tesis pesan dakwah islam dalam syair tari seudati
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of tesis pesan dakwah islam dalam syair tari seudati
TESIS
PESAN DAKWAH ISLAM DALAM SYAIR
TARI SEUDATI
PERSPEKTIF HERMENEUTIKA
Oleh :
ZULFARAUYANI
NIM. 21160510000007
PROGRAM MAGISTER
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aceh merupakan daerah yang sangat kental dengan adat
istiadat yang berkaitan erat dengan agama Islam, sehingga muncul
filosofi di dalam masyarakat Aceh yaitu “Adat ngon hukom lagee zat
ngon sifeut” (adat dengan hukum seperti zat dan sifat), oleh karena itu,
masyarakat pada umumnya masih sulit untuk membedakan antara
ajaran agama dan adat. Dengan demikian, meskipun agama Islam sudah
menjadi pegangan hidup orang Aceh, tetapi dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat Aceh ketika menerapkan ajaran-ajaran agama Islam
masih dipengaruhi oleh adat istiadat. Sehingga dapat dilihat pada ritual-
ritual keagamaan pada masyarakat Aceh yang masih menggabungkan
dengan nilai-nilai kebudayaan dan begitu juga sebaliknya.1
Musik dan tari tradisional merupakan bagian identitas dari
masyarakat Aceh yang harus dilestarikan karena tari tradisional
mengandung banyak nilai dan sejarah yang menggambarkan perilaku
khas dari masyarakat Aceh sendiri. Walaupun musik dan tari
tradisional masih tetap dipelihara, dikembangkan dan di gelarkan oleh
pecinta dan pendukung-pendukungnya sampai dewasa ini. Namun
bukan tidak mungkin akibat penetrasi unsur-unsur luar/kebudayaan
1 Rusdi Sufi dan Agus Rudi Wibowo, Rajah Dan Ajimat Pada Masyarakat
Aceh, (Banda Aceh: Badan Perpustakaan Provinsi NAD, 2007), 2.
2
luar, nilai budaya Aceh akan menjadi suram ataupun mungkin
menghilang dalam masyarakat.2
Sementara itu, musik dan tari tradisional menjadi permasalahan
yang rumit dalam kehidupan masyarakat Aceh. Karena musik dan tari
tradisional identik dengan hiburan dan seni. Alasannya karena
kebanyakan manusia sudah terjebak pada kelalaian dan melampaui
batas dalam hiburan dan seni. Kemudian hiburan dan seni juga menjadi
manusia merasa bebas mengumbarkan hawa nafsunya, karena hiburan
dan seni telah terkontaminasi oleh kemewahan hedonisme.3 Contoh
syair lagu yang terkontaminasi oleh kemewahan hodonisme adalah teks
lagu Winner Band judul “ Kesaktianmu” dan teks lagunya sebagai
berikut : “Tatap matamu membunuh aku Di saat malam itu Peluk
tubuhmu terangi aku Di saat malam-malam gelap Kesaktianmu
membungkap mulutku Menjadi lemah tak berdaya Ingin ku ulangi dosa
yang terindah Yang pernah kita lakukan Kau tikam aku dengan
cintamu Dan rasanya manis sekali Rasanya manis sekali ih.. ih.. Kau
berikan aku surga dunia Dan rasa inginku ulangi Rasa ingin ku ulangi
ih..”4 Berdasarkan bait lagu tersebut dapat dimaknai beberapa perilaku
2 Syamsuddin Ishak, dkk, Ensiklopedi Musik Dan Tari Daerah Provinsi
Daerah Istimewa Aceh, (Banda Aceh: Pusat Penelitian Sejarah Dan Budaya
1986/1987), 11. 3Hedonisme adalah istilah untuk menggambarkan faham yang
mengutamakan pada kesenangan dan kemewahan fisik. Hedonisme sudah ada sejak
zaman Yunani kuno, tokoh pertama yang mengajarkan Hedonis adalah seorang filsuf
yang bernama Democritus ia memandang bahwa kesenangan sebagai tujuan pokok
didalam hidup ini. Kunto, A.A.. Mata Rantai Hedonisme. Kecil Bahagia, Muda
Foya-foya, Tua Kaya-raya, Mati Maunya Masuk Surga. (Yogyakarta: Kanisius
1999), 86-92. 4 https://lirik.kapanlagi.com/artis/winner/kesaktianmu/
3
manusia yang melanggar syariat Islam seperti mengajak pendengar
untuk berzina,hura-hura, menjalin perilaku asusila. Dikeranakan
beredarnya musik hedonisme tersebut berimbas kepada musik dan tari
tradisional seperti tari seudati.
Tarian Seudati merupakan simbol, dan untuk memahami simbol
itu diperlukan pemaknaan dari pembaca. Dalam memahami makna dari
pesan yang disampaikan melalui syair Seudati, pendengar harus
mampu memahami bahasa sebagai sistem simbol yang mempunyai arti
dan makna yang saling berkaitan, maka di dalam pemaknaan syair tidak
boleh memaknai dengan semaunya sendiri melainkan harus dengan
kerangka simbol, yaitu ilmu tentang tanda-tanda.
Kesenian Seudati ini berwujud seni tari yang ditampilkan oleh
delapan penari pria dan satu sampai dua orang Aneuk Syeikh
(penyanyi). Sayangnya, perkembangan tari Seudati saat ini dianggap
kurang diminati meskipun sebetulnya tari Seudati dapat dikatakan
sebagai identitas ureung (orang) Aceh. Dahulu, tari Seudati muncul
pada acara-acara tertentu utamanya pada kegiatan keagamaan, karena
seudati mengandung nilai dakwah berisi kepercayaan dan ibadah
kepada Allah Swt. Etika dan akhlak serta nilai baik bermasyarakat pada
ajaran agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, tari Seudati kini
mulai “ditinggalkan” generasi muda. Tidak banyak lagi generasi muda
Aceh yang mampu dan mengetahui Seudati, bahkan sangat sedikit dari
mereka yang mengetahui pesan-pesan komunikasi Islam dalam tarian
4
tersebut. Belum lagi kekurangan generasi yang memahami dan mampu
menjadi syeikh, pemimpin tim Seudati.5
Sebagai seni pertunjukan tari, seudati terdiri atas unsur sastra
dan musik yang dihasilkan dari tubuh para penari sendiri dengan
menghentakkan jari, hentakan kaki, tepuk tangan atau dada bagi
penari laki-laki, dan bagian paha untuk penari perempuan. Lagu dan
syair diambil dari ayat-ayat suci Al-Qur‟an. Oleh karena itu tari
Seudati dikenal sebagai salah satu media untuk mensyiarkan dakwah
Islam khususnya di Aceh.
Apa sebetulnya yang disebut dengan dakwah? Kata dakwah
sering diungkapkan dalam Al-Qur‟an Ini membuktikan bahwa dakwah
adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan menusia. Tidak salah
jika M. Iqbal, pembaru dari Pakistan Berkata “sesuatu yang paling
berpengaruh dalam kehidupan saya adalah nesehat ayah yang
mengatakan; anakku, bacalah Al-Qur‟an seakan akan ia diturunkan
padamu”.6 Oleh karena dakwah harus disyiarkan dalam berbagai
bentuk aktifitas masyarakat salah satunya adalah tarian seudati.
Disamping itu, syair Seudati menjadi andalan ulama terdahulu
untuk menyampaikan pesan akidah Islam, menurut Adli Abdulah
sejarawan asal kota Bireun Aceh utara, Tarian ini di masa lalu
merupakan suatu media yang digunakan oleh para penyebar Islam
5 Essi Hermaliza, Seudati, (Banda Aceh: Balai Pelestarian Budaya, 2014), 2.
6 Abdul Basit, Wacana Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: STAIN
Purwokerto Press 2006) , 26.
5
untuk menyebarkan Islam di Aceh, karena tujuan utama dari Seudati
adalah menyampaikan dakwah Islam. Kunci dari Seudati berada pada
Seorang penyair ( Aneuk Syahie), butuh keahlian dan kekreatifan
penyair untuk menumbuhkan kejenakaan dalam menyampaikan pesan,
menurut Abu Bakar AR sebagai ( Aneuk Syahie) Seudati “ Tidak ada
satu petikan jari pun tak bertenaga, dan tidak ada satu syairpun yang
tidak bermakna”.7 Sebelum berubah menjadi Seudati, tarian tersebut
diberi nama ratoh yang berarti menyampaikan cerita tentang apa saja
yang berhubungan dengan aspek sosial kemasyarakatan, seperti cerita
tentang kisah sedih atau gembira, kisah yang dapat membangkitkan
semangat untuk berjuang atau suatu nasehat dalam mempertahankan
negara dan agama Allah swt.8 Makna dalam Syair tari Seudati tidak
terlepas dari pengaruh nilai-nilai ajaran Islam dari proses
pembentukannya hingga tampil di depan publik, karena memang
seudati dihadirkan sebagai media dakwah oleh penciptanya.9
Penciptaan sebuah syair membutuhkan proses yang cukup
panjang serta membutuhkan proses pemahaman yang sangat
mendalam. Melalui proses tersebut, pencipta syair berusaha
mencurahkan semua inspirasi yang ada di dalam benaknya. Inspirasi
tersebut bisa berupa pengalaman pribadi pengarang di masa lampau
7CNN Indonesia, Sepenggal Kisah Tari Seudati - Inside Indonesia,
(wawancara dengan sejarawan dan penyair asal Aceh, video Youtube, di unggah
tanggal 9 Agustus 2017). 8 Abdul Rani Usman, dkk, Budaya Aceh, (Banda Aceh: Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Aceh, 2009), 197. 9 Suhelmi, Apresiasi Seni Budaya Aceh, (Banda Aceh: Ar-Raniry Press,
2004), 35-36.
6
maupun pengalaman orang lain. Dari inspirasi-inspirasi yang sudah
muncul, maka terciptalah sebuah syair yang berisikan ungkapan
perasaan, seperti marah, benci, cinta, sedih, dendam, dan sebagainya.
Syair adalah kata-kata asli dari pengarang tentang ungkapan perasaan
yang di dalamnya terdapat ragam suara yang berirama.10
Penghayatan terhadap ajaran Islam dan fatwa ulama melahirkan
budaya Aceh yang tercermin dalam kehidupan adat-istiadat Aceh (adat
manoe pucoek, kanuri moled, kanuri blang, rabu abeh, pesta
perkawinan, tepung tawar dan lain sebainya) yang lahir dari renungan
para ulama, kemudian dipraktikkan, dikembangkan dan dilestarikan
secara turun-temurun dari satu generasi kepada generasi selanjutnya.
Di Aceh, strategi menjadikan seni tari sebagai media edukasi
publik memang sudah pernah menunjukkan keberhasilannya dimasa
lalu dengan jangkauan penyampaian pesan yang lebih luas ke berbagai
pelosok. Penyelenggaraan seni tari sebagai mana dimaksudkan di atas
akan menjadi perhatian para pemerhati sosial. Untuk mencapai tujuan
dakwah dimaksud, kegiatan dakwah harus didesain sesuai dengan
kondisi obyektif masyarakat sebagai mad‟u. Alquran menjelaskan,
bahwa bentuk-bentuk dan metode dakwah yang dapat digunakan adalah
bentuk dakwah lisan dan tulisan yang tertulis dalam mauidhatul
hasanah dan mujaddalah.11
10 Depdikbud.; Pentas Sastra. (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa,1998), 550. 11
Qs. An-Nahlu :125 “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
7
Diantara berbagai jenis tari kesenian asli yang banyak terdapat
di Aceh, Seudati mengambil tempat yang terkemuka di tengah-tengah
dan di hati masyarakat Aceh. Semenjak zaman kerajaan Aceh, ia
merupakan suatu seni tari yang sangat dikagumi oleh para pendatang
yang berkunjung ke tanah Aceh. Tarian yang heroik dan bersifat
gerakannya yang gesit dan cepat, telah menguasai lubuk hati seluruh
rakyat Aceh, sehingga di mana diadakan tarian ini mendapat perhatian
dan dihadiri pengunjung puluhan ribu orang.12
Kepedulian masyarakat Aceh dalam menjaga kebudayaannya
sangatlah terlihat jelas, terbukti dengan masyarakat Aceh memiliki tari
tradisionalnya sendiri yaitu tari Seudati. Tari tradisional ini bukan
hanya menjadi hak milik bagi masyarakat setempat, namun mereka
menjaga dan melestarikan tarian Seudati tersebut, karena tarian Seudati
merupakan hasil dari kreativitas estetik masyarakat terdahulu ialah
masyarakat Aceh. Eksistensi tari tradisi yang bersifat menyebarkan
dakwah dan komunal merupakan representasi dari nilai-nilai sosial
budaya masyarakat yang tumbuh dan berkembang sampai saat ini.
Keragamaan tari tradisional Aceh lahir dalam lingkungan masyarakat
etnik, yang memiliki karakteristik sebagai simbol masyarakat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk. 12
Cut Ayu Mauidhah, Thesis, Pesan-Pesan Komunikasi Islam Dalam
Tarian Tradisional Seudati Aceh (Analisis Semiotika), (Medan : Pasca Sarjana
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2017), 28
8
pemiliknya. Identitas inilah yang menjadikan kekayaan bentuk seni
tradisi yang dimiliki masyarakat Aceh. 13
Tari Seudati dahulu selalu ada pada setiap acara-acara, sebagai
acara kegiatan keagamaan, perkawinan dan lainnya dalam kehidupan
keseharian masyarakat sehingga tidak mudah lekang dalam ingatan
orang Aceh. Selain itu tarian ini termasuk kategori Tribal War Dance
atau tari perang yang mana syairnya selalu membangkitkan semangat
pemuda Aceh untuk bangkit menegakkan ajaran Islam dan bangkit
untuk melawan penjajahan. Oleh sebab itu tarian ini sempat dilarang
pada zaman penjajahan Belanda, karena dianggap bisa memprovokasi
para pemuda untuk memberontak.14
Seiring dengan masuknya era globalisasi saat ini, turut
mengiringi budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia . Di zaman
yang serba canggih ini, perkembangan kemutahiran tekhnologi tidak
dibarengi dengan budaya-budaya asing positif yang masuk. Budaya
asing masuk ke negeri kita secara bebas tanpa ada filterisasi.
Perkembangan pesat era globalisasi saat ini semakin menekan proses
akulturasi budaya terutama pengaruh budaya Barat. Dengan kemajuan
teknologi modern mempercepat akses pengetahuan tentang budaya lain.
Pengaruh interaksi dengan budaya Barat mewarnai kehidupan
masyarakat Aceh. Tari Seudati kini mulai “ditinggalkan” generasi
muda. Tidak banyak lagi generasi muda Aceh yang mampu dan
13
Essi Hermaliza, Seudati, 54 14
Essi Hermaliza, Seudati, 11.
9
mengetahui Seudati, bahkan sangat sedikit dari mereka yang
mengetahuinya terhadap tarian tersebut. Belum lagi kekurangan
generasi yang memahami dan mampu menjadi pemimpin tim Seudati
(syekh). Namun demikian pelestarian berbagai budaya termasuk tarian
Seudati ini juga dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan kebudayaan,
Balai Pelestarian Nilai Budaya dan ada juga yang mengatur tentang
berbagai adat dan budaya seperti MAA (Majelis Adat Aceh) yang
merupakan suatu tempat bernaungnya segala adat dan budaya Aceh
yang ada, termasuk tarian Seudati Aceh.
Dari beberapa pemaparan di atas, estetika yang tersirat dalam
tarian Seudati Aceh haruslah dikeluarkan secara faktual melalui
pendekatan Hermeneutika karena pesan dakwah Islam yang
disampaikan melalui syair dan tarian Seudati harus sepenuhnya
tersampaikan kepada Masyarakat milenial sekarang. Dan masyarakat
harus mengetahui bahwa Seni tarian Seudati merupakan salahsatu
tarian tradisional Aceh sebagai media dakwah. Sebagaimana nantinya
hasil penelitian ini dapat bermanfaat oleh generasi selanjutnya
terkhusus aneuk (anak) muda Aceh untuk terus dipelajari serta kesenian
tradisional ini dapat dilestarikan. Adapun karya ilmiah yang dimaksud
adalah tesis dengan judul “Pesan Dakwah Syair Seudati dalam
Perspektif Hermeneutika”
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi fokus
penelitian ini adalah Pesan Dakwah Syair Seudati dalam Perspektif
Hermeneutika dengan merinci rumusan masalah sebagai berikut ;
1. Bagaimanakah pesan dakwah Islam yang terkandung dalam
Syair Seudati Aceh?
2. Bagaimanakah penciptaan teks Syair Seudati Aceh menurut
perspektif hermeneutika
3. Bagaimana tanggapan masyarakat Aceh dan tokoh adat Aceh
sekarang ini mengenai Tarian seudati Aceh?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan
menjelaskan serta menggambarkan Bagaimana pesan-pesan dakwah
yang terkandung dalam syair-syair (verbal) Seudati Aceh dilihat dari
perspektif Hermeneutika.
Adapun manfaat penelitian ini, antara lain;
a. Manfaat akademis
Disusun untuk menyelesaikan persyaratan akhir dari tahap
mencapai gelar S2 dalam ilmu komunikasi.
b. Manfaat teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan terutama dalam bidang komunikasi Islam. Serta
dapat menambah wawasan mengenai pesan-pesan dakwah dalam syair
tarian tradisional Seudati Aceh dengan menggunakan analisis
hermeneutika.
11
c. Manfaat praktis
Diharapkan kepada pihak masyarakat, mahasiswa dan generasi
muda selanjutnya dapat menjadi bahan masukan khususnya tentang
pesan-pesan dakwah dalam syair tarian tradisional Seudati Aceh. Serta
dapat menjadi referensi untuk penelitian lanjutan di bidang komunikasi
Islam.
D. Metodologi Penelitian
a. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Tentang metode penelitian kualitatif, Craswell mendefinisikannya
sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengekplorasi dan
memahami suatu gejala sentral. Untuk mengerti gejala sentral tersebut
peneliti mewawancarai narasumber dengan mengajukan pertanyaan
yang umum dan agak luas. 15
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini bersifat desktiptif
kualitatif, artinya penelitian ini dimaksudkan untuk memberi gambaran
secara jelas tentang analisis hermeneutika dalam teks syair “Seudati”.
Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif didefinisikan
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.16
Penelitian kualitatif digunakan untuk dapat menganilisis
lebih mendalam dan menginterpretasikan kondisi atau hubungan yang
15
J.R raco, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Grasindo,2008) 7. 16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1994), 3.
12
ada, proses yang sedang berlangsung, akibat yang sedang terjadi, atau
fenomena yang sedang berkembang.
Menurut Miles dan Huberman, penelitian kualitatif berusaha
menelaah secara intensif kehidupan sehari-hari, selain itu juga bersifat
holistik, berujung pada pemahaman, mengahasilkan tema, dan
pernyataan dalam bentuknya yang asli, dan menjelaskan cara pandang
orang dalam setting tertentu, menggungkapkan berbagai penafsiran,
dengan instrumentasi yang tidak baku, juga menganalisis dalam bentuk
kata.17
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif
yang menghasilkan data deskriptif. Fokusnya pada Tradisi Tari Seudati
Masyarakat Kota Peureulak Aceh Timur (Perspektif Hermeneutika).
Penggunaan pendekatan metode penelitian ini yaitu ingin
mendeskripsikan dan menemukan makna serta pemahaman mendalam
atas permasalahan penelitian yang diteliti berdasarkan latar sosialnya.
(natural setting), Lexy J. Moleong. 18
Maksud natural dalam penelitian
ini adalah penelitian yang dilaksanakan secara alamiah, apa adanya
dalam situasi normal yang tidak di manipulasi keadaan dan kondisinya.
Kongkritnya penelitian ini menekankan pada deskripsi secara alami.19
Hadari Nawawi, mengungkapkan bahwa penelitian yang
bersifat deskriptif, ialah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
17
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi,( Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2004), 2. 18
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1996), 4. 19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
11.
13
atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti atau
penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri atau tunggal, yaitu
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel
lain.20
Penelitian ini adalah penelitian yang menginterpretasikan fakta
atas fenomena sosial melalui teks karya sastra. Penelitian kualitatif
merupakan pendekatan penelitian yang berkepentingan dengan makna
dan penafsiran yang diturunkan dari kajian-kajian sastra dan
hermeneutika. Dan berkepentingan dengan evaluasi kritis terhadap
teks-teks.21
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang
Pesan Dakwah Islam Perspektif Hermeneutika dalam Kasus Syair
Seudati Aceh berdasarkan sudut pandang dan penilaian masyarakat
dilapangan. Atas deskripsi tersebut ditarik pemahaman mengenai
fenomena yang berkembang di dalam masyarakat.
b. Teknik Analisis Data
Pendekatan dengan metode kualitatif merupakan salah satu
bentuk metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status
seke lompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. 22
20
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2007), 33. 21
Jane Stokes, How To Do Media and Cultural Studies: Panduan Untuk
Melaksanakan Penelitian Dalam Kajian Media dan Budaya, (Yogyakarta: Bentang
Pustaka, 2006) , xi. 22
Nazir, Mohammad, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988),
63.
14
Ciri-ciri metode kualitatif antara lain:
1. Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai
dengan hakikat objek, yaitu sebagai studi kultural.
2. Lebih mengutamakan proses dibandingkan denga hasil
penelitian sehingga makna selalu berubah.
3. Tidak ada jarak antara subjek peneliti dengan objek penelitian,
subjek peneliti sebagai instrumen utama, sehingga terjadi
interaksi langsung diantaranya.23
Kunci pemahaman adalah pertisipasi dan keterbukaan, bukan
manipulasi dan pengendalian. Sebagai sebuah metode penafsiran,
hermeneutika tidak hanya memandang teks, tetapi juga berusaha
menyelami kandungan makna literalnya.
Sumber data yang penulis gunakan, yaitu data yang diambil dari
teks syair “Seudati”. Sumber data ini juga diperkuat dengan pustaka
berupa buku-buku, dan data-data dari media lainnya.
Teknik analisis data, yaitu data yang digunakan berupa
penelitian data agar sistematis dan sesuai dengan rumusan masalah,
data tersebut akan dianalisis dengan teknik membaca, mencermati, dan
menganalisis serta membahas teks syair “ Seudati” dengan teori
hermeneutika, kemudian menarik kesimpulan dan memberi saran
sesuai dengan hasil pembahasan.
23 Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 47.
15
c. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di daerah Kota Peureulak. Dengan alasan bahwa
pemilihan lokasi daerah ini adalah karena Kota Peureulak merupakan
suatu kota yang sebanyak mengembangkan Seudati di bandingkan
daerah lain yang ada di Aceh, kemudian di kota Peureulak merupakan
kota tertua di Aceh. Islam masuk pertama ke Indonesia dan
berkembang di kota Peureulak dalam mencari data juga lebih mudah
karena seniman Tari Seudati Aceh berdomisili di kota Peureulak .
d. Informan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian deskriptif kualitatif, sehingga dalam penelitian ini
tidak dikenal adanya sampel, melainkan informan. Penentuan informan
ini dilakukan untuk memperoleh data yang valid dan sesuai dengan
kebutuhan yang sedang diteliti. Sebab itu, orang-orang yang menjadi
informan kunci harus dari orang-orang yang dianggap dapat
memberikan informasi dan berkaitan langsung dengan fokus yang
sedang diteliti.24
Pengambilan informan dalam penelitian ini subjek peneliti
ditentukan secara purposive sampling yaitu penentuan sampel yang
difokuskan kepada informan-informan tentang fenomena yang diteliti
dengan teknik snow ball sampling yaitu menelusuri terus subyek yang
24
Burhan Bagin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis
Ke Arah Penguasaan Model Aflikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 53.
16
dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.25
Adapun
penelusuran terhadap subjek penelitian yang dibutuhkan terutama para
pelaku seni Seudati yaitu, Syekh, Aneuk Syahie, sanggar Seudati,
pemangku adat (Ketua Majelis Adat Aceh timur, kepala Dinas
Kebudayaan Aceh Timur) dan ulama Aceh. Subjek penelitian ini
diharapkan akan dapat memberikan informasi-informasi berkaitan
dengan Pesan Dakwah Islam Perspektif Hermeneutika dalam Kasus
Syair Seudati Aceh.
e. Kehadiran Peneliti
Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang menekankan
pada hasil pengamatan peneliti, sehingga peneliti menyatu dengan
situasi dan fenomena yang diteliti. Kehadiran peneliti merupakan suatu
unsur penting dalam penelitian ini, peneliti sendiri atau dengan bantuan
orang lain merupakan pengumpul data utama. Kedudukan peneliti
dalam penelitian kualitatif sebagai perencana, pelaksana pengumpulan
data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil
penelitiannya.26
Kehadiran peneliti diharuskan berbaur dan menyatu dengan
subjek peneliti (informan), sehingga kehadiran peneliti tidak dapat
diwakilkan oleh angket atau tes. Selama penelitian berlangsung
dilakukan pengamatan dan wawancara secara mendalam untuk
25
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penilitian Pendidikan, (Bandung,
Remaja Rosdakarya: 2009), 99. 26
Lexy J. Moeleong, Metode., 168.
17
pengeksplorasian fokus penelitian.27
Dengan demikian, peneliti harus
membangun keakraban dan tidak menjaga jarak dengan subjek
penelitian agar proses penelitian dapat berlangsung secara efektif dan
efesien.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian itu sendiri
adalah untuk mendapatkan data. Dalam penelitian ini, metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode triangulasi.
Menurut Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, bahwa
triangulasi sebagai tambahan, penggambaran, proses tersebut sesuai
dengan mereka berbicara mengenai penyajian satu temuan dengan
merendahkan, bahwa temuan tersebut yang mengalami pengujian
berupa pengukuran yang tidak sempurna. Triangulasi terdiri atas
menarik kembali rangkaian hubungan sebab akibat yang paling masuk
akal dari rancangan program untuk mengerjakan hasil sementara untuk
memperoleh hasil akhir, mencoba untuk bisa mendapatkan lebih dari
satu ukuran, dari lebih satu sumber untuk setiap kaitan dalam
rangkaian.28
Triangulasi teknik pengumpulan data yaitu membandingkan
dan mengecek informasi yang diperoleh dalam pendokumentasian,
observasi, dan wawancara mendalam tentang tarian Seudati. Dalam hal
ini, untuk memperoleh data yang ada tentang tarian Seudati meliputi
27
Nusa Putra dan Santi Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama
Islam,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 22 28
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, An Expended Source Book:
Quality Data Analysis, Qualitative, terj. Tjetjep Rohendi Rohid, Analisis Data
Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia, 1992), 229.
18
sejarah, isi, dan pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam syair
digunakan sumber dari hasil wawancara dan observasi. Data yang
diperoleh melalui wawancara yang diupayakan berasal dari banyak
responden yang kemudian dilakukan pengecekan, Sehingga data yang
diperoleh akan benar-benar dipertanggungjawabkan. Pengecekan data
tersebut dengan mewawancarai penari, Syeikh, masyarakat dan
budayawan aceh yang mengetahui tentang tarian Seudati. Berikut
gambar skema triangulasi data :29
Observasi
Wawancara Dokumentasi
Gambar 1 : Skema Trianggulasi Data
a. Dokumentasi
Penulis menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat agenda dan lainnya.30
Data dalam penelitian ini diperoleh dari teks naskah syair tarian
seudati yang diperoleh dari Syekh Seudati sanggar Peureulak. Data
yang diteliti adalah pesan Dakwah Islam dalam teks Syair tersebut.
29
Winaryo Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmu Dasar Metode dan Teknik
(Bandung: Tarsito, 1990), 162. 30
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana,
2006), 116.
19
Untuk melengkapi data, peneliti akan wawancara dan berbagai tulisan
yang sesuai dengan penelitian ini.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pengumpulan data dimana
penulis melakukan pengamatan terhadap gejala objek yang akan
diteliti.31
Dalam hal ini pihak yang diobservasi adalah rangkaian Syair
yang dibacakan dalam tarian Seudati berujuk kepada sumbernya.
c. Wawancara
Teknik pengumpulan data selanjutnya yang dilakukan oleh
penulis adalah wawancara. Wawancara merupakan suatu proses
interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara
ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi
arus informasi. Faktor-faktor tersebut ialah pewawancara, responden,
topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi
wawancara.32
Wawancara sebagai data primer merupakan data penting
untuk penulis menganalisis syair tarian Seudati. Dalam hal ini
wawancara diarahkan untuk mendapat jawaban mengenai bagaimana
makna pesan Dakwah Islam dalam tarian Tradisional Seudati Aceh
31
Winarno Surakhmad, pengantar Penelitian Ilmiah ( Bandung: Tarsito,
1980), 102. 32
Masri Singarimbun, Metodelogi Penelitian Survai (Jakarta : LP3ES,
1989), 192.
20
(analisis Hermeneutika). Adapun yang menjadi informan nantinya
adalah budayawan, dan Syeih Seudati.
Data yang telah dianalisis oleh peneliti kemudian disimpulkan
dan dicocokkan dengan beberapa data yang diperoleh sehingga
didapatkan ketegasan informasi (beberapa sumber data) dalam
wawancara yang sudah dilakukan. Data yang diperoleh berasal dari
banyak responden yang kemudian dipadukan, sehingga data yang
diperoleh akan benarbenar dapat dipertanggungjawabkan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan bentuk karya tulis yang sistematis, gambaran
yang jelas, terarah, logis dan saling berhubungan antara satu bab
dengan bab yang lain, maka tesis ini penulis klasifikasi menjadi enam
bab, dengan rincian sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab pertama merupakan landasan umum penelitian dari tesis
ini. Bagian ini berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, teknik pengumpulan data, teknis analisis data dan
sistematika penelitian.
Bab II Kerangka Teori
Kerangka teori diuraikan dibab ini yang terdiri atas Tinjauan
Pustaka dan Landasan Teori, Pada bab Landasan teori dimulai dengan
21
teori Hermeneutika, hermeneutika komunikasi, hermeneutika dan
budaya, dan terakhir teori hermeneutika perspektif paul recour.
Pada bab Tinjauan Pustaka dimulai dengan pembahasan dakwah
Islam, Seni berdakwah dan hubungan seni dengan dakwah. Objek
penelitian peneliti tentang seni budaya dan syair, maka tinjauan pustaka
juga membahas mengenai pengertian seni, Dakwah Islam dan budaya,
Dakwah Islam dalam Syair-syair.
Bab III Analisis dan Pembahasan
Yang terdiri atas geografis Objek Penelitian, tarian tradisional
seudati Aceh, syair tari seudati, Qanun Aceh Terhadap Seni Budaya
Dan Hiburan Lainnya Dalam Pandangan Syariat Islam.
Bab IV Data dan Temuan Penelitian
Pada bab ini merincikan mengenai syair Seudati dibagi menjadi
Empat bagian yaitu : Seudati Tunang, Seudati Dakwah, Seudati
Festival, Seudati Biasa. Dan Teks Syair Seudati “Saleum Rakan dan
Saleum Aneuk Syahie”, teks Syair Seudati “ Kisah”, tekas Syair
Seudati “ Sya‟I Panyang/ Lanie”. Dan yang terakhir tenggapan
masyarakat dan tokoh Adat Aceh mengenai makna Syair.
22
Bab V Pembahasan
Pada bab ini membahas dari hasil temuan penelitian mengenai
tarian Seudati menurut teori Hermeneutika, dimulai dari Hermeneutika
Paul Recour pada Syair Seudati “ Saleum Aneuk Syahie dan Saleum
Rakan, Kisah, Sya‟I panyang / Lanie” yang dibagi menjadi lima bagian
yaitu : Unsur teks pada syair Seudati, latar belakang memproduksi teks
pada syair seudati, kaitan dengan teks lain pada teks syair seudati,
dialog dengan pembaca pada teks syair.
Bab VI Penutup
Pada bab ini penulis menyimpulkan tesis secara keseluruhan
sebagai penegasan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan
sebelumnya dalam rumusan masalah, disertai dengan saran-saran yang
dianggap penting berkaitan dengan tema.
23
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori Hermeneutika
Pemikiran mengenai studi komunikasi tidak hanya terbagi
diantara pemikiran Amerika dan Eropa, namun pemikiran gabungan
antara Amerika dan Eropa dengan pemikiran timur, yaitu Asia. Studi
komunikasi di Asia menunjukkan arah pemikiran dan perkembangan
tersendiri yang berbeda dibandingkan dengan di Barat, setidaknya
inilah yang dikemukakan Lawrence Kincaid, yang menyatakan bahwa
terdapat sejumlah perbedaan prinsip antara sarjana barat dan timur
dalam memformulasikan studi komunikasi. 33
Hermeneutika dapat dikatakan sebagai teori tentang human
understanding (cara manusia untuk lebih memahami suatu pokok
persoalan) untuk menginterprestasi aspek-aspek sains tertentu.
Hermeneutika juga mengajarkan panduan praktis suatu teks (wacana)
atau anologi teks, sehingga teks-teks atau wacana tulisan mendapat
makna baru ataupun makna sebaliknya.
Hermeneutika membantu para ilmuwan untuk menganalisis
hakikat suatu teks/wacana dengan lebih meletakkan dan menata
prinsip-prinsip yang melandasi teks ini pada konteks. Cara memahami
teks berdasarkan hermeneutika ini jelas berbeda dengan ajaran para ahli
realis yang menjalaskan bahwa segala “sesuatu” hanya dan harus
berdasarkan hukum-hukum alam yang berlaku, karena eksistensinya
33
Morrisan., Teori Komunikasi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013) , 3.
24
“sesuatu” yang menjadi pokok bahasan (termasuk teks) merupakan
bagian dari tatanan kehidupan dunia nyata. Oleh karena itu, para ahli
komunikasi dianjurkan memahami hermeneutika sebagai cara yang
lebih elegan untuk memahami ilmu komunikasi sendiri.34
Secara etimologis, kata hermeneutika berasal dari bahasa
Yunani, hermeneuein, yang berarti menafsirkan. Dalam mitologi
Yunani, kata ini sering dikaitkan dengan tokoh bernama Hermes,
seorang utusan yang mempunyai tugas menyampaikan pesan Jupiter
kepada manusia.35
Hermes dipercayai sebagai utusan para dewa untuk
menjelaskan pesan-pesan para dewa di langit. Dari nama Hermes inilah
konsep hermeneutic kemudian digunakan.36
Kata hermeneutika yang
diambil dari peran Hermes adalah sebuah ilmu dan seni
menginterpretasikan sebuah teks.
Istilah hermeneutika berasal dari kata Yunani; Hermeneuein,
yang diterjemahkan dengan “menafsirkan”, kata bendanya : Hermeneia
artinya “tafsiran”. Dalam tradisi Yunani kuno kata Hermeneutika
dipakai dalam tiga makna, yaitu :
1. Mengatakan (to say)
2. Menjelaskan (to explain)
3. Menerjemahkan (to translate)
34
Alo liliweri., Komunikasi Serba Ada serba makna, (Jakarta: Kencana,
2011) 26 35
Acep Iwan Saidi, Hermeneutika, Sebuah Cara Untuk Memahami Teks
(Jurnal Sosio teknologi Edisi 13 Tahun 7, April 2008), 376. 36
Hamid Fahmy Zarkasyi, Hermeneutika Sebagai Produk Pandangan Hidup,
dalam Kumpulan Makalah Workshop Pemikiran Islam Kontemporer, IKPM cabang
Kairo, 2006), 1.
25
Dari tiga makna tersebut, kemudian dalam kata Inggris di ekspresikan
dengan kata: to interpret, dengan demikian, perbuatan interpretasi
menunjuk pada tiga hal pokok :
1. Pengucapan lisan ( an oral recitation)
2. Penjelasan yang masuk akal (a reasonable explanation)
3. Terjemahan dari bahasa lain (a translation from another
language ), atau mengekpresikan.37
Ketika sebuah teks dibaca seseorang, disadari atau tidak akan
memunculkan interpretasi terhadap teks tersebut. Membicarakan teks
tidak pernah lepas dari unsur bahasa, Heidegger menyebutkan bahasa
adalah dimensi kehidupan yang bergerak yang memungkinkan
terciptanya dunia sejak awal, bahasa mempunyai eksistensi sendiri
yang di dalamnya manusia turut berpartisipasi.38
Sementara Hermeneutika Gadamerian sebaliknya memandang
makna dicari, dikonstruksi, dan direkonstruksi oleh penafsir sesuai
konteks penafsir dibuat sehingga makna teks tidak pernah baku, ia
senantiasa berubah tergantung dengan bagaimana, kapan, dan siapa
pembacanya.39
37
Richard E. Palmer, Hermeneutics :Interpretation Theory in
Schleermacher, Dilthey, Heideger, and Gadamer, ( Evastton : Northwestern
University Presss, 1969) , 23. 38
Eagleton, Terry, Teori Sastra: Sebuah Pengantar Komprehensif . Harfiah,
(Yogyakarta: Jalasutra, 2006) , 88. 39
Rahardjo, Mudjia, Hermeneutika Gadamerian: Kuasa Bahasa dalam
Wacana Politik Gus Dur (Malang: Universitas Islam Negeri - Malang Press, 2007),
55.
26
Metode hermeneutika mencoba menyesuaikan setiap elemen
dalam setiap teks menjadi satu keseluruhan yang lengkap, dalam
sebuah proses yang biasa dikenal sebagai lingkaran hermeneutika. Ciri-
ciri individual dapat dimengerti berdasarkan keseluruhan konteks, dan
keseluruhan konteks dapat dimengerti melalui ciri-ciri individual.40
Kunci pemahaman adalah pertisipasi dan keterbukaan, bukan
manipulasi dan pengendalian. Sebagai sebuah metode penafsiran,
hermeneutika tidak hanya memandang teks, tetapi juga berusaha
menyelami kandungan makna literalnya. Hermeneutika berusaha
menggali makna dengan mempertimbangkan horison-horison
(cakrawala) yang melingkupi teks tersebut.
Horison yang dimaksud adalah horison teks, pengarang, dan
pembaca. Dengan memperhatikan ketiga horison tersebut diharapkan
suatu upaya pemahaman atau penafsiran menjadi kegiatan rekonstruksi
dan reproduksi makna teks, yang selain melacak bagaimana suatu teks
di-munculkan oleh pengarangnya dan muatan apa yang masuk dan
ingin dimasukkan oleh pengarang ke dalam teks, juga berusaha
melahirkan kembali makna sesuai dengan situasi dan kondisi saat teks
dibaca atau dipahami. Dengan kata lain, hermeneutika memperhatikan
tiga hal sebagai komponen pokok dalam upaya penafsiran yaitu teks,
konteks, kemudian melakukan upaya kontekstualisasi.41
40
Eagleton, Terry,“Teori Sastra: Sebuah Pengantar Komprehensif, Harfiah,
105 41
Rahardjo, Mudjia., Hermeneutika Gadame rian, 91.
27
Pada dasarnya hermeneutika berhubungan dengan bahasa.
manusia berpikir melalui bahasa, manusia berbicara dan menulis
dengan bahasa. Manusia mengerti dan membuat interpretasi dengan
bahasa. Bahkan seni yang dengan jelas tidak menggunakan sesuatu
bahasa pun berkomunikasi dengan seni-seni yang lainnya juga
dengan menggunakan bahasa. Semua bentuk seni diapresiasi dengan
menggunakan bahasa. Bagaimana mengungkapkan kenikmatan dan
kebosanan saat mendengarkan music klasik, dan mengungkapkan
kekaguman saat melihat lukisan karya atau membandingkan dengan
karya yang lain hanya melalui bahasa. 42
Teks sebagai bahasa yang sedang melaksanakan tugas untuk
mengekpresikan fungsi atau makna sosial dalam konteks situasi dan
konteks kultural. Oleh karena itu, teks lebih merupakan sistem
bahasa yang bersifat semantik sekaligus fungsional. Teks dapat
dilihat dua sisi. Pertama, teks dipandang dalam mengekpresikan
fungsi sosial. Kedua, teks dapat dipahami sebagai sebuah produk.
