Kelembagaan dan Tata Niaga Susu

46
BAB VIII KELEMBAGAANDANTATANIAGASUSU RochadiTawaf',Tridjoko W. Murti 2 danRatna A . Saptati3 I FakultasPeternakanUniversitasPadjadjaran,Bandung 2 FakultasPeternakanUniversitasGadjahMada,Yogyakarta 3 PusatPenelitiandanPengembanganPeternakan,Bogor I . PENDAHULUAN Usahapeternakansapiperahdi Indonesia melibatkan kelembagaan yang cukupkompleks . Hat inimeliputipeternak yang padaumumnyabergabungdalamsuatukelompok, koperasisusu yang melibatkanpengumpuldanpenampungsusu sertaberujungpadaindustripengolahansusu(IPS) yang menghasilkananekaolahansususebelumsampaidikonsumen . Koperasisusumempunyaiperan yang sangatbesardalamtata niagadandistribusisusu .Koperasiiniterusberkembangsesuai denganberbagaipermasalahannya,terutamaterkaitdengan masalahtataniagasusukepadaIPS .Koperasisusumemiliki posisitawar yang sangatlemahterhadapIPS,terutamadalam penentuanjumlahpenjualansusudanwaktupenjualanserta harga yang diperoleh .MasalahinimunculkarenaIPS menggunakanbahanbakususuimporuntukmenghasilkan produkolahansususehinggasususegardalamnegeri(SSDN) harusmemilikidayasaingtinggi . Beberapakebijakan yang dikeluarkanpemerintah,seperti penetapanrasiopenyerapanSSDNdenganimporsusuolehIPS, pengawasanpemerintahterhadaphargasusu,penyediaanpakan konsentratsertaimporsapiperahberkualitas,sedikitdemi 3 0 1

Transcript of Kelembagaan dan Tata Niaga Susu

BAB VIIIKELEMBAGAAN DAN TATA NIAGA SUSU

Rochadi Tawaf', Tridjoko W. Murti2 dan Ratna A. Saptati3IFakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung

2Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta3Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor

I . PENDAHULUAN

Usaha peternakan sapi perah di Indonesia melibatkankelembagaan yang cukup kompleks . Hat ini meliputi peternakyang pada umumnya bergabung dalam suatu kelompok,koperasi susu yang melibatkan pengumpul dan penampung sususerta berujung pada industri pengolahan susu (IPS) yangmenghasilkan aneka olahan susu sebelum sampai di konsumen .Koperasi susu mempunyai peran yang sangat besar dalam tataniaga dan distribusi susu. Koperasi ini terus berkembang sesuaidengan berbagai permasalahannya, terutama terkait denganmasalah tata niaga susu kepada IPS . Koperasi susu memilikiposisi tawar yang sangat lemah terhadap IPS, terutama dalampenentuan jumlah penjualan susu dan waktu penjualan sertaharga yang diperoleh. Masalah ini muncul karena IPSmenggunakan bahan baku susu impor untuk menghasilkanproduk olahan susu sehingga susu segar dalam negeri (SSDN)harus memiliki daya saing tinggi .

Beberapa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, sepertipenetapan rasio penyerapan SSDN dengan impor susu oleh IPS,pengawasan pemerintah terhadap harga susu, penyediaan pakankonsentrat serta impor sapi perah berkualitas, sedikit demi

3 0 1

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

sedikit dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi koperasisusu. Untuk mengamankan produksi SSDN, Pemerintah padatahun 1982 menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB)Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Pertanian sertaMenteri Perindustrian dengan Nomor 236/Kpb/VII/82,341/M/SK/1982 dan 521/Kpts/Um/1982. SKB mi memuatketentuan bahwa izin impor bahan baku susu akan diberikankepada IPS apabila ada tanda bukti penyerapan SSDN dikenaldengan mekanisme Bukti Serap (BUSEP) . Penerapan kebijakanini berdampak pada peningkatan rasio penyerapan SSDN, padatahun 1984 rasio penyerapan SSDN naik menjadi 1 :3,5 (19%serapan SSDN) dari perbandingan 1 :20 (<5% serapan SSDN)pada tahun 1979 . Kebijakan ini terpaksa dicabut sejakditandatanganinya kesepakatan antara Pemerintah RI denganIMF pada bulan Januari 1998 tentang penghapusan beberapakebijakan nontarif.

Sampai dengan tahun 2007, kontribusi' produksi SSDNhanya mencapai 25% terhadap produksi susu nasional yangsekitar 1,2 juta liter per hari. Hal ini juga tidak memungkirikemajuan yang sangat signifikan dalam usaha sapi perah karenadukungan dan program pemerintah dalam tiga dekade terakhir .Sensus pertanian tahun 2003 menunjukkan bahwa terjadipeningkatan jumlah rumah tangga peternak (RTP) sapi perahdari 54,4 ribu pada tahun 1963 menjadi 119 ribu pada tahun2003 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2003) . Hal ini jugaseiring dengan meningkatnya jumlah populasi sapi perah dari 52ribu ekor pada tahun 1969 menjadi 377,8 ribu ekor pada tahun2007 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007) . Menurut GKSI(2000) dalam Yusdja (2005) disebutkan bahwa koperasi susuberkembang dari 27 buah pada tahun 1979 menjadi sekitar 231pada tahun 2007 .

Bab in] membahas komponen kelcmbagaan dan faktor-faktor yang memengaruhi terhadap tata niaga susu dari tingkatpeternak sampai IPS. Efisiensi dari masing-masing rantaipasokan produk susu sangat penting dalam rangka

30 2

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

meningkatkan daya saing usaha ini dalam menghadapi tantanganperdagangan global yang semakin kompleks .

II. PROFIL KELEMBAGAAN

Institusi sosial atau kelembagaan diartikan sebagai sistemorganisasi hubungan sosial yang terwujud dari beberapa nilaiumum dan cara dalam menyatukan beberapa kebutuhan dasarmasyarakat (Horton, 1964 dalam Munandar, 2008) . Pendapatlain mengartikan institusi sosial atau kelembagaan merupakanbentuk formal budaya yang terdiri dari kumpulan kebutuhan-kebutuhan sosial yang mendasar atau pokok (Landis, 1958dalam Munandar, 2008) . Berdasarkan kedua definisi tersebut,maka kelembagaan merupakan suatu wadah berkumpulnyaorang-orang untuk menyalurkan aspirasi, pendapat, dan alatuntuk pemenuhan kebutuhan pokok. Konsep kelembagaanmenunjukkan bahwa hubungan-hubungan tertentu dan pola-polatindakan yang dicakup dalam organisasi adalah bersifatnormatif, balk di dalam organisasi sendiri maupun untuk satuansosial lainnya .

Defnisi-definisi di atas telah menunjukkan bahwakelembagaan sangat berperan dalam menunjang pembangunankarena apabila kelembagaan tersebut dibangun atas dasarpartisipasi masyarakat sendiri, maka akan lebih mengedepankankepentingan kelembagaan dibandingkan dengan kepentinganindividu. Terkait dengan sistem agribisnis, maka kelembagaanutama dimulai dari subsistem sarana dan prasarana produksi,budidaya, pengolahan, sampai dengan subsistem tata niaga .Sedangkan kelembagaan pendukungnya adalah lembagakeuangan, koperasi, penelitian, pendidikan dan sebagainya .Kelembagaan peternak adalah organisasi yang tumbuh dari,oleh, dan untuk masyarakat sendiri yang didasari atas kesamaankepentingan di bidang petemakan dan memiliki anggaran dasardan anggaran rumah tangga secara tertulis .

303

11 .1 Jenis Kelembagaan Peternak

Berdasarkan pada pembentukannya dikenal dua jeniskelembagaan peternak, yaitu kelembagaan mandiri dankelembagaan bentukan (Firman dan Tawaf, 2008) .Kelembagaan mandiri adalah kelompok peternak yang dibentukatas dasar kepentingan yang sama dan dibentuk tanpa bantuandari kelembagaan lainnya . Kelembagaan bentukan adalahkelompok peternak yang dibentuk karena diinisia~l.i olehkelembagaan lain, misalnya oleh pemerintah ataupun lembagaswadaya masyarakat. Biasanya kelembagaan bentukan akanterbangun jika ada program atau proyek yang mengharuskanadanya pembentukan kelompok .

Kelembagaan peternak berdasarkan sifatnya, dapatdibedakan antara kelembagaan sosial budaya (non profitorganization) dan kelembagaan yang bersifat ekonomi (Firmandan Tawaf, 2008) . Kelembagaan sosial budaya biasanyaorganisasinya tidak terstruktur dengan mapan, contohnya adalah"gotong royong" dan arisan . Kelembagaan ekonomi yangberkembang di pedesaan antara lain koperasi. Pengembangankelembagaan peternak dapat dilakukan jika ada kerja sama yangutuh antaranggota kelompok yang didasari oleh kepentinganbersama dalam mencapai satu tujuan, dengan pola partisipasisecara berkelompok dalam memecahkan permasalahan .Berbagai kemudahan yang mungkin akan diperoleh olehpeternak bila dibentuk kelembagaan kelompok antara lain :1) Mudah membentuk koperasi untuk mendukung berbagai

aktivitas kelompok .2) Informasi dapat menyebar secara merata ke setiap anggota

kelompok .3) Inovasi terhadap teknologi dapat dimanfaatkan oleh seluruh

anggota, balk teknologi pembibitan, pakan, budidaya,pascaproduksi dan sebagainya .

4) Memudahkan dalam melakukan penyuluhan karena sudahterbentuk kelompok .

304

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Profl Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

5) Memudahkan dalam mengakses berbagai programpemerintab .

6) Memudahkan dalam mengakses lembaga keuangan dalamrangka penguatan modal .

7) Memudahkan dalam pemeliharaan infrastruktrur atau saranadan prasarana yang dibangun oleh kelompok.

Hal-hal tersebut merupakan wahana untuk membentukkelompok yang mandiri dan tangguh . Adanya ikatan yang kuatdalam kelompok, diharapkan kelembagaan peternak tidak hanyaterbentuk dalam kelompok saja, tetapi dapat ditransformasimenjadi koperasi atau lembaga keuangan mikro seperti disajikanpada Gambar 1 .

I N II

I) I!

Usaha rumahtangga

Kulcmbagaan yangbarsitar susiaI

KFLOMPO

11 sah a ke n I

GABUNOANKFLOMPOK

Usahanenengah

I<rnha a n y :,nghers,Far

urn

KONERASI

Usaha hesar

Gambar 1 . Transformasi kelembagaan sosial menuju kelembagaan ekonomiSumber : Rahayu et al. (2005)

Gambar I menunjukkan bahwa transformasi kelembagaansosial yang berada di pedesaan dengan basis usaha sapi perah kebentuk usaha koperasi merupakan suatu realita . Ciri utamaterjadinya proses transformasi kelembagaan adalah adanyaperubahan dari kegiatan yang bersifat subsisten tradisional kearah komersial atau berorientasi ekonomi .

3 0 5

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

11.2 Bentuk Kelembagaan pada Agribisnis Sapi Perah

Bentuk kelembagaan pada agribisnis peternakan sapi perahterdiri atas kelompok usaha koperasi dan nonkoperasi .Kelompok koperasi adalah : (a) kelompok peternak, (b)gabungan kelompok (skala tempat penampungan susu), dan (c)koperasi . Bentuk kelembagaan nonkoperasi yang bergerak dibidang ini adalah kolektor susu, pemasok pakan, obat-obatan,dan sarana peternakan sapi perah .

