Gagal jantung Kel 3
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Gagal jantung Kel 3
GAGAL JANTUNG
Disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Sistem
Kardiovaskuler
Disusun oleh :
1.Eko Priyanto : 12209016
2.Endah Nurmala Sari : 12209017
3.Haris Munandar : 12209018
4.Harry Cipta Darmawan : 12209019
5.Hasan Hariri : 12209020
6.Herawati Rahayu : 12209021
7.Hilda Ayu Adriyana : 12209022
8.Ichktiar Galih Pratama : 12209023
Kelompok 3
S1 keperawatan Tingkat 1
Kampus A : Jl. Raya Prabu Siliwangi ( Jl. Raya Pasar Kemis ) KM 3 Tangerang –
Banten Telp/Fax. (021) 592 1132
Kampus B : RSU Melati Jl. Merdeka No. 92 Tangerang – Banten, Telp. (021) 592 1132
Email : [email protected], Website : www.stikes_yatsi.ac .id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan dengan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas Sistem Kardiovaskuler yang berjudul
“Gagal Jantung” dengan lancar dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat berdasarkan tugas yang diberikan oleh
dosen mata kuliah Sistem Kardiovaskuler dengan tujuan untuk
memenuhi persyaratan mata kuliah dan mengukur kemampuan serta
penalaran mahasiswa dalam memahami setiap konsep yang
diajarkan.
Bersama ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak
yang telah membantu kami dalam proses pembuatan makalah ini.
Semoga kebaikan mereka mendapatkan imbalan dari Allah swt.
Kami mohon maaf jika dalam menyusun makalah ini kurang
baik. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
terutama bagi pembacanya.
Tangerang, 13
Juni 2013
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................i
DAFTAR ISI..................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................1
B. Rumusan Masalah..................................1
C. Tujuan penulisan.................................2
D. Metode Penulisan.................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ......................................3
B. Penyebab Gagal Jantung ..........................4
C. Manifestasi Klinis...............................4
ii
D. Patofisiologi....................................6
E. Komplikasi ......................................6
F. Pemeriksaan Diagnostik Gagal Jantung ............6
G. Penatalaksanaan ................................7
H. Pengkajian ......................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................14
B. Saran ...........................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................15
LAMPIRAN ..................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal jantung (Congestive Heart Failure) adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Resiko CHF
akan meningkat pada orang lanjut usia (lansia) karena
penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat
menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit
lain, seperti: hipertensi, penyakit katup jantung,
kardiomiopati dan lain-lain.
Saat ini Congestive Heart Failure (CHF) atau yang biasa
disebut gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya
penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat. Resiko
kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10%
pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat
menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, CHF
merupakan penyakit yang paling sering memerlukan
perawatan ulang di rumah sakit (readmission) meskipun
pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal.
(R. miftah, 2004)
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler
masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut data WHO
dilaporkan bahwa sekitar 3000 penduduk Amerika menderita
CHF. Sedangkan pada tahun 2005 di jawa tengah terdapat
520 pasien CHF. Pada umumnya CHF diderita lansia yang
berusia 50 tahun, insiden ini akan terus bertambah setiap1
tahun pada lansia berusia diatas 50 tahun. Sebagian besar
lansia yang di diagnosis CHF tidak dapat hidup lebih dari
5 tahun. (Charlie, 2005)
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan gagal jantung?
b. Apa saja penyebab gagal jantung?
c. Apa saja manifestasi klinis dari gagal jantung?
d. Bagaimana patofisiologi dari gagal jantung?
e. Apa saja penatalaksaan pada gagal jantung?
f. Apa komplikasi dari gagal jantung?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dalam mata kuliah Sistem Kardiovaskuler
dan menambah wawasan Mahasiswa tentang penyakit Infark
Miokard.
D. Metode Penulisan
Dalam memperoleh data atau informasi yang akan
digunakan untuk penulisan makalah ini, penulis
menggunakan metode studi kepustakaan yakni dilakukan
dengan mengambil referensi dari buku-buku dengan topik
penulisan makalah ini sebagai dasar untuk mengetahui dan
memperkuat teori yang digunakan.
