BAB II PENDIDIKAN KARAKTER DAN TELAAH TRADISI ISLAM

94
30 BAB II PENDIDIKAN KARAKTER DAN TELAAH TRADISI ISLAM A. Pengertian Pendidikan Karakter Pembahasan mengenai pendidikan karakter atau pendidikan yang berbasis pada pembangunan karakter, menjadi wacana yang ramai dibicarakan di dunia pendidikan maupun di kalangan masyarakat umumnya. Pendidikan karakter terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter. Berkaitan dengan hal ini, maka sebelum mengkaji lebih lanjut tentang pendidikan karakter penulis mencoba untuk mendefinisikan kata tersebut secara terpisah. Sebagai langkah awal penulis akan menguraikan pengertian tentang pengertian pendidikan yang dilanjut dengan pengertian karakter. Dalam dunia pendidikan, terdapat dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Pedagogik atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”. 1 Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia (UU No.20 tahun 2003). 2 Sistem 1 M Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset,2007), h. 3 2 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang No.1, 2004,LN

Transcript of BAB II PENDIDIKAN KARAKTER DAN TELAAH TRADISI ISLAM

30

BAB II

PENDIDIKAN KARAKTER DAN TELAAH TRADISI ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Karakter

Pembahasan mengenai pendidikan karakter atau pendidikan yang

berbasis pada pembangunan karakter, menjadi wacana yang ramai

dibicarakan di dunia pendidikan maupun di kalangan masyarakat umumnya.

Pendidikan karakter terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter.

Berkaitan dengan hal ini, maka sebelum mengkaji lebih lanjut tentang

pendidikan karakter penulis mencoba untuk mendefinisikan kata tersebut

secara terpisah. Sebagai langkah awal penulis akan menguraikan pengertian

tentang pengertian pendidikan yang dilanjut dengan pengertian karakter.

Dalam dunia pendidikan, terdapat dua istilah yang hampir sama

bentuknya, yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie artinya

pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Pedagogik atau

ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan

tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogik berasal dari kata Yunani

paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”.1

Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses

pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang

menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat

dan berakhlak (berkarakter) mulia (UU No.20 tahun 2003).2 Sistem

1M Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Offset,2007), h. 3 2 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang No.1, 2004,LN

31

pendidikan nasional (Sisdiknas) menegaskan bahwa “pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa. Hal tersebut bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU No. 20 tahun

2003 pasal 3).Sebenarnya amanat Undang-Undang Sistim Pendidikan

Nasional bertujuan membentuk insan Indonesia yang cerdas dan

berkepribadian atau berkarakter sehingga melahirkan generasi bangsa yang

tumbuh dan berkembang yang berkarakter bernafaskan nilai-nilai luhur

bangsa dan negara.Menurut Marimba, dalam buku Metodologi Pengajaran

Agama Islam mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan

secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani si

terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.3

Pendidikan merupakan suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh

aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia; beliau

mengatakan bahwa4 “Pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti

(kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan jasmani anak didik.” Lebih

jelasnya, berikut akan dipaparkan mengenai pengertian pendidikan menurut

para ahli:

3 Ahmad Tasfir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset,

2008), h. 6 4 Dewantara, Ki Hajar, Karya: Pendidikan (cetakan kedua), Yogyakarta: Majlis Luhur Taman

Siswa,1977

32

a. Soegarda Poerbakawatja dalam “Ensiklopedi Pendidikan” menguraikan

pengertian pendidikan sebagai “semua perbuatan dan usaha dari generasi

tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamanya, kecakapannya

serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha

menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah

maupun rohaniah”.5

b. Menurut Sully,6 “Pendidikan ialah menyucikan tenaga tabi‟ at anak-anak,

supaya dapat hidup berbudi luhur, berbadan sehat serta berbahagia”.

c. Herbert Spencer mengungkapkan bahawa,7 “pendidikan ialah menyiapkan

manusia, supaya hidup dengan kehidupan yang sempurna”.

Dari beberapa definisi diatas, maka pendidikan dapat difahami sebagai

bentuk aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan

kepribadiannyadengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, baik

pribadi rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) maupun jasmaninya

(panca indera dan keterampilan-keterampilan).

Dalam hal ini tim Dosen FIP IKIP Malang menyimpulkan pengertian

pedidikan adalah:

a. Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan

jalan membina potensi-potensi pribadi rohaninya (pikir, rasa, karsa, cipta

dan budi nurani) dengan jasmani (panca indra serta keterampilan-

keterampilan)

5 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h.120

6 Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan & Pengajaran. (Jakarta : PT HIDAKARYA AGUNG), h. 5

7 Ibid, h 5

33

b. Lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan)

pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini

meliputi: keluarga, sekolah dan masyarakat dan Negara.

c. Hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha

lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Pendidikan dalam

arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai

satu kesatuan.8

Pentingnya sebuah pendidikan dijelaskan dalam Al-Qur’an Q.S Al-

Alaq ayat 1-5 yang artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu

yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia)

dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya.

Dari ayat ini jelas, bahwa agama Islam telah mendorong umatnya

senantiasa belajar dan menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar

baca tulis dan diteruskan dengan belajar berbagai macam ilmu pengetahuan

lainnya.

Secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari

bahasa Yunani, eharassein yang berarti “to engrave”. Kata “to engrave” itu

sendiri dapat diterjemahkan menjadi mengukir, melukis, memahatkan, atau

menggoreskan. Arti ini sama dengan istilah “karakter” dalam bahasa inggris

8 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, h.151

34

(character) yang berarti juga mengukir, melukis, memahatkan, atau

menggoreskan.

Berbeda dengan bahasa inggris, dalam bahasa Indonesia “karakter”

diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan yang lain. Arti karakter secara kebahasaan

yang lain adalah huruf, angka, ruang atau simbol khusus yang dapat

dimunculkan pada layar dengan papan ketik. Artinya, orang yang berkarakter

adalah orang yang berkepribadian, berprilaku, bersifat, bertabiat, atau

berwatak tertentu, dan watak tersebut yang membedakan dirinya dengan

orang lain.9

Secara terminologi Thomas Lickona, sebagaimana dikutip Marzuki

mendefinisikan karakter sebagai “A reliabe inner disposition to respond to

situation in amorally good way”. Selanjutnya, lickona menyatakan,

“character so conceived has three interrelated parts: moral knowling; moral

feeling; and moral behavior”. Karena karakter mulia (good character)

mencakup pengetahuan tentang kebaikan (moral knowling) yang

menimbulkan komitmen terhadap kebaikan (moral feeling) dan akhirnya

benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior). Dengan demikian,

karakter mengacu pada serangkaian pengetahuan (cognitives) dan

keterampilan.10

Dari pengertian secara etimologis maupun terminologis di atas, dapat

disimpulkan bahwa karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia

yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan baik yang berhubungan dengan

9 Sayudi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2013, h.5

10 Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah. 2011), h. 470

35

Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, maupun dengan lingkungan yang

terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan

norma-norma agama, hukum, tatakrama, budaya dan adat istiadat.

Dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim, Syeikh al-Zarnuji merumuskan

sejumlah metode penting dalam pembentukan karakter, yang mencakup adab

batin dan lahir, yaitu:11

1. Metode ilqaun nasihah (pemberian nasehat). Nasihat

diberikan berupa penjelasan tentang prinsip haq dan batil.Penjelasan ini

merupakan pemasangan parameter ke dalam jiwa anak sehingga bisa

menjadi paradigma berpikir. Untuk itu, disyaratkan guru harus terlebih

dahulu membersihkan diri dari sifat-sifat tercela agar nasihat yang

diberikan membekas dalam jiwa anak didik (Syeikh Burhan al-Islam al-

Zarnuji, Ta’im al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum). Pemberian nasehat

harus dengan kesan yang baik, bijak, dan bahasa yang mudah dimengerti.

2. Metode muzdakarah (saling mengingatkan). Al-Zarnuji memberi

rambu-rambu agar ketika mengingatkan murid tidak melampaui batas

karena bisa menyebabkan murid tidak menerimanya. Oleh sebab itu, al-

Zarnuji memberi arahan agar guru harus memiliki sifat lemah lembut,

menjaga diri dari sifat pemarah.

3. Strategi pembentukan mental jiwa. Dalam metode ini ditekankan beberapa

aspek yaitu; niat, menjaga sifat wara’, istifadah (mengambil faedah guru),

dan tawakkal. Syeikh al-Zarnuji menjelaskan, sukses dan gagalnya

pendidikan Islam tergantung dari benar dan salahnya dalam niat belajar.

11

Syeikh al-Zarnuji, penulis kitab Ta’lim al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum

36

Niat yang benar yaitu niat yang ditujukan untuk mencari ridha Allah

subhanahu wa ta’ala, memperolah kebahagiaan (sa’adah) di dunia akhirat,

memerangi kebodohan yang menempel pada diri dan melestarikan ajaran

Islam. Harus ditekankan kepada anak didik bahwa belajar itu bukan untuk

mendapatkan popularitas, kekayaan atau kedudukan tertentu, tapi

mendapatkan ridha Allah.12

Selama dalam proses belajar, anak didik harus dibiasakan bersifat

wara’ (menjaga dari). Syeikh al-Zarnuji mengatakan, “hanya dengan wara’

ilmu akan berguna”. Sikap wara’ adalah; menjaga diri dari perbuatan maksiat,

menjaga perut dari makanan haram dan tidak berlebihan memakan makanan,

tidak berlebihan dalam tidur, serta sedikit bicara.13

Sedangkan yang dimaksud metode istifadah adalah guru

menyampaikan ilmu dan hikmah, menjelaskan perbedaan antara yang haq dan

batil dengan penyampaian yang baik sehingga murid dapat menyerap faidah

yang disampaikan guru. Seorang murid dianjurkan untuk mencatat sesuatu

yang lebih baik selama ia mendengarkan faidah dari guru sampai ia

mendapatkan keutamaan dari guru.14

Nilai batiniyah berikutnya adalah tawakkal dalam mencari ilmu.

Guru harus menanam secara kuat dalam jiwa murid untuk bersikap tawakal

selama mencari ilmu dan tidak sibuk dalam mendapatkan duniawai. Sebab,

12

Ibid 13

Ibid 14

Ibid

37

menurut al-Zarnuji, kesibukan lebih dalam mendapatkan duniawi dapat

menjadi halangan untuk berakhlak mulia serta merusakkan hati.

Dari beberapa penjelasan diatas, baik guru maupun murid harus

menyibukkan dengan urusan ukhrawi. Sebab pada hakikatnya kehidupan itu

adalah dari Allah dan untuk Allah, maka seorang siswa itu haru siap dengan

segala konsekuensi kehidupan.

Dalam kitab Idhatun Nasyi’in terdapat 11 konsep pendidikan

karakter yang dituliskan Syaikh Musthafa al Ghalayin adalah sebagai

berikut:15

1. Percaya diri, dalam konsep ini, beliau menukil kisah-kisah ulama dan umat

terdahulu yang dimuliakan dan saat mendengar kisah mereka akan banyak

kepala tertunduk karena mereka berani berbuat sesuatu yang lebih disertai

niat yang agung. Menurut Musthafa, Allah SWT menciptakan bumi

seisinya untuk dieksploitasi manusia, untuk kebaikan manusia. Hal itu tak

akan maksimal tanpa curahan kekuatan dan kepercayaan tinggi.Mendidik

rasa percaya diri anak dan berani tampil merupakan sebuah keniscayaan.

Dengan percaya diri akan memiliki keberanian bertindak dan bertanggung

jawab atas perbuatannya. Bila ada satu anak terbiasa dengan rasa percaya

diri dan dalam lingkungan pendidikan berisi anak-anak yang berani tampil

untuk mengasah mental dan skill-nya, dan banyak lembaga-lembaga

pendidikan mengamalkannya maka kehidupan masyarakat di masa depan

akan cemerlang.

15

Syaikh Musthafa, Penulis Kitab Idhatun Nasyiin

38

2. Sabar, Manusia berakal adalah manusia yang mampu menghadapi

persoalan seberat tanpa hawa nafsu, tanpa mengeluh, dan tanpa

kebingungan. Sifat dari jiwa yang berakal adalah tenang, hati-hati,

waspada, dan tidak terburu-buru. Dengan jiwa seperti ini maka semua

masalah akan terselesaikan tanpa menimbulkan masalah baru yang

lain.Berhubungan dengan sifat ini, anak diajarkan untuk berproses dan

menikmatinya, bukan menciptakan generasi instan yang mau semuanya

serba cepat dan kilat. Anak-anak diajak menikmati proses belajar,

berkegiatan di sekolah bersama guru dan teman-temannya, menyadarkan

bahwa sekolah itu bukanlah beban yang berat melainkan kegiatan edukatif

yang menyenangkan meski tidak harus dengan selalu bermain. Bila anak

terbiasa tenang dan dapat menikmati sebuah proses pembelajaran maka dia

akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang lebih tahan stress dan siap

menerima tongkat estafet kepemimpinan umat.16

3. Ikhlas, ruh dari amal adalah ikhlas. Badan tanpa ruh adalah jasad mati

demikian pula amal bila tanpa dasar keikhlasan, jangan diharapkan akan

kemanfaatannya meskipun amal itu banyak. Seseorang yang beramal

dengan ikhlas untuk umat dan tanah airnya maka hati orang lain akan

condong padanya, akan melindungi dan mengagungkannya. Bila terjadi

demikian, manusia akan rela membantu dan melestarikan sifat ikhlas itu.

Apakah berarti bahwa sifat ikhlas itu menular? Saya katakan ya, karena

dengan keikhlasan akan menambah semangat demi tujuan yang lebih

besar. Berapa banyak kita lihat gerakan apapun begitu cepat ambruk dan

16

Ibid

39

hancur tanpa keikhlasan orang-orang didalamnya, itu adalah contoh

nyata.Seorang guru harus mencontohkan, bukan cuma mengajarkan,

keikhlasan didalam perbuatannya karena sekecil apapun perbuatan guru

akan terekam dan ditiru oleh murid. Bila kebaikan yang ditampilkan

berdasar keikhlasan maka murid akan memotret dan mencontoh kebaikan

yang ikhlas itu karena pendidikan adalah mencontohkan.17

4. Nilai keberanian, berani adalah pertengahan antara sembrono dan

ketakutan. Seorang yang pemberani bisa memperkirakan kapan dia harus

maju dan kapan dia harus mundur untuk mengatur siasat. Bila ditanya

manakah yang lebih buruk antara sembrono dan sifat takut bagi umat maka

jawabannya adalah dalam kesembronoan terkadang orang mendapatkan

apa yang dia kehendaki sedang tidak ada manfaat apapun dalam sifat takut.

Namun keselamatan tetaplah pada sifat berani yang melatih anak untuk

bertanggungjawab.Yang diajarkan disini adalah keberanian dengan

perhitungan, bukan berani babi. Anak diajarkan untuk memiliki naluri

seorang entrepreneur yang berani namun tetap memperhitungkan segala

sesuatu sebelum bertindak demi cita-citanya.

