Majalah Pesan Dari alam, Edisi No 9

60
1 Pesan dari Alam EDISI 9 Tahun VI Juli - Desember 2013

Transcript of Majalah Pesan Dari alam, Edisi No 9

1Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

2 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Visi:Misi utama Orangutan Foundation International adalah membantu usaha pelestarian dan memberikan pemahaman, bahwa orangutan dan hutan hujan tropis sebagai habitatnya serta melakukan perawatan terhadap orangutan sitaan dan dikembalikan ke alam yang berupa hutan tropis.

Tentang OFI & YOIK:OFI merupakan organisasi nirlaba yang bergerak di bidang pelestarian orangutan dan habitatnya. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh OFI antara lain: Program Penelitian dan Pelestarian Orangutan, Patroli yang dilakukan oleh masyarakat, Program di Suaka Margasatwa Lamandau, Program Pemugaran Hutan, Perawatan dan Karantina, Perlindungan Orangutan di Amerika Bagian Utara, Pendidikan konservasi, Sepekan Penyuluhan orangutan, Memberikan beasiswa, Program tour, Program relawan dan program GIS.

PESAN DARI ALAMISSN: 2085-3203

Diterbitkan oleh:Orangutan Foundation InternationalYayasan Orangutan Internasional Kalimantan

Alamat Redaksi:Jl. Tebet Barat Dalam VI A No. 9Jakarta, 12810Telp/Fax: 62-21-8291189Wab site: www.orangutan.org

Jl. Hasanuddin, Gang Orangutan No 10Pangkalan Bun, 74112Telp: 0532-24778,Fax: 0532-27506

Pemimpin Redaksi: Prof. Dr. Biruté Mary GaldikasRedaksi Pelaksana: Edy H. WahyonoStaf Redaksi: Renie Djojoasmoro, Christian Simanjuntak, Bohap Bin Jalan, Fajar Dewanto, Robert Ferdinand, Drh. Popowati, Drh. Prima, dan Tomin.Desain Tata Letak: Eko WahonoFoto: Dokumentasi Orangutan Foundation International (Fajar Dewanto, Renie Djojoasmoro, Edy Hendras W)Distributor: Jhoni Apriyanto

Pesan dari Alam, diterbitkan oleh Orangutan Foundation International, sebagai Media Informasi dan Komunikasi, mengenai orangutan, hutan sebagai habitatnya, flora dan fauna, dan masyarakat yang ada di pinggiran hutan.

Redaksi menerima tulisan dari berbagai kalangan masyarakat yang mempunyai tema pelestarian alam dan lingkungan, baik berupa penelitian, pendidikan dan usaha lain yang mendukung.

3Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Alam di sekitar kita telah menerima akibat dari ulah manusia yang mengabaikan kesejahteraannya

dengan pola pemanfaatan yang berlebihan. Kerusakan lingkungan dan pencemaran lingkungan semakin meningkat seiring dengan terus berkembangnya peradaban manusia dan pemenuhan kebutuhan hidup. Kini, ketika kualitas hidup mulai terasa semakin menurun, bumi mulai terasa sesak, dan kapasitas alam mulai menyentuh batas jenuhnya, masyarakat mulai menaruh perhatian pada topik-topik sekitar alam.

Salah satu masalah pelestarian alam dan lingkungan hidup adalah berkurangnya keanekaragaman hayati dan menurunnya kwalitas lingkungan di seluruh penjuru dunia. Manusia senantiasa membutuhkan sumber daya alam, tanpa melakukan pemanfaatan dan pengelolaan yang bijaksana. Ratusan ribu spesies terancam dan menuju kepada kepunahan, dalam jangka waktu yang sangat singkat dalam sejarah hidup menusia.

3Pesan dari Alam

Menyiapkan Generasi PenerusUsaha untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan mempertahankan kualitas lingkungan hidup yang seimbang dalam segala bentuk belum mencapai hasil yang memuaskan. Kualitas lingkungan dan kehidupan manusia terus turun akibat ulahnya sendiri.

OFI yakin, bahwa pendidikan adalah investasi masa depan yang perlu ditanamkan ke satiap siswa sekolah, kepada anak dan generasi muda. Hal inilah yang selama ini dilakukan oleh OFI yang memiliki slogan penelitian, pelestarian dan pendidikan.

Salah satu penyebab ulah manusia yang tidak peduli itu, adalah ketidaktahuannya mengenai peran keanekaragaman hayati dan perlunya pelestarian lingkungan hidup untuk menopang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, pendidikan pelestarian (konservasi) alam dan lingkungan hidup harus segera diperkenalkan sedini mungkin dan berkesinambungan kepada masyarakat luas baik formal maupun informal, melalui program keliling dan mengunjungi kelompok sasaran di lapangan. Semoga !

Pesan Dari aLaM

4 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

PESAN dari ALAMEdisi 9 Tahun VI, Juli – Desember 2013 ISSN: 2085-3203

Pesan dari Alam Menyiapkan generasi penerus ... hal 3

Dari KarantinaDari Karantina Ke Camp PelepasliaranCerita tentang kehidupan anak-anak yatim piatu, yaitu orangutan di OCCQ (Orangutan Care Center and Quarantine) Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, tak akan ada habisnya. Ada saja cerita yang unik, lucu, menggemaskan selama menjalani proses karantina sebelum dilepas liarkan ke alam bebas ........................................................ hal 7

Dokter Where are You? ..... hal 10

Anak Kembar .......................... hal 14

Pendidikan LingkunganPendidikan adalah Investasi Masa Depan OFI melakukan pendidikan lingkungan kepada siswa sekolah yang ada di sekitar kawasan konservasi atau daerah yang masih memiliki flora dan fauna penting........................................ hal 16

Pendidikan Lingkungan oleh APPTak hanya siswa sekolah yang menjadikan target pendidikan lingkungan, namun juga masyarakat ...................................... hal 17

Metode Pendidikan Konservasi untuk Anak Sekolah .................. hal 20

Training SMART ........................... hal 22

7 14

1610

5Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Laporan KhususInternational Ecotourism Biusiness ForumPertemuan antara pelaku bisnis ekowisata internasional dan nasional untuk berbagi pengetahuan ................................... hal 24

Mengunjungi Desa Wisata Sei Sekonyer ..................................... hal 30

Candle Light Dinner di Area Nipah .................................. hal 31

Kabar AlamMenyelamatkan yang TerjebakTeam Rescue menyelamatkan orangutan yang terjebak di perkebunan ........... hal 32

17

24

32 30

40 56

Konflik Satwa dan Manusia..... hal 34Belajar dari Pengalaman.......... hal 34

Laporan PerjalananMenyinggahi Hulu AmazonAlam dan hutan di hulu Amazon, tak jauh beda dengan hutan dataran rendah yang ada di Sumatera dan Kalimantan .... hal 40

Menjelajah Heart of Borneo.... hal 48

Kabar EkowisataPengembangan Paket Wisata . hal 52Pariwisata Berkelanjutan ......... hal 53Jasa Lingkungan ....................... hal 54Kegiatan Jasa Lingkungan ..... hal 55Konsep Tri Hita Karana ............ hal 56

6 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

dari KARANTINA

Ke CaMPPeLePasLiaran

Dari karantina

7Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Cerita tentang kehidupan anak-anak yatim piatu, yaitu orangutan di OCCQ

(Orangutan Care Center and Quarantine) atau Pusat Perawatan dan Karantina Orangutan yang ada di Desa Pasir Panjang, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, tak akan ada habisnya. Ada saja cerita yang unik, lucu, menggemaskan selama menjalani proses karantina sebelum dilepas liarkan ke alam bebas. Para petugas yang mengasuh, sudah memiliki anak asuh tersendiri, dan juga dari pagi hingga petang, mengawasi semua perilaku dan kesehatan. Sehingga benar-benar diawasi selama dalam proses perawatan di karantina.

Para pengasuh anak-anak orangutan ini sudah mempunyai SOP sendiri dalam menjalankan tugasnya. Pagi hari setelah membersihkan kandang, memberi makan atau obat-obatan termasuk vitamin yang dianjurkan oleh tim dokter, petugas membawa anak asuh mereka ke hutan, untuk belajar hidup mandiri.

Anak-anak asuh yang berada di OCCQ, dibilang cukup banyak, lebih dari 300 yatim piatu yang ada di sana. Khususnya bagi anak-anak orangutan yang masih kecil, dan memerlukan perawatan dan pengawasan khusus, yang diasuh oleh pengasuh tertentu.

Pengasuh hafal nama-nama anak orangutan yang menjadi tanggung

jawabnya. Demikian pula anak-anak orangutan ini juga tahu, mana “ibu pengasuhnya”. Sepertinya sudah ada ikatan bathin antara pengasuh dan yang diasuh.

Terkadang ada anak orangutan yang menangis, teriak, diberi makan oleh orang lain selain pengasuh, tidak mau. Diberi minum susu menolak. Digendong oleh orang yang bukan pengasuh, menghindar. Mereka hanya mau digendong oleh pengasuhnya.

Tak kecuali pada saat dilepas di hutan, mereka bebas bergelantungan, bergerak dari dahan yang satu ke dahan yang lain,

8 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

dari KARANTINA

belajar membuat sarang, memilih, memilah makanan yang ada di alam. Semua mereka lakukan bersama dengan anak-anak orangtan lain.

Masa-masa anak-anak, baik manusia ataupun kera merah ini, adalah bermain, dan bermain. Karena dengan bermain ini, merupakan sebuah proses pendewasaan, selama dalam waktu karantina, sebelum dilepas bebas ke alam.

OFI terus mencari dan mencari kawasan hutan yang layak untuk melepas liarkan orangutan. Karena OFI sejak tahun 1995, sudah tidak

lagi melepaskan liarkan orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting. Walau kini di kawasan itu banyak anak-anak orangutan, mereka sudah kelahiran di kawasan konservasi itu.

Akhirnya mendapatkan kawasan hutan bekas HPH, di daerah Lamandau, dengan berbagai upaya OFI, kawasan tersebut menjadi Suaka Margasatwa Lamandau.

Namun orangutan terus bertambah dan bertambah, akhirnya dengan berbagai upaya, OFI bekerja sama dengan SMART dan APP (perusahaan di bawah naungan Sinar Mas), dan mendapatkan dukungan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, mendapatkan hutan, sebagai lokasi pelepasliaran.

Pekerjaan dalam menyiapkan orangutan yang siap untuk dilepasliarkan, bukanlah pekerjaan yang mudah. Penuh kesabaran, penuh kasih sayang dan perhatian. Bahkan terkadang melebihi anak-anak kita sendiri. Apa lagi bila kita menerima orangutan yang masih bayi, dan tentu perlu perawatan, hingga siap dilepas liarkan, sampai berumur 7-8 tahun. Dalam jangka waktu itu, tentu memerlukan tenaga, waktu dan dana yang tidak sedikit.

Timbul masalah yang baru bila sudah siap dilepas liarkan, yaitu “dimana mereka akan dilepas”. Tentu OFI juga tidak akan memelihara, merawat terus-terusan

9Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

di dalam kadang. Melepaskan pada proses kemandirian di hutan sekitar OCCQ, pagi hingga sore, hanyalah pada orangutan yang belum siap untuk dilepasliarkan ke alam. Sedangkan orangutan yang sudah siap, hanya menanti dan menanti, kapan dan dimana akan dilepas untuk hidup pada hutan tropis yang mendukung utnuk makanan dan aman dari perburuan.

