KOMUNIKASI POLITIK
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of KOMUNIKASI POLITIK
MAKALAH
KOMUNIKASI POLITIKJUNIANTO\ 2013147005
FISIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTAJAKARTA, AGUSTUS 2015
KOMUNIKASI POLITIK
Pendahuluan
Komunikasi politik merupakan studi multidisipliner
yang melibatkan beberapa cabang ilmu terutama cabang ilmu
komunikasi dan ilmu politik. Hal ini bisa dilihat dari
kajian komunikasi politik yang secara umum membahas
keterkaitan antara proses komunikasi dan proses politik
yang berlangsung dalam sebuah sistem politik. Kesulitan
yang dialami oleh kebanyakan studi multidisipliner
seperti studi komunikasi politik adalah sulitnya
menemukan keberimbangan penekanan ataupun perspektif dan
penguasaan metodologi lintas ilmu.
Komunkasi politik merupakan bagain dari disipilin
ilmu yang oleh Asosiasi Komunikasi Internasional ( ICA)
diakui sebagai salah satu kajian ilmu komunikasi dari 8
divisi komunikasi yang ada. Ialah (1) sistem informasi,
(2) Komunikasi antar pribadi (3) Komunikasi massa (4)
Komunikasi Antarpribadi, (5) Komunikasi Intercultural (6)
Komunikasi Instruksional, dan (7) Komunikasi Kesehatan.
Ilmu komunikasi Politik sejajar dengan 7 disiplin ilmu
tersebut dan telah memenuhi sarat sebagai objek kajian
ilmu, dan berlaku secara umum.
Yang menjadi objek kajian dari komunikasi politik
adalah proses komunikasi politik yang terjadi dalam
konteks politik, dimulai dari pemahaman dasar mengenai
politik, dan dampak yang timbul disebabkan pertukaran
pesan dalam konteks politik.
Terminologi dari komunikasi politik sesungguhnya
tidak jauh berbeda dengan makna yang terkandung dalam
ilmu komunikasi yang sudah banyak di pelajari di berbagai
Negara, di indonesia sendiri, ilmu komunikasi telah
banyak dipelajari pada Universitas-universitas baik
negeri maupun swasta.
Untuk dapat memahami ilmu komunikasi politik secara
menyeluruh, terlebih dahulu perlu dipahami ruang lingkup
ilmu komunikasi, karena sesungguhnya apa yang dilakukan
dari aktifitas politik adalah kegiatan dari berkomunikasi
sendiri, sedangkan pengertian komunikasi telah di
sebutkan oleh para sarjana ahli komunikasi lebih dari 126
pengertian, yang disebutkan oleh Frank EX dalam
Sendjaja , 1998 :7) yang secara garis besar adalah bahwa
komunikasi merupakan “Proses penyampaian atau pertukaran
pesan dengan sebuah maksud ataupun tanpa maksud sesuatu”
Setiap kajian ilmu memiliki karakteristik, termasuk
juga dalam komunikasi memiliki karateristik yang meliputi
proses pesan itu sendiri, dan model bagaimana komunikasi
dapat terjadi ia dapat berupa simbolilk dan juga bersifat
transaksional, memiliki tujuan tertentu untuk
membangkitkan partisipasi dari partisipan komunikasi.
Karakterisitik dasar dari komunikasi adalah proses
komunikasi yang mengharuskan adanya sumber pengirim
pesan, (komunikator) pesan yang hendak disampaikan
(Message) dan dengan media (Channel) apa pesan
disampaikan serta yang paling penting adalah Penerima
pesan. ( Reciever)
Sedangkan proses komunikasi memililiki 6 tingkatan proses
komunikasi :
6. Komunikasi dengan Masyarakat luas
5. Komunikasi Organisasi
4. Komunikasi Kelompok
3. Komunikasi dlm Kelompok
2. Komunikasi Antar Pribadi
1. Komunikasi Intra Pribadi
Komunikas intra pribadi menduduki peringkat pertama
dari tingkatan proses komunikasi, dan memiliki porsi yang
paling banyak, ini disebabkan oleh sifat dari Komunikasi
Intra Pribadi dapat dilakukan oleh siapa saja dan dari
berbagai kalangan, selebihnya tingkatan proses komunikasi
akan lebih memiliki porsi yang lebih sedikit, sesuai
urutan tingkatannya, oleh karena hanya dapat dilakukan
oleh kelompok maupun organisasi-organisasi tertentu.
Pada karakterisitk proses komunikasi Harold Laswell
menggambarkannya dalam model dasar komunikasi yaitu:
Who, say, what, in Wich Channel, To Whom, With what effect : Siapa
mengatakan apa, dengan saluran apa kepada siapa dan
dengan efek yang bagaimana.
Sementara Osgood dan Schramm menggambarkan dalam model
sirkuler yang cukup kompleks yaitu komunikasi dua arah
Model Komunikasi Osgood dan Schramm menggambarkan dua
pelaku komunikasi yang masing masing dapat berperan
sebagai sumber, atau penerima pesan, dan masing masing
dapat memberikan feedback atau respon.
Sementara Gerbner menggambarkan karakteristik model
komunikasi dengan mencakup 10 unsur meliputi (a)
Komunikator dan komunikan, (b) Persepsi (c) Reaksi (d)
Channel / Message
Source/Receiver
EncodingInterpretin
gDecoding
DecodingInterpretin
gEncoding
ReceiverSource/
MessageChannel
Feedback
situasi, meliputi fisik, psikis dan social (e) Saluran
(f) distribusi ( g) struktur (h) konteks ( i) makna pesan
dan (j) akibat.
Karakterisitik dari model-model komunikasi ini, pada
dasarnya merupakan sebuah simbol untuk merepresentasikan
suatu perisitiwa komunikasi, yang membentuk hirarki yang
saling berkaitan dan memiliki hubungan sebab akibat yang
pada akhirnya dapat disimpulkan gambaran menyeluruh
(heuristik) dari sebuah proses komunikasi, kemudian model
komunikasi juga berfungsi menjelaskan sebuah gagasan yang
rumit menjadi lebih sederhana.
Sedangkan penjelasan mengenai komunikasi politik,
Blake dan Haroldsen (1975) menjelaskan ada 8 ragam
bentuk komunikasi, yaitu
1. Komunikasi intra-pribadi
2. Komunikasi antar-pribadi
3. Komunikasi organisasional
4. Rumor.
5. Komunikasi massa
6. Komunikasi medio media massa.
7. Telekomunikasi, dan
8. Komunikasi nonverbal.
Dari ragam jenis komunikasi politik yang di gagas
oleh Blake dan Haroldsen tersebut seorang komunikator
politik dapat mentukan hasil apa yang ingin dicapai
dalam komunikasi politiknya, baik dari aspek kognitif,
afektif maupun konatifnya, tergantung dari objektif
atau tujuan dari komunikator politik tersebut.
