KAJIAN ORIENTALIS

28
Kajian orientalis begitu menarik perhatian kalangan muslimin khususnya para pelajar yang mendalami al-Qur an. Di era kemajuan barat, pemerhatian dan tumpuan lebih difokuskan pada negara-negara di sebelah barat. Pasti hal ini mewarnai suasana kehidupan yang berbeza dari sebelumnya di mana kaum muslimin yang mendominasi dan mendiami kawasa timur. Ketika perang salib berakhir, banyak dari kalangan orientalis melakukan kajian ketimuran dengan penuh semangat dan perjuangan. Tentu ini disertai berbagai motiv yang mendorong mereka. Mereka rela dengan berbagai cara untuk memperoleh pemahaman sebanyak-banyaknya tentang kajian ini. Dengan kerja keras penuh ketekunan, mereka berhasil memberikan cahaya yang menyinari kegelapan dunia barat sehingga kini. Pelbagai karya mereka titipkan sebagai sumbangan demi mewujudkan perubahan. Dan kini mulai terbukti bagaimana mereka mampu membuktikan kepada dunia bahawa kemajuan teknologi dan informasi

Transcript of KAJIAN ORIENTALIS

Kajian orientalis begitu menarik perhatian

kalangan muslimin khususnya para pelajar yang

mendalami al-Qur an. Di era kemajuan barat,’pemerhatian dan tumpuan lebih difokuskan pada

negara-negara di sebelah barat. Pasti hal ini

mewarnai suasana kehidupan yang berbeza dari

sebelumnya di mana kaum muslimin yang

mendominasi dan mendiami kawasa timur. 

Ketika perang salib berakhir, banyak dari kalangan

orientalis melakukan kajian ketimuran dengan

penuh semangat dan perjuangan. Tentu ini disertai

berbagai motiv yang mendorong mereka. Mereka

rela dengan berbagai cara untuk memperoleh

pemahaman sebanyak-banyaknya tentang kajian

ini.

Dengan kerja keras penuh ketekunan, mereka

berhasil memberikan cahaya yang menyinari

kegelapan dunia barat sehingga kini. Pelbagai

karya mereka titipkan sebagai sumbangan demi

mewujudkan perubahan. Dan kini mulai terbukti

bagaimana mereka mampu membuktikan kepada

dunia bahawa kemajuan teknologi dan informasi

menjadi bukti konkrit akan kemajuan yang mereka

capai.

Di sudut lain, kejumudan dan keterbelakangan

terus menyelimuti umat islam. Justeru itu ia

dijadikan teladan dan rujukan kaum orientalis.

Kini umat Islam hanya mampu menggigit jari

sahaja melihat ketinggalan dan keterbelakangan

yang mereka alami dalam pelbagai aspek

kehidupannya. Apakah yang terjadi sebenarnya?

1Definisi

Dalam bahasa arab, kata orientalisme dikenal

dalam bahasa arab dengan sebutan istisyraq (

راق� ش���� رق� berasal dari kata (است� ش���� yang terambil dari است�

kata رق� yang ertinya terbit ش������ atau menghindarkan

diri dari sesuatu kerana takut terbakar oleh

panasnya[1]. Kata tersebut pun diertikan tempat

terbitnya matahari[2]. Adapun pendapat Sayyid

Muhammad Al-Syahid memberikan pemaknaan

terbit, bersinar, cahaya, dan petunjuk. Dan ini

sesuai dengan kenyataan bahwa belahan dunia

yang  dijadikan objek dunia timur memberikan

penerang dan petunjuk bagi dunia yang dianggap

barat[3]. Tetapi ketika dimasukan huruf alif, sin,

dan ta maka maknanya talab al-syurq. Tentu makna

talab al-syurq itu bukan meminta terbitnya

matahari, melainkan menuntut keilmuan dunia

timur, sastra, agama, dan bahasanya. Dan mungkin

inilah pemahaman secara literal bahasa arab[4]. 

