retorika dakwah dalam politik
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of retorika dakwah dalam politik
ii
UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Ketentuan Pidana
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
iii
Mochammad Zia Ulhaq
RETORIKA DAKWAH DALAM POLITIK
Studi Kasus TGB Muhammad Zainul Majdi
NUSA LITERA INSPIRASI
2020
iv
Retorika Dakwah dalam Politik: Studi Kasus TGB Muhammad Zainul Majdi
Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Nusa Litera Inspirasi
Cetakan pertama Februari 2020 All Right Reserved
Hak cipta dilindungi undang-undang
Penulis: Mochammad Zia Ulhaq
Perancang sampul: NLI Team
Penata letak: NLI Team
Retorika Dakwah dalam Politik: Studi Kasus TGB Muhammad Zainul Majdi
xvi + 194: 14.5 cm x 20.5 cm
ISBN: 978-623-7276-75-3
Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)
Penerbit Nusa Litera Inspirasi
Jl. KH. Zainal Arifin Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
www.nusaliterainspirasi.com HP: 0852-3431-1908
Isi di luar tanggungjawab percetakan.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah rah-
mat serta hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penu-
lis, sehingga bisa menyelesaikan penulisan buku dengan judul
“Retorika Dakwah dalam Politik Studi Kasus: TGB Muhammad
Zainul Majdi.” Ini sebagai syarat untuk menyelesaikan Program
Magister (S2) pada Program Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatul-
lah Jakarta Pengkajian Islam konsentrasi Dakwah dan Komunikasi.
Dalam penyusunan buku ini banyak hambatan serta rintangan yang
penulis hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat doa
dan bimbingan serta bantuan dari berbgai pihak baik secara moral
dan spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampai-
kan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA. Selaku Rek-
tor Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Jamhari, MA. Direktur Pasca Sarjana Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Hamka Hasan, Lc., MA. Wakil Direktur Sekolah Pasca
Sarjana Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Arif Zamhari, M.Ag., Ph.D. Ketua Program Studi Magister
Pengkajian Islam Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Arief Subhan, MA. Dosen Pembimbing yang telah ber-
sedia meluangkan banyak waktu untuk memberikan arahan
selama penyusunan buku.
6. Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA. Penguji dan Guru Besar
Bidang Ilmu Dakwah dan Komunikasi Uin Syarif Hidaya-
tullah.
7. Prof. Iik Arifin Mansurnoor, MA. Selaku penguji dan Guru
Besar Bidang Ilmu Sejarah.
8. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Pasca Sarjana Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9. Dr. TGB. Muhammad Zainul Majdi Lc., MA. Yang melu-
angkan waktunya untuk bertemu dan wawancara secara
langsung dengan penulis.
vi
10. Seluruh responden yang telah bersedia membantu dan me-
luangkan waktu dalam pengisian kuesioner.
11. Kedua orang tua H. Ach. Zaeni, SE. Dan Ibunda Hj. Nur-
laela, S.Pd., M.Pd. beserta adik-adik tercinta Mochammad
Billy Adam, S.Ked. Ananda Ayu Islami, Anindya Aulia
Tajriyani. Yang telah memberikan doa dan dukungan sela-
ma proses penulisan.
12. Istri tercinta Aiza Lian Martini dan putri tersayang Laudya
Zeevana Umaila yang selalu mendoakan dan memberikan
dukungan penuh dalam penulisan buku ini.
13. Teman-teman seperjuangan Pasca Sarjana UIN Syarif Hi-
dayatullah Jakarta angkatan 2016 yang selalu memberikan
dukungan.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah membantu memberikan dukungan.
Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah dila-
kukan. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat untuk mendo-
rong penelitian-penelitian dalam bidang Ilmu Komunikasi selanjut-
nya.
Ciputat, 15 Januari 2020
Mochammad Zia Ulhaq
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis peran komunikasi TGB Zainul
Majdi melalui retorika dakwah dan politik, meliputi metode pesan dak-
wah dan menganalisis tipe retorika politik TGB Zainul Majdi serta meng-
indetifikasi sikap dan identitas politiknya.
Penulisan ini mendukung pernyataan bahwa pesan dan retorika ula-
ma memiliki pengaruh dalam sosial dan politik, ulama memiliki keistime-
waan di tengah-tengah masyarakat ikut terlibat langsung dalam perumu-
san kebijakan. Sebaliknya tulisan ini berusaha membantah argumen yang
menyatakan seorang ulama atau tokoh agama mereka yang tidak terlibat
dalam politik, hanya sebatas mengajar dan berceramah saja karena politik
akan menghilangkan kehormatan seorang ulama.
Dalam melakukan penelitian agar memperoleh hasil yang objektif,
penulis menggunakan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif. Dengan menggunakan metode des-
kriptif kualitatif, mendeskripsikan bagaimana retorika dakwah dan politik
TGB yang dianalisis melalui pendekatan politik.
Penulisan ini meyakini bahwa retorika dakwah memiliki pengaruh
dalam perjalanan karir TGB Zainul Majdi, dalam dakwah dan politik me-
lalui pesan-pesan dakwah TGB Zainul Majdi dikenal sebagai seseorang
tuan guru dengan citra yang religius. Citra itu menghantarkan TGB men-
jadi seorang gubernur 2 periode dan namanya naik di kancah politik
nasional. Dengan menganalisis menggunakan teori politik rhetorically
reflector (inkonsisten) rhetorically sensitive (adaptif) menemukan bahwa
TGB Zainul Majdi lemah dalam sikap dan pendirian politiknya.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya terda-
pat perbedaan pada tema pembahasan. Penulis menggabungkan antara
retorika dakwah dan retorika politik. Kedua tema tersebut meliputi meto-
de retorika dakwah melalui pesan dakwah“bi al-ḥikmah,” “mauʿizhah
ḥasanah,” “wajādilhum billatī hiya aḥsan.” Menganalisis tipe retorika
politik melalui deliberative, forensic, demonstratif dan tiga teori identitas
politik, noble selves, rhetorically reflector, rhetorically sensitive. Sedang-
kan penelitian-penelitian sebelumnya lebih fokus pada satu tema pemba-
hasan saja.
Kata Kunci : TGB Zainul Majdi, Retorika, Dakwah, Politik
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam pe-
nelitian ini adalah ALA-LC ROMANIZATION tables yaitu seba-
gai berikut:
A. Konsonan
Initial Romanization Initial Romanization
}D ض A ا
Ţ ط B ب
}Z ظ T ت
‘ ع Th ث
Gh غ J ج
F ف }H ح
Q ق Kh خ
K ك D د
L ل Dh ذ
M م R ر
N ن Z ز
H ه،ة S س
W و Sh ش
Y ي }S ص
ix
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fatḥah A A
Kasrah I I
Ḑammah U U
2. Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan
Huruf Nama
ي... Fatḥah dan ya Ai A dan I
و... Fatḥah dan wau Au A da U
Contoh:
H{aul :حول H{usain :حسين
C. Vokal Panjang
Tanda Nama Gabungan
Huruf Nama
Fatḥah dan alif a> a dan garis di atas ــا
ي Kasrah dan ya Ī I dan garis di atas ــ
Ḑamah dan wau Ū u dan garis di atas ــ و
D. Ta’ Marbūţah
Transliterasi ta’ marbūţah (ة) di akhir kata, bila dimatikan
ditulis h.
Contoh:
Madrasah :مدرسة Mar’ah : مرأة
x
(ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab yang
sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat
dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafadz aslinya)
E. Shiddah
Shiddah/Tashdīd di transliterasi ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf bershaddah itu.
Contoh:
Shawwa>l :شوال <Rabbana :ربنا
F. Kata Sandang Alif + La>m
Apabila diikuti dengan huruf qamariyah, ditulis al.
Contoh: القلم : al-Qalam
xi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
PEDOMAN TRANSLITERASI viii
DAFTAR ISI xi
DAFTAR SINGKATAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 18
C. Batasan dan Rumusan Masalah 18
D. Tujuan Penelitian 19
E. Manfaat Penelitian 19
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan 19
G. Metodologi Penelitian 26
H. Sistematika Penulisan 31
BAB II LANDASAN TEORETIS 34
A. Ruang Lingkup Retorika 34
1. Pengertian Retorika 34
2. Lima Hukum Retorika 38
3. Tujuan dan Fungsi Retorika 40
B. Retorika Dakwah 41
1. Pengertian Retorika Dakwah 41
a. Metode Hikmah 44
b. Metode Mau’izhah Hasanah 46
c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan 49
2. Prinsip Retorika Dakwah 51
C. Retorika Politik 54
1. Tipologi Retorika Politik 55
2. Identitas Retorika Politik 57
xii
BAB III PROFIL MUHAMMAD ZAINUL MAJDI
DAN GAMBARAN UMUM TENTANG PROVINSI
NUSA TENGGARA BARAT 59
A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara
Barat 59
1. Kondisi Demografi 59
2. Religiusitas dan Sosial Politik Masyarakat
Lombok 63
a. Nahdhlatul Wathan di NTB 68
b. Kelompok Ormas Lainnya di NTB 72
B. Profil Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul
Majdi 78
1. Riwayat Hidup dan Pendidikan 78
2. Aktivitas Dakwah dan Politik Muhammad
Zainul Majdi 79
C. Zainul Majdi dalam Konteks Sosial Politik 89
1. TGB Zainul Majdi dalam Pilpres 2019 89
2. NW dan Struktur Kesempatan Politik 94
3. Nadhlatul Wathan dan Struktur Mobilisasi Sosial 95
4. NW dalam Realitas Politik 96
5. Perpecahan di Tubuh NW 97
BAB IV HASIL PENELITIAN 102
A. Retorika Dakwah dan Politik TGB Zainul Majdi 102
1. Retorika Dakwah TGB Zainul Majdi 102
a. Hikmah 105
b. Mau’izhah Hasanah 108
c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan 112
2. Tipologi Retorika Politik TGB Zainul Majdi 119
a. Retorika Politik Deliberatif 120
b. Retorika Politik Forensik 121
c. Retorika Politik Demonstratif 122
B. Identitas Retorika Politik TGB Zainul Majdi 124
1. Identitas Politik Rhetorically Noble Selves 125
2. Identitas Politik Rhetorically Reflector 127
3. Identitas Politik Rhetorically Sensitive 133
xiii
C. Analisis Retorika dalam Dakwah dan Politik
TGB Zainul Majdi 137
D. Analisis Tahapan (The Five Cannons of Rhectoric)
Retorika TGB Zainul Majdi 146
1. Inventio (Penemuan Tema dan Argumen) 146
2. Dispositio (Penyusunan Bahan) 148
3. Elocutio (Gaya Bahasa) 154
4. Memoria (Ingatan Bahan Pidato) 160
5. Pronunciatio (Teknik Menyampaikan Pidato) 161
BAB V PENUTUP 163
A. Kesimpulan 163
B. Saran 164
C. Implikasi Penelitian 166
DAFTAR PUSTAKA 168
GLOSARIUM 176
INDEKS 178
LAMPIRAN 183
BIODATA PENULIS 194
xiv
DAFTAR SINGKATAN
1. AHY : Agus Harimurti Yudhoyono
2. DPD : Dewan Pimpinan Daerah
3. DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
4. DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
5. HIMMAH : Himpunan Mahasiswa Nahdlatul Wathan
6. HULTAH : Hari Ulang Tahun
7. IAIN : Institut Agama Islam Negeri
8. IPNW : Ikatan Pelajar Nahdlatul Wathan
9. ISNW : Ikatan Sarjana Nahdlatul Wathan
10. LC : Licence
11. LSI : Lembaga Survey Indonesia
12. MA : Master of Art
13. MURI : Museum Rekor Indonesia
14. NBDI : Madrasah Nadhatul Wathan Diniyah
Islamiyah
15. NBDI : Nadhatul Banat Diniyah Islamiyah
16. NTB : Nusa Tenggara Barat
17. NU : Nadhatul Ulama
18. NW : Nahdlatul Wathan
19. OIAA : Organisasi International Alumni
Al-Azhar
20. Ormas : Organisasi Mayarakat
21. PB : Pengurus Besar
22. PBB : Partai Bulan Bintang
23. PEMDA : Pemerintah Daerah
24. PERSIS : Persatuan Islam
25. PIL : Persatuan Islam Lombok
26. PILPRES : Pemilihan Presiden
27. PWNW : Pengurus Wilayah Nahdlatul Wathan
28. QNA : Question And Answer
29. SAW : Shallahu ‘alaihi Wassalam
30. SBY : Susilo Bambang Yudhoyono
31. SCTV : Surya Citra Televisi
xv
32. SDN : Sekolah Dasar Negeri
33. SLTP : Sekola Lanjut Tingkat Pertama
34. TGB : Tuan Guru Bajang
35. TGH : Tuan Guru Haji
36. TGKH : Tuan Guru Kyai Haji
37. TIMSES : Tim Sukses
38. TNI : Tentara Nasional Indonesia
39. UAS : Ustad Abdul Somad
40. UEA : Uni Emirate Arab
41. UIN : Universitas Islam Negeri
42. UNRAM : Universitas Mataram
43. WHTS : World Halal Travel Summit/Exhbition
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama dan politik merupakan isu lama dalam sejarah kehidu-
pan manusia hingga saat ini masih menyisakan perdebatan yang
sangat panjang, respons terhadap keduanya pun senantiasa meman-
tik polemik posisi agama dalam arena politik yang setidaknya
melibatkan dua kelompok yang secara diametris berlawanan. Satu
pihak mengampanyekan agar agama dilibatkan dalam setiap per-
timbangan politik. Gagasan inilah yang kemudian disebut sebagai
teokrasi.1 Pemerintahan yang berbasis agama. Konsekuensinya
adalah agama menjadi payung tertinggi dalam kegiatan politik.2
Kelompok kedua yang dimana sebuah ideologi yang menyatakan
bahwa sebuah institusi atau badan negara harus berdiri terpisah
dari agama atau kepercayaan (sekuler).3 Yakni persoalan agama
kemudian dikesampingkan dalam pengaruh kehidupan berbangsa
dan bernegara. Menurut Karl Marx, Agama sebagai candu bagi
masyarakat, agama sebagai modal atau isu untuk terus memperta-
hankan suatu kekuasaan dari suatu kelompok-kelompok tertentu
untuk suatu keinginan. Adapun menurut Freuerbach dalam tulisan-
nya yang berjudul Das Wesen des Christentums mengatakan bahwa
agama sebagai proyeksi manusia dalam mengejar suatu kebahagia-
an agama adalah cara seseorang mengaplikasikan kehidupannya
dalam berbagai hal, baik keduniaan atau yang berkaitan dengan
ketuhanan. Para agamawan yang semula menjadi penjaga moral,
1 Teokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dimana prinsip-prinsip
Ilahi memegang peran utama. 2 Samsul Maarif, Jurnal Filsafat, Relasi Agama dan Politik menurut
Rawls, Jurnal Filsafat, Vol. 16, No. 2, 2006. 3 Sekuler adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah
institusi atau badan negara harus berdiri terpisah dari agama atau keperca-
yaan.
2 | Retorika Dakwah dalam Politik...
saat ini mulai bergeser saat ini agamawan sebagai penjaga kekua-
saan dengan mengikat pemahaman moral masyarakat secara dog-
matik.4
Dalam ajaran Islam antara agama dan politik adalah dua hal
yang integral Islam tidak bisa dilepaskan dari aturan yang me-
ngatur urusan masyarakat dan negara sebab Islam bukanlah agama
yang hanya mengatur ibadah secara individu saja, namun Islam
juga mengajarkan bagaimana bentuk kepedulian kaum muslimin
dengan segala urusan umat yang menyangkut kepentingan dan ke-
maslahatan mereka.5 Mengontrol apa yang diberlakukan penguasa
terhadap rakyat, dan sebaliknya umat mematuhi perintah dan
aturan pemimpinnya. Islam ideologi politik bagi masyarakat dalam
kerangka yang lebih pasti bahwa agama Islam memerintahkan
kaum muslimin untuk mengatur, dan menegakkan nilai-nilai kebai-
kan pada negara dan menerapkan aturannya berdasarkan hukum
dan nilai-nilai Islam meliputi urusan politik, ekonomi, militer,
pidana, maupun hukum diatur oleh Islam. Nabi Muhammad mene-
rapkan nilai-nilai Islam dalam kepemimpinannya dalam urusan
negara dan umat, dan diikuti lagi oleh para Khulafa Rasyidin de-
ngan menerapkan, Shidiq diistilahkan dengan (transparancy admi-
nistrative) istiqamah (dalam hal ucapan dan perilaku) fathanah
(kecerdasan rasio dan ilahiyah) amanah (tanggung jawab), tabligh
(keselarasan antara sikap dan perilaku). Modal kebaikan ini yang
diterapkan oleh Rasulullah dan para sahabat dalam menciptakan
pemerintahan yang baik refleksi dari ajaran Islam yang baik dan
bersih wujud pemerintahan yang suci dalam menerapkan nilai-nilai
luhur Islam dalam setiap aktivitasnya, yang dikenal dengan istilah
kekinian Good Governance penyelenggaraan pemerintahan yang
baik dalam hal sistem dan manajemen.6
4 Wasisto Raharjo Jati, Teologi Pembebasan Sebagai Arena Profetia-
si Agama, Walisongo, Jurnal Veritas, Vol. 22, No. 1, 2014. 5 Masykuri Abdillah, Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indone-
sia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011), h. 9. 6 Andi Faisal Bakti, Islam Negara & Civil Society, (Paramadina,
2005), h. 346-349.
Mochammad Zia Ulhaq | 3
Fenomena yang unik pada kontestasi politik di Indonesia ada
seorang ulama muda yang bernama TGB Muhammad Zainul Majdi
seorang dai penghafal Qur’an yang juga seorang politisi, aktif
dalam kegiatan politik di Indonesia untuk kali pertama TGB Zainul
Majdi terjun ke dunia politik bergabung dengan Partai Bulan Bin-
tang (PBB). Pada tahun 2004 menjadi anggota DPR periode 2004-
2009. Akan tetapi terhenti di tengah jalan karena pada tahun 2008
Zainul Majdi maju Pemilihan Gubernur di Nusa Tenggara Barat.
Keterlibatannya dalam politik diartikan sebagai medan perjuangan
karena ikut terlibat langsung dalam merancang dan mengambil
kebijakan. Karenanya menurutnya “Kepemimpinan politik adalah
suatu perhikmatan, pengabdian kepada Allah untuk menghadirkan
kebaikan dan memberikan manfaat kepada umat”.7 Kepemimpinan
politik dalam Islam dimaknai sebagai salah satu cara mengabdikan
diri kepada Allah melalui suatu amanah besar untuk membangun
dan peradaban sehingga dalam hal ini kegiatan politik memiliki
nilai-nilai spiritualitas.8
Tulisan ini mendukung penelitian-penelitian yang menyatakan
“Bahwa seorang ulama melalui kata-kata dan retorikanya mampu
menjadi pelopor perubahan dalam sosial dan politik di tengah ma-
syarakat, seorang ulama yang ikut secara langsung merumuskan
kebijakan-kebijakan politik untuk kemaslahatan umat.”9 Geertz
(1960) dan Horikoshi (1978) mengatakan bahwa, “Seorang tokoh
agama adalah seseorang yang memiliki keistimewaan dengan itu
mampu menjadi sumber perubahan sosial masyarakat. Ulama juga
sebagai makelar budaya (cultural brokers) memiliki pengaruh yang
7 Wawancara langsung dengan TGB Zainul Majdi, pada 4 0ktober
2019. 8 Syarifuddin Jurudi, Pemikiran Politik Islam Indonesia, (Yogyakar-
ta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 509. 9 Miftah Faridl, Peran Sosial Politik Kyai di Indonesia, Jurnal Sosio-
teknologi, Edisi 11 Tahun 6, 2007.
4 | Retorika Dakwah dalam Politik...
kuat dan mampu menjembatani berbagai kepentingan melalui
bahasanya yang dipahami dan dimengerti oleh masyarakat.”10
Tulisan ini berusaha membantah argumen yang menyatakan,
seorang ulama atau tokoh agama dia yang hanya berada dalam
lingkup Pondok Pesantren dan hanya berceramah saja tidak ikut
terlibat dalam aktivitas politik, beranggapan keterlibatan seorang
ulama dalam politik praktis akan melunturkan identitas dan kha-
rismanya sebagai tokoh agama.11
Karena seorang ulama mereka
yang dihormati dan memiliki banyak santri bukan seorang ulama
yang terjun dalam politik yang cenderung menggunakan agama
untuk kepentingan politiknya saja.”12
Saat ini banyak sekali pesan-pesan kebaikan yang disampai-
kan melalui retorika disalahgunakan oleh para pembicara atau
pemuka agama kepada umat tidak sesuai dengan fungsi retorika,
dimana fungsi tersebut diantaranya to inform memberikan suatu
penjelasan, to convince meyakinkan dan memberikan kesadaran
tentang kebaikan kepada pendengar, to inspire menumbuhkan sua-
tu inspirasi kebaikan kepada pendengar, akan tetapi retorika saat
ini malah dijadikan sekelompok orang untuk meraih tujuan-tujuan
tertentu.13
Mulai dari penyampaian narasi-narasi yang keras berna-
da ancaman misalnya Islam, nabi dan syariat adalah kebenaran
yang harus diikuti multak dari golongan tertentu dan ketika tidak
diikuti, termasuk orang kafir masuk dalam dosa besar dan masuk
neraka, dimana umat digiring oleh narasi retorika kebenaran menu-
rut kelompoknya saja, tapi sementara kebenaran yang sebenarnya
mereka sembunyikan.
10
Wasisto Raharjo Jati, Teologi Pembebasan Sebagai Arena Profe-
tiasi Agama, Jurnal Veritas, Walisongo, Volume 22, No. 1, 2014. 11
Eko Setiawan, Keterlibatan Kyai Dalam Politik Praktis dan Impli-
kasinya Terhadap Masyarakat, Ar-Risalah, Vol. XIII No. 1, 2014 12
Abdurahman, Fenomena Kiai Dalam Dinamika Politik, Jurnal
Sosial dan budaya keislaman, Karsa, Vol. XV, No.1, 2009. 13
Maarif, Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik, (Depok: PT.
Rajagrafindo Persada), h. 9.
Mochammad Zia Ulhaq | 5
Ada juga narasi retorika yang tidak memiliki landasan yang
kuat dimana seorang pembicara atau tokoh agama menggunakan
retorika yang dangkal hanya menggiring opini sepihak yang
terkesan memaksa pendengar untuk mengikutinya dengan gaya dan
cara mengambil dalil menurut sudut pandangnya saja atau sepe-
nggalan kata-kata ulama A dan ulama B yang tidak shohih yang
berimbas pada kesimpulan yang menjadikan retorikanya pincang
tanpa dasar yang kuat, seolah itu kesimpulan paling benar yang
harus diikuti. Retorika bersifat noble selves (menganggap dirinya
paling benar) tidak memberi ruang atau sanggahan ketika sedang
berdiskusi, karena mereka hanya ingin memaksakan kehendak dan
paham mereka saja bukan memberi suatu pencerahan. Paham
mereka sendiri yang mereka ikuti dan agungkan ibarat menjual
obat, inilah obat yang paling mujarab yang bisa menyembuhkan
dan yang lain itu obat yang palsu. Retorika saat ini cenderung
menaruh seputar simbol-simbol keagamaan dan kekerasan dalam
beragama saja terkesan itu adalah narasi lama tanpa ada pemba-
ruan. Jarang sekali penulis mendengar narasi-narasi retorika dari
tokoh agama yang mengarahkan umat untuk bisa menghargai dan
menyerap kemaslahatan dari alam yang Allah ciptakan, ini hal
terlupakan hal yang kadang terlupakan Rahmatan lil alamin bukan-
lah sekadar motto Islam, tapi karena merupakan tujuan dari ajaran
Islam sendiri sesuai dengan tujuan tersebut, maka sudah sewajar-
nya apabila orator (pembawa pesan) menjadi pelopor perubahan
bagi pengelolaan alam dan lingkungan sebagai manifestasi dari
rasa kasih bagi alam semesta dengan melarang membuat kerusakan
di muka bumi, Islam mempunyai kewajiban untuk menjaga lingku-
ngan dan menghormati alam semesta yang mencakup jagad raya
mengarahkan bagaimana cara umat untuk menjaga sumber daya
alam yang Allah berikan kepada hambanya dengan memanfaatkan
alam dan mengambil nilai-nilai kebaikan alam untuk generasi saat
ini dan anak cucu nanti. Seorang orator atau tokoh agama seharus-
nya peka terhadap kondisi terkini, selain narasi simbol-simbol aga-
ma, narasi pengajaran agama, tokoh agama juga harus mampu
mengingatkan kepada umat untuk mengamalkan nilai ajaran Islam
kepada alam yang kita pijak. Mampu menyerap pesan Allah mela-
6 | Retorika Dakwah dalam Politik...
lui alam untuk kebaikan umat dan generasi yang akan datang
disampaikannya melalui pesan agama dikemas melalui retorika
yang baik.14
Allah berfirman dalam surat Ali Imran 190-191:
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-
tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau da-
lam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Ma-
ha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
TGB Zainul Majdi politisi dan tokoh agama dari NTB yang
menggabungkan antara dakwah dan politik sebagai medan perjua-
ngan identitasnya sarat dengan narasi-narasi retorika dakwah me-
ngenai pesan moderasi, ukhuwah islamiah, dan toleransi, bahkan
dia sering mengulas mengenai nilai-nilai kebaikan Islam yang
harus diaplikasikan dalam kehidupan. Namanya santer terdengar
pada perhelatan Pilpres 2019 TGB Zainul Majdi menjadi tokoh
yang digadang-gadang maju pada ajang pemilihan Presiden (Pil-
pres) 2019, muncul sebagai tokoh perubahan dan hadir di kancah
nasional sebagai pemimpin yang religius dan terbilang sukses sela-
ma 2 periode memimpin NTB, dalam hal SDM dan infrastruktur
14
Andi Faisal Bakti, TrendsetterKomunikasi di Era Digital: Tanta-
ngan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Jurnal
Komunikasi Islam, Vol. 04, No. 01, 2014.
Mochammad Zia Ulhaq | 7
maupun kebijakan-kebijakan yang ada nilai-nilai Islam di dalam-
nya. Pada usia 36 tahun sudah mampu berkarya dan mengabdi
untuk masyarakat menurutnya:
“Dakwah dan politik itu selalu berkaitan satu dengan yang
lain, karena Islam tidak memisahkan antara agama dan politik
karena sesungguhnya seluruh wilayah kehidupan adalah wahana
untuk dakwah, termasuk wilayah politik adalah wilayah yang
amat penting dalam berdakwah, karena di dalamnya terdapat kebi-
jakan-kebijakan yang berkaitan dengan umat Islam.”15
Pada masa kepemimpinannya menjadi seorang Gubernur per-
tumbuhan ekonomi NTB meningkat dengan 9,9 persen. Dari pres-
tasi ini membuat NTB mendapatkan predikat dengan pertumbuhan
ekonomi terbaik. Bahkan melampaui nasional yang hanya sebesar
4,9 persen. Dan mampu menggerakkan roda pemerintahan dan
mengangkat NTB dari predikat sebagai provinsi tertinggal dalam
jangka waktu 2014-2016. Dimana NTB sebelumnya termasuk
daerah yang tertinggal dan tidak muncul di level nasional bahkan
sebelumnya ada ungkapan NTB = Nasib Tergantung Bali. Per-
kataan tersebut meluncur dari mulut warga Provinsi Nusa Tenggara
Barat sendiri. Tersirat rasa pesimis di sana. Terbersit keputusasaan
akan kondisi yang ada.
Keberhasilannya dalam memimpin NTB dengan mendapatkan
penghargaan sebagai salah satu Gubernur terbaik dalam negeri
pada 2017. Dinilai dari aspek kepemimpinan, kredibilitas, dan
akseptabilitas dalam rangka menciptakan pemerintahan bersih.
Ketika menjabat kepala daerah pun dinobatkan menjadi Gubernur
termuda dan mendapat Rekor Muri (Museum Rekor Indonesia)
pada saat dilantik sebagai Gubernur NTB, 17 September 2008,
usianya baru menginjak 36 tahun, dan berhasil memimpin Provinsi
Nusa Tenggara Barat selama 2 periode. Dia adalah TGB Zainul
15
Dalam Program “Satu Indonesia Bersama Muhammad Zainul
Majdi”, diakses 5 mei 2018 dari https://www.youtube.com/watch?v=nKR
Vs9BzyVE
8 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Majdi saat ini juga beliau menjabat sebagai ketua (OIAA) Organi-
sasi Internasional Alumni Al-Azhar menggantikan ketua sebelum-
nya Quraish Shihab.
TGB Zainul Majdi yang besar di lingkungan santri. dulu
merupakan santri dari Pondok Pesantren Darul Nadhlatain Nah-
datul Wathan yang berada di kawasan Lombok Timur. Di sana
juga dia mendapatkan kemampuan sebagai penghafal Alquran.
Sebutan Gelar Tuan Guru Bajang juga tak jauh dari citra Islam
yang melekat padanya yang merupakan gelar yang diberikan
masyarakat adat Sasak kepada sosok tokoh Agama, sementara
nama Bajang, merupakan bahasa Sasak yang memiliki arti muda.
Jadi makna Tuan Guru Bajang Yang berarti Tuan Guru yang masih
belia atau muda. Peran Tuan Guru di tengah-tengah masyarakat
Lombok dijadikan sebagai “promotor pembangunan”, dan juga
sebagai agen penyampai program pemerintah, sekaligus sebagai
aset partai politik ketika berlangsungnya ritual politik tahunan.16
Tuan Guru adalah sebagai figur yang sangat penting di kalangan
masyarakat Sasak.17
Memiliki kelas yang tinggi dan pemimpin
agama yang berpengaruh luas terhadap sosial politik. Zainul Majdi
adalah dari seorang santri dengan dakwah dan mengajar sebagai
aktivitas kesehariannya. Zainul Majdi muncul dari seorang dai dan
pengajar warisan bakat dari kakeknya, yang juga mewarisi banyak
Pondok Pesantren dan organisasi sosial di NTB yang ternaung
dalam organisasi Nahdlatul Wathan suatu organisasi kemasyaraka-
tan Islam terbesar di Pulau Lombok.
Nahdlatul Wathan (NW) didirikan oleh Tuan Guru KH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid kakek dari TGB Zainul Maj-
di yang juga seorang Pahlawan Nasional. Organisasi Nahdlatul
Wathan ini mengelola sejumlah Lembaga Pendidikan dari tingkat
16
Irine Hiraswari dkk, dalam Ringkasan Laporan penelitian, Dina-
mika Peran Elit Lokal di Pedesaan Pasca Orde Baru: Studi Kasus Peran
Guru di Lombok Timur oleh LIPI, h. 2. 17
Suku Sasak adalah suku yang mendiami pulau Lombok dan meng-
gunakan Bahasa Sasak Sebagian besar suku Sasak beragama Islam dan
Kata Sasak berasal dari kata sak sak artinya satu satu.
Mochammad Zia Ulhaq | 9
dasar hingga perguruan tinggi. Nahdlatul Wathan sebuah organi-
sasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pendidi-
kan, sosial, dan dakwah Islamiah. Sebagai Tuan Guru diharapkan
tidak hanya sekadar sebagai pendakwah moral saja akan tetapi juga
ikut terlibat bersama-sama mewujudkan kesejahteraan dan berju-
ang bersama masyarakat.18
Ketika kontestasi pemilihan Gubernur 2008 TGB unggul
hampir dalam setiap survei dalam periode awal pencalonan Guber-
nur di NTB, dengan torehan angka 38,84% (KPI) atau 37,06 %
(LSI), mengalahkan calon lainnya. Popularitas TGB dan pasangan-
nya Badrul Munir (BaRu) menempati peringkat teratas disbanding-
kan tiga kandidat lainnya, yakni Serinata-Husni Jibril (Serius),
Nanang Samoedra-M. Jabir (Naja), dan Zaini Arony-Nurdin Rang-
gabrani (Zanur). Tak ayal TGB memenangkan Pilkada 2008
dengan meraih suara telak 38% suara. Dan ketika periode kedua
Hitung cepat dari Jaringan Suara Indonesia (JCI) menempatkan
TGB-Amin sebagai pemenang dengan perolehan 44,63% suara.
Dan pasangan Zul-Ichsan (Zulkifli Muhadli-H Muhammad Ichsan)
dan Harum (Harun Al Rasyid- Muhyi Abidin) bersaing ketat di
posisi ke-2. Zainul Majdi sebagai Gubernur terpilih dan yang juga
menjabat Ketua DPD Partai Demokrat di NTB.19
Zainul Majdi terpilih tidak lepas dengan citra Islam-nya dan
juga pengaruh kuat kakeknya yang sangat dihormati Ulama besar
yang membangun NTB yang juga Pahlawan Nasional yang berna-
ma Tuan Guru KH. (TGKH) Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
pada tahun 1953 di Pancor Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.
Pendiri Ormas terbesar di NTB Nahdlatul Wathan (NW) organisasi
sosial keagamaan memiliki tiga warisan besar yang ia tinggalkan,
18
Merdeka.com, Mengenal Sosok Tuan Guru Bajang dan Prestasi-
nya memimpin NTB, diakses 15 Mei 2018 dari https://www.merdeka.com/
politik/mengenal-sosok-tuan-guru-bajang-dan-prestasinya-memimpin-
ntb.html 19
“Pilkada NTB: Gubernur Incunbent Menang 45% Suara”, Kabar
24, diakses 16 Mei 2018, dari http://kabar24.bisnis.com/read/20130514/
15/138869/pilkada-ntb-gubernur-incumbent-menang-45-suara
10 | Retorika Dakwah dalam Politik...
ribuan ulama, puluhan ribu santri, dan sekitar seribu lebih kelem-
bagaan NW yang tersebar di seluruh NTB dan Indonesia. Sosoknya
yang religius dari kalangan santri memberikan yang warna yang
berbeda dikalangan masyarakat NTB dimana sebelumnya selalu
dikuasai oleh golongan Menak (kaum bangsawan).20
Suku terbesar
yang ada di Pulau Lombok NTB mempercayai dan mentaati dan
menghormati seorang tokoh agama yang disebut dengan tuan guru,
seorang yang dianggap saleh dan juga memiliki pengetahuan aga-
ma yang mendalam dan mampu membawa masyarakat kepada
kehidupan yang lebih baik.
Sebuah buku yang di tulisannya diberi judul “Tuan Guru
Bajang Santri Membangun Negri”. Yang berisi perjalanannya dari
seorang santri hingga menjadi seorang pemimpin daerah dan mam-
pu bermanfaat ikut membangun bangsa dan negara dengan cara
mengamalkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. TGB
mampu menjadi kepala daerah di Nusa Tenggara Barat selama 2
periode dengan torehan prestasi. Dalam kesibukannya beliau me-
ngambil bagian secara aktif dengan rutin mengisi kajian Tafsir
setiap bulannya sehingga tercipta kedekatan antara pemimpin
dengan masyarakat banyak masyarakat menilai TGB lebih kepada
seorang guru bagi mereka dibandingkan seorang Gubernur. Citra
Islam-nya juga tertuang di beberapa kebijakan-kebijakannya yang
kental dengan nilai-nilai Islam diantaranya:
1. Hadirkan konsep wisata halal dengan dibantu para tokoh
agama, tokoh adat, maupun pemuka masyarakat, TGB
memanfaatkan alam yang indah di NTB untuk dijadikan
sebagai objek wisata. TGB membuat tempat wisata dengan
konsep wisata halal. Dan mendapatkan kemenangan dalam
ajang kompetisi dunia The World Halal Travel Summit/
Exhibition 2015 (WHTS15) di Abu Dhabi, Uni Emirate
Arab (UEA) pada 21 Oktober 2015 lalu. Dari 14 kategori
yang dilombakan, Indonesia menyabet penghargaan seba-
20
Jeremy J. Kingsley, “Peacemakers or Peace-Breakers? Provicial
Elections and Religiuos Leadership in Lombok, Indonesia, 57.
Mochammad Zia Ulhaq | 11
gai pemenang di tiga kategori yakni World’s Best Halal
Tourism Destination, World’s Best Halal Honeymoon
Destination, dan World’s Best Family Friendly Hotel.21
2. Menginisiasi terbentuknya Bank NTB Syariah Memba-
ngun Ekonomi yang berkeadilan, ikhtiarnya menanamkan
nilai-nilai keagamaan tidak bisa dipisahkan dari nilai ke-
bangsaan. Yang memungkinkan nilai Islam masuk dalam
tatanan ekonomi, agar terciptanya ekonomi bersyariah.
3. Menyemarakkan ibadah Ramadan, provinsi NTB di bawah
kepemimpinan TGB dengan mengundang imam-imam ter-
kenal dari Timur Tengah dengan suara yang begitu merdu
untuk memimpin sholat fardu dan sunat selama bulan
puasa. Kebijakan yang sangat religius ini mendapat apre-
siasi yang sangat dari warga NTB.
4. Mengubah slogan Nusa Tenggara Barat dari “Bumi Gora”
menjadi “Bumi Al-Qur’an.”
Beberapa tokoh nasional juga kagum tentang perjalanan poli-
tik dan pencapaian TGB Zainul Majdi, di usianya yang muda tapi
bagus dalam kinerja dan karirnya. Ketika kunjungannya ke NTB
Prabowo pernah mengatakan, “Sosok Gubernur NTB TGB Zainul
Majdi bisa menjadi sosok pemimpin bangsa Indonesia pada masa
mendatang, karena sejak saat dilantik dulu menjadi gubernur ter-
muda di Indonesia, Saya terkesan muda usia tapi cemerlang dalam
pemikiran menilai potensi Zainul Majdi menambah optimisme
masa depan bangsa yang masih terdapat pemimpin muda dengan
pemikiran cemerlang dan berpihak kepada rakyatnya sendiri, dia
akan muncul sebagai pemimpin masa depan”.
Dahlan Iskan mantan menteri BUMN pada masa di era SBY
juga menyatakan kekagumannya, “Bahwa TGB Zainul Majdi seo-
rang yang komplit, seorang ahli agama, sosoknya yang santun tutur
bahasanya terstruktur, pidatonya yang berisi, ramah dalam bersikap
sosoknya yang tidak lepas dari citra Islam yang melekat padanya.
21
TGB.id, “Penghargaan Tuan Guru Bajang”, https://tgb.id/peng
hargaan-tuan-guru-bajang/, diakses 1 Januari 2019.
12 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Berani dalam mengemukakan pendapat umurnya masih 43 tahun
masa depannya panjang terbentang untuk Indonesia”.22
Pendekatan politik sebagai medium dakwah mempunyai peran
yang amat kuat dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah yang
universal karena pesan dakwah, adalah pesan kebaikan menerap-
kan amar ma’ruf nahi munkar yang diaplikasikan melalui hal-hal
yang nyata, karena inti pesan dakwah adalah pesan kebaikan yang
diamalkan bersama, dengan niat dan ketulusan untuk sama-sama
membangun masyarakat, dan menciptakan kemaslahatan untuk
orang banyak.23
Walaupun kebanyakan beberapa orang menjadikan
dakwah hanya dilakukan sebatas wacana dan retorika saja. Tapi
berbeda dengan Zainul Majdi menurutnya “Retorika sesuatu hal
penting karena berkaitan dengan penyampaian suatu wacana dan
gagasan seorang pemimpin dalam berkomunikasi dengan masya-
rakat, akan tetapi karya nyata dan pengabdian untuk umat itu yang
lebih penting.”24
Kebijakan politik adalah suatu legitimasi yang
kuat dalam bentuk hukum untuk kepentingan orang banyak. De-
ngan dasar ini Zainul Majdi memilih politik sebagai medium dak-
wah, karena menurutnya dengan memegang suatu kekuasaan mela-
lui kebijakan politik itu akan membuat perubahan yang cepat di
masyarakat tidak hanya dalam bentuk kesadaran, akan tetapi meli-
puti sikap, perilaku masyarakat dan tatanan hidup masyarakat.
Pendekatan TGB dengan masyarakat melalui retorika melalui
pesan-pesan dakwah, meliputi, pidato, ceramah maupun acara-
acara keagamaan, karena memang pendekatan melalui retorika
memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat, berkaitan dengan
penyampaian ide, gagasan, ajakan, maupun sosialisasi kebijakan,
22
http://www.sinarpaginews.com/nasional/4595/dahlan-iskan-sebut-
tgb-sebagai-sosok-“komplit”.html, diakses 1 januari 2019. 23
Andi Faisal Bakti, Communication And Family Planning In Islam
In Indonesia: South Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Develop-
ment Program, (Laiden-Jakarta: INIS, 2004), h. 72. 24
Wawancara langsung dengan TGB Zainul Majdi, l 4 Oktober
2019.
Mochammad Zia Ulhaq | 13
itu yang digunakan TGB Zainul Majdi dalam berkomunikasi
dengan masyarakat.25
Retorika dakwah dan politik begitu menarik dalam kegiatan
politik di Indonesia khususnya di Nusa Tenggara Barat karena:
1. Masyarakat Indonesia sangat religius tidak bisa dilepaskan
dari karakteristik ajaran Islam itu sendiri yang bukan hanya
merupakan sistem teologis, tetapi juga cara hidup yang
berisi standar etika moral dan norma dalam kehidupan ma-
syarakat dan bernegara. Karena agama Islam itu tidak
membedakan sepenuhnya hal-hal yang sakral dan profan,
sehingga muslim yang taat pasti menerima antara kesatuan
agama dan bernegara.26
2. Dengan keadaan masyarakat Indonesia yang religius juga
menjadikan agama sebagai media atau sumber untuk men-
datangkan juga menarik suara atau dukungan politik.
3. Di negara Indonesia agama memiliki penerimaan tersendiri
dalam berbagai kegiatan di tengah-tengah masyarakat
Indonesia, karena agama mempunyai legitimasi yang kuat
di tengah-tengah masyarakat. Apalagi ketika dikemas de-
ngan komunikasi dan retorika yang baik. Pasti mempunyai
kesan dan respons yang berbeda di masyarakat.27
4. Lebih terkhusus di Pulau Lombok Islam merupakan faktor
utama di dalam masyarakat Sasak (Lombok), dan senti-
men-sentimen ini masih sangat melekat pada sebagian
besar masyarakat Lombok, karena identitas etnis Sasak
25
Jacquie L ‘Etang and Magda Pieczka, Critical Perspektives in
Public Relation, (USA : International Thomson Business Press, 1996) h.
106. 26
Masykuri Abdillah, Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indone-
sia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011), h. 9. 27
Jalaludin Rakhmat, Rektorika Modern, (Bandung: Remaja Rosda
karya, 1999), h. 48.
14 | Retorika Dakwah dalam Politik...
yang sangat erat dengan identitas sebagai Muslim.
28
5. Pulau Lombok juga dijuluki dengan pulau seribu masjid.
Julukan ini memiliki makna bahwa di Pulau Lombok begi-
tu banyak masjid yang menjadi karakter khas di Pulau ini.
Masjid merupakan tempat kegiatan, selain itu juga masjid
merupakan suatu identitas dari masyarakat. Masjid juga
tempat aktivitas umat yang amat penting yang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan kolektif masyarakat di Lombok
dalam semua aspek. Ini artinya Islam diterima dalam ma-
syarakat lombok secara luas dan secara simbolik Islam
memainkan peran yang amat penting dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Lombok.29
Pengaruh Tuan Guru memiliki kekuatan terhadap dinamika
kehidupan sosial politik di masyarakat TGB Zainul Majdi menga-
takan, “Di NTB Seorang Tuan Guru memiliki legitimasi yang amat
kuat, dibandingkan dengan seorang Gubernur, dan itu yang
bisa membantu percepatan pembangunan di NTB karena
pengaruh kekuatan formal dan informal di NTB sangat bera-
gam sekali. Untuk Lombok khususnya Tuan Guru itu sangat
didengar sehingga ketika berbicara di tengah bersilaturahmi
dengan masyarakat sebagai tuan guru dan menyampaikan
program-program prioritas daerah akan jauh lebih cepat dite-
rima ketimbang datang ke masyarakat dengan pendekatan
struktural atau formal sebagai Gubernur.”30
Zainul Majdi cenderung memiliki ciri khas menggunakan
komunikasi dengan pengemasan retorika agama dikombinasikan
28
John Ryan Barholomew, Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat
Sasak, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999), h. 86. 29
Jeremy Kingsley, Tuan Guru, Community, and Conflict in Lom-
bok, Indonesia (Melbourne Law School the University of Melbourne,
2010), h. 99. 30
Mata Najwa “Komandan Daerah”, diakses 5 Mei 2018 dari
https://www.youtube.com/watch?v=UvmJWgIYTzA
Mochammad Zia Ulhaq | 15
dengan nilai-nilai dakwah ketika berbicara kepada lawan bicaranya
ataupun dalam hal komunikasi politik. Zainul Majdi juga rutin
menyampaikan ceramah atau kajian di radio, masjid-masjid atau di
stasiun TV. TGB Zainul Majdi seorang pendakwah mampu me-
ngemas pesan dakwah lebih menarik dengan memahami konteks
dan situasi dalam berdakwah, kemasan retorika dakwahnya TGB
Zainul Majdi adalah figur seorang tokoh yang banyak menarik
perhatian bukan hanya masyarakat NTB dan juga masyarakat
Indonesia secara umum. Beliau dikenal sebagai tuan guru muda
yang aktif dalam bidang dakwah. Dakwah beliau dapat diterima
oleh masyarakat karena ketepatan beliau dalam membawa pesan
dakwah sehingga beliau bisa dikenal dan diterima oleh semua
lapisan masyarakat. TGB Zainul Majdi selalu menyampaikan
pesan-pesan moderasi Islam kepada masyarakat tentang nilai-nilai
ajaran agama yang mulia dalam menata suatu kehidupan masya-
rakat agar menjadi lebih baik. Diantarnya melalui konsep ummah
menghargai keberagaman, kebersamaan, sebagai konsep terbaik
yang dihadirkan Islam dengan ukhuwah islamiah melalui persatuan
membangun masyarakat yang berintegritas.31
Suatu prinsip mem-
bangun masyarakat harus berbasis pada integritas keteladanan,
kejujuran, kebaikan, dan keberagaman dan mampu menjaga suatu
amanah, dan menanamkan dakwah dalam setiap aktivitasnya, itu
suatu prinsip hidup umat Islam, dan politik itu bagian dari ins-
trumen yang tetap mengikuti dengan nilai-nilai dakwah, jadi semua
aktivitas kehidupan harus diniatkan untuk dakwah Islam.”32
Dakwah mengantarkan TGB menjadi figur seorang tuan guru
yang dihormati sehingga beliau dapat dengan mudah menjadi orang
pemimpin di NTB selama dua periode sekaligus. Sebagai pendak-
wah didukung oleh pendidikan yang relevan dengan bidang dak-
wah maka tidak tingkat keberhasilan dakwah beliau sangat tinggi.
31
Andi Faisal Bakti, The Integration of Dakwahin Journalism: Peace
Journalism, Jurnal Komunikasi Islam, Vol 05, No.1, 2015. 32
Dalam Program “Satu Indonesia Bersama Muhammad Zainul
Majdi” diakses 5 Mei 2018 dari https://www.youtube.com/watch?v=nKR
Vs9BzyVE,
16 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Tingginya tingkat keberhasilan dakwah beliau menjadikan dak-
wah-dakwah beliau selalu menarik untuk diikuti. Melalui penyam-
paian dengan bahasa yang sangat ringan mampu mengajak masya-
rakat dari segala golongan. Ketika beliau berbicara pesannya mu-
dah dipahami dengan penyampaian yang begitu menarik.33
Latar
belakang pendidikan turut berperan dalam menunjang keberhasilan
dakwahnya dimana orang dengan pendidikan yang mumpuni da-
lam bidang agama akan lebih didengar dan dipercaya masyarakat.
Deddy Mulyana seorang pakar komunikasi mengatakan bahwa,
latar belakang pendidikan dan budaya seseorang akan sangat
mempengaruhi gaya komunikasinya. Tingkat keberhasilan dalam
penyampaian suatu pesan atau ajakan. Melalui citra Islam yang
melekat kepadanya dan pencapaian-pencapaiannya dalam memba-
ngun NTB selama 2 periode.
Melalui kebijakan-kebijakannya yang dekat dengan nilai-nilai
Islam. Seperti Wisata Halal, dan mendirikan Bank Syariah NTB,
serta mampu membangun NTB dari keterpurukan menjadi privinsi
yang maju dan dikenal dengan wisata dan religiusnya. Dari citra
dan prestasi ini yang membawa nama TGB masuk dalam bursa
Cawapres (calon wakil presiden) Pada 2019 TGB Zainul Majdi
menjadi tokoh yang digadang-gadang pada ajang Pemilihan Presi-
den (Pilpres) 2019. Yang di gagas oleh OIAA dan dan para ulama
seperti AA Gym, Ustad Abdul Somad, dan Bahtiar Nasir mendu-
kung pencalonannnya, sosok TGB Zainul Majdi sebagai ulama
yang kharismatik. TGB digadang-gadang dapat menjadi salah satu
presiden alternatif untuk menantang Jokowi di Pilpres 2019 men-
datang.34
Dianggap sosok yang tepat dan cakap sebagai presiden
alternatif karena ia memiliki prestasi yang baik dalam memimpin
dan memajukan Propinsi NTB. Ia juga dianggap dapat menjadi
33
Wawancara langsung dengan bapak Nurjali jamaah rutin pengaji-
an TGB di Mesjid Hubbul Wathan, 3 Oktober 2019. 34
Jawapos.com, “Aa Gym dan Ustad Abdul Somad Sepakat Dukung
TGB Nyapres di 2019?”, diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.
jawapos.com/nasional/politik/01/04/2018/aa-gym-dan-ustad-abdul-
somad-sepakat-dukung-tgb-nyapres-di-2019/
Mochammad Zia Ulhaq | 17
representasi umat Islam dalam statusnya sebagai seorang ulama.