Hirarki model pengaruh komunikasi dapat dilihat pada
proses model berikut ini.
ModelAspek/Tahap AIDA Hirarki Efek Difusi
Inovasi
Kognitif
Afektif
Konatif
Attention (Perhatian)
(Kesadaran) (Pengetahuan)
Knowledge (Pengetahuan)
Interest (Minat)Desire
(Keinginan)
Liking (Menyukai)
Preference (Pilihan)Conviction (Meyakini)
Action (Tindakan)
Purchase (Membeli)
Persuasion (Persuasi)
Decision
(Keputusan)Implementation (Pelaksanaan)
Confirmation (Konfirmasi)
HAKEKAT POLITIK
Jika ditelaah dari sudut pandang mengenai definisi
politik, bahwa politik adalah suatu cara untuk meraih
kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional
dalam rangka melaksanakan proses perumusan kebijakan
publik.
Dalam kamus Littre (dalam Hamid: 2001: 3, Terjemahan)
dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan politik adalah
“Ilmu memerintah dan mengatur negara”. Dalam kamus Robert
(dalam Hamid: 2001: 3, Terjemahan) politik didefinisikan
sebagai “Seni memerintah dan mengatur masyarakat
manusia”.
Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia edisi ke-4
Tahun 2005 mendefinisikan politik sebagai “Ilmu
Pengetahuan” yang berkenaan dengan cara atau Undang-
Undang Pemerintahan. Disebut juga dengan “Ilmu Siasah”
dalam Bahasa Arab atau “Ilmu Kenegaraan”. Dalam Islam
politik dipahami sebagai “Siasah Syar’iyyah yang berarti
mengurusi atau mengatur masalah berdasarkan syariat Islam
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW
Dalam konteks memahami hakikat politik, bahwa
sesungguhnya intisari dari seluruh kegiatan politik
adalah: Kekuasaan politik, Legitimasi, Sistem politik,
proses politik dan partai politik. Legitimasi termasuk
didalamnya dalah lembaga lembaga yang mengatur jalannya
pemerintahan seperti, eksekutif, legislatif dan
yudikatif, hal ini yang oleh Hamid (2001:3-4, terjemahan)
dikatakan sebagai kekuasaan yang terorganisir yang
didalamnya terdapat lembaga-lembaga kepemimpinan, dan
juga pemilik kekuasaan penekan, dan masing masing
melakukan perananya mengatur negara dan mengatur pola
pola kemasyarakan.
Di indonesia lembaga lembaga yang memiliki
legitimasi yang sah dalam mengatur dan memerintah negara
sering disebut sebagai Trias Politika (Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif)
Miriam Budiardjo ( 2001: 7:2) memberikan pengertian
yang lebih spesifik mengenai peran lembaga eksekutif,
yaitu lembaga yang diberi amanah untuk melaksakan
kebijakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh lembaga
legislative (DPR), pengertian ini dilandaskan pada teori
tentang pembagian kekuasaan. Lembaga eksekutif
(pemerintah) diharuskan melaksanakan kebijakan-kebijakan
yang sudah ditetapkan oleh lembaga legislatif. Dan
seiring dengan perkembangan jaman, lembaga eksekutif
berperan lebih dinamis dengan tidak hanya melaksanakan
peran yang sudah ditetapkan oleh lembaga legislatif,
namun juga melaksanakan penertiban terhadap masalah-
masalah maupun konflik yang terjadi dalam negara, ia
memiliki peran yang lebih jauh sebagai Law and Order
perancangan undang undang yang tadinya hanya menjadi
tugas lembaga legislatif, kini juga masuk dalam wilayah
tugas lembaga eksekutif dan keduanya bersinergi
mengantarkan Rancangan Undang-Undang, menjadi produk
Undang-Undang.
Dalam konteks lain, lembaga-lembaga pemerintah yang
mengatur dan melaksanakan produk perundang-undangan ia
diterjamahkan sebagai Fungsi Politik sebagai Artikulasi
kepentingan, yaitu proses penginputan berbagai
kebututhan, tuntutan dan kepentingan melalui wakil-wakil
kelompok yang masuk dalam lembaga legislatif, agar
tuntutan dan kepentingan kelompoknya dapat terwakili dan
rerlindungi dalam kebijkasnaan pemerintah. Pemerintah
dalam mengeluarkan suatu keputusan dapat bersifat
menolong masyarakat dan dapat pula di nilai sebagai
kebijaksanaan yang justru menyulitkan rakyat, oleh karena
itu warga negara atau setidak-tidaknya wakli dari suatu
kelompok harus berjuang untuk mengangkat kepentingan dan
tuntutan kelompoknya masuk dalam agenda kebijaksanaan
negara. Bentuk artikulasi yang paling umum di semua
sistem politik adalah pengajuan permohonan yang dilakukan
oleh individu kepada lembaga legislatif, atau kepala
daerah, Kepala desa dan seterusnya. Fungsi artikulasi
kepentingan ini adalah untuk mengelompokan kepentingan,
kebutuhan dan tuntutan kemudian menyeleksi sampai dimana
hal tersebut bersentuhan dengan kelompok yang
diwakilinya.
Kemudian fungsi kedua adalah Agregasi pentingan,
ialah cara bagaiamna tuntutan-tuntutan yang dilancarkan
oleh kelompok-kelompok yang berbeda digambungkan menjadi
alternatif-alternatif kebijakan pemerintah. Agregasi
politik dijalankan dalam sistem politik yang tidak
memperbolehkan persaingan partai secara terbuka.
Agregasi kepentingan berlangsung dalam diskusi
lembaga legislatif. DPR berupaya mengonversi dan
merumuskan kepentingan yang diwakilinya. Yang nantinya
semua kepentingan tercakup dalam usulan kebijaksanaan
yang untuk selanjutnya ditetapkan sebagai Undang-Undang.
Fung lain dari lembaga-lembaga politik adalah
sebagai aplikator peraturan umum pada kasus khusus,
peradilan peraturan dalam kasus Khusus, dan penyebaran
keterangan tentang peristiwa dalam sistem politik. Dan
jika dirumuskan dalam konsep sederhana peran dan fungsi
lembaga pemerintah atau politik merupakan aplikasi dari
fungsi Legislasi, Fungsi Anggaran dan Fungsi Pengawasan.
Fungsi Politik adalah fungsi untuk mengakomodir aspirasi
warga negara dan menjadikannya sebagai produk-produk
kebijaksanaan yang berpihak pada rakyat melalui sistem
perwakilan.
