3. bab 1 bab 2 bab 3 fixed

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toxoplasma adalah sejenis parasit yang terdapat pada hewan yang dapat ditularkan kepada manusia dan menyebabkan penyakit yang dikenal dengan nama Toxoplasmosis kongenital atau Toxoplasmosis akuisita. Indonesia negara tropis merupakan tempat yang sesuai perkembangan parasit tersebut, ditambah beberapa kondisi yang menunjang perkembangan parasit ini adalah sanitasi lingkungan dan banyaknya sumber penularan terutama kucing dan sebangsanya. Selama ini Toxoplasma di anggap banyak diderita oleh wanita hamil saja, padahal siapa saja bisa terkena dan terjangkit penyakit ini. 1

Transcript of 3. bab 1 bab 2 bab 3 fixed

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Toxoplasma adalah sejenis parasit yang

terdapat pada hewan yang dapat ditularkan kepada

manusia dan menyebabkan penyakit yang dikenal

dengan nama Toxoplasmosis kongenital atau Toxoplasmosis

akuisita. Indonesia negara tropis merupakan tempat

yang sesuai perkembangan parasit tersebut,

ditambah beberapa kondisi yang menunjang

perkembangan parasit ini adalah sanitasi

lingkungan dan banyaknya sumber penularan terutama

kucing dan sebangsanya.

Selama ini Toxoplasma di anggap banyak

diderita oleh wanita hamil saja, padahal siapa

saja bisa terkena dan terjangkit penyakit ini.

1

Penyakit ini berbahaya jika diderita oleh

penderita yang mengalami imunodefisiensi dan

wanita hamil. Toxoplasma berhabitat disemua sel

yang berinti. Adanya penyakit Toxoplasma di

Indonesia sudah tidak diragukan lagi, Toxoplasma

pada kucing maupun pada hewan ternak dan bahkan

hewan liar merupakan sumber penularan pada

manusia. Toxoplasma bukanlah penyakit menular,

tetapi ia menurun pada keturunan. Untuk menjawab

hal di atas penulis memilih judul “TOXOPLASMA

GONDII” sebagai judul Karya Tulis Ilmiah ini.

1.2 Pembatasan Masalah

Agar penulisan lebih akurat serta

keterbatasan waktu yang dimiliki penulis, maka

karya tulis ini hanya akan membahas tentang

pengertian dari Toxoplasma gondii dan akibat yang

ditimbulkan oleh Toxoplasma.

2

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk memberikan informasi mengenai

Toksoplasma gondii.

2. Untuk memenuhi program akademis SMAN 81 Jakarta

tahun pelajaran 2010-2011.

1.4 Ruang Lingkup

Karya tulis ini akan membahas beberapa macam

hal yaitu sejarah Toxoplasma gondii, morfologi dan

klasifikasi, daur hidup, cara terinfeksi, gejala-

gejala yang di alami, akibat dari Toxoplasma, dan

cara pencegahannya.

1.5 Landasan Teori

Adyatma, dalam kutipan

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19305/5/ Chapt

3

er %20I. pdf yang berjudul “CHAPTER 1.pdf – USU

REPOSITORY” di berpendapat “Toxoplasma adalah sejenis

parasit yang terdapat pada hewan yang ditularkan kepada

manusia dan menyebabkan penyakit yang dikenal dengan nama

Toxoplasmosis. Indonesia negara tropis merupakan tempat yang

sesuai perkembangan parasit tersebut, ditambah beberapa kondisi

yang menunjang perkembangan parasit ini adalah sanitasi

lingkungan dan banyaknya sumber penularan terutama kucing,

burung, anjing dan sebangsannya”

Purplegalz, dalam kutipan

http://kumpulkumpulkucing.blogspot.com/2009/05/pen

genalan-tentang-toxoplasma.html yang berjudul

“kumpulkumpulkucing: pengenalan tentang toxoplasma”

di berpendapat “Toxoplasma adalah protozoa atau parasit

bersel satu yang sering dikenal dengan nama Toxoplasma gondii.

Parasit ini dapat ditemukan pada hewan berdarah panas dan

mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara dan

kucing, serta berbagai jenis felidae lainnya sebagai hospes

definitif.”

