Makalah asli

53
MAKALAH SISTEM REPRODUKSI II “KANKER SERVIKS” Dosen pembimbing : Hj. Masruroh Hasyim ,S.kep.Ns.,M.kes KELOMPOK 12 1. ANJANI TRI LESTARI (7311007) 2. SRIANINGSIH (7311045) 3. RAHMAN LESIPELA (7311055) PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

Transcript of Makalah asli

MAKALAH

SISTEM REPRODUKSI II

“KANKER SERVIKS”

Dosen pembimbing : Hj. Masruroh Hasyim ,S.kep.Ns.,M.kes

KELOMPOK 12

1. ANJANI TRI LESTARI (7311007)

2. SRIANINGSIH (7311045)

3. RAHMAN LESIPELA (7311055)

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

JOMBANG 2014

LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAHSISTEM REPRODUKSI II

“KANKER SERVIKS”

Di Fakultas Ilmu Kesehatan

Prodi S1 Keperawatan

Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum

Tahun Pelajaran 2013/2014

Disusun Oleh :

KELOMPOK 12

1.ANJANI TRI LESTARI (7311007)

2.SRIANINGSIH (7311045)

3.RAHMAN LESIPELA (7311055)

Disetujui dan disahkan pada April 2014

MENYETUJUI / MENGESAHKAN

ii

Dosen Pengajar dan Dosen Pembimbing

Hj. Masruroh Hasyim,S.kep.Ns.,M.kes

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih mulia selain ungkapan puji syukur

alhamdulillah kehadirat Allah SWT.karena berkat rahmat dan

karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah SISTEM REPRODUKSI

II tentang “KANKER SERVIKS” ini sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan guna memenuhi tugas.

Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada

referensi, buku dan media massa yang berhubungan dengan system

reproduksi yang telah membantu dalam penyusun makalah ini

hingga selesai dan juga kami ucapkan banyak terima kasih atas

pemberian tugas ini, karena kami dapat lebih memahami. Kami

berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami

sendiri dan para pembaca pada umumnya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh

dari sempurna.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran

dan kritik yang sifatnya membangun dan para pembaca sehingga

iii

dapat membantu kearah perubahan yang lebih baik di kemudian

hari.

Jombang, April 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................i

LEMBAR PENGESAHAN...........................................ii

KATA PENGANTAR

............................................................

iii

DAFTAR ISI..................................................iv

BAB I PENDAHULUAN...........................................1

iv

1.1. Latar belakang.........................................2

1.2. Rumusan masalah........................................2

1.3. Tujuan.................................................2

1.4. Manfaat................................................2

BAB II KONSEP TEORI.........................................3

2.1. Definisi kanker serviks................................3

2.2. Etiologi Kanker serviks................................3

2.3. Faktor resiko/ Predisposisi kanker serviks.............4

2.4. Patofisiologi kanker serviks...........................5

2.5. Tingkat Keganasan Kanker Serviks.......................6

2.6. Tanda dan gejala Kanker Serviks........................7

2.7. Penatalaksanaan kanker Serviks.........................8

2.8. Pemeriksaan penunjang kanker serviks...................13

2.9. Komplikasi kanker serviks..............................15

2.10........................................................Pe

ncegahan Kanker Serviks................................15

BAB III NURSING PATHWAY ....................................17

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN ..................................18

4.1. Pengkajian ............................................18

4.2.Pemeriksaan fisik.......................................20

4.3. Diagnosa...............................................21

4.4. Intervensi.............................................22

4.5. Evaluasi...............................................29

BAB V PENUTUP...............................................30

5.1. Kesimpulan.............................................30

5.2.Saran ..................................................30

DAFTAR PUSTAKA..............................................31

v

vi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Salah satu keberhasilan terbesar dalam kesehatan

masyarakat Amerika di abad ke 20 adalah penurunan angka

kematian akibat kanker serviks yang cukup besar.

Keberhasilan ini sebagian besar berkaitan besar berkaitan

dengan adanya penemuan dan peningkatan smear sitology

serviks, atau Pap smear, oleh George Papanicolou pada tahun

1940-an. Didukung oleh adanya teknologi yang semakin

mengalami peningkatan, Pap smear telah mengurangi kematian

akibat kanker serviks di Amerika Serikat sebanyak lebih dari

70%, dan mulai memberi dampak yang serupa diseluruh dunia.

Pemeriksaan tersebut saat ini masih menjadi alat penapisan

lini pertama untuk mendeteksi adanya kanker serviks.

(Varney,2007).

Bertentangan dengan penurunan terkemuka angka kematian

akibat kanker serviks, penyelidikan terhadap tehnik

penapisan yang semakin baik dan berbiaya murah masih terus

berlanjut, dan untuk alasan yang baik. Setiap tahun, lebih

dari 4000 wanita di Amerika Serikat meninggal akibat kanker

serviks, dan sebanyak 13.000 kasus baru telah di diagnosis.

Seperti pada sebagian besar kasus dengan penyakit terminal

akibat kanker ginekologis, kematian yang terjadi biasanya

berlangsung lama dan menyakitkan. Oleh karena itu, setiap

upaya untuk menemukan tanda-tanda karsinoma saat awal proses

perjalanan penyakit dapat membantu menurunkan lebih jauh

vii

angka kematian yang berkaitan dengan kanker serviks.

(Varney,2007).

Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada

operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari

beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini

masih berupa “simptomatis” karena masih belum menyentuh

dasar penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel.

Terapi yang lebih mendasar atau imunoterapi masih dalam

tahap penelitian.Saat ini pilihan terapi sangat tergantung

pada luasnya penyebaran penyakit secara anatomis dan

senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi

kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi

prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat keberhasilan

terapi baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit.

Secara universal disetujui penentuan luasnya penyebaran

penyakit melalui sistem stadium.

1.2. Rumusan masalah

1. Apa Definisi dari kanker serviks ?

2. Apa Etiologi kanker serviks ?

3. Bagaimana Patofisiologi pada kanker serviks ?

4. Bagaimana Manifestasi klinis pada Ibu dengan kanker

serviks?

5. Apa saja Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari kanker

serviks?

6. Bagaimana Penatalaksanaan pada Ibu dengan kanker

serviks ?

viii

7. Bagaimana asuhan keperawatan pada Ibu yang menderita

kanker serviks ?

8. Bagaimana cara pencegahan pada ibu dengan kanker

serviks?