TGB diharapkan dapat menjadi rival sepadan yang mampu
mengimbangi dominasi Jokowi, yang pada waktu itu isu agama
begitu kuat. Mulai dari kasus penistaan agama yang dilakukan oleh
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan kasus kriminalisasi ulama
yang dianggap seorang Presiden menyampingkan umat Islam di
Pilpres 2019. Di media sosial para alumni dan simpatisan “Aksi
Bela Islam” berlomba-lomba mempromosikan dan memviralkan
segala hal yang terkait TGB agar ia menjadi dikenal luas oleh ma-
syarakat.35
akan tetapi di pertengahan jalan TGB mendadak men-
dukung Jokowi 2 periode Manuver Gubernur NTB TGH Zainul
Majdi atau Tuan Guru Bajang yang secara mengejutkan mendu-
kung Jokowi 2 periode ternyata membuat banyak pihak kecewa
dengan keputusannya.
Salah satu pihak yang cukup kecewa tentu saja adalah Persau-
daraan Alumni 212 (PA 212). Karena beberapa waktu PA 212
sempat merekomendasikan nama Tuan Guru Bajang sebagai salah
satu capres alternatif pilihan umat diantanya banyak faktor yang
membuatnya berpindah posisi menjadi pro Jokowi diantarnya tidak
ada restu Partai Demokrat dan juga melihat dari jumlah masa di
provinsi NTB yang hanya lima juta penduduk. Masih terlalu kecil
untuk ukuran Indonesia yang jumlah penduduknya 250 jutaan.
Rekam jejaknya dalam hal sikap politik. Perpindahan demi perpin-
dahan partai politik juga sudah dilaluinya, awal meniti karir ikut
dalam gerbong Partai Bulan Bintang mengantarnya menjadi Ang-
gota DPR RI, lalu pindah masuk dalam gerbong Partai Demokrat
yang juga mengantarkannya menjadi orang nomor 1 di NTB.
Dalam hal sikap dan identitas politik TGB Zainul Majdi yang men-
jadi kritik dan catatan bagi penulis untuk menganalisis lebih dalam,
kritik tersebut meliputi dua sikap politiknya yang tergolong dalam
sikap dan identitas politik rhetorically sensitive (inkonsisten) dan
rhetorically sensitive (adaptif), suatu sikap dan identitas seseorang
35
Geotimes.co.id, “TGB, Dulu Dipuji Sekarang Dicaci”, diakses 26
Agustus 2019 dari https://geotimes.co.id/opini/tgb-dulu-dipuji-sekarang-
dicaci/
18 | Retorika Dakwah dalam Politik...
yang terbentuk melalui proses komunikasi meliputi retorika. Untuk
menganalisis dan mengkritisi lebih dalam melalui analisis retorika
terhadap sikap dan identitas politiknya.
Itulah beberapa yang dapat dijadikan penulis sebagai argu-
mentasi, mengapa kasus ini diangkat dan dijadikan sebuah peneli-
tian penting yang diberi judul “Retorika Dakwah Dalam Politik
Studi: TGB Muhammad Zainul Majdi.”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa per-
masalahan yang memungkinkan untuk diteliti, antara lain:
1. Retorika agama banyak disalahgunakan oleh para orator
(pembawa pesan) dalam menyampaikan pesan.
2. Agama dan politik kesatuan yang tidak bisa dipisahkan
sehingga tokoh agama melalui retorika memiliki penerima-
an tersendiri di tengah masyarakat dalam kegiatan perpoli-
tikan di Indonesia.
3. Citra seorang ulama mampu menarik suara politik melalui
keulamaannya.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini maka muncul
pertanyaan mayor bagaimana metode retorika dakwah TGB Zainul
Majdi? pertanyaan mayor tersebut kemudian diturunkan menjadi
beberapa pertanyaan minor. Seperti apa tipologi retorika politik
TGB Zainul Majdi? serta bagaimana identitas retorika politik TGB
Zainul Majdi?
2. Pembatasan Masalah
Dari apa yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah,
maka penulis membatasi penulisan ini dengan mengamati dan me-
nganalisis pidato dan ceramahnya di NTB dan video youtube yang
Mochammad Zia Ulhaq | 19
berkaitan dengan dakwah dan politik TGB Zainul Majdi periode
2016-2019.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian merupakan sasaran yang harus dicapai
oleh setiap tindakan memiliki peranan yang sangat penting dan
harus dirumuskan dengan jelas, tegas dan mendetail, merupakan
jawaban tentang masalah yang akan diteliti.36
Maka tujuan pene-
litian yang ingin dicapai adalah: Untuk menganalisis isi retorika
melalui pesan dakwah dan menganalis sikap TGB Zainul Majdi
melalui kajian retorika politik.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai gambaran lebih dalam dan detail akan resepsi kha-
layak terhadap retorika religius dalam berpolitik dan ko-
munikasi kepada publik.
2. Sebagai rekomendasi bagi politisi mengetahui bagaimana
metode penyampaian komunikasi yang baik agar masya-
rakat dapat menerima suatu pesan dan ajakan.
3. Sebagai rekomendasi bagi politisi akan pentingnya mema-
hami aspek pengalaman, religiusitas dan kondisi sosial
politik masyarakat.
4. Untuk memperkaya dan mengembangkan penelitian aka-
demis dalam bidang retorika dakwah dan kajian media
yang terkait dengan resepsi khalayak.
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berikut ini adalah judul-judul dan ulasan singkat dari berbagai
penelitian baik itu berupa tesis, disertasi, buku maupun jurnal yang
36
Mohammad Kasiran, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif,
(Yogyakarta: UIN-Maliki Press, 2010), cet 2, h. 51.
20 | Retorika Dakwah dalam Politik...
penulis temukan. Beberapa penelitian ini juga ditulis oleh sarjana-
sarjana produk intelektual Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan penulis dari
luar kampus UIN Jakarta, antara lain sebagai berikut:
1. Tesis dengan judul, Interpretasi Khalayak Terhadap Reto-
rika Politisi Dalam Televisi: studi kasus Apa Kabar Indo-
nesia TV One, dalam tesis tersebut penulisnya, Lydia Nan-
da, menguraikan tentang interpretasi khalayak terhadap
politisi yang sering hadir dalam acara talk show di TV One
akan tetapi tidak menjelaskan aspek religius dalam konteks
retorikanya, hanya menjelaskan bagaimana konsep, tipe
dan gaya retorika politisi ketika sedang talk show di
televisi.37
2. Tesis yang berjudul, Teori Politik Islam: Telaah Pemikiran
Ali Abd al-Baziq Tentang Khalifah dan Negara, dalam
tesis tersebut penulisnya, Muntoha, hanya menguraikan
Bagaimana teori-teori tentang politik Islam menurut pemi-
kiran Ali Abd al-Baziq tentang suatu Negara dan Khali-
fah.38
3. Tesis dengan judul Konstruksi Retorika Politik dalam
Restorasi Citra: Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam
Kasus Bank Century, penulis Gita Savitri lagi-lagi hanya
menjelaskan tentang kajian Analisis retorika dalam kon-
teks politik fokusnya hanya dalam citra politik dalam
37
Lihat Lydia Nanda, Interpretasi Khalayak Terhadap Retorika Po-
litisi Dalam Televisi: Studi Kasus apa Kabar Indonesia Tv One, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 2012). 38
Lihat Muntoha, Teori Politik Islam: telaah pemikiran Ali Abd al-
Baziq tentang Khalifah dan Negara, (Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, 1997)
Mochammad Zia Ulhaq | 21
Pernyataan Pers Boediono, dengan pendekatan analisis isi
dengan telaah menggunakan teori restorasi citra.39
4. Tesis yang berjudul, Strategi Komunikasi Politik dalam
Pilkada (studi kasus pemenangan kandidat Ratu Atut dan
Rano Karno pada pilkada banten 2011) Fokus pada tesis
ini yang menjadi titik perhatian adalah strategi pemena-
ngan pasangan Ratu Atut - Rano Karno. Bagaimana Ratu
Atut merupakan kandidat gubernur incumbent yang
sejatinya telah menjabat gubernur Provinsi Banten selama
5 tahun dan sebelumnya juga pernah pelaksana tugas (plt)
setelah menjadi wakil gubernur Provinsi Banten, dan pem-
batasan masalah pada tesis ini pada mekanisme dan pola
komunikasi yang dilakukan tim sukses dan Strategi komu-
nikasi politik untuk pemenangan Atut dan Rano.40
5. Tesis dengan judul, Komunikasi Politik Calon Legislatif
dalam Pemilihan Umum Anggota DPRD kota (studi stra-
tegi kampanye calon legislatif partai berideologi Nasiona-
lis dan Islam periode kampanye bulan maret pada pemi-
lihan umum anggota DPRD Kota Blitar tahun 2009). Tesis
ini difokuskan untuk mendeskripsikan Strategi kampanye
Calon Legislatif dari partai berideologi nasionalis atau
Pancasila (PDI-P) dan agama atau Islam (PKS) di Kota
Blitar periode kampanye bulan Maret pada Pemilihan
Umum Tahun 2009 dan dampak Ideologi Nasionalis dan
Islam terhadap strategi kampanye calon legislatif dari par-
tai berideologi Nasionalis dan Islam dalam pemilihan ca-
lon legislatif Tahun 2009. Dan Penelitian ini dilaksanakan
di Kota Blitar dengan menggunakan paradigma konstruk-
39
Lihat Gita Savitri, Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi
Citra: Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century,
(Jakarta: Universitas Indonesia, 2014). 40
Lihat Muhamad Rosit, Strategi komunikasi politik dalam pilkada
studi kasus pemenangan kandidat Ratu Atut dan Rano Karno pada
pilkada banten 2011, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2012).
22 | Retorika Dakwah dalam Politik...
tivisme penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif.41
6. Disertasi yang berjudul, antara Jemaah dan Partai Politik:
dinamika habitus kader partai keadilan sejahtera (PKS)
dalam arena politik Indonesia pasca pemilu 2004. Disertasi
ini merupakan hasil penelitian kualitatif dengan berbagai
ragam studi kasus yang fokus mengidentifikasi pola penge-
lompokkan/faksionalisasi yang ada di PKS, sekaligus me-
nggambarkan bagaimana kelompok-kelompok/faksi-faksi
tersebut bekerja dalam dinamika internal PKS, khususnya
pasca Pemilu 2004.42
7. Tesis dengan judul, Relasi Kuasa Zainul Majdi dengan
perkembangan dan upaya kesatuan Nadhatul Wathan di
Pulau Lombok 2008-2015. Penulisan tesis ini dengan me-
tode kualitatif, menitik beratkan point tentang relasi kekua-
saan Nadhatul Wathan dan kepemimpinan Zainul Majdi di
pulau lombok dan menjelaskan juga tentang keberhasilan-
keberhasilannya dalam berkuasa di Pulau Lombok.43
8. Tesis dengan judul, Retorika Dalam Da’wah Bi-Lisan: Su-
atu Pendekatan Praktis. Dalam Tesis tersebut penulisnya,
Wahidin Saputra, menguraikan dalam metodologi peneliti-
annya bahwa salah satu pendekatan yang digunakan adalah
mengambil bentuk Penelitian kepustakaan (library rese-
41
Lihat Paring Gentur Utomo, Komunikasi politik calon legislatif
dalam pemilihan umum anggota DPRD kota studi strategi kampanye ca-
lon legislatif partai berideologi Nasionalis dan Islam periode kampanye
bulan maret pada pemilihan umum anggota DPRD kota Blitar tahun
2009, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2009). 42
Lihat Disertasi, Arief Munandar, Antara Jemaah dan Partai Po-
litik: dinamika habitus kader partai keadilan sejahtera (PKS) dalam are-
na politik Indonesia pasca pemilu 2004. (Jakarta: Universitas Indonesia ,
2009). 43
Lihat Tesis, Muhammad Hisbullah, Relasi Kuasa Zainul Majdi
dengan perkembangan dan upaya kesatuan Nadhatul Wathan di Pulau
Lombok 2008-2015. (Jakarta: UIN Jakarta, 2017).
Mochammad Zia Ulhaq | 23
arch) yaitu menelusuri berbagai tulisan Dakwah dan
retorika.44
9. Artikel jurnal dengan judul, Tuan Guru Sebagai Tokoh
Pembangunan dan pendidikan di Pedesaan. Penelitian jur-
nal ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi digu-
nakan agar data-data yang berkaitan dengan pandangan
dan pengalaman-pengalaman subjek tentang pembangunan
pendidikan. Penelitian yang dilakukan di Desa Jerowaru
Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Melihat fenomena
pembangunan pendidikan karena keberadaan Tuan Guru
yang berperan aktif dalam membangun masyarakat pede-
saan.45
10. Artikel jurnal dengan judul, Kepemimpinan Kharismatis
Transformatif Tuan Guru Dalam Perubahan Sosial Masya-
rakat Sasak Lombok Melalui Pendidikan. Jurnal ini meng-
kaji tentang perubahan sosial masyarakat Lombok di
bawah kepemimpinan Tuan Guru. Dalam tulisan ini, Tuan
Guru tidak dikaji secara personal tetapi difokuskan pada
sosial, bentuk, sumber pengaruh serta tipologi kepemim-
pinannya dalam perubahan sosial masyarakat muslim
Lombok.46
11. Artikel jurnal politik dengan judul, Hubungan Agama dan
Negara: Konteks ke-Indonesia-an. Jurnal ini mengkaji ten-
tang Agama dan kenegaraan (Religion and Nation State)
yang merupakan tema diskursus penting di wilayah sosial
kemasyarakatan Indonesia, yang adanya jarak antara massa
44
Lihat Wahidin Saputra, Retorika Dakwah bi-Lisan, tesis, (Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 1999). 45
Lihat Jurnal Siti Irene Astuti Dwiningrum dkk, Tuan Guru Seba-
gai Tokoh Pembangunan dan pendidikan di Pedesaan. Jurnal Ilmiah Pen-
didikan, Vol 3, No1, 2015. 46
Lihat Jurnal Mohamad Iwan Fitriani, Kepemimpinan Kharisma-
tis-Transformatif Tuan Guru Dalam Perubahan Sosial Masyarakat Sasak
Lombok Melalui Pendidikan. Jurnal Pemikiran Islam Al-Tahrir, Vol. 16,
No. 1 Mei 2016.
24 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Islam di satu pihak dengan kekuatan negara di pihak lain,
massa Islam berorientasi menciptakan kehidupan yang reli-
gius dan menjalakan ajaran agama secara hanif. Sedangkan
kekuatan negara lebih cenderung untuk bersikeras sebagai
kekuatan hegemonik.47
12. Artikel jurnal berjudul, Politik Agama dan Kontestasi Ke-
kuasaan Nadhlatul Wathan di Era Otonomi Daerah Lom-
bok NTB. Jurnal ini membahas tentang Nahdlatul Wathan
merupakan salah satu Ormas Islam lokal di Lombok yang
memiliki tradisi dan budaya politik yang sangat kuat dan
juga membahas tentang Keterlibatan NW dalam bidang
politik dimana Identitas politik NW selalu berubah-ubah
sesuai dengan perubahan arus politik nasional. Dan juga
membahas tentang konflik dan islah antar NW pancor dan
NW anjani saja.48
13. Artikel jurnal berjudul, Nahdlatul Wathan Dan Masyarakat
Sipil, Studi Gerakan Sosial atas Manifestasi Civil Society
pada Masyarakat Lombok, dalam jurnal ini penulis mem-
bahas tentang bagaimana organisasi NW bisa menjadi mo-
tor pergerakan dan kemajuan masyarakat, dan NW menjadi
pemegang suatu otoritas masyarakat dan menjadi poros
kebudayaan masyarakat Lombok.49
14. Artikel jurnal berjudul, Analisis Retorika Dalam Kampa-
nye Pemilukada DKI Jakarta 2012 (studi kualitatif analisis
retorika Jokowi-Ahok dalam debat kampanye Pemilukada
DKI Jakarta 2012) penelitian ini adalah untuk menganali-
sis retorika yang digunakan kandidat calon Gubernur
47
Lihat Jurnal Abdullah, Hubungan Agama dan Negara: Konteks
ke-Indonesia-an. Jurnal Politik Profetik Vol. 4 No. 2 Tahun 2014. 48
Lihat Jurnal Saipul Hamdi, Politik, Agama dan Kontestasi Kekua-
saan Nadhlatul Wathan di Era Otonomi Daerah Lombok NTB. Jurnal
Politik, Vol. 01, No 2, 2011. 49
Lihat Alwi Parhanudin, Nahdlatul Wathan Dan Masyarakat Sipil,
Studi Gerakan Sosial atas Manifestasi Civil Society pada Masyarakat
Lombok, Jurnal Agama dan Hak Asasi Masyarakat. Vol 2, No 1, 2012.
Mochammad Zia Ulhaq | 25
“Jokowi-Ahok” pada video rekaman debat kampanye Pe-
milukada DKI Jakarta 2012. Dengan tiga jenis pendekatan
untuk keberhasilan dalam mempersuasi audiens yakni
logos, pathos, dan ethos.50
15. Artikel Jurnal, Hubungan Dakwah dan Politik, Dalam jur-
nal ini Menjelaskan mengenai peran dan dakwah dan
politik praktis yang tidak dipisahkan karena dalam dakwah
itu sendiri memiliki makna yang luar yang mencakup ra-
nah semua kehidupan manusia terutama politik dan ekono-
mi. Dan menjelaskan 2 pembagian Politik, high politic dan
low politic.51
16. Artikel jurnal, Analisis Wacana Retorika Dakwah KH.
Abdullah Gymnastiar, fokus permasalahan bagaimanakah
kohesi gramatikal retorika dakwah Aa Gym wujud kohesi
leksikal retorika dakwah Aa Gym. Yang bertujuan men-
deskripsikan dan menjelaskan wujud kohesi gramatikal
retorika dakwah Aa Gym, dan mampu mendeskripsikan
dan menjelaskan wujud kohesi leksikal retorika dakwah-
nya.52
Dari kajian pustaka yang sudah terpaparkan tersebut di atas,
tidak ada satupun karya ilmiah dan permasalahan yang sama, pe-
nulisan ini memiliki posisi yang berbeda dengan penelitian diatas,
terdapat dua hal yang berbeda. Pertama, kajian tentang pengga-
bungan antara pembahasan retorika agama dan politik. Kedua,
menganalisis bagaimana tipe retorika dan identitas seorang politisi
ditinjau dari beberapa teori retorika politik.
50
Lihat Jurnal, Nicki Hardyanti, Analisis retorika dalam kampanye
Pemilukada DKI Jakarta 2012: studi kualitatif analisis retorika Jokowi-
Ahok dalam debat kampanye Pemilukada DKI Jakarta, Jurnal Usu, 2012. 51
Lihat Jurnal, Syamsul Bachri Day, Hubungan Dakwah dan Politik,
Mediator, Jurnal Komunikasi, Vol. 6, No1, Juni 2005. 52
Lihat, Bahroni, Analisis Wacana Retorika Dakwah KH. Abdullah
Gymnastiar, INJECT: Interdisciplinary, Jurnal of Communication, Vol. 1,
No 1, Juni 2016.
26 | Retorika Dakwah dalam Politik...
G. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah proses, prinsip, dan prosedur
yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawa-
ban secara terperinci mengenai metode, teknik, prosedur atau lang-
kah-langkah penelitian termasuk dalam pemilihan topik penelitian,
teknik pengambilan sampel, etika pendekatan terhadap kelompok
yang diamati.53
Menurut Mahsun, M.S. metodologi penelitian ada-
lah bagaimana proses penelitian itu dilakukan yang di dalamnya
mencakup bahan atau materi penelitian, alat, jalan penelitian,
variabel data yang hendak disediakan untuk analisis data.54
Agar
penelitian ini mampu mencapai tujuan dengan tetap mengacu pada
standar keilmiahan sebuah karya akademik, maka penulis menyu-
sun serangkaian metode sebagai acuan dalam melaksanakan pene-
litian. Metode-metode tersebut dirumuskan sebagai berikut:
1. Sumber Data Penelitian
Sumber data pada penelitian ini video TGB Zainul Majdi yang
berkaitan dengan dakwah dan politik. Video tersebut diunduh me-
lalui Youtube, untuk mengamati dan menganalisis komunikasi
TGB Zainul Majdi yang berkaitan dengan dakwah dan politiknya
berjumlah 11 video periode 2017-2018 diantaranya:
1. Video pada 20 Februari 2017, Gubernur NTB dan Kritik
Pedas Presiden Jokowi di Peringatan Hari Pers Nasional
2016.
2. Video pada 5 Oktober 2017, Tokoh Kita Muhammad Zai-
nul Majdi part 5: Persaudaraan Kunci Utama Pembangu-
nan Di NTB.
53
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT
Remaja Rosadakarya, 2008), h.145. 54
Mahsun, M.S, Metode Penelitian Bahasa, tahapan strategi, meto-
de dan tekhniknya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), h 72.
Mochammad Zia Ulhaq | 27
3. Video pada 5 Oktober 2017, Tokoh Kita Muhammad
Zainul Majdi: Persaudaraan Kunci Utama Pembangunan
Di NTB.
4. Video pada 11 Januari 2018, Indonesia Rumah Kita: Para
Gubernur Dua Periode.
5. Video pada 17 Maret 2018, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid
Daruttauhid Bandung
6. Video pada 1 Juni 2018, Kajian Tafsir Al-Baqarah Ayat
61.
7. Video pada 13 Juli 2018, Special Interview with Gubernur
NTB Zainul Majdi: Manuver Tuan Guru Bajang.
8. Video pada 25 Agustus 2018, Larangan Melecehkan
Agama Orang Lain.
9. Video pada 30 Oktober 2018, QnA Tanya Tuan Guru
Bajang.
10. Video pada 12 November 2018, Jangan Buat Orang Lain
Lari dari Islam.
11. Video pada 16 Juli 2018, Manuver TGB, Akal Sehat Atau
Siasat?
2. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang benar-benar bersumber pada fakta yang nyata digu-
nakan oleh seorang penutur.55
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini ialah pendekatan kualitatif. Pendekatan Kualitatif
yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang
dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara des-
kripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks hu-
bungan khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.56
Dengan metode deskriptif kualitatif, penelitian
55
Mahsun, M.S, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, me-
tode dan Tekniknya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 3. 56
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 21, h. 6.
28 | Retorika Dakwah dalam Politik...
ini akan mendeskripsikan bagaimana TGB Zainul Majdi dalam
dakwah dan kegiatan politiknya periode 2017-2018.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dalam penelitian ini adalah di daerah
Nusa Tenggara Barat.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang dibutuhkan peneliti dalam peneliti-
an ini selama 12 bulan, terhitung mulai dari 12 Oktober
2018 sampai dengan 12 Oktober 2019.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis
dan standar untuk mendapatkan data yang diperlukan. Karena pasti
ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah
penelitian yang ingin dipecahkan.57
Dalam penelitian ini teknik pe-
ngumpulan data dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Wawancara
Wawancara mendalam menggali dan melacak informasi dari
seseorang dengan selengkap mungkin dan sedalam mungkin. Kare-
na peneliti perlu memerankan diri selaku instrumen utama bukan
menggantungkan diri pada instrumen data semacam pedoman wa-
wancara.58
Dalam wawancara yang dilakukan, pedoman wawan-
cara hanya sebagai pendukung saja yang terpenting adalah meng-
gali lebih mendalam informasi yang diberikan oleh informan. Data
57
Moh Nazir, Metode Penelitian. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
h.175. 58
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja
Grafindo), h. 67.
Mochammad Zia Ulhaq | 29
yang didapat dari hasil wawancara disebut data primer, dengan
melakukan wawancara dan bertanya sebanyak-banyaknya.59
Infor-
man utama atau tujuan utama wawancara dalam penelitian ini ada-
lah TGB Zainul Majdi mengenai retorika dakwah dan politik yang
merupakan objek yang berkaitan langsung, dan juga beberapa ma-
syarakat di NTB dari beberapa kalangan, seperti akademisi dosen,
jamaah pengajian, pedagang, dan mahasiswa.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yang bertujuan sebagai pengumpulan data baik
dari kegiatan yang sudah dilakukan maupun yang sedang dilaku-
kan. Upaya pengumpulan data dan teori melalui buku-buku, ma-
jalah, berita online, dan sumber informasi secara langsung ataupun
tidak langsung sebagai pendukung penelitian seperti dokumen,
kliping, koran, agenda dan hasil penelitian lain, serta rekaman dan
catatan. Semua data tersebut tentu saja merupakan data-data yang
relevan dan mendukung penelitian.60
c. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan
secara langsung yang dilakukan oleh peneliti guna menyempurna-
kan penelitian agar mencapai hasil yang maksimal.61
Pengamatan
secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu
gejala pada objek penelitian. Adanya observasi peneliti dapat me-
ngamati dan menganalisis pesan dakwah dan kegiatan politik TGB
Zainul Majdi. juga mengamati dan menginput data mengenai kea-
daan masyarakat yang ada di Nusa Tenggara Barat.
59
Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi (Malang: UPT.
UMM, 2007), h. 23. 60
Hadiri Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, (Yogya-
karta: Gadjah Mada University Press, 1991), h. 95. 61
Nawawi, M. Martini Hadari. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992) Hal. 74.
30 | Retorika Dakwah dalam Politik...
5. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ana-
lisis deskriptif suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan
fakta yang tampak.62
Dengan menggunakan analisis deskriptif di
mana peneliti berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual
dan cermat. Analisis deskriptif memiliki fungsi untuk memberikan
gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran
umum ini bisa menjadi dasar acuan untuk melihat karakteristik
data yang diperoleh.63
Deskriptif yaitu data yang dikumpulkan
adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, sehingga
laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk membe-
rikan gambaran penyajian laporan tersebut. Peneliti menggunakan
wawancara, observasi, dokumentasi-dokumentasi, rekaman bukti-
bukti fisik.64
alur dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara pihak-
pihak terkait dan observasi secara langsung dan pengumpulan data-
data berupa artikel-artikel, atau video bersumber dari internet dan
media sosial, serta buku-buku yang berkaitan dengan retorika,
dakwah, dan politik TGB Zainul Majdi.
b. Reduksi
Reduksi data menyeleksi informasi mana yang sesuai dan
tidak sesuai dengan masalah penelitian. merupakan suatu bentuk
62
Hadari Nawawi dan mini, Martini, Penelitian Terapan, (Yogya-
karta: Gadjah Mada University Press, 1996), h.73. 63
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 22. 64
Rachmat Krisyantoro, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta:
2007), cet. 2, h. 102.
Mochammad Zia Ulhaq | 31
analisis untuk menajamkan analisis, menggolongkan, mengarah-
kan, membuang hal yang tidak perlu, dan mengorganisasi data-data
dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan.
c. Penyajian Data
Penyajian data deskripsi kumpulan-kumpulan informasi, dari
wawancara, dan pengamatan di lapangan yang tersusun yang me-
mungkinkan untuk melakukan penarikan suatu kesimpulan. Penya-
jian data yang penulis lakukan adalah mengenai retorika dakwah
dalam kegiatan politik praktis TGB Zainul Majdi.
d. Kesimpulan
Dalam menarik kesimpulan mulai dari pengumpulan data pe-
neliti mencari makna dari setiap gejala yang diperolehnya di lapa-
ngan, kemudian menyusun pola-pola hubungan tertentu dalam
suatu satuan informasi yang mudah dipahami dan mudah ditaf-
sirkan dengan didasarkan teori yang digunakan.65
Sumber: Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kualitatif:
Aktualisasi Metodelogis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer
H. Sistematika Penulisan
Pada bab pertama, berisi uraian dan perdebatan akademik me-
ngenai latar belakang masalah yang mendasari pentingnya diada-
kan penelitian ini, sehingga dalam bab ini mencakup sub-sub baha-
san yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi masalah,
batasan dan rumusan masalah penelitian, maksud dan tujuan pene-
65
Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Me-
todelogis Kearah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Gra-
findo Persada, 2007), h. 145.
Pengumpulan
Informasi Reduksi Penyajian Kesimpulan
32 | Retorika Dakwah dalam Politik...
litian, manfaat penelitian, pemaparan mengenai penelitian terdahu-
lu yang relevan serta memaparkan mengenai metodologi penelitian
dan sistematika Penulisan.
Pada bab kedua, berisi mengenai tinjauan teori yang mendes-
kripsikan empat pembahasan, pertama membahas pengertian dan
penjelasan mengenai retorika dakwah dan metode dakwah TGB
Zainul Majdi meliputi bil hikmah, mau’izhah hasanah mujadalah
billati hiya ahsan. Kedua menjelaskan mengenai sejarah retorika
dan tahapan-tahapan dalam penyampaian ceramah atau pidato.
Ketiga menjelaskan bagaimana tipe-tipe retorika politik meliputi
retorika politik deliberatif, retorika politik forensic, retorika de-
monstratif. Keempat menjelaskan mengenai identitas retorika poli-
tik noble selves, rhetorically reflector, rhetorically sensitive.
Pada bab ketiga, berisi uraian mengenai gambaran umum Pro-
vinsi Nusa Tenggara Barat, dan juga memaparkan mengenai pera-
nan seorang Tuan Guru sebagai tokoh agama yang memiliki peran
dalam sosial politik di NTB. Pada bab ini juga memaparkan me-
ngenai biografi dan aktivitas politiknya, dan juga pencapaian-
pencapaian TGB Zainul Majdi dalam memimpin NTB.
Pada bab keempat, menguraikan tentang hasil temuan pene-
litian dari retorika TGB Zainul Majdi sekaligus kritik penulis ter-
hadap identitas terkait sikap politiknya. Bab ini terbagi ke dalam
empat pembahasan, antara lain: pertama retorika dakwah bil hik-
mah retorika mengenai ilmu dan penjelasannya, mau’izhah hasa-
nah terkait retorika mengenai kisah-kisah dan bimbingan terhadap
umat, mujadalah billati hiya ahsan metode retorika meliputi me-
tode diskusi dan cara berdebat dengan cara yang baik. Tipe retorika
politiknya TGB Zainul Majdi meliputi retorika politik deliberatif
narasi konsep-konsep untuk masa depan, retorika forensic narasi
politik berkaitan dengan capaian-capaian dalam kepemimpinan
TGB Zainul Majdi, retorika demonstrative narasi-narasi memuji
pilihan politik. Identitas politiknya meliputi identitas retorika poli-
tik noble selves anti kritik, akan tetapi penulis menemukan kelema-
han TGB Zainul Majdi mengenai sikap dan identitasnya meliputi
rhetorically reflector seorang politisi yang mudah berpindah-pin-
dah tempat (inkonsisten), rhetorically sensitive tipe seorang politisi
Mochammad Zia Ulhaq | 33
cepat beradaptasi dengan lingkungan dalam hal ini kritik penulis
mengenai sikap politiknya dari seorang oposisi menjadi seorang
mendukung penguasa politik (adaptif).
Pada bab kelima, merupakan bab penutup yang berisi uraian
tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu
disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil
penelitian.
34
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Ruang Lingkup Retorika
1. Pengertian Retorika
Retorika atau dalam bahasa inggris rhectoric bersumber dari
perkataan latin rhetorica yang berarti ilmu bicara. Pada abad ke 5
sebelum Masehi untuk pertama kali dikenal dengan ilmu yang me-
ngkaji proses pernyataan antar manusia sebagai fenomena sosial.
Ilmu ini dinamakan dalam bahasa Yunani “rhetorike” yang dikem-
bangkan di Yunani kemudian abad-abad berikutnya di kembang-
kan di Romawi dalam bahasa latin “retorika” (dalam bahasa Ing-
gris ”rhetoric” dalam bahasa Indonesia “retorika”). Retorika seba-
gai the art of using language effectively atau seni penggunaan
bahasa efektif.
Retorika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, rhetoric
yang berarti seni bicara. Retorika merupakan seni bicara yang
dapat dicapai berdasarkan bakat alam dan keterampilan teknik.
Kajian retorika secara umum didefinisikan sebagai suatu simbol
yang digunakan manusia. Retorika pada awalnya berkaitan dengan
persuasi, sehingga retorika menjadi seni penyusunan suatu argu-
mentasi dan pembuatan naskah pidato. Kemudian, berkembang
sampai mengikuti proses “adjusting ideas to people and people to
ideas” dalam segala jenis pesan. Kajian Retorika diperluas dengan
mencakup segala cara manusia dalam menggunakan simbol untuk
mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Pusat dari tradisi retorika
adalah penemuan, penyusunan, gaya penyampaian, dan daya ingat,
yang dikenal sebagai lima karya agung retorika.1
1 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, h.
142.
Mochammad Zia Ulhaq | 35
Pada awalnya retorika digunakan dalam perdebatan-perdeba-
tan di ruang pengadilan, atau dalam perdebatan-perdebatan antar-
persona, sehingga merupakan bentuk komunikasi yang bersifat dua
arah atau dialogis. Pada tahapan perkembangannya, retorika di-
kembangkan sebagai ilmu tersendiri. Selanjutnya retorika kemudi-
an berkembang menjadi komunikasi massa (satu-kepada-semua)
melalui pidato atau orasi kepada orang banyak, sehingga tidak lagi
merupakan kegiatan antar personal (satu-kepada-satu) saja. Dalam
hal ini, retorika berkembang menjadi pernyataan umum, terbuka
dan aktual, dengan menjadikan khalayak (publik atau massa)
sebagai sasaran yang tercakup dalam ilmu komunikasi.
Perkembangan retorika dari komunikasi dialogis ke komuni-
kasi massa, pada awalnya dilakukan oleh Sophist pada masa Yuna-
ni-Romawi dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dengan
jalan membentuk dan membina opini publik. Retorika menjadi
fenomena komunikasi politik yang sangat menarik bagi tokoh-
tokoh politik di kemudian hari. Aristoteles merupakan tokoh utama
yang mengembangkan retorika dengan menerbitkan buku retorika
yang merupakan hasil catatan kuliahnya Plato. Plato sendiri tidak
begitu menyukai beberapa cara sejumlah kaum Sophist yang me-
nggunakan retorika sebagai seni berdebat yang sering mengabaikan
kebenaran dengan mengutamakan kemenangan. Selanjutnya tuli-
san-tulisan orang Yunani tentang retorika disalin kembali oleh
orang Romawi, termasuk Socrates, Quintilian, dan Cicero. Selain
itu, tercatat pula beberapa tokoh yang mengembangkan retorika
pada zamannya seperti Dhemosthenes, Phillipus, dan Lycurgus
yang terkenal juga sebagai orator yang ulung.2
Plato termasuk tokoh yang mengancam keras penggunaan
retorika dalam mempersuasi dan mempropaganda publik lewat
serangkaian pidato atau bentuk komunikasi lainnya sebab hal itu
dianggap banyak berisi kebohongan dan pemalsuan tanpa memper-
hitungkan prinsip–prinsip kebenaran, kebajikan, dan moralitas.
Plato berharap para orator politik juga harus memiliki kesadaran
2 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, h.
143.
36 | Retorika Dakwah dalam Politik...
mendalam tentang kebenaran, terutama kebenaran suatu isu yang
dibicarakan. Aristoteles menawarkan pentingnya ethos dalam reto-
rika yaitu faktor personal, terutama masalah karakter. Ethos, “ethi-
cal or personal appeals” meliputi upaya membangun kualitas
personal, dimana kepribadian pembicara jauh lebih penting dari
pesan yang disampaikan. Dalam literatur ilmu. komunikasi, ethos
diartikan juga sebagai kredibilitas komunikator, yaitu komunikator
yang dapat dipercaya. Aristoteles juga memperkenalkan pathos dan
logos. Pathos berkaitan dengan dimensi yang menyentuh emosi
dalam retorika, sedangkan logos adalah dimensi yang berkaitan
dengan penggunaan argumentasi yang masuk akal (logis) dan
fakta-fakta yang nyata.3
Terdapat dua aspek yang harus diperhatikan dalam retorika
ini, pertama, pengetahuan mengenai bahasa dan juga penggunaan
bahasa harus tepat dan baik. Kedua, pengetahuan mengenai suatu
objek tertentu yang akan disampaikan dengan menggunakan baha-
sa yang baik.4 Teori retorika berpusat pada pemikiran mengenai
cara dan pengemasan komunikasi yang disebut Aristoteles retorika
sebagai alat persuasi yang tersedia. Maksudnya, seorang pembicara
yang tertarik untuk membujuk khalayaknya harus mempertimbang-
kan tiga bukti retoris, logika (logos), emosi (pathos), kredibilitas
(ethos), khalayak merupakan kunci dari persuasi yang efektif, dan
silogisme retoris, yang dapat mendorong khalayak untuk menemu-
kan sendiri potongan–potongan yang hilang dari suatu pidato,
digunakan dalam mempengaruhi dan meyakinkan orang lain.5
Adapun istilah retorika menurut para ahli:
1. Aristoteles, retorika adalah penggabungan teknik bahasa
dalam penyampaian suatu pesan yang diikuti dengan
3 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, h.
144. 4 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: Gramedia, 2007), h.
1. 5 Richard West dan Lynn, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis
dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), h. 5.
Mochammad Zia Ulhaq | 37
pengaturan emosional yang baik bertujuan untuk mempe-
ngaruhi orang lain.6
2. Socrates, retorika adalah ilmu yang memperlajari bagai-
mana cara menyampaikan suatu gagasan, kebenaran de-
ngan baik dan terstruktur melalui teknik berdialog.
3. Plato, retorika adalah kemampuan dalam mengaplikasikan
bahasa lisan yang sempurna dibarengi dengan etika yang
merupakan jalan bagi seseorang untuk memperoleh pe-
ngetahuan yang luas dan sempurna.7
Retorika bagian ilmu bahasa (linguistik), khususnya ilmu bina
bicara retorika sebagai ilmu bicara ini mencakup :
a. Monologika
Monologika adalah ilmu tentang seni dan gaya berbicara
secara monolog atau perorangan dimana hanya seseorang
yang berbicara. Dan yang termasuk dalam bentuk-bentuk
yang tergolong dalam monologika adalah pidato, kata
sambutan, kuliah, makalah, ceramah, dan deklamasi.
b. Dialogika
Suatu ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana
ada dua orang atau lebih yang berbicara atau mengambil
bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk dialogika
yang penting adalah, tanya jawab, diskusi, perundingan,
percakapan dan debat.
6 Jacquie L ‘Etang and Magda Pieczka, Critical Perspektives in
Public Relation, (USA: International Thomson Business Press, 1996) hal.
107. 7 Jacquie L ‘Etang and Magda Pieczka, Critical Perspektives in
Public Relation, h. 107-108.
38 | Retorika Dakwah dalam Politik...
c. Pembinaan Teknik Berbicara
Efektivitas monologika dan dialogika tergantung juga pada
tekhnik bicara, tekhnik bicara merupakan syarat bagi reto-
rika. Oleh karena itu pembinaan tekhnik bicara merupakan
bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian ini per-
hatian lebih diarahkan pada pembinaan tekhnik bernafas,
tekhnik pengucapan, bina suara, tekhnik membaca dan
bercerita.8
2. Lima Hukum Retorika
Aristoteles dan ahli retorika klasik, memperoleh lima tahap
penyusunan pidato: terkenal sebagai Lima Hukum Retorika (The
five Canons of Rhetoric). Lima Hukum tersebut adalah:
1. Invention (penemuan Bahan), dalam tahapan ini pembicara harus
menyeleksi tema yang tepat dengan pendengar dan menguasai
banyak hal tentang topik yang ingin disampaikannya.9didefinisikan
sebagai dasar penyusunan dari suatu argumen yang relevan dengan
tujuan dari suatu pidato. Adanya integrasi cara berfikir dengan
argumen dalam pidato maka dari itu, dengan menggunakan logika
dan bukti dalam pidato dapat membuat sebuah pidato menjadi
lebih menarik dan persuasive. Hal yang membantu suatu penemuan
adalah topic. Topik (topic) bahan bantuan terhadap yang merujuk
pada argumen yang digunakan oleh pembicara. Aristoteles menye-
butkan tiga cara untuk mempengaruhi manusia. Pertama, anda
harus sanggup menunjukan kepada khalayak bahwa anda memiliki
pengetahuan luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang
terhormat (ethos). Kedua, seseorang juga harus menyentuh hati
8 P. Dori Wuwur Hendrikus, Retorika: Terampil Berpidato, Berdis-
kusi, Berargumentasi, Bernegosiasi (Yogyakarta: Kansius, 1991), h. 14. 9 Stephen E. Lucas, The Art Public Speaking, (Mcgraw-Hill Singa-
pore 2001), h. 75.
Mochammad Zia Ulhaq | 39
khalayak dari perasaan, emosi, harapan, kebencian, dan kasih sa-
yang mereka (pathos). Ketiga, anda meyakinkan mampu khalayak
dengan mengajukan bukti atau terlihat seperti kebenaran, disini
anda mendekati khalayak lewat otaknya (logos).10
2. Dispositio (penyusunan bahan/materi). Pada tahapan ini, pembi-
cara menyusun pidato atau mengorganisasikan pesan. Pesan harus
dibagi ke dalam beberapa bagian yang berkaitan secara logis seper-
ti: pendahuluan, pembahasan, dan penutup.
3. Elocutio (gaya/pemilihan bahasa yang indah). Pada tahapan ini,
pembicara memilih kata-kata dan juga menggunakan bahasa yang
tepat untuk “mengemas” suatu pesannya. Gunakan bahasa yang
tepat, benar, dan dapat diterima; pilih kata-kata yang yang jelas dan
langsung, sampaikan kalimat yang indah dan mulia dan sesuaikan
bahasa dengan pesan, khalayak dan pembicara. Penggunaan bahasa
dilakukan dengan cara pemilihan kata atau kalimat yang sesuai de-
ngan tipe pendengar, sehingga mampu menarik dan mempengaruhi
pendengar pihak lain agar percaya, dengan ide-ide, pencerahan
maupun gagasan-gagasan yang disampaikan oleh seorang orator,
dari pemilihan bahasa yang tepat itu membuat ikatan dan menjem-
batani sampainya isi pesan kepada pendengar.11
4. Memoria (mengingat materi). Pada tahapan ini, pembicara harus
mempunyai daya ingat yang kuat untuk mengingat apa yang ingin
disampaikannya, dengan mengatur bahan-bahan pembicaraannya.
5. Pronountiatio (penyampaian). Pada tahap ini, pembicara me-
nyampaikan pesannya secara lisan. Disini, acting sangat berperan.
Pembicara harus memperhatikan olah suara (vocis) dan gerakan-
10
Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Ban-
dung: PT. Remaja Rosda Karya) h. 8. 11
Stephen E. Lucas, The Art Public Speaking, (Mcgraw-Hill Singa-
pore 2001), h. 272.
40 | Retorika Dakwah dalam Politik...
gerakan anggota badan (gestus moderatio cum venustate).
12 Suatu
gerakan atau ekpresi itu membuat ikatan antara pembawa pesan
dengan para jamaah yang mendengarkan. Melalui gerak tubuh ter-
dapat pesan tersendiri meliputi penjelasan isi ceramah atau mem-
perkuat ide-ide dari suatu argumen dari pembawa pesan tersebut.
Karena ini cara paling efektif dalam penunjang seseorang dalam
menyampaikan pesan.13
3. Tujuan dan Fungsi Retorika
a. Tujuan Retorika
Retorika pada awalnya berkaitan dengan persuasi, sehingga
retorika menjadi seni penyusunan argumentasi dan pembuatan
naskah pidato. Persuasi dapat di artikan sebagai suatu metode
komunikasi berupa ajakan, permohonan, atau bujukan yang lebih
menyentuh emosi, yaitu aspek afeksi dari manusia.14
Persuasi meru-
pakan suatu usaha yang disadari untuk mengubah sikap, keperca-
yaan atau prilaku orang melalui transmisi pesan.15
Usaha persuasi
dapat dipahami bahwa selain mengajak atau membujuk khalayak
dengan menggugah dan menyentuh emosi seseorang, juga dapat
dilakukan dengan cara logis dengan menyentuh aspek kognitif
individu, dan juga menggugah khalayak berdasarkan kondisi dan
situasi kepribadian khalayak.16
12
Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Ban-
dung: PT. Remaja Rosda Karya) h. 8. 13
Stephen E. Lucas, The Art Public Speaking, (Singapore: Mcgraw-
Hill, 2001), h. 299. 14
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), cet-I, h. 261. 15
Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar, (Ban-
dung: Terate, 1976) 16
Anwar Afifin, Dakwah Kontemporer; Sebuah Studi Komunikasi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), cet-I, h. 263.
Mochammad Zia Ulhaq | 41
Secara massa retorika bertujuan sebagai berikut :
1. To inform, memberikan penjelasan dan pengertian kepada
massa guna memberikan penerangan yang mampu membe-
rikan penjelasan dengan baik.
2. To Convince, meyakinkan dan memberikan kesadaran
3. To Inspire, menimbulkan inspirasi dengan tekhnik dan sis-
tem penyampaian yang baik dan bijaksana.
4. To Entertain, menghibur, menyenangkan, dan memberikan
kepuasan.
5. To actuate (to put into action), menggerakkan dan menga-
rahkan mereka untuk bertindak sadar dalam melaksanakan
suatu ide yang telah dikomunikasikan oleh orator dihada-
pan massa.17
b. Fungsi Retorika
Adapun fungsi retorika yang diantaranya yaitu:
1. Membimbing pembicara mengambil keputusan yang tepat.
2. Membimbing pembicara secara lebih baik memahami ma-
salah kejiwaan manusia pada umumnya dan kejiwaan
penanggap tutur yang akan dan sedang dihadapi.
3. Membimbing pembicara menemukan ulasan yang baik.
4. Membimbing pembicara mempertahankan diri serta
mempertahankan argumen kebenaran dengan alasan yang
masuk akal.
B. Retorika Dakwah
1. Pengertian Retorika Dakwah
17
Maarif, Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik, (Depok: PT.
Rajagrafindo Persada), h. 9.
42 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Retorika Dakwah penggabungan antara seni komunikasi yang
dikemas dengan baik dan efektif yang digabungkan dengan dak-
wah Islam. Retorika dakwah berkembang seiring dengan perkem-
bangan zaman saat ini melalui cara dan metode menjadikan dak-
wah lebih menarik agar dakwah Islam dan pengajaranya dapat
disampaikan dengan benar dan dapat diterima tanpa unsur paksaan.
Cukup banyak metode retorika tergantung keahlian dan kesem-
patan yang memungkinkan. dapat disampaikan melalui pemanfa-
atan berbagai macam sarana komunikasi yang canggih melaui me-
dia cetak maupun elektronik, visual dan audio visual, baik regional,
nasional maupun internasional, hingga saluran internet. Sarana
retorika ini juga sangat variatif dapat berbentuk dakwah pendidi-
kan, berbentuk fiqih atau hukum syariat ataupun pemikiran filoso-
fis. Karena pada dasarnya komunikasi Islam meliputi pesan-pesan
perdamaian yang terdiri dari tabligh (informasi), taghyir (peruba-
han social), khairu ummah (keteladanan umat) dan dan mampu
mencerminkan akhlak al-karimah dari setiap individu, dan memba-
ngun kepekaan sosial, dengan mempromosikan ajaran-ajaran Islam
yang relevan dengan nilai-nilai universal.18
Dakwah sebagai format pokok dan dasar dalam agama Islam
tidak berubah dalam hal pokok-pokok dan prinsip-prinsip aqidah-
nya, ibadahnya, akhlaknya, dan hukum syariatnya, tetapi hal yang
berubah adalah metode pengajaran dan dakwah. Al-Quran sendiri
merupakan bukti adanya retorika, retorika Al-Quran Makkiyah ber-
beda dengan retorika Al-Quran Madaniyah.19
Surat-surat Al-Quran
Makkiyah maupun Madaniyah, memperhatikan orang yang diajak
bicara dan mengajaknya bicara sesuai dengan kondisinya. Surat-
surat dalam Makkiyah meretorika terlebih dahulu kepada orang-
orang musyrik yang memusuhi aqidah tauhid dan mengingkari
kenabian Muhammad SAW, serta yang bertindak dzalim kepada-
nya. Dengan begitu, retorika ini dipenuhi oleh bahasa yang cukup
18
Andi Faisal Bakti, The Integration of Dakwah in Journalism:
Peace Journalism, Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 05, No 01, 2015. 19
Yusuf Al-Qaradhawi, Retorika Islam, (Jakarta: KHILAFA, 2004),
cet 1, h.25.
Mochammad Zia Ulhaq | 43
keras dan penuh ketegasan. Adapun surat-surat Madaniyah, memi-
liki bentuk retorika yang berbeda. Dimana sudah terkumpul sebuah
jamaah baru dari orang-orang beriman, sehingga konten bahasa Al-
Quran surat Madaniyah lebih banyak berisi perintah-perintah dan
larangan-larangan, arahan-arahan, dan ketentuan-ketentuan syariat.
Oleh sebab itu, retorika disini dipenuhi oleh bahasa kelembutan
dan pengajaran. Contoh pada surat Al-Baqarah (surat Madaniyah)
dan surat Asyu’araa (surat Makkiyah).20
akan tetapi prinsip dari
retorika dakwah berdasarkan pada firman Allah SWT dalam al-
Qur’an, surat An-Nahl: 125:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih menge-
tahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dia-lah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.21
Ada tiga metode : hikmah, mau’izhah hasanah, dan mujada-
lah billati hiya ahsan. Metode retorika agama ini ditujukan tidak
kepada nabi saja, namun kepada umat yang mengikuti jejaknya.
Prinsip-prinsip retorika Islam al-Qur’an telah menetapkan sarana-
sarana yang memudahkan ahli dakwah Islam dalam melaksanakan
20
Yusuf Al-Qaradhawi, Retorika Islam, (Jakarta: KHILAFA, 2004),
cet 1, h.25. 21
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta
Timur: PT. Surya Prima Sinergi, 2012), h. 282.
44 | Retorika Dakwah dalam Politik...
tugasnya sebagai da’i, dengan kata-kata yang singkat-padat, jelas
dan tegas.22
a. Metode Hikmah
Kata “hikmah” ada di dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak
20 kali baik dalam bentuk nakirah maupun ma’rifat. Bentuk mas-
darnya adalah “hukuman” yang di artikan secara makna aslinya
adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah
dari kezaliman, dan jika di kaitkan dengan dakwah berarti meng-
hindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas
dakwah. Sebagai metode dakwah, hikmah diartikan sikap yang
bijaksana, dalam hal akal dan budi yang mulia, dada yang lapang,
hati yang bersih, dan mengajak seseorang kepada agama dan
Tuhan. Hikmah dalam dakwah mempunyai posisi yang sangat pen-
ting, yaitu dapat menentukan sukses tidaknya dakwah. Dapat dipa-
hami bahwa hikmah adalah merupakan kemampuan dan ketepatan
seorang da’i dalam memilih dan memilah dangan menyelaraskan
teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u.