5. Maslahah Mursalah, Mengutamakan kepentingan umat yang lebih besar

dari kepentingan diri sendiri atau kelompok dan golongannya itulah

maslahah mursalah. Tiap manusia memiliki ego yang masing-masing dari

ego tersebut harus dipenuhi dan dituruti kemauannya. Karena itu terkadang

terjadi benturan-benturan kepentingan antara ego dan kepentingan orang

banyak yang memiliki kemanfaatan lebih luas dan lebih

17

Ibid

40

banyak.Pendidikan mengalahkan ego dan berkorban demi orang banyak

adalah poin dari konsep maslahah mursalah ini yang wajib diajarkan pada

anak-anak. Pendidikan ini bertujuan untuk mengendalikan rasa manja anak

dan melatih tata hidup bersama bersama anak-anak lainnya. Demi

kepentingan yang lebih besar maka ego diabaikan, itulah karakter yang

harus bisa tertanam dalam jiwa anak.18

6. Nilai kemuliaan, bila orang diminta bercerita tentang dirinya maka dia

akan bercerita dan mengklaim bahwa dirinya adalah orang yang mulia/

terhormat. Banyak orang mengaku mulia meski dia memiliki kelakuan,

hati, niat dan kebiasaan yang buruk. Kenapa demikian? Hal itu karena

perbedaan dalam mengartikan arti kemuliaan itu sendiri.Kebanyakan

manusia mengartikan kemuliaan dengan banyak harta, pangkat,

berkedudukan diatas kelompok lain sehingga bisa berlagak kuasa. Mereka

menyangka bahwa banyaknya orang lain yang mengelu-elukannya, orang-

orang miskin yang tunduk padanya adalah sebuah kemuliaan. Apakah

mereka sadar bahwa jaman akan berganti, roda akan berputar dan betapa

nasib akan mempermainkan kehidupan dengan seenaknya. Saat mereka

jadi miskin, papa, tak berpangkat, saat tanda tangan tak lagi berlaku, taring

tak lagi runcing akankah mereka berani berlagak menyombongkan harta

dan pangkatnya? Sebagian lain mengartikan kemuliaan adalah memiliki

badan yang kuat perkasa meski otaknya tumpul. Ada yangmengartikan

mulia adalah sehat saat yang lain sakit, masih hidup kala yang lain mati,

dalam posisi aman/terjamin saat yang lain terjepit, terhormat dan mulia

18

Ibid

41

saat umat tertindas, dan terpandang saat umat terhina. Kekayaan,

kekuasaan, kemegahan diri sendiri apakah itu kemuliaan? Bukan, andai

mereka dapat berfikir jernih.

7. Nilai Religiusitas, religiusitas yang benar bisa menerangi negara dan

mengamalkannya bisa memberi petunjuk umat manusia. Negara bisa tegak

berdiri karena religiusitas yang benar. Agama dan negara saling

menguatkan, bila tanpa satu diantara dua itu maka akan hancur keduanya.

Induk nilai religiusitas adalah kebenaran dan hakikat. Keberuntungan atau

kerusakan manusia tergantung pada terpatrinya nilai ini. Sayang, agama

hari ini layaknya bayangan tanpa ruh dan membuat manusia alergi. Hal ini

dimanfaatkan para penghasut agar mereka lari dari agama dan mengikuti

pemikiran mereka. Mereka pandai menarik simpati umat untuk

mengagungkan mereka dan mendapat bagian dari harta umat meski

mereka orang bodoh yang berakhlak buruk dan jauh dari hakikat

kebenaran. Mereka adalah penipu, para penyembah berhala, dan

pengumbar hawa nafsu. Umat yang tidak tahu bahwa mereka dibodohi

hanya mengikuti para penghasut ini tanpa dasar, bertentangan dengan

syara’, melakukan kebohongan, memperuncing perbedaan yang

mengancam persatuan.19

8. Konsep Madani, masyarakat madani yang benar adalah masyarakat yang

sehat jasmani dan akalnya, muka yang murah senyum yang menjadikannya

selamat dunia akhirat. Keutamaan akhlak dan pekerti, mengutamakan

19

Ibid

42

kepentingan umum, giat beramal dan mengamalkan apa yang dimilikinya

untuk Negara, giat belajar untuk memperbaiki diri dan pekerti.

9. Cinta Tanah AirCinta tanah air yang sebenarnya adalah mencintai

kebaikan tanah air, mengabdi pada tanah airnya, seorang yang cinta tanah

air rela mati demi kebebasan tanah airnya dan rela menderita demi

kejayaan tanah airnya. Cinta tanah air juga merupakan sebagian dari iman,

hal ini terjadi bila seseorang rela menafkahkan sebagian harta bendanya

untuk kebaikan dan kemaslahatan umum, sibuk menghidupi sekolah-

sekolah yang mana disitu diajarkan nilai dan esensi cinta tanah air yang

karena pendidikan di sekolah-sekolah itu akan tumbuhlah bibit-bibit

keutamaan dan amal saleh. Bila nilai-nilai kecintaan pada tanah air ini

diajarkan pada anak-anak sejak dini maka nilai-nilai ini akan dia bawa

sampai dia dewasa. Dari generasi seperti ini harapan kehidupan umat akan

kesejahteraan akan semakin cepat terwujud dan serangan musuh-musuh

negara akan berkurang.Pendidikan yang benar adalah esensi kehidupan

dan ilmu adalah urat nadinya. Tiada mungkin tercapai kemuliaan hidup

tanpa ilmu dan pendidikan. Pendidikan sebagai penolak adu domba dan

siasat busuk musuh, ilmu menunjukkan ke jalan kebenaran. Betapa penting

pendidikan kebangsaan ini agar negara benar-benar memperoleh

kemerdekaan dibidang pendidikan dan bebas dari keinginan bangsa asing

yang ingin menguasai bakat-bakat anak bangsanya. Setiap kesimpulan

pastilah ada permulaan; permulaan kemerdekaan sebuah bangsa adalah

mendidik anak-anak mudanya menjadi seorang patriot dan berdarah

nasionalisme yang tinggi. Jika jiwa anak-anak bangsa kosong dari nilai ini

43

maka dianggap gagallah pendidikannya. Pentingnya pendidikan

nasionalisme bukanlah hal baru dari sistem pendidikan sebuah bangsa, hal

ini didorong dari keinginan luhur untuk mempertahankan wilayah dan

kehormatan dari serangan bangsa asing.20

10. Nilai Kemerdekaan/ KebebasanMerdeka adalah seseorang yang murni

pendidikannya, suci hati, senantiasa berbuat keutamaan, jauh dari

perbuatan hina, lepas dari belenggu penjajahan dan selalu tahu akan

kewajibannya. Kemerdekaan adalah pemberian dari Sang Khalik untuk

makhlukNya, karenanya kemerdekaan merupakan nikmat yang bersifat

rabbaniyah. Kemerdekaan bukanlah kebebasan menggunakan modal

kekuatan, kekuasaan dan paksaan untuk menindas yang lemah. Orang

merdeka bukanlah bukanlah orang yang berbuat kerusakan di bumi,

menggunakan kekerasan, menodai kehormatan manusia lainnya, dan orang

yang membahayakan dirinya sendiri dan lingkungannya.Manusia merdeka

adalah manusia yang beramal dengan daya yang dimilikinya demi

kemakmuran dan persatuan umat, bukan orang yang bebas

memperturutkan nafsu angkara murkanya.

11. Nilai KedermawananDermawan adalah pertengahan antara israf (menyia-

nyiakan harta secara berlebihan dan tanpa manfaat) dan bakhil. Dalam

israf terdapat unsur merusak kemanfaatan harta dan didalam bakhil

terdapat unsur menganiaya diri sendiri dengan kesulitan. Israf bisa

diartikansebagai foya-foya, harta yang seharusnya bisa dimanfaatkan

untuk kebaikan dan dimanfaatkan untuk beribadah digunakan untuk hal

20

Ibid

44

yang tidak bermanfaat secara syar’i. Sedang orang bakhil cenderung

menahan keinginanya sendiri demi mempertahankan hartanya, dan

biasanya tidak disukai oleh orang di lingkungan tempat tinggalnya. Maka

dipilihlah jalan tengah antara israf dan bakhil/ pelit yaitu sifat dermawan.

Dermawan adalah sifat yang dipilihkan Allah SWT untuk manusia

sebagaimana firmannya :“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu

terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya

karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal”(al isra’:29). Sifat

manakah yang lebih baik dari sifat yang dipilihkan oleh

AllahSWT?Sesungguhnya dalam masyarakat terdapat 3 golongan:

a) Orang yang menyangka bahwa dengan bakhil mereka akan kekal di

dunia karena hartanya tidak berkurang. Padahal Allah SWT sudah

mengingatkan dalam firmannya: Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat

lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya,

dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya(al

humazah:13)

b) Orang yang kikir pada dirinya sendiri dan juga pada orang lain.

c) Orang yang kikir pada orang lain namun murah hati pada dirinya

sendiri, orang-orang ini lebih senang bicara tentang dirinya sendiri dan

meremehkan orang lain.21

Dari seluruh konsep yang diterangkan Syaikh Musthafa al Ghalayin,

semua mengacu pada kepentingan negara dan kebahagiaan dunia akhirat. Hal

ini disebabkan setting zaman saat beliau hidup pada abad 20 yang notabene

21

Ibid

45

banyak negara-negara di Asia sedang memperjuangkan kemerdekaannya dari

belenggu penjajahan, termasuk negara kita. Acuan beliau akan kebahagiaan

dan kemakmuran dunia akhirat disebabkan karena faktor keulamaan beliau

karena sebagaimana dikatakan beliau bahwa hasil pendidikan adalah

perubahan pekerti dan bakti pada ibu pertiwi.

Dalam bukunya, Thomas Lickona menyatakan bahwa pengertian

pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu

seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan

nilai-nilai etika yang inti. Dan lebih luas lagi ia menyebutkan pendidikan

karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu

kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik untuk

individu perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secara

keseluruhan.22

Thomas Lickona juga mengartikan pendidikan karakter adalah

usaha secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sosial untuk membantu

pembentukan karakter secara optimal.Thomas Lickona juga menyatakan

bahwa karakter adalah nilai dalam tindakan. Karakter seseorang terbentuk

melalui proses, seiring suatu nilaimenjadi suatu kebajikan.

Setelah mengetahui arti dari pendidikan karakter, perlu digali juga

makna dan arti dari karakter tersebut. Thomas Lickona mengutip pandangan

seorang filusuf Yunani bernama Aristoteles bahwa karakter yang baik

didefinisikan dengan melakukan tindakan-tindakan yang benar sehubungan

dengan diri seseorang dan orang lain. Aristoteles bahkan mengingatkan

22

Thomas Lickona, Character Matters; Persoalan Karakter, Bagaimana Membantu Anak Mengembangkan Penilaian Yang Baik, Integritas dan Kebajikan Penting Lainnya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), 6.

46

kepada kita tentang apa yang cenderung dilupakan di masa sekarang ini:

kehidupan yang berbudi luhur termasuk kebaikan yang berorientasi pada diri

sendiri (seperti kontrol diri dan moderasi) sebagaimana halnya dengan

kebaikan yang berorientasi pada hal lainnya (seperti kemurahan hati dan belas

kasihan), dan kedua jenis kebaikan ini berhubungan. Artinya kita perlu untuk

mengendalikan diri kita sendiri-keinginan kita, hasrat kita- untuk melakukan

hal yang baik bagi orang lain.23

Thomas memaparkan bahwa karakter menurut pengamatan seorang

filsuf kontemporer bernama Michael Novak, merupakan “campuran

kompatibel dari seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religious,

cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang ada

dalam sejarah.” Sebagaimana yang ditunjukkan Novak, tidak ada seorang pun

yang memiliki semua kebaikan itu, dan setiap orang memiliki beberapa

kelemahan. Orang-orang dengan karakter yang sering dipuji bisa jadi sangat

berbeda antara satu dengan lainnya. Berdasarkan pemahaman klasik ini,

Thomas Lickona bermaksud untuk memberikan suatu cara berpikir tentang

karakter yang tepat bagi pendidikan nilai: karakter terdiri dari nilai operatif,

nilai dalam tindakan. Menurut beliau, karakter yang baik adalah terdiri dari

mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal

yang baik, kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati, dan

23

Ibid

47

kebiasaan dalam tindakan. Ketiga hal ini diperlukan untuk mengarahkan

suatu kehidupan moral; ketiganya ini membentuk kedewasaan moral.24

Dan komponen karakter yang baik dapat dijabarkan sebagai berikut:

pengetahuan moral, berisi tentang kesadaran moral, pengetahuan nilai moral,

penentuan perspektif, pemikiran moral, pengambilan keputusan, dan

pengetahuan pribadi. Perasaan moral, berisi tentang hati nurani, harga diri,

empati, mencintai hal yang baik, kendali diri, dan kerendahan hati.

Sedangkan tindakan moral berisi tentang kompetensi, keinginan, dan

kebiasaan.25

Untuk menghasilkan karakter yang baik (component of good

character), harus memiliki tiga komponen, yaitu: moral knowing, moral

feeling dan moral action.26

Adapun penjelasan tentang tiga komponen

karakter tersebut, sebagai berikut:

Moral knowing, ada enam aspek yang menjadi dominan sebagai

tujuan pendidikan karakter, yaitu: 1) moral awarness (kesadaran moral), 2)

knowing moral values (mengetahui nilai-nilai moral), 3) persepective taking

(penentuan perspektif), 4) moral reasoning (pemikiran moral), 5)decision

making (pengambilan keputusan), dan self-knowledge (pengetahuan

pribadi).27

Moral feeling adalah aspek emosi yang harus mampu dirasakan oleh

seseorang untuk menjadi manusia yang berkarakter, yaitu: 1) conscience

24

Ibid 25

Ibid 26

Thomas Lickona, Educating for Character,h. 83 27

Ibid, h. 108

48

(nurani), 2) self esteem (percaya diri), 3) empaty (merasakan penderitaan

orang lain), 4) lovingg the good (mencintai kebenaran), 5) self control

(mampu mengontrol diri), dan 6) humality (keredndahan hati).

Moral action adalah tindakan nyata dari kedua aspek tersebut di atas

(moral knowing dan moral feeling). Moral action terdiri dari 3 aspek, yaitu:

1) competence (kompetensi), 2) wiil (keinginan), dan 3) habit (kebiasaan).

Ketiga komponen tersebut saling berhubungan antara satu dengan

lainnya. Moral knowing, moral feeling dan moral acting tidak akan berfungsi

manakala satu bagian dari ketiga komponen tersebut terpisah. 28

william

kilpatrik dalam Ratna Megawangi menyatakan bahwa salah satu penyebab

ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku baik, walaupun secara kognitif

ia mengetahuinnya, adalah karena ia tidak terlatih melakukan kebajikan atau

perbuatan-perbuatan bermoral.29

Pendapat yang memiliki kemiripan dengan pandangan Thomas

Lickona adalah pendapat Majid dan Andayani bahwa ada tiga tahap moral

dalam pendidikan moral, yaitu moral Knowing, moral loving/feeling, dan

moral doing/acting.30

Mencermati teori diatas, bahwa pendidikan karakter yang hanya

mengajarkan moral knowing, tidak menjadi jaminan bahwa orang tersebut

berkarakter. Begitupula seseorang yang mengetahui banyak tentang

pendidikan agama belum tentu menjadi orang yang berkarakter, yaitu orang

yang seirama antara pikiran, ucapan, dan tindakan.

28

Ibid, h 84 29

Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter, 110 30

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Persepektif Islam (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2011)

49

Rumusan dari Kementerian Pendidikan Nasional, khususnya

Direktorat Pendidikan Tinggi menjelaskan bahwa secara umum, arti karakter

adalah karakter mendemonstrasikan etika atau sistem nilai personal yang

ideal (baik dan penting) untuk eksistensi diri dan berhubungan dengan orang

lain.

Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas baik

(tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan

berdampak baik terhadap lingkungan) yang terparti dalam diri dan terwujud

dalam perilaku.