Minat terhadap usaha sapi perah meningkat dari tahun ketahun yang terlihat dari adanya peningkatan jumlah peternaksapi perah. Ditinjau dari skala usahanya, peternakan sapi perahdi Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : (a) usahapetemakan sapi perah rakyat, dan (b) perusahaan peternakansapi perah . Usaha peternakan sapi perah rakyat sasarannyadiandalkan untuk perluasan lapangan kerja dan lapanganberusaha, peningkatan pendapatan peternak, serta peningkatankesejahteraan masyarakat di daerah pedesaan . Usaha inisebagian besar tergabung dalam wadah koperasi yang berperansebagai pengumpul susu. Koperasi ini merupakan pemasokutama bahan baku susu segar bagi IPS, yang mencapai 92% dariproduksi nasional . Jumlah sapi yang dikelola peternak rakyatsekitar 95% dari populasi yang ada dengan rataan kepemilikansekitar 3 ekor/peternak. Perusahaan peternakan sapi perah,biasanya berlokasi di sekitar kota, memiliki izin usaha, danpemilikan sapi sekurang-kurangnya 10 ekor sapi dewasa (laktasidan kering) . Total jumlah sapi yang dikelola perusahaanpeternakan sapi perah ini sekitar 5% dari populasi nasionaldengan rataan kepemilikan sekitar 28 ekor/perusahaan(Soetarno, 2003) . Oleh karena itu, pengembangan agribisnispeternakan sapi perah tidak dapat lepas dari peran koperasisebagai wadah pembinaan dan pelayanan bagi anggota dalamhal penyedia sarana, penanganan, dan penyaluran hasil usahasehingga keberadaan koperasi betul-betul merupakan tulangpunggung dalam pembangunan peternakan sapi perah rakyat(Sugandi et al ., 2008) .

306

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Kelembagaan lain selain koperasi yang juga sangatberperanan pada kemajuan peternakan sapi perah rakyat adalahkelompok peternak. Secara formal kelompok ini sebagai mediaatau wadah mengelola usaha tani secara bersama . Perankelompok tani bagi pengembangan usaha tani khususnyakelompok peternak sapi perah bagi para anggotanya dalammewujudkan kemandirian sangat penting . Fungsi kelompokmerupakan wadah belajar mengajar bagi anggota gunameningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap sertatumbuh dan berkembangnya dalam berusaha tani sehinggaproduktivitas meningkat, pendapatan bertambah serta kehidupanyang lebih sejahtera (Menteri Pertanian yang disitasi olehDarmawan et al ., 2008) . Penguatan peternak sapi perah dalambentuk kelompok merupakan upaya dalam meningkatkan usahasapi perahnya. Manfaat yang dapat dirasakan oleh peternak sapiperah dengan cara berkelompok adalah : (a) peternak dapatsaling mengontrol kualitas susu, (b) memudahkan pembinaanterhadap anggota kelompok, (c) memudahkan dalampendistribusian susu, dan (d) dapat saling tolong menolong bilasalah satu anggota mengalami kesulitan fisik maupun finansial .Manfaat kerja sama yang dapat dibangun antarkelompok antaralain : (a) mempermudah akses informasi, (b) melakukankoordinasi terhadap zoning lahan pangonan atau lahan pencarianhijauan antarkelompok, dan (c) melakukan kontrol terhadappenyakit endemik yang dapat menyebabkan kematian pada sapiperah .

11.3 Perspektif Koperasi Sapi Perah

Koperasi merupakan salah satu bentuk kelembagaan diantara sekian banyak kelembagaan yang berperan dalampengembangan sektor pertanian. Lembaga koperasi memilikiciri double identity yang mungkin tidak dimiliki oleh lembagalain . Ciri ini menjelaskan bahwa para anggota koperasimerupakan owner sekaligus customer dari lembaga tersebut .Perbedaan ini terlihat dengan adanya unit usaha ekonomi yang

30 7

dimiliki dan diawasi bersama secara demokratis dengan satutujuan, yaitu melayani kebutuhan anggota . Koperasi mempunyaifungsi ganda, yaitu sebagai wahana untuk meningkatkan perandan kontribusi para petani dalam pembangunan sektor pertanian,sekaligus memperjuangkan hak-hak para petani dalammeningkatkan kesejahteraan hidup . Selain itu, koperasi jugamerupakan gerakan untuk pembangunan modal sosial dikalangan masyarakat (Baga, 2005) . Pada agribisnis sapi perah,kelembagaan koperasi dibedakan antara koperasi primer yangterdiri dari koperasi persusuan atau koperasi yang bergerak dibidang persusuan (koperasi single purpose dan KUD Unit Susu),serta koperasi sekunder, yaitu Gabungan Koperasi SusuIndonesia (GKSI) .

GKSI merupakan kelembagaan yang sangat berperan dalampengembangan agribisnis sapi perah di Indonesia (Toharmat,2007) . Lembaga ini berdiri secara formal pada tahun 1979, yangmerupakan koperasi sekunder pada tingkat nasional dari puluhanjumlah koperasi persusuan saat itu . Salah satu prestasi dariGKSI terlihat pada meningkatnya jumlah koperasi persusuansejak tahun 1979, sejalan dengan berkembangnya ratusanjumlah KUD susu (Gambar 2) .

3 0 8

250

200 t-•

P•

• 150/'L

E 100E

50

Profl Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

01975

1980

1985

1990

1995 2000Tahun

2005

Gambar 2 . Perkembangan jtunlah koperasi persusuan tahun 1979-2000Sumber: Toharmat (2007)

Terbentuknya

koperasi

terjadi

seiring

denganperkembangan peternakan sapi perah di Indonesia . Koperasi

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

membantu peternak dalam penyediaan sarana dan prasaranaproduksi khususnya pakan konsentrat, peralatan produksi,pelayanan kesehatan ternak dan mengumpulkan serta menjualsusu ke IPS . Di samping itu, koperasi merupakan wahana untukmemperjuangkan kepentingan anggotanya dalam memperolehdukungan kebijakan pemerintah untuk pengembangan agribisnispeternakan. Pada era tahun 1980-an peran GKSI dalammemperjuangkan kepentingan anggotanya sangat nyata, yangberimplikasi pada meningkatnya jumlah populasi sapi perahsecara signifikan yang disertai dengan peningkatan jumlahpeternak maupun jumlah tenaga kerja yang terserap padaagribisnis sapi perah ini. Namun, pada dekade terakhir perankoperasi persusuan, khususnya di tingkat sekunder (GKSI)terlihat menurun sehingga kurang dapat meningkatkanpelayanan terhadap anggotanya .

Pada tahun 2007 terdapat 96 koperasi susu yang aktifdengan jumlah anggota mencapai 92,5 ribu. peternak yangmemelihara sekitar 290 ribu ekor sapi (Direktorat JenderalPerbendaharaan, 2007) . Namun, perkembangan koperasitersebut berfluktuasi dalam periode tertentu . Di Jawa Baratmisalnya, sebelum tahun 1997 jumlah koperasi mencapai 44buah, namun tahun 2007 jumlahnya tinggal 24 koperasi (Firmandan Tawaf, 2008) . Jika dilihat dari jumlah produksi susu yangdihasilkan oleh setiap koperasi, terdapat empat koperasi yangmenduduki jumlah produksi susu terbanyak, yaitu di KabupatenBandung terdapat KPSBU Lembang, KPBS Pangalengan, KUDSarwa Mukti, dan di Kabupaten Sumedang adalah KSUTandangsari . Berdasarkan perkembangan koperasi di JawaBarat, maka terdapat 20 koperasi yang sudah tidak aktif lagi .Dari 24 koperasi yang aktif, terdapat beberapa koperasi yangsudah tidak mampu lagi beroperasi, seperti KUD Pasir Jambu,Kabupaten Bandung dan KUD Cilawu, Kabupaten Garut(Firman, 2008) . Hal tersebut tidak berbeda dengan kondisi diJawa Tengah, khususnya di Semarang dan Magelang, beberapakoperasi susu sudah tidak mampu lagi beroperasi (Anonimus,2008) .

309

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Dibandingkan dengan negara lain seperti India danUruguay, peran koperasi persusuan di Indonesia masih belumoptimal dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Di Indiamisalnya pada tahun 2007, koperasi susu telah berkembangmencapai 57 ribu unit dengan 6 juta anggota . Begitu pula diUruguay, para peternak yang tergabung dalam koperasi telahmampu memproduksi 90% dari total produksi susu nasional(Daryanto, 2007) . Kajian terhadap kinerja aspek usaha danorganisasi dari 30 koperasi persusuan di Jawa Barat dan JawaTimur menunjukkan bahwa tidak semua koperasi persusuanmemiliki kinerja yang balk pada salah satu bahkan kedua aspektersebut (Toharmat, 2007) . Gambar 3 menunjukkan bahwaterdapat beberapa koperasi yang mempunyai kinerja organisasidan usaha yang baik (Kuadran I), namun masih banyak koperasiyang masih mempunyai organisasi dan usaha yang buruk(Kuadran III) . Hal ini menunjukkan bahwa masih diperlukanpenataan koperasi persusuan sebagai suatu bentuk kelembagaanpeternak rakyat yang mampu menjadi katalisator dalampengembangan agribisnis sapi perah di Indonesia.

Gambar 3. Distribusi 30 koperasi persusuan berdasarkan kinerja usaha danorganisasi

Sumber: Toharmat (2007)

3 1 0

e na•

i

. .y

• GQ 12fanIn

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Peran koperasi/KUD susu di Indonesia mengalami zamankeemasan pada saat impor sapi perah secara besar-besaranantara tahun 1980-1990-an . Persaingan usaha antar koperasi danposisi tawar peternak sapi perah yang lemah merupakan indikasiketidakmampuan koperasi/KUD susu mengendalikan bisnispersusuan di era pasar bebas. Produksi usaha sapi perah rakyatmasih tetap rendah, seolah bisnis ini jalan ditempat . Kondisitersebut disebabkan manajemen usaha ternak, kualitas pakan,dan bibit sapi yang tersedia sangat tidak memadai . Mempr.rbaikimanajemen usaha petemakan sapi perah rakyat merupakanproblem yang cukup kompleks . Hal tersebut tidak hanya terkaitupaya mengubah sikap peternak, tetapi juga terkait denganpenyediaan stok bibit yang baik dan bahan baku pakan yangberkualitas dalam jumlah yang cukup. Dampak lemahnya usahaini terlihat pada rendahnya produksi dan kualitas susu, yangditunjukkan oleh masih tingginya kandungan kuman susu (rata-rata diatas 10 juta/cc). Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3141-1998 mensyaratkan kandungan kuman maksimal 3 juta/ccsusu, sedangkan Codex mensyaratkan hal tersebut maksimal 1juta/cc susu. Kondisi ini sebagai akibat dari sistem manajemenusaha yang tradisional dan belum diterapkannya good .farmingpractices sehingga harga susu yang terbentuk di tingkat peternakmenjadi rendah .

Hasil analisis di lapangan menunjukkan bahwa tidakberoperasinya koperasi persusuan sebagian besar diakibatkanoleh faktor sumber daya manusia, khususnya para penguruskoperasi (Firman, 2008) . Banyak pengurus koperasi yang tidakamanah menjalankan bisnis perkoperasiannya . Di samping itu,transparansi manajemen pengelolaan masih rendah dan bersifatkekerabatan karena pada beberapa koperasi terdapat pengurusdan karyawan yang "berhubungan saudara" sehingga hal iniberdampak buruk terhadap perkembangan koperasi. Oleh karenaitu, apabila koperasi dapat menjalankan usahanya dengan balkharus dilakukan secara profesional dan tidak mengaitkanhubungan keluarga di dalam kepengurusannya .