Hikmah merupakan kemampuan seorang da’i dalam menjelas-
kan ajaran-ajaran Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi
logis dan bahasa yang komunikatif.23
Golongan cerdik cendekia-
wan yang cinta kebenaran dan dapat berfikir secara kritis, cepat
dapat menangkap arti persoalan. Mereka ini harus dipanggil
dengan, yakni dengan alasan-alasan, dengan dalil dan hujjah yang
dapat diterima oleh kekuatan akal mereka. Disebutkan dalam surat
Al-Baqarah 2:269 “Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman
yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia
benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya
orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran
22
Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern, (Bandung, Rosdakarya,
1996), h. 12. 23
Said Agil Al-Munawara dan M. Yunan Yusuf, Metode Dakwah,
(Jakarta: Kencana, 2003), h. 8.
Mochammad Zia Ulhaq | 45
(dari firman Allah)”.
24 Pengertian hikmah di sini ialah ialah me-
ngajak bicara baik dan lembut kepada manusia dengan dalil-dalil
ilmiah yang memuaskan, dengan bukti-bukti logika yang cemer-
lang.
Dengan semua itu dimaksudkan untuk mengikis keraguan-
keraguan dengan argumentasi dan penjelasan, menolak hal-hal yang
syubhat dan mengalihkan kepada hal yang jelas, tegas, dan mudah
di pahami, dan menghindari permasalahan dzanni menuju permasa-
lahan yang qath’i, permasalahan parsial menuju universal, dan
permasalahan furu’ menuju permasalahan pokok (ushul). Cara hik-
mah, berbicara terhadap orang lain dengan sesuatu yang mudah
dipahaminya dan diterima oleh akalnya. Bukan dengan sesuatu
yang sulit dimengerti. Hikmah adalah sesuatu cara mencapai kebe-
naran dengan ilmu dan akal. Hikmah dari Allah adalah mengetahui
sesuatu dan menciptakannya secara sempurna. Dan hikmah bagi
manusia adalah mengetahui apa-apa yang diciptakan Allah dan
berbuat baik. Sahabat Ali Radhiyallahu Anhu menuturkan nasehat
berharga, seraya berkata, “ajaklah manusia berbicara dengan
sesuatu yang mereka pahami, dan tinggalkan apa yang mereka
pungkiri dan di perselisihkan, apakah kamu menghendaki apabila
Allah dan Rasul-Nya didustakan.25
Pada surat Ibrahim: 4 Allah
berfirman “Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan de-
ngan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan
dengan terang kepada mereka.” Kata hikmah dalam al-Qur’an
tidak diiringi dengan kata sifat atau keterangan apapun. Karena
yang mendapatkan hikmah sesungguhnya telah meraih kebaikan
yang sangat banyak.
24
Munzier Suparta, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h.
10. 25
Yusuf Al-Qaradhawi, Retorika Islam, (Jakarta: KHILAFA, 2004),
cet 1, h. 29.
46 | Retorika Dakwah dalam Politik...
b. Metode Mau’izhah Hasanah
Mau’izhah hasanah secara bahasa terdiri dari dua kata, mau-
’izhah dan hasanah. Kata mau’izhah berasal dari kata wa’adza –
ya’idzu – wa’dzan – idzatan yang berarti, nasihat, bimbingan, pen-
didikan dan peringatan, sementara hasanah merupakan kebalikan
dari sayyii’ah yang berarti kebaikan lawannya kejelekan.26
Menu-
rut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi mau’izhah hasanah ada-
lah suatu perkataan yang disampaikan sebagai bentuk bimbingan
dan nasihat kepada mereka berdasarkan al-Qur’an.27
Menurut Ali Mustafa Yaqub mau’izhah hasanah adalah uca-
pan yang berisi nasihat-nasihat yang baik dimana ia dapat ber-
manfaat bagi orang yang mendengarnya atau argumen-argumen
yang memuaskan sehingga para pendengar dapat membenarkan
apa yang disampaikan oleh pendakwah. Jika hikmah mengajak ber-
bicara kepada akal agar memaklumi pesan-pesan, maka dakwah
dengan cara mau’izhah hasanah (pelajaran yang baik) adalah
mengajak berbicara kepada hati dan perasaan agar menyadari dan
tergerak untuk bertindak dan mengamalkan suatu kebaikan. Karena
manusia memiliki dua instrumen vital yang harus kita perhatikan
dengan seksama demi meraih hasil yang sempurna, yaitu akal dan
hati. Akal akan mencerna dan memahami dan mendalami sehingga
tercapai pengetahuan dan hati akan merasakan menyaring dan
menghayati sehingga timbul keinginan dan emosional rasa suka
atau rasa benci.28
At-Thobari mengartikan mau’izhah hasanah dengan “Al-ibr
al-jamilah” yaitu perumpamaan yang indah bersal dari kitab Allah
sebagai hujjah, argumentasi dalam proses penyampaian. Rasulullah
SAW bersabda: “Dari Ibnu Mas’ud R.A., berkata: ”bahwa Nabi
SAW., ketika memberikan mau’idhah (nasihat) selalu variatif supa-
26
Said Agil Al-Munawara dan M. Yunan Yusuf, Metode Dakwah,
(Jakarta: Kencana, 2003), h. 15 27
Munzier Suparta, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h.
11. 28
Yusuf Al-Qaradhawi, Retorika Islam, h. 29.
Mochammad Zia Ulhaq | 47
ya tidak membosankan kita.” (HR. Bukhori). Mau’izhah hasanah
dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung suatu unsur
bimbingan, pendidikan, pengajaran, dari kisah-kisah, berita gembi-
ra, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan
pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan didunia
dan akhirat.
Semua manusia pada dasarnya membutuhkan dua metode
dakwah ini. Suatu saat cara hikmah lebih tepat dan di saat yang lain
juga cara mau’izhah hasanah lebih efektif. Meskipun mayoritas
orang awam lebih membutuhkan mau’izhah hasanah yang meng-
gerakan perasaan dan menggugah emosional untuk melakukan
kebaikan, sedangkan kaum intelektual lebih cenderung kepada cara
hikmah yang menstimulasi akal mereka untuk menerima kebenaran
dari statemen-statemen ilmiah dan logis. Pada gilirannya tergerak
untuk melakukan kebaikan dan kebenaran itu. Kata mau’izhah ha-
san diiringi oleh kata sifat “hasanah” sehingga menjadi “mau’iz-
hah hasanah” maka dari itu, tidak sembarangan mau’izhah yang
disampaikan dai atau pembicara karena harus baik dan indah. Dan
terdapat kebaikan didalamnya dan bisa menyeleksi objek yang
tepat, menghadirkan hal-hal yang menarik, menghadirkan nasehat-
nasehat yang menyentuh perasaan terdalam pada sanubari seseo-
rang. Menjaga kata-katanya agar yang keluar dari lisannya kata-
kata yang membuat seseorang senang dan nyaman terhadap apa
yang disampaikannya. Disisi lain tidak ada celaan terhadap seseo-
rang yang melakukan kesalahan, harus bisa memberikan suatu ara-
han agar tidak terjadi lagi di masa mendatang.29
Terkadang kebaikan itu terletak pada cara yang luwes antara
pemberian ancaman dengan pemberitaan gembira, antara pemberi-
taan peringatan dan nasehat. Kita tidak boleh menakut-nakuti sese-
orang sampai-sampai seseorang tersebut putus harapan dari kenik-
matan Allah. Betapa indahnya metode Qur’an dalam mengarahkan
jiwa-jiwa manusia, terkadang mengiringan dengan ancaman dari
Allah, dan terkadang mengendalikannya dengan harapan-harapan
29
Yusuf Al-Qaradhawi, Retorika Islam, (Jakarta: KHILAFA, 2004),
cet 1, h. 30.
48 | Retorika Dakwah dalam Politik...
dan kasih sayang-Nya, agar seseorang dapat senantiasa stabil da-
lam suatu kondisi yang digambarkan dalam firman-Nya, “Takut
adzab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya.” (Az-Zumar:
9). Metode Qur’ani mengombinasikan dua perkara itu dengan pe-
nuh keseimbangan dan keserasian. “Ketahuilah, bahwa sesungguh-
nya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Maidah 98).
Pada ayat yang lain Allah Berfirman: “Sesungguhnya Tuhan-
mu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia
sekalipun mereka zalim, dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar
sangat keras siksanya.”(Ar-Ra’d 6). 30
Bentuk-bentuk metode dak-
wah mau’izhah hasanah tersebut bisa diklasifikasikan dalam bebe-
rapa bentuk sebagai berikut:
1. Memberikan nasihat atau petuah secara terminologi nasihat
adalah memerintah atau melarang menganjurkan yang di-
barengi dengan motivasi dan ancaman. memberikan pema-
haman terhadap term tersebut dengan makna mau’izhah
hasanah merupakan tindakan mengingatkan seseorang de-
ngan baik dan lemah lembut agar dapat melunakkan hati-
nya.31
2. Memberikan bimbingan sebagai proses membantu individu
melalui usahanya sendiri untuk menentukan dan mengem-
bangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan
pribadi dan kemanfaatan sosial.32
3. Dengan kisah-kisah Al-Qur’an terdapat berbagai metode
untuk mengajak manusia ke jalan yang benar, antara lain
adalah dengan kisah atau cerita. Al-Qur’an dan hadits ba-
nyak memuat kisah-kisah sejarah umat terdahulu yang da-
pat dijadikan sebagai bahan yang dapat menjadikan per-
30
Yusuf Al-Qaradhawi, Retorika Islam, h. 31. 31
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 242-243. 32
Hallen, Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: PT. Intermasa, 2002),
h. 3.
Mochammad Zia Ulhaq | 49
bandingan untuk menjalankan aktivitas kita dalam berdak-
wah.33
Kebanyakan orang yang belum dapat berfikir secara kritis dan
mendalam, cenderung mendengarkan dan mengikuti belum dapat
menangkap pengertian yang luas. Mereka ini dipanggil de-
ngan mau’izhah hasanah, dengan anjuran dan didikan yang baik
dan mudah dipahami. Kesimpulan mau’izhah hasanah mengan-
dung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh ka-
sih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak
membongkar kesalahan orang lain sebab kelemah-lembutan dalam
menasihati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan men-
jinakkan kalbu yang keras, dengan cara ini mudah melahirkan
kebaikan dari pada larangan dan ancaman.34
c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan
Dari segi etimologi (bahasa) lafazh mujadalah di ambil dari
kata “jadal” yang bermakna memintal, melilit. jika ditambahkan
alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faaala, “jaa dala” dapat
bermakna berdebat, dan “mujaadalah” perdebatan. Apabila ditin-
jau dari segi istilah (terminlogi) terdapat beberapa pengertian al-
Mujadalah (al - Hiwar). Al-mujadalah (al - Hiwar) berarti memili-
ki arti tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara siner-
gis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusu-
han di antara keduanya. Adapun beberapa pengertian al-Mujadalah
secara istilah yaitu menurut Sayyid Muhammad Thantawi ialah,
suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan
dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat. 35
Menurut Ibnu Sina mengartikan mujadalah dengan upaya
memperoleh penemuan yang dapat dijadikan hujjah terhadap sega-
33
M. Munir, Metode Dakwah, h. 291. 34
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 6. 35
Munzier suparta, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h.
18-19.
50 | Retorika Dakwah dalam Politik...
la sesuatu yang sedang tersebar (berkembang), sehingga ketika
memberikan jawaban tidak dipertentangkan. Sementara itu Hujjat
al-Islam al-Ghazaliy dalam kitab Ihya ‘Ulum al-Din mengartikan
mujadalah sebagai keinginan untuk mengalahkan dan menjatuhkan
seseorang dengan menyebutkan cela yang terdapat pada perkata-
annya, bahkan dengan menisbahkannya pada aib dan kebodohan.
Karena itu, perdebatan bisa untuk kebaikan dan kejahatan. Perde-
batan tidak akan berakhir kecuali salah satu pihak mengakui keka-
lahannya. Diantara ciri-ciri dari metode dakwah yang digariskan
al-Qur’an ialah berdialog dengan cara yang yang terbaik. Ini diha-
dapkan kepada orang-orang yang berbeda pendapat, mujadalah
diartikan dengan berbantah-bantahan dan memperundingkan, atau
perundingan yang ditempuh melalui perdebatan dan pertandingan,
atau penyimpangan dalam berdiskusi dan. Metode mujadalah ini
pada prinsipnya ditujukan kepada objek dakwah yang mempunyai
tipologi antara menerima dan menolak materi dakwah (Islam) yang
disampaikan kepada mereka.36
Pada objek ini mujadalah memainkan peranannya, sehingga
objek dakwah dapat menerima dengan perasaan mantap dan puas.
Metode ini memberi isyarat kepada juru dakwah untuk menambah
wawasan dalam segala aspek, sehingga pada akhirnya dapat mem-
berikan jawaban atau bantahan kepada objek dakwah secara benar
dan baik serta menyenangkan perasaan. Dari pengertian diatas da-
pat diambil kesimpulan bahwa, Mujadalah merupakan tukar pen-
dapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak
melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pen-
dapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti
yang kuat. Antara satu dengan lainnya saling menghargai dan me-
nghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran pihak
lain dan iklas menerima hukuman kebenaran tersebut.37
36
Yusuf Al-Qaradhawi, Retorika Islam, (Jakarta: KHILAFA, 2004),
h. 35-36. 37
Yusuf Al-Qaradhawi, Retorika Islam, (Jakarta: KHILAFA, 2004),
h. 35-36.
Mochammad Zia Ulhaq | 51
2. Prinsip Retorika Dakwah
a. Dakwah Islam
Dakwah berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti me-
nyeru, memanggil orang yang berdakwah disebut da’i (orang yang
berdakwah). Dai juga disebut Mubaligh (yang menyampaikan).
Pengertian dakwah merupakan suatu profesi, dimana profesi itu
mengharuskan untuk mempunyai skill, planning dan manajemen
yang handal. Dakwah Islam makna yang mendasar suatu penga-
kuan bahwa tidak ada tuhan selain Allah dakwah adalah Islam dan
Islam adalah dakwah. Kegiatan dakwah dipahami sebagai kegiatan
yang menyerukan atau mengajak umat islam untuk hijrah kearah
yang lebih baik. Dakwah memiliki peran yang sentral dalam mem-
bangun pemahaman agama antar manusia, dan juga sangat penting
dalam membangun perdamaian diantara umat. Karena dalam dak-
wah bertujuan membangun umat secara berkelanjutan.38
Aktivitas
dakwah merupakan proses mengajak seseorang untuk menegakkan
ma’ruf nahi munkar dengan menyampaikan kebaikan-kebaikan
Islam. Dalam aktivitas dakwah adalah segala aspek yang ada keter-
kaitan antara proses dan pelaksanaan dakwah dan sekaligus berkai-
tan tentang proses keberlangsungannya, meliputi persoalan da'i
(pelaku dakwah), mad'u (obyek dakwah), materi dakwah/maddah,
was lah (media dakwah), thar qah (metode), dan atsar (efek dak-
wah). Da'i adalah seseorang pelaku dakwah, yaitu orang yang
berusaha mengubah suatu situasi yang kurang baik menjadi situasi
yang lebih baik.39
dengan ketentuan-ketentuan Allah Swt, baik
secara individu maupun berbentuk kelompok (organisasi), sekali-
gus sebagai pemberi informasi dan pembawa missi. Dalam aktivi-
tas dakwah seseorang hal-hal yang penting untuk di perhatikan
bagi juru dakwah adalah adab ketika menyampaikan suatu risalah.
38
Andi Faisal Bakti, Applied Communication To Dakwah For
Peace, 2015. 39
Ansari, Hafi, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya:
Al-Ikhlas), h. 105.
52 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Moch Natsir pernah mengatakan, “Dakwah adalah amanah setiap
manusia untuk disampaikan kepada umat, karena dakwah merupa-
kan warisan terbaik dari Nabi Muhammad untuk diamalkan umat-
nya.40 Menurut Andi Faisal Bakti secara lebih luas menyebutkan
bahwa dakwah dalam Islam memberikan suatu solusi manfaat dan
kebaikan terhadap berbagai masalah yang terjadi dalam kehidupan
manusia dengan menebarkan dan berbagi nilai-nilai kebaikan da-
lam Islam41
Pengertian dakwah menurut istilah ada beberapa pen-
dapat antara lain:
1. Menurut Amien Rais dakwah adalah suatu hal yang mam-
pu sejalan dengan rekontruksi sosial yang multidimensio-
nal.
2. Pendapat Isa Anshari, dakwah yaitu meyampaikan seruan
Islam, mengajak dan memanggil umat manusia, agar me-
nerima dan mempercayai keyakinan dan hidup Islam.
3. Pendapat Toha Jahja Omar, dakwah yaitu mengajak manu-
sia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebaha-
giaan mereka di dunia dan di akhirat.
4. Pendapat A. Hasjmy, dakwah yaitu mengajak orang lain
untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariah
Islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan
oleh peda’wah itu sendiri.42
5. Pendapat Syekh Ali Mahfuzh, dakwah adalah suatu moti-
vasi manusia untuk berbuat kebajikan, untuk mengikuti
petunjuk Allah dan memrintahkan kebaikan dan mencegah
40
Nadzrah Ahmad, Islam in Politics Dakwah: A reflection From
Bapak Mohammad Natsir (1908-1993). Al-ITQAN, No 2, December
2018. 41
Andi Faisal Bakti, Transetter Komunikasi di Era Digital: Tanta-
ngan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Jurnal
Komunikasi Islam, Vol. 02, No 1, 2013. 42
Hasanudin, Hukum Dakwah, Tinjauan Aspek Hukum dalam Ber-
dakwah di Indonesia, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya), h. 3.
Mochammad Zia Ulhaq | 53
dari hal yang mungkar agar memperoleh kebahagiaan du-
nia dan akhirat.43
6. Menurut Quraish Shihab dakwah diartikan sebagai seruan
atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situ-
asi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi
maupun masyarakat.44
Dakwah yang dilakukan oleh para dai tentunya sangat bera-
gam. Pada saat ini aktivitas tersebut semakin variatif seiring de-
ngan dinamika masyarakat. Hampir bisa dikatakan tidak ada satu
kegiatan yang ada dalam masyarakat yang tidak ada di dalamnya
unsur dakwah yang dilakukan, kebanyakan semua unsur dakwah
ada di berbagai bidang kegiatan dapat diklasifikasikan dalam tiga
kategori, yaitu :
1. Dakwah bil lisan penyampaian informasi atau pesan dak-
wah melalui lisan, dapat berupa ceramah, diskusi, khutbah,
dan lain sebagainya.
2. Dakwah bil qalam adalah berdakwah dengan melaui tuli-
san adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah me-
lalui tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar,
spanduk, pamplet, lukisan, buletin dakwah, dan lain
sebagainya.
3. Dakwah bil haal, adalah dakwah melalui perbuatan nyata
seperti perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran Islam,
memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun,
sabar, semangat, kerja keras, menolong sesama manusia.
Dakwah ini dapat berupa pendirian panti dan pemeliharaan
43
Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Sinar Grafika Offset,
2009), cet ke-1, h. 3. 44
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan
1994), h. 194.
54 | Retorika Dakwah dalam Politik...
anak yatim piatu, pendirian lembaga pendidikan, kesenian
dan lain sebagainya.45
Dari beberapa pengertian dakwah diatas, maka dapat disim-
pulkan dakwah itu menyampaikan dan memanggil serta mengajak
manusia ke jalan Allah SWT, untuk menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya dalam mencapai kehidupan bahagia di
dunia dan di akhirat, sesuai dengan tuntutan dan contoh Rasulullah
SAW.
C. Retorika Politik
Retorika merupakan “art of speach” (seni berbicara). Adalah
suatu bentuk komunikasi yang diarahkan pada suatu penyampaian
pesan dengan maksud mempengaruhi khalayak agar dapat mem-
perhatikan dan memahami pesan yang disampaikan secara baik.
Retorika menggabungkan antara argumentasi pesan, dengan cara
penyampaian yang menarik serta kredibilitas diri pembicara. De-
ngan demikian retorika politik merupakan suatu seni berbicara
kepada khalayak bersifat politis, dalam upaya mempengaruhi kha-
layak tersebut agar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh komu-
nikator politik.46
Retorika politik suatu proses yang bertujuan memungkinkan
terbentuknya masyarakat melalui negosiasi dan diskusi. Retorika
menggunakan bahasa untuk mengidentifikasi pembicara dan pen-
dengar melalui pidato, pidato salah satu konsep yang sama pen-
tingnya dalam menganalisis retorika sebagai identifikasi atau seba-
gai simbol. Melalui cara ini para politisi menyusun suatu argumen
dan gagasan yang mengarah kepada negosiasi didalamnya. Melalui
retorika politik orator memberi dan menginformasikan suatu pesan
atau gagasan kreatif dengan kata lain melalui retorika politik seo-
45
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta:
Logos Wahana Ilmu, 1997), h. 34. 46
Gun gun Heryanto dan Irwa Zarkasy, Public Relations Politik
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2012) h. 150.
Mochammad Zia Ulhaq | 55
rang orator membentuk ide, argumen dan gagasan tentang makna,
kondisi dan identitas suatu kelompok sehingga menciptakan ma-
syarakat dengan proses negosiasi.47
Retorika mengandung banyak unsur persuasi, seperti unsur
gaya dan keindahan yang mencakup suara yang berirama, intonasi
yang bagus, kata-kata yang indah, serta postur dan gerak tubuh
yang dapat menarik dan meyakinkan. Retorika merupakan komuni-
kasi verbal dan nonverbal yang memiliki unsur persuasi dengan
daya pengaruh yang kuat dalam merayu dan membujuk publik.
Adanya unsur persuasi yang sangat melekat pada retorika, men-
dorong para politikus memanfaatkan retorika sebagai salah satu
bentuk komunikasi yang sangat efektif dalam merayu atau mem-
pengaruhi opini publik.48
1. Tipologi Retorika Politik
Dalam pengklasifikasian jenis-jenis retorika politik menurut
Aristoteles mengidentifikasi melalui tiga cara pokok yaitu, tipe re-
torika politik deliberatif, retorika politik forensic, dan retorika poli-
tik demonstratif.
a. Retorika Politik Deliberatif
Retorika Deliberatif (konseptor) suatu narasi dirancang untuk
mempengaruhi orang-orang yang memiliki masalah yang berkaitan
dengan kebijakan pemerintah dengan menggambarkan keuntungan
dan kerugian secara relatif dari cara–cara yang mengandung suatu
alternatif lebih kepada seseorang yang memiliki konsep untuk masa
yang akan datang. Fokusnya terhadap apa yang akan terjadi di ma-
sa depan jika ditentukan kebijakan tertentu. Jadi, retorika Delibe-
47
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan
Media (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), cet. 1, h. 142. 48
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah), cet 1, 2011. h.
141.
56 | Retorika Dakwah dalam Politik...
ratif menciptakan dan memodifikasi pengharapan atas hal-hal yang
akan datang. kita melihat contoh dari retorika deliberatif, ketika
seorang menteri pertahanan meminta pembiayaan militer yang lebih
dasar untuk menghindari ancaman dari kekuatan asing. maka men-
teri keuangan menegosisasi untuk meminta kenaikan pajak agar
“meredam api inflasi”. Dan walikota kota dari kota-kota besar juga
meminta bantuan pemerintah federal untuk mencegah adanya ke-
bangkrutan finansial yang terjadi di daerah–daerah metropolitan,
jadi dari masing-masing bagian memiliki suatu rancangan masa
depan yang dimana rancangan tersebut di koordinasikan melalui
suatu negosiasi melalui proses komunikasi yang intensif.49
b. Retorika Politik Forensik
Retorika Forensik (ungkapan kebenaran) yang berfokus pada
apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan suatu kebe-
naran, fakta, dan mengungkap bersalah atau tidak bersalah, dengan
adanya pertanggung jawaban, atau hukuman dan ganjaran yang
sesuai.50
c. Retorika Politik Demonstratif
Retorika politik demonstratif ini adalah wacana yang memuji
dan menjatuhkan. Retorika demonstratif (argument dan krtitik) me-
miliki tujuan untuk memperkuat sifat baik dan sifat buruk sese-
orang, atau suatu lembaga, atau gagasan. Suatu kegiatan kampanye
politik juga penuh dengan retorika demonstratif seperti satu pihak
menantang kualifikasi pihak lain, bagi-bagi jabatan di dalam peme-
rintahan. Adanya dukungan editorial oleh surat kabar, majalah,
televisi, dan radio juga mengikuti garis demonstratif, memperkuat
49
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Me-
dia (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), cet. 1, h. 142. 50
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Me-
dia cet. 1, h. 142.
Mochammad Zia Ulhaq | 57
sifat positif kandidat yang didukung dan menguak sifat negatif
lawannya.51
2. Identitas Retorika Politik
Identitas merupakan refleksi diri atau cerminan diri yang
proses sosialisasi seseorang melalui terbentuk melalui proses ko-
munikasi. Identitas pada dasarnya merujuk pada refleksi dari sese-
orang karena adanya proses komunikasi meliputi pernyataan-per-
nyataan atau narasi-narasi komunikasi dari seseorang yang mem-
bentuk sikap dan identitas sebagai pendefinisian diri seseorang
sebagai individu yang berbeda dalam perilaku, keyakinan dan
sikap. Ada 3 tipe identitas retorika politik diantaranya:
a. Noble Selves: orang yang menganggap dirinya paling
benar, mengklaim lebih hebat dari yang lain dan sulit me-
nerima suatu kritikan. Jika tipe ini yang ada dalam diri
praktisi Public Relations Politik, maka tentu akan meng-
hambat proses Public Relations politik yang sedang dilaku-
kan.
b. Rhetorically Reflector: orang yang tidak punya pendirian
(inkonsisten) yang teguh, hanya menjadi cerminan orang
lain. Tipe seperti ini akan melemahkan lembaga atau kan-
didat, karena orator tak memiliki kapasitas untuk memba-
ngun diskursus, berpolemik atau mempertahankan ide dan
konsep. Dia tak lebih dari sekedar cerminan kepentingan
pihak lain.
c. Rhetorically Sensitive: orang yang adaptif, dan cepat me-
nyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ini merupakan tipe
ideal karena tahu bagaimana dan kapan harus memainkan
diri publik (public self) dan diri pribadi (private self). Cen-
derung fleksibel, tetapi memiliki konsep diri yang jelas,
51
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Me-
dia (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), cet. 1, h. 142-143.
58 | Retorika Dakwah dalam Politik...
sehingga bisa menunjukkan ketegasan dan kewibawaannya
di depan khalayak.52
52
Gun gun Heryanto dan Irwa Zarkasy, Public Relations Politik
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2012) h. 119.
59
BAB III
PROFIL MUHAMMAD ZAINUL MAJDI
DAN GAMBARAN UMUM TENTANG
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat
1. Kondisi Demografi
Menjadi orang Sasak berarti mereka yang beragama Islam.1
Ini sebuah pernyataan dari seorang etnografis, tidak seluruhnya be-
nar menurut John Ryan Bartholomew. Penyataan tersebut menyata-
kan agama Islam merupakan faktor yang amat erat di dalam ma-
syarakat Sasak Lombok.2 Dan sentimen ini masih sangat melekat
pada sebagaian besar masyarakat Lombok, karena identitas etnis
Sasak erat kaitanya sebagai Muslim. Lombok juga terkenal dengan
julukan pulau seribu mesjid ini ciri khas dari masyarakat Lombok
yang menjadikan mesjid sebagai representasi budaya Sasak di
Lombok menjadi ciri khas yang membedakan Lombok dengan dae-
rah lainnya.3 Secara keseharian Islam diamalkan ajarannya di
tengah-tengah masyarakat Lombok.4 Bahwa masyarakat di Lom-
bok mayoritas memeluk agama Islam yang memiliki kaitan erat
1 Judith Louise Ecklund, Marriage, Seaword and Song: Ritualized
Response to Cultural Change in Sasak Life (USA: Cornell University,
1977), h. 4. 2 John Ryan Barholomew, Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat
Sasak (Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya, 1999), h. 86. 3 John Ryan Bartholomew, Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat
Sasak, h.86. 4 Jeremy Kingsley, Tuan Guru, Community, and Conflict in Lombok
Indonesia (Melbourne Law School The University of Melbourne, 2010),
h. 99.
60 | Retorika Dakwah dalam Politik...
antara masyarakat Sasak dengan Islam, sehingga agama menjadi
organizing principle bagi masyarakat Lombok.5
Masyarakat Lombok mayoritas beragama Islam, hampir 95%
dari penduduknya adalah muslim. Agama Nasrani (Kristen Katolik
dan Prostestan) serta Hindu dan Budha adalah sisanya. Dan Agama
Nasrani ada pada awalnya dibawa oleh penjajah Belanda pada
tahun 1894 dan biasanya dianut oleh para pendatang dari Nusa
Tenggara Timur, Jawa dan Batak. Agama Hindu dibawa oleh
orang-orang dari Kerajaan Karang Asem Bali dan Pernah menjajah
Lombok dari Tahun 1740 sampai 1894 dianut oleh orang-orang di
sekitar Lombok Barat dan Kota Mataram. Pulau Lombok dihuni
beragam etnis dan suku, beberapa etnis yang hidup berdampingan
di pulau Lombok diantaranya Etnis sasak 68%, Bima 14%, Sumba-
wa 8%, Bali 3%, jawa 2%, jadi sebagian besar penghuninya adalah
Suku Sasak sekitar 90%.6 Pulau Lombok adalah salah satu Pulau
utama dari dua Pulau yang ada di Nusa Tenggara Barat (NTB). Pu-
lau Sumbawa Lombok terdiri dari empat kabupaten, yaitu Kabupa-
ten Lombok Barat, Timur, Tengah dan Utara dan Kotamadya, yaitu
Mataram Lombok terletak di antara Bali sebelah barat dan Pulau
Sumbawa sebelah timur. Pada bagian barat, terletak Selat Lombok
dan bagian timur terdapat Selat Alas. Di sebelah utara, Lombok
berbatasan dengan Laut Jawa, dan sebelah timur, Laut Indonesia
bagian selatan. Menurut pendapat Geoffrey Marrison tidak ada
yang tahu pasti awal sejarah pulau Lombok.
Sekitar abad ke 14 menurutnya ada bukti yang berhubungan
dengan Jawa dalam kitab Negarakerta Agama karya pujangga Ma-
japahit, Empu Prapanca, baik istilah Lombok dan Sasak disebut-
kan. Ada empat kekuatan yang sangat signifikan mendominasi
Pulau Lombok, yaitu pengaruh Hindu-Jawa, pengaruh Hindu-Bali,
5 Lukman Al Hakim, Religiusitas dan Etos Kerja dalam Peningka-
tan Ekonomi Umat; Studi Pada Masyarakat Sasak Lombok Nusa Tengga-
ra Barat (Disertasi: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h.192-193. 6 https://www.ntbprov.go.id/profil-daerah, diakses 19 september
2019.
Mochammad Zia Ulhaq | 61
pengaruh Islam Jawa, dan pengaruh kolonial Belanda dan Jepang.
7
Hindu Budhisme diperkenalkan oleh kerajaan Hindu-Majapahit
dari Jawa Timur datang ke Lombok pada abad ke 7. Setelah dinasti
Majapahit runtuh, berdirilah kerajaan Islam Jawa yang kemudian
membawa agama Islam ke masyarakat Sasak, Lombok dari arah
Barat laut pada abad 13 dengan corak sufisme Jawa yang penuh
dengan mitisme. Di bagian Lombok Timur, orang Makasar datang
berhasil menguasai kerajaan Selaparang, kerajaan asli orang Sasak
pada abad 16 yang bercorak Islam Suni. Dibandingkan dengan
orang Jawa, orang Makasar lebih berhasil menyebarkan Islam dan
berhasil mengkonversi Islam ke seluruh orang Sasak, meskipun ke-
banyakan mereka masih mencampurkan Islam dengan kepercayaan
lokal yang non Islam.8
Berbagai kekuatan asing silih berganti menguasai Lombok
mempengaruhi cara orang Sasak menyerap pengaruh-pengaruh itu
dari luar. Dan kedatangan kerajaan Hindu-Majapahit dari Jawa
Timur pada tahun 1334 M ke Lombok memperkenalkan Hindu-
Budhisme ke kalangan masyarakat Sasak, yang kemudian pada
fase selanjutnya meninggalkan pengaruh pemahaman dan prilaku
keagamaan orang sasak. Setelah runtuhnya kerajaan majapahit ma-
ka kerajaan Bali merupakan basis terkuat dari sisa kekuasaan Kera-
jaan Majapahit, yang mengklaim wilayah kekuasaannya di Pulau
Lombok. Pengakuan tersebut dilakukan untuk melegitimasi politik
ekspansif yang dilakukan terhadap kerajaan Lombok agar tidak
diganggu oleh pihak lain. Setelah kehancuran kerajaan Majapahit
dan munculnya kerajaan Islam Demak serta mengirimkan Sunan
Prapen ke kalangan orang-orang Sasak dengan ajaran sufisme Jawa
yang penuh dengan mistikisme atau singkretisme.9 Sementara itu
7 Muhammad Harfin Zuhdi, Parokialitas Adat Terhadap Pola Kebe-
ragaman Komunitas Islam Wetu Telu di Bayan, Lombok Barat (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 19. 8 Erni Budiwanti, Islam Sasak: Wetu Telu Versus Waktu Lima (Yog-
yakarta LKiS, 2009), h. 9. 9 Bahwa sinkretisme dalam beragama adalah suatu sikap atau panda-
ngan yang tidak mempersoalkan murni atau tidaknya suatu agama. Beru-
62 | Retorika Dakwah dalam Politik...
orang makasar datang ke Lombok pada abad ke-16 dan berhasil
menyebarkan agama Islam yang bercorak Sunni dan hampir semua
komunitas Sasak memeluk agama Islam.10
Masuknya Islam ke
Lombok dengan cara yang damai tanpa paksaan dan tanpa kekera-
san seperti di banyak wilayah lain Indonesia.11
Masyarakat Lom-
bok menerima Islam secara langsung melalui para Wali dari Jawa.12
Berdasarkan elaborasi di atas terlihat bahwa terdapat pluralitas
ekspresi keberagamaan di Indonesia. Di pulau Lombok terdapat
tiga varian Islam yang dipisahkan secara diametral, pertama yang
disebut dengan Boda, Wetu Telu, dan Waktu Lima.13
Pertama,
Boda ada kesamaan pelafalan dengan Buddha, akan tetapi Boda
tidak memiliki kesamaan dan hubungan dengan Buddhisme.
Orang Sasak yang menganut kepercayaan Boda tidak menga-
kui Sidharta Gautama (Sang Buddha) sebagai figur utama. Agama
Boda yang dianut orang Sasak justru ditandai dengan penyemba-
han roh-roh leluhur mereka sendiri dan juga percaya terhadap
saha memadukan unsur-unsur yang baik dari berbagai agama, yang tentu
saja berbeda antara satu dengan yang lainnya, dijadikannya sebagai satu
aliran, sekte, dan bahkan agama. Sinkretisme berusaha menyatukan per-
bedaan dan pertentangan yang signifikan antara beberapa paham yang
berlainan. Bisa berupa aliran, kepercayaan, bahkan agama. Secara gam-
blang bisa dikatakan bahwa paham ini adalah usaha pluralisme agama,
agama-agama yang berlainan di Indonesia ini; Hindu Budha, Kristen, Ka-
tolik dan Islam bertentangan ajarannya, kemudian dicarilah dari masing-
masing agama perbedaan yang mencolok yang berpotensi menimbulkan
perpecahan dan ketidaktoleran, dari situlah perbedaan itu akan dilebur dan
disatukan kembali menjadi sesuatu yang satu dan utuh. 10
Muhammad Harfin Zuhdi, Parokialitas Adat Terhadap Pola Ke-
beragaman Komunitas Islam Wetu Telu di Bayan, Lombok Barat (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 20. 11
John Ryan Barholomew, Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat
Sasak (Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya, 1999), h. 98. 12
Erni Budiwanti, “Adat Islam and Dakwah Movement in Bayan,
North Lombok.” Heritage of Nusantara, Internasional Journal of Religi-
ous Literature and Heritage 2 (2013), h. 80. 13
Erni Budiwanti, Islam Sasak (Yogyakarta: LKis, 2000), h. 66.
Mochammad Zia Ulhaq | 63
berbagai, penganut Boda sebagai komunitas kecil yang berdiam di
wilayah pegunungan utara dan juga di lembah-lembah pegunungan
Lombok bagian selatan. Kelompok Boda ini konon adalah orang-
orang Sasak dari segi kesukuan, budaya, dan bahasa menganut ke-
percayaan asli. Mereka menyingkir ke daerah pegunungan untuk
melepaskan diri dari islamisasi di Lombok. Kedua, Agama Wetu
telu awalnya memiliki ciri sama dengan Hindu-Bali dan Kejawen.
Di antara unsur-unsur umum, peran para leluhur begitu menonjol.
Hal itu didasarkan pada pandangan yang berakar pada kepercayaan
tentang kehidupan yang senantiasa mengalir turun menurun. Masih
percaya terhadap pemujaan terhadap roh-roh dan para leluhur,
animistic, dan berbagai dewa lainnya. Istilah Wetu Telu sendiri
memiliki makna 'waktu tiga', yang artinya dalam hidup ini terdapat
tiga waktu kemunculan yaitu melahirkan (manganak), bertelur
(menteluk), dan berbiji (mentiuk). Ketiga waktu lima, yaitu orang
sasak yang memiliki komitmen yang begitu tinggi pada syari’ah
Islam sehingga ketaatan kepada aturan-aturan adat lokal yang me-
nipis dan bahkan ditinggalkan.
Mereka ini mayoritas dikarenakan intensifnya aktivitas misio-
naris oleh para tuan guru. Islam lokal pada dasarnya mencerminkan
suatu bentuk Islam yang kreatif yang dibangun dengan proses dia-
lektik. Dalam proses ini terjadi saling mendukung memberi dan
menerima melalui interaksi yang terjadi terus menerus dengan
tidak saling meremehkan satu dengan yang lainnya. Islam Sasak
tidak semata transfer dari Timur Tengah, tetapi sekaligus merupa-
kan kombinasi yang kreatif dengan budaya lokal setempat hidup
berdampingan dan saling mengisi sebagaimana terlihat dalam se-
jumlah ritual di masyarakat NTB.
2. Religiusitas dan Sosial Politik Masyarakat Lombok
Kemunculan sosial-politik Islam di Lombok menurut bebera-
pa masyarakat Sasak ini adalah merupakan manuver politik atau
strategi Belanda untuk memecah-belah dan untuk kekuasaan poli-
64 | Retorika Dakwah dalam Politik...
tik.
14 Dan saat ini golongan-golongan tersebut mulai memudar
dengan adanya perkembangan zaman dengan penetrasi yang dila-
kukan oleh Tuan Guru di Lombok, serta banyaknya konversi orang-
orang Sasak Wetu Telu ke Waktu Lima. Dalam konteks sosial-
politik, Islam di Lombok telah menjadi sebuah identitas baru dalam
masyarakat Sasak dn juga menjadi sumber perlawanan ketika pe-
riode kekuasaan Bali dan Belanda. Ketika gerakan Islam yang di-
pimpin oleh tarekat (Islam mistik) Naqsabandiyah untuk membe-
rontak pada tahun 1891 di Praya, Lombok Tengah, yang dipimpin
oleh seorang Tuan Guru bernama Tuan Guru Bangkok (pemimpin
tarekat) melawan kekuasaan Bali. Bukan hanya itu sebelumnya ada
juga beberapa pemberontakan yang dilakukan oleh orang Sasak
yang dipelopori oleh gerakan tarekat pada tahun 1855 dan 1872.
Islam melalui sufisme (tarekat) menjadi identitas orang Sasak da-
lam perlawanan mereka untuk meraih kemerdekaan.15
Dari banyak
peristiwa yang terjadi di masyarakat Sasak, agama Islam sangat
terlihat di tengah-tengah masyarakat Sasak, ini yang membuktikan
bahwa masyarakat Sasak identik dengan Agama Islam. Telihat
begitu semangatnya masyarakat Sasak Lombok dalam berlomba-
lomba membangun mesjid, sampai dikenal dengan Lombok Pulau
seribu mesjid. Kemunculan tuan Guru sebagai pemimpin sosio-
politik telah memiliki proses sejarah yang begitu panjang di mulai
ketika para ulama memainkan peranan penting sebagai kadi (ha-
kim) dan syaikhul Islam di kerajaan. Ini menunjukan bahwa ulama
memiliki karakteristik utama dengan menjadi bagian yang spesial
dan khusus di tengah-tengah kerajaan.16
Bahkan menurut Leonard
Binder menyatakan bahwa masa depan Islam sebagai kekuatan
sosial dan politik di Indonesia tergantung pada transformasi Tuan
14
John Ryan Barholomew, Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat
Sasak (Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya, 1999), h. 99. 15
Alfons van der Kraan, Lombok; Conquest, Colonization and Un-
derdevelopment 1870-1940 (Singapore: Asian Studies Association of
Australia, 1980), h. 17. 16
Jajat Burhanudin, Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Mus-
lim dalam Sejarah Islam (Jakarta: Mizan, 2012), h. 11.
Mochammad Zia Ulhaq | 65
Guru.
17
Tuan Guru merupakan gelar kehormatan yang disematkan
pada ulama-ulama di Nusa Tenggara Barat yang memiliki penga-
ruh terutama atas pengetahuan agama yang mereka miliki. Lebih
spesifik menyebut bahwa peranan Tuan Guru di Lombok, “cultural
broker,” (makelar budaya). Peran kyai dan tuan guru sebagai ma-
kelar budaya ini, memungkinkan ia menjadi penyaring informasi
dan budaya yang masuk dalam lingkungan kaum santri. Dalam
artian seorang kyai kemudian memiliki kewenangan untuk memilih
informasi serta budaya seperti apa yang “baik” untuk sampaikan
dan diamalkan kepada para santri, serta menyingkir yang kan sega-
la pengaruh buruk. Perannya sebagai pemfilter ini, sekaligus me-
mungkinkannya untuk menjauhkan nilai-nilai yang dapat menggu-
gat kuasanya sebagai entitas yang terlegitimasi untuk memimpin.
Bahwa para kyai adalah pihak yang justru berperan aktif me-
nggunakan informasi yang ia peroleh untuk memunculkan peruba-
han-perubahan sosial masyarakat dengan cara menawarkan agenda-
agenda yang dianggap cocok untuk diterapkan pada masyarakat-
nya. Dalam konteks masyarakat Sasak-Lombok, salah satu agen
perubahan atau poros perubahan sosial masyarakat disana adalah
seorang Tuan Guru. Tuan Guru adalah sosok yang berperan pen-
ting dalam perubahan sosial di tengah Masyarakat Sasak. Untuk
memperjelas ditegaskan dua hal yaitu: Pertama, Tuan Guru di
Lombok sejak abad XX dengan berbagai perannya dalam peruba-
han sosial sampai saat ini. Kedua, Tuan Guru mengarah kepada
peran sosial (social roles) mereka dalam perubahan sosial masya-
rakat muslim Sasak melalui pendidikan dan dakwah (ceramah,
pengajian. di tengah masyarakat atau lembaga pendidikan) bahkan
dalam persoalan politik praktis.18
17
Leonard Binder, Islamic Tradition and Politics: The Kinjai and
The Alim, Comparative Strudies in Society and History, 2 (1960), h. 256. 18
Banyak Tuan Guru yang terlibat dalam politik praktis, baik menja-
di anggota Dewan atau pengurus partai, bahkan Gubernur saat ini adalah
TGB. M. Zainul majdi atau yang dikenal dengan Tuan Guru Bajang, na-
mun keterlibatan Tuan Guru dalam pentas politik praktis.
66 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Tuan Guru yang berperan besar dalam perubahan sosial di
pulau Lombok pada abad 20 ini adalah TGKH. M. Zainuddin Ab-
dul Madjid (Lombok Timur), TGKH. Muhammad Djuaini Mukhtar
(Lombok Barat), TGKH. Safwan Hakim (Lombok Barat), TGKH.
Turmuzi (Lombok Tengah) dan lain-lain. Peran Tuan Guru Abad
20 ini perlu penegasan karena telah muncul Tuan Guru di pulau
Lombok dengan karakteristik masing-masing seperti TGH. Umar
Buntimbe (pertengahan abad 18), TGH. Mustafa Sekarbela (akhir
abad 18), TGH. Amin Sesela (Akhir Abad 19) dan lain sebagai-
nya.19
Istilah Tuan Guru berasal dari kata Tuan (haji) dan “guru”
(mengajar), namun tidak semua “haji” yang mengajar adalah Tuan
Guru. Karena sebutan Tuan Guru merupakan pengakuan masyara-
kat terhadap eksistensi seseorang berdasarkan ilmu serta perilaku-
nya yang menjadi panutan baik dalam hal pemahaman keagamaan
ataupun perilaku keagamaan.
Tuan Guru juga adalah Kyai tetapi tidak semua Kyai adalah
Tuan Guru, karena menjadi Kyai (dalam komunitas Sasak Lom-
bok) tidak mesti menjadi “Tuan” (Haji), banyak Kyai yang peran-
nya adalah memimpin roah (dhikir) saja seperti tahlilan atau sera-
kalan.20
Berkaitan dengan hal ini, Jamaludin menyatakan bahwa
mereka yang disebut Kyai atau Kyai desa adalah orang yang dari
segi umur termasuk tua atau orang yang dituakan karena jabatan-
nya di desa, misalnya sebagai penghulu atau karena status sosial di
masyarakat.21
Berbeda dengan Tuan Guru yang menurut Syakur,
seorang Tuan Guru harus memiliki pengetahuan yang memadai
19
Jamaludin, Sejarah Sosial Islam di Lombok tahun 1740-1935, Stu-
di Kasus Terhadap Tuan Guru (Jakarta: Balitbang dan Diklat Puslitbang
Lektur dan dan Khazanah Keagamaaan, Kemenag RI, 2011), hal. 143. 20
Istilah serakalan berasal dari kata “ashraqa” dalam ashraqa al-
badru ‘alayna” yang dibaca secara berjama’ah oleh masyarakat Sasak
Lombok. 21
Jamaludin, Sejarah Sosial, Sejarah Sosial Islam di Lombok tahun
1740-1935, Studi Kasus Terhadap Tuan Guru (Jakarta: Balitbang dan
Diklat Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaaan, Kemenag RI,
2011), h. 141.
Mochammad Zia Ulhaq | 67
tentang bahasa Arab, al-Qur’an dan tafsirnya, ilmu hadis dan ilmu
musthalahnya, ilmu fiqh dan ushul fiqh, sejarah nabi dan rasul
(tarikh al-Anbiya’ wa al rusul) dan lainnya. Peran Tuan Guru
sebagai agent of social change ini berawal dari realitas masyarakat
Sasak yang dikenal religius. Sebagai masyarakat religius, diperlu-
kan sosok yang menjadi panutan berdasarkan ajaran agama (Islam)
yang dianut.
Hal tersebut ditemukan dalam diri Tuan Guru. Sosok yang
dianggap sebagai warathat al-anbiya’i sekaligus sebagai penafsir
legitimate ajaran agama sehingga apa yang difatwakan atau dilaku-
kan Tuan Guru dijadikan maraji’ oleh umat Muslim Sasak. Kebe-
naran yang diterima dari Tuan Guru merupakan kebenaran otorita-
tif yang yang memiliki pengaruh yang kuat bagi para pengikutnya.
Karena itu, Tuan Guru juga disebut sebagai ‘ulama yang dalam
perubahan sosial mengawali gerakannya secara kultural. Berkaitan
dengan hal ini, Azra menyatakan: “Berkaitan dengan ranah Islam
kultural ini, para ‘ulama’ bergerak dalam bidang-bidang keagama-
an, khususnya di bidang syari’ah dan menjelaskan hukum fiqh
untuk merespon problematika yang dihadapi.22
masyarakat. dalam
konteks ini, ulama berfungsi tidak hanya sebagai penafsir syari’ah
yang diwahyukan Allah ke dalam hukum fiqh tetapi juga sekaligus
sebagai penjaga hukum Allah (custodian of God’s Law) dari ber-
bagai kemungkinan penyimpangan”.
Konteks di Lombok Ecklund juga menjelaskan bahwa suatu
perubahan besar terjadi dalam masyarakat Sasak, terutama pada
wilayah kepemimpinan dan kekuasaan politik terjadi pada akhir
abad 19 dan periode koloanisme Belanda. Pada masa ini masyara-
kat Sasak masih dijajah dan masyarakat meligitimasi atas dirinya
sendiri. Sedangkan para golongan Menak dilegitimasi oleh adat
dan dibantu oleh penjajah. Pada akhir abad ke 19 di Lombok mun-
22
Azyumardi Azra, Pengantar dalam Buku Mohammad Noor, et. al,
Visi
Kebangsaan Religius, TGKHM Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997
(Jakarta: Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta Bekerja sama
dengan Lembaga Percetakan al-Qur’an, 2014 ), xxvi.
68 | Retorika Dakwah dalam Politik...
cul dua gerakan yang berkompetisi dan berkembang pada masa ini.
