ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL

43
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989). American Assosiation on Mental Retardation (AAMR) mengungkapkan bahwa Retardasi mental yaitu : Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fase kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain. Berikut ini adalah klasifikasi retardasi mental yang ditunjukkan dengan bagan (Dr.wiguna & ika, 2005) Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat.Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil. Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO). Retardasi mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan dari maturasi, proses belajar dan penyesuaian diri 1

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi

yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka

kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh

populasi dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber

daya manusia tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0.1%

dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta

pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).

American Assosiation on Mental Retardation (AAMR) mengungkapkan bahwa

Retardasi mental yaitu : Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul

pada masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) ditandai  dengan fase

kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai

keterbatasan lain. Berikut ini adalah klasifikasi retardasi

mental yang ditunjukkan dengan bagan (Dr.wiguna & ika, 2005)

Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber

kecemasan bagi keluarga dan masyarakat.Demikian pula dengan

diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah

yang tidak kecil.

Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang

memiliki kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO). Retardasi

mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi

pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih

gangguan dari maturasi, proses belajar dan penyesuaian diri

1

secara sosial. RM adalah suatu keadaan yang di tandai dengan

fungsi intelektual berada di bawah normal, timbul pada masa

perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses

belajar dan adaptasi sosial.

Retardasi mental diartikan sebagai kelemahan atau

ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sebelum

usia 18 tahun) ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal

(IQ 70 – 75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain pada

sedikitnya dua area berikut :berbicara dan berbahasa;ketrampilan

merawat diri, ADL; ketrampilan sosial; penggunaan sarana

masyarakat; kesehtan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja

dan rileks, dll.

Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang

ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di

bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari.

Retardasi mental tertuju pada sekelompok kelainan pada fungsi

intelektual dan defisit pada kemampuan adaptif yang terjadi

sebelum usia dewasa. Akan tetapi, klasifikasi retardasi mental

lebih bergantung pada hasil penilaian IQ dari pada kemampuan

adaptif.

Menurut Rusdi Maslim (2001) retardasi mental adalah suatu

keadaan perkem-bangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang

terutama ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa

perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara

menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan

sosial.

2

Menurut The American Association on Mental Deficiency

(AAMD), definisi retardasi mental mencakup dua dimensi utama

yaitu perilaku adaptif dan kecerdasan. Retardasi mental

didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana fungsi intelektual umum dibawah

rerata normal disertai dengan kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif yang

muncul pada periode perkembangan (Grossman, 1983 cit Drew, 1986, Cytryn

dan Lourie, 1980).

Kaplan (1985) mengemukakan bahwa dalam konsep definisi

retardasi mental terdapat dua model pendekatan yang dipakai yaitu

model pendekatan biomedik dan pendekatan sosiokultural. Dari

pendekatan biomedik lebih menitikberatkan pada perubahan-

perubahan dasar pada sistem otak, sedangkan pendekatan

sosiokultural menyotroti fungsi-fungsi sosial dan adaptasi secara

umum untuk mengikuti norma-norma yang berlaku.

Beberapa istilah yang dipakai untuk retardasi mental adalah

keterbelakangan mental, lemah ingatan, cacat mental, tuna mental.

Istilah asing yang sering digunakan adalah mental deficiency,

oligophrenia, amentia, dan mental subnormality (Rumini, 1987).

B. Rumusan Masalah

1.      Apa definisi dari Retardasi mental ?

2.      Apa penyebab dari retardasi mental pada anak ?

3.      Apa saja klasifikasi dari retardasi mental ?

4.      Bagaimana penatalaksanaan medis terhadap anak yang

mengalami retardasi mental ?

3

C.   Tujuan Umum Dan Khusus

C.1. Tujuan Umum

            Tujuan umum dari pembuatan kasus ini adalah untuk

memberikan gambaran dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada

klien dengan diagnose medis Retardasi Mental dengan menggunakan

metode pendekatan proses keperawatan.

C.2. Tujuan Khusus

            Tujuan khusus dari pembuatan laporan ini adalah untuk

memberikan gambaran tentang :

1.      Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami

Retardasi Mental.

2.      Diagnose keperawatan pada klien yang mengalami

Retardasi Mental.

3.      Perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami

Retardasi Mental.

4.      Penatalaksanaan keperawatan pada klien yang mengalami

Retardasi Mental.

5.      Evaluasi tindakan keperawatan pada klien yang

mengalami Retardasi Mental.

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A.    Definisi

Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak

mencukupi (menurut WHO).

Retradasi mental adalah  suatu keadaan yang ditandai dengan

fungsi intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa

perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses

belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).

Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh

intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidak mampuan individu

5

untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas

kemampuan yang di anggap normal.(Carter CH).

