BAB II KAJIAN TEORI

28
12 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Sugiyanto (2010: 33) “Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) adalah penndekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Menurut Isjoni (2010: 6) cooperative learning (pembelajaran kooperatif) dapat diartikan belajar bersama-sama saling membantu antara satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya”. Menurut Solihatin dan Raharjo (2005: 4) Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif)” adalah suatu sikap atau prilaku bersama dalam

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sugiyanto (2010: 33) “Pembelajaran

kooperatif (cooperatif learning) adalah penndekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan

kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai

tujuan belajar”. Menurut Isjoni (2010: 6)

“cooperative learning (pembelajaran kooperatif) dapat

diartikan belajar bersama-sama saling membantu

antara satu dengan yang lain dalam belajar dan

memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok

mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan

sebelumnya”.

Menurut Solihatin dan Raharjo (2005: 4)

“Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif)”

adalah suatu sikap atau prilaku bersama dalam

13

bekerja atau membantu diantara sesama dalam

struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok,

yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana

keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh

keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu

sendiri”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran dimana siswa saling bekerja sama

dalam kelompok–kelompok kecil sehingga dapat

menciptakan kondisi belajar yang kondusif untuk

mencapai tujuan belajar.

Menurut Suprijono (2009: 65) adapun fase-

fase dalam kooperatif terdiri dari 6 fase

Tabel 2.1Fase-fase pembelajaran kooperatif

Fase-fase Prilaku guruFase 1: menyampaikantujuan dan mempersiapkan peserta didik.

Menjelaakan tujuanpembelajaran danmempersiapkan pesertadidik siap belajar

Fase 2: menyajikan informasi

Mempresentasikan informasikepada peserta didiksecara verbal

Fase 3: Memberikan penjelasan

12

14

mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajar

kepada peserta didiktentang tata carapembentukan tim belajardan membantu kelompokmelakukan transisi yangefisien

Fase 4: membantu kerja tim dalam belajar

Membantu tim-tim belajarselama peserta didikmengerjakan tugasnya

Fase 5: mengevaluasi

Menguji pengetahuanpeserta didik mengenaiberbagai materipembelajaran ataukelompok-kelompokmempresentasikan hasilkerjanya

Fase 6: memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untukmengakui usaha danprestasi individu maupunkelompok

2. Ciri–ciri pembelajaran kooperatif

Menurut Sugiyanto (2010: 36) pembelajaran

kooperatif memiliki ciri–ciri sebagai berikut:

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru

menciptakan suasana yang mendorong agar siswa

saling membutuhkan. Hubungan yang saling

membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling

15

ketergantungan positif. Saling ketergantungan

dapat dicapai melalui:

1)Saling ketergantungan mencapai tujuan.

2)Saling ketergantungan mencapai tugas.

3)Saling ketergantungan bahan atau sumber.

4)Saling ketergantungan peran.

5)Saling ketergantungan hadiah.

b. Interaksi tatap muka.

Interaksi tatap muka dalam kelompok

sehingga mereka dapat berdialog. Interaksi

semacam ini sangat penting karena siswa lebih

mudah belajar dari sesamanya.

c. Akuntabilitas individual.

Akuntabilitas individual adalah penilaian

kelompok yang didasarkan atas rata–rata

penguasaan semua anggota kelompok secara

individual.

d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.

16

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa,

sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan

bukan mengkritik teman, berani mempertahankan

pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,

mandiri, dan berbagai sifat lain yang

bermanfaat dalam menjalin hubungan antar

pribadi.

3. Keuntungan pembelajaran kooperatif

Adapun keuntungan dalam pembelajaran

kooperatif menurut Sugiyanto (2010: 38) adalah

sebagai berikut:

a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan

sosial.

b. Memungkinkan para siswa saling belajar

mengenai sikap, keterampilan, informasi,

prilaku sosial, dan pandangan–pandangan .

c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian

sosial.

d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya

nilai–nilai sosial dan komitmen.

17

e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri

atau egois.

f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut

hingga masa dewasa.

g. Berbagi keterampilan sosial yang diperlukan

untuk memelihara hubungan saling membutuhkan

dapat diajarkan dan dipraktekkan.

h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada

sesama manusia.

i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan

situasi dari berbagai perspektif.

j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang

lain yang dirasakan lebih baik.

k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa

memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin,

normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama

dan orientasi tugas.