Yang pertama, gerakan Menak dengan orang-orang kaya dan bang-
sawan yang mempunyai kekuasaan meligitimasi adat dan juga
mendapatkan dukungan dari belanda. Kedua adalah sebuah kelom-
pok yang beranggotakan masyarakat biasa akan tetapi memiliki
pengaruh dengan menggunakan idom Islam. Kemudian gerakan ini
menjadi suatu alternatif untuk melawan penjajahan Bali pada masa
itu, dan juga berkembang kesatuan Islam di Lombok gerakan inilah
yang menjadi gejala perubahan sosial di masyarakat Sasak.23
Tidak
mengherankan jika peran Tuan Guru saat ini memiliki peran yang
amat penting di Lombok, bahkan tidak hanya sebagai pemimpin
agama akan tetapi dia juga sebagai pemimpin politik. Tidak hanya
seorang figur yang penting di dalam bagian Islam, akan tetapi posi-
sinya sebagai mediator antara dunia luar dengan komunitas lokal
tersebut. 24
a. Nahdhlatul Wathan di NTB
Nahdlatul Wathan adalah suatu Organisasi Kemasyarakatan
Islam terbesar di Pulau Lombok. Nahdlatul Wathan (selanjutnya
disingkat NW) didirikan oleh Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid (selanjutnya disebut Syaikh Zainuddin)
pada tanggal 15 Djumadil Akhir 1373 H. atau 1 Maret 1953 M. di
Pancor Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Pada awalnya orga-
nisasi NW hanya merupakan suatu kebutuhan administrasi bagi
berkembangnya Dakwah Islamiyyah. Setelah itu mulai merebak-
nya lembaga-lembaga pendidikan berupa madrasah-madrasah yang
dipelopori oleh Syaikh Zainuddin melaui Nahdlatul Wathan. Pada
awal tahun 1953 terdapat 66 madrasah yang berkembang di bawah
sistem dakwah Syaikh Zainuddin, yang semuanya aktif, mengem-
23
Leonard Binder, Islamic Tradition and Politics: The Kijajii and
The Alim Comparative Studies in Society and History, 2 (1960), h. 8. 24
Iik Arifin Mansurnoor, ”Local Intiative and Government Plans:
Ulama and Rural Development in Madura, Indonesia.” Sojourn Jurnal
Issues in Southeast Asia, vol.7, 1992.
Mochammad Zia Ulhaq | 69
bangkan diri, tersebar di seluruh pelosok Pulau Lombok. Organi-
sasi Nahdlatul Wathan ini mengelola sejumlah Lembaga Pendidi-
kan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Nahdlatul Wathan,
sebuah organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dalam bi-
dang pendidikan, sosial, dan dakwah Islamiyah. 25
Adapun yang melatar belakangi berdirinya organisasi ini ada-
lah karena melihat pertumbuhan dan perkembangan cabang-cabang
Madrasah Nadhatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dan Nad-
hatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) yang begitu pesat. di sam-
ping perkembangan aktivitas sosial lainnya, seperti majlis da’wah
dan majlis ta’lim dan lainnya. Untuk itu diperlukan suatu tempat
dan wadah organisasi untuk mengorganisir segala macam bentuk
kebutuhan dan keperluan pengelolaan lembaga-lembaga tersebut
secara profesional. Kemudian dalam rangka konsolidasi organisasi,
Nahdlatul Wathan telah melaksanakan rapat anggota untuk tingkat
ranting, konfrensi untuk tingkat anak cabang, daerah, wilayah.
Sedangkan untuk tingkat pengurus besar diselenggaran muktamar.
Selanjutnya, setelah mengadakan muktamar I, hingga meninggal-
nya Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
organisasi Nahdlatul Wathan tercatat pernah mengadakan mukta-
mar sebanyak 10 kali. Dan tempat, tanggal dan tahun terselengga-
ranya Muktamar tersebut, adalah sebagai berikut :
1. Muktamar I tanggal 22-24 Agustus 1954 di Pancor
(Terpilihnya Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid sebagai PBNW)
2. Muktamar II tanggal 23-26 Maret 1957 di Pancor
(Terpilihnya Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid sebagai PBNW)
25
Mohammad Nor dkk. Visi Kebangsaan Religius; Refleksi Pemiki-
ran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid 1970-1997 (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2004), h. 205.
70 | Retorika Dakwah dalam Politik...
3. Muktamar III tanggal 25-27 Januari 1960 di Pancor
(Terpilihnya Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid sebagai PBNW)
4. Muktamar IV tanggal 10-14 Agustus 1963 di Pancor
(Terpilihnya Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid sebagai PBNW)
5. Muktamar V tanggal 29 Juli - 1 Agustus 1966 di Pancor
(Terpilihnya H. Yusi Muhsin Aminullah sebagai PBNW)
6. Muktamar VI tanggal 24-27 September 1969 di Mataram
(Terpilihnya H. Jalaluddin sebagai PBNW)
7. Muktamar VII tanggal 30 Nopember – 3 Desember 1973 di
Mataram
(Terpilihnya H. Jalaluddin sebagai PBNW)
8. Muktamar Kilat Istimewa 28-30 Januari 1977 di Pancor
(Pemecatan H. Jalaluddin sebagai PBNW)
9. Muktamar VIII tanggal 24-25 Februari 1986 di Pancor
(Terpilihnya Drs. H. Wiresentane sebagai PBNW)
10. Muktamar IX tanggal 3-6 Juli 1991 di Pancor
(Terpilihnya Drs. H. Wiresentane sebagai PBNW)
11. Muktamar X tanggal 24-26 Juli 1998 di Praya
(Terpilihnya Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid
sebagai PBNW)
12. Muktamar XI tanggal 14-16 Agustus 2004 di Anjani
(Terpilihnya Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid
sebagai PBNW)
Mochammad Zia Ulhaq | 71
13. Muktamar XII tanggal 29-31 Juli 2009 di Anjani
(Terpilihnya Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid
sebagai PBNW)
14. Muktamar XIII tanggal 3-5 Mei 2014 di Mataram
(Terpilihnya Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid
sebagai PBNW)
15. Muktamar XIV tanggal 25-27 Juni 2019 di Mataram
(Terpilihnya Raden Tuan Guru Bajang K.H. L. Gede Muhammad
Zainuddin Atsani sebagai PBNW).26
Nadhatul Wathan sebagai organisasi kemasyarakatan yang saat
ini sudah menunjukan eksitensinya di tengah-tengah masyarakat
dan sudah mulai tersebar hingga kebeberapa daerah di Indonesia.
Hadirnya NW sebagai sikap nyata terhadap relitas sebagai hasil
dialektika tradisi dengan perubahan zaman atau moderninasai.
Organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, dakwah, dan
sosial, Zainul Majdi berusaha ingin menjadikan NW sebagi organi-
sasi yang berkembang dan bebas dalam menembus semua kalangan
masyarakat sebagai suatu solusi terhadap permasalahan-permasa-
lahan sosial yang ada. Menurutnya NW tidak cukup bergerak da-
lam tiga bidang saja yaitu, dakwah, pendidikan dan sosial saja.
Pertama dicetuskan oleh TGKH. Zainuddin Abdul Madjid,
NW ingin mengembangkan organisasinya karena konteks sekarang
jauh lebih kompeks dan global dengan masa-masa awal berdirinya,
isu-isu sosial pun semakin bertambah dan NW sebagai organisasi
masyarakat harus mampu memberikan solusi dan alternatif terha-
dap perkembangan zaman saat ini dan ekonomi menjadi titik fokus
kedepannya.27
Nahdliyin adalah sebutan bagi komunitas atau ma-
syarakat yang menjadikan NW sebagai identitas dalam banyak
dimensi sosial dari yang sangat ideologis seperti Islam, hingga
26
https://nw.or.id, diakses 19 September 2019. 27
Hasan Asy’ari dkk, NW Studies Pendidikan, Sosial, dan Dakwah,
(Jakarta: HIMMA NW Press, 2015), h. 198.
72 | Retorika Dakwah dalam Politik...
yang sangat politis seperti afiliasi partai.
b. Kelompok Ormas Lainnya di NTB
1). Nadhatul Ulama
Hadirnya ormas NU (Nadhatul Ulama) di pulau Lombok be-
berapa ulama dan tokoh masyarakat yang umumnya berasal dari
keturunan Arab, Banjarmasin, Palembang, India dan lainnya yang
berdomisili di kota Ampenan membentuk sebuah perkumpulan atau
pergerakan yang di sebut Persatuan Islam Lombok (PIL) yakni te-
patnya pada tahun 1934. Organisasi ini berasaskan Islam ahlussun-
nah wal jamaah (aswaja) dan bertujuan membangun kesadaran
umat Islam dan meningkatkan semangat perjungan menegakkan
tanah air. Tokoh-tokoh ini antara lain Tuan Guru Haji (TGH) Mus-
tafa Bakri, Sayyid Ahmad Al-kaff dan lainnya. Para pendiri organi-
sasi ini selain memberikan dakwah, juga melakukan komunikasi
dengan masyarakat luas melalui kontak dagang, karena sebagian
mereka bekerja sebagai pedagang sukses yang berada di kota
Ampenan.
Dalam perkembangan selanjutnya dan setelah beberapa kali
melakukan kontak dagang dengan pulau jawa tersentuhlah pemiki-
ran untuk mengembangkan organisasi ini, dengan memasuki orga-
nisasi tingkat nasional yang memiliki haluan yang sama dengan
asas organisasi PIL yang selama ini di gelutinya. Pada akhir tahun
1934 para pemimpin organisasi PIL sepakat untuk memiliki NU
sebagai wadah perjuangan, dimana selanjutnya di peroses melalui
hubungan langsung di Surabaya yang dalam hal ini menjumpai
KH. M Dahlan selaku konsul NU untuk Indonesia bagian
timur. Pada tahap awal, tepatnya pada tahun 1935 direstuilah pem-
bentukan cabang NU di kota Ampenan dengan kepengurusan ham-
pir seluruh pengurus dari organisasi PIL yang sudah ada selama
ini. Beberapa orang di ketahui sebagai pengurus inti adalah TGH
Mustafa Bakri, Sayyid Ahmad al-Adroes, duduk dalam jajaran
syuriah, sedangkan H. Sayuti (kakak kandung TGH Mustafa Bakri)
yang di percayakan sebagai ketua tanfiziah. Kepengurusan cabang
Mochammad Zia Ulhaq | 73
Ampenan ini terus berjalan mengikuti perkembangan organisasi,
baik melalui komunikasi surat menyurat dengan TGH Mustafa
Bakri dalam posisinya dalam syuriah tampil sebagai salah satu
anggota tim perumus dalam komisi yang di bentuk oleh Mukta-
mar.28
Sedangkan di dalam buku karangan Ide Bagus Putu Wijaya
tentang sejarah masuknya NU di Lombok mengatakan Nahdhatul
Ulama sebagai organisasi keagamaan dan pendidikan di daerah
Lombok sejak awal berdiri sampai sekarang terlihat dalam berba-
gai kegiatan. Kegiatan yang telah di lakukan di antara lain didalam
bidang politik, dakwah, pendidikan dan sosial. NU mulai berdiri
secara resmi di daerah Lombok pada tahun 1953. Pada saat itu
menjadi kedudukan sebagai cabang NU di Masbagik, Lombok
Timur. Organisasi ini berdiri atas prakarsa Badarudin alias H.
Achiyd Muzhar yang merupakan seorang tokoh masyrakat dari
Bilasundang, Masbagik, Lombok Timur.29
Sejak berdirnya NU di daerah Lombok pada tahun 1953, NU
di samping mengelola pendidikan pesantren yang menjadi basis
utama kekuatan utamanya. Juga sistem pendidkan yang telah di-
kembangkan dengan memakai ssitem klasik, yang di kenal dengan
nama madrasah NU selain mengembangkan sekolah agama juga
mengembangkan sekolah umum. Selain bergerak di bidang pendi-
dikan dan dakwah seperti tersebut di atas, NU juga bergerak dalam
bidang sosial. Bidang sosial yang di maksud di sini adalah upaya
mewujudkan kemaslahatan ummat yang di dalamnya mencakup
usaha-usaha untuk memperoleh kesejahteraan lahir dan batin. Oleh
karna itu, bidang sosial memantapkan usahanya keadilan sosial
28
Ahmad Taqiuddin Mansyur, NU Lombok, Sejarah Terbentuknya
Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat, (Lombok Barat: Pustaka Lom-
bok, 2008), h. 4. 29
Ida Bagus Putu Wijaya Kusuma. NU Lombok, Sejarah Terbentuk-
nya Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat, (Lombok Barat: Pustaka
Lombok, 2008), h. 3.
74 | Retorika Dakwah dalam Politik...
yang merata, kesejatraan umat dengan asas prikemanusiaan, dan
peningkatan sendi-sendi akhlak umat dan masyarakat.30
2). Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah suatu organisasi yang berdasarkan
agama Islam, sebagai organisasi sosial, dan kebangsaan, yang ter-
penting di Indonesia sebelum Perang Dunia II sampai saat ini.31
Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November
1912 bertepatan dengan tanggal 18 Zulhijjah 1330 H, oleh Kiyai
Haji Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya
dan beberapa anggota Budi Utomo untuk segera mendirikan suatu
lembaga pendidikan yang bersifat permanen.32
Organisasi ini mem-
punyai maksud menyebarkan pengajaran Nabi Muhammad SAW
kepada penduduk bumi, dan memajukan hal agama islam kepada
anggota-anggotanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, organisasi berupaya mendiri-
kan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan
tabligh di mana dibicarakan masalah-masalah Islam, mendirikan
wakaf dan masjid-masjid serta menerbitkan buku-buku, brosur-
brosur, surat-surat kabar dan majalah-majalah.33
Usaha lain untuk
mencapai maksud dan tujuan itu ialah dengan :
1. Mengadakan dakwah Islam.
2. Memajukan pendidikan dan pengajaran.
3. Menghidup-suburkan masyarakat tolong menolong;
4. Mendirikan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf.
30
Ida Bagus Putu Wijaya Kusuma. NU Lombok, Sejarah Terbentuk-
nya Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat, h. 108-109. 31
Enung K Rukiati dan Fenti Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam
di Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 81. 32
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), h. 171. 33
Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 100.
Mochammad Zia Ulhaq | 75
5. Mendidik dan mengasuh anak-anak dan pemuda-pemuda
kelak menjadi orang Islam yang bermanfaat.
6. Berusaha ke arah perbaikan penghidupan dan kehidupan
yang sesuai dengan ajaran Islam.
7. Berusaha dengan segala kebijaksanaan, supaya kehendak
dan peraturan Islam berlaku dalam masyarakat. (Anggaran
Dasar Muhammadiyah Desember 1950).34
Penyebaran dakwah Muhammadiyah di NTB di awal kelahi-
rannya cukup terorganisir. Dalam waktu beberapa tahun saja, orga-
nisasi ini sudah menyebar di seluruh wilayah NTB. Meski kegiatan
dakwah Muhammadiyah baru terlihat sekitar tahun 1930 saat Ust.
Umar Faroqi datang ke NTB, gerakan dakwah Muhammadiyah
sebenarnya telah berlangsung lama sebelum itu. Aktivis dakwah
Muhammadiyah diyakini masuk pertama kali di NTB sekitar tahun
1918, atau enam tahun setelah Muhammadiyah dilahirkan pada
tahun 1912. Berdasarkan data tersebut, bisa dikatakan Muhamma-
diyah merupakan organisasi Islam modern kedua yang mengem-
bangkan sayap dakwahnya di NTB. Sekitar dua tahun sebelumnya
atau tahun 1916, sarikat Islam dikabarkan telah lebih dahulu masuk
ke NTB.35
Gerakan dakwah Muhammadiyah di NTB di masa awal
hanya terbatas di kalangan tertentu. Kuatnya tradisi tahayul, bid’ah
dan khurafat yang dianut sebagian besar masyarakat Islam NTB
saat itu, membuat gerakan dakwah Muhammadiyah belum bisa
berkembang maksimal. Akan tetapi di daerah lain di NTB gerakan
dakwah Muhammadiyah terus berkembang.
Pada tahun 1933 ranting Muhammadiyah berdiri dengan resmi
untuk kali pertamanya di Desa Lekok Gangga Lombok Utara. Sete-
lah itu pada tahun 1936 kepengurusan ranting Muhammadiyah juga
terbentuk di Kota Mataram. ditahun yang sama, Muhammadiyah
untuk kali pertamanya juga berhasil dibentuk di Lombok Timur de-
34
Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), h. 172. 35
http://ntb.muhammadiyah.or.id/content-3-sdet-sejarah.html, diak-
ses 19 September 2018.
76 | Retorika Dakwah dalam Politik...
ngan ketua pertamanya yang bernama Sulaemi Jogosudarmo. Dan
Peresmian berdirinya cabang Muhammadiyah Lombok Timur pada
saat itu dihadiri langsung pimpinan pusat Muhammadiyah KH.
Mas Mansyur dan KH. A Badawi. Pada tahun 1936 organisasi Mu-
hammadiyah juga resmi berdiri di Lombok Tengah, khususnya di
Kopang. Sejumlah nama tercatat sebagai pendiri Muhammadiyah
di Kopang, diantaranya Mamiq Sutawang, HM Wasal, dan H Agus
Maryuni yang merupakan anak dari tokoh setempat Raden Wing.
Di Pulau Sumbawa Muhammadiyah mulai berdiri sekitar tahun
1937. Di daerah Sumbawa Muhammadiyah terbentuk kali pertama
di Sumbawa Besar dengan status ranting. dan sekitar tahun 1940
status kepengurusan Muhammadiyah di Sumbawa Besar mening-
kat menjadi cabang.36
3). Persis
Persatuan Islam didirikan di Bandung pada tanggal 12 Sep-
tember 1923 di Bandung oleh sekelompok orang Islam yang ber-
minat dalam studi dan aktivitas keagamaan, yang dipimpin oleh
Zamzam dan Muhammad Yunus. Zamzam menghabiskan waktunya
selama tiga setengah tahun masa mudanya di Mekah untuk belajar
di Darul Ulum. Setelah kembali dari Mekkah ia menjadi guru di
Darul Mu’allimin, sebuah sekolah agama di Bandung sekitar tahun
1910, dan mempunyai hubungan dengan Syekh Ahmad Syurkati
dari al-Irsyad di Jakarta, tetapi ia hanya dua tahun disekolah itu.
Adapun Muhammad Yunus yang memperoleh pendidikan agama
secara tradisional dan menguasai bahasa Arab akan tetapi ia tidak
pernah mengajar hanya berdagang, akan tetapi tidak pernah minat-
nya hilang dalam mempelajari agama, kekayaannya menyanggup-
kan ia untuk membeli kitab-kitab yang diperlukan.37
Persis mem-
berikan kontribusi yang besar pada kegiatan-kegiatan pendidikan,
36
http://ntb.muhammadiyah.or.id/content-3-sdet-sejarah.html, diak-
ses 19 September 2018. 37
Mansur dan Mahfud Junaidi, Rekonstruksi Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h. 70.
Mochammad Zia Ulhaq | 77
tabligh, serta publikasi. Dalam bidang pendidikan juga persis men-
dirikan sebuah madrasah yang mulanya di maksudkan untuk anak-
anak dari anggota Persis saja. Akan tetapi setelah itu madrasah ini
diluaskan untuk dapat menerima anak-anak dari luar organisasi ini.
untuk belajar masalah agama.
Persatuan Islam mulai memasuki pulau Sumbawa tepatnya
kabupaten Bima pada tahun 1930. Persis di Nusa Tenggara Barat
menjadi salah satu sayap dakwah yang tak bisa dilupakan dalam
catatan sejarah perjuangan Persatuan Islam itu sendiri. Ust. M.
Yusuf Usman yang merupakan satu-satunya tokoh dari generasi
pertama Persis yang ada di Bima yang masih hidup. bahwa eksis-
tensi Persatuan Islam yang ada di wilayah Bima - NTB ini benar-
benar muncul dari pribumi bukan dari da’i yang ditugasi ke Bima.
Biasanya eksistensi Persis di daerah karena orang Jawa Barat yang
bertugas disana, tapi ini betul betul asli orang daerah setempat de-
ngan tokoh-tokohnya, ust Sahri, ust Sidik Mustofa, ust Sholih Mus-
tofa, ust Abdullah, ust Ajrun.
Pada tahun 1953, Isa Anshari dan M. Natsir beberapa kali
menyambangi Bima dengan tujuan melakukan pembinaan dan pe-
nguatan gerakan dakwah disana. Pada waktu itupun NTB dikenal
sebagi basis Masyumi. Saat ini Persis Bima – NTB terus mengem-
bangkan misi dakwah Islam. Cabang Persis dan Persistri ada di 4
tempat : Rasanae, Woha, Panatoi Sape dan Wera. Jumlah wakaf
bertambah di Kota Bima, yang diserahkan oleh Dr Ahmad Rifai
yang merupakan Dosen Universitas Mataram putra tokoh Persis
Bima, seluas 900 meter persegi yang akan dibangun lembaga
pesantren dan mesjid. Masih banyak kader yang ada di pulau yang
tersebar di NTB. Diantara para kader itu ada yang menjadi pengu-
saha, anggota dewan, birokrat, dosen IAIN dan UNRAM bahkan
ada tasykil PP Persis yang bertugas disana Abah Yamin, alumnus
Pesantren Persis Purwakarta atau dosen IAIN Mataram Mira Mare-
ta. Persis Nusa Tenggara Barat terus berjuang menyampaikan risa-
lah al-quran dan as-sunnah.38
38
Persis di NTB, diakses tgl 19 September 2018 dari
http://persis.or.id/persis-nusa-tenggara-barat-dalam-catatan-sejarah
78 | Retorika Dakwah dalam Politik...
B. Profil Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi
1. Riwayat Hidup dan Pendidikan
Muhammad Zainul Majdi lahir dari keluarga tokoh Islam di
Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi mencoba mengi-
kuti jejak kakeknya sebagai tuan guru bukan hanya sedekar tuan
guru saja. Dia menjadi Gubernur termuda di Indonesia dengan
mencatat Museum Rekor Indonesia atau yang di singkat (MURI)
yang telah memberi penghargaan Gubernur termuda kepada Mu-
hammad Zainul Majdi, karena ketika dilantik sebagai Gubernur
Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tanggal 17 September tahun
2008, pada saat itu usianya baru menginjak 36 tahun tiga bulan 17
hari. Muhammad Zainul Majdi atau yang mashur dipanggil Tuan
Guru Bajang, lahir di Pancor, Selong, NTB 31 Mei 1972. Zainul
Majdi merupakan putera ketiga dari pasangan HM Djalaluddin dan
Rauhun Zainnuddin Abdul Majid. Ayahnya seorang pensiunan
birokrat Pemda NTB. Sementara kakeknya adalah tokoh Islam dan
pendiri ormas Nahdlatu Al-Wathan. Dalam perjalanan kariernya
Zainul Majdi adalah seorang dai yang ia lakukan sejak tahun 1999.
Zainul Majdi besar di lingkungan ormas Islam Nahdlatu Al-
Wathan bahkan dia pernah menjadi Ketua Umum PB Nahdlatu Al-
Wathan tersebut. Zainul Majdi mengawali pendidikan masa kecil-
nya di SDN 3 Mataram (Saat ini berganti menjadi SDN 6 Mata-
ram) dan berhasil lulus pada tahun 1986. Kemudian, Zainul Majdi
melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP di Madrasah Tsanawiyah
Mu'allimin Nahdlatul Wathan Pancor hanya selama 2 tahun. Zainul
Majdi melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah pada yayasan
yang sama dan lulus pada tahun 1991. Sebelum melanjutkan pendi-
dikan ke jenjang perguruan tinggi, Zainul Majdi memutuskan untuk
menghafal Al-Qur'an di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Nahdla-
tul Wathan Pancor selama setahun. Setelah itu pada 1991, Zainul
Majdipun berangkat ke Kairo Mesir. dengan tujuan untuk menimba
ilmu di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-
Qur’an di Universitas Al-Azhar Kairo. Dari sana ia berhasil lulus
dengan gelar Lc. pada tahun 1995.
Mochammad Zia Ulhaq | 79
Zainul Majdi melanjutkan magisternya pada jurusan yang
sama di Universitas Al-Azhar Kairo dan meraih gelar Master of
Art (M.A) dengan predikat “Jayyid Jiddan” lulus pada tahun
2000.39
Tidak berhenti sampai di situ, Setelah menyelesaikan pen-
didikan S1 dan S2 di Universitas Al-Azhar selama 10 tahun, Zainul
Majdi melanjutkan program S3 di universitas dan jurusan yang
sama. Berkat usaha dan semangatnya dalam menuntut Ilmu, pada
bulan Oktober 2002, Proposal disertasi Zainul Majdi diterima de-
ngan judul Studi dan Analisis terhadap Manuskrip Kitab Tafsir
Ibnu Kamal Basya dari Awal Surat An-Nahl sampai Akhir Surat
Ash-Shoffat di bawah bimbingan Prof. Dr. Said Muhammad Dasuqi
dan Prof.Dr. Ahmad Syahaq Ahmad sukses meraih gelar Doktor
dengan predikat Martabah EL-Syaraf El Ula Ma`a Haqqutba atau
Summa Cumlaude pada tanggal 8 Januari 2011 dalam sidang
munaqosah dengan Dosen Penguji Prof. Dr. Abdul Hay Hussein
Al-Farmawi dan Prof. Dr . Al-Muhammady Abdurrahman Abdul-
lah Ats-Tsuluts.
2. Aktivitas Dakwah dan Politik Muhammad Zainul Majdi
Perjalanan kariernya Zainul Majdi dia seorang da’i dan penga-
jar yang sejak tahun 1999. Dia sendiri seseorang santri yang tum-
buh di lingkungan ormas Islam Nahdlatu Al-Wathan, yang bahkan
dia menjadi Ketua Umum PB Nahdlatu Al-Wathan. Akan tetapi
Zainul Majdi tidak hanya berhadapan dengan jamaah NW saja akan
tetapi banyak jamaah lain yang berafiliasi ke NU dan Muhamma-
diyah. Selain berkecimpung di dunia da’wah dan pendidikan, ia
terjun ke dunia politik bergabung dengan Partai Bulan Bintang
(PBB) pada tahun 2004, dia menjadi anggota DPR periode 2004-
2009. Tapi ia tidak menuntaskannya, karena pada tahun 2008 Zai-
nul Majdi maju pada Pilgub NTB dengan restu dari dewan Syura
PBB dengan dipasangkan dengan Badrul Munir seorang birokrat,
yang mempunyai banyak pengalaman. Muhammad Zainul Majdi
39
Zulkarnain, Tuan Guru Bajang; Berpolitik dengan Dakwah dan
Berdakwah dengan Politik (Surabaya: Penerbit Kaisamedia, 2009), h. 1-2.
80 | Retorika Dakwah dalam Politik...
terpilih menjadi gubernur NTB periode 2008-2013.
40 Ia menjadi
gubernur pada usia 36 tahun. Dengan sebutan yang populer Tuan
Guru Bajang karena di usianya yang masih muda dan di anggap
sebagai pewaris karismatik kakeknya, TGKH. Zainuddin Abdul
Madjid.
Pada Pilgub 2013 Zainul Majdi maju kembali dengan kenda-
raan politik bersama Partai Demokrat. Dia juga terpilih menjadi
ketua Dewan Pengurus Dearah Partai Demokrat Provinsi NTB dan
Zainul Majdi pun terpilih kembali untuk periode 2013-2018, men-
jadi salah satu gubernur termuda Indonesia yang menjabat dua
periode. Zainul Majdi walaupun tergolong muda akan tetapi sudah
cukup mumpuni baik dalam organisasi, ataupun perpolitikan, terli-
hat pengalamannya di pentas perpolitikan cukup bagus, mulai dari
menjadi bagian dari DPR RI Komisi X, dan menjadi Gubernur NTB
dua periode berturut-turut. faktor sosio-kultural yang membuat
pengaruh tuan guru di NTB sangat kuat suaranya yang signifikan
membuat TGB menang pada pemilihan Gubernur pada 2008 dan
2013 hingga saat ini. bahwa tuan guru memiliki pengaruh yang
kuat di NTB hingga saat ini. Diantaranya dua faktor yang mempe-
ngaruhi kesuksesannya berkaitan dengan faktor sosio-kultutal: me-
ngakarnya Nadhlathul Wathan, pengaruh Tuan Guru Pancor seba-
gai ulama utama di NTB.41
Pengalaman demi pengalaman juga dilaluinya, di dalam beror-
ganisasi pernah menjabat Ro'is 'Aam Dewan Tanfidziyah Pengurus
Besar NW, tahun 1999. Ketua Yayasan Pendidikan Hamzanwadi
Pondok Pesantren Darunahdlatain NW Pancor tahun 2000. Dan saat
ini menjadi Rektor di Institut Agama Islam Hamzanwadi di Lom-
bok Timur dan juga menjabat Ketua umum Organisasi Internasio-
nal Alumni Al-Azhar (OIAA) 2018. Secara aklamasi menunjuk
TGB untuk menerima amanah sebagai ketua OIAA Cabang Indo-
40
Fahrurozi, Dai di Pentas Politik: Respon Tuan Guru Bajang M.
Zainul Majdi Tentang Dakwah Melalui Politik, “Jurnal Tasamuh, Edisi 8
Desember 2009, h. 4-5. 41
Arie Oktara, Politik Tuan Guru di Nusa Tenggara Barat, Jurnal
Ilmu Pemerintahan, Vol 8, No. 2 Juli 2015.
Mochammad Zia Ulhaq | 81
nesia didasarkan kapasitas, ketokohan, kharismatik dan prestasi.
TGB Zainul Majdi dinilai mampu membawa perubahan dan kema-
juan pembangunan di NTB. Bahkan, khususnya kehidupan toleran-
si beragama yang sangat baik dan juga konsep pembangunan wisa-
ta syariahnya mendapatkan apresiasi luas dari masyarakat dunia
internasional.42
Aktivitas dakwah menurut TGB Zainul Majdi ada-
lah segala aspek yang ada keterkaitan antara proses dan pelaksa-
naan dakwah dan sekaligus berkaitan tentang kelangsungan dak-
wah. Metode dakwah di artikan sebagai suatu jalan atau cara yang
di lakukan untuk menunjang keberhasilan dakwah.
Penggunaan metode yang baik dan benar merupakan unsur
yang paling penting dalam menunjang proses berhasilnya suatu
kegiatan dakwah. Pesan dakwah yang baik jika tidak di dukung
dengan metode yang benar tidak akan dapat sampai dan di terima
dengan baik. Namun demikian secara esensial al-Quran telah mem-
berikan landasan yang baku berkenaan dengan prinsip-prinsip yang
harus dibangun dalam berbagai ragam metode dakwah. Prinsip ini
diantaranya termuat dalam surat al-Nahl ayat 125 yaitu: hikmah,
mauidzah hasanah, dan mujadalah billati hiya ahsan, kemudian
teraktualkan dan diperkuat dengan prinsip-prinsip dakwah yang
dilakukan oleh Rasulullah.
Analisa aktivitas dakwah TGB Zainul Majdi meliputi enam
indikator yakni persoalan da'i (pelaku dakwah), mad'u (obyek dak-
wah), materi dakwah/maddah, wasilah (media dakwah), thariqah
(metode), dan atsar (efek dakwah).
a. Da'i
Sebagai seorang Da’i memiliki kualifikasi yang mumpuni
lahir sebagai anak dari Hj. Rauhun Zainuddin Abdul Madjid, putri
dari TGH. M. Zainuddin Abdul Madjid (Tuan Guru Pancor), pen-
42
Republika.co.id, “TGB Sebagai Ketua Alumni Al-Azhar Cabang
Indonesia”, diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.republika.co.id/
berita/dunia-islam/islamnusantara/17/10/19/oy1zcu396-tgb-sebagai-
ketua-alumni al-azhar-cabang-indonesia,
82 | Retorika Dakwah dalam Politik...
diri organisasi Islam terbesar di NTB, Nahdlatul Wathan (NW) dan
pendiri Pesantren Darun-Nahdlatain bahkan saat ini menjabat seba-
gai ketua umum Nahdlatul Wathan (NW). Muhammad Zainul Maj-
di mengenyam pendidikan dasar di SDN 3 Mataram (Sekarang
SDN 6 Mataram), lulus tahun 1986. Ia melewati jenjang SLTP di
Madrasah Tsanawiyah Mu'allimin Nahdlatul Wathan Pancor hanya
selama 2 tahun, dan lulus Aliyah di yayasan yang sama tahun
1991. Sebelum memasuki perguruan tinggi ia menghafal Al-Qur'an
di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Nahdlatul Wathan Pancor
selama setahun (1991-1992).
Kemudian pada tahun 1992 Majdi berangkat ke Kairo guna
menimba ilmu di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-
Ilmu Al-Qur’an Universitas Al-Azhar Kairo dan lulus meraih gelar
Lc. pada tahun 1996. Lima tahun berikutnya, ia meraih Master of
Art (M.A.) dengan predikat Jayyid Jiddan. Setelah menyelesaikan
pendidikan S1 dan S2 di Al-Azhar selama 10 tahun, Majdi melan-
jutkan ke program S3 di universitas dan jurusan yang sama. Pada
bulan Oktober 2002, proposal disertasi Majdi diterima dengan judul
“Studi dan Analisis terhadap Manuskrip Kitab Tafsir Ibnu Kamal
Basya dari Awal Surat An-Nahl sampai Akhir Surat Ash-Shoffat”
di bawah bimbingan Prof. Dr. Said Muhammad Dasuqi dan Prof.
Dr. Ahmad Syahaq Ahmad.
TGB Zainul Majdi berhasil meraih gelar Doktor dengan pre-
dikat Martabah EL-Syaraf El Ula Ma`a Haqqutba atau Summa
Cumlaude pada hari sabtu, 8 Januari 2011 dalam munaqosah
(sidang) dengan Dosen Penguji Prof. Dr. Abdul Hay Hussein Al-
Farmawi dan Prof. Dr. Al-Muhammadi Abdurrahman Abdullah
Ats-Tsuluts. Pendiriannya terhadap kualifikasi da’i dikatakan dalam
wawancara dengan media online republika.co.id beliau mengata-
kan, “Para pendakwah merupakan agen agama dalam menyampai-
kan nilai-nilai agama terhadap masyarakat. Karena itu, pendakwah
Mochammad Zia Ulhaq | 83
harus memiliki standar yang mumpuni, pengkaderan para dai itu
perlu dilaksanakan lebih intensif”.43
b. Mad'u (obyek dakwah)
Obyek dakwah TGB Zainul Majdi mesuk ke semua lapisan
masyarakat. Bahkan lintas agama. Beliau mengatakan bahwa
“Dakwah itu mengajak Adda’watu, dakwah Ilaallah. dakwah ila
dinillah. Mengajak kepada agama islam, untuk Muslim itu saling
menguatkan.” Untuk non muslim obyek dakwah TGB diantaranya,
para mahasiswa di berbagai kampus di Indonesia meliputi mahasis-
wa-mahasiswi kampus-kampus di Indonesia dengan gerakan safari
dakwahnya. Dan juga masyarakat NTB yang beragam dalam ber-
agama. Menurutnya, “ketika obyek dakwah kita non muslim, hal
yang terlihat adalah tunjukkan keidahan akhlaq Islam kepada-
nya”.44
c. Materi Dakwah/Maddah
Materi dakwah TGB Zainul Majdi sangat fleksibel menye-
suaikan dengan obyek yang menjadi sasaran dakwa dan juga meli-
hat kondisi terkini umat. Salah satu contoh, saat kondisi umat
terjerat dalam perilaku SARA, TGB memberikan materi dakwah
yang berisi bahwa Allah melarang kita memaki sembahan orang
lain. Hal-hal yang dimuliakan dalam agama lain, simbol-simbol
yang dimuliakan dalam agama mereka. Karena itu bisa jadi jalan
berbalik memaki Allah memaki agama kita.45
43
Republika.co.id. “Mimbar Dakwah, Al Azhar dan TGB”. diakses
26 September 2019 dari https://republika.co.id/berita/pzpapr440/mimbar-
dakwah-al-azhar-dan-tgb 44
Ceramah TGB Zainul Majdi, tema “Agama dan Kebangsaan”,
pada 4 Oktober 2019. 45
Youtube.com, “Larangan Melecehkan Agama Orang Lain”, diak-
ses 26 September dari 2019.https://www.youtube.com/watch?vom EfkR
GSEg
84 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Contoh lainnya saat peringatan Nuzulul Qur’an di istana nega-
ra Bersama presiden dan para menteri dengan tema ceramah yang
dibawa TGB “Kebersamaan dalam Keberagaman Dalam Perspek-
tif Alquran.” TGB dalam hal ini materi dakwah TGB menyesuai-
kan situasi yang terjadi yakni momen Ramadhan dan secara umum
materi dakwah TGB bersifat moderat yakni membahas keberaga-
man danpersaudaraan dalam kehidupan bernegara.
d. Wasilah (media dakwah)
Media dakwah TGB salah satunya adalah melalui media
massa baik media cetak elektronik maupun media daring. Dakwah
melalui media cetak yang dilakukan adalah dakwah melalui tuli-
san, atau yang biasa TGB Zainul Majdi sebut sebagai dakwah bil
qalam dalam beberapa kesempatan TGB menulis artikel-artikel
keagamaan melalui artikel dan surat kabar seperti Lombok Post,
jurnal Ulumuna . dan juga aktif menulis buku-buku Diantara buku-
buku yang ditulis TGB Zainul Majdi: TGBNOMICS Iktiar NTB
Untuk Indonesia, Tuan Guru Bajang Santri Membangun Negri,
Ulama pemimpin Kiprah Tuan Guru Bajang Dalam Membangun
Umat, TGB Ulama Dan Umara Memimpin Dengan Hati.
Dakwah melalui media ektronik diawali pada tahun 1999
TGB mendirikan radio dakwah dengan nama radio dakwah Ham-
zanwadi. Radio ini sangat membantu masyarakat dalam menyikapi
problema kehidupan beragama dan bermasyarakat, dimana dalam
program inti dari radio dakwah ini adalah ada program interaktif
langsung dengan Tuan Guru Bajang dalam program “Anda Berta-
nya Tuan Guru Menjawab”. Metode atau strategi dakwah seperti
ini sangat efektif di tengah-tengah masyarakat, bahkan siaran-sia-
ran dakwah Tuan Guru Bajang dan Tuan Guru lainnya dapat secara
langsung didengar oleh masyarakat kapan saja mereka membu-
tuhkan.
Mochammad Zia Ulhaq | 85
Dakwah melalui media daring disampaikan melalui media
sosial yakni jejaring facebook dengan id Dr. TGB. Muhammad
Zainul Majdi dan instagram dengan id @tuangurubajang. Dakwah
melalui media daring tersebut dikemas dalam rupa tulisan ataupun
live visual. Media dakwah TGB lainnya adalah melalui peningka-
tan ekonomi umat yakni mewujudkan lembaga tempat meningkat-
kan sumber daya manusia yang siap handal dalam pengembangan
ekonomi, yaitu LPWN (Lembaga Pendidikan Wasyirin Najabah)
sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan lati-
han kerja dalam bidang bisnis, akuntansi, perbankan, perhotelan,
parawisata. Lembaga ini dianggap berhasil menelurkan out put
yang baik, meskipun belum sempurna, tapi paling tidak sudah ada
terobosan baru dalam upaya dakwah Bi Hâl. Menurut TGB Zainul
Majdi, dakwah Bi lisân dan Bil Hâl, patut dikedepankan oleh para
da’i.
Media dakwah lainnya dari TGB Zainul Majdi adalah dakwah
melalui jalur Partai Politik. TGB ketika dia berpolitik kental sekali
dengan nilai-nilai dakwah dan ketika berdakwah tidak lepas dari
berpolitik yang dalam arti kaitan dengan mengatur memimpin dan
mengarahkan mereka kedalam cinta terhadap cinta tanah air hubbul
wathan, politik TGB jelas ditujukan untuk dakwah. Politiknya
TGB bertujuan untuk membangun masyarakat negri yang religius.
Menjadikan politik sebagai instrumen dakwah untuk menyebarkan
ajaran Islam yang moderat rahmatan lil alamin.”46
Dakwah melalui
partai politik menurut hemat TGB adalah suatu keniscayaan, bukan
suatu yang tabu apalagi negatif. Alasan ini memang bukan tidak
ada landasannya, menurutnya partai politik adalah bagian dari wa-
silah al-dakwah, sarana dakwah, dimana sarana itu diibaratkan
sebuah rumah atau ruang kosong, maka rumah itu mau diisi dengan
apa yang dikehendaki oleh tuan rumah, begitu juga partai politik,
tergantung kepada orangnya dan partainya, jika kita mengisinya
dengan muatan-muatan keislaman maka sangat bisa diperbuat,
karena kita sudah berada dalam sistem itu sendiri. Maka menurut-
46
Wawancara langsung dengan bapak Aziz dosen di Institut Agama
Islam hamzanwadi, pada tanggal 04 Oktober 2019.
86 | Retorika Dakwah dalam Politik...
nya sesuatu yang menyebabkan sempurna sebuah aktivitas maka
syarat itu sudah menjadi sebuah keharusan.
e. Thariqah (metode)
Metode dakwah Tuan guru Bajang sangat modern dan inovatif
diantaranya melalui media dakwah yang tepat sasaran ke masya-
rakat. Menurut jamaah rutin TGB di Islamic Center menurutnya.
“Bahwa kalau disebut nama beliau yang hadir di Islamic ini pasti
jamaah membeludak sangat antusias kalau pengajian beliau yang
isi. beliau sosok yang lengkap karena beliau adalah pendidik dan
guru untuk kami. Kalimatnya yang enak ketika membawakan ma-
teri dan memiliki metode yang baik dalam menyampaikan pengaji-
an, ini yang membuat masyarakat datang untuk mendengarkan-
nya.”47
Metode dakwah TGB tidak lepas dari pada surat An-nahl
ayat 125.48
Metode tiga metode dakwah yakni metode hikmah,
berupa pernyataannya yang logis, dalam menyampaikan kebenaran
mutlak dengan dalil dan penjelasan yang baik. kedua metode mau-
idzah hasanah berupa pesan melalui kisah-kisah meliputi para nabi
dan sahabat yang mengandung makna dan pelajaran didalamnya.
Dan ketiga metode wajadilhum billati hiya ahsan dengan cara ber-
diskusi dan berdebat dengan cara yang baik dalil-dalil yang kuat.
Menurutnya dakwah merupakan bagian integral agama Islam tun-
tutan agar hidup secara islami. Tapi juga dituntut untuk menyebar-
kan ajaran Islam kepada seluruh manusia. Dalam prakteknya, dak-
wah sering mengalami dan menghadapi kendala hambatan dan
tantangan kendala-kendala itu bukan sekedar materi atau substansi-
nya, tetapi strategi dan metodenya yang kurang tepat. Maka dari itu
metode atau thariqah sangat dibutuhkan dalam kegiatan dakwah.
47
Wawancara langsung dengan bapak Abdullah Jamaah Pengajian
Rutin Mesjid Islamic Center NTB pada tanggal 04 Oktober 2019. 48
Wawancara langsung dengan TGB Zainul Majdi pada tanggal 4
Oktober 2019.
Mochammad Zia Ulhaq | 87
Melihat fenomena di atas menurut TGB Zainul Majdi umat
Islam seyogyanya mencari terobosan baru sehingga mendapatkan
format dakwah yang ideal. Para da’i diharapkan meningkatkan ke-
pedulian kepada kualitas moral dan spiritual masyarakat pada se-
mua level dan golongan sosial. Upaya untuk meningkatkan kualitas
para da’i diperlukan secara berkelanjutan. Sebab masyarakat seba-
gai sasaran dakwah juga senantiasa berkembang. Metode dakwah
Tuan Guru Bajang Zainul Majdi yang sering didengungkan adalah
kepada umat Muslim menguatkan, kepada umat non Muslim me-
ngenalkan.
f. Atsar (efek dakwah)
Dengan perannya yang sangat strategis dalam kehidupan
masyarakat, baik sebagai tokoh agama maupun tokoh masyarakat,
seorang tuan guru Bajang atau yang lebih dikenal dengan TGB
Zainul Majdi telah menjadi aktor sosial yang banyak menjadi
refrensi bagi masyarakat (terutama bagi pengikutnya). Sebagai to-
koh agama, tuan guru menjadi pusat perhatian bagi umatnya yang
menginginkan fatwa dan petuah agama. menjabat Gubernur NTB
selama 2 periode yang tidak singkat, image beliau di pelosok NTB
bahkan keluar negri pun dikenalnya sebagai seorang tuan guru bu-
kan seorang Gubernur. Padahal sebelum menjadi Gubernur beliau
juga seorang anggota DPR RI dan aktif dunia politik tetapi selalu
lebih nampak sosok figur tuan gurunya dari pada politikusnya. Itu
menunjukan setiap langkah dan hari-hari beliau itu sangat kental
dengan nilai-nilai Islam. Tidak hanya itu hasil pembangunan di
NTB ini termasuk efek dari dakwah beliau, melalui pendekatan
dakwah dan citranya seorang tuan guru akhirnya mampu mengajak
masyarakat Bersama-sama membangun NTB.49
khususnya NTB,
tuan guru masih dijadikan tempat meminta petunjuk untuk mencari
solusi atas persoalan dunia yang dihadapi oleh umatnya.
49
Wawancara langsung dengan bapak Aziz seorang dosen di Institut
Agama Islam hamzanwadi pada tanggal 04 Oktober 2019.
88 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Selama menjabat menjadi kepala daerah dengan moto “fasta-
biqul Khairat”. mampu menggerakkan roda pemerintahan Zainul
Majdi dengan mengangkat NTB dari predikat sebagai provinsi ter-
tinggal dalam jangka waktu 2014-2016. Dan juga laju pertumbu-
han ekonomi NTB meningkat dengan 9,9 persen. Dari prestasi ini
membuat NTB mendapatkan predikat dengan pertumbuhan ekono-
mi terbaik. Bahkan melampaui nasional yang hanya sebesar 4,9
persen. Zainul Majdi juga berhasil menekan angka pengangguran
di NTB hingga 3,32 persen. Prestasinya ini menjadikan NTB se-
bagai provinsi ke-6 dengan angka pengangguran terendah. Diantara
beberapa prestasi-prestasinya :
1. TGB Zainul Majdi mendapatkan penghargaan sebagai salah
satu Gubernur terbaik versi Kementerian Dalam Negeri pada
2017.50
Penghargaan tersebut berdasarkan berbagai aspek peni-
laian dari kepemimpinan, kredibilitas, dan akseptabilitas dalam
rangka menciptakan pemerintahan bersih.51
2. Selama kepemimpinannya Provinsi NTB juga mendapatkan
predikat WTP enam kali. Hal ini membuktikan kinerjanya me-
ningkatnya dalam bidang pengelolaan birokrasi.
3. Zainul Majdi dikenal sebagai individu yang kuat dengan citra
Islami. Terbukti Zainul Majdi juga mendapat penghargaan seba-
gai Best Regional Leader (Pemimpin Regional Terbaik) dalam
ajang penghargaan Obsession Awards 2017 yang digelar salah
satu media terkemuka pada April 2017 lalu di Jakarta.
50
Telusuri.co.id. Banyak Penghargaan diraih TGB: Tokoh Men
Obsession Mulai dilirik Menjadi Pemimpin Alternatif, redaksi Telusur,
diakses September 2019 dari https://telusur.co.id/2017/08/26/banyak-
penghargaan-diraih-tgb-tokoh-men-obsession-ini-mulai-dilirik-menjadi-
pemimpin-nasional-alternatif/ 51
Merdeka. Com. Mengenal Tuan Guru Bajang dan Prestasinya da-
lam Memimpin NTB, diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.merdeka.
com/politik/mengenal-sosok-tuan-guru-bajang-dan-prestasinya-
memimpin-ntb.html
Mochammad Zia Ulhaq | 89
4. Penghargaan Obsession Awards yang telah dilaksanakan sejak
2006 ini, diberikan kepada tokoh nasional, individu dan korpo-
rasi yang telah berhasil menunjukkan dedikasi pada bidangnya
masing-masing, dan mampu menciptakan inovasi, juga mampu
memberikan inspirasi kepada masyarakat luas.52
5. Pada tahun 2013, Bappenas memberikan penghargaan kepada
NTB sebagai provinsi terbaik pertama dalam Pencapaian Sasa-
ran Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs).
6. Penghargaan sebagai kepala daerah yang memberikan peran
besar dalam pembinaan Teknologi Tepat Guna (TTG). Penghar-
gaan diserahkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Ahmad Erani Yustika menyampai-
kan pada Gelaran Teknologi Tepat Guna (TTG) XVIII tahun
2016 telah resmi dibuka di Islamic Center (IC), Rabu 23 No-
vember 2016.
7. Pada tahun 2017 pertumbuhan ekonomi di NTB melampaui
pertumbuhan ekonomi di Nasional didukung oleh sektor perta-
nian dan di luar sektor tambang. mencapai 7,1 persen melam-
paui pertumbuhan ekonomi Indonesia yang 5,6 persen. Untuk
perekonomian ini 19 persen ditopang sektor.
8. Penghargaan Gubernur Paling Visioner 2009 Bidang Tenaga
Kerja dari Majalah Birokrat Profesional, 19 Agustus 2009.53
C. Zainul Majdi dalam Konteks Sosial Politik
1. TGB Zainul Majdi dalam Pilpres 2019
52
Telusuri.co.id. Banyak Penghargaan diraih TGB: Tokoh Men
Obsession Mulai dilirik Menjadi Pemimpin Alternatif, redaksi Telusur,
diakses 26 Agustus 2019. https://telusur.co.id/2017/08/26/banyak-peng-
hargaan-diraih-tgb-tokoh-men-obsession-ini-mulai-dilirik-menjadi-
pemimpin-nasional-alternatif/ 53
TGB.id, “Penghargaan Tuan Guru Bajang”, diakses 1Januari
2019 dari https://tgb.id/penghargaan-tuan-guru-bajang/
90 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Sejumlah prestasi berhasil ditorehkan pada masa jabatan 2008-
2013. TGB Zainul Majdi kembali terpilih kedua kalinya sebagai
Gubernur NTB untuk periode 2013 sampai 2019. Dia dinilai sukses
memajukan NTB di bidang pertanian, pariwisata, mengurangi ang-
ka kemiskinan, meningkatkan pendidikan. Banyak prestasi-prestasi
yang ditorehkan TGB Zainul Majdi sehingga elektabilitasnya naik
di kontestasi nasional. Namanaya muncul sebagai kandidat kuat
cawapres dalam kontestasi pilpres 2019. Pada perhelatan Pilpres
2019 yang memanas membuat putra dari Nusa Tenggara Barat TGB
Zainul Majdi namanya ikut masuk dalam pusaran tersebut. Guber-
nur Nusa Tenggara Barat (NTB) dua periode ini, dianggap sebagai
salah satu calon presiden alternatif.