Sedangkan makna orientalisme sendiri berasal dari

dua kata orient dan isme yang diambil dari bahasa

Latin yaitu Oriri yang berarti terbit. Dalam bahasa

Prancis dan Inggris orient berarti direction of rising

sun (arah terbitnya matahari dari belahan bumi

timur)[5]. Secara secara geografis makna orient

berarti dunia belahan timur atau bisa diartikan

bangsa-bangsa belahan timur. Secara luas kata

orient juga berarti wilayah yang membentang luas

dari kawasan Timur Dekat (Turki dan sekitarnya)

hingga Timur Jauh (Jepang, Korea, Cina), dan Asia

Selatan hingga republic-republik muslim bekas Uni

Soviet, serta kawasan timur tengah hingga Afrika

Utara. Lawan kata dari orient adalah occident yang

berarti arah tenggelamnya matahari di bumi

bagian barat.

Sedangkan istilah -isme berasal dari bahasa belanda

atau isma dalam bahasa latin atau ism dalam

bahasa Inggris yang berarti sebuah doktrin, teori

sistem atau pendirian, ilmu tentang kefahaman

atau keyakinan, dan sistem. Jadi, orientalisme

menurut bahasa dapat diertikan sebagai ilmu

tentang ketimuran atau kajian tentang dunia

ketimuran. Secara terminologis, istilah orientalisme

mengandungi banyak pengertian. Pengertian yang

pertengahan adalah suatu bidang kajian keilmuan,

atau dalam pengertian sebagai suatu cara

motodologi yang memiliki kecenderungan muatan

intergral antara oriental dengan kegiatan-kegiatan

lain yang bertujuan untuk menguasai dan

memanipulasi bahkan mendominasi dunia timur[6].

Malik bin Al-Hajj Umar mengatakan bahwa

orientalis itu ialah para penulis barat yang menulis

pemikiran islam serta kebudayaannya[7].

Dapat disimpulkan bahawa orientalisme itu

merupakan bidang kajian ketimuran yang memiliki

tujuan untuk memperolehi kefahaman, kekuasaan,

atau melakukan eksploitasi terhadap negara-negara

di bahagian dunia timur khususnya negara-negara

Islam melalui berbagai cara yang diwujudkan

dengan pelbagai karangan-karangan ilmiah dan

perolehan kekayaan yang melimpah.

1 Sejarah

Tidak ada sumber yang menerangkan waktu

maupun tempat secara tepat kaum orientalis

memulai kajian keilmuan timur. Namun beberapa

biarawan eropah mulai mendalami ilmu-ilmu

ketimuran ketika Islam masih menguasai Andalusia

(Sepanyol) dengan semangat dan giat di

pertengahan abad ke-12. Mereka terus mencari

rahsia kemajuan dan kegemilangan yang

diperlolehi kaum muslimin. Dan rahsianya ialah al-

Qur an. Sejak itulah banyak para rahib dan paderi’

menghantar anak-anak mereka untuk dididik

memahami keilmuan agama, al-Qur an dan buku-’buku berbahasa arab serta berusaha

menerjemahkan ke dalam bahasa mereka,

hinggalah mereka berguru kepada ulama-ulama

muslimin dalam pelbagai keilmuan khususnya

ilmu-ilmu murni, kedoktoran, dan falsafah[8].

Daripada kalangan pendeta yang mempelajari ilmu,

Jerbert lah yang pertama kali menetap di Andalusi

pada tahun 999 M setelah tamat pengajiannya di

institusi-institusi di sekitar Andalusia. Disusuli oleh

Pierrele Aenere (1092-1156 M) dan Gerard de

Gremone (1114-1187 M).

Meskipun usaha mereka ini masih belum tersusun

secara sistematik[9], dari sanalah mereka mulai

mengembangkan keilmuan yang mereka dapatkan

setelah kembali ke negaranya masing-masing.

