tesis pesan dakwah islam dalam syair tari seudati

221
TESIS PESAN DAKWAH ISLAM DALAM SYAIR TARI SEUDATI PERSPEKTIF HERMENEUTIKA Oleh : ZULFARAUYANI NIM. 21160510000007 PROGRAM MAGISTER KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Transcript of tesis pesan dakwah islam dalam syair tari seudati

TESIS

PESAN DAKWAH ISLAM DALAM SYAIR

TARI SEUDATI

PERSPEKTIF HERMENEUTIKA

Oleh :

ZULFARAUYANI

NIM. 21160510000007

PROGRAM MAGISTER

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019 M

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aceh merupakan daerah yang sangat kental dengan adat

istiadat yang berkaitan erat dengan agama Islam, sehingga muncul

filosofi di dalam masyarakat Aceh yaitu “Adat ngon hukom lagee zat

ngon sifeut” (adat dengan hukum seperti zat dan sifat), oleh karena itu,

masyarakat pada umumnya masih sulit untuk membedakan antara

ajaran agama dan adat. Dengan demikian, meskipun agama Islam sudah

menjadi pegangan hidup orang Aceh, tetapi dalam kehidupan sehari-

hari masyarakat Aceh ketika menerapkan ajaran-ajaran agama Islam

masih dipengaruhi oleh adat istiadat. Sehingga dapat dilihat pada ritual-

ritual keagamaan pada masyarakat Aceh yang masih menggabungkan

dengan nilai-nilai kebudayaan dan begitu juga sebaliknya.1

Musik dan tari tradisional merupakan bagian identitas dari

masyarakat Aceh yang harus dilestarikan karena tari tradisional

mengandung banyak nilai dan sejarah yang menggambarkan perilaku

khas dari masyarakat Aceh sendiri. Walaupun musik dan tari

tradisional masih tetap dipelihara, dikembangkan dan di gelarkan oleh

pecinta dan pendukung-pendukungnya sampai dewasa ini. Namun

bukan tidak mungkin akibat penetrasi unsur-unsur luar/kebudayaan

1 Rusdi Sufi dan Agus Rudi Wibowo, Rajah Dan Ajimat Pada Masyarakat

Aceh, (Banda Aceh: Badan Perpustakaan Provinsi NAD, 2007), 2.

2

luar, nilai budaya Aceh akan menjadi suram ataupun mungkin

menghilang dalam masyarakat.2

Sementara itu, musik dan tari tradisional menjadi permasalahan

yang rumit dalam kehidupan masyarakat Aceh. Karena musik dan tari

tradisional identik dengan hiburan dan seni. Alasannya karena

kebanyakan manusia sudah terjebak pada kelalaian dan melampaui

batas dalam hiburan dan seni. Kemudian hiburan dan seni juga menjadi

manusia merasa bebas mengumbarkan hawa nafsunya, karena hiburan

dan seni telah terkontaminasi oleh kemewahan hedonisme.3 Contoh

syair lagu yang terkontaminasi oleh kemewahan hodonisme adalah teks

lagu Winner Band judul “ Kesaktianmu” dan teks lagunya sebagai

berikut : “Tatap matamu membunuh aku Di saat malam itu Peluk

tubuhmu terangi aku Di saat malam-malam gelap Kesaktianmu

membungkap mulutku Menjadi lemah tak berdaya Ingin ku ulangi dosa

yang terindah Yang pernah kita lakukan Kau tikam aku dengan

cintamu Dan rasanya manis sekali Rasanya manis sekali ih.. ih.. Kau

berikan aku surga dunia Dan rasa inginku ulangi Rasa ingin ku ulangi

ih..”4 Berdasarkan bait lagu tersebut dapat dimaknai beberapa perilaku

2 Syamsuddin Ishak, dkk, Ensiklopedi Musik Dan Tari Daerah Provinsi

Daerah Istimewa Aceh, (Banda Aceh: Pusat Penelitian Sejarah Dan Budaya

1986/1987), 11. 3Hedonisme adalah istilah untuk menggambarkan faham yang

mengutamakan pada kesenangan dan kemewahan fisik. Hedonisme sudah ada sejak

zaman Yunani kuno, tokoh pertama yang mengajarkan Hedonis adalah seorang filsuf

yang bernama Democritus ia memandang bahwa kesenangan sebagai tujuan pokok

didalam hidup ini. Kunto, A.A.. Mata Rantai Hedonisme. Kecil Bahagia, Muda

Foya-foya, Tua Kaya-raya, Mati Maunya Masuk Surga. (Yogyakarta: Kanisius

1999), 86-92. 4 https://lirik.kapanlagi.com/artis/winner/kesaktianmu/

3

manusia yang melanggar syariat Islam seperti mengajak pendengar

untuk berzina,hura-hura, menjalin perilaku asusila. Dikeranakan

beredarnya musik hedonisme tersebut berimbas kepada musik dan tari

tradisional seperti tari seudati.

Tarian Seudati merupakan simbol, dan untuk memahami simbol

itu diperlukan pemaknaan dari pembaca. Dalam memahami makna dari

pesan yang disampaikan melalui syair Seudati, pendengar harus

mampu memahami bahasa sebagai sistem simbol yang mempunyai arti

dan makna yang saling berkaitan, maka di dalam pemaknaan syair tidak

boleh memaknai dengan semaunya sendiri melainkan harus dengan

kerangka simbol, yaitu ilmu tentang tanda-tanda.

Kesenian Seudati ini berwujud seni tari yang ditampilkan oleh

delapan penari pria dan satu sampai dua orang Aneuk Syeikh

(penyanyi). Sayangnya, perkembangan tari Seudati saat ini dianggap

kurang diminati meskipun sebetulnya tari Seudati dapat dikatakan

sebagai identitas ureung (orang) Aceh. Dahulu, tari Seudati muncul

pada acara-acara tertentu utamanya pada kegiatan keagamaan, karena

seudati mengandung nilai dakwah berisi kepercayaan dan ibadah

kepada Allah Swt. Etika dan akhlak serta nilai baik bermasyarakat pada

ajaran agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, tari Seudati kini

mulai “ditinggalkan” generasi muda. Tidak banyak lagi generasi muda

Aceh yang mampu dan mengetahui Seudati, bahkan sangat sedikit dari

mereka yang mengetahui pesan-pesan komunikasi Islam dalam tarian

4

tersebut. Belum lagi kekurangan generasi yang memahami dan mampu

menjadi syeikh, pemimpin tim Seudati.5

Sebagai seni pertunjukan tari, seudati terdiri atas unsur sastra

dan musik yang dihasilkan dari tubuh para penari sendiri dengan

menghentakkan jari, hentakan kaki, tepuk tangan atau dada bagi

penari laki-laki, dan bagian paha untuk penari perempuan. Lagu dan

syair diambil dari ayat-ayat suci Al-Qur‟an. Oleh karena itu tari

Seudati dikenal sebagai salah satu media untuk mensyiarkan dakwah

Islam khususnya di Aceh.

Apa sebetulnya yang disebut dengan dakwah? Kata dakwah

sering diungkapkan dalam Al-Qur‟an Ini membuktikan bahwa dakwah

adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan menusia. Tidak salah

jika M. Iqbal, pembaru dari Pakistan Berkata “sesuatu yang paling

berpengaruh dalam kehidupan saya adalah nesehat ayah yang

mengatakan; anakku, bacalah Al-Qur‟an seakan akan ia diturunkan

padamu”.6 Oleh karena dakwah harus disyiarkan dalam berbagai

bentuk aktifitas masyarakat salah satunya adalah tarian seudati.

Disamping itu, syair Seudati menjadi andalan ulama terdahulu

untuk menyampaikan pesan akidah Islam, menurut Adli Abdulah

sejarawan asal kota Bireun Aceh utara, Tarian ini di masa lalu

merupakan suatu media yang digunakan oleh para penyebar Islam

5 Essi Hermaliza, Seudati, (Banda Aceh: Balai Pelestarian Budaya, 2014), 2.

6 Abdul Basit, Wacana Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: STAIN

Purwokerto Press 2006) , 26.

5

untuk menyebarkan Islam di Aceh, karena tujuan utama dari Seudati

adalah menyampaikan dakwah Islam. Kunci dari Seudati berada pada

Seorang penyair ( Aneuk Syahie), butuh keahlian dan kekreatifan

penyair untuk menumbuhkan kejenakaan dalam menyampaikan pesan,

menurut Abu Bakar AR sebagai ( Aneuk Syahie) Seudati “ Tidak ada

satu petikan jari pun tak bertenaga, dan tidak ada satu syairpun yang

tidak bermakna”.7 Sebelum berubah menjadi Seudati, tarian tersebut

diberi nama ratoh yang berarti menyampaikan cerita tentang apa saja

yang berhubungan dengan aspek sosial kemasyarakatan, seperti cerita

tentang kisah sedih atau gembira, kisah yang dapat membangkitkan

semangat untuk berjuang atau suatu nasehat dalam mempertahankan

negara dan agama Allah swt.8 Makna dalam Syair tari Seudati tidak

terlepas dari pengaruh nilai-nilai ajaran Islam dari proses

pembentukannya hingga tampil di depan publik, karena memang

seudati dihadirkan sebagai media dakwah oleh penciptanya.9

Penciptaan sebuah syair membutuhkan proses yang cukup

panjang serta membutuhkan proses pemahaman yang sangat

mendalam. Melalui proses tersebut, pencipta syair berusaha

mencurahkan semua inspirasi yang ada di dalam benaknya. Inspirasi

tersebut bisa berupa pengalaman pribadi pengarang di masa lampau

7CNN Indonesia, Sepenggal Kisah Tari Seudati - Inside Indonesia,

(wawancara dengan sejarawan dan penyair asal Aceh, video Youtube, di unggah

tanggal 9 Agustus 2017). 8 Abdul Rani Usman, dkk, Budaya Aceh, (Banda Aceh: Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Aceh, 2009), 197. 9 Suhelmi, Apresiasi Seni Budaya Aceh, (Banda Aceh: Ar-Raniry Press,

2004), 35-36.

6

maupun pengalaman orang lain. Dari inspirasi-inspirasi yang sudah

muncul, maka terciptalah sebuah syair yang berisikan ungkapan

perasaan, seperti marah, benci, cinta, sedih, dendam, dan sebagainya.

Syair adalah kata-kata asli dari pengarang tentang ungkapan perasaan

yang di dalamnya terdapat ragam suara yang berirama.10

Penghayatan terhadap ajaran Islam dan fatwa ulama melahirkan

budaya Aceh yang tercermin dalam kehidupan adat-istiadat Aceh (adat

manoe pucoek, kanuri moled, kanuri blang, rabu abeh, pesta

perkawinan, tepung tawar dan lain sebainya) yang lahir dari renungan

para ulama, kemudian dipraktikkan, dikembangkan dan dilestarikan

secara turun-temurun dari satu generasi kepada generasi selanjutnya.

Di Aceh, strategi menjadikan seni tari sebagai media edukasi

publik memang sudah pernah menunjukkan keberhasilannya dimasa

lalu dengan jangkauan penyampaian pesan yang lebih luas ke berbagai

pelosok. Penyelenggaraan seni tari sebagai mana dimaksudkan di atas

akan menjadi perhatian para pemerhati sosial. Untuk mencapai tujuan

dakwah dimaksud, kegiatan dakwah harus didesain sesuai dengan

kondisi obyektif masyarakat sebagai mad‟u. Alquran menjelaskan,

bahwa bentuk-bentuk dan metode dakwah yang dapat digunakan adalah

bentuk dakwah lisan dan tulisan yang tertulis dalam mauidhatul

hasanah dan mujaddalah.11

10 Depdikbud.; Pentas Sastra. (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa,1998), 550. 11

Qs. An-Nahlu :125 “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan

hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat

7

Diantara berbagai jenis tari kesenian asli yang banyak terdapat

di Aceh, Seudati mengambil tempat yang terkemuka di tengah-tengah

dan di hati masyarakat Aceh. Semenjak zaman kerajaan Aceh, ia

merupakan suatu seni tari yang sangat dikagumi oleh para pendatang

yang berkunjung ke tanah Aceh. Tarian yang heroik dan bersifat

gerakannya yang gesit dan cepat, telah menguasai lubuk hati seluruh

rakyat Aceh, sehingga di mana diadakan tarian ini mendapat perhatian

dan dihadiri pengunjung puluhan ribu orang.12

Kepedulian masyarakat Aceh dalam menjaga kebudayaannya

sangatlah terlihat jelas, terbukti dengan masyarakat Aceh memiliki tari

tradisionalnya sendiri yaitu tari Seudati. Tari tradisional ini bukan

hanya menjadi hak milik bagi masyarakat setempat, namun mereka

menjaga dan melestarikan tarian Seudati tersebut, karena tarian Seudati

merupakan hasil dari kreativitas estetik masyarakat terdahulu ialah

masyarakat Aceh. Eksistensi tari tradisi yang bersifat menyebarkan

dakwah dan komunal merupakan representasi dari nilai-nilai sosial

budaya masyarakat yang tumbuh dan berkembang sampai saat ini.

Keragamaan tari tradisional Aceh lahir dalam lingkungan masyarakat

etnik, yang memiliki karakteristik sebagai simbol masyarakat

dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk. 12

Cut Ayu Mauidhah, Thesis, Pesan-Pesan Komunikasi Islam Dalam

Tarian Tradisional Seudati Aceh (Analisis Semiotika), (Medan : Pasca Sarjana

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2017), 28

8

pemiliknya. Identitas inilah yang menjadikan kekayaan bentuk seni

tradisi yang dimiliki masyarakat Aceh. 13

Tari Seudati dahulu selalu ada pada setiap acara-acara, sebagai

acara kegiatan keagamaan, perkawinan dan lainnya dalam kehidupan

keseharian masyarakat sehingga tidak mudah lekang dalam ingatan

orang Aceh. Selain itu tarian ini termasuk kategori Tribal War Dance

atau tari perang yang mana syairnya selalu membangkitkan semangat

pemuda Aceh untuk bangkit menegakkan ajaran Islam dan bangkit

untuk melawan penjajahan. Oleh sebab itu tarian ini sempat dilarang

pada zaman penjajahan Belanda, karena dianggap bisa memprovokasi

para pemuda untuk memberontak.14

Seiring dengan masuknya era globalisasi saat ini, turut

mengiringi budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia . Di zaman

yang serba canggih ini, perkembangan kemutahiran tekhnologi tidak

dibarengi dengan budaya-budaya asing positif yang masuk. Budaya

asing masuk ke negeri kita secara bebas tanpa ada filterisasi.

Perkembangan pesat era globalisasi saat ini semakin menekan proses

akulturasi budaya terutama pengaruh budaya Barat. Dengan kemajuan

teknologi modern mempercepat akses pengetahuan tentang budaya lain.

Pengaruh interaksi dengan budaya Barat mewarnai kehidupan

masyarakat Aceh. Tari Seudati kini mulai “ditinggalkan” generasi

muda. Tidak banyak lagi generasi muda Aceh yang mampu dan

13

Essi Hermaliza, Seudati, 54 14

Essi Hermaliza, Seudati, 11.

9

mengetahui Seudati, bahkan sangat sedikit dari mereka yang

mengetahuinya terhadap tarian tersebut. Belum lagi kekurangan

generasi yang memahami dan mampu menjadi pemimpin tim Seudati

(syekh). Namun demikian pelestarian berbagai budaya termasuk tarian

Seudati ini juga dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan kebudayaan,

Balai Pelestarian Nilai Budaya dan ada juga yang mengatur tentang

berbagai adat dan budaya seperti MAA (Majelis Adat Aceh) yang

merupakan suatu tempat bernaungnya segala adat dan budaya Aceh

yang ada, termasuk tarian Seudati Aceh.

Dari beberapa pemaparan di atas, estetika yang tersirat dalam

tarian Seudati Aceh haruslah dikeluarkan secara faktual melalui

pendekatan Hermeneutika karena pesan dakwah Islam yang

disampaikan melalui syair dan tarian Seudati harus sepenuhnya

tersampaikan kepada Masyarakat milenial sekarang. Dan masyarakat

harus mengetahui bahwa Seni tarian Seudati merupakan salahsatu

tarian tradisional Aceh sebagai media dakwah. Sebagaimana nantinya

hasil penelitian ini dapat bermanfaat oleh generasi selanjutnya

terkhusus aneuk (anak) muda Aceh untuk terus dipelajari serta kesenian

tradisional ini dapat dilestarikan. Adapun karya ilmiah yang dimaksud

adalah tesis dengan judul “Pesan Dakwah Syair Seudati dalam

Perspektif Hermeneutika”

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi fokus

penelitian ini adalah Pesan Dakwah Syair Seudati dalam Perspektif

Hermeneutika dengan merinci rumusan masalah sebagai berikut ;

1. Bagaimanakah pesan dakwah Islam yang terkandung dalam

Syair Seudati Aceh?

2. Bagaimanakah penciptaan teks Syair Seudati Aceh menurut

perspektif hermeneutika

3. Bagaimana tanggapan masyarakat Aceh dan tokoh adat Aceh

sekarang ini mengenai Tarian seudati Aceh?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan

menjelaskan serta menggambarkan Bagaimana pesan-pesan dakwah

yang terkandung dalam syair-syair (verbal) Seudati Aceh dilihat dari

perspektif Hermeneutika.

Adapun manfaat penelitian ini, antara lain;

a. Manfaat akademis

Disusun untuk menyelesaikan persyaratan akhir dari tahap

mencapai gelar S2 dalam ilmu komunikasi.

b. Manfaat teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah

ilmu pengetahuan terutama dalam bidang komunikasi Islam. Serta

dapat menambah wawasan mengenai pesan-pesan dakwah dalam syair

tarian tradisional Seudati Aceh dengan menggunakan analisis

hermeneutika.

11

c. Manfaat praktis

Diharapkan kepada pihak masyarakat, mahasiswa dan generasi

muda selanjutnya dapat menjadi bahan masukan khususnya tentang

pesan-pesan dakwah dalam syair tarian tradisional Seudati Aceh. Serta

dapat menjadi referensi untuk penelitian lanjutan di bidang komunikasi

Islam.

D. Metodologi Penelitian

a. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Tentang metode penelitian kualitatif, Craswell mendefinisikannya

sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengekplorasi dan

memahami suatu gejala sentral. Untuk mengerti gejala sentral tersebut

peneliti mewawancarai narasumber dengan mengajukan pertanyaan

yang umum dan agak luas. 15

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini bersifat desktiptif

kualitatif, artinya penelitian ini dimaksudkan untuk memberi gambaran

secara jelas tentang analisis hermeneutika dalam teks syair “Seudati”.

Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif didefinisikan

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.16

Penelitian kualitatif digunakan untuk dapat menganilisis

lebih mendalam dan menginterpretasikan kondisi atau hubungan yang

15

J.R raco, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Grasindo,2008) 7. 16

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1994), 3.

12

ada, proses yang sedang berlangsung, akibat yang sedang terjadi, atau

fenomena yang sedang berkembang.

Menurut Miles dan Huberman, penelitian kualitatif berusaha

menelaah secara intensif kehidupan sehari-hari, selain itu juga bersifat

holistik, berujung pada pemahaman, mengahasilkan tema, dan

pernyataan dalam bentuknya yang asli, dan menjelaskan cara pandang

orang dalam setting tertentu, menggungkapkan berbagai penafsiran,

dengan instrumentasi yang tidak baku, juga menganalisis dalam bentuk

kata.17

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif

yang menghasilkan data deskriptif. Fokusnya pada Tradisi Tari Seudati

Masyarakat Kota Peureulak Aceh Timur (Perspektif Hermeneutika).

Penggunaan pendekatan metode penelitian ini yaitu ingin

mendeskripsikan dan menemukan makna serta pemahaman mendalam

atas permasalahan penelitian yang diteliti berdasarkan latar sosialnya.

(natural setting), Lexy J. Moleong. 18

Maksud natural dalam penelitian

ini adalah penelitian yang dilaksanakan secara alamiah, apa adanya

dalam situasi normal yang tidak di manipulasi keadaan dan kondisinya.

Kongkritnya penelitian ini menekankan pada deskripsi secara alami.19

Hadari Nawawi, mengungkapkan bahwa penelitian yang

bersifat deskriptif, ialah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

17

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi,( Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2004), 2. 18

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1996), 4. 19

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),

11.

13

atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti atau

penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri atau tunggal, yaitu

tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel

lain.20

Penelitian ini adalah penelitian yang menginterpretasikan fakta

atas fenomena sosial melalui teks karya sastra. Penelitian kualitatif

merupakan pendekatan penelitian yang berkepentingan dengan makna

dan penafsiran yang diturunkan dari kajian-kajian sastra dan

hermeneutika. Dan berkepentingan dengan evaluasi kritis terhadap

teks-teks.21

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang

Pesan Dakwah Islam Perspektif Hermeneutika dalam Kasus Syair

Seudati Aceh berdasarkan sudut pandang dan penilaian masyarakat

dilapangan. Atas deskripsi tersebut ditarik pemahaman mengenai

fenomena yang berkembang di dalam masyarakat.

b. Teknik Analisis Data

Pendekatan dengan metode kualitatif merupakan salah satu

bentuk metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status

seke lompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. 22

20

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 2007), 33. 21

Jane Stokes, How To Do Media and Cultural Studies: Panduan Untuk

Melaksanakan Penelitian Dalam Kajian Media dan Budaya, (Yogyakarta: Bentang

Pustaka, 2006) , xi. 22

Nazir, Mohammad, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988),

63.

14

Ciri-ciri metode kualitatif antara lain:

1. Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai

dengan hakikat objek, yaitu sebagai studi kultural.

2. Lebih mengutamakan proses dibandingkan denga hasil

penelitian sehingga makna selalu berubah.

3. Tidak ada jarak antara subjek peneliti dengan objek penelitian,

subjek peneliti sebagai instrumen utama, sehingga terjadi

interaksi langsung diantaranya.23

Kunci pemahaman adalah pertisipasi dan keterbukaan, bukan

manipulasi dan pengendalian. Sebagai sebuah metode penafsiran,

hermeneutika tidak hanya memandang teks, tetapi juga berusaha

menyelami kandungan makna literalnya.

Sumber data yang penulis gunakan, yaitu data yang diambil dari

teks syair “Seudati”. Sumber data ini juga diperkuat dengan pustaka

berupa buku-buku, dan data-data dari media lainnya.

Teknik analisis data, yaitu data yang digunakan berupa

penelitian data agar sistematis dan sesuai dengan rumusan masalah,

data tersebut akan dianalisis dengan teknik membaca, mencermati, dan

menganalisis serta membahas teks syair “ Seudati” dengan teori

hermeneutika, kemudian menarik kesimpulan dan memberi saran

sesuai dengan hasil pembahasan.

23 Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 47.

15

c. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di daerah Kota Peureulak. Dengan alasan bahwa

pemilihan lokasi daerah ini adalah karena Kota Peureulak merupakan

suatu kota yang sebanyak mengembangkan Seudati di bandingkan

daerah lain yang ada di Aceh, kemudian di kota Peureulak merupakan

kota tertua di Aceh. Islam masuk pertama ke Indonesia dan

berkembang di kota Peureulak dalam mencari data juga lebih mudah

karena seniman Tari Seudati Aceh berdomisili di kota Peureulak .

d. Informan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian deskriptif kualitatif, sehingga dalam penelitian ini

tidak dikenal adanya sampel, melainkan informan. Penentuan informan

ini dilakukan untuk memperoleh data yang valid dan sesuai dengan

kebutuhan yang sedang diteliti. Sebab itu, orang-orang yang menjadi

informan kunci harus dari orang-orang yang dianggap dapat

memberikan informasi dan berkaitan langsung dengan fokus yang

sedang diteliti.24

Pengambilan informan dalam penelitian ini subjek peneliti

ditentukan secara purposive sampling yaitu penentuan sampel yang

difokuskan kepada informan-informan tentang fenomena yang diteliti

dengan teknik snow ball sampling yaitu menelusuri terus subyek yang

24

Burhan Bagin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis

Ke Arah Penguasaan Model Aflikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 53.

16

dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.25

Adapun

penelusuran terhadap subjek penelitian yang dibutuhkan terutama para

pelaku seni Seudati yaitu, Syekh, Aneuk Syahie, sanggar Seudati,

pemangku adat (Ketua Majelis Adat Aceh timur, kepala Dinas

Kebudayaan Aceh Timur) dan ulama Aceh. Subjek penelitian ini

diharapkan akan dapat memberikan informasi-informasi berkaitan

dengan Pesan Dakwah Islam Perspektif Hermeneutika dalam Kasus

Syair Seudati Aceh.

e. Kehadiran Peneliti

Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang menekankan

pada hasil pengamatan peneliti, sehingga peneliti menyatu dengan

situasi dan fenomena yang diteliti. Kehadiran peneliti merupakan suatu

unsur penting dalam penelitian ini, peneliti sendiri atau dengan bantuan

orang lain merupakan pengumpul data utama. Kedudukan peneliti

dalam penelitian kualitatif sebagai perencana, pelaksana pengumpulan

data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil

penelitiannya.26

Kehadiran peneliti diharuskan berbaur dan menyatu dengan

subjek peneliti (informan), sehingga kehadiran peneliti tidak dapat

diwakilkan oleh angket atau tes. Selama penelitian berlangsung

dilakukan pengamatan dan wawancara secara mendalam untuk

25

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penilitian Pendidikan, (Bandung,

Remaja Rosdakarya: 2009), 99. 26

Lexy J. Moeleong, Metode., 168.

17

pengeksplorasian fokus penelitian.27

Dengan demikian, peneliti harus

membangun keakraban dan tidak menjaga jarak dengan subjek

penelitian agar proses penelitian dapat berlangsung secara efektif dan

efesien.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian itu sendiri

adalah untuk mendapatkan data. Dalam penelitian ini, metode

pengumpulan data yang digunakan adalah metode triangulasi.

Menurut Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, bahwa

triangulasi sebagai tambahan, penggambaran, proses tersebut sesuai

dengan mereka berbicara mengenai penyajian satu temuan dengan

merendahkan, bahwa temuan tersebut yang mengalami pengujian

berupa pengukuran yang tidak sempurna. Triangulasi terdiri atas

menarik kembali rangkaian hubungan sebab akibat yang paling masuk

akal dari rancangan program untuk mengerjakan hasil sementara untuk

memperoleh hasil akhir, mencoba untuk bisa mendapatkan lebih dari

satu ukuran, dari lebih satu sumber untuk setiap kaitan dalam

rangkaian.28

Triangulasi teknik pengumpulan data yaitu membandingkan

dan mengecek informasi yang diperoleh dalam pendokumentasian,

observasi, dan wawancara mendalam tentang tarian Seudati. Dalam hal

ini, untuk memperoleh data yang ada tentang tarian Seudati meliputi

27

Nusa Putra dan Santi Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama

Islam,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 22 28

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, An Expended Source Book:

Quality Data Analysis, Qualitative, terj. Tjetjep Rohendi Rohid, Analisis Data

Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, (Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia, 1992), 229.

18

sejarah, isi, dan pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam syair

digunakan sumber dari hasil wawancara dan observasi. Data yang

diperoleh melalui wawancara yang diupayakan berasal dari banyak

responden yang kemudian dilakukan pengecekan, Sehingga data yang

diperoleh akan benar-benar dipertanggungjawabkan. Pengecekan data

tersebut dengan mewawancarai penari, Syeikh, masyarakat dan

budayawan aceh yang mengetahui tentang tarian Seudati. Berikut

gambar skema triangulasi data :29

Observasi

Wawancara Dokumentasi

Gambar 1 : Skema Trianggulasi Data

a. Dokumentasi

Penulis menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat agenda dan lainnya.30

Data dalam penelitian ini diperoleh dari teks naskah syair tarian

seudati yang diperoleh dari Syekh Seudati sanggar Peureulak. Data

yang diteliti adalah pesan Dakwah Islam dalam teks Syair tersebut.

29

Winaryo Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmu Dasar Metode dan Teknik

(Bandung: Tarsito, 1990), 162. 30

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana,

2006), 116.

19

Untuk melengkapi data, peneliti akan wawancara dan berbagai tulisan

yang sesuai dengan penelitian ini.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pengumpulan data dimana

penulis melakukan pengamatan terhadap gejala objek yang akan

diteliti.31

Dalam hal ini pihak yang diobservasi adalah rangkaian Syair

yang dibacakan dalam tarian Seudati berujuk kepada sumbernya.

c. Wawancara

Teknik pengumpulan data selanjutnya yang dilakukan oleh

penulis adalah wawancara. Wawancara merupakan suatu proses

interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara

ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi

arus informasi. Faktor-faktor tersebut ialah pewawancara, responden,

topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi

wawancara.32

Wawancara sebagai data primer merupakan data penting

untuk penulis menganalisis syair tarian Seudati. Dalam hal ini

wawancara diarahkan untuk mendapat jawaban mengenai bagaimana

makna pesan Dakwah Islam dalam tarian Tradisional Seudati Aceh

31

Winarno Surakhmad, pengantar Penelitian Ilmiah ( Bandung: Tarsito,

1980), 102. 32

Masri Singarimbun, Metodelogi Penelitian Survai (Jakarta : LP3ES,

1989), 192.

20

(analisis Hermeneutika). Adapun yang menjadi informan nantinya

adalah budayawan, dan Syeih Seudati.

Data yang telah dianalisis oleh peneliti kemudian disimpulkan

dan dicocokkan dengan beberapa data yang diperoleh sehingga

didapatkan ketegasan informasi (beberapa sumber data) dalam

wawancara yang sudah dilakukan. Data yang diperoleh berasal dari

banyak responden yang kemudian dipadukan, sehingga data yang

diperoleh akan benarbenar dapat dipertanggungjawabkan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan bentuk karya tulis yang sistematis, gambaran

yang jelas, terarah, logis dan saling berhubungan antara satu bab

dengan bab yang lain, maka tesis ini penulis klasifikasi menjadi enam

bab, dengan rincian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab pertama merupakan landasan umum penelitian dari tesis

ini. Bagian ini berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, teknik pengumpulan data, teknis analisis data dan

sistematika penelitian.

Bab II Kerangka Teori

Kerangka teori diuraikan dibab ini yang terdiri atas Tinjauan

Pustaka dan Landasan Teori, Pada bab Landasan teori dimulai dengan

21

teori Hermeneutika, hermeneutika komunikasi, hermeneutika dan

budaya, dan terakhir teori hermeneutika perspektif paul recour.

Pada bab Tinjauan Pustaka dimulai dengan pembahasan dakwah

Islam, Seni berdakwah dan hubungan seni dengan dakwah. Objek

penelitian peneliti tentang seni budaya dan syair, maka tinjauan pustaka

juga membahas mengenai pengertian seni, Dakwah Islam dan budaya,

Dakwah Islam dalam Syair-syair.

Bab III Analisis dan Pembahasan

Yang terdiri atas geografis Objek Penelitian, tarian tradisional

seudati Aceh, syair tari seudati, Qanun Aceh Terhadap Seni Budaya

Dan Hiburan Lainnya Dalam Pandangan Syariat Islam.

Bab IV Data dan Temuan Penelitian

Pada bab ini merincikan mengenai syair Seudati dibagi menjadi

Empat bagian yaitu : Seudati Tunang, Seudati Dakwah, Seudati

Festival, Seudati Biasa. Dan Teks Syair Seudati “Saleum Rakan dan

Saleum Aneuk Syahie”, teks Syair Seudati “ Kisah”, tekas Syair

Seudati “ Sya‟I Panyang/ Lanie”. Dan yang terakhir tenggapan

masyarakat dan tokoh Adat Aceh mengenai makna Syair.

22

Bab V Pembahasan

Pada bab ini membahas dari hasil temuan penelitian mengenai

tarian Seudati menurut teori Hermeneutika, dimulai dari Hermeneutika

Paul Recour pada Syair Seudati “ Saleum Aneuk Syahie dan Saleum

Rakan, Kisah, Sya‟I panyang / Lanie” yang dibagi menjadi lima bagian

yaitu : Unsur teks pada syair Seudati, latar belakang memproduksi teks

pada syair seudati, kaitan dengan teks lain pada teks syair seudati,

dialog dengan pembaca pada teks syair.

Bab VI Penutup

Pada bab ini penulis menyimpulkan tesis secara keseluruhan

sebagai penegasan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan

sebelumnya dalam rumusan masalah, disertai dengan saran-saran yang

dianggap penting berkaitan dengan tema.

23

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Landasan Teori Hermeneutika

Pemikiran mengenai studi komunikasi tidak hanya terbagi

diantara pemikiran Amerika dan Eropa, namun pemikiran gabungan

antara Amerika dan Eropa dengan pemikiran timur, yaitu Asia. Studi

komunikasi di Asia menunjukkan arah pemikiran dan perkembangan

tersendiri yang berbeda dibandingkan dengan di Barat, setidaknya

inilah yang dikemukakan Lawrence Kincaid, yang menyatakan bahwa

terdapat sejumlah perbedaan prinsip antara sarjana barat dan timur

dalam memformulasikan studi komunikasi. 33

Hermeneutika dapat dikatakan sebagai teori tentang human

understanding (cara manusia untuk lebih memahami suatu pokok

persoalan) untuk menginterprestasi aspek-aspek sains tertentu.

Hermeneutika juga mengajarkan panduan praktis suatu teks (wacana)

atau anologi teks, sehingga teks-teks atau wacana tulisan mendapat

makna baru ataupun makna sebaliknya.

Hermeneutika membantu para ilmuwan untuk menganalisis

hakikat suatu teks/wacana dengan lebih meletakkan dan menata

prinsip-prinsip yang melandasi teks ini pada konteks. Cara memahami

teks berdasarkan hermeneutika ini jelas berbeda dengan ajaran para ahli

realis yang menjalaskan bahwa segala “sesuatu” hanya dan harus

berdasarkan hukum-hukum alam yang berlaku, karena eksistensinya

33

Morrisan., Teori Komunikasi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013) , 3.

24

“sesuatu” yang menjadi pokok bahasan (termasuk teks) merupakan

bagian dari tatanan kehidupan dunia nyata. Oleh karena itu, para ahli

komunikasi dianjurkan memahami hermeneutika sebagai cara yang

lebih elegan untuk memahami ilmu komunikasi sendiri.34

Secara etimologis, kata hermeneutika berasal dari bahasa

Yunani, hermeneuein, yang berarti menafsirkan. Dalam mitologi

Yunani, kata ini sering dikaitkan dengan tokoh bernama Hermes,

seorang utusan yang mempunyai tugas menyampaikan pesan Jupiter

kepada manusia.35

Hermes dipercayai sebagai utusan para dewa untuk

menjelaskan pesan-pesan para dewa di langit. Dari nama Hermes inilah

konsep hermeneutic kemudian digunakan.36

Kata hermeneutika yang

diambil dari peran Hermes adalah sebuah ilmu dan seni

menginterpretasikan sebuah teks.

Istilah hermeneutika berasal dari kata Yunani; Hermeneuein,

yang diterjemahkan dengan “menafsirkan”, kata bendanya : Hermeneia

artinya “tafsiran”. Dalam tradisi Yunani kuno kata Hermeneutika

dipakai dalam tiga makna, yaitu :

1. Mengatakan (to say)

2. Menjelaskan (to explain)

3. Menerjemahkan (to translate)

34

Alo liliweri., Komunikasi Serba Ada serba makna, (Jakarta: Kencana,

2011) 26 35

Acep Iwan Saidi, Hermeneutika, Sebuah Cara Untuk Memahami Teks

(Jurnal Sosio teknologi Edisi 13 Tahun 7, April 2008), 376. 36

Hamid Fahmy Zarkasyi, Hermeneutika Sebagai Produk Pandangan Hidup,

dalam Kumpulan Makalah Workshop Pemikiran Islam Kontemporer, IKPM cabang

Kairo, 2006), 1.

25

Dari tiga makna tersebut, kemudian dalam kata Inggris di ekspresikan

dengan kata: to interpret, dengan demikian, perbuatan interpretasi

menunjuk pada tiga hal pokok :

1. Pengucapan lisan ( an oral recitation)

2. Penjelasan yang masuk akal (a reasonable explanation)

3. Terjemahan dari bahasa lain (a translation from another

language ), atau mengekpresikan.37

Ketika sebuah teks dibaca seseorang, disadari atau tidak akan

memunculkan interpretasi terhadap teks tersebut. Membicarakan teks

tidak pernah lepas dari unsur bahasa, Heidegger menyebutkan bahasa

adalah dimensi kehidupan yang bergerak yang memungkinkan

terciptanya dunia sejak awal, bahasa mempunyai eksistensi sendiri

yang di dalamnya manusia turut berpartisipasi.38

Sementara Hermeneutika Gadamerian sebaliknya memandang

makna dicari, dikonstruksi, dan direkonstruksi oleh penafsir sesuai

konteks penafsir dibuat sehingga makna teks tidak pernah baku, ia

senantiasa berubah tergantung dengan bagaimana, kapan, dan siapa

pembacanya.39

37

Richard E. Palmer, Hermeneutics :Interpretation Theory in

Schleermacher, Dilthey, Heideger, and Gadamer, ( Evastton : Northwestern

University Presss, 1969) , 23. 38

Eagleton, Terry, Teori Sastra: Sebuah Pengantar Komprehensif . Harfiah,

(Yogyakarta: Jalasutra, 2006) , 88. 39

Rahardjo, Mudjia, Hermeneutika Gadamerian: Kuasa Bahasa dalam

Wacana Politik Gus Dur (Malang: Universitas Islam Negeri - Malang Press, 2007),

55.

26

Metode hermeneutika mencoba menyesuaikan setiap elemen

dalam setiap teks menjadi satu keseluruhan yang lengkap, dalam

sebuah proses yang biasa dikenal sebagai lingkaran hermeneutika. Ciri-

ciri individual dapat dimengerti berdasarkan keseluruhan konteks, dan

keseluruhan konteks dapat dimengerti melalui ciri-ciri individual.40

Kunci pemahaman adalah pertisipasi dan keterbukaan, bukan

manipulasi dan pengendalian. Sebagai sebuah metode penafsiran,

hermeneutika tidak hanya memandang teks, tetapi juga berusaha

menyelami kandungan makna literalnya. Hermeneutika berusaha

menggali makna dengan mempertimbangkan horison-horison

(cakrawala) yang melingkupi teks tersebut.

Horison yang dimaksud adalah horison teks, pengarang, dan

pembaca. Dengan memperhatikan ketiga horison tersebut diharapkan

suatu upaya pemahaman atau penafsiran menjadi kegiatan rekonstruksi

dan reproduksi makna teks, yang selain melacak bagaimana suatu teks

di-munculkan oleh pengarangnya dan muatan apa yang masuk dan

ingin dimasukkan oleh pengarang ke dalam teks, juga berusaha

melahirkan kembali makna sesuai dengan situasi dan kondisi saat teks

dibaca atau dipahami. Dengan kata lain, hermeneutika memperhatikan

tiga hal sebagai komponen pokok dalam upaya penafsiran yaitu teks,

konteks, kemudian melakukan upaya kontekstualisasi.41

40

Eagleton, Terry,“Teori Sastra: Sebuah Pengantar Komprehensif, Harfiah,

105 41

Rahardjo, Mudjia., Hermeneutika Gadame rian, 91.

27

Pada dasarnya hermeneutika berhubungan dengan bahasa.

manusia berpikir melalui bahasa, manusia berbicara dan menulis

dengan bahasa. Manusia mengerti dan membuat interpretasi dengan

bahasa. Bahkan seni yang dengan jelas tidak menggunakan sesuatu

bahasa pun berkomunikasi dengan seni-seni yang lainnya juga

dengan menggunakan bahasa. Semua bentuk seni diapresiasi dengan

menggunakan bahasa. Bagaimana mengungkapkan kenikmatan dan

kebosanan saat mendengarkan music klasik, dan mengungkapkan

kekaguman saat melihat lukisan karya atau membandingkan dengan

karya yang lain hanya melalui bahasa. 42

Teks sebagai bahasa yang sedang melaksanakan tugas untuk

mengekpresikan fungsi atau makna sosial dalam konteks situasi dan

konteks kultural. Oleh karena itu, teks lebih merupakan sistem

bahasa yang bersifat semantik sekaligus fungsional. Teks dapat

dilihat dua sisi. Pertama, teks dipandang dalam mengekpresikan

fungsi sosial. Kedua, teks dapat dipahami sebagai sebuah produk.