1.3. Tujuan

A. Tujuan umum

Dalam pembuatan makalah ini di harapkan mahasiswa

dapat memahami tentang apa itu kanker serviks.

B. Tujuan khusus

1.Supaya mahasiswa dapat membuat dan memahami

etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi,

komplikasi, penatalaksanaan.

2.Supaya mahasiswa dapat mengetahui tentang bagaimana

asuhan keperawatan pada Ibu dengan Kanker serviks

ketika mahasiswa terjun kelapangan.

1.4. Manfaat

1. Manfaat umum

Menjadi masukan ibu dari proses belajar mengajar

bersalin keperawatan

terutama dalam memberikan asuhan keperawatan kepada

perempuan yang terkena kanker serviks.

2. Manfaat khusus

Dapat membandingkan antara teori dan fakta di lapangan

tentang kanker serviks.

ix

BAB II

KONSEP TEORI

1.1. Definisi Kanker Serviks

Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah proses keganasan

yang terjadi di mulut rahim. Merupakan kanker terbanyak pada

wanita terutama di Negara miskin termasuk Indonesia. Setiap

hari dapat dijumpai 40-45 kasus dengan jumlah kematian 20-25

orang perhari. Hal itu sama artinya dengan 1 orang meningggal

setiap jam disebabkan oleh kanker serviks.(Mochtar, 2011).

Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada

daerah batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio)

dan endoserviks kanalis serviksalis yang disebut squamo-columnar

junction (SCJ). (Wiknjosastro, Hanifa. 2005)

x

Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang

bagian squamosa columnar junction (SCJ) serviks (Price, Sylvia.

2002).

Kanker serviks merupakan karsinoma ginekologi yang

terbanyak diderita.(Kapita Selekta Kedokteran Jilid I).

Kanker serviks adalah kanker primer serviks (kanalis

servikalis dan porsio). (Sarwono Prowirohardjo).

1.2. Etiologi Kanker serviks

Seperti pada kebanyakan keganasan lain, penyebab pasti

kanker serviks masih sulit ditemukan secara pasti, akan tetapi

sangat erat hubungannya dengan perilaku seksual.

Sampai saat ini infeksi Human Papiloma Virus (HPV) terutama

tipe 16 dan 18 dikatakan paling banyak berperan pada kejadian

kanker serviks. Telah banyak dibuktikan bahwa HPV merupakan

salah satu pencetus terjadinya kanker serviks yang penting,

karena telah cukup banyak penelitian yang membuktikan bahwa

terdapat 2 jenis protein/ gen (E6 dan E7) pada HPV yang akan

menghambat kerja protein pada manusia yang bertugas untuk

mengatur pertumbuhan/ pembelahan sel pada jalur yang normal,

sehingga epitel serviks berkembang tidak terkendali.

Disamping HPV, infeksi Herpes Simplex Virus (HPV) tipe II

dan infeksi lain masuk HIV berpotensi sebagai penyebab kanker

serviks.

(Pedoman Diagnosis dan Terapi,Edisi III,2008)

1.3. Faktor Resiko/Predisposisi Kanker Serviks

xi

Meskipun penyebabnya sulit untuk dideteksi, terdapat

beberapa faktor risiko yang berperan penting pada kejadian

kanker serviks antara lain :

a. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia

muda

Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang

perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya

untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para

ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang

dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada

yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.

b. Berganti-ganti pasangan seksual

Perilaku seksual berupa gonta - ganti pasangan seks akan

meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang

ditularkan, salah satunya adalah infeksi Human Papilloma Virus

(HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker

serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks

menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner

seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus herpes

simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor pendamping.

c. Faktor genetik

Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang

menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dapat

diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke

anaknya.

d. Kebiasaan merokok

Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena

kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.

xii

Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok

mengandung nikotin yang dapat menurunkan daya tahan serviks di

samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus. Selain itu,

rokok mengandung zat benza @ piren yang dapat memicu

terbentuknya radikal bebas dalam tubuh yang dapat menjadi

mediator terbentuknya displasia sel epitel pada serviks.

e. Defisiensi zat gizi (vitamin A dan C)

Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi

vitamin C dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia

ringan dan sedang, serta mungkin juga meningkatkan risiko

terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah

beta karoten dan retinol (vitamin A).

f. Multiparitas

Trauma mekanis yang terjadi pada waktu paritas dapat

mempengaruhi timbulnya infeksi, perubahan struktur sel, dan

iritasi menahun

g. Gangguan sistem kekebalan

Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok, dan

penyakit yang sifatnya immunosupresan, contohnya : HIV / AIDS

h. Status sosial ekonomi lemah

Umumnya, golongan wanita dengan latar belakang ekonomi lemah

tidak mempunyai biaya untuk melakukan pemeriksaan sitologi Pap

Smear secara rutin, sehingga upaya deteksi dini tidak dapat

dilakukan.

(Wiknjosastro, Hanifa,2005)

1.4. Patofisiologi Kanker Serviks

xiii

Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang

melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks

yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologi

antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio

dengan epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari

endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini berada di

luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada waniya umur > 35

tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks.

Tumor dapat tumbuh :

1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lUmen vagina sebagai

masa yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.

2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan

cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.

3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur

jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk

menjadi ulkus yang luas.

Serviks normal secara alami mengalami proses

metaplasi/erosio akibat saling desak-mendesak kedua jenis

epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang

erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat

berubah menjadi patologik melalui tingkatan NIS I, II, III dan

KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi

mikroinvasif atau invasif, prose keganasan akan berjalan

terus.

xiv

Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya

tahan tubuh penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar

antara 3 – 20 tahun (rata-rata 5 – 10 tahun). Perubahan epitel

displastik serviks secara kontinyu yang masih memungkinkan

terjadinya regresi spontan dengan pengobatan / tanpa diobati

itu dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard.

Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau

squamos cell carsinoma sisanya adenokarsinoma, clearcell

carcinoma/mesonephroid carcinoma dan yang paling jarang adalah

sarcoma.

(Wiknjosastro, Hanifa,2005).

