retorika dakwah dalam politik

211

Transcript of retorika dakwah dalam politik

i

RETORIKA DAKWAH DALAM POLITIK

Studi Kasus TGB Muhammad Zainul Majdi

ii

UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Ketentuan Pidana

Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

iii

Mochammad Zia Ulhaq

RETORIKA DAKWAH DALAM POLITIK

Studi Kasus TGB Muhammad Zainul Majdi

NUSA LITERA INSPIRASI

2020

iv

Retorika Dakwah dalam Politik: Studi Kasus TGB Muhammad Zainul Majdi

Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Nusa Litera Inspirasi

Cetakan pertama Februari 2020 All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang

Penulis: Mochammad Zia Ulhaq

Perancang sampul: NLI Team

Penata letak: NLI Team

Retorika Dakwah dalam Politik: Studi Kasus TGB Muhammad Zainul Majdi

xvi + 194: 14.5 cm x 20.5 cm

ISBN: 978-623-7276-75-3

Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)

Penerbit Nusa Litera Inspirasi

Jl. KH. Zainal Arifin Kabupaten Cirebon, Jawa Barat

[email protected]

www.nusaliterainspirasi.com HP: 0852-3431-1908

Isi di luar tanggungjawab percetakan.

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah rah-

mat serta hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penu-

lis, sehingga bisa menyelesaikan penulisan buku dengan judul

“Retorika Dakwah dalam Politik Studi Kasus: TGB Muhammad

Zainul Majdi.” Ini sebagai syarat untuk menyelesaikan Program

Magister (S2) pada Program Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatul-

lah Jakarta Pengkajian Islam konsentrasi Dakwah dan Komunikasi.

Dalam penyusunan buku ini banyak hambatan serta rintangan yang

penulis hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat doa

dan bimbingan serta bantuan dari berbgai pihak baik secara moral

dan spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampai-

kan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA. Selaku Rek-

tor Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Jamhari, MA. Direktur Pasca Sarjana Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Hamka Hasan, Lc., MA. Wakil Direktur Sekolah Pasca

Sarjana Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Arif Zamhari, M.Ag., Ph.D. Ketua Program Studi Magister

Pengkajian Islam Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Arief Subhan, MA. Dosen Pembimbing yang telah ber-

sedia meluangkan banyak waktu untuk memberikan arahan

selama penyusunan buku.

6. Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA. Penguji dan Guru Besar

Bidang Ilmu Dakwah dan Komunikasi Uin Syarif Hidaya-

tullah.

7. Prof. Iik Arifin Mansurnoor, MA. Selaku penguji dan Guru

Besar Bidang Ilmu Sejarah.

8. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Pasca Sarjana Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta.

9. Dr. TGB. Muhammad Zainul Majdi Lc., MA. Yang melu-

angkan waktunya untuk bertemu dan wawancara secara

langsung dengan penulis.

vi

10. Seluruh responden yang telah bersedia membantu dan me-

luangkan waktu dalam pengisian kuesioner.

11. Kedua orang tua H. Ach. Zaeni, SE. Dan Ibunda Hj. Nur-

laela, S.Pd., M.Pd. beserta adik-adik tercinta Mochammad

Billy Adam, S.Ked. Ananda Ayu Islami, Anindya Aulia

Tajriyani. Yang telah memberikan doa dan dukungan sela-

ma proses penulisan.

12. Istri tercinta Aiza Lian Martini dan putri tersayang Laudya

Zeevana Umaila yang selalu mendoakan dan memberikan

dukungan penuh dalam penulisan buku ini.

13. Teman-teman seperjuangan Pasca Sarjana UIN Syarif Hi-

dayatullah Jakarta angkatan 2016 yang selalu memberikan

dukungan.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

yang telah membantu memberikan dukungan.

Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah dila-

kukan. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat untuk mendo-

rong penelitian-penelitian dalam bidang Ilmu Komunikasi selanjut-

nya.

Ciputat, 15 Januari 2020

Mochammad Zia Ulhaq

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisis peran komunikasi TGB Zainul

Majdi melalui retorika dakwah dan politik, meliputi metode pesan dak-

wah dan menganalisis tipe retorika politik TGB Zainul Majdi serta meng-

indetifikasi sikap dan identitas politiknya.

Penulisan ini mendukung pernyataan bahwa pesan dan retorika ula-

ma memiliki pengaruh dalam sosial dan politik, ulama memiliki keistime-

waan di tengah-tengah masyarakat ikut terlibat langsung dalam perumu-

san kebijakan. Sebaliknya tulisan ini berusaha membantah argumen yang

menyatakan seorang ulama atau tokoh agama mereka yang tidak terlibat

dalam politik, hanya sebatas mengajar dan berceramah saja karena politik

akan menghilangkan kehormatan seorang ulama.

Dalam melakukan penelitian agar memperoleh hasil yang objektif,

penulis menggunakan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif. Dengan menggunakan metode des-

kriptif kualitatif, mendeskripsikan bagaimana retorika dakwah dan politik

TGB yang dianalisis melalui pendekatan politik.

Penulisan ini meyakini bahwa retorika dakwah memiliki pengaruh

dalam perjalanan karir TGB Zainul Majdi, dalam dakwah dan politik me-

lalui pesan-pesan dakwah TGB Zainul Majdi dikenal sebagai seseorang

tuan guru dengan citra yang religius. Citra itu menghantarkan TGB men-

jadi seorang gubernur 2 periode dan namanya naik di kancah politik

nasional. Dengan menganalisis menggunakan teori politik rhetorically

reflector (inkonsisten) rhetorically sensitive (adaptif) menemukan bahwa

TGB Zainul Majdi lemah dalam sikap dan pendirian politiknya.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya terda-

pat perbedaan pada tema pembahasan. Penulis menggabungkan antara

retorika dakwah dan retorika politik. Kedua tema tersebut meliputi meto-

de retorika dakwah melalui pesan dakwah“bi al-ḥikmah,” “mauʿizhah

ḥasanah,” “wajādilhum billatī hiya aḥsan.” Menganalisis tipe retorika

politik melalui deliberative, forensic, demonstratif dan tiga teori identitas

politik, noble selves, rhetorically reflector, rhetorically sensitive. Sedang-

kan penelitian-penelitian sebelumnya lebih fokus pada satu tema pemba-

hasan saja.

Kata Kunci : TGB Zainul Majdi, Retorika, Dakwah, Politik

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam pe-

nelitian ini adalah ALA-LC ROMANIZATION tables yaitu seba-

gai berikut:

A. Konsonan

Initial Romanization Initial Romanization

}D ض A ا

Ţ ط B ب

}Z ظ T ت

‘ ع Th ث

Gh غ J ج

F ف }H ح

Q ق Kh خ

K ك D د

L ل Dh ذ

M م R ر

N ن Z ز

H ه،ة S س

W و Sh ش

Y ي }S ص

ix

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fatḥah A A

Kasrah I I

Ḑammah U U

2. Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan

Huruf Nama

ي... Fatḥah dan ya Ai A dan I

و... Fatḥah dan wau Au A da U

Contoh:

H{aul :حول H{usain :حسين

C. Vokal Panjang

Tanda Nama Gabungan

Huruf Nama

Fatḥah dan alif a> a dan garis di atas ــا

ي Kasrah dan ya Ī I dan garis di atas ــ

Ḑamah dan wau Ū u dan garis di atas ــ و

D. Ta’ Marbūţah

Transliterasi ta’ marbūţah (ة) di akhir kata, bila dimatikan

ditulis h.

Contoh:

Madrasah :مدرسة Mar’ah : مرأة

x

(ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab yang

sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat

dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafadz aslinya)

E. Shiddah

Shiddah/Tashdīd di transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf bershaddah itu.

Contoh:

Shawwa>l :شوال <Rabbana :ربنا

F. Kata Sandang Alif + La>m

Apabila diikuti dengan huruf qamariyah, ditulis al.

Contoh: القلم : al-Qalam

xi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR v

ABSTRAK vii

PEDOMAN TRANSLITERASI viii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR SINGKATAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 18

C. Batasan dan Rumusan Masalah 18

D. Tujuan Penelitian 19

E. Manfaat Penelitian 19

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan 19

G. Metodologi Penelitian 26

H. Sistematika Penulisan 31

BAB II LANDASAN TEORETIS 34

A. Ruang Lingkup Retorika 34

1. Pengertian Retorika 34

2. Lima Hukum Retorika 38

3. Tujuan dan Fungsi Retorika 40

B. Retorika Dakwah 41

1. Pengertian Retorika Dakwah 41

a. Metode Hikmah 44

b. Metode Mau’izhah Hasanah 46

c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan 49

2. Prinsip Retorika Dakwah 51

C. Retorika Politik 54

1. Tipologi Retorika Politik 55

2. Identitas Retorika Politik 57

xii

BAB III PROFIL MUHAMMAD ZAINUL MAJDI

DAN GAMBARAN UMUM TENTANG PROVINSI

NUSA TENGGARA BARAT 59

A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara

Barat 59

1. Kondisi Demografi 59

2. Religiusitas dan Sosial Politik Masyarakat

Lombok 63

a. Nahdhlatul Wathan di NTB 68

b. Kelompok Ormas Lainnya di NTB 72

B. Profil Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul

Majdi 78

1. Riwayat Hidup dan Pendidikan 78

2. Aktivitas Dakwah dan Politik Muhammad

Zainul Majdi 79

C. Zainul Majdi dalam Konteks Sosial Politik 89

1. TGB Zainul Majdi dalam Pilpres 2019 89

2. NW dan Struktur Kesempatan Politik 94

3. Nadhlatul Wathan dan Struktur Mobilisasi Sosial 95

4. NW dalam Realitas Politik 96

5. Perpecahan di Tubuh NW 97

BAB IV HASIL PENELITIAN 102

A. Retorika Dakwah dan Politik TGB Zainul Majdi 102

1. Retorika Dakwah TGB Zainul Majdi 102

a. Hikmah 105

b. Mau’izhah Hasanah 108

c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan 112

2. Tipologi Retorika Politik TGB Zainul Majdi 119

a. Retorika Politik Deliberatif 120

b. Retorika Politik Forensik 121

c. Retorika Politik Demonstratif 122

B. Identitas Retorika Politik TGB Zainul Majdi 124

1. Identitas Politik Rhetorically Noble Selves 125

2. Identitas Politik Rhetorically Reflector 127

3. Identitas Politik Rhetorically Sensitive 133

xiii

C. Analisis Retorika dalam Dakwah dan Politik

TGB Zainul Majdi 137

D. Analisis Tahapan (The Five Cannons of Rhectoric)

Retorika TGB Zainul Majdi 146

1. Inventio (Penemuan Tema dan Argumen) 146

2. Dispositio (Penyusunan Bahan) 148

3. Elocutio (Gaya Bahasa) 154

4. Memoria (Ingatan Bahan Pidato) 160

5. Pronunciatio (Teknik Menyampaikan Pidato) 161

BAB V PENUTUP 163

A. Kesimpulan 163

B. Saran 164

C. Implikasi Penelitian 166

DAFTAR PUSTAKA 168

GLOSARIUM 176

INDEKS 178

LAMPIRAN 183

BIODATA PENULIS 194

xiv

DAFTAR SINGKATAN

1. AHY : Agus Harimurti Yudhoyono

2. DPD : Dewan Pimpinan Daerah

3. DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

4. DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

5. HIMMAH : Himpunan Mahasiswa Nahdlatul Wathan

6. HULTAH : Hari Ulang Tahun

7. IAIN : Institut Agama Islam Negeri

8. IPNW : Ikatan Pelajar Nahdlatul Wathan

9. ISNW : Ikatan Sarjana Nahdlatul Wathan

10. LC : Licence

11. LSI : Lembaga Survey Indonesia

12. MA : Master of Art

13. MURI : Museum Rekor Indonesia

14. NBDI : Madrasah Nadhatul Wathan Diniyah

Islamiyah

15. NBDI : Nadhatul Banat Diniyah Islamiyah

16. NTB : Nusa Tenggara Barat

17. NU : Nadhatul Ulama

18. NW : Nahdlatul Wathan

19. OIAA : Organisasi International Alumni

Al-Azhar

20. Ormas : Organisasi Mayarakat

21. PB : Pengurus Besar

22. PBB : Partai Bulan Bintang

23. PEMDA : Pemerintah Daerah

24. PERSIS : Persatuan Islam

25. PIL : Persatuan Islam Lombok

26. PILPRES : Pemilihan Presiden

27. PWNW : Pengurus Wilayah Nahdlatul Wathan

28. QNA : Question And Answer

29. SAW : Shallahu ‘alaihi Wassalam

30. SBY : Susilo Bambang Yudhoyono

31. SCTV : Surya Citra Televisi

xv

32. SDN : Sekolah Dasar Negeri

33. SLTP : Sekola Lanjut Tingkat Pertama

34. TGB : Tuan Guru Bajang

35. TGH : Tuan Guru Haji

36. TGKH : Tuan Guru Kyai Haji

37. TIMSES : Tim Sukses

38. TNI : Tentara Nasional Indonesia

39. UAS : Ustad Abdul Somad

40. UEA : Uni Emirate Arab

41. UIN : Universitas Islam Negeri

42. UNRAM : Universitas Mataram

43. WHTS : World Halal Travel Summit/Exhbition

xvi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama dan politik merupakan isu lama dalam sejarah kehidu-

pan manusia hingga saat ini masih menyisakan perdebatan yang

sangat panjang, respons terhadap keduanya pun senantiasa meman-

tik polemik posisi agama dalam arena politik yang setidaknya

melibatkan dua kelompok yang secara diametris berlawanan. Satu

pihak mengampanyekan agar agama dilibatkan dalam setiap per-

timbangan politik. Gagasan inilah yang kemudian disebut sebagai

teokrasi.1 Pemerintahan yang berbasis agama. Konsekuensinya

adalah agama menjadi payung tertinggi dalam kegiatan politik.2

Kelompok kedua yang dimana sebuah ideologi yang menyatakan

bahwa sebuah institusi atau badan negara harus berdiri terpisah

dari agama atau kepercayaan (sekuler).3 Yakni persoalan agama

kemudian dikesampingkan dalam pengaruh kehidupan berbangsa

dan bernegara. Menurut Karl Marx, Agama sebagai candu bagi

masyarakat, agama sebagai modal atau isu untuk terus memperta-

hankan suatu kekuasaan dari suatu kelompok-kelompok tertentu

untuk suatu keinginan. Adapun menurut Freuerbach dalam tulisan-

nya yang berjudul Das Wesen des Christentums mengatakan bahwa

agama sebagai proyeksi manusia dalam mengejar suatu kebahagia-

an agama adalah cara seseorang mengaplikasikan kehidupannya

dalam berbagai hal, baik keduniaan atau yang berkaitan dengan

ketuhanan. Para agamawan yang semula menjadi penjaga moral,

1 Teokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dimana prinsip-prinsip

Ilahi memegang peran utama. 2 Samsul Maarif, Jurnal Filsafat, Relasi Agama dan Politik menurut

Rawls, Jurnal Filsafat, Vol. 16, No. 2, 2006. 3 Sekuler adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah

institusi atau badan negara harus berdiri terpisah dari agama atau keperca-

yaan.

2 | Retorika Dakwah dalam Politik...

saat ini mulai bergeser saat ini agamawan sebagai penjaga kekua-

saan dengan mengikat pemahaman moral masyarakat secara dog-

matik.4

Dalam ajaran Islam antara agama dan politik adalah dua hal

yang integral Islam tidak bisa dilepaskan dari aturan yang me-

ngatur urusan masyarakat dan negara sebab Islam bukanlah agama

yang hanya mengatur ibadah secara individu saja, namun Islam

juga mengajarkan bagaimana bentuk kepedulian kaum muslimin

dengan segala urusan umat yang menyangkut kepentingan dan ke-

maslahatan mereka.5 Mengontrol apa yang diberlakukan penguasa

terhadap rakyat, dan sebaliknya umat mematuhi perintah dan

aturan pemimpinnya. Islam ideologi politik bagi masyarakat dalam

kerangka yang lebih pasti bahwa agama Islam memerintahkan

kaum muslimin untuk mengatur, dan menegakkan nilai-nilai kebai-

kan pada negara dan menerapkan aturannya berdasarkan hukum

dan nilai-nilai Islam meliputi urusan politik, ekonomi, militer,

pidana, maupun hukum diatur oleh Islam. Nabi Muhammad mene-

rapkan nilai-nilai Islam dalam kepemimpinannya dalam urusan

negara dan umat, dan diikuti lagi oleh para Khulafa Rasyidin de-

ngan menerapkan, Shidiq diistilahkan dengan (transparancy admi-

nistrative) istiqamah (dalam hal ucapan dan perilaku) fathanah

(kecerdasan rasio dan ilahiyah) amanah (tanggung jawab), tabligh

(keselarasan antara sikap dan perilaku). Modal kebaikan ini yang

diterapkan oleh Rasulullah dan para sahabat dalam menciptakan

pemerintahan yang baik refleksi dari ajaran Islam yang baik dan

bersih wujud pemerintahan yang suci dalam menerapkan nilai-nilai

luhur Islam dalam setiap aktivitasnya, yang dikenal dengan istilah

kekinian Good Governance penyelenggaraan pemerintahan yang

baik dalam hal sistem dan manajemen.6

4 Wasisto Raharjo Jati, Teologi Pembebasan Sebagai Arena Profetia-

si Agama, Walisongo, Jurnal Veritas, Vol. 22, No. 1, 2014. 5 Masykuri Abdillah, Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indone-

sia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011), h. 9. 6 Andi Faisal Bakti, Islam Negara & Civil Society, (Paramadina,

2005), h. 346-349.

Mochammad Zia Ulhaq | 3

Fenomena yang unik pada kontestasi politik di Indonesia ada

seorang ulama muda yang bernama TGB Muhammad Zainul Majdi

seorang dai penghafal Qur’an yang juga seorang politisi, aktif

dalam kegiatan politik di Indonesia untuk kali pertama TGB Zainul

Majdi terjun ke dunia politik bergabung dengan Partai Bulan Bin-

tang (PBB). Pada tahun 2004 menjadi anggota DPR periode 2004-

2009. Akan tetapi terhenti di tengah jalan karena pada tahun 2008

Zainul Majdi maju Pemilihan Gubernur di Nusa Tenggara Barat.

Keterlibatannya dalam politik diartikan sebagai medan perjuangan

karena ikut terlibat langsung dalam merancang dan mengambil

kebijakan. Karenanya menurutnya “Kepemimpinan politik adalah

suatu perhikmatan, pengabdian kepada Allah untuk menghadirkan

kebaikan dan memberikan manfaat kepada umat”.7 Kepemimpinan

politik dalam Islam dimaknai sebagai salah satu cara mengabdikan

diri kepada Allah melalui suatu amanah besar untuk membangun

dan peradaban sehingga dalam hal ini kegiatan politik memiliki

nilai-nilai spiritualitas.8

Tulisan ini mendukung penelitian-penelitian yang menyatakan

“Bahwa seorang ulama melalui kata-kata dan retorikanya mampu

menjadi pelopor perubahan dalam sosial dan politik di tengah ma-

syarakat, seorang ulama yang ikut secara langsung merumuskan

kebijakan-kebijakan politik untuk kemaslahatan umat.”9 Geertz

(1960) dan Horikoshi (1978) mengatakan bahwa, “Seorang tokoh

agama adalah seseorang yang memiliki keistimewaan dengan itu

mampu menjadi sumber perubahan sosial masyarakat. Ulama juga

sebagai makelar budaya (cultural brokers) memiliki pengaruh yang

7 Wawancara langsung dengan TGB Zainul Majdi, pada 4 0ktober

2019. 8 Syarifuddin Jurudi, Pemikiran Politik Islam Indonesia, (Yogyakar-

ta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 509. 9 Miftah Faridl, Peran Sosial Politik Kyai di Indonesia, Jurnal Sosio-

teknologi, Edisi 11 Tahun 6, 2007.

4 | Retorika Dakwah dalam Politik...

kuat dan mampu menjembatani berbagai kepentingan melalui

bahasanya yang dipahami dan dimengerti oleh masyarakat.”10

Tulisan ini berusaha membantah argumen yang menyatakan,

seorang ulama atau tokoh agama dia yang hanya berada dalam

lingkup Pondok Pesantren dan hanya berceramah saja tidak ikut

terlibat dalam aktivitas politik, beranggapan keterlibatan seorang

ulama dalam politik praktis akan melunturkan identitas dan kha-

rismanya sebagai tokoh agama.11

Karena seorang ulama mereka

yang dihormati dan memiliki banyak santri bukan seorang ulama

yang terjun dalam politik yang cenderung menggunakan agama

untuk kepentingan politiknya saja.”12

Saat ini banyak sekali pesan-pesan kebaikan yang disampai-

kan melalui retorika disalahgunakan oleh para pembicara atau

pemuka agama kepada umat tidak sesuai dengan fungsi retorika,

dimana fungsi tersebut diantaranya to inform memberikan suatu

penjelasan, to convince meyakinkan dan memberikan kesadaran

tentang kebaikan kepada pendengar, to inspire menumbuhkan sua-

tu inspirasi kebaikan kepada pendengar, akan tetapi retorika saat

ini malah dijadikan sekelompok orang untuk meraih tujuan-tujuan

tertentu.13

Mulai dari penyampaian narasi-narasi yang keras berna-

da ancaman misalnya Islam, nabi dan syariat adalah kebenaran

yang harus diikuti multak dari golongan tertentu dan ketika tidak

diikuti, termasuk orang kafir masuk dalam dosa besar dan masuk

neraka, dimana umat digiring oleh narasi retorika kebenaran menu-

rut kelompoknya saja, tapi sementara kebenaran yang sebenarnya

mereka sembunyikan.

10

Wasisto Raharjo Jati, Teologi Pembebasan Sebagai Arena Profe-

tiasi Agama, Jurnal Veritas, Walisongo, Volume 22, No. 1, 2014. 11

Eko Setiawan, Keterlibatan Kyai Dalam Politik Praktis dan Impli-

kasinya Terhadap Masyarakat, Ar-Risalah, Vol. XIII No. 1, 2014 12

Abdurahman, Fenomena Kiai Dalam Dinamika Politik, Jurnal

Sosial dan budaya keislaman, Karsa, Vol. XV, No.1, 2009. 13

Maarif, Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik, (Depok: PT.

Rajagrafindo Persada), h. 9.

Mochammad Zia Ulhaq | 5

Ada juga narasi retorika yang tidak memiliki landasan yang

kuat dimana seorang pembicara atau tokoh agama menggunakan

retorika yang dangkal hanya menggiring opini sepihak yang

terkesan memaksa pendengar untuk mengikutinya dengan gaya dan

cara mengambil dalil menurut sudut pandangnya saja atau sepe-

nggalan kata-kata ulama A dan ulama B yang tidak shohih yang

berimbas pada kesimpulan yang menjadikan retorikanya pincang

tanpa dasar yang kuat, seolah itu kesimpulan paling benar yang

harus diikuti. Retorika bersifat noble selves (menganggap dirinya

paling benar) tidak memberi ruang atau sanggahan ketika sedang

berdiskusi, karena mereka hanya ingin memaksakan kehendak dan

paham mereka saja bukan memberi suatu pencerahan. Paham

mereka sendiri yang mereka ikuti dan agungkan ibarat menjual

obat, inilah obat yang paling mujarab yang bisa menyembuhkan

dan yang lain itu obat yang palsu. Retorika saat ini cenderung

menaruh seputar simbol-simbol keagamaan dan kekerasan dalam

beragama saja terkesan itu adalah narasi lama tanpa ada pemba-

ruan. Jarang sekali penulis mendengar narasi-narasi retorika dari

tokoh agama yang mengarahkan umat untuk bisa menghargai dan

menyerap kemaslahatan dari alam yang Allah ciptakan, ini hal

terlupakan hal yang kadang terlupakan Rahmatan lil alamin bukan-

lah sekadar motto Islam, tapi karena merupakan tujuan dari ajaran

Islam sendiri sesuai dengan tujuan tersebut, maka sudah sewajar-

nya apabila orator (pembawa pesan) menjadi pelopor perubahan

bagi pengelolaan alam dan lingkungan sebagai manifestasi dari

rasa kasih bagi alam semesta dengan melarang membuat kerusakan

di muka bumi, Islam mempunyai kewajiban untuk menjaga lingku-

ngan dan menghormati alam semesta yang mencakup jagad raya

mengarahkan bagaimana cara umat untuk menjaga sumber daya

alam yang Allah berikan kepada hambanya dengan memanfaatkan

alam dan mengambil nilai-nilai kebaikan alam untuk generasi saat

ini dan anak cucu nanti. Seorang orator atau tokoh agama seharus-

nya peka terhadap kondisi terkini, selain narasi simbol-simbol aga-

ma, narasi pengajaran agama, tokoh agama juga harus mampu

mengingatkan kepada umat untuk mengamalkan nilai ajaran Islam

kepada alam yang kita pijak. Mampu menyerap pesan Allah mela-

6 | Retorika Dakwah dalam Politik...

lui alam untuk kebaikan umat dan generasi yang akan datang

disampaikannya melalui pesan agama dikemas melalui retorika

yang baik.14

Allah berfirman dalam surat Ali Imran 190-191:

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,

dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-

tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang

yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau da-

lam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang

penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan

kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Ma-

ha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

TGB Zainul Majdi politisi dan tokoh agama dari NTB yang

menggabungkan antara dakwah dan politik sebagai medan perjua-

ngan identitasnya sarat dengan narasi-narasi retorika dakwah me-

ngenai pesan moderasi, ukhuwah islamiah, dan toleransi, bahkan

dia sering mengulas mengenai nilai-nilai kebaikan Islam yang

harus diaplikasikan dalam kehidupan. Namanya santer terdengar

pada perhelatan Pilpres 2019 TGB Zainul Majdi menjadi tokoh

yang digadang-gadang maju pada ajang pemilihan Presiden (Pil-

pres) 2019, muncul sebagai tokoh perubahan dan hadir di kancah

nasional sebagai pemimpin yang religius dan terbilang sukses sela-

ma 2 periode memimpin NTB, dalam hal SDM dan infrastruktur

14

Andi Faisal Bakti, TrendsetterKomunikasi di Era Digital: Tanta-

ngan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Jurnal

Komunikasi Islam, Vol. 04, No. 01, 2014.

Mochammad Zia Ulhaq | 7

maupun kebijakan-kebijakan yang ada nilai-nilai Islam di dalam-

nya. Pada usia 36 tahun sudah mampu berkarya dan mengabdi

untuk masyarakat menurutnya:

“Dakwah dan politik itu selalu berkaitan satu dengan yang

lain, karena Islam tidak memisahkan antara agama dan politik

karena sesungguhnya seluruh wilayah kehidupan adalah wahana

untuk dakwah, termasuk wilayah politik adalah wilayah yang

amat penting dalam berdakwah, karena di dalamnya terdapat kebi-

jakan-kebijakan yang berkaitan dengan umat Islam.”15

Pada masa kepemimpinannya menjadi seorang Gubernur per-

tumbuhan ekonomi NTB meningkat dengan 9,9 persen. Dari pres-

tasi ini membuat NTB mendapatkan predikat dengan pertumbuhan

ekonomi terbaik. Bahkan melampaui nasional yang hanya sebesar

4,9 persen. Dan mampu menggerakkan roda pemerintahan dan

mengangkat NTB dari predikat sebagai provinsi tertinggal dalam

jangka waktu 2014-2016. Dimana NTB sebelumnya termasuk

daerah yang tertinggal dan tidak muncul di level nasional bahkan

sebelumnya ada ungkapan NTB = Nasib Tergantung Bali. Per-

kataan tersebut meluncur dari mulut warga Provinsi Nusa Tenggara

Barat sendiri. Tersirat rasa pesimis di sana. Terbersit keputusasaan

akan kondisi yang ada.

Keberhasilannya dalam memimpin NTB dengan mendapatkan

penghargaan sebagai salah satu Gubernur terbaik dalam negeri

pada 2017. Dinilai dari aspek kepemimpinan, kredibilitas, dan

akseptabilitas dalam rangka menciptakan pemerintahan bersih.

Ketika menjabat kepala daerah pun dinobatkan menjadi Gubernur

termuda dan mendapat Rekor Muri (Museum Rekor Indonesia)

pada saat dilantik sebagai Gubernur NTB, 17 September 2008,

usianya baru menginjak 36 tahun, dan berhasil memimpin Provinsi

Nusa Tenggara Barat selama 2 periode. Dia adalah TGB Zainul

15

Dalam Program “Satu Indonesia Bersama Muhammad Zainul

Majdi”, diakses 5 mei 2018 dari https://www.youtube.com/watch?v=nKR

Vs9BzyVE

8 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Majdi saat ini juga beliau menjabat sebagai ketua (OIAA) Organi-

sasi Internasional Alumni Al-Azhar menggantikan ketua sebelum-

nya Quraish Shihab.

TGB Zainul Majdi yang besar di lingkungan santri. dulu

merupakan santri dari Pondok Pesantren Darul Nadhlatain Nah-

datul Wathan yang berada di kawasan Lombok Timur. Di sana

juga dia mendapatkan kemampuan sebagai penghafal Alquran.

Sebutan Gelar Tuan Guru Bajang juga tak jauh dari citra Islam

yang melekat padanya yang merupakan gelar yang diberikan

masyarakat adat Sasak kepada sosok tokoh Agama, sementara

nama Bajang, merupakan bahasa Sasak yang memiliki arti muda.

Jadi makna Tuan Guru Bajang Yang berarti Tuan Guru yang masih

belia atau muda. Peran Tuan Guru di tengah-tengah masyarakat

Lombok dijadikan sebagai “promotor pembangunan”, dan juga

sebagai agen penyampai program pemerintah, sekaligus sebagai

aset partai politik ketika berlangsungnya ritual politik tahunan.16

Tuan Guru adalah sebagai figur yang sangat penting di kalangan

masyarakat Sasak.17

Memiliki kelas yang tinggi dan pemimpin

agama yang berpengaruh luas terhadap sosial politik. Zainul Majdi

adalah dari seorang santri dengan dakwah dan mengajar sebagai

aktivitas kesehariannya. Zainul Majdi muncul dari seorang dai dan

pengajar warisan bakat dari kakeknya, yang juga mewarisi banyak

Pondok Pesantren dan organisasi sosial di NTB yang ternaung

dalam organisasi Nahdlatul Wathan suatu organisasi kemasyaraka-

tan Islam terbesar di Pulau Lombok.

Nahdlatul Wathan (NW) didirikan oleh Tuan Guru KH.

Muhammad Zainuddin Abdul Madjid kakek dari TGB Zainul Maj-

di yang juga seorang Pahlawan Nasional. Organisasi Nahdlatul

Wathan ini mengelola sejumlah Lembaga Pendidikan dari tingkat

16

Irine Hiraswari dkk, dalam Ringkasan Laporan penelitian, Dina-

mika Peran Elit Lokal di Pedesaan Pasca Orde Baru: Studi Kasus Peran

Guru di Lombok Timur oleh LIPI, h. 2. 17

Suku Sasak adalah suku yang mendiami pulau Lombok dan meng-

gunakan Bahasa Sasak Sebagian besar suku Sasak beragama Islam dan

Kata Sasak berasal dari kata sak sak artinya satu satu.

Mochammad Zia Ulhaq | 9

dasar hingga perguruan tinggi. Nahdlatul Wathan sebuah organi-

sasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pendidi-

kan, sosial, dan dakwah Islamiah. Sebagai Tuan Guru diharapkan

tidak hanya sekadar sebagai pendakwah moral saja akan tetapi juga

ikut terlibat bersama-sama mewujudkan kesejahteraan dan berju-

ang bersama masyarakat.18

Ketika kontestasi pemilihan Gubernur 2008 TGB unggul

hampir dalam setiap survei dalam periode awal pencalonan Guber-

nur di NTB, dengan torehan angka 38,84% (KPI) atau 37,06 %

(LSI), mengalahkan calon lainnya. Popularitas TGB dan pasangan-

nya Badrul Munir (BaRu) menempati peringkat teratas disbanding-

kan tiga kandidat lainnya, yakni Serinata-Husni Jibril (Serius),

Nanang Samoedra-M. Jabir (Naja), dan Zaini Arony-Nurdin Rang-

gabrani (Zanur). Tak ayal TGB memenangkan Pilkada 2008

dengan meraih suara telak 38% suara. Dan ketika periode kedua

Hitung cepat dari Jaringan Suara Indonesia (JCI) menempatkan

TGB-Amin sebagai pemenang dengan perolehan 44,63% suara.

Dan pasangan Zul-Ichsan (Zulkifli Muhadli-H Muhammad Ichsan)

dan Harum (Harun Al Rasyid- Muhyi Abidin) bersaing ketat di

posisi ke-2. Zainul Majdi sebagai Gubernur terpilih dan yang juga

menjabat Ketua DPD Partai Demokrat di NTB.19

Zainul Majdi terpilih tidak lepas dengan citra Islam-nya dan

juga pengaruh kuat kakeknya yang sangat dihormati Ulama besar

yang membangun NTB yang juga Pahlawan Nasional yang berna-

ma Tuan Guru KH. (TGKH) Muhammad Zainuddin Abdul Madjid

pada tahun 1953 di Pancor Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.

Pendiri Ormas terbesar di NTB Nahdlatul Wathan (NW) organisasi

sosial keagamaan memiliki tiga warisan besar yang ia tinggalkan,

18

Merdeka.com, Mengenal Sosok Tuan Guru Bajang dan Prestasi-

nya memimpin NTB, diakses 15 Mei 2018 dari https://www.merdeka.com/

politik/mengenal-sosok-tuan-guru-bajang-dan-prestasinya-memimpin-

ntb.html 19

“Pilkada NTB: Gubernur Incunbent Menang 45% Suara”, Kabar

24, diakses 16 Mei 2018, dari http://kabar24.bisnis.com/read/20130514/

15/138869/pilkada-ntb-gubernur-incumbent-menang-45-suara

10 | Retorika Dakwah dalam Politik...

ribuan ulama, puluhan ribu santri, dan sekitar seribu lebih kelem-

bagaan NW yang tersebar di seluruh NTB dan Indonesia. Sosoknya

yang religius dari kalangan santri memberikan yang warna yang

berbeda dikalangan masyarakat NTB dimana sebelumnya selalu

dikuasai oleh golongan Menak (kaum bangsawan).20

Suku terbesar

yang ada di Pulau Lombok NTB mempercayai dan mentaati dan

menghormati seorang tokoh agama yang disebut dengan tuan guru,

seorang yang dianggap saleh dan juga memiliki pengetahuan aga-

ma yang mendalam dan mampu membawa masyarakat kepada

kehidupan yang lebih baik.

Sebuah buku yang di tulisannya diberi judul “Tuan Guru

Bajang Santri Membangun Negri”. Yang berisi perjalanannya dari

seorang santri hingga menjadi seorang pemimpin daerah dan mam-

pu bermanfaat ikut membangun bangsa dan negara dengan cara

mengamalkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. TGB

mampu menjadi kepala daerah di Nusa Tenggara Barat selama 2

periode dengan torehan prestasi. Dalam kesibukannya beliau me-

ngambil bagian secara aktif dengan rutin mengisi kajian Tafsir

setiap bulannya sehingga tercipta kedekatan antara pemimpin

dengan masyarakat banyak masyarakat menilai TGB lebih kepada

seorang guru bagi mereka dibandingkan seorang Gubernur. Citra

Islam-nya juga tertuang di beberapa kebijakan-kebijakannya yang

kental dengan nilai-nilai Islam diantaranya:

1. Hadirkan konsep wisata halal dengan dibantu para tokoh

agama, tokoh adat, maupun pemuka masyarakat, TGB

memanfaatkan alam yang indah di NTB untuk dijadikan

sebagai objek wisata. TGB membuat tempat wisata dengan

konsep wisata halal. Dan mendapatkan kemenangan dalam

ajang kompetisi dunia The World Halal Travel Summit/

Exhibition 2015 (WHTS15) di Abu Dhabi, Uni Emirate

Arab (UEA) pada 21 Oktober 2015 lalu. Dari 14 kategori

yang dilombakan, Indonesia menyabet penghargaan seba-

20

Jeremy J. Kingsley, “Peacemakers or Peace-Breakers? Provicial

Elections and Religiuos Leadership in Lombok, Indonesia, 57.

Mochammad Zia Ulhaq | 11

gai pemenang di tiga kategori yakni World’s Best Halal

Tourism Destination, World’s Best Halal Honeymoon

Destination, dan World’s Best Family Friendly Hotel.21

2. Menginisiasi terbentuknya Bank NTB Syariah Memba-

ngun Ekonomi yang berkeadilan, ikhtiarnya menanamkan

nilai-nilai keagamaan tidak bisa dipisahkan dari nilai ke-

bangsaan. Yang memungkinkan nilai Islam masuk dalam

tatanan ekonomi, agar terciptanya ekonomi bersyariah.

3. Menyemarakkan ibadah Ramadan, provinsi NTB di bawah

kepemimpinan TGB dengan mengundang imam-imam ter-

kenal dari Timur Tengah dengan suara yang begitu merdu

untuk memimpin sholat fardu dan sunat selama bulan

puasa. Kebijakan yang sangat religius ini mendapat apre-

siasi yang sangat dari warga NTB.

4. Mengubah slogan Nusa Tenggara Barat dari “Bumi Gora”

menjadi “Bumi Al-Qur’an.”

Beberapa tokoh nasional juga kagum tentang perjalanan poli-

tik dan pencapaian TGB Zainul Majdi, di usianya yang muda tapi

bagus dalam kinerja dan karirnya. Ketika kunjungannya ke NTB

Prabowo pernah mengatakan, “Sosok Gubernur NTB TGB Zainul

Majdi bisa menjadi sosok pemimpin bangsa Indonesia pada masa

mendatang, karena sejak saat dilantik dulu menjadi gubernur ter-

muda di Indonesia, Saya terkesan muda usia tapi cemerlang dalam

pemikiran menilai potensi Zainul Majdi menambah optimisme

masa depan bangsa yang masih terdapat pemimpin muda dengan

pemikiran cemerlang dan berpihak kepada rakyatnya sendiri, dia

akan muncul sebagai pemimpin masa depan”.

Dahlan Iskan mantan menteri BUMN pada masa di era SBY

juga menyatakan kekagumannya, “Bahwa TGB Zainul Majdi seo-

rang yang komplit, seorang ahli agama, sosoknya yang santun tutur

bahasanya terstruktur, pidatonya yang berisi, ramah dalam bersikap

sosoknya yang tidak lepas dari citra Islam yang melekat padanya.

21

TGB.id, “Penghargaan Tuan Guru Bajang”, https://tgb.id/peng

hargaan-tuan-guru-bajang/, diakses 1 Januari 2019.

12 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Berani dalam mengemukakan pendapat umurnya masih 43 tahun

masa depannya panjang terbentang untuk Indonesia”.22

Pendekatan politik sebagai medium dakwah mempunyai peran

yang amat kuat dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah yang

universal karena pesan dakwah, adalah pesan kebaikan menerap-

kan amar ma’ruf nahi munkar yang diaplikasikan melalui hal-hal

yang nyata, karena inti pesan dakwah adalah pesan kebaikan yang

diamalkan bersama, dengan niat dan ketulusan untuk sama-sama

membangun masyarakat, dan menciptakan kemaslahatan untuk

orang banyak.23

Walaupun kebanyakan beberapa orang menjadikan

dakwah hanya dilakukan sebatas wacana dan retorika saja. Tapi

berbeda dengan Zainul Majdi menurutnya “Retorika sesuatu hal

penting karena berkaitan dengan penyampaian suatu wacana dan

gagasan seorang pemimpin dalam berkomunikasi dengan masya-

rakat, akan tetapi karya nyata dan pengabdian untuk umat itu yang

lebih penting.”24

Kebijakan politik adalah suatu legitimasi yang

kuat dalam bentuk hukum untuk kepentingan orang banyak. De-

ngan dasar ini Zainul Majdi memilih politik sebagai medium dak-

wah, karena menurutnya dengan memegang suatu kekuasaan mela-

lui kebijakan politik itu akan membuat perubahan yang cepat di

masyarakat tidak hanya dalam bentuk kesadaran, akan tetapi meli-

puti sikap, perilaku masyarakat dan tatanan hidup masyarakat.

Pendekatan TGB dengan masyarakat melalui retorika melalui

pesan-pesan dakwah, meliputi, pidato, ceramah maupun acara-

acara keagamaan, karena memang pendekatan melalui retorika

memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat, berkaitan dengan

penyampaian ide, gagasan, ajakan, maupun sosialisasi kebijakan,

22

http://www.sinarpaginews.com/nasional/4595/dahlan-iskan-sebut-

tgb-sebagai-sosok-“komplit”.html, diakses 1 januari 2019. 23

Andi Faisal Bakti, Communication And Family Planning In Islam

In Indonesia: South Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Develop-

ment Program, (Laiden-Jakarta: INIS, 2004), h. 72. 24

Wawancara langsung dengan TGB Zainul Majdi, l 4 Oktober

2019.

Mochammad Zia Ulhaq | 13

itu yang digunakan TGB Zainul Majdi dalam berkomunikasi

dengan masyarakat.25

Retorika dakwah dan politik begitu menarik dalam kegiatan

politik di Indonesia khususnya di Nusa Tenggara Barat karena:

1. Masyarakat Indonesia sangat religius tidak bisa dilepaskan

dari karakteristik ajaran Islam itu sendiri yang bukan hanya

merupakan sistem teologis, tetapi juga cara hidup yang

berisi standar etika moral dan norma dalam kehidupan ma-

syarakat dan bernegara. Karena agama Islam itu tidak

membedakan sepenuhnya hal-hal yang sakral dan profan,

sehingga muslim yang taat pasti menerima antara kesatuan

agama dan bernegara.26

2. Dengan keadaan masyarakat Indonesia yang religius juga

menjadikan agama sebagai media atau sumber untuk men-

datangkan juga menarik suara atau dukungan politik.

3. Di negara Indonesia agama memiliki penerimaan tersendiri

dalam berbagai kegiatan di tengah-tengah masyarakat

Indonesia, karena agama mempunyai legitimasi yang kuat

di tengah-tengah masyarakat. Apalagi ketika dikemas de-

ngan komunikasi dan retorika yang baik. Pasti mempunyai

kesan dan respons yang berbeda di masyarakat.27

4. Lebih terkhusus di Pulau Lombok Islam merupakan faktor

utama di dalam masyarakat Sasak (Lombok), dan senti-

men-sentimen ini masih sangat melekat pada sebagian

besar masyarakat Lombok, karena identitas etnis Sasak

25

Jacquie L ‘Etang and Magda Pieczka, Critical Perspektives in

Public Relation, (USA : International Thomson Business Press, 1996) h.

106. 26

Masykuri Abdillah, Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indone-

sia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011), h. 9. 27

Jalaludin Rakhmat, Rektorika Modern, (Bandung: Remaja Rosda

karya, 1999), h. 48.

14 | Retorika Dakwah dalam Politik...

yang sangat erat dengan identitas sebagai Muslim.

28

5. Pulau Lombok juga dijuluki dengan pulau seribu masjid.

Julukan ini memiliki makna bahwa di Pulau Lombok begi-

tu banyak masjid yang menjadi karakter khas di Pulau ini.

Masjid merupakan tempat kegiatan, selain itu juga masjid

merupakan suatu identitas dari masyarakat. Masjid juga

tempat aktivitas umat yang amat penting yang tidak bisa

dipisahkan dari kehidupan kolektif masyarakat di Lombok

dalam semua aspek. Ini artinya Islam diterima dalam ma-

syarakat lombok secara luas dan secara simbolik Islam

memainkan peran yang amat penting dalam kehidupan

sehari-hari masyarakat Lombok.29

Pengaruh Tuan Guru memiliki kekuatan terhadap dinamika

kehidupan sosial politik di masyarakat TGB Zainul Majdi menga-

takan, “Di NTB Seorang Tuan Guru memiliki legitimasi yang amat

kuat, dibandingkan dengan seorang Gubernur, dan itu yang

bisa membantu percepatan pembangunan di NTB karena

pengaruh kekuatan formal dan informal di NTB sangat bera-

gam sekali. Untuk Lombok khususnya Tuan Guru itu sangat

didengar sehingga ketika berbicara di tengah bersilaturahmi

dengan masyarakat sebagai tuan guru dan menyampaikan

program-program prioritas daerah akan jauh lebih cepat dite-

rima ketimbang datang ke masyarakat dengan pendekatan

struktural atau formal sebagai Gubernur.”30

Zainul Majdi cenderung memiliki ciri khas menggunakan

komunikasi dengan pengemasan retorika agama dikombinasikan

28

John Ryan Barholomew, Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat

Sasak, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999), h. 86. 29

Jeremy Kingsley, Tuan Guru, Community, and Conflict in Lom-

bok, Indonesia (Melbourne Law School the University of Melbourne,

2010), h. 99. 30

Mata Najwa “Komandan Daerah”, diakses 5 Mei 2018 dari

https://www.youtube.com/watch?v=UvmJWgIYTzA

Mochammad Zia Ulhaq | 15

dengan nilai-nilai dakwah ketika berbicara kepada lawan bicaranya

ataupun dalam hal komunikasi politik. Zainul Majdi juga rutin

menyampaikan ceramah atau kajian di radio, masjid-masjid atau di

stasiun TV. TGB Zainul Majdi seorang pendakwah mampu me-

ngemas pesan dakwah lebih menarik dengan memahami konteks

dan situasi dalam berdakwah, kemasan retorika dakwahnya TGB

Zainul Majdi adalah figur seorang tokoh yang banyak menarik

perhatian bukan hanya masyarakat NTB dan juga masyarakat

Indonesia secara umum. Beliau dikenal sebagai tuan guru muda

yang aktif dalam bidang dakwah. Dakwah beliau dapat diterima

oleh masyarakat karena ketepatan beliau dalam membawa pesan

dakwah sehingga beliau bisa dikenal dan diterima oleh semua

lapisan masyarakat. TGB Zainul Majdi selalu menyampaikan

pesan-pesan moderasi Islam kepada masyarakat tentang nilai-nilai

ajaran agama yang mulia dalam menata suatu kehidupan masya-

rakat agar menjadi lebih baik. Diantarnya melalui konsep ummah

menghargai keberagaman, kebersamaan, sebagai konsep terbaik

yang dihadirkan Islam dengan ukhuwah islamiah melalui persatuan

membangun masyarakat yang berintegritas.31

Suatu prinsip mem-

bangun masyarakat harus berbasis pada integritas keteladanan,

kejujuran, kebaikan, dan keberagaman dan mampu menjaga suatu

amanah, dan menanamkan dakwah dalam setiap aktivitasnya, itu

suatu prinsip hidup umat Islam, dan politik itu bagian dari ins-

trumen yang tetap mengikuti dengan nilai-nilai dakwah, jadi semua

aktivitas kehidupan harus diniatkan untuk dakwah Islam.”32

Dakwah mengantarkan TGB menjadi figur seorang tuan guru

yang dihormati sehingga beliau dapat dengan mudah menjadi orang

pemimpin di NTB selama dua periode sekaligus. Sebagai pendak-

wah didukung oleh pendidikan yang relevan dengan bidang dak-

wah maka tidak tingkat keberhasilan dakwah beliau sangat tinggi.

31

Andi Faisal Bakti, The Integration of Dakwahin Journalism: Peace

Journalism, Jurnal Komunikasi Islam, Vol 05, No.1, 2015. 32

Dalam Program “Satu Indonesia Bersama Muhammad Zainul

Majdi” diakses 5 Mei 2018 dari https://www.youtube.com/watch?v=nKR

Vs9BzyVE,

16 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Tingginya tingkat keberhasilan dakwah beliau menjadikan dak-

wah-dakwah beliau selalu menarik untuk diikuti. Melalui penyam-

paian dengan bahasa yang sangat ringan mampu mengajak masya-

rakat dari segala golongan. Ketika beliau berbicara pesannya mu-

dah dipahami dengan penyampaian yang begitu menarik.33

Latar

belakang pendidikan turut berperan dalam menunjang keberhasilan

dakwahnya dimana orang dengan pendidikan yang mumpuni da-

lam bidang agama akan lebih didengar dan dipercaya masyarakat.

Deddy Mulyana seorang pakar komunikasi mengatakan bahwa,

latar belakang pendidikan dan budaya seseorang akan sangat

mempengaruhi gaya komunikasinya. Tingkat keberhasilan dalam

penyampaian suatu pesan atau ajakan. Melalui citra Islam yang

melekat kepadanya dan pencapaian-pencapaiannya dalam memba-

ngun NTB selama 2 periode.

Melalui kebijakan-kebijakannya yang dekat dengan nilai-nilai

Islam. Seperti Wisata Halal, dan mendirikan Bank Syariah NTB,

serta mampu membangun NTB dari keterpurukan menjadi privinsi

yang maju dan dikenal dengan wisata dan religiusnya. Dari citra

dan prestasi ini yang membawa nama TGB masuk dalam bursa

Cawapres (calon wakil presiden) Pada 2019 TGB Zainul Majdi

menjadi tokoh yang digadang-gadang pada ajang Pemilihan Presi-

den (Pilpres) 2019. Yang di gagas oleh OIAA dan dan para ulama

seperti AA Gym, Ustad Abdul Somad, dan Bahtiar Nasir mendu-

kung pencalonannnya, sosok TGB Zainul Majdi sebagai ulama

yang kharismatik. TGB digadang-gadang dapat menjadi salah satu

presiden alternatif untuk menantang Jokowi di Pilpres 2019 men-

datang.34

Dianggap sosok yang tepat dan cakap sebagai presiden

alternatif karena ia memiliki prestasi yang baik dalam memimpin

dan memajukan Propinsi NTB. Ia juga dianggap dapat menjadi

33

Wawancara langsung dengan bapak Nurjali jamaah rutin pengaji-

an TGB di Mesjid Hubbul Wathan, 3 Oktober 2019. 34

Jawapos.com, “Aa Gym dan Ustad Abdul Somad Sepakat Dukung

TGB Nyapres di 2019?”, diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.

jawapos.com/nasional/politik/01/04/2018/aa-gym-dan-ustad-abdul-

somad-sepakat-dukung-tgb-nyapres-di-2019/

Mochammad Zia Ulhaq | 17

representasi umat Islam dalam statusnya sebagai seorang ulama.

