Penyakit Gastrointestinal

109
PENYAKIT GASTROINTESTINAL Kelompok 2 Adinda Rizki Maharani Desi Anggraini Pratiwi Rizka Fauziah Riady

description

PPT Penyakit Gastrointestinal

Transcript of Penyakit Gastrointestinal

Page 1: Penyakit Gastrointestinal

PENYAKIT GASTROINTESTINAL

Kelompok 2

• Adinda Rizki Maharani• Desi Anggraini Pratiwi• Rizka Fauziah Riady

Page 2: Penyakit Gastrointestinal

GERD(Gastroesophageal

Reflux Disease)

Page 3: Penyakit Gastrointestinal

Etiologi

Penyebab penyakit GERD antara lain:1. Otot-otot esophageal sphincter bagian bawah yang

tidak berfungsi normal2. Banyak mengonsumsi makanan pedas dan gorengan,

serta makan berat di malam hari3. Segera berbaring atau membungkuk setelah makan4. Merokok dan mengonsumsi alkohol5. Obesitas dan kehamilan6. Perubahan hormon dalam tubuh akibat kecemasan

dan depresi

Page 4: Penyakit Gastrointestinal
Page 5: Penyakit Gastrointestinal

Epidemiologi• GERD bisa terjadi pada anak-anak, orang dewasa, maupun ibu hamil• Prevalensi GERD di Asia cukup rendah• Data dari RSCM menunjukkan peningkatan kejadian GERD pada

pasien yang menjalani endoskopi saluran cerna bagian atas, dari 6% pada tahun 1997 menjadi 26% pada tahun 2002

• Di Hongkong, prevalensi GERD meningkat, dilaporkan gejala pertahun sebesar 35% dari populasi pada tahun 2003 vs 29,8% pada tahun 2002

• Di Thailand, berdasarkan adanya gejala heartburn dan regurgitasi, GERD terjadi pada 7% populasi dalam komunitas (Thai Motility Club, unpublished data)

• Di Taiwan, prevalensi dan insiden GERD di Taiwan relatif masih rendah yaitu 13% dan 2%.

Page 6: Penyakit Gastrointestinal

• Sedangkan dalam populasi Barat, kisaran prevalensi untuk GERD adalah 10% sampai 20% dari populasi.

• Tingkat prevalensi GERD di negara maju juga terkait erat dengan usia, orang dewasa berusia 60 - 70 yang paling sering terkena GERD.

Page 7: Penyakit Gastrointestinal

Gambaran Klinis

Gejala klinis yang khas dari GERD adalah nyeri/rasa tidak enak pada epigastrium atau retrosternal bagian bawah. Rasa nyeri dideskripsikan sebagai rasa terbakar (heartburn), kadang-kadang ada gejala disfagia, mual, atau regurgitasi dan rasa pahit di lidah.

Page 8: Penyakit Gastrointestinal

Gejala Klinis GERD

Gejala klinis GERD digolongkan menjadi 3, yaitu:

1. Gejala tipikal (typical symptom)2. Gejala atipikal (atypical symptom)3. Gejala alarm (alarm symptom)

Page 9: Penyakit Gastrointestinal

Gejala tipikal (typical symptom)

Adalah gejala yang umum diderita oleh pasien GERD, yaitu: heart burn, belching (sendawa), dan regurgitasi (muntah).

Page 10: Penyakit Gastrointestinal

Gejala atipikal (atypical symptom)

Adalah gejala yang terjadi di luar esophagus dan cenderung mirip dengan gejala penyakit lain. Contohnya separuh dari kelompok pasien yang sakit dada dengan elektrokardiogram normal ternyata mengidap GERD, dan separuh dari penderita asma ternyata mengidap GERD.

Kadang hanya gejala ini yang muncul sehingga sulit untuk mendeteksi GERD dari gejala ini. Contoh gejala atipikal: asma nonalergi, batuk kronis, faringitis, sakit dada, dan erosi gigi.

Page 11: Penyakit Gastrointestinal

Gejala alarm (alarm symptom)

Adalah gejala yang menunjukkan GERD yang berkepanjangan dan kemungkinan sudah mengalami komplikasi. Pasien yang tidak ditangani dengan baik dapat mengalami komplikasi. Hal ini disebabkan oleh refluks berulang yang berkepanjangan.

Contoh gejala alarm: sakit berkelanjutan, disfagia (kehilangan nafsu makan), penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, tersedak.

Page 12: Penyakit Gastrointestinal

Pemeriksaan

Pemeriksaan Endoskopi UGI (Upper Gastrointestinal) merupakan golden standard untuk diagnosis GERD dengan ditemukan adanya mukosal break di esofagus.

Terdapat beberapa klasifikasi kelainan esofagitis pada pemeriksaan endoskopi dari pasien GERD, yaitu:

• Grade A: adanya erosi dengan diameter < 5 mm• Grade B: adanya erosi dengan diameter > 5 mm• Grade C: apabila lesi sudah konfluen namun tidak mengelilingi

seluruh lumen• Grade D: apabila lesi sudah mengelilingi mukosa esofagus

Page 13: Penyakit Gastrointestinal

Prognosa

Prognosis dari penyakit ini baik, jika derajat kerusakan esofagus masih rendah dan pengobatan yang diberikan benar pilihan dan pemakaiannya. Pada kasus-kasus dengan esofagitis grade D dapat masuk tahap displasia sel sehingga menjadi Barret’s Esofagus dan pada akhirnya kanker esofagus.

