tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

33
Asuhan Keperawatan Gerontik Terkait Sistem Gastrointestinal dan Nutrisi A. Pengertian Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat- zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. B. Anatomi Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolism di sel lainnya.

description

askep gastrointestinal gerontik 2013

Transcript of tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

Page 1: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

Asuhan Keperawatan Gerontik

Terkait Sistem Gastrointestinal dan Nutrisi

A. Pengertian

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut

sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk

menerima makanan, mencernanya menjadi zat- zat gizi dan energi, menyerap

zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang

tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan

kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia

untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan

menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta

mengeluarkan sisanya.

B. Anatomi

Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan

metabolism di sel lainnya. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh

dan perubahan komposisi

tubuh. Organ sistem

pencernaan terdiri dari :

1. Mulut

2. Tenggorokan ( Faring)

3. Kerongkongan (Esofagus)

Esofagus dibagi menjadi

tiga bagian:

a. bagian superior

(sebagian besar adalah

otot rangka)

Page 2: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

b. bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

c. serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

4. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang

keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu :Kardia, Fundus, dan Antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot

berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam

keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke

dalam kerongkongan.

Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

a. Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam

lambung.

b. Asam klorida (HCl)

Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang

terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

5. Usus halus (usus kecil)

- Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot

melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal )

dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )

- Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari

(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

6. Usus Besar (Kolon)

Usus besar terdiri dari :

a. Kolon asendens (kanan)

b. Kolon transversum

c. Kolon desendens (kiri)

d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

7. Usus Buntu (sekum)

8. Umbai Cacing (Appendix)

9. Rektum dan anus

Page 3: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

10. Pankreas

Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :

a. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan

b. Pulau pankreas, menghasilkan hormon contoh insulin.

11. Hati

Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki

beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis

protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang

penting dalam pencernaan.

12. Kandung empedu

Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:

a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama

haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah

dan kelebihan kolesterol.

C. Faktor-Faktor  Yang  Mempengaruhi  Kebutuhan  Gizi  Pada Lansia

1. Berkurangnya  kemampuan  mencerna    makanan  akibat 

kerusakan  gigi  atau ompong.

2. Berkurangnya  indera  pengecapan  mengakibatkan  penurunan 

terhadap  cita  rasa manis, asin, asam, dan pahit.

3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.

4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya

menimbulkan konstipasi.

6. Penyerapan makanan di usus menurun.

D. Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia

1. Kalori

Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal

pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan

berkurangnya massa otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari

lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi

Page 4: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari

lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan  kalori untuk lansia laki-

laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila

jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan

disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila

terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga

tubuh akan menjadi kurus.

2. Protein

Pada lansia, masa ototnya berkurang, tetapi kebutuhan tubuhnya akan

protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa,

karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh

tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang

efisien). Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya

konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang

dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan

kacang-kacangan.

3. Lemak

Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori

yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40%

dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis

(penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari

konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly

unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak

jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam

lemak jenuh.

4. Karbohidrat Dan Serat Makanan

Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau

konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus.

Serat makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut.

Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan

biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat

Page 5: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

(yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya

terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap

oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk

mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan

karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian

yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.

5. Vitamin Dan Mineral

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang

mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D,

dan E umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya

konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan

mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium

yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi

menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi

penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan

buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin,

mineral dan serat.

6. Air

Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan

tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine),

membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu

fungsi kerja ginjal). Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per

hari.

E. Proses Penuaan Normal pada Saluran Gastrointestinal

Proses penuaan memberikan pengaruh pada setiap bagian dalam

saluran gastrointestinal (GI). Namun, karena luasnya persoalan fisiologi pada

sistem gastrointestinal, hanya sedikit masalah-masalah yang berkaitan dengan

usia yang dilihat dalam kesehatan. Banyak masalah-masalah GI yang

dihadapi oleh lansia lebih erat dihubungkan dengan gaya hidup mereka.

