KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ...
i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI EFUSI
PLEURAL DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAK
EFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS
DIRUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAKASSAR
OLEH :
SUARNI
NIM: 1408143
AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
MAKASSAR
2017
i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI EFUSI
PLEURAL DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAK
EFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS
DIRUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAKASSAR
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli madya keperawatan
pada Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar
OLEH :
SUARNI
NIM: 1408143
AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
MAKASSAR
2017
ii
SURAT PERNYATAAN PENELITI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : SUARNI
NIM : 1408143
Program Studi : D III Keperawatan
Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG
MENGALAMI EFUSI PLEURAL DENGAN KETIDAK
EFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah sebagaimana
disebutkan dengan judul di atas adalah benar merupakan karya saya sendiri dan
belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik.
Demikian pernyataan saya ini saya buat secara sadar dan tanpa paksaan
dari pihak manapun.
Makassar , 18 Juli 2017
Suarni
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN YANG MENGALAMI EFUSI PLEURAL DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR”
Telah disetujui untuk diujikan dan dipertahankan di depan Tim Penguji
Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar
Pada Hari Selasa, 18 Juli 2017
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul ”ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A
YANG MENGALAMI EFUSI PLEURAL DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN NAPAS DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAKASSAR”. Telah diuji dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji pada hari
Selasa, 18 juli 2017 di Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar.
v
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
Nama : Suarni
Tempat/Tanggal Lahir : Erelebu, 11 Juli 1996
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Lengkap : Aspol Kumala No. 146A Makassar
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pada Tahun 2000-2002 TK Lompoteke
2. Pada Tahun 2002-2008 SDN 135 Erelebu
3. Pada Tahun 2008-2011 SMP Neg. 1 Bontotiro
4. Pada Tahun 2011-2014 SMA Neg. 4 Bulukumba
5. Pada Tahun 2014-2017 AKPER Mappa Oudang Makassar
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
karuniah-nya serta tak lupa salam dan shalaawat kepada junjungan kita nabiyullah
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat-nya dengan hisab-nya
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai persyaratan dalam
menempuh ujian akhir program Diploma III Akademi Keperawatan Mappa
Oudang Makassar.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk menguraikan
secara singkat pelayanan dan perawatan klien yang mengalami gangguan sistem
pernafasan “Efusi Pleural” di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
Proses penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu perjuangan
panjang bagi penulis, selama proses penyusunan berlangsung tidak sedikit kendala
yang ditemukan namun, berkat kesungguhan dan keseriusan pembimbing
mengarahkan dan membimbing penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang sedalam-dalamnya, kepada :
1. Bapak KOMBES. Pol. dr. Aris Budiyanto, Sp.THT, sebagai Ketua Yayasan
Brata Utama Bhayangkara Makassar dan selaku Kepala Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar beserta staf yang telah membantu menyediakan sarana
dan prasarana belajar dan praktek.
2. Pimpinan/Pengolola Program Studi DIII Keperawatan Akper Mappaoudang
Makassar, kepada :
a. Direktur : dr. Hj. A. Nurhayati, DFM.,M.Kes.
b. Wadir I : H. Hataul Madja, S.ST.,S.Kep.,Ns.,M.Kes.
vii
c. Wadir II : Dra. Hj. Marlyan Yusuf, Amd. Keb.
d. Wadir III : Muh. Saleh S, S.Pd.,M.Pd.
e. Ketua Program Studi : Ns. Rezeki Nur, S.Kep.,MM.Kes.
3. Ns. Tri Damayanty Syamsul.,S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing I selaku
penguji yang begitu banyak memberikan sumbangsih pemikiran, saran, nasihat
dan dengan penuh kesabaran selama proses bimbingan di dalam menyusun
Karya Tulis Ilmiah.
4. Ns. Ridwan.,S.Kep.,M.Kes sebagai pembimbing II selaku penguji yang begitu
memberikan banyak ilmu kepada penulis. Penulis mengucapkan banyak terima
kasih karena telah meluangkan begitu banyak waktu untuk penulis serta
banyak memberikan masukkan dan motivasi dalam menyusun Karya Tulis
Ilmiah.
5. Mathius Tato.,S.Kep.,MM.Kep selaku Penguji I yang begitu banyak
memberikan masukkan dan saran demi kesempurnaan dan kelengkapan Karya
Tulis Ilmiah ini.
6. Ns. Hasbullah.,S.Kep.,M.Kes selaku penguji II yang begitu banyak
memberikan masukkan dan saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah.
7. Kepada seluruh Dosen dan Staf Akademi Keperawtan Mappa Oudang
Makassar yang telah banyak memberikan doa dan restu serta dukungan selama
penulis mengikuti seluruh proses Pendidikan .
8. Teristimewa untuk Ibu dan Bapak tercinta Basse Asia dan Sainal serta saudara
yang terkasih penulis, yang senantiasa memberikan doa restu dalam setiap
aktivitas serta memberikan dukungan, kasih sayang dan motivasi dalam
menyelesaikan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
viii
9. Nenek tercinta penulis (Bunga Daeng) yang selalu memberi nasehat, kasih
sayang, dan motivasi dalam menyelesaikan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah
ini.
10. Yang spesial buat sahabat-sahabatku (intan, emmy, enhy, wahyu, hikma, rini,
wiji,wahyuni) yang selama ini telah membantu baik fikiran, masukan, serta
semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Yang tercinta angkatan Campak 08 khususnya 3.C
12. Untuk Someone yang selalu menemani dan memberikan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini masi banyak terdapat kekurangan. Jadi setiap kritikan maupun saran-saran dari
pihak yang bersifat membangun penulis akan menerima dengan senang hati.
Akhir kata semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan mahasiswa Akper Mappa Oudang Makassar khususnya dalam
memberikan Keperawatan kepada klien dengan kasus Efusi Pleural Semoga
segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat
imbalan yang setimpal dari Allah SWT
Makassar, 18 juli 2017
Suarni
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL DALAM ............................................................... i
SURAT PERNYATAAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL.................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN & ISTILAH ................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi
ABSTRACK ............................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................... 4
D. Manfaat ................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 8
A. Tinjauan Tentang Subyek Masalah ......................................... 8
B. Tinjauan Tentang Fokus Penelitian ......................................... 14
1. Anatomi Fisiologi.............................................................. 14
2. Konsep Dasar Medis ......................................................... 19
3. Konsep Dasar Keperawatan .............................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 40
A. Pendekatan Penelitian ............................................................. 40
B. Subyek Penelitian .................................................................... 40
C. Fokus Studi ............................................................................. 40
D. Definisi Operasional Fokus Studi ........................................... 41
E. Instrumen Penelitian................................................................ 41
F. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 42
G. Lokasi & Waktu Penelitian ..................................................... 42
x
H. Analisis Data dan Penyajian Data ........................................... 43
I. Etika Penelitian ....................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 45
A. Hasil ........................................................................................ 45
1. Gambaran Lokasi penelitian ............................................ 45
2. Karakteristik Partisipan (Identitas Klien) ......................... 45
3. Data Asuhan Keperawatan ............................................... 46
a. Pengkajian .................................................................. 46
b. Diagnosa Keperawatan ............................................... 60
c. Perencanaan Keperawatan ......................................... 61
d. Implementasi Keperawatan ........................................ 63
e. Evaluasi Keperawatan ................................................ 65
B. Pembahasan ............................................................................ 67
a. Pengkajian .................................................................. 67
b. Diagnosa Keperawatan ............................................... 70
c. Perencanaan Keperawatan ......................................... 71
d. Implementasi Keperawatan ........................................ 75
e. Evaluasi Keperawatan ................................................ 77
BAB V PENUTUP .................................................................................. 78
A. Kesimpulan ............................................................................ 78
B. Saran ....................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
NOMOR HALAMAN
01) Tabel 2.1 Rencana Keperawatan Ketidakefektifan Pola Napas
........................................................................................................................32
02) Tabel 2.2 Rencana Tindakan keperawatan Ketidakefektifan bersihan Jalan
nafas................................................................................................................33
03) Tabel 2.3 Rencana Keperawatan Kerusakan Pertukaran Gas.........................34
04) Tabel 2.4 Rencana Keperawatan Nyeri .........................................................34
05) Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ............................................................................38
06) Tabel 4.1 Tabel Aktivitas Sehari-hari ........................................... ............... 56
07) Tabel 4.2 Tabel Darah Rutin ........................................... ............................. 57
08) Tabel 4.3 Tabel Kimia Darah ........................................... ............................ 57
09) Tabel 4.4 Tabel Klasifikasi Data ........................................... ........................58
10) Tabel 4.5 Tabel Analisa Data ........................................... ............................ 59
11) Tabel 4.6 Tabel Diagnosa Keperawatan ........................................... ........... 60
12) Tabel 4.7 Tabel Perencanaan/Intervensi Keperawatan ................................. 61
13) Tabel 4.8 Tabel Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan ............................63
14) Tabel 4.9 Tabel Catatan Perkembangan/Evaluasi Keperawatan .................. 65
xii
DAFTAR GAMBAR
01) Gambar 2.1 Anatomi Pleural .........................................................................13
02) Gambar Penyimpan KDM .............................................................................32
xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN & ISTILAH
ºC : Derajat celcius
O2 : Oksigen
pH : Derajat keasaman
x/i : Satuan dalam pernapasan
Alveolus : vesikel udara dalam paru
Ansietas : Kecemasan
Anoreksia : Kehilangan atau kerusakan selera terhadap makanan
Anoxia : Tidak terdapat oksigen dalam jaringan
Cerebellum : Bagian otak yang terletak dibelakang dan dibawah
cerebrum
Composmentis : pikiran yang sehat/sadar bik
Cairan serebrospinal : cairan yang terkandung di dalam ventrikel otak, ruang
sub-araknoid, dan kanal sentral sumsum tulang belakang
Cuci darah (Dialysis) : proses pemisahan ion atau zat berberat molekul rendah
dari darah melalui proses difusi pada membran semi-
permeabel
Defisiensi : kekurangan
Demielinisasi : kerusakan selaput sistem saraf yang paling dalam (mielin)
Demensia : penurunan fungsi pikiran dan memori yang disebabkan
oleh kelainan yang terjadi pada otak
Deteorisasi : penurunan keadaan seseorang, bertambah buruk
Diagnosis : identifikasi terhadap sesuatu penyakit
Dysplasia : pertumbuhan abnormal jaringan tubuh, biasanya berupa
xiv
pembelahan sel-sel muda
Diastolik : tekanan darah bawah
Dyspnea : sesak napas
Disease entity : wujud Penyakit
Emfisema : Distensi jaringan karena gas
Epistaksis : Perdarahan dari hidung/mimisan
Epiglotis : Lapisan kartilago yang tipis dan berbentuk daun di
belakang lidah
Endotel : Membran yang melapisi rongga, jantung, pembuluh darah
dan limfe.
Eksudat : Cairan dengan kandungan protein dan kotoran sel yang
lolos dari pembuluh darah serta diendapkan didalam
jaringan atau permukaaan jaringan, biasanya merupakan
hasil peradangan.
Hipoproteinemia : kekurangan protein dalam darah
Hipoksemia : Kekurngan Oksigen dalam darah
Maligna : Ganas yang kemungkinan besar membawa keadaan
terminal
Mediastinum : Septum atau pembatas yang ada ditengah
Muskuloskeletal : Berkenaan dengan sistem otot dan skeletal.
Olfaktorius : Berkenaan indra penciuman
Opticus : Berkenaan indra penglihatan
Pneumotoraks : Udara atau gas dalam kvum pleura yang memisahkan
pleura untuk membuat kolaps paru tertekan.
xv
Purulen : Berkenaan atau mirip dengan pus
Respirasi : Proses terjadinya perukaran gas antara sel dan
lingkungannya
Segmentalis : Potongan kecil;suatu bagian
Takipnea : Pernapasan yang sangat cepat
Trigeminus : Terpisah menjadi tiga bagian
Vagus : Nervus vagus
Ventilasi : Proses pertukaran udara antara paru-paru dan udara luar.
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar Penjelasan Peneliti
Lembar Persetujuan Responden
Lembar Observasi
Lembar Wawancara
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Leafleat
Lembar Konsul
xvii
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI EFUSI PLEURAL
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAK
EFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS
DIRUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAKASSAR
Latar Belakang , Efusi Pleural adalah penimbunan cairan dalam rongga pleural. Menurut World
Health Organitation (WHO,2010), Efusi pleural merupakan suatu gejala penyakit yang dapat
mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan
menjadi problema utama dinegara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Tujuan,
Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Efusi Pleural dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Metode, Metode
yang digunakan yaitu observasi, studi dokumentasi, dan wawancara terstruktur dengan subjek
penelitian diarahkan kepada masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada klien Efusi
pleural. Hasil Penelitian, Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Efusi Pleural di Ruangan
Kenari Rumah Sakit Bhayangkara Makassar selama 2 hari didapatkan masalah utama
Ketidakefektifan bersihan jalan napas dan masalah lain yaitu ketidakefektifan pola napas dan
perubahan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari didapatkan hasil
Ketidakefektifan bersihan jalan napas, ketidakefektifan pola napas dan perubahan pola tidur dapat
teratasi. Kerja sama antara tim kesehatan dan klien atau keluarga sangat diperlukan untuk
keberhasilan asuhan keperawatan pada klien dan diharapkan klien dan keluarga dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan dan penyuluhan menambah wawasan tentang penyakit Efusi pleural.
Kata kunci : Efusi Pleural, ketidakefektifan bersihan jalan napas
xviii
ABSTRACK
ASSURANCE OF CLIENTS WHO HAVE A PLEURAL EFUSI
WITH NORMAL NURSING PROBLEMS
EFFECTIVE NETWORK CLEAN ROAD
HIDDEN SIDE BHAYANGKARA
MAKASSAR
Background, Pleural effusion is fluid accumulation in the pleural cavity. According to World
Health Organitation (WHO, 2010), pleural effusion is a symptom of a disease that can be life-
threatening to the sufferer. Geographically this disease is found throughout the world, even a
major problem in developing countries including Indonesia. Objective, Implement Nursing Care
on clients experiencing Pleural Effusion with the problem of ineffective airway clearance at
Bhayangkara Hospital Makassar. Methods, The methods used were observations, documentation
studies, and structured interviews with research subjects directed to the problem of airway
ineffectiveness in patients Pleural effusion. Result, Nursing Care at Ny. A with Pleural Effusion in
the Walnut Room Bhayangkara Makassar Hospital for 2 days found the main problem
Ineffectiveness of airway clearance and other problems of ineffective breathing patterns and
changes in sleep patterns after the nursing action for 2 days obtained results Ineffective clearance
of airway, ineffective breathing patterns and Sleep patterns change can be overcome. Cooperation
between the health team and client or family is necessary for the success of nursing care on the
client and the expected clients and family in the implementation of nursing care and counseling
add insight into the disease Pleural effusion.
Keywords: Pleural effusion, ineffective clearance of airway
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi Pleural adalah penimbunan cairan dalam rongga pleural akibat
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleural. Pada
keadaan normal rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak 10-
20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleural parietalis dan viseralis,
dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleural
pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang adapat menimbulkan efusi
pleura adalah tuberclosis, infeksi paru nontuberklosis, keganasan, siritiss hati,
trauma tembus atau tumpul pada daerah dada, infark pare, serta gagal jantung
kongesif. Normalnya dalam rongga pleural terdapat sedikit cairan yang
berguna untuk melumasi pleural (visceral dan parietal) sehingga dapat
bergerak. Efusi pleural yang luas akan menyebabkan sesak nafas yang
berdampak pada pemenuhan kebutuhan oksigen, sehingga kebutuhan
oksigendalam tubuh terpenuhi (Smeltzer, 2011)
Efusi pleural adalah suatu kondisi kesehatan dimana jumlah kelebihan
cairan menumpuk di rongga pleura. Hal ini membatasi kemampuan paru-paru
dalam berkembang dan mengempis serta karenanya manusia kesulitan untuk
bernafas. Rongga atau ruang antara dinding dada dan paru-paru, dimana cairan
ini terakumulasi, disebut pleura dan cairan tersebut dinamakan cairan pleura.
