Asuhan Keperawatan dan Penatalaksanaan Pasien Hipertensi

54
Asuhan Keperawatan dan Penatalaksanaan Pasien Hipertensi FOCUS GROUP 3 (Aprillia Puspitasari, 1206253016) (Dini Tania Budianti, 1206218953) (Gina Zaipa, 1206218820) (Jayanti Indah Layla, 1206241161) (Vina Novia Sari, 1206218663) FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2014 i

Transcript of Asuhan Keperawatan dan Penatalaksanaan Pasien Hipertensi

Asuhan Keperawatan dan Penatalaksanaan

Pasien Hipertensi

FOCUS GROUP 3

(Aprillia Puspitasari, 1206253016)

(Dini Tania Budianti, 1206218953)

(Gina Zaipa, 1206218820)

(Jayanti Indah Layla, 1206241161)

(Vina Novia Sari,1206218663)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

TAHUN 2014

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang

berjudul “Asuhan Keperawatan dan Penatalaksanaan Pasien

Hipertensi”.

Maksud dan tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk

memenuhi tugas mata kuliah KD4 sebagai laporan hasil

diskusi kelompok.

Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak hambatan dan

kesulitan yang kami temui, namun berkat bimbingan,

tuntunan yang diberikan, serta dukungan dari berbagai

pihak yang terlibat maka makalah ini dapat

terselesaikan. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Ibu Riri Maria, selaku fasilitator mata kuliah KD4

2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan

dan motivasi untuk penulis

3. Rekan-rekan yang telah memberikan semangat

sehingga terselesaikannya makalah ini

4. dan semua pihak yang telah memberikan dukungan

kepada penulis

i

Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

kurang lebihnya kami mohon maaf, semoga makalah ini

bermanfaat untuk pembaca pada khususnya dan kita semua

pada umumnya, amin.

Depok, 19 Maret

2014

Focus Group 3

Daftar IsiBAB I.................................................1

PENDAHULUAN...........................................1

1.1 Latar Belakang..................................1

1.2 Tujuan Penulisan................................1

1.3 Rumusan Masalah.................................2

1.4 Sistematika Penulisan...........................2

1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data..............2

BAB II................................................3

TINJAUAN PUSTAKA......................................3

2.1 Tekanan Darah...................................3

ii

2.2. Hipertensi.....................................5

2.3 Faktor Resiko Hipertensi........................5

2.4. Manifestasi klinis Hipertensi..................6

2.5 Klasifikasi Hipertensi..........................6

2.6 Patofisiologi Hipertensi Esensial...............8

2.7 Komplikasi Hipertensi...........................9

2.8 Manajemen Hipertensi...........................10

2.9 Faktor Lingkungan yang Memengaruhi Hipertensi

(Sosial, Ekonomi, dan Budaya)......................14

BAB III..............................................16

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI........................16

BAB IV...............................................30

PENUTUP..............................................30

4.1 Kesimpulan.....................................30

4.2 Saran..........................................30

REFERENSI............................................31

iii

iv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar

darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan

beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah

yang beredar keseluruh tubuh ini berfungsi untuk

mengangkut oksigen dan sisa hasil metabolisme.

Tekanan darah normalnya bekisar antara 120 mmHg

selama sistol dan 80 mmHg selama diastol. Namun pada

beberapa keadaan terjadi tekanan darah yang abnormal

dan cenderung tinggi yang disebut dengan hipertensi.

Hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian dini

karena berkaitan dengan resiko penyakit

kardiovaskuler. Di Indonesia sendiri, prevalensi

hipertensi cukup tinggi karena berkaitan dengan pola

hidup masyarakat Indonesia yang kurang baik seperti

makan makanan berlemak, jarang mengkonsumsi buah-

buahan dan sayur-sayuran yang kaya akan zat gizi,

jarang berolahraga, merokok sejak usia dini, sering

minum minuman beralkohol, sering mengalami stres

berat, ataupun penderita hipertensi yang tidak rutin

meminum obat. Hipertensi ini sering tidak

1

menunjukkan gejala sehingga baru diketahui setelah

menyebabkan gangguan fungsi jantung atau stroke.

Untuk itu perlu adanya pencegahan dan penanganan

yang cepat dan tepat untuk menurunkan angka

hipertensi tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui mekanisme tekanan darah normal baik

sistol maupun diastol serta hal-hal yang

mempengaruhinya

2. Mengetahui jenis gangguan yang dapat terjadi

pada sirkulasi serta mekanisme terjadinya

gangguan tersebut dan pengaruhnya pada organ

lain

3. Mengetahui prinsip penanganan hipertensi dan

faktor lingkungan yang mempengaruhinya

4. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat

diberikan pada penderita hipertensi

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mekanisme tekanan darah normal?

2. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi tekanan

darah normal baik sistol maupun diastol?

3. Apa saja jenis gangguan yang dapat terjadi pada

sirkulasi serta bagaimana mekanisme terjadinya

gangguan tersebut?

2

4. Apa pengaruh gangguan sirkulasi pada organ-

organ lain?

5. Bagaimana prinsip penanganan hipertensi serta

faktor lingkungan seperti apa yang

mempengaruhinya?

6. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat

diberikan pada penderita hipertensi?

1.4 Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari empat bab. Bab 1,

pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan

penulisan, rumusan masalah, sistematika penulisan,

serta metode dan teknik pengumpulan data. Bab 2,

kajian pustaka yang berisikan keseluruhan materi

yang telah didapatkan dari berbagai referensi. Bab

3, berisikan pembahasan dari kasus berkaitan dengan

teori. Bab 4, penutup yang terdiri atas kesimpulan

dan saran.

1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode penulisan yang kami gunakan dalam penulisan

makalah ini adalah dengan menggunakan studi

literatur. Literatur – literature yang kami gunakan

bersumber dari buku – buku ilmiah maupun sumber

internet yang terpercaya. Setelah itu, kami

memadukan berbagai pemaparan berdasarkan sumber –

3

sumber tersebut secara teratur dan sistematis

menjadi sebuah makalah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar

darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan

beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah

yang beredar ke seluruh bagian tubuh berfungsi sangat

penting sebagai media pengangkut oksigen serta zat-zat

lain yang diperlukan bagi kehidupan sel-sel tubuh.

