Basil of Caesarea, Gregory of Nyssa and the passions of Usury
laporan kasus sectio caesarea atas indikasi gagal drip
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of laporan kasus sectio caesarea atas indikasi gagal drip
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.H DENGAN P2 A0
PARTUS MATURUS DENGAN SC A.I GAGAL DRIP
DI RUANG RAWAT INAP KEBIDANAN ZAITUN III
RSUD AL IHSAN BALEENDAH PROVINSI JAWA BARAT
Disusun oleh :
KELOMPOK III
DEVI ARIYANI
HANI HANANIYAH
RENDY HERDIANTO
SAWITRA ADITYA
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN IV
STIKes BUDILUHUR CIMAHI
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT kami panjatkan atas
limpahan kasih dan sayang-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mengenai Asuhan Keperawatan
Postnatal. Tak lupa kami sampaikan shalawat serta salam
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya, dan kita selaku umatnya.
Penyusunan tugas makalah ini diajukan sebagai salah
satu tugas Keperawatan Maternitas di Program Profesi Ners
STIKes Budiluhur Cimahi. Tugas ini disusun dengan tujuan
mendapatkan gambaran mengenai Asuhan Keperawatan dalam
Postnatal (Masa Nifas). Dari hasil tugas makalah ini, kami
mengharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak orang
khususnya untuk yang membaca makalah ini.
Dalam penyusunan tugas makalah ini, kami menyadari
masih ada kekurangan dan keterbatasan. Hal ini dikarenakan
keterbatasan akan pengetahuan, pengalaman yang dimiliki
kami, dan literatur yang mendukung. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut yang lebih baik
demi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bandung, November 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melahirkan merupakan puncak peristiwa dari serangkaian
proses kehamilan. Oleh karena itu, banyak wanita hamil
merasa khawatir, cemas dan gelisah menanti saat kelahiran
tiba. Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan
lancar dan dapat melahirkan bayi yang sempurna. Seperti yang
telah diketahui, ada dua cara persalinan yaitu persalinan
pervaginam yang lebih dikenal dengan persalinan normal atau
alami dan persalinan dengan operasi Caesar dapat disebut
juga dengan bedah sesar atau sectio caesaria.
(digilib.unimus.ac.id, 2012).
Sectio caeseria adalah cara persalinan melalui
pembedahan di perut dan di dinding uterus. Seharusnya
keadaan ini dilakukan jika ibu dan janinnya dalam keadaan
darurat dan hanya dapat diselamatkan melalui operasi. Bedah
caesar yang tidak direncanakan biasanya baru diputuskan pada
saat atau ketika persalinan berlangsung. Pemilihan
persalinan melalui operasi dengan alasan yang beragam antara
lain tidak tahan atau takut terhadap nyeri pada saat
melahirkan. Banyak wanita yang tidak tahan memilih untuk
menjalani operasi bahkan ada yang begitu mengetahui dirinya
hamil sudah merencanakan untuk tidak bersalin normal dan
melahirkan bayi dengan caesar (Oxorn, 2003).
Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas
masih merupakan masalah besar di negara berkembang termasuk
Indonesia. Sekitar 25% – 50% kematian wanita usia subur
disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan dan nifas. (Depkes RI, 2011). Tahun 2005 AKI di
Dunia 400/100.000 kelahiran hidup, dinegara maju 9/100.000
kelahiran hidup dan dinegara berkembang 450/150.000
kelahiran hidup. Berdasarkan laporan WHO 2007, pada tahun
2005 AKI di Indonesia 230/100.000 kelahiran hidup, sedangkan
data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
bahwa AKI sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. (Iqbal,
2012 ; Depkes RI, 2011).
Dalam upaya pencapaian dan tujuan pembangunan
kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu
diprioritaskan yaitu dengan menurunkan AKI (Angka Kematian
Ibu) menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015
dari 425/100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT).
Untuk menurunkan AKI diperlukan upaya-upaya yang terkait
dengan kehamilan, kelahiran dan nifas. Di negara-negara
maju, angka sectio caesarea meningkat dari 5 % pada 25 tahun
yang lalu menjadi 15 % (WHO, 2007) sedangkan hasil riskesdas
(Riset Kesehatan Dasar) menunjukkan bahwa terdapat 15%
persalinan dilakukan melalui operasi. (Depkes RI, 2011).
Saat ini persalinan dengan sectio caesaria bukan hal
yang baru lagi bagi para ibu dan golongan ekonomi menengah
keatas. Hal ini terbukti meningkatnya angka persalinan
dengan sectio caesaria di Indonesia dari 5% menjadi 20%
dalam 20 tahun terakhir. Dan tercatat dari 17.665 angka
kelahiran terdapat 35.7% - 55.3% ibu melahirkan dengan
proses sectio caesaria. Peningkatan persalinan dengan sectio
caesaria ini disebabkan karena berkembangnya indikasi dan
makin kecilnya risiko dan mortalitas pada sectio caesaria
yang didukung dengan teknik operasi anastesi serta ampuhnya
anti biotika (Mochtar, 2000).
Menurut statistik 3.509 kasus sectio caesarea yang
disusun oleh Peel dan Chamberlain, indikasi untuk sectio
caesaria adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat janin
14%, plasenta previa 11%, pernah sectio caesaria 11%,
kelainan letak janin 10%, pre eklampsi dan hipertensi 7%
dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah
dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5% (Wiknjosastro,
2005).
Namun demikian operasi sectio caesarea bukan tanpa
adanya risiko. Komplikasi sectio caesarea antara lain
perdarahan, infeksi (sepsis), dan cedera di sekeliling
struktur (usus besar, kandung kemih, pembuluh ligament yang
lebar,ureter) (Hacker, 2001), sedangkan menurut Bensons dan
Pernolls cit. Adjie ( 2005 ) angka kematian secara sectio
caesaria adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka
ini menunjukkan resiko 25 kali lebih besar dibanding
persalinan pervaginam. Malahan untuk kasus karena infeksi
mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan persalinan
pervaginam. Komplikasi tindakan anestesi sekitar 10 % dari
seluruh angka kematian ibu. Frigeletto 1980 melaporkan, di
Boston Hospital for women angka kematian ibu nol pada 10.231
kasus. Tetapi mereka juga mengemukakan bahwa angka kesakitan
dan kematian lebih tinggi pada persalinan dengan sectio
caesaria dibandingkan persalinan pervaginam, karena ada
peningkatan resiko yang berhubungan dengan proses persalinan
sampai pada keputusan dilakukan sectio caesaria
(www.infoibu.com, 2012)
Di RSUD Tasikmalaya dari bulan Januari s/d Juni 2012,
jumlah pasien yang di sectio caesarea adalah 578 orang dan
indikasi terbanyak adalah karena gagal drips.
Atas dasar uraian di atas, maka kami mengambil judul
laporan ini: “asuhan keperawatan pada ny. h dengan sectio
caesarea atas indikasi gagal drip di Ruang Rawat Inap
Kebidanan Zaitun III RSUD Al Ihsan Baleendah Provinsi Jawa
Barat”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. H
dengan Sectio Caesarea atas indikasi gagal drip di Ruang
Rawat Inap Kebidanan Zaitun III RSUD Al Ihsan Baleendah
Provinsi Jawa Barat ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengelolaan asuhan
keperawatan pada Ny. H dengan Sectio Caesarea atas
indikasi gagal drips di Ruang Rawat Inap Kebidanan
Zaitun III RSUD Al Ihsan Baleendah Provinsi Jawa
Barat.
2. Tujuan khusus
a.Dapat mengkaji data subjektif pada Ny. H dengan
Sectio Caesarea atas indikasi gagal drip.
b.Dapat mengkaji data objektif pada Ny. H dengan
Sectio Caesarea atas indikasi gagal drip.
c.Dapat melakukan analisa untuk menilai status
kesehatan pada Ny. H dengan Sectio Caesarea atas
indikasi gagal drip.
d.Dapat melakukan penatalaksanaan asuhan keperawatan
pada Ny. H dengan Sectio Caesarea atas indikasi
gagal drip.
e.Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny.
H dengan Sectio Caesarea atas indikasi gagal drip.
D. Manfaat
1. Bagi Penyusun
Dapat menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan
wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu
dengan Sectio Caesarea.
2. Bagi Pendidikan
Dapat menambah bahan bacaan diperpustakaan,
sehingga mahasiswa dapat meningkatkan wawasan
khusunya dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
kasus Sectio Caesarea.