Peningkatan abnormal dalam jumlah cairan pleura menyebabkan dinding dada
terpisah dari paru-paru. Kondisi ini dikenal sebagai efusi pleura (Bram, 2014)
2
Menurut World Health Organitation (WHO,2010), Efusi pleural
merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya.
Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi
problema utama dinegara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia.
Dinegara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus efusi pleura per
100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya
menderita efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan
pneumonia bakteri. Menurut World Health Organitation (WHO), prevelensi
tuberkulosis di Indonesia ialah 715.000 kasus per tahun dan merupakan
penyebab kematian urutan ketiga setelah penyakit jantung dan penyakit saluran
pernapasan. Pada kasus pasien laki-laki, berusia 35 tahun dengan keluhan sesak
napas, mengeluh batuk lama dan kambuh-kambuhan, demam hilang timbul dan
keringat malam. Sesak yang dirasakan pasien terjadi dikarenakan oleh pasien
telah mengalami Efusi pleural.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI,2010),
kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran nafas lainnya.
Tingginya angka kejadian Efusi pleural disebabkan keterlambatan penderita
untuk memeriksakan kesehatan.
Di era globalisasi ini khususnya kota besar indonesia sangat
memprihatinkan, beberapa hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala
resikonya telah dipublikasikan, termasuk resiko infeksi saluran pernafasan
maupun kanker paru akibat polusi udara dikota. Dikota-kota besar kontribusi
gas kendaraan bermotor, gas dari cerebong asap industri maupun asap rokok
banyak ditemukan. World Health Organitation (WHO) memperkirakan bahwa
3
20% penduduk kota didunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi
kendaraan bermotor, akibatnya banyak bayi, anak-anak orang dewasa dan
lansia yang beresiko tinggi memiliki penyakit paru dan salura n pernafasan
seperti “efusi pleura” Penyakit ini tidak sedikit diderita masyarakat, sayangnya
masyarakat tidak menyadari bahwa penyakit tersebut berasal dari udara yang
kotor, seperti asap pabrik, kendaraan bermotor, asap rokok (WHO, 2010)
Di Kota Makassar, berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina
Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota
Makassar, jumlah kasus Efusi pleura di Puskesmas dan RS sebanyak 900 kasus
dan kasus Efusi pleural yang ditemukan pada tahun 2013 sebanyak 1.819
kasus (Puskesmas dan Rumah Sakit). (www.dinkeskotamakassar.net/2013)
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem pernafasan masih
menduduki peringkat yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Penyakit infeksi paru merupakan penyakit infeksi yang paling
sering ditemukan dimasyarakat maupun dirawat dirumah sakit, dan masih
merupakan masalah kesehatan utama diseluruh dunia. Penyakit infeksi paru
berkisar 60-80% dari seluruh penyakit paru, sedangkan sisanya 20-40% adalah
penyakit non infeksi (Tjandra.2010).
Oleh karena itu, peran perawat dan tenaga kesehatan sangatlah
diperlukan terutama dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut seperti pneumonia,
pneumothoraks, gagal nafas, dan kolaps paru sampai dengan kematian. Peran
perawat secara promotif misalnya memberikan penjelasan dan informasi
tentang penyakit efusi pleural, preventif misalnya mengurangi merokok dan
4
mengurangi minum – minuman beralkohol, kuratif misalnya dilakukan
pengobatan ke rumah sakit dan melakukan pemasangan Water Seal Drainage
(WSD) bila diperlukan, rehabilitatif misalnya melakukan pengecekan kembali
kondisi klien ke rumah sakit atau tenaga kesehatan. Pengetahuan dan
pengenalan yang lebih jauh tentang penyakit efusi pleura. Tidak kalah
pentingnya yang dapat menjadi pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan dalam rangka mengurangi angka kejadian dari penyakit Efusi
Pleural (Kusnanto, 2010)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medis Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar pada dua tahun terakhir menunjukkan dari bulan
Januari 2015 samapai September 2016 didapatkan data jumlah pasien Efusi
pleural dimana pada bulan Januari 2015 terdapat 10 penderita (0,1%), Februari
11 penderita (0,11%), Maret 13 penderita (0,13%), April 12 penderita (0,12%),
Mei 9 penderita (0,09%), Juli 9 penderita (0,09%), Agustus 5 penderita
(0.05%), September 8 penderita (),08%),Oktober 16 penderita (0,16%),
November 2 penderita (0,02%), Desember 22 penderita (0,22%). Pada tahun
2016 pada bulan Januari terdapat 4 penderita (0,04%), Februari (0,02%), Maret
(0,02%), April (0,02%), Mei (0,20%), Juni (0,20%), Juli (0,27%), Agustus
(0,12%), Desember (0,26%).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian/studi kasus tentang Asuhan Keperawatan pada Klien yang
mengalami Efusi Pleural dengan masalah keperawatan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
5
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien yang Mengalami Efusi
Pleura dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami Efusi
Pleural dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Ruamah Sakit
Bhayangkara Makassar
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam melaksanakan
pengkajian Keperawatan pada Klien yang mengalami Efusi Pleural
dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar
b. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam menegakkan
diagnosa Keperawatan pada Klien yang mengalami Efusi Pleural
dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar
c. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam menetapkan
perencanaan Keperawatan pada Klien yang mengalami Efusi Pleural
dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar
6
d. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam melaksanakan
tindakan Keperawatan pada Klien yang mengalami Efusi Pleural
dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar
e. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam
mengimplementasikan evaluasi pada Klien yang mengalami Efusi
Pleural dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Data yang diperoleh dapat dijadikan masukan awal penelitian
selanjutnya yang lebih mendalam.
2. Praktis
a. Manfaat bidang akademik
Sebagai bahan bacaan ilmiah dan sumber informasi bagi rekan – rekan
dan praktisi keperawatan dalam meningkatkan mutu pendidikan di masa
yang akan datang dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bidang
keperawatan.
b. Manfaat bagi rumah sakit
Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit dalam membuat kebijakan
dalam rangka peningkatan mutu Pelayanan Keperawatan pada Klien
dengan gangguan sistem pernafasan Efusi Pleural.
7
c. Manfaat bagi klien
Sebagai bahan masukan bagi klien dalam meningkatkan pengetahuan
berkaitan dengan pencegahan, perawatan dan pengobatan efusi pleura.
d. Manfaat bagi penulis
Sebagai pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan diri
penulis khususnya dalam menerapkan asuhan keperawatan pada
gangguan sistem Pernapasan Efusi Pleural.
8
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Tinjauan Subyek Masalah Tentang Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Napas
1. Definisi
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Adalah Ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan napas (Wilkinson & Ahern, 2014)
2. Batasan Karakteristik :
a. Subjektif
1) Dispnea
b. Objektif
1) Suara napas tambahan (misalnya, rale, crackle, ronki, dan mengi)
2) Perubahan irama nafas dan frekuensi pernapasan
3) Batuk tidak ada atau tidak efektif
4) Sianosis
5) Kesulitan untuk berbicara suara atau mengeluarkan
6) Penurunan suara napas
7) Dispnea
8) Sputum dalam jumlah yang berlebihan
9) Orthopnea
10) Gelisah
11) Sputum berlebihan
12) Mata terbelalak
9
3. Faktor-faktor yang berhubungan
a. Lingkungan :
1) Perokok pasif
2) Mengisap asap dan merokok
3) Merokok
b. Obstruksi jalan nafas :
1) Spasme jalan nafas
2) Retensi secret, mukus berlebihan jalan napas, terdapat benda asing
3) Eksudat dalam jalan alveoli
4) Sekresi dalam bronki
5) Eksudat dialveoli
c. Fisiologis
1) Disfungsi neuromuskular
2) Hiperplasia dinding bronkial
3) Penyakit Paru Obstruktif kronis (PPOK)
4) Infeksi
5) Asma
6) Jalan napas alergik (trauma)
4. Alternatif Diagnosis yang Disarankan
a. Aspirasi, resiko
b. Pola napas, ketidakefektifan
c. Pertukaran gas
10
5. Kriteria Hasil Nursing Outcomes Classifaciaton (NOC):
a. Pencegahan Aspirasi : Tindakan personal untuk mencegah masuknya cairan
dan partikel padat kedalam paru
b. Status Pernapasan : Kepatenan Jalan Nafas : Jalan napas trakeobronkial
terbuka dan be
c. rsih untuk pertukaran gas
d. Status Pernapasan : Ventilasi : Pergerakan udara masuk dan keluar paru
6. Tujuan/Kriteria Evaluasi Nursing Outcomes Classifaciaton (NOC) :
a. Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif, yang dibuktikan oleh
Pencegahan Aspirasi : Status Pernapasan : Kepatenan Jalan Napas, dan
Status pernapasan : Ventilasi tidak terganggu
b. Menunjukkan Status Pernapasan : Kepatenan Jalan Napas, yang dibuktikan
oleh indikator gangguan sebagai berikut : gangguan ekstrem, berat, sedang,
ringan, atau tidak ada gangguan :
1) Kemudahan bernapas
2) Frekuensi dan irama pernapasan
3) Pergerakan sputum keluar dari jalan napas
4) Pergerakan sumbatan keluar dari jalan napas
Pasien akan :
1) Batuk efektif
2) Mengeluarkan secret secara efektif
3) Mempunyai jalan napas yang paten
4) Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih
5) Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal
11
6) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
7. Intervensi NIC
a. Manajemen Jalan Napas : Memfasilitasi kepatenan jalan udara
b. Pengisapan Jalan Napas : Mengeluarkan sekret dari jalan napas dengan
memasukkan sebuah kateter pengisap kedalam jalan napas oral dan/ atau
Trakea
c. Kewaspadaan Aspirasi : Mencegah atau meminimalkan faktor resiko pada
pasien yang berisiko mengalami pleura
d. Manajemen asma : Mengidentifikasi, menangani, dan mencegah reaksi
inflamasi/konstriksi didalam jalan napas
e. Peningkatan Batuk : Meningkatkan Inhalasi dalam pada pasien yang
memiliki riwayat keturunan mengalami tekanan intratoraksik dan kompresi
parenkim paru yang mendasari untuk pengerahan tenaga dalam
menghembuskan udara.
f. Pengaturan Posisi : Mengubah posisi pasien atau bagian tubuh pasien secara
sengaja untuk memfasilitasi kesejahteraan fisiologis dan psikologis
g. Pemantauan Pernapasan : Mengumpulkan dan menganalisis data pasien
untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat
h. Bantuan Ventilasi : Meningkatkan pola napas spontan yang optimal, yang
memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru
8. Aktivitas Keperawatan
a. Pengkajian
1) Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut ini :
a) Ketidakefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
12
b) Ketidakefektifan obat resep
c) Frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan
d) Faktor yang berhubungan, seperti nyeri, batuk tidak efektif, mukus
kental dan keletihan
2) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui
penurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan
3) Pengisapan Jalan Napas
a) Tentukan kebutuhan pengisapan oral atau trakea
b) Pantau status oksigen pasien tingkat Aturasi Oksigen dan Kadar
Oksigen darah Vena (SaO2 dan SvO2) dan status hemodinamik
(tingkat MAP ( mean areterial presure) dan irama jantung) segera
sebelum, selama dan setelah pengisapan
c) Catat jenis dan jumlah sekret yang dikumpulkan
4) Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga
a) Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (misalnya,
oksigen, mesin pengisapan, spirometer, inhaler, intermittent positive
pressure breathing [IPPB])
b) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan merokok
didalam ruang perawatan, beri penyuluhan tentang pentingnya
berhenti merokok
c) Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan tehnik napas dalam
untuk memudahkan pengeluaran sekret
d) Ajarkan pasien untuk membebat/mengganjal luka insisi pada saat
batuk
13
e) Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum,
seperti warna, karakter, jumlah, dan bau
f) Pengisapan Jalan Napas Nursing Interventions Classification (NIC):
Instruksikan kepada pasien dan/atau keluarga tentang cara pengisapan
jalan napas, jika perlu
5) Aktivitas Kolaboratif
a) Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu
b) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau
peralatan pendukung
c) Berikan udara/oksigen yang telah dihumidifikasi (dilembapkan) sesuai
dengan kebijakan institusi
d) Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer ultrasonik dan
perawatan paru lainnya sesuai dengan kebijakan dan protokol institusi
e) Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal
6) Aktivitas Lain
a) Anjurkan aktivitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran sekret
b) Anjurkan penggunaan spirometer insentif (Smith-Sims, 2001)
c) Jika pasien tidak mampu ambulasi, pindahkan pasien dari satu sisi
tempat tidur ke sisi tempat tidur yang lain sekurangnya setiap 2 jam
sekali
d) Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur, untuk
menurunkan kecemasan dan meningkatkan kontrol diri
e) Berikan pasien dukungan emosi (misalnya, meyakinkan pasien bahwa
batuk tidak akan menyebabkan robekan atau “kerusakan” jahitan)
14
f) Atur posisi pasien yang memungkinkan untuk pengembangan
maksimal rongga dada (misalnya, bagian kepala tempat tidur
ditinggikan 45 derajat kecuali ada kontraindikasi (Collard et al,
2003:Drakulovie et al, 1999)
g) Pengisapan nasofaring atau orofaring untuk mengeluarkan sekret
setiap
h) Lakukan pengisapan endotrakea atau nasotrakea, jika perlu.
(Hiperoksigenasi dengan Ambu bag sebelum dan setalah pengisapan
selang endotrakea atau trakeostomi)
i) Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk mengencerkan sekret
j) Singkirkan atau tangani faktor penyebab, sperti nyeri, keletihan, dan
yang kental
B. Tinjauan Fokus Studi Tentang Efusi Pleural
1. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1
Anatomi Pleural
Menurut Wijaya & Putri (2013), Anatomi Fisiologi dari Pleural
adalah :
15
a. Anatomi Pleural
Pleural merupakan lapisan pembungkus paru (pulmo). Dimana
antara pleura yang membungkus pulmo dextra et sinistra di pisahkan
oleh adanya mediastinum. Pleural dari interna ke eksterna terbagi atas 2
bagian:
1) Pleural visceralis/ pulmonis yaitu pleura yang langsung melekat
pada permukaan pulmo.
2) Pleural parietalis yaitu bagian pleura yang berbatasan dengan
dinding thorax. Kedua lapisan pleura ini saling berhubungan pada
hilus pulmonale (pleural penghubung). Diantara kedua lapisan
pleural ini terdapat sebuah rongga yang di sebut dengan cavum
pleural. Dimana di dalam cavum pleura ini terdapat sedikit cairan
pleura yang berfungsi agar tidak terjadi gesekan antar pleura ketika
proses pernapasan.
Pleural parietal berdasarkan letaknya terbagi atas:
1) Cupula pleuran (pleural cervicalis) : pleural parietalis yang terletak
di atas costa I namun tidak melebihi dari collum costae nya. cupula
pleura terletak tertinggi 1-1,5 inchi di atas 1/3 medial os. Clavicula.
2) Pleural parietalis pars costalis : Pleural yang menghadap ke
permukaan dalam costae, cartilage costae, Spatium
intercosta/Intercosta (SIC / ICS), pinggir corpus vertebrae, dan
pemukaan belakang os. Sternum.
16
3) Pleural parietalis pars diaphragmatica : Pleural yang menghadap
ke diaphragm permukaan thoracal yang di pisahkan oleh fascia
endothoracica.
4) Pleura parietalis pars mediastinalis (medialis) : Pleural yang
menghadap ke mediastinum / terletak di bagian medial dan
membentuk bagian lateral dari mediatinum
Refleksi Pleural
1) Refleksi vertebrae : Pleural costalis melanjut sebagai pleura
mediastinalis di depan columna vertebralis membentuk refleksi
vertebrae yang membentang dari SIC – XII.
