BAB III KONDISI OBJEKTIF DAN TRADISI DI DESA MUNDU ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB III KONDISI OBJEKTIF DAN TRADISI DI DESA MUNDU ...
35
BAB III
KONDISI OBJEKTIF DAN TRADISI DI DESA MUNDU
KECAMATAN TANJUNG KABABUPATEN BREBES TERHADAP
SESERAHAN DALAM PERKAWINAN ISLAM
Penelitian yang dilakukan di desa Mundu kecamatan Tanjung Kabupaten
Brebes, memungkinkan peneliti untuk memberikan gambaran secara terperinci
mengenai kondisi objektif, tradisi yang berkembang, dan pelaksanaan seserahan
yang ada di Desa Mundu. Pada bagian ini ada beberapa pasal yang berhubungan,
baik langsung maupun tidak langsung dengan tema, sehingga peneliti perlu
menjelaskan hal-hal yang terkait di dalamnya.
A. Kondisi Objektif Desa Mundu Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes
Desa Mundu adalah salah satu dari 18 desa yang ada di Kecamatan
Tanjung Kabupaten Brebes. Penduduknya 100% beragama Islam, namun
masih menjunjung tinggi nilai adat dan budaya yang diwariskan generasi
terdahulu secara turun-temurun. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih
adanya acara-acara yang mentradisi, seperti sedekah bumi,1 ngruwat
2,
1 Sedekah bumi adalah upacara adat menjelang tanam padi (peninggalan nenek moyang).
Acara ini dilaksanakan pada bulan apit (Dzulqo’dah) dengan diramaikan tontonan wayang golek.
Seiring perkembangan zaman tradisi itu mengalami perubahan, dengan maraknya orkes dangdut
dikalangan masarakat desa sehingga tontonan wayang golek pun dirubah menjadi tontonan orkes
dangdut. 2 Ngruwat adalah upacara selamatan bagi anak laki-laki maupun perempuan dalam satu
keluarga. Anak bugang artinya anak laki-laki yang memeiliki kakak perempuan dan adik
perempuan atau sebaliknya, seorang anak perempuan yang memiliki kakak laki-laki dan adik laki-
laki atau dalam istilah jawa kuna “sendang kapit pancuran.” Anak semata wayang, artinya satu-
satunya anak dari suatu keluarga tanpa kakak dan adik.
35
36
mitoni,3 termasuk seserahan. Selain itu masyarakat desa Mundu menjunjung
tinggi nilai-nilai budaya sosial yang luhur, seperti solidaritas, gotong-royong
dan saling membantu, yang dipertahankan dan dilestarikan secara konsisten
hingga kini. Pembangunan Masjid yang telah mencapai 90% dan
membutuhkan biaya milyaran rupiah, dilakukakan oleh mereka secara
bersama-sama, ini adalah satu contoh masih adanya rasa kegotong-royongan
yang tinggi.
Riwayat lahirnya desa Mundu Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes
ini berkaitan dengan keberadaan desa Mundu Pesisir Kabupaten Cirebon,
karena memiliki rentetan sejarah yang hampir bersamaan.
1. Sejarah Desa
Kyai Mohamad Rois (almarhum) sesepuh desa Mundu
menceritakan, bahwa pada mulaya wilayah ini merupakan hutan
belantara yang ditumbuhi pohon-pohon besar dan lebat, yang bernama
atau disebut pohon Mundu. Pada pertengahan abad ke-XV datanglah
sembilan orang yang mengaku ahli agama.
3 Upacara mitoni adalah tradisi selamatan dalam rangka mendoakan kehamilan pada usia
7 bulan. Itu semua dilakukan dengan cara-cara adat dan tertata seperti, Nasi tumpeng dengan lauk-
pauk dari jenis ikan laut dengan sayur lodeh. Untuk prosesi upacara mitoni disediakan satu butir
kelapa muda yang berwarna kuning (kelapa gading), minyak goreng, air kembang, gayung dan
handuk. Sebelum pembacaan do’a dalam prosesi mitoni, kelapa gading yang ditaruh di atas
nampan diedarkan kepada para undangan. Setiap undangan menyolek minyak goreng, lalu
dioleskan pada kelapa gading yang sebelumnya kelapa itu telah digambar seperti tubuh bayi.