Retardasi mental yaitu apabila jelas terdapat fungsi

intelegensi yang rendah,yang di sertai adanya kendala dalam

penyesuaian perilaku,dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.

(Crocker AC).

B.     Etiologi

           Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan

multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang

potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti

yang dinyatakan oleh Taft LT dan Shonkoff JP dibawah ini :

Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental

:

1.      Non-organik

a)      Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis

b)      Faktor sosiokultural

c)      Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik

d)     Penelantaran anak

2.       Organik

a) Faktor prakonsepsi

·         Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik,

kelainan neurocutaneos, dll.)

·         Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-

X) – syndromepolygenic familial.

6

b) Faktor prenatal

Ganguan pertumbuhan otak trimester I

1.      Kelainan kromosom (trisomi,mosaik,dll)

2.      Infeksi intrauterin,misalnya TORCH,HIV (Human

immunodeficiency virus)

3.      Zat-zat teratogen (alcohol,radiasi dll)

4.      Disfungsi plasenta

5.      Kelainan congenital dari otak (idiopatik).

Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III

1.      Infeksi intrauterin, misalnya torch,hiv

2.      Zat-zat teratogen (alcohol, kokain, logam berat, dll)

3.      Ibu: diabetes militus,pku (phenylketonuria)

4.      Toksemia gravidarum

5.      Disfungsi plasenta

6.      Ibu malnutrisi

Faktor perinatal

1.      Sangat premature

2.      Asfiksia neonatorum

3.      Trauma lahir: pendarahan intra cranial

4.      Meningitis

5.      Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia

Faktor post natal

7

1.      Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat

2.      Neuro toksin, misalnya logam berat

3.      CVA (Cerebrovascular accident)

4.      Anoksia, misalnya tenggelam

5.      Metabolik

6.      Gizi buruk

7.      Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid,

pseudohipoparatiroid

8.      Aminoaciduria, misalnya PKU (Phenyl ketonuria)

9.      Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll

10.  Infeksi

Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal

dari golongan social ekonomi rendah, akibat kurangnya stimulasi

dari lingkungannya sehingga secara bertahap menurunkan IQ yang

bersamaan dengan terjadinya mutasi. Demikian pula pada keadaan

social ekonomi yang rendah dapat sebagai penyebab organik dari

retardasi mental,

C.     Diagnosis dan Gejala klinis

Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan

menggunankan DDST (Denver Developmental Screening Test), maka

diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula anamnesis yang

baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat membantu

dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur 6 tahun dapat

dilakukan test IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas

8

dan tidak dapat diambl kesimpulan. Pada kasusu seperti ini,

apabila tidak ada kelainan pada system susunan saraf pusat,

perlu, anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat,

mencari masalah lingkungan/factor nonorganic lainnya dimana

diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak.

            Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat

sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata

kongenita, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu

sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik

dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :

1.      Kelainan pada mata :

a)      Katarak

b)      Bintik cherry-merah pada daerah macula

c)      Kornea keruh

2.      Kejang :

a)      Kejang umum tonik klonik

b)      Kejang pada masa neonatal

3.      Kelainan pada kulit :

a)      Bintik-café-au-lait

4.      Kelainan rambut :

a)      Rambut rontok

b)      Rambut cepat memutih

c)      Rambut halus

5.      Kepala :

a)      Mikrosefali

b)      Makrosefali

9

6.      Perawakan pendek :

a)      Kretin

b)      Sindrom prader-willi

7.      Distonia :

a)      Sindrom hallervorden

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya,

adalah sebagai berikut:

1.      Retardasi mental ringan

Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi

mental. Kebanyakan dari kelompok ini termasuk dalam tipe social

budaya, dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak

naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain

dapat diajar baca tulis bahkan sampai kelas 4-6 SD, juga bias

silatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan

mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada

umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap

membutuhkan bimbingan dari keluarganya.

2.      Retardasi mental sedang

Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi

mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf

kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja,

tetapai dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu

misalnya pertukangan,pertanian dll. Dan apabila bekerja nanti

mereka ini perlu pengawasan.Mereka juga perlu dilatih bagaimana

mengurus diri sendiri.Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi

10

stress dan kurang dapat mandiri,sehingga memerlukan bimbingan dan

pengawasan.

3.      Retardasi mental berat

Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk

kelompok ini.Diagnosis mudah ditegakkan secara dini,karena selain

adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari

orang tua dimana anak sejak awal sudah tedapat keterlambatan

perkembangan motorik dan bahasa.Kelompok ini termasuk tipe

klinik.Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan

berbicara yang sederhana,tidak dapat dilatih keterampilan

kerja,dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.