Sekembalinya mereka ke negara masing-masing,

mereka pun mendirikan sekolah-sekolah bagi

mengkaji pengajaran bahasa arab seperti

Madrasatul-Arabiyyah yang digunakan untuk

memahami karangan-karangan berbahasa arab

yang mereka terjemahkan ke dalam bahasa latin

yang digunakan sebagai bahasa ilmu pengetahuan

mereka di waktu itu. Sehingga pada tahun 1143 M

Robert Catton berhasil menerjemahkan al-Qur an’pertama kali ke dalam bahasa inggeris. Bahkan

kerap mereka melahirkan ilmu-ilmu baru yang

belum ada sebelumnya dari kajian ketimuran

tersebut[10].

Universiti-universiti di waktu itu mengambil

sumber rujukannya dari rujukan-rujukan asli yang

berbahasa arab. Hal yang demikian berlanjutan

sehingga 6 abad lamanya. Setiap ilmu dan bentuk

kajian berkaitan islam dan bahasa arab yang

sampai kepada mereka pasti mereka mendalami

dengan segera, sehingga munculnya kolonialisme

barat (abad ke-18).

Usaha-usaha mereka tidak terhenti di situ sahaja.

Mereka mengumpulkan manuskrip-manuskrip islam

di kala dunia muslim sedang dilanda kegelapan di

bawah kolonialisme barat. Mereka membeli kitab-

kitab karangan muslimin bahkan merampasnya,

lalu dikaji dan disimpan di perpustakaan yang

mereka miliki. Dan ini terus mereka kembangkan

dengan menerjemahkan dan mengarang berbagai

buku yang mereka ambil sumbernya dari buku

rujukan karya umat muslimin. Sampai abad ke-19

saja berbagai buku mencapai 1200 jilid. Dan

langkah-langkah seperti ini mereka terus lakukan

hingga saat ini.  

1Motif Dan Tujuan Kajian Orientalis

Upaya-upaya yang dilakukan orientalis dalam

mempelajari ketimuran memiliki motivasi sebagai

berikut[11].

1Dorongan ajaran agama (Gospel)

Sudah diketahui bahwa awal pertama kali bangsa

barat yang mengkaji ketimuran berdasarkan

keterangan yang ditemukan ialah kalangan pendeta

dan misionaris agama. Mereka dengan gigih

mengkaji ketimuran bahkan sampai sekarang ini.

Dalam kajian islam, mereka gigih mempelajarinya

untuk menghuncurkan ajaran ini dan berupaya

melakukan distorsi kebenaran yang datang dari

dunia islam. Tujuannya agar dunia barat

memandang sebagai ancaman bagi agama

masihiyyah (kristen) yang mereka anuti sehingga

islam tidak berhak untuk menyebar di jagat raya

ini.

1Dorongan kekuasaaan (Glory)

Dengan berakhirnya perang salib yang

dimenangkan oleh kaum muslimin, tidak membuat

putus asa bagi kalangan barat untuk terus

menguasai negara-negara timur, khususnya negara-

negara islam. Mereka berupaya keras dengan

segala cara agar dapat menundukan negara yang

mereka inginkan. Mereka upayakan demi

memperoleh kekuasaan dan kejayaan dengan

mempelajari negeri jajahan mereka masing-masing

baik dari segi akidah, adat istiadat, pola hidup,

maupun peninggalan kebudayaannya.

Selain itu, kebencian yang mereka pendam

terhadap kaum muslimin terus menggebu. Apalagi

setelah kekalahan dalam perang salib. Mereka pun

menginginkan umat islam berpecah belah,

sebagaimana yang diutarakan oleh orientalis

bernama Lawrance Brown, Ketika umat islam“bersatu di zaman dinasti-dinasti arab, ini menjadi

ancaman bagi dunia lain meskipun belahan dunia

lain memperoleh kenikmatan akan hadirnya

peradaban islam. Adapun jika mereka berpecah-

belah, tentu ini tidak akan ada pengaruh apapun

bahkan tidak berdaya.”[12]. pendapat lainnya yangdilontarkan oleh Pastur Calhoun Simon

