaku guru SMA Negeri 1 Brebes :

“Dalam menetapkan tujuan juga prioritas untuk masing-masing kelas

atau angkatan itu berbeda contohnya, seperti tujuan antara kelas 12

yang akan lulus dengan kelas 11 pasti akan berbeda.”

(wawancara dengan narasumber utama, 27 Juli 2021).

Dalam menetapkan tujuan pendidikan secara umum, SMA Negeri 1

Brebes menggunakan visi dan misi sekolah dalam membuat rencana kerja jangka

panjang. Seperti dasar untuk menetapkan proses pembelajaran maupun sistem

penilaian yang akan digunakan.

Argument tersebut diperkuat dengan pernyataan dari narasumber kunci,

ibu Dewi Ekasari, M.Pd waka Kurikulum :

“Dalam menentukan tujuan jangka Panjang, kami menjadikan visi dan

misi sebagai panduan dalam membuat SOP.”

(wawancara dengan narasumber kunci, 28 Juli 2021).

c. Mengenali Target/Sasaran

Definisi dari James Grunig (1984), ada empat jenis publik yang harus

diperhatikan ketika menerapkan strategi komunikasi dalam kampanye,

diantaranya yaitu :

91

Nonpublik : kelompok yang tidak terpengaruh atau mempengaruhi

lembaga.

Publik tersembunyi : kelompok yang sedang menghadapi masalah

karena tindakan suatu lembaga, namun sebenarnya mereka tidak

menyadari hal tersebut.

Publik sadar : kelompok yang mengenali adanya masalah.

Publik aktif : kelompok yang melakukan tindakan terhadap masalah

yang terjadi pada lembaga.

Menurut narasumber utama, untuk mengetahui poin target dari kelompok

publik sadar (siswa) maka mengacu pada poin menetapkan tujuan. Dengan tahu

tujuan, maka mengenali target menjadi langkah berikutnya. Seperti target siswa

kelas XII, tentu target utamanya adalah lulus ujian dan masuk ke PTN favorit atau

yang siswa inginkan.

Seperti yang diperoleh dari hasil penelitian dengan narasumber utama,

bpk. Saepful Awwaludin, S.Pd, selaku guru SMA Negeri 1 Brebes :

“Dalam menetapkan tujuan juga prioritas untuk masing-masing kelas

atau angkatan itu berbeda contohnya, seperti tujuan antara kelas 12

yang akan lulus dengan kelas 11 pasti akan berbeda.”

(wawancara dengan narasumber utama, 27 Juli 2021).

Biasanya wali kelas berkoordinasi dengan guru BK akan membantu

mengarahkan siswa agar tahu langkah apa saja yang bisa dia ambil dan persiapkan

sejak awal agar nanti bisa meraih tujuannya.

d. Skala Waktu

Dalam komunikasi kampanye, komunikator juga harus

mempertimbangkan waktu yang tepat dalam melakukan kegiatan tersebut. Seperti

92

sudah dibahas di atas. Ada waktu-waktu tertentu dimana pihak sekolah akan

melakukan komunikasi secara terbuka dengan pihak lain yang terkait dengan

segala jenis kegiatan di sekolah, tentunya melalui daring.

Seperti komunikasi terbuka (rapat) dengan guru dan steakeholder.

Biasanya akan dilakukan saat event-event besar atau sesuai kalender pendidikan.

Seperti saat ada perlombaan yang menarik minat sekolah, rapat pembagian tugas

guru (wajib maupun tambahan), kenaikan dan kelulusan, juga rapat koordinasi

lain jika diperlukan.

Sementara jika dengan orang tua/wali, biasanya menjelang perlombaan

bagi orang tua/wali yang anaknya menjadi duta sekolah atau saat sebelum ujian

untuk ikut membantu sekolah mengawasi dan memotivasi anak-anak mereka.

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari narasumber kunci, ibu Dewi

Ekasari, M.Pd waka Kurikulum :

“Rapat ini yang diundang tidak semua wali murid. Hanya yang

anaknya mengikuti lomba KSN (Kompetisi Sains Nasional) yang

masuk ke provinsi. Kemarin kami berdiskusi. Minta bantuan pada

orang tuanya supaya memotivas anak mereka. Karena kondisi

pandemi tidak bisa ketemu, jadi supaya di rumah tetap dimotivasi. Itu

kami menggunakan Google Meet rapatnya. Dan mereka pun hadir

semuanya.”

(wawancara dengan narasumber kunci, 28 Juli 2021).

e. Sumber Daya

Dalam menerapkan kebijakan, pihak sekolah juga harus bisa mengukur

sumber daya manusia yang dimilikinya. Jika ingin memiliki kualitas dan reputasi

yang baik, kualitas tenaga pendidiknya pun perlu ditingkatkan.

93

Pihak sekolah menyediakan e-book sebagai penunjang guru dalam

mengajar dan memberikan penilaian. Dengan begitu kesulitan guru dalam

melakukan pembelajaran daring pun akan berkurang dan guru memiliki alternatif

saat mulai menemukan ada kejenuhan saat proses belajar mengajar berlangsung.

Apakah itu PJJ atau PTM terbatas.

Argumen tersebut diperkuat dengan pernyataan dari narasumber kunci, ibu

Dewi Ekasari, M.Pd waka Kurikulum :

“Media belajarnya pun kami ada perubahan. Modul sumber berupa

buku cetak itu ada. Namun kami juga menyediakan modul

elektroniknya supaya bisa diakses oleh siswa. Lalu ada e-book yang

kita sediakan. Agar guru sumber belajarnya tidak hanya satu.”

(wawancara dengan narasumber kunci, 28 Juli 2021).

Pihak sekolah melalui wakanya pun sering kali melakukan diskusi terkait

pendampingan dan proses pembelajaran bersama para guru. Jika ada guru yang

memiliki kendala atau kesulitan, mereka akan memberikan saran atau solusi.

Pihak sekolah juga memberikan kesempatan pada guru jika memiliki saran terkait

proses belajar maupun penilaian. Tentunya semua itu dilakukan via daring.

f. Evaluasi

Gregory (2004:138) menyatakan jika evaluasi ini, merupakan proses yang

berkelanjutan kalau berbicara program berjangka panjang. Jika pelaksanaannya

tepat dan benar, maka evaluasi ini bisa memudahkan dalam mengendalikan proses

kampanye (belajar).

Untuk mengetahui apakah sistem yang sudah dijalankan berdasarkan

terbitan SOP sudah sesuai tujuan pembelajaran atau belum, sekolah juga

94

melakukan evaluasi. Umumnya waktu diadakannya evaluasi rutin adalah pada

waktu ujian semester, ujian kenaikan kelas, dan ujian kelulusan.

Jika saat season test tersebut banyak diantara peserta didik yang memiliki

capaian nilai sesuai bahkan diatas prediksi (diluar SKD) dan untuk kelas XII

banyak yang dinyatakan lulus, maka SOP pun dinyatakan berhasil. Dan

kemungkinan besar SOP yang sama akan kembali diterapkan, mungkin aka nada

penyempurnaan kedepannya. Disesuaikan dengan situasi dan perkembangan

zaman.

Seperti pada pernyataan narasumber utama, bpk. Saepful Awwaludin, S.Pd

sebagai guru :

“evaluasi dilakukan sekolah untuk mengetahui sejauh mana

perkembangan anak didik dalam mencapai target yang sudah

ditentukan, apakah planning yang dirancang sudah berada dijalur

yang sesuai atau tidak, dan evaluasi ini juga membuat sekolah bisa

melakukan perencanaan kembali untuk tahun berikutnya.”

(wawancara dengan narasumber utama, 27 Juli 2021).

VI.2. Cara Sekolah Menjaga agar Peserta Didik tidak Merasa Jenuh dengan

Sistem Pembelajaran yang Baru

SMA Negeri 1 Brebes memiliki SOP yang bernama sistem kurikulum

darurat. Dimana semenjak Pembelajaran Jarak Jauh diberlakukan, peserta didik

tidak diizinkan mengikuti pembelajaran dengan cara tatap muka. Sebagai

gantinya, proses belajar pun berlangsung secara online (daring).

Sejak proses daring mengambil alih, jam pelajaran dikurangi menjadi lebih

pendek dari proses belajar konvensional. Dimana dulu sebelum pandemi proses

belajar mengajar berlangsung sejak pukul 07.00 sampai 14.30, yaitu selama

95

kurang lebih 7,5 jam. Kini dalam sehari hanya berlangsung selama sekitar 4 jam,

yaitu sejak pukul 07.00 sampai dengan pukul 11.00. Dimana masing-masing mata

pelajaran hanya berlangsung selama 30 menit untuk satu jam pelajaran.

