BAB I GAGAL JANTUNG KONGESTIF
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
Transcript of BAB I GAGAL JANTUNG KONGESTIF
BAB I
GAGAL JANTUNG KONGESTIF
A. Anatomi Fisiologi
Jantung terletak dalam mediastinum di rongga
dada, yaitu diantara kedua paru-paru, pericardium
yang meliputi jantung terdiri dari 2 lapisan :
pericardium viceralis dan pericardium parietalis.
Kedua lapisan pericardium ini dipisahkan oleh sedikit
cairan pelumas, yang mengurangi gesekan akibat
gerakan pemompaan jantung. Pericardium parietalis
melekat ke depan pada sternum, ke belakang pada
kolumna vertebralis dank e bawah pada diafragma.
Perlekatan ini menyebabkan jantung terletak stabil di
tempatnya. Pericardium viseralis melekat secara
langsung pada permukaan jantung. Pericardium juga
melindungi terhadap penyebaran infeksi atau heoplasma
dari organ-organ sekitarnya ke jantung. Jantung
sendiri terdiri dari tiga lapisan : epikardium,
miokardium dan endokardium.
Peredaran darah jantung terbagi menjadi dua
yaitu peredaran darah sistemik dan perdaran darah
pulmonal. Peredaran darah sistemik merupakan
peredaran darah jantung kiri masuk aorta melalui
vulvula semilunaris aorta beredar ke seruluh tubuh
dan kembali ke jantung kanan, melalui vena kava
superior dan inverior. Peredaran pulmonal adalah
peredaran darah dari ventrikel dekstra ke arteri
pulmonalis melalui vulvula semilunaris pulmonalis,
masuk ke paru kiri dan kanan dan kembali ke atrium
kiri melalui vena pulmonalis.
Atrium secara anatomi terpisah dari ruang
jantung bawah (ventrikel) oleh suatu annulus
fibrosus. Keempat katub jantung terletak dalam ruang
ini.
Katub jantung berfungsi mempertahankan aliran
darah searah melalui bilik-bilik jantung . Ada dua
jenis katub : katub atrioventrikularis yang
memisahkan atrium dan ventrikel dan katub
semilunaris yang memisahkan arteria pulmonalis dan
aorta dari ventrikel yang bersangkutan.
Anulus fibrosus diantara atrium dan ventrikuler
memisahkan ruangan ruangan ini baik secara anatomis
maupun elektris. Untuk menjamin rangsang ritmik dan
sinkron , serta kontraksi otot jantung , terdapat
jalur konduksi khusus dalam miokardium. Jaringan
konduksi ini memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Otomatisasi : kemampuan menghasilkan impuls secara
spontan.
2. Ritmisasi : pembangkitan impuls yang teratur.
3. Konduktivitas : kemampuan untuk menyalurkan
impuls.
4. Daya rangsang : kemampuan untuk menanggapi
stimulasi.
Jantung dapat bergerak mengembang dan menguncup
disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang berasal
dari susunan saraf otonomi. Dalam kerjanya jantung
memiliki 3 periode:
1. Periode kontraksi/systole adalah keadaan dimana
ventrikel menguncup, katup bikuspidalis dan
trikuspidalis dalam keadaan tertutup. Vulvula
semilunaris aorta dan vulvula semilunaris
pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel
dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke
paru-paru, sedangkan darah dari ventrikel sinistra
mengalir ke aorta kemudian dialirkan ke seluruh
tubuh. Lama kontraksi ± 0.3 detik.
2. Periode dilatasi/diastole adalah periode dimana
jantung mengembang. Katup bikuspidalis dan
trikuspidalis terbuka, sehingga darah dari atrium
dekstra masuk ke ventrikel dekstra, darah dari
atrium sinistra masuk ke ventrikel sinistra.
Selanjutnya darah yang ada di paru melalui vena
pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan darah dari
seluruh tubuh masuk ke atrium dekstra. Lama
dilatasi 0.5 detik.
3. Periode istirahat, yaitu waktu antara jantung
kontraksi dan jantung dilatasi dimana jantung
berhenti kira –kira selama 1/10 detik. Pada waktu
istirahat jantung akan menguncup 70-80 x/menit.
Pada tiap-tiap kontraksi jantung akan memindahkan
darah ke aorta sebanyak 60 -70 cc. pada waktu
aktivitas, kecepatan jantung bias mencapai
150x/menit dengan daya pompa 20-25
liter/menitsetiap menit.
Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari
nutrisi dan oksigenasi otot jantung. Sirkulasi
koroner meliputi seluruh permukaan jantung, membawa
oksigen dan nutrisi ke miokardium mellui cabang-
cabang intramiokardial yang kecil-kecil. Untuk dapat
mengetahui akibat dari penyakit jantung koroner, maka
kita harus mengenal terlebih dahulu distribusi arteri
koronaria keotot jantung dan sistem penghantar.