Sedangkan air bunga ditaruh di halaman dan wanita yang menjalani prosesi mitoni siap
dimandikan.
37
Mereka bertekad menebang semua pohon tersebut dan
menjadikannya hunian. Berhari-hari menebangnya namun tidak habis-
habis, seolah-olah hilang satu tumbuh seribu.
Sampai akhirnya mereka menemukan pohon yang terbesar
terletak ditengah-tengah, seakan-akan pohon tersebut menjadi pusat atau
induk dari pepohonan yang ada di sekitarnya. Mereka bertekad
menebangnya tetapi pohon tersebut sanggat keras seperti batu. usaha
mereka tidak sia-sia, dengan berdo’a kepada Allah SWT suatu hari pohon
tersebut bisa ditebang, akhirnya lama menebang pohon tersebut mereka
menjadikan daerah hunian yang diberi nama Mundu.4
Ketika itu pula masyarakat banyak menanam pohon Mundu, guna
untuk mengenang sejarah Desa Mundu. Dengan maksud ingin
mengenang sejarah, masyarakatnya terserang penyakit aneh yang sulit
untuk disembuhkan. Telah banyak upaya yang dilakukan oleh
masyarakat untuk mendapatkan kesembuhan namun tidak ada perubahan
yang signifikan.
Hingga pada suatu hari datanglah seorang laki-laki tua, ia
mengaku bersal dari salah satu Desa di wilayah yang dinamakan Cirebon.
Laki-laki itu datang sambil membawa sekeranjang buah. Buah-buah
tersebut dibagikan kapada semua warga yang terserang penyakit.Maka
makanlah para warga, buah yang diberikan oleh sang pendatang, yang
ternyata buah Mundu.
4 Wawancara dengan sesepuh desa di kediamannya pada tanggal 29 januari 2014. 20.00
WIB.
38
Atas izin Allah SWT, warga yang terserang penyakit langsung
sembuh. Ternyata kampung kelahiran dari orang tua tersebut yang berada
di wilayah Cirebon juga bernama Mundu. Sehingga sampai sekarang
terdapat persamaan nama desa, yaitu Desa Mundu di Kabupaten Cirebon
dan Desa Mundu di kebupaten Brebes. Singkat kata singkat cerita tempat
ini diabadikan dengan nama desa “MUNDU”.
2. Kondisi Geografis
Berdasarkan profil desa Mundu Kecamatan Tanjung Kabupaten
Brebes tahun 2013, kondisi geografis desa Mundu dapat dipaparkan
sebagai berikut:
a. Letak Wilayah
Desa Mundu Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes terletak pada
kemiringan lahan (rata-rata) datar 234,66 Ha dan ketinggian di atas
permukaan laut ± 5 m dpl. Dari segi hidrologi, irigasi berpengairan
setengah tehnis / tadah hujan. Klimatologi Desa Mundu memiliki suhu
11⁰ C dengan curah hujan berkisar 2000 / 3100 mm.5 Dengan
kelembaban udara tidak menentu serta kecepatan angin yang berganti-
ganti dari musim kemusim.
Adapun secara administratif Desa Mundu Kecamatan Tanjung
Kabupaten Brebes dibatasi oleh:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Luwungbata
5 Profil Desa Mundu, tt,hal.58.
39
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Luwunggede
3) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Rungkang
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karangreja
b. Pembagian Wilayah
Desa Mundu Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes dibagi
dalam berbagai wilayah yang terdiri dari:
1) Rukun Warga : 2 RW
2) Rukun Tetangga : 10 RT
c. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Mundu Kecamatan Tanjung Kabupaten
Brebes yaitu 214 Ha dengan rincian sebagai brerikut:
1) Lahan tanah pemukiman yaitu 153,106 Ha
2) Lahan tanah persawah terbagi menjadi dua,
a) Pertama Sawah Teririgasi : 70,80 Ha,
b) Kedua Sawah Tadah Hujan : 6,20 Ha.