Menurut Simon Philips dalam buku Refleksi Karakter Bangsa,

karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang

melandasi pemikiran, sikap dan prilaku yang ditampilkan. Sementara itu,

Koesoema A, mengatakan bahwa karakter sama dengan kepribadian.31

Kepribadian disini dianggap beliau sebagai ciri atau karakteristik atau

gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-

bentukan yang diterima dari lingkungan.Imam Ghazali menganggap bahwa

karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam

bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga

ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi. Hermawan Kertajaya,

mendefinisikan karakter sebagai “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda

atau individu.32

Ciri khas tersebut adalah asli, dalam artian tabiat atau watak

asli yang mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan

31

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, ( Jakarta : Bumi Aksara. 2011), h. 70 32

Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, h. 11

50

merupakan mesin pendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap,

berujar, serta merespon sesuatu.33

Pendidikan karakter menurut Doni Koesoma adalah sebuah usaha dari

individu baik secara pribadi (melalui pengolahan pengalamannya sendiri),

maupun secara sosial (melalui pengolahan pengalaman atas struktur hidup

bersama, khususnya perjuangan pembebasan dari struktur yang menindas)

untuk membantu menciptakan sebuah lingkungan yang membantu

pertumbuhan kebebasannya sebagai individu sehingga individualitas dan

keunikannya dapat semakin dihargai.34

Pengertian ini menggambarkan bahwa

pendidikan karakter adalah upaya seseorang dalam mengatur keinginan

individual sehingga menjadi keharmonisan sikap terhadap diri dan orang lain.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat difahami, bahwasannya

pendidikan karakter ialah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang

guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Individu yang

berkarakter baik ialah individu yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik

terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta

dunia internasional pada umumnya. Orang yang berkarakter baik dengan

mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan

kesadaran, emosi, dan motivasinya (perasaannya), serta memiliki nilai-nilai

seperti amanah, beriman, bertaqwa, bekerja keras, disiplin, jujur, toleransi,

cermat, cerdik, dinamis, gigih, hemat, empati, bijaksana, lugas, tegas, berfikir

jauh ke depan, berfikir matang, bertanggung jawab, berkemauan keras, baik

33

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Impementasi, (Bandung : ALFABETA, 2012),

h.2 34

Doni Koesoma A, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta:

Grasindo, 2007), 194GFD

51

sangka, pemaaf, pemurah, adil, menghargai, pengabdian, pengendalian diri,

komitment, mandiri, mawas diri, ikhlas, sabar, rasa malu, rajin, ramah, rela

berkorban, rendah hati, sportif, hormat, tertib, produktif, susila, tekun, tegar,

tepat janji, ulet.35

Nilai-nilai Pendidikan Karakter yang terutama akan dikembangkan

dalam budaya satuan pendidikan formal dan nonformal, dengan

penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Jujur, menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang

dikatakan dan dilakukan (berintregritas), berani karena benar, dapat

dipercaya (amanah, trustworthiness), dan tidak curang (no cheating).

2. Tanggung Jawab, melakukan tugas sepenuh hati, bekerja dengan etos

kerja yang tinggi, berusaha keras mencapai prestasi terbaik (giving the

best), mampu mengontrol diri dan mengatasi stres, berdisiplin diri,

akuntabel terhadap pilihan dan keputusan yang diambil.

3. Cerdas, berfikir cermat dan tepat, bertindak dengan penuh perhitungan,

rasa ingin atau yang tinggi, berkomunikasi efektif dan empatik, bergaul

secara santun, menjunjung kebenaran dan kebajikan, mencintai Tuhan dan

lingkungan.

4. Sehat dan bersih, menghargai ketertiban keteraturan, kedisipinan,

terampil, menjaga diri, dan lingkungan, menerapkan pola hidup seimbang.

5. Peduli, memperlakukan orang lain dengan sopan, bertindak santun,

toleran terhadap perbedaan, tidak suka menyakiti orang lain, mau

mendengar orang lain, mau berbagi, tidak merendahkan orang lain, tidak

35

Ibid

52

mengambil keuntungan dari orang lain, mampu bekerjasama, mau terlibat

dalam kegiatan masyarakat, menyayangi manusia dan makhluk lain, setia,

cinta damai dalam menghadapi persoalan.

6. Kreatif, mampu menyelesaikan masalah secara inovatif, luwes, kritis,

berani mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, menampilkan

sesuatu secara luar biasa (unik), memiliki ide baru, ingin terus berubah,

dapat membaca situasi dan memanfaatkan peluang baru.

7. Gotong royong, mau bekerjasama dengan baik, berprinsip bahwa tujuan

akan lebih mudah dan cepat tercapai jika dikerjakan bersama-sama, tidak

memperhitungkan tenaga untuk saling berbagi untuk sesama, mau

mengembangkan potensi diri untuk dipakai saling berbagi agar mendapat

hasil yang terbaik, tidak egoistis. 36

Gotong royong di MAN Buntet

Pesantren Cirebon diterapkan setiap hari seperti membersihkan ruang

kelas, mengumpulkan sampah, membagi jadwal piket dan dilakukan

bersama-sama setiap harinya, merapikan meja guru dan membersihkan

tempat sampah atau sampah yang berserakan.

Nilai-nilai tersebut di atas kemudian diinternalisasi melalui proses

sosialisasi agar dapat membentuk individu-individu yang berkarakter dan

berbudi pekerti luhur, sehingga diharapkan mampu menjadi individu yang

bermartabat.

Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang

mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional, dan

pengembangan etika para peserta didik. Pendidikan karakter merupakan suatu

36

Samani, Muchlas & Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. 2011,h. 51

53

upaya proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah untuk

membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-

nilai kinerja.Misalnya kepedulian, kejujuran, kerajinan, fairness, keuletan dan

ketabahan (fortitude), tanggung jawab, menghargai diri sendiri dan orang

lain.

Scerenko menjelaskan bahwa, pendidikan karakter dapat difahami

atau dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri

kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui

keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta

praktik emulsi (usaha maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang

diamati dan yang dipelajari).37

Di MAN Buntet Pesantren Cirebon pendidikan

karakter melalui teladan dan kajian sejarah Islam dan biografi para kiyai

sepuh yang menjadi panutan para siswa.

Koesoema A dan Imam Ghazali menjelaskan, bahwa istilah karakter

dapat diartikan dengan akhlak dan budi pekerti, sebab keduanya mengandung

makna yang sama. Baik budi pekerti, akhlak maupun karakter sama-sama

mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan atau

penerapannya. Menurut Ibnu Miskawaih dan dikutip oleh Abudin Nata,

beliau mengemukakan bahwa, pendidikan akhlak merupakan upaya ke arah

terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan lahirnya

perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari seseorang.38

Sebagian ulama,

37

Muchlas Samani & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, h.45 38

Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, h.10

54

mendefinisikan Akhlak sebagai suatu keadaan yang melekat pada jiwa

manusia yang melahirkan perbuatan baik ataupun buruk.39

Beberapa statmen diatas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan

karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk

menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga

serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan

nilai, pendidikan moral, pendidikan budi pekerti, pendidikan watak yang

bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk dapat

memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan

mewujudkanu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Dalam kaitannya dengan hal ini, maka sikap/karakter atau budi pekerti

telah mengandung lima rumusan atau jangkauan atau integritas sebagai

berikut:

a) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan,

b) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri,

c) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga,

d) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan

bangsa, dan

e) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar.40

B. Asal-usul Pendidikan Karakter

Asal muasal kapan munculnya pendidikan karakter adalah bagian

yang sering menjadi pertanyaan berbagai lapisan masyarakat terutama dalam

lingkup akademik. Dalam sejarah peradaban manusia, pendidikan karakter

39

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1998), h.345 40

Hamzah Ya’kub, Etika Islam, Bandung: CV. Diponogoro, 2002, h.138

55

mendapatkan perhatian khusus sejak digemakan oleh peradaban Yunani kuno

dengan para filsufnya hingga sekarang menjadi suatu program pemerintah

Indonesia melalui kurikulum 2013.

Dalam konteks peradaban Islam bahwa pendidikan karakter (akhlaq)

sudah muncul seiring dengan tugas kerasulan Nabi Muhammad saw sebagai

utusan Allah swt, bahkan menjadi program prioritas Rasulullah saw dalam

menjalankan dakwahnya sebagai utusan Allah untuk seluruh ummat,

meskipun pada saat itu perioritasnya adalah masyarakat Mekkah yang sedang

menghadapi kemerosotan akhlaq. Hal ini sesuai dengan hadits yang

diriwayatkan oleh imam Bukhori yang artinya sesungguhnya aku diutus

hanyalah untuk menyempurnakan akhlak mulia.41

Bahwa ia ditugaskan oleh

Allah semata-mata untuk menyempurnakan akhlaq manusia.

Doni Koesoma berpendapat bahwa keberadaan pendidikan karakter

adalah sesuai dengan munculnya istilah pendidikan itu sendiri, yakni pada

akhir abad 18, meskipun sebenarnya pendidikan karakter sudah ada sejak

zaman Yunani kuno yang dikenal dengan pendidikan karakter Aristokratis ala

Homeros hingga pendidikan karakter modern yang melahirkan peradaban

baru melalui kekuatan sains.42

Sedangkan pendidikan karakter di masa Yunani menurut socrates,

manusia adalah jiwanya dan jiwa merupakan sesuatu yang sentral dari

seorang manusia, paradigma Socrates yang terkenal adalah “kenalilah dirimu

sendiri”. Yang berarti harus mampu mengenali jiwa dalam dirinya karena

41

Imam al-Bukhari, Al-Adab Al-Mufrad 273bSyarah Muhammad Lukman As-Salafi 42

Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global

56

jiwa itulah yang memiliki dan mengendalikan kekuatan berpikir bertindak

serta menegaskan nilai-nilai moral dalam hidup.43

Berdasarkan kajian diatas bahwa pendidikan karakter merupakan

bagian inti dari sebuah pendidikan.karena hakekat tujuan pendidikan adalah

membentuk manusia yang cerdas dan baik. Sebagaimana pendapat Thomas

Lickona bahwa pada dasarnya pendidikan memiliki dua tujuan, yaitu

membimbing para generasi muda untuk menjadi cerdas dan memiliki perilaku

yang berbudi.44

Berdasarkan perjalanan sejarah bangsa, pendidikan karakter bukan hal

yang baru dalam tradisi pendidikan di Indonesia. Beberapa tokoh pendidikan

Indonesia modern yang kita kenal, seperti R.A Kartini yang dikenal dengan

pendidikan gender (emansipasi wanita), Soekarno dengan ideologi

kenegaraan dan sebagainya. Mereka telah mencoba menerapkan pendidikan

karakter sebagai pembentuk kepribadian dan identitas bangsa sesuai dengan

konteks dan situasi yang mereka alami.45

Pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pendidikan karakter

mulai dicanangkan dalam Peringatan Hari Pendidikan Nasional, pada 2 Mei

2010. Tujuannya untuk mengembangkan karakter dan budaya bangsa sebagai

bagian yang terintegritas pada sistem pendidikan nasional.46

Sedangkan di

zaman kepemimpinan presiden Jokowi mengangkat program pendidikan

43

http://www.Wawasanpendidikan.comSejarah-Perkembangan-Pendidikan-Karakter-dari-Era-

Yunani-Eraromawi-Hingga-Indonesia-html 44

Thomas Lickona, Educating for Character How our Schools can teach respect and

responsibility, 1991. Diterjemahkan Juma Abdu Wamaungo, Mendidik untuk Membentuk

Karakter Bagaimana sekolah dapat memberikan Pendidikan tentang sikap Hormat dan

Bertanggung jawab (Jakarta, Bumi Aksara) 45

Kartini R.A. Habis Gelap Terbitlah Terang. Terjemahan oleh Armijin Pane, Jakarta, Balai Pustaka, 2008 46

Fathul Muin, Pendidikan KarakterKonstruksi Teoritik dan Praktik, 323-324

57

karakter dengan istilah populernya yaitu program revolusi mental yang

direfleksikan dalam bentuk kurikulum 2013.

C. Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut An-Nahlawi, didalam buku Pendidikan Karakter Pendidikan

Berbasis Agama dan Budaya Bangsa mengatakan bahwa pendidikan harus

memiliki tujuan yang sama dengan tujuan penciptaan manusian sebab

bagaimanapun pendidikan Islam sarat dengan landasan dinul Islam. Tujuan

pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam

kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara sosial.47

Menurut Hasan Langgulung, tujuan pendidikan Islam secara khusus adalah

sebagai berikut:48

a. Memperkenalkan pada generasi muda akan akidah islam, dasar-

dasarnya, asal-usul ibadah, dan cara-cara melaksanakannya dengan

betul dan benar, dengan membiasakan mereka berhati-hati mematuhi

akidah-akidah agama serta menjalankan dan menghormati syiar-syiar

agama.

b. Menumbuhkan kesadaran yang betul pada diri pelajar terhadap agama

termasuk prinsip-prinsip dan dasar-dasar akhlak mulia.

c. Menanamkan keimanan kepada Allah pencipta alam, kepada malaikat-

malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab, dan hari kiamat berdasarkan paham

kesadaran dan perasaan.

47

Anas Salahudin, dan Irwanton Alkrienciehie,Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama

dan Budaya Bangsa, Bandung: CV Pustaka Setia, 2013.h, 105 48

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 2012

58

d. Menumbuhkan minat generasi muda untuk menambah pengetahuan

dalam adab dan pengetahuan keagamaan dan untuk mengikuti hukum-

hukum agama dengan kecintaan dan kerelaan.

e. Menanamkan rasa cinta dan penghargaaan kepada Al-Qur’an,

membacanya dengan baik, memahaminya, dan mengamalikan ajaran-

ajarannya.

f. Menumbuhkan rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan islam

dan pahlawan-pahlawannya serta mengikuti jejak mereka.

g. Menumbuhkan rasa rela, optimisme percaya diri, tanggung jawab,

menghargai kewajiban, tolong-menolong atas kebaikan, sabar,

berjuang untuk agama, dan tanah air dan bersikap untuk membalasnya.

h. Mendidik naluri,motivasi, dan keinginan generasi muda dan

menguatkan dengan aqidah dan nilai-nilai dan membiasakan mereka

menahan motivasinya, mengatur emosi, dan membimbing dengan baik.

i. Menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri mereka, perasaan

keagamaan, semangat keagamaan, dan akhlak pada diri mereka dan

menyuburkan hati mereka dengan rasa cinta, zikir, takwa, dan takut

kepada Allah.

j. Membiasakan hati mereka dari rasa dengki, hasud, iri hati,

benci,kekasaran, egoisme, tipuan, khianat, nifak, serta perpecahan dan

perselisihan.

59

Menurut Thomas Lickona, terdapat enam aspek yang menonjol sebagai

tujuan pendidikan karakter yang diinginkan, antara lain:49

a. Kesadaran moral

Para orang muda perlu mengetahui bahwa tanggung jawab moral mereka

yang pertama adalah menggunakan pikiran mereka untuk melihat suatu

situasi yang memerlukan penilaian moral- dan kemudian untuk memikirkan

dengan cermat tentang apa yang dimaksud dengan arah tindakan yang benar.

Aspek kedua dari kesadaran moral adalah memahami informasi dari

permasalahan yang bersangkutan.

b. Mengetahui nilai moral

Mengetahui sebuah nilai juga berarti memahami bagaimana caranya

menerapkan nilai yang bersangkutan dalam berbagai macam situasi.

c. Menentukan perspektif

Penentuan perspektif merupakan kemampuan untuk mengambil sudut

pandang orang lain, melihat situasi sebagaimana adanya, membayangkan

bagaimana mereka berpikir, bereaksi, dan merasakan masalah yang ada. Ini

adalah prasyarat bagi penilaian moral dan karakter.

d. Pemikiran moral

Pemikiran moral melibatkan pemahaman apa yang dimaksud dengan moral

dan mengapa harus aspek moral. Mengapa penting bagi kita untuk menepati

janji? Membagikan apa yang saya miliki dari orang lain.

e. Pengambilan keputusan

49

Thomas Lickona, Character Matters; Persoalan Karakter, Bagaimana Membantu Anak Mengembangkan Penilaian Yang Baik, Integritas dan Kebajikan Penting Lainnya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015),

60

Mampu memikirkan cara seseorang bertindak melalui permasalahan moral

dengan cara ini merupakan keahlian pengambilan keputusan reflektif.

f. Pengetahuan pribadi.

