Bentuk Keterkaitan Anatara Filsafat Manusia dan Pendidikan01

23
Bentuk Keterkaitan Antara Filsafat, Manusia dan Pendidikan Kelompok 9 Arif Rahman Hakim (D74213051) Giganthea Flora S (D74213066) Fitri Dwi Puspita Sari (D74213065) Guru Pengampu : M. Faizin, M.Ag JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

Transcript of Bentuk Keterkaitan Anatara Filsafat Manusia dan Pendidikan01

Bentuk Keterkaitan Antara Filsafat,

Manusia dan Pendidikan

Kelompok 9

Arif Rahman Hakim (D74213051)

Giganthea Flora S (D74213066)

Fitri Dwi Puspita Sari (D74213065)

Guru Pengampu : M. Faizin, M.Ag

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2013

DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang………………………………………………………………………………...3

Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..…4

Tujuan dan Manfaat……………………………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN

Bentuk Keterkaitan Antara Filsafat, Manusia dan

Pendidikan……………………………..…5

Pentingnya Pengaitan Antara Filsafat, Manusia, dan

Pendidikan……………………………..6

Manfaat Relasi dari Filsafat Manusia dan

Pendidikan……………………………………...…8

BAB III KESIMPULAN

Kesimpulan…………………………………………………………………………………...13

BAB IV ANALISIS KRITIS………………………………………………………………...14

DAFTAR ISI

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat dalam kehidupan manusia merupakan hal yang taka

akan pernah terlepas, dikarenakan sifat manusia yang memang

selalu ingin mencari tahu tentang al-hal yang dikiranya

menarik, baik itu dalam hal-hal keagamaan, ukhrowi ataupun

duniawi.

Bahkan telah diterangkan pada suatu kitab tauhid bahwa saat

manusia berfilsafat mengenai ketauhidan terdapat larangan

untuk berfikir tentang dzat Allah SWT dikarenakan akal manusia

sampai kapanpun tidak akan dapat sampai pada taraf tersebut.

Lain halnya jika berfilsafat mengenai ciptaan Allah. Disini

dapat diketahui bahwa dari awal manusia suka untuk mencari

3

tahu suatu asal-usul bahkan terkadang tidak mempertimbangkan

apakah yang sesuatu yang difikirkan atau difilsafatkannya

tersebut mampu dicapai oleh akal fikirannya atau tidak.

Sifat alamiah tersebutlah yang membuat keterkaitan mengenai

filsafat, manusia, dan pendidikan. Manusia selalu ingin tahu

tentang suatu hal dimisalkan hal tersebut adalah pendidikan.

Maka keterkaitan antara filsafat manusia dan pendidikan akan

semakin jelas. Dalam tulisan khadrotussyaekh Al-Ghazali

dikatakan “Pertama-tama yang kucari adalah ilmu tentang

hakikat segala sesuatunya , maka jelas aku harus berusaha

mengetahui hakikat ilmu. Sudah jelas bagiku, bahwa pengetahuan

yang pasti sepasti-pastinya adalah pengetahuan yang obyeknya

terungkap dengan cara yang begitu rupa sehingga tidak ada lagi

kesangsian yang melekat padanya, sehingga tidak ada lagi

kekeliruan atau ilusi yang menyertainya, dan akal tidak dapat

lagi mengandaikan adanya kemungkinan itu”1. Disini diartikan

tidak ada aspek yang akan membuat suatu al yang sia-sia dengan

cara berfilsafat dikarenakan semua hikmah didapatkan dari

berfilsafat bahkan beliau telah mampu membuka tabir rahasia

shalat, puasa, haji, dll. Terlihat bagaimana tuntasnya beliau

dalam membahas suatu ilmu pengetahuan, dikarenakan apabila

tidak mengupas secara tuntas maka akan timbullah kesangsian

dan kebimbangan mengenai ilmu tersebut.

