BAB III KONDISI OBJEKTIF DAN TRADISI DI DESA MUNDU ...

17
BAB III KONDISI OBJEKTIF DAN TRADISI DI DESA MUNDU KECAMATAN TANJUNG KABABUPATEN BREBES TERHADAP SESERAHAN DALAM PERKAWINAN ISLAM Penelitian yang dilakukan di desa Mundu kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes, memungkinkan peneliti untuk memberikan gambaran secara terperinci mengenai kondisi objektif, tradisi yang berkembang, dan pelaksanaan seserahan yang ada di Desa Mundu. Pada bagian ini ada beberapa pasal yang berhubungan, baik langsung maupun tidak langsung dengan tema, sehingga peneliti perlu menjelaskan hal-hal yang terkait di dalamnya. A. Kondisi Objektif Desa Mundu Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes Desa Mundu adalah salah satu dari 18 desa yang ada di Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes. Penduduknya 100% beragama Islam, namun masih menjunjung tinggi nilai adat dan budaya yang diwariskan generasi terdahulu secara turun-temurun. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih adanya acara-acara yang mentradisi, seperti sedekah bumi, 1 ngruwat 2 , 1 Sedekah bumi adalah upacara adat menjelang tanam padi (peninggalan nenek moyang). Acara ini dilaksanakan pada bulan apit (Dzulqo’dah) dengan diramaikan tontonan wayang golek. Seiring perkembangan zaman tradisi itu mengalami perubahan, dengan maraknya orkes dangdut dikalangan masarakat desa sehingga tontonan wayang golek pun dirubah menjadi tontonan orkes dangdut. 2 Ngruwat adalah upacara selamatan bagi anak laki-laki maupun perempuan dalam satu keluarga. Anak bugang artinya anak laki-laki yang memeiliki kakak perempuan dan adik perempuan atau sebaliknya, seorang anak perempuan yang memiliki kakak laki-laki dan adik laki- laki atau dalam istilah jawa kuna sendang kapit pancuran.” Anak semata wayang, artinya satu- satunya anak dari suatu keluarga tanpa kakak dan adik. 35

Transcript of BAB III KONDISI OBJEKTIF DAN TRADISI DI DESA MUNDU ...

35

BAB III

KONDISI OBJEKTIF DAN TRADISI DI DESA MUNDU

KECAMATAN TANJUNG KABABUPATEN BREBES TERHADAP

SESERAHAN DALAM PERKAWINAN ISLAM

Penelitian yang dilakukan di desa Mundu kecamatan Tanjung Kabupaten

Brebes, memungkinkan peneliti untuk memberikan gambaran secara terperinci

mengenai kondisi objektif, tradisi yang berkembang, dan pelaksanaan seserahan

yang ada di Desa Mundu. Pada bagian ini ada beberapa pasal yang berhubungan,

baik langsung maupun tidak langsung dengan tema, sehingga peneliti perlu

menjelaskan hal-hal yang terkait di dalamnya.

A. Kondisi Objektif Desa Mundu Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes

Desa Mundu adalah salah satu dari 18 desa yang ada di Kecamatan

Tanjung Kabupaten Brebes. Penduduknya 100% beragama Islam, namun

masih menjunjung tinggi nilai adat dan budaya yang diwariskan generasi

terdahulu secara turun-temurun. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih

adanya acara-acara yang mentradisi, seperti sedekah bumi,1 ngruwat

2,

1 Sedekah bumi adalah upacara adat menjelang tanam padi (peninggalan nenek moyang).

Acara ini dilaksanakan pada bulan apit (Dzulqo’dah) dengan diramaikan tontonan wayang golek.