Page 14: Penyakit Gastrointestinal

Pencegahan GERD

• Tidur di sisi kiri atau dengan mengangkat tubuh bagian atas

• Makan dengan porsi kecil tapi sering• Menurunkan berat badan• Hindari makanan kaya asam dan berlemak

Page 15: Penyakit Gastrointestinal

Pengobatan

Pengobatan penyakit GERD dapat dilakukan melalui gaya hidup, diantaranya diet dan posisi tidur:

1. DietMakanan tertentu dan gaya hidup dianggap mempromosikan refluks gastroesophageal, tapi review 2006 menunjukkan bahwa bukti intervensi diet yang tepat hanya dengan penurunan berat badan, menghindari makan dua jam sebelum tidur, dan mengurangi rokok.

2. Posisi tidurTidur di sisi kiri telah terbukti mengurangi episode refluks malam hari pada pasien. Sebuah meta-analisis menunjukkan bahwa mengangkat kepala tempat tidur adalah terapi yang efektif, meskipun kesimpulan ini hanya didukung oleh penelitian nonrandomized.

Page 16: Penyakit Gastrointestinal

KONSTIPASI

Page 17: Penyakit Gastrointestinal

Pengertian

Konstipasi atau yang biasa kita sebut sembelit artinya bahwa perjalanan tinja melalui kolon dan rektum mengalami penghambatan dan biasanya disertai kesulitan defekasi. Disebut konstipasi bila tinja yang keluar jumlahnya hanya sedikit, keras, kering, dan gerakan usus hanya terjadi kurang dari 3x dalam 1 minggu.

Page 18: Penyakit Gastrointestinal

Etiologi

Konstipasi Sekunder

• Pola hidup : Diet rendah serat, kurang cairan, kebiasaan buang air besar yang buruk, kurang olah raga.

• Kelainan anatomi (struktur) : Fissura ani, hemoroid, striktur, dan tumor, abses perineum, megakolon.

• Kelainan endokrin dan metaolik : Hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroid, Diabetes Melitus, dan kehamilan.

• Kelainan syaraf : Stroke, penyakit Hirschprung, Parkinson, sclerosis multiple, lesi sumsum tulang belakang, penyakit Chagas, disotonomia familier.

• Kelainan jaringan ikat : Skleroderma, amiloidosis, “mixed connective-tissue disease”.• Obat : Antidepresan (antidepresan siklik, inhibitor MAO), logam (besi, bismuth), anti

kholinergik, opioid (kodein, morfin), antasida (aluminium, senyawa kalsium), “calcium channel blockers” (verapamil), OAINS (ibuprofen, diclofenac), simpatomimetik (pseudoephidrine), cholestyramine dan laksan stimulans jangka panjang.

• Gangguan psikologi (depresi)

Page 19: Penyakit Gastrointestinal

Konstipasi Fungsional / Konstipasi Simple (Temporer)

1. Konstipasi biasa : Akibat menahan keinginan defekasi. 2. “Irritabel bowel syndrome” 3. Konstipasi dengan dilatasi kolon : “idiopathic megacolon or megarektum” 4. Konstipasi tanpa dilatasi kolon : “idiopathic slow transit constipation” 5. Obstruksi intestinal kronik. 6. “Rectal outlet obstruction” : Anismus, tukak rectal soliter, intusesepsi. 7. Daerah pelvis yang lemah : “descending perineum”, rectocele. 8. Mengejan yang kurang efektif (“ineffective straining”)

Page 20: Penyakit Gastrointestinal

Penyebab Lain

1. Diabetes mellitus 2. Hiperparatiroid 3. Hipotiroid 4. Keracunan timah (“lead poisoning”) 5. Neuropati 6. Penyakit Parkinson 7. Skleroderma 8. Idiopatik :Transit kolon yang lambat, pseudo-obstruksi kronik.

Page 21: Penyakit Gastrointestinal

Epidemiologi• Berdasarkan International Database US Census Bureau pada tahun

2003 prevalensi konstipasi di Indonesia sebesar 3.857.327 jiwa (Friedman dan Grendell, 2003).

• Berdasarkan hasil riset Puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2001, rata-rata konsumsi serat penduduk Indonesia adalah 10,5 gram per hari. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia baru memenuhi kebutuhan seratnya sekitar 1/3 dari kebutuhan ideal rata-rata 30 gram setiap hari.

• Perbandingan penderita konstipasi lelaki : perempuan sekitar 1 : 3. • Konstipasi dapat terjadi pada segala usia, dari bayi sampai orang

tua.• Makin tua makin meningkat frekuensinya. Di atas usia 65 tahun 30

– 40 % penderita mengalami masalah dengan keluhan konstipasi.

Page 22: Penyakit Gastrointestinal

Gambaran Klinis

• Kurang atau sama dengan 2 kali defekasi per minggu.

• Minimal satu episode inkontinensia per minggu. • Riwayat retensi tinja yang berlebihan. • Riwayat nyeri atau susah untuk defekasi. • Teraba massa fekal yang besar di rektum. • Riwayat tinja yang besar sampai dapat

menghambat kloset.

Page 23: Penyakit Gastrointestinal
Page 24: Penyakit Gastrointestinal

Pemeriksaan

1. Anamnesis2. Pemeriksaan Laboratorium3. Pemeriksaan Radiologi

Page 25: Penyakit Gastrointestinal

Anamnesis

Anamnesis yang seksama dan hati-hati merupakan salah satu cara yang sangat penting untuk mencari penyebab konstipasi.

Dengan menanyakan tipe dan derajat gangguan konstipasi dapat diperkirakan etiologi dari keluhan tersebut.

Termasuk dalam gangguan ini antara lain : lamanya usaha untuk melakukan defekasi, jumlah defekasi per minggunya, dan ada tidaknya keluhan mengejan dan atau tinja yang keras.

Page 26: Penyakit Gastrointestinal

Pemeriksaan Laboratorium

Perlu diperhatikan warna, bentuk, besarnya dan konsistensi dari masa fekal. Pemeriksaan kimia darah dapat dipakai untuk menyingkirkan kelainan metabolik sebagai penyebab konstipasi, seperti : hipokalemia dan hiperkalsemia.

