Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular
(cronic non-communicablediseases) terutama penyakit
kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan
penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit
menular (communicable diseases) sebagai masalah
kesehatan masyarakat utama.
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan
kondisi sistem vaskuler sehingga dapat membantu
upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum
pasienmengalami komplikasi yang lebih parah seperti
stroke, penyakit jantung koroner,gagal ginjal, dan
penyakit pembuluh darah perifer.
Gagal ginjal atau acute kidney injury (AKI)
yang dulu disebut injury acuterenal failure (ARF)
dapat diartikan sebagai penurunan cepat/tiba-tiba
atau parah padafungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini
biasanya ditandai oleh peningkatan
konsentrasikreatinin serum atau azotemia
(peningkatan konsentrasi BUN (blood Urea
Nitrogen).Setelah cedera ginjal terjadi, tingkat
konsentrasi BUN kembali normal, sehingga yang
menjadi patokan adanya kerusakan ginjal adalah
penurunan produksi urin.
1
Angka kematian di AS akibat gagal ginjal akut
berkisar antara 20-90%.Kematian di dalam RS 40-50%
dan di ICU sebesar 70-89%. Kenaikan 0,3 mg/dL
kreatinin serum merupakan prognostik penting yang
signifikan. Peningkatan kadar kreatinin juga bisa
disebabkan oleh obat-obatan (misalnya cimetidin
dantrimehoprim) yang menghambat sekresi tubular
ginjal. Peningkatan nilai BUN juga dapat terjadi
tanpa disertai kerusakan ginjal, seperti pada
perdarahan mukosa atau saluran pencernaan,
penggunaan steroid, pemasukan protein. Oleh karena
itudiperlukan pengkajian yang hati-hati dalam
menentukan apakah seseorang terkena kerusakan ginjal
atau tidak.
B. Tujuan
a.Tujuan umum
Mengetahui tentang konsep medis dan asuhan
keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Akut
dan Gagal Ginjal Kronik
b.Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada
klien dengan GGA dan GGK
2
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa
keperawatan
3. Mahasiswa mampu membuat intervensi untuk
klien GGA dan GGK
4. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana
tindakan yang telah dibuat
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan
keperawatan yang telah diberikan pada klien
dengan GGA dan GGK
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Penyakit Gagal Ginjal Akut
1. Pengertian
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi
ginjal secara mendadak dan hampir lengkap akibat
kegagalan sirkulasi renal dan disfungsi tubular
dan glomerular. Ini dimanifestasikan dengan
anuria, oliguria, atau volume urin normal.
Gagal ginjal adalah Suatu syndroma klinis
akibat kerusakan metabolik atau patologik pada
ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yg
nyata dan cepat disertai terjadinya azotemia .
Dapat disertai Oliguria(produksi urine <400 cc/hr
atau Non oliguria. Disebut Nekrosis Tubulus Akut
(NTA) secara histologis padahal tidak selalu
ditemukan Nekrosis pada tubulus.. Istilah NTA bisa
untuk membedakan bentuk GGA reversibel yg
disebabkan oleh faktor-faktor diluar ginjal (
prerenal / postrenal )
2. Etiologi
Sampe saat ini para praktisi klinik masih
membagi etiologi Gagal Ginja Akut dengan tiga
katagori meliputi: pra renal, renal dan pasca
4
renal. Tiga kategori utama kondisi penyebab gagal
ginjal akut adalah :
a. Kondisi Pra Renal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi pra renal adalah masalah aliran darah
akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya laju
filtrasi glumerulus. Kondisi klinis yang umum
yang menyebabkan terjadinya hipoperfusi renal
adalah :
1) Hipofolemik (perdarahan post partum, luka
bakar, kehilangan cairan dari gastro
intestinal, pankreatitis, pemakaian diuritik
berlebihan).
2) fasodilatasi (sepsis atau anfilaksis).
3) penurunan curah jantung (distritmia, infak
miokardium, gagal jantung konghesif, shok
kardiogenik, emboli paru).
4) obstruksi pembuluh darah ginjal bilateral
(emboli, trombopsis).
b. Kondisi Renal (kerusakan aktual jaringan ginjal)
Penyebab intra renal gagal ginjal akut adalah
kerusakan glumerulus atau tubulus ginjal yang
dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
1) trauma langsung pada ginjal dan cedra akibat
terbakar
2) iskemia (pemakaian NSAID, kondisi syok pasca
bedah).
5
3) reaksi transpusi (DIC akibat transfusi tidak
cocok).
4) penyakit glumerofaskular ginjal:
glumerulunefritis, hipertensi maligna.
5) nefritis interstitial akut: infeksi berat,
induksi obat-obat nefrotoksin.
c. Kondisi pascaRenal (obstruksi aliran urin)
Kondisi pasca renal yang menyebabkan gagal
ginjal akut biasanya akibat dari obstruksi di
bagian distal ginjal. Obstruksi ini dapat
disebabkan oleh kondisi-kondisi sebagai
berikut :
1) obstruksi muara pesika urinaria: hipertropi
prostat, karsinoma.
2) obstruksi ureter bilateral oleh obstruksi
batu saluran kemih, bekuan darah atau
sumabatan dari tumor.
Gambar 2.2: etiologi dari Gagal Ginjal
Akut
3. Patofisiologi
6
Terdapat empat tahapan klinik dari gagal ginjal
akut sebagai berikut :
a. Periode Awal
Merupakan awal kejadian penyakit dan diakhiri
dengan terjadinya oliguria.
b. Periode Oliguri
Pada periode ini volume urin kurang dari 400
ml/24 jam, disertai dengan peningkatan
konsentrasi serum dari substansi yang biasanya
diekskresikan oleh ginjal (urea, kreatinin, asam
urat, kalium dan magnesium). Pada tahap ini
untuk pertama kalinya gejala uremik muncul, dan
kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia
terjadi.
c. Periode Diuresis
Pasien menunjukkan peningkatan jumlah urin
secara bertahap, disertai tanda perbaikan
glumerulus. Nilai laboratorium berhenti
meningkat dan akhirnya menurun. Tanda uremik
mungkin masih ada, sehingga penatalaksanaan
medis dan keperawatan masih diperlukan. Pasien
harus dipantau ketat akan adanya dehidrasi
7
selama tahap ini. Jika terjadi dehidrasi, tanda
uremik biasanya meningkat.
d. Periode Penyembuhan
o Merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan
berlangsung selama 3 - 12 bulan
o Nilai laboratorium akan kembali normal
o Namun terjadi penurunan GFR permanen 1% - 3%
Gambar 2.3: Gagal Ginjal Akut
4. perjalanan klinis
Ada 3 stadium dalam perjalanan klinis pada gagal
ginjal akut:
a. stadium Oliguria
b. stadium Diuresis
c. stadium Pemulihan
Stadium Oliguria
Sering terjadi pada paska operasi biasanya
timbul setelah 24-48 jam setelah trauma oleh
sebab nefrotoksik
Stadium Diuresis
8
Dimana pengeluaran kemih >400 cc /hr – tidak
melebihi 4liter/hr berlangsung 2-3 minggu
Penyebab diuresis adalah diuresis osmotik
karena tingginya kadar urea darah atau
kegagalan tubulus utk mempertahankan garam dan
air yg difiltrasi
Stadium Penyembuhan
Berlangsung s/d setahun membaik sedkit demi
sedikit
5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urin
1) Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, serta
osmolaritas.
2) Urin : ureum, kreatinin, elektrolit,
osmolaritas, dan berat jenis.
3) Kenaikan sisa metabolisme proteinureum
kreatinin dan asam urat.
4) Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis
metabolik.
5) Gangguan keseimbangan elektrolit :
hiperkalemia, hipernatremia atau
hiponatremia, hipokalsemia dan
hiperfosfatemia.
6) Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24
jam yang terjadi dalam 24 jam setelah ginjal
rusak.
9
7) Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan
menunjukan adanya darah, Hb, Mioglobin,
porfirin.
8) Berat jenis urine : kurang dari 1,020
menunjukan penyakit ginjal, contoh :
glomerulonefritis, piolonefritis dengan
kehilangankemampuan untuk memekatkan; menetap
pada 1,010menunjukan kerusakan ginjal berat.
9) PH. Urine : lebih dari 7 ditemukan pada ISK.,
nekrosis tubular ginjal, dan gagal ginjal
kronik.
10)Osmolaritas urine : kurang dari 350 mOsm/kg
menunjukan kerusakan ginjal, dan ratio
urine/serum sering 1:1.
11)Klierens kreatinin urine : mungkin secara
bermakna menurun sebelum BUN dan kreatinin
serum menunjukan peningkatan bermakna.
12)Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat
lebih dari 40 mEq/L bila ginjal tidak mampu
mengabsorbsi natrium.
13)Bikarbonat urine : Meningkat bila ada
asidosis metabolik.
14)SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu,
trauma, tumor, atau peningkatan GF.
15)Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+)
sangat menunjukan kerusakan glomerulus bila
SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria
10
derajat rendah (1-2+) dan SDM menunjukan
infeksi atau nefritis interstisial. Pada NTA
biasanya ada proteinuria minimal.
16)Warna tambahan : Biasanya tanpa penyakit
ginjal ataui infeksi. Warna tambahan selular
dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel
epitel tubular ginjal terdiagnostik pada NTA.
Tambahan warna merah diduga nefritis
glomular.
b. Darah :
1) Hb. : menurun pada adanya anemia.
2) Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti
peningkatan kerapuhan/penurunan hidup.
3) PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2)
dapat terjadi karena penurunan kemampuan
ginjal untuk mengeksresikan hidrogen dan hasil
akhir metabolisme.
4) BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada
proporsi ratio 10:1
5) Osmolaritas serum : lebih beras dari 285
mOsm/kg; sering sama dengan urine.
6) Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi
seiring dengan perpindahan selular ( asidosis)
atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah
merah).
7) Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan
bervariasi.
11
8) Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
9) Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.
10)Protein : penurunan pada kadar serum dapat
menunjukan kehilangan protein melalui urine,
perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan
penurunan sintesis,karena kekurangan asam
amino esensial
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologis dilakukan bila ada
kecurigaan adanya sumbatan pada saluran kemih.
EKG mungkin abnormal menunjukan
ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa
Angiografi (pemeriksaan rontgen pada arteri dan
vena) dilakukan jika diduga penyebabnya adalah
penyumbatan pembuluh darah.
Pemeriksaan lainnya yang bisa membantu adalah CT
scan dan MRI. Jika pemeriksaan tersebut tidak
dapat menunjukkan penyebab dari gagal ginjal
akut, maka dilakukan biopsi (pengambilan
jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis)
6. Pencegahan
Untuk mengurangi risiko gagal ginjal kronis,
cobalah untuk:
a. Jika anda minum minuman beralkohol maka
minumlah dengan tidak berlebihan akan tetapi
sebaiknya anda menghindarinya
12
b. Jika anda menggunakan obat tanpa resep yang
dijual bebas. Ikuti petunjuk yang ada pada
kemasannya. Menggunakan obat dengan dosis yang
terlalu tinggi dapat merusak ginjal. Jika anda
memiliki sejarah keluarga dengan penyakit
ginjal, tanyalah dokter anda obat apa yang aman
bagi anda
c. Jaga berat badan sehat anda dengan berolahraga
rutin.
d. Jangan merokok dan jangan memulai untuk merokok
e. Kontrol kondisi medis anda dengan bantuan
dokter jika kondisi tersebut meningkatkan
risiko gagal ginjal.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan harus ditujukan kepada penyakitprimer yang menyebabkan gagal ginjal akut tersebut,
dan berdasarkan keadaan klinis yang muncul.
a. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbangan cairan
didasarkan pada pengukuran berat badan harian,
pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi
urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan
darah, dan status klinis pasien.
13
Masukan dan haluaran oral dan parenteral
dari urin, drainase lambung, feses, drainase
luka, dan perspirasi dihitung dan digunakan
sebagai dasar untuk terapi penggantian cairan.
b. Penanganan hiperkalemia :
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi
dengan hal-hal berikut :
1) Glukosa, insulin, kalsium glukonat, natrium
bikarbonat (sebagai tindakan darurat
sementara untuk menangani heperkalemia)
2) Natrium polistriren sulfonat (kayexalate)
(terapi jangka pendek dan digunakan bersamaan
dengan tindakan jangka panjang lain)
3) Pembatasan diit kalium
4) Dialisis
c. Menurunkan laju metabolisme
1) Tirah baring
2) Demam dan infeksi harus dicegah atau
ditangani secepatnya
d. Pertimbangan nutrisional
1) Diet protein dibatasi sampai 1 gram/kg selama
fase oligurik.
2) Tinggi karbohidrat
3) Makanan yang mengandung kalium dan fosfat
(pisang, jus jeruk, kopi) dibatasi, maksimal 2
gram/hari
4) Bila perlu nutrisi parenteral
14
e. Merawat kulit
1) Masase area tonjolan tulang
2) Alih baring dengan sering
3) Mandi dengan air dingin
f. Koreksi asidosis
1) Memantau gas darah arteri
2) Tindakan ventilasi yang tepat bila terjadi
masalah pernafasan
3) Sodium bicarbonat, sodium laktat dan sodium
asetat dapat diberikan untuk mengurangi
keasaman
g. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi gagal ginjal akut yang
serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan
kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas
biokimia, menghilangkan kecenderungan
perdarahan, dan membantu penyembuhan luka.
Hal-hal berikut ini dapat digunakan sebagai
pertimbangan untuk segera dilakukan dialisis :
Volume overload
1) Kalium > 6 mEq/L
2) Asidosis metabolik (serum bicarbonat kurang
dari 15 mEq/L)
3) BUN > 120 mg/dl
15
4) Perubahan mental signifikan
8. Pathway Gagal Ginjal Akut
iskemia atau nefrotoksin
penurunanalliran darah
kerusakan seltubulus
alirandarah↓
↑ pelepasan NaCL ke makula
kerusakan
obstruksi tubulus
↓ultrafiltrasi glumerulus
penurunan GFR
kebocoran filtrasi
Gagal GinjalAkut
respon psikologis
penurunan produksi urine
retansi cairan
kecemasan pemenuhaninformasi
ekskresi kalium ↓
↑ metabolik pada gastrointesti
metaboli pdajringan otot↑
deurisis ginjal
edema paru
DX:defisit
ketidak seimbangan elektrolit
keram otot↑
mual muntah
DX: pola intakenutrisi tdkadekuat
hiperkal PH pd cairan serebro
kelemahan fisikrespon nyeri
perfusi serebral kerusakan
hantaran impuls saraf
perubahan kondisi elektrikal
nyerigangguan
ADLDX:
pemenuhan
16
ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL AKUT
A. Pengkajian
1.Anamnesa
a. Identitas pasien : terdiri dari nama
(inisial),
1) Usia / tanggal lahir: memang semua usia dapt
terkena gagal ginjal, namun usia pun penting
kita ketahui. karena semakin lansia umumur
seseorang, semakin beresiko.