Seiring perkembangan zaman tradisi itu mengalami perubahan, dengan maraknya orkes dangdut

dikalangan masarakat desa sehingga tontonan wayang golek pun dirubah menjadi tontonan orkes

dangdut. 2 Ngruwat adalah upacara selamatan bagi anak laki-laki maupun perempuan dalam satu

keluarga. Anak bugang artinya anak laki-laki yang memeiliki kakak perempuan dan adik

perempuan atau sebaliknya, seorang anak perempuan yang memiliki kakak laki-laki dan adik laki-

laki atau dalam istilah jawa kuna “sendang kapit pancuran.” Anak semata wayang, artinya satu-

satunya anak dari suatu keluarga tanpa kakak dan adik.

35

36

mitoni,3 termasuk seserahan. Selain itu masyarakat desa Mundu menjunjung

tinggi nilai-nilai budaya sosial yang luhur, seperti solidaritas, gotong-royong

dan saling membantu, yang dipertahankan dan dilestarikan secara konsisten

hingga kini. Pembangunan Masjid yang telah mencapai 90% dan

membutuhkan biaya milyaran rupiah, dilakukakan oleh mereka secara

bersama-sama, ini adalah satu contoh masih adanya rasa kegotong-royongan

yang tinggi.

Riwayat lahirnya desa Mundu Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes

ini berkaitan dengan keberadaan desa Mundu Pesisir Kabupaten Cirebon,

karena memiliki rentetan sejarah yang hampir bersamaan.

1. Sejarah Desa

Kyai Mohamad Rois (almarhum) sesepuh desa Mundu

menceritakan, bahwa pada mulaya wilayah ini merupakan hutan

belantara yang ditumbuhi pohon-pohon besar dan lebat, yang bernama

atau disebut pohon Mundu. Pada pertengahan abad ke-XV datanglah

sembilan orang yang mengaku ahli agama.

3 Upacara mitoni adalah tradisi selamatan dalam rangka mendoakan kehamilan pada usia

7 bulan. Itu semua dilakukan dengan cara-cara adat dan tertata seperti, Nasi tumpeng dengan lauk-

pauk dari jenis ikan laut dengan sayur lodeh. Untuk prosesi upacara mitoni disediakan satu butir

kelapa muda yang berwarna kuning (kelapa gading), minyak goreng, air kembang, gayung dan

handuk. Sebelum pembacaan do’a dalam prosesi mitoni, kelapa gading yang ditaruh di atas

nampan diedarkan kepada para undangan. Setiap undangan menyolek minyak goreng, lalu

dioleskan pada kelapa gading yang sebelumnya kelapa itu telah digambar seperti tubuh bayi.

Sedangkan air bunga ditaruh di halaman dan wanita yang menjalani prosesi mitoni siap

dimandikan.

37

Mereka bertekad menebang semua pohon tersebut dan

menjadikannya hunian. Berhari-hari menebangnya namun tidak habis-

habis, seolah-olah hilang satu tumbuh seribu.

Sampai akhirnya mereka menemukan pohon yang terbesar

terletak ditengah-tengah, seakan-akan pohon tersebut menjadi pusat atau

induk dari pepohonan yang ada di sekitarnya. Mereka bertekad

menebangnya tetapi pohon tersebut sanggat keras seperti batu. usaha

mereka tidak sia-sia, dengan berdo’a kepada Allah SWT suatu hari pohon

tersebut bisa ditebang, akhirnya lama menebang pohon tersebut mereka

menjadikan daerah hunian yang diberi nama Mundu.4

Ketika itu pula masyarakat banyak menanam pohon Mundu, guna

untuk mengenang sejarah Desa Mundu. Dengan maksud ingin

mengenang sejarah, masyarakatnya terserang penyakit aneh yang sulit

untuk disembuhkan. Telah banyak upaya yang dilakukan oleh

masyarakat untuk mendapatkan kesembuhan namun tidak ada perubahan

yang signifikan.

Hingga pada suatu hari datanglah seorang laki-laki tua, ia

mengaku bersal dari salah satu Desa di wilayah yang dinamakan Cirebon.

Laki-laki itu datang sambil membawa sekeranjang buah. Buah-buah

tersebut dibagikan kapada semua warga yang terserang penyakit.Maka

makanlah para warga, buah yang diberikan oleh sang pendatang, yang

ternyata buah Mundu.