TGB diharapkan dapat menjadi rival sepadan yang mampu

mengimbangi dominasi Jokowi, yang pada waktu itu isu agama

begitu kuat. Mulai dari kasus penistaan agama yang dilakukan oleh

Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan kasus kriminalisasi ulama

yang dianggap seorang Presiden menyampingkan umat Islam di

Pilpres 2019. Di media sosial para alumni dan simpatisan “Aksi

Bela Islam” berlomba-lomba mempromosikan dan memviralkan

segala hal yang terkait TGB agar ia menjadi dikenal luas oleh ma-

syarakat.35

akan tetapi di pertengahan jalan TGB mendadak men-

dukung Jokowi 2 periode Manuver Gubernur NTB TGH Zainul

Majdi atau Tuan Guru Bajang yang secara mengejutkan mendu-

kung Jokowi 2 periode ternyata membuat banyak pihak kecewa

dengan keputusannya.

Salah satu pihak yang cukup kecewa tentu saja adalah Persau-

daraan Alumni 212 (PA 212). Karena beberapa waktu PA 212

sempat merekomendasikan nama Tuan Guru Bajang sebagai salah

satu capres alternatif pilihan umat diantanya banyak faktor yang

membuatnya berpindah posisi menjadi pro Jokowi diantarnya tidak

ada restu Partai Demokrat dan juga melihat dari jumlah masa di

provinsi NTB yang hanya lima juta penduduk. Masih terlalu kecil

untuk ukuran Indonesia yang jumlah penduduknya 250 jutaan.

Rekam jejaknya dalam hal sikap politik. Perpindahan demi perpin-

dahan partai politik juga sudah dilaluinya, awal meniti karir ikut

dalam gerbong Partai Bulan Bintang mengantarnya menjadi Ang-

gota DPR RI, lalu pindah masuk dalam gerbong Partai Demokrat

yang juga mengantarkannya menjadi orang nomor 1 di NTB.

Dalam hal sikap dan identitas politik TGB Zainul Majdi yang men-

jadi kritik dan catatan bagi penulis untuk menganalisis lebih dalam,

kritik tersebut meliputi dua sikap politiknya yang tergolong dalam

sikap dan identitas politik rhetorically sensitive (inkonsisten) dan

rhetorically sensitive (adaptif), suatu sikap dan identitas seseorang

35

Geotimes.co.id, “TGB, Dulu Dipuji Sekarang Dicaci”, diakses 26

Agustus 2019 dari https://geotimes.co.id/opini/tgb-dulu-dipuji-sekarang-

dicaci/

18 | Retorika Dakwah dalam Politik...

yang terbentuk melalui proses komunikasi meliputi retorika. Untuk

menganalisis dan mengkritisi lebih dalam melalui analisis retorika

terhadap sikap dan identitas politiknya.

Itulah beberapa yang dapat dijadikan penulis sebagai argu-

mentasi, mengapa kasus ini diangkat dan dijadikan sebuah peneli-

tian penting yang diberi judul “Retorika Dakwah Dalam Politik

Studi: TGB Muhammad Zainul Majdi.”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa per-

masalahan yang memungkinkan untuk diteliti, antara lain:

1. Retorika agama banyak disalahgunakan oleh para orator

(pembawa pesan) dalam menyampaikan pesan.

2. Agama dan politik kesatuan yang tidak bisa dipisahkan

sehingga tokoh agama melalui retorika memiliki penerima-

an tersendiri di tengah masyarakat dalam kegiatan perpoli-

tikan di Indonesia.

3. Citra seorang ulama mampu menarik suara politik melalui

keulamaannya.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini maka muncul

pertanyaan mayor bagaimana metode retorika dakwah TGB Zainul

Majdi? pertanyaan mayor tersebut kemudian diturunkan menjadi

beberapa pertanyaan minor. Seperti apa tipologi retorika politik

TGB Zainul Majdi? serta bagaimana identitas retorika politik TGB

Zainul Majdi?

2. Pembatasan Masalah

Dari apa yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah,

maka penulis membatasi penulisan ini dengan mengamati dan me-

nganalisis pidato dan ceramahnya di NTB dan video youtube yang

Mochammad Zia Ulhaq | 19

berkaitan dengan dakwah dan politik TGB Zainul Majdi periode

2016-2019.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian merupakan sasaran yang harus dicapai

oleh setiap tindakan memiliki peranan yang sangat penting dan

harus dirumuskan dengan jelas, tegas dan mendetail, merupakan

jawaban tentang masalah yang akan diteliti.36

Maka tujuan pene-

litian yang ingin dicapai adalah: Untuk menganalisis isi retorika

melalui pesan dakwah dan menganalis sikap TGB Zainul Majdi

melalui kajian retorika politik.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai gambaran lebih dalam dan detail akan resepsi kha-

layak terhadap retorika religius dalam berpolitik dan ko-

munikasi kepada publik.

2. Sebagai rekomendasi bagi politisi mengetahui bagaimana

metode penyampaian komunikasi yang baik agar masya-

rakat dapat menerima suatu pesan dan ajakan.

3. Sebagai rekomendasi bagi politisi akan pentingnya mema-

hami aspek pengalaman, religiusitas dan kondisi sosial

politik masyarakat.

4. Untuk memperkaya dan mengembangkan penelitian aka-

demis dalam bidang retorika dakwah dan kajian media

yang terkait dengan resepsi khalayak.

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berikut ini adalah judul-judul dan ulasan singkat dari berbagai

penelitian baik itu berupa tesis, disertasi, buku maupun jurnal yang

36

Mohammad Kasiran, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif,

(Yogyakarta: UIN-Maliki Press, 2010), cet 2, h. 51.

20 | Retorika Dakwah dalam Politik...

penulis temukan. Beberapa penelitian ini juga ditulis oleh sarjana-

sarjana produk intelektual Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan penulis dari

luar kampus UIN Jakarta, antara lain sebagai berikut:

1. Tesis dengan judul, Interpretasi Khalayak Terhadap Reto-

rika Politisi Dalam Televisi: studi kasus Apa Kabar Indo-

nesia TV One, dalam tesis tersebut penulisnya, Lydia Nan-

da, menguraikan tentang interpretasi khalayak terhadap

politisi yang sering hadir dalam acara talk show di TV One

akan tetapi tidak menjelaskan aspek religius dalam konteks

retorikanya, hanya menjelaskan bagaimana konsep, tipe

dan gaya retorika politisi ketika sedang talk show di

televisi.37

2. Tesis yang berjudul, Teori Politik Islam: Telaah Pemikiran

Ali Abd al-Baziq Tentang Khalifah dan Negara, dalam

tesis tersebut penulisnya, Muntoha, hanya menguraikan

Bagaimana teori-teori tentang politik Islam menurut pemi-

kiran Ali Abd al-Baziq tentang suatu Negara dan Khali-

fah.38

3. Tesis dengan judul Konstruksi Retorika Politik dalam

Restorasi Citra: Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam

Kasus Bank Century, penulis Gita Savitri lagi-lagi hanya

menjelaskan tentang kajian Analisis retorika dalam kon-

teks politik fokusnya hanya dalam citra politik dalam

37

Lihat Lydia Nanda, Interpretasi Khalayak Terhadap Retorika Po-

litisi Dalam Televisi: Studi Kasus apa Kabar Indonesia Tv One, (Jakarta:

Universitas Indonesia, 2012). 38

Lihat Muntoha, Teori Politik Islam: telaah pemikiran Ali Abd al-

Baziq tentang Khalifah dan Negara, (Jakarta: Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah, 1997)

Mochammad Zia Ulhaq | 21

Pernyataan Pers Boediono, dengan pendekatan analisis isi

dengan telaah menggunakan teori restorasi citra.39

4. Tesis yang berjudul, Strategi Komunikasi Politik dalam

Pilkada (studi kasus pemenangan kandidat Ratu Atut dan

Rano Karno pada pilkada banten 2011) Fokus pada tesis

ini yang menjadi titik perhatian adalah strategi pemena-

ngan pasangan Ratu Atut - Rano Karno. Bagaimana Ratu

Atut merupakan kandidat gubernur incumbent yang

sejatinya telah menjabat gubernur Provinsi Banten selama

5 tahun dan sebelumnya juga pernah pelaksana tugas (plt)

setelah menjadi wakil gubernur Provinsi Banten, dan pem-

batasan masalah pada tesis ini pada mekanisme dan pola

komunikasi yang dilakukan tim sukses dan Strategi komu-

nikasi politik untuk pemenangan Atut dan Rano.40

5. Tesis dengan judul, Komunikasi Politik Calon Legislatif

dalam Pemilihan Umum Anggota DPRD kota (studi stra-

tegi kampanye calon legislatif partai berideologi Nasiona-

lis dan Islam periode kampanye bulan maret pada pemi-

lihan umum anggota DPRD Kota Blitar tahun 2009). Tesis

ini difokuskan untuk mendeskripsikan Strategi kampanye

Calon Legislatif dari partai berideologi nasionalis atau

Pancasila (PDI-P) dan agama atau Islam (PKS) di Kota

Blitar periode kampanye bulan Maret pada Pemilihan

Umum Tahun 2009 dan dampak Ideologi Nasionalis dan

Islam terhadap strategi kampanye calon legislatif dari par-

tai berideologi Nasionalis dan Islam dalam pemilihan ca-

lon legislatif Tahun 2009. Dan Penelitian ini dilaksanakan

di Kota Blitar dengan menggunakan paradigma konstruk-

39

Lihat Gita Savitri, Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi

Citra: Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century,

(Jakarta: Universitas Indonesia, 2014). 40

Lihat Muhamad Rosit, Strategi komunikasi politik dalam pilkada

studi kasus pemenangan kandidat Ratu Atut dan Rano Karno pada

pilkada banten 2011, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2012).

22 | Retorika Dakwah dalam Politik...

tivisme penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif.41

6. Disertasi yang berjudul, antara Jemaah dan Partai Politik:

dinamika habitus kader partai keadilan sejahtera (PKS)

dalam arena politik Indonesia pasca pemilu 2004. Disertasi

ini merupakan hasil penelitian kualitatif dengan berbagai

ragam studi kasus yang fokus mengidentifikasi pola penge-

lompokkan/faksionalisasi yang ada di PKS, sekaligus me-

nggambarkan bagaimana kelompok-kelompok/faksi-faksi

tersebut bekerja dalam dinamika internal PKS, khususnya

pasca Pemilu 2004.42

7. Tesis dengan judul, Relasi Kuasa Zainul Majdi dengan

perkembangan dan upaya kesatuan Nadhatul Wathan di

Pulau Lombok 2008-2015. Penulisan tesis ini dengan me-

tode kualitatif, menitik beratkan point tentang relasi kekua-

saan Nadhatul Wathan dan kepemimpinan Zainul Majdi di

pulau lombok dan menjelaskan juga tentang keberhasilan-

keberhasilannya dalam berkuasa di Pulau Lombok.43

8. Tesis dengan judul, Retorika Dalam Da’wah Bi-Lisan: Su-

atu Pendekatan Praktis. Dalam Tesis tersebut penulisnya,

Wahidin Saputra, menguraikan dalam metodologi peneliti-

annya bahwa salah satu pendekatan yang digunakan adalah

mengambil bentuk Penelitian kepustakaan (library rese-

41

Lihat Paring Gentur Utomo, Komunikasi politik calon legislatif

dalam pemilihan umum anggota DPRD kota studi strategi kampanye ca-

lon legislatif partai berideologi Nasionalis dan Islam periode kampanye

bulan maret pada pemilihan umum anggota DPRD kota Blitar tahun

2009, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2009). 42

Lihat Disertasi, Arief Munandar, Antara Jemaah dan Partai Po-

litik: dinamika habitus kader partai keadilan sejahtera (PKS) dalam are-

na politik Indonesia pasca pemilu 2004. (Jakarta: Universitas Indonesia ,

2009). 43

Lihat Tesis, Muhammad Hisbullah, Relasi Kuasa Zainul Majdi

dengan perkembangan dan upaya kesatuan Nadhatul Wathan di Pulau

Lombok 2008-2015. (Jakarta: UIN Jakarta, 2017).

Mochammad Zia Ulhaq | 23

arch) yaitu menelusuri berbagai tulisan Dakwah dan

retorika.44

9. Artikel jurnal dengan judul, Tuan Guru Sebagai Tokoh

Pembangunan dan pendidikan di Pedesaan. Penelitian jur-

nal ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi digu-

nakan agar data-data yang berkaitan dengan pandangan

dan pengalaman-pengalaman subjek tentang pembangunan

pendidikan. Penelitian yang dilakukan di Desa Jerowaru

Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Melihat fenomena

pembangunan pendidikan karena keberadaan Tuan Guru

yang berperan aktif dalam membangun masyarakat pede-

saan.45

10. Artikel jurnal dengan judul, Kepemimpinan Kharismatis

Transformatif Tuan Guru Dalam Perubahan Sosial Masya-

rakat Sasak Lombok Melalui Pendidikan. Jurnal ini meng-

kaji tentang perubahan sosial masyarakat Lombok di

bawah kepemimpinan Tuan Guru. Dalam tulisan ini, Tuan

Guru tidak dikaji secara personal tetapi difokuskan pada

sosial, bentuk, sumber pengaruh serta tipologi kepemim-

pinannya dalam perubahan sosial masyarakat muslim

Lombok.46

11. Artikel jurnal politik dengan judul, Hubungan Agama dan

Negara: Konteks ke-Indonesia-an. Jurnal ini mengkaji ten-

tang Agama dan kenegaraan (Religion and Nation State)

yang merupakan tema diskursus penting di wilayah sosial

kemasyarakatan Indonesia, yang adanya jarak antara massa

44

Lihat Wahidin Saputra, Retorika Dakwah bi-Lisan, tesis, (Jakarta:

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 1999). 45

Lihat Jurnal Siti Irene Astuti Dwiningrum dkk, Tuan Guru Seba-

gai Tokoh Pembangunan dan pendidikan di Pedesaan. Jurnal Ilmiah Pen-

didikan, Vol 3, No1, 2015. 46

Lihat Jurnal Mohamad Iwan Fitriani, Kepemimpinan Kharisma-

tis-Transformatif Tuan Guru Dalam Perubahan Sosial Masyarakat Sasak

Lombok Melalui Pendidikan. Jurnal Pemikiran Islam Al-Tahrir, Vol. 16,

No. 1 Mei 2016.

24 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Islam di satu pihak dengan kekuatan negara di pihak lain,

massa Islam berorientasi menciptakan kehidupan yang reli-

gius dan menjalakan ajaran agama secara hanif. Sedangkan

kekuatan negara lebih cenderung untuk bersikeras sebagai

kekuatan hegemonik.47

12. Artikel jurnal berjudul, Politik Agama dan Kontestasi Ke-

kuasaan Nadhlatul Wathan di Era Otonomi Daerah Lom-

bok NTB. Jurnal ini membahas tentang Nahdlatul Wathan

merupakan salah satu Ormas Islam lokal di Lombok yang

memiliki tradisi dan budaya politik yang sangat kuat dan

juga membahas tentang Keterlibatan NW dalam bidang

politik dimana Identitas politik NW selalu berubah-ubah

sesuai dengan perubahan arus politik nasional. Dan juga

membahas tentang konflik dan islah antar NW pancor dan

NW anjani saja.48

13. Artikel jurnal berjudul, Nahdlatul Wathan Dan Masyarakat

Sipil, Studi Gerakan Sosial atas Manifestasi Civil Society

pada Masyarakat Lombok, dalam jurnal ini penulis mem-

bahas tentang bagaimana organisasi NW bisa menjadi mo-

tor pergerakan dan kemajuan masyarakat, dan NW menjadi

pemegang suatu otoritas masyarakat dan menjadi poros

kebudayaan masyarakat Lombok.49

14. Artikel jurnal berjudul, Analisis Retorika Dalam Kampa-

nye Pemilukada DKI Jakarta 2012 (studi kualitatif analisis

retorika Jokowi-Ahok dalam debat kampanye Pemilukada

DKI Jakarta 2012) penelitian ini adalah untuk menganali-

sis retorika yang digunakan kandidat calon Gubernur

47

Lihat Jurnal Abdullah, Hubungan Agama dan Negara: Konteks

ke-Indonesia-an. Jurnal Politik Profetik Vol. 4 No. 2 Tahun 2014. 48

Lihat Jurnal Saipul Hamdi, Politik, Agama dan Kontestasi Kekua-

saan Nadhlatul Wathan di Era Otonomi Daerah Lombok NTB. Jurnal

Politik, Vol. 01, No 2, 2011. 49

Lihat Alwi Parhanudin, Nahdlatul Wathan Dan Masyarakat Sipil,

Studi Gerakan Sosial atas Manifestasi Civil Society pada Masyarakat

Lombok, Jurnal Agama dan Hak Asasi Masyarakat. Vol 2, No 1, 2012.

Mochammad Zia Ulhaq | 25

“Jokowi-Ahok” pada video rekaman debat kampanye Pe-

milukada DKI Jakarta 2012. Dengan tiga jenis pendekatan

untuk keberhasilan dalam mempersuasi audiens yakni

logos, pathos, dan ethos.50

15. Artikel Jurnal, Hubungan Dakwah dan Politik, Dalam jur-

nal ini Menjelaskan mengenai peran dan dakwah dan

politik praktis yang tidak dipisahkan karena dalam dakwah

itu sendiri memiliki makna yang luar yang mencakup ra-

nah semua kehidupan manusia terutama politik dan ekono-

mi. Dan menjelaskan 2 pembagian Politik, high politic dan

low politic.51

16. Artikel jurnal, Analisis Wacana Retorika Dakwah KH.

Abdullah Gymnastiar, fokus permasalahan bagaimanakah

kohesi gramatikal retorika dakwah Aa Gym wujud kohesi

leksikal retorika dakwah Aa Gym. Yang bertujuan men-

deskripsikan dan menjelaskan wujud kohesi gramatikal

retorika dakwah Aa Gym, dan mampu mendeskripsikan

dan menjelaskan wujud kohesi leksikal retorika dakwah-

nya.52

Dari kajian pustaka yang sudah terpaparkan tersebut di atas,

tidak ada satupun karya ilmiah dan permasalahan yang sama, pe-

nulisan ini memiliki posisi yang berbeda dengan penelitian diatas,

terdapat dua hal yang berbeda. Pertama, kajian tentang pengga-

bungan antara pembahasan retorika agama dan politik. Kedua,

menganalisis bagaimana tipe retorika dan identitas seorang politisi

ditinjau dari beberapa teori retorika politik.

50

Lihat Jurnal, Nicki Hardyanti, Analisis retorika dalam kampanye

Pemilukada DKI Jakarta 2012: studi kualitatif analisis retorika Jokowi-

Ahok dalam debat kampanye Pemilukada DKI Jakarta, Jurnal Usu, 2012. 51

Lihat Jurnal, Syamsul Bachri Day, Hubungan Dakwah dan Politik,

Mediator, Jurnal Komunikasi, Vol. 6, No1, Juni 2005. 52

Lihat, Bahroni, Analisis Wacana Retorika Dakwah KH. Abdullah

Gymnastiar, INJECT: Interdisciplinary, Jurnal of Communication, Vol. 1,

No 1, Juni 2016.

26 | Retorika Dakwah dalam Politik...

G. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah proses, prinsip, dan prosedur

yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawa-

ban secara terperinci mengenai metode, teknik, prosedur atau lang-

kah-langkah penelitian termasuk dalam pemilihan topik penelitian,

teknik pengambilan sampel, etika pendekatan terhadap kelompok

yang diamati.53

Menurut Mahsun, M.S. metodologi penelitian ada-

lah bagaimana proses penelitian itu dilakukan yang di dalamnya

mencakup bahan atau materi penelitian, alat, jalan penelitian,

variabel data yang hendak disediakan untuk analisis data.54

Agar

penelitian ini mampu mencapai tujuan dengan tetap mengacu pada

standar keilmiahan sebuah karya akademik, maka penulis menyu-

sun serangkaian metode sebagai acuan dalam melaksanakan pene-

litian. Metode-metode tersebut dirumuskan sebagai berikut:

1. Sumber Data Penelitian

Sumber data pada penelitian ini video TGB Zainul Majdi yang

berkaitan dengan dakwah dan politik. Video tersebut diunduh me-

lalui Youtube, untuk mengamati dan menganalisis komunikasi

TGB Zainul Majdi yang berkaitan dengan dakwah dan politiknya

berjumlah 11 video periode 2017-2018 diantaranya:

1. Video pada 20 Februari 2017, Gubernur NTB dan Kritik

Pedas Presiden Jokowi di Peringatan Hari Pers Nasional

2016.

2. Video pada 5 Oktober 2017, Tokoh Kita Muhammad Zai-

nul Majdi part 5: Persaudaraan Kunci Utama Pembangu-

nan Di NTB.

53

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT

Remaja Rosadakarya, 2008), h.145. 54

Mahsun, M.S, Metode Penelitian Bahasa, tahapan strategi, meto-

de dan tekhniknya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), h 72.

Mochammad Zia Ulhaq | 27

3. Video pada 5 Oktober 2017, Tokoh Kita Muhammad

Zainul Majdi: Persaudaraan Kunci Utama Pembangunan

Di NTB.

4. Video pada 11 Januari 2018, Indonesia Rumah Kita: Para

Gubernur Dua Periode.

5. Video pada 17 Maret 2018, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid

Daruttauhid Bandung

6. Video pada 1 Juni 2018, Kajian Tafsir Al-Baqarah Ayat

61.

7. Video pada 13 Juli 2018, Special Interview with Gubernur

NTB Zainul Majdi: Manuver Tuan Guru Bajang.

8. Video pada 25 Agustus 2018, Larangan Melecehkan

Agama Orang Lain.

9. Video pada 30 Oktober 2018, QnA Tanya Tuan Guru

Bajang.

10. Video pada 12 November 2018, Jangan Buat Orang Lain

Lari dari Islam.

11. Video pada 16 Juli 2018, Manuver TGB, Akal Sehat Atau

Siasat?

2. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang benar-benar bersumber pada fakta yang nyata digu-

nakan oleh seorang penutur.55

Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini ialah pendekatan kualitatif. Pendekatan Kualitatif

yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang

dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara des-

kripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks hu-

bungan khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.56

Dengan metode deskriptif kualitatif, penelitian

55

Mahsun, M.S, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, me-

tode dan Tekniknya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 3. 56

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 21, h. 6.

28 | Retorika Dakwah dalam Politik...

ini akan mendeskripsikan bagaimana TGB Zainul Majdi dalam

dakwah dan kegiatan politiknya periode 2017-2018.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dalam penelitian ini adalah di daerah

Nusa Tenggara Barat.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dibutuhkan peneliti dalam peneliti-

an ini selama 12 bulan, terhitung mulai dari 12 Oktober

2018 sampai dengan 12 Oktober 2019.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis

dan standar untuk mendapatkan data yang diperlukan. Karena pasti

ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah

penelitian yang ingin dipecahkan.57

Dalam penelitian ini teknik pe-

ngumpulan data dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

a. Wawancara

Wawancara mendalam menggali dan melacak informasi dari

seseorang dengan selengkap mungkin dan sedalam mungkin. Kare-

na peneliti perlu memerankan diri selaku instrumen utama bukan

menggantungkan diri pada instrumen data semacam pedoman wa-

wancara.58

Dalam wawancara yang dilakukan, pedoman wawan-

cara hanya sebagai pendukung saja yang terpenting adalah meng-

gali lebih mendalam informasi yang diberikan oleh informan. Data

57

Moh Nazir, Metode Penelitian. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),

h.175. 58

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja

Grafindo), h. 67.

Mochammad Zia Ulhaq | 29

yang didapat dari hasil wawancara disebut data primer, dengan

melakukan wawancara dan bertanya sebanyak-banyaknya.59

Infor-

man utama atau tujuan utama wawancara dalam penelitian ini ada-

lah TGB Zainul Majdi mengenai retorika dakwah dan politik yang

merupakan objek yang berkaitan langsung, dan juga beberapa ma-

syarakat di NTB dari beberapa kalangan, seperti akademisi dosen,

jamaah pengajian, pedagang, dan mahasiswa.

b. Dokumentasi

Dokumentasi yang bertujuan sebagai pengumpulan data baik

dari kegiatan yang sudah dilakukan maupun yang sedang dilaku-

kan. Upaya pengumpulan data dan teori melalui buku-buku, ma-

jalah, berita online, dan sumber informasi secara langsung ataupun

tidak langsung sebagai pendukung penelitian seperti dokumen,

kliping, koran, agenda dan hasil penelitian lain, serta rekaman dan

catatan. Semua data tersebut tentu saja merupakan data-data yang

relevan dan mendukung penelitian.60

c. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan

secara langsung yang dilakukan oleh peneliti guna menyempurna-

kan penelitian agar mencapai hasil yang maksimal.61

Pengamatan

secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu

gejala pada objek penelitian. Adanya observasi peneliti dapat me-

ngamati dan menganalisis pesan dakwah dan kegiatan politik TGB

Zainul Majdi. juga mengamati dan menginput data mengenai kea-

daan masyarakat yang ada di Nusa Tenggara Barat.

59

Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi (Malang: UPT.

UMM, 2007), h. 23. 60

Hadiri Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, (Yogya-

karta: Gadjah Mada University Press, 1991), h. 95. 61

Nawawi, M. Martini Hadari. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992) Hal. 74.

30 | Retorika Dakwah dalam Politik...

5. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ana-

lisis deskriptif suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan

fakta yang tampak.62

Dengan menggunakan analisis deskriptif di

mana peneliti berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau

karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual

dan cermat. Analisis deskriptif memiliki fungsi untuk memberikan

gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran

umum ini bisa menjadi dasar acuan untuk melihat karakteristik

data yang diperoleh.63

Deskriptif yaitu data yang dikumpulkan

adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, sehingga

laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk membe-

rikan gambaran penyajian laporan tersebut. Peneliti menggunakan

wawancara, observasi, dokumentasi-dokumentasi, rekaman bukti-

bukti fisik.64

alur dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara pihak-

pihak terkait dan observasi secara langsung dan pengumpulan data-

data berupa artikel-artikel, atau video bersumber dari internet dan

media sosial, serta buku-buku yang berkaitan dengan retorika,

dakwah, dan politik TGB Zainul Majdi.

b. Reduksi

Reduksi data menyeleksi informasi mana yang sesuai dan

tidak sesuai dengan masalah penelitian. merupakan suatu bentuk

62

Hadari Nawawi dan mini, Martini, Penelitian Terapan, (Yogya-

karta: Gadjah Mada University Press, 1996), h.73. 63

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 22. 64

Rachmat Krisyantoro, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta:

2007), cet. 2, h. 102.

Mochammad Zia Ulhaq | 31

analisis untuk menajamkan analisis, menggolongkan, mengarah-

kan, membuang hal yang tidak perlu, dan mengorganisasi data-data

dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan.

c. Penyajian Data

Penyajian data deskripsi kumpulan-kumpulan informasi, dari

wawancara, dan pengamatan di lapangan yang tersusun yang me-

mungkinkan untuk melakukan penarikan suatu kesimpulan. Penya-

jian data yang penulis lakukan adalah mengenai retorika dakwah

dalam kegiatan politik praktis TGB Zainul Majdi.

d. Kesimpulan

Dalam menarik kesimpulan mulai dari pengumpulan data pe-

neliti mencari makna dari setiap gejala yang diperolehnya di lapa-

ngan, kemudian menyusun pola-pola hubungan tertentu dalam

suatu satuan informasi yang mudah dipahami dan mudah ditaf-

sirkan dengan didasarkan teori yang digunakan.65

Sumber: Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kualitatif:

Aktualisasi Metodelogis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer

H. Sistematika Penulisan

Pada bab pertama, berisi uraian dan perdebatan akademik me-

ngenai latar belakang masalah yang mendasari pentingnya diada-

kan penelitian ini, sehingga dalam bab ini mencakup sub-sub baha-

san yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi masalah,

batasan dan rumusan masalah penelitian, maksud dan tujuan pene-

65

Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Me-

todelogis Kearah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Gra-

findo Persada, 2007), h. 145.

Pengumpulan

Informasi Reduksi Penyajian Kesimpulan

32 | Retorika Dakwah dalam Politik...

litian, manfaat penelitian, pemaparan mengenai penelitian terdahu-

lu yang relevan serta memaparkan mengenai metodologi penelitian

dan sistematika Penulisan.

Pada bab kedua, berisi mengenai tinjauan teori yang mendes-

kripsikan empat pembahasan, pertama membahas pengertian dan

penjelasan mengenai retorika dakwah dan metode dakwah TGB

Zainul Majdi meliputi bil hikmah, mau’izhah hasanah mujadalah

billati hiya ahsan. Kedua menjelaskan mengenai sejarah retorika

dan tahapan-tahapan dalam penyampaian ceramah atau pidato.

Ketiga menjelaskan bagaimana tipe-tipe retorika politik meliputi

retorika politik deliberatif, retorika politik forensic, retorika de-

monstratif. Keempat menjelaskan mengenai identitas retorika poli-

tik noble selves, rhetorically reflector, rhetorically sensitive.

Pada bab ketiga, berisi uraian mengenai gambaran umum Pro-

vinsi Nusa Tenggara Barat, dan juga memaparkan mengenai pera-

nan seorang Tuan Guru sebagai tokoh agama yang memiliki peran

dalam sosial politik di NTB. Pada bab ini juga memaparkan me-

ngenai biografi dan aktivitas politiknya, dan juga pencapaian-

pencapaian TGB Zainul Majdi dalam memimpin NTB.

Pada bab keempat, menguraikan tentang hasil temuan pene-

litian dari retorika TGB Zainul Majdi sekaligus kritik penulis ter-

hadap identitas terkait sikap politiknya. Bab ini terbagi ke dalam

empat pembahasan, antara lain: pertama retorika dakwah bil hik-

mah retorika mengenai ilmu dan penjelasannya, mau’izhah hasa-

nah terkait retorika mengenai kisah-kisah dan bimbingan terhadap

umat, mujadalah billati hiya ahsan metode retorika meliputi me-

tode diskusi dan cara berdebat dengan cara yang baik. Tipe retorika

politiknya TGB Zainul Majdi meliputi retorika politik deliberatif

narasi konsep-konsep untuk masa depan, retorika forensic narasi

politik berkaitan dengan capaian-capaian dalam kepemimpinan

TGB Zainul Majdi, retorika demonstrative narasi-narasi memuji

pilihan politik. Identitas politiknya meliputi identitas retorika poli-

tik noble selves anti kritik, akan tetapi penulis menemukan kelema-

han TGB Zainul Majdi mengenai sikap dan identitasnya meliputi

rhetorically reflector seorang politisi yang mudah berpindah-pin-

dah tempat (inkonsisten), rhetorically sensitive tipe seorang politisi

Mochammad Zia Ulhaq | 33

cepat beradaptasi dengan lingkungan dalam hal ini kritik penulis

mengenai sikap politiknya dari seorang oposisi menjadi seorang

mendukung penguasa politik (adaptif).

Pada bab kelima, merupakan bab penutup yang berisi uraian

tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu

disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil

penelitian.

34

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Ruang Lingkup Retorika

1. Pengertian Retorika

Retorika atau dalam bahasa inggris rhectoric bersumber dari

perkataan latin rhetorica yang berarti ilmu bicara. Pada abad ke 5

sebelum Masehi untuk pertama kali dikenal dengan ilmu yang me-

ngkaji proses pernyataan antar manusia sebagai fenomena sosial.

Ilmu ini dinamakan dalam bahasa Yunani “rhetorike” yang dikem-

bangkan di Yunani kemudian abad-abad berikutnya di kembang-

kan di Romawi dalam bahasa latin “retorika” (dalam bahasa Ing-

gris ”rhetoric” dalam bahasa Indonesia “retorika”). Retorika seba-

gai the art of using language effectively atau seni penggunaan

bahasa efektif.

Retorika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, rhetoric

yang berarti seni bicara. Retorika merupakan seni bicara yang

dapat dicapai berdasarkan bakat alam dan keterampilan teknik.

Kajian retorika secara umum didefinisikan sebagai suatu simbol

yang digunakan manusia. Retorika pada awalnya berkaitan dengan

persuasi, sehingga retorika menjadi seni penyusunan suatu argu-

mentasi dan pembuatan naskah pidato. Kemudian, berkembang

sampai mengikuti proses “adjusting ideas to people and people to

ideas” dalam segala jenis pesan. Kajian Retorika diperluas dengan

mencakup segala cara manusia dalam menggunakan simbol untuk

mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Pusat dari tradisi retorika

adalah penemuan, penyusunan, gaya penyampaian, dan daya ingat,

yang dikenal sebagai lima karya agung retorika.1

1 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, h.

142.

Mochammad Zia Ulhaq | 35

Pada awalnya retorika digunakan dalam perdebatan-perdeba-

tan di ruang pengadilan, atau dalam perdebatan-perdebatan antar-

persona, sehingga merupakan bentuk komunikasi yang bersifat dua

arah atau dialogis. Pada tahapan perkembangannya, retorika di-

kembangkan sebagai ilmu tersendiri. Selanjutnya retorika kemudi-

an berkembang menjadi komunikasi massa (satu-kepada-semua)

melalui pidato atau orasi kepada orang banyak, sehingga tidak lagi

merupakan kegiatan antar personal (satu-kepada-satu) saja. Dalam

hal ini, retorika berkembang menjadi pernyataan umum, terbuka

dan aktual, dengan menjadikan khalayak (publik atau massa)

sebagai sasaran yang tercakup dalam ilmu komunikasi.

Perkembangan retorika dari komunikasi dialogis ke komuni-

kasi massa, pada awalnya dilakukan oleh Sophist pada masa Yuna-

ni-Romawi dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dengan

jalan membentuk dan membina opini publik. Retorika menjadi

fenomena komunikasi politik yang sangat menarik bagi tokoh-

tokoh politik di kemudian hari. Aristoteles merupakan tokoh utama

yang mengembangkan retorika dengan menerbitkan buku retorika

yang merupakan hasil catatan kuliahnya Plato. Plato sendiri tidak

begitu menyukai beberapa cara sejumlah kaum Sophist yang me-

nggunakan retorika sebagai seni berdebat yang sering mengabaikan

kebenaran dengan mengutamakan kemenangan. Selanjutnya tuli-

san-tulisan orang Yunani tentang retorika disalin kembali oleh

orang Romawi, termasuk Socrates, Quintilian, dan Cicero. Selain

itu, tercatat pula beberapa tokoh yang mengembangkan retorika

pada zamannya seperti Dhemosthenes, Phillipus, dan Lycurgus

yang terkenal juga sebagai orator yang ulung.2

Plato termasuk tokoh yang mengancam keras penggunaan

retorika dalam mempersuasi dan mempropaganda publik lewat

serangkaian pidato atau bentuk komunikasi lainnya sebab hal itu

dianggap banyak berisi kebohongan dan pemalsuan tanpa memper-

hitungkan prinsip–prinsip kebenaran, kebajikan, dan moralitas.

Plato berharap para orator politik juga harus memiliki kesadaran

2 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, h.

143.

36 | Retorika Dakwah dalam Politik...

mendalam tentang kebenaran, terutama kebenaran suatu isu yang

dibicarakan. Aristoteles menawarkan pentingnya ethos dalam reto-

rika yaitu faktor personal, terutama masalah karakter. Ethos, “ethi-

cal or personal appeals” meliputi upaya membangun kualitas

personal, dimana kepribadian pembicara jauh lebih penting dari

pesan yang disampaikan. Dalam literatur ilmu. komunikasi, ethos

diartikan juga sebagai kredibilitas komunikator, yaitu komunikator

yang dapat dipercaya. Aristoteles juga memperkenalkan pathos dan

logos. Pathos berkaitan dengan dimensi yang menyentuh emosi

dalam retorika, sedangkan logos adalah dimensi yang berkaitan

dengan penggunaan argumentasi yang masuk akal (logis) dan

fakta-fakta yang nyata.3

Terdapat dua aspek yang harus diperhatikan dalam retorika

ini, pertama, pengetahuan mengenai bahasa dan juga penggunaan

bahasa harus tepat dan baik. Kedua, pengetahuan mengenai suatu

objek tertentu yang akan disampaikan dengan menggunakan baha-

sa yang baik.4 Teori retorika berpusat pada pemikiran mengenai

cara dan pengemasan komunikasi yang disebut Aristoteles retorika

sebagai alat persuasi yang tersedia. Maksudnya, seorang pembicara

yang tertarik untuk membujuk khalayaknya harus mempertimbang-

kan tiga bukti retoris, logika (logos), emosi (pathos), kredibilitas

(ethos), khalayak merupakan kunci dari persuasi yang efektif, dan

silogisme retoris, yang dapat mendorong khalayak untuk menemu-

kan sendiri potongan–potongan yang hilang dari suatu pidato,

digunakan dalam mempengaruhi dan meyakinkan orang lain.5

Adapun istilah retorika menurut para ahli:

1. Aristoteles, retorika adalah penggabungan teknik bahasa

dalam penyampaian suatu pesan yang diikuti dengan

3 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, h.

144. 4 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: Gramedia, 2007), h.

1. 5 Richard West dan Lynn, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis

dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), h. 5.

Mochammad Zia Ulhaq | 37

pengaturan emosional yang baik bertujuan untuk mempe-

ngaruhi orang lain.6

2. Socrates, retorika adalah ilmu yang memperlajari bagai-

mana cara menyampaikan suatu gagasan, kebenaran de-

ngan baik dan terstruktur melalui teknik berdialog.

3. Plato, retorika adalah kemampuan dalam mengaplikasikan

bahasa lisan yang sempurna dibarengi dengan etika yang

merupakan jalan bagi seseorang untuk memperoleh pe-

ngetahuan yang luas dan sempurna.7

Retorika bagian ilmu bahasa (linguistik), khususnya ilmu bina

bicara retorika sebagai ilmu bicara ini mencakup :

a. Monologika

Monologika adalah ilmu tentang seni dan gaya berbicara

secara monolog atau perorangan dimana hanya seseorang

yang berbicara. Dan yang termasuk dalam bentuk-bentuk

yang tergolong dalam monologika adalah pidato, kata

sambutan, kuliah, makalah, ceramah, dan deklamasi.

b. Dialogika

Suatu ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana

ada dua orang atau lebih yang berbicara atau mengambil

bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk dialogika

yang penting adalah, tanya jawab, diskusi, perundingan,

percakapan dan debat.

6 Jacquie L ‘Etang and Magda Pieczka, Critical Perspektives in

Public Relation, (USA: International Thomson Business Press, 1996) hal.

107. 7 Jacquie L ‘Etang and Magda Pieczka, Critical Perspektives in

Public Relation, h. 107-108.

38 | Retorika Dakwah dalam Politik...

c. Pembinaan Teknik Berbicara

Efektivitas monologika dan dialogika tergantung juga pada

tekhnik bicara, tekhnik bicara merupakan syarat bagi reto-

rika. Oleh karena itu pembinaan tekhnik bicara merupakan

bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian ini per-

hatian lebih diarahkan pada pembinaan tekhnik bernafas,

tekhnik pengucapan, bina suara, tekhnik membaca dan

bercerita.8

2. Lima Hukum Retorika

Aristoteles dan ahli retorika klasik, memperoleh lima tahap

penyusunan pidato: terkenal sebagai Lima Hukum Retorika (The

five Canons of Rhetoric). Lima Hukum tersebut adalah:

1. Invention (penemuan Bahan), dalam tahapan ini pembicara harus

menyeleksi tema yang tepat dengan pendengar dan menguasai

banyak hal tentang topik yang ingin disampaikannya.9didefinisikan

sebagai dasar penyusunan dari suatu argumen yang relevan dengan

tujuan dari suatu pidato. Adanya integrasi cara berfikir dengan

argumen dalam pidato maka dari itu, dengan menggunakan logika

dan bukti dalam pidato dapat membuat sebuah pidato menjadi

lebih menarik dan persuasive. Hal yang membantu suatu penemuan

adalah topic. Topik (topic) bahan bantuan terhadap yang merujuk

pada argumen yang digunakan oleh pembicara. Aristoteles menye-

butkan tiga cara untuk mempengaruhi manusia. Pertama, anda

harus sanggup menunjukan kepada khalayak bahwa anda memiliki

pengetahuan luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang

terhormat (ethos). Kedua, seseorang juga harus menyentuh hati

8 P. Dori Wuwur Hendrikus, Retorika: Terampil Berpidato, Berdis-

kusi, Berargumentasi, Bernegosiasi (Yogyakarta: Kansius, 1991), h. 14. 9 Stephen E. Lucas, The Art Public Speaking, (Mcgraw-Hill Singa-

pore 2001), h. 75.

Mochammad Zia Ulhaq | 39

khalayak dari perasaan, emosi, harapan, kebencian, dan kasih sa-

yang mereka (pathos). Ketiga, anda meyakinkan mampu khalayak

dengan mengajukan bukti atau terlihat seperti kebenaran, disini

anda mendekati khalayak lewat otaknya (logos).10

2. Dispositio (penyusunan bahan/materi). Pada tahapan ini, pembi-

cara menyusun pidato atau mengorganisasikan pesan. Pesan harus

dibagi ke dalam beberapa bagian yang berkaitan secara logis seper-

ti: pendahuluan, pembahasan, dan penutup.

3. Elocutio (gaya/pemilihan bahasa yang indah). Pada tahapan ini,

pembicara memilih kata-kata dan juga menggunakan bahasa yang

tepat untuk “mengemas” suatu pesannya. Gunakan bahasa yang

tepat, benar, dan dapat diterima; pilih kata-kata yang yang jelas dan

langsung, sampaikan kalimat yang indah dan mulia dan sesuaikan

bahasa dengan pesan, khalayak dan pembicara. Penggunaan bahasa

dilakukan dengan cara pemilihan kata atau kalimat yang sesuai de-

ngan tipe pendengar, sehingga mampu menarik dan mempengaruhi

pendengar pihak lain agar percaya, dengan ide-ide, pencerahan

maupun gagasan-gagasan yang disampaikan oleh seorang orator,

dari pemilihan bahasa yang tepat itu membuat ikatan dan menjem-

batani sampainya isi pesan kepada pendengar.11

4. Memoria (mengingat materi). Pada tahapan ini, pembicara harus

mempunyai daya ingat yang kuat untuk mengingat apa yang ingin

disampaikannya, dengan mengatur bahan-bahan pembicaraannya.

5. Pronountiatio (penyampaian). Pada tahap ini, pembicara me-

nyampaikan pesannya secara lisan. Disini, acting sangat berperan.

Pembicara harus memperhatikan olah suara (vocis) dan gerakan-

10

Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Ban-

dung: PT. Remaja Rosda Karya) h. 8. 11

Stephen E. Lucas, The Art Public Speaking, (Mcgraw-Hill Singa-

pore 2001), h. 272.

40 | Retorika Dakwah dalam Politik...

gerakan anggota badan (gestus moderatio cum venustate).

12 Suatu

gerakan atau ekpresi itu membuat ikatan antara pembawa pesan

dengan para jamaah yang mendengarkan. Melalui gerak tubuh ter-

dapat pesan tersendiri meliputi penjelasan isi ceramah atau mem-

perkuat ide-ide dari suatu argumen dari pembawa pesan tersebut.

Karena ini cara paling efektif dalam penunjang seseorang dalam

menyampaikan pesan.13

3. Tujuan dan Fungsi Retorika

a. Tujuan Retorika

Retorika pada awalnya berkaitan dengan persuasi, sehingga

retorika menjadi seni penyusunan argumentasi dan pembuatan

naskah pidato. Persuasi dapat di artikan sebagai suatu metode

komunikasi berupa ajakan, permohonan, atau bujukan yang lebih

menyentuh emosi, yaitu aspek afeksi dari manusia.14

Persuasi meru-

pakan suatu usaha yang disadari untuk mengubah sikap, keperca-

yaan atau prilaku orang melalui transmisi pesan.15

Usaha persuasi

dapat dipahami bahwa selain mengajak atau membujuk khalayak

dengan menggugah dan menyentuh emosi seseorang, juga dapat

dilakukan dengan cara logis dengan menyentuh aspek kognitif

individu, dan juga menggugah khalayak berdasarkan kondisi dan

situasi kepribadian khalayak.16

12

Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Ban-

dung: PT. Remaja Rosda Karya) h. 8. 13

Stephen E. Lucas, The Art Public Speaking, (Singapore: Mcgraw-

Hill, 2001), h. 299. 14

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), cet-I, h. 261. 15

Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar, (Ban-

dung: Terate, 1976) 16

Anwar Afifin, Dakwah Kontemporer; Sebuah Studi Komunikasi,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), cet-I, h. 263.

Mochammad Zia Ulhaq | 41

Secara massa retorika bertujuan sebagai berikut :

1. To inform, memberikan penjelasan dan pengertian kepada

massa guna memberikan penerangan yang mampu membe-

rikan penjelasan dengan baik.

2. To Convince, meyakinkan dan memberikan kesadaran

3. To Inspire, menimbulkan inspirasi dengan tekhnik dan sis-

tem penyampaian yang baik dan bijaksana.

4. To Entertain, menghibur, menyenangkan, dan memberikan

kepuasan.

5. To actuate (to put into action), menggerakkan dan menga-

rahkan mereka untuk bertindak sadar dalam melaksanakan

suatu ide yang telah dikomunikasikan oleh orator dihada-

pan massa.17

b. Fungsi Retorika

Adapun fungsi retorika yang diantaranya yaitu:

1. Membimbing pembicara mengambil keputusan yang tepat.

2. Membimbing pembicara secara lebih baik memahami ma-

salah kejiwaan manusia pada umumnya dan kejiwaan

penanggap tutur yang akan dan sedang dihadapi.

3. Membimbing pembicara menemukan ulasan yang baik.

4. Membimbing pembicara mempertahankan diri serta

mempertahankan argumen kebenaran dengan alasan yang

masuk akal.

B. Retorika Dakwah

1. Pengertian Retorika Dakwah

17

Maarif, Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik, (Depok: PT.

Rajagrafindo Persada), h. 9.

42 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Retorika Dakwah penggabungan antara seni komunikasi yang

dikemas dengan baik dan efektif yang digabungkan dengan dak-

wah Islam. Retorika dakwah berkembang seiring dengan perkem-

bangan zaman saat ini melalui cara dan metode menjadikan dak-

wah lebih menarik agar dakwah Islam dan pengajaranya dapat

disampaikan dengan benar dan dapat diterima tanpa unsur paksaan.

Cukup banyak metode retorika tergantung keahlian dan kesem-

patan yang memungkinkan. dapat disampaikan melalui pemanfa-

atan berbagai macam sarana komunikasi yang canggih melaui me-

dia cetak maupun elektronik, visual dan audio visual, baik regional,

nasional maupun internasional, hingga saluran internet. Sarana

retorika ini juga sangat variatif dapat berbentuk dakwah pendidi-

kan, berbentuk fiqih atau hukum syariat ataupun pemikiran filoso-

fis. Karena pada dasarnya komunikasi Islam meliputi pesan-pesan

perdamaian yang terdiri dari tabligh (informasi), taghyir (peruba-

han social), khairu ummah (keteladanan umat) dan dan mampu

mencerminkan akhlak al-karimah dari setiap individu, dan memba-

ngun kepekaan sosial, dengan mempromosikan ajaran-ajaran Islam

yang relevan dengan nilai-nilai universal.18

Dakwah sebagai format pokok dan dasar dalam agama Islam

tidak berubah dalam hal pokok-pokok dan prinsip-prinsip aqidah-

nya, ibadahnya, akhlaknya, dan hukum syariatnya, tetapi hal yang

berubah adalah metode pengajaran dan dakwah. Al-Quran sendiri

merupakan bukti adanya retorika, retorika Al-Quran Makkiyah ber-

beda dengan retorika Al-Quran Madaniyah.19

Surat-surat Al-Quran

Makkiyah maupun Madaniyah, memperhatikan orang yang diajak

bicara dan mengajaknya bicara sesuai dengan kondisinya. Surat-

surat dalam Makkiyah meretorika terlebih dahulu kepada orang-

orang musyrik yang memusuhi aqidah tauhid dan mengingkari

kenabian Muhammad SAW, serta yang bertindak dzalim kepada-

nya. Dengan begitu, retorika ini dipenuhi oleh bahasa yang cukup

18

Andi Faisal Bakti, The Integration of Dakwah in Journalism:

Peace Journalism, Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 05, No 01, 2015. 19

Yusuf Al-Qaradhawi, Retorika Islam, (Jakarta: KHILAFA, 2004),

cet 1, h.25.

Mochammad Zia Ulhaq | 43

keras dan penuh ketegasan. Adapun surat-surat Madaniyah, memi-

liki bentuk retorika yang berbeda. Dimana sudah terkumpul sebuah

jamaah baru dari orang-orang beriman, sehingga konten bahasa Al-

Quran surat Madaniyah lebih banyak berisi perintah-perintah dan

larangan-larangan, arahan-arahan, dan ketentuan-ketentuan syariat.

Oleh sebab itu, retorika disini dipenuhi oleh bahasa kelembutan

dan pengajaran. Contoh pada surat Al-Baqarah (surat Madaniyah)

dan surat Asyu’araa (surat Makkiyah).20

akan tetapi prinsip dari

retorika dakwah berdasarkan pada firman Allah SWT dalam al-

Qur’an, surat An-Nahl: 125:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah

dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara

yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih menge-

tahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dia-lah yang

lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.21

Ada tiga metode : hikmah, mau’izhah hasanah, dan mujada-

lah billati hiya ahsan. Metode retorika agama ini ditujukan tidak

kepada nabi saja, namun kepada umat yang mengikuti jejaknya.

Prinsip-prinsip retorika Islam al-Qur’an telah menetapkan sarana-

sarana yang memudahkan ahli dakwah Islam dalam melaksanakan

20

Yusuf Al-Qaradhawi, Retorika Islam, (Jakarta: KHILAFA, 2004),

cet 1, h.25. 21

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta

Timur: PT. Surya Prima Sinergi, 2012), h. 282.

44 | Retorika Dakwah dalam Politik...

tugasnya sebagai da’i, dengan kata-kata yang singkat-padat, jelas

dan tegas.22

a. Metode Hikmah

Kata “hikmah” ada di dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak

20 kali baik dalam bentuk nakirah maupun ma’rifat. Bentuk mas-

darnya adalah “hukuman” yang di artikan secara makna aslinya

adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah

dari kezaliman, dan jika di kaitkan dengan dakwah berarti meng-

hindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas

dakwah. Sebagai metode dakwah, hikmah diartikan sikap yang

bijaksana, dalam hal akal dan budi yang mulia, dada yang lapang,

hati yang bersih, dan mengajak seseorang kepada agama dan

Tuhan. Hikmah dalam dakwah mempunyai posisi yang sangat pen-

ting, yaitu dapat menentukan sukses tidaknya dakwah. Dapat dipa-

hami bahwa hikmah adalah merupakan kemampuan dan ketepatan

seorang da’i dalam memilih dan memilah dangan menyelaraskan

teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u.