Pendukung argumen tersebut adalah hasil wawancara penelitian dengan

narasumber kunci, yaitu ibu Dewi Ekasari, M.Pd, sebagai Wakil Kepala bidang

Kurikulum :

“selama pandemi ini diminimalisi menjadi hanya dari jam 07.00

sampai jam 11.00 saja. Dalam 1 hari ada tiga mata pelajaran. satu

mata pelajaran yang tadinya 1 X 45 menit, lantas kami buat menjadi 1

X 30 menit. Jadi dalam satu hari hanya sampai jam 11 itu tiga mata

pelajaran tiga mata pelajaran, seperti itu. Itu dari segi pembelajaran.”

(wawancara narasumber kunci, tanggal 28 Juli 2021).

Tapi untuk siswa yang berkesempatan mengikuti PTM terbatas, jam

operasionalnya hanya sekitar 90 menit, yaitu sejak pukul 07.30 sampai dengan

pukul 09.00. Sayangnya, proses ini dirasa masih kurang efektif. Dikarenakan

peserta didik terbiasa online, sehingga saat tatap muka mereka cenderung pasif.

Pernyataan tersebut diperkuat dari hasil wawancara penelitian dengan

narasumber kunci, yaitu ibu Dewi Ekasari, M.Pd, sebagai Wakil Kepala bidang

Kurikulum :

“Jadi anak-anak yang mengikuti PTM kan tidak semua, nanti yang

lain tetap mengikuti PJJ. Tapi ya itu, karena PTM hanya 90 menit,

dari jam 07.30 sampai jam 09.00, ditambah lagi mereka sudah terbiasa

PJJ. Jadi saat tatap muka langsung mereka pada canggung. Tidak

mengenal satu sama lain.”

(wawancara narasumber kunci, tanggal 28 Juli 2021).

Selain buku cetak yang bisa peserta didik beli, sekolah juga menerbitkan

sendiri e-book yang bisa peserta didik akses melalui Google Classroom, grup

Telegram, maupun grup Whatsapp. Guru juga tidak hanya menyampaikan materi

96

secara pasif, tapi juga dengan video conference. Sehingga, guru dan murid dapat

tetap berinteraksi meski belum dapat bertatap muka secara langsung.

Pernyataan di atas diperkuat dari hasil wawancara penelitian dengan

narasumber kunci, yaitu ibu Dewi Ekasari, M.Pd, sebagai Wakil Kepala bidang

Kurikulum :

“Media belajarnya pun kami ada perubahan. Modul sumber berupa

buku cetak itu ada. Namun kami juga menyediakan modul

elektroniknya supaya bisa diakses oleh siswa.”

(wawancara narasumber kunci, tanggal 28 Juli 2021).

Kemudian dari seorang siswa yang peneliti wawancarai, menuturkan

bahwa sistem belajar SMA Negeri 1 Brebes adalah belajar sambil bermain dan

free time. Dimana maksudnya adalah, peserta didik diberikan stimulasi agar

merasa lebih rileks saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dan pihak sekolah

juga memberikan waktu dan kesempatan yang luas bagi peserta didik maupun

orang tua/walinya untuk memberikan saran terkait proses pembelajaran.

Strategi komunikasi dan relevansinya dengan pendidikan terutama dalam

hal penerapan kebijakan sekolah agar peserta didik tidak merasa jenuh dengan

sistem pembelajaran yang baru. Teori pembelajaran secara implisit berkaitan erat

dengan teori komunikasi, yaitu strategi berkomunikasi.

Strategi komunikasi merupakan rencana yang disusun komunikator

(pendidik) dalam menyampaikan pesan dengan mengkombinasikan beberapa

unsur seperti frekuensi, formalitas, isi, dan saluran komunikasi sehingga pesan

yang disampaikan komunikator jadi lebih mudah dipahami dan bisa merubah

perilaku target sesuai dengan tujuan komunikasi terjadi.

97

a. Persuasif

Teknik ini mempengaruhi komunikan dengan membujuk atau mengajak

seperti merayu. Caranya dengan menyasar pada pikiran dan terutama perasaannya.

Mudah tidaknya komunikan tersugesti, bergantung pada keterampilan

komunikatornya.

Persuasif atau teknik rayuan juga masuk dalam upaya sekolah guna

menjaga kualitas pendidikan di lingkungannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil

wawancara khususnya pada saat proses pembelajaran. Sekolah menjadikan

alokasi waktu, meminimalisir jam pelajaran, tidak mengharuskan peserta didik

untuk memenuhi seluruh SKD (Standar Kompetensi Dasar) dan mewajibkan para

guru untuk menambahkan video conference dalam penyampaian materinya agar

peserta didik tidak mudah merasa jenuh dengan proses pembelajaran secara

daring.

Sejalan dengan pihak sekolah secara umum, para guru pun melakukan

metode tertentu agar peserta didik tidak mudah merasa jenuh bahkan cenderung

stress saat diberikan tugas. Seperti jawaban wawancara bpk. Saepful Awwaludin,

S.Pd. sebagai salah seorang guru di objek penelitian :

“Strategi yang saya berikan kadang dengan memberikan penugasan

seperti membuat video untuk menceritakan sejarah benda yang ada di

rumahnya, menugaskan siswa menceritakan kembali persitiwa sejarah

yang dialami atau pernah dilihat oleh orang tua atau keluarga yang ada

dirumah atau dengan memberikan tugas menggambar mind mapping

sehingga siswa tidak selalu menatap layar smartphone atau komputer

mereka.”

(wawancara dengan narasumber utama, 27 Juli 2021).

98

Evaluasi

Gregory (2004:138) menyatakan jika evaluasi ini, merupakan proses yang

berkelanjutan kalau berbicara program berjangka panjang. Jika pelaksanaannya

tepat dan benar, maka evaluasi ini bisa memudahkan dalam mengendalikan proses

kampanye (belajar).

Seperti pernyataan salah seorang guru SMA Negeri 1 Brebes yang peneliti

wawancarai sebagai narasumber utama, bpk. Saepful Awwaludin, S.Pd, yang

menyatakan bahwa :

“Saya memiliki metode sendiri agar siswa tidak selalu menatap ponsel

atau komputer dalam mengerjakan tugas. Seperti membuat mind

mapping atau menceritakan pengalaman mereka tentang situasi

tertentu.” (wawancara dengan narasumber utama, 27 Juli 2021).

Dari tugas-tugas tersebut bisa menjadi cara beliau mengevaluasi

pemahaman peserta didiknya sejauh mana mereka memahami materi yang pernah

disampaikannya, tanpa siswa mengalami kejenuhan.

VI.3. Menjaga agar Guru dan Peserta Didik Tetap Produktif

Meski kurang dari 25% guru yang hadir di sekolah setiap harinya, namun

pihak sekolah memastikan agar setiap guru tetap produktif walau bekerja di

rumah. Pihak sekolah bersama steakholder sering berkomunikasi dengan para

guru melalui video conference untuk membahas berbagai kebijakan dan

implementasinya terhadap peserta didik agar lebih efektif.

Pernyataan di atas diperkuat dari hasil wawancara penelitian dengan

narasumber kunci, yaitu ibu Dewi Ekasari, M.Pd, sebagai Wakil Kepala bidang

Kurikulum :

99

“Walau di masa pandemi, kami tetap mendampingi siswa dalam setiap

lomba yang ditawarkan oleh pihak luar, dinas, maupun universitas

supaya baik peserta didik, guru, maupun pihak sekolah tetap

produktif.” (wawancara narasumber kunci, tanggal 28 Juli 2021).

Misalnya saja saat membahas tentang pendampingan peserta didik yang

terpilih mengikuti lomba. Ada juga guru yang merasa saat pembelajaran kurang

efektif lalu ingin mencari solusi bersama guru yang lain, maka mereka juga akan

berkomunikasi via grup, baik itu Whatsapp, maupun Telegram. Seperti saat

pertama dilakukan Pendidikan Tatap Muka (PTM) terbatas, peserta didik yang

berkesempatan hadir masih terlihat pasif dan tidak mengenal teman-teman

sekelasnya. Hal tersebut sempat membuat guru yang saat itu mengisi jam

pelajaran pun merasa bingung harus bagaimana. Lalu guru tersebut pun

berkonsultasi dengan sekolah mengenai bagaimana seharusnya, apakah PTM

terbatas masih perlu dilanjutkan atau tidak.

Kemudian pihak sekolah pun meminta guru untuk tetap bersabar dan

berusaha lebih baik. PTM terbatas tetap dilanjutkan, dan hasilnya semakin hari

semakin baik. Peserta didik dan guru pun dapat berinteraksi dengan lebih baik.