1.5. Tingkat Keganasan Kanker Serviks

xv

Tingkat keganasan klinik dibagi menurut FIGO 1978 sebagai

berikut :

STADIUM KRITERIA

0 Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitelI Proses terbatas pada serviks dan uterusIa Karsinoma serviks preklinis, hanya dapat

didiagnosis secara mikroskopik, lesi tidak lebih

dari 3 mm, atau secara mikroskopik kedalamannya >

3 – 5 mm dari epitel basal dan memanjang tidak

lebih dari 7 mm.Ib Lesi invasif > 5 mm, dibagi atas lesi ≤ 4 cm dan

> 4 cm.II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan

menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke

parametrium, tetapi tidak sampai ke dinding

panggul.Iia Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih

bebas dari infiltrat tumor.Iib Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral,

tetapi belum sampai ke dinding panggul.III Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau

parametrium sampai dinding panggul.IIIa Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun tidak

sampai ke dinding panggul.IIIb Penyebaran sampai ke dinding panggul, tidak

ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor

dengan dinding panggul, atau proses pada tingkat

xvi

I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal

atau hidronefrosis.IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil

dan melibatkan mukosa rektum dan atau vesika

urinaria (dibuktikan secara histologi) atau telah

bermetastasis keluar panggul atau ke tempat yang

jauh.Iva Telah bermetastasis ke organ sekitarIvb Telah bermetastasis jauh

(Wiknjosastro,Hanifa. 2005).

1.6. Tanda dan Gejala Kanker Serviks

Pada lesi kanker sering tidak ditemukan atau kalau ada

berupa perdarahan setelah bersenggama, lekore atau pengeluaran

cairan encer dari vagina. Sering gejala kelainan pada serviks

muncul sebagai perdarahan sesudah senggama, yang kemudian

bertambah menjadi metroragia dan selanjutnya dapat menjadi

menoragi.

Pada lesi invasive keluar cairan kekuning-kuning terutama

bila lesi nekrotik. Cairan ini berbau dan dapat bercampur

dengan darah. Bila terjadi perdarahan kronis, maka dapat

timbul gejala-gejala anemia.

Pada stadium lanjut dapat menimbulkan gejala kaheksia,

iritasi vesica urinaria dan rectum, fistel vesikovaginal atau

rekovaginal. Gejala lain, dapat timbul akibat anak sebar di

organ-organ dalam rongga abdomen, paru-paru tulang dan hati.

Nyeri dengan lokasi dan derajat sesuai dengan luas tumor

dapat disebabkan oleh tumor yang nekrotik, radang panggul,

atau penekanan oleh tumor ke saluran kencing/ hidronefrosis.

xvii

(Pedoman Diagnosis dan Terapi,Edisi III,2008)

1.7. Penatalaksanaan Kanker Serviks

Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis

telah dipastikan secara histolgik dan sesudah dikerjakan

perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan

rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim kanker/ tim

onkologi).

(Wiknjosastro, 1997).

Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis

secara umum berdasarkan stadium kanker serviks :

STADIUM PENATALAKSANAAN

0

Biopsi kerucut

Histerektomi transvaginal

IaBiopsi kerucut

Histerektomi transvaginal

Ib,Iia

Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul

dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila

terdapat metastasis dilakukan radioterapi pasca

pembedahan

IIb,

III, IVHisterektomi transvaginal

IVa,

Ivb

Radioterapi

Radiasi paliatif

Kemoterapi

(Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1).

xviii

Penatalaksanan yang dilakukan pada klien kanker serviks,

tergantung pada stadiumnya. Penatalaksaan medis terbagi

menjadi tiga cara yaitu :

Radiasi

Terapi ini menggunakan sinar ionisasi ( sinar X) untuk

merusak sel-sel kanker. Terapi radiasi bertujuan untuk merusak

sel tumor pada serviks serta mematikan parametrial dan nodus

limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV

diobati dengan radiasi. Metode radioterapi disesuaikan dengan

tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif.

Pengobatan kuratif ialah memetikan sel kanker serta sel yang

telah menjalar ke sekitarnya dan bermeteasis ke kelenjar getah

bening panggul, dengan tetap memepertahankan sebanyak

kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rectum, vesika

urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis kuratif

hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Bila sel

kanker sudah keluar rongga panggul, maka radioterapi hanya

bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium

IV A.

Selama menjalani radioterap, penderita mudah mengalami

kelelahan yang luar biasa, terutama seminggu sesudahnya.

Istirahat yang cukup merupakan hal yang penting, tetapi

dokter biasanya menganjurkan agar penderita sebisa mungkin

tetap aktif. Pada radiasi eksternal, sering terjadi kerontokan

rambut di daerah yang disinari dan kulit menjadi merah, kering

serta gatal-gatal. Mungkin kulit akan menjadi lebih gelap.

Daerah yang disinari sebaiknya mendapatkan udara yang cukup,

xix

tetapi harus terlindung dari sinar matahari dan penderita

sebaiknya tidak menggunakan pakaian yang bisa mengiritasi

daerah yang disinari.

Biasanya, selama menjalani radioterapi penderita tidak

boleh melakukan hubungan seksual. Kadang setelah radiasi

internal, vagina menjadi lebh sempit dan kurang lentur,

sehingga bisa menyebabkan nyeri ketika melakukan hubungan

seksual. Untuk mengatasi hal ini, penderita diajari untuk

menggunakan dilator dan pelumas dengan bahan dasar air.

Pada radioterapi juga bisa timbul diare dan sering berkemih.

Operasi

Operasi bertujuan untuk mengambil atau merusak kanker.

Bisa menggunakan bedah mikrografik atau laser. Tujuan utamanya

untuk mengangkat keseluruhan tumor / kanker. Pembedahan

mikrografik dilaksanakan dengan bedah kimia dimana prosedur

pembedahannya mengharuskan pengangkatan tumor lapis demi

lapis.

Kanker serviks dapat diobati dengan pembedahan :

1. Konisasi (cone biopsy) : pembuatan sayatan berbentuk

kerucut pada serviks dan kanal serviks untuk diteliti

oleh ahli patologi. Digunakan untuk diganosa ataupun

pengobatan pra kanker serviks.

2. Cryosurgery: yaitu pengobatan dengan cara membekukan dan

menghancurkan jaringan abnormal (biasanya untuk stadium

pra-kanker serviks)

3. Bedah laser: untuk memotong jaringan atau permukaan lesi

pada kanker serviks.

xx

4. Loop electrosurgical excision procedure (LEEP):

menggunakan arus listrik yang dilewati pada kawat tipis

untuk memotong jaringan abnormal kanker serviks

5. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang

bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total)

ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada

stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO). Umur

pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan

umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang

dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum

(resiko tinggi) seperti : penyakit jantung, ginjal dan

hepar.