2) Jenis kelamin: pengkajian pada jenis kelamin,
pria mungkin disebabkan oleh hipertrofi
prostat.pada wanita disebabkan, infeksi
saluran kemih yanng berulang yang dapat
menyebabkan GGA, serta padaa wanita yang
mengalami perdarahan pasca melahirkan.,
3) Alamat suku / bangsa: penting kita ketahui,
karena alamat juga mendukung untuk dijadikan
data, karena masih banyak daerah yang
kekurang air.
4) Status pernikahan: disini perlu juga kita
ketahui, tentang status perkawinan, apakah
pasangan memiliki riwayatn penyakit ISK, yang
mampu menjadi akibat gagal ginjal.
5) Agama/keyakinan: Disini perlu juga kita
ketahui, karena masih banyak masyarakat yang
menganut kepercayaan-kepercayaan.
17
6) Pekerjaan/sumber penghasilan: penting juga
kita ketahui, untuk mengetahui sumber
penghasilannya dari mana dan seberapa banyak,
karena berpengaruh juga terhadap pola
hidup.
7) Diagnosa medik: setelah mendapatkan
pemeriksaan maka diagnosa mediknya: Gaagal
Ginjal Akut
8) No. Rm, tanggal masuk: penting juga kita
kethui, supaya perawat tidak salah pasien,
dan tanggal masuk masuk juga berperan untuk
menadapatakan data apakah sudah ada perubahan
atau semakin parah.
b. Identitas Penanggung Jawab :
a. Terdiri dari Nama: penting kita ketahui
untuk memudahkan perawat membeikan infomasi
terhadap klien.
b. Usia: penting juga kita ketahui, untuk kita
mampu beradaptasi dengan keluarga klien.
c. Jenis kelamin: juga perlu kita ketahui, untuk
memudahkan perawat berkomunikasi dalam
memberikan informasi kepada keluarga klien.
d. Pekerjaan / sumber penghasilan: perlu juga
kita ketahui dari mana sumber penghasilan yang
didapatkan oleh keluarga klien untuk membiayai
klien itu sendiri.
18
e. Hubungan dengan klien: penting juga kita
ketahui untuk mengetahui hubungan klien dengan
penanggung jawab, apakah saudara, orang tua,
suami/istri, anak/cucu.
2.Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien diantara
keluhan yang dirasakan yang didapatkan secara
langsung dari pasien/ keluarga. yang dimana
keluhan yang paling dirasakan oleh klien itu
sendiri adalah terjadi penurunan produksi miksi.
3.Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama tidak bisa kencing, kencing
sedikit, sering BAK pada malam hari, kelemahan
otot atau tanpa keluhan lainnya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya penyakit infeksi, kronis atau penyakit
predisposisi terjadinya GGA serta kondisi pasca
akut. Riwayat terpapar toksin, obat nefrotik
dengan pengunan berulang, riwayat tes diagnostik
dengan kontras radiografik. Kondisi yang terjadi
bersamaan : tumor sal kemih; sepsis gram
negatif, trauma/cidera, perdarahan, DM, gagal
jantung/hati.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
19
Riwayat penyakit polikistik keluarga,
nefritis herediter, batu urinarius atau yang
lainnya.
4.Pola kebutuhan
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise
Tanda : Kelemahan otot, kehilanggan tonus
b. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi/hipertensi, disritmia
jantung, nadi lemah/halus, hipotensi orthostatik
(hipovolemia), hipervolemia (nadi kuat), oedema
jaringgan umum, pucat, kecenderungan perdarahan
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola kemih : peningkatan
frekuensi, poliuria (kegagalan dini) atau
penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir),
disuria, ragu-ragu berkemih, dorongan kurang,
kemih tidak lampias, retensi
(inflamasi/obstruksi, infeksi), abdomen kembung,
diare atau konstipasi, Riwayat Hipertropi
prostat, batu/kalkuli
Tanda : Perubahan warna urine menjadi lebih
pekat/gelap, merah, coklat, berawan, Oliguria
(bisanya 12-21 hari); poliuria (2-6 l/hari)
d. Makanan/cairan
Gejala : Peningkatan berat badan (edema),
penurunan berat badan (dehidrasi), mual, muntah,
20
anoreksia, nyeri ulu hati, riwayat penggunaan
diuretik
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,
edema
e. Neurosensorik
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram
otot/kejang, sindrom ‘kaki gelisah”
Tanda : Gangguan status mental, penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilanggan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran (azotemia, ketidakseimbanggan
elektrolit/asam/basa); kejang, aktivitas kejang
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri tubuh, sakit kepala
Tanda : Prilaku berhati-hati, distraksi,
gelisah
g. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek
Tanda : Tachipnea, dispnea, peninggkatan
frekuensi dan kedalaman pernafasan (kussmaul),
nafas amonia, batuk produktif dengan sputum
kental merah muda (edema paru)
h. Keamanan
Gejala : ada reakti tranfusi
Tanda : Demam (sepsis, dehidrasi), ptechie,
echimosis kulit, pruritus, kulit kering.
5. Analisa Data
21
Symtom Etiologi ProblameDS : klien
mengeluh tidak
bias BAK
DO :
produksi urine
tidak ada
klien edema
penurunan
produksi urine
↓deurisis ginjal
↓DX: defisit vol
cairan
Defisit volume
cairan
DS : klien
mengatakan sulit
untuk bernafas dan
terasa berat pd
saat menari nafas.
DO :
klien tampak
sesak, dan sulit
menarik nafas,
RR <16 kali/
menit
N teraba lemah.
penurunan
produksi urine
↓retansi cairan
↓edema paru
↓DX: pola nafas
tdk efektif
pola nafas tidak
efektif
DS : klien
mengatakan. Susah
nafas dan
mengalami nafas
pendek
DO :
klien tanpak
lemas
denyut jantung
teraba lemah
penurunan
produksi urine
↓ekskresi kalium
↓ketidak
seimbangan
elektrolit
↓
Penurunan curah
jantung
22
hiperkalemi
↓perubahan kondisi
elektrikal
jantung
↓DX:curah jantung
DS : klien
mengatakan sering
mengalami mual
muntah
DO : kelien tampak
pucat, mukosa
kering
metabolik pada
gastrointestinal
↓mual muntah
↓intake nutrisi td
kadekuat
↓DX: pemenuhan
nutrisi
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
DS: Klien
mengatakan kurang
mmpu melakukan
aktivitas karena
merasa lemah, dan
keram
DO: klien tampak
slit melakukan
aktivitas dan
klien mengerjakan
metaboli pd
jringan otot
↓keram otot
↓kelemahan fisik
respon nyeri
↓nyeri gangguan
ADL
Intoleransi
aktivitas
23
aktivitas dengan
bantuan dari
keluarga
↓intoleransi
aktifitas
B. Diagnosa Keperawatan
1.Defisit volume cairan b/d fase diurisis dari gagal
ginjal akut
2.Resiko tinggi pola nafas tidak efektif b.d
penurunan Ph pada cairan serebrospinal
3.Resiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi
elektrikal skunder dari hiper kalemia.
4.Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan
dengan kelebihan cairan, ketidakseimbangan
elektrolit, efek uremik pada otot jantung
5.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, vomitus, nausea.
6.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
fisik, keletihan.