Selain itu, darah juga berfungsi sebagai sarana

pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna

lagi dari jaringan tubuh (Lany, 2001). Tekanan di

permulaan aorta dihasilkan oleh ventrikel kiri. Tekanan

ini bervariasi antara sekitar 120 mmHg selama sistol

dan 80 mmHg selama diastole (Corwin, 2007).

o Sistole dan Diastole

Tekanan darah sistole merupakan tekanan darah yang

terukur pada saat ventrikel kiri jantung berkontraksi

(sistole). Jantung berkontraksi dan memompa darah

keluar dari ruang jantung. Kedua serambi mengendur dan

4

berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik juga

mengendur dan berkontraksi secara bersamaan. Pada

pemeriksaan fisik, bunyi lup pertama yang terdengar

adalah tekanan darah systole. Tekanan darah systole

pada orang normal rata-rata 120 mmHg (Ronny, 2008).

Tekanan darah diastole merupakan tekanan darah

yang terjadi pada saat jantung berelaksasi (diastole).

Karena aliran darah masuk secara continue dari sistem

vena ke dalam atrium, tekanan atrium sedikit melebihi

tekanan ventrikel walaupun kedua bilik tersebut

melemas. Karena perbedaan tekanan ini, katup AV

terbuka, dan darah mengalir langsung dari atrium ke

dalam ventrikel selama diastole ventrikel. Akibatnya,

volume ventrikel perlahan-lahan meningkat bahkan

sebelum atrium berkontraksi. Pada akhir diastol

ventrikel, nodus SA mencapai ambang dan membentuk

potensial aksi. Impuls menyebar keseluruh atrium.

Depolarisasi atrium menimbulkan kontraksi atrium,

yang memeras lebih banyak darah ke dalam ventrikel,

sehingga terjadi peningkatan kurva tekanan atrium.

Peningkatan tekanan ventrikel yang menyertai

berlangsung bersamaan dengan peningkatan tekanan atrium

disebabkan oleh penambahan volume darah ke ventrikel

oleh kontraksi atrium. Selam kontraksi atrium, tekanan

atrium tetap sedikit lebih tinggi daripada tekanan

ventrikel, sehingga katup AV tetap terbuka.

5

Diastole ventrikel berakhir pada awal kontraksi

ventrikel. Pada saat ini, kontraksi atrium dan

pengisian ventrikel telah selesai. Volume darah di

ventrikel pada akhir diastole dikenal sebagai volume

diastolik akhir (end diastilic volume, EDV), yang besarnya

sekitar 135 ml. Selama sikluus ini tidak ada lagi darah

yang ditambahkan ke ventrikel. Dengan demikian, volume

diastolik akhir adalah jumlah darah maksimum yang akan

dikandung ventrikel selama siklus ini. Pada pemeriksaan

fisik, tekanan darah diastole dapat ditentukan melalui

bunyi dup terakhir yang terdengar. Pada orang normal,

rata-rata diastole adalah 80 mmHg (Ronny, 2008).

Tekanan arteri rata-rata merupakan tenaga utama

yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan tersebut

harus dijaga karena jika terlalu lemah, aliran darah

tidak akan adekuat ke organ dan jaringan. Sementara

jika berlebih, jantung akan bekerja terlalu keras serta

terjadi peningkatan resiko kerusakan vaskular maupun

rupturnya pembuluh darah kecil. Tekanan ini ditentukan

oleh dua faktor yaitu cardiac output dan resistensi

perifer total (TPR).

BP = CO X TPR

Keterangan BP: rerata tekanan darah arteri, CO:

curah jantung, TPR: resistensi perifer total.

Karena tergantung dengan cardiac output dan derajat

vasokontriksi ateriol, jika arteriol dalam suatu organ

berdilatasi, arteriol di organ lain harus berkontriksi

6

untuk tetap menjaga tekanan darah yang adekuat. Tekanan

yang adekuat tersebut tidak hanya membantu darah untuk

terbawa ke organ yang bervasodilatasi, tapi juga ke

otak yang tergantung pada volume darah yang konstan.

Oleh karena itu, walaupun organ-organ membutuhkan darah

secara bervariasi, sistem kardiovaskular selalu menjaga

supaya tekanan darah tetap konstan. Tekanan arteri

rata-rata secara konstan dimonitor oleh baroreseptor di

dalam sistem sirkulasi. Saat deviasi terdeteksi, respon

refleks multiple akan terinisiasi untuk mengembalikan

ke nilai normal.

2.2. Hipertensi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah

sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik

sedikitnya 90 mmHg. (Sylvia & Lorraine, 2002)

Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan

sistole dan diastolenya. Klasifikasi Hipertensi menurut

WHO :

Kategori TekananDarah Sistol(mmHg)

Tekanan DarahDiatol (mmHg)

OptimalNormalNormal-Tinggi

< 120< 130130-139

< 80< 8585-89

Tingkat 1(HipertensiRingan)Sub-group:perbatasan

140-159140-149

90-9990-94

7

Tingkat 2(HipertensiSedang)

160-179 100-109

Tingkat 3(HipertensiBerat)

≥ 180 ≥ 110

Hipertensisistolterisolasi(Isolatedsystolichypertension)Sub-group:perbatasan

≥ 140

140-149

< 90

<90

2.3 Faktor Resiko Hipertensi

1. Genetik

Faktor genetik berperan penting dalam hipertensi

primer, seorang anak yang memiliki orang tua

dengan riwayat hipertensi cenderung mempunyai

tekana darah yang tinggi. (Lawrence dkk, 2002)

2. Usia

Insidens hipertensi makin meningkat dengan

peningkatan usia. Ini sering disebabkan oleh

perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi

jantung, pembuluh darah dan hormon Hipertensi pada

yang berusia <35 tahun dengan jelas menaikkan

insiden arteri koroner dan kematian prematur.