Sistem kardiovaskuler banyak dipersarafi oleh
serabut-serabut sistem saraf otonom yaitu simpatis
dan parasimpatis dengan efek yang saling berlawanan
dan bekerja bertolak belakang.
B. Pengertian
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik
dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi
kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri
yang penting dari defenisi ini adalah pertama
defenisi gagal adalah relatif terhadap kebtuhan
metabolic tubuh, kedua penekanan arti gagal ditujukan
pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah
gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi
miokardium ; gagal miokardium umumnya mengakibatkan
gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik
sirkulai dapat menunda atau bahkan mencegah
perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi
pompanya.
Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari
pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukkan
ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk
melakukan perfusi jaringan dengan memadai. Defenisi
ini mencakup segal kelainan dari sirkulasi yang
mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai,
termasuk perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler
dan jantung. Gagal jantung kongetif adalah keadaan
dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal
jantung dan mekanisme kompenstoriknya. Gagal jantung
kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih
umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang hanya berarti
kelebihan beban sirkulasi akibat bertambahnya volume
darah pada gagal jantung atau sebab-sebab diluar
jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau
anuria.
C. Etiologi
Penyebab gagal jantung antara lain adalah infark
miokardium, miopati jantung, defek katup, malformasi
congenital dan hipertensi kronik. Penyebab spesifik
gagal jantung kanan adalah gagal jantung kiri,
hipertensi paru dan PPOK. Factor resiko terjadinya
gagal jantung diantaranya adalah: infeksi pada paru,
demam atau sepsis, anemia menahun dan akut, emboli
paru, stress, emosional, hipertensi yang tidak
terkontrol.
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling
sering dari segala jenis penyakit jantung kongestif
maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang
menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan
yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau
menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan
yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi
aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir
meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta
dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium
dapat menurun pada imfark miokardium dan
kardiomiopati.
Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan
gagal jantung melalui penekanana sirkulasi yang
mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan
infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Pennganan
yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan
pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap
mekanisme fisiologis dan penykit yang mendasarinya,
tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu
terjadinya gagal jantung.
D. Patofisiologi
Kelaina intrinsic pada kontraktilitas miokardium
yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung
iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel
yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang
menurun mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan
volume residu ventrikel.
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai
respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru.
Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap
ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seprti
yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi
pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi
kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-
paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi
fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau
mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat
disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub
atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada
orientasi otot papilaris dan kordatendinae yang
terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga
meknisme primer yang dapat dilihat; meningkatnya
aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban
awal akibat aktivasi istem rennin-angiotensin-
aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon
ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curh
jantung. Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk
mempertahnkan curah jantung pada tingkat normal atau
hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan
istirahat. Tetapi kelainan pad kerj ventrikel dan
menurunnya curah jntung biasanya tampak pada keadaan
berktivitas. Dengn berlanjutny gagal jantung maka
kompensasi akan menjadi semakin luring efektif.
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala gagal jantung kiri adalah dyspnea,
ortopnea, dispneu nocturnal paroksismal, batuk
iritasi, oedema pulmonal akut, penurunan curah
jantung, Irama gallop, crackles paru, distritmia,
pernapasan cheyne stoke. Untuk gagal jantung kanan
ditandai dengan curah jantung rendah, distensi vena
jugularis, oedema depnden, distrimia, penurunan bunyi
nafas.
New York Heart Associaiton (NYHA) menetapkan sesak nafas
berdasarkan aktivitas :
a. Derajat 1 : tidak ada gejala bila melakukan
kegiatan fisik biasa
b. Derajat II: timbul gejala bila melakukan kegiatan
fisik biasa
c. Derajat III : timbul gejala sewaktu melakukan
kegiatan fisik ringan
d. Derajat IV: timbul gejala pada saat istirahat
F. Penatalaksanaan
Gagal jantung ditngani dengan tindakan umum
untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi
selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi
miokardium, baik secar sendiri-sendiri maupun
gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban
akhir.Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-
gejala timbul pad saat beraktivitas biasa. Rejimen
penanganan secar progresif ditingkatkan sampai
mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi
akut dari gagal jantung atau perkembangan menuju
gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk
dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang
lebih agresif .
Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan
tindakan awal yang sederhan namun sangat tepat dalam
pennganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan
jngn sampai memaksakan lrngan yng tak perlu untuk
menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah
dikethui bahwa kelemahan otot rangka dapat
meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik.
Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat
menyebabkan flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia
mungkin diperlukan pad pembatasan aktifitas yang
ketat untuk mengendalikan gejala.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler,
penyimpangan aksis, iskemia san kerusakan pola
mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi,
fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten
6 minggu atau lebih setelah imfark miokard
menunjukkan adanya aneurime ventricular.
