KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ...

115
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI EFUSI PLEURAL DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAK EFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DIRUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR OLEH : SUARNI NIM: 1408143 AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MAKASSAR 2017

Transcript of KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ...

i

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI EFUSI

PLEURAL DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAK

EFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS

DIRUMAH SAKIT BHAYANGKARA

MAKASSAR

OLEH :

SUARNI

NIM: 1408143

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

MAKASSAR

2017

i

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI EFUSI

PLEURAL DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAK

EFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS

DIRUMAH SAKIT BHAYANGKARA

MAKASSAR

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli madya keperawatan

pada Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar

OLEH :

SUARNI

NIM: 1408143

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

MAKASSAR

2017

ii

SURAT PERNYATAAN PENELITI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : SUARNI

NIM : 1408143

Program Studi : D III Keperawatan

Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG

MENGALAMI EFUSI PLEURAL DENGAN KETIDAK

EFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI RUMAH

SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah sebagaimana

disebutkan dengan judul di atas adalah benar merupakan karya saya sendiri dan

belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik.

Demikian pernyataan saya ini saya buat secara sadar dan tanpa paksaan

dari pihak manapun.

Makassar , 18 Juli 2017

Suarni

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN YANG MENGALAMI EFUSI PLEURAL DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR”

Telah disetujui untuk diujikan dan dipertahankan di depan Tim Penguji

Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar

Pada Hari Selasa, 18 Juli 2017

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul ”ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A

YANG MENGALAMI EFUSI PLEURAL DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN

BERSIHAN JALAN NAPAS DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

MAKASSAR”. Telah diuji dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji pada hari

Selasa, 18 juli 2017 di Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar.

v

RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama : Suarni

Tempat/Tanggal Lahir : Erelebu, 11 Juli 1996

Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Lengkap : Aspol Kumala No. 146A Makassar

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Pada Tahun 2000-2002 TK Lompoteke

2. Pada Tahun 2002-2008 SDN 135 Erelebu

3. Pada Tahun 2008-2011 SMP Neg. 1 Bontotiro

4. Pada Tahun 2011-2014 SMA Neg. 4 Bulukumba

5. Pada Tahun 2014-2017 AKPER Mappa Oudang Makassar

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan

karuniah-nya serta tak lupa salam dan shalaawat kepada junjungan kita nabiyullah

Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat-nya dengan hisab-nya

penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai persyaratan dalam

menempuh ujian akhir program Diploma III Akademi Keperawatan Mappa

Oudang Makassar.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk menguraikan

secara singkat pelayanan dan perawatan klien yang mengalami gangguan sistem

pernafasan “Efusi Pleural” di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

Proses penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu perjuangan

panjang bagi penulis, selama proses penyusunan berlangsung tidak sedikit kendala

yang ditemukan namun, berkat kesungguhan dan keseriusan pembimbing

mengarahkan dan membimbing penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima

kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang sedalam-dalamnya, kepada :

1. Bapak KOMBES. Pol. dr. Aris Budiyanto, Sp.THT, sebagai Ketua Yayasan

Brata Utama Bhayangkara Makassar dan selaku Kepala Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar beserta staf yang telah membantu menyediakan sarana

dan prasarana belajar dan praktek.

2. Pimpinan/Pengolola Program Studi DIII Keperawatan Akper Mappaoudang

Makassar, kepada :

a. Direktur : dr. Hj. A. Nurhayati, DFM.,M.Kes.

b. Wadir I : H. Hataul Madja, S.ST.,S.Kep.,Ns.,M.Kes.

vii

c. Wadir II : Dra. Hj. Marlyan Yusuf, Amd. Keb.

d. Wadir III : Muh. Saleh S, S.Pd.,M.Pd.

e. Ketua Program Studi : Ns. Rezeki Nur, S.Kep.,MM.Kes.

3. Ns. Tri Damayanty Syamsul.,S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing I selaku

penguji yang begitu banyak memberikan sumbangsih pemikiran, saran, nasihat

dan dengan penuh kesabaran selama proses bimbingan di dalam menyusun

Karya Tulis Ilmiah.

4. Ns. Ridwan.,S.Kep.,M.Kes sebagai pembimbing II selaku penguji yang begitu

memberikan banyak ilmu kepada penulis. Penulis mengucapkan banyak terima

kasih karena telah meluangkan begitu banyak waktu untuk penulis serta

banyak memberikan masukkan dan motivasi dalam menyusun Karya Tulis

Ilmiah.

5. Mathius Tato.,S.Kep.,MM.Kep selaku Penguji I yang begitu banyak

memberikan masukkan dan saran demi kesempurnaan dan kelengkapan Karya

Tulis Ilmiah ini.

6. Ns. Hasbullah.,S.Kep.,M.Kes selaku penguji II yang begitu banyak

memberikan masukkan dan saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah.

7. Kepada seluruh Dosen dan Staf Akademi Keperawtan Mappa Oudang

Makassar yang telah banyak memberikan doa dan restu serta dukungan selama

penulis mengikuti seluruh proses Pendidikan .

8. Teristimewa untuk Ibu dan Bapak tercinta Basse Asia dan Sainal serta saudara

yang terkasih penulis, yang senantiasa memberikan doa restu dalam setiap

aktivitas serta memberikan dukungan, kasih sayang dan motivasi dalam

menyelesaikan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

viii

9. Nenek tercinta penulis (Bunga Daeng) yang selalu memberi nasehat, kasih

sayang, dan motivasi dalam menyelesaikan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah

ini.

10. Yang spesial buat sahabat-sahabatku (intan, emmy, enhy, wahyu, hikma, rini,

wiji,wahyuni) yang selama ini telah membantu baik fikiran, masukan, serta

semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Yang tercinta angkatan Campak 08 khususnya 3.C

12. Untuk Someone yang selalu menemani dan memberikan semangat kepada

penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah

ini masi banyak terdapat kekurangan. Jadi setiap kritikan maupun saran-saran dari

pihak yang bersifat membangun penulis akan menerima dengan senang hati.

Akhir kata semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan mahasiswa Akper Mappa Oudang Makassar khususnya dalam

memberikan Keperawatan kepada klien dengan kasus Efusi Pleural Semoga

segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat

imbalan yang setimpal dari Allah SWT

Makassar, 18 juli 2017

Suarni

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DALAM ............................................................... i

SURAT PERNYATAAN ....................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................ ix

DAFTAR TABEL.................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN & ISTILAH ................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi

ABSTRACK ............................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 4

C. Tujuan ................................................................................... 4

D. Manfaat ................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 8

A. Tinjauan Tentang Subyek Masalah ......................................... 8

B. Tinjauan Tentang Fokus Penelitian ......................................... 14

1. Anatomi Fisiologi.............................................................. 14

2. Konsep Dasar Medis ......................................................... 19

3. Konsep Dasar Keperawatan .............................................. 28

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 40

A. Pendekatan Penelitian ............................................................. 40

B. Subyek Penelitian .................................................................... 40

C. Fokus Studi ............................................................................. 40

D. Definisi Operasional Fokus Studi ........................................... 41

E. Instrumen Penelitian................................................................ 41

F. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 42

G. Lokasi & Waktu Penelitian ..................................................... 42

x

H. Analisis Data dan Penyajian Data ........................................... 43

I. Etika Penelitian ....................................................................... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 45

A. Hasil ........................................................................................ 45

1. Gambaran Lokasi penelitian ............................................ 45

2. Karakteristik Partisipan (Identitas Klien) ......................... 45

3. Data Asuhan Keperawatan ............................................... 46

a. Pengkajian .................................................................. 46

b. Diagnosa Keperawatan ............................................... 60

c. Perencanaan Keperawatan ......................................... 61

d. Implementasi Keperawatan ........................................ 63

e. Evaluasi Keperawatan ................................................ 65

B. Pembahasan ............................................................................ 67

a. Pengkajian .................................................................. 67

b. Diagnosa Keperawatan ............................................... 70

c. Perencanaan Keperawatan ......................................... 71

d. Implementasi Keperawatan ........................................ 75

e. Evaluasi Keperawatan ................................................ 77

BAB V PENUTUP .................................................................................. 78

A. Kesimpulan ............................................................................ 78

B. Saran ....................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

NOMOR HALAMAN

01) Tabel 2.1 Rencana Keperawatan Ketidakefektifan Pola Napas

........................................................................................................................32

02) Tabel 2.2 Rencana Tindakan keperawatan Ketidakefektifan bersihan Jalan

nafas................................................................................................................33

03) Tabel 2.3 Rencana Keperawatan Kerusakan Pertukaran Gas.........................34

04) Tabel 2.4 Rencana Keperawatan Nyeri .........................................................34

05) Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ............................................................................38

06) Tabel 4.1 Tabel Aktivitas Sehari-hari ........................................... ............... 56

07) Tabel 4.2 Tabel Darah Rutin ........................................... ............................. 57

08) Tabel 4.3 Tabel Kimia Darah ........................................... ............................ 57

09) Tabel 4.4 Tabel Klasifikasi Data ........................................... ........................58

10) Tabel 4.5 Tabel Analisa Data ........................................... ............................ 59

11) Tabel 4.6 Tabel Diagnosa Keperawatan ........................................... ........... 60

12) Tabel 4.7 Tabel Perencanaan/Intervensi Keperawatan ................................. 61

13) Tabel 4.8 Tabel Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan ............................63

14) Tabel 4.9 Tabel Catatan Perkembangan/Evaluasi Keperawatan .................. 65

xii

DAFTAR GAMBAR

01) Gambar 2.1 Anatomi Pleural .........................................................................13

02) Gambar Penyimpan KDM .............................................................................32

xiii

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN & ISTILAH

ºC : Derajat celcius

O2 : Oksigen

pH : Derajat keasaman

x/i : Satuan dalam pernapasan

Alveolus : vesikel udara dalam paru

Ansietas : Kecemasan

Anoreksia : Kehilangan atau kerusakan selera terhadap makanan

Anoxia : Tidak terdapat oksigen dalam jaringan

Cerebellum : Bagian otak yang terletak dibelakang dan dibawah

cerebrum

Composmentis : pikiran yang sehat/sadar bik

Cairan serebrospinal : cairan yang terkandung di dalam ventrikel otak, ruang

sub-araknoid, dan kanal sentral sumsum tulang belakang

Cuci darah (Dialysis) : proses pemisahan ion atau zat berberat molekul rendah

dari darah melalui proses difusi pada membran semi-

permeabel

Defisiensi : kekurangan

Demielinisasi : kerusakan selaput sistem saraf yang paling dalam (mielin)

Demensia : penurunan fungsi pikiran dan memori yang disebabkan

oleh kelainan yang terjadi pada otak

Deteorisasi : penurunan keadaan seseorang, bertambah buruk

Diagnosis : identifikasi terhadap sesuatu penyakit

Dysplasia : pertumbuhan abnormal jaringan tubuh, biasanya berupa

xiv

pembelahan sel-sel muda

Diastolik : tekanan darah bawah

Dyspnea : sesak napas

Disease entity : wujud Penyakit

Emfisema : Distensi jaringan karena gas

Epistaksis : Perdarahan dari hidung/mimisan

Epiglotis : Lapisan kartilago yang tipis dan berbentuk daun di

belakang lidah

Endotel : Membran yang melapisi rongga, jantung, pembuluh darah

dan limfe.

Eksudat : Cairan dengan kandungan protein dan kotoran sel yang

lolos dari pembuluh darah serta diendapkan didalam

jaringan atau permukaaan jaringan, biasanya merupakan

hasil peradangan.

Hipoproteinemia : kekurangan protein dalam darah

Hipoksemia : Kekurngan Oksigen dalam darah

Maligna : Ganas yang kemungkinan besar membawa keadaan

terminal

Mediastinum : Septum atau pembatas yang ada ditengah

Muskuloskeletal : Berkenaan dengan sistem otot dan skeletal.

Olfaktorius : Berkenaan indra penciuman

Opticus : Berkenaan indra penglihatan

Pneumotoraks : Udara atau gas dalam kvum pleura yang memisahkan

pleura untuk membuat kolaps paru tertekan.

xv

Purulen : Berkenaan atau mirip dengan pus

Respirasi : Proses terjadinya perukaran gas antara sel dan

lingkungannya

Segmentalis : Potongan kecil;suatu bagian

Takipnea : Pernapasan yang sangat cepat

Trigeminus : Terpisah menjadi tiga bagian

Vagus : Nervus vagus

Ventilasi : Proses pertukaran udara antara paru-paru dan udara luar.

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Penjelasan Peneliti

Lembar Persetujuan Responden

Lembar Observasi

Lembar Wawancara

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Leafleat

Lembar Konsul

xvii

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI EFUSI PLEURAL

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAK

EFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS

DIRUMAH SAKIT BHAYANGKARA

MAKASSAR

Latar Belakang , Efusi Pleural adalah penimbunan cairan dalam rongga pleural. Menurut World

Health Organitation (WHO,2010), Efusi pleural merupakan suatu gejala penyakit yang dapat

mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan

menjadi problema utama dinegara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Tujuan,

Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Efusi Pleural dengan masalah

ketidakefektifan bersihan jalan napas di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Metode, Metode

yang digunakan yaitu observasi, studi dokumentasi, dan wawancara terstruktur dengan subjek

penelitian diarahkan kepada masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada klien Efusi

pleural. Hasil Penelitian, Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Efusi Pleural di Ruangan

Kenari Rumah Sakit Bhayangkara Makassar selama 2 hari didapatkan masalah utama

Ketidakefektifan bersihan jalan napas dan masalah lain yaitu ketidakefektifan pola napas dan

perubahan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari didapatkan hasil

Ketidakefektifan bersihan jalan napas, ketidakefektifan pola napas dan perubahan pola tidur dapat

teratasi. Kerja sama antara tim kesehatan dan klien atau keluarga sangat diperlukan untuk

keberhasilan asuhan keperawatan pada klien dan diharapkan klien dan keluarga dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan dan penyuluhan menambah wawasan tentang penyakit Efusi pleural.

Kata kunci : Efusi Pleural, ketidakefektifan bersihan jalan napas

xviii

ABSTRACK

ASSURANCE OF CLIENTS WHO HAVE A PLEURAL EFUSI

WITH NORMAL NURSING PROBLEMS

EFFECTIVE NETWORK CLEAN ROAD

HIDDEN SIDE BHAYANGKARA

MAKASSAR

Background, Pleural effusion is fluid accumulation in the pleural cavity. According to World

Health Organitation (WHO, 2010), pleural effusion is a symptom of a disease that can be life-

threatening to the sufferer. Geographically this disease is found throughout the world, even a

major problem in developing countries including Indonesia. Objective, Implement Nursing Care

on clients experiencing Pleural Effusion with the problem of ineffective airway clearance at

Bhayangkara Hospital Makassar. Methods, The methods used were observations, documentation

studies, and structured interviews with research subjects directed to the problem of airway

ineffectiveness in patients Pleural effusion. Result, Nursing Care at Ny. A with Pleural Effusion in

the Walnut Room Bhayangkara Makassar Hospital for 2 days found the main problem

Ineffectiveness of airway clearance and other problems of ineffective breathing patterns and

changes in sleep patterns after the nursing action for 2 days obtained results Ineffective clearance

of airway, ineffective breathing patterns and Sleep patterns change can be overcome. Cooperation

between the health team and client or family is necessary for the success of nursing care on the

client and the expected clients and family in the implementation of nursing care and counseling

add insight into the disease Pleural effusion.

Keywords: Pleural effusion, ineffective clearance of airway

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Efusi Pleural adalah penimbunan cairan dalam rongga pleural akibat

transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleural. Pada

keadaan normal rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak 10-

20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleural parietalis dan viseralis,

dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleural

pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang adapat menimbulkan efusi

pleura adalah tuberclosis, infeksi paru nontuberklosis, keganasan, siritiss hati,

trauma tembus atau tumpul pada daerah dada, infark pare, serta gagal jantung

kongesif. Normalnya dalam rongga pleural terdapat sedikit cairan yang

berguna untuk melumasi pleural (visceral dan parietal) sehingga dapat

bergerak. Efusi pleural yang luas akan menyebabkan sesak nafas yang

berdampak pada pemenuhan kebutuhan oksigen, sehingga kebutuhan

oksigendalam tubuh terpenuhi (Smeltzer, 2011)

Efusi pleural adalah suatu kondisi kesehatan dimana jumlah kelebihan

cairan menumpuk di rongga pleura. Hal ini membatasi kemampuan paru-paru

dalam berkembang dan mengempis serta karenanya manusia kesulitan untuk

bernafas. Rongga atau ruang antara dinding dada dan paru-paru, dimana cairan

ini terakumulasi, disebut pleura dan cairan tersebut dinamakan cairan pleura.

Peningkatan abnormal dalam jumlah cairan pleura menyebabkan dinding dada

terpisah dari paru-paru. Kondisi ini dikenal sebagai efusi pleura (Bram, 2014)

2

Menurut World Health Organitation (WHO,2010), Efusi pleural

merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya.

Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi

problema utama dinegara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia.

Dinegara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus efusi pleura per

100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya

menderita efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan

pneumonia bakteri. Menurut World Health Organitation (WHO), prevelensi

tuberkulosis di Indonesia ialah 715.000 kasus per tahun dan merupakan

penyebab kematian urutan ketiga setelah penyakit jantung dan penyakit saluran

pernapasan. Pada kasus pasien laki-laki, berusia 35 tahun dengan keluhan sesak

napas, mengeluh batuk lama dan kambuh-kambuhan, demam hilang timbul dan

keringat malam. Sesak yang dirasakan pasien terjadi dikarenakan oleh pasien

telah mengalami Efusi pleural.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI,2010),

kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran nafas lainnya.

Tingginya angka kejadian Efusi pleural disebabkan keterlambatan penderita

untuk memeriksakan kesehatan.

Di era globalisasi ini khususnya kota besar indonesia sangat

memprihatinkan, beberapa hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala

resikonya telah dipublikasikan, termasuk resiko infeksi saluran pernafasan

maupun kanker paru akibat polusi udara dikota. Dikota-kota besar kontribusi

gas kendaraan bermotor, gas dari cerebong asap industri maupun asap rokok

banyak ditemukan. World Health Organitation (WHO) memperkirakan bahwa

3

20% penduduk kota didunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi

kendaraan bermotor, akibatnya banyak bayi, anak-anak orang dewasa dan

lansia yang beresiko tinggi memiliki penyakit paru dan salura n pernafasan

seperti “efusi pleura” Penyakit ini tidak sedikit diderita masyarakat, sayangnya

masyarakat tidak menyadari bahwa penyakit tersebut berasal dari udara yang

kotor, seperti asap pabrik, kendaraan bermotor, asap rokok (WHO, 2010)

Di Kota Makassar, berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina

Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota

Makassar, jumlah kasus Efusi pleura di Puskesmas dan RS sebanyak 900 kasus

dan kasus Efusi pleural yang ditemukan pada tahun 2013 sebanyak 1.819

kasus (Puskesmas dan Rumah Sakit). (www.dinkeskotamakassar.net/2013)

Masalah kesehatan dengan gangguan sistem pernafasan masih

menduduki peringkat yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan

mortalitas. Penyakit infeksi paru merupakan penyakit infeksi yang paling

sering ditemukan dimasyarakat maupun dirawat dirumah sakit, dan masih

merupakan masalah kesehatan utama diseluruh dunia. Penyakit infeksi paru

berkisar 60-80% dari seluruh penyakit paru, sedangkan sisanya 20-40% adalah

penyakit non infeksi (Tjandra.2010).

Oleh karena itu, peran perawat dan tenaga kesehatan sangatlah

diperlukan terutama dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut seperti pneumonia,

pneumothoraks, gagal nafas, dan kolaps paru sampai dengan kematian. Peran

perawat secara promotif misalnya memberikan penjelasan dan informasi

tentang penyakit efusi pleural, preventif misalnya mengurangi merokok dan

4

mengurangi minum – minuman beralkohol, kuratif misalnya dilakukan

pengobatan ke rumah sakit dan melakukan pemasangan Water Seal Drainage

(WSD) bila diperlukan, rehabilitatif misalnya melakukan pengecekan kembali

kondisi klien ke rumah sakit atau tenaga kesehatan. Pengetahuan dan

pengenalan yang lebih jauh tentang penyakit efusi pleura. Tidak kalah

pentingnya yang dapat menjadi pedoman dalam memberikan asuhan

keperawatan dalam rangka mengurangi angka kejadian dari penyakit Efusi

Pleural (Kusnanto, 2010)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medis Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar pada dua tahun terakhir menunjukkan dari bulan

Januari 2015 samapai September 2016 didapatkan data jumlah pasien Efusi

pleural dimana pada bulan Januari 2015 terdapat 10 penderita (0,1%), Februari

11 penderita (0,11%), Maret 13 penderita (0,13%), April 12 penderita (0,12%),

Mei 9 penderita (0,09%), Juli 9 penderita (0,09%), Agustus 5 penderita

(0.05%), September 8 penderita (),08%),Oktober 16 penderita (0,16%),

November 2 penderita (0,02%), Desember 22 penderita (0,22%). Pada tahun

2016 pada bulan Januari terdapat 4 penderita (0,04%), Februari (0,02%), Maret

(0,02%), April (0,02%), Mei (0,20%), Juni (0,20%), Juli (0,27%), Agustus

(0,12%), Desember (0,26%).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian/studi kasus tentang Asuhan Keperawatan pada Klien yang

mengalami Efusi Pleural dengan masalah keperawatan Ketidakefektifan

Bersihan Jalan Nafas di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

5

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien yang Mengalami Efusi

Pleura dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami Efusi

Pleural dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Ruamah Sakit

Bhayangkara Makassar

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam melaksanakan

pengkajian Keperawatan pada Klien yang mengalami Efusi Pleural

dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar

b. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam menegakkan

diagnosa Keperawatan pada Klien yang mengalami Efusi Pleural

dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar

c. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam menetapkan

perencanaan Keperawatan pada Klien yang mengalami Efusi Pleural

dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar

6

d. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam melaksanakan

tindakan Keperawatan pada Klien yang mengalami Efusi Pleural

dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar

e. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam

mengimplementasikan evaluasi pada Klien yang mengalami Efusi

Pleural dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Data yang diperoleh dapat dijadikan masukan awal penelitian

selanjutnya yang lebih mendalam.

2. Praktis

a. Manfaat bidang akademik

Sebagai bahan bacaan ilmiah dan sumber informasi bagi rekan – rekan

dan praktisi keperawatan dalam meningkatkan mutu pendidikan di masa

yang akan datang dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bidang

keperawatan.

b. Manfaat bagi rumah sakit

Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit dalam membuat kebijakan

dalam rangka peningkatan mutu Pelayanan Keperawatan pada Klien

dengan gangguan sistem pernafasan Efusi Pleural.

7

c. Manfaat bagi klien

Sebagai bahan masukan bagi klien dalam meningkatkan pengetahuan

berkaitan dengan pencegahan, perawatan dan pengobatan efusi pleura.

d. Manfaat bagi penulis

Sebagai pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan diri

penulis khususnya dalam menerapkan asuhan keperawatan pada

gangguan sistem Pernapasan Efusi Pleural.

8

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Tinjauan Subyek Masalah Tentang Ketidakefektifan Bersihan Jalan

Napas

1. Definisi

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Adalah Ketidakmampuan

untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk

mempertahankan kebersihan jalan napas (Wilkinson & Ahern, 2014)

2. Batasan Karakteristik :

a. Subjektif

1) Dispnea

b. Objektif

1) Suara napas tambahan (misalnya, rale, crackle, ronki, dan mengi)

2) Perubahan irama nafas dan frekuensi pernapasan

3) Batuk tidak ada atau tidak efektif

4) Sianosis

5) Kesulitan untuk berbicara suara atau mengeluarkan

6) Penurunan suara napas

7) Dispnea

8) Sputum dalam jumlah yang berlebihan

9) Orthopnea

10) Gelisah

11) Sputum berlebihan

12) Mata terbelalak

9

3. Faktor-faktor yang berhubungan

a. Lingkungan :

1) Perokok pasif

2) Mengisap asap dan merokok

3) Merokok

b. Obstruksi jalan nafas :

1) Spasme jalan nafas

2) Retensi secret, mukus berlebihan jalan napas, terdapat benda asing

3) Eksudat dalam jalan alveoli

4) Sekresi dalam bronki

5) Eksudat dialveoli

c. Fisiologis

1) Disfungsi neuromuskular

2) Hiperplasia dinding bronkial

3) Penyakit Paru Obstruktif kronis (PPOK)

4) Infeksi

5) Asma

6) Jalan napas alergik (trauma)

4. Alternatif Diagnosis yang Disarankan

a. Aspirasi, resiko

b. Pola napas, ketidakefektifan

c. Pertukaran gas

10

5. Kriteria Hasil Nursing Outcomes Classifaciaton (NOC):

a. Pencegahan Aspirasi : Tindakan personal untuk mencegah masuknya cairan

dan partikel padat kedalam paru

b. Status Pernapasan : Kepatenan Jalan Nafas : Jalan napas trakeobronkial

terbuka dan be

c. rsih untuk pertukaran gas

d. Status Pernapasan : Ventilasi : Pergerakan udara masuk dan keluar paru

6. Tujuan/Kriteria Evaluasi Nursing Outcomes Classifaciaton (NOC) :

a. Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif, yang dibuktikan oleh

Pencegahan Aspirasi : Status Pernapasan : Kepatenan Jalan Napas, dan

Status pernapasan : Ventilasi tidak terganggu

b. Menunjukkan Status Pernapasan : Kepatenan Jalan Napas, yang dibuktikan

oleh indikator gangguan sebagai berikut : gangguan ekstrem, berat, sedang,

ringan, atau tidak ada gangguan :

1) Kemudahan bernapas

2) Frekuensi dan irama pernapasan

3) Pergerakan sputum keluar dari jalan napas

4) Pergerakan sumbatan keluar dari jalan napas

Pasien akan :

1) Batuk efektif

2) Mengeluarkan secret secara efektif

3) Mempunyai jalan napas yang paten

4) Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih

5) Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal

11

6) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal

7. Intervensi NIC

a. Manajemen Jalan Napas : Memfasilitasi kepatenan jalan udara

b. Pengisapan Jalan Napas : Mengeluarkan sekret dari jalan napas dengan

memasukkan sebuah kateter pengisap kedalam jalan napas oral dan/ atau

Trakea

c. Kewaspadaan Aspirasi : Mencegah atau meminimalkan faktor resiko pada

pasien yang berisiko mengalami pleura

d. Manajemen asma : Mengidentifikasi, menangani, dan mencegah reaksi

inflamasi/konstriksi didalam jalan napas

e. Peningkatan Batuk : Meningkatkan Inhalasi dalam pada pasien yang

memiliki riwayat keturunan mengalami tekanan intratoraksik dan kompresi

parenkim paru yang mendasari untuk pengerahan tenaga dalam

menghembuskan udara.

f. Pengaturan Posisi : Mengubah posisi pasien atau bagian tubuh pasien secara

sengaja untuk memfasilitasi kesejahteraan fisiologis dan psikologis

g. Pemantauan Pernapasan : Mengumpulkan dan menganalisis data pasien

untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat

h. Bantuan Ventilasi : Meningkatkan pola napas spontan yang optimal, yang

memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru

8. Aktivitas Keperawatan

a. Pengkajian

1) Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut ini :

a) Ketidakefektifan pemberian oksigen dan terapi lain

12

b) Ketidakefektifan obat resep

c) Frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan

d) Faktor yang berhubungan, seperti nyeri, batuk tidak efektif, mukus

kental dan keletihan

2) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui

penurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan

3) Pengisapan Jalan Napas

a) Tentukan kebutuhan pengisapan oral atau trakea

b) Pantau status oksigen pasien tingkat Aturasi Oksigen dan Kadar

Oksigen darah Vena (SaO2 dan SvO2) dan status hemodinamik

(tingkat MAP ( mean areterial presure) dan irama jantung) segera

sebelum, selama dan setelah pengisapan

c) Catat jenis dan jumlah sekret yang dikumpulkan

4) Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga

a) Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (misalnya,

oksigen, mesin pengisapan, spirometer, inhaler, intermittent positive

pressure breathing [IPPB])

b) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan merokok

didalam ruang perawatan, beri penyuluhan tentang pentingnya

berhenti merokok

c) Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan tehnik napas dalam

untuk memudahkan pengeluaran sekret

d) Ajarkan pasien untuk membebat/mengganjal luka insisi pada saat

batuk

13

e) Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum,

seperti warna, karakter, jumlah, dan bau

f) Pengisapan Jalan Napas Nursing Interventions Classification (NIC):

Instruksikan kepada pasien dan/atau keluarga tentang cara pengisapan

jalan napas, jika perlu

5) Aktivitas Kolaboratif

a) Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu

b) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau

peralatan pendukung

c) Berikan udara/oksigen yang telah dihumidifikasi (dilembapkan) sesuai

dengan kebijakan institusi

d) Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer ultrasonik dan

perawatan paru lainnya sesuai dengan kebijakan dan protokol institusi

e) Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal

6) Aktivitas Lain

a) Anjurkan aktivitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran sekret

b) Anjurkan penggunaan spirometer insentif (Smith-Sims, 2001)

c) Jika pasien tidak mampu ambulasi, pindahkan pasien dari satu sisi

tempat tidur ke sisi tempat tidur yang lain sekurangnya setiap 2 jam

sekali

d) Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur, untuk

menurunkan kecemasan dan meningkatkan kontrol diri

e) Berikan pasien dukungan emosi (misalnya, meyakinkan pasien bahwa

batuk tidak akan menyebabkan robekan atau “kerusakan” jahitan)

14

f) Atur posisi pasien yang memungkinkan untuk pengembangan

maksimal rongga dada (misalnya, bagian kepala tempat tidur

ditinggikan 45 derajat kecuali ada kontraindikasi (Collard et al,

2003:Drakulovie et al, 1999)

g) Pengisapan nasofaring atau orofaring untuk mengeluarkan sekret

setiap

h) Lakukan pengisapan endotrakea atau nasotrakea, jika perlu.

(Hiperoksigenasi dengan Ambu bag sebelum dan setalah pengisapan

selang endotrakea atau trakeostomi)

i) Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk mengencerkan sekret

j) Singkirkan atau tangani faktor penyebab, sperti nyeri, keletihan, dan

yang kental

B. Tinjauan Fokus Studi Tentang Efusi Pleural

1. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1

Anatomi Pleural

Menurut Wijaya & Putri (2013), Anatomi Fisiologi dari Pleural

adalah :

15

a. Anatomi Pleural

Pleural merupakan lapisan pembungkus paru (pulmo). Dimana

antara pleura yang membungkus pulmo dextra et sinistra di pisahkan

oleh adanya mediastinum. Pleural dari interna ke eksterna terbagi atas 2

bagian:

1) Pleural visceralis/ pulmonis yaitu pleura yang langsung melekat

pada permukaan pulmo.

2) Pleural parietalis yaitu bagian pleura yang berbatasan dengan

dinding thorax. Kedua lapisan pleura ini saling berhubungan pada

hilus pulmonale (pleural penghubung). Diantara kedua lapisan

pleural ini terdapat sebuah rongga yang di sebut dengan cavum

pleural. Dimana di dalam cavum pleura ini terdapat sedikit cairan

pleura yang berfungsi agar tidak terjadi gesekan antar pleura ketika

proses pernapasan.

Pleural parietal berdasarkan letaknya terbagi atas:

1) Cupula pleuran (pleural cervicalis) : pleural parietalis yang terletak

di atas costa I namun tidak melebihi dari collum costae nya. cupula

pleura terletak tertinggi 1-1,5 inchi di atas 1/3 medial os. Clavicula.

2) Pleural parietalis pars costalis : Pleural yang menghadap ke

permukaan dalam costae, cartilage costae, Spatium

intercosta/Intercosta (SIC / ICS), pinggir corpus vertebrae, dan

pemukaan belakang os. Sternum.

16

3) Pleural parietalis pars diaphragmatica : Pleural yang menghadap

ke diaphragm permukaan thoracal yang di pisahkan oleh fascia

endothoracica.

4) Pleura parietalis pars mediastinalis (medialis) : Pleural yang

menghadap ke mediastinum / terletak di bagian medial dan

membentuk bagian lateral dari mediatinum

Refleksi Pleural

1) Refleksi vertebrae : Pleural costalis melanjut sebagai pleura

mediastinalis di depan columna vertebralis membentuk refleksi

vertebrae yang membentang dari SIC – XII.

2) Refleksi costae : Pleura costalis melanjut sebagai pleural

mediastinalis di belakang dr. os. Sternum membentuk refleksi sterna.

3) Pleural mediastinalis : melanjut sebagai Pleural diafragma. Garis

refleksi pleura : garis refleksi Pleural antara Pleura dextra dan

sinistra terdapat perbedaan , yakni:

a) Garis refleksi pleural dextra

Garis refleksi di mulai pada articulation strenoclavicularis

dextra lalu bertemu kontra lateral nya di planum medianum pada

angulus ludovichi/ angulus Louis setinggi cartilage costae II.

Lalu berjalan ke caudal sampai di posterior dr proc. Xiphoideus

pada linea mediana anterior linea midsternalis menyilang sudut

xiphocostalis menuju cartilage costae VIII pada linea

midclavicularis, menyilang costae X pada linea axillaris media

dan menyilang cartilage costa XII pada collum costaenya.

