KASUS GOUT
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of KASUS GOUT
KASUS FARMAKOTERAPI
KASUS I
SOAL :
Ny. I, 50 th, 60 kg dirujuk ke RS dengan keluhan ada
kekakuan dan nyeri pada lutut, siku, pergelangan tangan
dan kaki, disertai eritema dan bengkak pada daerah
tersebut. 2 minggu yang lalu ada keluhan nyeri pada saat
buang air kecil. Hasil pemeriksaan lab. Menunjukkan kadar
asam urat serum > 10 mg/dl dan leukositosis. Analisa urin
+10 eritrosit. Pada pemeriksaan radiologist ditemukan
adanya batu pada buli-buli.
TERAPI :
Terapi MRS : na diklofenak retard 100 mg 1 tab/hari,
kolkisin 1 mg 2 x 1, allopurinol 300 mg 1x1, na
bikarbonat 2 x 1.
PERTANYAAN :
1. Jelaskan patofisiologi dari penyakit di atas
2. Jelaskan kaitan antara gejala yang muncul, data
lab/radiologist dengan patogenesis penyakit
3. Jelaskan tujuan terapi dan mekanisme kerja dari
masing-masing obat di atas
4. Apakah perbedaan antara Na diklofenak yang biasa
dengan retard?
5. Pasien sedang mengkonsumsi diuretik furosemid untuk
mengatasi hipertensinya, bagaimana menurut pendapat
saudara?
6. Mengapa pemberian allopurinol diberikan hanya sehari 1
kali?
7. Informasi dan edukasi apa yang dapat saudara berikan
pada pasien
JAWABAN
1. Penyakit yang diderita pasien tersebut adalah gout.
Patofisiologi panyakit gout adalah sebagai berikut :
Pada awal pembentukan asam urat, asam urat merupakan
produk terakhir dari metabolisme purin. Basa purin
berasal dari asupan makanan dan kerusakan pada sel,
kemudian basa purin akan diubah menjadi hipoxanthine,
hipoxanthine akan diubah menjadi xantin oleh enzim
xantin oxidase selanjutnya diubah menjadi asam urat
(Gambar 1.)
Gambar 1. Proses Terbentuknya Asam Urat
Tingginya kadar asam urat dalam tubuh dikarenakan 2
hal, yaitu meningkatnya produksi asam urat berlebihan
karena terjadi abnormalitas enzim dan menurunnya
kemampuan
ekskresi asam
urat.
Meningkatnya produksi asam urat karena abnormalitas enzim
dijelaskan pada Gambar 2.
Gambar 2. Produksi Asam Urat Karena Abnormalitas Enzim
Peningkatan aktivitas phosphoribosyl pyrophosphate
(PRPP) synthetase berakibat peningkatan konsentrasi PRPP
yang jika bertemu dengan glutamin akan terjadi sintesis
purine yang menghasilkan asam urat. Defisiensi
hypoxanthine-guanine phosphoribosyl transferase
(HGPRTase) bisa berakibat pada overproduksi asam urat.
HGPRTase bertanggung jawab untuk konversi guanine menjadi
asam guanilat. Asam guanilat memberikan feedback negatif
atau menghambat pembentukan inosianic acid yang nantinya
akan menghambat pembentukan asam urat, sehingga jika ada
defisiensi HGPRTase maka pembentukan asam urat akan
meningkat. Selain itu, HGPRTase juga mengkonversi
hypoxanthine menjadi asam inosinat yang jika berubah
menjadi adenylic acid akan memberikan feedback negatif
atau menghambat pembentukan asam urat, sehingga jika
terjadi defisiensi HGPRTase, maka terjadi overproduksi
asam urat. Ketiadaan total HGPRTase bahkan bisa berakibat
sindrom Lesch-Nyhan pada masa anak-anak, yang dicirikan
dengan athetosis, spasticity, keterbelakangan mental, dan
produksi berlebihan asam urat.