Sementara untuk peserta didik. Saat awal pelaksanaan PJJ pada Maret 2020,

proses pembelajaran masih sama dengan sekolah kebanyakan. Yaitu guru hanya

menyampaikan materi secara singkat melalui beberapa platform aplikasi, dan

penilaian siswa hanya diminta mengumpulkan tugas lewat aplikasi-aplikasi

tertentu juga, sesuai kesepakatan antara peserta didik dan guru.

Namun dalam perjalanannya, banyak dari peserta didik, orang tua/wali,

bahkan guru merasa pembelajaran yang ada kurang efektif. Sehingga muncul

100

permintaan dari para orang tua/wali agar guru tidak hanya memberikan materi

tertulis, tapi juga melakukan interaksi dengan para peserta didik melalui video

conference. Agar saat pembelajaran ada peserta didik yang kesulitan dalam

memahami materi, mereka dapat segera bertanya. Sehingga pembelajaran akan

lebih efektif. Saat ini juga tugas yang diberikan oleh guru lebih beragam

dibandingkan sebelumnya.

Pernyataan tersebut diperkuat dari hasil wawancara penelitian dengan

narasumber kunci, yaitu ibu Dewi Ekasari, M.Pd, sebagai Wakil Kepala bidang

Kurikulum :

“Pada saat PJJ, waktu itu ada orang tua yang menyampaikan, PJJ-nya

jangan hanya memberikan tugas tapi perlu ada video conference.

Alasannya karena anak saya tidak paham.

Saya juga kaget. Ternyata orang tua juga memperhatikan sejauh itu.

Dan kemarin pada saat rapat dengan orang tua, mereka juga meminta

guru tetap mengajari siswa meski secara online. yang penting ada

interaksi.” (wawancara narasumber kunci, tanggal 28 Juli 2021).

Tahun lalu, saat sekolah pertama kali menerapkan Pembelajaran Jarak

Jauh (PJJ) yang masih belum banyak persiapan, dianggap masih jauh dari efektif.

Hal tersebut dikarenakan ada siswa yang muncul saat pembelajaran online

berlangsung, namun ada juga siswa yang absen tanpa guru yang saat itu sedang

memberikan materi ketahui.

Kejadian tersebut pun baru diketahui setelah kenaikan kelas. Ada saja

anak yang jarang muncul saat kelas berlangsung, tapi saat ujian atau test ikut

mengerjakan dan dikumpulkan soal. Itu juga akan menjadi evaluasi guru dan

pihak sekolah.

101

Argumen tersebut diperkuat oleh hasil wawancara penelitian dengan

narasumber kunci, yaitu ibu Dewi Ekasari, M.Pd, sebagai Wakil Kepala bidang

Kurikulum :

“siswa ada yang muncul, ada juga yang menghilang. Ketahuannya

setelah kenaikan kelas. Ada anak yang jarang muncul saat kelas, tapi

saat ujian atau test mengerjakan dan dikumpulkan. Itu juga menjadi

evaluasi kita. Nah, dari hasil itu di tahun ajaran ini, kami juga

memberikan alternatif pembelajaran tatap muka dan itu wajib

dilaksanakan. Supaya guru tahu siapa saja yang hadir.”

(wawancara narasumber kunci, tanggal 28 Juli 2021).

Pesan dan tips dari waka Kurikulum, ibu Dewi Ekasari, M.Pd,

“Kalau pesan saya untuk generasi berikutnya dalam proses

pembelajaran saat pandemi. Sebagai siswa tetap selalu mengakses,

apapun keadaannya. Dan akses itu sumber belajarnya tidak hanya dari

guru saja, bisa juga media lain yang mereka gunakan. Jadi Whatsapp

itu jangan sampai diabaikan. Nah, kami pun demikian. Kita selalu

memicu wali kelas untuk selalu mengingatkan siswa.

Kalau tips saya supaya pendidikan ini berjalan efektif, kita harus

pintar memanfaatkan teknologi informasi yang sudah disediakan. Bisa

menggunakan media yang kita buat sendiri, atau yang sudah

disediakan oleh Kemendikbud, manfaatkan itu. Karena kalau kita

tidak kreatif, pesan kita tidak tersampaikan.”

(wawancara narasumber kunci, tanggal 28 Juli 2021).

Edukatif

Teknik ini mempengaruhi dari suatu pernyataan umum (biasa) atau yang

sering diucapkan. Dapat berupa pesan yang berisi pendapat, fakta, dan

pengalaman yang bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya dengan tujuan

mengubah sikap seseorang (komunikan atau khalayak ) ke arah yang diinginkan

komunikator.

Untuk teknik edukatif, dapat dilihat dari semua proses yang sudah atau

sedang diterapkan oleh pihak sekolah dan jajarannya kepada para siswa, baik

102

secara langsung, melalui orang tua/wali, maupun lewat wali kelas. Misalnya saja

pada saat sekolah memutuskan untuk menjadikan pendidikan di lingkungannya

berbasis pada teknologi informasi komunikasi dan riset.

Keputusan tersebut didasari dari prestasi siswa yang didampingi dan

dibimbing untuk mengikuti perlombaan karya ilmiah pelajar dan memenangkan

banyak perlombaan. Melalui penciptaan atau pengembangan (inovasi) suatu

produk dalam karya ilmiah.

Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan narasumber kunci

selaku waka Kurikulum, ibu Dewi Ekasari, M.Pd :

“Dari lomba itu alhamdulillah kita selalu mendapat nominasi juara.

Sehingga kemarin bulan Juli kita membuat suatu program sekolah ini

sekolah berbasis riset. Dasarnya kita sudah sering memenangkan

lomba karya ilmiah. Sehingga kita akan kembangkan kearah sana.”

(wawancara dengan narasumber kunci, 28 Juli 2021).

Pada saat pendampingan tersebutlah terjadi proses teknik edukatif antara

guru pembimbing dengan peserta lomba. Guru memberikan pemahaman dan

memberikan arahan juga instruksi step by step dalam membuat atau

mengembangkan suatu produk. Sementara itu siswa memperhatikan dan

mengikuti sesuai instruksi guru pembimbingnya.

a. Menetapkan Tujuan

Menurut Gregory (2004:79), ada delapan hal penting yang harus

diperhatikan saat menetapkan tujuan, yaitu sejalan dengan tujuan lembaga, tepat

dan spesifik, melakukan apa yang bisa dicapai, melakukan pengukuran sebanyak

103

mungkin, bekerja berdasarkan skala waktu, bekerja sesuai anggaran, dan sesuai

urutan prioritas.

Poinnya adalah saat sekolah akan mengadakan perlombaan. Tujuan yang

ditetapkan pastilah bagaimana caranya agar bisa lolos sampai babak terakhir dan

memenangkan perlombaan. Agar tujuan tercapai, sekolah pun membuat beberapa

planning bersama dengan para guru pembimbing yang dianggap berkompeten

dibidangnya.

Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan narasumber kunci

selaku waka Kurikulum, ibu Dewi Ekasari, M.Pd :

“Mungkin karena saat pandemi perlombaan banyak berkurang, siswa

jadi lebih fokus. Ditambah lagi, kami memiliki strategi dalam

mempersiapkan setiap perlombaan. Selain guru yang berkompeten,

kami juga sudah mempersiapakan siswa jauh sebelum perlombaan.

Tidak hanya dengan materi, tapi juga pelatihan secara rutin.”

b. Mengenali Target/Sasaran

Definisi dari James Grunig (1984), ada empat jenis publik yang harus

diperhatikan ketika menerapkan strategi komunikasi dalam kampanye,

diantaranya yaitu :

Nonpublik : kelompok yang tidak terpengaruh atau mempengaruhi

lembaga.

Publik tersembunyi : kelompok yang sedang menghadapi masalah

karena tindakan suatu lembaga, namun sebenarnya mereka tidak

menyadari hal tersebut.

Publik sadar : kelompok yang mengenali adanya masalah.

104

Publik aktif : kelompok yang melakukan tindakan terhadap masalah

yang terjadi pada lembaga.

Dari pengertian narasumber kunci yang mengartikan target ialah

perlombaan, beliau menganggap poin ini tidak begitu menjadi prioritas. Pasalnya

SMA Negeri 1 Brebes akan berusaha mengikuti perlombaan apa pun yang

ditawarkan. Baik oleh dinas, maupun pihak lain seperti sekolah lain, atau lembaga

pendidikan.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara peneliti Bersama

ibu Dewi Ekasari, M.Pd, waka kurikulum :

“Dalam mengenali target tidak menjadi fokus utama kita. Selagi

lomba tersebut bisa dilakukan, maka akan dilakukan.” (wawancara

dengan narasumber kunci, 28 Juli 2021).