3 1 1

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Hasil focus group discussion tentang Arah PengembanganIndustri Persusuan Jangka Panjang pada tanggal 18-19 Januari2008 yang difasilitasi oleh Fakultas Peternakan UniversitasPadjadjaran telah menghasilkan beberapa rumusan yang terkaitdengan arah pengembangan kelembagaan persusuan di masayang akan datang. Hal ini berkenaan dengan kelembagaanpersusuan yang ada saat ini, baik itu koperasi persusuan maupunkelembagaan kolektor susu swasta yang muncul akhir-akhir ini .Hasil diskusi faktor internal dan eksternal terbagi atas dua hal,yaitu kelembagaan koperasi primer dan koperasi sekunder .

Hasil analisis matriks strength, weakness, opportunity andthreat (SWOT) pada Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapatempat strategi pengembangan yang dapat dilakukan terkaitdengan kelembagaan koperasi primer, yaitu : (a) optimalisasipotensi koperasi untuk meraih peluang pasar, (b) peningkatankualitas SDM dan komitmen anggota untuk meraih efisiensiusaha, (c) profesionalisme pengelolaan aset dan kerja sama antarkoperasi (GKSI), serta (d) efisiensi dan layanan terhadapanggota .

Tabel 1 . Faktor internal dan eksternal ko erasi rimer

3 1 2

FaktorInternal

FaktorEksternal

Kekuatan Kelemahan

Jumlah anggota peternaksapi perah

Komitmen anggota terhadapkoperasi rendah

Jumlah sapi perahSkala usaha koperasi sebagianbesar rendah

Sarana dan prasaranako .erasi

SDM koperasi lemah dalam.en.emban .an or.anisasi

Peluang

Optimalisasi potensikoperasi untuk meraihpeluang pasar

Peningkatan kualitas SDM dankomitmen anggota untuk meraihefisiensi usaha

Peluang pasar besarKesempatan luas untukmengembangkan usahaagribisnis persusuanKoperasi sebagai lembagaekonomi masyarakat.edesaan

AncamanProfesionalismepengelolaan aset dankerja sama antarkoperasi (GKSI)

Efisiensi dan layanan anggotaPesaing/kolektorIPS melakukan budidayadan kerja sama denganan . .ota koserasi

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Hasil analisis SWOT pada matriks kelembagaan koperasisekunder (Tabel 2) menunjukkan bahwa terdapat empat strategipengembangan, yaitu : (a) optimalisasi networking (jejaring)antar koperasi primer, (b) peningkatan kompetensi SDM GKSI,(c) pengembangan usaha ke hulu dan hilir, serta (d) peningkatankemitraan yang sinergi dengan IPS .

I n eksternal ko erasi sekunder

Peningkatan peran koperasi persusuan di Indonesia yangterintegrasi secara vertikal dan horizontal dengan baik di masayang akan datang sangat penting untuk dilakukan. Hal inididasarkan pada pertimbangan bahwa :1) Melalui koperasi, peternak dapat memperbaiki posisi tawar

dalam memasarkan hasil produksi maupun dalarn pengadaaninput produksi yang dibutuhkan . Posisi tawar ini bahkandapat berkembang menjadi kekuatan penyeimbang dariberbagai ketidakadilan pasar yang dihadapi para peternak .

2) Apabila mekanisme pasar tidak dapat menjamin terciptanyakeadilan, koperasi dapat mengupayakan pembukaan pasarbarn bagi produk anggotanya. Di sisi lain koperasi dapatmemberikan akses kepada anggotanya terhadap berbagai

3 1 3

FaktorInternal Kekuatan Kelemahan

FaktorEksternal

Networking koperasi primerKomitmen Anggota(koperasi primeu

Legitimasi GKSI diakui Advokasi belurn optimalPotensi peternak Entepreneurship terbatas

Peluang

Optimalisasi networkingkoperasi primer

Peningkatan kompetensiSDM GKSI

Pasar dan potensi pasar(SSDN dan susu olahan)Memperluas usaha hulu-hilirPartner pemerintah

Ancaman

Pengembangan usaha kehulu dan hilir

Peningkatan kemitraanyang sinergi dengan IPS

IPS tidak menjadikan GKSIwakil koperasi dalamperundingan hargaExcess kebijakan : (OTDA danInpres No . 4 Tahun 1998)Dominasi IPS

Profit Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

penggunaan faktor produksi dan jasa yang tidak ditawarkanpasar .

3) Dengan bergabung dalam koperasi, para petani dapat lebihmudah melakukan penyesuaian produksinya melaluipengolahan pascapanen sehubungan dengan perubahanpermintaan pasar. Hal ini akan memperbaiki efisiensi tataniaga yang bermanfaat bagi kedua belah pihak, bahkan bagimasyarakat umum maupun perekonomian nasional .

4) Dengan penyatuan sumber daya para petani dalam sebuahkoperasi, para petani lebih mudah dalam menangani resikoyang melekat pada produksi pertanian, seperti pengaruhiklim, heterogenitas kualitas produksi dan sebaran daerahproduksi .

5) Dalam wadah organisasi koperasi, para petani lebih mudahberinteraksi secara positif terkait dengan proses pembelajaranguna meningkatkan kualitas SDM . Koperasi sendiri memilikimisi khusus dalam pendidikan bagi anggotanya .

6) Berdirinya koperasi sekaligus membuka lapangan kerja dansumber pendapatan bagi para petani anggota maupunmasyarakat di sekitarnya .

III. TATA NIAGA DAN MANAJEMEN RANTAI PASOKANSusu

111.1 Tata Niaga Susu

Tata niaga susu di era globalisasi tidaklah sama dengan erasebelumnya. Globalisasi perdagangan telah menyebabkanperubahan besar dalam sistem perdagangan itu sendiri, dan jugasistem lain yang terkait, khususnya rantai pasokan bahan yangdiperdagangkan. Otonomi dan kemerdekaan perdagangansemakin berubah dan bergerak menuju sistem yang saling terkaitdengan variasi yang besar dalam saling berhubungan. Perubahansumber bahan, produksi, dan tata niaga perlu diantisipasi dalamera perdagangan bebas ini karena danya risiko penyebaranpenyakit pada manusia dan mengancam keamanan pangan,seperti bovine spongiform encephalopathy (BSE) atau terkenal

3 14

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

dengan penyakit sapi gila, penyakit mulut dan kuku, dioksin,serta pencemaran melamin atau formaldehid . Konsumen dinegara maju semakin memerhatikan keamanan pangan sehinggamenuntut lebih terjaminnya pangan melalui legislasi nasionaldan internasional . Pada tahun 2005, Uni Eropa menerbitkanaturan barn general food law, yang menuntut lebih ketatnyajaminan kualitas pangan (Vorst et al., 2007) . Kualitas dankeamanan pangan menjadi tanggung jawab bersama pedagangdan pengecer, tidak hanya tanggung jawab penghasil danpengolah bahan pangan . Indikasi ini menunjukkan bahwastrategi bisnis saat ini tidak saja harus memerhatikan ekonomitradisional, namun juga aspek teknologi serta topik aktualseperti keselamatan, manfaat kesehatan, cita rasa, manfaat gizidan kesegaran produk. Hal ini tidak hanya untuk produksipangan dalam skala besar, tetapi juga untuk produksi panganspesial dengan nilai tambah tinggi . Oleh karena itu, kerja samayang semakin erat dengan berbagai pihak terkait, menjadisemakin penting untuk mencapai pangan yang aman danberkualitas tinggi bagi konsumen . Hal ini pada akhirnya akanmengubah rantai pasokan tradisional yang ada .

Saat ini, sebagian besar konsumen memperoleh pasokanpangan dari jaringan supermarket . Jaringan supermarket bahkandinilai dua kali lebih besar daripada nilai ekspor langsungproduk pertanian . Share supermarket dalam tata niaga produkpangan mencapai 40-70% di Asia dan melibatkan konsumenkelas menengah serta pekerja kota bahkan desa (Griffins, 2000) .Pengadaan sumber barang seperti buah, sayuran, susu dandaging sangat kuat dipengaruhi oleh organisasi rantai pasokan .Pasar ini membutuhkan barang yang homogen, pasokanberkelanjutan, serta kualitas yang semakin baik dan stabil .Pengadaan barang semakin tergantikan oleh pemasok khusus,subkontraktor bahkan pembelian terkonsolidasi melalui gudangwilayah atau perwakilan .

Rantai pasokan yang sebelumnya diatur oleh hubungan balkantara pemasok dan pembeli (sesuatu yang kurang formal), saatin] lebih banyak dikoordinasi dan dikelola oleh pemain utama,

3 1 5

Prgft Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

yakni jaringan supermarket . Dengan kata lain, supermarketsemakin menguasai dan mengontrol segmen/lini bawahnya,setidaknya melalui kontrak, standar pribadi tertentu dan jaringansumber. Definisi rantai pasokan atau supply chain management,is the integrated planning, implementation, coordination andcontrol of all business processes and activities necessary toproduce and deliver, as efficiently as possible, products thatsatisfy market requirements (Vorst et al., 2007) .

Dalam sistem pangan pertanian di era globalisasi, parapelaku harus bekerja secara berkelanjutan pada ino%asi danpenemuan produk unggulan . Dalam sistem pasar global, hargadan kualitas menjadi lebih penting daripada sebelumnya, karenasaat ini konsumen mempunyai lebih banyak pilihan produk yangditawarkan oleh rantai pasokan pesaing . Dengan demikian,terjadi kenaikan integrasi saluran pasok dari lokal dan rantaisaluran pangan pertanian lintas perbatasan . Hal ini dapatdianggap sebagai tantangan untuk pertanian dan pengembanganpedesaan .

Tata niaga susu di dunia terdapat beberapa model, antaralain: (a) skala kecil, tata niaga lokal dengan sistem pedagangperantara, (b) skala kecil, tata niaga jauh dari pabrik pengolahandi desa, (c) skala kecil, tata niaga jauh dengan transport bahanbaku susu, (d) skala besar, sistem tata niaga terorganisasi denganpusat pengumpulan susu, serta (e) skala besar, sistem produksidan tata niaga (IDF, 1998) . Pada sistem tata niaga yang pertama,produsen terdiri atas peternak dengan skala 1-3 ekor sapi,dengan produksi susu dijual . Penjual perantara berperan menjualproduk ke wilayah sekitar peternak dalam bentuk susu segaratau sedikit diolah dan memperoleh keuntungan dari selisihharga jual . Dengan sepeda atau sepeda motor susu dijual dalambentuk segar atau pasteurisasi berukuran ''/2 liter, I liter dandikemas dalam kemasan sederhana (plastik, botol) . Selisih hargatersebut diperkirakan tidak terlalu besar sehingga terjangkauoleh konsumen . Namun, terdapat kerugian jika sistem inidiandalkan, seperti susu sama sekali tidak dapat dijamin

3 1 6

Profci Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

kesehatan, kebersihannya, ketepatan ukuran, dan kemurniannyaserta jangkauan penjualan yang terbatas .