4. Kelemahan pembelajaran kooperatif

Menurut Isjoni (2010: 25) adapun kelemahan

pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

18

a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara

matang, disamping itu memerlukan lebih banyak

tenaga, pemikiran dan waktu.

b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan

lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat

dan biaya yang cukup memadai.

c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung,

ada kecendrungan topik permasalahan yang sedang

dibahas meluas sehingga banyak yang tidak

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi

seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang

lain menjadi pasif.

B. Teori mendukung pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan dari

teori gagasan piaget dan Vigotsky. Menurut pandangan

Piaget dan Vigotsky adanya hakikat sosial dari

sebuah proses belajar dan juga tentang penggunaan

kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan

19

anggotanya yang beragam, sehingga terjadi perubahan

yang konseptual. Teori yang melandasi pembelajaran

kooperatif adalah konstruktivisme (Rusman, 2010:

201). Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme

dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa

harus secara individual menemukan dan

mengtransformasikan informasi yang kompleks,

memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan

merevisinya bila perlu (Soedjadi dalam Rusman, 2010:

201). Sedangkan menurut Trianto (2007: 28)

menyatakan bahwa “pada dasarnya aliran

konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan

dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman

merupakan kunci utama dari belajar bermakna”.

Pandangan konstruktivisme Piaget dan Vigotsky

dapat berjalan berdampingan dalam proses belajar

konstruktivisme Piaget yang menekankan pada kegiatan

internal individu terhadap objek yang dihadapi dan

pengalaman yang dimiliki orang tersebut. Sedangkan

konstruktivisme Vigotsky menekankan pada interaksi

20

sosial dan melakukan konstruksi pengetahuan dari

lingkungan sosialnya (Rusman,2010: 202).

Berdasarkan pendapat para ahli dapat

disimpulkan bahwa teori konstruktivisme adalah

pembelajaran dimana siswa bekerja baik secara

individu maupun kelompok serta berinteraksi dengan

temannya dalam mendapatkan pengetahuan.

C. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-

Achievement Division

1.Pengertian Student Teams- Achievement Division

Student Teams-Achievement Divisions merupakan salah

satu metode pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana dan merupakan model yang paling baik

untuk permulaan bagi para guru yang baru

menggunakan pendekatan kooperatif. (Slavin, 2010:

143).

Menurut Slavin (2010: 143) Student Teams-

Achievement Divisions memiliki lima komponen utama

yaitu:

21

a. Presentasi kelas

Materi dalam Student Teams- Achievement Divisions

pertama–tama diperkenalkan dalam presentasi

didalam kelas. Dengan cara ini, para siswa akan

menyadari bahwa mereka harus benar–benar memberi

perhatian penuh selama prentasi kelas karena

dengan demikian akan sannngat membantu mereka

mengerjakan kuis–kuis, dan skor kuis mereka

menentukan skor tim mereka.

b. Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang

mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal

kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan

etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah

memastikan bahwa semua anggota tim benar–benar

belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk

mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan

kuis dengan baik.

c. Kuis

22

Dalam hal ini siswa tidak diperbolehkan

untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis.

Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara

individual untuk memahami materinya.

d. Skor kemajuaan individual

Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin

yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor

ini, tetapi tidak ada siswa yang dapat

melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yangn

terbaik. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan

poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat

kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan

skor awal mereka.

e. Rekognisi tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk

penghargaan yang lain apabila skor rata–rata

mereka mencapai kriteria tertentu.

23

Secara garis besar tahapan-tahapan

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievemenet Division, dibagi menjadi 6 tahapan

(Slavin,2010: 147), yaitu:

1) Tahap persiapan.

2) Tahap penyajian materi.

3) Tahap kegiatan kelompok.

4) Tahap tes hasil belajar.

5) Tahap perhitungan skor.

6) Tahap penghargaan kelompok.

Secara rinci penjelasan dari keenam tahapan

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

a) Guru mempersiapkan materi yang dirancang

sedemikian rupa untuk pembelajaran secara

kelompok.

b) Membuat lembar rangkuman kelompok, dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.2Lembar Rangkuman Kelompok

24

Nama

Kelompok : ..............................

..

keterangan :

rata-rata kelompok = jumlahskorkelompokjumlahanggotakelompok

T = Perkembangan Siswa

2) Tahap penyajian materi.

Dalam kegiatan ini guru memulai dengan

menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan

memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang

konsep yang akan dipelajari. Kemudian guru

memberikan apersepsi dengan tujuan

mengingatkan siswa akan materi prasyarat

Anggota tim T1 T2 T3 T4 Jumlah1. ...........2. ...........3. ...........4. ...........5. ...........Jumlah skor kelompokRata-rata kelompokPenghargaan kelompok

25

yang telah dipelajari agar siswa dapat

menghubungkan materi yang telah disajikan

dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

3) Tahap kegiatan kelompok.

