makalah gastrointestinal

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran pencernaan memberi tubuh persediaan akan air,elektrolit, dan zat makanan yang terus menerus. Untuk mencapai hal ini, dibutuhkan (1) pergerakan makanan melalui saluran pencernaan, (2) sekresi getah pencernaan dan pencernaan makanan, (3) absorpsi air berbagai elektrolit, dan hasil pencernaan, (4) sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal untuk membawa zat-zat yang diabsorbsi, dan (5) pengaturan semua fungsi ini oleh sistem lokal, saraf, dan hormone. Setiap bagian dari saluran pencernaan disesuaikan terhadap fungsi spesifiknya : beberapa untuk pasase makanan yang sederhana, seperti esophagus; yang lain untuk penyimpanan makanan sementara, seperti lambung; dan yang lain untuk pencernaan dan absorpsi, seperti usus halus. Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, waktu yang diperlukan makanan pada masing-masing bagian saluran bersifat sangat penting. Selain itu, pencampuran yang tepat juga harus dilakukan. Tetapi karena kebutuhan untuk pencampuran dan propulsi (pendorongan) sangat berbeda pada tiap tingkat proses, berbagai mekanisme umpan balik hormonal dan saraf otomatis akan mengontrol waktu dari tiap aspek proses ini sehingga pencampuran dan pendorongan akan terjadi secara optimal, tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat. Di sepanjang traktus gastrointestinal, kelenjar sekretoris mempunyai dua fungsi utama : Pertama, enzim-enzim pencernaan 1

Transcript of makalah gastrointestinal

Page 1: makalah gastrointestinal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saluran pencernaan memberi tubuh persediaan akan air,elektrolit, dan zat makanan yang

terus menerus. Untuk mencapai hal ini, dibutuhkan (1) pergerakan makanan melalui saluran

pencernaan, (2) sekresi getah pencernaan dan pencernaan makanan, (3) absorpsi air berbagai

elektrolit, dan hasil pencernaan, (4) sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal untuk

membawa zat-zat yang diabsorbsi, dan (5) pengaturan semua fungsi ini oleh sistem lokal,

saraf, dan hormone. Setiap bagian dari saluran pencernaan disesuaikan terhadap fungsi

spesifiknya : beberapa untuk pasase makanan yang sederhana, seperti esophagus; yang lain

untuk penyimpanan makanan sementara, seperti lambung; dan yang lain untuk pencernaan

dan absorpsi, seperti usus halus.

Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, waktu yang

diperlukan makanan pada masing-masing bagian saluran bersifat sangat penting. Selain itu,

pencampuran yang tepat juga harus dilakukan. Tetapi karena kebutuhan untuk pencampuran

dan propulsi (pendorongan) sangat berbeda pada tiap tingkat proses, berbagai mekanisme

umpan balik hormonal dan saraf otomatis akan mengontrol waktu dari tiap aspek proses ini

sehingga pencampuran dan pendorongan akan terjadi secara optimal, tidak terlalu cepat, tidak

terlalu lambat.

Di sepanjang traktus gastrointestinal, kelenjar sekretoris mempunyai dua fungsi utama :

Pertama, enzim-enzim pencernaan disekresi pada sebagian besar daerah saluran pencernaan,

dari rongga mulut sampai ujung distal ileum. Kedua, kelenjar mucus, dari rongga mulut

sampai ke anus, mengeluarkan mucus untuk melumaskan dan melindungi semua bagian

saluran pencernaan. Kebanyakan sekresi pencernaan terbentuk hanya sebagai respons

terhadap keberadaan makanan di dalam saluran pencernaan, dan jumlah yang disekresi pada

setiap segmen traktus hamper sama dengan jumlah yang dibutuhkan untuk pencernaan yang

sesuai. Selanjutnya, pada beberapa bagian traktus gastrointestinal, bahkan jenis enzim dan

zat-zat lainnya dari sekresi bervariasi sesuai dengan tipe makanan yang ada.

Bahan makanan utama yang diperlukan oleh tubuh yang hidup, (selain jumlah kecil zat

seperti vitamin dan mineral) dapat digolongkan sebagai karbohidrat, lemak dan protein,

bahan-bahan ini biasanya tidak dapat diserap dalam bentuk alami melalui mukosa saluran

pencernaan dan, karena alasan ini bahan-bahan tersebut tidak berguna sebagai zat nutrisi

tanpa pencernaan awal. Dalam prosesnya yang berkangsung terus-menerus bukan tidak

mungkin saluran pencernaan mengalami gangguan atau bahkan kelainan. Hal ini tentu saja

1

Page 2: makalah gastrointestinal

akan mengganggu proses pencernaan. Pengobatan yang efektif untuk kebanyakan gangguan

gastrointestinal bergantung pada pengetahuan dasar mengenai fisiologi gastrointestinal. Oleh

karena hal-hal di atas maka dalam makalah ini akan membahas prinsip-prinsip umum fungsi

gastrointestinal(Motilitas, pengaturan saraf dan sirkulasi darah), propulsi dan pencampuran

makanan dalam saluran pencernaan, fungsi sekresi saluran pencernaan, pencernaan dan

absorpsi dalam traktus gastrointestinal serta fisiologi gangguan gastrointestinal.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Prinsip-prinsip umum fungsi gastrointestinal(Motilitas, pengaturan saraf dan sirkulasi

darah).

2. Propulsi dan pencampuran makanan dalam saluran pencernaan.

3. Fungsi sekresi saluran pencernaan.

4. Pencernaan dan absorpsi dalam traktus gastrointestinal.

5. Fisiologi gangguan gastrointestinal.

2

Page 3: makalah gastrointestinal

BAB II

ISI

2.1 Prinsip-prinsip Umum Fungsi Gastrointestinal – Motilitas, Pengaturan Saraf, dan

Sirkulasi Darah

Saluran Gastrointestinal mempunyai ciri khas dinding yang terdiri dari beberapa lapisan

Lapisan-lapisan tersebut dari luar ke dalam dapat disusun sebagai berikut :

1. Lapisan serosa.

2. Lapisan otot longitudinal

3. Lapisan otot sirkular.

4. Lapisan submukosa.

5. Lapisan mukosa (pada bagian terdalam lapisan mukosa terdapat lapisan muskularis

mukosa).