Sistem tata niaga kedua, pada umumnya jarak antaraprodusen dengan pabrik pengolahan susu relatif tidak jauh .Kondisi ini memiliki beberapa keuntungan, seperti produsenmempunyai hubungan yang dekat dengan pengolah sehinggapengolah dapat ikut mengawasi kualitas susu untuk mencegahterjadinya pemalsuan susu . Sebaliknya peternak akan dapatmemperoleh masukan terkait dengan tata kelola usaha, higienesusu, pakan, dan lain-lain . Hubungan yang baik ini merupakanprakondisi yang sangat penting untuk suksesnya sistem ini .Penggabungan unit usaha kecil menjadi menengah atau koperasiakan memungkinkan terciptanya lapangan kerja yang akanmencegah eksodus tenaga kerja ke luar daerah. Pada prinsipnyasistem ini dapat dibagi menjadi dua tahap, yakni tahap pertamaadalah tata niaga bahan baku yang mudah rusak dari produsenke pengolah susu dengan waktu maksimal 2-3 -jam, dan tahapkedua adalah tata niaga dari pengolah susu lokal ke konsumendengan waktu yang dibutuhkan tergantung masa kedaluarsaproduk yang dibuat. Sistem ini pada umumnya mempergunakantranspor yang terorganisasi maupun transpor umum .

Sistem tata niaga ketiga dibedakan menjadi dua, yaitu : (a)tanpa perlakuan fisik dan kimia, serta (b) dengan perlakuan fisikdan kimia . Pada sistem tanpa perlakuan, pusat pengumpulansusu berada dibawah pengawasan manajer pabrik, dealer,koperasi atau asosiasi peternak. Susu dikumpulkan dengan alatangkut yang relatif kecil pada pagi dan sore hari, dan segeradikirim ke pusat penampungan atau pengolahan yang di tempattersebut dilakukan uji kualitas/kadar susu dan dilakukanpembayaran langsung ataupun secara periodik. Dengan cara inidapat mencegah penyimpanan susu semalaman yang akanmenurunkan kualitas. Setelah sampai di pabrik pengolahanmaka susu akan diuji lagi, didinginkan dengan air dingin(chilled water), dipasteurisasi, dikemas dan dikirim langsung kekonsumen, atau sebelum dipasteurisasi dikirim ke tempatpenampungan yang lebih besar . Sistem ini harus berjalan cepat

3 1 7

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

(kurang 2-3 jam) sejak diperah sampai ke penampungan . Sistemdengan perlakuan merupakan pengembangan sistem di atas,yaitu dengan menggunakan penampung susu yang lebih besar(bulk storage vats) sebagai pengganti penampung skala kecil(churns) . Perlakuan fisik biasanya berupa pemanasan hinggatemperatur 60-70°C yang digabung dengan air mengalir (tapwater) sebagai pengganti chilling water. Metode ini dinilai lebihmurah daripada dengan pendinginan mekanik dan hasilnya lebihbaik di mana 90% bakteri yang ada dalam susu dapattereliminasi . Penggunaan hidrogen peroksida (H202;) adalahalternatif ketiga yang sebaiknya dihindarkan, ketika chilling,pendinginan atau pemanasan tidak dimungkinkan . Dengansistem ini susu dapat dipertahankan lebih lama dan mungkinpengangkutan dengan tanki tidak perlu dilakukan sebanyak duakali sehari .

Sistem tata niaga keempat, merupakan sistem yang dapatdikembangkan pada kota besar yang membutuhkan pasokansusu segar dan olahannya dalam jumlah besar . Hal inimerupakan sistem yang baik, khususnya jika daerah penghasilsusu berukuran kecil dan tersebar . Pada umumnya sistem initerdiri dari minimal tiga tahap, yakni : (a) tahap pertama, pusatpengumpulan susu di desa, merupakan tempat penampungansusu, peternak dapat menyetor pagi dan sore; (b) tahap kedua,susu dari peternak ditampung dalam bejana yang lebih besar dandidinginkan dengan chilled water. Bejana ini dapat beruparefrigerated bulk tank yang berfungsi sebagai tempatpenampungan dan pendinginan sekaligus . Susu kemudian akandibawa dengan tanki unit pengolahan susu lain; (c) tahap ketiga,pabrik pengolahan mengolah susu dengan menggunakan bahanbaku susu dari berbagai daerah pengumpulan, untuk kemudiandikirim ke konsumen . Pabrik olahan susu ini bisa merupakanpabrik yang dimiliki oleh koperasi susu .

Sistem tata niaga kelima, merupakan sistem yang terdiridari unit-unit produksi susu yang mempunyai sapi lebih dari 50ekor laktasi, serta dikelompokkan sebagai unit besar. Masing-masing unit membutuhkan sebuah refrigerated bulk vat sendiri .

3 1 8

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Susu kemudian dikumpulkan setiap hari berikutnya untukdibawa ke unit pengolahan susu. Hasil olahan yang dihasilkanpabrik kemudian dipasarkan dengan sistem tata niaga sendiriatau melalui unit terkait .

Di Indonesia sebagian besar susu dihasilkan oleh peternakrakyat berskala kecil yang tersebar di beberapa pusat produksi .Sebagian besar susu disetor ke IPS yang akan mengolah menjadisusu bubuk, susu kental manis, susu pasteurisasi, keju, mentegadan lain-lain. Hubungan kerja sama antara peternak dengan IPSumumnya melalui koperasi . Pusat pengumpulan susu beradadibawah pengawasan koperasi, dan pengumpulan susudilakukan sebanyak dua kali sehari . Susu dari peternakdikumpulkan dalam sebuah mobil tanki dan segera dikirim kepusat penampungan di koperasi untuk dilakukan prosespendinginan sebelum dikirimkan ke IPS . Beberapa koperasi jugatelah melakukan pengolahan sebagian susu peternak menjadisusu ultra high temperature (UHT) maupun susu paseurisasi,atau menjual susu segar langsung kepada konsumen .

Pada masing-masing rantai tata niaga terdapat biayaproduksi yang ditimbulkan, yaitu :a) Pada peternak: harga susu mencerminkan biaya tenaga kerja,

pakan hijauan, pakan konsentrat, upaya pemuliaan danreproduksi, sewa kandang, pengeluaran keuangan khusus,dan sebagainya .

b) Pada industri pengolah : harga susu segar tergantung padakomposisi susu (lemak, protein), kualitas bakteri, kualitas sel-sel darah putih, dan harga musiman .

c) Pada konsumen : harga susu dan produk susu tergantung jenisdan nilai nutrisi serta gastronominya .

111.2 Fungsi Rantai Pasokan

Masing-masing rantai pasokan merupakan perwujudan satuset yang secara konsep memiliki fungsi yang berbeda tetapisaling berhubungan dan terkait baik secara fisik maupunkeuangan. Fungsi-fungsi tersebut, yaitu :

3 1 9

1 . Fungsi yang berhubungan dengan komoditas fisik, meliputi :a . Gerakan spasial dari produsen ke konsumen akhir atau

industri pengguna .b . Penyimpanan dan pergudangan .c . Transformasi fisik dari komoditas bahan mentah menjadi

satu set produk akhir yang berkualitas yang siapdikonsumsi .

2 . Fungsi terkait dengan dimensi harga dan pemhayaran,meliputi :a . Perpindahan dari pendapatan penjualan akhir kepada

pihak yang terlibat dalam pengolahan, tata niaga danpetani .

b . Perpindahan harga kembali kepada siapa saja yang terlibatdalam proses, marketing dan petani .

Hal ini secara terperinci untuk rantai pasokan susu danolahan susu sejak pemerahan disajikan dalam Gambar 4 .

32 0

Pro/il Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

PetemakPenaumpulIPSGudang/DepoDistributorPasarKonsumen

Gambar 4 . Rantai pasokan industri susu dan olahan susu

Hubungan antara peternak-kelompok peternak-koperasisusu sebagai pemasok susu ke IPS mencerminkan suatu sistemrantai pasokan yang harus dikelola dengan baik. Pembangunanindustri sapi perah di Indonesia bukan hanya karena alasanekonomi peternak semata, tetapi juga untuk memenuhipermintaan susu domestik, meningkatkan pendapatan petani,membantu pemerataan pendapatan, menciptakan lapangan kerja,

memperbaiki nilai tukar, serta meningkatkan kualitas konsumsigizi nasional . Industri sapi perah yang didominasi oleh peternakrakyat karena tujuan pemerataan pendapatan dan penciptaanlapangan kerja secara langsung akan berdampak kepadaketerkaitan ke belakang (backward linkage) dengan industribibit, industri pakan, dan jasa reproduksi-kesehatan, inseminasibuatan. Hal ini juga akan berdampak kepada keterkaitan kedepan (forward linkage) dengan IPS serta industri penyediaansarana prasarana pemerahan, pengemasan, transportasi danlainnya. Secara alami, industri sapi perah memiliki tingkatketerkaitan dan dampak ganda yang cukup tinggi denganindustri lainnya karena sebagian besar produk sapi perahdigunakan sebagai bahan baku industri .

Manajemen rantai pasokan susu (dairy supply chainmanagement) dapat didefinisikan sebagai 'the systemic,strategic coordination of the traditional business functionswithin a particular company and across businesses within thesupply chain, for the purposes of improving long-termperformance of the individual companies and the supply chainas a whole' (Mentzer et al., 2001 dalam Vorst et al., 2007) . Olehkarena itu, secara individu keberadaan masing-masing pihakakan menentukan saling ketergantungan dan keberhasilanpasokan susu secara keseluruhan sehingga dapat dikatakanterjadi semacam linkage ke belakang dan ke depan, denganpusat putaran adalah produksi susu . Secara skematis hal tersebuttampak pada Gambar 5 . Secara spesifik yang membedakansistem rantai pasokan dengan sistem tata niaga, adalah adanyakepastian pasar antar pelaku bisnis melalui suatu kontrak yangdilakukan antar pemangku kepentingan .

Pasca produksiPra-produksi

Profit Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Gambar 5 . Sistem rantai pasokan susu

3 2 1

Tata niaga susu yang dihasilkan peternakan sapi perahrakyat membentuk dua jenis saluran, yaitu saluran yang dikelolaoleh koperasi dan nonkoperasi (agen) (Paturochman, 2008) . Parapelaku tata niaga dalam saluran yang dikelola koperasi adalahpeternak, koperasi primer, koperasi sekunder, IPS, grosir,pengecer dan konsumen. IPS sebagai konsumen antara telahmenetapkan standar kualitas susu yang disepakati oleh koperasi .Dalam sistem ini, telah terjadi sistem rantai pasok dimana parapelaku tata niaga telah melakukan sistem kontrak tata niagadalam menyalurkan komoditi (susu) .

Saluran tata niaga yang dikelola oleh koperasi, secaraumum terdapat tiga jenis, yaitu :

1 . Peternak - Kelompok - Koperasi - IPS (Jawa Barat danJawa Timur)

2 . Peternak - Pengumpul - Koperasi - IPS (DIY dan Jateng)3 . Peternak - Pengumpul - IPS (DIY dan Jateng)

Secara skematis saluran tata niaga tersebut disajikan padaGambar 6 .

Jabar/Jatim :

Jateng-DIY:

32 2

Peternak

Peternak

Peternak

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

I-

0

10

Kelompok

Kelompok

Kelompok/pengumpul

Broker/Pedagang

0

0

Koperasi

Koperasi

Koperasi

Gambar 6. Saluran tata niaga susu yang dikelola koperasiSumber : Murti (2008)

Gambar 6 menunjukkan adanya perbedaan saluran tataniaga susu yang dikelola koperasi pada masing-masing wilayahdi Pulau Jawa. Jawa Barat dan Jawa Timur memiliki kesamaansaluran, yang berbeda dengan di DIY dan Jawa Tengah. Di DIYdan khususnya Jawa Tengah terjadi anomali tata niaga dengan

'PS

IPS

IPS

berkembangnya secara tidak terkendali "broker susu" yangmerugikan peternak dan IPS . Broker susu yang dicobadiberantas melalui pendirian koperasi sekarang tumbuh kembalidengan subur. Kenyataan sekarang menunjukkan bahwa tataniaga susu mempunyai jalur sebagaimana disajikan dalamGambar 7 .