Untuk itu diperlukan proses berfilosofi yang berguna untuk

mengetahui dasar, sebab, dan hokum secara mendetail sesuai

1 Baca: Madjid, Nurcholis (2002), Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam, Jakarta,Pustaka Obor Indonesia. Hal: 18

4

dengan definisi filsafat2. Sedangkan perelasian antara

pendidikan dan manusia sangat penting karena tanpa pendidikan,

manusia tidak mungkin bisa menjalankan tugas dan kewajiban

didalam kehidupan3. Dan hubungan antara pendidikan dan filsafat

sendiri dengan mempertimbangkan bahwa filsafat adalah bidang

studi yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu yang ada. Maka

yang terjadi adalah pendidikan muncul dan memulai sesuatu.

Manusia mulai mencoba untuk mendidik diri sendiri dan

sesamanya. Dan pendidikan yang dilakukan ditekankan pada

materi yang berisi tentang pengetahuan umum berupa wawasan

asal mula, eksistensi dan tujuan hidup.

Kesadaran terhadap asal-mula dan tujuan kehidupan adalah

landasan dasar bagi perilaku sehari-hari, sehingga semua

kegiatan eksistensi kehidupan ini selalu bergerak teratur

menuju satu titik tujuan akhir. Maka dengan penulisan ini

diulaslah berbagai keterkaitan, sebab dan mengapa diperlukan

keterkaitan serta pemanfaatan yang diperoleh pasca perelasian

dari filsafat, manusia, dan pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk keterkaitan antara filsafat, manusia,

dan pendidikan?

2. Mengapa pengaitan filsafat, manusia, dan pendidikan perlu

dilakukan?

2 Filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. Baca: Setiawan, Eba, : KBBI Offline versi1.1 kata kunci : filsafat3 Baca: Suhartono, Suparlan, (2006), Filsafat Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruz Media. Hal: 99

5

3. Bagaimana manfaat yang diperoleh dari perelasian

filsafat, manusia, dan pendidikan?

C. Tujuan dan Manfaat

Dari penulisan makalah ini diharapkan untuk mampu

menerangkan secara detail bentuk keterkaitan antara filsafat,

manusia, dan pendidikan dan juga diharapkan mampu mengupas

tentang mengapa keterkaitan yang terjadi ini perlu untuk

dilakukan dan apa-apa saja manfaat yang diperoleh dari

perelasian antara filsafat, manusia, dan pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bentuk Keterkaitan Antara Filsafat, Manusia dan Pendidikan

1. Hubungan filsafat, manusia, dan pendidikan

Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan (mater

scientiarium) yang melahirkan banyak ilmu pengetahuan yang

membahas sesuai dengan apa yang telah dikaji dan diteliti

didalamnya. Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga

mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam

pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan

Dalam ilmu pengetahuan, filsafat diartikan sebagai

pengetahuan tentang kebijaksanaan, prinsip-prinsip mencari

6

kebenaran, atau berpikir yang logis, mendalam dan bebas

( tidak terikat dengan tradisi, dogma agama) untuk memperoleh

kebenaran. Filsafat identik dengan pengetahuan (baik teoritis

maupun praktik). Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap

apa yang kita ketahui tentang objek tertentu, termasuk di

dalamnya adalah ilmu, secara ontologis ilmu membatasi diri

pada pengkajian objek yang berada dalam lingkup pengalaman

manusia, sedangkan agama memasuki pula daerah jelajah yang

bersifat transendental yang berada di luar pengalaman manusia

itu.

Manusia merupakan subyek pendidikan dan sebagai objek

pendidikan, karena itu sikap untuk dididik dan siap untuk

mendidik dimilikinya. Berhasil tidakya suatu usaha atau

kegiatan banyak tergantung pada jelas tidak adanya tujuan.

Maka pendidikan di indonesia mempunyai tujuan pendidikan yang

berlandaskan pada filsafat hidup bangsa indonesia, yaitu

pancasila yang menjadi pokok dalam pendidikan, melalui usaha-

usaha pendidikan, dalam keluarga masyarakat, sekolah dan

perguruan tinggi.4

Untuk memberikan gambaran bagaimana kedudukan filsafat

dalam kehidupan manusia maka terlebih dahulu diungkapkan

kembali pengertian filsafat. Filsafat berarti cinta akan

kebijaksanaan. Jadi seorang filosof adalah orang yang

mencintai kebijaksanaan dan hikmat yang mendorong manusia itu

sendiri untuk menjadi orang yang bijaksana. Dalam arti lain,

filsafat didifinisikan sebagai suatu pemikiran yang radikal

4 Jalaluddin, Abdullah. 2011, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan. Jakarta:  PT RajaGrafindo Persada. Hal: 112

7

dalam arti mulai dari akarnya masalah sampai mencapai

kebenaran melalui tahapan pemikiran.