Page 27: Penyakit Gastrointestinal

Pemeriksaan Radiologi

Foto polos abdomen (berdiri dan berbaring) : dapat menunjukkan jumlah tinja dalam kolon penderita. Dengan demikian diagnosis banding antara : “fecal impaction”, obstruksi usus, dan “fecalith” dapat dibuat.

Page 28: Penyakit Gastrointestinal

Prognosa

Umumnya, akibat lanjutnya (prognosis) adalah konstipasi akut jika tidak ada tindakan serius. Sebenarnya konstipasi sangat mudah untuk disembuhkan atau dicegah, yaitu dengan mengkonsumsi sumber serat seperti buah dan sayur.

Page 29: Penyakit Gastrointestinal

Pencegahan

1. Makan makanan tinggi serat (yang sudah pasti kita ketahui). Sumber serat antara lain adalah buah-buahan, roti gandum utuh, atau sereal. Serat dalam makanan akan membentuk massa kotoran (feces) sehingga mengembang dan mudah dikeluarkan.

2. Minum minimal 8 gelas air sehari, kecuali anda memiliki kondisi medis yang mengharuskan anda membatasi asupan cairan. Minuman seperti kopi dan teh memiliki efek dehidarsi sehingga harus dihindari hingga pola defekasi anda sudah normal.

3. Olahraga teratur4. Jangan terlalu sering menahan BAB

Page 30: Penyakit Gastrointestinal

Penyembuhan

1. Minum ekstra 2-4 gelas air, gunakan air hangat terutama di pagi hari.

2. Tambahkan buah-buahan dalam diet anda3. Minum susu dapat dicoba untuk

meningkatkan pergerakan usus anda4. Jangan sembarang menggunakan pencahar

tanpa konsultasi dengan dokter karena dapat memperberat konstipasi yang anda alami.

Page 31: Penyakit Gastrointestinal

Apendisitis(radang apendiks)

Page 32: Penyakit Gastrointestinal

Etiologi

Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks.Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan.Namun, diantara penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi yang paling sering terjadi. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit Entamoeba histolytica.

Page 33: Penyakit Gastrointestinal

Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis.Tinja yang keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis.

Page 34: Penyakit Gastrointestinal
Page 35: Penyakit Gastrointestinal

Epidemiologi• Hasil survey pada tahun 2008, angka kejadian apendisitis di

sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, jumlah pasien yang menderita penyakit apendisitis berjumlah sekitar 7% dari jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000 orang. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, apendisitis akut merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen.

• Apendisitis dapat menyerang orang dalam berbagai umur, umumnya menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun, khususnya 8 sampai 14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah dua tahun.

Page 36: Penyakit Gastrointestinal

Gambaran Klinis

1. Apendisitis Akut (Mendadak)Gejala apendisitis akut adalah demam, mual-muntah, penurunan nafsu makan, nyeri sekitar pusar yang kemudian terlokalisasi di perut kanan bawah, nyeri bertambah untuk berjalan, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja.

Page 37: Penyakit Gastrointestinal

2. Apendisitis KronikGejala apendisitis kronis sedikit mirip dengan sakit asam lambung dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut.

Page 38: Penyakit Gastrointestinal

Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Fisik

• Inspeksi: pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.

• Palpasi: pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah.

• Pemeriksaan Colok Dubur: pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang terletak didaerah pelvis.

Page 39: Penyakit Gastrointestinal

2. Pemeriksaan Penunjang

• Laboratorium: terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000 - 20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP jumlah serum yang meningkat.

• Radiologi: terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan.Pada pemeriksaan ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks.Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.

Page 40: Penyakit Gastrointestinal

Prognosa

Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.

Page 41: Penyakit Gastrointestinal

Pengobatan Rumah

• Kacang hijau adalah satu pengobatan rumah terbaik untuk penderita apendisitis. Mengkonsumsi kacang hijau tiga kali sehari sangat bermanfaat.

• Sakit skala menengah bisa dikurangi dengan 100 ml bit dan jus timun, ditambah 300 ml jus wortel. Minumlah sebanyak dua kali sehari.

• Penderita sakit usus buntu kronis seharusnya mengkonsumsi 1 liter dadih (cairan susu yang tinggal setelah membuat mentega) setiap hari dan ini bagus sekali untuk perawatan. Gandum utuh dengan dedak juga sama bagusnya.

Page 42: Penyakit Gastrointestinal

Pengobatan Herbal• Terdapat kasus tertentu di mana penderita apendisitis juga mengalami

muntah-muntah. Untuk jenis ini, jahe menjadi pengobatan rumah alami, dan bisa dikonsumsi sebagai jus atau kepingan dengan garam batu.

• Jamu holy basil juga merupakan terapi yang bagus untuk penderita apendisitis yang disertai gejala demam.

• Pengobatan herbal Cina bisa menolong mengobati apendisitis seperti Gotu Kola yang bisa membantu menghubungkan jaringan-jaringan dan memulihkan luka. Ini juga bisa mencegah luka semakin membesar.

• Agrimony juga bermanfaat untuk penderita apendisitis. Seduh sebagai teh, rebus, saring dan dinginkan sebelum di minum. Minumlah setiap 2-4 jam.