Dalam konteks keterwakilan terdapat dua konsep
perwakilan yang ada di seluruh dunia, yaitu perwakilan
politik yang didasarkan pada sistem kepartaian, dan kedua
perwakilan fungsional, yang pernah terjadi pada masa orda
baru di kenal dengan utusan daerah. Sistem perwakilan ini
terdiri dari dua sistem, yaiut sistem bicameral dan
unicameral. Sistem unicameral adalah sistem yang hanya
terdiri dari satu kamar, artinya pengambilan kebijakan
langsung ditentukan oleh anggota legislative, tanpa
melibatkan pemerintah. Kedua adalah sistem bicameral,
yaitu sistem dua kamar atau dua majelis, di indonesia
ialah adanya lembaga MPR yang terdiri dari DPR dan DPD.
PARTAI POLITIK
Salah satu bagian dari sistem politik adalah partai
politik, Miriam Budiardjo mengatakan bahwa partai politik
adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita
yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh
kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik –
(biasanya) dengan cara konstitusional – untuk
melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka
(Budiardjo, hal 161). Dari pengertian tersebut dapa di
tarik kesimpulan bahwa Partai Politik berfungsi sebagai
Sarana (1) Pendidikan Politik bagi anggota dan masyarakat
luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan
hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, (2) Penciptaan Iklim yang
kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
untuk kesejahteraan masyarakat, (3) Penyerap, penghimpun,
dan penyalur Aspirasi Politik masyarakat dalam merumuskan
dan menetapkan kebijakan negara, (4) Partisipasi Politik
warga negara Indonesia, dan (5) Rekrutmen Politik dalam
proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan
gender. Melalui partai politik inilah lembaga-lembaga
pemerintahan seperti lembaga Legislatave, Eskekutif dan
Yudikatif terbentuk.
SISTEM POLITIK DAN KOMUNIKASI POLITIK
KOMUNIKASI POLITIK
Gabriel Almond mengkatagorikannya sebagai satu dari
empat fungsi input sistyem politik, Kemudian mereka yang
menggunakan pendekatan komunikasi politik terhadap system
politik telah menjadikan komunikasi politik sebagai
penyebab bekerjanya semua fungsi dalam system politik.
Kominikasi politik sebagai layaknya darah,mengalir pasan
– pesan politik berupa tuntutan, proter dukungan
(aspirasi dan kepentingan ) ke jantung ( pusat )
pemprosesan system politik , dan hasil pemprosesan itu
yang tersimpul dalam fungsi – fungsi out-put ,lalu
dialirkan lagi oleh system politik dan selanjutnya
menjadi feedback system politik. Begitulah komunikasi
politik menjadi system politik itu hidup dan dinamis.
Sebagaimna dapat dilihat, pada tiap bagian dari system
politik terjadi komunikasi politik, mulai dari proses
penanaman nilai (sosialisasi politik atau pendidikan
politik ) sampai kepada pengartikulasian dan penghimpunan
aspirasi dan kepentingan, terus sampai ke proses
pengambilan kebijakan, pelaksanaanya, dan penilaian
terhadap kebijakan tersebut. Tiap – tiap bagian atau
tahap, itu dipersembahkan pula oleh komunikasi politik.
Lebih jauh dapat digambarkan peran penting
komunikasi politik dalam pemeliharaan dan meningkatkan
kualitas kehandalan suatu system politik yang sudah
mapan. ia berperan penting sekali dalam memelihara dan
mengembangkan budaya politik yang ada berlaku yang telah
menjadi landasan yang mantap dari system politik yang
mapan dan handal. Komunikasi politik mentransmisikan nila
– nilai budaya politik yang bersumber pandangan hidup
atau ideology bersama masyarakatnya kepada generasi baru
dan memperkuat proses pemberdayaanan dalam diri generasi
yang lebih tua. dengan demikian budaya politik dipelihara
dengan baik, mungkin bahkan berakar dan berkembang dari
generasi satu ke generasi yang lain. biasanya budaya
politik seperti itu hadir dan berkembang dalam situasi
sistem ploitik demokrasi yang memiliki ideology terbuka,
bukan dalam system politik otoriter / totaliter dengan
ideology tertutup dan bukan pula pada system politik yang
anarkis atau semeraut bahkan kacau.
KOMUNIKASI POLITIK SEBAGAI SEBUAH SISTEM
Sistem politik, seperti juga sistem-sistem lain,
akan lebih mudah dipahami jika dihampiri dengan
pendekatan sistem. Pendekatan ini bertolak dari dalil
sentral, bahwa semua gejala sosial (termasuk politik)
adalah saling berhubungan dan saling pengaruh
mempengaruhi. Pendekatan sistem berpegang pada prinsip
bahwa tidak mungkin untuk memahami suatu bagian dari
masyarakat secara terpisah dari bagian-bagian lain yang
mempengaruhi operasinya.
Dalam arti yang luas, sistem menunjukkan kepada segala
rangkaian elemen-elemen yang saling berkaitan. Sistem
politik terdiri dari komponen-komponen yang disebut juga
sub-sistem yang masing-masing melaksanakan fungsi
tersendiri sebagai bagian dari fungsi keseluruhan sistem.
Gurevich dan Blumer (1977) mengemukakan dalam arti yang
luas, komponen-komponen sistem komunikasi politik antara
lain:
• Lembaga-lembaga politik dalam aspek-aspek
komunikasinya.
• Institusi-institusi media dalam aspek-aspek
politiknya.
• Orientasi khalayak terhadap komunikasi politik.
• Aspek-aspek budaya politik yang relevan dengan
komunikasi.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa hakikat system politik
mengharuskan adanya interdependensi, saling tergantung dan
membutuhkan satu sama lain serta saling mensuplai
informasi atau energi antara sistem dengan lingkungannya
guna menjaga agar terjadi keseimbangan, merujuk pada
keterkaitan pada tataran teori dan praktis.
Pada tingkat teori hubungan tersebut mula-mula dapat
ditelusuri melalui peranan sejumlah ilmuan politik dalam
perkembangan teori dan penelitian komunikasi. salah satu
gagasan yang sangat legendaris berkaitan dengan
komunikasi dan politik adalah gagasan yang dikemukakan
leh Hardol Lasswel Who, says what, to whom, whit what channel and
with what effect
Pengaruh rumus tersebut di kalangan para pembahas
komunikasi politik, hingga sekarang masih tampak jelas
dalam sistematika mereka mengkaji masalah ini, yang
dikenal sebagai Lasswellian frame work. Disiplin
komunikasi sendiri telah menghasilkan sejumlah
kepustakaan teori dan penelitian yang jika ditelaah sarat
dengan pembahasan baik yang langsung maupun tidak
langsung menyentuh kawasan ilmu politik. Sejumlah karya
utama penelitian komunikasi yang langsung menghampiri
bidang politik adalah penelitian mengenai pelaku
pemberian suara (voting study) dan pengauh komunikasi massa
bagi respon khalayak terhadap kampanye dan keputusan
pemberian suara yang mereka lakukan dalam pemilihan umum.
