Class Action Kasus Mandalawangi

24
Jenis Gugatan Seperti apa yang telah dibahas diatas, jenis gugatan ini adalah gugatan class action. Class action tidak hanya dikenal didalam Negara-negara anglo Saxon namun gugatan class action ini telah ada di dalam beberapa perundang-undangan dalam hal ini gugatan class action yang ada di Indonesia adalah : 1. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam pasal 37 ayat 1 berbunyi : “Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan dan/atau melaporkan ke penegak hukum mengenai berbagai masalah lingkungan hidup yang merugikan perikehidupan masyarakat”. Bahwa yang dimaksud hak mengajukan gugatan perwakilan pada ayat ini adalah hak kelompok kecil masyarakat untuk bertindak mewakili masyarakat dalam jumlah besar yang dirugikan atas dasar kesamaan permasalahan, fakta hukum, dan tuntutan yang ditimbulkan karena pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Diatur di dalam Pasal 38 UU No.23 Tahun l997,menurut Koesnadi hardjasoemantri ketentuan sebagaimana tercamtum dalam Pasal 38 UUPLH adalah amat menguntungkan bagi lingkungan hidup,karena meskipun tidak ada manusia yang menderita,penanggung jawab usaha dan / atau kegiatan yang mencemarkan dan / atau merusak lingkungan tetap dapat digugat karena lingkungan yang menderita.Gugatan tersebut diajukan oleh organisasi lingkungan

Transcript of Class Action Kasus Mandalawangi

Jenis Gugatan

Seperti apa yang telah dibahas diatas, jenis gugatan ini

adalah gugatan class action. Class action tidak hanya dikenal

didalam Negara-negara anglo Saxon namun gugatan class action ini

telah ada di dalam beberapa perundang-undangan dalam hal ini

gugatan class action yang ada di Indonesia adalah :

1. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup Dalam pasal 37 ayat 1 berbunyi : “Masyarakat berhak

mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan dan/atau

melaporkan ke penegak hukum mengenai berbagai masalah

lingkungan hidup yang merugikan perikehidupan masyarakat”.

Bahwa yang dimaksud hak mengajukan gugatan perwakilan pada

ayat ini adalah hak kelompok kecil masyarakat untuk bertindak

mewakili masyarakat dalam jumlah besar yang dirugikan atas

dasar kesamaan permasalahan, fakta hukum, dan tuntutan yang

ditimbulkan karena pencemaran dan/atau perusakan lingkungan

hidup.

Diatur di dalam Pasal 38 UU No.23 Tahun l997,menurut Koesnadi

hardjasoemantri ketentuan sebagaimana tercamtum dalam Pasal 38

UUPLH adalah amat menguntungkan bagi lingkungan hidup,karena

meskipun tidak ada manusia yang menderita,penanggung jawab

usaha dan / atau kegiatan yang mencemarkan dan / atau merusak

lingkungan tetap dapat digugat karena lingkungan yang

menderita.Gugatan tersebut diajukan oleh organisasi lingkungan

atas nama lingkungan,yang berarti lingkungan menyandang hak

utnuk dilindungi.

Selain itu juga diatur di dalam UU No.41 Tahun l999 tentang

Kehutanan, yang diatur di dalam Pasal 73 .Menurut ketentuan Pasal

ini :

(l) Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan

hutan,organisasi bidang kehutanan berhak mengajukan gugatan

perwakilan untuk kepentingaan pelestarian fungsi hutan.

(2) Organisasi bidang kehutanan yang berhak mengajukan gugatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan :

a. berbentuk badan hukum

b. organisasi tersebut dalam anggaran dasarnya dengan tegas

menyebutkan tujuan didirikannya organisasi untuk kepentingan

pelestarian fungsi hutan dan

c. telaah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran

dasarnya.1

2. Undang –undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Pasal 46 ayat 1 huruf b berbunyi : “Gugatan atas pelanggaran

pelaku usaha dapat dilakukan oleh kelompok konsumen yang

mempunyai kepentingan yang sama”. Selanjutnya dalam penjelasan

1 Boediningsih, Widyawati, “ Bahan Kuliah Hukum Lingkungan” http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=21&cad=rja&ved=0CCcQFjAAOBQ&url=http%3A%2F%2Fmfile.narotama.ac.id%2Ffiles%2FM.%2520Sholeh%2FFile%2520Campuran%2FHUMUM%2520LINGKUNGAN%2520word.doc&ei=GACaUurZFcGJrQf03IGoBg&usg=AFQjCNEab4j3kEPaL0xWrNIsPz6c20TyrQ&bvm=bv.57155469,d.bmk diunduh pada 30 November 2013.

