Laporan Kasus PERIODONTAL PLASTIC SURGERY FOR ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
Transcript of Laporan Kasus PERIODONTAL PLASTIC SURGERY FOR ...
Laporan Kasus
PERIODONTAL PLASTIC SURGERY FOR TREATMENT
OF GUMMY SMILE WITH COSMETIC
RESTAURATION TREATMENT
Oleh :
drg. Ni Made Widhiasti, Sp.Ort.
Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas anugrahNya
sehingga makalah Laporan Kasus yang berjudul “Periodontal Plastic Surgery
for Treatment of Gummy Smile with Cosmetic Restauration Treatment” dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Udayana. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca.
Denpasar, Maret 2019
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
BAB II LAPORAN KASUS ...................................................................................... 3
BAB III DISKUSI ...................................................................................................... 6
BAB IV KAITAN DENGAN TEORI ....................................................................... 9
4.1 Bedah Plastik Periodontal ................................................................................... 9
4.1.1 Pengertian bedah plastik periodontal ............................................................ 9
4.1.2 Tujuan bedah plastik periodontal .................................................................. 9
4.1.3 Indikasi bedah plastik periodontal ................................................................ 9
4.1.4 Pemilihan teknik masalah mucogingival ...................................................... 10
4.1.4.1 Teknik untuk meningkatkan gingiva cekat .......................................... 10
4.1.4.2 Teknik untuk meningkatkan kedalaman vestibulum ........................... 11
4.1.4.3 Teknik untuk menghilangkan frenulum .............................................. 12
4.1.4.4 Teknik untuk meningkatkan estetik ..................................................... 12
4.1.5 Faktor yang mempengaruhi hasil bedah plastik periodontal......................... 13
4.2 Gummy Smile ....................................................................................................... 15
4.2.1 Pengertian gummy smile ................................................................................. 15
4.2.2 Etiologi gummy smile ..................................................................................... 15
4.2.3 Klasifikasi gummy smile ................................................................................ 16
4.2.4 Macam-macam perawatan gummy smile ....................................................... 17
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 22
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Initial smile ............................................................................................... 4
Gambar 2. Silicon wall ............................................................................................... 4
Gambar 3. Mengisi dinding silicon dengan resin bis acrylic ..................................... 4
Gambar 4. Silicon wall di dalam mulut pasien .......................................................... 4
Gambar 5. Mock-up .................................................................................................... 4
Gambar 6. Sayatan bevel bagian dalam ..................................................................... 4
Gambar 7. Insisi intrasulcular .................................................................................... 5
Gambar 8. Total thickness flap ditinggikan ............................................................... 5
Gambar 9. Gambaran setelah osteotomi .................................................................... 5
Gambar 10. Jahitan continous .................................................................................... 5
Gambar 11.Penatalaksanaan gummy smile berdasarkan etiologi ............................... 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penampilan sangat penting dalam menunjang kepercayaan diri seseorang.
Termasuk senyum yang menyenangkan dianggap sebagai simbol keindahan dan
kesejahteraan dalam masyarakat modern. Terdapat pernyataan bahwa bentuk,
posisi gigi dan tinggi jaringan gingiva dapat mempengaruhi senyum yang indah.
Senyum adalah satu-satunya ekspresi manusia yang universal, melampaui
bahasa, budaya, ras, jenis kelamin, waktu dan perbedaan sosial ekonomi. Selain
itu, senyum dapat menyampaikan cinta, kegembiraan, ketertarikan, semangat,
kesehatan, persahabatan, kasih sayang, dukungan dan perlindungan. Senyum
sebagai cara komunikasi nonverbal yang cepat dan efektif untuk melakukan
kontak.
Beberapa penulis mengatakan karakteristik senyum yang sempurna. Da
Silva (2013) menyatakan bahwa senyum sempurna dikarakteristikan dengan
penampilan total panjang gigi anterior rahang atas hingga gigi premolar,
menunjukan lengkung insisal gigi-gigi ini sejajar dengan lengkung bagian dalam
bibir bawah, dan sedikit menyentuh atau meninggalkan ruang minimum dengan
bibir bawah.
Penampilan jaringan gingiva juga sebagai peran penting dalam struktur
estetika keseluruhan, terutama pada pasien dengan garis senyum sedang atau
tinggi. Keseimbangan warna, tekstur, dan bentuk jaringan gingiva sangat penting
dalam penampilan senyum yang indah. Idealnya, garis tepi margin gingiva akan
sejajar dengan garis insisal dan mengikuti panduan garis referensi horizontal.
Selain itu, dapat menyediakan scalloped design yang cocok, dengan adanya
papilla interdental. Kontur ideal ini cenderung berubah dalam kasus kehilangan
dukungan periodontal.
Dokter gigi harus mampu menyeimbangkan kebutuhan estetika pasien
dengan persyaratan fungsional, dan secara harmonis sesuai antara karakteristik
setiap individu dengan wajah. Pasien mencari perawatan yang berhubungan
dengan estetik dengan keluhan utama akibat kelebihan gingiva yang terlihat
selama tersenyum yang disebut dengan gummy smile. Gummy smile menunjukkan
2
lebih dari 3 mm gingiva yang terlihat saat tersenyum, sementara senyum yang
normal menunjukkan 2 mm ketika bibir atas bergerak apikal.