Sebagai salah satu kandidat cawapres 2019 para Alumni Uni-
versitas Al-Azhar Mesir menyatakan dukungan kepada TGB Zai-
nul Majdi. yang saat ini menjabat sebagai ketua umum Organisasi
Internasional Al-Azhar. Para alumni OIAA memberikan dukungan
kepadanya juga lewat usulan dari Ust. Abdul Somad yang sempat
viral di media sosial. Sebagai Ketua Organisasi Internasional
Alumni Al Azhar (OIAA) Cabang Indonesia, Muhammad Zainul
Majdi yang kerap disapa Tuan Guru Bajang, alumni Al-Azhar di
Indonesia yang saat ini tercatat sekitar hampir 30 ribu orang ingin
mendukungnya.54
Bahkan beberapa pengamat politik menyebut
TGB memiliki peluang cukup untuk maju sebagai cawapres. Dia
disandingkan dengan nama-nama seperti Ketua Umum Partai
Golkar Airlangga Hartarto, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi
(MK) Mahfud MD, dan Muhaimin Iskandar.
Saat mulai terjun ke dunia politik, pria yang saat ini berusia 46
tahun itu masih terbilang muda. TGB bahkan sempat tercatat seba-
gai Gubernur NTB Termuda di Indonesia pada usia 36 tahun. Saat
54
Tribunnews.com, “Alumni Al Azhar Mesir Turunlah dari Menara
Gadingmu, Ayo Aktif Bergerak Mendukung TGB”, diakses 1januari 2019
dari https://www.tribunnews.com/tribunners/2018/02/06/alumni-al-azhar-
mesir-turunlah-dari-menara-gadingmu-ayo-aktif-bergerak-mendukung-
tgb
Mochammad Zia Ulhaq | 91
menjabat, sejumlah prestasi berhasil ditorehkan pada masa jabatan-
nya. Secara individu, saat ini alumni Al-Azhar mulai bergerak di
berbagai jaringan. membangun jaringan-jaringan di tempat masing-
masing dan Ustad Abdul Somad juga mendudukung dan mempro-
mosikan TGB dibeberapa materi dakwahnya. bersama para alumni
Al-Azhar, setuju dengan keputusan tersebut dan mengusung TGB
menjadi pemimpin nasional, akan tetapi di petengahan jalan TGB
memutuskan mendukung Joko Widodo dalam Pilpres 2019. Pada-
hal pada 2014 TGB Zainul Majdi memilih mendukung Prabowo-
Hatta dukungan TGB Zainul Majdi memiliki arti yang besar bagi
Prabowo-Hatta. Terbukti dari 33 provinsi, pasangan calon (paslon)
yang diusung Koalisi Merah Putih ini hanya menang di 10
provinsi. NTB adalah salah satunya.
Dalam konteks politik yang dukungan TGB kepada pasangan
Prabowo Subianto-Hatta Radjasa pada pemilihan presiden 2014
jauh sebelum Partainya Demokrat memberikan dukungan. TGB
Zainul Majdi memberikan dukungannya langsung secara resmi,
dan akhirnya partai demokrat memberikan memutuskan menduku-
ng Prabowo-Hatta, mampu membuat pasangan calon presiden dan
calon wakil presiden nomor urut 1 tersebut mengamankan 72,45%
suara di Nusa Tenggara Barat. Itu merupakan torehan yang baik di
level Nasional dengan mengamankan suara 72,45% suara. Dan ini
terulang kembali di 2019 akan tetapi dengan posisi yang terbalik,
TGB lebih memilih mendukung Jokowi melanjutkan 2 periode
secara pribadi disisi lain partai Demokrat yang dinaunginya belum
mengambil keputusan arah dukungan. Keputusan TGB mendukung
Jokowi untuk 2 periode yang disampaikannya saat melakukan la-
watan ke kantor Redaksi Liputan6, TGB Zainul Majdi mengatakan,
“Transformasi tidak cukup hanya lima tahun, ketika periodisasi
maksimal 10 tahun. Saya rasa itu sangat fair kita beri kesempatan
beliau untuk kembali melanjutkan". ucap TGB saat berkunjung ke
Redaksi Liputan6 di SCTV Tower, Senayan, Jakarta, Selasa, 3 Juli
92 | Retorika Dakwah dalam Politik...
2018.
55 Setelah itu TGB Zainul Majdi juga memutuskan hengkang
dari partai yang menaunginya yaitu Partai Demokrat. Karena De-
mokrat memilih untuk mengusung Agus Harimurti Yudhoyono se-
bagai calon wakil presiden 2018. TGB tidak setuju dengan pengu-
sungan AHY. Karena ketidaktaatan TGB terhadap keputusan DPP
Partai Demokrat terkait soal pilpres 2019 yang memutuskan untuk
mengusung AHY, sementara TGB tidak masuk dalam bursa di
internal partai. Terjadi kebuntuan komunikasi antara TGB dan
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Ke-
buntuan komunikasi ini terlihat dari tidak adanya komunikasi
antara TGB dengan SBY sejak TGB masuk dalam survei elektabi-
litas capres dan cawapres 2019.56
Menurut TGB Zainul Majdi,
surat pengunduran diri sudah dikirim kepada Amir Syamsuddin se-
laku Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat. TGB memutuskan
mendukung Joko Widodo dalam Pilpres 2019. Berikut lima lang-
kah politik Gubernur NTB Tuan Guru Bajang jelang Pilpres 2019 :
1. Deklarasi Dukung Jokowi 2 Periode
Kemantapan hati seorang TGB Zainul Majdi untuk mendu-
kung Jokowi kembali memimpin di periode kedua berawal dari
2018 Saat itu, Presiden Jokowi tengah melakukan kunjungan kerja
keempat kalinya ke NTB dalam 1 tahun 4 kali mengunjungi NTB
dan melihat kawasan mandalika yang tak pernah di respon oleh
pemerintah pusat. dan juga menurut TGB Zainul Majdi dari penga-
lamannya sebagai gubernur NTB, seorang pemimpin perlu dua
periode untuk menuntaskan visi besarnya. Ia menyatakan hal itu
juga dirasakan oleh semua kepala daerah yang memimpin selama
55
Liputan6.com, “Membaca Kode Politik TGB Untuk Jokowi”,
diakses 20 September 2019 dari https://www.liputan6.com/news/read/
3581866/membaca-kode-politik-tgb-untuk-jokowi 56
Kompas.Com, “3 Alasan TGB Keluar Dari Demokrat”, diakses
20 September 2019 dari https://nasional.kompas.com/read/2018/07/25/
11524781/menurut-pengamat-ada-tiga-alasan-tgb-keluar-dari-demokrat
Mochammad Zia Ulhaq | 93
dua periode, bahwa satu periode saja belum cukup. “Butuh dua
periode untuk menyempurnakan ikhtiar-ikhtiar ini.
2. Mundur dari Partai Demokrat
Pada Pilgub 2013, cucu dari TGKH Muhammad Zainuddin
Abdul Majid ini menjadikan Partai Demokrat sebagai kendaraan
politiknya. Setelah banyak memberikan kontribusi bagi partai ber-
lambang bintang ini, Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB)
Zainul Majdi memilih mundur dari partai yang dipimpin Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY). Di balik alasannya mundur, TGB
tidak menjelaskan secara gamblang. Dia menegaskan bahwa itu
adalah keputusan pribadi dan tak ada intervensi dari pihak mana
pun.
3. Masuk dalam Timses Jokowi-Ma’ruf Amin
Masuk kedalam tim sukses (timses) Jokowi di Pilpres 2019,
untuk membantu mensukseskan Jokowi kembali memimpin dua
periode untuk pembangunan Indonesia yang berkelanjutan.
4. Pindah Partai Politik
Golkar merupakan partai politik yang tepat untuk meneruskan
cita-cita TGB Zainul Majdi dan juga dengan konsep kekaryaannya
sesungguhnya sangat sebangun dengan semangat Pak Jokowi da-
lam membangun Indonesia.57
Di partai barunya TGB Zainul Majdi
mendapatkan dua jabatan penting setelah resmi bergabung ke Par-
tai Golkar. Dua jabatan untuk TGB di struktur DPP Golkar sebagai
Koordinator Bidang Keumatan dan mengemban jabatan sebagai
57
Liputan6.com, “5 Langkah Politik TGB Jelang Pilpres 2019”.
diakses 20 september 2019 dari https://www.liputan6.com/pilpres/read/35
99246/5-langkah-politik-tgb-jelang-pilpres-2019,.
94 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu atau Bappilu Pemilihan
Legislatif dan Pemilihan Presiden.
2. NW dan Struktur Kesempatan Politik
NW dengan segala kepentingan dan sekaligus persoalannya
didalamnya memang selalu menarik untuk diulas, dan dibahas. NW
tidak pernah kering dari perhatian, terlebih dengan adanya sosok
Zainul Majdi yang melekat berbagai status dan citra. Beliau
memiliki berbagai jabatan, di antaranya sebagai gubernur NTB dan
juga ketua pengurus besar NW Pancor dan menanggung tugas kul-
tural sebagai tuan guru, pendakwah, dan suri tauladan secara
umum. Dengan berbagai posisi dan tanggung jawab tersebut Zainul
Majdi akhirnya “berhutang” banyak ekspektasi yakni dalam peme-
rintahan, dalam organisasi NW, dan sebagai tokoh agama atau to-
koh masyarakat. Masalahnya kemudian, Zainul Majdi menemui
banyak kendala untuk memenuhi hutang-hutang ekspektasi terse-
but, terutama karena konflik dan perpecahan yang tak kunjung
menemukan jalan keluarnya dalam tubuh NW.
Secara umum memang sosok yang paling lengkap dari semua
keturunan Maulana Syeikh kakeknya ada pada Zainul Majdi. Zai-
nul Majdi memiliki kekuatan politik namun bukan berarti ia sepe-
nuhnya berhasil dengan kelebihan tersebut. Karena sampai saat ini
Zainul Majdi belum bisa mendamaikan 2 kubu NW yang besiteru
antara kubu Anjani dan kubu Pancor. Dulu juga kakeknya sebelum
mendirikan NW Syaikh Zainuddin adalah konsulat NU di Lombok,
dan menjadi ketua Badan Penasehat Masyumi NTB. Ini terjadi
pada sekitar tahun 1952. Kebijakan NU yang pada saat itu keluar
dari Masyumi dan bergabung dengan gerakan politik lainnya, Sya-
ikh Zainuddin tetap setia mendukung Masyumi dengan mendirikan
organisasi lokal baru sebagai representasi dan basis politik, yaitu
Nahdlatul Wathan, dan sempat terpilih menjadi anggota Konstitu-
ante RI hasil pemilu pertama tahun 1955 mewakili Masyumi.58
58
Muh. Alwi Parhanudin, “Nahdlatul Wathan dan Masyarakat Sipil,”
Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, Vol. 1, No 1, 2012.
Mochammad Zia Ulhaq | 95
Dalam perkembangan NW, misalnya di masa Orde Baru, NW
mendukung Parmusi dan selanjutnya dialihkan ke Golkar. Syaikh
Zainuddin tentu saja memiliki pertimbangan yang relatif fair secara
politik dan sosial dalam spekulasi tersebut. Kesempatan politik
yang terlihat, khususnya pada tataran NTB kemudian menyebab-
kan NW semakin utuh dalam berbagai relasi di jalur-jalur politik
nasional serta pemberdayaan politik lokal yang tidak lain adalah
bentuk dari pendewasaan politik dan pengelolaan potensi civil
society di Lombok.59
Demikian juga pada saat ini, munculnya ka-
der NW yakni cucu dari Syaikh Zainuddin sendiri (TGB. M. Zainul
Majdi) yang terpilih sebagai Gubernur NTB tidak lain merupakan
bukti dari nilai tawar NW dalam percaturan politik lokal dan nasio-
nal, integritas internal organisasi NW dan kemampuannya dalam
membangun relasi dengan berbagai kelompok sosial yang lain.
Melihat kenyataan NW dalam memanfaatkan kesempatan politik
(political opportunity) tidaklah harus diterjemahkan secara lugas
dan spekulatif. Artinya terdapat pemberdayaan politik dengan tetap
terikat pada standar etika religius Syaikh Zainuddin Abdul majid.60
3. Nadhlatul Wathan dan Struktur Mobilisasi Sosial
Program dan kelembagaan organisasi Nahdlatul Wathan yang
dapat dikategorikan dalam dua bentuk, mobilisasi formal dan infor-
mal. Dalam proses mobilisasi formal terdapat berbagai lembaga
badan otonom selain organisasi NW, seperti dibentuknya badan-
badan otonom yakni Himmah NW (Himpunan Mahasiswa Nahdla-
tul Wathan), Muslimat NW, Nahdliyat NW, IPNW (Ikatan Pelajar
Nahdlatul Wathan), PGNW (Persatuan Guru Nahdlatul Wathan),
ISNW (Ikatan Sarjana Nahdlatul Wathan) dan berbagai badan kaji-
an dan pengembangan masyarakat. Badan-badan otonom ini adalah
jalur yang mungkin paling determinan dalam menjadi faktor keber-
59
Muh. Alwi Parhanudin, “Nahdlatul Wathan dan Masyarakat
Sipil,” 2012. 60
Muh. Alwi Parhanudin, “Nahdlatul Wathan dan Masyarakat
Sipil,”, 2012.
96 | Retorika Dakwah dalam Politik...
langsungan organisasi. Mengingat NW adalah organisasi yang sa-
ngat terbatas dalam menjalankan program-program spesifik khu-
susnya dalam menyentuh secara menyeluruh berbagai kelas dan
tingkatan sosial masyarakat.
Oleh karenanya badan-badan otonom tersebut adalah perpan-
jangan tangan (kontrol) dari organisasi NW. Selain itu, dalam bida-
ng keamanan didirikan Hizbullah NW di Anjani atau Satgas Ham-
zanwadi di Pancor, barisan-barisan berorientasi keamanan yang
sangat diapresiasi masyarakat. Barisan ini pun secara formal me-
ngadakan agenda rutinitas yakni layanan pendirian posko-posko di
setiap dusun, maupun kerjasama dengan badan-badan keamanan
baik pemerintah maupun swasta, dan adanya perkumpulan-per-
kumpulan muslimat dan berbagai bentuk lain yang relevan. Lebih
dari itu, kegiatan penyebaran majelis-majelis taklim juga dapat
dikatakan sebagai faktor utama dari perkembangan NW. Secara
terperinci sebenarnya sangat banyak hal formal yang sangat men-
cerminkan mobilitas sosial yang berjalan dalam organisasi NW,
baik sebagai bentuk konsolidasi internal maupun dalam jaringan
sosial eksternal, yang terakumulasi secara formal baik dalam pro-
gram-program bidang pendidikan, sosial, dakwah, hingga politik.61
4. NW dalam Realitas Politik
NW sendiri membangun kekuatan politik dan hegemoni so-
sialnya di tengah warga NW sendiri. Yang Pertama, NW adalah
institusi keagamaan yang sangat potensial memainkan simbol kea-
gamaan dalam rangka menguatkan pengaruhnya di tengah- tengah
masyarakat Lombok. Kedua, NW adalah institusi yang pada dasar-
nya tumbuh dan berkembang seiring dengan popularitas Syaikh
Zainuddin, sehingga antara nama Syaikh Zainuddin dengan nama
NW telah bersatu membentuk beragam simbol ke NW yang setiap
saat dapat dipakai untuk menuntut loyalitas segenap warga NW.
61
Muh. Alwi Parhanudin, “Nahdlatul Wathan dan Masyarakat
Sipil,” Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, Vol. 1, No 1, 2012.
Mochammad Zia Ulhaq | 97
Ketiga NW adalah integritas keagamaan sekaligus identitas
Sosial di masyarakat Lombok. Melalui kekuatan integritas dan
identitas tersebut, NW pun akan senantiasa memperoleh kesempa-
tan setiap saat untuk melakukan apa saja yang memungkinkan bagi
banyak sekali aktivitas selama penentu keberhasilannya berada
pada skala kemasyarakatan. Tentu saja beberapa poin analisa ini
adalah prediksi dan pertanyaan riset yang cukup menggelitik ilmu-
an sosial bila ditampilkan dalam ruang penelitian yang lebih kritis
dan mendalam. Beranjak dari beberapa kemungkinan ini, hal utama
yang akan diperhatikan pertama-tama adalah sejauh mana NW ber-
dikari berdasarkan etika sosial kemasyarakatan, khususnya dalam
aktualisasi politik, sosialisasi dan pengelolaan diskursus publik.62
5. Perpecahan di Tubuh NW
NW sebagai organisasi massa sampai saat ini masih terpecah
menjadi dua kubu. Salah satu kubu disebut dengan NW Pancor
yang menunjukkan lokasi pusatnya yang terletak di daerah Pancor
Lombok Timur, dan kubu berikutnya disebut sebagai NW Anjani
karena lokasi pusat gerakannya berada di daerah Anjani Lombok
Timur. Sejarah terpecahnya NW semata-mata karena politik orga-
nisasi saja, dan tidak terkait dengan hal-hal yang bersifat sakral.
Perpecahan terbesar tersebut terjadi setelah adanya penetapan salah
satu putri pendiri NW, yaitu Ummi Hj. Siti Raihanun Zainuddin
Abdul Madjid sebagai Ketua Umum PBNW pada Muktamar X
tahun 1998 di Praya Lombok Tengah dengan menggantikan almar-
hum suaminya H. Lalu
Gede Sentane.63
Hasil Muktamar yang menghasilkan kepe-
mimpinan perempuan tersebut ditolak oleh pihak NW di Pancor
karena dianggap tidak sesuai dengan asas organisasi NW yang ber-
mazhab Syafi’i yang tidak memperbolehkan seorang perempuan
menjadi pemimpin organisasi Islam. karena NW sendiri sudah
62
Muh. Alwi Parhanudin, “Nahdlatul Wathan dan Masyarakat
Sipil,” Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, h. 125-126. 63
http://www.nw.or.id, diakses pada 30 Juni 2018.
98 | Retorika Dakwah dalam Politik...
memiliki badan otonom bernama muslimat yang dikhususkan untuk
pergerakan kaum perempuan. Jauh sebelumnya, sebelum wafat-
nya TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid, banyak pihak
yang terlibat didalam ormas NW melihat adanya persaingan antara
dua putri pendiri NW tersebut yaitu Ummi Hj. Sitti Raihanun Zai-
nuddin Abdul Madjid dengan Ummi Hj. Sitti Rauhun Zainuddin
Abdul Madjid. Sebelum terjadinya tragedi perpecahan juga NW
telah berkali-kali mengalami tantangan berupa konflik internal.
Menjelang tahun 1982, misalnya, terjadi adanya pembekuan terha-
dap kepengurusan Pengurus Wilayah NW Lombok Tengah, hanya
karena Alm. Drs. H. Lalu Gede Sentane yang notaben menjadi
menantu pendiri NW sakit hati karena merasa tidak didukung untuk
mencalonkan diri sebagai Bupati Lombok Tengah pada saat itu
oleh PWNW Lombok Tengah sendiri.
Konflik tersebut menyebar keluar sehingga NW menyatakan
adanya sikap untuk Gerakan Tutup Mulut (GTM) dalam menyikapi
pilihan politik mereka yang selama ini disalurkan melalui Golo-
ngan Karya. Perpecahan terbesar antara dua putri juga dirasa telah
banyak menguras energi jamaah NW, dari fokus utamanya yaitu
pergerakan dakwah Islam, sosial dan ekonomi. Setelah dipimpin
oleh TGB Zainul Majdi, PBNW versi Pancor berkali-kali mengu-
payakan ishlah antara dua kubu, namun kerap kali gagal. Pasca ter-
pilihnya Zainul Majdi sebagai Gubernur NTB, rekonsiliasi tersebut
mulai membuahkan hasil. Dengan mengadakan acara Hultah
NWDI ke 75 tanggal 25 Juli 2010 di Pancor, kedua putri pendiri
NW Umi Raihanun dan Umi Rauhun dapat duduk bersandingan di
hadapan jamaah NW setelah sekian lama terpisahkan selama 13
tahun berkonflik dan tidak saling bertemu. Banyak kalangan yang
berharap momentum tersebut akan menjadi titik islah perdamaian
antara kedua belah pihak demi persatuan umat di NTB, kalaupun
tidak hal tersebut dapat menjadi langkah awal dalam menggelora-
Mochammad Zia Ulhaq | 99
kan semangat fastabiqul khairat sebagaimana sering diungkapkan
Zainul Majdi.64
Banyak pendekatan yang dilakukan TGB Zainul Majdi dalam
hal islah, karena ini bagian dari janji politik TGB Zainul Majdi se-
lama kampanye untuk menyatukan NW, walaupun hasilnya belum
terlihat selama dua tahun kepemimpinannya sebagai gubernur. Ber-
bagai pendekatan dilakukan termasuk pendekatan kekeluargaan,
agama dan pendekatan politik untuk mencapai resolusi dan men-
dialogkan akar persoalan yang memicu konflik NW. Pendekatan
kekeluargaan misalnya belum mampu menggugah kesadaran para
aktor yang terlibat konflik untuk duduk bersama membicarakan
langkah dan strategi penyatuan kembali NW. Justru keluarga dija-
dikan sebagai pangkal dari persoalan NW, karena gagal melakukan
sharing kekuasaan khususnya di kalangan keturunan TGKH. Zai-
nuddin. Adanya pertemuan keluarga ini disosialisasikan dan dipub-
likasikan oleh berbagai media cetak dan elektronik.
Kubu NW Pancor membuat baliho besar yang berisi foto kelu-
arga TGKH. Zainuddin yang di pajang di depan lingkungan pesan-
tren NW Pancor. Bajang juga mengadakan pawai islah keliling dari
Lombok Timur hingga Mataram sebagai bagian dari sosialisasi
islah. Selain itu mereka juga mengundang keluarga NW Anjani dan
tokoh yang lain untuk melakukan hiziban dan zikir bersama di pe-
santren Pancor. Secara bergantian kubu Anjani juga mengundang
tokoh-tokoh NW Pancor berkunjung ke Anjani. Bersatunya kelu-
arga besar TGH. Zainuddin memiliki makna simbolik bahwa NW
telah bersatu karena akar persoalannya adalah konflik keluarga.65
Jika keluarga TGKH. Zainuddin bersatu kembali, maka para pen-
dukungnya secara otomatis akan mengikutinya, meskipun dalam
pertemuan itu mereka tidak membahas mekanisme islah organisasi.
64
Saipul Hamdi, Islah: Re-Negosisasi Islah, Konflik, dan Kekuasaan
Dalam Nahdhatul Wathan di Lombok Timur, Jurnal Politik Vol. 1, No. 1,
2011. 65
Saipul Hamdi, Reproduksi Konflik dan Kekuasaan dalam Organi-
sasi Nahdlatul Wathan (NW) di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.
Disertasi S3. Universitas Gadjah Mada. 2011.
100 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Islah tersebut tidak berjalan mulus karena kekalahan Gede
Sakti putri Hj. Siti Raihanun dari NW pancor sebagai calon bupati
Lombok Tengah yang sama-sama didukung oleh NW Pancor dan
Anjani, ini membuktikan adanya islah yang dilakukan dua kubu
tersebut, karena hanya kepentingan dan dukungan politik saja. Bu-
kan karena keinginan bersama untuk duduk memecahkan masalah
demi kepentingan umat. Islah atau rekonsiliasi merupakan salah
satu tahapan penting dalam proses resolusi konflik di tubuh NW.
Islah mengarah pada restorasi dan rekonstruksi struktur yang me-
ngalami kekacauan sosial tujuan islah adalah membangun kembali
kehidupan bersama. Karena proses islah atau rekonsiliasi bukanlah
sesuatu yang mudah untuk direalisasikan. Pada kasus-kasus terten-
tu terkadang islah juga mengalami keberhasilan dan terkadang juga
banyak mengalami kegagalan total. Setidaknya terdapat empat fak-
tor yang menyebabkan kegagalan islah di tubuh NW yaitu, (1) Fak-
tor kepentingan, (2) gengsi, (3) lemahnya budaya berdialog, dan
(4) faktor wasiat Maulana Syaikh. Faktor kepentingan telah meng-
hambat proses islah NW.66
Kepentingan disini tidak hanya kepentingan politik, akan teta-
pi ada juga kepentingan ekonomi, status, pengaruh dalam pengaku-
an sosial. Selain itu faktor gengsi juga menjadi penghambat proses
islah karena kedua kubu merasa lebih mampu memegang kepe-
mimpinan di tubuh NW. Budaya berdialog di lingkungan NW juga
menjadi faktor kendala islah karena para elit tidak pernah bertemu
dan berdialog untuk mencari titik temu masalah yang mereka
hadapi. Mereka hanya berani saling mengkritisi dibalik layar. Se-
mentara wasiat Maulana Syaikh yang memprediksi perpecahan NW
yang berlangsung 20 tahun telah diyakini kebenarannya sehingga
sebesar apapun usaha untuk islah tidak akan berhasil kecuali me-
nunggu apa yang dikatakan dalam wasiat tersebut. Jika dihitung
dari sejak konflik NW 1998 maka islah NW akan terwujud pada
66
Saipul Hamdani, Politik Islah : Re-negosiasi Islah, Konflik, dan
Kekuasaan dalam Nahdlatul Wathan di Lombok Timur, Jurnal Politik,
Vol. 1, No. 1, April 2011.
Mochammad Zia Ulhaq | 101
tahun 2018 yang lalu.
67
67
Saipul Hamdani, Politik Islah : Re-negosiasi Islah, Konflik, dan
Kekuasaan dalam Nahdlatul Wathan di Lombok Timur, Jurnal Politik,
Vol. 1, No. 1, April 2011.
102
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Retorika Dakwah dan Politik TGB Zainul Majdi
1. Retorika Dakwah TGB Zainul Majdi
TGB Zainul Majdi merupakan ulama yang cukup terkenal di
daerah Nusa Tenggara Barat cucu dari ulama kharismatik yang
sangat dihormati di NTB yang juga seorang pahlawan Nasional
beliau adalah TGKH. Zainuddin Abdul Majid. TGB Zainul Majdi
menjadi Gubernur pada usianya masih muda 36 tahun. Dengan
usianya yang masih sangat muda banyak prestasi-prestasi diraih-
nya. TGB Zainul Majdi saat ini juga menjabat sebagai ketua Orga-
nisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) menggantikan pen-
dahulunya Quraish Shihab secara aklamasi menunjuk TGB untuk
menerima amanah sebagai ketua OIAA Cabang Indonesia. Dida-
sarkan pada kapasitas keilmuannya, dan pengalamannya sebagai
Gubernur dengan prestasi yang baik selama menjabat. Dan juga
memiliki konsep pembangunan wisata Syariah yang mendapatkan
apresiasi dari masyarakat dunia internasional.1
TGB Zainul Majdi dinilai mampu membawa perubahan dan
kemajuan pembangunan di NTB. TGB Zainul Majdi sendiri me-
nganggap seorang pemimpin harus memiliki retorika yang baik dan
berorientasi pada amanu wa ‘amilus sholihati. Retorika suatu ide
dan konsep dalam menyampaikan suatu pesan dan juga penunjang
dari komunikasi, akan tetapi harus dibarengi dengan suatu penga-
malan karya yang nyata.2 Kesehariannya aktif dalam kegiatan
1 Republika.co.id, “TGB Sebagai Ketua Alumni Al-Azhar Cabang
Indonesia”, diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.republika.co.id/
berita/dunia-islam/islamnusantara/17/10/19/oy1zcu396-tgb-sebagai-
ketua-alumni-al-azhar-cabang-indonesia 2 Wawancara langsung dengan TGB Zainul Majdi pada tanggal 4
oktober 2019.
Mochammad Zia Ulhaq | 103
dakwah bahkan tidak terlihat perbedaan antara seorang politisi atau
seorang pendakwah karena kesehariannya yang penuh dengan
kegiatan dakwah cara berkomunikasinya sarat dengan nilai-nilai
dakwah.3 TGB Zainul Majdi menganggap kegiatan politiknya ada-
lah bagian dari kegiatan dakwah fastabiqul khairat, berpolitik
dalam arti mengatur tatanan masyarakat, menciptakan dan juga
menghadirkan suatu kebaikan untuk masyarakat dengan kapasitas-
nya sebagai seorang kepala daerah. TGB mampu menciptakan sua-
sana kerja kekeluargaan akrab juga mampu menciptakan terobo-
san-terobosan yang baik dalam kebijakannya.4 Karena pada dasar-
nya Islam melalui cara, bersikap seorang muslim sarat dengan
pesan damai, diantaranya terdiri dari tabligh (informasi), taghyir
(perubahan social), khairu ummah (keteladanan umat) dan mampu
mencerminkan akhlak yang terbaik dari setiap individu, dan mem-
bangun kepekaan sosial, dengan mempromosikan ajaran-ajaran
Islam yang relevan dengan nilai-nilai universal.5 Dalam menyam-
paikan pesan dakwah TGB Zainul Majdi mengulas berbagai ma-
cam pesan-pesan toleransi, moderasi Islam melalui kajian Tafsir
dan Hadist. Selain itu juga banyak membahas mengenai Islam dan
nasionalisme berpegang teguh pada ajaran Islam yang moderat,
pesan dakwahnya identik dengan moderasi Islam menurutnya:
“Mencintai negara atau hubbul wathan merupakan bagian
dari ajaran Islam. Negara Indonesia ini adalah karunia dari
Allah SWT dan cara mencintai karunia Allah SWT adalah
dengan menjaganya. Kebangsaan dan keislaman di Indone-
sia tidak dapat dipisahkan karena keduanya berjalan seiri-
ngan. Kebangsaan dan keislaman kita tidak dapat dipisah-
kan, semua pihak memiliki kewajiban menerangkan antara
keislaman dan kebangsaan tidak ada pertentangan. Islam
3 Wawancara Langsung dengan Tokoh Muda Mataram Badrut Ta-
mam Ahda, 3 Oktober 2019. 4 Wawancara Langsung dengan bapak Supriyadi seorang pejabat di
RS di Kota Mataram, 3 Oktober 2019. 5Andi Faisal Bakti, The Integration of Dakwah in Journalism: Peace
Journalism, Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 05, No. 01, Juni 2015.
104 | Retorika Dakwah dalam Politik...
tidak datang di ruang kosong, namun hadir dalam sejarah.
Kebenaran dalam sejarah itu kebenaran dari Allah SWT.
Cinta pada tanah air itu bagian dari naluri, tak mungkin ber-
tentangan dengan agama.”6
Namanya dikenal publik karena citra Islam-nya dan juga
prestasinya dalam membangun NTB. Dia seorang pejabat dan juga
seorang guru mengajarkan pemahaman Islam melalui retorika dak-
wah, melalui pengajian, kajian-kajiannya, atau seminar keagamaan
melalui pesan dakwah disampaikannya dengan rangkaian kata
menjadi sebuah retorika dakwah membuat isi pesannya mudah
dipahami oleh berbagai kalangan masyarakat. Dalam berpenampi-
lan juga TGB Zainul Majdi terbilang unik mengombinasikan antara
serban atau imamah dengan setelan jas. Menggabungkan antara
simbol Islam melalui imamah, serban yang dipakai di kepalanya
dengan jas. Menurutnya imamah atau serban adalah simbol Islam
yang juga banyak para tokoh para kyai di lingkungan kita mema-
kainya, itu bagian dari menghormati budaya lokal setempat teru-
tama ketika masuk di masjid-masjid atau duduk bersama tokoh
agama. Dan simbol jas menyelaraskan dengan kegiatannya sebagai
pejabat daerah yang tetap berdakwah di tempat-tempat selain mas-
jid. Hal ini termasuk dalam komunikasi non verbal aspek yang
sangat penting dalam penunjang seseorang pada saat juru dakwah,
karena seorang pendengar atau jamaah akan menilai dan menga-
mati seorang pembawa pesan bahkan sebelum dia berbicara. Para
pendengar sudah memiliki penilaian dan persepsi tersendiri terha-
dap seorang pembicara melalui penampilannya.7 TGB dalam hal
ini memperhatikan sikap dan cara berpakaian dalam setiap ceramah
didepan para jamaah. Terlihat pada video kajiannya pada menit
9.19 detik, pada kajian ma’rifatullah. Ini permohonan maaf TGB
6 Republika.co.id, “TGB: Jangan Benturkan Islam dan Nasionalis-
me”, diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.msn.com/id-id/berita/na
sional/tgb-jangan-benturkan-islam-dan-nasionalisme/ar-BBSs9gz#page=2 7 Halminton Gregory, Public Speaking For College and Career,
(New York: Random House), h. 285.
Mochammad Zia Ulhaq | 105
Zainul Majdi ditunjukkan kepada para jamaah ketika beliau belum
sempat berpenampilan rapi di hadapan para jamaah dengan me-
ngatakan:
“Mohon maaf bapak-bapak ibu-ibu biasanya saya berusaha
rapi, tapi malam ini saya dari subuh keluarnya jam 3 tadi,
belum sempat rapi-rapi dan langsung berjumpa dengan ba-
pak ibu-ibu mudah-mudahan tidak mengurangi rasa hormat
dan penghormatan saya kepada bapak ibu sekalian.”8
Retorika dakwah TGB Zainul Majdi pendeskripsian berdasar-
kan metode retorika dakwah. Komposisi struktur materi yang di-
sampaikan TGB Zainul Majdi melalui metode tiga metode retorika
dakwah yakni metode Hikmah, berupa pernyataan logis, faktual,
dan kebenaran mutlak dengan dalil dan penjelasan yang baik, dan
metode mauidzah hasanah berupa pesan melalui kisah-kisah meli-
puti para nabi dan sahabat yang mengandung makna dan pelajaran
di dalamnya. Dan dengan metode wajadilhum billati hiya ahsan
dengan cara berdiskusi dan berdebat dengan cara yang baik dalil-
dalil yang kuat.
a. Hikmah
Metode retorika dakwah TGB Zainul Majdi berdasarkan hik-
mah yakni mengajak bicara dengan ilmu dan lembut secara santun
mengajak para jamaah dengan dalil-dalil ilmiah yang memuaskan,
melalui bukti-bukti logika yang cemerlang. Dengan semua itu di-
maksudkan untuk mengikis keraguan dengan argumentasi dan pen-
jelasan yang baik, menolak hal-hal yang syubhat dan mengalihkan
kepada hal yang jelas, tegas, dan mudah dipahami. Segala perkata-
an atau ungkapan yang mengandung kebenaran yang dapat diang-
8 Youtube.com, Penuh Hikmah, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid Da-
ruttauhid Bandung, diakses tanggal 26 September 2019 dari https://www.
youtube.com/watch?v=zptVJUYGCnU
106 | Retorika Dakwah dalam Politik...
gap baik oleh akal atau rasio, indah dalam penyampaian diterima
oleh pendengar dan dianggap benar oleh iman.
Pertama pada menit ke 19.10 detik ditemukan pernyataan
TGB Zainul Majdi melalui kajian di Mesjid Daruttauhid Bandung
dengan tema kajian ma’rifatullah. TGB Zainul menjelaskan ten-
tang ilmu sejarah nabi yang mengingatkan akan pentingnya persa-
tuan dan kesatuan umat, agar umat Islam menjadi umat yang kuat
dalam membangun agama dan bangsa. Dengan penjelasan melalui
argumen dan dalil yang relevan dipadukan dengan pelajaran dari
kisah Nabi Muhammad SAW TGB Zainul Majdi Mengatakan:
“Potret manusia dalam hal individu maka manusia dalam Al-
quran itu penuh dengan kelemahan dan keterbatasan, potret
seperti ini bapak-bapak ibu-ibu cepat atau lambat itu akan
bergeser, ketika bergeser manusia dari sendiri-sendiri menjadi
bersama-sama maka timbullah panggilan Allah dalam keber-
samaan dengan panggilan ya Ayyuhannas mulailah kita timbul
aura kekuatan, kebersamaan, dan persatuan, ketika satu itu
menjadi kebersamaan, dan individu menjadi kolektif, maka
mulai terasa ada suatu kekuatan yang besar. Sesuatu yang ko-
lektif itu kemudian mencapai suatu puncaknya menjadi betul-
betul kekuatan yang luar biasa, pada masa dulu Nabi Muham-
mad mengubah peradaban dunia ketika Ya Ayyuhannas hai
manusia, menjadi Ya ayyuhalladzina amanu. Wahai orang-
orang yang beriman. Dan pada akhirnya Allah menyebutkan
hambanya dengan Kuntum Khaira Umah, kita adalah umat
yang terbaik yang allah pernah lahirkan di muka bumi ini
untuk menjadi orang yang terus menegakkan amar ma’ruf
nahi munkar.”9
Kedua, Metode bil hikmah juga tertuang dalam acara talk show
yang disiarkan media Televisi Berita Satu pada tanggal 13 Juli
2018 dengan Tajuk Special “Interview with Gubernur NTB TGB
9 Youtube.com, Penuh Hikmah, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid Da-
ruttauhid Bandung, diakses 26 September 2019 dari https://www.you
tube.com/watch?v=zptVJUYGCnU
Mochammad Zia Ulhaq | 107
Zainul Majdi: Manuver Tuan Guru Bajang.” Dalam acara itu TGB
Zainul Majdi menyebutkan, bahwa ia disebut Tuan Guru Bajang,
yang memiliki makna dan amanah yang berarti suatu sebutan untuk
tokoh agama yang harus konsisten memberikan bimbingan dan
mengajar kepada masyarakat atau umat. Salah satu perkataan yang
menunjukkan retorika bil hikmah pada TGB Zainul Majdi saat
beliau mengatakan:
“Mainstream Islam di Indonesia ini harus selalu moderasi
Islam, atau Islam jalan tengah. Jadi bukan Islam yang ekstrem.
Moderasi Islam yang Islam moderat itulah yang selama ini
menjadi mainstream pemikiran Islam. Dan itulah salah satu
batu penjuru kita dalam ber-Indonesia. Karena dengan demiki-
an, maka interaksi sosial kita baik, internal umat Islam mau-
pun dengan umat-umat yang lain itu bisa berjalan dengan baik.
Nah, ke depannya tentu Saya berusaha untuk terus mengo-
kohkan konsep moderasi Islam ini secara kongkrit dan real di
masyarakat.”10
TGB Zainul Majdi dalam berdakwah mengajak untuk kebai-
kan dengan argumentasi-argumentasi logis dan kuat sehingga
pemikiran-pemikiran penerima dakwah akan menerima logika dari
retorika dakwah yang disampaikan. Ketiga, yang menunjukkan de-
ngan retorika bil hikmah dengan menyampaikan pengajaran ten-
tang sikap toleransi Islam terhadap agama-agama lain dengan
penjelasan yang logis dan santun di hadapan para santri ketika
safari dakwah, ditemukan pada menit ke 1.07 detik TGB Zainul
Majdi mengatakan:
“Allah melarang kita memaki sembahan orang lain. Hal-hal
yang dimuliakan dalam agama lain, simbol-simbol yang dimu-
liakan dalam agama mereka. Karena itu bisa jadi jalan berba-
10
Youtube.com, “Berita Satu, Special Interview With Gubernur NTB
M. Zainul Majdi Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 September
2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=snsVIl5lCkQ&t=895s
108 | Retorika Dakwah dalam Politik...
lik memaki Allah. Memaki agama kita. Karena itu para santri
ingat ya. Para ulama menyampaikan hakikat dakwah itu ada-
lah menampakkan keindahan-keindahan dan kemuliaan-kemu-
liaan dalam Islam.”11
Pernyataan tersebut merupakan argumentasi penjelasan beliau
dengan berlandaskan pengajaran ulama-ulama terdahulu mengajar-
kan makna toleransi dalam beragama di junjung tinggi dalam Islam
dengan melarang memaki simbol agama lain. Anjuran tersebut me-
ngajak para jamaah untuk berfikir sehingga mengubah pikiran yang
ekstrem dari menghina simbol agama lain, menjadi tidak melaku-
kan tindakan tersebut.
b. Mau’izhah Hasanah
Retorika dakwah TGB Zainul Majdi berdasarkan metode
mau’izhah hasanah yakni mengajak berbicara dengan hati dan
perasaan dengan cerita ataupun kisah yang penuh dengan pelajaran
di dalamnya, agar audiens atau jamaah menyadari dan tergerak
untuk bertindak dalam kebaikan. Pertama ditemukan ceramah
TGB Zainul Majdi yang tergolong dalam retorika dakwah metode
mau’izhah hasanah ketika sedang acara live kajian bulanan pada
tanggal 1 Juni 2018, di Mesjid Hubbul Wathan di kawasan Islamic
Center NTB dengan tema pembahasan “Tafsir Qs. Al-Baqarah
ayat 61.” Pada menit ke 5.48 detik yang dalam kajiannya menje-
laskan tentang banyaknya pelajaran yang perlu diambil dari kisah
Nabi Musa AS melalui surat Al-Baqarah ayat 61, tentang tauhid,
syariat, nilai-nilai persatuan dan kebangsaan dan lain sebagainya.
TGB menyampaikan ceramah dengan suara yang lembut, santun
penuh dengan pemaknaan dari ayat demi ayatnya sehingga para
jamaah menyimaknya dengan saksama dia mengatakan:
11
Youtube.com, “Larangan Melecehkan Agama Orang Lain”, diak-
ses 26 September 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=_omEfk
RGSEg&t=9s
Mochammad Zia Ulhaq | 109
“Alquran Allah SWT diturunkan untuk menjadi petunjuk atas
apa yang terjadi untuk menyikapi keadaan kita, maka keselu-
ruhan di dalam Alquran adalah hikmah untuk pembelajaran
kita semua, bapak-bapak ibu-ibu hadirin sekalian walaupun
tidak ada surah dengan surah Musa, tetapi nabi yang paling
banyak sekali dibahas dari perjalanan dakwahnya, perjalanan
hidupnya, bahkan kisahnya ketika masih kecil romantika keti-
ka dari beliau lahir, dan terpaksa dihanyutkan di Sungai Nil
untuk menghindari ancaman dari perangkat Fir’aun pada wak-
tu itu. Itu adalah Nabi Musa AS tidak ada tentang surah Musa,
tapi kisahnya Allah taruh di banyak sekali di surah-surah di
dalam Alquran. Salah satunya di surah Al-Baqarah yang saat
ini kita bahas kenapa, karena memang kisah Nabi Musa dan
Bani Israil ini penuh dengan pelajaran tentang kehidupan,
pelajaran tauhidnya ada, pelajaran syariatnya ada, pelajaran
akhlaknya ada, pelajaran membangun bangsanya juga ada, pe-
lajaran membangun masyarakatnya juga ada, pelajaran kesa-
barannya juga ada, pelajaran kesyukurannya juga ada. Nah
kita masih berada di tengah pembahasan, masih dalam rang-
kaian Wadzkuru ni’matiyalathi an’amtu alaikum. Jadi ini kon-
teknya masih menyebutkan tentang rangkaian nikmat Allah
kepada bani Israil yang Allah ingatkan melalui lidah Nabi
Musa. Sebelumnya sudah kita baca bapak-bapak ibu-ibu dan
saudara-saudara sekalian bagaimana Bani Israil diselamatkan
bagaimana Bani Israil setelah dosa-dosa yang berlipat-lipat
tapi dimaafkan diberikan ampunan oleh Allah. Nah di sini ada
fragmen atau ulasan tentang karunia Allah kepada Bani
Israil.”12
Lalu beliau membacakan, surat Al-Baqarah ayat 61:
12
Youtube.com, “Live Kajian Tafsir Qs Al-Baqarah Ayat 61 Islamic
Center NTB”, diakses 20 September 2019 dari https://www.youtube.com/
watch?v=bnwXLG18ULo
110 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Hal di atas sesuai dengan pandangan masyarakat terhadap so-
sok TGB yang orang yang memiliki ilmu dan diamalkan pada
jamaahnya dengan penyampaian yang baik, dengan dalil yang jelas
dan tertata, dan isi ceramahnya penuh dengan kisah-kisah yang
penuh dengan hikmah dan kebaikan.13
Kedua retorika dengan metode mau’izhah hasanah juga di
temukan dalam Siaran Jak TV dalam acara Tokoh Kita yang berta-
juk “TGB Persaudaraan Kunci Utama Pembangunan di NTB.”
Yang dipublikasikan tanggal 27 Apr 2018, ditemukan pada menit
ke 5.06 detik. ketika TGB Zainul Majdi menunjukkan sikap mela-
lui metode mau’izhah hasanah dengan cara menggerakkan dan me-
ngajak hati perasaan para siswa untuk dapat terus belajar mengha-
fal Alquran dengan memuji akan keberhasilan siswa, yang telah
mampu menghafal beberapa juz Alqur’an dan mendokannya de-
ngan mengatakan:
“Kita bacakan surat Al-Fatihah untuk semua anak-anak kita
yang belajar di tempat ini, semoga dimudahkan oleh Allah
SWT, menghafalnya, memahaminya dan Insya Allah menjadi
13
Wawancara dengan Bapak Nurjali Jamaah Rutin Pengajian di
Mesjid Hubbul Wathan NTB. 3 Oktober 2019.
Mochammad Zia Ulhaq | 111
insan-insan Qur’an yang hebat dan mulia, Insya Allah. Al-
Fatihah.” 14
Hal seperti itu menunjukkan bahwa TGB sedang berbicara
kepada hati dan perasaan siswa-siswa tersebut sehingga tergugah
emosionalnya untuk melakukan hal-hal kebaikan yang dipesankan.
Dalam kesibukannya menjadi seorang pemimpin daerah TGB Zai-
nul Majdi juga selalu menyempatkan diri untuk berinteraksi de-
ngan masyarakat melalui pengajian sekali dalam seminggu. Mela-
lui kajian tafsir kajiannya di masjid Hubbul Wathan di kawasan
Islamic NTB, dengan respon masyarakat yang begitu antusias untuk
mengikuti kajiannya. Tema dan pembahasannya menarik penuh
dengan makna dan juga sangat relevan dengan kehidupan masyara-
kat di NTB. Penyampaiannya yang lembut, dan menyentuh hati
para jamaah, dengan cerita-cerita yang menarik dan penuh dengan
pesan-pesan yang mampu menggerakkan hati para jamaah untuk
mengajak masyarakat hidup ke arah yang lebih baik.15
Ketiga, retorika dakwah tergolong dalam metode mau’izhah
hasanah juga ditemukan detik 0.40, ketika TGB menjelaskan ten-
tang cara bersikap dan adab ketika menjadi seorang imam dalam
shalat di depan para jamaah persaudaraan 212 pada 12 November
2018. Beliau menjelaskan kepada jamaah melalui kisah-kisah para
sahabat dengan menjelaskan hadist Rasulullah SAW. Agar para
jamaah mengetahui dan tergambarkan situasi dan kondisi dengan
saat ini beliau mengatakan:
“Jika kalian menjadi imam bagi masyarakat secara umum ha-
rus menggunakan surah-surah yang pendek, jangan karena ha-
fidz banyak hafalan Qur’an datang ke masjid dengan memba-
ca surah Al-Baqarah. Ini pernah kejadian ketika zaman Rasu-
14
Youtube.com. “Jak TV TGB Persaudaraan Kunci Utama Pem-
bangunan di NTB”, diakses 20 September 2019 dari https://www.you
tube.com/watch?v=Ff0QIJzbTfg 15
Wawancara Langsung dengan Bapak Abdullah Jamaah Rutin Pe-
ngajian di Mesjid Hunnul Wathan.
112 | Retorika Dakwah dalam Politik...
lullah Saw, jadi pernah zaman Nabi ada seseorang datang
untuk shalat Subuh begitu shalat Subuh imamnya panjang
sekali membaca surahnya, akhirnya besoknya dia shalat Su-
buh tapi tidak di awal waktu. Dia menunggu imam dari
rumahnya dia mengintai, dari mulai adzan, iqamat, fatihah,
sampai baca Al-Baqarah masih 1 juz, kira-kira sudah dekat
dengan rukuk baru dia datang. Begitu datang terus langsung
diomongin sama teman yang lainnya, begitu diberi tahu dia
langsung bergegas menemui Rasulullah. Dia sampaikan kepa-
da Nabi, wahai Rasulullah saya itu bukan malas wahai rasul
saya ini rajin cuman imamnya kelewatan, masa Al-Baqarah
dibaca shalat Subuh, sedangkan kami ini banyak kebutuhan.
Kemudian Nabi marah luar biasa, kemudian Nabi khotbah di
masjid, apa kata Nabi, “Cara kalian menyajikan Islam, buat
orang lain bukan cinta Islam, tapi malah jadi menjauh.” Ini
adalah peringatan Rasul untuk kita. Makanya kalau jadi imam
shalat jangan panjang-panjang ayatnya kecuali masjid yang
memang orang sudah tahu yang memang imamnya selalu
membaca bacaan yang panjang, sudah tahu di sana setiap sha-
lat 1 juz. Tapi kalau masjid yang biasa yang umum maka
gunakan surah yang pendek panjang-panjang, ini bagian dari
akhlak yang diajarkan Nabi Muhammad Shalallahualaihi
wasalam”.16
c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan
Retorika dakwah TGB Zainul Majdi berdasarkan mujadalah
billati hiya ahsan yakni dengan cara bertukar pendapat, ataupun
diskusi yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak
melahirkan permusuhan dengan tujuan berargumen agar lawan me-
nerima pendapat yang diajukan, dengan memberikan argumentasi
dan bukti yang kuat. Antara satu dengan lainnya saling menghargai
dan menghormati pendapat keduanya. Pertama, retorika dakwah
16
Youtube.com, “TGB Jangan Buat Orang Lain Lari dari Islam ka-
rena Salah Menyajikannya”, diakses 20 September 2019 dari https://
www.youtube.com/watch?v=j4Xk8KZhI4g
Mochammad Zia Ulhaq | 113
TGB Zainul Majdi berdasarkan metode mujadalah billati hiya
ahsan dapat ditemukan pada acara QNA di Metro TV dengan tema
Tanya Tuan Guru pada 30 oktober 2018. Pada menit 3.49 detik ada
pertanyaan dari seorang jurnalis senior Abdul Kohar, dia membe-
rikan pertanyaan yang sifatnya argumentasi yang berkaitan dengan
indikasi keterlibatan TGB Zainul Majdi dalam kasus gratifikasi
investasi Newmont, Abdul Kohar selaku panelis mengatakan:
“Ketika Tuan Guru mensomasikan beberapa laporan dari
media, itu pasti sudah ada rekam jejaknya jadi laporan media
itu dihasilkan atas dasar yang jelas dengan adanya suatu
verifikasi. Apakah Tuan Guru tidak percaya bahwa majalah
yang bersangkutan itu sudah melakukan proses verifikasi
yang panjang mengenai aliran rekening ke Tuan Guru dan
juga beberapa diantaranya cocok dengan Tuan Guru terha-
dap faktanya memang itu seperti apa ?.”