3) Orbitrase Jarak Desa dari Pusat Pemerintahan
a) Jarak Tempuh ke Ibukota Provinsi : 201 Km
b) Jarak Tempuh ke Ibukota Kabupaten : 33 Km
c) Jarak Tempuh ke Ibukota Kecamatan : 7 Km
Di desa Mundu terdapat satu sungai besar dan empat sungai kecil/
peranakan. Sungai besar tersebut membelah dua desa yaitu antara desa
40
mundu dengan desa luwunggede. Pada saat musim hujan sungai ini bisa
menampung air yang cukup untuk persediaan pengairan ketika musim
kemarau datang. 6
Desa ini juga memiliki satu sungai yang mati karena alirannya
terputus oleh lahan milik warga dan memiliki satu penampuangan air
semacam waduk dengan ukuran 80 X 35 m, waduk ini digunakan untuk
mengairi sawah yang jauh dari sungai utama.
3. Kondisi Sosial dan Budaya
Penduduk desa Mundu 100% beragama islam dengan corak budaya
dan adat yang beragama dan masih menjunjung tinggi adat istiadat nenek
moyang.7 Hal ini ditandai dengan masih dilaksanakannya upacara sedekah
bumi, seserahan dan lain sebgainya.
Dalam pemahaman beragama di Mundu ada 2 faham yakni
ahlussunnah wal jamaah (Nahdiyin) dan Muhammadiyah. Meskipun ada
beberapa perbedaan faham namun keduanya hidup rukun saling menghormati
satu sama lain.
Dari segi pendidikan, keadaan tenaga pendidik di desa Mundu
mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Sarana peribadatan pun di
desa Mundu sangat terpenuhi sekali. Hal ini di perkuat dengan adanya
musolah-musolah yang tersebar di masing-masing RT dan 1 masjid yaitu
6 Profil Desa Mundu, tt,hal.57.
7Profil Desa Mundu, tt,hal. 59.
41
Masjid Jami Baeturrohim. Terletak di RT. 05 RW.01 kondisi masjid sangat
baik sekali, mengingat baru beberapa tahun direnofasi.
4. Keadaan Ekonomi
Sumber penerimaan Desa Mundu berasal dari PBB, Pendapatan tanah
kas, ADD, Swadaya, Bantuaan Propinsi. Penerimaan pajak, mulai tahun 2011
s/d 2013 mengalami peningkatan. Peningkatan dari tahun 2011 ketahun 2013
adalah sebesar 24%, adapun penyebab dari peningkatan penerimaan pajak
selama tahun 2008 s/d 2009 adalah dari bangunan baru / rumah bertambah
dan kenaikan tarif.
Tanah kas desa Mundu disewakan kepada masyarakat untuk ditanami
tanaman pangan, harga sewa tiap tanah meningkat untuk menyesuaikan
terhadap perkembangan ekonomi.
ADD atau Alokasi Dana Desa adalah dana APBD kabupaten besaran
dana tiap tahunnya bisa berubah sesuai dengan kebijakan Pemkeb. Hampir
lebih dari 60% mayoritas mata pencaharian penduduk desa Mundu adalah
petani dan buruh tani. Hal ini disebabkan sudah turun temurun sejak dulu
bahwa masyarakat adalah petani dan juga minimnya tingkat kesadaran akan
pentinggnya pendidikan. Sehingga menyebabkan masyarakat tidak punya
keahlian lain dan akhirnya tidak ada pilihan lain selain menjadi buruh tani. 8
8Profil Desa Mundu, tt,hal. 70.
42
Tabel 3.2
Gambaran Penduduk Menurut Tingkat Sosial Ekonomi
No Profesi Prosentase (%)
1 PNS/Polri 20%
2 Petani atau Buruh Tani 60%
3 Pedagang 5%
4 Bermata Pencaharian lainnya 15%
Sumber: Profil Desa Mundu.
Dengan pendapatan perkapita penduduk desa Mundu Rp. 600.000,-.
Tabel 3.3
Kepala Keluarga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraannya
No Jenis Kepala Keluarga Prosentase (%)
1 KK Prasejahtera 36%
2 KK Sejahtera 26%
3 KK Kaya 18%
4 KK Miskin 20%,
Sumber: Profil Desa Mundu
Dengan banyaknya KK prasejahtera inilah maka Desa Mundu termasuk dalam
desa berkembang.9
Tahapan keluarga sejahtera dan indikatornya:
a. Keluarga Sejahtera I
9Profil Desa Mundu, tt,hal. 61.
43
1) Keluarga tersebut makan setidaknya dua kali sehari
2) Mempunyai pakaian layak untuk keperluan yang berbeda
3) Rumah yang ditempati mempunyai atap, lantai, dan dinding yang baik
4) Bila ada anak atau anggota keluarga yang sakit, dibawa ke sarana atau
petugas kesehatan
5) Bila pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB, pergi ke sarana
pelayanan KB
6) Semua anak umur 7 – 15 tahun yang ada dalam keluarga bersekolah
b. Keluarga Sejahtera II yaitu keluarga yang memenuhi semua indikator I
dan yang dibawah ini
1) Anggota keluarga melakukan ibadah menurut agamanya
2) Anggota keluarga makan daging/telor/ikan setidaknya sekali
seminggu
3) Anggota keluarga memperoleh satu stel pakaian yang baru dalam
setahun
4) Luas lantai rumah setidaknya 8 m2 untuk setiap penghuni rumah
5) Dalam tiga bulan terakhir seluruh anggota keluarga dalam keadaan
sehat
6) Terdapat seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja
7) Seluruh anggota keluarga berumur 10-60 tahun bisa baca tulis
8) Pasangan usia subur (PUS) dengan dua anak atau lebih menggunakan
kontrasepsi
44
c. Keluarga Sejahtera III yaitu keluarga yang memenuhi seluruh indikator
diatas dan yang berikut ini:
1) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agamanya
2) Sebagian penghasilan keluarga bisa ditabung
3) Keluarga makan bersama setidaknya sekali seminggu
4) Keluarga ikut kegiatan masyarakat di lingkungannya
5) Keluarga memperoleh informasi dari media massa
d. Keluarga Sejahtera III Plus yaitu keluarga yang memenuhi seluruh
indikator termasuk yang dibawah ini:
1) Keluarga secara teratur memberikan sumbangan materil atau uang
untuk kegiatan sosial
2) Ada anggota keluarga yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan
5. Kondisi Politik
Tahun 2013 adalah tahun pertama dimana kepala desa yang baru
menjabat. Hal yang lebih menariknya lagi dipimpin oleh wanita. Selama
beberapa dekade dipimpin oleh laki-laki, sekarang diketuai oleh Sri Okti
Hastuti, A.Mk, sebagai kepala Desa Mundu Periode 2013-2019. Beliau
memenangkan suara terbanyak pada pilkades tahun lalu, dengan pesaing-
pesaingnya yang laki-laki dan lebih dewasa dari dirinya. Sempat terjadi
45
perseteruan diantara mereka yang kalah dengan alasan Okti menggunakan
cara yang curang dalam pilkades tahun lalu.
Namun perseteruan itu tidak berlangsung lama, seperti “api
membakar daun kelapa kering yang membesar sementara lalu padam dengan
sendirinya”. Hal tersebut tidak menyurutkan Okti untuk menjabat menjadi
orang nomor satu di desa Mundu.
Disusul Sumoro sebagai sekretaris desa, Edy Suyanto sebagai kadus,
Masruhi sebagai Kaur. Pemerintah, Abdul Muis (alm) sebagai Kaur.
Keuangan, Casidin, Amd. Pd sebagai Kaur. Ekbang, Warham sebagai Kaur.
Umum, Rubadi sebagai Kaur. Kesra, Sunarto sebagai pemb. Kaur. Umum,
irfai, S.IP sebagai Pemb. Kaur. Keuangan, sunanto, Amd. Pd sebagai Pemb.
Ekbang, Abdulloh sebagai Pemb. Kaur. Kesra, dan Warsa sebagai Pemb.
Kaur. Pemerintahan.10
10
Profil Desa Mundu, tt,hal. 63.
46
Untuk lebih jelasnya akan penulis gambarkan dengan bagan supaya
lebih mudah dipahami.
Gambar
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Mundu Kec. Tanjung
Kab. Brebes Tahun 2013
Sumber: Bagan yang terdapat pada kantor kelurahan desa Mundu
Kepala Desa
Sri Okti Rita Hastuti, A.mk
Sekertaris Desa
Sumoro
Kadus
Edy Suyanto
Kaur. Ekbang
Casidin, Amd.Pd
Kaur. Keuangan
Abdul Muis (alm)
Kaur. Umum
Warham
Kaur. Kesra
Rubad
Pemb. Kaur Ekbang
Sunanto, Amd.Pd
Pemb. Kaur. Kesra
Abdulloh
Pemb. Kaur. Pemerintahan
Warsa
Pemb. Kaur.
Keuangan
Irfai, S.IP
Pemb. Kaur. Umum
Sunarto
Kaur. Pemerintah
Masruhi
47
B. Tradisi Yang Berkembang
Perlu diketahui bahwa mengetahui tradisi yang berkembang pada
suatu daerah adalah bagian dari pengetahuan untuk melakukan penelitian,
sehingga hasil yang didapatkan akan maksimal.
Di bawah ini penulis paparkan, tradisi yang berkembang di
masyarakat. Khususnya masyarakat desa Mundu Kecamatan Tanjung
Kabupaten Brebes sebagai berikut:
1. Tradisi Ngruwat
Ngruwat adalah upacara selamatan bagi anak laki-laki maupun
perempuan dalam satu keluarga yang kondisinya sebagai berikut:
a. Anak bugang artinya anak laki-laki yang memeiliki kakak
perempuan dan adik perempuan atau sebaliknya, seorang anak
perempuan yang memiliki kakak laki-laki dan adik laki-laki atau
dalam istilah jawa kuna “sendang kapit pancuran.”
b. Anak semata wayang, artinya satu-satunya anak dari suatu keluarga
tanpa kakak dan adik.
Jenis anak tersebut di atas dalam acara ngruwat di datangkan
keramaian berupa hiburan wayang golek dengan lakon “bethara kala”.
Perhelatan itu dilaksanakan ketika anak di khitan bagi laki-laki dan pada
saat pernikahan bagi anak perempuan.
48
2. Tradisi Upacara Mitoni
Upacara mitoni adalah tradisi selamatan dalam rangka mendoakan
kehamilan pada usia 7 bulan. Pada upacara ini disediakan berbagai
macam uborampe, dari mulai hidangan untuk selamatan mapun prosesi
mitoni, diantaranya sebagai berikut: 11
a. Nasi tumpeng dengan lauk-pauk dari jenis ikan laut dengan sayur
lodeh.
b. Untuk prosesi upacara mitoni disediakan satu butir kelapa muda
yang berwarna kuning (kelapa gading), minyak goreng, air
kembang, gayung dan handuk.
c. Sebelum pembacaan do’a dalam prosesi mitoni, kelapa gading yang
ditaruh di atas nampan diedarkan kepada para undangan. Setiap
undangan menyolek minyak goreng, lalu dioleskan pada kelapa
gading yang sebelumnya kelapa itu telah digambar seperti tubuh
bayi.
d. Sedangkan air bunga ditaruh di halaman dan wanita yang menjalani
prosesi mitoni siap dimandikan.
Usai pembacaan do’a, para undangan keluar sambil membawa
berkat masing-masing dan sebelum pulang mereka menyeramkan air
kembang pada wanita hamil tersebut, hingga seluruh undangan selesai.
11
Wawancara dengan Bapak.Rois, salah satu sesepuh warga desa Mundu, di
kediaamannya Blok Tengah Rt.01/02, Ahad, 23 Maret 2014, Pukul. 19.00 WIB.
49
3. Tradisi Upacara Seserahan
Upacara seserahan yaitu upacara penyerahan barang-barang
(raja peni, guru bakal, guru dadi = jw) sebagai tanda asih kekeluarga
dari calon pengantin putra kepada calon pengantin putri. Barang-
barang tersebut juga sering disebut sebagai Peningset. Ini
melambangkan bahwa sudah ada ikatan sayang antara calon pengantin
putra dengan calon penganten putri.12
4. Upacara Pasrahan (Menyerahkan) Calon Pengantin
Upacara ini dilaksanakan sebelum ijab/nikah terlebih dahulu
diadakan upacara pasrahan calon pengaten putra. Sedangkan upacara
ijab/nikah diadakan di rumah keluarga calon penganten putri. Upacara
ini ditandai datangnya calon pengaten putra dianter oleh para sesepuh,
berpakaian sederhana dan sepantasnya. Setelah sesampainya di rumah
keluarga calon penganten putri, ada sesepuh yang memasrahkan
(menyerahkan) calon penganten putra keapada calon besan (orang tua
calon penganten putri).