Menurut Thomas Lickona, terdapat sedikitnya sepuluh alasan mengapa

sekolah seharusnya memberikan arahan yang jelas dan menyeluruh. Di antara

sepuluh alasan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Adanya kebutuhan yang begitu jelas dan mendesak. Jumlah pemuda

melakukan tindakan kekerasan baik terhadap orang lain maupun terhadap diri

sendiri meningkat, kesadaran tentang kontribusi mereka terhadap

kesejahteraan hidup sesama mulai menurun. Dalam refleksinya penyakit yang

terjadi di masyarakat tersebut sedang membutuhkan pencerahan moral dan

spiritual.

b. Proses penghubungan nilai dan sosialisasi. Suatu masyarakat membutuhkan

pendidikan nilai baik untuk sikap penyelamatan maupun maupun perbaikan

untuk tetap bersatu di dalamnya dan untuk maju bersama dalam

menyesuaikan dan mendukung kehidupan dan perkembangan manusia

sebagai bagian dari masyarakat tersebut. Menurut sejarah, tiga komunitas

sosial telah terlibat di dalam pendidikan moral yaitu rumah, komunitas

spiritual dan sekolah.

c. Peranan sekolah sebagai tempat pendidikan moral menjadi semakin penting

ketika jutaan anak-anak hanya mendapatkan sedikit pendidikan moral dari

orang tua mereka dan ketika makna nilai yang sangat berpengaruh yang

didapatkan melalui tempat ibadah lainnya perlahan tidak berarti dan

menghilang dari kehidupan mereka.

61

d. Munculnya konflik di masyarakat yang disebabkan oleh perbedaan

pandangan dasar menyangkut etika.

e. Demokrasi memiliki posisi khusus dalam pendidikan moral karena demokrasi

tersebut merupakan bentuk dari pemerintahan dalam suatu masyarakat.

f. Tidak ada satu hal pun yang dapat dianggap sebagai pendidikan tanpa nilai.

g. Pertanyaan tentang moral berada dalam pertanyaan-pertanyaan utama yang

dihadapi baik secara individu rasial.

h. Pendidikan nilai di sekolah kini memilki sebuah pandangan dasar bermakna

luas yang mendukung perkembangan pendidikan.

i. Sebuah pernyataan gambling tentang pendidikan moral juga menjadi sesuatu

yang penting jika ditujukan untuk menarik perhatian membentuk perilaku

dimulai dari diri para guru.

j. Pendidikan nilai merupakan sebuah pekerjaan yang sangat mungkin untuk

dilaksanakan.50

Menurut Thomas Lickona lagi, ada tujuh alasan mengapa harus ada

pendidikan karakter.

a. Pendidikan karakter merupakan cara terbaik untuk menjamin anak-anak

(siswa) memiliki kepribadian yang baik dalam kehidupannya.

b. Pendidikan karakter juga merupakan cara untuk meningkatkan prestasi

akademik.

c. Ada sebagian siswa yang tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi

dirinya di tempat lain.

50

Ibid

62

d. Mempersiapkan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat

hidup dalam masyarakat yang beragam.

e. Banyaknya masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti

ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan

etos kerja (belajar) yang rendah.

f. Merupakan persiapan terbaik untuk memiliki perilaku yang baik di tempat

kerja.

g. Mengajarkan nilai-nilai budaya merupakan bagian dari kerja peradaban.51

Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan

Islam adalah menanamkan iman kepada Allah, malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab

dan hari kiamat. Dan menjadikan manusia yang memiliki akhlakul karimah.

Apabila hal diatas diruntut dalam tujuan pendidikan karakter yang berbasis agama

dan budaya bangsa, maka tujuan pendidikan karakter adalah:52

1) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik

sebagai penerus bangsa,

2) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang

mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.

3) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan

belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, serta

dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

51

Ibid 52

Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa, Pustaka Setia, Bandung, 2013

63

Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan karakter dapat

dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,

pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk

memberikan keputusan baik buruk, memelihara kebaikan , mewujudkan dan

menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.Adapun

tujuan dari pendidikan karakter yang sesungguhnya jika dihubungkan dengan

falsafah Negara Republik Indonesia adalah mengembangkan karakter peserta

didik agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila.53

Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa dan

pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu.

Tujuan jangka panjangnya tidak lain adalah mendasarkna diri pada tanggapan

aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang diterimanya, yang

padagilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses

pembentukan diri secara terus-menerus.Tujuan jangka panjang ini merupakan

pendekatan dialektis yang semakin mendekatkan dengan kenyataan yang idea,

melalui proses refleksi dan interaksi secara terus menerus antara idealisme, pilihan

sarana, dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif.

Pendidikan Karakter juga bertujuan meningkatkan mutu penyelenggaraan

dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan

karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai

dengan standar kompetensi kelulusan. Melalui pendidikan karakter, diharapkan

peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan

53

Ibid

64

pengetahuaannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-

nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Pendidikan karakter, pada tingkatan institusi, mengarah pada pembentukan

budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan

keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah

masyarakat sekitar. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan

citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.

Tujuan mulia pendidikan karakter ini akan berdampak langsung pada

prestasi anak didik. Menurut Suyanto,54

ada beberapa penelitian yang menjelaskan

dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik.

Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Succes

mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan

emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. DIkatakan bahwa ada sederet faktor-

faktor penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor risiko yang disebutkan

ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa

percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan

berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.55

D. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Pada Siswa

Menurut Thomas Lickona, terdapat dua macam nilai dalam kehidupan ini

yaitu moral dan nonmoral. Nilai-nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab,

dan keadilan adalah hal-hal yang dituntut dalam kehidupan ini. Sehingga manusia

akan merasa tertuntut untuk menepati janji, membayar berbagai tagihan, memberi

pengasuhan kepada anak-anak, dan berlaku adil dalam bergaul dengan

54

Suyanto, Konsep Dasar Anak Usia Dini, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005 55

Joseph Zink dkk, Emotional Intelligence and School succes, 2001

65

masyarakat. Intinya nilai moral meminta seseorang untuk melaksanakan apa yang

sebaiknya dilakukan. Sehingga ia harus melakukannya kalaupun sebenarnya ia

tidak ingin melakukannya.56

Sedangkan nilai-nilai nonmoral tidak membawa pada tuntutan-tuntutan

seperti di atas. Nilai ini lebih menunjukkan sikap yang berhubungan dengan apa

yang kita inginkan ataupun yang kita suka. Lickona mencontohkan bahwa beliau

sendiri secara personal memiliki suatu nilai ketika mendengarkan musik klasik,

atau ketika membaca sebuah novel yang bagus. Akan tetapi, jelas bahwa

sesungguhnya ia tidak memiliki kewajiban untuk melakukan hal tersebut.

Lebih lanjut Lickona menjelaskan bahwa nilai-nilai moral (yang menjadi

tuntutan) dapat dibagi lagi menjadi dua kategori, yaitu universal dan nonuniversal.

Nilai-nilai moral universal seperti memperlakukan orang lain dengan baik, serta

menghormati pilihan hidup, kemerdekaan, dan kesetaraan dapat menyatukan

semua orang di mana pun mereka berada. Karena kita tentunya menjunjung tinggi

dasar-dasar nilai kemanusiaan dan penghargaan tinggi. Sebaliknya, nilai-nilai

moral yang bersifat nonuniversal tidak membawa tuntutan moral yang bersifat

universal. Ini adalah nilai-nilai seperti kewajiban yang berlaku pada agama-agama

tertentu (ketaatan, berpuasa, dan memperingati hari besar keagamaan) yang secara

individu menjadi sebuah tuntutan yang cukup penting. Namun, hal tersebut belum

tentu dirasakan sama dengan individu lain.57

56

Thomas Lickona, Character Matters; Persoalan Karakter, Bagaimana Membantu Anak Mengembangkan Penilaian Yang Baik, Integritas dan Kebajikan Penting Lainnya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), 57

Ibid

66

Program pendidikan moral yang berdasarkan pada dasar hukum moral

menurut Thomas Lickona, dapat dilaksanakan dalam dua nilai utama, yaitu sikap

hormat dan bertanggung jawab. Nilai-nilai tersebut mewakili dasar moralitas

utama yang berlaku secara universal. Mereka memiliki tujuan, nilai nyata, di

mana mereka mengandung nilai-nilai baik bagi semua orang baik sebagai individu

maupun sebagai bagian dari masyarakat.58

Karena nilai-nilai rasa hormat dan tanggung jawab tersebut menurut

Lickona sangatlah diperlukan untuk :

a. Pengembangan jiwa yang sehat

b. Kepedulian akan hubungan interpersonal

c. Sebuah masyarakat yang humanis dan

d. Dunia yang adil dan ramai

Lebih lanjut Lickona menjelaskan bahwa hormat dan tanggung jawab

merupakan nilai yang menjadi dasar landasan sekolah yang tidak hanya

memperbolehkan, tetapi mengharuskan para guru untuk memberikan pendidikan

tersebut untuk membangun manusia-manusia yang secara etis berilmu dan dapat

memposisikan diri mereka sebagai bagian dari masyarakat yang bertanggung

jawab.

Dalam mendefinisikan arti rasa hormat, Thomas menjelaskan bahwa ia

berarti menunjukkan penghargaan kita terhadap harga diri orang lain maupun hal

lain selain diri kita. Dan di sini terdapat tiga hal pokok, yaitu penghormatan

terhadap diri sendiri, penghormatan terhadap orang lain, dan penghormatan

58

Ibid

67

terhadap semua bentuk kehidupan dan lingkungan yang saling menjaga satu sama

lain. Sedangkan tanggung jawab menurutnya merupakan suatu bentuk lanjutan

dari rasa hormat tersebut. Jika kita menghormati orang lain, berarti kita

menghargai mereka. Jika kita menghargai mereka, berarti kita merasakan sebuah

ukuran dari rasa tanggung jawab kita untuk menghormati kesejahteraan hidup

mereka.59

Di samping sikap hormat dan bertanggung jawab, menurut Thomas

Lickona, masih ada bentuk-bentuk nilai lain yang sebaiknya diajarkan di sekolah,

yaitu kejujuran, keadilan, toleransi, kebijaksanaan, disiplin diri, tolong-menolong,

peduli sesama, kerja sama, keberanian, dan sikap demokratis. Nilai-nilai tersebut

merupakan bentuk dari rasa hormat dan atau tanggung jawab ataupun sebagai

media pendukung untuk bersikap hormat dan bertanggung jawab.60

Selanjutnya, Lickona menjelaskan bahwa nilai-nilai yang menjadi target

sekolah tersebut dikembangkan dengan cara memulai pengajaran nilai mengenai

rasa hormat dan tanggung jawab yang dirasa olehnya dapatmenjadi langkah awal

yang membantu dan menutupnya dengan pemahaman akan sebagian atau bahkan

seluruh nilai-nilai tersebut. Selain itu, pengaplikasian proses, melalui penyusunan

tahapan pengajaran nilai masih menjadi hal yang penting juga. Proses tersebut

merupakan sebuah kesempatan untuk membawa atau setidaknya untuk survey

input seluruh guru, staf administrasi, staf sekolah bidang lain, orang tua, siswa dan

perwakilan masyarakat untuk mendapat dukungan dalam skala besar. Lebih

jauhnya, sejumlah sekolah atau wilayah yang ikut terlibat dalam program ini lebih

59

Ibid 60

Ibid

68

cenderung untuk menjadikan program yang dimaksud sebagai program khusus

dan menjadi prioritas daerah.61

Bentuk-bentuk pendidikan karakter pada siswa diantaranya ada pada tabel

dibawah ini:62

Tabel 6

Bentuk-bentuk Pendidikan Karakter PadaSiswa

No

Nilai-nilai karakter

siswayang

dikembangkan

Bentuk pelaksanaan kegiatan

1. Religius Pada setiap awal masuk sekolah selalu

memulai dengan berdoa, dan pada

waktu pulang sekolah juga diakhiri

dengan berdoa.

Mengatur jadwal istirahat menjadi dua

yaitu istirahat pertama dan istirahat

kedua, istirahat kedua waktunya

digunakan untuk shalat dzuhur

berjamaah di sekolah.

2. Jujur Menekankan kepada para siswa

pentingnya kejujuran pada waktu

61

Ibid 62

Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa, Pustaka Setia, Bandung, 2013

69

No

Nilai-nilai karakter

siswayang

dikembangkan

Bentuk pelaksanaan kegiatan

mengisi soal ulangan atau ujian

sekolah.

Kejujuran sebagai media untuk

memperbaiki prilaku baik di masa yang

akan datang.

3. Toleransi Pembagian kelompok diskusi terdiri

dari berbagai siswa yang mempunyai

karakter yang berbeda-beda, untuk

saling bertoleransi dalam setiap

diskusi.

Guru menghargai dan memberikan

perlakuan yang adil terhadap seluruh

siswa.

Guru memberikan perlakuan yang

sama terhadap semua siswa.

Menghargai perbedaan pendapat dari

siswa walaupun kadang-kadang keluar

dari permasalahan.

4. Disiplin Mentaati semua aturan sekolah yang

telah ditetapkan.

70

No

Nilai-nilai karakter

siswayang

dikembangkan

Bentuk pelaksanaan kegiatan

Guru dan siswa mentaati waktu masuk,

istirahat dan mengakhiri waktu pulang

sekolah sesuai dengan jadwal yang

telah disepakati.

Kerapihan dalam berpakaian dan

bertindak.

Mengingatkan siswa yang terlambat

dan berjanji untuk tidak mengulangi

lagi, jika masih diulangi akan dihukum.

guru dan siswa untuk selalu berbicara

dengansopan dan menggunakan bahasa

Indonesia yang baik.

5. Kerja keras Pada saat pemberian tugas untuk

diskusi selalu menggunakan pedoman

waktu untuk ditaati dalam penyelesaian

tugas, tidak boleh bersantai-santai.

Mengkompetisikan kelompok diskusi

pada setiap memecahkan masalah.

Guru selalu menciptakan suasana

belajar yang memacu daya tahan

71

No

Nilai-nilai karakter

siswayang

dikembangkan

Bentuk pelaksanaan kegiatan

peserta diklat dengan memberikan

energizer / ice breaker.

6. Kreatif Setiap mendiskusikan permasalahan

tentang materi pelajaran siswa dapat

mengemukakan alternatif pemecahan

masalah.

Setiap pelajaran ada tugas diskusi

kelompok yang harus diselesaikan dan

dipecahkan bersama, hal ini memicu

kreativitas siswa.

Setiap siswa diberi kesempatan untuk

menyampaikan pendapat yang

berkaitan dengan permasalahan yang

diberikan.

7. Mandiri Pada saat post tes secara individual,

peserta diharapkan dapat mengerjakan

secara mandiri permasalahan yang

diberikan oleh guru.

8. Demokratis Pada awal kegiatan diklat, gur

mendiskusikan secara bersama-sama

72

No

Nilai-nilai karakter

siswayang

dikembangkan

Bentuk pelaksanaan kegiatan

dalam membuat kesepakatan bersama

untuk kelancaran pelaksanaan proses

belajar, sehingga menghasilkan aturan

yang harus ditaati bersama.

Menampung dan mengakomodasi

setiap usulan yang disampaikan oleh

siswa untuk ditindaklanjuti.

Pemilihan ketua kelas secara

demokratis.

Mengimplementasikan model

pembelajaran andragogi yang dialogis

dan interaktif.

Umpan balik dari setiap siswa pada

akhir pelajaran untuk perbaikan

pelajaran yang akan datang.

9. Rasa ingin tahu Memberi pertanyaan-pertanyaan dalam

diskusi kelompok untuk dipecahkan

dalam kelompok.

Pemberian materi pelajaran dalam

bentuk softcopy sehingga mengundang

peserta untuk segera mengetahuinya.

73

No

Nilai-nilai karakter

siswayang

dikembangkan

Bentuk pelaksanaan kegiatan

Guru mengeksplorasi pertanyaan-

pertanyaan kepada siswa.

Guru tidak langsung menjawab

pertanyaan siswa tetapi memberikan

pertanyaan tersebut kepada siswa yang

lain untuk ditanggapi.

10. Semangat kebangsaan Pada upacara bendera yang di

antaranya menyanyikan lagu

Kebangsaan Indonesia Raya

Setiap siswa terdiri dari berbagai suku,

agama, etnis, yang diberi tugas

bersama untuk menyelesaikan

permasalahan yang diberikan oleh

guru.