Etiologi dari gummy smile terkait dengan beberapa faktor yaitu perubahan
erupsi pasif, peningkatan volume gingiva karena akumulasi plak atau penggunaan
obat-obatan dan kelebihan vertikal maksila.
Berdasarkan diagnosis yang benar, pilihan perawatan adalah terapi
ortognatik, ortopedi, dan/atau bedah, tergantung pada etiologi, keparahan gingiva
yang terlihat dan usia pasien. Terapi bedah meliputi peningkatan mahkota klinis
untuk mengurangi gingiva yang terlihat, menambah ketinggian gigi anterior, yang
bertujuan untuk mengikuti kontur bibir atas; dalam banyak kasus memerlukan
ruang biologis untuk memperbaiki osteotomi. Gingivektomi atau gingivoplasti
juga dapat digunakan untuk mengubah kontur gigi dan proporsinya. Dalam
hubungannya dengan pilihan perawatan ini, kedokteran gigi restoratif
berkontribusi dengan mengembalikan proporsi dan kesesuaian mahkota gigi,
melalui metode direct atau indirect. Memahami etiologi dan rencana perawatan
sangat penting dalam keberhasilan perawatan pasien dengan gummy smile.
Studi ini bertujuan untuk menunjukkan tahapan bedah periodontal
termasuk recountouring gingiva melalui osteotomi dan pemakaian mahkota
porcelain untuk meningkatkan fungsi dan estetik pada pasien dengan mahkota gigi
yang pendek dan gusi yang sangat terlihat pada saat tersenyum.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang pasien 29 tahun berinisial R. J. B dirujuk dari Departemen
Restoratif ke Departemen Periodontitis Universitas Positive dengan keluhan gigi
pendek dengan gusi yang sangat terlihat pada saat tersenyum (Gambar 1).
Pemeriksaan pasien terdiri dari: probing seluruh regio gigi, fotografi,
pemeriksaan radiografi, pencetakan rahang atas dan rahang bawah, pembuatan
model studi dari malam. Semua rencana perawatan dan prognosis dijelaskan
kepada pasien.
Silicon wall dibentuk (Gambar 2) lalu diisi dengan resin bis acrylic
(Gambar 3) dan diletakan ke dalam mulut pasien (Gambar 4) dengan ukuran gigi
yang telah didapatkan melalui proses pembuatan malam (Gambar 5). Sebelum
prosedur bedah dilakukan, dilakukan antisepsis ekstra oral dengan PVPI, dan
antisepsis intra oral dengan 0,12% chlorhexidine digluconate.
Pasien dibius dengan vasokonstriktor mepivacaine 2%. Mockup resin bis
acrylic digunakan sebagai template bedah. Sayatan bevel bagian dalam dilakukan
(Gambar 6) mengikuti margin gingiva dari template bedah, dari kiri ke premolar
rahang atas kanan. Template telah dihapus, dan insisi intrasulcular kedua (Gambar
7) dilakukan pada gigi untuk memungkinkan pengangkatan jaringan gingiva. Full
thickness no-relaxing flap ditinggikan, memperlihatkan jaringan tulang lokal
(Gambar 8). Panduan bedah ditempatkan pada posisi sebelumnya untuk
mengevaluasi jarak antara ujungnya dan jaringan tulang marginal.
Selanjutnya, osteotomi dan osteoplasti dilakukan dengan bantuan diamond
bur bulat dengan kecepatan tinggi (di bawah irigasi dengan saline) dan
Ochsenbein micro chisels, yang bertujuan untuk mengembalikan jarak biologis
antara tulang dan akhir persiapan prostetik, menurut template bedah. Setelah
osteotomi dan osteoplasti (Gambar 9), irigasi dengan salin dilakukan dan jahitan
continuous dilakukan dengan nilon 5-0 (Gambar 10).
Pasien menerima instruksi pasca operasi dan obat-obatan yang diresepkan
yaitu: antibiotik (Amoxillin-500 mg) setiap 8 jam selama 7 hari, analgesik dan
antiinflamasi (Ibuprofen-600 mg) setiap 12 jam selama 4 hari, dan obat kumur
4
dengan 0,12% chlorhexidine digluconate setiap 12 jam selama 14 hari. Jahitan
dilepas setelah 10 hari. 4 bulan kemudian, pasien bisa memulai perawatan
prostetik. Setelah akhir perawatan, pasien di follow-up selama 1 tahun, tanpa
perubahan hasil restoratif dan periodontal.
Gambar 1. Initial smile
Gambar 4. Silicon wall di dalam
mulut pasien
Gambar 2. Silicon wall
Gambar 5. Mock-up
Gambar 3. Mengisi dinding silicon
dengan resin bis acrylic
Gambar 6. Sayatan bevel bagian
dalam
Gambar 7. Insisi intrasulcular Gambar 8. Total thickness flap
ditinggikan
6
BAB III
DISKUSI
Dewasa ini, kesehatan bukan lagi menjadi suatu pertanda tidak adanya
penyakit, tetapi juga sebagai pernyataan kesehatan mental. Pernyataan kesehatan
mental dari seseorang dapat dievaluasi dari ekspresi wajah, biasanya
teridentifikasi dari kecerahan mata dan senyuman. Pada konteks ini, gigi, terutama
gigi anterior, dapat dikategorikan sebagai salah satu cerminan estetik dari
seseorang, mendukung keindahan senyuman, menjalin relasi sosial yang baik dan
mempromosikan kesehatan dalam aspek yang lebih luas.