Dalam pengertian ini, teks dapat didekontruksi untuk memperoleh

elemen-elemen linguistik, semantik, retoris dan fungsionalnya yang

sistematik sebelum dibentuk untuk memperoleh sistem pemaknaan

holistik yang terdapat dalam teks.43

42

E.Sumaryono, Hermeneutika sebuah metode filsafat (Depok, PT kanisius,

1999), 26 . 43

Radita Gora, Hermeneutika Komunikasi, ( Yogyakarta, Deepublish,

2012), 22.

28

Hermeneutika harus kembali kepada pengalaman orisinal dari

para penulis (teks) dengan maksud untuk menemukan “kunci” makna

kata-kata atau ungkapan. Kita mengungkapkan diri sendiri melalui

bahasa sehari-hari. Tetapi, semua hal itu tidak akan dapat dimengerti

tanpa harus ditafsirkan. Kita bisa menafsirkan isi suatu teks dengan

menggunakan bahasa yang kita pakai sendiri. Bahkan selalu ada

sejumlah penafsiran atau interprestasi yang didasarkan atas berbagai

segi ruang dan waktu. Tetapi penafsiran-penafsiran ini telah

dimodifikasi menurut aliran waktu.

Meskipun hermeneutika atau interprestasi termuat dalam

kesusastraan dan linguistik, hukum, sejarah, agama dan disiplin ilmu

yang lainnya yang berhubungan dengan teks, namun akarnya adalah

tetap filsafat. Paul Ricoeur dan Jacques Derrida menulis

hermeneutika dalam kesusastraan, padahal keduanya adalah para

filsuf. 44

Syair Seudati ini menggunakan bahasa daerah dan ketika

dibacakan oleh Aneuk Syahie dalam tampilan tari seudati dengan

intonasi yang semangat sehingga pembacaan yang sangat cepat

mempersulit pendengar untuk mendengar secara jelas apa yang

disampaikan dalam syair tari seudati, terlebih menggunakan bahasa

daerah sehingga perlu penafsiran untuk memahami makna secara yang

terkandung dalam syair seudati.

44

E.Sumaryono,. Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat, 33.

29

Hermeneutika adalah teori tentang bekerjanya pemahaman

dalam menafsirkan teks. Hermeneutika mencakup dalam dua fokus

perhatian yang berbeda dan saling berinteraksi, yaitu :

1. peristiwa pemahaman terhadap teks

2. Persoalan yang lebih mengarah mengenai pemahaman

interpretasi itu. 45

Hal ini memperlihatkan bahwa gagasan utama dalam

hermeneutika adalah pemahaman (understanding) pada teks.

1. Hermeneutika Komunikasi

Teks sebagai realita yang tampak saat ini sebagai upaya abadi

dalam komunikasi berwujud. Jika pembentuk teks masih hidup dan

berada disekitar kita, mungkin tidak sulit bagi kita untuk menafsirkan

teks yang ada dengan hubungan langsung dengan pembuat teks. Namun

apabila pembentuk teks (komunikator) tidak lagi ada dan tidak berada

disekitar kita, maka teks adalah bagian yang dapat dimiliki oleh

komunikan yang dapat diinterprestasikan. Teks dapat ditafsirkan

melalui tiga dimensi utama, diantaranya ialah psikologis, Stuktur, dan

historis yang menemukan kebenaran (realitas sejati yang dalam bahasa

Thomas Aquenas “ Annalogical level”.46

Proses hermeneutika bersifat tentatif yang dimana disampaikan

oleh komunikator. Biasanya pada objek yang ditafsirkan harus

memiliki nilai pesan yang dapat memberikan penekanan makna tertentu

45 E. Palmer, Richard,. Hermeneutics Interpretation Theory in

Schleirmacher, Dilthey, Heidegger, and Gadamer diterjemahkan oleh Masnuri Hery

dan Damanhuri dengan judul Hermeneutika; Teori Baru Mengenai Interpretasi.

(Cet.II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 8. 46

Radita Gora, Hermeneutika Komunikasi, 65

30

sehingga mendorong keinginan komunikan untuk untuk menafsirkan.

Seperti dalam pesan pemberitaan media massa akan menjadi berarti dan

menarik untuk ditafsirkan apabila pesan yang disampaikan lewat media

memiliki nilai berita (News Value) serta peristiwa yang hangat yang

memiliki kepentingan umum yang menjangkau khalayak luas dengan

menimbulkan pemaknaan khusus. 47

2. Hermeneutika dan Budaya

Indonesia yang memiliki lebih dari 1500 suku bangsa

merupakan surga bagi perkembangan untuk memahami budaya.48

Oleh

sebab itu, diversitas budaya dan pluralitas budaya merupakan

konsekuensi yang mendatangkan keuntungan untuk memperkaya

kebudayaan. Dengan hermenutika, tradisi budaya tidak dihapus, tetapi

dipelihara bahkan distimulasi penjiwaan dan reintegrasinya, baik dalam

konteks perjumpaan kebudayaan suku bangsa di dalam kebudayaan

nasional maupun dalam konteks perjumpaan kebudayaan antar

bangsa.49

Lebih lanjut Supriyono menyebutkan bahwa pembentukan

budaya dengan sendirinya melibatkan di dalamnya perbedaan-

perbedaan budaya seperti ras, kelas, gender, dan tradisi budaya.

Identitas budaya bukanlah identitas bawaan dan entitas yang sudah

47

Rechad West dan Lynn H. Tunner ., Pengantar Teori komunikasi :

Analisis dan Aplikasi (Jakarta : Penerbit Salemba Humanika, 2010) , 140. 48

Pusat data dan Statistik pendidikan dan kebudayaan (PDSPK), Analisis

Kearifan Lokal Ditinjau Dari Keragaman Budaya, (RI : Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2016) 10. 49

Poespoprodjo, W. Hermeneutika, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 143.

31

ditakdirkan, dan tidak bisa direduksi, tetapi adanya negosiasi identitas

kultural mencakup perjumpaan dan pertukaran tampilan budaya yang

terus menerus akan menghasilkan pengakuan timbal balik akan

perbedaan budaya.50

Dalam konteks budaya Indonesia yang plural, interpretasi

budaya memerlukan orientasi yang mendasar, selain itu perlu adanya

perumusan kembali konsepsi kebudayaan nasional yang tidak

monolitik, strategi kebudayaan nasional yang terarah dan

memperhitungkan pluralitas budaya, serta politik kebudayaan nasional

menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditunda lagi karena merupakan

penentu arah seluruh pembangunan di segala bidang. Oleh sebab itu,

studi tema -tema hermeneutika sangat diperlukan dan merupakan

conditio sine qua non. Mana kala dalam ilmu nilai keluar dari

kegunannya, dalam filsafat kegunaan keluar dari nilai.51

3. Pemikiran Paul Recoeur

Ada banyak tokoh dalam hermeneutika, misalnya F.D.E

Schleiermarcher, Wilhelm Dilthey, Hans-Georg Gadamer, Jurgen

Habermas, dan Paul Ricoeur. Penulis tidak akan menjelaskan

pemikiran hermeneutik semua tokoh tersebut. Dalam penelitian ini

metode hermeneutika yang akan disarikan adalah yang dikemukakan

Paul Ricoeur.

50

Supriyono, J. “Mencari Identitas Kultur Keindonesiaan,” dalam

Hermeneutika Pascakolonial: Soal Identitas . Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto

(ed.), (Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 2004), 145. 51

Poespoprodjo, W. Hermeneutika., 147.

32

Ricoeur mendefinisikan hermeneutika sebagai berikut.

“hermeneutics is the theory of the operations of understanding in their

relation to the interpretation of text”.

Terjemahan: “Hermeneutika adalah teori operasional pemahaman

dalam hubungannya dengan penafsiran dari teks”.52

Berdasarkan pengertian ini Ricoeur kemudian mengatakan “So,

the key idea will be the realisation of discourse as a text; and

elaboration of the catagories of the text will be the concern of

subsequent study”.

Terjemahan: “Jadi, gagasan utama akan menjadi realisasi wacana

sebagai teks, dan elaborasi kategori teks akan menjadi perhatian dari

studi selanjutnya”.

Discourse (wacana) sendiri, dilihat Ricoeur sebagai sesuatu

yang lahir dari tuturan individu. Dalam hal ini Ricoeur menyinggung

teori linguistik Ferdinand de Saussure yang diperbandingkan dengan

konsep Hjemslev. Saussure, dalam Course in General Linguistics

(1974) membedakan bahasa dalam dikotomi tuturan individu (parole)

dengan sistem bahasa (langue). Sedangkan Hjelmslev

mengkategorikannya dalam skema dan penggunaan. Dari dualitas

inilah, menurut Ricoeur, teori tentang wacana (discourse) lahir. Dalam

perspektif Ricoeur, parole atau ujaran individu identik dengan wacana

(discourse). Menurut Ricoeur, wacana berbeda dengan bahasa sebagai

sistem (langue). Wacana lahir karena adanya pertukaran makna dalam

52 Ricoeur, Paul., Hermeneutics and The Human Sciences (English:

Cambrige University Press, 1981), 43.

33

peristiwa tutur. Karakter peristiwa sendiri merujuk pada orang yang

sedang berbicara. Ricoeur menulis.53

“The eventful character is now linked to the person who speaks; the

event consists in the fact that someone speaks, someone expresses

himself in taking up speech”.

Terjemahan: “Karakter penting ini sekarang terhubung ke orang yang

berbicara, peristiwa terdiri dalam kenyataan bahwa seseorang

berbicara, seseorang yang mengekspresikan dirinya dalam berbicara”.

Dalam hal ini selanjutnya dijelaskan bahwa terdapat empat unsur

pembentuk wacana, yakni terdapatnya subjek yang menyatakan, isi

atau proposisi yang merupakan dunia yang digambarkan, alamat yang

dituju, dan terdapatnya konteks (ruang dan waktu). Dalam wacana

terjadi lalu-lintas makna yang sangat kompleks.

Tindakan pengujaran dan penerimaan gambaran dunia selalu ada

dalam temporalitas. Dengan fakta demikian, tidak ada kebenaran

mutlak dalam soal penafsiran atas wacana. Pemaknaan atau penafsiran

yang bersifat temporal (bersifat sementara karena adanya konteks)

selalu diantarai oleh sederet penanda dan, tentu saja, oleh teks. Dengan

demikian, tugas hermeneutika tidak mencari kesamaan antara maksud

penyampai pesan dan penafsir. Tugas hermeneutika adalah menafsirkan

makna dan pesan seobjektif mungkin sesuai dengan yang diinginkan

teks. Teks itu sendiri tentu saja tidak terbatas pada fakta otonom yang

tertulis atau terlukis (visual), tetapi selalu berkaitan dengan konteks. Di

dalam konteks terdapat berbagai aspek yang bisa mendukung keutuhan

53

Ricoeur, Paul., Hermeneutics., 133

34

pemaknaan. Aspek yang dimaksud menyangkut juga biografi kreator

(seniman) dan berbagai hal yang berkaitan dengannya. Hal yang harus

diperhatikan adalah seleksi atas hal-hal di luar teks harus selalu berada

dalam petunjuk teks. Ini berarti bahwa analisis harus selalu bergerak

dari teks, bukan sebaliknya. Hal terpenting dari semua itu adalah bahwa

proses penafsiran selalu merupakan dialog antara teks dan penafsir.

Pertanyaannya, bagaimana objektivitas dapat dicapai atau

subjektivitas penafsir bisa dihindari? Ricoeur menawarkan empat

kategori metodologis sebagai jawabannya, yakni objektivasi melalui

struktur, distansiasi melalui tulisan, distansiasi melalui dunia teks, dan

apropriasi (pemahaman diri). Dua yang pertama merupakan kutub

objektif. Hal ini penting sebagai prasyarat agar teks bisa mengatakan

sesuatu. Objektivasi melalui struktur adalah usaha menunjukkan relasi-

relasi intern dalam struktur atau teks. Dalam hal ini tampak bahwa

hermeneutika berkaitan erat dengan analisis struktural. Analisis

struktural adalah sarana logis untuk menguraikan teks (objek yang

ditafsirkan).

Bergerak lebih jauh dari kajian struktur, analisis hermeneutika

melibatkan berbagai disiplin yang relevan sehingga memungkinkan

tafsir menjadi lebih luas dan dalam. Bagaimanapun berbagai elemen

struktur yang bersifat simbolik tidak bisa dibongkar dengan hanya

melihat relasi antarelemen tersebut. Oleh sebab itu, penafsiran dalam

perspektif hermeneutika juga mencakup semua ilmu yang

dimungkinkan ikut membentuknya: psikologi, sosiologi, politik,

antropologi, sejarah, dan lain-lain. Ini yang dimaksud dengan

35

distansiasi atas dunia teks (objek) dan apropriasi atau pemahaman diri.

Dengan perkataan lain, jika teks (objek) dipahami melalui analisis

relasi antar unsurnya (struktural), bidang-bidang lain yang belum

tersentuh bisa dipahami melalui bidang-bidang ilmu dan metode lain

yang relevan dan memungkinkan.54

Konsep dan cara kerja metode dan pendekatan yang telah

diuraikan di atas dalam kaitannya dengan karya seni sebagai subjek

penelitian, Ricoeur visualisasikan melalui gambar di bawah ini. 55

54 Haryatmoko. Memahami Diri Lebih Baik; Hermeneutika Menurut Paul

Ricoeur. (Jakarta: Kompas, 2002), 18. 55

Haidir Rachman, Sastra Indonesia, Hermeneutika, Semiotika, Kompor

Meleduk, Benyamin Sueb, 2013. Diakses melalui web

www.academia.edu/3432290/Kajian_Hermeneutika_Teks_Lagu_Kompor_Meleduk_

Karya_Benyamin_Sueb

36

Dari gambar yang berupa piramida terbalik di atas dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Mula-mula teks (seni) ditempatkan sebagai objek yang diteliti

sekaligus sebagai subjek atau pusat yang otonom. Karya seni

diposisikan sebagai fakta ontologi.

b. Karya seni sebagai fakta ontologi dipahami dengan cara

mengobjektivasi strukturnya. Di sini analisis struktural

menempati posisi penting.

c. Pada tahap berikutnya, pemahaman semakin meluas ketika

masuk pada lapis simbolisasi. Hal ini terjadi sebab di sini tafsir

telah melampaui batas struktur.

d. Kode-kode simbolik yang ditafsirkan tentu saja membutuhkan

hal-hal yang bersifat referensial menyangkut proses kreatif

seniman dan faktor-faktor yang berkaitan dengannya.

e. Kode simbolik yang dipancarkan teks dan dikaitkan dengan

berbagai persoalan di luar dirinya menuntut disiplin ilmu lain

untuk melengkapi tafsir.

f. Akhirnya, ujung dari proses itu adalah ditemukannya makna

atau pesan. Dari skema tampak bahwa makna dan pesan dalam

tafsir hermeneutik berada pada wilayah yang paling luas dan

paling berjauhan dengan teks (karya seni sebagai fakta

ontologisnya), tetapi tetap berada di dalam horizon yang

dipancarkan teks.

Bagian yang perlu lebih jauh dijelaskan dalam skema di

atas adalah soal simbolisasi. Teks, yang tidak lain adalah

37

formulasi bahasa, adalah kumpulan penanda yang sangat

kompleks. Saussure mendikotomikan bahasa sebagai penanda

(citra akustis, bunyi) versus petanda (konsep). Bahasa adalah

lambang yang paling kompleks dibandingkan dengan berbagai

hal lain di masyarakat.

3.1 Pengertian Seni

Pengertian seni, sampai saat ini masih diperdebatkan walaupun

hampir sepakat kalau seni itu tidak lepas dari keindahan. Menurut

Susanto masalah seni terlalu banyak ahli yang mengartikannya, dan

belum ada kesepakatan yang jelas mengenainya, karena tinjauan yang

dipakai juga berbeda-beda. 56

Sejauh ini, dari berbagai pernyataan

tentang seni mengarah pada persoalan kesanggupan akal manusia baik

berupa kegiatan rohani maupun fisik untuk menghasilkan sesuatu yang

bernilai artistik (luar biasa), menggugah perasaan orang lain.

Pendapat yang lain segala sesuatu yang dilakukan orang bukan

atas dorongan kebutuhan pokoknya melainkan kebutuhan spiritual

(Everyman Encyclopedia). Segala perbuatan manusia yang timbul dari

hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan

jiwa perasaan manusia (Ki Hadjar Dewantara).

Dari beberapa pendapat di atas Soedarso Sp. menyimpulkan

bahwa seni adalah karya manusia yang mengkomunikasikan

pengalaman-pengalaman batinnya; pengalaman batin tersebut disajikan

secara indah atau menarik sehingga merangsang timbulnya pengalaman

batin pula pada manusia lain yang menghayatinya. Kelahirannya tidak

56

Susanto, Mikke.. Diksi Rupa: Kumpulan Istilah Seni Rupa.( Yogyakarta:

Kanisius, 2002) , 101.

38

didorong oleh hasrat memenuhi kebutuhan pokok, melainkan

merupakan usaha melengkapi dan menyempurnakan derajat

kemanusiaannya memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual. 57

Dalam mengapresiasi karya seni seorang apresiator mempunyai

otoritas dan kewenangan untuk menentukan kualitas sebuah karya seni.

Seorang apresiator memberi penilaian berdasarkan pengalaman

masing-masing, namun karya seni yang bermutu tentunya berbeda

dengan karya yang dianggap kurang bermutu dan biasanya seorang

kritikus yang berpengalaman dapat mengupas secara objektif masalah

tersebut. Jadi pembahasannya tidak semata-mata didasarkan oleh

pandangan yang bersifat subjektif. 58

Mengapa seni begitu efektif secara emosional, terlepas dari

siapa pembuatnya atau pada kurun waktu mana seni itu dibuat,

barangkali teori kontemporer yang paling terkenal dan paling banyak

diterima untuk menjelaskan kekuatan seni adalah teori yang diajukan

filsuf Amerika Susanne Langer ( 1895-1985) di pertengahan abad ke

dua puluh. Ia menekankan bahwa kita tidak mengalami seni sebagai

potongan-potongan terpisah (nada, bentuk, kata, dan seterusnya), tetapi

sebagai sebuah pengalaman emosional yang menyeluruh.

Barulah ketika seorang individu mencoba secara rasional

memahami mengapa karya seni memiliki efek demikian terhadap

dirinya, pengalaman holistik ini diubah melalui penalaran dan bahasa

menjadi sebuah pengalaman yang bagian-bagiannya dapat dipilah-

57

Abd. Aziz Ahmad, Dakwah, Seni Dan Teknologi Pembelajaran, ( Jurnal

Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makasar ). 85 58

Museum Nasional. Mengenal Aneka Ragam Tulisan Daerah di Indonesia, .

(Jakarta: Direktorat Museum, Ditjen Kebudayaan Departemen P dan K., 1988), 98..

39

pilah, dibahas, dikritik, dan seterusnya, misalnya kata demi kata dalam

satu kalimat.59

Lebih jauh Langer mengatakan bahwa, dikarenakan sifatnya

yang berkaitan dengan emosi, seni yang agung menstransformasi

manusia dan budaya secara permanen. Seni seperti ini benar-benar

merupakan “cermin jiwa”. Makna spritual dan efek estetis dari karya

seni agung seperti ini terus menerus dialami sepanjang waktu,

dipelbagai budaya. Karya demikian tampaknya dibangun dengan

menggunakan cetak biru umat manusia yang bersifat spritual dan

universal. 60

Proses pengembangan tari tradisional yang cukup lama dapat

dilihat dari bentuk-bentuk tari tradisional yang ada. Bentuk tari

tradisional dibagi menjadi tiga jenis antara lain tari primitif merupakan

jenis tarian yang memiliki bentuk bentuk gerak yang belum digarap

secara koreografis, gerak dan iringannya juga masih sangat sederhana.

Kemudian tari kerakyatan yang merupakan suatu bentuk tari

pengungkapan kehidupan manusia sehari-hari, dengan bentuk gerak

yang masih sederhana. Kedua jenis tari tersebut sangat berbeda dengan

tari klasik yang merupakan jenis tari tradisional mempunyai

perkembangan istimewa yaitu dikalangan raja dan bangsawan, serta

mempunyai bentuk gerak yang sudah diolah sedemikian rupa. 61

59

Marcel Danesi., Pesan,Tanda,dan Makna (Yogyakarta, JALASUTRA,

2004), 188. 60

Marcel Danesi., Pesan,Tanda,dan Makna, 189. 61

Anggun Herliyani, Skripsi, Analisis Semiotika Gerak Dasar dan Properti

pada Kesenian Incling Krumpyung “Langen Bekso Wiromo” di Gunung Rego,

Hargorejo, Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta,

(Yogyakarta: 2015), 14.

40

Tarian Tradisional merupakan cara berpikir serta tindakan yang

selalu berpegang teguh pada prinsip-prinsip atau norma dan adat

istiadat yang ada secara turun temurun. Tradisional merupakan istilah

dari kata tradisi, sedangkan tradisi berasal dari bahasa lain yaitu

tradition yang berarti mewariskan. Kesenian tradisional adalah

kesenian yang sederhana penyajiannya, baik dilihat dari segi gerak,

rias, busana, tema, dan irama. Kesenian tradisional identik dengan

kerakyatan yang turun-temurun.

3.2 Simbol

Dalam mengungkap simbol, Ricoeur mengambil contoh kasus

simbol kejahatan, yang dinilai sebagai suatu cara pengejawantahan

kehendak manusia yang rendah diri. Ini diakui sebagai kejahatan-

kejahatan yang telah diperbuat melalui bahasa simbol, tetapi dengan

pengambilan contoh tersebut bukan berarti ia bersikap sewenang-

wenang dan tanpa motivasi. Lalu mengapa simbol kejahatan dijadikan

Ricoeur sebagai contoh representatif dari seluruh simbol? Karena

kejahatan adalah suatu simbol arkaik (primitif) dari seluruh simbol.62

la

juga ingin memperlihatkan bagaimana manusia (manusia beragama)

melakukan kejahatan dan bagaimana manusia mengakuinya. Bahasa

yang dipakai manusia untuk mengakui pengalaman kejahatannya

bersifat simbolis.63

62

Paul Ricoeur, Freud and Philisophy: An Essay on Interpretation, (New

Hahen dan London: Yale University Press, 1970), 39-40. 63

Lathifatul Izzah el Mahdi: Hermeneutika-Fenomenologi Paul Ricoeur

(Jurnal Yogyakarta: Program Agama dan Filsafat Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga,

2007), 30.

41

“Dosa, manusia melakukan kejahatan ”dihadapan Tuhan”.

Berbuat jahat tidak lagi berarti melanggar suatu tata susunan yang

magis dan anonim, melainkan ketidaktaatan terhadap Tuhan yang telah

mengadakan suatu perjanjian dengan manusia. Dosa merupakan

ketidaksetiaan manusia terhadap Tuhan yang setia.” 64

Setelah mengungkapkan simbol-simbol yang melambangkan

kejahatan manusia, maka Ricoeur mengungkapkan mitos-mitos tentang

kejahatan yang digunakannya untuk menerangkan dari mana asalnya

kejahatan.

Dari sini Ricoeur mempelajarinya dengan dua jalan; pertama

mempelajari tiga simbol primer yang dipakai manusia untuk

mengungkapkan penga lamannya, yaitu: pencemaran atau noda, dosa,

dan kesalahan, dan kedua ia mempelajari mitos-mitos (simbol

sekunder) yang menceritakan kejahatan.

Untuk memahami ekspresi-ekspresi simbolik manusia, Ricoeur

memunculkan dua teori gerak yaitu:

1. Gerak sentripetal (statis); gerak yang menyangkut struktur

intensional simbol yang bersifat ganda dan dianalogkan

pada: pertama simbol diperoleh dari pengalaman sehari-hari,

dalam simbol kejahatan merupakan kontak langsung

manusia dengan yang sakral. Kedua struktur yang

dianalogkan muncul hanya dari dan dalam intensional

pertama. Dengan kegandaan ini simbol menjadi kompleks,

walaupun simbol hanya sebuah tanda.

64

Bertens, “Filsafat Barat Kontemporer Prancis” (Yogyakarta: Penerbit

Kanisius, 2001), 264.

42

2. Gerak sentrifugal (dinamis); gerak yang berkaitan dengan

pemunculan dan perkembangan makna-makna simbol. Dari

daerah pemunculannya, simbol dibagi menjadi tiga: (a).

Simbol kosmik; termasuk ritus-ritus dan mitos-mitos,

sebagaimana yang diungkapkan oleh para fenomenolog

agama, (b). Simbol psikis atau onerik seperti mimpi-mimpi,

dan (c). Simbol imajinasi; suatu daerah simbol yang

menjadikan ekspresi-ekspresi simbol suatu karya.65

Dari kedua gerak itulah simbol primer dan simbol sekunder

dapat dipahami, namun kadang-kadang mitos-mitos ini adalah ekspresi-

ekspresi yang terartikulasikan dan di dalamnya terdapat ruang, waktu,

serta karakter-karakter yang terjalin dalam naratif.

B. Pesan Dakwah Islam

a. Pengertian Dakwah

Dakwah menurut bahasa berasal dari kata ةدعو –يدعو -دعا yang

berarti panggilan, seruan dan ajakan.66

Sedangkan menurut istilah,

banyak sekali definisi dakwah. Menurut Saifudin Azhari, dakwah

adalah segala aktivitas yang mengubah suatu situasi lain yang lebih

baik menurut ajaran Islam. Tetapi juga berupa usaha meneruskan dan

menyampaikan kepada perorangan dan umat. Konsepsi Islam tentang

pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia dan akhirat ini yang

meliputi amar ma‟ruf nahi mungkar, dengan berbagai media dan cara

65

Paul Ricoeur, Freud and Philisophy,. 14-15 66

Awaludin Pimay,. Paradigma Dakwah Humanis, Strategi dan Metode

Dakwah Saefudin Zuhri, ( Semarang: Rasail, 2005), 3.

43

yang diperbolehkan akhlak yang membimbing pengalamannya dalam

kehidupan perseorangan berumah tangga, bermasyarakat, bernegara.67

Dakwah secara normatif yakni mengajak manusia kepada jalan

kebaikan dan petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan

akhirat.68

Selanjutnya pengertian dakwah dari beberapa pakar antara lain;

Arifin dalam bukunya Psikologi Dakwah mengungkapkan bahwa

dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan, baik

dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang

dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha memengaruhi orang

lain, baik secara individual maupun kelompok agar supaya timbul

dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta

pengamalan terhadap ajaran agama sebagai message (pesan) yang

disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksa.69

Hasymi mengungkapkan bahwa dakwah adalah mengajak

orang lain untuk meyakini dan mengamalkan akidah dan syari‟at Islam

yang lebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah.

Selanjutnya Hamzah Ya‟kub mendefinisikan dakwah adalah mengajak

umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk

Allah dan Rasul-rasulnya.

Di dalam Ensiklopedia Islam disebutkan bahwa tujuan utama

dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di

67

Anshari, Saifudin, Pokok Pokok Pikiran Tentang Islam. (Bandung:

Pelajar,1969), 87 68

Mahfud, Hidayah Al-Mursyidik (terj. Yogyakarta:, Usaha Penerbit Tiga A.

1970), 27. 69

Arifin,. Psikologi Dakwah ,(Jakarta: Bumi Aksara, 2004) , 10.

44

dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah swt, yakni dengan

menyampaikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan

kesejahteraan yang diridai oleh Allah swt. sesuai dengan segi atau

bidangnya masing-masing.

Dakwah telah lama menjadi perbincangan pokok manusia

dalam tiap generasi. Ada dua hal yang menjadi alasan dakwah sebagai

wacana lama yang tidak pernah berhenti sepanjang masa. Alasan

pertama adalah dakwah melahirkan manusia mengubah situasi sosial

menjadi lebih baik. Ini dapat dijelaskan dengan teori manusia besar (big

man teory). Ada tiga asumsi dari teori ini, hanya manusia besar yang

mengubah sejarah (determenisme heroik), sejarahlah yang

memunculkan manusia (determenisme sosial), kapabilitas manusia

besar dengan dukungan massa yang dapat mengubah sejarah. Asumsi

terakhir ini relevan dengan munculnya pendakwah yang muncul pada

situasi tepat. Masyarakat memperbincangkan pendakwah sebagai

individu luar biasa yang memiliki beberapa kelebihan.

Alasan kedua dakwah merupakan perintah Allah SWT yang

termaktub dalam kitab kitab agama samawi. Dengan perintah ini, umat

beragama berlomba lomba mengajak orang lain untuk mengikuti

agamanya. Hal ini menjadi sumber interaksi antara umat beragama

antara perdamaian dan ketegangan. 70

Komunikasi dan dakwah tidak bisa dipisahkan karena dakwah

adalah aktifitas berkomunikasi. Namun lebih khusus komunikasi

tentang agama Islam, penyebaran Islam, dan juga ajakan berbuat baik

70

Moh. Ali Aziz., Ilmu Dakwah, (Jakarta, Kencana, 2004) , 68.

45

dan menjauhi perkara yang buruk. Disini dakwah dan komunikasi lintas

budaya diperlukan. Mengingat majemuknya budaya di Indonesia

menuntut seorang da‟i untuk bisa menjadi da‟i yang profesional.

Penggunaan metode dakwah yang benar adalah keharusan.71

Eksistensi dakwah akan senantiasa bersentuhan dengan realitas

sosio-kultural yang mengitarinya, sesuai konsekuensi posisi dakwah,

dakwah sebagai satu variabel dan problematika kehidupan sosial

sebagai variabel yang lain, maka keberadaan dakwah dalam suatu

komunitas dapat dilihat dari fungsi dan perannya dalam mempengaruhi

perubahan sosial tersebut, sehingga lahir masyarakat baru yang

diidealkan (khoiru ummah). Secara substansial dakwah merupakan

pendidikan masyarakat, yang dalam pelaksanaannya tidak jauh berbeda

dengan cita-cita pendidikan nasional.72

Tujuan seperti diamanahkan

pendidikan nasional tersebut menempatkan dimenasi moral keagamaan

sebagai bagian penting dalam proses berdakwah.

Dari uraian diatas jelas bahwa dakwah adalah mengajak ummat

manusia menuju kehidupan Islami dan untuk memberi solusi ke

seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu dakwah haruslah

dikemas dengan cara metode tepat dan pas, dakwah harus tampil secara

aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian yang hangat

ditengah masyarakat. Faktual dalam arti kongkrit dan nyata, serta

konstektual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang

dihadapi oleh masyarakat. Tarian seudati diciptakan sebagai media

71

Aripudin, Acep. Dakwah Antar Budaya, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya 2012), 56. 72

Abdul Basit, Wacana Dakwah Kontemporer ( Yogyakarta: STAIN

Purwokerto Press), 45.

46

dakwah Islam yang dikembangkan penganut Islam dalam menyebarkan

agama Islam di Aceh.

b. Pengertian Islam

Islam sebagai agama yang lengkap telah menetapkan prinsip-

prinsip atau kaedah-kaedah yang dapat dijadikan pedoman dalam

melakukan suatu perbuatan, termasuk juga dalam berkomunikasi baik

berkomunikasi dengan Tuhan, dengan sesama manusia maupun juga

dengan diri sendiri.73

Kata Islam dalam buku Al-Ta‟rifat karya al-Jurjani diartikan

sebagai kerendahan dan ketundukan terhadap apa yang dikabarkan oleh

Rasulullah SAW. Makna Islam menurut Al-Jurjani ini mengacu kepada

makna bahasa Abdul Karim Zaidan dalam Ushul Al-Dakwah

memaparkan banyak sekali definisi tentang Islam. Di antara definisi

Islam menurut beliau:74

a. Islam adalah bersyahadat bahwa tiada ilah selain Allah dan

Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan

zakat, berpuasa Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji.

b. Islam adalah kerendahan, penyerahan diri, dan ketundukan

kepada Allah Rabbul Alamin. Ketundukan ini disyaratkan harus

dalam bentuk pilihan bukan karena terpaksa, yaitu ketundukan

kepada Allah di segala bidang. Definisi yang kedua ini mirip

dengan definisi yang diberikan oleh al-Jurjani, yaitu definisi

Islam dengan pendekatan bahasa. Ketika kata Islam

73

Nursapia Harahap, Analytica Islamica, (Medan: UINSU, 2011), 90. 74

Harjani Hefni, Komunikasi Islam, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2015),

h. 7-12

47

dihubungkan dengan din yang dibawa oleh Nabi Muhammad

SAW dari Allah SWT, maka definisi Islam adalah ketundukan

atas dasar sukarela kepada Allah Rabbul „Alamin. Bukti

ketundukan itu terwujud pada kepatuhan terhadap syariat Allah

yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Islam dalam

arti ketundukan dapat ditemukan dalam firman Allah dalam

surat Ali Imran: 19:

Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi

Allah hanyalah Islam.75

c. Islam adalah sistem umum dan peraturan lengkap tentang

urusan kehidupan, serta panduan meniti kehidupan dan segala

konsekuensi dari penerimaan atau penolakan terhadap ajaran

yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT.

d. Islam adalah kumpulan seluruh nilai yang diturunkan Allah

kepada Nabi Muammad SAW untuk disampaikan kepada

seluruh manusia, baik huum akidah, akhlak, ibadah, muamalat,

serta berita-berita yang disebutkan dalam Al-Qur‟an dan As-

Sunnah.

e. Islam adalah jawaban yang benar dan tepat untuk menjawab

tiga pertanyaan prinsip yang selalu menyibukkan akal manusia

dan selalu muncul dalam pikiran mereka sepanjang masa: dari

mana kita berasal, untuk apa kita hadir di muka bumi ini, dan ke

75

Departemen Agama RI, Alquran (Q.S. Ali „Imran/3: 19)

48

mana tempat kembali? Untuk pertanyaan pertama, darimana

kita berasal, Islam menjawab bahwa manusia berasal dari Allah

yang menciptakan manusia dari dua perpaduan utama yaitu

jasad dan ruh. Jasad kita diciptakan dari tanah dan saripati tanah

serta roh berasal dari Allah SWT. Dua perpaduan ini membuat

manusia memiliki dua kebutuhan yang harus dipenuhi,

kebutuhan jasad dan kebutuhan ruh. Allah SWT berfirman

dalam surat As-Sajadah: 7-9.

Artinya: Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan

sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari

tanah.Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang

hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya

49

roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali

bersyukur.76

Dari beberapa definisi Islam di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa Islam menurut bahasa secara umum artinya adalah tunduk,

menyerahkan diri kepada Allah, damai, serta selamat. Selain berarti

agama Tuhan yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW, Islam

juga berarti penyerahan diri secara mutlak kepada-Nya, dan kemudian

pula berarti kehidupan yang penuh keserasian atau saleh, dalam arti

diliputi oleh kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, kebahagian dan

yang sejenis dengan itu. Setiap orang tanpa kecuali merindukan

kehidupan Islam, seperti pengertian di atas dan selalu diperjuangkan

antara lain melalui dakwah atau komunikasi Islam.77

c. Pengertian Pesan Dakwah Islam

Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya

konkret agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia

dengan akal budinya menciptakan sejumlah lambang komunikasi

berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan.

Apabila pesan bersifat abstrak, komunikan tidak akan tahu apa yang

ada dalam benak komunikator sampai komunikator mewujudkannya

dalam salah satu bentuk atau kombinasi lambang-lambang komunikasi

ini. Karena itu, lambang komunikasi disebut juga bentuk pesan, yakni

76

Departemen Agama RI, Alquran.,Q.S. As-Sajdah/32: 7-9 77

Anwar Arifin, Dakwah Komporer Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2011), 24.

50

wujud konkret dari pesan. Hal tersebut berfungsi mewujudkan pesan

yang abstrak menjadi konkret. Suara, mimik, dan gerak-gerik lazim

digolongkan dalam pesan nonverbal, sedangkan bahasa lisan dan

bahasa tulisan dikelompokkan dalam pesan verbal. 78

Dalam Ilmu Komunikasi pesan simbol-simbol. Dalam literatur

berbahasa Arab, pesan dakwah disebut maudlu‟ al dakwah. Istilah ini

lebih tepat berbanding dengan istilah “materi dakwah” yang

diterjemahkan dalam Bahasa Arab menjadi maaddah Al‟dakwah. Istilah

pesan dakwah dipandang lebih tepat untuk menjelaskan, “ isi dakwah

berupa kata, gambar, lukisan dan sebagainya yang diharapkan dapat

memberikan pemahaman bahkan perubahan sikap dan perilaku mitra

dakwah.” Jika dakwah melalui tulisan umpamanya, maka yang ditulis

itulah pesan dakwah. Jika dakwah melalui lisan, maka yang diucapkan

pembicara itulah pesan dakwah. Jika melalui tindakan, maka perbuatan

baik yang dilakukan itulah pesan dakwah . 79

Pada prinsipnya, pesan apa pun dapat dijadikan sebagai pesan

dakwah Islam selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya,

yaitu Al-Qur‟an dan Hadist. Dengan demikian, semua pesan yang

bertentangan terhadap Alqur‟an dan Hadis tidak dapat disebut sebagai

pesan dakwah. Semua orang dapat berbicara tentang moral, bahkan

dengan mengutip ayat Alqur‟an sekalipun. Akan tetapi, jika hal itu

dimaksudkan untuk pembenaran atau dasar bagi kepentingan nafsu-

nafsu semata, maka demikian itu bukan termasuk pesan dakwah Islam.

78

Daryanto, Ilmu Komunikasi 1, (Bandung: PT. Sarana Tutorial, 2011), 24. 79

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: PT Kencana Prenada Media

Group, 2004), 318.

51

Pesan dakwah Islam pada garis besarnya terbagi menjadi dua, yaitu

pesan utama (Alqur‟an dan hadis) dan pesan tambahan atau penunjang

(selain alqur‟an dan hadis).

Pesan dakwah Islam tambahan atau penunjang lain, antara lain

adalah:

1. Pendapat para sahabat Nabi Saw

2. Pendapat para Ulama

3. Kisah dan pengalaman teladan

4. Berita dan peristiwa

5. Karya sastra

6. Karya seni

7. Karya Ilmiah80

Hermeneutika sebagai pesan dakwah memiliki 6 (enam)

karakteristik.81

Pertama, hermeneutika adalah metode dan seni

penafsiran teks secara umum atau kalimat sebagai simbol teks itu,

Langer yang seorang ahli filsafat menilai simbol sebagai hal yang

sangat penting dalam ilmu filsafat, karena simbol menjadi penyebab

dari semua pengetahuan dan pengertian yang dimiliki manusia.

Menurut Langer, kehidupan binatang diatur oleh perasaan (feeling),

tetapi perasaan manusia diperantarai oleh sejumlah konsep, simbol, dan

80

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah., 324. 81

Fahmi Salim, Kritik terhadap Studi Al-Qur‟an Kaum Liberal, (Jakarta:

Pespektif, 2010), 138

52

bahasa.82

Binatang memberikan respons terhadap tanda, tetapi manusia

membutuhkan lebih dari sekedar tanda, manusia membutuhkan simbol.

Simbol adalah “suatu instrumen pikiran” (instrument of thought).

Langer memandang “makna” sebagai suatu hubungan yang kompleks

diantara simbol, objek, dan orang. Jadi, makna terdiri atas aspek logis

dan aspek psikologis. Aspek logis adalah hubungan antara simbol dan

referennya, yang oleh Langer dinamakan “denotasi” (denotation).

Kedua, hermeneutika adalah metode yang memadukan dan

menggabungkan antara filsafat dan kritik sastra atau sejarah. Ketiga,

metode hermeneutika bertujuan mencari makna yang terkandung dalam

teks, namun yang dicari oleh hermeneutika (pelaku penakwilan)

bukanlah makna sederhana atau dangkal, melainkan makna yang

bernilai karena terkait dengan upaya penghargaan atas esensi manusia.