mengatakan keinginannya untuk memisahkan

kaum muslimin dengan mengutip pendapatnya

Brown , Persatuan umat muslim itu merupakan“harapan besar dan mampu melepaskan belenggu

kekuasaan Eropa. Oleh karena itu misi ini begitu

penting dalam mendobrak senjata pergerakan

kaum muslimin. Karena misi (orientalis) ini untuk

mewujudkan cahaya baru di Eropa, dan peniadaan

pergerakan islam inilah menjadi salah satu unsur

pokoknya”1Dorongan Bisnis Perdagangan untuk Memperoleh

Kekayaan (Gold)

Keingingan memperoleh keuntungan yang sebesar-

besarnya, mereka berupaya memperoleh bahan

baku yang lebih murah dan menjualnya dengan

harga yang tinggi di pasaran sehingga bisa

merugikan perusahaan setempat. Mereka pun tidak

tanggung-tanggung mengeruk kekayaan alam

daerah jajahan. 

1Dorongan Politik

Kepentingan politik ini masih kita rasakan sampai

sekarang ini. Mereka memiliki kedutaan besar di

setiap negera guna mengawasi perkembangan di

setiap negera yang pernah mereka singgahi.

Tentunya yang andil untuk menjadi duta besar itu

haruslah faham dan mahir dalam keilmuan daerah

setempat, khususnya di negera-negara islam

mereka harus menguasai bahasa arab. Dengan

kemahiran kaum oriental inilah khususnya dalam

persuratkabaran, mereka bisa berkomunikasi dari

segi politik yang diinginkan oleh negera tersebut.

Dan ini memiliki pengaruh besar dalam memecah-

belah dunia arab dan dunia islam agar dapat

menguasai dan memperoleh kejayaan di belahan

dunia arab.

1Motivasi Ilmu Pengetahuan

Motivasi ini hanya dimiliki sebagian kecil golongan

barat yang betul-betul ingin mengetahui

kebudayaan, agama, dan bahasa setiap umat.

Bahkan di antara golongan yang mencintai

keilmuan pun ada yang melenceng dan bersikap

subektif dalam memahami islam dan warisannya.

Karena ada motiv lain yang mereka emban, yakni

melakukan tipu daya dan pendistorsian kebenaran.

Kecuali mereka yang memperoleh hidayah dari

Allah, mengimaninya dibarengi dengan kajiannya

yang penuh ikhls tanpa disertai hawa nafsu.

Adapun tujuan mereka dalam mempelajari dunia

belahan timur adalah sebagai berikut.[13]

1Tujuan Kepentingan ilmiyyah, yaitu dengan

melakukan keraguan pada keabsahan risalah

dan sunnah Nabi SAW dan sumbernya (Allah),

membuat keingkaran akan kenabian Rasulullah

SAW dan ajarannya, membuat keraguan akan

pentingnya memahami islam,  serta

menimbulkan keraguan akan kemampuan

berbahasa arab sejalan dengan perkembangan

ilmu pengetahuan.

2Tujuan Kepentingan Agama dan Politik, yaitu

dengan menimbulkan keraguan di kalangan

kaum muslimin akan Nabi SAW, qur an,’syari at, dan ilmu fiqih mereka; meragukan’dan melemahkan kepercayaan terhadap nilai

peninggalan kebudayaan kaum muslimin; serta

melemahkan semangat solidaritas dan

ukhuwah islamiyyah di antara kaum muslimin.

3Tujuan Penelitian dan Observasi Keilmuan, yakni

betul-betul untuk mengkaji dan mempelajari

peninggalan keilmuan yang memperkaya

khasanah kebudayaan dunia timur. 

Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, mereka

melakukan upaya-upaya sebagai berikut[14].