Dalam pengertian ini, teks dapat didekontruksi untuk memperoleh
elemen-elemen linguistik, semantik, retoris dan fungsionalnya yang
sistematik sebelum dibentuk untuk memperoleh sistem pemaknaan
holistik yang terdapat dalam teks.43
42
E.Sumaryono, Hermeneutika sebuah metode filsafat (Depok, PT kanisius,
1999), 26 . 43
Radita Gora, Hermeneutika Komunikasi, ( Yogyakarta, Deepublish,
2012), 22.
28
Hermeneutika harus kembali kepada pengalaman orisinal dari
para penulis (teks) dengan maksud untuk menemukan “kunci” makna
kata-kata atau ungkapan. Kita mengungkapkan diri sendiri melalui
bahasa sehari-hari. Tetapi, semua hal itu tidak akan dapat dimengerti
tanpa harus ditafsirkan. Kita bisa menafsirkan isi suatu teks dengan
menggunakan bahasa yang kita pakai sendiri. Bahkan selalu ada
sejumlah penafsiran atau interprestasi yang didasarkan atas berbagai
segi ruang dan waktu. Tetapi penafsiran-penafsiran ini telah
dimodifikasi menurut aliran waktu.
Meskipun hermeneutika atau interprestasi termuat dalam
kesusastraan dan linguistik, hukum, sejarah, agama dan disiplin ilmu
yang lainnya yang berhubungan dengan teks, namun akarnya adalah
tetap filsafat. Paul Ricoeur dan Jacques Derrida menulis
hermeneutika dalam kesusastraan, padahal keduanya adalah para
filsuf. 44
Syair Seudati ini menggunakan bahasa daerah dan ketika
dibacakan oleh Aneuk Syahie dalam tampilan tari seudati dengan
intonasi yang semangat sehingga pembacaan yang sangat cepat
mempersulit pendengar untuk mendengar secara jelas apa yang
disampaikan dalam syair tari seudati, terlebih menggunakan bahasa
daerah sehingga perlu penafsiran untuk memahami makna secara yang
terkandung dalam syair seudati.
44
E.Sumaryono,. Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat, 33.
29
Hermeneutika adalah teori tentang bekerjanya pemahaman
dalam menafsirkan teks. Hermeneutika mencakup dalam dua fokus
perhatian yang berbeda dan saling berinteraksi, yaitu :
1. peristiwa pemahaman terhadap teks
2. Persoalan yang lebih mengarah mengenai pemahaman
interpretasi itu. 45
Hal ini memperlihatkan bahwa gagasan utama dalam
hermeneutika adalah pemahaman (understanding) pada teks.
1. Hermeneutika Komunikasi
Teks sebagai realita yang tampak saat ini sebagai upaya abadi
dalam komunikasi berwujud. Jika pembentuk teks masih hidup dan
berada disekitar kita, mungkin tidak sulit bagi kita untuk menafsirkan
teks yang ada dengan hubungan langsung dengan pembuat teks. Namun
apabila pembentuk teks (komunikator) tidak lagi ada dan tidak berada
disekitar kita, maka teks adalah bagian yang dapat dimiliki oleh
komunikan yang dapat diinterprestasikan. Teks dapat ditafsirkan
melalui tiga dimensi utama, diantaranya ialah psikologis, Stuktur, dan
historis yang menemukan kebenaran (realitas sejati yang dalam bahasa
Thomas Aquenas “ Annalogical level”.46
Proses hermeneutika bersifat tentatif yang dimana disampaikan
oleh komunikator. Biasanya pada objek yang ditafsirkan harus
memiliki nilai pesan yang dapat memberikan penekanan makna tertentu
45 E. Palmer, Richard,. Hermeneutics Interpretation Theory in
Schleirmacher, Dilthey, Heidegger, and Gadamer diterjemahkan oleh Masnuri Hery
dan Damanhuri dengan judul Hermeneutika; Teori Baru Mengenai Interpretasi.
(Cet.II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 8. 46
Radita Gora, Hermeneutika Komunikasi, 65
30
sehingga mendorong keinginan komunikan untuk untuk menafsirkan.
Seperti dalam pesan pemberitaan media massa akan menjadi berarti dan
menarik untuk ditafsirkan apabila pesan yang disampaikan lewat media
memiliki nilai berita (News Value) serta peristiwa yang hangat yang
memiliki kepentingan umum yang menjangkau khalayak luas dengan
menimbulkan pemaknaan khusus. 47
2. Hermeneutika dan Budaya
Indonesia yang memiliki lebih dari 1500 suku bangsa
merupakan surga bagi perkembangan untuk memahami budaya.48
Oleh
sebab itu, diversitas budaya dan pluralitas budaya merupakan
konsekuensi yang mendatangkan keuntungan untuk memperkaya
kebudayaan. Dengan hermenutika, tradisi budaya tidak dihapus, tetapi
dipelihara bahkan distimulasi penjiwaan dan reintegrasinya, baik dalam
konteks perjumpaan kebudayaan suku bangsa di dalam kebudayaan
nasional maupun dalam konteks perjumpaan kebudayaan antar
bangsa.49
Lebih lanjut Supriyono menyebutkan bahwa pembentukan
budaya dengan sendirinya melibatkan di dalamnya perbedaan-
perbedaan budaya seperti ras, kelas, gender, dan tradisi budaya.
Identitas budaya bukanlah identitas bawaan dan entitas yang sudah
47
Rechad West dan Lynn H. Tunner ., Pengantar Teori komunikasi :
Analisis dan Aplikasi (Jakarta : Penerbit Salemba Humanika, 2010) , 140. 48
Pusat data dan Statistik pendidikan dan kebudayaan (PDSPK), Analisis
Kearifan Lokal Ditinjau Dari Keragaman Budaya, (RI : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2016) 10. 49
Poespoprodjo, W. Hermeneutika, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 143.
31
ditakdirkan, dan tidak bisa direduksi, tetapi adanya negosiasi identitas
kultural mencakup perjumpaan dan pertukaran tampilan budaya yang
terus menerus akan menghasilkan pengakuan timbal balik akan
perbedaan budaya.50
Dalam konteks budaya Indonesia yang plural, interpretasi
budaya memerlukan orientasi yang mendasar, selain itu perlu adanya
perumusan kembali konsepsi kebudayaan nasional yang tidak
monolitik, strategi kebudayaan nasional yang terarah dan
memperhitungkan pluralitas budaya, serta politik kebudayaan nasional
menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditunda lagi karena merupakan
penentu arah seluruh pembangunan di segala bidang. Oleh sebab itu,
studi tema -tema hermeneutika sangat diperlukan dan merupakan
conditio sine qua non. Mana kala dalam ilmu nilai keluar dari
kegunannya, dalam filsafat kegunaan keluar dari nilai.51
3. Pemikiran Paul Recoeur
Ada banyak tokoh dalam hermeneutika, misalnya F.D.E
Schleiermarcher, Wilhelm Dilthey, Hans-Georg Gadamer, Jurgen
Habermas, dan Paul Ricoeur. Penulis tidak akan menjelaskan
pemikiran hermeneutik semua tokoh tersebut. Dalam penelitian ini
metode hermeneutika yang akan disarikan adalah yang dikemukakan
Paul Ricoeur.
50
Supriyono, J. “Mencari Identitas Kultur Keindonesiaan,” dalam
Hermeneutika Pascakolonial: Soal Identitas . Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto
(ed.), (Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 2004), 145. 51
Poespoprodjo, W. Hermeneutika., 147.
32
Ricoeur mendefinisikan hermeneutika sebagai berikut.
“hermeneutics is the theory of the operations of understanding in their
relation to the interpretation of text”.
Terjemahan: “Hermeneutika adalah teori operasional pemahaman
dalam hubungannya dengan penafsiran dari teks”.52
Berdasarkan pengertian ini Ricoeur kemudian mengatakan “So,
the key idea will be the realisation of discourse as a text; and
elaboration of the catagories of the text will be the concern of
subsequent study”.
Terjemahan: “Jadi, gagasan utama akan menjadi realisasi wacana
sebagai teks, dan elaborasi kategori teks akan menjadi perhatian dari
studi selanjutnya”.
Discourse (wacana) sendiri, dilihat Ricoeur sebagai sesuatu
yang lahir dari tuturan individu. Dalam hal ini Ricoeur menyinggung
teori linguistik Ferdinand de Saussure yang diperbandingkan dengan
konsep Hjemslev. Saussure, dalam Course in General Linguistics
(1974) membedakan bahasa dalam dikotomi tuturan individu (parole)
dengan sistem bahasa (langue). Sedangkan Hjelmslev
mengkategorikannya dalam skema dan penggunaan. Dari dualitas
inilah, menurut Ricoeur, teori tentang wacana (discourse) lahir. Dalam
perspektif Ricoeur, parole atau ujaran individu identik dengan wacana
(discourse). Menurut Ricoeur, wacana berbeda dengan bahasa sebagai
sistem (langue). Wacana lahir karena adanya pertukaran makna dalam
52 Ricoeur, Paul., Hermeneutics and The Human Sciences (English:
Cambrige University Press, 1981), 43.
33
peristiwa tutur. Karakter peristiwa sendiri merujuk pada orang yang
sedang berbicara. Ricoeur menulis.53
“The eventful character is now linked to the person who speaks; the
event consists in the fact that someone speaks, someone expresses
himself in taking up speech”.
Terjemahan: “Karakter penting ini sekarang terhubung ke orang yang
berbicara, peristiwa terdiri dalam kenyataan bahwa seseorang
berbicara, seseorang yang mengekspresikan dirinya dalam berbicara”.
Dalam hal ini selanjutnya dijelaskan bahwa terdapat empat unsur
pembentuk wacana, yakni terdapatnya subjek yang menyatakan, isi
atau proposisi yang merupakan dunia yang digambarkan, alamat yang
dituju, dan terdapatnya konteks (ruang dan waktu). Dalam wacana
terjadi lalu-lintas makna yang sangat kompleks.
Tindakan pengujaran dan penerimaan gambaran dunia selalu ada
dalam temporalitas. Dengan fakta demikian, tidak ada kebenaran
mutlak dalam soal penafsiran atas wacana. Pemaknaan atau penafsiran
yang bersifat temporal (bersifat sementara karena adanya konteks)
selalu diantarai oleh sederet penanda dan, tentu saja, oleh teks. Dengan
demikian, tugas hermeneutika tidak mencari kesamaan antara maksud
penyampai pesan dan penafsir. Tugas hermeneutika adalah menafsirkan
makna dan pesan seobjektif mungkin sesuai dengan yang diinginkan
teks. Teks itu sendiri tentu saja tidak terbatas pada fakta otonom yang
tertulis atau terlukis (visual), tetapi selalu berkaitan dengan konteks. Di
dalam konteks terdapat berbagai aspek yang bisa mendukung keutuhan
53
Ricoeur, Paul., Hermeneutics., 133
34
pemaknaan. Aspek yang dimaksud menyangkut juga biografi kreator
(seniman) dan berbagai hal yang berkaitan dengannya. Hal yang harus
diperhatikan adalah seleksi atas hal-hal di luar teks harus selalu berada
dalam petunjuk teks. Ini berarti bahwa analisis harus selalu bergerak
dari teks, bukan sebaliknya. Hal terpenting dari semua itu adalah bahwa
proses penafsiran selalu merupakan dialog antara teks dan penafsir.
Pertanyaannya, bagaimana objektivitas dapat dicapai atau
subjektivitas penafsir bisa dihindari? Ricoeur menawarkan empat
kategori metodologis sebagai jawabannya, yakni objektivasi melalui
struktur, distansiasi melalui tulisan, distansiasi melalui dunia teks, dan
apropriasi (pemahaman diri). Dua yang pertama merupakan kutub
objektif. Hal ini penting sebagai prasyarat agar teks bisa mengatakan
sesuatu. Objektivasi melalui struktur adalah usaha menunjukkan relasi-
relasi intern dalam struktur atau teks. Dalam hal ini tampak bahwa
hermeneutika berkaitan erat dengan analisis struktural. Analisis
struktural adalah sarana logis untuk menguraikan teks (objek yang
ditafsirkan).
Bergerak lebih jauh dari kajian struktur, analisis hermeneutika
melibatkan berbagai disiplin yang relevan sehingga memungkinkan
tafsir menjadi lebih luas dan dalam. Bagaimanapun berbagai elemen
struktur yang bersifat simbolik tidak bisa dibongkar dengan hanya
melihat relasi antarelemen tersebut. Oleh sebab itu, penafsiran dalam
perspektif hermeneutika juga mencakup semua ilmu yang
dimungkinkan ikut membentuknya: psikologi, sosiologi, politik,
antropologi, sejarah, dan lain-lain. Ini yang dimaksud dengan
35
distansiasi atas dunia teks (objek) dan apropriasi atau pemahaman diri.
Dengan perkataan lain, jika teks (objek) dipahami melalui analisis
relasi antar unsurnya (struktural), bidang-bidang lain yang belum
tersentuh bisa dipahami melalui bidang-bidang ilmu dan metode lain
yang relevan dan memungkinkan.54
Konsep dan cara kerja metode dan pendekatan yang telah
diuraikan di atas dalam kaitannya dengan karya seni sebagai subjek
penelitian, Ricoeur visualisasikan melalui gambar di bawah ini. 55
54 Haryatmoko. Memahami Diri Lebih Baik; Hermeneutika Menurut Paul
Ricoeur. (Jakarta: Kompas, 2002), 18. 55
Haidir Rachman, Sastra Indonesia, Hermeneutika, Semiotika, Kompor
Meleduk, Benyamin Sueb, 2013. Diakses melalui web
www.academia.edu/3432290/Kajian_Hermeneutika_Teks_Lagu_Kompor_Meleduk_
Karya_Benyamin_Sueb
36
Dari gambar yang berupa piramida terbalik di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Mula-mula teks (seni) ditempatkan sebagai objek yang diteliti
sekaligus sebagai subjek atau pusat yang otonom. Karya seni
diposisikan sebagai fakta ontologi.
b. Karya seni sebagai fakta ontologi dipahami dengan cara
mengobjektivasi strukturnya. Di sini analisis struktural
menempati posisi penting.
c. Pada tahap berikutnya, pemahaman semakin meluas ketika
masuk pada lapis simbolisasi. Hal ini terjadi sebab di sini tafsir
telah melampaui batas struktur.
d. Kode-kode simbolik yang ditafsirkan tentu saja membutuhkan
hal-hal yang bersifat referensial menyangkut proses kreatif
seniman dan faktor-faktor yang berkaitan dengannya.
e. Kode simbolik yang dipancarkan teks dan dikaitkan dengan
berbagai persoalan di luar dirinya menuntut disiplin ilmu lain
untuk melengkapi tafsir.
f. Akhirnya, ujung dari proses itu adalah ditemukannya makna
atau pesan. Dari skema tampak bahwa makna dan pesan dalam
tafsir hermeneutik berada pada wilayah yang paling luas dan
paling berjauhan dengan teks (karya seni sebagai fakta
ontologisnya), tetapi tetap berada di dalam horizon yang
dipancarkan teks.
Bagian yang perlu lebih jauh dijelaskan dalam skema di
atas adalah soal simbolisasi. Teks, yang tidak lain adalah
37
formulasi bahasa, adalah kumpulan penanda yang sangat
kompleks. Saussure mendikotomikan bahasa sebagai penanda
(citra akustis, bunyi) versus petanda (konsep). Bahasa adalah
lambang yang paling kompleks dibandingkan dengan berbagai
hal lain di masyarakat.
3.1 Pengertian Seni
Pengertian seni, sampai saat ini masih diperdebatkan walaupun
hampir sepakat kalau seni itu tidak lepas dari keindahan. Menurut
Susanto masalah seni terlalu banyak ahli yang mengartikannya, dan
belum ada kesepakatan yang jelas mengenainya, karena tinjauan yang
dipakai juga berbeda-beda. 56
Sejauh ini, dari berbagai pernyataan
tentang seni mengarah pada persoalan kesanggupan akal manusia baik
berupa kegiatan rohani maupun fisik untuk menghasilkan sesuatu yang
bernilai artistik (luar biasa), menggugah perasaan orang lain.
Pendapat yang lain segala sesuatu yang dilakukan orang bukan
atas dorongan kebutuhan pokoknya melainkan kebutuhan spiritual
(Everyman Encyclopedia). Segala perbuatan manusia yang timbul dari
hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan
jiwa perasaan manusia (Ki Hadjar Dewantara).
Dari beberapa pendapat di atas Soedarso Sp. menyimpulkan
bahwa seni adalah karya manusia yang mengkomunikasikan
pengalaman-pengalaman batinnya; pengalaman batin tersebut disajikan
secara indah atau menarik sehingga merangsang timbulnya pengalaman
batin pula pada manusia lain yang menghayatinya. Kelahirannya tidak
56
Susanto, Mikke.. Diksi Rupa: Kumpulan Istilah Seni Rupa.( Yogyakarta:
Kanisius, 2002) , 101.
38
didorong oleh hasrat memenuhi kebutuhan pokok, melainkan
merupakan usaha melengkapi dan menyempurnakan derajat
kemanusiaannya memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual. 57
Dalam mengapresiasi karya seni seorang apresiator mempunyai
otoritas dan kewenangan untuk menentukan kualitas sebuah karya seni.
Seorang apresiator memberi penilaian berdasarkan pengalaman
masing-masing, namun karya seni yang bermutu tentunya berbeda
dengan karya yang dianggap kurang bermutu dan biasanya seorang
kritikus yang berpengalaman dapat mengupas secara objektif masalah
tersebut. Jadi pembahasannya tidak semata-mata didasarkan oleh
pandangan yang bersifat subjektif. 58
Mengapa seni begitu efektif secara emosional, terlepas dari
siapa pembuatnya atau pada kurun waktu mana seni itu dibuat,
barangkali teori kontemporer yang paling terkenal dan paling banyak
diterima untuk menjelaskan kekuatan seni adalah teori yang diajukan
filsuf Amerika Susanne Langer ( 1895-1985) di pertengahan abad ke
dua puluh. Ia menekankan bahwa kita tidak mengalami seni sebagai
potongan-potongan terpisah (nada, bentuk, kata, dan seterusnya), tetapi
sebagai sebuah pengalaman emosional yang menyeluruh.
Barulah ketika seorang individu mencoba secara rasional
memahami mengapa karya seni memiliki efek demikian terhadap
dirinya, pengalaman holistik ini diubah melalui penalaran dan bahasa
menjadi sebuah pengalaman yang bagian-bagiannya dapat dipilah-
57
Abd. Aziz Ahmad, Dakwah, Seni Dan Teknologi Pembelajaran, ( Jurnal
Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makasar ). 85 58
Museum Nasional. Mengenal Aneka Ragam Tulisan Daerah di Indonesia, .
(Jakarta: Direktorat Museum, Ditjen Kebudayaan Departemen P dan K., 1988), 98..
39
pilah, dibahas, dikritik, dan seterusnya, misalnya kata demi kata dalam
satu kalimat.59
Lebih jauh Langer mengatakan bahwa, dikarenakan sifatnya
yang berkaitan dengan emosi, seni yang agung menstransformasi
manusia dan budaya secara permanen. Seni seperti ini benar-benar
merupakan “cermin jiwa”. Makna spritual dan efek estetis dari karya
seni agung seperti ini terus menerus dialami sepanjang waktu,
dipelbagai budaya. Karya demikian tampaknya dibangun dengan
menggunakan cetak biru umat manusia yang bersifat spritual dan
universal. 60
Proses pengembangan tari tradisional yang cukup lama dapat
dilihat dari bentuk-bentuk tari tradisional yang ada. Bentuk tari
tradisional dibagi menjadi tiga jenis antara lain tari primitif merupakan
jenis tarian yang memiliki bentuk bentuk gerak yang belum digarap
secara koreografis, gerak dan iringannya juga masih sangat sederhana.
Kemudian tari kerakyatan yang merupakan suatu bentuk tari
pengungkapan kehidupan manusia sehari-hari, dengan bentuk gerak
yang masih sederhana. Kedua jenis tari tersebut sangat berbeda dengan
tari klasik yang merupakan jenis tari tradisional mempunyai
perkembangan istimewa yaitu dikalangan raja dan bangsawan, serta
mempunyai bentuk gerak yang sudah diolah sedemikian rupa. 61
59
Marcel Danesi., Pesan,Tanda,dan Makna (Yogyakarta, JALASUTRA,
2004), 188. 60
Marcel Danesi., Pesan,Tanda,dan Makna, 189. 61
Anggun Herliyani, Skripsi, Analisis Semiotika Gerak Dasar dan Properti
pada Kesenian Incling Krumpyung “Langen Bekso Wiromo” di Gunung Rego,
Hargorejo, Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta,
(Yogyakarta: 2015), 14.
40
Tarian Tradisional merupakan cara berpikir serta tindakan yang
selalu berpegang teguh pada prinsip-prinsip atau norma dan adat
istiadat yang ada secara turun temurun. Tradisional merupakan istilah
dari kata tradisi, sedangkan tradisi berasal dari bahasa lain yaitu
tradition yang berarti mewariskan. Kesenian tradisional adalah
kesenian yang sederhana penyajiannya, baik dilihat dari segi gerak,
rias, busana, tema, dan irama. Kesenian tradisional identik dengan
kerakyatan yang turun-temurun.
3.2 Simbol
Dalam mengungkap simbol, Ricoeur mengambil contoh kasus
simbol kejahatan, yang dinilai sebagai suatu cara pengejawantahan
kehendak manusia yang rendah diri. Ini diakui sebagai kejahatan-
kejahatan yang telah diperbuat melalui bahasa simbol, tetapi dengan
pengambilan contoh tersebut bukan berarti ia bersikap sewenang-
wenang dan tanpa motivasi. Lalu mengapa simbol kejahatan dijadikan
Ricoeur sebagai contoh representatif dari seluruh simbol? Karena
kejahatan adalah suatu simbol arkaik (primitif) dari seluruh simbol.62
la
juga ingin memperlihatkan bagaimana manusia (manusia beragama)
melakukan kejahatan dan bagaimana manusia mengakuinya. Bahasa
yang dipakai manusia untuk mengakui pengalaman kejahatannya
bersifat simbolis.63
62
Paul Ricoeur, Freud and Philisophy: An Essay on Interpretation, (New
Hahen dan London: Yale University Press, 1970), 39-40. 63
Lathifatul Izzah el Mahdi: Hermeneutika-Fenomenologi Paul Ricoeur
(Jurnal Yogyakarta: Program Agama dan Filsafat Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga,
2007), 30.
41
“Dosa, manusia melakukan kejahatan ”dihadapan Tuhan”.
Berbuat jahat tidak lagi berarti melanggar suatu tata susunan yang
magis dan anonim, melainkan ketidaktaatan terhadap Tuhan yang telah
mengadakan suatu perjanjian dengan manusia. Dosa merupakan
ketidaksetiaan manusia terhadap Tuhan yang setia.” 64
Setelah mengungkapkan simbol-simbol yang melambangkan
kejahatan manusia, maka Ricoeur mengungkapkan mitos-mitos tentang
kejahatan yang digunakannya untuk menerangkan dari mana asalnya
kejahatan.
Dari sini Ricoeur mempelajarinya dengan dua jalan; pertama
mempelajari tiga simbol primer yang dipakai manusia untuk
mengungkapkan penga lamannya, yaitu: pencemaran atau noda, dosa,
dan kesalahan, dan kedua ia mempelajari mitos-mitos (simbol
sekunder) yang menceritakan kejahatan.
Untuk memahami ekspresi-ekspresi simbolik manusia, Ricoeur
memunculkan dua teori gerak yaitu:
1. Gerak sentripetal (statis); gerak yang menyangkut struktur
intensional simbol yang bersifat ganda dan dianalogkan
pada: pertama simbol diperoleh dari pengalaman sehari-hari,
dalam simbol kejahatan merupakan kontak langsung
manusia dengan yang sakral. Kedua struktur yang
dianalogkan muncul hanya dari dan dalam intensional
pertama. Dengan kegandaan ini simbol menjadi kompleks,
walaupun simbol hanya sebuah tanda.
64
Bertens, “Filsafat Barat Kontemporer Prancis” (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 2001), 264.
42
2. Gerak sentrifugal (dinamis); gerak yang berkaitan dengan
pemunculan dan perkembangan makna-makna simbol. Dari
daerah pemunculannya, simbol dibagi menjadi tiga: (a).
Simbol kosmik; termasuk ritus-ritus dan mitos-mitos,
sebagaimana yang diungkapkan oleh para fenomenolog
agama, (b). Simbol psikis atau onerik seperti mimpi-mimpi,
dan (c). Simbol imajinasi; suatu daerah simbol yang
menjadikan ekspresi-ekspresi simbol suatu karya.65
Dari kedua gerak itulah simbol primer dan simbol sekunder
dapat dipahami, namun kadang-kadang mitos-mitos ini adalah ekspresi-
ekspresi yang terartikulasikan dan di dalamnya terdapat ruang, waktu,
serta karakter-karakter yang terjalin dalam naratif.
B. Pesan Dakwah Islam
a. Pengertian Dakwah
Dakwah menurut bahasa berasal dari kata ةدعو –يدعو -دعا yang
berarti panggilan, seruan dan ajakan.66
Sedangkan menurut istilah,
banyak sekali definisi dakwah. Menurut Saifudin Azhari, dakwah
adalah segala aktivitas yang mengubah suatu situasi lain yang lebih
baik menurut ajaran Islam. Tetapi juga berupa usaha meneruskan dan
menyampaikan kepada perorangan dan umat. Konsepsi Islam tentang
pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia dan akhirat ini yang
meliputi amar ma‟ruf nahi mungkar, dengan berbagai media dan cara
65
Paul Ricoeur, Freud and Philisophy,. 14-15 66
Awaludin Pimay,. Paradigma Dakwah Humanis, Strategi dan Metode
Dakwah Saefudin Zuhri, ( Semarang: Rasail, 2005), 3.
43
yang diperbolehkan akhlak yang membimbing pengalamannya dalam
kehidupan perseorangan berumah tangga, bermasyarakat, bernegara.67
Dakwah secara normatif yakni mengajak manusia kepada jalan
kebaikan dan petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat.68
Selanjutnya pengertian dakwah dari beberapa pakar antara lain;
Arifin dalam bukunya Psikologi Dakwah mengungkapkan bahwa
dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan, baik
dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang
dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha memengaruhi orang
lain, baik secara individual maupun kelompok agar supaya timbul
dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta
pengamalan terhadap ajaran agama sebagai message (pesan) yang
disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksa.69
Hasymi mengungkapkan bahwa dakwah adalah mengajak
orang lain untuk meyakini dan mengamalkan akidah dan syari‟at Islam
yang lebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah.
Selanjutnya Hamzah Ya‟kub mendefinisikan dakwah adalah mengajak
umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk
Allah dan Rasul-rasulnya.
Di dalam Ensiklopedia Islam disebutkan bahwa tujuan utama
dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di
67
Anshari, Saifudin, Pokok Pokok Pikiran Tentang Islam. (Bandung:
Pelajar,1969), 87 68
Mahfud, Hidayah Al-Mursyidik (terj. Yogyakarta:, Usaha Penerbit Tiga A.
1970), 27. 69
Arifin,. Psikologi Dakwah ,(Jakarta: Bumi Aksara, 2004) , 10.
44
dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah swt, yakni dengan
menyampaikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan
kesejahteraan yang diridai oleh Allah swt. sesuai dengan segi atau
bidangnya masing-masing.
Dakwah telah lama menjadi perbincangan pokok manusia
dalam tiap generasi. Ada dua hal yang menjadi alasan dakwah sebagai
wacana lama yang tidak pernah berhenti sepanjang masa. Alasan
pertama adalah dakwah melahirkan manusia mengubah situasi sosial
menjadi lebih baik. Ini dapat dijelaskan dengan teori manusia besar (big
man teory). Ada tiga asumsi dari teori ini, hanya manusia besar yang
mengubah sejarah (determenisme heroik), sejarahlah yang
memunculkan manusia (determenisme sosial), kapabilitas manusia
besar dengan dukungan massa yang dapat mengubah sejarah. Asumsi
terakhir ini relevan dengan munculnya pendakwah yang muncul pada
situasi tepat. Masyarakat memperbincangkan pendakwah sebagai
individu luar biasa yang memiliki beberapa kelebihan.
Alasan kedua dakwah merupakan perintah Allah SWT yang
termaktub dalam kitab kitab agama samawi. Dengan perintah ini, umat
beragama berlomba lomba mengajak orang lain untuk mengikuti
agamanya. Hal ini menjadi sumber interaksi antara umat beragama
antara perdamaian dan ketegangan. 70
Komunikasi dan dakwah tidak bisa dipisahkan karena dakwah
adalah aktifitas berkomunikasi. Namun lebih khusus komunikasi
tentang agama Islam, penyebaran Islam, dan juga ajakan berbuat baik
70
Moh. Ali Aziz., Ilmu Dakwah, (Jakarta, Kencana, 2004) , 68.
45
dan menjauhi perkara yang buruk. Disini dakwah dan komunikasi lintas
budaya diperlukan. Mengingat majemuknya budaya di Indonesia
menuntut seorang da‟i untuk bisa menjadi da‟i yang profesional.
Penggunaan metode dakwah yang benar adalah keharusan.71
Eksistensi dakwah akan senantiasa bersentuhan dengan realitas
sosio-kultural yang mengitarinya, sesuai konsekuensi posisi dakwah,
dakwah sebagai satu variabel dan problematika kehidupan sosial
sebagai variabel yang lain, maka keberadaan dakwah dalam suatu
komunitas dapat dilihat dari fungsi dan perannya dalam mempengaruhi
perubahan sosial tersebut, sehingga lahir masyarakat baru yang
diidealkan (khoiru ummah). Secara substansial dakwah merupakan
pendidikan masyarakat, yang dalam pelaksanaannya tidak jauh berbeda
dengan cita-cita pendidikan nasional.72
Tujuan seperti diamanahkan
pendidikan nasional tersebut menempatkan dimenasi moral keagamaan
sebagai bagian penting dalam proses berdakwah.
Dari uraian diatas jelas bahwa dakwah adalah mengajak ummat
manusia menuju kehidupan Islami dan untuk memberi solusi ke
seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu dakwah haruslah
dikemas dengan cara metode tepat dan pas, dakwah harus tampil secara
aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian yang hangat
ditengah masyarakat. Faktual dalam arti kongkrit dan nyata, serta
konstektual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang
dihadapi oleh masyarakat. Tarian seudati diciptakan sebagai media
71
Aripudin, Acep. Dakwah Antar Budaya, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2012), 56. 72
Abdul Basit, Wacana Dakwah Kontemporer ( Yogyakarta: STAIN
Purwokerto Press), 45.
46
dakwah Islam yang dikembangkan penganut Islam dalam menyebarkan
agama Islam di Aceh.
b. Pengertian Islam
Islam sebagai agama yang lengkap telah menetapkan prinsip-
prinsip atau kaedah-kaedah yang dapat dijadikan pedoman dalam
melakukan suatu perbuatan, termasuk juga dalam berkomunikasi baik
berkomunikasi dengan Tuhan, dengan sesama manusia maupun juga
dengan diri sendiri.73
Kata Islam dalam buku Al-Ta‟rifat karya al-Jurjani diartikan
sebagai kerendahan dan ketundukan terhadap apa yang dikabarkan oleh
Rasulullah SAW. Makna Islam menurut Al-Jurjani ini mengacu kepada
makna bahasa Abdul Karim Zaidan dalam Ushul Al-Dakwah
memaparkan banyak sekali definisi tentang Islam. Di antara definisi
Islam menurut beliau:74
a. Islam adalah bersyahadat bahwa tiada ilah selain Allah dan
Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, berpuasa Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji.
b. Islam adalah kerendahan, penyerahan diri, dan ketundukan
kepada Allah Rabbul Alamin. Ketundukan ini disyaratkan harus
dalam bentuk pilihan bukan karena terpaksa, yaitu ketundukan
kepada Allah di segala bidang. Definisi yang kedua ini mirip
dengan definisi yang diberikan oleh al-Jurjani, yaitu definisi
Islam dengan pendekatan bahasa. Ketika kata Islam
73
Nursapia Harahap, Analytica Islamica, (Medan: UINSU, 2011), 90. 74
Harjani Hefni, Komunikasi Islam, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2015),
h. 7-12
47
dihubungkan dengan din yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW dari Allah SWT, maka definisi Islam adalah ketundukan
atas dasar sukarela kepada Allah Rabbul „Alamin. Bukti
ketundukan itu terwujud pada kepatuhan terhadap syariat Allah
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Islam dalam
arti ketundukan dapat ditemukan dalam firman Allah dalam
surat Ali Imran: 19:
Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi
Allah hanyalah Islam.75
c. Islam adalah sistem umum dan peraturan lengkap tentang
urusan kehidupan, serta panduan meniti kehidupan dan segala
konsekuensi dari penerimaan atau penolakan terhadap ajaran
yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT.
d. Islam adalah kumpulan seluruh nilai yang diturunkan Allah
kepada Nabi Muammad SAW untuk disampaikan kepada
seluruh manusia, baik huum akidah, akhlak, ibadah, muamalat,
serta berita-berita yang disebutkan dalam Al-Qur‟an dan As-
Sunnah.
e. Islam adalah jawaban yang benar dan tepat untuk menjawab
tiga pertanyaan prinsip yang selalu menyibukkan akal manusia
dan selalu muncul dalam pikiran mereka sepanjang masa: dari
mana kita berasal, untuk apa kita hadir di muka bumi ini, dan ke
75
Departemen Agama RI, Alquran (Q.S. Ali „Imran/3: 19)
48
mana tempat kembali? Untuk pertanyaan pertama, darimana
kita berasal, Islam menjawab bahwa manusia berasal dari Allah
yang menciptakan manusia dari dua perpaduan utama yaitu
jasad dan ruh. Jasad kita diciptakan dari tanah dan saripati tanah
serta roh berasal dari Allah SWT. Dua perpaduan ini membuat
manusia memiliki dua kebutuhan yang harus dipenuhi,
kebutuhan jasad dan kebutuhan ruh. Allah SWT berfirman
dalam surat As-Sajadah: 7-9.
Artinya: Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari
tanah.Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang
hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya
49
roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur.76
Dari beberapa definisi Islam di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa Islam menurut bahasa secara umum artinya adalah tunduk,
menyerahkan diri kepada Allah, damai, serta selamat. Selain berarti
agama Tuhan yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW, Islam
juga berarti penyerahan diri secara mutlak kepada-Nya, dan kemudian
pula berarti kehidupan yang penuh keserasian atau saleh, dalam arti
diliputi oleh kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, kebahagian dan
yang sejenis dengan itu. Setiap orang tanpa kecuali merindukan
kehidupan Islam, seperti pengertian di atas dan selalu diperjuangkan
antara lain melalui dakwah atau komunikasi Islam.77
c. Pengertian Pesan Dakwah Islam
Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya
konkret agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia
dengan akal budinya menciptakan sejumlah lambang komunikasi
berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan.
Apabila pesan bersifat abstrak, komunikan tidak akan tahu apa yang
ada dalam benak komunikator sampai komunikator mewujudkannya
dalam salah satu bentuk atau kombinasi lambang-lambang komunikasi
ini. Karena itu, lambang komunikasi disebut juga bentuk pesan, yakni
76
Departemen Agama RI, Alquran.,Q.S. As-Sajdah/32: 7-9 77
Anwar Arifin, Dakwah Komporer Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011), 24.
50
wujud konkret dari pesan. Hal tersebut berfungsi mewujudkan pesan
yang abstrak menjadi konkret. Suara, mimik, dan gerak-gerik lazim
digolongkan dalam pesan nonverbal, sedangkan bahasa lisan dan
bahasa tulisan dikelompokkan dalam pesan verbal. 78
Dalam Ilmu Komunikasi pesan simbol-simbol. Dalam literatur
berbahasa Arab, pesan dakwah disebut maudlu‟ al dakwah. Istilah ini
lebih tepat berbanding dengan istilah “materi dakwah” yang
diterjemahkan dalam Bahasa Arab menjadi maaddah Al‟dakwah. Istilah
pesan dakwah dipandang lebih tepat untuk menjelaskan, “ isi dakwah
berupa kata, gambar, lukisan dan sebagainya yang diharapkan dapat
memberikan pemahaman bahkan perubahan sikap dan perilaku mitra
dakwah.” Jika dakwah melalui tulisan umpamanya, maka yang ditulis
itulah pesan dakwah. Jika dakwah melalui lisan, maka yang diucapkan
pembicara itulah pesan dakwah. Jika melalui tindakan, maka perbuatan
baik yang dilakukan itulah pesan dakwah . 79
Pada prinsipnya, pesan apa pun dapat dijadikan sebagai pesan
dakwah Islam selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya,
yaitu Al-Qur‟an dan Hadist. Dengan demikian, semua pesan yang
bertentangan terhadap Alqur‟an dan Hadis tidak dapat disebut sebagai
pesan dakwah. Semua orang dapat berbicara tentang moral, bahkan
dengan mengutip ayat Alqur‟an sekalipun. Akan tetapi, jika hal itu
dimaksudkan untuk pembenaran atau dasar bagi kepentingan nafsu-
nafsu semata, maka demikian itu bukan termasuk pesan dakwah Islam.
78
Daryanto, Ilmu Komunikasi 1, (Bandung: PT. Sarana Tutorial, 2011), 24. 79
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: PT Kencana Prenada Media
Group, 2004), 318.
51
Pesan dakwah Islam pada garis besarnya terbagi menjadi dua, yaitu
pesan utama (Alqur‟an dan hadis) dan pesan tambahan atau penunjang
(selain alqur‟an dan hadis).
Pesan dakwah Islam tambahan atau penunjang lain, antara lain
adalah:
1. Pendapat para sahabat Nabi Saw
2. Pendapat para Ulama
3. Kisah dan pengalaman teladan
4. Berita dan peristiwa
5. Karya sastra
6. Karya seni
7. Karya Ilmiah80
Hermeneutika sebagai pesan dakwah memiliki 6 (enam)
karakteristik.81
Pertama, hermeneutika adalah metode dan seni
penafsiran teks secara umum atau kalimat sebagai simbol teks itu,
Langer yang seorang ahli filsafat menilai simbol sebagai hal yang
sangat penting dalam ilmu filsafat, karena simbol menjadi penyebab
dari semua pengetahuan dan pengertian yang dimiliki manusia.
Menurut Langer, kehidupan binatang diatur oleh perasaan (feeling),
tetapi perasaan manusia diperantarai oleh sejumlah konsep, simbol, dan
80
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah., 324. 81
Fahmi Salim, Kritik terhadap Studi Al-Qur‟an Kaum Liberal, (Jakarta:
Pespektif, 2010), 138
52
bahasa.82
Binatang memberikan respons terhadap tanda, tetapi manusia
membutuhkan lebih dari sekedar tanda, manusia membutuhkan simbol.
Simbol adalah “suatu instrumen pikiran” (instrument of thought).
Langer memandang “makna” sebagai suatu hubungan yang kompleks
diantara simbol, objek, dan orang. Jadi, makna terdiri atas aspek logis
dan aspek psikologis. Aspek logis adalah hubungan antara simbol dan
referennya, yang oleh Langer dinamakan “denotasi” (denotation).
Kedua, hermeneutika adalah metode yang memadukan dan
menggabungkan antara filsafat dan kritik sastra atau sejarah. Ketiga,
metode hermeneutika bertujuan mencari makna yang terkandung dalam
teks, namun yang dicari oleh hermeneutika (pelaku penakwilan)
bukanlah makna sederhana atau dangkal, melainkan makna yang
bernilai karena terkait dengan upaya penghargaan atas esensi manusia.
