Komunikasi Interpersonal

14
TUGAS MATA KULIAH PERSPEKTIF & TEORI KOMUNIKASI DOSEN PENGASUH: Prof. Syukur Kholil Dlt, MA, Ph.D Mei 2014 “KOMUNIKASI INTERPERSONAL ” ILHAMSYAH 1320040021 PROGRAM STUDI MAGISTER KOMUNIKASI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 2014

Transcript of Komunikasi Interpersonal

TUGAS MATA KULIAH PERSPEKTIF & TEORI KOMUNIKASI

DOSEN PENGASUH: Prof. Syukur Kholil Dlt, MA, Ph.D

Mei 2014

“KOMUNIKASI INTERPERSONAL ”

ILHAMSYAH 1320040021

PROGRAM STUDI MAGISTER KOMUNIKASI PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 2014

KOMUNIKASI INTERPERSONAL Ilhamsyah, 1320040021

Meminjam lirik lagu mbah Surip “bangun tidur tidur lagi”, komunikasi adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dari bangun tidur sampai pada kita tidur lagi, komunikasi menduduki peran penting. Oleh karena komunikasi merupakan Suatu proses penyampaian pesan dari sumber terhadap penerima pesan bisa melalui perantara atau media dengan adanya efek-efek atau timbal balik sesuai dengan rumusan komunikasi yang sering kita dengar.

Komunikasi tidak akan terjadi pada keadaan yang tidak ada kehidupannya, karena manusia adalah makhluk sosial, komunikasi akan terjadi pada keadaan sosial, sekalipun hanya satu manusia saja.

Secara luas konteks di sini berarti semua faktor di luar manusia, atau orang yang berkomunikasi, yang terdiri dari

a. Aspek bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi serta alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan;

b. Aspek Psikologis yang meliputi sikap, kecendrungan, prasangka, dan emosi para peserta komunikasi;

c. Aspek sosial seperti norma kelompok, nilai sosial serta karakteristik budaya; d. Aspek Waktu, yaitu kapan berkomunikasi, hari, jam, pagi, sore.

Jika melihat dari sudut pandang konteks, maka secara garis besar, klasifikasi komunikasi adalah seperti bagan berikut;

Mulyana Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar Cassandra. Bandung: Rosdakarya, 2001 hlm 71 menguti dari L. Book, ed Human Communication: Principles, Context, and Skills. New York: St. Martin's Press, 1980, hlm 110 hlm

Komunikasi Antar Pribadi Secara sederhana, komunikasi Antar Pribadi adalah komunikasi yang berlangsung oleh pribadi satu dengan pribadi yang lainnya. Komunikasi yang juga sering disebut Interpersonal Communication adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal (Mulyana, 2001:73). kemudian Stewart L Tubbs & Silvia memaparkan bahwa bentuk khusus komunikasi antar Pribadi ini adalah komunikasi diadik atau Dyadic Communication yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-isteri, dua

sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan yang lainnya; dengan ciri-ciri; pihak yang berkomunikasi berada pada jarak yang cukup dekat, pengiriman dan penerimaan pesan yang simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi Antar Pribadi juga komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004).

Dari uraian diatas komunikasi antar pribadi dilakukan minimal dua pribadi pada keadaan dan waktu yang sama, menggunakan bahasa serta gaya tubuh, yang melibatkan prasangka, sikap dan emosi yang tidak dapat melepaskan norma dan nilai sosial dan mendapatkan umpan balik yang segera.

Persespi. Persepsi adalah inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran atau interpretasi adalah inti dari persepsi, yang identik dengan penyandian atau decoding dalam proses komunikasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.

Jalaludin Rakhmat (2007: 51) menyatakan persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Sedangkan, Suharman (2005: 23) menyatakan: “persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia”. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian.

Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mengemukakan enam unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi kita ketika berkomunikasi dengan orang lain, yaitu:

e. Kepercayaan-Beliefs, Nilai-Values, dan sikap-attitudes f. Pandangan Dunia-worldview g. Organisasi Sosial-social Organization h. Tabiat Manusia-Human Nature i. Orientasi Kegiatan-Activity Oriented j. Persepsi tentang diri dan orang lain-perception of self and orther

Dari paparan diatas, secara sederhana, persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.

Sehingga kemudian karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Walaupun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya, pada dasarnya proses terbentuknya persepsi terjadi pada individu yang kita kenal diri seseorang.

Mulyana Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar Cassandra. Bandung: Rosdakarya, 2001 hlm 194 menguti dari Kenneth K Sereno dan Edward M Bodaken . Trans-Per understanding Human Communication. Boston: Houghton Mifflin, 1975, hlm. 26

Untuk melanjutkan tugas ini, saya berangkat dari percakapan teman saya beberapa waktu yang lalu melalui handphone, tidak begitu lama, kira kira begini; ............“Kemarin // ku hubungi si Taufik // kawan kita itu // yang kemarin nomornya kau kasi // tapi kok ku hubungi // nggak diangkatnya // apa dah lupa dengan dia sama aku”........... Dari dialog ini, Komunikasi Antar Pribadi terlihat sangat mudah sekali dilakukan dan terjadi, hal ini tentunya tidak terlepas dari perkembangan teknologi, ada Telepon genggam (handphone) sekarang, bahkan ada telepon pintar (Smartphone) namanya. Hubungan antar pribadi tidak terbatas jarak, bahkan kadang kadang waktu. Namun ada hal hal yang harus kita ketahui lebih mendalam mengenai interaksi interpersonal, berikut tulisan ini disusun berdasarkan sistematika topik yang diberikan dosen pengasuh.