3. Bagi Rumah Sakit
Dapat meningkatkan kualitas pelayanan asuhan
keperawatan pada ibu dengan kasus Sectio Caesarea.
E. Metode dan Tekhnik Pengumpulan Data
Penyusunan makalah ini menggunakan metode deskriptif
untuk mengetahui gambaran tentang hasil pengelolaan klien
post op sectio caesarea indikasi gagal drip di Ruang Rawat
Inap Kebidanan Zaitun III RSUD Al Ihsan Baleendah Provinsi
Jawa Barat khususnya pada Ny. H melalui pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian data, perumusan
diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
keperawatan. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1.Observasi partisipasi
Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan melakukan
pemeriksaan fisik keadaan klien untuk memperoleh data
tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien
dengan melakukan pengamatan dan asuhan keperawatan
pada klien dengan menggunakan panca indra.
2. Wawancara
Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan melakukan tanya
jawab dengan masalah yang dihadapi klien. Penulis
melakukan wawancara langsung dengan kilen, keluarga,
dan tenaga kesehatan yang dapat memberikan keterangan
tentang Ny. H dengan post op sectio caesarea indikasi
gagal drip.
3. Studi dokumenter
Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan mempelajari
buku laporan, catatan medik, pemeriksaan penunjang,
hasil laboratorium dan hasil pemeriksaan yang ada
untuk mengetahui keadaan Ny. H dengan Post operasi
sectio caesarea indikasi gagal drip.
4. Studi Kepustakaan
Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan mempelajari
buku-buku literatur maupun jurnal - jurnal
keperawatan untuk membahas masalah yang berhubungan
dengan penulisan makalah ini.
F. Sistematika Penulisan
Dalam masalah pembahasan makalah ini penyusun
memberikan gambaran secara umum mengenai uraian pembuatan
makalah ini. Sistematika penulisan tersebut adalah sebagai
berikut :
BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang meliputi
latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat,
Metode dan tekhnik pengambilan data dan
Sistematika penulisan.
BAB II : merupakan bab tinjauan teoritis yang meliputi
konsep dasar dan proses keperawatan secara
teoritis mengenai perawatan
BAB III : Mengenai tinjauan kasus yang berisi tentang
laporan pelaksanaan asuhan keperawatan pasien
post partum dengan sectio caesarea
BAB IV : Mengenai tentang kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Ada beberapa teori tentang definisi Sectio Caesaria
(SC), dan masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda
tetapi makna yang sama yaitu :
Sectio Caesaria adalah cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut atau vagina; atau seksio sesarea adalah suatu
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim
(Mochtar, 2000).
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat di atas 500 g, melalui sayatan pada dinding
uterus yang masih utuh/intact. (Saifuddin, 2002).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram. (Wiknjosastro, 2005).
Persalinan SC adalah persalinan melalui sayatan pada
dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat
janin > 1000 gram atau UK > 28 minggu. (Manuaba, 2001)
Sectio Caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim
(Mansjoer, 2002).
B. Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan dilakukn sectio caesaria adalah untuk
mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya
robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio caesarea yang
dilkukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previ
lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi
kematian bayi pada plasenta previa, SC juga dilkukn untuk
kepentingan ibu, sehingga SC dilakukan pada placenta previa
walaupun anak/bayi sudah mati.
C. Istilah Dalam Sectio Caesarea
1.Seksio Caesaria Primer ( efektif )
Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan
dilahirkan secara sectio caesaria, tidak diharapkan
lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit
(Conjugata Vera kurang dari 8 cm ).
2.Sectio Caesaria Sekunder
Dalam hal ini kita mencoba menunggu kelahiran
biasa (partus percobaan), bila tidak ada kemajuan
persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan
sectio caesaria.
3.Sectio Caesaria Ulang ( Repeat Caesarean Sectio )
Ibu pada kehamilan terdahulu mengalami Sectio
Caesaria (previous Caesarian Secti) dan pada kehamilan
selanjutnya dilakukan Sectio Caesaria ulangan.
4.Sectio Caesaria Histerektomi ( Caesarean Sectio
Histerektomy )
Adalah suatu operasi dimana setelah dilahirkan
secara sectio caesaria, langsung dilakukan
histerektomi karena suatu indikasi.
5.Opersai Porro ( Porro Operation )
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari
cavum uteri ( tentunya janin sudah mati ), dan
langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan
infeksi rahim yang berat.Sectio Caesaria oleh ahli
kebidanan disebut obstetric panacea, yaitu obat atau
terapi ampuh dari semua masalah obstetrik. (Mochtar,
2000).
D. Jenis-Jenis Sectio Caesaria
Menurut Mochtar (2000), ada 3 jenis sectio caesaria :
1.Abdomen ( Sectio Caesaria Abdominalis )
a.Sectio caesaria klasik atau korporal dengan insisi
memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10
cm.
Kelebihan :
1) Mengeluarkan janin lebih cepat
2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
3) Sayatan biasa di perpanjang proksimal atau
distal.
Kekurangan :
1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal
karena tidak ada reperitonealisasi yang baik.
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi
ruptur uteri spontan.
b.Sectio Caesaria Ismika atau Profunda atau Low
Cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim.
Kelebihan :
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang
baik.
3) Tumpang tindih dari peritoneal Flap baik sekali
untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga
peritoneum.
4) Perdarahan kurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan
ruptur uteri spontan kurang atau lebih kecil
Kekurangan :
1) Luka melebar ke kiri, kanan, dan bawah sehingga
dapat menyebabkan pedarahan yang banyak.
2) Keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi.
2.Sectio Caesaria Ekstra Peritonealis
Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan
demikian tidak membuka kavum abdominalis. Sectio
Caesaria ekstra peritonealis dahulu dilakukan untuk
mengurangi bahaya infeksi nifas, dengan kemajuan
terhadap terapi infeksi, teknik ini tidak lagi
dilakukan karena tekniknya sulit, juga sering terjadi
ruptur peritoneum yang tidak dapat dihidarkan.
3.Vagina ( Sectio Caesaria Vaginalis )
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria
dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Sayatan memanjang ( longitudinal ) menurut Kroning
b. Sayatan melintang ( transfersal ) menurut Kerr
c. Sayatan huruf T ( T- incition )
E. Etiologi
Indikasi menurut Manuaba (2005) “
1). Plasenta previa sentralis / lateralis.
2). Panggul sempit
3). Disproporsi sevalo pelvic
4). Ruptura uteri mengancam
5).Partus lama
6). Distosia serviks
7).Malpresentasi janin: letak lintang, letak bokong,
presentasi bokong, presentasi ganda, gamelli (anak
pertama letak lintang), locking of the twins.
8).Distosia karena tumor
9).Gawat janin
10). Indikasi lainnya
Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar
sectio caesaria adalah :
a.Prolong Labour sampai Neglected Labour.
b.Ruptura uteri iminens.
c.Fetal distress.
d.Janin besar melebihi 4000 gram.
e.Perdarahan ante partum.
Indikasi yang menambah tingginya angka persalinan
dengan Sectio Caesaria adalah:
a.Tindakan Sectio Caesaria pada letak sungsang
b.Sectio Caesaria berulang
c.Kehamilan prematuritas
d.Kehamilan dengan resiko tinggi
e.Pada kehamilan ganda
f.Kehamilan dengan pre eklamsi dan eklamsi
g.Konsep well born baby dan well health mother dengan
orientasi persalinan, spontan B, outlet forcep /
vakum.
F. Kontra indikasi
Dalam praktek kebidanan modern, tidak ada kontra
indikasi tegas terhadap sectio caesaria, namun demikian
sectio caesaria jarang dilakukan bila keadaan-keadaan
sebagai berikut :
1. Janin mati
2. Terlalu prenatur untuk bertahan hidup
3. Ada infeksi pada dinding abdomen, syok
4. Anemia berat yang belum diatasi
5. Kelainan Kongenital
6. Tidak ada / kurang sarana / fasilitas / kemampuan
(Cunningham, 2006).
G. Komplikasi
1. Infeksi
Lokasinya pada rahim dapat meluas ke organ-organ
dalam rongga panggul disekitarnya. Faktor-faktor
predisposisi partus lama, ketuban pecah dini,
tindakan vaginal sebelumnya.
2. Perdarahan
Perdarahan bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang-cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena
atonia uteri.
3. Bekuan darah di kaki ( tromboflebitis ), organ-organ
dalam panggul, yang kadang-kadang sampai ke paru-
paru.
4. Luka kandung kemih
5. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga
bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.