Page 6: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

Perubahan Normal Terkait Usia Implikasi Klinis

Rongga Mulut:

Hilangnya tulang periosteum

dan peridontal

Tanggalnya gigi

Retraksi dan struktur gusi Mempertahankan pelekatan gigi palsu

yang pas

Hilangnya kuncup rasa Perubahan sensasi rasa:

Peningkatan penggunakan garam

Esofagus, lambung, usus :

Dilatasi esofagus Peningkatan risiko aspirasi

Kehilangan tonus sfingter

Penurunan refleks muntah

Penurunan motilitas lambung Penurunan absorpsi obat-obatan, zat

besi, kalsium, vitamin B12

Tabel Perubahan-Perubahan Proses Penuaan Pada Sistem Gastrointestinal Yang Normal

Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal desease yang

biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi

yang buruk dan gizi yang buruk. Pada Lansia keluahan-keluhan seperti

kembung, perasaan tidak enak di perut dan sebagainya, seringkali disebabkan

makanan yang kurang dicerna akibat berkurangnya fungsi kelenjar

pencernaan. Juga dapat disebabkan karena berkurangnya toleransi terhadap

makanan terutama yang mengandung lemak.

Keluhan lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang disebabkan

karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa disebabkan

karenanya banyaknya gigi yang sudah lepas. Dengan proses menua bisa

terjadi gangguan motilits otot polos esophagus, bisa juga terjadi  refluks

disease (terjadi akibat refluks isi lambung ke esophagus), insiden ini

Page 7: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

mencapai puncak pada usia 60 – 70 tahun. Dan berikut gangguan sistem

gastrointestinal pada lansia:

1. Gannguan pada Sistem Gastrointestinal Atas

a) Penyakit Periodontal

Penyakit periondontal (gingivitis dan periodontitis) adalah

inflamasi dari struktur yang menyokong gigi, dengan hasil akhir

berupa kerusakan tulang. Kerusakan ini menyebabkan kehilangan

secara progresif dan pada akhirnya terjadi kehilangan gigi. Penyakit

ini disebabkan oleh bakteri yang terdapat di dalam plak.

Tanda Gingivitis Gusi kemerahan dan gusi bengkak yang

beerdarah ketika gosok gigi. Jika infeksi makin berkembang, bau

napas tidak seap (halitosis), rasa tidak enak dalam mulut, atau rasa

tidak enak di mulut, atau adanya eksudat purulen di sekitar garis gusi.

b) Disfagia

Disfagia atau kesulitan menelan dianggap sebagai konsekuensi

normal akibat penuaan, penyebab struktural, vaskular atau neurogenik

sekarang telah dikenal sebagai patologi yang mendasari.

Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah

presofagus tepatnya di daerah osofaring penyebabnya tersembunyi

dalam system saraf sentral atau akibat gangguan neuromuskuler

seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot

menebal dengan manometer akan tampak tanda perlambatan

pengosongan usofagus. Selain itu, produksi saliva yang menurun

dapat mempengaruhi proses perubahan kompleks  krbohidrat menjadi

disakarida. Fungsi ludah sebagai pelican makanan berkurang sehingga

proses menelan menjadi sukar.

c) Refluks Gastroesofagus Dan Hernia Hiatal

- Refluk Gastroesofagus merupakan aliran balik getah lambung

masuk ke dalam esofagus. Dinding esofagus lebih tipis dan sensitif

pada lansia.

Page 8: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

- Hernia Hiatal adalah masuknya lambung, dan organ-organ dalam

abdomen lainya ke dalam rongga toraks melalui suatu pembesaran

hiatus esofagus dalam diafragma. Namun, banyak pula lansia yang

mengalami gejala refluks tanpa hernia hiatal.

2. Gangguan-gangguan pada Usus Halus

Penyakit Malabsorbsi

Merupakan gangguan asimilasi nutrisi dari usus halus. Penurunan

sekresi asam lambung dan penggunaan antasid pada waktu yang lama

mendorong ke pertumbuhan bakteri secara berlebihan, sering

menyebabkan malabsorbsi pada lansia. Malabsorbsi dapa pula

dihubungkan dengan operasi sebelumnya atau obat-obatan yang

dikonsumsi seperti antikolinergik, dan narkotik yang memperlambat

motilitas usu kemudian meningkatkan pertumbuhan bakteri.

