Kajian orientalis begitu menarik perhatian
kalangan muslimin khususnya para pelajar yang
mendalami al-Qur an. Di era kemajuan barat,’pemerhatian dan tumpuan lebih difokuskan pada
negara-negara di sebelah barat. Pasti hal ini
mewarnai suasana kehidupan yang berbeza dari
sebelumnya di mana kaum muslimin yang
mendominasi dan mendiami kawasa timur.
Ketika perang salib berakhir, banyak dari kalangan
orientalis melakukan kajian ketimuran dengan
penuh semangat dan perjuangan. Tentu ini disertai
berbagai motiv yang mendorong mereka. Mereka
rela dengan berbagai cara untuk memperoleh
pemahaman sebanyak-banyaknya tentang kajian
ini.
Dengan kerja keras penuh ketekunan, mereka
berhasil memberikan cahaya yang menyinari
kegelapan dunia barat sehingga kini. Pelbagai
karya mereka titipkan sebagai sumbangan demi
mewujudkan perubahan. Dan kini mulai terbukti
bagaimana mereka mampu membuktikan kepada
dunia bahawa kemajuan teknologi dan informasi
menjadi bukti konkrit akan kemajuan yang mereka
capai.
Di sudut lain, kejumudan dan keterbelakangan
terus menyelimuti umat islam. Justeru itu ia
dijadikan teladan dan rujukan kaum orientalis.
Kini umat Islam hanya mampu menggigit jari
sahaja melihat ketinggalan dan keterbelakangan
yang mereka alami dalam pelbagai aspek
kehidupannya. Apakah yang terjadi sebenarnya?
1Definisi
Dalam bahasa arab, kata orientalisme dikenal
dalam bahasa arab dengan sebutan istisyraq (
راق� ش���� رق� berasal dari kata (است� ش���� yang terambil dari است�
kata رق� yang ertinya terbit ش������ atau menghindarkan
diri dari sesuatu kerana takut terbakar oleh
panasnya[1]. Kata tersebut pun diertikan tempat
terbitnya matahari[2]. Adapun pendapat Sayyid
Muhammad Al-Syahid memberikan pemaknaan
terbit, bersinar, cahaya, dan petunjuk. Dan ini
sesuai dengan kenyataan bahwa belahan dunia
yang dijadikan objek dunia timur memberikan
penerang dan petunjuk bagi dunia yang dianggap
barat[3]. Tetapi ketika dimasukan huruf alif, sin,
dan ta maka maknanya talab al-syurq. Tentu makna
talab al-syurq itu bukan meminta terbitnya
matahari, melainkan menuntut keilmuan dunia
timur, sastra, agama, dan bahasanya. Dan mungkin
inilah pemahaman secara literal bahasa arab[4].
Sedangkan makna orientalisme sendiri berasal dari
dua kata orient dan isme yang diambil dari bahasa
Latin yaitu Oriri yang berarti terbit. Dalam bahasa
Prancis dan Inggris orient berarti direction of rising
sun (arah terbitnya matahari dari belahan bumi
timur)[5]. Secara secara geografis makna orient
berarti dunia belahan timur atau bisa diartikan
bangsa-bangsa belahan timur. Secara luas kata
orient juga berarti wilayah yang membentang luas
dari kawasan Timur Dekat (Turki dan sekitarnya)
hingga Timur Jauh (Jepang, Korea, Cina), dan Asia
Selatan hingga republic-republik muslim bekas Uni
Soviet, serta kawasan timur tengah hingga Afrika
Utara. Lawan kata dari orient adalah occident yang
berarti arah tenggelamnya matahari di bumi
bagian barat.
Sedangkan istilah -isme berasal dari bahasa belanda
atau isma dalam bahasa latin atau ism dalam
bahasa Inggris yang berarti sebuah doktrin, teori
sistem atau pendirian, ilmu tentang kefahaman
atau keyakinan, dan sistem. Jadi, orientalisme
menurut bahasa dapat diertikan sebagai ilmu
tentang ketimuran atau kajian tentang dunia
ketimuran. Secara terminologis, istilah orientalisme
mengandungi banyak pengertian. Pengertian yang
pertengahan adalah suatu bidang kajian keilmuan,
atau dalam pengertian sebagai suatu cara
motodologi yang memiliki kecenderungan muatan
intergral antara oriental dengan kegiatan-kegiatan
lain yang bertujuan untuk menguasai dan
memanipulasi bahkan mendominasi dunia timur[6].