Pasal 46 ayat 1 Huruf b menjelaskan bahwa Undang-undang ini

(Perlindungan Konsumen) mengakui gugatan kelompok atau class

action. Gugatan kelompok atau class action harus diajukan oleh

konsumen yang benar-benar dirugikan dan dapat dibuktikan

secara hukum, salah satu diantaranya adalah adanya bukti

transaksi.

3. Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi Pasal

38 ayat 1 Masyarakat yang dirugikan akibat pekerjaan

konstruksi berhak mengajukan gugatan ke pengadilan secara :

. a orang peroranagan

b. Kelompok orang dengan pemberi kuasa

c. Kelompok orang dengan tidak dengan kuasa melalui gugatan

perwakilan.

Didalam penjelasan pasal 38 ayat (1) UU No. 18 Tahun 1999 “hak

mengajukan gugatan perwakilan” adalah hak sekelompok kecil

masyarakat untuk bertindak mewakili masyarakat dalam jumlah besar

yang dirugikan atas dasar kesamaan permasalahan, faktor hukum,

dan ketentuan yang ditimbulkan karena kerugian atau gangguan

sebagai akibat kegiatan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

4. Undang- undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 71

ayat 1 berbunyi “Masyarakat berhak mengajukan gugatan

perwakilan ke pengadilan dan atau melaporkan ke penegak hukum

terhadap kerusakan hutan yang merugikan kehidupan masyarakat”.

5. Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2002 Acara Gugatan

Perwakilan Kelompok Pembahasan mengenai prosedur atau tata

cara gugatan perwakilan kelompok (Class Action) yang diatur dalam

PERMA No. 1 Tahun 2002 secara garis besar terdiri dari

ketentuan umum, tata cara dan persyaratan gugatan perwakilan

kelompok, pemberitahuan, pernyataan keluar, putusan dan

ketentuan umum.2 Dalam PERMA No. 1 Tahun 2002 ini terdiri atas

6 (enam) BAB yaitu :

a. Mengenai ketentuan umum

b. Mengenai tata cara dan persyaratan gugatan perwakilan

kelompok

c. Mengenai pemberitahuan atau notifikasi

d. Mengenai pernyataan keluar

e. Mengenai putusan

f. Mengenai ketentuan penutup

Menurut pasal 1 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2002

gugatan class action adalah suatu tata cara pengajuan gugatan

dalam mana satu orang atau lebih yang mewakili kelompok

2 http://pukat.hukum.ugm.ac.id/index.php?action=modul.content&id=3 diunduh pada 30 November 2013

mengajukan gugatan untuk diri atau diri-diri mereka sendiri dan

sekaligus mewakili sekelompok orang yang jumlahnya banyak, yang

memiliki kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil keompok dan

anggota kelompoknya. 3 Menurut Black’s law dictionary sekelompok besar

orang yang berkepentingan dalam suatu perkara, satu atau lebih

dapat menuntut atau dituntut mewakili kekompok besar orang

tersebut tanpa perlu menyebut satu peristiwa satu anggota yang

diwakili. Pengertian lain menyebutkan Class Action pada intinya

adalah gugatan perdata (biasanya terkait dengan permintaan

injuntction atau ganti kerugian) yang diajukan oleh sejumlah orang

(dalam jumlah yang tidak banyak -- misalnya satu atau dua orang)

sebagai perwakilan kelas (class repesentatif) mewakili kepentingan

mereka, sekaligus mewakili kepentingan ratusan atau ribuan orang

lainnya yang juga sebagai korban. Ratusan atau ribuan orang yang

diwakili tersebut diistilahkan sebagai class members .4

unsur-unsur yang dapat diuraikan berdasarkan PERMA No 1 Tahun

2002 adalah5 :

1. Adanya suatu tata cara pengajuan gugatan berdasarkan pasal 2

gugatan dapat diajukan dengan mempergunakan tata cara

gugatan perwakilan kelompok apabila :

3 Mahkamah Agung,.Peraturan Mahkamah Agung Tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok., Peraturan Mahkamah Agung No 1 tahun 2002., Pasal 1

4 Zein Lubi, Zulfikri. “ Gugatan Class Action” . http://www.inclaw-hukum.com/index.php/hukum-perdata/hukum-acara-perdata/139-gugatan-class-actionDiunduh pada tanggal 30 November 2013

5 Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2002, Op.Cit.

a. Jumlah anggota kelompok sedemikian banyak sehingga

tidaklah efektif dan efisien apabila gugatan dilakukan

secara sendiri-sendiri atau secara bersama-sama dalam

satu gugatan.