SISTEM POLITIK
Sistem politik pada umumnya terbagi ke dalam dua sifat
yaitu sistem politik yang demokratis dan sistem politik
yang tidak demokratis/ totaliter, maka pada kedua sistem
tersebut akan terlihat dua pola komunikasi yang berbeda
pula:
1. Sistem Politik Totaliter
Sistem otoriter adalah sistem yang ditandai dengan
pemusatan kekuatan politik di tangan sekelompok kecil
elit yang tidak memberikan pertanggung jawaban kepada
masyarakat secara institusional.
Totaliterisme menggambarkan diktator penguasa yang
tersentralisir dan jalin menjalin, adanya indoktirani
idelogis untuk mengendalikan secara terang terangan
segenap aspek kehidupan sosial, pada prakteknya hal ini
kontrol dijalankan tidak hanya terhadap seleksi politik
dan agenda politik. tapi juga terhadap masyarakat dan
perekonomian lewat kontrol pada media.
Dalam Sistem Totalitarisme, batas batas yang populer
memisahkan politik, ekonomi dan masyarakat menjadi
lenyap, ini memungkinkan pentrasi dan depotisme yang
menjadi ciri khas dalam kediktatoran.
2. Politik Demokrasi
Sistem politik demokrasi adalah sistem politik yang
mendasarkan pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip
demokrasi dimana warga Negara dapat berpartisipasi dalam
setiap pengambilan keputusan yang dibuat oleh pemerintah.
Sistem yang memelihara keseimbangan antara konflik dan
konsensus, artinya demokrasi memungkinkan perbedaan
pendapat, persaingan dan pertentangan diantara individu,
diantara berbagai kelompok, individu dan kelompok,
individu dan pemerintah dsb.
Suatu sistem politik demokrasi tidak mungkin
bertahan tanpa dilandasi dan didukung oleh budaya politik
yang relevan dengannya, apalagi untuk meningkatkan
kualitas nya menjadi satu system politik yang mampan dan
handal, dari situ tersimpul betapa pentingnya makna
peranan komunikasi politik di dalamnya, sifat terbuka
dari ideology system politik demokrasi memungkinkan dan
mungkin menghendaki komunikasi politik mengembangkan
dialog yang wajar dan sehat, dua arah atau timbal balik,
baik secara vertical maupun horizontal, sejalan dengan
itu tidak ada yang berhak memonopoli
penafsirannya ,apakah itu penguasa atau kekuatan politik
tertentu, semua orang berhak untuk mengembangkan
pemikiran yang relevan tentang ideology bersama mereka,
dan oleh karena itu semua sama- sama memilikinya .
Sifat terbuka dari suatu ideology demokrasi biasanya
sudah hadir semenjak proses perumusannya melalui
consensus atau musyawarah mufakat, Oleh sebab itu
ideology demokrasi tersebut memang berakar dalam budaya
dan pengalaman sejarah masyarakat atau bangsa yang
memilikinya.
Budaya Politik dan Komunikasi Politik
Sistem politik menghadirkan keterkaitan yang
kompleks antara budaya politik dengan aspek-aspek lain
dalam sistem politik, baik formal maupun informal, tetapi
dengan menggunakan alat yang ada sangatlah sulit untuk
melihat totalitas sistem politik dalam waktu bersamaan.
Oleh karena itu, hampir semua ilmuwan politik dipaksa
untuk melihat satu aspek atau aspek-aspek lain dalam
sistem politik. Dalam konteks budaya politik masyarakat
merupakan subjek paling berpengaruh dalam sistem politik
dimana didalamnya terdapat hubungan yang dekat antara
struktur dan budaya politik.
Almond dan Verba mengelompokan budaya politik dalam
tiga klasifikasi yaiut budaya parokial, subjek dan
partisipan.
BUDAYA POLITIK PAROKIAL
Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat
partisipasi politiknya sangat rendah. Budaya politik suatu
masyarakat dapat di katakan Parokial apabila frekuensi
orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya
politik mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama
sekali terhadap keempat dimensi tersebut.
Contoh budaya politik parokial yakni masyarakat pada
suku-suku pedalaman yang mana mereka belum mengenal betul
siapa pemimpin negara mereka dan tidak ikut serta sama
sekali dalam pemilu.
BUDAYA POLITIK SUBJEK / KAULA
Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang
masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun
ekonominya tetapi masih bersifat pasif. Budaya politik suatu
masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat frekuensi
orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik
secara umum dan objek output atau terdapat pemahaman
mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh
pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai struktur
dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang dilakukan
pemerintah tidak terlalu diperhatikan.
Contoh Budaya Politik Subjek/Kaula yakni masyarakat
jawa (keraton) di jogja. Dimana rakyat sudah ada
pemahaman & kesadaran akan pentingnya berpartisipasi
dalam politik, namun mereka tidak berdaya dan tidak
kritis (hanya mengikuti perintah, tidak memberikan
aspirasi)
BUDAYA POLITIK PARTISIPAN
Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang
ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi. Masyarakat
mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan
politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik
yang anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang
baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik.
Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem
politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam
membuat kebijakan beserta penguatan, dan berpartisipasi
aktif dalam proses politik yang berlangsung
Contoh budaya politik partisipan yakni keaktifan
masyarakat terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan
politik seperti pemilu, demonstrasi, dan lain-lain.
Budaya Politik Indonesia saat ini adalah Campuran dari
Parokial, Kaula, dan Partisipan , dari segi budaya
Politik Partisipan , Semua ciri- cirinya telah terjadi di
Indonesia dan ciri-ciri budaya politik Parokial juga ada
yang memenuhi yaitu seperti berlangsungnya pada
masyarakat tradisional dan pada budaya politik kaula ada
yang memenuhi seperti warga menyadari sepenuhnya otoritas
pemerintah.
KOMUNIKATOR POLITIK
1. Identifikasi Komunikator Utama dalam Politik
Pengertian komunikator dalam komunikasi politik sama
dengan pengertian komunikator dalam proses komunikasi,
yaitu pihak yang bertindak sebagai sumber penyampaian
pesan kepada komunikanSebagaimana dalam proses komunikasi
pada umumnya, komunikator politik juga dapat dibedakan ke
dalam bentuk individu (individual source) dan kelompok (collective
source).
Komunikator individual dan komunikator kolektif dalam
komunikasi politik antara lain dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
INDIVIDUAL: KOLEKTIF:
= pejabat (birokrat) = pemerintah (birokrasi)
= politisi = partai politik
= pemimpin opini = organisasi kemasyarakatan
= jurnalis = media massa
= aktivis=kelompok penekan,kelompok
kepentingan
= lobbyist = kelompok elit
= pemimpin / komunikator
= badan / organisasi /
professional / perusahaan
komunikasi
Berdasarkan identifiaksi tersebut di atas, tampak
bahwa komunikator politik dapat dilihat sebagai
komunikator individual maupun wakil dari sebuah kelompok
(komunikator kolektif), tergantung dari peran yang
dijalankan. Hal ini dalam prakteknya terkadang memang
menimbulkan conflict of interest, misalnya: ketika seorang
menteri berbicara di depan publik, apakah dia berbicara
dalam kapasitas sebagai menteri (individu) atau sebagai
wakil pemerintah (kolektif), sebagai politisi (individu)
atau sebagai wakil partai politik (kolektif).