2
Gagal jantung (Congestive Heart Failure) adalah keadaan
patofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.
(Faqih Ruhayanudin, 2006)
Gagal jantung terjadi sewaktu jantung tidak mampu
memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrien tubuh. Gagal jantung disebabkan akibat
disfungsi diastolik atau sistolik. (Elizabeth J. Corwin,
2009).
Gagal jantung diastolik dapat terjadi dengan atau tanpa
gagal jantung sistolik. Gagal jantung diastolik sering
terjadi akibat hipertensi yang lama (kronis). Ketika
ventrikel harus memompa secara berkelanjutan melawan
kelebihan beban yang sangat tinggi (peningkatan
resistensi), sel otot hipertrofi dan menjadi kaku.
Kekakuan sel otot menyebabkan penurunan daya regang
ventrikel, sehingga menurunkan pengisian ventrikel,
kelainan relaksasi diastolik, dan penurunan volume
sekuncup. Volume diastolik-akhir pada ventrikel kiri dan
tekanan diastolik-akhir ventrikel kiri mengalami
peningkatan dan memantul kembali ke sirkulasi paru,
menyebabkan hipertensi paru. Karena volume sekuncup dan
akibatnya tekanan darah turun, refleks baroreseptor
teraktivasi.
Disfungsi sistolik sebagai penyebab gagal jantung
akibat cedera pada ventrikel, biasanya berasal dari
infark miokard. Kerusakan otot sehingga tidak mampu
berkontraksi secara penuh, dan sekali lagi, volume
4
sekuncup turun. Penurunan volume sekuncup menyebabkan
penurunan tekanan darah, yang segera diikuti dengan
insiasi respons refleks menyesuaikan untuk mengembalikan
ke kondisi sebelumnya. Karena ventrikel yang rusak tidak
mampu mengembalikan volume sekuncup, refleks tetap
berlanjut. Bahwa pengaktifan respon simpatis yang kronis
pada akhirnya menurunkan kadar kalsium didalam, dan
pelepasan kalsium dari retikulum sakoplasmik sel-sel
miokard. Penurunan kalsium otot jantung menyebabkan
eksitasi-kontraksi ganda, akibatnya produksi kekuatan
otot jantung menghilang, disritmia, dan akhirnya terjadi
disfungsi kontraktil serta perubahan bentuk sel otot
jantung.
Gagal jantung dapat dimulai di sisi kiri atau kanan
jantung. Sebagai contoh, hipertensi sistemik yang kronis
akan menyebabkan ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan
melemah. Hipertensi paru yang berlangsung lama akan
menyebabkan ventrikel kanan mengalami hipertrofi dan
melemah. Letak suatu infark miokard akan menentukan sisi
jantung yang pertama kali terkena setelah terjadi
serangan jantung.
Karena ventrikel kiri yang melemah akan menyebabkan
darah kembali ke atrium, dan kemudian ke sirkulasi paru,
ventrikel kanan, dan atrium kanan, dapat menjelaskan
bahwa gagal jantung kiri akhirnya akan menyebabkan gagal
jantung kanan. Pada kenyataannya, penyebab utama gagal
jantung kanan adalah gagal jantung kiri. Karena tidak
dapat dipompa secara optimum keluar dari sisi kanan
5
jantung, darah mulai terkumpul di sistem vena perifer.
Hasil akhirnya adalah volume darah dalam sirkulasi
semakin berkurang dan tekanan darah menurun serta
perburukan siklus gagal jantung.
B. Penyebab Gagal Jantung
Penyebab gagal jantung antara lain :
1. Infark miokard
2. Miopati jantung
3. Defek katup jantung
4. Malformasi kongenital
Gagal jantung juga dapat disebabkan dari penyebab
selain jantung seperti hipertensi sistemik atau paru
kronis atau yang lebih jarang terjadi, gangguan seperti
gagal ginjal atau intoksikasi air. Penyakit kronis
lainnya seperti diabetes, anemia berat, hipertiroidisme,
hipotiroidisme, emfisema dan lupus. Adanya virus yang
menyerang otot jantung, infeksi berat, reaksi alergi,
pembekuan darah di paru-paru dan penggunaan obat
tertentu.
C. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis gagal jantung sering dipisahkan menjadi
efek ke depan (forward) atau efek ke belakang (backward),
dengan sisi kanan atau kiri jantung sebagai titik awal
serangan. Efek kedepan dianggap “hilir” dari miokardium
yang melemah. Efek ke belakang dianggap “hulu” dari
miokardium yang melemah.
1. Efek ke depan gagal jantung kiri6
a. Penurunan tekanan darah sistemik
b. Kelelahan
c. Peningkatan kecepatan denyut jantung
d. Penurunan pengeluaran urine
e. Expansi volume plasma
2. Efek ke belakang gagal jantung kiri
a. Peningkatan kongesti paru, terutama sewaktu
berbaring
b. Dispnea (sesak nafas)
c. Apabila keadaan memburuk, terjadi gagal jantung
kanan
3. Tanda dan gejala pada gagal jantung kiri
a. Dispnea
b. Fatigue
c. Ortopnue
d. Batuk
e. Pembesaran jantung
f. Pernafasan chines stoke, tachycardia
g. Ronchi
h. Congesti vena pulmonal
4. Efek ke depan gagal jantung kanan
a. Penurunan aliran darah paru
b. Penurunan oksigenasi darah
c. Kelelahan
d. Pernurunan tekanan darah sistemik
5. Efek ke belakang gagal jantung kanan
a. Peningkatan penimbunan darah dalam vena, edema
pergelangan kaki dan tungkai
7
b. Distensi vena jugularis
c. Hepatomegali dan splenomegli
6. Tanda dan gejala gagal jantung kanan
a. Fatigue
b. Edema
c. Liver engogerment
d. Anoreksia
e. Kembung
f. Pembesaran jantung kanan
g. Murmur
h. Peningkatan tekanan vena jugularis
i. Asites
j. Hepatomegali dan pitting odema
k. Penambahan berat badan
D. Patofisiologi
Adanya proses atherosclerosis dan hypertensi yang ±30xlebih banyak terjadi pada ventrikel kiri yang mengganggu
kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif, maka timbul
kecenderungan untuk memandang kegagalan setelah kerusakan
jaringan miokard selalu hampir selalu primer disisi kiri.
E. Komplikasi
Komplikasi dapat berupa :
a. Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal,
yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak
8
di tangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung dapat
membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
b. Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga
dapat terjadi kerusakan pada katup jantung.
c. Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang
menempatkan terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini
dapat menyebabkab jaringan parut yang mengakibatkanhati
tidak dapat berfungsi dengan baik.
d. Serangan jantung dan stroke.
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada
gagal jantung daripada di jantung yang normal, maka
semakin besar kemungkinan akan terejadi pembekuan darah,
yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung
atau stroke.
F. Pemeriksaan Diagnostik Gagal Jantung
1. Pemeriksaan Fisik
a. Gejala dan tanda sesak nafas
b. Edema paru
c. Peningkatan JVP
d. Hepatomegali
e. Edema tungkai
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektro kardiogram (EKG)
Hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis,
iskemia, disritmia, takikardi, fibrilasi atrial.
9
b. Sonogram (ekocardiogram, ekokardiogram dopple)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan
dalam fungsi/struktur katup, atau area penurunan
kontraktili tas ventricular.
c. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri
dan stenosis katup atau insufisiensi.
d. Rongent dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau
perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
e. Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis
respiratori ringan (dini) atau hipoksemia dengan
peningkatan PCO2 (akhir).
G. Penatalaksanaan
a. Panduan praktik terbaik yang dikeluarkan oleh American
Heart Association telah mengidentifikasikan penggunaan
penyekat beta dan penghambat enzim pengubah angiotensin
(inhibitor ACE) sebagai terapi yang paling efektif
untuk gagal jantung kecuali ada kontra indikasi khusus.
Inhibitor ACE menurunkan afterload (TPR) dan volume
plasma (preload). Penyekat reseptor angiotensin dapat
digunakan sebagai inhibitor ACE.