Dalam hal mempromosikan kesehatan, gigi harus memenuhi standar
kecantikan, yaitu: letaknya yang baik dan warna yang baik dengan bentuk yang
simetris. Sebaiknya relasi antar gigi, gigi anterior haruslah menunjukkan relasi
yang baik pula dengan bibir, senyum, dan wajah. Integrasi antara restorasi dengan
gingiva, bibir, senyum, dan wajah dari pasien adalah tolak ukur kesuksesan dari
prosedur restorasi estetik.
Proporsionalitas antara gigi tergantung pada tinggi dan lebar, dengan
melakukan rekonstruksi yang tepat, yang bertujuan untuk mendapatkan
keselarasan antara senyuman dan wajah. Ciri yang bagus dan penting dari gigi
anterior rahang atas adalah panjangnya secara proporsional lebih besar dari lebar
gigi. Permukaan labial gigi jika memungkinkan harus memiliki groove pada arah
horizontal, untuk "mengurangi", dan groove vertikal, untuk "menambah" panjang
gigi. Garis bibir atas menentukan ketinggian margin gingiva, yang harus paralel
dengan kontur bibir atas. Garis bibir bawah dapat memiliki berbagai bentuk dan
kelengkungannya kurang lebih dapat menentukan panjang gigi atas. Tepi insisal
dibentuk oleh garis gigi atas dan harus sejajar dengan kontur bibir bawah. Semua
parameter ini penting untuk perawatan recontouring gigi, memungkinkan
keseimbangan total antara struktur yang dianalisis dan gigi, membuat perawatan
estetik berhasil.
Puncak kontur gingiva merupakan faktor kunci sebagai parameter klinis
untuk mengembalikan estetika gigi dan gingiva di daerah anterior rahang atas.
Disarankan untuk menemukan kontur gingiva kaninus pada tingkat yang sama
7
atau sedikit apikal daripada di insisivus sentral, sedangkan kontur gingiva yang
lebih koronal disarankan untuk insisivus lateral.
Berbagai metode telah didokumentasikan termasuk gingivektomi, bedah
flap kontur tulang, operasi flap aposisi apikal dan, terapi ortodontik. Keadaan
gingiva yang berlebihan kadang-kadang disebabkan oleh kelebihan maxillary
vertikal dan sepertiga tengah dari panjang wajah. Bedah augmentasi mahkota
tidak cukup dalam kasus-kasus ini dan maksila harus dirawat dengan pembedahan
ortognatik. Rasio risiko-manfaat harus dievaluasi dengan cermat dalam kasus-
kasus seperti itu. Pendekatan interdisipliner sangat penting dalam kasus-kasus
seperti ketika pasien tidak mau menjalani operasi besar.
Dalam laporan kasus ini, pasien memiliki gummy smile yang disebabkan
oleh pertumbuhan berlebih maxillary secara vertikal, ketidakharmonisan proporsi
lebar/tinggi dan kontur puncak gingiva dari gigi anterior rahang atas.
Mempertimbangkan masalah psikologis dan keuangan, rencana perawatan yang
diusulkan untuk pasien adalah asosiasi operasi plastik periodontal dengan
osteoplasti dan osteotomi, dengan restorasi indirect estetik yaitu porcelain.
Terapi restoratif harus direncanakan pada kasus gingival exposure dalam
situasi berikut: (1) mahkota klinis pendek karena kehilangan struktur gigi; (2)
restorasi yang rusak, atau keluhan estetika pasien; dan (3) kasus root exposure,
karena terapi periodontal yang menyebabkan hipersensitivitas gigi dan cacat
estetika.
Dalam laporan kasus ini, perawatan yang diambil untuk menjaga
periodonsium sehat, karena penting untuk keberhasilan jangka panjang dari gigi
yang direstorasi. Dokter gigi harus terus-menerus menyeimbangkan kebutuhan
restoratif dan estetik pasien dengan kesehatan periodontal. Faktor terpenting
adalah potensi yang menyebabkan kerusakan periodonsium ketika margin secara
subgingiva.
Margin mahkota yang diposisikan secara subgingiva dikaitkan dengan
peradangan gingiva dan mengarah ke invasi ruang biologis, sementara margin
mahkota yang terletak supragingiva dikaitkan dengan peradangan gingiva yang
lebih rendah. Penempatan supragingiva dari margin restorasi memungkinkan
kemudahan impresi, pembersihan, deteksi karies sekunder dan terkait dengan
8
pemeliharaan kedalaman probing. Restorasi subgingiva dapat memiliki efek
berbahaya pada jaringan keras dan lunak yang berdekatan, terutama ketika
menyerang epitel junctional dan jaringan ikat di atas bone crest. Restorasi yang
ditempatkan secara subgingiva telah dikaitkan dengan peradangan gingiva,
hilangnya insersi jaringan ikat dan resorpsi tulang.