6. Ruptur uteri pada kehamilan berikutnya
(Wiknjosastro, 2005)
H. Resiko Persalinan Secara Sectio Caesaria
Resiko persalinan secara Sectio Caesaria dibagi
menjadi :
1.Resiko jangka pendek
a.Infeksi pada bekas jahitan
Infeksi luka akibat sectio caesaria berbeda dengan
luka persalinan normal. Luka persalinan normal
sedikit dan mudah dilihat, sedangkan luka akibat
sectio caesaria besar dan berlapis-lapis. Untuk
diketahui, ada sekitar 7 lapisan mulai dari dinding
perut sampai dinding rahim, yang setelah operasi
selesai, masing-masing lapisan dijahit tersendiri,
jadi bisa ada 3-5 lapisan jahitan. Bila penyembuhan
tidak sempurna, kuman akan lebih mudah terjadi
infeksi sehingga luka menjadi lebih parah. Bukan
tidak mungkin dilakukan penjahitan ulang.
b.Infeksi Rahim
Infeksi rahim terjadi jika ibu sudah terkena infeksi
sebelumnya, misalnya mengalami pecah ketuban. Saat
dilakukan operasi, rahimpun terinfeksi. Apalagi jika
antibiotik yang digunakan tidak cukup kuat.
c.Keloid
Keloid atau jaringan parut muncul pada organ
tertentu karena pertumbuhan berlebihan. Sel-sel
pembentuk organ tersebut, ukuran sel meningkat dan
terjadilah tonjolan jaringan parut. Perempuan yang
kecenderungan keloid tiap mengalami luka niscaya
mengalami keloid pada sayatan bekas operasinya.
d.Cedera pembuluh darah
Pisau atau gunting yang dipakai dalam operasi
berisiko mencederai pembuluh darah, misalnya
tersayat. Kadang cedera terjadi pada penguraian
pembuluh darah yang lengket. Ini adalah salah satu
sebab mengapa darah yang keluar pada persalinan
sectio caesaria lebih banyak dibandingkan persalinan
normal.
e.Cedera pada kandung kemih
Kandung kemih letaknya pada dinding rahim. Saat
Sectio Caesaria dilakukan, organ ini bisa saja
terpotong. Perlu dilakukan operasi lanjutan untuk
memperbaiki kandung kemih yang cedera tersebut.
f.Perdarahan
Perdarahan tidak bisa dihindari dalam proses
persalinan. Namun, darah yang hilang lewat sectio
caesaria dua kali lipat dibandingkan persalinan
normal.
g.Air ketuban masuk dalam pembuluh darah
Selama sectio caesaria berlangsung, pembuluh darah
terbuka. Ini memungkinkan komplikasi berupa masuknya
air ketuban ke dalam pembuluh darah (embolus). Bila
embolus mencapai paru-paru, terjadilah apa yang
disebut pulmonary embolism, jantung dan pernafasan
ibu bisa berhenti secara tiba-tiba. Terjadilah
kematian mendadak.
h.Pembekuan darah
Pembekuan darah dapat terjadi pada urat halus di
bagian kaki atau organ panggul. Jika bekuan ini
mengalir ke paru-paru, terjadilah embolus.
i.Kematian saat persalinan
Beberapa penelitian menunjukkan, angka kematian ibu
pada sectio caesaria lebih tinggi dibandingkan
persalinan normal. Kematian umumnya disebabkan
karena kesalahan pembiusan, atau perdarahan yang
tidak ditangani secara tepat.
j.Kelumpuhan kandung kemih
Usai Sectio Caesaria, ada kemungkinan ibu tidak bisa
buang air kecil karena kandung kemihnya kehilangan
daya gerak (lumpuh). Ini terjadi karena saat proses
pembedahan kandung kemih terpotong.
k.Hematoma
Hematoma adalah perdarahan pada rongga tertentu,
jika ini terjadi selaput disamping rahim akan
membesar membentuk kantung akibat pengumpulan darah
yang terus menerus. Akibatnya fatal, yaitu kematian
ibu. Sebenarnya, kasus ini juga bisa terjadi pada
persalinan normal. Tetapi mengingat resiko
perdarahan pada sectio caesaria lebih tinggi, risiko
hematoma pun lebih besar.
l.Usus terpilin
Sectio caesaria mengakibatkan gerak peristaltik usus
tidak bagus, kemungkinan karena penanganan yang
salah akibat manipulasi usus, atau perlekatan usus
saat mengembalikannya ke posisi semula.
m.Keracunan darah
Keracunan darah pada sectio caesaria dapat terjadi
karena sebelumnya ibu sudah mengalami infeksi. Ibu
yang di awal kehamilan mengalami infeksi bawah
rahim, berarti air ketubannya sudah mengandung
kuman. Jika ketuban pecah dan didiamkan, kuman akan
aktif sehingga vagina berbau busuk karena bernanah.
Selanjutnya kuman masuk ke dalam pembuluh darah
ketika operasi berlangsung, dan menyebar keseluruh
tubuh. Keracunan darah yang berat dapat menyebabkan
kematian ibu.
2.Risiko Jangka Panjang
a.Masalah psikologis
Berdasarkan penelitian, perempuan yang mengalami
Sectio caesaria mempunyai perasaan negatif usai
menjalaninya (tanpa memperhatikan kepuasan hasil
operasi). Depresi pasca persalinan juga masalah yang
sering muncul. Beberapa mengalami reaksi stress
pascatrauma berupa mimpi buruk, kilas balik, atau
ketakutan luar biasa terhadap kehamilan. Masalah
psikologis ini lama-lama akan mengganggu kehidupan
rumah tangga atau menyulitkan pendekatan terhadap
bayi. Hal ini muncul jika ibu tidak siap menghadapi
operasi.
b.Perlekatan organ bagian dalam
Penyebab perlekatan organ bagian dalam pasca sectio
caesaria adalah tidak bersihnya lapisan permukaan
dari noda darah. Terjadilah perlengketan yang
menyebabkan rasa sakit pada panggul, masalah pada
usus besar, serta nyeri pada saat melakukan hubungan
seksual. Jika kelak dilakukan sectio caesaria lagi,
perlekatan yang menimbulkan kesulitan teknis hingga
melukai organ lain, seperti kandung kemih atau usus.
c.Pembatasan kehamilan
Dulu, perempuan yang pernah mengalami sectio
caesaria hanya boleh melahirkan lebih dari itu,
bahkan sampai 5 kali. Tapi risiko dan komplikasi
lebih berat.
3.Risiko Persalinan Selanjutnya
a.Sobeknya jahitan rahim
Ada 7 lapisan jahitan yang dibuat saat sectio
caesaria. Yaitu jahitan pada kulit, lapisan lemak,
vasia, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar
rahim dan rahim. Jahitan rahim ini dapat sobek pada
persalinan berikutnya. Makin sering menjalani
sectio caesaria makin tinggi risiko terjadinya
sobekan.
b.Pengerasan plasenta
Plasenta bisa tumbuh ke dalam melewati dinding
rahim, sehingga sulit dilepaskan. Bila plasenta
sampai menempel terlalu dalam (sampai ke
myometrium), harus dilakukan pengangkatan rahim
karena plasenta mengeras. Risikonya terjadi plasenta
ini bisa meningkat karena sectio caesaria.
c.Tersayat
Ada dua pendapat soal kemungkinan tersayatnya bayi
saat sectio caesaria. Pertama, habisnya air ketuban
yang membuat volume ruang dalam rahim menyusut.
Akibatnya, ruang gerak bayipun berkurang dan lebih
mudah terjangkau pisau bedah. Kedua, pembedahan
lapisan perut selapis demi selapis yang mengalirkan
darah terus menerus. Semburan darah membuat janin
sulit terlihat. Jika pembedahan dilakukan tidak
hati-hati, bayi bisa tersayat di dalam kepala atau
bokong. Terlebih dinding rahim sangat tipis.
d.Masalah pernafasan
Bayi yang lahir lewat sectio caesaria cenderung
mempunyai masalah pernafasan yaitu nafas cepat dan
tak teratur. Ini terjadi karena bayi tidak mengalami
tekanan saat lahir seperti bayi yang lahir alami
sehingga cairan paru-parunya tidak bisa keluar.
Masalah pernafasan ini akan berlanjut hingga
beberapa hari setelah lahir.
e.Angka APGAR rendah
Angka APGAR adalah angka yang mencerminkan kondisi
umum bayi pada menit pertama dan menit ke lima.