PE TANI

PETANI

KELOMPOK

LOPER

ProfIi Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

D

BROKER

Gambar 7 . Tata niaga susu di DIY dan Jawa Tengah

Tata niaga pada Gambar 7 dipandang kurang efektif karenakoperasi (KUD/GKSI) dirugikan. Karena jika peternakmemasarkan ke loper/broker maka kewajibannya sebagaianggota tidak dapat dibayarkan kepada koperasi/GKSI sehinggaperlu dilakukan upaya perbaikan sebagaimana yang diusulkanpada Gambar 8 .

GKSI

32 3

3 2 4

Profit Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

JARINGAN KOMUNIKASI-PENGAWASANYANG PERLU DIMANTAPKAN

Gambar 8 . Upaya perbaikan tata niaga susu di DIY dan Jawa Tengah

Gambar 8 menunjukkan bahwa hal yang paling mendasaradalah menerapkan etika dalam sistem perdagangan antarkoperasi dengan anggotanya sehingga setiap peternak sebagaianggota koperasi akan memasarkan produksi hanya kepadakelompoknya.

Di Jawa Barat terdapat enam jenis sistem saluran tata niagasusu yaitu :1) Peternak-Koperasi-IPS-Grosir-Pengecer-Konsumen Akhir2) Peternak-Koperasi-Konsumen akhir3) Peternak-agen-Pedagang Pengecer-Konsumen Akhir4) Peternak-agen-Industri Rumah tangga-Konsumen Akhir5) Peternak-agen-Rumah Makan/restoran-Konsumen Akhir6) Peternak-agen-IPS

Dalam sistem pemasaran susu ini, keseluruhannya belummenerapkan sistem rantai pasokan, secara skematis sepertitampak pada Gambar 9.

Gambar 9 . Saluran tata niaga susu non koperasi di Jawa BaratSumber: Paturochman (2008), diolah

Di Jawa Barat saluran pemasaran yang melibatkan "agen"berkembang pesat terutama sejak tahun 2007 . Hal inidisebabkan karena hampir 50% koperasi/KUD unit susu di JawaBarat tidak aktif, sementara kenaikan harga susu dunia telahmerangsang IPS membeli susu petemak dengan kenaikan hargayang sangat kondusif. Pembelian susu ini dilakukan oleh paraagen/kolektor susu yang ada di perdesaan, khususnya di wilayahKoperasi/KUD susu yang tidak aktif. Para agen/kolektor susu inisebagian besar merupakan bentukan atau kepanjangan tanganIPS, walaupun secara yuridis formal sulit dibuktikan bahwaagen tersebut merupakan kepanjangan tangan IPS .

IV. FAKTOR PENENTU HARGA SUSU

Beberapa faktor penentu harga susu dapat dikaji daribeberapa sudut pandang, yaitu dari perilaku konsumen, kondisiusaha peternakan sap] perah rakyat dan IPS yang berkaitandengan perdagangan global . Kajian profil konsumsi susu diIndonesia menunjukkan bahwa susu segar hanya memberikankontribusi sebesar 17,9% dari total konsumsi susu nasional,sisanya, sebesar 82,1 % merupakan konsumsi susu bubuk . Halini mengindikasikan bahwa mayoritas konsumen susu lebihmemilih susu bubuk dibandingkan dengan susu cair (Khomsan,

325

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

1Koperasi IPS Grosir PengecerA

PedagangPeteniak Pengecer V

Industri KonsumenRuinah AkhirAgen Tangga

RuniahMakan/Restoran

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

2004) . Konsumsi susu di dalam negeri rendah, yaitu hanyasekitar 7 liter/kapita/tahun, selain disebabkan oleh rendahnyakemampuan ekonomi (daya bell) dan tingkat pendidikanmasyarakat, juga terutama disebabkan oleh faktor lactoseintolerance, yaitu kemampuan adaptasi perut orang Indonesiayang rendah terhadap lactose . Pola perilaku konsumen susu diIndonesia yang lebih menyukai susu bubuk hasil pemrosesanoleh IPS daripada meminum susu murni segar, telah meng-akibatkan koperasi persusuan mengalami kesulitan dalammemasarkan hasil susunya ke konsumen secara langsung .

Preferensi dan perilaku konsumen dalam mengonsumsi susuini yang menentukan pola usaha IPS dalam melakukan kegiatanusahanya di Indonesia. IPS lebih suka melakukan recombinedmilk antara susu impor dalam bentuk bubuk dengan susu segaryang berasal dari produk domestik . Kenyataan ini yangmenyebabkan posisi tawar peternak rakyat menjadi lemah . Saatini sebagian besar susu murni yang dihasilkan oleh peternakdisetorkan ke IPS yang berperan sebagai pasar oligopsoni .Struktur pasar ini menyebabkan peternak dan koperasipersusuan berada pada posisi tawar yang rendah terhadap IPS(Toharmat, 2007) . Saat ini standar kualitas susu ditetapkan olehIPS dan harus dipenuhi oleh petemak dengan sistem bonus danpenalti . Peternak akan memperoleh bonus bila kualitas susuproduksinya memenuhi standar, dan sebaliknya akan mendapatpenalti bila susu yang dijual tersebut di bawah standar yangtelah ditetapkan IPS .

Tabel 3 menunjukkan bahwa harga susu di tingkat peternak(farm-gate price) jauh lebih rendah dari harga susu olahan yangditerima oleh IPS (consumer price) . Hal in] menggambarkanbahwa pengolahan susu memberikan nilai tambah yang cukupbesar pada produk susu yang dihasilkan. Sementara ini besarnyanilai tambah tersebut tidak dinikmati oleh peternak sehinggarendahnya harga pada tingkat petemak kurang memotivasipeternak dalam mengembangkan industri sapi perah nasional .Tingginya harga yang diterima IPS telah mencakup biayapengolahan, biaya pengepakan, biaya tata niaga dan marjin

3 26

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

keuntungan bagi IPS. Salah satu upaya yang dapat dilakukanpeternak atau koperasi adalah mengembangkan industri downstream berupa industri pengolahan susu dan memasarkanproduksinya .

Tabel 3 . Perbandingan harga antara susu murni dengan susu pasteurisasi dank

Keterangan : BK=bahan keringSumber : Toharmat (2007)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasiberbagai permasalahan yang terkait dengan ter~entuknya hargasusu dari sisi tata niaga, yaitu :1) Preferensi konsumen dalam mengonsumsi susu segar sangat

rendah sehingga tata niaga susu segar yang dihasilkan petanihanya ditujukan kepada beberapa IPS dalam struktur pasaroligopsoni sehingga posisi tawar peternak dalam penetapanharga susu menjadi sangat lemah .

2) Harga susu segar pada tingkat peternak sangat rendah dantidak memotivasi peternak dalam upaya peningkatankuantitas dan kualitas produk, yang selanjutnya menjadipenghambat pengembangan industri sap] perah nasional.

3) Kualitas susu segar sangat bervariasi antar peternak, namundalam pengangkutannya disatukan dalam kontainer yangsama sehingga susu berkualitas rendah dengan kualitas tinggibercampur. Akibat dari hat tersebut nilai jual susu secarakeseluruhan menjadi rendah .

4) Promosi konsumsi minum susu segar belum dilakukandengan balk khususnya oleh koperasi, karena biaya promosimenggunakan media massa yang efektif seperti TV sangatmahal .

327

Jenis susu Prod usen/penjuaI Hargatanpa koreksi

(Rp/liter)

Hargaterkoreksi BK(Rp/kq BK)

Segar/murni:- Kualitas balk Petani/GKSI 23.200- Kualitas kurang Petani/GKSI 13 .63(,OlahanPasteurisasi IPS 8 .000 64 .000Bubuk IPS 17 .000 47 .200

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

5) Belum harmonisnya tarif bea masuk produk susu importerhadap bahan baku lain seperti gula impor (35%), tin plate(15%) untuk produksi dalam negeri .

Selain hal tersebut, harga susu juga ditentukan oleh sistemtransaksi terutama pola pembayaran yang dilakukan antarakoperasi dengan IPS (Murti, 2007a) . Pembayaran susu sangatpenting bagi peternak, karena terkait dengan kelangsunganproduksi usaha ternaknya . Jika susu itu dipasarkan tanpa adanilai tambah tertentu, maka secara teknis pembayaran susuterkait pula dengan komposisi dan kualitas susu yang menjadihal utama yang harus diperhatikan oleh bagian penerimaan susumilik koperasi ataupun IPS . Sebelum susu diterima dan dibayaroleh IPS sesuai kesepakatan sistem pembayaran yang ada, makaharus dilakukan pemeriksaan terhadap kualitas dan komposisisusu .

Susu diterima oleh koperasi/IPS setelah nmemenuhi standarkualitas yang dipersyaratkan oleh Ditjen Peternakan sesuai SKNo 17/Kpts/DJP/Deptan/1983, yaitu :

a . Warna, ban, rasa, dan kekentalan : tidak berubahb . BJ pada 27,5°C (minimal)

: 1,028c . Kadar lemak (minimal)

:2,8%d. Kadar BKTL (minimal)

:8,0%e . Uji alkohol 70%

: negatiff. Uji didih

: negatifg . Katalase (maksimal)

: 3 cch . Titik beku

: - 0,520°C sd - 0,560°Ci. Angka refraksi

: 34j. Kadar protein (minimal)

:2,7%k. Angka reduktase

: 2--5 jam1 . Jumlah kuman (maksimal)

: 3 juta/cc

Lima IPS yakni, PT Indomilk, PT Frisian Flag, PT UltraJaya, PT Nestle dan PT Sari Husada menyerap susu segarproduksi peternak rakyat melalui Koperasi/KUD unit susu danGKSI untuk dicampur dengan bahan baku susu impor .

32 8

Profit Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Sementara IPS lainnya seperti PT Mirota, PT Tiga Raksa, PTIndolakto, PT Indomurni hanya merekombinasi susu imporuntuk memproduksi susu bubuk atau membuat susu pasteurisasidari bahan SSDN .

Sistem pembayaran susu yang diterapkan oleh IPS penyerapSSDN didasarkan pada formula : harga lemak(fat)dan harga padatan bukan lemak (SNF)

Harga susu -+

g .s m u x % lemak x harga lernak/g x1000 }-+Oarga SNFx %SNFx harga SVF/gx1000}

Kadar lemak dapat dihitung dengan menggunakan rumusFleischman, sedangkan bahan padat bukan lemak (solid non fat,SNF) diperoleh dan pengurangan total padatan dengan bahanlemaknya. Beberapa IPS ada yang mengganti rumus Fleischmandengan rumus Richman .

Rumus Fleischman :BK =1,23*lernak + 2,71 * 100 (BJ- 1)

SNF'=BK --KLBJ

Rumus Richman :SNF

0,2* lemak + (BJ-0, 9985) * 250 + 0,58Di mana: BK= bahan kering

BJ = beratjenisKL= kadar lemak

Dengan demikian, kualitas susu terkait langsung dengansistem tata niaganya, semakin panjang jalur tata niaga yangdilalui akan berdampak terhadap kualitas susu . Perubahankualitas susu ditunjukkan dengan adanya perubahan laktosamenjadi gula mono dan asam organik, khususnya asam laktatserta jumlah bakterinya sejak di peternak, pengumpul, koperasi,dan GKSI_ Jika dikaji lebih lanjut, maka kualitas susu yangdiberlakukan di Indonesia ada beberapa klas (grade), yakni :- Kelas A adalah susu dengan total bakteri <500 .000hnl ;- Kelas B adalah susu dengan total bakteri antara 500 .000-

1 .000.000/ml ;- Kelas C adalah susu dengan total bakteri antara 1- 3 juta/ml ;- Kelas D adalah susu dengan total bakteri antara 3-5 juta/ml ;- Kelas E adalah susu dengan total bakteri antara 5-10 juta/ml ;- Kelas F adalah susu dengan total bakteri > 10 juta/ml .