Berat total usus halus berkurang diatas usia 40 tahun meskipun

penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas normal, kecuali

kalsium (diatas 60 tahun)dan zat besi.

Manifestasi Klinik

Malabsorbsi bukan akibat yang normal dari penuaan, walaupun

masalah malabsorbsi dapat muncul pada lansia, sering dengan manifestasi

lain yang menyertainya. Tanda dan gejala malabsorbsi sering terlihat

dalam hubungan dengan gangguan inflamasi usus. Diare, nyeri abdomen,

dan perdarahan rektum adalah gejala-gejala yang paling jelas.

3. Penyakit-penyakit pada Usus Besar

Gangguan yang sering terjadi pada usus besar yang mempengaruhi lansia

adalah divertikulosis, kanker, konstipasi dan diare.

a) Penyakit Divertikular

Divertikulum kolonik adalah suatu kantong di luar atau herniasi

melalui mukosa kolon. Biasanya terdapat penebalan dinding kolon

Page 9: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

yang jelas. Gangguan motilitas usus dianggap merupakan predisposisi

pembentukan divertikula pada lansia.

b) Obstruksi usus

Obstruksi usus adalah penghentian sebagai atau keseluruhan dari

majunya aliran isi usus, biasanya terjadi sebagai akibat dari penutupan

lumen usus yang aktual. Obstruksi dapat disebabkan pula oleh tumor,

penyakit usus iskemik dsb.

c) Konstipasi

Konstipasi adalah suatu penurunan frekuensi pergerakan usus yang

disertai dengan perpanjangan waktu dan kesulitan pergerakan feses.

Konstipasi adalah masalah umum yang disebabkan oleh penurunan

motilitas, kurang aktivitas dan penurunan kekuatan dan tonus otot.

Banyak pula lansia yang mengalami ini akibat dari penurunan sensasi

saraf, tidak sempurnanya pengososngan usus, atau kegagalan dalam

menangani sinyal untuk defekasi.

d) Diare

Diare adalah defekasi yang meningkat dalam frekuensi, lebih cair, dan

sulit untuk dikendalikan. Infeksi bakteri dan virus, impaksi fekal,

pemberian makanan melalui slang, dan diet yang berlebihan dapat

menyebabkan diare akut pada lansia. Diare dapat disebabkan oleh

malabsorbsi, penyakit divertikular, gangguan inflamasi usus, atau

obat-obatan, terutama antasid, antibiotik, antisidisritmia, antihipertensi

dan penyakit sistemik lainya.

Page 10: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

F. Masalah Gizi Pada Lansia

1. Gizi berlebih

Gizi berlebih pada  lansia banyak  terjadi di negara-negara barat

dan kota-kota besar.  Kebiasaan  makan  banyak  pada  waktu  muda 

menyebabkan  berat  badan berlebih,  apalai  pada  lansia  penggunaan   

kalori  berkurang  karena  berkurangnya aktivitas  fisik. Kebiasaan makan 

itu  sulit  untuk  diubah walaupun  disadari  untuk mengurangi makan.

Kegemukan  merupakan  salah  satu  pencetus  berbagai  penyakit, 

misalnya  : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.

2. Gizi kurang penghasilan

Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social

ekonomi dan juga  karena  gangguan  penyakit.  Bila  konsumsi  kalori 

terlalu  rendah  dari  yang  dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang

normal. Apabila hal  ini disertai  dengan  kekurangan  protein 

menyebabkan  kerusakan-kerusakan  sel  yang  tidak  dapat diperbaiki,

akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,

kemungkinan akan mudah terkena infeksi pada organ tubuh yang vital.

Faktor penyebab malnutrisi pada lanjut usia:

a) Penyakit akut dan kronis

b) Keterbatas sumber/penghasilan

c) Faktor psikologis

d) Hilangnya gigi

e) Kesalahan dalam pola makan

f) Kurangnya energi untuk mempersiapkan makanan

g) Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi yang tepat

3. Kekurangan vitamin

Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan

ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu

makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi

lesu dan tidak bersemangat.