C. Intervensi
1. Resiko kurangnya volume cairan b/d gagal ginjal akut
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam defisit volume
cairan dapat teratasi
kriteria hasi: klien tidak mengeluh pusing,
membran mukosa lembap, turgor kulit normal,
TTV dalam batas normal, urine >600 ml/hari
Intervensi Rasional
24
a. Monitor setatus
cairan (turgor
kulit membran
mukosa dan urine
output)
b. Auskultasi TD dan
timbang berat
badan
c. Kaji warna kulit,
suhu, sianosis,
nadi perifer, dan
diaforesis secara
teratur
d. Program untuk
dialisis.
e. Pertahan
pemberian cairan
intravena
a. Jumlah dan tipe
cairan pengganti
ditentukan dari
keadaan status
cairan.
b. Hipotensi dapat
terjadi pada
hipovolemik perubahan
berat badan sebagai
parameter dari
terjadinya defisit
cairan.
c. Mengetahui adannya
pengaruh pertahanan
perifer
d. Program dialisis akan
mengganti fungsi
ginjalyang terganggu
dalam menjaga
keseimbanngan cairan
tubuh.
e. Jalur yang paten
penting untuk
25
pemberian cairan
secara cepat dan
memudahkan perawat
untuk melakukan
kontrol intake dan
output cairan
2. Resiko Tinggi Pola Nafas Tidak Efektif B.D Penurunan Ph Pada
Cairan Serebrospinal
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi
perubahan pola nafas
Kriteria hasil: klien tidak sesak nafas, RR dalam
batas normal 16-20x/menit
Intervensi Rasionala. kaji faktor penyebab
asidosis metabolik
b. monitor ketat TTV
c. istirahatkan klien
dengan posisi fowler
a. untuk mengatasi penyebab
dasar dari asedosis
metabolik
b. perubahan TTV akan
memberikan dampak pada
resiko asidosis yang
bertambah berat dan
berindikasi pada
intervensi untuk
26
d. ukur intake dan output
e. lingkungan tenang dan
batasi pengunjung
f. berikan cairan ringer
laktat secara
intravena
secepatnya melakukan
koreksi asedosis
c. posisi fowler akan
meningkatkan ekspansi
paru optimal.
d. penurunana curah jantung
mengakibatkan gangguan
perfusi ginjal, retensi
natrium dan penurunan
urine output.
e. lingkungan tenang akan
menurunkan stimulasi
nyeri, dan pembatasan
kunjungan akan membantu
meningkatkan kondisi O2.
f. untuk memperbaiki
keadaan asisosis
metabolik.
3. resiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal skunder
dari hiper kalemia
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi aritmia
27
Kriteria Hasil: klien tidak gelisah, tidak
mengeluh mual muntah, TTV dalam batas normal,
kadar kalium serum dalam batas normal.
Intervensi Rasionala. kaji faktor penyebab dari
keadaan individu dan
faktor-faktor hiperkalemi
b. beri diet rendah kalium
c. memonitor TTV tiap 4 jam
d. memonitor ketat kadar
kalium darah dan EKG
e. memonitor klien yang
terjadi hipokalemi
f. memonitor klien yang
mendapat infus cepat
yanng mengandung kallium
a. penanganan
disesuaikan dengan
faktor penyebab
b. makanan yang
mengandung kalium
tinggi yang harus
dihindari termasuk
kopi, cocoa, teh,
buah yang
dikeringkan, kacang
yang dikeringkan, dan
rti gandum utuh.
c. adanya T,perubahan
TTV secara tepat
dapat menjadi
pencetus aritmia.
d. upaya untuk mencegah
hiperkalemi
e. untuk mencegah
terjadinya beban
kalium berlebihan
28
f. untuk tidak
memberikan infus
larutan IV yang
mengandunng kallium
dengankecepatan
tinggi
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung
yang meningkat
Tujuan: dalam waktu 2x24 ja, Penurunan curah
jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil :
mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan
darah dan frekuensi jantung dalam batas normal,
nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian
kapiler
Intervensi Rasionala. Auskultasi bunyi jantung dan
paru.
Adanya takikardia frekuensi
jantung tidak teratur
b. Kaji adanya hipertensi
Hipertensi dapat terjadi
karena gangguan pada sistem
a. Untuk mengetahui
terjadinya
penurunan curah
jantung
b. Untuk mengetahui
tingi TD akibat
beban jantung yang
29
aldosteron-renin-angiotensin
(disebabkan oleh disfungsi
ginjal)
c. Selidiki keluhan nyeri dada,
perhatikan lokasi, rediasi,
beratnya (skala 0-10)
d. Kaji tingkat aktivitas,
respon terhadap aktivitas
Kelelahan dapat menyertai
GGK juga anemia
meningkat karena
peningkatan cairan
c. Untuk mengetahui
sekala nyeri yang
dirasakan dan
mampu memprediksi
lokasi dan
tempatnya.
d. Untuk mengetahui
tingkat aktivitas
dan mengetahui
terjadinya anemia,
30
5.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, vomitus, nausea.
Tujuan: Dalam waktu 2x24 jam, Mempertahankan
masukan nutrisi yang adekuat
kriteria hasil: Menunjukan BB stabil
Intervensi Rasionala.Observasi status klien
dan keefektifan diet.
b.Berikan dorongan
hygiene oral yang baik
sebelum dan setelah
makan.
c.Berikan makanan Rendah
garam
d.Berikan makanan dalam
porsi kecil tetapi
sering.
e.Kolaborasi pemberian
obat anti emetic.
a. Untuk mampu
menyeimbangkan kebutuhan
nutrisi dalam tubuh
b. Untuk mendapatkan
Higiene oral yang tepat,
yanng dapat mencegah bau
mulut dan rasa tidak
enak akibat
mikroorganisme, membantu
dan mencegah stomatitis
c. Lemak dan protein tidak
digunakan sebagai sumber
protein utama, sehingga
tidak terjadi penumpukan
yang bersifat asam,
serta diet rendah garam
memungkinkan retensi air
kedalam intra vaskuler.
d. Untuk Meminimalkan
anoreksia, mual
sehubungan dengan status
31
6.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik,
keletihan.
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam Pasien dapat
meningkatkan aktivitas yang dapat
ditoleransi
Kriteria Hasil: klien mampu meningkatkan
aktivitas denngan baik
Intervensi Rasionala. Kaji kebutuhan pasien
dalam beraktifitas dan
penuhi kebutuhan ADL
b. Kaji tingkat kelelahan.
c. Identifikasi factor
stess/psikologis yang
dapat memperberat.
d. Ciptakan lingkungan
tengan dan periode
istirahat tanpa
gangguan.
e. Bantu aktifitas
perawatan diri yang
diperlukan.
a. Memberi panduan dalam
penentuan pemberian
bantuan dalam
pemenuhan ADL.
b. Untuk menentukan
derajat dan efek
ketidakmampun
c. Karena mempunyai efek
akumulasi (sepanjang
factor psykologis)
yang dapat diturunkan
bila ada masalah dan
takut untuk diketahui.
d. Untuk menghemat energi
untuk aktifitas
perawatan diri yang
diperlukan
e. Memungkinkan
berlanjutnya aktifitas
33
f. Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium darah.
yang dibutuhkan
memberika rasa aman
bagi klien.
f. Untuk mengetahui
Ketidak seimbangan Ca,
Mg, K, dan Na, dapat
menggangu fungsi
neuromuscular yang
memerlukan peningkatan
penggunaan energi Ht
dan Hb yang menurun
adalah menunjukan
salah satu indikasi
terjadinya gangguan
eritopoetin
B. Penyakit Gagal Ginjal Kronik
1.Pengertian
Ada beberapa pengertian gagal ginjal kronis
yang dikemukakan oleh beberapa ahli meliputi yaitu
:
Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan
fungsi ginjal (unit nefron) yang berlangsung
pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan
menetap yang mengakibatkan penumpukan sisa
34
metabolit (toksik uremik) sehingga ginjal tidak
dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan
menimbulkan gejala sakit (Hudak & Gallo, 1996).
