TRADISI KEPERCAYAAN CHINA KUNO DAN KONFUSIANISME

23
TRADISI KEPERCAYAAN CHINA KUNO DAN KONFUSIANISME A. PENDAHULUAN a. Latar belakang China adalah sebuah peradaban besar yang sudah ada semenjak ribuan tahun sebelum masehi, terbukti dengan banyak etnis china atau pecihinan yang tersebar diseluruh dunia. Maka agama atau kepercayaan menjadi sorotan penting yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Agama China purba dan konfusius atau yang sering disebut di indonesia adalah khong hu chu, agama ini kononya adalah agama yang tertua namun bukan satu-satunya yang ada di China. Dalam sebuah pepatah cina menyatakan bahwa cina memiliki tiga agama yang dimaksud yaitu: konfusianisme taosme dan buddha. Dalam artian bahwa ketiga agama tersebut saling mempengaruhi satu sama lain sehingga sulit untuk membicarakan salah satunya tanpa mengaitkan yang lain 1 . Khong hu chu merupakan salah satu ajaran yang bersumber pada kitab-kitab klasik yang di populerkan oleh konfisius dan para penganutnya dalam istilah cina agama ini menunjuk pada dua hal; ju chiao dan ju chia. Ju chiao ini sudut pandanganya tentang shih chiao (budisme) dan tao chiao (taoime), sedangkan adalah yaitu mengkaji tentang filsafat, budaya maupun ilmu pengetahuan 2 . Jadi dapat di jelaskan 1 Di kutip dari buku editor Ismai Roni dkk, agama-agama dunia (blukar, yogyakarta, 2012 ) hm. 282 2 Di kutip dari buku Dr. Th samaratna dkk, konfusianisme di indonesia pegulatan mencari jati diri (Interfedie , yogyakarta 1995) bagian 1 hlm. 3

Transcript of TRADISI KEPERCAYAAN CHINA KUNO DAN KONFUSIANISME

TRADISI KEPERCAYAAN CHINA KUNO DAN KONFUSIANISME

A. PENDAHULUAN

a. Latar belakang

China adalah sebuah peradaban besar yang sudah ada

semenjak ribuan tahun sebelum masehi, terbukti dengan

banyak etnis china atau pecihinan yang tersebar diseluruh

dunia. Maka agama atau kepercayaan menjadi sorotan penting

yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Agama China

purba dan konfusius atau yang sering disebut di indonesia

adalah khong hu chu, agama ini kononya adalah agama yang

tertua namun bukan satu-satunya yang ada di China.

Dalam sebuah pepatah cina menyatakan bahwa cina

memiliki tiga agama yang dimaksud yaitu: konfusianisme

taosme dan buddha. Dalam artian bahwa ketiga agama

tersebut saling mempengaruhi satu sama lain sehingga sulit

untuk membicarakan salah satunya tanpa mengaitkan yang

lain1. Khong hu chu merupakan salah satu ajaran yang

bersumber pada kitab-kitab klasik yang di populerkan oleh

konfisius dan para penganutnya dalam istilah cina agama ini

menunjuk pada dua hal; ju chiao dan ju chia. Ju chiao ini sudut

pandanganya tentang shih chiao (budisme) dan tao chiao

(taoime), sedangkan adalah yaitu mengkaji tentang filsafat,

budaya maupun ilmu pengetahuan2. Jadi dapat di jelaskan

1 Di kutip dari buku editor Ismai Roni dkk, agama-agama dunia (blukar, yogyakarta, 2012 ) hm. 2822 Di kutip dari buku Dr. Th samaratna dkk, konfusianisme di indonesiapegulatan mencari jati diri (Interfedie , yogyakarta 1995) bagian 1 hlm. 3

jika agama konfusius itu mengkaji selain ilmu agama juga

mengkaji tentang kefilsafatan dan pengetahuan lain.

Meskipun demikian pada bagian ini kami akan berusaha

untuk mengaji bagaimana proses munculnya agama di China

terutama Konfusiaus dan perkembangannya meskipun dengan

segala keterbatasan kami. Selain itu juga agama ini tidak

pernah lepas dari teradisi purba yang ada di china yang

akan sedikit besar mempegaruhi proses terbentuknya agama

Kong hu chu.

Dari latar belakang diatas dapat kita rumuskan

beberapa masalah yang nantinya akan jadi fokus kita dalam

pembahasan makalah ini.

b. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tradisi kepercayaan Tiongkok atau China

kuno ?

2. Apa itu Konfusianisme ?

3. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangannya ?