Oleh karena itu seorang yang berfilsafat adalah orang

yang berfikir secara sadar dan bertanggung jawab dengan

pertanggungjawaban pertama adalah terhadap dirinya sendiri.

Kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia yaitu memberikan

pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan

tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat. Berdasarkan

dasar-dasar hasil kenyataan, maka filsafat memberikan pedoman

hidup kepada manusia, pedoman itu mengenai sesuatu yang berada

disekitar manusia sendiri seperti kedudukan dalam hubungannya

dengan yang lainnya. Kita juga mengetahui bahwa alat-alat

kewajiban manusia seperti akal, rasa dan kehendak. Dengan

akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna

memperoleh pengetahuan. Dengan rasa dan kehendak maka filsafat

memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.

Ada hubungan yang erat antara filsafat, manusia, dan

pendidikan.5 Hubungan tersebut dilihat dari berbagai aspek,

misalnya objek kajiannya manusia. Filsafat berarti berpikir

mendalam oleh manusia. Manusia mampu berfilsafat di bidang

yang dia kuasai. Salah satu kajian filsafat adalah pendidikan.

Inilah keterkaitan antara ketiga hal tersebut.

Tujuan pendidikan merupakan bentuk pengkhususan dari

tujuan hidup manusia. Adapun berfilsafat merupakan upaya untuk

penyelesaian maupun pemecahan masalah terkait manusia,

pendidikan, kesehatan, agama, dan sebagainya. Masalah-masalah

5 isomfuadifikri.blogspot.com/2012/07/hubungan-antara-filsafat-manusia-dan.html diakses pada tanggal 18 September 2013 (13.30)

8

yang dialami manusia akan dipikirkan secara mendalam

(berfilsafat) untuk kemudian dicapai penyelesaian.

B. Pentingnya Pengaitan Antara Filsafat, Manusia, dan

Pendidikan

Keterkaitan antara manusia dan filsafat tidak dapat

dielakkan kembali karena kembali ke sifat alamiah manusia yang

selalu ingin tahu tentang segala hal dan menginginkan sesuatu

yang lebih. Maka filsafat yang merupakan bidang studi yang

mempersoalkan hakikat segala sesuatu yang ada. Maka pentingnya

manusia dalam berfilsafat adalah untuk mengetahui pertanyaan

pokok yaitu6

- Apakah dan siapakah manusia itu pada hakikatnya;

- Bagaimana kodratnya manusia itu;

- Apakah sifat-sifat manusia itu yang unik yang

membedakannya dari semua makhluk-makhluk lain;

- Bagaimana hubungan antara badan manusia dan jiwa manusia;

- Bagaimana mungkin manusia itu bebas merdeka untuk

melaksanakan apa yang akan diperbuatnya;

- Apakah artinya kepribadian itu, individualitas (sifat

perseorangan) dan lain-lain.

Dan setelah manusia mampu untuk berfikir tentang

pertanyaan pokok diatas maka terbukalah gerbang penghantar

mereka kepada sesuatu yang hakiki. Dan secara tidak langsung

pertanyaan-pertanyaan diatas mengerucut kepada fungsi utama

6 Salam, Burhanuddin, (1988), Filsafat Manusia (Antropologi Metafisika), Bandung; Bina Aksara. Hal: 15

9

kenapa manusia diciptakan yang telah di jelaskan Allah SWT

bahwa “Diciptakannya Jin dan Manusia tidak lain adalah hanya untuk

beribadah”. Namun, yang dimaksut beribadah bukanlah dalam

artian sempit yang diartikan hanya ibadah yang tertera dalam

rukun islam. Namun, disini diuraikan secara luas yaitu

menyangkut apa-apa saja yang diwajibkan dan disunnahkan

kepada manusia. Bahkan, dengan niat yang bagus pada awal

perbuatan yang dilakukan akan berakhir dengan nilai ibadah.