3. Jenis Kelamin

Hipertensi lebih banyak diderita oleh laki laki

pada masa muda dan paruh baya, dan pada wanita

8

Insidens lebih tinggi pada wanita dengan usai 65

tahun ketika seorang wanita mengalami menopause

4. Gaya Hidup

Merokok dan perubahan pola asupan makanan juga

berperan penting dalam terjadinya hipertensi pada

keluarga. Merokok dipandang sebagai faktor

resikoko tinggi bagi hipertensi dan penyakit

arteti koroner.

5. Stress

Stress merupakan masalah yang memicu terjadinya

hipertensi dimana hubungan antara stress dengan

hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis

peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah

secara intermiten (tidak menentu). Stress yang

berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah

menetap tinggi.

2.4. Manifestasi klinis Hipertensi

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan.

Penderita hipertensi mungkin tak menunjukkan gejala

selama bertahun tahun. Masa laten ini menyelubungi

perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ

yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya non

spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing (Sylvia &

Lorraine, 2002).

Selain itu menurut Jan Tambayong (2000) tanda dan

gejala hipertensi meliputi sakit kepala, pusing,

9

epistaksis dan tinitus yang diduga berhubungan dengan

naikknya tekanan darah. biasanya sakit kepala sewaktu

bangun tidur, mata kabur, depresi.

2.5 Klasifikasi Hipertensi

1. Hipertensi Primer (Esensial)

Merupakan hipertensi yang tidak jelas penyebabnya

(idiopati). Hipertensi primer merupakan suatu

gangguan genetika multifaktoral dimana pewarisan

sejumlah gen abnormal menjadi predisposisi bagi

individu mengalam tekanan darah tinggi tertama

bila dipengaruhi oleh faktor lingkungan. (Lawrence

dkk, 2002)

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi akibat

defek organ spesifik. (Sylvia & Lorraine, 2002).

Beberapa penyebab hipertensi sekunder ((Lawrence

dkk, 2002) :

a. Penggunaan estrogen

Biasanya terjadi pada wanita dengan penggunaa

kontrasepsi oral. Hal ini disebabkan oleh

ekspansi volume intravaskuler akibat

peningkatan aktivitas renin angiostension

aldosteron. Abnormalitasnya adalah peningkatan

susbtrat renin di hepar, lima persen dari

wanita yang mengkonsumsi kontrasepsi oral

secara kronis akan mengalami kenaikan tekanan

10

darah diatas 140/90 mmHg. Hipertensi ini

dialami oleh wanita berusia lebih dari 35 tahun

yaitu wanita yang telah mengkonsumsi obat

obatan kontrasepsi lebih dari 5 tahun dan pada

individu yang obeis.

b. Penyakit ginjal

Setiap penyakit parenkim ginjal dapat

mengakibatkan hipertensi. Hipertensi dapat

disebabkan oleh penyakit golmerolus, penyakit

interstisial tubuler dan ginjal poliklistik.

Ini berhubungan dengan peningkatan volume

intravaskuler atau peningkatan aktivitas renin-

an-giontensin-aldesteron. Selain itu juga

karena retensi air dan garam. Hipertensi akan

menyebabkan fungsi ginjal menurun. Oleh karena

itu target tekanan darah adalah <130/85 untuk

mengurangi resiko penurunan fungsi ginjal.

c. Hipertensi vaskuler ginjal

Penyakit ini lebih banyak pada usia muda dan

penyebabnya adalah fibromuskular hiperplasia,

yang paling umum di jumpai pada wanita dengan

usia < 50 tahun. Penyebab lain adalah

aterosklerosis yang menyebabkan stenosis arteri

renalis proksimal. Mekanismenya adalah produksi

renin yang meningkat karena aliran darah ke

ginjal yang berkurang dan akhirnya retensi

garam.

11

d. Hipertensi yang berhubungan denga kehamilan

Terjadi sejak awal kehamilan atau yang semakin

memburuk selama kehamilan merupakan salah satu

penyebab mordibitas dan mortalitas ibu dan

janin yang paling umum

2.6 Patofisiologi Hipertensi Esensial

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula

di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah

melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik

ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang

akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat

sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa

terjadi (Brunner & Sudarth, 2002)

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang

12

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal

mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi.

Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor

pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan

renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.

Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan

hipertensi.

2.7 Komplikasi Hipertensi

1. Stroke

Dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di

otak, atau akibat embolus yang terlepas dari

pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi.

Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis

apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami

hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah

keareah otak yang diperdarahi berkurang. Arteri

otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah

13

sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya

aneurisma.

2. Penyakit jantung

Peningkatan tekanan darah secara sistemik

meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah

dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung

bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi

ventrikl kiri untuk meningkatkan kontraksi.

Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan dinding

yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan

dilatasi ruang jantung. Akan tetapi kemampuan

ventrikel untuk mempertahankan curah jantung

dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui

dan terjadi dilatasi. Jantung akan semakin

terancam seiring parahnya aterosklorsis coroner.

Angina pectoris juga dapat terjadi karena gabungan

penyakit atrial coroner yang cepat dan kebutuhan

oksigen miokard yang bertambah akibat penambahan

massa miokard.

3. Gagal ginjal

Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal.

Dengan rusaknya glomerulus , aliran darah ke unit

fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan

dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.

Dengan rusaknya membran glomerulus protein akan

keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic

14

koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema,

yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.

4. Penyakit arteri koronaria

Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko

utama penyakit arteri koronaria, bersama dengan

diabetes mellitus. Plaque terbentuk pada

percabangan arteri yang ke arah ateri koronaria

kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada

arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat

mengalami obstruksi secara permanen maupun

sementara yang disebabkan oleh akumulasi plaque

atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang

di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat

pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.

Kegagalan sirkulasikolateral untuk menyediakan

supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat

terjadinya penyakit arteri koronaria.