Seperti beberapa waktu lalu, Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris

Universitas Pancasakti Brebes mengadakan perlombaan Bahasa Inggris secara

daring dengan berbagai kategori. Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber kunci, SMA Negeri 1 Brebes cukup banyak mendapatkan nominasi

dalam banyak kategori. Meski tidak semua mendapat peringkat satu.

c. Skala Waktu

Dalam komunikasi kampanye, komunikator juga harus

mempertimbangkan waktu yang tepat dalam melakukan kegiatan tersebut. Dalam

hal mempersiapkan peserta didik mengikuti perlombaan, tentu saja pertimbangan

waktu menjadi strategi yang tak kalah penting untuk dipertimbangkan.

Jauh sebelum perlombaan dimulai, guru pembimbing pastinya sudah

mempersiapkan rencana bimbingan dan pelatihan intensif. Saat waktu

105

pertandingan masih jauh, biasanya intensitas pertemuan masih jarang. Semakin

dekat waktu lomba, pertemuan latihan pasti makin ketat.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara peneliti Bersama

ibu Dewi Ekasari, M.Pd, waka kurikulum :

“Selain guru yang berkompeten, kami juga sudah mempersiapakan

siswa jauh sebelum perlombaan. Tidak hanya dengan materi, tapi juga

pelatihan secara rutin.”

(wawancara dengan narasumber kunci, 28 Juli 2021).

d. Sumber Daya

Untuk bisa meraih nominasi pada setiap kategori perlombaan, pihak

sekolah juga harus bisa mengukur sumber daya manusia yang dimilikinya.

Melalui informasi dari guru dan wali kelas, mereka menyeleksi siswa mana saja

yang memenuhi kriteria untuk bisa mewakili sekolah mengikuti lomba tersebut.

Tentu saja sekolah tidak melepas siswa-siswa tersebut begitu saja. Dari

jauh hari sebelum perlombaan dimulai, para siswa sudah lebih dulu diberikan

materi pembekalan oleh para pendamping. Tidak hanya itu, mereka juga diberi

semacam latihan soal atau praktik agar terbiasa dengan situasi perlombaan.

Sehingga dapat meminimalisir perasaan gugup karena sudah memiliki gambaran

yang jelas dengan situasi lomba. Tidak hanya siswa peserta lomba yang

dipersiapkan pengetahuan dan mentalnya untuk menghadapi perlombaan. Para

guru pendampingnya juga merupakan guru-guru yang telah memiliki pengalaman

dalam perlombaan serupa dan terbukti berprestasi.

Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan narasumber kunci

selaku waka Kurikulum, ibu Dewi Ekasari, M.Pd :

106

“Ditambah lagi, kami memiliki strategi dalam mempersiapkan setiap

perlombaan. Selain guru yang berkompeten, kami juga sudah

mempersiapakan siswa jauh sebelum perlombaan. Tidak hanya

dengan materi, tapi juga pelatihan secara rutin.”

(wawancara dengan narasumber kunci, 28 Juli 2021).

107

BAB VII

PENUTUP

VII.1. Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa dampak pandemi dalam dunia

pendidikan, khususnya di Indonesia tidak bisa disepelekan. Hal ini dapat terlihat

dari hasil wawancara antara peneliti dan narasumber. Sejak pandemi terjadi,

hampir semua keadaan dan kebiasaan terpaksa berubah. Kebijakan terkait sistem

belajar mengajar pun harus menyesuaikan kondisi dan situasi yang sedang terjadi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai

strategi komunikasi sekolah dalam mempertahankan kualitas pendidikan di masa

pandemi :

Strategi Komunikasi SMA Negeri 1 Brebes

SMA Negeri 1 Brebes selain instruksi dari pusat, mereka juga membuat

SOP sendiri terkait sistem pendidikan dan penilaian yang diberlakukan. Sehingga

walaupun hanya dari rumah, baik peserta didik maupun guru tetap dapat produktif

dan berprestasi.

Misalnya saja perlombaan bahasa Inggris yang sempat diselenggarakan

oleh Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pancasakti Tegal beberapa

waktu yang lalu. Waka Kurikulum ibu Dewi Ekasari, M.Pd menuturkan bahwa

SMA Negeri 1 Brebes sempat meraih juara 1, 2, dan 3 di berbagai kategori

perlombaan.

108

Dari hasil wawancara dengan semua narasumber penelitian dan

pembahasan yang telah diuraikan, maka peneliti menyimpulkan bahwa teori

Strategi Komunikasi dan Teori Komunikasi Kampanye yang diimplikasikan dalam

metode pembelajaran di lingkungan SMA Negeri 1 Brebes berhasil memenuhi

ekspektasi pihak sekolah dan kedua teori tersebut juga memiliki relevansi dengan

kondisi pendidikan di SMA Negeri 1 Brebes saat ini.

Dari penjabaran di atas dapat dilihat poin yang paling relevan antara teori

strategi komunikasi dengan kondisi sekolah saat ini adalah redundancy

(repetition), informatif, persuasif, edukatif, dan koersif. Mengapa demikian, jika

dilihat dari pengertian masing-masing, dan implementasinya pada proses belajar

teori tersebut sangat relevan terutama untuk sekolah mempertahankan kualitas

pendidikannya di masa pandemi. Jika komunikasi antara pihak sekolah dengan

guru, dan siswa, serta orang tua/wali dapat berjalan lancar, maka ekspektasi

sekolah agar proses belajar menjadi efektif pun bisa terwujud.

Sementara pada Teori Komunikasi Kampanye, semua poin dapat

diimplikasikan dengan baik meski ada perbedaan dalam persepsi mengenali

target. Namun kedua persepsi tersebut tetap bisa digunakan dalam memecahkan

permasalahan pada penelitian ini.

Sehingga dapat peneliti simpulkan bahwa, SMA Negeri 1 Brebes dapat

menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu dengan mengimplikasikan

Strategi Komunikasi dan Teori Komunikasi Kampanye bisa tetap mempertahankan

kualitas pendidikannya di masa pandemi dan berprestasi dalam berbagai

109

perlombaan meski pandemi masih mewabah di Indonesia khususnya di Kabupaten

Brebes dan sekitarnya.

VII.2. Saran

Untuk melengkapi hasil penelitian ini, perlu diajukan beberapa saran,

yaitu:

1. Penelitian ini membahas sebuah fenomena luar biasa yang baru pertama

kali dialami oleh seluruh warga negara di dunia, yaitu menyebarnya

pandemi COVID-19. Ada banyak dampak yang disebabkan oleh pandemi

tersebut. Dari banyaknya dampak, fokus peneliti dipersempit hanya pada

dampak di dunia pendidikan. Besar harapan, setelah penilitian ini akan

muncul penelitian-penelitian baru yang akan meneliti lebih jauh tentang

fenomena luar biasa ini.

2. Peneliti berharap agar pihak berwenang di sekolah yang ada di seluruh

Indonesia khususnya di Kabupaten Brebes akan lebih memperhatikan

keefektifitasan proses pembelajaran terhadap peserta didiknya. Tidak

hanya membebani para siswa dengan tugas yang bertumpuk.

3. Dengan adanya penelitian ini, pihak sekolah akan mengevaluasi kembali

berbagai kebijakan yang pernah diambil dan yang baru akan

diimplementasikan kedepannya agar dapat mencetak generasi yang

semakin unggul supaya nantinya setelah pandemi berakhir, Indonesia

mampu bertahan dan bersaing dengan negara lain. Baik dalam hal

teknologi informasi dan komunikasi, maupun dalam pengembangan

bidang lainnya.

110

4. Saat masih berlangsungnya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), agar pihak

sekolah dalam hal ini guru membuat video conference supaya peserta

didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan.

5. Pendidik harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

dan atraktif agar peserta didik tidak mudah merasa jenuh dengan proses

pembelajaran yang sedang berlangsung. Pancing mereka dengan tugas

atau sesuatu yang dapat memunculkan minat dan kreativitas mereka.

111

DAFTAR PUSTAKA

ARTIKEL PENELITIAN

Suriyani. 2017. Analisis Komunikasi dalam Interaksi Edukatif Antara Guru dan

Siswa dalam Proses Pembelajaran Sosiologi. Artikel Penelitian,

Universitas Tanjungpura Pontianak.

BUKU

Prof. Dr. Satori Djam’an, M.A. dan Dr. Aan Komariah. 2010. Metodologi

Penelitian Kualitatif (Cetakan ke-2). Bandung : Alfabeta.

Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif : Teori & Praktik (cetakan

ke-2). Jakarta: Bumi Aksara.

Nofrion, S.Pd., m.Pd. 2018. Komunikasi Pendidikan : Penerapan Teori dan

Konsep Komunikasi dalam Pembelajara (Edisi Pertama). Jakarta :

Prenadamedia Grup.

INTERNET

Al Hikmah, Herdi Alif. 2 Juli 2019. Seberapa Mahal Pendidikan Indonesia?

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4608643/seberapa-

mahal- pendidikan-indonesia (diakses pada 19 Maret 2021).