4 Wawancara dengan sesepuh desa di kediamannya pada tanggal 29 januari 2014. 20.00

WIB.

38

Atas izin Allah SWT, warga yang terserang penyakit langsung

sembuh. Ternyata kampung kelahiran dari orang tua tersebut yang berada

di wilayah Cirebon juga bernama Mundu. Sehingga sampai sekarang

terdapat persamaan nama desa, yaitu Desa Mundu di Kabupaten Cirebon

dan Desa Mundu di kebupaten Brebes. Singkat kata singkat cerita tempat

ini diabadikan dengan nama desa “MUNDU”.

2. Kondisi Geografis

Berdasarkan profil desa Mundu Kecamatan Tanjung Kabupaten

Brebes tahun 2013, kondisi geografis desa Mundu dapat dipaparkan

sebagai berikut:

a. Letak Wilayah

Desa Mundu Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes terletak pada

kemiringan lahan (rata-rata) datar 234,66 Ha dan ketinggian di atas

permukaan laut ± 5 m dpl. Dari segi hidrologi, irigasi berpengairan

setengah tehnis / tadah hujan. Klimatologi Desa Mundu memiliki suhu

11⁰ C dengan curah hujan berkisar 2000 / 3100 mm.5 Dengan

kelembaban udara tidak menentu serta kecepatan angin yang berganti-

ganti dari musim kemusim.

Adapun secara administratif Desa Mundu Kecamatan Tanjung

Kabupaten Brebes dibatasi oleh:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Luwungbata

5 Profil Desa Mundu, tt,hal.58.

39

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Luwunggede

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Rungkang

4) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karangreja

b. Pembagian Wilayah

Desa Mundu Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes dibagi

dalam berbagai wilayah yang terdiri dari:

1) Rukun Warga : 2 RW

2) Rukun Tetangga : 10 RT

c. Luas Wilayah

Luas wilayah Desa Mundu Kecamatan Tanjung Kabupaten

Brebes yaitu 214 Ha dengan rincian sebagai brerikut:

1) Lahan tanah pemukiman yaitu 153,106 Ha

2) Lahan tanah persawah terbagi menjadi dua,

a) Pertama Sawah Teririgasi : 70,80 Ha,

b) Kedua Sawah Tadah Hujan : 6,20 Ha.

3) Orbitrase Jarak Desa dari Pusat Pemerintahan

a) Jarak Tempuh ke Ibukota Provinsi : 201 Km

b) Jarak Tempuh ke Ibukota Kabupaten : 33 Km

c) Jarak Tempuh ke Ibukota Kecamatan : 7 Km

Di desa Mundu terdapat satu sungai besar dan empat sungai kecil/

peranakan. Sungai besar tersebut membelah dua desa yaitu antara desa

40

mundu dengan desa luwunggede. Pada saat musim hujan sungai ini bisa

menampung air yang cukup untuk persediaan pengairan ketika musim

kemarau datang. 6

Desa ini juga memiliki satu sungai yang mati karena alirannya

terputus oleh lahan milik warga dan memiliki satu penampuangan air

semacam waduk dengan ukuran 80 X 35 m, waduk ini digunakan untuk

mengairi sawah yang jauh dari sungai utama.

3. Kondisi Sosial dan Budaya

Penduduk desa Mundu 100% beragama islam dengan corak budaya

dan adat yang beragama dan masih menjunjung tinggi adat istiadat nenek

moyang.7 Hal ini ditandai dengan masih dilaksanakannya upacara sedekah

bumi, seserahan dan lain sebgainya.

Dalam pemahaman beragama di Mundu ada 2 faham yakni

ahlussunnah wal jamaah (Nahdiyin) dan Muhammadiyah. Meskipun ada

beberapa perbedaan faham namun keduanya hidup rukun saling menghormati

satu sama lain.