2.8 Manajemen Hipertensi

Manajemen atau penangan yang tepat bagi penderita

hipertensi sebagai berikut:

A. Terapi

1. Terapi Non Farmakologis

Pencegahan dan manajemen hipertensi lebih utama

ditekankan pada perubahan gaya hidup dan

pengaturan diet.

a. Diet

15

Diet untuk hipertensi membatasi konsumsi garam,

makanan asin, meningkatkan konsumsi sayuran dan

buah sebagai sumber utama kalium. Diet yang

banyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan

rendah lemak serta rendah lemak jenuh (diet

DASH) dapat menurunkan tekanan darah. Selain

itu, terapi tambahan yang perlu dilakukan untuk

mencegah atau mengurangi hipertensi, yaitu:

Kurangi berat badan jika berlebih

Batasi asupan alkohol, etanol tidak lebih

dari 1 oz (30 ml), bir (missal 24 oz (720

ml), anggur 10 oz (300 ml) atau wiski 2 oz

(60 ml) tiap hari atau 0,5 oz (15 ml) etanol

tiap hari untuk wanita dan orang dengan berat

badan yang lebih ringan

Tingkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45

menit hampir tiap hari dalam satu minggu)

Kurangi asupan natrium tidak lebih dari 100

mmol/hari (2,4 gram natrium atau 6 gram

natrium klorida)

Pertahankan asupan kalium yang adekuat dalam

diet (kira-kira 90 mmol/hari)

Pertahankan intake kalsium dan magnesium yang

adekuat dalam diet untuk kesehatan secara

umum

16

Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak

jenuh dalam diet dan kolesterol untuk

kesehatan kardiovaskuler secara keseluruhan.

Berikut merupakan beberapa contoh makanan yang

diperbolehkan dan dihindarkan untuk dikonsumsi

diantaranya:Sumber BahanMakanan

Makanan yangDiperbolehkan

Makanan yangHarusDihindarkan

Protein nabati Tahu, tempe,kacang hijau,kacang kedelai,kacang tolo,kacang tanah,kacang kapri,dan kacang lainyang segar

Keju, kacangtanah, kacangasin, tauco,tahu asin

Lemak Santan encer,minyak mentegatanpa garam

Salad dressing,mentegamargarine, lemakhewan

Sayuran Semua sayuransegar

Sayuran yangdiawetkan: sawiasin, acar,asinan, sayurandalam kaleng

Buah-buahan Semua buah-buahan segar

Buah yangdiawetkanmenggunakan zatpengawet: buahkering, buahkaleng

Bumbu Semua bumbudapur

Garam dapur,MSG, kecap, saustomat botol,saus cabai,

17

pengempukdaging, maggi,terasi, sodakue, petis, saustiram

Minuman Teh, kopi encer Cokelat, cafein,alkohol

b. Olahraga

Selain mengatur pola makan atau diet,

dianjurkan pula untuk olah raga secara teratur

dan mengontrol tekanan darah, dan juga berhenti

merokok untuk mencegah kemungkinan komplikasi.

2. Terapi Obat

Tujuan pengobatan adalah memperkecil kerusakan

organ target akibat tekanan darah dan menghindari

pengaruh buruk akibat pengobatan. Untuk yang

menjalani terapi obat ini juga memiliki criteria

tertentu, yakni:

Derajat tekanan darah (mmHg)

Kelompok risiko A (tidak ada faktor risiko; tidak ada TOD/CCD)

Kelompok risiko B (Paling sedikit 1 faktor risiko, tidak termasuk diabetes;

Kelompok risiko C (TOD/CCD dan/atau diabetes dengan atau tanpa faktor

18

tidak ada TOD/CCD)

risiko lainnya

Normal tinggi (130-139/85-89)

Derajat 1 (140-159/80-99)

Derajat 2 dan 3 (≥160/≥100)

Modifikasi gaya hidup

Modifikasi gaya hidup (sampai dengan 12 bulan)Terapi obat

Modifikasi gaya hidup

Modifikasi gaya hidup (sampai 6 bulan)Terapi obat

Terapi obat

Terapi obat

Terapi obat

Keterangan: TOD/CCD (Terget Organ Damage/Clinical

Cardiovascular Disease) menunjukkan adanya kerusakan

organ target atau penyakit kardiovaskuler klinis.

Jenis anti hipertensi tersebut yaitu:

a. Diuretik

Menurunkan tekanan darah pada awalnya dengan

cara menurunkan volume plasma (dengan menekan

reabsorpsi natrium oleh tubulus ginjal

sehingga meningkatkan ekskresi natrium dan

air) dan curah jantung, tetapi selama terapi

kronis pengaruh hemodinamik yang utama adalah

mengurangi resistensi vaskuler perifer. Contoh

obat pada golongan ini adalah hidroklortiazid,

klortalidon, metolazon, furosemid, dsb.

b. Agen Penghambat Beta Adrenergik

19

Obat ini efektif karena menurunkan denyut

jantung dan curah jantung, kemudian juga

menurunkan pelepasan rennin dan lebih manjur

pada populasi dengan aktivitas rennin plasma

yang meningkat seperti orang kulit putih yang

berusia lebih muda. Efek sampingnya antara

lain: mencetuskan atau memperburuk gagal

ventrikel kiri, kongesti nasal, dapat terjadi

kelemahan, letargi, impotensi, dsb. Beberapa

obat dalam golongan ini adalah: acebutolol,

atenolol, betaksolol, labetalol, dll.

c. Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme)

Banyak digunakan sebagai pengobatan awal

hipertensi ringan hingga sedang. Aksi kerja

utamanya dengan menghambat system rennin-

angiotensin-aldosteron, tetapi juga menghambat

degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis

prostaglandin dan kadang mengurangi aktivitas

sistem saraf simpatis. Keuntungan ACE adalah

relative bebas dari efek samping yang

menggangu. Contoh obat golongan ini yaitu:

benazepril, kaptopril, enalpril, fosinopril,

lisinopril, dll.

d. Agen Penghambat Reseptor Angiotensin II

Jenis ini sebaiknya hanya digunakan terutama

pada pasien yang mengalami batuk jika

menggunaan penghambat ACE. Contoh obat pada

20

golongan ini adalah: eprosartan, irbesartan,

losartan, valsartan, dll.

e. Agen Penghambat saluran Kalsium

Obat ini beraksi dengan cara menyebabkan

vasodilatasi perifer, yang berkaitan dengan

refleks takikardi yang kurang begitu nyata dan

retensi cairan daripada vasodilator yang lain.