Keempat, hermeneutika adalah metode tafsir individualis sekaligus

objekif-idealis dan mengakui keragaman level metafisika. Kelima,

fungsi metode hermeneutika memiliki pembebasan (liberalisme).

Keenam, metode hermeneutika sebagai salah satu metode kritis lebih

dekat pada spirit metode ilmu-ilmu fisika.83

Dari pengertian di atas, penulis mencoba berpendapat bahwa

hermeneutika disini dapat membantu seseorang dalam memahami teks

Syair Seudati yang mengandung pesan dakwah Islam dengan cara

82 Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya).32

83

Haryatmoko. Memahami Diri Lebih Baik; Hermeneutika Menurut Paul

Ricoeur, 89.

53

pemaknaan dari teks tersebut. Seorang penafsir berusaha untuk

membantu memecahkan pemahaman, khususnya dalam interpretasi

teks, hal ini pula penafsir menyuguhkan teks sebagai sebuah hasil karya

secara otonom yang terbebas dari segala kepentingan. Dengan kata lain

studi hermeneutik mencoba menganalisis dan menjelaskan teori

penafsiran teks dengan mengajukan pendekatan-pendekatan keilmuan

lain yang dengan sendirinya menguji proses pemahaman, mekanisme

penafsiran dan penjelasan (teks).

d. Seni Berdakwah

Ungkapan bahwa Allah adalah jamil (indah) dan mencintai

jamal (keindahan) serta penyebutan Allah pada dirinya sebagai badi'us

samawat wal ardl (maha pencipta langit dan bumi), merupakan

penegasan bahwa Islam pun menghendaki kehidupan ini indah dan

tidak lepas dari seni. Arti Badi' adalah pencipta pertama dan

berkonotasi indah. Berarti, Allah mencipta langit dan bumi dengan

keindahan.

Ditinjau dari sisi sosiokultural, sudah menjadi fakta bahwa salah

satu pilar kesuksesan dakwah nabi Muhammad SAW dikalangan

masyarakat Arab adalah strategi beliau dalam mendekati kaum Arab

lewat pendekatan seni dan budaya. Adanya kitab suci Al-Qur‟an yang

bernilai sastra tinggi di lingkungan yang sangat menghargai sastra

budaya pada saat itu merupakan bukti bahwa melalui budaya

masyarakat mudah menerima ajaran-ajaran Islam. Begitu juga dalam

menetapkan hukum atas sesuatu, beliau tidak menghilangkan budaya

54

yang ada, melainkan hanya meluruskan hingga sesuai dengan ajaran-

ajaran Islam.

Sebagai media atau metode, seni mempunyai proyeksi yang

mengarah pada pencapaian kesadaran kualitas keberagamaan Islam

yang pada gilirannya mampu membentuk sikap dan perilaku Islami

yang tidak menimbulkan gejolak sosial, tetapi justru makin

memantapkan perkembangan sosial. Sedangkan sebagai sasaran,

dakwah diarahkan pada pengisian makna dan nilai-nilai Islami yang

integratif ke dalam segala jenis seni dan budaya yang akan

dikembangkan.84

Pada era kejayaan Islam, lahir tokoh-tokoh besar dibidang seni

musik. Para ilmuwan muslim telah menjadikan musik sebagai media

pengobatan atau terapi. Kegemilangan peradaban Islam ditandai

dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kemajuan ilmu

pengetahuan dan kebudayaan ini bersentuhan erat dengan moral Islam,

budaya Arab dan kebudayaan besar lainnya. Tidak heran jika pada awal

kejayaan Islam telah lahir tokoh-tokoh besar dibidang seni musik.

Ada musisi terkenal yang sangat disegani yaitu Ishaq ibn

Ibrahim Al-Mausili (767-850 M). Ada pula pengkaji-pengkaji musik

yang disegani seperti Yusuf bin Sulaiman Al-Khatib (wafat tahun

785M).85

Munculnya seniman dan pangkaji musik di dunia Islam

menunjukkan bahwa umat Islam tidak hanya melihat musik sebagai

84

Nawafik, Achmad. Dakwah Melalui Seni : Studi Kasus Kesenian

Tradisional Ludruk Pada Masyarakat Giligenting Kabupaten Sumenep. (Masters

thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. 2016) , 67. 85

Philip K. Hitti, History of Arabs Rujukan Induk dan Paling otoritatif

tentang Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013), 537.

55

hiburan. Lebih dari itu, musik menjadi bagian dari ilmu pengetahuan

yang dikaji melalui teori-teori ilmiyah.

Hamzah Ya‟kub mengelompokkan media dakwah ke dalam

enam macam yaitu: Pertama, dakwah dengan lisan. Dakwah seperti ini

paling banyak dilakukan oleh umat Islam karena langsung berhadapan

antara da‟i dan mad‟u . Di antaranya adalah melalui khutbah, nasihat,

pidato, ceramah, kuliah, diskusi (dialog), seminar, musyawarah, musik

dan lain-lain. Dalam al-Qur‟an ditemui isyarat tentang media lisan ini,

antara lain. Katakanlah:

Artinya: Katakanlah "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah

utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan

langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia,

yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada

Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan

kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya

kamu mendapat petunjuk".86

Dakwah secara lisan yang berbentuk ceramah satu arah lebih

umum dilakukan di kalangan umat Islam dan sebagai saran

86

Departemen Agama RI, Alquran, Q.S. Al-A‟raf :158

56

pengembangan sebaiknya ditingkatkan menjadi dialog interaktif secara

dua arah, atau disebut juga dakwah bi-al-mujadalah atau dengan

melakukan tanya jawab. Mujadalah dalam dakwah menurut

Aripuddin87

merupakan kegiatan tukar pikiran antara satu dengan

lainnya karena latar belakang yang berbeda untuk menyampaikan

kebenaran yang bertujuan membawa ke jalan Allah, melalui tukar

pikiran yang baik, ilmiah, rasional dan objektif. Hal ini dimaksudkan

untuk memberi kesempatan kepada audiens untuk mengemukakan

pendapat atau sekaligus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

masih dirasa samar-samar dalam pemahamannya.

Dalam menyampaikan pikiran dan perasaannya, menurut

Aripuddin komunikator harus mengubah melalui seperangkat simbol,

baik verbal maupun nonverbal yang dapat dipahami oleh penerima

pesan. Pesan (message), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh

komunikator kepada penerima. Selanjutnya Aripuddin menyatakan

bahwa pesan memiliki tiga komponen: makna, simbol atau organisasi

pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata atau ucapan dalam

menyampaikan pikiran dan perasaannya, menurut Aripuddin

komunikator harus mengubah melalui seperangkat simbol, baik verbal

maupun nonverbal yang dapat dipahami oleh penerima pesan.88

Pesan

(message), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh komunikator kepada

penerima. Selanjutnya Aripuddin menyatakan bahwa pesan memiliki

tiga komponen: makna, simbol atau organisasi pesan. Simbol

87

Aripudin,. Pengembangan Metode Dakwah. (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2011), 123. 88

Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah. 15.

57

terpenting adalah kata-kata atau ucapan, atau juga melalui lukisan

(nonverbal).

Kedua, dakwah dengan tulisan adalah dakwah yang dilakukan

dengan perantaraan tulisan, seperti melalui buku-buku, majalah, surat

kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamflet, pengumuman

tertulis, spanduk, baliho dan lain-lain. Secara langsung memang tidak

ditemui dalam Al- Qur‟an anjuran menggunakan media tulisan sebagai

alat dakwah, tetapi secara tersirat dapat dipahami dari satu surah yang

terdapat dalam Al-Quran.89

Ketiga, dakwah bil hikmah, dakwah bil hikmah dilakukan

dengan cara yang arif dan bijaksana, yaitu melalui pendekatan

sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan

dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan,

mapun konflik. Inilah yang bisa diterapkan dalam konsep dakwah lintas

budaya.

Penekanannya adalah cara melaksanakan dakwah Rasulullah

dan menjadi rujukan dan referensi dakwah bagi kita saat ini.

Melakukan dakwah yang sebenarnya adalah hal yang sangat mudah.

Karena kita dapat melakukan dakwah dimana saja dan kapan saja.

Dalam menyampaikan dakwah kita harus merujuk kepada Al-Quran

dan Hadis Nabi. Salah satu metode dakwah yang sampai saat ini masih

relevan dipraktekkan oleh para dai adalah dapat merujuk kepada Hadis

Nabi sebagai berikut: Permudahlah, jangan mempersulit, sampaikan

89

Departemen Agama RI, Alquran., Terjemahan dari surat An- Nahl ayat 125

58

Kabar gembira dan jangan membuat orang lari.90

Mempermudah

urusan bukanlah membolehkan segala sesuatu hal dalam kehidupan ini.

Misalnya, apabila seseorang baru masuk Islam, setelah mengucapkan

dua kalimah syahadah. Maunya jangan langsung dengan serta merta

kita menyuruh membayar zakat, dan naik Haji. Akan tetapi ia baru saja

masuk Islam maka kita memberikan kabar-gembira, kabar yang

menyenangkan serta menyejukkan tentang Islam. Misalnya kita

memberikan penjelasan bahwa Islam Agama yang menghormati

sesama manusia.91

e. Hubungan Seni dan Dakwah Islam

Beberapa hal yang penting diketahui dalam dakwah adalah,

bahwa ada dua segi dakwah yang tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat

dibedakan yaitu menyangkut isi dan bentuk, substansi dan forma, pesan

dan cara penyampaiannya, esensi dan metode. Proses dakwah

menyangkut kedua-duanya sekaligus dan tidak dapat dipisahkan.

Hanya saja perlu perlu disadari bahwa isi, substansi, pesan dan esensi

senantiasa mempunyai dimensi universal yang tidak terikat oleh ruang

dan waktu. Dalam hal ini substansi dakwah adalah pesan keagamaan itu

sendiri, itulah sisi pertama dalam dakwah. Sisi kedua, meskipun tidak

kurang pentingnya dalam dakwah yakni sisi bentuk, forma, cara

penyampaian dan metode.92

90

Syaikh „Abdullah Al Fauzan, Minhatul „Allam fii Syarh Bulughil Marom,

Cet I, (Dar Ibnul Jauzi, 1432 H), 110. 91

Masykurotus Syarifah, Budaya Dan Kearifan Dakwah, (Al-Balaghah,

Jurnal dakwah dan komunikasi), 30. 92

Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer (Semarang, Wali Songo

Press IAIN Walisongo, 2006), 14-16.

59

Selain hal diatas, sebuah media dakwah Islam juga penting

untuk dimengerti di dalam proses komunikasi dakwah Islam. Media

dakwah Islam yang dipilih tentunya tidak lepas dari metode yang

diterapkan dalam dakwah Islam. Pengembangan metode dakwah Islam

sangat berkait dengan media yang harus menyertainya. Seorang da‟i

misalnya harus mampu memilih media dakwah yang relevan dengan

kondisi mad‟u yang telah dipelajari secara konprehensif dan

berkesinambungan. Kegiatan dakwah yang dilakukan dengan

mempertimbangkan kondisi audiens tersebut akan lebih memberikan

hasil yang jelas.93

Sedangkan menurut K. Prenc. M seni adalah penjelmaan rasa

indah yang terkandung dalam hati orang yang dilahirkan dengan

perantara alat-alat komunikasi dalam bentuk yang ditangkap oleh panca

indera pendengaran (seni suara), penglihatan (seni lukis) atau yang

dilahirkan dengan gerak (seni drama dan tari).94

Maka seni dapat

digunakan sebagai salah satu media dakwah.

f. Dakwah Islam dan Budaya

Di Indonesia kita memiliki berbagai suku yang masing-masing

mempunyai budaya yang berbeda antara satu suku dengan yang

lainnya, misalnya Aceh dengan kebudayaan atau seni nya. Di mana kita

ketahui Aceh dengan kesenian tari seribu tangan yang dimilikinya.

Karena menurut sejarah orang Aceh, pada zaman dahulu, tari zaman

digunakan untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama Islam kepada

93

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer (Yogyakarta, Mitra

Pustaka, 2000), 13-14. 94

K. Prenc.M, Kamus Latin Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 1969), 425.

60

masyarakat. Begitu juga dengan Minangkabau dengan budaya yang

dimilikinya, semuanya bisa dijadikan media untuk berdakwah, salah

satunya rabab, bila kita perhatikan bahwa dalam lantunan rabab selain

berkisah tentang adat istiadat Minangkabau yang harus diikuti, juga

terselip nasehat-nasehat agama yang harus kita amalkan.

Budaya termasuk seni adalah ekspresi dari “feeling of the

people” sehingga ia merupakan ungkapan yang sesungguhnya dari

hidup dan kehidupan masyarakat. Karena itu, kehadiran agama di

tengah-tengah masyarakat selalu bergerak dan tumbuh melalui wadah

kultural yang pada gilirannya melahirkan kultur yang bercirikan

keagamaan, atau simbol-simbol kultural yang digunakan untuk

mengekspresikan nilai keagamaan.95

Pengembangan peradaban terjadi karena pesan Islam sendiri

yang kehadirannya menjadi “rahmat bagi alam semesta”.96

terdapat

beberapa sebab munculnya warna warni peradaban Islam, baik

dikarenakan faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor

internal yang berpengaruh bagi tumbuh kembangnya peradaban Islam

adalah pesan Alquran yang menyuruh umatnya berbuat Al-urf dan al-

maslahah.7. “ Maka Sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada

mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami)

mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari

mereka).97

95

Abd. Aziz Ahmad, Dakwah, Seni dan Teknologi Pembelajaran (Fakultas

Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar) , 84. 96

Departemen Agama RI, Alquran, .Q.S Al-Anbiya /21:108 97

Departemen Agama RI, Alquran, Terjemah Q.S Al- A‟raf /7:199 & Q.S

Yunus / 10:57

61

Al -Urf adalah segala sesuatu yang sudah sangat dikenal karena

telah menjadi kebiasaan atau tradisi yang shohih (Benar), baik yang

menyangkut perkataan, atau dalam kaitannya dengan meninggalkan

perbuatan tertentu, seringkali disebut sebagai adat.98

Adapun yang

dimaksud dengan Al-maslahah adalah kemaslahatan dan kebaikan yang

tidak ditetapkan kebaikannya secara eksplisit oleh Syari‟ah, disamping

tidak adanya hukum yangm membenar atau menyalahkannya. 99

Dalam

kondisi yang demikian ini, maka seorang mukmin memiliki keleluaan

untuk mengembangkan kebutuhannya yang pokok, yaitu: menjaga

agama, menjaga diri, menjaga akal, menjaga keturunan, dan menjaga

harta. 100

Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang

berbeda dan karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda,

juga menentukan cara berkomunikasi yang sangat dipengaruhi oleh

bahasa, aturan dan norma yang ada pada masing-masing budaya.

Sehingga sebenarnya dalam setiap kegiatan komunikasi dengan orang

lain selalu mengandung potensi komunikasi lintas budaya atau antar

budaya, karena akan selalu berada pada “budaya” yang berbeda dengan

orang lain, seberapa pun kecilnya perbedaan itu.101

Perbedaan-perbedaan ekspektasi budaya dapat menimbulkan

resiko yang fatal, setidaknya akan menimbulkan komunikasi yang tidak

98

Abu Wahab khalaf,. Ilmu Ushul Fiqh, Dakwah Islamiyah Syabab (Mesir,

Al Azhar), 149. 99

Abu Wahab khalaf,. Ilmu Ushul Fiqh, Dakwah Islamiyah Syabab, 141. 100

Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh Dar Al-fik al- „arabi, (Libanon),

278. 101

Abdullah. Dakwah Kultural dan Struktural. (Bandung: Cita pustaka

Media Perintis 2012), 7.

62

lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau timbul kesalahpahaman.

Akibat dari kesalahpahaman itu banyak ditemui dalam berbagai

kejadian yang mengandung etnosentrisme dewasa ini dalam wujud

konflik-konflik yang berujung pada kerusuhan atau pertentangan antar

etnis.102

Fenomena dan objek dakwah yang sangat beragam, maka

beragam pula tantangan yang dihadapi oleh umat Islam di manapun dan

kapanpun. Melihat beragamnya objek dakwah, maka beragam pula

strategi dakwah yang dilakukan oleh da‟i. Demikian juga budaya dari

objek dakwah sangat beragam.

g. Dakwah Islam dalam syair-syair

Ada berbagai macam bentuk dan cara berdakwah dalam Islam

dimana kewajiban berdakwah juga harus disesuaikan dengan

kemampuan dan keahlian masing-masing orang (subyek), artinya setiap

orang tidak harus melakukan kegiatan dakwah seperti layaknya seorang

penceramah atau mubaligh, tetapi berdasarkan kemampuan dan

keahlian atau profesi dengan bidang yang dikuasai masing-masing.103

Salah satu profesi yang bisa digunakan untuk berdakwah adalah

menjadi Penyanyi dan pencipta lagu religi, karena penyanyi dan

pencipta lagu religi dapat melahirkan syair-syair lagu yang

mengandung pesan-pesan dakwah di dalamnya.

Menciptakan syair-syair dan menyanyikan lagu-lagu religi

merupakan salah satu bentuk dan cara berdakwah yang kreatif dan

102

Aripudin, Acep. Dakwah Antar Budaya, 19. 103

Yantos, Analisis Pesan-Pesan Dakwah Dalam Syair-Syair Lagu Opick, (

Jurnal RISALAH Vol. XXIV, Edisi 2, November 2013), 12

63

inovatif, maka berkesenian adalah sebagai alternatif lain dalam

berdakwah. Sejak awal perkembangan Islam, kesenian memiliki

peranan penting dalam dakwah Islamiyah, terutama seni bahasa dan

seni suara. Al-Qur'an sendiri telah memberi isyarat tentang pentingnya

seni didalam berdakwah. Allah menciptakan al-Qur'an dalam bahasa

Arab yang maha balaghah, yang mahaseni yang luar biasa uslub dan

maknanya sehingga tidak dapat ditiru oleh manusia.104

Pesan-pesan dakwah banyak terdapat di dalam syair atau

nyanyian religius yaitu nyanyian yang dihubungkan dengan nuansa

keagamaan.105

Agama merupakan tujuan dan isi dari nyanyian tersebut.

Oleh karena itu nyanyian religius ini syair-syairnya hanya

menceritakan kebesaran Al-Qur'an, kecintaan kepada Allah, Rasulullah,

orang-orang saleh dari hamba Allah, kehidupan akhirat dan kenikmatan

syurga yang menceritakan makna ketuhanan dan keimanan yang

dibawa oleh Rasulullah.

syair-syairnya berisikan ajaran-ajaran Islam yang banyak

mengandung muatan dakwah dan bimbingan melalui seni suara yang

indah. Muatannya juga dapat berbentuk doa-doa agama, puji-pujian

kepada Allah SWT. Dengan demikian berdakwah melalui syair-syair

lagu dapat menyentuh perasaan dan hati sanubari manusia khususnya

umat Islam.

Sejarah Kesenian (Musik dan Suara) Islam begitu banyak

disebut orang. Para penemu dan pencipta alat musik Islam juga cukup

104

Yusuf Al-Qardlawy. Nasyid Versus Musik Jahiliyah . (Kairo: Mujahid

Press, Cet 1, Pen. Tim 109. 105

Oemar Amin Hoesin,. Kultur Islam . (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), 201.

64

banyak jumlahnya, yang muncul sejak pertengahan abad kedua hijrah,

misalnya Yunus Al-Khatīb yang meninggal tahun 135 H, Khalīl bin

Ahmad (170 H.), Ibnu An-Nadīm Al-Maushilli (235 H.), Hunaian Ibnu

Ishāq (264 H.), dan lain-lain.106

Dari Ensiklopedi Indonesia dipetik bahwa definisi seni yaitu

“penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia,

dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang

dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara), penglihatan (seni

lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari, drama) ”. 107

1. Pengertian Syair

Syair adalah sebuah alunan nada dan bunyi yang dapat

didengarkan manusia dimanapun berada. syair merupakan gubahan

seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal

(biasanya diiringi alat musik). Untuk menghasilkan gubahan musik

yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama).

Jadi sebuah lagu dapat diartikan sebagai sebuah ungkapan yang

dikeluarkan oleh sebuah nada atau bunyian dan dalam sebuah lagu

dapat diambil kesimpulan atau ungkapan yang ada pada lirik dari lagu

tersebut.

Hamdju menyatakan bahwa syair adalah ratusan ekspresi dasar

dari hati manusia yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bahasa

bunyi. Syair terbentuk dari gabungan unsur-unsur irama, melodi,

harmoni, bentuk atau struktur lagu dan ekspresi sebagai kesatuan.

106

Hamizah Ya'kub., Publisistik Islam Seni dan Tehnik Dakwah. (Bandung:

CV. Diponegoro, 1973), 98. 107

Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta : PT. Ikhtiar Baru - Van Hoeve), Jilid V

65

Pengertian lagu adalah sesuatu yang luas, mencakup banyak aspek,

bukan hanya satu saja. 108

Syair yang diciptakan manusia dan didengarkan oleh manusia

mempunyai berbagai pesan atau informasi. Banyak yang bisa diambil

dari lagu yang diciptakan oleh manusia. Selain informasi yang didapat

dalam lagu juga terdapat perasaan sang pencipta lagu tersebut.

Brooks dan Brown seperti yang dikutip oleh Nuyten

109mengatakan bahwa musik merupakan salah satu bentuk bahasa

untuk mengekspresikan sebuah perasaan kepada orang-orang yang

mendengarkannya. Mereka juga sependapat bahwa mempelajari

ekspresi musik, baik dalam bentuk nyanyian atau instrumental serupa

dengan cara mempelajari sebuah bahasa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa syair

adalah sebuah bahasa komunikasi yang diekspresikan melalui nada.

syair mempunyai hubungan erat terhadap musik, karena Syair selalu

diiringi musik sebagai latar belakang. Musik juga bermanfaat bagi

manusia sebagai penjaga kesehatan jasmani maupun rohani. Banyak

jenis musik yang membuat manusia menjadi tenang dan rileks dan

banyak juga jenis musik yang membuat manusia mengingat sang

pencipta.

108

Hamdju, Atan. Buku Pengetahuan Seni Musik (Jakarta: PT. Mutiara

Sumber Widya, 1987), 26 109 Nuyten, Ronald. Pengaruh Teknik Pengajaran dan Kepekaan Terhadap

Musik Pada Hasil Belajar Struktur Bahasa Jerman Mahasiswa Strata Satu Program

Studi Bahasa Jerman FPBS IKIP Jakarta, (Tesis: Program Pasca sarjana IKIP

Jakarta, 1994.),11.

66

2. Unsur- Unsur dalam teks Syair

Sebuah teks dapat dimasukkan dalam karya sastra jika

memenuhi kriteria bahasa yang khas sastra. Bahasa puisi dapat

dikategorikan sebagai bahasa yang khas karya sastra, karena bahasa dan

kata-kata dalam puisi merupakan perwakilan pengalaman batin dari

penyair, sehingga bahasa puisi cenderung ekspresif.

Sebuah karya sastra merupakan karya imajinatif dengan

menggunakan medium bahasa yang khas sastra. Bahasa yang

digunakan dalam karya sastra harus dibedakan dengan bahasa yang

digunakan sehari-hari, apalagi dengan bahasa ilmiah. Bahasa sastra

penuh ambiguitas dan penuh ekspresif, ini disebabkan bahasa sastra

cenderung untuk mempengaruhi, membujuk, dan pada akhirnya

mengubah sikap pembacanya.110

Bahasa puisi yang bersifat ekspresif ini mengatur, memadatkan,

dan kadang-kadang menyimpang dari kaidah bahasa yang ada. Dengan

demikian, pembaca akan lebih memperhatikan sekaligus menyadari

bahwa hal itu merupakan usaha pengarang untuk menciptakan suasana

tertentu. Seperti halnya karya sastra, untuk dapat mengetahui sampai

sejauh mana penciptaan suasana pada puisi dapat dilihat dari unsur-

unsur pembentuknya.

Penamaan unsur puisi itu bermacam-macam 111

Menyebut unsur-

unsur itu dengan strata norma, yaitu (1) strata norma lapis bunyi (sound

110

Hermintoyo, M. Simbol Naturalis dalam Lirik Lagu Populer Indonesia.

(Yogyakarta: PIBSI UNY, 2003),19. 111

Pradopo, Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi. (Yogyakarta: Gaja Mada

University Press, 2002), 15-20

67

stratum), merupakan rangkaian bunyi pada puisi berupa kemunculan

suara-suara yang sengaja disusun agar menimbulkan efek keindahan (2)

strata norma lapis arti (unity of meaning), bunyi-bunyi tersebut

dikelompokkan ke dalam satuan-satuan gramatikal sehingga akan

diketahui artinya. (3) strata norma latar merupakan dunia yang

diciptakan yang diciptakan penyair (4) strata norma lapis dunia,

memandang dan melihat puisi sebagai gambaran pengarang dalam

menyampaikan ekspresinya melalui imajinasinya (5) strata lapis

metafisis, merupakan aspek apresiasi berupa penghayatan secara

mendalam dari pendengar/penikmat terhadap karya-karya pengarang.

Puisi merupakan karya sastra yang unik, karena puisi bukan

hanya bertujuan untuk berkomunikasi secara langsung saja namun juga

memperhatikan nilai keindahan terutama yang terlihat dari unsur bunyi

maupun katanya. Dalam puisi untuk mendapatkan situasi emosional

tersebut biasanya puisi memiliki pola irama tertentu yang ditimbulkan

melalui persamaan bunyi.

Menurut Luxemburg irama dalam puisi dapat dibentuk melalui

permainan variasi bunyi dalam kata yang berfungsi mendekatkan kata-

kata lepas serta sebagai struktur ritmik untuk memberi tekanan

tambahan terhadap kata-kata dalam puisi. Permainan bunyi tersebut

dapat dibagi atas; asonansi jika pengulangan bunyi tersebut merupakan

bunyi vokal dan aliterasi jika pengulangan bunyi tersebut merupakan

bunyi konsonan. Selain itu di dalam puisi juga terdapat gaya retorik

68

berupa pengulangan bunyi dalam kelompok kata secara berulang-ulang,

hal ini dikatakan sebagai gaya repetitive.112

Kombinasi bunyi pada puisi biasanya menggambarkan perasaan

pengarang yaitu dengan cara mempermainkan bunyi vokal dan

konsonan sehingga menimbulkan orkestrasi (irama) seperti halnya

dalam bunyi musik. Orkestrasi bunyi yang indah disebut sebagai

eufoni, berupa perulangan bunyi vokal (a, i, u, e, o). Bunyi jenis ini

digunakan untuk menunjukkan suasana senang dan bahagia, sementara

bunyi yang parau disebut sebagai kakofoni biasanya berupa kombinasi

bunyi k, p, t, s. Bunyi jenis ini dapat menunjukkan susana kesakitan,

tidak menyenangkan, kekacauan, dan mistis.113

Unsur bunyi merupakan unsur yang penting dalam sebuah puisi

karena bunyi ikut menentukan keindahan sebuah puisi. Unsur bunyi

dalam sebuah puisi juga erat kaitannya dengan kemerduan dan

kekuatan pengucapan dan dapat memperkuat ekspresi dan estetika puisi

tersebut. Aspek bunyi di dalam puisi pengarang biasanya

menyampaikan maksud/isi dengan menggunakan kata-kata yang dapat

menimbulkan dan membangkitkan suasana emosional tertentu.

Kosa kata pada puisi merupakan sarana seorang pengarang dalam

menyampaikan ide dan gagasannya melalui pengetahuan

mempergunakan kata-kata sesuai dengan tema dalam lirik/puisi. Dalam

puisi, pembahasan soal kosakata tidak hanya terbatas pada makna

kamus saja. Terkadang untuk dapat menyampaikan ekspresi secara total

112

Luxemburg, Pengantar Ilmu Sastra. (Jakarta: Gramedia. 1984), 196. 113

Pradopo, Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi., . 32.

69

pengarang mempergunakan istilah-istilah baru sesuai dengan gagasan

puisi, misalnya pada akronim dan idiom. Keberadaan bahasa kias

merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari puisi untuk

mendapatkan kepuitisan dan keindahan tertentu. Dalam bahasa kias,

pengarang menggunakan kata-kata kiasan yang sifatnya menyamakan

suatu hal.

Kata-kata kiasan ini dapat menyebabkan puisi menjadi menarik

perhatian dalam menimbulkan intepretasi baru. Sarana retorika dalam

puisi berupa manipulasi pikiran dan imajinasi pengarang, sehingga

pembaca memerlukan perenungan untuk memahaminya. Sarana

retorika erat hubungannya dengan gaya bahasa seorang pengarang

dalam penyampaian melalui efek-efek kata tertentu sehingga puisi

tersebut lebih hidup dan dinamis serta dapat mempengaruhi pembaca.

Bertolak dari uraian di atas, unsur-unsur teks dalam puisi dapat

juga ditemukan dalam teks Syair. Karakteristik penuangan ekspresi

lewat yaitu adanya melodi dan notasi musik yang disesuaikan dengan

kata/kalimat sehingga penikmat mudah terbawa dalam alam batin

pengarangnya. Untuk menyampaikan alam batinnya, pengarang lirik

Syair juga berupaya menciptakan daya ekspresi tertentu yaitu

melakukan manipulasi bahasa. Pemanipulasian bahasa ini antara lain

berupa permainan vokal, gaya bahasa, penyimpangan makna kata, dan

sebagainya.

d. Tinjauan Pustaka

70

Penulis telah menelusuri pada berbagai media dan juga

beberapa perpustakaan, di antaranya adalah perpustakaan Universitas

UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah tetapi penulis tidak

menemukan yang membahas tentang teks Syair “Seudati” dengan

tinjauan Hermeneutika yang dikemukakan oleh Paul Ricoeur. Dalam

hal ini penulis tetap berusaha untuk mencari kasus tersebut sehingga

fokus penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan.

Dalam penelitian ini peniliti tertarik meneliti mengenai syair

dalam tari Seudati, karena hepotesa awal peneliti mengenai pesan

dakwah dalam Syair tari Seudati ini hanya 25% saja unsur dakwah

Islam yang disampaikan melalui tari seudati. Tari Seudati memang dari

dahulu sudah dijadikan salahsatu media dakwah dalam penyebaran

agama Islam keseluruh penjuru tanah Rencong ini. Tetapi menurut

peniliti kurang efektif pesan dakwah Islam yang disampaikan

melalui syair tari Seudati. Karena manurut peneliti masyarakat hanya

menikmati tarian seudati sebagai seni penghibur saja tanpa memaknai

pesan dakwah Islam yang disampaikan melalui Syair Seudati tersebut.

Syair tari Seudati banyak menggunakan Hadih Maja.114

Sehingga

banyak persepsi lahir dalam pemaknaan teks Syair Seudati tersebut.

114

Hadih maja merupakan ucapan-ucapan dari nenek monyang (indatu) yang

mengandung berbagai nilai-nilai filosofi tentang berbagai aspek kehidupan, seperti

cara bersosialisasi, membela harga diri, dan membangun hubungan dengan orang lain.

Hadih maja menjadi rujukan bagi kebanyakan masyarakat Aceh dalam

mempertimbangkan berbagai keputusan yang akan diambil. Lebih lanjut, lihat Mohd.

Harun, Memahami Orang Aceh (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2009), 14.

71

Maka dari itu peneliti tertarik untuk meniliti syair Seudati dalan

perspektif Hermeneutika.

Sebelum peneliti mengkaji penelitian ini, peniliti memaknai

teks Syair Seudati tersebut sebagai berikut :

Assalamu‟alaikum lon tameung lam seung, Lon mubi saleum

keu jame teuka, Kareuna saleum nabi kheun sunat, Jarou ta mumat

syarat mulia.

Mulia jamee ranup lam puan, mulia rakan mameh suara,

Neuduek neupiyoh pat-pat yang patoet, ulon neuk beuot puan suasa.

Puan Suasa Kaleuh lon Peusan, Jadeh Malamnya Neubi

Keugata, Ranub neupajoh bungkoh neupulang bek jeut keu utang

geutanyo dua, Neupajoh ranub ieklat bek neuboh, kadang rakan jroeh

jeut keupenawa.

Tabeu ngon masen neurasa keudroe, bak urueng nangroe bek

neucerita, bek neucerita bak ureung nangroe malee that kamoe dikeu

Rakyat baa.

Pemaknaan dari syair tersebut menurut peneliti adalah :

Karena mayoritas masyarakat Aceh pemeluk agama Islam,

maka dari itu setiap memulai sesuatu harus diawali dengan salam.

Salam yang berlafadh “Assalamu‟alaikum” dan memuliakan tamu

harus dengan Ranup karena ranup makanan khas orang Aceh dalam

memuliakan tamu. Tuan rumah harus menyambut tamu dengan suara

lemah lembut. Jika tamu memakan Ranup yang telah disuguhkan oleh

tuan rumah. Maka tempat sirih (Puan suasa) jangan dibawa pulang,

karena bisa mengakibatkan utang piutang antara tamu dengan tuan

72

rumah, maksud nya karena Puan suasa ini tempat sirih yang terbuat

dari tembaga dan berharga makanya tamu hanya boleh mengambil

sirihnya saja. Sirih memiliki rasa Reuhang115

ketika memakan Sirih

makan jangan buar airnya karena sirih mengandung Khasiat yang

banyak dan baik untuk kesehatan.

Dari makna tersebut peneliti merasa belum puas, karena masih

banyak makna dan simbol yang masih belum terungkap maka dari itu

peneliti ingin meneliti mengenai syair Seudati supaya makna yang

terkandung didalamnya yang dituliskan oleh penyairnya tersampaikan

kepada para pendengar.

Sejauh pengetahuan dan pengamatan peneliti, Dalam penelitian

terdahulu hingga saat ini belum ada ditemukan penulisan, penelitian,

serta pembahasan mengenai “pesan dakwah Islam dalam Syair Seudati

perspektif Hermeneutika”. Baik sebagai karya tulis, bentuk buku,

jurnal, maupun dalam bentuk karya ilmiah lainnya. Sehingga untuk

mendukung persoalan yang lebih mendalam terhadap masalah di atas,

peneliti berusaha melakukan penelitian terhadap beberapa literatur yang

relevan terhadap masalah yang menjadi objek penelitian ini.

Selain itu, ada kajian yang membahas tentang Seni Seudati:

Media Edukasi Sufistik Dalam Mengembangkan Nilai Socio-Religius

Masyarakat Aceh (2013). Dalam jurnal yang ditulis oleh Ridwan

Hasan. Penelitian ini bertujuan untuk membangun kesadaran. Bahwa

seni Seudati merupakan salah satu media edukasi sosial keagamaan

115

Reuhang merupakan bahasa Aceh yang memiliki makna Kelat, Sepat,

Pahit, Getir.

73

yang dapat difungsikan sebagai media dalam transformasi nilai socio-

religious dalam masyarakat.116

Khairil faza, dalam Tesis “Tradisi Tari Seudati Masyarakat

Kota Lhokseumawe Aceh” Penelitian ini menggunakan teori

epistemologi Data penelitian ini yaitu sejarah, fungsi, dan bentuk

penyajian “Tradisi Tari Seudati Masyarakat Kota Lhokseumawe

Aceh”117

Nurliana dalam Tesis Pola Komunikasi Tokoh Adat Dalam

Mensosialisasikan Budaya Tari Ula-Ula Lembing di Kabupaten Aceh

Tamiang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi

dan upaya penanggulangan yang dilakukan oleh tokoh adat dalam

mensosialisasikan budaya Tari Ula-Ula Lembing di Kabupaten Aceh

Tamiang. 118

Lathifatullzzah elmahdi dalam jurnal “hermeneutika-

fenomenologi paul ricoeur: dari pembacaan simbol hingga pembacaan

116

Ridwan Hasan, “Seni Seudati: Media Edukasi Sufistik Dalam

Mengembangkan Nilai Socio-Religius Masyarakat Aceh”, dalam Jurnal Al-Tahrir,

Vol. 13, No. 1 Mei 2013. 117

Khairil faza, “Tradisi Tari Seudati Masyarakat Kota Lhokseumawe Aceh

(Tesis),(Medan: IAIN Sumatera Utara, 2017). 118

Nurliana, Pola Komunikasi Tokoh Adat Dalam Mensosialisasikan Budaya Tari

Ula-Ula Lembing Di Kabupaten Aceh Tamiang (Tesis), (Medan: IAIN Sumatera

Utara, 2013).

74

teks-aksi-sejarah” yang membahas tentang perkembangan intelektual

paul recouer, dan perjalanan hermeneutika paul recouer.119

119

Lathifatullzzah elmahdi, “hermeneutika-fenomenologi paul ricoeur: dari

pembacaan simbol hingga pembacaan teks-aksi-sejarah” Jurnal Kajian Islam

Interdisipliner Vol. 6, Nomor i, Januari-Juni 2007

75

BAB III

GAMBARAN UMUM KOTA PEUREULAK

KABUPATEN ACEH TIMUR

A. Peta Kota Pereulak Kabupaten Aceh Timur

Aceh dalam sejarahnya menjadi wilayah pertama kali di

Nusantara menerima Islam. Setelah melalui proses panjang, Aceh

menjadi sebuah Kerajaan Islam pada abad XIII M., sebagaimana Ali

Hasyimi menjelaskan dalam bukunya kebudayaan Aceh dalam sejarah,

yang kemudian berkembang menjadi sebuah kerajaan yang maju pada

abad XIV M.120

Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh wilayah

Nusantara, bahkan ke wilayah Asia Tenggara pada abad XV dan XVII

M. Rakyat Aceh sangat patuh dan tunduk kepada ajaran Islam, mereka

taat serta memperhatikan fatwa ulama, karena ulamalah yang menjadi

ahli waris para nabi dan rasul (inna al-„ulamă waraśah al-anbîyă).121

Sebagaimana dalam hadist nabi Saw bersabda

B. هبياء،ورثةالعلماءان ن الثوالمالهبياءا ه مادرهم ولدينارا يور

ثواا أخذهفمنالعلور

وافربظأخذ

120

Ali Hasyimi, Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah, (Jakarta: Beuna, 1983),

15 121

Syukri, Peranan Ulama Dalam Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh

(Disertasi), (Medan: IAIN Sumatera Utara, 2011), h. 1. Lihat juga Syukri, Ulama

Membangun Aceh: Kajian Tentang Pemikiran, Peran Strategis, Kiprah, dan

Kesungguhan Ulama Dalam menentukan Kelangsungan Pembangunan Dan

Pengembangan Syari‟at Di Aceh, (Medan: Perdana Mulya Sarana, 2012), 1.

76

Artinya : “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh

para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya

mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah

mengambil bagian yang banyak.” (HR. al-Imam at-Tirmidzi )122

C. Asy Syaikh Shalih Fauzan mengatakan: “Kita wajib memuliakan ulama

muslimin karena mereka adalah pewaris para nabi, maka meremehkan mereka

termasuk meremehkan kedudukan dan warisan yang mereka ambil dari

Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam serta meremehkan ilmu yang mereka

bawa. Barangsiapa terjatuh dalam perbuatan ini tentu mereka akan lebih

meremehkan kaum muslimin. Ulama adalah orang yang wajib kita hormati

karena kedudukan mereka di tengah-tengah umat dan tugas yang mereka

emban untuk kemaslahatan Islam dan muslimin. Kalau mereka tidak

mempercayai ulama, lalu kepada siapa mereka percaya. Kalau kepercayaan

telah menghilang dari ulama, lalu kepada siapa kaum muslimin mengembalikan

semua problem hidup mereka dan untuk menjelaskan hukum-hukum syariat,

maka di saat itulah akan terjadi kebimbangan dan terjadinya huru-hara.” 123

Aceh adalah sebuah Provinsi di Indonesia. Aceh terletak

diujung Utara pulau Sumatera dan merupakan Provinsi paling Barat di

Indonesia. Ibu kotanya adalah Banda Aceh. Letaknya dekat dengan

Kepulauan Andaman dan Nikobar di India serta terpisahkan oleh Laut

122

HR. Abu Dawud no. 3641 dan ini lafazh-nya; Tirmidzi no. 3641; Ibnu Majah no. 223;

Ahmad, 4/196; Darimi no. 1/98. Dihasankan Syaikh Salim al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin, 2/470,

hadits no. 1388)

123

Asy Syaikh Shalih Fauzan bin Fauzan bin Abdillah al Fauzan, Jawab Tuntas

Masalah Manhaj al ajwibah al mufidah an as alatil manahij al jadidah, (Yogyakarta:

Pustaka Al-Haura‟) 140.