17

b) Garis refleksi pleural sinistra

Garis refleksi di mulai pada articulation sternoclavicularis

dextra lalu bertemu kontralateralnya di olanum medianum pada

angulus ludovichi angulus Louis setinggi cartilage costae II. Lalu

berjalan turun sampai cartilage costa IV dan membelok di tepi

sternum lalu mengikuti cartilage costa VIII pada linea

midclavicularis, menyilang costae X pada linea axillaris anterior

dan menyilang costa XII pada collum costaenya.

Vaskularis pleural

Pleural parietal di vaskularisasi oleh Aa. Intercostalis, a. mamaria

interna , a. musculophrenica. Dan vena 2 nya bermuara pada system

vena dinding thorax. Sedangkan pleural visceralis diinervasi oleh

serabutafferent otonom d plexus pulmonalis.

1) Innervasi pleural :

a) Pleural parietalis pars costalis diinervasi oleh Nn. Intecostales.

b) Pleural parietalis pars mediastinalis diinversai oleh Nn. phrenicus.

c) Pleural parietalis pars diafragma bagian perifer diinervasi oleh

Nn. Intercostales. Sedangkan bagian central oleh n. phrenicus.

d) Pleural visceralis diinervasi oleh serabut afferent otonom dari

plexus pulmonalis.

2) Recessus pleural :

Recessus merupakan sebuah kosong yang akan terisi oleh paru saat

inspirasi dalam dan akan menjadi tempat yang berisi cairan pada

pasien dengan kasus Efusi Pleural. Terdapat 3 pserecessus, yaitu :

18

a) Recessus costodiafragmatica dextra et sinistra

b) Recessus yang terletak diantara pleural parietalis pars costalis dan

pleural parietalis pars diaphragmatica.

c) Recessus yang terletak diantara pleural parietalis pars costalis dan

oleura parietalis pars diafragmatica.

d) Recessus costomediastinalis anterior dextra et sinistra.

e) Recessus yang terletak di natara pleura parietalis pars costalis

dan pleural parietalis pars mediastinalis di bagian ventral.

f) Recessus costomediastinalis posterior dextra et sinistra.

g) Recessus yang terletak di antara pleural parietalis pars costalis dan

pleural parietalis pars mediastinalis di bgian dorsal.

b. Fisiologi Pleural

Fungsi mekanis pleural adalah meneruskan tekanan negative

thoraks kedalam paru-paru, sehingga paru- paru yang elastic dapat

mengembang. Tekanan pleural pada waktu istirahat (resting pressure)

dalam posisi tiduran adalah -2 sampai -5 cm Air (H2O), sedikit

betambah negative di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi

tekanan negative meningkat menjadi -25 sampai -35 cm Air (H2O).

Selain fungsi mekanis, seperti telah di singgung di atas, rongga

pleural steril karena mesothelial bekerja melakukan fagositosis benda

asing, dan cairan yang di produksinya bertindak sebagai lubrikans.

Cairan rongga pleural sangat sedikit, sekitar 0,3 ml/kg. bersifat

hipoonkontik dengan konsentrasi protein 1 g/dl. Gerakan pernapasan

dan gravitasi kemungkinan besar ikut mengatur jumlah produksi dan

19

resorbsi cairan rongga pleural. Resorbsi terjadi terutama pada

pembuluh limfe pleural parietalis , dengan kecepatan 0,1 sampai 0,15

ml/kg/jam.bila terjadi gangguan produksi dan reabsorbsi akan

mengakibatkan terjadinya Efusi Pleural.

Fungsi pleural yang lain mungkin masih ada karena belum

sepenuhnya dimengerti.

2. Konsep Dasar Medis

a. Definisi

Efusi Pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang

terletak antara permukaan visceral dan parietal. Merupakan proses

penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit

sekunder terhadap penyakit lain (brunner and suddarth, 2001).

Efusi Pleural adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan

cairan dalam rongga pleural. Selain itu, dapat juga terjadi penumpukan

pus atau darah. Efusi Pleural merupakan suatu gejala penyakit yang

mengancam jiwa penderita.

Efusi Pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural,

proses penyakit primer jarang terjadi namaun biasanya terjadi sekunder

akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin

merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus

(baughman C Diane, 2000).

Efusi Pleural adalah adalah suatu keadaan ketika rongga pleural

dipenuhi oleh cairan (terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleural)

(Somantri, 2009).

20

Efusi Pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleural yang

terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer

jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap

penyakit lain. Secara normal , ruang pleural mengandung sejumlah kecil

cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan

permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (smeltzer C suzanne,

2002).

Efusi Pleural adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan

cairan dalam rongga pleural. (Price C Sylvia, 1995)

b. Etiologi

Kelebihan cairan pada rongga pleural sedikitnya di sebabkan oleh

dari 4 mekanisme dasar :

1) Peningkaan tekanan kapiler subpleural atau limfatik

2) Penurunan tekanan osmotic koloid darah

3) Peningkatan tekanan negative intrapleural

4) Adanya inflamasi atau neoplastik pleural

Penyebab efusi pleura :

1) Virus dan mikopasma

Insiden agak jarang, bila terjadi jumlahnya tidak banyak.

Contoh: echo virus , riketia, mikoplasma, clamydia.

2) Bakteri piogenik

Bakteri berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara

hematogen. Contoh aerob: streptokokus pneumonia, s. mileri, s.

aereus, hemopillus, klebsiella. Anaerob : bakteroides , seperti

peptostreptococcus, fusobacterium

21

3) Fungi

Sangat jaran terjadi, biasanya karena perjalanan infeksi fungi

dari jaringan paru. Contoh : aktinomikosis, koksisdiomikosis,

apergilus, kriptokokus, histoplasmosis,dll.

4) Parasit

Parasit yang dapat menginfeksi ke pleural hanya amoba.

Amoeba masuk dalam bentuk trozoid setelah melewati parenkim hati

menembus diafragma terus ke rongga pleura. Efusi terjadi karena

amoeba menimbulkan peradangan .

5) Kelainan intra abdominal

Contoh : pancreatitis, pseudokista pancreas atau eksaserbasi

akut, pancreatitis kronik, abses ginjal, dll.

6) Penyakit kolagen

Contoh : lupusritematosus sistemik (SLE) , arthritis rematoid

(RA), skelerodema.

7) Gangguan sirkulasi

Contoh : gangguan CV (payah jantung), emboli pulmonal ,

hipoalbuminemia.

8) Neoplasma

Gejala paling khas adalah jumlahcairan efusi sangat banyak

dan selalu berakumulasi kembali dengan cepat.

22

9) Sebab- sebab lain

Seperti : trauma (trauma tumpul, laserasi , luka tusuk , dll),

uremia , miksedema , limfedema, reaksi hipersensitif terhadap obat ,

efusi pleura idiopatik.

10) Hambatan resorbsi dari rongga pleural karena adanya bendungan

seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum,

sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.

11) Pembentukan cairan yang berlebihan , karena radang (tuberculosis,

pnemonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang

menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan

berdarah dan karena trauma.

c. Patofisiologi

Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong antara

pleural tersebut, karena biasanya di sana hanya terdapat sedikit (10-20 cc)

cairan yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak secara

teratur. Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura,

sehingga mereka mudah bergeser satu sama lain. Dalam keadaan patologis

rongga antara kedua pleura ini dapat terisi dengan beberapa liter cairan atau

udara.

Diketahui bahwa cairan masuk ke dalam rongga melalui pleura

parietal dan selanjutnya keluar lagi dalam jumlah yang sama melalui

membran pleural viseralis via sistem limfatik dan vaskuler. Pergerakan

cairan dari pleura parietal ke pleura visceralis dapat terjadi karena adanya

perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotic. Cairan

23

kebanyakan diabsorbsi oleh sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang

diabsorbsi oleh sistem kapiler pulmonal.

Hal yang memudahkan penyerapan cairan pada pleural viseralis

adalah terdapatnya banyak mikrovili di sekitar sel-sel mesotelial. Luas efusi

pleura yang mengancam volume paru-paru, sebgian akan tergantung atas

kekakuan relatif paru-paru dan dinding dada. Dalam batas pernapasan

normal, dinding dada cenderung rekoil keluar sementara paru-paru

cenderung untuk recoil kedalam (paru-paru tidak dapat berkembang secara

maksimal melainkan cenderung untuk mengempis). (Somantri, 2008).

Pleural parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satu sama lain

dan hanya di pisahkan oleh selaput tipis cairan serosa. Lapisan cairan ini

memperlihatkan adanya keseimbangan antara transudasi dari kapiler-

kapiler pleural dan rabsorbsi oleh vena visceral dan parietal, dan saluran

getah bening.

Efusi pleural dapat berupa transudat atau eksudat. Transudat terjadi

pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah jantung

kongestif . kseimbanagan kekuatan meyebabkan pengeluaran cairan dari

pembuluh. Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia, seperti

pada penyakit hati dan ginjal, atau penekanan tumor pada vena kava.

Penimbuanan eksudat timbul sekunder dari peradangan atau keganasan

pleural, dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan

absorbsi getah bening.

Jika Efusi pleural mengandung nanah, di sebut empiema. Empiema

di akibatkan oleh perluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan

24

merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru-paru atau perforasi

karsinoma ke dalam rongga pleural. Empiema yang tidak ditangani dengan

drainage yang baik dapat membahayakan dinding thoraks. Eksudat akibat

peradangan akan mengalami organisasi, dan terjadi perlekatan fibrosa

antara pleura parietalis dan visceral. Ini di sebut dengan fibrothoraks. Jika

fibrothoraks luas maka dapat menimbulkan hambatan mekanisme yang

berat pada jaringan –jaringan yang terdapat di bawahnya.

d. Manifestasi Klinis

1) Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena

pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan

banyak, penderita akan sesak nafas.

2) Adanya gejala- gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil,

nyeri dada pleuritis (pnemonia), panas tinggi (kokus), subfebril

(tuberkulosis), banyak keringat, batuk, banyak riak.

3) Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi

penumpukan cairan pleural yang signifikan.

4) Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan dudukakan berlainan,

karena cairan akan berpindah tempat.bagian yang sakit akan kurang

bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada

perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan

membentuk garis melengkung (garis ellis damoiseu).

5) Didapati segitiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani

di bagian atas garis ellis domiseu. Segitiga grocco – rochfus, yaitudaerah

25

pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi

daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.

Tanda dan gejala Efusi pleural juga dapat Tergantung pada penyakit

dasarnya:

1) Sesak nafas

2) Rasa berat pada dada

3) Bising jantung (payah jantung)

4) Lemas yang progresif

5) BB menurun (pada neoplasma)

6) Batuk yang kadang –kadang berdarah (ca bronkus)

7) Demam subfebril (pada TB)

e. Klasifikasi

1) Eksudat

Ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau kavitas.Sebagai akibat

inflamasi oleh produk bakteri atau humor yang mengenai pleural

contohnya Tuberculosis (TBC), trauma dada, infeksi virus. Efusi

pleural mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif.

Tuberculosis (TBC), pneumonia, infeksi paru, sindroma nefrotik,

karsinoma bronkogenik, serosis hepatis, embolisme paru, infeksi

parasitik.(Smeltezer & Bare, 2002).

2) Transudat

Merupakan filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler

yang utuh, terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

dan reabsorbsi cairan pleural terganggu yaitu karena

26

ketidakseimbangan tekanan hidrostaltik atau ankotik.Transudasi

menandakan kondisi seperti asites, perikarditis. Penyakit gagal jantung

kongestik atau gagal ginjal sehingga terjadi penumpukan cairan

(Smeltezer dan Bare, 2002).

f. Komplikasi

1) Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum)

2) Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)

3) Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam, menyebabkan

udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis)

4) Laserasi pleura viseralis

g. Penanganan/Pengobatan

Pada Efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan

memakai pipa intubasi melalui sela iga. Bila cairan pusnya kental sehingga

kulit keluar atau bila empiemanya multikular, perlu tindakan operatif.

Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologi

atau larutan antiseptik (Betadine). Pengobatan secara sistemik hendaknya

segera diberikan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi

pengeluaran cairan yang adekuat.

Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi (pada

Efusi pleural maligna), dapat dilakukan pleurodesis yakni melengketkan

pleural viseralis dan pleural parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah

tetrasiklin (terbanyak dipakai) Bleomycin, Corynebacterium parvum, Thio-

tepa dan lain-lain.

Memicu reaksi antigen

body

27

Tujuan umum:

1) Untuk menemukan penyebab dasar

2) Untuk mencegah penumpukan kembali cairan

3) Menghilangakan ketidaknyamanan serta dispnea

Pengobatan spesifik di tujukan untuk penyebab dasar, misalnya :

gagal jantung kongestif (CHF), pneumonia, sirosis hepatis.

Tindakan yang dilakukan yaitu :

1) Torakosentesis

a) Untuk membuang cairan pleural

b) Mendapatkan specimen untuk analisis

c) Menghilangkan dispnea

2) Pemasangan selang dada atau drainage

Hal ini dilakukan jika torakosintesis menimbulkan nyeri, penipisan

protein dan elektolit.

3) Obat- obatan

Antibiotic , jika agen penyebab adalah kuman atau bakteri.

4) Penatalaksanaan cairan

5) Pemberian nitrogen mustard atau tetrasiklin melalui selang dada.

h. Pemeriksaan diagnostic

1) Sinar X dada: menyatakan akumulasi cairan pada area pleural ; dapat

menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)

2) Gas darah arteri (GDA) : variable tergantung dari derajat fungsi paru

yang di pengaruhi , gangguan mekanik pernapasandan kemampuan

mengkompensasi. Tekanan partiel karbon dioksida dalam darah arteri

28

(PaCO2)kadang- kadang meningkat. Tekanan partiel oksigen dalam

darah arteti(PaO2)mungkin normal atau menurun; saturusasi oksigen

biasanya menurun

3) Torakosentesis : menyatakan cairan serisanguinosa

3. Konsep Dasar Keperawatan

a. Pengkajian

Menurut Wijaya & Putri (2013), pengkajian pada Efusi pleural

meliputi :

1) Identitas klien

Meliputi : nama, umur , jenis kelamin, status perkawinan, agama,

pendidikan, pekerjaan, dll.

2) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan dahulu

Efusi pleural mungkin merupakan komplikasi gagal jantung

kongestif , Tuberculosis (TB) , pneumonia, infeksi paru (terutama

virus), sindrom nefrotik, penyakit jaringan ikat , dan tumor

neoplastik. Karsinoma malignansi bronkokogenik adalah malignasi

yang paling umum berkaitan dengan Efusi pleural. Efusi pleural

dapat juga tampak pada sisrosis hepatis, embolisme paru, dan

infeksi parasitic.

b) Riwayat Kesehatan sekarang

Manifestasi yang biasanya dirasakan oleh pasien adalah:

(1) Dispnea dengan aktiitas ataupun istirahat

29

(2) Nyeri dada unilateral , meningkat karena pernapasan , batuk ,

tajam dan nyeri, menusuk yang di perberat oleh napas dalam,

kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen.

(3) Kesulitan bernapas

c) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit paru,

jantung, ginjal, dll.

3) Data Dasar Pengkajian Pasien

Pemeriksaan bermacam-macam, tergantung pada jumlah akumulasi

cairan, kecepatan akumulusai dan fungsi paru sebelumnya.

a) Aktivitas / istirahat

Gejala: Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat

b) Sirkulasi

Tanda :

(1) Takikardia

(2) Frekuensi tak teratur / distritmia

(3) S3 atau S4 / irama jantung gallop (gagal jantung sekunder

terhadap efusi) dan TD: hipertensi / hipotensi

c) Integritas ego

Tanda : ketakutan, gelisah.

d) Makanan / cairan

Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral.

e) Nyeri / kenyamanan (gejala tergantung pada ukuran organ yang

terlibat)

30

Gejala : nyeri dada unilateral, meningkat karena pernafasan dan

batuk tajam dan nyeri , menusuk yang di perberat oleh napas

dalam, kemungkinan menyebar ke leher , bahu , abdomen (Efusi

pleurel).