Keempat, hermeneutika adalah metode tafsir individualis sekaligus
objekif-idealis dan mengakui keragaman level metafisika. Kelima,
fungsi metode hermeneutika memiliki pembebasan (liberalisme).
Keenam, metode hermeneutika sebagai salah satu metode kritis lebih
dekat pada spirit metode ilmu-ilmu fisika.83
Dari pengertian di atas, penulis mencoba berpendapat bahwa
hermeneutika disini dapat membantu seseorang dalam memahami teks
Syair Seudati yang mengandung pesan dakwah Islam dengan cara
82 Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya).32
83
Haryatmoko. Memahami Diri Lebih Baik; Hermeneutika Menurut Paul
Ricoeur, 89.
53
pemaknaan dari teks tersebut. Seorang penafsir berusaha untuk
membantu memecahkan pemahaman, khususnya dalam interpretasi
teks, hal ini pula penafsir menyuguhkan teks sebagai sebuah hasil karya
secara otonom yang terbebas dari segala kepentingan. Dengan kata lain
studi hermeneutik mencoba menganalisis dan menjelaskan teori
penafsiran teks dengan mengajukan pendekatan-pendekatan keilmuan
lain yang dengan sendirinya menguji proses pemahaman, mekanisme
penafsiran dan penjelasan (teks).
d. Seni Berdakwah
Ungkapan bahwa Allah adalah jamil (indah) dan mencintai
jamal (keindahan) serta penyebutan Allah pada dirinya sebagai badi'us
samawat wal ardl (maha pencipta langit dan bumi), merupakan
penegasan bahwa Islam pun menghendaki kehidupan ini indah dan
tidak lepas dari seni. Arti Badi' adalah pencipta pertama dan
berkonotasi indah. Berarti, Allah mencipta langit dan bumi dengan
keindahan.
Ditinjau dari sisi sosiokultural, sudah menjadi fakta bahwa salah
satu pilar kesuksesan dakwah nabi Muhammad SAW dikalangan
masyarakat Arab adalah strategi beliau dalam mendekati kaum Arab
lewat pendekatan seni dan budaya. Adanya kitab suci Al-Qur‟an yang
bernilai sastra tinggi di lingkungan yang sangat menghargai sastra
budaya pada saat itu merupakan bukti bahwa melalui budaya
masyarakat mudah menerima ajaran-ajaran Islam. Begitu juga dalam
menetapkan hukum atas sesuatu, beliau tidak menghilangkan budaya
54
yang ada, melainkan hanya meluruskan hingga sesuai dengan ajaran-
ajaran Islam.
Sebagai media atau metode, seni mempunyai proyeksi yang
mengarah pada pencapaian kesadaran kualitas keberagamaan Islam
yang pada gilirannya mampu membentuk sikap dan perilaku Islami
yang tidak menimbulkan gejolak sosial, tetapi justru makin
memantapkan perkembangan sosial. Sedangkan sebagai sasaran,
dakwah diarahkan pada pengisian makna dan nilai-nilai Islami yang
integratif ke dalam segala jenis seni dan budaya yang akan
dikembangkan.84
Pada era kejayaan Islam, lahir tokoh-tokoh besar dibidang seni
musik. Para ilmuwan muslim telah menjadikan musik sebagai media
pengobatan atau terapi. Kegemilangan peradaban Islam ditandai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan ini bersentuhan erat dengan moral Islam,
budaya Arab dan kebudayaan besar lainnya. Tidak heran jika pada awal
kejayaan Islam telah lahir tokoh-tokoh besar dibidang seni musik.
Ada musisi terkenal yang sangat disegani yaitu Ishaq ibn
Ibrahim Al-Mausili (767-850 M). Ada pula pengkaji-pengkaji musik
yang disegani seperti Yusuf bin Sulaiman Al-Khatib (wafat tahun
785M).85
Munculnya seniman dan pangkaji musik di dunia Islam
menunjukkan bahwa umat Islam tidak hanya melihat musik sebagai
84
Nawafik, Achmad. Dakwah Melalui Seni : Studi Kasus Kesenian
Tradisional Ludruk Pada Masyarakat Giligenting Kabupaten Sumenep. (Masters
thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. 2016) , 67. 85
Philip K. Hitti, History of Arabs Rujukan Induk dan Paling otoritatif
tentang Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013), 537.
55
hiburan. Lebih dari itu, musik menjadi bagian dari ilmu pengetahuan
yang dikaji melalui teori-teori ilmiyah.
Hamzah Ya‟kub mengelompokkan media dakwah ke dalam
enam macam yaitu: Pertama, dakwah dengan lisan. Dakwah seperti ini
paling banyak dilakukan oleh umat Islam karena langsung berhadapan
antara da‟i dan mad‟u . Di antaranya adalah melalui khutbah, nasihat,
pidato, ceramah, kuliah, diskusi (dialog), seminar, musyawarah, musik
dan lain-lain. Dalam al-Qur‟an ditemui isyarat tentang media lisan ini,
antara lain. Katakanlah:
Artinya: Katakanlah "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan
langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia,
yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada
Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan
kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya
kamu mendapat petunjuk".86
Dakwah secara lisan yang berbentuk ceramah satu arah lebih
umum dilakukan di kalangan umat Islam dan sebagai saran
86
Departemen Agama RI, Alquran, Q.S. Al-A‟raf :158
56
pengembangan sebaiknya ditingkatkan menjadi dialog interaktif secara
dua arah, atau disebut juga dakwah bi-al-mujadalah atau dengan
melakukan tanya jawab. Mujadalah dalam dakwah menurut
Aripuddin87
merupakan kegiatan tukar pikiran antara satu dengan
lainnya karena latar belakang yang berbeda untuk menyampaikan
kebenaran yang bertujuan membawa ke jalan Allah, melalui tukar
pikiran yang baik, ilmiah, rasional dan objektif. Hal ini dimaksudkan
untuk memberi kesempatan kepada audiens untuk mengemukakan
pendapat atau sekaligus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
masih dirasa samar-samar dalam pemahamannya.
Dalam menyampaikan pikiran dan perasaannya, menurut
Aripuddin komunikator harus mengubah melalui seperangkat simbol,
baik verbal maupun nonverbal yang dapat dipahami oleh penerima
pesan. Pesan (message), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh
komunikator kepada penerima. Selanjutnya Aripuddin menyatakan
bahwa pesan memiliki tiga komponen: makna, simbol atau organisasi
pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata atau ucapan dalam
menyampaikan pikiran dan perasaannya, menurut Aripuddin
komunikator harus mengubah melalui seperangkat simbol, baik verbal
maupun nonverbal yang dapat dipahami oleh penerima pesan.88
Pesan
(message), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh komunikator kepada
penerima. Selanjutnya Aripuddin menyatakan bahwa pesan memiliki
tiga komponen: makna, simbol atau organisasi pesan. Simbol
87
Aripudin,. Pengembangan Metode Dakwah. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011), 123. 88
Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah. 15.
57
terpenting adalah kata-kata atau ucapan, atau juga melalui lukisan
(nonverbal).
Kedua, dakwah dengan tulisan adalah dakwah yang dilakukan
dengan perantaraan tulisan, seperti melalui buku-buku, majalah, surat
kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamflet, pengumuman
tertulis, spanduk, baliho dan lain-lain. Secara langsung memang tidak
ditemui dalam Al- Qur‟an anjuran menggunakan media tulisan sebagai
alat dakwah, tetapi secara tersirat dapat dipahami dari satu surah yang
terdapat dalam Al-Quran.89
Ketiga, dakwah bil hikmah, dakwah bil hikmah dilakukan
dengan cara yang arif dan bijaksana, yaitu melalui pendekatan
sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan
dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan,
mapun konflik. Inilah yang bisa diterapkan dalam konsep dakwah lintas
budaya.
Penekanannya adalah cara melaksanakan dakwah Rasulullah
dan menjadi rujukan dan referensi dakwah bagi kita saat ini.
Melakukan dakwah yang sebenarnya adalah hal yang sangat mudah.
Karena kita dapat melakukan dakwah dimana saja dan kapan saja.
Dalam menyampaikan dakwah kita harus merujuk kepada Al-Quran
dan Hadis Nabi. Salah satu metode dakwah yang sampai saat ini masih
relevan dipraktekkan oleh para dai adalah dapat merujuk kepada Hadis
Nabi sebagai berikut: Permudahlah, jangan mempersulit, sampaikan
89
Departemen Agama RI, Alquran., Terjemahan dari surat An- Nahl ayat 125
58
Kabar gembira dan jangan membuat orang lari.90
Mempermudah
urusan bukanlah membolehkan segala sesuatu hal dalam kehidupan ini.
Misalnya, apabila seseorang baru masuk Islam, setelah mengucapkan
dua kalimah syahadah. Maunya jangan langsung dengan serta merta
kita menyuruh membayar zakat, dan naik Haji. Akan tetapi ia baru saja
masuk Islam maka kita memberikan kabar-gembira, kabar yang
menyenangkan serta menyejukkan tentang Islam. Misalnya kita
memberikan penjelasan bahwa Islam Agama yang menghormati
sesama manusia.91
e. Hubungan Seni dan Dakwah Islam
Beberapa hal yang penting diketahui dalam dakwah adalah,
bahwa ada dua segi dakwah yang tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat
dibedakan yaitu menyangkut isi dan bentuk, substansi dan forma, pesan
dan cara penyampaiannya, esensi dan metode. Proses dakwah
menyangkut kedua-duanya sekaligus dan tidak dapat dipisahkan.
Hanya saja perlu perlu disadari bahwa isi, substansi, pesan dan esensi
senantiasa mempunyai dimensi universal yang tidak terikat oleh ruang
dan waktu. Dalam hal ini substansi dakwah adalah pesan keagamaan itu
sendiri, itulah sisi pertama dalam dakwah. Sisi kedua, meskipun tidak
kurang pentingnya dalam dakwah yakni sisi bentuk, forma, cara
penyampaian dan metode.92
90
Syaikh „Abdullah Al Fauzan, Minhatul „Allam fii Syarh Bulughil Marom,
Cet I, (Dar Ibnul Jauzi, 1432 H), 110. 91
Masykurotus Syarifah, Budaya Dan Kearifan Dakwah, (Al-Balaghah,
Jurnal dakwah dan komunikasi), 30. 92
Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer (Semarang, Wali Songo
Press IAIN Walisongo, 2006), 14-16.
59
Selain hal diatas, sebuah media dakwah Islam juga penting
untuk dimengerti di dalam proses komunikasi dakwah Islam. Media
dakwah Islam yang dipilih tentunya tidak lepas dari metode yang
diterapkan dalam dakwah Islam. Pengembangan metode dakwah Islam
sangat berkait dengan media yang harus menyertainya. Seorang da‟i
misalnya harus mampu memilih media dakwah yang relevan dengan
kondisi mad‟u yang telah dipelajari secara konprehensif dan
berkesinambungan. Kegiatan dakwah yang dilakukan dengan
mempertimbangkan kondisi audiens tersebut akan lebih memberikan
hasil yang jelas.93
Sedangkan menurut K. Prenc. M seni adalah penjelmaan rasa
indah yang terkandung dalam hati orang yang dilahirkan dengan
perantara alat-alat komunikasi dalam bentuk yang ditangkap oleh panca
indera pendengaran (seni suara), penglihatan (seni lukis) atau yang
dilahirkan dengan gerak (seni drama dan tari).94
Maka seni dapat
digunakan sebagai salah satu media dakwah.
f. Dakwah Islam dan Budaya
Di Indonesia kita memiliki berbagai suku yang masing-masing
mempunyai budaya yang berbeda antara satu suku dengan yang
lainnya, misalnya Aceh dengan kebudayaan atau seni nya. Di mana kita
ketahui Aceh dengan kesenian tari seribu tangan yang dimilikinya.
Karena menurut sejarah orang Aceh, pada zaman dahulu, tari zaman
digunakan untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama Islam kepada
93
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer (Yogyakarta, Mitra
Pustaka, 2000), 13-14. 94
K. Prenc.M, Kamus Latin Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 1969), 425.
60
masyarakat. Begitu juga dengan Minangkabau dengan budaya yang
dimilikinya, semuanya bisa dijadikan media untuk berdakwah, salah
satunya rabab, bila kita perhatikan bahwa dalam lantunan rabab selain
berkisah tentang adat istiadat Minangkabau yang harus diikuti, juga
terselip nasehat-nasehat agama yang harus kita amalkan.
Budaya termasuk seni adalah ekspresi dari “feeling of the
people” sehingga ia merupakan ungkapan yang sesungguhnya dari
hidup dan kehidupan masyarakat. Karena itu, kehadiran agama di
tengah-tengah masyarakat selalu bergerak dan tumbuh melalui wadah
kultural yang pada gilirannya melahirkan kultur yang bercirikan
keagamaan, atau simbol-simbol kultural yang digunakan untuk
mengekspresikan nilai keagamaan.95
Pengembangan peradaban terjadi karena pesan Islam sendiri
yang kehadirannya menjadi “rahmat bagi alam semesta”.96
terdapat
beberapa sebab munculnya warna warni peradaban Islam, baik
dikarenakan faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor
internal yang berpengaruh bagi tumbuh kembangnya peradaban Islam
adalah pesan Alquran yang menyuruh umatnya berbuat Al-urf dan al-
maslahah.7. “ Maka Sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada
mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami)
mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari
mereka).97
95
Abd. Aziz Ahmad, Dakwah, Seni dan Teknologi Pembelajaran (Fakultas
Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar) , 84. 96
Departemen Agama RI, Alquran, .Q.S Al-Anbiya /21:108 97
Departemen Agama RI, Alquran, Terjemah Q.S Al- A‟raf /7:199 & Q.S
Yunus / 10:57
61
Al -Urf adalah segala sesuatu yang sudah sangat dikenal karena
telah menjadi kebiasaan atau tradisi yang shohih (Benar), baik yang
menyangkut perkataan, atau dalam kaitannya dengan meninggalkan
perbuatan tertentu, seringkali disebut sebagai adat.98
Adapun yang
dimaksud dengan Al-maslahah adalah kemaslahatan dan kebaikan yang
tidak ditetapkan kebaikannya secara eksplisit oleh Syari‟ah, disamping
tidak adanya hukum yangm membenar atau menyalahkannya. 99
Dalam
kondisi yang demikian ini, maka seorang mukmin memiliki keleluaan
untuk mengembangkan kebutuhannya yang pokok, yaitu: menjaga
agama, menjaga diri, menjaga akal, menjaga keturunan, dan menjaga
harta. 100
Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang
berbeda dan karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda,
juga menentukan cara berkomunikasi yang sangat dipengaruhi oleh
bahasa, aturan dan norma yang ada pada masing-masing budaya.
Sehingga sebenarnya dalam setiap kegiatan komunikasi dengan orang
lain selalu mengandung potensi komunikasi lintas budaya atau antar
budaya, karena akan selalu berada pada “budaya” yang berbeda dengan
orang lain, seberapa pun kecilnya perbedaan itu.101
Perbedaan-perbedaan ekspektasi budaya dapat menimbulkan
resiko yang fatal, setidaknya akan menimbulkan komunikasi yang tidak
98
Abu Wahab khalaf,. Ilmu Ushul Fiqh, Dakwah Islamiyah Syabab (Mesir,
Al Azhar), 149. 99
Abu Wahab khalaf,. Ilmu Ushul Fiqh, Dakwah Islamiyah Syabab, 141. 100
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh Dar Al-fik al- „arabi, (Libanon),
278. 101
Abdullah. Dakwah Kultural dan Struktural. (Bandung: Cita pustaka
Media Perintis 2012), 7.
62
lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau timbul kesalahpahaman.
Akibat dari kesalahpahaman itu banyak ditemui dalam berbagai
kejadian yang mengandung etnosentrisme dewasa ini dalam wujud
konflik-konflik yang berujung pada kerusuhan atau pertentangan antar
etnis.102
Fenomena dan objek dakwah yang sangat beragam, maka
beragam pula tantangan yang dihadapi oleh umat Islam di manapun dan
kapanpun. Melihat beragamnya objek dakwah, maka beragam pula
strategi dakwah yang dilakukan oleh da‟i. Demikian juga budaya dari
objek dakwah sangat beragam.
g. Dakwah Islam dalam syair-syair
Ada berbagai macam bentuk dan cara berdakwah dalam Islam
dimana kewajiban berdakwah juga harus disesuaikan dengan
kemampuan dan keahlian masing-masing orang (subyek), artinya setiap
orang tidak harus melakukan kegiatan dakwah seperti layaknya seorang
penceramah atau mubaligh, tetapi berdasarkan kemampuan dan
keahlian atau profesi dengan bidang yang dikuasai masing-masing.103
Salah satu profesi yang bisa digunakan untuk berdakwah adalah
menjadi Penyanyi dan pencipta lagu religi, karena penyanyi dan
pencipta lagu religi dapat melahirkan syair-syair lagu yang
mengandung pesan-pesan dakwah di dalamnya.
Menciptakan syair-syair dan menyanyikan lagu-lagu religi
merupakan salah satu bentuk dan cara berdakwah yang kreatif dan
102
Aripudin, Acep. Dakwah Antar Budaya, 19. 103
Yantos, Analisis Pesan-Pesan Dakwah Dalam Syair-Syair Lagu Opick, (
Jurnal RISALAH Vol. XXIV, Edisi 2, November 2013), 12
63
inovatif, maka berkesenian adalah sebagai alternatif lain dalam
berdakwah. Sejak awal perkembangan Islam, kesenian memiliki
peranan penting dalam dakwah Islamiyah, terutama seni bahasa dan
seni suara. Al-Qur'an sendiri telah memberi isyarat tentang pentingnya
seni didalam berdakwah. Allah menciptakan al-Qur'an dalam bahasa
Arab yang maha balaghah, yang mahaseni yang luar biasa uslub dan
maknanya sehingga tidak dapat ditiru oleh manusia.104
Pesan-pesan dakwah banyak terdapat di dalam syair atau
nyanyian religius yaitu nyanyian yang dihubungkan dengan nuansa
keagamaan.105
Agama merupakan tujuan dan isi dari nyanyian tersebut.
Oleh karena itu nyanyian religius ini syair-syairnya hanya
menceritakan kebesaran Al-Qur'an, kecintaan kepada Allah, Rasulullah,
orang-orang saleh dari hamba Allah, kehidupan akhirat dan kenikmatan
syurga yang menceritakan makna ketuhanan dan keimanan yang
dibawa oleh Rasulullah.
syair-syairnya berisikan ajaran-ajaran Islam yang banyak
mengandung muatan dakwah dan bimbingan melalui seni suara yang
indah. Muatannya juga dapat berbentuk doa-doa agama, puji-pujian
kepada Allah SWT. Dengan demikian berdakwah melalui syair-syair
lagu dapat menyentuh perasaan dan hati sanubari manusia khususnya
umat Islam.
Sejarah Kesenian (Musik dan Suara) Islam begitu banyak
disebut orang. Para penemu dan pencipta alat musik Islam juga cukup
104
Yusuf Al-Qardlawy. Nasyid Versus Musik Jahiliyah . (Kairo: Mujahid
Press, Cet 1, Pen. Tim 109. 105
Oemar Amin Hoesin,. Kultur Islam . (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), 201.
64
banyak jumlahnya, yang muncul sejak pertengahan abad kedua hijrah,
misalnya Yunus Al-Khatīb yang meninggal tahun 135 H, Khalīl bin
Ahmad (170 H.), Ibnu An-Nadīm Al-Maushilli (235 H.), Hunaian Ibnu
Ishāq (264 H.), dan lain-lain.106
Dari Ensiklopedi Indonesia dipetik bahwa definisi seni yaitu
“penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia,
dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang
dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara), penglihatan (seni
lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari, drama) ”. 107
1. Pengertian Syair
Syair adalah sebuah alunan nada dan bunyi yang dapat
didengarkan manusia dimanapun berada. syair merupakan gubahan
seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal
(biasanya diiringi alat musik). Untuk menghasilkan gubahan musik
yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama).
Jadi sebuah lagu dapat diartikan sebagai sebuah ungkapan yang
dikeluarkan oleh sebuah nada atau bunyian dan dalam sebuah lagu
dapat diambil kesimpulan atau ungkapan yang ada pada lirik dari lagu
tersebut.
Hamdju menyatakan bahwa syair adalah ratusan ekspresi dasar
dari hati manusia yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bahasa
bunyi. Syair terbentuk dari gabungan unsur-unsur irama, melodi,
harmoni, bentuk atau struktur lagu dan ekspresi sebagai kesatuan.
106
Hamizah Ya'kub., Publisistik Islam Seni dan Tehnik Dakwah. (Bandung:
CV. Diponegoro, 1973), 98. 107
Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta : PT. Ikhtiar Baru - Van Hoeve), Jilid V
65
Pengertian lagu adalah sesuatu yang luas, mencakup banyak aspek,
bukan hanya satu saja. 108
Syair yang diciptakan manusia dan didengarkan oleh manusia
mempunyai berbagai pesan atau informasi. Banyak yang bisa diambil
dari lagu yang diciptakan oleh manusia. Selain informasi yang didapat
dalam lagu juga terdapat perasaan sang pencipta lagu tersebut.
Brooks dan Brown seperti yang dikutip oleh Nuyten
109mengatakan bahwa musik merupakan salah satu bentuk bahasa
untuk mengekspresikan sebuah perasaan kepada orang-orang yang
mendengarkannya. Mereka juga sependapat bahwa mempelajari
ekspresi musik, baik dalam bentuk nyanyian atau instrumental serupa
dengan cara mempelajari sebuah bahasa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa syair
adalah sebuah bahasa komunikasi yang diekspresikan melalui nada.
syair mempunyai hubungan erat terhadap musik, karena Syair selalu
diiringi musik sebagai latar belakang. Musik juga bermanfaat bagi
manusia sebagai penjaga kesehatan jasmani maupun rohani. Banyak
jenis musik yang membuat manusia menjadi tenang dan rileks dan
banyak juga jenis musik yang membuat manusia mengingat sang
pencipta.
108
Hamdju, Atan. Buku Pengetahuan Seni Musik (Jakarta: PT. Mutiara
Sumber Widya, 1987), 26 109 Nuyten, Ronald. Pengaruh Teknik Pengajaran dan Kepekaan Terhadap
Musik Pada Hasil Belajar Struktur Bahasa Jerman Mahasiswa Strata Satu Program
Studi Bahasa Jerman FPBS IKIP Jakarta, (Tesis: Program Pasca sarjana IKIP
Jakarta, 1994.),11.
66
2. Unsur- Unsur dalam teks Syair
Sebuah teks dapat dimasukkan dalam karya sastra jika
memenuhi kriteria bahasa yang khas sastra. Bahasa puisi dapat
dikategorikan sebagai bahasa yang khas karya sastra, karena bahasa dan
kata-kata dalam puisi merupakan perwakilan pengalaman batin dari
penyair, sehingga bahasa puisi cenderung ekspresif.
Sebuah karya sastra merupakan karya imajinatif dengan
menggunakan medium bahasa yang khas sastra. Bahasa yang
digunakan dalam karya sastra harus dibedakan dengan bahasa yang
digunakan sehari-hari, apalagi dengan bahasa ilmiah. Bahasa sastra
penuh ambiguitas dan penuh ekspresif, ini disebabkan bahasa sastra
cenderung untuk mempengaruhi, membujuk, dan pada akhirnya
mengubah sikap pembacanya.110
Bahasa puisi yang bersifat ekspresif ini mengatur, memadatkan,
dan kadang-kadang menyimpang dari kaidah bahasa yang ada. Dengan
demikian, pembaca akan lebih memperhatikan sekaligus menyadari
bahwa hal itu merupakan usaha pengarang untuk menciptakan suasana
tertentu. Seperti halnya karya sastra, untuk dapat mengetahui sampai
sejauh mana penciptaan suasana pada puisi dapat dilihat dari unsur-
unsur pembentuknya.
Penamaan unsur puisi itu bermacam-macam 111
Menyebut unsur-
unsur itu dengan strata norma, yaitu (1) strata norma lapis bunyi (sound
110
Hermintoyo, M. Simbol Naturalis dalam Lirik Lagu Populer Indonesia.
(Yogyakarta: PIBSI UNY, 2003),19. 111
Pradopo, Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi. (Yogyakarta: Gaja Mada
University Press, 2002), 15-20
67
stratum), merupakan rangkaian bunyi pada puisi berupa kemunculan
suara-suara yang sengaja disusun agar menimbulkan efek keindahan (2)
strata norma lapis arti (unity of meaning), bunyi-bunyi tersebut
dikelompokkan ke dalam satuan-satuan gramatikal sehingga akan
diketahui artinya. (3) strata norma latar merupakan dunia yang
diciptakan yang diciptakan penyair (4) strata norma lapis dunia,
memandang dan melihat puisi sebagai gambaran pengarang dalam
menyampaikan ekspresinya melalui imajinasinya (5) strata lapis
metafisis, merupakan aspek apresiasi berupa penghayatan secara
mendalam dari pendengar/penikmat terhadap karya-karya pengarang.
Puisi merupakan karya sastra yang unik, karena puisi bukan
hanya bertujuan untuk berkomunikasi secara langsung saja namun juga
memperhatikan nilai keindahan terutama yang terlihat dari unsur bunyi
maupun katanya. Dalam puisi untuk mendapatkan situasi emosional
tersebut biasanya puisi memiliki pola irama tertentu yang ditimbulkan
melalui persamaan bunyi.
Menurut Luxemburg irama dalam puisi dapat dibentuk melalui
permainan variasi bunyi dalam kata yang berfungsi mendekatkan kata-
kata lepas serta sebagai struktur ritmik untuk memberi tekanan
tambahan terhadap kata-kata dalam puisi. Permainan bunyi tersebut
dapat dibagi atas; asonansi jika pengulangan bunyi tersebut merupakan
bunyi vokal dan aliterasi jika pengulangan bunyi tersebut merupakan
bunyi konsonan. Selain itu di dalam puisi juga terdapat gaya retorik
68
berupa pengulangan bunyi dalam kelompok kata secara berulang-ulang,
hal ini dikatakan sebagai gaya repetitive.112
Kombinasi bunyi pada puisi biasanya menggambarkan perasaan
pengarang yaitu dengan cara mempermainkan bunyi vokal dan
konsonan sehingga menimbulkan orkestrasi (irama) seperti halnya
dalam bunyi musik. Orkestrasi bunyi yang indah disebut sebagai
eufoni, berupa perulangan bunyi vokal (a, i, u, e, o). Bunyi jenis ini
digunakan untuk menunjukkan suasana senang dan bahagia, sementara
bunyi yang parau disebut sebagai kakofoni biasanya berupa kombinasi
bunyi k, p, t, s. Bunyi jenis ini dapat menunjukkan susana kesakitan,
tidak menyenangkan, kekacauan, dan mistis.113
Unsur bunyi merupakan unsur yang penting dalam sebuah puisi
karena bunyi ikut menentukan keindahan sebuah puisi. Unsur bunyi
dalam sebuah puisi juga erat kaitannya dengan kemerduan dan
kekuatan pengucapan dan dapat memperkuat ekspresi dan estetika puisi
tersebut. Aspek bunyi di dalam puisi pengarang biasanya
menyampaikan maksud/isi dengan menggunakan kata-kata yang dapat
menimbulkan dan membangkitkan suasana emosional tertentu.
Kosa kata pada puisi merupakan sarana seorang pengarang dalam
menyampaikan ide dan gagasannya melalui pengetahuan
mempergunakan kata-kata sesuai dengan tema dalam lirik/puisi. Dalam
puisi, pembahasan soal kosakata tidak hanya terbatas pada makna
kamus saja. Terkadang untuk dapat menyampaikan ekspresi secara total
112
Luxemburg, Pengantar Ilmu Sastra. (Jakarta: Gramedia. 1984), 196. 113
Pradopo, Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi., . 32.
69
pengarang mempergunakan istilah-istilah baru sesuai dengan gagasan
puisi, misalnya pada akronim dan idiom. Keberadaan bahasa kias
merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari puisi untuk
mendapatkan kepuitisan dan keindahan tertentu. Dalam bahasa kias,
pengarang menggunakan kata-kata kiasan yang sifatnya menyamakan
suatu hal.
Kata-kata kiasan ini dapat menyebabkan puisi menjadi menarik
perhatian dalam menimbulkan intepretasi baru. Sarana retorika dalam
puisi berupa manipulasi pikiran dan imajinasi pengarang, sehingga
pembaca memerlukan perenungan untuk memahaminya. Sarana
retorika erat hubungannya dengan gaya bahasa seorang pengarang
dalam penyampaian melalui efek-efek kata tertentu sehingga puisi
tersebut lebih hidup dan dinamis serta dapat mempengaruhi pembaca.
Bertolak dari uraian di atas, unsur-unsur teks dalam puisi dapat
juga ditemukan dalam teks Syair. Karakteristik penuangan ekspresi
lewat yaitu adanya melodi dan notasi musik yang disesuaikan dengan
kata/kalimat sehingga penikmat mudah terbawa dalam alam batin
pengarangnya. Untuk menyampaikan alam batinnya, pengarang lirik
Syair juga berupaya menciptakan daya ekspresi tertentu yaitu
melakukan manipulasi bahasa. Pemanipulasian bahasa ini antara lain
berupa permainan vokal, gaya bahasa, penyimpangan makna kata, dan
sebagainya.
d. Tinjauan Pustaka
70
Penulis telah menelusuri pada berbagai media dan juga
beberapa perpustakaan, di antaranya adalah perpustakaan Universitas
UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah tetapi penulis tidak
menemukan yang membahas tentang teks Syair “Seudati” dengan
tinjauan Hermeneutika yang dikemukakan oleh Paul Ricoeur. Dalam
hal ini penulis tetap berusaha untuk mencari kasus tersebut sehingga
fokus penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan.
Dalam penelitian ini peniliti tertarik meneliti mengenai syair
dalam tari Seudati, karena hepotesa awal peneliti mengenai pesan
dakwah dalam Syair tari Seudati ini hanya 25% saja unsur dakwah
Islam yang disampaikan melalui tari seudati. Tari Seudati memang dari
dahulu sudah dijadikan salahsatu media dakwah dalam penyebaran
agama Islam keseluruh penjuru tanah Rencong ini. Tetapi menurut
peniliti kurang efektif pesan dakwah Islam yang disampaikan
melalui syair tari Seudati. Karena manurut peneliti masyarakat hanya
menikmati tarian seudati sebagai seni penghibur saja tanpa memaknai
pesan dakwah Islam yang disampaikan melalui Syair Seudati tersebut.
Syair tari Seudati banyak menggunakan Hadih Maja.114
Sehingga
banyak persepsi lahir dalam pemaknaan teks Syair Seudati tersebut.
114
Hadih maja merupakan ucapan-ucapan dari nenek monyang (indatu) yang
mengandung berbagai nilai-nilai filosofi tentang berbagai aspek kehidupan, seperti
cara bersosialisasi, membela harga diri, dan membangun hubungan dengan orang lain.
Hadih maja menjadi rujukan bagi kebanyakan masyarakat Aceh dalam
mempertimbangkan berbagai keputusan yang akan diambil. Lebih lanjut, lihat Mohd.
Harun, Memahami Orang Aceh (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2009), 14.
71
Maka dari itu peneliti tertarik untuk meniliti syair Seudati dalan
perspektif Hermeneutika.
Sebelum peneliti mengkaji penelitian ini, peniliti memaknai
teks Syair Seudati tersebut sebagai berikut :
Assalamu‟alaikum lon tameung lam seung, Lon mubi saleum
keu jame teuka, Kareuna saleum nabi kheun sunat, Jarou ta mumat
syarat mulia.
Mulia jamee ranup lam puan, mulia rakan mameh suara,
Neuduek neupiyoh pat-pat yang patoet, ulon neuk beuot puan suasa.
Puan Suasa Kaleuh lon Peusan, Jadeh Malamnya Neubi
Keugata, Ranub neupajoh bungkoh neupulang bek jeut keu utang
geutanyo dua, Neupajoh ranub ieklat bek neuboh, kadang rakan jroeh
jeut keupenawa.
Tabeu ngon masen neurasa keudroe, bak urueng nangroe bek
neucerita, bek neucerita bak ureung nangroe malee that kamoe dikeu
Rakyat baa.
Pemaknaan dari syair tersebut menurut peneliti adalah :
Karena mayoritas masyarakat Aceh pemeluk agama Islam,
maka dari itu setiap memulai sesuatu harus diawali dengan salam.
Salam yang berlafadh “Assalamu‟alaikum” dan memuliakan tamu
harus dengan Ranup karena ranup makanan khas orang Aceh dalam
memuliakan tamu. Tuan rumah harus menyambut tamu dengan suara
lemah lembut. Jika tamu memakan Ranup yang telah disuguhkan oleh
tuan rumah. Maka tempat sirih (Puan suasa) jangan dibawa pulang,
karena bisa mengakibatkan utang piutang antara tamu dengan tuan
72
rumah, maksud nya karena Puan suasa ini tempat sirih yang terbuat
dari tembaga dan berharga makanya tamu hanya boleh mengambil
sirihnya saja. Sirih memiliki rasa Reuhang115
ketika memakan Sirih
makan jangan buar airnya karena sirih mengandung Khasiat yang
banyak dan baik untuk kesehatan.
Dari makna tersebut peneliti merasa belum puas, karena masih
banyak makna dan simbol yang masih belum terungkap maka dari itu
peneliti ingin meneliti mengenai syair Seudati supaya makna yang
terkandung didalamnya yang dituliskan oleh penyairnya tersampaikan
kepada para pendengar.
Sejauh pengetahuan dan pengamatan peneliti, Dalam penelitian
terdahulu hingga saat ini belum ada ditemukan penulisan, penelitian,
serta pembahasan mengenai “pesan dakwah Islam dalam Syair Seudati
perspektif Hermeneutika”. Baik sebagai karya tulis, bentuk buku,
jurnal, maupun dalam bentuk karya ilmiah lainnya. Sehingga untuk
mendukung persoalan yang lebih mendalam terhadap masalah di atas,
peneliti berusaha melakukan penelitian terhadap beberapa literatur yang
relevan terhadap masalah yang menjadi objek penelitian ini.
Selain itu, ada kajian yang membahas tentang Seni Seudati:
Media Edukasi Sufistik Dalam Mengembangkan Nilai Socio-Religius
Masyarakat Aceh (2013). Dalam jurnal yang ditulis oleh Ridwan
Hasan. Penelitian ini bertujuan untuk membangun kesadaran. Bahwa
seni Seudati merupakan salah satu media edukasi sosial keagamaan
115
Reuhang merupakan bahasa Aceh yang memiliki makna Kelat, Sepat,
Pahit, Getir.
73
yang dapat difungsikan sebagai media dalam transformasi nilai socio-
religious dalam masyarakat.116
Khairil faza, dalam Tesis “Tradisi Tari Seudati Masyarakat
Kota Lhokseumawe Aceh” Penelitian ini menggunakan teori
epistemologi Data penelitian ini yaitu sejarah, fungsi, dan bentuk
penyajian “Tradisi Tari Seudati Masyarakat Kota Lhokseumawe
Aceh”117
Nurliana dalam Tesis Pola Komunikasi Tokoh Adat Dalam
Mensosialisasikan Budaya Tari Ula-Ula Lembing di Kabupaten Aceh
Tamiang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi
dan upaya penanggulangan yang dilakukan oleh tokoh adat dalam
mensosialisasikan budaya Tari Ula-Ula Lembing di Kabupaten Aceh
Tamiang. 118
Lathifatullzzah elmahdi dalam jurnal “hermeneutika-
fenomenologi paul ricoeur: dari pembacaan simbol hingga pembacaan
116
Ridwan Hasan, “Seni Seudati: Media Edukasi Sufistik Dalam
Mengembangkan Nilai Socio-Religius Masyarakat Aceh”, dalam Jurnal Al-Tahrir,
Vol. 13, No. 1 Mei 2013. 117
Khairil faza, “Tradisi Tari Seudati Masyarakat Kota Lhokseumawe Aceh
(Tesis),(Medan: IAIN Sumatera Utara, 2017). 118
Nurliana, Pola Komunikasi Tokoh Adat Dalam Mensosialisasikan Budaya Tari
Ula-Ula Lembing Di Kabupaten Aceh Tamiang (Tesis), (Medan: IAIN Sumatera
Utara, 2013).
74
teks-aksi-sejarah” yang membahas tentang perkembangan intelektual
paul recouer, dan perjalanan hermeneutika paul recouer.119
119
Lathifatullzzah elmahdi, “hermeneutika-fenomenologi paul ricoeur: dari
pembacaan simbol hingga pembacaan teks-aksi-sejarah” Jurnal Kajian Islam
Interdisipliner Vol. 6, Nomor i, Januari-Juni 2007
75
BAB III
GAMBARAN UMUM KOTA PEUREULAK
KABUPATEN ACEH TIMUR
A. Peta Kota Pereulak Kabupaten Aceh Timur
Aceh dalam sejarahnya menjadi wilayah pertama kali di
Nusantara menerima Islam. Setelah melalui proses panjang, Aceh
menjadi sebuah Kerajaan Islam pada abad XIII M., sebagaimana Ali
Hasyimi menjelaskan dalam bukunya kebudayaan Aceh dalam sejarah,
yang kemudian berkembang menjadi sebuah kerajaan yang maju pada
abad XIV M.120
Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh wilayah
Nusantara, bahkan ke wilayah Asia Tenggara pada abad XV dan XVII
M. Rakyat Aceh sangat patuh dan tunduk kepada ajaran Islam, mereka
taat serta memperhatikan fatwa ulama, karena ulamalah yang menjadi
ahli waris para nabi dan rasul (inna al-„ulamă waraśah al-anbîyă).121
Sebagaimana dalam hadist nabi Saw bersabda
B. هبياء،ورثةالعلماءان ن الثوالمالهبياءا ه مادرهم ولدينارا يور
ثواا أخذهفمنالعلور
وافربظأخذ
120
Ali Hasyimi, Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah, (Jakarta: Beuna, 1983),
15 121
Syukri, Peranan Ulama Dalam Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh
(Disertasi), (Medan: IAIN Sumatera Utara, 2011), h. 1. Lihat juga Syukri, Ulama
Membangun Aceh: Kajian Tentang Pemikiran, Peran Strategis, Kiprah, dan
Kesungguhan Ulama Dalam menentukan Kelangsungan Pembangunan Dan
Pengembangan Syari‟at Di Aceh, (Medan: Perdana Mulya Sarana, 2012), 1.
76
Artinya : “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh
para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya
mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah
mengambil bagian yang banyak.” (HR. al-Imam at-Tirmidzi )122
C. Asy Syaikh Shalih Fauzan mengatakan: “Kita wajib memuliakan ulama
muslimin karena mereka adalah pewaris para nabi, maka meremehkan mereka
termasuk meremehkan kedudukan dan warisan yang mereka ambil dari
Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam serta meremehkan ilmu yang mereka
bawa. Barangsiapa terjatuh dalam perbuatan ini tentu mereka akan lebih
meremehkan kaum muslimin. Ulama adalah orang yang wajib kita hormati
karena kedudukan mereka di tengah-tengah umat dan tugas yang mereka
emban untuk kemaslahatan Islam dan muslimin. Kalau mereka tidak
mempercayai ulama, lalu kepada siapa mereka percaya. Kalau kepercayaan
telah menghilang dari ulama, lalu kepada siapa kaum muslimin mengembalikan
semua problem hidup mereka dan untuk menjelaskan hukum-hukum syariat,
maka di saat itulah akan terjadi kebimbangan dan terjadinya huru-hara.” 123
Aceh adalah sebuah Provinsi di Indonesia. Aceh terletak
diujung Utara pulau Sumatera dan merupakan Provinsi paling Barat di
Indonesia. Ibu kotanya adalah Banda Aceh. Letaknya dekat dengan
Kepulauan Andaman dan Nikobar di India serta terpisahkan oleh Laut
122
HR. Abu Dawud no. 3641 dan ini lafazh-nya; Tirmidzi no. 3641; Ibnu Majah no. 223;
Ahmad, 4/196; Darimi no. 1/98. Dihasankan Syaikh Salim al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin, 2/470,
hadits no. 1388)
123
Asy Syaikh Shalih Fauzan bin Fauzan bin Abdillah al Fauzan, Jawab Tuntas
Masalah Manhaj al ajwibah al mufidah an as alatil manahij al jadidah, (Yogyakarta:
Pustaka Al-Haura‟) 140.