2) Refleksi costae : Pleura costalis melanjut sebagai pleural
mediastinalis di belakang dr. os. Sternum membentuk refleksi sterna.
3) Pleural mediastinalis : melanjut sebagai Pleural diafragma. Garis
refleksi pleura : garis refleksi Pleural antara Pleura dextra dan
sinistra terdapat perbedaan , yakni:
a) Garis refleksi pleural dextra
Garis refleksi di mulai pada articulation strenoclavicularis
dextra lalu bertemu kontra lateral nya di planum medianum pada
angulus ludovichi/ angulus Louis setinggi cartilage costae II.
Lalu berjalan ke caudal sampai di posterior dr proc. Xiphoideus
pada linea mediana anterior linea midsternalis menyilang sudut
xiphocostalis menuju cartilage costae VIII pada linea
midclavicularis, menyilang costae X pada linea axillaris media
dan menyilang cartilage costa XII pada collum costaenya.
17
b) Garis refleksi pleural sinistra
Garis refleksi di mulai pada articulation sternoclavicularis
dextra lalu bertemu kontralateralnya di olanum medianum pada
angulus ludovichi angulus Louis setinggi cartilage costae II. Lalu
berjalan turun sampai cartilage costa IV dan membelok di tepi
sternum lalu mengikuti cartilage costa VIII pada linea
midclavicularis, menyilang costae X pada linea axillaris anterior
dan menyilang costa XII pada collum costaenya.
Vaskularis pleural
Pleural parietal di vaskularisasi oleh Aa. Intercostalis, a. mamaria
interna , a. musculophrenica. Dan vena 2 nya bermuara pada system
vena dinding thorax. Sedangkan pleural visceralis diinervasi oleh
serabutafferent otonom d plexus pulmonalis.
1) Innervasi pleural :
a) Pleural parietalis pars costalis diinervasi oleh Nn. Intecostales.
b) Pleural parietalis pars mediastinalis diinversai oleh Nn. phrenicus.
c) Pleural parietalis pars diafragma bagian perifer diinervasi oleh
Nn. Intercostales. Sedangkan bagian central oleh n. phrenicus.
d) Pleural visceralis diinervasi oleh serabut afferent otonom dari
plexus pulmonalis.
2) Recessus pleural :
Recessus merupakan sebuah kosong yang akan terisi oleh paru saat
inspirasi dalam dan akan menjadi tempat yang berisi cairan pada
pasien dengan kasus Efusi Pleural. Terdapat 3 pserecessus, yaitu :
18
a) Recessus costodiafragmatica dextra et sinistra
b) Recessus yang terletak diantara pleural parietalis pars costalis dan
pleural parietalis pars diaphragmatica.
c) Recessus yang terletak diantara pleural parietalis pars costalis dan
oleura parietalis pars diafragmatica.
d) Recessus costomediastinalis anterior dextra et sinistra.
e) Recessus yang terletak di natara pleura parietalis pars costalis
dan pleural parietalis pars mediastinalis di bagian ventral.
f) Recessus costomediastinalis posterior dextra et sinistra.
g) Recessus yang terletak di antara pleural parietalis pars costalis dan
pleural parietalis pars mediastinalis di bgian dorsal.
b. Fisiologi Pleural
Fungsi mekanis pleural adalah meneruskan tekanan negative
thoraks kedalam paru-paru, sehingga paru- paru yang elastic dapat
mengembang. Tekanan pleural pada waktu istirahat (resting pressure)
dalam posisi tiduran adalah -2 sampai -5 cm Air (H2O), sedikit
betambah negative di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi
tekanan negative meningkat menjadi -25 sampai -35 cm Air (H2O).
Selain fungsi mekanis, seperti telah di singgung di atas, rongga
pleural steril karena mesothelial bekerja melakukan fagositosis benda
asing, dan cairan yang di produksinya bertindak sebagai lubrikans.
Cairan rongga pleural sangat sedikit, sekitar 0,3 ml/kg. bersifat
hipoonkontik dengan konsentrasi protein 1 g/dl. Gerakan pernapasan
dan gravitasi kemungkinan besar ikut mengatur jumlah produksi dan
19
resorbsi cairan rongga pleural. Resorbsi terjadi terutama pada
pembuluh limfe pleural parietalis , dengan kecepatan 0,1 sampai 0,15
ml/kg/jam.bila terjadi gangguan produksi dan reabsorbsi akan
mengakibatkan terjadinya Efusi Pleural.
Fungsi pleural yang lain mungkin masih ada karena belum
sepenuhnya dimengerti.
2. Konsep Dasar Medis
a. Definisi
Efusi Pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak antara permukaan visceral dan parietal. Merupakan proses
penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain (brunner and suddarth, 2001).
Efusi Pleural adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan
cairan dalam rongga pleural. Selain itu, dapat juga terjadi penumpukan
pus atau darah. Efusi Pleural merupakan suatu gejala penyakit yang
mengancam jiwa penderita.
Efusi Pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural,
proses penyakit primer jarang terjadi namaun biasanya terjadi sekunder
akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin
merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus
(baughman C Diane, 2000).
Efusi Pleural adalah adalah suatu keadaan ketika rongga pleural
dipenuhi oleh cairan (terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleural)
(Somantri, 2009).
20
Efusi Pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleural yang
terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain. Secara normal , ruang pleural mengandung sejumlah kecil
cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (smeltzer C suzanne,
2002).
Efusi Pleural adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan
cairan dalam rongga pleural. (Price C Sylvia, 1995)
b. Etiologi
Kelebihan cairan pada rongga pleural sedikitnya di sebabkan oleh
dari 4 mekanisme dasar :
1) Peningkaan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
2) Penurunan tekanan osmotic koloid darah
3) Peningkatan tekanan negative intrapleural
4) Adanya inflamasi atau neoplastik pleural
Penyebab efusi pleura :
1) Virus dan mikopasma
Insiden agak jarang, bila terjadi jumlahnya tidak banyak.
Contoh: echo virus , riketia, mikoplasma, clamydia.
2) Bakteri piogenik
Bakteri berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara
hematogen. Contoh aerob: streptokokus pneumonia, s. mileri, s.
aereus, hemopillus, klebsiella. Anaerob : bakteroides , seperti
peptostreptococcus, fusobacterium
21
3) Fungi
Sangat jaran terjadi, biasanya karena perjalanan infeksi fungi
dari jaringan paru. Contoh : aktinomikosis, koksisdiomikosis,
apergilus, kriptokokus, histoplasmosis,dll.
4) Parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke pleural hanya amoba.
Amoeba masuk dalam bentuk trozoid setelah melewati parenkim hati
menembus diafragma terus ke rongga pleura. Efusi terjadi karena
amoeba menimbulkan peradangan .
5) Kelainan intra abdominal
Contoh : pancreatitis, pseudokista pancreas atau eksaserbasi
akut, pancreatitis kronik, abses ginjal, dll.
6) Penyakit kolagen
Contoh : lupusritematosus sistemik (SLE) , arthritis rematoid
(RA), skelerodema.
7) Gangguan sirkulasi
Contoh : gangguan CV (payah jantung), emboli pulmonal ,
hipoalbuminemia.
8) Neoplasma
Gejala paling khas adalah jumlahcairan efusi sangat banyak
dan selalu berakumulasi kembali dengan cepat.
22
9) Sebab- sebab lain
Seperti : trauma (trauma tumpul, laserasi , luka tusuk , dll),
uremia , miksedema , limfedema, reaksi hipersensitif terhadap obat ,
efusi pleura idiopatik.
10) Hambatan resorbsi dari rongga pleural karena adanya bendungan
seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum,
sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
11) Pembentukan cairan yang berlebihan , karena radang (tuberculosis,
pnemonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang
menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan
berdarah dan karena trauma.
c. Patofisiologi
Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong antara
pleural tersebut, karena biasanya di sana hanya terdapat sedikit (10-20 cc)
cairan yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak secara
teratur. Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura,
sehingga mereka mudah bergeser satu sama lain. Dalam keadaan patologis
rongga antara kedua pleura ini dapat terisi dengan beberapa liter cairan atau
udara.
Diketahui bahwa cairan masuk ke dalam rongga melalui pleura
parietal dan selanjutnya keluar lagi dalam jumlah yang sama melalui
membran pleural viseralis via sistem limfatik dan vaskuler. Pergerakan
cairan dari pleura parietal ke pleura visceralis dapat terjadi karena adanya
perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotic. Cairan
23
kebanyakan diabsorbsi oleh sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang
diabsorbsi oleh sistem kapiler pulmonal.
Hal yang memudahkan penyerapan cairan pada pleural viseralis
adalah terdapatnya banyak mikrovili di sekitar sel-sel mesotelial. Luas efusi
pleura yang mengancam volume paru-paru, sebgian akan tergantung atas
kekakuan relatif paru-paru dan dinding dada. Dalam batas pernapasan
normal, dinding dada cenderung rekoil keluar sementara paru-paru
cenderung untuk recoil kedalam (paru-paru tidak dapat berkembang secara
maksimal melainkan cenderung untuk mengempis). (Somantri, 2008).
Pleural parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satu sama lain
dan hanya di pisahkan oleh selaput tipis cairan serosa. Lapisan cairan ini
memperlihatkan adanya keseimbangan antara transudasi dari kapiler-
kapiler pleural dan rabsorbsi oleh vena visceral dan parietal, dan saluran
getah bening.
Efusi pleural dapat berupa transudat atau eksudat. Transudat terjadi
pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah jantung
kongestif . kseimbanagan kekuatan meyebabkan pengeluaran cairan dari
pembuluh. Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia, seperti
pada penyakit hati dan ginjal, atau penekanan tumor pada vena kava.
Penimbuanan eksudat timbul sekunder dari peradangan atau keganasan
pleural, dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan
absorbsi getah bening.
Jika Efusi pleural mengandung nanah, di sebut empiema. Empiema
di akibatkan oleh perluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan
24
merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru-paru atau perforasi
karsinoma ke dalam rongga pleural. Empiema yang tidak ditangani dengan
drainage yang baik dapat membahayakan dinding thoraks. Eksudat akibat
peradangan akan mengalami organisasi, dan terjadi perlekatan fibrosa
antara pleura parietalis dan visceral. Ini di sebut dengan fibrothoraks. Jika
fibrothoraks luas maka dapat menimbulkan hambatan mekanisme yang
berat pada jaringan –jaringan yang terdapat di bawahnya.
d. Manifestasi Klinis
1) Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena
pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan
banyak, penderita akan sesak nafas.
2) Adanya gejala- gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil,
nyeri dada pleuritis (pnemonia), panas tinggi (kokus), subfebril
(tuberkulosis), banyak keringat, batuk, banyak riak.
3) Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
4) Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan dudukakan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat.bagian yang sakit akan kurang
bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada
perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melengkung (garis ellis damoiseu).
5) Didapati segitiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
di bagian atas garis ellis domiseu. Segitiga grocco – rochfus, yaitudaerah
25
pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi
daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
Tanda dan gejala Efusi pleural juga dapat Tergantung pada penyakit
dasarnya:
1) Sesak nafas
2) Rasa berat pada dada
3) Bising jantung (payah jantung)
4) Lemas yang progresif
5) BB menurun (pada neoplasma)
6) Batuk yang kadang –kadang berdarah (ca bronkus)
7) Demam subfebril (pada TB)
e. Klasifikasi
1) Eksudat
Ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau kavitas.Sebagai akibat
inflamasi oleh produk bakteri atau humor yang mengenai pleural
contohnya Tuberculosis (TBC), trauma dada, infeksi virus. Efusi
pleural mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif.
Tuberculosis (TBC), pneumonia, infeksi paru, sindroma nefrotik,
karsinoma bronkogenik, serosis hepatis, embolisme paru, infeksi
parasitik.(Smeltezer & Bare, 2002).
2) Transudat
Merupakan filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler
yang utuh, terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
dan reabsorbsi cairan pleural terganggu yaitu karena
26
ketidakseimbangan tekanan hidrostaltik atau ankotik.Transudasi
menandakan kondisi seperti asites, perikarditis. Penyakit gagal jantung
kongestik atau gagal ginjal sehingga terjadi penumpukan cairan
(Smeltezer dan Bare, 2002).
f. Komplikasi
1) Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum)
2) Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)
3) Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam, menyebabkan
udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis)
4) Laserasi pleura viseralis
g. Penanganan/Pengobatan
Pada Efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan
memakai pipa intubasi melalui sela iga. Bila cairan pusnya kental sehingga
kulit keluar atau bila empiemanya multikular, perlu tindakan operatif.
Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologi
atau larutan antiseptik (Betadine). Pengobatan secara sistemik hendaknya
segera diberikan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi
pengeluaran cairan yang adekuat.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi (pada
Efusi pleural maligna), dapat dilakukan pleurodesis yakni melengketkan
pleural viseralis dan pleural parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah
tetrasiklin (terbanyak dipakai) Bleomycin, Corynebacterium parvum, Thio-
tepa dan lain-lain.
Memicu reaksi antigen
body
27
Tujuan umum:
1) Untuk menemukan penyebab dasar
2) Untuk mencegah penumpukan kembali cairan
3) Menghilangakan ketidaknyamanan serta dispnea
Pengobatan spesifik di tujukan untuk penyebab dasar, misalnya :
gagal jantung kongestif (CHF), pneumonia, sirosis hepatis.
Tindakan yang dilakukan yaitu :
1) Torakosentesis
a) Untuk membuang cairan pleural
b) Mendapatkan specimen untuk analisis
c) Menghilangkan dispnea
2) Pemasangan selang dada atau drainage
Hal ini dilakukan jika torakosintesis menimbulkan nyeri, penipisan
protein dan elektolit.
3) Obat- obatan
Antibiotic , jika agen penyebab adalah kuman atau bakteri.
4) Penatalaksanaan cairan
5) Pemberian nitrogen mustard atau tetrasiklin melalui selang dada.
h. Pemeriksaan diagnostic
1) Sinar X dada: menyatakan akumulasi cairan pada area pleural ; dapat
menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
2) Gas darah arteri (GDA) : variable tergantung dari derajat fungsi paru
yang di pengaruhi , gangguan mekanik pernapasandan kemampuan
mengkompensasi. Tekanan partiel karbon dioksida dalam darah arteri
28
(PaCO2)kadang- kadang meningkat. Tekanan partiel oksigen dalam
darah arteti(PaO2)mungkin normal atau menurun; saturusasi oksigen
biasanya menurun
3) Torakosentesis : menyatakan cairan serisanguinosa
3. Konsep Dasar Keperawatan
a. Pengkajian
Menurut Wijaya & Putri (2013), pengkajian pada Efusi pleural
meliputi :
1) Identitas klien
Meliputi : nama, umur , jenis kelamin, status perkawinan, agama,
pendidikan, pekerjaan, dll.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan dahulu
Efusi pleural mungkin merupakan komplikasi gagal jantung
kongestif , Tuberculosis (TB) , pneumonia, infeksi paru (terutama
virus), sindrom nefrotik, penyakit jaringan ikat , dan tumor
neoplastik. Karsinoma malignansi bronkokogenik adalah malignasi
yang paling umum berkaitan dengan Efusi pleural. Efusi pleural
dapat juga tampak pada sisrosis hepatis, embolisme paru, dan
infeksi parasitic.
b) Riwayat Kesehatan sekarang
Manifestasi yang biasanya dirasakan oleh pasien adalah:
(1) Dispnea dengan aktiitas ataupun istirahat
29
(2) Nyeri dada unilateral , meningkat karena pernapasan , batuk ,
tajam dan nyeri, menusuk yang di perberat oleh napas dalam,
kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen.
(3) Kesulitan bernapas
c) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit paru,
jantung, ginjal, dll.