1. PERSEPSI TERHADAP DIRI

Karena persepsi dilakukan pada individu atau diri, diri juga bagian yang dipersepsi oleh diri pula. Persepsi diri itu menunjukkan pandangan terhadap diri sendiri yang dapat mempengaruhi pembentukan kesan pertama (Suwarno, 2009:57). Misalkan, saat akan berkenalan dengan seseorang yang kita kagumi, pastinya kita akan merasa gugup dan malu-malu untuk memulai pembicaraan.

Pada situs online wikipedia.org dijelaskan bahwa; Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial. Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam persepsi kita mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki-laki, perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dsb) atau dapat juga

mengacu pada kemampuan tertentu (pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dsb.) konsep diri sangat erat kaitannya dengan pengetahuan. Apabila pengetahuan seseorang itu baik/tinggi maka, konsep diri seseorang itu baik pula. Sebaliknya apabila pengetahuan seseorang itu rendah maka, konsep diri seseorang itu tidak baik pula. Persepsi diri adalah upaya Anda mengamati diri kita sendiri; baik sifat, motivasi, perasaan dan emosi, atau lainnya. Anda sadar perasaan yang Anda alami. Anda tahu niat Anda dalam melakukan sesuatu. Anda paham sikap Anda terhadap sesuatu. Anda tahu alasan mengapa Anda berbuat sesuatu. Anda paham sifat-sifat Anda. Anda tahu kemampuan Anda. Pendek kata, Anda tahu diri Anda sendiri.

Johari window

Jendela johari adalah “model yang menjelaskan tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita. Model ini penting dalam komunikasi antarpribadi”. Johari window adalah jendela dengan empat bagian yang menggambarkan bahwa manusia terdiri atas empat self (diri). Namun johari berasal dari singkatan nama penemunya, yakni Joseph Luft dan Harry Ingham.

Gambar kucing atau harimau http ://firsz-one.blogspot.com/2013/01/persepsi-diri.html

1. Open self dalam diri kita terdapat daerah terbuka (Open). Open self adalah bagian dari diri kita yang menyajikan semua informasi, perilaku, sifat, perasaan, keinginan, motivasi, dan ide yang diketahui oleh diri sendiri dan orang lain. Informasi yang diketahui oleh diri sendiri dan orang lain ini mencakup antara lain nama diri, warna kulit, usia, agama, sikap terhadap politik, hobi, dan sebagainya. Menurut Joseph Luft, makin kecil bagian open self, makin buruk komunikasi berlangsung. Komunikasi tergantung pada tingkat keterbukaan di mana kita membuka diri kepada orang lain dan kepada diri kita sendiri. Jika kita tidak mengizinkan orang lain mengetahui tentang diri kita, komunikasi antara kita dan orang lain tersebut akan mengalami kesukaran, untuk tidak menyebut tidak mungkin. Untuk meningkatkan komunikasi antarpribadi dengan orang lain, kita harus memperlebar daerah open self . 2. Blind self Dalam diri kita terdapat daerah yang disebut daerah buta (blind). Blind Self adalah segala hal tentang diri kita yang diketahui orang lain namun tidak diketahui oleh diri kita sendiri. Karena adanya daerah buta atau blind, akan membuat komunikasi menjadi tidak efektif, maka kita harus mengusahakan agar daerah ini jangan terlalu besar dalam diri kita. Menghilangkannya sama sekali adalah tidak mungkin, namun kita harus berusaha untuk menyusutkannya. 3. Hidden self area Dalam diri kita terdapat wilayah tersembunyi. Wilayah ini berisi apa yang kita ketahui dari diri kita sendiri atau dari orang lain yang kita simpan untuk diri sendiri, yang orang lain tidak mengetahuinya. Misalnya, kita menyimpan sendiri rahasia kesuksesan kita, ketakutan kita akan sesuatu, masalah keluarga, kondisi keuangan yang buruk, dan sebagainya. Orang -orang seperti ini umumnya takut membuka diri, mungkin karena takut ditertawakan dan ditolak. 4. Unknown self Dalam diri kita terdapat wilayah yang tidak dikenal (unknown). Daerah unknown self adalah aspek dari diri kita yang tidak diketahui baik oleh diri kita sendiri maupun orang lain. Kita mungkin akan mengetahui aspek dari diri yang tidak dikenal ini melalui kondisi – kondisi tertentu, misalnya melalui hipnotis. Walaupun sulit untuk mengetahuinya, kita harus menyadari bahwa aspek ini ada dalam diri kita. 2. PERSEPSI TERHADAP ORANG LAIN

Persepsi mengenai orang lain (person perception) dan persepsi mengenai obyek / benda ataupun terhadap diri sendiri akan berbeda.