Pada tahap ini guru membagi siswa dalam

beberapa kelompok, kelompok dibentuk

beranggotakan 4-5 oarang yang merupakan

bentuk kelompok yang heterogen. Guru

memberikan bahan ajar berupa LKS kepada

masing-masing kelompok. Setiap anggota

kelompok mempelajari materi dan mengerjakan

tugas. Dalam hal ini guru berperan sebagai

fasilitator dan motivator kegiatan tiap

kelompok.

4) Tahap tes hasil belajar.

Untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan belajar siswa yang dicapai,

maka guru memberikan tes kepada siswa. Tes

ini dikerjakan secara mandiri untuk

26

menunjukkan apa yang elah dipelajari secara

individual selama bekerja dalam kelompok.

5) Tahap perhitungan skor perkembangan

individu.

a) Menghitung skor perkembangan

individu

(1) Guru memberikan skor awal

siswa.

(2) Guru menetukan skor

perkembangan individu, dapat dihitung

dari skor perkembangan dapat disajikan

dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.3Skor Perkembangan

Nilai Tes SkorPerkembangan

Lebih dari 10 poin dibawahskor dasar10 sampai 1 poin dibawah skor dasarSkor 0 sampai 10 poin diatas skor dasarLebih dari 10 poin diatas skor dasarpekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar)

010203030

(Rusman, 2010: 216)

27

(3) Selanjutnya skor dasar, skor

kuis dan skor perkembangan siswa

ditulis pada lembar skor kuis yaitu

pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.4Lembar skor kuis

Kelompok : .........................

Tanggal : .........................

No Namasiswa

SkorDasar Kuis Perkemban

gan1. ........

.......2. ........

.......3. ........

.......4. ........

.......5. ........

.......

b) Menghitung skor kelompok

28

(1) Dalam mengitung skor kelompok, skor

perkembangan setiap anggota kelompok

ditulis pada lembar rangkuman kelompok.

(2) Selanjutnya dihitung total skor

perkembangan seluruh anggota kelompok

sebagai nilai kelompok.

6) Tahap penghargaan kelompok

Tiga macam tingkat penghargaa

yangdiberikan oleh guru, denga kriteria

sebagai berikut:

Tabel 2.5Kriteria Penghargaan Kelompok

Rata-rata kelompok(RK)

Penghargaan

15≤RK<2020≤RK<25RK≥25

TIM BAIKTIM SANGAT BAIKTIM SUPER

(Febrianto, 2012: 30)

2. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams- Achievement Divisions.

29

Menurut Roestiyah (Sarjanaku, 2011) adapun

kelebihan dan kekurangan dalam STAD adalah sebagai

berikut:

a. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams- Achievement Divisions.

1) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menggunakan keterampilan bertanya dan

membahas suatu masalah.

2) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa

untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan

mengenai suatu masalah.

3) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan

mengajarkan keterampilan berdiskusi.

4) Dapat memungkinkan guru untuk lebih

memperhatikan siswa sebagai individu dan

kebutuhan belajarnya.

5) Para siswa lebih aktif bergabung dalam

pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam

diskusi.

30

6) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengembangkan rasa menghargai,

menghormati pribadi temannya, dan menghargai

pendapat orang lain

b. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams- Achievement Divisions, yaitu:

1) Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang

mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang

kurang pandai dan kadang-kadang menuntut

tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar

berbeda.

2) Memerlukan waktu yang relatif lama

D. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran

biasa yang sering digunakan oleh guru. pembelajaran

31

ini berpusat pada guru sehingga siswa kurang

terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Menurut Furaha (2011), Metode yang sering

dipakai dalam pembelajaran konvensional antara lain

adalah ekspositori. Metode ekspositori sama seperti

metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan pada

guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran).

Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru sudah

banyak berkurang, karena tidak terus menerus

berbicara. Ia berbicara pada awal pelajaran,

menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya

jawab. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat

catatan. Guru bersama siswa berlatih menyelesaikan

soal latihan dan siswa bertanya kalau belum

mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa

secara individual, menjelaskan lagi kepada siswa

secara individual atau klasikal. Siswa mengerjakan

latihan sendiri atau dapat bertanya pada temannya

atau disuruh guru mengerjakan di papan tulis.