2. Echocardiogram : Dapat menunjukkan dimensi
pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau are penurunan
kontraktilitas ventricular.
3. CT scan : Tindakan penyuntikan fraksi dan
memperkirakan pergerakan dinding.
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI) : berguna untuk
menentukan massa ventrikel, gerakan dinding
regional dan global, serta insufisiensi katup.
Selain itu MRI berguna untuk mngevaluasi
penyakit ekstrakardia (missal, diseksi atau
anurisma aortikum), dan penebalan pericardium.
Baru-baru ini, MRI digunakan untuk mengevaluasi
stenosis arteri koronaria dan menentukan besar
aliran darah koronaria.
5. Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan
indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup
atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri
kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam
ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi
fraksi/perubahan kontrktilitas.
BAB II
RENCANA ASUHAN KEPERAWATANRencan Asuhan Keperawatan
Gagal serambi kiri/kanan dari jantung
mengakibtkan ketidakmampuan memberikan keluaran yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan
menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik
. Karenanya diagnostik dan teraupetik berlnjut . GJK
selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas dan
mortalitas.
1. Dasar Data Pengkajian Klien
a. Aktivitas/istirahat
☺ Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus
sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada
dengan aktivitas, dispnea pad
istirahat atau pada
pengerhan tenaga.
☺ Tanda : Gelisah, perubahan status mental
mis : letargi,
tanda vital berubahpad aktivitas.
b. Sirkulasi
☺ Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episodeGJK sebelumnya, penyakit jantung ,
bedah jantung , endokarditis, anemia,
syok septic, bengkak pada kaki,
telapak kaki, abdomen.
☺ Tanda : TD ; mungkin rendah (gagal
pemompaan).
Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
Irama Jantung ; Disritmia.
Frekuensi jantung ; Takikardia.
Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan
merubah
posisi secara inferior
ke kiri.
Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah
diagnostik, S4 dapat
terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
Murmur sistolik dan diastolic.
Warna ; kebiruan, pucat abu-abu,
sianotik.
Punggung kuku ; pucat atau sianotik
dengan pengisian
kapiler lambat.
Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
Edema ; mungkin dependen, umum atau
pitting
khusu
snya pada ekstremitas.
c. Integritas ego
☺ Gejala : Ansietas, kuatir dan takut.Stres yang
berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial
(pekerjaan/biaya perawatan medis)
☺ Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis :
ansietas, marah, ketakutan dan mudah
tersinggung.
d. Eliminasi
☺ Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana
gelap, berkemih malam hari (nokturia),
diare/konstipasi.
e. Makanan/cairan
☺ Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah,
penambhan berat badan signifikan,
pembengkakan pada ekstremitas bawah,
pakaian/sepatu terasa sesak, diet
tinggi garam/makanan yang telah
diproses dan penggunaan diuretic.
☺ Tanda : Penambahan berat badan cepat dan
distensi abdomen (asites) serta edema
(umum, dependen, tekanan dn pitting).
f. Higiene
☺ Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama
aktivitas Perawatan diri.
☺ Tanda : Penampilan menandakan kelalaian
perawatan personal.
g. Neurosensori
☺ Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
☺ Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi,
perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
h. Nyeri/Kenyamanan
☺ Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis,nyeri abdomen kanan atas dan sakit
pada otot.
☺ Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus
menyempit danperilaku melindungi diri.
i. Pernapasan
☺ Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambilduduk atau dengan beberapa bantal,
batuk dengn/tanpa pembentukan sputum,
riwayat penyakit kronis, penggunaan
bantuan pernapasan.
☺ Tanda : Pernapasan; takipnea, napas dangkal,penggunaan otot asesori
pernpasan.
Batuk : Kering/nyaring/non produktif
atau mungkin batuk terus
menerus dengan/tanpa
pemebentukan sputum.
Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah
muda/berbuih (edema pulmonal)
Bunyi napas ; Mungkin tidak
terdengar.
Fungsi mental; Mungkin menurun,
kegelisahan, letargi.
Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
j. Keamanan
☺ Gejala : Perubahan dalam fungsi mental,
kehilangankekuatan/tonus otot, kulit
lecet.
k. Interaksi sosial
☺ Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam
aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
h. Pembelajaran/pengajaran
☺ Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-
obat jantung, misalnya : penyekat
saluran kalsium.
☺ Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan
untuk meningkatkan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ;
1) Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik
2) Perubahan frekuensi, irama dan konduksi
listrik
3) Perubahan structural
Ditandai dengan ;
1) Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) :
disritmia, perubahan gambaran pola EKG
2) Perubahan tekanan darah
(hipotensi/hipertensi).
3) Bunyi ekstra (S3 & S4)
4) Penurunan keluaran urine
5) Nadi perifer tidak teraba
6) Kulit dingin kusam
7) Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan
nyeri dada.