1. Typologi Komunikator Politik
Dan Nimmo mengemukakan tipologi komunikator politik yang
disebutnya sebagai komunikator kunci (key communicators)
meliputi politisi, komunikator profesional, dan aktivis.
Pendapat Nimmo tersebut banyak dikaitkan dengan kemampuan
komunikator politik sebagai pemimpin opini dalam
membentuk atau mempengaruhi opini publik.
MEDIA KOMUNIKASI POLITIK
Pengertian mengenai media komunikasi politik adalah
segala bentuk alat yang digunakan oleh para pelaku
politik untuk kepentingan aktifitas politiknya, di
tengah atmosfir keruwetan teknologi dan keberlimpahan
informasi, media menjadi kebutuhan vital dalam konsep
komunikasi pemasaran politik. Di tengah gempuran sistem
ekonomi-politik media yang sangat kapitalis, sesungguhnya
media juga memberikan ruang yang cukup luas bagi
politisi. Media televisi menyediakan ruang luas—di antara
hasrat komodifikasi-nya—untuk dimasuki apa saja melalui
program-programnya, baik berita, infotainment, maupun
hiburan. Dan, ruang luas itu mesti dibaca para politisi
sebagai “celah” yang bisa dimanfaatkan untuk melakoni
seluruh impression management-nya di layar kaca. Dengan
begitu, ia telah menjalankan upaya akuntabilitas
politiknya di hadapan konstituennya, sekaligus
mengokohkan pondasi komunikasi pemasaran politiknya.
Para komunikator politik dapat menggunakan seluruh kanal
media baik media mainstream, maupun media baru berbasis
digital, yang termasuk dalam kategori media lama
meliputi, Media elektronik dan media cetak, seperti
televisi, radio dan surat kabar, serta penggunaan media
baru berbasis cyber advertising seperti internet dan
social media, keduanya memiliki pengaruh yang cukup
signifikan dan saling sinergi antara media Manistream dan
Cyber Media, meliputi pengaruh terhadap pengetahuan,
sikap dan tingkah laku. namun sejatinya apapun bentuk
chanel media yang digunakan dan efektifitasnya, tidak
lepas dari figur komunikator nya sendiri, istilah The man
behind the Gun, merupakan semboyan yang relevan jika
dikaitkan dengan berhasil tidaknya seorang komunikator
politik membentuk citranya.
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan seorang
komunikator menyampaikan pesan-pesan melalui kanal kanal
media, adalah saluran-saluran yang digunakan, seperti
jaringan organisasinya, kelompok, dan saluran khusus.
Seperti organisasi politik dan bagaimana memanfaatkan
kelompok kepentingan sejalan dengan “kepentingan”
komunikator politik itu sendiri,
Peran Media Massa dalam Politik
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa begitu besar
peran media massa dalam kehidupan masyarakat, yang mampu
mempengaruhi dan merubah cara pikir suatu kelompok
masyarakat. Akan tetapi kekuatan media massa ini juga
digunakan oleh pemerintah maupun suatu kelompok
masyarakat di suatu pemerintahan untuk mempengaruhi opini
publik. Dalam dunia politik pun media massa digunakan
sebagai alat penyampaian informasi dan pesan yang sangat
efektif dan efisien .
Media massa banyak digunakan sebagai saluran karena
sifatnya yang menjangkau khlayak yang;
1. Heterogen.
2. Tak terbatas,
3. Tingkat Publisitas. Semua aktivitas manusia yang
menyangkut kepentingan umum dan atau menarik untuk
umum adalah layak untuk disebarluaskan. Pesan
melalui surat kabar harus memenuhi kriteria
tersebut.
4. Periodesitas, Menunjukan pada keteraturan
terbitnya, bisa harian, mingguan, atau dwi mingguan.
Setiap hari manusia selalu membutuhkan informasi.
Selama ada kehidupan, selama itu pula surat kabar
terbit.
5. Aktualitas, Laporan tercepat menunjuk pada kekinian,
atau terbaru dan masih hangat. Khalayak memerlukan
informasi yang paling baru.
Fungsi Media Massa
Menurut UU No. 32/2002 tentang Penyiaran, Bab II, fasal
4, dinyatakan bahwa penyiaran sebagai kegiatan komunikasi
massa mempunyai fungsi sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan yang sihat, kontrol dan perekat
sosial (ayat 1). Dalam menjalankan fungsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), penyiaran juga mempunyai fungsi
ekonomi dan kebudayaan. Beberapa fungsi media massa
antara lain:
Fungsi Informasi
Media telah menjadi alat untuk mencari informasi bagi
masyarakat. Dari media berita lokal, nasional, dan manca
negara dapat diterima.
Fungsi Agenda
Melalui media, agenda kerja manusia ditentukan. Orang
akkan mengerjakan apa hari ini dipengaruhi oleh media.
Banyak orang yang memiliki kebiasaan “sarapan” dengan
membaca surat kabar atau menonton berita di TV. Anak-anak
memilih membaca komik berdasarkan film yang ditayangkan
di TV.
Fungsi Penghubung Orang
Tidak dapat dipungkiri bahwa media memiliki fungsi untuk
menghubungkan manusia satu dengan manusia yang lain.
Tidak hanya daalam arti berita, tetapi juga informasi
lain yang ada dalam surat kabar akan berisi orang di
daerah lain.
Fungsi Fendidikan
Media massa sedikit banyak memberikan pesan tentang
pendidikan. Misalnya, bagaiman cara menjaga kesehatan,
bagaimana menggunakan hak pilih, dan sebagainya.
Fungsi Membujuk
Bagaimana pun media juga memiliki kekuatan untuk membujuk
atau merayu penmdengar, penonton atau pembacanya. Fungsi
membujuk ini sangat kental bila dilihat adanya siaran
iklan di media massa.
Fungsi Menghibur
Fungsi ini sangat kental pada media penyiaran, dengan
banyaknya acara sinetron, musik, lawak, dan olahraga.
Sementara menurut UU No. 40/1999 tentang Pers fungsi-
fungsi media massa secara universal, yakni sebagai
berikut:
Fungsi menyiarkan informasi (to inform). Penyampaian
informasi yang berkaitan dengan peristiwa, gagasan atau
pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa
yang dikatakan orang lain atau special event. Pesan yang
informative adalah pesan yang bersifat baru (actual)
berupa data, gambar, fakta, opini dan komentar yang
memberikan pemahaman baru/penambahan wawasan terhadap
sesuatu.