b. Adanya kesamaan fakta, atau peristiwa dan kesamaan dasar

hukum yang digunakan yang bersifat substansial,serta

terdapat kesamaan jenis tuntutan diantara yang wakil

kelompok dengan anggota kelompok . Adanya Kerugian yang

nyata-nyata diderita Untuk dapat mengajukan class action

Baik pihak wakil kelompok (Class Repesentatif ) maupun

anggota kelompok (Class Members) harus benar-benar atau

secara nyata mengalami kerugian atau diistilahkan concrete

injured parties. Pihak-pihak yang tidak mengalami kerugian

secara nyata tidak dapat memiliki kewenangan untuk

mengajukan Class Action. Kesamaan peristiwa atau fakta dan

dasar hukum Terdapat kesamaan fakta (peristiwa) dan

kesamaan dasar hukum (Question Of Law) antara pihak yang

mewakilili (Class Representative) dan pihak yang diwakili

(Class Members). Wakil Kelompok dituntut untuk menjelaskan

adanya kesamaan ini. Namun bukan berarti tidak

diperkenankan adanya perbedaan, hal ini masih dapat

diterima sepanjang perbedaan yang subtansial atau

prinsip.

c. Wakil kelompok memiliki kejujuran dan kesungguhan untuk

melindungi kepentingan anggota kelompok yang diwakilinya

d. Hakiom dapat mengajukan kepada wakil kelompok untuk

melakukan penggantian pengacara, jika pengacara

melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dnegan

kewajiban membela dan melindungi kepentingan anggota

kelompoknya.

Gugatan dalam class action masuk dalam lapangan hukum perdata.

Istilah gugatan dikenal dalam hukum acara perdata sebagai

suatu tindakan yang bertujuan untuk memperoleh perlindungan

hak yang diberikan oleh pengadilan untuk menghindari adanya

upaya main hakim sendiri (Eigenechting). Gugatan yang

merupakan bentuk tuntutan hak yang mengandung sengketa,

pihak-pihaknya adalah pengugat dan tergugat pihak disini

dapat berupa orang perseorangan maupun badan hukum. Umumnya

tuntutan dalam gugatan perdata adalah ganti rugi berupa

uang. 6

2. Wakil kelompok berdasrkan pasal 1 huruf b PERMA No. 1 Tahun

2002 adalah satu orang atau lebih yang menderita kerugian

yang mengajukan gugatan dan sekaligus mewakili kelompok

orang yang lebih banyak jumlahnya. Untuk menjadi wakil

kelompok sesuai dengan pasal 4 PERMA No. 1 Tahun 2002 tidak

disyaratkan adanya suatu surat kuasa khusus dari anggota

6 ICW ( Indonesia Corruption Watch). “Panduan Tentang Class Action, Legal

Standing, Pra Peradilan dan Judicial Review”. http://www.antikorupsi.org/id/content/panduan-tentang-class-action-legal-standing-pra-peradilan-dan-judicial-review diunduh pada tanggal 30 November 2013

Kelompok. Saat gugatan class action diajukan ke pengadilan

maka kedudukan dari wakil Kelompok sebagai penggugat aktif.

3. Anggota kelompok berdasarkan pasal 1 huruf ( c) PERMA No. 1

Tahun 2002 adalah satu orang atau lebih yang menderita

kerugian yang mengajukan gugatan dan sekaligus mewakili

kelompok orang yang leih banyak jumlahnya. Anggota Kelompok

(Class members) Adalah sekelompok orang dalam jumlah yang

banyak yang menderita kerugian yang kepentingannya diwakili

oleh wakil kelompok di pengadilan. Apabila class action

diajukan ke pengadilan maka kedudukan dari anggota kelompok

adalah sebagai penggugat pasif. 7

Selain itu dikenal pula sub kelompok hal ini bertujuan agar

mempermudah dalam memberikan gantu rugi. Sub kelompok berdasarkan

pasala 1 huruf ( d) adalah pengelompokkan anggota kelompok

kedalam kelompok yang lebih kecil dalam satu gugatan berdasarkan

perbedaan tingkat penderitaan dan/atau jenis kerugian.

Berdasarkan analisis kasus mandalawangi yang mengajukan gugatan

kelompok terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut :

1. Adanya suatu tata cara pengajuan gugatan berdasarkan

pasal 2 gugatan dapat diajukan dengan mempergunakan tata

cara gugatan perwakilan kelompok Tuntutan yang disebabkan

7 Ibid., ICW ( Indonesia Corruption Watch). “Panduan Tentang Class Action, Legal Standing, Pra Peradilan dan Judicial Review”. http://www.antikorupsi.org/id/content/panduan-tentang-class-action-legal-standing-pra-peradilan-dan-judicial-review diunduh pada tanggal 30 November 2013