77
Andaman. Aceh berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah Utara,
Samudra Hindia di sebelah Barat, Selat Malaka di sebelah Timur, dan
Sumatera Utara di sebelah Tenggara dan Selatan. Aceh dianggap
sebagai tempat dimulainya penyebaran Islam di Indonesia dan
memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara.
Pada awal abad ke-17, Kesultanan Aceh adalah negara terkaya, terkuat,
dan termakmur di kawasan Selat Malaka. Sejarah Aceh diwarnai oleh
kebebasan politik dan penolakan keras terhadap kendali orang asing,
termasuk bekas penjajah Belanda dan pemerintah Indonesia. Jika
dibandingkan dengan dengan Provinsi lainnya, Aceh adalah wilayah
yang sangat konservatif (menjunjung tinggi nilai agama).124
Aceh
memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk minyak bumi
dan gas alam. Sejumlah analis memperkirakan cadangan gas alam Aceh
adalah yang terbesar di dunia. Aceh juga terkenal dengan hutannya
yang terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan dari Kutacane di Aceh
Tenggara sampai Ulu Masen di Aceh Jaya. Sebuah taman nasional
bernama Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) didirikan di Aceh
Tenggara.125
Perkembangan dan kemajuan Propinsi Daerah Istimewa Aceh
pada umumnya, serta adanya aspirasi yang berkembang dalam
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengatur dan
mengurus rumah tangga sendiri, perlu meningkatkan penyelenggaraan
124
Ali Hasyimi, Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah, (Jakarta: Beuna, 1983),
h. 18 125
Muhammad Ikhsan, Implementasi Pembangunan Dalam Pengembangan
Pariwisata Islami Di Kota Lhokseumawe (Medan: IAIN Sumatera Utara, 2012), 66.
78
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan
kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada
masa yang akan datang, dengan memperhatikan hal tersebut diatas dan
kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah
penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya di Kota
Administratif.
Kota Pereulak ini berada persis di tengah-tengah jalur Timur
Sumatera. Berada di antara Banda Aceh dan Medan, sehingga kota ini
merupakan jalur distribusi dan perdagangan yang sangat penting bagi
masyarakat Aceh Timur.126
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Aceh Timur
126
BPS Kabupaten Aceh Timur , Peta Administrasi Kabupaten Aceh Timur:
RTRW Tahun 2016 , Diunduh Pada Tanggal 15 Juli 2019
79
D. Sejarah Terbentuknya Kota Peurelak Aceh Timur
Kabupaten Aceh Timur adalah sebagian dari provinsi daerah
istimewa Aceh yang terletak dibahagian timur provinsi Aceh dan ibu
kotanya Idie. Kecamatan Peureulak yaitu suatu nama wilayah
kecamatan Kabupaten Aceh Timur. Menurut keterangan Abu Ishaq Al-
makarani dalam kitabnya “Idhatul Haaq Fimamlakatil Peurelak”
mengatakan Negeri Peurelak suatu negeri yang tertua di Sumatera,
yang namanya tinggal tetap tidak berubah-rubah sepajang abad, dan
sudah terkenal dikalang para musafir yang lalu, beserta para pedagang
dunia Hindustan, Italia, Portugis, dan lainya. 127
Pada saat masyarakat Peureulak telah banyak memeluk Islam,
karena di Peureulak kurang pengaruh agama budha dan hindu. Jadi
tidak menjadi satu hal bagi pedagang-pedagang Arab, Persia dan India
muslim untuk menyebarkan Ajaran Islam secara terang-terangan.
Pemerintah Daulah Islamiah ditangan daulah Bani Abasiah
dakwah Islamiah keluar dari Jazirah Arab tambah meningkat. Dan
masyarakat peureulak beserta rajanya telah memasuk Islam secara
resmi. Kemudian raja Syahir Nuwi memohon kepada pedagang Arab
yang berada di Peureulak supaya menyampaikan salam pesan kepada
Khalifah Islam di Baghdad bahwa kerajaan Peurelak rakyat serta
rajanya telah memeluk Islam. Agar ke negeri Pereulak Khalifah Harun
127
Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Miswari, Rekonstruksi Identitas Konflik
Kesultanan Peureulak, ( Jurnal, Langsa : IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa, 2017), 170.
80
Nursiyd berkenan mengirim ulama-ulama Islam untuk menjadi guru
bagi masyarakat peureulak yang baru memeluk Agama Islam.
Pesan maha raja negeri peureulak disampaikan oleh para
pedagang Arab kepada Khalifah Harun nursyid di Baghdat dan beliau
menyambut baik dan sangat gembira kemudian disiapkan suatu
“Armada Dakwah” yang dilengkapi berbagai ahli ilmu pengetahuan
berjumlah 100 orang. Diantara rombongan tersebut ikut seorang putra
Arab Quraiys keturunan langsung Ali bin Abi Thalib.128
Armada dakwah ini dengan diberi nahkoda Khalifah mendarat
di Peurelak tahun 173 H sama dengan 790 M. yaitu abad ke 2 H atau
abad ke 8 M. Lebih kurang 50 tahun nahkoda khalifah menanamkan
bibit ajaran Islam kepada masyarakat peureulak telah bersemi dengan
kuat dan mendasar, maka sudah tibalah waktu lahir sebuah kerajaan
Islam. Setelah bermusyawarah secara mendalam antara ulama, cerdik
pandai, dan maharaja negeri Peureulak sepakatlah mereka akan segera
memploklamirkan berdirinya suatu kerajaan Islam. Sesudah matang
persiapan yang diperlukan maka tepat tanggal 1 Muharram tahun 225 H
sama dengan 450 M hari selasa diploklamirkan berdirinya kerajaan
Islam Peurelak dengan dinobatkan menjadi sulthan pertama “ Sayet
Maulana Abdul Aziz”. 129
128
Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Miswari, Rekonstruksi Identitas Konflik
Kesultanan Peureulak, 175. 129
M. Arifin Amin, MONISA : Dalam Lintas Sejarah Bangsa, ( Sekretaris
Yayasan Monisa : Aceh Timur, 2015), Rekomendasi dari Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Aceh Timur , 8-10.
81
Menurut C.Snock Hurgronye tokoh orientalis, tumbuhnya tari
Seudati bersamaan dengan masuknya agama Islam ke Aceh.130
Seudati
mulai dikembangkan sejak agama Islam masuk ke Aceh. Penganjur
Islam memanfaatkan tarian ini sebagai media dakwah untuk
mengembangkan ajaran agama Islam. Tarian ini cukup berkembang di
Aceh Timur, Utara dan Aceh Pidie. Tarian ini dibawakan dengan
mengisahkan pelbagai macam masalah yang terjadi agar masyarakat
tahu bagaimana memecahkan suatu persoalan secara bersama. Pada
mulanya tarian seudati diketahui sebagai tarian pesisir yang disebut
ratoh atau ratoih, yang artinya menceritakan, diperagakan untuk
mengawali permainan sabung ayam, atau diperagakan untuk bersuka
ria ketika musim panen tiba pada malam bulan purnama.
E. Geografi Kota Pereulak Kabupaten Aceh Timur
Peureulak adalah sebuah kota di Kabupaten Aceh Timur di
provinsi Aceh, berada persis di tengah jalur Timur Sumatera sehingga
130
C.Snock Hurgronye dalam bukunya De Atjeher deel II yang di tulis tahun
1893-1894 mengatakan bahwa ia tidak secara khusus mencantumkan kata seni dalam
karyanya tentang Aceh. Walau demikian Snouck, seni tidak pernah memiliki
dokumentasi tentang seni tradisi yang mungkin dapat di katakan sebagai sesuatu
karya yang terlengkap di Aceh. Sebanyak 126 jenis seni tradisional yang
dideskripsikan dengan baik oleh Snouck. ia juga mencatat deskripsi Snouk tersebut
meliputi kesastraan, hikayat ruhe, hikayat epik, risalah asli,cerita-cerita Roman,
dongeng Binatang, legenda pra Islam, legenda era Islam, karya-karya keagamaan,
permainan dan hiburan, permainan judi, rateb, Musik, pawai dan pesta rakyat,
hikayat, seni kriya (pemahatan batu, arsitek, tenun, pandai emas dan perak), syair
Seudati, syair rateb dong, syair rapai, dan pantun iringan orkes hareubab. Menurut
sejarahnya kesenian Seudati berkembang sejalan dengan masuknya Islam di Aceh.
Meskipun ada pendapat bahwa kesenian ini sudah berasal dari zaman pra-Islam.
Kesenian ini merupakan konfigurasi seni tari, seni suara, dan seni sastra. Lihat buku
C.Snock Hurgronye, The Atjeher Part II, (Leiden: E.J. Brill, 1894), 256.
82
kota ini merupakan jalur distribusi dan perdagangan yang sangat
penting bagi Aceh. Selain itu Peureulak merupakan jalur strategis bagi
wisatawan yang ingin menikmati jalur darat di tanah Aceh.
Peureulak dengan luas wilayah sebesar 318,02 Km² Secara astronomis
Kota Peureulak berada pada posisi LU : 04º4124.00,- 04º53‟55,14‟. BT
: 97º47‟16,22”-97º57‟50,27. Dengan ketinggian kurangn 50 M dari atas
permukaan laut. Kota Peureulak secara administrasi memiliki batas
sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Kecamatan Peureulak Barat
2. Sebelah Timur : Selat Malaka
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Peureulak Timur
4. Sebelah Barat : Kecamatan Rantoe Peureulak
Kota Peureulak memiliki suhu berkisar antara 26º-30º C dan
banyaknya pemukiman untuk daerah kota Peureulak tiga (3)
pemukiman dan dan 38 desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
tabel berikut ini :131
a. Table letak wilayah desa di Kecamatan Peureulak
Desa Wilayah
No Utara Timur Selatan Barat
1
Cek Mbon RT
Peureulak
Lubuk
Pempeng
Prlk Timur RT
Peureulak
2 Seuneubok
Pidie
Snb
Peusangan
Selat Malaka Prlk Timur Prlk Timur
131
Badan Pusat Statistik kabupaten Aceh Timur, Kecamatan Peureulak
Dalam Angka 2017, (BPS KAT, 2017), 6.
83
3 Kuala
Leuge
Snb
Peusangan
Selat Malaka Prlk Timur Snb Pidi
4 Seuneubok
Peusangan
Mtg Gleum Snb Pidie Snb Pidie Dama
Tutong
5 Lubuk
Pempeng
Blang
Simpo
Prlk Timur Cek Mbon RT
Peureulak
6 Dama
Tutong
Snb
Peusangan
Balee Buya Nibong Alue
Rambong
7 Bale Buya Snb Aceh Mtg Gleum Snb
Peusangan
Dama Tuton
8 Matang
Malaka
Snb Aceh Gleum Selat Snb
Peusangan
Balee Buy
9 Alue
Nibong
Kemuning Snb Aceh Dama Tutong Punti
10 Buket Pala Paya Kalui Alue Dua Py
Gajah
Prlak timur Blang
Simpo
11 Blang
Simpo
Prlk Barat Buket Pala Lubuk
Pempeng
RT
Peureulak
12 Paya Kalui Buket Pala Alue Dua Py
Gajah
Bandrong Paya Meligo
13 Alue Dua Paya Gajah Blang Batee Punti Buket Pala
Bandrong
14 Seuneubok
Aceh
Bangka
Rimung
Leuge Aleu Nibong Kemuning
15 Uteun Dama Tualang
Punti
Alue Dua Py Gajah Blang Batee
16 Paya
Meuligoe
Bandrong Paya kalui Buket Pala RT
Peureulak
17 Punti Tualang Dama
Tutong
Uteun Dama Kemuning
18 Keumuneng
Aleu
Lhok Dalam Bangka
Rimung
Nibong Punti
19 Bangka
Rimueng
Leugee Snb Aceh Snb aceh Kemuning
20 Leuge Cot
Geulumpang
Selat Malaka Snb Aceh Keude
Peureulak
21 Lhok Dalam Keude Leuge Kemuning Tualang
84
Peureulak
22 Bandrong Tanah Rata Alue Dua Py gajah Py Meuligo
23 23. Tanah
Rata
Prlk Barat Blang Batee Alue Dua Py Gajah
Bandrong
24 Tualang Prlk Barat Lhok Dalam Punti Blang Batee
25 25. Keude
Peureulak
Prlk Barat Pasir Putih Leugee Lhok Dalam
26 Cot Muda
Itam
Mtg Peulawi Selat Malaka Leugee Cot
Geulumpang
27 Pasir Putih
Kuala
Bugak Mtg Peulawi Leugee Cot Keh
28 Blang Bitra Cot Keh Pasir Putih
Prlk Barat Prlk Barat
29 Beusa
Meuranoe
Blang Bitra Cot Keh Blang Balok Prlk Barat
30 Smtg Muda
Itam
Kuala
Bugak
Mtg Peulawi Cot Keh Blang Balok
31 Paya Lipah
Paya Lipah Smtg Muda
Itam
Beusa
Meurano
Prlk Barat
32 Kuala
Bugak
Selat
Malaka
Selat Malaka Smtg Muda
Itam
Paya Lipah
33 Paya Lipah Prlk Barat Selat Malaka Smtg Muda
Itam
Prlk Barat
34 Leugee Cot
Geulumpang
Pasir Putih Keude
Peureulak
Pasir Putih
35 Cot Keh Smtg Muda
Itam
Pasir Putih Blang Bitra Beusa
Meuran
36. Blang Batee Prlk Barat Tualang Uteun Dama Tanah Rata
37. Alue
Rambong
Py Gajah Dama
Tutong
Prlk Timur Buket Pala
38. Matang
peulawi
Kuala
Bugak
Selat Malaka Cot
Geulumpang
Pasir Putih
Sumber : BPS Aceh Timur diakses melalui BPS Kabupaten Aceh Timur ,
Peta Administrasi Kabupaten Aceh Timur: RTRW Tahun 2016 , Diunduh
Pada Tanggal 15 Juli 2019
85
F. Tarian tradisional Seudati Aceh
Seni budaya Aceh mempunyai ruang lingkup yang luas; seni
tari, seni suara, seni sastra, seni mistik, seni bertempur yang tidak
hanya dalam strategi mengecoh musuh, bahkan hingga instrumen
tempur juga diberikan seni ukir yang biasanya bertuliskan beberapa
ayat Al-Qur‟an sebagaimana dapat ditemukan pada senjata tradisonal
mereka yang dikenal dengan sebutan reuncong.132
Keunikan tarian
Aceh dikarenakan menjadikan Islam sebagai landasannya dan hampir
seluruh tariannya tidak terlepas dari proses penyampaian nilai-nilai
ajaran Islam kepada khalayak.
Identitas tersebut kemudian mewarnai hampir seluruh sistem
nilai seni budaya masyarkat Aceh hingga hari ini. Kedua sistem
tersebut saling terkait dan menjadi landasan bagi kegiatan dan nilai-
nilai sosial-religius kemasyarakatan, seperti dalam adat-istiadat, model
kehidupan bermasyarakat, sistem pendidikan demikian juga dengan
berbagai bentuk kesenian.133
Tarian tradisional Seudati Aceh adalah salah satu bentuk
kesenian tradisional Aceh. Tari tradisional ini merupakan hasil dari
kreativitas estetik masyarakat terdahulu. Eksistensi tari tradisi yang
bersifat menyebarkan dakwah dalam bentuk verbal dan non verbal.
132
Reuncong merupakan senjata tradisional masyarakat Aceh. Senjata ini
banyak dipergunakan para pejuang Aceh di masa lampau dalam perang kemerdekaan
melawan Belanda maupun Jepang. Senjata ini mempunyai berbagai ukuran dan corak
yang berbeda-beda. Senjata ini juga digunakan oleh setiap pria dewasa di masa lalu
dengan cara menyelipkan di pinggangnya. Lebih lanjut dapat dilihat, T. Syamsuddin
dan M. Nur Abbas, Reuncong (Banda Aceh: Proyek Rehabilitasi dan Perluasan
Museum, 1981), 57. 133
Rusdi Sufi, Rajah dan Ajimat pada Masyarakat Aceh (Badan
Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2007), 52.
86
Dalam tarian ini fokus penulis pada penyampaian pesan komunikasi
Islam dalam bentuk verbal pada Seudati Aceh.134
Seudati berasal dari bahasa Arab “Syahadatin” atau
“Syahadati” yang artinya pengakuan. Masalah pengakuan ini dalam
agama Islam merupakan syarat, barang siapa yang berminat memeluk
agama Islam harus mengucapkan Dua Kalimah Syahadat atau Dua
Pengakuan, ialah mengakui bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan
Muhammad adalah utusan-Nya.135
Seudati pada awalnya ditarikan
dengan posisi duduk melingkar tanpa syair. Kemudian Seudati
berkembang dengan variasi gerakan dan syair. Di antara berbagai jenis
tari kesenian asli yang banyak terdapat di Aceh, Seudati mengambil
tempat yang terkemuka di tengah-tengah dan di hati masyarakat Aceh.
Semenjak zaman kerajaan Aceh136
ia merupakan salah satu seni tari
134
Essi Hermaliza, Seudati Aceh., (Aceh: Balai Pelestarian Budaya, 2014),2 135
Suharti Rukmono, Pergelaran Tari-Tarian Daerah Aceh, (Banda Aceh:
Kantor Pembinaan Pendidikan Kesenian Perwakilan Departemen P dan K, 1975), 8. 136
Kerajaan Samudra Pasai tercatat dalam sejarah sebagai kerajaan Islam
yang pertama. Mengenai awal dan tahun berdirinya kerajaan ini tidak diketahui secara
pasti. Akan tetapi, sebelum Samudra Pasai berkembang, sudah ada pusat
pemerintahan Islam di Peureulak (Perlak) padapertengahan abad ke-9. Perlak
berkembang sebagai pusat perdagangan. Dengan posisi yang strategis tersebut,
Samudra Pasai berkembang menjadi kerajaan Islam yang cukup kuat, dan di pihak
lain Samudra Pasai berkembang sebagai Bandar transito yang menghubungkan para
pedagang Islam yang datang dari arah Barat dan para pedagang Islam yang datang
dari arah Timur. Keadaan ini mengakibatkan Samudra Pasai mengalami
perkembangan yang cukup pesat pada masa itu baik dalam bidang politik, ekonomi,
sosial dan budaya. Lihat A. Hasymy, Izhharul Haq (Banda Aceh: 2008), h. 56.
Bahkan dalam menyebarkan agama Islam selain dengan cara berdagang, juga melalui
kesenian Aceh, karena Corak kesenian Aceh memang banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan Islam, namun telah diolah dan disesuaikan dengan nilai-nilai budaya
yang berlaku. Seni tari yang terkenal dari Aceh antara lain Seudati, Seudati inong, dan
Seudati tunang. Seni lain yang dikembangkan adalah seni kaligrafi Arab, seperti yang
banyak terlihat pada berbagai ukiran mesjid, rumah adat, alat upacara, perhiasan, dan
sebagainnya. Selain itu berkembang seni sastra dalam bentuk hikayat yang
87
yang amat dikagumi oleh para pendatang yang berkunjung ke tanah
Aceh. Tarian yang heroik dan bersifat gerakannya yang gesit dan cepat
telah menguasai lubuk hati seluruh rakyat Aceh, sehingga di mana
diadakan tarian ini mendapat perhatian dan dihadiri pengunjung
puluhan ribu orang. Ia lincah dan romantis gerak dan sifatnya, sehingga
dalam tiap lekuk yang dilenggangkan, tiap gerakan yang diayunkan dan
lantunan irama yang berketik-ketik ujung jari pemainnya merupakan
suatu paduan keindahan yang sangat menarik hati. Seudati mampu
mencerminkan sifat dan semangat kepahlawannya serta kelelakian baik
dengan gerak lincah yang dilakukan dengan loncat berderap-derap yang
dibuatnya, baik dengan ketik-ketian jari yang diketikkan maupun
dengan tempik suara yang membahana.137
Penganjur-penganjur Islam (para da‟i) kebanyakan berasal dari
Arab, maka secara langsung bahasa atau istilah yang dipergunakan
dalam penyebaran agama dititik beratkan pada istilah bahasa Arab.
Oleh karena itu sekaligus media ratoh ini dipengaruhi dengan istilah
Arab. Kalau dilihat dari akar katanya berasal dari Isim Masdar. Masdar
ada tiga huruf yaitu syahat, asal katanya syahadataini, syahadataini
bermakna dua kalimat syahadat dalam Islam. Karena tarian tersebut.
mengajak orang-orang yang menyaksikan seni tari tersebut untuk
masuk ke dalam Islam dengan terlebih dahulu mengucapkan dua
bernafaskan Islam, seperti Hikayat Perang Sabil. Lihat juga Zakaria Ahmad, Petunjuk
Singkat Meseum Negeri Aceh, (Banda Aceh: Konikklijk Instituut, 1982), 24-26. 137
T. Alibansjah Talsya, Atjeh Jang Kaja Budaya, 2.
88
kalimat syahadat atau syahadatain yang kemudian dengan logat Aceh
diucapkan menjadi Seudati. Kemudian pada nama lain Seudati adalah
meusamman menjadi saman (delapan) orang, artinya permainan
Seudati dengan memiliki delapan orang pemain.138
Namun, ada
pendapat yang mengatakan bahwa tarian Seudati adalah gerakan ayam
berlaga, dan gerakan memperingati hari Syura bagi pemeluk Syi‟ah
(memukul-mukul kepala dan dada).139
Kesenian seni tari Seudati merupakan suatu kesenian yang
digemari sebagian masyarakat Aceh. Tentang dari mana asal dan
pengertian Seudati, terdapat beberapa keterangan soal seni tari tersebut.
Dalam bahasa Aceh, Seudati berarti tarian yang ditarikan oleh delapan
orang dan setiap penari dalam tari Seudati mempunyai jabatan dengan
istilah sendiri.
Menurut keterangan Aboebakar Atjeh, Seudati berasal dari
komunitas tarekat yang dibangkitkan oleh Syekh tarekat Saman.
Karena itu, tari Seudati dalam bahasa Aceh juga dinamakan dengan
“meusamman”. Perkatan seudati sendiri berasal dari bahasa tarekat yā
sādati, yang artinya “wahai tuan guru”.140
Seni ini diperkirakan lahir dari inspirasi dan semangat
memperjuangkan ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat dari pemberian
nama bagi pimpinan tarian ini dengan sebutan “Syeikh” yang biasanya
gelar tersebut diberikan kepada pemimpin agama. Demikian juga
138
Suhelmi., Apresiasi Seni Budaya Aceh, (Banda Aceh: Ar-Raniry Press,
2004), 36. 139
Abdul Rani Usman, dkk., Budaya Aceh, (Banda Aceh: Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Aceh, 2009), 197. 140
Hasan, Ridwan., Seni Seudati: Media Edukasi Sufistik, ( Jurnal : Vol 13,
2013), 11.
89
dengan sebutan aneuk Syahi (orang pembawa Sya‟ir), dalam tarian
tersebut. Seudati adalah seni tari khas masyarakat daerah Aceh.
Dari sudut pandang tentang sumber tarian, Seudati bukanlah
sebuah tarian, namun sebuah upacara serimonial yang diselenggarakan
dalam posisi duduk untuk keperluan pengajaran agama Islam.
Selanjutnya, seiring dengan perubahan politik di Aceh, Seudati yang
sebelumnya digunakan untuk pembangkit semangat perang dan acara-
acara kebersamaan di kerajaan berubah menjadi acara hiburan terutama
dilakukan setelah musim panen.141
Karena itu, kesenian Aceh tidak lepas dari pengaruh nilai-nilai
Islam, sebagaimana ditemukan dalam ucapan atau tulisan yang dimulai
dengan salam atau bismillāh. Demikian juga, kesenian Aceh sangat
sarat dengan ekspresi jiwa heroik dan kepahlawanan Aceh yang
berdasarkan nilai-nilai socio-religius.142
Di zaman dahulu tarian ini merupakan hiburan paling utama
bagi prajurit Aceh, terutama bila mereka sedang dipersiapkan untuk
sesuatu pertempuran. Sebelum mereka esok hari bertolak kegaris
depan. Beberapa malam sebelumnya diadakan pertunjukan Seudati
yang menguraikan kisah-kisah kepahlawanan dan keperwiraan.143
Namun, dari semua latar belakang tersebut gerakan Seudati
diambil dari gerakan para pejuang yang bersemangat dalam berperang
dengan gagah berani dan percaya diri dalam memasuki medan jihad.
141
Hasan, Ridwan., Seni Seudati: Media Edukasi Sufistik , 163. 142
Zakaria Ahmad., Sejarah Perlawanan Aceh Terhadap Kolonialisme dan
Imperialisme (Banda Aceh: Pena, 2008), 18. 143
Alibasjah Teuku Talsya., Atjeh jang kaja Budaja, (Banda Aceh: Pustaka
Meutia, 1972), 12.
90
Seudati adalah ekspresi dari semangat kepahlawanan prajurit bangsa
Aceh dalam menghadapi berbagai intervensi asing terhadap kedaulatan
daerah Aceh pada masa itu. Seudati adalah tarian paling populer dan
tarian paling digemari oleh banyak orang di Aceh sebagai tarian
khusus. Popularitas tarian ini tersebar keseluruh Indonesia dan bahkan
ke mancanegara. Tarian Seudati merupakan campuran dari seni tari dan
musik, yang disebut juga dengan saman144
Namun, ada pendapat yang mengatakan bahwa tarian Seudati
adalah gerakan ayam berlaga, dan gerakan memperingati hari Syura
bagi pemeluk Syi‟ah (memukul-mukul kepala dan dada).145
Eksistensi tari Seudati di tahun era 50-an, tidaklah begitu
berkembang di dalam masyarakat Aceh. Dikarenakan adanya larangan
bermain Seudati oleh sebagian ulama. Hal ini berdampak pada
terbatasnya tempat untuk mengekspresiskan tari Seudati. Akibatnya
apabila ingin bermain Seudati para Syeikh harus melakukanya di
tempat-tempat yang jauh dari keramaian agar terhindar dari pengusiran
oleh Tengku Imum (Imam). Selain terjadinya pelarangan, suasana
politik pun turut mempengaruhi perkembangan Seudati pada era 50-an.
Gejolak perang cumbok.146
yang terjadi antara ulama dengan pihak
144
Syamsul Rijal, Iskandar Ibrahim., Implementasi Syari‟ah Dalam Seudati
Aceh, (Banda Aceh: Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh, 2009), 78-79. 145
Abdul Rani Usman, dkk, Budaya Aceh, (Banda Aceh: Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Aceh, 2009), 197 146
Perang Cumbok dikenal juga sebagai Revolusi Sosial adalah serangkaian
pertempuran yang terjadi di Kabupaten Pidie, Aceh mulai 2 Desember 1945 hingga
16 Januari 1946. Perang ini pecah antara kalangan ulama(teungku) para pendukung
proklamasi kemerdekaan Indonesia yang tergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh
91
Uleebalang telah membuat Seudati tidak leluasa untuk melakukan
setiap pertunjukannya di masyarakat. Adanya intimidasi dari kedua
belah pihak yang bertikai telah menyebabkan para Syekh Seudati harus
ekstra hati hati dalam melantunkan setiap syair yang dibawakan pada
setiap pertunjukan.147
Namun setelah memasuki era 60-an, tari Seudati dapat secara
leluasa di lakukan. Perkembangan Seudati di era ini mulai dirasakan
dan mendapat posisi yang baik di mata masyarakat. Di era ini juga
banyak melahirkan Syekh muda. Seudati era 60-an mulai berkembang
dengan selalu menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman.148
Memasuki tahun era 80-an, tari Seudati terus berkembang di
mana ia berubah dari bentuk permainan rakyat menjadi hiburan murni
masyarakat. Pada PKA III 1983, tari Seudati berhasil masuk ke semua
etnik yang ada di Aceh. Hal ini dilakukan dengan mengikut sertakan
tari Seudati pada event ini bagi seluruh kontingen Kabupaten/Kota.
Konsep ini telah memberikan ruang yang sangat berarti bagi
perkembangan tari Seudati dalam masyarakat Aceh, dewasa ini tari
Seudati tidak hanya dimainkan oleh suku etnik Aceh melainkan telah
mampu dimainkan dan dijadikan sebagai suatu kesenian tradisional
Aceh melwan kubu uleebalang (teuku) yang lebih memilih kekuasaan Belanda,
sehingga menyebabkan revolusi di tatanan sosial masyarakat Aceh pada saat itu. Lihat
Basral dan Akmal Nasery, Napoleon dari Tanah Rencong, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama 2013), 978. 147
Ramziati Taufika, Pesan Pesan Dakwah Dalam Seni Tari: Kajian
Terhadap Syair dan Gerak Tari Seudati dan Rateb Meusekat (Tesis), (Banda Aceh:
IAIN Ar-Raniry, 2013), 90. 148
Ramziati Taufika, Pesan., 90
92
masyarakat Aceh pada umumnya, dengan tidak mengenal suku, daerah,
bahasa dan adat istiadat yang dianut masing-masing masyarakat.149
G. Syair Seudati Aceh
Syair berasal dari bahasa Arab, asal kata di ambil dari fi‟il
maḍhi yaitu Sya‟ara, Sya‟ara, Yasy‟uru, Syi‟ran. Syi‟ran (Syi‟ir) adalah
isim masdar dan sudah dibakukan kedalam bahasa Indonesia menjadi
syair. Kata syair menurut bahasa mempunyai arti Asy Syu‟ur atau Al
Ihsas yaitu rasa (perasaan).150
Syair menurut istilah adalah sebuah ungkapan yang disusun
dalam bentuk sajak dengan mengungkapkan khayalan yang indah dan
gambaran-gambaran yang berkesan.151
Jadi, kesimpulannya syair
adalah gejolak hati yang diungkapkan dalam bentuk gubahan yang
indah sekali.
Banyak sya‟ir dan gerak tarian dijiwai oleh simbol-simbol
kepahlawanan dan keperkasaan melawan musuh, seperti yang
diekspresikan dalam tari Seudati. Tari Seudati merefleksikan sejumlah
simbol tentang strategi perang yang cukup cerdas dalam menghadapi
dan mengecoh musuh sebagaimana dapat dilihat dalam berbagai format
dari tarian tersebut. Terkait dengan peran sya‟ir, ada satu hikayat
149
Ramziati Taufika, Pesan., 92
150
A.W. Munawir., Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 776. 151
Muhammad Husein Az Ziyat, Tarikhul Adabil Arabi, (Kairo: Darun
Nahdlah, t.t), 28.
93
terkenal dalam khazanah perlawanan masyarakat yang disebut dengan
prang sabi.152
Yang khusus dikarang oleh seorang ulama Aceh untuk
meningkatkan semangat juang para pahlawan Aceh yang akan
bertempur ke medan peperangan. Orang Aceh termasuk suatu suku
bangsa penyair yang mempunyai karakter lebih dapat merasakan kata-
kata yang bersajak daripada ucapan dalam susunan kalimat-kalimat
dalam bentuk tulisan. Karena itu dalam tradisi tutur, khususnya aspek
edukasi, dikenal adanya hadih maja.
Para penya‟ir juga banyak yang menghafal hikayat-hikayat
yang digemarinya guna diucapkan kembali dalam berbagai pertemuan
penting. Di antara daerah-daerah di Nusantara, Aceh merupakan
wilayah yang paling kaya dalam kesusasteraannya, menurut pandangan
Aboebakar Atjeh. 153
H. Qanun Aceh Terhadap Seni Budaya Dan Hiburan Lainnya
Dalam Pandangan Syariat Islam
Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh menetapkan Qanun di
Aceh sesuai dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4633). Qanun Aceh
Nomor 11 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syariat Islam Bidang
Aqidah, Ibadah dan Syiar Islam (Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe
152
Hasbi Amiruddin, Ulama Dayah Pengawal Agama Masyarakat Aceh
(Lhokseumawe: Nadia Foundation, 2007), 23. 153
Aboebakar Atjeh, Aceh dan Sejarah Kebudayaan Sastra (Semarang:
Ramadan, 1970), 19.
94
Aceh Darussalam Tahun 2002 Nomor 54 Seri E Nomor 15, Tambahan
Lembaran Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Nomor 5).
Memutuskan kriteria seni b udaya dan hiburan lainnya yang
dibolehkan dalam syariat Islam, sebagai berikut:
1. Syair dan nyanyian tidak menyimpang dari aqidah ahlu sunnah
wal jamaah.
2. Syair dan nyanyian tidak bertentangan dengan hukum Islam
3. Syair dan nyanyian tidak disertai dengan alat-alat musik yang
diharamkan seperti bass, piano, biola, seruling, gitar dan
sejenisnya;
4. Syair dan nyanyian tidak mengandung fitnah, dusta, caci maki
dan yang dapat membangkitkan nafsu syahwat.
5. Penyair dan penyanyi harus memenuhi kriteria busana muslim
dan muslimah.
6. Penyair dan penyanyi tidak melakukan gerakan-gerakan yang
berlebihan atau dapat menimbulkan nafsu birahi.
7. Penyair dan penyanyi tidak bergabung/bercampur laki-laki dan
perempuan yang bukan mahram.
8. Penyair dan penyanyi tidak menyalahi kodratnya sesuai dengan
jenis kelamin.
9. Penyair dan penyanyi tidak ditonton langsung oleh lawan jenis
yang bukan mahram
10. Kegiatan bernyanyi dan bersyair dilakukan pada tempat dan
waktu yang tidak mengganggu ibadat dan ketertiban umum
95
11. Penonton hiburan tidak bercampur laki-laki dan perempuan
yang bukan mahram.
12. Seni rupa dan seni pahat tidak membentuk wujud tubuh
manusia dan hewan yang utuh serta sempurna.
13. Seni ukir tubuh dan wajah tidak melukai, tidak mengganggu
kesehatan, tidak memakai kalimahkalimah suci (Al-Qur‟an dan
Hadits) dan tidak menghambat sampainya air untuk bersuci.
14. Seni bela diri tidak melukai, mencederai serta harus menjaga
ketentuan-ketentuan syariat Islam.
15. Umat Islam diharamkan memajang barang-barang berbentuk
patung manusia dan hewan di dalam rumah, toko dan lain-lain,
kecuali untuk alat bermain bagi anak-anak.154
154
Fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama No. 12 Tahun 2003, Seni Budaya
dan Hiburan Lainnya dalam pandangan Syariat Islam. (Banda Aceh : MPU, 2013),
4.
96
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Timbulnya Tradisi Tari Seudati Dalam Masyarakat
Kota Peureulak Aceh Timur
Aceh sebagai wilayah penting dalam penyebaran Islam di Asia
Tenggara mempunyai identitas seni budaya tersendiri. Kekhususan
tersebut terletak pada paradigma Islam dan barometer syariah yang
digunakan sebagai rambu-rambu dalam seluruh aspek socioreligius. Di
Aceh, beberapa waktu yang lampau, seni tari pernah memainkan peran
penting sebagai media dakwah dalam proses sosialisasi ajaran Islam
kepada masyarakat di sana. Kehadiran seni tari merupakan ekspresi
dari adanya budaya kreatif sekaligus menjadi jawaban cerdas terhadap
tuntutan jaman dalam menghadirkan media Dakwah yang adaptif dan
solutif. Kreatifitas tersebut terletak pada kemampuan menjadikan seni
tari sebagai kendaraan dakwah penyebaran nilai-nilai ajaran Islam di
kalangan masyarakat lokal secara lebih komunikatif.155
Timbulnya tradisi tari Seudati dalam masyarakat Aceh belum
ada sebuah data yang akurat. Namun dari sejumlah tulisan Seudati ada
beberapa pandangan tentang timbulnya Seudati ini. Timbulnya Seudati
pada mulanya di sebuah Desa Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga,
Kabupaten Pidie.156
155
Jean-Louis Michon., Musik dan Tarian Suci dalam Islam (Bandung:
Mizan, 2003), 622. 156
Essi Hermaliza, dkk, Seudati Aceh, ( Aceh Balai Pelestarian Budaya
2014), h. 12.
97
Berdasarkan keterangan yang di sampaikan oleh Abu Bakar AR
salah satu tokoh Seudati Aceh asal Peureulak, dasar timbulnya Seudati
memang benar di Kabupaten Pidie yang di bawa oleh salah seorang
Syekh yang bernama Syekh Tam, ketika beliau mempelajari tari
Seudati, beliau adalah Syekh yang di kenal sebutan Syekh Tam Pulo
Amak dengan aneuk Syahi (anak penggiring) pertama adalah Rasyid
atau sekarang disebut Syekh Rasyid. Namun seiring berjalannya waktu
Syekh Tam mengembangkan Seudati di Kabupaten Aceh Timur sampai
sekarang di Peureulak . 157
Aceh merupakan titik pertama kali Islam masuk ke Nusantara.
Bermula dari tanah Aceh, dilaksanakan penyebaran agama Islam ke
berbagai daerah dengan budaya seni diantaranya seni tari yaitu Seudati
Aceh yang disebut usianya hampir sama dengan usia masuknya Islam
ke Aceh. Sehingga, sampai berdirilah kerajaan-kerajaan Islam baik di
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku dan daerah-daerah lainnya. Aceh
yang mempunyai sejarah panjang ini dalam mengusir dua bangsa
penjajah yaitu Portugis dan Belanda, bangsa Aceh menyebutnya
dengan “Perang Sabil” atau “Jihad”. Di mana ketika itu, para penjajah
termasuk Portugis selain merebut daerah Aceh, juga niat mereka ingin
menyebarkan agama kristen Portugis di tengah-tengah masyarakat
Aceh. Makanya, perang itu diberi nama perang Sabil (perang untuk
Islam) melawan perang Salib (Perang untuk Kristen). Perang sabil itu
sendiri berasal dari kepercayaan aqidah Islam. Jihad Fi Sabilillah
157
Hasil wawancara penenliti dengan Bapak. Abu Bakar AR (Aneuk Syahi /
ketua MAA) , pada tanggal 30 Desember 2018
98
(perang di jalan Allah) mengandung arti perang yang mengikuti
ketentuan (syari‟at) Allah, sesuai dengan wahyu Nya, sebagaimana
dalam Alquran surat Al- Anfal ayat 15-16 Allah Swt, berfirman
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu,
Maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa
yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok
untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan
yang lain, Maka Sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa
kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. dan
Amat buruklah tempat kembalinya (Q.S. Al-Anfal: 15-16).158
Ayat di atas menerangkan bahwasanya jangan sampai orang-
orang beriman membelakangi (mundur) dari orang-orang kafir yang
ingin menyerang mereka, karena Allah tidak menyukai kejadian seperti
itu. Rakyat Aceh sangat berpegang teguh dengan syaria„at Allah bahwa
bagi bangsa Aceh tidak ada kata mundur untuk melawan penjajah yang
mereka sebut dengan jihad. Karena peristiwa itulah Aceh menciptakan
para mujahid dan mujahidah bermental baja. Pembentukan mental ini
158
Departemen Agama RI, Alquran., h. 179.
99
pun tidak lepas dari nilai-nilai agama Islam. Bahkan, dari perang sabil
ini banyak penduduk Aceh yang syuhada. Ibarat “mati satu tumbuh
seribu”, meskipun korban terus berjatuhan. Namun, semangat juang
para mujahid dan mujahidah dari Aceh tidak pernah padam.