4. Osteoporosis

Page 11: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh

penurunan densitas tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium dalam

jangka waktu yang lama. Mencapai maksimum pada usia 35 tahun pada

wanita dan 45 tahun pada pria.

5. Anemia

Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil

yang tidak normal, kimia yang bertugas membawa oksigen di seluruh

tubuh yang disebabkan kurang Fe, asam folat, B12 dan protein. Akibatnya

akan cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat, kesemutan, sering pusing,

mata berkunang-kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL.

6. Kekurangan anti oksidan

(Banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu

menangkal efek merusak radikal bebas terhadap tubuh, sehingga konsumsi

yang kurang dapat meningkatkan resiko berbagai penyakit akibat radikal

bebas, seperti serangan jantung dan stroke, katarak, persendian hingga

menurunnya penampilan fisik seperti kulit menjadi keriput.

7. Sulit buang air besar

Ini karena pergerakan usus besar semakin lambat, makanan lambat

diolah dalam tubuh. Akibatnya, buang air besar jadi jarang.

8. Kelebihan gula dan garam

o Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama pada

orangtua

o Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk, meningkatkan

kolesterol dan gula darah

Karena itu, sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam

G. Pemeriksaan penunjang

1. Sel darah lengkap (CBC) menghitung atau mencari tanda-tanda

infeksi dan dehidrasi. Sebuah peningkatan jumlah sel darah

putih(15.000-20.000/mm3) adalah tanda infeksi dan mungkin

Page 12: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

menunjukan sumbatan atau perforasi usus. Peningkatan tingkat

hematokrit dapat berarti dehidrasi.

2. Pemeriksaan elektrolit dan urinalisis untuk mengevaluasi

ketidakseimbangan cairan elektrolit dan sepsis.

3. Kleatinin dan nitrogen urea darah (BUN), tingkat peningkatan kadar

serum ini menunjukan bahwa kemungkinan pasien mengalami

dehidrasi

4. Rongten abdomen, untuk menentukan lokasi pola dan

jenisnya(mekanisme  atau nonmechanical,sebagian atau seluruhnya)

dari obstruksi.

5. Kolonoskopi untuk membantu dalam penilaian dan diagnosis dari

obstruksi usus besar.

6. Tes fungsi hati

7. CT scan abdomen

8. USG.

Page 13: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian secara umum

Pengkajian ini meliputi identitas klien, status kesehatan saat ini, riwayat

kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik sistem

gastrointestinal, pola aktivitas sehari-hari, serta pengkajian pola

psikososial dan spiritual.

a. Status kesehatan saat ini :

o status kesehatan secara umum

o keluhan kesehatan saat ini

o Pengetahuan, pemahaman, dan penatalaksanaan

masalah kesehatan

b. Riwayat kesehatan masa lalu:

o penyakit masa kanak-kanak

o penyakit kronik

o Pernah mengalami trauma

c. Pengkajian umum status gizi individu

Pengkajian Status Gizi

1) Pengukuran antropometri, yaitu pengukuran tinggi badan (TB),

dan berat badan (BB).

2) Menghitung indeks masa tubuhIMT = Kg BB / (TB)2

IMT Kategori

< 18,5 Berat badan kurang

18,5 – 24,9 Berat badan normal

25,0 – 29,9 Berat badan lebih

30,0 – 34,9 Obesitas I

35.0 – 39.9 Obesitas II

>39,9 Sangat obesitas

Page 14: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

Pada Lansia terjadi pengurangan tinggi padan, hal ini disebabkan

karena beberapa hal, antara lain:

Komponen cairan tubuh berkurang sehingga diskus

intervertebralis relatif kurang mengandung air sehingga

menjadi lebih pipih

Semakin tua cenderung semakin kifosis, sehingga tinggi dan

tagak lurus tulang punggung berkurang

Osteoporosis yang sering kali terjadi pada wanita lansia akan

mudah mengakibatkan fraktur vertebra sehingga tinggi badan

berkurang.