Rendahnya angka APGAR merupakan efek anestesi dari
sectio caesaria, kondisi bayi yang stress menjelang
lahir, atau bayi tidak distimulasi sebagaimana bayi
yang lahir lewat persalinan normal. Berdasarkan
penelitian, bayi yang lahir lewat sectio caesaria
butuh perawatan lanjutan dan alat bantu pernafasan
yang lebih tinggi dibandingkan bayi lahir normal.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data
yang dapat ditemukan meliputi distress janin,
kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan
plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat,
suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
register , dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
d. Riwayat kesehatan dahulu:
e. Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti
jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit
kelamin atau abortus.
f. Riwayat kesehatan sekarang :
g. Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan
ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan
kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
h. Riwayat kesehatan keluarga:
i. Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti
jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus,
yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.
j. Pola-pola fungsi kesehatan
k. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban
pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan
perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan
dirinya
l. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan
nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui
bayinya.
m. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan
aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas
ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
n. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya
perasaan sering /susah kencing selama masa nifas
yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra
sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita
takut untuk melakukan BAB.
o. istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola
istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang
bayi dan nyeri epis setelah persalinan
p. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien
dengan keluarga dan orang lain.
q. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
r. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum
akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat
involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas
primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya
s. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan
kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan
dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep
diri antara lain dan body image dan ideal diri
t. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam
hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang
tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan
nifas.
2. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-
kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan
apakah ada benjolan.
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar
tioroid, karena adanya proses menerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata
pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak,
bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar
dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post
partum kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping
hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper
pigmentasi areola mamae dan papila mamae
7) abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang
striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari
dibawa pusat.
8) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air
ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu
feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan
adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus
karena ruptur
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan
karena membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau
karena penyakit jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan
darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu
tubuh turun.Diagnosa keperawatan.
J. Analisa Data
K. Diagnosa Keperawatan
a. Transisi perubahan proses keluarga berhubungan dengan
perkembangan atau adanya peningkatan anggota keluarga
(Dongoes, 2001).
b. Gangguan nyaman: nyeri akut berhubungan dengan trauma
pembedahan (Dongoes, 2001).
c. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada
konsep diri, transmisi atau kontak interpersonal,
kebutuhan tidak terpenuhi (Dongoes, 2001).
d. Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal
dalam peristiwa kehidupan (Dongoes, 2001).
e. Risiko tinggi terhadap infeksi berubungan dengan
trauma jaringan / kulit rusak (Dongoes, 2001).
f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
(Dongoes, 2001)
g. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi
berhubungan dengan kurang pemanjaan informasi, tidak
mengenal sumber-sumber (Dongoes, 2001).
h. Perubahan eleminasi urin berhubungan dengan
trauma/diversi mekanisme efek-efek normal/anastesi
(Dongoes, 2001)
i. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek
anastesi, penurunan kekuatan dan pertahanan,
ketidaknyamanan fisik (Dongoes, 2001).
L. Intervensi Dan Rasional
No DX Kep. Tujuan Intervensi Rasional
1 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi / peningkatan anggota keluarga.
Setelah diberikanasuhan keperawatan diharapkan pasiendapat menerima perubahan dalam keluarga dengan anggota barunya.
Kriteria hasil:
a). Menggendong bayi, bila kondisi memungkinkan
b). Mendemonstrasikanprilaku kedekatan
a. anjurkan pasien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi,tergantung padakondisi pasien dan bayi, bantusesuai kebutuhan,
b. berikan kesempatan padaayah atau pasangan muntukmenyentuh dan menggendong
a. jam pertamasetelah melahirkan memberikan kesempatan unik untuk ikatan keluarga mterjadi karena ibu danbayi secara emosional dan menerima isyarat satu sama lain,yangmemulai kedekatan dan proses
dan ikatan yang tepat.
c). Mulai secara aktif mengikuti perawatan bayi baru lahir dengancepat.
bayi dan bantu dalam perawatanbayi sesuai dengan kemungkinan situasi.
c. observasi dan catat interaksi keluarga bayi, dan perhatikan perilaku yang dianggap mengandalkan dan kedekatan dalam budaya tertentu.
d. diskusikan kebutuhan kemajuan dan sifat interaksiyang lazin dariikatan. Perhatikan kenormalan darivariasi respon dari satu waktuke waktu.
e. sambut keluarga dan sibling untuk kunjungan sifatsegera bila kondisi ibu atau bayi
pengenalan.
b. membantu memudahkan ikatan/ kedekatan diantara ayah dan bayi. Memberikan kesempatan untuk ibu memvalidasi realita situasi dan bayi baru lahir.
c. pada kontakpertama denganbayi, ibu menunjukan pola progresifdari perilaku dengan cara menggunakan ujung jari
d. membantu pasien dan pasangan memahami maknapentingnya proses dan memberikan keyakinan bahwa perbedaan diperkirakan
memungkinkan.
f. berikan informasi sesuai kebutuhan, keamanan kondisi bayi. Dukungan pasangan sesuaikebutuhan.
g. jawab pertanyaan pasien mengenaiprotokol, perawatan selama periode pasca kelahiran.
e. meningkatkan kesatuan keluarga dan membantu sibling memulai prosesadaptasi positif terhadap peranbaru dan memasukan anggota baru ke dalam struktur keluarga.
f. membatu pasangan untukmemproses dan mengevaluasi informasi yangdiperlukan, khususnya bilapriode pengenalan awal telah terlambat.
g. informasi menghilangkan ansietas yang dapat menggangu ikatan atau mengakibatkan absorpsi daripada
perhatian terhadap bayi baru lahir.
2 Ketidaknyamanan: nyeri, akut berhubungan dengan traumapembedahan
Setelah diberikanasuhan keperawatan diharapkan ketidaknyamanan; nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
a). Mengungkapkankekurangan rasa nyeri
b). Tampak rileksmampu tidur.
c). Skala nyeri 1-3
a. tentukan lokasi dan karakteristik ketidaknyamananperkatikan isyarat verbal dan non verbal seperti meringis.
b. berikan informasi dan petunjuk antisipasi menganai penyabab ketidaknyamanandan intervensi yang tepat.
c. evaluasi tekanan darah dan nadi: perhatikan perubahan perilaku.
d. perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya atau karakteristik nyeri.
a. pasien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan secara langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantumembadakan nyeri pasca oprasi dari terjadinya komplikasi.
b. meningkatkan pemacahan masalah, membantu mengurang nyeri berkenaan dengan ansietas.
c. pada banyakpasien, nyeri dapat menyebabkan gelisah, sertatekanan darah dan nadi
e. ubah posisi pasien, kurangirangsangan berbahaya dan berikan gososkan punggung dan gunakan tehnik pernafasan dan relaksasi dan distraksi.
f. lakukan nafas dalam dengan menggunakan prosedur-prosedur pembebasan dengan tepat 30menit setelah pemberian analgesik.
g. anjurkan ambulasi dini. Anjurkan menghindari makanan dan cairan berbentuk gas :misalnya: kacang-kacangan, kol, minuman karbonat.
h. palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa penuh. Memudahkan
meningkat. Analgesia dapat menurunkan tekanan darah.
d. selama 12 jam pertama pasca partum, kontraksi uterus kuat dan teratur dan ini berlanjut 2-3 hari berikutnya, meskipun frekuensi danintensitasnya dikurangi faktor-faktor yang memperberat nyeri meliputimultipara, over distersi uterus.
e. merilekkan otot dan mengalihkan perhatian darisensasi nyeri.Meningkatkan kenyamanan danmenurunkan distraksi tidak menyenangkan, meningkatkan rasa
berkemih periodik setelah pengangkatan kateter indweling.
sejahtera.
f. nafas dalammeniningkatkanupaya pernafasan. Pembebasan menurunkan regangan dan tegangan area insisi dan mengurangi nyeri dan ketidak nyamanan berkenaan dengan gerakanotot abdomen.
g. menurunkanpembentukan gas dan meningkatkan peristaltik untuk menghilangkan ketidak nyamanan karena akumulasi gas.
h. kembali fungsi kandungkemih normal memerlukan 4-7hari dan oper distensi kandung kemih menciptakan perasaan dan ketidaknyamanan.
3 Ansietas berhubungan dengan krisissituasi, ancaman pada konsep diri tranmisi ataukontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.
