LAPORAN KASUS PASIEN
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of LAPORAN KASUS PASIEN
LAPORAN KASUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIENNama : Ny.S AUmur : 20 tahunAlamat : Wringin putih, borobudurKelamin : perempuanPekerjaan : ibu rumah tanggaStatus : kawinPendidikan:
2. ANAMNESIS- Masuk Rumah Sakit Tanggal : 28 desember 2014- Keluhan Utama : pasien rujukan bidan G1P0A0 hamil 3
minggu dengan tensi tinggi dan protein urine +- Riwayat Penyakit Sekarang : Kenceng – kenceng
(+), rembes (-), STLD (+), Kulit ketuban (+)- Riwayat Menstruasi :- Riwayat Perkawinan :- Riwayat Penyakit Dahulu :- Riwayat Penyakit Keluarga :- Riwayat penggunaan alat kontrasepsi :
3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : baik, sadarTekanan Darah : 160/110 mmHgNadi : 90 x/menitRespirasi :20 x/menitSuhu : 36,8oCVAS :
Kulit : cianosis (-), ikterik (-), turgor menurun (-)
Kepala dan Leher : Limfanedopati (-), pembesaran JVP (-)
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sclera Ikterik -/-
Mulut : stomatitis (-), faringitis (-), tonsillitis (-)
Thoraks : PULMO + CORInspeksi : Ictus Cordis (+)Palpasi : Massa abnormal (-), pembesaran
kelenjar axilla (-), thrill (-)Perkusi : Sonor +/+, pekak -/-, hipersonor -/-,
batas jantung normal (+)Auskultasi : SDV +/+, Wheezing -/-, Ronkhi -/-,
S1 S2 reguler
Abdomen :Inspeksi ; Tampak perut lebih tinggi daripada dada
(cembung)Palpasi : Teraba janin tunggal, memanjang,
presentasi kepala, punggung kanan, divergen, HIS (+)
Perkusi : PekakAuskultasi : DJJ (+) 140 x/menit, BU (+)
Ekstremitas : Edema -/-, akral dingin -/-Pemeriksaan Dalam : V/U tenang, dinding vagina licin, portio tebal lunak, effisment 80%, ø 8 cm, selket (+),AK (-),
4. PEMERIKSAAN LABORATORIUMProtein Urine : +4 mg/dlHemoglobin : 10,9 g/dL
BAB IPENDAHULUAN
Gangguan hipertensi merupakan komplikasi medis yang
paling umum yang dapat terjadi pada kehamilan,
mempengaruhi sekitar 5% sampai 10% dari seluruh
kehamilan. Gangguan ini bertanggung jawab terhadap
sekitar 16% kematian ibu akibat hipertensi dalam
kehamilan, dan 30 – 40% dari kematian perinatal di
Indonesia. Tingginya angka kematian yang disebabkan
hipertensi dalam kehamilan merupakan masalah di bidang
obstetri. Menurut data kesehatan indonesia 2007 angka
kematian ibu (AKI) dinilai masih cukup tinggi, sekitar
228/100.000 pada tahun 2007. Disamping perdarahan dan
infeksi, preeklampsia, impending eklampsia serta
eklampsia merupakan penyebab kematian maternal dan
kematian perinatal yang tinggi terutama di negara
berkembang.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Preeklampsia, impending eklampsia dan eklampsia
merupakan suatu perjalanan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, walaupun proses terjadinya
penyakit ini masih belum pasti. Preeklampsia adalah suatu
kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah
minggu ke 20 gestasi, ditandai dengan hipertensi,
proteinuria. Kriteria edema hanya disebutkan bila
dijumpai edema secara menyeluruh (edema anasarka).