Pelepasan terus dilakukan di lokasi yang baru ini. Pengawasan, pemantauan terhadap orangutan yang dilepasliarkan terus diamati. Meyakinkan bahwa apakah mereka dapat liar mencari makan sendiri di alam, ataukan masih kembali dan ketergantunag terhadap makanan yang diberikan.

Sebanyak 32 orangutan yang dilepas, hampir semua dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang baru. Karena beberapa orangutan yang dilepas adalah jantan. Berdasarkan pengalaman lebih dalam 40 tahun menangani pelepasliaran orangutan, jantan lebih cepat pergi ke hutan untuk hidup.

Namun banyaknya orangutan di OCCQ, tidak mungkin kawasan di Seluang Mas ini akan dapat menampung semua orangutan yang ada. Sehingga masih terus mencari dan mencari sisa hutan yang masih layak untuk dijadikan lokasi pelepasliaran orangutan.

10 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Secuil, sebuah kisah melakukan perawatan orangutan bekas sitaan. Kegiatan perawatan ini merupakan cikal bakal dalam pendirian Orangutan Conservation Centre and Quarantine yang telah dimiliki oleh Orangutan Foundation International (OFI). yang didirikan tahun 1997.

Waktu itu ada sekitar 25 ekor orangutan yang ada di karantina, belum

lagi di Tanjung Harapan, Beguruh dan di Camp Leakey. Semuanya perlu pengawasan baik yang besar ataupun yang masih bayi, yang sudah liar kadang kembali ke camp atau yang masih di dalam perawatan. Pekerjaan rutin dilakukan setiap hari oleh semua karyawan.

Membersihkan kandang, mengobati yang masih sakit, memberikan vitamin bagi yang dalam perawatan dan membuatkan susu dalam botol bagi anak-anak yang masih kecil. Pagi dan sore hari memberikan makan berupa buah-buahan atau nasi baik yang ada di karantina ataupun di dalam hutan bagi orangutan yang berada di camp.

Kegiatan lain, mengikuti ke hutan bagi orangutan yang masih perlu diambil datanya, seperti setelah melahirkan, sedang berpasangan atau perilaku lain yang belum banyak diketahui. Baik bagi orangutan liar atupun rehabilitasi. Penyakit kadang-kadang menyerang dengan tiba-tiba. Saat terjadi musim kering yang cukup panjang,

Dokter... Dokter... Where

AreYou?

11Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

beberapa orangutan terpaksa dibius untuk diobati. Penyakitnya sangat membahayakan bagi orangutan. Kulitnya terserang jamur pada sekujur tubuh, kadang sudah bau anyir. Yuni, nama orangutan di Camp Leakey yang saat itu sudah mempunyai anak, tak luput terserang penyakit ini. Karena sudah dewasa dan kuat, Yuni sulit untuk diobati, terpaksa dibius, dimandikan dan diobati. Memang tak memerlukan waktu lama, yang sudah sekali diobati kurang dari seminggu menunjukkan gejala yang membaik.

Saya selalu berputar dari satu tempat ke tempat lain. Sesekali orangutan harus saya bawa ke dokter hewan Windarto untuk pengobatan. Untunglah Pak Win sangat interest terhadap kerja semua staf proyek orangutan dalam melakukan penyelamatan orangutan.

Bila Pak Win sedang tugas ke pedalaman, maklumlah hanya Pak Win satu-satunya dokter hewan yang ada di Kotawaringin Barat saat itu dan Pak Tiono, dokter umum manusia

dari Rumah Sakit Pangkalan Bun sangat membantu dalam memberikan pengobatan bagi orangutan.

Repotnya kalau beliau-beliau tak ada dan orangutan yang sakit berada di tengah hutan atau bila waktunya pemberian vaksinasi atau pemberian obat cacing tiba, terpaksalah saya harus ke hutan, menuju tempat orangutan berada. Biasanya panggilan tiba-tiba ini terjadi bila ada orangutan yang memperlihatkan gejala sakit. Harus disiapkan semuanya, kalau perlu konsultasi kepada dokter. Speed boat selalu siap setiap saat kalau ada panggilan. Tak peduli pagi, siang, sore atau tengah malam. Siap berangkat. Pagi itu masih terasa dingin. Kabut tebal di musim kemarau yang bercampur dengan asap kebakaran hutan masih menyelimuti seluruh kota. Pak John mengantarkan sampai di Kumai, kemudian disambung dengan speed boat. Suara yang nyaring dari mesin tempel memecahkan keheningan pagi, melaju dengan cepat membelah kabut dan Sungai Kumai. Sungai Sekonyer yang berkelok-kelok seolah-olah tak terasa bahwa kami berpacu dengan waktu untuk segera memberikan obat pada orangutan yang terserang muntaber. Burung dan semua satwa yang ada di hutan seolah enggan bangun di pagi yang masih berkabut campur asap ini.

12 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

dari KARANTINA

Lebih kurang 45 menit sampai di Tanjung Harapan. Ambil ransel, setengah berlari aku menuju tempat menyimpan sepeda butut yang berada di balik semak belukar menuju Camp Beguruh yang ada di tengah hutan. Aku harus menaiki sepeda ini melintas di tengah hutan lebih kurang 7 km. Sesekali aku turun untuk memikul sepeda saat melewati akar, pohon roboh atau rawa kecil yang berada di sepanjang jalan. Setelah hutan dan rawa kecil terlewati, aku mesti menelusuri padang ilalang sejauh mata memandang. Aku jadi ingat, seperti seorang dokter hewan di sebuah film Australia yang terbang sana sini atau

menggunakan kendaraan melakukan tugas dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mengobati. Tapi aku kini di tengah rimba raya Kalimantan, menggunakan sepeda tua, kadang-kadang saat digenjot pedalnya berbunyi atau rantainya lepas karena di makan usia, tidak pernah diberi minyak pelumas, atau kadang-kadang harus menabrak pohon dan semak saat menikung di turunan dan remnya blong.

Tapi semua pekerjaan ini aku lakukan dengan senang. Menikmati hidup, menikmati karunai Tuhan dan membantu menyelamatkan salah satu makhluk Tuhan yang mempunyai hak untuk hidup. Karena

13Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

habitatnya yang berupa hutan tropik kian menipis dan pemburuan untuk binatang peliharaan masih dilakukan. Lamunanku buyar saat kudengar suara-suara anak-anak orangutan saat diberi minum susu di pagi hari. Segera aku “parkir” sepeda tua pada sebuah pohon dan mempersiapkan segalanya untuk melakukan “pemeriksaan” ala dokter. Aku mencoba melihat raut wajahnya, perutnya kembung, detak nafas masih stabil. Saran dari dokter, kalau ada tanda-tanda yang aku temukan pada orangutan, harus kuberikan obat tertentu. Selain itu, aku selalu membawa buku pegangan “bila dokter tak ada” sebagai buku pintar dalam memberikan pengobatan. Walaupun buku itu untuk manusia, orangutan sudah saya anggap sebagai

manusia karena semua penyakit yang di derita berasal dari manusia juga. Begitulah kerja “dokter karbitan” yang mondar-mandir ke sana kemari untuk memberikan pengobatan kepada orangutan. Sesekali harus memegang tangan orangutan memeriksa detak nadi, menggunakan stetoskop untuk mendengarkan detak jantung atau di depan mikroskop untuk melihat kotoran, apakah ada penyakit, bakteri atau cacing yang berada pada perut orangutan. Semua pengalaman menjadi “dokter karbitan” ini aku peroleh dari berbagai orang yang memang dokter hewan. Seperti Pak Win, Doktor Jill Kusba dari AS ataupun dokter manusia seperti Pak Tiono (Edy Hendras/catatan harian tahun 1988)

14 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

kabar ALAM

anak KeMBarBelum banyak publikasi

orangutan yang melahirkan bayi kembar. Namun dari

penelursuran PDA (Pesan dari Alam), ada beberapa publikasi orangutan yang melahirkan kembar, baik di dalam, ataupun di luar negeri.

Di luar negeri, yang pernah terjadi dan dipublikasikan adalah kelahiran bayi kembar orangutan di Zoological and Botanical Garden, Hongkong. Orangutan Kalimantan ini melahirkan bayi kembar. Bayi yang dilahirkan

adalah jantan dan betina, dan masing-masing berat badan adalah 1,4 kilogram. Anak kembar ini lahir dari induk orangutan bernama Vandu dengan umur 16 tahun

Bayi kembar yang pernah dipublikasikan, adalah orangutan Sumatera. Orangutan ini dilahirkan dari induk yang buta, dan jantan yang buta juga. Sehingga kedua orangutan yang buta karena ditembak oleh pemburu ini, dirawat di karantina orangutan di Medan.

Tutut, dengan anak kembarnya yang lahir, namun hanya satu anak yang hidup.

15Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Orangutan buta yang melahirkan anak kembar itu adalah Gober yang berumur sekitar 40 tahun, semen-tara pasangannya yang juga buta adalah Leuser dan berumur sekitar 30 tahun. Karena sama-sama buta, keduanya harus dipelihara di karan-tina.

Sementara di Camp Leakey, sejak tahun 1971, baru kali ini ditemukan orangutan yang melahitkan bayi kembar. Bayi tersebut dilahirkan oleh induk, yang diberi nama Tutut.

Tutut ketika melahirkan bayi kem-bar tersebut, berumur lebih kurang 40 tahun.

Anak pertama Tutut adalah TOM, yang kini menjadi penguasa se-jak tahun 2008 atau raja di Camp Lekey, setelah megalahkan penda-hulunya, yaitu Kusasih.

Kasih sayang induk terhadap anaknya, memang tidak diragukan. Tutut, sejak anak pertama TOM masih kecil (TOM lahir tahun 1983), Tutut adalah salah satu orangutan betina yang memiliki jiwa sosial yang tinggi, bila dibandingkan den-gan orangutan yang lain.

Sifat sosial ini ditunjukan dengan perilaku Tutut yang mengambil anak angkat, walaupun TOM saat itu masih kecil, artinya masih dalam asuhan induknya. Kasih sayang orangutan, memang tidak mem-bedakan, antara anak kandung dn anak angkat. Seperti Tutut, kadang lebih mengutamakan anak yang lebih kecil.

16 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

pendidikan LINGKUNGAN

Pendidikan adalah inVesTasi Masa DePanSeperti pepatah China kuno yang mengatakan bahwa “bila engkau akan memanen dalam jangka pendek, maka tanamlah biji, bila engkau akan memanen dalam jangka tahunan, maka tanamlah pohon. Namun bila engkau akan memanen di masa depan, maka didiklah anak-anakmu”.

Hal ini menunjukan bahwa dari dahulu, manusia telah menempatkan pendidikan kepada anak-anak adalah sebuah investasi dalam jangka yang panjang. Sehingga memberikan pengetahuan alam dan lingkungan, sangatlah diperlukan agar siswa memahami, mengerti permasalahan lingkungan yang ada di sekitar kita.

Prof Dr. Biruté Mary Galdikas memberikan pertanyaan langsung kepada siswi SMP Negeri 2 Sebuluh, Kabupaten Kutai Kartanegara ini. Tatap muka semacam ini sangat bermanfaat bagi pengetahuan siswa untuk turut serta dalam usaha pelestarian lingkungan, yang dimulai dari sekolah.