karena adanya perusakan Lingkungan Hidup. Mengacu pada

kasus mandalawangi maka jumlah banyak dimana terdiri atas

8 orang para wakil kelompok korban longsor Gunung

Mandalawangin Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut dan

diwakilkan dengan 16 ( enam belas) orang advokat yang

kemudian disebut dengan para penggugat. Kemudian harus

ada kesamaan fakta, peristiwa dan dasar hukum. maka dalam

hal ini adanya peristiwa longsornya Gunung Mandalawangi

yang mengakibatkan hancurnya area pemukiman penduduk yang

berjarak sekitar 2-3 km dari titik longsor. Menurut hasil

penyelidikan Direktorat Vulkanologi, salah satu faktor

penyebab longsornya gunung Mandalawangi dengan adanya

perubahan tata guna lahan bagian atas bukit dari tanaman

keras/hutan ke tanaman musiman dalam arti adanya

perubahan fungsi hutan. Selain itu akibat kelalaian dan

kurangnya perhatian dalam pengelolaan hutan oleh direksi

perum perhutan jawa barat. Dikait dengan Dasar hukumnya

Pasal 37 UU No. 23 Tahun 1997 “Masyarakat berhak

mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan dan/atau

melaporkan ke penegak hukum mengenai berbagai masalah

lingkungan hidup yang merugikan perikehidupan masyarakat.

Dalam hal ini kesamaan yang terjadi adalah pihak

penggugat secara keseluruhan sama-sama dirugikan akibat

tanah longsor yang terjadi di mandalawangi garut. Bencana

itu didugat timbul karena kelalaian dan pelanggaran yang

dilakukan para tergugat yang tidak menjalankan

kewajibanya dalam pengawasan hutan pasal 59 jo pasal 60

Undang-undang No. 41 Tahun 1999.

2. Anggota Kelompok (Class members).

Dalam kasus ini maka anggota kelompoknya adalah seluruh

warga yang menjadi korban tanah longsor Gunung

Mandalawangi yang didasarkan pada PERMA No. 1 Tahun 2002

Pasal.1 huruf ( c). Adalah, “sekelompok orang dalam

jumlah yang banyak yang menderita kerugian yang

kepentingannya diwakili oleh wakil kelompok di

pengadilan”.

3. Adanya kerugian yang nyata-nyata diderita.

Menurut PERMA No. 1 Tahun 2002 Pasal.1 c. Adalah,

“sekelompok orang dalam jumlah yang banyak yang menderita

kerugian…”. Untuk dapat mengajukan class action Baik

pihak wakil kelompok (class repesentatif ) maupun anggota

kelompok (class members) harus benar-benar atau secara

nyata mengalami kerugian atau diistilahkan concrete

injured parties. Pihak-pihak yang tidak mengalami

kerugian secara nyata tidak dapat memiliki kewenangan

untuk mengajukan Class Action. Dalam kasus ini, korban

tanah longsor mengalami kerugian.

Class Action dalam kasus class action di mandalawangi garut

adalah tepat karena telah memenuhi unsur dari gugatan

perwakilan sesuai dengan PERMA No. 1 Tahun 2002.

Keuntungan penggunaan class action. Ada beberapa keuntungan

penggunaan class action yaitu :

1. Proses berperkara bersifat ekonomis (Judicial Economy)

sebabdengan gugatan class action, berarti mencegah

pengulangan gugatan serupa secara individual. Para pihak

hanya satu kali mengeluarkan biaya perkara, tidak perlu

menyiapkan majelis hakim yang banyak, cukup satu saja untuk

menangani perkara yang sejenis. Sehingga ini akan menjadi

relative lebih sedikit dibandingkan bila gugatan diajukan

secara individual.

2. Akses pada keadilan ( Access to Justice) dalam arti apabila

gugatan diajukan secara individual akan menyebabkan beban

bagi calon penggugat. Akan tetapi terjadi pengurangan beban

terhadap tekana yang akan dialami. Biasanya tergutan

memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan penggugat.

Apabila jika biaya gugatan yang dikeluarkan tidak sebanding

dengan tuntutan yang diajukan. Maksudnya disini adalah

tekanan-tekanan baik fisik maupun psikis yang diajukan oleh

tergugat diluar sidang kepada penggugat lebih dapat

diminimalisir.

3. Perubahan sikap pelaku pelanggaran ( Behaviour modification)

berpeluang mendorong perubahan sikap dari mereka yang

berpotensi merugikan kepentingan masyarakat luas yang

diharpakan ada efek penjera.

4. Menghindari keluarnya putusan yang bertentangan satu sama

lain.8

Persyaratan class action yang digunakan dalam perkara

longsor Gunung Mandalawangi menggunakan mekanisme gugatan class

actions sebagai berikut :

1. Gugatan secara perdata

Dalam gugatan Perdata No 49/Pdt.G/2003/PN. BDG merupakan

gugatan perdata. Istilah gugatan dikenal dalam hukum acara

perdata sebagai tindakan yang bertujuan untuk memperoleh

perlindungan hak yang diberikan oleh pengadilan untuk menghindari

main hakim sendiri.