11. Cinta tanah air Pada hari rabu siswa diwajibkan untuk

berpakaian batik, yang merupakan ciri

khas Indonesia.

Selalu menghimbau untuk

menggunakan Bahasa Indonesia yang

baik dan benar di dalam lingkungan

74

No

Nilai-nilai karakter

siswayang

dikembangkan

Bentuk pelaksanaan kegiatan

sekolah.

12. Menghargai prestasi Guru selalu memberi penghargaan

kepada siswa yang telah selesai

menampilkan hasil kerja kelompoknya

dengan pujian atau aplaus.

Hasil kerja diskusi kelompok dipajang

pada dinding.

13. Bersahabat/komunikatif Pengaturan tempat duduk peserta

dalam kelompok dengan menggunakan

meja belajar sehingga mereka dapat

saling bertatap muka dan

berkomunikasi dalam diskusi pada

meja tersebut. (setiap meja belajar

dikelilingi oleh 6-8 peserta)

Guru selalu berkeliling dan mendatangi

pada kelompok-kelompok diskusi

untuk bertegur sapa, mengecek hasil

kerja, memantau kesulitan siswa, atau

mengklarifikasi hasil kerja siswa.

Guru selalu mengakomodasi setiap

usulan atau keluhan siswa.

75

No

Nilai-nilai karakter

siswayang

dikembangkan

Bentuk pelaksanaan kegiatan

14. Cinta damai Menggunakan metode andragogi

sehingga suasana kelas terasa kondusif

dan menyenangkan.

Dalam membagi kelompok diskusi

tidak membeda-bedakan gender

maupun suku, dan etnis.

15. Gemar membaca Pemberian semua materi pelajaran

dalam bentuk softcopy sehingga

mengundang siswa untuk segera

membaca untuk mempelajarinya.

Menghimbau siswa untuk membaca

panduan sebelum latihan dan simulasi

mengisi soal.

16. Peduli lingkungan Himbauan kepada siswa untuk membuang

sampah pada tempatnya khususnya

setelah istirahat sekolah.

17. Peduli sosial Saling berempati di antara siswa,

Saling tolong menolong di antara

semua siswa dan guru ketika ada

76

No

Nilai-nilai karakter

siswayang

dikembangkan

Bentuk pelaksanaan kegiatan

permasalahan yang berkaitan dengan

aktivitas belajar.

18. Tanggung jawab Semua siswa dan guru bertanggung

jawab terhadap kelancaran pelaksanaan

belajar.

Siswa selalu menyelesaikan tugas yang

diberikan oleh guru.

E. Strategi Pendidikan Karakter

Istilah strategi pertama kali hanya dikenal di kalangan militer,

khususnya strategi perang.63

Dalam sebuah peperangan atau pertempuran ,

terdapat seseorang (komandon) yang bertugas mengatur strategi untuk

memenangkan peperangan. Semakin hebat strategi yang digunakan, semakin

besar untuk menang. Biasanya, sebuah strategi disusun dengan

mempertimbangkan medan perang, kekuatan pasukan, perlengkapan perang

dan sebagainnya.

Seiring berjalannya waktu, istilah strategi di dunia militer tersebut

diadopsi kedalam dunia pendidikan. Dalam konteks pendidikan, strategi

untuk mengatur siasat agar dapat mencapai tujuan dengan baik. Dengan kata

63

https://pengertiandefinisi.com/pengertian-strategi-dan-perbedaannya-dengan-taktik/

77

lain, strategi dalam konteks pendidikan mengarah kepada hal yang lebih

khusus pada pembelajaran.

Menurut para ahli pengertian strategi dalam pendidikan dapat

diartikan sebagai berikut:

a. Menurut Kemp,64

menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah

kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru serta peserta didik untuk

mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

b. Menurut Kozma,65

menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah

sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk memfasilitasi (guru sebagai

fasiltator) peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.

c. Gerlach dan Ely,66

menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah cara-

cara yang dipilih guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada

peserta didik dalam lingkungan pembelajaran tertentu.67

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa strategi

pembelajaran adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang guru

untuk memanfaatkan suber belajar yang ada, agar mencapai tujuan

pembelajaran yang efektif dan efisien.

Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan

merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu

berbasis sekolah yang terimplementasikan dalam pengembangan,

64

Kemp, J.E. dan Dayton, D.K, Planning and Producing Instructional Media, Cambridge: Harper and Row Publishers, New York 65

Kozma, RB, Belle, LW, William, GW, Intructional Techniques in Higher Education. New Jersey: Educational Technologi Publications 1978 66

Gerlach dan Ely. Teaching and Media: A Sistematic Approach. Second Edition, By V.S. 1971 67

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Rosdakarya, 2013. H,14

78

pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan pendidikan. Strategi

tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif di sekolah.

Seperti yang diungkapkan oleh Brooks dan Goole dalam

Elmmubarak,68

untuk mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah

terdapat tiga elemen penting untuk diperhatikan, yaitu; prinsip, proses dan

praktiknya. Dalam menjalankan prinsip, nilai-nilai yang diajarkan harus

termanifestasikan dalam kurikulum sehingga semua siswa di suatu sekolah

faham benar tentang nilai-nilai tersebut dan mampu menerjemahkannya

dalam praktik nyata.

Kemendiknas, menyebutkan69

bahwa strategi pelaksanaan pendidikan

karakter dikembangkan melalui tahapan pengetahuan (knowing), pelaksanaan

(acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan

saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu

bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi

kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut.

Sebagai langkah menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap

siswa, ada tiga tahapan strategi yang harus dilakukan. Hal ini diperlukan agar

peserta didik yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut dapat memahami,

merasakan, menghayati, dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai kebijakan

(moral), tiga tahapan atau komponen tersebut diantaranya:70

a. Moral Knowing/ Learning to Know

Learning to Know merupakan langkah awal dalam pendidikan karakter.

Dalam tahapan ini tujuan diorientasikan pada penguasaan pengetahuan tentang

68

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Impementasi, h.39 69

Ibid 70

Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, h.112

79

nilai-nilai. Disini siswa diharapkan mampu untuk membedakan antara akhlak

mulia dan akhlak tercela serta nilai-nilai universal lainnya.

Brangkat dari hal tersebut di atas, maka dimensi-dimensi yang termasuk

dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif peserta didik adalah

kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nlai-nilai moral

(knowing moral values), penentuan sudut pandang (perspektif taking), logika

moral (moral reasoning), keberanian mengambil sikap (decision making), dan

pengenalan diri (self knowledge).71

Di MAN Buntet Pesantren Cirebon para siswanya sudah termasuk

memilikikarakter moral knowing yang termasuk dari tujuan pendidikan

karakter, seperti kesadaran moral siswa sudah bisa menaati peraturan yang

ada di sekolah sehingga tidak dihukum, siswa juga sudah bisa mengetahui

nilai-nilai moral sehingga mereka bisa menentukan perilaku mana yang harus

dilakukan dan yang harus dihindarkan, siswa juga sudah bisa menentukan

masalah. Dalam pemikiran moral siswa sudah bisa menentukan antara baik

atau buruk, dan antara benar atau salah . jadi siswa sudah bisa mengambil

keputusan sendiri apa dan bagaimana menurut mereka yang harus

dilaksanakan berdasarkan pengetahuan pribadinya.

b. Moral Loving/ Moral Feeling

Dalam tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan menguatkan

rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia (aspek emosi).

Dalam tahapan ini, yang menjadi sasaran guru adalah dimensi emosional siswa.

Untuk mencapai tahap ini guru bisa memasukinya dengan kisah-kisah yang

71

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Impementasi, h.193

80

menyentuh hati, modeling atau kontemplasi. Melalui tahap ini, siswa

diharapkan mampu menilai dirinya sendiri (muhasabah), serta membiasakan

bersikap baik, dan bersikap empati kepada siapapun.72

Di MAN Buntet Pesantren Cirebon siswanya sudah menjadi manusia

yang berkarakter baik karena mereka sudah bisa terbiasa untuk berprilaku

baik, sehingga mereka menjadi terbiasa dan akan merasa bersalah kalau tidak

melakukannya dan juga sudah bisa percaya diri melakukan perbuatan baik

dan bisa merasakan penderitaan orang lain, mencintai kebenaran, mampu

mengontrol diri dan kerendahan hati terhadap orang lain.

c. Moral Doing / Learning to do

Moral Doing merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan

hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Dan untuk memahami

apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang biak, maka harus diliat

tiga aspek lain dari karakter yaitu; kompetensi, keinginan, dan kebiasaan.

Di dalam Moral Doing inilah puncak dari keberhasilan dari pendidikan

karakter kepada siswa. Dimana siswa mampu mempraktikkan nilai-nilai akhlak

mulia itu dalam perilakunya sehari-hari. Siswa semakin berprilaku ramah,

sopan dan berbicara, hormat kepada guru dan orang tua, penyayang, jujur

dalam segala tindakan baik ucapan maupun perbuatan, bersikap disiplin dalam

belajar dan yang lainnya, cinta dan kasih sayang, adil, murah hati, dan lain

sebagainya. Maka dalam hal inilah contoh teladan dari guru dan semua warga

sekolah menjadi hal yang sangat penting.73

72

Ibid, h. 194 73

Ibid., h.195

81

Dari ketiga tahapan atau komponen yang dijelaskan diatas, jelas bahwa,

pentingnya sebuah keseimbangan antara komponen satu dengan komponen

lainnya, antara Moral Knowing, Moral Feeling dan Moral Action. Hal ini

dipertegas lagi melalui ungkapan Lickona, yang menekankan pentingnya tiga

komponen karakter yang baik (components of good character), yaitu Moral

Knowing atau pengetahuan tentang moral, Moral Feeling atau perasaan tentang

moral, dan Moral Action atau perbuatan moral. Hal itu diperlukan agar anak

mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan.74

Menurut Muchlas Samani, & Hariyanto dalam bukunya; Konsep dan

Model Pendidikan Karakter menjelaskan, dalam desain induk pendidikan karakter

antara lain diutarakan bahwa secara substantif karakter terdiri atas 3 nilai operatif

(operative value), nilai-nilai dalam tindakan, atau tiga untuk perilaku yang satu

sama lain saling berkaitan dan terdiri atas pengetahuan tentang moral (moral

knowing, aspek pengetahuan), perasaan berlandaskan moral (moral feeling, aspek

afektif), dan perilaku berlandaskan moral (moral behavior, aspek psikomotorik).

Karakter yang baik terdiri atas proses-proses yang meliputi, tahu mana yang baik

(knowing the good), keinginan melakukan yang baik (desiring the good), dan

melakukan yang baik (doing the good). Terlepas dari itu semua, karakter yang

baik juga harus ditunjang oleh kebiasaan piker (habit of the mind), kebiasaan

kalbu (habit of the heart), dan kebiasaan tindakan (habit of the action). 75

Selanjutnya dinyatakan pula bahwa konfigurasi karakter dalam konteks

realita psikologis dan juga sosial-kultural tersebut dikata gorikan menjadi: olah

hati (spiritual and emosional development), olah piker (intellectual development),

74

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, h.133 75

Muchlas Samani & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter., h.49

82

olahraga dan kinestetik (physical and kinesthetic development), dan olah rasa dan

karsa (affective and creativity development).76

Syeikh al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim merumuskan beberapa

metode atau strategi penting dalam pembentukan karakter yang mencakup adab

lahir dan batin. Adapun metode tersebut adalah 1) metode ilqa’ al-nasihah

(pemberian nasehat) dan kasih sayang; 2) metode Mudzakarah, Munadharah, dan

Mutharahah; 3) Metode pembentukan mental jiwa.77

1. Metode Kasih Sayang dan Ilqa’ al-Nasihah (Pemberian Nasehat)

Syeikh al-Zarnuji menjelaskan bahwa: “Orang alim hendaknya

memiliki rasa kasih sayang, mau memberi nasehat serta jangan berbuat

dengki. Dengki tidak akan memberikan manfaat, justru membahayakan diri

sendiri. Guru kita Syaikhul Islam Burhanuddin ra. Berkata: Banyak ulama

yang berkata: “Putra sang guru dapat menjadi alim, karena sang guru itu

selalu berkehendak agar muridnya kelak menjadi ulama ahli Alquran.

Kemudian atas berkah i’tikad bagus dan kasih sayangnya itulah putranya

menjadi alim.”

Cinta merupakan hal yang timbal balik dan tumbuh dengan baik apabila

sekaligus diberikan dan juga diterima. Penolakan yang terus menerus di

rumah mungkin menyebabkan kemampuan anak untuk memberikan kasih

sayang tidak berkembang, atau mungkin menyebabkan dia mencari kasih

sayang dari orang lain di luar rumah.

Kasih sayang yang berlebihan dan pemanjaan dapat menimbulkan

pengaruh yang tidak diinginkan sebagaimana penolakan atau kekurangan

kasih sayang. Oleh karena itu, ada bahaya bahwa kasih sayang berlebih-

76

Ibid., h.50 77Syeikh Burhanudin al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum

83

lebihan terhadap satu atau kedua orang tua akan cenderung meniadakan kasih

sayang terhadap teman sebaya.

Karena kasih sayang anak-anak terhadap orang lain dipengaruhi oleh

jenis hubungan yang ada di antara mereka, sehingga dapat dimengerti bahwa

kasih sayang anak-anak kepada masing-masing anggota keluarga berbeda.

Anak-anak memperlihatkan kasih sayang yang lebih besar terhadap saudara

yang memperlihatkan kasih sayang kepada mereka dan tidak mengkritik,

menggoda, menggertak atau yang tidak bersikap acuh tak acuh.

Melalui pendekatan kasih sayang ini maka kedekatan emosional antara

pendidik dengan peserta didik akan terjalin, sehingga dengan mudah pendidik

dapat memberikan arahan, nasehat, dan bimbingan yang baik kepada peserta

didik. Nasehat diberikan berupa penjelasan tentang prinsip yang haq dan

bathil. Memberikan nasehat merupakan proses pemasangan parameter ke

dalam jiwa anak sehinggaa bisa menjadi paradigma berpikir. Untuk itu,

disyaratkan guru harus terlebih dahulu membersihkan diri dari sifat-sifat

tercela agar nasihat yang diberikan membekas dalam jiwa anak didik.

Pemberian nasehat harus dengan kesan yang baik, bijak, dan bahasa yang

mudah dimengerti.78

2. Metode Mudzakarah, Munadharah, dan Mutharahah

Syeikh al-Zarnuji menuliskan bahwa Seorang pelajar seharusnya

melakukan mudzakarah (forum saling mengingatkan), munadharah (forum

saling mengadu pandangan) dan mutharahah (diskusi). Hal ini dilakukan atas

78

Ibid

84

dasar keinsyafan, kalem dan penghayatan serta menyingkiri halhal yang

berakibat negatif. Munadharah dan mudzakarah adalah cara dalam melakukan

musyawarah, sedang permusyawaratan itu sendiri dimaksudkan guna mencari

kebenaran. Karena itu, harus dilakukan dengan penghayatan, kalem dan penuh

keinsyafan. Dan tidak akan berhasil, bila dilaksanakan dengan cara kekerasan

dan berlatar belakang yang tidak baik.

Syeikh al-Zarnuji memberi rambu-rambu agar ketika mengingatkan

siswa tidak melampaui batas karena bisa menyebabkan siswa tidak

menerimanya. Oleh sebab itu, al-Zarnuji memberi arahan agar guru harus

memiliki sifat lemah lembut, menjaga diri dari sifat pemarah. Berdasarkan

pada penjelasan Syeikh al-Zarnuji, guru harus mampu mengembangkan situasi

kelas yang memungkinkan pertukaran ide secara bebas dan terbuka.

Dalam pembelajaran di kelas, guru berperan sebagai fasilitator,

organisator dan motivator. Hal ini dikarenakan setiap kajian keilmuan yang ada

dimungkinkan tidak dapat secara langsung dipahami oleh siswa. Ketika

dihadapkan pada suatu permasalahan atau kajian ilmu, pegetahuan sebelumnya

diperlukan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan barunya tersebut. Siswa

yang mampu menemukan benang merah antara permasalahan tersebut dengan

permasalahan sebelumnya, maka siswa akan berusaha menyelidiki terlebih

dahulu apa yang menjadi konsep utama yang ada dalam permasalahan tersebut.