Tanda :

(1) Berhati-hati pada area yang sakit

(2) Perilaku distraksi dan mengkerutkan wajah

f) Pernapasan

Gejala : Kesulitan bernapas , lapar napas , Batuk (Mungkin gejala

yang ada) Riwayat bedah dada / trauma , penyakit paru kronis,

Tanda :

(1) Pernapasan : peningkatan frekuensi / takipnea

(2) Peningkatan kerja napas , penggunaan otot aksesori pernapasan

pada dada, lehr , retraksi interkostal , ekspirasi abdominal akut

(3) Bunyi menurun atau tak ada (sisi yang terlibat)

(4) Fremitus menurun (sisi yang terlibat)

(a) Perkusi dada ; bunyi pekak di atas area yang terisi cairan

(b) Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama

(paradoksit ) bila trauma , penurunan pengembangan

torak (area yang sakit)

(c) Kulit: pucat , sianosis, berkeringat , krepitasi subkutan

(udara pada jaringan dengan palpasi)

(d) Mental : ansietas, gelisah , bingung , pingsan

(e) Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif / terapi

PEEP

31

b. Penyimpangan KDM (NANDA NIC-NOC, 2015)

Gagal jantung kiri

Obstruksi vena cava

Superior

Asietas pada sirosis hati

Dialisis periotonil

Obstruksi fraktus Urinarius

Terdapat jaringan

nekrotik Pada septa

Kongesti pada pembuluh

Limfe

Reabsorbsi cairan

terganggu

Peradangan pleura

Permaebal membran

kapiler meningkat

Gangguan tekanan kapiler

hidrostaltik dan koloid

osmotik intrapleura

Peningkatan tekanan

kapiler

sistematik/pulmonal

Penurunan tekanan

koloid ostomatik &

pleura

Penurunan tekanan

intra pleura

Transudat

Eksudat

Konsentrasi protein

cairan pleura meningkat

Cairan protein dari

getah bening masuk

rongga pleura

Sesak napas

Ekspansi paru

Gangguan pertukaran gas

Ketidakefektifan

pola napas

anoreksia

Penekanan pada abdomen

Penumpukan cairan pada

rongga pleura

Insufiensi oksigenasi

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Gangguan metabolisme

O2

Intoleransi aktivitas

Energi berkurang Gangguan rasa

nyaman

Defisit perawatan

diri

Suplai O2

Drainase

Nyeri Resiko

infeksi

Resiko tinggi terhadap

tindakan drainase dada

32

c. Diagnosa keperawatan

Menurut Wijaya & putri (2013), diagnosa keperawatan utama

pada efusi pleura meliputi :

1) Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi

paru (akumulasi cairan, gangguan muskuluskeletal,

nyeri/ansietas,proses inflamasi)

2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi

trakeobronkial, pembentukan edema,peningkatan produksi sputum,

nyeri pleuritik.

3) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan: perubahan membran

alveolar kapiler (efek inflamasi), gangguan kapasitas pembawa

oksigen darah.

4) Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi

sekret terhadap sirkulasi toksin, batuk menetap.

d. Intervensi Keperawatan

Menurut North American Nursing Diagnosis Association

(NANDA) tahun (2015) Berdasarkan diagnosis keperawatan diatas maka

diprioritaskan adalah :

1) Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi

paru (akumulasi cairan, gangguan muskuluskeletal,

nyeri/ansietas,proses inflamasi)

33

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan & Kriteria

Hasil

Intervensi

1 2 3 4

1

Definisi : inspirasi

dan/ atau ekspirasi

yang tidak

memberi ventilasi

Batasan

karakteristik:

a) Perubahan

kedalaman

pernapasan

b) Perubahan

ekskursi dada

c) Mengambil

posisi tiga titik

d) Bradipnea

e) Penurunan

ventilasi

semenit

f) Penurunan

kapasitas vital

g) Dispnea

h) Peningkatan

diameter

anterior-

posterior

i) Pernapasan

cuping-hidung

j) Ortopnea

k) Fase ekspirasi

memenjang

l) Pernapasan

bibir

m) Takipnea

n) Penggunaan

otot aksesorius

untuk bernapas

Faktor yang

berhubungan :

a) Ansietas

b) Posisi tubuh

c) Deformitas

tulang

d) Deformitas

dinding dada

e) Keletihan

f) Hiperventilasi

g) Sindrom

hipoventilasi

h) Gangguan

muskuloskeletal

i) Kerusakan

neurologis

j) Imaturitas

neurologis

k) Disfungsi

neuromuskular

NOC

a) Respiratory

status :

Ventilation

b) Respiratory

status ; Airway

patency

c) Vital sign

status

Kriteria Hasil :

a) Mendemonstra

sikan batuk

efektif dan

suara nafas

yang bersih,

tidak ada

sianosis dan

dyspneu

(mampu

mengeluarkan

sputum,

mampu

bernafas

dengan mudah,

tidak ada

pursed lips)

b) Menunjukkan

jalan nafas

yang paten

(klien tidak

merasa

tercekik, irama

nafas,

frekuensi

pernafasan

dalam rentang

normal, tidak

ada suara nafas

abnormal

c) Tanda Tanda

vital dalam

rentang normal

(tekanan darah,

nadi,

pernafasan)

NIC

Airway Management :

a) Buka jalan nafas, guanakan

teknik chin lift atau jaw

thrust bila perlu

b) Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

c) Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas

buatan

d) Pasang mayo bila perlu

e) Lakukan fisioterapi dada jika

perlu

f) Keluarkan sekret dengan

batuk atau suction

g) Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara tambahan

h) Lakukan suction pada mayo

i) Berikan bronkodilator bila

perlu

j) Berikan pelembab udara

Kassa basah NaCl Lembab

k) Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan

keseimbangan

l) Monitor respirasi dan status

O2.

Terapi Oksigen

a) Bersihkan mulut, hidung

dan secret trakea

b) Pertahankan jalan nafas

yang paten

c) Atur peralatan oksigenasi

d) Monitor aliran oksigen

e) Pertahankan posisi pasien

f) Onservasi adanya tanda

tanda hipoventilasi

g) Monitor adanya kecemasan

pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

a) Monitor TD, nadi, suhu,

dan RR

b) Catat adanya fluktuasi

tekanan darah

c) Monitor VS saat pasien

berbaring, duduk, atau

berdiri

d) Auskultasi TD pada kedua

lengan dan bandingkan

e) Monitor TD, nadi, RR,

sebelum, selama, dan

setelah aktivitas

f) Monitor kualitas dari nadi

g) Monitor frekuensi dan

irama pernapasan

34

1 2 3 4

l) Obesitas

m) Nyeri

n) Kelebihan otot

pernapasan

cedera medula

spinalis

h) Monitor suara paru

i) Monitor pola pernapasan

abnormal

j) Monitor suhu, warna, dan

kelembaban kulit

k) Monitor sianosis perifer

l) Monitor adanya cushing

triad (tekanan nadi yang

melebar, bradikardi,

peningkatan sistolik)

m) Identifikasi penyebab dari

perubahan vital sign

Tabel 2.1

Tabel Rencana Keperawatan Pola Nafas Tidak efektif

2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi

trakeobronkial, pembentukan edema,peningkatan produksi sputum,

nyeri pleuritik.

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria

Hasil

Intervensi

1 2 3 4

2 Definisi : ketidakmampuan untuk

membersihkan sekresi

atau obstruksi dari

saluran napas untuk

mempertahankan

bersihan jalan

Batasan karakteristik :

a) Tidak ada batuk

b) Suara napas

tambahan

c) Perubahan frekuensi

napas

d) Sianosis

e) Perubahan irama

napas

f) Kesulitan

berbicara/mengeluar

kan suara

g) Pernurunan bunyi

napas

h) Dispnea

i) Sputum dalam

jumlah yang

berlebihan

j) Batuk yang tidak

efektif

k) Ortopnea

NOC

a) Respiratory

status :

Ventilation

b) Respiratory

status : Airway

patency

Kriteria Hasil :

a) Mendemonstras

ikan batuk

efektif dan

suara napas

yang bersih,

tidak ada

sianosis dan

dispnea

(mampu

mengeluarkan

sputum, mampu

bernapas

dengan mudah,

tidak ada,

pursed lips)

b) Menunjukkan

jalan napas

yang paten

(klien tidak

merasa

NIC

Airway suction

a) Pastikan kebutuhan

oral/ tracheal

suctioning

b) Auskultasi suara napas

sebelum dan sesudah

suctioning

c) Informasikan pada

klien dan keluarga

tentang suctioning

d) Minta klien napas

dalam sebelum

suctioning

e) Berikano oksigen

dengan menggunakan

nasal untuk

memfasilitasi suksion

nasotrakeal

f) Gunakan alat yang

steril setiap

melakukan tindakan

g) Anjurkan pasien untuk

istirahat dan napas

dalam setelah kateter

dikeluarkan dari

nasotrakeal

h) Monitor status oksigen

35

1 2 3 4

l) Gelisah

m) Mata terbuka lebar

Faktor yang

berhubungan :

Lingkungan

a) Perokok pasif

b) Menghisap asap

rokok

c) Merokok

Obstruksi jalan napas

a) Spasme jalan napas

b) Mukus dalam jumlah

berlebihan

c) Eksudat dalam

alveoli

d) Materi asing dalam

jalan napas

e) Adanya jalan napas

buatan

f) Sekresi yang

tertahan/sisa sekresi

g) Sekresi dalam bronki

Fisiologis

a) Jalan napas alergik

b) Asma

c) Penyakit paru

obstruksi kronis

d) Hiperplasia dinding

bronkial

e) Infeksi

f) Disfungsi

neuromuskular

tercekik, irama

c) napas, frekuensi

pernapasan

dalam batas

normal, tidak

ada napas batas

abnormal)

d) Mampu

mengidentifikas

ikan dan

mencegah

faktor yang

dapat

menghambat

jalan napas.

pernapasan

i) Ajarkan keluarga

bagaimana cara

melakukan suksion

j) Hentikan suksion dan

berikan oksigen

apabila pasien

menunjukkan

bradikardi,

peningkatan saturasi

Oksigen, dll

Airway Management

a) Buka jalan napas

gunakan tehnik chin

lift atau jaw thrust bila

perlu

b) Posisikan pasien untuk

memaksimalkan

ventilasi

c) Identifikasi pasien

perlunya

Pemasangan alat jalan

napas buatan

d) Pasang mayo bila

perlu

e) Lakukan fisioterapi

dada jika perlu

f) Keluarkan secret

dengan batuk atau

suction

g) Auskultasi suara

napas, catat adanya

suara tambahan

h) Lakukan suction pada

mayo

i) Berikan bronkodilator

bila perlu

j) Berikan pelembab

udara kassa basah

NaCl Lembab

k) Atur intake untuk

cairan

mengoptimalkan

keseimbanganMonitor

respirasi dan status

oksigen

Tabel 2.2

Tabel Rencana Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

36

3) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan: perubahan membran

alveolar kapiler (efek inflamasi), gangguan kapasitas pembawa oksigen

darah.

No Diagnosa

keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

1 2 3 4

Definisi :

kelebihan atau

defisit pada

oksigenasi

da/atau eliminasi

karbon dioksida

pada membran

alveolar-kapiler.

Batasan

Karakteristik :

a) pH darah

arteri

abnormal

b) pH arteri

abnormal

c) pernapasan

abnormal(mis

. Kecepatan,

irama dan

kedalaman

d) warna kulit

abnormal

(mis.pucat,ke

hitaman

e) konfusi

f) sianosis (pada

neonatus saja)

g) diaforesis

h) dispneu

i) sakit kepala

saat bangun

j) Hiperkapmia

k) Hipoksemia

l) Ititabilitas

m) Napas cuping

hidung

n) Gelisah

o) Samnolen

p) Takikardi

q) Gangguan

penglihatan

Faktor yang

Berhubungan:

a) Perubahan

memrane

alveolar-

kapiler

NOC

a) Respiratory Status:

Gas Exchange

b) Respiratory Status:

Ventilations

c) Vital Sign Status

Kriteria Hasil

a) Mendemonstrasika

n

peningkatan ventilasi

dan oksigenasi yang

adekuat

b) Memelihara

kebersihan paru-

paru dan bebas dari

tanda-tanda distress

pernapasan

c) Mendemonstrasika

n batuk efektif dan

suara napas yang

bersih, tidak ada

syanosis dan

dipsneu (mampu

mengeluarkan

sputum, mampu

bernapas dengan

mudah, tidak ada

pursed lip)

d) Tanda-tanda vital

dalam rentang

normal

NIC

Airway Management

a) Buka jalan napas, gunakan

teknik chin lift atau jaw

thrust bila perlu

b) Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

c) Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan

napas buatan

d) Pasang mayo bila perlu

e) Lakukan fisioterapi dada

jika perlu

f) Keluarka secret dengan

batuk atau suction

g) Auskultasi suara napas,

catat adanya suara

tambahan

h) Berikan bronkodilator bila

perlu

i) Berikan pelembab udara

kassa basah NaCl lembab

j) Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan

keseimbangan

k) Monitor respirasi dan status

O2

Respiratory Monitoring

a) Monitor rata-

ratamkedalaman,irama dan

usaha respirasi

b) Catat pergerakan dada,

amati kesimetrisan,

penggunaan otot tambahan,

retraksi otot supraclavicular

dan intercostal

c) Monitor suara napas, seperti

dengkur

d) Monitor pola

napas:bradipne, kussmaul,

hiperventilasi, cheyne

stokes,biot

e) Catat lokasi trakea

f) Monitor kelelahan otot

diafragma(gerakan

paradoksis)

g) Auskultasi suara napas

37

1 2 3 4

b) Ventilasi-

perfusi

catat area penurunan/tidak

adanya ventilasi dan suara

tambahan

h) Tentukan kebutuhan suction

Dengan mengauskultasi

crakles

dan ronkhi pada jalan napas

Auskultasi suara paru

setelah tindakan untuk

mengetahui hasilnya

Tabel 2.3

Tabel Rencana Keperawatan Kerusakan Pertukaran Gas

4) Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi

sekret terhadap sirkulasi toksin, batuk menetap.

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan & Kriteria

Hasil Intervensi

1 2 3 4

4

Definisi:

pengalaman sensori

dan emosional yang

tidak menyenangkan

yang muncul akibat

kerusakan jaringan

yang aktual atau

potensial atau

digambarkan dalam

hal kerusakan

sedemikian rupa

(International

Associstion for The

Study of pain):

awitan yang tiba-tiba

atau lambat dari

intensitas ringan

hingga berat dengan

akhir yang dapat di

antisipasi atau

diprediksi dan

berlangsung <6 bulan

Batasan Karakteristik

:

a) Perubahan selera

makan

b) Perubahan tekanan

darah

c) Perubahan

frekwensi jantung

NOC

a) Pain Level

b) Pain Control

c) Comfort Level

Kriteria Hasil:

a) Mampu mengontrol

nyeri (tahu penyebab

nyeri, mampu,

menggunakan teknik

nonfarmakologi

untuk mengurangi

nyeri, mencari

bantuan)

b) Melaporkan bahwa

nyeri berkurang

dengan

menggunakan

manajemen nyeri

c) Mampu mengenali

nyeri(skala,

intensitas, frekuensi

dan tanda nyeri)

d) Melaporkan bahwa

nyeri berkurang

dengan

menggunakan

manajemen nyeri

e) Menyatakan rasa

nyaman setelah nyeri

berkurang

NIC :

Pain Management

a) Lakukan pengkajian

nyeri secara

komprehensif

termasuk lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas dan

faktor presipitasi

b) Observasi reaksi

nonverbal dari

ketidaknyamanan

c) Gunakan teknik

komunikasi terapeutik

untuk mengetahui

pengalaman nyeri

pasien

d) Kaji kultur yang

mempengaruhi respons

nyeri

e) Evaluasi pengalaman

nyeri masa lampau

f) Evaluasi bersama

pasien dan tim

kesehatan lain tentang

ketidakefektifan

kontrol nyeri masa

lampau

g) Bantu pasien dan

keluarga untuk

mencari

38

1 2 3 4

d) Laporan isyarat

e) Diaforesis

f) Perilaku difraksi

(Mis,. Berjalan

mondar-mandir-

mandir mencari

orang lain dan atau

aktivitas lain,

aktivitas yang

berulang)

g) Mengepresikan

perilaku (mid.,

gelisah, merengek,

menangis)

h) Masker wajah

(misalnya: mata

kurang bercahaya,

tampak kacau,

gerakan mata

berpencar atau

tetap pada satu

fokus meringis)

i) Sikap melindungi

area nyeri

j) Fokus

menyempit(mis.

Gangguan persepsi

nyeri, hambatan

proses berfikir,

penurunan interaksi

dengan orang dan

lingkungan)

k) Indikasi nyeri yang

dapat diamati

l) Perubahan posisi

untuk menghindari

nyeri

m) Sikap tubuh

melindungi

n) Dilatasi pupil

o) Melaporkan nyeri

secara verbal

p) Gangguan tidur

Faktor Yang

Berhubungan :

a) Agen cedera(mis.,

biologis, zat

kimia, fisik,

psikologis)

mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan

kebisingan

h) Kurangi faktor

presipitasi nyeri

i) Pilih dan lakukan

penanganan

nyeri(farmakologi, nun

farmakologi dan

interpersonal)

j) Kaji tipe dan sumber

nyeri untuk

menentukan intervensi

k) Ajarkan tentang teknik

nonfarmakologi

l) Berikan analgetik

untuk mengurangi

nyeri

m) Evaluasi

keefektifan kontrol

nyeri

n) Tingkat istirahat

o) Kolaborasi dengan

dokter jika ada keluhan

dan tindakan nyeri

tidak berhasil

p) Monitor penerimaan

pasien tentang

manajemen nyeri

Analgesic

Administration

a) Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas

dan derajat nyeri

sebelum pemberian

obat

b) Cek instruksi dokter

tentang jenis obat,

dosis dan frekuensi

c) Cek riwayat alergi

d) Pilih analgesik yang

diperlukan atau

kombinasi dari

analgesik ketika

pemberian lebih dari

satu

e) Tentukan pilihan

analgesik tergantung

tipe dan beratnya nyeri

f) Tentukan analgesik

pilihan, rute pemberian

dan dosis optimal

g) Pilih rute pemberian

melalui IV, IM untuk

pengobatan nyeri

39

Tabel 2.4

Tabel Rencana Keperawatan Nyeri

e. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama

dan sesudah pelaksanaan serta menilai data yang baru (Nikmatur R. &

Saiful, 2012)

f. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur R & Saiful, 2012)

1 2 3 4

secara teratur

h) Monitor vital sign

sebelum dan sesudah

pemberian analgesik

pertama kali

i) Berikan analgesik

tepat waktu terutama

saat nyeri hebat

j) Evaluasi efektivitas

Andlgesik, tanda dan

gejala

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah studi

kasus. Studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah

keperawatan dengan batasan terperinci memiliki pengambilan data yang

mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi.