4. Dan bagaimana dengan konfusianisme di Indonesia ?

B. PEMBAHASAN

A. TRADISI DAN KEPERCAYAAN ASLI TIONGKOK

Masyarakat Tiongkok tradisional percaya bahwa alam

adalah sesuatu yang sangat berpengaruh dalam kehidupan

mereka, dan mereka membagi alam menjadi tiga, yang mereka

kenal dengan konsep tiga alam yang menjadi inti kepercayaan

masyarakat Tiongkok kuno, tiga alam yang dimaksud adalah :

Alam Langit (Tian Jie) adalah menunjuk pada alam yang

didiami dan menjadi tempat kegiatan para raja-raja Langit

(Tian Wang) dan dewa-dewi langit (Tian Shen). Alam ini

dianggap sebagai pusat pemerintahan alam semesta, yang

mengatur seluruh kehidupan di alam bumi. Orang-orang besar

yang berjasa di bidangnya masing-masing terhadap masyarakat

Tionghoa di zamannya dapat naik menjadi dewa-dewi di alam

Langit.

Alam Bumi (Ming Jie) adalah menunjuk pada bumi tempat

kita berada, yang menjadi tempat tinggal dan tempat

kegiatan dari seluruh makhluk hidup. Dewa-dewi dan pejabat

di alam Langit bertanggung jawab melaksanakan tugas

pemerintahan mereka di alam Bumi. Juga disebut sebagai Yang

Jian ataupun Ren Jian.

Alam Baka (You Jie) adalah menunjuk pada alam di

bawah bumi ataupun alam sesudah kematian, yaitu alam yang

menjadi tempat domisili dan kegiatan dari roh-roh (Ling)

dan hantu (Gui) dari manusia setelah meninggal dunia.

Di alam ini, ada sekelompok dewa dan pejabat alam

yang khusus memerintah di alam ini. Dalam kepercayaan

tradisional, leluhur orang Tiongkok mempercayai bahwa

kehidupan setelah meninggal adalah lebih kurang sama dengan

kehidupan manusia di dunia ini. Di alam ini, setiap orang

akan menjalani pengadilan yang akan membawa kepada hadiah

maupun hukuman dari dewa dan pejabat di alam ini. Alam Baka

keseluruhan berjumlah 10 Istana Yan Luo (Shi Dian Yan Luo)

dan 18 Tingkat Neraka (Shi Ba Ceng Di Yu)3. Jadi tuhan

disini bersifat teisme, menciptakan dan berperan aktif

terhadap alam.

a. Sikap terhadap alam

Alam bagi masyarakat Tiongkok kuno adalah sesuatu

yang patut dihormati, ini dikarenakan bagi leluhur Tiongkok

dizaman dulu alam menjadi tantangan untuk bertahan hidup.

Menurut mereka dialam ini ada yang menguasainya, yang

mereka kenal dengan dewa-dewi. Seperti Yu Huang Da Di

( Raja Langit), merupakan bentuk penghormatan pada langit.

Dan bentuk penghormatan ini adalah penghormatan paling tua,

karena penghormatan terhadap alam sudah ada sebelum

penghormatan terhadap yang lainnya.

Tentang hormat menghormati ini juga tidak lepas dari

pengaruh Konfusianisme yang sangat menekankan pentingnya

menghormati para leluhur. terutama yang berjasa dan

berkontribusi bagi orang banyak. Bentuk penghormatan

terdiri dari tokoh-tokoh sejarah besar, tokoh-tokoh

mitologi yang dianggap sebagai leluhur jauh maupun dekat,

Bila diperhatikan, maka hampir semua dari dewa-dewi yang

ditinggikan di dalam kepercayaan tradisional ini adalah

dimanusiakan tanpa memandang bentuk asalnya. Ini terutama

3 http://vincentspirit.blogspot.com/2011/12/kepercayaan-tradisional-masyarakat.html

terlihat dalam bentuk penghormatan pada alam maupun bentuk-

bentuk lain. Namun apapun bentuk yang ditunjukkan (patung,

papan nama penghormatan dll), yang dipuja dan dihormati

tentu bukan bentuk real darinya. Jadi yang dilakukan dalam

kepercayaan tradisional ini bukanlah memuja sang patung

ataupun papan tadi, namun adalah memuja dan menghormati

dewa-dewi yang bersangkutan4

b. Sistem kalender, upacara, dan korban

Peradaban China kuno sudah memiliki sistem kalender yang

koperehensif. Sistem kalender China menggabungkan berbagai

elemen yang dipadukan secara komperehensif seperti :

Elemen matahari

Elemen bulan

Elemen shio (rasi bintang)

Elemen energi ( Yin dan Yang) dan

Karakteristik alam

Untuk mensingkronkan keempat elemen tersebut sistem

penanggalan China memiliki autokoreksi yakni dengan

munculnya lun gwe’ atau tahun kabisat China yang terjadi

antara dua atau tiga tahun sekali, berselang satu kali

4 http://uun-halimaah.blogspot.com/2008/04/sistem-kepercayaan-orang-cina.htm

musim. Sistem kalender China memiliki sistem hari, bulan,

tahun, priode 12 tahun dan 60 tahun.