Berusaha mengidentifikasi permasalahan tersebut, kemudian berusaha untuk

melakukan refleksi atas pengetahuan yang telah dimilikinya pada pembelajaran

yang sebelumnya. Akan tetapi, untuk siswa yang merasa kesulitan dan sulit

untuk mencari pengetahuan yang relevan untuk menyelesaikan permasalahan

85

baru tersebut, mereka cenderung menyerah begitu saja tanpa melakukan usaha

penyeledikan terkait kajian ilmu tersebut.

Bantuan yang diberikan guru kepada siswa ini tergantung kepada

pengetahuan siap siswa (prior knowledge) dan guru mempertimbangkan

berbagai alternatif solusi masalah yang berada dalam koridor pengetahuan

siswa. Melalui pertanyaan yang mengarahkan, maka struktur kognitif siswa

akan lebih terorganisir, jelas dan stabil.

Menurut Slameto semakin jelas, stabil serta terorganisasinya struktur

kognitif seseorang, maka proses belajar yang bermakna dan retensi akan

mudah terjadi pada orang tersebut. Sebaliknya, pada struktur kognitif yang

tidak stabil, kabur dan tidak terorganisasi dengan baik cenderung merintangi

proses belajar bermakna. Dengan demikian trajectory of understandingsiswa

dapat terjembatani.79

Selanjutnya, Syeikh al-Zarnuji tersebut juga berpesan agar dalam

pembelajaran terdapat proses diskusi dan bertukar pandangan. Dalam hal ini

Syeikh al-Zarnuji menggunakan Muhammad Zamhari & Ulfa Masamah 434

Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam istilah munadharah, dan

mutharahah. Munadharah dan mudzakarah adalah cara dalam melakukan

musyawarah, sedang permusyawaratan itu sendiri dimaksudkan guna mencari

kebenaran. Karena itu, harus dilakukan dengan penghayatan, kalem dan penuh

keinsyafan. Sebagaimana Syeikh al-Zarnuji juga menjelaskan terkait

musyawarah sebagai berikut:

79

Rahman, T. 2011. Peranan Pertanyaan Terhadap Kekuatan Retensi dalam Pembelajaran Sains pada Siswa SMU. EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya

86

Faedah mutharahah dan mudzakarah itu jelas lebih besar daripada sekedar

mengulang pelajaran sendirian, sebab disamping mengulang pelajaran, juga

menambah pengetahuan yang baru. Ada sebuah perkatakan: “Sesaat

mutharahah dilakukan, lebih bagus mengulang pelajaran sebulan. “Sudah tentu

harus dilakukan dengan orang yang insaf dan bertabiat jujur. Awas jangan

mudzakarah dengan orang yang sekedar mencari menang dalam pembicaraan

semata, lagi pula bertabiat tidak jujur. Sebab tabiat itu suka merampas, akhlak

mudah menjalar sedang perkumpulan pengaruhnya besar.

Berdasar pada Kitab Ta’lim al Muta’allim tersebut, tidak hanya sekedar

interaksi antara siswa dengan materi atau sumber atau bahan ajar, interaksi

antara siswa dengan guru, akan tetapi, syaikh al-Zarnuji juga menjelaskan

perlunya interaksi antara siswa dengan siswa lainnya, yaitu melalui

musyawarah atau diskusi.

Menuntut ilmu termasuk urusan yang sangat mulia sekaligus sulit, maka

musyawarahlah di sini menjadi amat penting dan harus dilakukan.

Dalam kelompok diskusi tersebut, hanya sebagian kecil siswa yang

mendominasi dan aktif, sedangkan sebagian besar siswa yang lain pasif.

Sehingga ketika dihadapkan pada permasalahan yang berbeda dari apa yang

dicontohkan guru, siswa cenderung tidak mampu untuk mencari penyelesaian

atau pemecahan masalah dengan menghubungkan hal-hal yang menjadi pokok

permasalahan tersebut dengan struktur kognitif relevan yang telah

dimilikinya.80

3. Metode pembentukan mental jiwa.

Dalam metode ini ditekankan beberapa aspek yaitu: niat, menjaga sifat

wara’, istifadah (mengambil faedah guru), dan tawakkal. Syeikh al-Zarnuji

80

Syeikh Burhanudin al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum

87

menjelaskan, sukses dan gagalnya pendidikan Islam tergantung dari benar dan

salahnya dalam niat belajar. Niat yang benar yaitu niat yang ditujukan untuk

mencari ridha Allah subhanahu wa ta’ala, memperolah kebahagiaan (sa’adah)

di dunia akhirat, memerangi kebodohan yang menempel pada diri dan

melestarikan ajaran Islam. Harus ditekankan kepada anak didik bahwa belajar

itu bukan untuk mendapatkan popularitas, kekayaan atau kedudukan tertentu,

tapi mendapatkan ridha Allah. Selama dalam proses belajar, anak didik harus

dibiasakan bersifat wara’ (menjaga dari).

Syeikh al-Zarnuji mengatakan, “hanya dengan wara’ ilmu akan

berguna”. Sebagaimana Syaikh al-Zarnuji menjelaskannya dalam Fasal XI

sebagai berikut:

Dalam masalah wara’, sebagian ulama meriwayatkan hadist dari Rasulullah

SAW: “Barang siapa tidak berbuat wara’ waktu belajarnya, maka Allah

memberinya ujian dengan salah satu tiga perkara: dimatikan masih berusia

muda, ditempatkan pada perkampungan orang-orang bodoh atau dijadikan

pengabdi sang pejabat”. Jikalau mau membuat wara’ maka ilmunya lebih

bermanfaat, belajarpun mudah dengan banyak-banyak berfaedah.

Sikap wara’ adalah menjaga diri dari perbuatan maksiat, menjaga perut

dari makanan haram dan tidak berlebihan memakan makanan, tidak berlebihan

dalam tidur, serta sedikit bicara. Suatu hikayat, dicritakan bahwa syaikhul Jalil

Muhammad Ibnul Fadl di waktu masa belajarnya, tidak pernah makan

makanan pasar. Ayahnya sendiri seorang dusun yang selalu mengiriminya

setiap hari Jumat. Pada suatu hari, sang ayah mengetahui ada roti pasar di

kamar Muhammad. Ayahnya pun marah, dan tidak mau berbicara dengan sang

putra. Muhammad matur dan katanya: saya tidak membeli roti itu dan memang

tidak mau memakannya, tetapi itu pemberian temanku, ayah. Jawabnya: bila

88

kau berhati-hati dan wara’ niscaya temanmu takkan sembarangan memberikan

roti seperti itu. Demikianlah pelajar-pelajar zaman dulu berbuat wara’ dan

ternyata banyak-banyak bisa memperoleh ilmu dan mengajarkannya, hingga

keharuman nama mereka tetap abadi sampai kiamat.

Metode istifadah adalah guru menyampaikan ilmu dan hikmah,

menjelaskan perbedaan antara yang haq dan batil dengan penyampaian yang

baik sehingga murid dapat menyerap faidah yang disampaikan guru. Seorang

murid dianjurkan untuk mencatat sesuatu yang lebih baik selama ia

mendengarkan faidah dari guru sampai ia mendapatkan keutamaan dari guru.

Nilai batiniyah berikutnya adalah tawakkal dalam mencari ilmu. Guru

harus menanam secara kuat dalam jiwa murid untuk bersikap tawakal selama

mencari ilmu dan tidak sibuk dalam mendapatkan duniawai. Sebab, menurut

al-Zarnuji, kesibukan lebih dalam mendapatkan duniawi dapat menjadi

halangan untuk berakhlak mulia serta merusakkan hati. Sebaliknya, baik guru

maupun murid harus menyibukkan dengan urusan ukhrawi. Sebab pada

hakikatnya kehidupan itu adalah dari Allah dan untuk Allah, maka seorang

siswa itu harus siap dengan segala konsekuensi kehidupan.

Syaikh al-Zarnuji menjelaskan ada tiga hal yang mengharuskan para

pembelajar untuk tawakkal, yaitu:81

a. rizki, pelajar harus bertawakal dalam menuntut ilmu. Jangan goncang

karena masalah rizki, dan hatinya pun jangan terbawa dalam masalah

tersebut. Imam Abu Hanifah meriwayatkan dari Abdullah Ibnul Hasan Az-

Zubaidiy sahabat Rasulullah SAW: “Barangsiapa mempelajari agama

81

Ibid

89

Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya dan memberinya rizki

dari jalan yang tidak dikira sebelumnya.” Orang yang hatinya terpengaruh

urusan rizki baik makanan atau pakaian, maka jarang sekali yang dapat

menghapus pengaruh tersebut untuk mencapai budi luhur dan perkara-

perkara yang mulia.

b. Pengaruh urusan dunia. Bagi yang mengunakan akal, hendaknya jangan

tergelisahkan oleh urusan dunia, karena merasa gelisah dan sedih di sini

tidak akan bisa mengelakan musibah, bergunapun tidak. Malahan akan

membahayakan hati, akal dan badan serta dapat merusakan perbuatan-

perbuatan yang baik. Tapi yang harus diperhatikan adalah urusan-urusan

akhirat, sebab hanya urusan inilah yang akan membawa manfaat.

c. Hidup dengan prihatin. Dijelaskan dalam kitab Ta’lim al Muta’allim

bahwa siapa yang bersabar dalam menghadapi segala kesulitan di atas,

maka akan mendapat kelezatan ilmu yang melibihi segala kelezatan yang

ada di dunia. Hal ini terbukti dengan ucapan Muhammad Ibnul Hasan

setelah tidak tidur bermalam-malam lalu terpecahkan segala kesulitan yang

dihadapinya, sebagai berikut: “dimanakah letak kelezatan putra-putra raja,

bila dibandingkan dengan kelezatan yang saya alami kali ini.82

Strategi pendidikan karakter yang digunakan di MAN Buntet Pesantren

Cirebon adalah active learning bermuatan karakter, cooperative learning

bermuatan karakter, quantum learning bermuatan karakter, strategi pembelajaran

contextual teaching and learning bermuatan karakter, ekspositori bermuatan

karakter, pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Sedangkan

82

Ibid

90

didalam buku strategi pembelajaran pendidikan karakter terdapat 10 strategi

diantaranya yaitu:

a. Active Learning Bermuatan Karakter

Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran,

baik dalam bentuk interaksi antar peserta didik ataupun peserta didik dengan guru

dalam proses pembelajaran. Menurut Bonwell, pembelajaran aktif memiliki

beberapa karakteristik sebagai berikut:

a) Menekankan pada proses pembelajaran, bukan pada penyampaian materi oleh

guru. Proses ini merupakan upaya menanamkan nilai kerja keras kepada

peserta didik. Proses pembelajaran tidak lagi sekadar transfer of kenawledge

atau transfer ilmu pengetahuan melainkan lebih kepada transfer of values

atau transfer nilai. Nilai yang dimaksud disini adalah nilai-nilai karakter

secara luas, salah satunya adalah rasa ingin tahu.83

b) Peserta didik tidak boleh pasif, tetapi harus aktif mengerjakan sesuatu yang

berkaitan dengan materi pembelajaran. Aktif dalam konteks ini merupakan

upaya penanaman nilai tanggung jawab, dimana peserta didik harus

mempraktikkan bahkan membuktikan teori yang dipelajari, tidak sekedar

diketahui.

c) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan

materi pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik berhak menerima materi

83

Ibid

91

pelajaran yang dipandang selaras dengan pandangan hidupnya atau menolak

materi pelajaran yang tidak sesuai dengan pandangan hidupnya. Pola

pembelajaran ini merupakan proses pembentukan sikap secara matang.

d) Peserta didik lebih banyak dituntut berpikir kritis, menganalisis dan

melakukan evaluasi daripada sekadar menerima teori dan menghafalnya.

Tuntunan ini merupakan aktualisasi lebih lanjut mengenai nilai karakter “rasa

ingin tahu”, sehingga peserta didik tidak anti realitas karena berpandangan

bahwa realitas yang terjadi tidak sesuai dengan teori yang dipelajari dan

dihafal, yang mengakibatkan peserta didik mudah terprovokasi oleh informasi

yang tidak dipertanggungjawabkan kebenarannya.

e) Umpan balik dan proses dialektika yang lebih cepat akan terjadi pada proses

pembelajaran. Pembelajaran yang dialogis, secara tidak langsung membentuk

karakter peserta didik yang demokratis, pluralis, menghargai perbedaan

pendapat, inklusif, terbuka dan humanitas tinggi.84

Dari berbagai karakteristik diatas, dapat disimpulkan bahwa strategiactive

learning bermuatan karakter menekankan kepada peserta didiknya untuk lebih

aktif dalam pembelajaran. Jadi murid yang lebih berperan karena peserta didik

tidak boleh pasif harus berfikir kritis agar dapat membentuk karakter yang

demokratis, menghargai perbedaan pendapat, terbuka dan mengembangkan sifat-

sifat terbuka.

Nilai-nilai karakter dalam active learning adalah nilai-nilai yang termuat

dalam setiap metode pada akan memiliki kesesuaian dengan metode

pembelajaran. Misalnya, pada metode the power of two setidknya memuat nilai-

84

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Rosdakarya, Bandung: 2013

92

nilai karakter seperti gemar membaca, komunikatif, kepedulian sosial, disiplin dan

sebagainya.

Active learning bermuatan karakter mempunyai keunggulan dan

kelemahan diantara keunggulannya adalah

a) Peserta didik dapat belajar dengan cara yang sangat menyenangkan,

b) Aktivitas yang ditimbulkan dalam active learning dapat meningkatkan daya

ingat peserta didik,

c) Aktive learning dapat memotivasi peserta didik lebih maksimal sehingga dapat

menghindarkan peserta didik dari sikap malas, mengantuk, melamun dan

sejenisnya.85

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa keunggulan strategi

active learning bermuatan karakter adalah dalam proses belajar mengajar siswa

merasa senang, peserta didik mudah mengingat materi pelajaran sehingga tidak

merasa malas, mengantuk dan tidak suka dengan pelajaran yang sedang

berlangsung.

Adapun kelemahan active learning adalah

a) Hiruk-pikuknya kelas akibat dari aktivitas yang ditimbulkan strategi active

learning justru sering kali dapat mengacaukan suasana pembelajaran, sehingga

setandar kompetnsi tidak tercapai,

b) Secara rasional memang peserta didik yang belajar sebang hati dapat mencapai

prestasi yang lebih tinggi daripada belajar dalam tekanan atau target materi.86

85

Ibid 86

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: Rosda, 2013), hal. 59

93

Adapun kelemahan dari strategi active learning bermuatan karakter dapat

disimpulkan karena danya keramaian di waktu proses belajar mengajar dapat

mengacaukan suasana pembelajaran, meskipun demikian siswa merasa senang

karena lebih cepat memahami materi pelajaran dan tidak ada tekanan.

b. Cooperative Learning bermuatan Karakter

Model pembelajaran cooperatif learning adalah belajar kelompok.

Kelompok disini merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh

peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi

pembelajaran kooperatif atau kooperatif learning, yaitu adanya peserta didik

dalam kelompok, aturan kelompok, upaya belajar setiap anggota kelompok, dan

tujuan yang harus dicapai.