2.1.1 Aktivitas Listrik Pada Otot Polos Gastrointestinal

Adapun aktifitas atau pergerakan otot polos tersebut dipengaruhi oleh aktifitas

potensial listrik yang telah teratur sedemikian rupa, sehingga tanpa kita sadari system ini

bekerja dengan sempurna. Aktifitas listrik tersebut meliputi :

1. Faktor yang menimbulkan Depolarisasi membrane (membuat lebih mudah

dirangsang) :

a. Peregangan otot.

b. Perangsangan oleh asetilkolin.

c. Perangsangan oleh saraf parasimpatis yang mensekresi asetilkolin.

d. Perangsangan oleh hormone gastrointestinal spesifik.

2. Faktor yang menimbulkan Hiperpolarisasi membrane (membuat serat otot kurang

mudah dirangsang) :

1. Pengaruh norepinefrin / epinefrin pada membrane otot.

2. Perangsangan saraf-saraf simpatis yang mensekresi norepinefrin.

2.1.2 Pengaturan Hormonal Terhadap Motilitas Gastrointestinal

Traktus Gastrointestinal sebagaimana bagian lain dari tubuh manusia juga

memiliki sistem pengaturan dengan peranan sekresi hormon. Hal ini terutama ditujukan

pada pengaturan motilitas gastrointestinal itu sendiri. Hormon-hormon yang terlibat di

antaranya :

1. Kolesitokinin : disekresikan oleh sel I dalam mukosa duodenum dan jejunum sebagai

respon terhadap pemecahan produk lemak, asam lemak dan monogliserid dalam usus.

3

Page 4: makalah gastrointestinal

Efeknya: kontraksi kandung empedu, menghambat motilitas lambung agar empedu

mengemulsikan lemak dan memberi cukup waktu untuk pencernaan lemak di usus

bagian atas.

2. Sekretin : disekresi oleh sel S dalam mukosa duodenum sebagai respon terhadap asam

lambung.

Efeknya: penghambatan (ringan) terhadap motilitas sebagian besar traktus

gastrointestinal.

3. Peptida penghambat asam lambung : disekresikan oleh mukosa usus halus bagian atas

sebagai respon terhaadap asam lemak dan asam amino dan sedikit pada karbohidrat.

Efeknya: sedikit menurunkan aktifitas motorik lambung, memperlambat pengosongan

isi lambung.

2.1.3 Gerakan-gerakan Fungsional Pada Traktus Gastrointestinal

Dalam proses memasukkan makanan, memproses hingga mengeluarkan zat-zat

sisa pada saluran pencernaan dibantu oleh gerakan-gerakan yang secar fungsional

mendukung proses tersebut. Secara umum gerakan tersebut terbagi menjadi :

1. Gerakan Propulsif (Peristaltik)

Makanan bergerak maju sepanjang saluran dengan kecepatan yang sesuai untuk

terjadinya pencernaan dan absorbsi. Rangsangan yang dapat menimbulkan gerakan

peristaltik antara lain :

a. Peregangan usus, iritasi epitel pelapis usus, sinyal saraf ekstrinsik terutama

parasimpatis.

b. Reflek mienterikus / reflek peristaltik dan gerakan peristaltik ke arah anus

(“hukum dari usus”).

2. Gerakan mencampur

Yang menjaga agar isi usus tetap tercampur setiap waktu. Pada beberapa tempat,

gerakan peristaltik sendiri menimbulkan sebagian besar pencampuran. Pada tempat

lain, kontraksi konstriktif yang lebih berperan dalam proses pencampuran, namun ada

pula yang melibatkan kedua proses tersebut.

2.1.4 Aliran Darah Gastrointestinal

Pembuluh darah system gastrointestinal disebut sirkulasi splanknik. Sirkulasi ini

meliputi aliran darah yang melalui usus sendiri ditambah aliran darah melalui limpa,

pancreas dan hepar. Sebelum memasuki sirkulasi sistemik, darah disaring di hepar dari

berbagai macam bakteri dan bahan partikel lain (agen-agen berbahaya) dari traktus

gastrointestinal. Selain itu, sebagian besar (sekitar tiga perempat dari total yang terserap)

4

Page 5: makalah gastrointestinal

berupa zat nutrisi nonlemak dan larut air diserap dan disimpan oleh sel-sel hati.

Sedangkan zat nutrisi berdasar lemak tak larut air diabsorbsi ke saluran limfatik usus

yang kemudian dialirkan ke dalam darah melalui duktus torasikus. Anatomi suplai darah

gastrointestinal adalah :

1. Dinding usus halus dan usus besar disuplai oleh arteri mesenterika superior dan

interior.

2. Lambung disuplai oleh arteri illiaka.

2.1.5 Pengontrolan Saraf Terhadap Aliran Darah Gastrointestinal

Rangsangan saraf parasimpatis terhadap lambung dan kolon bagian bawah akan

meningkatkan aliran darah setempat pada saat yang bersamaan dengan peningkatan

sekresi kelenjar. Penigkatan aliran darah kemungkinan karena peningkatan aktifitas

kelenjar.

Rangsangan saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi yang kuat pada arteriol

sehingga dengan penurunan aliran darah yang besar pada hampir seluruh traktus

gastrointestinal, berfungsi untuk menutup aliran darah gastrointestinal dan aliran darah

splanknik lain agar dapat memenuhi kebutuhan oragan vital saat kerja fisik yang hebat,

serta mempertahankan semua jaringan vital dari bahaya kematian seluler akibat

kekurangan perfusi terutama otak dan jantung. Dapat berlangsung sekitar 1 jam. Setelah

itu aliran sering kembali hampir normal melalui mekanisme “autoregulasi escape”

dengan tujuan mengembalikan aliran darah yang membawa nutrisi ke kelenjar dan otot

gastrointestinal.

