Bab I dan Bab II

51
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupan sehari - hari selalu terlibat dengan kegiatan - kegiatannya apakah itu bekerja ataupun bergerak kesemuanya memerlukan tenaga. Kita harus mengetahui bagaimana mangatur kegiatan, sedemikian rupa sehingga posisi tubuh saat bekerja atau bergerak tersebut ada dalam keadaan nyaman tanpa mempengaruhi hasil kerjanya. Tubuh manusia bisa dianggap sebagai suatu mesin, dimana untuk melaksanakan kegiatannya dibatasi oleh serangkaian hokum - hukum alam. Kemampuan manusia untuk melaksanakan macam - macam kegiatannya tergantung pada struktur fisik dari tubuhnya yang terdiri dari struktur tulang, otot - otot rangka, sistem syaraf, dan proses metabolisme yang berfungsi untuk melindungi dan melaksanakan kegiatan - kegiatan fisik. Berbagai dorongan dapat menyebabkan manusia bekerja mulai dari yang bersifat dasar yaitu yang merupakan prasyarat bagi dilakukannya kegiatan – kegiatan yang dicapainya kebutuhan lain, sampai pada kebutuhan – kebutuhan tingkat tinggi yang baru diusahakan pemenuhannya setelah tingkat yang lebih rendah dirasakan telah dengan baik dimiliki.Setelah seseorang

Transcript of Bab I dan Bab II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia dalam kehidupan sehari - hari selalu

terlibat dengan kegiatan - kegiatannya apakah itu

bekerja ataupun bergerak kesemuanya memerlukan tenaga.

Kita harus mengetahui bagaimana mangatur kegiatan,

sedemikian rupa sehingga posisi tubuh saat bekerja atau

bergerak tersebut ada dalam keadaan nyaman tanpa

mempengaruhi hasil kerjanya.

Tubuh manusia bisa dianggap sebagai suatu mesin,

dimana untuk melaksanakan kegiatannya dibatasi oleh

serangkaian hokum - hukum alam. Kemampuan manusia untuk

melaksanakan macam - macam kegiatannya tergantung pada

struktur fisik dari tubuhnya yang terdiri dari struktur

tulang, otot - otot rangka, sistem syaraf, dan proses

metabolisme yang berfungsi untuk melindungi dan

melaksanakan kegiatan - kegiatan fisik.

Berbagai dorongan dapat menyebabkan manusia bekerja

mulai dari yang bersifat dasar yaitu yang merupakan

prasyarat bagi dilakukannya kegiatan – kegiatan yang

dicapainya kebutuhan lain, sampai pada kebutuhan –

kebutuhan tingkat tinggi yang baru diusahakan

pemenuhannya setelah tingkat yang lebih rendah

dirasakan telah dengan baik dimiliki.Setelah seseorang

berada dalam dunia pekerjaan, terdapat berbagai faktor

yang mempengaruhi jalannya pekerjaan.

Secara garis besar terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi hasil kerja (performansi) manusia dan

dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu :

1. Faktor - faktor individual, meliputi : sikap, sifat,

system nilai, karakteristik fisik, minat, motivasi,

usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan

lain – lain.

2. Factor – factor situasional, meliputi : lingkungan

fisik, mesin dan peralatan, metode kerja, dan lain –

lain.

Dalam laporan ini kami akan membahas tentang

bagaimana pengaruh lingkungan dan factor – factor

penyebabnya yang mempengaruhi performansi kerja

seseorang. Dalam penerapan analisa varians yang kami

gunakan diharapkan dapat mengetahui sampai sejauh mana

pengaruh lingkungan kerja tersebut.

Dalam praktikum biomekanika diharapkan mahasiswa

mampu menganalisa adanya faktor-faktor fisiologis dan

lingkungan yang mempengaruhi performasi kerja seseorang

dalam aktivitas kerja.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas pada pratikum

biomekanika ini, adalah :

“ Bagaimana konsumsi energi yang optimum dalam melakukan suatu

aktivitas kerja? ”.

1.3. Tujuan PraktikumBatasan masalah dalam Pratikum Biomekanika, yaitu :

1. Menentukan konsumsi energi manusia dari perbedaan

kecepatan dan sudut kemiringan tangga/

2. Menentukan konsumsi energi manusia dari perbedaan

berat pengayuh.

3. Menentukan batasan gaya angkat manusia dari

perbedaan beban tarik ricken antique indicator.

4. Menentukan kondisi optimum dalam melakukan

aktivitas kerja.

1.4. Batasan MasalahBatasan masalah dalam pratikum biomekanika ,

yaitu :

1. Pengolahan data menggunakan Analysis Of Variance ( ANOVA )

untuk sepeda statis, tangga sudut dan beban tarik.

2. Perhitungan konsumsi energi hanya untuk percobaan

sepeda statis dan tangga sudut.

3. Perhitungan batasan gaya angkat hanya untuk

percobaan beban tarik.

1.5. Asumsi-asumsiDalam praktikum biomekanika ini kita menggunakan

asumsi-asumsi sebagai berikut :

1. Kondisi operator dalam keadaan sehat dan stabil

2. Alat ukur dalam keadaan optimal ( bekerja dengan

baik )

3. Penerapan metode yang benar dalam pelaksanaan

praktikum.

4. Tidak terjadi kesalahan dalam penulisan data.

1.6. Sistematika PenulisanSistematika dalam laporan ini meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang : Latar Belakang,

Batasan Masalah, Asumsi

– asumsi, Tujuan Praktikum, Sistematika

Penulisan Laporan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini ini berisi tentang : Dasar

Biomekanika, factor Psikologi, Konsumsi energi,

Proses terjadinya kelelahan, Hasil kerja

manusia dan proses pengendaliannya, mengukur

aktifitas kerja manusia, Fatique, beberapa segi

mengenai factor – factor diri dan fisik

pekerjaan, Analisa Varians ( uji factorial ),

menguji Homogenitas Varians Populasi ( Uji

Bartlett).

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada Bab III ini berisi tentang : Tabel

pengukuran volume O2 ( cm3), dengan spirotest

( sepeda statis ), table pengukuran denyut

jantung (kali) dengan pulsemeter ( tangga sudut

), table pengukuran beban tarik ( kg ) dengan

pulsemeter.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada Bab IV ini berisi tentang : Data

pengukuran volume O2, denyut jantung, beban

tarik. Pengolahan data dengan uji factorial,

analisa hipotesis dan konsumsi energi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab IV ini berisi tentang : Penutup dari

Biomekanika.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Teori- Teori Biomekanika

Biomekanika mempelajari manusia dari segi kemampuan

seperti: kekuatan, daya tahan, kecepatan dan

ketelitian. Contoh sederhana adalah hubungan antara

manusia dengan pekerja dengan mesin serta peralatan –

peralatannya dan lingkungan kerja dapat dilihat sebagai

hubungan yang unik karena interaksi antara hal- hal

diatas yang membentuk suatu system kerja tidak

terlampau sederhana bahkan melibatkan sebagai disiplin

ilmu.

Adapun Biomekanika dan anthropometri berperan

khusus dalam mempengaruhi lingkungan pekerjaan, dan

tentunya lingkungan pekerjaan tersebut dapat

mempengaruhi hasil kerja manusia. Secara garis besar

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil kerja

( performansi ) manusia. Kedua faktor tersebut dapat

dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Faktor – faktor diri ( individual ) seperti : sikap,

sifat, sistem nilai, karakteristik fisik, minat,

motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan,

pengalaman, dan lain – lain.