Disebut impending eklampsia jika pada kasus preeklampsia
berat dijumpai tanda-tanda dan gejala-gejala seperti
nyeri kepala hebat, gangguan visus dan serebral, muntah-
muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan
darah. Insidensi penyakit tergantung pada banyak
parameter demografis yang berbeda, termasuk usia ibu,
ras, dan terkait kondisi medis yang mendasari. Memahami
proses penyakit dan dampak dari gangguan hipertensi pada
kehamilan merupakan hal terpenting karena gangguan ini
tetap menjadi penyebab utama morbiditas maternal dan
perinatal dan di seluruh dunia kematian. Dampak gangguan
tekanan darah tinggi pada kehamilan ini termasuk gangguan
viskositas darah, dimana juga terjadi gangguan
konsentrasi hemoglobin dan hematokrit. Karena terjadinya
peningkatan yang berlebihan, konsentrasi hemoglobin dan
hematokrit sedikit terjadi penurunan selama kehamilan.
Sedangkan pada preeklamsia terjadi keadaan yang
sebaliknya dibandingkan pada kehamilan Keadaan ini
tentunya menjadi tantangan bagi kita untuk senantiasa
waspada agar dapat mendeteksi secara dini kasus-kasus
preeklampsia. Beberapa faktor dapat menjadi
indikator/penanda kemungkinan akan terjadi komplikasi
preeklamsia. Oleh karena itu, diagnosis dini dari
preeklampsia maupun impending eklampsia yang merupakan
keadaan awal terjadinya eklampsia serta penanganannya
perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian
ibu dan anak normal. Pada preeklamsia berat terjadi
peningkatan tekanan darah. Diperkirakan akibat dari
pelepasan substansi supressor dari uterus yang
hipoperfusi atau sebagai kompensasi sekresi katekolamin.
Pada preeklamsia terjadi penurunan volume plasma sekitar
30 - 40 % dibanding kehamilan normal. Penurunan volume
plasma ini menimbulkan hemokonsentrasi pada tubuh yang
meningkatkan viskositas darah sehingga menyebabkan
berkurangnya perfusi jaringan. Hemokonsentrasi pada
preeklamsia-eklamsia dijumpai kadar haematokrit yang
meningkat
Definisi
Pre-eklampsia (PE) ialah timbulnya hipertensi
disertai proteinuria, yang umumnya terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Gejala hipertensi biasanya muncul lebih dulu
dari pada tanda lain.
Hipertensi kronis ialah hipertensi yang menetap oleh
sebab apapun yang ditemukan pada umur kehamilan kurang
dari 20 minggu atau hipertensi yang menetap setelah 6
minggu pasca persalinan. Semua hipertensi kronis dengan
penyebab apapun pada kehamilan dapat menyebabkan
terjadinya preeklampsia superimposed.
Preeklampsia superimposed ialah timbulnya preeklampsia
pada wanita yang menderita hipertensi kronis.
Preeklampsia berat bila satu atau lebih tanda / gejala di
bawah ini ditemukan :
1. Tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 160 mmHg
dan diastolik lebih atau sama dengan 110 mmHg.
2. Proteinuria 2 gram / 24 jam atau > +2 pada pemeriksaan
dipstik.
3. Oliguria atau produksi urin dibawah 500 ml / 24 jam
yang disertai kenaikan kadar kreatinin plasma.
4. Nyeri kepala frontal atau gangguan penglihatan /
visus.
5. Nyeri epigastrium.
6. Edema paru atau sianosis.
7. Pertumbuhan janin intrauterin yang terlambat (IUFGR).
8. HELLP syndrome (H= Hemolysis; EL = Elevated Liver
enzymes; LP = Low Platelet counts).
Impending eklampsia atau disebut juga imminen
eklampsia yaitu keadaan preeklampsia berat disertai
gejala-gejala : nyeri kepala hebat, gangguan visus,
muntah – muntah, nyeri epigastrium, kenaikan prograsif
tekanan darah (sistolik > 200 mmHg). Eklampsia ialah
preeklampsia yang disertai dengan kejang tonik klonik
disusul dengan koma.
Faktor Risiko
Beberapa kondisi yang berhubungan dengan terjadinya
preeklamsia :
• Primigravida, terjadi pada sekitar 65% kasus
• Kehamilan majemuk memiliki insidensi kejadian sekitar
30%
• Umur yang ekstrim : terlalu muda atau terlalu tua.