Malik bin Al-Hajj Umar mengatakan bahwa
orientalis itu ialah para penulis barat yang menulis
pemikiran islam serta kebudayaannya[7].
Dapat disimpulkan bahawa orientalisme itu
merupakan bidang kajian ketimuran yang memiliki
tujuan untuk memperolehi kefahaman, kekuasaan,
atau melakukan eksploitasi terhadap negara-negara
di bahagian dunia timur khususnya negara-negara
Islam melalui berbagai cara yang diwujudkan
dengan pelbagai karangan-karangan ilmiah dan
perolehan kekayaan yang melimpah.
1 Sejarah
Tidak ada sumber yang menerangkan waktu
maupun tempat secara tepat kaum orientalis
memulai kajian keilmuan timur. Namun beberapa
biarawan eropah mulai mendalami ilmu-ilmu
ketimuran ketika Islam masih menguasai Andalusia
(Sepanyol) dengan semangat dan giat di
pertengahan abad ke-12. Mereka terus mencari
rahsia kemajuan dan kegemilangan yang
diperlolehi kaum muslimin. Dan rahsianya ialah al-
Qur an. Sejak itulah banyak para rahib dan paderi’
menghantar anak-anak mereka untuk dididik
memahami keilmuan agama, al-Qur an dan buku-’buku berbahasa arab serta berusaha
menerjemahkan ke dalam bahasa mereka,
hinggalah mereka berguru kepada ulama-ulama
muslimin dalam pelbagai keilmuan khususnya
ilmu-ilmu murni, kedoktoran, dan falsafah[8].
Daripada kalangan pendeta yang mempelajari ilmu,
Jerbert lah yang pertama kali menetap di Andalusi
pada tahun 999 M setelah tamat pengajiannya di
institusi-institusi di sekitar Andalusia. Disusuli oleh
Pierrele Aenere (1092-1156 M) dan Gerard de
Gremone (1114-1187 M).
Meskipun usaha mereka ini masih belum tersusun
secara sistematik[9], dari sanalah mereka mulai
mengembangkan keilmuan yang mereka dapatkan
setelah kembali ke negaranya masing-masing.
Sekembalinya mereka ke negara masing-masing,
mereka pun mendirikan sekolah-sekolah bagi
mengkaji pengajaran bahasa arab seperti
Madrasatul-Arabiyyah yang digunakan untuk
memahami karangan-karangan berbahasa arab
yang mereka terjemahkan ke dalam bahasa latin
yang digunakan sebagai bahasa ilmu pengetahuan
mereka di waktu itu. Sehingga pada tahun 1143 M
Robert Catton berhasil menerjemahkan al-Qur an’pertama kali ke dalam bahasa inggeris. Bahkan
kerap mereka melahirkan ilmu-ilmu baru yang
belum ada sebelumnya dari kajian ketimuran
tersebut[10].
Universiti-universiti di waktu itu mengambil
sumber rujukannya dari rujukan-rujukan asli yang
berbahasa arab. Hal yang demikian berlanjutan
sehingga 6 abad lamanya. Setiap ilmu dan bentuk
kajian berkaitan islam dan bahasa arab yang
sampai kepada mereka pasti mereka mendalami
dengan segera, sehingga munculnya kolonialisme
barat (abad ke-18).
Usaha-usaha mereka tidak terhenti di situ sahaja.
Mereka mengumpulkan manuskrip-manuskrip islam
di kala dunia muslim sedang dilanda kegelapan di
bawah kolonialisme barat. Mereka membeli kitab-
kitab karangan muslimin bahkan merampasnya,
lalu dikaji dan disimpan di perpustakaan yang
mereka miliki. Dan ini terus mereka kembangkan
dengan menerjemahkan dan mengarang berbagai
buku yang mereka ambil sumbernya dari buku
rujukan karya umat muslimin. Sampai abad ke-19
saja berbagai buku mencapai 1200 jilid. Dan
langkah-langkah seperti ini mereka terus lakukan
hingga saat ini.
1Motif Dan Tujuan Kajian Orientalis
Upaya-upaya yang dilakukan orientalis dalam
mempelajari ketimuran memiliki motivasi sebagai
berikut[11].
