Farmasi Hipertensi
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Farmasi Hipertensi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tinea kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi jamur superfisial pada kulit kepala, bulu mata
dengan kecenderungan menyerang tangkai rambut dan
folikel – folikel rambut. Penyakit ini termasuk kepada
mikosis superfisialis atau dermatofitosis. Beberapa
sinonim yang digunakan termasuk ringworm of the scalp
dan tinea tonsurans. Di Amerika Serikat dan wilayah
lain di dunia insiden dari tinea kapitis meningkat.
Dermatofitosis mempunyai beberapa gejala klinik
yang nyata, tergantung pada letak anatomi dan etiologi
agents. Secara klinis dermatofitosis terdiri atas tinea
kapitis, tinea favosa (hasil dari infeksi oleh
Trichophyton schoenleinii), tinea corporis ( ringworm
of glabrous skin ), tinea imbrikata ( ringworm hasil
infeksi oleh T. concentrikum ), tinea unguium
( ringworm of the nail ), tinea pedis ( ringworm of the
feet ), tinea barbae ( ringworm of the beard ) dan
tinea manum ( ringworm of the hand).
Di klinis tinea kapitis ditemukan berbeda – beda
dari dermatofitosis non inflamasi dengan sisik mirip
dermatitis seboroik sampai inflamasi dengan lesi
bersisik yang eritematous dan kerontokan rambut atau
alopesia dan dapat berkembang menjadi inflamasi yang
1
berat berupa abses yang dalam disebut kerion, ysng
mempunyai potensi menjadi jaringan parut dan
menyebabkan alopesia yang menetap. Keadaan penyakit ini
tergantung pada interaksi antara host dan agen
penyebab.
I.2. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan sebagai syarat
dalam kepaniteraan klinik Lab/SMF Ilmu Farmasi Fakultas
Kedokteran UNISMA-RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
BAB II
STATUS PENDERITA
II.1. ANAMNESA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. H
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : karyawan bank
Alamat : Surakarta
B. Keluhan Utama : Kepala cekot-cekot bagian tengkuk
2
C. Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih 1 minggu yang lalu pasien sering
mengeluh kepala cekot-cekot. Cekot-cekot terutama
dirasakan di kepala bagian belakang. Cekot-cekot
dirasakan hilang timbul terutama jika malamnya
susah tidur. Pasien sering tidak bisa bekerja
karena sakit kepalanya itu. Beberapa bulan yang
lalu pasien pernah mengalami rasa sakit yang sama.
Kemudian pasien periksa ke puskesmas dan
dinyatakan darah tinggi. Dari puskesmas pasien
mendapat obat, namun pasien lupa obat yang telah
dikonsumsinya. Pasien merasa baikan setelah
meminum obat dari puskesmas, dan tidak berobat
lagi secara rutin karena merasa sudah sembuh.
D. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat sakit jantung : disangkal
b. Riwayat stroke : disangkal
c. Riwayat asma : disangkal
d. Riwayat batuk lama : disangkal
e. Riwayat sakit liver : disangkal
f. Riwayat alergi : disangkal
g. Riwayat mondok : disangkal
E. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : disangkal
b. Riwayat minum jamu : disangkal
c. Riwayat minum obat pegal linu : disangkal
3
d. Riwayat minum minuman keras :
disangkal
e. Riwayat olah raga teratur :
disangkal
F. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga
a. Riwayat sakit gula : disangkal
b. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
c. Riwayat sakit gula : disangkal
d. Riwayat asma : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal
f. Riwayat batuk lama : disangkal
G. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien sehari-hari bekerja sebagai karyawan
bank. Mempunyai satu orang istri dan empat orang
anak. Pasien makan tiga kali sehari, porsi sedang
dengan lauk pauk tempe, tahu, kadang-kadang telur,
daging ayam atau ikan.
H. PEMERIKSAAN FISIK
A
.
Keadaan
Umum
Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan
cukupTanda Vital Tensi : 190/110 mmHg
Nadi : 108 x/ menit, irama reguler,
isi dan tegangan cukup
Heart rate : 108 x/ menit, irama
reguler
4
Status Gizi Frekuensi Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36.8 0C
BB=53 kg
TB=155 cm
BMI=22,06C
.