Priode 60 tahun diperoleh dari kombinasi tiga faktor (

12 shio [Tikus, Kerbau, Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda,

Kambing, Kera, Ayam, Anjing, dan Babi], 5 unsur [Kayu, Api,

Tanah/ Bumi, Logam, dan Air], 2 energi [Yin dan Yang] , ini

artinya hanya setahun dalam enam puluh tahun. Angka 60

diperoleh dari kelipatan nilai terkecil atau KPK dari

bilangan 12, 5,dan 2 ) sehingga akan terjadi hal yang sama

setiap 60 tahun sekali, misal tahun tikus api 1936 akan

terulang kembali pada tahun 1996 ( 60 tahun kemudian.

Selain itu bangsa tiongkok kuno selalu mengadakan

upacara dengan tujuan untuk menghormati dewa-dewi. Upacara

selalu ditetapkan pada saat yang khusus dalam kehidupan

manusia. Sikap pemujaan ini menimbulkan hal-hal yang tabu

dan sakral dalam kehidupan masyarakat. Dengan kata lain,

kehidupan masyarakat Tiongkok kuno baik dalam kalangan

bangsawan maupun rakyat jelata selalu diikat dengan

peraturan yang bertujuan mempertahankan harmonisasi antara

satu dengan yang lain, antara manusia dengan makhluk

lainnya, antara bawahan dan atasan, antara susunan dunia

dengan susunan yang ada dilangit, dan antara manusia dengan

alam sekitarnya. Dan harmonisasi ini juga dianut oleh

konfusianisme sebagai keseimbangan.

B. KONFUSIANISME

a. Biografi Konfusius dan Pemujaan atas dirinya

Konfusius adalah nama latin dari K’ung Tzu atau Kong

Hu Tsu atau k’Urng, Dilahirkan di negri Lu, yang sekarang

adaah provinsi Shantung pada tahun 551 S.M, dari sebuah

kelurga yag sederhana, jujur dan setia bakti kepada Tian.

Konon keahiranya di iringi dengan peristiwa ajaib dan pada

tubuhnya juga nampak tanda-tanda yang luar biasa. Ayahnya

meningga ketika berusia 3 tahun. Tahun 528 S.M dia berhenti

dari pekerjaan yang dimilikinya karna ibunya meninggal

dunia. Selama berduka cita kurang lebih 3 tahun ia

megasigkan diri untuk belajar dan bemeditasi dan akhirnya

dia muncul dari pengasingan sebagai seorang Guru, dan

berhasil menarik sejumlah besar murid yang setia.

Pada usianya yang 50 tahun ia memasuki kehidupan

masyarakat umum dan di tunjuk sebagai kepala hakim di kota

Chung-tu dan segera di angkat menjadi mentri pekerjaan dan

pengadian, jabatan tersebut sangat memberi kontribusi

terhadapnya untuk melakukan praktik mengajar dan

menyelenggarakan sistem administrasi yang teratur dan dia

berhasil menjadikan negara tentram dan adil, sehingga

kejahatan dan kerusakan akhlak menjadi hilang.

Keadilan yang pernah di terapkan ketika beliau menjadi

pejabat mengundang musuh untuk menjatuhkanya, tahun 497

S.M pada zaman tersebut para pejabat sangat takut dengan

keterusterangan dan ketulusan hati konfusius, sehingga

tidak mau mengangkatnya dalam jabatan yang memiiki

kekuasaan 5 dan setelah itu beliau menggunakan waktu kurag5 Ibid. 190

lebih 13 tahun untuk merenungkan masa lampau dan menolak

langkah dan meruskan menuju perjalanan panjang, beliau

berkeliling dari satu negara ke negara lain, menawarkan

nasehat yang tidak diminta para penguasa mengenai cara

memperbaiki pemerintahanya. Dan pada saatnya pergantian

pemerintahan, beliau diundang untuk kembali, tapi beliau

sadar sudah terlalu tua untuk menjadi pejabat, beliau

menghabiskan sisa waktunya selama 5 tahun dengan megajar

dan menyunting kitab klasik secara tenang, dalam tahun 497

S.M dalam usianya 73 tahun beliau meninggal dunia6

Gambaran keperibadiandan cara hidupnya dihimpun dalam lun yu

(analekta kehidupan konfusius) antara lain menyebutkan bahwa

beliau adalah orang mudah bergaul selalu tampak gembira,

halus, teliti, hormat, ramah dan sebagainya.