Orangutan Foundation International dalam kiprahnya dalam pelestarian orangutan, diawali dari penelitian Prof Dr Birute Mary Galdikas, ketika melakukan penelitaian di Tanjung Puting. Terjadinya berbagai kegiatan yang mengancam kawasan konservasi, baik habitat yang berupa hutan tropis, serta penangkapan satwa yang dilindungi, diawali dari kurang pahamnya masyarakat akan pentingnya keberadaan satwa dan lestarinya hutan.

Hal inilah yang menginspirasi OFI untuk melakukan pendidikan lingkungan kepada siswa sekolah yang ada di sekitar kawasan konservasi atau daerah yang masih memiliki flora dan fauna penting.

17Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Pendidikan Lingkungan OLeH aPPTak hanya siswa sekolah yang menjadikan target memberikan pengetahuan mengenai perlunya sebuah kerja sama dalam melestarikan hutan dan alam, namun juga masyarakat.

Saat ini OFI juga melakukan kegiatan pendidikan lingkungan, yang terfokus kepada sosialisasi mengenai program “Zero Tolerance Policy For Endangered Animals” yang mencakup larangan untuk membunuh, menangkap, memelihara,

menganggu satwa liar yang dilindungi di daerah pekebunan.

Program ini telah dilakukan sejak tahun 2012, dan terhitung 9 kali untuk staf dan mitra APP dan berjumlah sekitar 200 orang yang menerima pengetahuan ini. Sedangkan SMART yang, sudah 9 kali pelatihan untuk level manajemen dan 13 kali untuk lvel asisten di lapangan. Lebih kurang 500 orang yang telah menerima dalam pelatihan ini.

Peserta dari SMArT, berkunjung ke Camp Leakey, untuk melihat dari dekat usaha pelestarian orangutan yang telah dilakukan oleh oFI.

oFI bersama dengan APP, melakukan penyuluhan kepada sekolah di Sebulu, Kalimantan Timur.

18 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

APP dan SMART, mulai menyadari, bahwa sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan yang sangat perlu diberikan pengetahuan, pemahaman mengenai pentingnya pelestarian satwa yang dilindungi yang ada di sekitar kita. Sehingga program sekolah menjadi prioritas dalam kegiatan Zero Tolorence

Policy setelah penyuluhan dan sosialisasi internal. Sehingga dalam pelatihan ini yang dilakukan pertama kali adalah pelatihan pagi pelatih (TOT).

Harapanya peserta yang berasal dari internal PT SMART dan APP beserta mitra, yang akan melanjutkan program penyadartahuan.

Praktek melakukan penyuluhan ke sekolah, yaitu Siswa SMA Negeri II, Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur yang dilakukan oleh peserta pelatihan dari APP. Dan Quiz berhadiah, yang bertujuan untuk menggali pengetahuan siswa tentang usaha konservasi, serta materi yang diberikan.

pendidikan LINGKUNGAN

19Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

OFI yang selama ini membantu dalam menyiapkan materi, masih terus mendampingi dalam proses pendidikan keliling dari sekolah ke sekolah atau internal perusahaan.

Pertanyaan demi pertanyaan yang yang dilontarkan oleh siswa sekolah, baik siswa SMA dan SMP di Sebulu. Kedua sekolah ini berdekatan dengan PT Surya Hutani Jaya, yang merupakan pemasok kayu untuk pabrik kertas milik APP. Pertanyaan sangat bagus, karena pertanyaan itu, menyangkut tentang “apa yang dapat dilakukan oleh siswa sekolah”.

Pengalaman pengalaman berjumpa dengan orangutan dan satwa liar

yang ada di sekitar tempatnya tinggal mereka pun, diutarakan dalam program penyuluhan ini. Karena hal ini menjadi sebuah catatan dalam sebuah proses menghilangnya orangutan, terutama, dari sekitar tempat tinggal mereka. Anak-anak ini, khususnya siswa SMA, sewaktu kecil, memang pernah berjumpa di ladang mereka. Dan orangtua mereka terkadang sering mengusir kera merah ini yang memakan buah-buahan yang ditanam. Namun pengalaman unik siswa tersebut, orangtua mereka menyadari, bahwa satwa ini kehilangan habitatnya yang berupa hutan tropis. Tak salah bila berbagai jenis primata dan satwa liar memasuki perkebunan dan memakan buah-buahan yang ditanam.

Foto bersama peserta penyuluhan dari SMP Negeri II, Sebulu, Kabupaten Kutai Karta Negara.

20 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Anak-anak dimana saja sama kelakuannya dan kesukaanya. Hanya yang membedakan,

mungkin kebudayaan dan cara menyukai sesuatu. Demikian juga halnya anak-anak di pedalaman, seperti di perkampungan transmigrasi, perkampungan masyarakat pribumi, pendatang, perkotaan, dsb. Di sekolah mereka seperti halnya saudaranya yang ada di perkotaan. Mendapatkan pendidikan, pengajaran, dan pengetahuan. Mungkin bedanya di desa semuanya itu tidak semudah di perkotaan dengan kemajuan tehnologi komunikasi dan media yang sudah canggih.

Sambil menyelam minum air, begitulah pekerjaan yang selalu kami gunakan untuk melakukan pendidikan kepada siswa sekolah. Karena untuk datang ke pedalaman di daerah Kotawaringin Barat, tentu sangat mahal, sehingga pendidikan konservasi khusus mengenai orangutan atau pengenalan kepada kera merah ini istilahnya nebeng program lain. Adalah kegiatan wisata alam yang selama ini dilakukan oleh beberapa biro perjalanan dari Jakarta, Bali atau kota besar lainnya. Untuk membantu

Metode Pendidikan Konservasi untuk anaK-anaK seKOLaH

Banyak cara dalam memberikan pengetahuan kepada anak tentang konservasi. Namun yang penting kepada anak-anak ini adalah kegiatan yang interaktif. Beberapa yang pernah dilakukan adalah dengan pembagian buku gambar, mewarnai gambar, panggung boneka, permainan yang menyenangkan, atau kegiatan seperti membuat kertas daur ulang, pengelolaan sampah untuk kerajinan, pemutaran film, dsb.

pendidikan LINGKUNGAN

21Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

kegiatan pendidikan ini, orang asing ini kita libatkan dalam pendidikan. Buku-buku gambar dari Orangutan Foundation International kita sebarkan. Namun, sebelumnya ada kata pengantar atau sedikit ceritera tentang kehidupan orangutan.

Perilaku orangtua siswa sekolah dasar di pedalaman, memang sulit untuk mengubah pola pekerjaan yang menggantungkan hutan sebagai sumber kehidupan. Tak hanya itu, umumnya masyarakat pedalaman masih suka mengkonsumsi daging dari berbagai jenis satwa hutan, termasuk orangutan. Untuk mempengaruhi perilaku inilah, anak merupakan sasaran yang mudah diberikan pengetahuan, dengan harapan dapat mempengaruhi orangtuanya. Memang hingga saat ini lebih dari 20 tahun yaitu awal tahun 90-an, belum pernah diadakan monitor dan evaluasi dampak pemberian pendidikan kepada siswa sekolah. Akan tetapi, dilihat dari animo masyarakat yang mengikuti pendidikan, meskipun yang diundang hanya anaknya, orangtua ini dengan serius mendengarkan penjelasan masalah kehidupan orangutan. Bahkan memberitahu siapa-siapa yang memelihara orangutan, merekapun baru tahu orangutan

dilindungi. Oleh karena itu penyebaran informasi sangatlah penting.

Lain lubuk lain ikannya, lain masyarakat lain pula pengetahuannya tentang alam. Kehidupan masyarakat transmigrasi, tentu berbeda. Masyarakat asal Jawa ini pengetahuan tentang hutan, memang kurang bila dibandingkan dengan masyarakat pribumi. Masyarakat transmigran yang diarahkan menjadi petani mengalami perubahan pola kehidupan. Banyak sekali yang meninggalkan lahan pertanian dan ganti haluan ke pekerjaan lain, diantaranya adalah menebang kayu di hutan.

Anak-anak juga menajadi media untuk mempengaruhi orangtuanya turut serta dalam usaha pelestarian orangutan. Buku gambar disebarkan ke sekolah-sekolah plus guru dan orangtua murid. Pengetahuan dan usaha pelestarian orangutan pun diinformasikan melalui gambar-gambar dan foto-foto. Lomba mewarnai juga dilakukan terhadap siswa-siswa yang antusias mendapatkan buku tulis dan buku mewarnai gratis ini. Kegiatan semacam ini seharusnya terus berlanjut dan tidak bersifat temporer. Namun, sayang terkendala karena untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat memerlukan dana yang besar.

Pemutran film lingkungan, tak hanya disukai oleh siswa sekolah dasar, akan tetapi siswa sekolah menengah atas pun menyukainya. Permainan di luar kelas pun, dilakukan ketika melakukan pendidikan konservasi alam ke sekolah-sekolah di perdesaan.

22 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Dalam pelatihan lanjutan, untuk PT SMART Agrobisnis & Food ini, OFI hanya

sebagai pendamping dalam kegiatan tersebut. Sedangkan yang memberikan pelatihan adalah staff SMART yang telah mengikuti

pelatihan TOT sebelumnya. Sebanyak 13 kali pelatihan yang dilakukan hampir di semua kebun di Kalimantan, OFI mendampoingi sebanyak 5 kali pelatihan. Hal ini disebabkan karena tanaga yang terbatas, serta para pelatih yang dari PT SMART, telah menguasai materi yang akan diberikan.

Selain memberikan pengetahuan mengenai kawasan konservasi, identifikasi satwa di sekitar tempat peserta bekerja, juga peserta diajak untuk mendesain sebuah perkebunan yang yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sehingga, setiap peserta yang dibagi dalam kelompok kecil berdasarkan lokasi mereka bekerja, membuat perencanaan sebuah perkebunan yang mempunyai visi dan misi untuk melestarikan satwa yang dilindungi yang ada.

Training sMarT

Peserta pelatihan dri Kalimantan Selatan, di perkebunan yang dileloa SMART. Walaupun, tidak ada orangutan, di kawasan perkebunan ini memiliki kekayaan alam yang unik, terutama ekosistem Kars yang merupakan kawasan yang dilindungi oleh perusahaan dan ada satwa primata yang telah dilindungi, yaitu owa Kalimantan, hylobatus muleri.

Klasi atau Presbytis rubicunda, ditemukan ditengah kebun, yang terlindung secara aman, di daerah perkebunan Kuayan estate.

pendidikan LINGKUNGAN

23Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

PT SMART, telah menerbitkn sebuah kebijakan, untuk bekerjasama dengan beberapa pihak, yang dikeluarkan pada tanggal 9 Februari 2011. Kebijakan ini terkait untuk bekerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti Kementerian Kehutanan RI dan NGO The Forest Trust (TFT)Bertujuan memastikan GAR nihil dalam jejak deforestasTujuan utama dari KKH:1. Tidak membangun di hutan

dengan Stok Karbon Tinggi (SKT)2. Tidak membangun di areal Nilai

Konservasi Tinggi (NKT/HCV)3. Tidak membangun di areal

gambut 4. Menghargai dan menghormati

keberadan penduduk asli dan masyarakat lokal melalui kebijakan Free Prior Informed Consent (FPIC) sebelum memulai kegiatan di lapangan

5. Mematuhi peraturan dan perundangan yang berlaku berikut pula dengan PnC Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Merupakan

kebijakan di PT SMART, Tbk. bagi perlindungan satwaliar yang langka dan terancam punah.