Kemudian dalam membahsa keterkaitan antara Manusia dan

Pendidikan, ini adalah 2 hal yang tak bisa dipisahkan

dikarenakan dalam keidupannya, manusia selalu menggunakan

aspek pendidikan bahkan dikatakan 25 tahun sebelum kelahiran

sudah dilakukan sebuah pendidikan yaitu pendidikan yang

dilakukan oleh orang tua sang calon anak, dikarenakan guna

memperoleh keturunan yang baik harus disertai dengan

individu yang baik pula. Kemudian dalam kandungan juga telah

dibuktikan secara ilmiah pendidikan berupa perangsangan otak

pada janin telah dapat dilakukan.

Dengan tanpa adanya keterkaitan Filsafat dan Manusia maka

manusia tidak akan bisa mengetahui jati diri dan kemana

langkah-langkah yang akan ditempuhnya dalam kehidupannya,

dan tentang keterkaitan antara Manusia dan Pendidikan maka

manusia bisa dikatakan tidak akan mampu menjalani hidupnya

tanpa pendidikan seluruh aspek kehidupan diawali dengan

pendidikan. Terkecuali mengenai hal-hal yang dirasa tidak

rasional namun benar adanya. Yaitu dicontohkan dengan adanya

ilmu Laduni yaitu ilmu yang diperoleh tanpa jalan belajar

10

namun diganti sesuatu hal yang berat namun harus dilakukan

dengan ikhlas, dan istiqomah.

Dan mengapa antara filsafat dan pendidikan diperlukan

pengaitan adalah untuk jalan atau penjembatan antara manusia

dan filsafat yang dipikirkannya dan fungsi pendidikan adalah

untuk menumbuhkembangkan segala potensi kodrat (bawaan) yang

ada dalam diri manusia7. Maka pendidikan akan merangsang

otak dan memulai untuk memunculkan sesuatu. Yaitu manusia

mulai mencoba mendidik dirinya sendiri dan sesamanya, dengan

sasaran menumbuhkan kesadaran terhadap eksistensi kehidupan

ini. Karena pendidikan terhadap awal-mula adalah penentu

keteguhan hati akan suatu ilmu bagi manusia. Tanpa

pendidikan yang cukup mengenai filosofi suatu ilmu maka akan

timbul suatu kebimbangan dan keabu-abuan seingga membuat

pendirian mudah tergoyahkan. Pendidikan lekat hubungannya

dengan suatu ilmu pengetahuan yaitu yang pada hakikatnya

adalah segenap apa yang kita ketahui tentang obyek

tertentu8, dan hubungan pendidikan yaitu mendidik tentang

apa, bagaimana, dan untuk apanya sesuatu yang semua ini

merupakan dari filsafat yang harusnya difikirkan oleh

manusia.

Yang dari pemikiran itu tercapailah suatu ilmu

pengetahuan yang didasari oleh filsafat yang jelas dan

diperoleh dari proses pindidikan yang menciptakan proses

mendidik diri sendiri untuk mampu berpikir tentang keilmuan

7 Baca: Suhartono, Suparlan, (2006), Filsafat Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruz Media. Hal: 998 Baca: Zainuddin, M (2003), Filsafat IlmuPerspektif Pemikiran Islam, Jakarta:Bayumedia. Hal: 25

11

yang tengah dikaji, bagaimana isi kajian, dan untuk apa ilmu

itu ada dan untuk apa manusia perlu untuk mengkajinya.

C. Manfaat Relasi dari Filsafat, Manusia dan Pendidikan

Kemampuan Manusia Mengembangkan Diri

Manusia adalah makhluk yang mampu mengembangkan diri.

Kemampuan ini menyebabkan manusia berpeluang untuk membentuk

dirinya baik secara fisik maupun mental. Dengan cara mengatur

kadar dan komposisi makanan dan minuman dengan disertai

latihan yang teratur, fisik manusia dapat dibentuk. Usaha

seperti itu sudah dilakukan orang-orang Sparta di zaman Yunani

Kuno. Hasilnya adalah manusia yang berotot kekar. Sekarang pun

hal yang hampir sama dipraktikkan oleh para binaragawan.