Hikmah merupakan kemampuan seorang da’i dalam menjelas-

kan ajaran-ajaran Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi

logis dan bahasa yang komunikatif.23

Golongan cerdik cendekia-

wan yang cinta kebenaran dan dapat berfikir secara kritis, cepat

dapat menangkap arti persoalan. Mereka ini harus dipanggil

dengan, yakni dengan alasan-alasan, dengan dalil dan hujjah yang

dapat diterima oleh kekuatan akal mereka. Disebutkan dalam surat

Al-Baqarah 2:269 “Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman

yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang

dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia

benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya

orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran

22

Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern, (Bandung, Rosdakarya,

1996), h. 12. 23

Said Agil Al-Munawara dan M. Yunan Yusuf, Metode Dakwah,

(Jakarta: Kencana, 2003), h. 8.

Mochammad Zia Ulhaq | 45

(dari firman Allah)”.

24 Pengertian hikmah di sini ialah ialah me-

ngajak bicara baik dan lembut kepada manusia dengan dalil-dalil

ilmiah yang memuaskan, dengan bukti-bukti logika yang cemer-

lang.

Dengan semua itu dimaksudkan untuk mengikis keraguan-

keraguan dengan argumentasi dan penjelasan, menolak hal-hal yang

syubhat dan mengalihkan kepada hal yang jelas, tegas, dan mudah

di pahami, dan menghindari permasalahan dzanni menuju permasa-

lahan yang qath’i, permasalahan parsial menuju universal, dan

permasalahan furu’ menuju permasalahan pokok (ushul). Cara hik-

mah, berbicara terhadap orang lain dengan sesuatu yang mudah

dipahaminya dan diterima oleh akalnya. Bukan dengan sesuatu

yang sulit dimengerti. Hikmah adalah sesuatu cara mencapai kebe-

naran dengan ilmu dan akal. Hikmah dari Allah adalah mengetahui

sesuatu dan menciptakannya secara sempurna. Dan hikmah bagi

manusia adalah mengetahui apa-apa yang diciptakan Allah dan

berbuat baik. Sahabat Ali Radhiyallahu Anhu menuturkan nasehat

berharga, seraya berkata, “ajaklah manusia berbicara dengan

sesuatu yang mereka pahami, dan tinggalkan apa yang mereka

pungkiri dan di perselisihkan, apakah kamu menghendaki apabila

Allah dan Rasul-Nya didustakan.25

Pada surat Ibrahim: 4 Allah

berfirman “Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan de-

ngan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan

dengan terang kepada mereka.” Kata hikmah dalam al-Qur’an

tidak diiringi dengan kata sifat atau keterangan apapun. Karena

yang mendapatkan hikmah sesungguhnya telah meraih kebaikan

yang sangat banyak.

24

Munzier Suparta, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h.

10. 25

Yusuf Al-Qaradhawi, Retorika Islam, (Jakarta: KHILAFA, 2004),

cet 1, h. 29.

46 | Retorika Dakwah dalam Politik...

b. Metode Mau’izhah Hasanah

Mau’izhah hasanah secara bahasa terdiri dari dua kata, mau-

’izhah dan hasanah. Kata mau’izhah berasal dari kata wa’adza –

ya’idzu – wa’dzan – idzatan yang berarti, nasihat, bimbingan, pen-

didikan dan peringatan, sementara hasanah merupakan kebalikan

dari sayyii’ah yang berarti kebaikan lawannya kejelekan.26

Menu-

rut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi mau’izhah hasanah ada-

lah suatu perkataan yang disampaikan sebagai bentuk bimbingan

dan nasihat kepada mereka berdasarkan al-Qur’an.27

Menurut Ali Mustafa Yaqub mau’izhah hasanah adalah uca-

pan yang berisi nasihat-nasihat yang baik dimana ia dapat ber-

manfaat bagi orang yang mendengarnya atau argumen-argumen

yang memuaskan sehingga para pendengar dapat membenarkan

apa yang disampaikan oleh pendakwah. Jika hikmah mengajak ber-

bicara kepada akal agar memaklumi pesan-pesan, maka dakwah

dengan cara mau’izhah hasanah (pelajaran yang baik) adalah

mengajak berbicara kepada hati dan perasaan agar menyadari dan

tergerak untuk bertindak dan mengamalkan suatu kebaikan. Karena

manusia memiliki dua instrumen vital yang harus kita perhatikan

dengan seksama demi meraih hasil yang sempurna, yaitu akal dan

hati. Akal akan mencerna dan memahami dan mendalami sehingga

tercapai pengetahuan dan hati akan merasakan menyaring dan

menghayati sehingga timbul keinginan dan emosional rasa suka

atau rasa benci.28

At-Thobari mengartikan mau’izhah hasanah dengan “Al-ibr

al-jamilah” yaitu perumpamaan yang indah bersal dari kitab Allah

sebagai hujjah, argumentasi dalam proses penyampaian. Rasulullah

SAW bersabda: “Dari Ibnu Mas’ud R.A., berkata: ”bahwa Nabi

SAW., ketika memberikan mau’idhah (nasihat) selalu variatif supa-

26

Said Agil Al-Munawara dan M. Yunan Yusuf, Metode Dakwah,

(Jakarta: Kencana, 2003), h. 15 27

Munzier Suparta, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h.

11. 28

Yusuf Al-Qaradhawi, Retorika Islam, h. 29.

Mochammad Zia Ulhaq | 47

ya tidak membosankan kita.” (HR. Bukhori). Mau’izhah hasanah

dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung suatu unsur

bimbingan, pendidikan, pengajaran, dari kisah-kisah, berita gembi-

ra, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan

pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan didunia

dan akhirat.

Semua manusia pada dasarnya membutuhkan dua metode

dakwah ini. Suatu saat cara hikmah lebih tepat dan di saat yang lain

juga cara mau’izhah hasanah lebih efektif. Meskipun mayoritas

orang awam lebih membutuhkan mau’izhah hasanah yang meng-

gerakan perasaan dan menggugah emosional untuk melakukan

kebaikan, sedangkan kaum intelektual lebih cenderung kepada cara

hikmah yang menstimulasi akal mereka untuk menerima kebenaran

dari statemen-statemen ilmiah dan logis. Pada gilirannya tergerak

untuk melakukan kebaikan dan kebenaran itu. Kata mau’izhah ha-

san diiringi oleh kata sifat “hasanah” sehingga menjadi “mau’iz-

hah hasanah” maka dari itu, tidak sembarangan mau’izhah yang

disampaikan dai atau pembicara karena harus baik dan indah. Dan

terdapat kebaikan didalamnya dan bisa menyeleksi objek yang

tepat, menghadirkan hal-hal yang menarik, menghadirkan nasehat-

nasehat yang menyentuh perasaan terdalam pada sanubari seseo-

rang. Menjaga kata-katanya agar yang keluar dari lisannya kata-

kata yang membuat seseorang senang dan nyaman terhadap apa

yang disampaikannya. Disisi lain tidak ada celaan terhadap seseo-

rang yang melakukan kesalahan, harus bisa memberikan suatu ara-

han agar tidak terjadi lagi di masa mendatang.29

Terkadang kebaikan itu terletak pada cara yang luwes antara

pemberian ancaman dengan pemberitaan gembira, antara pemberi-

taan peringatan dan nasehat. Kita tidak boleh menakut-nakuti sese-

orang sampai-sampai seseorang tersebut putus harapan dari kenik-

matan Allah. Betapa indahnya metode Qur’an dalam mengarahkan

jiwa-jiwa manusia, terkadang mengiringan dengan ancaman dari

Allah, dan terkadang mengendalikannya dengan harapan-harapan

29

Yusuf Al-Qaradhawi, Retorika Islam, (Jakarta: KHILAFA, 2004),

cet 1, h. 30.

48 | Retorika Dakwah dalam Politik...

dan kasih sayang-Nya, agar seseorang dapat senantiasa stabil da-

lam suatu kondisi yang digambarkan dalam firman-Nya, “Takut

adzab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya.” (Az-Zumar:

9). Metode Qur’ani mengombinasikan dua perkara itu dengan pe-

nuh keseimbangan dan keserasian. “Ketahuilah, bahwa sesungguh-

nya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Maidah 98).

Pada ayat yang lain Allah Berfirman: “Sesungguhnya Tuhan-

mu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia

sekalipun mereka zalim, dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar

sangat keras siksanya.”(Ar-Ra’d 6). 30

Bentuk-bentuk metode dak-

wah mau’izhah hasanah tersebut bisa diklasifikasikan dalam bebe-

rapa bentuk sebagai berikut:

1. Memberikan nasihat atau petuah secara terminologi nasihat

adalah memerintah atau melarang menganjurkan yang di-

barengi dengan motivasi dan ancaman. memberikan pema-

haman terhadap term tersebut dengan makna mau’izhah

hasanah merupakan tindakan mengingatkan seseorang de-

ngan baik dan lemah lembut agar dapat melunakkan hati-

nya.31

2. Memberikan bimbingan sebagai proses membantu individu

melalui usahanya sendiri untuk menentukan dan mengem-

bangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan

pribadi dan kemanfaatan sosial.32

3. Dengan kisah-kisah Al-Qur’an terdapat berbagai metode

untuk mengajak manusia ke jalan yang benar, antara lain

adalah dengan kisah atau cerita. Al-Qur’an dan hadits ba-

nyak memuat kisah-kisah sejarah umat terdahulu yang da-

pat dijadikan sebagai bahan yang dapat menjadikan per-

30

Yusuf Al-Qaradhawi, Retorika Islam, h. 31. 31

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 242-243. 32

Hallen, Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: PT. Intermasa, 2002),

h. 3.

Mochammad Zia Ulhaq | 49

bandingan untuk menjalankan aktivitas kita dalam berdak-

wah.33

Kebanyakan orang yang belum dapat berfikir secara kritis dan

mendalam, cenderung mendengarkan dan mengikuti belum dapat

menangkap pengertian yang luas. Mereka ini dipanggil de-

ngan mau’izhah hasanah, dengan anjuran dan didikan yang baik

dan mudah dipahami. Kesimpulan mau’izhah hasanah mengan-

dung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh ka-

sih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak

membongkar kesalahan orang lain sebab kelemah-lembutan dalam

menasihati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan men-

jinakkan kalbu yang keras, dengan cara ini mudah melahirkan

kebaikan dari pada larangan dan ancaman.34

c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan

Dari segi etimologi (bahasa) lafazh mujadalah di ambil dari

kata “jadal” yang bermakna memintal, melilit. jika ditambahkan

alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faaala, “jaa dala” dapat

bermakna berdebat, dan “mujaadalah” perdebatan. Apabila ditin-

jau dari segi istilah (terminlogi) terdapat beberapa pengertian al-

Mujadalah (al - Hiwar). Al-mujadalah (al - Hiwar) berarti memili-

ki arti tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara siner-

gis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusu-

han di antara keduanya. Adapun beberapa pengertian al-Mujadalah

secara istilah yaitu menurut Sayyid Muhammad Thantawi ialah,

suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan

dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat. 35

Menurut Ibnu Sina mengartikan mujadalah dengan upaya

memperoleh penemuan yang dapat dijadikan hujjah terhadap sega-

33

M. Munir, Metode Dakwah, h. 291. 34

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 6. 35

Munzier suparta, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h.

18-19.

50 | Retorika Dakwah dalam Politik...

la sesuatu yang sedang tersebar (berkembang), sehingga ketika

memberikan jawaban tidak dipertentangkan. Sementara itu Hujjat

al-Islam al-Ghazaliy dalam kitab Ihya ‘Ulum al-Din mengartikan

mujadalah sebagai keinginan untuk mengalahkan dan menjatuhkan

seseorang dengan menyebutkan cela yang terdapat pada perkata-

annya, bahkan dengan menisbahkannya pada aib dan kebodohan.

Karena itu, perdebatan bisa untuk kebaikan dan kejahatan. Perde-

batan tidak akan berakhir kecuali salah satu pihak mengakui keka-

lahannya. Diantara ciri-ciri dari metode dakwah yang digariskan

al-Qur’an ialah berdialog dengan cara yang yang terbaik. Ini diha-

dapkan kepada orang-orang yang berbeda pendapat, mujadalah

diartikan dengan berbantah-bantahan dan memperundingkan, atau

perundingan yang ditempuh melalui perdebatan dan pertandingan,

atau penyimpangan dalam berdiskusi dan. Metode mujadalah ini

pada prinsipnya ditujukan kepada objek dakwah yang mempunyai

tipologi antara menerima dan menolak materi dakwah (Islam) yang

disampaikan kepada mereka.36

Pada objek ini mujadalah memainkan peranannya, sehingga

objek dakwah dapat menerima dengan perasaan mantap dan puas.

Metode ini memberi isyarat kepada juru dakwah untuk menambah

wawasan dalam segala aspek, sehingga pada akhirnya dapat mem-

berikan jawaban atau bantahan kepada objek dakwah secara benar

dan baik serta menyenangkan perasaan. Dari pengertian diatas da-

pat diambil kesimpulan bahwa, Mujadalah merupakan tukar pen-

dapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak

melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pen-

dapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti

yang kuat. Antara satu dengan lainnya saling menghargai dan me-

nghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran pihak

lain dan iklas menerima hukuman kebenaran tersebut.37

36

Yusuf Al-Qaradhawi, Retorika Islam, (Jakarta: KHILAFA, 2004),

h. 35-36. 37

Yusuf Al-Qaradhawi, Retorika Islam, (Jakarta: KHILAFA, 2004),

h. 35-36.

Mochammad Zia Ulhaq | 51

2. Prinsip Retorika Dakwah

a. Dakwah Islam

Dakwah berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti me-

nyeru, memanggil orang yang berdakwah disebut da’i (orang yang

berdakwah). Dai juga disebut Mubaligh (yang menyampaikan).

Pengertian dakwah merupakan suatu profesi, dimana profesi itu

mengharuskan untuk mempunyai skill, planning dan manajemen

yang handal. Dakwah Islam makna yang mendasar suatu penga-

kuan bahwa tidak ada tuhan selain Allah dakwah adalah Islam dan

Islam adalah dakwah. Kegiatan dakwah dipahami sebagai kegiatan

yang menyerukan atau mengajak umat islam untuk hijrah kearah

yang lebih baik. Dakwah memiliki peran yang sentral dalam mem-

bangun pemahaman agama antar manusia, dan juga sangat penting

dalam membangun perdamaian diantara umat. Karena dalam dak-

wah bertujuan membangun umat secara berkelanjutan.38

Aktivitas

dakwah merupakan proses mengajak seseorang untuk menegakkan

ma’ruf nahi munkar dengan menyampaikan kebaikan-kebaikan

Islam. Dalam aktivitas dakwah adalah segala aspek yang ada keter-

kaitan antara proses dan pelaksanaan dakwah dan sekaligus berkai-

tan tentang proses keberlangsungannya, meliputi persoalan da'i

(pelaku dakwah), mad'u (obyek dakwah), materi dakwah/maddah,

was lah (media dakwah), thar qah (metode), dan atsar (efek dak-

wah). Da'i adalah seseorang pelaku dakwah, yaitu orang yang

berusaha mengubah suatu situasi yang kurang baik menjadi situasi

yang lebih baik.39

dengan ketentuan-ketentuan Allah Swt, baik

secara individu maupun berbentuk kelompok (organisasi), sekali-

gus sebagai pemberi informasi dan pembawa missi. Dalam aktivi-

tas dakwah seseorang hal-hal yang penting untuk di perhatikan

bagi juru dakwah adalah adab ketika menyampaikan suatu risalah.

38

Andi Faisal Bakti, Applied Communication To Dakwah For

Peace, 2015. 39

Ansari, Hafi, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya:

Al-Ikhlas), h. 105.

52 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Moch Natsir pernah mengatakan, “Dakwah adalah amanah setiap

manusia untuk disampaikan kepada umat, karena dakwah merupa-

kan warisan terbaik dari Nabi Muhammad untuk diamalkan umat-

nya.40 Menurut Andi Faisal Bakti secara lebih luas menyebutkan

bahwa dakwah dalam Islam memberikan suatu solusi manfaat dan

kebaikan terhadap berbagai masalah yang terjadi dalam kehidupan

manusia dengan menebarkan dan berbagi nilai-nilai kebaikan da-

lam Islam41

Pengertian dakwah menurut istilah ada beberapa pen-

dapat antara lain:

1. Menurut Amien Rais dakwah adalah suatu hal yang mam-

pu sejalan dengan rekontruksi sosial yang multidimensio-

nal.

2. Pendapat Isa Anshari, dakwah yaitu meyampaikan seruan

Islam, mengajak dan memanggil umat manusia, agar me-

nerima dan mempercayai keyakinan dan hidup Islam.

3. Pendapat Toha Jahja Omar, dakwah yaitu mengajak manu-

sia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai

dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebaha-

giaan mereka di dunia dan di akhirat.

4. Pendapat A. Hasjmy, dakwah yaitu mengajak orang lain

untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariah

Islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan

oleh peda’wah itu sendiri.42

5. Pendapat Syekh Ali Mahfuzh, dakwah adalah suatu moti-

vasi manusia untuk berbuat kebajikan, untuk mengikuti

petunjuk Allah dan memrintahkan kebaikan dan mencegah

40

Nadzrah Ahmad, Islam in Politics Dakwah: A reflection From

Bapak Mohammad Natsir (1908-1993). Al-ITQAN, No 2, December

2018. 41

Andi Faisal Bakti, Transetter Komunikasi di Era Digital: Tanta-

ngan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Jurnal

Komunikasi Islam, Vol. 02, No 1, 2013. 42

Hasanudin, Hukum Dakwah, Tinjauan Aspek Hukum dalam Ber-

dakwah di Indonesia, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya), h. 3.

Mochammad Zia Ulhaq | 53

dari hal yang mungkar agar memperoleh kebahagiaan du-

nia dan akhirat.43

6. Menurut Quraish Shihab dakwah diartikan sebagai seruan

atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situ-

asi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi

maupun masyarakat.44

Dakwah yang dilakukan oleh para dai tentunya sangat bera-

gam. Pada saat ini aktivitas tersebut semakin variatif seiring de-

ngan dinamika masyarakat. Hampir bisa dikatakan tidak ada satu

kegiatan yang ada dalam masyarakat yang tidak ada di dalamnya

unsur dakwah yang dilakukan, kebanyakan semua unsur dakwah

ada di berbagai bidang kegiatan dapat diklasifikasikan dalam tiga

kategori, yaitu :

1. Dakwah bil lisan penyampaian informasi atau pesan dak-

wah melalui lisan, dapat berupa ceramah, diskusi, khutbah,

dan lain sebagainya.

2. Dakwah bil qalam adalah berdakwah dengan melaui tuli-

san adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah me-

lalui tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar,

spanduk, pamplet, lukisan, buletin dakwah, dan lain

sebagainya.

3. Dakwah bil haal, adalah dakwah melalui perbuatan nyata

seperti perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran Islam,

memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun,

sabar, semangat, kerja keras, menolong sesama manusia.

Dakwah ini dapat berupa pendirian panti dan pemeliharaan

43

Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Sinar Grafika Offset,

2009), cet ke-1, h. 3. 44

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan

1994), h. 194.

54 | Retorika Dakwah dalam Politik...

anak yatim piatu, pendirian lembaga pendidikan, kesenian

dan lain sebagainya.45

Dari beberapa pengertian dakwah diatas, maka dapat disim-

pulkan dakwah itu menyampaikan dan memanggil serta mengajak

manusia ke jalan Allah SWT, untuk menjalankan perintah-Nya dan

menjauhi larangan-Nya dalam mencapai kehidupan bahagia di

dunia dan di akhirat, sesuai dengan tuntutan dan contoh Rasulullah

SAW.

C. Retorika Politik

Retorika merupakan “art of speach” (seni berbicara). Adalah

suatu bentuk komunikasi yang diarahkan pada suatu penyampaian

pesan dengan maksud mempengaruhi khalayak agar dapat mem-

perhatikan dan memahami pesan yang disampaikan secara baik.

Retorika menggabungkan antara argumentasi pesan, dengan cara

penyampaian yang menarik serta kredibilitas diri pembicara. De-

ngan demikian retorika politik merupakan suatu seni berbicara

kepada khalayak bersifat politis, dalam upaya mempengaruhi kha-

layak tersebut agar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh komu-

nikator politik.46

Retorika politik suatu proses yang bertujuan memungkinkan

terbentuknya masyarakat melalui negosiasi dan diskusi. Retorika

menggunakan bahasa untuk mengidentifikasi pembicara dan pen-

dengar melalui pidato, pidato salah satu konsep yang sama pen-

tingnya dalam menganalisis retorika sebagai identifikasi atau seba-

gai simbol. Melalui cara ini para politisi menyusun suatu argumen

dan gagasan yang mengarah kepada negosiasi didalamnya. Melalui

retorika politik orator memberi dan menginformasikan suatu pesan

atau gagasan kreatif dengan kata lain melalui retorika politik seo-

45

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta:

Logos Wahana Ilmu, 1997), h. 34. 46

Gun gun Heryanto dan Irwa Zarkasy, Public Relations Politik

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2012) h. 150.

Mochammad Zia Ulhaq | 55

rang orator membentuk ide, argumen dan gagasan tentang makna,

kondisi dan identitas suatu kelompok sehingga menciptakan ma-

syarakat dengan proses negosiasi.47

Retorika mengandung banyak unsur persuasi, seperti unsur

gaya dan keindahan yang mencakup suara yang berirama, intonasi

yang bagus, kata-kata yang indah, serta postur dan gerak tubuh

yang dapat menarik dan meyakinkan. Retorika merupakan komuni-

kasi verbal dan nonverbal yang memiliki unsur persuasi dengan

daya pengaruh yang kuat dalam merayu dan membujuk publik.

Adanya unsur persuasi yang sangat melekat pada retorika, men-

dorong para politikus memanfaatkan retorika sebagai salah satu

bentuk komunikasi yang sangat efektif dalam merayu atau mem-

pengaruhi opini publik.48

1. Tipologi Retorika Politik

Dalam pengklasifikasian jenis-jenis retorika politik menurut

Aristoteles mengidentifikasi melalui tiga cara pokok yaitu, tipe re-

torika politik deliberatif, retorika politik forensic, dan retorika poli-

tik demonstratif.

a. Retorika Politik Deliberatif

Retorika Deliberatif (konseptor) suatu narasi dirancang untuk

mempengaruhi orang-orang yang memiliki masalah yang berkaitan

dengan kebijakan pemerintah dengan menggambarkan keuntungan

dan kerugian secara relatif dari cara–cara yang mengandung suatu

alternatif lebih kepada seseorang yang memiliki konsep untuk masa

yang akan datang. Fokusnya terhadap apa yang akan terjadi di ma-

sa depan jika ditentukan kebijakan tertentu. Jadi, retorika Delibe-

47

Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan

Media (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), cet. 1, h. 142. 48

Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik,

(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah), cet 1, 2011. h.

141.

56 | Retorika Dakwah dalam Politik...

ratif menciptakan dan memodifikasi pengharapan atas hal-hal yang

akan datang. kita melihat contoh dari retorika deliberatif, ketika

seorang menteri pertahanan meminta pembiayaan militer yang lebih

dasar untuk menghindari ancaman dari kekuatan asing. maka men-

teri keuangan menegosisasi untuk meminta kenaikan pajak agar

“meredam api inflasi”. Dan walikota kota dari kota-kota besar juga

meminta bantuan pemerintah federal untuk mencegah adanya ke-

bangkrutan finansial yang terjadi di daerah–daerah metropolitan,

jadi dari masing-masing bagian memiliki suatu rancangan masa

depan yang dimana rancangan tersebut di koordinasikan melalui

suatu negosiasi melalui proses komunikasi yang intensif.49

b. Retorika Politik Forensik

Retorika Forensik (ungkapan kebenaran) yang berfokus pada

apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan suatu kebe-

naran, fakta, dan mengungkap bersalah atau tidak bersalah, dengan

adanya pertanggung jawaban, atau hukuman dan ganjaran yang

sesuai.50

c. Retorika Politik Demonstratif

Retorika politik demonstratif ini adalah wacana yang memuji

dan menjatuhkan. Retorika demonstratif (argument dan krtitik) me-

miliki tujuan untuk memperkuat sifat baik dan sifat buruk sese-

orang, atau suatu lembaga, atau gagasan. Suatu kegiatan kampanye

politik juga penuh dengan retorika demonstratif seperti satu pihak

menantang kualifikasi pihak lain, bagi-bagi jabatan di dalam peme-

rintahan. Adanya dukungan editorial oleh surat kabar, majalah,

televisi, dan radio juga mengikuti garis demonstratif, memperkuat

49

Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Me-

dia (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), cet. 1, h. 142. 50

Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Me-

dia cet. 1, h. 142.

Mochammad Zia Ulhaq | 57

sifat positif kandidat yang didukung dan menguak sifat negatif

lawannya.51

2. Identitas Retorika Politik

Identitas merupakan refleksi diri atau cerminan diri yang

proses sosialisasi seseorang melalui terbentuk melalui proses ko-

munikasi. Identitas pada dasarnya merujuk pada refleksi dari sese-

orang karena adanya proses komunikasi meliputi pernyataan-per-

nyataan atau narasi-narasi komunikasi dari seseorang yang mem-

bentuk sikap dan identitas sebagai pendefinisian diri seseorang

sebagai individu yang berbeda dalam perilaku, keyakinan dan

sikap. Ada 3 tipe identitas retorika politik diantaranya:

a. Noble Selves: orang yang menganggap dirinya paling

benar, mengklaim lebih hebat dari yang lain dan sulit me-

nerima suatu kritikan. Jika tipe ini yang ada dalam diri

praktisi Public Relations Politik, maka tentu akan meng-

hambat proses Public Relations politik yang sedang dilaku-

kan.

b. Rhetorically Reflector: orang yang tidak punya pendirian

(inkonsisten) yang teguh, hanya menjadi cerminan orang

lain. Tipe seperti ini akan melemahkan lembaga atau kan-

didat, karena orator tak memiliki kapasitas untuk memba-

ngun diskursus, berpolemik atau mempertahankan ide dan

konsep. Dia tak lebih dari sekedar cerminan kepentingan

pihak lain.

c. Rhetorically Sensitive: orang yang adaptif, dan cepat me-

nyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ini merupakan tipe

ideal karena tahu bagaimana dan kapan harus memainkan

diri publik (public self) dan diri pribadi (private self). Cen-

derung fleksibel, tetapi memiliki konsep diri yang jelas,

51

Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Me-

dia (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), cet. 1, h. 142-143.

58 | Retorika Dakwah dalam Politik...

sehingga bisa menunjukkan ketegasan dan kewibawaannya

di depan khalayak.52

52

Gun gun Heryanto dan Irwa Zarkasy, Public Relations Politik

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2012) h. 119.

59

BAB III

PROFIL MUHAMMAD ZAINUL MAJDI

DAN GAMBARAN UMUM TENTANG

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat

1. Kondisi Demografi

Menjadi orang Sasak berarti mereka yang beragama Islam.1

Ini sebuah pernyataan dari seorang etnografis, tidak seluruhnya be-

nar menurut John Ryan Bartholomew. Penyataan tersebut menyata-

kan agama Islam merupakan faktor yang amat erat di dalam ma-

syarakat Sasak Lombok.2 Dan sentimen ini masih sangat melekat

pada sebagaian besar masyarakat Lombok, karena identitas etnis

Sasak erat kaitanya sebagai Muslim. Lombok juga terkenal dengan

julukan pulau seribu mesjid ini ciri khas dari masyarakat Lombok

yang menjadikan mesjid sebagai representasi budaya Sasak di

Lombok menjadi ciri khas yang membedakan Lombok dengan dae-

rah lainnya.3 Secara keseharian Islam diamalkan ajarannya di

tengah-tengah masyarakat Lombok.4 Bahwa masyarakat di Lom-

bok mayoritas memeluk agama Islam yang memiliki kaitan erat

1 Judith Louise Ecklund, Marriage, Seaword and Song: Ritualized

Response to Cultural Change in Sasak Life (USA: Cornell University,

1977), h. 4. 2 John Ryan Barholomew, Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat

Sasak (Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya, 1999), h. 86. 3 John Ryan Bartholomew, Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat

Sasak, h.86. 4 Jeremy Kingsley, Tuan Guru, Community, and Conflict in Lombok

Indonesia (Melbourne Law School The University of Melbourne, 2010),

h. 99.

60 | Retorika Dakwah dalam Politik...

antara masyarakat Sasak dengan Islam, sehingga agama menjadi

organizing principle bagi masyarakat Lombok.5

Masyarakat Lombok mayoritas beragama Islam, hampir 95%

dari penduduknya adalah muslim. Agama Nasrani (Kristen Katolik

dan Prostestan) serta Hindu dan Budha adalah sisanya. Dan Agama

Nasrani ada pada awalnya dibawa oleh penjajah Belanda pada

tahun 1894 dan biasanya dianut oleh para pendatang dari Nusa

Tenggara Timur, Jawa dan Batak. Agama Hindu dibawa oleh

orang-orang dari Kerajaan Karang Asem Bali dan Pernah menjajah

Lombok dari Tahun 1740 sampai 1894 dianut oleh orang-orang di

sekitar Lombok Barat dan Kota Mataram. Pulau Lombok dihuni

beragam etnis dan suku, beberapa etnis yang hidup berdampingan

di pulau Lombok diantaranya Etnis sasak 68%, Bima 14%, Sumba-

wa 8%, Bali 3%, jawa 2%, jadi sebagian besar penghuninya adalah

Suku Sasak sekitar 90%.6 Pulau Lombok adalah salah satu Pulau

utama dari dua Pulau yang ada di Nusa Tenggara Barat (NTB). Pu-

lau Sumbawa Lombok terdiri dari empat kabupaten, yaitu Kabupa-

ten Lombok Barat, Timur, Tengah dan Utara dan Kotamadya, yaitu

Mataram Lombok terletak di antara Bali sebelah barat dan Pulau

Sumbawa sebelah timur. Pada bagian barat, terletak Selat Lombok

dan bagian timur terdapat Selat Alas. Di sebelah utara, Lombok

berbatasan dengan Laut Jawa, dan sebelah timur, Laut Indonesia

bagian selatan. Menurut pendapat Geoffrey Marrison tidak ada

yang tahu pasti awal sejarah pulau Lombok.

Sekitar abad ke 14 menurutnya ada bukti yang berhubungan

dengan Jawa dalam kitab Negarakerta Agama karya pujangga Ma-

japahit, Empu Prapanca, baik istilah Lombok dan Sasak disebut-

kan. Ada empat kekuatan yang sangat signifikan mendominasi

Pulau Lombok, yaitu pengaruh Hindu-Jawa, pengaruh Hindu-Bali,

5 Lukman Al Hakim, Religiusitas dan Etos Kerja dalam Peningka-

tan Ekonomi Umat; Studi Pada Masyarakat Sasak Lombok Nusa Tengga-

ra Barat (Disertasi: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h.192-193. 6 https://www.ntbprov.go.id/profil-daerah, diakses 19 september

2019.

Mochammad Zia Ulhaq | 61

pengaruh Islam Jawa, dan pengaruh kolonial Belanda dan Jepang.

7

Hindu Budhisme diperkenalkan oleh kerajaan Hindu-Majapahit

dari Jawa Timur datang ke Lombok pada abad ke 7. Setelah dinasti

Majapahit runtuh, berdirilah kerajaan Islam Jawa yang kemudian

membawa agama Islam ke masyarakat Sasak, Lombok dari arah

Barat laut pada abad 13 dengan corak sufisme Jawa yang penuh

dengan mitisme. Di bagian Lombok Timur, orang Makasar datang

berhasil menguasai kerajaan Selaparang, kerajaan asli orang Sasak

pada abad 16 yang bercorak Islam Suni. Dibandingkan dengan

orang Jawa, orang Makasar lebih berhasil menyebarkan Islam dan

berhasil mengkonversi Islam ke seluruh orang Sasak, meskipun ke-

banyakan mereka masih mencampurkan Islam dengan kepercayaan

lokal yang non Islam.8

Berbagai kekuatan asing silih berganti menguasai Lombok

mempengaruhi cara orang Sasak menyerap pengaruh-pengaruh itu

dari luar. Dan kedatangan kerajaan Hindu-Majapahit dari Jawa

Timur pada tahun 1334 M ke Lombok memperkenalkan Hindu-

Budhisme ke kalangan masyarakat Sasak, yang kemudian pada

fase selanjutnya meninggalkan pengaruh pemahaman dan prilaku

keagamaan orang sasak. Setelah runtuhnya kerajaan majapahit ma-

ka kerajaan Bali merupakan basis terkuat dari sisa kekuasaan Kera-

jaan Majapahit, yang mengklaim wilayah kekuasaannya di Pulau

Lombok. Pengakuan tersebut dilakukan untuk melegitimasi politik

ekspansif yang dilakukan terhadap kerajaan Lombok agar tidak

diganggu oleh pihak lain. Setelah kehancuran kerajaan Majapahit

dan munculnya kerajaan Islam Demak serta mengirimkan Sunan

Prapen ke kalangan orang-orang Sasak dengan ajaran sufisme Jawa

yang penuh dengan mistikisme atau singkretisme.9 Sementara itu

7 Muhammad Harfin Zuhdi, Parokialitas Adat Terhadap Pola Kebe-

ragaman Komunitas Islam Wetu Telu di Bayan, Lombok Barat (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 19. 8 Erni Budiwanti, Islam Sasak: Wetu Telu Versus Waktu Lima (Yog-

yakarta LKiS, 2009), h. 9. 9 Bahwa sinkretisme dalam beragama adalah suatu sikap atau panda-

ngan yang tidak mempersoalkan murni atau tidaknya suatu agama. Beru-

62 | Retorika Dakwah dalam Politik...

orang makasar datang ke Lombok pada abad ke-16 dan berhasil

menyebarkan agama Islam yang bercorak Sunni dan hampir semua

komunitas Sasak memeluk agama Islam.10

Masuknya Islam ke

Lombok dengan cara yang damai tanpa paksaan dan tanpa kekera-

san seperti di banyak wilayah lain Indonesia.11

Masyarakat Lom-

bok menerima Islam secara langsung melalui para Wali dari Jawa.12

Berdasarkan elaborasi di atas terlihat bahwa terdapat pluralitas

ekspresi keberagamaan di Indonesia. Di pulau Lombok terdapat

tiga varian Islam yang dipisahkan secara diametral, pertama yang

disebut dengan Boda, Wetu Telu, dan Waktu Lima.13

Pertama,

Boda ada kesamaan pelafalan dengan Buddha, akan tetapi Boda

tidak memiliki kesamaan dan hubungan dengan Buddhisme.

Orang Sasak yang menganut kepercayaan Boda tidak menga-

kui Sidharta Gautama (Sang Buddha) sebagai figur utama. Agama

Boda yang dianut orang Sasak justru ditandai dengan penyemba-

han roh-roh leluhur mereka sendiri dan juga percaya terhadap

saha memadukan unsur-unsur yang baik dari berbagai agama, yang tentu

saja berbeda antara satu dengan yang lainnya, dijadikannya sebagai satu

aliran, sekte, dan bahkan agama. Sinkretisme berusaha menyatukan per-

bedaan dan pertentangan yang signifikan antara beberapa paham yang

berlainan. Bisa berupa aliran, kepercayaan, bahkan agama. Secara gam-

blang bisa dikatakan bahwa paham ini adalah usaha pluralisme agama,

agama-agama yang berlainan di Indonesia ini; Hindu Budha, Kristen, Ka-

tolik dan Islam bertentangan ajarannya, kemudian dicarilah dari masing-

masing agama perbedaan yang mencolok yang berpotensi menimbulkan

perpecahan dan ketidaktoleran, dari situlah perbedaan itu akan dilebur dan

disatukan kembali menjadi sesuatu yang satu dan utuh. 10

Muhammad Harfin Zuhdi, Parokialitas Adat Terhadap Pola Ke-

beragaman Komunitas Islam Wetu Telu di Bayan, Lombok Barat (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 20. 11

John Ryan Barholomew, Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat

Sasak (Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya, 1999), h. 98. 12

Erni Budiwanti, “Adat Islam and Dakwah Movement in Bayan,

North Lombok.” Heritage of Nusantara, Internasional Journal of Religi-

ous Literature and Heritage 2 (2013), h. 80. 13

Erni Budiwanti, Islam Sasak (Yogyakarta: LKis, 2000), h. 66.

Mochammad Zia Ulhaq | 63

berbagai, penganut Boda sebagai komunitas kecil yang berdiam di

wilayah pegunungan utara dan juga di lembah-lembah pegunungan

Lombok bagian selatan. Kelompok Boda ini konon adalah orang-

orang Sasak dari segi kesukuan, budaya, dan bahasa menganut ke-

percayaan asli. Mereka menyingkir ke daerah pegunungan untuk

melepaskan diri dari islamisasi di Lombok. Kedua, Agama Wetu

telu awalnya memiliki ciri sama dengan Hindu-Bali dan Kejawen.

Di antara unsur-unsur umum, peran para leluhur begitu menonjol.

Hal itu didasarkan pada pandangan yang berakar pada kepercayaan

tentang kehidupan yang senantiasa mengalir turun menurun. Masih

percaya terhadap pemujaan terhadap roh-roh dan para leluhur,

animistic, dan berbagai dewa lainnya. Istilah Wetu Telu sendiri

memiliki makna 'waktu tiga', yang artinya dalam hidup ini terdapat

tiga waktu kemunculan yaitu melahirkan (manganak), bertelur

(menteluk), dan berbiji (mentiuk). Ketiga waktu lima, yaitu orang

sasak yang memiliki komitmen yang begitu tinggi pada syari’ah

Islam sehingga ketaatan kepada aturan-aturan adat lokal yang me-

nipis dan bahkan ditinggalkan.

Mereka ini mayoritas dikarenakan intensifnya aktivitas misio-

naris oleh para tuan guru. Islam lokal pada dasarnya mencerminkan

suatu bentuk Islam yang kreatif yang dibangun dengan proses dia-

lektik. Dalam proses ini terjadi saling mendukung memberi dan

menerima melalui interaksi yang terjadi terus menerus dengan

tidak saling meremehkan satu dengan yang lainnya. Islam Sasak

tidak semata transfer dari Timur Tengah, tetapi sekaligus merupa-

kan kombinasi yang kreatif dengan budaya lokal setempat hidup

berdampingan dan saling mengisi sebagaimana terlihat dalam se-

jumlah ritual di masyarakat NTB.

2. Religiusitas dan Sosial Politik Masyarakat Lombok

Kemunculan sosial-politik Islam di Lombok menurut bebera-

pa masyarakat Sasak ini adalah merupakan manuver politik atau

strategi Belanda untuk memecah-belah dan untuk kekuasaan poli-

64 | Retorika Dakwah dalam Politik...

tik.

14 Dan saat ini golongan-golongan tersebut mulai memudar

dengan adanya perkembangan zaman dengan penetrasi yang dila-

kukan oleh Tuan Guru di Lombok, serta banyaknya konversi orang-

orang Sasak Wetu Telu ke Waktu Lima. Dalam konteks sosial-

politik, Islam di Lombok telah menjadi sebuah identitas baru dalam

masyarakat Sasak dn juga menjadi sumber perlawanan ketika pe-

riode kekuasaan Bali dan Belanda. Ketika gerakan Islam yang di-

pimpin oleh tarekat (Islam mistik) Naqsabandiyah untuk membe-

rontak pada tahun 1891 di Praya, Lombok Tengah, yang dipimpin

oleh seorang Tuan Guru bernama Tuan Guru Bangkok (pemimpin

tarekat) melawan kekuasaan Bali. Bukan hanya itu sebelumnya ada

juga beberapa pemberontakan yang dilakukan oleh orang Sasak

yang dipelopori oleh gerakan tarekat pada tahun 1855 dan 1872.

Islam melalui sufisme (tarekat) menjadi identitas orang Sasak da-

lam perlawanan mereka untuk meraih kemerdekaan.15

Dari banyak

peristiwa yang terjadi di masyarakat Sasak, agama Islam sangat

terlihat di tengah-tengah masyarakat Sasak, ini yang membuktikan

bahwa masyarakat Sasak identik dengan Agama Islam. Telihat

begitu semangatnya masyarakat Sasak Lombok dalam berlomba-

lomba membangun mesjid, sampai dikenal dengan Lombok Pulau

seribu mesjid. Kemunculan tuan Guru sebagai pemimpin sosio-

politik telah memiliki proses sejarah yang begitu panjang di mulai

ketika para ulama memainkan peranan penting sebagai kadi (ha-

kim) dan syaikhul Islam di kerajaan. Ini menunjukan bahwa ulama

memiliki karakteristik utama dengan menjadi bagian yang spesial

dan khusus di tengah-tengah kerajaan.16

Bahkan menurut Leonard

Binder menyatakan bahwa masa depan Islam sebagai kekuatan

sosial dan politik di Indonesia tergantung pada transformasi Tuan

14

John Ryan Barholomew, Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat

Sasak (Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya, 1999), h. 99. 15

Alfons van der Kraan, Lombok; Conquest, Colonization and Un-

derdevelopment 1870-1940 (Singapore: Asian Studies Association of

Australia, 1980), h. 17. 16

Jajat Burhanudin, Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Mus-

lim dalam Sejarah Islam (Jakarta: Mizan, 2012), h. 11.

Mochammad Zia Ulhaq | 65

Guru.

17

Tuan Guru merupakan gelar kehormatan yang disematkan

pada ulama-ulama di Nusa Tenggara Barat yang memiliki penga-

ruh terutama atas pengetahuan agama yang mereka miliki. Lebih

spesifik menyebut bahwa peranan Tuan Guru di Lombok, “cultural

broker,” (makelar budaya). Peran kyai dan tuan guru sebagai ma-

kelar budaya ini, memungkinkan ia menjadi penyaring informasi

dan budaya yang masuk dalam lingkungan kaum santri. Dalam

artian seorang kyai kemudian memiliki kewenangan untuk memilih

informasi serta budaya seperti apa yang “baik” untuk sampaikan

dan diamalkan kepada para santri, serta menyingkir yang kan sega-

la pengaruh buruk. Perannya sebagai pemfilter ini, sekaligus me-

mungkinkannya untuk menjauhkan nilai-nilai yang dapat menggu-

gat kuasanya sebagai entitas yang terlegitimasi untuk memimpin.

Bahwa para kyai adalah pihak yang justru berperan aktif me-

nggunakan informasi yang ia peroleh untuk memunculkan peruba-

han-perubahan sosial masyarakat dengan cara menawarkan agenda-

agenda yang dianggap cocok untuk diterapkan pada masyarakat-

nya. Dalam konteks masyarakat Sasak-Lombok, salah satu agen

perubahan atau poros perubahan sosial masyarakat disana adalah

seorang Tuan Guru. Tuan Guru adalah sosok yang berperan pen-

ting dalam perubahan sosial di tengah Masyarakat Sasak. Untuk

memperjelas ditegaskan dua hal yaitu: Pertama, Tuan Guru di

Lombok sejak abad XX dengan berbagai perannya dalam peruba-

han sosial sampai saat ini. Kedua, Tuan Guru mengarah kepada

peran sosial (social roles) mereka dalam perubahan sosial masya-

rakat muslim Sasak melalui pendidikan dan dakwah (ceramah,

pengajian. di tengah masyarakat atau lembaga pendidikan) bahkan

dalam persoalan politik praktis.18

17

Leonard Binder, Islamic Tradition and Politics: The Kinjai and

The Alim, Comparative Strudies in Society and History, 2 (1960), h. 256. 18

Banyak Tuan Guru yang terlibat dalam politik praktis, baik menja-

di anggota Dewan atau pengurus partai, bahkan Gubernur saat ini adalah

TGB. M. Zainul majdi atau yang dikenal dengan Tuan Guru Bajang, na-

mun keterlibatan Tuan Guru dalam pentas politik praktis.

66 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Tuan Guru yang berperan besar dalam perubahan sosial di

pulau Lombok pada abad 20 ini adalah TGKH. M. Zainuddin Ab-

dul Madjid (Lombok Timur), TGKH. Muhammad Djuaini Mukhtar

(Lombok Barat), TGKH. Safwan Hakim (Lombok Barat), TGKH.

Turmuzi (Lombok Tengah) dan lain-lain. Peran Tuan Guru Abad

20 ini perlu penegasan karena telah muncul Tuan Guru di pulau

Lombok dengan karakteristik masing-masing seperti TGH. Umar

Buntimbe (pertengahan abad 18), TGH. Mustafa Sekarbela (akhir

abad 18), TGH. Amin Sesela (Akhir Abad 19) dan lain sebagai-

nya.19

Istilah Tuan Guru berasal dari kata Tuan (haji) dan “guru”

(mengajar), namun tidak semua “haji” yang mengajar adalah Tuan

Guru. Karena sebutan Tuan Guru merupakan pengakuan masyara-

kat terhadap eksistensi seseorang berdasarkan ilmu serta perilaku-

nya yang menjadi panutan baik dalam hal pemahaman keagamaan

ataupun perilaku keagamaan.

Tuan Guru juga adalah Kyai tetapi tidak semua Kyai adalah

Tuan Guru, karena menjadi Kyai (dalam komunitas Sasak Lom-

bok) tidak mesti menjadi “Tuan” (Haji), banyak Kyai yang peran-

nya adalah memimpin roah (dhikir) saja seperti tahlilan atau sera-

kalan.20

Berkaitan dengan hal ini, Jamaludin menyatakan bahwa

mereka yang disebut Kyai atau Kyai desa adalah orang yang dari

segi umur termasuk tua atau orang yang dituakan karena jabatan-

nya di desa, misalnya sebagai penghulu atau karena status sosial di

masyarakat.21

Berbeda dengan Tuan Guru yang menurut Syakur,

seorang Tuan Guru harus memiliki pengetahuan yang memadai

19

Jamaludin, Sejarah Sosial Islam di Lombok tahun 1740-1935, Stu-

di Kasus Terhadap Tuan Guru (Jakarta: Balitbang dan Diklat Puslitbang

Lektur dan dan Khazanah Keagamaaan, Kemenag RI, 2011), hal. 143. 20

Istilah serakalan berasal dari kata “ashraqa” dalam ashraqa al-

badru ‘alayna” yang dibaca secara berjama’ah oleh masyarakat Sasak

Lombok. 21

Jamaludin, Sejarah Sosial, Sejarah Sosial Islam di Lombok tahun

1740-1935, Studi Kasus Terhadap Tuan Guru (Jakarta: Balitbang dan

Diklat Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaaan, Kemenag RI,

2011), h. 141.

Mochammad Zia Ulhaq | 67

tentang bahasa Arab, al-Qur’an dan tafsirnya, ilmu hadis dan ilmu

musthalahnya, ilmu fiqh dan ushul fiqh, sejarah nabi dan rasul

(tarikh al-Anbiya’ wa al rusul) dan lainnya. Peran Tuan Guru

sebagai agent of social change ini berawal dari realitas masyarakat

Sasak yang dikenal religius. Sebagai masyarakat religius, diperlu-

kan sosok yang menjadi panutan berdasarkan ajaran agama (Islam)

yang dianut.

Hal tersebut ditemukan dalam diri Tuan Guru. Sosok yang

dianggap sebagai warathat al-anbiya’i sekaligus sebagai penafsir

legitimate ajaran agama sehingga apa yang difatwakan atau dilaku-

kan Tuan Guru dijadikan maraji’ oleh umat Muslim Sasak. Kebe-

naran yang diterima dari Tuan Guru merupakan kebenaran otorita-

tif yang yang memiliki pengaruh yang kuat bagi para pengikutnya.

Karena itu, Tuan Guru juga disebut sebagai ‘ulama yang dalam

perubahan sosial mengawali gerakannya secara kultural. Berkaitan

dengan hal ini, Azra menyatakan: “Berkaitan dengan ranah Islam

kultural ini, para ‘ulama’ bergerak dalam bidang-bidang keagama-

an, khususnya di bidang syari’ah dan menjelaskan hukum fiqh

untuk merespon problematika yang dihadapi.22

masyarakat. dalam

konteks ini, ulama berfungsi tidak hanya sebagai penafsir syari’ah

yang diwahyukan Allah ke dalam hukum fiqh tetapi juga sekaligus

sebagai penjaga hukum Allah (custodian of God’s Law) dari ber-

bagai kemungkinan penyimpangan”.

Konteks di Lombok Ecklund juga menjelaskan bahwa suatu

perubahan besar terjadi dalam masyarakat Sasak, terutama pada

wilayah kepemimpinan dan kekuasaan politik terjadi pada akhir

abad 19 dan periode koloanisme Belanda. Pada masa ini masyara-

kat Sasak masih dijajah dan masyarakat meligitimasi atas dirinya

sendiri. Sedangkan para golongan Menak dilegitimasi oleh adat

dan dibantu oleh penjajah. Pada akhir abad ke 19 di Lombok mun-

22

Azyumardi Azra, Pengantar dalam Buku Mohammad Noor, et. al,

Visi

Kebangsaan Religius, TGKHM Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997

(Jakarta: Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta Bekerja sama

dengan Lembaga Percetakan al-Qur’an, 2014 ), xxvi.

68 | Retorika Dakwah dalam Politik...

cul dua gerakan yang berkompetisi dan berkembang pada masa ini.