Fungsi mendidik (to educate). Media massa mendidik dengan
menyampaikan pengetahuan dalam bentuk tajuk, artikel,
laporan khusus, atau cerita yang memiliki misi
pendidikan. Berfungsi mendidik apabila pesannya dapat
menambah pengembangan intelektual,pembentukan watak,
penambahan keterampilan/kemahiran bagi khalayaknya serta
mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat.
1. Fungsi menghibur (to entertain), yakni memerikan
pesan yang bisa menghilangkan ketegangan pikiran
masyarakat dalam bentuk berita, cerita pendek,
cerita bersambung, cerita bergambar, sinetron,
drama, musik, tari, dan lainnya. Berfungsi menghibur
apabila kahlayak bisa terhibur atau dapat mengurangi
ketegangan, kelelahan dan bisa lebih santai.
2. Fungsi mempengaruhi (to influence). Fungsi
mempengaruhi pendapat, pikiran dan bahkan perilaku
masyarakat inilah yang merupakan hal paling penting
dalam kehidupan masyarakat. Karena itulah, media
yang memiliki kemandirian (independent) akan mampu
bersuara atau berpendapat, dan bebas melakukan
pengawasan social (social control)
Pesan Komunikasi Politik
Pesan Komunikasi Politik pada dasarnya mencakup 2
(dua) aspek: Verbal dan Nonverbal, meliputi bahasa yang
disampaikan melalu lisan dan gesture yang tujuannya
adalah membangun partispasi aktif dari masyarakat baik
dalam program-program yang diselanggarakan oleh
pemerintah ataupun partisipasi dalam bidang politik.
Sedangkan bentuk dan tekninik penyajian mencakup
aspek struktur dan daya tarik (appeals), ada 4 (empat)
pendekatan yang dapat dipergunakan agar penyajian pesan
menarik perhatian khalayak. Keempat pendekatan tersebut
adalah: fear appeals, Rational appeals, emotional
appeals, dan pendekatan humoris.
Penyajian pesan juga dapat menentukan berhasil atau
tidaknya upaya komunikasi yang dilancarkan seseorang
kepada seseorang atau kepada sekelompok orang atau
organisasi.Pesan dalam komunikasi mempunyai peranan yang
sangat penting dalam mencapai keberhasilan komunikasi.
Untuk itu komunikator harus pandai dalam menyajikan pesan
tersebut. Ada beberapa tekhnik dalam penyusunan pesan,
yang antara lain:
a) Fear (threat) appeals” yaitu suatu penampilan yang
menonjolkan unsure ancaman, bahaya, atahu hal-hal yang
menimbulkan rasa takut.
Contoh teknik penyajian pesan dengan gaya ancaman sering
dilakukan pada masa kepemimpinan orda baru
b) Emotional appeals”’ yaitu memberikan penekanan pada
hal-hal yang bersifat emosional.
c) Humor appeals”, yaitu yag menunjukan pada suatu
tekhnik penyajian pesan yang di susun secara humoris.
Selain ketiga tekhnik diatas adapula beberapa tehnik
yang dapat digunakan adalam penyusunan pesan, antara
lain:
a) Rational appeals; Dalam hal ini yang ditonjolkan gambaran
peristiwa sebenarnya, fakta dan/ atau argumentasi logis.
dan
b) Packaging Pesan
Pembicaraan Politik
Komunikasi politik terdiri dari 2 kata, komunikasi dan
politik. Komunikasi sendiri, menurut Carl I Hoveland
bermakna process by which an individual transmit stimuly (usually verbal
symbols) to modify behaviour of another individuals. Sebuah proses
yang memungkinkan terjadinya transfer stimulus individu
(biasanya berupa simbol verbal) untuk merubah kebiasaan
individu lainnya. Ilmuwan Politik Mark Roelofs mengatakan
dengan sangat sederhana bahwa “Politik adalah pembicaraan; atau
lebih tepat, kegiatan politik (berpolitik) adalah berbicara”. Akan tetapi ,
“Hakekat dari pengalaman politik, dan bukan hanya kondisi dasarnya, ialah
bahwa ia adalah kegiatan berkomunikasi antara orang-orang” (Nimmo,
1989).
Politik juga bisa dimaknai pemberdayaan elemen-elemen
negara, baik ke dalam maupun ke luar. Konsep awalnya
adalah kekuasaan yang ditujukan untuk melayani warga
negara.Sedangkan, makna komunikasi politik menurut Astrid
S Susanto adalah komunikasi yang diarahkan kepada
pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga
masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini
dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi yang
ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik.
Karena politik adalah pembicaraan, maka pada politik
terkandung apa yang dikemukan oleh David Bell. Menurut
David Bell (1972), pembicaraan politik mengandung tiga
kepentingan yang pasti dan jelas bersifat politis
Komunikasi politik memiliki 3 pola orientasi, yaitu:
Orientasi pada kekuasaan
Orientasi pada otoritas
Oritenasi pada pengaruh
Pembicaraan politik sendiri bisa bermakna para pemimpin
atau komunikator politik (seperti: politisi, profesional,
pejabat, atau warga negara yang aktif), dengan satu hal
yang menonjolkannya sebagai komunikator politik bahwa dia
berbicara politik.
Adapun komunikator politik merujuk pada politisi,
profesional seperti juru bicara, pejabat, dan warga
negara yang aktif menyampaikan kritik terhadap pelayanan
negara kepada warganya. Dengan kata lain, disebut sebagai
komunikator politik karena yang bersangkutan berbicara
tentang politik.
Politik sendiri bukan hanya soal kekuasaan. Proses
mengkritisi layanan kesehatan atau kinerja pemerintahan
pun termasuk dalam isu pembicaraan politik.
Bagi komunikator politik ini –yakni “siapa” yang
“mengatakan” dalam pembahasan mengenai komunikasi
politik– proses “mengatakan” berisi pembicaraan politik.
Fokus pembahasan mengenai pembicara politik, umumnya
menyangkut tentang:
Apa yang membuat pembicaraan bisa menjadi pembicaraan politik?
Disebut sebagai pembicaraan politik adalah pembicaraan
segala hal yang menyangkut kinerja pemerintahan untuk
melayani warganya.
Bagaimana hubungan antara kata dan permainan kata dengan politik?
Kata merupakan alat politik. Umumnya, politisi banyak
bermain dengan kata yang umumnya ambigu dan
multitafsir. Permainan kata ini sangat luar biasa di
Indonesia dan seringkali membiaskan permasalahan
politik yang sedang hangat dibicarakan.
Apa saja guna pembicaraan politik?
Pembicaraan politik berguna untuk memberdayakan
elemen-elemen negara untuk memberikan pelayanan maksimal
pada warga negara.