Long (1996 : 368) mengemukakan bahwa Gagal
ginjal kronik adalah ginjal sudah tidak mampu lagi
mempertahankan lingkugan internal yang konsisten
dengan kehidupan dan pemulihan fungsi sudah tidak
dimulai
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal
ginjal yang menahun yang umumnya tidak riversibel
dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi
ginjal (unit nefron) atau penurunan faal ginjal
yang menahun dimana ginjal tidak mampu lagi
mempertahankan lingkungan internalnya yang
berlangsung dari perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat yang berlangsung dalam jangka
waktu lama dan menetap sehingga mengakibatkan
penumpukan sisa metabolik (toksik uremik)
berakibat ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan
dan pemulihan fungsi lagi yang menimbulkan respon
sakit
2.Klasifikasi
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka
GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4, dengan
pembagian sebagai berikut:
35
a. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal
berkurang.
b. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal
kronik.
c. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
3.Etiologi
a. penyakit Hipertensi
b. Gout menyebabkan nefropati gout.
c. Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM.
d. gangguan metabolisme
e. SLE yang menyebabkan nefropati SLE.
f. Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal
glomerular.
g. Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal
glomerular.
h. Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang
diduga mengarah ke penyakit ginjal genetik) /
herediter
i. infeksi, penyakit hipersensitif
j. penyakit peradangan, lesi obstruksi pada traktus
urinarius
k. nefropatik toksik dan neoropati obstruksi
36
Gambar 2.4: gagal ginjal kronik
4.Patofisiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronik biasanya
dipengaruhi oleh penyakit sistemik seperti
diabetes melitus, glumerulonefritis,
pielonefritis, hipertensi yang tidak dikontrol,
obtruksi traktus urinarius, penyakit ginjal
polikistik, infeksi dan agen toksik. fungsi renal
menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya dieksresikan kedalam urine) tertimbun
dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh, semakin banyak yang timbunan
produk sampah, maka gejala akan semakin berarti
dan akan membaik setelah dialisis. Banyak
permasalahan yang muncul pada ginjal sebagai
akibat dari penurunan glomeruli yang berfungsi,
yang menyebabkan penurunan clearens substansi
darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Perjalanan penyakitnya dapat dibagi menjadi
tiga stadium, yaitu :
37
a Stadium I (Penurunan cadangan ginjal).
Fungsi ginjal antara 40 % - 75 %, pada stadiusm
ini kreatinin serum dan kadar urea dalam darah
(BUN) normal, pasien asimtomatik. Gangguan
fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi dengan
memberi kerja yang berat pda ginjal tersebut,
seperti tes pemekatan urine yang lama atau
dengan mengadakan tes Glomerolus Filtrasi Rate
(GFR) yang teliti.
b Stadium II (Insufisiensi ginjal)
Fungsi ginjal antara 20 – 50 %, pada tahap ini
kadar BUN baru mulai meningkat melebihi kadar
normal. Timbul gejala – gejala nokturia
(pengeluaran urine pada waktu malam hari yang
menetap samapai sebanyak 700 ml, dan poliuria
(peningkatan volume urine yang terus menerus).
Poliuria pada gagal ginjal lebih besar pada
penyakit terutama menyerang tubulus, meskipun
poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3
liter/hari.
c Stadium III (Uremi gagal ginjal).
38
Fungsi ginjal kurang dari 10 %, pada stadium
akhir sekitar 90 % dari massa nefron telah
hancur, taua hanya sekitar 200.000 nefron yang
masih utuh. Nilai GFR hanya 10 % dari keadaan
normal, kreatinin sebesar 5 – 10 ml per menit
atau kurang. Gejala – gejala yang timbul cukup
parah anatara lain mual, muntah, nafsu makan
berkurang, sesak nafas, pusing atau sakit
kepala, air kemih berkurang, kurang tidur,
kejang – kejang dan akhirnya terjadi penurunan
kesadaran sampai koma. Penderita akan mengalami
oliguria (pengeluaran urine kurang dari 500 ml)
karena kegagalan glomerulus meskipun proses
penyakit mula – mula menyerang tubulus ginjal.
Patofisiologi menurut SmeltzerC, Suzanne,
(2002 hal 1448) adalah:
a. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan
urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin.
Akibt dari penurunan GFR, maka klirens kretinin
akan menurun, kreatinin akn meningkat, dan
nitrogen urea darh (BUN) juga akan meningkat.
b. Gangguan klirens renal
39
Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai
akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang
berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens
(substansi darah yang seharusnya dibersihkan
oleh ginjal)
c. Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk
mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara
normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium;
meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal
jantung kongestif dan hipertensi.
d. Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi
eritropoetin yang tidak adequate, memendeknya
usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan
kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat
status uremik pasien, terutama dari saluran GI.
e. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
40
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki
hubungan yang saling timbal balik, jika salah
satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan
menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar
fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar
kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu
sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal
ginjal, tubuh tidak berespon terhadap
peningkatan sekresi parathormon, akibatnya
kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan
pada tulang dan penyakit tulang.
f. Penyakit tulang uremik(osteodistrofi)
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat,
dan keseimbangan parathormon.
5.Manifestasi Klinik
a. Kardiovaskuler
a. Hipertensi
b. Pitting edema
c. Edema periorbital
d. Pembesaran vena leher
e. Friction rub perikardial
b. Pulmoner
a. KrekelS
b. Nafas dangkal
c. Kusmaul
d. Sputum kental dan liat
41
c. Gastrointestinal
a. Anoreksia, mual dan muntah
b. Perdarahan saluran GI
c. Ulserasi dan perdarahan pada mulut
d. Konstipasi / diare
e. Nafas berbau amonia
d. Muskuloskeletal
a. Kram otot
b. Kehilangan kekuatan otot
c. Fraktur tulang
d. Foot drop
e. Integumen
a. Warna kulit abu-abu mengkilat
b. Kulit kering, bersisik
c. Pruritus
d. Ekimosis
e. Kuku tipis dan rapuh
f. Rambut tipis dan kasar
f. Reproduksi
a. Amenore
b. Atrofi testis
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1450)
Pada sumber yang lain jg di jelaskan sebagai
berikut:
42
a. Pada penurunan cadangan ginjal, tidak tampak
gejala-gejala klinis.
b. Pada insufisiensi ginjal, dapat timbul poliuri
(peningkatan pengeluaran urine) karena ginjal
tidak mampu memekatkan urine.
c. Pada gagal ginjal, pengeluaran urine turun
akibat GFR yang sangat rendah. Hal ini
menyebabkan peningkatkan beban volume,
ketidakseimbangan elektrolit, asidosis
metabolik, azotemia dan uremia.
d. Pada penyakit ganjil stadium akhir, terjadi
azotemia dan uremia berat. Asidosismetabolik
memburuk, yang secara mencolok merangsang
kecepatan pernapasan. Timbu lhipertensi, anemi,
osteodistrofi, hiperkalemia,
ensefalopatiuremik, danpruritus (gatal). Dapat
terjadi gagal jantung kongestif dan peri
karditis. Tanpa pengobatan terjadi koma dan
kematian
6.Penatalaksanaan
Pada penurunan cadangan ginjal dan
insufisiensi ginjal, tujuan penatalaksanaan adalah
memperlambat kerusakan nefron lebih lanjut,
terutama dengan retriksi protein dan obat-obat
anti hipertensi.