Setelah wafatnya konfusius, kemudian para muridnya

melanjutkan ajaran konfusius. Akan tetapi, diantara para

muridnya terjadi perbedaan pola pikir dan pandangan tentang

konfusius, satu golongan mengatakan Konfusius adalah Tuhan

penyelamat, sedangkan kelompok yang lain tetap

mempertahankan paham lama bahwa Konfusius hanyalah seorang

Nabi/ Guru.

Namun, pada masa dinasti Han, yang paling berpengaruh

adalah kelompok yang mengatakan bahwa Konfusius adalah

Tuhan penyelamat. Sehingga ditahun 59 M, ditetapkanlah

acara-acara untuk memuja Konfusius, termasuk memberikan

6 Ibid. 191

korban kepadanya di semua lembaga pendidikan yang dikelola

oleh pemerintah. Ia kemudian dikenal sebagai “ Dewa

Pendidikan” bagi bangsa China waktu itu. Disinilah bermula

pemujaan terhadap diri konfusius. kemudian ditahun 505 M,

dibangunlah kuil-kuil untuk memuja konfusius diseluruh

wilayah kekaisaran, dan puncaknya diabad ke 7 M, pada masa

pemerintahan dinasti Tang, pemujaan terhadap konfusius

telah mendapat bentuknya yang sempurna, lengkap dengan

kitab-kitab yang membahas upacara kurbannya.

b. Kitab suci konfusius7

Kitab-kitab yang dihasilkan baik itu oleh konfusius sendiri

atau yang dihasilkan oleh para murid-muridnya sebenarnya

banyak sekali. Namun yang diimani oleh umat Konfusian dan

yang sudah dibakukan hingga saat ini ialah :

Ngo King ( kitab suci yang lima )

Kitab Ngo King ini adalah kitab yang menjadi dasar

ajaran agama Konfusius. Ngo king sendiri terdiri atas

beberapa kitab, yaitu :

Si King ( Kitab Sajak), berisi kumpulan sajak

dari berbagai negeri, sehingga ia juga disebut

sebagai Kok Hong ( adat istiadat berbagai

negeri), dan sifatnya lagu puja atau Siong yang

mengiringi berbagai upacara sembahyang. Sajak

yang tertua berasal dari dinasti Siang atau IEN

( 1766 S.M – 1122 S.M).7 Lasiyo, Haksu Tjhie Tai Ing, dkk, pergulatan mencari jati diri, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995), hal.32

Su King ( Kitab Dokumentasi Sejarah), yang berisi

sejarah agama konfusianisme, yang tertua berasal

dari abad ke -23 S.M, dan yang terakhir berasal

dari abad ke-7 S.M.

Yak King ( Kitab Wahyu tentang Perubahan ),

isinya mengungkapkan kejadian , perubahan dan

segala sesuatu tentang semesta alam, hidup

manusia dan segala peristiwanya.

Lee King ( Kitab suci tentang Susila dan

peribadahan), terdiri atas tiga kitab, yaitu :

Gi Lee ( Kitab Tata peribadatan)

Ciu Lee ( Kitab Kesusilaan dinasti Ciu)

Lee Ki ( merupakan catatan kesusilaan yang

ditulis oleh para murid konfusius )

Chun Chiu King ( Kitab sejarah zaman Chun Chiu )

beserta tiga tafsir dan penjabarannya yang

ditulis oleh para murid konfusius, yaitu :

Chun Chiu Coo Thoan

Chun Chiu Kong- Yang Thoan

Chun Chiu Kok- Liang Thoan

Su Si (Kitab yang Empat ) terdiri atas :

Thai Hak ( Kitab Ajaran Besar ), berisi ajaran

yang memberi tuntunan dan membina diri, dimulai

dari yang terdalamdiri sendiri sampai kepada hal

rumah tangga, Masyarakat, Negara, dan Dunia.

Tiong Yong ( Kitab Tengah Sempurna), merupakan

ajaran keimanan , yang memberi tuntunan bagaimana

cara manusia beriman kepada Thians serta tanggung

jawabnya sebagai pengemban firman Tuhan, dan

bagaimana mampu membangun watak dan sikap agar

mampu bertindak tengah –tepat ( Tiong), dan dalam

pelaksanaannya dapat menciptakan suasana harmonis

( Hoo).