Menurut Rahmat (2003) ada empat perbedaan antara persepsi obyek dan persepsi tentang orang ; yang disebutnya persepsi interpersonal.

a. Pertama; pada persepsi obyek, stimuli dianggap sebagai panca indra melalui benda – benda fisik : gelombang cahaya, gelombang suara, temperatur. Sedangkan persepsi tentang orang, stimuli sampai kepada kita melalui lambang – lambang verbal atau grafis yang disampaikan pada pihak ke tiga. Pihak ketiga ini dapat mengurangi kecermatan kita.

b. Kedua. Persepsi tentang orang jauh lebih sulit daripada persepsi objek. Pada persepsi objek, kita hanya menaggapi sifat - sifat luar objek tersebut. Namun, pada persepsi tentang orang, kita mencoba memahami apa yang tidak ditangkap oleh alat indra kita. Kita coba memahami bukan saja perilaku orang, tetapi motiv atau

mengapa orang berperilaku. Itulah sebabnya mengapa kita harus memepelajari atribusi.

c. Ketiga. Saat melakukan persepsi obyek, obyek tidak bereaksi kepada kita. Kita tidak memeberikan reaksi emosional terhadap objek. Namun, ketika melakukan persepsi kepada orang lain, berbagai faktor telibat seperti faktor – faktor personal kita, karakteristik orang lain yang dipersepsi maupun hubungan antara kita dengan orang tersebut.

d. Keempat. Objek relative tetap, tapi orang cenderung berubah –ubah. Ruang kuliah yang diamati mahasiswa relatif sama dari waktu kewaktu, tetapi manusia yang diamati selalu berubah. Ada kemungkinan orang yang dipersepsi kemarin sedang gembira, tetapi hari ini dia sedih. Mungkin saja tadi pagi kita mempersepsi orang saat ia berada di tempat ibadah, lain kali ia berada diruang pesta sehingga ia menampilkan perilaku yang berbeda.

Betetapun kita sulit mempersepsi orang lain, namun kita berhasil juga memahami orang lain. kita masih dapat bergaul dengan mereka, masih dapat berkomunikasi dengan mereka, dan masih dapat menduga perilaku mereka. Kita menduga karakteristik orang lain dari petunjuk-petunjuk eksternal yang dapat diamanati petunjuk-petunjuk itu adalah diskripsi verbal dari pihak ketiga, petunjuk proksemik, kinesik, wajah, paralinguistik, dan artifaktual. Selain yang pertama, yang lainnya boleh disebut sebagai petunjuk non verbal. Semuanya disebut faktor-faktor situasional. Pengaruh Faktor-faktor Situasional Pada Persepsi Interpersonal Deskripsi Verbal Menurut eksperimen Solomon E. Asch, bahwa kata yang disebutkan pertama akan mengarahkan penilaian selanjutnya. Pengaruh kata pertama ini kemudian terkenal sebagai primacy effect. Menurut teori Asch, ada kata-kata tertentu yang mengarahkan seluruh penilaian kita tentang orang lain. Jika kata tersebut berada ditengah rangkaian kata maka disebut central organizing trait.

Petunjuk Proksemik Proksemik adalah studi tentang penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan; istilah ini dilahirkan oleh antroplog intercultural Eward T. Hall. Beliau membagi jarak kedalam empat corak; jarak public, jarak sosial, jarak personal, dan jarak akrab. Jarak yang dibuat individu dalam hubungannya dengan orang lain menunjukkan tingkat keakraban di antara mereka. Betulkah kita pun mempersepsi orang lain dengan melihat jaraknya dengan kita? Bagaimana penanggap mentimpulkan sesuatu dari jarak interpersonal?

Petunjuk Kinesik (Kinesic Cues) Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang lain yang ditunjukkan kepada kita. Beberapa penelitian membuktikan bahwa persepsi yang cermat tentang sifat-sifat dari pengamatan petunjuk kinesik. Begitu pentingnya petunjuk kinesik, sehingga apabila petunjuk-petunjuk lalin (seperti ucapan) bertentangan dengan petunjuk kinesik, orang mempercayai yang terakhir. Mengapa? Karena petunjuk kinesik adalah yang paling sukar untuk dikendalikan secara sadar oleh orang yang menjadi stimuli (selanjutnya disebut persona stimuli-orang yang dipersepsi;lawan dari persona penanggap).

Petunjuk Wajah Diantara berbagai petunjuk non verbal, petunjuk wajah adalah yang paling penting dalam mengenali perasaan personal. Ahli komunikasi non verbal, Dale G. Leather (1976:21), menulis; “Wajah sudah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Inilah alat yang sangat penting dalam menyampaikan makna.