Simon,dkk (2007). menyatakan bahwa salah satu tujuan dari restorasi gigi
adalah untuk menciptakan estetik yang ideal untuk senyum pasien. Kemajuan
dalam dental material dan teknik laboratorium telah menyebabkan peniruan yang
sangat baik pada gigi geligi, veneer dan restorasi resin komposit. Namun,
beberapa pasien dengan kelainan bentuk gingiva dan tulang mungkin memerlukan
rehabilitasi estetika yang lebih kompleks. Pada pasien yang meragukan ini,
pendekatan multidisiplin mungkin bermanfaat untuk meningkatkan keseimbangan
dan kesesuaian antara ketiga komponen senyum yaitu: bibir, gigi, dan gusi.
Deliberador, dkk (2013) menyatakan bahwa operator perlu memberi
perhatian khusus terhadap faktor-faktor etiologi yang dapat mendasari kondisi
gingiva pasien, sehingga dapat ditegakkan identifikasi dan diagnosis yang tepat
dan penyusunan rencana perawatan yang sesuai untuk mencapai hasil akhir yang
estetis dan fungsional.
9
BAB IV
KAITAN DENGAN TEORI
4.1 Bedah Plastik Periodontal
4.1.1 Pengertian bedah plastik periodontal
Bedah plastik periodontal merupakan prosedur pembedahan yang
dilakukan untuk memperbaiki atau menghilangkan kelainan anatomi, kelainan
perkembangan, atau traumatik pada gingiva atau mukosa alveolar (Carranza,
2015). Pada World Workshop in Periodontics tahun 1996, istilah bedah plastik
periodontal pertama kali di sosialisasikan oleh Miller sebagai pengganti bedah
mucogingival (Rosmelita, 2003). Terapi mucogingiva merupakan istilah yang
lebih luas dan mencakup prosedur non bedah seperti rekonstruksi papilla dengan
cara terapi orthodontik atau restoratif, berbeda dengan bedah plastik periodontal
hanya mencakup prosedur bedah terapi mucogingival (Carranza, 2015)
4.1.2 Tujuan bedah plastik periodontal
Tujuan dilakukannya bedah plastik periodontal yaitu: (Carranza, 2015)
1. Untuk memperbaiki masalah attached gingiva
2. Untuk memperbaiki masalah vestibulum rendah
3. Untuk memperbaiki masalah penyimpangan frenulum
4. Perawatan bedah estetik
5. Perbaikan jaringan periodontal
4.1.3 Indikasi bedah plastik periodontal
Indikasi bedah plastik periodontal adalah sebagai berikut: (Dibart S dan
Mamdouh K, 2006)
1. Augmentasi gingiva
Augmentasi gingiva digunakan untuk menghentikan resesi jaringan
marginal atau untuk memperbaiki dehiscence (ketebalan tulang dibawah
jaringan gingiva sangat tipis) tulang alveolar yang dihasilkan dari pergerakan
gigi secara alami.
10
2. Root coverage
Resesi gingiva merupakan migrasi apikal margin gingiva ke cemento-
enamel junction (CEJ) yang mengarah ke paparan dari permukaan akar dan
paling sering ditemukan di permukaan bukal. Resesi gingiva dapat disebabkan
oleh karena teknik menyikat gigi yang tidak tepat, penyakit periodontal,
malposisi gigi, dehiscence tulang alveolar, peradangan, maupun perlekatan
frenal dan otot yang mengganggu pada marginal gingiva dapat melebarkan
sulkus gingiva yang dapat menyebabkan akumulasi plak.
3. Augmentasi edentulous ridge
Augmentasi edentulous ridge merupakan koreksi deformitas ridge setelah
kehilangan gigi atau karena faktor bawaan. Augmentasi edentulous ridge
digunakan dalam persiapan untuk penempatan gigi tiruan sebagian yang sudah
diperbaiki atau gigi tiruan dukungan implan.
4. Abnormalitas frenulum
Frenektomi digunakan untuk membantu menutup diastema bersamaan
dengan terapi ortodontik.
5. Pencegahan resorpsi ridge yang terkait dengan ekstraksi gigi
Pemeliharaan ruang soket dengan bone graft pasca ekstraksi akan
membantu mengurangi kemungkinan resorpsi ridge alveolar dan dapat
digunakan untuk mendukung penempatan implan.
6. Pemanjangan mahkota gigi
Pemanjangan mahkota gigi digunakan saat kelebihan gingiva dan tulang
menutupi sebagian besar dari gigi dengan tujuan restorasi atau meningkatkan
estetika.
4.1.4 Pemilihan teknik masalah mucogingival
4.1.4.1 Teknik untuk meningkatkan gingiva cekat
Teknik bedah ini dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Augmentasi gingiva pada apikal dari area yang diresesi. Dilakukan bukaan
flap (baik pedicle graft maupun free graft) pada area apikal dari gingival
11
margin yang diresesi. Tidak dilakukan penutupan pada permukaan akar
yang terekspos karena resesi gingiva maupun tulang.
2. Augmentasi gingiva pada koronal dari area yang diresesi. Berbeda dengan
teknik sebelumnya, dilakukan penutupan pada area permukaan akar yang
terekspos baik dengan pedicle graft maupun free graft. Pelebaran apikal
maupun koronal dari gingiva cekat membantu meningkatkan dan
memudahkan kontrol kebersihan dan higienitas oral pasien, namun hanya
pelebaran koronal yang juga membantu mengatasi permasalahan estetis.