Penurunan tinggi badan tersebut mempengaruhi hasil penghitungan

IMT (Indeks Massa Tubuh). Oleh karena itu dianjurkan memakai

ukuran tinggi lutut (knee hight). Tinggi lutut tidak akan berkurang

kecuali terjadi fraktur tungkai bawah.

Berikut rumusnya:

TB pria : 59,01 + (0,28 x TL cm)

TB wanita : 75,00 + (1,91 x TL cm) – (0,17 x U)

3) Pengukuran Biochemical (Laboratorium)

4) Pengkajian secara umum status gizi induvidu:

Area pengkajian

Tanda-tanda normal Tanda-tanda abnormal

Penampilan umum dan vitalitas

Gesit, energik, mampu beristirahat dengan baik

Apatis, lesu, tampak lelah

Berat badan Dalam rentang normal sesuai dengan usia dan tinggi badan

Obesitas, underweight

Rambut Bercahaya, berminyak dan tidak kering

Kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/ patah-patah

Page 15: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

Kulit Lembut, sedikit lembab, turgor kulit baik

Kering, pucat, iritasi, petichie, lemak di subkutan tidak ada

Kuku Merah muda, keras Mudah patah, berbentuk seperti sendok

Mata Berbinar, jernih, lembab, konjungtiva merah muda

Konjungtiva pucat, kering, exoptalmus, tand-tanda infeksi

Bibir Lembab merah muda Kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane mukosa pucat

Gusi Merah muda, lembab Perdarahan, peradangan, berbentuk seperti spon

Otot Kenyal ,berkembang dengan baik

Fleksia/ lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja

System kardiovaskuler

Nadi dan tekanan darah normal, irama jantung normal

Denyut nadi lebih dari 100X/ menit, irama abnormal, tekanan darah rendah atau tingi

System pencernaan

Nafsu makan baik, eliminasi normal dan teratur

Anorexia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran liver

System persarafan

Reflek normal, waspada, perhatian baik, emosi stabil

Bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun

d. Bau

Bau mulut (kurangnya kebersihan mulut, penyakit pada rongga mulut

dan paru-paru, infeksi abses paru, penyakit paru dan uremia).

e. Kulit

11

Page 16: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

Turgor kulit yang jelek dihubungkan dengan dehidrasi, kulit bersisik,

gatal, kulit yang pucat, pengikisan kulit bisa disebabkan oleh

bermacam-macam defisiensi nutrisi. Kaji adanya edema akibat

gangguan sistem lain.

f. Pemeriksaan rongga mulut :

- Bibir

Kesimetrisan, warna, kelembaban, kebiru-biruan (rendahnya kadar

O2). Bibir pecah-pecah (defisiensi riboflafin atau perlukaan oleh

gigi yang tajam).

- Rongga mulut

Inspeksi kelembaban dan kemerahan membran mukosa

Membran mukosa dan lidah kering (dehidrasi), bintik putih

pada mukosa (infeksi moniliasis).

Gusi bengkak penyakit periodontal juga akibat fenitoin atau

leukimia. Keracunan timah dideteksi dengan timbulnya garis

biru kehitaman jika gigi masih ada.

- Faring

Selama proses menelan, nervus fagusà palatun lunak terangkat

dan menutup nasofaring dan aspirasi tidak terjadi.

Kaji fungsi gangguan refleks, tekan lidan pada bagian tengah,

tetapi tidak terlalu jauh kebelakang àrespon tersedak. Suruh

lansia mengatakan “ah” palatum lunak terangkat. Jika terjadi

rasa sakit dan kemerahan, atau adanya bintik putih

dikerongkongannya.

g. Pemeriksaan abdomen

a) Suruh pasien mengosongkan abdomen, lihat (tanya) apakah

ada bekas luka akibat apendektomi 50 tahun yang lalu.

b) Lihat apakan ada striae (biasanaya biru-pink atau warna

perak) Hasilà dari obesitas, ansites, kehamilan, atau tumor.

Lihat adanya ruam.