Ada 2 histerektomi :

Total Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan

serviks

Radikal Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan

serviks, indung telur, tuba falopi maupun kelenjar getah

bening di dekatnya.

Stadium pra kanker ataupun kanker serviks yang kurang

invasif (stadium IA) biasanya diobati dengan histerektomi.

Bila pasien masih ingin memiliki anak, metode LEEP atau cone

biopsy dapat menjadi pilihan.

Untuk stadium kanker serviks awal IB dan IIA:

1. Ukuran tumor lebih kecil dari 4cm: radikal histerektomi

ataupun radioterapi dengan/tanpa kemoterapi.

2. Ukuran tumor lebih besar dari 4cm: radioterapi dan

kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, ataupun kemo

berbasis cisplatin yang dilanjutkan dengan histerektomi.

xxi

Biasanya, histerektomi dilakukan dengan suatu insisi

(memotong melalui dinding abdomen) abdominal histerektomi atau

lewat vagina (vaginalishisterektomi). Perawatan di Rumah Sakit

biasanya lebih lama abdominal histerektomi daripada vaginal

histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya juga lebih banyak.

Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam kecuali uterus

tersebut berukuran lebih besar pada vagina histerektomi)

justru lebih lama. Perlu di ingat aturan utama sebelum

dilakukan histerektomi, wanita harus melalui beberapa test

untuk memilih prosedur optimal yang akan digunakan :

Pemeriksaan panggull lengkap (Antropometri) termasuk

mengevaluasi uterus di ovarium, Pap smear terbaru, USG

panggul, tergantung pada temuan di atas.

Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita

biasa mengalami nyeri di perut bagian bawah, untuk

mengatasinya biasa diberikan obat pereda nyeri. Penderita juga

mungkin akan kesulitan dalam berkemih dan buang air besar.

Untuk membantu pembuangan air kemih biasa di pasang katete.

Beberapa saat setelah pembedahan, aktifitas penderita harus

dibatasi agar penyembuhan berjalan lancar. Aktifitas normal

(termasuk hubungan seksual) biasanya bisa kembali dilakukan

dalam waktu 4-8 minggu.

Setelah menjalani histerektomi, penderita tidak akan

mengalami menstruasi lagi, histerektomi biasanya tidak

mempengaruhi gairah seksual dan kemampuan untuk melakukan

hubungan seksual. Tetapi banyak penderita yang mengalami

gangguan emosiomal setelah histerektomi. Pandangan penderita

xxii

terhadap seksualitasnya bisa berubah dan penderita menrasakan

kehilangan karena dia tidak dapat hamil lagi.

Kemoterapi

Memberikan obat antikanker untuk membunuh sel-sel kanker.

Bisa berupa obat yang diminum, dimasukkan bersama cairan

intravena, atau injeksi. Contoh obat yang diberikan dalam

kemoterapi, misalnya sitostatika.

Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian

obat melalui infus, tablet atau intramuscular. Obat kemoterapi

digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat

perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tergantung pada

jenis kanker dan fasenya saat didiagnosis. Beberapa kanker

mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat

sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain,

pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang

kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant.

Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk

mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun

tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase

akhir, kemoterapi di gunakan sebagai paliatif untuk memberikan

kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi kombinasi telah

digunakan untuk memberikan hidup yang lebih baik. Kemoterapi

kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena

dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan

yang memuaskan.

Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks

antar lain CAP (Cyclophopamide Adremycin Platamin), PVB

(Platamin Veble Bleomycin) dan lain-lain.

xxiii

Cara pemberian kemoterapi:

1.      Ditelan

2.      Disuntikkan

3.      Diinfus

Obat kemoterapi yang paling sering digunakan sebagai

terapi awal / bersama terapi radiasi pada stage IIA, IIB,

IIIA, IIIB, and IVA adalah : Cisplatin., Fluorouracil (5-FU).

Sedangkan Obat kemoterapi yang paling sering digunakan untuk

kanker serviks stage IVB / recurrent adalah : Mitomycin.

Paclitaxel, Ifosfamide.

Efek samping dari kemoterapi adalah :

1. Lemas : Timbulnya mendadak atau perlahan dan tidak

langsung menghilang saat beristirahat, kadang berlangsung

terus sampai akhir pengobatan.

2. Mual dan muntah : Mual dan muntah berlangsung singkat

atau lama. Dapat diberikan obat anti mual sebelum,

selama, dan sesudah pengobatan.

3. Gangguan pencernaan : Beberapa obat kemoterapi dapat

menyebabkan diare, bahkan ada yang diare sampai dehidrasi

berat dan harus dirawat. Kadang sampai terjadi sembelit.

Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang

mengandung serat, buah dan sayur. Harus minum air

yang hilang untuk mengatasi kehilangan cairan.

Bila susah BAB : makan-makanan yang berserat, dan

jika memungkinkan olahraga.

4. Rambut rontok : Kerontokan rambut bersifat sementara,

biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi

xxiv

dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah didekat

kulit kepala. Dapat terjadi seminggu setelah kemoterapi.

5. Otot dan saraf : Beberapa obat kemoterapi menyebabkan

kesemutan dan mati rasa pada jari tangan dan kaki. Serta

kelemahan pada otot kaki.

6. Efek pada darah : Beberapa jenis obat kemoterapi ada yang

berpengaruh pada kerja sumsum tulang yang merupakan

pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah sel darah

merah menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel

darah putih (leukosit). Penurunan sel darah terjadi

setiap kemoterapi, dan test darah biasanya dilakukan

sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel

darah telah kembali normal. Penurunan jumlah sel darah

dapat menyebabkan :

Mudah terkena infeksi

Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena

leukosit adalah sel darah yang memberikan perlindungan

infeksi. Ada juga beberapa obat kemoterapi yang

menyebabkan peningkatkan leukosit.

Perdarahan

Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan

darah, apabila jumlah trombosit rendah dapat

menyebabkan pendarahan, ruam, dan bercak merah pada

kulit.

Anemia

Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai

dengan penurunan Hb (Hemoglobin). Karena Hb letaknya

xxv

didalam sel darah merah. Penurunan sel darah merah

dapat menyebabkan lemah, mudah lelah, tampak pucat.

Kulit menjadi kering dan berubah warna

Lebih sensitive terhadap sinar matahari.

Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih

melintang.

1.8. Pemeriksaan Penunjang Kanker Serviks

a. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear

Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan

adalah pap smear. Pap smear merupakan salah satu cara deteksi

dini kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya perubahan-

perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu

pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher rahim dengan

spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop.

Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology)

adalah metoda pap smear yang dimodifikasi yaitu sel usapan

serviks dikumpulkan dalam cairan dengan tujuan untuk

menghilangkan kotoran, darah, lendir serta memperbanyak sel

serviks yang dikumpulkan sehingga akan meningkatkan

sensitivitas. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengunakan

semacam sikat (brush) kemudian sikat dimasukkan ke dalam cairan

dan disentrifuge, sel yang terkumpul diperiksa dengan mikroskop.

Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis

adanya kanker serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang

abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar berupa

kolposkopi. Penanganan kanker serviks dilakukan sesuai stadium

xxvi

penyakit dan gambaran histopatologimnya. Sensitifitas pap

smear yang dilakukan setiap tahun mencapai 90%.

Gambar teknik Pap Smear :

Keterangan :

1.         Vagina dibuka dengan spekulum agar mulut rahim

kelihatan;

2.         Dilakukan usapan pada mulut rahim dengan spatel;

3.         Spatel dioleskan ke obyek glas, kemudian diperiksa

dengan mikroskop;

4.         Metode berbasis cairan : usapan pada mulut rahim

dilakukan dengan citobrush (sikat) > sikat dimasukkan ke dalam

cairan fiksasi, dibawa ke laboratorium > diperiksa dengan

mikroskop.

b. Kolposkopi

Langkah kedua dalam penapisan kanker serviks meliputi

penggunaan koloskopi. Tehnik penerangan dan pembesaran serviks

ini memiliki tujuan untuk mencari sel pramaligna atau yang

berpotensi untuk menjadi kanker. Apabila dibandingkan dengan

Pap smear pemeriksaan koloskopi bersifat lebih spesifikdan

xxvii

lebih sensitive dalam mendiagnosis sel-sel serviks yang

abnormal, namun biayanya jauh lebih besar.

Klien perlu diberitahu bahwa prosedur ini biasanya

berlangsung lebih lama daripada pemeriksaan Pap smear, dan

menimbulkan nyeri atau rasa tidak nyaman, sama dengan

perdarahan setelah pemeriksaan, dapat muncul akibat prosedur

biopsy yang mengiringi pemeriksaan kolposkopi.

Apabila terdapat lesi dalam serviks ketika melakukan

inspeksi yang diperbesar saat prosedur kolkoskopi, diperlukan

juga tindakan pengambilan sampel di area yang diamati. Hal ini

dapat tercapai lewat penggunaan punch biopsy, kuret

endoserviks, dan biopsy kerucut. Tujuan pengambilan sampel ini

adalah untuk menyingkirkan kanker dan kemudian dapat mulai

mengatasi kanker tersebut pada klien.

(Varney,Helen,2007)

c. Serviksografi

Tehnik pemeriksaan yang dengan biaya lebih murah daripada

koloskopi. Untuk tindakan penapisan atau dalam mendiagnosis

sel serviks yang abnormal adalahservikografi, dikenal dengan

sebutan servigram. Servigram dikenalkan di Amerika Serikat

pada tahun 1980-an, metode ini terdiri atas penggunaan

fotograf perbesaran rendah pada serviks, yang kemudian dapat

dibaca oleh ahli sitopatologi. Servikografi belum dapat

mencapai tingkat penggunaan yang telah dicapai oleh koloskopi.

Akan tetapi, terdapat cukup bukti yang dapat memperlihatkan

peran penting dalam penapisan kanker serviks, terutama pada

xxviii

lokasi dengan akses dan biaya masih menjadi masalah yang

ditentang.

(Varney,Helen.2007).

d. Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat

komplikasi pendarahan yang terjadi pada penderita kanker

serviks dengan mengukur kadar hemoglobin, hematokrit,

trombosit dan kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam

sel-sel tubuh.

1.9. Komplikasi Kanker Serviks

1. Pendarahan

2. Kematian janin

3. Infertil

4. Obstruksi ureter

5. Hidronefrosis

6. Gagal ginjal

7. Pembentukan fistula

8. Anemia

9. Infeksi sistemik

10. Trombositopenia

1.10. Pencegahan Kanker Serviks

Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Kata yang tepat

untuk anda melakukan pencegahan dini terhadap resiko terserang

kanker serviks. Jenis penyakit yang menjadi momok yang

menakutkan untuk setiap perempuan. Tidak ada yang menyadari

xxix

gejalanya, bahkan survey menunjukan perempuan yang terinfeki

virus papiloma manusia (penyebab kanker serviks) baru

memeriksakan diri setelah berada pada stadium 3 yang membuat

penderita mengalami kerusakan organ-organ di dalam tubuhnya.

Tidak menutup kemungkinan pola kehidupan anda beresiko

mengalami kanker serviks.

Lakukan pencegahan kanker serviks dengan cara dibawah ini

:

a. Pemberian vaksin kanker serviks

Keganasan kanker serviks dapat menyerang wanita tanpa melihat

kelompok umur. Vaksin dapat diberikan pada kelompok umur 11-

26. Vaksin diberikan pada bulan 0,1 dan bulan ke 6. Adapula

untuk anda yang memiliki riwayat terinfesi virus papiloma

manusia dapat diberikan vaksinasi dengan efektifias yang

kurang. Vaksinasi dapat dilakukan di dokter kandungan.

Vaksinasi hanya dilakukan untuk pencegahan bukan untuk

pengobatan.

b. Deteksi dengan Pap Smear

Pap smear merupakan metode skrining untuk dapat mendeteksi

kanker serviks. Test ini telah terbukti dapat mendeteksi dini

terjadinya infeksi virus penyebab kanker serviks, sehingga

mampu menurunkan resiko terkena kanker serviks dan memperbaiki

prognosis. Adapun anjuran untuk anda yang ingin mencegah sejak

dini dapat melakukan pap smear setahun sekali  untuk  wanita

yang telah menginjak usia 35 tahun, wanita yang pernah

xxx

menderita infeksi HPV, wanita pengguna pil kontrasepsi.

Lakukan sesering mungkin jika hasil pap smear anda menunjukan

tidak normal atau setelah pengobatan prekanker . Untuk anda

yang akan melakukan pap smear perhatikan ketentuannya agar

hasil akurat :

Melakukan pap smear pada dua minggu setelah hari pertama

haid.