Lun Gi (Kitab Suci), kitab ini terdiri atas 20

jilid, berisi sabda-sabda konfusius, atau

perbincangan konfusius dengan murid-muridnya dan

orang-orang pada zaman itu. Kitab ini ditulis

oleh para murid konfusius dan cucunya sendiri.

Bingcu ( Kitab Meng Zi atau Mencius) , kitab ini

ditulis oleh Meng Zi murid Konfusius yang

bertujuan untuk meluruskan ajaran Konfusius dari

penyimpangan akibat munculnya berbagai aliran.

Serta ditambah satu kitab lagi yang disebut Hau King

( Kitab Bhakti), yang ditulis oleh Cingcu. Kitab ini berisi

tentang makna laku bakti dan bagaimana wajib

menjalankannya.yang diterimanya dari gurunya yaitu

konfusius.

Analekta

Analekta adalah kitab yang membahas tentang kepribadian dan

cara hidup Konfusius yang ditulis oleh para muridnya dan

dihimpun dalam Lun Yu ( analekta kehidupan konfusius).

Analekta konfusius ini sendiri terbagi menjadi tiga versi,

yaitu : versi Lu ( ini yang berlaku saat ini ), versi

Shi’i, dan Versi Naskah kuno.

c. Pokok-pokok keimanan

Sama halnya dengan aliran keagamaan yang lain,

konfusianisme juga memiliki pokok-pokok keimanan yang

menjadi tolak ukur bagi para kofusian untuk mencapai

tujuannya dalam beragama. Pokok-pokok keimanan

konfusianisme atau intisri ajaran konfusianisme diantaranya

adalah :

1. Percaya kepada satu Tuhan yang maha esa, pencipta alam

semesta, yang mereka sebut sebagai Thian. Thian dalam

kepercayaan mereka dilambangkan dengan ciri-ciri

sebagai berikut :

o Yuan ( Yang selalu Hadir)

o Heng ( Yang selalu Berhasil)

o Li (Yang selalu membawa Berkah)

o Zhen ( Yang selalu Adil [tidak membeda-bedakan])

2. Xing adalah jati diri manusia, kodrat, perwujudan

firman Tuhan dalam diri Manusia.

3. Ren ialah prikemanusiaan, prikemanusiaan ini terbagi

dua, yaitu :

o Zhong (setia), merupakan kependekan dari Zhong Yi

Tian ( Setia kepada Tuhan ), yaitu berserah diri

lahir dan batin kepad Tuhan.

o Shu ( Solidaritas), merupakan kependekan dari Shu

Yi Ren (solider kepada sesama manusia) cinta kasih

sejati.

Thian

Thian adalah nama yang sangat umum didalam kitab suci

konfusianisme ( Ngo King dan Su Si) untuk menyebut Tuhan

Yang Maha Esa. Didalam kitab suci Ngo King dan Su Si

ditanamkan iman bahwa :

Thian adalah sang pencipta.

Maha Besar, Maha Tinggi Thian, Dialah ayah bunda kita

( Si King II, V, IV, I)

Thian menaruh kasih sayang-NYA kepada rakyat, apa yang

menjadi kehendak rakyat, Thian akan meluluskan. ( Su

King II, III, III.7).

Dan masih banyak lagi ayat didalam kitab suci

konfusianisme yang menyebutkan Thian sebagai Tuhan

Yang Maha Esa.8

Maka dapat disimpulkan bahwa agama Konfusius adalah agama

yang bertuhan dan tergolong Monotheism.

Yin dan Yang

Kaum Konfusian percaya bahwa segala sesuatu dalam

semesta ini terdiri dari dua prinsip yang saling

berlawanan, yaitu prinsip Yin (prinsip feminin), yaitu

sifat-sifat menerima dan menghasilkan, dan Yang (maskulin),

yaitu sifat-sifat yang bersifat aktif dan keras hati.8 Ibid hal.34

Prinsip yang berlawanan dari Yin dan Yang harus seimbang

agar keharmonisan dalam semesta dapat terjaga.9

d. Etika Konfusius

Etika adalah perilaku manusia dalam kehidupan ini, dan

sifatnya sangat praktis. Etika dan agama itu sangat

berkaitan erat, karena akan sangat janggal orang yang

beretika tidak memiliki pokok keimanan atau keyakinan.

Begitupulalah halnya dengan etika konfusius ini sangat

berkaitan erat dengan pokok-pokok keimanan konfusius.