Page 43: Penyakit Gastrointestinal

Menu Makanan Penderita Apendisitis

• Jus sayuran• Air putih yang banyak• Buah segar• Air hangat ditambah perasan limau dan madu• Susu• Roti gandum dan dadih• Jus limau

Page 44: Penyakit Gastrointestinal

Makanan yang Harus Dihindari

• Bumbu rempah• Gula putih• Makanan gorengan• Daging• Kopi• Sereal rafinasi• Teh• Tepung putih• Makanan kaleng

Page 45: Penyakit Gastrointestinal

KANKER KOLOREKTALEPIDEMIOLOGI

Kanker Kolorektal melibatkan kolon, rektal dan kanal anal. Kanker Kolorektal adalah tumor maligna paling umum ketiga di Amerika Serikat, setelah kanker paru-paru dalam insidens dan mortalitasnya. Kanker Kolorektal mengenai kedua jenis kelamin dengan jumlah yang sama yaitu dengan rasio wanita dan laki-laki 1:1, dengan insidensi yang meningkat secara bermakna pada orang yang berusia lebih dari 50 tahun. Usia rata-rata pada saat diagnosis adalah 62 tahun.

Page 46: Penyakit Gastrointestinal

KANKER KOLOREKTAL

Page 47: Penyakit Gastrointestinal

KANKER KOLOREKTAL

Sindrom polip herediter, sindrom kanker kolorektal non-poliposis herediter, dan penyakit usus inflamasi secara signifikan meningkatkan resiko terjadinya karsinoma (kanker kolorektal) tersebut.

Bertambahnya usia meningkatkan resiko terjadinya karsinoma. Seperti yang sudah disebutkan bahwa usia rata-rata terserang karsinoma tersebut adalah pada usia 62 tahun.

PATOGENESIS

Page 48: Penyakit Gastrointestinal

KANKER KOLOREKTAL

Pola makan atau diet juga mempengaruhi resiko terjadinya kanker kolorektal. Asupan energy yang lebih besar dari kebutuhan, asupan serat nabati yang kurang, kandungan karbohidrat murni (refined product) yang tinggi, asupan daging merah berlebihan, kurangnya asupan micronutrient pelindung (Vitamin A,C,E), dan konsumsi alcohol yang berlebih dapat meningkatkan resiko terjangkitnya kanker kolorektal di dalam tubuh seseorang.

PATOGENESIS

Page 49: Penyakit Gastrointestinal

KANKER KOLOREKTAL

Resiko genetik yang mempengaruhi tingkat resiko terjadinya kanker kolorektal antara lain sebagai berikut :a. Terbentuknya neoplasma kolorektal

adalah proses bertahap perubahan genetik dan fenotip dari struktur dan fungsi epitelium normal intestinal. Mutasi berantai dalam epitelium kolon menyebabkan replikasi selular atau menguatnya invasi.

PATOGENESIS

Page 50: Penyakit Gastrointestinal

KANKER KOLOREKTALPATOGENESIS

Resiko genetik yang mempengaruhi tingkat resiko terjadinya kanker kolorektal antara lain sebagai berikut :b. Individu dengan saudara kandung yang

memiliki kanker kolorektal memiliki resiko tiga kali lipat lebih besar mengalami penyakit itu sendiri.

Page 51: Penyakit Gastrointestinal

KANKER KOLOREKTALMORFOLOGI

Secara kasar seperempat dari kasus kanker kolorektal terjadi pada sekum dan kolon ascendens, sementara 11% pada kolon transversum, 6% pada kolon descendens, dan 55% pada bagian rektosigmoid; 1% kanker kolon bersifat dan menggantikan struktur jaringan yang normal. Mayoritas kanker usus adalah adenokarsinoma dan merupakan kanker bertahap sedang sampai berdiferensiasi dengan baik.

Page 52: Penyakit Gastrointestinal

KANKER KOLOREKTAL

GEJALA UMUM

Terjadi perubahan defekasi, darah dalam feses, nyeri

pada abdomen, anoreksia, flatulens, dan tidak dapat

mencerna.

GEJALA LANJUT

Penurunan berat badan, keletihan, penurunan

kesehatan secara umum.

GAMBARAN KLINIS

Page 53: Penyakit Gastrointestinal

GAMBARAN KLINIS

KANKER KOLOREKTAL

Lesi sisi kanan mengalami nyeri

dangkal, tidak jelas pada abdomen yang

menyebar ke punggung, darah

merah gelap/mahoni pada feses,

kelemahan, anemia, malaise, tidak dapat mencerna, dan feses

cair.

Lesi sisi kiri mengalami perubahan pada proses defekasi-biasanya kram, nyeri

gas, penurunan ukuran feses,

pendarahan merah terang, konstipasi, tekanan rektal, dan

defekasi tidak tuntas.

Page 54: Penyakit Gastrointestinal

GAMBARAN KLINIS

KANKER KOLOREKTAL

Rektal mengalami perubahan kebiasaan defekasi, perdarahan

merah terang, tenesmus, nyeri hebat

pada lipatan paha, labia, skrotum,

tungkai atau penis.

Kolon transversum : Massa di dalamnya

dapat diraba, obstruksi, feses berdarah, dan

perubahan proses defekasi.

Page 55: Penyakit Gastrointestinal

KANKER KOLOREKTAL

Page 56: Penyakit Gastrointestinal

KANKER KOLOREKTAL

DIAGNOSA

1. Ketika dicurigai adanya karsinoma kolorektal, bisa dilakukan pemeriksaan riwayat dan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi faktor resiko dan manifestasi klinik.

Page 57: Penyakit Gastrointestinal

KANKER KOLOREKTAL

DIAGNOSA

2. Seluruh intestinal besar sebaiknya dievaluasi dengan kolonoskopi atau proktosigmoidoskopi dengan enema barium kontras-ganda.

Page 58: Penyakit Gastrointestinal

KANKER KOLOREKTAL

DIAGNOSA

3. Pemeriksaan dengan pencitraan radiologi bisa termasuk sinar x dada, scan tulang, computed tomography (CT) scan atau ultrasonik pada abdominal,positron emission tomography (PET), ultrasonography intrarektal atau transrektal, dan magnetic resonance imaging (MRI) intraluminal atau hepatik.