Kulit Warna coklat, turgor menurun (-),
hiperpigmentasi (-), kering (-),
teleangiektasis (-), petechie (-),
ikterik (-), ekimosis (-), pucat (-)D
.
Kepala Bentuk mesocephal, rambut warna hitam,
uban
(-), mudah rontok (-), luka (-)E
.
Mata Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat
(-/-), sklera ikterik (-/-),
perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil
isokor dengan diameter (3 mm/3 mm),
reflek cahaya (+/+), edema palpebra
(-/-), strabismus (-/-)F
.
Telinga Membran timpani intak, sekret (-),
darah (-), nyeri tekan mastoid (-),
nyeri tekan tragus (-)G
.
Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-),
epistaksis (-), fungsi penghidu baik H
.
Mulut Sianosis (-), gusi berdarah (-), gigi
tanggal (+), bibir kering (-), pucat
(-), lidah tifoid (-), papil lidah
atrofi (-), stomatitis (-), luka pada
5
sudut bibir (-)I
.
Leher JVP R+2cm (tidak meningkat), trakea di
tengah, simetris, pembesaran kelenjar
tiroid (-), pembesaran limfonodi
cervical (-), leher kaku (-), distensi
vena-vena leher (-)J
.
Thorax Bentuk normochest, simetris,
pengembangan dada kanan = kiri,
retraksi intercostal (-), spider nevi
(-), pernafasan torakoabdominal, sela
iga melebar (-), pembesaran KGB axilla
(-/-)Jantung :Inspeksi Iktus kordis tidak tampakPalpasi Iktus kordis teraba di SIC V 1 cm
medial linea medioclavicularis
Iktus kordis tidak kuat angkat Perkusi Batas jantung kanan atas : SIC II linea
sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV
linea parasternalis dekstra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea
parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm
medial linea medioklavicularis sinistra
Pinggang jantung : SIC II-III
parasternalis sinistra
6
→ konfigurasi jantung kesan tidak
melebarAuskultasi HR : 108 kali/menit reguler. Bunyi
jantung I-II murni, intensitas normal,
reguler, bising (-), gallop (-). Bunyi
jantung I > Bunyi jantung II, di SIC V
1 cm medial linea medioklavikula
sinistra dan SIC IV linea parasternal
sinistra. Bunyi jantung II > Bunyi
jantung I di SIC II linea parasternal
dextra et sinistra.Pulmo :Inspeksi Normochest, simetris, sela iga melebar
(-), iga mendatar (-). Pengembangan
dada kanan = kiri, sela iga melebar,
retraksi intercostal (-)Palpasi Simetris. Pergerakan dada ka = ki,
peranjakan dada ka = ki, fremitus raba
kanan = kiriPerkusi Sonor / SonorAuskultasi Suara dasar vesikuler intensitas normal,
suara tambahan wheezing (-/-), ronchi
basah kasar (-/-), ronchi basah halus
basal paru (-/-), krepitasi (-/-)K
.
Punggung kifosis (-), lordosis (-), skoliosis
(-), nyeri ketok kostovertebra (-),
7
L
.
Abdomen :
Inspeksi Dinding perut sejajar dari dinding
thorak, distended (-), venektasi (-),
sikatrik (-), stria (-), caput medusae
(-)Auscultasi Peristaltik (+) normal Perkusi Timpani, pekak alih (-)Palpasi Supel, nyeri tekan (-). Hepar tidak
teraba. Lien tidak teraba.M Genitourina
ria
Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda
radang (-)N
.
Ekstremitas Kuku pucat (+), spoon nail (-)
Akral dingin Odem_ __ _
_ __ _
I. DIAGNOSIS
HIPERTENSI STAGE II
II.2. TUJUAN PENGOBATAN
1 menurunkan tekanan darah tanpa memperberat
penyakit penyerta.
2. menghilangkan rasa sakit yang timbul akibat
peningkatan tekanan darah.