Walaupun dalam hal terpusatnya kegiatan pembelajaran

32

masih kepada guru tetapi dominasi guru sudah banyak

berkurang.

Pengajaran dengan model ini dipandang efektif,

dalam hal sebagai berikut Sunartomb (Trisna,

2013).

1. Berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di

tempat lain.

2. Menyampaikan informasi dengan cepat.

3. Membangkitkan minat akan informasi.

4. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya

dengan mendengarkan.

Namun demikian, pendekatan pembelajaran

tersebut mempunyai beberapa

kelemahansebagaiberikut.

1. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik

dengan mendengarkan.

2. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar

siswa tetap tertarik dengan apa yang

dipelajari.

33

3. Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan

pemikiran yang kritis.

4. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara

belajar siswa itu sama dan tidak bersifat

pribadi.

E. Hasil belajar

Hasil belajar adalah bila seseorang telah

belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada

orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi

tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti

(Hamalik dalam Hamid, 2012).

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor

dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal

(internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni

lingkungan. Hasil belajar adalah sesuatu yang

dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha

atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam

bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar

yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga

34

nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian

terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang

terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga

nampak pada diri individu perubahan tingkah laku

secara kuantitatif (Djamarah dalam Hamid, 2012).

F. Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

dalam penelitian ini adalah materi matematika yang

di pelajari di semester I (ganjil) kelas VIII

sekolah lanjutan. Dalam materi Sistem Persamaan

Linear Dua Variabel terdapat satu standar kompetensi

(SK) dan tiga Kompetensi Dasar (KD).

Tabel 2.6Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

Standar Kompetensi Kompetensi DasarMemahami sistem persamaanlinear dua variabel danmenggunakannya dalampemeecahan masalah

1. Menyelesaikan sistempersamaan linear duavariabel

2. Membuat modelmatematika darimasalah yang berkaitandengan sistempersamaan linear duavariabel

3. Membuat modelmatematika dari

35

masalah yang berkaitandengan sistempersamaan linear duavariabel danpenafsirannya

1. Bentuk umum Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel:

{ax+by=cpx+qy=r

Dengan a, b, p, q,c dan r ∈R

Keterangan:

x dan y disebut variabel

a, b, p, q disebut koefisien

c dan r disebut konstanta.

Penyelesaian persamaan linear dua vriabel

1) Metode grafik

Metode grafik adalah mencari

koordinat titik potong kedua garis

lurus.

Selesaikan sistem persamaan dibawah ini

dengan metode grafik

2x – y = 4

36

4x + y = 8

Jawab

2x – y = 4 persamaan 1

4x + y = 8 persamaan 2

Persamaan 1

x = 0 y = -4

y = 0 x = 2

persamaan 2

x = 0 y = 8

y = 0 x = 2

8

7

6

5

4

3

2

1 (2x – y = 4)

37

-4 -3 -2 -1 1 2 3 4 x

-1 (4x + y = 8)

-2

-3

-4

-5

Jadi himpunan penyelesaiannya adalah (2, 0)

2) Cara subsitusi

Subsitusi adalah menggantikan salah satu

variabel kedalam persamaan yang lain.

Contoh

Selesaikan sistem persamaan dibawah ini

{ y−2x=14x−5y=13

Jawab

Mula–mula satu dari dua persamaan di

atas diubah sebagai berikut

y – 2x = 1

38

y = 1 + 2x .......... (*)

subsitusikan nilai y = 1 + 2x ke

persamaan lainnya

4x – 5y = 13

4x – 5 (1 + 2x) = 13

4x – 5 – 10x = 13

4x – 10x – 5 = 13

-6x – 5 = 13

- 6x = 13 + 5

-6x = 18

x = 18−6

=−3

untuk mencari nilai y, kita subsitusikan

nilai x = -3 kepersamaan (*) diperoleh y

= 1 + 2x = 1 + 2 (-3) = 1 – 6 = -5

jadi solusinya adalah (-3, -5)

3) Cara eleminasi

Eliminasi adalah menghilangkan

salah satu variabel untuk menentukan

nilai dari variabel lain.

39

Contoh

Carilah himpunan penyelesaian dari

sistem persamaan berikut ini

x + y = 11

2x – y = 4

3x = 15

x = 153=5

untuk memperoleh nilai y, kita harus

mengeliminasikan nilai x

x + y = 11 x 2 2x + 2y = 22

2x – y = 4 x 1 2x – y = 4

3y = 18

y = 183=6

jadi, himpunan penyelesaian dari

Sistem Persamaan Linear diatas adalah

{(5, 6)}