Penurunan kemampuan ekskresi asam urat terjadi
karena terbatasnya kemampuan ginjal untuk mengekskresikan
asam urat, hal ini bisa terjadi jika terjadi kerusakan
pada ginjal. Proses ekskresi asam urat terutama terjadi
pada tubulus proksimal dimana terjadi reabsorbsi urat
yang dipengaruhi oleh kerja beberapa protein transpor
seperti URAT1, MRP4, OAT1 dan OAT3. Protein-protein
transpor ini berfungsi untuk mentranspor urat ke dalam
sel, sehingga protein transpor ini harusnya dihambat
sehingga reabsorbsi urat terhambat dan meningkatkan
ekskresi asam urat. URAT1 adalah sebuah protein
berkandungan-domain 12-transmembran dijumpai dalam
membran apikal sel-sel epitel tubulus proksimal dan yang
memindahkan urat dalam pertukaran untuk Cl– atau anion
organic. OAT1 and OAT3 mentranspor anion organik dan urat
OAT1 (SLC22A6) dan OAT3 (SLC22A8) dapat berfungsi sebagai
satu pengubah urat/dikarboksilat dan dijumpai pada sisi
basolateral dari sel-sel yang sama yang mengekspres Oat4
(58). Namun, Oat3 juga dijumpai pada semua segmen nefron
tikus besar dari tubulus proksimal hingga duktus
kolektifus. MRP4 merupakan protein resisten obat berganda
MRP4 (ATP-binding cassette family, ABCC4) hadir dalam
membran apikal sel-sel epitel tubulus proksimal. Ia
terlihat mengontrol ekstrusi urat bergantung-ATP dari
sel-sel ke dalam lumen tubulus dan sehingga menyumbang
bagi ekskresi urat (66-68). (Gambar 3.)
Gambar 3. Ekskresi Asam urat di Tubulus Proksimal
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh,
intake bahan yang mengandung asam urat tinggi dan sistem
ekskresi asam urat yang tidak kuat akan menghasilkan
akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurecemia), saat asam urat menjadi bertumpuk dalam
darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat tersebut akan
mengkristal dan membentuk garam-garam urat yang akan
berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif diseluruh
tubuh terutama di persendian, penumpukan ini disebut tofi.
Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan
netrofil melepaskan lisosomnya sehingga menyebabkan
inflamasi. Jika hal ini teru berlangsung, maka akan
terjadi kerusakan jaringan pada persendian tulang.
Gambar 4. Hubungan Hiperuricemia Dengan Gout
2. Kaitan antara gejala yang muncul, data
lab/radiologist dengan patogenesis penyakit :
a. Ada kekakuan dan nyeri pada lutut, siku, pergelangan
tangan dan kaki, disertai eritema dan bengkak pada daerah
tersebut.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan
cairan tubuh lain, maka asam urat tersebut akan
mengkristal. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi
akut dan netrofil melepaskan lisosomnya sehingga
menyebabkan radang dan nyeri. Akibat peradangan maka
pembuluh darah ditempat itu melebar dan aliran darah
ditempat itu meningkat sehingga menimbulkan warna merah/
eritema pada lutut siku, pergelangan tangan dan kaki.
Penumpukan kristal asam urat pada persendian menyebabkan
bengkak atau tophi. Peradangan yang terus menerus akan
menyebabkan penipisan cairan sinovial (pelumas sendi)
sehingga menyebabkan kekakuan sendi.
b. Keluhan nyeri pada saat buang air kecil. Pada
pemeriksaan radiologist ditemukan adanya batu pada buli-
buli
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruhsaluran kemih terutama pada tempat-tempat yang seringmengalami hambatan aliran urin (stasis urin), yaitu padasistem kalises ginjal atau buli-buli. Faktor yang membuatindividu rentan terhadap nefrolitiasis asam urat termasukekskresi berlebihan asam urat melalui urin, urin yangasam, dan urin yang pekat.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh
bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut
didalam urin. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam
keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urin jika tidak
ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya
presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling
mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi)
yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik
bahan-bahan lain sehingga akan mejadi bahan yang lebih
besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal
masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih.
Untuk itu agragat kristal menempel ada epitel saluran
kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-
bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk
batu yang cukup besar untuk membuntu saluran kemih
c. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar
asam urat serum > 10 mg/dl
Hiperuricemia merupakan keadaan asam urat dalamdarah melebihi kadar normal > 6 mg/dL pada wanita. d. Leukositosis
Adanya kristal asam urat dianggap benda asing akan
merilis sel-sel darah putih sebagai respon imun seperti
neutrofil, monosit dan limfosit dan terjadi fagositosis
oleh sel makrofag sehingga sehingga kadar leukosit dalam
darah meningkat (leukositosis).
e. Analisa urin +10 eritrosit.
Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian
manapun dari saluran kemih. Secara teoritis, harusnya
tidak dapat ditemukan adanya eritrosit, namun dalam urine
normal dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Adanya kandungan
+10 urin dalam urin dikarenakan terjadi nefropathi
dikarenakan deposisi jangka panjang
kristal urat di parenkim ginjal. Ginjal mengalami
kerusakan karena kristal asam urat melewati dan melukai
glomerulus ginjal dan menyumbat saluran kencing. Sehingga
glomerulus yang seharusnya memfiltrasi eritrosit tidak
bekerja seperti seharusnya.
3. Tujuan terapi dan mekanisme kerja dari masing-masingobat.Obat Tujuan Terapi Mekanisme Kerja
Natrium
bikarbonat
Meluruhkan batu
kristal urat pada
buli-buli
Membasakan urin. Karena
asam urat memiliki pKa
5,5 maka pada pH urin
basa asam urat akan
berada dalam bentuk
terion sehingga mudah
larut urin. Maka batu
kristal asam urat akan
meluruh atau terlarut.Natrium
diklofenak
Merupakan golongan
NSAID yang terkuat
daya antiradangnya
dengan efek
samping yang
kurang kuat
dibanding dengan
obat lain
(indometasin,
piroxicam). Obat
Menghambat sintesis
prostaglandin (mediator
nyeri), dimana kedua
jenis siklooksigenase
diblokir. Obat ini
bekerja menghambat COX-
2 (peradangan) dan
tidak COX-1
(perlindungan mukosa
lambung), lagi pula
ini sering
digunakan untuk
segala macam
nyeri, juga pada
migrain dan encok.
Secara parenteral
sangat efektif
untuk
menanggulangi
nyeri kolik hebat
(kandung kemih dan
kandung empedu)
menghambat
lipooksigenase
(pembentukan leukotrin)
Kolkisin Kolkisin
berkhasiat sebagai
antiradang lemah
dengan efek baik
pada serangan akut
(efek aktivitas
90%), dan efeknya
baru nyata setelah
12 jam. Tidak
menurunkan kadar
asam urat darah
dan tidak berdaya
analgetis.
Mekanisme kerjanya
diduga berdasarkan
penghambatan sekresi
zat-zat chemotactic
dan/atau glycoprotein
dari granulosit yang
memegang peranan pada
rangkaian proses
peradangan, hingga
siklusnya dihentikan.
Pengendapan urat akan
berkurang, karena
pembentukan laktat dan
fagocytose dihambat.
Penggunaannya terutama
untuk mengatasi
serangan akut, dan juga
pada terapi prevensi
bersama alopurinol atau
urikosurika guna
mencegah provokasi
serangan. Alopurinol Derivat pirimidin
ini efektif sekali
untuk menormalkan
kadar urat dalam
darah dan kemih
yang meningkat.
Berdaya mengurangi
sintesa urat atas dasar
persaingan substrat
dengan zat-zat purin
berlandaskan enzim
xanthinoxydase (XO).
Purin seperti
hipoxanthin dan xanthin
dirombak oleh XO
menjadi asam urat.
Tetapi dengan adanya
alopurinol, XO
melakukan aktivitasnya
terhadap obat ini
sebagai ganti purin.
Akibatnya ialah
perombakan hipoxanthin
dikurangi dan sintesa
urat menurun hingga
50%. dalam tubuh
allopurinol mengalami
metabolisme menjadi
oksipurinol yang juga
berfungsi sebagai
penghambatan enzim
oksidase. Kadar urat
berangsur turun, tofi
menyusut dan batu urat
tidak dibentuk lagi.
Setelah 1-3 minggu
kadar urat mencapai
nilai normal.