Ambar. 2019. 13 Hubungan Teori Komunikasi dan Teori Pembelajaran.

https://pakarkomunikasi.com/hubungan-teori-komunikasi-dan-teori-

pembelajaran (Diakses pada 16 Februari 2021).

Berkat Nopriawan Asi, S.Si, M.Pd. 2017. Pola Komnikasi dalam Proses Belajar

Mengajar. Universitas Palangka Raya. http://kampus-

112

digital.com/2017/03/pola-komunikasi-dalam-proses-belajar-

mengajar.html?m=1. (Diakses pada 6 Maret 2021).

Corrie. 2018. 6 Pola Komunikasi dalam Proses Interaksi Belajar Mengajar.

https://pakarkomunikasi.com/pola-komunikasi-dalam-proses-interaksi-

belajar-mengajar. (Diakses pada 6 Maret 2021).

Dancil. 2019. Jenis Pola Interaksi. Kelas Impian.com,

https://kelasimpian.com/jenis-pola- interaksi/ (diakses pada 6 Maret

2017).

Dewi, Retia Kartika. 26 Januari 2021. Masih Pandemi? Sampai Kapan

Pembelajaran Jarak Jauh Dilakukan? Ini Penjelasan Mendikbud.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/01/26/083200465/masih-

pandemi-sampai-kapan-pembelajaran-jarak-jauh-dilakukan-ini-

penjelasan?page=all#page2 (diakses pada 23 Maret 2021).

Dtf, Ainun. 2020. Pengertian Pendidikan : Fungsi, Jenis, Tujuan Pendidikan (Ahli

& Umum). https://salamadian.com/pengertian-pendidikan/ (diakses

pada 11 Maret 2021).

Dwianto, Achmad Reyhan. 2020. Perjalanan 8 Bulan Pandemi COVID-19 di

Indonesia. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-

5240992/perjalanan-8-bulan-pandemi-virus-corona-covid-19-di-

indonesia. (Diakses pada 19 Maret 2021).

https://eduinfo.co.id/dampak-pandemi-covid-19-

terhadap/pendidikan/di/indonesia/ (diakses pada 23 Maret 2021).

113

https://gurupendidikan.co.id/pengertian-pendidikan/ (diakses pada 27 Februari

2021).

https://id.m.wikipedia.org/wiki/komunikasi-interpersonal (diakses pada 1 Maret

2021).

https://id.m.wikipedia.org/wiki/pendidikan. (diakses pada 8 Februari 2021).

https://id.m.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_1_Brebes. (diakses pada 8

Februari).

https://pelayananpublik.id/2020/05/13/apa-itu-studi-kasus-manfaat-tujuan-jenis-

hingga-contohnya/ (diakses pada 14 Maret 2021).

https://pakarkomunikasi.com/pengertian-studi-kasus-menurut-para-ahli. (Diakses

pada 12 Maret 2021).

https://pakarkomunikasi.com/teori-komunikasi-menurut-para-ahli (diakses pada

14 April 2021),

https://sekolah.data.kemendikbud.go.id/index.php/chome/profil/0dbad24a-8aa4-

4110-a89e-a7b1d0c743fe (diakses pada 1 Maret 2021).

https://sma1brebes.sch.id/portal/tujuan-sekolah/ (diakses pada 7 April).

https://www.7pelangi.com/2019/06/lengkap-daftar-peringkat-smama-negri. .

(Diakses pada 9 Maret 2021).

https://www.kemendikbud.go.id/main/blog/2020/08/penyesuaian-keputusan-

bersama-empat-menteri-tentang-panduan-pembelajaran-di-masa-pandemi-

covid19. (diakses pada 23 Maret 2021).

https://www.komunikasipraktis.com/2015/10/strategi-komunikasi-pengertian-

dan.html?m=0. (Diakses pada 16 Maret 2021).

114

Kusuma, Prita. 2019. Peringkat 6 Terbawah, Indonesia Diminta Tinggalkan

Sistem Pendidikan Feodalistik. https://www.dw.com/id/peringkat-6-

terbawah-indonesia- diminta-tinggalkan-sistem-pendidikan-feodalistik/a-

51541997. (Diakses pada 9 Maret 2021).

Lestari, Mayang. 2020. Strategi Komunikasi, Teori, dan Langkah-langkahnya.

https://tambahpinter.com/strategi-komunikasi/ (diakses pada 6 Mei 2021).

Mansur, Ali. 2020. 7 Strategi Komunikasi dalam Kampanye.

https://pakarkomunikasi.com/strategi-komunikasi-dalam-kampanye

(diakses pada 6 Mei 2021).

Mardatila, Ani. 2020. Sejarah Virus Corona.

https://m.merdeka.com/jateng/sebelum-covid-19-inilah-sejarah-virus-

corona-yang-menginfeksi-manusia-kln.html?page=1, page=2, page=3, dan

page=4. (Diakses pada 19 Maret 2021).

Martinus. 2020. Kualitas Pendidikan di Indonesia.

https://www.kompasiana.com/martinus44557687/5fde04b98ede48306441

0923/kualitas-pendidikan-di-indonesia. (Diakses pada 9 Maret 2021).

Riadi, Muchlisin. 2020. Strategi Komunikasi (Pengertian, Teknik, Langkah, dan

Hambatan). https://kajianpustaka.com/2020/01/strategi-komunikasi-

pengertian-teknik-langkah-dan-hambatan.html?=1 (diakses pada 14 April

2021).

Sugianto, Oky. 2020. Penelitian Kualitatif, Manfaat dan Alasan Penggunaan.

https://binus.ac.id/bandung/2020/04/penelitian-kualitatif-manfaat-dan-

alasan-penggunaan/ (diakses pada 3 Februari 2021).

115

Winahyu, Atikah Ishmah. 16 Juni 2020. Dampak Pandemi, Kualitas Pendidikan

Alami Penurunan.

https://m.mediaindonesia.com/humaniora/321039/dampak-pandemi-

kualitas-pendidikan-alami-penurunan (diakses pada 23 Maret 2021).

JURNAL

Fitrah, Muh. 2017. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Peran

Pendidikan. Jurnal Penjaminan Mutu, Institut Agama Islam

Muhammadiyah Bima.

Martoredjo, Nikodemus Thomas. 2020. Pandemi Covid-19 : Ancaman atau

Tantangan bagi Sektor Pendidikan? Studi Literatur.

Mundiri, Akmal. 2016. Strategi Lembaga Pendidikan Agama Islam dalam

Membangun Brand Image. Pedagogik : Jurnal Pendidikan, vol. 3 no. 2.

Siahaan, Matdio. 2020. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia Pendidikan.

Jurnal Kajian Ilmah : Universitas Bhayangkara, 1 – 3.

Supranoto, Heri. 2015. Implementasi Pendidikan Karakter Berbangsa dalam

Pendidikan SMA. Jurnal Promosi : Jurnal Pendidikan Ekonomi UM

Metro, Universitas Muhammadiyah Metro, vol. 3 no. 1 (36 – 49).

Sugrah, Nurfatimah. 2019. Implementasi Teori Belajar Konstruktivisme dalam

Pembelajaran Sains. Humanika : Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum.

Universitas Khairun, vol. 19 no. 2.

Tyagita, Atika, Putri, Brigitta. dan Iriani, Ade. 2018. Strategi Peningkatan

Kompetensi Pedagogik Guru Untuk Meningkatkan Mutu Sekolah.

116

Jurnal Manajemen Pendidikan, vol. 5 no. 2, 165 – 176.

Zahro, Mar’atuz, Anna. dkk. 2018. Kepemimpinan Perubahan Kepala Sekolah

dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Administrasi dan Manajemen

Pendidikan, vol. 1 no. 3, 358 – 363.

Materi yang Tidak Dipublikasikan

Florina, Ike, Desi, M.I.Kom. 2019. Metode Penlitian Kualitatif. Materi

Perkuliahan Ilmu Komunikasi Universitas Pancasakti Tegal. Dosen

Ilmu Komunikasi.

117

LAMPIRAN

1. Hasil Wawancara dan Dokumentasi Bersama Narasumber Peneletian

a. Hasil Wawancara dengan Narasumber Kunci

Kualitas Pendidikan di masa pandemi yang kita laksanakan di SMA

Negeri 1 Brebes pada saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini tidak hanya

dimulai saat 2021 ini, tapi sejak Maret 2020. Saat diputuskan

dilaksanakannya PJJ, kami membuat sebuah perubahan. Yang pertama

dalam proses pembelajaran, lalu yang kedua adalah komunikasi dari pihak

sekolah yang tidak mewajibkan semua guru untuk datang ke sekolah.

Kemudian komunikasi dengan steakeholder.