Untuk keperluan pre-prostetik, kombinasi dari pelebaran gingiva
berkeratin baik secara apikal maupun koronal dari area resesi
diindikasikan.
Pelebaran gingiva cekat berkeratin baik apikal maupun koronal dari area
resesi dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti dengan free gingival
autograft, free connective tissue autograft, dan flap lateral pedikel
(Carranza, 2015).
4.1.4.2 Teknik untuk meningkatkan kedalaman vestibulum
Kedalaman vestibulum yang adekuat merupakan faktor penting yang
berperan dalam retensi protesa maupun oral hygiene. Beberapa teknik bedah telah
dicetuskan untuk mencapai tujuan tersebut. Penelitian terdahulu pada awal tahun
1960 oleh Bohaman menunjukkan bahwa melakukan pendalaman vestibulum
dengan prosedur non-free-graft menunjukkan kegagalan ketika dilakukan evaluasi
setelah beberapa tahun. Teknik pendalaman vestibulum yang dapat diprediksi
hanya dapat dicapai dengan memanfaatkan teknik free autogenous graft dan
teknik sejenis. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam prosedur
pendalaman vestibulum adalah persiapan yang tepat dari daerah resipien. Daerah
resipien harus dilingkupi oleh jaringan periosteal immobile. Jika jaringan ikat
periosteal tidak adekuat, jaringan donor dapat diletakkan di atas tulang. Jaringan
donor dapat berupa gingiva bebas atau jaringan ikat, namun harus diletakkan di
atas daerah resipien yang immobile.
12
4.1.4.3 Teknik untuk Menghilangkan Frenulum
Frenulum adalah lipatan membran mucus dengan serat otot dan melekat
dari bibir dan pipi sampai mukosa alveolar dan/atau gingiva dan periosteum.
Frenulum menjadi masalah apabila perlekatan terlalu dekat dengan margin
gingiva. Kondisi ini mungkin diakibatkan karena kondisi genetik seseorang atau
hasil resesi gingiva yang mencapai daerah frenulum. Tegangan dari frenulum bisa
menarik margin gingiva menjauh dari gigi dan menyebabkan akumulasi plak dan
menghalangi sikat gigi untuk membersihkan daerah margin gingiva. Masalah
kebersihan ini paling sering ditemukan pada daerah anterior rahang bawah. Pada
area anterior rahang atas frenulum terletak di midline antara kedua gigi insisive
sentral. Letak frenulum yang salah di antara ggi insisif sentral rahang atas dapat
mengakibatkan masalah estetik pada pasien.
Frenektomi adalah penghilangan frenulum secara menyeluruh, termasuk
perlekatannya dengan tulang dan mungkin dibutuhkan pada koreksi diastema yang
abnormal di antara gigi insisif sentral rahang atas. Frenektomi adalah penataan
ulang frenum, biasanya lebih ke posisi apikal. Masalah frenum lebih sering terjadi
pada aspek fasial di rahang atas dan rahang bawah dan jarang terjadi pada aspek
lingual di rahang bawah.
4.1.4.4 Teknik untuk Meningkatkan Estetik
1. Root Coverage
2. Papilla Reconstruction
Salah satu teknik yang digunakan adalah teknik pouch dan semilunar
pedicle, dimana pada teknik ini butuh beberapa konsep untuk
meningkatkan keberhasilan perawatan yaitu desain semilunar pedicle,
jaringan pengikat dan bone graft di daerah interdental, dan penggunaan
ilmu restoraf untuk meletakkan bagian apikal sedekat mungkin dengan
tulang crestal.
3. Terapi untuk Koreksi Pembesaran Gingiva
a) Teknik Pembedahan
Eskposur mahkota anatomi secara menyeluruh dangat dibutuhkan
untuk mendapatkan senyum dengan eksposur gingiva yang
13
minimal. Perhitungan sebelum pembedahan harus meliputi lebar
dan panjang mahkota klinis, Panjang mahkota antomis, dan tinggi
jaringan keratin. Ketentuan pemilihan prosedur ini adalah jaringan
keratin yang tersisa harus minial 3 mm dan kemungkinan
kebutuhan untuk bedah tulang (ossesus). Apabila eksisi yang
dilakukan meninggalkan jaringan 3 mm, tidak perlu dilakukan
bedah tulang. Jika kurang dari 3 mm, maka perlu dilakukan flap
apikal.
b) Pembedahan Tulang (Osseus)
Prosedur ini dilakukan setelah pengangkatan flap mucoperiosteal
yang meyediakan visibilats dan akses untuk osteomy dan
osteoplasty yang baik. Pada kasus pemanjangan mahkota untuk
estetik, hanya dilakukan flap pasa aspek fasial untuk menghindari
kehilangan papillary fill. Tahapan pertama yang dilakukan degan
menggunakan round bur untuk menghilangkan ketebalan tulang,
diikuti dengan perubaha crestal menggunakan chisel dan kuret.
Pengurangan crest sangat penting bagi posisi CEJ setiap gigi,
namun untuk masalah estetik crest tidak perlu dikurangin..
penutupan flap dilakukan dengan jahitan interrupted 7-0. Instruksi
pasca bedah difokuskan pada control plak untuk menghidari
peninggian jaringan lunak.