Sebaliknya, manusia pun memiliki potensi mental untuk

dikembangkan. Berbagai potensi mental yang terangkum dalam

aspek kognisi, emosi dan konasi dapat dikembangkan manusia

untuk menjadi makhluk yang berperadaban (homo sapien).

Peningkatan dan pengembangan diri ini menyebabkan manusia

memiliki tingkat peradaban yang berbeda dan mengarah dari

zaman ke zaman. Kemajuan peradaban manusia ini terlihat dari

adanya periodisasi sejarah umat manusia seperti zaman

prasejarah dan zaman sejarah: zaman kuno, zaman pertengahan,

zaman modern hingga zaman pascamodern (post modern). 9

Manusia memiliki berbagai potensi atau sumber daya untuk

meningkatkan kualitas kehidupannya. Sumber daya ini pada9 Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan,

(Cet. I, Jakaarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 185-186.

12

dasarnya baru berupa kemungkinan, layaknya lembaga atau benih

pada tumbuh-tumbuhan. Hasilnya baru akan terlihat apabila

potensi tersebut dapat disalurkan melalui pengarahan,

bimbingan maupun latihan yang terarah, teratur dan sinambung.10

Filsafat dalam Pendidikan dan Manfaatnya

Secara sederhana filsafat pendidikan ialah nilai dan

keyakinan-keyakinan filosofis yang menjiwai, mendasari dan

memberikan identitas (karakteristik) suatu sistem pendidikan.

Artinya filsafat pendidikan adalah jiwa, roh dan kepribadian

sistem pendidikan nasional.

Sebagaimana telah disampaikan di atas, eksistensi suatu bangsa

adalah eksistensi dan ideologi atau filsafat hidupnya, maka

demi kelansungan eksistensi itu ialah dengan mewariskan nilai-

nilai ideologi itu kepada generasi selanjutnya. Adalah realita

bahwa jalan dan proses yang efektif untuk ini hanya melalui

pendidikan. Setiap masyarakat, setiap bangsa melaksanakan

aktivitas pendidikan secara prinsipil untuk membina kesadaran

nilai-nilai filosofis nasional bangsa itu, baru sesudah itu

untuk pendidikan aspek-aspek pengetahuan dan kecakapan-

kecakapan lain. Pendidikan sebagai suatu usaha membina dan

mewariskan kebudayaan, mengemban satu kewajiban yang luas dan

menentukan prestasi suatu bangsa, bahkan tingkat sosial-

budayanya. Sehingga pendidikan bukanlah usaha dan aktivitas

spekulatif semata-mata. Pendidikan secara fundamental

didasarkan atas asas-asas filosofis dan ilmiah yang menjamin

pencapaian tujuan yakni meningkatkan perkembangan sosio-budaya

bahkan martabat bangsa, kewibawaan dan kejayaan negara.10 Ibid, h. 186.

13

Sedangkan filsafat pendidikan sesuai peranannya, merupakan

landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan

pelaksanaan pendidikan. Adapun hubungan fungsional antara

filsafat dan teori pendidikan dapat diuraikan :

1. Analisis filsafat merupakan salah satu cara pendekatan

yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan

problematika pendidikan. Aliran filsafat tertentu akan

mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu

terhadap teori-teori pendidikan yang dikembangkan atas

dasar aliran filsafat tersebut.

2. Filsafat berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan

yang telah dikembangkan ahlinya dapat mempunyai relavansi

dengan kehidupan nyata.

3. Filsafat pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan

petunjuk dalam pengembangan teori-teori pendidikan

menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik. 11

Manfaat mempelajari Filsafat Manusia

           Dengan mempelajari filsafat manusia, maka kita akan

dibawa kepada suatu panorama pengetahuan yang luas, dalam, dan

kritis, yang menggambarkan esensi manusia. Panorama

pengetahuan seperti itu, paling tidak, mempunyai manfaat

ganda, yakni manfaat praktis dan teoretis.