2.1.6 Pengontrolan Saraf Terhadap Fungsi Gastrointestinal

Traktus gastrointestinal memiliki persarafan sendiri yang disebut system saraf

enteric. System ini terletak di dinding usus dan mengatur pergerakan dan sekresi

gastrointestinal. Sistem enteric terutama terdiri dari dua pleksus:

1. Satu pleksus bagian luar yang terletak diantara lapisan otot longitudinal dan sirkular,

disebut pleksus minterikus atau pleksus auerbach

2. Satu pleksus bagian bagian dalam disebut pleksus submukosa atau pleksus meissner,

yang terletak didalam submukosa. Pleksus mienterikus terutama mengatur

pergerakan gastrointestinal, dan pleksus submukosa terutama mengatur sekresi

gastrointestinal dan aliran darah lokal.

Selain system saraf diatas terdapat juga serat-serat saraf simpatis dan parasimpatis yang

berhubungan dengan kedua pleksus mienteretikus dan submukosa, perangsangan oleh

system simpatis dan parasimpatis dapat mengaktifkan dan menghambat fungsi

5

Page 6: makalah gastrointestinal

gastrointestinal. Ujung-ujung sarafnya melepaskan neurotransmitter. Pengaturan anatomis

system saraf enteric serta hubunganya dengan system saraf simpatis dan parasimpatis

mendukung jenis reflek gastrointestinal salah satunya refleks gastrokolik, reflek

enterogastrik, sekresi gastrointestinal, peristaltic, serta reflek berasal dari lambung,

duodenum, refleks nyeri, dan refleks defekasi. system simpatis dan parasimpatis dapat

mengaktifkan dan menghambat fungsi gastrointestinal. Ujung-ujung sarafnya melepaskan

neurotransmitter. Dalam usaha untuk lebih memahami berbagai fungsi sistem saraf

enterik gastrointestinal, para peneliti dari seluruh dunia telah mengidentifikasikan selusin

atau lebih zat-zat neurontransmiter yang berbeda yang dilepaskan oleh ujung-ujung saraf

dari berbagai tipe neuron enterik. Dua dari neurontransmiter yang telah kita kenal adalah

(1) asetilkolin, dan (2) norepinefrin. Yang lain adalah (3) adenosin trifosfat, (4) serotonin,

(5) dopamin, (6) kolisistokinin, (7) substansi P, (8) polipeptida intestinal vasoaktif, (9)

somatostatin, (10) leu-enkefalin, (11) metenkefalin, dan (12) bombesin.

Fungsi-fungsi khusus dari banyak neurontransmiter ini tidak terlalu dikenal untuk

dibahas disini, selain pembahasan hal berikut: Asetilkolin paling sering merangsang

aktivitas gastrointestinal. Norepinefrin, hampir selalu menghambat aktivitas

gastrointestinal. Hal ini juga berlaku pada epinefrin, yang mencapai traktus

gastrointestinal terutama lewat aliran darah setelah disekresikan oleh medula adrenal ke

dalam sirkulasi. Substansi transmiter lain yang disebutkan tadi adalah gabungan dari

bahan-bahan eksitator dan inhibitor. Asetilkolin (Ach) merupakan neurontransmiter yang

dikeluarkan oleh semua serat praganglion otonom, serat pascaganglion parasimpatis, dan

neuron motorik. Epinefrin hormon primer yang dikeluarkan oleh medula adrenal.

2.1.7 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal

Jalur saraf otonom terdiri dari suatu rantai dua neuron, dengan neurotransmitter

terakhir yang berbeda antara saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap jalur saraf otonom

yang berjalan dari SSP ke suatu organ terdiri dari SSP ke suatu organ terdiri dari suatu

rantai yang terdiri dari dua neuron. Badan sel neuron yang pertama di rantai tersebut

terletak di SSP. Aksonnya, serat preganglion, bersinaps dengan badan sel neuron kedua,

yang terdapat di dalam suatu ganglion di luar SSP. Akson neuron kedua, serat

pascaganglion, mempersarafi organ-organ efektor. Sistem saraf otonom terdiri dari dua

divisi-sistem simpatis dan parasimpatis. Serat-serat saraf simpatis berasal dari daerah

torakal dan lumbal korda spinalis. Sebagian besar serat preganglion simpatis berukuran

sangat pendek, bersinaps dengan badan sel neuron pascaganglion didalam ganglion yang

terdapat di rantai ganglion simpatis yang terletak di kedua sisi korda spinalis. Serat

6

Page 7: makalah gastrointestinal

pascaganglion panjang yang berasal dari rantai ganglion itu berakhir di organ-organ

efektor. Sebagian serat praganglion melewati rantai ganglion tanpa membentuk sinaps

dan kemudian berakhir di ganglion kolateral simpatis yang terletak disekitar separuh jalan

antara SSP dan organ-organ yang dipersarafi, dengan serat pascaganglion menjalani jarak

sisanya.

Serat-serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah cranial dan sacral SSP.

Serat-serat ini berukuran lebih panjang dibandingkan dengan serat praganglion simpatis

karena serat-serat itu tidak terputus sampai mencapai ganglion terminal yang terletak di

dalam atau dekat dengan organ efektor. Serat-serat pascaganglion yang sangat pendek

berakhir di sel-sel organ yang bersangkutan itu sendiri. Serat-serat praganglion simpatis

dan parasimpatis mengeluarkan neurotransmitter yang sama, yaitu asetilkolin (Ach),

tetapi ujung-ujung pasca ganglion kedua system ini mengeluarkan neurotransmitter yang

berlainan (neurotransmitter yang mempengaruhi organ efektor). Serat-serat pascaganglion

parasimpatis mengeluarkan asetilkolin. Dengan demikian, serat-serat itu bersama dengan

semua serat praganglion otonom, disebut serat kolinergik. Sebaliknya sebagian besar serat

pascaganglion simpatis disebut serat adrenergic, karena mengeluarkan noradrenalin, lebih

umum dikel sebagai norepinefrin. Baik asetilkolin maupun norepinefrin juga berfungsi

sebagai zat perantara kimiawi di bagian tubuh lainnya.