77

Andaman. Aceh berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah Utara,

Samudra Hindia di sebelah Barat, Selat Malaka di sebelah Timur, dan

Sumatera Utara di sebelah Tenggara dan Selatan. Aceh dianggap

sebagai tempat dimulainya penyebaran Islam di Indonesia dan

memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara.

Pada awal abad ke-17, Kesultanan Aceh adalah negara terkaya, terkuat,

dan termakmur di kawasan Selat Malaka. Sejarah Aceh diwarnai oleh

kebebasan politik dan penolakan keras terhadap kendali orang asing,

termasuk bekas penjajah Belanda dan pemerintah Indonesia. Jika

dibandingkan dengan dengan Provinsi lainnya, Aceh adalah wilayah

yang sangat konservatif (menjunjung tinggi nilai agama).124

Aceh

memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk minyak bumi

dan gas alam. Sejumlah analis memperkirakan cadangan gas alam Aceh

adalah yang terbesar di dunia. Aceh juga terkenal dengan hutannya

yang terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan dari Kutacane di Aceh

Tenggara sampai Ulu Masen di Aceh Jaya. Sebuah taman nasional

bernama Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) didirikan di Aceh

Tenggara.125

Perkembangan dan kemajuan Propinsi Daerah Istimewa Aceh

pada umumnya, serta adanya aspirasi yang berkembang dalam

masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengatur dan

mengurus rumah tangga sendiri, perlu meningkatkan penyelenggaraan

124

Ali Hasyimi, Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah, (Jakarta: Beuna, 1983),

h. 18 125

Muhammad Ikhsan, Implementasi Pembangunan Dalam Pengembangan

Pariwisata Islami Di Kota Lhokseumawe (Medan: IAIN Sumatera Utara, 2012), 66.

78

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan

kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada

masa yang akan datang, dengan memperhatikan hal tersebut diatas dan

kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah

penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya di Kota

Administratif.

Kota Pereulak ini berada persis di tengah-tengah jalur Timur

Sumatera. Berada di antara Banda Aceh dan Medan, sehingga kota ini

merupakan jalur distribusi dan perdagangan yang sangat penting bagi

masyarakat Aceh Timur.126

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Aceh Timur

126

BPS Kabupaten Aceh Timur , Peta Administrasi Kabupaten Aceh Timur:

RTRW Tahun 2016 , Diunduh Pada Tanggal 15 Juli 2019

79

D. Sejarah Terbentuknya Kota Peurelak Aceh Timur

Kabupaten Aceh Timur adalah sebagian dari provinsi daerah

istimewa Aceh yang terletak dibahagian timur provinsi Aceh dan ibu

kotanya Idie. Kecamatan Peureulak yaitu suatu nama wilayah

kecamatan Kabupaten Aceh Timur. Menurut keterangan Abu Ishaq Al-

makarani dalam kitabnya “Idhatul Haaq Fimamlakatil Peurelak”

mengatakan Negeri Peurelak suatu negeri yang tertua di Sumatera,

yang namanya tinggal tetap tidak berubah-rubah sepajang abad, dan

sudah terkenal dikalang para musafir yang lalu, beserta para pedagang

dunia Hindustan, Italia, Portugis, dan lainya. 127

Pada saat masyarakat Peureulak telah banyak memeluk Islam,

karena di Peureulak kurang pengaruh agama budha dan hindu. Jadi

tidak menjadi satu hal bagi pedagang-pedagang Arab, Persia dan India

muslim untuk menyebarkan Ajaran Islam secara terang-terangan.

Pemerintah Daulah Islamiah ditangan daulah Bani Abasiah

dakwah Islamiah keluar dari Jazirah Arab tambah meningkat. Dan

masyarakat peureulak beserta rajanya telah memasuk Islam secara

resmi. Kemudian raja Syahir Nuwi memohon kepada pedagang Arab

yang berada di Peureulak supaya menyampaikan salam pesan kepada

Khalifah Islam di Baghdad bahwa kerajaan Peurelak rakyat serta

rajanya telah memeluk Islam. Agar ke negeri Pereulak Khalifah Harun

127

Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Miswari, Rekonstruksi Identitas Konflik

Kesultanan Peureulak, ( Jurnal, Langsa : IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa, 2017), 170.

80

Nursiyd berkenan mengirim ulama-ulama Islam untuk menjadi guru

bagi masyarakat peureulak yang baru memeluk Agama Islam.

Pesan maha raja negeri peureulak disampaikan oleh para

pedagang Arab kepada Khalifah Harun nursyid di Baghdat dan beliau

menyambut baik dan sangat gembira kemudian disiapkan suatu

“Armada Dakwah” yang dilengkapi berbagai ahli ilmu pengetahuan

berjumlah 100 orang. Diantara rombongan tersebut ikut seorang putra

Arab Quraiys keturunan langsung Ali bin Abi Thalib.128

Armada dakwah ini dengan diberi nahkoda Khalifah mendarat

di Peurelak tahun 173 H sama dengan 790 M. yaitu abad ke 2 H atau

abad ke 8 M. Lebih kurang 50 tahun nahkoda khalifah menanamkan

bibit ajaran Islam kepada masyarakat peureulak telah bersemi dengan

kuat dan mendasar, maka sudah tibalah waktu lahir sebuah kerajaan

Islam. Setelah bermusyawarah secara mendalam antara ulama, cerdik

pandai, dan maharaja negeri Peureulak sepakatlah mereka akan segera

memploklamirkan berdirinya suatu kerajaan Islam. Sesudah matang

persiapan yang diperlukan maka tepat tanggal 1 Muharram tahun 225 H

sama dengan 450 M hari selasa diploklamirkan berdirinya kerajaan

Islam Peurelak dengan dinobatkan menjadi sulthan pertama “ Sayet

Maulana Abdul Aziz”. 129

128

Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Miswari, Rekonstruksi Identitas Konflik

Kesultanan Peureulak, 175. 129

M. Arifin Amin, MONISA : Dalam Lintas Sejarah Bangsa, ( Sekretaris

Yayasan Monisa : Aceh Timur, 2015), Rekomendasi dari Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Aceh Timur , 8-10.

81

Menurut C.Snock Hurgronye tokoh orientalis, tumbuhnya tari

Seudati bersamaan dengan masuknya agama Islam ke Aceh.130

Seudati

mulai dikembangkan sejak agama Islam masuk ke Aceh. Penganjur

Islam memanfaatkan tarian ini sebagai media dakwah untuk

mengembangkan ajaran agama Islam. Tarian ini cukup berkembang di

Aceh Timur, Utara dan Aceh Pidie. Tarian ini dibawakan dengan

mengisahkan pelbagai macam masalah yang terjadi agar masyarakat

tahu bagaimana memecahkan suatu persoalan secara bersama. Pada

mulanya tarian seudati diketahui sebagai tarian pesisir yang disebut

ratoh atau ratoih, yang artinya menceritakan, diperagakan untuk

mengawali permainan sabung ayam, atau diperagakan untuk bersuka

ria ketika musim panen tiba pada malam bulan purnama.

E. Geografi Kota Pereulak Kabupaten Aceh Timur

Peureulak adalah sebuah kota di Kabupaten Aceh Timur di

provinsi Aceh, berada persis di tengah jalur Timur Sumatera sehingga

130

C.Snock Hurgronye dalam bukunya De Atjeher deel II yang di tulis tahun

1893-1894 mengatakan bahwa ia tidak secara khusus mencantumkan kata seni dalam

karyanya tentang Aceh. Walau demikian Snouck, seni tidak pernah memiliki

dokumentasi tentang seni tradisi yang mungkin dapat di katakan sebagai sesuatu

karya yang terlengkap di Aceh. Sebanyak 126 jenis seni tradisional yang

dideskripsikan dengan baik oleh Snouck. ia juga mencatat deskripsi Snouk tersebut

meliputi kesastraan, hikayat ruhe, hikayat epik, risalah asli,cerita-cerita Roman,

dongeng Binatang, legenda pra Islam, legenda era Islam, karya-karya keagamaan,

permainan dan hiburan, permainan judi, rateb, Musik, pawai dan pesta rakyat,

hikayat, seni kriya (pemahatan batu, arsitek, tenun, pandai emas dan perak), syair

Seudati, syair rateb dong, syair rapai, dan pantun iringan orkes hareubab. Menurut

sejarahnya kesenian Seudati berkembang sejalan dengan masuknya Islam di Aceh.

Meskipun ada pendapat bahwa kesenian ini sudah berasal dari zaman pra-Islam.

Kesenian ini merupakan konfigurasi seni tari, seni suara, dan seni sastra. Lihat buku

C.Snock Hurgronye, The Atjeher Part II, (Leiden: E.J. Brill, 1894), 256.

82

kota ini merupakan jalur distribusi dan perdagangan yang sangat

penting bagi Aceh. Selain itu Peureulak merupakan jalur strategis bagi

wisatawan yang ingin menikmati jalur darat di tanah Aceh.

Peureulak dengan luas wilayah sebesar 318,02 Km² Secara astronomis

Kota Peureulak berada pada posisi LU : 04º4124.00,- 04º53‟55,14‟. BT

: 97º47‟16,22”-97º57‟50,27. Dengan ketinggian kurangn 50 M dari atas

permukaan laut. Kota Peureulak secara administrasi memiliki batas

sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Peureulak Barat

2. Sebelah Timur : Selat Malaka

3. Sebelah Selatan : Kecamatan Peureulak Timur

4. Sebelah Barat : Kecamatan Rantoe Peureulak

Kota Peureulak memiliki suhu berkisar antara 26º-30º C dan

banyaknya pemukiman untuk daerah kota Peureulak tiga (3)

pemukiman dan dan 38 desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam

tabel berikut ini :131

a. Table letak wilayah desa di Kecamatan Peureulak

Desa Wilayah

No Utara Timur Selatan Barat

1

Cek Mbon RT

Peureulak

Lubuk

Pempeng

Prlk Timur RT

Peureulak

2 Seuneubok

Pidie

Snb

Peusangan

Selat Malaka Prlk Timur Prlk Timur

131

Badan Pusat Statistik kabupaten Aceh Timur, Kecamatan Peureulak

Dalam Angka 2017, (BPS KAT, 2017), 6.

83

3 Kuala

Leuge

Snb

Peusangan

Selat Malaka Prlk Timur Snb Pidi

4 Seuneubok

Peusangan

Mtg Gleum Snb Pidie Snb Pidie Dama

Tutong

5 Lubuk

Pempeng

Blang

Simpo

Prlk Timur Cek Mbon RT

Peureulak

6 Dama

Tutong

Snb

Peusangan

Balee Buya Nibong Alue

Rambong

7 Bale Buya Snb Aceh Mtg Gleum Snb

Peusangan

Dama Tuton

8 Matang

Malaka

Snb Aceh Gleum Selat Snb

Peusangan

Balee Buy

9 Alue

Nibong

Kemuning Snb Aceh Dama Tutong Punti

10 Buket Pala Paya Kalui Alue Dua Py

Gajah

Prlak timur Blang

Simpo

11 Blang

Simpo

Prlk Barat Buket Pala Lubuk

Pempeng

RT

Peureulak

12 Paya Kalui Buket Pala Alue Dua Py

Gajah

Bandrong Paya Meligo

13 Alue Dua Paya Gajah Blang Batee Punti Buket Pala

Bandrong

14 Seuneubok

Aceh

Bangka

Rimung

Leuge Aleu Nibong Kemuning

15 Uteun Dama Tualang

Punti

Alue Dua Py Gajah Blang Batee

16 Paya

Meuligoe

Bandrong Paya kalui Buket Pala RT

Peureulak

17 Punti Tualang Dama

Tutong

Uteun Dama Kemuning

18 Keumuneng

Aleu

Lhok Dalam Bangka

Rimung

Nibong Punti

19 Bangka

Rimueng

Leugee Snb Aceh Snb aceh Kemuning

20 Leuge Cot

Geulumpang

Selat Malaka Snb Aceh Keude

Peureulak

21 Lhok Dalam Keude Leuge Kemuning Tualang

84

Peureulak

22 Bandrong Tanah Rata Alue Dua Py gajah Py Meuligo

23 23. Tanah

Rata

Prlk Barat Blang Batee Alue Dua Py Gajah

Bandrong

24 Tualang Prlk Barat Lhok Dalam Punti Blang Batee

25 25. Keude

Peureulak

Prlk Barat Pasir Putih Leugee Lhok Dalam

26 Cot Muda

Itam

Mtg Peulawi Selat Malaka Leugee Cot

Geulumpang

27 Pasir Putih

Kuala

Bugak Mtg Peulawi Leugee Cot Keh

28 Blang Bitra Cot Keh Pasir Putih

Prlk Barat Prlk Barat

29 Beusa

Meuranoe

Blang Bitra Cot Keh Blang Balok Prlk Barat

30 Smtg Muda

Itam

Kuala

Bugak

Mtg Peulawi Cot Keh Blang Balok

31 Paya Lipah

Paya Lipah Smtg Muda

Itam

Beusa

Meurano

Prlk Barat

32 Kuala

Bugak

Selat

Malaka

Selat Malaka Smtg Muda

Itam

Paya Lipah

33 Paya Lipah Prlk Barat Selat Malaka Smtg Muda

Itam

Prlk Barat

34 Leugee Cot

Geulumpang

Pasir Putih Keude

Peureulak

Pasir Putih

35 Cot Keh Smtg Muda

Itam

Pasir Putih Blang Bitra Beusa

Meuran

36. Blang Batee Prlk Barat Tualang Uteun Dama Tanah Rata

37. Alue

Rambong

Py Gajah Dama

Tutong

Prlk Timur Buket Pala

38. Matang

peulawi

Kuala

Bugak

Selat Malaka Cot

Geulumpang

Pasir Putih

Sumber : BPS Aceh Timur diakses melalui BPS Kabupaten Aceh Timur ,

Peta Administrasi Kabupaten Aceh Timur: RTRW Tahun 2016 , Diunduh

Pada Tanggal 15 Juli 2019

85

F. Tarian tradisional Seudati Aceh

Seni budaya Aceh mempunyai ruang lingkup yang luas; seni

tari, seni suara, seni sastra, seni mistik, seni bertempur yang tidak

hanya dalam strategi mengecoh musuh, bahkan hingga instrumen

tempur juga diberikan seni ukir yang biasanya bertuliskan beberapa

ayat Al-Qur‟an sebagaimana dapat ditemukan pada senjata tradisonal

mereka yang dikenal dengan sebutan reuncong.132

Keunikan tarian

Aceh dikarenakan menjadikan Islam sebagai landasannya dan hampir

seluruh tariannya tidak terlepas dari proses penyampaian nilai-nilai

ajaran Islam kepada khalayak.

Identitas tersebut kemudian mewarnai hampir seluruh sistem

nilai seni budaya masyarkat Aceh hingga hari ini. Kedua sistem

tersebut saling terkait dan menjadi landasan bagi kegiatan dan nilai-

nilai sosial-religius kemasyarakatan, seperti dalam adat-istiadat, model

kehidupan bermasyarakat, sistem pendidikan demikian juga dengan

berbagai bentuk kesenian.133

Tarian tradisional Seudati Aceh adalah salah satu bentuk

kesenian tradisional Aceh. Tari tradisional ini merupakan hasil dari

kreativitas estetik masyarakat terdahulu. Eksistensi tari tradisi yang

bersifat menyebarkan dakwah dalam bentuk verbal dan non verbal.

132

Reuncong merupakan senjata tradisional masyarakat Aceh. Senjata ini

banyak dipergunakan para pejuang Aceh di masa lampau dalam perang kemerdekaan

melawan Belanda maupun Jepang. Senjata ini mempunyai berbagai ukuran dan corak

yang berbeda-beda. Senjata ini juga digunakan oleh setiap pria dewasa di masa lalu

dengan cara menyelipkan di pinggangnya. Lebih lanjut dapat dilihat, T. Syamsuddin

dan M. Nur Abbas, Reuncong (Banda Aceh: Proyek Rehabilitasi dan Perluasan

Museum, 1981), 57. 133

Rusdi Sufi, Rajah dan Ajimat pada Masyarakat Aceh (Badan

Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2007), 52.

86

Dalam tarian ini fokus penulis pada penyampaian pesan komunikasi

Islam dalam bentuk verbal pada Seudati Aceh.134

Seudati berasal dari bahasa Arab “Syahadatin” atau

“Syahadati” yang artinya pengakuan. Masalah pengakuan ini dalam

agama Islam merupakan syarat, barang siapa yang berminat memeluk

agama Islam harus mengucapkan Dua Kalimah Syahadat atau Dua

Pengakuan, ialah mengakui bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan

Muhammad adalah utusan-Nya.135

Seudati pada awalnya ditarikan

dengan posisi duduk melingkar tanpa syair. Kemudian Seudati

berkembang dengan variasi gerakan dan syair. Di antara berbagai jenis

tari kesenian asli yang banyak terdapat di Aceh, Seudati mengambil

tempat yang terkemuka di tengah-tengah dan di hati masyarakat Aceh.

Semenjak zaman kerajaan Aceh136

ia merupakan salah satu seni tari

134

Essi Hermaliza, Seudati Aceh., (Aceh: Balai Pelestarian Budaya, 2014),2 135

Suharti Rukmono, Pergelaran Tari-Tarian Daerah Aceh, (Banda Aceh:

Kantor Pembinaan Pendidikan Kesenian Perwakilan Departemen P dan K, 1975), 8. 136

Kerajaan Samudra Pasai tercatat dalam sejarah sebagai kerajaan Islam

yang pertama. Mengenai awal dan tahun berdirinya kerajaan ini tidak diketahui secara

pasti. Akan tetapi, sebelum Samudra Pasai berkembang, sudah ada pusat

pemerintahan Islam di Peureulak (Perlak) padapertengahan abad ke-9. Perlak

berkembang sebagai pusat perdagangan. Dengan posisi yang strategis tersebut,

Samudra Pasai berkembang menjadi kerajaan Islam yang cukup kuat, dan di pihak

lain Samudra Pasai berkembang sebagai Bandar transito yang menghubungkan para

pedagang Islam yang datang dari arah Barat dan para pedagang Islam yang datang

dari arah Timur. Keadaan ini mengakibatkan Samudra Pasai mengalami

perkembangan yang cukup pesat pada masa itu baik dalam bidang politik, ekonomi,

sosial dan budaya. Lihat A. Hasymy, Izhharul Haq (Banda Aceh: 2008), h. 56.

Bahkan dalam menyebarkan agama Islam selain dengan cara berdagang, juga melalui

kesenian Aceh, karena Corak kesenian Aceh memang banyak dipengaruhi oleh

kebudayaan Islam, namun telah diolah dan disesuaikan dengan nilai-nilai budaya

yang berlaku. Seni tari yang terkenal dari Aceh antara lain Seudati, Seudati inong, dan

Seudati tunang. Seni lain yang dikembangkan adalah seni kaligrafi Arab, seperti yang

banyak terlihat pada berbagai ukiran mesjid, rumah adat, alat upacara, perhiasan, dan

sebagainnya. Selain itu berkembang seni sastra dalam bentuk hikayat yang

87

yang amat dikagumi oleh para pendatang yang berkunjung ke tanah

Aceh. Tarian yang heroik dan bersifat gerakannya yang gesit dan cepat

telah menguasai lubuk hati seluruh rakyat Aceh, sehingga di mana

diadakan tarian ini mendapat perhatian dan dihadiri pengunjung

puluhan ribu orang. Ia lincah dan romantis gerak dan sifatnya, sehingga

dalam tiap lekuk yang dilenggangkan, tiap gerakan yang diayunkan dan

lantunan irama yang berketik-ketik ujung jari pemainnya merupakan

suatu paduan keindahan yang sangat menarik hati. Seudati mampu

mencerminkan sifat dan semangat kepahlawannya serta kelelakian baik

dengan gerak lincah yang dilakukan dengan loncat berderap-derap yang

dibuatnya, baik dengan ketik-ketian jari yang diketikkan maupun

dengan tempik suara yang membahana.137

Penganjur-penganjur Islam (para da‟i) kebanyakan berasal dari

Arab, maka secara langsung bahasa atau istilah yang dipergunakan

dalam penyebaran agama dititik beratkan pada istilah bahasa Arab.

Oleh karena itu sekaligus media ratoh ini dipengaruhi dengan istilah

Arab. Kalau dilihat dari akar katanya berasal dari Isim Masdar. Masdar

ada tiga huruf yaitu syahat, asal katanya syahadataini, syahadataini

bermakna dua kalimat syahadat dalam Islam. Karena tarian tersebut.

mengajak orang-orang yang menyaksikan seni tari tersebut untuk

masuk ke dalam Islam dengan terlebih dahulu mengucapkan dua

bernafaskan Islam, seperti Hikayat Perang Sabil. Lihat juga Zakaria Ahmad, Petunjuk

Singkat Meseum Negeri Aceh, (Banda Aceh: Konikklijk Instituut, 1982), 24-26. 137

T. Alibansjah Talsya, Atjeh Jang Kaja Budaya, 2.

88

kalimat syahadat atau syahadatain yang kemudian dengan logat Aceh

diucapkan menjadi Seudati. Kemudian pada nama lain Seudati adalah

meusamman menjadi saman (delapan) orang, artinya permainan

Seudati dengan memiliki delapan orang pemain.138

Namun, ada

pendapat yang mengatakan bahwa tarian Seudati adalah gerakan ayam

berlaga, dan gerakan memperingati hari Syura bagi pemeluk Syi‟ah

(memukul-mukul kepala dan dada).139

Kesenian seni tari Seudati merupakan suatu kesenian yang

digemari sebagian masyarakat Aceh. Tentang dari mana asal dan

pengertian Seudati, terdapat beberapa keterangan soal seni tari tersebut.

Dalam bahasa Aceh, Seudati berarti tarian yang ditarikan oleh delapan

orang dan setiap penari dalam tari Seudati mempunyai jabatan dengan

istilah sendiri.

Menurut keterangan Aboebakar Atjeh, Seudati berasal dari

komunitas tarekat yang dibangkitkan oleh Syekh tarekat Saman.

Karena itu, tari Seudati dalam bahasa Aceh juga dinamakan dengan

“meusamman”. Perkatan seudati sendiri berasal dari bahasa tarekat yā

sādati, yang artinya “wahai tuan guru”.140

Seni ini diperkirakan lahir dari inspirasi dan semangat

memperjuangkan ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat dari pemberian

nama bagi pimpinan tarian ini dengan sebutan “Syeikh” yang biasanya

gelar tersebut diberikan kepada pemimpin agama. Demikian juga

138

Suhelmi., Apresiasi Seni Budaya Aceh, (Banda Aceh: Ar-Raniry Press,

2004), 36. 139

Abdul Rani Usman, dkk., Budaya Aceh, (Banda Aceh: Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Aceh, 2009), 197. 140

Hasan, Ridwan., Seni Seudati: Media Edukasi Sufistik, ( Jurnal : Vol 13,

2013), 11.

89

dengan sebutan aneuk Syahi (orang pembawa Sya‟ir), dalam tarian

tersebut. Seudati adalah seni tari khas masyarakat daerah Aceh.

Dari sudut pandang tentang sumber tarian, Seudati bukanlah

sebuah tarian, namun sebuah upacara serimonial yang diselenggarakan

dalam posisi duduk untuk keperluan pengajaran agama Islam.

Selanjutnya, seiring dengan perubahan politik di Aceh, Seudati yang

sebelumnya digunakan untuk pembangkit semangat perang dan acara-

acara kebersamaan di kerajaan berubah menjadi acara hiburan terutama

dilakukan setelah musim panen.141

Karena itu, kesenian Aceh tidak lepas dari pengaruh nilai-nilai

Islam, sebagaimana ditemukan dalam ucapan atau tulisan yang dimulai

dengan salam atau bismillāh. Demikian juga, kesenian Aceh sangat

sarat dengan ekspresi jiwa heroik dan kepahlawanan Aceh yang

berdasarkan nilai-nilai socio-religius.142

Di zaman dahulu tarian ini merupakan hiburan paling utama

bagi prajurit Aceh, terutama bila mereka sedang dipersiapkan untuk

sesuatu pertempuran. Sebelum mereka esok hari bertolak kegaris

depan. Beberapa malam sebelumnya diadakan pertunjukan Seudati

yang menguraikan kisah-kisah kepahlawanan dan keperwiraan.143

Namun, dari semua latar belakang tersebut gerakan Seudati

diambil dari gerakan para pejuang yang bersemangat dalam berperang

dengan gagah berani dan percaya diri dalam memasuki medan jihad.

141

Hasan, Ridwan., Seni Seudati: Media Edukasi Sufistik , 163. 142

Zakaria Ahmad., Sejarah Perlawanan Aceh Terhadap Kolonialisme dan

Imperialisme (Banda Aceh: Pena, 2008), 18. 143

Alibasjah Teuku Talsya., Atjeh jang kaja Budaja, (Banda Aceh: Pustaka

Meutia, 1972), 12.

90

Seudati adalah ekspresi dari semangat kepahlawanan prajurit bangsa

Aceh dalam menghadapi berbagai intervensi asing terhadap kedaulatan

daerah Aceh pada masa itu. Seudati adalah tarian paling populer dan

tarian paling digemari oleh banyak orang di Aceh sebagai tarian

khusus. Popularitas tarian ini tersebar keseluruh Indonesia dan bahkan

ke mancanegara. Tarian Seudati merupakan campuran dari seni tari dan

musik, yang disebut juga dengan saman144

Namun, ada pendapat yang mengatakan bahwa tarian Seudati

adalah gerakan ayam berlaga, dan gerakan memperingati hari Syura

bagi pemeluk Syi‟ah (memukul-mukul kepala dan dada).145

Eksistensi tari Seudati di tahun era 50-an, tidaklah begitu

berkembang di dalam masyarakat Aceh. Dikarenakan adanya larangan

bermain Seudati oleh sebagian ulama. Hal ini berdampak pada

terbatasnya tempat untuk mengekspresiskan tari Seudati. Akibatnya

apabila ingin bermain Seudati para Syeikh harus melakukanya di

tempat-tempat yang jauh dari keramaian agar terhindar dari pengusiran

oleh Tengku Imum (Imam). Selain terjadinya pelarangan, suasana

politik pun turut mempengaruhi perkembangan Seudati pada era 50-an.

Gejolak perang cumbok.146

yang terjadi antara ulama dengan pihak

144

Syamsul Rijal, Iskandar Ibrahim., Implementasi Syari‟ah Dalam Seudati

Aceh, (Banda Aceh: Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh, 2009), 78-79. 145

Abdul Rani Usman, dkk, Budaya Aceh, (Banda Aceh: Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Aceh, 2009), 197 146

Perang Cumbok dikenal juga sebagai Revolusi Sosial adalah serangkaian

pertempuran yang terjadi di Kabupaten Pidie, Aceh mulai 2 Desember 1945 hingga

16 Januari 1946. Perang ini pecah antara kalangan ulama(teungku) para pendukung

proklamasi kemerdekaan Indonesia yang tergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh

91

Uleebalang telah membuat Seudati tidak leluasa untuk melakukan

setiap pertunjukannya di masyarakat. Adanya intimidasi dari kedua

belah pihak yang bertikai telah menyebabkan para Syekh Seudati harus

ekstra hati hati dalam melantunkan setiap syair yang dibawakan pada

setiap pertunjukan.147

Namun setelah memasuki era 60-an, tari Seudati dapat secara

leluasa di lakukan. Perkembangan Seudati di era ini mulai dirasakan

dan mendapat posisi yang baik di mata masyarakat. Di era ini juga

banyak melahirkan Syekh muda. Seudati era 60-an mulai berkembang

dengan selalu menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman.148

Memasuki tahun era 80-an, tari Seudati terus berkembang di

mana ia berubah dari bentuk permainan rakyat menjadi hiburan murni

masyarakat. Pada PKA III 1983, tari Seudati berhasil masuk ke semua

etnik yang ada di Aceh. Hal ini dilakukan dengan mengikut sertakan

tari Seudati pada event ini bagi seluruh kontingen Kabupaten/Kota.

Konsep ini telah memberikan ruang yang sangat berarti bagi

perkembangan tari Seudati dalam masyarakat Aceh, dewasa ini tari

Seudati tidak hanya dimainkan oleh suku etnik Aceh melainkan telah

mampu dimainkan dan dijadikan sebagai suatu kesenian tradisional

Aceh melwan kubu uleebalang (teuku) yang lebih memilih kekuasaan Belanda,

sehingga menyebabkan revolusi di tatanan sosial masyarakat Aceh pada saat itu. Lihat

Basral dan Akmal Nasery, Napoleon dari Tanah Rencong, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama 2013), 978. 147

Ramziati Taufika, Pesan Pesan Dakwah Dalam Seni Tari: Kajian

Terhadap Syair dan Gerak Tari Seudati dan Rateb Meusekat (Tesis), (Banda Aceh:

IAIN Ar-Raniry, 2013), 90. 148

Ramziati Taufika, Pesan., 90

92

masyarakat Aceh pada umumnya, dengan tidak mengenal suku, daerah,

bahasa dan adat istiadat yang dianut masing-masing masyarakat.149

G. Syair Seudati Aceh

Syair berasal dari bahasa Arab, asal kata di ambil dari fi‟il

maḍhi yaitu Sya‟ara, Sya‟ara, Yasy‟uru, Syi‟ran. Syi‟ran (Syi‟ir) adalah

isim masdar dan sudah dibakukan kedalam bahasa Indonesia menjadi

syair. Kata syair menurut bahasa mempunyai arti Asy Syu‟ur atau Al

Ihsas yaitu rasa (perasaan).150

Syair menurut istilah adalah sebuah ungkapan yang disusun

dalam bentuk sajak dengan mengungkapkan khayalan yang indah dan

gambaran-gambaran yang berkesan.151

Jadi, kesimpulannya syair

adalah gejolak hati yang diungkapkan dalam bentuk gubahan yang

indah sekali.

Banyak sya‟ir dan gerak tarian dijiwai oleh simbol-simbol

kepahlawanan dan keperkasaan melawan musuh, seperti yang

diekspresikan dalam tari Seudati. Tari Seudati merefleksikan sejumlah

simbol tentang strategi perang yang cukup cerdas dalam menghadapi

dan mengecoh musuh sebagaimana dapat dilihat dalam berbagai format

dari tarian tersebut. Terkait dengan peran sya‟ir, ada satu hikayat

149

Ramziati Taufika, Pesan., 92

150

A.W. Munawir., Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap,

(Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 776. 151

Muhammad Husein Az Ziyat, Tarikhul Adabil Arabi, (Kairo: Darun

Nahdlah, t.t), 28.

93

terkenal dalam khazanah perlawanan masyarakat yang disebut dengan

prang sabi.152

Yang khusus dikarang oleh seorang ulama Aceh untuk

meningkatkan semangat juang para pahlawan Aceh yang akan

bertempur ke medan peperangan. Orang Aceh termasuk suatu suku

bangsa penyair yang mempunyai karakter lebih dapat merasakan kata-

kata yang bersajak daripada ucapan dalam susunan kalimat-kalimat

dalam bentuk tulisan. Karena itu dalam tradisi tutur, khususnya aspek

edukasi, dikenal adanya hadih maja.

Para penya‟ir juga banyak yang menghafal hikayat-hikayat

yang digemarinya guna diucapkan kembali dalam berbagai pertemuan

penting. Di antara daerah-daerah di Nusantara, Aceh merupakan

wilayah yang paling kaya dalam kesusasteraannya, menurut pandangan

Aboebakar Atjeh. 153

H. Qanun Aceh Terhadap Seni Budaya Dan Hiburan Lainnya

Dalam Pandangan Syariat Islam

Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh menetapkan Qanun di

Aceh sesuai dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4633). Qanun Aceh

Nomor 11 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syariat Islam Bidang

Aqidah, Ibadah dan Syiar Islam (Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe

152

Hasbi Amiruddin, Ulama Dayah Pengawal Agama Masyarakat Aceh

(Lhokseumawe: Nadia Foundation, 2007), 23. 153

Aboebakar Atjeh, Aceh dan Sejarah Kebudayaan Sastra (Semarang:

Ramadan, 1970), 19.

94

Aceh Darussalam Tahun 2002 Nomor 54 Seri E Nomor 15, Tambahan

Lembaran Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Nomor 5).

Memutuskan kriteria seni b udaya dan hiburan lainnya yang

dibolehkan dalam syariat Islam, sebagai berikut:

1. Syair dan nyanyian tidak menyimpang dari aqidah ahlu sunnah

wal jamaah.

2. Syair dan nyanyian tidak bertentangan dengan hukum Islam

3. Syair dan nyanyian tidak disertai dengan alat-alat musik yang

diharamkan seperti bass, piano, biola, seruling, gitar dan

sejenisnya;

4. Syair dan nyanyian tidak mengandung fitnah, dusta, caci maki

dan yang dapat membangkitkan nafsu syahwat.

5. Penyair dan penyanyi harus memenuhi kriteria busana muslim

dan muslimah.

6. Penyair dan penyanyi tidak melakukan gerakan-gerakan yang

berlebihan atau dapat menimbulkan nafsu birahi.

7. Penyair dan penyanyi tidak bergabung/bercampur laki-laki dan

perempuan yang bukan mahram.

8. Penyair dan penyanyi tidak menyalahi kodratnya sesuai dengan

jenis kelamin.

9. Penyair dan penyanyi tidak ditonton langsung oleh lawan jenis

yang bukan mahram

10. Kegiatan bernyanyi dan bersyair dilakukan pada tempat dan

waktu yang tidak mengganggu ibadat dan ketertiban umum

95

11. Penonton hiburan tidak bercampur laki-laki dan perempuan

yang bukan mahram.

12. Seni rupa dan seni pahat tidak membentuk wujud tubuh

manusia dan hewan yang utuh serta sempurna.

13. Seni ukir tubuh dan wajah tidak melukai, tidak mengganggu

kesehatan, tidak memakai kalimahkalimah suci (Al-Qur‟an dan

Hadits) dan tidak menghambat sampainya air untuk bersuci.

14. Seni bela diri tidak melukai, mencederai serta harus menjaga

ketentuan-ketentuan syariat Islam.

15. Umat Islam diharamkan memajang barang-barang berbentuk

patung manusia dan hewan di dalam rumah, toko dan lain-lain,

kecuali untuk alat bermain bagi anak-anak.154

154

Fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama No. 12 Tahun 2003, Seni Budaya

dan Hiburan Lainnya dalam pandangan Syariat Islam. (Banda Aceh : MPU, 2013),

4.

96

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Timbulnya Tradisi Tari Seudati Dalam Masyarakat

Kota Peureulak Aceh Timur

Aceh sebagai wilayah penting dalam penyebaran Islam di Asia

Tenggara mempunyai identitas seni budaya tersendiri. Kekhususan

tersebut terletak pada paradigma Islam dan barometer syariah yang

digunakan sebagai rambu-rambu dalam seluruh aspek socioreligius. Di

Aceh, beberapa waktu yang lampau, seni tari pernah memainkan peran

penting sebagai media dakwah dalam proses sosialisasi ajaran Islam

kepada masyarakat di sana. Kehadiran seni tari merupakan ekspresi

dari adanya budaya kreatif sekaligus menjadi jawaban cerdas terhadap

tuntutan jaman dalam menghadirkan media Dakwah yang adaptif dan

solutif. Kreatifitas tersebut terletak pada kemampuan menjadikan seni

tari sebagai kendaraan dakwah penyebaran nilai-nilai ajaran Islam di

kalangan masyarakat lokal secara lebih komunikatif.155

Timbulnya tradisi tari Seudati dalam masyarakat Aceh belum

ada sebuah data yang akurat. Namun dari sejumlah tulisan Seudati ada

beberapa pandangan tentang timbulnya Seudati ini. Timbulnya Seudati

pada mulanya di sebuah Desa Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga,

Kabupaten Pidie.156

155

Jean-Louis Michon., Musik dan Tarian Suci dalam Islam (Bandung:

Mizan, 2003), 622. 156

Essi Hermaliza, dkk, Seudati Aceh, ( Aceh Balai Pelestarian Budaya

2014), h. 12.

97

Berdasarkan keterangan yang di sampaikan oleh Abu Bakar AR

salah satu tokoh Seudati Aceh asal Peureulak, dasar timbulnya Seudati

memang benar di Kabupaten Pidie yang di bawa oleh salah seorang

Syekh yang bernama Syekh Tam, ketika beliau mempelajari tari

Seudati, beliau adalah Syekh yang di kenal sebutan Syekh Tam Pulo

Amak dengan aneuk Syahi (anak penggiring) pertama adalah Rasyid

atau sekarang disebut Syekh Rasyid. Namun seiring berjalannya waktu

Syekh Tam mengembangkan Seudati di Kabupaten Aceh Timur sampai

sekarang di Peureulak . 157

Aceh merupakan titik pertama kali Islam masuk ke Nusantara.

Bermula dari tanah Aceh, dilaksanakan penyebaran agama Islam ke

berbagai daerah dengan budaya seni diantaranya seni tari yaitu Seudati

Aceh yang disebut usianya hampir sama dengan usia masuknya Islam

ke Aceh. Sehingga, sampai berdirilah kerajaan-kerajaan Islam baik di

Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku dan daerah-daerah lainnya. Aceh

yang mempunyai sejarah panjang ini dalam mengusir dua bangsa

penjajah yaitu Portugis dan Belanda, bangsa Aceh menyebutnya

dengan “Perang Sabil” atau “Jihad”. Di mana ketika itu, para penjajah

termasuk Portugis selain merebut daerah Aceh, juga niat mereka ingin

menyebarkan agama kristen Portugis di tengah-tengah masyarakat

Aceh. Makanya, perang itu diberi nama perang Sabil (perang untuk

Islam) melawan perang Salib (Perang untuk Kristen). Perang sabil itu

sendiri berasal dari kepercayaan aqidah Islam. Jihad Fi Sabilillah

157

Hasil wawancara penenliti dengan Bapak. Abu Bakar AR (Aneuk Syahi /

ketua MAA) , pada tanggal 30 Desember 2018

98

(perang di jalan Allah) mengandung arti perang yang mengikuti

ketentuan (syari‟at) Allah, sesuai dengan wahyu Nya, sebagaimana

dalam Alquran surat Al- Anfal ayat 15-16 Allah Swt, berfirman

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu,

Maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa

yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok

untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan

yang lain, Maka Sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa

kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. dan

Amat buruklah tempat kembalinya (Q.S. Al-Anfal: 15-16).158

Ayat di atas menerangkan bahwasanya jangan sampai orang-

orang beriman membelakangi (mundur) dari orang-orang kafir yang

ingin menyerang mereka, karena Allah tidak menyukai kejadian seperti

itu. Rakyat Aceh sangat berpegang teguh dengan syaria„at Allah bahwa

bagi bangsa Aceh tidak ada kata mundur untuk melawan penjajah yang

mereka sebut dengan jihad. Karena peristiwa itulah Aceh menciptakan

para mujahid dan mujahidah bermental baja. Pembentukan mental ini

158

Departemen Agama RI, Alquran., h. 179.

99

pun tidak lepas dari nilai-nilai agama Islam. Bahkan, dari perang sabil

ini banyak penduduk Aceh yang syuhada. Ibarat “mati satu tumbuh

seribu”, meskipun korban terus berjatuhan. Namun, semangat juang

para mujahid dan mujahidah dari Aceh tidak pernah padam.