Secara praktis filsafat manusia tidak saja berguna

untuk mengetahui apa dan siapa manusia secara menyeluruh,

melainkan juga untuk mengetahui siapakah sesungguhnya diri

kita didalam pemahaman tentang manusia yang menyeluruh itu.

Pemahaman yang demikian pada gilirannya akan memudahkan kita

11 http://thatha-mochi.blogspot.com/2012/01/makalah-kajian-filsafat-pendidikan.html diakses pada tanggal 17 September 2013 (15.26)

14

dalam mengambil keputusan-keputusan praktis atau dalam

menjalankan berbagai aktifitas hidup sehari-hari, dalam

mengambil makna dan arti dari setiap peristiwa yang setiap

saat kita jalani dalam menentukan arah dan tujuan hidup

kita. Sedangkan secara teoretis, filsafat manusia mampu

memberian kepada kita pemahaman yang esensial tentang manusia,

sehingga pada gilirannya, kita bisa meninjau secara kritis

asumsi-asumsi yang tersembunyi dibalik teori-teori yang

terdapat didalam ilmu-ilmu tentang manusia.

Manfaat lainya dalam mempelaari filsafat manusia

adalah mencari dan menemukan jawaban tentang siapakah

sesungguhnya manusia itu. Setelah kita mempelajari filsafat

manusia, maka paling tidak kita akan dapatkan sebuah pelajaran

berharga tentang kompleksitas manusia, yang tidak habis-

habisnya dipertanyakan apa makna dan hakikatnya. Karena

kompleksitas yang melekat pada manusia itu, seperti  dari

beberapa filsup yang menarik kesimpulan bahwa esensi manusia

pada prinsifnya adalah sebuah misteri, sebuah teka-teki yang

barangkali tidak akan pernah terungkap secara tuntas kapan dan

oleh siapa pun. 12

Filsafat Pendidikan dan Sumber Daya Manusia

Manusia adalah makhluk yang memiliki berbagai potensi

bawaan. Dari sudut pandang potensi yang dimiliki itu,

dinamakan dengan berbagai sebutan. Dilihat dari potensi

inteleknya, manusia disebut homo intelecus. Manusia juga

disebut homo faber, karena manusia memiliki kemampuan untuk

membuat beragam barang atau peralatan. Kemudian manusia pun

12 http://ipanksuhendra.blogspot.com/2013/02/filsafat-manusia.html diakses pada tanggal 17 September 2013 (15.32)

15

disebuthomo sacinss atau homo saciale abima, karena manusia adalah

makhluk bermasyarakat. Dilain pihak, manusia juga memiliki

kemampuan merasai, mengerti, membeda-bedakan, kearifan,

kebijaksanaan, dan pengetahuan. Atas dasar adanya kemampuan

tersebut, manusia disebut homo sapiens (K. Prent, CM, J.

Adisubrata, W.J.S. Poewardarminta, 1969: 322-764).[12]13

Dengan adanya filsafat, manusia di mungkinkan dapat

melihat kebenaran tentang sesuatu di antara kebenaran yang

lain. Hal ini membuat manusia mencoba mengambil pilihan, di

antara alternatif yang ada saat itu, sehingga manusia mampu

menghadapi masalah-masalah yang ada dan pelajaran untuk

menjadi bijaksana.

            Disamping itu filsafat memberikan petunjuk dengan

metode pemikiran reflektif agar kita dapat menyerasikan antara

logika, rasa, rasio, pengalaman dan agama pemenuhan kebutuhan

hidup yang sejahtera.14

            Manusia dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan

yang banyak. Adanya kehidupan inilah yang mendorong manusia

untuk melakukan berbagai tindakan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan. Menurut Ashley Montagu, kebudayaan mencerminkan

tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya.15

Dari pendekatan pertama, terkait dengan kualitas potensi

manusia, terdapat tiga aliran filsafat. Pertama, aliran

naturalisme, yang menyatakan bahwa manusia memiliki potensi

bawaan (natur) yang dapat berkembang secara alami tanpa13 Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan, (Cet. I, Jakaarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 19414 Mohammad Adib, Filsafat ilmu, (Cet. I, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009),

h. 17.15 Ibid, h. 59.

16

memerlukan bimbingan dari luar (lingkungan). Tokoh aliran ini

adalah Jean Jacques Rousseau.