Persarafan Parasimpatis

Persarafan parasimpatis ke usus dibagi atas divisi kranial dan divisi sakral.

Kecuali untuk beberapa serabut parasimpatiske regio mulut dan faring dari saluran

pencernaan, serabut saraf parasimpatis kranial hampir seluruhnya di dalam saraf vagus.

serabut-serabut ini memberi inervasi yang yang luas pada esofagus, lambung, pankreas,

dan sedikit usus sampai separuh bagian pertama usus besar. Parasimpatis sakral bersal

dari segmen sakral kedua, ketiga, dan keempat dari medula spinalis serta berjalan melalui

saraf pelvis ke seluruh bagian distal usus besar dan sepanjang anus. Arean sigmoid,

rektum, dan anus diperkirakan mendapat persarafan parasimpatis yang lebih baik

daripada bagian usus yang lain. Fungsi serabut ini terutama untuk menjalankan reflak

defekasi. Neuron-neuron postganglionik dari sistem parasimpatis gastrointestinal terletak

terutama di pleksus mienterikus dan pleksus submukosa. Perangsangan saraf parasimpatis

ini menimbulkan peningkatan umum dari aktivitas seluruh sistem saraf enterik. Hal ini

kemudian akan memperkuat aktivitas sebagian besar fungsi gastrointestinal.

7

Page 8: makalah gastrointestinal

Persarafan Simpatis

Serabut-serabut simpatis yang berjalan ke traktus gastrointestinal bersal dari

medula spinalis antara segmen T-5 dan L-2. Sebagian besar serabut preganglionik yang

mempersarafi usus, sesudah meninggalkan medula, memasuki rantai simpatis yang

terlatak di sisi lateral kolumna spinalis, dan banyak dari serabut ini kemudian berjalan

melalui rantai ke ganglia yang terletak jauh seperti ganglion seliaka dan berbagai

ganglion mesenterica. Kabanyakan badan neuron simpatik postganglionik berada di

ganglia ini, dan serabut-serabut post ganglionik lalu menyebar melalui saraf simpatis

postganglionik ke semua bagian usus. Sistem simpatis pada dasarnya menginervasi

seluruh traktus gastrointestinal, tidak hanya meluas dekat dengan rongga mulut dan anus,

sebagaimana yang berlaku pada sistem parasimpatis. Ujung-ujung saraf simpatis sebagian

besar menyekresikan norepinefrin dan juga epinefrin dalam jumlah sedikit. Pada

umumnya, perangsangan sistem saraf simpatis menghambat aktivitas traktus

gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkan

oleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan pengaruhnya melalui dua cara:

(1) pada tahap yang kecil melalui pengaruh langsung sekresi norepinefrin untuk

menghambat otot polos traktus intestinal (kecuali otot mukosa yang tereksitasi oleh

norepinefrin), dan (2) pada tahap yang besar melalui pengaruh inhibisi dari norepinefrin

pada neuron-neuron pada seluruh sistem saraf enterik. Perangsangan yang kuat pada

sistem simpatis dapat menginhibisi peregerakan motor usus begitu hebat sehingga dapat

benar-benar menghentikan pergerakan makanan melalui traktus gastrointestinal.

2.2 Propulsi dan Pencampuran Makanan Dalam Saluran Pencernaan

Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, waktu yang

diperlukan pada masing-masing bagian saluran bersifat terbatas. Selain itu pencampuran yang

tepat juga harus dilakukan. Tetapi karena kebutuhan untuk pencampuran dan pendorongan

sangat berbeda pada tiap tingkat proses, berbagai mekanisme umpan balik hormonal dan

saraf otomatis akan mengontrol tiap aspek dari proses ini.

2.2.1 Pengaturan Pencernaan Makanan

Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, karena

akan membantu pencernaan makanan untuk alasan sederhana berikut : karena enzim-

enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel makanan, kecepatan

pencernaan sangat tergantung pada total area permukaan yang terpapar dengam sekresi

usus. Pada umumnya otot- otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf

kranial kelima, dan proses mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak.

8

Page 9: makalah gastrointestinal

Menelan adalah suatu aksi fisiologis yang kompleks terutama karena faring pada

hampir setiap saat melakukan beberapa fungsi lain di samping menelan dan hanya diubah

dalam beberapa detik ke dalam traktus untuk mendorong makanan. Yang terutama

penting adalah bahwa respirasi tidak terganggu akibat menelan. Pada umumnya menelan

dapat dibagi menjadi (1) tahap volunter, yang mencetuskan proses menelan, (2) tahap

faringeal, yang bersifat involunter dan membantu jalannya makanan melalui faring ke

dalam esofagus, dan (3) tahap esofageal, fase involunter lain yang mempermudah

jalannya makanan dari faring ke lambung. Proses menelan secara otomatis diatur dalam

urutan yang teratur oleh daerah-daerah neuron di batang otak yang didistribusikan ke

seluruh substantia retikularis medula dan bagian bawah pons. Impuls motorik dari pusat

menelan ke faring dan esofagus bagian atas yang menyebabkan penelanan dijalarkan oleh

saraf kranial ke-5, ke-9, ke-10, dan ke-12 serta bahkan beberapa saraf servikal superior,

seperti tampak pada. Ringkasnya, tahap faringeal dari penelanan pada dasarnya

merupakan suatu refleks. Sewaktu gelombang peristaltik esofagus berjalan ke arah

lambung, timbul suatu gelombang relaksasi, yang dihantarkan melalui neuron peghambat

mienterikus, mendahului peristaltik, Selanjutnya seluruh lambung dan sedikit lebih luas,

bahkan duodenum menjadi terelaksasi sewaktu gelombang ini mencapai bagian akhir

esofagus dan dengan demikian mempersiapkan lebih awal untuk menerima makanan yang

didorong ke bawah esofagus selama proses menelan.