Dalam kehidupan sehari-hari, pembicaraan politik yang
dilakukan para politikus, baik itu pejabat maupun yang
berusaha menjadi pejabat, merupakan aspek yang sangat
penting. Kebanyakan di antara kita mengenal seseorang
sosok politik dari pembicaraannya (seperti dalam
konferensi pers, pidato, dan pernyataan tertulis) atau
karena apa yang orang katakan tentang dia. Sehingga,
pembicaraan politik merupakan titik terbangunnya citra
seseorang politikus.
Tiga jenis pembicaraan yang mempunyai kepentingan
politik, yaitu:
Pembicaraan Kekuasaan
Untuk mempengaruhi orang lain, bisa dilakukan dengan
ancaman dan janji. Bagaimana pun, kunci pembicaraan
kekuasaan ketika seorang pejabat mempunyai kemampuan
untuk mewujudkan janji ataupun ancaman.
Ancaman dan janji terletak di kutub yang bertentangan dan
berbeda. Meskipun begitu, intinya adalah pembicaraan
kekuasaan.
Berdasarkan penelitian, kebanyakan janji adalah bohong,
dan bohong adalah kekerasan yang disampaikan dengan cara
halus dan lembut. Dalam hal ini, kekerasan termasuk dalam
kategori ancaman, sehingga termasuk dalam bentuk
kekuasaan.
Contoh pembicaraan kekuasaan di Indonesia adalah
pernyataan SBY tentang kemungkinan adanya kekuatan yang
menunggangi aksi demo yang digelar elemen masyarakat
sipil dalam rangka memperingai Hari Anti Korupsi se-dunia
pada 9 Desember 2009 lalu.
Pembicaraan Pengaruh
Janji dan ancaman yang merupakan alat tukar pada
komunikasi atau pembicaraan kekuasaan, pada pembicaraan
pengaruh alat-alat tersebut bisa diganti dengan nasihat,
dorongan, dan permintaan. Dengan kata lain, pembicaraan
pengaruh lebih bersifat ajakan, tetapi masih bersifat
hukum dalam batasan yang wajar.
Pembicaraan Otoritas
Berbentuk pemberian perintah. Pembicaraan atau pernyataan
otoritas, misalnya dengan kata-kata “Lakukan!” atau
“Dilarang!”. Penguasa yang sah adalah suara otoritas dan
memiliki hak untuk dipatuhi.
Ketiga pembicaraan politik ini diterapkan pada situasi
yang berbeda. Bila mensyaratkan kompromi, menggunakan
Pembicaraan Pengaruh. Sedangkan pada pembicaraan
otoritas, mengharuskan tindakan tegas. Adapun pembicaraan
kekuasaan, digunakan untuk mengancam hal-hal yang
membahayakan negara.
Selanjutnya ada pembicaraan politik yang tersusun menjadi
bahasa yaitu propaganda
ropaganda politik merupakan salah satu dari bentuk-bentuk
komunikasi politik, yang berasal dari kata latin propagare
(menyemaikan tunas suatu tanaman).
Karakteristik kegiatan utama propaganda yaitu satu-
kepada-banyak (satu orang propagandis menggalang banyak
pengikut). Yang dimaksud propagandis adalah orang yang
melaksanakan kegiatan propaganda, yang mampu menjangkau
khalayak kolektif yang lebih besar. Propagandis dalam
politik disebut juga seperti politikus atau kader partai
politik yang memiliki kemampuan dalam melakukan sugesti
kepada khalayak dan menciptakan suasana yang mudah
terkena sugesti. Di mana situasi yang mudah terkena
sugesti itu sangat ditentukan oleh kecakapan dalam
menyugestikan atau menyarankan kepada khalayak, dan
khalayak itu sendiri diliputi oleh suasana yang mudah
terkena sugesti.
Atas pengertian tersebut, Jacques Ellul membagi
propaganda dalam dua tipe, yaitu propaganda politik dan
propaganda sosiologi. Di mana yang dimaksud dengan
propaganda politik itu adalah kegiatan yang dilakukan
pemerintah, partai politik, dan kelompok kepentingan
untuk mencapai tujuan politik (strategis atau taktis)
dengan pesan-pesan yang khas yang lebih berjangka pendek.
Sedangkan propaganda sosiologis biasanya kurang kentara
dan lebih berjangka panjang, dengan pesan-pesan suatu
cara hidup, yang selanjutnya akan mempengaruhi lembaga-
lembaga sosial, ekonomi dan politik.
Dengan demikian, propaganda politik itu merupakan
kegiatan komunikasi politik yang dilakukan secara
terencana dan sistematik, untuk menggunakan sugesti
(mempermainkan emosi), untuk tujuan mempengaruhi
seseorang atau kelompok orang , khalayak atau komunitas
yang lebih besar (bangsa) agar melaksanakan atau menganut
suatu ide (ideologi, gagasan sampai sikap), atau kegiatan
tertentu dengan kesadarannya sendiri tanpa merasa dipaksa
/ terpaksa.
PROSES KOMUNIKASI POLITIK
Komunikasi politik banyak menggunakan konsep-konsep dari
ilmu komunikasi oleh sebab, ilmu komunikasi memang
berkembang terlebih dahulu ketimbang komunikasi politik.
Konsep-konsep seperti komunikator, pesan, media,
komunikan, dan feedback sesungguhnya juga digunakan dalam
komunikasi politik. Titik perbedaan utama adalah,
komunikasi politik mengkhususkan diri dalam hal
penyampaian informasi politik.
Definisi komunikasi politik adalah seluruh proses
transmisi, pertukaran, dan pencarian informasi (termasuk
fakta, opini, keyakinan, dan lainnya) yang dilakukan oleh
para partisipan dalam kerangka kegiatan-kegiatan politik
yang terlembaga. Definisi ini menghendaki proses
komunikasi politik yang dilakukan secara terlembaga.
Sebab itu, komunikasi yang dilakukan di rumah antarteman
atau antarsaudara tidak termasuk ke dalam fokus kajian.
Meskipun demikian, konsep-konsep yang dikaji di dalam
komunikasi politik sangat banyak, yang oleh sebab
keterbatasan tempat, maka hanya akan diambil beberapa
saja.
Skema Kerja Komunikasi Politik
Untuk mempermudah penjelasan, perlu kiranya diberikan
sekadar skema proses komunikasi politik.
Secara operasional, komunikasi politik juga dapat
dinyatakan sebagai proses penyampaian pesan-pesan politik
dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu
hingga memberikan efek (feedback).