2. Faktor – faktor situasional seperti : lingkungan

fisik, mesin dan peralatan, metode kerja, dan lain –

lain.

Jika seseorang bekerja sangat banyak faktor –

faktor yang terlibat dan mempengaruhi keberhasilan

kerja. Secara garis besar faktor – faktor tersebut

termasuk kedalam dua kelompok yaitu kelompok faktor –

faktor diri (individual) dan faktor – faktor situasional.

Sesuai dengan namanya, kelompok pertama terdiri

dari faktor – faktor yang datang dari diri si pekerja

itu sendiri dan seringkali sudah ada sebelum si pekerja

yang bersangkutan datang di pekerjaannya.

Kecuali hal – hal seperti pendidikan dan pengalaman

semuanya adalah faktor – faktor yang tidak mudah bahkan

tidak dapat merubah. Artinya, faktor – faktor yang

sudah tetap ini adalah hal – hal yang sudah ada (given)

dan harus diterima seadanya.

Faktor – faktor fisik terdiri dari mesin, peralatan

kerja, bahan, lingkungan fisik, metode kerja dan lain –

lain. Sedangkan faktor sosial dan keorganisasiaan

terdiri dari karakteristik perusahaan, pendidikan dan

latihan, pengawasan, perupahan, lingkungan sosial, dan

lain – lain.

Besarnya pengaruh faktor – faktor ini semua

terhadap keberhasilan kerja tidaklah sekedar hasil

jumlah atau rata – rata dari pengaruh setiap faktor

tetapi merupakan interaksi faktor – faktor tersebut,

kadang – kadang dalam cara yang rumit. Hasil interaksi

keseluruhan inilah secara kesatuan memberikan pengaruh

kepada keberhasilan kerja.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan

berbagai macam aktifitas-aktifitas yang banyak

mempengaruhi kondisi tubuh mereka baik fisik maupun

psikologis . Secara garis besar kegiatan-kegiatan kerja

manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik (otot)

dan kerja mental (otak). Pemisahan ini dapat dilakukan

dengan sempurna, karena terdapat hubungan yang erat

antara yang satu dengan yang lainnya .

Apabila dilihat dari energi dibanding dengan kerja

fisik. Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi

yang berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi

enrgi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara

tidak langsung, yaitu dengan cara pengukuran denyut

jantung dan konsumsi oksigen.

Pengukuran tersebut dibutuhkan untuk mengukur

kemampuan fisik manusia untuk melakukan suatu

pekerjaan, lalu melakukan suatu perhitungan untuk

mengetahui performansi kerja manusia tersebut.

2.2. Faktor – Faktor Psikologis

Pada masa sekarang ini kemampuan bekerja seorang

manusia tidak hanya tergantung pada faktor fisik

manusia itu saja, tetapi juga tergantung pada kemampuan

psikologi manusia tersebut dalam menghadapi suatu

pekerjaan yang banyak menyita atau menguras pikiran

manusia tersebut.

Faktor-faktor psikologi manusia dalam melakukan

suatu pekerjaan sedikit banyak mempengaruhi performansi

kerja, apabila manusia tersebut bisa mengatasi tekanan-

tekanan yang dia hadapi dalam melakukan pekerjaan

performansi kerjanya pasti akan stabil.

Dan juga sebaliknya apabila dia tidak dapat

mengatasi tekanan-tekanan pada pekerjaan yang dia

hadapi performansi kerja manusia tersebut pasti akan

lambat.

Maka dari itu mulai muncul ilmu-ilmu yang

mempelajari tentang kinerja dan performansi kerja

manusia, untuk mengetahui cara mengukurnya.

Selain faktor fisik, hasil kerja seseorang juga

dipengaruhi oleh faktor psikologis.Faktor psikologis

sangat berpengaruh terhadap hasil kerja seseorang. Jika

psikologis orang tersebut dalam keadaan baik, maka

hasil yang dia peroleh juga akan baik.Bekitu pula

dengan sebaliknya.

Jika psikologis seseorang tersebut dalam keadaan

yang kurang baik atau menguntungkan dalam atri situasi

hati lagi kacau atau banyak pikiran, kurang konsentrasi

maka hasil pekerjaan yang didapat kurang baik atau

tidak sebaik pada waktu kondisi psikologisnya sedang

baik.

Bekerja adalah kegiatan yang merubah keadaan keadaan

ertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk

mempertahankan dan memelihara kelangsungan

hidupnya.untuk mengenali beberapa faktor yang

berhubungan dengan Psikologis

1. Faktor Stress, dimana timbul akibat terlalu lelah

beraktifitas dan konsumsi energi yang dibutuhkan

kurang.

2. Faktor Ketegangan(Strain) dimana pekerja merasa

beban yang diterima terlalu besar sehingga

menyebabkan sering emosi bahkan cepat marah.

Tingkat intensitas kerja yang optimum umumnya

dilaksanakan apabila tidak ada tekanan (Stress) dan

ketegangan (Strain).

2.3. Konsumsi Energi

Yang dimaksud dengan mengukur aktivitas kerja

manusia dalam hal ini adalah mengukur berapa besarnya

tenaga kerja yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk

melaksanakan pekerjaannya. Tenaga yang dikeluarkan

tersebut biasanya diukur dalam satuan kilokalori.

Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang

berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi

energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara

tidak langsung, yaitu dengan pengukuran :

1. Kecepatan denyut jantung.

2. Konsumsi oksigen.

1

2

3

4

5

6

Hubungan

Kecepatan Denyut Jantung

Kecepatan denyut jantung memiliki hubungan yang

sangat erat dengan aktivitas faal lainya, seperti yang

digambarkan dibawah ini :

Gambar 2.3. Hubungan Denyut Jantung dengan Aktivitas

Faal.

Keterangan :

1. Tekanan darah

2. Aliran darah

3. Komposisi kimia dalam darah

4. Temperatur tubuh

5. Tingkat penguapan

6. Jumlah udara yang dikeluarkan oleh paru –

paru

Dengan mencoba merumuskan antara energi dan

kecepatan jantung dicari pendekatan kuantitatif

hubungan antara energi dan kecepatan denyut jantung

dengan menggunakan analisis regresi. Bentuk regresi

hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah

regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut :

Y = 1,80411 – 0,0229038 . X + 4,71733-4 .

X2

Dengan : Y = Energi (koli kalori per menit)

X = Kecepatan denyut jantung (denyut

permenit)

Setelah besaran kecepatan denyut jantung

disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi

untuk suatu kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan

dalam bentuk matematis sebagai berikut :

KE = Et – Ei

Dengan : KE = Konsumsi energi untuk suatu kegiatan

kerja tertentu (kilo kalori)

Et = Pengeluaran energi pada saat waktu kerja

tertentu (kilo kalori).

Ei = Pengeluaran energi pada saat istirahat

(kilo kalori).

Dengan demikian, konsumsi energi pada waktu kerja

tertentu merupakan selisih antara pengeluaran energi

pada waktu kerja tersebut dengan pengeluaran energi

pada saat istirahat.

Dengan demikian, konsumsi energi pada waktu kerja

tertentu merupakan jumlah antara pengeluaran energi

pada waktu kerja tersebut dengan pengeluaran energi

pada saat istirahat. Aktivitas otot mengubah fungsi

berikut ini:

1. Denyut jantung

2. Tekanan darah

3. Output jantung

4. Komposisi kimia dalam darah/ urine

5. Temperatur tubuh

6. Perspiration rate

7. Ventilasi paru-paru (pilponary ventilation

dalam liter/ menit)

8. Konsumsi oksigen oleh otot

Penjelasan sederhana tentang sistem konversi input

udara, makanan dan air diberikan pada bagan alir

berikut ini :

MOSCUSLAR

SISTEM

Kerja Mekanik

Kerja internal SirkulasiRespirasi

Panas

Tambahan sirkulasi evaporasi

O2

O2

PenyimpananOksigen

Error: Reference source not foundGambar 2.2.