Sedangkan pada tanggal 25 Juni 2012, terkait kebijakan FCP dan kolaborasi dengan OFI melalui program Friends of the Orangutans, yaitu sebuah program untuk tidak menangkap, tidak berburu, tidak membunuh, tidak memelihara, tidak mengganggu dan tidak menyiksa satwa liar yang ada di perkebunan, merupakan program pelatihan dan sosialisasi kepada internal perusahaan agar semua staff mengerti dan melaksanakan kebijakan tersebut.

Kegiatan ini terkait untuk melestarian satwa liar yang langka, endemik, hampir punah, dan dilindungi perundangan yang berlaku baik nasional maupun internasional, sehingga semua staff memahami kebijakan tersebut. Harapanya tidak hanya internal perusahaan, juga akan dilakukan kegitan untuk masyarakat yang ada di sekitar perusahaan.

Burung migran yang dilindungi ini, setiap tahun selalu berkunjung ke kawasan perkebunan. Sehingga pengelola memperlakukan secara bijak agar burung

tersebut tidak terganggu dn hidup aman di lingkungan perkebunan

24 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

International Ecotourism Business Forum (IEBF) yang ke-9 kembali digelar

dimana kali ini DMO (Destination Management Organization) Tanjung Puting menjadi tuan rumahnya. IEBF merupakan pertemuan antara pelaku bisnis ekowisata internasional dan nasional untuk berbagi pengetahuan tentang produk dan trend bisnis ekowisata. Acara ini digelar di swiss-bellinn Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada 26-29 September 2013. IEBF secara langsung juga dijadikan ajang mempromosikan TNTP ke seluruh dunia. IEBF merupakan pertemuan dan seminar tahunan yang dilaksanakan

berpindah tempat antar destinasi ekowisata di Indonesia. IEBF 2013 menghadirkan 14 buyers internasional dari negara di Eropa, Australia dan Asia Pasific, yaitu: Perancis, Belanda, Australia, Korea Selatan, Thailand, Kamboja, dan Singapura. Sementara itu, untuk 14 sellers nasional yang turut serta adalah: Sulawesi, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Lombok, Flores, dan Riau (mereka juga berfungsi sebagai buyer bagi tur operator tuan rumah). Turut hadir pula jaringan ekowisata dan pemerintah daerah.

Kegiatan IEBF kali ini di Tanjung Puting menghadirkan beberapa

laporan KHUSUS

International eCoTourISM BuSINeSS ForuM

25Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

rangkaian acara diantaranya berupa seminar dan diskusi, pertemuan bisnis (table top), serta diseminasi informasi dalam bentuk booth/meja informasi/poster dari para sellers dan tuan rumah. Selain itu, kegiatan ini juga mengajak peserta merasakan pengalaman bertemu langsung dengan orangutan ke Camp Leakey dan Pondok Tanguy di Tanjung Putting.

Taman Nasional Tanjung Puting telah memiliki popularitas sebagai sebuah tujuan minat khusus yang mendunia dan dapat menjadi contoh bagi pengembangan destinasi lain yang serupa di Indonesia. Secara akumulatif jumlah wisatawan di TNTP terus meningkat terutama internasional, yaitu terhitung 2006 hingga 2012 mencapai 38.739 dengan wisatawan

mancanegara (wisman) sebanyak 24.037 wisatawan dan wisatawan nusantara (wisnus) sebanyak 14.702 wisatawan. Selain memberikan pengalaman original, di Tanjung Puting, rombongan IEBF berkesempatan melihat bagaimana sejarah perkembangan pusat riset orangutan tertua dan terbesar di dunia, yaitu Camp Leakey yang telah dijalankan selama puluhan tahun oleh tokoh primata dunia, yaitu Prof. Birutè Mary Galdikas. Saat berkunjung ke pusat riset orangutan ini, Prof. Birutè sendiri yang menjelaskan tentang kehidupan orangutan dan penanganannya.

Kegiatan ini merupakan ajang bisnis oleh pembeli dan penjual paket

Sekonyer Simpang Kanan, suasana yang tenang dan asri, membuat semua pengunjung ingin kembali lagi, untuk melihat orangutan dan kelestarian alam yang terjaga.

26 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

laporan KHUSUS

wisata yang ramah lingkungan. Artinya para penjul paket wisata dan pembeli yang umumnya dari luar negeri ini, adalah para pelaku pariwisata yang berpihak kepada lingkungan dan masyarakat.

Prof Dr. Biruté Mary Galdikas, yang mempunyai andil besar dalam pengembangan pariwisata di Tanjung Puting, menjadi pembicara kunci dalam acara ini. Pertumbuhan pariwisata setiap tahun, terus menunjukan kenaikan, sehingga langsung ataupun tidak, memberikan nilai ekonomi yang sangat berarti bagi masyarakat di Kotawaringin Barat.

Karya tulis ilmiah dan populer, buku serta film yang yang diputar di berbagai televisi di beberapa negara, merupakan daya tarik

Prof Dr. Biruté Mary Galdikas sebagai pembicara pada acara IeBF.

wisatawan yang berkeinginan untuk berkunjung melihat orangutan.

Cerita dan perjalanan hidup serta perjuangan Birutè menyelamatkan orangutang di Tanjung Puting telah menjadi cerita popular yang menyentuh hati dalam dunia ilmiah. Bahkan, artis Hollywood Julia Roberts pernah melakukan pembuatan film dokumenternya di Tanjung Puting yaitu, “The Wild”: Orangutans and Julia Roberts. Film tersebut tanpa diduga kemudian berhasil mempopularkan wisata menyusuri Sungai Sekonyer dengan perahu klotok dari Pelabuhan Kumai di Pangkalan Bun ke Camp Leakey di Taman Nasional Tanjung Puting. Bukan saja menjadi ibu kota orangutan dunia, Tanjung Puting juga terus mengembangkan diri menjadi

27Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

pusat ekowisata terbesar di dunia. Sejak diarahkan menjadi taman nasional sejak 1983 TNTP kini seakan tidak ingin kehilangan jati dirinya sebagai rumah bagi keanekaragaman hayati terbesar meski telah dikunjungi belasan ribu wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Tanjung Puting sejauh ini berhasil mengembangkan ekowisata yang berkelanjutan dan berdampak langsung kepada masyarakat lokal setiap generasi.

Saat ini masyarakat sekitar Tanjung Puting menjadi penerima terbesar dari kegiatan pariwisata kawasan tersebut selain melibatkan berbagai pihak, yaitu Balai Taman Nasional, BKSDA, Dinas Kebudayaan dan

Konferensi pers, yang dilakukan oleh penyelenggara yaitu Kemparekraf, transaksi buyer dan seller.

Pariwisata Daerah, PHRI, HPI, dan lainnya.

Selain orangutan, sebenarnya Kotawaringin Barat, memiliki potesi untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Ada beberapa point of interest yang dapat dijadikan paket wisata. Salah satunya adalah seni dan budaya, baik Budaya Melayu maupun Budaya Dayak.

Pada acara kali ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengundang 14 buyer internasional yang berasal dari Australia, Belanda, Perancis, Korea Selatan, Thailand, Kamboja, Singapura dan juga kurang lebih 20 seller ekowisata nasional yang berasal dari Sulawesi, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat,

28 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Lombok, Flores, Riau dan 7 seller lokal dari Kab. Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

Harapanya paket wisata yang ada di Kotawaringin Barat, dapat dikenal dan ada peminat, sehingga tak hanya orangutan saja yang selama ini menjadi primadona, juga paket lain seperti kebudayaan.

Para pembeli paket wisata yang diundang, pada umumnya adalah, mereka yang memasarkan paket wisata yang ramah lingkungan, berpihak kepada lingkungan dan mempunyai program pendampingan masyarakat. Agar masyarakat tidak sebagai penonton, akan tetapi sebagai pelaku.

laporan KHUSUS

Sambutan peserta konferensi di Istana Kuning oleh Pangeran Suryansya denga beberapa tarian Melayu dan Dayak.

Memang belum banyak tour operator yang mempunyai program semacam ini. Pada umumnya mereka juga melibatkan masyarakat hanya sebagai pemandu, operator transportasi, porter. Namun yang benar-benar mempunyai program untuk konservasi baru sebatas bekerja sama dengan pihak lain,

29Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

atau menyumbang untuk kegiatan konservasi.

Tuntuan demi tuntutan akan pelestarian lingkunga pada daerah tujuan wisata, serta wisata yang menguntungkan masyarakat, terus dilakukan. Jasa lingkungan yang memberikan andil dalam pengembangan ekonomi khususnya pariwisata, juga terus bergulir. Sehingga mau tidak mau, para tour operator ini dituntut untuk melakukan kegitan tersebut.

Khusus untuk paket wisata yang ada di Tanjung Puting, umumnya belum banyak yang mengkombinasikan antara alam dan budaya, atau kehidupan masyarakat yang ada di sekitar kawasan konservasi ini.

Hal ini karena untuk melayani wisatawan yang terus membludak dari tahun ke tahun yang datang ke Tanjung Puting, sehingga obyek yang lain atau pelibatan masyarakat konstribusi terhadap jasa lingkungan belum tertangani.

Mudah-mudahan saja dengan adanya acara ini, para pelaku periwisata, dan penggiat program pengembangan masyarakat, dapat bekerja sama, saling bahu membahu, bahwasanya, pariwisata yang berkembang selama ini, tidak terlepas dari keberadaan taman nasional, kelestarian orangutan dan habitatnya serta perlu dukungan dari masyarakat di sekitar kawasan.

Gambar kiri atas: Prof. Biruté Mary Galdikas, berpose bersama dengan Direktur Pengembangan Destinasi dan Investasi Pariwisata (Bapak Lokoti) dan Direktur MICE (Ibu Esti) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Gambar tengah, memberikan penjelasan tentang Camp Leakey kepada semua peserta, dan gambar bawah, diwawancarai oleh elvita Khairani, dari Metro TV.

30 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

laporan KHUSUS

Untuk lebih mengenal lingkungan di Tanjung Puting sebagai

daerah tujuan utama, peserta diajak mengunjungi Desa Wisata Sei Sekonyer yang berada tepat di sisi kiri dari Sungai Sekonyer yang memisahkan dengan area Taman Nasional Tanjung Puting di sisi sebelah kanan sungai.

Kunjungan ke Desa Wisata Sei Sekonyer memiliki misi untuk melakukan CSR (Corporate Social Responsibility) oleh para peserta IEBF. Acara dilakukan dengan mengunjungi sebuah Sekolah Dasar yang ada di desa dan memberikan bantuan berupa perlengkapan belajar mengajar yang sangat bermanfaat bagi para guru maupun peserta didik.

Secara khusus buku-buku yang diberikan dilengkapi dengan buku-buku pariwisata agar muncul motivasi bagi para pelajar untuk berkiprah di sektor pariwisata di dekat lingkungan tempat tinggalnya.

Mengunjungi Desa Wisata

sei seKOnyer

31Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Candle Light Dinner di

area niPaHTanjung Puting menawarkan

wisata konservasi yang sangat dekat dengan alam. Selain itu, bisa merasakan sensasi makan malam paling romantis yaitu dengan langit bertabur bintang dan kelip kunang-kunang.

Candle light dinner sudah biasa, tapi bagaimana jika makan malam digelar di bawah taburan bintang

dan kerlap-kerlip cahaya kunang-kunang? Hmm, itu pasti luar biasa. Khususnya bagi Anda yang sehari-hari akrab dengan hingar bingar cahaya lampu perkotaan.