10
b. Diberikan diuretik untuk menurunkan volume plasma
sehingga aliran balik vena dan peregangan serabut otot
jantung berkurang.
c. Terapi oksigen mungkin digunakan untuk mengurangi
kebutuhan jantung.
d. Nitrat mungkin diberikan untuk mengurangi afterload dan
preload.
e. Uji coba nitric okside boosting drup (BiDil) untuk
beberapa pasien penderita gagal jantung, terutama Afro-
America, menunjukkan bahwa obat ini memperbaiki
kualitas hidup pasien dan angka keselamatan hidup yang
lebih lama.
f. Penyekat aldosteron (epleronon) telah terbukti
mengobati gagal jantung kongestif setelah serangan
jantung.
g. Digoksin (digitalis) mungkin diberikan untuk
meningkatkan kontraktilitas. Digoksin bekerja secara
langsung pada serabut otot jantung untuk meningkatkan
kekuatatn setiap kotntraksi tanpa bergantung panjang
serabut otot. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
curah jantung sehinggan volume dan peregangan ruang
ventrikel berkurang. Saat ini digitalis lebih jarang
digunakan untuk mengatasi gagal jantung dibandingkan
masa sebelumnya.
Pengobatan klien dengan gagal jantung ditujukan untuk :
a. Memperbaiki kontraktilitas jantung melalui penghambat
produksi angiotensin II dengan penghambat enzim
11
pengubah angiotensin guna mengurangi kadar aldosteron
dalam sirkulasi dan menurunkan tekanan darah.
b. Mengobati gejala dengan pemberian diuretic (mengurangi
kelebihan cairan), golongan digistalis (meningkatkan
Ca2+ intraseluler sehingga mempunyai efek inotropik
positif) nitrat/hideralijin (meningkatkan kapasitas
vena sehingga menurunkan venous return → menurunkan
preload.
c. Menurunkan beban terhadap jantung dengan pembatasan
aktifitas seperti yang teah diuraikan diatas dan
pemberian diet rendah garam
d. Meningkatkan oksigenasi jaringan dengan pemberian
oksigen dan penurunan konsumsi oksigen dengan badrest.
H. PengkajianPengkajian Gagal Jantung
1. Keluhan utama
Merupakan gejala penyakit yang dirasakan pada saat masuk
RS atau saat dilakukan pengkajian. Pada klien dengan CHF
keluhan utamanya adalah kelemahan, sesak nafas, dan dada
berdebar-debar, yang merupakan dampak dari kongesti paru
dan manifestasi gangguan kontraktilitas miocard.
Riwayat penyakit dahulu pada klien dengan CHF perlu
dikaji adanya faktor resiko seperti hipertensi kronis,
DM, serangan IMA terdahulu, atau adanya kelainan jantung
bawaan termasuk kelainan katup.
12
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Yang perlu dikaji adalah mengenai kebiasaan keluarga yang
kurang sehat yang biasa menjadi faktor predis posisi
terjadinya gagal jantung seperti merokok, kebiasaan makan
makanan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol
maupun aktivitas olahraga yang tidak teratur atau bahkan
tidak pernah dilakukan selain itu juga perlu dikaji
tentang adanya anggota keluarga yang menderita CHF
sebagai patokan dalam mengetahui tingkat pengetahuan
keluarga tentang penyakit tersebut sehubungan dengan cara
pengambilan keputusan dalam mengatasi masalah kesehatan
klien.
Ada kalanya dalam anggota keluarga klien ada yang
menderita penyakit jantung (hipertensi, penyakit jantung
koroner ) maupun DM, mengingat penyakit jantung
berhubungan dengan faktor-faktor penyakit herediter
seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
3. Data Psikososial
Perlu dievaluasi tentang kesiapan emosional klien untuk
belajar mengenali penyakit dan terapinya. Seringkali
ditemukan perubahan status psikososial klien yang
cenderung mangalami gangguan kepribadian di karnakan
kelemahan dan rasa tidak berdaya, kehilangan atau
kesulitan menerima perubahan peran yang kadang
menyebabkan klien jatuh dalam keadaan depresi. Gangguan
ini timbul seiring dengan kurangnya pengetahuan terhadap
penyakit dan penatalaksanaan sebenarnya.