Kedua, aliran empirisme. Menurut aliran ini, manusia

bertumbuh dan berkembang atas bantuan atau karena adanya

intervensi lingkungan. Manusia dianggap sebagai makhluk pasif

dan tanpa potensi bawaan. Tokoh aliran ini adalah

Schopenhauer.

Ketiga, aliran konvergensi, yang memiliki pandangan

gabungan antara naturalisme dan empirisme. Menurut aliran ini,

manusia secara kodrati memang telah dianugerahi potensi yang

disebut bakat. Bakat hanyalah kemampuan atau potensi dasar,

layaknya bakal pada tumbuh-tumbuhan. Pertumbuhan dan

perkembangan selanjutnya sangat bergantung dari pemeliharaan

atau pengaruh lingkungan. Tokoh aliran ini adalah William

Stern.

Ketiga aliran tersebut kemudian menjadi pemikiran tentang

manusia dalam kaitan dengan problema pendidikan. Namun

kemudian, Kohnstamm menambah faktor kesadaran sebagai faktor

keempat. Dengan demikian, menurutnya, selain fakrot dasar

(natur) dan faktor ajar (empiri), yang kemudian

dikonvergensikan, masih perlu adanya faktor kesadaran

individu.

Menurutnya, walaupun manusia memiliki bakat yang baik,

kemudian dididik secara baik pula, maka hasilnya akan menjadi

lebih baik ada motivasi intrinsik (dorongan kesadaran dari

dalam diri) dari peserta didik itu sendiri. Kohnstamm, melihat

bahwa faktor lingkungan (melicu) belum dapat memberi hasil yang

optimal bila tidak disertai dorongan dari dalam diri peserta

17

didik. Pendapat ini dapat dinilai sebagai temuan yang

memperkaya pemikiran tentang manusia dalam kaitannya dengan

pendidikan.

Filsafat pendidikan sebagai sistem dapat dilihat dari dua

pendekatan. Pendekatan pertama berdasarkan pandangan

filosofis, sebagaimana telah diuraikan  terdahulu. Dalam

pandangan ini terungkap bahwa konsep pendidikan dalam berbagai

aliran itu mengakui bahwa manusia memiliki potensi untuk

dididik.

Di Amerika, misalnya bangsa Amerika yang mendasarkan

pendangan hidup bangsanya pada prinsip-prinsip demokratis,

memberi peluang bagi berkembangnya berbagai aliran, termasuk

filsafat pendidikan. Peluang ini antara lain telah menumbuhkan

aliran filsafat pragmatisme yang dikembangkan oleh John Dewey.

Menurut Dewey, kebenaran identik dengan hasil nyata. The truth is

the making, tulisnya (Jaka Datuk Sati, 1979: 42).16

16 Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan,

(Cet. I, Jakaarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 200.

18

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian makalah yang telah dibuat maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Bentuk hubungan antara filsafat, manusia, dan pendidikan.

Filsafat bisa digunakan sebagai pegangan atau pedoman dan

juga memberikan dasar-dasar khusus yang digunakan dalam

tiap-tiap ilmu pengetahuan. Filsafat yang berarti cinta akan

kebijakan, tentunya mendorong manusia itu sendiri untuk

menjadi orang yang yang bijaksana dalam menjalani keidupan.

Dengan akal manusia, filsafat memberi pedoman untuk

berfikir, guna memperoleh pengetahuan.

2. Dengan berfilsafat maka manusia akan mampu untuk

menghilangkan suatu keraguan dan keabu-abuan yang sangat

berguna dalam mempelajari suatu ilmu pngetahuan agar tidak

mudah goyah dalam pendirian. Dan dengan adanya pendidikan

maka muncullah suatu rasa keingin tahuan lebih dari manusia.

Dikarenakan memang semua hal yang didapatkan manusia

diperoleh dari pengajaran. Maka, begitu penting bagi manusia

untuk memulai mendidik diri sendiri dan sesamanya dan

merangsang otak mereka agar mampu berfilsafata tentang apa

ilmu pngetauan itu, bagaimana pengetehuan tersebut, dan

untuk apa ilmu pngetauan itu ada dan dipelajari yang

diperoleh dengan cara berfilsafat karena definisi filsafat

19

adalah bidang studi yang mempersoalkan hakikat segala

sesuatu yang ada.