Petunjuk Paralinguistik Yang dimaksud paralinguistik ialah cara orang mengucapkan lambang-lambang verbal. Jadi, jika petunjuk verbal menunjukkan apa yang diucapkan, petunjuk paralinguistik mencerminkan bagaimana mengucapkannya. Ini meliputi tinggi-rendahnya suara, tempo bicara, gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi atau obrolan). Suara keras akan dipersepsi marah atau menunjukkan hal yang sangat penting. Tempo bicara yang lambat, ragu-ragu, dan tersendat-sendat, akan dipahami sebagai ungkapan rendah diri, dan sebagainya.

Petunjuk Artifaktual Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan (appearance) sejak potongan tubuh, kosmetik yang dipakai, baju, pangkat, badge, dan atribut-atribut lainnya. Bila kita mengetahui bahwa seseorang memiliki satu sifat (misalnya, cantik atau jelek), kita beranggapan bahwa ia memiliki sifat-sifat tertentu (misalnya,periang atau penyedih); ini disebut halo effect. Bila kita sudah menyenangi seseorang, maka kita cenderung melihat sifat-sifat baik pada orang itu dan sebaliknya.

Pengaruh Faktor-faktor Personal Pada Persepsi Interpersonal Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Karena itu,keceramatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal kita. Beberapa ciri-ciri khusus penanggap yang ceramat adalah :

- Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. - Motivasi banyak dilibatkan dalam mempengaruhi persepsi interpersonal. - Kepribadian, orang yang banyak melakukan proyeksi akan tidak cermat

menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran sebenarnya. Sebaliknya, orang yang menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani perasaan bersalah, cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu pula orang yang tenang, mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan penilaian positif pada orang lain. Ini disebut leniency effect (Basson dan Maslow, 1957).

Proses Pembentukan Kesan Stereotyping Pengelompok-kan orang atau individu pada konsep-konsep tertentu; cerdas, bodoh, cantik, jelek, rajin, atau malas. Stereotyping ini juga menjalaskan terjadinya primacy effect dan halo effect. Primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan pertama amat menentukan. Begitu pula, halo effect.

Implicit Personality Theory. Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa yang berkaitan dengan sifat-sifat apa. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membuat kesan tentang orang lain. Teori ini tidak pernah dinyatakan, kerena itu disebut implicit personality theory.

Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne, 1979:56). 3. PRILAKU TERHADAP ORANG LAIN Prilaku terhadap orang lain, akan dipengaruhi oleh hal hal yang sangat erat kaitannya dengan komunikasi,

1. Symbolic Interaction Theory (George Herbert Mead) 2. Coordinated Management of Meaning (CMC) Theory (W. Barnett Pearce & Vernon

Cronen) 3. Cognitive Dissonance Theory (Leon Festinger) 4. Expectancy Violations Theory (Judee Burgoon)

Interaksi Simbolik Teori ini berpedapat bahwa orang-orang bertindak terhadap orang lain atau kejadian berdasar pada makna yang mereka sematkan terhadap orang lain atau kejadian tersebut.

Interaksi simbolik menurut Effendy (1989: 352) adalah suatu paham yang menyatakan bahwa hakekat terjadinya interaksi sosial antara individu dan antar individu dengan kelompok, kemudian antara kelompok dengan kelompok dalam masyarakat, ialah karena komunikasi, suatu kesatuan pemikiran di mana sebelumnya pada diri masing-masing yang terlibat berlangsung internalisasi atau pembatinan.

Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain:

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia, 2. Pentingnya konsep mengenai diri, 3. Hubungan antara individu dengan masyarakat.

Tema pertama pada interaksi simbok berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama.

Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya ”Konsep diri” atau ”Self-Concept”. Dimana, pada tema interaksi simbolik ini menekankan pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya.

Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial.

Koordinasi Manajemen Makna Teori ini lebih menekankan bahwa orang akan menggunakan seperangkat peraturan atau kebiasaan personal dalam usaha memahami situasi sosial.

Bagi Pearce dan Cronen, ujian utama bagi teori mereka adalah bukan kebenaran tunggal tetapi konsekuensi. Mereka memandang teori ini sebagai teori yang berguna untuk mensimulasi cara berkomunikasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup setiap orang dalam percakapan sehari-hari. Oleh karena itu teori ini umumnya banyak digunakan dalam konteks mediasi, terapi keluarga, konflik budaya dan sebagainya.

Selanjutnya, secara lebih rinci dikatakan bahwa teori ini mengikuti beberapa prinsip berikut:

1. Keterlibatan seseorang dalam sebuah percakapan adalah proses utama dalam kehidupan manusia. Menurutnya Pearce, komunikasi bukan sekedar aktivitas atau alat bagi seseorang untuk mencapai tujuannya, sebaliknya komunikasilah yang membentuk siapa diri mereka dan menciptakan hubungan (relationship) di antara mereka.