Kalau komunikasi dengan siswa, saat itu kami langsung merubah

perencanaanya. Yang pertama dari segi jadwal, yang tadinya tatap muka

satu mata pelajaran terdiri dari empat jam pelajaran, sekarang harus

diminimalisir dengan menggunakan sistem kurikulum darurat. Nah

kurikulum darurat itu harus tetap memberikan mata pelajaran namun tidak

wajib mencapai seluruh Kompetensi Dasar (KD). Jadi KD-nya ada yang

dihilangkan.

Jadi otomatis tidak mungkin semuanya dilakukan oleh siswa. Nah itu dari

segi KD yang harus dicapai. Artinya tidak semua KD terpenuhi dalam

semua proses proses PJJ itu.

Alokasi waktu itu juga ada perubahan, yang tadinya pada saat

Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara umum dari jam 07.00 sampai jam

15.30, selama pandemi ini diminimalisi menjadi hanya dari jam 07.00

118

sampai jam 11.00 saja. Dalam 1 hari ada tiga mata pelajaran. satu mata

pelajaran yang awalnya 1 X 45 menit, lantas kami buat menjadi 1 X 30

menit. Jadi dalam satu hari hanya sampai jam 11 itu tiga mata pelajaran

tiga mata pelajaran, seperti itu. Itu dari segi pembelajaran.

Media belajarnya pun kami ada perubahan. Modul sumber berupa buku

cetak itu ada. Namun kami juga menyediakan modul elektroniknya supaya

bisa diakses oleh siswa.

Lalu selain itu, media PJJ-nya kami juga harus membuat. Memang sih di

Google juga ada. Selain hal-hal itu, kami juga membuat LMS sendiri.

Namanya ruang edukasi. Ini sebagai media untuk pembelajaran antara

siswa dengan guru. Nah prosesnya guru itu meng-upload materi ke ruang

edukasi atau ke Google Classroom atau ke Microsoft Teams, lalu siswa

mengaksesnya di sana. Karena itu kurang interaktif, selain itu juga ada

tatap muka dengan siswa secara langsung melalui aplikasi Google Meet.

Itu media pembelajarannya.

Lalu media penilaiannya, kami melakukan sistem CBT yang ada di ruang

edukasi. Jadi siswa selama pandemi itu 100 persen penilaiannya online.

PAT online, PAS online, lalu UTS juga online.

Jadi tidak ada satupun siswa yang datang ke sekolah. Kecuali kami

memang menawarkan kepada siswa yang benar-benar tidak mampu.

Artinya siswa itu, tidak memiliki ponsel atau jaringan internet. Kami track

recordnya dari wali kelas. Wali kelas mengumumkan apakah ada siswa

yang di keluarganya tidak memiliki ponsel sama sekali. Silahkan diajukan

119

ke sekolah, akan kami fasilitasi dengan memberikan pinjaman berupa

ponsel android. Karena kami juga ada android yang diperuntukkan untuk

siswa. Waktu itu ada satu orang siswa.

Lalu apakah ada yang tidak bisa mengakses internet. Dan ada memang

pada saat dia PAT. Itukan penting sekali ya. Pada saat itu harus dikerjakan

saat itu juga. Akhirnya siswa ini harus datang ke sekolah dengan protokol

kesehatan ketat untuk menggunakan sistem online yang ada di sini. Tapi

tidak semua siswa seperti itu. Waktu itu hanya ada satu orang siswa juga

yang seperti itu.

Jadi kalau komunikasi antara sekolah secara umum dan guru khususnya

dengan siswa itu seperti itu dalam proses pembelajaran.

Kemudian dalam proses diluar pembelajaran, ekstra kulikuler kita tidak

mengadakan sama sekali, kecuali Pramuka. Karena Pramuka wajib dan

masuk kurikulum. Pramuka tetap diadakan secara online, dengan cara

pembina atau dewan Bantara memberikan materi secara online melalui

grup aplikasi. Bisa telegram atau bisa juga lewat ruang edukasi. Tanpa ada

tatap muka langsung.

Kemudian untuk komunikasi antara guru dengan sekolah atau sesama

guru, kami memfasilitasinya dengan menggunakan grup whatsapp. Terus

apabila ada rapat-rapat, kami melakukannya lewat aplikasi Zoom. Jadi

beberapa rapat yang sudah kita laksanakan, misalnya rapat pembagian

tugas, rapat kenaikan kelas, lalu dua kali rapat kelulusan. Semuanya

120

menggunakan Zoom. Karena guru kita kan ada 68, kalau dijadikan satu

terlalu banyak, dan itu menyalahi aturan.

Nah bekerja dari rumah itu kami memfasilitasi dengan grup Whatsapp,

Google Meet, Zoom, dan sebagainya.

Lalu dengan steakeholder, hari selasa kemarin kami baru saja mengadakan

rapat dengan wali murid. Rapat ini yang diundang tidak semua wali murid.

Hanya yang anaknya mengikuti lomba KSN (Kompetisi Sains Nasional)

yang masuk ke provinsi. Kemarin kami berdiskusi. Minta bantuan pada

orang tuanya supaya memotivas anak mereka. Karena kondisi pandemi

tidak bisa ketemu, jadi supaya di rumah tetap dimotivasi. Itu kami

menggunakan Google Meet rapatnya. Dan mereka pun hadir semuanya.

Kami punya prinsip bahwa di saat pandemi seperti ini, saat orang lain

berpikir tentang hal-hal yang tidak bisa diraih, mari kita bangkit dengan

tidak memikirkan hal itu. Dan prinsip itu diterapkan ke teman-teman yang

ada di sekolah. Dan guru-guru yang ada di sekolah tetap mendampingi

siswa untuk melakukan pendampingan persiapan lomba-lomba.

Diawali dengan KSN tingkat kabupaten. Yang biasanya kita hanya meraih

2 – 3 siswa saja pada cabang perlombaan tertentu. Saat pandemi ini

alhamdulillah kita meraih 8 siswa. Artinya ada peningkatan.

Lalu pada saat karya ilmiah kemarin kita juga meraih juara 1. Tapi saya

lupa tingkat provinsi atau kabupaten, karena membuat suatu produk.

Walau di masa pandemi, kami tetap mendampingi siswa dalam setiap

121

lomba yang ditawarkan oleh pihak luar, dinas, maupun universitas supaya

kita tetap produktif.

Untuk bimbingannya, kalau tatap muka biasanya hanya yang mengikuti

lomba saja. Dan kesiswaannya selalu bilang begini, misalnya dalam grup

Whatsapp ada informasi, “selamat pagi bpk/ibu, hari ini ada

pembimbingan lomba ‘x’ gitu, anak-anak yang hadir adalah abcd.” nanti

dibawahnya tertulis : mereka tetap mengedepankan prokes dan

sebagainya. Jadi setiap ada proses pembimbingan seperti itu warga sekolah

pasti tahu. Sehingga tidak melanggar aturan dan tetap menggunakan

protokol kesehatan.

Jadi kalau saya analisis pada saat sebelum pandemi dan saat pandemi

memang ada peningkatan pada saat kita mengikuti lomba. Karena

mungkin siswa lebih fokus gitu. Walaupun pada saat sebelum pandemi

tetap meraih juara, tapi sebelum pandemi kan lombanya banyak sekali,

jadi kalau di SMA Negeri 1 Brebes itukan harus selalu ikut setiap kali ada

tawaran lomba. Kemarin saja di UPS juga ada lomba bahasa Inggris ya.

Semua cabang kita masuk. Ya juara 1, 2, 3, masuk semua pokoknyalah.

Kami pada saat begitu diterapkan harus PJJ, saat itu kami membuat SOP

namanya Belajar Dari Rumah (BDR). Ini yang PJJ dulu ya. Didalam SOP

itu, selain beberapa aturan misalkan, anak harus terkoneksi dengan

internet, memiliki hp atau laptop, lalu nanti masuk LMS kita

menggunakan aplikasi ini dan lain sebagainya. Itu untuk yang BDR mulai

dari pembelajaran sampai penilaian. Itu sudah ada SOP-nya sendiri.

122

Lalu di bulan November kalau tidak salah tahun lalu. Kita ditunjuk oleh

pemerintah untuk melaksanakan PTM (Pembelajaran Tatap Muka)

terbatas. Saat itu kita ditunjuk untuk melaksanakan PTM dengan jumlah

siswa maksimal 110, tidak boleh lebih dari angka itu. Saat itu kita

langsung membuat SOP mengenai pelaksanaan PTM terbatas. Nah

didalam SOP itu terdapat syarat, salah satunya memberikan angket kepada

orang tua (boleh/tidak) mengikuti PTM. Mengisi angket Google Form

yang kita bagikan. Didalam angket itu isinya, rumahnya dimana, jaraknya

berapa. kalau ke sekolah berangkat naik apa. Lalu ada pilihannya,

misalkan diantar orang tua, jalan kaki atau naik angkot. Lalu yang kita

utamakan adalah yang diantar orang tua atau kendaraan sendiri, bisa juga

yang jalan kaki. Kalau jalan kaki kan berarti dekat dari sini. Lalu apakah

ada penyakit bawaan, itu juga kami tanyakan.