3. Filsafat membantu manusia dalam mengambil keputusan dan

tindakan dalam kehidupannya dan juga filsafat sedikit

banyaknya dapat mengurangi kesalahpahaman dan konflik dalam

hidup.Untuk dasar menghadapi banyak kesimpangsiuran banyak

hal dalam dunia yang selalu berubah.

BAB IV

ANALISIS KRITIS

Walaupun manusia memiliki bakat yang baik, kemudian dididik

secara baik pula, maka hasilnya akan menjadi lebih baik ada

motivasi intrinsik (dorongan kesadaran dari dalam diri) dari

peserta didik itu sendiri. Dengan diketahuinya berbagai pokok

dan ajaran dari ilmu pengetahuan, maka akan didapatkan

kecintaan kepada ilmu dan dorongan untuk mendapatkan ilmu akan

semakin besar dan rasa ingin tahu mulai terjawab sehingga

pondasi ilmu akan menguat dan tidak terdapat lagi kebimbangan

dan keraguan dalam ilmu pengetahuan tersebut.

20

filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan. Filsafat

mempunyai kedudukan yang pokok, karena filsafat satu-satunya

yang mencapai kebenaran dan pengetahuan. Filsafat bisa

digunakan sebagai pegangan dan juga memberikan dasar-dasar

khusus yang diguanakan dalam tiap-tiap ilmu. Jadi, seorang

filsuf adalah seseorang yang cinta akan kebijakan. Manusia

memiliki akal yang bisa digunakan untuk berfikir untuk mencari

kebenaran akan pengetahuan yang di dasari oleh filsafat.

Filsafat sangat erat hubungannya dengan manusia, karena

karena ada akal pikiranlah filsafat ada dan berkembang,

keingin tahuan manusia tentang segala hal adalah factor utam

terbentuknya ilmu filsafat. Dan kesinambungan antara filsafat

dan pendidikan adalah dikarenakan filsafat yang mendatangkan

ilmu pengetahuan, maka proses penularan ilmu pengetahuan yang

merangsang terbentuknya filsafat dan ilmu pengetahuan yang

baru ini adalah sebuah pendidikan yang membuat manusia

mengerti untuk mulai berpikir dan pendidikanlah yang memulai

hal-hal baru yang merangsang manusia untuk berfilsafat.

21

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin, Abdullah Idi (2011). Filsafat Pendidikan: Manusia,

Filsafat dan Pendidikan. Jakarta:  PT RajaGrafindo Persada..

Adib, Muhammad. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2009.

Mochi, Thatha, (2012), Makalah Kajian Filafat Pendidikan,

http://thatha-mochi.blogspot.com/2012/01/makalah-kajian-

filsafat-pendidikan.html

diakses pada tanggal 16/09/2013 (12.53)

Ipank, Suhendra, (2013), Filsfat Manusia,

http://ipanksuhendra.blogspot.com/2013/02/filsafat-

manusia.html diakses pada tanggal 16/09/2013 (12.57).

Madjid, Nurcholis (2002), Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Dalam

Islam, Jakarta, Pustaka Obor Indonesia.

Setiawan, Eba, : KBBI Offline versi1.1

Suhartono, Suparlan, (2006), Filsafat Pendidikan, Jogjakarta:

Ar-Ruz Media.

Salam, Burhanuddin, (1988), Filsafat Manusia (Antropologi

Metafisika), Bandung; Bina Aksara.

Zainuddin, M (2003), Filsafat IlmuPerspektif Pemikiran Islam,

Jakarta:Bayumedia.

Jalaluddin, ( 2011 ) Filsafat Pendidikan, Jakarta:

rajawalipers.

22

Verhaak, R. Hayono Iman (1995) filsafat ilmu pengetahuan,

Jakarta, gramedia pustaka utama.

Syafiie, Inu Kencana (2004) Pengantar Filsafata, Bandung:

refika aditama.

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, (2012)

Pengantar Filsafat, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.

23