Sistem Konversi Input Udara, Makanan dan Air.

( Sumber : Modul Praktikum Perancangan Sistem Kerja,Tahun 2006, Hal

27 )

2.4. Proses Terjadinya Kelelahan

Banyaknya definisi yang memberikan kepada kelelahan

ini, tetapi secara garis bear dapat dikatakan bahwa

kelelahan ini merupakan suatu pola yang timbul pada

suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap

O2 diekstrasi ke dalam

Udara

CO2

Makanan( pada

Metabolisme

Ekses asam laktatkekurangan O2

kelelahan ototPembentukan asam laktat

individu, yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan

aktivitasnya.

Pada dasarnya pola ini ditimbulkan oleh dua hal,

yaitu akibat kelelahan fisiologis (fisik atau kimia)

dan akibat kelelahan psikologi (mental dan fungsional).

Ini bisa bersifat obyektif (akibat perubahan

performance) dan bisa bersifat subyektif (akibat

perubahan dalam perasaan dan kesadaran).

Yang dimaksud dengan kelelahan fisiologis adalah

kelelahan yang timbul karena adanya perubahan -

perubahan fisioligis dalam tubuh. Dari segi fisiologis,

tubuh manusia dapat dianggap sebagai mesin yang

mengkonsumsi bahan bakar, dan memberikan output berupa

tenaga - tenaga yang berguna untuk melaksanakan

aktivitas sehari - hari.

Pada prinsipnya, ada 5 macam mekanisme yang

dilakukan tubuh, yaitu : sistem peredaran, sistem

pencernaan, sistem otot, sistem syaraf, dan sistem

pernafasan. Kerja fisik yang kontinu berpengaruh

terhadap mekanisme - mekanisme diatas, baik sendiri -

sendiri maupun sekaligus.

Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk -

produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana

produk - produk sisa ini bersifat bisa membatasi

kelangsungan aktifitas otot. Atau, mungkin bisa

dikatakan bahwa produk - produk sisa ini mempengaruhi

serat - serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga

menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah

lelah.

Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam

tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari

otot selalu diikuti oleh reaksi kimia (oksidasi

glukosa) yang merubah glikogen tersebut menjadi tenaga,

panas dan asam laktat.

Dalam tubuh dikenal fase pemulihan yaitu suatu

proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen

kembali dengan adanya oksigen dari pernapasan sehingga

memungkinkan otot – otot bisa bergerak secara kontinue.

Pada dasarnya kelelahan ini timbul karena

terakumulasinya produk sisa dalam otot atau peredaran

darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja

dan proses pemulihan.

Secara garis besar timbulnya kelelahan adalah

sebagai berikut :

1. Oksidasi glokuse dalam otot menimbulkan CO2,

saerolactic, phosphate dan sebagainya, dimana

zat - zat tersebut terikat dalam darah yang

kemudian dikeluarkan waktu bernafas.

Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat - zat

tersebut tidak seimbang dengan proses

pengeluarannya, sehingga timbul penimbunan dalam

jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot

selanjutnya.

2. Karbohidrat yang didapat dari makanan dirubah

menjadi glukosa dan disimpan di hati dalam

bentuk glukogen. Setiap 1 cm3 darah normal akan

membawa 1 mm glukosa, berarti setiap sirkulasi

darah hanya membawa 0,01 % dari sejumlah

glukogen yang ada dalam hati.

Karena bekerja, persediaan glikogen dalam hati

akan menipis, dan kelelahan akan timbul apabila

konsentrasi glikogen dalam hati tinggal 0,7 %.

3. Dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk

melalui pernafasan kira - kira 15 lt / menit.

Ini berarti pada suatu tingkat kerja tertentu

akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah

oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih

kecil dari tingkat kebutuhan.

Jika hal ini terjadi maka kelelahan akan timbul,

karena reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk

mengurangi asam laktat kira 4 lt / menit,

sedangkan dalam keadaan kerja keras, dibutuhkan

udara menjadi air (H2O) dan CO2 agar dikeluarkan

dari tubuh, menjadi tidak seimbang dengan

pembentukan asam laktat itu sendiri (asam laktat

terakumulasi dalam otot atau peredaran darah).

Kelelahan psikologis dikatakan kelelahan yang

palsu, yang timbul dalam perasaan orang yang

bersangkutan dan terlihat dalam tingkah lakunya atau

pendapat - pendapatnya yang tidak konsekuen lagi serta

jiwanya yang labil dengan adanya perubahan walaupun

sendiri dalam kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya.

Jika hal ini menyangkut perubahan yang bersifat

dengan moril seseorang. Sebab - sebab kelelahan ini

bisa diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya kurang

minat dalam pekerjaan, berbagai penyakit, keadaan

lingkungan, adanya hukum moral yang mengikat dan merasa

tidak cocok, sebab - sebab mental dan konflik -

konflik. Pengaruh - pengaruh ini seakan terkumpul dalam

tubuh (benak) dan menimbulkan rasa lelah.

Macam kelelahan kedua ialah kelelahan psikologis.

Kelelahan ini bisa dikatakan kelelahan yang palsu, yang

timbul dalam perasaan orang yang bersangkutan dan

terlibat dengan tingkah lakunya atau pendapat-

pendapatnya yang tidak konsekwen lagi serta jiwanya

yang labil dengan adanya perubahan walaupun sendiri

dalam kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya.

Jika hal ini menyangkut perubahan yang bersangkutan

dengan moril seseorang. Sebab-sebab kelelahan ini bisa

diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya: kurang

minat dalam pekerjaan, berbagai penyakit, monotoni,

keadaan lingkungan, adanya hokum moral yang mengikat

dan merasa tidak cocok, sebab-sebab mental seperti:

tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik-konflik.

Pengaruh-pengaruh ini seakan-akan terkumpul dalam tubuh

(benak) dan menimbulkan rasa lelah.

Para ahli banyak melakukan percobaan-percobaan yang

tujuannya ingin mengetahui proses terjadinya kelelahan

psikologis ini, sehingga saat ini ada suatu konsep yang

menyatakan, bahwa keadaan dan perasaan kelelahan ini

timbul karena adanya reaksi fungsionil dari pusat

kesadaran, yaitu cortex cerebri yang bekerja atas

pengaruh dua sistem integoristik, yaitu sistem

penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi).

Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus, dan

bersifat menurunnya kemampuan manusia untuk bereaksi.

Sedangkan sistem penggerak terdapat dalam formatio

retikolaris, yang bersifat dapat merangsang pusat-pusat

vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan-

peralatan tubuh kearah bereaksi.

Dengan demikian, keadaan seseorang pada suatu saat

sangat tergantung pada hasil kerja kedua sistem

antagonis ini. Apabila sistem penggerak lebih kuat dari

sistem penghambat, maka keadaan orang tersebut ada

dalam keadaan segar untuk bekerja.

Sebaliknya, apabila sistem penghambat lebih kuat

dari sistem penggerak maka orang tersebut akan

mengalami kelelahan.Itulah sebabnya, apabila seseorang

yang sedang lelah, dapat melakukan aktivitas secara

tiba-tiba apabila mengalami suatu peristiwa yang tidak

terduga atau terjadi ketegangan emosi.