2.2.2 Pengaturan Fungsi Motorik Lambung

Fungsi motorik dari lambung ada tiga : (1) penyimpanan sejumlah besar makanan

sampai makanan dapat diproses di dalam duodenum, (2) pencampuran makanan ini

dengan sekresi dari lambung sampai membentuk suatu campuran setengah cair yang

disebut kimus, dan (3) pengosongan makanan dengan lambat dari lambung ke dalam usus

halus pada kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorpsi yang tepat oleh usus

halus. Saat lambung berisi makanan, gelombang konstriktor peristaltik yang lemah

(gelombang pencampur) mulai timbul dibagian tengah dinding lambung dan bergerak ke

arah antrum sepanjang dinding lambung sekitar satu kali setiap 15 sampai 20 detik.

Sewaktu gelombang konstriktor berjalan dari korpus ke dalam antrum, gelombang

menjadi lebih kuat, beberapa menjadi sangat kuat dan menimbulkan cincin konstriktor

peristaltik yang kuat yang mendorong isi antrum di bawah tekanan tinggi ke arah

pilorus.

Pengosongan lambung ditimbulkan oleh kontraksi peristaltik yng kuat pada

antrum lambung. Kecepatan pengosongan lambung diatur oleh sinyal dari lambung dan

9

Page 10: makalah gastrointestinal

duodenum. Akan tetapi duodenum memberi sinyal yang kebih kuat, selalu mengontrol

pengosongan kimus ke dalam duodenum pada kecepatan yang tidak melebihi

kecepatan kimus dicerna dan diabsorbsi dalam usus halus.

2.3 Fungsi Sekresi dari Saluran Pencernaan

Di sepanjang traktus gastrointestinal , kelenjar sekretoris mempunyai dua fungsi utama.

Pertama, enzim-enzim pencernaan disekresi pada sebagian besar daerah rongga mulut sampai

ujung distal ileum. Kedua, kelenjer mukus, dari rongga mulut sampai ke anus, mengeluarkan

mukus untuk melumaskan dan melindungi semua bagian saluran pencernaan.

2.3.1 Mulut dan Esofagus

Di dalam mulut, melalui proses pengunyahan, makanan bercampur dengan saliva

dan didorong melalui proses menelan ke dalam esofagus . Gelombang peristaltik di

esofagus menggerakkan makanan ke dalam lambung.

2.3.2 Lambung

Motilitas dan sekresi lambung diatur oleh mekanisme persarafan dan humoral.

Komponen saraf adalah refleks otonom lokal, yang melibatkan neuron-neuron kolinergik,

dan impuls-impuls dari SSP melalui nervus vagus. Rangsang vagus meningkatkan sekresi

gastrin melalui pelepasan gastrin - releasing peptide. Serat-serat vagus lain melepaskan

asetilkolin, yang bekerja langsung pada sel-sel kelenjar di korpus dan fundus untuk

meningkatkan sekresi asam dan pepsin. Rangsang nervus vagus di dada atau leher

meningkatkan sekresi asam dan pepsin, tetapi vagotomi tidak menghilangkan respons

sekresi terhadap rangsang lokal. Untuk memudahkan pengaturan fisiologik sekresi

lambung biasanya dibahas berdasarkan pengaruh otak ( sefalik ), lambung, dan usus.

Pengaruh / fase sefalik adalah respons yang diperantarai oleh nervus vagus yang diinduksi

oleh aktivitas di SSP. Pengaruh lambung terutama adalah respons-respons refleks lokal

dan respons terhadap gastrin. Pengaruh usus adalah efek umpan balik hormonal dan

refleks pada sekresi lambung yang dicetuskan dari mukosa usus halus.

Pengaruh Sefalik

Adanya makanan dalam mulut secara refleks merangsang sekresi lambung. Serat-

serat eferen untuk refleks ini adalah nervus vagus. Peningkatan sekresi lambung yang

diperantarai oleh vagus mudah dilatih. Pada manusia, sebagai contoh : melihat,

mencium bau dan memikirkan makanan akan meningkatkan sekresi lambung.

Peningkatan ini disebabkan oleh refleks bersyarat saluran cerna yang telah

berkembang sejak awal masa kehidupan. Rangsang hipotalamus anterior dan bagian-

bagian korteks frontalis orbital di sekitarnya meningkatkan aktivitas eferen vagus dan

10

Page 11: makalah gastrointestinal

sekresi lambung. Pengaruh otak menentukan sepertiga sampai separuh dari asam yang

disekresikan sebagai respons terhadap makanan normal.

Respons Emosi

Keadaan kejiwaan memiliki pengaruh terhadap sekresi dan motilitas lambung

yang terutama diperantarai oleh nervus vagus. Rasa cemas dan depresi menurunkan

sekresi lambung dan aliran darah serta menghambat motilitas lambung.

Pengaruh Lambung

Adanya makanan dalam lambung mempercepat peningkatan sekresi lambung

yang disebabkan oleh penglihatan atau bau makanan dan adanya makanan di

mulut.Reseptor di dinding lambung dan mukosa berespons terhadap peregangan dan

rangsang kimia, terutama asam-asam amino dan produk pencernaan terkait lain. Serat-

serat dari reseptor masuk ke dalam pleksus submukosa, tempat badan sel neuron

reseptor berada. Serat-serat tersebut bersinaps pada neuron parasimpatis postganglion

yang berakhir di sel-sel parietal dan merangsang sekresi asam. Neuron-neuron

postganglion dalam lengkung refleks lokal aalah neuron yang sama dengan yang

dipersarafi oleh neuron preganglion vagus desendens dari otak yang memperantarai

fase sefalik sekresi. Produk-produk pencernaan protein juga menyebabkan

peningkatan sekresi gastrin, dan hal ini meningkatkan aliran asam.

Pengaruh Usus

Walaupun di mukosa usus halus dan lambung terdapat sel-sel yang berisi gastrin,

pemberian asam amino langsung ke dalam duodenum tidak meningkatkan kadar

gastrin dalam darah. Lemak, karbohidrat, dan asam dalam duodenum menghambat

sekresi asam lambung dan pepsin serta motilitas lambung melalui mekanisme saraf

dan hormonal. Identitas enterogastron yakni sebagai hormon usus berperan dalam

inhibisi belum jelas diketahui. Sekresi asam lambung meningkat setelah sebagian

besar usus halus diangkat. Hipersekresi, yang secara kasar setara dengan jumlah usus

yang diangkat, sebagian mungkin disebabkan oleh hilangnya sumber hormon-hormon

yang menghambat sekresi asam.