Nah dari angket itu kami analisis siapa saja yang bisa mengikuti PTM.

Dan didapatkan 110 anak yang bisa mengikuti PTM. Dan yang jelas

persetujuan dari orang tua berupa angket. Setelah satu minggu mengikuti

PTM, pihak sekolah akan mengevaluasi apakah ada guru atau peserta

didik yang terpapar COVID-19 atau tidak. Dan alhamdulillah tidak ada

sama sekali.

Pada bulan Maret tahun ini kami juga menyelenggarakan PTM lagi. Masih

dengan SOP yang sama. Bedanya pada jam operasional pelajarannya.

Dulu dari jam 07.30 sampai jam 11.00. Kalau yang kedua ini hanya dua

123

mapel dari jam 07.00 – 09.00. Berarti hanya 2 jam di sekolah, langsung

anak pulang.

Selain SOP, sekolah juga memiliki pedoman kurikulum darurat. Yaitu KD

(Kompetensi Dasar) nya tidak harus terpenuhi semua. Itu juga sebagai

pedoman mengenai kurikulum darurat yang kita gunakan.

Alhamdulillah selama kami menjalankan sejak Maret 2020 sampai

sekarang mengenai PJJ atau BDR (Belajar Dari Rumah), PTM terbatas

dan simulasi PTM. Pertama simulasi PTM, lalu PTM dan PJJ. Jadi anak-

anak yang mengikuti PTM kan tidak semua, nanti yang lain tetap

mengikuti PJJ. Dan selama kita melaksanakan itu, alhamdulillah saya

tidak pernah dilapori ada guru yang tidak menikmati itu. Atau orang tua

atau siswa tidak menikmati hal itu. Malah justru mereka mengingatkan

pada kami. Pada saat PJJ, waktu itu ada orang tua yang menyampaikan,

PJJ-nya jangan hanya memberikan tugas tapi perlu ada video conference.

Alasannya karena anak saya tidak paham.

Saya juga kaget. Ternyata orang tua juga memperhatikan sejauh itu. Dan

kemarin pada saat rapat dengan orang tua, mereka juga meminta guru tetap

mengajari meski secara online. yang penting ada interaksi. Artinya orang

tua juga sebenarnya mendukung kami. Baik untuk pelaksanaan PJJ,

maupun PTM. Tapi memang pada saat PTM, ada orang tua yang tidak

mengijinkan anaknya untuk ikut PTM, padahal anaknya memenuhi

kriteria. Jumlah 110 siswa yang mengikuti PTM dipilih secara random.

124

Tahun ajaran baru kan dimulai Juli. Begitu ada informasi PJJ

diperpanjang, bahkan jika tidak diperpanjang pun kami sudah

mengevaluasi dengan tim. Khususnya dibidang pembelajaran. Pertama

aktivitas siswa, lalu pembelajaran. Yang pertama aktivitas siswa, kalau

misal PJJ seperti ini kan, siswa ada yang muncul, ada juga yang

menghilang. Ketahuannya setelah kenaikan kelas. Ada anak yang jarang

muncul saat kelas, tapi saat ujian atau test mengerjakan dan dikumpulkan.

Itu juga menjadi evaluasi kita. Nah, dari hasil itu di tahun ajaran ini, kami

juga memberikan alternatif pembelajaran tatap muka dan itu wajib

dilaksanakan. Supaya guru tahu siapa saja yang hadir.

Dari proses pembelajaran ada alternatif LMS lain yang ditawarkan

KEMENDIKBUD. Lalu ada e-book yang kita sediakan. Agar guru sumber

belajarnya tidak hanya satu. Jadi guru bisa mengakses, siswa juga bisa.

Kemarin kita sudah share beberapa e-book. Lalu ini membuat lagi UTBK.

Karena guru di SMA tidak tahu UTBK itu apa. Tahunya hanya materi

dasar.

Dalam mengenali target tidak menjadi fokus utama. Selagi bisa dilakukan,

maka akan dilakukan. Kalau menganalisis kita melalui visi misi. Visi misi

setiap tahun kita analisis melalui rapat. Supaya kita tahu perkembangannya

ada dimana. Dan visi misi ini kita tuangkan dalam rencana kerja jangka

panjang yang dibuat oleh sekolah. Nah akhirnya saat kita menjalankan

sesuatu sesuai visi misi, kita analisis juga.

125

Contohnya pada saat menggunakan LMS. Dalam visi misi kita ada

mengedepankan teknologi informasi dalam mewujudkan era industri 4.0,

kita sudah melakukan itu. Lalu mengedepankan ilmu pengetahuan dan

riset. Kita juga sudah melakukan itu. Karena kita aplikasikan dalam

kegiatan lomba karya ilmiah. Dari lomba itu alhamdulillah kita selalu

mendapat nominasi juara. Sehingga kemarin bulan Juli kita membuat suatu

program sekolah ini sekolah berbasis riset. Dasarnya kita sudah sering

memenangkan lomba karya ilmiah. Sehingga kita akan kembangkan

kearah sana.

Kalau dampak spesifik pasti ada. Karena setelah kita menerapkan, kita

bisa menganalisis visi misi itu, lalu hasil analisis itu kita perbaiki lagi,

terus kita masukan kedalam program tahunan kita, dalam program jangka

panjang. Nah, pada saat kita menganalisis itu, kita jadi berpikir, oh

ternyata menerapkan itu tidak sia-sia. Karena semakin kesini, kita semakin

memperbaiki kualitas manajemen sekolah kita. Supaya sesuai harapan

dalam visi misi itu.

Lalu tujuan, bahwa dengan memiliki tujuan, manajemen sekolah kita jadi

terarah. Jadi kalau saya lihat, setelah saya masuk dalam sistem ini, saya

merasa oh ya peningkatannya seperti ini. Artinya kita mau tidak mau harus

mengikuti perubahan zaman yang terjadi saat ini.

Kalau kita pakai RKJM yang lalu, kita tidak akan bisa mengikuti

perkembangan zaman. Karena visi misinya saja sudah berubah,

menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini.

126

Perbedaannya sebelum pandemi, kita bisa mengenal siswa kita,

karakteristiknya, sifatnya, pola perilakunya bisa kita lihat. Karena kita

mengobservasi setiap hari di kelas. Kepribadiannya pun bisa kita ketahui.

Akhirnya hal ini juga bisa membantu guru dalam memberikan

pembelajaran pada siswa. Tapi saat pandemi seperti ini bapak dan ibu guru

kesulitan. Pada saat pembelajaran mereka hanya bisa share materi, tidak

ada interaksi yang intens. Ini berakibat pada kurang mengenalnya guru

dengan siswa, begitupun sebaliknya.

Sehingga semua guru dianggap sama. Akhirnya berakibat pada proses

pembelajaran. Kita harus pelan-pelan. Hal ini terbukti pada saat

diadakannya PTM, level pengetahuan siswa tersebut sedikit menurun.

Ternyata PJJ efektif hanya sebagai alternatif. Tapi, kualitasnya masih

perlu ditingkatkan. Biasanya perlu diajari face to face agar lebih mudah

memahami. Karena terbiasa PJJ, siswa menjadi lebih pasif. Sehingga lebih

sulit bagi guru untuk memprediksi saat proses pembelajaran.

Kalau pesan saya untuk generasi berikutnya dalam proses pembelajaran

saat pandemi. Harapannya sebagai siswa tetap selalu mengakses, apapun

keadaannya. Dan akses itu sumber belajarnya tidak hanya dari guru saja,

bisa juga media lain yang mereka gunakan. Maka seperti pesan kepala

dinas provinsi bahwa, “semua pekerjaan kita melalui teknologi informasi,

jangan sampai diabaikan informasi-informasi yang masuk melalui

teknologi informasi.” Jadi Whatsapp itu jangan sampai diabaikan. Nah,

127

siswa pun demikian. Kita selalu memicu wali kelas untuk selalu

mengingatkan siswa.

Kalau tips saya supaya pendidikan ini berjalan efektif, kita harus pintar

memanfaatkan teknologi informasi yang sudah disediakan. Bisa

menggunakan media yang kita buat sendiri, atau yang sudah disediakan

oleh KEMENDIKBUD. Manfaatkan itu. Karena kalau kita tidak kreatif,

pesan kita tidak tersampaikan.

Maka walau hanya lewat tulisan, kita harus tetap aktif menyampaikan.