329

Di luar kelas tersebut, maka susu tidak dapat diterima IPSoleh beberapa sebab :

Hasil positif atas tes: alkohol 70%, karbonat, formalin, danpemalsuan lain (peroksida dan residu antibiotika) .Uji organoleptik menunjukkan adanya ketidaknormalansusu .pH susu > 6,94 yang mengindikasikan kemungkinan adanyamastitis .

- Total padatan susu <10,5% .

Tabel 4 menunjukkan bahwa kualitas susu di DIY dan JawaTengah lebih rendah dibandingkan dengan Jawa Barat dan JawaTimur. Kondisi ini kemungkinan disebabkan antara lain oleh : (a)peralatan dan metode pemerahan, penampungan sementara sususerta transportasi yang tidak memenuhi persyaratan, dan (b)manajemen perkandangan belum merupakan kandang koloni,sehingga harapan agar susu aman, bersih, cepat ; dan dingin sulitterjadi

Tabel 4 . Profil kualitas susu rak at tahun 2006

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Sumber : Kusmaningsih (2006) dalam Murti (2008)

Rendahnya kualitas susu rakyat masih ditambah denganbelum efisiennya rantai tata niaga. Seperti koperasi di JawaTengah dan DIY masih mengambil margin keuntungan sampai40%, sedangkan di Jawa Timur dan Jawa Barat hanya berkisar10-15% (Efendi, 2006 ; wawancara pribadi). Hal ini berakibatlangsung pada rendahnya harga susu per liter yang diterimapeternak, di Jawa Tengah sebelum kenaikan harga pada tahun2007 terendah adalah Rpl .035-1 .350, Jawa Timur Rp1350-1850, Jawa Barat Rpl .400-2.100 dan DIY Rpl .150-1 .350. Padatahun 2008, setelah terjadi kenaikan harga susu dunia, hargasusu di tingkat peternak per liter di Jawa Tengah/DIY masih

3 30

Kriteria Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Barar DIYKadar lemak (%) 2,91 3,95 3,78 3,50SNF (%) 7,69 8,10 8,12 7,76TS (%) 10,60 12,05 11,90 11,20TPC (juta/ml) 7,98 2,78 3,45 3,75

Proftl Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

tetap terendah, yaitu hanya berkisar Rp2 .700-3 .200 per liter .Sementara hal tersebut di Jawa Barat telah mencapai Rp3 .200-4.000 dan di Jawa Timur Rp3 .500-4.000 per liter .

Mempertimbangkan aspek tata niaga dan pemasaran, makafaktor kelembagaan kelompok ternak, koperasi dan IPS sangatmenentukan harga susu dan kesejahteraan peternak di pedesaan .Selama ini harga jual susu lebih banyak ditentukan oleh IPS,sementara kelompok ternak dan koperasi belum berperan nyatadalam penentuan harga susu. Hal ini disebabkan karena banyakkelompok ternak yang masih mengalami stagnanisasikemampuan teknis beternak dan adopsi teknologi bud] daya sapiperah. Oleh karena itu, peranan perguruan tinggi, dinaspeternakan, dan pertanian serta balai penyuluhan sangatdiperlukan agar kelompok ternak mampu merencanakanproduksi susu yang optimal dari segi kuantitas dan kualitas . Disamping itu, peranan tata niaga harus lebih dimunculkan olehlembaga koperasi yang sejauh ini masih• terbelit padapennasalahan rendahnya kemampuan untuk merencanakanbisnis susu dari sisi manajemen, pemasaran, keuangan, danpengembangan SDM serta diversifikasi olahan susu .

Diversifikasi usaha berupa pengembangan industri olahansusu pada tingkat koperasi/GKSI akan memberikanpertambahan nilai (value added) yang cukup memadaidibandingkan jika susu dipasarkan dalam bentuk segar. Nilaitambah yang diperoleh sangat tergantung dari jenis olahannya,sebagai contoh, untuk susu pasteurisasi diperkirakan hanyamemberikan nilai tambah sebesar 50-75%, susu fennentasisekitar 300-500%, sedangkan keju dapat mencapai 1000%dibandingkan dengan susu segar berdasarkan harga jualnya(Murti, 2008) . Diharapkan dengan adanya kepastian jenis olahansusu yang berkelanjutan sesuai dengan harapan konsumen yangmemberikan nilai ekonomi tinggi dan ditopang oleh tangguhnyatata niaga, akan menjadi lokomotif kemajuan industri sap] perahsecara keseluruhan .

3 3 1

V. ANALISIS HARGA SUSU

Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yangmembangun industri persusuannya dengan menerapkan polakoperasi . Kebijakan ini dinilai sesuai dengan tuntutan tekniskarakterisitik komoditas susu, sekaligus mampu memfasilitasidan memberi dampak terhadap pembangunan perekonomianmasyarakat pedesaan di daerah kantong produksi (FAO, 2008) .Meskipun berhasil menempatkan usaha sapi perah melaluikoperasi, namun dipandang rnasih ada persoalan yang dihadapiseperti populasi yang relatif rendah, pengelolaan usaha yangbelum efisien, standar kesehatan pada tingkat on farm yangrendah, kualitas pakan, serta permintaan pasar akibat rendahnyakebiasaan mengonsumsi susu di kalangan masyarakat Indonesia .

Dalam konsep pembangunan pertanian yang berkelanjutan,termasuk pengembangan peternakan sapi perah (dairy farmingsustainability), memerlukan tiga pilar yang harus dipertahankansecara terus-menerus, yaitu secara ekonomi menguntungkan,ramah lingkungan, serta secara sosial memberikan rasa keadilan .Pendapatan peternak memiliki tiga dimensi yang berkaitandengan ketiga pilar di atas, yaitu pertama dimensi teknis, keduaekonomi dan ketiga sosial . Dengan demikian, setiap kebijakanyang berkaitan dengan upaya peningkatan pendapatan petanimelalui instrumen kebijakan harga, teknologi, input,kelembagaan dan sebagainya, merupakan tindakan yangstrategis dalam mempertahankan kesinambungan peternakansapi perah . Walaupun demikian, upaya in] tidak sederhanamengingat kompleksnya variabel yang menentukan ukuranpendapatan .

Tipologi dari peternakan sapi perah di Indonesia, meskipunskala pemeliharaan rendah (2-3 ekor per rumah tanggapeternak) dan beberapa di antaranya sebagai usaha sampingan,akan tetapi tidak menunjukkan karakteristik pertanian subsisten .Hal ini mengingat seluruh produk susu yang dihasilkan adalahuntuk dijual. Ukuran tingkat subsistensi pertanian didasarkanpada proporsi output yang dijual dan dikonsumsi anggota

Profit Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

3 3 2

Profll Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

keluarga, kebalikannya adalah pertanian komersial . Dalamsistem usaha tani yang demikian, harga susu merupakankomponen penting yang akan menentukan pendapatan peternak.Di samping itu, sejumlah input seperti konsentrat, tenaga kerjaluar keluarga, peralatan dan pelayanan kesehatan ternak,merupakan input eksternal yang harus dibeli oleh petani. Hargadan besarnya penggunaan input ini akan langsung berpengaruhterhadap biaya produksi .

Dalam usaha sapi perah, tugas utama Koperasi/KUDpersusuan adalah memberikan pelayanan kepada peternakanggota dengan menyediakan input pakan, pelayanan reproduksi(IB) dan kesehatan hewan, penyuluhan sampai dengan tata niagahasil produksi. Produk sapi perah secara alamiah mudah rusak(perishable) dan memerlukan keahlian dan tatalaksana yangintensif sehingga bantuan pelayanan ini sangat dibutuhkan danmemberikan andil dalam meningkatkan kinerja usaha anggota .Kenyataannya dewasa ini tuntutan terhadap perafi koperasi tidakcukup hanya memberikan pelayanan konvensional seperti diatas, Koperasi/KUD persusuan, balk koperasi primer maupunGKSI merupakan lembaga yang memiliki otoritas didalamkebijakan harga susu sehingga koperasi juga dituntut untukmenetapkan harga yang menguntungkan dan berdampakterhadap peningkatan pendapatan peternak sebagai anggotakoperasi. Persoalannya adalah penetapan harga oleh koperasisebagai suatu ukuran kinerja pelayanan, tidak semata-mataditentukan faktor internal atau efisiensi pengelolaan usahakoperasi, melainkan ditentukan juga oleh faktor eksternal, diantaranya adalah pasar, khususnya dalar hal hubunganperdagangan dengan pihak industri .

Selain itu, masih ada persoalan lain, seperti koperasi denganskala pelayanan relatif kecil, memerlukan biaya pelayanan perunit output relatif tinggi dibandingkan dengan koperasi berskalabesar. Jika biaya handling susu dan tata niaga dapat di-efisienkan, maka ada peluang harga yang diterima peternakdapat ditingkatkan .

3 3 3

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Uraian di atas menggambarkan bahwa pendapatan yangdiperoleh peternak sapi perah sebagai salah satu pilar bekerjanyasistem peternakan sapi perah yang berkelanjutan, berhubungandengan biaya produksi dan perkembangan harga output daninput di tingkat koperasi . lnisiatif pengambil kebijakan, baikpemerintah, GKSI, maupun koperasi primer, untuk memahamipersoalan-persoalan aktual yang dihadapi peternak sapi perahanggota koperasi, dalam hat ini adalah aspek pembiayaanproduksi sangat diperlukan . Hal ini utamanya dalam perumusaninstrumen kebijakan yang efektif bagi pengembangan usahakoperasi persusuan yang berbasis kepada kekuatan usahaanggota koperasi .

V.1 Implikasi Biaya Produksi terhadap KinerjaUsaha Sapi Perah

Biaya produksi merupakan komponen utama dalammenentukan pendapatan peternak, semakin besar biaya yangharus dikeluarkan peternak pada saat penerimaan dari penjualanoutput tidak berubah, menyebabkan pendapatan peternakmenurun. Berubahnya biaya dapat disebabkan karena tiga hat,yaitu : (a) kenaikan harga-harga input utama, seperti pakankonsentrat yang mengambil bagian terbesar dari biaya tunai, (b)meningkatnya penggunaan input akibat tuntutan teknis,misalnya pemberian pakan yang memadai untuk sapi induk yangakan melahirkan sehingga dapat memproduksi air susu yangbanyak, dan (c) terjadi mis-management atau lemahnya kontrolyang menyebabkan penggunaan input berlebih dan terbuang .

Jika terjadi perubahan biaya yang berdampak padapenurunan pendapatan peternak secara permanen, maka akanbanyak persoalan yang muncul terkait dengan produksi sususegar. Implikasi dari hat tersebut tidak hanya pada penurunantingkat kesejahteraan sektor rumah tangga dan kinerja usahapeternak, tetapi juga berpengaruh terhadap kinerja usahakoperasi primer, serta ketimpangan pada tatanan sistemagribisnis persusuan nasional .