• Dengan penyakit penyerta : diabetes melitus,
hipertensi kronis, penyakit ginjal
• Mola hidatidosa
• Hidrops fetalis
• Makrosomia
• Riwayat menderita preeklamsia/eklamsia dalam keluarga.
Insidensi meningkat 37% pada saudara perempuan dan 26%
pada anak perempuan.
• Obesitas
• Malnutrisi dan sosioekonomi rendah
Patofisiologi
Etiologi dan faktor pemicu timbulnya eklampsia masih
belum diketahui secara pasti. Teori timbulnya
preeklampsia harus dapat menjelaskan beberapa hal, yaitu
sebab meningkatnya frekuensi pada primigravida,
bertambahnya frekuensi dengan bertambahnya usia
kehamilan, terjadinya perbaikan dengan kematian janin
intrauterin, sebab timbulnya tanda-tanda preeklampsia.
Itulah sebabnya kenapa penyakit ini disebut “the disease
of theories”.
Saat ini hipotesis utama yang dapat diterima dalam
menjelaskan terjadinya preeklamsia adalah iskemia pada
plasenta, preeklamsia sebagai manifestasi reaksi
keracunan, maladaptasi imunologi, gangguan genetik.
Inadekuatnya invasi trofoblas terhadap miometrium
menyebabkan gangguan pada proses vasodilatasi fisiologis
dari arteri spiralis maternal. Sindrom preeklampsia
maternal juga berhubungan dengan faktor tambahan invasi
trofoblas yang inadekuat juga disertai dengan gangguan
pertumbuhan janin tanpa penyakit maternal. Diketahui
secara jelas bahwa gangguan aliran darah intervillus
menyebabkan perfusi yang inadekuat dan iskemia pada
trimester kedua kehamilan. Hal ini yang mungkin
menyebabkan diproduksinya oksigen reaktif. Akibat
antioksidan endogen normal tidak dapat mengkompensasi
keadaan tersebut, akan muncul kondisi stres oksidatif.
Hal Inilah yang mungkin mendasari gejala klinis pada
sindrom preeklampsia. Stres oksidatif atau zat vasoaktif
yang dikeluarkan dari plasenta, menyebabkan terjadinya
aktivasi dari sel endotel vaskular. Pembuluh darah
endotel dikenal memasok semua sistem organ. Terjadi
gangguan pada profil lipid, seperti kadar trigliserida
dan asam lemak bebas yang meningkat sekitar dua kali
lipat. Adanya peningkatan peroksidasi lipid baik secara
sistemik maupun dalam plasenta menunjukkan bahwa stres
oksidatif mendasari kerusakan pada sel endotel. Sel
endotel preeklampsia menghasilkan lebih sedikit
prostasiklin, vasodilator yang kuat pada sel endotel
normal dan menghambat agrregasi platelet. Endotel yang
cedera akan merangsang agregasi platelet, dan melepas
tromboksan A2 (TXA2), suatu vasokonstriktor kuat dan
menstimulasi agregasi platelet. Penurunan produksi
prostasiklin oleh sel endotel yang disfungsional dan
meningkat pelepasan TXA2 oleh trombosit yang diaktifkan
dan trofoblas bertanggung jawab terhadap terbaliknya
rasio normal prostasiklin dan TXA2 pada preeklampsia.
Dominasi TXA2 dapat berkontribusi pada vasokonstriksi dan
merupakan gambaran utama dari hipertensi. Berkurangnya
jumlah prostasiklin memungkinkan sensitivitas vaskular
yang lebih besar terhadap angiotensin II, sehingga
menyebabkan vasospasme dan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer.
Warisan genetik pada kehamilan dengan hipertensi
dapat didasarkan pada gen resesif tunggal atau gen
dominan dengan penetrasi yang tidak lengkap (tergantung
pada genotipe janin). Preeklamsia selama kehamilan dari
ibu merupakan faktor risiko terjadinya preeclampsia
selama kehamilan anak perempuan dari ibu tersebut.
Perubahan pada sistem organ
1. Sistem kardiovaskular
Peningkatan afterload jantung dikarenakan hipertensi
Cardiac output tetap normal, dan terjadi peningkatan
resistensi total vaskuler perifer pada hipertensi.