Dari perahu klotok yang menyusuri Sungai Sekonyer, dari Tanjung Puting menuju Kumai, langit malam terlihat begitu ‘ramai’ oleh berbagai

gugus bintang yang mempesona. Saat itu bintang benar-benar tanpa saingan menyinari malam. Maklum, di kanan-kiri Sungai Sekonyer adalah hutan yang tidak ada cahaya lampu sama sekali.

Rombongan pun segera duduk mengelilingi meja makan. Sesekali serangga-serangga ‘nyelonong’ ke meja makan, terbang diantara

peserta yang sedang lapar itu.

Ketika perahu klotok sampai ke area di mana kanan dan kiri sungai ditumbuhi pohon nipah, para pengunjung disuguhi atraksi alam yang sangat mempesona. Pohon-pohon nipah itu berkerlap-kerlip seperti lampu-lampu di pohon terang. Ya, ratusan bahkan ribuan kunang-kunanglah yang menghadirkan kecantikan itu.

Mata pengunjung benar-benar dimanjakan oleh gemerlap cahaya kunang-kunang di sepanjang sisi sungai. Luar biasa! Tidak heran di beberapa tempat perahu klotok yang berisi wisatawan, umumnya turis asing, berhenti di sekitar gugus pohon nipah. Rupanya mereka ingin makan dan tidur dengan balutan cahaya bintang dan kunang-kunang.

32 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

mengenal SPESIES

Menyelamatkan yanG TerjeBaK

Banyak orangutan yang terjebak di perkebunan, terutama di perkebunan

sawit yang kini menjamur di berbagai daerah.

Orangutan Team Rescue dari Orangutan Foundation International, telah beberapa kali melakukan penyelamatan, dengan menangkap dan merelokasi ke daerah yang relatif lebih aman, yaitu pada hutan

rimba yang masih dapat mendukung kehidupan orangutan. Bekerja sama dengan PT SMART yang merupakan Group Sinar Mas, melakukan penyelamatan orangutan.

Untuk memudahkan penangkapan orangutan yang terjebak itu, manajemen perusahaan mengijinkan memangkas sawit, agar orangutan tersebut tidak berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain.

33Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Team Rescue yang didukung dengan dokter hewan, melakukan penangkapan dengan cara menyumpit atau menembak dengan obat bius.

orangutan rescue Team dari oFI, akhir-akhir ini sering melakukan

penyelamatan orangutan, di berbagai lokasi, termasuk di perkebunan.

Standar penyelamatan yang diterapkan telah dilakukan, termasuk

tim medis. Terkadang beberapa orangutan yang diselamatkan,

terdapat bekas luka bacok atau ditembak dengan senapan angin.

Beberap timah dikeluarkan sebelum dilepas liarkan ke alam yang aman

(Foto Fajar D/OFI)

Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan, dan tidak menderita penyakit, orangutan itu langsung diangkut ke lokasi pelepasan yang disediakan. (Foto Fajar Dewanto/OFI).

34 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

mengenal SPESIES

Konflik terjadi di permukaan bumi ini, baik manusia dengan manusia, atau satwa dengan

manusia, karena adanya sebab akibat. Misal kita ambil contoh yang sederhana. Gajah yang dulu hidup dengan aman damai, pakan cukup, habitat tak terganggu. Namun kini, satwa berbelalai itu, telah kehilangan segalanya, pakan berkurang dan daerah jelajah yang berupa hutan semakin berkurang. Maka satwa ini, sering memasuki kawasan perkebunan, perkampungan, dan memakan apa yang ditemui.

Berbagai upaya telah dilakukan agar satwa ini tidak memasuki daerah perladangan, perkebunan. Namun

karena sudah memiliki jumlah pakan yang banyak, areal kawasan hutan yang luas, satwa ini tidak dapat dipersempit daerah jelajahnya. Sehingga kawasan hutan yang semula menjadi daerah jelajahnya, yang sudah berubah menjadi berbagai kepentingan, mau tak mau satwa inipun masih terus, dan terus akan melewati daerah tersebut. Dan bila sudah berubah menjadi berbagai kepentingan baik ladang, perkebunan, mereka memakan apa yang ditemui.

Tak hanya gajah, orangutan, dan jenis primata lain, atau satwa yang lain, melakukan hal yang sama. Orangutan yang memiliki daerah jelajah yang cukup luas, dan kini

Konflik saTWa & Manusia

35Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

daerah tersebut berubah menjadi perkebunan, maka merekapun memakan yang ada. Dan kini kera merah tersebut menjadi sebuah ancaman di berbagai perkebunan. Pembunuhan dengan berbagai cara telah dilakukan oleh para pemilik perkebunan. Belum hilang dari ingatan kita kasus pembantaian orangutan di Kaltim di areal Sawit, tahun ini diketemukan beberapa tulang belulang orangutan yang ada di sekitar kawasan Taman Nasional Tanjung Putting. Terindikasi, bahwa orangutan yang dibunuh tersebut, karena memakan umbut sawit.

Tulang belulang orangutan yang diketemukan di kawasan konservasi Taman Nasional Tanjung Puting, sempat membuat heboh berbagai pelaku konservasi dan penggiat pariwisata. Betapa tidak, usaha pelestarian orangutan yang telah dilakukan oleh Prof Dr Birutè Mary Galdikas, sejak tahun 1971, di kawasan konservasi itu, kini terjadi pembunuhan orangutan. Dan bukti-bukti pembunuhan itu telah diketemukan kerangka orangutan.

Tak dipungkiri juga, bahwa terjadinya pembunuhan itu, juga membuat para pelaku pariwisata yang selama ini orangutan dijadikan sebagai obyek, menjadi sedih. Karena lambat atau cepat, pasti kasus ini akan di dengar oleh para pelancong ataupun tour operator manca negara. Sehingga akan mengancam kelangsungan pariwisata, bila kita sebagai bangsa yang harusnya bertanggung jawab terhadap kelestarian orangutan, rupanya tidak bisa untuk melestariakannya.

Dengan ditemukan kerangka orangutan ini, beberapa pelaku konservasi alam dan lingkungan melakukan investigasi, mencari dan mencari kerangka orangutan yang dikubur, akibat pembunuhan yang dilakukan oleh pihak tertentu karena orangutan dianggap sebagai hama tanaman sawit.

Di Kalimantan pada umumnya, kecuali Kalimantan Selatan yang tidak ada populasi orangutan, semakin marak terjadi pembantaian oangutan. Berbagai berita yang dihimpun, tulisan pada media cetak dan tayangan media elektronik, pembunuhan orangutan sering terjadi pada lahan sawit. Terutama perkebunan sawit yang sedang menanam, kurang dari satu tahun. Umbut sawit yang dimakan orangutan, umumnya langsung dicabut, dan dimakan. Sehingga menyebabkan kematian pada tanaman sawit tersebut.

www.satunews.com

36 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

laporan KHUSUS

Satwa masih akan terus menjadi ancaman bagi perkebunan skala besar dan individu, bila tidak dicari jalan tengah, solusi yang terbaik, khususnya perusahaan di mana di dalam kawasan ditemukan satwa yang dilindungi. Semestinya perijinan dapat dikeluarkan berdasarkan kajian mendalam tentang keberadaan satwa yang dilindungi. Bila masih ditemukan satwa yang dilindungi, tentunya pemegang keputusan tidak dapat memberikan ijin untuk pembukaan lahan.

Awal tahun 90an. Ketika perkebunan sawit belum memulai booming, seperti saat ini, kasus semacam ini, sering terjadi. OFI beberapa kali melakukan penangkapan orangutan yang memasuki kawasan perkebunan, dan memakan tanaman sawit muda. Mulai dari situlah, di

mana sawit semakin berkembang, maka semakin banyak pula orangutan yang mendiami pusat rehabilitasi, karantina dan perawatan orangutan yang dikelola oleh OFI dan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kotawaringin Barat, Kementrian Kehutanan dan didukung oleh beberapa donatur. Dan kini penghuni di OCCQ lebih dari 300 anak orangutan, artinya sebanyak 300 induk orangutan, dipastikan dibunuh.

Dua abad yang lalu, sebuah konsep tentang pelestarian satwa, sudah dicetuskan oleh Pujangga Besar, yaitu Ronggo Warsito. Dimana dalam konsep yang disampaikan melalui sebuah tembang sinom, dalam Bahasa Jawa itu, mengemukankan tentang pembagian wilayah antara manusia dan satwa. Hal ini diawali dengan cerita sebuah konflik yang menelan korban jiwa dan benda, antara gajah dan manusia di Aceh.

Dalam konsep itu, bahwa manusia tidak boleh menggarap dan atau memasuki daerah tempat hidup satwa. Dan juga sebaliknya, satwa tidak boleh memasuki pemukiman dan perkebunan yang digarap oleh manusia. Namun kini manusia telah melanggarnya, menebang, membabat, hutan untuk melindungi satwa, maka konflik tak terhindarkan.

Sebuah pendapat yang sederhana, harusnya manusia dapat hidup berdampingan secara harmonis dengan alam.

37Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Berbagai jenis primata, dalam hidupnya selalu belajar. Baik belajar untuk

mempertahankan diri, belajar untuk makan, belajar membuat sarang, dan belajar atau mencoba memakan makanan jenis baru.

tidak manis. Rupanya orangutan pun mencoba. Mereka mencoba karena tidak ada lagi makanan untuk bertahan hidup.

Jenis macaca, yang ada di Sulawesi Tengah, yang sebelumnya belum menyukai kelapa, karena di alam masih mencukupi. Namun kini primata yang endemik di Sulawesi itu, oleh petani kelapa, sudah dianggap menjadi hama.

Sebuah kisah, dalam pengamatan di lapangan tentang satwa primata dianggap sebagai hama kelapa. Dalam pengembaraanya mencari makan, yang dipimpin oleh jantan dominan, jantan ini memanjat kelapa. Mencoba menjatuhkan satu persatu kelapa. Anggota kelompok yang dibawah, malah kabur, kocar kacir terbirit birit. Kemungkinan

BeLajardari

Pengalaman

Anak simpanse yang hidup di Afrika, misalnya. Mereka belajar untuk memecahkan biji yang keras dengan kayu untuk mengambil biji. Namun kayu patah dan tidak bisa memecahkan biji itu. Anak itu mencoba dengan batu, namun batunya jenis lempung yang tidak keras. Akhirnya mengangkat batu, dan rupanya pecah. Anak simpanse ini dapat melakukan, karena melihat simpanse yang lebih dewasa.

Untuk makanan yang jenis baru, yang tidak ditemukan di alam sebelumnya, merekapun juga belajar, atau dalam bahasa manusia, mencicipi. Misalnya orangutan, yang kini menyukai jenis akasia yang ditanam oleh hutan tanaman industri, karena memang rasanya manis. Namun pihak perusahaan mengganti tanaman akasia lain yang rasanya

38 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

pengalaman dari anggota kelompok ini, bahwa kelapa yang jatuh itu, adalah lemparan petani kelapa yang mengusir kelompok.

Melihat anggota kelompok kocar kacir, jantan dominan ini turun. Namun karena pengamatannya tidak ada manusia yang mendekati kelompok, jantan inipun tenang dan tidak ikut kabur. Turun menjilati air kelapa yang pecah, Manis.