1Mengarang berbagai buku yang bermacam-macam

judul tentang kajian islam, pandangan islam,

Nabi Muhammad, dan al-Qur an. Namun’kebanyakan kitab-kitab tersebut mengutip dari

manuskrip islam dengan menghapus,

menyembunyikan dan merubah keterangan

yang tertera tanpa bisa dipertanggung

jawabkan sehingga tidak sesuai dengan teks

asli.

2Menerbitkan majalah-majalah tertentu dengan

kajian seputar islam, negara-negara islam, dan

bangsanya.

3Mengirim misi kemanusiaan kepada negara-

negara islam seperti rumah sakit, sekolah-

sekolah, club-club, kamp pengungsi, panti

asuhan, dan tempat-tempat jamuan seperti

cape dan sebagainya.

4 Seminar di setiap universitas dan tempat-tempat

kajian ilmu

5Makalah-makalah dan artikel-artikel daerah yang

diedarkan berdasarkan pandangan kalangan

orientalis sendiri.

6Mengadakan kongres untuk merancang langkah-

langkah di lapangan. Dan ini masih mereka

lakukan sampai sekarang semenjak tahun 1783

M.

7Menyusun ensiklopedi islam

8Ruang Lingkup

Kajian orientalis ini terus berkembang sejalan

dengan kolonialisme yang dilakukan bangsa eropa

(barat) terhadap dunia timur. Kajiannya meliputi

kepercayaan-kepercayaan bangsa timur, adat

istiadat, kebudayaan, ilmu bumi (geografi), tradisi-

tradisi, dan bahasa yang digunakannya.[15]

1Manfaat

Kaum orientalis ini memberikan beberapa manfaat

dalam peradaban dunia di antaranya[16] :

1Memberikan kontribusi ilmu pengetahuan yang

mereka lahirkan dari sumber-sumber

ketimuran khususnya pengetahuan islam.

Mereka tekun dan giat menekuni kajian ini

sehingga menghasilkan berbagai karya yang

mereka serap dari sumber-sumber asli

diantaranya Alfred Guillaume dengan bukunya

The Legacy of Islam, Alloys Sprenger dalam

buku qur an haditsnya Das Leben und die’Lehre des Mohammad, Gregor Schoeler

dengan karyanya yang fenomenal di kalangan

orientalis berjudul The Oral and the Written

in Early Islam dan lain sebagainya.

2Ada kegembiraan bahwa dunia barat mulai

mengenal peradaban islam yang sudah maju.

Ini tentunya dikenalkan lewat kegigihan dan

keuletan para orientalis yang berlaku objektif

melakukan penerjemahan dan kajian

keislaman untuk dinikmati oleh dunia barat.

sehingga dapat mencegah dunia barat dari

warisan kebodohan dan kehinaan

3Kemajuan-kemajuan yang dirasakan abad ke-20

sampai sekarang ini juga merupakan dibuka

oleh kalangan orientalis seperti و ن� ي�� yang  ر

berhasil menerjemahkan ilmu geografinya Abu

Fida di pertengahan abad yang lalu, و ن� ي�� د yang سي�gigih mempelajari illmu falaq (perbintangan)

dan arsitek seumur hidupnya, dan lain-

lain[17].

4Metode Penelitian Dan Penyebaran Kajian

Orientalis

Metode-metode Orientalis dalam studi islam

diantara yaitu melalui;

1 Pendekatan Teologis, pendekatan ini adalah

dengan cara menggunakan agama Yahudi dan

Kristen sebagai kriteria dasar dalam menilai

Islam, di antara tokohnya yang popular

adalah, Johannes dari Damaskus dan Petrus

Venerabilis. Pendekatan ini dimulai sejak

lahirnya islam sampai 150 tahun.±2Pendekatan Historis (Historical approach)