4.      Retardasi mental sangat berat

Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe

klinik.Diagnosa ini mudah dibuat karena gejala baik mental dan

fisik sangat jelas.Kemampuan berbahasanya sangat minimal.Mereka

ini seluruh hidupnya tergantung pada orang di sekitarnya

D.    Komplikasi

a.       Serebral palcy

b.      Gangguan kejang

c.       Gangguan kejiwaan

d.      Gangguan konsentrasi /hiperaktif

e.       Defisit komunikasi

f.       Konstipasi

E.     Pemeriksaan Penunjang

11

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang

menderita retardasi mental,yaitu:

a. Kromosom kariotipe

b. EEG (Elektro Ensefalogram)

c. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)

d. Titer virus untuk infeksi congenital

e. Serum asam urat (Uric acid serum)

f. Laktat dan piruvat

g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang

h. Serum seng (Zn)

i. Logam berat dalam darah

j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin

k. Serum asam amino atau asam organik

l. Plasma ammonia                  

m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:

n. Urin mukopolisakarida

o. Urin reducing substance’

p. Urin ketoacid

q. Urin asam vanililmandelik

F.      Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah

multidimensi dan sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa

tidak semua anak penanganan multidisiplin merupakan jalan yang

12

baik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi

setiap anak secara individual untuk mengembangkan potensi anak

tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatakn psikolog

untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan

kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa fisik anak,menganalisis

penyebab,dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada.

Juga kehadiran pekerja social kadang-kadanng diperlukan untuk

menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka buatlah strategi

terapi. Seringkali melibatkan lebih banyak ahli lagi,misalnya

ahli saraf bila anka juga menderita epilepsi,palsiserebral,dll.

Psikiater,bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau

bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli

rehabilitasi,bila diperlukan untuk merangsang perkembangan

motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara,untuk memperbaiki

gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicarnya.

Serta diperlukan buruh pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang

retardasi mental ini.

Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas

mengenai keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari

terapi yang diberikan. kadang-kadang diperlukan waktu yang lama

untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya, maka perlu

konsultasi pula dengan psikolog dan psikiater. Disamping itu

diperlukan kerja sama yang baik antara guru dengan orang

tuanya,agar tidak terjadi kesimpang siurandalam strategi

penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya

juga harus diberi pengertian. Disamping itu masyarakat perlu

13

diberikan penerangan tenteng retardasi mental,agar mereka dapat

menerima anak

Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-

C.Di sekolah ini diajarkan keterampilan-keterampilan dengan

harapan mereka dapat mandiri dikemudian hari. Diajarkan pula

tentang baik buruknya suatu tindakan tertentu,sehingga mereka

diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji,seperti

mencuri,merampas,kejahatan seksual,dll.

Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan

perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan

monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini sering juga

disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penanganan khusus.

G.    Pencegahan

Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit

yang potensial dapat mengakibatkan retardasi mental, misalnya

melalui imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan

yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan, dan bersaling

pada tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu

menurunkan angka kejadian rfetardasi mental. Demikian pula dengan

mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan

pendidikan yang baik, memperbaiki senitasi lingkungan,

meningkatkan gizi keluarga, akan meningkatkan ketahanan terhadap

penyakit. Dengan adanya program BKB (Bina Keluarga dan

Balita)yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa dikembangkan

14

dan juga deteksi dini, maka dapat mengoptimalkan perkembangan

anak.

Diagnosis ini sangat penting, dengan melakukan skrining

sedini mungkin, terutama pada tahun pertama, maka dapat dilakukan

intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan terapi

dini hipotiroid, dapat memperkecil kemungkinan retardasi mnetal.

Detaksi dan intervensi dini pada retardasi mental sangat membantu

memperkecil retardasi yang terjadi.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

An. A umur 6 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit karena terdapat

banyak luka sayatan di tangannya. Ibu B mengatakan anaknya sering

bersikap aneh misalnya sering melukai diri sendiri dan sering

mengancam jiwa orang lain. Ibu B mengatakan anaknya sering

menolak ketika diajak bermain oleh teman – temannya. Ibu B

mengatakan An. A belum bisa menulis, membaca dan melakukan

aktivitasnya sendiri.

15

Saat dilakukan pengkajian terdapat banyak luka sayatan di

tangan An. A. saat diajak berinteraksi, respon An. A sangat

lambat dan jawaban An. A juga menyimpang dari pertanyaan yang

diberikan oleh perawat. Ketika diamati tubuh An. A terlihat

kurus, kecil, tidak seperti anak umur 6 tahun pada umumnya. Saat

diberikan mainan oleh perawat An. A terlihat kurang berminat.