Page 59: Penyakit Gastrointestinal

KANKER KOLOREKTAL

DIAGNOSA

4. Imunodeteksi untuk tumor menggunakan antibodi tumor adalah teknik pencitraan untuk deteksi awal kanker kolorektal.

Page 60: Penyakit Gastrointestinal

KANKER KOLOREKTAL

DIAGNOSA

5. Tahapan kanker kolorektal sewaktu diagnosa adalah faktor prognostik paling penting untuk keselematan dan serangan ulang.

Page 61: Penyakit Gastrointestinal

KANKER KOLOREKTALPENCEGAHAN DAN PENAMPISAN

Pencegahan primer membutuhkan pengenalan

faktor etiologi diikuti eradikasi atau peruabahan efeknya pada karsinogenesis. Sampi saat ini,

satu-satunya strategi yang terlihat mengurangi resiko

adalah kemoprevensi dengan celecoxib.

Page 62: Penyakit Gastrointestinal

KANKER KOLOREKTALPENCEGAHAN DAN PENAMPISAN

Pencegahan sekunder termasuk prosedur dari pengangkatan kolonokopik dari polip prekanker sampai kolektomi total untuk individu resiko tinggi.

The American Cancer Society menganjurkan protocol khusus untuk penampisan dan pencegahan kanker kolorektal, yang meiliputi diet dan pemeriksaan diagnosis. Rekomendasi diet pada pencegahan kanker adalah reduksi dalam jumlah lemak jenuh dan tidak jenuh, peningkatan serat, dan makanan yang kaya akan vitamin A, C, dan E.

Page 63: Penyakit Gastrointestinal

DISFAGIAEPIDEMIOLOGI

Disfagia didefinisikan sebagai kesulitan dalam mengalirkan makanan padat atau cair dari mulut melalui esofagus. Penderita disfagia mengeluh sulit menelan atau makanan terasa tidak turun ke lambung. Disfagia telah dilaporkan dalam beberapa jenis gangguan dan dapat digolongkan sebagai neurologis dan non neurologis. Gangguan menelan neurologis ditemui lebih sering pada unit rehabilitasi medis daripada spesialisasi kedokteran lainnya. Stroke adalah penyebab utama dari disfagia neurologis.

Page 64: Penyakit Gastrointestinal

DISFAGIAPATOFISIOLOGIS

FASE ORAL

Gangguan pada fase Oral mempengaruhi persiapan dalam mulut dan fase

pendorongan oral biasanya disebabkan oleh gangguan pengendalian lidah. Pasien

mungkin memiliki kesulitan dalam mengunyah makanan padat dan

permulaan menelan. Ketika meminum cairan, pasien mungkin kesulitan dalam menampung cairan dalam rongga mulut sebelum menelan. Sebagai akibatnya, cairan tumpah terlalu cepat kedalam

faring yang belum siap, seringkali menyebabkan aspirasi.

Page 65: Penyakit Gastrointestinal

DISFAGIAPATOFISIOLOGIS

FASE FARINGEAL

Jika pembersihan faringeal terganggu cukup parah, pasien mungkin tidak akan mampu

menelan makanan dan minuman yang cukup untuk mempertahankan hidup. Pada orang tanpa dysphasia, sejumlah kecil makanan

biasanya tertahan pada valleculae atau sinus pyriform setelah menelan. Dalam kasus

kelemahan atau kurangnya koordinasi dari otot-otot faringeal, atau pembukaan yang buruk dari sphincter esofageal atas, pasien mungkin menahan sejumlah besar makanan pada faring dan mengalami aspirasi aliran

berlebih setelah menelan.

Page 66: Penyakit Gastrointestinal

DISFAGIAPATOFISIOLOGIS

FASE ESOPHAGEAL

Gangguan fungsi esophageal dapat menyebabkan retensi makanan dan minuman di dalam esofagus

setelah menelan. Retensi ini dapat disebabkan oleh obstruksi

mekanis, gangguan motilitas, atau gangguan pembukaan Sphincter

esophageal bawah

Page 67: Penyakit Gastrointestinal
Page 68: Penyakit Gastrointestinal

DISFAGIAGEJALA KLINIS

Pada disfagia mekanik, sulit menelan terjadi pada makanan-makanan yang padat, makanan tersebut kadang perlu dibantu dengan air untuk menelan, bila keadaan ini terjadi semakin parah, perlu dicurigai adanya keganasan atau kanker. Sebaliknya pada disfagia motorik keluhan sulit menelan terjadi pada makanan padat dan makanan cair. Disfagia yang hilang dalam beberapa hari atau seminggu dapat disebabkan oleh peradangan pada rongga esophagus.

Page 69: Penyakit Gastrointestinal

DISFAGIADIAGNOSA

Pengamatan penderita waktu menelan merupakan manuver diagnostik yang penting dan harus dilakukan untuk semua penderita. Bila kelainan orofaring dicurigai, pemeriksaan neurologik formal harus dilakukan dengan visualisasi langsung dari fungsi neuromuskular faring dan laring.

Esofagogastroskopi (pemeriksaan

endoskopi untuk esofagus dan

lambung)

Barium meal (esofagografi)

Manometri esophagus

Page 70: Penyakit Gastrointestinal

DISFAGIAPENCEGAHAN DAN PENAMPISAN

Penderita disfagia akan mengalami kesulitan menelan makanan sehingga suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, mineral, dan cairan berkurang. Dampak lanjut akan mengalami

defisiensi zat gizi dan tubuh mengalami gangguan metabolisme.