2.3.3 Usus Halus

Sejauh ini cara terpenting untuk mengatur sekresi usus halus adalah dengan berbagai

refleks saraf setempat terutama refleks yang dimulai oleh rangsangan taktil dan iritasi

serta oleh peningkatan aktifitas saraf enterik yang berhubungan dengan gergerakan

gastrointestinal. Oleh karena itu dihampir semua tempat, sekresi pada usus halus terjadi

hanya sebagai respons terhadap keberadaan kimus dalam usus - semakin banyak jumlah

11

Page 12: makalah gastrointestinal

kimus semakin banyak sekresinya. Beberapa hormon yang dapat merangsang sekresi

didaerah manapun pada traktus gastrointestinal juga dapat meningkatkan sekresi usus

halus khususnya sekretin dan kolesistokinin. Beberapa eksperimen menunjukkan bahwa

zat-zat hormonal yang diekstraks dari mukosa usus halus oleh kimus mungkin membantu

mengontrol sekresi. Pada umumnya mekanisme refleks enterik setempat hampir selalu

ikut memegang peranan yang dominan.

2.3.4 Usus Besar

Mukosa usus besar, seperti pada usus halus mempunyai banyak kriptus lieberkuhn,

tetapi pada mukosa ini, berbeda dengan usus halus, tidak memiliki vili. Sel-sel epitel

hampir tidak mengandung enzim. Sebaliknya sel ini terutama mengandung sel-sel mukus

yang hanya mensekresi mukus. Mukus dalam usus besar jelas melindungi dinding usus

terhadap ekskoriasi, tetapi selain itu, juga menghasilkan media yang lengket untuk

melekatkan bahan feses bersama- sama. Lebih lanjut mukus melindungi dinding usus dari

sejumlah besar aktifitas bakteri yang berlangsung di dalam feses, dan menambah sifat

basa dari sekresi ( pH 8,0 yang disebabkan oleh sejumlah besar natrium bikarbonat)

menyediakan suatu sawar untuk menjaga agar asam yang terbentuk didalam tinja tidak

menyerang dinding usus.

Apabila suatu segmen usus besar menjadi sangat teriritasi, seperti yang terjadi bila

infeksi bakteri berlangsung menyeluruh selama enteritis, mukosa mensekresikan sejumlah

besar air dan elekrolit selain sekresi larutan mukus alkali yang kental dan normal. Sekresi

ini berfungsi untuk mengencerkan faktor pengiritasi dan menyebabkan pergerakan tinja

yang cepat menuju anus. Hal ini biasanya menyebabkan terjadinya diare, disertai

kehilangan sejumlah air dan elektrolit. Tetapi diare juga menyapu bersih faktor iritan,

yang menimbulkan pemulihan penyakit lebih cepat daripada bila terjadi sebaliknya.

2.4 Pencernaan dan Absorbsi dalam Traktus Gastrointestinal

2.4.1 Pencernaan Berbagai Makanan Melalui Hidrolisis

Hidrolisis Karbohidrat

Bila karbohidrat dicernakan, karbohidrat diubah menjadi monosakarida. Enzim

khusus di dalam getah pencernaan pada traktus gastrointestinal mengembalikan

ion hidrogen dan hidroksil air ke polisakarida dan dengan demikian memisahkan

monosakarida satu sama lain.

Hidrolisis Lemak

Hampir semua gugus lemak di dalam diet terdiri atas trigliserida (lemak netral),

yang merupakan gabungan dari tiga molekul asam lemak yang berkondensasi

12

Page 13: makalah gastrointestinal

dengan satu molekul gliserol. Selama proses kondensasi, tiga molekul air

dikeluarkan.

Hidrolisis Protein

Protein dibentuk dari beberapa asam amino yang saling berikatan bersama-sama

melalui ikatan peptida. Pada setiap ikatan, satu ion hidroksil dipindahkan dari satu

asam amino, dan satu ion hidrogen dipindahkan dari asam amino berikutnya; jadi,

asam amino berturutan dalam rantai protein juga saling berikatan melalui proses

kondensasi dan pencernaan terjadi melalui efek pembalikan : hidrolisis. Yaitu,

enzim proteolitik mengembalikan ion hidrogen dan ion hidroksil dari molekul air

ke molekul protein untuk memecahnya menjadi unsur-unsur pokok asam amino.

2.4.2 Prinsip-Prinsip Dasar Absorpsi Gastrointestinal

Dasar Anatomi Absorpsi

Jumlah cairan total yang harus diabsorpsi setiap hari oleh usus sebanding dengan

cairan yang dicerna (kira-kira 1,5 liter) ditambah dengan cairan yang disekresikan

oleh bermacam-macam sekresi gastrointestinal (kira-kira 7 liter). Jadi, jumlah totalnya

8 sampai 9 liter. Semua kecuali kira-kira 1,5 liter dari cairan ini diabsorpsi di usus

halus, dan menyisakan hanya 1,5 liter untuk melalui katup ileosekal ke dalam kolon

setiap harinya.

Lambung merupakan daerah saluran pencernaan yang absorpsinya buruk karena

tidak memiliki jenis vili yang khas dari membran pengabsorpsi, dan juga karena taut

antar sel-sel epitel merupakan taut yang ketat. Hanya ada beberapa zat yang sangat

larut dalam lemak, seperti alkohol dan beberapa obat seperti aspirin, dapat diabsorpsi

dalam jumlah kecil.