Sebagaimana hadis di bawah ini mengenai jihad :

ه نل ه شال نلىي حلييل نهص يلحوب ل نل ث ح ح دل نهص ال ص للاث ب يلخبلرول نل

لل لثمل قل سل لليه ول نل للى للاث ال سصبلل للاث يه يلنث رل صل ينل نه دص ه نمرل ه نل سل يحيل

ىلت. ل ست يهل سل جص ة يحرث لص مه نبلدل بيل للا يلفضل ف فى سل ل فى يحصث جص قل ص يحرث مل

Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin

Shalih telah menceritakan kepadaku Yahya bin Ayyub dari Hisyam dari

Al Hasan dari 'Imran bin Hushain bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: "Berdirinya seorang laki-laki di barisan (jihad) di

jalan Allah, itu lebih baik daripada ibadahnya seseorang selama enam

puluh tahun”159

Biasanya yang dikenal menjadi pejuang adalah seorang laki-

laki. Namun, Nanggoe Aceh Darussalam bukan hanya laki-laki saja

yang menjadi pejuang seperti Seudati yang dibawa oleh kaum laki-laki

tetapi ada juga pejuang wanita seperti Tjut Nyak Meutia, Tjut Nyak

Dhien dan lainnya dengan semangat yang membara dalam melawan

kafir.

159

Suyuthi, Al-Jami‟us Shagjie Jilid V, (Surabaya: Bina Ilmu, 1996), h. 67.

100

Menelusuri perkembangan Seudati sejak pertama lahir hingga

kondisi sekarang bukanlah sesuatu yang mudah. Apabila

perkembangan itu didasari atas komponen yang komplek dari ruang

lingkup tari Seudati secara menyeluruh.

B. Pesan Dakwah Islam dalam Syair Seudati

Media tari ini dimanfaatkan oleh penganjur-penganjur Islam

(da‟i) dalam pengembangan agama Islam di Aceh. Sebelum dinamakan

dengan Seudati, tari ini bernama Ratoh, yang artinya menceritakan

segala sesuatu yang menyangkut aspek kehidupan masyarakat,

misalnya kisah sedih, gembira, nasehat dan membangkitkan

semangat.160

Bila kita mengkaji lebih jauh lagi, kita dapat mengetahui

bahwa tarian Seudati pada mulanya bukanlah suatu tarian, tapi lebih

merupakan suatu “ritus upacara” bersifat keagamaan yang

permainannya dilaksanakan sambil duduk. Namun dalam

perkembangan selanjutnya mengalami perubahan yang akhirnya

Seudati ini dimainkan dalam bentuk berdiri seperti yang kita kenal

sekarang.161

Nilai hukum, nilai budaya dan norma adat yang menyatu

dengan Islam merupakan Way of life bagi orang- orang Aceh dan terus

berkembang sepanjang sejarah. Sehingga Islam Menjadi Puncak

budaya serta adat istiadat Aceh yang menjadi pegangan hidup orang

Aceh dimasa depan. Sebagai mana yang sering dirujuk terdapat dalam

160

Suhelmi et al, Apresiasi Seni Budaya Aceh, (Banda Aceh: Ar-Raniry

Press, 2004), 35. 161

L.K. Ara., Ensiklopedi Aceh (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2012), 190-

191.

101

Hadih Maja (Pepatah) yaitu; Adat bak poe teumeuruhom, hukum bak

syiah kuala, Qanun bak putroe Phang, Reusam bak lakseumana. Hal

ini dapat dapat diartikan, peteumeurehom (kekuasaan eksekutif -

sultan), Syiah kuala (Yudikatif- Ulama), Putroe Phang (Legislatif),

laksamana (Pertahanan- tentara). Juga Hukum ngon adat lagee zat ngon

sipheut (Hukum dan adat bagai zat dan sifat, tak dapat dipisahkan.

Karena itu dapat dijelaskan bahwa budaya dan adat Aceh tidak

lain adalah norma Islam itu sendiri. Antara budaya dan ajaran Islam

telah berinteraksi dan berisimilasi secara harmonis dalam masyarakat

Aceh sepanjang ratusan tahun. Bentuk kongkrit adat dan budaya dalam

kehidupan masyarakat Aceh tidak hanya teraplikasi dalam bidang

sosial, ekonomi maupun politik, tetapi juga dalam bidang hukum.

Islam dan budaya merupakan suatu yang unik dan mempunyai

corak dan karakter itu tersendiri. Munculnya istilah di‟iet, suloh,

meunasah, dayah, mukim, imeum mukim, teungku, seudati, rapa‟i, dan

beberapa budaya lain yang khas Aceh merupakan bukti hasil dialog

dan dialektika antara Islam dan budaya Aceh. Tradisi besar Islam jelas

cukup berpengaruh kepada tradisi kecil, perdamaian dalam Islam yang

dikenal dengan Al Islah dapat disebut sebagai tradisi besar, sedangkan

Suloh dalam merupakan tradisi kecil. Itulah sebabnya kearifan local ini

mampu bertahan dalam masyarakat karena selaras dengan nilai-nilai

Islam.

Dari hasil wawancara dengan Bapak Abu Bakar AR. Selaku

Kabid Adat Seni dan Budaya (MAA) Aceh Timur dan juga selaku

(Aneuk Syahi) yaitu sang penyair dalam tarian Seudati. Beliau

102

mengatakan Syair Seudati dibagi atas beberapa bait. Setiap bait berisi

empat baris yang terdiri dua baris sampiran dan dua barisi isi. Seperti

halnya dalam gerak tari seudati syair juga dibagi dalam delapan bagian

antara lain: yaitu Syair Saleum Syahi,Syair Salem Rakan, Bak Saman,

Liqo‟, Saman, Kisah (Dakwah), SyahiI Panyang / Hikayat ( Kisah),

Lanie (Lagu).162

a. Teks Syair Seudati “Saleum Rakan dan Saleum Aneuk

Syahie”

Tabel 4.1 Teks Syair Seudati “Saleum Rakan dan Saleum Aneuk Syahie”

Objek Peneletian Makna Denotasi

Syair 1 : Assalamu‟alaikum lon

tameung lam seung, Lon meubi

saleum keu jame teuka, Kareuna

saleum nabi kheun sunat, Jarou ta

mumat syarat mulia

Asslamu‟alaikum saya

masuk dalam acara. Saya memberi

salam kepada tamu sekalian.

Karena salam Nabi mengatakan

sunat. Tangan saling berpegang

adalah syarat mulia.

Syair 2 : Mulia jamee ranup lam

puan, mulia rakan mameh suara,

Neuduek neupiyoh pat-pat yang

patoet, ulon neuk beuot puan

suasa.

Mulia tamu ibarat sekapur sirih

tersusun indah, Mulia teman

manis di suara, Masuk untuk

beristirahat di mana-mana yang

dapat. Saya mau angkat batu suasa

(tempat sirih).

Syair 3 : Puan Suasa Kaleuh lon

Peusan, Jadeh Malamnya Neubi

Keugata, Ranub neupajoh

bungkoh neupulang bek jeut keu

utang geutanyo dua, Neupajoh

ranub ieklat bek neuboh, kadang

rakan jroeh jeut keupenawa.

Tempat sudah dipesan, malam ini

akan diberikan kepada anda,

sirihnya dimakan bungkusnya

dipulangi biar tidak ada hutang

diantara kita, sirihnya dimakan air

kesatnya jangan dibuang, kadang

jadi penawar buat anda.

Syair 4 : Tabeu ngon masen Hambar dan asin anda

162

Hasil wawancara penenliti dengan Bapak. Abu Bakar AR (Aneuk Syahi /

ketua MAA) , pada tanggal 30 Desember 2018.

103

neurasa keudroe, bak urueng

nangroe bek neucerita, bek

neucerita bak ureung nang

roe malee that kamoe dikeu

Rakyat baa.

rasakan sendiri, jangan ceritakan

ke seluruh orang. Jangan ceritakan

keseluruh orang ini kami sangat

malu di depan masyarakat.

Dari teks Syair diatas mengandung nilai Dakwah “Saleum”

merupakan sebuah lagu yang menceritakan tentang budaya masyarakat

Aceh dalam memuliakan tamu(mulia jamee). Memuliakan tamu bagi

masyarakat Aceh sudah menjadi tradisi yang mendarah daging. Tamu

disambut dan dilayani dengan baik guna membina dan memperkokoh

ukhwah antar sesama. Dakwah Hal ini merupakan pengamalan dari

perintah Allah di dalam firman-nya

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu

memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan

memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik

bagimu agar kamu selalu ingat. 163

Di dalam ayat tersebut, Allah memberikan bimbingan kepada

kaum mukminin untuk tidak memasuki rumah orang lain tanpa seizin

penghuninya Jika seorang tamu meminta izin kepada penghuni rumah

terlebih dahulu, maka ada kesempatan bagi penghuni rumah untuk

mempersiapkan kondisi di dalam rumahnya tersebut.

163 Departemen Agama RI, Alquran., QS. An Nur: 27

104

b. Teks Syair Seudati “Syair Kisah”

Tabel : 2

Objek Penelitian Denotasi

Ayah dengon bunda keulhee ngon

guree, Ureung nyan ban lhee

tapeumulia, Pat-pat na salah

meu‟ah talake, akhirat teuntee han

keunong bala.

Watee geutanyoe masa lam

kandong

Poma nyang tanggong mandum

derita

Saket lam tuboh sampoe lam

tuleung

Oh kaseb buleun meutarong nyawa

Bak saboh jamok poma meulet-let

Bak saboh pijet poma meujaga

Dua thon punoh ASI katajeub

Tan pre meu siblet geulake doa

Guna diayah ingat rakan lon

Gop yan yang tanggong lam rumoh

tangga

Geujak hareukat di rumoh geu

troen

Abeh sagoe dum geujak useuha

Ujeun ngon badee lam uro tutong

Ladom meutarong ngon bakat raya

Ayah dan bunda beserta

guru. Mereka bertiga harus

dimuliakan. Apabila berbuat

salah segera minta maaf.

Akhirat kelak tentu tidak

mendapat bahaya.

Ketika masih dalam

kandungan bunda yang

menanggung semua derita,

sakit didalam tubuhnya

sampai ketulang hingga

mempertaruhkan nyawanya.

Karena nyamuk bunda

kejar-kejaran, karena

tungau bunda bergadang,

dua tahun penuh ASI

diberikan dan tanpa pernah

berhenti bunda berdoa.

Fungsi ayah harus diingat

beliau yang menanggung

beban rumah tangga.

Mencari nafkah

meninggalkan rumah,

semua tempat beliau

berusaha.

Hujan dan badai dan

teriknya matahari kadang

105

Demi beu eek na keu breuh siaree

Bah tuboh lapee hana geukira

Ureung peuturi tanyo Alih Baa

Ureung peuraba haleu ngon

hareum

Ureung peu ija tanyo meubaca

Nyang peu blet mata cara

meuhitong

Guna diguree han eek takira

Ayah ngon poma han eek tabileung

Ingat hai aneuk bek roh durhaka

Beuget tajaga sopan ngon santon

bertarung dengan ombak

yang besar, demi mencari

beras se bamboo walaupun

badan lumpuh tidak

menyerah.

Orang yang

memperkenalkan Alif, Ba,

orang memberi tahu halal

dan haram, orang yang

mengeja kita membaca,

yang membuka mata kita

untuk pandai menghitung.

Fungsi guru tidak bisa

diukur, fungsi ayah dan

bunda tidak bisa dihitung,

ingat hai anak jangan

sampai kamu durhaka, harus

dijaga sopan dan santun.

Nilai Dakwah yang terkandung dalam syair Kisah adalah

berbakti kepada kedua orang tua, yaitu menyampaikan setiap kebaikan

kepada keduanya semampu kita dan bila memungkinkan mencegah

gangguan kepada keduanya. Menurut Ibnu „Athiyah, kita juga wajib

mentaati keduanya dalam hal-hal yang mubah (yang diperbolehkan

syari‟at), dan harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya

dan menjauhi apa-apa yang dilarang (selama tidak melanggar batasan-

batasan Allah „Azza wa Jalla). Sebagaimana firman Allah dalam

Alqur‟an.

106

Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat

baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya

dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya

dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu

bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.164

c. Teks Syair Seudati “Syair Hikayat/ Sya’I panyang

Table :3 syair teks Hikayat/ Sya‟I panyang

Objek Penelitian Makna Denotasi

Kru seumangat po bungong

panjou, Umu nanggroe sang

hana trep le, Janji Tuhan

masa saboh rou, Ji nou ka

sampou teungku boh hate

Selamat datang pemilik bunga kapas.

Umur negeri sudah tidak lama lagi.

Janji Tuhan pada satu hari, sekarang

sudah sampai wahai tengku

Yoh manteng teu hah ka pinto

taubat, Adak ta karat hana

guna lhee, Uroe jemu‟at jak u

mueseujid, Ka meunan taniet

di dalam hatee.

Selagi masih terbuka pintu taubat.

Walaupun tergesa-gesa tidak ada guna

lagi. Hari jum‟at pergi ke mesjid. Sudah

seperti itu niat di dalam hati.

Eya Tuhan ku beu

neupeuampon, Ka dousa ulon

oh urou page, Beu neuampon

ka dousa nang mbah, Lake bak

Allah beukhusyuk hatee.

Ya Tuhan ku ampunilah, dosa-dosa ku

ini. Juga ampunilah dosa-dosa kedua

orang tua dan orang-orang Islam

sekalian. Mintalah kepada Allah dengan

hati yang khusyuk.

Beu neu ampon ka dousa Ya Tuhan ampunilah dosa guru-guru

164

Departemen Agama RI, Alquran., QS. Luqman: 14

107

guree, Nyang bi ileume keu

ulon sabee, Beu lon teumeung

lom batee aswat, Meutamah

rahmat Tuhan ku neubi.

ku, yang memberi ilmu kepada ku selalu.

Semoga saya dapat memegang batu

aswat, serta ditambah rahmat Tuhan ku

beri.

Beu lon teumeung jep ka ie

mon zam zam, Hate di dalam

pengeuh ban kande, Zakeut

beutaboh pitrah beu tabi, Ta

jak ek haji teungku boh hate.

Semoga saya dapat meminum air

sumur zam-zam. Hati di dalam bersih

seperti saya memberi Zakat fitrah.

Naiklah haji wahai tengku.

Seubab dousa geu tanyou lege

ei laot, Nyoh goh lom surot

laen ka hile, Dousa geutanyo

lage on kaye, Nyoh goh lom

laye laen kah lahe.

Karena dosa kita seperti air laut. Yang

lain belum surut, sudah ada lagi. Dosa

kita seperti dedaunan di pohon. Kalau

belum layu, sudah ada lagi yang lain.

Nilai dakwah yang terkandung pada Syair tersebut adalah

ibadah kepada Allah dengan menjalankan Ibadah haji sebagaimana

yang kita ketahui ibadah haji merupakan rukun Islam yang ke Lima.

Haji adalah peristiwa agama, memiliki keterkaitan yang erat

dansaling berpengaruh dengan peristiwa-peristiwa budaya,

ekonomi, dan politik suatu masyarakat. 165 Haji yang memerankan

penyebaran gerakan persaudaraan Islam tersebut, karena ketika haji,

seluruh umat Islam bisa bertemu dan bertukar fikiran mengenai

keadaan tanah airnya. Aasebagai mana firman Allah dalam Alqur‟an

165

Putuhena, M. Shaleh, Historiografi Haji Indonesia (Yogyakarta: LkiS,

2007) 4.

108

Artinya : Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan

haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan

mengendarai unta yang kurus166

, yang datang dari segenap penjuru

yang jauh.167

d. Syair Lanie (Penutup)168

Aneuk

Syahie :

Syair Lanie Makna Denotasi

Nangroe Aceh tanoh lon

sayang…..

Tanoeh peunulang…..

Raja di raja…….

Tanoeh Aceh………………

beutapetimang mangat

dipandang le bangsa lua

Negeri Aceh tanah ku

sayang..

Tanah pusaka..

Raja raja..

Tanah Aceh…

Harus dipertimbangkan biar

dipandang oleh Bangsa luar

Penari

Seudati

Aceh tanoh Lon

sayang… peunulang raja

diraja…

Aceh beutapeutimang…

dipandang le mata donya..

(Allah..Allah..)

Bek lee karuu tam tum sue

beude, bek le meupake

sabee syaidara…

Lakee bak poe beumurah

Aceh tanah ku sayang..

Pusaka raja raja.. Tanah

Aceh…

Harus dipertimbangkan biar

dipandang oleh mata dunia

(Allah Allah)

Jangan lagi bermusuhan

Tam..Tum suara senjata,

jangan lagi bertengkar

sesama saudara..

166 Unta yang kurus menggambarkan jauh dan sukarnya yang ditempuh oleh

jemaah haji. 167

Departemen Agama RI, Alquran., QS.Al Hajj: 72 168

Hasil wawancara peneliti dengan Bapak. Abu Bakar AR (Aneuk Syahi /

ketua MAA Kabupaten Aceh Timur) , pada tanggal 30 Desember 2018.

109

hate, kota deungon Glee

beumeubahgia….

Minta sama tuhan murah

hati, kota dan desa

berbahagia

Aneuk

Syahie

Bendera Aceh bintang

Peudeng meucap sikeureng

lam jaroe raja..

Bendera Aceh bintang

pedang cap Sembilan di

tangan raja…

Penari Bendera Aceh Bendera

Aceh bintang Peudeng

meucap sikeureng lam jaroe

raja..

Bendera Aceh bintang

pedang cap Sembilan di

tangan raja…

Aneuk

Syahie

Geutanyo Aceh beusahoe

mandum..beusapeu kheun

tuha muda…

Kita orang Aceh harus

bersatu, satu ucap tua dan

muda

Penari Aceh tanoh Lon sayang…

peunulang raja diraja…

Aceh beutapeutimang…

dipandang le mata donya..

(Allah..Allah..)

Bek lee karuu tam tum sue

beude, bek le meupake

sabee syaidara…

Lakee bak poe beumurah

hate, kota deungon Glee

beusabe jaya..

Negeri Aceh tanah ku

sayang..

Tanah pusaka..

Raja raja..

Tanah Aceh…

Harus dipertimbangkan biar

dipandang di mata dunia

( Allah Allah) Jangan lagi

bermusuhan Tam..Tum

suara senjata, jangan lagi

bertengkar sesama saudara..

Minta sama tuhan murah

hati, kota dan desa selalu

jaya..

Aneuk

Syahie

Geutanyo Aceh peujeut

meuno, bak peubrok droe

carong kon lee (2X)

Teungoh-teungoh aman

nangroe, Aduen adoe

geumeupake (2x)

Yah…………..

Kondisi aceh kenapa begini,

pintar memperburuk diri

sendiri (2x), ditengah-

tengah aman negeri, kakak

beradik bertengkar (2x)

110

Penari Hudep dalam donya nyoe

syaitan dum di daya.. (2X)

Di daya… didaya…..ban

mandum di daya…

Lala..lalala…lala….(2 X)

Hidup didunia ini Syaitan

memperdaya..

di daya..didaya.. semua

didayaa…

Aneuk

Syahie

Subhanallah

walhamdulillah meuso ek

balah ek balah guna di

poma..

Guna di poma han so eek

balah, melaenkan Allah ya

Allah balah guna maa..

Subhanallah walhamdulillah

siapa yang sanggup

membalas jasa bunda…

Jasa bunda tidak ada yang

sanggup membalas kecuali

Allah yang membalas jasa

bunda..

Penari Hudep dalam donya nyoe

syaitan dum di daya.. (2X)

Di daya… didaya…..ban

mandum di daya…

Lala..lalala…lala….(2 X)

Hidup didunia ini Syaitan

memperdaya..

di daya..didaya.. semua di

dayaa…

Aneuk

Syahie

Setia bak poma

meungandong dari beuleun

phon hingga keudua, bak

buleun dua hai dua galom

meuteuntee, nibak buleun

lhee peutentee nyan baro na

setia kepada bunda yang

mengandung dari bulan

pertama hingga kedua,

bulan kedua belum

menentu, bulanke tiga

memastikan bahwa ada

Penari Hudep dalam donya nyoe

syaitan dum di daya.. (2X)

Di daya… didaya…..ban

mandum di daya…

Lala..lalala…lala….(2 X)

Hidup didunia ini Syaitan

memperdaya..

di daya..didaya.. semua

didayaa…

Aneuk

Syahie

Bak beuleun kepeut rame

yang tanyong, buleun ke

limong baro deuh tanda,

buleun ke enam saket lam

tuboh, buleun ke tujoh

rakan bu gob ba

di bulan keempat ramai

yang menanyakan, bulan ke

lima baru kelihatan

tandanya, bulan keenam

111

sakit dalam badan, bulan ke

tujuh di bawakan nasi oleh

saudara

Penari Hudep dalam donya nyoe

syaitan dum di daya.. (2X)

Di daya… didaya…..ban

mandum di daya…

Lala..lalala…lala….(2 X)

Hidup didunia ini Syaitan

memperdaya..

di daya..didaya.. semua

didayaa…

Aneuk

Syahie

Buleun ke lapan saket lam

tuleung, bulen sikeureung

budak kelua, ba lahee budak

keuno u nangroe peut ploh

peut huroe poma meujaga

Bulan kedelapan sakit

dalam tulang, bulan

Sembilan anak keluar, anak

keluar ke dunia ini, empat

puluh empat hari bunda

begadang

Penari Hudep dalam donya nyoe

syaitan dum di daya.. (2X)

Di daya… didaya…..ban

mandum di daya…

Lala..lalala…lala….(2 X)

Hidup didunia ini Syaitan

memperdaya..

di daya..didaya.. semua

didayaa…

Syair Lanie sebagai media dakwah sanggup membangkitkan

semangat para penari, Syair Lanie membangkit semangat pejuang

untuk mencintai Negeri Aceh dan menjaganya. Syair Lanie sanggup

membangkitkan keberanian luar biasa dalam hati Rakyat Aceh, Aceh

adalah provinsi yang paling bersejarah dalam mensyiar kan agama

Islam, Negeri Aceh ini adalah Negeri pusaka. Makanya syair Lanie

mengajak pemuda Aceh untuk mencitai negerinya atau disebut dengan

Hubbul Wathon, Hubbul wathon adalah menjadi bagian dari sikap

seseorang yang menunjukkan kecintaan. Kecintaan yang dimaksud

disini adalah kecintaan warganegara terhadap Negaranya. Bahwa setiap

112

warganegara harus memiliki rasa kecintaan terhadap Negaranya. Hal

ini karena kecintaan terhadap Negaranya adalah bagian dari iman. Itu

artinya, kecintaan terhadap Negara adalah sesuatu yang sangat urgent

dan memang seharusnya dimiliki oleh setiap warganegara. Dalam

bahasa Indonesia, hubbul wathon sering kali diistilahkan dengan

ungkapan nasionalisme.169

C. Penciptaan Teks Syair Seudati Aceh Menurut Perspektif

Hermeneutika

Adapun bagian-bagian utama dan pokok dari Seudati ialah

sebagai berikut:

1. Bentuk tarian, dalam bahasa Aceh disebut likok.

2. Melodi, dalam bahasa Aceh di sebut saman.

3. Nyanyian, dimana berbagai berbagai kisah/hikayat, baik kisah

sejarah, roman, agaman, kepahlawanan diucapkan dalam bahasa

Aceh.

4. Irama kelincahan, yakni berlenggak-lenggok, meloncat Indah

dan sebagainya.170

Masing-masing memiliki tema syair, irama, dan cerita yang

berbeda dan dapat dipastikan dalam setiap sampiran syair mengandung

kiasan yang diambil dari keadaan alam, kebiasaan dan adat masyarakat

Aceh dan dibalik itu mengandung makna yang dapat dipahami dengan

mudah. Makna syair tari seudati menurut Syeh Fajrudin telah

169

Rochanah, Menumbuhkan Sikap Hubbul Wathon Mahasiswa Stain Kudus

Melalui Pelatihan Belanegara.( Jurnal Arabia, Vol 9 No.2. 2017). 89 170

Suhelmi et.al, Apresiasi Seni Budaya Aceh, (Banda Aceh: Ar-Raniry

Press, 2004), 37.

113

dirangkum dalam lima makna diantaranya bermakna ketuhanan,

kemasyarakatan, persaudaraan, penghormatan dan pendidikan.

Tari Seudati sendiri hanya diiringi dengan nyanyi/vokal oleh

penyanyi khususnya (aneuk syahi) tanpa instrumen lainnya. Nyanyian

dengan lagu dan irama tertentu dinyanyikan Aneuk syahie yang disahuti

dengan penari, lalu disahuti atau diulangi lagi oleh aneuk syahie. Pada

masing-masing babak, mulai dari saleum, sampai babak terakhir,

diiringi nyanyian dengan irama lagu tertentu, yang sesuai dengan babak

tari yang sedang ditarikan. Syair yang di lantunkan bisa berubah

tergantung apa yang di inginkan dan apa saja temanya. Selain unsur

vokal sebagai iringan, unsur musik lainnya yang berperan dimunculkan

dengan tepukkan di bawah dada, petik jari secara serentak dan

hentakkan kaki ke lantai yang dapat menghasilkan bunyi yang serentak

dan kuat. Semua gerakkan dan kegiatan yang dilakukan dalam tari

Seudati sekaligus berfungsi sebagai instrumen tari tersebut. dengan

demikian, tari Seudati mempunyai instrumen yang alami. Instrumen

yang alami inilah yang membuat tari Seudati sangat kental dengan

nilai-nilai tradisionalnya dan kebudayaannya

Sesi-sesi dalam pertunjukan seudati terdiri dari Saleum Aneuk

Syahie, sesi ini Aneuk Syahie mengawali dengan salam serta

penghormatan kepada pembesar-pembesar, panitia dan Syeih dari pihak

lawan. Dalam sesi Saleum Syeih biasanya hanya penghormatan singkat

serta pengenalan diri dan kelompok, darimana berasal dan lain-lain.

Sesi selanjutnya adalah likok (gaya; tarian), sesi ini tanpa suara vokal,

114

hanya terdengar Keutip Jaroe, tepukan dada dan tepukan tangan sesi

ini juga bagian dari improve atau singkup untuk memasuki sesi saman,

biasanya dalam saman dibawakan lagu Sillahi lahe Selain

mempersembahkan tarian atau likok dalam permainan seudati juga ada

bagian Kisah (Story) Pansi, lanie dan gambus sebagi penutup. Setelah

sesi salam dan sapa selesai kelompok pertama akan turun dari pentas.

Babak kedua, dimulai dengan bak saman, seluruh penari utama berdiri

dengan membuat gloung (lingkaran di tengah-tengah pentas) guna

mencocokkan suara dan menentukan likok apa saja yang akan

dimainkan. Syeikh berada di tengah-tengah lingkaran tersebut. Bentuk

lingkaran ini menyimbolkan bahwa masyarakat Aceh selalu mupakat

(bermusyawarah) dalam mengambil segala keputusan. Mupakat itu,

jika dikaitkan dengan konteks tarian ini, adalah bermusyawarah untuk

menen tukan saman atau likok yang akan dimainkan. 171

Di luar formasi tarian, ada 2 orang Aneuk Syahi (anak

penggiring) /aneuk (anak) Seudati/vokal yang umumnya berdiri di luar

barisa n penari di sebelah kanan syekh. Aneuk syahi (anak pimpinan)

memiliki peran paling mencolok pada babakan Saleum Aneuk (salam

anak) dan Syahi Panyang (penggiring panjang). Peran yang tidak kalah

penting dari Aneuk Syahi (anak penggiring) adalah kemampuan untuk

mengikuti kecepatan tarian dengan irama yang tepat. Jika Aneuk Syahi

(anak penggiring) tidak mampu mengikuti, penari yang sudah ada

dalam fase tempo cepat akan kembali melambat dan ketukan kaki

171

Wawancara peneliti dengan syekh Fajruddin “ Syekh Seudati Aceh

Perkasa” pada tanggal 29 Desember 2018

115

menjadi berantakan. Dengan demikian, Aneuk Syahi (anak penggiring)

juga memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga ritme

permainan diantaranya sebagai berikut:

1. Memiliki suara yang jelas, mengingat syair berisi pesan atau

informasi yang harus diketahui oleh pendengar maka aneuk

syahi harusnya mampu melafalkan kata secara tepat dan jelas.

2. Memiliki suara yang tinggi dan merdu, menjadi nilai tambah

bila nafasnya juga panjang mengingat pada momen tertentu

irama dan tempo menjadi semakin cepat dan semakin cepat.

3. Berwawasan luas, karena seorang syahi dituntut dapat

mengarang syairnya sendiri seusuai keadaan dan kebutuhan saat

Seudati itu tampil di hadapan public.

4. Memahami ketukan dalam gerak Seudati, agar kesesuaian

gerak dan syair senantiasa seirama.

5. Mampu beradaptasi dengan cepat, dengan lingkungan dan

keadaan sekitar ketika Seudati tampil.

6. Spontanitas baik juga merupakan kriteria yang penting karena

hal-hal yang tidak terduga dapat terjadi di sepanjang

pertunjukkan Seudati.172

Kriteria di atas memang tidak menjadi syarat mutlak yang

tertulis, namun secara alami seorang Aneuk Syahi (anak penggiring)

dengan sendirinya dituntut untuk memiliki kemampuan lebih agar

dapat mengimbangi kemampuan seorang Syekh Dan Apeet (wakil)

172

Khairil Faza, Tradisi Tari Seudati,. 65.

116

yang memimpin tim Seudatinya. Kemampuan mereka teruji ketika

mereka tampil dalam Seudati Tunang dan Seudati semalam suntuk.

Wawasan dan spontanitas mutlak diperlukan agar syahi tidak kehabisan

ide dan kisah dalam mengiringi gerak seperti halnya spontanitas Syekh

memunculkan ragam gerak baru sejauh nada dan ketukan dapat

disesuaikan.173

Essi Hermaliza dalam bukunya Seudati Aceh, Menurut T.

Alamsyah yang sudah menjadi aneuk syahi sejak tahun 1957, ada

beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang aneuk syahi, di

antaranya memiliki kualitas suara, syair, nafas dan alunan suara yang

baik. Alunan suara seorang aneuk syahi akan berbeda dengan seorang

syekh dan kualitas nafas seorang aneuk syahi akan menentukan

kecepatan tim tari dalam bermain. Semakin cepat tim dapat bermain,

peniilaian pun akan semakin tinggi jika dalam kecepatan penuh tim

mampu bermain rapi dan kompak. Kemampuan syair, dalam hal ini

menciptakan syair secara spontan juga sangat dibutuhkan. Dalam

Seudati Tunang, aneuk syahi harus mampu mengikuti syair yang telah

dibawakan syekh pada babakan saman dan kisah.174

Adapun posisi dalam Aneuk Syahi dalam tarian Seudati sebagai

berikut :

173

Khairil Faza, Tradisi Tari Seudati,. 66. 174

Essi Hermaliza, 2014. “Seudati Aceh., 44.

117

Gambar : gambar posisi berdiri para pemain Seudati.

Dalam sesi likok dipertunjukkan keseragaman gerak, kelincahan

bermain dan ketangkasan yang sesuai dengan lantunan lagu yang

dinyanyikan aneuk syahi . Lantunan likok tersebut diawali dengan:

Iiiiii lallah allah ya ilallah…. (dengan beat lambat dan cepat)

Seluruh penari utama akan mengikuti irama lagu yang

dinyanyikan dengan beat cepat atau lambat tergantung dari tempo

lantunan yang dibawakan oleh aneuk syahi. Sasi selanjutanya

adalah saman . Dalam sesi ini beragam syair dan pantun saling

disampaikan dan terdengar bersahutan antara aneuk

syahi dan syeikh yang diikuti oleh semua penari. Jika syeikh

mengucapkan: walahuet ka sineut apet ee kataheeee….hai syam.Anek

Syahi akan menjawab: lom kameuhijoe-hijoe naleung samboe leubehh

lom hijo naleung beulanda.

Dalam seudati juga ada unsur humor atau lawak. Muatan

syair dalam tari seudati mampu membangkitkan semangat. Oleh

karenanya seudati sempat mendapat perhatian khusus pada

masa Pemerintahan kolonial Belanda, karena dianggap dapat

„memprovokasi‟ untuk memberontak.Busana yang digunakan dalam

118

tari seudati terdiri dari celana panjang dan baju lengan panjang.

biasanya pakaian yang dikenakan berwarna hitam dan atau putih.

Mereka juga mengenakan kain (sarung) yang dililitkan di pinggang

sebatas paha, memakai ikat kepala, dan biasanya membawa rencong

serta sapu tangan. 175

Serambi mekah julukan untuk provinsi aceh tak datang begitu

saja, sejak tahun 800 M Aceh lah yang menjadi pintu masuk

penyebaran Islam pertama tepatnya di kawasan Peurelak. Dari aceh

pula Islam sangat cepat menyebar kepenjuru negeri Muballigh Aceh

menyebarkan Islam sampai ke tanah Jawa diantaranya adalah Maulana

Malik Ibrahim satu dari sunan bergelar Wali Songo. Ulama pertama

yang datang ke Aceh adalah Syeich Addiba‟I Bin Jakfar Assadiq abad

ke dua Hijriah, anak dari Imam Jakfar Imam Syi‟ah yang ke VI. Awal

aliran datang ke Aceh adalah aliran Syi‟ah, kemudian Syi‟ah di Aceh

tidak berkembang sebagai ajaran dengan menguatnya Sunni di Aceh

aliran Syi‟ah telah sirna, akan tetapi budayanya yang masih di

praktekkan seperti : Kenduri Sepuluh Muharram, Bulan Hasan

Husen.176

Menurut Syieh Dhan Jeumpa “Pada dasarnya Seudati berasal

dari ulama sufi, sebelum berkembang Islam di Aceh para Ulama Sufi

merangkul pemuda-pemuda Aceh untuk membuat suatu tarian, yang

pertama Seudati duduk Melingkar kemudian menyebarnya Islam di

bumi Aceh baru Seudati ditampilkan berdiri”.

175

Zaharah, Skripsi :Fungsi dan makna Syair Tari Seudati pada Masyarakat

Aceh Tamieng, 34. 176

CNN Indonesia, “Sepanggal kisah tari Seudati-Inside Indonesia” ( Video

Youtube di publish Tanggal 9 Agustus 2017)

119

Pada prosesnya penyebaran agama Islam di Aceh juga

menggunakan Seudati, inilah tarian pembakar Semangat ketika Belanda

bercokol di Aceh, tarian ini dilarang karena bisa memicu gairah untuk

melawan pasukan Kolonial. Berasal dari bahasa Arab Syahadatain

yang berarti pengakuan Seudati adalah media untuk penyampaian

pesan.

Menurut Adli Abdullah “Seudati adalah media Dakwah

kemudian perang Aceh tahun 1873, syair Seudati dimanfaatkan sebagai

syair Prang Sabi untuk membangkit semangat rakyat melawan

Belanda, tahun 1901 belanda menguasai Aceh, tarian Seudati dipakai

untuk Menyampaikan pesan-pesan Belanda.”177

Para penari Seudati tidak hanya menciptakan Instrumen

pengiring mereka menciptakan music lewat ketipan jari, hentakan kaki

dan tepukan perut satu orang yang disebut Syeih menjadi pemimpin

ditengah tujuh penari. Syair syair Seudati atau dikenal Aneuk Syahi

menjadi satu satunya nada yang bisa dinikmati sebagaimana yang di

ungkapkan oleh Abu Bakar Ar sebagai (Aneuk Syahie) “ peran Aneuk

Syahie sangat penting dalam tarian Seudati, kalau Aneuk Syahie ini

tidak kreatif dan tidak bisa melantunkan syair dengan benar maka

Seudati ini tidak hidup Karena kunci Seudati ada di Aneuk Syahie, dan

Aneuk Syahie harus bisa menciptkan Syair Syair Hikayat Aceh dan

melantunkan kisah secara spontan sesuai dengan kondisi Seudati yang

mau ditampilkan ”.178

177

Wawancara dengan Sejarawan asal Bireun dalam Video Youtube channel

CNN Indonesia Y di publish Tanggal 9 Agustus 2017 178

CNN Indonesia, “Sepanggal kisah tari Seudati-Inside Indonesia”

120

Bagian penting dari seudati adalah syair, konon syair inilah

yang menjadi andalan ulama terdahulu untuk menyebarkan akidah

Islam. Butuh kejelian dan kreatifitas penyanyi untuk menyuguhkan

kejenakaan yang berisi sindiran. Bagi mereka para penari seudati tidak

ada satu ketipan jari pun tidak bertenaga, tidak ada satu syairpun yang

tidak berwarna.

Tarian seudati dibagi kedalam empat jenis yaitu :

1. Seudati Tunang

Seudati Tunang adalah seudati yang diperlombakan, biasanya

seudati tunang tampil beberapa grup seudati dalam satu pentas.

Antusias masyarakat pada pertunjukan Seudati adalah ketika satu grup

Seudati saling melemparkan sindiran-sindiran yang berbaur humor

terhadap grup yang lainnya. Keadaan ini biasanya hanya ditemukan

pada pertunjukkan Seudati tunang. Seudati tunang sejatinya adalah

sebenar-benarnya pertunjukkan Seudati karena durasi penampilan jauh

lebih panjang ketimbang Seudati festival sehingga penari bebas

mengekpresikan kemampuan seninya. Memberi salam dan menjawab

salam juga hanya ada di Seudati tunang sedangkan pada Seudati

festival hanya salam saja. Keadaan saling memberi dan menerima ini

merupakan hal yang menarik pada sebuah pertunjukkan Seudati.

Bila pementasan bersifat pertandingan, maka setelah kelompok

pertama ini menyelesaikan babak pertama, akan dilanjutkan oleh

kelompok kedua dengan teknik yang berbeda. Syairnya yang dibacakan

dalam tarian Seudati juga berbeda, dalam penyampaian syair kisah

121

biasanya seudati tunang lebih menceritakan tentang keunggulan yang

ada pada daerahnya masing masing dan menceritakan kelebihan -

kelebihan dari grup seudatinya masing- masing. Sering kali Seudati

dipertandingkan antara dua rombongan, untuk pada akhirnya oleh para

juri memberi penilaian mana yang dianggap sebagai pemenang. Setelah

di tinjau darisegi keindahan, kelincahan serta keahlian rombongan

masing-masing, baik mengenai bentuk tarian (likok), melodi (saman),

kisah (nyanyi), irama tari (lenggak-lenggok), lompatan indah, gerakan

lincah) dan lain sebagainya.

Sebuah pertunjukkan Seudati tunang biasanya diadakan selama

3 malam berturut-turut dan mempertemukan tiga grup Seudati dengan

sistem saling jumpa dan masyarakat senantiasa menunggu laga ketiga

tim meskipun pelaksanaannya bisa berlangsung selama tigamalam.

Keberadaan pertunjukkan Seudati tunang berlangsung antara tahun

1967-1972, kemudian hilang secara perlahan. Abu Bakar mengatakan

bahwa meredupnya Seudati tunang disebabkan adanya pembatasan

waktu pertunjukan tari Seudati tersebut. Bila dulu sebuah pertunjukan

menghabiskan waktu selama tiga malam, kini hanya tersedia waktu

satu malam saja sehingga pertunjukan terkesan dipotong-potong dan ini

membuat kurangnya antusias penonton.179

Alasan lain yang menjadi kenapa Seudati kurang peminat

adalah sempat dilarangnya penyelenggaraan tarian Seudati pada malam

hari. “Pertunjukan Seudati pada malam hari dianggap bertentangan

179

Hasil wawancara penenliti dengan Bapak. Abu Bakar AR (Aneuk Syahi /

ketua MAA) , pada tanggal 30 Desember 2018

122

dengan hukum syariat yang berlaku di Aceh. Karena di Aceh waktu

malam bukan untuk menonton pentas kesenian melainkan waktu untuk

belajar ilmu agama Islam” Hal ini seperti yang disampaikan Tgk.