Setelah diberikanasuhan keperawatan diharapkan ansietas dapat berkurang atau hilang.Kriteria hasil :a). Mengungkapkanperasaan ansietasb). Melaporkan bahwa ansietas sudah menurunc). Kelihatan rileks, dapat tidur / istirahatdengan benar.
a. Dorong keberadaan ataupartisipasi pasangan.
b. Tentukan tingkat ansietas pasiendan sumber darimasalah Rasional Mendorong pasien atau pasangan untuk mengungkapkan keluhan atau harapan yang tidak terpenuhidalam proses ikatan/menjadi orang tua. Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping baru yang lazim dan perkembangan strategi kopingbaru jika dibutuhkan.
c. Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi
d. Mulai kontakantara
a. memberikan dukungan emosional; dapat mendorong mengungkapkan masala.
b. membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peranbaru, mengurangi perasaan ansietas.
c. khayalan yang disebabkan informasi ataukesalahpahamandapat meningkatkan tingkat ansietas.
d. mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan penanganan bayi, takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui, atau menganggap hal
pasien/pasangandengan baik sesegera mungkin.
yang buruk berkenaan dengan keadaanbayi.
4. Harga diri rendah berhubungan dengan merasagagal dalam peristiwa kehidupan.
Setelah diberikanasuhan keperawatan diharapkan pasientidak lagi mengungkapkan perasaan negatif diri dan situasiKriteria hasil :a). Mengungkapkanpemahaman mengenai faktor individu yang mencetuskan situasi saat ini.b). Mengekspresikan diri yang positif.
a. Tentukan respon emosional pasien / pasangan terhadap kelahiran sesarea.
b. Tinjau ulangpartisipasi pasien/pasangandan peran dalampengalaman kelahiran. Identifikasi perilaku positif selama proses prenataldan antepartal.
c. Tekankan kemiripan antara kelahiran sesarea dan vagina. Sampaikan sifatpositif terhadap kelahiran sesarea. Dan atur perawatan pasca patum sedekat mungkinpada perawatan yang diberikan
a. kedua anggota pasangan mungkin mengalami reaksi emosi negatif terhadap kelahiran sesarea meskipun bayi sehat, orangtua sering berdukadan merasa kehilangan karena tidak mengalami kelahiran pervagina sesuai yang diperkirakan.
b. respon berduka dapat berkurang bilaibu dan ayah mampu saling membagi akan pengalaman kelahiran, sebagai dapat membantu menghindari rasa bersalah.
pada pasien setelah kelahiran vagina.
c. pasien dapat merubah persepsinya tentang pengalaman kelahiran sesarea sebagaiman persepsinya tentang kesehatannya /penyakitnya berdasarkan pada sikap professional.
5 Risiko tinggiterhadap infeksi berhubungan dengan traumajaringan / kulit rusak.
infeksi tidak terjadiKriteria hasil :a). Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan.b). Bebas dari infeksi, tidak demam, urin jernih kuning pucat.
a. Anjurkan dangunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat.
b. Tinjau ulanghemogolobin / hematokrit pranantal ; perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan pasien padainfeksi pasca operasi.
c. Kaji status
a.membantu mencegah atau membatasi penyebaran infeksi.
b. anemia, diabetes dan persalinan yang lama sebelum kelahiran sesarea meningkatkan resiko infeksidan memperlambat penyembahan.
c. pasien yangberat badan 20% dibawah berat badan normal atau yang anemia atau yang
nutrisi pasien.Perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit dansebagainya Perhatikan berat badan sebelum hamil dan penambahan berat badan prenatal.
d. Dorong masukkan cairanoral dan diet tinggi protein,vitamin C dan besi.
e. Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan. Lepasnya balutan sesuai indikasi.
f. Inspeksi insisi terhadapproses penyembuhan, perhatikan kemerahan odem,nyeri, eksudat atau gangguan penyatuan.
g. Kaji lokasi dan kontraktilitas
malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi pascapartum dan dapat memerlukan diet khusus.
d. mencegah dehidrasi ; memaksimalkan volume, sirkulasi dan aliran urin, protein dan vitamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen, besi diperlukan untuk sintesi hemoglobin.
e. balutan steril menutupi luka pada 24 jam pertama kelahiran sesarea membantu melindungi luka dari cedera atau kontaminasi. Rembesan dapatmenandakan hematoma.
f. tanda-tandaini menandakan
uterus ; perhatikan perubahan involusi atau adanya nyeri tekan uterus yang ekstrem.
infeksi luka biasanya disebabkan oleh steptococus.
g. Setelah kelahiran sesarea fundustetap pada ketinggian umbilikus selama sampai 5 hari, bila involusi mulaidisertai dengan peningkatan aliran lokhea,perlambatan involusi meningkatkan resiko endometritis. Perkembangan nyeri tekan ekstrem menandakan kemungkinan jaringan plasenta tertahan atau infeksi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.H P2 A0 PARTUS MATURUS DENGAN SC
ATAS INDIKASI GAGAL DRIP
DI RUANG RAWAT INAP KEBIDANAN ZAITUN III
1.PENGKAJIAN
a. Identitas
1) Identitas Klien
Nama : Ny. H.
Umur : 34 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Gamblok Rt 04 Rw 09 Desa.
Cempaka Mulya cimaung Banjaran
Diagnosa medis : P3 A0 Partus Maturus Spontan
Tanggal Masuk : 31-10-2014
Tanggal Pengkajian : 03-11-2013
No. RM : 368697
2) Identitas Penanggung JawabNama : Tn.S
Umur : 44 Tahun
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Karyawan
Swasta
Suku /Bangsa : Sunda /
Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Gamblok Rt
04 Rw 09 Desa. Cempaka Mulya
cimaung Banjaran
Hubungan dengan klien : Suami Klien
b. Status Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama
Nyeri pada daerah operasi
b. Keluhan Saat di Kaji
Klien mengatakan nyeri di daerah jahitan
operasinya dengan skala nyeri 3 (dari skala 1-
5), nyeri dirasakan hilang timbul, klien
mengatakan nyeri bertambah saat klien bergerak
atau berubah posisi dan berkurang dengan
berbaring. Klien tampak meringis saat
bergerak/berubah posisi. Nyeri dirasakan
menjalar ke seluruh bagian perutmya, nyeri
dirasakan perih seperti di sayat-sayat. Klien
mengatakan nyeri mengganggu aktifitasnya.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya klien tidak pernah
sakit berat hingga mengharuskannya menjalani
pengobatan yang rutin atau dirawat di RS. Klien
datang ke RS dengan keluhan mules-mules yang
semakin sering dan bertambah kuat sejak ± 8 jam
sebelum masuk RS.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti DM,
hipertensi, thalasemia, asma, dan tidak mempunyai
riwayat penyakit menular seperti TBC.
4) Riwayat Obstetri dan Ginekologi
a. Riwayat Ginekologi
1) Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Disminorhe : Tidak ada
Keputihan : Tidak ada
Banyaknya : 2 x ganti pembalut/hari
HpHt : 16-01-2014
Teksiran Persalinan : 23-10-2014
2) Riwayat perkawinan
Umur klien pada saat menikah adalah 20
tahun , suami 30 tahun. Lamanya pernikahan 15
tahun, ini merupakan pernikahan pertama bagi
kedua pihak.
3) Riwayat KB
Klien mengatakan setelah anak pertama lahir
klien menggunakan alat kontrasepsi IUD,
rencana KB setelah persalinan ini klien ingin
menggunakan kontrasepsi IUD lagi
b. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Persalinan Masa Lalu
NoAnak Usia
AnakSekarang
UsiaKehamil
an
TempatPersalinan
JenisPersali
nan
Penolong
Penyulit
MasaNifasJ
k Bb Pb Keadaan
1 L 3500 51c Sehat 13 Aterm Bidan Spontan Bidan Tidak Tidak
gr m Tahun Ada Ada
2) Riwayat kehamilan sekarang
Klien mengatakan kehamilan sekarang adalah
kehamilan yang kedua, yang klien rencanakan
sebelumnya. Klien selalu memeriksa kehamilan
secara teratur kepada bidan setempat, selama
hamil klien mengatakan tidak menderita
penyakit apapun, kecuali keluahan saat hamil
trimester pertama klien sering mual-mual dan
muntah. Pergerakan janin dirasakan pada bulan
ke-4, berat badan klien bertambah 20 kg dari
50 kg menjadi 70 kg, klien mendapatkan
imunisasi TT1 pada usia kehamilan 12 minggu
dan TT2 pada usia kehamilan 20 minggu
3) Riwayat persalinan sekarang
Klien datang ke IGD pukul 05.00 WIB, karena
keluhan mules-mules yang makin lama makin
sering, yang dirasakan sejak sejak pukul 6
sore, pada pukul 22.30 WIB keluhan dirasakan
makin bertambah kuat, disertai keluar lendir
dari jalan lahir dan sedikit darah sehingga
suami klien membawa klien ke RS. Sekitar
Pukul 09.25 pagi, klien melahirkan anak
keduanya secara SC, dengan jenis kelamin
perempuan dengan BB : 3600 gr, TB : 51 cm, LK
: 34, LD : 32 cm langsung menangis dengan
nilai AFGAR : menit pertama 6 dan menit ke
lima 9. Pada pukul 09.27 plasenta lahir
dengan berat ±570gr, tebal ±2cm dengan
diameter 12cm ,panjang 55cm dengan jumlah
arteri 2 buah dan vena 1 buah, kotiledon
lengkap, selaput amnion dan korion tampak
utuh. Klien mengeluh nyeri pada daerah perut
dan menjalar ke seluruhperutnya.