2. Cara seseorang berkomunikasi sering lebih penting dari pada isi pembicaraannya. Mood dan cara seseorang berkomunikasi memainkan peran yang besar dalam proses konstruksi sosial. Terkait dengan hal ini, bahasa disebut Pearce sebagai salah satu alat yang paling powerful yang pernah ditemukan dalam penciptaan dunia sosial. Dengan menggunakan bahasa orang saling menyebut orang lain sebagai rasis, gila, buas dan sebagainya. Dengan bahasa pula orang bisa memilih untuk menyebut sebuah peristiwa sebagai sebuah tindak kejahatan atau hanya sebagai sebuah insiden, sakit jiwa daripada gila, dan sebagainya.

3. Reflexivity dipahami dalam artian bahwa setiap apa yang kita lakukan akan berbalik dan mempengaruhi kita. Tindakan seseorang dalam percakapan akan menentukan kelanjutan dari interaksi mereka. Pearce dan Cronen adalah social ecologist yang mengingatkan kita pada dampak jangka panjang dari praktek komunikasi yang kita lakukan.

4. Mereka penuh rasa ingin tahu karena mereka memandang konyol jika mengharapkan kepastian ketika berhadapan dengan tindakan individu di luar kehidupan mereka dalam kondisi yang selalu berubah. Mereka adalah partisipan karena mencoba untuk secara aktif terlibat dalam apa yang mereka teliti. Mereka hidup dalam dunia yang plural karena mereka berasumsi bahwa orang menciptakan kebenaran ganda daripada sebuah kebenaran tunggal.

Ketidak Sesuaian Kognitif Teori ketidaksesuaian kognitif menekankan pada kebutuhan seseorang untuk menghindari mendengarkan pandangan yang berseberangan dengan pemahamannya.

Leon festinger menamakan perasaan yang tidak seimbang sebagai disonansi kognitif (cognitive dissonance). Konsep ini membentuk inti dari teori disonansi kognitif (Cognitive Dissonance Theory), teori yang berpendapat bahwa disonansi adalah sebuah perasaan tidak nyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan itu. Disonansi adalah sebutan untuk ketidak seimbangan dan konsonansi adalah sebutan untuk keseimbangan.

Asumsi Dari Teori Disonansi Kognitif 4 asumsi dasar dari teori ini adalah: 1. Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan

perilakunya. 2. Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis, 3. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan

tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur. 4. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk

mengurangi disonansi.

Tiga factor yang dapat mempengaruhi tingkat disonansi yang dirasakan seseorang(Zimbardo, Ebbesen, dan Maslach, 1977):

1. Tingkat kepentingan (importance), 2. Rasio Disonansi (Dissonance Ratio), 3. Rasionalitas (Rationale)

Expectancy Violations Theory (Judee Burgoon) Dalam teori pelanggaran harapan ini melihat secara spesifik atas apa yang terjadi ketika seseorang melanggar harapan kita. Teori ini memberi kesan bahwa kita akan menilai pelanggaran sebagai hal yang baik atau buruk kemudian bertindak selama percakapan.

Expectancy Violation Theory lebih mengarah pada bagaimana menjalin komunikasi jika berbagai persiapan (antisipasi) yang telah dibuat terganggu oleh kondisi yang ditemui di lapangan. Setiap orang yang akan menghadiri kegiatan tertentu secara tidak langsung dia telah mempersiapkan berbagai alternatif tindakan ataupun perkataan berdasarkan pada tiga hal;

1. Kontek (situasi lapangan); 2. Hubungan orang tersebut dengan mereka yang diduga akan ditemui; 3. Serta karakteristik mereka.

Namun dalam prakteknya berbagai tindakan orang diluar dugaan bisa saja terjadi, apakah perubahan air muka yang mencerminkan keterusikan seseorang atas hak privasinya,

antusiasme lawan bicara yang negatif dan lainnya. Pertanyaannya apa yang mesti dilakukan jika hal itu terjadi?

Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh Judee Burgoon (1974) yang mencoba menjelaskan berbagai makna yang dinilai sebagai tindakan tidak layak (violation) yang menggangu kebebasan pribadi seseorang (personal space). Teori ini dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap orang memiliki kebutuhan untuk bebas secara personal (tidak mau diganggu) dan kebutuhan untuk bergabung (berafiliasi) dengan orang lain (need for personal space and need for affiliation).

Pertanyaan dari teori ini, apakah yang akan dilakukan seseorang jika dia merasa terganggu privacy-nya oleh prilaku seseorang, akankah menjalin kerjasama untuk melanjutkan komunikasi, misalnya semakin mendekati orang tersebut? Atau bahkan akan bertindak oposisi terhadap orang tersebut dengan melakukan tindakan yang berlawanan?

Teori ini sejalan dengan norma sosial yang dianut serta disandarkan pada tiga faktor utama: kontek tingkah laku (contect) hubungan (relationship) dan karakteristik komunikator (communicator’s characteristics)

4. TEORI-TEORI PENGEMBANGAN HUBUNGAN ANTAR PRIBADI(RELATIONSHIP DEVELOPMENT). Pemahaman mengenai hubungan merupakan suatu hal penting dari komunikasi antar pribadi, karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi.