1Dorongan ajaran agama (Gospel)
Sudah diketahui bahwa awal pertama kali bangsa
barat yang mengkaji ketimuran berdasarkan
keterangan yang ditemukan ialah kalangan pendeta
dan misionaris agama. Mereka dengan gigih
mengkaji ketimuran bahkan sampai sekarang ini.
Dalam kajian islam, mereka gigih mempelajarinya
untuk menghuncurkan ajaran ini dan berupaya
melakukan distorsi kebenaran yang datang dari
dunia islam. Tujuannya agar dunia barat
memandang sebagai ancaman bagi agama
masihiyyah (kristen) yang mereka anuti sehingga
islam tidak berhak untuk menyebar di jagat raya
ini.
1Dorongan kekuasaaan (Glory)
Dengan berakhirnya perang salib yang
dimenangkan oleh kaum muslimin, tidak membuat
putus asa bagi kalangan barat untuk terus
menguasai negara-negara timur, khususnya negara-
negara islam. Mereka berupaya keras dengan
segala cara agar dapat menundukan negara yang
mereka inginkan. Mereka upayakan demi
memperoleh kekuasaan dan kejayaan dengan
mempelajari negeri jajahan mereka masing-masing
baik dari segi akidah, adat istiadat, pola hidup,
maupun peninggalan kebudayaannya.
Selain itu, kebencian yang mereka pendam
terhadap kaum muslimin terus menggebu. Apalagi
setelah kekalahan dalam perang salib. Mereka pun
menginginkan umat islam berpecah belah,
sebagaimana yang diutarakan oleh orientalis
bernama Lawrance Brown, Ketika umat islam“bersatu di zaman dinasti-dinasti arab, ini menjadi
ancaman bagi dunia lain meskipun belahan dunia
lain memperoleh kenikmatan akan hadirnya
peradaban islam. Adapun jika mereka berpecah-
belah, tentu ini tidak akan ada pengaruh apapun
bahkan tidak berdaya.”[12]. pendapat lainnya yangdilontarkan oleh Pastur Calhoun Simon
mengatakan keinginannya untuk memisahkan
kaum muslimin dengan mengutip pendapatnya
Brown , Persatuan umat muslim itu merupakan“harapan besar dan mampu melepaskan belenggu
kekuasaan Eropa. Oleh karena itu misi ini begitu
penting dalam mendobrak senjata pergerakan
kaum muslimin. Karena misi (orientalis) ini untuk
mewujudkan cahaya baru di Eropa, dan peniadaan
pergerakan islam inilah menjadi salah satu unsur
pokoknya”1Dorongan Bisnis Perdagangan untuk Memperoleh
Kekayaan (Gold)
Keingingan memperoleh keuntungan yang sebesar-
besarnya, mereka berupaya memperoleh bahan
baku yang lebih murah dan menjualnya dengan
harga yang tinggi di pasaran sehingga bisa
merugikan perusahaan setempat. Mereka pun tidak
tanggung-tanggung mengeruk kekayaan alam
daerah jajahan.
1Dorongan Politik
Kepentingan politik ini masih kita rasakan sampai
sekarang ini. Mereka memiliki kedutaan besar di
setiap negera guna mengawasi perkembangan di
setiap negera yang pernah mereka singgahi.
Tentunya yang andil untuk menjadi duta besar itu
haruslah faham dan mahir dalam keilmuan daerah
setempat, khususnya di negera-negara islam
mereka harus menguasai bahasa arab. Dengan
kemahiran kaum oriental inilah khususnya dalam
persuratkabaran, mereka bisa berkomunikasi dari
segi politik yang diinginkan oleh negera tersebut.
Dan ini memiliki pengaruh besar dalam memecah-
belah dunia arab dan dunia islam agar dapat
menguasai dan memperoleh kejayaan di belahan
dunia arab.
1Motivasi Ilmu Pengetahuan
Motivasi ini hanya dimiliki sebagian kecil golongan
barat yang betul-betul ingin mengetahui
kebudayaan, agama, dan bahasa setiap umat.
Bahkan di antara golongan yang mencintai
keilmuan pun ada yang melenceng dan bersikap
subektif dalam memahami islam dan warisannya.