Zulkifli Daiyan

“Akan tetapi kemudian oleh karena kesenian tersebut sangat

digemari oleh rakyat, maka diadakan juga pada waktu-waktu yang lain,

bahkan dikampung-kampung. Akhirnya fungsi berubah menjadi

hiburan rakyat dan dipertandingkan dengan pemungutan bayaran.

Mula-mula tidak semalam suntuk, akan tetapi waktu pertandingan

terjadi berbalas kisah, karena masing-masing tidak mau kalah, maka

akhirnya sampai pagi hari, mataharilah yang memisahkan kedua belah

pihak, akibatnya semua orang yang menikmati hiburan tersebut

terpaksa tidak tidur semalam suntuk dan tidak sempat mencari rizki

untuk belanja rumah tangga. Di samping itu juga, lama-kelamaan

timbul efek samping lainnya, yaitu terjadi perzinaan dan pencurian

dikampung-kampung yang bersangkutan dan yang berdekatan, oleh

karena itulah ulama Aceh membencinya, malah ada sebagian

mengharamkannya, namun haramnya itu bukan haram zaty, artinya

bukan haram seudati atau keseniannya, melainkan haram karena akibat

sampingan yang merusak masyarakat, kalau hal ini dapat dihindarkan

tidak masalah.”180

180

Wawancara peneliti dengan tokoh Agama Tgk Zulkifli Daiyan pada

tanggal 03 Januari 2019.

123

2. Seudati Dakwah

Seudati dakwah adalah syair dan gerakan tari seudati disisipkan

ajaran agama Islam. Maka dari itu, Tari Seudati juga dimanfaatkan

sebagai sarana penyebaran dan pendidikan agama Islam. Selain

masyarakat merasa terhibur dengan tarian ini, mereka juga

mendapatkan ajaran agama. seudati juga berfungsi sebagai media

dakwah, karena dalam kisah yang diucapkan bersajak itu dapat

diselipkan berbagai ajaran yang perlu didakwahkan.

3. Seudati Festival

Seudati festival adalah seudati yang tampil pada acara- acara

festival seperti acara hari AKSARA, PKA dll. Biasanya ketika tampil

diacara tersebut seudati dalam syairnya sedikit menceritakan tentang

sejarah berdirinya hari tersebut. Perubahan syair seudati itu sudah

masuk dalam bait kisah, bait kisah ini akan berubah- rubah tergantung

momen apa yang ditampilkan.

4. Seudati Biasa ( yang ditampilkan diacara- acara pesta)

Seudati ini biasanya tampil di setiap acara- acara pesta, dan hajatan

syair seudati disini lebih banyak menceritakan tentang kebiasaan

masyarakat dalam merayakan pesta, menyampaikan nasehat-nasehat

untuk tuan rumah Aceh.181

181

Wawancara peneliti dengan “Syeikh Faj” pada tanggal 29 Desember

2018

124

5. Gerakan Tari khas Seudati

Gerakan Seudati ialah gerakan perubahan posisi atau sikap

seseorang penari yang di susun menjadi rangkaian gerakan.182

Gerakan

Seudati diambil dari gerakan para pejuang yang bersemangat dalam

berperang dengan gagah berani dan percaya diri dalam memasuki

medan jihad. Suatu gerak yang tumbuh dan berkembang secara evolusi,

karena menggambarkan peristiwa sejarah masa lampau secara

kronologi. Didalam gerak terdapat suatu kesadaran untuk melakukan

perubahan-perubahan besar dan ini dituangkan dalam berbagai macam

gerakan yang di mainkan.

Adapun gerakan Seudati dalam analisis Hermeneutika diantaranya

sebagai berikut:

Gambar. 5.1 Video penampilan grup Seudati Peurelak salam Pembuka

Sumber : Video rekaman Langsung saat Pementasan Penari seudati asal

peurelak pada acara DEKRANASDA Aceh di kabupaten Aceh timur

Idie pada tanggal 15 November 2018

Pada gambar pertama semua penari Seudati menyusun barisan

untuk memulai tarian dengan mengangkat tangan ke atas untuk

memberi salam tandanya dimulai acara. Adapun syair yang dibaca

182 Qommarudin Awwam, Air Mata Syahadat (Tanggerang: Cakrawala

Nusantara Group,2014), 10

125

dalam memberi penghormatan atau salam yaitu Assalamualaikum lon

tamong lam seung, lon jak bri saleum ke bang Syekh teuka

(Assalamulaikum saya masuk dalam acara, saya memberi salam kepada

abang Syekh telah sampai). Pada gambar diatas juga memberi tanda

bahwa sudah menjadi tradisi di seluruh suku bangsa yang ada di dunia

ini bahwa ketika bertemu antara satu orang dengan orang yang lainnya

akan memberikan kode isyarat komunikasi sebagai bentuk ungkapan

penghormatan dan kegembiraan mereka karena bisa berjumpa atau

berhadapan. Kode isyarat itu sendiri bisa berupa ucapan, gerak tubuh

(gestur) atau kombinasi dari keduanya. Dapat terlihat seperti pada

gambar tersebut para penari membungkukkan. Durasi penampilan

Seudati tersebut lebih kurang 27 Menit sesuai yang tertera pada Video

tersebut.

Gambar. 5.2 Gerakan Tentang Musyawarah

Sumber : Video rekaman Langsung saat Pementasan Penari seudati asal

peurelak pada acara DEKRANASDA Aceh di kabupaten Aceh timur

Idie pada tanggal 15 November 2018

Pada gambar kedua gerakan penari Seudati berkumpul memberi

tanda musyawarah bahwa Musyawarah sering juga di lakukan dalam

kehidupan sehari-hari, sebagai contoh dalam gerakan ini menandakan

pada zaman penjajahan Belanda orang Aceh untuk melakukan strategi

126

perang melawan kolonial Belanda, orang Aceh bermusyawarah untuk

melakukan strategi tidak hanya masalah perang saja, akan tetapi juga

dalam permasalahan lain yang menyangkut persoalan-persoalan agama,

sosial dan budaya yang di alami masyarakat Aceh semuanya kembali

kemusyawarah. Karena musyawarah merupakan jalan yang terbaik

dalam mengambil suatu masalah. Bermusyawarah juga Budaya perlu

dilestarikan dan dibudidayakan. Hal itu karena akan membentuk sikap

saling menghargai, toleran, dan juga perilaku demokratis. Bahkan

Alquran dan hadis sangat menganjurkan umat Islam untuk selalu

bermusyawarah saat menghadapi permasalahan bersama. Pada gerakan

ini syair belum dimulai, gerakan musyawarah ini dengan keadaan

melingkar dan mulai petikan jari dan memukul perut dan gerakan ini

berlangsung dari menit ke 01:30 – 02:05.

Gambar. 5.3 Rentangkan Tangan Menandakan Memberi Isyarat

Sumber :Video rekaman Langsung saat Pementasan Penari seudati asal

peurelak pada acara DEKRANASDA Aceh di kabupaten Aceh timur

Idie pada tanggal 15 November 2018

Pada gambar ke tiga dalam gerakan rentangkan tangan atau

kepakan tangan ini sangat berperan gerakan bahu, sambil dikepakan

127

tangan dan petik jari mengikuti irama lagu yang dinyanyikan. Pada

gerakan ini syair Seudati Saleum rakan dibacakan Gerakan penari

Seudati merentangkan tangan memberi isyarat bahwa Seudati dulu

dikenal dengan tari perang, jadi dalam gambar di atas menyerukan

memperluas wilayah dalam melakukan taktik untuk melawan penjajah

Belanda. Merentangkan tangan atau kepakan sayap merupakan

sebuah ilustrasi yang mengambarkan keindahan dalam sebuah tarian.

Pada gambar ini yang bisa ditangkap pada gerakan adalah memberi

isyarat bahwa gerakan kepakan sayap merupakan suatu gambaran

alam semesta dan makhluk yang ada di dalam dunia ini.

Gambar. 5.4 Gerakan Lari Mengejar Musuh

Sumber :Video rekaman Langsung saat Pementasan Penari seudati asal

peurelak pada acara DEKRANASDA Aceh di kabupaten Aceh timur

Idie pada tanggal 15 November 2018

Pada gambar ke empat gerakan Seudati memberi isyarat bahwa

setelah memperluas wilayah dan telah mengatur strategi untuk

melawan kolonial Belanda, maka pada gambar keempat gerakan ini

menyuruh untuk berpencar atau berperang melawan penjajah Belanda

yang ada di Aceh dan pada gambar tersebut menyuruh usir mereka

Belanda jauh-jauh dari tanah Aceh. Tidak hanya diartikan dalam

128

mengejar Belanda tetapi dalam hal-hal lain yang membuat kerusuhan

dalam wilayah Aceh. Pada gambar tersebut tidak hanya mengartikan

sebagai isyarat berlari mengejar musuh dalam berperang akan tetapi

juga dalam gerakan ini dijelaskan para penari menggerakkan seluruh

tubuhnya sambil berlari-lari kecil, bagaikan orang Sai antara bukit Safa

dan Marwah yang dilakukan oleh jama‟aah haji. Sai ialah berjalan dari

bukit Safa ke bukit Marwah dan sebaliknya, sebanyak tujuh kali yang

berakhir di bukit Marwah. Perjalanan dari bukit Safa ke bukit Marwah

dihitung satu kali dan juga dari bukit Marwah ke bukit Safa dihitung

satu kali. Gerakan tersebut juga diiringi dengan Syair Sya‟I Panyang

yang mengisahkan tentang ibadah rukun Islam yang kelima, yang

dimana seluruh ummat Islam ingin melaksanakannya.

Gambar. 5.5 Gerakan Pukul Dada

Sumber :Video rekaman Langsung saat Pementasan Penari seudati asal

peurelak pada acara DEKRANASDA Aceh di kabupaten Aceh timur

Idie pada tanggal 15 November 2018

gambar ke Lima yaitu gerakan pukul dada. Pada gerakan ini

dalam tarian Seudati terdapat pada posisi Liqo‟ Dalam gerakan ini

pukul dada ini menandakan orang Aceh identik sangat kuat dan

129

perkasa, mereka tidak takut terhadap apapun dalam situasi genting pada

masa era kolonial Belanda, mereka berani maju dalam medan perang,

mereka berani melawan orang yang melanggar syariat Islam dan

mereka berani juga dalam menuntaskan segala perkara yang ada di

Aceh. Semangat merupakan perwujudan dari sikap rela berkorban dan

pantang menyerah. Yang menandakan orang Aceh identik sangat kuat

dan perkasa, sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam

menyiarkan dan menegakkan agama Islam. Dalam gerakan pada

gambar diatas tidak hanya memberi isyarat orang Aceh kuat dan berani

akan tetapi juga menandakan gerakan itu bagian dari suara musik

Seudati yang dimainkan sebab Seudati itu sendiri tidak menggunakan

alat musik tetapi musik tubuh.

Gambar. 5. 6 Gerakan Petik Jari

Sumber :Video rekaman Langsung saat Pementasan Penari seudati asal

peurelak pada acara DEKRANASDA Aceh di kabupaten Aceh timur

Idie pada tanggal 15 November 2018

Pada gambar ini menjelaskan mengenai gerakan petik jari atau

ketik jari dimana ketik jari ini bunyi khas dalam sebuah permainan

Seudati, dikarenakan dalam Seudati ada 3 fungsi yang bisa membuat

130

Seudati berwarna tanpa ada alat musik di bandingkan dengan tarian lain

diantaranya dengan menggunakan ketik jari, dalam ketik jari antara jari

tunjuk, tengah, manis dan dipandu dengan jempol itu membunyi iraman

yang berbeda jikalau dipadukan. Kemudian tepuk dada atau pukul dada

dan hentakan kaki untuk melahirkan irama baru dalam sebuah gerakan

Seudati Aceh. Petik jari dalam tari Seudati disimbolkan sebagai untuk

memanggil dan menjinakkan ayam dan juga bermakna sebagai suatu

lambang keceriaan. Pada umumnya gerakan Seudati tidak terlepas dari

cerita tentang alam seperti gelombang laut, nyiur, gerakan burung

terbang dan kondisi sosial masyarakat. Petik jari juga melambangkan

keceriaan dan kegembiraan.

Gambar. 5.7 Gerakan Kaki Seperti Silat

Sumber :Video rekaman Langsung saat Pementasan Penari seudati asal

peurelak pada acara DEKRANASDA Aceh di kabupaten Aceh timur

Idie pada tanggal 15 November 2018

Pada gambar kedelapan ini memperlihatkan delapan penari

berjalan selang seling, yang mana badannya agak sedikit

dibungkukkan. Gerakan berjalan selang seling pada gerakan Seudati ini

131

melambangkan sikap kerja sama, tolong menolong dan untuk merajut

suatu ikatan persaudaraan. Kerjasama yang baik adalah sikap orang

beriman yang saling peduli, saling mendukung, saling melancarkan,

tidak jatuh menjatuhkan, tidak rugi merugikan dan saling memfitnah.

Pada gambar ini merupakan gerakan yang disertakan dengan

Syair Lanie yaitu syair penutup dalam tarian Seudati. Syair Lanie

menjelaskan makna dari gerakan Seudati ini menyerupai Gerakan silat.

Karena menurut bapak Abu bakar Ar Pakar Budaya Aceh Tarian adat

Aceh sarat dengan Islam, Tarian Saman, Seudati, dan Ranub Lampuan

bagian dari syiar Islam sejak zaman kerajaan dulu. Lewat seni tari itu,

orang-orang terdahulu melakukan syiar Islam untuk memperbaiki

akhlak manusia. Zaman dahulu, Seudati merupakan hiburan paling

utama bagi prajurit Aceh, terutama bila mereka sedang dipersiapkan

untuk sesuatu pertempuran. Sebelum mereka esok hari bertolak ke garis

depan peperangan, beberapa malam sebelumnya diadakanlah

pertunjukan Seudati yang menguraikan kisah-kisah kepahlawanan dan

keperwiraan. Karena dari geraknya menyerupai gerakan silat. Belum

ada sumber yang menyebutkan siapa yang pertama sekali menciptakan

Seudati ini. Konon Asal usul tari Seudati diperkirakan diciptakan oleh

para ulama disaat senggang untuk melepaskan kepenatan setelah

berperang untuk menuju perang selanjutnya. Selain itu juga sering

dimainkan saat ada acara-acara kenegaraan dan adat kerajaan Aceh. 183

Gambar. 5.8 Penutup Dari Serangkaian Seudati Aceh

183

183 Wawancara peneliti dengan syekh Fajruddin “ Syekh Seudati Aceh

Perkasa” pada tanggal 29 Desember 2018

132

Sumber :Video rekaman Langsung saat Pementasan Penari seudati asal

peurelak pada acara DEKRANASDA Aceh di kabupaten Aceh timur

Idie pada tanggal 15 November 2018

Pada gambar terakhir merupakan gerakan penutup dari tarian

Seudati. Dan para peserta menari seudati mulai meninggalkan pentas

seni.

D. Tanggapan masyarakat dan tokoh Adat Aceh mengenai

Makna Syair Tarian Seudati Aceh

Setelah penerapan syari‟at Islam di Aceh mendapat legalitas dari

pemerintah Republik Indonesia dengan dikeluarkannya payung hukum

UU No. 44 tahun 1999 dan UU 18 tahun 2001 mengenai otonomi

khusus dan penerapan Syari`at Islam di Aceh, serta didukung oleh

beberapa Qanun yang lainnya.184

selanjutnya perlu untuk

mempertanyakan tentang kesiapan strategi dan berbagai instrumen

yang mungkin akan dapat dijadikan sebagai media dakwah untuk

mendukung penguatan pelaksanaan syari‟at Islam di Aceh.

184

Ayang Utriza Naway., Adakah Penerapan Syari`at Islam di Aceh ,

(Banda Aceh: Tikar Pandan, 2009), 17.

133

Salah satu instrumen yang turut menentukan keberhasilan dalam

mensosialisasikan Syari‟at Islam adalah instrumen komunikasi yang

akan digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan Islam kepada

publik.

Di Aceh, strategi menjadikan seni tari sebagai media Dakwah

memang telah pernah menunjukkan keberhasilannya di masa lalu

dengan jangkauan penyampaian pesan yang lebih luas ke berbagai

pelosok. Tarian Seudati Aceh ini merupakan seni tradisional yang

dimainkan para lelaki Aceh dengan berbagai gerakan, yang disebut

dengan gerakan perjuangan bangsa Aceh dalam mempertahankan

kedaulatan wilayahnya. Seudati Aceh sekarang ini, tidak hanya dikenal

oleh masyarakat Aceh saja. Namun, sudah tersebar hingga

mancanegara. Seni tari ini juga sudah ditetapkan sebagai warisan

budaya oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan.

Namun, sangat disayangkan khusus masyarakat Aceh sendiri yang

memiliki Seudati Aceh tersebut sebagai kesenian khas tidak banyak

yang mengetahui makna-makna yang terkandung dalam Seudati Aceh,

mereka hanya mengetahui Seudati sebagai seni hiburan yang

ditampilkan di atas pentas.

Hal tersebut disebabkan sudah sangat sedikit sekarang ini syekh-

syekh (pelatih-pelatih) senior yang memahami tarian Seudati Aceh.

Jika ada pelatih yang memahami tentang Seudati, maka itu hanyalah

pelatih-pelatih yang mengerti seputaran gerakan dan syair saja. Tetapi

untuk makna yang mendalam tentang warisan budaya ini sangatlah

134

sedikit. Sedikitnya sekarang para syekh yang memahami tentang

Seudati karena banyak dari mereka yang sudah almarhum, serta kisah-

kisah mereka dalam memperkenalkan Seudati pun dituliskan dalam

buku-buku Seudati Aceh.

Adapun syekh-syekh Seudati Aceh yang sudah almarhum seperti

syekh Lah Bangguna, Syekh Rih Muda- Meureudu, Syeh Lah geunta,

syekh Rasyid. Merekalah para seniman Aceh yang mengerti secara

mendalam apa itu Seudati Aceh. Selain itu, mereka juga

memperkenalkan Seudati sampai ke mancanegara dengan mendapatkan

undangan khusus dari negara-negara tertentu.

Kesenian Aceh ini terdapat berbagai pesan-pesan di dalamnya

termasuk pesan kebudayaan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak

Rahmadsyah sebagai Kabid Kebudayaan Aceh Timur

“Pesan melalui tari Seudati kita lihat sudah dilakukan melalui

kisah-kisah, melalui tari-tarian, sudah dilakukan memang. Ada pesan

sosial dan pesan moral. Seni tari tradisional Aceh ini mempunyai

keindahan yang menyebabkan seseorang tidak merasa bosan untuk

mendengar atau melihatnya. Apabila kita menyaksikan tari tradisional

Seudati Aceh akan menimbulkan rasa senang, serta merasa puas, rasa

aman, nyaman dan bahagia, dan bila perasaan itu sangat kuat, kita

merasa terpaku, terharu, terpesona, serta menimbulkan keinginan untuk

135

mengalami kembali perasaan itu walaupun sudah dinikmati berkali-

kali.”185

Dari keindahan tarian tradisional Seudati Aceh ini, Rahmad Syah

juga melanjutkan perkataannya bahwa ada masyarakat/penonton yang

masih kurang mengerti terhadap pesan-pesan yang disampaikan dalam

kesenian ini, karena tidak mengerti masyarakat disebabkan masyarakat

menganggap Seudati hanyalah sebagai sebuah seni untuk sekedar

menghibur saja.

Adapun tanggapan Abu Bakar AR: selaku ketua MAA (Majelis

Adat Aceh) mengenai makna Syair tari Seudati adalah “Pesan

Kebudayaan yang disampaikan melalui tari Seudati kepada masyarakat,

khususnya kepada generasi muda. Supaya budaya Aceh yang kita kenal

sejak lama, untuk terus dikembangkan agar tidak di kotak-katik oleh

budaya luar. Dan pesan moral, yang sering kami bawakan dalam syair

tari Seudati, lebih ke syariat Islamnya. Seperti akan diingatkan agar

manusia akan menghadapi akhirat yang kekal, hidup di dunia hanya

sementara maka segeralah bertaubat bila telah terlanjur berbuat salah.

Tidak hanya itu, diingat pula tentang perkara haji dan zakat.”186

Dengan berkembangnya zaman dan timbul kebudayaan-

kebudayaan dan kesenian yang baru dan yang lebih menarik, seudati

menjadi tarian yang kurang diminati oleh masyarakat sekarang.

185

Hasil wawancara penulis dengan KABID Kebudayaan Aceh Timur

Bapak Rahmad Syah, Pada tanggal 27 Desember 2018 186

Hasil wawancara penenliti dengan Bapak. Abu Bakar AR (Aneuk Syahi /

ketua MAA) , pada tanggal 30 Desember 2018

136

Menurut pak Rahmadsyah pemerintah juga kurang memperhatikan

kebudayaan dan kesenian Aceh tersebut. Sehingga seudati sendiri

hampir punah.

“Padahal kota Aceh Timur merupakan kota pesisir seharusnya

pemerintahan lebih memerhatikan kebudayaan Seudati yang memang

lahir dari masyarakat pesisir ketimbang tarian saman yang datang dari

Gayo. Dilihat dari Otonomi khusus diatas Aceh memiliki dana khusus

untuk mengembangkan seni kebudayaan Aceh tetapi pemerintahan

sendiri tidak mengalokasikan dana tersebut untuk perkembangan seni

tari Seudati. Kabupaten Aceh Timur terdiri dari dua puluh empat

kecamatan dan dalam setiap kecamatan ada satu sanggar seni tari

Seudati. Karena kurangnya perhatian Pemerintahan Aceh Timur

terhadap seni Seudati sekarang sanggar Seudati hanya sisa tiga Sanggar

lagi yaitu di kecamatan Peurelak, Idie Rayeuk, Julok.”187

Tarian seudati untuk wilayah Kecamatan Peurelak sampai saat

ini belum ada regenerasi penerus para pemain Seudati. Dan sampai

sekarang para pemain Seudati hanyalah orang tua- tua. Sebagaimana

tutur Syeikh Faj “Sebenarnya saya sudah malu untuk tampil-tampil

diacara panggung Seudati, karena sudah tua dan cucu saya sudah besar-

besar, tetapi kalau saya tidak tampil seudati ini akan punah, karena

tidak ada yang manggantikan sosok kami yang tua-tua ini. Dan yang

saya takutkan setelah generasi kami meninggal, tidak ada yang

menggantikan kami dalam mengembangkan seni budaya Aceh ini.”

187

Hasil Wawancara peneliti dengan Rahmadsyah (KABID Kebudayaan

Aceh timur), Pada tanggal 27 Desember 2018

137

Dan Syeikh Faj juga mengatakan “Saya selaku seniman Aceh,

tentunya tidak bosan-bosan kita memberi masukan terhadap

masyarakat, terutama kepada generasi muda dalam upaya melestarikan

budaya seni kita ini, supaya terus aktif berperan dalam melestarikan

budaya seni Seudati ini. Agar tari Seudati yang sudah ada sejak dulu

tidak sirna dalam masyarakat kita. Namun itu semua kembali kepada

mereka masing-masing. Caranya yaitu dengan menjadikan tarian

Seudati ini sebagai mata pelajaran dalam kesenian di sekolah dari SD

hingga SMA. ”188

Seharusnya pemerintahan dan masyarakat harus berpartisipasi

dalam mengembangkan kebudayaan tari Seudati tersebut. Dan

pemerintah mengalokasikan dana untuk mengaktifkan kembali sanggar

sanggar tari Seudati dan memperdayakan para Syeikh Syeikh Seudati,

sehingga mereka juga semangat untuk menyadarkan masyarakat akan

Kebudayaan Tari Seudati ini.

Syeikh faj juga berharap kepada masyarakat untuk menghargai

usaha para seniman yang sudah melestarikan budaya Aceh terkhusus

tarian Seudati. Untuk masyarakat juga, jangan sampai apa yang sudah

dilestarikan itu punah dengan begitu saja.

Pada masa konflik seudati sangat jarang dipertunjukan di muka

umum atau lapangan terbuka, selain alasan keamanan juga sangat susah

mendaptkan izin untuk mengadakan pertunjukan apalagi pada malam

188

Hasil wawancara peneliti dengan Syeikh Faj (Syeikh Seudati Peurelak)

rekomendasi Dinas Kebudayaan Aceh Timur. Pada tanggal 27 Desember 2018

138

hari, kecuali di event-event di luar aceh baik yang diadakan

perkumpulam masyarakat aceh maupun yang diadakan oleh mahasiswa

diluar aceh, namun tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus

berlatih dikampung-kampung tetapi dilakukan pada siang hari secara

tertutup. Bisa dikatakan hampir tak ada event kecuali 17 Agustus yang

diakan di Ibu Kota Kecamatan, itupun diprakarsai oleh Muspika. Pada

masa ini juga bisa kita katakan masa-masa suram untuk perkembangan

seudati di Negeri sendiri. Setelah perdamaian, praktis hampir tak ada

pembinaan dari pemerintah terhadap group-group seudati yang tumbuh

digampong-gampong (Kampung), mereka hanya menunggu event besar

Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) setiap lima tahun sekali, itupun sangat

tergantung siapa yang berkuasa dan ketersediaan dana dari pemerintah.

Dalam kurikulum sekolah-sekolah dan Kampus, tarian heroic ini juga

belum menjadi bagian penting yang belum terpikirkan apalagi tingkat

implementing. Nah, kalau ini dibiarkan, kita siap saja kita mengusung

Jenazah Seudati dan jangan pernah salahkan anak Negri. Seperti dalam

panton aceh ”Kon salah cangguk jiduk lam kubang,,kon salah

rangkang bubong katireeh..kon salah aneuk naggroe han jitung tarian..

salah salah awak mat pemerintahan akay jih paleeh”.189

Fungsi dalam tari Seudati ini dijadikan sebagai media dakwah

untuk mengembangkan ajaran agama Islam. Namun dari masa ke masa

mengalami penambahan fungsi, yaitu sebagai media untuk

persahabatan dan sebagai seni tontonan, yang terdapat melalui syair

189

Hasil wawancara peneliti dengan Syeikh Faj (Syeikh Seudati Peurelak)

rekomendasi Dinas Kebudayaan Aceh Timur. Pada tanggal 27 Desember 2018

139

yang di lantukan. Menurut pandangan ulama sekarang ini tentang syair

tari seudati sudah banyak mengalami perubahan ketika tarian seudati

menjadi bahan taruhan konteks yang disampaikan dalam tarian seudati

jauh dari nilai dakwah seperti yang diungkapkan oleh tokoh Ulama

Tgk. Zulkifli Daiyan diatas pada prosesi seudati tunang.

Syair yang disampaikan pada seudati tunang sangat jauh

berbeda dari syair yang seharusnya dibacakan pada saat membacakan

kisah dan Sya‟I panyang. Para Aneuk Syahie seudati menggantikan

teks syair tersebut dengan syair balas pantun dan saling menjatuhkan

lawan mainnya. Ini membuat ulama Aceh kurang respek dengan

pertumbuhan dan perkembangan seudati sekarang ini. Karena menurut

mereka sudah jauh dari konteks Islam dan Syariat dan tidak sesuai

dengan Qanun MPU ( Majelis Permusyawaratan Ulama).190

190

Wawancara peneliti dengan tokoh Ulama ( Anggota MPU ACEH) Tgk.

Zulkifli Daiyan 3 Januari 2019

140

BAB V

PEMBAHASAN

A. Hermeneutika Paul Ricouer pada Syair Seudati “Saleum Aneuk

Syahi dan Saleum Rakan”.

a. Unsur Teks Pada Syair Seudati “Saleum Aneuk Syahi dan

Saleum Rakan”.

Table : 5.1 Unsur Teks Saleum Aneuk Syahi dan Saleum Rakan

Objek Penelitian Makna unsur teks

Syair 1 : Assalamu‟alaikum lon

tameung lam seung, Lon mubi saleum

keu jame teuka, Kareuna saleum nabi

kheun sunat, Jarou ta mumat syarat

mulia.

Memberi salam kepada para

penonton dengan mengikuti

Sunnah Nabi Muhammad

SAW.

Syair 2 : Mulia jamee ranup lam

puan, mulia rakan mameh suara,

Neuduek neupiyoh pat-pat yang

patoet, ulon neuk beuot puan suasa.

Ranub (Sirih) merupakan

simbol dalam memuliakan

tamu. Ranub makanan khas

dalam menyambut para tamu.

Syair 3: Puan Suasa Kaleuh lon

Peusan, Jadeh Malamnya Neubi

Keugata, Ranub neupajoh bungkoh

neupulang bek jeut keu utang

geutanyo dua, Neupajoh ranub ieklat

bek neuboh, kadang rakan jroeh jeut

keupenawa.

Ranub memiliki Khasiat yang

banyak dan bagus untuk

kesehatan. Dan bait ini

mengandung unsur bahwa

Ranup adalah salahsatu obat

herbal.

Syair 4 :Tabeu ngon masen neurasa

keudroe, bak urueng nangroe bek

neucerita, bek neucerita bak ureung

Pada bait ini mengandung

unsur nasehat untuk pembaca

bahwa jika bertamu kerumah

141

nangroe malee that kamoe dikeu

Rakyat baa.

orang jangan suka

menceritakan kekurangan dan

kejelekan orang lain.

Seudati selalu dimulai dengan salam yang biasa disebut dengan

istilah salam pertama atau saleum syahi atau saleum aneuk. Salam

tersebut disampaikan oleh syahi untuk menyapa para penonton yang

ada di hadapan mereka, selanjutnya disampaikan saleum rakan yang

dimulai oleh syekh dan kemudian disahut dan dilanjutkan oleh seluruh

penari dan syahi bersama-sama.“Saleum Aneuk Syahi dan Saleum

rakan” Objek Penelitian dan Makna Denotasi Syair ini merupakan

ucapan salam oleh para pemain Seudati kepada masyarakat ketika

memasuki pentas.

Teks ini adalah teks syair, yakni media massa yang berbentuk

bahasa yang tertulis yang dibuat oleh seorang penyair untuk

pendengarnya, yakni penikmat syair “Saleum Aneuk Syahi dan Saleum

rakan”. Tujuannya adalah agar para pendengar syair “Saleum Aneuk

Syahi dan Saleum rakan” mengetahui bahwa ada teks syair yang berisi

informasi mengenai bagaimana cara memuliakan tamu menurut ajaran

Islam. Makin banyak orang yang mendengar syair itu, makin banyak

pula orang akan mengetahui informasi tentang dirinya (pencipta syair

tersebut) ke dalam syair tersebut. Sebagai unsur budaya, teks syair “

Saleum Aneuk Syahi dan Saleum rakan” adalah bagian dari kebudayaan

Aceh yang menyebarkan dakwah melalui kesenian. Pemroduksi teks

adalah seorang penyair yang memperoleh keuntungan dengan

142

banyaknya orang yang mendengarkan syair “Saleum Aneuk Syahi dan

Saleum rakan” tersebut.

Lingkungan teks syair “Saleum Aneuk Syahi dan Saleum rakan”

dalam tarian Seudati terdiri atas beberapa jenis, yaitu

1. Ini berarti bahwa (makna) teks tersebut dipahami sebagai teks

Syair dengan segala pengertiannya.

2. Teks itu dikomunikasikan dalam masyarakat (situasi sosial

budaya) yang telah mengenal Seudati dan mengenal arti teks

syair “Saleum Aneuk Syahi dan Saleum rakan” salah satu unsur

budaya. Ini akan mempengaruhi “dialog” antara pembaca teks

dan teks syair tersebut.

Jika yang dimaksud dengan teks lain adalah unsur bahasa

yang lain di dalam teks yang sama atau di luarnya lain, khususnya

syair, maka teks syair “Saleum Aneuk Syahi dan Saleum rakan”

dapat dilihat kaitan-kaitannya sebagai berikut:

a. Kaitan antara teks syair “Saleum Aneuk Syahi dan Saleum

rakan” dan berbagai teks lain dalam syair lain, menyapa para

penonton dengan ajaran Islam.

Teks Syair “Saleum Aneuk Syahi dan Saleum rakan” juga

berkaitan dengan etika dan sifat rakyat Aceh, misalnya

menceritakan kebiasaan rakyat Aceh, dalam melayani tamu,

saling mengucapkan salam, dan nasehat tentang tidak boleh

saling menceritakan keburukan orang lain.

143

Dialog dengan pembaca teks merupakan satu segi yang banyak

diberi tekanan dalam hermeneutika modern. Di sinilah kita makin

melihat peran manusia dan kebudayaannya dalam menentukan makna

teks.

1. Ada konvensi budaya yang menguasai rakyat Indonesia

tertentu, misalnya yang memberikan makna tertentu kepada

tarian Seudati sehingga nama „seudati‟ tersebut sudah

memberikan arti tertentu kepada penontonnya atau reaksi

dan interpretasi pendengar terhadap syair yang dibacakan

tersebut, dalam syair „Saleum Aneuk Syahi dan aneuk

rakan‟ misalnya “Tabeu ngon masen neurasa keudroe, bak

urueng nangroe bek neucerita, bek neucerita bak ureung

nangroe malee that kamoe dikeu Rakyat baa”. Isi “dialog”

didasari oleh konvensi yang menguasai setiap individu.

2. Mengapa disebut “dialog”? Hal itu karena berbagai makna

yang timbul pada diri pembaca tidak terjadi sekali, tetapi

merupakan proses yang berulang dan berkelanjutan. Ini

berarti bahwa makna teks berkembang dari waktu ke waktu

setiap kali pembaca itu membacanya, baik itu karena

pengaruh pengalaman individual maupun karena pengaruh

prinsip-prinsip yang berkembang dalam kehidupan kolektif

bermasyarakat. Jadi konsep dialog di sini merupakan

pandangan sinkronis, diakronis, dan temporal, dalam

pemaknaan teks.

144

Tentu saja analisis Ricoeur tidak berhenti di sini. Seperti kita

ketahui, analisis yang penulis uraikan masih selalu bisa berkembang

sesuai dengan sifat hermeneutik itu sendiri. Namun, secara khusus

Ricoeur menyatakan bahwa interpretasi mengandung dua aspek, yaitu

pertama adalah perkembangan ke arah self indentity, melihat identitas

diri sebagai pembaca terhadap teks yang dikaji. Dalam hal teks lagu,

tentunya salah satu kemungkinan adalah identifikasi diri sebagai

pengusaha, konsumen, atau pencipta lagu. Kedua adalah adanya

pergulatan melawan cultural distance atau jarak budaya antara

pembaca dan latar budaya teks yang dikaji. Telah dikemukakan bahwa

pembaca berkebudayaan kota akan memberikan penafsiran yang

berbeda dengan pembaca berkebudayaan desa. Ini disebutnya sebagai

apropriasi. Pengkaji teks harus bisa menempatkan diri sebagai

pembaca dalam lingkungan budaya teks syair yang dikaji dan

memahami sepenuhnya dari “dalam” dunia teks Syair itu sendiri.

Pembahasan

Pada pembahasan ini penulis akan membahas hasil analisis yang

telah dipaparkan sebelumnya pada peranan hermeneutika dalam teks

“Syair Seudati” dalam tarian Seudati dari Syeikh Fajruddin (Peureulak

A.Timur).

Makna konotasi dalam syair di atas adalah Assalamu‟alaikum

merupakan ucapan salam umat muslim ketika bertemu dengan orang

banyak. Karena salam adalah sunat Nabi serta saling berpegangan

tangan merupakan syarat mulia. Assalamu‟alaikum yang artinya

145

“Kesejahteraan, rahmat, dan berkah Allah semoga dilimpahkan kepada

mu.” Dalam agama Islam amalan yang dapat membuat keimanan

sempurna adalah mengucapkan salam kepada siapa saja yang

ditemuinya, baik itu yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal.

Salam juga sunat Nabi dan satu syarat yang mulia bila kita saling

berpegang tangan yaitu membantu sesama di muka bumi ciptaan Allah

ini. Alquran menegaskan selain salam, diartikan juga sebagai do‟a,

tetapi salam juga sebagai penghormatan. Sebagaimana dalam Alquran

surat An-Nisaa ayat 86 Allah Swt, berfirman:

Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan,

Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya,

atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya

Allah memperhitungkan segala sesuatu. 191

Salam sekilas seperti ucapan yang biasa saja. Namun,

sebenarnya terdapat makna yang besar yaitu sebagai ucapan

penghormatan. Salam bisa dijadikan identitas orang muslim ketika

191

Departemen Agama RI, Alquran.,Q.S An-Nisa‟/5: 86

146

bertemu dengan saudara yang seiman, salam bisa menjadikan identitas

suatu kelompok perkumpulan dalam Islam, misalnya mengikuti

pengajian secara rutin. Salam juga identik dengan jabat tangan, dengan

maksud agar silaturrahhim lebih terjalin dengan baik. Dan biasanya

ditandai dengan ciri khas atau disebut juga karakter tertentu. Misalnya

seorang muslim memberi salam kepada temannya tapi juga

memberikan karakter tertentu yaitu dengan berjabat tangan. Sehingga

salam bukan sekedar ucapan, salam bukan sekedar identitas. Namun

juga salam memberi makna yang dalam, karena dibalik salam

terkandung do‟a.

Sebab itu, orang mukmin bila ia bertemu orang mukmin

lainnya lalu ia memberinya salam adalah seperti bangunan yang

sebagiannya memperkuat sebahagian lainnya. Maksudnya, ucapan

salam itu memberikan efek yang sangat kuat yaitu dapat

memperkuatkan hubungan yang baik sesama manusia khususnya

sesama muslim, apalagi diiringi dengan berjabat tangan yang

merupakan syarat mulia dalam Islam dan juga semakin memperkuat

silaturrahim.

Pada analisis kaitan dengan teks lain, Teks Syair “Saleum

Syahie dan Salem Rakan” juga berkaitan dengan Syair pembuka pada

tarian Aceh yang lain, misalnya pada tarian Liko‟ pulo, Ratoh Jaroe,

Saman Syair sebagai pembukaan tarian yang diiringi gerakan tariannya.

Seperti halnya dengan sekapur sirih yang merupakan icon masyarakat

Aceh dalam memuliakan tamu dan selalu menjadi syair dalam setiap

147

iringan tarian Aceh, seperti halnya tarian Ranup Lam Puan, tarian yang

dikhususkan penyambutan tamu tamu istimewa.

Makan sirih merupakan salah satu bentuk tradisi yang ada di

masyarakat yang secara turun-menurun dilakukan. Sirih digunakan

sebagai tanaman obat, yang juga sangat berperan dalam kehidupan dan

berbagai upacara adat berbagai suku bangsa masyarakat Indonesia.

Sirih adalah jenis tumbuhan yang mirip dengan tanaman lada, dengan

nama ilmiahnya adalah Piper Betle, dan ada beberapa daerah di

Indonesia memberikan nama lain terhadap sirih yaitu, Belo (Batak

Karo), Demban (Batak Toba), Ranub (Aceh), Afo (Nias), Sirieh, Sirih

(Minang), namun demikian nama paling umum adalah sirih. Makan

sirih adalah budaya Indonesia dengan meramu daun sirih dan bahan-

bahan lain sebagai ramuannya. Perlengkapan atau ramuan yang

digunakan.

Pada masyarakat Sumatera Khususnya masyarakat Aceh

memiliki tradisi makan sirih. Sirih tidak hanya sekedar dikonsumsi, tapi

juga dimanfaatkan sebagai sarana penunjang budaya dan tradisi yang

mereka miliki. Dalam penyambutan tamu terhormat misalnya, si tamu

akan disuguhi daun sirih, pinang muda dan gambir yang kesemuanya

diletakkan dalam satu carano. Kepada tamu dipersilahkan untuk

mencicipi suguhan itu barang sedikit. Daun sirih bersama suguhan

lainnya itu menunjukkan kesediaan mereka menerima tamu dengan

hormat.

148

Namun kita tidak pernah memperhatikan dengan seksama apa

yang ada di balik semua aktifitas yang berkaitan dengan ranub. Ranub

bagi masyarakat Aceh tidak hanya sekedar tumbuhan yang memiliki

manfaat secara fisik semata. Namun di balik itu ada berbagai penafsiran

poli-interpretasi, karena di dalam memahaminya ranub menjadi simbol

yang multi rupa. Pemaknaannya secara sosial dan kultural digunakan

dalam banyak cara dan berbagai aktivitas. Ranub dengan segala

perlengkapannya memainkan peranan penting pada masa kesultanan

Aceh, dalam upacara-upacara kebesaran sultan.