2.4.3 Absorpsi dalam Usus Halus

Absorpsi dari usus halus setiap hari terdiri atas beberapa ratus gram karbohidrat,

100 gram atau lebih lemak, 50 sampai 100 gram asam amino, 50 sampai 100 gram ion, dn

7 sampai 8 liter air. Kapasitas absorpsi normal usus halus jauh lebih besar dari nilai ini :

sebanyak beberapa kilogram karbohidrat per hari, 500 gram lemak per hari, 500 sampai

700 gram asam amino per hari, dan 20 liter air atau lebih per hari.

2.4.4 Absorpsi dalam Usus Besar : Pembentukan Feses

Kira-kira 1500 milimeter kimus secara normal melewati katup ileosekal ke dalam

usus besar setiap harinya. Sebagian besar air dan elektrolit di dalam kimus ini diabsorpsi

di dalam kolon, biasanya meninggalkan kurang dari 100 milimeter cairan untuk

diekskresikan dalam feses. Juga,pada dasarnya semua ion diabsorpsi hanya meninggalkan

13

Page 14: makalah gastrointestinal

1 sampai 5 miliekuivalen dri masing-masing ion natrium dan klorida untuk hilang dalam

feses.

Sebagian besarr absorpsi dalam usus besar terjadi pada pertengahan proksimal

kolon, sehingga bagian ini dinamakan kolon pengabsorpsi, sedangkan kolon bagian distal

pada prinsipnya berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses sampai waktu yang tepat

untuk ekskresi feses dan oleh karena itu disebut kolon penyimpanan.

2.5 Fisiologi Gangguan Gastrointestinal

2.5.1 Gangguan Menelan dan Gangguan Esofagus

Paralisis Mekanisme Menelan

Kerusakan saraf otak V, IX atau X dapat menyebabkan paralisis bagian yang

bermakna dari mekanisme menelan. Juga, beberapa penyakit seperti poliomyelitis atau

ensefalitis, dapat menghalangi proses menelan yang normal dengan merusak pusat

menelan pada batang otak. Akhirnya, kelumpuhan otot-otot menelan seperti yang terjadi

pada distrofi otot atau pada kegagalan transmisi neuromoskular pada miastenia gravis

atau botulisme, juga dapat menghalangi proses menelan yang normal.

Akalasia dan Megaesofagus

Akalasia adalah keadaan sfingter esophagus inferior yang gagal berelaksasi selama

menelan. Sebagai akibatnya, makanan yang ditelan ke dalam esophagus gagal untuk

melewati esophagus masuk ke dalam lambung. Penelitian patologi telah menunjukkan

kerusakan pada jaringan kerja saraf pleksus mienterikus pada dua pertiga bagian bawah

esophagus. Hasilnya perototan esophagus bagian bawah tetap berkontraksi secara spastis,

dan pleksus mienterikus kehilangan kemampuannya untuk mentransmisikan sinyal yang

menimbulkan “relaksasi reseptif’ dari sfingter gastroesofageal ketika makanan mencapai

sfingter ini selama menelan.

2.5.2 Gangguan-Gangguan Lambung

Gastritis (Peradangan Mukosa Lambung)

Peradangan dari gastritis dapat hanya superficial dan oleh karena itu tidak begitu

berbahaya, atau dapat menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung, pada kasus-

kasus yang berlangsung lama, menyebabkan atrofi mukosa lambung hampir lengkap.

Pada beberapa kasus, gastritis dapat menjadi sangat akut dan berat, dengan ekskoriasi

ulserativa mukosa lambung oleh sekresi peptic lambung sendiri. Penelitian menunjukkan

bahwa banyak gastritis disebabkan oleh infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis.

Gangguan ini dapat diobati sempurna dengan suatu rangkaian pengobatan antibiotika

yang intensif.

14

Page 15: makalah gastrointestinal

Ulkus Peptikum

Ulkus peptikum adalah suatu daerah ekskoriasi mukosa lambung atau usus yang

terutama disebabkan oleh kerja pencernaan getah lambung atau sekresi usus halus bagian

atas. Tempat yang paling sering terkena adalah pada jarak beberapa sentimeter dari

pylorus. Sebagai tambahan, ulkus peptikum sering terjadi di sepanjang kurvatura minor

ujung antral lambung atau yang lebih jarang pada ujung bawah esophagus tempat getah

lambung sering masuk kembali. Jenis ulkus peptikum yang disebut ulkus marginalis juga

sering terjadi jika suatu pembukaan melalui pembedahan seperti gastro-yeyunostomi

dibuat antara lambung dan yeyunum usus halus. Penyebab umum dari ulserasi peptikum

adalah ketidakseimbangan antara kecepatan sekresi getah lambung dan derajat

perlindungan yang diberikan oleh (1) sawar mukosa gastroduodenal dan (2) netralisasi

asam lambung oleh getah duodenum.

2.5.3 Gangguan Pada Usus Halus

Pankreatitis

Pankreatitis berarti peradangan pancreas, dan ini dapat terjadi baik dalam bentuk

pancreatitis akut maupun pancreatitis kronis. Penyebab yang paling umum dari

pancreatitis adalah minum alcohol berlebihan dan penyebab kedua yang paling umum

adalah sumbatan papilla Vateri oleh batu empedu; dua hal ini bersama-sama merupakan

lebih dari 90% penyebab dari semua kasus. Jika batu empedu menghambat papilla Vateri,

batu ini akan menghambat duktus sekretorius utama dari pancreas dan duktus biliaris

komunis. Enzim pancreas kemudian terbendung di dalam duktus dan asinus pancreas.

Akhirnya, banyak tripsinogen yang tertumpuk sehingga menutupi tripsin inhibitor pada

sekresi, dan sejumlah kecil tripsinogen yang teraktivasi membentuk tripsin.

Malabsorpsi Oleh Mukosa Usus Halus (Sprue)

Sprue Nontropis

Satu jenis sprue , disebut secara bervariasi dengan nama sprue idiopatik,

penyakit seliak (pada anak-anak) atau enteropati gluten, terjadi akibat efek

toksik dari gluten yang terdapat pada beberapa tipe padi-padian tertentu,

terutama gandum dan gandum hitam. Hanya beberapa orang yang rentan

terhadap efek ini, tetapi pada orang-orang yang rentan, gluten mempunyai efek

destruktif langsung pada sel-sel enterosit usus.