Dari segi pendidikan, keadaan tenaga pendidik di desa Mundu

mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Sarana peribadatan pun di

desa Mundu sangat terpenuhi sekali. Hal ini di perkuat dengan adanya

musolah-musolah yang tersebar di masing-masing RT dan 1 masjid yaitu

6 Profil Desa Mundu, tt,hal.57.

7Profil Desa Mundu, tt,hal. 59.

41

Masjid Jami Baeturrohim. Terletak di RT. 05 RW.01 kondisi masjid sangat

baik sekali, mengingat baru beberapa tahun direnofasi.

4. Keadaan Ekonomi

Sumber penerimaan Desa Mundu berasal dari PBB, Pendapatan tanah

kas, ADD, Swadaya, Bantuaan Propinsi. Penerimaan pajak, mulai tahun 2011

s/d 2013 mengalami peningkatan. Peningkatan dari tahun 2011 ketahun 2013

adalah sebesar 24%, adapun penyebab dari peningkatan penerimaan pajak

selama tahun 2008 s/d 2009 adalah dari bangunan baru / rumah bertambah

dan kenaikan tarif.

Tanah kas desa Mundu disewakan kepada masyarakat untuk ditanami

tanaman pangan, harga sewa tiap tanah meningkat untuk menyesuaikan

terhadap perkembangan ekonomi.

ADD atau Alokasi Dana Desa adalah dana APBD kabupaten besaran

dana tiap tahunnya bisa berubah sesuai dengan kebijakan Pemkeb. Hampir

lebih dari 60% mayoritas mata pencaharian penduduk desa Mundu adalah

petani dan buruh tani. Hal ini disebabkan sudah turun temurun sejak dulu

bahwa masyarakat adalah petani dan juga minimnya tingkat kesadaran akan

pentinggnya pendidikan. Sehingga menyebabkan masyarakat tidak punya

keahlian lain dan akhirnya tidak ada pilihan lain selain menjadi buruh tani. 8

8Profil Desa Mundu, tt,hal. 70.

42

Tabel 3.2

Gambaran Penduduk Menurut Tingkat Sosial Ekonomi

No Profesi Prosentase (%)

1 PNS/Polri 20%

2 Petani atau Buruh Tani 60%

3 Pedagang 5%

4 Bermata Pencaharian lainnya 15%

Sumber: Profil Desa Mundu.

Dengan pendapatan perkapita penduduk desa Mundu Rp. 600.000,-.

Tabel 3.3

Kepala Keluarga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraannya

No Jenis Kepala Keluarga Prosentase (%)

1 KK Prasejahtera 36%

2 KK Sejahtera 26%

3 KK Kaya 18%

4 KK Miskin 20%,

Sumber: Profil Desa Mundu

Dengan banyaknya KK prasejahtera inilah maka Desa Mundu termasuk dalam

desa berkembang.9

Tahapan keluarga sejahtera dan indikatornya:

a. Keluarga Sejahtera I

9Profil Desa Mundu, tt,hal. 61.

43

1) Keluarga tersebut makan setidaknya dua kali sehari

2) Mempunyai pakaian layak untuk keperluan yang berbeda

3) Rumah yang ditempati mempunyai atap, lantai, dan dinding yang baik

4) Bila ada anak atau anggota keluarga yang sakit, dibawa ke sarana atau

petugas kesehatan

5) Bila pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB, pergi ke sarana

pelayanan KB

6) Semua anak umur 7 – 15 tahun yang ada dalam keluarga bersekolah

b. Keluarga Sejahtera II yaitu keluarga yang memenuhi semua indikator I

dan yang dibawah ini

1) Anggota keluarga melakukan ibadah menurut agamanya

2) Anggota keluarga makan daging/telor/ikan setidaknya sekali

seminggu

3) Anggota keluarga memperoleh satu stel pakaian yang baru dalam

setahun

4) Luas lantai rumah setidaknya 8 m2 untuk setiap penghuni rumah

5) Dalam tiga bulan terakhir seluruh anggota keluarga dalam keadaan

sehat

6) Terdapat seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja

7) Seluruh anggota keluarga berumur 10-60 tahun bisa baca tulis

8) Pasangan usia subur (PUS) dengan dua anak atau lebih menggunakan

kontrasepsi

44

c. Keluarga Sejahtera III yaitu keluarga yang memenuhi seluruh indikator

diatas dan yang berikut ini:

1) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agamanya

2) Sebagian penghasilan keluarga bisa ditabung

3) Keluarga makan bersama setidaknya sekali seminggu

4) Keluarga ikut kegiatan masyarakat di lingkungannya

5) Keluarga memperoleh informasi dari media massa

d. Keluarga Sejahtera III Plus yaitu keluarga yang memenuhi seluruh

indikator termasuk yang dibawah ini:

1) Keluarga secara teratur memberikan sumbangan materil atau uang

untuk kegiatan sosial

2) Ada anggota keluarga yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan

5. Kondisi Politik

Tahun 2013 adalah tahun pertama dimana kepala desa yang baru

menjabat. Hal yang lebih menariknya lagi dipimpin oleh wanita. Selama

beberapa dekade dipimpin oleh laki-laki, sekarang diketuai oleh Sri Okti

Hastuti, A.Mk, sebagai kepala Desa Mundu Periode 2013-2019. Beliau

memenangkan suara terbanyak pada pilkades tahun lalu, dengan pesaing-

pesaingnya yang laki-laki dan lebih dewasa dari dirinya. Sempat terjadi

45

perseteruan diantara mereka yang kalah dengan alasan Okti menggunakan

cara yang curang dalam pilkades tahun lalu.

Namun perseteruan itu tidak berlangsung lama, seperti “api

membakar daun kelapa kering yang membesar sementara lalu padam dengan

sendirinya”. Hal tersebut tidak menyurutkan Okti untuk menjabat menjadi

orang nomor satu di desa Mundu.

Disusul Sumoro sebagai sekretaris desa, Edy Suyanto sebagai kadus,

Masruhi sebagai Kaur. Pemerintah, Abdul Muis (alm) sebagai Kaur.

Keuangan, Casidin, Amd. Pd sebagai Kaur. Ekbang, Warham sebagai Kaur.

Umum, Rubadi sebagai Kaur. Kesra, Sunarto sebagai pemb. Kaur. Umum,

irfai, S.IP sebagai Pemb. Kaur. Keuangan, sunanto, Amd. Pd sebagai Pemb.

Ekbang, Abdulloh sebagai Pemb. Kaur. Kesra, dan Warsa sebagai Pemb.

Kaur. Pemerintahan.10

10

Profil Desa Mundu, tt,hal. 63.

46

Untuk lebih jelasnya akan penulis gambarkan dengan bagan supaya

lebih mudah dipahami.

Gambar

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Mundu Kec. Tanjung

Kab. Brebes Tahun 2013

Sumber: Bagan yang terdapat pada kantor kelurahan desa Mundu

Kepala Desa

Sri Okti Rita Hastuti, A.mk

Sekertaris Desa

Sumoro

Kadus

Edy Suyanto

Kaur. Ekbang

Casidin, Amd.Pd

Kaur. Keuangan

Abdul Muis (alm)

Kaur. Umum

Warham

Kaur. Kesra

Rubad

Pemb. Kaur Ekbang

Sunanto, Amd.Pd

Pemb. Kaur. Kesra

Abdulloh

Pemb. Kaur. Pemerintahan

Warsa

Pemb. Kaur.

Keuangan

Irfai, S.IP

Pemb. Kaur. Umum

Sunarto

Kaur. Pemerintah

Masruhi

47

B. Tradisi Yang Berkembang

Perlu diketahui bahwa mengetahui tradisi yang berkembang pada

suatu daerah adalah bagian dari pengetahuan untuk melakukan penelitian,

sehingga hasil yang didapatkan akan maksimal.