Nilai APGAR Bayi :
NO APGAR SCORE 1 MENIT 5 MENIT 10 MENIT1
2
3
4
5
Appereance
Pulse
Grimace
Activity
Respirasi
1
2
1
1
1
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2JUMLAH 6 9 10
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Compos Mentis
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36 ºC
Respirasi : 20 x/menit
3. Rambut
Warna rambut hitam, distribusi merata, pada kulit
kepala tidak ada lesi dan alopesia, kebersihan
cukup baik
4. Mata
Konjungtiva warna merah muda, sclera anikterik,
terdapat lingkran hitam pada palbera, pucat karena
kelelahan dan kurang tidur, fungsi penglihatan
normal
5. Hidung
Bentuk simetris, septum simetris, tidak terdapat
secret, tidak nampak pernafasan cuping hidung,
fungsi penciuman baik
6. Mulut
Bibir simetris atas dan bawah, bibir kering
berwarna pucat, jumlah gigi lengkap 32 buah, fungsi
pengecapan baik
7. Telinga
Simetris kiri dan kanan, kalix sejajar dengan pina,
secret tidak didapatkan, fungsi pendengaran baik
8. Leher
Tidak didapatkan pembesaran vena jugalaris,
kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening
9. Dada
Simetris, suara nafas vesikuler, tidak terdengar
adanya ronchi dan wheezing. Payudara : tidak
didapatkan pembengkakan, areola warna hitam,
putting susu menonjol, tidak ada lecet, colostrum
belum keluar, tidak tampak adanya strie.
10.Abdomen
Terdapat strie garividarum, terdapat luka operasi
melintang di bagian bawah perut, kontraksi uterus
baik, tinggi fundus uteri dua jari di bawah pusat,
diastasis rektus abdominus teraba, letak uterus
central tidak terdapat pembesaran hepar dan lien,
terdapat nyeri tekan pada daerah perut, bising usus
8x/menit. dan vesika urinaria kosong
11.Extremitas
Atas : dapat menahan tahanan yang diberikan oleh
perawat, otot kuat dan kenyal, respon pergerakan
ada (bisep dan trisep), tidak ada oedema, crt
kembali dalam 2 detik, kuku pendek dan bersih.
Bawah : Dapat menahan tahanan yang diberikan oleh
perawat, otot kuat dan kenyal, reflek partela dan
babinsky ada. Tidak ada oedema dan varices, tanda
houman tidak ada.
12.Genetalia
Pada vulva tidak ada oedema dan varises, terdapat
pengeluaran lochea, bau amis, jenis rubra bercampur
darah ±50 cc da nada sedikit bekuan darah hitam.
13.Anus
Bersih, tidak ada haemoroid atau fistula ani
d. Pola Aktifitas Sehari-hari
NO DATA POLA
SMT DI RUMAH SAAT DIRAWAT(POST PARTUM)SEBELUM HAMIL SETELAH HAMIL
1 Polanutrisi
2
3
Makan
Minum
Polaeliminasi
BAK
BAB
PolaIstirahat
Tidur
Frekuensi 3xsehari, tidakteratur
Makanan pokoknasi, lauk paukberupa ikan,daging, tempedan tahu,sayuran sepertiasem, bayam,kangkung,katuk, buah-buahan, jeruk,pisang, apel,dll
Tidak adapantangan dankeluahan
Frekuensi 4-6x/hari
Jenis air putihdan teh manis
Jumlah + 2000cc/hari
Frekuensi4x/hari
Warna kuningjernih
Bau khas Jumlah + 1300cc
Frekuensi2x/hari
Warna kuningtengguli
Frekuensi 4xsehari, tidakteratur
Makanan pokoknasi, ditambahlauk pauk berupaikan, daging sapiatau ayam, tempedan tahu, sayuranseperti asem,bayam, kangkung,katuk, buah-buahan, jeruk,pisang, apel, dll
Tidak adapantangan dankeluahan
Frekuensi4-6x/hari
Jenis air putih,pada pagi dansore hari 1 gelassusu
jumlah +2500 cc
Frekuensi3-10x/hari
Warna kuningjernih
Bau khasJumlah + 3000 cc
Frekuensi 1x/hariWarna kuningtengguli
Bau khas
Saat dirawatfrekuensi 3xsehari teratur
1 jam post partumklien diberi makanroti & minum susu.
Tidak adapantangan dankeluahan
Frekuensi 5x/hari,jenis air putih,pada pagi dan sore1 gelas susu,
jumlah + 3000 cc
Frekuensi 4x/hariWarna kuningjernih
Bau khasJumlah + 1300 cc
Frekuensi 1x/hariKuning tengguliBau khasNyeri
Ibu tampak tirahbaring di tempattidur
4
5
6
Personalhygiene
Polaseksualitas
Polaaktivitas
Bau khas Nyeri tidak ada
Digunakan untukmembersihkanrumah, masak,bantu suami,nonton TV
Tidur siangpukul 12.30-14.00Tidur malampukul 21.00-05.00
Mandi 2x/hari Gosok gigi3x/hari
Gunting kuku1x/minggu
Keramas2x/minggu
2-3x seminggu
Dapat melakukankegiatan sehari-hari tanpa adahambatan
Nyeri tidak ada
Digunakan untukmembersihkanrumah, masak,bantu suami,nonton TV
Tidur siang pukul12.30-13.30Tidur malam pukul21.00-05.00
Mandi 2x/hariGosok gigi3x/hari
Gunting kuku1x/minggu
Keramas 2x/minggu
Seminggu 2x, usiakehamilan 24minggu,selanjutnya tidakdilakukan
Kegiatan sehari-hari dikurangi,terutama untukpekerjaan yangberat dan dapatmembahayakankehamilan.
Tidur siang pukul14.00-15.00Tidur malam pukul23.00-03.00Sering bangunkarena bayimenangis serta ibumerasa nyeri danmules
Mandi 2x/hariGosok gigi 3x/hariGunting kuku 1x/mgKeramas 2x/minggu
Belum melakukan
Dalam melakukanaktivitas dibantuoleh keluarga danperawat selama 1hari post partumkarena adanya lukapost op
e. Data psikososial dan spiritual
1. Status Emosional dan Psikososial
Klien berada dalam perubahan psikologis fase taking
in.Hal ini dapat dilihat dari ketergantungan klien
terhadap pertolongan perawat atau anggota
keluarganya, fokus klien terhadap diri sendiri,
serta perlunya motivasi dari petugas kesehatan
terhadap klien untuk merawat diri dan bayinya
secara mandiri. Klien mengatakan senang dengan
kelahiran anak keduanya.
2. Persepsi dan pola pikir
Klien merasa nyeri karena luka post op sc sehingga
klien tidak bisa beristirahat. Klien mengatakan
belum mengetahui tentang perawatan setelah masa
nifas seperti perawatan payudara, vulva dan luka
jahitan di daerah abdomen karena walaupun ini
merupkan persalinan kedua bagi klien, klien sudah
merasa lupa karena jarak kehamilan yang jauh.
3. Konsep diri
a. Body Image
Klien mengatakan tidak ada gangguan pada
penampilannya, klien merasa bahagia dengan
kelahiran anaknya
b. Peran Diri
Perannya sebagai ibu telah lengkap dengan
kehadiran anaknya yang kedua.
c. Ideal Diri
Klien berharap anaknnya selalu sehat dan tumbuh
dengan baik
d. Identitas Diri
Klien seorang istri dan klien adalah anak ke-1
dari 4 bersaudara.
e. Harga Diri
Klien bangga dengan perannya sebagai seorang
isteri dan seorang ibu bagi anak-anaknya.