2. Sistem koagulasi
Akibat mikropartikel yang berasal dari plasenta yang
masuk ke dalam sirkulsi darah ibu akan merangsang
aktifasi dan disfungsi endotel vaskular.
Karena kerusakan endotel, endotel akan menghasilkan
nitrit oksida yang menyebabkan peningkatan konsumsi
prokoagulan ringan dan peningkatan produk degradasi
fibrin.
Koagulasi intravaskuler difusa mungkin timbul dari
kerusakan vaskuler berkelanjutan selama vasospasme.
3. Fungsi renal
a. Perubahan glomerulus
- Laju filtrasi glomerulus (GFR) dan perfusi
biasanya menurun pada preeklamsia. Aliran plasma
ginjal yang berkurang dan glomerulo
endotheliosis, yang menyumbat lumen kapiler,
menyebabkan GFR yang rendah.
- Terjadi kebocoran protein ke dalam urin.
Glomerulus, yang biasanya tidak dapat ditembus
(tidak permiabel) oleh protein yang besar,
menjadi lebih permeabel. Kerusakan glomerulus
merupakan akibat dari vasospasme dan kerusakan
endotel. Kebocoran ini melebihi kemampuan tubulus
untuk menyerap protein.
b. Perubahan tubuler
- Secara normal asam urat biasanya difiltrasi di
glomerulus, disekresikan, dan sebagian besar
diabsorbsi kembali oleh tubulus proksimal.
- Penurunan klearans asam urat diamati sebelum
gangguan GFR, menunjukkan etiologi pada tuba di
mana mekanisme masih belum diketahui.
- Peningkatan produksi oleh jaringan hipoksia
memberikan kontribusi terhadap peningkatan asam
urat serum.
- Peningkatan produksi oleh jaringan hipoksia yang
menyebabkan peningkatan serum asam urat.
c. Sistem renin-angiotensin-aldosteron
- Kadar komponen lain yang meningkat
• Plasma renin activity and plasma renin
concentration
• Angiotensinogen
• Angiotensin II
• Aldosterone
- Teori yang menjelaskan bahwa sistem renin-
angiotensin yang mendasari perubahan
patofisiologi preeklamsia disebabkan oleh tiga
faktor :
• Efek vasokonstriktor angiotensin II
• Stimulasi aldosterone oleh angiotensin II dan
retensi sodium
• Dijumpai angiotensin II dalam dosis besar dapat
menyebabkan proteinuria
- Ada kemungkinan bahwa, meskipun penurunan volume
intravaskular, vasokonstriksi preeklampsia, yang
menekan pelepasan renin.
Diagnosis
1. Riwayat penyakit : dilakukan anamnesis pada pasien /
keluarga pasien :
a. Adanya gejala : nyeri kepala, gangguan visus, rasa
panas di muka, dyspnoe, nyeri dada, mual muntah,
kejang
b. Penyakit terdahulu : riwayat hipertensi dalam
kehamilan, riwayat hipertensi sebelum hamil,
penyakit ginjal
c. Riwayat penyakit dalam keluarga : riwayat hipertensi
d. Riwayat gaya hidup : kehidupan sosial, alkohol dan
merokok
2. Pemeriksaan fisik :
a. Kardiovaskuler : tekanan darah, suara jantung, dan
denyut nadi
b. Paru : auskultasi paru untuk mengevaluasi edema paru
c. Abdomen : palpasi untuk menentukan adanya nyeri pada
hepar
d. Refleks : adanya klonus
e. Funduskopi : untuk melihat adanya retinopati
3. Pemeriksaan Laboratorium:
a. Dijumpai proteinuria . 2 gr/dl dalam 24 jam atau
skor dipstick +2
b. Oligouria (<500 ml/24 jam)
c. Peningkatan hematokrit disebabkan oleh keadaan
hipovolemia.
d. Level asam urat lebih besar dari 5 gr/dl
e. Level kreatinin dalam darah meningkat
f. Level enzim hati yang meningkat
g. Platelets menurun kurang dari 100.000 mm
h. Pemanjangan HST
i. Penurunan fibrinogen dan produk degenerasi fibrin
Penatalaksanaan
Tujuan penanganan preeklamsia adalah :
1. Untuk melindungi ibu dari efek meningkatnya tekanan
darah dan mencegah progresifitas penyakit menjadi
eklampsia dengan segala komplikasinya.