IMPLIKASI THD NILAI

GIZI

Page 71: Penyakit Gastrointestinal

DISFAGIAPENCEGAHAN DAN PENAMPISAN

Terapi terbaik untuk Disfagia adalah terapi langsung pada penyebab disfagia itu sendiri, dapat diberikan obat seperti pada gangguan disfagia akibat radang pada esophagus. Pengobatan dapat melibatkan latihan otot untuk memperkuat otot-otot facial atau untuk meningkatkan koordinasi. Pada gangguan menelan akibat massa yang menekan biasanya digunakan terapi bedah.• Pembedahan Gastronomy• Cricofaringeal Myotomy

Page 72: Penyakit Gastrointestinal

DISPEPSIAA. Definisi

Sindroma dispepsia lebih dikenal masyarakat umum sebagai penyakit maag (walaupun sebenarnya kurang tepat). Dispepsia yang disebut dengan salah pencernaan ini merupakan suatu gangguan pada pencernaan yang terjadi terutama pada lambung yang mengalami ketidaknyamanan dan rasa nyeri pada saluran pencernaan yang berada dibagian atas perut. Penyakit ini yang disebabkan oleh gaya hidung yang tidak sehat, asupan makanan yang kurang diperhatikan, konsumsi alkohol, rokok, stess, obat-obatan yang berlebihan dan penyakit kanker saluran pencernaan. Penyakit ini lebih banyak diderita oleh orang yang telah usia lanjut seperti 50 tahun keatas.

Page 73: Penyakit Gastrointestinal

DISPEPSIA

Karena banyaknya penyebab yang menimbulkan kumpulan gejala dispepsia, maka sindroma dispepsia dapat diklasifikasi menjadi :1. Dispepsia organik

Dispepsia organik jarang ditemukan pada usia muda, tetapi banyak ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun. Istilah dispepsia organik baru dapat dipakai bila penyebabnya sudah jelas. Yang dapat digolongkan dispepsia organik yaitu :- Dispepsia tukak

Keluhan penderita yang sering diajukan ialah rasa nyeri di ulu hati. Hanya dengan pemeriksaan endoskopi dan radiologi dapat menentukan adanya tukak di lambung atau duodenum.

Page 74: Penyakit Gastrointestinal

DISPEPSIA

- Dispepsia bukan tukakKeluhan mirip dengan dispepsia tukak. Biasa ditemukan

pada gastritis, duodenitis, tetapi pada pemeriksaan endoskopi tidak ditemukan tanda-tanda tukak.

- Refluks gastroesofagealDitandai rasa panas di dada dan regurgitasi masam,

terutama setelah makan.- Penyakit saluran empeduDitandai rasa nyeri dimulai dari perut kanan atas atau

di ulu hati yang menjalar ke punggung dan bahu kanan.

Page 75: Penyakit Gastrointestinal

DISPEPSIA

- KarsinomaKeluhan yang sering diajukan yaitu rasa nyeri di

perut, keluhan bertambah berkaitan dengan makanan, anoreksia dan berat badan menurun.

- PancreatitisDitandai rasa nyeri timbulnya mendadak, yang

menjalar ke punggung.- Sindroma malabsorpsiMempunyai keluhan rasa nyeri perut, nausea,

anoreksia, sering flatus, kembung, keluhan utama lainnya yang mencolok ialah timbulnya diare profus yang berlendir.

Page 76: Penyakit Gastrointestinal

DISPEPSIA

- Dispepsia akibat obat-obatanBanyak obat yang menimbulkan rasa sakit atau nyeri

di ulu hati tanpa atau disertai rasa mual, muntah.2. Dispepsia non-organik/dispepsia fungsional

Dispepsia non-oragnik/dispepsia fungsional merupakan dispepsia yang tidak ada kelainan organik tetapi merupakan kelainan fungsi dari saluran makanan. Contohnya dispepsia dismotilitas.

Page 77: Penyakit Gastrointestinal

DISPEPSIA

B. Etiologi (Penyebab)

•Perubahan pola makan• Pengaruh obat-obatan yang dimakan

secara berlebihan dan dalam waktu yang lama•Konsumsi alkohol dan nikotin rokok•Stres

• Tumor atau kanker saluran pencernaan

Page 78: Penyakit Gastrointestinal

DISPEPSIA

C. EpidemologiPerbedaan secara klinik ada dua penyebab dispepsia yaitu

penyebab organik yang disebut dengan dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Perbedaannya adalah aspek sejarah dan tes fisik yang dilakukan pada penderita. Dispepsia ini tidak mempunyai gejala pasti yang selalu muncul ketika kondisi ini ada pada seseorang. Diagnosa organik biasanya muncul pada pasien yang berumur muda namun mereka yang lebih tua bisa mendapatkan dispepsia organik yang lebih serius.

Penyebab dispepsia organik yang paling umum terlihat adalah gangguan lambung, reflux gastro esofagus, penyakit sistem biliary dan kanker gastrik. Dispepsia organik adalah kondisi ketidaknyamanan atau rasa sakit yang timbul dari kelainan struktur sistem pencernaan manusia. Bisa jadi di dalam saluran pencernaan terdapat luka atau polip penyebab kanker.

Page 79: Penyakit Gastrointestinal

DISPEPSIA

D. Gambaran Klinis

Hampir setiap hari sering ditemukan penderita yang datang berobat dengan keluhan :

• Nyeri perut atas,• Pedih, mual yang kadang-kadang disertai dengan muntah,• Rasa panas di dada dan perut,• Lekas kenyang,• Anoreksi,• Kembung,• Regurgitasi,• Banyak mengeluarkan gas masam dari mulut (ruktus).

Sindroma dispepsi ini biasanya diderita sudah beberapa minggu atau bulan, yang sifatnya hilang timbul atau terus menerus.

Page 80: Penyakit Gastrointestinal

DISPEPSIA

E. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, setidak-tidaknya perlu diperiksa darah, urine dan tinja secara rutin. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorpsi.

Seseorang yang diduga menderita dispepsi tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung. Pada karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa petanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan kearah karsinoma pankreas perlu diperiksa CA 19-9.