Page 17: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

c) Kaji kesimetrisan abdomen dan mencakup semua keempat

kuadran. Catat adanya temuan dan lokasi.distensi bagian

bawah abdomen (dibawah pusar)àdistensi kandung kemih

atau tumor pada uterus dan ovarium.

d) Kaji adanya nyeri atau ketegangan.

e) Perkusi (bunyi abnormal pada sebagian organ abdomen,

misal hati, lambung,dll).

f) Kaji bising usus normal (terdengar satu kali setiap 5-15 detik,

biasanya tidak teratur), jika tidak terdengar, stimulasi dengan

jari. Tidak adanya bising usus kurang dari 5 menit

dibutuhkan evaluasi medis. Peningkatan suara sampai

penurunan peristaltik. Palpasi seharusnya tidak ada masa.

- Pemeriksaan rektum

a) Inspeksi perianal (hemoroid), lakukan DRE untukmengkaji

(fisura, tumor, inflamasi, dankebersihan yang kurang)

b) Minta klien untuk meneran (ada tambahan hemoroid atau

rectal prolaps). Masa yang keras bias menghalangi palpasi

penuh pada rektum.

h. Pemeriksaan feses

a) DRE (pemeriksaan spesimen feses)

b) Feses hitam (makanan yang tinggi besi atau perdarahan usus

proksimal)

c) Darah merah segar (perdarahan usus bagian distal atau

hemoroid). Pucat atau berlemak (masalah absorbsi). Feses

yang abu-abu (obstruksi jaundice) mukus (inflamasi)

(Eliopoulus, 2005)

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

Menurut Tamher, Intervensi Keperawatan pada Gangguan Pencernaan

dan Nutrisi berdasarkan sebuah sumber, Penyuluhan sehubungan dengan

nutrisi dan pencernaan meliputi 3 hal yang penting, yaitu:

Page 18: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

1. Kondisi rongga mulut dan gigi

a. Kebersihan mulut dan gigi

b. Menggunakan sikat yang lunak serta pasta gigi yang mengandung uor.

c. Hindari pemakaian obat kusia, karena dapat menyebabkan kekeringan

mulut

d. Hindari makanan manis seperti permen atau sejenisnya

e. Sehabis memakan makanan yang manis harus berkusia dan menyikat

gigi

f. Minta pelayanan dokter gigi secara teratur, misalnya dua kali setahun

g. Bila menggunakan gigi palsu, copot di malam hari, rendam dalam air,

dan bersihkan saebelum dipakai lagi

2. Penyuluhan tentang konstipasi

a. Defekasi setiap hari bukanlah suatu norma, karena masing-masing

lansia memiliki pola sendiri-sendiri yang berkisar antara 3 kali

sehari sampai 3 kali seminggu

b. Perlu memperhatikan diet tinggi serta berupa sayuran segar serta

beberapa jenis sayuran mentah, kacang-kacangan, serta makanan

sereal dari zat terapung

c. Minum air yang cukup sebaiknya disertai jus buah setiap hari

d. Hindari menggunakan obat pencahar, anjurkan lansia agar jangan

menunda bila merasa hendak buang air besar

3. Penyuluhan tentang kekeringan rongga mulut

a. Hal ini mungkin timbul akibat gangguan atau penyakit mulut atau

oleh pengaruh obat yang memerlukan dilakukanya pengkajian

seksama.

b. Merangsang produksi saliva dapat dilakukan dengan mengunyah

permen yang tak mengandun gula serta banyak minum air, hindari

alkohol, dan minuman asam.

Page 19: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

c. Hindari pemakaian obat kusia, rokok, serta tingkatkan higiene

mulut dan gigi.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut :

1. Diagnosa : Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen,

perubahan motilitas traktus gastrointestinal, asupan serat dan cairan yang

tidak cukup, ketidakadekuatan gigi geligi, ketidakadekuatan higiene oral

(Nanda, 2012).