West dan Turner (2010: 145) mengelompokkan beberapa teori yang masuk dalam pembahasan tema pembangunan hubungan. Adapun teori tersebut adalah:

1. Uncertainty Reduction Theory (Charles Berger & Richard Calabrese) 2. Social Penetration Theory (Irwin Altman & Dalmas Taylor) 3. Social Exchange Theory (John Thibaut & Harold Kelley) 4. Relational Dialectics Theory (Leslie Baxter & Barbara Montgomery) 5. Communication Privacy Management Theory (Sandra Petronio).

1. Uncertainty Reduction Theory (Charles Berger & Richard Calabrese)

Teori ini berpendapat, ketika orang-orang asing bertemu, fokus mereka adalah mengurangi level ketidakpastian di antara mereka; baik pada level perilaku ataupun pemikiran (kognitif).

Hal tersebut dilakukan manusia guna mengurangi ketidakpastian atau meningkatkan prediktabilitas perilaku masing-masing dalam interaksi yang akan mereka kembangkan, Menggali pengetahuan berupa memahami itulah yang merupakan perhatian utama kita saat bertemu dengan seseorang yang belum kita kenal. Jika kita berdiam diri dalam ketidaktahuan, tidaklah akan membuat kita merasa tenang.

Teori ini merupakan bagian dari komunikasi interpersonal yang tampak pada dua orang yang pertama kali bertemu dan memulai percakapan singkat akan memunculkan banyak penilaian subjektif yang kemudian menimbulkan pertanyaan – pertanyaan. Timbulnya pertanyaan akan memunculkan dugaan – dugaan positif maupun negatif, sehingga pada akhirnya akan memunculkan berbagai ketidakpastian. Inilah dasar pencetusan Teori Pengurangan Ketidakpastian ( Uncertainty ReductionTheory) oleh Charles Berger dan Richard Calabrese.

Menurut Claude E. Shannon dan Warren Weaver, ketidakpastian ada ketika jumlah alternatif yang mungkin dalam suatu kondisi tinggi/banyak dan kemungkinan terjadinya alternatif – alternatif itu relatif setara. Sebaliknya, mereka menyatakan ketidakpastian menurun ketika alternatif – alternatif yang ada itu terbatas atau kemungkinan munculnya mudah dipilih/diprediksi. Pengurangan ketidakpastian dapat dilakukan dengan 2 subproses :

1.1. Prediksi yaitu kemampuan memperkirakan kemungkinan perilaku yang mungkin muncul sehingga membentuk sebuah kepastian.

1.2. Penjelasan yaitu kemampuan mengartikan makna dari tindakan tidak pasti.

Keduanya ini membutuhkan suatu keahlian dan pengalaman yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menghadapi ketidakpastian yang mungkin muncul.

Menurut Berger & Calabrese , terdapat tujuh konsep lain yang dapat digunakan sebagai alat pengurang ketidakpastian seperti: output verbal, kehangatan nonverbal, percarian informasi (bertanya), pembukaan diri, resiprositas pembukaan diri, kesamaan , dan kesukaan.

2. Social Penetration Theory (Irwin Altman & Dalmas Taylor) Social Penetration Theory percaya bahwa penyingkapan diri adalah cara utama yang mengembangkan sebuah hubungan dangkal kepada hubungan yang lebih intim. Meskipun di sisi lain, penyingkapan diri dapat juga meninggalkan seseorang mudah mendapatkan kritikan.

Teori Penetrasi Sosial ini dipopulerkan oleh Irwin Altman & Dalmas Taylor. Teori penetrasi sosial secara umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Di sini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di antara keduanya, atau dalam bahasa Altman dan Taylor: Penetrasi Sosial.

Tahapan Proses Penetrasi Sosial menurut mereka: 1.2 Orientasi: membuka sedikit demi sedikit. Merupakan tahapan awal dalam

interaksi dan terjadi pada tingkat publik. Disini hanya sedikit dari kita yang terbuka untuk orang lain.

2.2 Pertukaran penjajakan afektif: munculnya diri. Dalam tahap ini, merupakan perluasan area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul.

3.2 Pertukaran afektif: komitmen dan kenyamanan. Ditandai dengan persahabatan yang dekat dan pasangan yang intim. Dalam tahap ini, termasuk interaksi yang lebih “tanpa beban dan santai”.

4.2 Pertukaran stabil: kejujuran total dan keintiman. Tahap terakhir ini merupakan tahapan dimana berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka yangmengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi.

3. Social Exchange Theory (John Thibaut & Harold Kelley) Teori social exchange adalah sebuah teori yang mengemukakan bahwa kontribusi seseorang dalam suatu hubungan, di mana hubungan tersebut dapat mempengaruhi kontribusi orang lain. Tokoh dari teori ini adalah Thibault dan Kelley.

Berdasarkan teori ini, kita masuk kedalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperolehimbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Seperti halnya teori pembelajaran sosial, teori pertukaran sosialpun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit).

Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. “Ganjaran, biaya, laba, dan tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini”.

1.3 Ganjaran. Setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran bisa berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai-nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara seseorang dengan orang lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan waktu yang lainnya.