Demikian juga kerja yang monoton bisa menimbulkan

kelelahan walaupun mungkin beban kerjanya tidak

seberapa, hal ini disebabkan karena sistem penghambat

lebih kuat dibandingakan sistem penggerak.

Berikut ini diberikan suatu daftar yang bisa

digunakan sebagai patokan untuk mengetahui telah

datangnya gejala-gejala atau perasaan-perasaan dari

kelelahan:

1) Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh

badan, kaki terasa berat, menguat, pikiran

merasa kacau, mengantuk, mata merasa “berat”,

kaku dan janggung dalam gerakan, tidak seimbang

dalam berdiri, dan merasa ingin berbaring.

2) Merasa susah berfikir, lelah berbicara, menjadi

gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat

mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung

untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap

sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan

tidak dapat tekun dalam pekerjaan.

3) Sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri

dipunggung, pernapasan merasa tertekan, haus,

suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak

mata, tremor pada anggota badan, dan merasa

kurang sehat badan.

Gejala - gejala atau perasaan dari kelelahan :

1. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh

badan, kaki merasa berat, menguap, pikiran

merasa kacau, mengantuk, mata terasa berat,

kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang

dalam berdiri, dan merasa ingin berbaring.

2. Merasa susah berfikir, lelah berbicara, menjadi

gugup, tidak berkonsentrasi, tidak dapat

mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung

untuk lupa, kurang kepercayaan, lemas terhadap

sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan

tidak dapat tekun dalam pekerjaan.

3. Sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri

dipunggung, pernafasan merasa tertekan, haus,

suara serak, merasa pening, dan merasa kurang

sehat badan.

Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara,

diantaranya:

1) Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk

tubuh.

2) Bekerja dengan menggunakan metoda kerja yang

baik, misalnya bekerja dengan memakai prinsip

ekonomi gerakan.

3) Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya

pengeluaran tenaga tidak melebihi pemasukannya

dengan memperhatikan batasan-batasannya.

4) Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti

harus dilakukan pengaturan terhadap jam kerja,

waktu istirahat dan sarana-sarananya, masa-masa

libur dan rekreasi, dan lain-lain.

5) Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya,

seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi

udara, pencahayaan, kebisingan, getaran bau

atau wangi-wangian, dan lain-lain.

6) Berusaha untuk mengurangi monotoni dan

ketegangan-ketegangan akibat kerja, misalnya

dengan menggunakan warna dan dekorasi ruangan

kerja, menyediakan musik, menyediakan waktu-

waktu olahraga dan lain-lain.

( Sumber : Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Sritomo Wignjosoebroto,

Tahun 1995, Hal 283-286 )

2.5. Hasil Kerja Manusia dan Proses Pengendaliannya.

Setiap hari manusia selalu terlibat dengan kegiatan

– kegiatan apakah itu bekerja ataupun bergerak

kesemuanya memerlukan tenaga. Yang penting harus kita

perhatikan, bagaimana mengatur kegiatan ini, sedemikian

rupa sehingga posisi tubuh saat bekerja atau bergerak

tersebut ada dalam keadaan nyaman tanpa mempengaruhi

hasil kerjanya.

Tubuh manusia bisa dianggap sebagai suatu mesin,

dimana untuk melaksanakan kegiatan dibatasi olah

serangkaian hukum – hukum alam. Kemampuan manusia untuk

melaksanakan macam – macam kegiatannya tergantung pada

struktur tulang, otot rangka, system saraf dan proses

metabolisme.

Dua ratus enam tulang manusia membentuk rangka,

yang berfungsi untuk melindungi dan melaksanakan

kegiatan – kegiatan fisik. Tulang – tulang tersebut

satu dengan yang lainnya duihubungkan dengan sendi –

sendi tulang yang terdiri atas gumpalan – gumpalan

serabut otot yang dapat berkontraksi, serabut otot ini

berfungsi mengubah energi kimia menjadi energi mekanik.

Kegiatan – kegiatan dari otot ini dikontrol oleh

system saraf sedemikian rupa sehingga kegiatan kerja

secara keseluruhan dapat berlangsung dengan baik

Untuk mencari metoda pengukuran tentang semua

kegiatan yang dialami pekerja selama kegiatannya, dan

kemudian untuk menyebarkan informasi-informasi tersebut

kedalam bentuk angka-angka, diperlukan pendekatan

secara ilmiah dan teknik.

Sebagaimana kita ketahui, kerja manusia itu ada

yang bersifat mental dan ada yang bersifat fisik dan

masing – masing mempunyai tingkat intensitas yang

berbeda – beda. Tingkat intensitas yang tinggi

memungkinkan pemakaian tenaga yang berlebihan.

Sebaliknya tingkat intensitas yang terlampau rendah

memunglinkan timbulnya rasa jenuh atau bosan. Tingkat

intensitas yang optimum ada diantara kedua batas

ekstrim diatas dan tentunya berbeda – beda untuk setiap

individu.

Tingkat intensitas kerja yang optimum umumnya

dilaksanakan apabila tidak ada tekanan (stress) dan

ketegangan (strain). Tekanan disini berkenaan dengan

beberapa aspek dari aktivitas manusia atau dari

lingkungan yang terjadi pada individu sebagai akibat

reaksi individu tersebut karena terdapat beberapa hal

yang tidak sesuai dengan keinginannya. Sedangkan

ketegangan merupakan konsekuensi logis yang harus

diterima oleh individu tersebut sebagai akibat dari

tekanan.

Semua kegiatan dari tubuh manusia, sudah dikatakan

diatas , memerlukan tenaga. Tenaga ini diperoleh karena

adanya proses metabolisme dalam otot, yaitu berupa

kumpulan – kumpulan dari proses kimia yang mengubah

bahan makanan menjadi dua bentuk, masing – masing kerja

mekanis dan panas.

2.6. Pengukuran Aktifitas Kerja Manusia.

Yang dimaksud dengan pengukuran aktivitas kerja

manusia dalam rangka ini adalah mengukur berapa

besarnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh seorang

pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya. Tenaga yang

dikeluarkan tersebut biasanya diukur dalam satuan

kilokalori.

Secara umum kriteria pengukuran aktivitas kerja

manusia dapat dibagi dalam dua kelas utama yaitu

kriteria fisiologis dan kriteria operasional yang

masing – masing akan diuraikan sebagai berikut :

2.6.1. Kriteria Fisiologis

Kriteria fisiologis dari kegiatan manusia biasanya

ditentukan berdasarkan kecepatan denyut jantung dan

pernafasan. Usaha untuk menentukan besarnya tenaga yang

setepat-tepatnya berdasarkan kriteria ini agak sulit,

karena perubahan fisik dari keadaan normal menjadi

keadaan fisik yang aktif akan melibatkan beberapa

fungsi fisiologis yang lain, seperti tekanan darah,

peredaran udara dalam paru-paru, jumlah oksigen yang

digunakan, jumlah karbondioksida yang dihasilkan,

temperatur badan banyaknya keringat dan komposisi kima

dalam urine dan darah.

Secara lebih luas dapat dikatakn bahwa kecepatan

denyut jantung dan kecepatan pernafasan dipengaruhi

oleh tekan psikologis, tekanan oleh lingkungan atau

oleh tekanan akibat kerja keras, dimana ketiga tekanan

tersebut sama pengaruhnya.

Sehingga apabila kecepatan denyut jantung

seseorang meningkat, kita akan sulit menerima, apakah

meningkatnya ini disebabkan akibat kerja, atau akibat

temperatur ruangan yang terlampau panas atau akibat

rasa takut?.