Sebagaimana hadis di bawah ini mengenai jihad :
ه نل ه شال نلىي حلييل نهص يلحوب ل نل ث ح ح دل نهص ال ص للاث ب يلخبلرول نل
لل لثمل قل سل لليه ول نل للى للاث ال سصبلل للاث يه يلنث رل صل ينل نه دص ه نمرل ه نل سل يحيل
ىلت. ل ست يهل سل جص ة يحرث لص مه نبلدل بيل للا يلفضل ف فى سل ل فى يحصث جص قل ص يحرث مل
Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin
Shalih telah menceritakan kepadaku Yahya bin Ayyub dari Hisyam dari
Al Hasan dari 'Imran bin Hushain bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Berdirinya seorang laki-laki di barisan (jihad) di
jalan Allah, itu lebih baik daripada ibadahnya seseorang selama enam
puluh tahun”159
Biasanya yang dikenal menjadi pejuang adalah seorang laki-
laki. Namun, Nanggoe Aceh Darussalam bukan hanya laki-laki saja
yang menjadi pejuang seperti Seudati yang dibawa oleh kaum laki-laki
tetapi ada juga pejuang wanita seperti Tjut Nyak Meutia, Tjut Nyak
Dhien dan lainnya dengan semangat yang membara dalam melawan
kafir.
159
Suyuthi, Al-Jami‟us Shagjie Jilid V, (Surabaya: Bina Ilmu, 1996), h. 67.
100
Menelusuri perkembangan Seudati sejak pertama lahir hingga
kondisi sekarang bukanlah sesuatu yang mudah. Apabila
perkembangan itu didasari atas komponen yang komplek dari ruang
lingkup tari Seudati secara menyeluruh.
B. Pesan Dakwah Islam dalam Syair Seudati
Media tari ini dimanfaatkan oleh penganjur-penganjur Islam
(da‟i) dalam pengembangan agama Islam di Aceh. Sebelum dinamakan
dengan Seudati, tari ini bernama Ratoh, yang artinya menceritakan
segala sesuatu yang menyangkut aspek kehidupan masyarakat,
misalnya kisah sedih, gembira, nasehat dan membangkitkan
semangat.160
Bila kita mengkaji lebih jauh lagi, kita dapat mengetahui
bahwa tarian Seudati pada mulanya bukanlah suatu tarian, tapi lebih
merupakan suatu “ritus upacara” bersifat keagamaan yang
permainannya dilaksanakan sambil duduk. Namun dalam
perkembangan selanjutnya mengalami perubahan yang akhirnya
Seudati ini dimainkan dalam bentuk berdiri seperti yang kita kenal
sekarang.161
Nilai hukum, nilai budaya dan norma adat yang menyatu
dengan Islam merupakan Way of life bagi orang- orang Aceh dan terus
berkembang sepanjang sejarah. Sehingga Islam Menjadi Puncak
budaya serta adat istiadat Aceh yang menjadi pegangan hidup orang
Aceh dimasa depan. Sebagai mana yang sering dirujuk terdapat dalam
160
Suhelmi et al, Apresiasi Seni Budaya Aceh, (Banda Aceh: Ar-Raniry
Press, 2004), 35. 161
L.K. Ara., Ensiklopedi Aceh (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2012), 190-
191.
101
Hadih Maja (Pepatah) yaitu; Adat bak poe teumeuruhom, hukum bak
syiah kuala, Qanun bak putroe Phang, Reusam bak lakseumana. Hal
ini dapat dapat diartikan, peteumeurehom (kekuasaan eksekutif -
sultan), Syiah kuala (Yudikatif- Ulama), Putroe Phang (Legislatif),
laksamana (Pertahanan- tentara). Juga Hukum ngon adat lagee zat ngon
sipheut (Hukum dan adat bagai zat dan sifat, tak dapat dipisahkan.
Karena itu dapat dijelaskan bahwa budaya dan adat Aceh tidak
lain adalah norma Islam itu sendiri. Antara budaya dan ajaran Islam
telah berinteraksi dan berisimilasi secara harmonis dalam masyarakat
Aceh sepanjang ratusan tahun. Bentuk kongkrit adat dan budaya dalam
kehidupan masyarakat Aceh tidak hanya teraplikasi dalam bidang
sosial, ekonomi maupun politik, tetapi juga dalam bidang hukum.
Islam dan budaya merupakan suatu yang unik dan mempunyai
corak dan karakter itu tersendiri. Munculnya istilah di‟iet, suloh,
meunasah, dayah, mukim, imeum mukim, teungku, seudati, rapa‟i, dan
beberapa budaya lain yang khas Aceh merupakan bukti hasil dialog
dan dialektika antara Islam dan budaya Aceh. Tradisi besar Islam jelas
cukup berpengaruh kepada tradisi kecil, perdamaian dalam Islam yang
dikenal dengan Al Islah dapat disebut sebagai tradisi besar, sedangkan
Suloh dalam merupakan tradisi kecil. Itulah sebabnya kearifan local ini
mampu bertahan dalam masyarakat karena selaras dengan nilai-nilai
Islam.
Dari hasil wawancara dengan Bapak Abu Bakar AR. Selaku
Kabid Adat Seni dan Budaya (MAA) Aceh Timur dan juga selaku
(Aneuk Syahi) yaitu sang penyair dalam tarian Seudati. Beliau
102
mengatakan Syair Seudati dibagi atas beberapa bait. Setiap bait berisi
empat baris yang terdiri dua baris sampiran dan dua barisi isi. Seperti
halnya dalam gerak tari seudati syair juga dibagi dalam delapan bagian
antara lain: yaitu Syair Saleum Syahi,Syair Salem Rakan, Bak Saman,
Liqo‟, Saman, Kisah (Dakwah), SyahiI Panyang / Hikayat ( Kisah),
Lanie (Lagu).162
a. Teks Syair Seudati “Saleum Rakan dan Saleum Aneuk
Syahie”
Tabel 4.1 Teks Syair Seudati “Saleum Rakan dan Saleum Aneuk Syahie”
Objek Peneletian Makna Denotasi
Syair 1 : Assalamu‟alaikum lon
tameung lam seung, Lon meubi
saleum keu jame teuka, Kareuna
saleum nabi kheun sunat, Jarou ta
mumat syarat mulia
Asslamu‟alaikum saya
masuk dalam acara. Saya memberi
salam kepada tamu sekalian.
Karena salam Nabi mengatakan
sunat. Tangan saling berpegang
adalah syarat mulia.
Syair 2 : Mulia jamee ranup lam
puan, mulia rakan mameh suara,
Neuduek neupiyoh pat-pat yang
patoet, ulon neuk beuot puan
suasa.
Mulia tamu ibarat sekapur sirih
tersusun indah, Mulia teman
manis di suara, Masuk untuk
beristirahat di mana-mana yang
dapat. Saya mau angkat batu suasa
(tempat sirih).
Syair 3 : Puan Suasa Kaleuh lon
Peusan, Jadeh Malamnya Neubi
Keugata, Ranub neupajoh
bungkoh neupulang bek jeut keu
utang geutanyo dua, Neupajoh
ranub ieklat bek neuboh, kadang
rakan jroeh jeut keupenawa.
Tempat sudah dipesan, malam ini
akan diberikan kepada anda,
sirihnya dimakan bungkusnya
dipulangi biar tidak ada hutang
diantara kita, sirihnya dimakan air
kesatnya jangan dibuang, kadang
jadi penawar buat anda.
Syair 4 : Tabeu ngon masen Hambar dan asin anda
162
Hasil wawancara penenliti dengan Bapak. Abu Bakar AR (Aneuk Syahi /
ketua MAA) , pada tanggal 30 Desember 2018.
103
neurasa keudroe, bak urueng
nangroe bek neucerita, bek
neucerita bak ureung nang
roe malee that kamoe dikeu
Rakyat baa.
rasakan sendiri, jangan ceritakan
ke seluruh orang. Jangan ceritakan
keseluruh orang ini kami sangat
malu di depan masyarakat.
Dari teks Syair diatas mengandung nilai Dakwah “Saleum”
merupakan sebuah lagu yang menceritakan tentang budaya masyarakat
Aceh dalam memuliakan tamu(mulia jamee). Memuliakan tamu bagi
masyarakat Aceh sudah menjadi tradisi yang mendarah daging. Tamu
disambut dan dilayani dengan baik guna membina dan memperkokoh
ukhwah antar sesama. Dakwah Hal ini merupakan pengamalan dari
perintah Allah di dalam firman-nya
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu
memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik
bagimu agar kamu selalu ingat. 163
Di dalam ayat tersebut, Allah memberikan bimbingan kepada
kaum mukminin untuk tidak memasuki rumah orang lain tanpa seizin
penghuninya Jika seorang tamu meminta izin kepada penghuni rumah
terlebih dahulu, maka ada kesempatan bagi penghuni rumah untuk
mempersiapkan kondisi di dalam rumahnya tersebut.
163 Departemen Agama RI, Alquran., QS. An Nur: 27
104
b. Teks Syair Seudati “Syair Kisah”
Tabel : 2
Objek Penelitian Denotasi
Ayah dengon bunda keulhee ngon
guree, Ureung nyan ban lhee
tapeumulia, Pat-pat na salah
meu‟ah talake, akhirat teuntee han
keunong bala.
Watee geutanyoe masa lam
kandong
Poma nyang tanggong mandum
derita
Saket lam tuboh sampoe lam
tuleung
Oh kaseb buleun meutarong nyawa
Bak saboh jamok poma meulet-let
Bak saboh pijet poma meujaga
Dua thon punoh ASI katajeub
Tan pre meu siblet geulake doa
Guna diayah ingat rakan lon
Gop yan yang tanggong lam rumoh
tangga
Geujak hareukat di rumoh geu
troen
Abeh sagoe dum geujak useuha
Ujeun ngon badee lam uro tutong
Ladom meutarong ngon bakat raya
Ayah dan bunda beserta
guru. Mereka bertiga harus
dimuliakan. Apabila berbuat
salah segera minta maaf.
Akhirat kelak tentu tidak
mendapat bahaya.
Ketika masih dalam
kandungan bunda yang
menanggung semua derita,
sakit didalam tubuhnya
sampai ketulang hingga
mempertaruhkan nyawanya.
Karena nyamuk bunda
kejar-kejaran, karena
tungau bunda bergadang,
dua tahun penuh ASI
diberikan dan tanpa pernah
berhenti bunda berdoa.
Fungsi ayah harus diingat
beliau yang menanggung
beban rumah tangga.
Mencari nafkah
meninggalkan rumah,
semua tempat beliau
berusaha.
Hujan dan badai dan
teriknya matahari kadang
105
Demi beu eek na keu breuh siaree
Bah tuboh lapee hana geukira
Ureung peuturi tanyo Alih Baa
Ureung peuraba haleu ngon
hareum
Ureung peu ija tanyo meubaca
Nyang peu blet mata cara
meuhitong
Guna diguree han eek takira
Ayah ngon poma han eek tabileung
Ingat hai aneuk bek roh durhaka
Beuget tajaga sopan ngon santon
bertarung dengan ombak
yang besar, demi mencari
beras se bamboo walaupun
badan lumpuh tidak
menyerah.
Orang yang
memperkenalkan Alif, Ba,
orang memberi tahu halal
dan haram, orang yang
mengeja kita membaca,
yang membuka mata kita
untuk pandai menghitung.
Fungsi guru tidak bisa
diukur, fungsi ayah dan
bunda tidak bisa dihitung,
ingat hai anak jangan
sampai kamu durhaka, harus
dijaga sopan dan santun.
Nilai Dakwah yang terkandung dalam syair Kisah adalah
berbakti kepada kedua orang tua, yaitu menyampaikan setiap kebaikan
kepada keduanya semampu kita dan bila memungkinkan mencegah
gangguan kepada keduanya. Menurut Ibnu „Athiyah, kita juga wajib
mentaati keduanya dalam hal-hal yang mubah (yang diperbolehkan
syari‟at), dan harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya
dan menjauhi apa-apa yang dilarang (selama tidak melanggar batasan-
batasan Allah „Azza wa Jalla). Sebagaimana firman Allah dalam
Alqur‟an.
106
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya
dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.164
c. Teks Syair Seudati “Syair Hikayat/ Sya’I panyang
Table :3 syair teks Hikayat/ Sya‟I panyang
Objek Penelitian Makna Denotasi
Kru seumangat po bungong
panjou, Umu nanggroe sang
hana trep le, Janji Tuhan
masa saboh rou, Ji nou ka
sampou teungku boh hate
Selamat datang pemilik bunga kapas.
Umur negeri sudah tidak lama lagi.
Janji Tuhan pada satu hari, sekarang
sudah sampai wahai tengku
Yoh manteng teu hah ka pinto
taubat, Adak ta karat hana
guna lhee, Uroe jemu‟at jak u
mueseujid, Ka meunan taniet
di dalam hatee.
Selagi masih terbuka pintu taubat.
Walaupun tergesa-gesa tidak ada guna
lagi. Hari jum‟at pergi ke mesjid. Sudah
seperti itu niat di dalam hati.
Eya Tuhan ku beu
neupeuampon, Ka dousa ulon
oh urou page, Beu neuampon
ka dousa nang mbah, Lake bak
Allah beukhusyuk hatee.
Ya Tuhan ku ampunilah, dosa-dosa ku
ini. Juga ampunilah dosa-dosa kedua
orang tua dan orang-orang Islam
sekalian. Mintalah kepada Allah dengan
hati yang khusyuk.
Beu neu ampon ka dousa Ya Tuhan ampunilah dosa guru-guru
164
Departemen Agama RI, Alquran., QS. Luqman: 14
107
guree, Nyang bi ileume keu
ulon sabee, Beu lon teumeung
lom batee aswat, Meutamah
rahmat Tuhan ku neubi.
ku, yang memberi ilmu kepada ku selalu.
Semoga saya dapat memegang batu
aswat, serta ditambah rahmat Tuhan ku
beri.
Beu lon teumeung jep ka ie
mon zam zam, Hate di dalam
pengeuh ban kande, Zakeut
beutaboh pitrah beu tabi, Ta
jak ek haji teungku boh hate.
Semoga saya dapat meminum air
sumur zam-zam. Hati di dalam bersih
seperti saya memberi Zakat fitrah.
Naiklah haji wahai tengku.
Seubab dousa geu tanyou lege
ei laot, Nyoh goh lom surot
laen ka hile, Dousa geutanyo
lage on kaye, Nyoh goh lom
laye laen kah lahe.
Karena dosa kita seperti air laut. Yang
lain belum surut, sudah ada lagi. Dosa
kita seperti dedaunan di pohon. Kalau
belum layu, sudah ada lagi yang lain.
Nilai dakwah yang terkandung pada Syair tersebut adalah
ibadah kepada Allah dengan menjalankan Ibadah haji sebagaimana
yang kita ketahui ibadah haji merupakan rukun Islam yang ke Lima.
Haji adalah peristiwa agama, memiliki keterkaitan yang erat
dansaling berpengaruh dengan peristiwa-peristiwa budaya,
ekonomi, dan politik suatu masyarakat. 165 Haji yang memerankan
penyebaran gerakan persaudaraan Islam tersebut, karena ketika haji,
seluruh umat Islam bisa bertemu dan bertukar fikiran mengenai
keadaan tanah airnya. Aasebagai mana firman Allah dalam Alqur‟an
165
Putuhena, M. Shaleh, Historiografi Haji Indonesia (Yogyakarta: LkiS,
2007) 4.
108
Artinya : Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan
haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan
mengendarai unta yang kurus166
, yang datang dari segenap penjuru
yang jauh.167
d. Syair Lanie (Penutup)168
Aneuk
Syahie :
Syair Lanie Makna Denotasi
Nangroe Aceh tanoh lon
sayang…..
Tanoeh peunulang…..
Raja di raja…….
Tanoeh Aceh………………
beutapetimang mangat
dipandang le bangsa lua
Negeri Aceh tanah ku
sayang..
Tanah pusaka..
Raja raja..
Tanah Aceh…
Harus dipertimbangkan biar
dipandang oleh Bangsa luar
Penari
Seudati
Aceh tanoh Lon
sayang… peunulang raja
diraja…
Aceh beutapeutimang…
dipandang le mata donya..
(Allah..Allah..)
Bek lee karuu tam tum sue
beude, bek le meupake
sabee syaidara…
Lakee bak poe beumurah
Aceh tanah ku sayang..
Pusaka raja raja.. Tanah
Aceh…
Harus dipertimbangkan biar
dipandang oleh mata dunia
(Allah Allah)
Jangan lagi bermusuhan
Tam..Tum suara senjata,
jangan lagi bertengkar
sesama saudara..
166 Unta yang kurus menggambarkan jauh dan sukarnya yang ditempuh oleh
jemaah haji. 167
Departemen Agama RI, Alquran., QS.Al Hajj: 72 168
Hasil wawancara peneliti dengan Bapak. Abu Bakar AR (Aneuk Syahi /
ketua MAA Kabupaten Aceh Timur) , pada tanggal 30 Desember 2018.
109
hate, kota deungon Glee
beumeubahgia….
Minta sama tuhan murah
hati, kota dan desa
berbahagia
Aneuk
Syahie
Bendera Aceh bintang
Peudeng meucap sikeureng
lam jaroe raja..
Bendera Aceh bintang
pedang cap Sembilan di
tangan raja…
Penari Bendera Aceh Bendera
Aceh bintang Peudeng
meucap sikeureng lam jaroe
raja..
Bendera Aceh bintang
pedang cap Sembilan di
tangan raja…
Aneuk
Syahie
Geutanyo Aceh beusahoe
mandum..beusapeu kheun
tuha muda…
Kita orang Aceh harus
bersatu, satu ucap tua dan
muda
Penari Aceh tanoh Lon sayang…
peunulang raja diraja…
Aceh beutapeutimang…
dipandang le mata donya..
(Allah..Allah..)
Bek lee karuu tam tum sue
beude, bek le meupake
sabee syaidara…
Lakee bak poe beumurah
hate, kota deungon Glee
beusabe jaya..
Negeri Aceh tanah ku
sayang..
Tanah pusaka..
Raja raja..
Tanah Aceh…
Harus dipertimbangkan biar
dipandang di mata dunia
( Allah Allah) Jangan lagi
bermusuhan Tam..Tum
suara senjata, jangan lagi
bertengkar sesama saudara..
Minta sama tuhan murah
hati, kota dan desa selalu
jaya..
Aneuk
Syahie
Geutanyo Aceh peujeut
meuno, bak peubrok droe
carong kon lee (2X)
Teungoh-teungoh aman
nangroe, Aduen adoe
geumeupake (2x)
Yah…………..
Kondisi aceh kenapa begini,
pintar memperburuk diri
sendiri (2x), ditengah-
tengah aman negeri, kakak
beradik bertengkar (2x)
110
Penari Hudep dalam donya nyoe
syaitan dum di daya.. (2X)
Di daya… didaya…..ban
mandum di daya…
Lala..lalala…lala….(2 X)
Hidup didunia ini Syaitan
memperdaya..
di daya..didaya.. semua
didayaa…
Aneuk
Syahie
Subhanallah
walhamdulillah meuso ek
balah ek balah guna di
poma..
Guna di poma han so eek
balah, melaenkan Allah ya
Allah balah guna maa..
Subhanallah walhamdulillah
siapa yang sanggup
membalas jasa bunda…
Jasa bunda tidak ada yang
sanggup membalas kecuali
Allah yang membalas jasa
bunda..
Penari Hudep dalam donya nyoe
syaitan dum di daya.. (2X)
Di daya… didaya…..ban
mandum di daya…
Lala..lalala…lala….(2 X)
Hidup didunia ini Syaitan
memperdaya..
di daya..didaya.. semua di
dayaa…
Aneuk
Syahie
Setia bak poma
meungandong dari beuleun
phon hingga keudua, bak
buleun dua hai dua galom
meuteuntee, nibak buleun
lhee peutentee nyan baro na
setia kepada bunda yang
mengandung dari bulan
pertama hingga kedua,
bulan kedua belum
menentu, bulanke tiga
memastikan bahwa ada
Penari Hudep dalam donya nyoe
syaitan dum di daya.. (2X)
Di daya… didaya…..ban
mandum di daya…
Lala..lalala…lala….(2 X)
Hidup didunia ini Syaitan
memperdaya..
di daya..didaya.. semua
didayaa…
Aneuk
Syahie
Bak beuleun kepeut rame
yang tanyong, buleun ke
limong baro deuh tanda,
buleun ke enam saket lam
tuboh, buleun ke tujoh
rakan bu gob ba
di bulan keempat ramai
yang menanyakan, bulan ke
lima baru kelihatan
tandanya, bulan keenam
111
sakit dalam badan, bulan ke
tujuh di bawakan nasi oleh
saudara
Penari Hudep dalam donya nyoe
syaitan dum di daya.. (2X)
Di daya… didaya…..ban
mandum di daya…
Lala..lalala…lala….(2 X)
Hidup didunia ini Syaitan
memperdaya..
di daya..didaya.. semua
didayaa…
Aneuk
Syahie
Buleun ke lapan saket lam
tuleung, bulen sikeureung
budak kelua, ba lahee budak
keuno u nangroe peut ploh
peut huroe poma meujaga
Bulan kedelapan sakit
dalam tulang, bulan
Sembilan anak keluar, anak
keluar ke dunia ini, empat
puluh empat hari bunda
begadang
Penari Hudep dalam donya nyoe
syaitan dum di daya.. (2X)
Di daya… didaya…..ban
mandum di daya…
Lala..lalala…lala….(2 X)
Hidup didunia ini Syaitan
memperdaya..
di daya..didaya.. semua
didayaa…
Syair Lanie sebagai media dakwah sanggup membangkitkan
semangat para penari, Syair Lanie membangkit semangat pejuang
untuk mencintai Negeri Aceh dan menjaganya. Syair Lanie sanggup
membangkitkan keberanian luar biasa dalam hati Rakyat Aceh, Aceh
adalah provinsi yang paling bersejarah dalam mensyiar kan agama
Islam, Negeri Aceh ini adalah Negeri pusaka. Makanya syair Lanie
mengajak pemuda Aceh untuk mencitai negerinya atau disebut dengan
Hubbul Wathon, Hubbul wathon adalah menjadi bagian dari sikap
seseorang yang menunjukkan kecintaan. Kecintaan yang dimaksud
disini adalah kecintaan warganegara terhadap Negaranya. Bahwa setiap
112
warganegara harus memiliki rasa kecintaan terhadap Negaranya. Hal
ini karena kecintaan terhadap Negaranya adalah bagian dari iman. Itu
artinya, kecintaan terhadap Negara adalah sesuatu yang sangat urgent
dan memang seharusnya dimiliki oleh setiap warganegara. Dalam
bahasa Indonesia, hubbul wathon sering kali diistilahkan dengan
ungkapan nasionalisme.169
C. Penciptaan Teks Syair Seudati Aceh Menurut Perspektif
Hermeneutika
Adapun bagian-bagian utama dan pokok dari Seudati ialah
sebagai berikut:
1. Bentuk tarian, dalam bahasa Aceh disebut likok.
2. Melodi, dalam bahasa Aceh di sebut saman.
3. Nyanyian, dimana berbagai berbagai kisah/hikayat, baik kisah
sejarah, roman, agaman, kepahlawanan diucapkan dalam bahasa
Aceh.
4. Irama kelincahan, yakni berlenggak-lenggok, meloncat Indah
dan sebagainya.170
Masing-masing memiliki tema syair, irama, dan cerita yang
berbeda dan dapat dipastikan dalam setiap sampiran syair mengandung
kiasan yang diambil dari keadaan alam, kebiasaan dan adat masyarakat
Aceh dan dibalik itu mengandung makna yang dapat dipahami dengan
mudah. Makna syair tari seudati menurut Syeh Fajrudin telah
169
Rochanah, Menumbuhkan Sikap Hubbul Wathon Mahasiswa Stain Kudus
Melalui Pelatihan Belanegara.( Jurnal Arabia, Vol 9 No.2. 2017). 89 170
Suhelmi et.al, Apresiasi Seni Budaya Aceh, (Banda Aceh: Ar-Raniry
Press, 2004), 37.
113
dirangkum dalam lima makna diantaranya bermakna ketuhanan,
kemasyarakatan, persaudaraan, penghormatan dan pendidikan.
Tari Seudati sendiri hanya diiringi dengan nyanyi/vokal oleh
penyanyi khususnya (aneuk syahi) tanpa instrumen lainnya. Nyanyian
dengan lagu dan irama tertentu dinyanyikan Aneuk syahie yang disahuti
dengan penari, lalu disahuti atau diulangi lagi oleh aneuk syahie. Pada
masing-masing babak, mulai dari saleum, sampai babak terakhir,
diiringi nyanyian dengan irama lagu tertentu, yang sesuai dengan babak
tari yang sedang ditarikan. Syair yang di lantunkan bisa berubah
tergantung apa yang di inginkan dan apa saja temanya. Selain unsur
vokal sebagai iringan, unsur musik lainnya yang berperan dimunculkan
dengan tepukkan di bawah dada, petik jari secara serentak dan
hentakkan kaki ke lantai yang dapat menghasilkan bunyi yang serentak
dan kuat. Semua gerakkan dan kegiatan yang dilakukan dalam tari
Seudati sekaligus berfungsi sebagai instrumen tari tersebut. dengan
demikian, tari Seudati mempunyai instrumen yang alami. Instrumen
yang alami inilah yang membuat tari Seudati sangat kental dengan
nilai-nilai tradisionalnya dan kebudayaannya
Sesi-sesi dalam pertunjukan seudati terdiri dari Saleum Aneuk
Syahie, sesi ini Aneuk Syahie mengawali dengan salam serta
penghormatan kepada pembesar-pembesar, panitia dan Syeih dari pihak
lawan. Dalam sesi Saleum Syeih biasanya hanya penghormatan singkat
serta pengenalan diri dan kelompok, darimana berasal dan lain-lain.
Sesi selanjutnya adalah likok (gaya; tarian), sesi ini tanpa suara vokal,
114
hanya terdengar Keutip Jaroe, tepukan dada dan tepukan tangan sesi
ini juga bagian dari improve atau singkup untuk memasuki sesi saman,
biasanya dalam saman dibawakan lagu Sillahi lahe Selain
mempersembahkan tarian atau likok dalam permainan seudati juga ada
bagian Kisah (Story) Pansi, lanie dan gambus sebagi penutup. Setelah
sesi salam dan sapa selesai kelompok pertama akan turun dari pentas.
Babak kedua, dimulai dengan bak saman, seluruh penari utama berdiri
dengan membuat gloung (lingkaran di tengah-tengah pentas) guna
mencocokkan suara dan menentukan likok apa saja yang akan
dimainkan. Syeikh berada di tengah-tengah lingkaran tersebut. Bentuk
lingkaran ini menyimbolkan bahwa masyarakat Aceh selalu mupakat
(bermusyawarah) dalam mengambil segala keputusan. Mupakat itu,
jika dikaitkan dengan konteks tarian ini, adalah bermusyawarah untuk
menen tukan saman atau likok yang akan dimainkan. 171
Di luar formasi tarian, ada 2 orang Aneuk Syahi (anak
penggiring) /aneuk (anak) Seudati/vokal yang umumnya berdiri di luar
barisa n penari di sebelah kanan syekh. Aneuk syahi (anak pimpinan)
memiliki peran paling mencolok pada babakan Saleum Aneuk (salam
anak) dan Syahi Panyang (penggiring panjang). Peran yang tidak kalah
penting dari Aneuk Syahi (anak penggiring) adalah kemampuan untuk
mengikuti kecepatan tarian dengan irama yang tepat. Jika Aneuk Syahi
(anak penggiring) tidak mampu mengikuti, penari yang sudah ada
dalam fase tempo cepat akan kembali melambat dan ketukan kaki
171
Wawancara peneliti dengan syekh Fajruddin “ Syekh Seudati Aceh
Perkasa” pada tanggal 29 Desember 2018
115
menjadi berantakan. Dengan demikian, Aneuk Syahi (anak penggiring)
juga memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga ritme
permainan diantaranya sebagai berikut:
1. Memiliki suara yang jelas, mengingat syair berisi pesan atau
informasi yang harus diketahui oleh pendengar maka aneuk
syahi harusnya mampu melafalkan kata secara tepat dan jelas.
2. Memiliki suara yang tinggi dan merdu, menjadi nilai tambah
bila nafasnya juga panjang mengingat pada momen tertentu
irama dan tempo menjadi semakin cepat dan semakin cepat.
3. Berwawasan luas, karena seorang syahi dituntut dapat
mengarang syairnya sendiri seusuai keadaan dan kebutuhan saat
Seudati itu tampil di hadapan public.
4. Memahami ketukan dalam gerak Seudati, agar kesesuaian
gerak dan syair senantiasa seirama.
5. Mampu beradaptasi dengan cepat, dengan lingkungan dan
keadaan sekitar ketika Seudati tampil.
6. Spontanitas baik juga merupakan kriteria yang penting karena
hal-hal yang tidak terduga dapat terjadi di sepanjang
pertunjukkan Seudati.172
Kriteria di atas memang tidak menjadi syarat mutlak yang
tertulis, namun secara alami seorang Aneuk Syahi (anak penggiring)
dengan sendirinya dituntut untuk memiliki kemampuan lebih agar
dapat mengimbangi kemampuan seorang Syekh Dan Apeet (wakil)
172
Khairil Faza, Tradisi Tari Seudati,. 65.
116
yang memimpin tim Seudatinya. Kemampuan mereka teruji ketika
mereka tampil dalam Seudati Tunang dan Seudati semalam suntuk.
Wawasan dan spontanitas mutlak diperlukan agar syahi tidak kehabisan
ide dan kisah dalam mengiringi gerak seperti halnya spontanitas Syekh
memunculkan ragam gerak baru sejauh nada dan ketukan dapat
disesuaikan.173
Essi Hermaliza dalam bukunya Seudati Aceh, Menurut T.
Alamsyah yang sudah menjadi aneuk syahi sejak tahun 1957, ada
beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang aneuk syahi, di
antaranya memiliki kualitas suara, syair, nafas dan alunan suara yang
baik. Alunan suara seorang aneuk syahi akan berbeda dengan seorang
syekh dan kualitas nafas seorang aneuk syahi akan menentukan
kecepatan tim tari dalam bermain. Semakin cepat tim dapat bermain,
peniilaian pun akan semakin tinggi jika dalam kecepatan penuh tim
mampu bermain rapi dan kompak. Kemampuan syair, dalam hal ini
menciptakan syair secara spontan juga sangat dibutuhkan. Dalam
Seudati Tunang, aneuk syahi harus mampu mengikuti syair yang telah
dibawakan syekh pada babakan saman dan kisah.174
Adapun posisi dalam Aneuk Syahi dalam tarian Seudati sebagai
berikut :
173
Khairil Faza, Tradisi Tari Seudati,. 66. 174
Essi Hermaliza, 2014. “Seudati Aceh., 44.
117
Gambar : gambar posisi berdiri para pemain Seudati.
Dalam sesi likok dipertunjukkan keseragaman gerak, kelincahan
bermain dan ketangkasan yang sesuai dengan lantunan lagu yang
dinyanyikan aneuk syahi . Lantunan likok tersebut diawali dengan:
Iiiiii lallah allah ya ilallah…. (dengan beat lambat dan cepat)
Seluruh penari utama akan mengikuti irama lagu yang
dinyanyikan dengan beat cepat atau lambat tergantung dari tempo
lantunan yang dibawakan oleh aneuk syahi. Sasi selanjutanya
adalah saman . Dalam sesi ini beragam syair dan pantun saling
disampaikan dan terdengar bersahutan antara aneuk
syahi dan syeikh yang diikuti oleh semua penari. Jika syeikh
mengucapkan: walahuet ka sineut apet ee kataheeee….hai syam.Anek
Syahi akan menjawab: lom kameuhijoe-hijoe naleung samboe leubehh
lom hijo naleung beulanda.
Dalam seudati juga ada unsur humor atau lawak. Muatan
syair dalam tari seudati mampu membangkitkan semangat. Oleh
karenanya seudati sempat mendapat perhatian khusus pada
masa Pemerintahan kolonial Belanda, karena dianggap dapat
„memprovokasi‟ untuk memberontak.Busana yang digunakan dalam
118
tari seudati terdiri dari celana panjang dan baju lengan panjang.
biasanya pakaian yang dikenakan berwarna hitam dan atau putih.
Mereka juga mengenakan kain (sarung) yang dililitkan di pinggang
sebatas paha, memakai ikat kepala, dan biasanya membawa rencong
serta sapu tangan. 175
Serambi mekah julukan untuk provinsi aceh tak datang begitu
saja, sejak tahun 800 M Aceh lah yang menjadi pintu masuk
penyebaran Islam pertama tepatnya di kawasan Peurelak. Dari aceh
pula Islam sangat cepat menyebar kepenjuru negeri Muballigh Aceh
menyebarkan Islam sampai ke tanah Jawa diantaranya adalah Maulana
Malik Ibrahim satu dari sunan bergelar Wali Songo. Ulama pertama
yang datang ke Aceh adalah Syeich Addiba‟I Bin Jakfar Assadiq abad
ke dua Hijriah, anak dari Imam Jakfar Imam Syi‟ah yang ke VI. Awal
aliran datang ke Aceh adalah aliran Syi‟ah, kemudian Syi‟ah di Aceh
tidak berkembang sebagai ajaran dengan menguatnya Sunni di Aceh
aliran Syi‟ah telah sirna, akan tetapi budayanya yang masih di
praktekkan seperti : Kenduri Sepuluh Muharram, Bulan Hasan
Husen.176
Menurut Syieh Dhan Jeumpa “Pada dasarnya Seudati berasal
dari ulama sufi, sebelum berkembang Islam di Aceh para Ulama Sufi
merangkul pemuda-pemuda Aceh untuk membuat suatu tarian, yang
pertama Seudati duduk Melingkar kemudian menyebarnya Islam di
bumi Aceh baru Seudati ditampilkan berdiri”.
175
Zaharah, Skripsi :Fungsi dan makna Syair Tari Seudati pada Masyarakat
Aceh Tamieng, 34. 176
CNN Indonesia, “Sepanggal kisah tari Seudati-Inside Indonesia” ( Video
Youtube di publish Tanggal 9 Agustus 2017)
119
Pada prosesnya penyebaran agama Islam di Aceh juga
menggunakan Seudati, inilah tarian pembakar Semangat ketika Belanda
bercokol di Aceh, tarian ini dilarang karena bisa memicu gairah untuk
melawan pasukan Kolonial. Berasal dari bahasa Arab Syahadatain
yang berarti pengakuan Seudati adalah media untuk penyampaian
pesan.
Menurut Adli Abdullah “Seudati adalah media Dakwah
kemudian perang Aceh tahun 1873, syair Seudati dimanfaatkan sebagai
syair Prang Sabi untuk membangkit semangat rakyat melawan
Belanda, tahun 1901 belanda menguasai Aceh, tarian Seudati dipakai
untuk Menyampaikan pesan-pesan Belanda.”177
Para penari Seudati tidak hanya menciptakan Instrumen
pengiring mereka menciptakan music lewat ketipan jari, hentakan kaki
dan tepukan perut satu orang yang disebut Syeih menjadi pemimpin
ditengah tujuh penari. Syair syair Seudati atau dikenal Aneuk Syahi
menjadi satu satunya nada yang bisa dinikmati sebagaimana yang di
ungkapkan oleh Abu Bakar Ar sebagai (Aneuk Syahie) “ peran Aneuk
Syahie sangat penting dalam tarian Seudati, kalau Aneuk Syahie ini
tidak kreatif dan tidak bisa melantunkan syair dengan benar maka
Seudati ini tidak hidup Karena kunci Seudati ada di Aneuk Syahie, dan
Aneuk Syahie harus bisa menciptkan Syair Syair Hikayat Aceh dan
melantunkan kisah secara spontan sesuai dengan kondisi Seudati yang
mau ditampilkan ”.178
177
Wawancara dengan Sejarawan asal Bireun dalam Video Youtube channel
CNN Indonesia Y di publish Tanggal 9 Agustus 2017 178
CNN Indonesia, “Sepanggal kisah tari Seudati-Inside Indonesia”
120
Bagian penting dari seudati adalah syair, konon syair inilah
yang menjadi andalan ulama terdahulu untuk menyebarkan akidah
Islam. Butuh kejelian dan kreatifitas penyanyi untuk menyuguhkan
kejenakaan yang berisi sindiran. Bagi mereka para penari seudati tidak
ada satu ketipan jari pun tidak bertenaga, tidak ada satu syairpun yang
tidak berwarna.
Tarian seudati dibagi kedalam empat jenis yaitu :
1. Seudati Tunang
Seudati Tunang adalah seudati yang diperlombakan, biasanya
seudati tunang tampil beberapa grup seudati dalam satu pentas.
Antusias masyarakat pada pertunjukan Seudati adalah ketika satu grup
Seudati saling melemparkan sindiran-sindiran yang berbaur humor
terhadap grup yang lainnya. Keadaan ini biasanya hanya ditemukan
pada pertunjukkan Seudati tunang. Seudati tunang sejatinya adalah
sebenar-benarnya pertunjukkan Seudati karena durasi penampilan jauh
lebih panjang ketimbang Seudati festival sehingga penari bebas
mengekpresikan kemampuan seninya. Memberi salam dan menjawab
salam juga hanya ada di Seudati tunang sedangkan pada Seudati
festival hanya salam saja. Keadaan saling memberi dan menerima ini
merupakan hal yang menarik pada sebuah pertunjukkan Seudati.
Bila pementasan bersifat pertandingan, maka setelah kelompok
pertama ini menyelesaikan babak pertama, akan dilanjutkan oleh
kelompok kedua dengan teknik yang berbeda. Syairnya yang dibacakan
dalam tarian Seudati juga berbeda, dalam penyampaian syair kisah
121
biasanya seudati tunang lebih menceritakan tentang keunggulan yang
ada pada daerahnya masing masing dan menceritakan kelebihan -
kelebihan dari grup seudatinya masing- masing. Sering kali Seudati
dipertandingkan antara dua rombongan, untuk pada akhirnya oleh para
juri memberi penilaian mana yang dianggap sebagai pemenang. Setelah
di tinjau darisegi keindahan, kelincahan serta keahlian rombongan
masing-masing, baik mengenai bentuk tarian (likok), melodi (saman),
kisah (nyanyi), irama tari (lenggak-lenggok), lompatan indah, gerakan
lincah) dan lain sebagainya.
Sebuah pertunjukkan Seudati tunang biasanya diadakan selama
3 malam berturut-turut dan mempertemukan tiga grup Seudati dengan
sistem saling jumpa dan masyarakat senantiasa menunggu laga ketiga
tim meskipun pelaksanaannya bisa berlangsung selama tigamalam.
Keberadaan pertunjukkan Seudati tunang berlangsung antara tahun
1967-1972, kemudian hilang secara perlahan. Abu Bakar mengatakan
bahwa meredupnya Seudati tunang disebabkan adanya pembatasan
waktu pertunjukan tari Seudati tersebut. Bila dulu sebuah pertunjukan
menghabiskan waktu selama tiga malam, kini hanya tersedia waktu
satu malam saja sehingga pertunjukan terkesan dipotong-potong dan ini
membuat kurangnya antusias penonton.179
Alasan lain yang menjadi kenapa Seudati kurang peminat
adalah sempat dilarangnya penyelenggaraan tarian Seudati pada malam
hari. “Pertunjukan Seudati pada malam hari dianggap bertentangan
179
Hasil wawancara penenliti dengan Bapak. Abu Bakar AR (Aneuk Syahi /
ketua MAA) , pada tanggal 30 Desember 2018
122
dengan hukum syariat yang berlaku di Aceh. Karena di Aceh waktu
malam bukan untuk menonton pentas kesenian melainkan waktu untuk
belajar ilmu agama Islam” Hal ini seperti yang disampaikan Tgk.