Saat dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan hasil :

TD : 110/80 mmHg

RR : 32 x / menit

S : 36,5 o C

N : 110x/menit

A.    PENGKAJIAN

Nama perawat    :  Ns Donny

Tanggal pengkajian            :  20 November 2012

Jam pengkajian                   :  10.30

1.      Biodata Pasien

Nama klien                    :  An.A

Umur                                   : 6 Tahun

Jenis kelamin                      :  laki-laki

Agama                                  :  islam

Pendidikan                           : SD

Pekerjaan                           : Pelajar

Status pernikahan         : Belum menikah

Alamat                           : Jl. Raya Tejem 60

16

Diagnosa  Medis              : Retardasi

Mental                                            

Tanggal masuk RS                 : 20 April 2015

Penanggung jawab  

Nama                        : Ibu B

Umur                       : 50 Tahun

Agama                   : Islam

Pendidikan              : SMA

Pekerjaan                                 : Ibu Rumah Tangga

Status pernikahan                    : Menikah

Alamat                               : Jl. Raya Tejem 60

Hub. dengan klien                : Ibu Klien

2.      Keluhan Utama:

An.A Mengalami banyak perdarahan di tangannya

Riwayat Kesehatan:

a. Riwayat penyakit sekarang :

klien mengatakan anaknya mengalami perdarahan karna sayatan di

tangannnya

b. Riwayat penyakit dahulu :

Penyakit yang Pernah dialami : klien pernah mengalami diare

sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka

panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi

parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.klien juga

17

mengatakan tidak ada alergi makanan atau obat dan baru

melakukan imunisasi pada umur 5 tahun

c.   Riwayat Penyakit keluarga

Bapak E mengatakan kalau neneknya pernah mengalami penyakit

Diabetes Millitus

3.    PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

a.       Aktivitas Latihan

      An.A sebelum di bawa ke rumah sakit sering menolak

ketika di ajak bermain oleh teman-temannya dan tidak nyambung

ketika diajak bicara

Setelah dibawa ke rumah sakit An.A sering bersikap aneh dan

sering melukai dirinya sendiri.

b.       Tidur dan istirahat

      Sebelum di bawa ke rumah  sakit klien mengatakan tidak

ada masalah saat istirahat selama 6 jam untuk tidur malam dan 2

jam untuk tidur siang

Setelah di bawa ke rumah  sakit klien mengatakan sulit tidur  dan

terbangun serta sering rewel dikarenakan 4 jam dan tidak bisa

tidur siang

c.        Kenyamanan dan nyeri

P   :dari reaksi non verbalnya klien terlihat menahan sakit

dan meringis

18

Q :dari reaksi non verbalnya klien sering menangis dan rewel

R :Nyeri klien berada di telapak tangan

S   :Skala nyeri antara 1-10 klien menunjukkan skala

nyerinya di angka 7

T   :dari reaksi non verbalnya klien merasakan nyeri saat

beraktivitas

d.        Nutrisi

        Sebelum sakit klien makan 2x sehari dengan nutrisi yang

cukup dan porsi yang di berikan selalu di habiskan klien. Selama

sakit klien tidak mau makan karena sering rewel menahan sakit.

e.        Cairan dan elektrolit dan asam basa

Pada saat klien mengalami perdarahan klien hanya minum 3

gelas standar 250 cc dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL

20tts/mnt, sebelum dibawa ke rumah sakit klien hanya minum 5

gelas standar 250cc perhari.

f.        Oksigenasi

          Klien tidak mengalami gangguan pada pernafasan dan

klien tidak terpasang alat bantu pernafasan.

g.     Eliminasi bowel

Sebelum dan setelah di bawa ke rumah sakit BAB klien Normal.

h.       Eliminasi urin

19

Sebelum dibawa ke rumah sakit anak N bisa BAK 5x sehari

dengan konsistensi warna urin kuning bening

Setelah dibawa ke rumah sakit anak N bisa BAK 3x sehari

dengan konsistensi warna urin kuning pekat.klien juga tidak

terpasang kateter.

i.        Sensori persepsi dan kognitif

Setelah dilakukan pengkajian ternyata klien mengalami

gangguan retardasi mental yang di tandai dengan sulitnya di ajak

berinteraksi dengan orang lain dan menolak jika di ajak bermain.

4.    PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum

Keadaan pasien saat ini adalah lemas,gelisah dan rewel dengan

tanda-tanda vital :

S :36,5 C

N :110/80 mmHg

RR :32x/menit

1)  Kepala

Kulit kepala klien normal,bersih, tidak ada lesi dan

benjolan. Rambut hitam dan kering.  Wajah klien tampak pucat

dan meringis. Mata bengkak dan merah. Bibir klien kering. 

2)  Leher

Leher An.A tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak

ada pembesaran tonsil dan tidak ada masalah pada tenggorokan.