Sebelum pemeriksaan sebaiknya tidak menggunakan obat atau

bahan herbal pencuci alat kewanitaan.

Penderita paska persalinan dianjurkan datang 6-8 minggu

untuk melakukan pap smear.

Selama 24 jam sebelum pemeriksaan tidak dianjurkan untuk

berhubungan seksual.

c. Deteksi dengan metode IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam

Asetat).

IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker

serviks. Tes sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga

tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan praktek dan

lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan

serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak 

bercak-bercak  putih pada permukaan serviks yang tidak normal.

Dilakukan di daerah tanpa fasilitas pap smear. Tujuannya untuk

mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan

pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk

mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim.

Tes IVA :

xxxi

1. Pasien dalam posisi litotomi

2. Speculum dipasang

3. Serviks ditampakan dan di bersihkan dari lender

4. Serviks dibasahi permukaan dengan asam asestat 5%,

selanjutnya diamati dengan penerangan lampu 100 watt.

Hasil IVA : negative bila gambaran putih (-) dan postif bila

gambaran putih (+)

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1. Pengkajian

1. Identitas klien

xxxii

a. Nama : Ny. X

b. Umur : Perempuan yang melakukan hubungan seks pada

usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali

lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih

dari 20 tahun)

c. Jenis kelamin : perempuan

d. Pekerjaan : Perempuan yang bekerja sebagai PSK

mempunyai resiko yang tinggi terhadap kanker

serviks.

2. Keluhan utama

Pada kasus kanker serviks umumnya pasien sering mengeluh

lemas, perdarahan, keputihan, serta nyeri dbawah abdomen.

3. Riwayat penyakit sekarang

Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat

keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu

ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan

yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat

memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk

memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan

segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.

4. Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien

pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan

juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.

5. Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita

penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.

6. Riwayat psikososial

xxxiii

Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan

gizi di rumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang

penyakit kanker serviks.

7. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon

a. Pola istirahat dan tidur.

Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari

nyeri akibat progresivitas dari kanker serviks ataupun karena

gangguan pada saat kehamilan.gangguan pola tidur juga dapat

terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh ibu.

b. Pola eliminasi

Dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang

menekan kandung kemih. Dapat pula terjadi disuria serta

hematuria. Selain itu biisa juga terjadi inkontinensia alvi

akibat dari peningkatan tekanan otot abdominal

c. Pola nutrisi dan metabolik

Asupan nutrisi pada seseorang dengan kanker serviks biasanya

mengalami penurunan nafsu makan. Kanker serviks pada Ibu yang

sedang hamil juga dapat mengganggu dari perkembangan janin.

d. Pola kognitif – perseptual

Pada Ibu dengan kanker serviks biasanya tidak terjadi gangguan

pada pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran,

penciuman, perabaan, pengecap.

xxxiv

e. Pola persepsi dan konsep diri

Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena

mempunyai penyakit kanker serviks, akibat dari persepsi yang

salah dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari kanker

serviks adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan

seksual.

f. Pola aktivitas dan latihan.

Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola aktivitas dan

latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1=

alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan

alat, 4= tergantung total).

Namun pada ibu hamil yang disertai dengan kanker serviks ibu

akan merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas

bawah dan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik

akibat dari progresivitas kanker serviks sehingga harus

beristirahat total.

g. Pola seksualitas dan reproduksi

Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi

pasien selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola

seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang

selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual

(dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan.

Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk dari

vagina.

h. Pola manajemen koping stress

xxxv

Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana

manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima

kondisinya setelah sakit. Ibu hamil dengan kanker serviks

biasanya mengalami gangguan dalam manajemen koping stres yang

diakibatkan dari cemas yang berlebihan terhadap risiko

terjadinya kematian janin serta keselamatan dirinya sendiri.

i. Pola peran - hubungan

Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau

lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi

pola peran dan hubungannya. Ibu hamil dengan kanker serviks

harus mendapatkan dukungan dari suami serta orang – orang

terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan Ibu

serta janin yang dikandungnya. Biasanya koping keluarga akan

melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang menderita

penyakit kanker serviks.

j. Pola keyakinan dan nilai

Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan

nilai yang diyakini.

4.2.Pemeriksaan fisik

1. Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum : Lemah

b) Kesadaran : Composmentis

c) TTV : Masih dalam keadaan normal

xxxvi

d) Pemeriksaan fisik

Kepala

Rambut kepala : rambut kusam dan rontok.

Kulit Kepala : tidak ada lesi atau benjolan.

Tulang Tengkorak : ukuran dan kontur normal.

Wajah : Raut wajah pucat ,Ekspresi wajah ibu menahan

nyeri (meringis)

Mata :

Kelopak Mata : tidak ada kelainan

Amati kelopak mata, catat adanya kelainan : ptosis,

entro/ekstropion, alismata rontok, lesi.

Pemeriksaan pupil

Normal : reflek pupil baik, isokor, diameter 3 mm.

Pemeriksaan tajam penglihatan

hasil visus normal = 6/6.

Pemeriksaan lapang pandang

Normal 180 0C.

Pemeriksaan abdomen.

Nyeri perut dibagian bawah bisa semakin buruk dengan

disertai mual atau muntah.

Nyeri abdomen bagian bawah.

Pemeriksaan Genetalia

Inspeksi:

a) Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau

busuk

b) Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar

c) Urine bercampur darah (hematuria)

xxxvii

d) Mengeluarkan keputihan yang dapat bercampur nanah(

Ayu, 2010 )

Palpasi:

a) Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal

4.3. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan

yang tidak adekuat sekunder akibat perdarahan.

2. Nyeri berhubungan dengan agens-agens penyebab cedera

biologis.

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan

kerusakan transpor oksigen melalui membran alveolar

dan/atau membran kapiler.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan hilang nafsu makan.

5. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis

(metastase sel kanker)

6. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan

struktur atau fungsi tubuh (proses penyakit).

4.4. Intervensi

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan

yang tidak adekuat sekunder akibat perdarahan.

Ds : Klien mengatakan lemas.

Do :

Penurunan turgor kulit dan lidah

Suhu tubuh meningkat.

xxxviii

Peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan darah,

penurunan volume dan tekanan nadi

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24

jam, diharapkan keseimbangan volume cairan adekuat.