Efek samping yang paling biasa yakni nyeri

kepala, edema perifer, bradikardi dan

konstipasi, dsb. obat yang tergolong dalam

golongan ini diantaranya: amlodipin,

isradipin, nikardipin, nifedipin, dll.

f. Antagonis Adrenoseptor Alfa

Parazosin, terazosin dan doksazosin memblok

reseptor alfa pasca sinaptik, membuat rileks

otot polos dan menurunkan tekanan darah dengan

menurunkan resistensi vaskuler perifer. Efek

samping utama adalah hipertensi yang nyata dan

sinkop setelah dosis pertama, yang oleh sebab

itu sebaiknya diberikan dosis kecil dan

diberikan pada saat akan tidur.

g. Obat-obat dengan Aksi Simpatolitik Sentral

Metildopa, klonidin, gunabenz, dan guanfacine

menurunkan tekanan darah dengan cara

menstimulasi reseptor alfa adrenergic pada

21

sistem saraf pusat, sehingga mengurangi aliran

keluar simpatetik perifer eferen. Hal yang

perlu diperhatikan yaitu hipertensi kembali

terjadi setelah penghentian pemberian obat dan

beberapa efek samping lainnya.

h. Dilator Arteriolar

Hidralazin dan minoksidil menyebabkan rileks

otot polos vaskuler dan menyebabkan

vasodilatasi perifer. Hidralazin menyebabkan

gangguan gastrointestinal dan dapat menginduksi

sindroma menyerupai lupus. Minoksidil

menyebabkan hirsutisme dan retensi cairan yang

nyata; agen ini diberikan pada pasien yang

refrakter.

i. Penghambat Simpatetik Perifer

Reserpin merupakan agen hipertensi yang hemat

biaya. Oleh karena efek samping obat ini yang

dapat menginduksi depresi mental dan efek

samping lainnya seperti sedasi, hidung

tersumbat, gangguan tidur, dan ulkus peptikum,

menyebabkan obat ini tidak popular digunakan,

meskipun masalah ini tidak biasa terjadi pada

dosis yang rendah.

22

2.9 Faktor Lingkungan yang Memengaruhi Hipertensi

(Sosial, Ekonomi, dan Budaya)

Faktor sosial merupakan penentu utama terjadinya

penyakit dan kelangsungan hidup. Secara garis besar,

faktor sosial mencakup status sosioekonomik, budaya dan

akulturasi/penyesuaian diri, agama dan faktor

psikososial (misalnya peristiwa hidup, mobilitas sosial

dan jaringan sosial), dan juga aspek lingkungan yang

perupakan hasil dari aktivitas manusia. Hubungan antara

ras dan hipertensi bukan sesuatu yang dapat dijelaskan

secara medis dan/atau psikologis.

Warga Afrika-Amerika merupakan

kelompok dengan angka kasus hipertensi tertinggi di

dunia. Dibandingkan dengan orang kulit putlh. orang

kulit hitam berisiko lebih tinggi menderita tekanan

darah tinggi, mengalami kegemukan atau obesitas, kurang

gerak, menderita diabetes, dan merokok. Diperkirakan

sekitar 30% orang Amerika kulit putih non-Hispanik dan

24% wanita kulit putih non-Hispanik menderita penyakit

kardiovaskular. Di kalaangan kulit hitam non-Hispanik,

angka itu melompat menjadi 41% pria dan 40% wanita.

Statistik orang Amerika keturunan Meksiko berada di

tengah-tengah: sekitar 29% pria dan 27% wanita

menderita penyakit kardiovaskular.

Makanan juga merupakan masalah kritis di kalangan

warga Afrika-Amerika. Secara tradisional, hidangan

mereka adalah makanan yang tinggi garam. Padahal orang

23

kulit hitam cenderung peka terhadap garam, inilah yang

membuat risiko terjadinya hipertensi menjadi tinggi.

Oleh karena itu, obat pilihan pertama yang biasa

diberikan kepada kalangan ini adalah diuretik yang

berfungsi untuk menyinkirkan kelebihan cairan dan

natrium. Mengganti kehilangan kalium adalah hal yang

penting, idelanya dengan mngonsumsi makanan kaya kalium

dan menggunakan produk pengganti garam untuk mengganti

natrum klorida dengan kalium klorida.

Prevalensi hipertensi yang

disesuikan dengan umur pada orang Amerika asal Afrika

adalah dua sampai empat kali daripada orang kulit

putih. Faktor lain yang juga memainkan suatu peranan

dalam pathogenesis hipertensi pada orang kulit hitam,

dalam hal suatu derajat tinggi stress social,

ketidakstabilan, dan ketidakpastian pekerjaan dapat

memperburuk hipertensi. Perbedaan etnik dalam

pengendalian tekanan darah mencakup korelasi antara

resistensi insulin atau hiperinsulinemia dan hipertensi

pada orang kulit putih tetapi tidak orang kulit hitam

atau orang Indian Pima yakni suatu kelompok dengan

insidensi hiperinsulinemia yang sangat tinggi.

24

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

KASUS:Tn AM berusia 48 tahun, menikah mempunyai dengan seorang anak yang berumur 10 tahun.

Bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang outomotif. Tn AM

menderita hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi

dan riwayat merokok sejak SMP kelas satu dan senang mengkonsumsi makan – makanan yang

berlemak. Saat ini Tn AM tidak mengkonsumsi obat – obatan hipertensi secara teratur. Sampai

saat ini masih sering mengkonsumsi makanan yang berlemak dan jarang mengkonsumsi buah –

buahan. Kondisi lingkungan bekerja mempunyai tingkat stress yang tinggi. Tn AM senang berolah

raga namun sangat jarang melakukan olah raga. Berat badan saat ini 95 kg dengan tinggi badan

16

179 cm. Tekanan darah saat ini 160/90 mmHg. Pemeriksaan lab menunjukkan triglyceride 200

mg/dL, kolesterol total 210 mg/dL dan LDL: 130 mg/dL.