Jangan hanya diam saja. Karena sekarang itu tidak ada orang yang

mengabaikan teknologi informasi.

b. Hasil Wawancara bersama Narasumber Utama

Nama : Saepful Awaluddin

Usia : 27

Jabatan : Guru

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apa dampak yang paling

dirasakan, pihak sekolah di

masa pandemi ini?

Menurut saya dari sudut pandang guru

dampak yang dirasakan dari seorang

siswa yaitu pembelajaran yang terbatas

dan jenuh dengan selalu menatap layar

smartphone ataupun computer. Dari

pihak siswa mungkin interaksi yang

terbatas sehingga beberapa siswa kurang

memahami apa yang sudah dijelaskan.

2. Agar kualitas pendidikan

tidak menurun, solusi apa

yang sekolah ambil untuk

beradaptasi?

Dalam melakukan adaptasi sekolah

berupaya memberikan sarana atau media

yang lebih adaptif dengan membuat

system bernama ruang edukasi untuk

melaksanakan pembelajaran dan juga

melakukan pembelajaran interaktif baik

melalui zoom ataupun google meet.

3. Bagaimana cara sekolah Dalam melakukan komunikasi kebijakan

128

mengkomunikasikan

kebijakannya dengan para

orang tua/wali dan siswa?

dengan orang tua/wali sekolah

menggunakan aplikasi seperti Whatsapp

atau telegram

4. Bagaimana cara sekolah

mengantisipasi kebijakan

yang mungkin gagal

diterapkan?

Sekolah selalu memiliki plan A, plan B

dan Plan C yang sudah dirapatkan dan

dipikirkan secara matang

5. Apa target yang ingin dicapai

kedepannya dalam

meningkatkan kualitas

pendidikan yang sudah ada,

khususnya jika pandemi

masih berlangsung?

Terus mempertahankan prestasi

walaupun dalam keadaan pandemic bisa

tetap mengikuti lomba dan kegiatan yang

positif secara daring.

6. Strategi apa yang sekolah

ambil supaya para siswa

tidak mudah merasa jenuh

dengan kondisi pembelajaran

yang baru?

Strategi yang saya berikan kadang

dengan memberikan penugasan seperti

membuat video untuk menceritakan

sejarah benda yang ada di rumahnya,

menugaskan siswa menceritakan kembali

persitiwa sejarah yang dialami atau

pernah dilihat oleh orang tua atau

keluarga yang ada dirumah atau dengan

memberikan tugas menggambar mind

mapping sehingga siswa tidak selalu

menatap layar smartphone atau computer

mereka

7. Penelitian ini menggunakan

teori kampanye sebagai

acuannya. Dalam teori ini

terdapat strategi komunikasi,

yaitu analisis situasi,

menetapkan tujuan,

mengenali target, skala

waktu, sumber daya, dan

evaluasi. Dari keenam poin

tersebut, mana yang sekolah

terapkan?

Menurut saya sekolah menggunakan

semua strategi yang ada. Dengan

menggunakan analisis situasi melakukan

perencanaa di awal tahun ajaran baru

untuk proses pembelajaran yang akan

berjalan, kemudian menetapkan tujuan

juga prioritas untuk masing-masing kelas

atau angkatan itu berbeda contohnya,

seperti tujuan antara kelas 12 yang akan

lulus dengan kelas 11 pasti akan berbeda,

kalau kelas 11 akan lebih diprioritaskan

untuk mengembangkan bakat dan

minatnya sedangkan untuk kelas 12 akan

diarahkan untuk masuk ke Perguruan

tinggi, tentunya jika ada target pastinya

ada skala waktu yang harus ditetapkan,

8. Apa dampak dari penerapan

poin-poin tersebut,

khususnya dalam

mempertahankan kualitas

pendidikan?

9. Bagaimana strategi

komunikasi sekolah dalam

129

mempertahankan kualitas

pendidikan di masa

pandemi?

skala waktu itu sekitar satu tahun dalam

mencapai target, dan dalam

merencanakan target juga tidak asal,

harus juga melihat dulu seperti apa

sumber daya manusianya, melihat bakat

dan minatnya sehingga sekolah bisa

mengembangkan kembali apa yang

sudah ada pada diri siswa, dan untuk

yang terakhir dalam membuat rencana ya

pasti harus ada evaluasi, evaluasi

dilakukan sekolah untuk mengetahui

sejauh mana perkembangan anak didik

dalam mencapai target yang sudah

ditentukan, apakah planning yang

dirancang sudah berada dijalur yang

sesuai atau tidak, dan evaluasi ini juga

membuat sekolah bisa melakukan

perencanaan kembali untuk tahun

berikutnya. Saya rasa sejauh ini

dampaknya positif dalam melakukan

pembelajaran siswa antusias, tetap

mengikuti kegiatan yang positif seperti

lomba dan dapat berprestasi juga

walaupun dengan secara daring

130

c. Hasil Wawancara dengan Narasumber Pendukung

Nama Firyal Suneva

Usia 16 Tahun

Status Pelajar

Kelas XI

Tahun Ajaran 2020/2021 – 2022/2023

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana pendapat orang

tua/wali dengan pendidikan di

masa pandemi?

Banyak orang tua tak puas dengan

kondisi dan cara belajar daring yang

diberikan guru dan sekolah di masa

pandemi COVID-19. Namun, sebagian

yang lain mengaku tak ingin

memberikan beban berlebihan kepada

anak di saat ini.

2. Apa dampak yang paling

dirasakan siswa di masa

pandemi ini?

Dampak yang paling dirasakan yaitu

proses pembelajaran kurang efektif.

3. Bagaimana cara sekolah

mengkomunikasikan

kebijakannya dengan siswa?

Dengan secara online menggunakan

alat komunikasi yang mereka miliki

karena adanya pandemi seperti ini.

4. Apa harapan anda sebagai

siswa kedepannya dalam

meningkatkan kualitas

pendidikan yang sudah ada,

khususnya jika pandemi masih

berlangsung?

Pembelajaran online dilakukan dengan

memanfaatkan teknologi khususnya

internet. Pembelajaran online

dilakukan dengan sistem belajar jarak

jauh, dimana Kegiatan Belajar dan

Mengajar (KBM) tidak dilakukan

secara tatap muka. Pembelajaran

dilakukan dengan menggunakan media,

baik media cetak (modul) maupun non

cetak (audio/video), komputer/internet,

siaran radio dan televisi.

5. Strategi apa yang sekolah

ambil supaya para siswa tidak

mudah merasa jenuh dengan

kondisi pembelajaran yang

baru?

Metode belajar sambil bermain, free

time

131

6. Penelitian ini menggunakan

teori kampanye sebagai

acuannya. Dalam teori ini

terdapat strategi komunikasi,

yaitu analisis situasi,

menetapkan tujuan,

mengenali target, skala waktu,

sumber daya, dan evaluasi.

Dari keenam poin tersebut,

mana yang sekolah terapkan?

Jelaskan!

Skala waktu, karena dalam

pembelajaran ini Selama pembelajaran

jarak jauh, pelajar perlu belajar

manajemen waktu agar dapat menjalani

kegiatan belajar di rumah dengan

teratur. Tujuannya agar tugas sekolah

atau kuliah bisa dikerjakan dengan

baik. Jadi meskipun pembelajaran

dilakukan secara online, kita masih

bisa menerima pembelajaran dengan

baik.

7. Apa dampak dari penerapan

poin-poin tersebut, khususnya

dalam mempertahankan

kualitas pendidikan?

Dampak yang paling dirasakan adalah

peserta didik di instansi penyelenggara

pelayanan pendidikan, seperti sekolah

disemua tingkatan, lembaga pendidikan

non formal hingga perguruan tinggi.

8. Bagaimana strategi

komunikasi sekolah dalam

mempertahankan kualitas

pendidikan di masa pandemi?

Tetapkan manajemen waktu, Belajarlah

dengan serius, Jaga komunikasi dengan

pengajar dan teman kelas,

9. Sebagai siswa, apa yang anda

rasakan saat tahu di awal

tahun merasakan tingkat SMA

justru tidak bisa belajar

dengan bertatap muka secara

langsung?

Waktu saya tahu tentang pembelajaran

diadakan dengan jarak jauh saya

merasa senang. Tapi pada akhirnya,

saya pikir lebih enak pembelajaran

tatap muka. Karena dengan adanya PJJ,

belajar jadi kurang efektif, tidak bisa

mengenal teman-teman dan lingkungan

sekolah.

132

2. Dokumentasi Lokasi Objek Peneletian

133

134

a. Dokumentasi Bersama Nrasumber Kunci

135

b. Dokumentasi dari Narasumber Utama

136

c. Narasumber Pendukung

137

3. Data negara-negara yang terpapar COVID-19

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157