Karena ada motiv lain yang mereka emban, yakni
melakukan tipu daya dan pendistorsian kebenaran.
Kecuali mereka yang memperoleh hidayah dari
Allah, mengimaninya dibarengi dengan kajiannya
yang penuh ikhls tanpa disertai hawa nafsu.
Adapun tujuan mereka dalam mempelajari dunia
belahan timur adalah sebagai berikut.[13]
1Tujuan Kepentingan ilmiyyah, yaitu dengan
melakukan keraguan pada keabsahan risalah
dan sunnah Nabi SAW dan sumbernya (Allah),
membuat keingkaran akan kenabian Rasulullah
SAW dan ajarannya, membuat keraguan akan
pentingnya memahami islam, serta
menimbulkan keraguan akan kemampuan
berbahasa arab sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan.
2Tujuan Kepentingan Agama dan Politik, yaitu
dengan menimbulkan keraguan di kalangan
kaum muslimin akan Nabi SAW, qur an,’syari at, dan ilmu fiqih mereka; meragukan’dan melemahkan kepercayaan terhadap nilai
peninggalan kebudayaan kaum muslimin; serta
melemahkan semangat solidaritas dan
ukhuwah islamiyyah di antara kaum muslimin.
3Tujuan Penelitian dan Observasi Keilmuan, yakni
betul-betul untuk mengkaji dan mempelajari
peninggalan keilmuan yang memperkaya
khasanah kebudayaan dunia timur.
Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, mereka
melakukan upaya-upaya sebagai berikut[14].
1Mengarang berbagai buku yang bermacam-macam
judul tentang kajian islam, pandangan islam,
Nabi Muhammad, dan al-Qur an. Namun’kebanyakan kitab-kitab tersebut mengutip dari
manuskrip islam dengan menghapus,
menyembunyikan dan merubah keterangan
yang tertera tanpa bisa dipertanggung
jawabkan sehingga tidak sesuai dengan teks
asli.
2Menerbitkan majalah-majalah tertentu dengan
kajian seputar islam, negara-negara islam, dan
bangsanya.
3Mengirim misi kemanusiaan kepada negara-
negara islam seperti rumah sakit, sekolah-
sekolah, club-club, kamp pengungsi, panti
asuhan, dan tempat-tempat jamuan seperti
cape dan sebagainya.
4 Seminar di setiap universitas dan tempat-tempat
kajian ilmu
5Makalah-makalah dan artikel-artikel daerah yang
diedarkan berdasarkan pandangan kalangan
orientalis sendiri.
6Mengadakan kongres untuk merancang langkah-
langkah di lapangan. Dan ini masih mereka
lakukan sampai sekarang semenjak tahun 1783
M.
7Menyusun ensiklopedi islam
8Ruang Lingkup
Kajian orientalis ini terus berkembang sejalan
dengan kolonialisme yang dilakukan bangsa eropa
(barat) terhadap dunia timur. Kajiannya meliputi
kepercayaan-kepercayaan bangsa timur, adat
istiadat, kebudayaan, ilmu bumi (geografi), tradisi-
tradisi, dan bahasa yang digunakannya.[15]
1Manfaat
Kaum orientalis ini memberikan beberapa manfaat
dalam peradaban dunia di antaranya[16] :
1Memberikan kontribusi ilmu pengetahuan yang
mereka lahirkan dari sumber-sumber
ketimuran khususnya pengetahuan islam.
Mereka tekun dan giat menekuni kajian ini
sehingga menghasilkan berbagai karya yang
mereka serap dari sumber-sumber asli
diantaranya Alfred Guillaume dengan bukunya
The Legacy of Islam, Alloys Sprenger dalam
buku qur an haditsnya Das Leben und die’Lehre des Mohammad, Gregor Schoeler
dengan karyanya yang fenomenal di kalangan
orientalis berjudul The Oral and the Written
in Early Islam dan lain sebagainya.
2Ada kegembiraan bahwa dunia barat mulai
mengenal peradaban islam yang sudah maju.