Dengan demikian pengukuran berdasarkan kriteria

fisiologis ini bisa digunakan apabila faktor-faktor

yang berpengaruh tersebut kecil, atau situasi kerjanya

harus ada dalam keadaan normal.

Volume oksigen yang dibutuhkan selama bekerja

dipakai sebagai dasar menentukan jumlah kalori yang

diperlukan selama kerja atas dasar persamaan : satu

liter oksigen = 4,7 – 5,0 kilokal/menit.

Volume oksigen yang digunakan tersebut dihitung

dengan cara mengukur udara expirasi dan kemudian kadar

oksigennya ditentukan dengan teknik sampling. Dengan

mengetahui temperatur dan tekanan udara, maka volume

oksigen yang digunakan akan bisa diketahui.

Pengukuran berdasarkan kecepatan denyut jantung

lebih mudah dilakukan tetapi pengukuran cara ini kurang

tepat dibandingkan dengan konsumsi oksigen karena lebih

banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor individu, seperti

: emosi, kondisi fisik, jenis kelamin, dan lain-lain.

Sehubungan dengan pekerjaannya sendiri, terdapat

banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran

tenaga selama bekerja, diantaranya : cara melaksanakan

kerjanya, kecepatan kerjanya, sikap pekerja, kondisi

lingkungan dan lain-lain.

Metoda pengukuran kerja fisik dilakukan dengan

menggunakan standar:

1. Konsep horse power (foot – pounds of work per

minute) oleh taylor, tapi tidak memuaskan.

2. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur

pengeluaran energi.

3. Perubahan tingkat fisik ukuran jantung (metoda

baru).

Studi pengukuran kerja fisiologis ditujukan untuk

mengatasi :

1. Pengetahuan baru tentang performansi kerja.

2. Lebih memahami perilaku / sifat para pekerja.

3. Memahami kendala fisik seseorang.

Tiffin mengemukakan kriteria - kriteria yang dapat

digunakan untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap

manusia dalam suatu sistem kerja, yaitu : kriteria

faal, kriteria kejiwaan, dan kriteria hasil kerja.

Secara garis besar, kegiatan - kegiatan kerja

manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik (otot)

dan kerja mental (otak). Pemisahan ini tidak dapat

dilakukan dengan sempurna, karena terdapat hubungan

yang erat antara satu dengan yang lainnya. Apabila

dilihat dari energi dibandingkan dengan kerja fisik.

Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan pada

fungsi alat - alat tubuh, yang dapat dideteksi

melalui :

1. Konsumsi energi.

2. Denyut jantung.

3. Peredaran udara dalam paru – paru.

4. Konsentrasi asam laktat dalam darah.

5. Komposisi kimia dalam darah dan air seni.

6. Tingkat penguapan dan faktor lainnya.

2.6.2. Kriteria Operasional

Kriteria operasional melibatkan teknik - teknik

untuk mengukur atau menggambarkan hasil - hasil yang

bisa dilakukan tubuh atau anggota - anggota tubuh pada

saat melaksanakan gerakan - gerakannya.

Secara umum hasil gerakan yang bisa dilakukan

tubuh atau anggota tubuh dapat dibagi dalam bentuk -

bentuk: range (rentangan) gerakan, pengukuran aktivitas

berdasarkan kekuatan, ketahanan, kecepatan, dan

ketelitian. Untuk mengukur aktivitas - aktivitas

tersebut bisa digunakan bermacam - macam alat ukur

seperti : alat pengukur tegangan dan dinamo meter.

Pengukuran aktivitas fisik berdasarkan range dari

gerakan, digunakan untuk jenis pekerjaan yang berulang

dengan tepat. Hasil gerakan tubuh dikatakan menurun

atau meningkat jika range gerakannya makin kecil atau

makin besar.

Maka dalam hal ini diperlukan teknik tertentu

untuk menggambarkan mencatatkan informasi - informasi

tentang gerakan fisik yang terlibat dalam suatu

aktivitas. Teknik - teknik yang biasa digunakan untuk

mencakup teknik film, pemakaian chronophoto graphy, dan

teknik elektronik dan mekanik tertentu.

Platform gaya adalah suatu panggung kecil yang

diatasnya disediakan tempat bagi subyek yang akan

diukur aktivitas fisiknya. Dengan menggunakan elemen -

elemen pengukur yang dibawah platform tadi, maka gaya -

gaya yang dikeluarkan subyek selama aktivitasnya secara

otomatis dapat dicatat dalam arah 3 dimensi, yaitu :

vertikal, frontal, dan transversal.

Pengukuran aktivitas fisik berdasarkan kekuatan

dan daya tahan pada hakekatnya tidak hanya ditentukan

oleh kekuatan otot saja, tetapi juga dipengaruhi oleh

faktor - faktor subyektif lainnya, seperti : besarnya

tenaga yang dikeluarkan, kecepatan kerja, cara dan

sikap melaksanakan kerja, kebiasaan olah raga, jenis

kelamin, umur, daya reaksi, stabilitas, letak posisi

beban, arah gerakan dari anggota tubuh, dan lain -

lain.

Besarnya penggunaan tenaga saat melakukan

aktivitas tentu akan berpengaruh pada kekuatan dan daya

tahan tubuh untuk melaksanakan aktivitas tersebut.

Makin besar tenaga yang dituntut oleh pekerjaan

tersebut berarti kekuatan dan daya tahan tubuh untuk

menangani pekerjaan tersebut akan makin rendah, dan

sebaliknya.

( Sumber : Tekhnik Tata Cara Kerja, Suthalaksana, Tahun 1979, Hal 68-

73 ).

Indeks Penunjuk dan Pembeda Warna

Warna merah terlalu, lelah (over work)

Warna kuning, lelah (fatique)

Warna kuning, lelah (fatique)

Warna biru, normal

Warna merah terlalu, lelah (over work)

5.0

6.0

6.4

6.8

7.2

7.5

8.0

Gambar 2.3. Indeks Penunjuk dan Pembeda Warna.

( Sumber : Modul Praktikum Perancangan Sistem Kerja,Tahun 2006, Hal

28 )

2.7. Fatique (Kelelahan Fisik)

Fatique adalah suatu kelelahan yang terjadi pada

syaraf dan otot - otot manusia sehingga tidak dapat

berfungsi sebagaimana mestinya. Makin berat beban yang

dikerjakan dan makin tidak dapat berfungsi lagi

sebagaimana mestinya.

Makin berat beban yang dikerjakan dan makin tidak

keteraturan pergerakan, maka timbulnya fatique ini

perlu dipelajari untuk memnentukan tingkat kekuatan

otot manusia, sehingga kerja yang aman dilakukan atau

dibebankan dapat disesuaikan dengan kemampuan otot

tersebut.

Bernes menggolongkan kelelahan dalam 3 hal tentang

dari mana hal dilihat, yaitu:

1. Merasa lelah.

2. Kelelahan kerja perubahan fisiologis.

3. Menurunnya kemampuan kerja.

Faktor - faktor yang mempengaruhi fatique.

1. Besarnya tenaga kerja yang dikeluarkan.

2. Kecepatan .

3. Cara dan sikap melakukan aktivitas.

4. Jenis olah raga.

5. Jenis kelamin.

6. Umur.

Fatique dapat ditentukan / diukur dengan :

1. Mengukur kecepatan denyut jantung dan

pernapasan.

2. Mengukur tekanan darah, peredaran udara dalam

paru-paru, jumlah oksigen yang dipakai, jumlah

CO2 yang dihasilkan, temperatur badan, komposisi

kimia dalam urine dan darah.