Zulkifli Daiyan
“Akan tetapi kemudian oleh karena kesenian tersebut sangat
digemari oleh rakyat, maka diadakan juga pada waktu-waktu yang lain,
bahkan dikampung-kampung. Akhirnya fungsi berubah menjadi
hiburan rakyat dan dipertandingkan dengan pemungutan bayaran.
Mula-mula tidak semalam suntuk, akan tetapi waktu pertandingan
terjadi berbalas kisah, karena masing-masing tidak mau kalah, maka
akhirnya sampai pagi hari, mataharilah yang memisahkan kedua belah
pihak, akibatnya semua orang yang menikmati hiburan tersebut
terpaksa tidak tidur semalam suntuk dan tidak sempat mencari rizki
untuk belanja rumah tangga. Di samping itu juga, lama-kelamaan
timbul efek samping lainnya, yaitu terjadi perzinaan dan pencurian
dikampung-kampung yang bersangkutan dan yang berdekatan, oleh
karena itulah ulama Aceh membencinya, malah ada sebagian
mengharamkannya, namun haramnya itu bukan haram zaty, artinya
bukan haram seudati atau keseniannya, melainkan haram karena akibat
sampingan yang merusak masyarakat, kalau hal ini dapat dihindarkan
tidak masalah.”180
180
Wawancara peneliti dengan tokoh Agama Tgk Zulkifli Daiyan pada
tanggal 03 Januari 2019.
123
2. Seudati Dakwah
Seudati dakwah adalah syair dan gerakan tari seudati disisipkan
ajaran agama Islam. Maka dari itu, Tari Seudati juga dimanfaatkan
sebagai sarana penyebaran dan pendidikan agama Islam. Selain
masyarakat merasa terhibur dengan tarian ini, mereka juga
mendapatkan ajaran agama. seudati juga berfungsi sebagai media
dakwah, karena dalam kisah yang diucapkan bersajak itu dapat
diselipkan berbagai ajaran yang perlu didakwahkan.
3. Seudati Festival
Seudati festival adalah seudati yang tampil pada acara- acara
festival seperti acara hari AKSARA, PKA dll. Biasanya ketika tampil
diacara tersebut seudati dalam syairnya sedikit menceritakan tentang
sejarah berdirinya hari tersebut. Perubahan syair seudati itu sudah
masuk dalam bait kisah, bait kisah ini akan berubah- rubah tergantung
momen apa yang ditampilkan.
4. Seudati Biasa ( yang ditampilkan diacara- acara pesta)
Seudati ini biasanya tampil di setiap acara- acara pesta, dan hajatan
syair seudati disini lebih banyak menceritakan tentang kebiasaan
masyarakat dalam merayakan pesta, menyampaikan nasehat-nasehat
untuk tuan rumah Aceh.181
181
Wawancara peneliti dengan “Syeikh Faj” pada tanggal 29 Desember
2018
124
5. Gerakan Tari khas Seudati
Gerakan Seudati ialah gerakan perubahan posisi atau sikap
seseorang penari yang di susun menjadi rangkaian gerakan.182
Gerakan
Seudati diambil dari gerakan para pejuang yang bersemangat dalam
berperang dengan gagah berani dan percaya diri dalam memasuki
medan jihad. Suatu gerak yang tumbuh dan berkembang secara evolusi,
karena menggambarkan peristiwa sejarah masa lampau secara
kronologi. Didalam gerak terdapat suatu kesadaran untuk melakukan
perubahan-perubahan besar dan ini dituangkan dalam berbagai macam
gerakan yang di mainkan.
Adapun gerakan Seudati dalam analisis Hermeneutika diantaranya
sebagai berikut:
Gambar. 5.1 Video penampilan grup Seudati Peurelak salam Pembuka
Sumber : Video rekaman Langsung saat Pementasan Penari seudati asal
peurelak pada acara DEKRANASDA Aceh di kabupaten Aceh timur
Idie pada tanggal 15 November 2018
Pada gambar pertama semua penari Seudati menyusun barisan
untuk memulai tarian dengan mengangkat tangan ke atas untuk
memberi salam tandanya dimulai acara. Adapun syair yang dibaca
182 Qommarudin Awwam, Air Mata Syahadat (Tanggerang: Cakrawala
Nusantara Group,2014), 10
125
dalam memberi penghormatan atau salam yaitu Assalamualaikum lon
tamong lam seung, lon jak bri saleum ke bang Syekh teuka
(Assalamulaikum saya masuk dalam acara, saya memberi salam kepada
abang Syekh telah sampai). Pada gambar diatas juga memberi tanda
bahwa sudah menjadi tradisi di seluruh suku bangsa yang ada di dunia
ini bahwa ketika bertemu antara satu orang dengan orang yang lainnya
akan memberikan kode isyarat komunikasi sebagai bentuk ungkapan
penghormatan dan kegembiraan mereka karena bisa berjumpa atau
berhadapan. Kode isyarat itu sendiri bisa berupa ucapan, gerak tubuh
(gestur) atau kombinasi dari keduanya. Dapat terlihat seperti pada
gambar tersebut para penari membungkukkan. Durasi penampilan
Seudati tersebut lebih kurang 27 Menit sesuai yang tertera pada Video
tersebut.
Gambar. 5.2 Gerakan Tentang Musyawarah
Sumber : Video rekaman Langsung saat Pementasan Penari seudati asal
peurelak pada acara DEKRANASDA Aceh di kabupaten Aceh timur
Idie pada tanggal 15 November 2018
Pada gambar kedua gerakan penari Seudati berkumpul memberi
tanda musyawarah bahwa Musyawarah sering juga di lakukan dalam
kehidupan sehari-hari, sebagai contoh dalam gerakan ini menandakan
pada zaman penjajahan Belanda orang Aceh untuk melakukan strategi
126
perang melawan kolonial Belanda, orang Aceh bermusyawarah untuk
melakukan strategi tidak hanya masalah perang saja, akan tetapi juga
dalam permasalahan lain yang menyangkut persoalan-persoalan agama,
sosial dan budaya yang di alami masyarakat Aceh semuanya kembali
kemusyawarah. Karena musyawarah merupakan jalan yang terbaik
dalam mengambil suatu masalah. Bermusyawarah juga Budaya perlu
dilestarikan dan dibudidayakan. Hal itu karena akan membentuk sikap
saling menghargai, toleran, dan juga perilaku demokratis. Bahkan
Alquran dan hadis sangat menganjurkan umat Islam untuk selalu
bermusyawarah saat menghadapi permasalahan bersama. Pada gerakan
ini syair belum dimulai, gerakan musyawarah ini dengan keadaan
melingkar dan mulai petikan jari dan memukul perut dan gerakan ini
berlangsung dari menit ke 01:30 – 02:05.
Gambar. 5.3 Rentangkan Tangan Menandakan Memberi Isyarat
Sumber :Video rekaman Langsung saat Pementasan Penari seudati asal
peurelak pada acara DEKRANASDA Aceh di kabupaten Aceh timur
Idie pada tanggal 15 November 2018
Pada gambar ke tiga dalam gerakan rentangkan tangan atau
kepakan tangan ini sangat berperan gerakan bahu, sambil dikepakan
127
tangan dan petik jari mengikuti irama lagu yang dinyanyikan. Pada
gerakan ini syair Seudati Saleum rakan dibacakan Gerakan penari
Seudati merentangkan tangan memberi isyarat bahwa Seudati dulu
dikenal dengan tari perang, jadi dalam gambar di atas menyerukan
memperluas wilayah dalam melakukan taktik untuk melawan penjajah
Belanda. Merentangkan tangan atau kepakan sayap merupakan
sebuah ilustrasi yang mengambarkan keindahan dalam sebuah tarian.
Pada gambar ini yang bisa ditangkap pada gerakan adalah memberi
isyarat bahwa gerakan kepakan sayap merupakan suatu gambaran
alam semesta dan makhluk yang ada di dalam dunia ini.
Gambar. 5.4 Gerakan Lari Mengejar Musuh
Sumber :Video rekaman Langsung saat Pementasan Penari seudati asal
peurelak pada acara DEKRANASDA Aceh di kabupaten Aceh timur
Idie pada tanggal 15 November 2018
Pada gambar ke empat gerakan Seudati memberi isyarat bahwa
setelah memperluas wilayah dan telah mengatur strategi untuk
melawan kolonial Belanda, maka pada gambar keempat gerakan ini
menyuruh untuk berpencar atau berperang melawan penjajah Belanda
yang ada di Aceh dan pada gambar tersebut menyuruh usir mereka
Belanda jauh-jauh dari tanah Aceh. Tidak hanya diartikan dalam
128
mengejar Belanda tetapi dalam hal-hal lain yang membuat kerusuhan
dalam wilayah Aceh. Pada gambar tersebut tidak hanya mengartikan
sebagai isyarat berlari mengejar musuh dalam berperang akan tetapi
juga dalam gerakan ini dijelaskan para penari menggerakkan seluruh
tubuhnya sambil berlari-lari kecil, bagaikan orang Sai antara bukit Safa
dan Marwah yang dilakukan oleh jama‟aah haji. Sai ialah berjalan dari
bukit Safa ke bukit Marwah dan sebaliknya, sebanyak tujuh kali yang
berakhir di bukit Marwah. Perjalanan dari bukit Safa ke bukit Marwah
dihitung satu kali dan juga dari bukit Marwah ke bukit Safa dihitung
satu kali. Gerakan tersebut juga diiringi dengan Syair Sya‟I Panyang
yang mengisahkan tentang ibadah rukun Islam yang kelima, yang
dimana seluruh ummat Islam ingin melaksanakannya.
Gambar. 5.5 Gerakan Pukul Dada
Sumber :Video rekaman Langsung saat Pementasan Penari seudati asal
peurelak pada acara DEKRANASDA Aceh di kabupaten Aceh timur
Idie pada tanggal 15 November 2018
gambar ke Lima yaitu gerakan pukul dada. Pada gerakan ini
dalam tarian Seudati terdapat pada posisi Liqo‟ Dalam gerakan ini
pukul dada ini menandakan orang Aceh identik sangat kuat dan
129
perkasa, mereka tidak takut terhadap apapun dalam situasi genting pada
masa era kolonial Belanda, mereka berani maju dalam medan perang,
mereka berani melawan orang yang melanggar syariat Islam dan
mereka berani juga dalam menuntaskan segala perkara yang ada di
Aceh. Semangat merupakan perwujudan dari sikap rela berkorban dan
pantang menyerah. Yang menandakan orang Aceh identik sangat kuat
dan perkasa, sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam
menyiarkan dan menegakkan agama Islam. Dalam gerakan pada
gambar diatas tidak hanya memberi isyarat orang Aceh kuat dan berani
akan tetapi juga menandakan gerakan itu bagian dari suara musik
Seudati yang dimainkan sebab Seudati itu sendiri tidak menggunakan
alat musik tetapi musik tubuh.
Gambar. 5. 6 Gerakan Petik Jari
Sumber :Video rekaman Langsung saat Pementasan Penari seudati asal
peurelak pada acara DEKRANASDA Aceh di kabupaten Aceh timur
Idie pada tanggal 15 November 2018
Pada gambar ini menjelaskan mengenai gerakan petik jari atau
ketik jari dimana ketik jari ini bunyi khas dalam sebuah permainan
Seudati, dikarenakan dalam Seudati ada 3 fungsi yang bisa membuat
130
Seudati berwarna tanpa ada alat musik di bandingkan dengan tarian lain
diantaranya dengan menggunakan ketik jari, dalam ketik jari antara jari
tunjuk, tengah, manis dan dipandu dengan jempol itu membunyi iraman
yang berbeda jikalau dipadukan. Kemudian tepuk dada atau pukul dada
dan hentakan kaki untuk melahirkan irama baru dalam sebuah gerakan
Seudati Aceh. Petik jari dalam tari Seudati disimbolkan sebagai untuk
memanggil dan menjinakkan ayam dan juga bermakna sebagai suatu
lambang keceriaan. Pada umumnya gerakan Seudati tidak terlepas dari
cerita tentang alam seperti gelombang laut, nyiur, gerakan burung
terbang dan kondisi sosial masyarakat. Petik jari juga melambangkan
keceriaan dan kegembiraan.
Gambar. 5.7 Gerakan Kaki Seperti Silat
Sumber :Video rekaman Langsung saat Pementasan Penari seudati asal
peurelak pada acara DEKRANASDA Aceh di kabupaten Aceh timur
Idie pada tanggal 15 November 2018
Pada gambar kedelapan ini memperlihatkan delapan penari
berjalan selang seling, yang mana badannya agak sedikit
dibungkukkan. Gerakan berjalan selang seling pada gerakan Seudati ini
131
melambangkan sikap kerja sama, tolong menolong dan untuk merajut
suatu ikatan persaudaraan. Kerjasama yang baik adalah sikap orang
beriman yang saling peduli, saling mendukung, saling melancarkan,
tidak jatuh menjatuhkan, tidak rugi merugikan dan saling memfitnah.
Pada gambar ini merupakan gerakan yang disertakan dengan
Syair Lanie yaitu syair penutup dalam tarian Seudati. Syair Lanie
menjelaskan makna dari gerakan Seudati ini menyerupai Gerakan silat.
Karena menurut bapak Abu bakar Ar Pakar Budaya Aceh Tarian adat
Aceh sarat dengan Islam, Tarian Saman, Seudati, dan Ranub Lampuan
bagian dari syiar Islam sejak zaman kerajaan dulu. Lewat seni tari itu,
orang-orang terdahulu melakukan syiar Islam untuk memperbaiki
akhlak manusia. Zaman dahulu, Seudati merupakan hiburan paling
utama bagi prajurit Aceh, terutama bila mereka sedang dipersiapkan
untuk sesuatu pertempuran. Sebelum mereka esok hari bertolak ke garis
depan peperangan, beberapa malam sebelumnya diadakanlah
pertunjukan Seudati yang menguraikan kisah-kisah kepahlawanan dan
keperwiraan. Karena dari geraknya menyerupai gerakan silat. Belum
ada sumber yang menyebutkan siapa yang pertama sekali menciptakan
Seudati ini. Konon Asal usul tari Seudati diperkirakan diciptakan oleh
para ulama disaat senggang untuk melepaskan kepenatan setelah
berperang untuk menuju perang selanjutnya. Selain itu juga sering
dimainkan saat ada acara-acara kenegaraan dan adat kerajaan Aceh. 183
Gambar. 5.8 Penutup Dari Serangkaian Seudati Aceh
183
183 Wawancara peneliti dengan syekh Fajruddin “ Syekh Seudati Aceh
Perkasa” pada tanggal 29 Desember 2018
132
Sumber :Video rekaman Langsung saat Pementasan Penari seudati asal
peurelak pada acara DEKRANASDA Aceh di kabupaten Aceh timur
Idie pada tanggal 15 November 2018
Pada gambar terakhir merupakan gerakan penutup dari tarian
Seudati. Dan para peserta menari seudati mulai meninggalkan pentas
seni.
D. Tanggapan masyarakat dan tokoh Adat Aceh mengenai
Makna Syair Tarian Seudati Aceh
Setelah penerapan syari‟at Islam di Aceh mendapat legalitas dari
pemerintah Republik Indonesia dengan dikeluarkannya payung hukum
UU No. 44 tahun 1999 dan UU 18 tahun 2001 mengenai otonomi
khusus dan penerapan Syari`at Islam di Aceh, serta didukung oleh
beberapa Qanun yang lainnya.184
selanjutnya perlu untuk
mempertanyakan tentang kesiapan strategi dan berbagai instrumen
yang mungkin akan dapat dijadikan sebagai media dakwah untuk
mendukung penguatan pelaksanaan syari‟at Islam di Aceh.
184
Ayang Utriza Naway., Adakah Penerapan Syari`at Islam di Aceh ,
(Banda Aceh: Tikar Pandan, 2009), 17.
133
Salah satu instrumen yang turut menentukan keberhasilan dalam
mensosialisasikan Syari‟at Islam adalah instrumen komunikasi yang
akan digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan Islam kepada
publik.
Di Aceh, strategi menjadikan seni tari sebagai media Dakwah
memang telah pernah menunjukkan keberhasilannya di masa lalu
dengan jangkauan penyampaian pesan yang lebih luas ke berbagai
pelosok. Tarian Seudati Aceh ini merupakan seni tradisional yang
dimainkan para lelaki Aceh dengan berbagai gerakan, yang disebut
dengan gerakan perjuangan bangsa Aceh dalam mempertahankan
kedaulatan wilayahnya. Seudati Aceh sekarang ini, tidak hanya dikenal
oleh masyarakat Aceh saja. Namun, sudah tersebar hingga
mancanegara. Seni tari ini juga sudah ditetapkan sebagai warisan
budaya oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan.
Namun, sangat disayangkan khusus masyarakat Aceh sendiri yang
memiliki Seudati Aceh tersebut sebagai kesenian khas tidak banyak
yang mengetahui makna-makna yang terkandung dalam Seudati Aceh,
mereka hanya mengetahui Seudati sebagai seni hiburan yang
ditampilkan di atas pentas.
Hal tersebut disebabkan sudah sangat sedikit sekarang ini syekh-
syekh (pelatih-pelatih) senior yang memahami tarian Seudati Aceh.
Jika ada pelatih yang memahami tentang Seudati, maka itu hanyalah
pelatih-pelatih yang mengerti seputaran gerakan dan syair saja. Tetapi
untuk makna yang mendalam tentang warisan budaya ini sangatlah
134
sedikit. Sedikitnya sekarang para syekh yang memahami tentang
Seudati karena banyak dari mereka yang sudah almarhum, serta kisah-
kisah mereka dalam memperkenalkan Seudati pun dituliskan dalam
buku-buku Seudati Aceh.
Adapun syekh-syekh Seudati Aceh yang sudah almarhum seperti
syekh Lah Bangguna, Syekh Rih Muda- Meureudu, Syeh Lah geunta,
syekh Rasyid. Merekalah para seniman Aceh yang mengerti secara
mendalam apa itu Seudati Aceh. Selain itu, mereka juga
memperkenalkan Seudati sampai ke mancanegara dengan mendapatkan
undangan khusus dari negara-negara tertentu.
Kesenian Aceh ini terdapat berbagai pesan-pesan di dalamnya
termasuk pesan kebudayaan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak
Rahmadsyah sebagai Kabid Kebudayaan Aceh Timur
“Pesan melalui tari Seudati kita lihat sudah dilakukan melalui
kisah-kisah, melalui tari-tarian, sudah dilakukan memang. Ada pesan
sosial dan pesan moral. Seni tari tradisional Aceh ini mempunyai
keindahan yang menyebabkan seseorang tidak merasa bosan untuk
mendengar atau melihatnya. Apabila kita menyaksikan tari tradisional
Seudati Aceh akan menimbulkan rasa senang, serta merasa puas, rasa
aman, nyaman dan bahagia, dan bila perasaan itu sangat kuat, kita
merasa terpaku, terharu, terpesona, serta menimbulkan keinginan untuk
135
mengalami kembali perasaan itu walaupun sudah dinikmati berkali-
kali.”185
Dari keindahan tarian tradisional Seudati Aceh ini, Rahmad Syah
juga melanjutkan perkataannya bahwa ada masyarakat/penonton yang
masih kurang mengerti terhadap pesan-pesan yang disampaikan dalam
kesenian ini, karena tidak mengerti masyarakat disebabkan masyarakat
menganggap Seudati hanyalah sebagai sebuah seni untuk sekedar
menghibur saja.
Adapun tanggapan Abu Bakar AR: selaku ketua MAA (Majelis
Adat Aceh) mengenai makna Syair tari Seudati adalah “Pesan
Kebudayaan yang disampaikan melalui tari Seudati kepada masyarakat,
khususnya kepada generasi muda. Supaya budaya Aceh yang kita kenal
sejak lama, untuk terus dikembangkan agar tidak di kotak-katik oleh
budaya luar. Dan pesan moral, yang sering kami bawakan dalam syair
tari Seudati, lebih ke syariat Islamnya. Seperti akan diingatkan agar
manusia akan menghadapi akhirat yang kekal, hidup di dunia hanya
sementara maka segeralah bertaubat bila telah terlanjur berbuat salah.
Tidak hanya itu, diingat pula tentang perkara haji dan zakat.”186
Dengan berkembangnya zaman dan timbul kebudayaan-
kebudayaan dan kesenian yang baru dan yang lebih menarik, seudati
menjadi tarian yang kurang diminati oleh masyarakat sekarang.
185
Hasil wawancara penulis dengan KABID Kebudayaan Aceh Timur
Bapak Rahmad Syah, Pada tanggal 27 Desember 2018 186
Hasil wawancara penenliti dengan Bapak. Abu Bakar AR (Aneuk Syahi /
ketua MAA) , pada tanggal 30 Desember 2018
136
Menurut pak Rahmadsyah pemerintah juga kurang memperhatikan
kebudayaan dan kesenian Aceh tersebut. Sehingga seudati sendiri
hampir punah.
“Padahal kota Aceh Timur merupakan kota pesisir seharusnya
pemerintahan lebih memerhatikan kebudayaan Seudati yang memang
lahir dari masyarakat pesisir ketimbang tarian saman yang datang dari
Gayo. Dilihat dari Otonomi khusus diatas Aceh memiliki dana khusus
untuk mengembangkan seni kebudayaan Aceh tetapi pemerintahan
sendiri tidak mengalokasikan dana tersebut untuk perkembangan seni
tari Seudati. Kabupaten Aceh Timur terdiri dari dua puluh empat
kecamatan dan dalam setiap kecamatan ada satu sanggar seni tari
Seudati. Karena kurangnya perhatian Pemerintahan Aceh Timur
terhadap seni Seudati sekarang sanggar Seudati hanya sisa tiga Sanggar
lagi yaitu di kecamatan Peurelak, Idie Rayeuk, Julok.”187
Tarian seudati untuk wilayah Kecamatan Peurelak sampai saat
ini belum ada regenerasi penerus para pemain Seudati. Dan sampai
sekarang para pemain Seudati hanyalah orang tua- tua. Sebagaimana
tutur Syeikh Faj “Sebenarnya saya sudah malu untuk tampil-tampil
diacara panggung Seudati, karena sudah tua dan cucu saya sudah besar-
besar, tetapi kalau saya tidak tampil seudati ini akan punah, karena
tidak ada yang manggantikan sosok kami yang tua-tua ini. Dan yang
saya takutkan setelah generasi kami meninggal, tidak ada yang
menggantikan kami dalam mengembangkan seni budaya Aceh ini.”
187
Hasil Wawancara peneliti dengan Rahmadsyah (KABID Kebudayaan
Aceh timur), Pada tanggal 27 Desember 2018
137
Dan Syeikh Faj juga mengatakan “Saya selaku seniman Aceh,
tentunya tidak bosan-bosan kita memberi masukan terhadap
masyarakat, terutama kepada generasi muda dalam upaya melestarikan
budaya seni kita ini, supaya terus aktif berperan dalam melestarikan
budaya seni Seudati ini. Agar tari Seudati yang sudah ada sejak dulu
tidak sirna dalam masyarakat kita. Namun itu semua kembali kepada
mereka masing-masing. Caranya yaitu dengan menjadikan tarian
Seudati ini sebagai mata pelajaran dalam kesenian di sekolah dari SD
hingga SMA. ”188
Seharusnya pemerintahan dan masyarakat harus berpartisipasi
dalam mengembangkan kebudayaan tari Seudati tersebut. Dan
pemerintah mengalokasikan dana untuk mengaktifkan kembali sanggar
sanggar tari Seudati dan memperdayakan para Syeikh Syeikh Seudati,
sehingga mereka juga semangat untuk menyadarkan masyarakat akan
Kebudayaan Tari Seudati ini.
Syeikh faj juga berharap kepada masyarakat untuk menghargai
usaha para seniman yang sudah melestarikan budaya Aceh terkhusus
tarian Seudati. Untuk masyarakat juga, jangan sampai apa yang sudah
dilestarikan itu punah dengan begitu saja.
Pada masa konflik seudati sangat jarang dipertunjukan di muka
umum atau lapangan terbuka, selain alasan keamanan juga sangat susah
mendaptkan izin untuk mengadakan pertunjukan apalagi pada malam
188
Hasil wawancara peneliti dengan Syeikh Faj (Syeikh Seudati Peurelak)
rekomendasi Dinas Kebudayaan Aceh Timur. Pada tanggal 27 Desember 2018
138
hari, kecuali di event-event di luar aceh baik yang diadakan
perkumpulam masyarakat aceh maupun yang diadakan oleh mahasiswa
diluar aceh, namun tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus
berlatih dikampung-kampung tetapi dilakukan pada siang hari secara
tertutup. Bisa dikatakan hampir tak ada event kecuali 17 Agustus yang
diakan di Ibu Kota Kecamatan, itupun diprakarsai oleh Muspika. Pada
masa ini juga bisa kita katakan masa-masa suram untuk perkembangan
seudati di Negeri sendiri. Setelah perdamaian, praktis hampir tak ada
pembinaan dari pemerintah terhadap group-group seudati yang tumbuh
digampong-gampong (Kampung), mereka hanya menunggu event besar
Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) setiap lima tahun sekali, itupun sangat
tergantung siapa yang berkuasa dan ketersediaan dana dari pemerintah.
Dalam kurikulum sekolah-sekolah dan Kampus, tarian heroic ini juga
belum menjadi bagian penting yang belum terpikirkan apalagi tingkat
implementing. Nah, kalau ini dibiarkan, kita siap saja kita mengusung
Jenazah Seudati dan jangan pernah salahkan anak Negri. Seperti dalam
panton aceh ”Kon salah cangguk jiduk lam kubang,,kon salah
rangkang bubong katireeh..kon salah aneuk naggroe han jitung tarian..
salah salah awak mat pemerintahan akay jih paleeh”.189
Fungsi dalam tari Seudati ini dijadikan sebagai media dakwah
untuk mengembangkan ajaran agama Islam. Namun dari masa ke masa
mengalami penambahan fungsi, yaitu sebagai media untuk
persahabatan dan sebagai seni tontonan, yang terdapat melalui syair
189
Hasil wawancara peneliti dengan Syeikh Faj (Syeikh Seudati Peurelak)
rekomendasi Dinas Kebudayaan Aceh Timur. Pada tanggal 27 Desember 2018
139
yang di lantukan. Menurut pandangan ulama sekarang ini tentang syair
tari seudati sudah banyak mengalami perubahan ketika tarian seudati
menjadi bahan taruhan konteks yang disampaikan dalam tarian seudati
jauh dari nilai dakwah seperti yang diungkapkan oleh tokoh Ulama
Tgk. Zulkifli Daiyan diatas pada prosesi seudati tunang.
Syair yang disampaikan pada seudati tunang sangat jauh
berbeda dari syair yang seharusnya dibacakan pada saat membacakan
kisah dan Sya‟I panyang. Para Aneuk Syahie seudati menggantikan
teks syair tersebut dengan syair balas pantun dan saling menjatuhkan
lawan mainnya. Ini membuat ulama Aceh kurang respek dengan
pertumbuhan dan perkembangan seudati sekarang ini. Karena menurut
mereka sudah jauh dari konteks Islam dan Syariat dan tidak sesuai
dengan Qanun MPU ( Majelis Permusyawaratan Ulama).190
190
Wawancara peneliti dengan tokoh Ulama ( Anggota MPU ACEH) Tgk.
Zulkifli Daiyan 3 Januari 2019
140
BAB V
PEMBAHASAN
A. Hermeneutika Paul Ricouer pada Syair Seudati “Saleum Aneuk
Syahi dan Saleum Rakan”.
a. Unsur Teks Pada Syair Seudati “Saleum Aneuk Syahi dan
Saleum Rakan”.
Table : 5.1 Unsur Teks Saleum Aneuk Syahi dan Saleum Rakan
Objek Penelitian Makna unsur teks
Syair 1 : Assalamu‟alaikum lon
tameung lam seung, Lon mubi saleum
keu jame teuka, Kareuna saleum nabi
kheun sunat, Jarou ta mumat syarat
mulia.
Memberi salam kepada para
penonton dengan mengikuti
Sunnah Nabi Muhammad
SAW.
Syair 2 : Mulia jamee ranup lam
puan, mulia rakan mameh suara,
Neuduek neupiyoh pat-pat yang
patoet, ulon neuk beuot puan suasa.
Ranub (Sirih) merupakan
simbol dalam memuliakan
tamu. Ranub makanan khas
dalam menyambut para tamu.
Syair 3: Puan Suasa Kaleuh lon
Peusan, Jadeh Malamnya Neubi
Keugata, Ranub neupajoh bungkoh
neupulang bek jeut keu utang
geutanyo dua, Neupajoh ranub ieklat
bek neuboh, kadang rakan jroeh jeut
keupenawa.
Ranub memiliki Khasiat yang
banyak dan bagus untuk
kesehatan. Dan bait ini
mengandung unsur bahwa
Ranup adalah salahsatu obat
herbal.
Syair 4 :Tabeu ngon masen neurasa
keudroe, bak urueng nangroe bek
neucerita, bek neucerita bak ureung
Pada bait ini mengandung
unsur nasehat untuk pembaca
bahwa jika bertamu kerumah
141
nangroe malee that kamoe dikeu
Rakyat baa.
orang jangan suka
menceritakan kekurangan dan
kejelekan orang lain.
Seudati selalu dimulai dengan salam yang biasa disebut dengan
istilah salam pertama atau saleum syahi atau saleum aneuk. Salam
tersebut disampaikan oleh syahi untuk menyapa para penonton yang
ada di hadapan mereka, selanjutnya disampaikan saleum rakan yang
dimulai oleh syekh dan kemudian disahut dan dilanjutkan oleh seluruh
penari dan syahi bersama-sama.“Saleum Aneuk Syahi dan Saleum
rakan” Objek Penelitian dan Makna Denotasi Syair ini merupakan
ucapan salam oleh para pemain Seudati kepada masyarakat ketika
memasuki pentas.
Teks ini adalah teks syair, yakni media massa yang berbentuk
bahasa yang tertulis yang dibuat oleh seorang penyair untuk
pendengarnya, yakni penikmat syair “Saleum Aneuk Syahi dan Saleum
rakan”. Tujuannya adalah agar para pendengar syair “Saleum Aneuk
Syahi dan Saleum rakan” mengetahui bahwa ada teks syair yang berisi
informasi mengenai bagaimana cara memuliakan tamu menurut ajaran
Islam. Makin banyak orang yang mendengar syair itu, makin banyak
pula orang akan mengetahui informasi tentang dirinya (pencipta syair
tersebut) ke dalam syair tersebut. Sebagai unsur budaya, teks syair “
Saleum Aneuk Syahi dan Saleum rakan” adalah bagian dari kebudayaan
Aceh yang menyebarkan dakwah melalui kesenian. Pemroduksi teks
adalah seorang penyair yang memperoleh keuntungan dengan
142
banyaknya orang yang mendengarkan syair “Saleum Aneuk Syahi dan
Saleum rakan” tersebut.
Lingkungan teks syair “Saleum Aneuk Syahi dan Saleum rakan”
dalam tarian Seudati terdiri atas beberapa jenis, yaitu
1. Ini berarti bahwa (makna) teks tersebut dipahami sebagai teks
Syair dengan segala pengertiannya.
2. Teks itu dikomunikasikan dalam masyarakat (situasi sosial
budaya) yang telah mengenal Seudati dan mengenal arti teks
syair “Saleum Aneuk Syahi dan Saleum rakan” salah satu unsur
budaya. Ini akan mempengaruhi “dialog” antara pembaca teks
dan teks syair tersebut.
Jika yang dimaksud dengan teks lain adalah unsur bahasa
yang lain di dalam teks yang sama atau di luarnya lain, khususnya
syair, maka teks syair “Saleum Aneuk Syahi dan Saleum rakan”
dapat dilihat kaitan-kaitannya sebagai berikut:
a. Kaitan antara teks syair “Saleum Aneuk Syahi dan Saleum
rakan” dan berbagai teks lain dalam syair lain, menyapa para
penonton dengan ajaran Islam.
Teks Syair “Saleum Aneuk Syahi dan Saleum rakan” juga
berkaitan dengan etika dan sifat rakyat Aceh, misalnya
menceritakan kebiasaan rakyat Aceh, dalam melayani tamu,
saling mengucapkan salam, dan nasehat tentang tidak boleh
saling menceritakan keburukan orang lain.
143
Dialog dengan pembaca teks merupakan satu segi yang banyak
diberi tekanan dalam hermeneutika modern. Di sinilah kita makin
melihat peran manusia dan kebudayaannya dalam menentukan makna
teks.
1. Ada konvensi budaya yang menguasai rakyat Indonesia
tertentu, misalnya yang memberikan makna tertentu kepada
tarian Seudati sehingga nama „seudati‟ tersebut sudah
memberikan arti tertentu kepada penontonnya atau reaksi
dan interpretasi pendengar terhadap syair yang dibacakan
tersebut, dalam syair „Saleum Aneuk Syahi dan aneuk
rakan‟ misalnya “Tabeu ngon masen neurasa keudroe, bak
urueng nangroe bek neucerita, bek neucerita bak ureung
nangroe malee that kamoe dikeu Rakyat baa”. Isi “dialog”
didasari oleh konvensi yang menguasai setiap individu.
2. Mengapa disebut “dialog”? Hal itu karena berbagai makna
yang timbul pada diri pembaca tidak terjadi sekali, tetapi
merupakan proses yang berulang dan berkelanjutan. Ini
berarti bahwa makna teks berkembang dari waktu ke waktu
setiap kali pembaca itu membacanya, baik itu karena
pengaruh pengalaman individual maupun karena pengaruh
prinsip-prinsip yang berkembang dalam kehidupan kolektif
bermasyarakat. Jadi konsep dialog di sini merupakan
pandangan sinkronis, diakronis, dan temporal, dalam
pemaknaan teks.
144
Tentu saja analisis Ricoeur tidak berhenti di sini. Seperti kita
ketahui, analisis yang penulis uraikan masih selalu bisa berkembang
sesuai dengan sifat hermeneutik itu sendiri. Namun, secara khusus
Ricoeur menyatakan bahwa interpretasi mengandung dua aspek, yaitu
pertama adalah perkembangan ke arah self indentity, melihat identitas
diri sebagai pembaca terhadap teks yang dikaji. Dalam hal teks lagu,
tentunya salah satu kemungkinan adalah identifikasi diri sebagai
pengusaha, konsumen, atau pencipta lagu. Kedua adalah adanya
pergulatan melawan cultural distance atau jarak budaya antara
pembaca dan latar budaya teks yang dikaji. Telah dikemukakan bahwa
pembaca berkebudayaan kota akan memberikan penafsiran yang
berbeda dengan pembaca berkebudayaan desa. Ini disebutnya sebagai
apropriasi. Pengkaji teks harus bisa menempatkan diri sebagai
pembaca dalam lingkungan budaya teks syair yang dikaji dan
memahami sepenuhnya dari “dalam” dunia teks Syair itu sendiri.
Pembahasan
Pada pembahasan ini penulis akan membahas hasil analisis yang
telah dipaparkan sebelumnya pada peranan hermeneutika dalam teks
“Syair Seudati” dalam tarian Seudati dari Syeikh Fajruddin (Peureulak
A.Timur).
Makna konotasi dalam syair di atas adalah Assalamu‟alaikum
merupakan ucapan salam umat muslim ketika bertemu dengan orang
banyak. Karena salam adalah sunat Nabi serta saling berpegangan
tangan merupakan syarat mulia. Assalamu‟alaikum yang artinya
145
“Kesejahteraan, rahmat, dan berkah Allah semoga dilimpahkan kepada
mu.” Dalam agama Islam amalan yang dapat membuat keimanan
sempurna adalah mengucapkan salam kepada siapa saja yang
ditemuinya, baik itu yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal.
Salam juga sunat Nabi dan satu syarat yang mulia bila kita saling
berpegang tangan yaitu membantu sesama di muka bumi ciptaan Allah
ini. Alquran menegaskan selain salam, diartikan juga sebagai do‟a,
tetapi salam juga sebagai penghormatan. Sebagaimana dalam Alquran
surat An-Nisaa ayat 86 Allah Swt, berfirman:
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan,
Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya,
atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya
Allah memperhitungkan segala sesuatu. 191
Salam sekilas seperti ucapan yang biasa saja. Namun,
sebenarnya terdapat makna yang besar yaitu sebagai ucapan
penghormatan. Salam bisa dijadikan identitas orang muslim ketika
191
Departemen Agama RI, Alquran.,Q.S An-Nisa‟/5: 86
146
bertemu dengan saudara yang seiman, salam bisa menjadikan identitas
suatu kelompok perkumpulan dalam Islam, misalnya mengikuti
pengajian secara rutin. Salam juga identik dengan jabat tangan, dengan
maksud agar silaturrahhim lebih terjalin dengan baik. Dan biasanya
ditandai dengan ciri khas atau disebut juga karakter tertentu. Misalnya
seorang muslim memberi salam kepada temannya tapi juga
memberikan karakter tertentu yaitu dengan berjabat tangan. Sehingga
salam bukan sekedar ucapan, salam bukan sekedar identitas. Namun
juga salam memberi makna yang dalam, karena dibalik salam
terkandung do‟a.
Sebab itu, orang mukmin bila ia bertemu orang mukmin
lainnya lalu ia memberinya salam adalah seperti bangunan yang
sebagiannya memperkuat sebahagian lainnya. Maksudnya, ucapan
salam itu memberikan efek yang sangat kuat yaitu dapat
memperkuatkan hubungan yang baik sesama manusia khususnya
sesama muslim, apalagi diiringi dengan berjabat tangan yang
merupakan syarat mulia dalam Islam dan juga semakin memperkuat
silaturrahim.
Pada analisis kaitan dengan teks lain, Teks Syair “Saleum
Syahie dan Salem Rakan” juga berkaitan dengan Syair pembuka pada
tarian Aceh yang lain, misalnya pada tarian Liko‟ pulo, Ratoh Jaroe,
Saman Syair sebagai pembukaan tarian yang diiringi gerakan tariannya.
Seperti halnya dengan sekapur sirih yang merupakan icon masyarakat
Aceh dalam memuliakan tamu dan selalu menjadi syair dalam setiap
147
iringan tarian Aceh, seperti halnya tarian Ranup Lam Puan, tarian yang
dikhususkan penyambutan tamu tamu istimewa.
Makan sirih merupakan salah satu bentuk tradisi yang ada di
masyarakat yang secara turun-menurun dilakukan. Sirih digunakan
sebagai tanaman obat, yang juga sangat berperan dalam kehidupan dan
berbagai upacara adat berbagai suku bangsa masyarakat Indonesia.
Sirih adalah jenis tumbuhan yang mirip dengan tanaman lada, dengan
nama ilmiahnya adalah Piper Betle, dan ada beberapa daerah di
Indonesia memberikan nama lain terhadap sirih yaitu, Belo (Batak
Karo), Demban (Batak Toba), Ranub (Aceh), Afo (Nias), Sirieh, Sirih
(Minang), namun demikian nama paling umum adalah sirih. Makan
sirih adalah budaya Indonesia dengan meramu daun sirih dan bahan-
bahan lain sebagai ramuannya. Perlengkapan atau ramuan yang
digunakan.
Pada masyarakat Sumatera Khususnya masyarakat Aceh
memiliki tradisi makan sirih. Sirih tidak hanya sekedar dikonsumsi, tapi
juga dimanfaatkan sebagai sarana penunjang budaya dan tradisi yang
mereka miliki. Dalam penyambutan tamu terhormat misalnya, si tamu
akan disuguhi daun sirih, pinang muda dan gambir yang kesemuanya
diletakkan dalam satu carano. Kepada tamu dipersilahkan untuk
mencicipi suguhan itu barang sedikit. Daun sirih bersama suguhan
lainnya itu menunjukkan kesediaan mereka menerima tamu dengan
hormat.