Sprue Tropis

Tipe yang berbeda dari sprue, yang disebut sprue tropis, terjadi pada daerah

tropis dan sering dapat diterapi dengan agen-agen antibakteri. Meskipun tidak

15

Page 16: makalah gastrointestinal

ada bakteri spesifik yang ditemukan sebagai penyebab, dianggap bahwa sprue

jenis ini sering disebabkan oleh peradangan mukosa usus akibat agen infeksi

yang belum dapat diidentifikasi.

Malabsorpsi Pada Sprue

Pada tahap awal sprue, absorpsi usus terhadap lemak lebih terganggu daripada

absorpsi produk pencernaan lainnya. Lemak yang tampak pada tinja hampir

seluruhnya dalam bentuk garam asam lemak dan bukan bentuk lemak yang tak

tercerna, menggambarkan bahwa masalahnya adalah absorpsi dan bukannya

pencernaan. Sebenarnya kondisi tersebut seringkali disebut steatore. Yang

berarti lemak berlebihan dalam tinja. Pada kasus sprue yang sangat berat,

selain malabsorpsi lemak terdapat pula gangguan absorpsi protein,

karbohidrat, kalsium, vitamin K, asam folat dan vitamin B12.

2.5.4 Gangguan Pada Usus Besar

Konstipasi

Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja melalui usus besar, dan sering

disebabkan sejumlah besar tinja yang kering dank eras pada kolon descenden yang

menumpuk karena absorpsi cairan yang berlebihan. Kelainan patologi apapun pada usus

yang menghambat pergerakan isi usus, seperti tumor, perlekatan yang menyempitkan

usus, atau ulkus, dapat menyebabkan konstipasi. Penyebab fungsional konstipasi yang

sering adalah kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, yang berkembang selama

kehidupan akibat penghambatan refleks defekasi normal. Kadang seseorang menderita

konstipasi yang begitu parah sehingga pergerakan usus hanya terjadi beberapa hari sekali

atau kadang hanya sekali dalam seminggu. Tampaknya ini menyebabkan sejumlah besar

feses menumpuk di kolon, kadang-kadang menyebabkan distensi kolon dengan diameter

3 sampai 4 inchi. Keadaan ini disebut megakolon atau penyakit Hirschsprung.

Penyebabnya adalah tidak adanya atau defisiensi sel-sel ganglion pada pleksus

mienterikus dalam sebuah segmen kolon sigmoid.

Diare

Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang usus besar.

Beberapa penyebab diare dengan sekuele fisiologis yang penting adalah sebagai berikut :

1. Enteritis

Enteritis merupakan peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus

maupun oleh bakteri pada traktus intestinalis.

16

Page 17: makalah gastrointestinal

2. Diare psikogenik

Tipe diare ini disebut diare emosional psikogenik yang disebabkan oleh stimulasi

berlebihan dari sistem saraf parasimpatis.

3. Kolitis Ulserativa

Kolitis ulserativa adalah penyakit peradangan dan ulserasi daerah yang luas dari

usus besar. Motilitas dari kolon yang mengalami ulserasi sering begitu besar

sehingga perpindahan massa terjadi seharian, dibandingkan dengan keadaan biasa

yaitu 10 sampai 30 menit. Sekresi kolon juga meningkat. Akibatnya, pasien

mengalami gerakan usus bersifat diare yang berulang.

2.5.5 Gangguan Umum dari Traktus Gastrointestinal

Muntah

Muntah merupakan suatu cara traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri

dari isinya ketika hampir semua bagian atas traktus gastrointestinal teriritasi secara

luas, sangat mengembang, atau bahkan terlalu terangsang. Distensi atau iritasi yang

berlebihan dari duodenum menyebabkan suatu rangsangan khusus yang kuat untuk

muntah.

Mual

Mual adalah pengenalan secara sadar terhadap eksitasi bawah sadar pada daerah

medulla yang secara erat berhubungan dengan atau merupakan bagian dari pusat

muntah, dan mual dapat disebabkan oleh (1) Impuls iritatif yang datang dari traktus

gastrointestinal, (2) Impuls yang berasal dari otak bawah yang berhubungan dengan

motion sickness, atau (3) Impuls dari korteks serebri untuk mencetuskan muntah.

Muntah kadang terjadi tanpa didahului perangsangan prodromal mual, yang

menunjukkan bahwa hanya bagian-bagian tertentu dari pusat muntah yang

berhubungan dengan perangsangan mual.

Obstruksi Gastroinestinal

Traktus gastrointestinabrl dapat mengalami obstruksi pada hampir semua bagian

sepanjang perjalanannya. Beberapa penyebab umum obstruksi adalah (1) kanker, (2)

konstriksi fibrotic yang merupakan akibat dari ulserasi atau dari pelekatan

peritoneum, (3) spasme dari suatu segmen usus, dan (4) paralisis suatu segmen usus.

2.5.6 Gas dalam Traktus Gastrointestinal : “Flatus”

Gas yang disebut flatus dapat memasuki traktus gastrointestinal dari tiga sumber

yang berbeda : (1) udara yang ditelan, (2) gas yang terbentuk di dalam perut sebagai hasil

kerja bakteri, atau (3) gas yang berdifusi dari darah ke dalam traktus gastrointestinal.

17

Page 18: makalah gastrointestinal

Kebanyakan gas dalam lambung adalah campuran nitrogen dan oksigen yang berasal dari

udara yang ditelan. Pada orang secara umum, kebanyakan gas ini dikeluarkan lewat

sendawa. Hanya sejumlah kecil gas yang umumnya muncul dalam usus halus, dan banyak

dari gas ini merupakan udara yang berjalan dari lambung masuk ke dalam traktus

intestinalis.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton dan Hall .2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. EGC, Jakarta.

18

Page 19: makalah gastrointestinal

Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. EGC, Jakarta.

Sidharta, Priguna. 2009. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian Rakyat, Jakarta.

Sudoyo, Aru W., dkk, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. FKUI, Jakarta.

19