Yang pertama, gerakan Menak dengan orang-orang kaya dan bang-

sawan yang mempunyai kekuasaan meligitimasi adat dan juga

mendapatkan dukungan dari belanda. Kedua adalah sebuah kelom-

pok yang beranggotakan masyarakat biasa akan tetapi memiliki

pengaruh dengan menggunakan idom Islam. Kemudian gerakan ini

menjadi suatu alternatif untuk melawan penjajahan Bali pada masa

itu, dan juga berkembang kesatuan Islam di Lombok gerakan inilah

yang menjadi gejala perubahan sosial di masyarakat Sasak.23

Tidak

mengherankan jika peran Tuan Guru saat ini memiliki peran yang

amat penting di Lombok, bahkan tidak hanya sebagai pemimpin

agama akan tetapi dia juga sebagai pemimpin politik. Tidak hanya

seorang figur yang penting di dalam bagian Islam, akan tetapi posi-

sinya sebagai mediator antara dunia luar dengan komunitas lokal

tersebut. 24

a. Nahdhlatul Wathan di NTB

Nahdlatul Wathan adalah suatu Organisasi Kemasyarakatan

Islam terbesar di Pulau Lombok. Nahdlatul Wathan (selanjutnya

disingkat NW) didirikan oleh Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad

Zainuddin Abdul Madjid (selanjutnya disebut Syaikh Zainuddin)

pada tanggal 15 Djumadil Akhir 1373 H. atau 1 Maret 1953 M. di

Pancor Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Pada awalnya orga-

nisasi NW hanya merupakan suatu kebutuhan administrasi bagi

berkembangnya Dakwah Islamiyyah. Setelah itu mulai merebak-

nya lembaga-lembaga pendidikan berupa madrasah-madrasah yang

dipelopori oleh Syaikh Zainuddin melaui Nahdlatul Wathan. Pada

awal tahun 1953 terdapat 66 madrasah yang berkembang di bawah

sistem dakwah Syaikh Zainuddin, yang semuanya aktif, mengem-

23

Leonard Binder, Islamic Tradition and Politics: The Kijajii and

The Alim Comparative Studies in Society and History, 2 (1960), h. 8. 24

Iik Arifin Mansurnoor, ”Local Intiative and Government Plans:

Ulama and Rural Development in Madura, Indonesia.” Sojourn Jurnal

Issues in Southeast Asia, vol.7, 1992.

Mochammad Zia Ulhaq | 69

bangkan diri, tersebar di seluruh pelosok Pulau Lombok. Organi-

sasi Nahdlatul Wathan ini mengelola sejumlah Lembaga Pendidi-

kan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Nahdlatul Wathan,

sebuah organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dalam bi-

dang pendidikan, sosial, dan dakwah Islamiyah. 25

Adapun yang melatar belakangi berdirinya organisasi ini ada-

lah karena melihat pertumbuhan dan perkembangan cabang-cabang

Madrasah Nadhatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dan Nad-

hatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) yang begitu pesat. di sam-

ping perkembangan aktivitas sosial lainnya, seperti majlis da’wah

dan majlis ta’lim dan lainnya. Untuk itu diperlukan suatu tempat

dan wadah organisasi untuk mengorganisir segala macam bentuk

kebutuhan dan keperluan pengelolaan lembaga-lembaga tersebut

secara profesional. Kemudian dalam rangka konsolidasi organisasi,

Nahdlatul Wathan telah melaksanakan rapat anggota untuk tingkat

ranting, konfrensi untuk tingkat anak cabang, daerah, wilayah.

Sedangkan untuk tingkat pengurus besar diselenggaran muktamar.

Selanjutnya, setelah mengadakan muktamar I, hingga meninggal-

nya Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid

organisasi Nahdlatul Wathan tercatat pernah mengadakan mukta-

mar sebanyak 10 kali. Dan tempat, tanggal dan tahun terselengga-

ranya Muktamar tersebut, adalah sebagai berikut :

1. Muktamar I tanggal 22-24 Agustus 1954 di Pancor

(Terpilihnya Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin

Abdul Madjid sebagai PBNW)

2. Muktamar II tanggal 23-26 Maret 1957 di Pancor

(Terpilihnya Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin

Abdul Madjid sebagai PBNW)

25

Mohammad Nor dkk. Visi Kebangsaan Religius; Refleksi Pemiki-

ran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul

Madjid 1970-1997 (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2004), h. 205.

70 | Retorika Dakwah dalam Politik...

3. Muktamar III tanggal 25-27 Januari 1960 di Pancor

(Terpilihnya Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin

Abdul Madjid sebagai PBNW)

4. Muktamar IV tanggal 10-14 Agustus 1963 di Pancor

(Terpilihnya Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin

Abdul Madjid sebagai PBNW)

5. Muktamar V tanggal 29 Juli - 1 Agustus 1966 di Pancor

(Terpilihnya H. Yusi Muhsin Aminullah sebagai PBNW)

6. Muktamar VI tanggal 24-27 September 1969 di Mataram

(Terpilihnya H. Jalaluddin sebagai PBNW)

7. Muktamar VII tanggal 30 Nopember – 3 Desember 1973 di

Mataram

(Terpilihnya H. Jalaluddin sebagai PBNW)

8. Muktamar Kilat Istimewa 28-30 Januari 1977 di Pancor

(Pemecatan H. Jalaluddin sebagai PBNW)

9. Muktamar VIII tanggal 24-25 Februari 1986 di Pancor

(Terpilihnya Drs. H. Wiresentane sebagai PBNW)

10. Muktamar IX tanggal 3-6 Juli 1991 di Pancor

(Terpilihnya Drs. H. Wiresentane sebagai PBNW)

11. Muktamar X tanggal 24-26 Juli 1998 di Praya

(Terpilihnya Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid

sebagai PBNW)

12. Muktamar XI tanggal 14-16 Agustus 2004 di Anjani

(Terpilihnya Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid

sebagai PBNW)

Mochammad Zia Ulhaq | 71

13. Muktamar XII tanggal 29-31 Juli 2009 di Anjani

(Terpilihnya Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid

sebagai PBNW)

14. Muktamar XIII tanggal 3-5 Mei 2014 di Mataram

(Terpilihnya Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid

sebagai PBNW)

15. Muktamar XIV tanggal 25-27 Juni 2019 di Mataram

(Terpilihnya Raden Tuan Guru Bajang K.H. L. Gede Muhammad

Zainuddin Atsani sebagai PBNW).26

Nadhatul Wathan sebagai organisasi kemasyarakatan yang saat

ini sudah menunjukan eksitensinya di tengah-tengah masyarakat

dan sudah mulai tersebar hingga kebeberapa daerah di Indonesia.

Hadirnya NW sebagai sikap nyata terhadap relitas sebagai hasil

dialektika tradisi dengan perubahan zaman atau moderninasai.

Organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, dakwah, dan

sosial, Zainul Majdi berusaha ingin menjadikan NW sebagi organi-

sasi yang berkembang dan bebas dalam menembus semua kalangan

masyarakat sebagai suatu solusi terhadap permasalahan-permasa-

lahan sosial yang ada. Menurutnya NW tidak cukup bergerak da-

lam tiga bidang saja yaitu, dakwah, pendidikan dan sosial saja.

Pertama dicetuskan oleh TGKH. Zainuddin Abdul Madjid,

NW ingin mengembangkan organisasinya karena konteks sekarang

jauh lebih kompeks dan global dengan masa-masa awal berdirinya,

isu-isu sosial pun semakin bertambah dan NW sebagai organisasi

masyarakat harus mampu memberikan solusi dan alternatif terha-

dap perkembangan zaman saat ini dan ekonomi menjadi titik fokus

kedepannya.27

Nahdliyin adalah sebutan bagi komunitas atau ma-

syarakat yang menjadikan NW sebagai identitas dalam banyak

dimensi sosial dari yang sangat ideologis seperti Islam, hingga

26

https://nw.or.id, diakses 19 September 2019. 27

Hasan Asy’ari dkk, NW Studies Pendidikan, Sosial, dan Dakwah,

(Jakarta: HIMMA NW Press, 2015), h. 198.

72 | Retorika Dakwah dalam Politik...

yang sangat politis seperti afiliasi partai.

b. Kelompok Ormas Lainnya di NTB

1). Nadhatul Ulama

Hadirnya ormas NU (Nadhatul Ulama) di pulau Lombok be-

berapa ulama dan tokoh masyarakat yang umumnya berasal dari

keturunan Arab, Banjarmasin, Palembang, India dan lainnya yang

berdomisili di kota Ampenan membentuk sebuah perkumpulan atau

pergerakan yang di sebut Persatuan Islam Lombok (PIL) yakni te-

patnya pada tahun 1934. Organisasi ini berasaskan Islam ahlussun-

nah wal jamaah (aswaja) dan bertujuan membangun kesadaran

umat Islam dan meningkatkan semangat perjungan menegakkan

tanah air. Tokoh-tokoh ini antara lain Tuan Guru Haji (TGH) Mus-

tafa Bakri, Sayyid Ahmad Al-kaff dan lainnya. Para pendiri organi-

sasi ini selain memberikan dakwah, juga melakukan komunikasi

dengan masyarakat luas melalui kontak dagang, karena sebagian

mereka bekerja sebagai pedagang sukses yang berada di kota

Ampenan.

Dalam perkembangan selanjutnya dan setelah beberapa kali

melakukan kontak dagang dengan pulau jawa tersentuhlah pemiki-

ran untuk mengembangkan organisasi ini, dengan memasuki orga-

nisasi tingkat nasional yang memiliki haluan yang sama dengan

asas organisasi PIL yang selama ini di gelutinya. Pada akhir tahun

1934 para pemimpin organisasi PIL sepakat untuk memiliki NU

sebagai wadah perjuangan, dimana selanjutnya di peroses melalui

hubungan langsung di Surabaya yang dalam hal ini menjumpai

KH. M Dahlan selaku konsul NU untuk Indonesia bagian

timur. Pada tahap awal, tepatnya pada tahun 1935 direstuilah pem-

bentukan cabang NU di kota Ampenan dengan kepengurusan ham-

pir seluruh pengurus dari organisasi PIL yang sudah ada selama

ini. Beberapa orang di ketahui sebagai pengurus inti adalah TGH

Mustafa Bakri, Sayyid Ahmad al-Adroes, duduk dalam jajaran

syuriah, sedangkan H. Sayuti (kakak kandung TGH Mustafa Bakri)

yang di percayakan sebagai ketua tanfiziah. Kepengurusan cabang

Mochammad Zia Ulhaq | 73

Ampenan ini terus berjalan mengikuti perkembangan organisasi,

baik melalui komunikasi surat menyurat dengan TGH Mustafa

Bakri dalam posisinya dalam syuriah tampil sebagai salah satu

anggota tim perumus dalam komisi yang di bentuk oleh Mukta-

mar.28

Sedangkan di dalam buku karangan Ide Bagus Putu Wijaya

tentang sejarah masuknya NU di Lombok mengatakan Nahdhatul

Ulama sebagai organisasi keagamaan dan pendidikan di daerah

Lombok sejak awal berdiri sampai sekarang terlihat dalam berba-

gai kegiatan. Kegiatan yang telah di lakukan di antara lain didalam

bidang politik, dakwah, pendidikan dan sosial. NU mulai berdiri

secara resmi di daerah Lombok pada tahun 1953. Pada saat itu

menjadi kedudukan sebagai cabang NU di Masbagik, Lombok

Timur. Organisasi ini berdiri atas prakarsa Badarudin alias H.

Achiyd Muzhar yang merupakan seorang tokoh masyrakat dari

Bilasundang, Masbagik, Lombok Timur.29

Sejak berdirnya NU di daerah Lombok pada tahun 1953, NU

di samping mengelola pendidikan pesantren yang menjadi basis

utama kekuatan utamanya. Juga sistem pendidkan yang telah di-

kembangkan dengan memakai ssitem klasik, yang di kenal dengan

nama madrasah NU selain mengembangkan sekolah agama juga

mengembangkan sekolah umum. Selain bergerak di bidang pendi-

dikan dan dakwah seperti tersebut di atas, NU juga bergerak dalam

bidang sosial. Bidang sosial yang di maksud di sini adalah upaya

mewujudkan kemaslahatan ummat yang di dalamnya mencakup

usaha-usaha untuk memperoleh kesejahteraan lahir dan batin. Oleh

karna itu, bidang sosial memantapkan usahanya keadilan sosial

28

Ahmad Taqiuddin Mansyur, NU Lombok, Sejarah Terbentuknya

Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat, (Lombok Barat: Pustaka Lom-

bok, 2008), h. 4. 29

Ida Bagus Putu Wijaya Kusuma. NU Lombok, Sejarah Terbentuk-

nya Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat, (Lombok Barat: Pustaka

Lombok, 2008), h. 3.

74 | Retorika Dakwah dalam Politik...

yang merata, kesejatraan umat dengan asas prikemanusiaan, dan

peningkatan sendi-sendi akhlak umat dan masyarakat.30

2). Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah suatu organisasi yang berdasarkan

agama Islam, sebagai organisasi sosial, dan kebangsaan, yang ter-

penting di Indonesia sebelum Perang Dunia II sampai saat ini.31

Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November

1912 bertepatan dengan tanggal 18 Zulhijjah 1330 H, oleh Kiyai

Haji Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya

dan beberapa anggota Budi Utomo untuk segera mendirikan suatu

lembaga pendidikan yang bersifat permanen.32

Organisasi ini mem-

punyai maksud menyebarkan pengajaran Nabi Muhammad SAW

kepada penduduk bumi, dan memajukan hal agama islam kepada

anggota-anggotanya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, organisasi berupaya mendiri-

kan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan

tabligh di mana dibicarakan masalah-masalah Islam, mendirikan

wakaf dan masjid-masjid serta menerbitkan buku-buku, brosur-

brosur, surat-surat kabar dan majalah-majalah.33

Usaha lain untuk

mencapai maksud dan tujuan itu ialah dengan :

1. Mengadakan dakwah Islam.

2. Memajukan pendidikan dan pengajaran.

3. Menghidup-suburkan masyarakat tolong menolong;

4. Mendirikan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf.

30

Ida Bagus Putu Wijaya Kusuma. NU Lombok, Sejarah Terbentuk-

nya Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat, h. 108-109. 31

Enung K Rukiati dan Fenti Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam

di Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 81. 32

Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

2010), h. 171. 33

Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di

Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 100.

Mochammad Zia Ulhaq | 75

5. Mendidik dan mengasuh anak-anak dan pemuda-pemuda

kelak menjadi orang Islam yang bermanfaat.

6. Berusaha ke arah perbaikan penghidupan dan kehidupan

yang sesuai dengan ajaran Islam.

7. Berusaha dengan segala kebijaksanaan, supaya kehendak

dan peraturan Islam berlaku dalam masyarakat. (Anggaran

Dasar Muhammadiyah Desember 1950).34

Penyebaran dakwah Muhammadiyah di NTB di awal kelahi-

rannya cukup terorganisir. Dalam waktu beberapa tahun saja, orga-

nisasi ini sudah menyebar di seluruh wilayah NTB. Meski kegiatan

dakwah Muhammadiyah baru terlihat sekitar tahun 1930 saat Ust.

Umar Faroqi datang ke NTB, gerakan dakwah Muhammadiyah

sebenarnya telah berlangsung lama sebelum itu. Aktivis dakwah

Muhammadiyah diyakini masuk pertama kali di NTB sekitar tahun

1918, atau enam tahun setelah Muhammadiyah dilahirkan pada

tahun 1912. Berdasarkan data tersebut, bisa dikatakan Muhamma-

diyah merupakan organisasi Islam modern kedua yang mengem-

bangkan sayap dakwahnya di NTB. Sekitar dua tahun sebelumnya

atau tahun 1916, sarikat Islam dikabarkan telah lebih dahulu masuk

ke NTB.35

Gerakan dakwah Muhammadiyah di NTB di masa awal

hanya terbatas di kalangan tertentu. Kuatnya tradisi tahayul, bid’ah

dan khurafat yang dianut sebagian besar masyarakat Islam NTB

saat itu, membuat gerakan dakwah Muhammadiyah belum bisa

berkembang maksimal. Akan tetapi di daerah lain di NTB gerakan

dakwah Muhammadiyah terus berkembang.

Pada tahun 1933 ranting Muhammadiyah berdiri dengan resmi

untuk kali pertamanya di Desa Lekok Gangga Lombok Utara. Sete-

lah itu pada tahun 1936 kepengurusan ranting Muhammadiyah juga

terbentuk di Kota Mataram. ditahun yang sama, Muhammadiyah

untuk kali pertamanya juga berhasil dibentuk di Lombok Timur de-

34

Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

2010), h. 172. 35

http://ntb.muhammadiyah.or.id/content-3-sdet-sejarah.html, diak-

ses 19 September 2018.

76 | Retorika Dakwah dalam Politik...

ngan ketua pertamanya yang bernama Sulaemi Jogosudarmo. Dan

Peresmian berdirinya cabang Muhammadiyah Lombok Timur pada

saat itu dihadiri langsung pimpinan pusat Muhammadiyah KH.

Mas Mansyur dan KH. A Badawi. Pada tahun 1936 organisasi Mu-

hammadiyah juga resmi berdiri di Lombok Tengah, khususnya di

Kopang. Sejumlah nama tercatat sebagai pendiri Muhammadiyah

di Kopang, diantaranya Mamiq Sutawang, HM Wasal, dan H Agus

Maryuni yang merupakan anak dari tokoh setempat Raden Wing.

Di Pulau Sumbawa Muhammadiyah mulai berdiri sekitar tahun

1937. Di daerah Sumbawa Muhammadiyah terbentuk kali pertama

di Sumbawa Besar dengan status ranting. dan sekitar tahun 1940

status kepengurusan Muhammadiyah di Sumbawa Besar mening-

kat menjadi cabang.36

3). Persis

Persatuan Islam didirikan di Bandung pada tanggal 12 Sep-

tember 1923 di Bandung oleh sekelompok orang Islam yang ber-

minat dalam studi dan aktivitas keagamaan, yang dipimpin oleh

Zamzam dan Muhammad Yunus. Zamzam menghabiskan waktunya

selama tiga setengah tahun masa mudanya di Mekah untuk belajar

di Darul Ulum. Setelah kembali dari Mekkah ia menjadi guru di

Darul Mu’allimin, sebuah sekolah agama di Bandung sekitar tahun

1910, dan mempunyai hubungan dengan Syekh Ahmad Syurkati

dari al-Irsyad di Jakarta, tetapi ia hanya dua tahun disekolah itu.

Adapun Muhammad Yunus yang memperoleh pendidikan agama

secara tradisional dan menguasai bahasa Arab akan tetapi ia tidak

pernah mengajar hanya berdagang, akan tetapi tidak pernah minat-

nya hilang dalam mempelajari agama, kekayaannya menyanggup-

kan ia untuk membeli kitab-kitab yang diperlukan.37

Persis mem-

berikan kontribusi yang besar pada kegiatan-kegiatan pendidikan,

36

http://ntb.muhammadiyah.or.id/content-3-sdet-sejarah.html, diak-

ses 19 September 2018. 37

Mansur dan Mahfud Junaidi, Rekonstruksi Pendidikan Islam di

Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h. 70.

Mochammad Zia Ulhaq | 77

tabligh, serta publikasi. Dalam bidang pendidikan juga persis men-

dirikan sebuah madrasah yang mulanya di maksudkan untuk anak-

anak dari anggota Persis saja. Akan tetapi setelah itu madrasah ini

diluaskan untuk dapat menerima anak-anak dari luar organisasi ini.

untuk belajar masalah agama.

Persatuan Islam mulai memasuki pulau Sumbawa tepatnya

kabupaten Bima pada tahun 1930. Persis di Nusa Tenggara Barat

menjadi salah satu sayap dakwah yang tak bisa dilupakan dalam

catatan sejarah perjuangan Persatuan Islam itu sendiri. Ust. M.

Yusuf Usman yang merupakan satu-satunya tokoh dari generasi

pertama Persis yang ada di Bima yang masih hidup. bahwa eksis-

tensi Persatuan Islam yang ada di wilayah Bima - NTB ini benar-

benar muncul dari pribumi bukan dari da’i yang ditugasi ke Bima.

Biasanya eksistensi Persis di daerah karena orang Jawa Barat yang

bertugas disana, tapi ini betul betul asli orang daerah setempat de-

ngan tokoh-tokohnya, ust Sahri, ust Sidik Mustofa, ust Sholih Mus-

tofa, ust Abdullah, ust Ajrun.

Pada tahun 1953, Isa Anshari dan M. Natsir beberapa kali

menyambangi Bima dengan tujuan melakukan pembinaan dan pe-

nguatan gerakan dakwah disana. Pada waktu itupun NTB dikenal

sebagi basis Masyumi. Saat ini Persis Bima – NTB terus mengem-

bangkan misi dakwah Islam. Cabang Persis dan Persistri ada di 4

tempat : Rasanae, Woha, Panatoi Sape dan Wera. Jumlah wakaf

bertambah di Kota Bima, yang diserahkan oleh Dr Ahmad Rifai

yang merupakan Dosen Universitas Mataram putra tokoh Persis

Bima, seluas 900 meter persegi yang akan dibangun lembaga

pesantren dan mesjid. Masih banyak kader yang ada di pulau yang

tersebar di NTB. Diantara para kader itu ada yang menjadi pengu-

saha, anggota dewan, birokrat, dosen IAIN dan UNRAM bahkan

ada tasykil PP Persis yang bertugas disana Abah Yamin, alumnus

Pesantren Persis Purwakarta atau dosen IAIN Mataram Mira Mare-

ta. Persis Nusa Tenggara Barat terus berjuang menyampaikan risa-

lah al-quran dan as-sunnah.38

38

Persis di NTB, diakses tgl 19 September 2018 dari

http://persis.or.id/persis-nusa-tenggara-barat-dalam-catatan-sejarah

78 | Retorika Dakwah dalam Politik...

B. Profil Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi

1. Riwayat Hidup dan Pendidikan

Muhammad Zainul Majdi lahir dari keluarga tokoh Islam di

Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi mencoba mengi-

kuti jejak kakeknya sebagai tuan guru bukan hanya sedekar tuan

guru saja. Dia menjadi Gubernur termuda di Indonesia dengan

mencatat Museum Rekor Indonesia atau yang di singkat (MURI)

yang telah memberi penghargaan Gubernur termuda kepada Mu-

hammad Zainul Majdi, karena ketika dilantik sebagai Gubernur

Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tanggal 17 September tahun

2008, pada saat itu usianya baru menginjak 36 tahun tiga bulan 17

hari. Muhammad Zainul Majdi atau yang mashur dipanggil Tuan

Guru Bajang, lahir di Pancor, Selong, NTB 31 Mei 1972. Zainul

Majdi merupakan putera ketiga dari pasangan HM Djalaluddin dan

Rauhun Zainnuddin Abdul Majid. Ayahnya seorang pensiunan

birokrat Pemda NTB. Sementara kakeknya adalah tokoh Islam dan

pendiri ormas Nahdlatu Al-Wathan. Dalam perjalanan kariernya

Zainul Majdi adalah seorang dai yang ia lakukan sejak tahun 1999.

Zainul Majdi besar di lingkungan ormas Islam Nahdlatu Al-

Wathan bahkan dia pernah menjadi Ketua Umum PB Nahdlatu Al-

Wathan tersebut. Zainul Majdi mengawali pendidikan masa kecil-

nya di SDN 3 Mataram (Saat ini berganti menjadi SDN 6 Mata-

ram) dan berhasil lulus pada tahun 1986. Kemudian, Zainul Majdi

melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP di Madrasah Tsanawiyah

Mu'allimin Nahdlatul Wathan Pancor hanya selama 2 tahun. Zainul

Majdi melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah pada yayasan

yang sama dan lulus pada tahun 1991. Sebelum melanjutkan pendi-

dikan ke jenjang perguruan tinggi, Zainul Majdi memutuskan untuk

menghafal Al-Qur'an di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Nahdla-

tul Wathan Pancor selama setahun. Setelah itu pada 1991, Zainul

Majdipun berangkat ke Kairo Mesir. dengan tujuan untuk menimba

ilmu di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-

Qur’an di Universitas Al-Azhar Kairo. Dari sana ia berhasil lulus

dengan gelar Lc. pada tahun 1995.

Mochammad Zia Ulhaq | 79

Zainul Majdi melanjutkan magisternya pada jurusan yang

sama di Universitas Al-Azhar Kairo dan meraih gelar Master of

Art (M.A) dengan predikat “Jayyid Jiddan” lulus pada tahun

2000.39

Tidak berhenti sampai di situ, Setelah menyelesaikan pen-

didikan S1 dan S2 di Universitas Al-Azhar selama 10 tahun, Zainul

Majdi melanjutkan program S3 di universitas dan jurusan yang

sama. Berkat usaha dan semangatnya dalam menuntut Ilmu, pada

bulan Oktober 2002, Proposal disertasi Zainul Majdi diterima de-

ngan judul Studi dan Analisis terhadap Manuskrip Kitab Tafsir

Ibnu Kamal Basya dari Awal Surat An-Nahl sampai Akhir Surat

Ash-Shoffat di bawah bimbingan Prof. Dr. Said Muhammad Dasuqi

dan Prof.Dr. Ahmad Syahaq Ahmad sukses meraih gelar Doktor

dengan predikat Martabah EL-Syaraf El Ula Ma`a Haqqutba atau

Summa Cumlaude pada tanggal 8 Januari 2011 dalam sidang

munaqosah dengan Dosen Penguji Prof. Dr. Abdul Hay Hussein

Al-Farmawi dan Prof. Dr . Al-Muhammady Abdurrahman Abdul-

lah Ats-Tsuluts.

2. Aktivitas Dakwah dan Politik Muhammad Zainul Majdi

Perjalanan kariernya Zainul Majdi dia seorang da’i dan penga-

jar yang sejak tahun 1999. Dia sendiri seseorang santri yang tum-

buh di lingkungan ormas Islam Nahdlatu Al-Wathan, yang bahkan

dia menjadi Ketua Umum PB Nahdlatu Al-Wathan. Akan tetapi

Zainul Majdi tidak hanya berhadapan dengan jamaah NW saja akan

tetapi banyak jamaah lain yang berafiliasi ke NU dan Muhamma-

diyah. Selain berkecimpung di dunia da’wah dan pendidikan, ia

terjun ke dunia politik bergabung dengan Partai Bulan Bintang

(PBB) pada tahun 2004, dia menjadi anggota DPR periode 2004-

2009. Tapi ia tidak menuntaskannya, karena pada tahun 2008 Zai-

nul Majdi maju pada Pilgub NTB dengan restu dari dewan Syura

PBB dengan dipasangkan dengan Badrul Munir seorang birokrat,

yang mempunyai banyak pengalaman. Muhammad Zainul Majdi

39

Zulkarnain, Tuan Guru Bajang; Berpolitik dengan Dakwah dan

Berdakwah dengan Politik (Surabaya: Penerbit Kaisamedia, 2009), h. 1-2.

80 | Retorika Dakwah dalam Politik...

terpilih menjadi gubernur NTB periode 2008-2013.

40 Ia menjadi

gubernur pada usia 36 tahun. Dengan sebutan yang populer Tuan

Guru Bajang karena di usianya yang masih muda dan di anggap

sebagai pewaris karismatik kakeknya, TGKH. Zainuddin Abdul

Madjid.

Pada Pilgub 2013 Zainul Majdi maju kembali dengan kenda-

raan politik bersama Partai Demokrat. Dia juga terpilih menjadi

ketua Dewan Pengurus Dearah Partai Demokrat Provinsi NTB dan

Zainul Majdi pun terpilih kembali untuk periode 2013-2018, men-

jadi salah satu gubernur termuda Indonesia yang menjabat dua

periode. Zainul Majdi walaupun tergolong muda akan tetapi sudah

cukup mumpuni baik dalam organisasi, ataupun perpolitikan, terli-

hat pengalamannya di pentas perpolitikan cukup bagus, mulai dari

menjadi bagian dari DPR RI Komisi X, dan menjadi Gubernur NTB

dua periode berturut-turut. faktor sosio-kultural yang membuat

pengaruh tuan guru di NTB sangat kuat suaranya yang signifikan

membuat TGB menang pada pemilihan Gubernur pada 2008 dan

2013 hingga saat ini. bahwa tuan guru memiliki pengaruh yang

kuat di NTB hingga saat ini. Diantaranya dua faktor yang mempe-

ngaruhi kesuksesannya berkaitan dengan faktor sosio-kultutal: me-

ngakarnya Nadhlathul Wathan, pengaruh Tuan Guru Pancor seba-

gai ulama utama di NTB.41

Pengalaman demi pengalaman juga dilaluinya, di dalam beror-

ganisasi pernah menjabat Ro'is 'Aam Dewan Tanfidziyah Pengurus

Besar NW, tahun 1999. Ketua Yayasan Pendidikan Hamzanwadi

Pondok Pesantren Darunahdlatain NW Pancor tahun 2000. Dan saat

ini menjadi Rektor di Institut Agama Islam Hamzanwadi di Lom-

bok Timur dan juga menjabat Ketua umum Organisasi Internasio-

nal Alumni Al-Azhar (OIAA) 2018. Secara aklamasi menunjuk

TGB untuk menerima amanah sebagai ketua OIAA Cabang Indo-

40

Fahrurozi, Dai di Pentas Politik: Respon Tuan Guru Bajang M.

Zainul Majdi Tentang Dakwah Melalui Politik, “Jurnal Tasamuh, Edisi 8

Desember 2009, h. 4-5. 41

Arie Oktara, Politik Tuan Guru di Nusa Tenggara Barat, Jurnal

Ilmu Pemerintahan, Vol 8, No. 2 Juli 2015.

Mochammad Zia Ulhaq | 81

nesia didasarkan kapasitas, ketokohan, kharismatik dan prestasi.

TGB Zainul Majdi dinilai mampu membawa perubahan dan kema-

juan pembangunan di NTB. Bahkan, khususnya kehidupan toleran-

si beragama yang sangat baik dan juga konsep pembangunan wisa-

ta syariahnya mendapatkan apresiasi luas dari masyarakat dunia

internasional.42

Aktivitas dakwah menurut TGB Zainul Majdi ada-

lah segala aspek yang ada keterkaitan antara proses dan pelaksa-

naan dakwah dan sekaligus berkaitan tentang kelangsungan dak-

wah. Metode dakwah di artikan sebagai suatu jalan atau cara yang

di lakukan untuk menunjang keberhasilan dakwah.

Penggunaan metode yang baik dan benar merupakan unsur

yang paling penting dalam menunjang proses berhasilnya suatu

kegiatan dakwah. Pesan dakwah yang baik jika tidak di dukung

dengan metode yang benar tidak akan dapat sampai dan di terima

dengan baik. Namun demikian secara esensial al-Quran telah mem-

berikan landasan yang baku berkenaan dengan prinsip-prinsip yang

harus dibangun dalam berbagai ragam metode dakwah. Prinsip ini

diantaranya termuat dalam surat al-Nahl ayat 125 yaitu: hikmah,

mauidzah hasanah, dan mujadalah billati hiya ahsan, kemudian

teraktualkan dan diperkuat dengan prinsip-prinsip dakwah yang

dilakukan oleh Rasulullah.

Analisa aktivitas dakwah TGB Zainul Majdi meliputi enam

indikator yakni persoalan da'i (pelaku dakwah), mad'u (obyek dak-

wah), materi dakwah/maddah, wasilah (media dakwah), thariqah

(metode), dan atsar (efek dakwah).

a. Da'i

Sebagai seorang Da’i memiliki kualifikasi yang mumpuni

lahir sebagai anak dari Hj. Rauhun Zainuddin Abdul Madjid, putri

dari TGH. M. Zainuddin Abdul Madjid (Tuan Guru Pancor), pen-

42

Republika.co.id, “TGB Sebagai Ketua Alumni Al-Azhar Cabang

Indonesia”, diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.republika.co.id/

berita/dunia-islam/islamnusantara/17/10/19/oy1zcu396-tgb-sebagai-

ketua-alumni al-azhar-cabang-indonesia,

82 | Retorika Dakwah dalam Politik...

diri organisasi Islam terbesar di NTB, Nahdlatul Wathan (NW) dan

pendiri Pesantren Darun-Nahdlatain bahkan saat ini menjabat seba-

gai ketua umum Nahdlatul Wathan (NW). Muhammad Zainul Maj-

di mengenyam pendidikan dasar di SDN 3 Mataram (Sekarang

SDN 6 Mataram), lulus tahun 1986. Ia melewati jenjang SLTP di

Madrasah Tsanawiyah Mu'allimin Nahdlatul Wathan Pancor hanya

selama 2 tahun, dan lulus Aliyah di yayasan yang sama tahun

1991. Sebelum memasuki perguruan tinggi ia menghafal Al-Qur'an

di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Nahdlatul Wathan Pancor

selama setahun (1991-1992).

Kemudian pada tahun 1992 Majdi berangkat ke Kairo guna

menimba ilmu di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-

Ilmu Al-Qur’an Universitas Al-Azhar Kairo dan lulus meraih gelar

Lc. pada tahun 1996. Lima tahun berikutnya, ia meraih Master of

Art (M.A.) dengan predikat Jayyid Jiddan. Setelah menyelesaikan

pendidikan S1 dan S2 di Al-Azhar selama 10 tahun, Majdi melan-

jutkan ke program S3 di universitas dan jurusan yang sama. Pada

bulan Oktober 2002, proposal disertasi Majdi diterima dengan judul

“Studi dan Analisis terhadap Manuskrip Kitab Tafsir Ibnu Kamal

Basya dari Awal Surat An-Nahl sampai Akhir Surat Ash-Shoffat”

di bawah bimbingan Prof. Dr. Said Muhammad Dasuqi dan Prof.

Dr. Ahmad Syahaq Ahmad.

TGB Zainul Majdi berhasil meraih gelar Doktor dengan pre-

dikat Martabah EL-Syaraf El Ula Ma`a Haqqutba atau Summa

Cumlaude pada hari sabtu, 8 Januari 2011 dalam munaqosah

(sidang) dengan Dosen Penguji Prof. Dr. Abdul Hay Hussein Al-

Farmawi dan Prof. Dr. Al-Muhammadi Abdurrahman Abdullah

Ats-Tsuluts. Pendiriannya terhadap kualifikasi da’i dikatakan dalam

wawancara dengan media online republika.co.id beliau mengata-

kan, “Para pendakwah merupakan agen agama dalam menyampai-

kan nilai-nilai agama terhadap masyarakat. Karena itu, pendakwah

Mochammad Zia Ulhaq | 83

harus memiliki standar yang mumpuni, pengkaderan para dai itu

perlu dilaksanakan lebih intensif”.43

b. Mad'u (obyek dakwah)

Obyek dakwah TGB Zainul Majdi mesuk ke semua lapisan

masyarakat. Bahkan lintas agama. Beliau mengatakan bahwa

“Dakwah itu mengajak Adda’watu, dakwah Ilaallah. dakwah ila

dinillah. Mengajak kepada agama islam, untuk Muslim itu saling

menguatkan.” Untuk non muslim obyek dakwah TGB diantaranya,

para mahasiswa di berbagai kampus di Indonesia meliputi mahasis-

wa-mahasiswi kampus-kampus di Indonesia dengan gerakan safari

dakwahnya. Dan juga masyarakat NTB yang beragam dalam ber-

agama. Menurutnya, “ketika obyek dakwah kita non muslim, hal

yang terlihat adalah tunjukkan keidahan akhlaq Islam kepada-

nya”.44

c. Materi Dakwah/Maddah

Materi dakwah TGB Zainul Majdi sangat fleksibel menye-

suaikan dengan obyek yang menjadi sasaran dakwa dan juga meli-

hat kondisi terkini umat. Salah satu contoh, saat kondisi umat

terjerat dalam perilaku SARA, TGB memberikan materi dakwah

yang berisi bahwa Allah melarang kita memaki sembahan orang

lain. Hal-hal yang dimuliakan dalam agama lain, simbol-simbol

yang dimuliakan dalam agama mereka. Karena itu bisa jadi jalan

berbalik memaki Allah memaki agama kita.45

43

Republika.co.id. “Mimbar Dakwah, Al Azhar dan TGB”. diakses

26 September 2019 dari https://republika.co.id/berita/pzpapr440/mimbar-

dakwah-al-azhar-dan-tgb 44

Ceramah TGB Zainul Majdi, tema “Agama dan Kebangsaan”,

pada 4 Oktober 2019. 45

Youtube.com, “Larangan Melecehkan Agama Orang Lain”, diak-

ses 26 September dari 2019.https://www.youtube.com/watch?vom EfkR

GSEg

84 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Contoh lainnya saat peringatan Nuzulul Qur’an di istana nega-

ra Bersama presiden dan para menteri dengan tema ceramah yang

dibawa TGB “Kebersamaan dalam Keberagaman Dalam Perspek-

tif Alquran.” TGB dalam hal ini materi dakwah TGB menyesuai-

kan situasi yang terjadi yakni momen Ramadhan dan secara umum

materi dakwah TGB bersifat moderat yakni membahas keberaga-

man danpersaudaraan dalam kehidupan bernegara.

d. Wasilah (media dakwah)

Media dakwah TGB salah satunya adalah melalui media

massa baik media cetak elektronik maupun media daring. Dakwah

melalui media cetak yang dilakukan adalah dakwah melalui tuli-

san, atau yang biasa TGB Zainul Majdi sebut sebagai dakwah bil

qalam dalam beberapa kesempatan TGB menulis artikel-artikel

keagamaan melalui artikel dan surat kabar seperti Lombok Post,

jurnal Ulumuna . dan juga aktif menulis buku-buku Diantara buku-

buku yang ditulis TGB Zainul Majdi: TGBNOMICS Iktiar NTB

Untuk Indonesia, Tuan Guru Bajang Santri Membangun Negri,

Ulama pemimpin Kiprah Tuan Guru Bajang Dalam Membangun

Umat, TGB Ulama Dan Umara Memimpin Dengan Hati.

Dakwah melalui media ektronik diawali pada tahun 1999

TGB mendirikan radio dakwah dengan nama radio dakwah Ham-

zanwadi. Radio ini sangat membantu masyarakat dalam menyikapi

problema kehidupan beragama dan bermasyarakat, dimana dalam

program inti dari radio dakwah ini adalah ada program interaktif

langsung dengan Tuan Guru Bajang dalam program “Anda Berta-

nya Tuan Guru Menjawab”. Metode atau strategi dakwah seperti

ini sangat efektif di tengah-tengah masyarakat, bahkan siaran-sia-

ran dakwah Tuan Guru Bajang dan Tuan Guru lainnya dapat secara

langsung didengar oleh masyarakat kapan saja mereka membu-

tuhkan.

Mochammad Zia Ulhaq | 85

Dakwah melalui media daring disampaikan melalui media

sosial yakni jejaring facebook dengan id Dr. TGB. Muhammad

Zainul Majdi dan instagram dengan id @tuangurubajang. Dakwah

melalui media daring tersebut dikemas dalam rupa tulisan ataupun

live visual. Media dakwah TGB lainnya adalah melalui peningka-

tan ekonomi umat yakni mewujudkan lembaga tempat meningkat-

kan sumber daya manusia yang siap handal dalam pengembangan

ekonomi, yaitu LPWN (Lembaga Pendidikan Wasyirin Najabah)

sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan lati-

han kerja dalam bidang bisnis, akuntansi, perbankan, perhotelan,

parawisata. Lembaga ini dianggap berhasil menelurkan out put

yang baik, meskipun belum sempurna, tapi paling tidak sudah ada

terobosan baru dalam upaya dakwah Bi Hâl. Menurut TGB Zainul

Majdi, dakwah Bi lisân dan Bil Hâl, patut dikedepankan oleh para

da’i.

Media dakwah lainnya dari TGB Zainul Majdi adalah dakwah

melalui jalur Partai Politik. TGB ketika dia berpolitik kental sekali

dengan nilai-nilai dakwah dan ketika berdakwah tidak lepas dari

berpolitik yang dalam arti kaitan dengan mengatur memimpin dan

mengarahkan mereka kedalam cinta terhadap cinta tanah air hubbul

wathan, politik TGB jelas ditujukan untuk dakwah. Politiknya

TGB bertujuan untuk membangun masyarakat negri yang religius.

Menjadikan politik sebagai instrumen dakwah untuk menyebarkan

ajaran Islam yang moderat rahmatan lil alamin.”46

Dakwah melalui

partai politik menurut hemat TGB adalah suatu keniscayaan, bukan

suatu yang tabu apalagi negatif. Alasan ini memang bukan tidak

ada landasannya, menurutnya partai politik adalah bagian dari wa-

silah al-dakwah, sarana dakwah, dimana sarana itu diibaratkan

sebuah rumah atau ruang kosong, maka rumah itu mau diisi dengan

apa yang dikehendaki oleh tuan rumah, begitu juga partai politik,

tergantung kepada orangnya dan partainya, jika kita mengisinya

dengan muatan-muatan keislaman maka sangat bisa diperbuat,

karena kita sudah berada dalam sistem itu sendiri. Maka menurut-

46

Wawancara langsung dengan bapak Aziz dosen di Institut Agama

Islam hamzanwadi, pada tanggal 04 Oktober 2019.

86 | Retorika Dakwah dalam Politik...

nya sesuatu yang menyebabkan sempurna sebuah aktivitas maka

syarat itu sudah menjadi sebuah keharusan.

e. Thariqah (metode)

Metode dakwah Tuan guru Bajang sangat modern dan inovatif

diantaranya melalui media dakwah yang tepat sasaran ke masya-

rakat. Menurut jamaah rutin TGB di Islamic Center menurutnya.

“Bahwa kalau disebut nama beliau yang hadir di Islamic ini pasti

jamaah membeludak sangat antusias kalau pengajian beliau yang

isi. beliau sosok yang lengkap karena beliau adalah pendidik dan

guru untuk kami. Kalimatnya yang enak ketika membawakan ma-

teri dan memiliki metode yang baik dalam menyampaikan pengaji-

an, ini yang membuat masyarakat datang untuk mendengarkan-

nya.”47

Metode dakwah TGB tidak lepas dari pada surat An-nahl

ayat 125.48

Metode tiga metode dakwah yakni metode hikmah,

berupa pernyataannya yang logis, dalam menyampaikan kebenaran

mutlak dengan dalil dan penjelasan yang baik. kedua metode mau-

idzah hasanah berupa pesan melalui kisah-kisah meliputi para nabi

dan sahabat yang mengandung makna dan pelajaran didalamnya.

Dan ketiga metode wajadilhum billati hiya ahsan dengan cara ber-

diskusi dan berdebat dengan cara yang baik dalil-dalil yang kuat.

Menurutnya dakwah merupakan bagian integral agama Islam tun-

tutan agar hidup secara islami. Tapi juga dituntut untuk menyebar-

kan ajaran Islam kepada seluruh manusia. Dalam prakteknya, dak-

wah sering mengalami dan menghadapi kendala hambatan dan

tantangan kendala-kendala itu bukan sekedar materi atau substansi-

nya, tetapi strategi dan metodenya yang kurang tepat. Maka dari itu

metode atau thariqah sangat dibutuhkan dalam kegiatan dakwah.

47

Wawancara langsung dengan bapak Abdullah Jamaah Pengajian

Rutin Mesjid Islamic Center NTB pada tanggal 04 Oktober 2019. 48

Wawancara langsung dengan TGB Zainul Majdi pada tanggal 4

Oktober 2019.

Mochammad Zia Ulhaq | 87

Melihat fenomena di atas menurut TGB Zainul Majdi umat

Islam seyogyanya mencari terobosan baru sehingga mendapatkan

format dakwah yang ideal. Para da’i diharapkan meningkatkan ke-

pedulian kepada kualitas moral dan spiritual masyarakat pada se-

mua level dan golongan sosial. Upaya untuk meningkatkan kualitas

para da’i diperlukan secara berkelanjutan. Sebab masyarakat seba-

gai sasaran dakwah juga senantiasa berkembang. Metode dakwah

Tuan Guru Bajang Zainul Majdi yang sering didengungkan adalah

kepada umat Muslim menguatkan, kepada umat non Muslim me-

ngenalkan.

f. Atsar (efek dakwah)

Dengan perannya yang sangat strategis dalam kehidupan

masyarakat, baik sebagai tokoh agama maupun tokoh masyarakat,

seorang tuan guru Bajang atau yang lebih dikenal dengan TGB

Zainul Majdi telah menjadi aktor sosial yang banyak menjadi

refrensi bagi masyarakat (terutama bagi pengikutnya). Sebagai to-

koh agama, tuan guru menjadi pusat perhatian bagi umatnya yang

menginginkan fatwa dan petuah agama. menjabat Gubernur NTB

selama 2 periode yang tidak singkat, image beliau di pelosok NTB

bahkan keluar negri pun dikenalnya sebagai seorang tuan guru bu-

kan seorang Gubernur. Padahal sebelum menjadi Gubernur beliau

juga seorang anggota DPR RI dan aktif dunia politik tetapi selalu

lebih nampak sosok figur tuan gurunya dari pada politikusnya. Itu

menunjukan setiap langkah dan hari-hari beliau itu sangat kental

dengan nilai-nilai Islam. Tidak hanya itu hasil pembangunan di

NTB ini termasuk efek dari dakwah beliau, melalui pendekatan

dakwah dan citranya seorang tuan guru akhirnya mampu mengajak

masyarakat Bersama-sama membangun NTB.49

khususnya NTB,

tuan guru masih dijadikan tempat meminta petunjuk untuk mencari

solusi atas persoalan dunia yang dihadapi oleh umatnya.

49

Wawancara langsung dengan bapak Aziz seorang dosen di Institut

Agama Islam hamzanwadi pada tanggal 04 Oktober 2019.

88 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Selama menjabat menjadi kepala daerah dengan moto “fasta-

biqul Khairat”. mampu menggerakkan roda pemerintahan Zainul

Majdi dengan mengangkat NTB dari predikat sebagai provinsi ter-

tinggal dalam jangka waktu 2014-2016. Dan juga laju pertumbu-

han ekonomi NTB meningkat dengan 9,9 persen. Dari prestasi ini

membuat NTB mendapatkan predikat dengan pertumbuhan ekono-

mi terbaik. Bahkan melampaui nasional yang hanya sebesar 4,9

persen. Zainul Majdi juga berhasil menekan angka pengangguran

di NTB hingga 3,32 persen. Prestasinya ini menjadikan NTB se-

bagai provinsi ke-6 dengan angka pengangguran terendah. Diantara

beberapa prestasi-prestasinya :

1. TGB Zainul Majdi mendapatkan penghargaan sebagai salah

satu Gubernur terbaik versi Kementerian Dalam Negeri pada

2017.50

Penghargaan tersebut berdasarkan berbagai aspek peni-

laian dari kepemimpinan, kredibilitas, dan akseptabilitas dalam

rangka menciptakan pemerintahan bersih.51

2. Selama kepemimpinannya Provinsi NTB juga mendapatkan

predikat WTP enam kali. Hal ini membuktikan kinerjanya me-

ningkatnya dalam bidang pengelolaan birokrasi.

3. Zainul Majdi dikenal sebagai individu yang kuat dengan citra

Islami. Terbukti Zainul Majdi juga mendapat penghargaan seba-

gai Best Regional Leader (Pemimpin Regional Terbaik) dalam

ajang penghargaan Obsession Awards 2017 yang digelar salah

satu media terkemuka pada April 2017 lalu di Jakarta.

50

Telusuri.co.id. Banyak Penghargaan diraih TGB: Tokoh Men

Obsession Mulai dilirik Menjadi Pemimpin Alternatif, redaksi Telusur,

diakses September 2019 dari https://telusur.co.id/2017/08/26/banyak-

penghargaan-diraih-tgb-tokoh-men-obsession-ini-mulai-dilirik-menjadi-

pemimpin-nasional-alternatif/ 51

Merdeka. Com. Mengenal Tuan Guru Bajang dan Prestasinya da-

lam Memimpin NTB, diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.merdeka.

com/politik/mengenal-sosok-tuan-guru-bajang-dan-prestasinya-

memimpin-ntb.html

Mochammad Zia Ulhaq | 89

4. Penghargaan Obsession Awards yang telah dilaksanakan sejak

2006 ini, diberikan kepada tokoh nasional, individu dan korpo-

rasi yang telah berhasil menunjukkan dedikasi pada bidangnya

masing-masing, dan mampu menciptakan inovasi, juga mampu

memberikan inspirasi kepada masyarakat luas.52

5. Pada tahun 2013, Bappenas memberikan penghargaan kepada

NTB sebagai provinsi terbaik pertama dalam Pencapaian Sasa-

ran Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs).

6. Penghargaan sebagai kepala daerah yang memberikan peran

besar dalam pembinaan Teknologi Tepat Guna (TTG). Penghar-

gaan diserahkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi Ahmad Erani Yustika menyampai-

kan pada Gelaran Teknologi Tepat Guna (TTG) XVIII tahun

2016 telah resmi dibuka di Islamic Center (IC), Rabu 23 No-

vember 2016.

7. Pada tahun 2017 pertumbuhan ekonomi di NTB melampaui

pertumbuhan ekonomi di Nasional didukung oleh sektor perta-

nian dan di luar sektor tambang. mencapai 7,1 persen melam-

paui pertumbuhan ekonomi Indonesia yang 5,6 persen. Untuk

perekonomian ini 19 persen ditopang sektor.

8. Penghargaan Gubernur Paling Visioner 2009 Bidang Tenaga

Kerja dari Majalah Birokrat Profesional, 19 Agustus 2009.53

C. Zainul Majdi dalam Konteks Sosial Politik

1. TGB Zainul Majdi dalam Pilpres 2019

52

Telusuri.co.id. Banyak Penghargaan diraih TGB: Tokoh Men

Obsession Mulai dilirik Menjadi Pemimpin Alternatif, redaksi Telusur,

diakses 26 Agustus 2019. https://telusur.co.id/2017/08/26/banyak-peng-

hargaan-diraih-tgb-tokoh-men-obsession-ini-mulai-dilirik-menjadi-

pemimpin-nasional-alternatif/ 53

TGB.id, “Penghargaan Tuan Guru Bajang”, diakses 1Januari

2019 dari https://tgb.id/penghargaan-tuan-guru-bajang/

90 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Sejumlah prestasi berhasil ditorehkan pada masa jabatan 2008-

2013. TGB Zainul Majdi kembali terpilih kedua kalinya sebagai

Gubernur NTB untuk periode 2013 sampai 2019. Dia dinilai sukses

memajukan NTB di bidang pertanian, pariwisata, mengurangi ang-

ka kemiskinan, meningkatkan pendidikan. Banyak prestasi-prestasi

yang ditorehkan TGB Zainul Majdi sehingga elektabilitasnya naik

di kontestasi nasional. Namanaya muncul sebagai kandidat kuat

cawapres dalam kontestasi pilpres 2019. Pada perhelatan Pilpres

2019 yang memanas membuat putra dari Nusa Tenggara Barat TGB

Zainul Majdi namanya ikut masuk dalam pusaran tersebut. Guber-

nur Nusa Tenggara Barat (NTB) dua periode ini, dianggap sebagai

salah satu calon presiden alternatif.