Page 81: Penyakit Gastrointestinal

DISPEPSIA

F. ProknosaSetelah dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan

penunjang yang akurat, prognosis dispepsia adalah baik.

G. PenangananPenderita dengan keluhan ringan dapat ditangani dengan

berobat jalan, sedangkan yang berat sebaiknya dirawat di rumah sakit. Secara garis besar penanganannya adalah sebagai berikut :1. Diet

Dasar dietnya ialah makan sedikit berulang kali, makanan yang banyak mengandung susu dalam porsi kecil. Jadi makanan yang dimakan harus lembek, mudah dicerna, tidak merangsang, dan kemungkinan dapat menetralisir asam HCl. Pemberiannya dalam porsi kecil dan berulang kali. Dilarang makan pedas, masam, alkohol.

Page 82: Penyakit Gastrointestinal

DISPEPSIA

2. AntasidaAntasida akan menetralisir sekresi asam HCl. Jadi, antasida bermanfaat dan berguna untuk mengurangi asam lambung, dengan demikian dapat diharapkan untuk menyembuhkan sindrom dispepsia. Obat ini ada yang berbentuk tablet kunyah atau berupa cairan suspensi, yang dianjurkan dimakan/diminum diantara waktu makan.

3. Anti-kolegernikObat golongan anti-kolegernik menghambat inervasi saraf kolinergik post ganglionik pada otot polos dan memblokir aksi asetilkolin pada sel parietal. Sehingga dengan demikian akan mengurangi sekresi asam lambung, memblokir kontraksi otot polos dan ileum dan kandung kemih, mengurangi salvias dan akan menimbulkan takikardia.

Page 83: Penyakit Gastrointestinal

4. ProkinetikYang termasuk obat golongan ini adalah :– Bathanecol

Termasuk obat kalinomimetik yang menghambat asetilkolin esterasi.

– MetoklopramidSecara kimia obat ini ada hubungannya dengan prokainamid yang mempunyai efek anti-dopaminergik dan kolinomimetik. Jadi obat ini berkhasiat sentral maupun perifer.

– DomperidonDomperion bermanfaat untuk pengobatan dispepsia yang disertai masa pengosongan yang lambat, refluks gastroesofagus, anoreksia nervosa, gastroparesis.

– CisaprideCisapride merupakan derivate benzidamide dan tergolong obat prokinetik baru yang mempunyai khasiat memperbaiki motilitas seluruh saluran makan.

DISPEPSIA

Page 84: Penyakit Gastrointestinal

5. Golongan sitoprotektifDikenal dua golongan obat sitoprotektif, yaitu :- Golongan Prostaglandin E, yang mempunyai sifat

selain sitoprotektif juga anti-sekretorik.- Golongan Protektif Lokal, yang mempunyai sifat selain

sitoprotektif juga mampu membentuk rintangan mekanik, sehingga akan melindungi mukosa dari asam dan pepsin.

DISPEPSIA

Page 85: Penyakit Gastrointestinal

ILEUS PARALITIK

A. Definisi

Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal/tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus.

ILEUS PARALITIK

Page 86: Penyakit Gastrointestinal

B. Etiologi (Penyebab)Berikut ini merupakan etiologi ileus paralitik, yaitu :1. Pembedahan abdomen2. Trauma abdomen3. Infeksi: peritonitis, appendicitis, diverticulitis4. Pneumonia5. Sepsis6. Serangan Jantung7. Ketidakseimbangan elektrolit, khususnya natrium8. Kelainan metabolik yang mempengaruhi fungsi otot9. Obat-obatan: Narkotika, Antihipertensi10. Mesenteric ischemia

ILEUS PARALITIK

Page 87: Penyakit Gastrointestinal

C. Epidemologi

Ileus paralitik adalah keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus karena usus tidak dapat bergerak (mengalami motilitas), pasien tidak dapat buang air besar. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.

Di Indonesia ileus paralitik sering disebabkan oleh peritonitis. Ileus paralitik membutuhkan tindakan operatif.

ILEUS PARALITIK

Page 88: Penyakit Gastrointestinal

D. Gambaran Klinis

• Perut kembung (distensi), muntah, bisa disertai diare ataupun tak bisa buang air besar

• Dapat disertai demam• Keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat, bisa

disertai penurunan kesadaran dan shock• Pada colok dubur: rektum tidak kolaps (tidak ada

kontraksi)• Ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen

berupa silent abdomen yaitu bising usus menghilang.• Pada gambaran foto polos abdomen didapatkan

pelebaran udara usus halus atau besar tanpa air-fluid level.

ILEUS PARALITIK

Page 89: Penyakit Gastrointestinal

E. Pemeriksaan Laboratorium

• Amilase-lipase• Kadar gula darah• Kalium serum• Analisis gas darah

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda – tanda shock, dehidrasi dan ketosis.

ILEUS PARALITIK

Page 90: Penyakit Gastrointestinal

• Foto abdomen 3 posisi Tampak dilatasi usus menyeluruh dari gaster sampai rektum. Penebalan dinding usus halus yang dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance (gambaran seperti tulang ikan), karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak di tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder appearance di usus halus dan air fluid level panjang-panjang di kolon.

ILEUS PARALITIK

Page 91: Penyakit Gastrointestinal

F. Proknosis

Proknosis ileus paralitik baik bila penyakit primernya dapat diatasi. Saat operasi, prognosis tergantung kondisi klinik pasien sebelumnya. Setelah pembedahan dekompresi, proknosisnya tergantung dari penyakit yang mendasarinya.

Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%. Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.