3) Dada

20

     tidak terkaji

4) Abdomen

Peristaltik usus normal 5-35x/menit

5) Genetalia

    Genetalia klien normal tidak ada lesi tidak ada cairan yang

keluar dari vagina

6) Rectum

Rektum klien normal,tidak ada luka

7) Ekstermitas

Kekuatan tangan klien lemah dan sangat sakit ketika di

gerakkan

5.      PSIKO-SOSIO-BUDAYA- SPIRITUAL

Psikologis

Klien terlihat cemas,gelisah,dan rewel menahan sakit

Sosial

Ibu B mengatakan anaknya sering tidak nyambung ketika di ajak

bicara,menolak jika di ajak bermain,dan menyimpang dari

pertanyaan yang di berikan perawat

Budaya

Dalam kesehariannya klien berbahasa Jawa

Spiritual

An.A beragama Islam

6.      PEMERIKSAAN PENUNJANG

21

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang

menderita retardasi mental, yaitu (Shonkoff JP, 1992):

1. Kromosomal kariotipe

2. EEG (Elektro Ensefalogram)

3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic

Resonance Imaging)

4. Titer virus untuk infeksi congenital

5. Serum asam urat (Uric acid serum)).

6. Pemeriksaan kromosom

7. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus.

ANALISA DATA

Tanggal/

Jam

Data Fokus Etiologi Problem

20-04-

2015

Ds : Ibu B mengatakan

anaknnya malu untuk bertemu

teman-teman sebayanya.

Do: Saat diajak

berinteraksi, respon An A

sangat lambat dan jawaban

An A juga menyimpang.

Do : An A terlihat kurang

berminat untuk diajak

Gangguan

proses pikir

Hambatan

interaksi

sosial

22

bicara.20-04-

2015

Ds : Ibu B mengatakan An. A

belum bisa menulis, membaca

dan melakukan aktivitasnya

sendiri.

Ds : Ibu B mengatakan

anaknnya malu untuk bertemu

teman-teman sebayanya.

Ds : Ibu B mengatakan

anaknya menolak jika diajak

bermain oleh teman-teman

sebayanya.

Do : An A terlihat kurang

berminat untuk diajak

bicara.

Keterlambatan

dalam

menyelesaikan

tugas

perkembangan

Isolasi

sosial

20-04-

2015

Ds : Saat diajak

berinteraksi, respon An A

sangat lambat dan jawaban

An A juga menyimpang.

Do : Ketika perawat

menyuruh An A berhitung, An

A tidak bisa.

Inteligensia

yang rendah

Gangguan

penyesuaian

individu

20-04-

2015

Ds : Ibu B mengatakan

anaknya sering mengeluh

kesakitan pada daerah luka

Agen cedera

fisik

Nyeri akut

23

sayatan.

Do : Ketika diinspeksi

terlihat banyak luka

sayatan ditangan An A.20-04-

2015

Ds : Ibu B mengatakan

anaknya susah untuk makan.

Do : Ketika diamati tubuh

An A terlihat kurus, kecil,

tidak seperti anak umur 6

tahun pada umumnya.

Faktor

psikologis

Ketidakseimba

ngan nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh

PERIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Gangguan penyesuaian individu b.d Intelegensi yang

rendah.

2.      Hambatan interaksi social b.d Gangguan proses pikir.

3.      Isolasi social b.d Keterlambatan dalam menyelesaikan

tugas perkembangan

INTERVENSI

Nama Klien : An. A No. RM    : 11130032Umur           : 6 Tahun Alamat     : Jl. Raya

Tejem 60Bangsal        : Melati Dx. Medis :

24

NO DIAGNOSAKEPERAWATAN

TUJUAN DANKRITERIA HASIL

INTERVENSI NAMA/TTD

1

.

Gangguan

penyesuaian

individu b.d

Intelegensi

yang rendah.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3 x 24 jam

maka Gangguan

penyesuaian belum

teratasi dengan

criteria hasil :

1.      Belum

bisa menggunakan

strategi koping

yang baik.

2.      Belum

bisa

mempertahankan

produktivitas.

1.      Bantu

pasienuntuk

mengidentifikasiberb

agai perandalam

kehidupan.

2.      Bantu

pasienuntuk

mengidentifikasipera

n yang biasadalam

keluarga.

3.      Bantu

pasienuntuk

mengidentifikasistra

tegi positifuntuk

perubahanperan.

Annedewa

ri

2

.

Hambatan

interaksi

social b.d

Gangguan

proses pikir.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3 x 24 jam

maka Hambatan

interaksi sosial

belum teratasi

1.      Dorong pasie

n untukmengungkapkan

perasaan yang

berhubungan

dengan masalah

pribadinya.

Annedewa

ri

25

dengan riteria

hasil :

1.      Belum

bisa

mempertahankan

fungsi kognitif.

2.      Belum

bisa

mempertahankan

keterampilan

bahasanya.

3.      Belum

bisa

mempertahankan

keterampilan

dalam pemecahan

masalah.

2.      Identifity s

uatuketerampilan

sosial tertentu

yang akanmenjadi

fokusdari pelatihan.

3.      Berikan

penkes kepada

keluarga untuk

melatih klien supaya

keterampilan

sosialnya semakin

berkembang.