Hasil yang diharapkan/evaluasi, klien akan :
1) Menunjukkan tanda vital dalam batas yang
dapat diterima (disritmia
terkontrol atau hilang) dan
bebas gejala gagal jantung
2) Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina
3)Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi
beban kerja jantung.
Intervensi
1) Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram
jantung
Rasional : Biasnya terjadi takikardi
(meskipun pada saat istirahat) untuk
mengkompensasi penurunan
kontraktilitas ventrikel.
2) Catat bunyi jantung
Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa. Irama Gallop
umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai
aliran darah kesermbi yang disteni.
Murmur dapat menunjukkan
Inkompetensi/stenosis katup.
3) Palpasi nadi perifer
Rasional : Penurunan curah jantung dapat
menunjukkan menurunnya nadi radial,
popliteal, dorsalis, pedis dan
posttibial. Nadi mungkin cepat hilang
atau tidak teratur untuk dipalpasi dan
pulse alternan.
4) Pantau TD
Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis
tekanan drah dapat meningkat. Pada HCF
lanjut tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasi danhipotensi tidak
dapat norml lagi.
5) Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya
perfusi perifer ekunder terhadap tidak
dekutnya curh jantung; vasokontriksi
dan anemia. Sianosis dapt terjadi
sebagai refrakstori GJK. Area yang
sakit sering berwarna biru atu belang
karena peningkatan kongesti vena.
6) Berikan oksigen tambahan dengan kanula
nasal/masker dan obat sesuai indikasi
(kolaborasi)
Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk
kebutuhan miokard untuk melawan efek
hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat
digunakan untuk meningkatkan volume
sekuncup, memperbaiki kontraktilitas
dan menurunkan kongesti.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan :
1) Ketidak seimbangan antar suplai okigen.
2) Kelemahan umum
3) Tirah baring lama/immobilisasi.
Ditandai dengan :
1) Kelemahan, kelelahan
2) Perubahan tanda vital, adanya disrirmia
3) Dispnea, pucat, berkeringat.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
1) Berpartisipasi pad ktivitas yang diinginkan,
memenuhi perawatan diri sendiri.
2) Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang
dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya
kelemahan dan kelelahan.
Intervensi
1) Periksa tanda vital sebelum dan segera
setelah aktivitas, khususnya bila klien
menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat
beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi
dengan aktivitas karena efek obat
(vasodilasi), perpindahan cairan
(diuretic) atau pengaruh fungsi
jantung.
2) Catat respons kardiopulmonal terhadap
aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea
berkeringat dan pucat.
Rasional : Penurunan/ketidakmampuan
miokardium untuk meningkatkan volume
sekuncup selama aktivitas dpat
menyebabkan peningkatan segera
frekuensi jantung dan kebutuhan
oksigen juga peningkatan kelelahan dan
kelemahan.
3) Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan
dekompensasi jantung
daripada kelebihan aktivitas.
4) Implementasi program rehabilitasi
jantung/aktivitas (kolaborasi)
Rasional : Peningkatan bertahap pada
aktivitas menghindari kerja
jantung/konsumsi oksigen berlebihan.
Penguatan dan perbaikan fungsi jantung
dibawah stress, bila fungsi jantung
tidak dapat membaik kembali,
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan :
menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah
jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium/air.
Ditandai dengan :
1) Ortopnea, bunyi jantung S3
2) Oliguria, edema.
3) Peningkatan berat badan, hipertensi
4) Distres pernapasan, bunyi jantung abnormal.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
1) Mendemonstrasikan volume cairan stabil
dengan keseimbangan masukan
danpengeluaran, bunyi nafas
bersih/jelas, tanda vital dalam rentang
yang dapat diterima, berat badan stabil
dan tidak ada edema.
2) Menyatakan pemahaman tentang pembatasan
cairan individual.
Intervensi :
1) Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan
warna saat dimana diuresis terjadi.
Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit
dan pekat karena penurunan perfusi
ginjal. Posisi terlentang membantu
diuresis sehingga pengeluaran urine
dapat ditingkatkan
selama tirah baring.
2) Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan
pengeluaran selama 24 jam
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan
oleh kehilangan cairan
tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia)
meskipun edema/asites masih ada.
3) Pertahakan duduk atau tirah baring dengan
posisi semifowler selama fase akut.
Rasional : Posisi tersebut meningkatkan
filtrasi ginjal dan menurunkan
produksi ADH sehingga meningkatkan
diuresis.
4) Pantau TD dan CVP (bila ada)
Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP
menunjukkan kelebihan cairan dan dapat
menunjukkan terjadinya peningkatan
kongesti paru, gagal jantung.
5) Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia,
mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada
GJK lanjut) dapat
mengganggu fungsi
gaster/intestinal.
6) Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)
7) Konsul dengan ahli diet.
Rasional : perlu memberikan diet yang dapat
diterima klien yang
memenuhi kebutuhan kalori
dalam pembatasan natrium.
d. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :
perubahan menbran kapiler-alveolus.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
1) Mendemonstrasikan ventilasi dan
oksigenisasi dekuat pada jaringan
ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang
normal dan bebas gejala distress
pernapasan.