3. modifikasi gaya hidup
8
II.3. PENGOBATAN
1. Nonmedikamentosa
a. menghentikkan merokok
b. menurunkan berat badan yang berlebihan
c. menurunkan konsumsi alkohol yang berlebihan
d. latihan fisik
e. menurunkan asupan garam
f. meningkatkan konsumsi buah dan sayur
g. menurunkan asupan lemak
2. Medikamentosa
R/ HCT tab mg 25 No.XXI
S 1 dd tab 1 mane
R/ Captopril tab mg 12,5 No.XXI
S 2 dd tab 1 ac
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. DEFINISI
Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah
sistol >139 mmHg dan diastole >89 mmHg. Tekanan darah
tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
9
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam
jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-
kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi
adalah salah satu faktor resiko untuk stroke, serangan
jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan
merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua
angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat
jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).
Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan
sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya
terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau
ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka
beberapa minggu.
Hipertensi yang tidak diketahui didefinisikan
sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer,
sedangkan hipertensi sekunder terjadi dengan sebab yang
diketahui. The Seventh Report Of The Joint National Committe on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
(JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa
terbagi menjadi kelompok 4 (Tabel 3.1)
Tabel 3.1 Klasifikasi Tekanan Darah (JNC7)
10
III.2. EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan
meningkatnya populasi lanjut usia, maka jumlah pasien
dengan hipertensi kemungkinan besar juga, dimana
hipertensi sistolik maupun hipertensi sistolik
diastolik sering timbul pada usia >60 tahun. Data dari
The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES)
menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000,insiden
hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31% yang
berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di
Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data
NHANES III tahun 1989-1991.Hipertensi esensial sendiri
merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.
III.3. MANIFESTASI KLINIS
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan
satu-satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul
setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak,
atau jantung. Gejala lain yang lebih sering ditemukan
adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga
11
berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata
berkunang –kunang dan pusing
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak
menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja
beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan
dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak
diobati, timbul gejala berikut:
* sakit kepala * kelelahan
* mual * muntah
* sesak nafas * gelisah
* pandangan menjadi kabur yang terjadi karena
adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan
ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan koma karena pembengkakan
otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.
III.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan
sebelum memulai terapi bertujuan untuk menentukkan
12
adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari
penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa,
darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium,
kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total,
kolesterol HDL, kolesterol LDL) dan EKG. Sebagai
tambahan dapat dilakukan pemeriksaan yang lain seperti
klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat,
kolesterol HDL,dan EKG.
III.5. DIAGNOSIS
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam
satu kali pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah
dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang
berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau
gejala-gejala klinis. Pengukuran pertama harus
dikonfirmasikan pada sedikitnya 2 kunjungan lagi dalam
waktu satu sampai beberapa minggu. Pengukuran tekanan
darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar,
setelah pasien beristirahat selama 5 menit, dengan
ukuran pembungkus lengan yang sesuai.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat
hipertensi dan lamanya menderita, riwayat dan gejala-
gejala penyakit yang berkaitan dengan penyakit jantung
koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler dll.
Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga dan
gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab
hipertensi, perubahan aktivitas/kebiasaan merokok,
13
konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, faktor
lingkungan, pekerjaan, psikososial dsb.
III.6. PATOGENESIS
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial
yang timbul terutama karena interaksi antara faktor-
faktor resiko tertentu. Faktor- faktor resiko yang
mendorong timbulnya kenaikan darah tersebut adalah :
1. faktor resiko, seperti : diet dan asupan garam,
stress, ras, obesitas, merokok, genetik
2. sistem syaraf simpatis
a.tonus simpatis
b.variasi diurnal
3. keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan
vasokonstriksi : endotel pembuluh darah
berperan utama, tetapi remodeling dari endotel,
otot polos dan interstitium juga memberikan
kontribusi akhir.
4. pengaruh sistem endokrin setempat yang berperan
pada system renin, angiotensin, dan aldosteron.
Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperandalam pengendalian tekanan darah ialah curah jantungdan tekanan perifer.