2.3 Biaya, adalah akibat yang dinilai negative yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri serta kondisi-kondisi dapat lain yang dapat menghabiskan sumber kekayaan atau dapat menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan. Seperti ganjaran, biayapun berubah-ubah sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat di dalamnya.

3.3 Hasil atau Laba, adalah ganjaran dikurangi biaya. Jika seseorang dalam suatu hubungan tidak mendapatkan keuntungan maka ia akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba.

4.3 Tingkat Perbandingan ini menunjukan ukuran baku yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat berupa pengalaman individu pada masa lalu atau alternatif hubungan lain yang terbuka baginya

Asumsi tentang perhitungan antara ganjaran dan upaya (untung-rugi) tidak berarti bahwa orang selalu berusaha untuk saling mengeksploitasi, tetapi bahwa orang lebih memilih lingkungan dan hubungan yang dapat memberikan hasil sesuai dengan yang diinginkannya. Tentunya kepentingan masing-masing orang akan dapat dipertemukan untuk dapat saling memuaskan daripada mengarah kepada hubungan yang eksploitatif. Hubungan yang ideal akan terjadi bila kedua belah pihak dapat saling memberikan keuntungan sehingga hubungan tersebut menajdi sumber yang dapat diandalkan bagi kepuasan kedua belah pihak.

4. Relational Dialectics Theory (Leslie Baxter & Barbara Montgomery) Dua orang yang memiliki hubungan interpersonal pasti mengalami konflik internal di dalam diri masing - masing. Kondisi internal ini kemudian berpengaruh pada hubungan. Hubungan menjadi dinamis, selalu mengalami perubahan. Ini yang disebut sebagai “ketegangan dialektis” Ketegangan ini berbentuk siklus yang terjadi dari waktu ke waktu.

Relational Dialectics Theory beranggapan bahwa semakin dekat hubungan antara dua orang, akan semakin banyak pula konflik yang berpotensi muncul dan memisahkan keduanya.

Ada tiga (3) pasang kutub yang menjadi ciri - ciri dari teori Relational Dialectics : 1.4 Keterhubungan dan keterpisahan (connectedness and separatedness) Dua orang yang memiliki hubungan - secara natural – pasti. ada keinginan

untuk saling dekat. Namun ada kalanya seseorang memerlukan waktu untuk menyendiri dan berinteraksi dengan diri sendiri. Jika seorang individu terlalu banyak berhubungan dengan orang lain tanpa memiliki waktu dengan diri sendiri, individu tersebut dapat kehilangan identitas pribadinya.

2.4 Kepastian dan ketidakpastian (certainty and uncertainty) Setiap orang membutuhkan kepastian dalam setiap hubungan dengan orang

lain, baik itu sahabat, kekasih, atau keluarga. Hal ini dikarenakan setiap orang memerlukan “ jaminan ” rasa aman dalam kelangsungan hubungannya. Namun ada kalanya seseorang ingin mengalami sesuatu yang sifatnya spontan, tidak terduga, misterius dan membuat penasaran. Hal- hal tersebut dapat menjadi bumbu agar hubungan tidak bersifat monoton dan datar.

3.4 Keterbukaan dan ketertutupan (openness and closedness) Hubungan antara dua orang akan berjalan baik jika masing - masing individu

terbuka seorang terhadap yang lain. Di sisi lain, ada juga waktunya dimana seseorang lebih memilih tertutup dan menjaga privasinya dari orang lain, sekalipun sahabat terdekat atau kekasihnya. Jika hal ini dilakukan dengan tepat, maka keseimbangan hubungan antarpersona akan terjaga dengan baik.

5. Communication Privacy Management Theory (Sandra Petronio). Dalam hubungan, seseorang secara konstan akan mengelola batas-batas pemikiran dan perasaan yang akan mereka bagi ataupun tidak kepada orang lain. Penyingkapan dalam sebuah hubungan ini membutuhkan pengelolaan batas-batas wilayah privat dan publik.

Teori privasi manajemen komunikasi memberi ketegangan antara berbagi dan menyembunyikan informasi pribadi dalam situasi keterbukaan. teori berbasis aturan, yang menjelaskan bahwa individu mengembangkan dan privasi aturan batas yang membantu mereka memutuskan apakah akan mengungkapkan atau menyembunyikan informasi pribadi tentang diri mereka sendiri. Aturan-aturan ini dibuat untuk membantu individu memaksimalkan manfaat dan menghindari biaya yang terkait dengan pengungkapan diri.

Asumsi Dasar Teori Manajemen Privasi Komunikasi 1.5 Informasi privat, merujuk pada cara tradisional untuk berfikir mengenai

pembukaan; ini merupakan pengungkapan informasi privat. Namun, Petronio (2002) melihat bahwa berfokus pada isi dari pembukaan memungkinkan kita untuk menguraikan konsep-konsep mengenai privasi dan keintiman dan mempelajari bagaimana mereka salaing berhubungan. Keintiman adalah perasaan atau keadaan mengetahui seseorang secara mendalam dalam cara-cara fisik, psikologi, emosional, dan perilaku karena orang ini penting dalam kehidupan seseorang. Pembicaraan pribadi, sebaliknya, tertarik dengan proses bercerita dan merefleksikan isi dari informasi privat mengenai orang lain dari kita.