Di bawah ini penulis paparkan, tradisi yang berkembang di

masyarakat. Khususnya masyarakat desa Mundu Kecamatan Tanjung

Kabupaten Brebes sebagai berikut:

1. Tradisi Ngruwat

Ngruwat adalah upacara selamatan bagi anak laki-laki maupun

perempuan dalam satu keluarga yang kondisinya sebagai berikut:

a. Anak bugang artinya anak laki-laki yang memeiliki kakak

perempuan dan adik perempuan atau sebaliknya, seorang anak

perempuan yang memiliki kakak laki-laki dan adik laki-laki atau

dalam istilah jawa kuna “sendang kapit pancuran.”

b. Anak semata wayang, artinya satu-satunya anak dari suatu keluarga

tanpa kakak dan adik.

Jenis anak tersebut di atas dalam acara ngruwat di datangkan

keramaian berupa hiburan wayang golek dengan lakon “bethara kala”.

Perhelatan itu dilaksanakan ketika anak di khitan bagi laki-laki dan pada

saat pernikahan bagi anak perempuan.

48

2. Tradisi Upacara Mitoni

Upacara mitoni adalah tradisi selamatan dalam rangka mendoakan

kehamilan pada usia 7 bulan. Pada upacara ini disediakan berbagai

macam uborampe, dari mulai hidangan untuk selamatan mapun prosesi

mitoni, diantaranya sebagai berikut: 11

a. Nasi tumpeng dengan lauk-pauk dari jenis ikan laut dengan sayur

lodeh.

b. Untuk prosesi upacara mitoni disediakan satu butir kelapa muda

yang berwarna kuning (kelapa gading), minyak goreng, air

kembang, gayung dan handuk.

c. Sebelum pembacaan do’a dalam prosesi mitoni, kelapa gading yang

ditaruh di atas nampan diedarkan kepada para undangan. Setiap

undangan menyolek minyak goreng, lalu dioleskan pada kelapa

gading yang sebelumnya kelapa itu telah digambar seperti tubuh

bayi.

d. Sedangkan air bunga ditaruh di halaman dan wanita yang menjalani

prosesi mitoni siap dimandikan.

Usai pembacaan do’a, para undangan keluar sambil membawa

berkat masing-masing dan sebelum pulang mereka menyeramkan air

kembang pada wanita hamil tersebut, hingga seluruh undangan selesai.

11

Wawancara dengan Bapak.Rois, salah satu sesepuh warga desa Mundu, di

kediaamannya Blok Tengah Rt.01/02, Ahad, 23 Maret 2014, Pukul. 19.00 WIB.

49

3. Tradisi Upacara Seserahan

Upacara seserahan yaitu upacara penyerahan barang-barang

(raja peni, guru bakal, guru dadi = jw) sebagai tanda asih kekeluarga

dari calon pengantin putra kepada calon pengantin putri. Barang-

barang tersebut juga sering disebut sebagai Peningset. Ini

melambangkan bahwa sudah ada ikatan sayang antara calon pengantin

putra dengan calon penganten putri.12

4. Upacara Pasrahan (Menyerahkan) Calon Pengantin

Upacara ini dilaksanakan sebelum ijab/nikah terlebih dahulu

diadakan upacara pasrahan calon pengaten putra. Sedangkan upacara

ijab/nikah diadakan di rumah keluarga calon penganten putri. Upacara

ini ditandai datangnya calon pengaten putra dianter oleh para sesepuh,

berpakaian sederhana dan sepantasnya. Setelah sesampainya di rumah

keluarga calon penganten putri, ada sesepuh yang memasrahkan

(menyerahkan) calon penganten putra keapada calon besan (orang tua

calon penganten putri).