3 3 4

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Ada sejumlah instrumen yang dapat diupayakan olehpemerintah selaku fasilitator dan kalangan koperasi sebagailembaga ekonomi yang langsung berhubungan dengan peternakuntuk menekan biaya produksi . Pertama adalah instrumen yangbersifat jangka panjang yang lebih mengarah pada upaya-upayapeningkatan efisiensi melalui optimalisasi sumber dayaekonomi. Kedua adalah instrumen yang bersifat jangka pendek,yaitu dengan berbagai paket kebijakan yang langsungberpengaruh terhadap harga-harga input melalui pemneriansubsidi .

Dalam rangka mengurangi beban peternak dalarn jangkapendek di tengah situasi meningkatnya harga-harga, kebijakaninput berupa bantuan sarana produksi, pengurangan harga input

utama, bantuan distribusi dan kemudahan akses untukmendapatkan input, sangat membantu sektor produksi sususegar untuk tetap bertahan di tengah tekanan situasi ekonomi . Dimasa lalu, sektor usaha koperasi persusuan petnah menikmatisubsidi input secara langsung berupa keringanan harga polarduntuk pakan ternak. Jika tepat sasaran, kebijakan seperti initentunya akan membantu peternak karena memperolehkonsentrat dengan kualitas baik, dan dampaknya padaproduktivitas sapi perah dirasakan oleh peternak .

Jika yang menjadi target kebijakan adalah pendapatan ataukesejahteraan peternak, maka kebijakan menekan biaya produksisusu segar hanya merupakan salah satu alternatif saja .Pendekatan lain dapat diupayakan melalui kebijakan hargaoutput, karena dengan menaikan harga output akanmeningkatkan penerimaan atau pendapatan kotor (gross income)

peternak. Sejauhmana kebijakan harga ini berdampak terhadappeningkatan pendapatan, akan sangat tergantung pada rasiokenaikan penerimaan (akibat kenaikan harga) dan kenaikanbiaya-biaya yang dialami peternak. Apabila proporsi ataupersentase penerimaan lebih besar dibandingkan denganpersentase kenaikan biaya, maka pendapatan nominal peternakakan meningkat . Walaupun demikian, tidak otomatis kenaikanpendapatan nominal in] akan meningkatkan daya beli atau

3 3 5

Profit Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

kesejahteraan peternak, apabila terjadi kenaikan harga-hargainput produksi dan barang kebutuhan pokok. Namun, dalamsituasi saat ini, yang diharapkan dari kebijakan harga inisetidaknya daya beli peternak dapat dipertahankan sama sepertisebelum terjadi kenaikan harga .

V.2 Penentuan Harga Susu di Tingkat Peternak

Analisis dalam penentuan harga susu di tingkat peternakdilakukan dengan dua model perhitungan yang sesuai dengansituasi dan kondisi peternak pada tahun 2008 .

V.2.1 Model Perhitungan -1

Penetapan harga susu didasarkan pada pola perhitungangrade yang diusulkan oleh IPS, di mana masing-masing IPSmemiliki grade yang berbeda. Misalnya, PT Ultrajaya 9 grade,Indomilk dan Indolakto 6 grade, FFI 8 grade . Perhitungan gradedidasarkan pada TS (total solid) dan total plate count (TPC) . TSmerupakan penjumlahan dari solid non fat (SNF) dengan kadarlemak (fat) ; sedangkan TPC adalah jumlah kuman per cc susu .Kualitas TS biasanya lebih ditentukan oleh pengaruhmanajemen pemeliharaan terutama kualitas pakan yangdiberikan, sedangkan TPC lebih dipengaruhi oleh penangananpascapanen. Berdasarkan berbagai pengalaman lapangan, setiapIPS membedakan grade yang ditentukan berdasarkan jumlahkuman per cc .

Dalam rangka membina peternak untuk menghasilkan susuyang berkualitas, sebaiknya digunakan standar berdasarkankesepakatan menuju standar internasional . Di Indonesia dikenalSNI, dan untuk TPC maksimal adalah 3 juta per cc, sedangkanstandar yang digunakan IPS mengacu pada Codex yangmensyaratkan maksimal TPC 1 juta per cc . Terkait hal tersebut,sebaiknya standar kualitas susu ditetapkan berdasarkan patokanSNI dengan rentang grade maksimal 5, standar ini telahdigunakan oleh sebagian besar koperasi susu yang ada .

3 3 6

Profit Usaha Peternalcan Sapi Perah di Indonesia

Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa :1) Penetapan harga susu sebaiknya dilakukan dengan

mempertimbangkan kondisi peternak saat ini yang sebagianbesar tradisional serta upaya menuju pada penetapan SNI .

2) Penetapan harga dasar susu (harga kesepakatan) masihdiperlukan dengan batas waktu tertentu yang disepakatiantara penjual (koperasi) dan pembeli (IPS), yang merupakanjeda waktu menuju standarisasi kualitas yang disepakati(nasional), dengan rentang grade maksimal 5 .

3) Harga kesepakatan dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya tiga bulan oleh Forum Persusuan Nasional/Regional yang dibentuk oleh para pelaku bisnis persusuan(koperasi diwakili oleh GKSI, peternak oleh PPSKI danpengolah susu oleh IPS serta pemerintah dalam hal in] DitjenPeternakan, Kementerian Koperasi, dan DepartemenPerindustrian) .

4) Penetapan harga jual susu di tingkat koperasi kepada IPS,dipengaruhi oleh biaya handling dan skala usaha masing-masing koperasi/KUD .

V.2.2 Model Perhitungan -2

Harga susu yang diterima peternak (standar TPC 5 juta, TS11,3%) berikut insentif sekitar Rp3000 per liter. Persoalannyadengan tingkat harga tersebut peternak kecil maupun menengahbelum memperoleh pendapatan yang layak karena harga yangditerima lebih rendah dengan ongkos produksi . Persoalannyasebagian besar peternak sapi perah adalah peternak skalamenengah dan kecil . Agar diperoleh harga yang lebih baik (diatas Rp3 .200), maka peternak harus memperbaiki kualitas susuhingga mencapai grade-3 (TPC<1 juta dengan TS 12%) . Sejauhini banyak peternak kecil yang masih mampu bertahan karenamendapatkan input yang tidak harus dibeli secara tunai danberasal dari sumber-sumber communal asset, atau menggunakantenaga keluarga yang tidak dibayar (hidden cost) .

Tim dari Universitas Padjadjaran bekerja sama denganGKSI pada bulan Juni 2008 melakukan analisis harga pokok

3 37

ProJi( Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

produksi (HPP) susu di tingkat peternak pada tiga strata skalausaha. Skala usaha dibedakan menjadi tiga strata, yaitu skalapemeliharaan 1-3 ekor, 4-6 ekor dan di atas 6 ekor. Hasilanalisis menunjukkan bahwa HPP bervariasi dan berhubungandengan skala pemeliharaan . Semakin rendah skala pemeliharaanakan semakin tinggi HPP, hal ini disebabkan oleh tidakefisiennya penggunaan faktor-faktor produksi yang ada .

Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan HPPmi antara lain :1) Perhitungan harga penawaran didasarkan pada pendekatan

biaya produksi rata-rata (biaya per liter susu) di tingkatpeternak sapi perah dan koperasi primer.

2) Sampel peternak terdiri dari peternak dengan skalapemeliharaan 1-3 ekor, 4-6 ekor dan di atas 6 ekor .

3) Tabel perhitungan menggunakan data-data koefisien teknishasil survei Universitas Padjadjaran dan GKSI Jawa BaratTahun 2006 .

4) Perhitungan biaya handling di tingkat koperasi primer,menggunakan sampel koperasi dengan skala produksi 15 .000liter per hari .

5) Biaya produksi di tingkat peternak sudah memasukkanseluruh pengeluaran tunai (langsung) dan tidak tunai sepertipenyusutan aset dan sapi perah .

6) Upah tenaga kerja keluarga (hidden cost) dimasukkan sebagaibiaya tidak langsung, dengan demikian perkiraan biaya ditingkat peternak sudah memasukkan pendapatan peternakberdasarkan jam kerja yang dicurahkan pada usahanya .

7) Untuk mendapatkan harga penyesuaian, digunakan pengali(faktor koreksi) yang merupakan rasio harga sekarang denganharga awal Tahun 2006 untuk masing-masing komponen .Umpamanya, faktor koreksi untuk biaya BBM solar adalah1,28 . Faktor koreksi ini diperoleh dari hasil bagi hargasekarang (Rp5 .500) dan harga awal tahun 2006 (Rp4 .300),atau 5 .500/4.300 = 1,28 atau 128%.

8) Tingkat harga yang direkomendasikan adalah untuk kualitassusu dengan TS 11,3 % dan TPC 5 juta/cc .

338

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Dengan membagi peternak sapi perah berdasarkan tigastrata tersebut, maka diperoleh harga pokok produksi susu segardi tingkat peternak beragam, semakin rendah skala pemeliharaanmaka akan semakin besar biaya per liter produksi susu .Perhitungan biaya susu segar secara terperinci disajikan dalamLampiran 1, dan rekapitulasi masing-masing komponen biayaberdasarkan skala usaha disajikan pada Lampiran 2 . Secararingkas HPP masing-masing strata adalah sebagai berikut:1) HPP peternak skala kecil (1-3 ekor)

Rp3.908 liter2) HPP peternak skala menengah (4-6 ekor)

Rp3.031/liter3) HPP peternak skala besar (>6 ekor)

Rp2.366/liter4) HPP rata-rata

Rp3.272/liter

Selain itu, HPP juga dipengaruhi oleh biaya pelayanan danhandling susu segar yang dilakukan oleh koperasi . Berdasarkansumber yang sama, handling cost susu yang ditangani koperasijuga dianalisis . Biaya operasional yang dikeluarkan koperasiuntuk setiap liter susu akan bervariasi bergantung pada skalaproduksi koperasi, jangkauan pelayanan ke anggota dan jarakdari koperasi primer ke IPS . Perhitungan ini menggunakancontoh koperasi dengan skala 15 ribu liter per hari (Lampiran 4) .Komponen biaya di tingkat koperasi secara garis besar meliputi :

Jika digabungkan dan diambil nilai rata-rata, makadiperoleh HPP rata-rata sebesar Rp3 .272/liter sehingga hargasusu segar sampai tingkat IPS idealnya adalah Rp3 .877/liter.Perhitungan ini secara terperinci disajikan pada Lampiran 4 .

3 39

Biaya tetap Rp256,77Biaya Operasional Rp286,71Biaya tidak langsung Rp 62,50Total Rp604 .99

DAFTAR PUSTAKA

Anonirnus. 2008 . Peningkatan Kemampuan dan Kapasitas PerencanaanProduksi dan Kualitas Susu, Kelompok Ternak Anggota KoperasiSusu di DIY dan Jawa Tengah . Salatiga, 15-16 Desember 2008 .Workshop Persusuan DIY-Jawa Tengah .

Baga, L. M. 2005 . Penguatan Kelembagaan Koperasi Petani untukRevitalisasi Pertanian . Jakarta, 19 Juni 2005 . Seminar RevitalisasiPertanian untuk Kesejahteraan Bangsa, yang Diselenggarakan olehMasyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) .

Darmawan, Y . Rismayanti, T . Maryati dan O . Marbun . 2008 .Kelembagaan Persusuan dan Manfaatnya di Tingkat Peternak SapiPerah : Studi Kasus di Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang,Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat . Prosiding Prospek IndustriSapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020. Jakarta, 21 April 2008,Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor .

Daryanto, A . 2007 . Persusuan Indonesia : Kondisi, Permasalahan danArah Kebijakan . ht-t-p i / arietdaryanto wordpress,com/l9 Februari 2008 .

Direktorat Jenderal Peternakan . 2003 . Statistik Peternakan Tahun 2003 .Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta .

Direktorat Jenderal Peternakan . 2007 . Statistik Peternakan Tahun 2007 .Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan-Departemen Keuangan . 2007 .Hilangkan PPN atas Susu Peternak . Izti = /ti~ rvw perhendal7 uaan, .go.id/perben/modu l . 19 Februari 2008 .

Effendhie, S . 2006 . Kuliah Tamu pada Mata Kuliah Pascapanen danIndustri Susu. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta .

FAO . 2008. Food Outlook. June 2008. Rome, Italy .Firman, A. 2008 . Kajian Koperasi Persusuan di Jawa Barat . Prosiding

Focus Group Discussion Arah Pengembangan Industri PersusuanJangka Panjang, Bandung, 18-19 Januari 2008 . Fakultas PeternakanUniversitas Padjadjaran, Bandung .

Firman, A . dan R . Tawaf. 2008 . Manajemen Agribisnis Peternakan : Teoridan Contoh Kasus. Universitas Padjadjaran, Press .

Griffin, M . 2000. Value Added Dairy Products . An InternationalPerspectives . Workshop of NATO and Economics of Eastern Europe .

ProJil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

340

Profrl Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

IDF . 1990. Milk Collections in Warm Developing Countries . BrusselsBelgium .

Khomsan . 2004 . Alergi Laktosa, Konsumsi Susu di Indonesia Rendah .Harian Media Indonesia, Kamis, 18 Maret 2004 .

Munandar. 2008 . Restrukturisasi Kelembagaan Persusuan menujuPartisipatif dan Kesetaraan Posisi Tawar Peternak : (Kajian SosiologisKelembagaan Persusuan pada Usaha Ternak Sapi Perah) . ProsidingFocus Group Discussion Arah Pengembangan Industri PersusuanJangka Panjang. Bandung, 18-19 Januari 2008, Fakultas PeternakanUniversitas Padjadjaran, Bandung .

Murti, T.W . 2008a . Agribisnis Persusuan . Handout Kuliah Pascasarjana .Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta .

Murti, T. W. 2007b . Pasca Panen dan Industri Susu . Fakultas PeternakanUniversitas Gadjah Mada, Yogyakarta .

Peng, T and T.L. Cox 2005. An Economic Analysis of the Impacts ofTrade Liberalization on Asian Dairy Market . Staff Paper No. 490August 2005 Department of Agricultural & Applied EconomicsUniversity ofWisconsin-Madison .

Paturochman, M. 2008 . Hubungan antara Karakteristik dan AtributProduk Susu dengan Pertimbangan Pembelian Konsumen . SurveyPemasaran Susu melalui Saluran yang Dikelola oleh Agen di JawaBarat. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung .

Rahayu, S ., S . Kuswaryan, A . Finnan, dan C . Firmansyah. 2005 .Pembentukan Model Unit Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Sapi Perah .Kerjasama Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran dengan DinasProvinsi Jawa Barat, Bandung.

Sugandi, D ., Budiman dan R . Tawaf. 2008 . Dampak Penerapan StandarKualitas Susu terhadap Kinerja Usaha Koperasi Susu di KabupatenBandung . Prosiding Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta .

Toharmat, T . 2007 . Road Map Persusuan Nasional . MakalahDipresentasikan di Rapat Dewan Persusuan Nasional . FakultasPeternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor .

Vorst, van der, J.G .A .J .A da Silva and J.H. Trienekems. 2007 .Agroindustrial Supply Chain Management : Concept and Application .FAO Paper No. 17, Rome, Italy .

3 4 1

Bebas 2020 . Jakarta, 21 AprilPengembangan Peternakan, Bogor .

2008, Pusat Penelitian dan

Soetarno . 2003 . Manajemen Ternak Perah . Fakultas Peternakan,

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Yusdja, Y. 2005 . Kebijakan Ekonomi Industri Sapi Perah di Indonesia .Analisis Kebijakan Pertanian 3 : 257-268 .

3 42

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Lampiran 1 . Perhitungan biaya produksi susu segar di tingkat peternaki uni 2008 R 000

3 4 3

Komponen biaya Strata-1(1-3 ekor)

Strata-2(4-6 ekor)

Strata-3(>6 ekor) Gabungan

Biaya tunai variabelKonsentrat 11,466 .33 25,429 .17 5,027 .22 6,169 .33Ampas 1,509 .98 2,372 .32 2,193 .93 2,357 .88Tenaqa kerja luar 258 .46 2,687 .14 2,350 .00 1,559 .32Mineral 148 .71 38 .87 132 .00 121 .90Jerami 190 .96 416 .92 6,300 .00 613 .04Vaselin

_86 .21 126.72 196 .40 102 .38

Bahan bakar 104.81 58.33 214 .88 100 .54Angkutan 183 .99 402.69 2,637 .90 383 .59Urea 102 .11 306.09 _ 1,477 .01 _ 233 .07Jasa IBlKeswan 6 .37 1 .16 144 .00 13 .46Alat habis 455 .84 484 .80 791 .48 _482 .92Operasionalkendaraan 24 .85 460 .54 1,493 .10 215 .88Biaya lain 87 .71 48 .14 90 .00 78 .55

Sub total (A) 14,626 .33 2,832 .87 73,047 .9 22,431 .85

B Biaya tunai tetapPajak/Sewa lahan 53 .38 15 .37 122 .11 48 .60Pajak kendaraan 13.33 74 .49 206 .11 39 .34Suku cadang 42.72 33.60 882 .94 91 .33Air bersih 2 .51 13 .19 17 .96 5 .95Penerangan 21 .32 66 .05 48 .30 33.46

Sub total (B) 132 .61 199 .28 1,272.76 217 .14Total biaya tunai (A+B) 4,758 .94 33,032 .15 74,320 .69 22,648 .99

C Biaya tidak tunaiBibit 1,171 .99 848 .98 2,603 .18 1182 .56Kandanq 723 .65 733 .22 1,494 .40 772 .46Milk can/ember 26 .99 34 .03 55 .28 30 .35Roda rumput 23 .45 14 .76 28 .89 21 .74Bak air 18 .78 1 .66 17 .89 17 .05Slang air 36 .32 58.25 21 .01 40 .54Peralatan lain 25 .57 39.60 3.89 27 .56Kendaraan 102 .21 183 .21 972 .22 173 .79Sub total (C) 2,128 .95 1,923 .71 5,196.76 2266.04

Total biaya (A+B+C) 16,887 .88 34,955 .87 79,517 .45 24,915 .04

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Lampiran 2 . Rekapitulasi perhitungan biaya produksi susu segar di tingkatete k

o ko erasi R . 000)

344

Komponen biaya Strata - I(1 -3 ekor)

Strata-II(4-6 ekor)

Strata - III(> 6 ekor)

Gabungan

A Biaya tunai 14,758 33,032 .15 74,320 .69 22,648 .99B Biaya tidak tunai 2,128 .95 1,923 .71 5,196 .76 2,266 .04C Total

biaya

usaha(A+B)* 16,887 .88 34,955 .87 79,517 .45 24,915 .04

D Produksisusu(liter/tahun/RTP) 6,702 .00 15,842 .00 38,372 .00 10,761 .93

E Biaya rata-rata (C/D) 2,519 .83 2,206 .53 2,072 .28 2,315.11F Tenaga kerja keluarga

(Rp/tahun) 9,300 .66 13,057 .88 11,271 .66 10,302 .28G Biaya total (C+F) 26,188.55 48 .013 .74 90,789 .12 3_5,217 .32H Biaya rata-rata (G/D) 3 .908 3 .031 2 .366 3 .272

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Lampiran 3 . Perhitungan biaya pelayanan dan handling susu segar olehko erasi rimer skala roduksi ko erasi 15 .000 liter/hari

3 4 5

No Komponen biaya (Rp juta)ltahun (Rp/liter)1 Biaya tetap

1 1 Penyusutan banqunan cooling 77 .22 14 .141 2 Mesin cooling 125 .42 22 .971 3 Tanker susu 199 .80 36 .59

Kendaraan operasional 144 .45 26 .461 5 Peralatan laboratorium 59 .81 10 .951 6 Banqunan TPK 94 .50 17 .311 7 Genset 34 .02 6 .231 .8 Gaji karyawan :

Manaqer susu 45 .23 8 .28Sipervisi cooling unit 33 .62 6 .16Sipervisor kontrol kualitas 33 .62 6 .16Supervisor angkutan

_34 .97 6 .40

Tester, 3 orang 60 .48 11 .08Pencatat produksi, 5 orang 98 .96 18 .12Sopir daerah, 4 orang 95 .04 17 .41Sopir antar kota, 3 orang 67 .50 12 .36Kenek, 3 orang 55 .49 10.16Laboran 2 orang 55 .49 10 16Karyawan cooling, 4 oranq 86 .40 15 .82Keamanan, 2 orang 65 .34 11 .97

Sub total 256.772 Biaya operasional

2 1 Angkutan susuBBM 304 .99 55 .86Uanq makan sopir + retribusi 66 .22 12 .13Suku cadang 112 .32 20 .57Pelumas 30 .51 5 .59Surat kendaraan 36 .32 6 .65Ban mobil 56 .70 10 .38

2 2 Operasional cooling, teknisi, sanitasi 114 .21 20 .922 .3 BBM qenset boiler 20 .52 3 .762 4 Bahan kimia kontrol kualitas 25 .20 4 .622 5 Listrik, PLN 124 .42 22 .792 6 Pemeliharaan alat 79 .38 14 .542 7 Pelayanan IB 119 .07 21 .812 8 Obat, vaksin 115 .35 21 .132 9 Pembinaan 76 .14 13.952 0 Operasional kendaraan dinas 78 .98 14.462 .11 Retribusi Pemda 34 .13 6 .252 12 Penyisihan SHU 109 .20 20 .00213 luran walib GKSI :

Fee GKSI Pusat 20 .50 3 .75Fee GKSI Jawa Barat 13 .63 2 .50

214 Dana risiko kerusakan susu :Penurunan kualitas 27 .68 _

5.07Pemadaman listrik 61 .44 11 .25

Sub total 286 .71

Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Lampiran 4 . Perhitungan biaya rata-rata susu segar pada peternak sapi perahsam ai ke IPS R 000

34 6

No Komponen biaya (Rp juta)ltahun (Rp/liter)3 Biaya tidak langsunq

3 1 Teknis peternakana Dokter hewan - 6 .08b Inseminator 5 .40c Mantri hewan - 5 .40

3 2 Telepon 19 85 3 .633 3 ATK cetak foto copy dil . 16 .47 3 .023 4 Pemeliharaan gedung 7 15 3 .143 5 Pemeliharaan alat kantor 13 50 2 .47

a . Honor pengurus - 9 .00b . Honor pengawas 4 .50

3 .6 RAT 5_003 .7 Pesangon 3 .003 8 THR anggota - 10 .003 .9 Pajak (PBB) 4 .73 0 87

3 .10 PPh, 25 - -Sub total 61 .50Total 604 .99

Komponen biaya Srata-1(1-3 ekor)

Strata-11(4-6 ekor

Strata-III(>6 ekor) Gabungan

Biaya rata-rata 3 .908 3 .031 2 .366 3 .272Handling cost koperasi 0 .605 0 .605 0 .605 0 .605Harga pokok penjualan 4.513 3 .636 2 .971 3 .877