2. Untuk mengatasi atau menurunkan resiko preeklamsia
terhadap janin termasuk terjadinya solusio plasenta,
pertumbuhan janin terhambat dan kematian janin
intrauterine.
3. Untuk melahirkan janin dengan cara yang paling aman
bila diketahui resiko janin atau ibu akan lebih berat
bila kehamilan dilanjutkan.
Terapi Preeklampsi berat
Dasar pengelolaan preeklampsi berat pada ibu dengan
penyulit apapun dilakukan pengelolaan dasar sebagai
berikut:
1. Pertama adalah rencana terapi pada penyulit yaitu
terapi medikamentosa dengan pemberian obat-obatan
terhadap penyulit
2. Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap
kehamilannya yang tergantung pada umur kehamilannya
dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia selama
perawatan, yaitu;
a. Ekspektatif / konservatif: bila umur kehamilan
kurang dari 37 minggu artinya kehamilan
dipertahankan selama mungkin sambil memberikan
terapi medikamentosa
b. Aktif
Pemberian terapi medikamentosa :
a. Segera masuk ke rumah sakit
b. Tirah baring miring kekiri secara intermitten
c. Infus ringer laktat
d. Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan
terapi kejang
e. Pemberian MgSO4 dibagi:
Loading dose (dosis awal ) : 4 gr MgSO4 40% IV secara
perlahan
Maintenance dose (dosis lanjutan) : 1gr MgSO4 40%/jam
dalam 500 ml RL
f. Anti hipertensi
Diberikan : bila tensi ≥180/110 atau MAP≥ 126
Jenis obat nifedipin: 10-20 mg oral, diulangi setelah
30 menit maksimal 120 mg dalam 24 jam, nifedipin tidak
dibenarkan diberikan dibawah mukosa lidah (sublingual)
karena absorbsi terbaik adalah melalui saluran cerna,
desakan darah diturunkan secara perlahan penurunan
awal 25 % dari desakan sistol, desakan darah
diturunkan mencapai < 160/105, MAP < 125. Beberapa
jenis obat anti-hipertensi termasuk :
methyl-dopa/clonidine, labetalol, metoprolol dan
hidralazine.
g. Diuretikum tidak dibenarkan untuk diberikan secara
rutin karena :
1. Memperberat penurunan perfusi plasenta
2. Memperberat hipovolemia
3. Meningkatkan hemokonsentrasi
Diuretikum hanya diberikan atas indikasi:
1. Edema paru
2. Payah jantung kongestif
3. Edema anasarka
Prognosis
1. Terhadap maternal
Morbiditas maternal (ditandai dengan hipertensi berat
atau keterlibatan multi sistem) dan potensi kematian
meningkat pada kehamilan dengan hipertensi. Sekitar
16% dari nulligravida dengan hipertensi dalam
kehamilan namun tidak dijumpai proteinuria menyebabkan
hipertensi yang berat atau keterlibatan multi sistem.
Pada hipertensi gestasional dan proteinuria positif 1,
komplikasi ibu yang berat dapat terjadi sampai 42%
dari semua nulligravida (secara total, hipertensi
berat sekitar 80%, dan penyakit multi sistem 20%).