148
Namun kita tidak pernah memperhatikan dengan seksama apa
yang ada di balik semua aktifitas yang berkaitan dengan ranub. Ranub
bagi masyarakat Aceh tidak hanya sekedar tumbuhan yang memiliki
manfaat secara fisik semata. Namun di balik itu ada berbagai penafsiran
poli-interpretasi, karena di dalam memahaminya ranub menjadi simbol
yang multi rupa. Pemaknaannya secara sosial dan kultural digunakan
dalam banyak cara dan berbagai aktivitas. Ranub dengan segala
perlengkapannya memainkan peranan penting pada masa kesultanan
Aceh, dalam upacara-upacara kebesaran sultan.
Selain itu dalam perkembangannya, ranub juga menempati
peranan yang cukup penting dalam sistem daur hidup (life cycle)
masyarakat Aceh. Jika ada acara-acara resmi, seperti pernikahan,
hajatan sunat, bahkan di acara penguburan mayat sekalipun, ranub
seolah menjadi makanan wajib. Sehingga ada anggapan, adat dan ranub
menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan di Aceh.
Memuliakan tamu diibaratkan sekapur sirih tersusun indah.
Memuliakan teman diibaratkan dengan suara yang manis. Semua
undangan yang hadir silahkan duduk di tempat yang telah disediakan.
Tuan rumah mengambil tempat sirih untuk membagi sirih kepada para
tamu. menegaskan bahwa Memuliakan tamu di dalam Islam adalah
sifat terpuji dan merupakan perintah dari Allah Swt, dan Rasulnya.
Selain untuk menjalin silaturrahim, ternyata bertamu dan menjamu
tamu ini memiliki keberkahan tersendiri bagi yang melakukannya.
149
Saling berkunjung sesama dengan kerabat, teman maupun
sejawat merupakan kebiasaan yang tidak bisa dihindari. Keinginan
berkunjung dan dikunjungi selalu ada dalam harapan. Demikianlah,
suatu saat kita akan kedatangan tamu, baik diundang maupun tidak.
Bahkan pada momen-momen tertentu, kedatangan tamu sangat gencar.
Islam mengajarkan bagi siapa saja yang menjadi tuan rumah, supaya
menghormati tamu.
Penghormatan itu tidak sebatas pada tutur kata yang halus untuk
menyambutnya. Akan tetapi, juga dengan perbuatan yang
menyenangkan. Misalnya dengan memberikan jamuan, meski hanya
sekedarnya. Contoh di Aceh, bila ada acara-acara tertentu maka orang-
orang yang di undang akan dijamu dengan sebaik mungkin sekaligus
dengan menampilkan tari ranup lampuan sebagai rasa penghormatan
kepada tamu dan juga tradisi pada acara tersebut. Di sela-sela tari ranup
lampuan berlangsung maka para penari akan membagikan sirih kepada
para undangan yang datang. Itulah salah satu cara orang Aceh
memuliakan tamunya.
Sikap memuliakan tamu, bukan hanya mencerminkan
kemuliaan hati tuan rumah kepada tamu-tamunya. Memuliakan tamu,
juga menjadi tanda meningkatkan keimanan seseorang kepada Allah
dan hari akhir. Dengan jamuan yang disuguhkan, ia berharap pahala
dan balasan dari Allah pada hari kiamat kelak.
Arti kata Ranup ialah sirih, Lam berarti dalam atau di dalam
dan Puan berarti cerana, yaitu tempat sirih khas Aceh. Jadi Ranup
150
Lampuan secara harfiah diartikan sirih dalam cerana. Tari ini melatar
belakangi adat-istiadat yang hidup dan tetap terpelihara di Aceh,
khususnya adat menerima dan menghormati tamu.
Hal ini terlihat melalui simbolik gerak para penari, maupun
melalui perlengkapan tari, dan sirih yang disuguhkan kepada tamu.
Tradisi makan ranup (sirih) dalam budaya Aceh merupakan warisan
budaya masa silam, lebih dari 300 tahun yang lampau atau di zaman
Neolitik, hingga saat ini. Bercermin kepada tradisi nenek moyang pada
masa lampau, tradisi makan ranup (sirih) atau menyirih konon dibawa
oleh rumpun bangsa melayu sejak kira-kira 500 tahun SM ke beberapa
negara Asia Tenggara termasuk indonesia. Pada masa kesultanan Aceh,
ranup memainkan peranan penting bukan sebagai penambahan
konsumsi semata, tetapi juga dipergunakan dalam upacara - upacara
kebesaran sultan. Begitu banyak makna ranup bagi masyarakat Aceh
diantara sebagai simbol pemuliaan tamu. Ranup juga sebagai simbol
perdamaian tergambar ketika berlangsungnya musyawarah untuk
menyelesaikan persengketaan, upacara perdamaian, upacara peusijuk
dan upacara lainnya, kemudian ranup juga mempunyai arti sebagai
kehangatan sosial, sebagai komunikasi sosial. Ranup adalah lambang
formalitas dalam interaksi masyarakat Aceh. Setiap acara dimulai
dengan menghadirkan ranup dan kelengkapannya.
Sirih bagi masyarakat Aceh merupakan sebuah simbol yang
sangat kuat dengan adat-istiadat. Bagi masyarakat Aceh sirih (ranub)
memiliki berbagai dimensi simbolik, disamping dimensi fungsional
yaitu :
151
a. Ranup sebagai simbol Pemulia Tamu, atau penghormatan terhadap
seseorang yang dihormati. Hal ini dapat dilihat dalam keseharian
masyarakat Aceh dalam menjamu tamunya. Dalam tradisi jamuan
para raja-raja di Aceh, seperti jamuan kepada Sir James Lancastle
utusan raja inggris james I padamasa Sultan Alaudin Riayatsyah
Saidil Mukammal (1602 M), ranup sudah merupakan suguhan
persembahan kepada tamu-tamu agung. Tradisi penyuguhan sirih
untuk memuliakan tamu sudah merakyat sejak dari dahulu kala
dalam masyarakat Aceh.
b. Ranub sebagai sumber perdamaian dan kehangatan sosial, tergambar
saat berlangsungnya musyawarah untuk menyelesaikan
persengketaan, upacara perdamaian, peusijuk, meuroh dan upacara
upacara lainnya. Semua upacara tersebut diawali dengan
menyuguhkan sirih sebelum upacara tersebut dimulai.
c. Ranub sebagai media komunikasi sosial, sering diungkapkan dengan
istilah Ranup sigapu sebagai pembuka komunikasi. Setiap buku
karangan masyarakat Aceh, Ranup Sigapu menjadi bagian yang
paling awal dari isi buku tersebut.192
Sebagai umat muslim kita diwajibkan untuk memuliakan tamu
yang mendatangi kediamannya. Dalam Islam pun sebagai tuan rumah
ada adab-adab tersendiri saat menjamu tamu, yaitu: bersegeralah dalam
192 Rekomendasi Majelis Adat Aceh Tentang Ranup Lampuan, berdasarkan
Rapat Staf ahli Majelis Adat Aceh pada hari senin tanggal 28 mei 2014 pukul 14:00
s/d 16:00 WIB tentang penampilan Tari Ranup Lampuan. Diakses melnaui website
resmi MAA pada taggal 20 Desember 2018.
152
menyambut dan menjamu tamu, menjawab salam dengan baik,
menghidangkan kepada tamu dengan hidangan yang baik, meletakkan
hidangan di dekat tamu, menyambut atau mengajak bicara dengan
bahasa yang sopan dan baik, menjaga dan melindungi tamu dari hal-hal
yang bisa memudharatkannya, tuan rumah berwajah gembira, tidak
terburu-buru mengangkat hidangan dari meja tamu, tidak memaksa
tamu memakan hidangan yang tidak disukainya, jika tamu berpamitan
hendak tuan rumah mengantar sampai keluar rumah.
Begitu juga dengan memuliakan teman, sebagai manusia kita
juga harus memuliakan teman baik itu yang dekat maupun tidak.
Karena dengan memuliakan teman maka akan memperkuatkan
silaturrahim antara manusia tersebut. Manusia ini adalah mahkluk
sosial, tidak mungkin menjalani kehidupan dengan serba sendiri karena
manusia juga membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Dengan
berbuat baik dengan sesama maka akan menjalin hubungan yang baik
pula. Namun sekarang ini banyak diperlihatkan kepada kita bersahabat
dengan tidak tulus. Lisan mengaku bersahabat bahkan tidak sedikit
sering diucapkan kata “ukhuwah islamiah‟ meski sesungguhnya
hatinya tidak. Misalnya demi jabatan, kemenangan atau kekuasaan,
sekelompok orang rela meninggalkan sahabat-sahabat sejatinya sesama
Muslim. Sebagian bahkan rela menyerang, memusuhi agar ada kesan
dia orang moderat dan pembela kaum minoritas. Tetapi yang terjadi,
ibarat kata niat hati ingin mendapat simpati dan meraih banyak
keinginan demi diri sendiri. Sebaliknya mereka yang seperti itu justru
ditinggalkan perlahanlahan dari saudara-saudaranya sendiri sesama
153
muslim. Sebagaiman dalam surat At-Taubah ayat 71 Allah Swt,
berfirman:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari
yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat
pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”193
Dari ayat di atas jelas bahwa orang-orang yang beriman, lelaki
dan perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma'ruf,
mencegah dari yang munkar. Itu berarti pentingnya memuliakan teman
khususnya sesama muslim karena manusia memerlukan manusia
lainnya dalam bumi Allah ini. Bukannya berteman karena tidak tulus,
dalam arti berkhianat satu sama lain karena agar keinginan yang tidak
baik dalam hati terpenuhi.
Salah satu bentuk komunikasi yang mungkin dianggap tidak
menyenangkan adalah gosip. Dikategorikan sebagai bentuk komunikasi
193
Departemen Agama RI, Alquran , Q.S At-Taubah/11: 71
154
yang tidak menyenangkan karena pada umumnya gosip telah dianggap
sebagai omongan – omongan tak menyenangkan terhadap orang lain.
Omongan itu umumnya terkait aib atau keburukan pihak lain. Tidak
mengherankan jika dampak dari gosip dianggap berbahaya pada diri
orang yang dibicarakan sampai pihak yang menyebarkannya. Bahkan
pada keyakinan agama, membicarakan aib orang lain atau gosip adalah
tingkah laku yang diharamkan.
Sedemikian rupa kekhawatiran terhadap gosip justru
menimbulkan dialog, apakah memang gosip semata hanya bentuk
komunikasi buruk atau ada bentuk lainnya?
Apakah gosip sebatas yang buruk- buruk saja sehingga dikatagorikan
haram? Secara umum masyarakat lebih senang untuk mendengar hal-
hal buruk dari orang lain daripada berita-berita yang bagus. Hal ini
didasari bahwa ketika membicarakan yang buruk kita mengetahui
bahwa ada pihak – pihak uang melanggar norma sosial, sehingga
informasi ini menarik. Sementara itu, informasi yang sekedar
menyampaikan bahwa orang-orang patuh pada norma dianggap biasa-
biasa saja.
Sebelum masuk lebih dalam pembahasan psikologi. Definisi
yang secara umum dipakai untuk gosip khususnya secara psikologi
adalah membicarakan pihak ketiga tanpa kehadirannya (tentunya
dengan terlebih dulu ada dua pihak).194
Gosip merupakan pertukaran
informasi (bisa positif maupun negatif) dalam bentuk evaluatif (positif
194
Eko A Meinarno, dkk., Apakah Gosip Bisa Menjadi Kontrol Sosial?
(Jurnal: Psikologi Pitutur ), 80.
155
atau negatif) terhadap pihak ketiga yang tak hadir dari kejadian
pertukaran informasi tadi. Tentunya dengan definisi tadi perlu
dipertegas dengan tiga hal utama yang membedakannya, yaitu
a. pihak yang dibicarakan tidak hadir dalam percakapan yang
sedang berlangsung
b. isi dari komunikasi tersebut utamanya adalah evaluasi atau
penilaian terhadap orang atau pihak yang dibicarakan, baik
itu yang bersifat negative maupun positif
c. pentingnya faktor situasional dalam percakapan.
Allah SWT menegaskan bagi orang- orang beriman, agar tidak
termakan berita yang bersumber dari seseorang fasiq ataupun yang
belum diketahui kebenaran dari berita tersebut, bukan hanya dalam
masalah sehari- hari seseorang harus meneliti dan menyaring segala
sesuatu yang menghadangnya, akan tetapi dalam masalah urusan
agamapun hendaknya lebih meneliti kebenaran ucapan, taqrir atau
fatwa seseorang, supaya terhindar dari lembah kenistaan dan kegelapan
yang dapat menimpa bila mempercayai dan mengikuti berita - berita
apapun yang sampai kepadanya, terlebih lagi bila menyampaikannya
kepada orang lain. Sebagaimana firman Allah dalam Alqur‟an.
156
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-
sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara
kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.195
Berangkat dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa meskipun
tidak semua prasangka mengandung unsur dosa, akan tetapi setiap orang
diharuskan menghindari banyak berprasangka, terlebih lagi jika
prasangka itu ingin direalisasikan melalui ucapan atau perbuatan.
Ibnu „Asyur menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan al-zan
dalam ayat itu adalah semua hal yang terkait dengan keadaan seseorang,
karena seseorang yang berprasangka akan berusaha mencari kebenaran
sehingga mulailah ia mematai - matai orang tersebut atau mencari
kebenarannya yang pada akhirnya mengantarkan pada gibah.196
195
Departemen Agama RI, Alquran, Q.S Al- Baqarah/2 : 148 196
Muhammad al-Tahir ibn „Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al Tanwir, Juz.
XXVI(Tunis: al-Dar Al-Tunisiyah, 1984 M.), h. 252 -253
157
B. Hermeneutika Paul Recour pada Syair Seudati “Kisah”.
a. Unsur Teks Pada Syair Seudati “Kisah”
Tabel : 5.2 Hasil Analisis Syair “Kisah”
Objek Penelitian Unsur Teks
Ayah dengon bunda keulhee ngon
guree, Ureung nyan ban lhee
tapeumulia, Pat-pat na salah
meu‟ah talake, akhirat teuntee han
keunong bala.
Seruan kepada kita sebagai
mad‟u untuk menghormati
dan memuliakan orang tua.
Seudati didalam syairnya ada unsur dakwah Islam disebut
dengan istilah Kisah. Pantun tersebut disampaikan oleh syahi untuk
menyampaikan dakwah kepada khalayak melalui syair seudati yang
ada di hadapan mereka, selanjutnya diikuti oleh gerakannya dan
kemudian disahut dan dilanjutkan oleh seluruh penari dan syahi
bersama-sama.
Lagu dan syair Kisah diambil dari ayat-ayat suci al-Qur‟an.
Tetapi, ada juga syair Kisah yang dikembangkan secara kreatif oleh
aneuk syahi, kedua penyanyi-penyair, Perkembangan seudati telah
menjadikan pimpinan-pimpinan komunitas atau perkumpulan seudati
itu cukup dihormati dan ada yang digelari sebagai syeikh/syeh.197
197
Hasil wawancara peniliti dengan Syeh Faj ( Syeih Seudati
Peurelak),
158
Dalam syair kisah ini Aneuk Syahie menyampaikan pesan
Dakwah yang berlandaskan Alqur‟an dan Hadist kepada penonton.
Latar belakang adanya syair kisah tersebut dikarenakan untuk yang
membangkitkan semangat. Ulama yang mengembangkan agama Islam
di Aceh umumnya berasal dari negeri Arab. Karena itu, istilah-istilah
yang dipakai dalam Syair “ Kisah” umumnya nasehat dan petuah ajaran
Islam dan menceritakan kisah perjuangan ulama terdahulu dalam
mengembangkan Islam di Aceh.
Jika yang dimaksud dengan teks lain adalah unsur bahasa yang lain
di dalam teks yang sama atau di luarnya lain, khususnya syair, maka
teks syair “Kisah” dapat dilihat kaitan-kaitannya sebagai berikut:
a. Kaitan antara teks syair “Kisah” dan berbagai teks lain dalam
syair lain, menyampaikan pesan dakwah dengan cara tarian dan
syair.
b. Teks Syair “Kisah” juga berkaitan dengan etika seorang anak
terhadap orang tuanya, dan etika seorang murid terhadap
gurunya. misalnya memberikan nasehat untuk menghormati
kedua orang tua dan guru, Sebagaimana dalilnya .
ى سخط الوالد رضا الرب فى رضا الوالد و سخط الرب ف
159
Artinya : “Ridيa Allah tergantung kepada keridlaan orang tua
dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua”(HR.
Bukhari). 198
Banyak teks lagu lain yang menyampaikan tentang
menghormati orang tua misalnya “kasih ibu” dll.
Pembahasan
Para syahi menggunakan istilah “Kisah” untuk menyebutkan
syair pengiring posisi atau formasi bak saman meski tanpa diikuti
gerakan, dan bagian gerakan likok. Sebagaimana dalam syair berikut
Seudati juga diperkaya dengan kenangan. Para pendahulu Seudati
terutama para syekh yang telah tiada namun kekaguman atas kehebatan
mereka dalam mengembangkan Seudati tidak pernah lelah. Mereka
sudah dikenang selayaknya seorang guru. Seperti pengakuan Abu
Bakar, seorang aneuk syahi yang tinggal di Aceh Timur, ia sempat
berguru pada Nek Rasyid dan Ampon Ma‟e, para syekh ternama di
zamannya. Rasa hormat dituangkan dalam syair Seudati yang kemudian
dilantunkan dalam setiap pertunjukkan Seudati masa kini supaya “roh”
Seudati memiliki spirit yang sama dalam budaya masyarakat Aceh,
guru juga mendapat tempat yang mulia bahkan sederajat dengan ayah
dan ibu, karena guru merupakan orang tua kedua setelah dua orang tua
kita. Maka dari itu, dalam syair Seudati ini perlu diingatkan tentang
seorang guru yang telah memberikan ilmu yang dikenal tanpa tanda
198
almanhaj.or.id/404-keutamaan-berbakti-kepada-kedua-orang-tua-dan-
pahalanya.
160
jasa. Ungkapan tentang guru dalam syair ini dikarenakan tidak hanya
untuk diingat namun juga sebagai suatu penghormatan. Sebagaimana
bunyi syair dalam Seudati berikut ini.
Islam meletakkan ilmu di atas yang lainnya, dan Islam juga
meninggikan derajat orang yang berilmu dibanding yang lain. Oleh
karena itu ayah, ibu dan guru termasuk orang yang harus dimuliakan
serta segeralah meminta maaf bila berbuat salah agar jauh dari bahaya
di akhirat kelak.
Pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, termasuk guru
sangatlah ditekankan dalam Islam. Banyak sekali ayat di dalam
Alquran yang menyatakan bahwa segenap mukmin harus berbuat baik
dan menghormati orang tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada
Allah Swt. Semata dan tidak menyekutukannya dengan apa pun,
Alquran juga menegaskan kepada umat Islam untuk hormat dan patuh
kepada kedua orang tuanya.
Muslim yang baik tentu memiliki kewajiban untuk berbakti
kepada orang tua, baik ibu maupun ayah. Agama Islam mengajarkan
dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu
dan ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan
perbuatan yang terpuji. Alquran surat Al-Isra ayat 23-24 Allah Swt,
berfirman:
161
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik
pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil". Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh
agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka
dengan lebih kasar daripada itu.199
Selain memuliakan orang tua, orang yang harus dimuliakan
kedua adalah guru yang selalu memberikan ilmu, tanpa mengenal lelah.
Islam menganjurkan umatnya agar senantiasa berusaha mencari ilmu
199
Departemen Agama RI, Alquran , Q.S Al-Isra‟ / 15: 23-24
162
pengetahuan di samping berusaha untuk mempertingkatkan kemahiran
dan penguasaan diri dalam berbagai bidang, ilmu pengetahuan juga
merupakan kunci kepada kebahagiaan hidup manusia di dunia, karena
manusia yang hidup tanpa ilmu, kemungkinan akan berada dalam
kemunduran dan kemiskinan. Oleh karena itu, jelaslah bahwa
ketinggian ilmu pengetahuan merupakan ukuran yang sangat penting
dalam membedakan mana yang baik dan buruk serta ilmu pengetahuan
bagi manusia untuk dapat mengetahui antara kemajuan dan
kemunduran bagi sesuatu bangsa dan negara.
Jadi jelaslah bahwa tugas seorang guru itu bukanlah tugas yang
mudah dan tidak semua orang dapat melakukan sebagai pendidik yang
baik, karena menjadi seorang guru adalah tugas yang mulia dan
istimewa. Sikap saling menghormati sesama manusia merupakan suatu
kewajiban seorang Muslim kepada saudaranya. Begitu juga
menghormati seorang guru ibarat orang tua kedua.
C. Hermeneutika Paul Recour pada Syair Seudati “Sya’I Panyang/
Lanie”.
a. Makna Unsur Teks pada Syair “ Sya’i Panyang / Lanie”
Seudati didalam syairnya ada unsur dakwah Islam dan
menceritakan sifat dan kebudayaan masyarakat Aceh disebut
dengan istilah Kisah/hikayat.
163
Tabel: 5 Makna Unsur Syair Kisah / Hikayat (Sya‟I panyang)
Ob jek Penelitian Unsur
Kru seumangat po bungong panjou, Umu
nanggroe sang hana trep le, Janji Tuhan
masa saboh rou, Ji nou ka sampou
teungku boh hate
Peringatan buat mad‟u bahwa
dunia ini hanya sementara, dan
bahwa akan ada hari akhir
setelahnya
Yoh manteng teu hah ka pinto taubat,
Adak ta karat hana guna lhee, Uroe
jemu‟at jak u mueseujid, Ka meunan taniet
di dalam hatee.
Sebelum hari akhir tiba maka
masih ada kesempatan buat kita
sebagai ummat manusia untuk
bertaubat. pada bait ini
mengandung unsur seruan
kepada ummat manusia untuk
tidak sibuk mengurusi kehidupan
dunia.
Eya Tuhan ku beu neupeuampon, Ka
dousa ulon oh urou page, Beu neuampon
ka dousa nang mbah, Lake bak Allah
beukhusyuk hatee.
Pada bait ini mengandung unsur
Do‟a kepada tuhan memohon
ampunan dari Dausa.
Beu neu ampon ka dousa guree, Nyang bi
ileume keu ulon sabee, Beu lon teumeung
lom batee aswat, Meutamah rahmat Tuhan
ku neubi.
Dan memohon ampunan dausa
untuk seluruh guru yang telah
mengajari dan memberi ilmu
pengetahuan kepada kita.
Beu lon teumeung jep ka ie mon zam zam,
Hate di dalam pengeuh ban kande, Zakeut
beutaboh pitrah beu tabi, Ta jak ek haji
teungku boh hate.
Pada bait ini mengandung unsur
harapan seorang hamba kepada
tuhannya. Semoga bisa
berangkat ke Baitullah untuk
menyempurnakan rukun Islam.
Seubab dousa geu tanyou lege ei laot,
Nyoh goh lom surot laen ka hile, Dousa
geutanyo lage on kaye, Nyoh goh lom laye
laen kah lahe.
Bait ini adalah perumpaan dausa
itu seperti buih pasir dilautan,
dan seperti daun di pepohonan.
Teks ini adalah teks syair, yakni media massa yang berbentuk
bahasa yang tertulis yang dibuat oleh seorang penyair untuk
164
pendengarnya, yakni penikmat teks “Sya‟I Panyang/ lanie”. Tujuannya
adalah agar para pendengar Syair “Sya‟I Panyang/ lanie” mengetahui
bahwa ada teks yair yang berisi informasi mengenai keadaan sehari-
hari di Aceh. Makin banyak orang yang mendengar Syair itu, makin
banyak pula orang akan mengetahui informasi tentang dirinya (pencipta
syair tersebut) ke dalam syair tersebut. Sebagai unsur budaya, teks
syair “Sya‟I panyang / Lanie” adalah bagian dari kebudayaan Aceh
yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Pemproduksi Syair
adalah seorang penyair yang memperoleh keuntungan dengan
banyaknya orang yang mendengarkan syair “Sya‟I panyang / Lanie”
tersebut.
Pembahasan
Dalam syair dalam babakan kisah/hikayat ini terdapat makna
konotasi yaitu selamat datang bagi pemilik bunga kapas. Umur negeri
ini hanyalah sementara. Tuhan berjanji bahwa hidup dunia tidaklah
kekal, hanyalah sesaat. Sekarang tidak terasa sudah sampai tibanya
wahai bapak. Kehidupan di dunia merupakan permainan dan senda
gurau. Ada kalanya menang ada kalanya kalah. Susah senang silih
berganti. Senangnya merupakan kesenangan yang menipu, sedihnya
merupakan kesengsaraan sementara. Itulah dinamakan kehidupan di
alam fana. Sungguh berbeda dengan kehidupan sejati dan abadi di
akhirat nanti, yang mana barangsiapa senang, maka ia akan selamanya
senang.
165
Dalam Alquran disebutkan bahwa kehidupan di dunia tidak
lebih hanya main-main dan senda gurau semata. Sebagaimana dalam
Alquran surat Al-An‟am ayat 32 Allah Swt, berfirman:
Artinya : Dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari
main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh kampung akhirat itu
lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu
memahaminya?200
Ayat di atas mengandung makna bahwasanya dalam kehidupan
yang kita jalankan saat ini merupakan senda gurau dan main-main,
tidak memanfaatkan hidupnya untuk kepentingan akhirat tetapi hidup
hanya untuk kepentingan nafsu semata. Padahal dalam ayat tersebut
jelas hanya orang-orang yang beriman yang memperoleh ketaqwaan
dalam kehidupannya.
Berikut persepsi menurut Syeikh Fajriadi (Syeikh Faj) “Dalam
kehidupan dunia ini banyak sekali nikmat yang didapat untuk dipenuhi
karena nafsu manusia itu sendiri. Ada manusia berlomba-lomba
mengejar kenikmatan yang ada di dunia dengan kepayahan hingga
sampai umurnya habis, itu semua dilakukan semata-mata untuk
mengejar kenikmatan dunia saja”.
200
Maksudnya: kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan
tidak kekal. janganlah orang terperdaya dengan kesenangan-kesenangan dunia, serta
lalai dari memperhatikan urusan akhirat. Departemen Agama RI, Alquran Q.S Al-
An‟am/6 : 32
166
Pada kenyataannya bahwa kenikmatan yang ada di dunia
hanyalah kenikmatan yang semuanya khayalan. Khayalan manusia
yang merupakan sudah menjadi tabi‟at dalam hidup hanya untuk
kenikmatan dan kemegahan semata. Hidup di dunia hanyalah
sementara, tidak ada yang kekal karena sesungguhnya kenikmatan yang
hakiki sepenuh akan dirasakan di akhirat kelak. Kenikmatan akhirat
itulah yang membawa manusia yang di dunianya berbuat ma‟ruf akan
mendapatkan kemuliaan yang abadi.
Oleh karena itu, seorang mukmin tidak mengejar kenikmatan
dunia yang tidak memiliki keuntungan apa-apa melainkan sangat
sedikit saja, dibandingkan dengan kenikmatan berupa kemuliaan disisi
Allah Swt. Tidak ada maknanya kenikmatan dan kelezatan dunia
seisinya, yang boleh membuat manusia menjadi lupa dan mabuk,
sehingga terlena dengan kehidupan dunia. Kehidupan manusia yang
sudah mabuk di dunia itu, menjadi sujud, rukuk, dan ibadahnya hanya
untuk memenuhi rasa kenikmatan dunia.
Orang-orang mukmin kerinduannya hanya pada kenikmatan
atas keimanannya, ibadahnya, serta keriduannya kepada Allah yang
menciptakannya. Kenikmatan dunia itu, selalu akan menghalangi
seseorang memperoleh kenikmatan akhirat dan bahkan menghantarkan
diri manusia kepada siksa neraka. Akhirnya menjadikan harta benda,
pangkat, kekuasaan, dan mahkluk-mahkluk, serta berbagai bentuk
berhala yang menyerupai tuhan, menjadi arah dan tujuan hidup mereka.
Seakan semua yang ada itu, mampu memberikan kenikmatan kepada
manusia yang bersifat kekal.
167
Syair di bait yang ke dua menjelaskan mengenai walaupun
pintu taubat terbuka dengan tergesa-gesa manusia ke mesjid untuk
memohon ampunan sudah percuma saja. Sesuai dengan syair di bawah
ini mengenai taubat bahwa kembalinya seseorang dari perilaku dosa
keperilaku baik yang diperintah Allah. Taubat merupakan yang betul-
betul dilakukan dengan serius atas dosa-dosa besar, yang pernah
dilakukan di masa lalu. Orang yang melakukan taubat menyesali dosa
yang telah dilakukannya, tidak ada lagi keinginan untuk berbuat lagi,
serta mengantinya dengan amal perbuatan baik dalam bentuk amal
ibadah kepada Allah dan amal kebaikan kepada sesama manusia.
Makna dari bait syair tersebut adalah walaupun pintu taubat
masih terbuka. Tergesa-gesa melangkah kedua kaki ke mesjid di hari
jum‟at, itu tiada guna lagi karena sudah seperti itulah niat di dalam hati.
Ketika masih terbuka pintu taubat dan kita tergesa-gesa ke mesjid di
hari jum‟at ingin memohon ampun atas segala kesalahan, itu tidak ada
guna lagi bila sudah niat dalam hati sekarang ingin meminta maaf.
Ibaratnya dalam syair ini yaitu jangan menunda-nunda untuk
melakukan taubat. Namun jika kita merasa memiliki banyak kesalahan,
dosa dan maksiat, segeralah untuk bertaubat. Jangan menunggu ketika
kiamat akan datang. Taubat adalah jika kita segera kembali
memperbaiki iman dan ketaqwaan kita.
Terkadang manusia ini untuk berbuat baik saja menunda-
nundanya, malahan sampai tidak jadi melakukan kebaikan. Namun
sebaliknya perbuatan yang tidak baik malah dilakukan tanpa berfikir dua
kali dan jika telah berbuat maksiat maka janganlah menunda untuk
168
bertaubat kepada Allah. Tidak ada seorang manusia pun yang tahu kapan
kematian seseorang itu datang karena itu dikhawatirkan maut akan
menjemput sebelum manusia itu sendiri melakukan taubat. Sebagaimana
dalam alquran surat Al-Luqman ayat 34 Allah Swt berfirman:
Artinya : Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya
sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di
bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal.201
Dalam ayat di atas segala sesuatu hanya Allah lah yang
mengetahui segala sesuatu di muka bumi ini termasuk kiamat,
penciptaan manusia, bumi dan langit seisinya manusia tidak tahu kapan
Allah menciptakan semua itu. Bahkan manusia juga tidak tahu kapan
semua penciptaan itu di goncangkan dan juga manusia tidak tahun
kapan akan datang kematian pada dirinya, tidak mengetahui apa yang
201
Maksudnya : manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang
akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, Namun demikian mereka
diwajibkan berusaha. Departemen Agama RI, Alquran, QS. Luqman/ : 34
169
akan diusahakannya besok serta manusia pun tidak mengetahui kapan
kesemuanya itu diambil dalam kehidupan di dunia ini. Oleh sebab itu,
sangatlah menyesal orang mukmin yang menunda taubat, padahal bagi
umat muslim dan mukmin Allah Swt telah mempermudah jalan bagi
hamba-hambanya yang mau bertaubat baik perbuatan yang dilakukan
kecil maupun perbuatan yang dilakukan besar, akan tetapi perbuatan
besar (musyrik) sering kali dilakukan itu tidak ada ampun pada Allah
Swt. oleh karena itu, dunia ini bukanlah rumah yang kekal untuk di
tempati namun hanya menumpang sementara. Maka dari itu setiap ada
dosa kembalilah untuk bertaubat kepada-Nya.
Makna dari bait Syair yang ke tiga adalah Ya Tuhan ku
ampunilah segala dosa-dosa ku ini. Dan juga dosa-dosa kedua orang tua
ku beserta umat Islam di muka bumi ini. Berdoalah kepada Allah
dengan hati yang ikhlas dan penuh dengan kekhusyukkan. maka
segeralah untuk memohon ampun kepada Allah. Ketika manusia
menyadari banyak kesalahan yang telah dilakukan di dunia ibarat dosa
seperti lautan yang luas. Karena itu, janganlah malu untuk memohon
ampunan kepada sang khalik apalagi sadar atas segala dosa yang ada,
namun manusia ini sering kali menunda-nunda untuk meminta maaf.
Berdoa dengan hati yang ikhlas dan penuh dengan kekhusyukkan
adalah adalah perwujudan rasa cinta seorang hamba kepada Allah Swt,
sekaligus pengakuan akan kebutuhan dan pertolonganNya. Selain
berdoa untuk diri sendiri, yang harus di tujukan juga dalam setiap doa
adalah untuk orang tua serta umat Islam di muka bumi ini.
170
Sebagai hamba yang lemah, manusia senantiasa membutuhkan
pertolongan Rabb-nya. Bahkan setiap hela nafas dan derap langkahnya
tidak bisa terlepas dari pertolonganNya. Karena itu, upaya yang bisa
ditempuh agar bisa mendapatkan pertolongan dari Allah adalah melalui
doa. Kedudukan doa sangatlah penting, dan setiap orang pasti
membutuhkan doa, baik itu untuk menolak sesuatu yang tidak disukai
atau untuk mendapatkan sesuatu yang ia sukai. Namun banyak di antara
manusia tidak sadar bahwasanya dirinya lemah dan membutuhkan
pertolongan dari Allah. Maka dari itu, tidak heran jika ada yang dijumpai
begitu banyak di antara mereka yang enggan untuk menengadahkan
tangannya untuk berdoa dan meminta kepada Allah. Padahal Allah Maha
Kaya dan Maha Mendengar doa-doa hambaNya. doa merupakan ibadah,
bahkan dikatakan sebagai sebaik-baiknya ibadah. Hal itu disebabkan
karena di dalamnya terdapat sifat tunduk, merendahkan dan
menghinakan diri, juga disertai dengan pengharapan yang begitu besar
kepada Allah Ta‟ala.
Sangat disayangkan kebanyakan dari manusia baru mau berdoa
kepada Allah di saat tertimpa musibah, masalah, kesedihan, atau
kesusahan. Sedangkan tatkala dalam kondisi lapang dan berkecukupan,
ia menjauh dan seakan lupa dengan yang menciptakannya. Padahal
manusia ini selalu perlu terhadap doa, karena doa merupakan senjata
bagi seorang Muslim. Begitu banyak hal yang awalnya terlihat tidak
mungkin kemudian menjadi mungkin dengan doa.Tidak ada larangan
dalam Islam untuk berdoa dan meminta apa saja yang mereka perlukan
dari kebaikan dunia dan akhirat. Bahkan Allah Ta‟ala akan sangat senang
171
jika ada di antara hambanya yang berdoa dan meminta kepadanya.
Sedangkan dunia ini hanyalah sementara, bukan tempat tinggal mahkluk
ciptaan Allah yang sebenarbenarnya. Maka malulah kita sebagai manusia
yang telah menumpang namun, lupa siapa diri kita sesungguhnya.
Jika doa merupakan ibadah, maka siapa saja yang
mengerjakannya pasti akan mendapatkan pahala dari Allah Ta‟ala.
Tentu saja selama doa yang dipanjatkannya itu sesuai dengan tuntunan
Rasulullah serta isi doa tidak mengandung kejelekan. Selain
mendapatkan apa yang dimintanya, seorang yang berdoa akan
mendapatkan pahala dari ibadah doa yang dikerjakannya. Subhanallah,
begitu besar rahmat dan kasih sayang Allah kepada hambahambaNya
yang mau berdoa.
Makna dalam syair yang ke empat adalah Ya Tuhan ku
ampunilah dosa-dosa guru ku, yang sudah memberi ilmu kepada ku
selama ini. Semoga saya juga dapat menunaikan ibadah haji hingga
kelak mencium batu hajar aswat serta semoga bertambah rahmat yang
Tuhan berikan kepada ku. Permohonan maaf atas segala dosa seorang
hamba Allah yang ditujukan kepada guru-gurunya, karena selain
memohon ampunan dosa diri sendiri dan kedua orang tua, manusia juga
harus meminta ampun kepada Allah Swt. Bagaimanapun guru
merupakan orang tua yang kedua karena ia adalah orang yang telah
memberikan ilmu, yang mana dari manusia itu tidak mengetahui
menjadi mengetahui dikarenakan ilmu yang didapat dari seorang guru.
Namun, banyak dari manusia lupa akan ilmu dari seorang guru yang ia
dapatkan dari kecil hingga ia dewasa, tidaklah pernah guru itu berharap
172
imbalan yang lebih kecuali hanyalah orang yang diajarkannya itu
sukses dan dapat mengamalkan apa yang ia dapatkan dari yang
diajarkan. Itulah arti dari seorang guru yang seharusnya jangan
dilupakan, namun kita berdoa untuk kebaikan serta memohon ampunan
atas segala dosa guru-guru kita.
Selain itu, dalam syair ini juga mengingatkan tentang
menunaikan ibadah haji ialah suatu syarat dalam rukun Islam bagi yang
mampu merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi setiap orang.
Dengan menunaikan haji, kita juga meminta kepada Tuhan semoga nanti
bisa mengusap dan mencium batu hajar aswat. Hajar aswat adalah batu
yang berasal dari surga. Yang pertama kali meletakkan hajar aswat
adalah Nabi Ibrahim. Dahulu kala, batu ini memiliki sinar yang terang
dan dapat menerangi seluruh jazirah Arab. Namun semakin lama
sinarnya semakin meredup dan hingga akhirnya sekarang berwarna
hitam. Hajar aswat memiliki aroma wangi yang unik dan alami.
Haji merupakan contoh simbolis dari filsafat penciptaan Adam
dan hawa, di dalam penunaian ibadah haji berbagai hal dipertunjukkan
secara simultan: penciptaan, sejarah, keesaaan, ideologi Islam, dan
ummah. Ibadah haji didefinisikan sebagai kunjungan ke Mekah pada
waktu yang telah ditentukan dalam bulan Dzulhijjah. Ibadah haji
merupakan kewajiban setiap umat Islam sekali seumur hidup. Ibadah
ini dapat dikatakan sebagai ritual Nabi Ibrahim dalam bentuk ekspresi
final monoteisme, yaitu Islam. Dalam ibadah haji seorang muslim
memakai pakaian putih, menghindari aktivitas seksual dan
mencurahkan diri mereka sepenuhnya kepada Tuhan. Kemudian
173
melaksanakan putaran mengelilingi Ka‟bah sebanyak tujuh kali
putaran. Selanjutnya mengorbankan hewan yang bermakna
melenyapkan hawa nafsu. Dengan demikian, ritual-ritual tersebut
menggambarkan bahwa seorang yang berhaji kembali pada kondisi
primordial diri ketika ia pertama kali diciptakan dan Tuhan
mengampuni dosa-dosa orang yang berhaji apabila ia melaksanakan
ibadah haji dengan khusyu dan ikhlas. 202
Makna dari ibadah haji adalah pelaksanaan ritual yang secara
fisik harus mampu dilaksanakan oleh seorang yang berhaji, karena
ritual ibadah haji disyaratkan oleh Tuhan hanya mereka yang mampu
melaksanakannya (istitha‟ah). Sementara esensi dari makna haji yang
terdalam adalah kembalinya seorang muslim yang berhaji kepada
keadaannya yang semula sebagai manusia suci sebagaimana dia
diciptakan dari awal kejadiannya. Dengan demikian, pelaksanaan
ibadah haji merupakan simbol yang memiliki makna luar (zhahir) dan
dalam (bathin).
Haji termasuk ibadah yang mempunyai pengaruh besar dalam
mendidik jiwa, serta melepaskan diri dari gemerlap dunia, kembali
kepada fitrah aslinya, berbagai kesulitan, mengagungkan Allah Swt
dengan menahan diri dari setiap gangguan dan tindakan bermusuhan.