14
Gambar 3.1. Mekanisme Patofisiologi Hipertensi (Oparil,2003)
III.7. PENGOBATAN
Tujuan pengobatan pada pasien hipertensi adalah :
a. target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk
individu beresiko tinggi (diabetes,gagal ginjal
proteinuri) <130/80 mmHg
b. penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit
kardiovaskuler
c. mengahambat laju penyakit ginjal proteinuri
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi
nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi
nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien
hipertensi dengan tujuan untuk menurunkan tekanan darah
dan mengendalikan faktor-faktor resiko, serta penyakit
penyerta lainnya. Adapun terapi nonfarmakologis sbb:
15
a. menghentikkan merokok
b. menurunkan berata badan yang berlebihan
c. menurunkan konsumsi alkohol yang berlebihan
d. latihan fisik
e. menurunkan asupan garam
f. meningkatkan konsumsi buah dan sayur
g. menurunkan asupan lemak
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi
farmakologis hipertensi yang dianjurkan oelh JNC 7
adalah :
a. diuretika, terutaman jenis thiazid atau
aldosterone antagonist
b. beta bloker (BB)
c. Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist
d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACE Inhibitor)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor
antagonist/blocker (ARB)
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi
dimulai secara bertahap dan target tekanan darah
dicapai secara progresif dalam beberapa minggu.
Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan
masa kerja panjang dan yang memberikan efikasi 24 jam
dengan pemberian sekali sehari. Jika terapi dimulai
dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan
kemudian tekanan darah belum mancapai target, maka
langkah selanjutnya adalah meningkatakan dosis obat
16
tersebut atau berpindah ke antihipertensi yang lain
dengan dosis rendah baik tunggal maupun kombinasi.
Kombinasi yang terbukti dapat ditolerir pasien adalah :
diuretika dan ACEI atau ARB, CCB dan BB, CCB dan atau
ARB, CCB dan diuretika, ARB dan BB, kadang diperlukan
tiga atau empat kombinasi obat.
Tabel 3.2 Rekomendasi Perubahan Pola Hidup (JNC7)
17
Gambar 3.1. Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi (JNC7)
III.8. PEMANTAUAN PENGOBATAN
Pasien yang telah mulai mendapatkan pengobatan
harus datang kembali untuk evaluasi lanjutan dan
pengaturan dosis samapi target tekanan darah tercapai.
Setelah tekanan darah tercapai dan stabil, kunjungan
selanjutnya dengan interval 3-6 bulan, tetapi frekuensi
ini juga ditentukkan oleh ada tidaknya komorbiditas
seperti gagal jantung, diabetes, dan kebutuhan akan
pemeriksaan laboratorium.
Strategi untuk meningkatkan kepatuhan pasien yaitu
empati dokter yang akan meningkatkan kepercayaan,
18
motivasi dan kepatuhan pasien, dokter harus
mempertimbangkan latar belakang budaya, kepercayaan
pasien serta sikap pasien terhadap pengobatan, pasien
diberi tahu hasil pengukuran tekanan darah, target yang
masih harus dicapai, rencana pengobatan selanjutnya
serta pentingnya mengikuti rencana tersebut.
Pengobatan antihipertensi umumnya untuk selama
hidup. Penghentian pengobatan cepat atau lambat akan
diikuti oleh naiknya tekanan darah sampai seperti
sebelum dimulai pengobatan antihipertensi. Walaupun
demikian, ada kemungkinan untuk menurunkan dosis dan
jumlah obat antihipertensi secara bertahap bagi pasien
yang diagnosis hipertensinya sudah pasti serta tetap
patuh terhadap pengobatan nonfarmakologis. Tindakan ini
harus disertai dengan pengawasan tekanan darah yang
ketat.
III.9. PEMBAHASAN OBAT
Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan
cara mendeplesikan simpanan natrium tubuh. Awalnya,
diuretik menurunkan tekanan darah dengan menurunkan
volume darah, curah jantung, dan tahanan vaskuler
perifer. Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan
terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan
volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan
curah jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah.
19
Obat-obat diuretik yang digunakan dalam terapi
hipertensi yaitu : diuretik golongan tiazid, diuretik
kuat dan diuretik hemat kalium
Obat-obat pilihan
A. Golongan Tiazid
1. Bendroflazid/bendroflumetazid ( Corzide® )
- Indikasi: edema, hipertensi
- Kontra indikasi: hipokalemia yang refraktur,
hiponatremia, hiperkalsemia, , gangguan
ginjal dan hati yang berat, hiperurikemia
yang simptomatik, penyakit adison.