Melihat pimpinan mereka tidak kabur, malah menikmati kelapa yang jatuh dan pecah. Maka rombongan yang kabur tadi mendekati pimpinan mereka, dan ikut menikmati kelapa yang pecah. Malah dengan berbagai cara, anggota kelompok ini untuk memecahkan kelapa, agar mendapatkan air. Dan bahkan kelapa yang sudah pecah, mencba

memakan daging buah yang ada di dalamnya.

Sebuah proses ini tentu sebuah pembelajaran untuk bertahan hidup, tak hanya jenis macaca, simpanse dan atau orangutan untuk mendapatkan makanan agar dapat bertahan hidup. Dan kini beberapa satwa primata itu, sudah dianggap menjadi hama, baik di perkebunan kelapa ataupun hutan tanaman industri.

Anak-anak orangutan pun di alam, juga belajar dari pengalamam, dari induknya. Baik dalam memilih makanan ataupun membuat sarang. Anak-anak ini selalu mengikuti apa yang dimakan induknya. Bila anak tidak berhasil untuk memecahkan makanan karena terlalu keras misalnya, anak ini langsung

39Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

mengambil makanan dari induk, dengan cara memegang mulut induk dan mendekatkan mulutnya ke induk, dan mengambil dengan mulutnya.

Namun bagaimana proses pembelajaran anak-anak orangutan di karantina? Dari hasil pengamatan sehari-hari, anak-anak orangutan ini belajar dari orangutan yang lebih dewasa. Baik dalam mencari makan di hutan, memilih atupun pembuatan sarang.

Kini yang sedang menghangat permasalahan orangutan yang memakan umbut sawit, dan banyak dibunuh karena merasa merugikan pihak perkebunan, karena dalam hidupnya orangutan ini juga memakan umbut dari berbagai jenis.

Ada 400 jenis makanan yang berbeda, beberapa jenis tanaman yang dimakan adalah umbutnya. Misalnya jenis pandan yang tumbuh di pinggiran sungai, orangutan sangat senang memakan umbut, karena memang manis. Dan proses ini dapat dilakukan oleh orangutan jantan, betina.

Selain umbut pandan, orangutan juga menyukai umbut nipah, yang banyak tumbuh di muara sungai atau tepian sungai. Namun untuk mencabut umbut nipah, memerlukan tenaga yang cukup besar, dan pada umumnya dilakukan oleh orangutan jantan dewasa.

Sawit adalah jenis palmae, seperti kelapa dan nipah dimana umbutnya lunak dan manis, serta mengandung zat gula cukup tinggi. Sehingga tak heran bila orangutan ini menyukai tumbuhan sawit, yang memang mempunyai rasa manis.

Sebenarnya orangutan sangat menyukai buah bila dibandingkan dengan bagian tumbuhan lain, seperti kambium, umbut. Karena di dalam penelitian di berbagai lokasi, 60 % orangutan memilih buah sebagai makanan. Memakan kambium, dilakukan bila sedang paceklik di hutan. Namun belum ada laporan, apakah orangutan jantan mampu mengambil atau mematahkan umbut sawit yang sudah besar, seperti mencabut nipah?

40 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Kehidupan alam dan hutan di hulu Amazon, sebenarnya tak jauh beda dengan

hutan dataran rendah yang ada di Sumatera dan Kalimantan. Lembab, becek, berawa atau terdapat beberapa danau-danau kecil yang kaya akan kehidupan khas lahan basah. Namun karena pengemasan wisata alam ini cukup profesional, tak heran jika banyak

Menyinggahi HuLu aMaZOn

laporan PERJALANAN

Pengelolaan Pariwisata Bersama Masyarakat

wisatawan yang datang untuk menikmati kehidupan alam. Saya berkesempatan untuk mengikuti semua program berpetualang selama seminggu penuh, baik program siang maupun malam hari, di sela-sela acara pelatihan bagi Communicators dan Educators yang diikuti staf lapangan Conservation International dari berbagai negara.

hulu Sungai Amazon yang terkenal dengan kehidupan alamnya, mempunyai beberapa anak sungai dari beberapa negara, salah satunya adalah Sungai (Rio) Tambopata, yang hulunya di Peru dan Bolivia.

laporan PERJALANAN

41Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Penginapan Unik Begitu tiba di Lima, ibu kota Peru dan menginap semalam, maka perjalanan menuju pedalaman pun dimulai. Dari Bandara International Lima, naik pesawat menuju Puerto Maldonado.

Di atas negeri Peru ini terhampar pemandangan yang menakjubkan. Pegunungan yang menjulang tinggi, dan ada beberapa puncak bukit yang bersalju, satu sama lain bersambung. Celah-celah bukit yang

terjal sesekali terlihat perkampungan di antara lembah yang terjal. Sejam kemudian, tiba-tiba pesawat menukik, dan memutar dengan perubahan ketinggian yang sangat terasa dan mendadak.

Kemudian memutar menikung di antara lembah-lembah, dan mendarat di sebuah kota kecil Cuzso. Kota ini kaya akan peninggalan kebudayaan Indian kuno, dan terkenal di daerah Manchu Pichu. Lima belas menit

Truk yang dimodifikasi menjadi angkutan wisatawan, dan antri untuk mendapatkan suntikan anti malaria, bagi wisatawan yang baru datang.

42 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

laporan PERJALANAN

kemudian perjalanan dilanjutkan ke Puerto Maldonado, lebih kurang terbang 30 menit dan mendarat di sebuah bandara kecil di tengah ladang dan hutan.

Pemandangan yang saya lihat adalah orang-orang antre untuk diimunisasi, terutama penyakit kuning dan malaria. Wisatawan domestik yang bukan penduduk Puerto Maldonado termasuk di antara mereka. Wisatawan asing biasanya sudah diberi tahu untuk disuntik imuninasi sebelum datang ke daerah ini. Di halaman parkir sudah menunggu beberapa truk yang dimodifikasi menjadi kendaraan angkut wisatawan, seperti diberi gambar kehidupan hutan, atau atap mobil tersebut dihias dengan atap rumbia, biasanya dibuat dari daun

palem. Pemandu memperkenalkan diri dan menjelaskan perjalanan menuju hutan dengan menggunakan dua bahasa Spanyol dan Inggris. Sungguh mengesankan penanganan wisatawan ini.

Lebih kurang 45 menit perjalanan menuju pelabuhan. Jalan berdebu yang belum diaspal dan hanya dengan pengerasan pasir dan batu ini mengingatkan jalan-jalan di pedalaman Kalimantan, berkelok-kelok, naik dan turun dengan jembatan sederhana. Yang melewati jalan ini tak hanya truk wisata, tetapi juga taksi-taksi carteran bagi wisatawan. Mulailah perjalanan dengan perahu panjang di Rio (Sungai) Tambopata. Sungai ini airnya keruh, di kanan kiri

43Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

terlihat tanah-tanah yang longsor atau terkikis oleh banjir. Burung berterbangan, terutama sejenis betet atau macaw dan parkit.

Kura-kura yang berjemur di batang yang mati beberapa kali tampak di pinggir sungai.Satu jam kemudian sampailah kami di penginapan Tambopata Lodge yang didesain sederhana, namun menarik. Rumah besar tanpa sekat dari belahan bambu. Setiap kamar tanpa pintu hanya penutup kain tebal (gorden), dan uniknya lagi setiap kamar tanpa penyekat dinding dan terbuka, hanya kamar mandi yang tertutup. Penerangan dengan menggunakan lampu minyak dan lilin, itu pun terbatas sampai jam sembilan malam, kemudian petugas keliling mematikannya. Hanya ada generator kecil untuk beberapa komputer dan bagi pengunjung yang ingin mengisi baterai.

Pohon Kapuk RaksasaPohon Kapuk (Ceiba petandra) bagi orang Indonesia mungkin tak begitu aneh. Namun lain bagi orang dari belahan bumi yang tidak memiliki tumbuhan ini, misalnya orang-orang Eropa atau Amerika bagian utara.

Pemandu kami Rudolfo yang sudah dua tahun lebih berprofesi penjadi pemandu wisata alam. Setiap jengkal tak ada yang terlewatkan diceritakannya. Mulai dari serangga, tumbuhan obat, burung, monyet, semut pembawa potongan daun,

sampai palam berjalan (Walking-palm). Tumbuhan satu ini unik, memiliki akar tinggi-tinggi, semakin tinggi semakin banyak akar napas (seperti kaki) karena hidup pada tanah yang berair atau kurang nitrogen. Kami tiba di pohon kapuk raksasa, mungkin 20-an orang kalau bergandengan baru tergapai. Rudalfo tak mempunyai ceritera berapa tahun umur pohon kapuk ini, dia hanya mengatakan, mungkin sudah 200 - 300 tahun umurnya. Mungkin saja, karena akar banernya pun sudah sedemikian besar dan tinggi, dan konon kapuk-kapuk yang ada di Indonesia, nenek moyangnya dari pohon kapuk liar yang ada di hutan-hutan Amerika Latin ini.

Sebelum tidur, dan seusai makan malam, pemandu memberikan penjelasan tentang kegiatan esok harinya, bagi yang tertarik

Penginapan yang didesain alami, tak ada listrik, penerangan dengan menggunakan getah (sejenis damar). Listrik hanya untuk mengisi baterai.

44 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

laporan PERJALANAN

menuliskan kolom yang tersedia dan menyebutkan nomor kamarnya. Penginapan ini memiliki beberapa blok enam kamar, dan lodge ini mampu menampung 80-an wisatawan semalam.

Pukul 3.30 pagi petugas keliling menyalakan lampu penerangan setiap tamu yang menulis dan mendaftar pada papan yang tersedia. Tak semua kamar dinyalakan, hanya kamar tertentu yang mengikuti program ini. Lima belas menit kemudian pemandu yang bertanggung jawab keliling, membangun peserta.

Setelah minum teh celup manis, karena di dapur tersedia beberapa minuman instan, seperti teh, atau sejenis minuman tradisional lainnya yang dikemas seperti teh celup, kami langsung berangkat. Tak banyak yang ikut, hanya saya dan peserta Marisa, Educator dari Brasil, serta pemandu, Caeras.

Malam yang gelap, lembab. Sesekali Caeras menjelaskan beberapa serangga malam dan primata (monyet) yang hidupnya malam hari. Perjalanan hanya 20 menit, dan kami sampai di menara. Bayangan saya menara yang ada di tempat-tempat seperti

Pohon kapuk randu raksasa (Ceiba petandra), yang menjadi pohon nasional, serta pohon kebanggan suku Indian, karena, pohon ini menghasilkan kapuk untuk bahan baku sandang.

45Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

ini dibangun dari kayu atau besi berbentuk kerucut, lebar di bawah dan mengecil di atas.

Di kawasan pelestarian hutan ini berbeda. Dari bawah ke atas sama, lebar sekitar 2 meter dan panjang 2,5 meter menjulang ke atas setinggi 37 meter, dan diperkuat dengan ikatan tali baja sebanyak 16, persis seperti menara pemancar radio.

Untunglah kami hanya bertiga, tak terbayangkan kalau diikuti 9 peserta yang merupakan batas maksimum, sehingga goyangan tak begitu terasa. Kami terasa di atas pepohonan, pemandangan alam lepas terlihat. Angin pagi yang sejuk bertiup, terasa dingin. Suara serangga dan burung-burung mulai terdengar dan sedikit demi sedikit di ufuk timur mulai terang. Tiba-tiba kabut datang dan hutan tertutup kabut. Hanya sebentar dan terang kembali. Pukul 06.00 pagi matahari terbit dan pemandangan di atas hutan mulai tampak jelas. Burung Macaw khas hutan di Amerika Latin ini mulai beterbangan, parkit dan beberapa jenis monyet mulai melakukan aktivitas dengan menyuarakan suara yang gaduh, menambah suasana hutan terasa indah dan damai.