3

.

Isolasi

social b.d

Keterlambatan

dalam

menyelesaikan

tugas

perkembangan.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3 x 24 jam

maka isolasi

sosial belum

teratasi dengan

kriteria hasil:

1.      Belum

1.      Identifikasi

kebutuhankeamananpas

ien,berdasarkantingk

at

fungsifisik,kognitif

danperilaku.

2.      Ciptakan

lingkungan yang aman

Annedewa

ri

26

bisa

berkomunikasi

dengan orang

lain.

2.      Belum

bisa beradaptasi

dengan lingkungan

bagi pasien.

3.      Batasi

pengunjung yang

ingin bertemu dengan

pasien.

                                                                  

                                             

IMPLEMENTASI

Nama Klien : An. A No. RM    : 11130032Umur           : 6 Tahun Alamat     : Jl. Raya

Tejem 60Bangsal        : Melati Dx. Medis : Retardasi

Mental

Hari ke 1NO TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

1

.

20-04-

2015

08.

001.      Membantu pasienuntuk

mengidentifikasiberbagai

peran dalam kehidupan.

S :

O : Klien terlihat mulai

menyesuaikan diri dengan

S :

Keluarga

mengataka

n belum

ada

perubahan

27

lingkungan.

2.      Membantu pasienuntuk

mengidentifikasiperan yang

biasa dalam keluarga.

S :

O : Klien terlihat dekat

dengan keluarganya.

3.      Membantu pasienuntuk

mengidentifikasistrategi

positif untuk perubahan peran.

S :

O : Klien terlihat sedikit ada

perubahan.

yang

signifika

n pada

anaknya.

O : Klien

terlihat

lambat

untuk

menyesuai

kan diri.

A :

tujuan

belum

tercapai.

P :

Intervens

i

dilanjutk

an.2

.

20-04-

2015

08.

001.      Mendorong pasien

untukmengungkapkan

perasaan yang berhubungan

denganmasalah pribadinya.

S :

O : Klien terlihat belum bisa

mengungkapkan masalah

S :

Keluarga

mengataka

n anaknya

belum

bisa

berintera

28

pribadinya.

2.      Mengidentifikasi

suatu keterampilan

sosial tertentu

yangakan menjadi

fokusdari pelatihan.

S :

O : Klien terlihat tidak

memiliki keterampilan yang

banyak.

3.      Memberikan penkes

kepada keluarga untuk melatih

klien supaya keterampilan

sosialnya semakin berkembang.

S : Keluarga mengatakan

keterampilan anak belum

berkembang.

O : Keluarga terlihat mengerti

dengan penkes yang diberikan

oleh perawat.

ksi

dengan

lingkunga

nnya.

O : Klien

terlihat

belum

bisa

berintera

ksi

dengan

lingkunga

n.

A :

Tujuan

belum

tercapai.

Intervens

i

dilanjutk

an.3

.

20-04-

2015

08.0

01.      Mengidentifikasi

kebutuhan keamananpasien, berd

asarkantingkat

fungsifisik,kognitif

danperilaku.

S :

Keluarga

mengataka

n klien

belum ada

29

S :

O : Klien terlihat belum bisa

berinteraksi dengan

lingkungan.

2.      Menciptakan lingkungan

yang aman bagi pasien.

S :

O : Klien terlihat tidak

memiliki pengaruh terhadap

lingkungan rumah sakit.

3.      Membatasi pengunjung

yang ingin bertemu dengan

pasien.

S :

O : Klien terlihat nyaman.

perubahan

.

O : Klien

terlihat

belum

berubah.

A :

Tujuan

belum

tercapai.

P :

Intervens

i

dihentika

n.

Hari ke 2

NO TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

1. 21-04-

2015

08.

001.      Membantu pasienuntuk

mengidentifikasiberbagai

peran dalam kehidupan.

S :

O : Klien terlihat mulai

S :

Keluarga

mengataka

n belum

ada

30

menyesuaikan diri dengan

lingkungan.

2.      Membantu pasienuntuk

mengidentifikasiperan yang

biasa dalam keluarga.

S :

O : Klien terlihat dekat

dengan keluarganya.

3.      Membantu pasienuntuk

mengidentifikasistrategi

positif untuk perubahan peran.

S :

O : Klien terlihat sedikit ada

perubahan.

perubahan

yang

signifika

n pada

anaknya.

O : Klien

terlihat

lambat

untuk

menyesuai

kan diri.

A :

tujuan

belum

tercapai.

P :

Intervens

i

dilanjutk

an.2. 21-04-

2015

08.

00

1.       Mendorong pasien

untukmengungkapkan

perasaan yang berhubungan

denganmasalah pribadinya.