2) Berpartisipasi dalam program pengobatan
dalam btas kemampuan/situasi.
Intervensi :
1) Pantau bunyi nafas, catat krekles
Rasional : menyatakan adnya kongesti
paru/pengumpulan secret
menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi lanjut.
2) Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas
dalam.
Rasional : membersihkan jalan nafas dan
memudahkan aliran
oksigen.
3) Dorong perubahan posisi.
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan
pneumonia.
4) Kolaborasi dalam
- Pantau/gambarkan seri GDA, nadi
oksimetri.
Rasional : Hipoksemia dapat terjadi
berat selama edema
paru.
- Berikan obat/oksigen tambahan sesuai
indikasi
e. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah
baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
1) Mempertahankan integritas kulit
2) Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah
kerusakan kulit.
Intervensi
1) Pantau kulit, catat penonjolan tulang,
adanya edema, area sirkulasinya
terganggu/pigmentasi atau
kegemukan/kurus.
Rasional : Kulit beresiko karena gangguan
sirkulasi perifer, imobilisasi fisik
dan gangguan status nutrisi.
2) Pijat area kemerahan atau yang memutih
Rasional : meningkatkan aliran darah,
meminimalkan hipoksia
jaringan.
3) Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi,
bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu
area yang
mengganggu aliran darah.
4) Berikan perawtan kulit, minimalkan
dengan kelembaban/ekskresi.
Rasional : Terlalu kering atau lembab merusak
kulit/mempercepat
kerusakan.
5) Hindari obat intramuskuler
Rasional : Edema interstisial dan gangguan
sirkulasi memperlambat absorbsi obat
dan predisposisi untuk kerusakan
kulit/terjadinya infeksi..
f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi
dan program pengobatan berhubungan dengan kurang
pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi
jantung/penyakit/gagal.
Ditandai dengan :
1) Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi
2) Terulangnya episode GJK yang dapat dicegah.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klin
akan :
1) Mengidentifikasi hubungan terapi untuk
menurunkan episode berulang dan mencegah
komplikasi.
2) Mengidentifikasi stress pribadi/faktor
resiko dan beberapa teknik untuk
menangani.
3) Melakukan perubahan pola hidup/perilaku
yang perlu.
Intervensi
1) Diskusikan fungsi jantung normal
Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan
harapan dapat
memudahkan ketaatan pada
program pengobatan.
2) Kuatkan rasional pengobatan.
Rasional : Klien percaya bahwa perubahan
program pasca pulang dibolehkan bila
merasa baik dan bebas gejala atau
merasa lebih sehat yang dapat
meningkatkan resiko eksaserbasi
gejala.
3) Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
Rasional : Memberikan waktu adequate untuk
efek obat sebelum waktu tidur untuk
mencegah/membatasi menghentikan tidur.
4) Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok
pendukung suatu indikasi
Rasional : dapat menambahkan bantuan dengan
pemantauan
sendiri/penatalaksanaan
dirumah.
BAB III
LAPORAN KASUS1. Identitas Klien
Nama : Nn. NUmur : 22 TahunAlamat : BTN Minasaupa Blok F 18 No. 10, MakassarJenis Kelamin : PerempuanPekerjaan : MahasiswaNo. RM : 431845Tgl Masuk : 04 April 2014 Pkl 06.15Tgl Pengkajian : 04 April 2014 Pkl 12.00DX Medis : Right Heart Failure ec PulmonaryHipertention
2. Tindakan Pra Hospital
-
3. Triage
a. Keluhan Utama : Sesak Nafas
b. Riwayat Keluhan Utama :
Merasa sesak ± 6 jam yang lalu tersa seperti
tertusuk-tusuk di dada bagian kiri. Riwayat berobat
ke dokter jantung selama beberapa tahun terakhir ini
(pertama kali di diagnose gagal jantung tahun 2009).
Saat ini sedang mengkonsumsi obat-obatan yang
diberikan dari RS. Harapan Kita, Jakarta. Pasien
sudah beberapa kali dirawat di RS. Wahidin
Sudirohusodo.
4. Pengkajian Primer :
Airway : Pada jalan napas paten dan bebas, dimana tidak
ada sumbatan/obstruksi pada jalan napas baik sekret,
cairan, perdarahan dan benda asing lainnya. Suara napas
normal.
Breathing : Frekuensi RR 30 x/Menit, dyspneu, spontan,
simetris kiri dan kanan. Bunyi napas vesikuler, irama
napas tidak teratur, menggunakan otot bantu pernafasan.
Circulation : Tekanan Darah : 100/70 mmHg, frekuensi nadi
perifer : 80 x/menit, reguler dan kuat, akral dingin
CRT > 3 detik. Kulit pucat, kaki kanan edema.