4. Perbedaan obat Natrium diklofenak biasa dan retard:
Tablet Na diklofenak biasa cenderung tidak aman
karena frekuensi penggunaan lebih sering dan
timbulnya efek samping lebih besar dimana efek
samping NSAID adalah gangguan gastrointestinal
Tablet Na diklofenak Retard lebih aman dan
penjelasan berikut karena merupakan tablet
lepas lambat:
Tablet lepas lambat adalah tablet yang dibuat
sedemikian rupa sehingga zat aktif akan
tersedia dalam jangka waktu tertentu setelah
obat diberikan. Istilah lepas lambat digunakan
untuk tujuan farmakope dan persyaratan
pelepasan obat dijelaskan dalam masing-masing
monografi. (Sumber: FI. IV, 6)
Ada juga pengertian lain dari Tablet Lepas
Lambat yaitu : sediaan tablet yang dirancang untuk
memberikan aktivitas terapetik diperlama dengan cara
pelepasan obat secara terus-menerus selama periode tertentu
dalam sekali pemberian.
1. Pada jenis obat tertentu, dengan dibuatnya
tablet lepas lambat otomatis frekuensi
pemberian obat akan menjadi berkurang, dan
menjadi lebih efisien. Misalnya yang tadinya
dalam sehari obatnya harus diminum tiga kali,
bisa menjadi dua kali saja.
2. Seperti yang tertera dalam pengertian di
atas, efek terapeutik obat lebih lama.
3. Efek merugikan obat dapat ditekan, karena
tidak sempat terjadi fluktuasi kadar obat di
dalam tubuh.
5. Sebaiknya untuk mengatasi hipertensi, pasien
sebaiknya tidak menggunakan furosemid sebagai terapi
hipertensi. Furosemid merupakan obat diuretik memiliki
efek ekskresi urin, sehingga menyebabkan banyaknya cairan
yang keluar dari tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi.
Dehidrasi ini menyebabkan cairan sinovial keluar sebagai
kompensasi kekurangan cairan, berkurangnya cairan
sinovial mempercepat pengendapan kristal asam urat dalam
sendi sehingga akan menyebabkan rasa nyeri pada sendi
Selain itu terjadi karena adanya pengurangan volume
plasma sehingga filtrasi melalui glomerulus berkurang dan
reabsorbsi oleh tubulus meningkat. Disini ekskresi asam
urat oleh tubulus dihambat (tierney & stephen, 2004)
Hampir semua diuretik menyebabkan peningkatan kadar
asam urat dalam serum melalui pengaruhnya terhadap
sekresi asam urat. Hal ini berbanding lurus dengan dosis
diuretik yang digunakan. Jadi rekomendasi obat pengganti
untuk terapi hipertensi bisa digunakan obat obat lain
misalnya golongan ACE Inhibitor, Beta Bloker, ARB, dll
6. Mengapa pemberian allopurinol diberikan hanya sehari
1 kali?
Dosis untuk gout sekunder 100-200 mg/hari,
penyakit gout ringan 200-400 mg/hari, 400-600 mg
untuk penyakit yang lebih berat. Allopurinol
mempunyai waktu paruh 1-3 jam. Allopurinol mengalami
biotransformasi oleh enzim xantin oksidase menjadi
metabolitnya, yaitu oxipurinol. Baik allupurinol
maupun metabolitnya, oxipurinol, merupakan xanthine
oxidase inhibitor yang menghambat sintesis asam
urat. Oxipurinol memiliki waktu paruh yang
panjang daripada allopurinol sehingga allopurinol
cukup diberikan satu kali sehari
Jika obat dengan waktu paruh panjang diberikan
dalam intensitas waktu yang singkat maka
dikhawatirkan terjadi dose dumping yang meningkatkan
konsentrasi plasma dalam darah, sehingga
dikhawatirkan akan melewati kadar toksik minimum
yang akan membahayakan pasien.
7. Informasi dan Edukasi kepada Pasien
1. NATRIUM DIKLOFENAK
Yang digunakan adalah Voltaren Retard 100 mg tiap tablet
mengandung diclofenac sodium (natrium diklofenak) lepas
lambat 100 mg.
INDIKASI Voltaren adalah :
Penyakit inflamasi dan degeneratif yang
disebabkan oleh penyakit rheumatik : artritis reumatoid,
artritis reumatoid juvenil, ankylosing spondylitis,
osteoarthritis, dan spondyl arthritis.
Nyeri pada tulang punggung.
Penyakit rheumatik non artikular.
Serangan akut asam urat.
KONTRAINDIKASI
Voltaren jangan diberikan kepada :
Penderita ulkus peptikum.
Penderita yang hipersensitif terhadap Voltaren
atau Diklofenak.