3) Data Dasar Pengkajian Pasien
Pemeriksaan bermacam-macam, tergantung pada jumlah akumulasi
cairan, kecepatan akumulusai dan fungsi paru sebelumnya.
a) Aktivitas / istirahat
Gejala: Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
b) Sirkulasi
Tanda :
(1) Takikardia
(2) Frekuensi tak teratur / distritmia
(3) S3 atau S4 / irama jantung gallop (gagal jantung sekunder
terhadap efusi) dan TD: hipertensi / hipotensi
c) Integritas ego
Tanda : ketakutan, gelisah.
d) Makanan / cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral.
e) Nyeri / kenyamanan (gejala tergantung pada ukuran organ yang
terlibat)
30
Gejala : nyeri dada unilateral, meningkat karena pernafasan dan
batuk tajam dan nyeri , menusuk yang di perberat oleh napas
dalam, kemungkinan menyebar ke leher , bahu , abdomen (Efusi
pleurel).
Tanda :
(1) Berhati-hati pada area yang sakit
(2) Perilaku distraksi dan mengkerutkan wajah
f) Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas , lapar napas , Batuk (Mungkin gejala
yang ada) Riwayat bedah dada / trauma , penyakit paru kronis,
Tanda :
(1) Pernapasan : peningkatan frekuensi / takipnea
(2) Peningkatan kerja napas , penggunaan otot aksesori pernapasan
pada dada, lehr , retraksi interkostal , ekspirasi abdominal akut
(3) Bunyi menurun atau tak ada (sisi yang terlibat)
(4) Fremitus menurun (sisi yang terlibat)
(a) Perkusi dada ; bunyi pekak di atas area yang terisi cairan
(b) Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama
(paradoksit ) bila trauma , penurunan pengembangan
torak (area yang sakit)
(c) Kulit: pucat , sianosis, berkeringat , krepitasi subkutan
(udara pada jaringan dengan palpasi)
(d) Mental : ansietas, gelisah , bingung , pingsan
(e) Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif / terapi
PEEP
31
b. Penyimpangan KDM (NANDA NIC-NOC, 2015)
Gagal jantung kiri
Obstruksi vena cava
Superior
Asietas pada sirosis hati
Dialisis periotonil
Obstruksi fraktus Urinarius
Terdapat jaringan
nekrotik Pada septa
Kongesti pada pembuluh
Limfe
Reabsorbsi cairan
terganggu
Peradangan pleura
Permaebal membran
kapiler meningkat
Gangguan tekanan kapiler
hidrostaltik dan koloid
osmotik intrapleura
Peningkatan tekanan
kapiler
sistematik/pulmonal
Penurunan tekanan
koloid ostomatik &
pleura
Penurunan tekanan
intra pleura
Transudat
Eksudat
Konsentrasi protein
cairan pleura meningkat
Cairan protein dari
getah bening masuk
rongga pleura
Sesak napas
Ekspansi paru
Gangguan pertukaran gas
Ketidakefektifan
pola napas
anoreksia
Penekanan pada abdomen
Penumpukan cairan pada
rongga pleura
Insufiensi oksigenasi
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gangguan metabolisme
O2
Intoleransi aktivitas
Energi berkurang Gangguan rasa
nyaman
Defisit perawatan
diri
Suplai O2
Drainase
Nyeri Resiko
infeksi
Resiko tinggi terhadap
tindakan drainase dada
32
c. Diagnosa keperawatan
Menurut Wijaya & putri (2013), diagnosa keperawatan utama
pada efusi pleura meliputi :
1) Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru (akumulasi cairan, gangguan muskuluskeletal,
nyeri/ansietas,proses inflamasi)
2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema,peningkatan produksi sputum,
nyeri pleuritik.
3) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan: perubahan membran
alveolar kapiler (efek inflamasi), gangguan kapasitas pembawa
oksigen darah.
4) Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi
sekret terhadap sirkulasi toksin, batuk menetap.
d. Intervensi Keperawatan
Menurut North American Nursing Diagnosis Association
(NANDA) tahun (2015) Berdasarkan diagnosis keperawatan diatas maka
diprioritaskan adalah :
1) Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru (akumulasi cairan, gangguan muskuluskeletal,
nyeri/ansietas,proses inflamasi)
33
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi
1 2 3 4
1
Definisi : inspirasi
dan/ atau ekspirasi
yang tidak
memberi ventilasi
Batasan
karakteristik:
a) Perubahan
kedalaman
pernapasan
b) Perubahan
ekskursi dada
c) Mengambil
posisi tiga titik
d) Bradipnea
e) Penurunan
ventilasi
semenit
f) Penurunan
kapasitas vital
g) Dispnea
h) Peningkatan
diameter
anterior-
posterior
i) Pernapasan
cuping-hidung
j) Ortopnea
k) Fase ekspirasi
memenjang
l) Pernapasan
bibir
m) Takipnea
n) Penggunaan
otot aksesorius
untuk bernapas
Faktor yang
berhubungan :
a) Ansietas
b) Posisi tubuh
c) Deformitas
tulang
d) Deformitas
dinding dada
e) Keletihan
f) Hiperventilasi
g) Sindrom
hipoventilasi
h) Gangguan
muskuloskeletal
i) Kerusakan
neurologis
j) Imaturitas
neurologis
k) Disfungsi
neuromuskular
NOC
a) Respiratory
status :
Ventilation
b) Respiratory
status ; Airway
patency
c) Vital sign
status
Kriteria Hasil :
a) Mendemonstra
sikan batuk
efektif dan
suara nafas
yang bersih,
tidak ada
sianosis dan
dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum,
mampu
bernafas
dengan mudah,
tidak ada
pursed lips)
b) Menunjukkan
jalan nafas
yang paten
(klien tidak
merasa
tercekik, irama
nafas,
frekuensi
pernafasan
dalam rentang
normal, tidak
ada suara nafas
abnormal
c) Tanda Tanda
vital dalam
rentang normal
(tekanan darah,
nadi,
pernafasan)
NIC
Airway Management :
a) Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
b) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c) Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
d) Pasang mayo bila perlu
e) Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
f) Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
g) Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
h) Lakukan suction pada mayo
i) Berikan bronkodilator bila
perlu
j) Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
k) Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
l) Monitor respirasi dan status
O2.
Terapi Oksigen
a) Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
b) Pertahankan jalan nafas
yang paten
c) Atur peralatan oksigenasi
d) Monitor aliran oksigen
e) Pertahankan posisi pasien
f) Onservasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
g) Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
a) Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
b) Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
c) Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
d) Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
e) Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
f) Monitor kualitas dari nadi
g) Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
34
1 2 3 4
l) Obesitas
m) Nyeri
n) Kelebihan otot
pernapasan
cedera medula
spinalis
h) Monitor suara paru
i) Monitor pola pernapasan
abnormal
j) Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
k) Monitor sianosis perifer
l) Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
m) Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
Tabel 2.1
Tabel Rencana Keperawatan Pola Nafas Tidak efektif
2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema,peningkatan produksi sputum,
nyeri pleuritik.
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi
1 2 3 4
2 Definisi : ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi
atau obstruksi dari
saluran napas untuk
mempertahankan
bersihan jalan
Batasan karakteristik :
a) Tidak ada batuk
b) Suara napas
tambahan
c) Perubahan frekuensi
napas
d) Sianosis
e) Perubahan irama
napas
f) Kesulitan
berbicara/mengeluar
kan suara
g) Pernurunan bunyi
napas
h) Dispnea
i) Sputum dalam
jumlah yang
berlebihan
j) Batuk yang tidak
efektif
k) Ortopnea
NOC
a) Respiratory
status :
Ventilation
b) Respiratory
status : Airway
patency
Kriteria Hasil :
a) Mendemonstras
ikan batuk
efektif dan
suara napas
yang bersih,
tidak ada
sianosis dan
dispnea
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernapas
dengan mudah,
tidak ada,
pursed lips)
b) Menunjukkan
jalan napas
yang paten
(klien tidak
merasa
NIC
Airway suction
a) Pastikan kebutuhan
oral/ tracheal
suctioning
b) Auskultasi suara napas
sebelum dan sesudah
suctioning
c) Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang suctioning
d) Minta klien napas
dalam sebelum
suctioning
e) Berikano oksigen
dengan menggunakan
nasal untuk
memfasilitasi suksion
nasotrakeal
f) Gunakan alat yang
steril setiap
melakukan tindakan
g) Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas
dalam setelah kateter
dikeluarkan dari
nasotrakeal
h) Monitor status oksigen
35
1 2 3 4
l) Gelisah
m) Mata terbuka lebar
Faktor yang
berhubungan :
Lingkungan
a) Perokok pasif
b) Menghisap asap
rokok
c) Merokok
Obstruksi jalan napas
a) Spasme jalan napas
b) Mukus dalam jumlah
berlebihan
c) Eksudat dalam
alveoli
d) Materi asing dalam
jalan napas
e) Adanya jalan napas
buatan
f) Sekresi yang
tertahan/sisa sekresi
g) Sekresi dalam bronki
Fisiologis
a) Jalan napas alergik
b) Asma
c) Penyakit paru
obstruksi kronis
d) Hiperplasia dinding
bronkial
e) Infeksi
f) Disfungsi
neuromuskular
tercekik, irama
c) napas, frekuensi
pernapasan
dalam batas
normal, tidak
ada napas batas
abnormal)
d) Mampu
mengidentifikas
ikan dan
mencegah
faktor yang
dapat
menghambat
jalan napas.
pernapasan
i) Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suksion
j) Hentikan suksion dan
berikan oksigen
apabila pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan saturasi
Oksigen, dll
Airway Management
a) Buka jalan napas
gunakan tehnik chin
lift atau jaw thrust bila
perlu
b) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
c) Identifikasi pasien
perlunya
Pemasangan alat jalan
napas buatan
d) Pasang mayo bila
perlu
e) Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
f) Keluarkan secret
dengan batuk atau
suction
g) Auskultasi suara
napas, catat adanya
suara tambahan
h) Lakukan suction pada
mayo
i) Berikan bronkodilator
bila perlu
j) Berikan pelembab
udara kassa basah
NaCl Lembab
k) Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbanganMonitor
respirasi dan status
oksigen
Tabel 2.2
Tabel Rencana Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
36
3) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan: perubahan membran
alveolar kapiler (efek inflamasi), gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah.
No Diagnosa
keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1 2 3 4
Definisi :
kelebihan atau
defisit pada
oksigenasi
da/atau eliminasi
karbon dioksida
pada membran
alveolar-kapiler.
Batasan
Karakteristik :
a) pH darah
arteri
abnormal
b) pH arteri
abnormal
c) pernapasan
abnormal(mis
. Kecepatan,
irama dan
kedalaman
d) warna kulit
abnormal
(mis.pucat,ke
hitaman
e) konfusi
f) sianosis (pada
neonatus saja)
g) diaforesis
h) dispneu
i) sakit kepala
saat bangun
j) Hiperkapmia
k) Hipoksemia
l) Ititabilitas
m) Napas cuping
hidung
n) Gelisah
o) Samnolen
p) Takikardi
q) Gangguan
penglihatan
Faktor yang
Berhubungan:
a) Perubahan
memrane
alveolar-
kapiler
NOC
a) Respiratory Status:
Gas Exchange
b) Respiratory Status:
Ventilations
c) Vital Sign Status
Kriteria Hasil
a) Mendemonstrasika
n
peningkatan ventilasi
dan oksigenasi yang
adekuat
b) Memelihara
kebersihan paru-
paru dan bebas dari
tanda-tanda distress
pernapasan
c) Mendemonstrasika
n batuk efektif dan
suara napas yang
bersih, tidak ada
syanosis dan
dipsneu (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernapas dengan
mudah, tidak ada
pursed lip)
d) Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal
NIC
Airway Management
a) Buka jalan napas, gunakan
teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
b) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c) Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan
napas buatan
d) Pasang mayo bila perlu
e) Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
f) Keluarka secret dengan
batuk atau suction
g) Auskultasi suara napas,
catat adanya suara
tambahan
h) Berikan bronkodilator bila
perlu
i) Berikan pelembab udara
kassa basah NaCl lembab
j) Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
k) Monitor respirasi dan status
O2
Respiratory Monitoring
a) Monitor rata-
ratamkedalaman,irama dan
usaha respirasi
b) Catat pergerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular
dan intercostal
c) Monitor suara napas, seperti
dengkur
d) Monitor pola
napas:bradipne, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes,biot
e) Catat lokasi trakea
f) Monitor kelelahan otot
diafragma(gerakan
paradoksis)
g) Auskultasi suara napas
37
1 2 3 4
b) Ventilasi-
perfusi
catat area penurunan/tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
h) Tentukan kebutuhan suction
Dengan mengauskultasi
crakles
dan ronkhi pada jalan napas
Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
Tabel 2.3
Tabel Rencana Keperawatan Kerusakan Pertukaran Gas
4) Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi
sekret terhadap sirkulasi toksin, batuk menetap.
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan & Kriteria
Hasil Intervensi
1 2 3 4
4
Definisi:
pengalaman sensori
dan emosional yang
tidak menyenangkan
yang muncul akibat
kerusakan jaringan
yang aktual atau
potensial atau
digambarkan dalam
hal kerusakan
sedemikian rupa
(International
Associstion for The
Study of pain):
awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari
intensitas ringan
hingga berat dengan
akhir yang dapat di
antisipasi atau
diprediksi dan
berlangsung <6 bulan
Batasan Karakteristik
:
a) Perubahan selera
makan
b) Perubahan tekanan
darah
c) Perubahan
frekwensi jantung
NOC
a) Pain Level
b) Pain Control
c) Comfort Level
Kriteria Hasil:
a) Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu,
menggunakan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
b) Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
c) Mampu mengenali
nyeri(skala,
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
d) Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
e) Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
NIC :
Pain Management
a) Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
b) Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
c) Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
d) Kaji kultur yang
mempengaruhi respons
nyeri
e) Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
f) Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
g) Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari
38
1 2 3 4
d) Laporan isyarat
e) Diaforesis
f) Perilaku difraksi
(Mis,. Berjalan
mondar-mandir-
mandir mencari
orang lain dan atau
aktivitas lain,
aktivitas yang
berulang)
g) Mengepresikan
perilaku (mid.,
gelisah, merengek,
menangis)
h) Masker wajah
(misalnya: mata
kurang bercahaya,
tampak kacau,
gerakan mata
berpencar atau
tetap pada satu
fokus meringis)
i) Sikap melindungi
area nyeri
j) Fokus
menyempit(mis.
Gangguan persepsi
nyeri, hambatan
proses berfikir,
penurunan interaksi
dengan orang dan
lingkungan)
k) Indikasi nyeri yang
dapat diamati
l) Perubahan posisi
untuk menghindari
nyeri
m) Sikap tubuh
melindungi
n) Dilatasi pupil
o) Melaporkan nyeri
secara verbal
p) Gangguan tidur
Faktor Yang
Berhubungan :
a) Agen cedera(mis.,
biologis, zat
kimia, fisik,
psikologis)
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
h) Kurangi faktor
presipitasi nyeri
i) Pilih dan lakukan
penanganan
nyeri(farmakologi, nun
farmakologi dan
interpersonal)
j) Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
k) Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
l) Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
m) Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
n) Tingkat istirahat
o) Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
p) Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic
Administration
a) Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
b) Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
c) Cek riwayat alergi
d) Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
e) Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
f) Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
g) Pilih rute pemberian
melalui IV, IM untuk
pengobatan nyeri
39
Tabel 2.4
Tabel Rencana Keperawatan Nyeri
e. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama
dan sesudah pelaksanaan serta menilai data yang baru (Nikmatur R. &
Saiful, 2012)
f. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur R & Saiful, 2012)
1 2 3 4
secara teratur
h) Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
i) Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
j) Evaluasi efektivitas
Andlgesik, tanda dan
gejala
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah studi
kasus. Studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah
keperawatan dengan batasan terperinci memiliki pengambilan data yang
mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi.
Penelitian studi kasus ini adalah studi kasus mengeksplorasi masalah
Asuhan Keperawatan Pada Klien yang Mengalami Efusi Pleural dengan
Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas.
B. Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami Efusi
Pleural di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Secara lebih khusus subjek
penelitian adalah pasien Efusi Pleural dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Nafas di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
C. Fokus Studi
Fokus studi dalam penelitian ini adalah Efusi Pleural dengan masalah
Keperawatan Ketidak efektifan Bersihan Jalan Nafas.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut.
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :
a) Klien yang mengalami Efusi Pleural dengan Masalah
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
b) Klien bersedia menjadi klien
41
c) Di rawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
d) Klien yang tidak ada batuk/tidak efektif
e) Klien yang mengalami Dispnea
f) Klien yang mengalami penurunan suara napas
g) Klien yang mengalami perubahan irama napas dan frekuensi
pernapasan
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu :
a) Pasien yang dipulangkan sebelum 3 hari perawatan
b) Pasien yang mengalami perubahan diagnosa medis
D. Definisi Operasional
1. Efusi Pleural adalah adalah suatu keadaan ketika rongga pleural dipenuhi
oleh cairan (terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleural).
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas adalah Ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan nafas.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian atau alat pengumpulan data merupakan suatu alat
untuk memperoleh data. Alat ini harus dipilih sesuai dengan jenis data yang
diinginkan dalam penelitian.
1. Lembar wawancara
2. Lembar observasi
42
F. Metode Pengumpulan Data
Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang
digunakan :
1. Wawancara
Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang-dahulu-keluarga dll). Sumber data dari
pasien, keluarga, dan perawat lainnya.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik pada sistem tubuh pasien
3. Studi dokumentasi (hasil dari pemeriksaan diagnostic)
G. Lokasi Dan Waktu Penelitian (Jadwal Penelitian)
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar pada tanggal
06 februari-06 maret 2017.
Alasan penulis mengambil lokasi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
karena lokasinya strategis dekat dari kampus Akper Mappaoudang Makassar.
Jadwal penelitian: Penelitian ini direncanakan akan berlangsung kurang lebih
selama 2 bulan.
No Jenis kegiatan
Bulan (2017) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Persiapan
2. Konsul judul
proposal
3. Acc judul
proposal
4. Penyusunan
proposal
5. Penelusuran
pustaka
6. Seminar pustaka
43
1 2 3 4 5 6 7 8 9
7. Pengumpulan data
8. Analisis dan
Penyusunan
laporan
9. Ujian akhir KTI
Tabel 3.1
Tabel Jadwal Penelitian
H. Analisis Data Dan Penyajian Data
Analisis data menurut Patton merupakan proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola kategorisasi, dan satuan uraian
dasar. Menurut Bogdan dan Biklen analisis data adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesisnya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceriterakan pada orang lain.
I. Etika Penelitian
Etika penelitian meliputi :
1. Informed consent (informasi untuk responden)
Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan
informan dengan memberikan persetujuan melalui imform consent, dengan
memberikan lembar persetujuan kepada responden sebelum penelitian
dilaksanakan. Setelah calon responden memahami atas penjelasan peneliti
terkait penelitian ini, selanjutnya peneliti memberikan lembar informed
consent untuk ditandatangani oleh sampel penelitian.
44
2. Anonimity (tanpa nama)
Merupakan usaha menjaga kerahasian tentang hal-hal yang berkaitan
dengan data responden. Pada aspek ini peneliti tidak mencantumkan nama
responden pada kuesioner dan hanya diberikan kode atau nomor responden
3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin
kerahasiannya oleh peneliti. Pada aspek ini, data yang sudah terkumpul dari
responden benar-benar bersifat rahasia dan penyimpanan dilakukan di file
khusus yang benar-benar milik pribadi sehingga hanya peneliti dan respon
yang mengetahuinya.
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar adalah sebuah Rumah
Sakit Polri yang berada di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Rumah Sakit
ini beralamat di Jalan Letjen Pol. Mappa Oudang No.63 Makassar
Telepon 0411-830841. Di sebelah Selatan samping kiri berbatasan
dengan Jl. Mallobassang, di sebelah Timur bagian belakang Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar berbatasan dengan Jl. Kumala, dan sebelah Utara
samping kanan Rumah Sakit Bhayangkara Makassar berbatasan dengan
Kampus Akper Mappoudang Makassar dan sebelah Barat berbatasan
dengan Jl. Letjen Pol. Mappa Oudang . Dimana Rumah sakit
Bhayangkara terdapat 17 ruangan dimana tempat penelitian yang saya
ambil adalah ruang perawatan kenari dimana ruangan perawatan kenari
terdapat ruangan perawat dan terdapat 3 jenis kamar kelas yaitu
VIP,kelas 1 dan kelas 2 dimana VIP berjumlah 1 kamar, kelas 1
berjumlah 2 kamar , dan kelas 2 berjumlah 5 kamar.
2. Karakteristik Partisipan ( Identitas Klien )
a. Identitas Klien
Nama : Ny. “ A “
Usia : 80 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
45
46
Suku : Makassar
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : IRT
No. RM : 255797
Tanggal Masuk RS : 08/02/2017
Tanggal Pengkajian : 13/02/2017
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. “ S “
Usia : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan dengan klien : Anak
3. Data Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Pengumpulan Data
a) Keluhan Utama
(1) Keluhan utama : Sesak napas
(2) Faktor pencetus : Terjadi saat istirahat atau
selama kegiatan
(3) Lamanya keluhan : ±10 menit
(4) Faktor yang memperberat : Saat berbaring dan saat
beraktivitas
(5) Upaya yang dilakukan : Saat klien duduk dan
menarik nafas dalam
(6) Diagnosa medic : Efusi Pleural
47
b) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan Batuk dan Sesak nafas dialami ±
6 hari yang lalu, 2 hari dirumah sesak dan batuk kemudian
dibawa kerumah sakit Bhayangkara sejak tgl 08 februari
2017
(2) Riwayat Kesehatan Lalu
Klien mengatakan pernah di rawat di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar dengan keluhan yang sama yaitu
sesak nafas dan batuk.
(3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram 3 generasi
G4
80
?
G2
G1
G3
55 ? ?
48
Keterangan :
= Laki-laki = Garis Keturunan
= Perempuan = Klien
= Sudah Meninggal = Umur tidak diketahui
= Garis Serumah
G1 : Kakek dan nenek klien sudah meninggal karena usia
G2 : Ayah klien anak ke3 dan Ibu klien anak ke2. Ayah
dan Ibu Klien sudah meninggal karena faktor usia
G3 : Klien anak ke3 dari 4 bersaudara
c) Riwayat Psikososial
(1) Pola Konsep Diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera
pulang kerumahnya.
(2) Pola Kognitif
Klien mengetahui bahwa penyakitnya jantung,
tetapi tidak mengetahui secara keseluruhan.
(3) Pola Koping
Klien berharap dapat sembuh dari penyakitnya.
(4) Pola Interaksi
Klien mampu berinteraksi dengan Perawat dan dokter.
d) Riwayat Spritual
(1) Keadaan klien beribadah
Klien mengatakan sebelum sakit rajin beribadah.
? ?
49
(2) Dukungan keluarga klien
Klien mengatakan keluarga sangat mendukung
terhadap kesembuhan klien.
(3) Ritual yang biasa dilakukan
Klien mengatakan tidak ada ritual khusus yang
biasa dilakukan.
e) Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan Umum
(a) Tanda-tanda distres
Klien tampak lemah,Ekspresi wajah klien
tampak datar,Penampilan klien tampak sesuai dengan
usianya,Klien tampak tidak banyak bicara dan tidak
bersemangat dan Tinggi badan 155 cm dan berat
badan 50 kg
(b) Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 110/90 mmHg
Nadi : 108 x /mnt
Pernafasan : 26 x/mnt
Suhu : 36,5oC
(c) Sistem Pernapasan
1. Hidung
Hidung simetris kanan dan kiri,
pernapasan cuping hidung,Tidak ditemukan adanya
polip dan Tidak terdapat apistaksis
50
2. Leher
Inspeksi : Tidak tampak adanya pembesaran
kelenjar tyroid ataupun kelenjardan
tampak ada lendir pada saat batuk.
Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar
tyroid dan kelenjar limfe serta tidak
ada nyeri tekan.
3. Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Bunyi pekak diatas area yang terisi
cairan
Auskultasi : Terdengar bunyi nafas tambahan
yaitu ronchi (+)
(d) Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Tidak ditemukan adanya anemia, Bibir
tampak kering dan ukuran jantung
normal
Palpasi : Teraba arteri carotis kuat
Auskultasi : Bunyi jantung : I = Lup, II = Dup, tidak
terdengar bunyi jantung tambahan
51
(e) Sistem Pencernaan
1. Abdomen
Inspeksi : Warna kulit tidak ada kelainan,
Tidak tampak Vena yang
melintang diperut, gerakan
abdomen mengikuti irama
pernapasan.
Perkusi : Redup
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
teraba adanya pembesaran hepar
Auskultasi : Tidak ada bising usus
(f) Sistem Indera
1. Mata
Inspeksi : Bulu mata dan alis tumbuh dengan
baik,Mampu membuka mata secara
spontan dan Bola mata dapat bergerak
kesegala arah.
Palapasi : Tidak ada nyeri tekan.
2. Hidung
Inspeksi : Bentuk hidung simetris,tidak terdapat
secret,Tidak ada polip dan Fungsi
penciuman klien baik dapat
membedakan bau dan Klien tidak
mimisan.
52
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
3. Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga simetris kanan dan kiri
dan Tidak ada pembengkakan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan Kedua daun
telinga lentur.
(g) Sistem Syaraf
1. Fungsi Cerebral
a. Status mental
Orientasi baik, klien dapat membedakan
waktu, tampak daya ingat baik.
b. Kesadaran : Composmentis (sadar penuh)
Eyes : Membuka mata secara spontan : 4
Motorik : Mengikuti perintah : 6
Verbal : Orientasi baik : 5 +
Skor Glasgow Coma Scale (GCS) 15
c. Bicara ekspresive
Klien dapat mengungkapkan perasaannya
dan berbicara dengan pelan dan jelas.
d. Bicara receptive
Klien mampu menjawab semua
pertanyaan yang diberikan.
53
2. Fungsi Cranial
a. Nervus I (olfactorius)
Klien dapat membedakan bau-bau yang ada
disekitarnya.
b. Nervus II (Optikus)
Klien dapat melihat objek yang ada
disekitarnya.
c. Nervus III, IV, VI : (Okulomotorius, toklear dan
obduser)
Klien mampu menggerakkan bola matanya
dan mampu melihat kesegala arah.
d. Nervus V (Trigeminal)
Klien mampu mengunyah dengan baik.
e. Nervus VII (Fasial)
Klien dapat merasakan ransangan pada
wajah.
f. Nervus VIII (Vestibula Koklear)
Pendengaran klien baik
g. Nervus IX (Elasofaringus)
Klien dapat mengontrol pengeluaran
salivanya
h. Nervus X (Vagus)
Ransangan muntah ada, kemampuan menelan baik
54
i. Nervus XI (Aksesoris Spinal)
Gerakan otak lemah
j. Nervus XII (Hipoglesus)
Gerakan lidah baik, tidak tremor
3. Fungsi motorik
Massa otot, tonus otot, dan kekakuan otot
sedikit menurun
4. Fungsi sensorik
Klien dapat membedakan suhu panas dan dingin
5. Fungsi serebellum
Koordinasi baik, mampu menunujukkan ibu jari
6. Refleks fisiologis
Bisep (+/+), trisep (+/+), Patella (+/+)
Reflex patologis : Babinski : telapak kaki diberi
ransangan berupa goresan ibu jari kaki klien akan
bergerak.
(h) Sistem Muskuloskeletal
1. Kepala
Bentuk kepala bulat, tidak ada peradangan,
rambut tidak mudah dicabut, tidak ada nyeri tekan.
2. Vertebra
Tidak menunjukkan adanya kelainan bentuk
seperti scoliosis, lordosis, dan kifosis.
55
3. Lutut
Kedua lutut dapat digerakkan dengan
pergerakan lambat, dan tidak tampak oedema.
4. Kaki
Kedua kaki tidak dapat digerakkan tetapi
dengan pergerakan yang lambat dan tidak tampak
bengkak pada kaki
5. Tangan
Tangan kanan klien kurang mampu
menggerakkan serta menahan tekanan, dan tangan kiri
tampak tidak ada.