Karena etika konfusius adalah penjabaran dari keimanan

konfusiani. Tentang pokok-pokok keimanan konfusius sedah

dijelaskan diatas. Sedangkan etika konfusius dijabarkan

secara singkat sebagai berikut10 :

San kang ( Tiga hubungan )

Hubungan seorang raja denga menterinya atau hubungan

atasan dengan bawahan. Maksudnya adalah bahwa raja

harus memperlakukan mentrinya dengan Li (kesopanan atau

dengan budi pekerti yang baik), dan seorang mentri

harus mengabdi dengan setia kepada sang raja. (lihat

Lun Gi III :19)

Hubungan orang tua dengan Anak. Maksudnya adalah

seorang ayah hendaklah bertindak seperti ayah dan anak

hendaklah mengerti dengan kedudukannya, sehingga semua

9 Michael Keene, Agama-Agama Dunia, Penerbit Kansius( anggota IKAPI), Yogyakarta, 2012, hal. 17110 Hm. Arifin, menguak mesteri ajaran-ajaran besar, Golden Taylor (jakarta, 1995) hal. 62

berfungsi sesuai dengan norma yang berlaku.( lihat Lun

Gi XII : 11)

Hubungan suami dengan istri. Maksudnya adalah dalam

hubungan suami istri haruslah saling hormat

menghormati. Dan seorang istri yang baik adalah istri

yang patuh pada suaminya, dan suami yang baik adalah

suami yang tidak memberikan nuansa keburukan.( lihat

Mencius III, 2:2) Ini mengisyaratkan bahwa apa yang

baik itu datangnya dari Thian ( Tuhan), maka siapa

yang menjalankannya berarti dia telah mengikuti

petunjuk Thian.

Ngo lun ( Lima norma kesopanan dalam Masyarakat)

Dalam bidang sosial, konfusius menekankan perasaan

berkawan atau timbal balik, penanaman rasa simpati dan

kerjasama yang dimulai bertahap dari skala lingkungan

kecil hingga skala yang lebih besar. Pada intinya Ngo

lun ini sama dengan San kang yang ada diatas, hanya

saja disini ditambah dua point lagi, yaitu :

Hubungan saudara dengan saudara. Maksudnya adalah

dalam hidup bermasyarakat hendaklah seorang muda

berbakti, dan bersikap rendah hati, amanah, dan

menjalin silaturrahmi atau kekerabatan dengan

masyarakat. ( lihat Lun Gi, I :6)

Hubungan teman dengan teman. Maksudnya adalah bahwa

pandai-pandailah dalam mencari teman. Dan hendaklah

berteman dengan orang yang membawa manfaat dan

jangan berteman dengan orang yang membawa mudorat.

(lihat Lun Gi, XIV: 4)

Wu chang ( lima sifat yang mulia)

Lima sifat mulia yang dimaksud Konfusius adalah :

Ren/ Jin : cinta kasih, rasa

kebenaran,kebajikan,tahu diri,sopan santun, dan

dapat menyelami perasaan orang lain. (lihat dalam

kitab saabda suci XII : 1)

GI/I : rasa solidaritas, senasip sepenanggungan,

rasa membela kebenaran.( lihat Meng Zi VB : 7:8)

Li/ Lee : sopan santun, tata krama,dan budi

pekerti.( lihat sabda suci VIII :2 )

Ce / Ti : bijaksana atau kebijaksanaan,

pengertian dan kearifan.( lihat kitab tengah

sempurna XXVI :6)

Sin : kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya

oleh orang lain serta dapat memegang janji dan

menepatinya.( lihat sabda suci 1:13)

Pa Te ( delapan sifat mulia)

Siau / Hau : rasa bakti yang tulus terhadap orang

tua, guru, dan leluhur.

Thi / Tee : rasa hormat terhadap yang lebih tua

diantara saudara.

Cung / Tiong : setia terhadap atasan, setia

terhadap teman dan kerabat.

Sin ; kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya dan

menepati janji.

Lien / Liam : memperaktekkan cara hidup sederhana

dan tidak melakukan penyelewengan.

Li / Lee : sopan santun, tata krama dan budi

pekerti.

Gi / I : rasa solideritas, senasib

sepenanggungan.

Che / Thi : dapat menahan diri untuk tidak

melakukan hal-hal amoral atau hal-hal yang dapat

merusak moral.11

Kuncu( susilawan)

Kuncu atau manusia yang berwatak susilawan, namun dia

tetaplah manusia biasa, bukan nabi dan bukan pula manusia

suci. Kuncu adalah manusia biasa yang sadar akan tanggung

jawabnya sebagai ciptaan Thian dan mengemban firman-NYA.

Selalu berusaha untuk menjadi manusia yang tidak sampai

menanggung malu dihadapan Thian, manusia, dan dunia ini.