Selain itu dalam perkembangannya, ranub juga menempati

peranan yang cukup penting dalam sistem daur hidup (life cycle)

masyarakat Aceh. Jika ada acara-acara resmi, seperti pernikahan,

hajatan sunat, bahkan di acara penguburan mayat sekalipun, ranub

seolah menjadi makanan wajib. Sehingga ada anggapan, adat dan ranub

menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan di Aceh.

Memuliakan tamu diibaratkan sekapur sirih tersusun indah.

Memuliakan teman diibaratkan dengan suara yang manis. Semua

undangan yang hadir silahkan duduk di tempat yang telah disediakan.

Tuan rumah mengambil tempat sirih untuk membagi sirih kepada para

tamu. menegaskan bahwa Memuliakan tamu di dalam Islam adalah

sifat terpuji dan merupakan perintah dari Allah Swt, dan Rasulnya.

Selain untuk menjalin silaturrahim, ternyata bertamu dan menjamu

tamu ini memiliki keberkahan tersendiri bagi yang melakukannya.

149

Saling berkunjung sesama dengan kerabat, teman maupun

sejawat merupakan kebiasaan yang tidak bisa dihindari. Keinginan

berkunjung dan dikunjungi selalu ada dalam harapan. Demikianlah,

suatu saat kita akan kedatangan tamu, baik diundang maupun tidak.

Bahkan pada momen-momen tertentu, kedatangan tamu sangat gencar.

Islam mengajarkan bagi siapa saja yang menjadi tuan rumah, supaya

menghormati tamu.

Penghormatan itu tidak sebatas pada tutur kata yang halus untuk

menyambutnya. Akan tetapi, juga dengan perbuatan yang

menyenangkan. Misalnya dengan memberikan jamuan, meski hanya

sekedarnya. Contoh di Aceh, bila ada acara-acara tertentu maka orang-

orang yang di undang akan dijamu dengan sebaik mungkin sekaligus

dengan menampilkan tari ranup lampuan sebagai rasa penghormatan

kepada tamu dan juga tradisi pada acara tersebut. Di sela-sela tari ranup

lampuan berlangsung maka para penari akan membagikan sirih kepada

para undangan yang datang. Itulah salah satu cara orang Aceh

memuliakan tamunya.

Sikap memuliakan tamu, bukan hanya mencerminkan

kemuliaan hati tuan rumah kepada tamu-tamunya. Memuliakan tamu,

juga menjadi tanda meningkatkan keimanan seseorang kepada Allah

dan hari akhir. Dengan jamuan yang disuguhkan, ia berharap pahala

dan balasan dari Allah pada hari kiamat kelak.

Arti kata Ranup ialah sirih, Lam berarti dalam atau di dalam

dan Puan berarti cerana, yaitu tempat sirih khas Aceh. Jadi Ranup

150

Lampuan secara harfiah diartikan sirih dalam cerana. Tari ini melatar

belakangi adat-istiadat yang hidup dan tetap terpelihara di Aceh,

khususnya adat menerima dan menghormati tamu.

Hal ini terlihat melalui simbolik gerak para penari, maupun

melalui perlengkapan tari, dan sirih yang disuguhkan kepada tamu.

Tradisi makan ranup (sirih) dalam budaya Aceh merupakan warisan

budaya masa silam, lebih dari 300 tahun yang lampau atau di zaman

Neolitik, hingga saat ini. Bercermin kepada tradisi nenek moyang pada

masa lampau, tradisi makan ranup (sirih) atau menyirih konon dibawa

oleh rumpun bangsa melayu sejak kira-kira 500 tahun SM ke beberapa

negara Asia Tenggara termasuk indonesia. Pada masa kesultanan Aceh,

ranup memainkan peranan penting bukan sebagai penambahan

konsumsi semata, tetapi juga dipergunakan dalam upacara - upacara

kebesaran sultan. Begitu banyak makna ranup bagi masyarakat Aceh

diantara sebagai simbol pemuliaan tamu. Ranup juga sebagai simbol

perdamaian tergambar ketika berlangsungnya musyawarah untuk

menyelesaikan persengketaan, upacara perdamaian, upacara peusijuk

dan upacara lainnya, kemudian ranup juga mempunyai arti sebagai

kehangatan sosial, sebagai komunikasi sosial. Ranup adalah lambang

formalitas dalam interaksi masyarakat Aceh. Setiap acara dimulai

dengan menghadirkan ranup dan kelengkapannya.

Sirih bagi masyarakat Aceh merupakan sebuah simbol yang

sangat kuat dengan adat-istiadat. Bagi masyarakat Aceh sirih (ranub)

memiliki berbagai dimensi simbolik, disamping dimensi fungsional

yaitu :

151

a. Ranup sebagai simbol Pemulia Tamu, atau penghormatan terhadap

seseorang yang dihormati. Hal ini dapat dilihat dalam keseharian

masyarakat Aceh dalam menjamu tamunya. Dalam tradisi jamuan

para raja-raja di Aceh, seperti jamuan kepada Sir James Lancastle

utusan raja inggris james I padamasa Sultan Alaudin Riayatsyah

Saidil Mukammal (1602 M), ranup sudah merupakan suguhan

persembahan kepada tamu-tamu agung. Tradisi penyuguhan sirih

untuk memuliakan tamu sudah merakyat sejak dari dahulu kala

dalam masyarakat Aceh.

b. Ranub sebagai sumber perdamaian dan kehangatan sosial, tergambar

saat berlangsungnya musyawarah untuk menyelesaikan

persengketaan, upacara perdamaian, peusijuk, meuroh dan upacara

upacara lainnya. Semua upacara tersebut diawali dengan

menyuguhkan sirih sebelum upacara tersebut dimulai.

c. Ranub sebagai media komunikasi sosial, sering diungkapkan dengan

istilah Ranup sigapu sebagai pembuka komunikasi. Setiap buku

karangan masyarakat Aceh, Ranup Sigapu menjadi bagian yang

paling awal dari isi buku tersebut.192

Sebagai umat muslim kita diwajibkan untuk memuliakan tamu

yang mendatangi kediamannya. Dalam Islam pun sebagai tuan rumah

ada adab-adab tersendiri saat menjamu tamu, yaitu: bersegeralah dalam

192 Rekomendasi Majelis Adat Aceh Tentang Ranup Lampuan, berdasarkan

Rapat Staf ahli Majelis Adat Aceh pada hari senin tanggal 28 mei 2014 pukul 14:00

s/d 16:00 WIB tentang penampilan Tari Ranup Lampuan. Diakses melnaui website

resmi MAA pada taggal 20 Desember 2018.

152

menyambut dan menjamu tamu, menjawab salam dengan baik,

menghidangkan kepada tamu dengan hidangan yang baik, meletakkan

hidangan di dekat tamu, menyambut atau mengajak bicara dengan

bahasa yang sopan dan baik, menjaga dan melindungi tamu dari hal-hal

yang bisa memudharatkannya, tuan rumah berwajah gembira, tidak

terburu-buru mengangkat hidangan dari meja tamu, tidak memaksa

tamu memakan hidangan yang tidak disukainya, jika tamu berpamitan

hendak tuan rumah mengantar sampai keluar rumah.

Begitu juga dengan memuliakan teman, sebagai manusia kita

juga harus memuliakan teman baik itu yang dekat maupun tidak.

Karena dengan memuliakan teman maka akan memperkuatkan

silaturrahim antara manusia tersebut. Manusia ini adalah mahkluk

sosial, tidak mungkin menjalani kehidupan dengan serba sendiri karena

manusia juga membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Dengan

berbuat baik dengan sesama maka akan menjalin hubungan yang baik

pula. Namun sekarang ini banyak diperlihatkan kepada kita bersahabat

dengan tidak tulus. Lisan mengaku bersahabat bahkan tidak sedikit

sering diucapkan kata “ukhuwah islamiah‟ meski sesungguhnya

hatinya tidak. Misalnya demi jabatan, kemenangan atau kekuasaan,

sekelompok orang rela meninggalkan sahabat-sahabat sejatinya sesama

Muslim. Sebagian bahkan rela menyerang, memusuhi agar ada kesan

dia orang moderat dan pembela kaum minoritas. Tetapi yang terjadi,

ibarat kata niat hati ingin mendapat simpati dan meraih banyak

keinginan demi diri sendiri. Sebaliknya mereka yang seperti itu justru

ditinggalkan perlahanlahan dari saudara-saudaranya sendiri sesama

153

muslim. Sebagaiman dalam surat At-Taubah ayat 71 Allah Swt,

berfirman:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,

sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang

lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari

yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat

pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”193

Dari ayat di atas jelas bahwa orang-orang yang beriman, lelaki

dan perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi penolong bagi

sebahagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma'ruf,

mencegah dari yang munkar. Itu berarti pentingnya memuliakan teman

khususnya sesama muslim karena manusia memerlukan manusia

lainnya dalam bumi Allah ini. Bukannya berteman karena tidak tulus,

dalam arti berkhianat satu sama lain karena agar keinginan yang tidak

baik dalam hati terpenuhi.

Salah satu bentuk komunikasi yang mungkin dianggap tidak

menyenangkan adalah gosip. Dikategorikan sebagai bentuk komunikasi

193

Departemen Agama RI, Alquran , Q.S At-Taubah/11: 71

154

yang tidak menyenangkan karena pada umumnya gosip telah dianggap

sebagai omongan – omongan tak menyenangkan terhadap orang lain.

Omongan itu umumnya terkait aib atau keburukan pihak lain. Tidak

mengherankan jika dampak dari gosip dianggap berbahaya pada diri

orang yang dibicarakan sampai pihak yang menyebarkannya. Bahkan

pada keyakinan agama, membicarakan aib orang lain atau gosip adalah

tingkah laku yang diharamkan.

Sedemikian rupa kekhawatiran terhadap gosip justru

menimbulkan dialog, apakah memang gosip semata hanya bentuk

komunikasi buruk atau ada bentuk lainnya?

Apakah gosip sebatas yang buruk- buruk saja sehingga dikatagorikan

haram? Secara umum masyarakat lebih senang untuk mendengar hal-

hal buruk dari orang lain daripada berita-berita yang bagus. Hal ini

didasari bahwa ketika membicarakan yang buruk kita mengetahui

bahwa ada pihak – pihak uang melanggar norma sosial, sehingga

informasi ini menarik. Sementara itu, informasi yang sekedar

menyampaikan bahwa orang-orang patuh pada norma dianggap biasa-

biasa saja.

Sebelum masuk lebih dalam pembahasan psikologi. Definisi

yang secara umum dipakai untuk gosip khususnya secara psikologi

adalah membicarakan pihak ketiga tanpa kehadirannya (tentunya

dengan terlebih dulu ada dua pihak).194

Gosip merupakan pertukaran

informasi (bisa positif maupun negatif) dalam bentuk evaluatif (positif

194

Eko A Meinarno, dkk., Apakah Gosip Bisa Menjadi Kontrol Sosial?

(Jurnal: Psikologi Pitutur ), 80.

155

atau negatif) terhadap pihak ketiga yang tak hadir dari kejadian

pertukaran informasi tadi. Tentunya dengan definisi tadi perlu

dipertegas dengan tiga hal utama yang membedakannya, yaitu

a. pihak yang dibicarakan tidak hadir dalam percakapan yang

sedang berlangsung

b. isi dari komunikasi tersebut utamanya adalah evaluasi atau

penilaian terhadap orang atau pihak yang dibicarakan, baik

itu yang bersifat negative maupun positif

c. pentingnya faktor situasional dalam percakapan.

Allah SWT menegaskan bagi orang- orang beriman, agar tidak

termakan berita yang bersumber dari seseorang fasiq ataupun yang

belum diketahui kebenaran dari berita tersebut, bukan hanya dalam

masalah sehari- hari seseorang harus meneliti dan menyaring segala

sesuatu yang menghadangnya, akan tetapi dalam masalah urusan

agamapun hendaknya lebih meneliti kebenaran ucapan, taqrir atau

fatwa seseorang, supaya terhindar dari lembah kenistaan dan kegelapan

yang dapat menimpa bila mempercayai dan mengikuti berita - berita

apapun yang sampai kepadanya, terlebih lagi bila menyampaikannya

kepada orang lain. Sebagaimana firman Allah dalam Alqur‟an.

156

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah

kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-

sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan

janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara

kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka

tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.195

Berangkat dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa meskipun

tidak semua prasangka mengandung unsur dosa, akan tetapi setiap orang

diharuskan menghindari banyak berprasangka, terlebih lagi jika

prasangka itu ingin direalisasikan melalui ucapan atau perbuatan.

Ibnu „Asyur menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan al-zan

dalam ayat itu adalah semua hal yang terkait dengan keadaan seseorang,

karena seseorang yang berprasangka akan berusaha mencari kebenaran

sehingga mulailah ia mematai - matai orang tersebut atau mencari

kebenarannya yang pada akhirnya mengantarkan pada gibah.196

195

Departemen Agama RI, Alquran, Q.S Al- Baqarah/2 : 148 196

Muhammad al-Tahir ibn „Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al Tanwir, Juz.

XXVI(Tunis: al-Dar Al-Tunisiyah, 1984 M.), h. 252 -253

157

B. Hermeneutika Paul Recour pada Syair Seudati “Kisah”.

a. Unsur Teks Pada Syair Seudati “Kisah”

Tabel : 5.2 Hasil Analisis Syair “Kisah”

Objek Penelitian Unsur Teks

Ayah dengon bunda keulhee ngon

guree, Ureung nyan ban lhee

tapeumulia, Pat-pat na salah

meu‟ah talake, akhirat teuntee han

keunong bala.

Seruan kepada kita sebagai

mad‟u untuk menghormati

dan memuliakan orang tua.

Seudati didalam syairnya ada unsur dakwah Islam disebut

dengan istilah Kisah. Pantun tersebut disampaikan oleh syahi untuk

menyampaikan dakwah kepada khalayak melalui syair seudati yang

ada di hadapan mereka, selanjutnya diikuti oleh gerakannya dan

kemudian disahut dan dilanjutkan oleh seluruh penari dan syahi

bersama-sama.

Lagu dan syair Kisah diambil dari ayat-ayat suci al-Qur‟an.

Tetapi, ada juga syair Kisah yang dikembangkan secara kreatif oleh

aneuk syahi, kedua penyanyi-penyair, Perkembangan seudati telah

menjadikan pimpinan-pimpinan komunitas atau perkumpulan seudati

itu cukup dihormati dan ada yang digelari sebagai syeikh/syeh.197

197

Hasil wawancara peniliti dengan Syeh Faj ( Syeih Seudati

Peurelak),

158

Dalam syair kisah ini Aneuk Syahie menyampaikan pesan

Dakwah yang berlandaskan Alqur‟an dan Hadist kepada penonton.

Latar belakang adanya syair kisah tersebut dikarenakan untuk yang

membangkitkan semangat. Ulama yang mengembangkan agama Islam

di Aceh umumnya berasal dari negeri Arab. Karena itu, istilah-istilah

yang dipakai dalam Syair “ Kisah” umumnya nasehat dan petuah ajaran

Islam dan menceritakan kisah perjuangan ulama terdahulu dalam

mengembangkan Islam di Aceh.

Jika yang dimaksud dengan teks lain adalah unsur bahasa yang lain

di dalam teks yang sama atau di luarnya lain, khususnya syair, maka

teks syair “Kisah” dapat dilihat kaitan-kaitannya sebagai berikut:

a. Kaitan antara teks syair “Kisah” dan berbagai teks lain dalam

syair lain, menyampaikan pesan dakwah dengan cara tarian dan

syair.

b. Teks Syair “Kisah” juga berkaitan dengan etika seorang anak

terhadap orang tuanya, dan etika seorang murid terhadap

gurunya. misalnya memberikan nasehat untuk menghormati

kedua orang tua dan guru, Sebagaimana dalilnya .

ى سخط الوالد رضا الرب فى رضا الوالد و سخط الرب ف

159

Artinya : “Ridيa Allah tergantung kepada keridlaan orang tua

dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua”(HR.

Bukhari). 198

Banyak teks lagu lain yang menyampaikan tentang

menghormati orang tua misalnya “kasih ibu” dll.

Pembahasan

Para syahi menggunakan istilah “Kisah” untuk menyebutkan

syair pengiring posisi atau formasi bak saman meski tanpa diikuti

gerakan, dan bagian gerakan likok. Sebagaimana dalam syair berikut

Seudati juga diperkaya dengan kenangan. Para pendahulu Seudati

terutama para syekh yang telah tiada namun kekaguman atas kehebatan

mereka dalam mengembangkan Seudati tidak pernah lelah. Mereka

sudah dikenang selayaknya seorang guru. Seperti pengakuan Abu

Bakar, seorang aneuk syahi yang tinggal di Aceh Timur, ia sempat

berguru pada Nek Rasyid dan Ampon Ma‟e, para syekh ternama di

zamannya. Rasa hormat dituangkan dalam syair Seudati yang kemudian

dilantunkan dalam setiap pertunjukkan Seudati masa kini supaya “roh”

Seudati memiliki spirit yang sama dalam budaya masyarakat Aceh,

guru juga mendapat tempat yang mulia bahkan sederajat dengan ayah

dan ibu, karena guru merupakan orang tua kedua setelah dua orang tua

kita. Maka dari itu, dalam syair Seudati ini perlu diingatkan tentang

seorang guru yang telah memberikan ilmu yang dikenal tanpa tanda

198

almanhaj.or.id/404-keutamaan-berbakti-kepada-kedua-orang-tua-dan-

pahalanya.

160

jasa. Ungkapan tentang guru dalam syair ini dikarenakan tidak hanya

untuk diingat namun juga sebagai suatu penghormatan. Sebagaimana

bunyi syair dalam Seudati berikut ini.

Islam meletakkan ilmu di atas yang lainnya, dan Islam juga

meninggikan derajat orang yang berilmu dibanding yang lain. Oleh

karena itu ayah, ibu dan guru termasuk orang yang harus dimuliakan

serta segeralah meminta maaf bila berbuat salah agar jauh dari bahaya

di akhirat kelak.

Pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, termasuk guru

sangatlah ditekankan dalam Islam. Banyak sekali ayat di dalam

Alquran yang menyatakan bahwa segenap mukmin harus berbuat baik

dan menghormati orang tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada

Allah Swt. Semata dan tidak menyekutukannya dengan apa pun,

Alquran juga menegaskan kepada umat Islam untuk hormat dan patuh

kepada kedua orang tuanya.

Muslim yang baik tentu memiliki kewajiban untuk berbakti

kepada orang tua, baik ibu maupun ayah. Agama Islam mengajarkan

dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu

dan ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan

perbuatan yang terpuji. Alquran surat Al-Isra ayat 23-24 Allah Swt,

berfirman:

161

Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya

kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik

pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara

keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam

pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan

kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak

mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan

rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka

keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu

kecil". Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh

agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka

dengan lebih kasar daripada itu.199

Selain memuliakan orang tua, orang yang harus dimuliakan

kedua adalah guru yang selalu memberikan ilmu, tanpa mengenal lelah.

Islam menganjurkan umatnya agar senantiasa berusaha mencari ilmu

199

Departemen Agama RI, Alquran , Q.S Al-Isra‟ / 15: 23-24

162

pengetahuan di samping berusaha untuk mempertingkatkan kemahiran

dan penguasaan diri dalam berbagai bidang, ilmu pengetahuan juga

merupakan kunci kepada kebahagiaan hidup manusia di dunia, karena

manusia yang hidup tanpa ilmu, kemungkinan akan berada dalam

kemunduran dan kemiskinan. Oleh karena itu, jelaslah bahwa

ketinggian ilmu pengetahuan merupakan ukuran yang sangat penting

dalam membedakan mana yang baik dan buruk serta ilmu pengetahuan

bagi manusia untuk dapat mengetahui antara kemajuan dan

kemunduran bagi sesuatu bangsa dan negara.

Jadi jelaslah bahwa tugas seorang guru itu bukanlah tugas yang

mudah dan tidak semua orang dapat melakukan sebagai pendidik yang

baik, karena menjadi seorang guru adalah tugas yang mulia dan

istimewa. Sikap saling menghormati sesama manusia merupakan suatu

kewajiban seorang Muslim kepada saudaranya. Begitu juga

menghormati seorang guru ibarat orang tua kedua.

C. Hermeneutika Paul Recour pada Syair Seudati “Sya’I Panyang/

Lanie”.

a. Makna Unsur Teks pada Syair “ Sya’i Panyang / Lanie”

Seudati didalam syairnya ada unsur dakwah Islam dan

menceritakan sifat dan kebudayaan masyarakat Aceh disebut

dengan istilah Kisah/hikayat.

163

Tabel: 5 Makna Unsur Syair Kisah / Hikayat (Sya‟I panyang)

Ob jek Penelitian Unsur

Kru seumangat po bungong panjou, Umu

nanggroe sang hana trep le, Janji Tuhan

masa saboh rou, Ji nou ka sampou

teungku boh hate

Peringatan buat mad‟u bahwa

dunia ini hanya sementara, dan

bahwa akan ada hari akhir

setelahnya

Yoh manteng teu hah ka pinto taubat,

Adak ta karat hana guna lhee, Uroe

jemu‟at jak u mueseujid, Ka meunan taniet

di dalam hatee.

Sebelum hari akhir tiba maka

masih ada kesempatan buat kita

sebagai ummat manusia untuk

bertaubat. pada bait ini

mengandung unsur seruan

kepada ummat manusia untuk

tidak sibuk mengurusi kehidupan

dunia.

Eya Tuhan ku beu neupeuampon, Ka

dousa ulon oh urou page, Beu neuampon

ka dousa nang mbah, Lake bak Allah

beukhusyuk hatee.

Pada bait ini mengandung unsur

Do‟a kepada tuhan memohon

ampunan dari Dausa.

Beu neu ampon ka dousa guree, Nyang bi

ileume keu ulon sabee, Beu lon teumeung

lom batee aswat, Meutamah rahmat Tuhan

ku neubi.

Dan memohon ampunan dausa

untuk seluruh guru yang telah

mengajari dan memberi ilmu

pengetahuan kepada kita.

Beu lon teumeung jep ka ie mon zam zam,

Hate di dalam pengeuh ban kande, Zakeut

beutaboh pitrah beu tabi, Ta jak ek haji

teungku boh hate.

Pada bait ini mengandung unsur

harapan seorang hamba kepada

tuhannya. Semoga bisa

berangkat ke Baitullah untuk

menyempurnakan rukun Islam.

Seubab dousa geu tanyou lege ei laot,

Nyoh goh lom surot laen ka hile, Dousa

geutanyo lage on kaye, Nyoh goh lom laye

laen kah lahe.

Bait ini adalah perumpaan dausa

itu seperti buih pasir dilautan,

dan seperti daun di pepohonan.

Teks ini adalah teks syair, yakni media massa yang berbentuk

bahasa yang tertulis yang dibuat oleh seorang penyair untuk

164

pendengarnya, yakni penikmat teks “Sya‟I Panyang/ lanie”. Tujuannya

adalah agar para pendengar Syair “Sya‟I Panyang/ lanie” mengetahui

bahwa ada teks yair yang berisi informasi mengenai keadaan sehari-

hari di Aceh. Makin banyak orang yang mendengar Syair itu, makin

banyak pula orang akan mengetahui informasi tentang dirinya (pencipta

syair tersebut) ke dalam syair tersebut. Sebagai unsur budaya, teks

syair “Sya‟I panyang / Lanie” adalah bagian dari kebudayaan Aceh

yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Pemproduksi Syair

adalah seorang penyair yang memperoleh keuntungan dengan

banyaknya orang yang mendengarkan syair “Sya‟I panyang / Lanie”

tersebut.

Pembahasan

Dalam syair dalam babakan kisah/hikayat ini terdapat makna

konotasi yaitu selamat datang bagi pemilik bunga kapas. Umur negeri

ini hanyalah sementara. Tuhan berjanji bahwa hidup dunia tidaklah

kekal, hanyalah sesaat. Sekarang tidak terasa sudah sampai tibanya

wahai bapak. Kehidupan di dunia merupakan permainan dan senda

gurau. Ada kalanya menang ada kalanya kalah. Susah senang silih

berganti. Senangnya merupakan kesenangan yang menipu, sedihnya

merupakan kesengsaraan sementara. Itulah dinamakan kehidupan di

alam fana. Sungguh berbeda dengan kehidupan sejati dan abadi di

akhirat nanti, yang mana barangsiapa senang, maka ia akan selamanya

senang.

165

Dalam Alquran disebutkan bahwa kehidupan di dunia tidak

lebih hanya main-main dan senda gurau semata. Sebagaimana dalam

Alquran surat Al-An‟am ayat 32 Allah Swt, berfirman:

Artinya : Dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari

main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh kampung akhirat itu

lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu

memahaminya?200

Ayat di atas mengandung makna bahwasanya dalam kehidupan

yang kita jalankan saat ini merupakan senda gurau dan main-main,

tidak memanfaatkan hidupnya untuk kepentingan akhirat tetapi hidup

hanya untuk kepentingan nafsu semata. Padahal dalam ayat tersebut

jelas hanya orang-orang yang beriman yang memperoleh ketaqwaan

dalam kehidupannya.

Berikut persepsi menurut Syeikh Fajriadi (Syeikh Faj) “Dalam

kehidupan dunia ini banyak sekali nikmat yang didapat untuk dipenuhi

karena nafsu manusia itu sendiri. Ada manusia berlomba-lomba

mengejar kenikmatan yang ada di dunia dengan kepayahan hingga

sampai umurnya habis, itu semua dilakukan semata-mata untuk

mengejar kenikmatan dunia saja”.

200

Maksudnya: kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan

tidak kekal. janganlah orang terperdaya dengan kesenangan-kesenangan dunia, serta

lalai dari memperhatikan urusan akhirat. Departemen Agama RI, Alquran Q.S Al-

An‟am/6 : 32

166

Pada kenyataannya bahwa kenikmatan yang ada di dunia

hanyalah kenikmatan yang semuanya khayalan. Khayalan manusia

yang merupakan sudah menjadi tabi‟at dalam hidup hanya untuk

kenikmatan dan kemegahan semata. Hidup di dunia hanyalah

sementara, tidak ada yang kekal karena sesungguhnya kenikmatan yang

hakiki sepenuh akan dirasakan di akhirat kelak. Kenikmatan akhirat

itulah yang membawa manusia yang di dunianya berbuat ma‟ruf akan

mendapatkan kemuliaan yang abadi.

Oleh karena itu, seorang mukmin tidak mengejar kenikmatan

dunia yang tidak memiliki keuntungan apa-apa melainkan sangat

sedikit saja, dibandingkan dengan kenikmatan berupa kemuliaan disisi

Allah Swt. Tidak ada maknanya kenikmatan dan kelezatan dunia

seisinya, yang boleh membuat manusia menjadi lupa dan mabuk,

sehingga terlena dengan kehidupan dunia. Kehidupan manusia yang

sudah mabuk di dunia itu, menjadi sujud, rukuk, dan ibadahnya hanya

untuk memenuhi rasa kenikmatan dunia.

Orang-orang mukmin kerinduannya hanya pada kenikmatan

atas keimanannya, ibadahnya, serta keriduannya kepada Allah yang

menciptakannya. Kenikmatan dunia itu, selalu akan menghalangi

seseorang memperoleh kenikmatan akhirat dan bahkan menghantarkan

diri manusia kepada siksa neraka. Akhirnya menjadikan harta benda,

pangkat, kekuasaan, dan mahkluk-mahkluk, serta berbagai bentuk

berhala yang menyerupai tuhan, menjadi arah dan tujuan hidup mereka.

Seakan semua yang ada itu, mampu memberikan kenikmatan kepada

manusia yang bersifat kekal.

167

Syair di bait yang ke dua menjelaskan mengenai walaupun

pintu taubat terbuka dengan tergesa-gesa manusia ke mesjid untuk

memohon ampunan sudah percuma saja. Sesuai dengan syair di bawah

ini mengenai taubat bahwa kembalinya seseorang dari perilaku dosa

keperilaku baik yang diperintah Allah. Taubat merupakan yang betul-

betul dilakukan dengan serius atas dosa-dosa besar, yang pernah

dilakukan di masa lalu. Orang yang melakukan taubat menyesali dosa

yang telah dilakukannya, tidak ada lagi keinginan untuk berbuat lagi,

serta mengantinya dengan amal perbuatan baik dalam bentuk amal

ibadah kepada Allah dan amal kebaikan kepada sesama manusia.

Makna dari bait syair tersebut adalah walaupun pintu taubat

masih terbuka. Tergesa-gesa melangkah kedua kaki ke mesjid di hari

jum‟at, itu tiada guna lagi karena sudah seperti itulah niat di dalam hati.

Ketika masih terbuka pintu taubat dan kita tergesa-gesa ke mesjid di

hari jum‟at ingin memohon ampun atas segala kesalahan, itu tidak ada

guna lagi bila sudah niat dalam hati sekarang ingin meminta maaf.

Ibaratnya dalam syair ini yaitu jangan menunda-nunda untuk

melakukan taubat. Namun jika kita merasa memiliki banyak kesalahan,

dosa dan maksiat, segeralah untuk bertaubat. Jangan menunggu ketika

kiamat akan datang. Taubat adalah jika kita segera kembali

memperbaiki iman dan ketaqwaan kita.

Terkadang manusia ini untuk berbuat baik saja menunda-

nundanya, malahan sampai tidak jadi melakukan kebaikan. Namun

sebaliknya perbuatan yang tidak baik malah dilakukan tanpa berfikir dua

kali dan jika telah berbuat maksiat maka janganlah menunda untuk

168

bertaubat kepada Allah. Tidak ada seorang manusia pun yang tahu kapan

kematian seseorang itu datang karena itu dikhawatirkan maut akan

menjemput sebelum manusia itu sendiri melakukan taubat. Sebagaimana

dalam alquran surat Al-Luqman ayat 34 Allah Swt berfirman:

Artinya : Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya

sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang

menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan

tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan

diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di

bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi

Maha Mengenal.201

Dalam ayat di atas segala sesuatu hanya Allah lah yang

mengetahui segala sesuatu di muka bumi ini termasuk kiamat,

penciptaan manusia, bumi dan langit seisinya manusia tidak tahu kapan

Allah menciptakan semua itu. Bahkan manusia juga tidak tahu kapan

semua penciptaan itu di goncangkan dan juga manusia tidak tahun

kapan akan datang kematian pada dirinya, tidak mengetahui apa yang

201

Maksudnya : manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang

akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, Namun demikian mereka

diwajibkan berusaha. Departemen Agama RI, Alquran, QS. Luqman/ : 34

169

akan diusahakannya besok serta manusia pun tidak mengetahui kapan

kesemuanya itu diambil dalam kehidupan di dunia ini. Oleh sebab itu,

sangatlah menyesal orang mukmin yang menunda taubat, padahal bagi

umat muslim dan mukmin Allah Swt telah mempermudah jalan bagi

hamba-hambanya yang mau bertaubat baik perbuatan yang dilakukan

kecil maupun perbuatan yang dilakukan besar, akan tetapi perbuatan

besar (musyrik) sering kali dilakukan itu tidak ada ampun pada Allah

Swt. oleh karena itu, dunia ini bukanlah rumah yang kekal untuk di

tempati namun hanya menumpang sementara. Maka dari itu setiap ada

dosa kembalilah untuk bertaubat kepada-Nya.

Makna dari bait Syair yang ke tiga adalah Ya Tuhan ku

ampunilah segala dosa-dosa ku ini. Dan juga dosa-dosa kedua orang tua

ku beserta umat Islam di muka bumi ini. Berdoalah kepada Allah

dengan hati yang ikhlas dan penuh dengan kekhusyukkan. maka

segeralah untuk memohon ampun kepada Allah. Ketika manusia

menyadari banyak kesalahan yang telah dilakukan di dunia ibarat dosa

seperti lautan yang luas. Karena itu, janganlah malu untuk memohon

ampunan kepada sang khalik apalagi sadar atas segala dosa yang ada,

namun manusia ini sering kali menunda-nunda untuk meminta maaf.

Berdoa dengan hati yang ikhlas dan penuh dengan kekhusyukkan

adalah adalah perwujudan rasa cinta seorang hamba kepada Allah Swt,

sekaligus pengakuan akan kebutuhan dan pertolonganNya. Selain

berdoa untuk diri sendiri, yang harus di tujukan juga dalam setiap doa

adalah untuk orang tua serta umat Islam di muka bumi ini.

170

Sebagai hamba yang lemah, manusia senantiasa membutuhkan

pertolongan Rabb-nya. Bahkan setiap hela nafas dan derap langkahnya

tidak bisa terlepas dari pertolonganNya. Karena itu, upaya yang bisa

ditempuh agar bisa mendapatkan pertolongan dari Allah adalah melalui

doa. Kedudukan doa sangatlah penting, dan setiap orang pasti

membutuhkan doa, baik itu untuk menolak sesuatu yang tidak disukai

atau untuk mendapatkan sesuatu yang ia sukai. Namun banyak di antara

manusia tidak sadar bahwasanya dirinya lemah dan membutuhkan

pertolongan dari Allah. Maka dari itu, tidak heran jika ada yang dijumpai

begitu banyak di antara mereka yang enggan untuk menengadahkan

tangannya untuk berdoa dan meminta kepada Allah. Padahal Allah Maha

Kaya dan Maha Mendengar doa-doa hambaNya. doa merupakan ibadah,

bahkan dikatakan sebagai sebaik-baiknya ibadah. Hal itu disebabkan

karena di dalamnya terdapat sifat tunduk, merendahkan dan

menghinakan diri, juga disertai dengan pengharapan yang begitu besar

kepada Allah Ta‟ala.

Sangat disayangkan kebanyakan dari manusia baru mau berdoa

kepada Allah di saat tertimpa musibah, masalah, kesedihan, atau

kesusahan. Sedangkan tatkala dalam kondisi lapang dan berkecukupan,

ia menjauh dan seakan lupa dengan yang menciptakannya. Padahal

manusia ini selalu perlu terhadap doa, karena doa merupakan senjata

bagi seorang Muslim. Begitu banyak hal yang awalnya terlihat tidak

mungkin kemudian menjadi mungkin dengan doa.Tidak ada larangan

dalam Islam untuk berdoa dan meminta apa saja yang mereka perlukan

dari kebaikan dunia dan akhirat. Bahkan Allah Ta‟ala akan sangat senang

171

jika ada di antara hambanya yang berdoa dan meminta kepadanya.

Sedangkan dunia ini hanyalah sementara, bukan tempat tinggal mahkluk

ciptaan Allah yang sebenarbenarnya. Maka malulah kita sebagai manusia

yang telah menumpang namun, lupa siapa diri kita sesungguhnya.

Jika doa merupakan ibadah, maka siapa saja yang

mengerjakannya pasti akan mendapatkan pahala dari Allah Ta‟ala.

Tentu saja selama doa yang dipanjatkannya itu sesuai dengan tuntunan

Rasulullah serta isi doa tidak mengandung kejelekan. Selain

mendapatkan apa yang dimintanya, seorang yang berdoa akan

mendapatkan pahala dari ibadah doa yang dikerjakannya. Subhanallah,

begitu besar rahmat dan kasih sayang Allah kepada hambahambaNya

yang mau berdoa.

Makna dalam syair yang ke empat adalah Ya Tuhan ku

ampunilah dosa-dosa guru ku, yang sudah memberi ilmu kepada ku

selama ini. Semoga saya juga dapat menunaikan ibadah haji hingga

kelak mencium batu hajar aswat serta semoga bertambah rahmat yang

Tuhan berikan kepada ku. Permohonan maaf atas segala dosa seorang

hamba Allah yang ditujukan kepada guru-gurunya, karena selain

memohon ampunan dosa diri sendiri dan kedua orang tua, manusia juga

harus meminta ampun kepada Allah Swt. Bagaimanapun guru

merupakan orang tua yang kedua karena ia adalah orang yang telah

memberikan ilmu, yang mana dari manusia itu tidak mengetahui

menjadi mengetahui dikarenakan ilmu yang didapat dari seorang guru.

Namun, banyak dari manusia lupa akan ilmu dari seorang guru yang ia

dapatkan dari kecil hingga ia dewasa, tidaklah pernah guru itu berharap

172

imbalan yang lebih kecuali hanyalah orang yang diajarkannya itu

sukses dan dapat mengamalkan apa yang ia dapatkan dari yang

diajarkan. Itulah arti dari seorang guru yang seharusnya jangan

dilupakan, namun kita berdoa untuk kebaikan serta memohon ampunan

atas segala dosa guru-guru kita.

Selain itu, dalam syair ini juga mengingatkan tentang

menunaikan ibadah haji ialah suatu syarat dalam rukun Islam bagi yang

mampu merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi setiap orang.

Dengan menunaikan haji, kita juga meminta kepada Tuhan semoga nanti

bisa mengusap dan mencium batu hajar aswat. Hajar aswat adalah batu

yang berasal dari surga. Yang pertama kali meletakkan hajar aswat

adalah Nabi Ibrahim. Dahulu kala, batu ini memiliki sinar yang terang

dan dapat menerangi seluruh jazirah Arab. Namun semakin lama

sinarnya semakin meredup dan hingga akhirnya sekarang berwarna

hitam. Hajar aswat memiliki aroma wangi yang unik dan alami.

Haji merupakan contoh simbolis dari filsafat penciptaan Adam

dan hawa, di dalam penunaian ibadah haji berbagai hal dipertunjukkan

secara simultan: penciptaan, sejarah, keesaaan, ideologi Islam, dan

ummah. Ibadah haji didefinisikan sebagai kunjungan ke Mekah pada

waktu yang telah ditentukan dalam bulan Dzulhijjah. Ibadah haji

merupakan kewajiban setiap umat Islam sekali seumur hidup. Ibadah

ini dapat dikatakan sebagai ritual Nabi Ibrahim dalam bentuk ekspresi

final monoteisme, yaitu Islam. Dalam ibadah haji seorang muslim

memakai pakaian putih, menghindari aktivitas seksual dan

mencurahkan diri mereka sepenuhnya kepada Tuhan. Kemudian

173

melaksanakan putaran mengelilingi Ka‟bah sebanyak tujuh kali

putaran. Selanjutnya mengorbankan hewan yang bermakna

melenyapkan hawa nafsu. Dengan demikian, ritual-ritual tersebut

menggambarkan bahwa seorang yang berhaji kembali pada kondisi

primordial diri ketika ia pertama kali diciptakan dan Tuhan

mengampuni dosa-dosa orang yang berhaji apabila ia melaksanakan

ibadah haji dengan khusyu dan ikhlas. 202

Makna dari ibadah haji adalah pelaksanaan ritual yang secara

fisik harus mampu dilaksanakan oleh seorang yang berhaji, karena

ritual ibadah haji disyaratkan oleh Tuhan hanya mereka yang mampu

melaksanakannya (istitha‟ah). Sementara esensi dari makna haji yang

terdalam adalah kembalinya seorang muslim yang berhaji kepada

keadaannya yang semula sebagai manusia suci sebagaimana dia

diciptakan dari awal kejadiannya. Dengan demikian, pelaksanaan

ibadah haji merupakan simbol yang memiliki makna luar (zhahir) dan

dalam (bathin).

Haji termasuk ibadah yang mempunyai pengaruh besar dalam

mendidik jiwa, serta melepaskan diri dari gemerlap dunia, kembali

kepada fitrah aslinya, berbagai kesulitan, mengagungkan Allah Swt

dengan menahan diri dari setiap gangguan dan tindakan bermusuhan.

Oleh karenanya, seorang yang berihrâm tidak boleh membunuh binatang

buruan, tidak boleh memotong kuku, tidak boleh mencukur rambut,

202 Nasr, Seyyed Hosein.The Heart of Islam.( Terj. Nurasiah

Fakih Sutan Harahap. Bandung: Mizan, 2004) 164.