Berikut adalah Skema Proses Komunikasi Politik
Komunikator Politik (Korpol)
Pesan Kompol
(Message)
Media Kompol
(Channel)
Public Kompol
(Audience)
Feedback Kompol
Sender Receiver
Receiver Sender
1
1
2
Skema Proses Komunikasi politik diatas dapat terjemakan
sebagai berikut:
Komunikator = Partisipan yang menyampaikan informasi
politik
Pesan Politik = Informasi, fakta, opini, keyakinan
politik
Media = Wadah (medium) yang digunakan untuk
menyampaikan pesan (misalnya surat kabar, orasi,
konperensi pers, televisi, internet,
Demonstrasi, polling, radio)
Komunikan = Partisipan yang diberikan informasi
politik oleh komunikator
Feedback Kompol
Receiver Sender
2
FeedBack = Tanggapan dari Komunikan atas informasi
politik yang diberikan oleh komunikator
Komunikator dan Komunikan
Komunikator dalam proses komunikasi politik dapat
diposisikan oleh beragam pihak. Parlemen, partai politik,
kelompok kepentingan, warganegara, presiden, menteri,
pengamat politik, dan lain sebagainya. Mereka menjadi
komunikator jika menjadi partisipan yang menyampaikan
pesan-pesan politik, dan berubah menjadi komunikan jika
mereka berposisi sebagai penerima.
Pesan Politik
Pesan politik adalah isu-isu yang disampaikan
komunikator kepada komunikan. Diyakini bahwa komunikator
politik selalu “merekayasa” pesan politik sebelum itu
disampaikan kepada komunikan. Artinya, suatu pesan tidak
pernah dibuat secara sembarang oleh sebab seluruh
komunikator percaya selalu ada FeedBack dalam setiap
komentar mereka. Penentuan isu ini berkait dengan konsep-
konsep Manajemen Isu dan Kepemilikan Isu.
Media
Media menempati tempat strategis di dalam kajian
komunikasi politik. Terlebih lagi, dunia kini tengah
berada di peralihan antara Era Industrik menjadi Era
Informasi. Informasi menjadi komoditi yang “laku”
dipasarkan layaknya barang-barang seperti mobil, motor,
sepeda, dan air conditioner. Dalam proses komunikasi pun,
media memperoleh peranan yang semakin signifikan terutama
setelah ditemukannya media-media baru akibat hasil
perkembangan teknologi.
Contoh media adalah surat kabar (misalnya Kompas,
Media Indonesia, Rakyat Merdeka, Republika), televisi
(Metro TV, RCTI, SCTV, TV One, Al Jazeerah, CNN), website
(detik.com, kompas-online, tempo-interaktif), majalah
(tempo, gatra), dan masih banyak lagi. Media-media
tersebut memiliki karakteristik berupa keunggulan maupun
kelemahannya.
System politik Rasulullah
Komunikasi merupakan bagian inheren dalam kehidupan
manusia. Bahkan, mempunyai urgensi yang besar dalam
menjalani kehidupan itu sendiri, dimana dengan
berkomunikasi manusia dapat mengutarakan maksud dan
keinginannya serta mentranfer nilai-nilai tertentu yang
diinginkan.
Islam sebagai agama yang kaafah dan syumul juga
sangat memperhatikan konsep dan nilai dalam
berkomunikasi. Sebab, dakwah Islam sendiri berpadu padan
dengan komunikasi atau boleh dibilang dakwah itu salah
satu bentuk komunikasi.
Sementara itu, komunikasi memiliki seni tersendiri agar
suatu informasi dapat diterima dengan baik, benar, dan
tepat kepada komunikan. Sehingga, tidak keliru dalam
memahami informasi yang dimaksud serta tidak salah
memahami keinginan sang pemberi informasi tersebut.
Dalam sejarah dakwah Islam, Rasulullah SAW juga
sangat memperhatikan metode dakwah agar pesan dakwah
dapat diterima dengan baik bagi mad’u (yang didakwahi).
Rasulullah selalu mengutamakan musyawarah dalam
komunikasi politiknya, ini sesuai dengan perintah allah
untuk berlaku lemah lembut dalam hal berkomunikasi
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S Ali Imran ayat 159)
Surah Ali Imran Ayat 159 menyebutkan tiga hal secara
berurutan untuk dilakukan sebelum bermusyawarah, yaitu
sebagai berikut :
1. Bersikap lemah lembut. Orang yang melakukan
musyawarah harus menghindari tutur kata yang kasar
serta sikap keras kepala. Jika tidak,maka mitra
musyawarah akan pergi menghindar.
2. Memberi maaf dan bersedia membuka diri. Kecerahan
pikiran hanya dapat hadir bersamaan dengan sirnanya
kekerasan hati serta kedengkian dan dendam.
3. Memohon ampunan Allah sebagai pengiring dalam
bertekad, kemudian bertawakal kepada-Nya atas
keputusan yang dicapai
Yang diharapkan dari musyawarah adalah mufakat untuk
kebenaran karena Nabi Muhammad saw. Di dalam
bermusyawarah, kadang terjadi perselisihan pendapat atau
perbedaan.
Ayat ini menyinggung kekhususan Rasul, yakni akhlak mulia
beliau. Ayat ini menyatakan, apa yang menyebabkan orang-
orang Arab yang bersifat keras dan suka perang berkumpul
di sisimu dan beriman kepadamu adalah kelembutan
akhlakmu. Sekirannya kamu seperti mereka, maka tak
seorangpun datang ke sisimu dan merekapun yang beriman
akan berpaling darimu. Oleh karenanya, maafkanlah
ketidaktaatan mereka dalam perang Uhud dan beristigfarlah
untuk mereka. Meskipun sebelum perang anda bermusyawarah
dengan mereka dan musyawarah ini gagal, namun janganlah
anda meninggalkan musyawarah dengan mereka dalam urusan
berhubungan dengan mereka. Karena engkau adalah teladan
mereka.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat
dipetik:
1. Kasih sayang adalah hadiah Tuhan yang diberikan
kepada para pimpinan agama. Siapa yang ingin
menasihati orang lain, hendaknya dilakukan dengan
kasih sayang.
2. Di samping melakukan musyawarah, jangan melupakan
tawakal kepada Allah.
Meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya
pelanggaran pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian
kaum muslimin pada peperangan Uhud sehingga
menyebabkan kaum muslimin menderita kekalahan,
tetapi beliau tetap bersikap lemah lembut dan tidak
marah terhadap yang melanggar itu, bahkan
memaafkannya, dan memohonkan untuk mereka ampunan di
Allah SWT. Andaikata Nabi Muhammad saw bersikap
keras, berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan
din dan beliau. Di samping itu Nabi Muhammad saw
selalu bermusyawarah dengan mereka dengan segala
hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena
itu kaum mukmin bertawakal sepenuhnya kepada Allah,
karena tidak ada yang dapat membela kaum muslimin
selain Allah.
Di samping itu Nabi Muhammad saw selalu bermusyawarah
dengan mereka dengan segala hal, apalagi dalam urusan
peperangan. Oleh karena itu kaum muslimin patuh
melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah karena
keputusan itu merupakan keputusan mereka sendiri bersama
Nabi. Mereka tetap berjuang dan berjihad di jalan Allah
dengan tekad yang bulat tanpa menghiraukan bahaya dan
kesulitan yang mereka hadapi. Mereka bertawakkal sepenuh