Menjadi seorang susilawan adalah hal yang sering

disabdakan oleh konfusius, terbukti dengan banyaknya kitab

suci yang mengangkat tentang sikap dan sifat seorang

susilawan atau kuncu. Diantaranya tersurat dalam kitab Lun

Gi XVI: 8, Lun Gi XX: 3, Bing Cu VIIA :20 dan 21, dan masih

banyak lagi ayat dalam kitab suci konfusianisme yang

menyinggung tentang kemuliaan seorang kuncu atau susilawan.

e. Hari raya dan kebaktian

11 Con-lao.blogspot.com/2012/05/etika-dalam-agama-konghucu.html

Imlek adalah tahun baru menurut penanggalan kalender

China, yang sudah digunakan oleh masyarakat China kuno.

Oleh kerena itu, umat konfusius yang mayoritasnya adalah

etnis China, maka mereka juga ikut merayakan imlek sebagai

hari besar. Dan timbah dengan perayaan-perayaan lain

seperti, peringatan hari lahir Konfusius ( 27-8 imlek),

wafatnya konfusius (18-2 imlek), hari genta rohani (Tangce)

22 Desember, Chingming( 5 april), dan Qing Di Gong (8/9

imlek).

Kebaktian yang sangat penting dalam Konfusianisme

adalah memperingati peristiwa-peristiwa kelahiran,

kematian, dan perkawinan. Karena menurut ajaran

konfusianisme semua kesadaran berakhir dengan kematian.

Maka dari itu sudah menjadi tugas manusialah untuk

menghormati para leluhur mereka. Dan untuk ritual

penghormatan ini disediakan tempat khusus untuk keperluan

ini, di dalam rumah atau di dalam kuil (kelenteng).12

C. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KONFUSIANISME

Perkembangan agama Konfusianisme dimulai sejak

wafatnya Konfusius diusianya yang ke 73 tahun. Diantara

muridnya yang paling terkenal dan gigih dalam menyebarkan

ajaran-ajaran konfusius adalang Meng Zi atau Mencius dan

Hsun Tsu. Sekitar tahun 206 S.M – 220 M, dibawah kekuasaan

dinasti Han, konfusius dikembangkan bukan hanya sebagai

12 Ibid hal 171

pemikiran filsafat, tetapi juga sebagai agama yang penuh

aspek-aspek spiritual, moral, dan kultural, dan tokoh

utamanya adalah Tsung Chuang Shu. Akan tetapi, dikarenakan

perbedaan pola pemikiran tentang ajaran konfusius dan

tentang kedudukan konfusius sendiri, sebagai Tuhan atau

hanya sebagai seorang Nabi atau Guru. Menyebabkan

kunfusianisme terbagi kedalam beberapa kelompok dan aliran.

a. Neo Konfusianisme

Pada abad pertengahan muncul dan berkembanglah sebuah

aliran baru dari konfusianisme yang disebut sebagai Li Huch

Chia ( Neo Konfusianisme), pengikut aliran ini adalah

murid- murid spiritual Konfusius, namun pola pikir mereka

banyak dipengaruhi oleh para pengajar yang beraliran Chan

atau Zen, sehingga aliran ini lebih dikenal sebagai

perevisi atau perbaikan terhadap sistem moral, etika, dan

kepercayaan lama berdasarkan perkembangan-perkembangan

baru.

b. Hubungan konfusianisme dengan Taoisme dan Budhisme

Hubungan antara ketiga agama ini sangatlah rumit

untuk dijabarkan, karena ketiga agama ini hidup

berdampingan dan saling bersinergi dan melengkapi dalam

kepercayaan masyarakat China. Seperti yang telah

disampaikan pada pendahuluan bahwa di China ada pepatah

yang mengatakan bahwa China memiliki tiga agama, tetapi

yang tiga itupun sebenarnya hanya satu. Agama yang dimaksud

adalah agama Konfusianisme, Taoisme, dan Budhisme.

Misalnya, seorang penganut Konfusianisme, akan meminta

seorang pendeta Budha untuk membacakan doa bagi simayit,

karena Budha memiliki presfektif yang menarik tentang orang

mati, dan memperaktekkan ajaran-ajaran Tao antuk menentukan

tempat penguburan yang baik. Begitulah gambaran

keharmonisan agama di China.

D. KONFUSIANISME DI INDONESIA

Akulturasi yang sangat sempurna antara etnis Tiongkok

atau sekarang yang lebih dikenal dengan China dengan

penduduk Nusantara bukanlah hal yang luar biasa. Karena

hubungan Indonesia dengan Tiongkok sudah terjadi semenjak

zaman prasejarah. Maka bukan hal baru jika agama Konfusius

atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama Kong Hu Cu ada

di Indonesia. Karena agama Kong Hu Cu sendiri sudah menjadi

agama negara semenjak 136 SM. Maka sudah barang tentu para

etnis Tiongkok yang datang ke Indonesia ini juga membawa

ajaran dan keyakinan mereka yaitu Konfusianisme.