Sebagai salah satu kandidat cawapres 2019 para Alumni Uni-

versitas Al-Azhar Mesir menyatakan dukungan kepada TGB Zai-

nul Majdi. yang saat ini menjabat sebagai ketua umum Organisasi

Internasional Al-Azhar. Para alumni OIAA memberikan dukungan

kepadanya juga lewat usulan dari Ust. Abdul Somad yang sempat

viral di media sosial. Sebagai Ketua Organisasi Internasional

Alumni Al Azhar (OIAA) Cabang Indonesia, Muhammad Zainul

Majdi yang kerap disapa Tuan Guru Bajang, alumni Al-Azhar di

Indonesia yang saat ini tercatat sekitar hampir 30 ribu orang ingin

mendukungnya.54

Bahkan beberapa pengamat politik menyebut

TGB memiliki peluang cukup untuk maju sebagai cawapres. Dia

disandingkan dengan nama-nama seperti Ketua Umum Partai

Golkar Airlangga Hartarto, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi

(MK) Mahfud MD, dan Muhaimin Iskandar.

Saat mulai terjun ke dunia politik, pria yang saat ini berusia 46

tahun itu masih terbilang muda. TGB bahkan sempat tercatat seba-

gai Gubernur NTB Termuda di Indonesia pada usia 36 tahun. Saat

54

Tribunnews.com, “Alumni Al Azhar Mesir Turunlah dari Menara

Gadingmu, Ayo Aktif Bergerak Mendukung TGB”, diakses 1januari 2019

dari https://www.tribunnews.com/tribunners/2018/02/06/alumni-al-azhar-

mesir-turunlah-dari-menara-gadingmu-ayo-aktif-bergerak-mendukung-

tgb

Mochammad Zia Ulhaq | 91

menjabat, sejumlah prestasi berhasil ditorehkan pada masa jabatan-

nya. Secara individu, saat ini alumni Al-Azhar mulai bergerak di

berbagai jaringan. membangun jaringan-jaringan di tempat masing-

masing dan Ustad Abdul Somad juga mendudukung dan mempro-

mosikan TGB dibeberapa materi dakwahnya. bersama para alumni

Al-Azhar, setuju dengan keputusan tersebut dan mengusung TGB

menjadi pemimpin nasional, akan tetapi di petengahan jalan TGB

memutuskan mendukung Joko Widodo dalam Pilpres 2019. Pada-

hal pada 2014 TGB Zainul Majdi memilih mendukung Prabowo-

Hatta dukungan TGB Zainul Majdi memiliki arti yang besar bagi

Prabowo-Hatta. Terbukti dari 33 provinsi, pasangan calon (paslon)

yang diusung Koalisi Merah Putih ini hanya menang di 10

provinsi. NTB adalah salah satunya.

Dalam konteks politik yang dukungan TGB kepada pasangan

Prabowo Subianto-Hatta Radjasa pada pemilihan presiden 2014

jauh sebelum Partainya Demokrat memberikan dukungan. TGB

Zainul Majdi memberikan dukungannya langsung secara resmi,

dan akhirnya partai demokrat memberikan memutuskan menduku-

ng Prabowo-Hatta, mampu membuat pasangan calon presiden dan

calon wakil presiden nomor urut 1 tersebut mengamankan 72,45%

suara di Nusa Tenggara Barat. Itu merupakan torehan yang baik di

level Nasional dengan mengamankan suara 72,45% suara. Dan ini

terulang kembali di 2019 akan tetapi dengan posisi yang terbalik,

TGB lebih memilih mendukung Jokowi melanjutkan 2 periode

secara pribadi disisi lain partai Demokrat yang dinaunginya belum

mengambil keputusan arah dukungan. Keputusan TGB mendukung

Jokowi untuk 2 periode yang disampaikannya saat melakukan la-

watan ke kantor Redaksi Liputan6, TGB Zainul Majdi mengatakan,

“Transformasi tidak cukup hanya lima tahun, ketika periodisasi

maksimal 10 tahun. Saya rasa itu sangat fair kita beri kesempatan

beliau untuk kembali melanjutkan". ucap TGB saat berkunjung ke

Redaksi Liputan6 di SCTV Tower, Senayan, Jakarta, Selasa, 3 Juli

92 | Retorika Dakwah dalam Politik...

2018.

55 Setelah itu TGB Zainul Majdi juga memutuskan hengkang

dari partai yang menaunginya yaitu Partai Demokrat. Karena De-

mokrat memilih untuk mengusung Agus Harimurti Yudhoyono se-

bagai calon wakil presiden 2018. TGB tidak setuju dengan pengu-

sungan AHY. Karena ketidaktaatan TGB terhadap keputusan DPP

Partai Demokrat terkait soal pilpres 2019 yang memutuskan untuk

mengusung AHY, sementara TGB tidak masuk dalam bursa di

internal partai. Terjadi kebuntuan komunikasi antara TGB dan

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Ke-

buntuan komunikasi ini terlihat dari tidak adanya komunikasi

antara TGB dengan SBY sejak TGB masuk dalam survei elektabi-

litas capres dan cawapres 2019.56

Menurut TGB Zainul Majdi,

surat pengunduran diri sudah dikirim kepada Amir Syamsuddin se-

laku Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat. TGB memutuskan

mendukung Joko Widodo dalam Pilpres 2019. Berikut lima lang-

kah politik Gubernur NTB Tuan Guru Bajang jelang Pilpres 2019 :

1. Deklarasi Dukung Jokowi 2 Periode

Kemantapan hati seorang TGB Zainul Majdi untuk mendu-

kung Jokowi kembali memimpin di periode kedua berawal dari

2018 Saat itu, Presiden Jokowi tengah melakukan kunjungan kerja

keempat kalinya ke NTB dalam 1 tahun 4 kali mengunjungi NTB

dan melihat kawasan mandalika yang tak pernah di respon oleh

pemerintah pusat. dan juga menurut TGB Zainul Majdi dari penga-

lamannya sebagai gubernur NTB, seorang pemimpin perlu dua

periode untuk menuntaskan visi besarnya. Ia menyatakan hal itu

juga dirasakan oleh semua kepala daerah yang memimpin selama

55

Liputan6.com, “Membaca Kode Politik TGB Untuk Jokowi”,

diakses 20 September 2019 dari https://www.liputan6.com/news/read/

3581866/membaca-kode-politik-tgb-untuk-jokowi 56

Kompas.Com, “3 Alasan TGB Keluar Dari Demokrat”, diakses

20 September 2019 dari https://nasional.kompas.com/read/2018/07/25/

11524781/menurut-pengamat-ada-tiga-alasan-tgb-keluar-dari-demokrat

Mochammad Zia Ulhaq | 93

dua periode, bahwa satu periode saja belum cukup. “Butuh dua

periode untuk menyempurnakan ikhtiar-ikhtiar ini.

2. Mundur dari Partai Demokrat

Pada Pilgub 2013, cucu dari TGKH Muhammad Zainuddin

Abdul Majid ini menjadikan Partai Demokrat sebagai kendaraan

politiknya. Setelah banyak memberikan kontribusi bagi partai ber-

lambang bintang ini, Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB)

Zainul Majdi memilih mundur dari partai yang dipimpin Susilo

Bambang Yudhoyono (SBY). Di balik alasannya mundur, TGB

tidak menjelaskan secara gamblang. Dia menegaskan bahwa itu

adalah keputusan pribadi dan tak ada intervensi dari pihak mana

pun.

3. Masuk dalam Timses Jokowi-Ma’ruf Amin

Masuk kedalam tim sukses (timses) Jokowi di Pilpres 2019,

untuk membantu mensukseskan Jokowi kembali memimpin dua

periode untuk pembangunan Indonesia yang berkelanjutan.

4. Pindah Partai Politik

Golkar merupakan partai politik yang tepat untuk meneruskan

cita-cita TGB Zainul Majdi dan juga dengan konsep kekaryaannya

sesungguhnya sangat sebangun dengan semangat Pak Jokowi da-

lam membangun Indonesia.57

Di partai barunya TGB Zainul Majdi

mendapatkan dua jabatan penting setelah resmi bergabung ke Par-

tai Golkar. Dua jabatan untuk TGB di struktur DPP Golkar sebagai

Koordinator Bidang Keumatan dan mengemban jabatan sebagai

57

Liputan6.com, “5 Langkah Politik TGB Jelang Pilpres 2019”.

diakses 20 september 2019 dari https://www.liputan6.com/pilpres/read/35

99246/5-langkah-politik-tgb-jelang-pilpres-2019,.

94 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu atau Bappilu Pemilihan

Legislatif dan Pemilihan Presiden.

2. NW dan Struktur Kesempatan Politik

NW dengan segala kepentingan dan sekaligus persoalannya

didalamnya memang selalu menarik untuk diulas, dan dibahas. NW

tidak pernah kering dari perhatian, terlebih dengan adanya sosok

Zainul Majdi yang melekat berbagai status dan citra. Beliau

memiliki berbagai jabatan, di antaranya sebagai gubernur NTB dan

juga ketua pengurus besar NW Pancor dan menanggung tugas kul-

tural sebagai tuan guru, pendakwah, dan suri tauladan secara

umum. Dengan berbagai posisi dan tanggung jawab tersebut Zainul

Majdi akhirnya “berhutang” banyak ekspektasi yakni dalam peme-

rintahan, dalam organisasi NW, dan sebagai tokoh agama atau to-

koh masyarakat. Masalahnya kemudian, Zainul Majdi menemui

banyak kendala untuk memenuhi hutang-hutang ekspektasi terse-

but, terutama karena konflik dan perpecahan yang tak kunjung

menemukan jalan keluarnya dalam tubuh NW.

Secara umum memang sosok yang paling lengkap dari semua

keturunan Maulana Syeikh kakeknya ada pada Zainul Majdi. Zai-

nul Majdi memiliki kekuatan politik namun bukan berarti ia sepe-

nuhnya berhasil dengan kelebihan tersebut. Karena sampai saat ini

Zainul Majdi belum bisa mendamaikan 2 kubu NW yang besiteru

antara kubu Anjani dan kubu Pancor. Dulu juga kakeknya sebelum

mendirikan NW Syaikh Zainuddin adalah konsulat NU di Lombok,

dan menjadi ketua Badan Penasehat Masyumi NTB. Ini terjadi

pada sekitar tahun 1952. Kebijakan NU yang pada saat itu keluar

dari Masyumi dan bergabung dengan gerakan politik lainnya, Sya-

ikh Zainuddin tetap setia mendukung Masyumi dengan mendirikan

organisasi lokal baru sebagai representasi dan basis politik, yaitu

Nahdlatul Wathan, dan sempat terpilih menjadi anggota Konstitu-

ante RI hasil pemilu pertama tahun 1955 mewakili Masyumi.58

58

Muh. Alwi Parhanudin, “Nahdlatul Wathan dan Masyarakat Sipil,”

Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, Vol. 1, No 1, 2012.

Mochammad Zia Ulhaq | 95

Dalam perkembangan NW, misalnya di masa Orde Baru, NW

mendukung Parmusi dan selanjutnya dialihkan ke Golkar. Syaikh

Zainuddin tentu saja memiliki pertimbangan yang relatif fair secara

politik dan sosial dalam spekulasi tersebut. Kesempatan politik

yang terlihat, khususnya pada tataran NTB kemudian menyebab-

kan NW semakin utuh dalam berbagai relasi di jalur-jalur politik

nasional serta pemberdayaan politik lokal yang tidak lain adalah

bentuk dari pendewasaan politik dan pengelolaan potensi civil

society di Lombok.59

Demikian juga pada saat ini, munculnya ka-

der NW yakni cucu dari Syaikh Zainuddin sendiri (TGB. M. Zainul

Majdi) yang terpilih sebagai Gubernur NTB tidak lain merupakan

bukti dari nilai tawar NW dalam percaturan politik lokal dan nasio-

nal, integritas internal organisasi NW dan kemampuannya dalam

membangun relasi dengan berbagai kelompok sosial yang lain.

Melihat kenyataan NW dalam memanfaatkan kesempatan politik

(political opportunity) tidaklah harus diterjemahkan secara lugas

dan spekulatif. Artinya terdapat pemberdayaan politik dengan tetap

terikat pada standar etika religius Syaikh Zainuddin Abdul majid.60

3. Nadhlatul Wathan dan Struktur Mobilisasi Sosial

Program dan kelembagaan organisasi Nahdlatul Wathan yang

dapat dikategorikan dalam dua bentuk, mobilisasi formal dan infor-

mal. Dalam proses mobilisasi formal terdapat berbagai lembaga

badan otonom selain organisasi NW, seperti dibentuknya badan-

badan otonom yakni Himmah NW (Himpunan Mahasiswa Nahdla-

tul Wathan), Muslimat NW, Nahdliyat NW, IPNW (Ikatan Pelajar

Nahdlatul Wathan), PGNW (Persatuan Guru Nahdlatul Wathan),

ISNW (Ikatan Sarjana Nahdlatul Wathan) dan berbagai badan kaji-

an dan pengembangan masyarakat. Badan-badan otonom ini adalah

jalur yang mungkin paling determinan dalam menjadi faktor keber-

59

Muh. Alwi Parhanudin, “Nahdlatul Wathan dan Masyarakat

Sipil,” 2012. 60

Muh. Alwi Parhanudin, “Nahdlatul Wathan dan Masyarakat

Sipil,”, 2012.

96 | Retorika Dakwah dalam Politik...

langsungan organisasi. Mengingat NW adalah organisasi yang sa-

ngat terbatas dalam menjalankan program-program spesifik khu-

susnya dalam menyentuh secara menyeluruh berbagai kelas dan

tingkatan sosial masyarakat.

Oleh karenanya badan-badan otonom tersebut adalah perpan-

jangan tangan (kontrol) dari organisasi NW. Selain itu, dalam bida-

ng keamanan didirikan Hizbullah NW di Anjani atau Satgas Ham-

zanwadi di Pancor, barisan-barisan berorientasi keamanan yang

sangat diapresiasi masyarakat. Barisan ini pun secara formal me-

ngadakan agenda rutinitas yakni layanan pendirian posko-posko di

setiap dusun, maupun kerjasama dengan badan-badan keamanan

baik pemerintah maupun swasta, dan adanya perkumpulan-per-

kumpulan muslimat dan berbagai bentuk lain yang relevan. Lebih

dari itu, kegiatan penyebaran majelis-majelis taklim juga dapat

dikatakan sebagai faktor utama dari perkembangan NW. Secara

terperinci sebenarnya sangat banyak hal formal yang sangat men-

cerminkan mobilitas sosial yang berjalan dalam organisasi NW,

baik sebagai bentuk konsolidasi internal maupun dalam jaringan

sosial eksternal, yang terakumulasi secara formal baik dalam pro-

gram-program bidang pendidikan, sosial, dakwah, hingga politik.61

4. NW dalam Realitas Politik

NW sendiri membangun kekuatan politik dan hegemoni so-

sialnya di tengah warga NW sendiri. Yang Pertama, NW adalah

institusi keagamaan yang sangat potensial memainkan simbol kea-

gamaan dalam rangka menguatkan pengaruhnya di tengah- tengah

masyarakat Lombok. Kedua, NW adalah institusi yang pada dasar-

nya tumbuh dan berkembang seiring dengan popularitas Syaikh

Zainuddin, sehingga antara nama Syaikh Zainuddin dengan nama

NW telah bersatu membentuk beragam simbol ke NW yang setiap

saat dapat dipakai untuk menuntut loyalitas segenap warga NW.

61

Muh. Alwi Parhanudin, “Nahdlatul Wathan dan Masyarakat

Sipil,” Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, Vol. 1, No 1, 2012.

Mochammad Zia Ulhaq | 97

Ketiga NW adalah integritas keagamaan sekaligus identitas

Sosial di masyarakat Lombok. Melalui kekuatan integritas dan

identitas tersebut, NW pun akan senantiasa memperoleh kesempa-

tan setiap saat untuk melakukan apa saja yang memungkinkan bagi

banyak sekali aktivitas selama penentu keberhasilannya berada

pada skala kemasyarakatan. Tentu saja beberapa poin analisa ini

adalah prediksi dan pertanyaan riset yang cukup menggelitik ilmu-

an sosial bila ditampilkan dalam ruang penelitian yang lebih kritis

dan mendalam. Beranjak dari beberapa kemungkinan ini, hal utama

yang akan diperhatikan pertama-tama adalah sejauh mana NW ber-

dikari berdasarkan etika sosial kemasyarakatan, khususnya dalam

aktualisasi politik, sosialisasi dan pengelolaan diskursus publik.62

5. Perpecahan di Tubuh NW

NW sebagai organisasi massa sampai saat ini masih terpecah

menjadi dua kubu. Salah satu kubu disebut dengan NW Pancor

yang menunjukkan lokasi pusatnya yang terletak di daerah Pancor

Lombok Timur, dan kubu berikutnya disebut sebagai NW Anjani

karena lokasi pusat gerakannya berada di daerah Anjani Lombok

Timur. Sejarah terpecahnya NW semata-mata karena politik orga-

nisasi saja, dan tidak terkait dengan hal-hal yang bersifat sakral.

Perpecahan terbesar tersebut terjadi setelah adanya penetapan salah

satu putri pendiri NW, yaitu Ummi Hj. Siti Raihanun Zainuddin

Abdul Madjid sebagai Ketua Umum PBNW pada Muktamar X

tahun 1998 di Praya Lombok Tengah dengan menggantikan almar-

hum suaminya H. Lalu

Gede Sentane.63

Hasil Muktamar yang menghasilkan kepe-

mimpinan perempuan tersebut ditolak oleh pihak NW di Pancor

karena dianggap tidak sesuai dengan asas organisasi NW yang ber-

mazhab Syafi’i yang tidak memperbolehkan seorang perempuan

menjadi pemimpin organisasi Islam. karena NW sendiri sudah

62

Muh. Alwi Parhanudin, “Nahdlatul Wathan dan Masyarakat

Sipil,” Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, h. 125-126. 63

http://www.nw.or.id, diakses pada 30 Juni 2018.

98 | Retorika Dakwah dalam Politik...

memiliki badan otonom bernama muslimat yang dikhususkan untuk

pergerakan kaum perempuan. Jauh sebelumnya, sebelum wafat-

nya TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid, banyak pihak

yang terlibat didalam ormas NW melihat adanya persaingan antara

dua putri pendiri NW tersebut yaitu Ummi Hj. Sitti Raihanun Zai-

nuddin Abdul Madjid dengan Ummi Hj. Sitti Rauhun Zainuddin

Abdul Madjid. Sebelum terjadinya tragedi perpecahan juga NW

telah berkali-kali mengalami tantangan berupa konflik internal.

Menjelang tahun 1982, misalnya, terjadi adanya pembekuan terha-

dap kepengurusan Pengurus Wilayah NW Lombok Tengah, hanya

karena Alm. Drs. H. Lalu Gede Sentane yang notaben menjadi

menantu pendiri NW sakit hati karena merasa tidak didukung untuk

mencalonkan diri sebagai Bupati Lombok Tengah pada saat itu

oleh PWNW Lombok Tengah sendiri.

Konflik tersebut menyebar keluar sehingga NW menyatakan

adanya sikap untuk Gerakan Tutup Mulut (GTM) dalam menyikapi

pilihan politik mereka yang selama ini disalurkan melalui Golo-

ngan Karya. Perpecahan terbesar antara dua putri juga dirasa telah

banyak menguras energi jamaah NW, dari fokus utamanya yaitu

pergerakan dakwah Islam, sosial dan ekonomi. Setelah dipimpin

oleh TGB Zainul Majdi, PBNW versi Pancor berkali-kali mengu-

payakan ishlah antara dua kubu, namun kerap kali gagal. Pasca ter-

pilihnya Zainul Majdi sebagai Gubernur NTB, rekonsiliasi tersebut

mulai membuahkan hasil. Dengan mengadakan acara Hultah

NWDI ke 75 tanggal 25 Juli 2010 di Pancor, kedua putri pendiri

NW Umi Raihanun dan Umi Rauhun dapat duduk bersandingan di

hadapan jamaah NW setelah sekian lama terpisahkan selama 13

tahun berkonflik dan tidak saling bertemu. Banyak kalangan yang

berharap momentum tersebut akan menjadi titik islah perdamaian

antara kedua belah pihak demi persatuan umat di NTB, kalaupun

tidak hal tersebut dapat menjadi langkah awal dalam menggelora-

Mochammad Zia Ulhaq | 99

kan semangat fastabiqul khairat sebagaimana sering diungkapkan

Zainul Majdi.64

Banyak pendekatan yang dilakukan TGB Zainul Majdi dalam

hal islah, karena ini bagian dari janji politik TGB Zainul Majdi se-

lama kampanye untuk menyatukan NW, walaupun hasilnya belum

terlihat selama dua tahun kepemimpinannya sebagai gubernur. Ber-

bagai pendekatan dilakukan termasuk pendekatan kekeluargaan,

agama dan pendekatan politik untuk mencapai resolusi dan men-

dialogkan akar persoalan yang memicu konflik NW. Pendekatan

kekeluargaan misalnya belum mampu menggugah kesadaran para

aktor yang terlibat konflik untuk duduk bersama membicarakan

langkah dan strategi penyatuan kembali NW. Justru keluarga dija-

dikan sebagai pangkal dari persoalan NW, karena gagal melakukan

sharing kekuasaan khususnya di kalangan keturunan TGKH. Zai-

nuddin. Adanya pertemuan keluarga ini disosialisasikan dan dipub-

likasikan oleh berbagai media cetak dan elektronik.

Kubu NW Pancor membuat baliho besar yang berisi foto kelu-

arga TGKH. Zainuddin yang di pajang di depan lingkungan pesan-

tren NW Pancor. Bajang juga mengadakan pawai islah keliling dari

Lombok Timur hingga Mataram sebagai bagian dari sosialisasi

islah. Selain itu mereka juga mengundang keluarga NW Anjani dan

tokoh yang lain untuk melakukan hiziban dan zikir bersama di pe-

santren Pancor. Secara bergantian kubu Anjani juga mengundang

tokoh-tokoh NW Pancor berkunjung ke Anjani. Bersatunya kelu-

arga besar TGH. Zainuddin memiliki makna simbolik bahwa NW

telah bersatu karena akar persoalannya adalah konflik keluarga.65

Jika keluarga TGKH. Zainuddin bersatu kembali, maka para pen-

dukungnya secara otomatis akan mengikutinya, meskipun dalam

pertemuan itu mereka tidak membahas mekanisme islah organisasi.

64

Saipul Hamdi, Islah: Re-Negosisasi Islah, Konflik, dan Kekuasaan

Dalam Nahdhatul Wathan di Lombok Timur, Jurnal Politik Vol. 1, No. 1,

2011. 65

Saipul Hamdi, Reproduksi Konflik dan Kekuasaan dalam Organi-

sasi Nahdlatul Wathan (NW) di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.

Disertasi S3. Universitas Gadjah Mada. 2011.

100 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Islah tersebut tidak berjalan mulus karena kekalahan Gede

Sakti putri Hj. Siti Raihanun dari NW pancor sebagai calon bupati

Lombok Tengah yang sama-sama didukung oleh NW Pancor dan

Anjani, ini membuktikan adanya islah yang dilakukan dua kubu

tersebut, karena hanya kepentingan dan dukungan politik saja. Bu-

kan karena keinginan bersama untuk duduk memecahkan masalah

demi kepentingan umat. Islah atau rekonsiliasi merupakan salah

satu tahapan penting dalam proses resolusi konflik di tubuh NW.

Islah mengarah pada restorasi dan rekonstruksi struktur yang me-

ngalami kekacauan sosial tujuan islah adalah membangun kembali

kehidupan bersama. Karena proses islah atau rekonsiliasi bukanlah

sesuatu yang mudah untuk direalisasikan. Pada kasus-kasus terten-

tu terkadang islah juga mengalami keberhasilan dan terkadang juga

banyak mengalami kegagalan total. Setidaknya terdapat empat fak-

tor yang menyebabkan kegagalan islah di tubuh NW yaitu, (1) Fak-

tor kepentingan, (2) gengsi, (3) lemahnya budaya berdialog, dan

(4) faktor wasiat Maulana Syaikh. Faktor kepentingan telah meng-

hambat proses islah NW.66

Kepentingan disini tidak hanya kepentingan politik, akan teta-

pi ada juga kepentingan ekonomi, status, pengaruh dalam pengaku-

an sosial. Selain itu faktor gengsi juga menjadi penghambat proses

islah karena kedua kubu merasa lebih mampu memegang kepe-

mimpinan di tubuh NW. Budaya berdialog di lingkungan NW juga

menjadi faktor kendala islah karena para elit tidak pernah bertemu

dan berdialog untuk mencari titik temu masalah yang mereka

hadapi. Mereka hanya berani saling mengkritisi dibalik layar. Se-

mentara wasiat Maulana Syaikh yang memprediksi perpecahan NW

yang berlangsung 20 tahun telah diyakini kebenarannya sehingga

sebesar apapun usaha untuk islah tidak akan berhasil kecuali me-

nunggu apa yang dikatakan dalam wasiat tersebut. Jika dihitung

dari sejak konflik NW 1998 maka islah NW akan terwujud pada

66

Saipul Hamdani, Politik Islah : Re-negosiasi Islah, Konflik, dan

Kekuasaan dalam Nahdlatul Wathan di Lombok Timur, Jurnal Politik,

Vol. 1, No. 1, April 2011.

Mochammad Zia Ulhaq | 101

tahun 2018 yang lalu.

67

67

Saipul Hamdani, Politik Islah : Re-negosiasi Islah, Konflik, dan

Kekuasaan dalam Nahdlatul Wathan di Lombok Timur, Jurnal Politik,

Vol. 1, No. 1, April 2011.

102

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Retorika Dakwah dan Politik TGB Zainul Majdi

1. Retorika Dakwah TGB Zainul Majdi

TGB Zainul Majdi merupakan ulama yang cukup terkenal di

daerah Nusa Tenggara Barat cucu dari ulama kharismatik yang

sangat dihormati di NTB yang juga seorang pahlawan Nasional

beliau adalah TGKH. Zainuddin Abdul Majid. TGB Zainul Majdi

menjadi Gubernur pada usianya masih muda 36 tahun. Dengan

usianya yang masih sangat muda banyak prestasi-prestasi diraih-

nya. TGB Zainul Majdi saat ini juga menjabat sebagai ketua Orga-

nisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) menggantikan pen-

dahulunya Quraish Shihab secara aklamasi menunjuk TGB untuk

menerima amanah sebagai ketua OIAA Cabang Indonesia. Dida-

sarkan pada kapasitas keilmuannya, dan pengalamannya sebagai

Gubernur dengan prestasi yang baik selama menjabat. Dan juga

memiliki konsep pembangunan wisata Syariah yang mendapatkan

apresiasi dari masyarakat dunia internasional.1

TGB Zainul Majdi dinilai mampu membawa perubahan dan

kemajuan pembangunan di NTB. TGB Zainul Majdi sendiri me-

nganggap seorang pemimpin harus memiliki retorika yang baik dan

berorientasi pada amanu wa ‘amilus sholihati. Retorika suatu ide

dan konsep dalam menyampaikan suatu pesan dan juga penunjang

dari komunikasi, akan tetapi harus dibarengi dengan suatu penga-

malan karya yang nyata.2 Kesehariannya aktif dalam kegiatan

1 Republika.co.id, “TGB Sebagai Ketua Alumni Al-Azhar Cabang

Indonesia”, diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.republika.co.id/

berita/dunia-islam/islamnusantara/17/10/19/oy1zcu396-tgb-sebagai-

ketua-alumni-al-azhar-cabang-indonesia 2 Wawancara langsung dengan TGB Zainul Majdi pada tanggal 4

oktober 2019.

Mochammad Zia Ulhaq | 103

dakwah bahkan tidak terlihat perbedaan antara seorang politisi atau

seorang pendakwah karena kesehariannya yang penuh dengan

kegiatan dakwah cara berkomunikasinya sarat dengan nilai-nilai

dakwah.3 TGB Zainul Majdi menganggap kegiatan politiknya ada-

lah bagian dari kegiatan dakwah fastabiqul khairat, berpolitik

dalam arti mengatur tatanan masyarakat, menciptakan dan juga

menghadirkan suatu kebaikan untuk masyarakat dengan kapasitas-

nya sebagai seorang kepala daerah. TGB mampu menciptakan sua-

sana kerja kekeluargaan akrab juga mampu menciptakan terobo-

san-terobosan yang baik dalam kebijakannya.4 Karena pada dasar-

nya Islam melalui cara, bersikap seorang muslim sarat dengan

pesan damai, diantaranya terdiri dari tabligh (informasi), taghyir

(perubahan social), khairu ummah (keteladanan umat) dan mampu

mencerminkan akhlak yang terbaik dari setiap individu, dan mem-

bangun kepekaan sosial, dengan mempromosikan ajaran-ajaran

Islam yang relevan dengan nilai-nilai universal.5 Dalam menyam-

paikan pesan dakwah TGB Zainul Majdi mengulas berbagai ma-

cam pesan-pesan toleransi, moderasi Islam melalui kajian Tafsir

dan Hadist. Selain itu juga banyak membahas mengenai Islam dan

nasionalisme berpegang teguh pada ajaran Islam yang moderat,

pesan dakwahnya identik dengan moderasi Islam menurutnya:

“Mencintai negara atau hubbul wathan merupakan bagian

dari ajaran Islam. Negara Indonesia ini adalah karunia dari

Allah SWT dan cara mencintai karunia Allah SWT adalah

dengan menjaganya. Kebangsaan dan keislaman di Indone-

sia tidak dapat dipisahkan karena keduanya berjalan seiri-

ngan. Kebangsaan dan keislaman kita tidak dapat dipisah-

kan, semua pihak memiliki kewajiban menerangkan antara

keislaman dan kebangsaan tidak ada pertentangan. Islam

3 Wawancara Langsung dengan Tokoh Muda Mataram Badrut Ta-

mam Ahda, 3 Oktober 2019. 4 Wawancara Langsung dengan bapak Supriyadi seorang pejabat di

RS di Kota Mataram, 3 Oktober 2019. 5Andi Faisal Bakti, The Integration of Dakwah in Journalism: Peace

Journalism, Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 05, No. 01, Juni 2015.

104 | Retorika Dakwah dalam Politik...

tidak datang di ruang kosong, namun hadir dalam sejarah.

Kebenaran dalam sejarah itu kebenaran dari Allah SWT.

Cinta pada tanah air itu bagian dari naluri, tak mungkin ber-

tentangan dengan agama.”6

Namanya dikenal publik karena citra Islam-nya dan juga

prestasinya dalam membangun NTB. Dia seorang pejabat dan juga

seorang guru mengajarkan pemahaman Islam melalui retorika dak-

wah, melalui pengajian, kajian-kajiannya, atau seminar keagamaan

melalui pesan dakwah disampaikannya dengan rangkaian kata

menjadi sebuah retorika dakwah membuat isi pesannya mudah

dipahami oleh berbagai kalangan masyarakat. Dalam berpenampi-

lan juga TGB Zainul Majdi terbilang unik mengombinasikan antara

serban atau imamah dengan setelan jas. Menggabungkan antara

simbol Islam melalui imamah, serban yang dipakai di kepalanya

dengan jas. Menurutnya imamah atau serban adalah simbol Islam

yang juga banyak para tokoh para kyai di lingkungan kita mema-

kainya, itu bagian dari menghormati budaya lokal setempat teru-

tama ketika masuk di masjid-masjid atau duduk bersama tokoh

agama. Dan simbol jas menyelaraskan dengan kegiatannya sebagai

pejabat daerah yang tetap berdakwah di tempat-tempat selain mas-

jid. Hal ini termasuk dalam komunikasi non verbal aspek yang

sangat penting dalam penunjang seseorang pada saat juru dakwah,

karena seorang pendengar atau jamaah akan menilai dan menga-

mati seorang pembawa pesan bahkan sebelum dia berbicara. Para

pendengar sudah memiliki penilaian dan persepsi tersendiri terha-

dap seorang pembicara melalui penampilannya.7 TGB dalam hal

ini memperhatikan sikap dan cara berpakaian dalam setiap ceramah

didepan para jamaah. Terlihat pada video kajiannya pada menit

9.19 detik, pada kajian ma’rifatullah. Ini permohonan maaf TGB

6 Republika.co.id, “TGB: Jangan Benturkan Islam dan Nasionalis-

me”, diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.msn.com/id-id/berita/na

sional/tgb-jangan-benturkan-islam-dan-nasionalisme/ar-BBSs9gz#page=2 7 Halminton Gregory, Public Speaking For College and Career,

(New York: Random House), h. 285.

Mochammad Zia Ulhaq | 105

Zainul Majdi ditunjukkan kepada para jamaah ketika beliau belum

sempat berpenampilan rapi di hadapan para jamaah dengan me-

ngatakan:

“Mohon maaf bapak-bapak ibu-ibu biasanya saya berusaha

rapi, tapi malam ini saya dari subuh keluarnya jam 3 tadi,

belum sempat rapi-rapi dan langsung berjumpa dengan ba-

pak ibu-ibu mudah-mudahan tidak mengurangi rasa hormat

dan penghormatan saya kepada bapak ibu sekalian.”8

Retorika dakwah TGB Zainul Majdi pendeskripsian berdasar-

kan metode retorika dakwah. Komposisi struktur materi yang di-

sampaikan TGB Zainul Majdi melalui metode tiga metode retorika

dakwah yakni metode Hikmah, berupa pernyataan logis, faktual,

dan kebenaran mutlak dengan dalil dan penjelasan yang baik, dan

metode mauidzah hasanah berupa pesan melalui kisah-kisah meli-

puti para nabi dan sahabat yang mengandung makna dan pelajaran

di dalamnya. Dan dengan metode wajadilhum billati hiya ahsan

dengan cara berdiskusi dan berdebat dengan cara yang baik dalil-

dalil yang kuat.

a. Hikmah

Metode retorika dakwah TGB Zainul Majdi berdasarkan hik-

mah yakni mengajak bicara dengan ilmu dan lembut secara santun

mengajak para jamaah dengan dalil-dalil ilmiah yang memuaskan,

melalui bukti-bukti logika yang cemerlang. Dengan semua itu di-

maksudkan untuk mengikis keraguan dengan argumentasi dan pen-

jelasan yang baik, menolak hal-hal yang syubhat dan mengalihkan

kepada hal yang jelas, tegas, dan mudah dipahami. Segala perkata-

an atau ungkapan yang mengandung kebenaran yang dapat diang-

8 Youtube.com, Penuh Hikmah, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid Da-

ruttauhid Bandung, diakses tanggal 26 September 2019 dari https://www.

youtube.com/watch?v=zptVJUYGCnU

106 | Retorika Dakwah dalam Politik...

gap baik oleh akal atau rasio, indah dalam penyampaian diterima

oleh pendengar dan dianggap benar oleh iman.

Pertama pada menit ke 19.10 detik ditemukan pernyataan

TGB Zainul Majdi melalui kajian di Mesjid Daruttauhid Bandung

dengan tema kajian ma’rifatullah. TGB Zainul menjelaskan ten-

tang ilmu sejarah nabi yang mengingatkan akan pentingnya persa-

tuan dan kesatuan umat, agar umat Islam menjadi umat yang kuat

dalam membangun agama dan bangsa. Dengan penjelasan melalui

argumen dan dalil yang relevan dipadukan dengan pelajaran dari

kisah Nabi Muhammad SAW TGB Zainul Majdi Mengatakan:

“Potret manusia dalam hal individu maka manusia dalam Al-

quran itu penuh dengan kelemahan dan keterbatasan, potret

seperti ini bapak-bapak ibu-ibu cepat atau lambat itu akan

bergeser, ketika bergeser manusia dari sendiri-sendiri menjadi

bersama-sama maka timbullah panggilan Allah dalam keber-

samaan dengan panggilan ya Ayyuhannas mulailah kita timbul

aura kekuatan, kebersamaan, dan persatuan, ketika satu itu

menjadi kebersamaan, dan individu menjadi kolektif, maka

mulai terasa ada suatu kekuatan yang besar. Sesuatu yang ko-

lektif itu kemudian mencapai suatu puncaknya menjadi betul-

betul kekuatan yang luar biasa, pada masa dulu Nabi Muham-

mad mengubah peradaban dunia ketika Ya Ayyuhannas hai

manusia, menjadi Ya ayyuhalladzina amanu. Wahai orang-

orang yang beriman. Dan pada akhirnya Allah menyebutkan

hambanya dengan Kuntum Khaira Umah, kita adalah umat

yang terbaik yang allah pernah lahirkan di muka bumi ini

untuk menjadi orang yang terus menegakkan amar ma’ruf

nahi munkar.”9

Kedua, Metode bil hikmah juga tertuang dalam acara talk show

yang disiarkan media Televisi Berita Satu pada tanggal 13 Juli

2018 dengan Tajuk Special “Interview with Gubernur NTB TGB

9 Youtube.com, Penuh Hikmah, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid Da-

ruttauhid Bandung, diakses 26 September 2019 dari https://www.you

tube.com/watch?v=zptVJUYGCnU

Mochammad Zia Ulhaq | 107

Zainul Majdi: Manuver Tuan Guru Bajang.” Dalam acara itu TGB

Zainul Majdi menyebutkan, bahwa ia disebut Tuan Guru Bajang,

yang memiliki makna dan amanah yang berarti suatu sebutan untuk

tokoh agama yang harus konsisten memberikan bimbingan dan

mengajar kepada masyarakat atau umat. Salah satu perkataan yang

menunjukkan retorika bil hikmah pada TGB Zainul Majdi saat

beliau mengatakan:

“Mainstream Islam di Indonesia ini harus selalu moderasi

Islam, atau Islam jalan tengah. Jadi bukan Islam yang ekstrem.

Moderasi Islam yang Islam moderat itulah yang selama ini

menjadi mainstream pemikiran Islam. Dan itulah salah satu

batu penjuru kita dalam ber-Indonesia. Karena dengan demiki-

an, maka interaksi sosial kita baik, internal umat Islam mau-

pun dengan umat-umat yang lain itu bisa berjalan dengan baik.

Nah, ke depannya tentu Saya berusaha untuk terus mengo-

kohkan konsep moderasi Islam ini secara kongkrit dan real di

masyarakat.”10

TGB Zainul Majdi dalam berdakwah mengajak untuk kebai-

kan dengan argumentasi-argumentasi logis dan kuat sehingga

pemikiran-pemikiran penerima dakwah akan menerima logika dari

retorika dakwah yang disampaikan. Ketiga, yang menunjukkan de-

ngan retorika bil hikmah dengan menyampaikan pengajaran ten-

tang sikap toleransi Islam terhadap agama-agama lain dengan

penjelasan yang logis dan santun di hadapan para santri ketika

safari dakwah, ditemukan pada menit ke 1.07 detik TGB Zainul

Majdi mengatakan:

“Allah melarang kita memaki sembahan orang lain. Hal-hal

yang dimuliakan dalam agama lain, simbol-simbol yang dimu-

liakan dalam agama mereka. Karena itu bisa jadi jalan berba-

10

Youtube.com, “Berita Satu, Special Interview With Gubernur NTB

M. Zainul Majdi Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 September

2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=snsVIl5lCkQ&t=895s

108 | Retorika Dakwah dalam Politik...

lik memaki Allah. Memaki agama kita. Karena itu para santri

ingat ya. Para ulama menyampaikan hakikat dakwah itu ada-

lah menampakkan keindahan-keindahan dan kemuliaan-kemu-

liaan dalam Islam.”11

Pernyataan tersebut merupakan argumentasi penjelasan beliau

dengan berlandaskan pengajaran ulama-ulama terdahulu mengajar-

kan makna toleransi dalam beragama di junjung tinggi dalam Islam

dengan melarang memaki simbol agama lain. Anjuran tersebut me-

ngajak para jamaah untuk berfikir sehingga mengubah pikiran yang

ekstrem dari menghina simbol agama lain, menjadi tidak melaku-

kan tindakan tersebut.

b. Mau’izhah Hasanah

Retorika dakwah TGB Zainul Majdi berdasarkan metode

mau’izhah hasanah yakni mengajak berbicara dengan hati dan

perasaan dengan cerita ataupun kisah yang penuh dengan pelajaran

di dalamnya, agar audiens atau jamaah menyadari dan tergerak

untuk bertindak dalam kebaikan. Pertama ditemukan ceramah

TGB Zainul Majdi yang tergolong dalam retorika dakwah metode

mau’izhah hasanah ketika sedang acara live kajian bulanan pada

tanggal 1 Juni 2018, di Mesjid Hubbul Wathan di kawasan Islamic

Center NTB dengan tema pembahasan “Tafsir Qs. Al-Baqarah

ayat 61.” Pada menit ke 5.48 detik yang dalam kajiannya menje-

laskan tentang banyaknya pelajaran yang perlu diambil dari kisah

Nabi Musa AS melalui surat Al-Baqarah ayat 61, tentang tauhid,

syariat, nilai-nilai persatuan dan kebangsaan dan lain sebagainya.

TGB menyampaikan ceramah dengan suara yang lembut, santun

penuh dengan pemaknaan dari ayat demi ayatnya sehingga para

jamaah menyimaknya dengan saksama dia mengatakan:

11

Youtube.com, “Larangan Melecehkan Agama Orang Lain”, diak-

ses 26 September 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=_omEfk

RGSEg&t=9s

Mochammad Zia Ulhaq | 109

“Alquran Allah SWT diturunkan untuk menjadi petunjuk atas

apa yang terjadi untuk menyikapi keadaan kita, maka keselu-

ruhan di dalam Alquran adalah hikmah untuk pembelajaran

kita semua, bapak-bapak ibu-ibu hadirin sekalian walaupun

tidak ada surah dengan surah Musa, tetapi nabi yang paling

banyak sekali dibahas dari perjalanan dakwahnya, perjalanan

hidupnya, bahkan kisahnya ketika masih kecil romantika keti-

ka dari beliau lahir, dan terpaksa dihanyutkan di Sungai Nil

untuk menghindari ancaman dari perangkat Fir’aun pada wak-

tu itu. Itu adalah Nabi Musa AS tidak ada tentang surah Musa,

tapi kisahnya Allah taruh di banyak sekali di surah-surah di

dalam Alquran. Salah satunya di surah Al-Baqarah yang saat

ini kita bahas kenapa, karena memang kisah Nabi Musa dan

Bani Israil ini penuh dengan pelajaran tentang kehidupan,

pelajaran tauhidnya ada, pelajaran syariatnya ada, pelajaran

akhlaknya ada, pelajaran membangun bangsanya juga ada, pe-

lajaran membangun masyarakatnya juga ada, pelajaran kesa-

barannya juga ada, pelajaran kesyukurannya juga ada. Nah

kita masih berada di tengah pembahasan, masih dalam rang-

kaian Wadzkuru ni’matiyalathi an’amtu alaikum. Jadi ini kon-

teknya masih menyebutkan tentang rangkaian nikmat Allah

kepada bani Israil yang Allah ingatkan melalui lidah Nabi

Musa. Sebelumnya sudah kita baca bapak-bapak ibu-ibu dan

saudara-saudara sekalian bagaimana Bani Israil diselamatkan

bagaimana Bani Israil setelah dosa-dosa yang berlipat-lipat

tapi dimaafkan diberikan ampunan oleh Allah. Nah di sini ada

fragmen atau ulasan tentang karunia Allah kepada Bani

Israil.”12

Lalu beliau membacakan, surat Al-Baqarah ayat 61:

12

Youtube.com, “Live Kajian Tafsir Qs Al-Baqarah Ayat 61 Islamic

Center NTB”, diakses 20 September 2019 dari https://www.youtube.com/

watch?v=bnwXLG18ULo

110 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Hal di atas sesuai dengan pandangan masyarakat terhadap so-

sok TGB yang orang yang memiliki ilmu dan diamalkan pada

jamaahnya dengan penyampaian yang baik, dengan dalil yang jelas

dan tertata, dan isi ceramahnya penuh dengan kisah-kisah yang

penuh dengan hikmah dan kebaikan.13

Kedua retorika dengan metode mau’izhah hasanah juga di

temukan dalam Siaran Jak TV dalam acara Tokoh Kita yang berta-

juk “TGB Persaudaraan Kunci Utama Pembangunan di NTB.”

Yang dipublikasikan tanggal 27 Apr 2018, ditemukan pada menit

ke 5.06 detik. ketika TGB Zainul Majdi menunjukkan sikap mela-

lui metode mau’izhah hasanah dengan cara menggerakkan dan me-

ngajak hati perasaan para siswa untuk dapat terus belajar mengha-

fal Alquran dengan memuji akan keberhasilan siswa, yang telah

mampu menghafal beberapa juz Alqur’an dan mendokannya de-

ngan mengatakan:

“Kita bacakan surat Al-Fatihah untuk semua anak-anak kita

yang belajar di tempat ini, semoga dimudahkan oleh Allah

SWT, menghafalnya, memahaminya dan Insya Allah menjadi

13

Wawancara dengan Bapak Nurjali Jamaah Rutin Pengajian di

Mesjid Hubbul Wathan NTB. 3 Oktober 2019.

Mochammad Zia Ulhaq | 111

insan-insan Qur’an yang hebat dan mulia, Insya Allah. Al-

Fatihah.” 14

Hal seperti itu menunjukkan bahwa TGB sedang berbicara

kepada hati dan perasaan siswa-siswa tersebut sehingga tergugah

emosionalnya untuk melakukan hal-hal kebaikan yang dipesankan.

Dalam kesibukannya menjadi seorang pemimpin daerah TGB Zai-

nul Majdi juga selalu menyempatkan diri untuk berinteraksi de-

ngan masyarakat melalui pengajian sekali dalam seminggu. Mela-

lui kajian tafsir kajiannya di masjid Hubbul Wathan di kawasan

Islamic NTB, dengan respon masyarakat yang begitu antusias untuk

mengikuti kajiannya. Tema dan pembahasannya menarik penuh

dengan makna dan juga sangat relevan dengan kehidupan masyara-

kat di NTB. Penyampaiannya yang lembut, dan menyentuh hati

para jamaah, dengan cerita-cerita yang menarik dan penuh dengan

pesan-pesan yang mampu menggerakkan hati para jamaah untuk

mengajak masyarakat hidup ke arah yang lebih baik.15

Ketiga, retorika dakwah tergolong dalam metode mau’izhah

hasanah juga ditemukan detik 0.40, ketika TGB menjelaskan ten-

tang cara bersikap dan adab ketika menjadi seorang imam dalam

shalat di depan para jamaah persaudaraan 212 pada 12 November

2018. Beliau menjelaskan kepada jamaah melalui kisah-kisah para

sahabat dengan menjelaskan hadist Rasulullah SAW. Agar para

jamaah mengetahui dan tergambarkan situasi dan kondisi dengan

saat ini beliau mengatakan:

“Jika kalian menjadi imam bagi masyarakat secara umum ha-

rus menggunakan surah-surah yang pendek, jangan karena ha-

fidz banyak hafalan Qur’an datang ke masjid dengan memba-

ca surah Al-Baqarah. Ini pernah kejadian ketika zaman Rasu-

14

Youtube.com. “Jak TV TGB Persaudaraan Kunci Utama Pem-

bangunan di NTB”, diakses 20 September 2019 dari https://www.you

tube.com/watch?v=Ff0QIJzbTfg 15

Wawancara Langsung dengan Bapak Abdullah Jamaah Rutin Pe-

ngajian di Mesjid Hunnul Wathan.

112 | Retorika Dakwah dalam Politik...

lullah Saw, jadi pernah zaman Nabi ada seseorang datang

untuk shalat Subuh begitu shalat Subuh imamnya panjang

sekali membaca surahnya, akhirnya besoknya dia shalat Su-

buh tapi tidak di awal waktu. Dia menunggu imam dari

rumahnya dia mengintai, dari mulai adzan, iqamat, fatihah,

sampai baca Al-Baqarah masih 1 juz, kira-kira sudah dekat

dengan rukuk baru dia datang. Begitu datang terus langsung

diomongin sama teman yang lainnya, begitu diberi tahu dia

langsung bergegas menemui Rasulullah. Dia sampaikan kepa-

da Nabi, wahai Rasulullah saya itu bukan malas wahai rasul

saya ini rajin cuman imamnya kelewatan, masa Al-Baqarah

dibaca shalat Subuh, sedangkan kami ini banyak kebutuhan.

Kemudian Nabi marah luar biasa, kemudian Nabi khotbah di

masjid, apa kata Nabi, “Cara kalian menyajikan Islam, buat

orang lain bukan cinta Islam, tapi malah jadi menjauh.” Ini

adalah peringatan Rasul untuk kita. Makanya kalau jadi imam

shalat jangan panjang-panjang ayatnya kecuali masjid yang

memang orang sudah tahu yang memang imamnya selalu

membaca bacaan yang panjang, sudah tahu di sana setiap sha-

lat 1 juz. Tapi kalau masjid yang biasa yang umum maka

gunakan surah yang pendek panjang-panjang, ini bagian dari

akhlak yang diajarkan Nabi Muhammad Shalallahualaihi

wasalam”.16

c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan

Retorika dakwah TGB Zainul Majdi berdasarkan mujadalah

billati hiya ahsan yakni dengan cara bertukar pendapat, ataupun

diskusi yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak

melahirkan permusuhan dengan tujuan berargumen agar lawan me-

nerima pendapat yang diajukan, dengan memberikan argumentasi

dan bukti yang kuat. Antara satu dengan lainnya saling menghargai

dan menghormati pendapat keduanya. Pertama, retorika dakwah

16

Youtube.com, “TGB Jangan Buat Orang Lain Lari dari Islam ka-

rena Salah Menyajikannya”, diakses 20 September 2019 dari https://

www.youtube.com/watch?v=j4Xk8KZhI4g

Mochammad Zia Ulhaq | 113

TGB Zainul Majdi berdasarkan metode mujadalah billati hiya

ahsan dapat ditemukan pada acara QNA di Metro TV dengan tema

Tanya Tuan Guru pada 30 oktober 2018. Pada menit 3.49 detik ada

pertanyaan dari seorang jurnalis senior Abdul Kohar, dia membe-

rikan pertanyaan yang sifatnya argumentasi yang berkaitan dengan

indikasi keterlibatan TGB Zainul Majdi dalam kasus gratifikasi

investasi Newmont, Abdul Kohar selaku panelis mengatakan:

“Ketika Tuan Guru mensomasikan beberapa laporan dari

media, itu pasti sudah ada rekam jejaknya jadi laporan media

itu dihasilkan atas dasar yang jelas dengan adanya suatu

verifikasi. Apakah Tuan Guru tidak percaya bahwa majalah

yang bersangkutan itu sudah melakukan proses verifikasi

yang panjang mengenai aliran rekening ke Tuan Guru dan

juga beberapa diantaranya cocok dengan Tuan Guru terha-

dap faktanya memang itu seperti apa ?.”