Apabila upacara ijab dan panggih berturutan datangnya calon
penganten putra beserta pengiringnya sudah berpakaian lengkap, maka
upacara ijab akan segera dilakukan.13
12
Wawancara dengan Bapak.Rois, salah satu sesepuh warga desa Mundu, di
kediaamannya Blok Tengah Rt.01/02, Ahad, 23 Maret 2014, Pukul. 19.00 WIB. 13
R.M.S. Gitosaprodjo, Pedoman Lengkap Acara dan Upacara Perkawinan Adat Jawa,
(Surakarta: CV. Cendrawasih, 2010), hal.10.
50
C. Pelaksanaan Seserahan
Tata cara atau prosesi seserahan ini dilakukan pada satu hari sebelum
akad nikah. Wali dari calon pengantin perempuan mengundang calon
pengantin laki-laki melalui utusan. Setelah calon pengantin laki-laki berangkat
menuju kerumah calon pengantin perempuan diiringi dengan seserahan.
Dalam mengantarkan seserahan biasanya disertai dengan seorang utusan
(Caraka=jw) yang bertugas untuk menyerahkan seserahan itu kepada wali.
Sedangkan prosesi sesarahan dilaksanakan sebagai berikut:
Caraka menghadap kepada wali nikah, pertama menyerahkan calon
penganten laki-laki berikut uang maskawin (mahar) yang akan diserahan
kepada pengantin wanita dengan ucapan: ”Nyuwun sewu, kawula kautus dening
bapak fulan, ingkang kapisan bade masrahake calon penganten kakung
dumateng panjenennagn, ngiras arto maskawin ingkang bade kaserhake
mbenjang wonten dateng acara akad nikah” (Mohon maaf, kami diutus oleh
bapak Fulan, yang maksudnya pertama , akan menyerahkan calon mempelai
laki-laki berikut dengan uang masikawain yang akan diserahkan kelak pada
acara akad nikah)
“Kaping kalih, minongko oleh-oleh saking calon pengantin kakung
awujud prabot balapecah, upadi raja kaya, raja brana, guru dadi lan
sapinunggalane, mboten kula sebataken setunggal lan setunggalane,
sumonggo, sedoyo kala wau nyuwun dipun tampi kelayan kabingahan”, (Yang
ke dua, sebagai oleh-oleh merupakan pemberian dari calon penganten laki-laki
untuk penganten perempuan berupa perabot rumah tangga, emas dan juga
51
perlengkapan lainnya yang tidak saya sebutkan satu persatu, semoga bapak
dapat meterima dengan senang hati).14
Setelah caraka selesai menyerahkan kedua kepentingan dimaksud,
kemudian wali menjawab ucapan itu dengan singkat, dengan kata-
kata:”Inggih, menopo ingkang panjenengan sebataken teng ngajeng, wiwit
kapisan upadi ingkang kaping kalih, kulo tampi sedoyo kelayanan manah
ingkang bingah, kula tampi asta kekalih kapat suku”. (Ya, apa yang anda
sebutkan diatas, baik yang pertama maupun yang kedua, saya terima dengan
senang hati, diterima dengan kedua tangan terbuka dan keempat kaki).
Selesailah sudah prosesi sesarahan, kemudian calon mempelai laki-
laki dipersilakan masuk dan barang-barang disimpan ditempat yang telah
dipersiapkan. Salah satu barang bawaan yang dibawa calon penganten laki-laki
ada sebilah pedang (golok) yang diserahkan khusus untuk wali. Sering juga
pakaian untuk kedua orang tua penganten putri juga diserahkan, berupa satu
stel pakaian lengkap sandal dan tutup kepala. Adapun wujud barang yang
diserahkan, seperti telah penulis sebutkan di atas, yaitu bahan-bahan untuk
walimahan dan barang-barang kebutuhan rumah tangga, seperti ranjang
lengkap dengan kasurnya, lemari pakaian, perabotan dapur pakean dan
perhiasan.
14
Wawancara dengan Bapak.Rois, salah satu sesepuh warga desa Mundu, di
kediaamannya Blok Tengah Rt.01/02, Ahad, 23 Maret 2014, Pukul. 19.00 WIB.