Disability/Disintegrity : GCS : 15 (E4, M6, V5), kesadaran
composmentis, pupil normal dan isokor 3mm/3mm, respon
cahaya +/+.
Exposure : tidak terdapat trauma ataupun luka. Klien
mengeluhkan nyeri pada dada sebela kiri seperti
tertusuk-tusuk, skala 4
Farenheit (Suhu Tubuh) : S : 36.5 o C
5. Pengkajian Sekunder :
a. Kepala dan Wajah
Kepala mesochepal, rambut hitam tidak rontok,
konjungtiva anemis, mukosa mulut lembab, tidak teraba
adanya massa.
b. Leher dan Cervical Spine
Tidak ada pembesaran pada kalenjer getah bening.
Tidak ada peningkatan vena jugularis dan tidak ada
nyeri tekan.
c. Dada
Bentuk dada asimetris, pengembangan paru asimetris,
irama pernafasan irreguler, frekuensi pernafasan 30
x/menit, terdapat penggunaan otot bantu pernafasan,
teraba denyut nadi yang kuat.
d. Perut dan Pinggang (flanks)
Perut nampak normal, teraba lunak, tidak ada massa,
tidak ada luka, tampak simetris pada ke 4 kuadran.
Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tidak ada
nyeri tekan.
Frekuensi peristaltik usus 8 x/ menit, kesan normal
e. Pelvis dan Perineum
Tidak dikaji.
f. Ekstremitas
Elastisitas kulit normal, turgor kulit lembab,
kekuatan otot baik, kulit pucat, ada edema pada
ekstremitas (kaki kanan), tidak ada bunyi krepitasi
pada tulang.
g. Punggung dan Tulang Belakang
Postur tulang tegap dan tidak ada nyeri.
6. Psikososial : Kecemasan Sedang
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Labaratorium Klinik, 04 April 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai
Normal
Satuan
WBC 3.9 4.0-10.0 10^3/mm3RBC 5.34 4.50-6.50 10^6/mm3HGB 8.3 13.0-17.0 g/dLHCT 31.8 40.0-54.0 %MCV 58 80-100 µm3MCH 17.4 27.0-32.0 PgMCHC 29.4 32.0-36.0 g/dLRDW 24.2 11.0-16.0 %PLT 478 150-500 10^3/mm3
Pemeriksaan Hasil Nilai
Normal
Satuan
Waktu bekuan 8 4 – 10 MenitWaktu
perdarahan
2 1 – 7 Menit
Waktu
protrombine 14,7 10 -14 Detik
- PT
-
- INR
kontrol
11.5
1,20
-- ------
APTT 33.3
kontrol
25,8
22,0 – 30,0 Detik
Pemeriksaan Hasil Nilai
Normal
Satuan
Elektrolit
- Natrium
- Kalium
- Klorida
136
3.4
106
130 – 145
3.5 – 5.1
97 – 111
Mmol/L
Mmol/L
Mmol/L
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal SatuanAST (SGOT) 14 < 35 u/LALT (SGPT) 6 < 41 u/LAlbumin 3.1 3.5 – 5.0 gr/dLKesan : hipoalbuminemia
Pemeriksaan Laboratorium (Urine)
Urine Rutina. Kimia Urine
Warna (kuning muda)
pH (6.5)
Berat Jenis (1.020)
Protein (trace)
Glukosa (negatif)
Bilirubin (1+/1)
Urobilinogen (Normal)
Keton (negatif)
Nitrit (Negatif)
Blood (Negatif)
Leukosit (+ -/15)
b. Mikroskopis (Sedimen)
Leukosit (4)
Eritrosit (2)
Torak (-)
Kristal (-)
Epitel (6)
Lain-lain (-)
Hasil Pemeriksaan Echocardiogram (29/05/2013)
Description of wall, masses, valves, pericardium- Fungsi sistolik LV baik. EF 86%
- RA, RV dilatasi
- LVH (-)
- Global Normokinetik
- Fungsi sistolik RV cukup, TAPSE 2.1 cm
- Katup jantung : - Mitral : MR Mild
o Aorta : 3 cuspid, kalsifikasi (-), fungsi dan
pergerakan baik
o Trikuspid : TR severe, PH severe
o Pulmonal : PR moderate
o mPAP 117 mmHg
- E/A < 1
Kesimpulan:
Fungsi sistolik LV baik, EF 86%
RA, RV dilatasi
MR mild
TR severe
PH severe
PR moderate
Disfungsi Diastolik
8. Terapi Medikasi
(Saat tindakan di IRD)
- Infus RL 28 tts/ mnt
- Oksigen 9 Lpm
- Furoseda 1 amp/8 j/iv
- Stilesco 1x1
- Simarc 2 g 1x1
- Dislof 2x1
- Aspilet 80 g
9. Diagnosa Keparawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas
miokard ditandai dengan:
DS :
Keluarga klien mengatakan klien sesak nafas
Keluarga klien mengatakan klien cepat lelah jika
banyak bergerak
DO:
Klien tampak lemah
Kulit dingin
Pernafasan 30 x/menit
Cardiomegaly
Saturasi O2 : 54%
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, anemia,
perfusi ke perifer menurun , ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan seluruh badan terasa lemah
Klien mengatakan seluruh aktivitas dibantu oleh
keluarga
DO :
Konjungtiva anemis
Hb 8.5
Pasien tampak lesu lemah
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
energi/kelelahan, kelelahan otot pernafasan.