Apabila upacara ijab dan panggih berturutan datangnya calon

penganten putra beserta pengiringnya sudah berpakaian lengkap, maka

upacara ijab akan segera dilakukan.13

12

Wawancara dengan Bapak.Rois, salah satu sesepuh warga desa Mundu, di

kediaamannya Blok Tengah Rt.01/02, Ahad, 23 Maret 2014, Pukul. 19.00 WIB. 13

R.M.S. Gitosaprodjo, Pedoman Lengkap Acara dan Upacara Perkawinan Adat Jawa,

(Surakarta: CV. Cendrawasih, 2010), hal.10.

50

C. Pelaksanaan Seserahan

Tata cara atau prosesi seserahan ini dilakukan pada satu hari sebelum

akad nikah. Wali dari calon pengantin perempuan mengundang calon

pengantin laki-laki melalui utusan. Setelah calon pengantin laki-laki berangkat

menuju kerumah calon pengantin perempuan diiringi dengan seserahan.

Dalam mengantarkan seserahan biasanya disertai dengan seorang utusan

(Caraka=jw) yang bertugas untuk menyerahkan seserahan itu kepada wali.

Sedangkan prosesi sesarahan dilaksanakan sebagai berikut:

Caraka menghadap kepada wali nikah, pertama menyerahkan calon

penganten laki-laki berikut uang maskawin (mahar) yang akan diserahan

kepada pengantin wanita dengan ucapan: ”Nyuwun sewu, kawula kautus dening

bapak fulan, ingkang kapisan bade masrahake calon penganten kakung

dumateng panjenennagn, ngiras arto maskawin ingkang bade kaserhake

mbenjang wonten dateng acara akad nikah” (Mohon maaf, kami diutus oleh

bapak Fulan, yang maksudnya pertama , akan menyerahkan calon mempelai

laki-laki berikut dengan uang masikawain yang akan diserahkan kelak pada

acara akad nikah)

“Kaping kalih, minongko oleh-oleh saking calon pengantin kakung

awujud prabot balapecah, upadi raja kaya, raja brana, guru dadi lan

sapinunggalane, mboten kula sebataken setunggal lan setunggalane,

sumonggo, sedoyo kala wau nyuwun dipun tampi kelayan kabingahan”, (Yang

ke dua, sebagai oleh-oleh merupakan pemberian dari calon penganten laki-laki

untuk penganten perempuan berupa perabot rumah tangga, emas dan juga

51

perlengkapan lainnya yang tidak saya sebutkan satu persatu, semoga bapak

dapat meterima dengan senang hati).14

Setelah caraka selesai menyerahkan kedua kepentingan dimaksud,

kemudian wali menjawab ucapan itu dengan singkat, dengan kata-

kata:”Inggih, menopo ingkang panjenengan sebataken teng ngajeng, wiwit

kapisan upadi ingkang kaping kalih, kulo tampi sedoyo kelayanan manah

ingkang bingah, kula tampi asta kekalih kapat suku”. (Ya, apa yang anda

sebutkan diatas, baik yang pertama maupun yang kedua, saya terima dengan

senang hati, diterima dengan kedua tangan terbuka dan keempat kaki).

Selesailah sudah prosesi sesarahan, kemudian calon mempelai laki-

laki dipersilakan masuk dan barang-barang disimpan ditempat yang telah

dipersiapkan. Salah satu barang bawaan yang dibawa calon penganten laki-laki

ada sebilah pedang (golok) yang diserahkan khusus untuk wali. Sering juga

pakaian untuk kedua orang tua penganten putri juga diserahkan, berupa satu

stel pakaian lengkap sandal dan tutup kepala. Adapun wujud barang yang

diserahkan, seperti telah penulis sebutkan di atas, yaitu bahan-bahan untuk

walimahan dan barang-barang kebutuhan rumah tangga, seperti ranjang

lengkap dengan kasurnya, lemari pakaian, perabotan dapur pakean dan

perhiasan.

14

Wawancara dengan Bapak.Rois, salah satu sesepuh warga desa Mundu, di

kediaamannya Blok Tengah Rt.01/02, Ahad, 23 Maret 2014, Pukul. 19.00 WIB.