Penelitian studi kasus ini adalah studi kasus mengeksplorasi masalah

Asuhan Keperawatan Pada Klien yang Mengalami Efusi Pleural dengan

Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas.

B. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami Efusi

Pleural di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Secara lebih khusus subjek

penelitian adalah pasien Efusi Pleural dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan

Nafas di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

C. Fokus Studi

Fokus studi dalam penelitian ini adalah Efusi Pleural dengan masalah

Keperawatan Ketidak efektifan Bersihan Jalan Nafas.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut.

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :

a) Klien yang mengalami Efusi Pleural dengan Masalah

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

b) Klien bersedia menjadi klien

41

c) Di rawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

d) Klien yang tidak ada batuk/tidak efektif

e) Klien yang mengalami Dispnea

f) Klien yang mengalami penurunan suara napas

g) Klien yang mengalami perubahan irama napas dan frekuensi

pernapasan

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu :

a) Pasien yang dipulangkan sebelum 3 hari perawatan

b) Pasien yang mengalami perubahan diagnosa medis

D. Definisi Operasional

1. Efusi Pleural adalah adalah suatu keadaan ketika rongga pleural dipenuhi

oleh cairan (terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleural).

2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas adalah Ketidakmampuan untuk

membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk

mempertahankan kebersihan jalan nafas.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian atau alat pengumpulan data merupakan suatu alat

untuk memperoleh data. Alat ini harus dipilih sesuai dengan jenis data yang

diinginkan dalam penelitian.

1. Lembar wawancara

2. Lembar observasi

42

F. Metode Pengumpulan Data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang

digunakan :

1. Wawancara

Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang-dahulu-keluarga dll). Sumber data dari

pasien, keluarga, dan perawat lainnya.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik pada sistem tubuh pasien

3. Studi dokumentasi (hasil dari pemeriksaan diagnostic)

G. Lokasi Dan Waktu Penelitian (Jadwal Penelitian)

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar pada tanggal

06 februari-06 maret 2017.

Alasan penulis mengambil lokasi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

karena lokasinya strategis dekat dari kampus Akper Mappaoudang Makassar.

Jadwal penelitian: Penelitian ini direncanakan akan berlangsung kurang lebih

selama 2 bulan.

No Jenis kegiatan

Bulan (2017) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Persiapan

2. Konsul judul

proposal

3. Acc judul

proposal

4. Penyusunan

proposal

5. Penelusuran

pustaka

6. Seminar pustaka

43

1 2 3 4 5 6 7 8 9

7. Pengumpulan data

8. Analisis dan

Penyusunan

laporan

9. Ujian akhir KTI

Tabel 3.1

Tabel Jadwal Penelitian

H. Analisis Data Dan Penyajian Data

Analisis data menurut Patton merupakan proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola kategorisasi, dan satuan uraian

dasar. Menurut Bogdan dan Biklen analisis data adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesisnya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan

apa yang dapat diceriterakan pada orang lain.

I. Etika Penelitian

Etika penelitian meliputi :

1. Informed consent (informasi untuk responden)

Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan

informan dengan memberikan persetujuan melalui imform consent, dengan

memberikan lembar persetujuan kepada responden sebelum penelitian

dilaksanakan. Setelah calon responden memahami atas penjelasan peneliti

terkait penelitian ini, selanjutnya peneliti memberikan lembar informed

consent untuk ditandatangani oleh sampel penelitian.

44

2. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan usaha menjaga kerahasian tentang hal-hal yang berkaitan

dengan data responden. Pada aspek ini peneliti tidak mencantumkan nama

responden pada kuesioner dan hanya diberikan kode atau nomor responden

3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin

kerahasiannya oleh peneliti. Pada aspek ini, data yang sudah terkumpul dari

responden benar-benar bersifat rahasia dan penyimpanan dilakukan di file

khusus yang benar-benar milik pribadi sehingga hanya peneliti dan respon

yang mengetahuinya.

45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar adalah sebuah Rumah

Sakit Polri yang berada di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Rumah Sakit

ini beralamat di Jalan Letjen Pol. Mappa Oudang No.63 Makassar

Telepon 0411-830841. Di sebelah Selatan samping kiri berbatasan

dengan Jl. Mallobassang, di sebelah Timur bagian belakang Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar berbatasan dengan Jl. Kumala, dan sebelah Utara

samping kanan Rumah Sakit Bhayangkara Makassar berbatasan dengan

Kampus Akper Mappoudang Makassar dan sebelah Barat berbatasan

dengan Jl. Letjen Pol. Mappa Oudang . Dimana Rumah sakit

Bhayangkara terdapat 17 ruangan dimana tempat penelitian yang saya

ambil adalah ruang perawatan kenari dimana ruangan perawatan kenari

terdapat ruangan perawat dan terdapat 3 jenis kamar kelas yaitu

VIP,kelas 1 dan kelas 2 dimana VIP berjumlah 1 kamar, kelas 1

berjumlah 2 kamar , dan kelas 2 berjumlah 5 kamar.

2. Karakteristik Partisipan ( Identitas Klien )

a. Identitas Klien

Nama : Ny. “ A “

Usia : 80 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

45

46

Suku : Makassar

Status Pernikahan : Menikah

Pekerjaan : IRT

No. RM : 255797

Tanggal Masuk RS : 08/02/2017

Tanggal Pengkajian : 13/02/2017

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. “ S “

Usia : 52 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Hubungan dengan klien : Anak

3. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Pengumpulan Data

a) Keluhan Utama

(1) Keluhan utama : Sesak napas

(2) Faktor pencetus : Terjadi saat istirahat atau

selama kegiatan

(3) Lamanya keluhan : ±10 menit

(4) Faktor yang memperberat : Saat berbaring dan saat

beraktivitas

(5) Upaya yang dilakukan : Saat klien duduk dan

menarik nafas dalam

(6) Diagnosa medic : Efusi Pleural

47

b) Riwayat Kesehatan

(1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengatakan Batuk dan Sesak nafas dialami ±

6 hari yang lalu, 2 hari dirumah sesak dan batuk kemudian

dibawa kerumah sakit Bhayangkara sejak tgl 08 februari

2017

(2) Riwayat Kesehatan Lalu

Klien mengatakan pernah di rawat di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar dengan keluhan yang sama yaitu

sesak nafas dan batuk.

(3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Genogram 3 generasi

G4

80

?

G2

G1

G3

55 ? ?

48

Keterangan :

= Laki-laki = Garis Keturunan

= Perempuan = Klien

= Sudah Meninggal = Umur tidak diketahui

= Garis Serumah

G1 : Kakek dan nenek klien sudah meninggal karena usia

G2 : Ayah klien anak ke3 dan Ibu klien anak ke2. Ayah

dan Ibu Klien sudah meninggal karena faktor usia

G3 : Klien anak ke3 dari 4 bersaudara

c) Riwayat Psikososial

(1) Pola Konsep Diri

Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera

pulang kerumahnya.

(2) Pola Kognitif

Klien mengetahui bahwa penyakitnya jantung,

tetapi tidak mengetahui secara keseluruhan.

(3) Pola Koping

Klien berharap dapat sembuh dari penyakitnya.

(4) Pola Interaksi

Klien mampu berinteraksi dengan Perawat dan dokter.

d) Riwayat Spritual

(1) Keadaan klien beribadah

Klien mengatakan sebelum sakit rajin beribadah.

? ?

49

(2) Dukungan keluarga klien

Klien mengatakan keluarga sangat mendukung

terhadap kesembuhan klien.

(3) Ritual yang biasa dilakukan

Klien mengatakan tidak ada ritual khusus yang

biasa dilakukan.

e) Pemeriksaan Fisik

(1) Keadaan Umum

(a) Tanda-tanda distres

Klien tampak lemah,Ekspresi wajah klien

tampak datar,Penampilan klien tampak sesuai dengan

usianya,Klien tampak tidak banyak bicara dan tidak

bersemangat dan Tinggi badan 155 cm dan berat

badan 50 kg

(b) Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 110/90 mmHg

Nadi : 108 x /mnt

Pernafasan : 26 x/mnt

Suhu : 36,5oC

(c) Sistem Pernapasan

1. Hidung

Hidung simetris kanan dan kiri,

pernapasan cuping hidung,Tidak ditemukan adanya

polip dan Tidak terdapat apistaksis

50

2. Leher

Inspeksi : Tidak tampak adanya pembesaran

kelenjar tyroid ataupun kelenjardan

tampak ada lendir pada saat batuk.

Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar

tyroid dan kelenjar limfe serta tidak

ada nyeri tekan.

3. Dada

Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Bunyi pekak diatas area yang terisi

cairan

Auskultasi : Terdengar bunyi nafas tambahan

yaitu ronchi (+)

(d) Sistem Kardiovaskuler

Inspeksi : Tidak ditemukan adanya anemia, Bibir

tampak kering dan ukuran jantung

normal

Palpasi : Teraba arteri carotis kuat

Auskultasi : Bunyi jantung : I = Lup, II = Dup, tidak

terdengar bunyi jantung tambahan

51

(e) Sistem Pencernaan

1. Abdomen

Inspeksi : Warna kulit tidak ada kelainan,

Tidak tampak Vena yang

melintang diperut, gerakan

abdomen mengikuti irama

pernapasan.

Perkusi : Redup

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada

teraba adanya pembesaran hepar

Auskultasi : Tidak ada bising usus

(f) Sistem Indera

1. Mata

Inspeksi : Bulu mata dan alis tumbuh dengan

baik,Mampu membuka mata secara

spontan dan Bola mata dapat bergerak

kesegala arah.

Palapasi : Tidak ada nyeri tekan.

2. Hidung

Inspeksi : Bentuk hidung simetris,tidak terdapat

secret,Tidak ada polip dan Fungsi

penciuman klien baik dapat

membedakan bau dan Klien tidak

mimisan.

52

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

3. Telinga

Inspeksi : Bentuk telinga simetris kanan dan kiri

dan Tidak ada pembengkakan.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan Kedua daun

telinga lentur.

(g) Sistem Syaraf

1. Fungsi Cerebral

a. Status mental

Orientasi baik, klien dapat membedakan

waktu, tampak daya ingat baik.

b. Kesadaran : Composmentis (sadar penuh)

Eyes : Membuka mata secara spontan : 4

Motorik : Mengikuti perintah : 6

Verbal : Orientasi baik : 5 +

Skor Glasgow Coma Scale (GCS) 15

c. Bicara ekspresive

Klien dapat mengungkapkan perasaannya

dan berbicara dengan pelan dan jelas.

d. Bicara receptive

Klien mampu menjawab semua

pertanyaan yang diberikan.

53

2. Fungsi Cranial

a. Nervus I (olfactorius)

Klien dapat membedakan bau-bau yang ada

disekitarnya.

b. Nervus II (Optikus)

Klien dapat melihat objek yang ada

disekitarnya.

c. Nervus III, IV, VI : (Okulomotorius, toklear dan

obduser)

Klien mampu menggerakkan bola matanya

dan mampu melihat kesegala arah.

d. Nervus V (Trigeminal)

Klien mampu mengunyah dengan baik.

e. Nervus VII (Fasial)

Klien dapat merasakan ransangan pada

wajah.

f. Nervus VIII (Vestibula Koklear)

Pendengaran klien baik

g. Nervus IX (Elasofaringus)

Klien dapat mengontrol pengeluaran

salivanya

h. Nervus X (Vagus)

Ransangan muntah ada, kemampuan menelan baik

54

i. Nervus XI (Aksesoris Spinal)

Gerakan otak lemah

j. Nervus XII (Hipoglesus)

Gerakan lidah baik, tidak tremor

3. Fungsi motorik

Massa otot, tonus otot, dan kekakuan otot

sedikit menurun

4. Fungsi sensorik

Klien dapat membedakan suhu panas dan dingin

5. Fungsi serebellum

Koordinasi baik, mampu menunujukkan ibu jari

6. Refleks fisiologis

Bisep (+/+), trisep (+/+), Patella (+/+)

Reflex patologis : Babinski : telapak kaki diberi

ransangan berupa goresan ibu jari kaki klien akan

bergerak.

(h) Sistem Muskuloskeletal

1. Kepala

Bentuk kepala bulat, tidak ada peradangan,

rambut tidak mudah dicabut, tidak ada nyeri tekan.

2. Vertebra

Tidak menunjukkan adanya kelainan bentuk

seperti scoliosis, lordosis, dan kifosis.

55

3. Lutut

Kedua lutut dapat digerakkan dengan

pergerakan lambat, dan tidak tampak oedema.

4. Kaki

Kedua kaki tidak dapat digerakkan tetapi

dengan pergerakan yang lambat dan tidak tampak

bengkak pada kaki

5. Tangan

Tangan kanan klien kurang mampu

menggerakkan serta menahan tekanan, dan tangan kiri

tampak tidak ada.

(i) Sistem Integumen

1. Rambut

Rambut berwarna putih, keadaan rambut tampak

kurang rapi

2. Kulit

Warna kulit langsat berkeriput

3. Kuku

Kuku pendek dan bersih

(j) Sistem Endokrin

1. Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

2. Ekskresi urine normal

(k) Sistem imun

Tidak ada riwayat alergi makanan, obat-obatan

56

f) Aktivitas Sehari-Hari

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Nutrisi

a. Selera makan

b. Menu makan

c. Porsi makan

d. Frekuensi makan

e. Cara makan

Cairan

a. Jenis

b. Jumlah

c. Pemenuhan cairan

Eliminasi

a. BAK

1. Tempat pembuangan

2. Warna

3. Bau

4. frekuensi

b. BAB

1. Tempat pembuangan

2. Warna

3. Bau

4. Frekuensi

Istirahat / tidur

a. Siang

b. Malam

Personal hyiegiene

a. Mandi

1. Cara

2. Frekuensi

b. Gosok gigi

1. Cara

2. Frekuensi

c. Cuci rambut

1. Cara

2. Frekuensi

Aktivitas mobilisasi

Olahraga

Rekreasi

Baik

Nasi, Ikan, Sayur

1 piring

3 x sehari

Makan sendiri

Air putih

6-8 gelas/hari:1250 cc-

1750 cc

Oral

Wc

Kuning

Amoniak

4-5 x/hari

Wc

Kuning

Menyengat

1 x/hari

14:00-15:00/1 jam

22:00-05:30/7 jam

Jumlah: 8 jam/hari

Mandi sendiri

2 x sehari

Gosok gigi sendiri

2 x sehari

Cuci rambut sendiri

2 x sehari

Beraktivitas mandiri

Jarang olahraga

Menonton tv

Kurang

Bubur

5-7 sendok dimakan

3 x sehari

Dibantu keluarga

Air putih

4-6 gelas/hari:1000 cc-

1250 cc

Oral

Wc

Kuning pucat

Amoniak

2-3 x/hari : 1000 cc

Wc

Kuning

Menyengat

1 x/hari

14:00-14:30/30 mnt

00:45-04:00/3 jam

Jumlah : 3 ½ jam/hari

Belum pernah

mandi

Belum pernah gosok

gigi

Belum pernah keramas

selama sakit

Aktivitas dibantu

keluarga

Tidak pernah

Tidak pernah

Tabel 4.1

Tabel Aktivitas Sehari-hari

57

g) Pemeriksaan Diagnostik

(1) Pemeriksaan Radiologi Tanggal : 7 Februari 2017

Kesan : Efusi Pleural Bilateral

(2) Pemeriksaan Laboratorium

(a) Darah Rutin

Jenis

Pemeriksaan

Hasil Satuan Nilai Normal

WBC

HGB

HCT

PLT

6,55

13,6

41,0

250

uL

g/dL

%

10^3/uL

40-10,0

12,0-18,0

37,0-54,0

150-400

Tabel 4.2 Tabel Darah Rutin

(b) Kimia Darah

Jenis

pemeriksaan

Hasil Nilai

Normal

Jenis

pemeriksaan

Has

il

Nilai

Normal

1 2 3 4 5 6

Glukosa

Random

Glukosa Puasa

Glukosa 2 JPP

Cholesterol

HDL

Cholesterol

LDL

Cholesterol

Trigliserida

Uric Acid

Ureum

Creatinin

HBsAg

H I V

200

13

0,68

100-140

mg/dl

80-125

mg/dl

100-140

mg/dl

<200 mg/dl

L > 35 mg/dl

P > 45 mg/dl

<150 mg/dl

<150 mg/dl

L 3,4-7,0

mg/dl

P 2,4-6,0

mg/dl

10-50 mg/dl

L 0,6-2,0

mg/dl

P 0,5-1,2

mg/dl

NEGATIF

Bilirubin

Total

Bilirubin

Direk

SGOT 37ºC

SGPT 37ºC

Alk.Phosfat

37ºC

Protein Total

Albumin

Globulin

Natrium

Kalium

Chlorida

Calsium

Magnesium

121

3,52

87

Up to 1,0

mg/dl

Up to 0,25

mg/dl

L 37/P 31 u/l

L 42/P 32 u/l

L.80-306 u/l

P 64-306 u/l

6,6-8,0 gr%

3,8-4,0 gr%

3,8-5,0 gr%

136-145

mmol/L

3,5-5,1mmol

98-106mmol

2,02-2,60

mmol/L

0,8-1,0

mmol/L

NEGATIF

58

1 2 3 4 5 6

H I V

Anti HCV

NARKOBA

NON

REAKTIF

NON

REAKTIF

NEGATIF

BTA

SPUTUM

HCV

VDRL

NON

REAKTIF

NON

REAKTIF

Tabel 4.3

Tabel Kimia Darah

h) Therapi

(1) Terapi O2 3 lpm : Untuk memenuhi kebutuhan

O2 yang adekuat dalam

darah

(2) Spinarolacton 50 mg 2x1 : Mencegah penimbunan

cairan dalam tubuh/untuk

pernapasan (sesak napas)