4.1.5 Faktor yang mempengaruhi hasil bedah plastik periodontal
1. Ketidakteraturan gigi
Kesejajaran gigi yang abnormal merupakan penyebab utama kelainan
bentuk gingiva yang memerlukan pembedahan korektif dan merupakan
faktor yang signifikan dalam menentukan hasil perawatan. Lokasi margin
gingiva, lebar attached gingiva, dan tinggi serta ketebalan tulang alveolar
semuanya dipengaruhi oleh keteraturan bentuk gigi.
Pada permukaan lingual gigi, gingiva berbentuk bulat dan margin
tulang lebih dekat ke CEJ. Tingkat perlekatan gingiva pada permukaan
14
akar dan lebar attached gingiva setelah dilakukan mucogingival
dipengaruhi oleh, atau lebih banyak, karena kesejajaran gigi serta variasi
dalam prosedur perawatan (Dibart S & Mamdouh K, 2006).
2. Mental nerve
Mental nerve muncul dari foramen mental, paling sering apikal ke
premolar mandibula pertama dan kedua, dan biasanya terbagi menjadi tiga
cabang. Trauma ke saraf mental dapat menghasilkan paresthesia yang
tidak nyaman pada bibir bawah, yang pemulihannya lambat. Mengetahui
letak mental nerve dan penampilan saraf mental dengan baik akan
mengurangi kemungkinan cedera itu (Dibart S & Mamdouh K, 2006).
3. Perlekatan otot
Ketegangan dari tingginya perlekatan otot akan mengganggu
perawatan mucogingiva oleh karena pasca operasi pada penurunan
kedalaman vestibular dan lebar attached gingiva (Dibart S & Mamdouh K,
2006).
4. Mucogingival junction
Biasanya, garis mucogingiva di daerah gigi seri dan kaninus terletak
kira-kira 3 mm secara apikal ke puncak tulang alveolar pada permukaan
radikuler dan 5 mm secara interdental. Pada penyakit periodontal dan pada
gigi malposisi, margin tulang terletak lebih jauh secara apikal dan dapat
melampaui garis mucogingival.
Jarak antara garis mucogingiva dan CEJ sebelum dan sesudah operasi
periodontal tidak selalu konstan. Setelah inflamasi dihilangkan, ada
kecenderungan jaringan berkontraksi dan menarik garis mucogingiva ke
arah mahkota (Dibart S & Mamdouh K, 2006).
15
4.2 Gummy Smile
4.2.1 Pengertian gummy smile
Gummy smile merupakan suatu kondisi ketika tampilan gingiva saat pasien
tersenyum melebihi 2-3mm. pasien seringkali mengeluhkan gangguan estetika
saat tersenyum karena tampilan gingiva berlebih. Gummy smile berhubungan
dengan adanya garis senyum yang terbentuk sewaktu seorang tersenyum.
Berdasarkan posisi bibir atas terhadap banyaknya gingival dan mahkota klinis
anterior maksila yang terlihat, maka bentuk senyum dikelompokkan menjadi 3
tipe yaitu bentuk senyum dengan garis bibir rendah, bentuk senyum dengan garis
bibir sedang/menengah, dan bentuk senyum dengan garis bibir tinggi. Dari ketiga
tipe tersebut, gummy smile berhubungan dengan garis bibir yang tinggi dimana
gingiva terlihat berlebihan dan mahkota kllinis insisivus anterior terlihat secara
keseluruhan (Yuanithea dkk, 2007).
4.2.2 Etiologi gummy smile
Kondisi gummy smile dapat disebabkan oleh posisi bibir atas yang pendek,
hipermobilitas bibir, altered passive eruption, ekstrusi dentoalveolar anterior, dan
perkembangan vertikal rahang atas yang berlebihan. Faktor penyebab dapat
berdiri sendiri atau dapat berupa kombinasi dari beberapa faktor. Penentuan
etiologi penting untuk menentukan pendekatan rencana perawatan, baik
pendekatan rencana perawatan tulang, dental atau jaringan lunak. Berikut etiologi
gummy smile: (Yuanithea dkk, 2007)
1. Pola erupsi gigi yang abnormal, yaitu perubahan erupsi pasif gingiva (altered
passive eruption)
2. Otot bibir hiperaktif sehingga menyebabkan bibir atas terangkat lebih tinggi
dari normal ketika tersenyum, menunjukkan lebih banyak gingiva.
3. Bibir atas terlalu pendek, terjadi karena kurangnya aktivitas otot-otot sekitar
mulut dan rahang. Biasanya disertai dengan celah interlabial yang besar,
insisivus maksila terlihat pada waktu istirahat, tetapi tinggi wajah dalam batas
normal.
4. Pertumbuhan maksila yang berlebihan (vertical macillary excessive)
16
5. Maloklusi gigi
6. Gigi yang telah aus, sehingga gigi tampak lebih pendek jika dibandingkan
dengan gingiva.
