PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN ...

15
1 PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER DEXTRA ET CAUSA CAPSULITIS ADHESIVA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: FINA HARDIANA INDRA PANGESTI J100160020 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Transcript of PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN ...

1

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN

SHOULDER DEXTRA ET CAUSA CAPSULITIS ADHESIVA

DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III

pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

FINA HARDIANA INDRA PANGESTI

J100160020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

1

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN

SHOULDER DEXTRA ET CAUSA CAPSULITIS ADHESIVA DI RSU PKU

MUHAMMADIYAH BANTUL

Abstrak

Latar Belakang Frozen Shoulder adalah nyeri karena adanya perlengketan sendi

glenohumeral yang muncul secara spontan tanpa diketahui penyebab awalnya,

bisa juga terjadi karena factor usia, trauma berulang dan pasca operasi sekitar

shoulder. Tujuannya untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi dalam

mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi dengan modalitas

infrared dan terapi manipulasi. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan terapi

selama 3 kali didapatkan hasil penilaian nyeri diam dari T0= 2 menjadi T3= 1,

nyeri tekan dari T0= 3 menjadi T3= 2, nyeri gerak dari T0= 7 menjadi T3=5.

Sedangkan peningkatan lingkup gerak sendi sagital T0= 35˚- 0˚- 60˚ menjadi T3=

50˚- 0˚- 110˚, frontal T0= 75˚- 0˚- 15˚ menjadi T3= 120˚- 0˚- 30˚, rotasi T0= 40˚-

0˚-40˚ menjadi T3= 60˚-0˚-60˚. Kesimpula dari pemberian modalitas infrared (IR)

dapat menurunkan nyeri serta untuk pemberian terapi manipulasi dapat meningkat

lingkup gerak sendi bahu kanan pada kasus frozen shoulder.

Kata Kunci: Frozen shoulder, infrared, terapi manipulasi.

Abstract

Background Frozen Shoulder is pain due to adhesions of glenohumeral joints that

appear spontaneously without the initial cause being known, can also occur due to

age, recurrent and postoperative trauma around the shoulder. Objective to

determine the management of physiotherapy in reducing pain and increasing the

scope of joint motion with infrared modalities and manipulation therapy. Results

after 3 times of therapy, the results of silent pain assessment from T0 = 2 to T3 =

1 were obtained, tenderness from T0 = 3 to T3 = 2, motion pain from T0 = 7 to T3

= 5. While the increase in the scope of sagittal joint motion T0 = 35˚- 0˚- 60˚

becomes T3 = 50˚- 0˚- 110˚, frontal T0 = 75˚- 0˚- 15˚ to T3 = 1203- 0˚- 30˚ ,

rotation T0 = 40˚-0˚-40˚ becomes T3 = 60˚-0˚-60˚. Conclusion: administration of

infrared (IR) modalities can reduce pain and for the administration of

manipulation therapy can increase the scope of motion of the right shoulder joint

in cases of frozen shoulder.

Keywords: Frozen shoulder, infrared, manipulation therapy.

2

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Frozen Shoulder adalah nyeri karena adanya perlengketan sendi

glenohumeral yang muncul secara spontan tanpa diketahui penyebab

awalnya, bisa juga terjadi karena factor usia, trauma berulang dan pasca

operasi sekitar shoulder (Teknik et al., 2014). Frozen shoulder juga dapat

menyebabkan mengkerutnya kapsul yang mengelilingi sendi bahu dan

munculah jaringan parut (Suharto et al., 2016).

Pada kondisi frozen shoulder, serangan umumnya bersifat unilateral,

lebih banyak menyerang pada wanita dibanding pria dan lebih sering terjadi

pada usia 45-60 tahun. Kondisi frozen shoulder terjadi 2-3% dari populasi

umum dan sering terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Pada wanita berusia

50 tahun di dapatkan sebanyak 15% mengalami frozen shoulder bilateral

(Suharto et al., 2016).

Factor penyebab terjadinya frozen shoulder salah satunya adalah

capsulitis adhesiva disebabkan adanya peradangan pada kapsul sendi dan

menyebabkan perlengketan kapsul sendi serta tulang rawan, ditandai dengan

adanya nyeri bahu dan tidak pernah dilatih secara pelan-pelan, nyeri bahu

yang semakin tajam serta keterbatasan gerak bahu. Nyeri tersebut dapat

timbul ketika melakukan kegiatan seperti menyisir rambut, mengambil

barang di saku celana belakang, mengangkat lengan, dan menggosok

punggung (Shoulder, 2017).