(3) Inj. Lasix 1 amp/ 8 jam : Untuk mengurangi cairan

dalam tubuh

(4) Ranitidin 1 amp/ 12 jam : Untuk menekan sekresi atau

pembentukan asam lambung

(5) Nebulizer dengan Combiven : Melonggarkan jalan napas

2) Klasifikasi Data

Data Subjektif Data Objektif

1 2

a) Klien mengatakan batuk berlendir

b) Klien mengatakan sesak napas

c) Klien mengatakan perasaannya

lemas

d) Klien mengatakan susah tidur

e) Klien mudah terbangun pada

malam hari

a) Tampak ada lendir saat batuk

b) Klien tampak sesak napas

c) Klien tampak lemas

d) Tampak klien sesak saat

beraktivitas

e) Pola napas cepat dan dangkal

f) Terdengar suara ronchi (+)

g) Konjungtiva tampak anemis

h) Klien tampak pucat

i) Klien tampak mengantuk

59

1 2

j) Tanda-tanda vital

TD : 110/90 mmHg

N : 108 x /mnt

P : 26 x/mnt

S : 36,5oC

Tabel 4.4

Tabel Klasifikasi Data

3) Analisa Data

No Data Penyebab Masalah

1 2 3 4

1. Data Subjektif :

a. Klien

mengatakan

batuk

berlendir

b. Klien

mengatakan

sesak napas

c. Klien

mengatakan

perasaannya

lemas

Data Objektif

a. Tampak

lendir pada

saat batul

b.Klien tampak

sesak napas

c.Klien tampak

lemas

d.Tampak klien

sesak saat

beraktivitas

e. TTV

TD:110/70

N : 88x/i

S :36ºC

P :26x/i

Payah jantung kongesti

Bendungan paru

Peningkatan tekanan vena

Pulmonalis

((a)) Transudasi

Penumpukan cairan dalam rongga

pleura

Daya kembang paru tidak normal

Kompensasi tubuh untuk

mendapatkan suplay O2 kedarah

yaitu dengan meningkatkan

frekuensi nafas

Ketidakefektifan bersihan jalan

napas

Ketidakefektifan

bersihan jalan

napas

2. Data Subjektif :

a. Klien

mengatakan

sesak napas

Data Objektif :

a. Klien tampak

sesak

b.Klien Tampak

Pucat

c.Terdengar

suara ronchi

(+)

Adanya penumpukan cairan pada

rongga pleura

Ketidakefektifan pola napas

Ketidakefektifan

pola napas

60

1 2 3 4

d.pola napas

cepat dan

dangkal

3. Data Subjektif :

a. Klien

mengatakan

susah tidur

b. Klien mudah

terbangun

pada malam

hari

Data Objektif :

a. Konjungtiva

Tampak

anemis

b. Klien tampak

mengantuk

Sesak nafas menyebabakan

peningkatan kerja otot bantu

pernapasan

Meransang susunan saraf simpatis

teransang untuk memicu RAS

Mengaktifkan kerja organ tubuh

REM menurun

Pasien terjaga

Gangguan tidur

Gangguan tidur

Tabel 4.5

Tabel Analisa Data

b. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi

1. Ketidakefektifan bersihan jalan

napas berhubungan dengan

inflamasi trakeobronkial,

peningkatan produksi sputum,

11 februari 2017 12 februari 2017

2. Ketidakefektifan pola napas

berhubungan dengan adanya

penumpukan cairan pada pleura

11 februari 2017 12 februari 2017

3 Gangguan tidur berhubungan

dengan Retikulasi Activity System

(RAS) teraktifasi akibat

peningkatan kerja otot-otot

pernafasan

11 februari 2017 12 februari 2017

Tabel 4.6

Tabel Diagnosa Keperawatan

61

c. Perencanaan/Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

1 2 3 4

1. Ketidakfektifan bersihan jalan nafas

berhubungan dengan inflamasi

trakeobronkial, pembentukan

edema,peningkatan produksi sputum,

nyeri pleuritik, ditandai dengan

Data Subjektif :

a. Klien mengatakan batuk berlendir

b. Klien mengatakan sesak napas

c. Klien mengatakan nyeri dada

c. Klien mengatakan perasaannya lemas

Data Objektif :

a.Klien tampak batuk

b.Klien tampak sesak napas

c. Klien tampak lemah

d. Tanda-tanda Vital

TD :110/70 mmHg

N : 88x/i

S : 36ºC

P : 26x/i

NOC

a) Respiratory status : Ventilation

b) Respiratory status : Airway

patency

Kriteria Hasil :

a) Mendemonstrasikan batuk efektif

dan suara napas yang bersih, tidak

ada sianosis dan dispnea (mampu

mengeluarkan sputum, mampu

bernapas dengan mudah, tidak ada,

pursed lips)

b) Menunjukkan jalan napas yang

paten (klien tidak merasa tercekik,

irama napas, frekuensi pernapasan

dalam batas normal, tidak ada

napas batas abnormal)

c) Mampu mengidentifikasikan dan

mencegah faktor yang dapat

menghambat jalan napas.

NIC

a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

b) Auskultasi suara napas, catat adanya suara

tambahan

c) Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi (

posisi semi fowler )

d) Bantu dan ajarkan klien batuk efektif

e) Bantu dan ajarkan klien tehnik napas dalam

efektif

2. Ketidakfektifan Pola nafas berhubungan

dengan dengan adanya penumpukan

cairan pada pleura

Data Subjektif :

a. Klien mengatakan sesak napas

Data Objektif :

a. Klien tampak sesak

b.Klien Tampak Pucat

NOC

a) Respiratory status : Ventilation

b) Respiratory status ; Airway

patency

c) Vital sign status

Kriteria Hasil :

a) Mendemonstrasikan batuk efektif

dan suara nafas yang bersih, tidak

ada sianosis Dan dispnea (mampu

mengeluarkan sputum, mampu

bernafas dengan mudah, tidak ada

pursed lips)

NIC

a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

c) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat

jalan nafas buatan

d) Auskultasi suara napas, catat adanya suara

tambahan

62

1 2 3 4

c.Terdengar suara ronchi (+)

d.pola napas cepat dan dangkal

b) Menunjukkan jalan nafas yang

paten (klien tidak merasa tercekik,

irama nafas, frekuensi pernafasan

dalam rentang normal, tidak ada

suara nafas abnormal

c) Tanda Tanda vital dalam rentang

normal (tekanan darah, nadi,

pernafasan)

3. Gangguan tidur berhubungan dengan

RAS (retikulasi activity system) teraktifasi

akibat peningkatan kerja otot-otot

pernafasan

Data Subjektif :

a. Klien mengatakan susah tidur

b. Klien mudah terbangun

Data Objektif :

a. Konjungtiva tampak

anemis

NOC: a) Anxiety Control b) Comfort Level c) Pain Level d) Rest : Extent and Pattern a) Sleep : Extent ang

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Perubahan

pola tidur pasien teratasi dengan kriteria hasil:

a) Jumlah jam tidur dalam batas normal

b) Pola tidur,kualitas dalam batas normal

c) Perasaan fresh Sesudah tidur/istirahat

NIC : a) Kaji pola tidur klien

b) Ciptakan suasana tenang

c) Berikan motivasi kpd klien tentang

pentingnya tidur cukup

d) Nilai adanya faktor yang menunjang

terjadinya gangguan pola tidur

Tabel 4.7

Tabel Perencanaan/Intervensi Keperawatan

63

d. Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Hari I Hari II

Jam Implementasi Jam Implementasi

1 2 3 4 5

Ketidakfektifan bersihan jalan nafas

berhubungan dengan inflamasi

trakeobronkial, pembentukan

edema,peningkatan produksi sputum,

nyeri pleuritik

10.10

10.15

10.20

10.25

10.30

1) Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR

Hasil : TD : 110/70 mmHg

N : 88x/i

S : 36ºC

RR : 26x/i

2) Mengauskultasi suara napas

Hasil : terdengar suara ronchi (+)

3) Memposisikan untuk

memaksimalkan ventilasi ( posisi

semi fowler )

Hasil : Klien mengatakan nyaman

4) Membantu dan mengajarkan klien

batuk efektif

Hasil : Klien mengerti dan mau

melakukannya

5) Membantu dan Mengajarkan tehnik

napas dalam

Hasil : Klien mengerti dan mau

melakukannya

11.00

11.10

11.15

11.20

11.30

1) Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR

Hasil : TD : 110/70 mmHg

N : 80x/i

S : 36ºC

RR :20x/i

2) Mengauskultasi suara napas

Hasil : sudah tidak terdengar suara

ronchi (+)

3) Memposisikan untuk memaksimalkan

ventilasi ( posisi semi fowler )

Hasil : Klien tampak nyaman

4) Membantu dan mengajarkan klien

batuk efektif

Hasil : Klien mengerti dan mau

melakukannya

5) Membantu dan Mengajarkan tehnik

napas dalam

Hasil :Klien mengerti dan mau

melakukannya

Ketidakefektifan pola napas

berhubungan dengan adanya

penumpukan cairan pada pleura

10.35

10.40

1) Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR

Hasil : TD : 110/70 mmHg

N : 88x/i

S : 36ºC

RR : 26x/i

2) Memposisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

Hasil : klien tampak nyaman

dengan posisi ini dan

merasa sesak napasnya

berkurang dan mau

melakukannya

11.35

11.40

1) Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR

Hasil : TD : 110/70 mmHg

N : 80x/i

S : 36ºC

RR : 20x/i

2) Memposisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

Hasil : klien tampak nyaman dan mau

melakukannya

64

1 2 3 4 5

10.45

10.50

3) Mengidentifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan

Hasil : Pemasangan O2 nasal kanul

untuk mengurangi sesak

napas

4) Mengauskultasi suara napas, catat

suara napas tambahan

Hasil :Terdengar suara ronchi

karena klien mengalami

sesak napas

11.45

11.50

3) Mengidentifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan

Hasil : sudah tidak menggunakan O2

nasal kanul Karena klien sudah

tidak sesak napas

4) Mengauskultasi suara napas, catat suara

napas tambahan

Hasil : tidak terdengar suara ronchi

karena klien tidak sudah tidak

napas

Gangguan tidur berhubungan dengan

Retikulasi activity system (RAS)

teraktifasi akibat peningkatan kerja

otot-otot pernafasan

11.00

11.05

11.10

11.15

1) Mengkaji pola tidur klien

Hasil : klien hanya tidur 3-4 jam

2) Menciptakan suasana tenang

Hasil : klien melaksanakan

3) Memberikan motivasi kepada klien

tentang pentingnya tidur cukup

Hasil : klien mengerti

4) Menilai adanya faktor yang

menunjang terjadinya gangguan

pola tidur

Hasil :klien merasa sesak napas

12.00

12.05

12.10

12.15

1) Mengkaji pola tidur klien

Hasil :Klien mengatakan sudah

nyenyak tidur

2) Menciptakan suasana tenang

Hasil : klien melaksanakannya

3) Memberikan motivasi kepada klien

tentang pentingnya tidur cukup

Hasil : klien mengerti

4) Menilai adanya faktor yang menunjang

terjadinya gangguan pola tidur

Hasil : klien sudah tidak sesak napas

Tabel 4.8

Tabel Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan

65

e. Catatan Perkembangan/Evaluasi

Diagnosa Keperawatan

Hari I Hari II

Jam Evaluasi Jam Evalausi

1 2 3 4 5

Ketidakfektifan bersihan jalan

nafas tidak efektif

berhubungan dengan

peningkatan produksi sputum,

12.00 S : Klien mengatakan masih sesak napas dan

batuk berlendir

O : Klien tampak masih napas dan tampak

masih batuk

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

b) Auskultasi suara napas, catat adanya

suara tambahan

c) Posisikan klien untuk memaksimalkan

ventilasi ( posisi semi fowler )

d) Bantu dan ajarkan klien batuk efektif

e) Bantu dan ajarkan klien tehnik napas

dalam efektif

13.00 S : Klien mengatakan sudah tidak sesak

napas dan sudah tidak batuk

O : Klien tampak tidak sesak dan batuk lagi

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

Ketidakfektifan Pola nafas

berhubungan dengan dengan

adanya penumpukan cairan

pada pleura

12.10 S : Klien mengatakan masih sesak napas

O : Masih terdengar suara ronchi (+)

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

b) Buka jalan nafas, gunakan teknik

chin lift atau jaw thrust bila perlu

c) Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

d) Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan

e) Auskultasi suara napas, catat adanya

Suara napas tambahan

13.10 S : Klien mengatakan tidak sedak napas lagi

O : sudah tidak terdengar suara ronchi (+)

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

66

1 2 3 4 5

Gangguan tidur berhubungan

dengan Retikulasi activity

system (RAS) teraktifasi

akibat peningkatan kerja otot-

otot pernafasan

12.20 S : Klien mengatakan sulit tidur

O : Tidur klien hanya 3 jam

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan inervensi

a) Kaji pola tidur klien

b) Ciptakan suasana tenang

c) Berikan motivasi kpd klien tentang

pentingnya tidur cukup

d) Nilai adanya faktor yang menunjang

terjadinya gangguan pola tidur

13.20 S : Klien mengatakan sudah nyenyak tidur

O : Tidur klien 5-6 jam

A : Masalah klien teratasi

P : Pertahankan intervensi

Tabel 4.9

Tabel Catatan Perkembangan/Evaluasi Keperawatan

67

B. Pembahasan

Dalam pelaksanaan praktek pada Ny. “A” dengan Efusi Pleural, penulis

menerapkan Asuhan Keperawatan Efusi Pleural dengan pendekatan Proses

Keperawatan yang terdiri dari tahapan Pengkajian, perumusan diagnosa

Keperawatan, penetapan Rencana Keperawatan, Implementasi Keperawatan,

dan Evaluasi Keperawatan. Penulis berupaya menerapkan Asuhan

Keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar Ny. “A” Berikut ini

penulis akan membahas tentang kesenjangan yang terjadi antara konsep teori

dan praktek yang penulis dapatkan dalam pelaksanaan Praktek Asuhan

Keperawatan.

1. Pengkajian

Menurut Wijaya & Putri (2013), pengkajian pada Efusi pleural dengan

tanda gejala menurut teori adalah dispnea dengan aktivitas ataupun

istirahat, Hipertensi/ hipotensi, ansietas, gelisah, adanya pemasangan IV

vena sentral/infus tekanan, Nyeri dada unilateral meningkat karena

pernafasan, batuk, tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas

dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen, Kesulitan

bernafas, batuk, fremitus menurun.

Sedangkan berdasarkan data yang didapatkan dalam kasus/praktek

Efusi Pleural yang ditemukan pada kasus Ny. “A” adalah klien

mengatakan badannya terasa lemah. Klien mengatakan susah tidur, klien

nampak lelah, jika klien beraktivitas nampak sesak, konjungtiva anemis,

klien mengatakan batuk berlendir,frekuensi napas 26x/i,terdengar suara

ronchi (+), dan klien tampak pucat.