Oleh karenanya, seorang yang berihrâm tidak boleh membunuh binatang
buruan, tidak boleh memotong kuku, tidak boleh mencukur rambut,
202 Nasr, Seyyed Hosein.The Heart of Islam.( Terj. Nurasiah
Fakih Sutan Harahap. Bandung: Mizan, 2004) 164.
174
bahkan semua kegiatan ibadah haji itu adalah keselamatan untuk diri dan
orang lain. ibadah haji merupakan ajang perkumpulan kaum muslimin
yang dilakukan setiap tahunnya, di mana mereka datang dari berbagai
belahan bumi, hingga mereka dapat mengingat persatuan agama yang
menaungi mereka semua. Meski mereka berbeda jenis dan warna kulit,
serta berlainan lisan dan dialek, maka dikenalkan persaudaraan, saling
berganti memberikan manfaat di antara mereka, serta saling memahami
keadaan masing-masing. Sebagaimana dalam pertemuan dari berbagai
negara tersebut memperkuat tali persaudaraan.
Haji merupakan syiar yang agung dan ibadah yang mulia,
dengan ibadah haji seorang hamba akan mendapatkan rahmat dan berkah
yang menjadikan setiap orang muslim sangat rindu untuk segera
melaksanakannya.Ada sebagian orang kita lihat dalam masyarakat, dia
masih berkeberatan menunaikan ibadah haji walaupun sudah mampu
dalam segala hal, seperti dana ada, kesehatan baik, tidak punya bayi yang
memerlukan pengasuhan, atau tidak dalam keadaan hamil tua, dengan
alasan sepulangnya dari tanah suci nanti, tidak dapat menjalankan ibadah
dengan baik. Padahal masalah ibadah dengan baik berperilaku yang
islami, tidak perlu dikaitkan dengan ibadah haji. Pergi haji atau tidak
seharusnya tetap beribadah dengan baik, sebab ibadah haji merupakan
kewajiban tersendiri, sebagaimana ibadah-ibadah lainnya. Memang
seharusnya orang yang sudah melakukan ibadah haji, amal ibadahnya
meningkat, dan amal-amal soleh lainnya, sebab di tanah suci, dalam
melaksanakan ibadah haji, biasanya masing-masing orang mengalami
peristiwa batin atau jiwa yang hanya dapat dilukiskan oleh orang yang
175
bersangkutan. Ada kesan tersendiri sesudah pulang dari tanah suci
tersebut.
Namun ada juga kita dengar satu dua orang yang mengatakan,
bahwa dalam melaksanakan ibadah haji itu biasa-biasa saja atau mungkin
sama saja dengan turis dan tidak mendapat kesan apa-apa. Sebaiknya
dalam menunaikan ibadah haji ini, kita melihatnya dari segi, apakah
sudah wajib kita melaksanakannya atau belum, karena berkaitan dengan
rukun Islam. Dengan demikian, kita tidak termasuk ke dalam kelompok
orang yang menentang perintah Allah. Barang siapa yang mendapatkan
dirinya mampu melaksanakan ibadah haji, dan telah terpenuhi syarat-
syaratnya, maka wajib baginya untuk segera melaksanakan ibadah haji,
tidak boleh diundur-undur lagi.
Sebab itu, tidaklah pantas seseorang yang mempunyai
kemampuan, untuk mengundur-undur pelaksanakan ibadah haji, karena
jika dia masih muda dan terus-menerus dalam maksiat, maka hal ini
merupakan bisikan syeitan yang menghalanginya untuk berbuat
kebaikan. Dan selayaknya orang yang sudah melaksanakan ibadah haji,
baik ketika masih kecil, atau sudah tua, untuk selalu berbuat baik dan
menjauhi perbuatan buruk. Sebagaimana dalam Alquran surat Al-
Baqarah ayat 148 Allah Swt, berfirman:
176
Artinya : Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri)
yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam
membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.203
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita harus berlomba-lomba
dalam kebaikan, berlomba mencari segala yang menyangkut hal-hal
yang baik, berupa baik kepada teman, keluarga, lingkungan hidup,
hewan dan tumbuh-tumbuhan di mana saja kita berada. Begitu juga,
dengan haji yang merupakan ibadah yang sangat baik bila dikerjakan
bagi umat Islam yang mampu dalam melaksanakannya. Ibadah haji
juga merupakan rukun Islam yang kelima, di mana di wajibkan kepada
sekalian umat muslim di seluruh penjuru duniapun untuk menunaikan
perintah-Nya bagi mereka yang sudah mampu. Dan sangat disayangkan
bagi yang telah mampu terus mengabaikan ibadah ini dengan menunda-
nundanya. Padahal dalam Islam telah dikatakan haji merupakan rukun
yang wajib di kerjakan bagi yang mampu.
Makna Denotasi Dalam syair ke lima ini masih mengingatkan
tentang ibadah haji. Namun, ibadah haji dalam syair ini disebutkan
bahwa ketika seseorang ingin menunaikan haji maka orang tersebut
haruslah memantap niatnya serta diiringi dengan hati yang ikhlas dan
bersih. Dalam beribadah haji juga diterangkan tidak hanya menunaikan
ibadah haji saja namun juga dapat meminum air zam-zam.
203
Departemen Agama RI, Alquran, Q.S Al-Baqarah/ : 148
177
Air zam-zam merupakan sumber mata air yang jernih yang
mengandung banyak manfaat, air zam-zam juga air yang keluar pada
peristiwa Siti Hajar dan anaknya Ismail As pada saat berlari-lari mencari
air untuk Ismail. Air zam-zam air yang dianggap suci oleh umat Islam di
dunia. Serta dalam bait syair ini juga diterangkan tentang zakat.
Menunaikan haji dengan hati yang bersih disebut juga haji
mabrur yaitu haji yang tidak dikotori oleh dosa, atau haji yang diterima
Allah SWT, yang tidak ada riya, bersih dari segala dosa, penuh dengan
amal sholeh dan kebajikankebajikan.
Haji merupakan ibadah yang spesial. Karena itu, harus
mempersiapkan dengan sebaik-baiknya, mulai dari ilmunya,
kesehatannya, bekal materi atau biayanya, keamanannya, kesiapan
ruhani yang ikhlas, sabar, syukur, tawakal, tawadhu‟ dan semua yang
membekali kesiapan hati untuk haji. Dari semua bekal yang sudah kita
siapkan, maka sesungguhnya bekal terbaik dalam berhaji adalah Taqwa.
Inilah yang akan kita tunjukkan sebagai sebaik-baiknya bekal untuk
ibadah haji.
Haji dimulai dengan memakai ihram. Dua lembar kain putih
yang tidak berjahit dikenakan untuk menutupi aurat. Ihram
mengingatkan bahwa ketika manusia lahir tidak memakai apa-apa karena
manusia lahir dalam keadaan suci. Seseorang yang hendak berangkat haji
harus membersihkan hatinya terlebih dahulu dari semua niat selain
Allah, serta meluruskan niat untuk berhaji karena Allah Swt.
Janganlah sombong karena mampu berangkat haji, karena
sesungguhnya harta dan kemampuan seseorang untuk berhaji adalah
178
pemberian dari Allah Swt. Oleh karena itu, bekali haji dengan hati yang
bersih dan niat yang benar, semata-mata karena panggilan Allah Swt.
Pakaian yang digunakan untuk ibadah haji yaitu kain ihram bahkan tidak
boleh dijahit, hal itu merupakan simbol kesederhanaan. Oleh karena itu,
mengingatkan manusia juga untuk selalu hidup sederhana yaitu tidak
bermewah-mewahan. Janganlah kita sombong dengan pakaian dunia
seperti gelar, pangkat, jabatan, harta benda, kekuasaan dan sebagainya,
semua akan kita tinggalkan. Pribadi yang telah berhaji adalah mereka
yang senantiasa bersih hati, rendah hati, sederhana dan tidak
membanggabanggakan jabatan, pangkat, harta kekayaan dan
kekuasaannya.
Pasti setiap umat muslim yang niat berangkat haji, ada
keinginannya untuk dapat meminum air zam-zam bahkan juga bisa
membawa pulang air zam-zam ke tanah air sebagai oleh-oleh agar dapat
dirasakan oleh seluruh kerabat, teman dan orang terdekat lainnya yang
belum mampu menunaikan ibadah haji.
Air zam-zam adalah air yang disebut oleh umat muslim sebagai
air yang suci. Mata air tersebut ditemukan pertama kali oleh Siti Hajar
setelah berlari-lari bolak-balik antara bukit Shafa dengan bukit Marwah,
atas petunjuk Malaikat Jibril, tatkala Nabi Ismail, putra Siti Hajar
mengalami kehausan di tengah padang pasir, sedangkan persediaan air
tidak ada. Maka Allah mengutus Malaikat Jibril, sesaat setelah Jibril
menghentak kaki yang kemudian sekarang ini menjadi tempat zam-zam
atau sumur zam-zam, ibunda Nabi Ismail menampung air yang mengalir
179
dengan menggali tanah di sekitar keluar air agar air itu tak hilang ketika
Siti Hajar mengambil kantong minumnya.
Dalam bait syair Seudati Aceh ini juga diungkapkan umat Islam
yang ingin melakukan ibadah haji dapat melaksanakannya dengan hati
yang bersih diibaratkan dengan zakat fitrah. Yang mana zakat dalam
umat Islam adalah ukuran atau kadar harta tertentu yang harus
dikeluarkan oleh pemiliknya untuk diserahkan kepada sekelompok
orang-orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu.
Jadi seorang muslim yang telah memiliki harta dengan jumlah tertentu
sesuai dengan ketentuan dan waktu tertentu yaitu satu tahun, wajib
mengeluarkan zakatnya. Oleh sebab itu, hukum dari melaksanakan zakat
adalah Fardhu Ain (wajib bagi setiap orang) bagi oarang yang
mampu.Adapun Tujuan zakat adalah sebagaimana firman Allah dalam
surat At- Taubah ayat 103
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan204
dan mensucikan 205
mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
204
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta
yang berlebih-lebihan kepada harta benda 205
Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dal am hati
mereka dan memperkembangkan harta benda mereka. Departemen Agama RI,
Alquran , Q.S At-Taubah: 103
180
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.
Jadi tujuan Allah memerintahkan umat Islam untuk membayar
zakat adalah agar harta yang dimilikinya menjadi bersih dan suci. Dalam
zakat terdapat hak orang lain, maka dari itu sebagai hambanya untuk
menunaikan zakat, zakat yang harus diberikan berupa beras untuk zakat
fitrah, zakat buah-buahan,zakat perniagaan dan zakat uang. Semuanya
dibayar menurut kadarnya masing-masing. Zakat apabila tidak dibayar
dalam kurun waktu yang ditentukan maka harta yang dimiliki menjadi
kotor dan haram karena tercampur hak orang lain yang dititipkan kepada
orang yang berhak mengeluarkan zakat. Itulah kenapa seorang yang
ingin sekali berangkat haji semata-mata ia mengharapkan karena Allah
Swt, ia mengharap semoga hatinya bersih seperti anak kecil yang baru
dilahirkan atau ibarat kertas putih tanpa ada coretan sedikitpun.
Makna dalam bait syair keenam ini adalah dosa kita ini
diibaratkan seperti air laut, yang lain belum saja surut maka masih juga
ada lagi. Dosa kita juga bisa diibaratkan dengan pohon yang lebat
daunnya. Belum lagi layu yang ada, sudah ada yang lain. Dosa adalah
petaka bagi kehidupan manusia. Karena dosa seseorang menjadi hina
dan rendah dihadapan manusia. Terlebih di mata Allah Swt.
Menurut terminologi, dosa ialah segala sesuatu yang
bertentangan dengan perintah Allah SWT., baik yang berkaitan dengan
181
melakukan sesuatu ataupun meninggalkannya.206
TM Hasbi Ash
Shiddieqy merumuskan dosa adalah pelanggaran terhadap sesuatu
ketentuan Tuhan. Ketentuan Tuhan di sini ialah ketentuan Tuhan yang
hukumnya wajib dikerjakan atau wajib ditinggalkan. Jadi bukan
ketentuan Tuhan yang hukumnya hanya Sunat, Makruh atau Mubah.207
Dosa seringkali membuat hidup terasa tidak nikmat. Dosa pula
yang menjadikan manusia terjebak dalam lingkaran setan yang
terlaknat. Memang manusia tidak terlepas dari dosa baik disengaja
ataupun tidak. Dengan berkubang dalam lembah dosa menjadikan hati
seseorang mati sebelum datang kematian yang sesungguhnya. Dosa
bisa diibaratkan air laut dan pohon dengan dedaunan yang lebat, yaitu
belum lagi meminta maaf atas dosa-dosa yang ada namun sudah datang
dosa lainnya dikarenakan perbuatan diri sendiri.
Umat muslim memandang dosa itu sebagai sesuatu perbuatan
yang dilarang Allah Swt. Dalam Islam setiap manusia lahir dalam
keadaan suci, putih bersih ruhaninya dan tanpa dosa. Kemudian sejalan
dengan perjalanan umur manusia, saat bergaul dengan manusia dan
masyarakat, maka manusia sedikit demi sedikit mengotori ruhaninya
dengan perbuatan dosa. Akibat dari hati yang telah hitam tertutupi oleh
dosa itu menyebabkan seorang itu menganggap biasa atas perbuatan dosa
206
Imam Al-Ghazali, Rahasia Taubat, terj. (Muhammad Bagir, Mizan Media
Utama, Bandung, 2003), 61. 207 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam I, (PT Pustaka Rizki Putra,
Semarang, 2001), 468.
182
yang telah dilakukan dan tidak menyesalinya. Hatinya tidak tergetar lagi
ketika ia melakukan suatu dosa.
Sesungguhnya setiap orang yang melakukan dosa untuk yang
pertama kali maka hatinya akan bergoncang. Fitrahnya yang masih
bersih menolak perbuatan dosa itu dan merasa bersalah. Pelajaran agama
yang ia terima sejak kecil akan membuatnya merasa berdosa dan merasa
bersalah melanggar larangan Allah. Namun syaitan terus datang dan
menggoda dalam hatinya dan meringan-ringankan perbuatan dosa itu
sehingga dia terus-menerus melawan suara hatinya yang masih bersih
itu.
Kemudian dia akan terus melakukan dosa itu sampai suara
hatinya yang masih fitrah menjadi mati, karena hatinya telah tertutup dan
menjadi hitam, sehingga dia tidak merasa bersalah dan bersedih lagi
dengan melakukan dosa. Manusia pada fitrahnya adalah cenderung
kepada kebaikan, namun syaitan selalu datang dan menggoda manusia
untuk berbuat dosa dan pelanggaran. Hati yang telah hitam dan ternodai
dengan perbuatan kotor akan jauh dari Allah bahkan jauh dari agama
Allah Swt.
Manusia dapat membersihkan hatinya dari dosa yaitu dengan
harus merasa menyesal dan minta ampun pada Allah. Manusia itu harus
diingatkan dengan baik agar ia menyadari perbuatan salahnya, menyadari
kesalahannya lalu ia mau meminta ampun pada Allah dan bertaubat.
Kemudian ia harus berusaha membersihkan noda-noda hitam itu dengan
melakukan perbuatan-perbuatan baik dan melaksanakan ibadah-ibadah
yang disyariatkan. Maka hatinya akan dibersihkan kembali.
183
Ibadah dalam Islam sesungguhnya merupakan usaha untuk
memelihara kebersihan hati, dan menjadikannya lembut dan peka, juga
membersihkannya dari kotoran. Seperti Ibadah shalat juga merupakan
sebagaimana manusia berkomunikasi dengan Tuhannya, beserta ibadah
lainnya. Dosa dalam Islam adalah perbuatan buruk yang dilakukan
dengan sengaja sehingga menyebabkan dirinya kotor dan berdosa. Dosa
tidak saja akan berakibat terhadap hati individu pelakunya, namun juga
secara nyata terhadap individu itu diri sendiri maupun terhadap
masyarakat. Perbuatan dosa dilarang karena bersifat merusak dan
menghancurkan.Sebab itu, jauhilah perbuatan-perbuatan keji yang telah
dilarang Allah Swt, karena itu akan merusak diri sendiri.
184
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dipaparkan
dalam bab-bab sebelumnya, maka pada bab penutup ini, diutarakan
beberapa kesimpulan yaitu Latar belakang timbulnya tradisi tari
Seudati masyarakat Aceh di Kota Peureulak. Pada awalnya Seudati
muncul di Kabupaten Pidie pada masa sebelum masuknya Islam ke
Aceh, kemudian melalui pertunjukan yang berpindah-pindah dari satu
daerah ke daerah lainnya.
Tarian seudati sebagai media dakwah sudah pernah
menunjukkan peran penting sebagai media dakwah dalam proses
sosialisasi ajaran Islam kepada masyarakat di sana. Kehadiran seni tari
merupakan ekspresi dari adanya budaya kreatif sekaligus menjadi
jawaban cerdas terhadap tuntutan jaman dalam menghadirkan media
Dakwah yang adaptif dan solutif. Bentuk dakwah yang disampaikan
dalam syair seudati ada empat bentuk. Yang pertama syair “ Saleum
aneuk syahie dan saleum rakan” penyampaikan pesan dakwah dalam
bentuk nasehat. Kedua syair “ Kisah” penyampaian dakwah dalam
bentuk nasehat menghormati orang tua dan guru. Ketiga syair “ Sya‟i
Panyang” pesan yang disampaikan berupa dakwah Ibadah. Keempat
syair “Lanie” dakwah yang mengandung pesan mengenai Hubbul
Wathon tentang pemuda yang mencintai negerinya.
Penciptaan Syair Seudati ini dari berbagai sumber, yang
pertama dari alquran dan hadist, hikayat Aceh (Prang Sabie) dan
185
spontanitas, dan ketiga hal tersebut sangat bergantung kepada Aneuk
Syahie karena Aneuk Syahie harus bisa menyampaikan Syair Seudati
sesuai dengan Kondisi tarian Seudati di tampilkan. Dan syarat untuk
menjadi Aneuk Syahie selain suara yang bagus juga harus memiliki
wawasan yang luas.
Adapun pendapat masyarakat mengenai Syair Seudati sekarang
adalah terbagi kedalam tiga golongan. Pertama menurut Ulama Aceh
Syair Seudati sekarang tidak mengandung nilai dakwah dan hanya
focus kepada nilai seninya saja. Kedua golongan pemangku Adat
penampilan seudati hampir punah disebabkan beberapa faktor
diantaranya tidak mendapat dukungan dari tokoh ulama, yang
menganggap seudati sekarang tidak lagi menyampaikan nilai-nilai
dakwah, sehingga terhambat untuk berkembangnya seudati. Ketiga
menurut Pelaku seni perkambangan tari Seudati sudah mulai menurun
hal ini disebabkan beberapa aspek, yang pertama tarian seudati kurang
diminati oleh kaum muda karena dianggap ketinggalan zaman, dan
pelaku seni sendiri sudah tua. Kedua pemerintahan sudah tidak
diperdulikan oleh pemerintah.
B. Saran
Penulis berharap kajian hermeneutika dapat menjadi khasanah
berkembangnya ilmu pengetahuan komunikasi. Sejalan dengan hal itu,
kajian hermeneutika tersebut bukan hanya berguna untuk penelitian,
tetapi lebih kepada berguna untuk ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan ilmu pengetahuan lainnya.
186
Kepada pemerintah daerah provinsi Aceh, hendaknya dalam
menjalankan roda kepemimpinannya tidak hanya memperhatikan tata
letak suatu pembangunan melainkan dari segi kreatifitas seni dan
budaya juga perlu dapat perhatian khususnya Seudati. Karena, Seudati
salah satu kesenian Aceh yang pernah menjadi sebagai media dalam
menyebarkan Islam di Aceh.
Kepada pemerintah daerah provinsi Aceh, khusususnya Dinas
Pendidikan dan kebudayaan, terus memperhatikan dan melestarikan
kesenian Aceh, yaitu Seudati dengan memberi pelatihan dan workshop
untuk masyarakat dalam pengembangan Seudati kepada generasi
selanjutnya. Kepada pemerintah provinsi Aceh terus bekerja sama
dengan lembaga-lembaga terkait supaya memberi peningkatan kepada
pelatih Seudati.
Kepada pemerintah daerah provinsi Aceh, ulama, mukim dan
tokoh masyarakat memberikan konstribusi lebih baik terhadap
pengembangan Seudati di Aceh, supaya dapat dilestarikan dan di
mainkan malam hari dengan batas-batas tidak melanggar syariat Islam.
Kepada pemerintah provinsi Aceh, khususnya Majelis Adat
Aceh terus menjaga adat dan budaya dan kesenian Seudati agar tetap
terjaga dan terus meningkatkan kesenian Seudati dalam pertunjukan.
Di harapkan tesis ini dapat menambah informasi dan kostribusi
bagi komunikasi Islam khususnya dan juga bagi para mahasiswa pasca
sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah sebagai bahan
rujukan atau referensi dalam mengkaji suatu penelitian.
187
187
DAFTAR PUSTAKA
A.W. Munawir, 1997. “Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia
Terlengkap.” Surabaya: Pustaka Progresif.
Abdullah, 2012. “Dakwah Kultural dan Struktural.” Bandung.
Citapustaka Media Perintis.
Ahmad, Abd. Aziz, “Dakwah, Seni dan Teknologi Pembelajaran.”
Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri
Makassar.
Amiruddin Hasbi, 2007. “Ulama Dayah Pengawal Agama Masyarakat
Aceh.” Lhokseumawe. Nadia Foundation.
Anas Ahmad, 2006. “Paradigma Dakwah Kontemporer.” Semarang.
Wali Songo Press IAIN Walisongo
Arifin, 2004. “Psikologi Dakwah.” Jakarta. Bumi Aksara.
Arifin, Anwar 2011. Dakwah Komporer Sebuah Studi Komunikasi,
Yogyakarta: Graha Ilmu. Aripudin, 2011. “Pengembagan Metode Dakwah: Respons Da‟i
Terhadap Dinamika Kehidupan di Kaki Ceremai.”
Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Asy Syaikh Shalih Fauzan bin Fauzan bin Abdillah al Fauzan, Jawab
Tuntas Masalah Manhaj al ajwibah al mufidah an as
alatil manahij al jadidah, Yogyakarta: Pustaka Al-
Haura
Atjeh Aboebakar, 1970. “Aceh dan Sejarah Kebudayaan Sastra.”
Semarang.Ramadan.
Ayang Utriza Naway., 2009 “Adakah Penerapan Syari`at Islam di
Aceh” Banda Aceh: Tikar Pandan
Basit Abdul, 2006. “Wacana Dakwah Kontemporer.” Yogyakarta.
STAIN Purwokerto Press.
Basral , Akmal Nasery, 2013. Napoleon dari Tanah Rencong, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Bertens, 2001. Filsafat Barat Kontemporer Prancis, Yogyakarta:
Penerbit Kanisius. 187
188
BPS Kabupaten Aceh Timur, 2016 Peta Administrasi Kabupaten Aceh
Timur: RTRW Tahun , Diunduh Pada Tanggal 15 Juli 2
Burhan Bagin, 2003 “Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman
Filosofis Ke Arah Penguasaan Model Aflikasi”
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Danesi, Marcel 2004. “Pesan, Tanda, dan Makna.” Yogyakarta.
JALASUTRA.
Daryanto, 2011. Ilmu Komunikasi 1, Bandung: PT. Sarana Tutorial.
Depdikbud, 1998. “Pentas Sastra.” Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Departemen Agama RI, Alquran
E.Sumaryono, 1999. “Hermeneutika sebuah metode filsafat.” Depok.
PT kanisius.
Eagleton, Terry, 2006. “Teori Sastra: “Sebuah Pengantar
Komprehensif, Harfiah.” Yogyakarta. Jalasutra.
Ghazali Adeng Muchtar i, 1997. “Pemikiran Islam Kotemporer : Suatu
Refleksi Keagamaan dan Dialogis.” Bandung. Mizan.
Hadari Nawawi, 2007 “Metode Penelitian Sosial” (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. Hadi, Abdul, 2014. “Hermeneutika Sastra Barat & Timur.” Jakarta.
Sadra Pres.
Hamdju, Atan. 1987 “Buku Pengetahuan Seni Musik” Jakarta: PT.
Mutiara Sumber Widya.
Hamzah Ya'kub, 1973. “Publisistik Islam Seni dan Tehnik Dakwah.”
Bandung. CV. Diponegoro. Harjani Hefni, 2015 “Komunikasi Islam” Jakarta: PrenadaMedia Group
Haryatmoko, 2002. “Memahami Diri Lebih Baik: Hermeneutika
Menurut Paul Ricoeur.” Jakarta: Kompas.
189
Hasyimi Ali, 1983, “Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah”. Jakarta:
Beuna 15
Hermaliza Essi, 2014. “Seudati Aceh.” Aceh. Balai Pelestarian
Budaya.
Hermintoyo, M. 2003. Simbol Naturalis dalam Lirik Lagu Populer
Indonesia. Yogyakarta: PIBSI UNY.
Hurgronye,C.Snock,1894. The Atjeher Part II, Leiden: E.J. Brill.
Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Miswari, 2017 “Rekonstruksi Identitas
Konflik Kesultanan Peureulak”. Jurnal, Langsa : IAIN
Zawiyah Cot Kala Langsa. J.R raco, 2008. “Metode Penelitian Kualitatif.” Jakarta. Grasindo.
Jane Stokes, 2006. “How To Do Media and Cultural Studies: Panduan
Untuk Melaksanakan Penelitian Dalam Kajian Media
dan Budaya.” Yogyakarta. Bentang Pustaka.
Jean-Louis Michon, 2003. “Musik dan Tarian Suci dalam Islam.”
Bandung. Mizan.
K. Prenc.M, 1969. “Kamus Latin Indonesia.” Yogyakarta. Kanisius.
Khalaf Abu Wahab,. “Ilm Ushul Fiqh :Dakwah Islamiyah Syabab.”
Mesir. Al Azhar.
Kunto, A.A.. 1999. “Mata Rantai Hedonisme. Kecil Bahagia, Muda
Foya-foya, Tua Kaya-raya, Mati Maunya Masuk Surga”.
Yogyakarta: Kanisius .
L.K. Ara, “ Indonesia Ensiklopedi” Jilid V. Jakarta. PT. Ikhtiar Baru -
Van Hoeve.
Lexy J. Moleong, 1994. “Metodologi Penelitian Kualitatif.” Bandung.
PT. Remaja Rosdakarya.
liliweri, Alo 2011. “Komunikasi Serba Ada serba makna.” Jakarta.
Kencana.
Luxemburg, 1984, Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia
190
M. Arifin Amin, “MONISA : Dalam Lintas Sejarah Bangsa.”
Sekretaris Yayasan Monisa : Aceh Timur, 2015.
Mahfud, 1970. “Hidayah Al-Mursyidik: terj.” Yogyakarta. Usaha
Penerbit Tiga.
Masri Singarimbun, 1989. “Metodelogi Penelitian Survai” Jakarta :
LP3ES.
Masykurotus Syarifah, “Budaya Dan Kearifan Dakwah.”Al-Balaghah.
Jurnal dakwah dan komunikasi.
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, 1992 “An Expended
Source Book: Quality Data Analysis, Qualitative, terj.
Tjetjep Rohendi Rohid, Analisis Data Kualitatif:
Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru”.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Moh. Ali Aziz, 2004. “Ilmu Dakwah” Jakarta. Kencana Prenada Media
Group.
Mohd. Harun, 2009. “Memahami Orang Aceh.” Bandung. Cita Pustaka
Media Perintis.
Morrisan, 2013. “Teori Komunikasi.” Bogor. Ghalia Indonesia.
MPU ACEH, 2013. “Seni Budaya dan Hiburan Lainnya dalam
pandangan syariat Islam.” Banda Aceh. MPU Aceh.
Muh. Tahir, 2011. “Pengantar Metodologi Penelitian.” Makassar.
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Muhammad Abu Zahrah, “Ushul Fiqh Dar Al-fik al- „arab.” Libanon.
Muhammad al-Tahir ibn „Asyur, 1984. “Tafsir al-Tahrir wa al
Tanwir.” Juz. XXVI. Tunis. Al-Dar Al-Tunisiyah.
Muhammad Husein Az Ziyat, “Tarikhul Adabil Arabi.” Kairo. Darun
Nahdlah, t.t.
Muhammad Ikhsan, 2012 “Implementasi Pembangunan Dalam
Pengembangan Pariwisata Islami Di Kota
Lhokseumawe” Medan: IAIN Sumatera Utara. Muhammad Syukri, 2006 “Hermeneutika Ilmu Sosial.” Yogyakarta:
Kreasi Wacana terjemahan Recoeur, 1981.
191
“Hermeneutics and the human scince.” Cambrige:
Cambrige University Press.
Mulyana Dedy, dkk., 2005. “Komunikasi Antar Budaya.” Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005.
Museum Nasional, 1988. “Mengenal Aneka Ragam Tulisan Daerah di
Indonesia.” Jakarta. Direktorat Museum : Ditjen
Kebudayaan Departemen P dan K.
Nana Syaodih Sukmadinata, 2009 “Metode Penilitian Pendidikan”
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nazir, Mohammad. 1988, “Metode Penelitian” Jakarta: Ghalia
Indonesia
Nusa Putra dan Santi Lisnawati, 2012 “Penelitian Kualitatif
Pendidikan Agama Islam” Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Oemar Amin Hoesin, 1975. “Kultur Islam.” Jakarta: Bulan Bintang.
Philip K. Hitti, 2013. “History of Arabs Rujukan Induk dan Paling
otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam.” Jakarta.
Serambi Ilmu Semesta.
Pimay Awaludin, 2005. “Paradigma Dakwah Humanis: Strategi dan
Metode Dakwah Saefudin Zuhri.” Semarang. Rasail.
Poespoprodjo, W, 2004. “Hermeneutika.” Bandung. Pustaka Setia.
Pradopo, Rachmat Djoko.2002, Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gaja
Mada University Press
Pusat data dan Statistik pendidikan dan kebudayaan (PDSPK), 2016
“Analisis Kearifan Lokal Ditinjau Dari Keragaman
Budaya” RI : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Putuhena, M. Shaleh, 2007 “Historiografi Haji Indonesia” Yogyakarta:
LkiS
Rachmat Kriyantono, 2012. “Teknik Praktis Riset Komunikasi.”
Jakarta. Kencana.
192
Radita Gora, 2012. “Hermeneutika Komunikasi.” Yogyakarta.
Deepublish.
Rahardjo, Mudjia, 2007. “Hermeneutika Gadamerian: Kuasa Bahasa
dalam Wacana Politik Gusdur.” Malang. Universitas
Islam Negeri - Malang Press.
Rakhmat,Jalaluddin 2004. “Metode Penelitian Komunikasi.” Bandung.
PT Remaja Rosdakarya.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004 “Teori, Metode, dan Teknik Penelitian
Sastra,” Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rechad West dan Lynn H. Tunner , 2010. “Pengantar Teori
komunikasi : Analisis dan Aplikasi.” Jakarta. Penerbit
Salemba Humanika.
Richard E. Palmer, 1969. “Hermeneutics : Interpretation Theory in
Schleermacher, Dilthey, Heideger, and Gadamer.”
Evastton : Northwestern University Presss.
Ricoeur Paul, 1981“Paul Ricoeur Hermeneutics and The Human
Sciences.” English. Cambrige University Press.
Rusdi Sufi, Agus Rudi Wibowo, 2007 “Rajah Dan Ajimat Pada
Masyarakat Aceh”. Banda Aceh: Badan Perpustakaan
Provinsi NAD. Saifudin Anshari, , 1969. “Pokok Pokok Pikiran Tentang Islam.”
Bandung. Pelajar.
Siti Muriah, 2000. “Metodologi Dakwah Kontemporer.” Yogyakarta.
Mitra Pustaka.
Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suharsimi Arikunto, 1997 “Prosedur Penelitian” Jakarta: Rineka Cipta.
Suhelmi, 2004. “Apresiasi Seni Budaya Aceh.” Banda Aceh. Ar-Raniry
Press.
Sumaryono, E. 1999. Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat
Yogyakarta: Kanisius.
193
Supriyono, J, 2004. “Mencari Identitas Kultur Keindonesiaan dalam
Hermeneutika Pascakolonial: Soal Identitas . Mudji Sutrisno
dan Hendar Putranto (ed.).” Yogyakarta;Yayasan Kanisius.
Susanto, Mikke, 2002. “Diksi Rupa: Kumpulan Istilah Seni Rupa.”
Yogyakarta. Kanisius
Suyuthi, 1996 “Al-Jami‟us Shagjie” Jilid V Surabaya: Bina Ilmu Syaikh Abdullah Al Fauzan, 1432 H “Minhatul „Allam fii Syarh Bulughil
Marom” Cet I, Dar Ibnul Jauzi.
Syamsuddin Ishak, dkk, 1986/1987 “Ensiklopedi Musik Dan Tari
Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh” Banda Aceh: Pusat
Penelitian Sejarah Dan Budaya .
Syamsul Rijal, Iskandar Ibrahim., 2009 Implementasi Syari‟ah Dalam
Seudati Aceh, Banda Aceh: Badan Arsip dan Perpustakaan
Aceh.
T. Alibansjah Talsya, 1972. “Atjeh Jang Kaja Budaya.” Banda Atjeh.
Pustaka Meutia.
T. Syamsuddin M. Nur Abbas, 1981 “Reuncong” Banda Aceh: Proyek
Rehabilitasi dan Perluasan Museum
Usman Abdul Rani, dkk, 2009. “Budaya Aceh.” Banda Aceh. Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.
Winaryo Surakhmad, 1990 “Pengantar Penelitian Ilmu Dasar Metode
dan Teknik” Bandung: Tarsito.
Winaryo Surakhmad,1980. “pengantar Penelitian Ilmiah.” Bandung:
Tarsito.
Yantos, 2013. “Analisis Pesan-Pesan Dakwah Dalam Syair-Syair Lagu
Opic.” Jurnal. RISALAH Vol. XXIV.
Yusuf Al-Qardlawy, Pen. Tim. “Nasyid Versus Musik Jahiliyah.”
Kairo. Mujahid Press, Cet 1.
Zakaria Ahmad, 1982. “Petunjuk Singkat Meseum Negeri Aceh.” Banda
Aceh. Konikklijk Instituut.
Zakaria Ahmad, 2008. “Sejarah Perlawanan Aceh Terhadap
Kolonialisme dan Imperialisme” Banda Aceh. Pena.
194
Thesis/ Skripsi/ Jurnal :
Abdul Wachid B.S, 2006. Hermeneutika Sebagai Sistem Interpretasi
Paul Ricoeur Dalam Memahami Teks -Teks Seni
Jurnal STAIN : Purwokerto
Acep Iwan Saidi, 2008. “Hermeneutika, Sebuah Cara Untuk
Memahami Teks.” Jurnal Sosio Teknologi Edisi 13.
Anggun Herliyani, 2015. “Analisis Semiotika Gerak Dasar dan
Properti pada Kesenian Incling Krumpyung “Langen
Bekso Wiromo” di Gunung Rego, Hargorejo, Kokap,
Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta.” Skripsi. Yogyakarta.
Cut Ayu Mauidhah, Thesis, 2017 “Pesan-Pesan Komunikasi Islam Dalam
Tarian Tradisional Seudati Aceh (Analisis Semiotika)”
Medan : Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara.
Eko A Meinarno, dkk., “Apakah Gosip Bisa Menjadi Kontrol Sosial?”
Jurnal: Psikologi Pitutur
Fahmi Salim, 2010 “Kritik terhadap Studi Al-Qur‟an Kaum Liberal”
Jakarta: Pespektif.
Fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama., 2013. No. 12 Tahun 2003,
“Seni Budaya dan Hiburan Lainnya dalam
pandangan Syariat Islam.” Banda Aceh : MPU.
Haidir Rachman, 2013. Sastra Indonesia, Hermeneutika, Semiotika,
Kompor Meleduk, Benyamin Sueb,. Diakses melalui web
www.academia.edu/3432290/kajian_hermeneutika_teks_lagu_k
ompor_meleduk_karya_benyamin_sueb
Hamid Fahmy Zarkasyi, 2006. “Hermeneutika Sebagai Produk
Pandangan Hidup.” dalam Kumpulan Makalah
Workshop Pemikiran Islam Kontemporer, IKPM
cabang Kairo.
195
Hasan, Ridwan., 2013. “ Seni Seudati: Media Edukasi Sufistik.” Jurnal
: Vol 13.
Khairil Fazal, 2017. “Tradisi Tari Seudati Masyarakat Kota
Lhokseumawe Aceh.” Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara.
Lathifatul Izzah el Mahdi: 2007 Hermeneutika-Fenomenologi Paul
Ricoeur Jurnal Yogyakarta: Program Agama dan
Filsafat Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Nawafik, Achmad, 2016. “Dakwah Melalui Seni : Studi Kasus
Kesenian Tradisional Ludruk Pada Masyarakat
Giligenting Kabupaten Sumenep.” Masters thesis,
UIN Sunan Ampel Surabaya.
Nurliana, 2013. Tesis “Pola Komunikasi Tokoh Adat Dalam
Mensosialisasikan Budaya Tari Ula-Ula Lembing Di
Kabupaten Aceh Tamiang”. Medan: IAIN Sumatera
Utara.
Nursapia Harahap, 2011,. Analytica Islamica,Jurnal. Medan: UINSU,
Nuyten, Ronald. 1994. Pengaruh Teknik Pengajaran dan Kepekaan
Terhadap Musik Pada Hasil Belajar Struktur Bahasa
Jerman Mahasiswa Strata Satu Program Studi Bahasa
Jerman FPBS IKIP Jakarta, (esis: Program Pasca
sarjana IKIP Jakarta Qommarudin Awwam, 2014, Air Mata Syahadat (Tanggerang: Cakrawala
Nusantara Group
Ramziati Taufika, 2013, Pesan Pesan Dakwah Dalam Seni Tari:
Kajian Terhadap Syair dan Gerak Tari Seudati dan
Rateb Meusekat (Tesis), (Banda Aceh: IAIN Ar-
Raniry.
Rochanah, 2017, Jurnal Arabia, Vol 9 No.2. “Menumbuhkan Sikap
Hubbul Wathon Mahasiswa Stain Kudus Melalui
Pelatihan Belanegara”. Syukri, 2012, Disertasi. “Peranan Ulama Dalam Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Aceh Medan: IAIN Sumatera Utara. Lihat juga Syukri,
Ulama Membangun Aceh: Kajian Tentang Pemikiran, Peran
Strategis, Kiprah, dan Kesungguhan Ulama Dalam menentukan
196
Kelangsungan Pembangunan Dan Pengembangan Syari‟at Di Aceh,
Medan: Perdana Mulya Sarana.
Zaharah, 2005. “Fungsi dan makna Syair Tari Seudati pada
Masyarakat Aceh Tamieng.” Skripsi. Universitas
Syiah Kuala, Fakultas FKIP.
WEB :
CNN Indonesia, “Sepanggal kisah tari Seudati-Inside Indonesia”
Video Youtube Rapai.uui-store.web
Atjeh, Aceh dan Sejarah Kebudayaan.or.id
Almanhaj.or.id/404-keutamaan-berbakti-kepada-kedua-orang-tua-dan-
pahalanya.
Atjeh, Aceh dan Sejarah Kebudayaan.or.id
Https://lirik.kapanlagi.com/artis/winner/kesaktianmu
Wacana.co/2015/09/seudati
LAMPIRAN
Wawancara dengan Kasubbag dinas kebudayaan Aceh Timur
Kantor Dinas Pendidikan dan kebudayaan Aceh timur
Selesai wawancara dengan Syeikh Faj “ Syeikh Tari Seudati Kota Peureulak Aceh Timur”
Wawancara dengan Abu Bakar AR ketua MAA Aceh dan (Aneuk Syahie)
tarian Seudati kotaPeurelak
Makam kesultanan raja pertama di Peureulak