Modalitas yang dapat diberikan fisioterapi pada kondisi frozen

shoulder berupa Infrared (IR) digunakan untuk mengurangi nyeri, serta

Terapi Manipulasi yang dapat mengurangi perlengketan dan meningkatkan

Lingkup Gerak Sendi (LGS). Pada kondisi frozen shoulder tindakan

fisioterapi harus segera diberikan sedini mungkin untuk mencegah kekakuan

yang terjadi pada sendi bahu semakin bertambah. Apabila kondisi ini tidak

segera diatasi, rasa nyeri dan keterbatasan Lingkup Gerak Sendi akan

3

betambah seiring waktu. Maka dari itu diperlukan tindakan

fisioterapi(Salim, 2014).

1.2 Tujuan

1.2.1 Untuk mengetahui manfaat Infrared (IR) dan terapi manipulasi

untuk mengurangi nyeri pada kondisi frozen shoulder.

1.2.2 Untuk mengetahui manfaat Infrared (IR) dan terapi manipulasi

untuk meningkatkan lingkup gerak sendi pada kondisi frozen

shoulder.

1.2.3 Untuk mengetahui manfaat Infrared (IR) dan terapi manipulasi

untuk meningkatkan fungsional pada pasien frozen shoulder.

2. METODE

2.1 Teknologi Intervensi Fisioterapi

2.1.1 Infrared (IR)

Infrared adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang

gelombang760 nm -100.000 nm (Tsai & Hamblin, 2017). Infrared

merupakan salah satu modalitas electrotherapy yang menghasilkan

enekgi electromagnetic pada jaringan tubuh dengan penetrasi yang

dangkal. Energy elektromagnetik yang diserap menyebabkan efek

thermal di dalam jaringan (Back et al., 2015). Rasa hangat yang

ditimbulkan dapat meningkatkan vasodilatasi jaringan superfisisal,

sehingga dapat memperlancar metabolisme dan menyebabkan efek

relaks pada ujung saraf sensorik. Efek teraputiknya adalah untuk

mengurangi nyeri (Mutaqin & Hidayah, 2016)

2.1.2 Terapi Manipulasi

Terapi manipulasi merupakan terapi berupa traksi dan tranlasi

pada sendi, suatu metode penanganan yang utama dalam mobilisasi

sendi dan jaringan lunak dimana dalam praktek kedua teknik

tersebut sesalu digabungkan (Lalu et al, 2017).

Terapi manipulasi merupakan salah satu modalitas yang tepat untuk

mengurangi nyeri dan memperbaiki disfungsi sendi, karena terapi

4

manipulasi dapat meregangkan jaringan lunak sekitar sendi yang

mengalami pemendekan. Tujuan dari mobilisasi adalah untuk

mengembalikan fungsi dari sendi normal dan tanpa nyeri. Secara

mekanisme tujuannya adalah untuk memperbaiki joint play movement

sehingga dengan demikian memperbaiki roll-gliding yang terjadi selama

gerakan aktif. Terapi manipulasi harus diakhiri apabila sendi sudah

mencapai LGS maksimal dan tanpa ada rasa nyeri pada pasien, juga pasien

bias melakukan gerakan aktif dengan normal ( Lalu et al., 2017).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Terapi yang telah diberikan kepada pasien atas nama Puji Astuti usia 51

tahun dengan diagnosa frozen shoulder e.c capsulitis adhesive dengan

probelemaika adanya nyeri tekan dan gerak pada shoulder dextra,

keterbatasan lingkup gerak sendi, adanya spasme, dan adanya keterbatasan

dalam akttivitas dan kemampuan fungsional. Setelah mendapatkan

fisioterapi dengan modalitas infra red, TENS, manipulasi terapi dan terapi

latihan sebanyak 3 kali mendapatkan hasil sebagai berikut:

1. Nyeri dengan Visual Analog scale (VAS)

Grafik 1. Hasil Evaluasi Nyeri

5

Berkurangnya nyeri pada shoulder menggunakan Visual Analog

Scale (VAS).

a. Nyeri diam dari T1 dengan hasil 2 yaitu nyeri ringan menjadi T3

dengan hasil 1yaitu tidak nyeri.

b. Nyeri tekan dari T1 dengan hasil 3 yaitu nyeri ringan menjadi

T3 dengan hasil 2 yaitu nyeri ringan.

c. Nyeri gerak dari T1 dengan hasil 7 yaitu nyeri berat menjadi T3

dengan hasil 5 yaitu nyeri sedang.