68

Dengan demikian, terdapat kesenjangan antara konsep teori dan

praktek, yaitu:

a. Data yang di temukan dalam konsep teori tetapi tidak terdapat dalam

praktek, adalah :

1) Hipertensi /hipotensi. Hipertensi /hipotensi dapat terjadi ( kadang –

kadang terlihat sebagai respon terhadap sesak napas, nyeri/ansietas)

atau hipotensi (kehilangan darah), kurang istrahat, tekanan darah

klien berada pada rentang normal 110/90 mmHg, pada kasus

ditemukan bahwa klien Ny. “A” tidak mengalami hipertensi maupun

hipotensi setelah tertangani dengan pemberian tindakan dan terapi.

2) Pemasangan IV vena sentral/infus tekanan data ini tidak ditemukan

karena pada saat dikaji klien Ny.“A” tidak terdapat tanda-tanda

adanya gangguan nutrisi.

3) Nyeri dada unilateral data ini tidak ditemukan karena adanya

regangan pada paru-paru tidak ditemukan pada kasus Ny.”A” karena

pada saat pengkajian klien sudah dirawat di rumah sakit selama ±6

hari.

4) Bunyi S3 dan S4 data ini tidak ditemukan pada kasus Ny.”A” saat

pengkajian karena bunyi S3 dan S4 irama jantung gallop sangat pelan

dan hampir tidak terdengar, bunyi S3 terdengar selama periode

pengisian ventrikel cepat dan bunyi S4 timbul sesaat sebelum bunyi

jantung 1.

5) Ketakutan/kegelisahan dapat disebabkan oleh respon psikologis

seperti adanya ketidaknyamanan data ini tidak ditemukan pada kasus

69

Ny.”A” karena saat pengkajian tampak dari ekspresi dan tingkah

laku/gerak gerik klien tampak tenang dan wajah tersenyum.

6) Penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada dan leher data ini

tidak ditemukan pada kasus Ny.”A” karena saat pengkajian tidak

terdapat pernapasan cuping hidung.

7) Retraksi interkostal data ini tidak ditemukan pada kasus Ny.”A”

karena saat pengkajian tidak terjadi penarikan otot-otot antara tulang

rusuk menarik kedalam.

b. Data yang ditemukan dalam praktek tetapi tidak terdapat dalam konsep

teori, adalah :

1) Susah tidur (insomnia) dapat disebabkan oleh respon psikologis,

seperti kecemasan, adanya nyeri/ketidaknyamanan, atau kelelahan

data ini muncul karena klien Ny.”A” selalu batuk dan sesak napas

sehingga rangsangan untuk tidur tidak ada. Pada saat pengkajian

ditemukan data yang menunjang karena klien mengatakan susah tidur,

klien mudah terbangun, klien mengatakan tidur siang tidak menentu

serta konjungtiva tampak anemis.

2) Batuk berlendir data ini muncul karena klien Ny.”A” pada saat

pengkajian klien batuk dan mengeluarkan sekret berwarna kuning dan

klien tampak sesak karena terdapat sekret tersebut.

3) Terdengar suara ronchi data ini muncul karena klien Ny.”A” pada saat

pengkajian yaitu pemeriksaan fisik auskultasi terdengar bunyi pekak

didaerah dada yang berisi cairan.

70

4) Konjungtiva tampak anemis data ini muncul karena klien Ny.”A”

pada saat pengkajian klien mengatakan susah tidur dan klien mudah

terbangun dan tampak lelah.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Wijaya & putri (2013), Dalam konsep teori diagnosa

utama pada Efusi Pleural yaitu Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan

dengan adanya penumpukan cairan pada pleura. Ketidakefektifan bersihan

jalan nafas berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan

edema,peningkatan produksi sputum, nyeri pleuritik. Kerusakan pertukaran

gas berhubungan dengan: perubahan membran alveolar kapiler (efek

inflamasi), gangguan kapasitas pembawa oksigen darah. Nyeri (akut)

berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi sekret terhadap

sirkulasi toksin, batuk menetap.

Sedangkan dari hasil pengumpulan data dan dilanjutkan dengan

analisa data, maka Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada Ny.”A”,

adalah ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan adanya

penumpukan cairan pada pleura, ketidakefektifan bersihan jalan

berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan

edema,peningkatan produksi sputum dan gangguan pola tidur berhubungan

dengan Retikulasi Activity System (RAS) teraktifasi akibat peningkatan

kerja otot-otot pernafasan.

Dengan demikian terdapat kesenjangan antara konsep teori dan

praktek :

71

b. Diagnosa Keperawatan yang di temukan dalam konsep teori tetapi tidak

terdapat dalam praktek, adalah :

1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan: perubahan membran

alveolar kapiler (efek inflamasi), gangguan kapasitas pembawa

oksigen darah. . Diagnosa ini tidak ditemukan karena tidak ada tanda –

tanda sianosis dan hipoksia pada Ny.”A”

2) Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi

sekret terhadap sirkulasi toksin, batuk menetap. Diagnosa ini tidak

ditemukan karena Ny.”A” karena tidak mengalami nyeri pada daerah

dada.

b. Diagnosa Keperawatan yang di temukan dalam praktek tetapi tidak

terdapat dalam konsep teori, adalah Gangguan pola tidur berhubungan

dengan Retikulasi Activity System (RAS) teraktifasi akibat peningkatan

kerja otot-otot pernafasan karena saat pengkajian di dapatkan data dari

klien Ny.”A” yaitu susah tidur, mudah terbangun saat malam hari dan

tampak konjutiva anemis.

3. Perencanaan Keperawatan

a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi

trakeobronkial, pembentukan edema,peningkatan produksi sputum,

Perencanaan Keperawatan Menurut teori North American

Nursing Diagnosis Association (NANDA) adalah :

Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning, Auskultasi suara

napas sebelum dan sesudah suctioning, Informasikan pada klien dan

keluarga tentang suctioning, Minta klien napas dalam sebelum

72

suctioning, Berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk

memfasilitasi suksion nasotrakeal, Gunakan alat yang steril setiap

melakukan tindakan, Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas

dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal, Monitor status

oksigen pernapasan, Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan

suksion, Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien

menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi Oksigen, dll, Buka

jalan napas gunakan tehnik chin lift atau jaw thrust bila perlu,

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, Identifikasi pasien

perlunya, Pemasangan alat jalan napas buatan, Pasang mayo bila

perlu, Lakukan fisioterapi dada jika perlu, Keluarkan secret dengan

batuk atau suction, Auskultasi suara napas, catat adanya suara

tambahan, Lakukan suction pada mayo, Berikan bronkodilator bila

perlu, Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbanganMonitor respirasi dan status oksigen

Sedangkan perencanaan keperawatan yang ada pada kasus Ny.

“A” adalah:

Monitor Tekanan Darah, Nadi, Suhu, dan Pernapasan,

Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan, posisikan klien

untuk memaksimalkan ventilasi ( posisi semi fowler ), Bantu dan

ajarkan klien batuk efektif, Bantu dan ajarkan klien tehnik napas

dalam efektif

73

b) Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan penurunan

ekspansi paru (akumulasi cairan, gangguan muskuluskeletal,

nyeri/ansietas,proses inflamasi.

Perencanaan Keperawatan Menurut teori North American

Nursing Diagnosis Association (NANDA) adalah :

Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila

perlu, Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, Identifikasi

pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan,Pasang mayo

bila perlu, Lakukan fisioterapi dada jika perlu, Keluarkan sekret

dengan batuk atau suction, Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

tambahan, Lakukan suction pada mayo, Berikan bronkodilator bila

perlu,Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan,

Monitor respirasi dan status Oksigen, Bersihkan mulut, hidung dan

secret trakea, Pertahankan jalan nafas yang paten, Atur peralatan

oksigenasi, Monitor aliran oksigen, Pertahankan posisi pasien,

Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi, Monitor adanya

kecemasan pasien terhadap oksigen, Monitor Tekanan Darah, Nadi,

Suhu, dan Pernapasan, Catat adanya fluktuasi tekanan darah,

Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri, Auskultasi

Tekanan Darah pada kedua lengan dan bandingkan, Monitor

Tekanan Darah, Nadi, Pernapasan , sebelum, selama, dan setelah

aktivitas, Monitor kualitas dari Nadi, Monitor frekuensi dan irama

pernapasan.

74

Sedangkan perencanaan keperawatan yang ada pada kasus Ny.

“A” adalah :

Monitor Tekanan Darah, Nadi, Suhu, dan Pernapasan, Buka jalan

nafas, gunakan teknik Chin lift atau Jaw thrust bila perlu, Posisikan

pasien untuk memaksimalkan ventilasi, Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan, Auskultasi suara napas, catat

adanya suara tambahan

c) Gangguan tidur berhubungan dengan Retikulasi Activity System

(RAS) teraktifasi akibat peningkatan kerja otot-otot pernafasan.

Sleep Enhancement

Perencanaan Keperawatan Menurut teori North American

Nursing Diagnosis Association (NANDA) adalah :

Determinasi efek-efek medikasi tentang pola tidur , Jelaskan isi

tidur yang Adekuat , Fasilitasi untuk mempertahankan Aktivitas

sebelum tidur (membaca) , Lingkungan lingkungan yang nyaman ,

Kolaburasi pemberian obat tidur

Sedangkan Perencanaan Keperawatan yang ada pada kasus Ny.

“A” adalah :

Kaji pola tidur klien, Ciptakan suasana tenang, Berikan motivasi

kepada klien tentang pentingnya tidur cukup, Nilai adanya faktor

yang menunjang terjadinya gangguan pola tidur.

75

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan rencana intervensi yang telah

ditetapkan agar kebutuhan klien Ny. “A” terpenuhi secara optimal.

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi

trakeobronkial, pembentukan edema,peningkatan produksi sputum,

nyeri pleuritik.

Rencana intervensi yang diimplementasikan pada hari pertama

antara lain: Monitor Tekanan Darah, Nadi, Suhu, dan Pernapasan.

Mengauskultasi suara napas, memposisikan untuk memaksimalkan

ventilasi ( posisi semi fowler ), membantu dan mengajarkan klien

batuk efektifdan membantu dan mengajarkan tehnik napas dalam.

Rencana intervensi yang diimplementasikan pada hari kedua

adalah Monitor Tekanan Darah, Nadi, Suhu, dan Pernapasan.

Mengauskultasi suara napas, memposisikan untuk memaksimalkan

ventilasi ( posisi semi fowler ), membantu dan mengajarkan klien

batuk efektifdan membantu dan mengajarkan tehnik napas dalam.

Tidak ada tambahan rencana intervensi yang dilakukan.

b. Ketidakefektifan Pola napas berhubungan dengan adanya

penumpukan cairan dirongga pleural.

Rencana intervensi yang diimplementasikan pada hari pertama

antara lain, Memonitor Tekanan Darah, Nadi, Suhu, dan Pernapasan,

membuka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila

perlu, memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi,

76

mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan,

dan mengauskultasi suara napas,catat suara napas tambahan.

Pada hari kedua rencana intervensi yang diimplementasikan

antara lain: Memonitor Tekanan Darah, Nadi, Suhu, dan Pernapasan,

membuka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila

perlu, memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi,

mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan,

dan mengauskultasi suara napas,catat suara napas tambahan. Tidak

ada tambahan rencana intervensi yang dilakukan.

c. Gangguan tidur berhubungan dengan Retikulasi Activity System

(RAS) teraktifasi akibat peningkatan kerja otot-otot pernafasan.

Rencana intervensi yang diimplementasikan pada hari pertama

antara lain, Mengkaji pola tidur klien, menciptakan suasana tenang,

memberikan motivasi kepada klien tentang pentingnya tidur cukup

dan menilai adanya faktor yang menunjang terjadinya gangguan pola

tidur.

Rencana intervensi yang diimplementasikan pada hari kedua

antara lain, Mengkaji pola tidur klien, menciptakan suasana tenang,

memberikan motivasi kepada klien tentang pentingnya tidur cukup

dan menilai adanya faktor yang menunjang terjadinya gangguan pola

tidur. Tidak ada tambahan rencana intervensi yang dilakukan.

Selama 2 hari supervisi dalam penetapan rencana intervensi

untuk diimplemetasikan oleh penulis harus mempertimbangkan

beberapa faktor baik faktor pendukung maupun faktor penghambat.

77

Adapun faktor pendukung diantaranya lengkapnya alat pemeriksaan

fisik yang disiapkan oleh penulis kelahan praktek, klien kooperatif,

adanya dukungan dari keluarga klien dan Perawat-perawat ruangan.

Sedangkan faktor penghambat diantaranya kurangnya waktu dalam

berinteraksi dengan pasien.

5. Evaluasi Keperawatan

Dari hasil Evaluasi Keperawatan semua Diagnosa Keperawatan

teratasi yaitu :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi

trakeobronkial, pembentukan edema,peningkatan produksi sputum,

jalan napas efektif karena klien Ny. “A” mengatakan sudah mampu

mengeluarkan sekret seseuai yang dianjukan teratasi pada hari selasa

12 februari 2017.

b. Ketidakefektifan Pola napas berhubungan dengan adanya

penumpukan cairan pada pleura. Diagnosa Keperawatan ini sudah

teratasi karena karena klien Ny. “A” tidak tampak sesak dan

ventilasiyang cukup, teratasi pada hari selasa 12 februari 2017.

c. Gangguan tidur berhubungan dengn Retikulasi Aktifity System (RAS)

teraktivasi akibat peningkatan kerja otot ditandai dengan klien

mengatakan susah tidur. Masalah Keperawatan ini berhasil diatasi

pada pelaksanaan praktek hari II dengan kriteria hasil klien sudah

tidak mengeluh susah tidur dan klien tampak tidur dengan lelap

teratasi pada hari selasa 12 februari 2017.

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada Pengkajian, data yang ditemukan dalam konsep teori tetapi tidak

terdapat dalam praktek yaitu Hipertensi /hipotensi, pemasangan IV vena

sentral/infus tekanan, nyeri dada unilateral, bunyi S3 dan S4,

ketakutan/kegelisahan, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada

dan leher. Data yang ditemukan dalam praktek tetapi tidak terdapat dalam

konsep teori insomnia,batuk berlendir, dan terdengar suara ronchi.

2. Pada Diagnosa Keperawatan, diagnosa ditemukan dalam konsep teori

tetapi tidak terdapat dalam praktek yaitu : Kerusakan pertukaran gas dan

Nyeri (akut). Diagnosa yang ditemukan dalam praktek tetapi tidak terdapat

dalam konsep teori Gangguan tidur.

3. Pada Rencana Keperawatan yang ditetapkan, berpedoman kepada Rencana

Keperawatan yang terdapat dalam konsep teori. Tidak terdapat rencana

Intervensi Keperawatan baru yang ditetapkan yang tidak terdapat dalam

praktek.

4. Pada Implementasi Intervensi Keperawatan berdasarkan Rencana

Keperawatan yang telah ditetapkan terdiri dari implementasi tindakan

mandiri dan kolaboratif.

5. Dari hasil evaluasi pada Ny. “A” terdapat 3 Diagnosa Keperawatan teratasi

yaitu Ketidakefektifan Pola napas ,ketidakefektifan bersihan jalan nafas

dan Gangguan pola tidur.

79

B. Saran

1. Kepada Institusi/Pendidikan : Dalam melakukan Pengkajian Keperawatan,

ada baiknya melakukan pendekatan interpersonal terlebih dahulu dengan

klien sehingga Proses Keperawatan, pengkajian, dapat berjalan sesuai

tujuan yang diharapkan.

2. Kepada Rumah Sakit/Staf : Diharapkan Tenaga Kesehatan agar dalam

mendiagnosa hasil pengkajian harus betul-betul berpedoman pada data

yang didapatkan agar Asuhan Keperawatan yang diberikan sesuai dengan

kondisi klien.

3. Kepada Pasien/Keluarga : Asuhan Keperawatan diberikan kepada klien

harus sesuai dengan diagnose dan perencanaan yang muncul melalui data

yang diperoleh dari pengkajian.

4. Kepada Perawat : Diharapkan kepada Tenaga Kesehatan dan keluarga

serta pihak Rumah Sakit agar dalam memberikan pelayanan hendaknya

memperhatikan konsep manusia sebagai mahkluk yang unik, yang

mempunyai kebutuhan bilogis, psikologis, dan social cultural, untuk itu

Tenaga Kesehatan dalam melaksanakan tugas tidak hanya mementingkan

kesembuhan klien tetapi juga berusaha untuk memenuhi kebutuhan klien

selama di rawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

5. Kepada penulis : untuk mencapai hasil yang diharapkan, maka dalam

menyusun kriteria tujuan harus dibuat spesifik, dapat diukur, dapat dicapai,

dan harus memperhitungkan waktu sehingga hasil evaluasi dapat dengan

maksimal.

79

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff. Hood & Mukty.2013. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.cetakan ke-7.

Surabaya:Airlangga University

Arifputera. Andy et al.2014. Kapita selekta kedokteran:Essentials medicine. Edisi

ke-4. Jakarta: Untuk Bangsa Indonesia yang Lebih Sehat.