4

Valeron, dalam kutipan

http://filmetrbaru.blogspot.com/2009/04/jenis-

penyakit-toxoplasmosis.html yang berjudul “lmu

kesehatan: Jenis penyakit Toxoplasmosis” di

berpendapat “Toxoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan

oleh protozoa (bersel satu) yang disebut Toxoplasma gondii yaitu

suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia

dan hewan peliharaan. Penyakit Toxoplasmosis biasanya

ditularkan dari kucing atau anjing tetapi penyakit ini juga dapat

menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan

peliharaan lainnya.”

Dari ketiga pendapat di atas, penulis

menyimpulkan bahwa Toxoplasma gondii adalah sejenis

parasit yang terdapat pada hewan yang ditularkan

kepada manusia dan hewan menyababkan penyakit yang

dikenal dengan Toxoplasmosis. Parasit ini dapat

ditemukan pada hewan berdarah panas dan mamalia

lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara

dan kucing.

5

1.6 Metodologi Penelitian

Penulisan karya tulis ini menggunakan metode

studi kepustakaan. Pengambilan data berasal dari

buku dan internet.

1.7 Sistematika Penulisan

ABSTRAK

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Pembatasan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

6

1.4 Ruang Lingkup

1.5 Landasan Teori

1.6 Metodologi Penulisan

1.7 Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 TOXOPLASMA GONDII

2.1.1 Sejarah Toxoplasma gondii

2.1.2 Morfologi dan Klasifikasi

2.1.3 Daur Hidup

2.2 Akibat yang Ditimbulkan Toxoplasma

2.2.1 Cara Terinfeksi

2.2.2 Patologi dan Gejala Klinik

2.2.3 Akibat dari Toxoplasma gondii

2.2.4 Cara Pencegahan

BAB III PENUTUP

7

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BIODATA PENULIS

8

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TOKSOPLASMA GONDII

2.1.1 Sejarah Toxoplasma gondii

Toxoplasma berasal dari kata toxon yang berarti

bulan sabit dan gondii yang berarti rodensia,

Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan oleh Nicole

dan Manceaux tahun 1908 pada limfa dan hati hewan

pengerat Ctenodactylus gundi di Tunisia Afrika dan pada

seekor kelinci di Brazil. Lalu pada tahun 1908

protozoa yang sama terdapat pada anjing di Italia,

sedangkan pada tahun 1923 protozoa ini ditemukan

pada penderita korioretinitis dan pada tahun 1937

telah diisolasi dari neonatus dengan esefalitis dan

dinyatakan sebagai penyebab infeksi kongenital pada

anak. Tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi

9

jelas setelah dilakukan penelitian lebih lanjut oleh

pakar ilmu kesehatan.

Menurut salah satu pakar ilmu kesehatan, pada

tahun 1969 Toxoplasma gondii dalam klasifikasi masih

belum pasti, namun pada tahun 1970 dapat ditetapkan

bahwa Toxoplasma gondii termasuk sporozoa yang mirip

dengan Isospora. Pada tahun 1970, ditemukan secara

serentak dibeberapa Negara bahwa Toxoplasma gondii

ternyata memproduksi ookista di dalam tubuh kucing

yang tidak dapat dibedakan dengan suatu ookista

yang kemudian disebut Isospora bigemina. Dengan

kata lain, ookista ini berisi dua sporokista yang

masing-masing berisi empat sporozoit. Di Indonesia

Toxoplasma gondii mulai diteliti pakar ilmu kesehatan

pada tahun 1972 baik pada manusia ataupun pada

hewan.

2.1.2 Morfologi dan Klasifikasi

10

Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat

intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk yaitu

takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi

bradizoit), dan ookista (berisi sporozoit). Bentuk

takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang

runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang

4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput

sel, satu inti yang terletak ditengah bulan sabit

dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan

badan golgi. Tidak mempunyai kinetoplas dan

sentrosom serta tidak dapat berpigmen. Bentuk ini

terdapat pada hospes perantara seperti burung dan

mamalia termasuk manusia dan kucing sebagai hospes

definitif. Takizoit ditemukan pada infeksi akut

dalam berbagai jaringan tubuh. Takizoit dapat

memasuki tiap sel yang berinti.

Kista dibentuk di dalam sel hospes bila

takizoit yang membelah telah membentuk dinding.

Ukuran kista berbeda-beda, ada yang ukuran kecil 11

hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yang

berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000

bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan

seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan

otot bergaris.

Gambar 2.1 Takizoit toxoplasma gondii (a) Takizoit dalam sel

mononuclear besar dan (b) Takizoit bebas dalam darah.