4.2.3 Klasifikasi gummy smile
Klasifikasi gummy smile dapat dikelompokkan berdasarkan faktor
etiopatogenetik, yaitu sebagai berikut: (Monaco dkk, 2004)
1. Dento-gingival gummy smile
Dento-gingival gummy smile terjadi jika terdapat altered passive eruption
pada gigi. Altered passive eruption dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu tipe 1
dan tipe 2. Pada altered passive eruption tipe 1 terdapat kelebihan gingiva antara
muco-gingival junction dan free gingival margin, sedangkan pada altered passive
eruption tipe 2 ketika terdapat dimensi normal pada gingiva. Kedua tipe ini
berbeda sesuai dengan pendekatan klinis, terapi, dan histologis. Selain itu, Altered
passive eruption tipe 1 dan tipe 2 dapat dibagi menjadi kelas A dan B berdasarkan
bone crest dan jarak amelo-cementic junction. Apabila jarak ini lebih dari 1,5 mm
maka dapat dikategorikan sebagai kelas A yang juga dikenal sebagai jarak
biologis, sedangkan apabila jarak ini tidak ada maka dikategorikan sebagai kelas
B.
2. Muscular gummy smile
Muscular gummy smile terjadi akibat adanya hiperaktifitas otot-otot elevator
yaitu upper lip elevator dan zygomatic.
3. Dento-alveolar gummy smile
Fakto dentoalveolar biasanya dikaitkan dengan protrusi maksila yang
berlebihan pada arah sagital dan vertikal. Secara klinis, protrusi maksila yang
berlebihan dalam arah sagital dianggap sebagai peningkatan overjet, sedangkan
protrusi yang berlebihan dalam arah vertikal merupakan peningkatan dimensi
jarak antara subnasal dan incisor point.
Pada dento-alveolar gummy smile terjadi pertumbuhan tulang alveolar yang
berlebihan namun tidak bergantung pada disharmoni sagital. Selain itu, perubahan
yang terjadi hanya dalam posisi vertical incisor, inklinasi mandibular plane,
ataupun keduanya. Tinggi dento-alveolar dipengaruhi oleh posisi insisivus
17
maksila dan inklinasi mandibular plane. Oleh karena itu, posisi insisivus maksila
dan peningkatan divergensi akan mempengaruhi komponen gingiva dan estetika
senyum.
4. Mixed gummy smile
Pada mixed gummy smile, semua kondisi dimana gingival exposure
disebabkan oleh lebih dari satu faktor. Frekuensi dan persentasenya saat ini belum
diketahui, namun aspek yang paling sering diamati secara klinis yaitu adanya
kelebihan maksilari vertikal dan crowding.
Klasifikasi gummy smile selain dikelompokkan berdasarkan faktor
etiopatogenetik, juga dapat dikelompokkan berdasarkan pada area tampilan
gingiva yang dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu sebagai berikut: (Patel
dkk, 2013)
1. Anterior gummy smile
Pada anterior gummy smile tampilan gingiva yaitu lebih dari 3 mm di daerah
antara kaninus. Otot utama yang terlibat yaitu levator labii superior alaque nasi.
2. Posterior gummy smile
Pada posterior gummy smile tampilan gingiva lebih dari 3 mm dari posterior
sampai ke gigi kaninus, dengan tampilan normal kurang dari 3 mm pada region
anterior, dan otot utama yang terlibat adalah zygomatic mayor dan zygomatic
minor.
3. Mixed gummy smile
Pada campuran gummy smile tampilan gingiva yang berlebihan dikedua
daerah yaitu anterior dan posterior, dan otot utama yang terlibat yaitu kombinasi
otot utama antara anterior gummy smile dan posterior gummy smile.
4. Asimetris gummy smile
Pada asimetris gummy smile tampilan gingiva yang berlebihan atau lebih
terlihat pada satu sisi saja.
4.2.4 Macam-macam perawatan gummy smile
Pilihan penatalaksanaan untuk gummy smile tergantung pada diagnosis
spesifik yaitu dilihat dari etiologi gummy smile. Setaip etilogi yang menyebabkan
18
gummy smile memiliki penatalaksanaan yang berbeda (Izraelewicz,E & Chabre
C., 2015).
Gambar 11. Penatalaksanaan gummy smile berdasarkan etiologi
1. Perawatan bedah untuk gummy smile yang berasal dari cutaneo-mucosal
Perawatan bedah untuk gummy smile yang berasal dari cutaneo-mucosal yaitu
bedah rekonstruksi jaringan lunak terutama pada bibir atas, dapat memperbaiki
gummy smile. Tujuan dari penatalaksanaan kelainan pada bibir yaitu untuk
melemahkan otot bibir sehingga dapat mencapai posisi bibir yang lebih kearah
korona dan mengurangi tereksposnya gingiva yang berlebih. Terdapat pilihan
perawatan non bedah yaitu dengan injeksi botulinum toxin tipe A, yang bekerja
dengan cara melemahkan kontraksi otot levator bibir atas.
2. Perawatan untuk gummy smile yang berasal dari dento-periodontal
Untuk gummy smile dengan etiologi dento-periodontal, yaitu dengan
perawatan periodontal yang dapat menyamakan kontur gingiva, dengan atau tanpa
melakukan implant.
a) Perawatan periodontal
Perawatan periodontal tidak cukup untuk melakukan perbaikan gummy
smile kecuali pada kasus yang ringan, seperti pada kasus gangguan erupsi
19
pasif atau hyperplasia gingiva. Pemanjangan coroner (dari mahkota klinis)
dapat dicapai dengan gingivektomi teknik internal bevel atau dengann flap
apical, dengan atau tanpa reseksi tulang. Perkembangan dalam operasi laser
juga dapat menyederhanakan prosedur sehingga dapat memperluas indikasi
perawatan.
b) Implantasi
Pada gummy smile yang disebabkan oleh ukuran gigi yang tidak normal,
dengan posisi gingiva yang baik, diperlukan implantasi untuk mencapai
pemanjangan mahkota klinis. Hal yang harus dipertimbangkan dalam kasus
yaitu mahkota klinis yang pendek, perbaikan estetik, akar yang terekspos
setelah perawatan periodontal, dan hipersensitivitas pada gigi.