174

bahkan semua kegiatan ibadah haji itu adalah keselamatan untuk diri dan

orang lain. ibadah haji merupakan ajang perkumpulan kaum muslimin

yang dilakukan setiap tahunnya, di mana mereka datang dari berbagai

belahan bumi, hingga mereka dapat mengingat persatuan agama yang

menaungi mereka semua. Meski mereka berbeda jenis dan warna kulit,

serta berlainan lisan dan dialek, maka dikenalkan persaudaraan, saling

berganti memberikan manfaat di antara mereka, serta saling memahami

keadaan masing-masing. Sebagaimana dalam pertemuan dari berbagai

negara tersebut memperkuat tali persaudaraan.

Haji merupakan syiar yang agung dan ibadah yang mulia,

dengan ibadah haji seorang hamba akan mendapatkan rahmat dan berkah

yang menjadikan setiap orang muslim sangat rindu untuk segera

melaksanakannya.Ada sebagian orang kita lihat dalam masyarakat, dia

masih berkeberatan menunaikan ibadah haji walaupun sudah mampu

dalam segala hal, seperti dana ada, kesehatan baik, tidak punya bayi yang

memerlukan pengasuhan, atau tidak dalam keadaan hamil tua, dengan

alasan sepulangnya dari tanah suci nanti, tidak dapat menjalankan ibadah

dengan baik. Padahal masalah ibadah dengan baik berperilaku yang

islami, tidak perlu dikaitkan dengan ibadah haji. Pergi haji atau tidak

seharusnya tetap beribadah dengan baik, sebab ibadah haji merupakan

kewajiban tersendiri, sebagaimana ibadah-ibadah lainnya. Memang

seharusnya orang yang sudah melakukan ibadah haji, amal ibadahnya

meningkat, dan amal-amal soleh lainnya, sebab di tanah suci, dalam

melaksanakan ibadah haji, biasanya masing-masing orang mengalami

peristiwa batin atau jiwa yang hanya dapat dilukiskan oleh orang yang

175

bersangkutan. Ada kesan tersendiri sesudah pulang dari tanah suci

tersebut.

Namun ada juga kita dengar satu dua orang yang mengatakan,

bahwa dalam melaksanakan ibadah haji itu biasa-biasa saja atau mungkin

sama saja dengan turis dan tidak mendapat kesan apa-apa. Sebaiknya

dalam menunaikan ibadah haji ini, kita melihatnya dari segi, apakah

sudah wajib kita melaksanakannya atau belum, karena berkaitan dengan

rukun Islam. Dengan demikian, kita tidak termasuk ke dalam kelompok

orang yang menentang perintah Allah. Barang siapa yang mendapatkan

dirinya mampu melaksanakan ibadah haji, dan telah terpenuhi syarat-

syaratnya, maka wajib baginya untuk segera melaksanakan ibadah haji,

tidak boleh diundur-undur lagi.

Sebab itu, tidaklah pantas seseorang yang mempunyai

kemampuan, untuk mengundur-undur pelaksanakan ibadah haji, karena

jika dia masih muda dan terus-menerus dalam maksiat, maka hal ini

merupakan bisikan syeitan yang menghalanginya untuk berbuat

kebaikan. Dan selayaknya orang yang sudah melaksanakan ibadah haji,

baik ketika masih kecil, atau sudah tua, untuk selalu berbuat baik dan

menjauhi perbuatan buruk. Sebagaimana dalam Alquran surat Al-

Baqarah ayat 148 Allah Swt, berfirman:

176

Artinya : Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri)

yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam

membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan

mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah

Maha Kuasa atas segala sesuatu.203

Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita harus berlomba-lomba

dalam kebaikan, berlomba mencari segala yang menyangkut hal-hal

yang baik, berupa baik kepada teman, keluarga, lingkungan hidup,

hewan dan tumbuh-tumbuhan di mana saja kita berada. Begitu juga,

dengan haji yang merupakan ibadah yang sangat baik bila dikerjakan

bagi umat Islam yang mampu dalam melaksanakannya. Ibadah haji

juga merupakan rukun Islam yang kelima, di mana di wajibkan kepada

sekalian umat muslim di seluruh penjuru duniapun untuk menunaikan

perintah-Nya bagi mereka yang sudah mampu. Dan sangat disayangkan

bagi yang telah mampu terus mengabaikan ibadah ini dengan menunda-

nundanya. Padahal dalam Islam telah dikatakan haji merupakan rukun

yang wajib di kerjakan bagi yang mampu.

Makna Denotasi Dalam syair ke lima ini masih mengingatkan

tentang ibadah haji. Namun, ibadah haji dalam syair ini disebutkan

bahwa ketika seseorang ingin menunaikan haji maka orang tersebut

haruslah memantap niatnya serta diiringi dengan hati yang ikhlas dan

bersih. Dalam beribadah haji juga diterangkan tidak hanya menunaikan

ibadah haji saja namun juga dapat meminum air zam-zam.

203

Departemen Agama RI, Alquran, Q.S Al-Baqarah/ : 148

177

Air zam-zam merupakan sumber mata air yang jernih yang

mengandung banyak manfaat, air zam-zam juga air yang keluar pada

peristiwa Siti Hajar dan anaknya Ismail As pada saat berlari-lari mencari

air untuk Ismail. Air zam-zam air yang dianggap suci oleh umat Islam di

dunia. Serta dalam bait syair ini juga diterangkan tentang zakat.

Menunaikan haji dengan hati yang bersih disebut juga haji

mabrur yaitu haji yang tidak dikotori oleh dosa, atau haji yang diterima

Allah SWT, yang tidak ada riya, bersih dari segala dosa, penuh dengan

amal sholeh dan kebajikankebajikan.

Haji merupakan ibadah yang spesial. Karena itu, harus

mempersiapkan dengan sebaik-baiknya, mulai dari ilmunya,

kesehatannya, bekal materi atau biayanya, keamanannya, kesiapan

ruhani yang ikhlas, sabar, syukur, tawakal, tawadhu‟ dan semua yang

membekali kesiapan hati untuk haji. Dari semua bekal yang sudah kita

siapkan, maka sesungguhnya bekal terbaik dalam berhaji adalah Taqwa.

Inilah yang akan kita tunjukkan sebagai sebaik-baiknya bekal untuk

ibadah haji.

Haji dimulai dengan memakai ihram. Dua lembar kain putih

yang tidak berjahit dikenakan untuk menutupi aurat. Ihram

mengingatkan bahwa ketika manusia lahir tidak memakai apa-apa karena

manusia lahir dalam keadaan suci. Seseorang yang hendak berangkat haji

harus membersihkan hatinya terlebih dahulu dari semua niat selain

Allah, serta meluruskan niat untuk berhaji karena Allah Swt.

Janganlah sombong karena mampu berangkat haji, karena

sesungguhnya harta dan kemampuan seseorang untuk berhaji adalah

178

pemberian dari Allah Swt. Oleh karena itu, bekali haji dengan hati yang

bersih dan niat yang benar, semata-mata karena panggilan Allah Swt.

Pakaian yang digunakan untuk ibadah haji yaitu kain ihram bahkan tidak

boleh dijahit, hal itu merupakan simbol kesederhanaan. Oleh karena itu,

mengingatkan manusia juga untuk selalu hidup sederhana yaitu tidak

bermewah-mewahan. Janganlah kita sombong dengan pakaian dunia

seperti gelar, pangkat, jabatan, harta benda, kekuasaan dan sebagainya,

semua akan kita tinggalkan. Pribadi yang telah berhaji adalah mereka

yang senantiasa bersih hati, rendah hati, sederhana dan tidak

membanggabanggakan jabatan, pangkat, harta kekayaan dan

kekuasaannya.

Pasti setiap umat muslim yang niat berangkat haji, ada

keinginannya untuk dapat meminum air zam-zam bahkan juga bisa

membawa pulang air zam-zam ke tanah air sebagai oleh-oleh agar dapat

dirasakan oleh seluruh kerabat, teman dan orang terdekat lainnya yang

belum mampu menunaikan ibadah haji.

Air zam-zam adalah air yang disebut oleh umat muslim sebagai

air yang suci. Mata air tersebut ditemukan pertama kali oleh Siti Hajar

setelah berlari-lari bolak-balik antara bukit Shafa dengan bukit Marwah,

atas petunjuk Malaikat Jibril, tatkala Nabi Ismail, putra Siti Hajar

mengalami kehausan di tengah padang pasir, sedangkan persediaan air

tidak ada. Maka Allah mengutus Malaikat Jibril, sesaat setelah Jibril

menghentak kaki yang kemudian sekarang ini menjadi tempat zam-zam

atau sumur zam-zam, ibunda Nabi Ismail menampung air yang mengalir

179

dengan menggali tanah di sekitar keluar air agar air itu tak hilang ketika

Siti Hajar mengambil kantong minumnya.

Dalam bait syair Seudati Aceh ini juga diungkapkan umat Islam

yang ingin melakukan ibadah haji dapat melaksanakannya dengan hati

yang bersih diibaratkan dengan zakat fitrah. Yang mana zakat dalam

umat Islam adalah ukuran atau kadar harta tertentu yang harus

dikeluarkan oleh pemiliknya untuk diserahkan kepada sekelompok

orang-orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu.

Jadi seorang muslim yang telah memiliki harta dengan jumlah tertentu

sesuai dengan ketentuan dan waktu tertentu yaitu satu tahun, wajib

mengeluarkan zakatnya. Oleh sebab itu, hukum dari melaksanakan zakat

adalah Fardhu Ain (wajib bagi setiap orang) bagi oarang yang

mampu.Adapun Tujuan zakat adalah sebagaimana firman Allah dalam

surat At- Taubah ayat 103

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan

zakat itu kamu membersihkan204

dan mensucikan 205

mereka dan

mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)

204

Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta

yang berlebih-lebihan kepada harta benda 205

Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dal am hati

mereka dan memperkembangkan harta benda mereka. Departemen Agama RI,

Alquran , Q.S At-Taubah: 103

180

ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha

mengetahui.

Jadi tujuan Allah memerintahkan umat Islam untuk membayar

zakat adalah agar harta yang dimilikinya menjadi bersih dan suci. Dalam

zakat terdapat hak orang lain, maka dari itu sebagai hambanya untuk

menunaikan zakat, zakat yang harus diberikan berupa beras untuk zakat

fitrah, zakat buah-buahan,zakat perniagaan dan zakat uang. Semuanya

dibayar menurut kadarnya masing-masing. Zakat apabila tidak dibayar

dalam kurun waktu yang ditentukan maka harta yang dimiliki menjadi

kotor dan haram karena tercampur hak orang lain yang dititipkan kepada

orang yang berhak mengeluarkan zakat. Itulah kenapa seorang yang

ingin sekali berangkat haji semata-mata ia mengharapkan karena Allah

Swt, ia mengharap semoga hatinya bersih seperti anak kecil yang baru

dilahirkan atau ibarat kertas putih tanpa ada coretan sedikitpun.

Makna dalam bait syair keenam ini adalah dosa kita ini

diibaratkan seperti air laut, yang lain belum saja surut maka masih juga

ada lagi. Dosa kita juga bisa diibaratkan dengan pohon yang lebat

daunnya. Belum lagi layu yang ada, sudah ada yang lain. Dosa adalah

petaka bagi kehidupan manusia. Karena dosa seseorang menjadi hina

dan rendah dihadapan manusia. Terlebih di mata Allah Swt.

Menurut terminologi, dosa ialah segala sesuatu yang

bertentangan dengan perintah Allah SWT., baik yang berkaitan dengan

181

melakukan sesuatu ataupun meninggalkannya.206

TM Hasbi Ash

Shiddieqy merumuskan dosa adalah pelanggaran terhadap sesuatu

ketentuan Tuhan. Ketentuan Tuhan di sini ialah ketentuan Tuhan yang

hukumnya wajib dikerjakan atau wajib ditinggalkan. Jadi bukan

ketentuan Tuhan yang hukumnya hanya Sunat, Makruh atau Mubah.207

Dosa seringkali membuat hidup terasa tidak nikmat. Dosa pula

yang menjadikan manusia terjebak dalam lingkaran setan yang

terlaknat. Memang manusia tidak terlepas dari dosa baik disengaja

ataupun tidak. Dengan berkubang dalam lembah dosa menjadikan hati

seseorang mati sebelum datang kematian yang sesungguhnya. Dosa

bisa diibaratkan air laut dan pohon dengan dedaunan yang lebat, yaitu

belum lagi meminta maaf atas dosa-dosa yang ada namun sudah datang

dosa lainnya dikarenakan perbuatan diri sendiri.

Umat muslim memandang dosa itu sebagai sesuatu perbuatan

yang dilarang Allah Swt. Dalam Islam setiap manusia lahir dalam

keadaan suci, putih bersih ruhaninya dan tanpa dosa. Kemudian sejalan

dengan perjalanan umur manusia, saat bergaul dengan manusia dan

masyarakat, maka manusia sedikit demi sedikit mengotori ruhaninya

dengan perbuatan dosa. Akibat dari hati yang telah hitam tertutupi oleh

dosa itu menyebabkan seorang itu menganggap biasa atas perbuatan dosa

206

Imam Al-Ghazali, Rahasia Taubat, terj. (Muhammad Bagir, Mizan Media

Utama, Bandung, 2003), 61. 207 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam I, (PT Pustaka Rizki Putra,

Semarang, 2001), 468.

182

yang telah dilakukan dan tidak menyesalinya. Hatinya tidak tergetar lagi

ketika ia melakukan suatu dosa.

Sesungguhnya setiap orang yang melakukan dosa untuk yang

pertama kali maka hatinya akan bergoncang. Fitrahnya yang masih

bersih menolak perbuatan dosa itu dan merasa bersalah. Pelajaran agama

yang ia terima sejak kecil akan membuatnya merasa berdosa dan merasa

bersalah melanggar larangan Allah. Namun syaitan terus datang dan

menggoda dalam hatinya dan meringan-ringankan perbuatan dosa itu

sehingga dia terus-menerus melawan suara hatinya yang masih bersih

itu.

Kemudian dia akan terus melakukan dosa itu sampai suara

hatinya yang masih fitrah menjadi mati, karena hatinya telah tertutup dan

menjadi hitam, sehingga dia tidak merasa bersalah dan bersedih lagi

dengan melakukan dosa. Manusia pada fitrahnya adalah cenderung

kepada kebaikan, namun syaitan selalu datang dan menggoda manusia

untuk berbuat dosa dan pelanggaran. Hati yang telah hitam dan ternodai

dengan perbuatan kotor akan jauh dari Allah bahkan jauh dari agama

Allah Swt.

Manusia dapat membersihkan hatinya dari dosa yaitu dengan

harus merasa menyesal dan minta ampun pada Allah. Manusia itu harus

diingatkan dengan baik agar ia menyadari perbuatan salahnya, menyadari

kesalahannya lalu ia mau meminta ampun pada Allah dan bertaubat.

Kemudian ia harus berusaha membersihkan noda-noda hitam itu dengan

melakukan perbuatan-perbuatan baik dan melaksanakan ibadah-ibadah

yang disyariatkan. Maka hatinya akan dibersihkan kembali.

183

Ibadah dalam Islam sesungguhnya merupakan usaha untuk

memelihara kebersihan hati, dan menjadikannya lembut dan peka, juga

membersihkannya dari kotoran. Seperti Ibadah shalat juga merupakan

sebagaimana manusia berkomunikasi dengan Tuhannya, beserta ibadah

lainnya. Dosa dalam Islam adalah perbuatan buruk yang dilakukan

dengan sengaja sehingga menyebabkan dirinya kotor dan berdosa. Dosa

tidak saja akan berakibat terhadap hati individu pelakunya, namun juga

secara nyata terhadap individu itu diri sendiri maupun terhadap

masyarakat. Perbuatan dosa dilarang karena bersifat merusak dan

menghancurkan.Sebab itu, jauhilah perbuatan-perbuatan keji yang telah

dilarang Allah Swt, karena itu akan merusak diri sendiri.

184

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dipaparkan

dalam bab-bab sebelumnya, maka pada bab penutup ini, diutarakan

beberapa kesimpulan yaitu Latar belakang timbulnya tradisi tari

Seudati masyarakat Aceh di Kota Peureulak. Pada awalnya Seudati

muncul di Kabupaten Pidie pada masa sebelum masuknya Islam ke

Aceh, kemudian melalui pertunjukan yang berpindah-pindah dari satu

daerah ke daerah lainnya.

Tarian seudati sebagai media dakwah sudah pernah

menunjukkan peran penting sebagai media dakwah dalam proses

sosialisasi ajaran Islam kepada masyarakat di sana. Kehadiran seni tari

merupakan ekspresi dari adanya budaya kreatif sekaligus menjadi

jawaban cerdas terhadap tuntutan jaman dalam menghadirkan media

Dakwah yang adaptif dan solutif. Bentuk dakwah yang disampaikan

dalam syair seudati ada empat bentuk. Yang pertama syair “ Saleum

aneuk syahie dan saleum rakan” penyampaikan pesan dakwah dalam

bentuk nasehat. Kedua syair “ Kisah” penyampaian dakwah dalam

bentuk nasehat menghormati orang tua dan guru. Ketiga syair “ Sya‟i

Panyang” pesan yang disampaikan berupa dakwah Ibadah. Keempat

syair “Lanie” dakwah yang mengandung pesan mengenai Hubbul

Wathon tentang pemuda yang mencintai negerinya.

Penciptaan Syair Seudati ini dari berbagai sumber, yang

pertama dari alquran dan hadist, hikayat Aceh (Prang Sabie) dan

185

spontanitas, dan ketiga hal tersebut sangat bergantung kepada Aneuk

Syahie karena Aneuk Syahie harus bisa menyampaikan Syair Seudati

sesuai dengan Kondisi tarian Seudati di tampilkan. Dan syarat untuk

menjadi Aneuk Syahie selain suara yang bagus juga harus memiliki

wawasan yang luas.

Adapun pendapat masyarakat mengenai Syair Seudati sekarang

adalah terbagi kedalam tiga golongan. Pertama menurut Ulama Aceh

Syair Seudati sekarang tidak mengandung nilai dakwah dan hanya

focus kepada nilai seninya saja. Kedua golongan pemangku Adat

penampilan seudati hampir punah disebabkan beberapa faktor

diantaranya tidak mendapat dukungan dari tokoh ulama, yang

menganggap seudati sekarang tidak lagi menyampaikan nilai-nilai

dakwah, sehingga terhambat untuk berkembangnya seudati. Ketiga

menurut Pelaku seni perkambangan tari Seudati sudah mulai menurun

hal ini disebabkan beberapa aspek, yang pertama tarian seudati kurang

diminati oleh kaum muda karena dianggap ketinggalan zaman, dan

pelaku seni sendiri sudah tua. Kedua pemerintahan sudah tidak

diperdulikan oleh pemerintah.

B. Saran

Penulis berharap kajian hermeneutika dapat menjadi khasanah

berkembangnya ilmu pengetahuan komunikasi. Sejalan dengan hal itu,

kajian hermeneutika tersebut bukan hanya berguna untuk penelitian,

tetapi lebih kepada berguna untuk ilmu pengetahuan yang berhubungan

dengan ilmu pengetahuan lainnya.

186

Kepada pemerintah daerah provinsi Aceh, hendaknya dalam

menjalankan roda kepemimpinannya tidak hanya memperhatikan tata

letak suatu pembangunan melainkan dari segi kreatifitas seni dan

budaya juga perlu dapat perhatian khususnya Seudati. Karena, Seudati

salah satu kesenian Aceh yang pernah menjadi sebagai media dalam

menyebarkan Islam di Aceh.

Kepada pemerintah daerah provinsi Aceh, khusususnya Dinas

Pendidikan dan kebudayaan, terus memperhatikan dan melestarikan

kesenian Aceh, yaitu Seudati dengan memberi pelatihan dan workshop

untuk masyarakat dalam pengembangan Seudati kepada generasi

selanjutnya. Kepada pemerintah provinsi Aceh terus bekerja sama

dengan lembaga-lembaga terkait supaya memberi peningkatan kepada

pelatih Seudati.

Kepada pemerintah daerah provinsi Aceh, ulama, mukim dan

tokoh masyarakat memberikan konstribusi lebih baik terhadap

pengembangan Seudati di Aceh, supaya dapat dilestarikan dan di

mainkan malam hari dengan batas-batas tidak melanggar syariat Islam.

Kepada pemerintah provinsi Aceh, khususnya Majelis Adat

Aceh terus menjaga adat dan budaya dan kesenian Seudati agar tetap

terjaga dan terus meningkatkan kesenian Seudati dalam pertunjukan.

Di harapkan tesis ini dapat menambah informasi dan kostribusi

bagi komunikasi Islam khususnya dan juga bagi para mahasiswa pasca

sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah sebagai bahan

rujukan atau referensi dalam mengkaji suatu penelitian.

187

187

DAFTAR PUSTAKA

A.W. Munawir, 1997. “Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia

Terlengkap.” Surabaya: Pustaka Progresif.

Abdullah, 2012. “Dakwah Kultural dan Struktural.” Bandung.

Citapustaka Media Perintis.

Ahmad, Abd. Aziz, “Dakwah, Seni dan Teknologi Pembelajaran.”

Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri

Makassar.

Amiruddin Hasbi, 2007. “Ulama Dayah Pengawal Agama Masyarakat

Aceh.” Lhokseumawe. Nadia Foundation.

Anas Ahmad, 2006. “Paradigma Dakwah Kontemporer.” Semarang.

Wali Songo Press IAIN Walisongo

Arifin, 2004. “Psikologi Dakwah.” Jakarta. Bumi Aksara.

Arifin, Anwar 2011. Dakwah Komporer Sebuah Studi Komunikasi,

Yogyakarta: Graha Ilmu. Aripudin, 2011. “Pengembagan Metode Dakwah: Respons Da‟i

Terhadap Dinamika Kehidupan di Kaki Ceremai.”

Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Asy Syaikh Shalih Fauzan bin Fauzan bin Abdillah al Fauzan, Jawab

Tuntas Masalah Manhaj al ajwibah al mufidah an as

alatil manahij al jadidah, Yogyakarta: Pustaka Al-

Haura

Atjeh Aboebakar, 1970. “Aceh dan Sejarah Kebudayaan Sastra.”

Semarang.Ramadan.

Ayang Utriza Naway., 2009 “Adakah Penerapan Syari`at Islam di

Aceh” Banda Aceh: Tikar Pandan

Basit Abdul, 2006. “Wacana Dakwah Kontemporer.” Yogyakarta.

STAIN Purwokerto Press.

Basral , Akmal Nasery, 2013. Napoleon dari Tanah Rencong, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Bertens, 2001. Filsafat Barat Kontemporer Prancis, Yogyakarta:

Penerbit Kanisius. 187

188

BPS Kabupaten Aceh Timur, 2016 Peta Administrasi Kabupaten Aceh

Timur: RTRW Tahun , Diunduh Pada Tanggal 15 Juli 2

Burhan Bagin, 2003 “Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman

Filosofis Ke Arah Penguasaan Model Aflikasi”

Jakarta: Raja Grafindo Persada

Danesi, Marcel 2004. “Pesan, Tanda, dan Makna.” Yogyakarta.

JALASUTRA.

Daryanto, 2011. Ilmu Komunikasi 1, Bandung: PT. Sarana Tutorial.

Depdikbud, 1998. “Pentas Sastra.” Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa.

Departemen Agama RI, Alquran

E.Sumaryono, 1999. “Hermeneutika sebuah metode filsafat.” Depok.

PT kanisius.

Eagleton, Terry, 2006. “Teori Sastra: “Sebuah Pengantar

Komprehensif, Harfiah.” Yogyakarta. Jalasutra.

Ghazali Adeng Muchtar i, 1997. “Pemikiran Islam Kotemporer : Suatu

Refleksi Keagamaan dan Dialogis.” Bandung. Mizan.

Hadari Nawawi, 2007 “Metode Penelitian Sosial” (Yogyakarta: Gajah

Mada University Press. Hadi, Abdul, 2014. “Hermeneutika Sastra Barat & Timur.” Jakarta.

Sadra Pres.

Hamdju, Atan. 1987 “Buku Pengetahuan Seni Musik” Jakarta: PT.

Mutiara Sumber Widya.

Hamzah Ya'kub, 1973. “Publisistik Islam Seni dan Tehnik Dakwah.”

Bandung. CV. Diponegoro. Harjani Hefni, 2015 “Komunikasi Islam” Jakarta: PrenadaMedia Group

Haryatmoko, 2002. “Memahami Diri Lebih Baik: Hermeneutika

Menurut Paul Ricoeur.” Jakarta: Kompas.

189

Hasyimi Ali, 1983, “Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah”. Jakarta:

Beuna 15

Hermaliza Essi, 2014. “Seudati Aceh.” Aceh. Balai Pelestarian

Budaya.

Hermintoyo, M. 2003. Simbol Naturalis dalam Lirik Lagu Populer

Indonesia. Yogyakarta: PIBSI UNY.

Hurgronye,C.Snock,1894. The Atjeher Part II, Leiden: E.J. Brill.

Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Miswari, 2017 “Rekonstruksi Identitas

Konflik Kesultanan Peureulak”. Jurnal, Langsa : IAIN

Zawiyah Cot Kala Langsa. J.R raco, 2008. “Metode Penelitian Kualitatif.” Jakarta. Grasindo.

Jane Stokes, 2006. “How To Do Media and Cultural Studies: Panduan

Untuk Melaksanakan Penelitian Dalam Kajian Media

dan Budaya.” Yogyakarta. Bentang Pustaka.

Jean-Louis Michon, 2003. “Musik dan Tarian Suci dalam Islam.”

Bandung. Mizan.

K. Prenc.M, 1969. “Kamus Latin Indonesia.” Yogyakarta. Kanisius.

Khalaf Abu Wahab,. “Ilm Ushul Fiqh :Dakwah Islamiyah Syabab.”

Mesir. Al Azhar.

Kunto, A.A.. 1999. “Mata Rantai Hedonisme. Kecil Bahagia, Muda

Foya-foya, Tua Kaya-raya, Mati Maunya Masuk Surga”.

Yogyakarta: Kanisius .

L.K. Ara, “ Indonesia Ensiklopedi” Jilid V. Jakarta. PT. Ikhtiar Baru -

Van Hoeve.

Lexy J. Moleong, 1994. “Metodologi Penelitian Kualitatif.” Bandung.

PT. Remaja Rosdakarya.

liliweri, Alo 2011. “Komunikasi Serba Ada serba makna.” Jakarta.

Kencana.

Luxemburg, 1984, Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia

190

M. Arifin Amin, “MONISA : Dalam Lintas Sejarah Bangsa.”

Sekretaris Yayasan Monisa : Aceh Timur, 2015.

Mahfud, 1970. “Hidayah Al-Mursyidik: terj.” Yogyakarta. Usaha

Penerbit Tiga.

Masri Singarimbun, 1989. “Metodelogi Penelitian Survai” Jakarta :

LP3ES.

Masykurotus Syarifah, “Budaya Dan Kearifan Dakwah.”Al-Balaghah.

Jurnal dakwah dan komunikasi.

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, 1992 “An Expended

Source Book: Quality Data Analysis, Qualitative, terj.

Tjetjep Rohendi Rohid, Analisis Data Kualitatif:

Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru”.

Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Moh. Ali Aziz, 2004. “Ilmu Dakwah” Jakarta. Kencana Prenada Media

Group.

Mohd. Harun, 2009. “Memahami Orang Aceh.” Bandung. Cita Pustaka

Media Perintis.

Morrisan, 2013. “Teori Komunikasi.” Bogor. Ghalia Indonesia.

MPU ACEH, 2013. “Seni Budaya dan Hiburan Lainnya dalam

pandangan syariat Islam.” Banda Aceh. MPU Aceh.

Muh. Tahir, 2011. “Pengantar Metodologi Penelitian.” Makassar.

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Muhammad Abu Zahrah, “Ushul Fiqh Dar Al-fik al- „arab.” Libanon.

Muhammad al-Tahir ibn „Asyur, 1984. “Tafsir al-Tahrir wa al

Tanwir.” Juz. XXVI. Tunis. Al-Dar Al-Tunisiyah.

Muhammad Husein Az Ziyat, “Tarikhul Adabil Arabi.” Kairo. Darun

Nahdlah, t.t.

Muhammad Ikhsan, 2012 “Implementasi Pembangunan Dalam

Pengembangan Pariwisata Islami Di Kota

Lhokseumawe” Medan: IAIN Sumatera Utara. Muhammad Syukri, 2006 “Hermeneutika Ilmu Sosial.” Yogyakarta:

Kreasi Wacana terjemahan Recoeur, 1981.

191

“Hermeneutics and the human scince.” Cambrige:

Cambrige University Press.

Mulyana Dedy, dkk., 2005. “Komunikasi Antar Budaya.” Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2005.

Museum Nasional, 1988. “Mengenal Aneka Ragam Tulisan Daerah di

Indonesia.” Jakarta. Direktorat Museum : Ditjen

Kebudayaan Departemen P dan K.

Nana Syaodih Sukmadinata, 2009 “Metode Penilitian Pendidikan”

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nazir, Mohammad. 1988, “Metode Penelitian” Jakarta: Ghalia

Indonesia

Nusa Putra dan Santi Lisnawati, 2012 “Penelitian Kualitatif

Pendidikan Agama Islam” Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Oemar Amin Hoesin, 1975. “Kultur Islam.” Jakarta: Bulan Bintang.

Philip K. Hitti, 2013. “History of Arabs Rujukan Induk dan Paling

otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam.” Jakarta.

Serambi Ilmu Semesta.

Pimay Awaludin, 2005. “Paradigma Dakwah Humanis: Strategi dan

Metode Dakwah Saefudin Zuhri.” Semarang. Rasail.

Poespoprodjo, W, 2004. “Hermeneutika.” Bandung. Pustaka Setia.

Pradopo, Rachmat Djoko.2002, Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gaja

Mada University Press

Pusat data dan Statistik pendidikan dan kebudayaan (PDSPK), 2016

“Analisis Kearifan Lokal Ditinjau Dari Keragaman

Budaya” RI : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Putuhena, M. Shaleh, 2007 “Historiografi Haji Indonesia” Yogyakarta:

LkiS

Rachmat Kriyantono, 2012. “Teknik Praktis Riset Komunikasi.”

Jakarta. Kencana.

192

Radita Gora, 2012. “Hermeneutika Komunikasi.” Yogyakarta.

Deepublish.

Rahardjo, Mudjia, 2007. “Hermeneutika Gadamerian: Kuasa Bahasa

dalam Wacana Politik Gusdur.” Malang. Universitas

Islam Negeri - Malang Press.

Rakhmat,Jalaluddin 2004. “Metode Penelitian Komunikasi.” Bandung.

PT Remaja Rosdakarya.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004 “Teori, Metode, dan Teknik Penelitian

Sastra,” Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rechad West dan Lynn H. Tunner , 2010. “Pengantar Teori

komunikasi : Analisis dan Aplikasi.” Jakarta. Penerbit

Salemba Humanika.

Richard E. Palmer, 1969. “Hermeneutics : Interpretation Theory in

Schleermacher, Dilthey, Heideger, and Gadamer.”

Evastton : Northwestern University Presss.

Ricoeur Paul, 1981“Paul Ricoeur Hermeneutics and The Human

Sciences.” English. Cambrige University Press.

Rusdi Sufi, Agus Rudi Wibowo, 2007 “Rajah Dan Ajimat Pada

Masyarakat Aceh”. Banda Aceh: Badan Perpustakaan

Provinsi NAD. Saifudin Anshari, , 1969. “Pokok Pokok Pikiran Tentang Islam.”

Bandung. Pelajar.

Siti Muriah, 2000. “Metodologi Dakwah Kontemporer.” Yogyakarta.

Mitra Pustaka.

Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Suharsimi Arikunto, 1997 “Prosedur Penelitian” Jakarta: Rineka Cipta.

Suhelmi, 2004. “Apresiasi Seni Budaya Aceh.” Banda Aceh. Ar-Raniry

Press.

Sumaryono, E. 1999. Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat

Yogyakarta: Kanisius.

193

Supriyono, J, 2004. “Mencari Identitas Kultur Keindonesiaan dalam

Hermeneutika Pascakolonial: Soal Identitas . Mudji Sutrisno

dan Hendar Putranto (ed.).” Yogyakarta;Yayasan Kanisius.

Susanto, Mikke, 2002. “Diksi Rupa: Kumpulan Istilah Seni Rupa.”

Yogyakarta. Kanisius

Suyuthi, 1996 “Al-Jami‟us Shagjie” Jilid V Surabaya: Bina Ilmu Syaikh Abdullah Al Fauzan, 1432 H “Minhatul „Allam fii Syarh Bulughil

Marom” Cet I, Dar Ibnul Jauzi.

Syamsuddin Ishak, dkk, 1986/1987 “Ensiklopedi Musik Dan Tari

Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh” Banda Aceh: Pusat

Penelitian Sejarah Dan Budaya .

Syamsul Rijal, Iskandar Ibrahim., 2009 Implementasi Syari‟ah Dalam

Seudati Aceh, Banda Aceh: Badan Arsip dan Perpustakaan

Aceh.

T. Alibansjah Talsya, 1972. “Atjeh Jang Kaja Budaya.” Banda Atjeh.

Pustaka Meutia.

T. Syamsuddin M. Nur Abbas, 1981 “Reuncong” Banda Aceh: Proyek

Rehabilitasi dan Perluasan Museum

Usman Abdul Rani, dkk, 2009. “Budaya Aceh.” Banda Aceh. Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.

Winaryo Surakhmad, 1990 “Pengantar Penelitian Ilmu Dasar Metode

dan Teknik” Bandung: Tarsito.

Winaryo Surakhmad,1980. “pengantar Penelitian Ilmiah.” Bandung:

Tarsito.

Yantos, 2013. “Analisis Pesan-Pesan Dakwah Dalam Syair-Syair Lagu

Opic.” Jurnal. RISALAH Vol. XXIV.

Yusuf Al-Qardlawy, Pen. Tim. “Nasyid Versus Musik Jahiliyah.”

Kairo. Mujahid Press, Cet 1.

Zakaria Ahmad, 1982. “Petunjuk Singkat Meseum Negeri Aceh.” Banda

Aceh. Konikklijk Instituut.

Zakaria Ahmad, 2008. “Sejarah Perlawanan Aceh Terhadap

Kolonialisme dan Imperialisme” Banda Aceh. Pena.

194

Thesis/ Skripsi/ Jurnal :

Abdul Wachid B.S, 2006. Hermeneutika Sebagai Sistem Interpretasi

Paul Ricoeur Dalam Memahami Teks -Teks Seni

Jurnal STAIN : Purwokerto

Acep Iwan Saidi, 2008. “Hermeneutika, Sebuah Cara Untuk

Memahami Teks.” Jurnal Sosio Teknologi Edisi 13.

Anggun Herliyani, 2015. “Analisis Semiotika Gerak Dasar dan

Properti pada Kesenian Incling Krumpyung “Langen

Bekso Wiromo” di Gunung Rego, Hargorejo, Kokap,

Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa

Yogyakarta.” Skripsi. Yogyakarta.

Cut Ayu Mauidhah, Thesis, 2017 “Pesan-Pesan Komunikasi Islam Dalam

Tarian Tradisional Seudati Aceh (Analisis Semiotika)”

Medan : Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sumatera

Utara.

Eko A Meinarno, dkk., “Apakah Gosip Bisa Menjadi Kontrol Sosial?”

Jurnal: Psikologi Pitutur

Fahmi Salim, 2010 “Kritik terhadap Studi Al-Qur‟an Kaum Liberal”

Jakarta: Pespektif.

Fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama., 2013. No. 12 Tahun 2003,

“Seni Budaya dan Hiburan Lainnya dalam

pandangan Syariat Islam.” Banda Aceh : MPU.

Haidir Rachman, 2013. Sastra Indonesia, Hermeneutika, Semiotika,

Kompor Meleduk, Benyamin Sueb,. Diakses melalui web

www.academia.edu/3432290/kajian_hermeneutika_teks_lagu_k

ompor_meleduk_karya_benyamin_sueb

Hamid Fahmy Zarkasyi, 2006. “Hermeneutika Sebagai Produk

Pandangan Hidup.” dalam Kumpulan Makalah

Workshop Pemikiran Islam Kontemporer, IKPM

cabang Kairo.

195

Hasan, Ridwan., 2013. “ Seni Seudati: Media Edukasi Sufistik.” Jurnal

: Vol 13.

Khairil Fazal, 2017. “Tradisi Tari Seudati Masyarakat Kota

Lhokseumawe Aceh.” Pascasarjana Universitas Islam

Negeri Sumatera Utara.

Lathifatul Izzah el Mahdi: 2007 Hermeneutika-Fenomenologi Paul

Ricoeur Jurnal Yogyakarta: Program Agama dan

Filsafat Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

Nawafik, Achmad, 2016. “Dakwah Melalui Seni : Studi Kasus

Kesenian Tradisional Ludruk Pada Masyarakat

Giligenting Kabupaten Sumenep.” Masters thesis,

UIN Sunan Ampel Surabaya.

Nurliana, 2013. Tesis “Pola Komunikasi Tokoh Adat Dalam

Mensosialisasikan Budaya Tari Ula-Ula Lembing Di

Kabupaten Aceh Tamiang”. Medan: IAIN Sumatera

Utara.

Nursapia Harahap, 2011,. Analytica Islamica,Jurnal. Medan: UINSU,

Nuyten, Ronald. 1994. Pengaruh Teknik Pengajaran dan Kepekaan

Terhadap Musik Pada Hasil Belajar Struktur Bahasa

Jerman Mahasiswa Strata Satu Program Studi Bahasa

Jerman FPBS IKIP Jakarta, (esis: Program Pasca

sarjana IKIP Jakarta Qommarudin Awwam, 2014, Air Mata Syahadat (Tanggerang: Cakrawala

Nusantara Group

Ramziati Taufika, 2013, Pesan Pesan Dakwah Dalam Seni Tari:

Kajian Terhadap Syair dan Gerak Tari Seudati dan

Rateb Meusekat (Tesis), (Banda Aceh: IAIN Ar-

Raniry.

Rochanah, 2017, Jurnal Arabia, Vol 9 No.2. “Menumbuhkan Sikap

Hubbul Wathon Mahasiswa Stain Kudus Melalui

Pelatihan Belanegara”. Syukri, 2012, Disertasi. “Peranan Ulama Dalam Rehabilitasi dan

Rekonstruksi Aceh Medan: IAIN Sumatera Utara. Lihat juga Syukri,

Ulama Membangun Aceh: Kajian Tentang Pemikiran, Peran

Strategis, Kiprah, dan Kesungguhan Ulama Dalam menentukan

196

Kelangsungan Pembangunan Dan Pengembangan Syari‟at Di Aceh,

Medan: Perdana Mulya Sarana.

Zaharah, 2005. “Fungsi dan makna Syair Tari Seudati pada

Masyarakat Aceh Tamieng.” Skripsi. Universitas

Syiah Kuala, Fakultas FKIP.

WEB :

CNN Indonesia, “Sepanggal kisah tari Seudati-Inside Indonesia”

Video Youtube Rapai.uui-store.web

Atjeh, Aceh dan Sejarah Kebudayaan.or.id

Almanhaj.or.id/404-keutamaan-berbakti-kepada-kedua-orang-tua-dan-

pahalanya.

Atjeh, Aceh dan Sejarah Kebudayaan.or.id

Https://lirik.kapanlagi.com/artis/winner/kesaktianmu

Wacana.co/2015/09/seudati

LAMPIRAN

Wawancara dengan Kasubbag dinas kebudayaan Aceh Timur

Kantor Dinas Pendidikan dan kebudayaan Aceh timur

Selesai wawancara dengan Syeikh Faj “ Syeikh Tari Seudati Kota Peureulak Aceh Timur”

Wawancara dengan Abu Bakar AR ketua MAA Aceh dan (Aneuk Syahie)

tarian Seudati kotaPeurelak

Makam kesultanan raja pertama di Peureulak