12

(sumber:repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3733/.../fkm-indra

%20c4.pdf)

Di otak bentuk kista lonjong atau bulat, tetapi

didalam otot bentuk kista mengikuti bentuk sel otot.

Kista ini merupakan stadium istirahat dari Toxoplasma

gondii. Menurut ahli biologis, pada infeksi kronis

kita dapat menemukan jaringan organ tubuh dan

terutama di otak.

Ookista berbentuk lonjong, berukuran 11-14 x 9-

11 mikron. Ookista mempunyai dinding, berisi satu

sporoblas. Pada perkembangan selanjutnya kedua

sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista.

Masing-masing sporokista tersebut berisi 4

sporozoit yang berukuran 8 x 2 mikron dan sebuah

benda residu.

Toxoplasma gondii dalam klasifikasi termasuk kelas

sporozoasida, karena berkembang biar secara seksual

13

dan aseksual yang terjadi secara bergantian.

Klasifikasi parasit sebagai berikut:

1. Dunia : Animalia

2. Sub Dunia : Protozoa

3. Filum : Apicomplexa

4. Kelas : Sporozoasida

5. Sub Kelas : Coccidiasina

6. Bangsa : Eucoccidiorida

7. Sub Bangsa : Eimeriorina

8. Suku : Sarcocystidae

9. Marga : Toxoplasma

10. Jenis : Toxoplasma gondii.

2.1.3 Daur Hidup

14

Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes

definitif dari Toxoplasma gondii. Di dalam usus kecil

kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh

menjadi trofozoit. Inti trofozoit membelah menjadi

banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang

pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni).

Daur aseksual ini dilanjutkan dengan daur seksual.

Merozoit masuk ke dalam epitel dan membentuk

makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi

makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah

terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan

dikeluarkan bersama tinja kucing.

Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan

berkembang membentuk dua sporokista yang masing-

masing berisi empat sporozoit (sporogoni). Bila

ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, sapi,

babi dan tikus serta ayam atau burung, maka di

dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur

aseksual yang menghasilkan takizoit. Takizoit akan 15

membelah, kecepatan membelah takizoit ini berkurang

secara berangsur kemudian terbentuk kista yang

mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista

biasanya ditemukan pada infeksi menahun (infeksi

laten).

16

Gamba

r 1.2 Daur hidup toxoplasma gondii, sumber infeksi pada

manusia.

(sumber:repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3733/.../ fkm -indra

%20c4.pdf)

Bila kucing sebagai hospes definitif makan

hospes perantara yang terinfeksi maka berbagai

stadium seksual di dalam sel epitel usus muda akan 17

terbentuk lagi. Jika hospes perantara yang dimakan

kucing mengandung kista Toxoplasma gondii, maka masa

prepatennya 2-3 hari. Tetapi bila ookista tertelan

langsung oleh kucing, maka masa prepatennya 20-24

hari. Dengan demikian kucing lebih mudah terinfeksi

oleh kista dari pada oleh ookista.

2.2 Akibat yang ditimbulkan oleh Toxoplasma

Hospes definitif dari Toxoplasma gondii adalah kucing

dan hewan famili Felidae, hospes perantaranya adalah

manusia, burung, dan mamalia lainnya. Penyakit yang

ditimbulkan disebut Toxoplasmosis kongenital atau

Toxoplasmosis akuisita.

2.2.1 Cara Terinfeksi

Manusia dapat terinfeksi oleh Toxoplasma gondii

dengan berbagai cara yaitu makan daging mentah atau

kurang masak yang mengandung kista Toxoplasma gondii,

termakan atau tertelan bentuk ookista dari tinja

kucing (infeksi akuisita), misalnya bersama buah-18

buahan dan sayur-sayuran yang terkontaminasi. Bisa

juga terinfeksi melalui transplantasi organ tubuh

donor penderita Toxoplasmosis laten kepada resipien yang

belum pernah terinfeksi Toxoplasma gondii. kecelakaan

laboratorium dapat terjadi melalui jarum suntik dan

alat laboratorium lain yang terkontaminasi oleh

Toxoplasma gondii. infeksi kongenital, terjadi intra

uterin melalui plasenta.