- Bentuk sediaan obat: tablet
- Dosis: edema dosis awal 5-10 mg sehari atau
berselang sehari pada pagi hari; dosis
pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali
semingguHipertensi, 2,5 mg pada pagi hari
- Efek samping:hipotensi postural dan gangguan
saluran cerna yang ringan; impotensi
(reversibel bila obat dihentikan);
hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia,
hiperkalsemia, alkalosis hipokloremanik,
hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, dan
peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang
terjadi ruam kulit, fotosensitivitas, ganggan
darah (termasuk neutropenia dan
trombositopenia, bila diberikan pada masa
20
kehamilan akhir); pankreatitis, kolestasis
intrahepatik dan reaksi hipersensitivitas.
- Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia,
memperburuk diabetes dan pirai; mungkin
memperburuk SLE ( eritema lupus sistemik );
usia lanjut; kehamilan dan menyusui; gangguan
hati dan ginjal yang berat;porfiria.
2. Chlortalidone ( Hygroton®, Tenoret 50®,
Tenoretic® )
- Indikasi : edema, hipertensi, diabetes
insipidus
- Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping:
lihat pada Bendrofluazid
- Dosis : edema, dosis awal 50 mg pada pagi
hari atau 100-200 mg selang sehari, kurangi
untuk pemeliharaan jika mungkin.Hipertensi,
25 mg; jika perlu ditingkatkan sampai 50 mg
pada pagi hari
- Bentuk sediaan obat: tablet
3. Hidroklorotiazid (HCT)
- Indikasi: edema, hipertensi
- Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping:
lihat pada Bendrofluazid
- Dosis : edema, dosis awal 12,5-25 mg, kurangi
untuk pemeliharaan jika mungkin; untuk pasien
dengan edema yang berat dosis awalnya 75 mg
sehariHipertensi, dosis awal 12,5 mg sehari;
21
jika perlu ditingkatkan sampai 25 mg pada
pagi hari
- Bentuk sediaan obat: tablet
B. Diuretik kuat
1. Furosemide ( Lasix®, uresix®, impugan® )
- Indikasi: edema pada jantung, hipertensi
- Kontra indikasi: gangguan ginjal dan hati
yang berat.
- Bentuk sediaan obat: tablet, injeksi, infus
- Dosis: oral , dewasa 20-40 mg pada pagi hari,
anak 1-3 mg/kg bb; Injeksi, dewasa dosis awal
20-50 mg im, anak 0,5-1,5mg/kg sampai dosis
maksimal sehari 20 mg; infus IV disesuaikan
dengan keadaan pasien
- Efek samping: Gangguan saluran cerna dan
kadang-kadang reaksi alergi seperti ruam
kulit
- Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia
dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui;
gangguan hati dan ginjal; memperburuk
diabetes mellitus; perbesaran prostat;
porfiria.
C. Diuretik hemat kalium
1. Amilorid HCL ( Amiloride®, puritrid®, lorinid® )
- Indikasi: edema, hipertensi, konservasi
kalium dengan kalium dan tiazid
22
- Kontra indikasi: gangguan ginjal,
hiperkalemia.
- Bentuk sediaan obat: tablet
- Dosis: dosis tunggal, dosis awal 10 mg/hari
atau 5 mg 2x/hari maks 20 mg sehari.
Kombinasi dengan diuretik lain 5-10 mg sehari
- Efek samping: Gangguan saluran cerna dan
kadang reaksi alergi seperti ruam kulit,
bingung, hiponatremia.
- Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia
dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui;
gangguan hati dan ginjal; memperburuk
diabetes mellitus; usia lanjut.
2. Spironolakton ( Spirolactone®, Letonal®,
Sotacor®, Carpiaton® )
- Indikasi: edema, hipertensi
- Kontra indikasi: gangguan ginjal,
hiperkalemia, hipernatremia, kehamilan dan
menyusui, penyakit adison.
- Bentuk sediaan obat: tablet
- Dosis: 100-200 mg sehari, jika perlu
tingkatkan sampai 400 mg; anak, dosis awal 3
mg/kg dalam dosis terbagi.
- Efek samping: Gangguan saluran cerna dan
kadang-kadang reaksi alergi s
23
- eperti ruam kulit, sakit kepala, bingung,
hiponatremia, hiperkalemia, hepatotoksisita,
impotensi.
- Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia
dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui;
gangguan hati dan ginjal; usia lanjut.