Surga Penggemar BurungSeperti hari sebelumnya, saya harus siap bangun jam 04.00 pagi, kemudian makan pagi. Karena perjalanan hari ini akan dilakukan hingga siang hari.

Aldo kali ini berperan sebagai pemandu khusus untuk menjelajah danau ditemani Chino yang juga berprofesi sebagai bar tender di restoran penginapan Tambopata Lodge.Pemandu-pemandu yang berjumlah 12 orang ini mempunyai peranan masing-masing, walaupun mereka juga mampu memandu di mana saja sesuai dengan paket yang ditawarkan.

Suasana pagi yang tenang, sesekali suara burung mulai terdengar dan yang membuat berisik hutan di hulu Amazon ini adalah suara monyet hitam atau lebih dikenal dengan ”Howler Monkeys”. Suaranya gaduh seperti suara pesawat jet yang sahut-menyahut. Apalagi dalam hutan menggema menambah suasa hutan semakin seram. Kabut di sungai masih menyelimuti, udara dingin menyengat, karena perahu bermesin tempel 125 pk ini cukup kencang.

Lebih kurang 30 menit, perahu menepi, satu per satu pengunjung turun dari perahu. Dalam rombongan kami ada tiga orang pengamat burung dari Jerman, umumnya sudah lanjut usia, dan dipandu oleh pemandu perempuan yang rupawan, Ursula, yang fasih berbahasa Jerman dan paham tentang hutan dan isinya. Aldo mengayuh perahu bergantian dengan Chino dan Ursula. Perahu yang dapat memuat antara 10-15 orang ini, didesain sedemikian apik.

46 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Dua perahu digandeng dan diberi dak yang luas, sehingga wisatawan dapat leluasa berdiri untuk mengamati burung.Semua membawa binoculer (teropong). Aldo dengan cekatan memasang monokuler dan memberi tahu kepada kami semua untuk melihat burung primitif yang masih hidup. Perlahan Chino mengayuh perahu, sesekali pengunjung sibuk mengarahkan pandangannya ke obyek yang ditemukan. Macaw, elang, berbagai burung air, burung colibri yang mungil, raja udang, dan masih banyak lagi.Mata hari mulai naik, danau mulai terang dan pemandangan semakin menawan.

Tiba-tiba Chino memberikan peringatan untuk tenang, jangan bergerak, dan semua wisatawan dimohon duduk. Sambil menunjuk kepada kami, lebih kurang 50-an meter ada sekelompok otter, sejenis berang-berang raksasa sedang berenang dan menangkap ikan. Semua meneropong. Saya menggunakan monokuler melihat enam ekor otter berenang, muncul dan tenggelam. Di ujung atau di tepi terlihat seekor otter santai di batang pohon yang mati sambil menikmati ikan hasil buruannya.

Satwa ini sudah terancam punah, sehingga berbagai instansi berusaha

Salah satu anak Sungai Amazon ini, merupakan salah satu sara transportasi yang sangat penting bagi suku pedalaman

47Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

untuk melindungi, seperti beberapa kebun binatang menyeponsori untuk melakukan penelitian dan perlindungan.Sebagai seorang pemandu alam dan interpreter, pemandu-pemandu ini sangat menguasai isi hutan dengan berbagai isinya. Mulai dari hutan primer, sekunder sampai ke semut yang sangat berbahaya karena berbisa.

Mengintip Satwa Paket program terakhir yang saya ikuti adalah jalan malam dan mengintip satwa. Berjalan di malam hari pada hutan tropik sangat mengasyikkan dan menjadi

pengalaman tersendiri. Walaupun saya sering di hutan, rasanya belum lengkap kalau tidak mengikuti program ini. Malam gelap gulita, kami ditemani Aldo. Tak banyak yang ikut, karena takut untuk menjelajah hutan pada malam hari. Karena sebelumnya Aldo menceriterakan akan bertemu berbagai satwa, mulai dari kodok, serangga, ular, mamalia lain, dan yang menakutkan dan kalau beruntung berjumpa dengan macan tutulnya Amerika Latin.

Kami mulai berjalan perlahan, sesekali menyenter primata malam, serangga yang bercahaya, atau jamur yang menyala di malam hari karena proses pembusukan dengan proses bioluminisensi, yang menyala berwarna hijau seperti cahaya kunang-kunang. Subuh, kami berangkat lagi dan diam di tempat yang sudah dibuat sedemikian rupa sehingga sangat mudah untuk mengintip aktivitas satwa. Pondok ini dibuat di tepian sungai, di seberang sana terdapat tebih dengan tanah atau lempung berwarna putih kemerahan. Satwa yang datang bukan untuk minum, tetapi memakan tanah yang mengandung mineral. Ada sebuah teori lain yang mengatakan, bahwa satwa-satwa ini memakan tanah untuk mengambil bakteri yang ada guna membantu dalam pencernaan. Hhm... sebuah pengalaman yang mengasyikkan.

48 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Menjelajah Ke heArT oF BorNeo

Cerita perjalanan kali ini, akan menjelajah ke Heart of Borneo, yang diawali dari

Kalimantan Barat, dan tepatnya di Kabupaten Kapuas Hulu. Kunjungan ke desa-desa yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun ini, tak lain adalah untuk mengidentifikasi potensi alam dan budaya yang dapat dijadikan “point of interest” dalam kepariwisataan.

WWF Indonesia telah menginisiasi dalam pengembangan ekowisata ini, yang dikembangkan di daerah koridor antara kedua kawasan konservasi tersebut.

Kehidupan masyarakat dayak, yang umumnya adalah Dayak Iban, menjadi titik tolak dalam pengembangan kebudayaan dan kehidupan masyarakat yang ada di sana. Sehingga dalam peningkatan perekonomian

laporan PERJALANAN

49Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Wisata memancing, adalah salah satu yang di desain untuk paket program yang dapat dikembangkan. Sepuluh danau yang ada di Desa Malemba, memiliki ciri khas masing-masing. Menurut masyarakat, danau-danau itu tidak pernah kering walau musim kemarau tiba. Sehingga danau itu menjadi tempat pemijahan berbagai jenis ikan.

Menelusuri danau inilah yang sangat menarik dilakukan ketika berkunjung ke desa-desa ini. Danau-danau yang ada memiliki jenis iakn yang khas. Dari hasil penelitian, ditemukan 50 jenis ikan, dan semuanya memiliki nilai ekonomi yang penting bagi masyarakat desa.

50 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Aturan adat yang dilakukan yang berupa larangan memancing, mempunyai implikasi bahwa bahwa, ikan diberikan waktu untuk berkembang biak. Dan itupun dihormati oleh nelayan.

Hingga saat ini, wisatawan yang datang ke Desa Malemba, umumnya adalah wisatawan yang mempunyai hobi memancing. Berangkat pagi pulang petang. Dan mereka umumnya bila mendapatkan ikan, di lepas kembali. Hanya kepuasan bathin, ketika kail ditangkap ikan, ditarik, dan mendapatkannya.

Kerajinan, seni dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat, hingga kini masih dipertahankan. Namun terkadang mereka sering kehabisan

bahan baku, terutama benang katun sebagai bahan dasar untuk tenun ikat. Sedangkan untuk membuat tikar, anyaman, masih mudah ditemukan di lingkungan sekitar mereka tinggal.

Dalam melakukan kegiatan ini, kami menginap di rumah panjang. Dan memang rumah panjang ini dijadikan penginapan bagi wisatawan yang ingin melihat dari dekat kegiatan masyarakat di dusun tersebut. Rumah panjang yang kami tempati memang panjang. Satu pintu lebih kurang 10 meter. Sehingga dalam keluarga besar yang terdiri dari 22 kepala keluarga ini, total rumah ini panjangnya 220 meter.

Flora dan fauna sepanjang perjalanan selama menelusuri sungai, dapat

Rumah panjang.

51Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

ditemui berbagai jenis. Selain burung-burung air, juga masih ditemukan burung enggang yang menjadi ciri khas. Sedangkan jenis-jenis primata, dapat ditemukan monyet ekor panjang, beruk dan umumnya di tepi sungai juga ditemu bekantan.

Selama penelusuran pada hutan tropis di sekitar, tidak dijumpai secara fisik orangutan. Hanya ditemukan bekas sarang yang dijumpai pada pusat penelitian yang dibangun. Orangutan di daerah Sentarum, menurut para ahli, masuk ke dalam sub jenis Pongo pygmaeus pygmaeus.Selain fauna yang masih banyak dijumpai, flora pun tak kalah indahnya. Anggrek sentarum, yang sudah dibukukan, merupakan

kekayaan alam yang ada di lahan basah ini. Sehingga para pecinta anggrek dapat berkunjung ke kelompok masyarakat yang sudah membudidayakan.

Beberapa jenis phon, bahasa lokalnya adalah “Rangas” yang mempunyai getah yang panas bila kena kulit manusia, pada umumnya kanan kiri dibersihkan. Karena pohon ini menjadi tempat bersarang lebah. Sehingga pohon ini terisolir dan orangutan tidak bisa memanjat (karena dikasih seng pada batangnya), serta jenis primata lain tidak bisa pindah ke pohon tersebut, dari pohon sebelahnya. (Foto Sugeng/

WWF Kalbar)

Budidaya anggrek sentarum.

Burung air.

Kerajinan anyaman.

52 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

kabar EKOWISATA

PengembanganPaKeT WisaTa

Petualangan di atas perahu, perjalanan naik turun bukit,

menjadikan pengalaman tersendiri bagi wisatawan yang baru menginjak di daerah ini. Petualangan yang mengesankan bagi kunjungan wisatawan, tentunya akan membekas dalam benaknya, serta dapat dijadikan sebagai penyebar informasi kepada wisatawan lain. Dalam petualangan ini sangat menarik, apabila wisatawan diajak untuk melakukan monitoring dan evaluasi selama dalam perjalanan, misalnya sepanjang perjalan, diajak untuk mengamati flora dan fauna yang ada sepanjang jalan, baik jejaknya (tapak, bekas makanan, sarang dll) ataupun pertemuan langsung dengan satwa atau tumbuhan yang dilindungi atau memiliki nilai ekonomi.

Sebenarnya semua paket program yang mengikuti kaidah EKOWISATA, merupakan sebuah program wisata pendidikan. Di mana semua wisatawan yang datang ingin belajar dari kehidupan alam dan masyarakatnya. Sehingga sangat diperlukan kepiawaian interpreter.

Seorang interpreter harus dapat menjelaskan hubungan timbal balik

antara alam dan manusia, antara fauna dan alam, diperlukan pasang dan surut danau. Apa yang terjadi kehtidupan ketika danau pasang dan atau surut. Banyak hal yang perlu dijelaskan, sehingga materi ini menjadi sebuah pembelajaran bagi pengunjung dan memiliki nilai pendidikan dalam wisata alam. Sehingga semua paket wisata yang ada di kedua dusun itu, harus memiliki nilai pendidikan.