2. Numerausity ( jumlah anggota kelompok yang sedemikian banyak)

Gugatan yang merupakan suatu tuntutan hak yang mengandung

sengketa, pihak-pihaknya adalah penggugat dan tergugat. Penggugat

dalam mekanisme class action terbagi dalam kelompok yaitu :

a) wakil kelompok; yang menjadi wakil kelompok dalam perkara ini

adalah seluruh warga yang menjadi korban longsor Gunung

Mandalawangi diwakilkan kepada 8 (delapan) warga yaitu : Dedi,

Hayati, Entin, Oded Sutisna, Ujang Ohim, Dindin Holidin, Acang

8 Basuki, Lewi Aga. “ Class Action, Hukum Acara Perdata”.2007.Depok

Elim, dan Mahmud yang kemudian diwakilkan oleh 16 (enam belas)

advokat yang berkantor di jalan Reog Raya No. 11 Turanga Bandung.

b) anggota kelompok; class member (anggota kelompok yang jumlahnya

sangat banyak. Dalam perkara ini anggota kelompoknya adalah

korban longsor Gunung Mandalawangi Kecamatan Kadungora Kabupaten

Garut.

Dalam Perma No 1 Tahun 2002 pada Pasal 2 tidak disebutkan

secara jelas mengenai ketentuan jumlah atau batas minimum maupun

maksimum pihakm penggugat yang dapat mengajukan gugatan claas

action.

3. Commonality dan Typicality

Sebuah perkara perdata dapat diklasifikasikan sebagai class

action atau bukan maka terlebih dahulu perlu diketahui faktor

kesamaan antara wakil kelompok dengan anggota kelompoknya,

artinya yang dialami sama, modus-modus pelanggarannya sama.

Kesamaan dilihat dari fakta maupun hukumnya yang menurut

penggugat dilanggar olh pihak tergugat dalam arti posita dan

petitumnya. Dalam perkara di atas para penggugat menggunakan

dasar hukum yang sama, fakta yang sama, dan tuntutan yang sama.

4. Adequacy of representative (kelayakan perwakilan)

Wakil kelompok dalam perkara di atas merupakan orang-orang

yang mempunyai bukti paling banyak dan mereka adalah orang-orang

yang ditunjuk sebagai perwakilan dari korban longsor. Selain itu

terdaoat wakil kelompok pengacara dimana dalam ditunjukkanya

mereka dengan surat kuasa khusus.

Dalam Perma No 1 Tahun 2002 Pasal 4 menyatakan bahwa bahwa:

“untuk mewakili kepentingan anggota kelompok, wakil kelompok

tidak disyaratkan memperoleh kuasa dari anggotakelompok”.

Berdasarkan ketentuan ini wakil kelompok dapat mengajukan gugatan

untuk dan atas nama seluruh anggota kelompok, tidak memerlukan

suart kuasa khusus dari anggota kelompok. Ketentuan ini realistic

dan efektif karena mengatasi kesulitan mendapatkan surat kuasa

dari seluruh anggota kelompok. Mengenai kelayakan wakil kelas ini

diatur dalam Perma No 1 Tahun 2002 pada Pasal 2 huruf b di mana

wakil kelas yang pada umumnya berjumlah sedikit dan tampil

sebagai penggugat mewakili dan mengatasnamakan dirinya dan

anggota kelompok lainnya yang pada umumnya berjumlah banyak.

Kedudukan dari wakil kelompok menjadi sangat penting

sehingga harus benar-benar dapat menjamin kepentingan anggota

kelompoknya yang dapat saja berjumlah ratusan atau bahkan ribuan

orang, sehingga diharapkan wakil harus mempunyai kriteria sebagai

berikut :

a. Korban yang mempunyai alat bukti yang paling banyak;

b. Memenuhi kapasitas sebagai wakil kelompok, artinya ia benar-

benar korban, jujur dan dapat menjamin membela kepentingan

anggota kelompoknya;

c. Memiliki kemampuan berkomunikasi terkait dengan perkara yang

dialaminya.

Dalam hal seperti ini anggota kelompok tidak mengenal dan

mengetahui kejujuran dan kesungguhan wakil kelompok untuk membela

kepentingan anggota kelompoknya.

Persyaratan class action yang berlaku secara universal pada dasarnya

tidak terlepas dari keempat syarat sebagai berikut :

1. Numerousity yaitu jumlah orang yang menjadi korban

harus banyak.

2. Commonality(harus ada kesamaan) yaitu kesamaan fakta

dan dasar hukum

3. Typicality (tuntutan sejenis), yaitu tuntutan maupun

pembelaan dari wakil kelompok dengan anggota kelompok

harus sejenis.