Tujuan : pasien dapat defekasi dengan teratur, sesuai pola

Kriteria Hasil :

mendapatkan kembali pola fungsi yang normal

konsistensi feses lembut, lunak

eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan

Intervensi :

1. Auskultasi bising usus, Observasi pola defekasi klien sebelumnya dan pola diet klien

2. Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari3. Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai dengan indikasi4. Jelaskan manfaat makanan berserat atau beri penyuluhan mengenai diet

yang berhubungan5. Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi

Rasional :

1. Membantumenentukan intervensiselanjutnya2. Cairan membantu pergerakan cairan,kopi bersifatdiuretic danmenarik

cairan, dapat bertindak sebagaistimulus untuk evakuasi feses3. Diet tinggi serat yang seimbang akan menstimulasi peristaltic.4. Meningkatkan pengetahuan pasien5. Laksatif akan mengganggu program defekasi karena dapat menyebabkan

pengosongan usus yang berlebihan dan defekasi yang tidak terjadwal. Apabila digunakan terus-menerus, laksatif dapat menyebabkan penurunan tonus kolon dan retensi feses. Pelunak feses mungkin tidak diperlukan jika asupan makanan dan cairan adekuat

Page 20: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

2. Diagnosa : Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d

ketidakmampuan untuk mencerna makanan, ketidakmampuan menelan

makanan, ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien (Nanda, 2012)

Tujuan : Kebutuhan nutrisi bisa terpenuhi secara adekuat.

Kriteria Hasil :

NOC I : Status nutrisi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien diharapkan mampu:

Asupan nutrisi tidak bermasalah Asupan makanan dan cairan tidak bermasalah Energy tdak bermasalah Berat badan ideal

Intervensi :

NIC I : Manajemen ketidakteraturan makan (eating disorder management / 1030)1. Observasi BB, dan napsu makan pasien.2. Kembangkan hubungan suportif dengan pasien3. Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan

kenaikan atau pemeliharaan berat badan4. Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat badan

dan untuk menimimalkan berat badan.5. Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat badan, jika

berat badan pasien tdak sesuai dengan usia dan bentuk tubuh.6. Jelaskan konsep nutrisi yang baik pada pasien.7. Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari

supaya mencapai dan atau mempertahankan berat badan sesuai target.

3. Diagnosa : Diare berhubungan dengan malabsorpsi (Nanda, 2012)

Tujuan : Setelah dilakukan diagnosa keperawatan selama ... x ... jam, diare

pasien berkurang dari sebelumnya, frekuensi defekasi kembali

normal

Kriteria Hasil :

NOC, Bowel elimination (0501)

Tidak terjadi diare Tidak ada darah dalam tempat buang air

Page 21: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

Tidak ada lender dalam tempat buang air

Intervensi :

NIC, Diarea Management (0460)1. Observasi intake untuk kecukupan nutrisi2. Observasi turgor kulit3. Monitor tanda dan gejala diare4. Measure diarea / bowel input

5. Ajarkan pasien / keluarga pasien bagaimana menjaga kebiasaan makan

4. Diagnosa : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui

feses (diare)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keseimbangan dan

elektrolit dipertahankan secara maksimal

Kriteria Hasil :

Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50C, RR : < 40

x/mnt )

Turgor kulit < 2detik, membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong

Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari atau normal sesuai pola

Intervensi :

1. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium

2. Pantau intake dan output.

3. Berikan cairan parenteral sesuai dengan program rehidrasi

4. Beri informasi mengenai pentingnya kesimbangan cairan

5. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif.

Rasionali :

1. Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa.

2. Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan

kebutuhan cairan pengganti.

3. Peningkatkan pengetahuan pasien.

4. Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama

feses.

Page 22: tugas ASKEP gerontik gastrointestinal

5. Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui.

Daftar Pustaka

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Evelyn C.Pearce,cet. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic,.24,Jakarta: GM

Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise, Missouri : Mosby, Inc.

Lueckenotte, Annette Giesler.Ed . 1998. Pengkajian gerontology..2.Jakarta.EGC

McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise, Missouri : Mosby, Inc.

Subekti, Nike Budhi. 2007. Asuhan keperawatan geriatric/editor,Jaime L.Stockslager,et al : alih bahasa,;editor edisi bahasa Indonesia Nur Meity Sulistia Ayu.ed.2.jakarta : EGC

Tamher. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pemdekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba