kajian kelembagaan dalam tradisi appalili

90
KAJIAN KELEMBAGAAN DALAM TRADISI APPALILI PADA USAHATANI PADI SAWAH (Studi Kasus di Desa Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar) ISMA HASMITA 105961112818 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022

Transcript of kajian kelembagaan dalam tradisi appalili

i

KAJIAN KELEMBAGAAN DALAM TRADISI APPALILI

PADA USAHATANI PADI SAWAH

(Studi Kasus di Desa Pattinoang Kecamatan Galesong

Kabupaten Takalar)

ISMA HASMITA

105961112818

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

ii

KAJIAN KELEMBAGAAN DALAM TRADISI APPALILI PADA

USAHATANI PADI SAWAH

(Studi Kasus di Desa Pattinoang Kecamatan Galesong

Kabupaten Takalar)

ISMA HASMITA

105961112818

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

iii

iv

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kajian Kelembagaan

dalam Tradisi Appalili pada Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus di Desa

Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar) adalah benar

merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Makassar, 25 Februari 2022

Isma Hasmita

105961112818

vi

ABSTRACT

ISMA HASMITA. 105961112818. Institutional Studies in the Appalili Tradition

in Paddy Rice Farming (Case Study in Pattinoang Village, Galesong District,

Takalar Regency). Supervised by JUMIATI and AKBAR.

This study aims to determine the pattern of implementation of the Appalili

tradition in Pattinoang Village, Galesong District, Takalar Regency, to find out

the role and function of institutions in the Appalili tradition in Pattinoang Village,

Galesong District, Takalar Regency, what values are contained in the Appalili

tradition in Pattinoang Village, Galesong District, Takalar Regency.

This type of qualitative research with the technique of determining the

informant is purposive sampling. Data analysis used is data reduction, data

presentation, and drawing conclusions. The results of the study indicate that (1)

The implementation of the Appalili activity in Pattinoang Village in November

which is held once every year, this activity is not funded by the government but

funds collected by the farming community. (2) The roles and functions of

institutions in Appalili activities include agricultural field extension workers

having a role, namely (making letters, distributing letters, collecting funds,

preparing consumption, and gathering all institutional members), their functions

are (opening Appalili events, completing suggestions and farmer problems ,

provide direction in the field of agriculture, and read back the results of the

appalili activities). Meanwhile, farmer groups, women's farmer groups, and

farmer groups have the same role, namely (attending the appalili event and

gathering group members), the function is also the same, namely (delivering

problems in the agricultural sector and providing suggestions and opinions in

appalili activities). The village head has a role, namely (attending the event), its

function is (giving advice and giving remarks). The hamlet priest has a role,

namely (attending the appalili event), his function is (giving advice). Babinsa and

bhabinkamtibmas have the same role, namely (attending the appalili event), their

function is also the same, namely (securing the situation and conditions at the

activity location). (3) The values contained in the Appalili tradition in Pattinoang

Village are the values of deliberation, religious, solidarity, social,

obedience/obedience, simplicity, scholarship, and the value of mutual

cooperation.

Keywords: Institutional, Appalili, Farming, Paddy Sawah

vii

ABSTRAK

ISMA HASMITA.105961112818. Kajian Kelembagaan dalam Tradisi Appalili

pada Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus di Desa Pattinoang Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar). Dibimbing oleh JUMIATI dan AKBAR

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pelaksanaan tradisi Appalili

di Desa Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, mengetahui peran

dan fungsi kelembagaan dalam tradisi Appalili di Desa Pattinoang Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar, nilai-nilai apasaja yang terkandungt dalam tradisi

Appalili di Desa Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

Jenis penelitian kualitatif dengan teknik penentuan informan yaitu

purposive sampling. Analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Adapun

pelaksanaan kegiatan Appalili di Desa Pattinoang pada bulan November yang

diadakan sekali setiap tahunnya, kegiatan ini tidak didanai oleh pemerintah

melainkan dana yang dikumpulkan oleh masyarakat tani. (2) Peran dan pungsi

lembaga pada kegiatan Appalili diantaranya yaitu penyuluh pertanian lapangan

memiliki peran yaitu (memperadakan surat, membagikan surat, mengumpulkan

dana, menyiapkan konsumsi, dan mengumpulkan semua anggota kelembagaan),

funginya yaitu (membuka acara Appalili, merampung saran dan permasalahan

petani, memberikan pengarahan dalam bidang pertanian, dan membacakan

kembali hasil dari kegiatan appalili). Adapun kelompok tani, kelompok wanita

tani, dan gabungan kelompok tani memiliki peran yang sama yaitu (menghadiri

acara appalili dan mengumpulkan anggota kelompoknya), funginya juga ama

yaitu (menyampaikan permasalahan-permasalahan dalam bidang pertanian dan

memberikan saran serta pendapat dalam kegiatan appalili). Kepela desa memiliki

peran yaitu (menghadiri acara), fungsinya yaitu (memberikan saran dan

memberikan sambutan). Imam dusun memiliki peran yaitu (menghadiri acara

appalili), fungsinya yaitu (memberikan saran). Babinsa dan bhabinkamtibmas

memiliki peran yang sama yaitu (menghadiri acara appalili), fungsinya juga sama

yaitu (mengamankan situasi dan kondisi di lokasi kegiatan). (3) Nilai-nilai yang

terkandung dalam tradisi Appalili di Desa Pattinoang yaitu nilai musyawarah,

religious, solidaritas, sosial, ketaatan/kepatuhan, kesederhanaan, keilmuan, dan

nilai gotong royong.

Kata Kunci: Kelembagaan, Appalili, Usahatani, Padi Sawah

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,

hidayah-Nya dan karunia yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Kajian Kelembagaan dalam Tradisi

Appalili pada Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus di Desa Pattinoang Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar).”

Penyusunan skripsi ini penulis menghadapi banyak masalah, akan tetapi

masalah tersebut mampu diselesaikan dengan baik berkat adanya bimbingan dari

bapak dan ibu pembimbing yang senantiasa membimbing penulis dan selalu

memberikan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap dengan adanya skripsi ini penulis dapat memberikan ilmu

yang penulis miliki melalui penulisan skripsi ini. Penulis menyampaikan banyak

terima kasih kepada pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini baik

secara langsung ataupun tidak langsung, terutama yang terhormat :

1. Ibu Dr. Jumiati, S.P., M.M selaku pembimbing utama dan bapak Akbar, S.P.,

M.Si selaku pembimbing pendamping yang telah membimbing saya dalam

penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. HJ. Andi Khaeriyah, M.Pd. Selaku dekan fakultas pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P selaku ketua program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kedua orang tua saya dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan

semangat dalam penyusunan skripsi ini, baik secara moril maupun material.

ix

5. Kepada pihak pemerintah Kabupaten, Kecamatan dan Desa yang telah

memberikan izin dalam melakukan penelitian ini sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

6. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir

yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

terlibat sehingga sampai saat ini saya bisa menyelesaikan skripsi ini. Semoga apa

yang telah saya tulis dapat bermanfaat untuk orang yang membacanya.

Makassar, 25 februari 2022

Isma Hasmita

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i

HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................ vii

DAFTAR ISI .......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. xi

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ...................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6

2.1 Konsep Kelembagaan .................................................................... 6

2.2 Konsep Appalili ............................................................................. 8

2.3 Konsep Usahatani .......................................................................... 9

2.4 Padi Sawah ................................................................................... 10

2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan ................................................ 11

2.5 Kerangka Pikir............................................................................... 17

III. METODE PENELITIAN ................................................................ 19

xi

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 19

3.2 Teknik Penentuan Informan ........................................................... 19

3.3 Jenis dan Sumber Data................................................................... 19

3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 20

3.5 Teknik Analisis Data ..................................................................... 21

3.6 Definisi Operasioanl ...................................................................... 22

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................ 23

4.1 Keadaan Geografis ........................................................................ 23

4.2 Kondisi Demografis ....................................................................... 24

4.3 Kondisi Pertanian .......................................................................... 27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 29

5.1 Identitas Informan ......................................................................... 29

5.2 Pola Pelaksanaan Tradisi Appalili .................................................. 32

5.3 Peran dan Fungsi Kelembagaan dalam Tradisi Appalili.................. 35

5.4 Nilai-nilai yang Terkandung dalam Tradisi Appalili....................... 47

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 53

6.1 Kesimpulan ................................................................................... 53

6.2 Saran ............................................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

Tabel 1. PenelitiTerdahulu yang Relevan ......................................................... 12

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ......................................... 25

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ......................................... 25

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ......................................... 26

Tabel 5. Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ......................................... 29

Tabel 6. Identitas Informan Berdasarkan Umur di Desa Pattinoang Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar ........................................................... 30

Tabel 7. Identitas Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ......................................... 31

Tabel 8. Peran dan Fungsi Kelembagaan dalam Tradisi Appalili di Desa

Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ....................... 35

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

Tabel 1. Pedoman Wawancara ......................................................................... 59

Tabel 2. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................ 60

Tabel 3. Identitas Informan .............................................................................. 61

Tabel 4. Dokumentai Penelitian ....................................................................... 62

Tabel 5. Kartu Kontrol Bimbingan ................................................................... 63

Tabel 6. Surat Keterangan Bebas Plagiasi ........................................................ 65

Tabel 7. Surat Izin Penelitian ........................................................................... 74

Tabel 8. Riwayat Hidup .................................................................................. 77

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam.

Pada program pembangunan terlebih pada daerah pedesaan yang mayoritas

penduduknya adalah petani hal ini menjadi potensi yang sangat penting. Lahan

atau lahan pertanian merupakan sumber daya fisik yang paling penting dalam

kondisi tersebut. Khususnya lahan yang digunakan untuk kegiatan sosial dan

ekonomi di pedesaan.

Kegiatan sosial tersebut meliputi hal-hal seperti berkeluarga, bersekolah,

beribadah, dan berpartisipasi. Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan,

industri, dan kegiatan ekonomi lainnya menggunakan lahan untuk kegiatan

ekonomi (Aziz, 2017).

Kearifan lokal berasal dari sekelompok masyarakat yang lahir secara

turun-temurun, hidup bersama dalam damai dengan alam, serta mampu

menyesuaikan diri dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. (Fadhila, 2017).

Kearifan budaya lokal mengacu pada sistem kepercayaan, budaya, dan norma

yang telah diartikulasikan dalam tradisi menjadi panutan sejak lama. Ini adalah

dasar untuk enhubunan sutu koneksi. (Ridwan dan Nurman, 2017).

Masyarakat petani tepatnya di sulawesi selatan khususnya di desa

pattinoang kecamatan galesong kabupaten takalar memiliki kearifan lokal yang

masih dijaga sampai sekarang. Tradiri appalili adalah forum yang membahas

banyak hal yang berkaitan dengan pertanian, mulai dari kegiatan pertanian hingga

2

produksi produk pertanian. yakni, duduk bersama membahas berbagai persoalan

pertanian yang dilanjutkan dengan aksi penutup makan bersama yang disebut juga

Appalili (Alham dkk, 2014)

Appalili merupakan pertemuan rutin petani sebelum turun ke sawah,

output dari kegiatan ini yaitu berupa beberapa kesepakatan jadwal tanam,

kesepakatan alat yang di gunakan, varietas benih yang akan ditanam,

pengendalian hama dan penyakit, rencana panen hingga pasca panen bahkan

sampai pada pasarnya dan segala hal yang berhubungan dengan siklus pertanaman

(Firdayanti, 2019).

Tujuan dari appalili ini adalah untuk melestarikan budaya Indonesia.

Lembaga yang dimaksud bersifat non fisik atau abstrak. (Nita dkk, 2017). Hal ini

memiliki konotasi yaitu kebersamaan, sehingga pembicaraannya adalah tentang

bagaimana mengatasi hama yang menyerang agar petani dapat memperoleh hasil

panen yang berbasis di luar pertanian dan tidak ada hasil yang nol atau hasil yan

nihil (Kamaruddin, 2018).

Beberapa kelompok atau individu turut serta dalam upaya Appalili ini,

antara lain pemerintah, para ahli dari berbagai bidang, tokoh masyarakat, tokoh

agama, kelompok tani, pallontara atau pananrang, petani penggarap, dan lain-lain

(Dolla, 2016). Namun Appalili ini mengalami pergeseran nilai yang dipengaruhi

oleh perubahan sosial serta perkembangan zaman yang semakin modern sehingga

mempengaruhi budaya dalam pertanian yang akan mengakibatkan terjadinya

komunikasi yang tegang antar pemerintah dengan masyarakat sehingga informasi

vertikal dari hasil Appalili tidak berlangsung dengan baik (Atrianingsi dkk, 2018).

3

Sumber daya alam secara bertahap diakui oleh banyak orang sebagai

potensi yang menjanjikan untuk mendukung tingkat ekonomi masyarakat,

terutama bagi petani. Selain itu, berbagai aktivitas manusia di darat, di pesisir, dan

di laut dapat mencemari lingkungan. Keadaan ini menghasilkan tekanan

lingkungan bahkan cenderung merusak sumber daya alam di darat, pantai, dan

laut, yang cenderung berkembang dalam intensitas dari waktu ke waktu, sehingga

mengakibatkan penurunan daya dukung sumber daya dan dalam jangka panjang

menjadi tragedi terbuka. Kegagalan upaya pengelolaan sumber daya alam di atas

tanah seringkali dipersalahkan karena tidak terintegrasinya kekayaan lokal (lokal).

Atas dasar asumsi inilah yang memunculkan ide peneliti untuk melakukan

penelitian terhadap Kajian Kelembagaan dalam Tradisi Appalili pada Usahatani

Padi Sawah (Studi Kasus di Desa Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten

Takalar)”, karena di Desa Pattinoang ini kelembagaan dalam Appalili menjadi

adat atau tradisi yang dilakukan turun temurun serta usahatani padi sawah menjadi

komoditas terbaik di Desa Pattinoang.

Berdasarkan temuan survei yang dilakukan di Desa Pattinoang, Kecamatan

Galesong, Kabupaten Takalar, interaksi masyarakat pedesaan di kawasan ini

masih menunjukkan adanya hubungan penyesuaian atau keterikatan berdasarkan

kearifan tradisional melalui nilai-nilai tradisional petani dan pelaksanaan upacara

adat. Agama adalah jenis institusi lokal yang masih terlembaga, seperti tradisi

Appalili menanam padi dataran rendah.

Perubahan interaksi para petani, perubahan nilai dan norma dalam

melaksanakan segala aktivitas pertanian dan perkembangan teknologi

4

mengakibatkan ketergantungan pada para petani tersebut (Sitohang dan Saurma,

2018). Tanaman padi juga dipengaruhi oleh perubahan pola curah hujan. Hal ini

membahayakan pembangunan ketahanan pangan di masa depan (Sulaiman, 2018).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang maka diperoleh rumusan masalah yaitu,

1. Bagaimana Pola Pelaksanaan Tradisi Appalili di Desa Pattinoang Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar ?.

2. Bagaimana Peran dan Fungsi Kelembagaan dalam Tradisi Appalili di Desa

Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ?.

3. Nilai-Nilai apasaja yang Terkandungt dalam Tradisi Appalili di Desa

Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar?.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui Pola Pelaksanaan Tradisi Appalili di Desa Pattinoang Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar.

2. Mengetahui Peran dan Fungsi Kelembagaan dalam Tradisi Appalili Di Desa

Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

3. Nilai-Nilai apasaja yang Terkandungt dalam Tradisi Appalili di Desa

Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

5

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini sebagai sarana pembelajaran bagi peneliti mengenai

kelembagaan dalam tradisi Appalili di Desa Pattinoang dalam penelitian ini

diharapkan dapat berguna untuk peneliti berikutnya sebagai bahan informasi yang

terkait dalam bidang penelitian yang sama.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kelembagaan

1. Pengertian kelembagaan

Pentingnya kelembagaan diakui dalam pembangunan pertanian, baik di

Negara industri maupun di Negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia.

Namun kelembagaan di Negara berkembang masih cenderung lemah dan

hambatan-hambatan yang dialami petani sangat tinggi. Hadirnya kelembagaan ini

diharapkan mampu membantu para petani keluar dari persoalan-persoalan

kesenjangan ekonomi petani.

Lembaga adalah suatu tatanan dan hubungan yang saling mengikat antara

anggota suatu masyarakat atau organisasi yang dapat menentukan struktur

hubungan manusia atau organisasi. Kekuatan pembatas dan pengikat dalam

bentuk norma, kode etik, struktur, aturan resmi dan informal untuk mengatur

perilaku sosial, dan upaya untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan

mendefinisikan institusi ini, yang bertempat di sebuah organisasi atau jaringan

(Fauzi, 2012).

Lembaga adalah kumpulan individu yang berkumpul untuk memenuhi

kebutuhan yang sama dan mengatur kebutuhan tersebut dengan menggunakan

norma dan aturan untuk mencapai tujuan bersama. Lembaga dalam tradisi Appalili

dibentuk oleh masyarakat Desa Pattinoang guna menjadi kegiatan yang

melibatkan masyarakat dalam bertukar pendapat mengenai usahatani padi sawah

yang dilakukan sekali setiap tahunnya.

7

Penumbuhan serta pengembangan kelembagaan petani dilakukan melalui

pemberdayaan petani untuk mengubah pola pikir petani, sehingga mampu

meningkatkan usahataninya dan meningkatkan kemampuannya dalam

melaksanakan setiap fungsinya.

Kelembagaan petani memainkan peran penting dalam keberlanjutan

pertanian, terutama dalam hal memberikan masukan dan pertimbangan kepada

setiap pelaku pembangunan dalam konteks pembangunan ekonomi lokal.

(Cahyono, 2012).

Organisasi adalah perkumpulan atau wadah sekelompok orang untuk

bekerja sama dengan memberikan arahan dan aturan untuk meningkatkan

keterampilan dan kemampuan anggota organisasi dalam memperoleh sumber daya

dan dukungan dari lingkungan yang berguna untuk mencapai tujuan bersama.

Didalam produktivitas mengalami penurunan dikarenakan lemahnya

sistem kelembagaan serta budidaya tanaman yang tidak optimal. Akibat adanya

serangan hama yang relatif cepat dan sulit dikendalikan yang menyerang tanaman

padi. Serangga ini tergolong dalam jenis hama yang dapat menimbulkan

kerusakan dan kehilangan hasil panen (Taufik, 2008).

Selain hama yang menyerang tanaman alsintan juga memiliki peran

penting dalam mengelolah usahatani padi. Desa Pattinoang menggunakan alat

bantu alsintan selain menghemat tenaga kerja juga menekankan kehilangan hasil

produksi yang berlebih. Lembaga yang ada di Desa Pattinoang yang ditunjuk

untuk mengolah bantuan alsintan yaitu Gapoktan (Purwantini, 2018).

8

2.2 Konsep Appalili

Appalili adalah jenis budaya yang telah berkembang menjadi ritual lama

yang dilakukan setiap musim saat mendekati musim tanam padi, dengan tujuan

untuk melindungi tanaman padi dari kerusakan yang akan mengurangi jumlah

beras yang dihasilkan. (Liswati, 2016). Kata Appalili menjadi penanda sebagai

datangnya waktu untuk mulai menanam padi.

Appalili menjadi salah satu tradisi masyarakat yang dilaksanakan sekali

setiap tahunnya. Kegiatan ini hanya dilakukan ketika henda enanam padi

kesawah. Appalili berarti tradisi dimulainya bertanam padi di sawah. Appalili

disini merupakan tradisi atau kebiasaan turun temurun yang dilakukan oleh petani

dalam sebuah kelompok masyarakat (Nurhalimah, 2018).

Jenis warisan yang umum termasuk kebiasaan, konvensi, dan tradisi.

Keyakinan individu dan praktik seremonial yang tumbuh seiring waktu sebagai

masyarakat berkembang menjadi budaya adalah fokus tradisi (Mardiana, 2019).

Appalili mempunyai kaitan yang penting terhadap keperluan paradigma

yang baik, hal ini mencadangkan penyertaan masyarakat dalam proses membuat

keputusan tanpa unsur paksaan (Indar Arifin, 2010). Appalili salah satu budaya

yang dipelihara di Indonesia tepatnya di daerah Sulawesi selatan, jenis budaya ini

merupakan perbincangan atau diskusi untuk menentukan perancangan awal

sebelum turun kesawah (Alham, 2014).

Adapun beberapa pendapat tersebut, penulis dapat mengartikan Appalili

sebagai bentuk musyawarah oleh kelompok tani yang dilakukan turun temurun

9

sekali setiap tahunnya dengan tujuan untuk membicarakan waktu untuk menanam

padi di sawah secara serentak pada setiap desa.

2.3 Konsep Usahatani

Pertanian adalah ilmu yang mempelajari bagaimana petani secara efektif

dan efisien mengolah input atau elemen produksi seperti tanah, tenaga kerja,

modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida dengan tujuan untuk meningkatkan

pendapatan usahatani.

Terdapat dua macam usahatani yaitu lahan basah atau sawah lahan kering.

Tipe usaha tani dapat diklasifikasikan tanaman yang didasarkan pada macam dan

cara penyusunan tanaman yang diusahakan yaitu usahatani padi dan usahatani

palawijaya (serealia, umbi-umbi, jagung). Pola tanam usahatani yaitu usahatani

monokuler yaitu menanam satu jenis tanaman sayuran pada satu lahan dan

usahatani campuran atau tumpangsari yaitu menanam dua atau lebih jenis

tanaman dalam satu lahan pertanian (Darwis, 2017).

Usahatani merupakan segala bentuk ilmu yang dipelajari untuk

mengalokasikan sumberdaya, menganalisa seluk beluk masalah pertanian serta

solusinya, serta modal skill untuk menghasilkan suatu produk pertanian secara

efektif yang memperoleh keuntungan setinggi-tingginya (Pangkey, 2016).

Tentu saja ada yang melakukan kegiatan di Ushatani ini dikenal sebagai

kelompok tani. Misi kelompok tani ini adalah untuk mendukung dan membantu

masyarakat dalam mengelola lahan pertanian secara efektif, sehingga

menghasilkan perubahan positif dan peningkatan produksi pertanian semaksimal

mungkin, sehingga petani yang tergabung dalam kelompok tani mengalami

10

dampak positif bagi kehidupan mereka, sehingga menghasilkan kesejahteraan.

petani.

Adapun berbagai definisi di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

usahatani merupakan kegiatan untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada di

bidang pertanian dan dikelolah langsung oleh kelompok tani, sedangkan

kelompok tani sendiri merupakan kumpulan masyarakat dalam sebuah kelompok

untuk menunjang dalam mengelolah lahan pertanian.

2.4 Padi Sawah

Tanaman padi merupakan jenis tumbuhan yang paling sering ditemukan,

terlebih lagi orang yang tinggal dipedesaan. Hamparan sawah dipenuhi dengan

tanaman padi. Padi dijadikan sumber bahan pokok oleh masyarakat. Padi

termasuk genus Oryza L. Tanaman padi termasuk dalam jenis tanaman rumput-

rumputan.

Padi adalah tanaman yang tumbuh subur di lingkungan tergenang atau

basah, tetapi juga dapat tumbuh subur di lingkungan kering selama kebutuhan

airnya terpenuhi. Iklim juga menjadi factor pertumbuhan padi. Tanaman padi

dapat tumbuh pada lahan terbuka atau terpapar langsung matahari, terutama padi

pada masa berbunga.

Suhu ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan adalah antara 20 dan 30

derajat Celcius. Curah hujan minimal 200 milimeter per bulan diperlukan. Curah

hujan rata-rata 1500-2000 mm setiap tahun. Padi tumbuh baik pada tanah yang

berstruktur lemah dan mengandung liat. Antara 15 dan 30 cm tanah lapisan atas

11

harus berupa lanau, yang merupakan struktur butiran tanah homogen yang mampu

menyimpan air.

Tanaman padi cukup mudah didapat dan cukup penting bagi seluruh

masyarakat Indonesia. Beras, misalnya, dimanfaatkan sebagai makanan pokok

karena mengandung sumber energi dan protein yang dibutuhkan manusia. Padi

adalah salah satu tanaman terpenting dalam sejarah manusia (Ina, 2007).

Padi yang menjadi sumber pokok manusia dijadikan beras yang di

konsumsi oleh masyarakat. Sampai saat ini hampir semua masyarakat di Indonesia

menjadikan beras sebagai bahan pokok. Penempatan beras sebagai makanan

pokok berimplikasi luas pada kebijakan komoditas lainnya seperti gula, daging,

kedelai, dan sebagainya di berbagai aspek baik dari segi ekonomi, social maupun

politik (Kusnadi, 2011).

Adapun dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa padi sawah

ialah tanaman yang sering dijumpai terlebih di daerah pedesaan. Padi menjadi

sumber kebutuhan pokok bagi masyarakat terlebih masyarakat Indonesia dan

khususnya bagi masyarakat di Desa Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten

Takalar.

2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu memuat tentang penelitian yang dilakukan mengenai

analisis modal sosial Appalili pada usahatani padi sawah di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Penelitian terdahulu ini sebagai rujukan

penelitian yang penulis lakukan, beberapa penelitian terdahulu sebagai berikut :

12

Table 1. Penelitian Terdahulu yang Relevan

No. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

1 Peran lembaga tudang

sipulung dalam

pengelolaan usaha tani

di kabupaten bone

(Firdayanti, 2019)

Jenis penelitian

kualitatif murni

menggunakan

pendekatan

etnografi.Teknik

analisis data yaitu

reduksi data, display

data, kesimpulan

dan verifikasi.

Berdasarkan hasil

penelitian maka dapat

disimpulkan bahwa

peran lembaga tudang

sipulung dalam

pengelolaan usaha tani

di Kabupaten Bone

dapat dikatakan masih

sangat berperan penting

karena sangat membantu

para petani dalam

mengatasi segala hal

yang berkaitan dengan

pertanian yang mana

nantinya bertujuan

meningkatkan hasil

produktivitas.

2 Kajian Kelembagaan

Lokal dalam

Pemanfataan

Sumberdaya Perikanan

Tangkap di Kabupaten

Maros (Studi Kasus

Desa Pajjukukang

Kecamatan Bontoa)

(Haeruddin, 2016)

penelitian dilakukan

secara sengaja

(purpossive).

Penelitian ini

menggunakan

pendekatan metode

penelitian kualitatif

(qualitaif research)

a. sebuah. Kaitan sosial

keluarga, institusi

Agama dan Kepercayaan

(Mitos, Ritus, Fetish,

Pemujaan, dan Sihir),

dan larangan/pantang

(nakasa') mencerminkan

nilai kelembagaan lokal

dalam pemanfaatan

sumberdaya perikanan

tangkap.

b. Karena memasukkan

motif keselamatan

(perlindungan dari Sang

Pencipta) dan motif

rezeki, nilai-nilai

kelembagaan lokal

dipandang sangat

mendukung dalam

pemanfaatan sumber

daya perikanan tangkap

oleh masyarakat

(ekonomi).

13

No. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

3 Dampak penggunaan

alat mesin panen

terhadap kelembagaan

usahatani padin

(Tri Bastuti Purwantini

dan Sri Hery

Susilowati, 2018)

Metode penelitian

yang digunakan

dalam penelitian ini

menggunakan

pendekatan

deskriptif kualitatif

dan tabulasi.

Berdasarkan penelitian

yang dilakukan , dapat

disimpulkan bahwa

ketersediaan dan akses

alsintan panen dan pasca

panen secara umum

meningkat di semua desa

contohnya selama

periode analisis.

Peningkatan akses

alsintan oleh petani

secara umum

dipengaruhi secara

positif (atau Sebagian

kecil tidak berpengaruh)

oleh ketepatan jumlah

dan jenis alsintan yang

dibutuhkan, konsentrasi

penyebaran lokasi,

ketersediaan alsintan,

ketepatan waktu

penyediaan, serta

kualitas pengerjaan

alsintan tersebut. Biaya

sewa berpengaruh

negative atau

peningkatan biaya sewa

akan menurun akses

penggunaan alsintan

thesser dan combine

harvester. Kelembagaan

pengelola alsintan yang

dipandang sesuai untuk

kondisi saat ini adalah

berbentuk UPJA dan

kelompok. Peningkatan

akses dan penggunaan

alsintan panen dan

pascapanen selain

karena faktor

ketersediaan juga karena

kesiapan kelembagaan

pengelolah alsintan.

14

No. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

4 Peningkatan Kapasitas

Kelembagaan

Kelompok Tani dalam

Pengembangan

UsahataniAgroforestry:

Studi Kasus di Desa

Cukangkawung,

Kecamatan

Sodonghilir,

Kabupaten

Tasikmalaya, Provinsi

Jawa Barat

(Idin Saepudin

Ruhimat, 2017)

Metode yang

digunakan yaitu

metode

proposionaterandom

sampling dengan

menggunakan teknik

penarikan sampel

bertahap (multistage

sampling)

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

kapasitas kelembagaan

kelompok tani

merupakan salah satu

faktor penting dalam

program pengembangan

usahataniagroforestrydi

Desa Cukngkawung.

Tingkat kapasitas

kelembagaan kelompok

tani dipengaruhi secara

langsung oleh tingkat

kedinamisan kelompok

tani dan tingkat

partisipasi anggota

dalam kegiatan

kelompok tani, serta

secara tidak langsung

dipengaruhi secara

langsung oleh tingkat

kedinamisan kelompok

tani, serta secara tidak

langsung dipengaruhi

oleh kapasitas anggota,

pe ketua, peran

penyuluh, dukungan

pihak luar, dan

karakteristik individu

anggota.

5 Analisis Kelembagaan

Petani dalam

Mendukung

Keberfungsian

Infrastruktur Irigasi

(Studi Kasus: Daerah

Irigasi Batang Anai,

Sumatera Barat)

(Yenni Nur Aini,

Zafira Nadida, 2014)

Metode penelitian

menggunakan

pendekatan

kualitatif dan teknik

analisis deskriptif.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

kondisi kelembagaan

petani untuk mendorong

berfungsinya prasarana

irigasi, serta jumlah

organisasi, anggota

organisasi yang aktif,

dan tingkat partisipasi,

semuanya menunjukkan

kinerja yang cukup baik,

dengan kegiatan

kelembagaan petani

mendapat skor 87,59

15

No. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

persen atau memberikan

kontribusi sebesar

15,77% untuk

mendukung

infrastruktur.

6 Model Pengembangan

Kelembagaan Petani

Menuju Kelembagaan

Ekonomi Petani di

Kecamatan

Sindangkasih Ciamis.

(Lukman Effendy,

Riddia Mustofa, 2020)

Analisis data yang

digunakan dalam

pengkajian ini

adalah analisis

statistik deskriptif

dan analisis regresi

dengan bantuan

program statistical

productand

servicesolutions

(SPSS) versi 20.

Hasil analisis

menunjukkan bahwa:

faktor yang berpengaruh

pada pengembangan

kelembagaan menjadi

KEP adalah faktor

keltan, yang terdiri atas

keanggotaan, fungsi

keltan dan kelas keltan.

Untuk merancang

strategi pengembangan

KT menjadi KEP

dimulai dengan

meningkatkan fungsi

keltan dan meningkatkan

karakteristik anggota

serta menaikkan kelas

keltan.

7 Kelembagaan dan

Strategi Peningkatan

Daya Saing Komoditas

Cabai Kabupaten Garut

(Silmi Tsurayya dan

Lindawati Kartika,

2015)

Metode pengolahan

dan analisis data

yang digunakan

adalah analisis

deskriptif, analisis

SWOT, The House

Model dan Pairwise

Comparison

Temuan penelitian

mengungkapkan bahwa:

1) Ada enam struktur

rantai pasok dalam

distribusi komoditas

cabai; 2) Sektor publik,

sukarela, dan swasta

merupakan sektor

kelembagaan utama

yang berperan dalam

peningkatan daya saing

komoditas cabai; 3)

Analisis SWOT

menghasilkan 15

alternatif strategi; dan 4)

Model Rumah sebagai

model peningkatan daya

saing.

16

No. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

8 Faktor-faktor yang

Mempengaruhi

Efektivitas

Kelembagaan Petani

(Kasus di Provinsi

Jawa Tengah)

(Sapja Anantanyu,

Sumardjo, Margono

Slamet, Prabowo

Tjitroprano, 2009)

Pendekatan analisis

yang digunakan

adalah deskriptif

secara kuantitatif

maupun kualitatif,

selanjutnya

dilakukan uji

statistik korelasi,

regresi, dan analisis

jalur.

Penelitian ini

menunjukkan bahwa

efektivitas kelembagaan

petani masih berada

pada kategori sedang.

Efektivitas kelembagaan

petani secara langsung

dipengaruhi oleh tingkat

anggota partisipasi

dalam kelembagaan

petani peran pihak luar,

pendidikan formal dan

kepemimpinan lokal.

Pendapatan petani,

kualitas penyuluhan,

partisipasi

9 Analisis Kelembagaan

dan Strategi

Peningkatan Daya

Saing Komoditas

Kentang di Kabupaten

Banjarnegara, Jawa

Tengah

(Ruwanti Eka Rahayu

dan Lindawati Kartika,

2015)

Analisis data yang

digunakan adalah

analisis Deskriptif,

analisis TOWS dan

Pairwise

Comparison

Temuan penelitian ini

menunjukkan bahwa: a)

Jumlah petani yang

memasarkan produknya

di koperasi; b)

Persentase peningkatan

jumlah benih

bersertifikat yang

memenuhi kebutuhan

petani kentang; dan c)

Persentase peningkatan

produksi kentang lokal

yang memenuhi

permintaan pasar

domestik dan ekspor,

serta regulasi terkait

indikator tersebut.

10 Tradisi Appalili di

Kassikebo Kecamatan

Maros Baru Kabupaten

Maros (2005-2017)

(Nurhalimah, 2018)

Jenis penelitian

kualitatif deskriptif

menggunakan teknik

pengumpulan data

heuristik

Temuan penelitian ini

menunjukkan bahwa

asal-usul tradisi appalili

dapat ditelusuri kembali

ke tiga faktor: (1) tradisi

bertani padi turun

temurun yang

berlangsung lama, (2)

bentuk penolakan bala

untuk menghindari

17

No. Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

bencana di Kassikebo.

daerah, dan (3) ucapan

syukur karena dengan

melaksanakan appalili,

hasil panen masyarakat

melimpah,

memungkinkan mereka

panen dua kali dalam

setahun.

2.6 Kerangka Pemikiran

Tanaman padi cukup mudah didapat dan cukup penting bagi seluruh

masyarakat Indonesia. Beras, misalnya dimanfaatkan sebagai makanan pokok

karena mengandung sumber energi dan protein yang dibutuhkan oleh manusia.

Gambar 1 menggambarkan tentan kerangka berpikir sistematis yang digunakan

dalam penelitian ini.

Desa Pattinoang, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, dikenal

dengan persawahan dataran rendahnya. Dalam budidaya padi sawah, interaksi

sosial terbentuk sebagai sarana untuk menyatukan anggota kelompok dan bekerja

menuju tujuan bersama. Kelembagaan dalam tradisi Appalili ini dikelolah oleh

para penyulu pertanian lapangan (PPL) yang menghimbaukan kepada masyarakat

akan kegiatan Appalili ini. Adapun kelembagaan yang berpartisipasi dalam

kegiatan Appalili yaitu diantaranya kelompok tani, kelompok wanita tani,

gabungan kelompok tani, penyulu pertanian lapangan, kepada desa, imam dusun,

babinsa, dan bhabinkamtibmas.

Seluruh lembaga yang hadir dalam kegiatan Appalili ini akan menetapkan

sebuah kesepakatan yang telah dimusawarahkan. Adapun kesepakatan yang

18

dieroleh dari kegiatan ini yaiu jadwal tanam atau hambur, bibit, pupuk, dan

pestisida yang akan digunakan. Sehingga dari kesepakatan ini akan membuat

masyarakat tertib dalam mengelolah lahan pertaniannya dan merujuk pada

usahatani padi yang produksinya semakin bagus. Tujuannya dilaksanakan Appalili

ini agar masyarakat tani dapat mengembangkan usahatani padi di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kajian Kelembagaan dalam Tradisi Appalili

pada Usahatani Padi Sawah di Desa Pattinoang.

Usahatani Padi

Kelompok

Tani

Kelompok

Wanita

Tani

Gabungan

Kelompok

Tani

Penyulu

Pertanian

Lapangan

Jadwal Tanam Bibit Pestisida

Bhabinka

mtibmas

Babinsa Imam

Dusun

Kepada

Desa

Pupuk

Kelembagaan dalam Kegiatan Appalili

19

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Pattinoang, Kecamatan Galesong

Kabupaten Takalar. Kelebagaan dalam Tradisi Appalili pada Usahatani Padi

(Studi Kasus di Desa Pattinoang, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar)

diteliti pada bulan Februari-Maret 2022.

3.2 Teknik Penentuan Informan

Informan merupakan seseorang yang dapat memberikan informasi latar

belakang penelitian. Dalam penelitian ini informan berjumlah enam orang. Kepala

desa, satu penyuluh pertanian lapangan (PPL), dua kelompok tani, satu kelompok

wanit tani, dan ketua gabungan kelompok tani (gapoktan). Adapun teknik yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling atau biasa disebut

dengan penentuan informan secara sengaja dengan pertimbangan tertentu yang

dipandang ahli di bidangnya serta seseorang yang dipilih terlibat dalam kegiatan

Appalili di Desa Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam penelitian ini, data

kualitatif mengacu pada informasi yang diperoleh melalui penjelasan kata-kata

verbal yang tidak dapat diperiksa dengan menggunakan angka atau angka.

Penelitian kualitatif juga mencakup gambaran penelitian serta faktor lingkungan

setempat.gambaran umum penelitian, serta proses yang terjadi dilingkup setempat.

20

Sedangkan sumber data dari penelitian ini adalah wawancara dan jenis

penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah informasi yang diperoleh dari orang-orang yang dapat

diandalkan, seperti subjek penelitian atau informan, dalam bentuk kata-kata verbal

atau lisan, gerak tubuh, atau perilaku yang terkait dengan variabel yang diteliti.

Dalam penelitian, data primer mengacu pada data yang dikumpulkan langsung

dari responden (Arikunto, 2013)

2. Data Sekunder

Data sekunder berasal dari kertas grafik tabular, notulen konferensi,

gambar, dan artefak lain yang dapat digunakan untuk melengkapi sumber data

primer (Arikunto, 2013).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara,

dokumentasi, dan gabungan/triagulasi (Sugiyono, 2009). Pada penelitian ini

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi,

dokumentasi dan wawancara.

1. Observasi

Tindakan mengamati secara langsung suatu proses atau hal untuk

mengumpulkan informasi menyeluruh tentang objek yang akan diteliti dikenal

sebagai observasi.

21

2. Wawancara

Memperoleh data langsung dan aktual digunakan teknik wawancara

mendalam (in-depth interview) dengan instansi di Appalili pada usahatani padi

sawah di Desa Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Adapun yang

menjadi pembicara yaitu kepala desa, 1 dari PPL, 2 dari Kelompok tani, 1 dari

kelompok wanita tani, 1 dari gapoktan.

3. Dokumentasi

Metode ini melibatkan perekaman dan pengambilan foto-foto yang

relevan. Menurut (Sugiyono, 2011), dokumentasi digunakan dalam hubungannya

dengan observasi dan wawancara ketika melakukan penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Kegiatan analisis data kualitatif bersifat interaktif dan berkelanjutan

sampai data jenuh, pada titik mana mereka selesai. Teknik analisis data menurut

Miles dan Hiberman dalam buku (Sugiyono, 2018) meliputi reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Adapun cara mereduksi data yaitu dengan mengumpulkan data sesuai

dengan data yang akan dikaji, mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti

buku, jurnal, tesis, berita, undang-undang, skripsi atau data yang ada hubungannya

dengan objek penelitian, memilah-milah data yang relevan dan meyusun konsep

yang berkenaan dengan tema.

22

2. Penyajian Data

Ada juga cara penyajian data berdasarkan reduksi data, seperti

menampilkan semua data yang direduksi, menghapus data yang tidak diperlukan,

dan menyusun data sedemikian rupa sehingga dapat dicapai kesimpulan finansial.

3. Penarikan Kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan dilakukan setelah tahap reduksi data dan

dilakukan penyajia data. Setelah itu membandingkan data dengan bukti-bukti kuat

yang mendukung. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari pengolahan

data.

3.6 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional pada penelitian ini, yaitu:

1. Kelembagaan merupakan hubungan anggota masyarakat yang membentuk

sebuah kelompok atau organisasi di Desa Pattinoang.

2. Appalili merupakan tradisi musyawarah yang dilakukan turun temurun oleh

masyarakat di Desa Pattinoang pada saat akan memasuki waktu panen.

3. Usahatani padi merupakan kegiatan bercocok tanam yang dilakukan oleh

masyarakat tani di Desa Pattinoang yang berupa tanaman padi.

23

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

Desa Pattinoang merupakan desa pemekaran dari Desa Parangmata dan

diresmikan pada tahun 2006 dan menjadi desa definitif pada Tahun 2007.

Berdasarkan surat keputusan Gubernur Provinsi Sulawesi, menetapkan Bapak

Irwan Arif M.A sebagai Kepala Desa Pattinoang pertama. Desa Pattinoang di

bawah kepemimpinan Bapak IrwanArif M.A di umur 1 (Tahun) telah berhasil

membebaskan sebidang tanah seluas 0,2 Ha sebagai lokasi kantor desa dari dana

swadaya masyarakat.

Pada tahun 2012 berdasarkan hasil musyawarah dengan masyarakat desa,

terbentuklah Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa pattinoang periode 2012-

2018 yang Beranggotakan 5 orang. BPD kemudian mengadakan rapat membentuk

panitia penjaringan calon kepala desa yang nantinya mengawal pemilihan kepala

desa. Tepat pada tahun 2012-2018 lahirlah pemimpin Bapak Irwan Arif M.A

kembali terpilih sebagai kepala desa yang akan menakhodai Desa Pattinoang

periode 2012-2018.

Adapun batas wilayah dan lus wilayah Desa Pattinoang, yaitu sebagai

berikut:

- Batas wilayah desa letak geografis Desa Pattinoang terletak diantara:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Parangmata

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Bontoloe

Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Kalenna Bontongape

24

Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Boddia

- Luas wilayah desa 82,08 Ha dengan rincian sebagai berikut.

Pemukiman : 35,05 Ha Pertanian

Sawah : 39,08 Ha

Kebun/Ladang : 05,10 Ha

4.2 Keadaan Demografis

Keadaan demografi atau ilmu kependudukan yang akan membahas

dinamika kependudukan manusia dalam suatu daerah. Keadaan demografi

meliputi, ukuran, struktur dan distribusi pendududk serta bagaimana jumlah

penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi serta penuaan.

Berikut keadaan demografi di Desa Pattinoang Kecamatan Galesong

Kabupaten Takalar, yaitu:

1. Penduduk berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kemampuan kerja dan menentukan klasifikasi dalam pembagian kerja. Dengan

demikian, jenis kelamin dapat memberikan pengaruh terhadap taraf hidup

seseorang.

Berikut jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Pattinoang,

yaitu:

25

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, 2021

No Nama Dusun

Jenis Kelamin Jumlah

(Orang)

Persenta

se

(%) Laki-laki Perempuan

1 Pattinoang 167 209 376 20.07

2 Ka’nea 248 268 516 27.55

3 Tamadampeng 1 253 244 497 26.54

4 Tamadampeng 2 222 262 484 25.84

Jumlah 890 983 1873 100.00

Sumber: Data Profil Desa Tahun 2021.

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Desa Pattinoang yaitu

sebanyak 1873 jiwa. Berdasarkan jumlah tersebut jumlah keseluruhan penduduk

yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 890 jiwa sedangkan perempuan yaitu

sebanyak 983 jiwa.

2. Penduduk berdasarkan mata pencaharian

Mata pencaharian merupakan salah satu faktor penentu yang menentukan

tingkat kesejahteraan hidup seseorang. Mata pencaharian antara satu penduduk

dengan penduduk lainnya akan berbeda berdasarkan keterampilan yang dimiliki.

Penduduk Desa Pattinoang memiliki bermacam-macam jenis mata pencaharian,

yaitu:

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, 2021

No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang)

1 Petani 216

2 Pedagang 152

3 Nelayan 53

4 Buruh 70

Jumlah 491

Sumber: Data Profil Desa Tahun 2021.

26

Tabel 3 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk di Desa

Pattinoang bermacam-macam dengan jumlah 491 orang, diantaranya petani

sebanyak 216 orang, pedagang 152 orang, nelayan sebanyak 53 dan buruh

sebanyak 70 orang.

3. Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Pada umumnya pendidikan dan pengalaman mampu mempengaruhi cara

berpikir dan prilaku individu dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Semakin

tinggi tingkat pendidikan dan pengalaman seseorang makan akan lebih dinamis

dan inovatif.

Berikut jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa

Pattinoang, yaitu:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, 2021

No. Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah

(Orang) Laki-laki Perempuan

1 Tidak Tamat SD 60 33 93

2 Tamat SD 326 336 662

3 Tidak Tamat SLTP 33 32 65

4 Tamat SLTP 120 63 183

5 Tamat Akademi/PT 20 23 43

Jumlah 559 487 1.046

Sumber: Data Profil Desa Tahun 2021.

Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Desa

Pattinoang berbeda-beda. Tidak tamat SD sebanyak 93 orang, tamat SD sebanyak

662 orang, tidak tamat SLTP sebanyak 65, tamat SLPT sebanyak 183, tamat

akademik/PT sebanyak 43. Sehingga, jumlah keseluruhan penduduk di Desa

Pattinoang yang pernah menempuh pendidikan sebanyak 1.046 orang.

27

4.3 Keadaan Pertanian

Desa Pattinoang merupakan desa pemekaran dari Desa Parangmata yang

terletak di Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Berdasarkan observasi awal

yang dilakukan oleh peneliti, ada 90% jumlah penduduk di Desa Pattinoang

bermata pencaharian sebagai petani. Adapun permasalahan utama yang dihadapi

oleh petani di Desa Pattinoang yaitu adanya kelangkaan pupuk bersubsidi,

sehingga kesulitan dalam mengelola kegiatan usahataninya. Kelembagaan

Gapoktan Sepakat di Desa Pattinoang termasuk salah satu bagian terpenting

dalam pengurusan rumusan distribusi pupuk bersubsidi dan distribusi pupuk

bersubsidi saat ini dinilai belum mampu memenuhi kebutuhan para petani.

Desa Pattinoang merupakan bagian dataran rendah yang cukup untuk

pertanian dan perkebunan. Luas wilayah 82,08 Ha. Tanaman pertanian yang selalu

di budidayakan di Desa Pattinoang adalah mayoritas tanaman musiman seperti,

jagung, padi dan sayur-sayuran.

1. Jagung

Jagung merupakan salah satu tanaman yang banyak di budidayakan oleh

masyarakat Pattinoang khususnya di Dusun Ka’nea dan Pattinong, karena

tanaman jagung juga merupakan sumber mata pencaharian petani di bidang

pertanian selain padi. Siklus tanaman jagung yakni 2 kali dalam setahun.

2. Padi

Tanaman padi pada umumnya merupakan tanaman yang selalu

dibudidayakan oleh petani di Desa Pattinoang karena tanaman ini merupakan

sumber mata pencaharian utama khususnya pada petani. Siklus tanaman dari

28

tanaman jenis padi ini pada umumnya 3 kali dalam setahun. Ditinjau hasil

produksi tanaman padi inilah yang selalu masyarakat di Desa Pattinoang jual

dan dijadikan sebagai makanan pokok dan juga digunakan untuk membiyayai

kebutuhan lainnya seperti kebutuhanrumah tangga.

3. Sayur-sayuran

Meningkatnya pendapatan petani sayur-sayuran di Desa Pattinoang

dengan bibit yang baik dan pendapatan yang memuaskan maka termotivasilah

petani untuk menanam berbagai jenis sayuran seperti kangkung, cabai dan lain-

lain karena dengan menanam sayuran bisa menambah pendapatan petani di

Desa Pattinoang.

29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Informan

Identitas informan merupakan sebuah kondisi atau situasi informan dalam

kegiatan usahatani yang telah dijalaninya, dalam kelembagaan Appalili di Desa

Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Adapun yang menjadi

informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari kepala desa,

penyuluhan pertanian lapangan (PPL), kelompok tani, kelompok wanita tani, dan

kepala gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) yang diyakini memiliki

pengetahuan lebih dalam tradisi Appalili ini. Berikut identitas informan yang telah

dikumpulkan di lapangan:

a. Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kemampuan kerja serta menjadi penentu klasifikasi dalam pembagian kerja.

Berikut merupakan informan berdasarkan jenis kelamin di desa pattinoan

kecamatan galesong kabupaten takalar, yaitu:

Tabel 5. Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Perempuan 1 16,66

2 Laki-laki 5 8,33

Jumlah 6 100,00

Sumber: data primer setelah diolah, 2022.

Tabel 5 menunjukkan bahwa yang menjadi informan dalam penelitian ini

yaitu beberapa masyarakat yang ikut andil dalam kegiatan Appalili di Desa

Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar yang terdiri dari jenis

30

kelamin perempuan dan laki-laki. Jenis kelamin perempuan berjumlah 1 orang

dengan presentasi 16,66% sedangkan laki-laki berjumlah 5 orang dengan

presentasi 8,33%.

Pernyataan ini berhubungan dengan penelitian dikarenakan masyarakat

yang menghadiri kegiatan Appalili ini lebih banyak laki-laki, sehingga jenis

kelamin yang menjadi informan dalam penelitian ini kebanyakan adalah laki-laki.

b. Identitas Informan Berdasarkan Umur

Umur informan mempengaruhi kinerja dalam melakukan pekerjaan serta

berfikirnya. Informan pada penelitian ini merupakan orang-orang yang terlibat

dalam kegiatan Appalili dengan tidak melihat dari umur. Berikut identitas

informan berdasarkan umur:

Tabel 6. Identitas Informan Berdasarkan Umur di Desa Pattinoang Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar

No. Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentasi (%)

1 42-48 3 50

2 49-55 3 50

Jumlah 6 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022.

Tabel 6 menunjukkan bahwa umur informan pada penelitian ini berbeda-

beda. Pada umur 42-48 tahun sebanyak 3 orang dengan presentasi 50% dan umur

49-55 tahun sebanyak 3 orang dengan presentasi 50%.

Berdasarkan tabel 6 Maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi

informan dalam penelitian ini sebannyak 6 orang dengan umur 42-48 dan 49-55

seimbang. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian dikarenakan rata-rata umur

responden yang tergabung dalam beberapa lembaga yaitu 42-55 tahun.

31

c. Identitas Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat berpengaruh cara berfikir seseorang, bersikap, dan

bertindak seseorang. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan informan berbeda-beda, tersaji pada tabel berikut.

Tabel 7. Indentitas Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

No. Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentasi (%)

1 SD 1 16,66

2 SMP 1 16,66

3 SMA 2 33,33

4 S1 2 33,33

Jumlah 6 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022.

Tabel 7 menunjukkan bahwa informan pada penelitian ini berdasarkan

tingkat pendidikan berbeda-beda. Pada tingkat pendidikan SD berjumlah 1 orang

dengan persentasi 16,66%, SMP berjumlah 1 orang dengan persentasi 16,66%,

SMA berjumlah 2 orang dengan persentasi 33,33%, dan tingkat S1 berjumlah 2

orang dengan tingkat persentasi 33,33%.

Jadi tingkat pendidikan informan menunjukkan bahwa informan bisa

dikatakan mampu menerima dan menyerap tentang kelembagaan Appalili di Desa

Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Pernyataan ini menunjukan

bahwa informan yang diambil merupakan informan yang memiliki pendidikan

sehingga penyampaian yang akan disampaikan dalam kegiatan Appalili ini mudah

diserap atau mudah dipahami masyarakat.

32

5.2 Pola Pelaksanaan Tradisi Appalili di Desa Pattinoang

Appalili dalam bahasa Makassar dan tudang sipulung dalam bahasa bugis

yang artinya berkeliling dalam hal ini berkeliling menyampaikan berita atau

menyampaikan kabar mengenai pelaksanaan kegiatan tradisi Appalili tersebut.

Adapula yang mengatakan Appalili sebagai Appalele atau Mappalili yang

memiliki arti sama yaitu berkeliling, penyebutan ini tergantung dari daerah yang

melaksanakan tradisi masing-masing.

Tradisi Appalili menjadi salah satu upacara tradisional yang dilakukan

masyarakat sebelum turun ke sawah. Tradisi Appalili di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar dilakukan selama sehari. Proses Appalili

dilakukan pada bulan November tiap tahunnya kecuali ada kegiatan lain yang

bertepatan maka akan disesuaikan. Desa pattinoang melaksanakan kegiatan

Appalili di tanggal 2 November pada tahun 2021. Adapun tahapan pelaksanaan

tradisi Appalili yaitu sebagai berikut:

Tahapan Appasadiang (persiapan), Tradisi Appalili diadakan pada tanggal

2 november di Desa Patinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Tradisi

ini menjadi kegiatan rutin masyarakat di Desa Pattinoang sebelum turun sawah,

yang membutuhkan persiapan jauh-jauh hari sebelum kegiatan dilaksanakan,

karena masyarakat akan membahas keberlanjutan pertanian nya kedepan.

Penelitian ini relevan dengan penelitian Nurhalimah 2018, yang

menyatakan bahwa tradisi Appalili memerlukan persiapan jauh-jauh hari sebelum

kegiatan tradisi Appalili ini dimulai. Persiapan-persiapan ini juga dapat berbeda

disetiap daerah yang melaksanakan tradisi Appalili. Mulai dari mempersiapkan

33

alat dan bahan hingga konsumsi yang digunakan pada saat kegiatan tradisi

Appalili ini dilangsungkan.

Kegiatan tradisi Appalili di desa pattinoang berbeda dengan tradisi

Appalili yang dilaksanakan pada tingkat kecamatan maupun provinsi, sehingga

persiapan yang dibutuhkan juga berbeda. Kegiatan Appalili ini di persiapkan oleh

PPL di Desa Pattinoang yang di bantu oleh masyarakat petani sekitar. Selain

persiapan seperti mengurus konsumsi pada kegiatan Appalili, PPL juga

mengundang masyarakat petani untuk menghadiri acara Appalili tersebut.

khususnya para pemimpin formal seperti kepala desa dan tokoh-tokoh masyarakat

yang tergabung dalam lembaga seperti kelompok tani dll.

Sebelum kegiatan dilaksanakan masyarakat telah mengumpulkan

kontribusi-kontribusi petani berupa dana yang diberikan guna untuk menyiapkan

konsumsi pada saat kegiatan dilaksanakan. Berbeda dengan Appalili yang

dilaksanakan pada tingkat kecamatan yang membutuhkan waktu dua hari

kegiatan, di tingkat Desa Pattinoang hanya dalam sehari saja.

Hasil dari kegiatan tradisi Appalili di Desa Pattinoang Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar ini akan di sampaikan kembali pada pelaksanaan

Appalili di tinggat kecamatan bahkan hingga ke tingkat provinsi. Hal ini bertujuan

untuk menyesuaikan jadwal tanam tiap daerah di Kabupaten Takalar tersebut.

Kegiatan Appalili di Desa Pattinoang dilaksanakan secara sederhana di

aula kantor Desa Pattinoang, berbeda dengan Appalili pada tingkat kecamatan

yang pelaksanaannya di rumah adat Balla Lompoa. Setelah semua persiapan

dilengkapi maka tibalah kegiatan Appalili dilaksanakan pada tanggal 2 November

34

tersebut. Adapun persiapan yang diperlukan yaitu berupa surat untuk mengundang

lembaga-lembaga yang ada di Desa Pattinoang, mengumpulkan anggota dari

lembaga yang akan mengikuti kegiatan tradisi Appalili, menyiapkan lokasi atau

tempat yang akan menjadi tempat pelaksanaan tradisi Appalili, hingga

mengumpulkan dana dari masyarakat yang tergabung dalam sebuah lembaga di

Desa Pattinoang tersebut.

Kemudian, memasuki kegiatan inti dari tradisi Appalili yaitu

bermusyawarah serta silaturahmi yaitu musyawarah antara para petani

pemilik/penggarap, para pemimpin formal dan informal atau tokoh-tokoh

masyarakat dan para undangan lainnya. Adapun topik/pokok pembicaraan

biasanya seputar masalah-masalah pertanian dan lain-lain. Acara Appalili di Desa

Pattinoang dimulai dari pukul 08.00-selesai.

Adapun permasalahan yang di musyawarahkan dalam kegiatan ini yaitu

mengenai jadwal tanam yang dilakukan pada bulan November, bibit padi yang

akan digunakan, pupuk yang dipakai untuk tanaman padi, hingga pestisida yang

cocok digunakan untuk tanaman padi sesuai penyakit yang di alami oleh tanaman.

Tradisi Appalili di Desa Pattinoang berbeda dengan Appalili ditingkat

kecamatan yang memiliki berbagai macam acara tambahan. Appalili di desa ini

dilakukan sesederhana mungkin dikarenakan dana yang dimiliki juga sedikit tanpa

adanya bantuan dana dari pemerintah untuk pelaksanaan Appalili di Desa

Pattinoang. Ditingkat kecamatan memiliki acara tambahan seperti pengiring

alunan musik yang khas dari pa’ganrang, pa’pui-pui dan pa’gong.

35

5.3 Peran dan Fungsi Kelembagaan dalam Tradisi Appalili di Desa

Pattinoang

Appalili di Desa Pattinoang merupakan salah satu tradisi atau kebiasaan

yang dibawa oleh nenek moyang secara turun temurun dan dilakukan sampai

sekarang. Tradisi Appalili ini dilakukan satu kali setiap tahun pada saat memasuki

masa panen yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Pattinoang.

“Kelompok tani yang ikut dalam kegiatan ini maksimal hanya 3 orang

dalam setiap kelompok tani, di desa pattinoang memiliki 6 kelompok tani

yaitu kelompok tani paraikatte, kelompok tani botolempangang, kelompok

tani assamaturu, kelompok tani julukanaya, kelompok tani sikarannuang,

dan kelompok tani baji minasa”(Wawancara S, 27 Februari 2022).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan S, ditemukan bahwa tidak

semua anggota dari lembaga yang menghadiri kegiatan Appalili ini melainkan

dibatasi sebanyak 3 orang dalam 1 lembaga di Desa Pattinoang. Adapun

kelompok tani yang bersangkutan sebanyak 6 kelompok tani diantaranya

kelompok tani paraikatte, kelompok tani botolempangang, kelompok tani

assamaturu, kelompok tani julukanaya, kelompok tani sikarannuang, dan

kelompok tani baji minasa

Jadi, tradisi Appalili ini diikuti oleh masyarakat di Desa Pattinoang namun

tidak semua yang ikut andil memberikan pendapat, hanya beberapa orang yang

memberikan saran atau pendapat pada saat tradisi Appalili ini dilaksanakan.

Tabel 8. Peran dan Fungsi Kelembagaan yang Hadir dalam Tradisi Appalili di

Desa Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

36

No. Kelembagaan

dalam

Kegiatan

Appalili

Peran Fungsi

1 Penyuluh

pertanian

lapangan

Memperadakan

surat

Membagikan surat

Mengumpulkan

dana

Menyiapkan

konsumsi

Mengumpulkan

semua anggota

kelembagaan

Membuka acara Appalili

Merampung saran dan

permasalahan-permasalahan

petani

Memberikan pengarahan

dalam bidang pertanian

Membacakan kembali hasil

dari kegiatan Appalili

2 Kelompok tani Menghadiri acara

Appalili

Mengumpulkan

anggota

kelompoknya

Menyampaikan

permasalahan-permasalahan

dalam bidang pertanian

Memberikan saran dan

pendapat dalam kegiatan

Appalili

3 Kelompok

wanita tani Menghadiri acara

Appalili

Mengumpulkan

anggota

kelompoknya

Menyampaikan

permasalahan-permasalahan

dalam bidang pertania

Memberikan saran dan

pendapat dalam kegiatan

Appalili

4 Gabungan

kelompok tani Menghadiri acara

Appalili

Mengumpulkan

anggota

kelompoknya

Menyampaikan

permasalahan-permasalahan

dalam bidang pertanian

Memberikan saran dan

pendapat dalam kegiatan

Appalili

5 Kepala desa Menghadiri Acara

Appalili

Memberikan saran

Memberikan sambutan

6 Imam dusun Menghadiri acara

Appalili

Memberikan saran

7 Babinsa Menghadiri Acara

Appalili

Mengamankan situasi dan

kondisi di lokasi kegiatan

8 Bhabinkamtib

mas Menghadiri Acara

Appalili

Mengamankan situasi dan

kondisi di lokasi kegiatan

Sumber: data primer setelah diolah, 2022.

37

Berdasarkan tablel 8 menunjukkan bahwa kelembagaan dalam kegiatan

Appalili memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Diantaranya yaitu PPL

berperan sebagai perantara dan penghubung informasi untuk petani maupun dari

petani serta berfungsi untuk memberikan pengarahan, pembinaan, dan penyuluhan

dalam bidang pertanian.

Penyuluhan dalam bidang pertanian ini dapat berupa pemberian materi

seperti materi konsep pertanian berkelanjutan, teori serta cara pembuatan pupuk

organik. Hal ini dapat membuka wawasan masyarakat terkait dalam bidang ilmu

pertanian agar poduksi pertaniannya lebih baik.

PPL memiliki peran dan fungsi pada kegiatan Appalili di Desa Pattinoang

seperti berperan untuk memperadakan surat, membagikan surat, mengumpulkan

dana dari masyarakat tani, menyiapkan konsumsi pada kegiatan Appalili, dan

mengumpuklan semua tokoh masyarakat tani yang tergabungdalam anggota

kelembagaan di Desa Pattinoang.

Adapun fungsi PPL sendiri dalam kegiatan Appalili yaitu membuka acara

pada saat kegiatan Appalili dilaksanakan, merampung saran dan permasalahan-

permasalahan yang telah disampaikan petani, pemberikan pengarahan dalam

bidang pertanian, serta menutup kegiatan dan membacakan kembali hasil

kesepakatan dari kegiatan Appalili tersebut.

Lembaga yang sangat berperan penting pada kegiatan Appalili di Desa

Pattinoang yaitu PPL dikarenakan selain sebagai penghubung informasi, PPL juga

sebagai fasilitator dalam kegiatan Appalili di Desa Pattinoang Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar.

38

Penelitian ini juga relevan dengan penelitian Firdayanti 2019, berdasarkan

hasil penelitian didapatkan bahwa peran lembaga dalam tradisi Appalili dalam

pengelolaan usaha tani dapat dikatakan masih sangat berperan penting karena

sangat membantu para petani dalam mengatasi segala hal yang berkaitan dengan

pertanian yang mana nantinya bertujuan meningkatkan hasil produktivitas.

Peran Lembaga dalam Appalili untuk mengelolah usahatani padi sawah di

Desa Pattinoang dapat dikatakan masih berperan penting karena membantu petani

dalam mengatasi segala bentuk permasalahan dalam pertanian yang memiliki

tujuan untuk meningkatkan hasil produktivitas pertanian. Masyarakat sangat

antusias dalam mengikuti tradisi Appalili yang dirasa menguntungkan, meskipun

tidak adanya dana yang diberikan oleh pemerintah terkait namun ajakan petani

kepada PPL serta pemerintah setempat untuk diadakannya Appalili ini di tingkat

desa.

Berbeda halnya tradisi Appalili yang dilaksanakan di tingkat desa dengan di

tingkat kecamatan serta kabupaten. Ditingkat kabupaten juga memegang peranan

penting dalam pelaksanaan tradisi Appalili dikarenakan harus menyatukan

persepsi tentang segala bentuk yang berkaitan dengan tanaman padi baik itu

permasalahan maupun keputusan-keputusan tentang curah hujan, teknologi, hama,

pupuk dan lain sebagainya. Sehingga hasil dari Appalili tersebut nantinya akan di

sampaikan kembali pada kegiatan Appalili di tingkat desa maupun kecamatan.

Kelembagaan dalam tradisi Appalili yang dilaksanakan oleh PPL Desa

Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar yang menjadi pelaksana

dalam kegiatan ini. PPL yang bekerjasama dengan seluruh masyarakat petani di

39

Desa Pattinoang serta Lembaga-lembaga lain seperti kelompok tani, kelompok

Wanita tani, Gapoktan, dan lain sebagainya.

PPL berperan penting dalam kegiatan Appalili karena PPL sebagai

penyambung tangan masyarakat petani ke pemerintah. Sehingga dalam kegiatan

Appalili PPL yang akan membuka acara tersebut. PPL membaca hasil

musyawarah Appalili. PPL juga menyampaikan hasil-hasil dari musyawarah yang

telah disepakati bersama.

Adapun aturan yang disampaikan PPL yaitu penentuan waktu tanam.

Terdapat tiga musim tanam yang diperhatikan di Desa Pattinoang seperti musim

tanam rendengan atau utama, musim tanam gadu, dan musim tanam kemarau.

Musim tanam rendengan atau utama merupakan musim tanam yang

dilakukan pada saat musim penghujan baik di tanah basah (pengairannya yang

bagus) maupun tanah kering (tadah hujan). Musim tanam rending dimulai pada

bulan November, Desember, Januari, Februari, dan Maret.

Musim tanam rendengan atau utama menghasilkan panen raya atau panen

besar. Pada musim tanam rendengan hasil produksi padi tersedia dalam jumlah

yang banyak. Jumlah yang paling banyak dalam satu bulan periode panen raya

yaitu pada bulan Februari sampai bulan Juni, yang artinya stok beras terjadi pada

bulan Maret sampai Juli.

Musim tanam kedua yaitu musim tanam gaduh tidak ada pengairannya

yang mengandalkan air hujan atau tadah hujan. Musim tanam kedua dimulai pada

bulan April, Mei, Juni, dan Juli. Walaupun padi dapat ditanam setiap tahun namun

pada dasarnya petani menanam berdasarkan ketersediaan air. Musim tanam gadu

40

dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Oktober. Produksi panen pada musim

gadu pada umumnya menghasilkan beras bermutu bagus tetapi jumlahnya tidak

sebanyak pada musim tanam raya.

Musim tanam ke tiga yaitu musim tanam kemarau, musim tanam yang

terdapat di wilayah beririgasi teknis dan biasanya hamparan panennya tidak luas

karena diselang seling oleh tanaman lain atau holtikultura. Musim tanam ini

dilakukan pada bulan Agustus, September, dan Oktober.

Desa Pattinoang lebih sering melakukan penanaman pada musim tanam

rendengan atau musim tanam utama. Appalili dilakukan pada tanggal 2 November

yang pada bulan November pula masyarakat tani melakukan penanaman padi.

Hasil musyawarah, musim hujan untuk musim tanam rendengan

(Nopember-Maret) hampir mirip di semua sektor baik awal mula turunnya hujan

hingga selesai, hama penyakit yang akan menyerang tanaman padi, teknologi

alsintan untuk mengelolah sawah, serta varietas benih yang akan ditanam.

Desa Pattinoang diperkirakan pada hujan di musim rendengan sedang dan

turun sawah pada bulan juni sampai agustus dengan prediksi panen di bulan

desember. Varietas benih yang ditanam di Desa Pattinoang yaitu ciliwung dan

ciherang. Hama yang sering menyerang tanaman padi di desa pattinoang yaitu

wereng dan tikus. Cara tanam padi menggunakan tanam pindah manual dan ada

juga yang dibantu menggunakan alsintan.

Kemudian jenis bibit padi yang digunakan di Desa Pattinoang yaitu bibit

Ciherang dan Ciliwung. Bibit ini yang paling sering digunakan di Desa Pattinoang

sesuai dengan hasil musyawarah pada kegiatan Appalili. Disepakati oleh seluruh

41

elemen yang hadir untuk bersama-sama menggunakan bibit tersebut disetiap

musim tanam.

Selain penentuan aturan musim tanam dan aturan penggunaan bibit,

kegiatan Appalili juga menetapkan pestisida yang akan digunakan sesuai penyakit

yang menyerang tanaman padi.

“Hama yang sering menyerang tanaman padi di Desa Pattinoang ini

seperti wereng dan tikus, jadi hasil panen menurun. Selain hama yang

menyeran padi, hujan yang berkepanjangan juga menyebabkan rusaknya

tanaman padi hingga menyebabkan gagal panen” (Wawancara M, 01

April 2022).

Berdasarkan hasil wawancara bersama informan M, bahwa di Desa

Pattinoang memiliki kasus pada pertaniannya yaitu adanya gangguan hama serta

tikus yang menyebabkan rusaknya produksi padi. Selain hama, penyebab gagal

panen oleh petani dikarenakan musim hujan yang berkepanjangan di Desa

Pattinoang sehingga jumlah produksi petani menurun.

Hama yang diprediksi terkadang meleset seperti hama migrasi yang tiba-

tiba menyerang karena tidak bisa diprediksi berdasarkan kondisi hujan. Resolusi

permasalahan yang dihadapi masyarakat tani dari tahun ke tahun selalu sama

seperti penyediaan pupuk yang langka dan mahal, bibit yang ingin digunakan

tidak mencukupi dan hama yang sering menyerang tanaman padi.

“Desa Pattinoang ini memiliki permasalahan di bagian pupuk. Setiap

tahun disediakan pupuk dari kementrian pertanian tetapi tidak mencukupi

kebutuhan petani jadi kami membeli pupuk di toko tani terdekat walaupun

harganya yang mahal” (wawancara J, 29 Februari 2022).

Brdasarkan wawancara bersama informan J, selain permasalahan hama, di

Desa Pattinoang juga memiliki masalah pada pupuk. Ketersediaan pupuk di desa

42

ini sangat terbatas sehingga para petani harus mengeluarkan dana lebih untuk

mencukupi kebutuhan pupuk.

Desa Pattinoang menggunakan jenis pupuk Urea dan ZA. Pupuk yang

digunakan merupakan pupuk bersubsidi namun pupuk di desa ini tidak mencukupi

kebutuhan luas lahan petani sehingga harus mencari pupuk yang tidak bersubsidi

yang tentunya memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan dengan pupuk

bersubsidi.

Meskipun permasalahan ini selalu dibahas dalam setiap pertemuan

Appalili solusi yang ditawarkan tetap para petani yang terbebankan dengan

menyediakan pupuk sendiri, namun ada yang paling penting peranannya dalam

pengelolaan usahatani yaitu para PPL.

PLL merupakan orang yang menyampaikan persoalan teknis mengolah

sawah hingga pada proses panennya bahkan menghimbau kepada para petani

selalu berkoordinasi kepada penyuluh tentang segala bentuk hal yang berkaitan

dengan permasalahan dalam tanaman padi.

Setelah sebuah kesepakatan dalam tradisi Appalili ini disampaikan kembali

oleh PPL sebagai kesepakatan mutlak dari hasil musyawarah yang dilakukan dan

dihadiri oleh seluruh lembaga dan tokoh masyarakat yang ada di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Sehingga kegiatan pertanian yang

dilakukan secara sistematis dan teratur serta bergotong royong yang diterapkan

dalam pelaksanaan usahatani padi di desa tersebut.

Aturan yang telah disepakati bersama akan menjadi acuan kedepannya dan

jika ada yang melanggar ataupun tidak mengikuti aturan dalam musyawarah ini

43

tidak dikenakan sanksi ataupun hukuman dikarenakan masyarakat juga dapat

menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Pelanggaran ini seperti

penggunaan pupuk yang telah ditetapkan yaitu Urea atau ZA namun petani

menggunakan pupuk lain, hal ini juga disesuaikan petani untuk kebutuhan

tanaman padinya.

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Appalili di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar yaitu masalah dana sehingga masyarakat

serta Lembaga yang berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan ini dengan

menyumbangkan dana pribadi sehingga kegiatan ini dapat terlaksana.

Peran kelembagaan kelompok tani dalam kegiatan Appalili ini yaitu

mengumpulkan anggota kelompok serta menghadiri acara appalili. Selain itu,

Appalili juga berperan menjaling hubungan kerja sama antar kelompok tani lain

dalam mengurusi semua keperluan masyarakat tani. Fungsi kelompok tani dalam

kegiatan Appalili yaitu menyampaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi

dalam bidang pertanian serta memberikan saran dan pendapat dalam hal ini

masyarakat tani yang tergabung dalam kelompok tani.

Selain itu, kelompok tani secara umum juga berfungsi sebagai unit usaha,

unit kerjasama, dan unit produksi agar menjadi unit kelompok usaha. Appalili di

laksanakan di Desa Pattinoang untuk menyamakan persepsi mulai dari tokoh

masyarakat petani hingga kepala desa dalam hal ini menyamakan jadwal tanam

mulai dari hambur hingga pasca panen.

44

Pelaksanakan tradisi Appalili di tingkat Desa Pattinoang dilakukan maka

masyarakat harus melakukan pertemuan di tingkat desa dan mempersatukan

persepsi mulai dari jadwal hambur, pengolahan tanah, hingga pasca panen.

Kelompok wanita tani juga memiliki peran dalam kegiatan Appalili untuk

mengumpulkan anggota kelompok serta menghadiri acara Appalili. Selain itu,

dalam Appalili ini kelompok wanita tani juga berperan mengelolah serta

mengekspresikan berbagai pemikiran dibidang pertanian. Fungsi kelompok wanita

tani dalam kegiatan Appalili yaitu menyampaikan permasalahan-permasalahan

yang dihadapi dalam bidang pertanian serta memberikan saran dan pendapat pada

kegiatan tersebut.

Fungsi kelompok wanita tani secara umum juga sebagai sarana

memperoleh ilmu pengetahuan dan wawasan bagi kelompok. Kegiatan Appalili

sebagai tempat atau wadah masyarakat dalam menyampaikan permasalahan-

permasalahan dalam bidang pertanian. Kehadiran kelompok wanita tani dalam

kegiatan Appalili ini agar mampu membuka wawasan wanita tani dalam

mengelolah pertaniannya serta memberikan saran-saran yang membangun melalui

kegiatan Appalili ini.

Salah satu kelompok wanita tani seperti KWT Merpati menjual berbagai

macam pestisida sehingga para petani di Desa Pattinoang ini mudah dalam

menemukan pestisida yang cocok untuk tanaman padinya, namun jika pestisida

tidak tersedia makan petani akan membeli di toko tani terdekat. Petani di Desa

Pattinoang ini juga bergotong royong dalam melakukan penggarapan sawah.

45

Gapoktan berperan untuk mengumpulkan setiap anggota kelompok dalam

lembaga yang mengikuti kegiatan Appalili, serta menghadiri acara appalili. Secara

umum gapoktan berperan dalam pembangunan sebagai upaya merubah kehidupan

masyarakat agar lebih baik.

Fungsi gapoktan dalam kegiatan Appalili yaitu menyampaikan

permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam bidang pertanian serta

memberikan saran dan pendapat yang membangun dalam musyawarah tersebut.

Adapun fungsi lainnya sebagai fasilitator layanan kepada seluruh anggota untuk

memenuhi kebutuhan sarana produksi antara lain pupuk, benih bersertifikat,

pestisida, alat mesin pertanian, dan permodalan usahatani. Dalam kegiatan

Appalili gapoktan memberikan saran-saran seputar pertanian.

Peran dan fungsi kelompok tani, kelompok wanita tani, dan gapoktan pada

kegiatan Appalili bisa dikatakan sama yaitu menghadiri acara Appalili serta

memberikan pendapat atau saran dan juga menyampaikan permasalahan masing-

masing dalam bidang pertanian.

Permasalahan yang disampaikan yaitu ketersediaan pupuk yang langka.

Pupuk yang digunakan di Desa Pattinoang yaitu pupuk Urea, pupuk ZA, dan

pupuk Organik. Jenis pupuk yang sering di gunakan di Desa Pattinoang yaitu

pupuk Urea dan pupuk ZA, walaupun pupuk ini langkah namun masih ada

pengecer yang menjual walaupun harga pupuk ini dapat dikatakan mahal. Akan

tetapi, petani di Desa Pattinoang tetap menggunakan pupuk ini sesuai luas lahan

yang dimiliki, menurut masyarakat tani di Desa Pattinoang pupuk Urea dan ZA

sangat bagus untuk digunakan pada lahan pertaniannya.

46

Selain pupuk, permasalahan yang dihadapi masyarakat tani di Desa

Pattinoang juga seperti hama penyakit yang menyerang tanaman padi yaitu

wereng atau penggerek batang.

Adapun saran yang disampaikan seperti menyediakan pupuk untuk para

petani sesuai dengan kebutuhannya atau luas lahannya sehingga petani tidak lagi

susah dalam mencari pupuk terutama di Desa Pattinoang Kecamatan Galesong

Kabupaten Takalar. Kemudian, menyediakan pestisida yang cocok di gunakan

pada padi sesuai penyakit yang dihadapi oleh tanaman.

Adapun aturan yang disampaikan oleh PPL harus ditaati oleh semua

masyarakat tani yang ada di Desa Pattinoang guna untuk menyeragamkan jenis

padi yang di tanam maupun musim tanam yang dilakukan. Hasil ini sesuai dengan

hasil kesepakatan bersama dalam tradisi Appalili yang telah dilakukan di desa ini.

Adapun kepala desa, memiliki peran dalam kegiatan Appalili untuk

menghadiri acara serta berfungsi untuk memberikan saran-saran kepada

masyarakat tani di Desa Pattinoang dan memberikan sambutan kepada tamu

hadirin yang sempat hadir pada kegiatan Appalili ini. Selain itu, kegiatan ini juga

dihadiri oleh imam dusun yang juga berfungsi memberikan saran-saran yang

membangun.

Saran yang disampaikan oleh kepala desa serta imam dusun juga hampir

sama yaitu menaati aturan yang telah ditetapkan serta dalam bidang pertanian

masyarakat tani diharapkan mampu mengolah lahan pertaniannya dengan baik.

Selain itu, masyarakat tani dapat menyeragamkan jadwal tanamnya. serta pupuk

dan juga pestisida yang digunakan dapat tersedia sesuai kebutuhannya.

47

Adapun kehadiran Babinsa dan Bhabinkamtibmas pada kegiatan Appalili

ini yang berperan untuk menghadiri acara serta pada acara Appalili dapat

mengamankan situasi serta kondisi di lokasi kegiatan. Selain itu, Babinsa dan

Bhabinkamtibmas juga menertibkan lokasi kegiatan agar tidak adanya kejadian-

kejadian yang tidak diinginkan terjadi di lokasi kegiatan.

Pada saat penyampaian saran ataupun masalah yang dihadapi masyarakat

tani akan membangun sebuah diskusi seluruh peserta yang hadir berupa keluhan

para petani baik hama, benih, pupuk, jadwal tanam dan lain sebagainya.

5.4 Nilai-Nilai yang Terkandung pada Kelembagaan dalam Tradisi Appalili

di Desa Pattinoang

Adapun nilai-nilai budaya yang terdapat dalam pelaksanaan tradisi

Appalili di Desa Pattinoang yaitu sebagai berikut:

a. Nilai Musyawarah

Musyawarah yang dimaksud dalam kegiatan Appalili ini ialah berkumpul

di satu tempat yaitu aula kantor desa guna membicarakan atau membahas bersama

mengenai jadwal tanam, bibit yang akan digunakan, pestisida, pupuk, serta hal-hal

lain yang dianggap penting.

Musyawarah ini dilakukan untuk mengambil sebuah keputusan yang

mengikut sertakan Lembaga yang ada di Desa Pattinoang tersebut. Hasil

musyawarah ini seperti jadwal tanam yang dilakukan pada bulan November,

pupuk yang digunakan yaitu pupuk ZA dan urea, dan lain sebagainya.

Adapun hasil lain dari musyawarah ini yaitu menetapkan kelompok tani

yang pertama melakukan penanaman dari enam kelompok tani yang ada di desa

48

pattinoang ini yaitu kelompok tani yang dari segi persiapannya sudah lengkap,

dalam hal ini seperti persiapan untuk membeli bibit padi manakala pada tradisi

Appalili telah ditentukan waktu turun sawah dan mulai menabur benih.

b. Nilai Religius

Religi mengandung empat unsur pokok sebagai ciri umum yaitu 1) emosi

keagamaan atau getaran jiwa yang menyebabkan manusia menjalankan kelakuan

keagamaan, 2) sistem kepercayaan atau bayangan-bayangan manusia tentang

bentuk dunia, alam ghaib, hidup, maut dan sebagainya, 3) sistem upacara

keagamaan yang betujuan mencari hubungan dengan dunia ghaib berdasarkan

sistem kepercayaan yang dianut, 4) kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan

sosial yang mengonsepsikan dan mengaktifkan religi beserta sistem upacara-

upacaranya, dan 5) peralatan upacara (koentjaraningrat, 1994).

Masyarakat petani yang berada di desa pattinoang senantiasa

melaksanakan tradisi Appalili tidak lepas dari nilai-nilai religious yang terdapat

didalamnya, seperti pada akhir acara Appalili sendiri yaitu dengan adanya

pembacaan doa agar kergiatan yang akan dilaksanakan petani dapat berjalan

lancar sesuai dengan yang diharapkan dan mendapat keberkahan dalam

menjalankannya.

Selain itu, petani juga membaca doa sebelum makan bersama agar apa

yang dikonsumsinya mendapat berkah. Biasanya pembacaan doa ini dibawakan

oleh imam desa yang berada di wilayah kegiatan tradisi Appalili berlangsung.

Adapun tujuan dari adanya pembacaan doa ini agar meminta kepada allah

SWT agar supaya seluruh masyarakat petani diberikan kekuatan serta kesehatan

49

dalam mengelolah sawahnya serta apapun yang ditanam oleh petani itu dapat

terhindar dari musibah baik musibah bencana alam maupun gangguan hama dan

binatang.

c. Nilai Solidaritas

Nilai solidaritas pada kegiatan Appalili di Desa Pattinoang dapat dilihat

pada keadaan masyarakat yang saling percaya antar anggota kelompok. Selain itu,

sikap percaya ini juga dilihat dari kepercayaan masyarakat terhadap segala bentuk

keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dalam kegiatan Appalili.

Nilai solidaritas yang dilihat pada tradisi Appalili khususnya pada kegiatan

makan bersama yang sebelumnya telah mengumpulkan kontribusi dari masyarakat

untuk pelaksanaan tradisi Appalili sehingga mampu menyediakan konsumsi di

akhir acara sehingga mampu mempererat tali silaturahim masyarakat serta

membangun sikap saling menghormati.

Nilai solidaritas tidak muncul secara spontanitas untuk berbakti kepada

sesamanya, tetapi pada prinsipnya mereka terdorong oleh perasaan saling

membutuhkan satu sama lainnya.

d. Nilai Sosial

Sosial merupakan sebuah proses pada seorang anak yang sedang belajar

menjadi seorang anggota masyarakat. Adapun yang dipelajarinya adalah peranan

pola hidup dalam bermasyarakat yang sesuai dengan nilai dan norma maupun

kebiasaan yang ada dalam masyarakat. Proses sosial akan mempelajari mengenai

proses penanaman, transfer nilai, dan pembakuan kebaikan dari satu generasi ke

generasi berikutnya.

50

Nilai sosial ini dapat membangun relasi antara satu kelompok dengan

kelompok yang lain. Memperluas interaksi dengan anggota kelompok lain. Nilai

sosial ini menjadi rangkaian norma, moral, nilai dan aturan yang digunakan untuk

berinteraksi dalam bermasyarakat. Nilai sosial yang baik dilihat ketika mayarakat

memiliki relasi yang banyak dimana memiliki hubungan antara mayarakat satu

dengan mayarakat lain.

Nilai sosial di Desa Pattinoang ini juga berupa interaksi antara kelompok

tani satu dengan kelompok tani lain atau interaksi antara Lembaga-lembaga yang

telah menghadiri acara Appalili tersebut. Pada awalnya Lembaga-lembaga itu

tidak saling berkomunikasi maka di kegiatan Appalili ini masyarakat dapat

berkomunikasi lebih mudah dan baik.

e. Nilai Ketaatan atau Kepatuhan

Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Appalili juga dapat dilihat pada

nilai ketaatan atau kepatuhan, sebagaimana petani yang hadir sepakat untuk

menerima dan merealisasikan keputusan-keputusan yang telah disepakati pada

musyawarah Appalili seperti penyeragaman turun sawah untuk membajak

sawahnya. Begitupula pada bibit yang akan ditanam harus memiliki jenis yang

sama dan secara bersamaan pula untuk menabur benih.

Selain itu, nilai ketaatan juga dilihat ketika masyarakat petani bersedia

untuk menghairi acara Appalili tersebut. Masyarakat yang hadir tepat waktu

bahkan ada petani yang datang lebih awal. Hal ini membuktikan bahwa nilai

ketaatan atau kepatuhan masih sangat tampak pada kegiatan tradisi Appalili yang

51

dilaksanakan masyarakat tepatnya di Desa Pattinoang Kecamatan Galesong

Kabupaten Takalar.

f. Nilai Kesederhanaan

Nilai kesederhanaan tidak hanya dilihat dari satu sisi saja melainkan dari

berbagai sisi. Kesederhanaan dapat dilihat dari tingkah laku seseorang, cara

berkomunikasi, cara berpakaian, dan lain sebagainya. Nilai kesederhanaan yang

terkandung dalam tradisi Appalili ini tersirat pada makanan yang disajiakan pada

akhir acara yang seadanya. Makanan ini menggambarkan sifat kesederhanaan bagi

para petani sawah di Desa Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

Nilai kesederhaan lainnya dapat dilihat dari masyarakat petani yang

menghadiri kegiatan dengan menggunakan pakaian apa adanya atau dengan kata

lain pakaian yang dikenakan petani tidak terlalu formal bukan berpakaian rapih.

g. Nilai Keilmuan

Nilai keilmuan dalam tradisi Appalili di Desa Pattinoang dapat dilihat dari

pengetahuan yang didapatkan masyarakat dalam kegiatan Appalili tersebut. Ilmu

yang didapat dalam bidang pertanian, dalam bentuk fisik maupun non fisik.

Dalam bentuk fisik seperti ilmu dalam pembuatan pupuk dan non fisik dapat

berupa teori dalam meningkatkan produktivitas pertanian maupun ilmu dalam

menjaling silaturahmi dan menjaga kekompakan masyarakat.

Nilai keilmuan ini sangat penting bagi masyarakat terutama masyarakat di

Desa Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar yang masih

menerapkan tradisi Appalili sebelum turun sawah. Ilmu yang didapat mampu

52

diterapkan dalam pengelolaan tanaman padinya agar hasil yang diinginkan dapat

memuaskan dan menguntungkan.

h. Nilai Gotong Royong

Nilai gotong royong yang tercermin pada kegiatan Appalili ini yaitu dapat

dilihat ketika masyarakat bersama-sama melakukan kegiatan Appalili baik

sebelum kegiatan dimulai hingga penerapan dari hasil keputusan dalam kegiatan

Appalili tersebut.

Sebelum kegiatan dilaksanakan masyarakat bersama-sama dalam

membersihkan lokasi yang akan ditempati untuk melakukan kegiatan Appalili,

sedangkan setelah kegiatan masyarakat juga bersama-sama dalam menerapkan

hasil keputusan yang telah disepakati seperti pada saat ingin menanam padi maka

masyarakat harus menggarap sawahnya sehingga masyarakat saling membantu

dalam menggarap lahan pertaniannya.

Desa pattinoang memiliki masyarakat yang masih memiliki rasa peka

yang tinggi sehingga masyarakatnya dapat melaksanakan kegiatan Appalili ini

bersama-sama serta Bersama-sama dalam menerapkan hasil musyawarah dari

kegiatan Appalili tersebut.

53

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pola pelaksanaan Appalili di Desa Pattinoang dilakukan sehari pada tanggal 2

November 2021 pukul 08.00-selesai. Kegiatan ini dilakukan secara sederhana

dikarenakan dana yang sedikit dan didapatkan dari kontribusi masyarakat

petani di desa tersebut.

2. Peran dan pungsi lembaga pada kegiatan Appalili diantaranya yaitu penyuluh

pertanian lapangan memiliki peran yaitu (memperadakan surat, membagikan

surat, mengumpulkan dana, menyiapkan konsumsi, dan mengumpulkan

semua anggota kelembagaan), funginya yaitu (membuka acara Appalili,

merampung saran dan permasalahan petani, memberikan pengarahan dalam

bidang pertanian, dan membacakan kembali hasil dari kegiatan appalili).

Adapun kelompok tani, kelompok wanita tani, dan gabungan kelompok tani

memiliki peran yang sama yaitu (menghadiri acara appalili dan

mengumpulkan anggota kelompoknya), funginya juga ama yaitu

(menyampaikan permasalahan-permasalahan dalam bidang pertanian dan

memberikan saran serta pendapat dalam kegiatan appalili). Kepela desa

memiliki peran yaitu (menghadiri acara), fungsinya yaitu (memberikan saran

dan memberikan sambutan). Imam dusun memiliki peran yaitu (menghadiri

acara appalili), fungsinya yaitu (memberikan saran). Babinsa dan

bhabinkamtibmas memiliki peran yang sama yaitu (menghadiri acara

54

appalili), fungsinya juga sama yaitu (mengamankan situasi dan kondisi di

lokasi kegiatan).

3. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Appalili di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar diantaranya nilai musyawarah, nilai

religious, nilai solidaritas, nilai sosial, nilai ketaatan/kepatuhan, nilai

kesederhanaan, nilai keilmuan, dan nilai gotong royong.

6.2. Saran

Adapun saran yang dapat diperodeh peneliti yaitu peneliti menyarankan

agara PPL lebih mengaktifkan lagi perannya dalam mengelolah usahatani. Adanya

alokasi dana dari pemerintah untuk pelaksanaan Appalili di Desa Pattinoang agar

lebih melestarikan budaya dan tradisi pertanian.

55

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Y. N dan Nadida, Z. 2014. Analisis Kelembagaan Petani dalam Mendukung

Keberfungsian Infrastruktur Irigasi (Studi Kasus: Daerah Irigasi Batang

Anai, Sumatera Barat). Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol. 6, No. 3 :

140-221.

Anantayu, S. 2011. Kelembagaan Petani: Peran dan Strategi Pengembangan

Kapasitasnya. SEPA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis,

Vol. 7, No. 2.

Alham, R. Syahruna, Yusof.,R. M., dan Amin, M. 2014. Peranan Budaya Tudang

Sipulung/Appalili Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bergesernya

Nilai Budaya Pertanian Di Sulawesi Selatan. Jurnal Pendidikan Sains

Sosial Dan Kemanusiaan. Vol.7, No.2 : 241-256.

Arifin, I. 2010. Good Governance Dan Pembangunan Daerah Dalam Bingkai

Nilai Lokal: Sebuah Studi Birokrasi Pemerintahan Dan Perubahan Sosial

Politik Di Kabupaten Wajo. Makassar: Pustaka Repleksi.

Arikunto dan Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

Atrianingsih, Mirsa & Wardah. 2018. Revitalisasi Tudang Sipulung Sebagai

Media Komunikasi Vertikal Antara Masyarakat Dan Pemerintah Di

Kabupaten Bone. Makassar. Universitas Indonesia Timur.

Aziz, B. W. 2017. Modal Sosial Petani Dalam Peningkatan Produktifitas

Pertanian Di Kelurahan Biraeng Kecamatan Minasate’ne Kabupaten

Pangkep. Tesis. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Cahyono., Sandi., dan Tjokropandono., Sawitri, D. 2012. Peran Kelembagaan

Petani dalam Mendukung Keberlanjutan Pertanian Sebagai Basis

Pengembangan Ekonomi Lokal. Bandung. Jurnal Perencanaan Wilayah

dan Kota B SAPPK. Vol. 2, No. 1 : 15-23.

Darwis, K. 2017. Ilmu Usahatani : Teori Dan Penerapan. Cv Inti Mediatama.

(Diakses Pada 17 November 2021).

Dolla, B. 2016. Tudang Sipulung Sebagai Komunikasi Kelompok Dalam Berbagi

Informasi (Bbppki). Makassar.

Effendy, L. 2020. Model Pengembangan Kelembagaan Petani Menuju

Kelembagaan Ekonomi Petani di Kecamatan Sindangkasih Ciamis.

56

Jurnal Ekonomi Pembangunan STIE Muhammadiyah Palopo, Vol. 6, No.

1 : 38-47.

Fadhila, N. 2017. Analisis Pengaruh Fenomena El Nino Dan La Nina Terhadap

Curah Hujan Tahun 1998 - 2016 Menggunakan Indikator Oni (Oceanic

Nino Index) (Studi Kasus : Provinsi Jawa Barat). Tesis. Semarang.

Universitas Diponegoro.

Fauzi, H. 2012. Pembangunan Hutan Berbasis Kehutanan Sosial. Karya Putra

Darwati. Bandung.

Firdayanti. 2019. Peran Lembaga Tudang Sipulung Dalam Pengelolaan Usaha

Tani Di Kabupaten Bone. Jurnal La Geografia. Vol.17, No.3 : 209-216.

Haeruddin, 2016. Kajian Kelembagaan Lokal dalam Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan Tangkap di Kabupaten Maros (Studi Kasus Desa Pajjukukang

Kecamatan Bontoa). Jurnal Agrovital. Vol. 1, No. 1 : 2541-7452.

Kamaruddin, R. 2018. Mappalili Tradisi Yang Terus Terjaga Di Pinrang.

(Www.Sulselsatu.Com/2018/10/08/Sulsel/Gowatamapan/Buka-Acara-

Adat-Appalili-Adnanungkap-Kekurangan-Penyuluh.Html, Diakses 15

November 2021).

Kusnadi, N., Tinaprilla, N., Susilowati, H.S., dan Purwoto, A. 2011. Analisis

Efisiensi Usahatani Padi Di Beberapa Sentra Produksi Padi Di Indonesia.

Jurnal Agro Ekonomi. Vol.29, No.1 : 25-48.

Lisnawati, A., Sayamar, E., dan Kausar. 2015. Analisis Hubungan Modal Social

Dan Tingkat Keberdayaan Petani Kelapa Sawit Didesa Sukamaju

Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar. Jurnal Jom Faperta. Vol.2,

No.1 : 1-15.

Liswati. 2016. Ritual Adat Mappalili Di Segeri Kabupaten Pangkep. Skripsi.

Fakultas Adab Dan Humaniora, Universitas Negeri Alauddin, Makassar.

Nita, R., Yanzi, H. & Nurmalisa, Y. 2017. Peranan Lembaga Sosial Dalam

Melestarikan Adat Budaya Lampung Pada Remaja. Bandar Lampung.

Universitas Lampung.

Nurhalimah. 2018. Tradisi Appalili Di Kassi Kebo Kecamatan Maros Baru

Kabupaten Maros (2005-2017). Tesis. Program Pascasarjana, Universitas

Negeri Makassar, Makassar.

Pangkey, M. C., Vecky, A. J., Masinambow., dan Danalbert, T., dan Londa. 2016.

Erbandingan Tingkat Pendapatan Petani Kelapa Di Kabupaten Minahasa

57

Selatan ( Studi Kasus Di Desa Ongkaw I Dan Desa Tiniawangko

Kecamatan Sinonsayang ). Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi.Vol.16, No.2 :

233-242.

Purwantini, T. B dan Susilowati, S. H. 2018. Dampak Penggunaan Alat Mesin

Panen Terhadap Kelembagaan Usahatani Padi. Jurnal Analisis Kebijakan

Pertanian. Vol. 16, No. 1 : 73-88.

Rahayu, R. E. dan Kartika, L. 2015. Analisis Kelembagaan dan Srategi

Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang di Kabupaten Banjarnegara,

Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Vol. 20, No. 2 : 150-157.

Ridwan Dan Nurman, A. 2017. Landasan Keilmuan Kearifan Lokal. Jurnal.

Vol.5, No.1 : 17–38.

Ruhimat, I. S. 2017. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Tani dalam

Pengembangan Usahatani Agroforestry: Studi Kasus di Desa

Cukangkawung, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya,

Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi

Kehutanan, 14(1): 1-17.

Sitohang dan Saurma. 2018. Dampak Sosial Teknologi Pertanian pada

Masyarakat Petani Di Desa perbangunan Kecamatan Sei Kepayang

kabupaten Asahan. Medan. Universitas Sumatera Utara

Sugiyono. 2009.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta: Bandung.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Edisi

Duapuluh Delapan. Alfabeta. Bandung.

Sulaiman, A., Agus, F., Noor, M., Dariah, A., Irawan, B., dan Surmaini, E. 2018.

Jurus Jitu Menyikapi Iklim Ektrem El Nino Dan La Nina Untuk

Pemantapan Ketahanan Pangan. Jakarta. Iaard Press.

Taufik, M dan Sjafaruddin, M. 2008. Kajian Kelembagaan dan Pengendalian

Hama Terpadu Pada Usahatani Kakao di Kabupaten POlewali Mandar

Sulawesi Barat. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Pertanian. Vol. 11, No. 2 : 115-125.

Tsurayya, S. dan Kartika, L. 2015. Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya

Saing Komoditas Cabai Kabupaten Garut. Jurnal Manajemen dan

Agribisnis, Vol. 12, No. 1 : 1-1.

58

L

A

M

P

I

R

A

N

59

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Identitas Responden

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Pernyataan Kuesioner

Berikut pernyataan yang dianggap sesuai dengan Kajian Kelembagaan

dalam tradisi Appalili pada usahatani padi sawah studi kasus di Desa Pattinoang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

1. Peran dan fungsi kelembagaan dalam tradisi Appalili di Desa Pattinoang

2. Mekanisme berjalannya kelembagaan pada tradisi Appalili di Desa

Pattinoang

3. Mengapa sampai sekarang tradisi Appalili masih dilaksanakan di Desa

Pattinoang

60

Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 1. Peta Desa Pattinoang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

61

Tabel 3. Identitas Informan

No. Nama Jenis Kelamin Umur (Tahun) Pendidikan

Terakhir

Jumlah

Tanggungan

Nama Kelembagaan

1 Sunaryo Laki-laki 49 SMA 3 PPL Desa Pattinoang

2 Syamsuddin,

S.Pd

Laki-laki 38 S1 3 GAPOKTAN

3 Mardiwati Perempuan 51 SMA 2 KWT Desa Pattinoang

4 Dg. Nuru Laki-laki 55 S1 5 Kepala Desa Pattinoang

5 Jalil Dg.

Tompo

Laki-laki 51 SD 1 KT. Assamaturu

6 Baharuddin

Dg. Limpo

Laki-laki 35 SMP 3 KT. Julukanaya

62

Lampiran 4. Dokuntasi Penelitian

Gambar 2. Proses wawancara dengan PPL Desa Pattinoang

Gambar 3. Proses wawancara dengan kelompok tani Desa Pattinoang

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap Isma Hasmita lahir di Bantaeng pada tanggal

11 Juni 2001. Peneliti menyelesaikan pendidikan di Sekolah

Dasar di SDN 91 Waeheru Ambon tamat pada tahun 2012.

Pada tahun itu juga Peneliti melanjutkan Pendidikan di MtsN

Gantarang Dampang tamat pada tahun 2015 kemudian

melanjutkan di MAN Bantaeng pada tahun 2015 dan selesai pada tahun 2018.

Pada tahun 2018 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah

Makassar Fakultas Pertanian pada Program Studi Agribisnis dengan Nomor Induk

Mahasiswa 105961112818. Nomor hp 082334855105. Pengalaman Organisasi

merupakan anggota PMR MAN Bantaeng, anggota Pramuka MAN Bantaeng, dan

Ketua Bidang Media dan Komunikasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Makassar Fakultas Pertanian.