Penderita yang mengalami serangan asma,
urtikaria, atau rinitis bila menggunakan aspirin atau
antiinflamasi lainnya’
DOSIS DAN ATURAN PAKAI
Dosis yang lazim diberikan :
Dewasa : Dosis harian Voltaren adalah 25 – 50
mg, 2 – 3 kali sehari. Untuk pengobatan jangka panjang
cukup dengan dosis 75-100 mg sehari. Dosis sehari jangan
melebihi 150 mg.
Apabila gejala lebih dominan malam hari atau
pagi hari, lebih dianjurkan diberikan Voltaren SR 75 mg
atau Voltaren Retard 100 mg, diminum malam hari.
Voltaren sebaiknya diminum setelah makan.
EFEK SAMPING
Pada umumnya Voltaren ditoleransi dengan baik dalam
tubuh. Kadang-kadang dapat terjadi efek samping yang
ringan. Efek samping berat jarang/sangat jarang terjadi.
Kadang-kadang dapat terjadi efek samping
gangguan saluran pencernaan : mual, muntah, diare, kram
perut, dispepsia, buang angin, anoreksia. Efek samping
saluran pencernaan yang jarang : perdarahan saluran
pencernaan, muntah darah, melena, tukak peptik, dengan
atau tanpa perforasi saluran pencernaan.
Kadang-kadang dapat terjadi gangguan susunan
saraf pusat : sakit kepala, pusing, vertigo.
Kemerahan kulit, urtikaria (kadang-kadang).
Pada kasus yang sangat jarang dapat terjadi
gagal ginjal akut, gangguan berkemih, proteinuria,
nefritis intersisial, sindroma nefrotik, nekrosis
papiler.
Peningkatan enzim fungsi hati. Jarang :
hepatitis dengan atau tanpa jaundice. Sangat jarang :
hepatitis fulminan.
Jarang : reaksi hipersensitivitas, asma,
anafilaksis.
Gangguan pada jantung dan pembuluh darah
(jarang).
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Hati-hati penggunaan obat Voltaren pada wanita
hamil atau menyusui, kecuali sangat diperlukan.
Hati-hati penggunaan Voltaren penderita
gangguan fungsi ginjal, hipertensi, gagal jantung dan
edema.
OAINS dapat menyebab peningkatan risiko
trombolitik kardiovaskuler serius, infark miokard, dan
stroke yang dapat berakibat fatal. Risiko ini meningkat
dengan lamanya penggunaan.
OAINS menyebabkan peningkatan risiko efek
samping serius pada saluran cerna, termasuk perdarahan,
ulserasi dan perforasi lambung atau usus, yang dapat
berakibat fatal. Efek samping ini dapat terjadi kapanpun
selama penggunaan, tanpa adanya gejala peringatan. Pasien
lansia berisiko lebih besar untuk efek samping serius
pada saluran cerna.
2. KOLKISIN
Tablet kolkisin
INDIKASI
Gout akut, profilaksis jangka pendek selama terapi awal
dgn alupurinol, urikosurik.
KONTRAINDIKASI
Gangguan pencernaan, renal & jantung yang parah,
hipersensitivitas, diskrasia darah atau kombinasi
penyakit hati & ginjal yang serius, pasien yang
dihemodialisis.
DOSIS
Gout akut : 1–1.2 mg diikuti dgn 0.5 – 0.6 g setiap
jam atau 1–1.2 mg tiap 2 jam sampai nyeri hilang atau
sampai mual, muntah, diare terjadi. Jumlah total untuk
satu kali terapi : 4-8 mg. Profilaksis : 0.5 – 0.6
mg/hari 3–4 kali setiap minggu. Bila serangan > 1 X
/thn, dosis 0.5-0.6mg setiap hari. Dosis untuk pasien
dengan gangguan ginjal & hati perlu penyesuaian, tidak
boleh lebih dari 0.6mg/hari.
INTERAKSI OBAT
Vit B12 : Dapat menginduksi malabsorpsi vit B12 secara
reversibel.
Siklosporin : Timbul gejala efek samping yg parah
termasuk toksisitas saluran cerna, hati, renal &
neuromuskular. Penelitian pada binatang, kolkisin
meningkatkan respon terhadap simpatomimetik dan depresan
sistem saraf pusat
EFEK SAMPING
Mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran
cerna, kerusakan ginjal & hati, pada pemakaian jangka
panjang dapat terjadi depresi sumsum tulang, dengan
agranulositosis, trombositopenia, leukopenia dan anemia
aplastik, rambut rontok, ruam, dermatitis vesicular.