Pada zaman penjajahan,perkembangan agama Konfusius

ditandai dengan berdirinya beberapa organisasi yang

bertujuan memajukan agama tersebut. Ini dapat kita lihat

dari usaha mereka membentuk organisasi yang awalnya bernama

Khong Kaw Hwee ( Lembaga Agama Kong Hu Cu) tahun 1918, dan

kemudian akhirnya dikenal dengan sebutan “Majelis Tinggi

Agama Kong Hu Cu Indonesia” yang disingkat menjadi MATAKIN,

serta memiliki cabang di seluruh Kabupaten dan Kota Madya

dengan nama MAKIN ( Majelis Agama Kong Hu Cu Indonesia).

Serta usaha mereka untuk diakui di Indonesia ini juga

dapat kita lihat dari pengiriwan perwakilan ke Kementrian

Agama Republik Indonesia ditahun 1961, dan kemudian

berdasarkan UU nomor 5 tahun 1979 agama Kong Hu Cu

dinyatakan sebagai agama yang diakui sah di Republik

Indonesia. Dan sejak 5 April 1979 agama tersebut dikelola

dibawah Direktorat Jendral Hindu dan Budha di Deperteman

Agama Republik Indonesia.13

C. KESIMPULAN

Dari berbagai uraian diatas dapat kita ambil beberapa

kesimpulan diantaranya ialah bahwa peradaban Tiongkok atau

China kuno sangatlah penting dalam kontribusinya

menyumbangkan ilmu pengetahuan yang luar biasa seperti

sistem kalender yang sangat komprehensif, serta peran

pemekirian Konfusius yang sangat berarti bagi kehidupan

umat konfusian khususnya dan dunia umumnya dalam bidang

filsafat, moral, etika, kultur, dan tentunya agama atau

kepercayaan.

Meski kita tidak bisa memungkiri sejarah tentang

perpecahan dan penyelewengan yang dilakukan oleh orang-

orang setelahnya yang melakukan interpretasi berdasarkan

kepentingan asing-masing. Namun, perlu diingat juga bahwa

sumbangan para murid Konfusius yang benar-benar ingin

meluruskan kembali ajaran Konfusius yang telah

diselewengkan telah memberikan banyak pengaruh dalam

perkembangan agama Konfusius, seperti Mancius, Hsun Tsu,

dan Li Huch Chia. Disamping tentang keimanan Konfusius,

13 Rahmat Fajri dik, Agama- Agama Dunia,diterbitkan Jurusan PA, UIN SUKA,Yogyakarta bekerja sama dengan Penerbit Belukar, Yogyakarta, 2012. Hal. 299

Ajaran- ajaran etika Konfusius tentang hubungan bawahan

dengan bawahan, ayah dengan anak, suami dengan istri, teman

dengan teman sangatlah luar biasa jika dihayati secara

menyeluruh dan tentunya akan mengharmoniskan hubungan

negara dengan rakyatnya, orang tua dengan anaknya, suami

dengan istrinya, dan teman dengan temannya.

A. DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Fajri, Roni Ismail, Khoirullah Zikri, dkk ,

Agama -Agama Dunia, diterbitkan oleh Jurusan

Perbandingan Agama, UIN SUKA, Yogyakarta, bekerjasama

dengan Penerbit Belukar, Yogyakarta 2012

Lasiyo, Haksu Tjihe Tjai Ing, dkk, Pergulatan Mencari Jati

Diri, Pustaka Pelajar bekerja sama dengan MATAKIN

Jakarta, Yogyakarta 1995

Huston Smith, Agama- Agama Manusia, Yayasan Obor

Indonesia, Jakarta, 2004

Michael Keene, Agama- Agama Dunia, Penerbit kandis,

Yogyakarta, 2012

Hm. Arifin, menguak mesteri ajaran-ajaran besar, Golden

Taylor (jakarta, 1995)

Con-lao.blogspot.com/2012/05/etika-dalam-agama-

konghucu.html dilihat 13 Okt 2014, pukul 19:30

http://vincentspirit.blogspot.com/2011/12/kepercayaan-

tradisional-masyarakat.html dilihat 10 Okt 2014,

pukul 15: 38

http://uun-halimaah.blogspot.com/2008/04/sistem-

kepercayaan-orang-cina.htm dilihat 10 Okt 2014, pukul

15 : 49