Penampilan pasien dengan preeklamsia adalah secara
fisik buruk, dengan hampir dua pertiga dari
nulligravida terjadi hipertensi berat (33%) atau
gangguan multi sistem (67%). Kematian karena
preeklamsia sekitar <0,1%. Jika terjadi kejang pada
eklampsia berkembang, sekitar 5 - 7% dari pasien ini
akan meninggal dunia. Penyebab kematian biasanya
disebabkan oleh perdarahan intrakranial, shock, gagal
ginjal, pemisahan prematur plasenta, dan pneumonia
aspirasi. Selain itu, hipertensi kronis mungkin
merupakan sekuel dari eklampsia. Meskipun jumlah
trombosit meningkat secara signifikan setelah
postpartum kehamilan normotensif, sekitar ada 2 – 3
kali lipat meningkat pada pasien preeklampsia. Nilai
puncak terjadi pada 6 – 14 hari setelah persalinan.
kebanyakan merekomendasikan evaluasi yang lengkap 6
minggu sampai 6 bulan
2. Terhadap janin
Persalinan prematur dan bayi yang kecil dari usia
kehamilan lebih sering terjadi (Odds Ratio, OR 1,7)
pada hipertensi gestasional dibandingkan untuk
nulligravida darah normal. Preeklamsia lebih lanjut
meningkatkan kejadian kelahiran prematur dan bayi
kecil untuk usia kehamilan (OR 14,6). Kematian
perinatal mungkin sekitar 20%. Dengan diagnosis dini,
antenatal terapi, dan perawatan intensif neonatal,
namun, kerugian ini dapat dikurangi menjadi <10%.
Prediksi dan Pencegahan Preeklamsia
Banyak uji klinis, biofisik, dan biokimia memiliki telah
diusulkan untuk memprediksi atau mendeteksi preeklampsia
secara dini. Sayangnya, sebagian besar dari tes ini
memiliki sensitivitas, nilai prediktif positif yang
rendah, dan kebanyakan tidak sesuai untuk penggunaan
rutin dalam praktek klinis. Saat ini, tidak ada tes
penapisan tunggal yang dianggap handal dan terjangkau
dalam memprediksi preeclampsia. Dalam dua dekade
terakhir, banyak laporan klinis dan percobaan yang
dilakukan secara acak menggambarkan penggunaan berbagai
metode untuk mengurangi tingkat dan / atau derajat
preeklampsia. Berdasarkan data yang tersedia, baik
suplemen kalsium atau aspirin dosis rendah harus secara
rutin diresepkan untuk preeklamsia pencegahan pada wanita
nulipara. Beberapa penelitian kecil mengenai penggunaan
aspirin dosis rendah melaporkan penurunan kejadian
preeklamsia yang signifikan pada populasi berisiko
tinggi. Namun, pada tahun 1994 Penelitian kolaborasi
melaporkan uji coba besar secara acak membandingkan
aspirin dosis rendah dengan plasebo pada lebih dari 9300
pasien berisiko tinggi. Aspirin dosis rendah tidak
mengurangi kejadian preeklampsia pada populasi berisiko
tinggi. Hauth melaporkan penurunan yang signifikan dalam
preeklamsia pada kelompok perempuan berisiko rendah yang
diobati dengan aspirin dosis rendah. Namun, percobaan
yang lebih besar oleh Sibai melaporkan tidak ada manfaat.
Meninjau semua bukti yang bertentangan, peneliti untuk
Cochrane Collaboration menyimpulkan mungkin ada kecil
sampai sedang manfaat aspirin dosis rendah dalam mencegah
preeklampsia. Karena risiko rejimen sedikit, beberapa
dokter mungkin cukup memilih untuk menggunakannya.
Selain itu, seng, magnesium, minyak ikan, dan vitamin C
dan E tidak harus secara rutin digunakan untuk tujuan
ini. Bahkan dalam studi mengungkapkan menguntungkan efek,
hasilnya menunjukkan pengurangan dalam "definisi
preeklamsia". Selain itu juga konsumsi kalsium, kalsium
sangat penting dalam sintesis oksida nitrat, vasodilator
kuat diyakini untuk berkontribusi pada pemeliharaan tonus
pembuluh darah berkurang pada kehamilan. Meskipun
beberapa studi kecil menyarankan manfaat kemungkinan
suplemen kalsium dalam mencegah preeklamsia, percobaan
besar oleh Levine yang melibatkan lebih dari 4400 wanita
melaporkan tidak ada manfaat.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38490/4/Chapter %20II.pdf
2. http://www.medscape.com/viewarticle/753452 3. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK62642/