Ini tentunya dikenalkan lewat kegigihan dan
keuletan para orientalis yang berlaku objektif
melakukan penerjemahan dan kajian
keislaman untuk dinikmati oleh dunia barat.
sehingga dapat mencegah dunia barat dari
warisan kebodohan dan kehinaan
3Kemajuan-kemajuan yang dirasakan abad ke-20
sampai sekarang ini juga merupakan dibuka
oleh kalangan orientalis seperti و ن� ي�� yang ر
berhasil menerjemahkan ilmu geografinya Abu
Fida di pertengahan abad yang lalu, و ن� ي�� د yang سي�gigih mempelajari illmu falaq (perbintangan)
dan arsitek seumur hidupnya, dan lain-
lain[17].
4Metode Penelitian Dan Penyebaran Kajian
Orientalis
Metode-metode Orientalis dalam studi islam
diantara yaitu melalui;
1 Pendekatan Teologis, pendekatan ini adalah
dengan cara menggunakan agama Yahudi dan
Kristen sebagai kriteria dasar dalam menilai
Islam, di antara tokohnya yang popular
adalah, Johannes dari Damaskus dan Petrus
Venerabilis. Pendekatan ini dimulai sejak
lahirnya islam sampai 150 tahun.±2Pendekatan Historis (Historical approach)
Pendekatan Historis sering dilakukan oleh kaum
orientalis untuk memutarbalikan fakta. Dengan
upaya ini mereka dapat mengelabui pembaca saat
menerima informasi dari kajian mereka. Contohnya
yang dilakukan oleh John Wansbrough. Dia
melakukan pendekatan histori yang mengaitkan
kepada agama-agama dan tradisi sebelum islam
datang. Menurut anggapannya, islam dipengaruhi
oleh budaya dan ajaran yang sudah ada dikala
islam belum datang. Buktinya menurut dia, adanya
kesamaan Al-Qur an dengan kitab-kitab’sebelumnya. Dan dia selalu mengaitkan dan
mengajukan pertanyaan yang penting dan tidak
bisa digunakan dalam studi islam, yaitu What is“the evidence? (Apa buktinya).” Sebegai contoh
konkretnya, bukti apa yang kita miliki untuk
menunjukkan akurasi historis terhadap kebenaran
Al-Qur an yang dikompilasi setelah wafatnya rasul.’[18]
Dalam hal ini orientalis tidak hanya mengkaji
pemikiran-pemikiran tokoh Islam, tetapi juga
sejarah hidupnya yang biasanya dipenuhi dengan
pemiliihan data-data yang lemah dan intrepretasi
data yang mengada-ada.
Pendekatan Historis ini bermula pada paruh abad
ke-19 yang diprakarsai oleh seorang tokoh Yahudi
liberal, Abraham Geiger dengan menulis Was Hat“Mohammed Aus Jem Judenthume Aufgenommen”(apa yang dipinjam Muhammad dari Yahudi)
(1833), Gustav Weil (1843), Marthin Luther (8144).
Andrew Rippin, Ignaz Goldziher Islam bukan dari“wahyu, tetapi dari pengaruh asing khususnya dari
Yahudi-Kristen . Pendekatan sejarah ini umumnya”dilakaukan oleh tokoh-tokoh Yahudi yang
berpandangan bahwa Yahudi adalah agama
sejarah.
Pendekatan perbandingan
Dalam pendekatan ini, umumnya mereka
mengangkat perbandingan antara Yahudi-Kristian
dan Islam tanpa menyalahkan satu dengan yang
lainnya, dimensi yang diangkat antara lain
perbedaan struktur, perkembangan aliran, isu-isu
etika, pemikir individu, tradisi lisan ke tulisan.
Pendekatan ilmiah
Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengkaji
islam, seperti yang dilakukan oleh WC. Smith.
Yang menulis a Personality Intrepetation of“Islamic life and thought . Pendekatan orientalis”terakhir ini semakin baik, karena mereka
memahami Islam tidak lagi berdasarkan
kecurigaan. Namun berdasarkan apa yang mereka
pelajari tentang Islam. Namun pendekatan ini tidak
terlepas dari praduga dan asumsi yang terlebih
dahulu telah ada, yaitu:
1Gagasan tentang islam, positif ataupun negative
dan ideology yang mereka yakini
2Masyarakat dan Negara, di mana sarjana
orientalis berkembang akan mempengaruhi
pola fikir
3Pra-asumsi personal
4Keingintahuan
Dengan kesungguhan orientalis dalam mengkaji
islam, sampai-sampai mereka mampu menerbitkan
Ensiklopedi Islam yang ditulis selama lebih 40
tahun.