Seorang interpreter dalam program pendidikan, tidak harus yang menyandang pendidikan tinggi. Namun pengalaman masyarakat di desa, tetua adat dalam meramu obat-obatan, cara berburu yang memiliki aturan, atau kearifan lokal lain yang memiliki prinsip dalam pelestarian alam, mereka adalah guru, pemandu, penyampai pesan, seorang interpreter yang dapat mendampingi selama perjalan. Dan mereka umumnya dapat menjadi penterjemah bahasa alam menjadi bahasa manusia, fenomena alam yang dapat diterjemahkan dengan bahasa manusia, sehingga dapat dimengerti dan dipahami. Inilah yang dimaksud dengan nilai pendidikan bagi pengunjung. Karena alam merupakan laboratorium yang masih banyak menyimpan misteri.

53Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Kepariwisataan berkelanjutan diartikan sebagai pariwisata yang

memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia di masa kini dan masa yang akan datang, dengan menerapkan prinsip-prinsip layak secara ekonomi, diterima secara sosial dan sensitif terhadap lingkungan.

Dalam pengembangannya, kepariwisataan berkelanjutan seharusnya tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan industri pariwisata, akan tetapi harus mampu mendorong perekonomian lokal dan kesejahteraan masyarakat, seperti membuka kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan serta memperbaiki kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat. Selain itu juga harus memperhatikan dan memberikan kontribusi nyata pada upaya pelestarian sumber daya alam, budaya dan peninggalan sejarah, untuk meningkatkan ketahanan destinasi. Terkait dengan pelibatan masyarakat, perlu dilakukan

peningkatan kapasitas masyarakat lokal di sekitar destinasi pariwisata. Hal ini sangatlah penting dan harus terus mendapatkan perhatian baik oleh pemerintah dan industri pariwisata. Keterlibatan Pemerintah Daerah baik tingkat provinsi dan atau kabupaten harus mengambil inisiatif dan mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan di dalam penyusunan visi, misi dan kebijakan, perencanaan serta pelaksanaan pembangunan kepariwisataan daerahnya. Menyadari bahwa fenomena global yang akhir-akhir ini terjadi, seperti perubahan iklim dan kesenjangan sosial ekonomi yang sangat mempengaruhi sektor pariwisata, pemerintah pusat bersama-sama dengan pemerintah daerah, lembaga internasional dan masyarakat mengembangkan inovasi-inovasi baru dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Pariwisata BerKeLanjuTan

Program pendidikan juga dapat dilakukan di lokasi penelitian, dimana kekayaan alam di sana memiliki potensi alam yang dapat dijadikan bahan untuk pengetahuan. Mulai dari danau hingga perbukitan yang kaya akan obyek wisata dan bervariasi antara ekosistem lahan basah

(perairan) dan ekosistem hutan tropis. Flora dan fauna sudah banyak dilakukan inventarisasi, sehingga dapat disusun sebuah buku panduan untuk interpreter (pemandu alam) yang akan memperkaya pengetahuan dan keseragaman ceritera setiap pemandu

54 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

laporan KHUSUS

Pemanfaatan sumber daya hutan, telah membuka peluang

dikembangkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat, dengan berbagai bentuk kegiatan, salah satunya adalah pengembangan kepariwisataan. Kegiatan ini “menjual sumber daya alam” namun dalam bentuk menjual keindahan, kekayaan flora, fauna, adat istiadat dan atau kebudayaan. Di mana kekayaan alam ini, kini memulai diminati oleh banyak pihak. Sehingga sumber daya alam itu memiliki jasa untuk dikembangkan menjadi modal dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan. Bidang jasa yang dapat memanfaatkan pengembangan ekonomi berkelanjutan, salah satunya adalah pariwisata. Jasa lingkungan hutan dalam konteks pembangunan nasional memiliki fungsi utama yaitu peran jasa lingkungan dalam pembangunan ekonomi maupun lingkungan dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan. Jasa lingkungan hutan dalam pembangunan lingkungan diharapkan dapat berperan menjaga keseimbangan sistem tata air, tanah dan udara. Ekosistem adalah hasil implikasi dari dinamika bentang alam berupa jasa (yang memberikan keuntungan bagi kehidupan manusia) yang dapat dikategorikan sebagai keindahan dan fenomena

bentang alam, keanekaragaman hayati dan ekosistem, fungsi hidrologi, penyerapan dan penyimpanan karbon, dan berbagai jasa lainnya. Pemanfaatan jasa lingkungan memiliki peran dalam kebijakan prioritas konservasi keanekaragaman hayati melalui pelaksanaan program “Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan”. Peran tersebut dilaksanakan dengan berlandaskan pada Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta peraturan pelaksanaan teknis terkait.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan bahwa Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam berubah nama menjadi Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung. Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi dan hutan lindung.

jasa LinGKunGan

55Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Lingkungan yang ada di sekitar kita, telah banyak memberikan

jasa untuk kehidupan, tak terkecuali dalam pengembangan pariwisata. Lingkungan adalah andalan utama untuk dijadikan obyek dalam kegiatan ini. Namun masih belum banyak para pelaku yang memberikan konstribusi untuk jasa yang telah diberikan oleh lingkungan. Sehingga perlu didesain, agar semua kegiatan yang bersumber dari alam, memberikan konstribusi dalam andilnya untuk melestarikan alam, merawat, mempertahankan dan meningkatkan.

Selain itu juga pembinaan, pendampingan, penyadartahuan kepada masyarakat agar alam dijaga. Tentu memerlukan biaya untuk melakukan hal itu. Oleh karena kegiatan yang bersumber dari alam, harapannya semua pelaku, dapat menyisihkan sebagian pendapatan atau keuntungan atau sudah dimasukkan dalam paket program wisata untuk jasa lingkungan.

Memang belum banyak perusahaan atau lembaga yang mengambil keuntungan dari alam, melakukan program ini. Umumnya perusahaan menyisihkan dana untuk perbaikan lahan, agar sumber alam itu dapat lestari. Misalnya perusahaan air minum di beberapa daerah, telah menyisihkan sebagian dana untuk perbaikan lingkungan, berupa dana CSR.

Sedangkan pelaku pariwisata, selama ini belum banyak yang melakukannya. Boleh jadi karena ketidak tahuan. Pengembangan kepariwisataan yang memiliki konsep berkelanjutan yang dirintis di Kapuas Hulu, yang sudah mendeklarasikan sebagai Kabupaten Konservasi, dan memiliki konsep “Jasa Lingkungan” merupakan nilai tambah dalam kegiatan kepariwisataan. Namun tentu perlu kajian, kerja sama, komunikasi, dan mencari bentuk yang sesuai. Sehingga program yang akan dirintis ini, dapat menjadi percontohan dalam sebuah kegiatan kepariwisataan yang mengandalkan obyek alam yang perlu dijaga dan dilestarikan, serta tidak merubah kondisi yang alami.

Kegiatan jasa LinGKunGan

56 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Masyarakat Bali memiliki konsep Tri Hita Karana sebagai pedoman untuk

mewujudkan pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan. Konsep tersebut kini ditawarkan untuk diadopsi oleh negara-negara Asia-Pasifik dalam pengembangan pariwisata di kawasan kerjasama ekonomi Asia-Pasifik (APEC).

Pemerintah Indonesia menawarkan kepada negara-negara anggota kerjasama ekonomi Asia-Pasifik (APEC) untuk mengadopsi konsep Tri Hita Karana dalam

pengembangan pariwisata di kawasan APEC. Konsep Tri Hita Karana merupakan konsep hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan yang selalu memperhatikan aspek keselarasan dan keseimbangan.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu dalam keteranganya disela-sela acara diskusi panel tentang pembangunan pariwisata berkelanjutan di Nusa Dua Bali pada Sabtu pagi mengungkapkan konsep

KOnseP Tri HiTa KaranaDalam Pengembangan Wisata Berkelanjutan

Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif, membuka acara Pembangunan yang berkelanjutan untuk ekowisata.

kabar EKOWISATA

57Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Pesta kebun di Taman Eden.

Tri Hita Karana dapat menjadi pedoman dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan APEC. Penerapan pembangunan pariwisata berkelanjutan tentunya akan menjadi pendorong bagi terwujudnya ketahanan ekonomi APEC. Mari Elka Pangestu menegaskan tujuan pembangunan tentunya bukan hanya untuk mewujudkan pertumbuhan tetapi juga keseimbangan dan kelestarian lingkungan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Pangestu menjelaskan, bahwa berkelanjutan itu bukan hanya dalam arti menjaga kelestarian lingkungan hidup tetapi juga dari segi aspek ekonomi dan

aspek sosial dan bahkan untuk pariwisata kita juga menambahkan aspek budaya. Sebetulnya ini bukan hal yang baru, jangan lupa nenek moyang kita dari dulu memikirkan keberlanjutan.

Tarian sambutan di desa Wisata Puri Taman Sari.

58 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

Yang paling utama kita harapkan adalah bagaimana implementasinya, inilah yang perlu dijabarkan secara terus menerus berkesinambungan,

tidak hanya sekedar dibicarakan dalam pertemuan, kita dari desa pekraman sebenarnya itu sudah memulai sejak dulu tapi masih perlu ditingkatkan terus menerus,”ungkap Jero Mangku Gede Suwena Putus Upadesa, pengelola Desa Wisata.

Sedangkan Anggota Dewan Etik Organisasi Pariwisata Dunia (WTO) I Gede Ardika menyatakan konsep Tri Hita Karana pada dasarnya merupakan konsep universal. Langkah berikutnya tinggal masing-masing negara anggota APEC membuat standar prilaku sesuai dengan budaya masing-masing. “Masing-masing negara atau lingkungan masyarakat menerapkan itu sesuai dengan kondisi dan nilai lokalnya untuk menjadi acuan dalam bertindak, itu akan sesuai dengan nilai lokal, tradisi, budaya lokal, kondisi lingkungan setempat,”imbuh I Gede Ardika Sedangkan Anggota Dewan Pariwisata Berkelanjutan Dunia Prof Kelly Briker menyampaikan pengembangan pariwisata berkelanjutan merupakan bagian dari upaya membangun kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan. Sebab pariwisata berkelanjutan merupakan praktek pariwisata yang mengedepankan aspek kelestarian alam

kabar EKOWISATA

59Pesan dari AlamE D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3

BUMI SEMAKIN

GERAH

Baru-baru ini, Inter-governmental Panel on Climate Change (IPCC) memublikasikan hasil pengamatan ilmu-wan dari berbagai negara. Isinya sangat mengejutkan.

o Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi peningkatan suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15° – 0,3° C.

o Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (33 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh.

o Dan jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat.

o Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan. Napas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir terendam air laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menenggelamkan seluruh pulau.

Di Indonesia, gejala serupa sudah terjadi.o Sepanjang tahun 1980- 2002, suhu minimum kota Polonia (Sumatera Utara) meningkat 0,17o C pertahun.o Denpasar mengalami peningkatan suhu maksimum hingga 0,87o C pertahun.o Menghilangnya salju yang dulu menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia, yaitu Gunung

Jayawijaya di Papua.

Cara-cara praktis dan sederhana ‘mendinginkan’ bumi:1. Matikan listrik (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan standby. Cabut

charger telepon genggam dari stop kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan bakar fosil penyumbang besar emisi).

2. Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).

3. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).4. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk

secukupnya, sekitar 21-24o C).5. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).6. Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.7. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.8. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin (dryer ) yang

banyak mengeluarkan emisi karbon.9. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).11. Say no to plastic. Hampir semua sampah plastik menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda

juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.

60 Pesan dari Alam E D I S I 9 T a h u n V I J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 3