3. Menggunakan alat penguji kelelahan Riken

Indicator dengan ketentuan pengukuran elektroda

logam melalui tes variasi perubahan air liur

(saliva) karena lelah.

Pengukuran fatique yang ke-3 inilah yang akan

dilakukan praktikum modul ini dimana hasil pengukuran

dibandingkan dengan indeks petunjuk dan pembeda warna

untuk mengetahui tingkat kelelahan.

( Sumber : Modul Praktikum Perancangan Sistem Kerja,Tahun 2006, Hal

26- 28 )

2.7.1. Kelonggaran Untuk Menghilangkan Rasa Fatique

Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya

hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Karenanya

salah satu cara untuk menentukan kelonggaran ini adalah

dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan

mencatat saat – saat dimana hasil produksi menurun.

Tetapi masalahnya adalah kesulitan dalam

menentukan pada saat – saat mana menurunnya hasil

produksi disebabkan oleh timbulnya rasa fatique karena

masih banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabknnya.

Jika rasa fatique telah datang, dan pekerja harus

bekerja untuk menghasilkan performance normalnya, maka

usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal

dan ini akan menambah rasa fatique.

Bila hal ini berlangsung terus pada akhirnya akan

terjadi fatique total yaitu jika anggota badan

seseorang sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja

sama sekali walaupun sangat dikehendaki.

Hal demikian jarang terjadi karena berdasarkan

pengalamannya, pekerja dapat mengatur kecepatan

kerjanya sedemikian rupa, sehingga lambatnya gerakan –

gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan rasa

fatique ini.

2.7.2. Istirahat Untuk Menghilangkan Rasa Fatique

( Ret To Overcome Fatique )

Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja,

tetapi terjadi secara periodik. Waktu untuk memulihkan

lagi kondisi badannya dari rasa fatique sebagai akibat

kerja berbeda – beda, tidak saja karena jenis

pekerjaannya, tetapi juga oleh individu pekerjanya.

Pertanyaan – pertanyaan berikut dipakai sebagai

patokan untuk memperbaiki kelambatan – kelambatan yang

diakibatkan oleh rasa fatique :

1. Apakah anggota tubuh yang digunakan sudah

tepat ?

Agar tidak terjadi pemborosan tenaga harus

diperhatikan apakah anggota tubuhb yang tidak

diperlukan ikut bergerak atau tidak. Dengan

demikian rasa fatique tidak akan datang pada

saat yang belum pantas.

2. Apakah temperatur, kelembaban, ventilasi,

kebisingan, dan kondisi kerja yang lain telah

memuaskan ?

Kondisi kerja tertentu dapat mempengaruhi

fungsi bagian tubuh.

Sedemikian rupa sehingga rasa fatique dari

pekerja akan lebih cepat datang atau kemampuan

bekerja akan cepat menurun jika kondisi ruang

kerjanya tidak cocok bagi pekerja tersebut.

3. Apakah ukuran kursi dan meja telah

disesuaikan dengan tubuh

pekerja ?

Ukuran kursi dan meja harus disesuaikan dengan

ukuran – ukuran tubuh yang memakainya sehingga

tidak akan terjadi hambatan – hambatan yang

ditunjukkan oleh tidak cocoknya ukuran – ukuran

kursi dan meja tersebut.

Untuk jenis pekerjaan yang berlainan, kadang –

kadang harus dirancang berbentuk kursi yang

berlainan. Hal ini harus diteliti dengan

seksama.

4. Apakah posisi kerja yang terbaik telah

ditentukan ?

Harus diteliti apakah suatu pekerjaan lebh baik

dilakukan sambil duduk atau berdiri. Hal ini

tergantung pada pengaturan tata letak kerja dan

ketahanan tubuh menghadapi suatu posisi kerja.

5. Apakah untuk beban – beban yang berat sudah

digunakan peralatan mekanik ?

Tubuh manusia sangat terbatas kemampuannya,

termasuk untuk mengangkat suatu objek yang

berat. Jadi pembebanan terhadap tangan harus

dipertimbangkan batas kemampuannya, hal yang

sama untuk bagian tubuh yang lain

6. Apakah gizi makanan pekerja sudah mencukupi ?

Dibawah ini ada beberapa tingkat tipe pekerjaan

dengan kebutuhan kalori per harinya :

Pekerjaan ringan sekali : 2400 kalori

Pekerjaan ringan : 2700 kalori

Pekerjaan menengah : 3000 kalori

Pekerjaan berat : 3600 kalori

( Sumber : Tekhnik Tata Cara Kerja, Suthalaksana, Tahun 1979, Hal 106 ).

2.8. Beberapa Segi Mengenai Faktor – Faktor Diri

Setiap pekerja memiliki ciri – cirinya sendiri

darimana timbul tuntutan masing – masing tentang

pekerjaan macam apa yang dibutuhkannya. Karena faktor –

faktor diri kebanyakan tidak dapat diubah maka agar

suatu pekerjaan dapat dijalankan dengan baik haruslah

dilakukan pemilihan terlebih dahulu terhadap calon –

calon pekerja yang meliputi pengukuran terhadap

kemampuan – kemampuan diri calon pekerja dan penilaian

kecocokannya dengan tuntutan pekerjaan.

Aptitude test adalah salah satu contohnya.

Pengujian ini mengukur kemampuan dasar manusia seperti

kemampuan dasar mekanis, dan kemampuan dasar psikometer

yang menguji hal – hal seperti kecepatan reaksi,

kecepatan gerak, ketrampilan tangan, dan lain – lain.

Kecocokan antara bekerja dengan pekerjaannya

merupakan suatu syarat penting karena jika diabaikan

hasil kerjanya akan rendah. Dengan begitu pekerja yang

bersangkutan menyadari hal ini, apalagi jika dengan

demikian ia kehilangan kesempatan untuk memenuhi

kebutuhan – kebutuhannya lewat dari kerjanya ini, maka

hasil kerjanya akan semakin rendah lagi. Hal ini jelas

semakin tidak dikehendaki baik oleh pekerja maupun oleh

perusahaan.

( Sumber : Tekhnik Tata Cara Kerja, Suthalaksana, Tahun 1979, Hal 58 ).

2.9. Beberapa Segi Mengenai Faktor – Faktor Fisik

Pekerjaan

Dalam penelitian kerja pengamatan akan lebih banyak

ditujukan pada pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia

pekerja dalam segala seginya. Unsur manusia dalam hal

ini akan lebih ditonjolkan karena pada dasarnya

penelitian kerja akan lebih erat hubungannya dengan

proses teknis itu sendiri.

Faktor-faktor yang harus diamati dalam penelitian

kerja sangat kompleks, sehingga akan terasa sulit bagi

mereka yang tidak memiliki pengalaman dan latar

belakang pengetahuan yang cukup. Pekerja-pekerja dan

manajemen harus selalu ada saling pengertian pada saat

penelitian kerja ini berlangsung.

Mereka harus sepakat bahwa hasil dari penelitian

kerja pada dasarnya justru untuk memperbaiki tingkat

produktivitas yang ada, sehingga keuntungan yang timbul

nantinya juga akan mereka rasakan dan nikmati bersama-

sama.

Hubungan antara manusia pekerja dengan mesin serta

peralatan- peralatan dan lingkungan kerja dapat diliat

sebagai hubungan yang unik karena interaksi karena hal-

hal diatas yang membentuk suatu system kerja tidak

terlampau sederhana bahkan melibatkan berbagai disiplin

ilmu.