Fase Perkembangan Orientalisme
Minat orang-orang barat untuk meneliti masalah-
masalah ketimuran sudah berlangsung sejak abad
pertengahan, mereka melahirkan sejumlah karya-
karya yang berkaitan dengan ketimuran. Dalam
rentang waku antara abad pertengahan sampai saat
ini, secara garis besar orientalis dapat dibagi
menjadi 3 fase, yaitu (1) fase, atau masa sebelum
meletusnya perang salib disaat umat islam berada
dalam zaman keemasannya, (2) masa perang salib
sampai masa pencerahan di Eropa, dan (3)
munculnya masa pencerahan atau perkembangan
di Eropa sampai sekarang. Dalam kesempatan ini,
kami akan menguraikan masalah yang ketiga.
1Masa pencerahan atau perkembangan
orientalisme
Pada masa perkembangan ini kekuatan rasio mulai
meningkat, dimana sebuah tulisan yang dibutuhkan
adalah objektif, bukan mengada-ada. Mulailah
muncul karya-karya mengenai islam yang mencoba
bersifat positif, misalnya tulisan Voltaire (1684-
1778), tulisan-tulisan mereka mengenai islam mulai
ada penghargaan terhadap Nabi Muhammad saw,
Alquran serta ajaran-ajarannya[19]. Setelah masa
perkembangan ini datanglah masa kolonialisme.
Orang-orang barat datang ke dunia Islam untuk
berdagang dan kemudian juga untuk menundukan
bangsa-bangsa timur, termasuk agama dan kultur
mereka, karena dengan ini hubungan menjadi
lancer dan mereka lebih mudah di tundukan.
1Klasifikasi Orientalis
Jika diklasifikasi berdasarkan Sikapnya Terhadap
Islam[20]
1Golongan orientalis yang tidak memiliki
kepahaman bahasa dan balaghah yang
mendalam, dengan sebab-sebab demikian
kesalahan dari mereka dalam memahami nas-
nas dan istilah-istilah balaghah dan bayan,
golongan ini sangat banyak, mereka datang
membawa urusan yang rumit, mereka
memalingkan tujuan-tujuan nash dari
kebenarannya
2Golongan atau kelompok yang mempengaruhi
dalam kajian mereka untuk kepentingan
politik dan panatisme agama (misionaris) atau
zionisme, mereka mengarahkan hakikat-hakikat
dan menafsirkannya sesuai dengan maksud
dan tujuan mereka
3Golongan orientalis yang diberi keluasan ilmu
dan menekuni bahasa arab, ikhlas dalam
penelitian, adil, memurnikan dari keinginan
hawa nafsu, kajian mereka mendapatkan
hasilnya atau buahnya, diantara mereka ada
yang sampai mendapat cahaya islam, dia
berkata dalam islam terdapat kebenaran , tapi
dia belum islam, kelompok ini terbagi menjadi
dua (2), yaitu
•Diantara mereka ada yang terpancar islam
dengan kebenaran-kebenarannya dan sampai
kepada hatinya cahaya iman
•Diantara mereka yang sebatas pikiran atau
logikanya membenarkan kajian-kajiannya
tentang islam
1Kelompok yang menjelaskan tujuan puncak,
mereka meletakan kaidah secara menyeluruh,
kemudian memulai dengan mengumpulkan
pengetahuan baik dari sumber-sumber asli
atau tidak asli, mereka membawa dalil-dalil
dari buku-buku, atau kitab-kitab yang langka,
lawakan-lawakan, serta dari kitab hewan.
2Kelompok mereka yang yang mendorong untuk
mempelajari ilmu secara mendalam, mereka
mencurahkan dengan sungguh-sungguh dalam
mempelajari ketimuran secara umum dan
mempelajari islam secara khusus, tampak
pada mereka kajian yang baik, mereka
mentahkik dari kitab-kitab klasik, mereka
mengarang karya-karya sehingga untuk
selanjutnya menjadi rujukan atau referensi
untuk keturunannya dan bahkan orang-orang
islam[21].
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bahiy, Muhammad. Al-Mubasyirun Wa Al-
Mustasyriqun Fi Mauqifihim Min Al-Islam. Maktabah
Syamilah.