Setelah terjadi infeksi Toxoplasma gondii ke dalam

tubuh akan terjadi proses yang terdiri dari tiga

tahap yaitu parasitemia, di mana parasit menyerang

organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan

menghancurkan sel-sel inang. Proses perbanyak diri

ini paling nyata terjadi pada jaringan

retikuloendotelial dan otak, di mana parasit

mempunyai afinitas paling besar. Pembentukan

antibodi merupakan tahap kedua setelah terjadinya

infeksi. Tahap ketiga merupakan rase kronik,

terbentuk kista-kista yang menyebar di jaringan 19

otot dan syaraf, yang sifatnya menetap tanpa

menimbulkan peradangan lokal.

2.2.2 Patologi dan Gejala Klinik

Gejala klinik yang ditimbulkan oleh parasit ini

tergantung dari kerusakan jaringan dalam tubuh.

Kerusakan ini tergantung pada beberapa hal, yaitu:

1. Umur, pada bayi kerusakan lebih berat dari

pada orang dewasa,

2. Virulensi strain Toxoplasma,

3. Jumlah parasit,

4. Organ tubuh yang diserang.

Lesi pada susunan saraf pusat biasanya lebih

berat dan permanen, karena jaringan ini tidak mampu

berregenerasi. Kelainan susunan saraf pusat berupa

nekrosis dengan klasifikasi. Pada infeksi akut

20

retina, penyembuhannya meninggalkan sikatrik dengan

atrofi retina dan koroid disertai pigmentasi.

Di otot jantung dan otot bergaris lainnya dapat

ditemukan Toxoplasma gondii tanpa menimbulkan

peradangan. Toxoplasmosis dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Toxoplasmosis kongenital

Berat-ringannya infeksin tergantung dari usia

janin saat infeksi terjadi. Makin muda usia

janin saat terjadi infeksi, makin berat

kerusakan pada organ tubuh. Infeksi yang

terjadi pada waktu ibu hamil muda menyebabkan

keguguran atau anak lahir mati. Kadang-kadang

bayi lahir normal, tapi gejala klinis baru

timbul setelah beberapa minggu atau sampai

beberapa tahun.

2. Toxoplasmosis akuisita

Infeksi Toxoplasma gondii pada orang dewasa

biasanya tanpa gejala. Bila ada gejala

21

biasanya ringan, seperti mononukleosis

infeksiosa, limfadenopati, lelah, demam,

sakit kepala, kadang-kadang terdapat

eksantem.

Bila seorang wanita hamil menderita

Toxoplasmosis akuisita kadang-kadang dapat

melahirkan bayi dengan Toxoplasmosis kongenital.

Bila terjadi retiokoroiditis pada usia

remaja, biasanya sebagai reaksi laten dari

Toxoplasmosis kongenital.

2.2.3 Akibat dari Toxoplasma gondii

Dampak yang diakibatkan dari Toxoplasma gondii

memang cukup memberikan dampak pada embrio yang ada

dalam kandungan, dalam hal ini memang sang ibu

tidak merasakan efek dari Toxoplasma gondii tersebut

melainkan akan dirasakan pada saat bayi tersebut 22

lahir. Beberapa bayi yang mengidap Toxoplasma gondii

akan mengalami beberapa gangguan pada pendengaran,

pernafasan, gangguan hati, penglihatan bahkan hal

terburuk bisa mengalami kebutaan, dan menyebabkan

cacat bawaan disaat dalam kandungan.

Dalam proses gangguan saraf akibat Toxoplasma

gondii tersebut akan nampak pada bayi setelah beberapa

bulan atau beberapa tahun, meskipun beberapa

diantaranya bayi yang terjangkit parasit tersebut

lahir tanpa mengalami gangguan dalam arti lain 90%

bayi yang terinfeksi lahir dengan normal dan 10%

mengalami keguguran akibat parasit tersebut.

Beberapa dokter kandungan pun menyarankan kepada

para ibu hamil yang memelihara binatang seperti

kucing atau anjing untuk melakukan pemeriksaan USG,

untuk mencegah hal tersebut pada bayi dan jika

indikasi tersebut ada pada hasil tes tersebut saat

ini para dokter menyarankan untuk melakukan suntik

untuk mengatasi parasit tersebut, meskipun biaya 23

yang harus kita keluarkan untuk melakukan pencegahan

tersebut cukup mahal.

Toxoplasma gondii ini memang bukan hanya menyerang

bayi, tetapi pria atau wanita dewasa juga dapat

terjangkit penyakit dari parasit tersebut. Jika

anda mengerti dampak dari penyakit tersebut ada

baiknya jika anda sedang hamil atau mengandung

untuk menghindari binatang peliharaan anda sejauh

mungkin dan cobalah untuk mengkonsumsi makanan

sehat.