43
Pada gagal ginjal, terapi ditujukan untuk
mengoreksi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
Pada penyakit ginjal tahap akhir, terapi
berupa dialysis atau tranplantasi ginjal. Pada
semua stadium pencegahan infeksi perlu dilakukan.
Dimana tujuan penatalaksaan adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis
selama mungkin.
7.Penatalaksanaan medis
a. Cairan yang diperbolehkan adalah 500 samapai
600 ml untuk 24 jam atau dengan menjumlahkan
urine yang keluar dalam 24 jam ditamnbah dengan
IWL 500ml, maka air yang masuk harus sesuai
dengan penjumlahan tersebut.
b. Pemberian vitamin untuk klien penting karena
diet rendah protein tidak cukup memberikan
komplemen vitamin yang diperlukan.
c. Hiperfosfatemia dan hipokalemia ditangani
dengan antasida mengandung alumunium atau
kalsium karbonat, keduanya harus diberikan
dengan makanan.
d. Hipertensi ditangani dengan berbagai medikasi
antihipertensif dan control volume
intravaskuler.
e. Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik
biasanya tampa gejala dan tidak memerlukan
44
penanganan, namun demikian suplemen makanan
karbonat atau dialisis mungkin diperlukan untuk
mengoreksi asidosis metabolic jika kondisi ini
memerlukan gejala.
f. Hiperkalemia biasanya dicegah dengan
penanganan dialisis yang adekuat disertai
pengambilan kalium dan pemantauan yang cermat
terhadap kandungan kalium pada seluruh medikasi
oral maupun intravena. Pasien harus diet rendah
kalium kadang – kadang kayexelate sesuai
kebutuhan.
g. Anemia pada gagal ginjal kronis ditangani
dengan epogen (eritropoetin manusia rekombinan).
Epogen diberikan secara intravena atau subkutan
tiga kali seminggu.
h. Dialisis.
i. Transplantasi ginjal.
8.Penatalaksanaan Keperawatan
a. Hitung intake dan output yaitu cairan : 500 cc
ditambah urine dan hilangnya cairan dengan cara
lain (kasat mata) dalam waktu 24 jam sebelumnya.
b. Elektrolit yang perlu diperhatikan yaitu natrium
dan kalium. Natrium dapat diberikan sampai 500
mg dalam waktu 24 jam.
9.Penatalaksanaan Diet
a. Kalori harus cukup : 2000 – 3000 kalori dalam
waktu 24 jam.
45
b. Karbohidrat minimal 200 gr/hari untuk mencegah
terjadinya katabolisme protein
c. Lemak diberikan bebas.
d. Diet uremia dengan memberikan vitamin : tiamin,
riboflavin, niasin dan asam folat.
e. Diet rendah protein karena urea, asam urat dan
asam organik, hasil pemecahan makanan dan
protein jaringan akan menumpuk secara cepat
dalam darah jika terdapat gagguan pada klirens
ginjal. Protein yang diberikan harus yang
bernilai biologis tinggi seperti telur, daging
sebanyak 0,3 – 0,5 mg/kg/hari.
10. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
klien gagal ginjal kronik untuk mengetahui
penyebab dan daerah yang terkena menurut Doenges
(1999), Suzanne C. Smeltzer (2001) adalah sebagai
berikut :
a. Urine : Volume kurang dari 40 ml / 24 jam
( oliguria ), warna keruh, berat jenis kurang
dari 1.015, osmolalitas kurang dari 350
m.osn/kg, klirens kreatinin agak menurun
kurang 10 ml / menit, natrium lebih dari 40
mEq/L, proteinuria.
b. Darah : BUN/kreatinin meningkat lebih dari 10
mg/dl, Ht menurun, Hb kurang dari 7 – 8
gr/dl, SDM waktu hidup menurun, AGD (pH
46
menurun dan terjadi asidosis metabolic (kurang
dari 7.2), natrium serum rendah, kalium
meningkat 6,5 mEq atau lebih besar,
magnesium/fosfat meningkat, kalsium menurun,
protein khususnya albumin menurun.
c. Osmolalitas serum : Lebih besar dari 285
nOsm/kg, sering sama dengan urine.
d. KUB Foto : Menunjukkan ukuran
finjal/ureter/kandung kemih dan adanya
obstruksi (batu).
e. Elektrokardiografi (ECG) : Untuk melihat
kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda –
tanda perikarditis, aritmia dan gangguan
elektrolit (hiperkalemia dan hipokalsemia).
f. Ultrasonografi (USG) : Menilai bentuk dan
besar ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
paremkim ginjal, ureter proximal, kandung
kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mencari adanya faktor yang reversibel,
juga menilai apakah proses sudah lanjut.
g. Foto polos abdomen : Sebaiknya tampa puasa,
karena dehidrasi akan memperburuk fungsi
ginjal, menilai bentuk dan besar ginjal dan
apakah ada batu atau obstruksi lain.
h. Pielografi Intravena (PIV) : Pada PIV, untuk
CKD tak bermanfaat lagi olah karena ginjal
47
tidak dapat mengeluarkan kontras, saat ini
sudah jarang dilakukan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd : Dilakukan
bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel.
j. Pemeriksaan Foto Dada : Dapat terlihat tanda –
tanda bendungan paru akibat kelebihan air
(fluid overload), efusi pleura, kardiomegali
dan efusi perikardial.
k. Pemerikasaan Kardiologi tulang : Mencari
osteoditrofi (terutama tulang atau jari) dan
klasifikasi metastatik.
48
11. Pathway Gagal Ginjal Kronik
berbagai kondisi yang menyebabkanterjadinya penuruna fungsi ginjal
vol cairan↑
mekanisme kompensasi dan adaptasi dair nefron menyebabkan kematian nefron meningkat membentuk jaringan parut dan aliran darah menurun
aktivitas SRAA asidosis metabolik
GFR menurun menyebabkankegagalan memprtahankan
metabolisme dan keseimbangan
detruksi struktur ginjal secara progresif
sindrom uremik
gangguankondisi
elektrikalotot ventrikal
hipertensi pernafasan kussmaul,letargi, kesadaran↓ ,
edema sel otak,
DX:kelebiha
beban kerja
DX: curah aritmia resiko tinggi kejang
penurunan perfusi
penurunan curah jantung,penurunan perfusi jaringan
deposit kalsium tulang↓
osteodistrofi
perubahan proses
penumpukan toksik uremik di dlm darah, ketidak seimbangan
kelemahan fisik
DX:intoleransiaktivitas
DX: nutrisi kurang dari
kulit kering dan ppecah
DX: ggintegritas
Arif Muttaqin, dkk.(2011). 49
ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIK
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas pasien : terdiri dari nama (inisial),
1) Usia / tanggal lahir: memang semua usia dapt
terkena gagal ginjal, namun usia pun penting
kita ketahui. karena semakin lansia umumur
seseorang, semakin beresiko.
2) Jenis kelamin: pengkajian pada jenis kelamin,
pria mungkin disebabkan oleh hipertrofi
prostat.pada wanita disebabkan, infeksi
saluran kemih yanng berulang yang dapat
menyebabkan GGA, serta padaa wanita yang
mengalami perdarahan pasca melahirkan.
3) alamat suku / bangsa: penting kita ketahui,
karena alamat juga mendukung untuk dijadikan
data, karena masih banyak daerah yang
kekurang air.
4) status pernikahan: disini perlu juga kita
ketahui, tentang status perkawinan, apakah
pasangan memiliki riwayatn penyakit ISK, yang
mampu menjadi akibat gagal ginjal.