4. Aktifitas sehari-hari
13
Kebiasaan makan klien mungkin mengalami perubahan berupa
kehilangan nafsu makan, mual/muntah, kadang nampak
perubahan berat badan yang signifikan.
Dalam istirahat klien mengalami gangguan karna adanya
paroxysmal noctural dispnoe dan rasa tidak nyaman karna
odema.
Keletihan terus menerus sepaanjang hari dan nyeri dada
saat aktifitas memperlihatkan adanya gangguan aktifitas.
Karna kondisi tubuh yang lemah, klien akan cenderung
tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhannya.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum letargi, pembekakan pada ekstremitas
maupun abdomen, klien tampak gelisah, tidur sambil
duduk atau dengan menggunakan beberapa bantal.
b. Pada umumnya kesadaran klien tidak mengalami
perubahan kecuali bila otak mulai kekurangan oksigen
yang disebabkan oleh penurunan CO2 bisa dijadikan
landasan klien bisa jatuh dalam keadaan status
kesadaran yang rendah.
c. Vital sign, temperatur tubuh jarang mengalami
gangguan. Tekanan darah mungkin rendah, normal, atau
tinggi pada kelebihan beban cairan. Tekanan nadi
mungkin menyempit yang menunjukkan penurunan volume
sekuncup, HR meningkat (gagal jantung kiri).
Takipnea dan nafas dangkal.
d. Review of system disritmia, bunyi jantung tambahan
dan gallop ritme, S1\S2 mungkin melemah. Murmur
sistolik maupun diastolik dapat menandakan
14
adanya stenosis katup ataupun insifisiensi.
I. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan pada klien gagal jantung meliputi :
1. Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan
frekuensi irama.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum.
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
tirah baring yang lama.
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan
dengan anoreksia dan nausea.
J. Intervensi dan RasionalDiagnosa 1 : Curah jantung menurun berhubungan
dengan perubahan frekuensi irama.
Ditandai dengan : Peningkatan frekuensi jantung,
perubahan TD (Hipotensi/hipertensi).
Tujuan : Curah jantung mencukupi kebutuhan
individual, menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas
yang dapat diterima.
Intervensi
1. Auskultasi nadi apikal; kaji frekuensi irama jantung.
2. Kaji tanda-tanda vital terutama tekanan darah.
3. Catat bunyi jantung.
4. Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung,
disorientasi, cemas dan bingung.
15
5. Berikan oksigen tambahan dengan kanul nasal/masker
sesuai indikasi.
6. Kolaborasi dalam pemberian terapi obat.
Rasional
1. Mengetahui normal atau abnormal frekuensi irama
jantung.
2. Untuk mengetahui perubahan kondisi tubuh.
3. Untuk mengetahui abnormal bunyi jantung, S1 dan S2
mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa.
4. Dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral
sekunder terhadap penurunan curah jantung.
5. Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard
untuk melawan efek hipoksia/iskemia.
6. Untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi klien
terutama memperbaiki kontraktilitas.
Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan umum.
Ditandai dengan : Kelemahan umum pada klien,
perubahan tanda-tanda vital, dipsnea.
Tujuan : Klien tampak relaks, menurunnya
kelemahan, dan mulai dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
dalam waktu 3 x 24 jam.
Intervensi
1. Kaji tanda-tanda vital.
2. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
3. Berikan bantuan aktivitas perawatan diri sesuai
indikasi.
16
4. Lakukan mobilisasi/tirah baring
5. Kolaborasi dalam perberian terapi obat.
Rasional
1. Untuk mengetahui perubahan kondisi tubuh.
2. Untuk mengetahui seberapa besar penurunan kondisi
klien.
3. Untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri pasien tanpa
mempengaruhi stres miokard/kebutuhan oksigen
berlebihan.
4. Agar tidak terjadinya intergritas kulit
5. Untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi klien.
Diagnosa 3 : Resiko kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan tirah baring yang lama.
Ditandai dengan : Penurunan perfusi jaringan dan
tirah baring klien yang cukup lama.
Tujuan : Kondisi kulit klien tetap dalam
keadaan normal ( tidak terjadi sianosis
dan kemerahan).