ACE Inibitor
ACE inhibitor memiliki mekanisme aksi menghambat
sistem renin-angiotensin-aldosteron dengan menghambat
perubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin II sehingga
menyebabkan vasodilatasi dan mengurangi retensi sodium
dengan mengurangi sekresi aldosteron. Oleh karena ACE
juga terlibat dalam degradasi bradikinin maka ACE
inhibitor menyebabkan peningkatan bradikinin, suatu
vasodilator kuat dan menstimulus pelepasan
prostaglandin dan nitric oxide. Peningkatan bradikinin
meningkatkan efek penurunan tekanan darah dari ACE
inhibitor, tetapi juga bertanggungjawab terhadap efek
samping berupa batuk kering. ACE inhibitor mengurangi
mortalitas hampir 20% pada pasien dengan gagal jantung
yang simtomatik dan telah terbukti mencegah pasien
harus dirawat di rumah sakit (hospitalization),
meningkatkan ketahanan tubuh dalam beraktivitas, dan
mengurangi gejala.
ACE inhibitor harus diberikan pertama kali dalam
dosis yang rendah untuk menghindari resiko hipotensi
24
dan ketidakmampuan ginjal. Fungsi ginjal dan serum
potassium harus diawasi dalam 1-2 minggu setelah terapi
dilaksanakan terutama setelah dilakukan peningkatan
dosis. Salah satu obat yang tergolong dalam ACE
inhibitor adalah Captopril yang merupakan ACE inhibitor
pertama yang digunakan secara klinis.
1. Nama Generik : Captopril
2. Nama Dagang :
- Acepress : Tab 12,5mg, 25mg
- Capoten : Tab 12,5mg, 25mg
- Captensin : Tab 12,5mg, 25mg
- Captopril Hexpharm : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg
- Casipril : Tab 12,5mg, 25mg
- Dexacap : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg
- Farmoten : Tab 12,5mg, 25mg
- Forten : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg
- Locap : Tab 25mg
- Lotensin : Kapl 12,5mg, 25mg
- Metopril : Tab salut selaput 12,5mg, 25mg; Kapl
salut selaput 50mg
- Otoryl : Tab 25mg
- Praten : Kapl 12,5mg
- Scantensin : Tab 12,5mg, 25mg
- Tenofax : Tab 12,5mg, 25mg
- Tensicap : Tab 12,5mg, 25mg
- Tensobon : Tab 25mg
3. Indikasi :
25
- Hipertensi esensial (ringan sampai sedang) dan
hipertensi yang parah.
- Hipertensi berkaitan dengan gangguan ginjal
(renal hypertension).
- Diabetic nephropathy dan albuminuria.
- Gagal jantung (Congestive Heart Failure).
- Postmyocardial infarction
- Terapi pada krisis scleroderma renal.
- Kontraindikasi :
- Hipersensitif terhadap ACE inhibitor.
- Kehamilan.
- Wanita menyusui.
- Angioneurotic edema yang berkaitan dengan
penggunaan ACE inhibitor sebelumnya.
- Penyempitan arteri pada salah satu atau kedua
ginjal.
4. Bentuk sediaan : Tablet, Tablet salut selaput,
Kaplet, Kaplet salut selaput.
5. Dosis dan aturan pakai captopril pada pasien
hipertensi dengan gagal jantung :
6. Dosis inisial : 6,25-12,5mg 2-3 kali/hari dan
diberikan dengan pengawasan yang tepat. Dosis ini
perlu ditingkatkan secara bertingkat sampai
tercapai target dosis.
7. Target dosis : 50mg 3 kali/hari (150mg sehari)
8. Aturan pakai : captopril diberikan 3 kali sehari
dan pada saat perut kosong yaitu setengah jam
26
sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Hal ini
dikarenakan absorbsi captopril akan berkurang 30%-
40% apabila diberikan bersamaan dengan makanan.
9. Efek samping :
Batuk kering, Hipotensi, Pusing, Disfungsi ginjal,
Hiperkalemia, Angioedema, Ruam kulit, Takikardi,
Proteinuria.
10. Resiko khusus :
- Wanita hamil.
Captopril tidak disarankan untuk wanita yang
sedang hamil karena dapat menembus plasenta dan
dapat mengakibatkan teratogenik. Hal ini juga
dapat menyebabkan kematian janin. Morbiditas
fetal berkaitan dengan penggunaan ACE inhibitor
pada seluruh masa trisemester kehamilan.