DS :
Napas pendek
Klien merasa harus berusaha untuk bernapas
Klien merasa nyaman jika duduk.
DO
Pasien menggunakan otot pernapasan ketika inspirasi
Tahap ekspirasi berlangsung lebih lama daripada
inspirasi
RR : 30 x/menit
Penurunan cardiac output
10. Tindakan Keperawatan
Diagnosa Implementasi EvaluasiPenurunancurahjantung
1. Mengevaluasi adanya nyeri dadaHasil : nyeri pada dada sebelah kiri
2. Mengobservasi TTVHasil : TD : 100/70, HR : 80x/menit, R: 30x/menit, S: 360 C
3. Memonitor status pernafasanHasil: pernafasan 30x/menit, takipneu, dangkal, menggunakan otot bantu pernafasan
4. Memonitor toleransi aktivitas klienHasil: aktivitas kliendibantu oleh adiknya
S: Pasien mengatakan lemah dan nyeri dada skala 4
O: Tampak pucat, anemis, nadi perifer lemah, TD:1o0/70; N: 80x/i
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Evaluasi adanya nyeri dada
2. Observasi TTV3. Monitor status
pernafasan4. Monitor toleransi
aktivitas klien
IntoleransiAktifitas
1.Mengkaji factor yang menimbulkan kelelahanHasil :
S : klien mengataanmasih lemah
O : R : 80x/i, klien
Klien mengalami anemiaditandai dengan Hb 8.3
2.Mengkaji nutrisi dan sumber energy yang adekuatHasil : pasien mempunyai nafsu makanyang kurang
3. Memonitor respon kardiovaskular terhadap aktivitasHasil : masih dalam rentang normal HR: 80 x/i
4. Memonitor pola tidur dan lamanya tidur pasienHasil : klien selama di RS mengaku baru terlelap selama 2 jam
5. Mengevaluasi respon klien terhadap aktivitasHasil : klien masih belum mampu melakukan aktivitas secara mandiri
posisi semifowler,aktivitas klien masih terbatas, klien makan dan minum masih dibantu oleh keluarganya.
A : intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Mengkaji factor yang menimbulkan kelelahan
2.Mengkaji nutrisi dan sumber energyyang adekuat
3.Memonitor respon kardiovaskular terhadap aktivitas
4.Memonitor pola tidur dan lamanyatidur pasien
5.Mengevaluasi respon klien terhadap aktivitas
Pola nafastidakefektif
1) Mengevaluasi frekuensipernapasan dan penggunaan otot bantu
S : Pasien masih mengeluh sedikit
pernapasan.Hasil : Frekuensi napas 30x/I, takipnea,dangkal, menggunakan otot bantu pernapasan (sternocleidomastoideus)
2) Auskultasi bunyi napasHasil: Bunyi napas vesikuler, - ronchi, -whezzing.
3) Meninggikan kepala tempat tidur, letakkanpada posisi duduk tinggi atau semi fowler.Hasil : Pasien diposisikan dengan posisi duduk tegak atau semi fowler
4) Memonitor adanya kecemasan klien terhadap oksigenasiHasil: klien tampak tenang
5) Mengeluarkan secret dengan batuk atau suctionHasil: tidak terdapat sekret
sulit bernapas
O: Frekuensi napas 30x/i, bernapas tidak menggunakan otot bantu pernapasan, napas dalam.
A: Pola napas belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi1. Mengevaluasi
frekuensi pernapasan dan penggunaan otot bantu pernapasan
2. Auskultasi bunyi napas
3. Tinggikan kepala tempat tidur
5. Evaluasi Diri :
Pasien yang dicurigai mengalami gagal jantung maka
pemantauan terhadap TTV termasuk saturasi oksigen harus
dikaji secara berkala untuk memastikan tidak ada
penurunan kesadaran dan pantau dalam pemberian oksigen
yang adekat.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada Bab ini akan dibahas mengenai pencapaian diagnosa
yang ditemukan pada klien Nn. N dengan dengan Right Heart
Disease serta membandingkan dengan beberapa referensi yang
ada kemudian membandingkan adanya kesenjangan antara teori
dan praktek dalam ruang lingkup asuhan keperawatan dari
pengkajian sampai evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian data merupakan tahap awal dalam
mengumpulkan data pada klien. Pada tahap pengkajian
pada Nn. N yang menjadi sumber informasi dalam
pengumpulan data adalah klien dan keluarga klien.