Nilai-nilai karakter yang dapat ditransmisikan melalui strategi

pembelajaran cooperatif learning. Setidaknya terdapat 7 dari 18 nilai karakter

yang dicanangkan kemendiknas. Ketujuh nilai karakter dalam strategi

pembelajaran cooperatif learning tersebut akan diuraikan di bawah ini.

a) Kepedulian sosial

b) Tanggung jawab

c) Toleransi

d) Kerja keras

e) Cinta tanah air dan semangat kebangsaan

f) Bersahabat dan kkomunikatif

g) Cinta damai

94

Keunggulan cooperatif learning bermuatan karakter diantaranya adalah87

a) Melalui cooperatif learning bermuatan karakter, ide atau gagasan peserta

didik tidak lagi tergantung sepenuhnya pada guru, tetapi dapat menambah

kepercayaan kemampuan berpikir sendiri (mandiri), menggali informasi

dari berbagai sumber (rasa ingin tahu), dan belajar dari peserta didik yang

lain.

b) Melalui cooperatif learning bermuatan karakter, ide atau gagasan peserta

didik dapat dikembangkan dengan kata-kata secara verbal dan

membandingkan dengan ide-ide orang lain.

c) Kooperatif learning bermuatan karakter dapat membantu peserta didik

untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya,

serta menerima segala perbedaan (toleransi), baik dalam satu kelompok

maupun kelompok lain.

d) Cooperatif learning bermualan karakter dapat membantu setiap peserta

didik untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar mandiri maupun

kelompok.

e) Cooperatif learning bermuatan karakter merupakan suatu strategi yang

cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus

kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan

interpersonal yang positif dengan peserta didik yang lain, mengembangkan

keterampilan memanage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

f) Cooperatif learning bermuatan karakter dapat mengembangkan

kemampuan peserta didik untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri

87

http://fuadhasansuccen.blogspot.co.id/2012/01/strategi-pembelajaran-kooperatif.html

95

dengan cara menerima umpan balik. Peserta didik dapat mempraktikkan

pemecahan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan

yang dibuat adalah tanggung jawab bersama.

g) Cooperatif learning bermuatan karakter dan dapat meningkatkan

kemampuan peserta didik menggunakan informasi dan kemampuan belajar

abstrak menjadi nyata atau konkret.

h) Cooperatif learning bermuatan karakter dapat mengkondisikan interaksi

guru- murid maupun sesama murid selama proses pembelajaran sehingga

dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir

lebih keras. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.88

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan strategi

pembelajaran cooperatif learning bermuatan karakter adalah siswa mempunyai

gagasan sendiri dan bisa dikembangkan dengan ide-idenya sendiri, siswa bisa

bersosial dengan teman-temannya dan menunjjukkan rasa tanggung jawab dan

meningkatkan motivasi untuk berfikir lebih keras.

Kelemahan cooperatif learning bermuatan karakter adalah sebagai berikut:89

a) Dalam praktiknya, cooperatif learning bermuatan karakter terdapat

kelemahan, khususnya ketika proses belajar bersama antara peserta didik

yang cerdas dan peserta didik yang kurang cerdas. Ada kesan bahwa

peserta didik yang dianggap kurang cerdas, hanya menghambat

penyelesain tugas. Padahal filosofi cooperatif learning adalah berprestasi

bersama, bukan sekedar menyelesaikan tugas individual semata.

88

Ibid 89

http://cuapfhiieear.blogspot.co.id/2013/03/cooperative-learning_8.html

96

b) Mengingat syarat utama cooperatif learning adalah adanya saling

membelajarkan, maka hal ini tidak langsung menuntut peer teaching yang

efektif. Jika tuntunan ini tidak terpenuhi, maka target pencapaian

pembelajaran akan menjadi sulit dicapai.

c) Keberhasilan cooperatif learning dalam upaya mengembangkan kesadaran

berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, sehingga

jika cooperatif learning hanya diterapkan satu atau dua tatap muka, tidak

akan membekali peserta didik untuk berinteraksi secara intensif dalam

belajar kelompok.

Dalam strategi cooperatif learning bermuatan karakter juga mempunyai

kelemahan yang dapat disimpulkan bahwa siswa yang kurang pandai bisa

menghambat penyelesaian tugas dalam target pencapaian pembelajaran akan akan

sulit dicapai dan strategi memerlukan waktu yang panjang sehingga apabila hanya

diterapkan satu atau dua kali tatap muka, maka target pembelajaran belum bisa

tercapai.

c. Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Bermuataan Karakter

Contextual teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penh

ntuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan

situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya

dalam kehidupan mereka.

97

Ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama CTL menekankan kepada

proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, kedua CTL mendorong agar

siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi

kehidupan nyata, ketiga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam

kehidupan.90

Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang

menggunakan pendekatan CTL.

a) Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada

(activating knowledge)

b) Pembelajaran ntuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring

knowledge)

c) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)

d) Mempraktikan pengetrahuan dan pengalaman tersebut (applying knomledge)

e) Melakukan refleksi (reflecting knowledge)

Nilai-nilai karakter dalam strategi contextual and learning bermuatan

karakter adalah sebagai berikut:

a. Kerja keras

b. Rasa ingin tahu

c. Kreatif

d. Mandiri

e. Tanggung jawab

f. Peduli lingkungan sosial

90

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: Rosda, 2013),

98

Adapun keunggulan dari pembelajaran contekstual adalah sebagai

berikut:91

a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk

dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan

kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan

materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi

itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya

akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.

b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep

kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran

konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan

pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa

diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

c) Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara

penuh, baik fisik maupun mental

d) Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk

memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil

temuan mereka di lapangan

e) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian

dari guru

f) Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran

yang bermakna.

91

Ibid

99

Adapun kesimpulan dari keunggulan dari pembelajaran Kontekstual

adalah siswa dapat menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-

hari, karena strategi ini pembelajarannya menekankan siswa pada kegiatan fisik

dan mental. Jadi siswa merasa lebih senang dalam belajar dan lebih bermakna.

Sedangkan kelemahan dari pembelajaran kontekstual adalah sebagai

berikut: 92

a) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual

berlangsung

b) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi

kelas yang kurang kondusif

c) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam m CTL, guru tidak

lagi berperan sebagai pusat informasi.

d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari

dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk

belajar. 93

Adapun kesimpulan dari kelemahan strategi pembelajaran contextual

teaching and learning adalah diperlukan waktu yang cukup lama sehingga guru

tidak dapat mengendalikan kelas. Guru juga tidak lagi sebagai pemberi materi

akan tetapi siswa sendiri yang harus menemukan ide-ide dalam pembelajaran.

92

Ibid 93

Ibid, h. 95

100

d. Quantum Learning Bermuatan Karakter

Quantum ialah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum

Learning ialah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang

menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi

cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Quantum

Learning merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi yang di dalam dan

sekitar momen belajar atau suatu pembelajaran yang mempunyai misi utama

untuk mendesain suatu proses belajar yang menyenangkan yang disesuaikan

dengan tingkat perkembangan siswa. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur

untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.

Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar

yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar

sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang

dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah

populer dan umum digunakan.

Pembelajaran quantum menekankan perkembangan ketrampilan dan

akademis.Dari sebuah pengalaman yang diselenggarakan oleh Learning Forum di

Supercamp yang mempraktekkan pembelajaran quantum ternyata murid-muridnya

mendapat nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi dan merasa lebih

bangga pada diri mereka sendiri.Dalam pendekatan pembelajaran quantum,

pendidik mampu menyatu dan membaur pada dunia peserta didik sehingga

pendidik bisa lebih memahami peserta didik dan ini menjadi modal utama yang

101

luar biasa untuk mewujudkan metode yang lebih efektif yaitu metode belajar-

mengajar yang lebih menyenangkan.94

Model pembelajarannyapun lebih santai dan menyenangkan karena ketika

belajar sambil diiringi musik. Hal ini untuk mendukung proses belajar karena

musik akan bisa meningkatkan kinerja otak sehingga diasumsikan bahwa belajar

dengan diiringi musik akan mewujudkan suasana yang lebih menenangkan dan

materi yang disampaikan lebih mudah diterima.

Pada pembelajaran quantum, objek yang menjadi tujuan utama adalah

siswa. Maka dari itu guru mengupayakan berbagai interaksi dan menyingkirkan

hambatan belajar dengan cara yang tepat agar siswa dapat belajar secara mudah

dan alami. Semua itu adalah bertujuan untuk melejitkan prestasi siswa.

Quantum Learning sebagai salah satu metode belajar dapat memadukan

antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Lingkungan belajar yang

menyenangkan dapat menimbulkan motivasi pada diri seseorang sehingga secara

langsung dapat mempengaruhi proses belajar. MetodeQuantum Learning dengan

teknik peta pikiran (mind mapping) memiliki manfaat yang sangat baik untuk

meningkatkan potensi akademis (prestasi belajar) maupun potensi kreatif yang

terdapat dalam diri siswa.

Berikut ini dikemukakan nilai-nilai karakter yang dapat ditransformasikan

melalui strategi pembelajaran quantum learning. Setidaknya, terdapat lima dari

delapan belas nilai karakter yang dicanangkan Kemendikbud.95

94

https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/29/model-pembelajaran-quantum-quantum-learning/ 95

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: Rosda, 2013),

102

a. Menghargai prestasi

b. Kreatif dan inovatif

c. Mandiri

d. Rasa ingin tahu

e. Gemar membaca

Adapun keunggulan quantum learning bermuatan karakter adalah sebagai

berikut:

a. Melibatkan teknologi pendidikan terkini karena mempunyai basis cara

kerja otak yang kuat

b. Memberi kebebasan kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi

pembelajaran sesuai modalitas belajar yang dimiliki masing-masing

peserta didik.

c. Strategi pembelajaran quantum learning memberi peluang kepada semua

peserta didik untuk mencapai lompatan prestasi belajar yang menakjubkan.

d. Setiap upaya belajar peserta didik dihargai dengan reward yang sepadan,

sehingga peserta didik semakin termotivasi belajar untuk mendapatkan

reward sebaik-baiknya.

Adapun kesimpulan dari keunggulan strategi quantum learning adalah

strategi ini menggunakan teknologi yang terkini, guru memberikan kebebasan

kepada siswa dalam belajar sehingga siswa bisa meraih prestasi belajar yang

tinggi karena hasil dari belajarnnya siswa dihargai oleh guru.

Sedangkan kelemahan quantum learning bermuatan karakter adalah

sebagai berikut:

a) Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih khusus.

103

b) Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup

matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.

c) Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut situasi dan

kondisi serta waktu yang lebih banyak.96

Adapun kesimpulan dari strategi quantum learning adalah memerlukan

keahlian dan keterampilan guru dan juga memerlukan rencana dan persiapan yang

matang. Selain itu keterbatasan sumber belajar, alat belajar dan memerlukan

waktu yang panjang.

e. Strategi Pembelajaran Inkuiri Bermuatan Karakter

Istilah inkuiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu inquiry yang berarti

pertanyaan atau penyelidikan. Pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian

kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga

siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Model

pembelajaran inkuiri yang dikembangkan oleh Suchman menyatakan bahwa anak-

anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Adapun

teori yang mendasari model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

a) Secara alami manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu

akan segala sesuatu yang menarik perhatiannya.

b) Mereka akan menyadari keingitahuan akan segala sesuatu tersebut dan akan

belajar untuk dapat menganalisis setrategi berfikirnya tersebut.

c) Setrategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan atau

digabungakan dengan setrategi lama yang telah dimiliki siswa.

96

Ibid. h,113

104

d) Penelitian kooperatif (cooperative inquiry) dapat memperkaya kemampuan

berfikir.97

Teori model pembelajaran diatas dapat dipahami bahwa setiap orang

mempunyai rasa ingin tahu dan menyadari keingitahuannya akan belajar agar

menganalisis strategi yang diajarkan langsung dan digabungkan kedalam strategi

yang dimilikinya.

Jelas bahwa strategi inkuiri adalah rangkaian kegiatan yang menekankan

pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri

biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi

pembelajaran ini sering juga dinamakan strategiheuristic, yang berasal dari bahasa

yunani, yaitu heuriskein yang berarti menemukan.

Manurut Sanjaya, pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis

untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan. Pembelajaran inkuiri dibangun dengan asumsi bahwa sejak lahir

manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa

ingin tahu tentang keadaan alam sekelilingnya tersebut merupakan kodrat sejak ia

lahir ke dunia, melalui indera-inderanya. Keingintahuan manusia tersebut terus-

menerus berkembang hingga dewasa dengan menggunakan otak dan pikirannya.

Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat

mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berfikir dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa

97

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: Rosda, 2013),

105

ingin tahu mereka. Selain itu inkuiri dapat mengembangkan nilai dan sikap yang

sangat dibutuhkan agar siswa mampu berfikir ilmiah, seperti :98

a) Ketrampilan melakukan pengamatan, pengumpulan dan pengorganisasian data

termasuk merumuskan hipotesis serta menjelaskan fenomena,

b) Kemandirian belajar,

c) Kemampuan mengekspresikan secara verbal,

d) Kemampuan berfikir logis,

e) Kesadaran bahwa ilmu bersifat dinamis dan tentatif.

Adapun keunggulan strategi pembelajaran inkuiri bermuatan karakter

adalah sebagai berikut:99

a) SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga

pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

b) SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya

belajar mereka.

c) SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi

belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku

berkat adanya pengalaman.

d) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan

siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang

memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang

lemah dalam belajar.

98

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group 99

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: Rosda, 2013),

106

Kesimpulan dalam keunggulan strategi pembelajaran inkuiri yang dapat

penulis simpulkan adalah strategi yang menitik beratkan pada aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik, siswa dapat belajar dengan keinginannya sendiri dan

siswa yang pintar belajarnya tidak terhambat kepada siswa yang kurang mampu

dalam belajar.

Sedangkan kelemahan strategi pembelajaran inkuiri bermuatan karakter

adalah sebagai berikut:100

a) Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengotrol

kegiatan dan keberhasilan siswa.

b) Strategi ini sulit merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan

kebiasaan siswa dalam belajar.

c) Kadang-kadang dalam mengimplemetasikannya, memerlukan waktu yang

panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah

ditentukan.

d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap

guru.101

Adapun kesimpulan kelemahan strategi pembelajaran inkuiri adalah sulit

menentukan keberhasilan siswa dan merancang pembelajaran yang sulit karena

karena membutuhkan waktu yang lama dalam pembelajaran.

f. Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) Bermuatan

Karakter

100

Ibid 101

Ibid. h, 127

107

Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-

based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan

menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta

didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.

Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning /

PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan

pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan

(bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta

didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).

Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses

pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar

mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan

karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran

Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok

antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan,

kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).

Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk

mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan.

Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk

belajar sendiri. Dalam hal ini,peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu

pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada

108

pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima

pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.102

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran

problem basisi learning adalah siswa harus bisa mencari permasalahannya sendiri.

Dalam strategi pembelajaran ini yang aktif adalah siswanya karena siswa harus

mencari tahu sendiri permasalahan yang ada dalam materi pelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, berikut ini adalah nilai-nilai karakter yang

terkandung dan SPBM :

a) Kreatif, dalam hal ini siswa diharapkan untuk berpikir dan melakukan sesuatu

dalam menyelesaikan masalah.

b) Mandiri, yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas.

c) Kerja keras, yaitu perilaku seorang siswa yang menunjukkan upayanya

sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

d) Rasa ingin tahu, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat

dan didengar.

e) Toleransi, yaitu sikap menghargai pendapat orang lain. Dalam hal ini siswa

dianjurkan agar dapat menerima pendapat dari teman kelompoknya.

f) Percasya diri, siswa diharapkan mampu mencari dan menemukan sendiri dari

sesuatu yang menjadi permasalahan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

g) Kritis, sikap yang mampu menemukan dan menyelesaikan permasalahan.103

102

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: Rosda, 2013),

109

Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran berbasis

masalah memiliki beberapa keunggulan, berikut ini di antaranya:

a) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih

memahami isi pelajaran.

b) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan

kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.

c) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

d) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan

mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

e) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka

lakukan yaitu:

a. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai

siswa.

b. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk

menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

c. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

d. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus

menerus belajar.104

Adapun keunggulan dalam strategi pembelajaran berbasis masalah ini

dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah teknik yang bagus untuk

103

ibid 104

Ibid

110

memahami pelajaran dan dapat menantang kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis

masalah juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:

a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan

merasa enggan untuk mencoba.

b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan

cukup waktu untuk persiapan.

c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah

yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin

pelajari.

d) Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu. Proses PBL terkadang

membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan

waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu

pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban kurikulum.105

Kesimpulan dari kelemahan strategi pembelajaran berbasis masalah, bagi

siswa yang tidak mempunyai minat untuk mencari masalah siswa akan merasa

enggan untuk mencobanya dan kelemahan yang lainnya

g. strategi pembelajaran ekspositori bermuatan karakter

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru

kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa-siswa dapat menguasai

105

Ibid. h,143

111

materi pelajaran secara optimal. Roy killen (1998) menamakan strategi ekspositori

ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct instruction).