Kriteria Hasil :

TTV pasien dalam batas normal, meliputi :

Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)

Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)

Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)

Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)

Membran mukosa lembab

Turgor kulit baik (elastis)

Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik

setelah ditekan )

Ekspresi wajah pasien tidak pucat

NO INTERVENSI RASIONAL1 Awasi tanda-tanda vital,

kaji warna kulit/membran

mukosa, dasar kuku

Memberika informasi tentang

derajat/keadekuatan perfusi

jaringan dan membantu

menentukan intervensi

selanjutnya2 Selidiki perubahan

tingkat kesadaran,

keluhan pusing dan sakit

Perubahan dapat menunjukkan

ketidak adekuatan perfusi

serebral sebagai akibat tekanan

xxxix

kepala darah arterial3 Kaji kulit terhadap

dingin, pucat,

berkeringat, pegisian

kapiler lambat dan nadi

perifer lemah

Vasokonstriksi adalah respon

simpatis terhadap penurunan

volume sirkulasi dan dapat

terjadi sebagai efek samping

vasopressin

4 Berikan cairan

intravena, produk darah

Menggantikan kehilangan daran,

mempertahankan volume sirkulasi5 Penatalaksanaan

pemberian obat

antikoagulan tranexid

500 mg 3×1 tablet

Obat anti kagulan berfungsi

mempercepat terjadinya

pembekuan darah / mengurangi

perarahan(Judith, 2011)

2. Nyeri berhubungan dengan agens-agens penyebab cedera

biologis

Ds :

Pasien mengatakan merasa nyeri pada panggul (pelvis) atau

di perut bagian bawah

Pasien mengatakan merasa nyeri ketika buang air kecil dan

urine bercampur darah

Do : TTV abnormal meliputi : Nadi, Nafas, Tekanan Darah, dan

Suhu

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24

jam, diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol.

Kriteria hasil :

Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurunxl

Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal

dengan pengaruh / efek samping minimal

TTV pasien dalam batas normal, meliputi :

Nadi normal (± 60 - 100 x / menit)

Pernapasan normal ( ± 16 - 24 x / menit)

Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)

Suhu normal (36,5oC - 37,5oC)

Ekspresi wajah pasien tidak meringis

Pasien tampak tenang (tidak gelisah)

Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi

dengan tepat sesuai indikasi untuk mengontrol nyeri.

NO INTERVENSI RASIONAL1 Kaji tingkat nyeri, lokasi

dan skala nyeri yang

dirasakan klien

Mengetahui tingkat nyeri yang

dirasakan sehingga dapat

membantu menentukan

intervensi yang tepat2 Observasi tanda-tanda

vital tiap 8 jam

Perubahan tanda-tanda vital

terutama suhu dan nadi

merupakan salah satu indikasi

peningkatan nyeri yang

dialami oleh klien3 Anjurkan klien untuk

melakukan teknik relaksasi

Teknik relaksasi dapat

membuat klien merasa sedikit

nyaman dan distraksi dapat

mengalihkan perhatian klien

terhadap nyeri sehingga dapat

mambantu mengurangi nyeri

xli

yang dirasakan

4 Beri posisi yang nyaman Posisi yang nyaman dapat

menghindarkan penekanan pada

area luka/nyeri5 Kolaborasi pemberian

analgetik

Obat-obatan analgetik akan

memblok reseptor nyeri

sehingga nyeri tidat dapat

dipersepsikan(Judith, 2011)

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kerusakan

transpor oksigen melalui membran alveolar dan/atau membran

kapiler.

Ds : klien mengatakan kesemutan pada ekstremitas bawah.

Do :

Pengisian kapiler lambat ( tidak kembali dalam < 2-3

detik setelah ditekan )

Ekspresi wajah pasien pucat

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24

jam, diharapkan perfusi jaringan kembali adekuat

Kriteria Hasil :

TTV pasien dalam batas normal, meliputi :

Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)

Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)

Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)

Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)

xlii

Pasien tidak tampak lemas

Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik

setelah ditekan)

Denyut nadi teraba

Tidak tampak kebiruan pada permukaan kulit

Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut,

kuku, kelembaban).

NO INTERVENSI RASIONAL1 Awasi tanda-tanda

vital, kaji warna

kulit/membran mukosa,

dasar kuku

Memberika informasi tentang

derajat/keadekuatan perfusi

jaringan dan membantu

menentukan intervensi

selanjutnya2 Selidiki perubahan

tingkat kesadaran,

keluhan pusing dan

sakit kepala

Perubahan dapat menunjukkan

ketidak adekuatan perfusi

serebral sebagai akibat

tekanan darah arterial3 Kaji kulit terhadap

dingin, pucat,

berkeringat, pegisian

kapiler lambat dan

nadi perifer lemah

Vasokonstriksi adalah respon

simpatis terhadap penurunan

volume sirkulasi dan dapat

terjadi sebagai efek samping

vasopressin4 Berikan cairan

intravena, produk

darah

Menggantikan kehilangan

daran, mempertahankan volume

sirkulasi5 Penatalaksanaan

pemberian obat

antikoagulan tranexid

Obat anti kagulan berfungsi

mempercepat terjadinya

pembekuan darah / mengurangi

xliii

500 mg 3×1 tablet perarahan(Judith, 2011)

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan hilang nafsu makan.

Ds :

klien mengatakan kram abdomen

klien mengatakan nyeri abdomen

Do : Anoreksi

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24

jam, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi secara optimal dan

seimbang

Kriteria Hasil :

Berat badan pasien stabil (sesuai dengan BB pasien dalam

kondisi normal)

Pasien menunjukkan adanya peningkatan nafsu makan

Tidak terjadi mual ataupun muntah

Pasien tidak tampak pucat / lemas

NO INTERVENSI RASIONAL1 Pantau masukan

makanan setiap hari

Mengidentifikasi defisiensi

nutrisi2 Dorong pasien untuk

makan diet tinggi

kalori dan nutrien

dengan masukan cairan

yang adekuat. Dorong

penggunaan suplemen

Kebutuhan jaringan metabolik

ditingkatkan begitu juga cairan

(untuk menghilangkan produk

sisa). Suplemen dapat membantu

untuk mempertahankan masukan

kalori dan protein yang adekuat

untuk pertumbuhan ibu serta

perkembangan janin.