(i) Sistem Integumen
1. Rambut
Rambut berwarna putih, keadaan rambut tampak
kurang rapi
2. Kulit
Warna kulit langsat berkeriput
3. Kuku
Kuku pendek dan bersih
(j) Sistem Endokrin
1. Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
2. Ekskresi urine normal
(k) Sistem imun
Tidak ada riwayat alergi makanan, obat-obatan
56
f) Aktivitas Sehari-Hari
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Nutrisi
a. Selera makan
b. Menu makan
c. Porsi makan
d. Frekuensi makan
e. Cara makan
Cairan
a. Jenis
b. Jumlah
c. Pemenuhan cairan
Eliminasi
a. BAK
1. Tempat pembuangan
2. Warna
3. Bau
4. frekuensi
b. BAB
1. Tempat pembuangan
2. Warna
3. Bau
4. Frekuensi
Istirahat / tidur
a. Siang
b. Malam
Personal hyiegiene
a. Mandi
1. Cara
2. Frekuensi
b. Gosok gigi
1. Cara
2. Frekuensi
c. Cuci rambut
1. Cara
2. Frekuensi
Aktivitas mobilisasi
Olahraga
Rekreasi
Baik
Nasi, Ikan, Sayur
1 piring
3 x sehari
Makan sendiri
Air putih
6-8 gelas/hari:1250 cc-
1750 cc
Oral
Wc
Kuning
Amoniak
4-5 x/hari
Wc
Kuning
Menyengat
1 x/hari
14:00-15:00/1 jam
22:00-05:30/7 jam
Jumlah: 8 jam/hari
Mandi sendiri
2 x sehari
Gosok gigi sendiri
2 x sehari
Cuci rambut sendiri
2 x sehari
Beraktivitas mandiri
Jarang olahraga
Menonton tv
Kurang
Bubur
5-7 sendok dimakan
3 x sehari
Dibantu keluarga
Air putih
4-6 gelas/hari:1000 cc-
1250 cc
Oral
Wc
Kuning pucat
Amoniak
2-3 x/hari : 1000 cc
Wc
Kuning
Menyengat
1 x/hari
14:00-14:30/30 mnt
00:45-04:00/3 jam
Jumlah : 3 ½ jam/hari
Belum pernah
mandi
Belum pernah gosok
gigi
Belum pernah keramas
selama sakit
Aktivitas dibantu
keluarga
Tidak pernah
Tidak pernah
Tabel 4.1
Tabel Aktivitas Sehari-hari
57
g) Pemeriksaan Diagnostik
(1) Pemeriksaan Radiologi Tanggal : 7 Februari 2017
Kesan : Efusi Pleural Bilateral
(2) Pemeriksaan Laboratorium
(a) Darah Rutin
Jenis
Pemeriksaan
Hasil Satuan Nilai Normal
WBC
HGB
HCT
PLT
6,55
13,6
41,0
250
uL
g/dL
%
10^3/uL
40-10,0
12,0-18,0
37,0-54,0
150-400
Tabel 4.2 Tabel Darah Rutin
(b) Kimia Darah
Jenis
pemeriksaan
Hasil Nilai
Normal
Jenis
pemeriksaan
Has
il
Nilai
Normal
1 2 3 4 5 6
Glukosa
Random
Glukosa Puasa
Glukosa 2 JPP
Cholesterol
HDL
Cholesterol
LDL
Cholesterol
Trigliserida
Uric Acid
Ureum
Creatinin
HBsAg
H I V
200
13
0,68
100-140
mg/dl
80-125
mg/dl
100-140
mg/dl
<200 mg/dl
L > 35 mg/dl
P > 45 mg/dl
<150 mg/dl
<150 mg/dl
L 3,4-7,0
mg/dl
P 2,4-6,0
mg/dl
10-50 mg/dl
L 0,6-2,0
mg/dl
P 0,5-1,2
mg/dl
NEGATIF
Bilirubin
Total
Bilirubin
Direk
SGOT 37ºC
SGPT 37ºC
Alk.Phosfat
37ºC
Protein Total
Albumin
Globulin
Natrium
Kalium
Chlorida
Calsium
Magnesium
121
3,52
87
Up to 1,0
mg/dl
Up to 0,25
mg/dl
L 37/P 31 u/l
L 42/P 32 u/l
L.80-306 u/l
P 64-306 u/l
6,6-8,0 gr%
3,8-4,0 gr%
3,8-5,0 gr%
136-145
mmol/L
3,5-5,1mmol
98-106mmol
2,02-2,60
mmol/L
0,8-1,0
mmol/L
NEGATIF
58
1 2 3 4 5 6
H I V
Anti HCV
NARKOBA
NON
REAKTIF
NON
REAKTIF
NEGATIF
BTA
SPUTUM
HCV
VDRL
NON
REAKTIF
NON
REAKTIF
Tabel 4.3
Tabel Kimia Darah
h) Therapi
(1) Terapi O2 3 lpm : Untuk memenuhi kebutuhan
O2 yang adekuat dalam
darah
(2) Spinarolacton 50 mg 2x1 : Mencegah penimbunan
cairan dalam tubuh/untuk
pernapasan (sesak napas)
(3) Inj. Lasix 1 amp/ 8 jam : Untuk mengurangi cairan
dalam tubuh
(4) Ranitidin 1 amp/ 12 jam : Untuk menekan sekresi atau
pembentukan asam lambung
(5) Nebulizer dengan Combiven : Melonggarkan jalan napas
2) Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
1 2
a) Klien mengatakan batuk berlendir
b) Klien mengatakan sesak napas
c) Klien mengatakan perasaannya
lemas
d) Klien mengatakan susah tidur
e) Klien mudah terbangun pada
malam hari
a) Tampak ada lendir saat batuk
b) Klien tampak sesak napas
c) Klien tampak lemas
d) Tampak klien sesak saat
beraktivitas
e) Pola napas cepat dan dangkal
f) Terdengar suara ronchi (+)
g) Konjungtiva tampak anemis
h) Klien tampak pucat
i) Klien tampak mengantuk
59
1 2
j) Tanda-tanda vital
TD : 110/90 mmHg
N : 108 x /mnt
P : 26 x/mnt
S : 36,5oC
Tabel 4.4
Tabel Klasifikasi Data
3) Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
1 2 3 4
1. Data Subjektif :
a. Klien
mengatakan
batuk
berlendir
b. Klien
mengatakan
sesak napas
c. Klien
mengatakan
perasaannya
lemas
Data Objektif
a. Tampak
lendir pada
saat batul
b.Klien tampak
sesak napas
c.Klien tampak
lemas
d.Tampak klien
sesak saat
beraktivitas
e. TTV
TD:110/70
N : 88x/i
S :36ºC
P :26x/i
Payah jantung kongesti
Bendungan paru
Peningkatan tekanan vena
Pulmonalis
((a)) Transudasi
Penumpukan cairan dalam rongga
pleura
Daya kembang paru tidak normal
Kompensasi tubuh untuk
mendapatkan suplay O2 kedarah
yaitu dengan meningkatkan
frekuensi nafas
Ketidakefektifan bersihan jalan
napas
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas
2. Data Subjektif :
a. Klien
mengatakan
sesak napas
Data Objektif :
a. Klien tampak
sesak
b.Klien Tampak
Pucat
c.Terdengar
suara ronchi
(+)
Adanya penumpukan cairan pada
rongga pleura
Ketidakefektifan pola napas
Ketidakefektifan
pola napas
60
1 2 3 4
d.pola napas
cepat dan
dangkal
3. Data Subjektif :
a. Klien
mengatakan
susah tidur
b. Klien mudah
terbangun
pada malam
hari
Data Objektif :
a. Konjungtiva
Tampak
anemis
b. Klien tampak
mengantuk
Sesak nafas menyebabakan
peningkatan kerja otot bantu
pernapasan
Meransang susunan saraf simpatis
teransang untuk memicu RAS
Mengaktifkan kerja organ tubuh
REM menurun
Pasien terjaga
Gangguan tidur
Gangguan tidur
Tabel 4.5
Tabel Analisa Data
b. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan
napas berhubungan dengan
inflamasi trakeobronkial,
peningkatan produksi sputum,
11 februari 2017 12 februari 2017
2. Ketidakefektifan pola napas
berhubungan dengan adanya
penumpukan cairan pada pleura
11 februari 2017 12 februari 2017
3 Gangguan tidur berhubungan
dengan Retikulasi Activity System
(RAS) teraktifasi akibat
peningkatan kerja otot-otot
pernafasan
11 februari 2017 12 februari 2017
Tabel 4.6
Tabel Diagnosa Keperawatan
61
c. Perencanaan/Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1 2 3 4
1. Ketidakfektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan
edema,peningkatan produksi sputum,
nyeri pleuritik, ditandai dengan
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan batuk berlendir
b. Klien mengatakan sesak napas
c. Klien mengatakan nyeri dada
c. Klien mengatakan perasaannya lemas
Data Objektif :
a.Klien tampak batuk
b.Klien tampak sesak napas
c. Klien tampak lemah
d. Tanda-tanda Vital
TD :110/70 mmHg
N : 88x/i
S : 36ºC
P : 26x/i
NOC
a) Respiratory status : Ventilation
b) Respiratory status : Airway
patency
Kriteria Hasil :
a) Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara napas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dispnea (mampu
mengeluarkan sputum, mampu
bernapas dengan mudah, tidak ada,
pursed lips)
b) Menunjukkan jalan napas yang
paten (klien tidak merasa tercekik,
irama napas, frekuensi pernapasan
dalam batas normal, tidak ada
napas batas abnormal)
c) Mampu mengidentifikasikan dan
mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan napas.
NIC
a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b) Auskultasi suara napas, catat adanya suara
tambahan
c) Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi (
posisi semi fowler )
d) Bantu dan ajarkan klien batuk efektif
e) Bantu dan ajarkan klien tehnik napas dalam
efektif
2. Ketidakfektifan Pola nafas berhubungan
dengan dengan adanya penumpukan
cairan pada pleura
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan sesak napas
Data Objektif :
a. Klien tampak sesak
b.Klien Tampak Pucat
NOC
a) Respiratory status : Ventilation
b) Respiratory status ; Airway
patency
c) Vital sign status
Kriteria Hasil :
a) Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis Dan dispnea (mampu
mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
NIC
a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
d) Auskultasi suara napas, catat adanya suara
tambahan
62
1 2 3 4
c.Terdengar suara ronchi (+)
d.pola napas cepat dan dangkal
b) Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal
c) Tanda Tanda vital dalam rentang
normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
3. Gangguan tidur berhubungan dengan
RAS (retikulasi activity system) teraktifasi
akibat peningkatan kerja otot-otot
pernafasan
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan susah tidur
b. Klien mudah terbangun
Data Objektif :
a. Konjungtiva tampak
anemis
NOC: a) Anxiety Control b) Comfort Level c) Pain Level d) Rest : Extent and Pattern a) Sleep : Extent ang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Perubahan
pola tidur pasien teratasi dengan kriteria hasil:
a) Jumlah jam tidur dalam batas normal
b) Pola tidur,kualitas dalam batas normal
c) Perasaan fresh Sesudah tidur/istirahat
NIC : a) Kaji pola tidur klien
b) Ciptakan suasana tenang
c) Berikan motivasi kpd klien tentang
pentingnya tidur cukup
d) Nilai adanya faktor yang menunjang
terjadinya gangguan pola tidur
Tabel 4.7
Tabel Perencanaan/Intervensi Keperawatan
63
d. Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Hari I Hari II
Jam Implementasi Jam Implementasi
1 2 3 4 5
Ketidakfektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan
edema,peningkatan produksi sputum,
nyeri pleuritik
10.10
10.15
10.20
10.25
10.30
1) Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR
Hasil : TD : 110/70 mmHg
N : 88x/i
S : 36ºC
RR : 26x/i
2) Mengauskultasi suara napas
Hasil : terdengar suara ronchi (+)
3) Memposisikan untuk
memaksimalkan ventilasi ( posisi
semi fowler )
Hasil : Klien mengatakan nyaman
4) Membantu dan mengajarkan klien
batuk efektif
Hasil : Klien mengerti dan mau
melakukannya
5) Membantu dan Mengajarkan tehnik
napas dalam
Hasil : Klien mengerti dan mau
melakukannya
11.00
11.10
11.15
11.20
11.30
1) Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR
Hasil : TD : 110/70 mmHg
N : 80x/i
S : 36ºC
RR :20x/i
2) Mengauskultasi suara napas
Hasil : sudah tidak terdengar suara
ronchi (+)
3) Memposisikan untuk memaksimalkan
ventilasi ( posisi semi fowler )
Hasil : Klien tampak nyaman
4) Membantu dan mengajarkan klien
batuk efektif
Hasil : Klien mengerti dan mau
melakukannya
5) Membantu dan Mengajarkan tehnik
napas dalam
Hasil :Klien mengerti dan mau
melakukannya
Ketidakefektifan pola napas
berhubungan dengan adanya
penumpukan cairan pada pleura
10.35
10.40
1) Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR
Hasil : TD : 110/70 mmHg
N : 88x/i
S : 36ºC
RR : 26x/i
2) Memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Hasil : klien tampak nyaman
dengan posisi ini dan
merasa sesak napasnya
berkurang dan mau
melakukannya
11.35
11.40
1) Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR
Hasil : TD : 110/70 mmHg
N : 80x/i
S : 36ºC
RR : 20x/i
2) Memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Hasil : klien tampak nyaman dan mau
melakukannya
64
1 2 3 4 5
10.45
10.50
3) Mengidentifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
Hasil : Pemasangan O2 nasal kanul
untuk mengurangi sesak
napas
4) Mengauskultasi suara napas, catat
suara napas tambahan
Hasil :Terdengar suara ronchi
karena klien mengalami
sesak napas
11.45
11.50
3) Mengidentifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
Hasil : sudah tidak menggunakan O2
nasal kanul Karena klien sudah
tidak sesak napas
4) Mengauskultasi suara napas, catat suara
napas tambahan
Hasil : tidak terdengar suara ronchi
karena klien tidak sudah tidak
napas
Gangguan tidur berhubungan dengan
Retikulasi activity system (RAS)
teraktifasi akibat peningkatan kerja
otot-otot pernafasan
11.00
11.05
11.10
11.15
1) Mengkaji pola tidur klien
Hasil : klien hanya tidur 3-4 jam
2) Menciptakan suasana tenang
Hasil : klien melaksanakan
3) Memberikan motivasi kepada klien
tentang pentingnya tidur cukup
Hasil : klien mengerti
4) Menilai adanya faktor yang
menunjang terjadinya gangguan
pola tidur
Hasil :klien merasa sesak napas
12.00
12.05
12.10
12.15
1) Mengkaji pola tidur klien
Hasil :Klien mengatakan sudah
nyenyak tidur
2) Menciptakan suasana tenang
Hasil : klien melaksanakannya
3) Memberikan motivasi kepada klien
tentang pentingnya tidur cukup
Hasil : klien mengerti
4) Menilai adanya faktor yang menunjang
terjadinya gangguan pola tidur
Hasil : klien sudah tidak sesak napas
Tabel 4.8
Tabel Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan
65
e. Catatan Perkembangan/Evaluasi
Diagnosa Keperawatan
Hari I Hari II
Jam Evaluasi Jam Evalausi
1 2 3 4 5
Ketidakfektifan bersihan jalan
nafas tidak efektif
berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum,
12.00 S : Klien mengatakan masih sesak napas dan
batuk berlendir
O : Klien tampak masih napas dan tampak
masih batuk
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b) Auskultasi suara napas, catat adanya
suara tambahan
c) Posisikan klien untuk memaksimalkan
ventilasi ( posisi semi fowler )
d) Bantu dan ajarkan klien batuk efektif
e) Bantu dan ajarkan klien tehnik napas
dalam efektif
13.00 S : Klien mengatakan sudah tidak sesak
napas dan sudah tidak batuk
O : Klien tampak tidak sesak dan batuk lagi
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
Ketidakfektifan Pola nafas
berhubungan dengan dengan
adanya penumpukan cairan
pada pleura
12.10 S : Klien mengatakan masih sesak napas
O : Masih terdengar suara ronchi (+)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b) Buka jalan nafas, gunakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
c) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
d) Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
e) Auskultasi suara napas, catat adanya
Suara napas tambahan
13.10 S : Klien mengatakan tidak sedak napas lagi
O : sudah tidak terdengar suara ronchi (+)
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
66
1 2 3 4 5
Gangguan tidur berhubungan
dengan Retikulasi activity
system (RAS) teraktifasi
akibat peningkatan kerja otot-
otot pernafasan
12.20 S : Klien mengatakan sulit tidur
O : Tidur klien hanya 3 jam
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan inervensi
a) Kaji pola tidur klien
b) Ciptakan suasana tenang
c) Berikan motivasi kpd klien tentang
pentingnya tidur cukup
d) Nilai adanya faktor yang menunjang
terjadinya gangguan pola tidur
13.20 S : Klien mengatakan sudah nyenyak tidur
O : Tidur klien 5-6 jam
A : Masalah klien teratasi
P : Pertahankan intervensi
Tabel 4.9
Tabel Catatan Perkembangan/Evaluasi Keperawatan
67
B. Pembahasan
Dalam pelaksanaan praktek pada Ny. “A” dengan Efusi Pleural, penulis
menerapkan Asuhan Keperawatan Efusi Pleural dengan pendekatan Proses
Keperawatan yang terdiri dari tahapan Pengkajian, perumusan diagnosa
Keperawatan, penetapan Rencana Keperawatan, Implementasi Keperawatan,
dan Evaluasi Keperawatan. Penulis berupaya menerapkan Asuhan
Keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar Ny. “A” Berikut ini
penulis akan membahas tentang kesenjangan yang terjadi antara konsep teori
dan praktek yang penulis dapatkan dalam pelaksanaan Praktek Asuhan
Keperawatan.
1. Pengkajian
Menurut Wijaya & Putri (2013), pengkajian pada Efusi pleural dengan
tanda gejala menurut teori adalah dispnea dengan aktivitas ataupun
istirahat, Hipertensi/ hipotensi, ansietas, gelisah, adanya pemasangan IV
vena sentral/infus tekanan, Nyeri dada unilateral meningkat karena
pernafasan, batuk, tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas
dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen, Kesulitan
bernafas, batuk, fremitus menurun.
Sedangkan berdasarkan data yang didapatkan dalam kasus/praktek
Efusi Pleural yang ditemukan pada kasus Ny. “A” adalah klien
mengatakan badannya terasa lemah. Klien mengatakan susah tidur, klien
nampak lelah, jika klien beraktivitas nampak sesak, konjungtiva anemis,
klien mengatakan batuk berlendir,frekuensi napas 26x/i,terdengar suara
ronchi (+), dan klien tampak pucat.
68
Dengan demikian, terdapat kesenjangan antara konsep teori dan
praktek, yaitu:
a. Data yang di temukan dalam konsep teori tetapi tidak terdapat dalam
praktek, adalah :
1) Hipertensi /hipotensi. Hipertensi /hipotensi dapat terjadi ( kadang –
kadang terlihat sebagai respon terhadap sesak napas, nyeri/ansietas)
atau hipotensi (kehilangan darah), kurang istrahat, tekanan darah
klien berada pada rentang normal 110/90 mmHg, pada kasus
ditemukan bahwa klien Ny. “A” tidak mengalami hipertensi maupun
hipotensi setelah tertangani dengan pemberian tindakan dan terapi.
2) Pemasangan IV vena sentral/infus tekanan data ini tidak ditemukan
karena pada saat dikaji klien Ny.“A” tidak terdapat tanda-tanda
adanya gangguan nutrisi.