4. Aspek Sosial
Pola Komunikasi
Klien berespon dengan baik saat perawat mengajukan
dan dapat menjawab dengan baik, hubungan interaksi
dengan keluarga baik.
5. Data Spiritual
Klien dan keluarga beragama Islam. Selama masa
hamil, klien tidak lupa berdoa untuk keselamatan
kelahiran anaknya. Suami klien mengatakan selalu
mendoakan yang terbaik bagi istri dan anaknya.
Sumber penyemangat klien selama dirawat di
rumah sakit adalah anggota keluarga dan anaknya
yang setiap hari saling bergantian menemaninya dan
anak yang baru dilahirkannya. Klien bersemangat
untuk menjalani perawatan agar kondisinya segera
pulih.
Klien seorang yang sangat berpegang teguh pada
kepercayaannya, walaupun dalam keadaan sakit, klien
selalu berdoa kepada Alloh SWT untuk kesembuhan
penyakitnya.
f. Data Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 01 November 2014:
g. Tindakan Pengobatan
Therapy :
Opimox : 3 x 1 gram intravena ( Pukul
06 – 14 – 22 )
Pronalges : 2 x1 Kapsul Peroral ( Pukul
08– 20 )
Refadroxyl : 2 x1 Tablet Peroral ( Pukul
08– 20 )
Asam Mefenamat : 3x1 Tablet Peroral ( Pukul 08
– 13 – 20 )
Lactafit : 2x1 Taplet Peroral ( Pukul 08
- 20 )
Feritrin : 2x1 Tablet Peroral
(( Pukul 08– 20 )
ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Masalah1. DS: Proses melahirkan ( SC ) Gangguan
PemeriksaanDarah
Hasil Nilai Normal Satuan
Haemoglobin 10, 5 12,0 – 16,0 Gr/dlLekosit 14.400 3800 – 10600 Sel/UL
Eritrosit 3, 48 3,6 – 5,8 Juta/ULHematokrit 30, 5 35 – 47 %Trombosit 310.000 150.000 –
440.000Sel/UL
- Klien mengatakan nyeridi daerah jahitan denganskala nyeri 3 (dariskala 0-5)
- nyeri meningkat saatbergerak atau berubahposisi
DO: Klien tampak meringis
saat bergerak/berubahposisi
Terdapat jahitan diAbdomen
Skala Nyeri 3 (1-5) Tanda-tanda Vital
TD: 110/80mmHgN : 92x/menitR : 22x/menitS : 36ºC
↓Insisi
↓Terputusnya kontinuitas
jaringan↓
Merangsang serabut sarafnyeri perifer
↓Merangsang pengeluaran zat
vasoaktif bradikinin,serotonin, histamine dan
prostaglandin↓
Dihantarkan ke subtansigelatinosa
↓Medulla spinalis
↓Tractus spinotalamicus
↓Thalamus
↓Cortex cerebri
↓Nyeri dipersepsikan
↓Nyeri
rasa
nyaman:
nyeri
2.
DS :
Klien mengatakan ada lukajahitan di daerah perutnyamembuat klien merasa takutuntuk BAK dan BAB.DO :
Terdapat luka jahitandi daerah abdomen
Klien tidak mengertiperawatan luka
Proses melahirkan ( SC ) ↓
insisi↓
Terputusnya kontinuitasjaringan
↓Luka masih basah
↓Resiko tinggi infeksi
Resikotinggiinfeksi
3 DS: Klien mengatakan belum
mengetahui perawatanluka di daerah abdomen,
Taking in↓
Kurang paparan informasi
Kurangpengetahuan
perawatan payudara danperawatan bayinya
DO : Klien terlihat bingung Klien sering bertanya
tentang perawatandirinya.
Jarak anak sebelumnya 13tahun
ASI belum keluar
mengenai perawatan diri danbayi↓
Pemahaman terbatas↓
Kurang pengetahuan
tentangperawatan dirib.dkurangnyainformasi
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d terputusnya
kontinuitas jaringan perineum yang di tandai klien
meringis saat bergerak, skala nyeri 3 (1-5), terdapat
luka episiotomy.
2. Resiko tinggi infeksi b/d terdapat daerah perlukaan di
daerah abdomen di tandai dengan klien tidak mengerti
perawatan luka.
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan diri b/d
kurangnya paparan informasi di tandai dengan klien
sering bertanya mengenai perawatan diri dan bayinya.
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
No
DiagnosaKeperawatan
PerencanaanTujuan Intervensi Rasional
1.
Gangguan rasanyaman: nyeriberhubungandenganterputusnyakontinuitasjaringanperineum
Nyeri berkurangsampai hilang setelahdiberikan intervensikeperawatan selama 2x 24 jam, dengankriteria hasil: Klien mengatakan
nyeri berkurang’ Klien tidak
meringis saatbergerak/berubahposisi
Skala nyeriberkurang menjadi1-2 dari (1-5)
Tanda-tanda vitaldalam batas normal(nadi 60-100x/menit; pernapasan16-24 x/menit)
1.Observasi tanda-tanda vital
2.Observasi skala nyeri.Perhatikan isyarat verbaldan nonverbal sepertimeringis, kaku, dan gerakanmelindungi atau terbatas.
3.Observasi perkembanganperineum. Perhatikan adanyaedema, eksudat purulen,ekimosis, nyeri tekanlokal, atau kehilanganperlekatan jahitan.
4.Berikan kesempatan padaklien untuk mengungkapkanperasaan mengenai nyeriyang dirasakan
5.Berikan posisi yang nyaman
1. Nyeri dapat merangsang sekresiadrenalin yang akanmeningkatkan kerja organ-organvital sehingga meningkatkannadi dan TD.
2. Mengidentifikasi skala nyeridapat menentukan intervensiselanjutnya yang akandiberikan. Klien mungkin tidaksecara verbal melaporkan nyeridan ketidaknyamanan secaralangsung.
3. Dapat menunjukkan traumaberlebihan pada jaringanperineal dan/atau terjadinyakomplikasi yang memerlukanintervensi lanjut.
4. Mengungkapkan perasaan dapatmemberikan kelegaan danmeningkatkan rasa nyaman
5. Meningkatkan kenyamanan dan
sesuai keinginan klien
6.Ajarkan teknik relaksasinafas dalam saat dansetelah bergerak/berubahposisi
7.Kolaborasi pemberian obatanti nyeri
mengurangi ketegangan ataupenekanan berlebihan di daerahperineum
6. Melakukan nafas dalam dapatmeningkatkan relaksasi danmengalihkan pikiran dari nyeriyang dirasakan
7. Mengurangi nyeri2.
Resikotinggiinfeksi b/dterdapatdaerahperlukaan didaerahabdomen
Tidak terjadi infeksisetelah diberikanintervensikeperawatan selama 3x 24 jam, dengankriteria hasil: Tanda-tanda vital
dalam batas normal(nadi 60-100x/menit; pernapasan16-24 x/menit; suhu36,6⁰C)
Tidak terdapat puspada bagian lukajahitan
1. Observasi TTV
2. Berikan informasi tentangperawatan diri, termasukperawatan perineal danhigiene; perubahanfisiologis, dan kemajuannormal dari lokhea.
3. Koaborasi pemberianantibiotik
1. Peningkatan suhu adalah salahsatu indiator terjadinyainfeksi
2. Mengurangi masuknya invasibakteri kadalam luka jahitan
3. Antibiotik dapat membunuh danmengurangi bakteri dalam luka
3 Kurangpengetahuantentang
Pengetahuan klienbertambah setelahdiberikan intervensi
1. Kaji tingkat pengetahuanklien
2. Observasi kesiapan klien
1. .Mengetahui tingkatpengetahuan klien.
2. Periode pascapartum dapat
perawatandiriberhubungandengankurangnyapaparaninformasi
keperawatan selama 2x 24 jam, dengankriteria hasil: Klien mengatakan
memahami caraperawatan dirinyadan cara merawatjahitan episiotomi
Klien mengatakanmemahami caramelakukan perawatanterhadap bayi
Klien mengatakanmemahami keuntungandan efek samping KBdan jenis-jenisnya
dan motivasi untukbelajar.
3. Berikan informasi tentangperawatan diri, termasukperawatan luka danhigiene; perubahanfisiologis, dan kemajuannormal dari lokhea.