ILEUS PARALITIK

Page 92: Penyakit Gastrointestinal

G. Penanganan

1. Konservatif, meliputi: • Penderita dirawat di rumah sakit• Penderita dipuasakan• Kontrol status airway, breathing and circulation• Dekompresi dengan nasogastric tube• Intravenous fluids and electrolyte• Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan

2. Farmakologis, meliputi:• Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan

aerob• Analgesik apabila nyeri• Operatif

ILEUS PARALITIK

Page 93: Penyakit Gastrointestinal

• Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis

• Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah sepsis sekunder atau rupture usus

• Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi

ILEUS PARALITIK

Page 94: Penyakit Gastrointestinal

Divertikel

• Adalah mukosa yang menonjol melalui lapisan otot seperti hernia kecil

• Paling sering ditemukan di kolon

Page 95: Penyakit Gastrointestinal

Etiologi

Secara berturut-turut, penyebab dari divertikel yaitu :

1. Makanan kurang / tidak berserat2. Kepadatan feses meningkat3. Tek intralumen mengikat4. Divertikulosis5. Stagnasi feses6. Mutasi genetis7. Polip / kanker

Page 96: Penyakit Gastrointestinal

Gejala Klinis

• Asimptomatis pada 80% pasien• Perut terasa tegang dan nyeri, kembung,

tenesmus• Obstipasi berselang-seling dengan diare

Page 97: Penyakit Gastrointestinal

Penatalaksanaan

1. Istirahat2. Diet banyak serat3. Medikamentosa / Antikolinergik bila nyeri4. Operasi

Page 98: Penyakit Gastrointestinal

DIVERTIKULOSIS

Page 99: Penyakit Gastrointestinal
Page 100: Penyakit Gastrointestinal

EPIDEMIOLOGI

Penyakit divertikulosis yaitu adanya kantong-kantong kecil yang terbentuk pada dinding kolon yang terjadi akibat tekanan intrakolon yang tinggi pada konstipasi kronik. Hal ini terutama terjadi pada usia lanjut yang makannya rendah serat.

Page 101: Penyakit Gastrointestinal
Page 102: Penyakit Gastrointestinal

ETIOLOGIPenyebab utama dari penyakit divertikulum adalah makanan rendah serat. Serat merupakan bagian dari buah-buahan, sayuran dan gandum yang tidak dapat dicerna oleh tubuh. terdapat dua jenis serat yang membantu memperlunak tinja sehingga mudah melewati usus. Serat juga mencegah sembelit (konstipasi). Sembelit menyebabkan otot-otot menjadi tegang karena tinja yang terdapat di dalam usus terlalu keras. Hal ini merupakan penyebab utama dari meningkatnya tekanan di dalam usus besar. Tekanan yang berlebihan menyebabkan titik-titik lemah pada usus besar menonjol dan membentuk divertikular.

Page 103: Penyakit Gastrointestinal

PATOFISIOLOGIS

Divertikulosis kolon merupakan penyebab yang paling umum dari perdarahan saluran cerna bagian bawah. Divertikula kolon merupakan lesi yang diperoleh secara umum dari usus besar pada perut.Dasar anatomi penyebab dari perdarahan ialah pecahnya secara asimetris cabang intramural (di vasa recta) dari arteri marginal pada kubah divertikulum atau pada margin antimesenterikus. Divertikula paling sering terletak pada kolon sigmoid dan kolon descendens.

Page 104: Penyakit Gastrointestinal

PATOFISIOLOGIS

Kemungkinannya disebabkan oleh faktor traumatis lumen, termasuk fecalith yang menyebabkan abrasi dari pembuluh darah, sehingga terjadi perdarahan. Perdarahan dari lesi kolon kanan dapat lebih banyak dan menghasilkan volume yang lebih besar daripada divertikula sisi sebelah kiri. Perdarahan divertikular berasal dari vasa recta yang terletak di submukosa, yang dapat pecah pada bagian puncak atau leher dari divertikulum tersebut.

Page 105: Penyakit Gastrointestinal

PATOFISIOLOGIS

Divertikula yang terletak pada sisi kanan dapat mengekspos bagian yang lebih besar dari vasa recta menjadi luka, karena mereka memiliki bagian leher yang lebih luas dan bagian kubah yang lebih besar dibandingkan dengan divertikulum khas pada kolon sisi kiri.

Page 106: Penyakit Gastrointestinal

GEJALA KLINIS

Pintu divertikulum bisa mengalami perdarahan, yang akan masuk ke dalam usus dan keluar melalui rektum. Perdarahan bisa terjadi jika tinja terjepit di dalam divertikulum dan merusak pembuluh darahnya. Perdarahan lebih sering terjadi pada divertikula yang terletak di kolon asendens. Divertikulanya sendiri tidak berbahaya. Tetapi tinja yang terperangkap di dalam divertikulum, bukan saja bisa menyebabkan perdarahan, tetapi juga menyebabkan peradangan dan infeksi, sehingga timbul divertikulitis.

Page 107: Penyakit Gastrointestinal

GEJALA KLINIS

1.Ketidakteraturan defekasi dan diare.

2.Nyeri dan kram pada kuadran kiri bagian bawah.

3.Demam dengan derajat rendah.

4.Mual5.Anoreksia

Page 108: Penyakit Gastrointestinal

PENGOBATAN, PERAWATAN, PENCEGAHAN

Mengkonsumsi makanan yang kaya akan serat (sayuran, buah-buahan dan sereal) bisa mengurangi gejala dan mencegah terjadinya komplikasi.  Bila diet tinggi serat saja tidak akan efektif, bisa ditambah dengan bekatul giling atau mengkonsumsi 3,5 gram psillium dalam 8 ons air 1-2 kali/hari. Metil seluclosa juga dapat membantu. Diet rendah serat sebaiknya dihindari karena akan lebih banyak membutuhkan tekanan untuk mendorong isi usus. Divertikulosis tidak membutuhkan pembedahan. Tetapi divertikula raksasa harus diangkat, karena mereka lebih sering mengalami infeksi dan perforasi (perlubangan).

Page 109: Penyakit Gastrointestinal