S :

O : Klien terlihat belum bisa

S :

Keluarga

mengataka

n anaknya

belum

bisa

31

mengungkapkan masalah

pribadinya.

2.       Mengidentifikasi

suatu keterampilan

sosial tertentu

yangakan menjadi

fokusdari pelatihan.

S :

O : Klien terlihat tidak

memiliki keterampilan yang

banyak.

3.       Memberikan penkes

kepada keluarga untuk melatih

klien supaya keterampilan

sosialnya semakin berkembang.

S : Keluarga mengatakan

keterampilan anak belum

berkembang.

O : Keluarga terlihat mengerti

dengan penkes yang diberikan

oleh perawat.

berintera

ksi

dengan

lingkunga

nnya.

O : Klien

terlihat

belum

bisa

berintera

ksi

dengan

lingkunga

n.

A :

Tujuan

belum

tercapai.

Intervens

i

dilanjutk

an.

32

3. 20-04-

2015

08.

00

1.       Mengidentifikasi

kebutuhan keamananpasien, berd

asarkantingkat

fungsifisik,kognitif

danperilaku.

S :

O : Klien terlihat belum bisa

berinteraksi dengan

lingkungan.

2.       Menciptakan

lingkungan yang aman bagi

pasien.

S :

O : Klien terlihat tidak

memiliki pengaruh terhadap

lingkungan rumah sakit.

3.       Membatasi pengunjung

yang ingin bertemu dengan

pasien.

S :

O : Klien terlihat nyaman.

S :

Keluarga

mengataka

n klien

belum ada

perubahan

.

O : Klien

terlihat

belum

berubah.

A :

Tujuan

belum

tercapai.

P :

Intervens

i

dihentika

n.

33

Hari ke 3

NO TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

1. 22-04-

2015

08.

00

1.      Membantu pasien untuk

mengidentifikasi berbagai

peran dalam kehidupan.

S :

O : Klien terlihat mulai

menyesuaikan diri dengan

lingkungan.

2.      Membantu pasien untuk

mengidentifikasi peran yang

biasa dalam keluarga.

S :

O : Klien terlihat dekat

dengan keluarganya.

3.      Membantu pasien untuk

mengidentifikasi strategi

positif untuk perubahanperan.

S :

O : Klien terlihat sedikit ada

perubahan.

S :

Keluarga

mengatakan

belum ada

perubahan

yang

signifikan

pada

anaknya.

O : Klien

terlihat

lambat

untuk

menyesuaik

an diri.

A : tujuan

belum

tercapai.

P :

Intervensi

dilanjutka

n.2. 22-04-

2015

08.

00

1.       Mendorong pasien

untukmengungkapkan

S :

Keluarga

34

perasaanyang berhubungan

denganmasalah pribadinya.

S :

O : Klien terlihat belum bisa

mengungkapkan masalah

pribadinya.

2.       Mengidentifikasi

suatuketerampilan

sosial tertentu

yang akan menjadi

fokusdari pelatihan.

S :

O : Klien terlihat tidak

memiliki keterampilan yang

banyak.

3.       Memberikan penkes

kepada keluarga untuk melatih

klien supaya keterampilan

sosialnya semakin berkembang.

S : Keluarga mengatakan

keterampilan anak belum

berkembang.

O : Keluarga terlihat mengerti

dengan penkes yang diberikan

oleh perawat.

mengatakan

anaknya

belum bisa

berinterak

si dengan

lingkungan

nya.

O : Klien

terlihat

belum bisa

berinterak

si dengan

lingkungan

.

A : Tujuan

belum

tercapai.

Intervensi

dilanjutka

n.

35

3. 20-04-

2015

08.

00

1.      Mengidentifikasi

kebutuhankeamananpasien,berdas

arkantingkat

fungsifisik,kognitif

dan perilaku.

S :

O : Klien terlihat belum bisa

berinteraksi dengan

lingkungan.

2.      Menciptakan lingkungan

yang aman bagi pasien.

S :

O : Klien terlihat tidak

memiliki pengaruh terhadap

lingkungan rumah sakit.

3.      Membatasi pengunjung

yang ingin bertemu dengan

pasien.

S :

O : Klien terlihat nyaman.

S :

Keluarga

mengatakan

klien

belum ada

perubahan.

O : Klien

terlihat

belum

berubah.

A : Tujuan

belum

tercapai.

P :

Intervensi

dihentikan

.

36

BAB IV

PEMBAHASAN

Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak

mencukupi (menurut WHO).

Retradasi mental adalah  suatu keadaan yang ditandai dengan

fungsi intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa

perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses

belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).

Pada bab ini membahas tentang kasus asuhan keperawatan Anak

A 6 tahun dibawa oleh ibunya ke RS pada tanggal 20 September 2012

dengan gangguan pada saraf.  Setelh dilakukan pemeriksaan medis

anak A mengalami retardasi mental.  Adapun ruang lingkup dari

pembahasan kasus ini adalah sesuai dengan proses keperawatan

yaitu mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi dan evaluasi.