2.5 Batasan privat, menjelaskan bahwa terdapat garis antara bersikap publik dan bersikap privat. Pada satu sisi batasan ini, orang menyimpan informasi privat untuk diri mereka sendiri (Petronio, Giles, Gallois dan Ellmers, 1998); dan pada sisi lain, orang membuka beberapa informasi privat kepada orang lain di dalam relasi sosial dengan mereka. Ketika informasi privat dibagikan, batasan sekelilingnya disebut batasan kolektif, dan ketika informasi privat tersebut tetap disimpan dan tidak buka, maka batasnnya disebut batasan personal.

3.5 Kontrol dan kepemilikan, orang merasa memiliki informasi privat mengenai diri mereka sendiri. Sebagai pemilik informasi, mereka percaya bahwa mereka harus ada dalam proporsi untuk mengontrol siapa saja yang boleh mengakses informasi privat tersebut.

4.5 System manajemen berdasarkan aturan, system ini adalah kerangka untuk memahami keputusan yang dibuat orang mengenai informasi privat. System ini memungkinkan pengelolaan pada level individual dan kolektif serta merupakan pengaturan rumit yang terdiri dari tiga proses: karakteristik aturan privasi, koordinasi batasan, dan turbulensi batasan.

5.5 Dialektika manajemen, dialektika manajemen privasi berfokus pada ketegangan-ketegangan antara kainginan untuk mengungkapkan informasi privat dan keinginan untuk meutupinya.

Knapp (1978) merumuskan model tahapan hubungan yang menunjukan bahwa orang mempertimbangkan untuk menuju hubungan yang lebih akrab dengan orang lain. Menurutnya hubungan berkembang melalui lima tahap, yaitu inisiasi, eksperimen, intensifikasi, integrasi dan ikatan. Kelima tahapan ini lebih merupakan kecenderungan dari perkembangan hubungan, dan bukannya bagaimana seharusnya hubungan berkembang.

1. Inisiasi biasanya mencakup percakapan singkat dan saling memberi salam. 2. Eksperimen, Selama tahap eksperimen masing-masing akan mengungkap informasi

mengenai partnernya. Percakapan pada tahap ini berfungsi untuk menjajaki terjadinya hubungan lebih lanjut, dan membantu dalam mengungkap persamaan atau perbedaan kepentingan.

3. Intesifikasi, Tahap ini melibatkan penyelidikan yang lebih mendalam pada kepribadian masing-masing.

4. Integrasi Pada tahap ini menciptakan rasa “bersama”, rasa kami/kita, dimana keduanya bertindak sebagai satu unit dan bukan sebagai individu yang terpisah. Keputusan yang dibuat pada tahap ini biasanya dilakukan berdua.

5. Sementara tahapan terakhir yaitu ikatan, terjadi ketika keduanya masuk kepada suatu ritual yang secara formal mengakui hubungan jangka panjang. Daftar Sumber: - Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT Citra Ditya Bakti. - Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. - Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana. - Spring 2001 Theory Workbook, 2001. Interpersonal Context: Relational Dialectics. - West, Richard. Pengantar Teori Komunikasi : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba

Humanika, 2008 - Dedy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Cetakan ketiga. Bandung, 2001 Remaja

Rosdakarya. - Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo - Persepsi ttg Orang dan Atribusi, Dra. Siti M. Armando, Msi - Resume Psikologi Komunikasi karya Drs. Jalaluddin Rakhmat, MSc. DEDI MERISA**

Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Syariah Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara dan Litbang LPM BURSA.

- Suwarno, Wiji. 2009. Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto - Sasa Djuarsa S., Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta. 2003 - John Fiske, Introduction to Communication Studies, Sage Publications, 1996 - Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communiation, Wadsworth Publication, New

Jersey, 1996. - Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

http://mysteriouxboyz90.blogspot.com/2010/08/teori-komunikasi-manajemen-privasi.html https://www.academia.edu/6625758/Komunikasi_Interpersonal http://wahyudhi21.blogspot.com/2013/11/relational-dialectics-theory.html http://afrianties.blogspot.com/2012/12/social-exchange-theory.html http://yusup-doank.blogspot.com/2011/06/2-teori-pertukaran-sosial-social.html http://yrandra.blogspot.com/ http://vavaavav.blogspot.com/2014/02/teori-pengurangan-ketidakpastian-teori.html http://wahyudhi21.blogspot.com/2013/11/relational-dialectics-theory.html http://mariberkomunikasi.blogspot.com/2009/08/johari-window.html http://chacagus.wordpress.com/ http://eric-harramain.blogspot.com/ http://mtatataufik.com/wp/expectancy-violation-theory-evt/?print=1 http://communicator12.blogspot.com/2009/09/teori-disonansi-kognitif.html http://megainzpirasi.blogspot.com/2013/04/teori-komunikasi-interpersonal.html