2. Lingkup gerak sendi dengan goneometer

Grafik 2 Hasil Lingkup Gerak Sendi

Adanya peningkatan lingkup gerak sendi menggunaka goneometer.

a. Ekstensi shoulder T1 dengan hasil 35˚ menjadi T3 dengan hasil

40˚.

b. Fleksi shoulder T1 dengan hasil 65˚ menjadi T3 dengan hasil

110˚

c. Abduksi shoulder T1 dengan hasil 80˚ menjadi T3 dengan hasil

120˚

d. Adduksi shoulder T1 dengan hasil 15˚ menjadi T3 dengan hasil

30˚

e. Eksorotasi shoulder T1 dengan hasil 40˚ menjadi T3 dengan

hasil 60˚

6

f. Endorotasi shoulder T1 dengan hasil 40˚ menjadi T3 dengan

hasil 60˚

3. Kekuatan otot dengan MMT

0

1

2

3

4

5

T1 T2 T3

Ax

is T

itle

Axis Title

Chart Title

Fleksi

Ekstensi

Abduksi

Adduksi

Eksorotasi

Endorotasi

Grafik 3 Hasil Evaluasi kekuatan otot

Adanya peningkatan kekuatan otot dengan MMT

a. Gerakan fleksi T1 dengan hasil 3 menjadi T3 dengan hasil 4

b. Gerakan ekstensi T1 dengan hasil 2 menjadi T3 dengan hasil 3

c. Gerakan abduksi T1 dengan hasil 3 menjadi T3 dengan hasil 4

d. Gerakan adduksi T1 dengan hasil 3 menjadi T3 dengan hasil 4

e. Gerakan eksorotasi T1 dengan hasil 3 menjadi T3 dengan hasil 4

f. Gerakan endorotasi T1 dengan hasil 2 menjadi T3 dengan hasil

3

4. Evaluasi kemampuan fungsional dengan SPADI (Shoulder Pain

And Disability Index)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

T1 T2 T3

HASIL

HASIL

7

Grafik 4 Hasil Kemampuan Fungsional

Adanya peningkatan kemampuan fungsional dengan SPADI

(Shoulder Pain And Disability Index)

a. Kemampuan fungsional T1 dengan hasil 61% yaitu kecepatan

sangat lambat menjadi T3 dengan hasil 40% kecepatan sedang.

3.2 Pembahasan

Pasien atas nama Puji Astuti umur 51 tahun berjenis kelamin

perempuan dengan diagnose medis frozen shoulder e.c capsulitis adhesive

telah diberikan pelaksanaan fisioterapi sebanyak 3 kali dengan intervensi

infra red, TENS, manipulasi terapi, terapi latihan dengan aktif resisted

exercise dan wall climbing untuk mengatasi nyeri tekan dan gerak pada

shoulder, keterbatasan lingkup gerak sendi, spasme otot, dan penurunan

aktifitas dan kemampuan fungsional.

3.2.1 Nyeri dengan Infrared

Pada pasien ini didapatkan pemeriksaan nyeri dengan

menggunakan VAS yaitu nyeri diam : 2 (nyeri rimgan), nyeri tekan

: 3 (nyeri ringan), nyeri gerak : (nyeri berat). Kemudian diberikan

intervensi infrared sebanyak 3 kali terapi. Hasil yang di dapatkan

dari T1 sampai T3 adanya intensitas penurunan nyeri dengan

pemeriksaan VAS yaitu nyeri diam : 1 (nyeri ringan), nyeri tekan :

2 (nyeri ringan, nyeri gerak : 5 (nyeri sedang).