Disuatu pabrik kecil dimana jumlah buruh tidak

besar, hubungan antara pekerja dapat berkembang erat

termasuk antara atasan dengan bawahan. Selain itu

pekerja dapat melihat barang hasil akhir produksi yaitu

barang yang dia turut mempunyai: “saham” didalamnya.

Hal ini menimbulkan akibat psikologis tersendiri yaitu

berupa rasa bangga, rasa berperan yang dapat

menimbulkan kepuasan kerja.

Sebaliknya di pabrik besar produksinya bersifat

massa, jumlah mesin yang sangat banyak dan seringkali

sejenis atau terlampau bermacam – macam jenis, dapat

menimbulkan suatu ketegangan (stress) pada pekerja.

Pembagian tugas yang sempit atau spesialis yang

ketat menyebabkan pekerjaan bersifat terlampau berulang

– ulang, kadang – kadang dengan siklus yang singkat,

sangat rutin dan menjemukan. Begitu juga mesin berjalan

cepat memerlukan kontrol ketat dari pekerja, bagi

pekerja lebih hanya dirasakan bahwa dirinya dikontrol

oleh mesin yang tentunya mengesankan merendahkan

kemanusiaannya.

Besarnya pabrik membuat pekerja tidak pernah

melihat hasil akhir produksi dan ini berakibat

hilangnya rasa berjasa dan menyebabkan kurangnya rasa

tanggung jawab.

Di pabrik – pabrik besar yang otomatispun sebagian

hal – hal diatas tidak terjadi seperti hilangnya rasa

dikontrol mesin, bahkan terasa mengontrol mesin. Tetapi

karena keotomatisannya, berbagai panel kontrol harus

diawasi dan harus selalu sigap dengan keputusan dan

tindakan – tindakan pengamanan proses. Secara fisik

memang tidak berat, tetapi secara mental dirasakan

sebagai ketegangan tersendiri. Kurangnya rasa tanggung

jawab akibat tidak pernah melihat hasil akhirnya dapat

terjadi disini.

Hal-hal di atas perlu diperhatikan oleh pimpinan

agar pada akhirnya dapat mendatangkan produktifitas

yang tinggi. Selain itu perlu diperhatikan pula keadaan

– keadaan faktor fisik lain seperti kemampuan kerja

manusia, pengaruh kondisi lingkungan fisik terhadap

hasil kerja, perancangan mesin dan peralatan agar cocok

dengan pemakaianya, dan cara – cara menangani

memakainya.

Setiap pekerjaan memiliki ciri cirinya sendiri

darimana timbul tuntutan masing masing tentang

pekerjaan macam apa yang dilakukannya.karena faktor

faktor diri kebanyakan tidak dapat dirubah maka agar

suatu pekerjaan dapat dijalankan dengan baik harus

dilakukan pemilihan terlebih dahulu terhadap calon

calon pekerja yang meliputi pengukuran terhadap

kemampuan kemam puan diri calon pekerja dan penilaian

kecocokannya dengan tuntutan pekerjaan yang selalu

menyertai.

Aptitude test adalah salah satu contohnya.pengujian

ini mengukur kemampuan dasar manusia sepert kemampuan

mekanis dan kemampuan dasar psikomotoris yang menuju

tentang kecepatan reaksi, kecepatan gerak. Semua ini

adalah faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja.

Kecocokan antara pekerja dengan dengan pekerjaanya

merupakan suatu syarat penting karena jika diabaikan

hasil kerjanya akan rendah.dengan begitu yang

bersangkutan menyadari hal ini. Apalagi dengan demikian

ia kehilangan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan

kebutuhannya lewat dari kerjanya ini

( Sumber : Tekhnik Tata Cara Kerja, Suthalaksana, Tahun 1979, Hal 59 ).

2.10. Analisis Varians (Uji Faktorial)

Kita tahu bahwa hasil pengamatan mengenai sesuatu

hal, skor hasil belajar para siswa, berat bayi yang

baru lahir, gaji pegawai di suatu perusahaan, hasil

jagung setiap hektar misalnya, nilai datanya bervariasi

dari yang satu dengan yang lain.

Karena adanya variasi atau ragam ini untuk

sekumpulan data, telah dihitung alat ukurnya, utamanya

varians. Kita lihat juga bahwa varians bersama-sama

rata-rata telah banyak digunakan untuk membuat

kesimpulan mengenai populasi, baik secara deskriptif

maupun secara induktif melalui penaksiran dan pengujian

hipotesis mengenai parameter.

1. Analysis of Varians ( ANOVA )

Berupa perhitungan – perhitungan yang berkaitan

dengan mengggunakan eksperimen faktor tunggal.

Misalnya pengaruh jenis karet terhadap daya tahan ban

mobil, jenis pupuk terhadap hasil produksi, dll. ANOVA

akan memberikan petunjuk apakah terdapat perbedaaan

antara masing – masing perlakuan dalam suatu faktor

tertentu terhadap suatu hasil.

2. Percobaan Faktorial Dwifaktor dan Trifaktor

a. Dwifaktorial

Berupa perhitungan – perhitungan untuk mengetahui

perbedaan pengaruh yang ditimbulkan dari eksperimen

dengan menggunakan faktor berganda atau lebih dari

satu. Misalnya pengaruh jenis roket dan bahan bakar

yang digunakan terhadap laju pembakaran bahan bakar

dari suatu peluncuran dengan jarak tertentu.

Untuk memperoleh rumus umum analisis variasi

percobaan dengan n replikasi pada tiap kombinasi

perlakuan bila faktor A di amati pada a taraf dan

factor B pada b taraf.

Pengamatan dapat disajikan pada suatu matriks yang

barisnya menyatakan taraf factor A sedangkan

kolomnya menyatakan taraf B. tiap kombinasi

perlakuan menentukan suatu sel dalam matriks.Jadi

terdapat sebanyak abs el, masing-masing berisi n

pengamatan.

Nyatakan pengamatan ke k yang diambil pada taraf

ke i dari A dan taraf ke j dan B dengan y i j

k .Pengamatan pada sel ke ij membentuk sample acak

berukuran n dari suatu populasi yang dianggap

berdistribusi normal dengan rataan μij dan variansi

σ2. Semua populasi yang banyaknya ab dianggap

mempunyai variansi σ2 yang sama.

Berikut ini diberikan lambang yang akan sering

dipakai :

Tij = jumlah pegamatan pada sel ke ij

Ti.. = jumlah pengamatan pada taraf ke i factor A

T.j. = jumlah pengamatan pada taraf ke j factor B

T… = jumlah seluruh abn pengamatan

Yij. = rataan pengamatan pada sel ke ij

Yi.. = rataan pengamatan pada taraf ke i factor A

Y.j. = rataan pengamatan pada taraf ke j factor B

Y… = rataan semua abn pengamatan

b. Percobaan Trifaktorial

Pada pasal ini dipandang denngan tiga factor A , B

, C. masing – masing pada taraf a,b,dan c, dalam

rancangan percobaan teracak lengakap. Misalkan

kembali bahwa terdapat n pengamatan dalam tiap

kombinasi perlakuan abc.

Garis besar pengujian keberartian untuk ketiga

pengaruh utama dan interaksi. Interaksi dwifaktorial

yang tafsirannya sama dengan yang pada percobaan

dwifaktorial. Suku (αβγ)ijk disebut pengaruh

interaksi trifaktor , suatu suku yang menggmbarkan

ketidakadilan (αβ)ij atas taraf – taraf factor C yang

berbeda.