3) Nyeri dada unilateral data ini tidak ditemukan karena adanya
regangan pada paru-paru tidak ditemukan pada kasus Ny.”A” karena
pada saat pengkajian klien sudah dirawat di rumah sakit selama ±6
hari.
4) Bunyi S3 dan S4 data ini tidak ditemukan pada kasus Ny.”A” saat
pengkajian karena bunyi S3 dan S4 irama jantung gallop sangat pelan
dan hampir tidak terdengar, bunyi S3 terdengar selama periode
pengisian ventrikel cepat dan bunyi S4 timbul sesaat sebelum bunyi
jantung 1.
5) Ketakutan/kegelisahan dapat disebabkan oleh respon psikologis
seperti adanya ketidaknyamanan data ini tidak ditemukan pada kasus
69
Ny.”A” karena saat pengkajian tampak dari ekspresi dan tingkah
laku/gerak gerik klien tampak tenang dan wajah tersenyum.
6) Penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada dan leher data ini
tidak ditemukan pada kasus Ny.”A” karena saat pengkajian tidak
terdapat pernapasan cuping hidung.
7) Retraksi interkostal data ini tidak ditemukan pada kasus Ny.”A”
karena saat pengkajian tidak terjadi penarikan otot-otot antara tulang
rusuk menarik kedalam.
b. Data yang ditemukan dalam praktek tetapi tidak terdapat dalam konsep
teori, adalah :
1) Susah tidur (insomnia) dapat disebabkan oleh respon psikologis,
seperti kecemasan, adanya nyeri/ketidaknyamanan, atau kelelahan
data ini muncul karena klien Ny.”A” selalu batuk dan sesak napas
sehingga rangsangan untuk tidur tidak ada. Pada saat pengkajian
ditemukan data yang menunjang karena klien mengatakan susah tidur,
klien mudah terbangun, klien mengatakan tidur siang tidak menentu
serta konjungtiva tampak anemis.
2) Batuk berlendir data ini muncul karena klien Ny.”A” pada saat
pengkajian klien batuk dan mengeluarkan sekret berwarna kuning dan
klien tampak sesak karena terdapat sekret tersebut.
3) Terdengar suara ronchi data ini muncul karena klien Ny.”A” pada saat
pengkajian yaitu pemeriksaan fisik auskultasi terdengar bunyi pekak
didaerah dada yang berisi cairan.
70
4) Konjungtiva tampak anemis data ini muncul karena klien Ny.”A”
pada saat pengkajian klien mengatakan susah tidur dan klien mudah
terbangun dan tampak lelah.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Wijaya & putri (2013), Dalam konsep teori diagnosa
utama pada Efusi Pleural yaitu Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan
dengan adanya penumpukan cairan pada pleura. Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan
edema,peningkatan produksi sputum, nyeri pleuritik. Kerusakan pertukaran
gas berhubungan dengan: perubahan membran alveolar kapiler (efek
inflamasi), gangguan kapasitas pembawa oksigen darah. Nyeri (akut)
berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi sekret terhadap
sirkulasi toksin, batuk menetap.
Sedangkan dari hasil pengumpulan data dan dilanjutkan dengan
analisa data, maka Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada Ny.”A”,
adalah ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan adanya
penumpukan cairan pada pleura, ketidakefektifan bersihan jalan
berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan
edema,peningkatan produksi sputum dan gangguan pola tidur berhubungan
dengan Retikulasi Activity System (RAS) teraktifasi akibat peningkatan
kerja otot-otot pernafasan.
Dengan demikian terdapat kesenjangan antara konsep teori dan
praktek :
71
b. Diagnosa Keperawatan yang di temukan dalam konsep teori tetapi tidak
terdapat dalam praktek, adalah :
1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan: perubahan membran
alveolar kapiler (efek inflamasi), gangguan kapasitas pembawa
oksigen darah. . Diagnosa ini tidak ditemukan karena tidak ada tanda –
tanda sianosis dan hipoksia pada Ny.”A”
2) Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi
sekret terhadap sirkulasi toksin, batuk menetap. Diagnosa ini tidak
ditemukan karena Ny.”A” karena tidak mengalami nyeri pada daerah
dada.
b. Diagnosa Keperawatan yang di temukan dalam praktek tetapi tidak
terdapat dalam konsep teori, adalah Gangguan pola tidur berhubungan
dengan Retikulasi Activity System (RAS) teraktifasi akibat peningkatan
kerja otot-otot pernafasan karena saat pengkajian di dapatkan data dari
klien Ny.”A” yaitu susah tidur, mudah terbangun saat malam hari dan
tampak konjutiva anemis.
3. Perencanaan Keperawatan
a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema,peningkatan produksi sputum,
Perencanaan Keperawatan Menurut teori North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) adalah :
Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning, Auskultasi suara
napas sebelum dan sesudah suctioning, Informasikan pada klien dan
keluarga tentang suctioning, Minta klien napas dalam sebelum
72
suctioning, Berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion nasotrakeal, Gunakan alat yang steril setiap
melakukan tindakan, Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal, Monitor status
oksigen pernapasan, Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan
suksion, Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien
menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi Oksigen, dll, Buka
jalan napas gunakan tehnik chin lift atau jaw thrust bila perlu,
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, Identifikasi pasien
perlunya, Pemasangan alat jalan napas buatan, Pasang mayo bila
perlu, Lakukan fisioterapi dada jika perlu, Keluarkan secret dengan
batuk atau suction, Auskultasi suara napas, catat adanya suara
tambahan, Lakukan suction pada mayo, Berikan bronkodilator bila
perlu, Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbanganMonitor respirasi dan status oksigen
Sedangkan perencanaan keperawatan yang ada pada kasus Ny.
“A” adalah:
Monitor Tekanan Darah, Nadi, Suhu, dan Pernapasan,
Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan, posisikan klien
untuk memaksimalkan ventilasi ( posisi semi fowler ), Bantu dan
ajarkan klien batuk efektif, Bantu dan ajarkan klien tehnik napas
dalam efektif
73
b) Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru (akumulasi cairan, gangguan muskuluskeletal,
nyeri/ansietas,proses inflamasi.
Perencanaan Keperawatan Menurut teori North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) adalah :
Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu, Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, Identifikasi
pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan,Pasang mayo
bila perlu, Lakukan fisioterapi dada jika perlu, Keluarkan sekret
dengan batuk atau suction, Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan, Lakukan suction pada mayo, Berikan bronkodilator bila
perlu,Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan,
Monitor respirasi dan status Oksigen, Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea, Pertahankan jalan nafas yang paten, Atur peralatan
oksigenasi, Monitor aliran oksigen, Pertahankan posisi pasien,
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi, Monitor adanya
kecemasan pasien terhadap oksigen, Monitor Tekanan Darah, Nadi,
Suhu, dan Pernapasan, Catat adanya fluktuasi tekanan darah,
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri, Auskultasi
Tekanan Darah pada kedua lengan dan bandingkan, Monitor
Tekanan Darah, Nadi, Pernapasan , sebelum, selama, dan setelah
aktivitas, Monitor kualitas dari Nadi, Monitor frekuensi dan irama
pernapasan.
74
Sedangkan perencanaan keperawatan yang ada pada kasus Ny.
“A” adalah :
Monitor Tekanan Darah, Nadi, Suhu, dan Pernapasan, Buka jalan
nafas, gunakan teknik Chin lift atau Jaw thrust bila perlu, Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi, Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan, Auskultasi suara napas, catat
adanya suara tambahan
c) Gangguan tidur berhubungan dengan Retikulasi Activity System
(RAS) teraktifasi akibat peningkatan kerja otot-otot pernafasan.
Sleep Enhancement
Perencanaan Keperawatan Menurut teori North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) adalah :
Determinasi efek-efek medikasi tentang pola tidur , Jelaskan isi
tidur yang Adekuat , Fasilitasi untuk mempertahankan Aktivitas
sebelum tidur (membaca) , Lingkungan lingkungan yang nyaman ,
Kolaburasi pemberian obat tidur
Sedangkan Perencanaan Keperawatan yang ada pada kasus Ny.
“A” adalah :
Kaji pola tidur klien, Ciptakan suasana tenang, Berikan motivasi
kepada klien tentang pentingnya tidur cukup, Nilai adanya faktor
yang menunjang terjadinya gangguan pola tidur.
75
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan rencana intervensi yang telah
ditetapkan agar kebutuhan klien Ny. “A” terpenuhi secara optimal.
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema,peningkatan produksi sputum,
nyeri pleuritik.
Rencana intervensi yang diimplementasikan pada hari pertama
antara lain: Monitor Tekanan Darah, Nadi, Suhu, dan Pernapasan.
Mengauskultasi suara napas, memposisikan untuk memaksimalkan
ventilasi ( posisi semi fowler ), membantu dan mengajarkan klien
batuk efektifdan membantu dan mengajarkan tehnik napas dalam.
Rencana intervensi yang diimplementasikan pada hari kedua
adalah Monitor Tekanan Darah, Nadi, Suhu, dan Pernapasan.
Mengauskultasi suara napas, memposisikan untuk memaksimalkan
ventilasi ( posisi semi fowler ), membantu dan mengajarkan klien
batuk efektifdan membantu dan mengajarkan tehnik napas dalam.
Tidak ada tambahan rencana intervensi yang dilakukan.
b. Ketidakefektifan Pola napas berhubungan dengan adanya
penumpukan cairan dirongga pleural.
Rencana intervensi yang diimplementasikan pada hari pertama
antara lain, Memonitor Tekanan Darah, Nadi, Suhu, dan Pernapasan,
membuka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu, memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi,
76
mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan,
dan mengauskultasi suara napas,catat suara napas tambahan.
Pada hari kedua rencana intervensi yang diimplementasikan
antara lain: Memonitor Tekanan Darah, Nadi, Suhu, dan Pernapasan,
membuka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu, memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi,
mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan,
dan mengauskultasi suara napas,catat suara napas tambahan. Tidak
ada tambahan rencana intervensi yang dilakukan.
c. Gangguan tidur berhubungan dengan Retikulasi Activity System
(RAS) teraktifasi akibat peningkatan kerja otot-otot pernafasan.
Rencana intervensi yang diimplementasikan pada hari pertama
antara lain, Mengkaji pola tidur klien, menciptakan suasana tenang,
memberikan motivasi kepada klien tentang pentingnya tidur cukup
dan menilai adanya faktor yang menunjang terjadinya gangguan pola
tidur.
Rencana intervensi yang diimplementasikan pada hari kedua
antara lain, Mengkaji pola tidur klien, menciptakan suasana tenang,
memberikan motivasi kepada klien tentang pentingnya tidur cukup
dan menilai adanya faktor yang menunjang terjadinya gangguan pola
tidur. Tidak ada tambahan rencana intervensi yang dilakukan.
Selama 2 hari supervisi dalam penetapan rencana intervensi
untuk diimplemetasikan oleh penulis harus mempertimbangkan
beberapa faktor baik faktor pendukung maupun faktor penghambat.
77
Adapun faktor pendukung diantaranya lengkapnya alat pemeriksaan
fisik yang disiapkan oleh penulis kelahan praktek, klien kooperatif,
adanya dukungan dari keluarga klien dan Perawat-perawat ruangan.
Sedangkan faktor penghambat diantaranya kurangnya waktu dalam
berinteraksi dengan pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Dari hasil Evaluasi Keperawatan semua Diagnosa Keperawatan
teratasi yaitu :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema,peningkatan produksi sputum,
jalan napas efektif karena klien Ny. “A” mengatakan sudah mampu
mengeluarkan sekret seseuai yang dianjukan teratasi pada hari selasa
12 februari 2017.
b. Ketidakefektifan Pola napas berhubungan dengan adanya
penumpukan cairan pada pleura. Diagnosa Keperawatan ini sudah
teratasi karena karena klien Ny. “A” tidak tampak sesak dan
ventilasiyang cukup, teratasi pada hari selasa 12 februari 2017.
c. Gangguan tidur berhubungan dengn Retikulasi Aktifity System (RAS)
teraktivasi akibat peningkatan kerja otot ditandai dengan klien
mengatakan susah tidur. Masalah Keperawatan ini berhasil diatasi
pada pelaksanaan praktek hari II dengan kriteria hasil klien sudah
tidak mengeluh susah tidur dan klien tampak tidur dengan lelap
teratasi pada hari selasa 12 februari 2017.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada Pengkajian, data yang ditemukan dalam konsep teori tetapi tidak
terdapat dalam praktek yaitu Hipertensi /hipotensi, pemasangan IV vena
sentral/infus tekanan, nyeri dada unilateral, bunyi S3 dan S4,
ketakutan/kegelisahan, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada
dan leher. Data yang ditemukan dalam praktek tetapi tidak terdapat dalam
konsep teori insomnia,batuk berlendir, dan terdengar suara ronchi.
2. Pada Diagnosa Keperawatan, diagnosa ditemukan dalam konsep teori
tetapi tidak terdapat dalam praktek yaitu : Kerusakan pertukaran gas dan
Nyeri (akut). Diagnosa yang ditemukan dalam praktek tetapi tidak terdapat
dalam konsep teori Gangguan tidur.
3. Pada Rencana Keperawatan yang ditetapkan, berpedoman kepada Rencana
Keperawatan yang terdapat dalam konsep teori. Tidak terdapat rencana
Intervensi Keperawatan baru yang ditetapkan yang tidak terdapat dalam
praktek.
4. Pada Implementasi Intervensi Keperawatan berdasarkan Rencana
Keperawatan yang telah ditetapkan terdiri dari implementasi tindakan
mandiri dan kolaboratif.
5. Dari hasil evaluasi pada Ny. “A” terdapat 3 Diagnosa Keperawatan teratasi
yaitu Ketidakefektifan Pola napas ,ketidakefektifan bersihan jalan nafas
dan Gangguan pola tidur.
79
B. Saran
1. Kepada Institusi/Pendidikan : Dalam melakukan Pengkajian Keperawatan,
ada baiknya melakukan pendekatan interpersonal terlebih dahulu dengan
klien sehingga Proses Keperawatan, pengkajian, dapat berjalan sesuai
tujuan yang diharapkan.
2. Kepada Rumah Sakit/Staf : Diharapkan Tenaga Kesehatan agar dalam
mendiagnosa hasil pengkajian harus betul-betul berpedoman pada data
yang didapatkan agar Asuhan Keperawatan yang diberikan sesuai dengan
kondisi klien.
3. Kepada Pasien/Keluarga : Asuhan Keperawatan diberikan kepada klien
harus sesuai dengan diagnose dan perencanaan yang muncul melalui data
yang diperoleh dari pengkajian.
4. Kepada Perawat : Diharapkan kepada Tenaga Kesehatan dan keluarga
serta pihak Rumah Sakit agar dalam memberikan pelayanan hendaknya
memperhatikan konsep manusia sebagai mahkluk yang unik, yang
mempunyai kebutuhan bilogis, psikologis, dan social cultural, untuk itu
Tenaga Kesehatan dalam melaksanakan tugas tidak hanya mementingkan
kesembuhan klien tetapi juga berusaha untuk memenuhi kebutuhan klien
selama di rawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
5. Kepada penulis : untuk mencapai hasil yang diharapkan, maka dalam
menyusun kriteria tujuan harus dibuat spesifik, dapat diukur, dapat dicapai,
dan harus memperhitungkan waktu sehingga hasil evaluasi dapat dengan
maksimal.
79
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff. Hood & Mukty.2013. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.cetakan ke-7.
Surabaya:Airlangga University
Arifputera. Andy et al.2014. Kapita selekta kedokteran:Essentials medicine. Edisi
ke-4. Jakarta: Untuk Bangsa Indonesia yang Lebih Sehat.
Bararah. Taqiyyah & Jauhar.2013.asuhan keperawatan:panduan lengkap menjadi
perawat profesional.jilid 1. Jakarta: Prestasi Pustakarya
DiGiulio. Mary et al.2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yoyakarta:Rapha
Publishing
Djojodibroto,Darmanto. 2014. Respirologi (respiratory medicine). Edisi ke-2.