Pendekatan Historis sering dilakukan oleh kaum

orientalis untuk memutarbalikan fakta. Dengan

upaya ini mereka dapat mengelabui pembaca saat

menerima informasi dari kajian mereka. Contohnya

yang dilakukan oleh John Wansbrough. Dia

melakukan pendekatan histori yang mengaitkan

kepada agama-agama dan tradisi sebelum islam

datang. Menurut anggapannya, islam dipengaruhi

oleh budaya dan ajaran yang sudah ada dikala

islam belum datang. Buktinya menurut dia, adanya

kesamaan Al-Qur an dengan kitab-kitab’sebelumnya. Dan dia selalu mengaitkan dan

mengajukan pertanyaan yang penting dan tidak

bisa digunakan dalam studi islam, yaitu What is“the evidence? (Apa buktinya).”   Sebegai contoh

konkretnya, bukti apa yang kita miliki untuk

menunjukkan akurasi historis terhadap kebenaran

Al-Qur an yang dikompilasi setelah wafatnya rasul.’[18]

Dalam hal ini orientalis tidak hanya mengkaji

pemikiran-pemikiran tokoh Islam, tetapi juga

sejarah hidupnya yang biasanya dipenuhi dengan

pemiliihan data-data yang lemah dan intrepretasi

data yang mengada-ada.

Pendekatan Historis ini bermula pada paruh abad

ke-19 yang diprakarsai oleh seorang tokoh Yahudi

liberal, Abraham Geiger dengan menulis Was Hat“Mohammed Aus Jem Judenthume Aufgenommen”(apa yang dipinjam Muhammad dari Yahudi)

(1833), Gustav Weil (1843), Marthin Luther (8144).

Andrew Rippin, Ignaz Goldziher Islam bukan dari“wahyu, tetapi dari pengaruh asing khususnya dari

Yahudi-Kristen . Pendekatan sejarah ini umumnya”dilakaukan oleh tokoh-tokoh Yahudi yang

berpandangan bahwa Yahudi adalah agama

sejarah.

Pendekatan perbandingan

Dalam pendekatan ini, umumnya mereka

mengangkat perbandingan antara Yahudi-Kristian

dan Islam tanpa menyalahkan satu dengan yang

lainnya, dimensi yang diangkat antara lain

perbedaan struktur, perkembangan aliran, isu-isu

etika, pemikir individu, tradisi lisan ke tulisan.

Pendekatan ilmiah

Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengkaji

islam, seperti yang dilakukan oleh WC. Smith.

Yang menulis a Personality Intrepetation of“Islamic life and thought . Pendekatan orientalis”terakhir ini semakin baik, karena mereka

memahami Islam tidak lagi berdasarkan

kecurigaan. Namun berdasarkan apa yang mereka

pelajari tentang Islam. Namun pendekatan ini tidak

terlepas dari praduga dan asumsi yang terlebih

dahulu telah ada, yaitu:

1Gagasan tentang islam, positif ataupun negative

dan ideology yang mereka yakini

2Masyarakat dan Negara, di mana sarjana

orientalis berkembang akan mempengaruhi

pola fikir

3Pra-asumsi personal

4Keingintahuan

Dengan kesungguhan orientalis dalam mengkaji

islam, sampai-sampai mereka mampu menerbitkan

Ensiklopedi Islam yang ditulis selama lebih 40

tahun.

Fase Perkembangan Orientalisme

Minat orang-orang barat untuk meneliti masalah-

masalah ketimuran sudah berlangsung sejak abad

pertengahan, mereka melahirkan sejumlah karya-

karya yang berkaitan dengan ketimuran. Dalam

rentang waku antara abad pertengahan sampai saat

ini, secara garis besar orientalis dapat dibagi

menjadi 3 fase, yaitu (1) fase, atau masa sebelum

meletusnya perang salib disaat umat islam berada

dalam zaman keemasannya, (2) masa perang salib

sampai masa pencerahan di Eropa, dan (3)

munculnya masa pencerahan atau perkembangan

di Eropa sampai sekarang. Dalam kesempatan ini,

kami akan menguraikan masalah yang ketiga.