Metode strategi ekspositori terkadang selalu disamakan dengan metode

ceramah karena mempunyai sifat yang sama yaitu sama-sama menyampaikan

informasi secara lisan. Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran

dengan komunikasi lisan. Metode ceramah lebih efektif dan efisien untuk

menyampaikan informasi dan pengertian.Metode ceramah banyak dipilih karena

mudah dilaksanakan dengan persiapan yang sederhana, hemat waktu dan tenaga,

dengan satu langkah langsung bisa menjangkau semua siswa dan dapat dilakukan

cukup di dalam kelas. Agar metode ceramah efektif, perlu dipersiapkan langkah-

langkah sebagai berikut: pertama, merumuskan tujuan instruksional khusus yang

luas. Kedua, mengidentifikasi dan memahami karakteristik siswa. Ketiga,

menyusun bahan ceramah dengan menggunakan bahan pengait (advance

organizer). Keempat, menyampaikan bahan dengan memberi keterangan singkat

dengan menggunakan papan tulis, memberikan contoh-contoh yang kongkrit dan

memberikan umpan balik (feedback), memberikan rangkuman setiap akhir

pembahasan materi. Kelima, merencanakan evaluasi secara terprogram.106

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan

pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).

Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat

dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara

terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai

106

https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/29/model-pembelajaran-quantum-quantum-learning/

112

siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik

(academic achievement) siswa.

Kegiatan guru berbicara pada metode ekspositori hanya dilakukan pada

saat-saat tertentu saja, seperti pada awal pembelajaran, menerangkan materi,

memberikan contoh soal. Kegiatan siswa tidak hanya mendengarkan, membuat

catatan, atau memperhatikan saja, tetapi mengerjakan soal-soal latihan, mungkin

dalam kegiatan ini siswa saling bertanya. Mengerjakan soal latihan bersama

dengan temannya, dan seorang siswa diminta mengerjakan di papan tulis. Saat

kegiatan siswa mengerjakan latihan, kegiatan guru memeriksa pekerjaan siswa

secara individual dan menjelaskan kembali secara individual. Apabila dipandang

masih banyak pekerjaan siswa belum sempurna, maka akan dijelaskan kembali

oleh guru hingga peserta didik mengerti atau paham terhadap materi pembelajaran

tersebut.

Nilai-nilai karakter dalam pendidikan ekspositori sangat dominan

berpengaruh terhadap hal-hal positif yang dimiliki oleh siswa:107

a) Siswa akan lebih tertata mentalnya ketika menghadapi orang banyak di depan

kelas. Dorongan seorang guru yang begitu bersemangat adalah stimulus yang

signifikan diberikan terhadap siswa. Ini adalah hal sepele bagi kita, tapi dari

hal-hal seperti itu membuat para siswa yakin, dan berbangga dengan

kepercayaan yang diberikan.

b) Tidak segan-segan mendekatkan diri serta membuka diri bagi mereka sehingga

tidak canggung ketika ingin bertanya terhadap guru bersangkutan. Proses

kedekatan ini akan membuat ikatan yang kuat antara guru dan murid yang

107

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: Rosda, 2013),

113

imbasnya memberi efek positif bagi para siswa. Para anak didik yang telah

menerima pembelajaran ekpositori lebih cepat tanggap terhadap pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan oleh para pendidik, adapun juga bagi siswa yang

berloading lambat tetap ada kemajuan ketika berdiskusi dan berinteraktif

terhadap teman-temannya.

c) Para siswa juga akan meniru gerakan-gerakan yang dilakukan oleh gurunya

ketika berceramah menerangkan materi untuk siswa, Pengaruh guru

memberikan dengan suara lantang dan penuh makna, siswa akan berlomba-

lomba belajar. Mereka akan bersaing dengan teman-temannya, tidak mau kalah

sebelum berjuang. Berdiskusi membuat mereka saling berpikir untuk

memperoleh jawaban yang akurat terhadap suatu pertanyaan yang dianggap

sulit, ini memperngaruhi proses intelektualnya dalam berpikir menyaring hasil-

hasil diskusi dalam pikiran mereka.

Adapun keunggulan strategi pembelajaran ekspositori bermuatan karakter

adalah sebagai berikut:

a) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan

keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai

sejauh mana siswa menguasai bahan pelaran yang disampaikan.

b) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi

pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang

dimiliki untuk belajar terbatas.

c) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar

melalui penuturan tentang sesuatu materi pelajaran, jugasekaligus siswa bisa

melihat atau mengobservasi ( melalui pelaksanaan demonstrasi )

114

d) Keuntungan lain dalah srtategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah

siswa dan ukuran kelas yang besar.

Disamping memiliki keunggulan, maka strategi pembelajaran ekspositori

juga memiliki kelemahan yaitu diantaranya.108

a) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang

memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa

yang tidak memiliki kemampuan seperti itu maka perlu digunakan strategi

yang lain.

b) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik

perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya

belajar.

c) Karena srtategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit

mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi,

hubungan interpersonal, serta kemampuan berfikir kritis.

d) Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa

yang dimiliki guru,

e) Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran ekspositori lebih banyak

terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan

materi pelajaran akan sangat terbatas pula. Disamping itu komunikasai satu rah

akan mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki akan terbatas pada apa yang

diberikan oleh guru saja.109

108

Ibid 109

Ibid. hal,159

115

h. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

Bermuatan karakter

PAKEM adalah sebuah strategi pendekatan introduksional yang

memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk

mengembangkan ketrampilan, sikap dan pemahaman kegiatan dengan penekanan

belajar sambail bekerja secara mandiri. PAKEM merupakan akronim dari

pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan.

Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus

menciptakan suasana menyenangkan yang mendukung siswa untuk lebih aktif

bertanya, mempertanyakan pelajaran, dan mengemukakan gagasan, serta berkreasi

sesuai dengan hasil belajarnya. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan

kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan

siswa. Efektif berarti proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa.

Menyenangkan maksudnya adalah membuat suasana belajar mengajar yang

menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada

belajar dan waktu perhatian anak pada pelajaran menjadi tinggi.

Strategi PAKEM ini masuk dalam pengembangan strategi active learning,

banyak persamaan yang mendasari antara kedua strategi tersebut. Menurut T.

Taslimuharom, proses strategi PAKEM dapat dikatakan active learningjika

mengandung komitmen, tanggung jawab dan motivasi dalam proses

pembelajarannya. Ketiga eleman ini merupakan alat untuk pembentukan karakter

peserta didik.110

110

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: Rosda, 2013),

116

1. Komitmen (keterlekatan pada tugas)Artinya materi, metode dan strategi

pembelajaran bermanfaat untuk siswa (meaningful) sesuai dengan kebutuhan

siswa (relevant) dan bersifat pribadi (personal)

2. Tanggung jawab (responsibility)merupakan suatu proses belajar yang

memberi wewenang pada siswa untuk kritis. Guru lebih banyak mendengar

daripada bicara, menghormati ide-ide siswa, member pilihan dan memberi

kesempatan pada siswa untuk memutuskan sendiri

3. Motivasi belajar ada dua macam yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

Dalam pembelajaran ini, motivasi intrinsik siswa harus lebih dikembangkan

agar proses belajar yang ditekuninya muncul berdasarkan minat dan inisiatif

sendiri, bukan karena dorongan lingkungan atau orang lain. Motivasi belajar

siswa akan meningkat karena pendekatan belajar yang dilakukan guru lebih

dipusatkan pada siswa (student centered approach). Guru tidak hanya

menyuapi atau menuangkan dalam ember, tetapi menghidupkan api yang

menerangi sekelilingnya serta bersikap positif kepada siswa.111

i. Strategi Pembelajaran Inovatif Bermuatan Karakter

pembelajaran inovatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang

dirancang oleh guru, yang sifatnya baru, tidak seperti yang biasanya dilakukan,

dan bertujuan untuk menfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri

dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan

potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Dalam konteks program belajar

mengajar, program pembelajaran yang inovatif dapat berarti program yang dibuat

sebagai upaya mencari pemecahan suatu masalah. Itu disebabkan, karena program

111

Ibid. h, 176

117

pembelajaran tersebut belum pernah dilakukan atau program pembelajaran yang

sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu perbaikan.

Program pembelajaran inovatif adalah program pembelajaran yang

langsung memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh kelas

berdasarkan kondisi kelas. Pada gilirannya program pembelajaran tersebut akan

memberi sumbangan terhadap usaha peningkatan mutu sekolah secara

keseluruhan.

Berdasarkan definisi secara harfiah pembelajaran inovatif tersebut, tampak

di dalamnya terkandung makna pembaharuan. Gagasan pembaharuan muncul

sebagai akibat seseorang merasakan adanya anomali atau krisis pada paradigma

yang dianutnya dalam memecahkan masalah belajar. Oleh sebab itu, dibutuhkan

paradigma baru yang diyakini mampu memecahkan masalah tersebut. Perubahan

paradigma seyogyanya diakomodasi oleh semua manusia, karena manusia sebagai

individu adalah makhluk kreatif. Namun, perubahan sering dianggap sebagai

pengganggu kenyamanan diri, karena pada hakikatnya seseorang secara alamiah

lebih mudah terjangkit virus rutinitas.

Nilai-nilai karakter dalam strategi pembelajaran inovatif bermuatan

karakter adalah sebagai berikut:112

a. Karakter Kemandirian

Sikap madiri adalah sikap membangun diri dan melepaskan diri dari

kebiasaan manja dengan orang lain. Mandiri berarti melakukan sesuatu bersama

diri sendiri. Secara sederhana, sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung

pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Kamandirian dalam lingkup

112

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: Rosda, 2013),

118

luas, adalah bagaimana seorang mampu secara lahir dan batin mengatasi segala

persoalan yang dihadapinya. Baik persoalan yang terkait urusan pribadi atau

kelompok.

b. Karakter pembaharu

Strategi inovatif dapat membantu siswa untuk berpikir merancang. Artinya,

segala bentuk yang sebelumnya belum diketahui akan dapat tercipta dengan daya

imajinasi yang selalu diberi stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan baru dan

prosesreform atas bentuk yang tersedia mereka pelajari. Berpikir dan melakukan

sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan

termutakhir dari apa yang telah dimiliki. Mementuk karakter pembaharu, dengan

harapan kelak dalam kehidupan yang sesungguhnya para peserta didik ini mampu

keluar dari jerat kejumudan, baik pikiran maupun perbuatan secara nyata.

c. Karakter Kerja keras

Karakter kerja keras dalam kehidupan nyata adalah perilaku yang

menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna

menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. Kerja keras

berlandaskan pada semangat juang dan proses memandang masa depan yang

cerah. Karakter ini sangat penting karena mampu menciptkan semangat optimism

dalam setiap pekerjaan yang sedang dilaksanakan. Kerja keras adalah sikap

pantang mundur walau kesulitan dan masalah mendera bertubi-tubi. Dengan spirit

kerja keras ini diharapakan peserta didik mampu meningkatkan prestasi dan

kekuatan kualitas diri demi menghadapi masa depan.113

113

Ibid

119

d. Karakter Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya

setiap keinginan dan harapannya. Sikap percaya diri dapat menjadikan kepuasan

diri dalam memperoleh sesuatu yang dikehendakinya. Percaya diri akan

membentuk keyakinan atas kemampuan melakukan sesuatu dengan sendiri.

Karakter ini penting diaplikasikan ketika peserta didik menghadapi ujian. Peserta

didik akan terbebas dari nyontek atau kecurangan dalam proses ujian, sebab ia

mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, sehingga perasaannya akan terbangun

untuk percaya pada kekuatan diri.114

e. Karekter Keingintahuan

Seiring dengan kebiasaan manusia adalah sifat ingin tahu. Sesuatu yang

baru adalah objek vital dalam menarik rasa keingintahuan itu. Apabila sikap ini

sering direspon, pengaruh positif akan muncul dalam pembiasaan dan berujung

pada pembentukan karakter seseorang. Di sinilah urgensi strategi inovatif, yaitu

menekankan kemunculan hal yang baru, yang sebelumnya masih awam di benak

peserta didik. Karena dengan begitu, peserta didik akan merasa tertantang untuk

mengetauhi segala sesuatu. Sikap dan tindakan yang selalu apa yang

dipelajarinya, dilihat, dan didengar, berupaya untuk mengetahui lebih mendalam.

Saat ini model pembelajaran yang sedang digalakkan adalah pembelajaran

inovatif.

Hal ini dikarenakan pembelajaran inovatif memiliki beberapa kelebihan

dan kelemahan, antara lain sebagai berikut:115

114

Ibid 115

Ibid

120

a) Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada

siswa.

b) Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar

belajar.

c) Menuntut kreatifitas guru dalam mengajar.

d) Hubungan antara siswa dan guru menjadi hubungan yang saling belajar dan

saling membangun.

e) Bersifat menyenangkan (rekreatif) dan membutuhkan kreatifitas guru dalam

proses pembelajaran untuk dapat membuat siswa agar aktif selama

pembelajaran berlangsung sehingga lebih efektif dalam pencapaian tujuan

pembelajaran.

f) Siswa adalah penerima informasi secara aktif.

g) Pengetahuan dibangun dengan penemuan terbimbing

h) Perilaku dibangun atas pengalaman belajar.

i) Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.

Sedangkan kekurangan dalam strategi pembelajaran inovatif bermuatan

karakter antara lain sebagai berikut:

a) Siswa kurang aktif dalam proses belajar akan semakin tertinggal

b) Situasi kelas kurang terkoordinir karena pusat kegiatan belajar adalah siswa.

c) Program pembelajaran kurang terkonsep.

d) Peran strategi pembelajaran inovatif dalam membangun karakter peserta

didik116

116

Ibid. h, 189

121

j. Strategi Pembelajaran Afektif Bermuatan Karakter

Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan

untuk mencapai pendidikan kognitif saja. Melainkan bertujuan untuk mencapai

dimensi yang lainnya. diantaranya sikap dan keterampilan afektif berhubungan

dengan volume yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang

tumbuh dari dalam.

Afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral yang diakibatkan dari

proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kemampuan aspek afektif

berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berupa tanggung jawab, kerja

sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain dan

kemampuan mengendalikan diri. Semua kemampuan ini harus menjadi bagian

dari tujuan pembelajaran di sekolah, yang akan dicapai melalui kegiatan

pembelajaran yang tepat.

Dalam pengertian lain disebutkan bahwa ranah afektif sangat

mempengaruhi perasaan dan emosi. Pengertian aspek afektif yang penulis

maksudkan adalah bahwa seorang anak dilihat dari bagaimana perkembanganya

bukan pada apa yang telah dirasakannya. Aspek afektif yang penting diketahui

adalah sikap dan minat peserta didik melalui lima jenjang yaitu, Menerima,

Menjawab, Menilai, Organisasi, dan Karakteristik dengan suatu nilai.

Ada 5 (lima) tipe nilai karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap,

minat, konsep diri, nilai, dan moral.117

1. Sikap

117

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: Rosda, 2013),

122

Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau

tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati

dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima

informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran,

tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian

sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik

terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.

2. Minat

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan

adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat

adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang

memiliki intensitas tinggi.

3. Konsep Diri

Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik,

yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih

alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri

penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan

tepat.

4. Nilai

Manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini

menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan

pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang

bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan

personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.

123

5. Moral

Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral

anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral

dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui

penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan

pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.

Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan

orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya

menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik

maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang,

yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan

dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.118

118

Ibid. h,204