TGB Zainul Majdi menjawab pada menit ke 4.23 detik dengan

nada yang santai, dengan argumen dan alasan yang logis beliau

menjawab:

“Saya sangat menghormati pers selama perhikmatan saya di

ranah publik 4 tahun di DPR, 10 tahun menjadi Gubernur,

Insya Allah saya tidak menyakiti pers, akan tetapi jika ada

hal-hal yang mencoba untuk memframing saya dengan hal

yang tidak baik. Saya anda, kan kita ini manusia punya

kehormatan yang harus kita jaga, kalau saya sebagai seorang

muslim itu salah satu dari maqasid syariah hal-hal yang

amat penting dalam kehidupan, itu adalah hifdu ‘irdhi yaitu

memelihara sesuatu kehormatan. Jadi saya jaga kehormatan

itu dan saya tidak mau kalau integritas kehormatan yang

mana itu adalah modal utama saya selama ini saya berkiprah

di ranah publik kemudian dirusak begitu saja.”17

17

Youtube.com, “Q&A: Metro TV Tanya Tuan Guru”, diakses 20

September 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=VzqBOjJIPB

Q&t=86s

114 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Pernyataan TGB dari pernyataan di atas memiliki suatu argu-

men diantaranya. Pertama selama pengabdiannya di ranah publik

sangat menghormati kebebasan pers. Jadi TGB tidak sepakat de-

ngan tuduhan yang tidak baik terhadapnya, mengenai isu investasi

Newmont. Argumen Kedua, kewajiban TGB Zainul Majdi sebagai

muslim melalui maqasid syariah diantaranya hifdu ‘irdhi kewaji-

ban seorang muslim menjaga kehormatannya dan integritasnya

dirusak dengan isu tersebut.

Kedua, ditemukan pada acara talk show yang disiarkan di

Berita Satu pada tanggal 13 Juli 2018 dengan tajuk Spesial “Inter-

view with Gubernur NTB M. Zainul Majdi: Manuver Tuan Guru

Bajang.” Dipandu oleh host Claudius Boekan selaku wartawan

senior. Pada menit ke 16.06 detik dalam acara itu TGB Zainul Maj-

di menyebutkan bahwa:

“Banyak tokoh nasionalis tapi juga punya perhatian terhadap

Islam tertarik dengan diskursus Islam. Kalau kita kembali

kepada sejarah ya Bung Clau, katakanlah tokoh yang paling

fenomenal untuk nasionalisme di Indonesia Bung karno.

Kita tahu Bung Karno ketertarikannya kepada Islam, ada

diskusi Beliau yang dibukukan, ya antara beliau dengan A.

Hasan pendiri Persis yang ada di Bandung, bagaimana beli-

au mencoba melihat Islam harus jadi api di Indonesia. Kita

ambil api Islam itu. Jadi saya pikir walaupun Islam itu ada

katakanlah kelompok nasionalis, kelompok agama atau Isla-

mis, tetapi tetap saja harus ada perjumpaan-perjumpaan dan

pertemuan saling bersilaturahmi agar saling menguatkan

persaudaraan kita sebagai bangsa. seperti yang dicontohkan

oleh founding-founding founders kita.”18

Perkataan di atas menunjukkan suatu narasi retorika mujada-

lah billati hiya ahsan, dengan cara bertukar pendapat yang dilaku-

18

Berita Satu, Special Interview with Gubernur NTB M. Zainul Maj-

di: Manuver Tuan Guru Bajang. diakses 20 September 2019.

Mochammad Zia Ulhaq | 115

kan dua pihak secara sinergis dengan cara yang baik, atau suatu

upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan

cara menyajikan suatu argumentasi dan bukti yang kuat. TGB

memberikan suatu argumen bahwa ia berharap adanya suatu per-

jumpaan-perjumpaan antar para tokoh yang ada di Indonesia untuk

menciptakan suasana yang akrab dimana antara satu dengan lain-

nya saling menghargai dan menghormati dalam kehidupan berne-

gara dan beragama. Ketiga, retorika dengan menggunakan metode

mujadalah billati hiya ahsan pada TGB Zainul Majdi juga terlihat

masih dalam wawancara yang sama. Claudius Boekan selaku host

mengatakan, “Saat ini Jokowi berada pada posisi yang berat karena

saat ini agama dijadikan alat politik banyak aliran radikal saat ini

bagaimana TGB menyikapinya?.” Pada menit ke 17.02 detik TGB

Zainul Majdi Menjawab:

“Ya jadi Bung Clau, memang radikalitas itu kan banyak fak-

tornya. Menurut saya, mungkin di semua agama juga ada radi-

kalitas ya ada radikalisme dengan kadar yang berbeda. Yang

pertama adanya kesalahan dalam menafsirkan teks jadi teks-

teks itu dicabut dari konteksnya, misalnya ayat-ayat perang itu

digunakan dalam keadaan atau konteks damai itu misalnya, itu

tidak boleh seperti itu. Karena itu berarti mencabut ayat-ayat

itu dari konteksnya sehingga akhirnya pesan yang sampai

bukan pesan yang tepat. Bukan kedamaian tetapi justru bisa

keresahan bahkan permusuhan. Nah, kalau radikalitas itu dise-

babkan karena ketimpangan ekonomi tentu perlu kebijakan

ekonomi yang lebih berkeadilan. Nah Saya pikir radikalisme

harus didiagnosis berdasarkan faktor-faktor yang ada. Lalu

dicari jalanya sesuai dengan jalan keluarnya sesuai dengan fak-

tor-faktor yang ada.”19

Dengan adanya suatu pertanyaan dari host tersebut TGB Zai-

nul Majdi menjawabnya dengan alasan dan dalil yang logis, per-

nyataan TGB dari narasi di atas memiliki suatu maksud yang ingin

19

Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 Agustus

2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=snsVIl5lCkQ&t=887s

116 | Retorika Dakwah dalam Politik...

disampaikan. Pertama, ayat perang tidak boleh digunakan dalam

keadaan negara yang damai atau dalam konteks politik. Kedua,

radikalitas itu disebabkan karena ketimpangan ekonomi tentu perlu

kebijakan ekonomi yang lebih berkeadilan. Metode melalui muja-

dalah billati hiya ahsan pada TGB Zainul Majdi juga diterapkan

bagaimana dia berbeda pendapat dengan Amien Rais tentang hida-

yah. Pada menit ke 19.56 detik dengan mengatakan:

“Saya berhudzon saja bahwa yang dimaksud bapak Amien Rais

disitu bukan saya dalam doa beliau itu, yang perlu didoakan dan

mendapat hidayah yang dimana keputusannya politiknya itu ber-

tentangan dengan hidayah. Bahwa pilihan politik kepada siapa-

pun calon untuk Indonesia itu tidak berkaitan dengan keimanan,

karena most properly kemungkinan besar calon-calon presiden

juga muslim semuanya. Kedua, terlalu berlebihan kontestasi poli-

tik itu dibawa kepada akidah karena politik di dalam mainstream

pemikiran Islam itu bagian dari fiqih, bukan bagian dari aqidah.

Kemudian dikatakan lagi bahwa kontestasi politik 2019 itu bukan

perang antara hak dan bathil antara qufur dengan iman, tetapi

kontestasi gagasan. Berlomba dalam kebajikan Fastabiqul Khai-

rat.”20

Dari pernyataan tersebut TGB menyampaikan bantahannya

kepada Amien rais yang mengatakan bahwa “Ada tokoh yang me-

mbingungkan dan meminta untuk didoakan semoga mendapatkan

hidayah.” Amien rais menganggap TGB seorang tokoh yang mem-

bingungkan yang berpindah tempat, sehingga keluar dari hidayah

Allah. TGB menjawabnya dengan narasi mujadalah billati hiya

Ahsan di atas, menyampaikan pendapat dengan cara yang baik de-

ngan argumen yang logis. Yang memiliki makna, pertama mena-

namkan sikap Husnudzhon kepada pernyataan Amien Rais. Kedua

bahwa pilihan politik kepada siapapun calon untuk Indonesia itu

20

Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 Agustus

2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=snsVIl5lCkQ&t=887s

Mochammad Zia Ulhaq | 117

tidak berkaitan dengan keimanan seseorang, ketiga pemikiran

Islam itu bagian dari fiqih, bukan bagian dari aqidah dan kontestasi

politik 2019 itu gagasan berlomba-lomba dalam kebaikan Fastabi-

qul Khairat.

Keempat, di tempat lain ditemukan juga Retorika dengan me-

tode mujadalah billati hiya ahsan, pada acara Mata Najwa di Trans

7 dengan tema pembahasan “Indonesia Rumah Kita: Para Guber-

nur Dua Periode.” Najwa Syihab selaku host memandu acara

dengan banyak tanya jawab dan berdiskusi mengenai pengalaman

2 periode menjadi Gubernur suka dan dukanya, dan bagaimana

tanggapan para Gubernur 2 periode ini tentang kepemimpinan

Jokowi dan SBY. Ada pertanyaan yang dilayangkan kepada TGB

Zainul Majdi. Najwa mengatakan, “Kalau Tuan Guru, apakah tidak

enaknya ketika menjadi Gubernur?.” Pada menit ke 14.15. TGB

menjawab:

“Bismillahirahmanirahim dalam menjabat sebagai kepala

daerah bukan tidak enak, tapi kalau ada masyarakat yang

orang tuanya ingin menjadikan anaknya ingin menjadi polisi

dan TNI supaya langsung ingin diterima di Akmil (akademi

militer) dan Akpol (akademi polisi) itu nunggu Gubernur

dari siang sampai malam, masyarakat mengira Gubernur bisa

menuntaskan semua masalah, mungkin di pikiran mereka

Gubernur seperti khalifah raja zaman dulu yang bisa menun-

taskan semua masalah, itu mungkin bagian tidak enaknya.

Antara Pak Jokowi dan Pak SBY menurut saya tiap pemim-

pin memiliki gaya masing-masing, saling melengkapi mung-

kin ada tradisi baik di negara barat seperti, memanggil pe-

mimpinnya tidak pernah menyebutkan dengan kata mantan,

mantan Presiden tapi dengan sebutan Master President. Saya

kira ini tradisi yang baik untuk itu juga harus kita lembaga-

kan semua pemimpin yang pernah memimpin adalah pe-

118 | Retorika Dakwah dalam Politik...

mimpin-pemimpin kita semua dengan gayanya masing-ma-

sing saling melengkapi.”21

Pernyataannya identik dengan citra seorang tokoh agama di-

mulai dengan kalimat Assalamulaikum dengan penjelasan logis,

yang identik dengan narasi dakwah. menyebutkan kata “khalifah”

seorang pemimpin umat pada masa sahabat. TGB menganologikan

cara kepemimpinan seorang Gubernur saat ini bukan seperti kepe-

mimpinan raja-raja atau khalifah seperti dulu yang memiliki kekua-

saan yang luas, yang mampu menuntaskan berbagai permasalahan

umat. TGB Zainul Majdi juga mengajak supaya kita tetap bisa

menghormati pemimpin-pemimpin terdahulu tanpa harus memang-

gil pemimpin dengan sebutan “mantan”. Dengan memberikan con-

toh dari dunia barat.

Dalam metode mujadalah billati hiya ahsan, TGB Zainul

Majdi mampu menerapkan suatu diskusi dan tanya jawab dengan

cara yang baik dan benar, terutama dalam hal pesan-pesan dakwah.

Akan tetapi kekurangannya menurut penulis dalam tahapan muja-

dalah billati hiya ahsan. Dari beberapa pengamatan melalui video-

video TGB Zainul Majdi belum pernah terlihat berdebat langsung

dengan nonmuslim yang berkaitan dengan Ud'u ilā sabīli rabbika

“ajaklah pada jalan Allah”. Karena dia seorang tokoh agama

seyogyanya perlu seorang tokoh agama menjelaskan konsep tauhid

sebenarnya kepada nonmuslim, dahulu Rasulullah menjelaskan

konsep kebenaran Allah secara terang-terangan kepada para raja

dan kafir Quraish, ini seharusnya yang diikuti oleh TGB Zainul

Majdi. Walaupun dia juga seorang pejabat yang hanya menyam-

paikan narasinya yang cenderung mengajak nonmuslim untuk hidup

tenteram, saling berdampingan, tapi TGB bukan hanya seorang

Gubernur tapi dia juga seorang ulama yang fasih dan paham ten-

tang konsep ajaran Islam yang harus disampaikan secara terang

kepada mereka yang tidak mengerti “fainnahum la ya'lamun”.

21

Mata Najwa, “Indonesia Rumah Kita: Para Gubernur Dua Perio-

de”, diakses 20 September 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=

L54GVeQO7x4

Mochammad Zia Ulhaq | 119

Dikatakan TGB melalui pernyataannya dalam acara dialog antar

agama dipublikasikan 14 maret 2018 di Timika Papua.

“Pertama kita harus ikhlas dalam keberagaman, sehingga

tidak ada lagi mempertanyakan, meributkan, karena kita

sudah ikhlas, inilah takdir kita. Kedua keluar ke ruang

publik mencari titik persamaan dan titik persamaan itu

sangat banyak…..jangan kita meributkan satu identitas

yang berbeda sedangkan masing banyak sekali persamaan-

persamaan yang lain.”22

2. Tipologi Retorika Politik TGB Zainul Majdi

Retorika politik adalah suatu penyampaian pesan komunikasi

yang berkaitan dengan penyampaian suatu harapan, gagasan, yang

berhubungan dengan orang banyak dan juga berkaitan dengan ke-

pentingan dan kekuasaan golongan atau kelompok melalui media

komunikasi dengan gaya bahasa yang baik dan menarik. Erat kai-

tannya dengan suatu kekuasaan untuk mempengaruhi, dengan jalan

mengubah, atau mempertahankan sesuatu ataupun suatu macam

bentuk yang berkaitan dengan susunan masyarakat melalui suatu

komunikasi.23

TGB Zainul Majdi aktif dalam ranah politik praktis

perjalanan politiknya dimulainya dari Partai Bulan Bintang, Partai

Demokrat sampai saat ini menjadi kader partai Golongan Karya.

Dalam pengklasifikasian tipe dari retorika politik TGB Zainul Maj-

di menurut tipologi Aristoteles mengidentifikasi tiga cara yakni

retorika deliberatif, retorika forensik dan retorika demonstratif.24

Uraian hasil penelitian tentang retorika politik TGB Zainul Majdi

diuraikan sebagai berikut.

22

Youtube.com, “TGB Dialog Lintas Agama”, diakses 20 Septem-

ber 2019 dari, https://www.youtube.com/watch?v=8a5ha4ScWHo 23

Deliar Noer, Pengantar ke Pemikiran Politik, Jakarta: Rajawali

Press, 1983, h. 94-95 24

Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Me-

dia (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), cet. 1, h. 142-143.

120 | Retorika Dakwah dalam Politik...

a. Retorika Politik Deliberatif

TGB Zainul Majdi mempraktekkan retorika politik deliberatif

dalam komunikasinya dengan mempengaruhi dan meyakinkan

orang-orang yang berkaitan dengan suatu kebijakan-kebijakan pe-

merintahan dan mampu menjelaskan dan menggambarkan keuntu-

ngan dan kerugian secara relatif yang mengandung suatu alternatif

yang memiliki konsep untuk masa yang akan datang. Fokusnya ter-

hadap apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Jadi, retori-

ka deliberatif menciptakan suatu narasi yang bersifat harapan

untuk masa depan. Retorika TGB Zainul Majdi dengan karakteris-

tik seperti ini dapat ditemukan dalam sesi wawancara TGB dengan

tema “Tokoh Kita” Jak TV 5 Oktober 2017. Pada menit ke 7.04

detik, ia menyatakan bahwa harus terus mengokohkan fasilitas

sosial, wisata, dan hidup dalam keragaman dalam persaudaraan

yang kuat di NTB, itu salah satu kunci yang utamanya TGB me-

ngatakan:

“Bahwa masih banyak potensi-potensi dalam hal ekonomi

NTB yang sekarang ini masih dalam tahap awal untuk pe-

ngembangannya. Untuk ikut membangun wisata cultural

tourisme. Gunung Rinjani sebentar lagi akan menjadi Global

Geopark Tambora menjadi national Geopark, dan itu mem-

butuhkan komitmen untuk ke depannya. Jadi itu harus dijaga

terus momentum untuk kita membangun NTB.” 25

Pernyataan TGB tersebut kuat dengan narasi-narasi kebijakan

dan konsep tentang masa depan tentunya bertujuan mempengaruhi

orang-orang yang bermasalah dengan kebijakan-kebijakan dan

penjelasan mengenai kinerja dan kebijakan pemerintah atau struc-

tural, dalam hal ini TGB menjelaskan mengenai konsep pariwisata

untuk masa depan NTB dengan menggambarkan keuntungan yang

25

Jak Tv, TGB: Persaudaraan Kunci Utama Pembangunan di NTB ,

diakses 27 April 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=Ff0QIJzb

Tfg&t=402s

Mochammad Zia Ulhaq | 121

akan didapat provinsi NTB dari kebijakan pemerintah terhadap

daerah yang dipimpinnya. Maksud dari pernyataan tersebut melalui

teori retorika deliberatif TGB Zainul Majdi menyatakan suatu tu-

juan bahwa, menginformasikan bahwa masih banyak potensi-po-

tensi ekonomi melalui pariwisata yang ada di NTB dan itu akan

dikembangkan sebagai prioritas pembangunan ekonomi di NTB.

Retorika politik deliberatif bersifat narasi suatu harapan dan

rancangan yang baru akan dilakukan (harapan), yang belum terjadi

pada saat ini.

b. Retorika Politik Forensik

TGB Zainul Majdi juga menjalankan retorika politik forensik

yaitu menunjukkan suatu kebenaran pada masa lalu dengan me-

landaskan pada argumentasi dengan bukti-bukti yang otentik. Salah

satu narasi retorika politik forensik yang dilakukan adalah dengan

menyebutkan keberhasilan TGB Zainul Majdi dalam menjalankan

pembangunan versi Bapak Jokowi dalam skala global maupun

dalam lingkup provinsi Nusa Tenggara Barat. TGB mengatakan

apresiasi secara pribadi termasuk mengatasnamakan masyarakat di

NTB terhadap program-program pembangunan yang beliau laksa-

nakan sebagai bagian dari program strategis nasional. Hal lain yang

dapat ditemukan adalah dalam sesi wawancara di Kompas TV 16

Oktober 2018 dalam acara “SATU MEJA Manuver TGB Akal Se-

hat Atau Siasat?”. Pada menit ke 11.14 detik dengan mengatakan:

“Sejak 2016 akhir awal 2017 saya sudah menyampaikan

endorsmen apresiasi secara pribadi karena beliau (Jokowi)

sering sekali engagement (keterikatan) secara detail khusus-

nya untuk pembangunan di NTB. Saya melihat ada konsis-

tensi secara terus menerus berupaya untuk menghadirkan

pembangunan di sudut Indonesia termasuk di NTB.”26

26

Youtube.com, “SATU MEJA Manuver TGB Akal Sehat Atau Sia-

sat?” diakses 27 April 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=4k_

mEUJ5y90&t=274s

122 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Pernyataan beliau tersebut menunjukkan retorika forensik

yakni berfokus menjelaskan pada apa yang terjadi pada masa lalu

untuk menunjukkan suatu kebenaran pada saat ini dengan adanya

argumen dan suatu pertanggung jawaban dari pernyataan tersebut.

Adapun maksud dan tujuan TGB mengeluarkan pernyataan terse-

but menguak suatu kebenaran dalam pemerintahan Jokowi dalam

menerapkan suatu visi dan misi secara konsisten, dan itu dibuk-

tikan dengan pembangunan yang di NTB ataupun di daerah lainnya

berdasarkan suatu pengamatan yang tidak sebentar.

c. Retorika Politik Demonstratif

Retorika politik demonstratif juga dijalankan oleh TGB Zainul

Majdi sebagaimana politikus lainnya, retorika demonstratif ini ber-

orientasi pada memuji pilihan politik dengan memperkuat argu-

mentasi dari kebaikannya pilihanya dan menguak sifat negatif

lawan politik. Salah satu bentuk retorika politik demonstratif yang

dilakukan TGB tertuang dalam pernyataannya pada menit 22.56

detik menyatakan bahwa penggunaan teks-teks agama yang tidak

pada tempatnya itu beresiko besar sebagai berikut pernyataannya:

“Menurut saya dengan berulang-ulang menjelaskan ya bah-

wa penggunaan teks-teks agama yang tidak pada tempatnya

itu berisiko besar. Apalagi dalam dunia politik. Penggunaan

ayat-ayat perang, misalnya atau analog, misalnya mengana-

logkan 2019 itu kita harus siap itu benar-benar seakan-akan

perang badar misalnya. Atau situasi perang seperti dulu

Rasulullah SAW menghadapi orang-orang Quraish. Tidak

seperti itu, kita sesama anak bangsa. Risikonya adalah paling

tidak ada kebencian permusuhan dan kalau kita tidak hati-

hati itu bisa menjadi bibit pecahnya kita sebagai bangsa.

Oleh karena itu menurut saya, harus terus dijelaskan bagian

dari penjelasan itu adalah apa yang pernah saya sampaikan.

Saya optimis ya Bung Clau, bahwa di seluruh sudut republik

ini para kyai, para tuan guru, para ustadz, juga sedang men-

jelaskan hal yang sama, bahwa kontestasi politik 2019 itu

Mochammad Zia Ulhaq | 123

bukan perang antara hak dan bathil antara qufur dengan

iman, tetapi kontestasi gagasan. Berlomba dalam kebaji-

kan.”27

Pernyataan TGB Zainul Majdi di atas menunjukkan bahwa

lawan politik tidak selayaknya menggunakan ayat-ayat Qur’an

secara serampangan dan memuji pilihan politiknya sebagai pelaku

politik yang demokratis dan santun. Berkaitan pujian dan TGB ter-

hadap Jokowi dapat dilihat dari cara pandang TGB Zainul Majdi

dalam artikel berita pada media tribunews.com yang dipublikasi-

kan Senin, 25 Februari 2019. Dengan judul “Pujian TGB kepada

Jokowi: Bertahun-tahun Difitnah Luar Biasa tapi Tidak Pernah

Membalas.” TGB Zainul Madji melihat fitnah yang ditujukan ke

Capres Joko Widodo (Jokowi) sudah menembus sisi terdalam dari

kehormatan sebagai manusia dia mengatakan:

“Pak Jokowi difitnah luar biasa dan selama bertahun-tahun,

jarang dan tidak pernah melihat Pak Jokowi membalas, me-

lihat Jokowi merupakan seorang muslim yang baik dan

mampu menjadi pemimpin untuk semua agama yang ada di

Indonesia dan Pak Jokowi, seorang muslim yang mengha-

dirkan kedamaian orang-orang di sekitarnya dan ketika jadi

pemimpin, Pak Jokowi walaupun sebagai Presiden, tidak

henti-hentinya melayani kita sebagai rakyat.”28

Sedangkan salah satu contoh tipe retorika demonstratif yang

dia lakukan dalam bentuk kritiknya terhadap sisi negatif dari lawan

politiknya, terlihat saat TGB Zainul Majdi menilai aksi gebrak

podium yang dilakukan calon presiden nomor urut 02 Prabowo

27

Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 Agustus

2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=snsVIl5lCkQ&t=887s 28

Tribunnews.com. “Pujian TGB kepada Jokowi : Bertahun-tahun

difitnah Luar Biasa tapi Tidak Pernah Membalas.” diakses 26 September

2019 dari https://www.tribunnews.com/pilpres-2019/2019/02/25/pujian-

tgb-kepada-jokowi-bertahun-tahun-difitnah-luar-biasa-tapi-tidak-pernah-

membalas

124 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Subianto saat kampanye di Yogyakarta. Yang menurutnya sesuatu

yang tidak tepat untuk diperlihatkan kepada masyarakat dengan

mengatakan:

“Kewajiban kita semua untuk menghadirkan kata-kata baik

di ruang publik. Dan kewajiban itu lebih kuat lagi bagi para

tokoh yang menjadi panutan dan diyakini sebagai pemimpin.

Saya pikir masyarakat kita patronasenya masih kuat, se-

hingga ucapan, perilaku pemimpin itu bisa gampang sekali

ditiru oleh pengikutnya. Beliau mengingatkan, seorang

pemimpin harus menjaga tutur katanya agar dapat menjadi

contoh baik bagi masyarakat. Ruang publik tidak seharusnya

dikotori dengan ucapan yang tidak baik. Ketegasan itu tidak

harus dengan kata kasar. Ketegasan bisa dengan penuh ke-

santunan, dengan diksi yang baik, yang tidak menyebabkan

masyarakat terprovokasi atau emosi.”29

B. Identitas Retorika Politik TGB Zainul Majdi

Analisa terhadap identitas retorika politik TGB Zainul Majdi

yang diklasifikasikan dengan beberapa tipe meliputi cara bersikap

dan cara menyampaikan suatu pernyataan tergolong tipe seperti

apa dalam kegiatan dan aktivitasnya sebagai politisi. Dalam peneli-

tian ini ada tiga tipe identitas retorika seorang politisi. Meliputi,

Rhetorically Noble Selves, Rhetorically Reflector dan Rhetorically

Sensitive. Uraian hasil analisis dalam penelitian mengenai identitas

retorika politik TGB Zainul Majdi diuraikan sebagai berikut.

29

Liputan6.com. “Aksi Prabowo Gebrak Podium, TGB: Tegas Bu-

kan Berarti Tidak Sopan.” diakses 26 September 2019 dari https://www.

liputan6.com/pilpres/read/3938961/aksi-prabowo-gebrak-podium-tgb-

tegas-bukan-berarti-tidak-sopan

Mochammad Zia Ulhaq | 125

1. Identitas Politik Rhetorically Noble Selves

Identitas retorika politik Noble Selves suatu identitas dan sikap

yang terlahir dari proses komunikasi melalui suatu narasi-narasi

politik sehingga menunjukkan sikap dan identitas seorang politisi.

Noble Selves sikap seseorang yang menganggap dirinya paling

benar mengklaim lebih hebat dari orang lain dan sulit menerima

kritik. Identitas tersebut tidak ditemukan pada identitas politik TGB

Zainul Majdi. Beliau selalu siap menerima kritik dari siapapun dan

legowo. Hal ini dapat ditemukan dalam wawancara yang mana dia

katakan saat Amien Rais menyebutkan, “Bahwa ada sebagian to-

koh membingungkan karena berpindah posisi dari posisi yang kita

anggap sudah benar sesuai dengan Hidayah Allah, tiba-tiba pindah

ke posisi yang membuat kita agak bertanya-tanya.” Pada menit ke

19.56 detik. Dengan kalimat yang bijak beliau menanggapi dengan

mengatakan:

“Saya ber-khusnuldzon saja Bung Clau. Bahwa bukan saya

yang dimaksudkan dalam doa beliau itu. Dan bukan saya

yang dimaksudkan sebagai orang yang berpindah-pindah po-

sisi sehingga perlu didoakan mendapat hidayah. Artinya ke-

putusan Saya itu dianggap bertentangan dengan hidayah,

mudah-mudahan bukan saya yang dimaksudkan. Karena

pilihan-pilihan yang bisa kita ambil sesuai dengan keyakinan

Kita berdasarkan fakta, realitas, dan pertimbangan yang kuat

dari nilai-nilai lain yang saya yakini. Jadi menurut saya,

penggunaan doa itu untuk orang yang berbeda pihak politik

sangat berlebihan. Tapi apapun ya, saya menghormati beliau

Prof. Amien Rais sebagai tokoh nasional, dan orang tua kita

semua.”30

Perkataan beliau menunjukkan bahwa TGB tidak anti kritik

dan tetap menghormati siapapun yang mengkritiknya dengan mem-

30

Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 Agustus

2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=snsVIl5lCkQ&t=887s

126 | Retorika Dakwah dalam Politik...

berikan jawaban-jawaban yang santun. Identitas politik TGB Zai-

nul Majdi yang bertentangan dengan identitas noble selves juga

ditunjukkan saat presenter Claudio Boelkan menanyakan terkait

dengan pilihan dan dukungan TGB Zainul Majdi yang terkesan

mendadak kepada Jokowi, akan mendapatkan cemoohan dan res-

pon yang kurang baik dari masyarakat. Pada menit ke 23.58 detik

dengan bijak beliau menjawab:

“Istilahnya jama’ah buliah ya. Jadi kelompok-kelompok

yang mem-bully itu banyak sekali Bung Clau. Tetapi sia-

pa sih di dunia yang tidak pernah di-bully, selalu ada pro-

kontra selama kita mengambil sikap yang kita yakini dari

nilai-nilai fundamental dalam hidup kita, juga termasuk

rasionalitas ya, objektivitas kita, selama menurut kita itu

sudah bisa dipertanggungjawabkan menurut saya kita teri-

ma saja risikonya. Ya bully itu bagian dari akses kita ber-

demokrasilah. Jadi tidak pernah terlalu menyusahkan hati

saya Insya Allah”. Kemudian dikatakan lagi, “Bukan per-

tama kalinya saya mendapatkan kontroversi. Dulu awal-

awal pulang dari Kairo pun ada sedikit kontroversi. Keti-

ka saya di periode pertama menjadi Gubernur juga banyak

kontroversi. Jadi kontroversi dalam hidup menurut saya

satu sunatullah. Biasa-biasa saja yang penting kita tetap

dalam prinsip, dan objektivitas kita.”31

Sikap di atas menunjukkan sikap yang tidak mau menang sen-

diri atau anti kritik. TGB memiliki sikap yang terbuka dalam hal

kritik, karena menurutnya itu merupakan hal yang biasa bagian dari

pada berdemokrasi merupakan sunnatullah karena selalu ada kritik

dalam setiap pengambilan suatu keputusan. Dari pernyataan terse-

but terlihat Identitas politik TGB Zainul Majdi melalui suatu narasi

31

Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 Agustus

2019.

Mochammad Zia Ulhaq | 127

dalam bentuk pernyataan mengenai sikap dan keputusannya, ini

bukanlah dari identitas noble selves.32

2. Identitas Politik Rhetorically Reflector

Dalam Identitas politik Rhetorically Reflector merupakan ciri

seseorang politisi yang tidak memiliki sikap pendirian yang teguh

(inkonsisten) mudah berpindah-pindah tempat, dalam sikap atau-

pun narasi politik yang disampaikannya. Sikap ini ada pada TGB

Zainul Majdi meliputi suatu sikap (identitas) politik dan pernyataan

bersifat tidak tegas dalam pengambilan suatu keputusan. Di sini

poin kritik dari penulis mengenai sikapnya dengan pindahnya halu-

an dari seorang oposisi menjadi orang yang mendukung paling

depan pemenangan Jokowi-Ma’ruf. Dan juga pernyataannya-per-

nyataannya di media meliputi suatu narasi-narasi yang terkesan

mendukung penuh Jokowi 2 periode. Dalam Identitas Politik Rhe-

torically Reflector penulis akan menganalisis sikap politik TGB

tentang rekam jejaknya selama berkecimpung di dunia politik.

Sikap politiknya TGB Zainul Majdi yang berpindah-pindah partai

politik dari partai satu pada partai lainnya ini merupakan sikap atau

identitas seorang politisi yang masuk dalam kategori rhetorically

reflector. Rekam jejak yang penulis analisis bagaimana sikap

politik seorang TGB dalam mengawali karir melalui Partai Bulan

Bintang (PBB).

Partai besutan Yusril Ihza Mahendra sebagai wakil rakyat. Ia

terpilih sebagai anggota DPR dari fraksi PBB untuk periode 2004-

2009 TGB Zainul Majdi duduk di Komisi X membidangi masalah

pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian dan kebudaya-

an.33

Belum berakhir masa jabatannya sebagai anggota DPR, TGB

Zainul Majdi mencoba peruntungan di ranah eksekutif. Pada 2008

32

Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 Agustus

2019. 33

Kompas.com, “Loncat Politik TGB” diakses 26 Agustus 2019

dari https://nasional.kompas.com/read/2018/12/21/07420941/loncat-poli

tik-tgb-dari-bulan-bintang-mercy-hingga-beringin?page=all

128 | Retorika Dakwah dalam Politik...

maju sebagai calon Gubernur NTB dengan diusung oleh PBB dan

Partai Keadilan Sejahtera. TGB Zainul Majdi berhasil menjadi Gu-

bernur termuda di Indonesia dengan usia 36 tahun. Setelah menja-

bat Gubernur NTB, karir politik TGB makin melejit ia mening-

galkan PBB dan bergabung dengan Partai penguasa saat itu Partai

Demokrat. Belum lama bergabung dengan partai Demokrat, TGB

langsung terpilih sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah Demo-

krat NTB. TGB pun percaya diri untuk kembali mencalonkan diri

memimpin NTB dua periode. Pada Pilgub NTB 2013. TGB Zainul

Majdi kembali mencalonkan diri sebagai petahana dan menang

dengan total suara mencapai 44,36 persen atau setara 1,03 juta

suara.34

Pada perhelatan Pilpres 2014 TGB Zainul Majdi memilih

mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa meski pada

saat itu Partai Demokrat memutuskan untuk netral. Akan tetapi

TGB Zainul Majdi mengambil keputusan sendiri untuk mendukung

Prabowo-Hatta menang telak di Provinsi Nusa Tenggara Barat

dengan meraih suara 72,45. Kemenangan pasangan ini merata di

10 kabupaten kota yang ada di NTB.35

Pada pilpres 2019 TGB

Zainul Majdi menjadi tokoh yang digadang-gadang maju pada

ajang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Umat dan para ulama

seperti AA Gym, Ustad Abdul Somad, dan Bahtiar Nasir kerap me-

muji sosok TGB sebagai ulama yang kharismatik. TGB digadang-

gadang dapat menjadi salah satu presiden alternatif untuk menan-

tang Jokowi di Pilpres 2019 mendatang.36

34

“Pilkada NTB: Gubernur Incumbent Menang 45% Suara” diakses

26 Agustus 2019 dari https://kabar24.bisnis.com/read/20130514/15/1388

69/pilkada-ntb-gubernur-incumbent-menang-45-suara 35

Beritasatu.com,” Prabowo-Hatta Raih 72,45 persen Suara di

NTB”, diakses 26 Agustus 2019 https://www.beritasatu.com/nasional/197

760/prabowohatta-raih-7245-persen-suara-di-ntb 36

Jawapos.com, “Aa Gym dan Ustad Abdul Somad Sepakat Dukung

TGB Nyapres di 2019?”, diakses tgl 26 Agustus 2109 dari https://www.

jawapos.com/nasional/politik/01/04/2018/aa-gym-dan-ustad-abdul-

somad-sepakat-dukung-tgb-nyapres-di-2019/

Mochammad Zia Ulhaq | 129

TGB dianggap sosok yang tepat dan cakap sebagai presiden

alternatif karena ia memiliki prestasi yang baik dalam memimpin

dan memajukan Propinsi NTB. Ia juga dianggap dapat menjadi

representasi umat Islam dalam statusnya sebagai seorang ulama.

TGB diharapkan dapat menjadi rival sepadan yang mampu me-

ngimbangi dominasi Jokowi, Presiden yang dianggap menyam-

pingkan umat Islam di Pilpres 2019. Di media sosial para alumni

dan simpatisan “Aksi Bela Islam” berlomba-lomba mempromosi-

kan dan memviralkan segala hal yang terkait TGB agar ia menjadi

dikenal luas oleh masyarakat.37

Akan tetapi lewat ucapannya ketika

di undang berkunjung di kantor redaksi di CNN Indonesia Rabu 4

juli 2018. TGB Zainul Majdi mengatakan, “Menurut saya sangat

pantas dan fair kita beri kesempatan Presiden Jokowi untuk terus

melanjutkan dua periode dan menyelesaikan apa yang selama em-

pat tahun ini sudah dimulai.”38

Pada kesempatan ini justru TGB Zainul Majdi, justru menya-

takan dukungannya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk

melanjutkan kepemimpinannya hingga dua periode. Berbeda de-

ngan Pilpres 2019 TGB beralih arah dengan mendukung Jokowi

yang kini masih kembali berhadapan dengan Prabowo Subianto,

sosok yang didukung oleh TGB Zainul Majdi pada Pilpres 2014

silam. Tak lama setelah menyatakan dukungan ke Jokowi, TGB

mengundurkan diri dari Partai Demokrat. Dengan Alasan TGB

mundur dari partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono bersifat

pribadi. Pada saat ini TGB Zainul Majdi kini resmi bergabung ke

Partai Golkar.

Karena implikasi dari pernyataan sikap politik TGB Zainul

Majdi yang terbuka itu. Kritik penulis terhadap suatu sikap dan

pernyataan yang termasuk dalam sikap politik rhetorically reflec-

37

Geotimes.co.id, “TGB, Dulu Dipuji Sekarang Dicaci”, diakses 26

Agustus 2019 dari https://geotimes.co.id/opini/tgb-dulu-dipuji-sekarang-

dicaci/ 38

Youtube.com, “TGB Dukung Jokowi 2 Periode” diakses 26 Agus-

tus 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=5rFcKKPEllA&t=14s

130 | Retorika Dakwah dalam Politik...

tor, seseorang yang tidak punya pendirian yang teguh dan hanya

menjadi cerminan orang lain, meliputi pengambilan suatu sikap

politik yang terkesan tergesa-gesa ataupun narasi retorika yang

mengarahkan seseorang pada sikap berupa suatu keputusan politik.

Yang dimana keputusan politik tersebut menjadi sumbu kegadu-

han, perpecahan khususnya dari kalangan umat Islam, karena

bersifat adaptif tidak memiliki suatu pendirian mudah berpindah-

pindah tempat atau keputusan politik yang di dalamnya terdapat

efek yang mempengaruhi mayoritas umat yang pro terhadapnya.

Dimana pada waktu perhelatan Pilpres 2019 keadaan kebangsaan

waktu itu cukup mengkhawatirkan. Dari isu agama, kebangsaan,

perbedaan, persatuan dll. Keadaan umat begitu sensitive pada wak-

tu itu, di tengah-tengah keadaan tersebut muncul suatu pernyataan

TGB Zainul Majdi untuk mendukung “Jokowi melanjutkan kepe-

mimpinannya.”

Ketika TGB Zainul Majdi mengatakan pernyataan tersebut

menurutnya dilakukannya untuk kebaikan umat, untuk memperko-

koh persaudaraan. Sebagai seorang tokoh nasional yang cukup

disegani karena latar belakangnya, menurut Analisa penulis apakah

beliau sudah benar-benar memikirkan secara matang-matang me-

ngenai mudharat dan manfaat dari sikap politiknya itu bagi umat

sebelum beliau mengemukakannya secara terbuka atau tidak? Per-

nyataannya yang terkesan mendadak itu memang menimbulkan

berbagai pertanyaan.

Alasan yang dikemukakannya melalui wawancara dengan

salah satu televisi swasta, muncul praduga-praduga yang sifatnya

negatif, apakah ada sebentuk kesepakatan politik dengan (Tim

Sukses) Jokowi, mengharapkan posisi Cawapres atau posisi men-

teri di kabinetnya tau hal lainnya, apalagi berita yang cukup meng-

hebohkan ini diiringi dengan munculnya berita yang menyebutkan

KPK membuka peluang diperiksanya TGB dalam kasus divestasi

saham PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT) yang kini berubah

Mochammad Zia Ulhaq | 131

nama menjadi PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).

39

TGB Zainul Majdi membantah tudingan-tudingan itu di sela-sela

mengisi kajian Jumat di Masjid Hubbul Wathan Islamic Centre,

Mataram, NTB, pada hari Jumat 6 Juli 2018. Dan juga klarifika-

sinya pada acara QNA di Metro TV. Akan tetapi kecurigaan itu sulit

dihilangkan masyarakat begitu saja. Tidak ada yang salah dengan

pilihan dan pandangan politiknya. Namun pada perhelatan Pilpres

2019 kemarin ada kelompok tertentu, kelompok yang mengharap-

kan 2019 Ganti Presiden dan TGB Zainul Majdi menjadi suatu

pemimpin alternatif. Karena umat pada waktu itu merasa harus

adanya perubahan di Indonesia. Menurut penulis ada beberapa

faktor lagi yang membuat perpindahan posisi TGB dari oposisi

menjadi pro Jokowi diantaranya:

1. Restu Partai Demokrat lebih memilih putra mahkota Agus

Harimurti Yudhoyono sebagai calon wakil presiden 2019.

2. Dukungan dua periode kepada Jokowi sebagai batu lonca-

tan untuk 2024.

3. Jumlah suara NTB yang kecil untuk modal TGB Zainul

Majdi maju ke perhelatan Pilpres 2019.

4. TGB Zainul Majdi mengejar dukungan pada Jokowi sete-

lah kubu Anjani lebih menyatakan dukungan Jokowi 2

periode.40

Sikap Tuan Guru Bajang TGB Zainul Majdi yang mendukung

Jokowi untuk maju pada Pilpres 2019 ternyata membuat banyak

juga orang yang terkejut. Dari berbagai komentar yang ada terlihat

ada yang kecewa dengan sikap alumni Universitas Al Azhar itu.

Kekecewaan itu dalam pandangan saya lebih dilatarbelakangi ke-

39

Youtube.com, “KPK Masih Selidiki Dugaan Korupsi Divestasi

Newmont”, diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.youtube.com/

watch?v=6cyUj8tQ8jY 40

Hariannusa.com, “NW Anjani Komitmen Dukung Jokowi Dua

Periode”, diakses 26 Agustus 2019 dari, https://hariannusa.com/2018/

07/19/nw-anjani-komitmen-dukung-jokowi-dua-periode/

132 | Retorika Dakwah dalam Politik...

pentingan politik. Sebagian dari mereka yang kecewa itu berharap

agar TGB berada pada barisan yang tidak mendukung Jokowi pada

Pilpres 2019. Dengan kata lain sebagian dari mereka yang kecewa

itu menginginkan agar sosok ulama yang berpengaruh itu masuk

dalam barisan 2019 Ganti Presiden. Di berbagai media. Semakin

banyak kekecewaan yang ditujukan kepada Gubernur NTB dua

periode itu semakin menunjukkan bahwa TGB Zainul Majdi sangat

dibutuhkan oleh kelompok yang tidak menginginkan Jokowi dua

priode. Komentar dengan nada minor tentang sikap TGB itu sekali-

gus juga menunjukkan bahwa TGB Zainul Majdi punya pendukung

maupun simpatisan yang besar di negeri ini. Tidak bisa dipungkiri

bahwa umat Islam adalah mayoritas di hampir semua partai yang

ikut dalam pesta perpolitikan nasional.

Masyarakat di NTB banyak yang kecewa dengan pilihan poli-

tiknya dengan sikap politik rhetorically reflector sikap yang tidak

kuat pendirian dan tidak konsisten dalam keputusan politik. tidak

memiliki sikap ketegasan dalam pengambilan keputusan politik.

Masyarakat NTB berharap TGB Zainul Majdi muncul sebagai

tokoh perubahan dan hadir di kancah Nasional sebagai pemimpin

yang religius. TGB Zainul Majdi memiliki modal yang besar sela-

ma 2 periode memimpin NTB dengan baik dan sukses, dalam hal

SDM dan infrastruktur maupun kebijakan-kebijakan yang ada nilai-

nilai Islam di dalamnya.41

Penulis berharap setiap keputusan yang

di ambil seorang TGB Zainul Majdi sudah dalam keadaan yang

matang, dan menginput semua aspirasi umat dan pendukungnya,

karena TGB Zainul Majdi bukan hanya seorang politisi tapi dia

juga seorang ulama muda yang memiliki prestasi yang baik dalam

menjabat harapan baru umat sebagai pemimpin baru untuk peru-

bahan Indonesia. Akhirnya pelabuhan terakhir TGB saat ini mera-

pat di Partai Golkar secara resmi masuk menjadi bagian dari partai

Golkar setelah diperkenalkan oleh Ketua Umum Partai Golkar Air-

langga Hartarto dalam acara silaturahmi Partai Golkar, dan lang-

sung mendapatkan dua jabatan sekaligus di DPP (Dewan Pimpinan

41

Wawancara langsung dengan Bapak Saefudin seorang pedagang

di Lombok Timur Pancor. Tanggal 3 Oktober 2019.

Mochammad Zia Ulhaq | 133

Pusat) meski baru bergabung ke dalam Partai Golkar jabatan perta-

ma yang diemban TGB Ketua Koordinator Bidang Keumatan DPP

Golkar. Bidang struktur yang baru diciptakan khusus setelah TGB

menyatakan bergabung dalam keluarga besar partai beringin. Selain

itu, TGB juga dipercaya menjabat Wakil Ketua Badan Pemena-

ngan Pemilu Legislatif dan Presiden DPP Golkar.

Rhetorically reflector tercermin dalam identitas politik TGB

Zainul Majdi. Dimana berpindah-pindah partai dalam karir politik-

nya selama ini, tidak adanya konsistensi dalam pengambilan kepu-

tusan dalam hal yang berkaitan dalam hal kepartaian. Yang penulis

amati selama ini TGB ingin mengambil jalan yang tergolong aman

demi berlangsungnya karir politiknya. Dalam politik hal seperti ini

sah-sah saja akan tetapi penulis melihatnya inkonsistensi dalam

kegiatan politiknya. yang menurut penulis ini yang disayangkan,

karena cenderung mengalami gesekan di tingkat bawah para pengi-

kut-pengikut fanatiknya. Karena TGB Zainul Majdi seorang pemim-

pin dan sekaligus tokoh agama yang dihormati sudah pasti memi-

liki pengikut yang banyak.42

3. Identitas Politik Rhetorically Sensitive

Identitas politik rhetorically sensitive cerminan dari sikap seo-

rang politisi yang adaptif, cenderung menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Cenderung fleksibel, akan tetapi memiliki konsep

diri yang jelas. Identitas sikap TGB Zainul Majdi yang adaptif me-

nyesuaikan diri dengan keadaan dalam hal ini adanya sinergitas

antara pemerintahan pusat daerah dengan pemerintah daerah yang

penulis diketahui dari pernyataan-pernyataan politisnya dikutip

dari beberapa video. Akan tetapi pernyataan-pernyataan ini muncul

setelah TGB Zainul Majdi menyatakan dukungannya terhadap

Jokowi, dengan alasan pengamatan-pengamatannya. Padahal sebe-

42

Kompas.com. “Locat Politik TGB, Dari Bulan Bintang sampai

Mercy hingga beringin”, diakses tanggal 2 Oktober 2019 dari https://

nasional.kompas.com/read/2018/12/21/07420941/loncat-politik-tgb-dari-

bulan-bintang-mercy-hingga-beringin?page=all

134 | Retorika Dakwah dalam Politik...

lumnya TGB seseorang oposisi yang berani mengkritik pemerin-

tah. Contoh dalam pernyataannya sebelum menyatakan diri sebagai

pendukung Jokowi 2 periode, beliau mengkritisi secara langsung.

Pada Hari Pers Nasional 2016 di Kawasan Mandalika pada menit

ke 7.26 detik, TGB mengeritik secara langsung kepada Presiden

mengenai realisasi dari komitmen penyerapan Bulog di NTB yang

mana kebijakan Presiden belum pro terhadap kepentingan rakyat.

Ketika akhir-akhir ini kami mendengar bahwa ada renca-

na Bulog membeli jagung impor dari luar negeri dengan

harga Rp 3.000 per kg, kami berpikir, kalau saja Rp 3.000

itu digunakan untuk membeli hasil jagung petani kami

pada saat panen raya dulu, maka petani di NTB akan jauh

lebih sejahtera. Bapak presiden ketika Festival Tambora

menyampaikan komitmen bahwa bulog akan menyerap

dengan harga Rp. 2500 kurang lebih 100 rupiah saya

sampaikan di sini di depan Bapak Presiden bahwa apa

yang merupakan instruksi Bapak Presiden, sayangnya

belum dapat dilaksanakan Bulog di NTB. Ini terpaksa

saya sampaikan Bapak Presiden, karena memang masya-

rakat kami banyak mengeluhkan. Kalau bahasa lugasnya,

banyak menjerit, pada setiap kali memasuki panen raya

mengeluhkan harga jagung jatuh. Bahkan, harga jagung

pernah mencapai titik terendah yaitu Rp 1.600 per kg.