Infrared adalah salah satu modalitas electrotherapy yang

menghasilkan energy elektromagnetik pada jaringan tubuh yang

menimbulkan efek thermal. Dengan adanya factor thermal maka

akan menimbulkan efek relaks pada jaringan tubuh (Mutaqin &

Hidayah, 2016). Terjadinya peningkatan temperature akan

meningkatkan aktivitas metabolism, sehingga terjadi penurunan

viskositas cairan dilatasi arteriole dan kapiler, dan menyebabkan

terjadinya peningkatan aliran kapiler dan meningkatkan tekanan

hidrostatik kapiler, sehingga menambah tingkat pertukaran cairan

8

dan meningkatkan reabsorbsi eksudet. Dengan demikian proses

sirkulasi menjadi lebih baik, maka pemberian nutrisi dan oksigen

ke jaringan meningkat. Sel darah putih dan antibody akan

meningkat di dalam jaringan tersebut, begitu juga terjadilah

pembersihan metabolisasi.

3.2.2 Lingkup Gerak Sendi dengan Terapi Manipulasi

Pada pasien ini didapatkan pemgukuran Lingkup Gerak Sendi

dengan menggunakan goneometer yaitu adanya peningkatan

lingkup gerak sendi. Kemudian diberikan intervensi traksi sendi

bahu ke arah latero- ventro- cranial sebanyak 3 kali terapi hasil

yang di dapatkan pada T1 sampai T3 adanya peningkatan Lingkup

Gerak Sendi pada fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, eksternal rotasi

dan internal rotasi pada shoulder joint

Terapi manipulasi merupakan terapi berupa traksi dan translasi

pada sendi, suatu metode penangan yang utama dalam mobilisasi

sendi dan jaringan lunak yang dimana di dalam praktek kedua

teknik tersebut salalu digabungkan (suprawesta et al, 2017).

Traksi bahu kearah latero- ventro- cranial, dengan dilakukan

terapi ini secara konsisten dan durasi yang cukup dapat

meningkatkan ekstensibilitas jaringan kontraktil dan non kontraktil

region scapula serta region sendi glenohumeral. Sehingga

memperbaiki reverse scapulohumeral rhytm dan dapat

meningkatkan gerakan elevasi dan gerakan abduksi sendi

glenohumeral. Peningkatan lingkup sendi glenohumeralis serta

gerakan abduksi dan elevasi sendi bahu akan mempengaruhi frozen

shoulder(Salim dan johaes,. 2014).

4. PENUTUP

4.1 Simpulan

Penatalaksanaan fisioterapi yang dilakukan sebanyak 3 kali pada kasus

frozen shoulder e.c capsulitis adhesive dapat disimpulkan sebagai berikut:

9

4.1.1 Pemberian modalitas infrared dan terapi manipulasi dapat

mengurangi nyeri pada area shoulder kanan yang timbul akibat dari

frozen shoulder.

4.1.2 Pemberian modalitas terapi manipulasi dapat meningkatkan

lingkup gerak sendi (LGS) shoulder tangan kanan pada kondisi

frozen shoulder.

4.2 Saran

Berdasarkan penatalaksanaan fisioterapi di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah di Bantul, maka penulis akan memberikan saran kepada

pasien keluargadan masyarakat sebagai berikut:

4.2.1 Bagi Pasien

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis akan mengajukan

saran bagi pasien dengan harapan adanya manfaat untuk

kesembuhan pasien. Saran yang diberikan kepada pasien adalah

untuk mengulangi gerakan atau latihan yang telah di ajarkan di poli

fisioterapu Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Bantul, pasien

dianjurkan untuk melakukan terapi secara rutin yaitu 2 kali dalam 1

minggu.

4.2.2 Bagi Keluarga Pasien

Keluarga pasien diminta untuk mengawasi pasien supaya rutin

dalam melakukan latihan dirumah. Selain itu juga memberikan

motivasi supaya pasien rajin dalam melakukan latihan.

Dengan memperhatikan hal- hal tersebut diatas, diharapkan

untuk kedepannya memberikan hasil yang lebih baik bagi

penyembuhan penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesive.

4.2.3 Bagi Masyarakat

Berdasarkan oenjelasan di atas, maka penulis mengajukan

saran kepada masyarakat apabila menjumpai kasus seperti diatas

untuk segera di diperiksakan agar mendapatkan penanganan lebih

awal supaya tidak memperburuk kondisi pada shoulder.

10

DAFTAR PUSTAKA

Back, L. O. W., Pada, P., Hamil, W., Rskdia, D. I., Makassar, F., & Tang, A.