5) agama / keyakinan: Disini perlu juga kita
ketahui, karena masih banyak masyarakat yang
menganut kepercayaan-kepercayaan.
6) pekerjaan / sumber penghasilan: penting juga
kita ketahui, untuk mengetahui sumber
50
penghasilannya dari mana dan seberapa banyak,
karena berpengaruh juga terhadap pola
hidup.
7) diagnosa medik: setelah mendapatkan
pemeriksaan maka diagnosa mediknya: Gaagal
Ginjal Kronik
8) no. Rm, tanggal masuk: penting juga kita
kethui, supaya perawat tidak salah pasien,
dan tanggal masuk masuk juga berperan untuk
menadapatakan data apakah sudah ada perubahan
atau semakin parah.
b. Identitas Penanggung Jawab :
1) Terdiri dari Nama: penting kita ketahui
untuk memudahkan perawat membeikan infomasi
terhadap klien.
2) Usia: penting juga kita ketahui, untuk kita
mampu beradaptasi dengan keluarga klien.
3) Jenis kelamin: juga perlu kita ketahui, untuk
memudahkan perawat berkomunikasi dalam
memberikan informasi kepada keluarga klien.
4) Pekerjaan / sumber penghasilan: perlu juga
kita ketahui dari mana sumber penghasilan
51
yang didapatkan oleh keluarga klien untuk
membiayai klien itu sendiri.
5) Hubungan dengan klien: penting juga kita
ketahui untuk mengetahui hubungan klien
dengan penanggung jawab, apakah saudara,
orang tua, suami/istri, anak/cucu.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
keluhan utama yang didapat biasanya
berfariasi, mulai dari urine output sedikit
sampe tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan
kesadaran, tidk selera makan (anoreksia), dan
gatal pada kulit.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji onset penurunan urine output,
penurunan kesadaran, perubahan pola nafas,
kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya
nafas berbau amonia, dan perubahan pemenuhan
nutrisi. kaji sudah kemana saja klien meminta
pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan
mendapatkan pengobatan apa.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji riwayat adanya gagal ginjal akut,
infeksi saluran kemih, payah jantung,
penggunaan obat-obatan nefrotoksik, BPH, dan
prostatektomi, kaji adanya riwayat penyakit
batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan,
52
infeksi sistem perkemihan yang berulang,
penyakit DM, penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi prediposisi penyebab,
penting untuk dikaji mengenai pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
d. Psikososial
adanya perubahan fungsi struktur tubuh
dan adanya tindakan dialisis akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran
diri. lamanya perawatan, dan banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan, gangguan konsep diri, dan
gangguan peran pada keluarga.
3. Pola kebutuhan
a. Aktifitas /istirahat
Gejala:
- kelelahan ekstrem, kelemahan malaise
- Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau
somnolen)
Tanda:
- Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentang gerak
b. Sirkulasi
Gejala:
- Riwayat hipertensi lama atau berat
- Palpitasi, nyeri dada (angina)
53
Tanda:
- Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum
dan piting pada kaki, telapak tangan
- Disritmia jantung
- Nadi lemahhalus, hipotensi ortostatik
- Friction rub perikardial
- Pucat pada kulit
- Kecenderungan perdarahan
c. Integritas ego
Gejala:
- Faktor stress contoh finansial, hubungan
dengan orang lain
- Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak
ada kekakuan
Tanda:
- Menolak, ansietas, takut, marah , mudah
terangsang, perubahan kepribadian
d. Eliminasi
Gejala:
- Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria
( gagal tahap lanjut)
- Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda:
54
- Perubahan warna urin, contoh kuning pekat,
merah, coklat, berawan
- Oliguria, dapat menjadi anuria
e. Makanan/cairan
Gejala:
- Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB
(malnutrisi)
- Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa
metalik tak sedap pada mulut ( pernafasan
amonia)
Tanda:
- Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati
(tahap akhir)
- Perubahan turgor kuit/kelembaban
- Edema (umum,tergantung)
- Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
- Penurunan otot, penurunan lemak subkutan,
penampilan tak bertenaga
f. Neurosensori
Gejala:
- Sakit kepala, penglihatan kabur
- Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas
rasa terbakar pada telapak kaki
- Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya
ekstrimitasbawah (neuropati perifer)
Tanda:
55
- Gangguan status mental, contohnya penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan konsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma
- Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
- Rambut tipis, uku rapuh dan tipis
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyei panggu, sakit kepala,kram
otot/nyeri kaki
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
h. Pernapasan
Gejala:
-nafas pendek, dispnea nokturnal paroksismal,
batuk dengan/tanpa Sputum
Tanda:
-takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul
-Batuk produktif dengan sputum merah muda encer
(edema paru)
i. keamanan
Gejala: kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda:
-pruritus
-Demam (sepsis, dehidrasi)
j. Seksualitas
Gejala: Penurunan libido, amenorea,infertilitas
k. Interaksi sosial
Gejala:
56
- Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran dalam
keluarga
l. Penyuluhan
- Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit
pokikistik, nefritis herediter, kalkulus
urinaria
- Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat,
racun lingkungan
- Penggunaan antibiotik nr\efrotoksik saat
ini/berulang
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 626- 628)
4. Analisa DataSymtom Etiologi Problame
DS : klien mengeluh
tidak bisa BAK
DO :
produksi urine
tidak ada
klien edema
penumpukan toksik
uremik di dlm
darah
↓ketidak
seimbangan cairan
dan elektroli
↓vol cairan
meningkat
↓kelebihan vol
kelebihan
volume cairan
57
cairanDS : klien mengatakan
sering mengalami
mual muntah
DO : kelien tampak
pucat, mukosa kering
metabolik pada
gastrointestinal
↓mual muntah
↓intake nutrisi td
kadekuat
↓DX: pemenuhan
nutrisi
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
DS : klien
mengatakan. Susah
nafas dan mengalami
nafas pendek
DO :
klien tanpak lemas
denyut jantung
teraba lemah]
hipertensi
sistemik
↓beban kerja
jantung
meningkat
↓curah jantung
menurun
Penurunan curah
jantung
58
DS: Klien mengatakan
kurang mmpu melakukan
aktivitas karena
merasa lemah, dan
keram
DO: klien tampak slit
melakukan aktivitas
dan klien mengerjakan
aktivitas dengan
bantuan dari
keluarga.
vol cairan
meningkat
↓gangguan kondisi
elektrikal otot
ventrikal
↓aritmia resiko
tinggi kejang
↓penurunan perfusi
serebral
↓deposit kalsium
tulang ↓
Intoleransi
aktivitas
DS: klien mengeluh,
kulitnya terasa
kering dan kasar
DO: klien tampak
lemas dengan turgor
kulit menurun
GFR menurun
menyebabkan
kegagalan
memprtahankan
metabolisme dan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
↓nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
↓turgor kulit
menurun
↓gg integritas
kulit
Gangguan
integritas
kulit
59
B. Diagnosa
a. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran
urin, retensi cairan dan natrium sekunder
terhadap penurunan fungsi ginjal
b. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh b.d katabolisme protein,
pembatasan diet, peningkatan metabolisme,
anoreksi, mual, muntah
c. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d.
ketidakseimbangan volume sirkulasi,
ketidakseimbangan elektrolit
d. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi
energi metabolic, anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialisa
e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d
gangguan status metabolic, edema, kulit kering,
pruritus
C. Intervensi
1. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi
cairan dan natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam, tidak terjadi
kelebihan volume cairan
Kriteria Hasil:klien tidak sesak nafas , edema
ekstermitas berkurang, produksi urine >600ml/hari
Intervensi Rasionala. kaji adanya edema
ekstermitas
a. untuk mengetahui
kelebihan vollume
61
b. anjurkan klien untuk
melakukan tirah baring
pada saat edema masih
terjadi
c. kaji tekanan darah
d. ukur intake dan output
e. timbang berat badan
f. berikan oksigen tambahan
dengan kanula nasal/
masker sesuai dengan
indikasi.