Tiba-tiba sekarang mau mengimpor dengan harga Rp

3.000 per kg, kalau saja Rp 3.000 itu sekali lagi untuk

petani kita di dalam negeri, insya Allah semuanya akan

sejahtera.”43

Pernyataan ini bentuk kritik melalui retorika yang tegas yang

dilayangkan TGB Zainul Majdi kepada Presiden Jokowi mengenai

penyerapan Bulog yang belum maksimal pada tahun 2016. Berbe-

43

Youtube.com, “Sambutan Gubernur NTB & Kritik Pedas Presi-

den Jokowi di Peringatan Hari Pers Nasional 2016,” diakses tanggal 2

Oktober 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=7RfrpqGE7cU&t

=446s

Mochammad Zia Ulhaq | 135

da lagi ketika 2019 ketika TGB sudah menyatakan diri mendukung

keberlanjutan kepemimpinan Jokowi 2 periode, narasi-narasi kritik

itu hilang berganti dengan narasi-narasi pujian dan dukungannya

terhadap kepribadian dan kepemimpinan Jokowi. Contoh penyata-

an TGB Zainul Majdi ketika dalam mendukung dan memuji ke-

pribadian Jokowi di hadapan masyarakat ketika memberikan cera-

mah di Lombok 13 Januari 2019 dengan mengatakan:

“Ada 2 pasangan kita memilih Bapak Jokowi dan Bapak

Kyai Ma’ruf Amin kenapa? Pertama dalam hati saya be-

liau sungguh-sungguh bekerja, beliau tidak pandai berka-

ta-kata tapi sungguh-sungguh bekerja, sungguh-sungguh

bekerja. Mungkin tidak ada pemimpin yang paling ba-

nyak dihina melebihi beliau, luar biasa hinaannya huja-

tannya, luar biasa hinaannya, bahkan masuk ke dalam

inti kehormatan beliau dan keluarga beliau, jadi hobi

sebagian orang. Tapi alhamdulilah hinaan demi hinaan

dan hujatan tapi belau tetap sungguh-sungguh bekerja.”44

Identitas sikap politik rhetorically sensitive TGB Zainul Majdi

dalam hal narasi pujiannya terhadap kinerja Jokowi juga ditemukan

pada saat sesi wawancara beliau dengan Claudio Boelkan seorang

wartawan senior di stasiun TV Berita Satu 13 Juli 2018 pada menit

ke 5.30 detik. Beliau mengatakan mengenai sikap politiknya:

“Saya ada waktu sekitar 4 tahun, dari 2014 sampai sekarang,

untuk mengamati dan mencermati kinerja dan kepemimpi-

nan Bapak Jokowi, Bung Clau, saya melihat bagaimana ke-

pemimpinan dijalankan, dari segi komitmen dan pencapaian

pembangunan yang baik dan itu semua secara komprehensif

saya coba liat, tentu dengan subjektivitas saya. Saya cermati,

cermati, cermati, pada akhirnya saya berkesimpulan ya Ba-

pak Presiden Jokowi itu harus di-support untuk bisa melan-

44

Youtube.com “Penjelasan TGB Tentang Jokowi Membuat Terha-

ru,” diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v

=saTpsUpcaoI

136 | Retorika Dakwah dalam Politik...

jutkan kepemimpinannya di periode kedua. Saya memutus-

kan semata-mata bahwa perlu keberlanjutan dalam kepe-

mimpinan dan pembangunan.”45

Dan ini pernyataan ketika TGB mengapresiasi kinerja Jokowi

selama 4 tahun yang begitu baik, pada menit ke 30.12 kemudian

mengatakan:

“Itulah penilaian objektivitas saya ya, jadi penilaian objekti-

vitas saya dari apa yang bisa saya lihat, saya rasakan, bagai-

mana pembenahan-pembenahan kelembagaan, pembenahan

regulasi, pembenahan juga dalam sisi politik anggaran. Dan

itu kan terasa di daerah. Ya contoh sederhananya kan misal-

nya, bahwa kita di NTB itu selama 4 tahun terakhir itu

pertumbuhan kita di atas rata-rata nasional. Terakhir 7,1%

pada tahun 2017 pertumbuhan non tambang kita. Nah kena-

pa ini bisa terjadi, salah satu di antaranya memang support

dari program-program yang dilaksanakan oleh pemerintah

pusat. Jadi saya melihat secara langsung, termasuk yang me-

nurut saya agak fenomenal, adalah di dalam penyelesaian

lahan yang susah sekali untuk clean and clear seperti di

kawasan Mandalika. jadi Bung Clau bayangkan? Dengan se-

mua argumentasi sekian tahun termasuk dalam kepemimpi-

nan saya kita cari celah sampai dengan kepemimpinan pusat

berulang kali tidak bisa selesai. Ada lebih dari 100 ha yang

tidak clean and clear yang menghambat semuanya. Masalah

100 ha itu Bung kalau bayangkan, tapi itu alhamdulillah

selesai dalam satu rapat terbatas saja.”46

Dari 3 pernyataan ini menunjukkan sikap penyesuaian diri

TGB terhadap Jokowi yang menurut penulis terkesan cepat memuji

dimana awal 2018 dia seorang oposisi, akan tetapi setelah Wagub

45

Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 agustus

2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=snsVIl5lCkQ&t=887s 46

Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 Agustus

2019.

Mochammad Zia Ulhaq | 137

NTB Muhammad Amin diperiksa oleh KPK pada 3 Juli 2018 baru

muncul dukungan dan pujian-pujian terhadap Jokowi.47

Tipe iden-

titas rhetorically sensitive ini cenderung seseorang yang adaptif

menyesuaikan diri situasi dan kondisi hampir memiliki kesamaan

dengan teori sebelumnya rhetorically reflector yang cenderung

berpindah-pindah tempat, kedua teori itu menunjukkan tidak ada

konsistensi dalam bersikap. Padahal Sebelumnya TGB seorang

oposisi yang kritis berubah menjadi pendukung di barisan terde-

pan. Dalam riwayat politik TGB merupakan ketua tim pemenangan

Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada Pilpres 2014. Ia berhasil

membantu Prabowo-Hatta menang telak di NTB dengan perolehan

suara 1,84 juta atau sekitar 72,45 persen. Suara itu jauh meninggal-

kan perolehan suara Jokowi-JK yang hanya meraih 27,54 persen

TGB Zainul Majdi merupakan “tokoh kunci” di balik keunggulan

perolehan suara Prabowo atas Jokowi khususnya di NTB. Berbeda

pada 2018 dimana keputusan TGB yang terang-terangan mendu-

kung Jokowi di Pilpres 2019 banyak disoroti sebagian kalangan

dan tokoh-tokoh yang mengatasnamakan umat Islam. Banyak yang

menyampaikan kekecewaan bahkan kecaman terkait sikap politik-

nya. Karena sebelumnya TGB digadang-gadang sebagai tokoh

oposisi yang siap maju sebagai pemimpin alternatif dari golongan

ulama. Ini kritik terhadap sikap TGB yang tidak konsisten dalam

bersikap karena bukan saja seorang politisi TGB juga seorang ula-

ma banyak mata mengikuti, dan mengamati sikap dan perilakunya.

C. Analisis Retorika dalam Dakwah dan Politik TGB Zainul

Majdi

Aktivitas TGB Zainul Majdi tidak lepas dari kegiatan dakwah

dan politik yang di dalam kegiatan dakwah dan politik tidak lepas

dari penyampaian suatu pesan, gagasan, dan anjuran dan harapan

47

Cnnindonesia.com, “Wagub NTB Muhammad Amin Datangi

KPK,” diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.cnnindonesia.com/

nasional/20180703134338-12-311080/wagub-ntb-muhammad-amin-

datangi-kpk.

138 | Retorika Dakwah dalam Politik...

kepada masyarakat. Melalui narasi kemasan retorika yang mumpu-

ni yang dimiliki TGB Zainul Majdi mampu eksis dalam perhelatan

kontes politik dalam skala lokal dan nasional. Tidak hanya itu da-

lam dakwah dan pendidikan TGB saat ini juga menjabat sebagai

Rektor Institut Agama Islam Hamzanwadi NW (IAIH). Dakwah

dan politik yang tidak bisa dipisahkan dalam aktivitasnya dimana

tahun 2004 terpilih menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan

NTB dan duduk di komisi X, yang membidangi masalah pendi-

dikan, pemuda, olahraga dan pariwisata. Pada pemilihan umum

kepala daerah (pilkada) NTB tanggal 7 Juli 2008 terpilih menjadi

Gubernur NTB selama 2 periode 2008-2013 dan 2014-2019. Mela-

lui dakwah struktural mengantarkannya menjadi seorang pemimpin

kepala daerah, karena citranya yang religius melalui jalan dakwah

dan juga dukungan penuh dari masyarakat NTB.

Gerakan dakwah yang berada dalam kekuasaan mampu berge-

rak mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam dengan memanfa-

atkan baik struktur sosial, politik, maupun ekonomi guna menjadi-

kan Islam menjadi ideologi dalam kehidupan masyarakat sehingga

nilai-nilai Islam tersalurkan dalam kehidupan berbangsa dan berne-

gara. Dalam dakwah struktural suatu negara dipandang sebagai alat

dakwah yang paling strategis dakwah struktural memegang pera-

nan bahwa dakwah yang sesungguhnya adalah ajaran Islam yang

berusaha mewujudkan dan mengamalkan nilai-nilai kebaikan Islam,

para pelaku politik menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dalam

perilaku politik mereka, serta penegakan ajaran Islam menjadi

tanggung jawab negara dan kekuasaan. Dalam perspektif dakwah

struktural, negara adalah instrumen paling penting dalam kegiatan

dakwah. 48

Dakwah dapat berlangsung dalam kehidupan manusia, terma-

suk dalam arena politik kenegaraan. Secara umum dapat dikatakan

bahwa politik dakwah tidak lain dari segala jenis kegiatan manusia

yang berkaitan dengan masalah kekuasaan. Dalam pandangan

Islam politik hanyalah salah satu medium untuk mencapai tujuan

48

Wawancara Langsung dengan TGB Zainul Majdi, tanggal 4 Okto-

ber 2019.

Mochammad Zia Ulhaq | 139

dakwah. Bukan sebaliknya, dakwah justru dijadikan medium untuk

mencapai tujuan politik.49

TGB Zainul Majdi menjadikan dakwah

dan politik suatu kesatuan untuk membangun umat. Politik sebagai

instrumen untuk menghadirkan suatu kebaikan dan kemaslahatan

untuk masyarakat keterlibatan tuan guru dalam politik praktis, ma-

mpu mengubah persepsi masyarakat tentang politik yang selama-

nya tidak selalu identik dengan kebohongan dan propagan-

da.50

Begitu juga politik TGB merupakan sarana dakwah yang pali-

ng efektif untuk kondisi saat ini berdakwah dengan cara struktural

yang menghadirkan suatu kebijakan yang memberikan kebaikan

untuk masyarakat. Keterlibatan Tuan Guru mampu mengubah sua-

tu tatanan dalam politik, baik lokal maupun nasional.

Prinsipnya Islam harus mampu menghadirkan nilai-nilai ke-

baikan dan manfaat untuk orang banyak. Menurut TGB Zainul

Majdi ada hal-hal yang mendasar yang harus diperhatikan dan

diterapkan dari seorang pemimpin. Pertama, wama arsalnaka ila

rahmatan lil alamin menerapkan sikap rahmah dalam kepemimpi-

nan, salah satu penegasan Allah setelah nabi wafat. Mengamanah-

kan kepada seluruh umatnya secara kolektif sebagai penerus risalah

nabi. Amanah itu diberikan untuk menghadirkan rahmat dan ridho

Allah. Dan semua umat muslim memiliki kewajiban yang sama

untuk menghadirkan rahmat Islam dengan hal yang nyata.51

Kedua,

kepemimpinan itu sebagai amanah dan perhikmatan yang di dalam-

nya terdapat suatu kebijakan-kebijakan yang memberikan manfaat

untuk masyarakat. Karena seorang pemimpin itu bersifat fungsional

bukan struktural dimana bersama-sama ikut membangun agama

dan negara, bukan meletakkan diri di atas yang orang lain. Ketiga,

qudwah atau keteladanan, dalam memimpin kita harus mampu

menjadi teladan bagi masyarakat. dalam bersikap, berucap, maupun

49

Awaludin Pimay, Paradigma Dakwah Humanis: Strategi dan Me-

tode Dakwah Prof. KH. Saifudin Zuhri. Semarang: Rasail, 2005. 50

Wawancara Langsung dengan bapak Aziz seorang dosen di

Institut Agama Islam Hamzanwadi. Tanggal 3 oktober 2019. 51

Wawancara Langsung dengan TGB Zainul Majdi, 04 Oktober

2019.

140 | Retorika Dakwah dalam Politik...

dalam berpenampilan, menjadi teladan bagi masyarakat karena

masyarakat selalu menilai dan memperhatikan pemimpinnya. Untuk

itu tampilkan keteladanan yang terbaik.

Keempat, seorang pemimpin yang diberikan suatu amanah

harus mampu menghadirkan nilai-nilai kebaikan dalam kepemim-

pinannya, harus mampu mengatur dan menghadirkan suatu kebai-

kan dengan mengaktualisasikan konsep-konsep nilai-nilai Islam

dalam kebijakan-kebijakannya. Harus mampu melayani dan mem-

permudah seseorang dalam hal kebaikan.52

Dari aspek pemikiran-

nya, Tuan guru Bajang tergolong seorang da’i moderat –transfor-

matif. Ini didasarkan pada visi politiknya dari seorang TGB Zainul

Majdi yang beliau bangun ketika memimpin NTB. “Memimpin

dan membangun NTB dengan semangat berkhidmat dan amar ma-

’ruf nahi munkar”. Untuk melayani umat dengan baik dan juga

mampu merumuskan serta melaksanakan kebijakan yang berpihak

kepada masyarakat. Visinya ini ada ungkapan “berkhidmat”. Kata

berkhidmat dapat diartikan dalam dua aspek, yaitu pemikiran dan

tindakan. Sifatnya yang sangat menghargai pendapat orang lain,

tidak merasa benar sendiri, mau menerima ide-ide yang konstruk-

tif, terbuka terhadap berbagai kritik, menyelesaikan konflik dengan

cara damai bukan dengan kekerasan, serta menganggap bahwa

musyawarah dan diplomasi adalah langkah yang lebih baik dalam

menyelesaikan semua permasalahan.53

Dakwah politik Tuan Guru

Bajang ini dapat dianalisis dari konsep good governance yang

Zainul Majdi di pahami sebagai dasar pijakan dalam membangun

suatu umat. Visi yang strategis yang ditawarkannya dalam upaya

membangun NTB, difokuskan pada aspek, tata kelola pemerinta-

52

Wawancara Langsung dengan TGB Zainul Majdi, 04 Oktober

2019. 53

Wawancara Langsung dengan TGB Zainul Majdi, 04 Oktober

2019.

Mochammad Zia Ulhaq | 141

han terutama dalam proses penyusunan APBD, penegakan hukum,

peningkatan SDM.54

Sosok TGB Zainul Majdi memiliki kesan tersendiri di hati

masyarakat dalam kepemimpinannya memadukan dakwah dan

politik dalam kepemimpinannya. Bapak Abdullah yang merupakan

jamaah rutin TGB menyatakan tanggapannya mengenai sosok

TGB menurutnya:

“Bagi kami melihat sosok itu ada semuanya pada beliau itu

pemimpin yang luar biasa menurut kami yang di NTB ya.

Bisa dibilang beliau itu orang nomor satu di dalam kepe-

mimpinan. Baik dalam pemerintahan maupun agama dan

beliau seorang pejabat dan juga ahli agama beliau juga

mampu membimbing kami lewat siraman rohani. Selama

TGB menjabat banyak sekali yang kita rasakan realisasinya

pembangunan Islamic Center. Pembangunan jalan protokol

dari Mataram sampai ujung Bima yang jauhnya 300 kilo itu

jalan sudah bagus dan bisa kita nikmati hasilnya. Pemerin-

tah-perintah yang dulu membangun setengah-setengah tidak

keseluruhan seperti TGB. Ini kan yang akhirnya membantu

kami akses jalan jadi mudah. Beliau bukan hanya pintar bi-

cara tapi beliau merealisasikannya pemerataan pembangu-

nan.”55

Dalam hal dakwah bil-hal TGB Zainul Majdi seperti prinsip-

nya Islam harus mampu menghadirkan nilai-nilai kebaikan dan

manfaat untuk orang banyak. Prinsipnya ini diterapkan melalui

nilai-nilai dakwah dalam masa kepemimpinan politiknya melalui

karya-karya yang nyata. Meliputi dakwah bil-hal. Dakwah bil-lisan

dan dakwah bil-qalam, nilai-nilai dakwah itu diaplikasikan dengan

karya-karya yang nyata dalam hal dakwah bil-hal diantaranya:

54

A.Ubaidillah & Abdul Razak, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan

Masyarakat Madani (Jakarta: Tim ICCE UIN Jakarta, 2000), cet.1.h. 216-

249. 55

Wawancara langsung dengan bapak Abdullah Jamaah Pengajian

Rutin Mesjid Islamic Center NTB pada tanggal 04 oktober 2019.

142 | Retorika Dakwah dalam Politik...

1. TGB Zainul Majdi menginisiasi terbentuknya suatu terobo-

san bank Syariah NTB, mengkonversi dari bank daerah

NTB menjadi bank syariah NTB. Menurutnya sistem per-

bankan syariah ikhtiarnya untuk meningkatkan dakwah

melalui pengembangan ekonomi. Perubahan Bank NTB

menjadi Bank NTB Syariah merupakan bentuk kontribusi

dari NTB terhadap perekonomian nasional. Yang akan me-

nyinergikan bank syariah dengan segmen wisata halal di

wilayah setempat NTB. TGB menilai prinsip keagamaan

bisa dipindahkan dari nilai kebangsaan pada nilai pereko-

nomian. Karena Indonesia bukan negara agama banyak ru-

ang untuk menerapkan nilai-nilai Islam dapat masuk dalam

satu tatanan ekonomi, sosial, maupun politik. Salah satu

sistem yang memungkinkan Indonesia dapat maju, sejah-

tera, dan berkeadilan adalah system keuangan syariah. Me-

nghadirkan ekonomi yang tumbuh, dan memberikan kea-

dilan dan kesejahteraan bagi masyarakat luas.56

2. Menciptakan kebijakan pada sektor pariwisata yang mengi-

nisiasi adanya Halal Tourism Destination dan World Best

Halal Honeymoon Destination. Destinasi halal yang dimak-

sud adalah tujuan wisata yang lengkap dengan fasilitas ha-

lal bagi para wisatawan muslim.57

Dengan prinsip-prinsip

dan atau syarat tertentu utamanya meliputi : makanan halal

tidak ada minuman keras (mengandung alkohol), tidak me-

56

Republika.com, “Tiga Catatan TGB Untuk Bank NTB Syariah”.

diakses 26 september 2019 dari https://www.republika.co.id/berita/ekono

mi/syariah-ekonomi/18/09/13/peznyp370-tiga-catatan-tgb-untuk-bank-

ntb-syariah 57

Kominfo.com, “Menangkan WHTA (World Halal Tourism Award)

untuk Pariwisata Indonesia di Mata Dunia”, diakses tgl 26 september

2019 dari https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/8385/menang

kan-whta-world-halal-tourism-award-untuk-pariwisata-indonesia-di-mata-

dunia/0/artikel_gpr

Mochammad Zia Ulhaq | 143

nyajikan produk dari babi, tidak ada hiburan seperti disko-

tik atau live music, ruang tamu yang berbeda pria/fasilitas

ruang ibadah (Masjid atau Mushalla) yang terpisah antara

pria dan wanita, pakaian Islami untuk seragam pekerja,

tersedianya Alquran dan peralatan ibadah masing-masing

kamar pengunjung, petunjuk arah kiblat yang jelas, toilet

diposisikan tidak menghadap kiblat, keuangan hotel dan

tempat wisata menggunakan sistem syariah.58

3. Mempercepat pembangunan Islamic Center sebagai icon

dan tempat kegiatan keagamaan masyarakat di NTB. Seba-

gai bangunan monumental yang dapat menjadi land mark

Nusa Tenggara Barat dan menjadi tujuan wisata religi dan

kegiatan keislaman, baik tingkat regional maupun nasional.

Bahkan sebelum diresmikan penggunaannya, area Masjid

Hubbul Wathan di Islamic Center menjadi pusat kegiatan

penyelenggaraan MTQ Tingkat Nasional, pelaksanaan sha-

lat tarawih bersama Imam Besar yang didatangkan dari be-

berapa negara di Timur Tengah, kegiatan di bidang pereko-

nomian dan kebudayaan Islami.59

Politik ranah perkhidmatan dan ruang untuk mengabdi dalam

berdakwah. Dalam politik merumuskan suatu kebijakan-kebijakan

yang memenuhi kaidah-kaidah kemaslahatan yang penuh dengan

nilai-nilai universal Islam seperti keadilan, kesetaraan, dan spiri-

tualitas. Dalam Islam kepemimpinan itu mengajarkan innallaha ya-

’muru bil ‘adli wal ihsan. Pemimpin itu harus mampu menciptakan

menghadirkan suatu kebijakan yang adil dan mampu memfasilitasi

kelompok-kelompok yang lemah. Bisa memberikan keberpihakan

58

Satriana ED, Wisata Halal Perkembangan, Peluang, dan Tanta-

ngan, Journal of Halal Product and Research (JHPR), Vol. 01 No.02,

2018. 59

Wawancara langsung dengan bapak Aziz dosen di Institut agama

Islam Hamzanwadi, 03 oktober 2019.

144 | Retorika Dakwah dalam Politik...

lebih pada mustadh‘afin (orang yang dilemahkan).

60 Wayanha ‘anil

fahsya iwal munkar (mencegah daripada perbuatan keji dan mung-

kar). Pemimpin itu tidak boleh memfasilitasi kekejian atau mem-

buat regulasi-regulasi yang semakin tersebarnya kemungkaran.

Yang terpenting pemimpin itu harus menciptakan karya-karya yang

nyata.61

Agen perubahan biasanya terdiri dari sosok yang memiliki

pengaruh besar di tengah masyarakat yang disebut tokoh atau

pemimpin. Dicintai rakyatnya dan rakyat mencintai pemimpinnya.

Oleh karena itu, keberadaan pemimpin amat diperlukan sebagai

tokoh perubahan dalam lingkup yang besar. Seorang pemimpin

harus menyadari dan memahami posisinya tersebut, karena akan

menentukan langkahnya termasuk dalam melakukan transformasi

perubahan sosial sehingga orang lain mau mengikutinya (they have

a unique ability to get others to follow them). Sehingga misi peru-

bahan (change) yang diinginkannya dapat berjalan sesuai hara-

pan.62

Dalam hal retorika dakwah bil-lisan aktivitasnya selalu ber-

kaitan dengan dakwah. Yang berorientasi pada, ceramah, pidato,

khotbah dan sebagainya. TGB Zainul Majdi rutin safari berdakwah

berkeliling ke beberapa kota di Indonesia apalagi TGB zainul Maj-

di juga saat ini menjabat sebagai ketua umum OIAA pusat, banyak

undangan yang menghampiri beliau. Dalam hal kajian rutin beliau

mengisi pengajian bulanan di masjid Hubbul Wathan Islamic Cen-

ter. Dan juga TGB Zainul Majdi mengisi kajian dan acara religi di

beberapa stasiun TV dan radio diantaranya:

60

Wawancara Langsung dengan TGB Zainul Majdi, 04 Oktober

2019. 61

Hidayatullah. Com, “Politik di Mata TGB”. https://www.hidaya

tullah.com/berita/wawancara/read/2018/02/23/136304/politik-di-mata-

tuan-guru-bajang-m-zainul-majdi.html. diakses tgl 26 september 2019. 62

David I Bertocci, Leadership in Organization, There is Different

Between Leaders and Managers (American: University Press of America,

2009), XVI.

Mochammad Zia Ulhaq | 145

1. TVRI acara “Kajian Tafsir Bersama TGB”.

2. Metro TV acara religi “Demi Masa”. Tayang pada saat

bulan Ramadhan.

3. RCTI acara “Hafiz Indonesia”.

4. TGB juga rutin mengisi kajian di Radio Dakwah lokal

Hamzanwadi dengan program, “Anda Bertanya Tuan

Guru Menjawab”.

Pengamalannya dalam Dakwah bil-qalam beliau menyempat-

kan diri untuk mengukir retorika lewat torehan kalimat per kalimat

di dalam buku. Itu merupakan Ikhtiar TGB berbicara mengenai

gagasan untuk kemajuan dan kebangkitan umat melalui tulisan.

Menurutnya, “Meraih Kejayaan suatu masyarakat dan umat mela-

lui Literasi sebagai jalan untuk menunjukkan cinta kita terhadap

kitab suci Al-quran, saat menulis itulah kita bisa melihat keindahan

ilmu melalui guratan dari kalimat per kalimat.”63

Diantara karya-

nya dalam bidang dakwah bil-qalam:

1. Buku yang berjudul “TGBNOMICS Ikhtiar NTB Untuk

Indonesia”.

2. Buku yang berjudul “Tuan Guru Bajang Santri Memba-

ngun Negri”.

3. Buku yang berjudul “Ulama Pemimpin Kiprah Tuan Guru

Bajang dalam Membangun Umat”.

4. Buku yang berjudul “TGB Ulama dan Umara Memimpin

Dengan Hati”.

63

Hidayatullah.com, ”TGB Dinobatkan Sebagai Tokoh Perbukuan

Islam.” diakses 20 September 2019 dari https://www.hidayatullah.com/

berita/nasional/read/2018/04/19/140827/tgb-dinobatkan-sebagai-tokoh-

perbukuan-islam.html

146 | Retorika Dakwah dalam Politik...

D. Analisis Tahapan (The Five Cannons of Rhectoric) Retorika

TGB Zainul Majdi

Pada tahapan ini penulis menganalisis dari beberapa video

yang masih berkaitan dengan video sebelumnya. Akan tetapi dalam

tahapan ini berbeda dalam cara menganalisis pidato atau ceramah

TGB Zainul Majdi. Pada tahapan ini berkaitan dengan penyusunan

pidato atau ceramah melalui tahapan-tahapan melalui 5 hukum

tahapan retorika Aristoteles The Five Canons of Rhetoric. Menge-

nai hal-hal retoris yang berkaitan dengan pernyataan-pernyataan

politiknya. Karena penggunaan retorika umum digunakan oleh

semua elemen yang berkecimpung dalam dunia dakwah dan poli-

tik. Melalui retorika sebagai alat untuk mengemas pesan gagasan

menjadi menarik. Dari pola tersebut, tersusunlah tahapan-tahapan

retorika menurut Aristoteles dan ahli retorika klasik (Socrates dan

Plato) lima tahap penyusunan pidato yang dikenal sebagai lima

hukum retorika The Five Canons of Rhetoric. Dengan 5 tahapan

retorika, penulis menganalisis isi dan tahapan-tahapan ceramah dan

pidato TGB Zainul Majdi meliputi 5 tahapan. 1). Inventio (pene-

muan tema) 2). Dispositio (Penyusunan) 3). Elocutio (Gaya pilihan

kata) 4). Memoria (Ingatan dalam penyampaian pidato) 5). Pronon-

titio (Cara Penyampaian).64

1. Inventio (Penemuan Tema dan Argumen)

Satu diantara lima hukum retorika adalah inventio yakni unsur

pertama yang memiliki fungsi sebagai penggali tema atau topik.

Tema yang dimaksud bukan hanya isi tetapi juga sisi tertentu dari

suatu peristiwa yang saling berkaitan.65

Dalam tahapan ini pembi-

cara juga menyeleksi tema yang tepat dengan pendengar dan me-

64

Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Ban-

dung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012) h. 6 65

Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, h. 6

Mochammad Zia Ulhaq | 147

nguasai banyak hal tentang topik yang ingin disampaikannya.

66

Dalam menganalisis penelitian ini terdapat video diambil ketika

TGB Zainul Majdi berceramah di masjid Daruttauhid Bandung

dalam kegiatan safari dakwah dan politiknya, disampaikannya

melalui konsep ceramah. Berikut kutipan dari ceramah TGB Zainul

Majdi dengan mengambil tema “Ma’rifatullah dengan topik pem-

bahasan potret kehidupan manusia pada masa lampau”. Berikut

kutipan ceramah TGB Zainul Majdi terkait konsep Ma’rifatullah.

“Para ulama mengatakan jika Anda mencabut satu huruf saja

dari Alquran lalu Anda cari dari semua kamus-kamus Baha-

sa Arab yang ada untuk mengganti, satu huruf itu dengan

huruf yang lain. Maka engkau tidak akan menemukan gan-

tinya, jadi mengenai kepastian dan ketepatan di dalam

Alquran itu betul-betul mencengangkan. Bagaimana suatu

makna-makna itu saling berjalin dan berkaitan dengan struk-

tur Bahasa Arab yang tidak bisa digantikan, bahkan oleh

orang Arab yang paling fasih sekalipun. Maka ketika Allah

berfirman fa inna ma’al-‘usri yusrā, inna ma’al-‘usri yusrā.

Dalam dua ayat ini ada dua kalimat ma’rifat yaitu ’al-‘usri

yang artinya kesulitan dan yusrā yang artinya kemudahan.”67

Penjelasan TGB Zainul Majdi mengenai ma’rifatullah terlihat

di penanggalan tema bagaimana Allah SWT menaruh suatu kemu-

dahan setelah adanya kesulitan. Jadi dalam tema ini TGB Zainul

Majdi menggali tema yang berkaitan dengan ma’rifatullah menge-

nalkan Allah melalui kemahakuasaannya Allah dengan menjelas-

kan kemudahan-kemudahan yang Allah berikan kepada hambanya.

Jadi TGB memberikan tema dan penjelasan begitu berkaitan antara

satu dengan yang lainnya, itu merupakan keselarasan antara tema

66

Stephen E. Lucas, The Art Public Speaking, (Mcgraw-Hill Singa-

pore 2001), hal. 75 67

Youtube.com, “Penuh Hikmah, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid

Daruttauhid Bandung”, diakses tanggal 26 september 2019 dari https://

www.youtube.com/watch?v=zptVJUYGCnU

148 | Retorika Dakwah dalam Politik...

dari ceramah yang dibawakannya. Hal ini terbukti pada tahapan

inventio suatu penemuan tema pembahasan. Menurut Aristoteles

bahwa retorika tidak lain merupakan suatu kemampuan seseorang

untuk menentukan suatu topik, tema dan kejadian tertentu, dengan

menggunakan metode persuasi.

2. Dispositio (Penyusunan Bahan)

Seringkali kita menemukan seseorang yang ceramah atau ber-

pidato panjang tanpa memperoleh apa-apa selain kelelahan dan

kejenuhan. Ini disebabkan pembicara mempunyai bahan yang ba-

nyak namun tidak mampu mengorganisasikannya. Pidatonya yang

tidak teratur bukan saja menjenuhkan tetapi membingungkan pem-

bicara itu sendiri. Dalam berpidato dibutuhkan kemampuan untuk

mengatur atau menyusun bahan-bahan yang akan disampaikan

terutama dalam pengorganisasian Dalam penyusunan pidato TGB

Zainul memilki kekurangan terutama dalam hal persiapan. Lemah-

nya persiapan dalam penyusunan pidato dengan impromptu yaitu

penyampaian suatu gagasan atau informasi tidak didahului dengan

adanya persiapan terkesan mendadak dan spontan, impromptu me-

miliki beberapa keuntungan, yaitu impromtu lebih mampu mengu-

ngkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, dan mampu me-

nyampaikan gagasan dan pendapatnya datang secara spontan,

sehingga tampak segar dan hidup.68

Ini kekurangan dalam segi

penyusunan pidato. Akan tetapi melalui kepiawaiannya dalam pe-

nyusunan retorik hal ini mampu dilalui TGB, terlihat dari beberapa

pidato atau ceramah-ceramah yang penulis analisis melalui video-

videonya.

Skema yang digunakan dalam pidato TGB Zainul Majdi ini

masih termasuk tahapan Five Canons of Rhetoric, diantaranya ma-

sih terdapat suatu pengantar, pernyataan, diikuti dengan argumen.

Karena menurut Aristoteles menyebutkan bahwa pengantar ber-

fungsi menarik perhatian dan menumbuhkan kredibilitas serta

68

Stephen E. Lucas, The Art Public Speaking, (Mcgraw-Hill Singa-

pore 2001), hal. 272.

Mochammad Zia Ulhaq | 149

menjelaskan tujuan di awal. Pernyataan dan argumen merupakan

suatu pembahasan yang disampaikan dalam pidato, sedangkan

epilog adalah penutup dari pidato itu sendiri. Menurut Cicero

mengorganisasikan pidato terbagi atas tiga bagian yaitu, pendahu-

luan (muqadimah) bagian utama (isi), dan penutup lalu suatu

kesimpulan. Pendahuluan terdiri atas ucapan salam atau sapaan,

pembukaan dan penghantar ke dalam tema yang akan dibicarakan

sedangkan bagian utama (isi) terdiri atas pernyataan, argumen dan

pembuktian, serta untuk penutup terdiri atas rangkuman, tindakan

kongkret yang harus dijalankan, tuntutan, dan harapan.69

Contoh

kutipan pidato TGB Zainul Majdi yang masih berkaitan dengan

tema sebagai berikut.

a) Pendahuluan

Pendahuluan merupakan tahapan yang penting dalam penyu-

sunan pidato karena berkaitan dengan kesan pertama dari si pem-

bawa pesan. Pendahuluan dirancang untuk menarik minat pende-

ngar. Termasuk gerbang awal mengetahui suatu tema yang akan

disampaikan.70

Meliputi salam pembuka (sapaan) dan kalimat pem-

buka. Bentuk contoh pendahuluan dari pidato TGB Zainul Majdi.

“Alhamdulillahilladzi ‘anama ‘alaina bi ni’matil iman, wal

islam. Wakafa bihima min ni’mah Asyahadualla ilaha illa-

loh, wa asyhadu anna Muhammadan‘abduhu wa rosulluhu.

La nabiya ba’da amma ba’du. Allohuma sholi ala Muham-mad waala ali syaidina Muhammad. Yang saya muliakan,

pimpinan Daruttauhid dan beberapa tokoh-tokoh yang saya

hormati dan saya muliakan, bapak-bapak ibu ibu. Alhamdu-

lillah wa syukurilah malam yang kita berkahi ini malam

Jum’at sayyidul ayyam, malam yang penuh dengan kemulia-

69

Hendrikus Dori Wuwur, Retorika. (Jakarta: Rajawali Pers. 1991),

hal. 63 70

Loren Reid, Speaking Well Loren Red, (United States of America:

McGraw-Hill College,1982), hal. 125

150 | Retorika Dakwah dalam Politik...

an ini saya Zainul Majdi. Diizinkan oleh Allah untuk bersila-

turahmi dan duduk di sini Bersama bapak dan ibu.”71

Dalam berpidato memang tidak pernah lepas dari salam pem-

buka (sapaan), Secara sistematis setelah adanya salam pembuka,

maka akan dilanjut dengan pembahasan awal atau kita kenal de-

ngan pendahuluan. Berikut kutipan data tentang pendahuluan dari

pidato TGB Zainul Majdi di Daruttauhid.

“Bapak-bapak dan ibu-ibu sebenarnya malam ini setelah saya

amati dengan tema ma’rifatullah, sebenarnya saya masih sangat

jauh sekali dari ma’rifatullah. Belum sampai disitu juga saya su-

dah harus mengkaji mengenai akhlak yang biasa dibahas oleh

AA Gym, yang dimana saya juga masih belajar tentang akhlak.

Ini malam yang sulit buat saya tapi saya ingat pada surat Al-

insyirah, bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan setelahnya.

Ini adalah ayat yang menghibur untuk kita semua.”72

Kalimat tersebut adalah suatu bentuk sapaan TGB Zainul

Majdi terhadap masyarakat di Daruttauhid Bandung dalam me-

nyampaikan ceramahnya dengan sikap yang rendah hati, dan sikap

yang tawadhu. Di situlah kepiawaian TGB Zainul Majdi dalam

membangun suasana yang akrab dan hangat sebelum kebagian inti

TGB Zainul Majdi. Dalam berpidato dan berceramah seseorang

dituntut mampu mengatur suasana, sehingga dalam menyampaikan

gagasan dan pidatonya. Audiens tidak merasa jenuh melainkan

antusias untuk menyimak penjelasan dari kalimat per kalimatnya.

Dengan begitu dengan kesan pertama dalam membangun suatu ko-

munikasi ada pada pembukaan dan pendahuluan.

71

Youtube.com, Penuh Hikmah, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid

Daruttauhid Bandung”, https://www.youtube.com/watch?v=zptVJUYG

CnU. Diakses tanggal 26 September 2019. 72

Youtube.com, Penuh Hikmah, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid

Daruttauhid Bandung, Diakses tanggal 26 september 2019.

Mochammad Zia Ulhaq | 151

b) Bagian Utama (isi)

Pada tahapan ini merupakan bagian utama dari susunan pidato

bagian dimana suatu ide dan tema dikembangkan dengan penjela-

san yang logis, saling berkaitan antara tahapan satu dengan tahapan

yang lainnya.73

TGB Zainul Majdi menjelaskan tentang isi penjela-

san materinya meliputi pernyataan, argumen, dan bukti. Berikut

kutipan pernyataan pada bagian isi ceramah TGB Zainul Majdi.

“Potret manusia dalam hal individu maka manusia dalam

Alquran itu penuh dengan kelemahan dan keterbatasan, pot-

ret seperti ini bapak-bapak ibu-ibu cepat atau lambat itu

akan bergeser, ketika bergeser manusia dari sendiri-sendiri

menjadi bersama-sama maka timbullah panggilan Allah da-

lam kebersamaan dengan panggilan ya Ayyuhannas mulailah

kita timbul aura kekuatan, kebersamaan, dan persatuan, keti-

ka satu itu menjadi kebersamaan, dan individu menjadi

kolektif, maka mulai terasa ada suatu kekuatan yang besar.

Sesuatu yang kolektif itu kemudian mencapai suatu puncak-

nya menjadi betul-betul kekuatan yang luar biasa, pada masa

dulu Nabi Muhammad mengubah peradaban dunia ketika Ya Ayyuhannas hai manusia, menjadi Ya ayyuhalladzina ama-

nu. Wahai orang-orang yang beriman. Dan pada akhirnya

Allah menyebutkan hambanya dengan Kuntum Khaira

Umah, kita adalah umat yang terbaik yang allah pernah

lahirkan di muka bumi ini untuk menjadi orang yang terus

menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.”74

Isi pernyataan di atas merupakan penjelasan kepada para

jamaah bahwa potret kehidupan manusia di Jazirah Arab pada

masa lalu itu hidup secara bersuku-suku dan berkelompok-kelom-

pok, hanya gara-gara air atau makanan mereka bisa saling berteng-

73

Loren Reid, Speaking Well Loren Red, (United States of America:

McGraw-Hill College,1982), hal. 129. 74

Youtube.com, Penuh Hikmah, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid

Daruttauhid Bandung, Diakses tanggal 26 september 2019.

152 | Retorika Dakwah dalam Politik...

kar dan membunuh, begitu sensitifnya kehidupan dan ajaran manu-

sia pada masa lalu. Tidak mengenal namanya kebersamaan dan

persaudaraan, akan tetapi dengan lahirnya Nabi Muhammad seo-

rang yang mulia beliau yang memberikan suatu perubahan pada

kehidupan manusia. Lewat firman Allah melalui lisannya, menga-

jarkan tata cara hidup seorang manusia secara berdampingan de-

ngan saudara dan masyarakat. Melalui cara yang bertahap pada

awalnya Allah memanggil manusia dengan panggilan ya Ayyuhan-

nas dari sini mulailah kita timbul aura kekuatan, kebersamaan, dan

persatuan, dari manusia yang berkelompok-kelompok menjadi sua-

tu kebersamaan dengan sebutan ya Ayyuhannas ketika satu kelom-

pok itu menjadi satu kebersamaan, dan individu menjadi kolektif,

maka dari situ mulai ada kekuatan yang besar. Sesuatu yang kelom-

pok itu kemudian mencapai suatu puncaknya dengan panggilan Ya

ayyuhalladzina amanu. Ini menjadi betul-betul kekuatan yang luar

biasa, dan akhirnya Allah menyebutkan dengan panggilan Kuntum

khaira umah umat yang terbaik ini adalah puncak terbaik seorang

melalui firman Allah lewat lisan Nabi Muhammad mengubah pera-

daban dunia ketika Ya Ayyuhannas menjadi Ya ayyuhalladzina

amanu dan puncaknya Kuntum khaira umah. Suatu penggalan

ceramah TGB Zainul Majdi dengan mengangkat tema “Potret Ke-

hidupan Manusia Pada Masa Lalu.” Melalui ceramahnya berupa-

ya mengontrol pikiran dan tindakan jamaahnya. Kontrol tersebut

digunakan dengan cara meyakinkan dan menjelaskan dengan baha-

sa yang mudah dipahami kondisi masyarakat. Berdasarkan penga-

laman belajarnya sebagai seorang Doktoral Tafsir-Hadis dia mam-

pu membuat suatu tema yang cocok dan berkaitan dengan tema

yang dibawakannya.

c) Penutup

Penutup pada umumnya terdiri dari rangkuman tindakan ko-

ngkret yang harus dijalankan, tuntutan dan harapan. Berikut kuti-

pan ceramah TGB Zainul Majdi.

Mochammad Zia Ulhaq | 153

“Bapak-ibu hal-hal yang menyangkut tentang keumatan itu

sering terjadi pengulangan-pengulangan, menurut Ibnu Khal-

dun peradaban itu seperti manusia kumpul dua tiga orang

lalu semakin besar, buat satu kampung lalu kampung itu

semakin besar menjadi kampung besar kemudian sepakat

suatu kampung membuat negara dan supaya tertib mereka

menyepakati membuat suatu hukum. Lalu kemudian dengan

bekal hukum dan kesepakatan tersebut mereka bangunlah

negara itu, setelah mereka bangun lahirlah sarana produksi

lalu itu menghasilkan uang. Maka dengan itu sarana-sarana

makindibangun, dan semakin banyak uang lalu masuklah pe-

nyakit kemalasan, hedonisme dimana-mana mulailah pera-

daban itu retak dan hancur. Ketika hancur kembali lagi dan

terus-menerus seperti itu, itu yang dikatakan Ibnu Khaldun

mudah-mudahan kita dalam masa yang baik, bukan masa

dimana peradaban itu hancur.”75

TGB Zainul Majdi menggunakan skema seperti di atas untuk

menyusun dan menggunakan pola secara tepat, sehingga mampu

menciptakan keserasian antar paragraf serta lebih teratur. Sebagai-

mana unsur tematik dengan superstruktur ini merupakan satu kesa-

tuan yang berurutan dan padu. Dalam arti, apa yang diutarakan

dalam bagian pertama akan diikuti dan dikuatkan dalam bagian

berikutnya. Pola seperti ini digunakan oleh TGB Zainul Majdi

sebagai strategi untuk mendukung topik yang ingin disampaikan

dengan cara mengorganisir retorika lebih sistematis. Kematangan

TGB Zainul Majdi dalam berpidato atau berceramah itu ditunjang

dari kepaduan dalam penyusunan tema dan pokok pembahasan

sehingga apa yang disampaikan begitu selaras antara tema isi dan

penutup, yang diawali dengan salam pembuka dan sapaan untuk

menanamkan suasana ramah dan hangat, lalu dimulai dengan

pendahuluan untuk menggiring jamaah masuk ke dalam suasana

yang di buat oleh TGB Zainul Majdi dengan memberikan gamba-

75

Youtube.com, “Penuh Hikmah, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid

Daruttauhid Bandung”, diakses tanggal 26 September 2019 dari https://

www.youtube.com/watch?v=zptVJUYGCnU

154 | Retorika Dakwah dalam Politik...

ran dan situasi. Sebelum masuk ke bagian inti atau isi yang akan

dibahas, kemudian masuk ke inti pembahasan yang di dalamnya

terdapat suatu pernyataan, argumen dan pembuktian dari TGB Zai-

nul Majdi. Setelah itu dilanjutkan mengenai suatu gambaran dan

rangkuman dari pidato TGB Zainul Majdi yang dimana suatu cera-

mah itu memiliki harapan dan tindakan konkrit dari para jamaah

untuk mengamalkannya. Dengan begitu TGB Zainul Majdi mampu

memberikan suatu penyajian pidatonya terstruktur dengan baik.

3. Elocutio (Gaya Bahasa)

Pada bagian ini menekankan pada pemilihan kata-kata dan

penggunaan bahasa yang tepat untuk mengemas pesannya.76

Peng-

gunaan bahasa dalam retorika umum digunakan oleh semua elemen

yang berkecimpung dalam dunia politik. Penggunaan bahasa dila-

kukan dengan cara pemilihan kata atau kalimat yang sesuai dengan

tipe pendengar, sehingga mampu menarik dan mempengaruhi pen-

dengar pihak lain agar percaya, dengan ide-ide, pencerahan mau-

pun gagasan-gagasan yang disampaikan oleh seorang orator, dari

pemilihan bahasa yang tepat itu membuat ikatan dan menjembatani

sampainya isi pesan kepada pendengar.77

Dalam retorika pilihan

kata dan penggunaan bahasa sangat diperhatikan, karena dengan

kepiawaiannya dalam membawakan bahasa yang sesuai dengan

pendengar sehingga tidak terkesan menyinggung. Penggunaan gaya

bahasa dapat dijelaskan pada data berikut. Pada tanggal 12 novem-

ber 2018 ketika TGB Zainul Majdi menjelaskan kriteria seorang

imam yang ideal di tengah-tengah masyarakat dan para jamaah

persaudaraan alumni 212.

76

Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Ban-

dung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012) h. 8 77

Stephen E. Lucas, The Art Public Speaking, (Mcgraw-Hill Singa-

pore 2001), hal. 272.

Mochammad Zia Ulhaq | 155

a) Aliterasi

Gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama.

Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa,

untuk hiasan atau untuk suatu penekanan makna dari sebuah kata

atau meningkatkan ritme suara.78

Dapat dilihat pada data berikut.

“Jika kalian menjadi imam bagi masyarakat secara umum harus

menggunakan surah-surah yang pendek, jangan karena hafidz

Qur’an banyak hafalan datang ke masjid dengan membaca surah

Al-Baqarah.”79

Perulangan bunyi pada tempat-tempat tertentu. Selalu terjadi

pada gaya bahasa aliterasi. perulangan tersebut diterapkan untuk

menimbulkan efek penekanan dalam suatu kalimat yang disampai-

kannya. Seperti kalimat di atas dalam pernyataan kalimat tersebut

terdapat perulangan bunyi kata “surah-surah”. Yang memiliki

makna yang terdapat dalam kata tersebut adalah penekanan bahwa

masyarakat yang kelak dipercaya menjadi seorang imam, agar

memperhatikan isi bacaan surah agar tidak membacakan surah

yang panjang, karena kemampuan seorang makmum yang berbeda-

beda.

b) Asindeton

Suatu gaya yang berupa acuan, bersifat singkat dan padat yang

mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihu-

bungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipi-

sahkan saja dengan koma.80

Seperti ucapan “saya datang, saya

78

Stephen E. Lucas, The Art Public Speaking, hal. 256. 79

Youtube.com, “TGB Jangan Buat Orang Lain Lari dari Islam

karena Salah Menyajikannya”, diakses 20 September 2019 dari https://

www.youtube.com/watch?v=j4Xk8KZhI4g 80

Moch. Ferdy Ardiansyah, Analisis Retorika Basuki Tjahaja Purna-

ma Dalam Kampanye Rakyat Pemilihan Kepala Daerah Khusus Ibukota

Jakarta Di Rumah Lembang 2017 Kajian Retorika Aristoteles, Jurnal

Bahasa, Vol. 01 No. 01 Tahun 2012.

156 | Retorika Dakwah dalam Politik...

lihat, saya menang”. Dan berikut kalimat yang disampaikan oleh

TGB Zainul Majdi di hadapan para jamaah. “Cara kalian menyaji-

kan Islam, buat orang lain bukan cinta Islam, malah jadi menja-

uh.”81

Berdasarkan pernyataan TGB Zainul Majdi di atas terdapat

suatu gaya bahasa asindeton yang memiliki kepadatan dari bebera-

pa kata, frasa, atau klausa yang sederajat dan tidak dihubungkan

dengan kata sambung. Biasanya hanya dipisahkan dengan tanda

koma. Pada kalimat tersebut terdapat kepadatan dari beberapa kata,

seperti “cara kalian menyajikan Islam, buat orang lain bukan cinta

Islam, malah jadi menjauh”. Makna yang terkandung dalam kali-

mat tersebut adalah cara kita sebagai umat Islam harus cerdas da-

lam menyikapi suatu situasi di tengah-tengah masyarakat yang

memiliki kemampuan dan kesibukan yang berbeda-beda, ketika

menjadi seorang imam dituntut untuk mampu menghadirkan

kenyamanan untuk jamaah dan masyarakat.

c) Eufemismus

Kata eufemisme atau eufemismus diturunkan dari kata Yunani

euphemizein yang memiliki arti “mempergunakan kata-kata dengan

arti yang baik atau dengan maksud dan tujuan yang baik”. sebagai

gaya bahasa, eufemisme merupakan semacam acuan berupa suatu

ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang lain, dengan

ungkapan yang halus dan baik, untuk menggantikan ungkapan yang

mungkin dirasa menghina atau menyinggung perasaan orang lain.82

Seperti pada data kalimat berikut.

“Tapi kalau masjid yang biasa yang umum, maka gunakan

surah yang pendek tidak menggunakan surah yang panjang-

81

Youtube.com, “TGB Jangan Buat Orang Lain Kari dari Islam

karena Salah Menyajikannya”, diakses 20 september 2019 dari https://

www.youtube.com/watch?v=j4Xk8KZhI4g 82

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa. (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2010), hal. 132.

Mochammad Zia Ulhaq | 157

panjang, ini bagian dari akhlak yang diajarkan Nabi Muham-

mad Shalallahualaihi wasalam kepada umatnya.”83

Gaya bahasa eufemismus merupakan gaya bahasa yang memi-

liki tujuan yang baik dengan suatu pernyataan atau ungkapan yang

tidak menyinggung perasaan orang lain. Gaya tersebut terdapat

dalam ceramah TGB Zainul Majdi di hadapan masyarakat dan

jamaah FPI. Makna yang terkandung dalam pernyataan tersebut

adalah bahwa, dalam hal pembacaan surah saja itu sudah ada adab

dan tata caranya, jika dilakukan di tengah-tengah masyarakat. Dan

tata cara itu adalah akhlak yang diajarkan oleh Nabi Muhammad

SAW untuk diaplikasikan oleh masyarakat.

d) Litotes

Semacam ungkapan atau pernyataan yang bersifat pembelaan

dengan gaya merendahkan diri, dengan tujuan menyangkal argu-

men pembelaan kepada lawan bicara karena tidak sesuai dengan

kenyataan.84

TGB Zainul Majdi menggunakan retorika dengan

gaya litotes yang merupakan gaya bahasa menyatakan sesuatu

dengan tujuan merendahkan diri akan tetapi bersifat menyangkal

suatu argumen. Ini digunakan ketika TGB Zainul hadir di acara

QNA di Metro TV pada 30 Oktober 2018. TGB Zainul Majdi

disinggung pertanyaan oleh seorang wartawan senior Bung Kohar

dengan keterlibatannya dengan kasus korupsi investasi Newmont

dia menjawabnya dengan.

“Saya sangat menghormati pers selama perhikmatan saya di

ranah publik 4 tahun di DPR, 10 tahun menjadi Gubernur,

Insya Allah saya tidak menyakiti pers. Akan tetapi jika ada

hal-hal yang mencoba untuk memframing saya dengan hal

83

Youtube.com, “TGB Jangan Buat Orang Lain Lari dari Islam

karena Salah Menyajikannya”, diakses 20 September 2019. 84

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa. (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2010), hal. 132.