TGB Zainul Majdi menjawab pada menit ke 4.23 detik dengan
nada yang santai, dengan argumen dan alasan yang logis beliau
menjawab:
“Saya sangat menghormati pers selama perhikmatan saya di
ranah publik 4 tahun di DPR, 10 tahun menjadi Gubernur,
Insya Allah saya tidak menyakiti pers, akan tetapi jika ada
hal-hal yang mencoba untuk memframing saya dengan hal
yang tidak baik. Saya anda, kan kita ini manusia punya
kehormatan yang harus kita jaga, kalau saya sebagai seorang
muslim itu salah satu dari maqasid syariah hal-hal yang
amat penting dalam kehidupan, itu adalah hifdu ‘irdhi yaitu
memelihara sesuatu kehormatan. Jadi saya jaga kehormatan
itu dan saya tidak mau kalau integritas kehormatan yang
mana itu adalah modal utama saya selama ini saya berkiprah
di ranah publik kemudian dirusak begitu saja.”17
17
Youtube.com, “Q&A: Metro TV Tanya Tuan Guru”, diakses 20
September 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=VzqBOjJIPB
Q&t=86s
114 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Pernyataan TGB dari pernyataan di atas memiliki suatu argu-
men diantaranya. Pertama selama pengabdiannya di ranah publik
sangat menghormati kebebasan pers. Jadi TGB tidak sepakat de-
ngan tuduhan yang tidak baik terhadapnya, mengenai isu investasi
Newmont. Argumen Kedua, kewajiban TGB Zainul Majdi sebagai
muslim melalui maqasid syariah diantaranya hifdu ‘irdhi kewaji-
ban seorang muslim menjaga kehormatannya dan integritasnya
dirusak dengan isu tersebut.
Kedua, ditemukan pada acara talk show yang disiarkan di
Berita Satu pada tanggal 13 Juli 2018 dengan tajuk Spesial “Inter-
view with Gubernur NTB M. Zainul Majdi: Manuver Tuan Guru
Bajang.” Dipandu oleh host Claudius Boekan selaku wartawan
senior. Pada menit ke 16.06 detik dalam acara itu TGB Zainul Maj-
di menyebutkan bahwa:
“Banyak tokoh nasionalis tapi juga punya perhatian terhadap
Islam tertarik dengan diskursus Islam. Kalau kita kembali
kepada sejarah ya Bung Clau, katakanlah tokoh yang paling
fenomenal untuk nasionalisme di Indonesia Bung karno.
Kita tahu Bung Karno ketertarikannya kepada Islam, ada
diskusi Beliau yang dibukukan, ya antara beliau dengan A.
Hasan pendiri Persis yang ada di Bandung, bagaimana beli-
au mencoba melihat Islam harus jadi api di Indonesia. Kita
ambil api Islam itu. Jadi saya pikir walaupun Islam itu ada
katakanlah kelompok nasionalis, kelompok agama atau Isla-
mis, tetapi tetap saja harus ada perjumpaan-perjumpaan dan
pertemuan saling bersilaturahmi agar saling menguatkan
persaudaraan kita sebagai bangsa. seperti yang dicontohkan
oleh founding-founding founders kita.”18
Perkataan di atas menunjukkan suatu narasi retorika mujada-
lah billati hiya ahsan, dengan cara bertukar pendapat yang dilaku-
18
Berita Satu, Special Interview with Gubernur NTB M. Zainul Maj-
di: Manuver Tuan Guru Bajang. diakses 20 September 2019.
Mochammad Zia Ulhaq | 115
kan dua pihak secara sinergis dengan cara yang baik, atau suatu
upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan
cara menyajikan suatu argumentasi dan bukti yang kuat. TGB
memberikan suatu argumen bahwa ia berharap adanya suatu per-
jumpaan-perjumpaan antar para tokoh yang ada di Indonesia untuk
menciptakan suasana yang akrab dimana antara satu dengan lain-
nya saling menghargai dan menghormati dalam kehidupan berne-
gara dan beragama. Ketiga, retorika dengan menggunakan metode
mujadalah billati hiya ahsan pada TGB Zainul Majdi juga terlihat
masih dalam wawancara yang sama. Claudius Boekan selaku host
mengatakan, “Saat ini Jokowi berada pada posisi yang berat karena
saat ini agama dijadikan alat politik banyak aliran radikal saat ini
bagaimana TGB menyikapinya?.” Pada menit ke 17.02 detik TGB
Zainul Majdi Menjawab:
“Ya jadi Bung Clau, memang radikalitas itu kan banyak fak-
tornya. Menurut saya, mungkin di semua agama juga ada radi-
kalitas ya ada radikalisme dengan kadar yang berbeda. Yang
pertama adanya kesalahan dalam menafsirkan teks jadi teks-
teks itu dicabut dari konteksnya, misalnya ayat-ayat perang itu
digunakan dalam keadaan atau konteks damai itu misalnya, itu
tidak boleh seperti itu. Karena itu berarti mencabut ayat-ayat
itu dari konteksnya sehingga akhirnya pesan yang sampai
bukan pesan yang tepat. Bukan kedamaian tetapi justru bisa
keresahan bahkan permusuhan. Nah, kalau radikalitas itu dise-
babkan karena ketimpangan ekonomi tentu perlu kebijakan
ekonomi yang lebih berkeadilan. Nah Saya pikir radikalisme
harus didiagnosis berdasarkan faktor-faktor yang ada. Lalu
dicari jalanya sesuai dengan jalan keluarnya sesuai dengan fak-
tor-faktor yang ada.”19
Dengan adanya suatu pertanyaan dari host tersebut TGB Zai-
nul Majdi menjawabnya dengan alasan dan dalil yang logis, per-
nyataan TGB dari narasi di atas memiliki suatu maksud yang ingin
19
Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 Agustus
2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=snsVIl5lCkQ&t=887s
116 | Retorika Dakwah dalam Politik...
disampaikan. Pertama, ayat perang tidak boleh digunakan dalam
keadaan negara yang damai atau dalam konteks politik. Kedua,
radikalitas itu disebabkan karena ketimpangan ekonomi tentu perlu
kebijakan ekonomi yang lebih berkeadilan. Metode melalui muja-
dalah billati hiya ahsan pada TGB Zainul Majdi juga diterapkan
bagaimana dia berbeda pendapat dengan Amien Rais tentang hida-
yah. Pada menit ke 19.56 detik dengan mengatakan:
“Saya berhudzon saja bahwa yang dimaksud bapak Amien Rais
disitu bukan saya dalam doa beliau itu, yang perlu didoakan dan
mendapat hidayah yang dimana keputusannya politiknya itu ber-
tentangan dengan hidayah. Bahwa pilihan politik kepada siapa-
pun calon untuk Indonesia itu tidak berkaitan dengan keimanan,
karena most properly kemungkinan besar calon-calon presiden
juga muslim semuanya. Kedua, terlalu berlebihan kontestasi poli-
tik itu dibawa kepada akidah karena politik di dalam mainstream
pemikiran Islam itu bagian dari fiqih, bukan bagian dari aqidah.
Kemudian dikatakan lagi bahwa kontestasi politik 2019 itu bukan
perang antara hak dan bathil antara qufur dengan iman, tetapi
kontestasi gagasan. Berlomba dalam kebajikan Fastabiqul Khai-
rat.”20
Dari pernyataan tersebut TGB menyampaikan bantahannya
kepada Amien rais yang mengatakan bahwa “Ada tokoh yang me-
mbingungkan dan meminta untuk didoakan semoga mendapatkan
hidayah.” Amien rais menganggap TGB seorang tokoh yang mem-
bingungkan yang berpindah tempat, sehingga keluar dari hidayah
Allah. TGB menjawabnya dengan narasi mujadalah billati hiya
Ahsan di atas, menyampaikan pendapat dengan cara yang baik de-
ngan argumen yang logis. Yang memiliki makna, pertama mena-
namkan sikap Husnudzhon kepada pernyataan Amien Rais. Kedua
bahwa pilihan politik kepada siapapun calon untuk Indonesia itu
20
Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 Agustus
2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=snsVIl5lCkQ&t=887s
Mochammad Zia Ulhaq | 117
tidak berkaitan dengan keimanan seseorang, ketiga pemikiran
Islam itu bagian dari fiqih, bukan bagian dari aqidah dan kontestasi
politik 2019 itu gagasan berlomba-lomba dalam kebaikan Fastabi-
qul Khairat.
Keempat, di tempat lain ditemukan juga Retorika dengan me-
tode mujadalah billati hiya ahsan, pada acara Mata Najwa di Trans
7 dengan tema pembahasan “Indonesia Rumah Kita: Para Guber-
nur Dua Periode.” Najwa Syihab selaku host memandu acara
dengan banyak tanya jawab dan berdiskusi mengenai pengalaman
2 periode menjadi Gubernur suka dan dukanya, dan bagaimana
tanggapan para Gubernur 2 periode ini tentang kepemimpinan
Jokowi dan SBY. Ada pertanyaan yang dilayangkan kepada TGB
Zainul Majdi. Najwa mengatakan, “Kalau Tuan Guru, apakah tidak
enaknya ketika menjadi Gubernur?.” Pada menit ke 14.15. TGB
menjawab:
“Bismillahirahmanirahim dalam menjabat sebagai kepala
daerah bukan tidak enak, tapi kalau ada masyarakat yang
orang tuanya ingin menjadikan anaknya ingin menjadi polisi
dan TNI supaya langsung ingin diterima di Akmil (akademi
militer) dan Akpol (akademi polisi) itu nunggu Gubernur
dari siang sampai malam, masyarakat mengira Gubernur bisa
menuntaskan semua masalah, mungkin di pikiran mereka
Gubernur seperti khalifah raja zaman dulu yang bisa menun-
taskan semua masalah, itu mungkin bagian tidak enaknya.
Antara Pak Jokowi dan Pak SBY menurut saya tiap pemim-
pin memiliki gaya masing-masing, saling melengkapi mung-
kin ada tradisi baik di negara barat seperti, memanggil pe-
mimpinnya tidak pernah menyebutkan dengan kata mantan,
mantan Presiden tapi dengan sebutan Master President. Saya
kira ini tradisi yang baik untuk itu juga harus kita lembaga-
kan semua pemimpin yang pernah memimpin adalah pe-
118 | Retorika Dakwah dalam Politik...
mimpin-pemimpin kita semua dengan gayanya masing-ma-
sing saling melengkapi.”21
Pernyataannya identik dengan citra seorang tokoh agama di-
mulai dengan kalimat Assalamulaikum dengan penjelasan logis,
yang identik dengan narasi dakwah. menyebutkan kata “khalifah”
seorang pemimpin umat pada masa sahabat. TGB menganologikan
cara kepemimpinan seorang Gubernur saat ini bukan seperti kepe-
mimpinan raja-raja atau khalifah seperti dulu yang memiliki kekua-
saan yang luas, yang mampu menuntaskan berbagai permasalahan
umat. TGB Zainul Majdi juga mengajak supaya kita tetap bisa
menghormati pemimpin-pemimpin terdahulu tanpa harus memang-
gil pemimpin dengan sebutan “mantan”. Dengan memberikan con-
toh dari dunia barat.
Dalam metode mujadalah billati hiya ahsan, TGB Zainul
Majdi mampu menerapkan suatu diskusi dan tanya jawab dengan
cara yang baik dan benar, terutama dalam hal pesan-pesan dakwah.
Akan tetapi kekurangannya menurut penulis dalam tahapan muja-
dalah billati hiya ahsan. Dari beberapa pengamatan melalui video-
video TGB Zainul Majdi belum pernah terlihat berdebat langsung
dengan nonmuslim yang berkaitan dengan Ud'u ilā sabīli rabbika
“ajaklah pada jalan Allah”. Karena dia seorang tokoh agama
seyogyanya perlu seorang tokoh agama menjelaskan konsep tauhid
sebenarnya kepada nonmuslim, dahulu Rasulullah menjelaskan
konsep kebenaran Allah secara terang-terangan kepada para raja
dan kafir Quraish, ini seharusnya yang diikuti oleh TGB Zainul
Majdi. Walaupun dia juga seorang pejabat yang hanya menyam-
paikan narasinya yang cenderung mengajak nonmuslim untuk hidup
tenteram, saling berdampingan, tapi TGB bukan hanya seorang
Gubernur tapi dia juga seorang ulama yang fasih dan paham ten-
tang konsep ajaran Islam yang harus disampaikan secara terang
kepada mereka yang tidak mengerti “fainnahum la ya'lamun”.
21
Mata Najwa, “Indonesia Rumah Kita: Para Gubernur Dua Perio-
de”, diakses 20 September 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=
L54GVeQO7x4
Mochammad Zia Ulhaq | 119
Dikatakan TGB melalui pernyataannya dalam acara dialog antar
agama dipublikasikan 14 maret 2018 di Timika Papua.
“Pertama kita harus ikhlas dalam keberagaman, sehingga
tidak ada lagi mempertanyakan, meributkan, karena kita
sudah ikhlas, inilah takdir kita. Kedua keluar ke ruang
publik mencari titik persamaan dan titik persamaan itu
sangat banyak…..jangan kita meributkan satu identitas
yang berbeda sedangkan masing banyak sekali persamaan-
persamaan yang lain.”22
2. Tipologi Retorika Politik TGB Zainul Majdi
Retorika politik adalah suatu penyampaian pesan komunikasi
yang berkaitan dengan penyampaian suatu harapan, gagasan, yang
berhubungan dengan orang banyak dan juga berkaitan dengan ke-
pentingan dan kekuasaan golongan atau kelompok melalui media
komunikasi dengan gaya bahasa yang baik dan menarik. Erat kai-
tannya dengan suatu kekuasaan untuk mempengaruhi, dengan jalan
mengubah, atau mempertahankan sesuatu ataupun suatu macam
bentuk yang berkaitan dengan susunan masyarakat melalui suatu
komunikasi.23
TGB Zainul Majdi aktif dalam ranah politik praktis
perjalanan politiknya dimulainya dari Partai Bulan Bintang, Partai
Demokrat sampai saat ini menjadi kader partai Golongan Karya.
Dalam pengklasifikasian tipe dari retorika politik TGB Zainul Maj-
di menurut tipologi Aristoteles mengidentifikasi tiga cara yakni
retorika deliberatif, retorika forensik dan retorika demonstratif.24
Uraian hasil penelitian tentang retorika politik TGB Zainul Majdi
diuraikan sebagai berikut.
22
Youtube.com, “TGB Dialog Lintas Agama”, diakses 20 Septem-
ber 2019 dari, https://www.youtube.com/watch?v=8a5ha4ScWHo 23
Deliar Noer, Pengantar ke Pemikiran Politik, Jakarta: Rajawali
Press, 1983, h. 94-95 24
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Me-
dia (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), cet. 1, h. 142-143.
120 | Retorika Dakwah dalam Politik...
a. Retorika Politik Deliberatif
TGB Zainul Majdi mempraktekkan retorika politik deliberatif
dalam komunikasinya dengan mempengaruhi dan meyakinkan
orang-orang yang berkaitan dengan suatu kebijakan-kebijakan pe-
merintahan dan mampu menjelaskan dan menggambarkan keuntu-
ngan dan kerugian secara relatif yang mengandung suatu alternatif
yang memiliki konsep untuk masa yang akan datang. Fokusnya ter-
hadap apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Jadi, retori-
ka deliberatif menciptakan suatu narasi yang bersifat harapan
untuk masa depan. Retorika TGB Zainul Majdi dengan karakteris-
tik seperti ini dapat ditemukan dalam sesi wawancara TGB dengan
tema “Tokoh Kita” Jak TV 5 Oktober 2017. Pada menit ke 7.04
detik, ia menyatakan bahwa harus terus mengokohkan fasilitas
sosial, wisata, dan hidup dalam keragaman dalam persaudaraan
yang kuat di NTB, itu salah satu kunci yang utamanya TGB me-
ngatakan:
“Bahwa masih banyak potensi-potensi dalam hal ekonomi
NTB yang sekarang ini masih dalam tahap awal untuk pe-
ngembangannya. Untuk ikut membangun wisata cultural
tourisme. Gunung Rinjani sebentar lagi akan menjadi Global
Geopark Tambora menjadi national Geopark, dan itu mem-
butuhkan komitmen untuk ke depannya. Jadi itu harus dijaga
terus momentum untuk kita membangun NTB.” 25
Pernyataan TGB tersebut kuat dengan narasi-narasi kebijakan
dan konsep tentang masa depan tentunya bertujuan mempengaruhi
orang-orang yang bermasalah dengan kebijakan-kebijakan dan
penjelasan mengenai kinerja dan kebijakan pemerintah atau struc-
tural, dalam hal ini TGB menjelaskan mengenai konsep pariwisata
untuk masa depan NTB dengan menggambarkan keuntungan yang
25
Jak Tv, TGB: Persaudaraan Kunci Utama Pembangunan di NTB ,
diakses 27 April 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=Ff0QIJzb
Tfg&t=402s
Mochammad Zia Ulhaq | 121
akan didapat provinsi NTB dari kebijakan pemerintah terhadap
daerah yang dipimpinnya. Maksud dari pernyataan tersebut melalui
teori retorika deliberatif TGB Zainul Majdi menyatakan suatu tu-
juan bahwa, menginformasikan bahwa masih banyak potensi-po-
tensi ekonomi melalui pariwisata yang ada di NTB dan itu akan
dikembangkan sebagai prioritas pembangunan ekonomi di NTB.
Retorika politik deliberatif bersifat narasi suatu harapan dan
rancangan yang baru akan dilakukan (harapan), yang belum terjadi
pada saat ini.
b. Retorika Politik Forensik
TGB Zainul Majdi juga menjalankan retorika politik forensik
yaitu menunjukkan suatu kebenaran pada masa lalu dengan me-
landaskan pada argumentasi dengan bukti-bukti yang otentik. Salah
satu narasi retorika politik forensik yang dilakukan adalah dengan
menyebutkan keberhasilan TGB Zainul Majdi dalam menjalankan
pembangunan versi Bapak Jokowi dalam skala global maupun
dalam lingkup provinsi Nusa Tenggara Barat. TGB mengatakan
apresiasi secara pribadi termasuk mengatasnamakan masyarakat di
NTB terhadap program-program pembangunan yang beliau laksa-
nakan sebagai bagian dari program strategis nasional. Hal lain yang
dapat ditemukan adalah dalam sesi wawancara di Kompas TV 16
Oktober 2018 dalam acara “SATU MEJA Manuver TGB Akal Se-
hat Atau Siasat?”. Pada menit ke 11.14 detik dengan mengatakan:
“Sejak 2016 akhir awal 2017 saya sudah menyampaikan
endorsmen apresiasi secara pribadi karena beliau (Jokowi)
sering sekali engagement (keterikatan) secara detail khusus-
nya untuk pembangunan di NTB. Saya melihat ada konsis-
tensi secara terus menerus berupaya untuk menghadirkan
pembangunan di sudut Indonesia termasuk di NTB.”26
26
Youtube.com, “SATU MEJA Manuver TGB Akal Sehat Atau Sia-
sat?” diakses 27 April 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=4k_
mEUJ5y90&t=274s
122 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Pernyataan beliau tersebut menunjukkan retorika forensik
yakni berfokus menjelaskan pada apa yang terjadi pada masa lalu
untuk menunjukkan suatu kebenaran pada saat ini dengan adanya
argumen dan suatu pertanggung jawaban dari pernyataan tersebut.
Adapun maksud dan tujuan TGB mengeluarkan pernyataan terse-
but menguak suatu kebenaran dalam pemerintahan Jokowi dalam
menerapkan suatu visi dan misi secara konsisten, dan itu dibuk-
tikan dengan pembangunan yang di NTB ataupun di daerah lainnya
berdasarkan suatu pengamatan yang tidak sebentar.
c. Retorika Politik Demonstratif
Retorika politik demonstratif juga dijalankan oleh TGB Zainul
Majdi sebagaimana politikus lainnya, retorika demonstratif ini ber-
orientasi pada memuji pilihan politik dengan memperkuat argu-
mentasi dari kebaikannya pilihanya dan menguak sifat negatif
lawan politik. Salah satu bentuk retorika politik demonstratif yang
dilakukan TGB tertuang dalam pernyataannya pada menit 22.56
detik menyatakan bahwa penggunaan teks-teks agama yang tidak
pada tempatnya itu beresiko besar sebagai berikut pernyataannya:
“Menurut saya dengan berulang-ulang menjelaskan ya bah-
wa penggunaan teks-teks agama yang tidak pada tempatnya
itu berisiko besar. Apalagi dalam dunia politik. Penggunaan
ayat-ayat perang, misalnya atau analog, misalnya mengana-
logkan 2019 itu kita harus siap itu benar-benar seakan-akan
perang badar misalnya. Atau situasi perang seperti dulu
Rasulullah SAW menghadapi orang-orang Quraish. Tidak
seperti itu, kita sesama anak bangsa. Risikonya adalah paling
tidak ada kebencian permusuhan dan kalau kita tidak hati-
hati itu bisa menjadi bibit pecahnya kita sebagai bangsa.
Oleh karena itu menurut saya, harus terus dijelaskan bagian
dari penjelasan itu adalah apa yang pernah saya sampaikan.
Saya optimis ya Bung Clau, bahwa di seluruh sudut republik
ini para kyai, para tuan guru, para ustadz, juga sedang men-
jelaskan hal yang sama, bahwa kontestasi politik 2019 itu
Mochammad Zia Ulhaq | 123
bukan perang antara hak dan bathil antara qufur dengan
iman, tetapi kontestasi gagasan. Berlomba dalam kebaji-
kan.”27
Pernyataan TGB Zainul Majdi di atas menunjukkan bahwa
lawan politik tidak selayaknya menggunakan ayat-ayat Qur’an
secara serampangan dan memuji pilihan politiknya sebagai pelaku
politik yang demokratis dan santun. Berkaitan pujian dan TGB ter-
hadap Jokowi dapat dilihat dari cara pandang TGB Zainul Majdi
dalam artikel berita pada media tribunews.com yang dipublikasi-
kan Senin, 25 Februari 2019. Dengan judul “Pujian TGB kepada
Jokowi: Bertahun-tahun Difitnah Luar Biasa tapi Tidak Pernah
Membalas.” TGB Zainul Madji melihat fitnah yang ditujukan ke
Capres Joko Widodo (Jokowi) sudah menembus sisi terdalam dari
kehormatan sebagai manusia dia mengatakan:
“Pak Jokowi difitnah luar biasa dan selama bertahun-tahun,
jarang dan tidak pernah melihat Pak Jokowi membalas, me-
lihat Jokowi merupakan seorang muslim yang baik dan
mampu menjadi pemimpin untuk semua agama yang ada di
Indonesia dan Pak Jokowi, seorang muslim yang mengha-
dirkan kedamaian orang-orang di sekitarnya dan ketika jadi
pemimpin, Pak Jokowi walaupun sebagai Presiden, tidak
henti-hentinya melayani kita sebagai rakyat.”28
Sedangkan salah satu contoh tipe retorika demonstratif yang
dia lakukan dalam bentuk kritiknya terhadap sisi negatif dari lawan
politiknya, terlihat saat TGB Zainul Majdi menilai aksi gebrak
podium yang dilakukan calon presiden nomor urut 02 Prabowo
27
Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 Agustus
2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=snsVIl5lCkQ&t=887s 28
Tribunnews.com. “Pujian TGB kepada Jokowi : Bertahun-tahun
difitnah Luar Biasa tapi Tidak Pernah Membalas.” diakses 26 September
2019 dari https://www.tribunnews.com/pilpres-2019/2019/02/25/pujian-
tgb-kepada-jokowi-bertahun-tahun-difitnah-luar-biasa-tapi-tidak-pernah-
membalas
124 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Subianto saat kampanye di Yogyakarta. Yang menurutnya sesuatu
yang tidak tepat untuk diperlihatkan kepada masyarakat dengan
mengatakan:
“Kewajiban kita semua untuk menghadirkan kata-kata baik
di ruang publik. Dan kewajiban itu lebih kuat lagi bagi para
tokoh yang menjadi panutan dan diyakini sebagai pemimpin.
Saya pikir masyarakat kita patronasenya masih kuat, se-
hingga ucapan, perilaku pemimpin itu bisa gampang sekali
ditiru oleh pengikutnya. Beliau mengingatkan, seorang
pemimpin harus menjaga tutur katanya agar dapat menjadi
contoh baik bagi masyarakat. Ruang publik tidak seharusnya
dikotori dengan ucapan yang tidak baik. Ketegasan itu tidak
harus dengan kata kasar. Ketegasan bisa dengan penuh ke-
santunan, dengan diksi yang baik, yang tidak menyebabkan
masyarakat terprovokasi atau emosi.”29
B. Identitas Retorika Politik TGB Zainul Majdi
Analisa terhadap identitas retorika politik TGB Zainul Majdi
yang diklasifikasikan dengan beberapa tipe meliputi cara bersikap
dan cara menyampaikan suatu pernyataan tergolong tipe seperti
apa dalam kegiatan dan aktivitasnya sebagai politisi. Dalam peneli-
tian ini ada tiga tipe identitas retorika seorang politisi. Meliputi,
Rhetorically Noble Selves, Rhetorically Reflector dan Rhetorically
Sensitive. Uraian hasil analisis dalam penelitian mengenai identitas
retorika politik TGB Zainul Majdi diuraikan sebagai berikut.
29
Liputan6.com. “Aksi Prabowo Gebrak Podium, TGB: Tegas Bu-
kan Berarti Tidak Sopan.” diakses 26 September 2019 dari https://www.
liputan6.com/pilpres/read/3938961/aksi-prabowo-gebrak-podium-tgb-
tegas-bukan-berarti-tidak-sopan
Mochammad Zia Ulhaq | 125
1. Identitas Politik Rhetorically Noble Selves
Identitas retorika politik Noble Selves suatu identitas dan sikap
yang terlahir dari proses komunikasi melalui suatu narasi-narasi
politik sehingga menunjukkan sikap dan identitas seorang politisi.
Noble Selves sikap seseorang yang menganggap dirinya paling
benar mengklaim lebih hebat dari orang lain dan sulit menerima
kritik. Identitas tersebut tidak ditemukan pada identitas politik TGB
Zainul Majdi. Beliau selalu siap menerima kritik dari siapapun dan
legowo. Hal ini dapat ditemukan dalam wawancara yang mana dia
katakan saat Amien Rais menyebutkan, “Bahwa ada sebagian to-
koh membingungkan karena berpindah posisi dari posisi yang kita
anggap sudah benar sesuai dengan Hidayah Allah, tiba-tiba pindah
ke posisi yang membuat kita agak bertanya-tanya.” Pada menit ke
19.56 detik. Dengan kalimat yang bijak beliau menanggapi dengan
mengatakan:
“Saya ber-khusnuldzon saja Bung Clau. Bahwa bukan saya
yang dimaksudkan dalam doa beliau itu. Dan bukan saya
yang dimaksudkan sebagai orang yang berpindah-pindah po-
sisi sehingga perlu didoakan mendapat hidayah. Artinya ke-
putusan Saya itu dianggap bertentangan dengan hidayah,
mudah-mudahan bukan saya yang dimaksudkan. Karena
pilihan-pilihan yang bisa kita ambil sesuai dengan keyakinan
Kita berdasarkan fakta, realitas, dan pertimbangan yang kuat
dari nilai-nilai lain yang saya yakini. Jadi menurut saya,
penggunaan doa itu untuk orang yang berbeda pihak politik
sangat berlebihan. Tapi apapun ya, saya menghormati beliau
Prof. Amien Rais sebagai tokoh nasional, dan orang tua kita
semua.”30
Perkataan beliau menunjukkan bahwa TGB tidak anti kritik
dan tetap menghormati siapapun yang mengkritiknya dengan mem-
30
Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 Agustus
2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=snsVIl5lCkQ&t=887s
126 | Retorika Dakwah dalam Politik...
berikan jawaban-jawaban yang santun. Identitas politik TGB Zai-
nul Majdi yang bertentangan dengan identitas noble selves juga
ditunjukkan saat presenter Claudio Boelkan menanyakan terkait
dengan pilihan dan dukungan TGB Zainul Majdi yang terkesan
mendadak kepada Jokowi, akan mendapatkan cemoohan dan res-
pon yang kurang baik dari masyarakat. Pada menit ke 23.58 detik
dengan bijak beliau menjawab:
“Istilahnya jama’ah buliah ya. Jadi kelompok-kelompok
yang mem-bully itu banyak sekali Bung Clau. Tetapi sia-
pa sih di dunia yang tidak pernah di-bully, selalu ada pro-
kontra selama kita mengambil sikap yang kita yakini dari
nilai-nilai fundamental dalam hidup kita, juga termasuk
rasionalitas ya, objektivitas kita, selama menurut kita itu
sudah bisa dipertanggungjawabkan menurut saya kita teri-
ma saja risikonya. Ya bully itu bagian dari akses kita ber-
demokrasilah. Jadi tidak pernah terlalu menyusahkan hati
saya Insya Allah”. Kemudian dikatakan lagi, “Bukan per-
tama kalinya saya mendapatkan kontroversi. Dulu awal-
awal pulang dari Kairo pun ada sedikit kontroversi. Keti-
ka saya di periode pertama menjadi Gubernur juga banyak
kontroversi. Jadi kontroversi dalam hidup menurut saya
satu sunatullah. Biasa-biasa saja yang penting kita tetap
dalam prinsip, dan objektivitas kita.”31
Sikap di atas menunjukkan sikap yang tidak mau menang sen-
diri atau anti kritik. TGB memiliki sikap yang terbuka dalam hal
kritik, karena menurutnya itu merupakan hal yang biasa bagian dari
pada berdemokrasi merupakan sunnatullah karena selalu ada kritik
dalam setiap pengambilan suatu keputusan. Dari pernyataan terse-
but terlihat Identitas politik TGB Zainul Majdi melalui suatu narasi
31
Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 Agustus
2019.
Mochammad Zia Ulhaq | 127
dalam bentuk pernyataan mengenai sikap dan keputusannya, ini
bukanlah dari identitas noble selves.32
2. Identitas Politik Rhetorically Reflector
Dalam Identitas politik Rhetorically Reflector merupakan ciri
seseorang politisi yang tidak memiliki sikap pendirian yang teguh
(inkonsisten) mudah berpindah-pindah tempat, dalam sikap atau-
pun narasi politik yang disampaikannya. Sikap ini ada pada TGB
Zainul Majdi meliputi suatu sikap (identitas) politik dan pernyataan
bersifat tidak tegas dalam pengambilan suatu keputusan. Di sini
poin kritik dari penulis mengenai sikapnya dengan pindahnya halu-
an dari seorang oposisi menjadi orang yang mendukung paling
depan pemenangan Jokowi-Ma’ruf. Dan juga pernyataannya-per-
nyataannya di media meliputi suatu narasi-narasi yang terkesan
mendukung penuh Jokowi 2 periode. Dalam Identitas Politik Rhe-
torically Reflector penulis akan menganalisis sikap politik TGB
tentang rekam jejaknya selama berkecimpung di dunia politik.
Sikap politiknya TGB Zainul Majdi yang berpindah-pindah partai
politik dari partai satu pada partai lainnya ini merupakan sikap atau
identitas seorang politisi yang masuk dalam kategori rhetorically
reflector. Rekam jejak yang penulis analisis bagaimana sikap
politik seorang TGB dalam mengawali karir melalui Partai Bulan
Bintang (PBB).
Partai besutan Yusril Ihza Mahendra sebagai wakil rakyat. Ia
terpilih sebagai anggota DPR dari fraksi PBB untuk periode 2004-
2009 TGB Zainul Majdi duduk di Komisi X membidangi masalah
pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian dan kebudaya-
an.33
Belum berakhir masa jabatannya sebagai anggota DPR, TGB
Zainul Majdi mencoba peruntungan di ranah eksekutif. Pada 2008
32
Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 Agustus
2019. 33
Kompas.com, “Loncat Politik TGB” diakses 26 Agustus 2019
dari https://nasional.kompas.com/read/2018/12/21/07420941/loncat-poli
tik-tgb-dari-bulan-bintang-mercy-hingga-beringin?page=all
128 | Retorika Dakwah dalam Politik...
maju sebagai calon Gubernur NTB dengan diusung oleh PBB dan
Partai Keadilan Sejahtera. TGB Zainul Majdi berhasil menjadi Gu-
bernur termuda di Indonesia dengan usia 36 tahun. Setelah menja-
bat Gubernur NTB, karir politik TGB makin melejit ia mening-
galkan PBB dan bergabung dengan Partai penguasa saat itu Partai
Demokrat. Belum lama bergabung dengan partai Demokrat, TGB
langsung terpilih sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah Demo-
krat NTB. TGB pun percaya diri untuk kembali mencalonkan diri
memimpin NTB dua periode. Pada Pilgub NTB 2013. TGB Zainul
Majdi kembali mencalonkan diri sebagai petahana dan menang
dengan total suara mencapai 44,36 persen atau setara 1,03 juta
suara.34
Pada perhelatan Pilpres 2014 TGB Zainul Majdi memilih
mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa meski pada
saat itu Partai Demokrat memutuskan untuk netral. Akan tetapi
TGB Zainul Majdi mengambil keputusan sendiri untuk mendukung
Prabowo-Hatta menang telak di Provinsi Nusa Tenggara Barat
dengan meraih suara 72,45. Kemenangan pasangan ini merata di
10 kabupaten kota yang ada di NTB.35
Pada pilpres 2019 TGB
Zainul Majdi menjadi tokoh yang digadang-gadang maju pada
ajang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Umat dan para ulama
seperti AA Gym, Ustad Abdul Somad, dan Bahtiar Nasir kerap me-
muji sosok TGB sebagai ulama yang kharismatik. TGB digadang-
gadang dapat menjadi salah satu presiden alternatif untuk menan-
tang Jokowi di Pilpres 2019 mendatang.36
34
“Pilkada NTB: Gubernur Incumbent Menang 45% Suara” diakses
26 Agustus 2019 dari https://kabar24.bisnis.com/read/20130514/15/1388
69/pilkada-ntb-gubernur-incumbent-menang-45-suara 35
Beritasatu.com,” Prabowo-Hatta Raih 72,45 persen Suara di
NTB”, diakses 26 Agustus 2019 https://www.beritasatu.com/nasional/197
760/prabowohatta-raih-7245-persen-suara-di-ntb 36
Jawapos.com, “Aa Gym dan Ustad Abdul Somad Sepakat Dukung
TGB Nyapres di 2019?”, diakses tgl 26 Agustus 2109 dari https://www.
jawapos.com/nasional/politik/01/04/2018/aa-gym-dan-ustad-abdul-
somad-sepakat-dukung-tgb-nyapres-di-2019/
Mochammad Zia Ulhaq | 129
TGB dianggap sosok yang tepat dan cakap sebagai presiden
alternatif karena ia memiliki prestasi yang baik dalam memimpin
dan memajukan Propinsi NTB. Ia juga dianggap dapat menjadi
representasi umat Islam dalam statusnya sebagai seorang ulama.
TGB diharapkan dapat menjadi rival sepadan yang mampu me-
ngimbangi dominasi Jokowi, Presiden yang dianggap menyam-
pingkan umat Islam di Pilpres 2019. Di media sosial para alumni
dan simpatisan “Aksi Bela Islam” berlomba-lomba mempromosi-
kan dan memviralkan segala hal yang terkait TGB agar ia menjadi
dikenal luas oleh masyarakat.37
Akan tetapi lewat ucapannya ketika
di undang berkunjung di kantor redaksi di CNN Indonesia Rabu 4
juli 2018. TGB Zainul Majdi mengatakan, “Menurut saya sangat
pantas dan fair kita beri kesempatan Presiden Jokowi untuk terus
melanjutkan dua periode dan menyelesaikan apa yang selama em-
pat tahun ini sudah dimulai.”38
Pada kesempatan ini justru TGB Zainul Majdi, justru menya-
takan dukungannya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk
melanjutkan kepemimpinannya hingga dua periode. Berbeda de-
ngan Pilpres 2019 TGB beralih arah dengan mendukung Jokowi
yang kini masih kembali berhadapan dengan Prabowo Subianto,
sosok yang didukung oleh TGB Zainul Majdi pada Pilpres 2014
silam. Tak lama setelah menyatakan dukungan ke Jokowi, TGB
mengundurkan diri dari Partai Demokrat. Dengan Alasan TGB
mundur dari partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono bersifat
pribadi. Pada saat ini TGB Zainul Majdi kini resmi bergabung ke
Partai Golkar.
Karena implikasi dari pernyataan sikap politik TGB Zainul
Majdi yang terbuka itu. Kritik penulis terhadap suatu sikap dan
pernyataan yang termasuk dalam sikap politik rhetorically reflec-
37
Geotimes.co.id, “TGB, Dulu Dipuji Sekarang Dicaci”, diakses 26
Agustus 2019 dari https://geotimes.co.id/opini/tgb-dulu-dipuji-sekarang-
dicaci/ 38
Youtube.com, “TGB Dukung Jokowi 2 Periode” diakses 26 Agus-
tus 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=5rFcKKPEllA&t=14s
130 | Retorika Dakwah dalam Politik...
tor, seseorang yang tidak punya pendirian yang teguh dan hanya
menjadi cerminan orang lain, meliputi pengambilan suatu sikap
politik yang terkesan tergesa-gesa ataupun narasi retorika yang
mengarahkan seseorang pada sikap berupa suatu keputusan politik.
Yang dimana keputusan politik tersebut menjadi sumbu kegadu-
han, perpecahan khususnya dari kalangan umat Islam, karena
bersifat adaptif tidak memiliki suatu pendirian mudah berpindah-
pindah tempat atau keputusan politik yang di dalamnya terdapat
efek yang mempengaruhi mayoritas umat yang pro terhadapnya.
Dimana pada waktu perhelatan Pilpres 2019 keadaan kebangsaan
waktu itu cukup mengkhawatirkan. Dari isu agama, kebangsaan,
perbedaan, persatuan dll. Keadaan umat begitu sensitive pada wak-
tu itu, di tengah-tengah keadaan tersebut muncul suatu pernyataan
TGB Zainul Majdi untuk mendukung “Jokowi melanjutkan kepe-
mimpinannya.”
Ketika TGB Zainul Majdi mengatakan pernyataan tersebut
menurutnya dilakukannya untuk kebaikan umat, untuk memperko-
koh persaudaraan. Sebagai seorang tokoh nasional yang cukup
disegani karena latar belakangnya, menurut Analisa penulis apakah
beliau sudah benar-benar memikirkan secara matang-matang me-
ngenai mudharat dan manfaat dari sikap politiknya itu bagi umat
sebelum beliau mengemukakannya secara terbuka atau tidak? Per-
nyataannya yang terkesan mendadak itu memang menimbulkan
berbagai pertanyaan.
Alasan yang dikemukakannya melalui wawancara dengan
salah satu televisi swasta, muncul praduga-praduga yang sifatnya
negatif, apakah ada sebentuk kesepakatan politik dengan (Tim
Sukses) Jokowi, mengharapkan posisi Cawapres atau posisi men-
teri di kabinetnya tau hal lainnya, apalagi berita yang cukup meng-
hebohkan ini diiringi dengan munculnya berita yang menyebutkan
KPK membuka peluang diperiksanya TGB dalam kasus divestasi
saham PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT) yang kini berubah
Mochammad Zia Ulhaq | 131
nama menjadi PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
39
TGB Zainul Majdi membantah tudingan-tudingan itu di sela-sela
mengisi kajian Jumat di Masjid Hubbul Wathan Islamic Centre,
Mataram, NTB, pada hari Jumat 6 Juli 2018. Dan juga klarifika-
sinya pada acara QNA di Metro TV. Akan tetapi kecurigaan itu sulit
dihilangkan masyarakat begitu saja. Tidak ada yang salah dengan
pilihan dan pandangan politiknya. Namun pada perhelatan Pilpres
2019 kemarin ada kelompok tertentu, kelompok yang mengharap-
kan 2019 Ganti Presiden dan TGB Zainul Majdi menjadi suatu
pemimpin alternatif. Karena umat pada waktu itu merasa harus
adanya perubahan di Indonesia. Menurut penulis ada beberapa
faktor lagi yang membuat perpindahan posisi TGB dari oposisi
menjadi pro Jokowi diantaranya:
1. Restu Partai Demokrat lebih memilih putra mahkota Agus
Harimurti Yudhoyono sebagai calon wakil presiden 2019.
2. Dukungan dua periode kepada Jokowi sebagai batu lonca-
tan untuk 2024.
3. Jumlah suara NTB yang kecil untuk modal TGB Zainul
Majdi maju ke perhelatan Pilpres 2019.
4. TGB Zainul Majdi mengejar dukungan pada Jokowi sete-
lah kubu Anjani lebih menyatakan dukungan Jokowi 2
periode.40
Sikap Tuan Guru Bajang TGB Zainul Majdi yang mendukung
Jokowi untuk maju pada Pilpres 2019 ternyata membuat banyak
juga orang yang terkejut. Dari berbagai komentar yang ada terlihat
ada yang kecewa dengan sikap alumni Universitas Al Azhar itu.
Kekecewaan itu dalam pandangan saya lebih dilatarbelakangi ke-
39
Youtube.com, “KPK Masih Selidiki Dugaan Korupsi Divestasi
Newmont”, diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.youtube.com/
watch?v=6cyUj8tQ8jY 40
Hariannusa.com, “NW Anjani Komitmen Dukung Jokowi Dua
Periode”, diakses 26 Agustus 2019 dari, https://hariannusa.com/2018/
07/19/nw-anjani-komitmen-dukung-jokowi-dua-periode/
132 | Retorika Dakwah dalam Politik...
pentingan politik. Sebagian dari mereka yang kecewa itu berharap
agar TGB berada pada barisan yang tidak mendukung Jokowi pada
Pilpres 2019. Dengan kata lain sebagian dari mereka yang kecewa
itu menginginkan agar sosok ulama yang berpengaruh itu masuk
dalam barisan 2019 Ganti Presiden. Di berbagai media. Semakin
banyak kekecewaan yang ditujukan kepada Gubernur NTB dua
periode itu semakin menunjukkan bahwa TGB Zainul Majdi sangat
dibutuhkan oleh kelompok yang tidak menginginkan Jokowi dua
priode. Komentar dengan nada minor tentang sikap TGB itu sekali-
gus juga menunjukkan bahwa TGB Zainul Majdi punya pendukung
maupun simpatisan yang besar di negeri ini. Tidak bisa dipungkiri
bahwa umat Islam adalah mayoritas di hampir semua partai yang
ikut dalam pesta perpolitikan nasional.
Masyarakat di NTB banyak yang kecewa dengan pilihan poli-
tiknya dengan sikap politik rhetorically reflector sikap yang tidak
kuat pendirian dan tidak konsisten dalam keputusan politik. tidak
memiliki sikap ketegasan dalam pengambilan keputusan politik.
Masyarakat NTB berharap TGB Zainul Majdi muncul sebagai
tokoh perubahan dan hadir di kancah Nasional sebagai pemimpin
yang religius. TGB Zainul Majdi memiliki modal yang besar sela-
ma 2 periode memimpin NTB dengan baik dan sukses, dalam hal
SDM dan infrastruktur maupun kebijakan-kebijakan yang ada nilai-
nilai Islam di dalamnya.41
Penulis berharap setiap keputusan yang
di ambil seorang TGB Zainul Majdi sudah dalam keadaan yang
matang, dan menginput semua aspirasi umat dan pendukungnya,
karena TGB Zainul Majdi bukan hanya seorang politisi tapi dia
juga seorang ulama muda yang memiliki prestasi yang baik dalam
menjabat harapan baru umat sebagai pemimpin baru untuk peru-
bahan Indonesia. Akhirnya pelabuhan terakhir TGB saat ini mera-
pat di Partai Golkar secara resmi masuk menjadi bagian dari partai
Golkar setelah diperkenalkan oleh Ketua Umum Partai Golkar Air-
langga Hartarto dalam acara silaturahmi Partai Golkar, dan lang-
sung mendapatkan dua jabatan sekaligus di DPP (Dewan Pimpinan
41
Wawancara langsung dengan Bapak Saefudin seorang pedagang
di Lombok Timur Pancor. Tanggal 3 Oktober 2019.
Mochammad Zia Ulhaq | 133
Pusat) meski baru bergabung ke dalam Partai Golkar jabatan perta-
ma yang diemban TGB Ketua Koordinator Bidang Keumatan DPP
Golkar. Bidang struktur yang baru diciptakan khusus setelah TGB
menyatakan bergabung dalam keluarga besar partai beringin. Selain
itu, TGB juga dipercaya menjabat Wakil Ketua Badan Pemena-
ngan Pemilu Legislatif dan Presiden DPP Golkar.
Rhetorically reflector tercermin dalam identitas politik TGB
Zainul Majdi. Dimana berpindah-pindah partai dalam karir politik-
nya selama ini, tidak adanya konsistensi dalam pengambilan kepu-
tusan dalam hal yang berkaitan dalam hal kepartaian. Yang penulis
amati selama ini TGB ingin mengambil jalan yang tergolong aman
demi berlangsungnya karir politiknya. Dalam politik hal seperti ini
sah-sah saja akan tetapi penulis melihatnya inkonsistensi dalam
kegiatan politiknya. yang menurut penulis ini yang disayangkan,
karena cenderung mengalami gesekan di tingkat bawah para pengi-
kut-pengikut fanatiknya. Karena TGB Zainul Majdi seorang pemim-
pin dan sekaligus tokoh agama yang dihormati sudah pasti memi-
liki pengikut yang banyak.42
3. Identitas Politik Rhetorically Sensitive
Identitas politik rhetorically sensitive cerminan dari sikap seo-
rang politisi yang adaptif, cenderung menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Cenderung fleksibel, akan tetapi memiliki konsep
diri yang jelas. Identitas sikap TGB Zainul Majdi yang adaptif me-
nyesuaikan diri dengan keadaan dalam hal ini adanya sinergitas
antara pemerintahan pusat daerah dengan pemerintah daerah yang
penulis diketahui dari pernyataan-pernyataan politisnya dikutip
dari beberapa video. Akan tetapi pernyataan-pernyataan ini muncul
setelah TGB Zainul Majdi menyatakan dukungannya terhadap
Jokowi, dengan alasan pengamatan-pengamatannya. Padahal sebe-
42
Kompas.com. “Locat Politik TGB, Dari Bulan Bintang sampai
Mercy hingga beringin”, diakses tanggal 2 Oktober 2019 dari https://
nasional.kompas.com/read/2018/12/21/07420941/loncat-politik-tgb-dari-
bulan-bintang-mercy-hingga-beringin?page=all
134 | Retorika Dakwah dalam Politik...
lumnya TGB seseorang oposisi yang berani mengkritik pemerin-
tah. Contoh dalam pernyataannya sebelum menyatakan diri sebagai
pendukung Jokowi 2 periode, beliau mengkritisi secara langsung.
Pada Hari Pers Nasional 2016 di Kawasan Mandalika pada menit
ke 7.26 detik, TGB mengeritik secara langsung kepada Presiden
mengenai realisasi dari komitmen penyerapan Bulog di NTB yang
mana kebijakan Presiden belum pro terhadap kepentingan rakyat.
Ketika akhir-akhir ini kami mendengar bahwa ada renca-
na Bulog membeli jagung impor dari luar negeri dengan
harga Rp 3.000 per kg, kami berpikir, kalau saja Rp 3.000
itu digunakan untuk membeli hasil jagung petani kami
pada saat panen raya dulu, maka petani di NTB akan jauh
lebih sejahtera. Bapak presiden ketika Festival Tambora
menyampaikan komitmen bahwa bulog akan menyerap
dengan harga Rp. 2500 kurang lebih 100 rupiah saya
sampaikan di sini di depan Bapak Presiden bahwa apa
yang merupakan instruksi Bapak Presiden, sayangnya
belum dapat dilaksanakan Bulog di NTB. Ini terpaksa
saya sampaikan Bapak Presiden, karena memang masya-
rakat kami banyak mengeluhkan. Kalau bahasa lugasnya,
banyak menjerit, pada setiap kali memasuki panen raya
mengeluhkan harga jagung jatuh. Bahkan, harga jagung
pernah mencapai titik terendah yaitu Rp 1.600 per kg.