(2015). No Title, 54–58.

Breckenridge, J. D., & McAuley, J. H. (2011). Shoulder Pain and Disability Index

(SPADI). Journal of Physiotherapy, 57(3), 197.

https://doi.org/10.1016/S1836-9553(11)70045-5

Chiang, J., & Dugan, J. (2016). Adhesive capsulitis, 29(6), 58–59.

https://doi.org/10.1097/01.JAA.0000482308.78810.c1

Kelley, M. J., Mcclure, P. W., & Leggin, B. G. (2009). Frozen Shoulder:

Evidence and a Proposed Model Guiding Rehabilitation. Journal of

Orthopaedic & Sports Physical Therapy, 39(2), 135–148.

https://doi.org/10.2519/jospt.2009.2916

Kisner, C., Colby, L. A., & Company, F. A. D. (n.d.).

Therapeutic%20Exercise%204th%20ED.pdf.

Klimek, L., Bergmann, K. C., Biedermann, T., Bousquet, J., Hellings, P., Jung,

K., … Pfaar, O. (2017). Visual analogue scales (VAS) - Measuring

instruments for the documentation of symptoms and therapy monitoring in

case of allergic rhinitis in everyday health care. Allergo Journal, 26(1), 36–

47. https://doi.org/10.1007/s40629-016-0006-7

Modeling, D., Tanaman, F., Sugiarto, Y., June, T., & P, B. S. (2008). 1 , 1 , 2 . 1,

22(November), 183–199.

Mutaqin, W. R., & Hidayah, N. N. (2016). Pengaruh Senam Bahu Terhadap

Intensitas Nyeri Dan Kemampuan Kemandirian Aktivitas Fungsional Pada

Pasien Frozen Shoulder. Interest: Jurnal Ilmu Kesehatan, 5(1), 1–9.

Kisner, C., & Colby, L. A. (2012). Therapeutic Exercise.

Salim, J. S. (2014). Penambahan Teknik Manual Therapy Pada Latihan Pendular

Codman Lebih Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Pada Sendi

Glenohumeral Penderita Frozen Shoulder. Jurnal Fisioterapi, 14(1).

Shoulder, F. (2017). Motion Sendi Bahu Pada Penderita Frozen Shoulder, 1–9.

Suharti, A., Sunandi, R., & Abdullah, F. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi pada

11

Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas Labrum Posterior Superior

di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, 1(80), 51–65.

Suharto, Suriani, & Leksonowati, S. S. (2016). Pengaruh Teknik Hold Relax

terhadap Penambahan Jarak Gerak Abduksi Sendi Bahu pada Frozen

Shoulder di Ratulangi Medical Centre Makassar. Buletin Penelitian

Kesehatan, 44(2), 103–108.

Syamsiah, N., & Muslihat, E. (2015). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik

Terhadap Tingkat Nyeri Akut Pada Pasien Abdominal Pain Di Igd Rsud

Karawang 2014. Jurnal Ilmu Keperawatan, 3(1), 11–17.

https://doi.org/10.1136/bmj.d4444

Teknik, P., Therapy, M., Latihan, P., Codman, P., Meningkatkan, L., Gerak, L.,

… Shoulder, F. (2014). Penambahan Teknik Manual Therapy Pada Latihan

Sendi Pada Sendi Glenohumeral Penderita Frozen Shoulder, 14(April), 47–

56.

Tsai, S. R., & Hamblin, M. R. (2017). Biological effects and medical applications

of infrared radiation. Journal of Photochemistry and Photobiology B:

Biology, 170(October), 197–207.

https://doi.org/10.1016/j.jphotobiol.2017.04.014

Muhammad Yusron, & Irine Dwitasari Wulandari. (2013). Penatalaksanaan

Fisioterapi Pada Kondisi Tendinitis Supraspinatus Dextra Dengn Modalitas

Ultasound Myofacial Release dan Terapi Latihan, 9-16

Lalu prawesta, J.Alex Pangkalila, & Muh Irfan.(2017). Pelatihan Hold Relax dan

Terapi Manipulasi Lebih Meningkatkan Aktivitas Fungsional daripada

Pelatihan Contra Relax dan Terapi Manipulasi pada Penderita Frozen

Shoulder, 1(Maret), 67-71