Jakarta:EGC
ES. Simanjuntak. 2014. Efusi Pleura Kanan Yang Disebabkan Oleh Carcinoma
Mammae Dextra Metastase ke paru, Vol. 2
Fadila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Hidayat. A.Aziz Ahmul. 2013. Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhnik
Analisis Data. Jakarta:Salemba Medika
Iswayuni & Rejo. 2013. Efusi pleura jk eM-U, vol.5 No.15.
Keliat. Budi Anna et al.2015. Nanda International, Inc. Diagnosis
Keperawatan:Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Edisi.10. Jakarta:EGC
Mubarak, Wahid. 2013. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan
Aplikasi dalam Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Nurarif.Amin Huda & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Jilid 1.
Yogyakarta: Mediaction Publishing
Pearce C. Evelyn. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta : CV
Prima Grafika
Ringel. Edward.2012. Original Title: The Litle Black Book of Pulmonary
Medicine. Di terjemahkan oleh PT INDEKS.2010. Buku Saku
Hitam:Kedokteran Paru
Rekam Medis. 2016 Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
Setiati. Siti et al.2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II, Edisi VI.
Jakarta:Interna Publishing
79
Surjanto. Eddy et al. 2014. Penyebab Efusi Pleura pada Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit,J Respir Indo Vol.34 No.2. dilihat 23 Januari 2017
Susyuliani.Devi et al. 2012. Asuhan keperawatan pada klien efusi pleura. Dilihat
tanggal 23 Januari 2017
Soemantri, Irman. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Sistem Pernafasan. Jakarta:
Salemba Medika
Taylor. Cynthia M & Ralph. 2012. Diagnosis Keperawatan:dengan rencana
asuhan. Alih bahasa Meilliya,Eny. Edisi ke-10. Jakarta:EGC
Wijaya. Andra Saferi et al. 2013. Kmb 1 keperawatan medikal bedah:
keperawatan dewasa teori dan contoh askep. Yogyakarta: Nuha Medika
World Health Organization. 2012. Organisation Mondiale de la Sante :
Departement of Measurement and Health Information
79
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN PENELITI
Kepada
Yth. Responden
Di Tempat
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : SUARNI
Nim : 1408143
Alamat : Aspol Kumala No.146A Makassar
Adalah Mahasiswi Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar yan
akan mengadakan penelitian tentang Asuhan Keperawatan “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI EFUSI PLEURA
DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS”
Kegiatan yang diharapkan dari calon responden adalah mengisi lembar
Observasi dan Wawancara yang diberikan oleh peneliti dan menjawab semua
pertanyaan sesuai dengan petunjuk yang ada. Jawaban yang calon responden
berikan akan peneliti jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian saja.
Apabila anda sebagai calon responden bersedia, mohon menandatangani
lembar persetujuan dan mengisi lembar Observasi dan Wawancara yang
disertakan
Makassar,......... 2017
Peneliti
79
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Dengan menandatangani lembar ini, saya :
Nama : Ny. A
Umur : 80 tahun
Alamat :
Memberikan persetujuan untuk mengisi lembar persetujuan menjadi
responden yang diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN YANG MENGALAMI EFUSI PLEURA DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAKASSAR”.
Saya telah diberitahu peneliti, bahwa jawaban yang diberikan akan
dijamin kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian. Oleh
karena itu secara sukarela saya ikut berperan serta dalam penelitian ini.
Makassar,.......................2017
Responden
79
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI
Nama Responden :
Umur :
Alamat :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku Bangsa :
No Keriteria Ya Tidak
1 Dispnea
2 Sputum dalam jumlah yang berlebihan
3 Batuk tidak ada atau tidak efektif
4 Suara napas tambahan (misalnya, rale, crackle, ronki, dan
mengi)
5 Sputum berlebihan
6 Mata terbelalak
79
Lampiran 4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA
DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS
DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR
A. Petunjuk Pengisian
Berdasarakan beberapa pertanyaan yang akan penulis sampaikan,
dimohon kepada responden untuk menjawab pertanyaan penulis dengan benar
dan sejujur-jujurnya tanpa ada yang di kurangi maupun di tambahi.
Responden menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penulis sesuai dengan
kemampuan responden. Sebelum wawancara dimulai responden akan
diberikan Informed Concent (lembar persetujuan responden) agar menjadi
bukti jika responden bersedia untuk di ambil datanya. Metode pengumpulan
data ini menggunakan metode wawancara dimana responden dan penulis
bertemu face to face secara langsung.
B. Biodata Responden
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Alamat :
5. Agama :
6. Status perkawinan :
7. Tanggal masuk Rumah Sakit :
79
C. Naskah Wawancara
HARI/ TANGGAL DAFTAR PERTANYAAN
1. Apakah bapak/ibu mengetahui apa yang bapak/ibu
saat ini alami, seperti misalnya penyakit apa yang saat
ini bapak/ibu alami ?
2. Keluhan utama apa yang bapak/ibu rasakan sehingga
bapak/ibu harus ke Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar?
3. Lalu, bagaimana keluhan yang bapak/ibu rasakan saat
di Ruangan ............................. (misalnya bertahap,
mendadak)?
4. Berapa lama waktu keluhan yang bapak/ibu rasakan ?
5. Apakah ada penyakit yang selain dari yang bapak/ibu
keluhkan?
6. Lalu seperti apa atau upaya apa yang bapak/ibu
lakukan untuk mengatasinya ?
7. Apakah bapak/ibu bisa ceritakan keluhan yang
bapak/ibu rasakan saat ini?
8. Apakah sebelum bapak/ibu masuk di Ruangan
........................ Rumah Sakit Bhayangkara Makassar,
bapak / ibu pernah di rawat di Rumah Sakit lain
dengan penyakit yang sama atau penyakit berbeda?
9. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu ada yang
memiliki penyakit serupa dengan bapak/ibu?
10. Bagaimana pandangan keluarga anda terhadap
penyakit yang anda alami sekarang?
79
LAMPIRAN 5
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(EFUSI PLEURAL)
OLEH :
SUARNI
1408143
3.C
AKADEMI KEPERAWATAN MAPPAOUDANG
MAKASSAR
2017
79
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Masalah : Efusi Pleural
Pokok Bahasan : Efusi Pleural dengan Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Napas
Sasaran : Pasien Yang mengalami Efusi Pleural diRuang
Kenari
Tempat : Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Diruangan
Kenari
Hari/ Tanggal : Selasa, 14 Februari 2017
Waktu : 30 Menit
Penyuluh : Suarni
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pertemuan ini peserta mampu memahami tentang
penyakit Efusi Pleural
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Penyakit Efusi Pleural diharapkan
pasien dapat mengetahui dan memahami tentang :
a. Defenisi Efusi Pleural
b. Penyebab Efusi Pleural
B. Materi (Penjelasan Terlampir)
1. Definisi Efusi Pleural
2. Penyebab Efusi Pleural
3. Manifestasi Klinis dari Efusi Pleural
4. Klasifikasi dari Efusi Pleural
5. Makanan yang sehat untuk penderita Efusi Pleural
6. Penanganan/Pengobatan Efusi Pleural
7. Pemeriksaan Diagnostik Efusi Pleural
79
C. Media
1. Leaflet
2. Flipchard
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab/ Diskusi
E. Kegiatan
No Tahap Penyuluh Sasaran Waktu
1 Pendahuluan
a. Memberikan Salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menyampaikan maksud
dan tujuan
d. Menyampaikan waktu dan
kontrak waktu yang akan
digunakan dan
mendiskusikannya.
a.Menjawab
b. Menyimak
c. Menyimak
d. Menyimak
3
Menit
2 Inti
a. Memberikan penjelasan
tentang Penyakit Efusi
Pleural sebagai berikut :
1. Definisi Efusi Pleural
2. Penyebab Efusi Pleural
3. Manifestasi Klinis dari
Efusi Pleural
4. Klasifikasi dari Efusi
Pleural
5. Makanan yang sehat
untuk penderita Efusi
Pleural
6. Penanganan/Pengobatan
Efusi Pleural
7. Pemeriksaan Diagnostik
Efusi Pleural
a. Memperhatikan
dan
mendengarkan
secara seksama.
b. Mengajukan
pertanyaan.
c. Memperhatian
24
Menit
79
b. Memberikan Kesempatan
pada pasien/keluarga untuk
bertanya.
c. Menjawab pertanyaan
pasien dengan tepat dan
mudah di mengerti.
d. Menanyakan tentang
penyakit Efusi Pleural
d. Menjawab
pertanyaan.
3 Penutup
a. Menyimpulkan hasil
penyuluhan.
b. Harapan penyuluh
c. Menutup penyuluhan dan
mengucapkan salam.
a.Memperhatikan.
b.Memperhatikan.
c.Menjawab
salam
3
Menit
F. Evaluasi
Setelah dilakukan penyuluhan, klien/keluarga mampu menjawab pertanyaan
berikut:
1. Sebutkan kembali pengertian dari Efusi Pleural ?
2. Sebutkan kembali penyebab dari Efusi Pleural ?
3. Sebutkan kembali penanganan/pengobatan dari Efusi Pleural ?
79
DAFTAR PUSTAKA
Bararah. Taqiyyah & Jauhar. Mohammad 2013. Asuhan Keperawatan Panduan
Lengkap Menjadi Perawat Profesional jilid 1 , Jakarta : Prestasi Pustaka
Fadila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
79
LAMPIRAN 1
A. DEFINISI
Efusi Pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak antara permukaan visceral dan parietal. Merupakan proses penyakit
primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder
terhadap penyakit lain (brunner and suddarth, 2001).
Efusi Pleural adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan
cairan dalam rongga pleural. Selain itu, dapat juga terjadi penumpukan pus
atau darah. Efusi Pleural merupakan suatu gejala penyakit yang mengancam
jiwa penderita.
B. PENYEBAB
Kelebihan cairan pada rongga pleural sedikitnya di sebabkan oleh
dari 4 mekanisme dasar :
1. Peningkaan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
2. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
3. Peningkatan tekanan negative intrapleural
4. Adanya inflamasi atau neoplastik pleural
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak,
penderita akan sesak nafas.
2. Adanya gejala- gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, nyeri
dada pleuritis (pnemonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis),
banyak keringat, batuk, banyak riak.
3. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan dudukakan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat.bagian yang sakit akan kurang
bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada
perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melengkung (garis ellis damoiseu).
79
5. Didapati segitiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani di
bagian atas garis ellis domiseu. Segitiga grocco – rochfus, yaitudaerah
pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi
daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
D. KLASIFIKASI
1. Eksudat
Ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau kavitas.Sebagai akibat
inflamasi oleh produk bakteri atau humor yang mengenai pleural
contohnya Tuberculosis (TBC), trauma dada, infeksi virus. Efusi pleural
mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif. Tuberculosis
(TBC), pneumonia, infeksi paru, sindroma nefrotik, karsinoma
bronkogenik, serosis hepatis, embolisme paru, infeksi parasitik.(Smeltezer
& Bare, 2002).
2. Transudat
Merupakan filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang
utuh, terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
reabsorbsi cairan pleural terganggu yaitu karena ketidakseimbangan
tekanan hidrostaltik atau ankotik.Transudasi menandakan kondisi seperti
asites, perikarditis. Penyakit gagal jantung kongestik atau gagal ginjal
sehingga terjadi penumpukan cairan (Smeltezer dan Bare, 2002).
E. PENANGANAN/PENGOBATAN
Pada Efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai
pipa intubasi melalui sela iga. Bila cairan pusnya kental sehingga kulit keluar
atau bila empiemanya multikular, perlu tindakan operatif. Mungkin
sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologi atau larutan
antiseptik (Betadine). Pengobatan secara sistemik hendaknya segera
diberikan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan
yang adekuat.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi (pada
Efusi pleural maligna), dapat dilakukan pleurodesis yakni melengketkan
pleural viseralis dan pleural parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah
79
tetrasiklin (terbanyak dipakai) Bleomycin, Corynebacterium parvum, Thio-
tepa dan lain-lain.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar X dada: menyatakan akumulasi cairan pada area pleural ; dapat
menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
2. Gas darah arteri (GDA) : variable tergantung dari derajat fungsi paru
yang di pengaruhi , gangguan mekanik pernapasandan kemampuan
mengkompensasi. Tekanan partiel karbon dioksida dalam darah arteri
(PaCO2)kadang- kadang meningkat. Tekanan partiel oksigen dalam
darah arteti(PaO2)mungkin normal atau menurun; saturusasi oksigen
biasanya menurun
3. Torakosentesis : menyatakan cairan serisanguinosa
79
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.
R.
S.
T.
U.
V.
W.
X.
\
BUSESS NAME
ness Address
Address Line 2
Address Line 3
Address Line 4
Product/Service Information
Tel: 555 555 5555
Business Tagline or Motto
BUSESS NAME
Organization
EFUSI
PLEURAL
AKPER MAPPAOUDANG
MAKASSAR
BUSESS NAME ness Address
Address Line 2
Address Line 3
Address Line 4
Phone: 555-555-5555
Fax: 555-555-5555
E-mail: [email protected]
SUARNI
F. PENANGANAN/PENGOBATAN
Pada Efusi yang terinfeksi
perlu segera dikeluarkan
dengan memakai pipa intubasi
melalui sela iga. Bila cairan
pusnya kental sehingga kulit
keluar atau bila empiemanya
multikular, perlu tindakan
operatif. Mungkin sebelumnya
dapat dibantu dengan irigasi
cairan garam fisiologi atau
larutan antiseptik (Betadine).
Untuk mencegah terjadinya
lagi efusi pleura setelah
aspirasi (pada Efusi pleural
maligna), dapat dilakukan
pleurodesis yakni
melengketkan pleural viseralis
dan pleural parietalis.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar X dada
2. Gas darah arteri
(GDA)
3. Torakosentesis
79
\
ness Address
Address Line 2
Address Line 3
Address Line 4
BUSESS NAME
Phone: 555-555-5555
Fax: 555-555-5555
E-mail: [email protected]
A. DEFINISI
Efusi Pleural adalah
pengumpulan cairan dalam ruang
pleura yang terletak antara
permukaan visceral dan parietal.
Merupakan proses penyakit primer
yang jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder
terhadap penyakit lain (brunner and
suddarth, 2001).
Efusi Pleural adalah suatu
keadaan dimana terdapat
penumpukan cairan dalam rongga
pleural. Selain itu, dapat juga
terjadi penumpukan pus atau darah.
Efusi Pleural merupakan suatu
B. PENYEBAB
Kelebihan cairan pada rongga
pleural sedikitnya di sebabkan oleh
dari 4 mekanisme dasar :
Peningkaan tekanan kapiler
subpleural atau limfatik
Penurunan tekanan osmotic koloid
darah
Peningkatan tekanan negative
intrapleural
Adanya inflamasi atau neoplastik
pleural
Penyebab lain
Virus dan mikopasma
Bakteri piogenik
Gangguan sirkulasi
Pembentukan cairan yang
berlebihan
C. MANIFESTASI KLINIS
Adanya timbunan cairan
mengakibatkan perasaan sakit
karena pergesekan, setelah cairan
cukup banyak rasa sakit hilang. Bila
cairan banyak, penderita akan sesak
nafas.
Adanya gejala- gejala penyakit
penyebab seperti demam, menggigil,
nyeri dada (pnemonia), panas tinggi
(kokus), subfebril (tuberkulosis),
D. KLASIFIKASI
Eksudat : Ekstravasasi
cairan ke dalam jaringan atau
kavitas
Transudat Merupakan filtrat
plasma yang mengalir
menembus dinding kapiler
yang utuh
E. KOMPLIKASI
Pneumotoraks (karena udara
masuk melalui jarum)
Hemotoraks ( karena trauma
pada pembuluh darah
interkostalis)
Emboli udara (karena adanya
laserasi yang cukup dalam,
menyebabkan udara dari alveoli
masuk ke vena pulmonalis)
Laserasi pleura viseralis