Tiba-tiba sekarang mau mengimpor dengan harga Rp
3.000 per kg, kalau saja Rp 3.000 itu sekali lagi untuk
petani kita di dalam negeri, insya Allah semuanya akan
sejahtera.”43
Pernyataan ini bentuk kritik melalui retorika yang tegas yang
dilayangkan TGB Zainul Majdi kepada Presiden Jokowi mengenai
penyerapan Bulog yang belum maksimal pada tahun 2016. Berbe-
43
Youtube.com, “Sambutan Gubernur NTB & Kritik Pedas Presi-
den Jokowi di Peringatan Hari Pers Nasional 2016,” diakses tanggal 2
Oktober 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=7RfrpqGE7cU&t
=446s
Mochammad Zia Ulhaq | 135
da lagi ketika 2019 ketika TGB sudah menyatakan diri mendukung
keberlanjutan kepemimpinan Jokowi 2 periode, narasi-narasi kritik
itu hilang berganti dengan narasi-narasi pujian dan dukungannya
terhadap kepribadian dan kepemimpinan Jokowi. Contoh penyata-
an TGB Zainul Majdi ketika dalam mendukung dan memuji ke-
pribadian Jokowi di hadapan masyarakat ketika memberikan cera-
mah di Lombok 13 Januari 2019 dengan mengatakan:
“Ada 2 pasangan kita memilih Bapak Jokowi dan Bapak
Kyai Ma’ruf Amin kenapa? Pertama dalam hati saya be-
liau sungguh-sungguh bekerja, beliau tidak pandai berka-
ta-kata tapi sungguh-sungguh bekerja, sungguh-sungguh
bekerja. Mungkin tidak ada pemimpin yang paling ba-
nyak dihina melebihi beliau, luar biasa hinaannya huja-
tannya, luar biasa hinaannya, bahkan masuk ke dalam
inti kehormatan beliau dan keluarga beliau, jadi hobi
sebagian orang. Tapi alhamdulilah hinaan demi hinaan
dan hujatan tapi belau tetap sungguh-sungguh bekerja.”44
Identitas sikap politik rhetorically sensitive TGB Zainul Majdi
dalam hal narasi pujiannya terhadap kinerja Jokowi juga ditemukan
pada saat sesi wawancara beliau dengan Claudio Boelkan seorang
wartawan senior di stasiun TV Berita Satu 13 Juli 2018 pada menit
ke 5.30 detik. Beliau mengatakan mengenai sikap politiknya:
“Saya ada waktu sekitar 4 tahun, dari 2014 sampai sekarang,
untuk mengamati dan mencermati kinerja dan kepemimpi-
nan Bapak Jokowi, Bung Clau, saya melihat bagaimana ke-
pemimpinan dijalankan, dari segi komitmen dan pencapaian
pembangunan yang baik dan itu semua secara komprehensif
saya coba liat, tentu dengan subjektivitas saya. Saya cermati,
cermati, cermati, pada akhirnya saya berkesimpulan ya Ba-
pak Presiden Jokowi itu harus di-support untuk bisa melan-
44
Youtube.com “Penjelasan TGB Tentang Jokowi Membuat Terha-
ru,” diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v
=saTpsUpcaoI
136 | Retorika Dakwah dalam Politik...
jutkan kepemimpinannya di periode kedua. Saya memutus-
kan semata-mata bahwa perlu keberlanjutan dalam kepe-
mimpinan dan pembangunan.”45
Dan ini pernyataan ketika TGB mengapresiasi kinerja Jokowi
selama 4 tahun yang begitu baik, pada menit ke 30.12 kemudian
mengatakan:
“Itulah penilaian objektivitas saya ya, jadi penilaian objekti-
vitas saya dari apa yang bisa saya lihat, saya rasakan, bagai-
mana pembenahan-pembenahan kelembagaan, pembenahan
regulasi, pembenahan juga dalam sisi politik anggaran. Dan
itu kan terasa di daerah. Ya contoh sederhananya kan misal-
nya, bahwa kita di NTB itu selama 4 tahun terakhir itu
pertumbuhan kita di atas rata-rata nasional. Terakhir 7,1%
pada tahun 2017 pertumbuhan non tambang kita. Nah kena-
pa ini bisa terjadi, salah satu di antaranya memang support
dari program-program yang dilaksanakan oleh pemerintah
pusat. Jadi saya melihat secara langsung, termasuk yang me-
nurut saya agak fenomenal, adalah di dalam penyelesaian
lahan yang susah sekali untuk clean and clear seperti di
kawasan Mandalika. jadi Bung Clau bayangkan? Dengan se-
mua argumentasi sekian tahun termasuk dalam kepemimpi-
nan saya kita cari celah sampai dengan kepemimpinan pusat
berulang kali tidak bisa selesai. Ada lebih dari 100 ha yang
tidak clean and clear yang menghambat semuanya. Masalah
100 ha itu Bung kalau bayangkan, tapi itu alhamdulillah
selesai dalam satu rapat terbatas saja.”46
Dari 3 pernyataan ini menunjukkan sikap penyesuaian diri
TGB terhadap Jokowi yang menurut penulis terkesan cepat memuji
dimana awal 2018 dia seorang oposisi, akan tetapi setelah Wagub
45
Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 agustus
2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=snsVIl5lCkQ&t=887s 46
Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 Agustus
2019.
Mochammad Zia Ulhaq | 137
NTB Muhammad Amin diperiksa oleh KPK pada 3 Juli 2018 baru
muncul dukungan dan pujian-pujian terhadap Jokowi.47
Tipe iden-
titas rhetorically sensitive ini cenderung seseorang yang adaptif
menyesuaikan diri situasi dan kondisi hampir memiliki kesamaan
dengan teori sebelumnya rhetorically reflector yang cenderung
berpindah-pindah tempat, kedua teori itu menunjukkan tidak ada
konsistensi dalam bersikap. Padahal Sebelumnya TGB seorang
oposisi yang kritis berubah menjadi pendukung di barisan terde-
pan. Dalam riwayat politik TGB merupakan ketua tim pemenangan
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada Pilpres 2014. Ia berhasil
membantu Prabowo-Hatta menang telak di NTB dengan perolehan
suara 1,84 juta atau sekitar 72,45 persen. Suara itu jauh meninggal-
kan perolehan suara Jokowi-JK yang hanya meraih 27,54 persen
TGB Zainul Majdi merupakan “tokoh kunci” di balik keunggulan
perolehan suara Prabowo atas Jokowi khususnya di NTB. Berbeda
pada 2018 dimana keputusan TGB yang terang-terangan mendu-
kung Jokowi di Pilpres 2019 banyak disoroti sebagian kalangan
dan tokoh-tokoh yang mengatasnamakan umat Islam. Banyak yang
menyampaikan kekecewaan bahkan kecaman terkait sikap politik-
nya. Karena sebelumnya TGB digadang-gadang sebagai tokoh
oposisi yang siap maju sebagai pemimpin alternatif dari golongan
ulama. Ini kritik terhadap sikap TGB yang tidak konsisten dalam
bersikap karena bukan saja seorang politisi TGB juga seorang ula-
ma banyak mata mengikuti, dan mengamati sikap dan perilakunya.
C. Analisis Retorika dalam Dakwah dan Politik TGB Zainul
Majdi
Aktivitas TGB Zainul Majdi tidak lepas dari kegiatan dakwah
dan politik yang di dalam kegiatan dakwah dan politik tidak lepas
dari penyampaian suatu pesan, gagasan, dan anjuran dan harapan
47
Cnnindonesia.com, “Wagub NTB Muhammad Amin Datangi
KPK,” diakses 26 Agustus 2019 dari https://www.cnnindonesia.com/
nasional/20180703134338-12-311080/wagub-ntb-muhammad-amin-
datangi-kpk.
138 | Retorika Dakwah dalam Politik...
kepada masyarakat. Melalui narasi kemasan retorika yang mumpu-
ni yang dimiliki TGB Zainul Majdi mampu eksis dalam perhelatan
kontes politik dalam skala lokal dan nasional. Tidak hanya itu da-
lam dakwah dan pendidikan TGB saat ini juga menjabat sebagai
Rektor Institut Agama Islam Hamzanwadi NW (IAIH). Dakwah
dan politik yang tidak bisa dipisahkan dalam aktivitasnya dimana
tahun 2004 terpilih menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan
NTB dan duduk di komisi X, yang membidangi masalah pendi-
dikan, pemuda, olahraga dan pariwisata. Pada pemilihan umum
kepala daerah (pilkada) NTB tanggal 7 Juli 2008 terpilih menjadi
Gubernur NTB selama 2 periode 2008-2013 dan 2014-2019. Mela-
lui dakwah struktural mengantarkannya menjadi seorang pemimpin
kepala daerah, karena citranya yang religius melalui jalan dakwah
dan juga dukungan penuh dari masyarakat NTB.
Gerakan dakwah yang berada dalam kekuasaan mampu berge-
rak mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam dengan memanfa-
atkan baik struktur sosial, politik, maupun ekonomi guna menjadi-
kan Islam menjadi ideologi dalam kehidupan masyarakat sehingga
nilai-nilai Islam tersalurkan dalam kehidupan berbangsa dan berne-
gara. Dalam dakwah struktural suatu negara dipandang sebagai alat
dakwah yang paling strategis dakwah struktural memegang pera-
nan bahwa dakwah yang sesungguhnya adalah ajaran Islam yang
berusaha mewujudkan dan mengamalkan nilai-nilai kebaikan Islam,
para pelaku politik menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dalam
perilaku politik mereka, serta penegakan ajaran Islam menjadi
tanggung jawab negara dan kekuasaan. Dalam perspektif dakwah
struktural, negara adalah instrumen paling penting dalam kegiatan
dakwah. 48
Dakwah dapat berlangsung dalam kehidupan manusia, terma-
suk dalam arena politik kenegaraan. Secara umum dapat dikatakan
bahwa politik dakwah tidak lain dari segala jenis kegiatan manusia
yang berkaitan dengan masalah kekuasaan. Dalam pandangan
Islam politik hanyalah salah satu medium untuk mencapai tujuan
48
Wawancara Langsung dengan TGB Zainul Majdi, tanggal 4 Okto-
ber 2019.
Mochammad Zia Ulhaq | 139
dakwah. Bukan sebaliknya, dakwah justru dijadikan medium untuk
mencapai tujuan politik.49
TGB Zainul Majdi menjadikan dakwah
dan politik suatu kesatuan untuk membangun umat. Politik sebagai
instrumen untuk menghadirkan suatu kebaikan dan kemaslahatan
untuk masyarakat keterlibatan tuan guru dalam politik praktis, ma-
mpu mengubah persepsi masyarakat tentang politik yang selama-
nya tidak selalu identik dengan kebohongan dan propagan-
da.50
Begitu juga politik TGB merupakan sarana dakwah yang pali-
ng efektif untuk kondisi saat ini berdakwah dengan cara struktural
yang menghadirkan suatu kebijakan yang memberikan kebaikan
untuk masyarakat. Keterlibatan Tuan Guru mampu mengubah sua-
tu tatanan dalam politik, baik lokal maupun nasional.
Prinsipnya Islam harus mampu menghadirkan nilai-nilai ke-
baikan dan manfaat untuk orang banyak. Menurut TGB Zainul
Majdi ada hal-hal yang mendasar yang harus diperhatikan dan
diterapkan dari seorang pemimpin. Pertama, wama arsalnaka ila
rahmatan lil alamin menerapkan sikap rahmah dalam kepemimpi-
nan, salah satu penegasan Allah setelah nabi wafat. Mengamanah-
kan kepada seluruh umatnya secara kolektif sebagai penerus risalah
nabi. Amanah itu diberikan untuk menghadirkan rahmat dan ridho
Allah. Dan semua umat muslim memiliki kewajiban yang sama
untuk menghadirkan rahmat Islam dengan hal yang nyata.51
Kedua,
kepemimpinan itu sebagai amanah dan perhikmatan yang di dalam-
nya terdapat suatu kebijakan-kebijakan yang memberikan manfaat
untuk masyarakat. Karena seorang pemimpin itu bersifat fungsional
bukan struktural dimana bersama-sama ikut membangun agama
dan negara, bukan meletakkan diri di atas yang orang lain. Ketiga,
qudwah atau keteladanan, dalam memimpin kita harus mampu
menjadi teladan bagi masyarakat. dalam bersikap, berucap, maupun
49
Awaludin Pimay, Paradigma Dakwah Humanis: Strategi dan Me-
tode Dakwah Prof. KH. Saifudin Zuhri. Semarang: Rasail, 2005. 50
Wawancara Langsung dengan bapak Aziz seorang dosen di
Institut Agama Islam Hamzanwadi. Tanggal 3 oktober 2019. 51
Wawancara Langsung dengan TGB Zainul Majdi, 04 Oktober
2019.
140 | Retorika Dakwah dalam Politik...
dalam berpenampilan, menjadi teladan bagi masyarakat karena
masyarakat selalu menilai dan memperhatikan pemimpinnya. Untuk
itu tampilkan keteladanan yang terbaik.
Keempat, seorang pemimpin yang diberikan suatu amanah
harus mampu menghadirkan nilai-nilai kebaikan dalam kepemim-
pinannya, harus mampu mengatur dan menghadirkan suatu kebai-
kan dengan mengaktualisasikan konsep-konsep nilai-nilai Islam
dalam kebijakan-kebijakannya. Harus mampu melayani dan mem-
permudah seseorang dalam hal kebaikan.52
Dari aspek pemikiran-
nya, Tuan guru Bajang tergolong seorang da’i moderat –transfor-
matif. Ini didasarkan pada visi politiknya dari seorang TGB Zainul
Majdi yang beliau bangun ketika memimpin NTB. “Memimpin
dan membangun NTB dengan semangat berkhidmat dan amar ma-
’ruf nahi munkar”. Untuk melayani umat dengan baik dan juga
mampu merumuskan serta melaksanakan kebijakan yang berpihak
kepada masyarakat. Visinya ini ada ungkapan “berkhidmat”. Kata
berkhidmat dapat diartikan dalam dua aspek, yaitu pemikiran dan
tindakan. Sifatnya yang sangat menghargai pendapat orang lain,
tidak merasa benar sendiri, mau menerima ide-ide yang konstruk-
tif, terbuka terhadap berbagai kritik, menyelesaikan konflik dengan
cara damai bukan dengan kekerasan, serta menganggap bahwa
musyawarah dan diplomasi adalah langkah yang lebih baik dalam
menyelesaikan semua permasalahan.53
Dakwah politik Tuan Guru
Bajang ini dapat dianalisis dari konsep good governance yang
Zainul Majdi di pahami sebagai dasar pijakan dalam membangun
suatu umat. Visi yang strategis yang ditawarkannya dalam upaya
membangun NTB, difokuskan pada aspek, tata kelola pemerinta-
52
Wawancara Langsung dengan TGB Zainul Majdi, 04 Oktober
2019. 53
Wawancara Langsung dengan TGB Zainul Majdi, 04 Oktober
2019.
Mochammad Zia Ulhaq | 141
han terutama dalam proses penyusunan APBD, penegakan hukum,
peningkatan SDM.54
Sosok TGB Zainul Majdi memiliki kesan tersendiri di hati
masyarakat dalam kepemimpinannya memadukan dakwah dan
politik dalam kepemimpinannya. Bapak Abdullah yang merupakan
jamaah rutin TGB menyatakan tanggapannya mengenai sosok
TGB menurutnya:
“Bagi kami melihat sosok itu ada semuanya pada beliau itu
pemimpin yang luar biasa menurut kami yang di NTB ya.
Bisa dibilang beliau itu orang nomor satu di dalam kepe-
mimpinan. Baik dalam pemerintahan maupun agama dan
beliau seorang pejabat dan juga ahli agama beliau juga
mampu membimbing kami lewat siraman rohani. Selama
TGB menjabat banyak sekali yang kita rasakan realisasinya
pembangunan Islamic Center. Pembangunan jalan protokol
dari Mataram sampai ujung Bima yang jauhnya 300 kilo itu
jalan sudah bagus dan bisa kita nikmati hasilnya. Pemerin-
tah-perintah yang dulu membangun setengah-setengah tidak
keseluruhan seperti TGB. Ini kan yang akhirnya membantu
kami akses jalan jadi mudah. Beliau bukan hanya pintar bi-
cara tapi beliau merealisasikannya pemerataan pembangu-
nan.”55
Dalam hal dakwah bil-hal TGB Zainul Majdi seperti prinsip-
nya Islam harus mampu menghadirkan nilai-nilai kebaikan dan
manfaat untuk orang banyak. Prinsipnya ini diterapkan melalui
nilai-nilai dakwah dalam masa kepemimpinan politiknya melalui
karya-karya yang nyata. Meliputi dakwah bil-hal. Dakwah bil-lisan
dan dakwah bil-qalam, nilai-nilai dakwah itu diaplikasikan dengan
karya-karya yang nyata dalam hal dakwah bil-hal diantaranya:
54
A.Ubaidillah & Abdul Razak, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan
Masyarakat Madani (Jakarta: Tim ICCE UIN Jakarta, 2000), cet.1.h. 216-
249. 55
Wawancara langsung dengan bapak Abdullah Jamaah Pengajian
Rutin Mesjid Islamic Center NTB pada tanggal 04 oktober 2019.
142 | Retorika Dakwah dalam Politik...
1. TGB Zainul Majdi menginisiasi terbentuknya suatu terobo-
san bank Syariah NTB, mengkonversi dari bank daerah
NTB menjadi bank syariah NTB. Menurutnya sistem per-
bankan syariah ikhtiarnya untuk meningkatkan dakwah
melalui pengembangan ekonomi. Perubahan Bank NTB
menjadi Bank NTB Syariah merupakan bentuk kontribusi
dari NTB terhadap perekonomian nasional. Yang akan me-
nyinergikan bank syariah dengan segmen wisata halal di
wilayah setempat NTB. TGB menilai prinsip keagamaan
bisa dipindahkan dari nilai kebangsaan pada nilai pereko-
nomian. Karena Indonesia bukan negara agama banyak ru-
ang untuk menerapkan nilai-nilai Islam dapat masuk dalam
satu tatanan ekonomi, sosial, maupun politik. Salah satu
sistem yang memungkinkan Indonesia dapat maju, sejah-
tera, dan berkeadilan adalah system keuangan syariah. Me-
nghadirkan ekonomi yang tumbuh, dan memberikan kea-
dilan dan kesejahteraan bagi masyarakat luas.56
2. Menciptakan kebijakan pada sektor pariwisata yang mengi-
nisiasi adanya Halal Tourism Destination dan World Best
Halal Honeymoon Destination. Destinasi halal yang dimak-
sud adalah tujuan wisata yang lengkap dengan fasilitas ha-
lal bagi para wisatawan muslim.57
Dengan prinsip-prinsip
dan atau syarat tertentu utamanya meliputi : makanan halal
tidak ada minuman keras (mengandung alkohol), tidak me-
56
Republika.com, “Tiga Catatan TGB Untuk Bank NTB Syariah”.
diakses 26 september 2019 dari https://www.republika.co.id/berita/ekono
mi/syariah-ekonomi/18/09/13/peznyp370-tiga-catatan-tgb-untuk-bank-
ntb-syariah 57
Kominfo.com, “Menangkan WHTA (World Halal Tourism Award)
untuk Pariwisata Indonesia di Mata Dunia”, diakses tgl 26 september
2019 dari https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/8385/menang
kan-whta-world-halal-tourism-award-untuk-pariwisata-indonesia-di-mata-
dunia/0/artikel_gpr
Mochammad Zia Ulhaq | 143
nyajikan produk dari babi, tidak ada hiburan seperti disko-
tik atau live music, ruang tamu yang berbeda pria/fasilitas
ruang ibadah (Masjid atau Mushalla) yang terpisah antara
pria dan wanita, pakaian Islami untuk seragam pekerja,
tersedianya Alquran dan peralatan ibadah masing-masing
kamar pengunjung, petunjuk arah kiblat yang jelas, toilet
diposisikan tidak menghadap kiblat, keuangan hotel dan
tempat wisata menggunakan sistem syariah.58
3. Mempercepat pembangunan Islamic Center sebagai icon
dan tempat kegiatan keagamaan masyarakat di NTB. Seba-
gai bangunan monumental yang dapat menjadi land mark
Nusa Tenggara Barat dan menjadi tujuan wisata religi dan
kegiatan keislaman, baik tingkat regional maupun nasional.
Bahkan sebelum diresmikan penggunaannya, area Masjid
Hubbul Wathan di Islamic Center menjadi pusat kegiatan
penyelenggaraan MTQ Tingkat Nasional, pelaksanaan sha-
lat tarawih bersama Imam Besar yang didatangkan dari be-
berapa negara di Timur Tengah, kegiatan di bidang pereko-
nomian dan kebudayaan Islami.59
Politik ranah perkhidmatan dan ruang untuk mengabdi dalam
berdakwah. Dalam politik merumuskan suatu kebijakan-kebijakan
yang memenuhi kaidah-kaidah kemaslahatan yang penuh dengan
nilai-nilai universal Islam seperti keadilan, kesetaraan, dan spiri-
tualitas. Dalam Islam kepemimpinan itu mengajarkan innallaha ya-
’muru bil ‘adli wal ihsan. Pemimpin itu harus mampu menciptakan
menghadirkan suatu kebijakan yang adil dan mampu memfasilitasi
kelompok-kelompok yang lemah. Bisa memberikan keberpihakan
58
Satriana ED, Wisata Halal Perkembangan, Peluang, dan Tanta-
ngan, Journal of Halal Product and Research (JHPR), Vol. 01 No.02,
2018. 59
Wawancara langsung dengan bapak Aziz dosen di Institut agama
Islam Hamzanwadi, 03 oktober 2019.
144 | Retorika Dakwah dalam Politik...
lebih pada mustadh‘afin (orang yang dilemahkan).
60 Wayanha ‘anil
fahsya iwal munkar (mencegah daripada perbuatan keji dan mung-
kar). Pemimpin itu tidak boleh memfasilitasi kekejian atau mem-
buat regulasi-regulasi yang semakin tersebarnya kemungkaran.
Yang terpenting pemimpin itu harus menciptakan karya-karya yang
nyata.61
Agen perubahan biasanya terdiri dari sosok yang memiliki
pengaruh besar di tengah masyarakat yang disebut tokoh atau
pemimpin. Dicintai rakyatnya dan rakyat mencintai pemimpinnya.
Oleh karena itu, keberadaan pemimpin amat diperlukan sebagai
tokoh perubahan dalam lingkup yang besar. Seorang pemimpin
harus menyadari dan memahami posisinya tersebut, karena akan
menentukan langkahnya termasuk dalam melakukan transformasi
perubahan sosial sehingga orang lain mau mengikutinya (they have
a unique ability to get others to follow them). Sehingga misi peru-
bahan (change) yang diinginkannya dapat berjalan sesuai hara-
pan.62
Dalam hal retorika dakwah bil-lisan aktivitasnya selalu ber-
kaitan dengan dakwah. Yang berorientasi pada, ceramah, pidato,
khotbah dan sebagainya. TGB Zainul Majdi rutin safari berdakwah
berkeliling ke beberapa kota di Indonesia apalagi TGB zainul Maj-
di juga saat ini menjabat sebagai ketua umum OIAA pusat, banyak
undangan yang menghampiri beliau. Dalam hal kajian rutin beliau
mengisi pengajian bulanan di masjid Hubbul Wathan Islamic Cen-
ter. Dan juga TGB Zainul Majdi mengisi kajian dan acara religi di
beberapa stasiun TV dan radio diantaranya:
60
Wawancara Langsung dengan TGB Zainul Majdi, 04 Oktober
2019. 61
Hidayatullah. Com, “Politik di Mata TGB”. https://www.hidaya
tullah.com/berita/wawancara/read/2018/02/23/136304/politik-di-mata-
tuan-guru-bajang-m-zainul-majdi.html. diakses tgl 26 september 2019. 62
David I Bertocci, Leadership in Organization, There is Different
Between Leaders and Managers (American: University Press of America,
2009), XVI.
Mochammad Zia Ulhaq | 145
1. TVRI acara “Kajian Tafsir Bersama TGB”.
2. Metro TV acara religi “Demi Masa”. Tayang pada saat
bulan Ramadhan.
3. RCTI acara “Hafiz Indonesia”.
4. TGB juga rutin mengisi kajian di Radio Dakwah lokal
Hamzanwadi dengan program, “Anda Bertanya Tuan
Guru Menjawab”.
Pengamalannya dalam Dakwah bil-qalam beliau menyempat-
kan diri untuk mengukir retorika lewat torehan kalimat per kalimat
di dalam buku. Itu merupakan Ikhtiar TGB berbicara mengenai
gagasan untuk kemajuan dan kebangkitan umat melalui tulisan.
Menurutnya, “Meraih Kejayaan suatu masyarakat dan umat mela-
lui Literasi sebagai jalan untuk menunjukkan cinta kita terhadap
kitab suci Al-quran, saat menulis itulah kita bisa melihat keindahan
ilmu melalui guratan dari kalimat per kalimat.”63
Diantara karya-
nya dalam bidang dakwah bil-qalam:
1. Buku yang berjudul “TGBNOMICS Ikhtiar NTB Untuk
Indonesia”.
2. Buku yang berjudul “Tuan Guru Bajang Santri Memba-
ngun Negri”.
3. Buku yang berjudul “Ulama Pemimpin Kiprah Tuan Guru
Bajang dalam Membangun Umat”.
4. Buku yang berjudul “TGB Ulama dan Umara Memimpin
Dengan Hati”.
63
Hidayatullah.com, ”TGB Dinobatkan Sebagai Tokoh Perbukuan
Islam.” diakses 20 September 2019 dari https://www.hidayatullah.com/
berita/nasional/read/2018/04/19/140827/tgb-dinobatkan-sebagai-tokoh-
perbukuan-islam.html
146 | Retorika Dakwah dalam Politik...
D. Analisis Tahapan (The Five Cannons of Rhectoric) Retorika
TGB Zainul Majdi
Pada tahapan ini penulis menganalisis dari beberapa video
yang masih berkaitan dengan video sebelumnya. Akan tetapi dalam
tahapan ini berbeda dalam cara menganalisis pidato atau ceramah
TGB Zainul Majdi. Pada tahapan ini berkaitan dengan penyusunan
pidato atau ceramah melalui tahapan-tahapan melalui 5 hukum
tahapan retorika Aristoteles The Five Canons of Rhetoric. Menge-
nai hal-hal retoris yang berkaitan dengan pernyataan-pernyataan
politiknya. Karena penggunaan retorika umum digunakan oleh
semua elemen yang berkecimpung dalam dunia dakwah dan poli-
tik. Melalui retorika sebagai alat untuk mengemas pesan gagasan
menjadi menarik. Dari pola tersebut, tersusunlah tahapan-tahapan
retorika menurut Aristoteles dan ahli retorika klasik (Socrates dan
Plato) lima tahap penyusunan pidato yang dikenal sebagai lima
hukum retorika The Five Canons of Rhetoric. Dengan 5 tahapan
retorika, penulis menganalisis isi dan tahapan-tahapan ceramah dan
pidato TGB Zainul Majdi meliputi 5 tahapan. 1). Inventio (pene-
muan tema) 2). Dispositio (Penyusunan) 3). Elocutio (Gaya pilihan
kata) 4). Memoria (Ingatan dalam penyampaian pidato) 5). Pronon-
titio (Cara Penyampaian).64
1. Inventio (Penemuan Tema dan Argumen)
Satu diantara lima hukum retorika adalah inventio yakni unsur
pertama yang memiliki fungsi sebagai penggali tema atau topik.
Tema yang dimaksud bukan hanya isi tetapi juga sisi tertentu dari
suatu peristiwa yang saling berkaitan.65
Dalam tahapan ini pembi-
cara juga menyeleksi tema yang tepat dengan pendengar dan me-
64
Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Ban-
dung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012) h. 6 65
Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, h. 6
Mochammad Zia Ulhaq | 147
nguasai banyak hal tentang topik yang ingin disampaikannya.
66
Dalam menganalisis penelitian ini terdapat video diambil ketika
TGB Zainul Majdi berceramah di masjid Daruttauhid Bandung
dalam kegiatan safari dakwah dan politiknya, disampaikannya
melalui konsep ceramah. Berikut kutipan dari ceramah TGB Zainul
Majdi dengan mengambil tema “Ma’rifatullah dengan topik pem-
bahasan potret kehidupan manusia pada masa lampau”. Berikut
kutipan ceramah TGB Zainul Majdi terkait konsep Ma’rifatullah.
“Para ulama mengatakan jika Anda mencabut satu huruf saja
dari Alquran lalu Anda cari dari semua kamus-kamus Baha-
sa Arab yang ada untuk mengganti, satu huruf itu dengan
huruf yang lain. Maka engkau tidak akan menemukan gan-
tinya, jadi mengenai kepastian dan ketepatan di dalam
Alquran itu betul-betul mencengangkan. Bagaimana suatu
makna-makna itu saling berjalin dan berkaitan dengan struk-
tur Bahasa Arab yang tidak bisa digantikan, bahkan oleh
orang Arab yang paling fasih sekalipun. Maka ketika Allah
berfirman fa inna ma’al-‘usri yusrā, inna ma’al-‘usri yusrā.
Dalam dua ayat ini ada dua kalimat ma’rifat yaitu ’al-‘usri
yang artinya kesulitan dan yusrā yang artinya kemudahan.”67
Penjelasan TGB Zainul Majdi mengenai ma’rifatullah terlihat
di penanggalan tema bagaimana Allah SWT menaruh suatu kemu-
dahan setelah adanya kesulitan. Jadi dalam tema ini TGB Zainul
Majdi menggali tema yang berkaitan dengan ma’rifatullah menge-
nalkan Allah melalui kemahakuasaannya Allah dengan menjelas-
kan kemudahan-kemudahan yang Allah berikan kepada hambanya.
Jadi TGB memberikan tema dan penjelasan begitu berkaitan antara
satu dengan yang lainnya, itu merupakan keselarasan antara tema
66
Stephen E. Lucas, The Art Public Speaking, (Mcgraw-Hill Singa-
pore 2001), hal. 75 67
Youtube.com, “Penuh Hikmah, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid
Daruttauhid Bandung”, diakses tanggal 26 september 2019 dari https://
www.youtube.com/watch?v=zptVJUYGCnU
148 | Retorika Dakwah dalam Politik...
dari ceramah yang dibawakannya. Hal ini terbukti pada tahapan
inventio suatu penemuan tema pembahasan. Menurut Aristoteles
bahwa retorika tidak lain merupakan suatu kemampuan seseorang
untuk menentukan suatu topik, tema dan kejadian tertentu, dengan
menggunakan metode persuasi.
2. Dispositio (Penyusunan Bahan)
Seringkali kita menemukan seseorang yang ceramah atau ber-
pidato panjang tanpa memperoleh apa-apa selain kelelahan dan
kejenuhan. Ini disebabkan pembicara mempunyai bahan yang ba-
nyak namun tidak mampu mengorganisasikannya. Pidatonya yang
tidak teratur bukan saja menjenuhkan tetapi membingungkan pem-
bicara itu sendiri. Dalam berpidato dibutuhkan kemampuan untuk
mengatur atau menyusun bahan-bahan yang akan disampaikan
terutama dalam pengorganisasian Dalam penyusunan pidato TGB
Zainul memilki kekurangan terutama dalam hal persiapan. Lemah-
nya persiapan dalam penyusunan pidato dengan impromptu yaitu
penyampaian suatu gagasan atau informasi tidak didahului dengan
adanya persiapan terkesan mendadak dan spontan, impromptu me-
miliki beberapa keuntungan, yaitu impromtu lebih mampu mengu-
ngkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, dan mampu me-
nyampaikan gagasan dan pendapatnya datang secara spontan,
sehingga tampak segar dan hidup.68
Ini kekurangan dalam segi
penyusunan pidato. Akan tetapi melalui kepiawaiannya dalam pe-
nyusunan retorik hal ini mampu dilalui TGB, terlihat dari beberapa
pidato atau ceramah-ceramah yang penulis analisis melalui video-
videonya.
Skema yang digunakan dalam pidato TGB Zainul Majdi ini
masih termasuk tahapan Five Canons of Rhetoric, diantaranya ma-
sih terdapat suatu pengantar, pernyataan, diikuti dengan argumen.
Karena menurut Aristoteles menyebutkan bahwa pengantar ber-
fungsi menarik perhatian dan menumbuhkan kredibilitas serta
68
Stephen E. Lucas, The Art Public Speaking, (Mcgraw-Hill Singa-
pore 2001), hal. 272.
Mochammad Zia Ulhaq | 149
menjelaskan tujuan di awal. Pernyataan dan argumen merupakan
suatu pembahasan yang disampaikan dalam pidato, sedangkan
epilog adalah penutup dari pidato itu sendiri. Menurut Cicero
mengorganisasikan pidato terbagi atas tiga bagian yaitu, pendahu-
luan (muqadimah) bagian utama (isi), dan penutup lalu suatu
kesimpulan. Pendahuluan terdiri atas ucapan salam atau sapaan,
pembukaan dan penghantar ke dalam tema yang akan dibicarakan
sedangkan bagian utama (isi) terdiri atas pernyataan, argumen dan
pembuktian, serta untuk penutup terdiri atas rangkuman, tindakan
kongkret yang harus dijalankan, tuntutan, dan harapan.69
Contoh
kutipan pidato TGB Zainul Majdi yang masih berkaitan dengan
tema sebagai berikut.
a) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan tahapan yang penting dalam penyu-
sunan pidato karena berkaitan dengan kesan pertama dari si pem-
bawa pesan. Pendahuluan dirancang untuk menarik minat pende-
ngar. Termasuk gerbang awal mengetahui suatu tema yang akan
disampaikan.70
Meliputi salam pembuka (sapaan) dan kalimat pem-
buka. Bentuk contoh pendahuluan dari pidato TGB Zainul Majdi.
“Alhamdulillahilladzi ‘anama ‘alaina bi ni’matil iman, wal
islam. Wakafa bihima min ni’mah Asyahadualla ilaha illa-
loh, wa asyhadu anna Muhammadan‘abduhu wa rosulluhu.
La nabiya ba’da amma ba’du. Allohuma sholi ala Muham-mad waala ali syaidina Muhammad. Yang saya muliakan,
pimpinan Daruttauhid dan beberapa tokoh-tokoh yang saya
hormati dan saya muliakan, bapak-bapak ibu ibu. Alhamdu-
lillah wa syukurilah malam yang kita berkahi ini malam
Jum’at sayyidul ayyam, malam yang penuh dengan kemulia-
69
Hendrikus Dori Wuwur, Retorika. (Jakarta: Rajawali Pers. 1991),
hal. 63 70
Loren Reid, Speaking Well Loren Red, (United States of America:
McGraw-Hill College,1982), hal. 125
150 | Retorika Dakwah dalam Politik...
an ini saya Zainul Majdi. Diizinkan oleh Allah untuk bersila-
turahmi dan duduk di sini Bersama bapak dan ibu.”71
Dalam berpidato memang tidak pernah lepas dari salam pem-
buka (sapaan), Secara sistematis setelah adanya salam pembuka,
maka akan dilanjut dengan pembahasan awal atau kita kenal de-
ngan pendahuluan. Berikut kutipan data tentang pendahuluan dari
pidato TGB Zainul Majdi di Daruttauhid.
“Bapak-bapak dan ibu-ibu sebenarnya malam ini setelah saya
amati dengan tema ma’rifatullah, sebenarnya saya masih sangat
jauh sekali dari ma’rifatullah. Belum sampai disitu juga saya su-
dah harus mengkaji mengenai akhlak yang biasa dibahas oleh
AA Gym, yang dimana saya juga masih belajar tentang akhlak.
Ini malam yang sulit buat saya tapi saya ingat pada surat Al-
insyirah, bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan setelahnya.
Ini adalah ayat yang menghibur untuk kita semua.”72
Kalimat tersebut adalah suatu bentuk sapaan TGB Zainul
Majdi terhadap masyarakat di Daruttauhid Bandung dalam me-
nyampaikan ceramahnya dengan sikap yang rendah hati, dan sikap
yang tawadhu. Di situlah kepiawaian TGB Zainul Majdi dalam
membangun suasana yang akrab dan hangat sebelum kebagian inti
TGB Zainul Majdi. Dalam berpidato dan berceramah seseorang
dituntut mampu mengatur suasana, sehingga dalam menyampaikan
gagasan dan pidatonya. Audiens tidak merasa jenuh melainkan
antusias untuk menyimak penjelasan dari kalimat per kalimatnya.
Dengan begitu dengan kesan pertama dalam membangun suatu ko-
munikasi ada pada pembukaan dan pendahuluan.
71
Youtube.com, Penuh Hikmah, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid
Daruttauhid Bandung”, https://www.youtube.com/watch?v=zptVJUYG
CnU. Diakses tanggal 26 September 2019. 72
Youtube.com, Penuh Hikmah, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid
Daruttauhid Bandung, Diakses tanggal 26 september 2019.
Mochammad Zia Ulhaq | 151
b) Bagian Utama (isi)
Pada tahapan ini merupakan bagian utama dari susunan pidato
bagian dimana suatu ide dan tema dikembangkan dengan penjela-
san yang logis, saling berkaitan antara tahapan satu dengan tahapan
yang lainnya.73
TGB Zainul Majdi menjelaskan tentang isi penjela-
san materinya meliputi pernyataan, argumen, dan bukti. Berikut
kutipan pernyataan pada bagian isi ceramah TGB Zainul Majdi.
“Potret manusia dalam hal individu maka manusia dalam
Alquran itu penuh dengan kelemahan dan keterbatasan, pot-
ret seperti ini bapak-bapak ibu-ibu cepat atau lambat itu
akan bergeser, ketika bergeser manusia dari sendiri-sendiri
menjadi bersama-sama maka timbullah panggilan Allah da-
lam kebersamaan dengan panggilan ya Ayyuhannas mulailah
kita timbul aura kekuatan, kebersamaan, dan persatuan, keti-
ka satu itu menjadi kebersamaan, dan individu menjadi
kolektif, maka mulai terasa ada suatu kekuatan yang besar.
Sesuatu yang kolektif itu kemudian mencapai suatu puncak-
nya menjadi betul-betul kekuatan yang luar biasa, pada masa
dulu Nabi Muhammad mengubah peradaban dunia ketika Ya Ayyuhannas hai manusia, menjadi Ya ayyuhalladzina ama-
nu. Wahai orang-orang yang beriman. Dan pada akhirnya
Allah menyebutkan hambanya dengan Kuntum Khaira
Umah, kita adalah umat yang terbaik yang allah pernah
lahirkan di muka bumi ini untuk menjadi orang yang terus
menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.”74
Isi pernyataan di atas merupakan penjelasan kepada para
jamaah bahwa potret kehidupan manusia di Jazirah Arab pada
masa lalu itu hidup secara bersuku-suku dan berkelompok-kelom-
pok, hanya gara-gara air atau makanan mereka bisa saling berteng-
73
Loren Reid, Speaking Well Loren Red, (United States of America:
McGraw-Hill College,1982), hal. 129. 74
Youtube.com, Penuh Hikmah, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid
Daruttauhid Bandung, Diakses tanggal 26 september 2019.
152 | Retorika Dakwah dalam Politik...
kar dan membunuh, begitu sensitifnya kehidupan dan ajaran manu-
sia pada masa lalu. Tidak mengenal namanya kebersamaan dan
persaudaraan, akan tetapi dengan lahirnya Nabi Muhammad seo-
rang yang mulia beliau yang memberikan suatu perubahan pada
kehidupan manusia. Lewat firman Allah melalui lisannya, menga-
jarkan tata cara hidup seorang manusia secara berdampingan de-
ngan saudara dan masyarakat. Melalui cara yang bertahap pada
awalnya Allah memanggil manusia dengan panggilan ya Ayyuhan-
nas dari sini mulailah kita timbul aura kekuatan, kebersamaan, dan
persatuan, dari manusia yang berkelompok-kelompok menjadi sua-
tu kebersamaan dengan sebutan ya Ayyuhannas ketika satu kelom-
pok itu menjadi satu kebersamaan, dan individu menjadi kolektif,
maka dari situ mulai ada kekuatan yang besar. Sesuatu yang kelom-
pok itu kemudian mencapai suatu puncaknya dengan panggilan Ya
ayyuhalladzina amanu. Ini menjadi betul-betul kekuatan yang luar
biasa, dan akhirnya Allah menyebutkan dengan panggilan Kuntum
khaira umah umat yang terbaik ini adalah puncak terbaik seorang
melalui firman Allah lewat lisan Nabi Muhammad mengubah pera-
daban dunia ketika Ya Ayyuhannas menjadi Ya ayyuhalladzina
amanu dan puncaknya Kuntum khaira umah. Suatu penggalan
ceramah TGB Zainul Majdi dengan mengangkat tema “Potret Ke-
hidupan Manusia Pada Masa Lalu.” Melalui ceramahnya berupa-
ya mengontrol pikiran dan tindakan jamaahnya. Kontrol tersebut
digunakan dengan cara meyakinkan dan menjelaskan dengan baha-
sa yang mudah dipahami kondisi masyarakat. Berdasarkan penga-
laman belajarnya sebagai seorang Doktoral Tafsir-Hadis dia mam-
pu membuat suatu tema yang cocok dan berkaitan dengan tema
yang dibawakannya.
c) Penutup
Penutup pada umumnya terdiri dari rangkuman tindakan ko-
ngkret yang harus dijalankan, tuntutan dan harapan. Berikut kuti-
pan ceramah TGB Zainul Majdi.
Mochammad Zia Ulhaq | 153
“Bapak-ibu hal-hal yang menyangkut tentang keumatan itu
sering terjadi pengulangan-pengulangan, menurut Ibnu Khal-
dun peradaban itu seperti manusia kumpul dua tiga orang
lalu semakin besar, buat satu kampung lalu kampung itu
semakin besar menjadi kampung besar kemudian sepakat
suatu kampung membuat negara dan supaya tertib mereka
menyepakati membuat suatu hukum. Lalu kemudian dengan
bekal hukum dan kesepakatan tersebut mereka bangunlah
negara itu, setelah mereka bangun lahirlah sarana produksi
lalu itu menghasilkan uang. Maka dengan itu sarana-sarana
makindibangun, dan semakin banyak uang lalu masuklah pe-
nyakit kemalasan, hedonisme dimana-mana mulailah pera-
daban itu retak dan hancur. Ketika hancur kembali lagi dan
terus-menerus seperti itu, itu yang dikatakan Ibnu Khaldun
mudah-mudahan kita dalam masa yang baik, bukan masa
dimana peradaban itu hancur.”75
TGB Zainul Majdi menggunakan skema seperti di atas untuk
menyusun dan menggunakan pola secara tepat, sehingga mampu
menciptakan keserasian antar paragraf serta lebih teratur. Sebagai-
mana unsur tematik dengan superstruktur ini merupakan satu kesa-
tuan yang berurutan dan padu. Dalam arti, apa yang diutarakan
dalam bagian pertama akan diikuti dan dikuatkan dalam bagian
berikutnya. Pola seperti ini digunakan oleh TGB Zainul Majdi
sebagai strategi untuk mendukung topik yang ingin disampaikan
dengan cara mengorganisir retorika lebih sistematis. Kematangan
TGB Zainul Majdi dalam berpidato atau berceramah itu ditunjang
dari kepaduan dalam penyusunan tema dan pokok pembahasan
sehingga apa yang disampaikan begitu selaras antara tema isi dan
penutup, yang diawali dengan salam pembuka dan sapaan untuk
menanamkan suasana ramah dan hangat, lalu dimulai dengan
pendahuluan untuk menggiring jamaah masuk ke dalam suasana
yang di buat oleh TGB Zainul Majdi dengan memberikan gamba-
75
Youtube.com, “Penuh Hikmah, Kajian Ma’rifatullah di Mesjid
Daruttauhid Bandung”, diakses tanggal 26 September 2019 dari https://
www.youtube.com/watch?v=zptVJUYGCnU
154 | Retorika Dakwah dalam Politik...
ran dan situasi. Sebelum masuk ke bagian inti atau isi yang akan
dibahas, kemudian masuk ke inti pembahasan yang di dalamnya
terdapat suatu pernyataan, argumen dan pembuktian dari TGB Zai-
nul Majdi. Setelah itu dilanjutkan mengenai suatu gambaran dan
rangkuman dari pidato TGB Zainul Majdi yang dimana suatu cera-
mah itu memiliki harapan dan tindakan konkrit dari para jamaah
untuk mengamalkannya. Dengan begitu TGB Zainul Majdi mampu
memberikan suatu penyajian pidatonya terstruktur dengan baik.
3. Elocutio (Gaya Bahasa)
Pada bagian ini menekankan pada pemilihan kata-kata dan
penggunaan bahasa yang tepat untuk mengemas pesannya.76
Peng-
gunaan bahasa dalam retorika umum digunakan oleh semua elemen
yang berkecimpung dalam dunia politik. Penggunaan bahasa dila-
kukan dengan cara pemilihan kata atau kalimat yang sesuai dengan
tipe pendengar, sehingga mampu menarik dan mempengaruhi pen-
dengar pihak lain agar percaya, dengan ide-ide, pencerahan mau-
pun gagasan-gagasan yang disampaikan oleh seorang orator, dari
pemilihan bahasa yang tepat itu membuat ikatan dan menjembatani
sampainya isi pesan kepada pendengar.77
Dalam retorika pilihan
kata dan penggunaan bahasa sangat diperhatikan, karena dengan
kepiawaiannya dalam membawakan bahasa yang sesuai dengan
pendengar sehingga tidak terkesan menyinggung. Penggunaan gaya
bahasa dapat dijelaskan pada data berikut. Pada tanggal 12 novem-
ber 2018 ketika TGB Zainul Majdi menjelaskan kriteria seorang
imam yang ideal di tengah-tengah masyarakat dan para jamaah
persaudaraan alumni 212.
76
Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Ban-
dung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012) h. 8 77
Stephen E. Lucas, The Art Public Speaking, (Mcgraw-Hill Singa-
pore 2001), hal. 272.
Mochammad Zia Ulhaq | 155
a) Aliterasi
Gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama.
Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa,
untuk hiasan atau untuk suatu penekanan makna dari sebuah kata
atau meningkatkan ritme suara.78
Dapat dilihat pada data berikut.
“Jika kalian menjadi imam bagi masyarakat secara umum harus
menggunakan surah-surah yang pendek, jangan karena hafidz
Qur’an banyak hafalan datang ke masjid dengan membaca surah
Al-Baqarah.”79
Perulangan bunyi pada tempat-tempat tertentu. Selalu terjadi
pada gaya bahasa aliterasi. perulangan tersebut diterapkan untuk
menimbulkan efek penekanan dalam suatu kalimat yang disampai-
kannya. Seperti kalimat di atas dalam pernyataan kalimat tersebut
terdapat perulangan bunyi kata “surah-surah”. Yang memiliki
makna yang terdapat dalam kata tersebut adalah penekanan bahwa
masyarakat yang kelak dipercaya menjadi seorang imam, agar
memperhatikan isi bacaan surah agar tidak membacakan surah
yang panjang, karena kemampuan seorang makmum yang berbeda-
beda.
b) Asindeton
Suatu gaya yang berupa acuan, bersifat singkat dan padat yang
mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihu-
bungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipi-
sahkan saja dengan koma.80
Seperti ucapan “saya datang, saya
78
Stephen E. Lucas, The Art Public Speaking, hal. 256. 79
Youtube.com, “TGB Jangan Buat Orang Lain Lari dari Islam
karena Salah Menyajikannya”, diakses 20 September 2019 dari https://
www.youtube.com/watch?v=j4Xk8KZhI4g 80
Moch. Ferdy Ardiansyah, Analisis Retorika Basuki Tjahaja Purna-
ma Dalam Kampanye Rakyat Pemilihan Kepala Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Di Rumah Lembang 2017 Kajian Retorika Aristoteles, Jurnal
Bahasa, Vol. 01 No. 01 Tahun 2012.
156 | Retorika Dakwah dalam Politik...
lihat, saya menang”. Dan berikut kalimat yang disampaikan oleh
TGB Zainul Majdi di hadapan para jamaah. “Cara kalian menyaji-
kan Islam, buat orang lain bukan cinta Islam, malah jadi menja-
uh.”81
Berdasarkan pernyataan TGB Zainul Majdi di atas terdapat
suatu gaya bahasa asindeton yang memiliki kepadatan dari bebera-
pa kata, frasa, atau klausa yang sederajat dan tidak dihubungkan
dengan kata sambung. Biasanya hanya dipisahkan dengan tanda
koma. Pada kalimat tersebut terdapat kepadatan dari beberapa kata,
seperti “cara kalian menyajikan Islam, buat orang lain bukan cinta
Islam, malah jadi menjauh”. Makna yang terkandung dalam kali-
mat tersebut adalah cara kita sebagai umat Islam harus cerdas da-
lam menyikapi suatu situasi di tengah-tengah masyarakat yang
memiliki kemampuan dan kesibukan yang berbeda-beda, ketika
menjadi seorang imam dituntut untuk mampu menghadirkan
kenyamanan untuk jamaah dan masyarakat.
c) Eufemismus
Kata eufemisme atau eufemismus diturunkan dari kata Yunani
euphemizein yang memiliki arti “mempergunakan kata-kata dengan
arti yang baik atau dengan maksud dan tujuan yang baik”. sebagai
gaya bahasa, eufemisme merupakan semacam acuan berupa suatu
ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang lain, dengan
ungkapan yang halus dan baik, untuk menggantikan ungkapan yang
mungkin dirasa menghina atau menyinggung perasaan orang lain.82
Seperti pada data kalimat berikut.
“Tapi kalau masjid yang biasa yang umum, maka gunakan
surah yang pendek tidak menggunakan surah yang panjang-
81
Youtube.com, “TGB Jangan Buat Orang Lain Kari dari Islam
karena Salah Menyajikannya”, diakses 20 september 2019 dari https://
www.youtube.com/watch?v=j4Xk8KZhI4g 82
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa. (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2010), hal. 132.
Mochammad Zia Ulhaq | 157
panjang, ini bagian dari akhlak yang diajarkan Nabi Muham-
mad Shalallahualaihi wasalam kepada umatnya.”83
Gaya bahasa eufemismus merupakan gaya bahasa yang memi-
liki tujuan yang baik dengan suatu pernyataan atau ungkapan yang
tidak menyinggung perasaan orang lain. Gaya tersebut terdapat
dalam ceramah TGB Zainul Majdi di hadapan masyarakat dan
jamaah FPI. Makna yang terkandung dalam pernyataan tersebut
adalah bahwa, dalam hal pembacaan surah saja itu sudah ada adab
dan tata caranya, jika dilakukan di tengah-tengah masyarakat. Dan
tata cara itu adalah akhlak yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW untuk diaplikasikan oleh masyarakat.
d) Litotes
Semacam ungkapan atau pernyataan yang bersifat pembelaan
dengan gaya merendahkan diri, dengan tujuan menyangkal argu-
men pembelaan kepada lawan bicara karena tidak sesuai dengan
kenyataan.84
TGB Zainul Majdi menggunakan retorika dengan
gaya litotes yang merupakan gaya bahasa menyatakan sesuatu
dengan tujuan merendahkan diri akan tetapi bersifat menyangkal
suatu argumen. Ini digunakan ketika TGB Zainul hadir di acara
QNA di Metro TV pada 30 Oktober 2018. TGB Zainul Majdi
disinggung pertanyaan oleh seorang wartawan senior Bung Kohar
dengan keterlibatannya dengan kasus korupsi investasi Newmont
dia menjawabnya dengan.
“Saya sangat menghormati pers selama perhikmatan saya di
ranah publik 4 tahun di DPR, 10 tahun menjadi Gubernur,
Insya Allah saya tidak menyakiti pers. Akan tetapi jika ada
hal-hal yang mencoba untuk memframing saya dengan hal
83
Youtube.com, “TGB Jangan Buat Orang Lain Lari dari Islam
karena Salah Menyajikannya”, diakses 20 September 2019. 84
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa. (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2010), hal. 132.