1Masa pencerahan atau perkembangan

orientalisme

Pada masa perkembangan ini kekuatan rasio mulai

meningkat, dimana sebuah tulisan yang dibutuhkan

adalah objektif, bukan mengada-ada. Mulailah

muncul karya-karya mengenai islam yang mencoba

bersifat  positif, misalnya tulisan Voltaire (1684-

1778), tulisan-tulisan mereka mengenai islam mulai

ada penghargaan terhadap Nabi Muhammad saw,

Alquran serta ajaran-ajarannya[19]. Setelah masa

perkembangan ini datanglah masa kolonialisme.

Orang-orang barat datang ke dunia Islam untuk

berdagang dan kemudian juga untuk menundukan

bangsa-bangsa timur, termasuk agama dan kultur

mereka, karena dengan ini hubungan menjadi

lancer dan mereka lebih mudah di tundukan.

1Klasifikasi Orientalis

Jika diklasifikasi berdasarkan Sikapnya Terhadap

Islam[20]

1Golongan orientalis yang tidak memiliki

kepahaman bahasa dan balaghah yang 

mendalam, dengan sebab-sebab demikian

kesalahan dari mereka dalam memahami nas-

nas dan istilah-istilah balaghah dan bayan,

golongan ini sangat banyak, mereka datang

membawa urusan yang rumit, mereka

memalingkan tujuan-tujuan nash dari

kebenarannya

2Golongan atau kelompok yang mempengaruhi

dalam kajian mereka untuk kepentingan

politik dan panatisme agama (misionaris) atau

zionisme, mereka mengarahkan hakikat-hakikat

dan menafsirkannya sesuai dengan maksud

dan tujuan mereka

3Golongan orientalis yang diberi keluasan ilmu

dan menekuni bahasa arab, ikhlas dalam

penelitian, adil, memurnikan dari keinginan

hawa nafsu, kajian mereka mendapatkan

hasilnya atau buahnya, diantara mereka ada

yang sampai mendapat cahaya islam, dia

berkata dalam islam terdapat kebenaran , tapi

dia belum islam, kelompok ini terbagi menjadi

dua (2), yaitu

•Diantara mereka ada yang terpancar islam

dengan kebenaran-kebenarannya dan sampai

kepada hatinya cahaya iman

•Diantara mereka  yang sebatas pikiran atau

logikanya membenarkan kajian-kajiannya

tentang islam

1Kelompok yang menjelaskan tujuan puncak,

mereka meletakan kaidah secara menyeluruh,

kemudian memulai dengan mengumpulkan

pengetahuan baik dari sumber-sumber asli

atau tidak asli, mereka membawa dalil-dalil

dari buku-buku, atau kitab-kitab yang langka,

lawakan-lawakan, serta dari kitab hewan.

2Kelompok mereka yang yang mendorong untuk

mempelajari ilmu secara mendalam, mereka

mencurahkan dengan sungguh-sungguh dalam

mempelajari ketimuran secara umum dan

mempelajari islam secara khusus, tampak

pada mereka kajian yang baik, mereka

mentahkik dari kitab-kitab klasik, mereka

mengarang karya-karya sehingga untuk

selanjutnya menjadi rujukan atau referensi

untuk keturunannya dan bahkan orang-orang

islam[21].

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Al-Bahiy, Muhammad. Al-Mubasyirun Wa Al-

Mustasyriqun Fi Mauqifihim Min Al-Islam. Maktabah

Syamilah.

Ali, Abu Al-Hasan Al-Husna Al-Nadwi. 1986.  Al-

Islamiyyat Baina Kitabat Al-Mustasyriqin Wa Al-Bahitsin

Al-Muslimin. Muassasah Al-Risalah.

Al-Istisyraq. Maktabah Syamilah

Al-Munjid Fi Al-Lughah. Al-Maktabah Al-Syarqiyyah :

Bairut

Al-Siba i, Mustafa. ’ Al-Istisyraq Wa Al-Mustasyriqun Ma

Lahum Wa Ma ‘Alaihim. Dar Al-Warraq.