3. Perawatan orthodonti untuk gummy smile pada area alveolar
Memperbaiki gummy smile dapat menjadi permasalahan yang kompleks bagi
orthodontis. Hanya pada gummy smile yang cukup berat yang dapat diperbaiki
dengan perawatan orthodonti. Gummy smile pada area alveolar biasanya berkaitan
dengan supra-oklusi pada daerah insisivus. Perawatan dapat dilakukan sedini
mungkin untuk mencegah onset supra-oklusi. Apabila gummy smile sudah
tertangani, maka terdapat mekanisme orthodonti yang memperbaiki relasi antara
bibir atas dan gigi, serta mengurangi paparan gusi saat tersenyum.
a) Teknik konvensional dapat digunakan, seperti Ricketts’ basal arch agar
tercapainya intrusi superior dari insisivus.
b) Metode dengan menggunakan mini-screw bone anchors dapat
meningkatkan kemungkinan prognosis perawatan orthodonti untuk orang
dewasa yang mengalami gummy smile dengan keuntungan, yaitu:
1. Perlekatan dan ablasi yang lebih baik
2. Pemasangan yang cepat
3. Kenyamanan pasien
4. Biaya yang relative murah
4. Perawatan orthodonti untuk gummy smile pada area skeletal
Pada beberapa kasus, perawatan orthodonti tidak akan cukup untuk
memperbaiki gummy smile yang cukup berat, terutama jika melibatkan area
skeletal dan meluas hingga premolar. Pembedahan yang melibatkan osteotomy
20
maksila total atau sebagian, dapat memperbaiki relasi antara daerah maksila dan
bibir atas.
Biasanya osteotomi dilakukan dengan menggunakan Lefort I, mampu
meningkatkan mobilitas dari plate maksila dengan reseksi jaringan tulang untuk
mencapai intrusi dari maksila
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pemahaman tepat tentang etiologi dan pilihan terapi memiliki peranan
signifikan dalam penatalaksanaan pasien dengan gummy smile. Penggunaan
cetakan silikon membantu prediksi ukuran dan bentuk gigi, sehingga waktu kerja
menjadi lebih singkat dan efisien. Kerja sama antara cabang ilmu kedokteran gigi
restoratif dan periodontal menunjukkan potensi interaksi menguntungkan dan
saling mendukung dari kedua cabang, dimana intervensi periodontal fokus pada
rekonturing gingiva dan jaringan pendukung sekitar sementara prosedur restoratif
membantu rekonstruksi efektif dan kosmetik dari area yang direhabilitasi. Dapat
disimpulkan bahwa kerja sama multi-disiplin memberikan hasil rehabilitasi yang
menunjang rasa percaya diri maupun kondisi kesehatan pasien dari segi estetika
serta fungsional.
22
DAFTAR PUSTAKA
Carranza’s, 2015, Clinical Periodontology, 12th ed., Elsevier, hal 628-628.e20
Dibart Serge, dan Mamdouh Karima, 2006, Practical Periodontal Plastic
Surgery, 1th ed., Blackwell Munksgaard, hal. 3-4.
Izraelewicz-Djebali,E., Chabre, C., 2015, Gummy smile: orthodontic or
surgical treatment, J Dentofacial Anom Orthod;18:102
Monaco, A., Streni, O., Marci, M.C., Marzo, G., Gatto, R., and Gannoni, M.,
2004, Gummy smile: clinical parameters useful for diagnosis and
therapeutical approach, The Journal of Clinical Pediatric Dentistry,
29(1): 19-26.
Patel, D., Mehta, F., Trivedi, R., Thakkar, S., and Suthar, J, 2013, Title-
Botanium Toxin and Gummy Smile- A Review, IOSR Journal of Dental
and Medical Science Ver. I: 14(12): 1-5.
Rosmelita, D., dan Nurul, D., 2003,Perawatan Resesi Gingiva dengan Bedah
Plastik Periodontal, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia,10(23): 840
Yuanithea, R., Soeroso, Y., Irwan, A., Tadjoedin, F. M., 2007. Management of
Gummy Smile with Biometric Approach and Smile Design. The 3rd
Periodontic Seminar (Perios 3).
Simon Z, Rosenblatt A, Dorfman W, 2007, Eliminating a gummy smile with
surgical lip repositioning, Journal of Cosmetic Dentistry, 23(1):102-9.
Da Silva, 2013, A estética do sorriso. Especialista,1-60.
Deliberador TM, Vieira JS, Lopes TR, Giovanini AF, Zielak JC, Brambilla
CFF, 2013, Cirurgia plástica periodontal para correção de sorriso
gengivoso, Revista PerioNews, 7(3):281-6.