158 | Retorika Dakwah dalam Politik...

yang tidak baik… Saya jaga kehormatan itu dan saya tidak

mau kalau integritas kehormatan yang mana itu adalah mo-

dal utama saya selama ini saya berkiprah di ranah publik

kemudian dirusak begitu saja.”85

Litotes merupakan gaya bahasa yang dipakai untuk menyata-

kan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri dibarengi dengan

suatu argumen dan pembelaan. Pada pernyataan tersebut terdapat

argumen TGB Zainul Majdi dengan menyatakan penghormatannya

terhadap pers selama pengabdiannya di ranah politik, akan tetapi

TGB Zainul Majdi tidak setuju jika integritas dan kehormatannya

diframing dengan hal yang tidak baik.

e) Prolepsis

Semacam gaya bahasa di mana orang mempergunakan lebih

dahulu kata-kata sebelum peristiwa itu terjadi (harapan) atau gaga-

san yang sebenarnya belum terjadi. bisa juga disebut ramalan atau

dugaan sementara.86

Ini kalimat TGB Zainul Majdi ketika me-

nyampaikan suatu pernyataan kepada wartawan di Jak TV pada

tanggal 27 April 2018 sebagai berikut.

“Bahwa masih banyak potensi-potensi dalam hal ekonomi

NTB yang sekarang ini masih dalam tahap awal untuk pe-

ngembangannya. Untuk ikut membangun wisata cultural

tourisme. Gunung Rinjani sebentar lagi akan menjadi Glo-

bal Geopark, Tambora menjadi national Geopark, dan itu

membutuhkan komitmen untuk ke depannya. Jadi itu harus

dijaga terus momentum untuk kita membangun NTB.”87

85

Youtube.com, “Q&A: Metro TV Tanya Tuan Guru”, diakses 20

September 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=VzqBOjJIPBQ

&t=86s 86

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa. (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2010), hal. 134. 87

Youtube.com, “Jak TV TGB Persaudaraan Kunci Utama Pemba-

ngunan di NTB”.

Mochammad Zia Ulhaq | 159

Gaya bahasa prolepsis ini merupakan gaya bahasa yang

dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata sebelum pe-

ristiwa yang sebenarnya terjadi. Hal tersebut seperti pada pernya-

taan di atas terdapat gaya bahasa prolepsis yakni pada “Bahwa

masih banyak potensi-potensi dalam hal ekonomi NTB yang seka-

rang ini masih dalam tahap awal untuk pengembangan-nya. Untuk

ikut membangun wisata cultural tourisme.” Makna yang terkan-

dung pada kalimat tersebut adalah banyak sekali poten-si-potensi

di NTB yang nanti akan memberikan keuntungan dalam hal ekono-

mi melalui pariwisata yang ada di NTB.

f) Hiperbola

Semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan

yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Hiperbo-

la adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyata-

an yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Hiper-

bola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan

yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya dengan

maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi

untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.88

Se-

perti yang dikatakan TGB Zainul Majdi ketika menjawab perta-

nyaan dari Najwa Syihab dalam acara Mata Najwa di Trans 7 pada

20 September 2019 sebagai berikut. “Masyarakat mengira Guber-

nur bisa menuntaskan semua masalah, mungkin di pikiran mereka

Gubernur seperti Khalifah raja zaman dulu yang bisa menuntaskan

semua permasalahan.”89

Makna dari pernyataan tersebut adalah,

TGB Zainul Majdi ingin memberikan suatu penjelasan dengan

bahasa kalimat yang unik. Dengan maksud bahwa seorang guber-

nur saat ini bukan seperti khalifah zaman dahulu, dimana setiap

88

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa. (Jakarta: PT Gramedia Pus-

taka Utama, 2010), hal. 132. 89

Mata Najwa, “Indonesia Rumah Kita: Para Gubernur Dua Perio-

de”, diakses 20 September 2019 dari https://www.youtube.com/watch?

v=L54GVeQO7x4

160 | Retorika Dakwah dalam Politik...

permasalahan yang diadukan kepada sang Khalifah semua

permasa-lahan itu bisa segera beres dan tuntas.

4. Memoria (Ingatan Bahan Pidato)

Dalam tahap ini pembicara harus mengingat apa yang ingin

gagasan dan pesan apa yang ingin disampaikannya, dengan me-

ngatur bahan-bahan pembicaraannya.90

Tahap ini adalah tahap

yang paling penting untuk kesuksesan dari orator dalam menyam-

paikan pidatonya di depan khalayak karena tahap ini ingatan sangat

mempengaruhi isi pembicara dalam menyampaikan pidatonya. Be-

rikut inilah contoh kutipan dari memori TGB dalam wawancaranya

dengan wartawan senior Claudio Boelkan yang disiarkan di Berita

Satu 13 Juli 2018 dengan mengatakan:

“Saya ada waktu sekitar 4 tahun, dari 2014 sampai sekarang

untuk mengamati dan mencermati dan mencermati kinerja

dan kita di NTB itu selama 4 tahun terakhir itu pertumbuhan

kita di atas rata-rata nasional. Terakhir 7,1% pada tahun 2017

pertumbuhan non tambang kita. Nah kenapa ini bisa terjadi,

salah satu di antaranya memang support dari program-pro-

gram yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat.”91

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa ingatan atau

memori TGB Zainul Majdi berkaitan dengan kinerja kepemerinta-

han Bapak Jokowi yang merujuk pada pengalaman-pengalaman

beliau saat menjabat sebagai Gubernur, dimana respon pemerinta-

han pusat kepada daerah NTB begitu perhatian. Berbeda dari

pemerintahan-pemerintahan sebelumnya. Pemerintahan pusat era

Jokowi selama 4 tahun ini membantu Gubernur dalam menyelesai-

kan program-program kerja yang itu langsung dirasakan oleh ma-

90

Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Ban-

dung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012) h. 8. 91

Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 Agustus

2019. https://www.youtube.com/watch?v=snsVIl5lCkQ&t=887s

Mochammad Zia Ulhaq | 161

syarakat. TGB Zainul Majdi memberikan suatu dukungan dan

apresiasi terhadap pemerintah pusat dalam hal perhatian terhadap

daerah-daerah.

5. Pronunciatio (Teknik Menyampaikan Pidato)

Bagian kelima dari seni retorika yang berisi cara penyampaian

pidato yang baik. disebutkan bahwa mengemukakan pidato yang

baik sedikitnya memerlukan tiga hal yaitu pengaturan suara (voice),

ekspresi raut muka (countenance), dan gerak tubuh (gesture).92

Visual diperlukan gerak baik tubuh maupun mimik wajah untuk

mempengaruhi emosi dari pendengar. Ada macam-macam gerak

tubuh seperti 1). Gerak seluruh torso seperti, Anda berjalan dari

satu tempat ke tempat lain. 2). Gerak sebagian tubuh meliputi,

gerak tangan, kaki, bahu. 3). ekspresi wajah 4). Postur dan posisi

pembicara ketika duduk atau berdiri.

“Dan ingatlah ketika kalian mengatakan wahai Musa, sekali-

kali kami tidak akan beriman laka (kepada kamu), hatta

nara Allaha Jahratan sampai kami bisa melihat Tuhan, Allah

92

Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Ban-

dung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012) h. 80.

162 | Retorika Dakwah dalam Politik...

itu dengan mata lahiriah kami. Melihat Allah secara lang-

sung.” 93

Pada tahapan ini TGB Zainul Majdi, menciptakan kontak mata

dengan para jamaah untuk menarik perhatian para jamaah di saat

dia menyampaikan ceramah terkait pembahasan tafsir Qs. Al-

Baqarah ayat 61 mengenai Musa dan bangsa Yahudi. TGB meng-

gerakkan tangannya ke arah matanya. Ketika mengucapkan kalimat

“hatta nara Allaha Jahratan sampai kami bisa melihat Tuhan,

Allah itu dengan mata lahiriah kami.” Dalam tahapan pronuncia-

tion TGB Zainul Majdi menyampaikan pesan dibarengi dengan

gerak tubuh, melalui gerak tangan dan kontak mata membuat sua-

sana menjadi menarik, karena ekspresi itu membuatikatan antara

pembawa pesan dengan para jamaah yang mendengarkan. Melalui

gerak tubuh terdapat pesan tersendiri meliputi penjelasan isi cera-

mah atau memperkuat ide-ide dari suatu argumen dari pembawa

pesan tersebut. Karena ini cara paling efektif dalam penunjang

seseorang dalam menyampaikan pesan.94

93

Youtube.com, “Live Kajian Tafsir Qs Al-Baqarah Ayat 61 Islamic

Center NTB”, diakses 20 September 2019 dari https://www.youtube.com/

watch?v=bnwXLG18ULo 94

Stephen E. Lucas, The Art Public Speaking, Mcgraw-Hill Singa-

pore 2001. Hal. 299.

163

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam penelitian retorika dakwah dan politik TGB Zainul

Majdi melalui kajian media, peneliti berusaha menganalisis bagai-

mana retorika dakwah yang digunakan TGB Zainul Majdi dalam

kegiatan dakwah maupun kegiatan politik praktisnya. TGB me-

ngombinasikan keduanya karena menurutnya politik adalah alat

perjuangan untuk mewujudkan suatu kebijakan besar yang berpi-

hak kepada masyarakat melalui politik sistem besar akan terbangun

yang memberikan kebaikan untuk umat. Melalui rumusan masalah

bagaimana retorika dakwah dan politik TGB Zainul Majdi dan ba-

gaimana tipe dan identitas retorika politik TGB Zainul Majdi penu-

lis menganalisis dengan metode dakwah melalui surat An-Nahl 125

dan teori retorika politik Aristoteles. Berdasarkan hasil analisis

maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Retorika dakwah TGB Zainul Majdi memiliki retorika

dakwah yang baik meliputi pesan dakwah bil hikmah yakni

mengajak bicara kepada akal manusia dengan cara yang

baik dengan ilmu dan dalil-dalil ilmiah yang memuaskan,

dengan bukti-bukti logika yang cemerlang, Retorika mela-

lui metode mau’izhah hasanah yakni mengajak berbicara

kepada hati dan perasaan agar menyadari dan tergerak un-

tuk mengamalkan suatu kebaikan yang mengandung suatu

bimbingan dan pengajaran, melalui kisah-kisah yang penuh

dengan kebaikan. Dan retorika mujadalah billati hiya ah-

san yakni dengan tukar pendapat dialogis yang dilakukan

oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan per-

musuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat

yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti

yang kuat.

164 | Retorika Dakwah dalam Politik...

2. Retorika politiknya menggunakan beberapa tipe pendeka-

tan diantaranya retorika politik deliberatif suatu narasi

dengan konsep untuk masa depan bertujuan mempengaruhi

dan meyakinkan seseorang pada hal kebijakan-kebijakan

dalam pemerintahan. Retorika politik forensic suatu retoris

yang menunjukkan suatu kebenaran pada yang ada pada

masa lalu dengan melandaskan argumentasi dengan bukti-

bukti yang otentik. Ketiga retorika demonstratif yang ber-

orientasi pada memuji pilihan politik dengan memperkuat

argumentasi dari kebaikannya dan menguak sifat negative

lawan politik.

3. Identitas retorika politiknya yang dihasilkan melalui nara-

si-narasi yang menjadi sikap tergolong dalam identitas

politik noble selves menunjukkan orang yang menganggap

dirinya paling benar, Identitas tersebut tidak ditemukan

pada identitas politik TGB Zainul Majdi. Pada tipe Kedua

dan ketiga terdapat kritik penulis mengenai sikap dan iden-

titas politiknya yang terbentuk melalui proses komunikasi

meliputi tipe rhetorically reflector, merupakan seseorang

yang tidak punya pendirian yang teguh dan hanya menjadi

cerminan orang lain. Sikap ini ada pada seorang TGB Zai-

nul Majdi dalam perjalanan karir politiknya yang berpin-

dah-pindah dari partai satu pada partai lainnya. Tipe ketiga

kritik dalam sikap dan identitas rhetorically sensitive, sikap

orang yang adaptif selalu menyesuaikan diri dengan ling-

kungannya yang cenderung mengikuti keadaan bukan

mengkritisi keadaan.

B. Saran

1. Konflik kekuasaan yang terjadi di organisasi Nahdlatul Wat-

han konflik di organisasi NW adalah konflik perebutan ke-

kuasaan diantara elit NW yang diikuti oleh massa karena

pembelaan terhadap keyakinan massa bahwa salah satu kubu.

NW telah berkembang pesat, amal usaha tumbuh dengan

cepat, dan jamaah menyebar hingga hampir seluruh pelosok

nusantara, bahkan hingga ke beberapa negara. NW diterima,

Mochammad Zia Ulhaq | 165

didukung, dan menjadi tumpuan harapan hampir seluruh

umat Islam di NTB. Untuk ukuran NTB, bahkan mungkin

Indonesia Timur, NW boleh jadi merupakan fenomena sosial

yang sulit dicari tandingannya. Segeralah untuk islah dan

berdamai duduk bersama menatap masa depan NTB yang

bersatu untuk kemajuan negara Indonesia. Menurut penulis

paling tidak ada tiga hal yang perlu dilakukan oleh elit-elit

NW dalam rangka melanjutkan proses islah organisasi. Per-

tama, pemimpin kedua kubu NW segera melakukan Mukta-

mar islah untuk memilih pemimpin NW yang baru yang lebih

legitimate dan bersih dari sejarah konflik. Muktamar islah ini

penting dilakukan dalam rangka memutus mata rantai kon-

flik dan pro-kontra terhadap kepengurusan NW sebelumnya.

Kedua, calon pemimpin NW yang baru harus mampu me-

ngakomodasi kepentingan kedua kubu NW secara berim-

bang dan adil sehingga tidak memunculkan resistensi dari

salah satu kubu. Dengan mengisi formasi kepengurusan de-

ngan jumlah yang sama dari kedua kubu. Dengan demikian

tidak ada kubu yang dominan terhadap kubu yang lain. Keti-

ga, melakukan modernisasi NW karena NW organisasi besar

dan identik di tengah masyarakat NTB. Perlu adanya mode-

rasi dalam semua bidang termasuk sistem kepengurusan,

rekruktmen dan adminsitrasi organisasi. Dengan adanya

pembaruan modernisasi organisasi ini diharapkan dapat

menjadi wadah umat untuk persiapan generasi berikutnya.

Dan juga mengurangi adanya potensi konflik di kalangan

elit-elit NW lagi akibat adanya penyimpangan aturan organi-

sasi.

2. Teruntuk TGB Zainul Majdi semangat dalam berdakwah

menjadi kader terbaik bangsa melalui pesan-pesan moderasi,

pesan-pesan menumbuhkan cinta kebangsaan. dan juga suk-

ses dalam berkiprah di dalam pengabdiannya di ranah politik

dengan menumbuhkan nilai-nilai dakwah Islam didalamnya,

karena masih sangat minim sekali seorang ahli agama yang

mau terjun langsung keterlibatannya dalam politik praktis,

166 | Retorika Dakwah dalam Politik...

akan tetapi keistiqamahan dan konsitensi itu penting dalam

mengambil suatu keputusan politik, karena TGB Zainul

Majdi bukan hanya seorang politisi tapi citra agama sebagai

tuan guru melekat pada dirinya. Seperti yang dikatakan dah-

lan iskan “Bahwa TGB Zainul Majdi seorang yang komplit,

seorang ahli agama, umurnya masih 43 tahun masa depan-

nya panjang terbentang untuk Indonesia.” Terus berkarya

karena masa masih Panjang dan depan terbuka luas untuk

sosok seperti TGB Zainul Majdi.

C. Implikasi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, berikut implikasi penelitian baik

secara akademis maupun praktis :

1. Implikasi Akademis

Pada dasarnya penelitian ini merupakan sebuah kajian

retorika dakwah yang berusaha mengelaborasi kajian retorika

politik dan penerimaan khalayak terhadap pesan media. Pene-

litian ini juga diharapkan menyumbangkan kajian lebih lanjut

akan retorika dakwah dalam kegiatan politik praktis utamanya

pemaparan akan bagaimana proses terbentuknya khalayak ak-

tif. Penelitian lanjutan tentang retorika dakwah dan polik lahir

setelah penelitian ini dengan kajian yang lebih mendalam dan

memperhatikan kesamaan topik pembicaraan dari para politisi

yang dikaji, sehingga hasilnya pun akan bisa dibandingkan

antara satu politisi dengan politisi lainnya.

2. Implikasi Praktis

Secara praktis, kajian ini diharapkan bermanfaat bagi po-

litisi dapat merencanakan suatu retorika secara baik sehingga

komunikasi politiknya tidak mendapatkan resistensi dari

publik.

Mochammad Zia Ulhaq | 167

Rekomendasi Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, berikut

ini rekomendasi penelitian baik secara akademis maupun praktis:

1. Rekomendasi Akademis

Penelitian ini pada dasarnya mengelaborasi lebih lanjut

tentang aspek-aspek penerimaan pesan terhadap khalayak ter-

hadap suatu pesan dakwah dan retorika politik, yang dilaku-

kan aktor politik secara langsung atau melalui media. Dalam

pengamatan yang peneliti lakukan, khalayak secara aktif dalam

memberikan pemaknaan terhadap pesan media dipengaruhi

berbagai faktor agama, kultural, politik, sosial. Untuk itu perlu

juga ditelaah lebih dalam mengenai siapa tokoh atau aktor

politik yang memiliki suatu keunikan di panggung politik

Nasional agar menjadi suatu tulisan yang menarik.

2. Rekomendasi Praktis

Bagi politisi hendaklah merencanakan retorika politik

yang baik secara profesional dengan didukung, etika, Persia-

pan dan metode yang baik, dalam penyampaiannya suatu pe-

san. Karena khalayak saat ini sudah cerdas dalam mendapat-

kan pengetahuan dan pandangan politik melalui pemaknaan

retorika politik lewat media.

168

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Masykuri. 2011. Islam dan Dinamika Sosial Politik di

Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Abidin, Yusuf Zainal, 2013, Pengantar Retorika, Bandung: Pusta-

ka Setia.

Afifin, Anwar. 2011. Dakwah Kontemporer; Sebuah Studi Komu-

nikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu. Akrim, Ridha, 2003. Seni Menghadapi Publik, Bandung: PTL

Syaamil Cipta Media.

Al-Munawara, Said Agil dan M. Yunan Yusuf. 2003. Metode

Dakwah, Jakarta: Kencana.

al-Qaradhawi, Yusuf. 2004. Retorika Islam, Jakarta: KHILAFA,

2004.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian; Suatu Pendeka-

tan Praktis, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Asy’ari, Hasan dkk, 2015. NW Studies Pendidikan, Sosial, dan

Dakwah. Jakarta: HIMMA NW Press.

Azra, Azumardi. 2000. Islam Subtantif: Agar umat Islam tidak

Buih, Bandung: Penerbit Mizan.

Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta:

Logos Wahan Ilmu, 1997.

Bakti, Andi Faisal. 2009. Islam Negara & Civil Society, Parama-

dina.

. 2004. Communication and Family Planning in Islam In

Indonesia: South Sulawesi Muslim Perceptions of a Global

Development Program, Laiden-Jakarta: INIS.

Barholomew, John Ryan. 1999. Alif Lam Mim: Kearifan Masyara-

kat Sasak. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Bertocci, I David, 2009. Leadership in Organization, There is

Different Between Leaders and Managers, American: Univer-

sity Press of America, XVI.

Binder, Leonard. 1960. Islamic Tradition and Politics: The Kinjai

and The Alim, Comparative Strudies in Society and History, 2

.

Mochammad Zia Ulhaq | 169

Black, Antony. 2001. Pemikiran Politik Islam dari Masa Nabi

Hingga Masa Kini, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.

Bormann, Ernest G. dan Nancy G. Bormann, 1989, Retorika Suatu

Pendekatan Terpadu, Jakarta: Erlangga

Budiwanti, Erni. 2009. Islam Sasak: Wetu Telu Versus Waktu Lima

Yogyakarta LKiS.

Bungin, Burhan. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif: Aktuali-

sasi Metodelogis Kearah Ragam Varian Kontemporer. Jakar-

ta: PT. Raja Grafindo Persada.

Burhanudin, Jajat. 2012. Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite

Muslim dalam Sejarah Islam. Jakarta: Mizan.

Champion, Dean J. 1998. Metode dan Masalah Penelitian. Ban-

dung: Refika Aditama. Departemen Agama Republik Indonesia. 2007. Al-Qur’an dan

Terjemahannya. Bandung: PT.Sygma Examedia Arkanleema.

Ecklund, Judith Louise Marriage.1997. Seaword and Song: Ritua-

lized Response to Cultural Change in Sasak Life . USA:

Cornell University.

Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Prak-

tek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Etang L Jacquie and Magda Pieczka, 1996. Critical Perspektives in

Public Relation, USA : International Thomson Business Press.

Fauzan. 2008. Islam dan Kemodernan Politik berbasis Pemuda.

Tangerang: Binamuda.

Gregory Halminton, 1987. Public Speaking For College and

Career, New York: Random House.

Hadna, Ahmad Musthafa. 1993. Problematika Menafsirkan al-

Qur’an, Semarang, Toha Putra.

Hasanudin. Hukum Dakwah, Tinjauan Aspek Hukum dalam Ber-

dakwah di Indonesia. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Hendrikus, P. Dori Wuwur. 1991. Retorika: Terampil Berpidato,

Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi. Yogyakarta: Kani-

sius.

Heryanto, Gun gun, dan Irwa Zarkasy. 2012. Public Relations

Politik. Bogor: Ghalia Indonesia.

170 | Retorika Dakwah dalam Politik...

____, 2011. Komunikasi Politik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah.

Hasan, Kamarudin. 2009. Komunikasi Politk dan Pencitraan, Ana-

lisis Teoritis Pencitraan Politik di Indonesia.

Hill, C. A., & Helmers, M. 2004 Visual Rhetorics. London: Law-

rence Erlbaum Associates.

Ida Bagus Putu Wijaya Kusuma. 2008. NU Lombok, Sejarah Ter-

bentuknya Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat. Lombok

Barat: Pustaka Lombok.

Ismail, M. Syuhudi. 1992. Metodelogi Penelitian Hadist Nabi.

Jakarta: Bulan Bintang.

Israr, MH. 1993. Retorika dan Dakwah Islam Era Modern, Jakarta:

CV Firdaus. Jeremy, Kingsley. 2010. Tuan Guru, Community, and Conflict in

Lombok, Indonesia. Melbourne Law School the University of

Melbourne.

Jurudi, Syarifuddin. 2008. Pemikiran Politik Islam Indonesia, Yog-

yakarta: Pustaka Pelajar.

Jamaludin, 2011. Sejarah Sosial, Sejarah Sosial Islam di Lombok

tahun 1740-1935, Studi Kasus Terhadap Tuan Guru, Jakarta:

Balitbang dan Diklat Puslitbang Lektur dan Khazanah Keaga-

maan, Kemenag RI, 2011.

Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Kingsley, Jeremy J. “Peacemakers or Peace-Breakers? Provicial

Elections and Religiuos Leadership in Lombok, Indonesia.

Krisyantoro, Rachmat. 2007. Tekhnik Praktis Riset Komunikasi

Jakarta.

Kraan, Alfons van der. 1980. Lombok; Conquest, Colonization and

Underdevelopment 1870-1940. Singapore: Asian Studies

Association of Australia.

Lucas, E Stephen, 2001. The Art Public Speaking, Mcgraw-Hill

Singapore.

M.S, Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa, tahapan strategi,

metode dan tekhniknya. Jakarta: Rajawali Pers.

Mahfudh, Sahal.1994. Nuansa Fiqih Sosial, Yogyakarta: LkiS.

Mochammad Zia Ulhaq | 171

Majdi, Zainul. 2009. dalam Pengantar, Tuan Guru Bajang: Berpo-

litik dengan Dakwah dan Berdakwah dengan Politik. Jawa

Timur: Penerbit Kaisamedia.

Mansur, 2005. Rekonstruksi Pendidikan Islam di Indonesia, Jakar-

ta: Departemen Agama RI.

Mansur, Ahmad Taqiuddin. 2008. NU Lombok, Sejarah Terbentuk-

nya Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat. Lombok Barat:

Pustaka Lombok.

Moeleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Ban-

dung: Remaja Rosdakarya. Nor, Mohammad. 2004. Visi Kebangsaan Religius: Refleksi Pemi-

kiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad

Zainuddin Abdul Madjid 1970-1997. Jakarta: PT. Logos

Wacana Ilmu.

Morissan. 2009. Teori Komunikasi: Komunikator, Pesan, Perca-

kapan, dan Hubungan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Abdul Baqa’i, Muhammad Fuad 1891. Mu’jam al-Mufahras li

Alfazh al-Quran al-Karim, Beirut: Dar al-Fikri.

Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT Remaja Rosadakarya.

Munir, Samsul. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Nata, Abuddin. 2005. Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam

di Indonesia. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Nawawi, Hadari dan Mini Martini. 1996. Penelitian Terapan. Yog-

yakarta: Gadjah Mada University Press.

Nimmo, Dan. 2011. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan

Media Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nimmo, Dan. 2010. Komunikasi Politik, Khalayak dan Efek. Ban-

dung: PT Remaja Rosdakarya.

Nazir, Moh. 2005, Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Noer, Deliar. 1983. Pengantar ke Pemikiran Politik, Jakarta:

Rajawali Press, 1983.

Oka, Gusti Ngurah. 1976. Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar.

Bandung.

172 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Pimay, Awaludin. Paradigma Dakwah Humanis: Strategi dan

Metode Dakwah Prof. KH. Saifudin Zuhri. Semarang: Rasail,

2005.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandu-

ng: PT. Remaja Rosdakarya.

____. Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: PT. Rema-

ja Rosda Karya.

Rukiati, Enung K dan Fenti Hikmawati. 2006. Sejarah Pendidikan

Islam di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Reid, Loren, 1982. Speaking Well Loren Red, United States of

America: McGraw-Hill College.

Soeitoe, Samuel, 1982. Psikologi Pendidikan II, Jakarta: Feui.

1982.

Shihab, M. Quraish. 1994. Membumikan Al-Qur’an Bandung:

Mizan.

____. 2002. Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati.

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian

Survey. Jakarta: LP3ES.

Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-dasar Penelitian

Kualitatif: Tata langkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suparta, Munzier. 2006. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana.

Ubaidillah A. & Abdul Razak. 2000. Demokrasi, Hak Asasi Manu-

sia dan Masyarakat Madani Jakarta: Tim ICCE UIN Jakarta. Tim Kajian Quantum Media. 2010. Satu jam Mahir Hadits.

Surabaya PT Java Pustaka Media Utama.

West, Richard dan Lynn. 2008. Pengantar Teori Komunikasi:

Analisis dan Aplikasi, Jakarta: Salemba Humanika.

Widjaja, A.W. 1993. Komunikasi-Komunikasi dan Hubungan

Masyarakat, Jakarta: Bumi Aksara

Zuhairini, dkk. 2010. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi

Aksara.

Zuhdi, Muhammad Harfin. 2009. Parokialitas Adat Terhadap Pola

Keberagaman Komunitas Islam Wetu Telu di Bayan, Lombok

Barat. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.

Mochammad Zia Ulhaq | 173

JURNAL

Ahmad, Nadzrah, (2018). Islam in Politics Dakwah: A reflection

From Bapak Mohammad Natsir (1908-1993). Al-ITQAN,

Vol. No. 2, h. 65-68.

Asror, Ahidul, (2014). Dakwah Transformatif Lembaga –Lembaga

Pesantren Dalam Menghadapi Tantangan Kontemporer, jurnal

Dakwah, Vol. XV, No. 2, h. 289-309.

Ahimsa, Henddy Shri. (2012). The Living al-Qur’an, Wali Songo,

Vol. 20, No 1, h. 235-258.

Bakti, Andi Faisal, 2013. Transetter Komunikasi di Era Digital:

Tantangan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyia-

ran Islam. “Jurnal Komunikasi Islam, vol 02, No 1.

______, (2015). The Integration of Dakwahin Journalism: Peace

Journalism, Vol 05, No 1.

____, (2015). Applied Communication To Dakwah For Peace.

____, (2015). The Integration of Dakwah in Journalism: Peace

Journalism, Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 05, No 01, h. 185-

203.

Budiwanti, Erni , 2013. Islam and Dakwah Movement in Bayan,

North Lombok, Heritage of Nusantara, Internasional Journal

of Religious Literature and Heritage 2, h. 80. Ferdy Ardiansyah, (2012). Moch, Analisis Retorika Basuki Tjahaja

Purnama Dalam Kampanye Rakyat Pemilihan Kepala Daerah

Khusus Ibukota Jakarta di Rumah Lembang 2017 Kajian

Retorika Aristoteles, Jurnal Bahasa, Vol. 01 No. 01, h.1-15.

Fahrurozi. (2009). Dai di Pentas Politik: Respon Tuan Guru Bajang

M. Zainul Majdi Tentang Da’wah Melalui Politik. Jurnal

Tasamuh, Edisi 8.

Fatimah Siti, Kampanye sebagai Komunikasi Politik: Esensi dan

Strategi dalam Pemilu, Jurnal Sosial Politik, Vol. 1 No. 1 Juni

2018, h. 5-16.

Hamdi, Saipul, (2011). Islah: Re-Negosisasi Islah, Konflik, dan

Kekuasaan Dalam Nahdhatul Wathan di Lombok Timur, Ka-

wistara, Jurnal Politik, Vol. 1, No. 1, 2011, h. 1-14.

174 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Jaswadi, Sahroni A Dan Kholid Noviyano, (2014). Gaya Retorika

Da’i Dan Perilaku Memilih Penceramah. Jurnal Komunikasi

Islam. 2014, h. 122-142.

Luhukay, M. S. (2007). Presiden SBY dan Politik Pencitraan: Ana-

lisis Teks Pidato Presiden SBY dengan Pendekatan Retorika

Aristoteles. Jurnal Ilmiah Scriptura, 1(2), 51-70.

Mansurnoor, Iik Arifin, (1992). ”Local Invite and Government

Plans: Ulama and Rural Development in Madura, Indonesia.”

Sojourn Jurnal Issues in Southeast Asia.

Maarif, Samsul, (2006). Jurnal Filsafat, Relasi Agama dan Politik

menurut Rawls, Vol 16, No, 2, h. 189-201.

Parhanudin, Muh. Alwi, (2012) “Nahdlatul Wathan dan Masyara-

kat Sipil,” Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, Vol 1, no 1,

2012. h. 117-142.

Hasan, Nor, (2014). Agama dan Kekuasaan Politik Negara, KAR-

SA Vol 22, No. 2.

Oktara Arie, (2015), Politik Tuan Guru di Nusa Tenggara Barat,

Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol 8, No. 2, h. 73-82.

Rajab, (2014). Muhammad, Dakwah dalam Tantangan Media Tek-

nologi Komunikasi. Jurnal Dakwah Tabligh, Vol 15, No 1, h.

66-90.

DISERTASI

Al Hakim, Lukman. 2008. “Religiusitas dan Etos Kerja dalam

Peningkatan Ekonomi Umat; Studi Pada Masyarakat Sasak

Lombok Nusa Tenggara Barat.” Disertasi, UIN Syarif Hidaya-

tullah, Jakarta.

INTERNET

http://kabar24.bisnis.com/read/20130514/15/138869/pilkada-ntb-

gubernur-incumbent-menang-45-suara

http://ntb.muhammadiyah.or.id/content-3-sdet-sejarah.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Barat,

https://telusur.co.id/2017/08/26/banyak-penghargaan-diraih-tgb-

tokoh-men-obsession-ini-mulai-dilirik-menjadi-pemimpin-

nasional-alternatif/

Mochammad Zia Ulhaq | 175

https://www.merdeka.com/politik/mengenal-sosok-tuan-guru-

bajang-dan-prestasinya-memimpin-ntb.html

https://www.merdeka.com/politik/mengenal-sosok-tuan-guru-

bajang-dan-prestasinya-memimpin-ntb.html

https://www.youtube.com/watch?v=nKRVs9BzyVE,

https://www.youtube.com/watch?v=rYTEIWK_mdE,

https://www.youtube.com/watch?v=UvmJWgIYTzA

kompas online. http://nasional.kompas.com/read/2013/02/11/.

https://tgb.id/penghargaan-tuan-guru-bajang/.

The Integration of Dakwahin Journalism: Peace Journalism.

https://kabar24.bisnis.com/read/20130514/15/138869/pilkada-ntb-

gubernur-incumbent-menang-45-suara,

Beritasatu.com,” Prabowo-Hatta Raih 72,45 persen Suara di

NTB”,

https://www.beritasatu.com/nasional/197760/prabowohatta-

raih-7245-persen-suara-di-ntb,

https://www.jawapos.com/nasional/politik/01/04/2018/aa-

gym-dan-ustad-abdul-somad-sepakat-dukung-tgb-nyapres-di-

2019/, diakses tgl 26 Agustus 2109.

https://geotimes.co.id/opini/tgb-dulu-dipuji-sekarang-dicaci/,

https://nasional.kompas.com/read/2018/12/21/07420941/loncat-

politik-tgb-dari-bulan-bintang-mercy-hingga-

beringin?page=all.

https://www.youtube.com/watch?v=snsVIl5lCkQ&t=887s,

MenjadiModalSosial.https://www.kompasiana.com/retno.permatas

ari/5a876cbbcf01b4197e68aa82/wisata-halal-ntb-

transformasi-fakta-sosial-menjadi-modal-sosial.id/content/

detail/8385/menangkan-whta-world-halal-tourism-award-

untuk-pariwisata-indonesia-di-mata-dunia/0/artikel_gpr,

https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-

ekonomi/18/09/13/peznyp370-tiga-catatan-tgb-untuk-bank-

ntb-syariah.

https://www.hidayatullah.com/berita/wawancara/read/2018/02/23/1

36304/politik-di-mata-tuan-guru-bajang-m-zainul-majdi.html.

176

GLOSARIUM

1. Aklamasi : Penunjukan Secara Langsung

2. Argumen : Pendapat

3. Artikulasi : Perubahan yang Mengasilkan

Bunyi

4. Berafiliasi : Menginduk

5. Cultural broker : Makelar Budaya

6. Dzanni : Dugaan

7. Efektivitas : Pencapaian Tujuan Secara Tepat

8. Ekspektasi : Harapan

9. Fastabiqul khairat : Berlomba-lomba dalam Kebaikan

10. Fundamental : Sesuatu Hal yang Penting

11. Furu’ : Cabang

12. Good governance : Pemerintahan yang Baik

13. Hifdu ‘irdhi : Menjaga Kehormatan Diri

14. Hubbul wathan : Cinta Negara

15. Identitas : Jati Diri

16. Instrumen : Seni atau Cara

17. Intensif : Terus-Menerus

18. Intervensi : Pemaksaan

19. Intonasi : Naik Turun Nada Bicara

20. Islah : Bersatu atau berdamai

21. Kontroversi : Menimbulkan Perdebatan

22. Legitimasi : Pengakuan :

23. Ma’rifat. : Kata Benda Khusus di Tandai

dengan Alif-Lam

24. Manuskrip : Tulisan-tulisan Lama

25. Maqasid syariah : Ketentuan Syariah

26. Menak : Golongan Bangsawan

27. Mengidentifikasi : Menelusuri

28. Mengkonversi : Perubahan Sistem

Mochammad Zia Ulhaq | 177

29. Mistikisme : Ajaran Berkaitan dengan Hal

Ghaib

30. Muktamar : Perundingan atau Rapat Besar

31. Nakirah : Kata Benda Tidak di Tandai

dengan Alif-Lam

32. Negosiasi : Tawar-Menawar

33. Objektif : Keadaan yang Sebenarnya

34. Orator : Pembicara

35. Organizing principle : Prinsip dalam Organisasi

36. Otoritas : Kekuasaan dan Kewenangan

37. Perkhidmatan : Pengabdian

38. Persuasi : Ajakan, Bujukan

39. Prioritas : Sesuatu yang Paling Utama

40. Promotor pembangunan : Penggerak Pembangunan

41. Public relation : Suatu Hal yang Berkaitan dengan

Komunikasi

42. Public speaking : Berbicara di Depan Umum

43. Dalil Qath’i, : Dalil yang dengan dasar Argumen

44. Religius : Memiliki Sifat dan Karakter yang

Taat pada Ajararan Agama

45. Silogisme Retoris : Logika yang Tepat dalam

Menyampaikan Retorika

46. Singkretisme : Perpaduan Aliran-aliran Agama

atau Kepercayaan Setempat

47. Transformasi : Perubahan

178

INDEKS

A

A. Hasjmy · 52

Aklamasi · 176

Aktivitas · 51, 79, 81, 137, 190

Al-Baqarah · 43, 44

Allah · 3, 5, 6, 43, 44, 45, 46, 47,

48, 51, 52, 54, 67, 83, 103, 106,

107, 109, 110, 113, 116, 118,

125, 126, 134, 139, 147, 150,

151, 152, 157, 161, 162

Al-Qur’an · 11, 43, 48, 53, 78, 82,

169, 172

Andi Faisal Bakti · 2, 6, 12, 15, 42,

51, 52, 103

Argumen · 114, 146, 176, 177

Aristoteles · 35, 36, 38

Artikulasi · 176

B

Bani Israil · 109

Batak · 60

Berafiliasi · 176

Boda · 62

Budha · 60, 62

C

Cultural broker · 176

D

Da'i · 51

Dakwah · 7, 15, 18, 23, 25, 40, 41,

42, 44, 45, 46, 48, 49, 51, 52,

53, 54, 62, 68, 79, 80, 83, 84,

85, 102, 103, 137, 138, 139,

140, 141, 145, 168, 169, 170,

171, 172, 173, 174, 190, 193,

195

Dalil Qath’i · 177

Daruttauhid Bandung · 27, 106,

147, 150, 151, 153

Deliberatif · 55

Demografi · 59

Demonstratif · 56

Dialogika · 37

Dispositio · 39, 146, 148

dzanni · 45

Dzanni · 176

E

Efektivitas · 38, 176

Ekspektasi · 176

Elocutio · 39, 146, 154

Ethos · 36

F

Fastabiqul khairat · 176

Fir’aun · 109

Forensik · 56

Freuerbach · 1

Fundamental · 176

Furu’ · 176

Mochammad Zia Ulhaq | 179

G

Good governance · 176

Gorys Keraf · 36, 156, 157, 158,

159

Gubernur · 3, 7, 9, 10, 11, 14, 17,

24, 26, 27, 65, 78, 80, 87, 88,

89, 90, 92, 93, 95, 98, 102, 106,

107, 113, 114, 117, 118, 126,

128, 132, 134, 138, 157, 159,

160

H

Hifdu ‘irdhi · 176

hikmah · 43, 44, 45, 46, 47

Hikmah · 44, 45, 105, 106, 147,

150, 151, 153

Hindu · 60, 61, 62, 63

Hubbul wathan · 176

I

Identitas · 24, 32, 57, 124, 125, 126,

127, 133, 135, 164, 176

Indonesia · 3, 7, 9, 10, 11, 12, 13,

14, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 23,

24, 27, 28, 34, 52, 54, 58, 59,

60, 62, 64, 68, 71, 72, 74, 76,

78, 80, 81, 83, 84, 89, 90, 93,

102, 103, 107, 114, 115, 116,

117, 118, 121, 123, 128, 129,

131, 132, 142, 144, 145, 159,

165, 166, 168, 169, 170, 171,

172, 174, 190, 195

Instrumen · 29, 176

Intensif · 176

Intervensi · 176

Intonasi · 176

Invention · 38

Islah · 99, 100, 101, 173, 176

Islam · 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,

12, 13, 14, 15, 16, 17, 20, 21,

22, 23, 24, 27, 42, 43, 44, 45,

46, 47, 48, 50, 51, 52, 53, 59,

60, 61, 62, 63, 64, 66, 67, 68,

71, 72, 74, 75, 76, 77, 78, 79,

80, 82, 83, 85, 86, 87, 97, 98,

103, 104, 106, 107, 108,

112,114, 116, 117, 118, 129,

130, 132, 137, 138, 139, 140,

141, 142, 143, 145, 155, 156,

157, 165, 168, 169, 170, 171,

172, 173, 174, 186, 187, 195

J

Jalaluddin Rakhmat · 30

Jawa · 60, 61, 77, 171

John Ryan Bartholomew · 59

K

Karl Marx · 1

Katolik · 60

Kepemimpinan · 3, 23

khalayak · 19, 20, 35, 36, 38, 39,

40, 54, 58, 160, 166, 167

Kontroversi · 176

Kristen · 60, 62

L

Legitimasi · 176

Logos · 54, 69, 168, 171

Lombok · 8, 9, 10, 13, 14, 22, 23,

24, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65,

66, 67, 68, 72, 73, 74, 75, 84,

180 | Retorika Dakwah dalam Politik...

94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101,

135, 170, 171, 172, 173, 174

Lombok Barat · 60, 66, 73, 170,

171

Lombok Timur · 61, 66, 68, 73, 75,

97, 132

M

Ma’rifat · 176

Madaniyah · 42

Makkiyah · 42

Manuskrip · 79, 82, 176

Maqasid syariah · 176

Masjid · 14, 131, 143, 191

mau’idzhah hasanah · 46

Mau’izhah Hasanah · 46, 108

Memoria · 39, 146, 160

Menak · 10, 67, 176

Mengidentifikasi · 176

Mengkonversi · 176

Mistikisme · 177

Moch Natsir · 52

Monologika · 37

Muhammad Zainuddin Abdul

Madjid · 8, 9, 68, 69, 70, 171

Mujadalah Billati Hiya Ahsan · 43,

49, 112

Muktamar · 69, 70, 71, 97, 165, 177

N

Nabi Muhammad · 2, 52, 74, 106,

112, 151, 152, 157

Nadhatul Wathan Diniyah

Islamiyah · 69

Nahdlatul Wathan · 8, 9, 24, 67, 68,

69, 78, 82, 94, 95, 96, 97, 99,

100, 101, 174

Nakirah · 177

Nasrani · 60

Negosiasi · 177

Noble Selves · 57

NTB · 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 16,

17, 18, 24, 26, 27, 29, 32, 60,

63, 68, 72, 75, 77, 78, 79, 80,

81, 82, 83, 84, 86, 87, 88, 89,

90, 92, 93, 94, 95, 98, 102, 104,

106, 107, 108, 109, 110, 111,

114, 120, 121, 122, 128, 129,

131, 132, 134, 136, 137, 138,

140, 141, 142, 143, 145, 158,

159, 160, 162, 165, 175, 184,

187, 193

Nusa Tenggara Barat · 3, 7, 9, 10,

11, 13, 23, 28, 29, 32, 59, 60,

65, 68, 73, 74, 77, 78, 80, 90,

91, 99, 102, 121, 128, 143, 170,

171, 174

Nusa Tenggara Timur · 60

O

Objektif · 177

OIAA · 7, 16, 80, 90, 102, 144

Orator · 177

Organizing principle · 177

Otoritas · 177

P

Pancor · 9, 68, 69, 70, 78, 80, 81,

94, 96, 97, 98, 99, 100, 132, 187

Pathos · 36

Pemimpin · 88, 89, 143, 145

Perkhidmatan · 177

Persuasi · 40, 177

Plato · 35

Politik · 1, 2, 3, 4, 13, 18, 20, 21,

22, 24, 25, 34, 35, 36, 54, 55,

56, 57, 58, 63, 79, 80, 85, 89,

92, 93, 94, 96, 99, 100, 101,

Mochammad Zia Ulhaq | 181

102, 119, 120, 121, 122, 124,

125, 127, 133, 137, 139, 143,

144, 168, 169, 170, 171, 173,

174, 184

Pondok Pesantren · 4, 8

Popularitas · 9

Prioritas · 177

Promotor pembangunan · 177

Pronountiatio · 39

Public relation · 177

Public speaking · 177

Pulau Lombok · 8

Q

qath’i · 45

Quraish Shihab · 8, 53, 102

R

Religius · 67, 69, 171, 177

Retorika · 4, 5, 12, 13, 18, 20, 21,

22, 23, 24, 25, 34, 35, 37, 38,

39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46,

47, 48, 50, 51, 54, 55, 56, 57,

102, 105, 108, 112, 117, 119,

120, 121, 122, 124, 137, 146,

149, 154, 155, 160, 161, 163,

164, 168, 169, 170, 171, 172,

173, 174, 177

Rhectoric · 146

Rhetorically Reflector · 57

Rhetorically Sensitive · 57

Romawi · 34, 35

S

Santri · 10, 84, 145

Sasak · 8, 13, 14, 23, 59, 60, 61, 62,

63, 64, 65, 66, 67, 168, 169, 174

Silogisme Retoris · 177

Singkretisme · 177

Syekh Ali Mahfuzh · 52

T

TGB Zainul Majdi · 3, 6, 7, 8, 11,

12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,

26, 28, 29, 30, 31, 32, 81, 82,

83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90,

91, 92, 93, 98, 99, 102, 104,

105, 106, 107, 108, 110, 112,

113, 114, 115, 116, 117, 118,

119, 120, 121, 122, 123, 124,

125, 126, 127, 128, 129, 130,

131, 132, 133, 134, 135, 137,

138, 139, 140, 141, 142, 144,

146, 147, 148, 149, 150, 151,

152, 153, 154, 156, 157, 158,

159, 160, 162, 163, 164, 166,

184, 185, 188, 190, 191, 192,

193

The five Canons of Rhetoric · 38

Transformasi · 91, 177

Tuan Guru · 8, 9, 10, 11, 14, 17, 23,

27, 32, 59, 64, 65, 66, 67, 68,

69, 71, 72, 78, 79, 80, 81, 84,

87, 88, 89, 90, 92, 93, 107, 113,

114, 115, 116, 117, 123, 125,

126, 127, 131, 136, 139, 140,

145, 158, 160, 170, 171, 173,

174

W

Waktu Lima · 61, 62, 64, 169

Wetu Telu · 61, 62, 63, 64, 169,

172

182 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Y

Youtube · 26, 83, 105, 106, 107,

108, 109, 111, 112, 113, 115,

116, 119, 121, 123, 125, 126,

127, 129, 131, 134, 135, 136,

147, 150, 151, 153, 155, 156,

157, 158, 160, 162

Yunani · 34, 35, 156

Z

Zainuddin Abdul Majid · 93, 98,

102

183

Lampiran:

Penulis Berada di Islamic Center NTB Kota Mataram

Foto Ketika Menemani TGB Zainul Majdi Dalam Kegiatan Safari

Politik di Kota Cilegon dan Kota Serang Oktober 2018

184 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Wawancara dengan TGB Zainul Majdi

Mochammad Zia Ulhaq | 185

Mengikuti Kajian TGB dengan Tema

“Islam dan Kebangsaan”

Wawancara dengan Bapak Supriyadi Pejabat di RS Kota Mataram

dan Wawancara dengan Tokoh Muda Kota Mataram

Badrut Tamam Ahda

186 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Foto Bersama Jamaah Pengajian Rutin TGB

di Mesjid Hubbul Wathan NTB.

Foto Bersama Bapak Dr Aziz Dosen

di Institut Agama Islam Hamzanwadi.

Mochammad Zia Ulhaq | 187

Foto Ketika Penulis Berada di Depan Sekretariat NW Pancor.

Karya Tulis TGB Zainul Majdi

188 | Retorika Dakwah dalam Politik...

Mochammad Zia Ulhaq | 189

Aktivitas TGB Zainul Majdi dalam Dakwah Bil Lisan

TVRI Acara “Kajian Tafsir Bersama TGB”.

Metro TV Acara Religi “Demi Masa”.

190 | Retorika Dakwah dalam Politik...

RCTI Acara “Hafidz Indonesia”.

Pengajian Rutin Bulanan

di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center

Mochammad Zia Ulhaq | 191

TGB Zainul Majdi dalam Acara Mata Najwa

TGB Zainul Majdi dalam Acara Q&A Di Metro TV

192 | Retorika Dakwah dalam Politik...

TGB Zainul Majdi dalam Acara Prime Time Berita Satu

Sumbangan TGB Zainul Majdi

dalam Dakwah Bil Hal Wisata Halal NTB

Mochammad Zia Ulhaq | 193

Bank Syariah NTB

Pembangunan Islamic Center

194

BIODATA PENULIS

Mochammad Zia Ulhaq Lahir di Kota Serang Ban-

ten pada tanggal 2 Mei 1991 anak pertama dari 4

bersaudara dari pasangan H. Ach. Zaeni, SE., dan

Hj. Nurlaila, M.pd., suami dari Aiza Lian Martini.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai

dari SDN Samangraya I (1997-2003). Pondok

Pesantren Darunnajah Jakarta (2003-2006), Mad-

rasah Aliyah Darunnajah Jakarta (2006-2009), S1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Dakwah

dan Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (2009-2013),

S2 Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Konsen-

trasi Dakwah dan Komunikasi (2009-2019), penulis aktif berorgani-

sasi sejak di bangku sekolah sampai saat ini. Pengalaman organisasi

penulis diantaranya: Ketua Organisasi Perguruan Silat Tapak Suci di

Pondok Pesantren Darunnajah (2007-2009), Anggota BEM Federasi

Olah Raga (Forsa) Uin Jakarta bidang Sepak Bola (2011-2013), Ketua

Risma (Remaja Islam Mesjid) Lingkungan Samangraya (2014-2017),

Wakil Ketua DPC (Dewan Perwakilan Cabang) Partai Demokrat Kota

Cilegon Bidang OKK (Organisasi Keanggotaan Kepemudaan) (2017-

2019), Calon DPRD dari Partai Demokrat Kota Cilegon Dapil Ciwan-

dan-Citangkil (2018-2019). Ketua Bidang organisasi HIPPI (Himpu-

nan Pengusaha Pribumi) Kota Cilegon (2019-2024), Wakil Ketua

Bidang Tata Ruang Organisasi HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda

Indonesia) Kota Cilegon (2019-2024). Penulis mengawali karir seba-

gai Karyawan di PT. Rajawali Anugerah Pratama perusahaan di

bidang Labour Suplly (ketenagakerjaan) dan PBM (Perusahaan Bong-

kar Muat) di Pelabuhan Cigading dari 2012-2015. Saat ini menjabat

sebagai Komisaris di PT. Ulhaq Pratama dan memiliki perusahaan di

bidang Suplier (Jasa Pengiriman Barang), Labour Supply (Ketenaga-

kerjaan), dan Trading (Perdagangan) menjadi Direktur di PT. Jagad

Niagaraya Pratama. Selain itu juga aktif mengisi kajian-kajian agama

di beberapa mesjid di Kota Cilegon dan juga aktif sebagai motivator

kewirausahaan.