Pengkajian Identitas Pasien Data Objektif Data Subjektif

Nama :Tn. AMUsia :48 tahunJenis Kelamin :Laki – Laki

- Menderita hipertensi sejak 10tahun

- Memiliki riwayat keluarga hipertensi

- BB = 95 kg, TB = 179 cm, TD =160/90 mmHg

- Kolesterol total 210 mg/dL, LDL: 130 mg/dL, dan triglyceride 200 mg/dL

- Klien bekerja di lingkungan kerja yang memiliki tingkat stress yang tinggi

- Klien mengaku merokok sejak SMP- Mengaku Senang mengkonsumsi makanan

berlemak- Jarang berolahraga, jarang makan

buah – buahan- Klien mengaku tidak minum obat

hipertensi secara teratur

Rencana Asuhan Keperawatan3

No Data /Pengkajian

DiagnosaKeperawata

n

Intervensi Rasional Tujuan/Evaluasi

1. DO : Perubahan Independen: 1. Kegemukan adalah risiko Hasil yang

17

BB = 95 kg, TB = 179 cm

Kolesteroltotal 210 mg/dL, LDL: 130 mg/dL, dantriglyceride 200 mg/dL

DS : Senang mengkonsumsi makananberlemak

Jarang mengkonsumsi buah

Jarang berolahrag

nutrisilebih darikebutuhantubuhberhubungan denganmasukanberlebihandengankebutuhanmetabolikdan polahidupmonoton

1. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan

2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi

3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan

4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet

5. Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistik dengan pasien, mis., penurunan

tambahan pada tekanan darahtinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan massa tubuh.

2. Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan, yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasi, mis., stroke, penyakit ginjal, gagal jantung. kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intravaskylar dan dapat merusak ginjal, yang lebih memperburuk hipertensi.

3. Motivasi untuk penurunanberat badan adalah

diharapkan

klien akan:

1. Mengidentifikasihubunganantara hipertensi dan kegemukan

2. Menunjukkan perubahan pola makan (mis, pilihan makanan,kuantitas, dan sebagainya),

18

a berat badan 0,5 kg per minggu

6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasukkapan dan dimana makan dilakukan dan longkungan dan perasaansekitar saat makanan dimakan

7. Instruksikan dan bantu untuk memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur,produk kalengan, jeroan)

internal. Individu harus berkepentingan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil.

4. Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian/penyuluhan.

5. Penurunan masukkan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5kg/minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah

mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal

3. Melakukan atau mempertahankan program olahragayang tepat secara individu

19

KolaborasiRujuk ke ahli gizi sesuaiindikasi

kebiasaan makan.6. Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisiyang dimakan, dan kondisi emosi saat makan. Membantu untuk memfokuskan perhatianpada factor mana klien telah/dapat mengontrol perubahan.

7. Menghindari konseling dan bantuan dengan memenuhikebutuhan diet individual

KolaborasiMemberikan konseling danbantuan dengan memenuhikebutuhan diet individual

al.

2. DO : TD = 160/90 mmHg

Kolesterol

Kopingindividutidakefektifberhubunga

Independen:1. Kaji keefektifan

srategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya kemampuan

1. Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik,dan mengitegrasikan terapi yang

Hasil

yang

diharapka

n klien

20

total 210 mg/dL, LDL: 130 mg/dL, dantriglyceride 200 mg/dL

DS : Klien bekerja dilingkungankerja yangmemiliki tingkat stress yang tinggi

Minum obattidak teratur

Jarang

n denganperubahanhidupberagam,sedikitatau takpernaholah raga,kerjaberlebihan, dannutrisiburuk

menyatakan perasaan danperhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.

2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,ketidakmampuan untuk mengatasi/ menyelesaikan masalah.

3. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya.

4. Libatkan klien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan

diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari.

2. Manifestasi mekanisme koping maladaktif mungkin merupakan indikator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utamatekanan darah diastolik.

3. Pengenalan terhadap stresoradalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stresor.

4. Keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diriyang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik.

5. Fokus perhatian klien pada realitas situasi yang ada relatif terhadap pandangan klien tentang apa yang

akan:

1. Mengidentifikasi perilaku koping efektifdan konsekuensinya

2. Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi

3. Meng

21

berolahraga

partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.

5. Dorong klien untuk mengevaluasi perioritas/tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti: “apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?”.

6. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan diri/keluarga.

diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan untuk “kontrol” dan fokus keluar dapat mencegah pada kurang perhatian pada kebutuhan – kebutuhan personal

6. Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindarirasa tidak menentu dan tidak berdaya.

identifikasi potensial situasistres dan mengambil langka untuk menghindari atau mengubahnya

4. Mendemonstrasikanpenggunaanketerampilan/metode

22

kopingefektif.

Pengkajian:Identitas Pasien Data Objektif Data Subjektif

Nama : Tn AM

Usia : 48 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Menderita hipertensi

sejak sejak 10 tahun yang

lalu

Memiliki riwayat keluarga

hipertensi

Pola hidup yang kurang

baik

BB = 95 kg, TB = 179 cm,

TD = 160/90 mmHg

Triglycerida 200 mg/Dl,

kolesterol total 210

Klien merokok sejak SMP

kelas satu

Klien senang

mengkonsumsi makan-

makanan yang berlemak

Klien tidak mengkonsumsi

obat-obatan hipertensi

secara teratur

Klien jarang

mengkonsumsi buah-buahan

Klien bekerja di

23

mg/Dl, LDL 130 mg/Dl lingkungan yang

mempunyai tingkat stres

yang tinggi

Klien jarang melakukan

olahraga

Rencana Asuhan KeperawatanData/

Pengkajian

Diagnosa

Keperawatan

Intervensi Rasional Tujuan/

EvaluasiDO:

Menderita

hipertensi

sejak sejak

10 tahun

Kurangnya

pengetahuan

berhubungan

dengan kondisi

dan rencana

pengobatan

1. Kaji kesiapan klien

dan hambatan dalam

belajar

1. Kesalahan konsep dan

menyangka diagnosa

karena perasaan

sejahtera yang sudah

lama dinikmati

Hasil yang

diharapkan

:

Klien

dapat

24

yang lalu

Memiliki

riwayat

keluarga

hipertensi

Pola hidup

yang kurang

baik

BB = 95 kg,

TB = 179

cm, TD =

160/90 mmHg

Triglycerid

a 200

mg/Dl,

kolesterol

2. Tetapkan dan

nyatakan batas TD

normal. Jelaskan

tentang hipertensi

dan efeknya pada

jantung, pembuluh

darah, ginjal, dan

otak.

mempengaruhi minat

pasien/ orang terdekat

untuk mempelajari

penyakit, kemajuan,

dan prognosis. Bila

pasien tidak menerima

realitas bahwa

membutuhkan pengobatan

kontinu, maka

perubahanperilaku

tidak akan

dipertahankan.

2. Memberikan dasar untuk

pemahaman tentang

peningkatan TD dan

mengkarifikasi istilah

menyata

kan

pemaham

an

tentang

proses

penyaki

t dan

regimen

pengoba

tan

Klien

dapat

mengide

ntifika

si efek

25

total 210

mg/Dl, LDL

130 mg/DlDS:

Klien

merokok

sejak SMP

kelas satu

Klien

senang

mengkonsums

i makan-

makanan

yang

berlemak

Klien tidak

3. Hindari menyatakan

TD ‘normal’ dan

gunakan istilah

‘terkontrol dengan

baik’ saat

menggambarkan TD

pasien dalam batas

yang diinginkan.

medis yang sering

digunakan. Pemahaman

bahwa TD tinggi dapat

terjadi tanpa gejala

adalah untuk

memungkinkan pasien

melanjutkan pengobatan

meskipun ketika merasa

sehat dan untuk

menghindari terjadinya

komplikasi lainnya.

3. Karena pengobatan

untuk hipertensi

adalah sepanjang

kehidupan, maka dengan

penyampaian ide

samping

obat

dan

kemungk

inan

komplik

asi

yang

perlu

diperha

tikan

Klien

dapat

mempert

ahankan

TD

26

mengkonsums

i obat-

obatan

hipertensi

secara

teratur

Klien

jarang

mengkonsums

i buah-

buahan

Klien

bekerja di

lingkungan

yang

mempunyai

4. Bantu pasien dalam

mengidentifikasi

faktor-faktor

risiko

kardiovaskular yang

dapat diubah, mis.,

obesitas, diet

tinggi lemak jenuh

dan kolesterol,

merokok, dan pola

hidup stres.

5. Atasi masalah

dengan pasien untuk

mengidentifikasi

‘terkontrol’ akan

membantu pasien untuk

memahami kebutuhan

untuk melanjutkan atau

merubah pola

pengobatan/ medikasi

menjadi lebih baik

untuk mempertahankan

TD.

4. Faktor-faktor risiko

ini telah menunjukkan

hubungan dalam

menunjang hipertensi

dan penyakit

kardiovaskular,

ginjal, serta

dalam

paramet

er

normal

27

tingkat

stres yang

tinggi

Klien

jarang

melakukan

olahraga

cara dimana

perubahan gaya

hidup yang tepat

dapat dibuat untuk

mengurangi faktor-

faktor diatas.

6. Bahas pentingnya

menghentikan

merokok dan bantu

pasien dalam

membuat rencana

untuk berhenti

merokok.

komplikasi pada organ

tubuh lainnya.

5. Faktor-faktor resiko

dapat meningkatkan

proses penyakit,

memperburuk gejala,

atau timbul penyakit

lainnya. Dukungan,

petunjuk dan empati

dapat meningkatkan

keberhasilan pasien

dalam perubahan pola

perilaku yang lebih

baik.

28

7. Beri penguatan

pentingnya kerja

sama dalam regimen

pengobatan dan

mempertahankan

perjanjian tindak

lanjut.

8. Bantu pasien untuk

mengembangkan

jadwal yang

sederhana,

memudahkan untuk

minum obat.

6. Nikotin meningkatkan

pelepasan katekolamin,

mengakibatkan

peningkatan frekuensi

jantung, TD, dan

vasokontriksi,

mengurangi oksigenasi

jaringan, dan

meningkatkan beban

kerja miokardium.

7. Kurangnya kerja sama

adalah alasan umum

kegagalan terapi

antihipertensif. Oleh

karenanya, evaluasi

yang berkelanjutan

29

9. Jelaskan tentang

obat yang diserap

bersamaan dengan

rasional, dosis,

efek samping yang

diperkirakan serta

efek yang

merugikan, dan

idiosinkrasi,

mis.,Antihipertensi

: minum dosis yang

diresepkan pada

jadwal teratur,

hindari melalaikan

dosis, mengubah

untuk kepatuhan pasien

adalah penting untuk

keberhasilan

pengobatan.

8. Dengan

mengindividualisasikan

jadwal pengobatan

sehingga sesuai dengan

kebiasaan/ kebutuhan

pribadi pasien dapat

memudahkan kerja sama

dengan regimen jangka

panjang.

9. Penghentian obat

mendadak menyebabkan

rebounnd hipertensi

30

atau melebihi

dosis, dan jangan

menghentikan tanpa

memberitahu pemberi

asuhan kesehatan

10. Instruksikan

pasien tentang

peningkatan masukan

makanan/ cairan

tinggi kalium,

mis., jeruk,

pisang, tomat,

kentang, aprikot,

kurma, buah ara,

kismis, gatorade,

sari buah jeruk,

yang dapat mengarah

pada komplikasi berat.

10. Penggantian diet

lebih baik daripada

obat dan semua ini

diperlukan untuk

memperbaiki

31

dan minuman yang

mengandung tinggi

kalsium, mis., susu

rendah lemak,

yoghurt, atau

tambahan kalsium

sesuai indikasi.