Data yang didapatkan ada yang sesuai dengan tanda dan
gejala pada landasan teori gagal jantung dengan
penyebab hipertensi pulmonal.
B. Diagnosa Keperawatan
Dalam analisa kasus ini, kami mengangkat penurunan
curah jantung sebagai masalah utama sesuai gejala yang
didapatkan pada pengkajian klien, dan sesuai dengan
diagnosa pada landasan teori. Pada saat melakukan
pengkajian didapatkan bahwa terdapat peningkatan
frekuensi pernafasan pada klien (30x/menit), akral
teraba dingin, klien merasa lemas dan lemah, dan hasil
pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya cardiomegaly.
Pada diagnosa kedua kami angkat intoleransi aktivitas
sesuai dengan kondisi klien pada saat kami kaji yaitu
pasien tampk lesu dan lemah, Hb 8.3, hamper semua
aktivitas klien dibantu oleh saudaranya. Diagnose
ketiga adalah perubahan pola nafas, dimana data yang
ditemukan pada klien menunjukkan adanya perubahan pola
nafas yang terjadi, seperti klien nyaman pada saat
duduk, nafas pendek, menggunakan otot bantu pernafasan
dan frekuensi nafas 30x/ menit.
C. Implementasi Keperawatan
Pada tahap implementasi, telah dilakukan dengan baik
penanganan secara gawat darurat saat klien tiba di RS,
segala prosedur tindakan keperawatan telah sesuai
dengan teori jadi tidak ada kesenjangan.
D. Evaluasi
Evaluasi yang kami lakukan hanya pada saat klien
berada diruang gawat darurat, jadi belum maksimal dan
masih perlu dilanjutkan oleh perawat ruangan untuk
mengetahui keberhasilan dari pengobatan dan tindakan
keperawatan yang dilakukan. Rata-rata tindakan
keperawatan yang telah diberikan pada saat dievaluasi
belum teratasi karena klien hanya berada beberapa jam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan intervensi dan pembelajaran
kesehatan selama di bagian UGD dengan diagnosa Right
Heart Failure, kami menyimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam penerapan Asuhan keperawatan secara sistematis
dari pengkajian sampai evaluasi pada Nn.N, dengan
gagal jantung kanan ditemukan empat diagnosa
keperawatan, semua diagnosa yang ditemukan adalah
aktual, dari semua diagnosa yang diangkat: tidak ada
masalah yang teratasi.
2. Sesuai dengan teori pada pasien gagal jantung
terdapat 8 diagnosa keperawatan tetapi pada praktik
hanya ditemukan 4 diagnosa aktual yang ditemukan
sesuai dengan respon dan kondisi klien
B. Saran
1. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan akan berhasil apabila
ada kerjasama yang baik antara sesama perawat, tim
medis dan tenaga kesehatan lainnya karena itu
hendaknya kerjasama yang baik senantiasa dipelihara
dan terus dipertahankan
2. Agar proses keperawatan berlangsung dengan tepat dan
benar hendaknya pengadaan sarana penunjang/alat-alat
dapat disediakan sehingga dapat dimanfaatkan
semaksimal dan seefektif mungkin.
3. Disarankan kepada semua tenaga keperawatan agar
meluangkan waktu dan tenaga untuk melakukan
dokumentasi keperawatan setelah selesai melakukan
tindakan sebagai bukti legal pelaksanaan asuhan
keperawatan profesional
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan,Pedoman Untuk Perencanaan dan PendokumentasianPerawatan Pasien, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta
Grace A. Pierce & Borley R. Neil. (2006). Ilmu Bedah Edisiketiga. Erlangga. Jakarta
Price A. Sylvia & Wilson M. Lorraine. (2005).Patofisiologi Konsep Klinis Proses -Proses Penyakit Edisi 6volume 2 . Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Smeltzer C. Suzanne & Bare G. Brenda. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 3. Penerbit BukuKedokteran EGC. Jakarta
Suriadi & Rita Yuliani. (2001). Asuhan Keperawatan PadaAnak, Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta.
Satyanegara; Editor, L. Djoko Lestiono, Ilmu BedahSaraf, Edisi III, Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Smeltzer & Bare. (2001), Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah, Edisi 8 Volume 3, Penerbit Buku Kedokteran(EGC), Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan),
Yayasan IAPK Padjajaran Bandung, September
1996, Hal. 443 - 450
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran
EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.
Junadi P, Atiek SS, Husna A, Kapita selekta Kedokteran (Efusi
Pleura), Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universita Indonesia, 1982,
Hal.206 - 208
Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit), Buku 2,
Edisi 4, Tahun 1995, Hal ; 704 – 705 & 753
- 763.