4. Adequency of representation yaitu adanya kelayakan

wakil kelas.9

Dari Perkara ini maka syarat formil untuk suatu gugatan

class action sudah terpenuhi karena sudah memenuhi sesuai dengan

syarat yang diatur dalam Perma No 1 Tahun 2002. Syarat

materilnyapun terpenuhi menurut Perma No 1 Tahun 2002 pada Pasal

3 ayat f, memuat tentang syarat-syarat gugatan perwakilan

kelompok antara lain harus memuat tuntutan atau petitum tentang9 ? Syam, Misna, et al, “Penerapan Gugatan Class Action Di Pengadilan Negeri Klas Ia Padang”http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=13&cad=rja&ved=0CDcQFjACOAo&url=http%3A%2F%2Frepository.unand.ac.id%2F838%2F1%2FARTIKEL_DIPA_MISNAR_SYAM_2009.doc&ei=YeuZUqmVDseJrQe1mIGwDw&usg=AFQjCNFET-HSqqJu75ohAdXY5hTDIqMbpA&bvm=bv.57155469,d.bmk diunduh pada 30 November 2013

ganti rugi secara jelas dan rinci, memuat usulan mekanisme atau

pendistribusian ganti kerugian kepada seluruh anggota kelompok

termasuk usul tentang pembentukan tim atau panel yang membantu

memperlancar pendistribusian ganti rugi”. Dalam perkara in para

penggugat telah menguraikan segala kerugiannya yang materiil dna

immaterial dengan mekanisme yang dalam hal ini mereka memilita

agar para tergugat melakukanya ganti rugi dan melakukan perbaikan

pada hutan. Namun perlu diketahui mekanisme pembayaran ganti rugi

tidak dijelaskan dengan rici dan jelas sehinga syarat ini

terpenuhi sebagian dalam perkara Perdata No 4/Pdt.G/2003/PN. BDG.

Pemberitahuan ( Notification) berdasarkan pasal 1 huruf (e) PERMA

No.1 Tahun 2002 yaitu permberitahuan yang dilakukan oleh paniera

atas perintah hakim kepada anggota kelompok melalui berbagai

macam cara yang mudah dijangkau oleh anggota kelompok. Apabila

terjadi penarikan diri pada sidang pertama dari perwakilan maka

tidak mengugurkan hak procedural maupun hak subjektif dari

anggota kelompok yang pada saat gugatan didaftarkan tidak

disebutkan.

Pasal 3 PERMA tidak disyaratkan penyebutan nama anggota

kelompok satu persatu.

Pasal 7 PERMA didata ulang pada saat proses pemberitahuan

(notification) pada tahan sertifikasi, kedudukan wakil kelompok

tidaklah harus permanen karena Pengadilan sewaktu-waktu dapat

memerintahkan untuk mengganti anggota kelompoknya apabila wakil

kelompok dinilai dari tidak memperlihatkan kejujuran serta

mengabaikan anggota kelompoknya, contohnya wakil kelompok telah

mendapat uang kadeudeuh(pemberian atas dasar alasan kemanusiaan.

dari tergugat. Dalam Praktek anggota Kelompok dapat memberi kuasa

dan menunjuk anggota perwakilan baru dimuka persidangan.

Berangkat dari pasal 1 huruf (e) PERMA No. 1 Tahun 2002

pemberitahuan yang dilakukan oleh panitera atas perintah Hakim

kepada anggota kelompok melalui berbagai cara yang mudah

dijangkau oleh anggota kelompok yang didefinisikan dalam surat

gugatan.

Notifikasi (pemberitahuan) perlu diadakan:

1. Segera setelah hakim memutuskan bahwa pengajuan tata cara

gugatan perwakilan kelompok dinyatakan sah

2. Pada tahap penyelesaian dan pendistribusian ganti rugi

ketika gugatan dikabulkan.

3. Untuk memberi kesempatan bagi anggota kelas yang ingin

menyatakan keluar (opt-out) dari kelompok tersebut.

4. Cara pemberitahuan dibuat seefektif atas persetujuan hakim

dengan tujuan agar anggota kelas mengetahui.

Macam-macam Notifikasi :

a. Opt out, prosedur dimana anggota kelas/kelompok yang

didefinisikan secara umum dalam anggota class actions

diberitahukan di media massa (cetak/elektronik)-public notice.

Pihak-pihak yang termasuk dalam definisi umum, diberi

kesempatan dalam jangka waktu tertentu untuk menyatakan

keluar dari kasus gugatan class actions apabila tidak ingin

dilibatkan dalam gugatan class action, sehingga putusan

pengadilan tidak memihak dirinya.

b. Opt In adalah prosedur yang mensyaratkan penggugat (wakil

kelas) untuk memperlihatkan persetujuan tertulis dari

seluruh anggota kelas. Apabila diberlakukan prosedur ini,

prosedurnya sama dengan gugatan perdata biasa yang bersifat

massal, dimana masing-masing anggota kelas memberikan surat

kuasa kepada kuasa hukum.