PERHATIAN
Jika terjadi ruam kulit, sakit tenggorokan, demam,
perdarahan yg tidak biasa, lemah, lelah, memar, kesemutan
hubungi dokter. Hentikan penggunaan obat segera setelah
nyeri hilang atau jika terjadi mual, muntah, nyeri perut
atau diare. Jika gejala berlanjut, hubungi dokter.
3.ALLUPURINOL
ALLUPURINOL 300MG
KOMPOSISI:
Allopurinol 300 mg
Tiap tablet mengandung
Allopurinol.........................................300
mg
INDIKASI:
- Hiperuresimia primer : gout
- Hiperuresimia Sekunder : mencegah pengendapan asam urat
dan kalsium oksalat. Produksi berlebihan asam urat antara
lain padika keganasan, polisitemia vera, terapi
sitostatik.
KONTRA INDIKASI:
- Penderita yang hipersensitif terhadap allopurinol.
- Keadaan serangan akut gout.
DOSIS:
Dewasa: - Dosis 100 - 300 mg perhari.
- Dosis pemeliharaan 200 - 600 mg perhari
- Dosis tunggal maksimum 300 mg.
- Kondisi ringan 2 - 10 mg/kg BB perhari atau 100 - 200
mg perhari.
- Kondisi sedang 300 - 600 mg sehari.
- Kondisi berat 700 - 900 mg sehari.
Anak : 10 - 20 mg sehari atau 100 - 400 mg sehari.
INTERAKSI OBAT:
- Dapat meningkatkan toksisitas siklofosfamid dan
sitotoksik lain.
- menghambat metabolisme obat dihati(cobtoh: warfarin),
- meningkatkan efek dari azatrioprin dan merkaptopurin,
- memperpanjang waktu paruh klorpropamid,
- Efek allopurinol dapat diturunkan oleh golongan
salisilat dan urikosurik.
EFEK SAMPING:
- Gejala hipersensitifitas
- Reaksi kulit
- gangguan grastointestinal, mual diare,
- Sakit kepada, vertigon, mengantuk, gangguan mata dan
rasa.
- Gangguan darah
PERINGATAN DAN PERHATIAN:
- Efek allopurinol dapat diturunkan oleh golongan
silisilat dan urikosurik.
- Hentikan kemerahan jika terjadi gejala kemerahan pada
kulit atau alergi.
- hentikan penggunaan pada pasien yang mederita kelainan
fungsi ginjal atau hiperurisemia asimptomatik.
- Pada penderita kelainan fungsi hati dianjurkan
melakukan tes fungsi hati berkala selama tahap awal
perawatan.
- Keuntungan dan kerugian harus dipertimbangkan terhadap
ibu hamil dan menyusui terhadap bayi dan janin.
- Meningkatkan pemberian cairan selama penggunaan
allopurinol untuk menghhindari terjadinya batu ginjal.
4. NATRIUM BIKARBONAT
Tablet Natrium bikarbonat (NaHCO3)
INDIKASI
Umtuk alkalis urin,dyspepsia.
KONTRAINDIKASI
Alkalosis metabolik atau respiratorik, hipernatremia,
edema paru berat, hipokalsemia, hipoklorida.
DOSIS
1-4 gr (1 g à12 meq asam)
Dewasa: Per oral alkalinisasi urine sampai 10 g/hari dosis
terbagi dengan asupan cairan yang baik. Chronic metabolic
acidosis ≥4.8 g/hari sebanyak yang diperlukan. Dyspepsia
1-5 g sebanyak yang diperlukan. IV Severe metabolic
acidosis By slow inj of a hypertonic soln ≤8.4% or by
continuous infusion of a weaker soln, usually 1.26% .
EFEK SAMPING
Alkalosis sistemik, perforasi’
INTERAKSI OBAT
↓ absorpsi obat; penisilin, tetrasiklin, INH, sulfonamid,
digoksin, klorpromazin
↓ sekresi amphetamin dan kina
↑ sekresi salisilat
KONSELING INFORMASI OBAT