Bararah. Taqiyyah & Jauhar.2013.asuhan keperawatan:panduan lengkap menjadi

perawat profesional.jilid 1. Jakarta: Prestasi Pustakarya

DiGiulio. Mary et al.2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yoyakarta:Rapha

Publishing

Djojodibroto,Darmanto. 2014. Respirologi (respiratory medicine). Edisi ke-2.

Jakarta:EGC

ES. Simanjuntak. 2014. Efusi Pleura Kanan Yang Disebabkan Oleh Carcinoma

Mammae Dextra Metastase ke paru, Vol. 2

Fadila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika

Hidayat. A.Aziz Ahmul. 2013. Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhnik

Analisis Data. Jakarta:Salemba Medika

Iswayuni & Rejo. 2013. Efusi pleura jk eM-U, vol.5 No.15.

Keliat. Budi Anna et al.2015. Nanda International, Inc. Diagnosis

Keperawatan:Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Edisi.10. Jakarta:EGC

Mubarak, Wahid. 2013. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan

Aplikasi dalam Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Nurarif.Amin Huda & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Jilid 1.

Yogyakarta: Mediaction Publishing

Pearce C. Evelyn. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta : CV

Prima Grafika

Ringel. Edward.2012. Original Title: The Litle Black Book of Pulmonary

Medicine. Di terjemahkan oleh PT INDEKS.2010. Buku Saku

Hitam:Kedokteran Paru

Rekam Medis. 2016 Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

Setiati. Siti et al.2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II, Edisi VI.

Jakarta:Interna Publishing

79

Surjanto. Eddy et al. 2014. Penyebab Efusi Pleura pada Pasien Rawat Inap di

Rumah Sakit,J Respir Indo Vol.34 No.2. dilihat 23 Januari 2017

Susyuliani.Devi et al. 2012. Asuhan keperawatan pada klien efusi pleura. Dilihat

tanggal 23 Januari 2017

Soemantri, Irman. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Sistem Pernafasan. Jakarta:

Salemba Medika

Taylor. Cynthia M & Ralph. 2012. Diagnosis Keperawatan:dengan rencana

asuhan. Alih bahasa Meilliya,Eny. Edisi ke-10. Jakarta:EGC

Wijaya. Andra Saferi et al. 2013. Kmb 1 keperawatan medikal bedah:

keperawatan dewasa teori dan contoh askep. Yogyakarta: Nuha Medika

World Health Organization. 2012. Organisation Mondiale de la Sante :

Departement of Measurement and Health Information

79

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENELITI

Kepada

Yth. Responden

Di Tempat

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : SUARNI

Nim : 1408143

Alamat : Aspol Kumala No.146A Makassar

Adalah Mahasiswi Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar yan

akan mengadakan penelitian tentang Asuhan Keperawatan “ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI EFUSI PLEURA

DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS”

Kegiatan yang diharapkan dari calon responden adalah mengisi lembar

Observasi dan Wawancara yang diberikan oleh peneliti dan menjawab semua

pertanyaan sesuai dengan petunjuk yang ada. Jawaban yang calon responden

berikan akan peneliti jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian saja.

Apabila anda sebagai calon responden bersedia, mohon menandatangani

lembar persetujuan dan mengisi lembar Observasi dan Wawancara yang

disertakan

Makassar,......... 2017

Peneliti

79

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Dengan menandatangani lembar ini, saya :

Nama : Ny. A

Umur : 80 tahun

Alamat :

Memberikan persetujuan untuk mengisi lembar persetujuan menjadi

responden yang diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui “ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN YANG MENGALAMI EFUSI PLEURA DENGAN

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI RUMAH SAKIT

BHAYANGKARA MAKASSAR”.

Saya telah diberitahu peneliti, bahwa jawaban yang diberikan akan

dijamin kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian. Oleh

karena itu secara sukarela saya ikut berperan serta dalam penelitian ini.

Makassar,.......................2017

Responden

79

Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI

Nama Responden :

Umur :

Alamat :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Suku Bangsa :

No Keriteria Ya Tidak

1 Dispnea

2 Sputum dalam jumlah yang berlebihan

3 Batuk tidak ada atau tidak efektif

4 Suara napas tambahan (misalnya, rale, crackle, ronki, dan

mengi)

5 Sputum berlebihan

6 Mata terbelalak

79

Lampiran 4

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA

DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS

DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

A. Petunjuk Pengisian

Berdasarakan beberapa pertanyaan yang akan penulis sampaikan,

dimohon kepada responden untuk menjawab pertanyaan penulis dengan benar

dan sejujur-jujurnya tanpa ada yang di kurangi maupun di tambahi.

Responden menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penulis sesuai dengan

kemampuan responden. Sebelum wawancara dimulai responden akan

diberikan Informed Concent (lembar persetujuan responden) agar menjadi

bukti jika responden bersedia untuk di ambil datanya. Metode pengumpulan

data ini menggunakan metode wawancara dimana responden dan penulis

bertemu face to face secara langsung.

B. Biodata Responden

1. Nama :

2. Jenis kelamin :

3. Umur :

4. Alamat :

5. Agama :

6. Status perkawinan :

7. Tanggal masuk Rumah Sakit :

79

C. Naskah Wawancara

HARI/ TANGGAL DAFTAR PERTANYAAN

1. Apakah bapak/ibu mengetahui apa yang bapak/ibu

saat ini alami, seperti misalnya penyakit apa yang saat

ini bapak/ibu alami ?

2. Keluhan utama apa yang bapak/ibu rasakan sehingga

bapak/ibu harus ke Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar?

3. Lalu, bagaimana keluhan yang bapak/ibu rasakan saat

di Ruangan ............................. (misalnya bertahap,

mendadak)?

4. Berapa lama waktu keluhan yang bapak/ibu rasakan ?

5. Apakah ada penyakit yang selain dari yang bapak/ibu

keluhkan?

6. Lalu seperti apa atau upaya apa yang bapak/ibu

lakukan untuk mengatasinya ?

7. Apakah bapak/ibu bisa ceritakan keluhan yang

bapak/ibu rasakan saat ini?

8. Apakah sebelum bapak/ibu masuk di Ruangan

........................ Rumah Sakit Bhayangkara Makassar,

bapak / ibu pernah di rawat di Rumah Sakit lain

dengan penyakit yang sama atau penyakit berbeda?

9. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu ada yang

memiliki penyakit serupa dengan bapak/ibu?

10. Bagaimana pandangan keluarga anda terhadap

penyakit yang anda alami sekarang?

79

LAMPIRAN 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(EFUSI PLEURAL)

OLEH :

SUARNI

1408143

3.C

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPAOUDANG

MAKASSAR

2017

79

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah : Efusi Pleural

Pokok Bahasan : Efusi Pleural dengan Ketidakefektifan Bersihan

Jalan Napas

Sasaran : Pasien Yang mengalami Efusi Pleural diRuang

Kenari

Tempat : Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Diruangan

Kenari

Hari/ Tanggal : Selasa, 14 Februari 2017

Waktu : 30 Menit

Penyuluh : Suarni

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti pertemuan ini peserta mampu memahami tentang

penyakit Efusi Pleural

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan tentang Penyakit Efusi Pleural diharapkan

pasien dapat mengetahui dan memahami tentang :

a. Defenisi Efusi Pleural

b. Penyebab Efusi Pleural

B. Materi (Penjelasan Terlampir)

1. Definisi Efusi Pleural

2. Penyebab Efusi Pleural

3. Manifestasi Klinis dari Efusi Pleural

4. Klasifikasi dari Efusi Pleural

5. Makanan yang sehat untuk penderita Efusi Pleural

6. Penanganan/Pengobatan Efusi Pleural

7. Pemeriksaan Diagnostik Efusi Pleural

79

C. Media

1. Leaflet

2. Flipchard

D. Metode

1. Ceramah

2. Tanya Jawab/ Diskusi

E. Kegiatan

No Tahap Penyuluh Sasaran Waktu

1 Pendahuluan

a. Memberikan Salam

b. Memperkenalkan diri

c. Menyampaikan maksud

dan tujuan

d. Menyampaikan waktu dan

kontrak waktu yang akan

digunakan dan

mendiskusikannya.

a.Menjawab

b. Menyimak

c. Menyimak

d. Menyimak

3

Menit

2 Inti

a. Memberikan penjelasan

tentang Penyakit Efusi

Pleural sebagai berikut :

1. Definisi Efusi Pleural

2. Penyebab Efusi Pleural

3. Manifestasi Klinis dari

Efusi Pleural

4. Klasifikasi dari Efusi

Pleural

5. Makanan yang sehat

untuk penderita Efusi

Pleural

6. Penanganan/Pengobatan

Efusi Pleural

7. Pemeriksaan Diagnostik

Efusi Pleural

a. Memperhatikan

dan

mendengarkan

secara seksama.

b. Mengajukan

pertanyaan.

c. Memperhatian

24

Menit

79

b. Memberikan Kesempatan

pada pasien/keluarga untuk

bertanya.

c. Menjawab pertanyaan

pasien dengan tepat dan

mudah di mengerti.

d. Menanyakan tentang

penyakit Efusi Pleural

d. Menjawab

pertanyaan.

3 Penutup

a. Menyimpulkan hasil

penyuluhan.

b. Harapan penyuluh

c. Menutup penyuluhan dan

mengucapkan salam.

a.Memperhatikan.

b.Memperhatikan.

c.Menjawab

salam

3

Menit

F. Evaluasi

Setelah dilakukan penyuluhan, klien/keluarga mampu menjawab pertanyaan

berikut:

1. Sebutkan kembali pengertian dari Efusi Pleural ?

2. Sebutkan kembali penyebab dari Efusi Pleural ?

3. Sebutkan kembali penanganan/pengobatan dari Efusi Pleural ?

79

DAFTAR PUSTAKA

Bararah. Taqiyyah & Jauhar. Mohammad 2013. Asuhan Keperawatan Panduan

Lengkap Menjadi Perawat Profesional jilid 1 , Jakarta : Prestasi Pustaka

Fadila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika

79

LAMPIRAN 1

A. DEFINISI

Efusi Pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang

terletak antara permukaan visceral dan parietal. Merupakan proses penyakit

primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder

terhadap penyakit lain (brunner and suddarth, 2001).

Efusi Pleural adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan

cairan dalam rongga pleural. Selain itu, dapat juga terjadi penumpukan pus

atau darah. Efusi Pleural merupakan suatu gejala penyakit yang mengancam

jiwa penderita.

B. PENYEBAB

Kelebihan cairan pada rongga pleural sedikitnya di sebabkan oleh

dari 4 mekanisme dasar :

1. Peningkaan tekanan kapiler subpleural atau limfatik

2. Penurunan tekanan osmotic koloid darah

3. Peningkatan tekanan negative intrapleural

4. Adanya inflamasi atau neoplastik pleural

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,

setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak,

penderita akan sesak nafas.

2. Adanya gejala- gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, nyeri

dada pleuritis (pnemonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis),

banyak keringat, batuk, banyak riak.

3. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi

penumpukan cairan pleural yang signifikan.

4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan dudukakan berlainan,

karena cairan akan berpindah tempat.bagian yang sakit akan kurang

bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada

perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan

membentuk garis melengkung (garis ellis damoiseu).

79

5. Didapati segitiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani di

bagian atas garis ellis domiseu. Segitiga grocco – rochfus, yaitudaerah

pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi

daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.

D. KLASIFIKASI

1. Eksudat

Ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau kavitas.Sebagai akibat

inflamasi oleh produk bakteri atau humor yang mengenai pleural

contohnya Tuberculosis (TBC), trauma dada, infeksi virus. Efusi pleural

mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif. Tuberculosis

(TBC), pneumonia, infeksi paru, sindroma nefrotik, karsinoma

bronkogenik, serosis hepatis, embolisme paru, infeksi parasitik.(Smeltezer

& Bare, 2002).

2. Transudat

Merupakan filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang

utuh, terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan

reabsorbsi cairan pleural terganggu yaitu karena ketidakseimbangan

tekanan hidrostaltik atau ankotik.Transudasi menandakan kondisi seperti

asites, perikarditis. Penyakit gagal jantung kongestik atau gagal ginjal

sehingga terjadi penumpukan cairan (Smeltezer dan Bare, 2002).

E. PENANGANAN/PENGOBATAN

Pada Efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai

pipa intubasi melalui sela iga. Bila cairan pusnya kental sehingga kulit keluar

atau bila empiemanya multikular, perlu tindakan operatif. Mungkin

sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologi atau larutan

antiseptik (Betadine). Pengobatan secara sistemik hendaknya segera

diberikan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan

yang adekuat.

Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi (pada

Efusi pleural maligna), dapat dilakukan pleurodesis yakni melengketkan

pleural viseralis dan pleural parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah

79

tetrasiklin (terbanyak dipakai) Bleomycin, Corynebacterium parvum, Thio-

tepa dan lain-lain.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Sinar X dada: menyatakan akumulasi cairan pada area pleural ; dapat

menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)

2. Gas darah arteri (GDA) : variable tergantung dari derajat fungsi paru

yang di pengaruhi , gangguan mekanik pernapasandan kemampuan

mengkompensasi. Tekanan partiel karbon dioksida dalam darah arteri

(PaCO2)kadang- kadang meningkat. Tekanan partiel oksigen dalam

darah arteti(PaO2)mungkin normal atau menurun; saturusasi oksigen

biasanya menurun

3. Torakosentesis : menyatakan cairan serisanguinosa

79

G.

H.

I.

J.

K.

L.

M.

N.

O.

P.

Q.

R.

S.

T.

U.

V.

W.

X.

\

BUSESS NAME

ness Address

Address Line 2

Address Line 3

Address Line 4

Product/Service Information

Tel: 555 555 5555

Business Tagline or Motto

BUSESS NAME

Organization

EFUSI

PLEURAL

AKPER MAPPAOUDANG

MAKASSAR

BUSESS NAME ness Address

Address Line 2

Address Line 3

Address Line 4

Phone: 555-555-5555

Fax: 555-555-5555

E-mail: [email protected]

SUARNI

F. PENANGANAN/PENGOBATAN

Pada Efusi yang terinfeksi

perlu segera dikeluarkan

dengan memakai pipa intubasi

melalui sela iga. Bila cairan

pusnya kental sehingga kulit

keluar atau bila empiemanya

multikular, perlu tindakan

operatif. Mungkin sebelumnya

dapat dibantu dengan irigasi

cairan garam fisiologi atau

larutan antiseptik (Betadine).

Untuk mencegah terjadinya

lagi efusi pleura setelah

aspirasi (pada Efusi pleural

maligna), dapat dilakukan

pleurodesis yakni

melengketkan pleural viseralis

dan pleural parietalis.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Sinar X dada

2. Gas darah arteri

(GDA)

3. Torakosentesis

79

\

ness Address

Address Line 2

Address Line 3

Address Line 4

BUSESS NAME

Phone: 555-555-5555

Fax: 555-555-5555

E-mail: [email protected]

A. DEFINISI

Efusi Pleural adalah

pengumpulan cairan dalam ruang

pleura yang terletak antara

permukaan visceral dan parietal.

Merupakan proses penyakit primer

yang jarang terjadi tetapi biasanya

merupakan penyakit sekunder

terhadap penyakit lain (brunner and

suddarth, 2001).

Efusi Pleural adalah suatu

keadaan dimana terdapat

penumpukan cairan dalam rongga

pleural. Selain itu, dapat juga

terjadi penumpukan pus atau darah.

Efusi Pleural merupakan suatu

B. PENYEBAB

Kelebihan cairan pada rongga

pleural sedikitnya di sebabkan oleh

dari 4 mekanisme dasar :

Peningkaan tekanan kapiler

subpleural atau limfatik

Penurunan tekanan osmotic koloid

darah

Peningkatan tekanan negative

intrapleural

Adanya inflamasi atau neoplastik

pleural

Penyebab lain

Virus dan mikopasma

Bakteri piogenik

Gangguan sirkulasi

Pembentukan cairan yang

berlebihan

C. MANIFESTASI KLINIS

Adanya timbunan cairan

mengakibatkan perasaan sakit

karena pergesekan, setelah cairan

cukup banyak rasa sakit hilang. Bila

cairan banyak, penderita akan sesak

nafas.

Adanya gejala- gejala penyakit

penyebab seperti demam, menggigil,

nyeri dada (pnemonia), panas tinggi

(kokus), subfebril (tuberkulosis),

D. KLASIFIKASI

Eksudat : Ekstravasasi

cairan ke dalam jaringan atau

kavitas

Transudat Merupakan filtrat

plasma yang mengalir

menembus dinding kapiler

yang utuh

E. KOMPLIKASI

Pneumotoraks (karena udara

masuk melalui jarum)

Hemotoraks ( karena trauma

pada pembuluh darah

interkostalis)

Emboli udara (karena adanya

laserasi yang cukup dalam,

menyebabkan udara dari alveoli

masuk ke vena pulmonalis)

Laserasi pleura viseralis