2.2.4 Cara Pencegahan

1. Lakukan pemeriksaan terhadap binatang

peliharaan anda di rumah, seperti kucing,

burung, ikan, kelinci dan anjing untuk

mengetahui apakah mereka memiliki infeksi

aktif atau tidak. Jika binatang peliharaan

anda ternyata memiliki infeksi aktif,

titipkan mereka ke tempat pemeliharaan atau

24

pada teman sekurang kurangnya selama 6 minggu

(yaitu dimana masa infeksi dapat ditularkan).

Jika mereka bebas dari infeksi, biarkan

mereka seperti biasanya dengan tidak

membiarkan mereka memakan daging mentah,

pergi keluar rumah, memburu tikus atau

burung, atau bermain dengan binatang lain.

2. Mintalah seseorang untuk membersihkan kandang

dan kotorannya. Bila harus melakukannya

sendiri, gunakan sarung tangan dan cuci

tangan setelah selesai. Kandang harus

dibersihkan setiap hari karena oosit yang

memindahkan penyakit akan sangat menular

dengan berjalannya waktu.

3. Gunakan sarung tangan jika anda berkebun.

Jangan berkebun di tanah yang terkena kotoran

kucing. Juga jangan biarkan anak bermain di

pasir yang terkena kotoran kucing.

25

4. Cuci buah dan sayur terutama yang ditanam

sendiri dengan sunlight, bilas dengan bersih.

5. Jangan makan daging mentah atau daging yang

kurang matang atau susu yang tidak di

pasteurisasi. Bila anda ke restoran pesanlah

daging yang matang penuh.

6. Thermometer daging yang anda masak atau

rebus. Minimal harus menunjukkan 70°C. (kista

ini di lingkungan dapat hidup sampai beberapa

bulan. Dan dia tahan terhadap desinfektan,

freezing and drying. Tapi parasit ini akan

mati pada suhu 70°C dalam 10menit).

7. Jika anda sedang hamil lakukan pemeriksaan

rutin untuk mengindari dan mengantisipasi

jika terkena Toxoplasma gondii.

26

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit Toxoplasmosis merupakan penyakit

kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di berbagai

negara juga di Indonesia, karena gejala klinisnya

ringan maka sering kali luput dari pengamatan

dokter. Padahal akibat yang ditimbulkannya

memberikan beban berat bagi masyarakat seperti

abortus, lahir mati maupun cacat kongenital.

Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes

definitif dari Toxoplasma gondii. Jika hospes

perantara yang dimakan kucing mengandung kista

27

Toxoplasma gondii, maka masa prepatennya 2-3 hari.

Tetapi bila ookista tertelan langsung oleh kucing,

maka masa prepatennya 20-24 hari. Dengan demikian

kucing lebih mudah terinfeksi oleh kista dari pada

oleh ookista.

Untuk mengetahui kita terkena Toxoplasma gondii

atau tidak, dapat dengan cara memeriksakan diri ke

dokter dengan pemeriksaan laboratorium antibodi

kelas IgM dan igG.

3.2 Saran

Dari penjelasan karya tulis di atas, penulis

menyarankan untuk ibu hamil yang memelihara

binatang seperti kucing atau anjing untuk

melakukan pemeriksaan USG, untuk mencegah hal yang

28

tidak diinginkan pada cabang bayi dan jika

indikasi tersebut ada pada hasil tes, saat ini

penulis menyarankan untuk melakukan suntik untuk

mengatasi parasit tersebut. Dan menjaga pola

makan 4 sehat 5 sempurna, serta menjaga kebersihan

lingkungan sekitar. Tidak memakan makanan yang

setengah matang atau mentah. Atau untuk ibu-ibu

yang sudah memiliki anak agar selalu menjaga buah

hatinya agar tidak terjangkit Toxoplasma gondii

dengan tidak membiarkan si anak bermain dipasir

atau tanah dan memelihara binatang dengan

berlebihan. Jika memiliki hewan peliharaan,

lakukanlah pemeriksaan terhadap hewan peliharaan

tersebut untuk memastikan apakah terinfeksi aktif

atau tidak. Tetapi lebih baik tidak memelihara

hewan peliharaan agar kita dan keluarga terhindar

dari Toxoplasma gondii. Untuk ibu hamil dianjurkan

memeriksakan ke dokter pada trisemester pertama

secara teratur.

29

30