Intervensi
1. Kaji kondisi kulit (pucat atau sianosis).
2. Lakukan tirah baring.
3. Memijat daerah yang kemerahan.
4. Bantu klien latihan rentang gerak pasif/aktif.
5. Berikan perawatan kulit, meminimalkan dengan
kelembaban.
6. Kolaborasi dalam bemberian terapi obat.
17
Rasional
1. Untuk mengetahui kondisi kulit apakah ada kerusakan.
2. Agar tidak terjadi intergritas dan kerusakan kulit.
3. Meningkatkan aliran darah dan menimalkan hipoksia
jaringan.
4. Memperbaiki sirkulasi/menurunkan waktu satu area yang
mengganggu aliran darah dan memberikan relaksasi.
5. Agar kulit tidak terlalu kering atau lembab yang dapat
merusak kulit dan mempercepat kerusakan.
6. Untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi klien.
Diagnosa 4 : Resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia dan nausea.
Ditandai dengan : Kehilangan nafsu makan,
mual/muntah, penurunan berat badan.
Tujuan : Penuhan Nutrisi pada klien terpenuhi
dalam waktu 3 x 24 jam, mempertahankan berat
badan yang tepat.
Intervensi
1. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering.
2. Berikan makanan tambahan kecil yang tepat/tambahan
makanan yang di sukai klien.
3. Hindari makanan tinggi kalori.
4. Berikan terapi nutrisi dalam progam pengobatan rumah
sakit sesuai indikasi.
5. Timbang berat badan setiap hari.
18
6. Kolaborasi dalam pemberian terapi obat penambah nafsu
makan.
Rasional
1. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
2. Untuk menambah nafsu makan klien.
3. Supaya kondisi klien tidak memburuk.
4. Memberikan perawatan kontrol lingkungan masukan
makanan, obat, dan aktivitas agar dapat dipantau.
5. Untuk mengetahui perubahan penurunan berat badan.
6. Untuk meningkatkan nafsu makan klien dan memperhankan
berat badan yang tepat.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal jantung (Congestive Heart Failure) adalah keadaan
patofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.
Penyebab gagal jantung antara lain infark miokard,
miopati jantung, defek katup jantung, dan malformasi
congenital. Gagal jantung juga dapat disebabkan dari
penyebab selain jantung seperti hipertensi sistemik atau
paru kronis atau, yang lebih jarang terjadi seperti gagal
ginjal atau intoksikasi air. Gagal jantung merupakan
penyakit yang tergolong sangat berbahaya, karena
menyerang organ vital dari tubuh manusia. Oleh karena itu
harus segera ditangani, apabila tidak segera ditangani
maka akan dapat menyebabkan kematian bagi si penderita.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan dapat
menambah pengetahuan serta wawasan pembaca. Selanjutnya
pembuat makalah mengharapkan kritik dan saran pembaca
demi kesempurnaan makalah ini untuk ke depannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doengoes, Marylin. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi
3. Jakarta: EGC
Ruhayanudin, Faqih. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. UMM: Malang
21
Bagan Patofisiologi
Penurunankontraksi
Disfungsisistolik
Disfungsidiastolik
PenurunanCO
Penurunan waktu pengisianventrikel
Peningkatan volumeresiduventrikel
PeningkatanEDV
Peningkatantekanan vena
Shunt pada anyamanvasvular paru
Peningkatan
PeningkatanLVEDP
Distensivena
Ketidakcukupanpengisian system
arteri
Penurunan perfusijaringan perifer
Bleedingvena pulmonal
Tek hidrostatik> tek onkotik
hemaptoe Transudasicaoran ke
Transudasi >drainase
Edema
Cairan merembespada alveoli
Jalannafas
ronchi
Hypertropi myocard
Reseptor βsel jukstaglomerular
Rangsangan
beroresep
Syarafadregernikdan medulla
Peningkatanaktivitasadrenergic
Vasokontriksi
CE
Rennin -angiotensin
ogen
Angiotans
katekolamin
Angotensi
Sekresialdoster
RetensiNa dan
Peningkatan volumePeningkat
an BP
PeningkatanHR dan