g. kolaborassi
berikan diet tanpa
garam
cairan
b. untuk meningkatkan
deuresis yang
bertujuan untuk
mengurangi edema.
c. sebagai salah satu
cara untuk mengetahui
peningkatan jumlah
cairan yang dapat
diketahui dengan
meningkatkan beban
kerja jantung yang
dapat diketahui dari
meningkatnya tekenan
darah
d. untuk mengetahui
retensi penuruna
natrium dan output.
e. untuk mengetahui
perubahan tiba2 dari
berat badan
menunjukan
keseimbangan cairan.
f. untuk meningkatkan
sediaan oksigen untuk
kebutuhan miokard
62
berikan diet rendah
protein dan tinggi
kalori
berika deuritik
(furosemide,
spironolakton,
hidronolakton)
lakukan dialisis
untuk melewati efek
hipoksia.
g. kolaborasi
karena natrium
meningkatkan retensi
cairan dan
meningkatkan volume
plassma.
untuk menurunkan
insufesiensi renal
dan retensi nitrogen
yang akan
meningkatkan BUN.
diet tinggi kalori
untuk untuk cadangan
energi dan
mengurangi
katabolisme protein.
untuk menurunkan
volume plasma dan
menurunkan retensi
cairan.
untuk menurunkan
volume cairan yang
berlebihan.
63
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
b.d katabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan
metabolisme, anoreksi, mual, muntah
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam klien mampu
mempertahankan status nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : berat badan stabil, tidak
ditemukan edema, albumin dalam batas normal.
Intervensi Rasionala. Kaji status nutrisi
b. Kaji/catat pola dan
pemasukan diet
c. Kaji factor yang
berperan merubah masukan
nutrisi : mual,
anoreksia
d. Berikan makanan sedikit
tapi sering, sajikan
makanan kesukaan kecuali
kontra indikasi
e. Lakukan perawatan mulut,
berikan penyegar mulut
a. untuk mampu
Mengetahui kebutuhan
nutrisi dalam tubuh
b. untuk tetap menjaga
keseimbangan nutrisi
dalam tubuh
c. untuk mengetahui
penyebab mual dan
anoreksia akibat
dari nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh.
d. Untuk mempertahankan
keseimbangan nutrisi
dan energi
e. untuk tetap menjaga
kesegeran mulut dan
menghindari mual
64
f. Timbang BB tiap harimuntah
f. untuk mengetahui
status perubahan
nutrisi
3. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan
volume sirkulasi, ketidakseimbangan elektrolit
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, klien dapat
mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria Hasil
TD dan HR dalam batas normal
Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian
kapiler
Intervensi Rasionala. Auskultasi bunyi
jantung dan paru
b. Kaji adanya
hipertensi
c. Selidiki keluhan
a. untuk mengetahui Adanya
takikardia frekuensi
jantung tidak teratur
b. Hipertensi dapat
terjadi karena gangguan
pada sistem aldosteron-
renin-angiotensin
(disebabkan oleh
65
nyeri dada,
perhatikan lokasi,
rediasi, beratnya
(skala 0-10)
d. Kaji tingkat
aktivitas
disfungsi ginjal)
c. untuk mengetahui
tingkat dan sekala
nyeri pada gagal ginjal
kronik
d. Untuk mengetahui respon
terhadap aktivitas
4. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic,
anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisa
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam klien mampu
berpartisipasi dalam aktifitas yang
dapat ditoleransi
Kriteria hasil: klien mampu memenuhi enenergi
untuk melakukan aktivitas.
Intervensi Rasionala. Kaji tingkat kelelahan,
tidur , istirahat
b. Kaji kemampuan toleransi
aktivitas
a. untuk mengetahui
tingkat aktivitas
dan pola
istirahat.
b. untuk mengetahui
seberapa jauh
66
c. Identifikasi faktor yang
menimbulkan keletihan
d. Rencanakan periode
istirahat adekuat
e. Tingkatkan aktivitas
sesuai toleransi,
anjurkan aktifitas
alternative sambil
istirahat
tingkat toleransi
aktivitas selama
sakit.
c. untuk mengetahui
faktor yang dapat
mempengaruhi
keletihan.
d. untuk mendapatkan
istirahat yang
adekuat
e. untuk membantu
menjalankan
aktivitas secara
bertahap
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status
metabolic, edema, kulit kering, pruritus
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi
integritas kulit
Kriteria hasil: kulit tidak kering, memar pada
kulit berkurang.
Intervensi Rasionala. Kaji terhadap kekeringan
kulit, pruritis,
ekskoriasi, dan infeksi.
b. kaji terhadap adanya
petakie dan purpura
a. untuk mnjaga kesetabilan
kulit dan kelembaban.
b. untuk mempertahankan
turgor kulit yang
optimal
67
c. monitor lipatan kulit
dan area yang edema
d. gunting kuku dan
pertahankan kuku
terpotong pendek dan
bersih
c. untuk mempertahankan
kulit yang optimal dan
tida infeksi akibat
gesekan dari lipatan
kulit itu sendiri.
d. untuk tetap
mempertahankan
kebersihan kuku
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah pasien gagal ginjal
kronis mendapatkan intervensi adalah
1. pola nafas menjadi efektif
2. tidak terjadi penurunan curah jantung
3. tidak terjadi aritmia
4. tidak terjadi kelebihan volume cairan tubuh
5. peningkatan perfusi serebral
6. pasien tidak mengalami defisit neurologis
7. tidak mengalami cedra jaringan llunak
68
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal Ginjal adalah suatu keadaan dimana ginjal
tidak mampu mengangkut sampah metabolic tubuh atau
melakukan fungsi regulernya.
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi
ginjal secara mendadak dan hampir lengkap akibat
kegagalan sirkulasi renal dan disfungsi tubular dan
glomerular. Ini dimanifestasikan dengan anuria,
oliguria, atau volume urin normal.
69
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi
ginjal secara mendadak dan hampir lengkap akibat
kegagalan sirkulasi renal dan disfungsi tubular dan
glomerular. Ini dimanifestasikan dengan anuria,
oliguria, atau volume urin normal.
Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan
fungsi ginjal (unit nefron) yang berlangsung
pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan
menetap yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit
(toksik uremik) sehingga ginjal tidak dapat memenuhi
kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit
(Hudak & Gallo, 1996).
B. Saran
Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan
beberapa saran sebagai bahan masukan yang bermanfaat
bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang akan datang, diantaranya :1. Bagi perawat dan tenaga medis
Askep Gagal Ginjal ini bisa sebagai acuan dalam
melakukan peraktek pada rumah sakit supaya hasilnya
sesuai dengan harapan.
2. Bagi masyarakat
Dengan adanya Askep Gagal Ginjal ini masyarakat dapat
mengetahui tindakan hemodialisa.
3. Bagi mahasiswa
Dengan adanya Askep Gagal Ginjal ini dapat digunakan
sebagai pembanding oleh mahasisiwa kesehatan dalam
pembuatan tugas.
70
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Salemba Medika: Jakarta
Brunner and Suddarth, 1996, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Jilid 2, EGC,
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku DiagnosaKeperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana AsuhanKeperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan danPendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu PendekatanProses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : YayasanIkatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995).Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi4. Jakarta : EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai PenerbitFKUI
71