A.    PENGKAJIAN

Proses pengkajian pada klien dengan gangguan syaraf

dilakukan oleh perawat dengan wawancara, observasi dan

pemeriksaan fisik langsung kepada klien.  Selain itu perawat

mendapatkan keterangan dari keluarga klien, diskusi dengan

perawat di ruangan dan dokter.

37

                Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, akan

tetapi disesuaikan dengan kondisi klien saat di kaji. Pada saat

dilakukan pengkajian klien dan keluarga cukup terbuka dan sudah

terjalin hubungan saling percaya antara klien,keluarga dan

perawat sehingga mempermudah perawat  dalam mengkaji  pasien dan

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan

klien mau menjawab pertanyaan dari perawat walaupun responnya

lambat dan jawabannya menyimpang dari pertanyaan.  Selain itu

keluarga juga mau menerima saran yang diberikan. Dari hasil

pengkajian TTV: TD : 110/80 mmHg

RR : 32 x / menit, S : 36,5 o C, N : 110x/menit

Dari hasil pengkajian tersebut menunjukkan tanda-tanda dan

gejala yang ada pada klien tidak jauh berbeda dengan konsep teori

yang ada.

Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan

identifikasi masalah yang dihadapi oleh klien yang merupakan data

fokus dan selanjutnya dirumuskan diagnosa atau masalah

keperawatan.

B.     Diagnosa Keperawatan

            Berdasarkan tinjauan teoritis pada BAB II,  pada

klien dengan retardasi mental di dapatkan  3 diagnosa yang

diangkat, meliputi :

1. Gangguan penyesuaian individu b.d Intelegensi yang rendah.

2. Hambatan interaksi social b.d Gangguan proses pikir.

38

3. Isolasi social b.d Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas

perkembangan.

            Setelah diagnosa atau masalah keperawatan ditegakan

selanjutnya dilakukan pembuatan rencana tindakan dan kriteria

hasil untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada pada klien.

C.    Perencanaan

            Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah

data terkumpul, dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan masalah

keperawatan. Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah

yang disesuaikan dengan kondisi klien. Setelah masalah ditentukan

berdasarkan prioritas, tujuan pelayanan keperawatan ditetapkan.

Tujuan bisa ditetapkan dalam jangka panjang atau jangka pendek,

harus jelas, dapat diukur dan realistis. Ditegaskan dalam bentuk

perubahan, kriteria hasil sebagai alat ukur pencapaian tujuan

yang mengacu pada tujuan yang disusun pada rencana keperawatan.

D.    Pelaksanaan/ Implementasi

            Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian

dilanjutkan dengan pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan

keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang diberikan

pada anak Adengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik

yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu – ilmu keperawatan dan

39

ilmu – ilmu lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan

yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.

            Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

rencana asuhan keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan.

Hambatan-hambatan tersebut antara lain, keterbatasan sumber

referensi buku sebagai acuan penulis dan juga alat yang tersedia,

pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat ruangan tidak

lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien dari

mulai masuk sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau

fasilitas rumah sakit yang kurang memadai dan keberadaan penulis

di ruang tempat klien di rawat terbatas.

E.     Evaluasi

            Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan.

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan

data subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan apakah

tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian

atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu di

kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.

Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik

rencana keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan

keperawatan melalui perbandingan asuhan keperawatan yang

diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan

lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang perawat lakukan pada anak A

adalah melihat apakah masalah yang telah diatasi sesuai dengan

kriteria waktu yang telah ditetapkan.

40

BAB V

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh

intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidak mampuan individu

untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas

kemampuan yang di anggap normal.(Carter CH).

B.     Saran

1.      Bagi Mahasiswa

41

Diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang

penyakit-penyakit dalam keperawatan anak salah satunya pada

retardasi mental dan juga meningkatkan kemampuan dalam membuat

asuhan keperawatan yang baik dan benar.

2.      Bagi Perawat

Diharapkan bagi perawat agar dapat meningakatkan

ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawtan serta

pengetahuan sehingga dapat memberikan asuhan keperawtan yang

optimal khususnya pada anak yang menderita retardasi mental

dan perawat mampu menjadi edukator yang baik bagi pasien dan

keluarganya.

42

DAFTAR PUSTAKA

Mooihead,soe dkk. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 4.

Mas By Eiseuiere: LISA.

McCloskey, Joanne, dkk. 2000. Nursing Interventions Classification

(NIC) edisi 4. Mosby Elsevien: LISA.

Rosdiana. Kamus Keperawatan

Sumarwati, made, dkk. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan

Klasifikasi 2009-2011. EGC: Buku Kedokteran.

Newman, Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008.

Jakarta: EGC.

43