Seperti sebelumnya, jumlah semua pengaruh utana

nol dan jumlah pengaruh interaksi dwi dan

trifaktorial , dijumlahkan indeksnya, juga nol.

Dalam banyak percobaan, artinya data berasal dari

percobaan, interaksi derajat tinggi biasanya tak

berarti dan rataan kuadratnya hanyalah cerminan

variasi acak.

Agar uji keberartian yang abash dapat dibuat,

harus dianggap bahwa galat merupakan nilai bebas

dari peubah acak yang berdistribusi normal , masing

– masing dengan rataan nol dan variansi bersama σ2.

Falsafah umum analisis sama saja dengan yang telah

dibicarakan pada percobaan eka dan dwifaktor. Jumlah

kuadrat diuraikan menjadi delapan bagian, tiap

begian menggambarkan tiap sumber variasi yang

memberi taksiran σ2 yang bebas bila semua pengaruh

utama dan interaksi nol.

Bila pengaruh suatu factor tertentu atau

interaksi tidak semuanya nol, maka rataan kuadrat

akan menafsir variansi galat ditambah suatu komponen

yang diakibatkan oleh pengaruh sistematis dari

mesalah yang diselidiki.

Rumus – rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Uji Yates :

r x 2k - 1 r = Lot Data K =∑pengaruh16C=−a+b−c+d

16D=−a−b+c+d

16CD=a−b−c+d

Jk ( C )=

(16C)2

r x 2k

Jk ( D )=

(16D)2

r x 2k

Jk ( CD )=

(16CD )2

r x 2k

∑Y2=(y1)2+(y2 )

2+(y3)2+(y4 )

2+...(y32)2

Ry=(y1+y2+y3+...y32)2

r x 2k

∑y=∑ y2−Ry−Jk(C)−Jk (D)−Jk (CD)

Uji statistik yang digunakan untuk menguji

hipotesis nol bahwa semua group mempunyai mean populasi

yang sama adalah uji F. Harga F diperoleh dari rata-

rata jumlah kuadrat (mean square) atau antar group yang

di bagi dengan rata-rata jumlah kuadrat dalam group

dengan rumus :

F=SB2

SW2

Dengan derajat bebas a-1 dan a (b-1) SB2 = varianci antar perlakuan SW2 = variansi dalam perlakuan

Asumsi yang digunakan pada pengujian anova :

1. Populasi-populasi yang akan diuji berdistribusi

normal.

2. Varian dari populasi-populasi tersebut adalah

sama.

3. Sampel tidak berhubungan satu dengan yang lain.

Dimana didalamnya meliputi perhitungan-

perhitungan statistik sebagai berikut :

Sum

adalah jumlah semua harga data yang ada dalam kumpulan

atau populasi.

Sum = ∑i=1

nxi

Number of cases (N) :

adalah ukuran populasi yaitu banyaknya anggota yang

terdapat dalam populasi.

Mean :

adalah nilai rata-rata yang terdapat dalam sebuah

sampel dihitung dengan jalan membagi jumlah nilai data

oleh banyak data.

x = ∑i=1

nxi

N

Standard Deviasi :

disebut juga simpangan baku, adalah ukuran simpangan

besaran yang menggambarkan bagaimana berpencarnya data

kuantitatif.

S = √∑ (xi−x )n−1

Pengujian Distribusi F :

ialah pengujian untuk menentukaan dugaan terhadap nilai

yang diberikan oleh H0 apakah memiliki perbedaan nilai

rata – rata signifikan sehingga nilai tersebut diterima

atau ditolak.

F = Ay / (k - 1)Dy /∑ (ni - 1 )

Untuk memudahkan analisis, satuan – satuan JK Yang

meliputi Ry, Ay, Dy dan ∑Y2 , sebaiknya disusun dalamdaftar analisis varians, daftar ANOVA sebagai berikut :

Tabel 2.1. Daftar ANOVA

Sumber

Variasi

Dk JK KT F

Rata – rata

Antar

Kelompok

Dalam

Kelompok

1

k – 1

∑ (ni - 1)

Ry

Ay

Dy

R = Ry / 1

A = Ay / (k –

1)

D = Dy /

∑ (ni - 1)

A /

D

Total ∑ni ∑Y2 - -

Confidence Interval for Mean :

ialah batas atas dan bawah yang diberikan dari rata-

rata sample populasi yang diambil berdasarkan derajat

kepercayaan yang ditentukan.

X - tp x SE Mean < < X + tp x SE Mean

Perhitungan Analisis Ragam :

Intercept / Faktor Koreksi (FK) =

(∑ DnRn)2

∑ni

Corrected Total / JK Total (JKT) :

JKT = jumlah kuadrat-kuadrat dari semua nilai

pengamatan – Faktor Koreksi

Corrected Model / JK Perlakuan (JKP)

JKP = (Jumlah kuadrat-kuadrat dari semua perlakuan

/ N ) – FK

Rasa / JK Interaksi

JK Interaksi = JKP – JKD – JKR

Error / JK Galat

JK Galat = JKT – JKP

2.11. Menguji Homogenitas Varians Populasi (Uji

Bartlett)

Untuk menguji kesamaan beberapa buah rata-rata,

dimisalkan populasinya mempunyai varians yang homogen,

yaitu σ12=σ2

2=...σk2. Demikian pula untuk menguji kesamaan

dua rata-rata, telah dimisalkan σ12=σ2

2.

Untuk hal terahkir ini pengujian kesamaan variansσ12=σ2

2 untuk dua populasi telah dilakukan sebelumnya.

Sekarang akan diuraikan perluasannya yaitu untuk

menguji kesamaan K buah ( K ≥ 2 ) varians populasi yang

berdistribusi normal.

Tepatnya, misalkan kita mempunyai k ( k ≥ 2 ) buah

populasi berdistribusi independent dan normal masing-

masing dengan varians σ12=σ2

2=...σk2 akan diuji hipotesis.

H0 : σ12=σ2

2=...σk2

H1 : paling sedikit satu tanda sama tidak berlaku,

berdasarkan sample-sampel acak yang masing-masing

diambil dari setiap populasi.

Misalkan masing – masing sampel berukuran n1,n2,

….nk dengan data Yij (I = 1, 2, …., nk ) dan hasil

pengamatan telah disusun. Selanjutnya, dari sampel –

sampel itu kita hitung variansnya masing – masing ialah

s1

2,s2

2,...,sk

2

.

Gambar table pada Homogenitas Varians Populasi

( Uji Bartlett ) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2. Tabel pada homogenitas varians populasi.

Varians

ke

dk 1/dk Si2 dk Si2 Log

Si2

dk log

Si2

1 ... ... ... ... ... ...

2 ... ... ... ... ... ...

3 ... ... ... ... ... ...

4 ... ... ... ... ... ...

... ... ... ... ... ... ...

. . . . . . ...

. . . . . . ...

. . . . . . ...

. . . . . . ...

. . . . . . ...

N ... ... ... ... ... ...

Ada beberapa metode yang telah ditemukan untuk

melakukan pengujian ini , tetapi di sini hanya akan

kami bahas uji yang dinamaan uji Bartlett. Langkah pertama,

dari sample-sampel yang ada kita hitung variansnya

masing-masing yaitu S12, S1

2,… Sk2.

Kemudian digunakan rumus berikut ini :

1.S12

=∑ (n−1 )S

12

∑ n−1

2.B=(log Si2) ∑ (ni−1)

3.B=(3.626) (70) =253.82

4. Xhitung2 =(ln 10 )¿¿ }

( Sumber : Metode Statistika, Sudjana,1997,Halaman 229 ).