Ali, Abu Al-Hasan Al-Husna Al-Nadwi. 1986. Al-
Islamiyyat Baina Kitabat Al-Mustasyriqin Wa Al-Bahitsin
Al-Muslimin. Muassasah Al-Risalah.
Al-Istisyraq. Maktabah Syamilah
Al-Munjid Fi Al-Lughah. Al-Maktabah Al-Syarqiyyah :
Bairut
Al-Siba i, Mustafa. ’ Al-Istisyraq Wa Al-Mustasyriqun Ma
Lahum Wa Ma ‘Alaihim. Dar Al-Warraq.
Darmalaksana, Wahyudin. Hadits Dimata Orientalis
Telaah Atas Pandangan Ingaz Goldziher Dan Joseph
Schacht. Benang Merah Press: Bandung
Dhahiru Intisyar Al-Islam Wa Mauqifu Ba dhi Al-’Musytariqin Fiha, hal. 55
Malik bin Al-Hajj Umar. 196. Intaj Al-Mustasyriqin wa
Atsaruhu fi Al-Fikr Al-Islami Al-Hadits. Dar Al-Irsyad
Rahim, Abdur. Makalah Sejarah Perkembangan
Orientalisme (Pdf)
Rifa i, Zuhdi. ’ Mengenal Ilmu Hadits Menjaga
Kemurnian Hadits Dengan Mengkji Ilmu Hadits. Al-
Ghuraba: Jakarta
Syarifuddin, Anwar. Makalah Kajian Orientalis. UIN
Syarif Hidayatullah
Umar bin Ibrahim Ridwan. 1992. Ara Al-Mustasyriqin
Haula Al-Qu’an Al-Karim Wa Tafsirih. Daru Toyyibah :
Riyadl
[1] Al-Munjid Fi Al-Lughah, Al-Maktabah Al-
Syarqiyyah : Bairut, hal. 384
[2] Dhahiru Intisyar Al-Islam Wa Mauqifu Ba dhi’Al-Musytariqin Fiha, hal. 55
[3] Al-Istisyraq, Maktabah Syamilah, hal. 2
[4] ibid
[5]Wahyudin Darmalaksana,Hadits Dimata Orientalis
Telaah Atas Pandangan Ingaz Goldziher Dan Joseph
Schacht,(Bandung:Benang Merah Press),hal.51
[6] Zuhdi Rifa i,Mengenal Ilmu Hadits Menjaga’Kemurnian Hadits Dengan Mengkji Ilmu Hadits,
(Jakarta:Al-Ghuraba),hal. 70
[7] Malik bin Al-Hajj Umar, Intaj Al-Mustasyriqin
wa Atsaruhu fi Al-Fikr Al-Islami Al-Hadits, Dar Al-
Irsyad, 1969, hal. 5
[8] Mustafa Al-Siba i, Al-Istisyraq Wa Al-’Mustasyriqun Ma Lahum Wa Ma Alaihim, Dar Al-‘
Warraq, hal. 17
[9] Kaum orientalis menyusun kajian keilmuan
secara sistematis baru lahir pada abad ke-16
[10] Abu Al-Hasan Ali Al-Husna Al-Nadwi, hal.13
[11] Mustafa Al-Siba i, hal. 19’[12] Muhammad Al-Bahiy, Al-Mubasyirun Wa Al-
Mustasyriqun Fi Mauqifihim Min Al-Islam,
Maktabah Syamilah, hal. 6
[13] Mustafa Al-Siba i, hal. 25’
[14] Mustafa Al-Siba i, hal. 33’[15] Mustafa Al-Siba i, hal.19’[16] Abu Al-Hasan Ali Al-Husna Al-Nadwi, Al-
Islamiyyat Baina Kitabat Al-Mustasyriqin Wa Al-
Bahitsin Al-Muslimin, Muassasah Al-Risalah, 1986,
hal.13
[17] Malik Bin Al-Hajj Umar, hal. 7
[18] Anwar Syarifuddin, Kajian Orientalis, UIN
Syarif Hidayatullah, hal. 95
[19] Abdur Rahim, makalah sejarah perkembangan
orientalisme
[20] Umar bin Ibrahim Ridwan, Ara Al-
Mustasyriqin Haula Al-Qu an Al-Karim Wa’
Top Related