4. Lakukan breast care dan beripenjelasan tentangmanfaat breast care.
5. Bantu dan ajarkan klienuntuk menyusui denganposisi yang benar dannyaman
6. Anjurkan klien untukmengonsumsi makanan yang
merupakan pengalaman positifbila penyuluhan yang tepatdiberikan untuk membantumengembangkan pertumbuhan ibu,maturasi, dan kompetensi.Namun, klien memerlukan waktuuntuk bergerak dari fase“taking in” ke “taking hold”,dimana penerimaan dankesiapannya ditingkatkan dania secara emosional dan secarafisik siap untuk belajar untukmemudahkan pelaksanaan peranbarunya
3. Membantu mencegah infeksi,mempercepat pemulihan danpenyembuhan, dan berperan padaadaptasi yang positif dariperubahan fisik
4. Membantu melancarkanpengeluaran ASI
5. Mencukupi kebutuhan nutrisibayi secara efektif
dapat meningkatkanproduksi ASI seperti daunkatuk, sayuran hijau, dansusu
7. Berikan informasi tentangsenam nifas/latihanpascapartum progresif danmanfaatnya
8. Berikan informasi tentangperawatan pada bayi barulahir, seperti perawatantali pusat, pijat bayi
9. Diskusikan rencana untukkontrasepsi. Berikaninformasi tentangketersediaan metoda,termasuk keuntungan danefek samping.
10. Anjurkan klien untukmengunjungi dokter jikalokea berbau busuk,terjadi peningkatan suhutubuh > 380C selama duahari berturut-turut dalam
6. Membantu menjamin suplai susuadekuat
7. Latihan membantu tonus otot,meningkatkan sirkulasi darah,menghasilkan tubuh yangseimbang, dan meningkatkanperasaan sejahtera secaraumum.
8. Membantu meningkatkankemandirian dan kepercayaandiri klien dalam perawatanbayi
9. Klien mungkin memerlukankejelasan mengenai metodakontrasepsi dan kenyataanbahwa kehamilan dapat terjadi.
10. Intervensi lanjutdiperlukan untuk mencegah ataumeminimalkan komplikasi
10 hari pertamapascapartum, perdarahantetap berwarna merahterang setelah tiga haripascapartum, perasaanansietas/depresi lama
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI Paraf03 Nov 2014 DP 1 & 2
Mengobservasi TTV: Mengobservasi nyeri: lokasi &
skala: nyeri dirasakan di daerahjahitan di abdomen dengan skala 3.
Memberikan kesempatan pada klienuntuk mengungkapkan perasaanmengenai nyeri yang dirasakan:klien mengatakan meningkat saatbergerak atau berubah posisi,berkurang saat istirahat.
Memberikan posisi yang nyamansesuai keinginan klien: kliennyaman dengan posisi semi fowler.
Mengajarkan dan menganjurkan klienmelakukan teknik napas dalam saatdan setelah bergerak/berubah posisi
DS:Klien mengatakan nyeri padadaerah luka jahitan.denganskala nyeri 3 (1-5)DO: Klien tampak meringis
saat bergerak TD: 110/80 mmHg, N :90 x/menit, S : 36 ºC RR : 20x/menit Klien tampak mau
mengikuti anjuran dariperawat
Skala nyeri 3 (1-5)
03 Nov 2014 DP 3 Mengobservasi kesiapan klien dan
motivasi untuk belajar: klienmengatakan ingin bisa merawatdirinya sendiri.
Memberikan informasi tentangperawatan luka dan higiene;
DS:Klien mengatakan memahami cara perawatan dirinya dan cara merawat luka
DO :
perubahan fisiologis, dan kemajuannormal dari lokhea.
Memberi penjelasan tentang manfaatbreast care: klien mengatakan ingindilakukan breast care.
Membantu klien untuk mengatur posisiyang benar dan nyaman saat menyusui:klien mengatakan lebih nyamanmenyusui sambil dudukmenggendongnya.
Menganjurkan klien untukmengonsumsi makanan yang dapatmeningkatkan produksi ASI sepertidaun katuk, sayuran hijau, dansusu: klien mengatakan akanmengonsumsi daun katuk dan susu.
Klien tampak mau mengikuti anjuran dari perawat
04 Nov
2014
DP 1 &2 Mengobservasi TTV: Mengobservasi skala nyeri: nyeri di
daerah jahitan skala 3 dan mulaspada perut.
Memberikan kesempatan pada klienuntuk mengungkapkan perasaanmengenai nyeri yang dirasakan:klien mengatakan meningkat saatbergerak atau berubah posisi,
DS :Klien mengatakan nyeri agakberkurang dengan skala 2 (1-5)DO: Klien tampak bergerak
walau perlahan. Klien tampak tidak ragu
dalam bergerak
berkurang saat istirahat; mulasmeningkat saat menyusui.
Memberikan posisi yang nyamansesuai keinginan klien: kliennyaman dengan posisi semi fowler.
Memotivasi klien melakukan tekniknapas dalam saat dan setelahbergerak/berubah posisi
Memberikan therapy antibiotic dananalgetik sesuai dengan advice.
Tanda-tanda vital dalambatas normal TD: 110/80mmHg, N: 84x/menit, S:36,5 ºC, RR: 20x/menit
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dipertahankan
04 nov
2014
DP 3: Mengobservasi kesiapan klien dan
motivasi untuk belajar: klienmengatakan ingin bisa merawatbayinya.
Membantu klien mengatur posisi yangbenar dan nyaman saat menyusui.
Memberikan informasi tentang senamnifas dan manfaatnya: klienmengatakan akan mencobanya.
Memberikan informasi tentangperawatan pada bayi baru lahir:pijat bayi dan perawatan talipusat.
Mendiskusikan rencana untukkontrasepsi dan memberikan
DS: Klien mengatakan memahami
cara melakukan perawatanterhadap bayi
Klien mengatakan memahamikeuntungan dan efeksamping KB dan jenis-jenisnya
DO: Klien tampak mengerti
akan penjelasan dariperawat
informasi tentang jenis-jeniskontrasepsi, keuntungan, dan efeksampingnya: klien mengatakan masihbingung karena banyaknya pilihan,tetapi akan mempertimbangkankontrasepsi yang akan digunakan danmerundingkannya dengan suaminya.
Motivasi klien melakukan breastcare: klien mengatakan akanmelakukan breast care.
Motivasi klien untuk mengonsumsimakanan yang dapat meningkatkanproduksi ASI seperti daun katuk,sayuran hijau, dan susu: klienmengatakan akan melakukannya.
Motivasi klien melakukan senamnifas: klien mengatakan akanmelakukannya.
Menganjurkan klien untukmengunjungi dokter jika lokeaberbau busuk, terjadi peningkatansuhu tubuh > 380C selama dua hariberturut-turut dalam 10 haripertama pascapartum, perdarahantetap berwarna merah terang setelahtiga hari pascapartum, perasaan
ansietas/depresi lama
5. CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl DX Kep Catatan Paraf05 Nov 1 S : Klien mengatakan Nyeri berkurang dengan skala 1 (1-
2014 5)O :
Klien tampak tidak ragu dalam bergerak Klien dapat ke kamar mandi sendiri walau perlahan Vital sign dalam batass normal
TD : 110/70mmHg N : 84 X/Mnt R : 20 X/Mnt S : 36 ºC
A : Masalah TeratasiP : Lanjutkan Intervensi
05 Nov2014
2 S : Klien mengatakan mengerti tentang tanda-tanda infeksi danmengerti tentang cara merawat luka di daerah abdomennya
O : Klien melakukan hal yang di ajarkan perawat Klien mengganti perbannya 1x/hari Tanda-tanda infeksi tidak ditemukan Vital sign dalam batas normal
A : Masalah TerastassiP : Intervensi Di Hentikan
05 Nov2014
3 S : Klien mengatakan mengerti tentang perawatan diridan bayinyaO : Klien tampak mengerti tentang apa yang di jelaskan
perawat. Klien mampu menjelaskan kembali hal-hal yangtelah disampaikan perawat.
A : Masalah Teratasi
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan pada ibu post partum dapat memenuhi
kebutuhan gizinya serta kebersihan diri dan lingkungan
perlu diperhatikan dan juga dengan perawatan lukanyabila ada
haemoroid harus selalu diawasi. Perawatan payudara dan
pemberian laktasi harus selalu dikaji, selain diharapkan
perawat selalu mengobservasi keadaan umum dan tanda – tanda
vital.
Petugas kesehatan diharapkan selalu memberikan
pendidikan kesehatan kepada ibu post partum , sehingga
mereka mengenal tanda dan bahaya yang mungkin terjadi dan
dapat segera mendatangi tempat pelayanan kesehatan guna
mencegah hal – al yang tidak di inginkan.