xliv

3 Kontrol faktor

lingkungan

(misalnya : bau

makanan yang terlalu

kuat, kebisingan

lingkungan, makanan

yang terlalu pedas,

terlalu manis, dan

berlemak)

Untuk menurunkan potensial

terjadinya respon mual dan

muntah

4 Kolaborasi :

Tinjau ulang

pemeriksaan

laboratorium sesuai

indikasi, misalnya

transferin serum dan

albumin

Membantu dalam mengidentifikasi

derajat ketidakseimbangan

biokimia dan malnutrisi yang

terjadi akibat pertumbuhan sel-

sel kanker, dapat mempengaruhi

dalam penentuan intervensi diet

selanjutnya5 Kolaborasi :

Rujuk pada ahli

gizi / tim pendukung

nutrisi

Memberikan rencana diet khusus

untuk memenuhi kebutuhan ibu

dan janin yang dikandungnya,

serta menurunkan potensial

komplikasi yang terjadi

berkenaan dengan malnutrisi

protein / kalori dan defisiensi

mikronutrien(Judith, 2011)

5. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis

(metastase sel kanker)

xlv

Ds : -

Do : TTV abnormal.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan

selama ... x 24 jam, pasien tidak mengalami infeksi

Kriteria Hasil :

Tidak tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor,

tumor, fungsio laesia)

TTV pasien dalam batas normal, meliputi :

Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)

Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)

Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)

Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)

Nilai WBC (sel darah putih) dari pemeriksaan laboratorium

berada dalam batas normal (4 - 9 103/µL).

NO INTERVENSI RASIONAL1 Kaji adanya tanda-tanda

infeksi

Mengetahui adanya gejala

awal dari proses infeksi

2 Observasi vital sign Perubahan vital sign

merupakan salah satu

indikator dari terjadinya

proses infeksi dalam tubuh

3 Observasi daerah kulit

yang mengalami

kerusakan (luka, garis

jahitan), daerah yang

Deteksi dini perkembangan

infeksi memungkinkan untuk

melakukan tindakan dengan

segera dan pencegahan

xlvi

terpasang alat invasif

(infus, kateter)

komplikasi selanjutnya

4 Kolaborasi dengan tim

medis untuk pemberian

obat antibiotic

Anti biotik dapat

menghambat pembentukan sel

bakteri, sehingga proses

infeksi tidak terjadi.

Disamping itu antibiotik

juga dapat langsung

membunuh sel bakteri

penyebab infeks.(Judith, 2011)

6. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur

atau fungsi tubuh (proses penyakit)

Ds : Klien mengatakan tidak bisa menerima kepuasan seksual dan

tidak bisa mencapai kepuasan yang diharapkan.

Do :

Pembatasan aktual akibat penyakit atau terapi.

Perubahan dalam pencapaian persepsi peran seks.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24

jam, diharapkan aktivitas seksual pasien tetap adekuat pada

tingkat yang sesuai dengan kondisi fisiologis tubuhnya.

Kriteria Hasil :

xlvii

Pasien mampu mengungkapkan pemahamannya tentang efek

kanker serviks yang dialaminya terhadap fungsi

seksualitasnya

Pasien mau mendiskusikan masalah tentang gambaran diri,

perubahan fungsi seksual dan hasrat seksual dengan orang

terdekat yang dialaminya

NO INTERVENSI RASIONAL1 Dengarkan pernyataan

pasien / orang terdekat

Masalah seksualitas

seringkali menjadi masalah

yang tersembunyi, yang

seringkali diungkapkan

sebagai humor / melalui

pernyataan yang tidak

gamblang2 Informasikan pada

pasien tentang efek

dari proses penyakit

infeksi pelvis yang

dialaminya terhadap

fungsi seksualitasnya

(termasuk di dalamnya

efek samping dari

pengobatan infeksi

pelvis yang akan

dijalani)

Pedoman antisipasi dapat

membantu pasien dan orang

terdekat untuk memulai

proses adaptasi pada

keadaan yang baru

3 Bantu pasien untuk

menyadari / menerima

Mengakui proses

kehilangan / perubahan pada

xlviii

tahap kehilangan

tersebut

fungsi seksual secara nyata

dapat meningkatkan koping

pasien4 Dorong pasien untuk

berbagi pikiran dengan

orang terdekat

Komunikasi terbuka dapat

membantu dalam identifikasi

masalah dan meningkatkan

diskusi untuk menemukan

pemecahan masalah.

(Judith, 2011)

1.5. Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :

1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap

terjadinya komplikasi perdarahan.

2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan

tubuh

3. Tidak ada tanda-tanda infeksi

4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan

5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang

optimal.

6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan

pada tingkat dapat diatasi

7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker

terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk

menghadapi perubahan peran.

8. Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan

dari pemberian terapi

xlix

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah proses

keganasan yang terjadi di mulut rahim. Merupakan kanker

terbanyak pada wanita terutama di Negara miskin termasuk

Indonesia. Setiap hari dapat dijumpai 40-45 kasus dengan

jumlah kematian 20-25 orang perhari. Hal itu sama artinya

dengan 1 orang meningggal setiap jam disebabkan oleh kanker

serviks.

Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor

ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma

serviks, antara lain infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan

spermatozoa. Karsinoma serviks timbul di sambungan

skuamokolumner serviks. Faktor resiko yang berhubungan dengan

karsinoma serviks ialah perilaku seksual berupa mitra seks

multipel, multi paritas, nutrisi, rokok, dan lain-lain.

Karsinoma serviks dapat tumbuh eksofitik maupun endofitik.

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada

beberapa factor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara

lain :

a. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual

b. Jumlah kehamilan dan partus

c. Jumlah perkaminan

l

d. Infeksi virus

e. Social ekonomi

f. Hygiene dan sirkumsisi

g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).

4.2. Saran

1. Bagi pembaca diharapkan menambah pengetahuan tentang Ca

serviks

2. Bagi penyusun diharapkan menambah pengetahuan tentang

asuhan keperawatan tentang Ca serviks.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Volume 3. Jakarta : EGC

Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta : EGC

Guyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11.Jakarta : EGC

Irfani,Baihaqi. 2010. Melody Of Phantom & Pedoman Diagnosis DanTerapi. Surabaya : Unair

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta :Media Ausculapius

Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit,Edisi 6, Volume 2. Jakarta : EGC

li

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan vol1. Jakarta : EGC.

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku saku diagnosis keperawatanedisi 9. Jakarta : EGC

lii

liii