Captopril beresiko pada kehamilan yaitu pada
level C (semester pertama) dan D (semester kedua
dan ketiga).
- Wanita menyusui.
Captopril tidak direkomendasikan untuk wanita
yang sedang menyusui karena bentuk awal
captopril dapat menembus masuk dalam ASI sekitar
1% dari konsentrasi plasma. Akan tetapi tidak
diketahui apakah metabolit dari captopril juga
dapat menembus masuk dalam ASI.
- Penyakit ginjal.
27
Penggunaan captopril (ACE inhibitor) pada pasien
dengan gangguan ginjal akan memperparah
kerusakan ginjal karena hampir 85% diekskresikan
lewat ginjal (hampir 45% dalam bentuk yang tidak
berubah) sehingga akan memperparah kerja ginjal
dan meningkatkan resiko neutropenia. Apabila
captopril digunakan pada pasien dengan gangguan
ginjal maka perlu dilakukan penyesuaian dosis
dimana berfungsi untuk menurunkan klirens
kreatininnya.
β-blocker
Merupakan obat utama pada penderita hipertensi
ringan sampai moderat dengan penyakit jantung koroner
atau dengan aritmia. Bekerja dengan menghambat reseptor
β1 di otak, ginjal dan neuron adrenergik perifer, di
mana β1 merupakan reseptor yang bertanggung jawab untuk
menstimulasi produksi katekolamin yang akan
menstimulasi produksi renin. Dengan berkurangnya
produksi renin, maka cardiac output akan berkurang yang
disertai dengan turunnya tekanan darah. Sebagai contoh:
propanolol, bisoprolol.
α-blocker
Bekerja dengan menghambat reseptor α1 di pembuluh
darah sehingga terjadi dilatasi arteriol dan vena.
28
Dilatasi arteriol akan menurunkan resistensi perifer.
Sebagai contoh: Doxazosin, Prazosin.
Calcium channel blocker
Bekerja dengan menghambat masuknya kalsium ke dalam
otot polos pembuluh darah sehingga mengurangi tahanan
perifer. Merupakan antihipertensi yang dapat bekerja
pula sebagai obat angina dan antiaritmia, sehingga
merupakan obat utama bagi penderita hipertensi yang
juga penderita angina. Sebagai contoh: Nifedipin,
Amlodipin.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah
kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah
secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi. Tujuan pengobatan pada
pasien hipertensi adalah target tekanan darah <140/90
mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes,gagal
ginjal proteinuri) <130/80 mmHg, mengahambat laju
29
penyakit ginjal proteinuri, penurunan morbiditas dan
mortalitas penyakit kardiovaskuler.
Pengobatan antihipertensi umumnya untuk selama
hidup. Penghentian pengobatan cepat atau lambat akan
diikuti oleh naiknya tekanan darah sampai seperti
sebelum dimulai pengobatan antihipertensi. Walaupun
demikian, ada kemungkinan untuk menurunkan dosis dan
jumlah obat antihipertensi secara bertahap bagi pasien
yang diagnosis hipertensinya sudah pasti serta tetap
patuh terhadap pengobatan nonfarmakologis. Tindakan ini
harus disertai dengan pengawasan tekanan darah yang
ketat.
IV.2. SARAN
1. Penderita hipertensi sebaiknya selalu menjaga
kepatuhan terhadap minum obat antihipertensi
sebagai tindakan preventif dari komplikasi
penyakitnya.
2. Selain teratur minum obat, pasien juga harus
menjaga pola hidup dan rutin kunjungan dokter
agar mudah memantau perkembangan dari penyakit
serta pengobatan yang telah diberikan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, et
al, eds. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, jilid I.
Jakarta: Penerbit Media Aesculapius, 2001; 518-522
Ganiswara, G. Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi
4. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Oparil S et al. 2003. Pathogenesis of Hypertension. Ann Intern
Med; 139;761-776.
Supandiman, I., Fadjari, H. 2006. Anemia pada Penyakit
Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid II.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Pp: 651-652
Yogiantoro, M. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
Simardibrata K. M., Setiati, S. 2006. Hipertensi
Esensial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI. Pp: 610-614
31