Pemberitahuan memuat:

a. Nomor gugatan dan identitas penggugat atau para penggugat

sebagai wakil kelompok serta pihak tergugat atau para

tergugat;

b. Penjelasan singkat tentang kasus;

c. Penjelasan tentang pendefinisian kelompok;

d. Penjelasan dan implikasi keturutsertaan sebagai anggota

kelompok;

e. Penjelasan tentang kemungkinan anggota kelompok yang

termasuk dalam definisi kelompok untuk keluar dari

keanggotaan kelompok;

f. Penjelasan tentang waktu yaitu bulan, tanggal, jam,

pemberitahuan pernyataan keluar dapat diajukan ke

pengadilan;

g. Penjelasan tentang alamat yang ditujukan untuk mengajukan

pernyataan keluar;

h. Apabila dibutuhkan oleh anggota kelompok tentang siapa yang

tepat yang tersedia bagi penyediaan informasi tambahan;

i. Formulir isian tentang pernyataan keluar anggota kelompok

sebagaimana diatur dalam lampiran Peraturan Mahkamah Agung

ini;

j. Penjelasan tentang jumlah ganti rugi yang akan diajukan.

Setelah hakim memutuskan bahwa pengajuan tata cara gugatan

perwakilan kelompok dinyatakan sah, hakim memerintahkan kepada

penggugat/pihak yang melakukan class action untuk mengajukan usulan

model pemberitahuan untuk memperoleh persetujuan hakim. Setelah

usulan model tersebut disetujui oleh hakim maka penggugat dengan

jangka waktu yang ditentukan oleh hakim melakukan pemberitahuan

kepada anggota kelompok. Pemberitahuan kepada anggota

kelompokadalah mekanisme yang diperlukan untuk memberikan

kesempatan bagi anggota kelompok untuk menentukan apakah mereka

menginginkan untuk ikut serta dan terikat dengan putusan dalam

perkara tersebut atau tidak menginginkan yaitu dengan cara

menyatakan keluar (opt out) dari keanggotaan kelompok. Dalam

pemberitahuan tersebut juga memuat batas waktu anggota kelas

untuk keluar dari keanggotaan (opt out), lengkap dengan tanggal

dan alamat yang dituju untuk menyatakan opt out. Dengan demikian

pihak yang menyatakan keluar dari keanggotaan kelompok tidak

terikat dengan putusan dalam perkara tersebut. Menurut pasal 1

huruf PERMA No. 1 Tahun 2002 yang melakukan pemberitahuan kepada

anggota kelompok adalah panitera berdasarkan perintah hakim. Cara

pemberitahuan kepada anggota kelompok dapat dilakukan melalui

media cetak dan atau elektronik, kantor-kantor pemerintah seperti

kecamatan, kelurahan atau desa, kantor pengadilan, atau secara

langsung. PERMA No. 1 Tahun 2002 sendiri hanya mengatur mengenai

pemberitahuan dan pernyataaan keluar (opt out), sedangkan mengenai

pernyataan yang menyatakan sebagai bagian class action (opt in) tidak

diatur. Pada mekanisme pemberitahuan ini membuka kesempatan bagi

anggota kelompok untuk menyatakan diri keluar dari class action

apabila tidak menghendaki menjadi bagian dari gugatan. Dalam

PERMA No. 1 Tahun 2002 disebutkan bahwa pernyataan keluar adalah

suatu bentuk pernyataan tertulis yang ditandatangani dan diajukan

kepada pengadilan dan/atau pihak penggugat oleh anggota kelompok

yang menginginkan diri keluar dari keanggotaan gerakan perwakilan

kelompok /class action . Pihak yang menyatakan diri keluar dari

keanggotaan gerakan perwakilan kelompok /class action, maka secara

hukum tidak terikat dengan putusan atas gugatan tersebut. Sedang

pihak lain (penggugat pasif) yang tidak menyatakan keluar (tidak

opt out) akan terikat dalam putusan class action tersebut, baik

gugatan dikabulkan maupun gugatan tidak dikabulkan. Dalam hal

tuntutan class action ditolak, penggugat pasif ini tidak dapat lagi

mengajukan gugatan untuk kasus yang sama. Sebaliknya

jika tuntutan class action dikabulkan ia berhak menerima ganti

kerugian yang

ditetapkan.10

Berdasarkan jawaban dari tergugat 1 terkiat dengan

permasalahan kelompok yang menjelaskan adanya perwakilan kelompok

baru dari penggugat dengan masing inventarisasi kerugian dalam

hal ini para penggugat membuat sub kelompok sesuai dengan

inventarisasi kerugian yang akan ganti rugi harus di bayarkan

tergugat. Adanya penambahan korban awalnya 1.769 berubah menjadi

248 atau bertambah 248 orang. Namun pada gugatan hanya

menjelaskan jumlah korban sebanyak 1.769 orang. Apabila adanya

penamban anggota kelompok yang menyembabkan adanya Opt In. hal

tersebut tidak diatur lebih lanjut didalam PERMA No. 1Tahun 2002.