Darmalaksana, Wahyudin.  Hadits Dimata Orientalis

Telaah Atas Pandangan Ingaz Goldziher Dan Joseph

Schacht. Benang Merah Press: Bandung

Dhahiru Intisyar Al-Islam Wa Mauqifu Ba dhi Al-’Musytariqin Fiha, hal. 55

Malik bin Al-Hajj Umar. 196. Intaj Al-Mustasyriqin wa

Atsaruhu fi Al-Fikr Al-Islami Al-Hadits. Dar Al-Irsyad

 Rahim, Abdur. Makalah Sejarah Perkembangan

Orientalisme (Pdf)

Rifa i, Zuhdi. ’ Mengenal Ilmu Hadits Menjaga

Kemurnian Hadits Dengan Mengkji Ilmu Hadits. Al-

Ghuraba: Jakarta

Syarifuddin, Anwar.  Makalah Kajian Orientalis. UIN

Syarif Hidayatullah

Umar bin Ibrahim Ridwan. 1992. Ara Al-Mustasyriqin

Haula Al-Qu’an Al-Karim Wa Tafsirih. Daru Toyyibah :

Riyadl

[1] Al-Munjid Fi Al-Lughah, Al-Maktabah Al-

Syarqiyyah : Bairut, hal. 384

[2] Dhahiru Intisyar Al-Islam Wa Mauqifu Ba dhi’Al-Musytariqin Fiha, hal. 55

[3] Al-Istisyraq, Maktabah Syamilah, hal. 2

[4] ibid

[5]Wahyudin Darmalaksana,Hadits Dimata Orientalis

Telaah Atas Pandangan Ingaz Goldziher Dan Joseph

Schacht,(Bandung:Benang Merah Press),hal.51

[6] Zuhdi Rifa i,Mengenal Ilmu Hadits Menjaga’Kemurnian Hadits Dengan Mengkji Ilmu Hadits,

(Jakarta:Al-Ghuraba),hal. 70

[7] Malik bin Al-Hajj Umar, Intaj Al-Mustasyriqin

wa Atsaruhu fi Al-Fikr Al-Islami Al-Hadits, Dar Al-

Irsyad, 1969, hal. 5

[8] Mustafa Al-Siba i, Al-Istisyraq Wa Al-’Mustasyriqun Ma Lahum Wa Ma Alaihim, Dar Al-‘

Warraq, hal. 17

[9] Kaum orientalis menyusun kajian keilmuan

secara sistematis baru lahir pada abad ke-16

[10] Abu Al-Hasan Ali Al-Husna Al-Nadwi, hal.13

[11] Mustafa Al-Siba i, hal. 19’[12] Muhammad Al-Bahiy, Al-Mubasyirun Wa Al-

Mustasyriqun Fi Mauqifihim Min Al-Islam,

Maktabah Syamilah, hal. 6

[13] Mustafa Al-Siba i, hal. 25’                   

[14] Mustafa Al-Siba i, hal. 33’[15] Mustafa Al-Siba i, hal.19’[16] Abu Al-Hasan Ali Al-Husna Al-Nadwi, Al-

Islamiyyat Baina Kitabat Al-Mustasyriqin Wa Al-

Bahitsin Al-Muslimin, Muassasah Al-Risalah, 1986,

hal.13

[17] Malik Bin Al-Hajj Umar, hal. 7

[18] Anwar Syarifuddin, Kajian Orientalis, UIN

Syarif Hidayatullah, hal. 95

[19] Abdur Rahim, makalah sejarah perkembangan

orientalisme

[20] Umar bin Ibrahim Ridwan, Ara Al-

Mustasyriqin Haula Al-Qu an Al-Karim Wa’

Tafsirihi,. Daru Toyyibah, Riyadl. Cet. ke-1, 1992. 

Juz I. Hlm. 73-75.

[21] Umar bin Ibrahim Ridwan, hlm. 75.