158 | Retorika Dakwah dalam Politik...
yang tidak baik… Saya jaga kehormatan itu dan saya tidak
mau kalau integritas kehormatan yang mana itu adalah mo-
dal utama saya selama ini saya berkiprah di ranah publik
kemudian dirusak begitu saja.”85
Litotes merupakan gaya bahasa yang dipakai untuk menyata-
kan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri dibarengi dengan
suatu argumen dan pembelaan. Pada pernyataan tersebut terdapat
argumen TGB Zainul Majdi dengan menyatakan penghormatannya
terhadap pers selama pengabdiannya di ranah politik, akan tetapi
TGB Zainul Majdi tidak setuju jika integritas dan kehormatannya
diframing dengan hal yang tidak baik.
e) Prolepsis
Semacam gaya bahasa di mana orang mempergunakan lebih
dahulu kata-kata sebelum peristiwa itu terjadi (harapan) atau gaga-
san yang sebenarnya belum terjadi. bisa juga disebut ramalan atau
dugaan sementara.86
Ini kalimat TGB Zainul Majdi ketika me-
nyampaikan suatu pernyataan kepada wartawan di Jak TV pada
tanggal 27 April 2018 sebagai berikut.
“Bahwa masih banyak potensi-potensi dalam hal ekonomi
NTB yang sekarang ini masih dalam tahap awal untuk pe-
ngembangannya. Untuk ikut membangun wisata cultural
tourisme. Gunung Rinjani sebentar lagi akan menjadi Glo-
bal Geopark, Tambora menjadi national Geopark, dan itu
membutuhkan komitmen untuk ke depannya. Jadi itu harus
dijaga terus momentum untuk kita membangun NTB.”87
85
Youtube.com, “Q&A: Metro TV Tanya Tuan Guru”, diakses 20
September 2019 dari https://www.youtube.com/watch?v=VzqBOjJIPBQ
&t=86s 86
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa. (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2010), hal. 134. 87
Youtube.com, “Jak TV TGB Persaudaraan Kunci Utama Pemba-
ngunan di NTB”.
Mochammad Zia Ulhaq | 159
Gaya bahasa prolepsis ini merupakan gaya bahasa yang
dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata sebelum pe-
ristiwa yang sebenarnya terjadi. Hal tersebut seperti pada pernya-
taan di atas terdapat gaya bahasa prolepsis yakni pada “Bahwa
masih banyak potensi-potensi dalam hal ekonomi NTB yang seka-
rang ini masih dalam tahap awal untuk pengembangan-nya. Untuk
ikut membangun wisata cultural tourisme.” Makna yang terkan-
dung pada kalimat tersebut adalah banyak sekali poten-si-potensi
di NTB yang nanti akan memberikan keuntungan dalam hal ekono-
mi melalui pariwisata yang ada di NTB.
f) Hiperbola
Semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan
yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Hiperbo-
la adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyata-
an yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Hiper-
bola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan
yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya dengan
maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi
untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.88
Se-
perti yang dikatakan TGB Zainul Majdi ketika menjawab perta-
nyaan dari Najwa Syihab dalam acara Mata Najwa di Trans 7 pada
20 September 2019 sebagai berikut. “Masyarakat mengira Guber-
nur bisa menuntaskan semua masalah, mungkin di pikiran mereka
Gubernur seperti Khalifah raja zaman dulu yang bisa menuntaskan
semua permasalahan.”89
Makna dari pernyataan tersebut adalah,
TGB Zainul Majdi ingin memberikan suatu penjelasan dengan
bahasa kalimat yang unik. Dengan maksud bahwa seorang guber-
nur saat ini bukan seperti khalifah zaman dahulu, dimana setiap
88
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa. (Jakarta: PT Gramedia Pus-
taka Utama, 2010), hal. 132. 89
Mata Najwa, “Indonesia Rumah Kita: Para Gubernur Dua Perio-
de”, diakses 20 September 2019 dari https://www.youtube.com/watch?
v=L54GVeQO7x4
160 | Retorika Dakwah dalam Politik...
permasalahan yang diadukan kepada sang Khalifah semua
permasa-lahan itu bisa segera beres dan tuntas.
4. Memoria (Ingatan Bahan Pidato)
Dalam tahap ini pembicara harus mengingat apa yang ingin
gagasan dan pesan apa yang ingin disampaikannya, dengan me-
ngatur bahan-bahan pembicaraannya.90
Tahap ini adalah tahap
yang paling penting untuk kesuksesan dari orator dalam menyam-
paikan pidatonya di depan khalayak karena tahap ini ingatan sangat
mempengaruhi isi pembicara dalam menyampaikan pidatonya. Be-
rikut inilah contoh kutipan dari memori TGB dalam wawancaranya
dengan wartawan senior Claudio Boelkan yang disiarkan di Berita
Satu 13 Juli 2018 dengan mengatakan:
“Saya ada waktu sekitar 4 tahun, dari 2014 sampai sekarang
untuk mengamati dan mencermati dan mencermati kinerja
dan kita di NTB itu selama 4 tahun terakhir itu pertumbuhan
kita di atas rata-rata nasional. Terakhir 7,1% pada tahun 2017
pertumbuhan non tambang kita. Nah kenapa ini bisa terjadi,
salah satu di antaranya memang support dari program-pro-
gram yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat.”91
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa ingatan atau
memori TGB Zainul Majdi berkaitan dengan kinerja kepemerinta-
han Bapak Jokowi yang merujuk pada pengalaman-pengalaman
beliau saat menjabat sebagai Gubernur, dimana respon pemerinta-
han pusat kepada daerah NTB begitu perhatian. Berbeda dari
pemerintahan-pemerintahan sebelumnya. Pemerintahan pusat era
Jokowi selama 4 tahun ini membantu Gubernur dalam menyelesai-
kan program-program kerja yang itu langsung dirasakan oleh ma-
90
Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Ban-
dung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012) h. 8. 91
Youtube.com, “Manuver Tuan Guru Bajang”, diakses 26 Agustus
2019. https://www.youtube.com/watch?v=snsVIl5lCkQ&t=887s
Mochammad Zia Ulhaq | 161
syarakat. TGB Zainul Majdi memberikan suatu dukungan dan
apresiasi terhadap pemerintah pusat dalam hal perhatian terhadap
daerah-daerah.
5. Pronunciatio (Teknik Menyampaikan Pidato)
Bagian kelima dari seni retorika yang berisi cara penyampaian
pidato yang baik. disebutkan bahwa mengemukakan pidato yang
baik sedikitnya memerlukan tiga hal yaitu pengaturan suara (voice),
ekspresi raut muka (countenance), dan gerak tubuh (gesture).92
Visual diperlukan gerak baik tubuh maupun mimik wajah untuk
mempengaruhi emosi dari pendengar. Ada macam-macam gerak
tubuh seperti 1). Gerak seluruh torso seperti, Anda berjalan dari
satu tempat ke tempat lain. 2). Gerak sebagian tubuh meliputi,
gerak tangan, kaki, bahu. 3). ekspresi wajah 4). Postur dan posisi
pembicara ketika duduk atau berdiri.
“Dan ingatlah ketika kalian mengatakan wahai Musa, sekali-
kali kami tidak akan beriman laka (kepada kamu), hatta
nara Allaha Jahratan sampai kami bisa melihat Tuhan, Allah
92
Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Ban-
dung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012) h. 80.
162 | Retorika Dakwah dalam Politik...
itu dengan mata lahiriah kami. Melihat Allah secara lang-
sung.” 93
Pada tahapan ini TGB Zainul Majdi, menciptakan kontak mata
dengan para jamaah untuk menarik perhatian para jamaah di saat
dia menyampaikan ceramah terkait pembahasan tafsir Qs. Al-
Baqarah ayat 61 mengenai Musa dan bangsa Yahudi. TGB meng-
gerakkan tangannya ke arah matanya. Ketika mengucapkan kalimat
“hatta nara Allaha Jahratan sampai kami bisa melihat Tuhan,
Allah itu dengan mata lahiriah kami.” Dalam tahapan pronuncia-
tion TGB Zainul Majdi menyampaikan pesan dibarengi dengan
gerak tubuh, melalui gerak tangan dan kontak mata membuat sua-
sana menjadi menarik, karena ekspresi itu membuatikatan antara
pembawa pesan dengan para jamaah yang mendengarkan. Melalui
gerak tubuh terdapat pesan tersendiri meliputi penjelasan isi cera-
mah atau memperkuat ide-ide dari suatu argumen dari pembawa
pesan tersebut. Karena ini cara paling efektif dalam penunjang
seseorang dalam menyampaikan pesan.94
93
Youtube.com, “Live Kajian Tafsir Qs Al-Baqarah Ayat 61 Islamic
Center NTB”, diakses 20 September 2019 dari https://www.youtube.com/
watch?v=bnwXLG18ULo 94
Stephen E. Lucas, The Art Public Speaking, Mcgraw-Hill Singa-
pore 2001. Hal. 299.
163
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penelitian retorika dakwah dan politik TGB Zainul
Majdi melalui kajian media, peneliti berusaha menganalisis bagai-
mana retorika dakwah yang digunakan TGB Zainul Majdi dalam
kegiatan dakwah maupun kegiatan politik praktisnya. TGB me-
ngombinasikan keduanya karena menurutnya politik adalah alat
perjuangan untuk mewujudkan suatu kebijakan besar yang berpi-
hak kepada masyarakat melalui politik sistem besar akan terbangun
yang memberikan kebaikan untuk umat. Melalui rumusan masalah
bagaimana retorika dakwah dan politik TGB Zainul Majdi dan ba-
gaimana tipe dan identitas retorika politik TGB Zainul Majdi penu-
lis menganalisis dengan metode dakwah melalui surat An-Nahl 125
dan teori retorika politik Aristoteles. Berdasarkan hasil analisis
maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Retorika dakwah TGB Zainul Majdi memiliki retorika
dakwah yang baik meliputi pesan dakwah bil hikmah yakni
mengajak bicara kepada akal manusia dengan cara yang
baik dengan ilmu dan dalil-dalil ilmiah yang memuaskan,
dengan bukti-bukti logika yang cemerlang, Retorika mela-
lui metode mau’izhah hasanah yakni mengajak berbicara
kepada hati dan perasaan agar menyadari dan tergerak un-
tuk mengamalkan suatu kebaikan yang mengandung suatu
bimbingan dan pengajaran, melalui kisah-kisah yang penuh
dengan kebaikan. Dan retorika mujadalah billati hiya ah-
san yakni dengan tukar pendapat dialogis yang dilakukan
oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan per-
musuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat
yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti
yang kuat.
164 | Retorika Dakwah dalam Politik...
2. Retorika politiknya menggunakan beberapa tipe pendeka-
tan diantaranya retorika politik deliberatif suatu narasi
dengan konsep untuk masa depan bertujuan mempengaruhi
dan meyakinkan seseorang pada hal kebijakan-kebijakan
dalam pemerintahan. Retorika politik forensic suatu retoris
yang menunjukkan suatu kebenaran pada yang ada pada
masa lalu dengan melandaskan argumentasi dengan bukti-
bukti yang otentik. Ketiga retorika demonstratif yang ber-
orientasi pada memuji pilihan politik dengan memperkuat
argumentasi dari kebaikannya dan menguak sifat negative
lawan politik.
3. Identitas retorika politiknya yang dihasilkan melalui nara-
si-narasi yang menjadi sikap tergolong dalam identitas
politik noble selves menunjukkan orang yang menganggap
dirinya paling benar, Identitas tersebut tidak ditemukan
pada identitas politik TGB Zainul Majdi. Pada tipe Kedua
dan ketiga terdapat kritik penulis mengenai sikap dan iden-
titas politiknya yang terbentuk melalui proses komunikasi
meliputi tipe rhetorically reflector, merupakan seseorang
yang tidak punya pendirian yang teguh dan hanya menjadi
cerminan orang lain. Sikap ini ada pada seorang TGB Zai-
nul Majdi dalam perjalanan karir politiknya yang berpin-
dah-pindah dari partai satu pada partai lainnya. Tipe ketiga
kritik dalam sikap dan identitas rhetorically sensitive, sikap
orang yang adaptif selalu menyesuaikan diri dengan ling-
kungannya yang cenderung mengikuti keadaan bukan
mengkritisi keadaan.
B. Saran
1. Konflik kekuasaan yang terjadi di organisasi Nahdlatul Wat-
han konflik di organisasi NW adalah konflik perebutan ke-
kuasaan diantara elit NW yang diikuti oleh massa karena
pembelaan terhadap keyakinan massa bahwa salah satu kubu.
NW telah berkembang pesat, amal usaha tumbuh dengan
cepat, dan jamaah menyebar hingga hampir seluruh pelosok
nusantara, bahkan hingga ke beberapa negara. NW diterima,
Mochammad Zia Ulhaq | 165
didukung, dan menjadi tumpuan harapan hampir seluruh
umat Islam di NTB. Untuk ukuran NTB, bahkan mungkin
Indonesia Timur, NW boleh jadi merupakan fenomena sosial
yang sulit dicari tandingannya. Segeralah untuk islah dan
berdamai duduk bersama menatap masa depan NTB yang
bersatu untuk kemajuan negara Indonesia. Menurut penulis
paling tidak ada tiga hal yang perlu dilakukan oleh elit-elit
NW dalam rangka melanjutkan proses islah organisasi. Per-
tama, pemimpin kedua kubu NW segera melakukan Mukta-
mar islah untuk memilih pemimpin NW yang baru yang lebih
legitimate dan bersih dari sejarah konflik. Muktamar islah ini
penting dilakukan dalam rangka memutus mata rantai kon-
flik dan pro-kontra terhadap kepengurusan NW sebelumnya.
Kedua, calon pemimpin NW yang baru harus mampu me-
ngakomodasi kepentingan kedua kubu NW secara berim-
bang dan adil sehingga tidak memunculkan resistensi dari
salah satu kubu. Dengan mengisi formasi kepengurusan de-
ngan jumlah yang sama dari kedua kubu. Dengan demikian
tidak ada kubu yang dominan terhadap kubu yang lain. Keti-
ga, melakukan modernisasi NW karena NW organisasi besar
dan identik di tengah masyarakat NTB. Perlu adanya mode-
rasi dalam semua bidang termasuk sistem kepengurusan,
rekruktmen dan adminsitrasi organisasi. Dengan adanya
pembaruan modernisasi organisasi ini diharapkan dapat
menjadi wadah umat untuk persiapan generasi berikutnya.
Dan juga mengurangi adanya potensi konflik di kalangan
elit-elit NW lagi akibat adanya penyimpangan aturan organi-
sasi.
2. Teruntuk TGB Zainul Majdi semangat dalam berdakwah
menjadi kader terbaik bangsa melalui pesan-pesan moderasi,
pesan-pesan menumbuhkan cinta kebangsaan. dan juga suk-
ses dalam berkiprah di dalam pengabdiannya di ranah politik
dengan menumbuhkan nilai-nilai dakwah Islam didalamnya,
karena masih sangat minim sekali seorang ahli agama yang
mau terjun langsung keterlibatannya dalam politik praktis,
166 | Retorika Dakwah dalam Politik...
akan tetapi keistiqamahan dan konsitensi itu penting dalam
mengambil suatu keputusan politik, karena TGB Zainul
Majdi bukan hanya seorang politisi tapi citra agama sebagai
tuan guru melekat pada dirinya. Seperti yang dikatakan dah-
lan iskan “Bahwa TGB Zainul Majdi seorang yang komplit,
seorang ahli agama, umurnya masih 43 tahun masa depan-
nya panjang terbentang untuk Indonesia.” Terus berkarya
karena masa masih Panjang dan depan terbuka luas untuk
sosok seperti TGB Zainul Majdi.
C. Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, berikut implikasi penelitian baik
secara akademis maupun praktis :
1. Implikasi Akademis
Pada dasarnya penelitian ini merupakan sebuah kajian
retorika dakwah yang berusaha mengelaborasi kajian retorika
politik dan penerimaan khalayak terhadap pesan media. Pene-
litian ini juga diharapkan menyumbangkan kajian lebih lanjut
akan retorika dakwah dalam kegiatan politik praktis utamanya
pemaparan akan bagaimana proses terbentuknya khalayak ak-
tif. Penelitian lanjutan tentang retorika dakwah dan polik lahir
setelah penelitian ini dengan kajian yang lebih mendalam dan
memperhatikan kesamaan topik pembicaraan dari para politisi
yang dikaji, sehingga hasilnya pun akan bisa dibandingkan
antara satu politisi dengan politisi lainnya.
2. Implikasi Praktis
Secara praktis, kajian ini diharapkan bermanfaat bagi po-
litisi dapat merencanakan suatu retorika secara baik sehingga
komunikasi politiknya tidak mendapatkan resistensi dari
publik.
Mochammad Zia Ulhaq | 167
Rekomendasi Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, berikut
ini rekomendasi penelitian baik secara akademis maupun praktis:
1. Rekomendasi Akademis
Penelitian ini pada dasarnya mengelaborasi lebih lanjut
tentang aspek-aspek penerimaan pesan terhadap khalayak ter-
hadap suatu pesan dakwah dan retorika politik, yang dilaku-
kan aktor politik secara langsung atau melalui media. Dalam
pengamatan yang peneliti lakukan, khalayak secara aktif dalam
memberikan pemaknaan terhadap pesan media dipengaruhi
berbagai faktor agama, kultural, politik, sosial. Untuk itu perlu
juga ditelaah lebih dalam mengenai siapa tokoh atau aktor
politik yang memiliki suatu keunikan di panggung politik
Nasional agar menjadi suatu tulisan yang menarik.
2. Rekomendasi Praktis
Bagi politisi hendaklah merencanakan retorika politik
yang baik secara profesional dengan didukung, etika, Persia-
pan dan metode yang baik, dalam penyampaiannya suatu pe-
san. Karena khalayak saat ini sudah cerdas dalam mendapat-
kan pengetahuan dan pandangan politik melalui pemaknaan
retorika politik lewat media.
168
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Masykuri. 2011. Islam dan Dinamika Sosial Politik di
Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Abidin, Yusuf Zainal, 2013, Pengantar Retorika, Bandung: Pusta-
ka Setia.
Afifin, Anwar. 2011. Dakwah Kontemporer; Sebuah Studi Komu-
nikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu. Akrim, Ridha, 2003. Seni Menghadapi Publik, Bandung: PTL
Syaamil Cipta Media.
Al-Munawara, Said Agil dan M. Yunan Yusuf. 2003. Metode
Dakwah, Jakarta: Kencana.
al-Qaradhawi, Yusuf. 2004. Retorika Islam, Jakarta: KHILAFA,
2004.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian; Suatu Pendeka-
tan Praktis, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Asy’ari, Hasan dkk, 2015. NW Studies Pendidikan, Sosial, dan
Dakwah. Jakarta: HIMMA NW Press.
Azra, Azumardi. 2000. Islam Subtantif: Agar umat Islam tidak
Buih, Bandung: Penerbit Mizan.
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta:
Logos Wahan Ilmu, 1997.
Bakti, Andi Faisal. 2009. Islam Negara & Civil Society, Parama-
dina.
. 2004. Communication and Family Planning in Islam In
Indonesia: South Sulawesi Muslim Perceptions of a Global
Development Program, Laiden-Jakarta: INIS.
Barholomew, John Ryan. 1999. Alif Lam Mim: Kearifan Masyara-
kat Sasak. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Bertocci, I David, 2009. Leadership in Organization, There is
Different Between Leaders and Managers, American: Univer-
sity Press of America, XVI.
Binder, Leonard. 1960. Islamic Tradition and Politics: The Kinjai
and The Alim, Comparative Strudies in Society and History, 2
.
Mochammad Zia Ulhaq | 169
Black, Antony. 2001. Pemikiran Politik Islam dari Masa Nabi
Hingga Masa Kini, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Bormann, Ernest G. dan Nancy G. Bormann, 1989, Retorika Suatu
Pendekatan Terpadu, Jakarta: Erlangga
Budiwanti, Erni. 2009. Islam Sasak: Wetu Telu Versus Waktu Lima
Yogyakarta LKiS.
Bungin, Burhan. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif: Aktuali-
sasi Metodelogis Kearah Ragam Varian Kontemporer. Jakar-
ta: PT. Raja Grafindo Persada.
Burhanudin, Jajat. 2012. Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite
Muslim dalam Sejarah Islam. Jakarta: Mizan.
Champion, Dean J. 1998. Metode dan Masalah Penelitian. Ban-
dung: Refika Aditama. Departemen Agama Republik Indonesia. 2007. Al-Qur’an dan
Terjemahannya. Bandung: PT.Sygma Examedia Arkanleema.
Ecklund, Judith Louise Marriage.1997. Seaword and Song: Ritua-
lized Response to Cultural Change in Sasak Life . USA:
Cornell University.
Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Prak-
tek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Etang L Jacquie and Magda Pieczka, 1996. Critical Perspektives in
Public Relation, USA : International Thomson Business Press.
Fauzan. 2008. Islam dan Kemodernan Politik berbasis Pemuda.
Tangerang: Binamuda.
Gregory Halminton, 1987. Public Speaking For College and
Career, New York: Random House.
Hadna, Ahmad Musthafa. 1993. Problematika Menafsirkan al-
Qur’an, Semarang, Toha Putra.
Hasanudin. Hukum Dakwah, Tinjauan Aspek Hukum dalam Ber-
dakwah di Indonesia. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Hendrikus, P. Dori Wuwur. 1991. Retorika: Terampil Berpidato,
Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi. Yogyakarta: Kani-
sius.
Heryanto, Gun gun, dan Irwa Zarkasy. 2012. Public Relations
Politik. Bogor: Ghalia Indonesia.
170 | Retorika Dakwah dalam Politik...
____, 2011. Komunikasi Politik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah.
Hasan, Kamarudin. 2009. Komunikasi Politk dan Pencitraan, Ana-
lisis Teoritis Pencitraan Politik di Indonesia.
Hill, C. A., & Helmers, M. 2004 Visual Rhetorics. London: Law-
rence Erlbaum Associates.
Ida Bagus Putu Wijaya Kusuma. 2008. NU Lombok, Sejarah Ter-
bentuknya Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat. Lombok
Barat: Pustaka Lombok.
Ismail, M. Syuhudi. 1992. Metodelogi Penelitian Hadist Nabi.
Jakarta: Bulan Bintang.
Israr, MH. 1993. Retorika dan Dakwah Islam Era Modern, Jakarta:
CV Firdaus. Jeremy, Kingsley. 2010. Tuan Guru, Community, and Conflict in
Lombok, Indonesia. Melbourne Law School the University of
Melbourne.
Jurudi, Syarifuddin. 2008. Pemikiran Politik Islam Indonesia, Yog-
yakarta: Pustaka Pelajar.
Jamaludin, 2011. Sejarah Sosial, Sejarah Sosial Islam di Lombok
tahun 1740-1935, Studi Kasus Terhadap Tuan Guru, Jakarta:
Balitbang dan Diklat Puslitbang Lektur dan Khazanah Keaga-
maan, Kemenag RI, 2011.
Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Kingsley, Jeremy J. “Peacemakers or Peace-Breakers? Provicial
Elections and Religiuos Leadership in Lombok, Indonesia.
Krisyantoro, Rachmat. 2007. Tekhnik Praktis Riset Komunikasi
Jakarta.
Kraan, Alfons van der. 1980. Lombok; Conquest, Colonization and
Underdevelopment 1870-1940. Singapore: Asian Studies
Association of Australia.
Lucas, E Stephen, 2001. The Art Public Speaking, Mcgraw-Hill
Singapore.
M.S, Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa, tahapan strategi,
metode dan tekhniknya. Jakarta: Rajawali Pers.
Mahfudh, Sahal.1994. Nuansa Fiqih Sosial, Yogyakarta: LkiS.
Mochammad Zia Ulhaq | 171
Majdi, Zainul. 2009. dalam Pengantar, Tuan Guru Bajang: Berpo-
litik dengan Dakwah dan Berdakwah dengan Politik. Jawa
Timur: Penerbit Kaisamedia.
Mansur, 2005. Rekonstruksi Pendidikan Islam di Indonesia, Jakar-
ta: Departemen Agama RI.
Mansur, Ahmad Taqiuddin. 2008. NU Lombok, Sejarah Terbentuk-
nya Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat. Lombok Barat:
Pustaka Lombok.
Moeleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Ban-
dung: Remaja Rosdakarya. Nor, Mohammad. 2004. Visi Kebangsaan Religius: Refleksi Pemi-
kiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid 1970-1997. Jakarta: PT. Logos
Wacana Ilmu.
Morissan. 2009. Teori Komunikasi: Komunikator, Pesan, Perca-
kapan, dan Hubungan. Bogor: Ghalia Indonesia.
Abdul Baqa’i, Muhammad Fuad 1891. Mu’jam al-Mufahras li
Alfazh al-Quran al-Karim, Beirut: Dar al-Fikri.
Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosadakarya.
Munir, Samsul. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Nata, Abuddin. 2005. Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam
di Indonesia. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Nawawi, Hadari dan Mini Martini. 1996. Penelitian Terapan. Yog-
yakarta: Gadjah Mada University Press.
Nimmo, Dan. 2011. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan
Media Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nimmo, Dan. 2010. Komunikasi Politik, Khalayak dan Efek. Ban-
dung: PT Remaja Rosdakarya.
Nazir, Moh. 2005, Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Noer, Deliar. 1983. Pengantar ke Pemikiran Politik, Jakarta:
Rajawali Press, 1983.
Oka, Gusti Ngurah. 1976. Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar.
Bandung.
172 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Pimay, Awaludin. Paradigma Dakwah Humanis: Strategi dan
Metode Dakwah Prof. KH. Saifudin Zuhri. Semarang: Rasail,
2005.
Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandu-
ng: PT. Remaja Rosdakarya.
____. Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: PT. Rema-
ja Rosda Karya.
Rukiati, Enung K dan Fenti Hikmawati. 2006. Sejarah Pendidikan
Islam di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Reid, Loren, 1982. Speaking Well Loren Red, United States of
America: McGraw-Hill College.
Soeitoe, Samuel, 1982. Psikologi Pendidikan II, Jakarta: Feui.
1982.
Shihab, M. Quraish. 1994. Membumikan Al-Qur’an Bandung:
Mizan.
____. 2002. Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati.
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian
Survey. Jakarta: LP3ES.
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-dasar Penelitian
Kualitatif: Tata langkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suparta, Munzier. 2006. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana.
Ubaidillah A. & Abdul Razak. 2000. Demokrasi, Hak Asasi Manu-
sia dan Masyarakat Madani Jakarta: Tim ICCE UIN Jakarta. Tim Kajian Quantum Media. 2010. Satu jam Mahir Hadits.
Surabaya PT Java Pustaka Media Utama.
West, Richard dan Lynn. 2008. Pengantar Teori Komunikasi:
Analisis dan Aplikasi, Jakarta: Salemba Humanika.
Widjaja, A.W. 1993. Komunikasi-Komunikasi dan Hubungan
Masyarakat, Jakarta: Bumi Aksara
Zuhairini, dkk. 2010. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi
Aksara.
Zuhdi, Muhammad Harfin. 2009. Parokialitas Adat Terhadap Pola
Keberagaman Komunitas Islam Wetu Telu di Bayan, Lombok
Barat. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Mochammad Zia Ulhaq | 173
JURNAL
Ahmad, Nadzrah, (2018). Islam in Politics Dakwah: A reflection
From Bapak Mohammad Natsir (1908-1993). Al-ITQAN,
Vol. No. 2, h. 65-68.
Asror, Ahidul, (2014). Dakwah Transformatif Lembaga –Lembaga
Pesantren Dalam Menghadapi Tantangan Kontemporer, jurnal
Dakwah, Vol. XV, No. 2, h. 289-309.
Ahimsa, Henddy Shri. (2012). The Living al-Qur’an, Wali Songo,
Vol. 20, No 1, h. 235-258.
Bakti, Andi Faisal, 2013. Transetter Komunikasi di Era Digital:
Tantangan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyia-
ran Islam. “Jurnal Komunikasi Islam, vol 02, No 1.
______, (2015). The Integration of Dakwahin Journalism: Peace
Journalism, Vol 05, No 1.
____, (2015). Applied Communication To Dakwah For Peace.
____, (2015). The Integration of Dakwah in Journalism: Peace
Journalism, Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 05, No 01, h. 185-
203.
Budiwanti, Erni , 2013. Islam and Dakwah Movement in Bayan,
North Lombok, Heritage of Nusantara, Internasional Journal
of Religious Literature and Heritage 2, h. 80. Ferdy Ardiansyah, (2012). Moch, Analisis Retorika Basuki Tjahaja
Purnama Dalam Kampanye Rakyat Pemilihan Kepala Daerah
Khusus Ibukota Jakarta di Rumah Lembang 2017 Kajian
Retorika Aristoteles, Jurnal Bahasa, Vol. 01 No. 01, h.1-15.
Fahrurozi. (2009). Dai di Pentas Politik: Respon Tuan Guru Bajang
M. Zainul Majdi Tentang Da’wah Melalui Politik. Jurnal
Tasamuh, Edisi 8.
Fatimah Siti, Kampanye sebagai Komunikasi Politik: Esensi dan
Strategi dalam Pemilu, Jurnal Sosial Politik, Vol. 1 No. 1 Juni
2018, h. 5-16.
Hamdi, Saipul, (2011). Islah: Re-Negosisasi Islah, Konflik, dan
Kekuasaan Dalam Nahdhatul Wathan di Lombok Timur, Ka-
wistara, Jurnal Politik, Vol. 1, No. 1, 2011, h. 1-14.
174 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Jaswadi, Sahroni A Dan Kholid Noviyano, (2014). Gaya Retorika
Da’i Dan Perilaku Memilih Penceramah. Jurnal Komunikasi
Islam. 2014, h. 122-142.
Luhukay, M. S. (2007). Presiden SBY dan Politik Pencitraan: Ana-
lisis Teks Pidato Presiden SBY dengan Pendekatan Retorika
Aristoteles. Jurnal Ilmiah Scriptura, 1(2), 51-70.
Mansurnoor, Iik Arifin, (1992). ”Local Invite and Government
Plans: Ulama and Rural Development in Madura, Indonesia.”
Sojourn Jurnal Issues in Southeast Asia.
Maarif, Samsul, (2006). Jurnal Filsafat, Relasi Agama dan Politik
menurut Rawls, Vol 16, No, 2, h. 189-201.
Parhanudin, Muh. Alwi, (2012) “Nahdlatul Wathan dan Masyara-
kat Sipil,” Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, Vol 1, no 1,
2012. h. 117-142.
Hasan, Nor, (2014). Agama dan Kekuasaan Politik Negara, KAR-
SA Vol 22, No. 2.
Oktara Arie, (2015), Politik Tuan Guru di Nusa Tenggara Barat,
Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol 8, No. 2, h. 73-82.
Rajab, (2014). Muhammad, Dakwah dalam Tantangan Media Tek-
nologi Komunikasi. Jurnal Dakwah Tabligh, Vol 15, No 1, h.
66-90.
DISERTASI
Al Hakim, Lukman. 2008. “Religiusitas dan Etos Kerja dalam
Peningkatan Ekonomi Umat; Studi Pada Masyarakat Sasak
Lombok Nusa Tenggara Barat.” Disertasi, UIN Syarif Hidaya-
tullah, Jakarta.
INTERNET
http://kabar24.bisnis.com/read/20130514/15/138869/pilkada-ntb-
gubernur-incumbent-menang-45-suara
http://ntb.muhammadiyah.or.id/content-3-sdet-sejarah.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Barat,
https://telusur.co.id/2017/08/26/banyak-penghargaan-diraih-tgb-
tokoh-men-obsession-ini-mulai-dilirik-menjadi-pemimpin-
nasional-alternatif/
Mochammad Zia Ulhaq | 175
https://www.merdeka.com/politik/mengenal-sosok-tuan-guru-
bajang-dan-prestasinya-memimpin-ntb.html
https://www.merdeka.com/politik/mengenal-sosok-tuan-guru-
bajang-dan-prestasinya-memimpin-ntb.html
https://www.youtube.com/watch?v=nKRVs9BzyVE,
https://www.youtube.com/watch?v=rYTEIWK_mdE,
https://www.youtube.com/watch?v=UvmJWgIYTzA
kompas online. http://nasional.kompas.com/read/2013/02/11/.
https://tgb.id/penghargaan-tuan-guru-bajang/.
The Integration of Dakwahin Journalism: Peace Journalism.
https://kabar24.bisnis.com/read/20130514/15/138869/pilkada-ntb-
gubernur-incumbent-menang-45-suara,
Beritasatu.com,” Prabowo-Hatta Raih 72,45 persen Suara di
NTB”,
https://www.beritasatu.com/nasional/197760/prabowohatta-
raih-7245-persen-suara-di-ntb,
https://www.jawapos.com/nasional/politik/01/04/2018/aa-
gym-dan-ustad-abdul-somad-sepakat-dukung-tgb-nyapres-di-
2019/, diakses tgl 26 Agustus 2109.
https://geotimes.co.id/opini/tgb-dulu-dipuji-sekarang-dicaci/,
https://nasional.kompas.com/read/2018/12/21/07420941/loncat-
politik-tgb-dari-bulan-bintang-mercy-hingga-
beringin?page=all.
https://www.youtube.com/watch?v=snsVIl5lCkQ&t=887s,
MenjadiModalSosial.https://www.kompasiana.com/retno.permatas
ari/5a876cbbcf01b4197e68aa82/wisata-halal-ntb-
transformasi-fakta-sosial-menjadi-modal-sosial.id/content/
detail/8385/menangkan-whta-world-halal-tourism-award-
untuk-pariwisata-indonesia-di-mata-dunia/0/artikel_gpr,
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-
ekonomi/18/09/13/peznyp370-tiga-catatan-tgb-untuk-bank-
ntb-syariah.
https://www.hidayatullah.com/berita/wawancara/read/2018/02/23/1
36304/politik-di-mata-tuan-guru-bajang-m-zainul-majdi.html.
176
GLOSARIUM
1. Aklamasi : Penunjukan Secara Langsung
2. Argumen : Pendapat
3. Artikulasi : Perubahan yang Mengasilkan
Bunyi
4. Berafiliasi : Menginduk
5. Cultural broker : Makelar Budaya
6. Dzanni : Dugaan
7. Efektivitas : Pencapaian Tujuan Secara Tepat
8. Ekspektasi : Harapan
9. Fastabiqul khairat : Berlomba-lomba dalam Kebaikan
10. Fundamental : Sesuatu Hal yang Penting
11. Furu’ : Cabang
12. Good governance : Pemerintahan yang Baik
13. Hifdu ‘irdhi : Menjaga Kehormatan Diri
14. Hubbul wathan : Cinta Negara
15. Identitas : Jati Diri
16. Instrumen : Seni atau Cara
17. Intensif : Terus-Menerus
18. Intervensi : Pemaksaan
19. Intonasi : Naik Turun Nada Bicara
20. Islah : Bersatu atau berdamai
21. Kontroversi : Menimbulkan Perdebatan
22. Legitimasi : Pengakuan :
23. Ma’rifat. : Kata Benda Khusus di Tandai
dengan Alif-Lam
24. Manuskrip : Tulisan-tulisan Lama
25. Maqasid syariah : Ketentuan Syariah
26. Menak : Golongan Bangsawan
27. Mengidentifikasi : Menelusuri
28. Mengkonversi : Perubahan Sistem
Mochammad Zia Ulhaq | 177
29. Mistikisme : Ajaran Berkaitan dengan Hal
Ghaib
30. Muktamar : Perundingan atau Rapat Besar
31. Nakirah : Kata Benda Tidak di Tandai
dengan Alif-Lam
32. Negosiasi : Tawar-Menawar
33. Objektif : Keadaan yang Sebenarnya
34. Orator : Pembicara
35. Organizing principle : Prinsip dalam Organisasi
36. Otoritas : Kekuasaan dan Kewenangan
37. Perkhidmatan : Pengabdian
38. Persuasi : Ajakan, Bujukan
39. Prioritas : Sesuatu yang Paling Utama
40. Promotor pembangunan : Penggerak Pembangunan
41. Public relation : Suatu Hal yang Berkaitan dengan
Komunikasi
42. Public speaking : Berbicara di Depan Umum
43. Dalil Qath’i, : Dalil yang dengan dasar Argumen
44. Religius : Memiliki Sifat dan Karakter yang
Taat pada Ajararan Agama
45. Silogisme Retoris : Logika yang Tepat dalam
Menyampaikan Retorika
46. Singkretisme : Perpaduan Aliran-aliran Agama
atau Kepercayaan Setempat
47. Transformasi : Perubahan
178
INDEKS
A
A. Hasjmy · 52
Aklamasi · 176
Aktivitas · 51, 79, 81, 137, 190
Al-Baqarah · 43, 44
Allah · 3, 5, 6, 43, 44, 45, 46, 47,
48, 51, 52, 54, 67, 83, 103, 106,
107, 109, 110, 113, 116, 118,
125, 126, 134, 139, 147, 150,
151, 152, 157, 161, 162
Al-Qur’an · 11, 43, 48, 53, 78, 82,
169, 172
Andi Faisal Bakti · 2, 6, 12, 15, 42,
51, 52, 103
Argumen · 114, 146, 176, 177
Aristoteles · 35, 36, 38
Artikulasi · 176
B
Bani Israil · 109
Batak · 60
Berafiliasi · 176
Boda · 62
Budha · 60, 62
C
Cultural broker · 176
D
Da'i · 51
Dakwah · 7, 15, 18, 23, 25, 40, 41,
42, 44, 45, 46, 48, 49, 51, 52,
53, 54, 62, 68, 79, 80, 83, 84,
85, 102, 103, 137, 138, 139,
140, 141, 145, 168, 169, 170,
171, 172, 173, 174, 190, 193,
195
Dalil Qath’i · 177
Daruttauhid Bandung · 27, 106,
147, 150, 151, 153
Deliberatif · 55
Demografi · 59
Demonstratif · 56
Dialogika · 37
Dispositio · 39, 146, 148
dzanni · 45
Dzanni · 176
E
Efektivitas · 38, 176
Ekspektasi · 176
Elocutio · 39, 146, 154
Ethos · 36
F
Fastabiqul khairat · 176
Fir’aun · 109
Forensik · 56
Freuerbach · 1
Fundamental · 176
Furu’ · 176
Mochammad Zia Ulhaq | 179
G
Good governance · 176
Gorys Keraf · 36, 156, 157, 158,
159
Gubernur · 3, 7, 9, 10, 11, 14, 17,
24, 26, 27, 65, 78, 80, 87, 88,
89, 90, 92, 93, 95, 98, 102, 106,
107, 113, 114, 117, 118, 126,
128, 132, 134, 138, 157, 159,
160
H
Hifdu ‘irdhi · 176
hikmah · 43, 44, 45, 46, 47
Hikmah · 44, 45, 105, 106, 147,
150, 151, 153
Hindu · 60, 61, 62, 63
Hubbul wathan · 176
I
Identitas · 24, 32, 57, 124, 125, 126,
127, 133, 135, 164, 176
Indonesia · 3, 7, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 23,
24, 27, 28, 34, 52, 54, 58, 59,
60, 62, 64, 68, 71, 72, 74, 76,
78, 80, 81, 83, 84, 89, 90, 93,
102, 103, 107, 114, 115, 116,
117, 118, 121, 123, 128, 129,
131, 132, 142, 144, 145, 159,
165, 166, 168, 169, 170, 171,
172, 174, 190, 195
Instrumen · 29, 176
Intensif · 176
Intervensi · 176
Intonasi · 176
Invention · 38
Islah · 99, 100, 101, 173, 176
Islam · 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 13, 14, 15, 16, 17, 20, 21,
22, 23, 24, 27, 42, 43, 44, 45,
46, 47, 48, 50, 51, 52, 53, 59,
60, 61, 62, 63, 64, 66, 67, 68,
71, 72, 74, 75, 76, 77, 78, 79,
80, 82, 83, 85, 86, 87, 97, 98,
103, 104, 106, 107, 108,
112,114, 116, 117, 118, 129,
130, 132, 137, 138, 139, 140,
141, 142, 143, 145, 155, 156,
157, 165, 168, 169, 170, 171,
172, 173, 174, 186, 187, 195
J
Jalaluddin Rakhmat · 30
Jawa · 60, 61, 77, 171
John Ryan Bartholomew · 59
K
Karl Marx · 1
Katolik · 60
Kepemimpinan · 3, 23
khalayak · 19, 20, 35, 36, 38, 39,
40, 54, 58, 160, 166, 167
Kontroversi · 176
Kristen · 60, 62
L
Legitimasi · 176
Logos · 54, 69, 168, 171
Lombok · 8, 9, 10, 13, 14, 22, 23,
24, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65,
66, 67, 68, 72, 73, 74, 75, 84,
180 | Retorika Dakwah dalam Politik...
94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101,
135, 170, 171, 172, 173, 174
Lombok Barat · 60, 66, 73, 170,
171
Lombok Timur · 61, 66, 68, 73, 75,
97, 132
M
Ma’rifat · 176
Madaniyah · 42
Makkiyah · 42
Manuskrip · 79, 82, 176
Maqasid syariah · 176
Masjid · 14, 131, 143, 191
mau’idzhah hasanah · 46
Mau’izhah Hasanah · 46, 108
Memoria · 39, 146, 160
Menak · 10, 67, 176
Mengidentifikasi · 176
Mengkonversi · 176
Mistikisme · 177
Moch Natsir · 52
Monologika · 37
Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid · 8, 9, 68, 69, 70, 171
Mujadalah Billati Hiya Ahsan · 43,
49, 112
Muktamar · 69, 70, 71, 97, 165, 177
N
Nabi Muhammad · 2, 52, 74, 106,
112, 151, 152, 157
Nadhatul Wathan Diniyah
Islamiyah · 69
Nahdlatul Wathan · 8, 9, 24, 67, 68,
69, 78, 82, 94, 95, 96, 97, 99,
100, 101, 174
Nakirah · 177
Nasrani · 60
Negosiasi · 177
Noble Selves · 57
NTB · 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 16,
17, 18, 24, 26, 27, 29, 32, 60,
63, 68, 72, 75, 77, 78, 79, 80,
81, 82, 83, 84, 86, 87, 88, 89,
90, 92, 93, 94, 95, 98, 102, 104,
106, 107, 108, 109, 110, 111,
114, 120, 121, 122, 128, 129,
131, 132, 134, 136, 137, 138,
140, 141, 142, 143, 145, 158,
159, 160, 162, 165, 175, 184,
187, 193
Nusa Tenggara Barat · 3, 7, 9, 10,
11, 13, 23, 28, 29, 32, 59, 60,
65, 68, 73, 74, 77, 78, 80, 90,
91, 99, 102, 121, 128, 143, 170,
171, 174
Nusa Tenggara Timur · 60
O
Objektif · 177
OIAA · 7, 16, 80, 90, 102, 144
Orator · 177
Organizing principle · 177
Otoritas · 177
P
Pancor · 9, 68, 69, 70, 78, 80, 81,
94, 96, 97, 98, 99, 100, 132, 187
Pathos · 36
Pemimpin · 88, 89, 143, 145
Perkhidmatan · 177
Persuasi · 40, 177
Plato · 35
Politik · 1, 2, 3, 4, 13, 18, 20, 21,
22, 24, 25, 34, 35, 36, 54, 55,
56, 57, 58, 63, 79, 80, 85, 89,
92, 93, 94, 96, 99, 100, 101,
Mochammad Zia Ulhaq | 181
102, 119, 120, 121, 122, 124,
125, 127, 133, 137, 139, 143,
144, 168, 169, 170, 171, 173,
174, 184
Pondok Pesantren · 4, 8
Popularitas · 9
Prioritas · 177
Promotor pembangunan · 177
Pronountiatio · 39
Public relation · 177
Public speaking · 177
Pulau Lombok · 8
Q
qath’i · 45
Quraish Shihab · 8, 53, 102
R
Religius · 67, 69, 171, 177
Retorika · 4, 5, 12, 13, 18, 20, 21,
22, 23, 24, 25, 34, 35, 37, 38,
39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46,
47, 48, 50, 51, 54, 55, 56, 57,
102, 105, 108, 112, 117, 119,
120, 121, 122, 124, 137, 146,
149, 154, 155, 160, 161, 163,
164, 168, 169, 170, 171, 172,
173, 174, 177
Rhectoric · 146
Rhetorically Reflector · 57
Rhetorically Sensitive · 57
Romawi · 34, 35
S
Santri · 10, 84, 145
Sasak · 8, 13, 14, 23, 59, 60, 61, 62,
63, 64, 65, 66, 67, 168, 169, 174
Silogisme Retoris · 177
Singkretisme · 177
Syekh Ali Mahfuzh · 52
T
TGB Zainul Majdi · 3, 6, 7, 8, 11,
12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
26, 28, 29, 30, 31, 32, 81, 82,
83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90,
91, 92, 93, 98, 99, 102, 104,
105, 106, 107, 108, 110, 112,
113, 114, 115, 116, 117, 118,
119, 120, 121, 122, 123, 124,
125, 126, 127, 128, 129, 130,
131, 132, 133, 134, 135, 137,
138, 139, 140, 141, 142, 144,
146, 147, 148, 149, 150, 151,
152, 153, 154, 156, 157, 158,
159, 160, 162, 163, 164, 166,
184, 185, 188, 190, 191, 192,
193
The five Canons of Rhetoric · 38
Transformasi · 91, 177
Tuan Guru · 8, 9, 10, 11, 14, 17, 23,
27, 32, 59, 64, 65, 66, 67, 68,
69, 71, 72, 78, 79, 80, 81, 84,
87, 88, 89, 90, 92, 93, 107, 113,
114, 115, 116, 117, 123, 125,
126, 127, 131, 136, 139, 140,
145, 158, 160, 170, 171, 173,
174
W
Waktu Lima · 61, 62, 64, 169
Wetu Telu · 61, 62, 63, 64, 169,
172
182 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Y
Youtube · 26, 83, 105, 106, 107,
108, 109, 111, 112, 113, 115,
116, 119, 121, 123, 125, 126,
127, 129, 131, 134, 135, 136,
147, 150, 151, 153, 155, 156,
157, 158, 160, 162
Yunani · 34, 35, 156
Z
Zainuddin Abdul Majid · 93, 98,
102
183
Lampiran:
Penulis Berada di Islamic Center NTB Kota Mataram
Foto Ketika Menemani TGB Zainul Majdi Dalam Kegiatan Safari
Politik di Kota Cilegon dan Kota Serang Oktober 2018
Mochammad Zia Ulhaq | 185
Mengikuti Kajian TGB dengan Tema
“Islam dan Kebangsaan”
Wawancara dengan Bapak Supriyadi Pejabat di RS Kota Mataram
dan Wawancara dengan Tokoh Muda Kota Mataram
Badrut Tamam Ahda
186 | Retorika Dakwah dalam Politik...
Foto Bersama Jamaah Pengajian Rutin TGB
di Mesjid Hubbul Wathan NTB.
Foto Bersama Bapak Dr Aziz Dosen
di Institut Agama Islam Hamzanwadi.
Mochammad Zia Ulhaq | 187
Foto Ketika Penulis Berada di Depan Sekretariat NW Pancor.
Karya Tulis TGB Zainul Majdi
Mochammad Zia Ulhaq | 189
Aktivitas TGB Zainul Majdi dalam Dakwah Bil Lisan
TVRI Acara “Kajian Tafsir Bersama TGB”.
Metro TV Acara Religi “Demi Masa”.
190 | Retorika Dakwah dalam Politik...
RCTI Acara “Hafidz Indonesia”.
Pengajian Rutin Bulanan
di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center
Mochammad Zia Ulhaq | 191
TGB Zainul Majdi dalam Acara Mata Najwa
TGB Zainul Majdi dalam Acara Q&A Di Metro TV
192 | Retorika Dakwah dalam Politik...
TGB Zainul Majdi dalam Acara Prime Time Berita Satu
Sumbangan TGB Zainul Majdi
dalam Dakwah Bil Hal Wisata Halal NTB
194
BIODATA PENULIS
Mochammad Zia Ulhaq Lahir di Kota Serang Ban-
ten pada tanggal 2 Mei 1991 anak pertama dari 4
bersaudara dari pasangan H. Ach. Zaeni, SE., dan
Hj. Nurlaila, M.pd., suami dari Aiza Lian Martini.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai
dari SDN Samangraya I (1997-2003). Pondok
Pesantren Darunnajah Jakarta (2003-2006), Mad-
rasah Aliyah Darunnajah Jakarta (2006-2009), S1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Dakwah
dan Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (2009-2013),
S2 Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Konsen-
trasi Dakwah dan Komunikasi (2009-2019), penulis aktif berorgani-
sasi sejak di bangku sekolah sampai saat ini. Pengalaman organisasi
penulis diantaranya: Ketua Organisasi Perguruan Silat Tapak Suci di
Pondok Pesantren Darunnajah (2007-2009), Anggota BEM Federasi
Olah Raga (Forsa) Uin Jakarta bidang Sepak Bola (2011-2013), Ketua
Risma (Remaja Islam Mesjid) Lingkungan Samangraya (2014-2017),
Wakil Ketua DPC (Dewan Perwakilan Cabang) Partai Demokrat Kota
Cilegon Bidang OKK (Organisasi Keanggotaan Kepemudaan) (2017-
2019), Calon DPRD dari Partai Demokrat Kota Cilegon Dapil Ciwan-
dan-Citangkil (2018-2019). Ketua Bidang organisasi HIPPI (Himpu-
nan Pengusaha Pribumi) Kota Cilegon (2019-2024), Wakil Ketua
Bidang Tata Ruang Organisasi HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia) Kota Cilegon (2019-2024). Penulis mengawali karir seba-
gai Karyawan di PT. Rajawali Anugerah Pratama perusahaan di
bidang Labour Suplly (ketenagakerjaan) dan PBM (Perusahaan Bong-
kar Muat) di Pelabuhan Cigading dari 2012-2015. Saat ini menjabat
sebagai Komisaris di PT. Ulhaq Pratama dan memiliki perusahaan di
bidang Suplier (Jasa Pengiriman Barang), Labour Supply (Ketenaga-
kerjaan), dan Trading (Perdagangan) menjadi Direktur di PT. Jagad
Niagaraya Pratama. Selain itu juga aktif mengisi kajian-kajian agama
di beberapa mesjid di Kota Cilegon dan juga aktif sebagai motivator
kewirausahaan.