sedangkan untuk memenuhi hal tersebut maka pemberitahuan tersebut

juga memuat batas waktu anggota kelas untuk keluar dari

keanggotaan (opt out), lengkap dengan tanggal dan alamat yang

dituju untuk menyatakan opt out. Dengan demikian pihak yang

menyatakan keluar dari keanggotaan kelompok tidak terikat dengan

putusan dalam perkara tersebut. Menurut pasal 1 huruf PERMA No. 1

Tahun 2002 yang melakukan pemberitahuan kepada anggota kelompok

adalah panitera berdasarkan perintah hakim. Cara pemberitahuan10Yuntho, Emerson, “ Class Action Sebuah Pengantar”.http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=11&cad=rja&ved=0CCcQFjAAOAo&url=http%3A%2F%2Fxa.yimg.com%2Fkq%2Fgroups%2F1029525%21298741065%me%2FMekanisme_Class_Action.pdf&ei=YeuZUqmVDseJrQe1mIGwDw&usg=AFQjCNGdrrftWsXdPjRwoElpwfAJDBnJhA&bvm=bv.57155469,d.bmk

kepada anggota kelompok dapat dilakukan melalui media cetak dan

atau elektronik, kantor-kantor pemerintah seperti kecamatan,

kelurahan atau desa, kantor pengadilan, atau secara langsung.

Namun didalam jawaban tergugat I bahwa nama yang hadir pada

tanggal 12 Maret 2003 dijelaskan adanya perbedaan wakil kelompok

dengan nama-nama wakil kelompok yang terdapat dalam gugatan dan

menyatakan tidak menerima surat kuasa. Mengacu pada PERMA No.

1Tahun 2002 menyatakan bahwa tidak disyaratkan surat kuasa khusus

dalam perwakilan kelompok. Maka hal ini bukan merupakan suatu

masalah atas kehadiran wakil kelompok yang berbeda dengan mana

yang terdapat dalam gugatan. Mengenai adanya yang mundur dari

perwakilan kelompok yang di hadiri 9 ( Sembilan) orang wakil

kelompok menjadi 7 ( tujuh) orang wakil kelompok, dalam hal ini

terjadi Opt out. Apabila terjadi penarikan diri pada sidang pertama

dari perwakilan maka tidak mengugurkan hak procedural maupun hak

subjektif dari anggota kelompok yang pada saat gugatan

didaftarkan tidak disebutkan.

Proses Pengajuan gugatan Class Action

- Pemberian Kuasa, tidak semua anggota kelas (class members)

harus memberikan persetujuan secara tertulis. Pemberian

kuasa cukup diwakilkan oleh wakil kelas (class representative)

yang jumlahnya relatif lebih sedikit.

- Bagian-bagian dalam gugatan harus lebih diperjelas secara

formal tentang identitas pihak-pihak (persamaan fakta,

hukum, dan tuntutan). Pada bagian posita dan Petitum

dijelaskan tentang mekanisme pendistribusian ganti rugi.

- Akan ada penetapan terlebih dahulu untuk memutuskan apakah

suatu gugatan dapat diajukan dengan cara class action atau

tidak.

- Pemberitahuan (Notifikasi) dapat dilakukan dengan berbagai cara

yang sifatnya lebih efektif agar semua anggota kelas (class

members) mengetahui akan adanya gugatan class action tersebut.

- Bunyi putusan lebih terperinci dan dapat dilaksanakan.

Mekanisme yang digunakan dalam notifikasi adalah mekanisme

Opt-Out yaitu bagi anggota kelas (class Members) yang tidak

setuju atau tidak ingin diikutkan dalam perkara tersebut

dapat menyatakan keluar dari gugatan tersebut secara

tertulis.

- Penggunaan mekanisme Opt-out dirasakan lebih sesuai dengan

tujuan digunakannya class action sebab apabila yang digunakan

adalah mekanisme Opt-In (semua anggota kelas memberikan kuasa

secara tertulis, hal ini sesuai Pasal 123 HIR) maka gugatan

class actions tersebut tidak akan ada bedanya dengan gugatan

biasa dengan jumlah penggugat yang banyak. 11

11 Laksmi, Sri, “ Classaction”, bahan kuliah.

Dengan demikian gugatan class action dalam perkara ini benar

adanya dikabulkan karena dalam fakta, peristiwa dan dasr hukum

yang diajukan oleh para penggugat adalah sama dan telah memenuhi

unsur class action.