11. Jelaskan rasional

regimen diet yang

diharuskan

(biasanya diet

rendah natrium,

lemak jenuh, dan

kolesterol)

kekurangan. Beberapa

penelitian menunjukkan

bahwa mengkonsumsi

kalsium 400-200 mg

perhari dapat

menurunkan TD sistolik

dan diastolik.

Memperbaiki kekurangan

mineral dapat juga

mempengaruhi TD.

11. Kelebihan lemak

jenuh, kolesterol,

natrium, dan kalori

telah didefinisikan

32

12. Tekankan

pentingnya

perencanaan/

penyelesaian

periode istirahat

harian.

13. Dorong pasien

untuk membuat

program olahraga

sendiri seperti

olahraga aerobik

(berjalan,

sebagai risiko nutrisi

dalam hipertensi. Diet

rendah lemak dan

tinggi lemak poli-

takjenuh rnenurunkan

TD, kemungkinan

melalui keseimbangan

prostaglandin, pada

orang-orang

normotensif dan

hipertensi.

12. Dengan menyelingi

istirahat dan

aktivitas akan

meningkatkan toleransi

terhadap kemajuan

33

berenang) yang

pasien mampu

lakukan. Tekankan

pentingnya

menghindari

aktivitas

isometrik.

14. Berikan informasi

tentang sumber-

sumber di

masyarakat dan

dukungan pasien

dalam membuat

perubahan pola

hidup. Lakukan

untuk rujukan bila

aktivitas.

13. Selain membantu

menurunkan TD,

aktivitas aerobik

merupakan alat

rnenguatkan sistem

kardiovaskular.

Latihan isometrik

dapat meningkatkan

kadar katekolamin

serum, akan lebih

meningkatkan TD.

14. Sumber-Sumber di

masyarakak seperti

Yayasan Jantung

34

ada indikasi. Indonesia, “coronary

club”, klinik berhenti

merokok, program

penurunan berat badan,

kelas penanganan

stres, dan pelayanan

konseling dapat

membantu pasien dalam

upaya mengawali dan

mempertahankan

perubahan pola hidup.

Kesimpulan Asuhan Keperawatan HipertensiDari data yang diperoleh diatas, dapat disimpulkan bahwa klien tersebut di diagnosa

menderita hipertensi. Hipertensi yang diderita oleh klien pada kasus diatas disebabkan

oleh beberapa faktor, diantaranya jenis konsumsi makanan yang kurang baik, merokok,

35

stress, pola hidup kurang baik, dan juga faktor usia. Sehingga, evaluasi yang dapat

dicapai oleh tenaga kesehatan yang menangani klien diatas bisa berbuah berhasil apabila

klien dapat mencapai target yang diharapkan atau mencapai hasil tujuan intervensi yang

diberikan. Sedangkan, proses perawatan akan dikatakan gagal apabila tujuan yang

ditetapkan sebelumnya tidak tercapai sehingga perlu dilakukan proses asuhan keperawatan

ulan

36

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hipertensi merupakan gangguan tekanan darah

yaitu peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik

sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi menjadi salah satu

penyebab kematian dini karena berkaitan dengan

resiko penyakit kardiovaskuler. Hipertensi

berkaitan dengan pola hidup yang kurang baik

seperti makan makanan berlemak, jarang

mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang

kaya akan zat gizi, jarang berolahraga, merokok

sejak usia dini, sering minum minuman beralkohol,

sering mengalami stres berat, ataupun penderita

hipertensi yang tidak rutin meminum obat.

Hipertensi juga dapat menyebabkan komplikasi

penyakit lain seperti stroke, penyakit jantung,

gagal ginjal, dan penyakit arteri koronaria.

Bedasarkan hal-hal tersebut sangat diperlukan

asuhan keperawatan yang tepat untuk para penderita

hipertensi. Dan juga penatalaksanaanya meliputi

terapi medis maupun non medis.

30

4.2 Saran

- Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan

untuk penulis maupun para pembacanya.

- Kritik dan masukan yang membangun dari pembimbing

juga sangat diharapkan agar makalah ini dapat

lebih baik lagi.

REFERENSI

Aaronson P. I. Ward J. P. T. (2010). At a Glance:

Sistem Kardiovaskular 3rd Ed. Jakarta: Penerbit

Erlangga

Asih, Niluh Gede Yasmin. (2003). Keperawatan Medikal Bedah

dengan Ganguan Sistem Pernapsan. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Vol 2. Jakarta: EGC

Corwin, Elizabrth J. (2007). Buku Saku Patofisiologi.

Jakarta : EGC

31

Doenges, Marilynn E. (2001). Rencana Asuhan

Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed, 3. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Ganong W.F. (2008). Fisiologi Kedokteran 22nd Ed.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Gunawan, Lany. (2001). Hipertensi. Yogyakarta: Kanisius

Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper.

1999. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Vol I Ed. 13.

Jakarta: EGC.

Kozier B., Erb G. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan

Klinis, Edisi 5. Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta.

Lumenta, Noco A, dkk. 2006. Kenali Jenis Penyakit dan Cara

Penyembuhannya: Manajemen Hidup Sehat. Jakarta: Elex

Media Komputindo.

Price & Lorraine. (2002). Patofisiologi Konsep Klinis Proses

Proses Penyakit Vol 1. Jakarta : EGC

Ronny, Setawan, Sari Fatimah. (2008). Fisiologi

Kardiovaskular: Berbasis Masalah Keperawatan. Jakarta: EGC

Sandjaja, Atmarita. 2009. Kamus Gizi: Pelengkap Kesehatan

Keluarga. Jakarta: Kompas.

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem.

Jakarta : EGC.

Soenardi, T., Soetardjo, S. 2005. Hidangan Sehat untuk

Penderita Hipertensi. Jakarta: Gramedia.

32

Tambayong, Jan (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan;

Editor Monica Ester. Jakarta: EGC.

Tierney, L.M. McPhee, S. Papadakis, M. (2002). Diagnosis

Dan Terapi Kedokteran (Penyakit Dalam). Jakarta : Salemba

Medika.

33